BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian."

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian. Tentara Nasional Indonesia (TNI) berperan sebagai alat negara di bidang pertahanan yang dalam menjalankan tugasnya berdasarkan kebijakan dan keputusan politik negara. Dalam Undang-Undang No 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara dijelaskan bahwa pertahanan negara adalah segala usaha untuk mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara. Sistem pertahanan negara adalah sistem yang bersifat semesta melibatkan seluruh warga negara, wilayah dan sumber daya nasional lainnya serta dipersiapkan secara dini oleh pemerintah dan diselenggarakan secara total, terpadu, terarah dan berlanjut untuk menegakkan kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan segenap bangsa dari segala ancaman. Penyelenggaraan pertahanan negara adalah segala kegiatan untuk melaksanakan kebijakan pertahanan negara. Ancaman yang dimaksud adalah setiap usaha dan kegiatan baik dari dalam negeri maupun luar negeri yang dinilai membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara dan keselamatan segenap bangsa. Sedangkan yang dimaksud seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai satu kesatuan pertahanan adalah bahwa ancaman terhadap sebagian wilayah merupakan ancaman terhadap seluruh wilayah dan menjadi tanggung jawab segenap bangsa. Tentara Nasional Indonesia berfungsi sebagai penangkal setiap bentuk ancaman bersenjata dari luar dan dalam negeri terhadap kedaulatan, keutuhan wilayah dan keselamatan bangsa, penindak terhadap bentuk ancaman dan pemulih terhadap kondisi keamanan negara yang terganggu akibat kekacauan. Ancaman militer adalah ancaman yang menggunakan kekuatan bersenjata yang terorganisasi dinilai 1

2 2 mempunyai kemampuan membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara dan keselamatan segenap bangsa. Dalam Undang-Undang RI No. 34 Tahun 2004 Pasal 1 dijelaskan bahwa ancaman militer dapat berbentuk antara lain : 1. Agresi berupa penggunaan kekuatan bersenjata oleh negara lain terhadap kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan segenap bangsan atau dalam bentuk dan cara-cara antara lain : a. Invasi yaitu berupa serangan oleh kekuatan bersenjata negara lain terhadap wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. b. Bombardemen yaitu berupa penggunaan senjata lainnya yang dilakukan oleh angkatan bersenjata negara lain terhadap wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. c. Blokade terhadap pelabuhan atau pantai atau wilayah udara Negara Kesatuan Republik Indonesia. d. Serangan unsur angkatan bersenjata negara lain terhadap unsur satuan darat atau satuan laut atau satuan udara Tentara Nasional Indonesia. e. Tindakan suatu negara yang mengizinkan penggunaan wilayahnya oleh negara lain sebagai daerah persiapan untuk melakukan agresi terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia. f. Pengiriman kelompok bersenjata atau tentara bayaran oleh negara lain untuk melakukan tindakan kekerasan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia atau melakukan tindakan seperti tersebut diatas. 2. Pelanggaran wilayah yang dilakukan oleh negara lain baik yang menggunakan kapal maupun pesawat non komersial. 3. Spionase yang dilakukan oleh negara lain untuk mencari dan mendapatkan rahasia militer. 4. Sabotase untuk merusak instalasi penting militer dan objek vital nasional yang membahayakan keselamatan bangsa. 5. Aksi terror bersenjata yang dilakukan oleh jaringan terorisme internasional atau yang bekerjasama dengan terorisme dalam negeri atau terorisme dalam negeri yang berskalasi tinggi sehingga membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan segenap bangsa. 6. Pemberontakan bersenjata. 7. Perang saudara yang terjadi antara kelompok masyarakat bersenjata dengan kelompok masyarakat bersenjata lainnya. Tugas pokok Tentara Nasional Indonesia (TNI) adalah menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

3 3 Indonesia Tahun 1945, melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara. Dalam Undang-Undang RI No. 34 Tahun 2004 Pasal 7 Tugas pokok tersebut dilakukan dengan: 1. Operasi Militer untuk Perang; 2. Operasi Militer Selain Perang yaitu untuk: a. Mengatasi gerakan separatis bersenjata; b. Mengatasi pemberontakan bersenjata; c. Mengatasi aksi terorisme; d. Mengamankan wilayah perbatasan; e. Mengamankan objek vital nasional yang bersifat strategis; f. Melaksanakan tugas perdamaian dunia sesuai dengan kebijakan politik luar negeri; g. Mengamankan Presiden dan Wakil Presiden beserta keluarganya; h. Memberdayakan wilayah pertahanan dan kekuatan pendukungnya secara dini sesuai dengan sistem pertahanan semesta. i. Membantu tugas pemerintah daerah; j. Membantu Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam rangka tugas keamanan dan ketertiban masyarakat yang diatur dalam Undang- Undang; k. Membantu mengamankan tamu negara setingkat kepala negara dan perwakilan pemerintah asing yang sedang berada di Indonesia; l. Membantu menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian dan pemberian bantuan kemanusiaan; m. Membantu pencarian dan pertolongan dalam kecelakaan (search and rescue); serta n. Membantu pemerintah dalam pengamanan pelayaran dan penerbangan terhadap pembajakan, perompakan dan penyelundupan. Sesuai dengan yang diamanatkan oleh undang-undang tugas pokok TNI tidaklah ringan sehingga memerlukan personel (prajurit) yang mempunyai kemampuan fisik yang samapta agar mampu melaksanakan tugas pokoknya dengan baik. Luasnya wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai objek pertahanan diri bangsa menuntut kesiapan seluruh prajurit yang mempunyai nilai kesegaran jasmani yang telah ditetapkan. Tentara Nasional Indonesia (TNI) dibagi dalam tiga Matra yaitu Matra Darat, Matra Laut dan Matra Udara yang mempunyai

