RESTORASI CITRA MENGGUNAKAN SVD DENGAN MATRIKS DISTRIBUSI GAUSS TEROTASI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RESTORASI CITRA MENGGUNAKAN SVD DENGAN MATRIKS DISTRIBUSI GAUSS TEROTASI"

Transkripsi

1 Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi (KNASTIK 06) ISSN: Yogyakarta, 9 Novemer 06 RESTORASI CITRA MENGGUNAKAN SVD DENGAN MATRIKS DISTRIBUSI GAUSS TEROTASI Priadhana Edi Kresnha Teknik Informatika, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta, Jakarta Pusat, Indonesia dhanaheat@gmail.com Astrak Restorasi citra umum digunakan untuk eragai keperluan penting, seperti peraikan gamar yang sudah rusak, pengemalian dokumen lama yang sudah sulit untuk diaca, dan seagainya. Dalam paper ini dijelaskan salah satu teknik restorasi citra menggunakan metode Singular Value Decomposition (SVD), di mana kernel untuk proses konvolusi restorasi erentuk Persearan Gaussian. Pada matriks persearan Gauss standar, jika dilakukan SVD, maka rank dari matriks singular adalah. Sedangkan dalam proses dekonvolusi, diutuhkan matriks pseudo-inverse dari kernel degradasi untuk melakukan restorasi alik. Dengan rank yang ernilai satu, maka elemen s yang diutuhkan hanya satu, yang menyeakan kondisi matriks pseudo-inverse memiliki nilai sangat mirip dengan kondisi matriks awal. Akiatnya hasil dari restorasi citra tidak ereda dari hasil degradasinya. Dengan melakukan modifikasi pada kernel restorasi dengan memutar matriks persearan Gauss, maka rank dari matriks singular yang terentuk tidak ernilai, sehingga matriks pseudo-inverse dari degradasi kernel ereda dengan matriks degradasi kernel itu sendiri. Penggunaan matriks distriusi Gauss yang sudah dirotasi dapat meningkatkan (Peak Signal to Noise Ratio) dari ketika penguahan dari gamar ter-degradasi ke gamar ter-restorasi. Kata Kunci : SVD, restorasi citra, matriks distriusi Gauss, matriks pseudo-inverse. Pendahuluan Citra merupakan salah satu agian yang penting dalam ilmu komputer dan merupakan agian yang tidak terlepas dari eragai caang pengetahuan. Di BMG, citra digunakan untuk menganalisis pergerakan awan sehingga cuaca pada suatu waktu dapat diperkirakan. Kemudian ketika masa perang, citra erupa gamar dunia atau gamar wilayah tertentu digunakan untuk merencanakan strategi, seperti peletakan pasukan perang, peletakan ranjau, peledakan sasaran. Citra juga digunakan di idang astronomi, keamanan masyarakat, citra satelit, ds. Saat ini pun citra digunakan di idang kedokteran hingga rootik. Namun karena satu dan lain hal, terkadang citra yang sedang dikaji mengalami penurunan kualitas, yang munkin diseakan oleh derau dan lur. Oleh karena itulah restorasi citra diperlukan, dan menyeakan idang ini erkemang cukup cepat dalam ranah pemrosesan citra. Restorasi citra ertujuan untuk memperaiki seuah citra yang terlihat rusak, dan 38 mengemalikan citra terseut sesuai mungkin dengan entuk aslinya. Tentu hal ini sangat ermanfaat, contohnya ketika ingin merekonstruksi kejadian yang telah lalu, seperti perang dunia, namun citra yang tersedia sangat uruk, dengan proses restorasi citra diharapkan gamar yang mirip dengan suasana aslinya dapat diperoleh dengan tepat sehingga proses rekonstruksinya pun leih akurat. Restorasi citra juga digunakan untuk keperluan peraikan dokumen. Seagaimana yang dijelaskan oleh Laurgouis & Huert (006), terkadang dokumen, terutama dokumen lama yang telah disimpan ertahun-tahun, mengalami penurunan kualitas kertas, sehingga anyak kendala yang muncul, seperti huruf temus ke alik halaman, sementara di alik halaman terdapat tulisan lain yang mengakiatkan tulisan terseut tidak teraca. Kemudian huruf mulai luntur seiring dengan ertamahnya waktu, sehingga kian hari tulisan kian tidak teraca. Hal ini mengakiatkan diperlukannya sarana elektronik untuk mengamil alih media penyimpanan tulisan pada kertas. Leih

2 Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi (KNASTIK 06) ISSN: Yogyakarta, 9 Novemer 06 lagi, agar informasi tidak hilang, perlu ada suatu proses terleih dahulu, yaitu pemacaan tulisan oleh komputer, sehingga isi yang ada di komputer cukup tulisan yang disimpan dalam format teks, ukan gamar. Pentingnya restorasi citra menyeakan eragai teknik pengolahan citra dalam idang pengemalian entuk citra asli erkemang cukup pesat. Banyak studi yang telah dilakukan erkaitan dengan restorasi citra. Paper Laurgouis & Huert (006) menjelaskan mengenai restorasi citra dokumen, sehingga isi dokumen lengkap dapat diketahui dengan jelas. Cara yang digunakan adalah segmentasi, memisahkan citra huruf asli, ackground, dan noise. Cara ini dapat diseut seagai clustering, karena paper terseut erusaha memisahkan citra-citra terseut ke dalam eerapa kluster. Metode clustering pertama yang digunakan adalah k-means clustering. Hasil yang didapat cukup memuaskan. Cara clustering terseut kemudian dikemangkan, dan digunakanlah meanshift clustering dengan memanfaatkan fungsi kernel untuk melakukan pemindahan titik pusat kelas. Pada paper Mallahzadeh, Dehghani, & Elyasi (008), Moayeri & Konstantinides (998), dan Srouek & Flusser (003), teknik restorasi citra untuk memperaiki citra tanpa mengetahui citra asli dikemangkan. Paper Mallahzadeh, Dehghani, & Elyasi (008) mengajukan modifikasi versi Katssalgelous dan Lay, di mana restorasi imagemultiscale lind diagi ke dalam dua tahap, yaitu penyusutan normal untuk penghilangan derau pada citra, dan tahap kedua adalah versi modifikasi Katssalgelous dan Lay untuk estimasi dan kominasi metode keduanya untuk mencapai restorasi citra multiscale lind. Kemudian paper Moayeri & Konstantinides (998) menjelaskan algoritma untuk men-delur citra, dimana points spread function (psf) dan kekuatan derau diasumsikan tidak diketahui. Pada teknik ini diperkirakan lur PSF dan restorasi citra, selanjutnya secara iteratif, dilakukan peraikanperaikan yang sesuai. Restorasi citra melalui sucitra dan keyakinan citra diajuan oleh Nagy & O Leary (00). Diinformasikan pada paper terseut ahwa algoritma rekonstruksi citra terkadang efektif, namun iayanya tinggi, terutama karena kertasnya sangat esar. Beerapa cara yang diusulkan antara 39 lain penerapan algoritma rekonstruksi pada eerapa suimage, dalam rangka meninggikan rekonstruksi region of interest (ROI). Kemudian mengkonstruksi interval keyakinan untuk nilai piksel dengan men-generalisasi teorema O Leary dan Rust agar diperolehkan atas atas dan atas awah pada variael. Di paper ini cara yang digunakan adalah penggunaan kernel restorasi erentuk Gaussian, seagai alat untuk menghilangkan derau, dan lur melalui proses dekonvolusinya. Pada a diahas mengenai operator konvolusi. Kemudian a 3 mengenai proses konvolusi, a 4 mengenai degradasi kernel yang digunakan eserta modifikasinya. Ba 5 menjelaskan mengenai eerapa percoaan yang telah dilakukan dan hasilnya, dan a yang terakhir, yaitu a 6 adalah kesimpulan.. Operator Konvolusi Operator konvolusi merupakan salah satu operator dalam pengolahan citra. Operator ini digunakan untuk melakukan lurring pada suatu citra. Menggunakan representasi ma-triks atau vektor, citra terdegradasi umumnya digamarkan pada model persamaan erikut, y = Hx + n () Dimana y adalah citra terdegradasi, dan H adalah filter degradasi atau matriks degradasi, iasanya erentuk Gaussian jika metode lurring-nya sesuai dengan persearan Gauss, ataupun isa erentuk matriks dengan nilainya sama jika menggunakan metode degradasi lock. Variael x adalah citra asli, dan n adalah derau (noise). Untuk mengemalikan citra asli, perlu dilakukan dekonvo-lusi, yaitu dengan memalikkan persamaan, sehingga menjadi, ) x = H + y () Dimana x ) + adalah citra hasil restorasi, dan H adalah pseudo-inverse matriks kernel degradasi. Citra yang sudah terdegradasi tidak akan pernah sama hasil restorasinya dengan citra aslinya karena yang dilakukan ukanlah perkalian matriks sederhana, namun proses konvolusi. Penjelasan mengenai

