MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 19/PUU-XIII/2015

Transkripsi

1 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 19/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 ACARA MENDENGARKAN KETERANGAN PEMERINTAH DAN DPR (III) J A K A R T A SENIN, 9 MARET 2015

2 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 19/PUU-XIII/2015 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa [Pasal 67 ayat (1) dan Pasal 71] terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 PEMOHON 1. Ongkowijoyo Onggowarsito ACARA Mendengarkan Keterangan Pemerintah dan DPR (III) Senin, 9 Maret 2015 Pukul WIB Ruang Sidang Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat SUSUNAN PERSIDANGAN 1) Anwar Usman (Ketua) 2) Maria Farida Indrati (Anggota) 3) Muhammad Alim (Anggota) 4) I Dewa Gede Palguna (Anggota) 5) Aswanto (Anggota) 6) Wahiduddin Adams (Anggota) 7) Patrialis Akbar (Anggota) 8) Suhartoyo (Anggota) Sunardi Panitera Pengganti i

3 Pihak yang Hadir: A. Pemohon: 1. Ongkowijoyo Onggowarsito B. Kuasa Hukum Pemohon: 1. Fahmi H. Bachmid 2. Imam Asmara Hakim C. Pemerintah: 1. Arief Sampurno 2. Wicipto Setiadi 3. Nasrudin ii

4 SIDANG DIBUKA PUKUL WIB 1. KETUA: ANWAR USMAN Perkara Nomor 19/PUU-XIII/2015 dibuka dan dinyatakan terbuka untuk umum. KETUK PALU 3X Sidang kali ini adalah untuk mendengarkan keterangan dari DPR dan Pemerintah. Namun sebelumnya, dipersilakan dulu untuk memperkenalkan diri siapa yang hadir dari Pemohon. 2. KUASA HUKUM PEMOHON: FAHMI H. BACHMID Terima kasih, Majelis Hakim Yang Mulia. Yang hadir Pemohon, saya Fahmi H. Bachmid. Sebelah kiri saya Prinsipal Ongkowijoyo Onggowarsito selaku Direktur Utama PT Indratex dan sebelah kanan saya Imam Asmara Hakim. Terima kasih, Majelis Hakim. 3. KETUA: ANWAR USMAN Dari DPR tidak hadir, langsung ke presiden atau kuasanya. Silakan. 4. PEMERINTAH: NASRUDIN Terima kasih, Yang Mulia. Hadir mewakili presiden, saya sendiri Nasrudin dan Pak Wicipto Setiadi dari Kementerian Hukum dan HAM. Terima kasih, Yang Mulia. 5. KETUA: ANWAR USMAN Terima kasih. Karena DPR tidak hadir, dipersilakan pada Kuasa Presiden untuk menyampaikan keterangan. 6. PEMERINTAH: WICIPTO SETIADI Assalamualaikum wr. wb. Selamat siang dan salam sejahtera. Izinkan kami membacakan keterangan Pemerintah atas permohonan pengujian Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