4 4 tugas pokok yang berbeda. Tugas pokok masing-masing angkatan menurut Undang- Undang RI No. 34 Tahun 2004 Pasal 8 adalah sebagai berikut: 1. Angkatan Darat bertugas: a. Melaksanakan tugas TNI matra darat di bidang pertahanan; b. Melaksanakan tugas TNI dalam menjaga keamanan wilayah perbatasan darat dengan negara lain; c. Melaksanakan tugas TNI dalam pembangunan dan pengembangan kekuatan matra darat; serta d. Melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan di darat. 2. Angkatan Laut bertugas: a. Melasanakan tugas TNI matra laut di bidang pertahanan; b. Menegakkan hukum dan menjaga keamanan di wilayah laut yurisdiksi nasional sesuai dengan ketentuan hukum nasional dan hukum internasional yang telah diratifikasi; c. Melaksanakan tugas diplomasi Angkatan Laut dalam rangka mendukung kebijakan politik luar negeri yang ditetapkan oleh pemerintah; d. Melaksanakan tugas TNI dalam membangun dan pengembangan kekuatan matra laut; serta e. Melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan laut. 3. Angkatan Udara bertugas: a. Melaksanakan tugas TNI matra udara di bidang pertahanan; b. Menegakkan hukum dan menjaga keamanan di wilayah udara yurisdiksi nasional sesuai dengan ketentuan hukum nasional dan hukum internasional yang telah diratifikasi; c. Melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan udara. Angkatan Darat dalam melaksanakan tugasnya dibagi dalam tiga fungsi yaitu Satuan Tempur (Satpur), Satuan Bantuan Tempur (Satbanpur) dan Satuan Bantuan Administrasi (Satbanmin) yang diawaki oleh prajurit yang dibagi dalam kecabangan antara lain: (1) Infanteri, (2) Arteleri, (3) Kavaleri, (4) Arhanud, (5) Zeni, (6) Bekang, (7) Peralatan, (8) POM, (9) Perhubungan, (10) Hukum, (11) Kesehatan, (12) Penerbad, (13) Ajudan Jenderal (Doktrin Angkatan Darat Kartika Eka Paksi). Dihadapkan kepada pelaksanaan tugas pokok yang akan dilaksanakan oleh TNI AD yang begitu berat dengan kondisi alam Indonesia yang bervariasi dengan beribu-ribu

5 5 pulau yang tersebar dan terdiri dari pegunungan, bukit, lembah, rawa dan hutan tropis akan memerlukan kondisi fisik yang prima utamanya bagi pasukan jalan kaki (Infanteri) untuk mencapai sasaran yang ditentukan. Kesegaran jasmani prajurit akan menjadi hal utama yang mendapatkan perhatian dari pimpinan TNI Angkatan Darat sebagai fungsi teknis dalam pembinaan personel. Prajurit adalah warga negara Indonesia yang memenuhi persyaratan yang telah ditentukan dalam perundang-undangan dan diangkat oleh pejabat yang berwenang untuk mengabdikan diri dalam dinas keprajuritan. Prajurit dikelompokkan dalam golongan kepangkatan Perwira, Bintara dan Tamtama. Perwira dibentuk melalui pendidikan pertama yang berasal langsung dari masyarakat dan pendidikan pembentukan perwira yang berasal dari prajurit golongan bintara. Pembentukan perwira yang berasal dari golongan bintara merupakan wadah pembentukan perwira TNI AD selain AKMIL dan SEPA PK sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan perwira di lingkungan TNI AD. Sekolah Calon Perwira Angkatan Darat yang disingkat SECAPAAD merupakan Lembaga Pendidikan Pusat (Lemdikpus) yang ditunjuk oleh Angkatan Darat untuk melaksanakan dan mendidik Bintara terpilih menjadi seorang perwira pertama setingkat Komandan Peleton yang mempunyai tugas pokok menyelenggrakan pendidikan pembentukan dasar keperwiraan bagi calon perwira angkatan darat dalam rangka mendukung tugas pokok angkatan darat. Seleksi masuk pendidikan pembentukan perwira yang dilaksanakan oleh TNI AD melalui berbagai macam pentahapan tes untuk mendapatkan hasil yang diinginkan dengan materi tes: Tes Akademik, Tes Kesehatan, Tes Psikologi dan Tes Kesamaptaan Jasmani. Tes kesamaptaan jasmani yang dilaksanakan berpedoman kepada Buku pemberlakuan norma kesamaptaan jasmani dalam rangka werving, seldik, UKP, uji kompetensi dan tes periodik prajurit TNI AD yang disahkan dengan Surat Keputusan Kasad Nomor: KEP/107/III/2013 tanggal 3 April 2013 tentang kriteria kelulusan bagi calon pendidikan pembentukan perwira adalah:

6 6 1. Postur tubuh minimal memenuhi syarat. 2. Kesegaran jasmani mencapai nilai Ketangkasan renang gaya dada mampu 50 M. Dari kriteria kelulusan yang sudah diatur dan ditentukan, calon perwira harus memenuhi standar kelulusan untuk dapat menjadi Perwira Siswa (Pasis) di Secapa Angkatan Darat. Persyaratan kesamaptaan jasmani masuk pendidikan dan persyaratan untuk menduduki jabatan Komando (Komandan) di lingkungan TNI AD terdapat perbedaan dalam penilaian kriteria kelulusannya. Persyaratan kesamaptaan jasmani bagi personel yang akan menduduki jabatan Komandan di satuan TNI AD berdasarkan Keputusan Kasad Nomor: KEP/107/III/2013 tanggal 3 April 2013 tentang Norma Kesamaptaan Jasmani bagi calon Komandan adalah: 1. Postur tubuh memenuhi syarat. 2. Kesegaran jasmani mencapai nilai Ketangkasan jasmani militer adalah: a. Untuk Satuan Tempur/Banpur mampu renang militer 50M. b. Untuk Satbanmin mampu renang dasar militer 50 M. Dari uraian diatas penulis beranggapan bahwa dalam setiap strata pendidikan maupun penentuan suatu jabatan strategis di angkatan darat, kesegaran jasmani bagi prajurit sangatlah penting, hal ini terbukti bahwa seleksi masuk bagi calon perwira siswa di Secapaad dari jumlah calon orang, ada sekitar 215 orang calon yang dikembalikan ke satuan lama dikarenakan tidak memenuhi syarat kesamaptaan jasmani (Data panitia seleksi tingkat pusat calon perwira siswa TNI AD TA. 2013). Pentingnya kesegaran jasmani ini akan berlanjut kepada prajurit yang dinyatakan lulus untuk mengikuti pendidikan calon perwira di secapaad sehingga dianggap perlu untuk menyiapkan dan melatih jasmani perwira siswa agar diperoleh suatu kondisi kesegaran jasmani yang diharapkan. Untuk mendapatkan hasil yang diharapkan, perlu adanya program latihan yang efektif untuk meningkatkan derajat kesegaran jasmani perwira siswa.