3 Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi (KNASTIK 06) ISSN: Yogyakarta, 9 Novemer 06 proses konvolusi akan dilakukan pada a erikutnya. Ilustrasi dari proses degradasi pada persamaan dan dilanjutkan dengan proses restorasi pada persamaan dideskripsikan pada Gamar. Gamar. Citra terdegradasi dan ditamah noise, dan direstorasi menggunakan filter restorasi menghasilkan citra restorasi. Bentuk persamaan yang mewakili Gamar adalah seagai erikut, ( x, y) h( x, y) * f ( x, y) + η( x y) g =, (3) Secara teori, jika g(x, y) eas derau, restorasi dapat dilakukan dengan fungsi transfer inverse H(u, v) seagai filter restorasi. 3. Proses Konvolusi Proses konvolusi digamarkan dengan perkalian antara seuah matriks kernel dengan matriks citra. Namun dalam praktiknya, yang dilakukan ukanlah perkalian matriks, namun penjumlahan antara elemen-elemen yang ersesuaian antara dua matriks yang diproses menghasilkan seuah angka tunggal. Contohnya jika terdapat uah matriks erikut, a a a3 A = a a a 3 a 3 a 3 a33 dan 3 B = Maka nilai C yang merupakan konvolusi antara A dan B adalah 40 C = a * + (4) + a * + a3 * 3... a33 * Jika matriks A dan B tidak sama jumlahnya, maka matriks yang leih kecil ukurannya akan dikonvolusikan terhadap matriks yang leih esar ukurannya, dan menghasilkan eerapa nilai. a a a3 A = a a a 3 a 3 a3 a33 dan 3 4 = 3 4 B maka c c C = c c dimana c = a * a * c c = a = a * * a c = a * a33 * 44 Matriks C diseut seagai matriks hasil konvolusi A dan B dimana ukurannya disesuaikan antara matriks satu dengan lainnya a * * (5) 4. Degradasi Kernel Untuk memproses suatu citra menjadi citra yang terdegradasi, dalam hal ini adalah lurred image, diperlukan seuah konvolusi seagaimana telah dijelaskan seelumnya. Kini yang perlu dipikirkan adalah, selain matriks gamar, matriks apa lagi yang diutuhkan? Jawaannya adalah matriks kernel. Ada eerapa macam matriks kernel erdasarkan metode lurring-nya. Yang akan dijelaskan di sini adalah ox filter dan Gaussian filter. 4.. Box Filter Box filter adalah proses lurring image dimana matriks konvolusinya (kernel) ernilai sama

4 Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi (KNASTIK 06) ISSN: Yogyakarta, 9 Novemer 06 untuk semua elemen, dan hasil akhirnya diagi dengan jumlah elemen pada matriks kernel. Contoh: jika A adalah matriks gamar dan B adalah matriks kernel, maka matriks B adalah 3 B = Dimana = = 33. Sama dengan cara yang telah diahas seelumnya, jika C adalah gamar hasil degradasi, maka matriks C ernilai a * + a * + a3 * a33 * 33 C = n (6) Dimana n adalah jumlah elemen pada matriks B, dalam hal ini Gaussian Distriution Selain ox filter, terdapat juga Gaussian filter, yaitu meto-de lurring yang matriks kernelnya erelemen mengikuti aturan distriusi Gauss. Persamaan distriusi Gauss pada matriks D adalah seagai erikut, ( x x ) + ( y y) σ G( x, y) = e (7) Π σ Gamar. Ilustrasi distriusi Gauss untuk variael (x, y) digam-arkan pada dimensi 3. Contoh riil dari entuk matriks distriusi Gauss untuk ukuran 5 dan σ = adalah seagai erikut, Ilustrasi dari matriks di atas dapat dilihat pada Gamar 3. Dengan mengamil nilai rata-rata x dan y erada di titik 0, maka persamaan 4 dapat diuah menjadi G ( x) + ( y) σ ( x, y) = e (8) Πσ Jika digamarkan dalam entuk 3D, matriks distriusi Gauss leih kurang mirip dengan Gamar. Tentu hal ini didapat jika elemen-elemen dalam matriks Gaussian ersifat continue. Gamar 3. Ilustrasi gamar riil dari matriks distriusi Gauss erukuran 5 x 5 dan σ =. 4 Namun kendala yang ditemui pada entuk ini adalah rank matriks ernilai. Jika demikian, maka matriks kernel tidak isa diliatkan dalam tahap restoration, sea rank dari matriks singular S adalah. Dimana akiat langsungnya adalah kesulitan dalam menghitung pseudo-inverse dari matriks kernel. Hal ini juga erlaku untuk matriks

5 Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi (KNASTIK 06) ISSN: Yogyakarta, 9 Novemer 06 degradasi ox filter, dimana rank matriks ox filter ernilai. Solusi yang paling memungkinkan adalah dengan merotasikan matriks kernel. Cara merotasikan ada jenis, yaitu rotasikan posisi elemen-elemen dalam matriks kernel, atau rotasikan nilai elemen-elemen dalam matriks kernel dengan matriks rotasi. 4...Rotasi Elemen Secara Fisik Rotasi pertama akan menguah posisi elemen dan ukuran matriks Gauss. Contoh matriks distriusi Gauss erkuran 9 x Diputar eerapa derajat searah jarum jam menjadi matriks Ukuran menjadi leih kecil karena efek dari pemutaran seagaimana ditampilkan pada Gamar 4. Gamar 4. Proses pemutaran posisi elemen pada matriks distriusi Gauss secara manual. Rank dari matriks Gaussian hasil pemutaran di atas leih esar daripada. Jika dilakukan SVD terhadap matriks di atas, matriks singular valuenya adalah Dengan melakukan dekonvolusi sesuai dengan persamaan, didapat contoh gamar erikut. Gamar 5. Citra asli (a), citra didegradasi (), dan citra restorasi (c). 4

6 Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi (KNASTIK 06) ISSN: Yogyakarta, 9 Novemer 06 Pengukuran kemiripan antara gamar asli dengan hasil restorasidapat dilakukan menggunakan persamaan Peak Signal to Noise Ratio (PNSR). 56 NN = 0log0 ) (9) x x dari hasil percoaan menggunakan rotasi elemen secara fisik turun dari citra lurred ke citra. Hal ini menunjukkan ahwa kualitas hasil lurr leih dekat dengan citra asli dianding hasil restorasi. Tentu keadaan ini ukanlah yang dikehendaki, sea seharusnya citra hasil restorasi memiliki leih esar dianding citra lurr. citra degradasi adalah , dan citra restorasi adalah Dari sini dapat diketahui ahwa metode pemutaran elemen secara fisik tidak efektif. Untuk itu perlu alternatif lain yaitu pemutaran nilai distriusi Gaussian dengan matriks putar. 4...Rotasi matriks distriusi Gauss Persamaan untuk setiap elemen dalam matriks distriusi ditulis sesuai dengan persamaan 4 atau 5. Berdasarkan persamaan 4, jika (x, y) dikalikan dengan matriks perputaran. cosθ sin Θ sin Θ cosθ maka x' cosθ sinθ x = y' sinθ cosθ y sehingga x' = x cos Θ + y sin Θ y' = xsin Θ + y cos Θ Persamaan (7) menjadi G ( x' ) + ( y' ) σ ( x, y) = e (0) Πσ atau G ( x, y) = ( xcosθ+ ysinθ) + ( xsin Θ+ ycosθ) σ e () Πσ Masing-masing pangkat dijaarkan seagai erikut, Sisi kiri ( x cosθ + y sin Θ) xy cosθsin Θ = x cos Θ + y sin Θ + ( x cos Θ + y sin Θ) xy sin Θ Sisi kanan ( xsin Θ + y cos Θ) xy sin Θcos Θ ( xsin Θ + y cosθ) xy sin Θ = x = x = x cos sin sin Θ + y Θ + y Θ + y sin cos cos Θ + Maka persamaan ( x cosθ + ysinθ) + ( xsinθ + y cosθ) menjadi = x cos Θ + y sin Θ + xy sin Θ + x sin Θ + y = x cos Θ xy sin Θ ( cos Θ + sin Θ) + y ( sin Θ + cos Θ) = x + y atau menjadi ke entuk semula. Rotasi matriks tidak memerikan pengaruh apapun pada peruahan entuk nilai matriks distriusi Gaussian. Oleh karena itu diusulkan agar entuknya diuah, dimana persearannya tidak erentuk lingkaran, namun erentuk oval / elips. Matrix distriusi Gauss erentuk lingkaran dimana nilai pada pusat lingkaran adalah nilai tertinggi. Rumus pada matriks distriusi Gauss agian pangkat dapat dianalogikan se agai persamaan lingkaran. Persamaan lingkaran dapat ditulis seagai erikut, x + y = r () Persamaan 3 dapat diuah ke dalam entuk x + y = (3) r Dimana r adalah jari-jari lingkaran. Jika radius lingkaran diasumsikan seagai varian, maka entuk persamaan 3 menjadi x + y = (4) σ Yang mirip agian eksponen dari matriks distriusi Gauss. Artinya, jika persamaan 4 dimasukkan Θ Θ 43