5 Yang Mulia Ketua Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi. Dengan hormat, yang bertanda tangan di bawah ini. Nama, Yasona H. Laoly, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia. Dalam hal ini bertindak untuk dan/atas nama Presiden Republik Indonesia untuk mewakili Pemerintah Republik Indonesia. Perkenankan kami menyampaikan keterangan presiden yang selanjutnya disebut keterangan Pemerintah baik lisan maupun tertulis yang merupakan satu kesatuan utuh dan tidak terpisahkan atas permohonan pengujian ketentuan Pasal 67 ayat (1) dan Pasal 71 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa selanjutnya disebut Undang-Undang AAPS terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya disebut Undang-Undang Dasar 1945 yang dimohonkan oleh Pihak Termohon Indiratexpindo dalam hal ini memberikan kuasa kepada Fahmi H. Bachmid, S.H., M.Hum. dan kawan-kawan untuk selanjutnya disebut sebagai para Pemohon sesuai registerasi di Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi Nomor 19/PUU-XII/2014 dengan perbaikan permohonan tanggal 11 Februari Selanjutnya, perkenankanlah Pemerintah menyampaikan keterangan atas permohonan pengujian Undang-Undang Arbitrase sebagai berikut. I. Pokok permohonan Pemohon. Perkenankan kami untuk tidak membacakan karena dianggap sudah diketahui dan dipahami oleh para pihak. II. Kedudukan hukum Pemohon. Uraian tentang kedudukan Pemohon akan dijelaskan secara rinci dalam keterangan Pemerintah secara lengkap yang akan disampaikan pada persidangan berikutnya atau melalui Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi. Namun, Pemerintah memohon kepada Yang Mulia Ketua Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi untuk mempertimbangkan dan menilai apakah Pemohon memiliki kedudukan hukum atau tidak? III. Keterangan Pemerintah atas materi permohonan yang dimohonkan untuk diuji. Sebelum Pemerintah menyampaikan keterangan terkait norma materi muatan yang dimohonkan untuk diuji oleh para Pemohon, Pemerintah terlebih dahulu menyampaikan landasan filosofis Undang- Undang Arbitrase sebagai berikut. Penyelenggaraan kekuasaan kehakiman diserahkan kepada badan peradilan dengan berpedoman pada Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang ketentuanketentuan pokok kekuasaan kehakiman. Hal tersebut merupakan induk dan kerangka umum yang meletakkan dasar dan asas peradilan serta pedoman bagi lingkungan peradilan umum, peradilan agama, peradilan militer dan peradilan tata usaha negara yang masing-masing diatur dalam undang-undang tersendiri. Di dalam penjelasan Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 disebutkan antara lain bahwa 2

6 penyelesaian perkara di luar pengadilan atas dasar perdamaian atau melalui arbitrase tetap diperbolehkan. Akan tetapi, putusan arbiter hanya mempunyai kekuatan hukum eksekutorial setelah memperoleh izin atau perintah untuk dieksekusi dari pengadilan. Pada umumnya lembaga arbitrase mempunyai kelebihan dibandingkan dengan lembaga peradilan. Kelebihan tersebut antara lain; a. Dijamin kerahasiaan sengketa para pihak b. Dapat dihindari kelambatan yang diakibatkan karena hal prosedural dan administratif c. Para pihak dapat memilih arbiter yang menurut keyakinannya mempunyai pengetahuan, pengalaman, serta latar belakang yang cukup mengenai masalah yang disengketakan, jujur, dan adil d. Para pihak dapat menentukan pilihan hukum untuk menyelesaikan masalahnya serta proses dan tempat penyelenggaraan arbitrase, dan e. Putusan arbiter merupakan putusan yang mengikat para pihak dan dengan melalui tata cara atau prosedur sederhana saja atau pun langsung dapat dilaksanakan. Pada kenyataannya, apa yang disebutkan di atas tidak semuanya benar sebab di negara-negara tertentu proses peradilan dapat lebih cepat dari pada proses arbitrase. Satu-satunya kelebihan arbitrase terhadap pengadilan adalah sifat kerahasiannya karena keputusannya tidak dipublikasikan. Namun penyelesaian sengketa melalui arbitrase masih lebih diminati dari pada litigasi terutama untuk kontrak bisnis yang bersifat internasional. Arbitrase dapat dilaksanakan secara institusional atau ad hoc. Aribitrase institusional dilaksanakan dengan bantuan suatu lembaga arbitrase yaitu para pihak sepakat akan menggunakan aturan dari lembaga arbitrase tersebut seperti misalnya International Chamber of Commerce dan badan arbitrase nasional Indonesia. Dalam arbitrase ad hoc para pihak dapat bersepakat untuk menggunakan seperangkat aturan yang dibuatnya sendiri, aturan atau prosedur dari salah satu lembaga arbitrase tertentu, atau aturan tertentu yang tidak terkait dengan suatu lembaga arbitrase seperti aturan uncitral arbitration rules yang diterbitkan oleh U.N. Commission On International Trade Law karena tidak ada institusi yang melakukan administrasi acara permasalahan sering timbul dalam arbitrase ad hoc jika satu pihak menolak untuk menunjuk seorang arbiter atau jika para pihak tidak berhasil mencapai kesepakatan dalam memilih ketua. Dalam hal para pihak tidak dapat mencapai kesepakatan mengenai pemilihan atau penunjukan arbiter Pasal 13 Undang-Undang AAPS mengamanatkan bahwa para pihak dapat mengajukan permohonan pada ketua pengadilan negeri untuk menunjuk arbiter atau majelis arbitrase dalam rangka penyelesaian sengketa para pihak. Sehubungan dengan dalil para Pemohon dalam permohonannya, pemerintah memberikan keterangan sebagai berikut. 3