7 7 Menurut Sadoso Sumosardjuno (1989:9) kesegaran jasmani adalah Kemampuan seseorang untuk menunaikan tugasnya sehari-hari dengan gampang tanpa merasa lelah yang berlebihan serta masih mempunyai sisa atau cadangan tenaga untuk menikmati waktu senggangnya dan untuk keperluan mendadak. Sedangkan Agus Mukholid (2004:3) bahwa kesegaran jasmani adalah Kesanggupan dan kemampuan untuk melakukan kerja atau aktivitas, mempertinggi daya kerja dengan tanpa mengalami kelelahan yang berarti. Lebih lanjut Djoko Pekik Irianto (2000:2) menyatakan bahwa kesegaran fisik (physical fitness) adalah Kemampuan seseorang untuk melakukan kerja sehar-hari secara efesien tanpa timbul kelelahan yang berlebihan sehingga masih dapat menikmati waktu luangnya. Menurut Engkos Kosasih (1985:10) kesegaran jasmani adalah Suatu keadaan seseorang yang mempunyai kekuatan (strength), kemampuan (ability), kesanggupan dan daya tahan untuk melakukan pekerjaan dengan efesien tanpa kelelahan yang berarti. Menurut Barrow (1983) yang dikutip oleh Supardi (1991:36) bahwa: Kekurangan gerak atau kekurangan keterlibatan secara aktif dalam olahraga dapat menyebabkan derajat kesegaran jasmani yang rendah. Kesegaran yang sempurna adalah suatu keadaan yang tidak hanya bebas dari penyakit, namun juga memiliki tingkat kesegaran yang optimal yakni suatu kondisi seseorang dapat melaksanakan kegiatan sehari-hari tanpa kelelahan yang berlebihan serta mempunyai cadangan kemampuan untuk hal yang bersifat gawat darurat. Lebih lanjut Santosa Giriwijoyo (2010:17) mengemukakan kesegaran jasmani (KJ) adalah Derajat dinamis seseorang yang menjadi kemampuan jasmani dasar untuk dapat melaksanakan tugas yang harus dilaksanakan, oleh karena itu diperlukan pembinaan dan pemeliharaan kesegaran jasmani seseorang. Menurut Judith Rink dalam Mochammad Sajoto (1988:43) bahwa Kesegaran jasmani merupakan kemampuan seseorang menyelesaikan tugas sehari-hari dengan tanpa mengalami kelelahan yang berarti dengan pengeluaran energi yang cukup besar

8 8 guna memenuhi kebutuhan gerakannya dan memenuhi waktu luang serta memenuhi keperluan darurat bila sewaktu-waktu diperlukan. M. Cholik Muthohir dalam Ismaryadi (2006:40) lebih lanjut menyatakan bahwa Kesegaran jasmani merupakan kondisi yang mencerminkan kemampuan seseorang untuk melakukan tugas dengan produktif tanpa mengalami kelelahan yang berarti. Secapa Angkatan Darat sebagai lembaga pendidikan pusat dan pelaksana pendidikan pembentukan perwira mempunyai kewajiban untuk membentuk dan menghasilkan perwira yang mempunyai kemampuan akademik yang mumpuni, kepribadian yang baik dan kesegaran jasmani yang samapta. Tanggung jawab pembinaan ini secara langsung adalah komandan Secapaad, tapi dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan perwira siswa dilakukan oleh Komandan Resimen Siswa yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan bimbingan dan pengasuhan termasuk didalamnya pembinaan dan pengasuhan bidang jasmani. Kesegaran jasmani perwira siswa akan meningkat apabila latihan yang diberikan dan dilaksanakan memberikan efek kepada yang dilatih, Menurut Harsono (1988:100) bahwa tujuan dari training (latihan) adalah Membantu atlet untuk meningkatkan keterampilan dan prestasinya semaksimal mungkin. Untuk mencapai hal itu ada empat aspek latihan yang perlu diperhatikan dan dilatih secara seksama yaitu: (a) latihan fisik, (2) latihan teknik, (3) latihan taktik, dan (4) latihan mental. Perbedaan fisik pada seseorang adalah sangat individual dan tergantung kepada tugas yang akan dilakukan, maka kesegaran jasmani yang dimiliki harus sesuai dengan perbedaan dalam tugasnya, semakin berat tugas fisik yang harus dilakukannya semakin tinggi juga tuntutan kesegaran jasmani yang harus dimiliki seseorang. Santosa Giriwijoyo (2010:23) mengemukakan bahwa hakikat kesegaran jasmani adalah derajat sehat dinamis yang diperlukan (yang sesuai) dengan kebutuhannya untuk melakukan tugas fisik.

9 9 Komponen kesegaran jasmani dibagi dalam beberapa kemampuan atau bagian, dikemukakan oleh Moeloek (1984:3) bahwa kesegaran jasmani terdiri dari : 1. Daya tahan (endurance). 2. Kekuatan otot (muscle strenghth). 3. Tenaga ledak otot (muscle ekplosive power). 4. Kecepatan (speed). 5. Ketangkasan (agility). 6. Keseimbangan (balance). 7. Kecepatan reaksi (reaction time). 8. Koordinasi (coordination). Pendidikan pembentukan perwira di Secapaad merupakan lembaga pendidikan perwira yang membentuk bintara menjadi seorang perwira dengan berbagai kemampuan jasmani yang dimilikinya. Kemampuan jasmani yang dimiliki masing-masing perwira siswa berbeda-beda. Dari perbedaan itulah diadakan suatu pembinaan untuk mendapatkan suatu kemampuan jasmani yang hampir sama. Data dari Departemen Jasmani Secapaad sebagai pelaksana dalam kegiatan proses belajar mengajar bidang jasmani diperoleh data hasil kesegaran jasmani awal perwira siswa gelombang I tahun 2013 dengan jumlah 561 adalah: Nilai Baik Sekali (BS) 81 orang (14,44%), nilai Baik (B) 456 orang (81,28%) dan nilai Cukup (C) 11 orang (1,96%) tidak mengikuti kesegaran jasmani 13 orang (2,3%). Berdasarkan kategori kesegaran jasmani perwira siswa akan memberikan dampak kurang optimalnya dalam pelaksanaan mengikuti pendidikan dan akan berpengaruh terhadap berlangsungnya proses belajar mengajar (PBM) baik pelajaran teori maupun pelajaran praktek di lapangan yang pada akhirnya akan merugikan perwira siswa itu sendiri dan dapat menyebabkan tidak lulus. Dampak dari rendahnya kesegaran jasmani ini akan berakibat pula terhadap tugas pokok yang akan dilaksanakan di satuan baru nantinya sebagai seorang komandan peleton. Pembinaan jasmani yang dilakukan di lembaga pendidikan militer mempunyai tiga tujuan yaitu: membentuk, meningkatkan dan memelihara kemampuan jasmani.