7 Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi (KNASTIK 06) ISSN: Yogyakarta, 9 Novemer 06 dalam distriusi Gauss, maka entuknya menjadi seagai erikut G( x, y) = Πσ e (5) Persearan Gauss dalam D yang erentuk lingkaran dapat diuah menjadi elips, yaitu dengan memasukkan nilai varian yang masing-masing mewakili varian x dan y. Tentu persamaan eksponen distriusi Gaussian harus diuah mengikuti entuk distriusi yang ukan lagi lingkaran. Persamaan lingkaran pada persamaan 4 diuah menjadi x y + = (6) r r dimana r adalah jari-jari di episentrum x dan adalah r jari-jari di episentrum y. Kedua jari-jari terseut dianggap seagai varian pertama dan kedua ( σ dan σ ). Demikian persamaan Gaussian eruah menjadi x y + σ σ G ( x, y) = e (7) Πσ σ * Dengan nilai σ = dan σ = 7, didapat matriks distriusi Gauss seagai erikut: Gamar 6. Ilustrasi matriks persearan Gaussian dalam entuk grafis. Jika dilakukan SVD terhadapnya, maka matriks singular dari distriusi Gauss adalah dan ranknya adalah. Matrix Gauss erentuk elips terseut diputar seesar 3 o, dan hasil pemutaran matriksnya didapat entuk persearan pada Gamar 7. Nilai terseut digamarkan dengan seuah grafis menjadi 44

8 Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi (KNASTIK 06) ISSN: Yogyakarta, 9 Novemer 06 Gamar 7. Bentuk persearan matriks Gaussian setelah diputar 3 o. Singular value dari entuk SVD matriks hasil pemutaran adalah seagai erikut: dan ranknya adalah 5. Dari sini dapat disimpulkan ahwa jika matriks Gauss dimodifikasi sehingga persearan D-nya tidak erentuk lingkaran, melainkan elips, maka jika matriks terseut diputar maka nilai-nilai matriks orthogonal dan singular value-nya ereda dengan matriks awal. Bereda dengan entuk lingkaran yang nilai-nilai matriksnya sama. Dari penurunan rumus untuk matriks Gauss erentuk lingkaran akan didapat ahwa perputaran tidak menguah nilai x dan y sama sekali, sehingga tidak ada peredaan antara matriks Gauss seelum pemutaran dengan sesudah pemutaran. Lain halnya dengan entuk elips. Matriks Gauss akan ereda. Nilai Singular value-nya ereda dengan matriks seelum diputar, dan ranknya pun eruah. 5. Degradasi Kernel Uji coa dilakukan dengan eragai skenario. Adapun ske-nario yang diuat antara lain: a. Penggunaan distriusi Gauss erentuk lingkaran,. Penggunaan distriusi Gauss erentuk elips tanpa pemutaran, c. Percoaan menggunakan Nilai distriusi yang sama antara degradasi kernel dan restorasi kernel dan pemutaran 0, d. Percoaan menggunakan Nilai distriusi degradasi kernel leih kecil daripada restorasi kernel, e. Percoaan menggunakan Nilai distriusi degradasi kernel leih esar daripada restorasi kernel, f. Percoaan menggunakan Nilai distriusi degradasi kernel yang sama antara degradasi kernel dan restorasi kernel, dimana image degradasi terleih dahulu di-attack dengan PNSR 00, g. Percoaan menggunakan Nilai distriusi yang sama antara degradasi kernel dan restorasi kernel, namun ukuran degradasi kernel leih esar (>) daripada restorasi kernel, h. Percoaan menggunakan Nilai distriusi degradasi kernel leih kecil daripada restorasi kernel, namun ukuran degradasi kernel leih esar (>) daripada restorasi kernel, i. Percoaan menggunakan ukuran kernel matriks sangat esar, sigma kernel degradasi dan restorasi sama, ukuran matriks sama. Pada percoaan ini, citra mengalami degradasi (lur) yang parah. Berikut adalah tael-tael yang dihasilkan dari skenario percoaan di atas. Tael.Penggunaan distriusi Gauss erentuk lingkaran Gamar keterangan 96, ,7383 Sama 89,565 89,565 Sama 3 87,85 87,85 Sama 4 9,535 9,535 Sama 5 90,893 90,893 Sama 6 04,058 04,058 Sama 7 93, ,6974 Sama 8 98,303 98,303 Sama 45

9 Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi (KNASTIK 06) ISSN: Yogyakarta, 9 Novemer ,93 87,93 Sama Dari Tael dapat dilihat ahwa penggunaan distriusi Gauss erentuk lingkaran tidak meningkatkan atau menurunkan. Tael.Penggunaan distriusi Gauss erentuk elips tanpa pemutaran Gama r keteranga n 96, ,7767 Sama 89, ,6485 Sama 3 87,86 87,86 Sama 4 9,7389 9,7389 Sama 5 9,097 9,097 Sama 6 04, ,068 6 Sama 7 93,76 93,76 Sama 8 98,498 98,498 Sama 9 87,933 87,933 Sama Sama dengan persearan Gauss erentuk lingkaran, persearan Gauss erentuk elips tanpa pemutaran tidak meningkatkan atau menurunkan nilai. Tael 3.Percoaan menggunakan Nilai distriusi yang sama antara degradasi kernel dan restorasi kernel dan pemutaran 0 Gama r keteranga n 96,794 97,853 Naik 89,773 89,8806 Naik 3 87,479 87,34 Naik 5 9,407 9,867 Naik 6 04, ,637 3 Naik 7 93,78 94,0648 Naik 8 98,3 98,855 Naik 9 87, ,568 Naik Pada Tael 3, SVD mampu meningkatkan, yaitu ke-tika kasus nilai distriusi dan ukuran kernel matriks degradasi dan restorasi sama, dan pemutaran 0. Tael 4.Percoaan menggunakan Nilai distriusi degradasi kernel leih kecil daripada restorasi kernel Gama r keteranga n 96,650 97,0499 Naik 89,487 89,6008 Naik 3 87,464 87,368 Turun 4 9,4803 9,9445 Naik 5 90,8988 9,453 Naik 6 03,950 04,384 3 Naik 7 93, ,909 Naik 8 98,0 98,785 Naik 9 87, ,05 Naik Pada saat nilai distriusi degradasi kernel leih kecil dianding distriusi restorasi kernel, cenderung naik. Hanya ada satu gamar yang mengalami penurunan. Ini tergolong aik. Tael 5.Percoaan menggunakan Nilai distriusi degradasi kernel leih esar daripada restorasi kernel 4 9, ,0658 Naik 46

10 Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi (KNASTIK 06) ISSN: Yogyakarta, 9 Novemer 06 Gamar keterangan 96,5 90,565 Turun 89, ,34 Turun 3 87,046 86,06 Turun 4 9,95 86,9869 Turun 5 90,666 86,793 Turun 6 03, ,55 Turun 7 93,446 88,809 Turun 8 97, ,607 Turun 9 87, ,083 Turun Saat nilai distriusi degradasi kernel leih esar daripada restorasi kernel, cenderung turun. Untuk itu ketika akan melakukan restorasi kernel ada aiknya amil nilai distriusi yang cukup esar, kemudian perlahan kurangi hingga mendapat hasil yang aik. Tael 6.Percoaan menggunakan Nilai distriusi degradasi kernel leih esar daripada restorasi kernel Gamar keterangan 8,63 8,979 Turun 8,5575 8,485 Turun 3 8,68 8,695 Turun 4 8,565 8,8 Turun 5 8,566 8,87 Turun 6 89, ,4878 Turun 7 85, ,85 Turun 8 86,083 86,056 Turun 9 8,7883 8,756 Turun Berdasarkan Tael 6, restorasi citra menggunakan SVD cenderung tidak tahan gangguan, dilihat dari turunnya nilai. Untuk itu perlu dilakukan kominasi dengan metode lain yang tahan serangan untuk mendapatkan hasil yang leih agus. Tael 7.Percoaan menggunakan Nilai distriusi yang sama antara degradasi kernel dan restorasi kernel, namun ukuran degradasi kernel leih esar (>) daripada restorasi kernel Gama r keteranga n 94, ,793 Naik 88,654 88,306 Naik 3 86,467 86,495 Naik 4 90,865 9,0764 Naik 5 90, ,94 Naik 6 0,04 5 0,04 5 Sama 7 9,6706 9,8308 Naik 8 96,045 96,39 Naik 9 87,75 88,4 Naik Tael 8.Percoaan menggunakan Nilai distriusi degradasi kernel leih kecil daripada restorasi kernel, namun ukuran degradasi kernel leih esar (>) daripada restorasi kernel Gama r keteranga n 94, ,87 Naik 88,654 88,376 Naik 3 86,467 86,503 Naik 4 90,865 9,0875 Naik 5 90, ,37 Naik 47

11 Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi (KNASTIK 06) ISSN: Yogyakarta, 9 Novemer ,04 5 0,6 Naik 7 9,6706 9,85 Naik 8 96,045 96,9 Naik 9 87,75 88,334 Naik Tael 9.Percoaan menggunakan ukuran kernel matriks sangat esar, sigma kernel degradasi dan restorasi sama, ukuran matriks sama. Pada percoaan ini, citra mengalami degradasi (lur) yang parah Gamar keterangan Gamar 8. Gamar awal, degradasi, dan restorasi menggunakan kernel distriusi Gauss lingkaran. Citra degradasi dan restorasi sama nilainya. 9, ,066 Turun 86,403 83,4 Turun 3 84,5887 8,896 Turun 4 88,435 83,8049 Turun 5 88, ,09 Turun Pada Tael 9, ketika degradasi sudah sedemikian parah (dalam hal ini lur-nya sangat tidak jelas), kemampuan SVD untuk mengemalikan citra mengecil. Terukti dari semua kasus restorasi, tidak satu pun yang mengalami kenaikan. Contoh-contoh citra hasil restorasi dapat dilihat pada gamar-gamar di awah. Gamar 9. Gamar awal, degradasi, dan restorasi menggunakan kernel distriusi Gauss elips tanpa pemutaran. Citra degradasi dan restorasi sama nilainya. 48