7 1. Terhadap ketentuan Pasal 67 ayat (1) Undang-Undang Arbitrase yang menyatakan, Permohonan pelaksanaan putusan arbitrase internasional dilakukan setelah putusan tersebut diserahkan dan didaftarkan oleh arbiter atau kuasanya kepada Panitera Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Dalam ketentuan Pasal 71 yang menyatakan, Permohonan pembatalan putusan arbitrase harus diajukan secara tertulis dalam waktu paling lama 30 hari terhitung sejak hari penyerahan dan pendaftaran putusan arbitrase kepada Panitera Pengadilan Negeri. Pemerintah memberikan keterangan sebagai berikut. a. Pasal 65 sampai dengan Pasal 69 undang-undang a quo memberikan kewenangan kepada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat untuk menangani masalah pengakuan dan pelaksanaan putusan arbitrase internasional yang menurut Pasal 1 butir 9 adalah putusan yang dijatuhkan oleh suatu lembaga arbitrase atau arbiter perorangan di luar wilayah hukum Republik Indonesia atau suatu putusan suatu lembaga arbitrase atau perorangan yang menurut ketentuan hukum Republik Indonesia dianggap sebagai putusan arbitrase internasional. b. Pembatalan putusan. Pasal 70 undang-undang a quo menetapkan bahwa permohonan pembatalan putusan arbitrase hanya dapat dikabulkan apabila putusan tersebut diduga mengandung unsurunsur ditemukannya surat atau dokumen dalam pemeriksaan palsu atau disembunyikan dan putusan diambil dari tipu muslihat yang dilakukan oleh salah satu pihak. Permohonan pembatalan hanya dapat diajukan terhadap putusan yang sudah didaftarkan di pengadilan dan alasan-alasan permohonan pembatalan harus dibuktikan dengan putusan pengadilan. c. Alasan pembatalan dalam Undang-Undang Arbitrase berbeda dengan UNCITRAL Model Law yang menyatakan bahwa pembatalan meliputi (Pasal 34). 1. Satu atau para pihak tidak cakap. 2. Pemberitahuan yang kurang wajar mengenai pengangkatan arbiter, atau proses arbitrase, atau tidak dapat mempresentasikan perkaranya. 3. Putuan dijatuhkan atas perkara yang tidak dalam lingkup arbitrase atau berisi putusan di luar kewenangan arbitrase. d. Penunjukan majelis arbitrase atau prosedur arbitrase tidak sesuai dengan kesepakatan para pihak, kecuali perjanjian tersebut bertentangan dengan ketentuan-ketentuan dalam undang-undang atau e. Pengadilan menemukan bahwa pokok perkaranya dalam sengketa tidak dapat diselesaikan melalui arbitrase menurut peraturan perundang-undangan di negara tersebut atau putusan bertentangan dengan ketertiban umum dari negara tersebut. 4