10 10 Pembinaan jasmani harus dilakukan secara terus-menerus dan terprogram secara baik. Dalam buku petunjuk lapangan tentang pembinaan jasmani angkatan darat (1986:2) bahwa: Pada pelaksanaan latihan perorangan membentuk sikap dititikberatkan pada latihan kekuatan otot, pembentukan sikap dan gerak. Kesamaptaan jasmani dasar (kesegaran jasmani) dengan menggunakan program kesegaran jasmani prajurit TNI AD dengan frekuensi latihan 3-5 kali dalam seminggu. Olahraga dilakukan untuk menunjang kemampuan perorangan dan satuan serta mendukung aspek sosial. Aturan atau norma kesegaran jasmani (2011/B/163) pada pendidikan pembentukan calon perwira di Secapaad dalam aspek jasmani mempunyai bobot 10% dari seluruh aspek pendidikan yang ada. Akan tetapi walaupun kecil dan hanya 10% aspek jasmani sangat berpengaruh untuk menentukan lulus dan tidaknya seorang perwira siswa sehingga tidak berhak untuk dilantik menjadi perwira pertama dengan pangkat Letnan Dua. Data hasil tes seleksi tingkat pusat tahun 2013 dari jumlah calon siswa tidak memenuhi persyaratan jasmani sebanyak 215 orang (Data panitia seleksi tingkat pusat bidang jasmani). Bimbingan pengasuhan yang diberikan apabila tidak sesuai dengan prinsipprinsip latihan yang ada akan berakibat kurang optimalnya pembinaan jasmani yang dilaksanakan. Latihan beban dengan menggunakan PDLT yang selama ini dilaksanakan tidak memberikan pengaruh yang efektif terhadap peningkatan kesegaran jasmani perwira siswa di secapaad seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Rudi Hanif, 2012 dengan judul pengaruh bimbingan pengasuhan jasmani menggunakan metode PDLT berbeban dan tanpa beban pada perwira siswa secapaad yang berdaya juang terhadap kesegaran jasmani. Program latihan atau metode latihan peningkatan kesegaran jasmani dikatakan berhasil apabila peningkatan nilai kesegaran jasmani perwira siswa mampu mengalami peningkatan yang signifikan bila dibandingkan dengan saat pertama masuk pendidikan. Metode latihan yang diberikan di secapaad selama ini merupakan

11 11 metode latihan yang diterapkan sebelumnya dan merupakan metode latihan turuntemurun sejak tahun Sedangkan hasil dari kesegaran jasmani akhir adalah merupakan tolok ukur dari suatu program latihan yang dilaksanakan terhadap perwira siswa selama mengikuti pendidikan. Data nilai kesegaran jasmani dua tahun terakhir (Laporan hasil kesegaran Jasmani Departemen Jasmani Secapaad) adalah sebagai berikut: 1. Tahun 2010 jumlah perwira siswa 958 orang mendapatkan nilai BS (Baik Sekali) 345 orang (36%), Baik (B) 612orang (63,9%) dan Cukup (C) 1 orang (0,1%). 2. Tahun 2011 perwira siswa dibagi dalam dua gelombang, gelombang I jumlah perwira siswa 462 orang, mendapatkan nilai Baik Sekali (BS) 178 orang (38,4%), nilai Baik (B) 281 orang (60,7%) dan tidak mengikuti 3 oarang (0.6%). Sedangkan gelombang II jumlah perwira siswa 464 orang, mendapatkan nilai Baik Sekali (BS) 102 orang (22,0%), nilai Baik (B) 357 orang (76,9%) dan C ukup (C) 1 0rang (0,2%) dan tidak mengikuti 3 orang (0,6%). 3. Tahun 2012 Hasil tes kesegaran jasmani akhir gelombang II tahun 2012 adalah : nilai Baik Sekali (BS) 240 orang (54,3%) dan nilai Baik (B) 199 orang (45,02%), tidak mengikuti kegitan tes akhir 3 orang. Dari data hasil kesegaran jasmani akhir perwira siswa diketahui bahwa ratarata nilai kesegaran jasmani akhir berada di kategori baik. Tuntutan lembaga pendidikan untuk kesegaran jasmani akhir adalah Baik Sekali (BS). Disamping itu masih terdapat juga nilai kesegaran jasmani perwira siswa yang mendapatkan nilai C (cukup) dimana dalam norma evaluasi hasil belajar bagi pendidikan TNI AD khusus bidang jasmani minimal kelulusan adalah Baik yaitu dengan skor 65. Sedangkan nilai cukup mempunyai skor 45-64,99. Dengan latar belakang data tersebut penulis beranggapan bahwa metode yang digunakan selama ini perlu diperbaharui untuk

12 12 meningkatkan kesegaran jasmani.. Dengan landasan pemikiran tersebut dan hasil penelitian yang sudah ada, peneliti ingin menerapkan metode latihan sirkuit dan metode latihan interval untuk meningkatkan kesegaran jasmani perwira siswa. B. Rumusan Masalah. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Secara keseluruhan apakah terdapat perbedaan hasil peningkatan kesegaran jasmani bagi yang dilatih menggunakan metode latihan sirkuit dan metode latihan interval perwira siswa pria Secapaad? 2. Apakah terdapat interaksi antara metode latihan dengan kesegaran jasmani awal terhadap hasil peningkatan kesegaran jasmani perwira siswa pria Secapaad? 3. Apakah terdapat perbedaan hasil peningkatan kesegaran jasmani bagi yang memiliki kesegaran jasmani awal tinggi yang dilatih menggunakan metode latihan sirkuit dan metode latihan interval perwira siswa pria Secapaad? 4. Apakah terdapat perbedaan hasil peningkatan kesegaran jasmani bagi yang memiliki kesegaran jasmani awal rendah yang dilatih menggunakan metode sirkuit dan metode latihan interval perwira siswa pria Secapaad? C. Tujuan Penelitian. Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran tentang pengaruh variabel bebas yaitu metode latihan dan kesegaran jasmani awal terhadap variabel terikat yaitu peningkatan kesegaran jasmani pada perwira siswa pria Secapa Angkatan Darat. Secara operasional penelitian dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui:

13 13 1. Perbedaan pengaruh metode latihan sirkuit dan metode latihan interval terhadap peningkatan kesegaran jasmani perwira siswa pria Secapaad. 2. Interaksi antara metode latihan dengan kesegaran jasmani awal terhadap peningkatan kesegaran jasmani perwira siswa pria Secapaad. 3. Perbedaan pengaruh metode latihan sirkuit dan metode latihan interval bagi perwira siswa yang memiliki kesegaran jasmani awal tinggi terhadap peningkatan kesegaran jasmani perwira siswa pria Secapaad. 4. Perbedaan pengaruh metode latihan sirkuit dan metode latihan interval bagi perwira siswa yang memiliki kesegaran jasmani awal rendah terhadap peningkatan kesegaran jasmani perwira siswa pria Secapaad. D. Kegunaan Hasil Penelitian. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan sumbangan pemikiran bagi: 1. Peningkatan dan pemantapan kesegaran jasmani atau kesegaran jasmani secara rasional dan objektif. 2. Usaha pemilihan metode latihan bagi para pelatih, guru atau olahragawan dalam meningkatkan kesegaran jasmani. 3. Usaha pemilihan suatu metode latihan di lembaga pendidikan militer di TNI AD dalam meningkatkan kesegaran jasmani bagi peserta didiknya. 4. Pelatih jasmani di lembaga pendidikan militer yang dapat dijadikan referensi dalam memilih metode latihan untuk meningkatkan kesegaran jasmani bagi peserta didiknya. 5. Komandan di Lembaga Pendidikan Militer dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan khususnya bimbingan pengasuhan bidang jasmani bagi peserta didiknya.