12 Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi (KNASTIK 06) ISSN: Yogyakarta, 9 Novemer 06 Gamar 0. Gamar awal, degradasi, dan restorasi menggunakan kernel distriusi Gauss elips dengan pemutaran. Citra restorasi mengalami peningkatan. Gamar. Gamar awal, degradasi, dan restorasi dimana ukuran degradasi kernel leih kecil daripada restorasi kernel. Citra restorasi mengalami penurunan, namun jika dilihat dengan kasat mata gamar mengalami penajaman (semakin jelas). 49

13 Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi (KNASTIK 06) ISSN: Yogyakarta, 9 Novemer 06 Gamar. Gamar awal, degradasi, dan restorasi. Ukuran matriks kernel yang esar menyeakan citra sangat terdegradasi (sangat lur). Meskipun citra restorasi gamarnya leih tajam, namun tidak isa mengemalikan kualitas gamar awalnya. 6. Kesimpulan Restorasi image merupakan salah satu agian penting dari ranah pemrosesan citra. Contoh kegunaannya antara lain untuk merestorasi dokumen tulisan yang hampir tidak teraca, memantu rekonstruksi kejadian melalui seuah foto, dan lain seagainya. Dalam penelitian ini telah dil-akukan restorasi citra menggunakan Singular Value Decomposition (SVD), dimana matriks degradasi erupa matriks distriusi Gauss, dan matriks restorasinya adalah pseudo-inverse dari matriks degradasi. Namun karena matriks distriusi Gauss rank-nya ernilai, maka terjadi kendala ketika akan melakukan pseudo-inverse itu sendiri. 50 Untuk itu dilakukan rotasi terhadap matriks Gaussian agar rank-nya tidak ernilai. Matriks Gaussian yang digunakan pun dimodifikasi, semula erasis lingkaran menjadi erasis elips agar pemutaran memerikan pengaruh terhadap nilainilai dalam matriks terseut. Dari eerapa hasil percoaan, ditemukan ahwa restorasi citra menggunakan SVD cukup efektif, dilihat dari kenaikan nilai dari citra terdegradasi menjadi citra restorasi. Namun untuk kasus-kasus tertentu nilai turun, seperti ketika nilai distriusi degradasi kernel leih aik daripada restorasi kernel, kemudian citra di-attack terleih dahulu seelum di-restorasi, ds. Namun mengingat kasus terseut tidak sering terjadi dan polanya sudah diketahui, untuk masa mendatang, jika ada citra terdegradasi yang tidak diketahui aslinya, maka dapat diamil nilai-nilai parameter yang paling mendekati kemungkinan untuk naik, seperti memperesar ukuran matriks restorasi, memperesar distriusi, dan lain seagainya. SVD untuk restorasi citra masih perlu dikemangkan untuk mencapai yang leih aik, terutama jika citra terdegradasi mengalami derau yang parah. Bila perlu digaungkan dengan eerapa algoritma dan metode, seperti Wiener, teknik anisotropic denoising of total variation, Mumford-Shah functional dengan EVAM restoration condition, ds. Acknowledgement Penelitian ini terselenggara atas antuan hiah internal Universitas Muhammadiyah Jakarta tahun anggaran 06. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih seesar-esarnya kepada Universitas Muhammadiyah atas hiah dan kesempatan yang telah dierikan. Penulis erharap hiah ini dipertahankan dan ditingkatkan esaran nominalnya untuk mendukung kualitas pendidikan dan pengajaran di Universitas Muhammadiyah Jakarta. Daftar Pustaka Laurgouis, F., Huert (006). Meanshift Clustering for Document Image Restoration. IEEE Transaction on Image Processing, 006. Mallahzadeh, A., Dehghani, H., Elyasi, I (008). Multiscale Blind Image Restoration with a New Method. International

14 Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi (KNASTIK 06) ISSN: Yogyakarta, 9 Novemer 06 Journal of Computer Science and Engineering, Vol.,No. 4. Moayeri, N., Konstantinides, K (998). An Algorithm for Blind Restoration of Blurred and Noisy Images. Hewlett Packard Laoratories 50. Page Mill Road: Palo Alto, CA Nagy, J., G., O Leary, D., P (00). Image Restoration Through Suimages and Confidence Images. Electronic Transaction on Numerical Analysis, Vol 3, pp.-37. Srouek, F., Flusser, J (003). Multichannel Blind Iterative Image Restoration. IEEE Transactions On Image Proccessing, Vol.,No.9, pp , Septemer 003. Yang, G., Z., Gillies, D., F. Computer Vision : Development Image Processing and Edge Detection. Department of Computing, Imperial College. Zhang, X., Wang, S (006). Image Restoration Using Truncated SVD Filter Bank Based on an Energy Criterion. IEEE Proc- Vis. Image Signal Process, Vol. 53, No. 6, Decemer 006. Biodata Penulis Priadhana Edi Kresnha, memperoleh gelar Sarjana Komputer (S.Kom.), Jurusan Ilmu Komputer Universitas Indonesia, lulus tahun 007. Kemudian melanjutkan lagi sekolah S dan memperoleh gelar Magister Komputer (M.Kom.) Program Pasca Sarjana Magister Komputer Universitas Indonesia, lulus tahun 00. Saat ini menjadi Dosen di Jurusan Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta. 5

15 BERITA ACARA PELAKSANAAN HASIL SEMINAR SESI PARALEL KNASTIK 0-6 Judul Pemakalah Moderator Notulis Peserta Restorasi Citra Menggunakan SVD denganmatriksdistriusi Gauss Terotasi Priadhana Edi Kresnha Drs. R Gunawan S., M.Si. Emylia Intan L. 8 orang di ruang : E.3.5 Tanya Jawa :. Pernah di coa document untuk apa? Belom pernah di coa, yakin jika andaikata ada document yang rusak agaimana?. Bisa nunjukin gama hasilnya? Treatment digunakan noise di deteksi secara digitaljadi document rusak secara real, orang-orang akan melihat apakah itu rusak secara real atau tidak. 3. Pak Nugroho UKDW Apakah isa menunjukan hasil gamarnya? Gamarnya isa di akses di URL secara visual, elum menemukan cara dan metode yang tepat. Rangkuman Citra menggunkanan spd dan matrixs first. Cernel menggunakan Gaus elips Dengan cerner meningkatkan kualitas. Yogyakarta 9 Novemer 06 Moderator Kelas Drs. R Gdnawan S., M.Si. 6 pf.ir tl u'6, " ( (f.l'a*run,{t,

4. Mononom dan Polinom

4. Mononom dan Polinom Darpulic www.darpulic.com 4. Mononom dan Polinom Sudaratno Sudirham Mononom adalah pernataan tunggal ang erentuk k n, dengan k adalah tetapan dan n adalah ilangan ulat termasuk nol. Fungsi polinom merupakan

Lebih terperinci

Bab 3 PERUMUSAN MODEL KINEMATIK DDMR

Bab 3 PERUMUSAN MODEL KINEMATIK DDMR Ba 3 PERUMUSAN MODEL KINEMATIK DDMR Model kinematika diperlukan dalam menganalisis pergerakan suatu root moil. Model kinematik merupakan analisis pergerakan sistem yang direpresentasikan secara matematis

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Lingkungan mikro di dalam rumah tanaman khususnya di daerah tropika asah perlu mendapat perhatian khusus, mengingat iri iklim tropika asah dengan suhu udara yang relatif panas,

Lebih terperinci

(R.2) PERBANDINGAN METODE BOOTSTRAP DAN JACKKNIFE DALAM PENDUGAAN PARAMETER REGRESI DENGAN PARTIAL LEAST SQUARE REGRESSION

(R.2) PERBANDINGAN METODE BOOTSTRAP DAN JACKKNIFE DALAM PENDUGAAN PARAMETER REGRESI DENGAN PARTIAL LEAST SQUARE REGRESSION Universitas Padjadjaran, 3 Novemer 200 (R.2) PERANDINGAN METODE OOTSTRAP DAN JACKKNIFE DALAM PENDUGAAN PARAMETER REGRESI DENGAN PARTIAL LEAST SQUARE REGRESSION I Gede Nyoman Mindra Jaya Jurusan Statistika

Lebih terperinci

PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN

PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN Sumer: Art & Gallery 44 Matematika X SMK Kelompok: Penjualan dan Akuntansi Standar kompetensi persamaan dan pertidaksamaan linier dan kuadrat terdiri atas tiga kompetensi dasar.

Lebih terperinci

1). Definisi Relasi Relasi dari dua himpunan A dan B adalah pemasangan anggota-anggota A dengan anggota B.