8 Sementara banyak negara telah membatasi hak untuk banding, namun demikian hak banding tersebut tetap merupakan ancaman terhadap putusan arbitrase. Hak banding tersebut telah menghambat eksekusi dan penyelesaian sengketa. Di sisi lain, hak untuk banding merupakan stimulus bagi para arbiter untuk bekerja dengan penuh kehati-hatian dan wajar sehingga arbiter senantiasa harus beritikad baik dalam menyelesaikan sengketa. Bahwa sesuai keterangan pada huruf a, terhadap kewenangan baik penyerahan pendaftaran sampai dengan pelaksanaan putusan ditangani dan dilaksanakan oleh pengadilan negeri sesuai dengan persyaratan yang diatur dalam ketentuan Pasal 67 undang-undang a quo. Mengenai penanganan pembatalan arbitrase internasional juga dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dalam tata cara pelaksanaan putusan yang diatur dalam hukum acara perdata. Oleh karena itu berdasarkan uraian di atas, terhadap anggapan Pemohon, menurut Pemerintah adalah tidak jelas dan menurut fakta Pemohon tidak terbukti secara konstitusional haknya terlanggar karena berdasarkan ketentuan dalam undang-undang a quo diatur bagi putusan pelaksanaan arbitrase internasional, jika telah mengikuti syarat-syarat yang telah ditentukan dengan benar dan sesuai dengan Hukum Acara Perdata, sehingga Undang-Undang Arbitrase menurut Pemerintah tidak perlu dimaknai lagi karena pelaksanaan arbitrase internasional yang diatur dalam undangundang a quo, sudah secara jelas dan tegas diatur dan disesuaikan dengan tata cara Hukum Acara Perdata. IV. Kesimpulan. Berdasarkan penjelasan berikut, Pemerintah memohon kepada Yang Mulia Ketua Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi, yang memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan pengujian ketentuan a quo Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa terhadap Undang-Undang Dasar Tahun 1945, dapat memberikan putusan sebagai berikut. 1. Menyatakan Pemohon tidak memiliki kedudukan hukum. 2. Menolak permohonan pengujian Para Pemohon seluruhnya atau setidak-tidaknya menyatakan permohonan Para Pemohon tidak dapat diterima. 3. Menerima keterangan presiden secara keseluruhan. 4. Menyatakan ketentuan Pasal 67 ayat (1) dan Pasal 71 Undang- Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa tidak bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun Atas perkenaan dan perhatian Yang Mulia Ketua Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi, diucapkan terima kasih. Jakarta, Maret 2015, hormat kami Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Yasonna Laoly. Terima kasih, assalamualaikum wr. wb. 5

9 7. KETUA: ANWAR USMAN Terima kasih, Pak Dirjen. Dari meja Hakim mungkin ada tanggapan atau ada sesuatu yang ingin didalami? Tidak ada. Ya, ada, Yang Mulia Pak Suhartoyo. 8. HAKIM ANGGOTA: SUHARTOYO Baik, terima kasih Yang Mulia Pak Ketua Majelis. Begini, Kuasa dari Presiden atau Pemerintah ada penjelasan yang menurut saya atau menurut Mahkamah barangkali belum terjawab bahwa yang paling mendasar yang dipersoalkan Pemohon ini kan adalah adanya tenggang waktu yang tidak jelas untuk pemberitahuan putusan arbitrase... arbitrase internasional ya, yang mestinya... disampaikan ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, yang ini... yang dialami oleh Pemohon ini setelah saya baca di permohonannya kan satu tahun lima bulan. Kemudian baru putusan arbitrase yang menyangkut Pemohon ini didaftarkan di PN Jakarta Pusat dan kemudian berapa bulan kemudian baru yang bersangkutan tahu, tahu dari... pemberitahuan dari PN atau pemberitahuan... ada pemberitahuan? 9. KUASA HUKUM PEMOHON: FAHMI H. BACHMID Pemberitahuan dari PN tiga bulan kemudian. 10. HAKIM ANGGOTA: SUHARTOYO Kenapa Bapak mengatakan di situ tidak ada pemberitahuan? 11. KUASA HUKUM PEMOHON: FAHMI H. BACHMID Ada, Pak, ada. 12. HAKIM ANGGOTA: SUHARTOYO Di ketentuan pasalnya yang Bapak persoalkan? 13. KUASA HUKUM PEMOHON: FAHMI H. BACHMID Di dalam ketentuannya tidak ada, Pak. 14. HAKIM ANGGOTA: SUHARTOYO Tidak ada kan? 6