14 14 6. Hasil kajian permasalahan penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi perkembangan penelitian di secapaad dan juga pada program studi pendidikan olahraga Sekolah Pasca Sarjana UPI Bandung. E. Definisi Istilah. 1. Pengaruh menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:664) adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang. 2. Metode latihan menurut Depdikbud (1996:652) adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan/latihan guna mencapai tujuan yang ditentukan. 3. Latihan sirkuit menurut Sajoto (1990:101) adalah suatu program latihan yang terdiri dari beberapa stasiun dan di setiap stasiun itu seseorang melakukan jenis latihan yang sudah ditentukan. Satu sirkuit dikatakan selesai apabila seseorang telah menyelesaikan latihan di semua stasiun dengan dosis yang telah ditentukan. 4. Latihan interval menurut Harsono (1988:157) adalah suatu sistem latihan yang diselingi oleh interval-interval berupa masa istirahat. 5. Kesegaran jasmani menurut Giriwijoyo (2012:21) adalah keadaan kemampuan jasmani yang dapat menyesuaikan fungsi alat-alat tubuhnya terhadap tugas jasmani tertentu dan/atau terhadap keadaan lingkungan yang harus diatasi dengan cara yang efesien tanpa kelelahan yang berlebihan dan telah pulih sempurna sebelum datang tugas yang sama esok harinya. 6. Perwira siswa adalah sebutan bagi peserta didik untuk pendidikan perwira dalam lembaga pendidikan TNI AD. 7. Pendidikan pembentukan perwira (DIKTUKPA) TNI AD adalah pendidikan untuk membentuk bintara menjadi perwira yang ditempuh melalui pendidikan dasar golongan perwira.

15 15 F. Pembatasan Masalah. Untuk memenuhi syarat dalam suatu penelitian, maka perlu diadakan pembatasan masalah. Pembatasan masalah yang jelas memungkinkan untuk mendifinisikan faktor-faktror mana saja yang termasuk ke dalam lingkup permasalahan dan faktor-faktor mana yang tidak. Berdasarkan hal tersebut Jujun S (2007:311) mengemukakan bahwa Pembatasan masalah merupakan upaya untuk menetapkan batasan-batasan permasalahan dengan jelas. Dari sekian banyak masalah yang telah teridentifikasi, maka ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada masalah yaitu: Peningkatan kesegaran jasmani dan kesegaran jasmani sebagai variabel terikat (Dependen variabel). Metode latihan sirkuit dan metode latihan interval sebagai variabel bebas (Independen variabel). Kesegaran jasmani awal sebagai variabel atribut yang dibagi menjadi dua bagian yaitu kesegaran jasmani awal tinggi dan kesegaran jasmani awal rendah.

16 16

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sesuai dengan UU no 3 th 2002 tentang Pertahanan Negara memperjelas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sesuai dengan UU no 3 th 2002 tentang Pertahanan Negara memperjelas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian. Sesuai dengan UU no 3 th 2002 tentang Pertahanan Negara memperjelas tugas dan tanggung jawab institusi Tentara Nasional Indonesia, lebih diperkuat lagi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 30 berbunyi

BAB I PENGANTAR. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 30 berbunyi 1 BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 30 berbunyi : Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan

Lebih terperinci

Assalamu alaikum Warrahmatullah Wa Barakatuh

Assalamu alaikum Warrahmatullah Wa Barakatuh No. : Hal : Lampiran : 4 lembar Jakarta, 7 Januari 2013 Assalamu alaikum Warrahmatullah Wa Barakatuh Dengan ini saya yang bertandatangan di bawah ini menjelaskan tentang alasan yang membuat kami yakin

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA I. UMUM Dalam kehidupan bernegara, aspek pertahanan merupakan faktor yang sangat hakiki dalam menjamin kelangsungan

Lebih terperinci

No Laut Kepulauan (archipelagic sea lane passage) dan jalur udara di atasnya untuk keperluan lintas kapal dan Pesawat Udara Asing sesuai denga

No Laut Kepulauan (archipelagic sea lane passage) dan jalur udara di atasnya untuk keperluan lintas kapal dan Pesawat Udara Asing sesuai denga TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.6181 PERTAHANAN. RI. Wilayah Udara. Pengamanan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 12) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TERKAIT DENGAN SISTEM PERTAHANAN NEGARA PUSANEV_BPHN. ANANG PUJI UTAMA, S.H., M.Si

ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TERKAIT DENGAN SISTEM PERTAHANAN NEGARA PUSANEV_BPHN. ANANG PUJI UTAMA, S.H., M.Si ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TERKAIT DENGAN SISTEM PERTAHANAN NEGARA ANANG PUJI UTAMA, S.H., M.Si ISU STRATEGIS BIDANG PERTAHANAN DAN KEAMANAN DALAM RPJMN 2015-2019 PENINGKATAN KAPASITAS DAN STABILITAS

Lebih terperinci

ANATOMI KEAMANAN NASIONAL

ANATOMI KEAMANAN NASIONAL ANATOMI KEAMANAN NASIONAL Wilayah Negara Indonesia Fungsi Negara Miriam Budiardjo menyatakan, bahwa setiap negara, apapun ideologinya, menyeleng garakan beberapa fungsi minimum yaitu: a. Fungsi penertiban

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tujuan nasional Indonesia adalah

Lebih terperinci

BAB II TINDAK PIDANA DESERSI YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA TNI. mengenai fungsi, tugas dan tanggungjawab mereka sebagai anggota TNI yang

BAB II TINDAK PIDANA DESERSI YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA TNI. mengenai fungsi, tugas dan tanggungjawab mereka sebagai anggota TNI yang BAB II TINDAK PIDANA DESERSI YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA TNI Tindak pidana desersi merupakan tindak pidana militer yang paling banyak dilakukan oleh anggota TNI, padahal anggota TNI sudah mengetahui mengenai

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pertahanan negara bertitik tolak pada falsafah

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa pertahanan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pertahanan negara bertitik tolak pada falsafah

Lebih terperinci

2017, No Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2010

2017, No Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2010 No.1459, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Prajurit TNI. Status Gugur/Tewas. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG STATUS GUGUR ATAU TEWAS BAGI PRAJURIT

Lebih terperinci

NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA

NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa pertahanan negara bertitik tolak pada falsafah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA BESERTA PENJELASANNYA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA BESERTA PENJELASANNYA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA BESERTA PENJELASANNYA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa tujuan nasional adalah untuk melindungi

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 127, 2004 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4439)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 127, 2004 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4439) LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 127, 2004 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4439) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TENTARA NASIONAL

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tujuan nasional Indonesia adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pertahanan negara bertitik tolak pada falsafah