1). Definisi Relasi Relasi dari dua himpunan A dan B adalah pemasangan anggota-anggota A dengan anggota B. Bayangkan suatu fungsi seagai seuah mesin, misalnya mesin hitung. Ia mengamil suatu ilangan (masukan), maka fungsi memproses ilangan yang masuk dan hasil produksinya diseut keluaran. x Masukan Fungsi f

Lebih terperinci

PERSAMAAN FUNGSI KUADRAT-1

PERSAMAAN FUNGSI KUADRAT-1 PERSAMAAN FUNGSI KUADRAT- Mata Pelajaran K e l a s Nomor Modul : Matematika : X (Sepuluh) : MAT.X.0 Penulis Pengkaji Materi Pengkaji Media : Drs. Suyanto : Dra.Wardani Rahayu, M.Si. : Drs. Soekiman DAFTAR

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan masalah penting yang perlu

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan masalah penting yang perlu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kependudukan di Indonesia merupakan masalah penting yang perlu mendapat perhatian dan pemahasan serius dari pemerintah dan ahli kependudukan. Bila para ahli

Lebih terperinci

METODE SIMPLEKS PRIMAL MENGGUNAKAN WORKING BASIS

METODE SIMPLEKS PRIMAL MENGGUNAKAN WORKING BASIS JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol 6 No 3, 167-178, Desemer 2003, ISSN : 1410-8518 METODE SIMPLEKS PRIMAL MENGGUNAKAN WORKING BASIS Sunarsih dan Ahmad Khairul Ramdani Jurusan Matematika FMIPA UNDIP ABSTRAK

Lebih terperinci

STUDI KEANDALAN (RELIABILITY) PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU) LABUHAN ANGIN SIBOLGA

STUDI KEANDALAN (RELIABILITY) PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU) LABUHAN ANGIN SIBOLGA STUDI KEANDALAN (RELIABILITY) PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU) LABUHAN ANGIN SIBOLGA Oloni Togu Simanjuntak, Ir. Syamsul Amien, MS Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro Fakultas

Lebih terperinci

6. 2 Menerapkan konsep fungsi linier Menggambarkan fungsi kuadrat Menerapkan konsep fungsi kuadrat

6. 2 Menerapkan konsep fungsi linier Menggambarkan fungsi kuadrat Menerapkan konsep fungsi kuadrat Sumer: Art and Gallery Standar Kompetensi 6. Memecahkan masalah yang erkaitan dengan fungsi, persamaan fungsi linier dan fungsi kuadrat Kompetensi Dasar 6. Mendeskripsikan peredaan konsep relasi dan fungsi

Lebih terperinci

b. Titik potong grafik dengan sumbu y, dengan mengambil x = 0

b. Titik potong grafik dengan sumbu y, dengan mengambil x = 0 B.3 Fungsi Kuadrat a. Tujuan Setelah mempelajari uraian kompetensi dasar ini, anda dapat: Menentukan titik potong grafik fungsi dengan sumu koordinat, sumu simetri dan nilai ekstrim suatu fungsi Menggamar

Lebih terperinci

TRIGONOMETRI. Bab. Di unduh dari : Bukupaket.com. Aturan sinus Aturan kosinus Luas segitiga A. KOMPETENSI DASAR DAN PENGALAMAN BELAJAR

TRIGONOMETRI. Bab. Di unduh dari : Bukupaket.com. Aturan sinus Aturan kosinus Luas segitiga A. KOMPETENSI DASAR DAN PENGALAMAN BELAJAR a 6 TRIGONOMETRI A. KOMPETENSI DASAR DAN PENGALAMAN ELAJAR Kompetensi Dasar 1. Menghayati pola hidup disiplin, kritis, ertanggungjawa, konsisten dan jujur serta menerapkannya dalam kehidupan sehari hari..

Lebih terperinci

BAB II FUNGSI, PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN KUADRAT

BAB II FUNGSI, PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN KUADRAT BAB II FUNGSI, PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN KUADRAT Standar kompetensi:. Memecahkan masalah yang erkaitan dengan fungsi, persamaan dan pertidaksamaan kuadrat Kompetensi Dasar:. Memahami konsep fungsi.

Lebih terperinci

Message Authentication Code (MAC) Pembangkit Bilangan Acak Semu

Message Authentication Code (MAC) Pembangkit Bilangan Acak Semu Bahan Kuliah ke-21 IF5054 Kriptografi Message Authentication Code (MAC) Pemangkit Bilangan Acak Semu Disusun oleh: Ir. Rinaldi Munir, M.T. Departemen Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung 2004

Lebih terperinci

METODE SIMPLEKS PRIMAL MENGGUNAKAN WORKING BASIS

METODE SIMPLEKS PRIMAL MENGGUNAKAN WORKING BASIS JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol 6 No 3, 118-177, Desemer 2003, ISSN : 1410-8518 METODE SIMPLEKS PRIMAL MENGGUNAKAN WORKING BASIS Sunarsih dan Ahmad Khairul Ramdani Jurusan Matematika FMIPA UNDIP ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB II. PROTEKSI TRAFO 60 MVA 150/20 kv. DAN PENYULANG 20 kv

BAB II. PROTEKSI TRAFO 60 MVA 150/20 kv. DAN PENYULANG 20 kv BAB II PROTEKSI TRAFO 60 MVA 150/20 kv DAN PENYULANG 20 kv 2.1. Transformator Daya Transformator adalah suatu alat listrik statis yang erfungsi meruah tegangan guna penyaluran daya listrik dari suatu rangkaian

Lebih terperinci

Pertemuan XI, XII, XIII VI. Konstruksi Rangka Batang

Pertemuan XI, XII, XIII VI. Konstruksi Rangka Batang ahan jar Statika Mulyati, ST., MT ertemuan XI, XII, XIII VI. Konstruksi Rangka atang VI. endahuluan Salah satu sistem konstruksi ringan yang mempunyai kemampuan esar, yaitu erupa suatu Rangka atang. Rangka

Lebih terperinci

PERSEPSI TERHADAP PELAYANAN RUMAH KOST DI KELURAHAN GEBANG REJO (PERCEPTION BOARDING HOUSE SERVICES IN VILLAGE GEBANGREJO) BY Tabita R.

PERSEPSI TERHADAP PELAYANAN RUMAH KOST DI KELURAHAN GEBANG REJO (PERCEPTION BOARDING HOUSE SERVICES IN VILLAGE GEBANGREJO) BY Tabita R. PERSEPSI TERHADAP PELAYANAN RUMAH KOST DI KELURAHAN GEBANG REJO (PERCEPTION BOARDING HOUSE SERVICES IN VILLAGE GEBANGREJO) BY Taita R. Matana ABSTRACT The purpose of this study was to determine the pereptions

Lebih terperinci

Gelanggang Evalusi dan Sifat-sifatnya

Gelanggang Evalusi dan Sifat-sifatnya Vol. 5, No.1, 52-57, Juli 2008 Gelanggang Evalusi dan Sifat-sifatnya Amir Kamal Amir Astrak Sifat-sifat gelanggang evaluasi eserta pemuktiannya sudah ada dieerapa literatur seperti misalnya pada McConnel

Lebih terperinci

ANALISA TRAFIK PADA JARINGAN CDMA

ANALISA TRAFIK PADA JARINGAN CDMA BAB V AALSA TRAFK PADA JARGA CDMA Analisa trafik pada suatu sistem seluler sangat terkait dengan kapasitas aringan dari sistem terseut. Yang terkait erat dengan kapasitas aringan ini adalah intensitas

Lebih terperinci

BAB VI DEFLEKSI BALOK

BAB VI DEFLEKSI BALOK VI DEFEKSI OK.. Pendahuluan Semua alok akan terdefleksi (atau melentur) dari kedudukannya apaila tereani. Dalam struktur angunan, seperti : alok dan plat lantai tidak oleh melentur terlalu erleihan untuk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 21 Distriusi Distriusi dapat diartikan seagai kegiatan pemasaran untuk memperlancar dan mempermudah penyampaian arang dan jasa dari produsen kepada konsumen, sehingga penggunaannya

Lebih terperinci

PROSES PERCABANGAN PADA DISTRIBUSI GEOMETRIK

PROSES PERCABANGAN PADA DISTRIBUSI GEOMETRIK PROSES PERCABANGAN PADA DISTRIBUSI GEOMETRIK Arantika Desmawati, Respatiwulan, dan Dewi Retno Sari S Program Studi Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Seelas Maret Astrak.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-04/MEN/1993 TAHUN 1993 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-04/MEN/1993 TAHUN 1993 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-04/MEN/1993 TAHUN 1993 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA, Menimang: a ahwa seagai pelaksanaan Pasal 19

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKTIFITAS PROSES PRODUKSI PENGRAJIN KUSEN DAN PINTU BERBASIS MESIN BAND SAW

PENINGKATAN PRODUKTIFITAS PROSES PRODUKSI PENGRAJIN KUSEN DAN PINTU BERBASIS MESIN BAND SAW PENINGKATAN PRODUKTIFITAS PROSES PRODUKSI PENGRAJIN KUSEN DAN PINTU BERBASIS MESIN BAND SAW Silviana 1, Nova Risdiyanto Ismail 2 1 Universitas Widyagama Malang/ Dosen Teknik Industri, Kota Malang 2 Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN ANGGARAN KAS SEBAGAI TOLOK UKUR PENGENDALIAN BIAYA PADA PDAM KOTA BLITAR. Desi Apriani Retno Murni Sari. STIE Kesuma Negara Blitar

ANALISIS PENGGUNAAN ANGGARAN KAS SEBAGAI TOLOK UKUR PENGENDALIAN BIAYA PADA PDAM KOTA BLITAR. Desi Apriani Retno Murni Sari. STIE Kesuma Negara Blitar ANALISIS PENGGUNAAN ANGGARAN KAS SEBAGAI TOLOK UKUR PENGENDALIAN BIAYA PADA PDAM KOTA BLITAR Desi Apriani Retno Murni Sari STIE Kesuma Negara Blitar Astrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