10 15. KUASA HUKUM PEMOHON: FAHMI H. BACHMID Tidak ada. 16. HAKIM ANGGOTA: SUHARTOYO Itu yang Bapak persoalkan, tapi dalam empirisnya kenyataannya Bapak mendapat pemberitahuan? 17. KUASA HUKUM PEMOHON: FAHMI H. BACHMID Ya. Mendapatkan pemberitahuan tiga bulan kemudian. 18. HAKIM ANGGOTA: SUHARTOYO Ya. 19. KUASA HUKUM PEMOHON: FAHMI H. BACHMID Aturan pembatalan 30 hari setelah pendaftaran. 20. HAKIM ANGGOTA: SUHARTOYO Itu yang kemudian menjadi persoalan. Sebenarnya kalau toh bahwa memang... ya, tadi yang Bapak sampaikan menurut-menurut saya belum menjawab dua esensi yang dipersoalkan oleh Pemohon. Yang pertama, kenapa terhadap putusan arbitrase internasional tidak ada tenggang waktu, apakah alasan... mestinya kan ada reasoning daripada undang-undang ini, apakah karena secara geografis karena mesti itu harus melalui perwakilan negara Indonesia yang ada di luar negeri? Ataukah harus melalui kedutaan dan lain sebagainya? Sehingga itu diperlukan waktu yang tidak sedikit, tapi paling tidak kan mesti harus ada batas waktu. Seperti kita kalau kalau memanggil para pihak dalam perkara sengketa perdata misalnya, terhadap para pihak yang domisilinya ada di luar negeri kan kita menggunakan melalui perwakilan kedutaan. Itu memang diatur di dalam hukum acara tidak ditentukan sekian bulan, tapi dalam praktik kita sudah... praktik selama ini kalau untuk luar negeri, misalnya Eropa enam bulan atau tidak bulan... eh, kalau Asia tiga bulan, kalau Eropa enam bulan. Itu artinya meskipun di hukum acara tidak ditentukan, tapi barangkali kalau ini undang-undang ini produk kita, produk domestik kan, kalau hukum acara kita kan masih peninggalan zaman kolonial itu. Itu tenggang waktu pemanggilan terhadap para pihak yang ada di luar 7

11 negeri memang secara limitatif tidak ditentukan, tapi dalam Undang- Undang Nomor 30 Tahun 1999 ini mestinya dalam... sudah merupakan produk dari pemerintah kita sendiri dan masih baru kan, relatif baru mestinya itu diberi kenapa hasbabul nuzul-nya itulah kalau istilah bahasa kita itu, benang merahnya kenapa tidak diberikan waktu yang limitatif, sehingga hak-hak dari... tapi sebenarnya kalau Bapak mau jujur Pemohonnya juga... kalau kalah perkara, kalau tidak diberitahukan dalam waktu yang lama, kan sebenarnya juga menguntungkan kan? 21. KUASA HUKUM PEMOHON: FAHMI H. BACHMID Persoalan pendaftaran ini (...) 22. HAKIM ANGGOTA: SUHARTOYO Di satu sisi kan menguntungkan ya, enggak? 23. KUASA HUKUM PEMOHON: FAHMI H. BACHMID Tapi (...) 24. HAKIM ANGGOTA: SUHARTOYO Karena kan tidak ada eksekusi kan? 25. KUASA HUKUM PEMOHON: FAHMI H. BACHMID Ya, kalau tidak didaftarkan tidak eksekusi, tapi karena saat kita membatalkan hanya dikasih waktu 30 hari. 26. HAKIM ANGGOTA: SUHARTOYO Ya. Nah, itu juga. Mestinya kalaupun membatalkan... kalaupun mestinya diberi kesempatan untuk pembatalan seperti Pasal 70, Bapak, seperti putusan arbitrase yang BANI, yang nasional kan mestinya 30 hari sejak didaftarkan itu juga mestinya sejak 30 hari diberitahukan, ya. Artinya tidak... hak-hak daripada yang kalah itu tidak dirugikan di situ. Apalagi kalau pemberitahuan itu harus melalui delegasi ke... Bapak domisilinya di mana, Prinsipal itu? 27. KUASA HUKUM PEMOHON: FAHMI H. BACHMID Jawa Timur, Pak. 8