Lebih terperinci

ACUAN KONSTITUSIONAL SISTEM PERTAHANAN NEGARA. Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH. 1

ACUAN KONSTITUSIONAL SISTEM PERTAHANAN NEGARA. Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH. 1 ACUAN KONSTITUSIONAL SISTEM PERTAHANAN NEGARA Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH. 1 LANDASAN KONSTITUSIONAL Sebagaimana ditentukan dalam Alinea ke-iv Pembukaan UUD 1945, tujuan pembentukan Pemerintahan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace dicabut: UU 3-2002 lihat: UU 1-1988 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 51, 1982 (HANKAM. POLITIK. ABRI. Warga negara. Wawasan Nusantara. Penjelasan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pertahanan negara bertitik tolak pada falsafah

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TENTARA NASIONAL INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TENTARA NASIONAL INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tujuan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa tujuan nasional Indonesia adalah

Lebih terperinci

DOKTRIN TNI ANGKATAN DARAT KARTIKA EKA PAKSI BAB I PENDAHULUAN

DOKTRIN TNI ANGKATAN DARAT KARTIKA EKA PAKSI BAB I PENDAHULUAN DOKTRIN TNI ANGKATAN DARAT KARTIKA EKA PAKSI BAB I PENDAHULUAN 1. Umum. a. Menyikapi dinamika perubahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia khususnya dibidang pertahanan negara, TNI tengah melaksanakan

Lebih terperinci

NOMOR 20 TAHUN 1982 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERTAHANAN KEMANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 20 TAHUN 1982 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERTAHANAN KEMANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1982 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERTAHANAN KEMANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KOMPONEN CADANGAN PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KOMPONEN CADANGAN PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KOMPONEN CADANGAN PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:a. bahwa pertahanan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat hakiki dalam menjamin kelangsungan hidup negara tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat hakiki dalam menjamin kelangsungan hidup negara tersebut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan bernegara, aspek pertahanan merupakan faktor yang sangat hakiki dalam menjamin kelangsungan hidup negara tersebut. Tanpa mampu mempertahankan diri terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia adalah makhluk utama, yaitu diantara dari makhluk natural dan supranatural, manusia mempunyai jiwa bebas dan hakikat-hakikat yang sangat mulia diantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang TNI (Tentara Negara Indonesia) dalam negara kita mengemban tugas sebagai alat pertahanan negara. Yang dimaksud pertahanan negara adalah segala usaha untuk menegakkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN 1. Umum. Pertahanan negara sebagai salah satu fungsi pemerintahan negara merupakan

Lebih terperinci

2017, No Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 324); 3. Peraturan Menteri Pertahanan Nomor 2 Tahun 2017 tentang Orga

2017, No Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 324); 3. Peraturan Menteri Pertahanan Nomor 2 Tahun 2017 tentang Orga No.1318, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHAN. Prajurit TNI. Status Tingkat dan Golongan Kecacatan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG STATUS TINGKAT DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jasmani yang bertujuan untuk membentuk ketahanan fisik, terutama prajurit TNI

BAB I PENDAHULUAN. jasmani yang bertujuan untuk membentuk ketahanan fisik, terutama prajurit TNI BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Latihan fisik sangat penting untuk menjaga serta meningkatkan kebugaran jasmani yang bertujuan untuk membentuk ketahanan fisik, terutama prajurit TNI sehingga mampu

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEAMANAN NASIONAL

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEAMANAN NASIONAL RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KEAMANAN NASIONAL Jakarta, 16 Oktober 2012 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KEAMANAN NASIONAL DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PERTAHANAN. Wilayah. Penataan. Penetapan. Perencanaan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 190) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

MI STRATEGI

MI STRATEGI ------...MI STRATEGI KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, buku "Strategi Pertahanan Negara" yang merupakan salah satu dari produk-produk strategis di bidang pertahanan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA

KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN NOMOR : 7 TAHUN 2008 TANGGAL : 26 JANUARI 2008 KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA A. UMUM. Pertahanan negara sebagai salah satu fungsi pemerintahan negara merupakan usaha untuk

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pertahanan

Lebih terperinci

2017, No Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4169); 2. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Te

2017, No Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4169); 2. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Te BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.105, 2017 KEMHAN. Pelibatan TNI. Pencarian dan Pertolongan. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELIBATAN TENTARA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.403, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHAN. Pengamanan. Wilayah Perbatasan. Kebijakan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN PENGAMANAN WILAYAH

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG INTELIJEN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG INTELIJEN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG INTELIJEN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk terwujudnya tujuan nasional negara

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pertahanan

Lebih terperinci

PUSANEV_BPHN. Beberapa Perundang-undangan yang terkait dengan Tugas TNI Angkatan Laut KUMDANG 1. Oleh : DISKUM TNI AL

PUSANEV_BPHN. Beberapa Perundang-undangan yang terkait dengan Tugas TNI Angkatan Laut KUMDANG 1. Oleh : DISKUM TNI AL Beberapa Perundang-undangan yang terkait dengan Tugas TNI Angkatan Laut Oleh : DISKUM TNI AL KUMDANG 1 TUGAS DAN KEWENANGAN SERTA ANCAMAN YG HRS DIHADAPI TNI BDSK UU NO 34 THN 2004 TTG TNI TNI PSL.9.A

Lebih terperinci

UU 27/1997, MOBILISASI DAN DEMOBILISASI. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 27 TAHUN 1997 (27/1997) Tanggal: 3 OKTOBER 1997 (JAKARTA)

UU 27/1997, MOBILISASI DAN DEMOBILISASI. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 27 TAHUN 1997 (27/1997) Tanggal: 3 OKTOBER 1997 (JAKARTA) UU 27/1997, MOBILISASI DAN DEMOBILISASI Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 27 TAHUN 1997 (27/1997) Tanggal: 3 OKTOBER 1997 (JAKARTA) Tentang: MOBILISASI DAN DEMOBILISASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG PENGAMANAN WILAYAH UDARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG PENGAMANAN WILAYAH UDARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG PENGAMANAN WILAYAH UDARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 4, 1988 (ADMINISTRASI. HANKAM. ABRI. Warga Negara. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGINTEGRASIAN KOMPONEN PERTAHANAN NEGARA

KEBIJAKAN PENGINTEGRASIAN KOMPONEN PERTAHANAN NEGARA 2012, No.362 4 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN PENGINTEGRASIAN KOMPONEN PERTAHANAN NEGARA KEBIJAKAN PENGINTEGRASIAN KOMPONEN PERTAHANAN NEGARA 1. Latar belakang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2013 TENTANG PENGAMANAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN, MANTAN PRESIDEN DAN MANTAN WAKIL PRESIDEN BESERTA KELUARGANYA SERTA TAMU NEGARA SETINGKAT KEPALA