Volume 1, Nomor 2, Desember 2007

Volume 1, Nomor 2, Desember 2007 Volume Nomor 2 Desemer 27 Barekeng Desemer 27 hal3-35 Vol No 2 TITIK-ANTARA DI DALAM RUANG METRIK DAN RUANG INTERVAL METRIK (Between-Points In Metric Space And Metric Interval Space MOZART W TALAKUA Jurusan

Lebih terperinci

MODUL FISIKA BUMI METODE GAYA BERAT

MODUL FISIKA BUMI METODE GAYA BERAT MODUL FISIKA BUMI METODE GAYA BERAT 1. TUJUAN - Memahami hukum dan prinsip fisika yang mendasari metode gaya erat - Mengetahui serta memahami faktor-faktor yang mempengaruhi nilai variasi gaya erat di

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 31 HASIL DAN PEMBAHASAN Silika Hasil Isolasi dari Sekam Padi Analisis kuantitatif dengan metode X-Ray Fluorescence dilakukan untuk mengetahui kandungan silika au sekam dan oksida-oksida lainnya aik logam

Lebih terperinci

PENENTUAN JUMLAH BUS YANG OPTIMAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE GOAL PROGRAMMING (Studi Kasus Di Trayek B 35 Jurusan Terboyo - Cangkiran Semarang)

PENENTUAN JUMLAH BUS YANG OPTIMAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE GOAL PROGRAMMING (Studi Kasus Di Trayek B 35 Jurusan Terboyo - Cangkiran Semarang) PENENTUAN JUMLAH BUS YANG OPTIMAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE GOAL PROGRAMMING (Studi Kasus Di Trayek B 35 Jurusan Teroyo Cangkiran Semarang) Arfan Bakhtiar, Diana Puspita Sari, Hendy Tantono Industrial

Lebih terperinci

ANALISA STABILITAS LERENG TANAH BERBUTIR HALUS UNTUK KASUS TEGANGAN TOTAL DENGAN MENGGUNAKAN MICROSOFT EXEL ABSTRACT

ANALISA STABILITAS LERENG TANAH BERBUTIR HALUS UNTUK KASUS TEGANGAN TOTAL DENGAN MENGGUNAKAN MICROSOFT EXEL ABSTRACT ANALISA STABILITAS LERENG TANAH BERBUTIR HALUS UNTUK KASUS TEGANGAN TOTAL DENGAN MENGGUNAKAN MICROSOFT EXEL Handali, S 1), Gea, O 2) 1) Jurusan Teknik Sipil Universitas Kristen Immanuel Yogyakarta e-mail

Lebih terperinci

PEMODELAN TRAFIK SELF-SIMILAR DENGAN DISTRIBUSI PARETO ZAKI MUBARROK

PEMODELAN TRAFIK SELF-SIMILAR DENGAN DISTRIBUSI PARETO ZAKI MUBARROK PEMODELAN TRAFIK SELF-SIMILAR DENGAN DISTRIBUSI PARETO ZAKI MUBARROK DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 007 PEMODELAN TRAFIK SELF-SIMILAR

Lebih terperinci

NOMOR 8 TAHUN 1997 TENTANG DOKUMEN PERUSAHAAN

NOMOR 8 TAHUN 1997 TENTANG DOKUMEN PERUSAHAAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1997 TENTANG DOKUMEN PERUSAHAAN Menimang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. ahwa upaya untuk mewujudkan kesejahtaeraan umum

Lebih terperinci

EVALUASI NILAI TAHANAN PENTANAHAN TOWER SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 150kV TRANSMISI MANINJAU SIMPANG EMPAT

EVALUASI NILAI TAHANAN PENTANAHAN TOWER SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 150kV TRANSMISI MANINJAU SIMPANG EMPAT EVALUASI NILAI TAHANAN PENTANAHAN TOWE SALUAN UDAA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 5kV TANSMISI MANINJAU SIMPANG EMPAT Arif Putra Utama (), Ir. Arnita, M.T (), Ir. Yani idal, M.T (3) () Mahasiswa Teknik Elektro,

Lebih terperinci

MATRIKS DAN TRANSFORTASI I. MATRIKS II. TRANSFORMASI MATRIKS & TRANSFORMASI. a b. a b DETERMINAN. maka determinan matriks A.

MATRIKS DAN TRANSFORTASI I. MATRIKS II. TRANSFORMASI MATRIKS & TRANSFORMASI. a b. a b DETERMINAN. maka determinan matriks A. MATRIKS DAN TRANSFORTASI I. MATRIKS PENGERTIAN Matriks adalah kumpulan ilangan yang dinyatakan dalam aris kolom. Matriks A = 5 dengan ukuran (ordo) : X. Artinya matriks terseut tersusun atas aris kolom.

Lebih terperinci

STUDI BANDING ANALISIS STRUKTUR PELAT DENGAN METODE STRIP, PBI 71, DAN FEM

STUDI BANDING ANALISIS STRUKTUR PELAT DENGAN METODE STRIP, PBI 71, DAN FEM Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer STUDI BANDING ANALISIS STRUKTUR PELAT DENGAN METODE STRIP, PBI 71, DAN FEM A COMPARATIVE STUDY OF PLATE STRUCTURE ANALYSIS USING STRIP METHOD, PBI 71, AND FEM Guntara M.

Lebih terperinci

BAB 2. RANDOMISASI DALAM PENELITIAN

BAB 2. RANDOMISASI DALAM PENELITIAN 16 BAB 2. RANDOMISASI DALAM PENELITIAN Randomisasi merupakan langkah peting dalam penelitian yang tidak dilakukan secara sensus. Dengan randomisasi yang aik maka akan dapat diperoleh sampel yang representatif

Lebih terperinci

PERTEMUAN 3 dan 4 MOMEN INERSIA & RADIUS GIRASI

PERTEMUAN 3 dan 4 MOMEN INERSIA & RADIUS GIRASI PERTEMUAN an 4 MOMEN INERSIA & RADIUS GIRASI MOMEN INERSIA? ILMU FISIKA Momen inersia aalah suatu ukuran kelemaman seuah partikel terhaap peruahan keuukan alam gerak lintasan rotasi Momen inersia aalah

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KONTEN RELASI REKURSIF PADA ELEKTRONIK BOOK KOMBINASI PERMUTASI BERFORMAT HTML RIDO HANAL AZMI

PENGEMBANGAN KONTEN RELASI REKURSIF PADA ELEKTRONIK BOOK KOMBINASI PERMUTASI BERFORMAT HTML RIDO HANAL AZMI PENGEMBANGAN KONTEN RELASI REKURSIF PADA ELEKTRONIK BOOK KOMBINASI PERMUTASI BERFORMAT HTML RIDO HANAL AZMI 16112313 Buku mempunyai peranan penting dalam proses pemelajaran mulai dari seagai penyimpanan

Lebih terperinci

7.1. Residu dan kutub Pada bagian sebelumnya telah kita pelajari bahwa suatu titik z 0 disebut titik singular dari f (z)

7.1. Residu dan kutub Pada bagian sebelumnya telah kita pelajari bahwa suatu titik z 0 disebut titik singular dari f (z) Ba 7 Residu dan Penggunaannya BAB 7 RESIDU DAN PENGGUNAAN 7 Residu dan kutu Pada agian seelumnya telah kita pelajari ahwa suatu titik diseut titik singular dari f () ila f () gagal analitik di tetapi analitik

Lebih terperinci

ANALISA REFRAKSI GELOMBANG PADA PANTAI

ANALISA REFRAKSI GELOMBANG PADA PANTAI ANALISA REFRAKSI GELOMBANG PADA PANTAI A.P.M., Tarigan *) dan Ahmad Syarif Zein **) *) Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik USU **) Sarjana Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik USU

Lebih terperinci

BAB 5 DESAIN DAN ANALISIS SAMBUNGAN

BAB 5 DESAIN DAN ANALISIS SAMBUNGAN BAB 5 DESAIN DAN ANALISIS SAMBUNGAN Ba ini akan memahas kapasitas samungan rangka aja ringan terhadap gaya-gaya dalam yang merupakan hasil analisis struktur rangka aja ringan pada pemodelan a seelumnya.