12 28. HAKIM ANGGOTA: SUHARTOYO Ya, Jawa Timur di mana? 29. KUASA HUKUM PEMOHON: FAHMI H. BACHMID Di Malang. 30. HAKIM ANGGOTA: SUHARTOYO Nah, kan harus melalui PN Jakarta Pusat harus melalui ke PN Malang dulu. Kadang-kadang nanti dari PN Malang juru sitanya ke yang bersangkutan enggak ketemu harus ke kepala desa atau lurah, itu kadang-kadang satu bulan enggak cukup. Artinya memang harus dibedakan dengan tegas tenggang waktu untuk mengajukan pembatalan, kalau memang diberi ruang seperti Pasal 70 itu mestinya Bapak juga harus konsekuen pemerintah dan DPR ini bukan sejak didaftarkan, sejak diberitahukan mestinya. Itu yang mestinya Bapak jawab dalam permohonan ini, termasuk yang kedua tadi kenapa yang internasional kok betul-betul tidak diatur (suara tidak terdengar jelas) tenggang waktu. Kalau memang kesulitan geografis seperti harus ke kedutaan dan lain sebagainya, itu mestinya paling tidak enam bulan atau tiga bulan. Paling tidak memang benar ada kepastian hukum Bapak, coba itu direnungkan, boleh dijawab sekarang ataukah nanti akan dipersiapkan, kemudian di persidangan yang akan datang, ya, silakan. Terima kasih, Yang Mulia. 31. KETUA: ANWAR USMAN Mungkin yang lain? 32. HAKIM ANGGOTA: I DEWA GEDE PALGUNA Menyambung yang... sedikit yang disampaikan oleh Pak Suhartoyo, Yang Mulia Pak Hakim Suhartoyo. Ini juga barangkali nanti saya minta dijawab secara tertulis saja oleh Presiden atau Pemerintah. Yang... walaupun tadi dikatakan itu bisa menguntungkan karena tidak ada eksekusi, ya, tetapi persoalan yang menjadi masalah di sini adalah tatkala suatu putusan arbitrase itu sudah didaftarkan, saya tidak melihat, kecuali kalau saya keliru membaca undang-undang ini. Saya tidak melihat ada kewajiban kapan dia harus diberitahukan putusan ini kepada ini... apa... kewajiban dalam hal ini kan diserahkan kepada Pengadilan Jakarta Pusat ya, Pak, ya. Itu tidak ada di undangundang ini yang memberikan kewajiban untuk menyampaikan kepada 9