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.190, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERTAHANAN. Wilayah. Penataan. Penetapan. Perencanaan. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cikal bakal lahirnya TNI (Tentara Nasional Indonesia) pada awal

BAB I PENDAHULUAN. Cikal bakal lahirnya TNI (Tentara Nasional Indonesia) pada awal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat mempertahankan kemerdekaan, banyak orang Indonesia berjuang untuk membentuk pasukan mereka sendiri atau badan perjuangan Masyarakat. Tradisi keprajuritan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PENGANGKATAN ANGGOTA TENTARA NASIONAL INDONESIA YANG TELAH SELESAI MENUNAIKAN MASA DINASNYA MENJADI ANGGOTA CADANGAN TENTARA NASIONAL INDONESIA (Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1981 Tanggal 5 Oktober

Lebih terperinci

DOKTRIN TENTARA NASIONAL INDONESIA TRIDARMA EKAKARMA (TRIDEK) BAB I PENDAHULUAN. 1. Umum

DOKTRIN TENTARA NASIONAL INDONESIA TRIDARMA EKAKARMA (TRIDEK) BAB I PENDAHULUAN. 1. Umum TENTARA NASIONAL INDONESIA Lampiran Peraturan MARKAS BESAR Panglima TNI Nomor Perpang/45/VI/2010 Tanggal 15 Juni 2010 DOKTRIN TENTARA NASIONAL INDONESIA TRIDARMA EKAKARMA (TRIDEK) BAB I PENDAHULUAN 1.

Lebih terperinci

NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH

NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka pertahanan keamanan negara untuk

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pertahanan keamanan negara untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. samapta dalam rangka proses regenerasi kepemimpinan di tubuh TNI AD.

BAB I PENGANTAR. samapta dalam rangka proses regenerasi kepemimpinan di tubuh TNI AD. 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Penyelenggaraan pendidikan bagi meningkatkan prajurit TNI AD bertujuan untuk kemampuan, pengetahuan, keterampilan dan jasmani yang samapta dalam rangka proses regenerasi

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KOMPONEN CADANGAN PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KOMPONEN CADANGAN PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KOMPONEN CADANGAN PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:a. bahwa pertahanan negara

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. Bahwa penyelenggaraan pertahanan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEAMANAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEAMANAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Tgl 17 Agustus 2010 Final RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KEAMANAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tujuan nasional

Lebih terperinci

2016, No Indonesia Tahun 2000 Nomor 185, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4012); 3. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang

2016, No Indonesia Tahun 2000 Nomor 185, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4012); 3. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang No. 397, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Pencarian dan Pertolongan Bantuan Militer Asing. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG BANTUAN MILITER ASING

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2013 TENTANG PENGAMANAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN, MANTAN PRESIDEN DAN MANTAN WAKIL PRESIDEN BESERTA KELUARGANYA SERTA TAMU NEGARA SETINGKAT KEPALA

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Djoko Pekik Irianto (2004: 2), kesegaran fisik (physical fitness)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Djoko Pekik Irianto (2004: 2), kesegaran fisik (physical fitness) BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Kesegaran Jasmani Rusli Lutan (2002: 7), mengatakan bahwa kesegaran jasmani (yang terkait dengan kesehatan) adalah kemampuan seseorang untuk melakukan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1997 TENTANG MOBILISASI DAN DEMOBILISASI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1997 TENTANG MOBILISASI DAN DEMOBILISASI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1997 TENTANG MOBILISASI DAN DEMOBILISASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Pasca perang kemerdekaan Indonesia maka TNI / ABRI berusaha membenahi

IV. GAMBARAN UMUM. Pasca perang kemerdekaan Indonesia maka TNI / ABRI berusaha membenahi IV. GAMBARAN UMUM A. Sejarah Singkat Batalyon Infanteri 143 Pasca perang kemerdekaan Indonesia maka TNI / ABRI berusaha membenahi organisasi disesuaikan dengan kebutuhan sesuai dengan instruksi KSAD NO:2/KSAD/Instr/52

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 2009 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA I. UMUM TNI merupakan suatu profesi Warga Negara yang mengaktualisasikan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BELA NEGARA

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BELA NEGARA PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BELA NEGARA Disusun Oleh: I Gusti Bagus Wirya Agung, S.Psi., MBA UPT. PENDIDIKAN PEMBANGUNAN KARAKTER BANGSA U N I V E R S I T A S U D A Y A N A B A L I 2016 JUDUL: PENDIDIKAN

Lebih terperinci

2016, No untuk Mengikuti Pendidikan Akademi Militer di Luar Negeri; Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (

2016, No untuk Mengikuti Pendidikan Akademi Militer di Luar Negeri; Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara ( No.1256, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Taruna/Taruni Akademi TNI. Beasiswa. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG BEASISWA KEPADA TARUNA/TARUNI

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 31 TAHUN 1981 TENTANG PENGANGKATAN ANGGOTA TENTARA NASIONAL INDONESIA YANG TELAH SELESAI MENUNAIKAN MASA DINASNYA MENJADI ANGGOTA CADANGAN TENTARA NASIONAL INDONESIA PRESIDEN,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.257, 2014 PERTAHANAN. Hukum. Disiplin. Militer. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5591) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

DOKTRIN TENTARA NASIONAL INDONESIA TRIDARMA EKAKARMA (TRIDEK) Disahkan dengan Peraturan Panglima TNI Nomor Perpang/45/VI/2010 Tanggal 15 Juni 2010

DOKTRIN TENTARA NASIONAL INDONESIA TRIDARMA EKAKARMA (TRIDEK) Disahkan dengan Peraturan Panglima TNI Nomor Perpang/45/VI/2010 Tanggal 15 Juni 2010 TENTARA NASIONAL INDONESIA MARKAS BESAR 1. Umum DOKTRIN TENTARA NASIONAL INDONESIA TRIDARMA EKAKARMA (TRIDEK) Disahkan dengan Peraturan Panglima TNI Nomor Perpang/45/VI/2010 Tanggal 15 Juni 2010 BAB I

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pd Farewell Presiden dg Perwira dan Prajurit TNI,di Magelang, tgl. 17 Okt 2014 Jumat, 17 Oktober 2014

Sambutan Presiden RI pd Farewell Presiden dg Perwira dan Prajurit TNI,di Magelang, tgl. 17 Okt 2014 Jumat, 17 Oktober 2014 Sambutan Presiden RI pd Farewell Presiden dg Perwira dan Prajurit TNI,di Magelang, tgl. 17 Okt 2014 Jumat, 17 Oktober 2014 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA FAREWELL PRESIDEN DENGAN PERWIRA

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. strategis guna menghadapi tantangan tugas ke depan. Sistem pertahanan negara