Lebih terperinci

PERANCANGAN BALOK BETON PROFIL RINGAN UNTUK PEMASANGAN LANTAI BANGUNAN BERTINGKAT YANG EFEKTIF

PERANCANGAN BALOK BETON PROFIL RINGAN UNTUK PEMASANGAN LANTAI BANGUNAN BERTINGKAT YANG EFEKTIF PERANCANGAN BALOK BETON PROFIL RINGAN UNTUK PEMASANGAN LANTAI BANGUNAN BERTINGKAT YANG EFEKTIF Jamiatul Akmal 1, a *, Ofik Taufik Purwadi 2,, Joko Pransytio 3, c 1,3) Jurusan Teknik Mesin, UNILA, Bandar

Lebih terperinci

Konstruksi Rangka Batang

Konstruksi Rangka Batang Konstruksi Rangka atang Salah satu sistem konstruksi ringan yang mempunyai kemampuan esar, yaitu erupa suatu Rangka atang. Rangka atang merupakan suatu konstruksi yang terdiri dari sejumlah atang atang

Lebih terperinci

PEMODELAN KASUS GIZI BURUK DI KOTA JAYAPURA DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS REGRESI POISSON

PEMODELAN KASUS GIZI BURUK DI KOTA JAYAPURA DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS REGRESI POISSON BIAStatistics (014) Vol. 8, No. 1, hal. 1-8 PEMODELAN KASUS GIZI BURUK DI KOTA JAYAPURA DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS REGRESI POISSON (MALNUTRITION CASE MODELING IN JAYAPURA BY USING POISSON REGRESSION ANALYSIS)

Lebih terperinci

Metode Simpleks Diperbaiki (Revised Simplex Method) Materi Bahasan

Metode Simpleks Diperbaiki (Revised Simplex Method) Materi Bahasan /7/ Metode Simpleks Diperaiki (Revised Simple Method) Kuliah TI Penelitian Operasional I Materi ahasan Dasar-dasar aljaar dari metode simpleks Metode simpleks yang diperaiki TI Penelitian Operasional I

Lebih terperinci

PENENTUAN MATRIKS IMPEDANSI REL JALA-JALA (NETWORN DENGAN METODE LANGSUNG

PENENTUAN MATRIKS IMPEDANSI REL JALA-JALA (NETWORN DENGAN METODE LANGSUNG Jurnal llmiah PoIi Rekayasa Volume 3. Nomor f, Oktoer 2007 ISSN : Ig5g-3209 PENENTUAN MATRIKS IMPEDANSI REL JALA-JALA (NETWORN DENGAN METODE LANGSUNG Oleh : Adul Hafid, Efendi Muchtar & Tri Artono Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Definisi C. Tujuan 1. Tujuan Umum 2. Tujuan Khusus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Definisi C. Tujuan 1. Tujuan Umum 2. Tujuan Khusus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernahkah anda menjadi seorang pasien yang datang ke dokter dan menolak dirawat? Biasanya penolakan muncul jika sang dokter menyarankan untuk dilakukan tindakan seperti

Lebih terperinci

EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS SIRIP LONGITUDINAL DENGAN PROFIL SIKU EMPAT KEADAAN TAK TUNAK KASUS 2D

EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS SIRIP LONGITUDINAL DENGAN PROFIL SIKU EMPAT KEADAAN TAK TUNAK KASUS 2D EFISIENSI DAN EFEKIVIAS SIRIP LONGIUDINAL DENGAN PROFIL SIKU EMPA KEADAAN AK UNAK KASUS 2D PK Purwadi Jurusan eknik Mesin, FS, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Email: pur@mailcity.com ABSRAK Penelitian

Lebih terperinci

7.1. Residu dan kutub Pada bagian sebelumnya telah kita pelajari bahwa suatu titik z 0 disebut titik singular dari f (z)

7.1. Residu dan kutub Pada bagian sebelumnya telah kita pelajari bahwa suatu titik z 0 disebut titik singular dari f (z) BAB 7 RESIDU DAN PENGGUNAAN 7 idu dan kutu Pada agian seelumnya telah kita pelajari ahwa suatu titik diseut titik singular dari f () ila f () gagal analitik di tetapi analitik pada suatu titik dari setiap

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI. MANAJEMEN Manajemen adalah Kegiatan perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penempatan orang (stafing), pengendalian (controlling), pengamilan keputusan (decision) dan

Lebih terperinci

PENGARUH UKURAN GRANULA BOBOT TEPUNG JAGUNG TERHADAP PROFIL GELATINISASI DAN MI JAGUNG

PENGARUH UKURAN GRANULA BOBOT TEPUNG JAGUNG TERHADAP PROFIL GELATINISASI DAN MI JAGUNG PEMBAHASAN UMUM PENGARUH UKURAN GRANULA BOBOT TEPUNG JAGUNG TERHADAP PROFIL GELATINISASI DAN MI JAGUNG Pada penelitian tahap pertama diperoleh hasil ahwa ukuran partikel tepung sangat erpengaruh terhadap

Lebih terperinci

ENERGY SAVER ALAT PENGHEMAT LISTRIK UNTUK RUMAH TANGGA Tinjauan Terhadap Kemampuan Menghemat

ENERGY SAVER ALAT PENGHEMAT LISTRIK UNTUK RUMAH TANGGA Tinjauan Terhadap Kemampuan Menghemat ENERGY SAVER ALAT PENGHEMAT LISTRIK UNTUK RUMAH TANGGA Tinjauan Terhadap Kemampuan Menghemat Pranyoto Peneliti Bidang Listrik PT PLN (Persero) Litang Astract There have een eing availale in the market

Lebih terperinci

UN SMA IPA 2010 Matematika

UN SMA IPA 2010 Matematika UN SMA IPA 00 Matematika Kode Soal P0 Doc. Name: UNSMAIPA00MATP0 Doc. Version : 0-0 halaman 0. Akar-akar persamaan kuadrat x² + (a - ) x + =0 adalah α dan β. Jika a > 0 maka nilai a =. 8 x 0. Diketahui

Lebih terperinci

E-LEARNING MATEMATIKA

E-LEARNING MATEMATIKA MODUL E-LEARNING E-LEARNING MATEMATIKA Oleh : NURYADIN EKO RAHARJO, M.PD. NIP. 9705 00 00 Penulisan Modul e Learning ini diiayai oleh dana DIPA BLU UNY TA 00 Sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KUAT TEKAN DAN FAKTOR AIR SEMEN PADA BETON YANG DIBUAT DENGAN MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND-POZZOLAN

HUBUNGAN ANTARA KUAT TEKAN DAN FAKTOR AIR SEMEN PADA BETON YANG DIBUAT DENGAN MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND-POZZOLAN Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol 10, No. 2, Juli 2006 HUBUNGAN ANTARA KUAT TEKAN DAN FAKTOR AIR SEMEN PADA BETON YANG DIBUAT DENGAN MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND-POZZOLAN I Made Alit Karyawan Salain 1 dan I.B.

Lebih terperinci

MODUL 2. Tatanan Rumah

MODUL 2. Tatanan Rumah MDUL MDUL Tatanan Rumah i Kata Pengantar Daftar Isi Pendidikan kesetaraan seagai pendidikan alternatif memerikan layanan kepada mayarakat yang karena kondisi geografis, sosial udaya, ekonomi dan psikologis

Lebih terperinci

Pengantar (Edisi Revisi)

Pengantar (Edisi Revisi) Pengantar (Edisi Revisi) Memaca peraturan perundang undangan ukanlah sesuatu yang mudah, terutama ila peraturan terseut terpisah pisah di dalam dokumen yang ereda. Tantangan ini tampak dari 3 (Tiga) undang

Lebih terperinci

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG TUNJANGAN DAERAH BAGI JABATAN FUNGSIONAL PERENCANA DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANJAR.

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG TUNJANGAN DAERAH BAGI JABATAN FUNGSIONAL PERENCANA DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANJAR. BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG TUNJANGAN DAERAH BAGI JABATAN FUNGSIONAL PERENCANA DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANJAR DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

DETERMINAN, INVERS, PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR

DETERMINAN, INVERS, PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DETERMINAN, INVERS, PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DETERMINAN Definisi Setiap matriks kuadrat/persegi mempunyai suatu nilai khusus yang diseut determinan. determinan adalah jumlah hasil kali elementer

Lebih terperinci

ANALISIS KONSENTRASI TEGANGAN PADA GELAGAR BERLUBANG MENGGUNAKAN PEMODELAN DAN EKSPERIMEN

ANALISIS KONSENTRASI TEGANGAN PADA GELAGAR BERLUBANG MENGGUNAKAN PEMODELAN DAN EKSPERIMEN NLISIS KONSENTRSI TEGNGN PD GELGR BERLUBNG MENGGUNKN PEMODELN DN EKSPERIMEN khmad aizin, Dipl.Ing.HTL, M.T. Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Malang E-mail: faizin_poltek@yahoo.com strak Belum diketahuinya

Lebih terperinci

PENGARUH PERETAKAN BETON DALAM ANALISIS STRUKTUR BETON

PENGARUH PERETAKAN BETON DALAM ANALISIS STRUKTUR BETON PENGARUH PERETAKAN BETON DALAM ANALISIS STRUKTUR BETON Wiratman Wangsadinata 1, Hamdi 2 1. Pendahuluan Dalam analisis struktur eton, pengaruh peretakan eton terhadap kekakuan unsurunsurnya menurut SNI

Lebih terperinci

PENENTUAN BESARNYA PENGARUH FAKTOR GENETIK TERHADAP SIFAT FENOTIP DENGAN METODE PASANGAN KEMBAR

PENENTUAN BESARNYA PENGARUH FAKTOR GENETIK TERHADAP SIFAT FENOTIP DENGAN METODE PASANGAN KEMBAR PNNTUN BSRNY PNGRUH FKTOR GNTIK TRHDP SIFT FNOTIP DNGN MTOD PSNGN KMBR. Setiawan Program Studi Matematika Fakultas Sains dan Matematika Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Indonesia stract. Twins

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO DINAS PENDIDIKAN SMA KABUPATEN SUKOHARJO Sekretariat : Jl. Jend. Sudirman No.197 Sukoharjo Telp.