13 pihak-pihak yang berkait dengan putusan itu dalam jangka waktu berapa... misalnya bagaimana setelah putusan itu didaftarkan, kapan dia harus diberikan kewajiban pemberitahuan? Begitu. Nah karena mengapa itu menjadi penting? Karena pendaftaran dan... penyerahan dan pendaftaran itu menjadi titik tolak untuk menghitung 30 hari itu dari pihak yang merasa dirugikan. Nah, sehingga benar kalau misalnya mungkin pemerintah perlu menjelaskan mengapa titik tolaknya adalah penyerahan dan pendaftaran, bukan tanggal penerimaan pemberitahuan dari misalnya pihak-pihak yang terkait dengan itu, terutama yang berkaitan dengan pembatalan ini, kan. Sebab itu kan di Pasal 70-nya itu kalau untuk katakanlah misalnya ada pihakpihak yang merasa dirugikan untuk mempersiapkan dokumen yang berkaitan dengan nanti argumentasi untuk membatalkan perkara itu kan banyak itu, apakah... cukup beratlah itu, Pak. Surat atau dokumen yang diajukan dalam pemeriksaan palsu misalnya, itu kan tidak mudah, walaupun sebenarnya kalau dari awal ada tanda-tanda seperti itu bisa juga sih para pihak sebenarnya sudah bisa mengetahui misalnya itu ya, tetapi paling tidak 30 hari itu dihitungnya adalah sejak diterima, mungkin ini yang... anunya... mengapa bukan demikian ditolak? Barangkali itu yang kami minta untuk diklarifikasi oleh pemerintah. Terima kasih, Yang Mulia. 33. KETUA: ANWAR USMAN Ya, jadi bisa dijawab secara tertulis, ya, pada persidangan berikutnya. Untuk Pemohon apakah akan menghadirkan ahli atau saksi? 34. KUASA HUKUM PEMOHON: FAHMI H. BACHMID Insya Allah mengajukan kalau tidak ahli mungkin saksi dari organisasi yang mengetahui bahwa banyaknya badan hukum nasional yang menghadapi sebuah permasalahan, terutama asosiasi tekstil yang dihukum tidak menerima barang oleh arbitrase ini yang berdampak kepada nasib badan hukum yang ada di Indonesia, badan hukum nasional. Jadi Pemohon ini juga adalah salah satu badan hukum yang tidak pernah menerima kapas, tidak pernah menerima duit, tapi dihukum sekian juta US Dollar oleh arbitrase dan ini bukan hanya satu, ada beberapa. Itu mungkin saya akan hadirkan. 35. KETUA: ANWAR USMAN Ya, berapa orang? 10

14 36. KUASA HUKUM PEMOHON: FAHMI H. BACHMID Mungkin dua atau tiga, Majelis. Saya belum bisa pastikan karena masih mau ke asosiasi. 37. KETUA: ANWAR USMAN Saksi, ya? 38. KUASA HUKUM PEMOHON: FAHMI H. BACHMID Saksi. 39. KETUA: ANWAR USMAN Ahlinya tidak ada? 40. KUASA HUKUM PEMOHON: FAHMI H. BACHMID Ahli, saya belum bisa memberikan penjelasan, Majelis. 41. KETUA: ANWAR USMAN Baik. Untuk sidang berikutnya, ya, nanti sidang ditunda sampai hari Senin, tanggal 30 Maret 2015, jam WIB, ya. Sekali lagi, sidang berikutnya hari Senin, tanggal 30 Maret 2015, jam WIB, ya. Jadi identitasnya, nama dan identitas saksi diserahkan. Kalau misalnya ada perkembangan mungkin ada ahli ya ahli nanti CV-nya diserahakan, tapi maksimal 3 orang dulu ya. 42. KUASA HUKUM PEMOHON: FAHMI H. BACHMID Ya, Majelis. Mungkin satu dua minggu sebelum persidangan saya akan serahkan. 11

15 43. KETUA: ANWAR USMAN Ya, baik. Jadi begitu sekali lagi untuk pemerintah terima kasih. Selanjutnya sidang kami tutup. KETUK PALU 1X SIDANG DITUTUP PUKUL WIB Jakarta, 9 Maret 2015 Kepala Sub Bagian Risalah, t.t.d. Rudy Heryanto NIP Risalah persidangan ini adalah bentuk tertulis dari rekaman suara pada persidangan di Mahkamah Konstitusi, sehingga memungkinkan adanya kesalahan penulisan dari rekaman suara aslinya. 12