BAB I PENGANTAR. strategis guna menghadapi tantangan tugas ke depan. Sistem pertahanan negara 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Peran Koramil dalam proses pemberdayaan wilayah pertahanan sangat strategis guna menghadapi tantangan tugas ke depan. Sistem pertahanan negara Indonesia yang menganut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok masyarakat, baik di kota maupun di desa, baik yang masih primitif

BAB I PENDAHULUAN. kelompok masyarakat, baik di kota maupun di desa, baik yang masih primitif BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan paling sempurna. Dalam suatu kelompok masyarakat, baik di kota maupun di desa, baik yang masih primitif maupun yang sudah modern

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Hasil wawancara. 1. Apakah proses manajemen logistik antara TNI AD, AU, AL sama, dan bagaimana. Purnawirawan TNI

LAMPIRAN. Hasil wawancara. 1. Apakah proses manajemen logistik antara TNI AD, AU, AL sama, dan bagaimana. Purnawirawan TNI L1 LAMPIRAN Hasil wawancara Person Purnawirawan TNI Tanggal wawancara 31 Oktober 2012 Jam wawancara 12.00-13.00 1. Apakah proses manajemen logistik antara TNI AD, AU, AL sama, dan bagaimana struktur organisasinya?

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prestasi dan juga sebagai alat pendidikan. Olahraga memiliki peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. prestasi dan juga sebagai alat pendidikan. Olahraga memiliki peranan penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan aktivitas fisik yang besar manfaatnya bagi manusia. Olahraga dapat berfungsi sarana untuk meningkatkan derajat kesehatan, untuk prestasi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tentara Nasional Indonesia (TNI) adalah tiang penyangga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tentara Nasional Indonesia (TNI) adalah tiang penyangga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tentara Nasional Indonesia (TNI) adalah tiang penyangga kedaulatan Negara yang bertugas untuk menjaga, melindungi dan mempertahankan keamanan serta kedaulatan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN TERTENTU BERKAITAN DENGAN KEGIATAN OPERASIONAL KEMENTERIAN PERTAHANAN, TENTARA NASIONAL INDONESIA, DAN KEPOLISIAN

Lebih terperinci

2018, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Wilayah Udara adalah wilayah kedaulatan udara di a

2018, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Wilayah Udara adalah wilayah kedaulatan udara di a No.12, 2018 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERTAHANAN. RI. Wilayah Udara. Pengamanan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6181) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kesegaran Jasmani 2.1.1 Pengertian Kesegaran jasmani sudah umum dipakai dalam bahasa Indonesia, khususnya dalam bidang keolahragaan. Kesegaran jasmani biasa diucapkan dengan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN TERTENTU BERKAITAN DENGAN KEGIATAN OPERASIONAL KEMENTERIAN PERTAHANAN, TENTARA NASIONAL INDONESIA, DAN KEPOLISIAN

Lebih terperinci

BAB II PERKEMBANGAN PNS DI INDONESIA. diperlukan Aparatur Sipil Negara yang profesional, bebas dari intervensi politik,

BAB II PERKEMBANGAN PNS DI INDONESIA. diperlukan Aparatur Sipil Negara yang profesional, bebas dari intervensi politik, BAB II PERKEMBANGAN PNS DI INDONESIA A. Pengertian Pegawai Negeri Sipil Dalam rangka mencapai tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam alinea ke-4 Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA. No.251, 2013 KESEHATAN. Pelayanan. Operasional. Kemenhan. TNI. POLRI.

LEMBARAN NEGARA. No.251, 2013 KESEHATAN. Pelayanan. Operasional. Kemenhan. TNI. POLRI. LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.251, 2013 KESEHATAN. Pelayanan. Operasional. Kemenhan. TNI. POLRI. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN TERTENTU

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN. TENTANG KOMPONEN CADANGAN PERTAHANAN NEGARA. Jakarta, Agustus 2005 RANCANGAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN. TENTANG KOMPONEN CADANGAN PERTAHANAN NEGARA. Jakarta, Agustus 2005 RANCANGAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN. TENTANG KOMPONEN CADANGAN PERTAHANAN NEGARA Jakarta, Agustus 2005 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.TAHUN.. TENTANG KOMPONEN CADANGAN

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PERTAHANAN. Hukum. Disiplin. Militer. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 257) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memerlukan kekuatan, daya tahan dan fleksibilitas. Menurut Irianto (2004: 2),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memerlukan kekuatan, daya tahan dan fleksibilitas. Menurut Irianto (2004: 2), BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebugaran Jasmani Lutan (2001:7), mengatakan bahwa kebugaran jasmani (yang terkait dengan kesehatan) adalah kemampuan seseorang untuk melakukan tugas fisik yang memerlukan

Lebih terperinci

KAJIAN TENTANG PERANAN KOWIL DALAM PENYELENGGARAAN PELATIHAN DASAR KEMILITERAN SECARA WAJIB GUNA MEWUJUDKAN KOMPONEN CADANGAN BAB I PENDAHULUAN

KAJIAN TENTANG PERANAN KOWIL DALAM PENYELENGGARAAN PELATIHAN DASAR KEMILITERAN SECARA WAJIB GUNA MEWUJUDKAN KOMPONEN CADANGAN BAB I PENDAHULUAN Secara Wajib Guna Mewujudkan Komponen Cadangan 1 KAJIAN TENTANG PERANAN KOWIL DALAM PENYELENGGARAAN PELATIHAN DASAR KEMILITERAN SECARA WAJIB GUNA MEWUJUDKAN KOMPONEN CADANGAN BAB I PENDAHULUAN 1. Umum.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya semua orang mempunyai aktifitas masing-masing, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya semua orang mempunyai aktifitas masing-masing, dimana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya semua orang mempunyai aktifitas masing-masing, dimana tingkatan aktifitasnya itu berbeda-beda pada masing-masing individu. Untuk dapat melaksanakan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG HUKUM DISIPLIN MILITER

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG HUKUM DISIPLIN MILITER PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG HUKUM DISIPLIN MILITER I. UMUM Tentara Nasional Indonesia merupakan bagian tidak terpisahkan dari rakyat Indonesia, lahir dari

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk melaksanakan Undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan modus-modus kejahatan.

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan modus-modus kejahatan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini modus kejahatan semakin berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Dalam perkembangannya kita dihadapkan untuk bisa lebih maju dan lebih siap dalam

Lebih terperinci

KEBIJAKAN SISTEM INFORMASI PERTAHANAN NEGARA

KEBIJAKAN SISTEM INFORMASI PERTAHANAN NEGARA 2012, No.86 4 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG KEBIJAKAN SISTEM INFORMASI PERTAHANAN NEGARA KEBIJAKAN SISTEM INFORMASI PERTAHANAN NEGARA 1. Latar Belakang.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 86, 2012 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Kebijakan. Sistem Informasi. Pertahanan Negara. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG KEBIJAKAN

Lebih terperinci