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO DINAS PENDIDIKAN SMA KABUPATEN SUKOHARJO Sekretariat : Jl. Jend. Sudirman No.197 Sukoharjo Telp. PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO DINAS PENDIDIKAN SMA KABUPATEN SUKOHARJO Sekretariat : Jl. Jend. Sudirman No.197 Sukoharjo Telp. 071-5904 5751 TRY OUT UJIAN NASIONAL TAHAP 1 TAHUN PELAJARAN 01/01 Mata Pelajaran

Lebih terperinci

PEMETAAN MÖBIUS. Gani Gunawan. Jurusan Matematika, UNISBA, Jalan Tamansari No 1, Bandung,40116, Indonesia

PEMETAAN MÖBIUS. Gani Gunawan. Jurusan Matematika, UNISBA, Jalan Tamansari No 1, Bandung,40116, Indonesia Jurnal Matematika Vol6 No Novemer 006 [ : 7 ] PEMETAAN MÖBIUS Jurusan Matematika, UNISBA, Jalan Tamansari No, Banung,406, Inonesia ggan06@yahoocom Astrak Transformasi ilinear apat ikomposisikan ari transformasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. usaha untuk memperbaiki kondisi pertumbuhan jagung dan menambah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. usaha untuk memperbaiki kondisi pertumbuhan jagung dan menambah 1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Peningkatan pertumuhan jagung melalui pemerian pupuk merupakan usaha untuk memperaiki kondisi pertumuhan jagung dan menamah keseuran tanah. Pemerian pupuk

Lebih terperinci

Analisis Kinerja Binary Frekuensi Shift Keying pada Pengiriman Citra Nano Satelit

Analisis Kinerja Binary Frekuensi Shift Keying pada Pengiriman Citra Nano Satelit JURNAL ILMIAH ELIE ELEKRO, VOL. 4, NO., MARE 03: 38-4 Analisis Kinerja Binary Frekuensi Shift Keying pada Pengiriman Citra Nano Satelit Rahardhita Widyatra *, Gamantyo Hendrantoro, dan Suwadi Jurusan eknik

Lebih terperinci

Model Persamaan Faktor Koreksi pada Proses Sedimentasi dalam Keadaan Free Settling

Model Persamaan Faktor Koreksi pada Proses Sedimentasi dalam Keadaan Free Settling Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan ISSN: 085-17 Volume 6, Nomor, Juni 014 Hal. 98-106 Model Persamaan Faktor Koreksi pada Proses Sedimentasi dalam Keadaan Free Settling Roessiana D L; Setiyadi dan Sandy

Lebih terperinci

Disusun Oleh : Dewi Ratna Nawangsari NRP Dosen Pembimbing : Tri Tiyasmihadi, ST. MT

Disusun Oleh : Dewi Ratna Nawangsari NRP Dosen Pembimbing : Tri Tiyasmihadi, ST. MT STUDI PENGARUH BENTANGAN(SPAN) PADA SINGLE GIRDER OVERHEAD CRANE DENGAN KAPASITAS 5 TON TYPE EKKE DAN ELKE DAN KAPASITAS 10 TON TYPE EKKE TERHADAP BERAT KONSTRUKSI GIRDERNYA Disusun Oleh : Dewi Ratna Nawangsari

Lebih terperinci

Perancangan Alat Pembuat Tusuk Sate Dengan Kaidah Ergonomis

Perancangan Alat Pembuat Tusuk Sate Dengan Kaidah Ergonomis TEKNOLOGI DI INDUSTRI (SENIATI) 206 ISSN : 2085-428 Perancangan Alat Pemuat Tusuk Sate Dengan Kaidah Ergonomis Mujiono,*, Erni Junita Dosen Teknik Industri, Institut Teknologi Nasional Malang *E-mail :

Lebih terperinci

Bab III Model Difusi Oksigen di Jaringan dengan Laju Konsumsi Konstan

Bab III Model Difusi Oksigen di Jaringan dengan Laju Konsumsi Konstan Ba III Model Difusi Oksigen di Jaringan dengan Laju Konsumsi Konstan Pada a ini, akan diahas penyearan oksigen di pemuluh kapiler dan jaringan, dimana sel-sel di jaringan diasumsikan mengkonsumsi oksigen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi seluruh perusahaan yang

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi seluruh perusahaan yang 35 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Populasi dan sampel Populasi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi seluruh perusahaan yang go pulic di Bursa Efek Indonesia. Sampel yang diamil diatasi pada perusahaanperusahaan

Lebih terperinci

PEMODELAN REGRESI SPASIAL DENGAN PENDEKATAN RESIDUAL BOOTSTRAP (STUDI KASUS : PEMODELAN FERTILITAS DI PROVINSI LAMPUNG) Abstract

PEMODELAN REGRESI SPASIAL DENGAN PENDEKATAN RESIDUAL BOOTSTRAP (STUDI KASUS : PEMODELAN FERTILITAS DI PROVINSI LAMPUNG) Abstract PEDELAN REGRESI SPASIAL DENGAN PENDEKATAN RESIDUAL OOTSTRAP (STUDI KASUS : PEDELAN FERTILITAS DI PROVINSI LAMPUNG) Ari Rusmasari, Sutikno, Setiawan 3 Mahasiswa Pasca Sarjana, Jurusan Statistika, Institut

Lebih terperinci

PENDEKATAN TEORI ... (2) k x ... (3) 3... (1)

PENDEKATAN TEORI ... (2) k x ... (3) 3... (1) PENDEKATAN TEORI A. Perpindahan Panas Perpindahan panas didefinisikan seagai ilmu umtuk meramalkan perpindahan energi yang terjadi karena adanya peredaan suhu diantara enda atau material (Holman,1986).

Lebih terperinci

a home base to excellence Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 Sambungan Baut Pertemuan - 13

a home base to excellence Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 Sambungan Baut Pertemuan - 13 Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 SKS : 3 SKS Samungan Baut Pertemuan - 13 TIU : Mahasiswa dapat merencanakan kekuatan elemen struktur aja eserta alat samungnya TIK : Mahasiswa mampu

Lebih terperinci

I. Kombinasi momen lentur dengan gaya aksial tarik

I. Kombinasi momen lentur dengan gaya aksial tarik VII. BALOK KOLOM Komponen struktur seringkali menderita kominasi eerapa macam gaya secara ersama-sama, salah satu contohnya adalah komponen struktur alok-kolom. Pada alok-kolom, dua macam gaya ekerja secara

Lebih terperinci

ANALISIS TEGANGAN BAUT PENGUNCI GIRTH-GEAR KILN

ANALISIS TEGANGAN BAUT PENGUNCI GIRTH-GEAR KILN No.33 Vol.1 Thn.XVII April 010 ISSN : 0854-8471 ANALISIS TEGANGAN BAUT PENGUNCI GIRTH-GEAR KILN Devi Chandra 1, Gunawarman 1, M. Fadli 1 Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Andalas

Lebih terperinci

Penentuan Kondisi Lingkungan Kerja Fisik yang Optimal Menggunakan Metode Permukaan Respon

Penentuan Kondisi Lingkungan Kerja Fisik yang Optimal Menggunakan Metode Permukaan Respon Jurnal Sistem dan Manajemen Industri Vol No Juli 7, - p-issn 5-7, e-issn 5-95 Penentuan Kondisi Lingkungan Kerja Fisik yang Optimal Menggunakan Metode Permukaan Respon Arta Rusidarma Putra dan, Anggar

Lebih terperinci

RANCANGAN ACAK KELOMPOK TAK LENGKAP SEIMBANG PARSIAL (RAKTLSP) ABSTRACT

RANCANGAN ACAK KELOMPOK TAK LENGKAP SEIMBANG PARSIAL (RAKTLSP) ABSTRACT ISSN: 339-54 JURNAL GAUSSIAN, Volume 4, Nomor, Tahun 05, Halaman 77-86 Online di: http://ejournal-s.undip.ac.id/index.php/gaussian RANCANGAN ACAK KELOMPOK TAK LENGKAP SEIMBANG PARSIAL (RAKTLSP) Gustriza

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN II. LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN II. LANDASAN TEORI Ejournal Teknik Elektro dan Komputer vol. 4 no. 6 (2015), ISSN 23018402 35 Studi Kelayakan Penerapan Wimax Di Kota Manado Indra Potu 1), Alicia Sinsuw 2), Stanley Karouw 3) Program Studi Teknik Informatika,

Lebih terperinci

PENENTUAN JOINT ECONOMIC LOT SIZE PADA PEMASOK KURSI LIPAT DAN PEMBELINYA DENGAN PERMINTAAN PROBABILISTIK DAN LEAD TIME VARIABEL

PENENTUAN JOINT ECONOMIC LOT SIZE PADA PEMASOK KURSI LIPAT DAN PEMBELINYA DENGAN PERMINTAAN PROBABILISTIK DAN LEAD TIME VARIABEL PENENTUAN JOINT ECONOMIC LOT SIZE PADA PEMASOK KURSI LIPAT DAN PEMBELINYA DENGAN PERMINTAAN PROBABILISTIK DAN LEAD TIME VARIABEL Santoso 1, Yoanes Elias 2 1,2 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

UNJUK KERJA MULTI-CODE MULTICARRIER CDMA PADA KANAL MULTIPATH FADING. Intisari

UNJUK KERJA MULTI-CODE MULTICARRIER CDMA PADA KANAL MULTIPATH FADING. Intisari UNJUK KERJA MULTI-CODE MULTICARRIER CDMA PADA KANAL MULTIPATH FADING Eva Yovita Dwi Utami Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik UKSW Jalan Diponegoro 52-6, Salatiga 5711 Intisari Sistem yang diteliti

Lebih terperinci

PAKAN: PERTUMBUHAN PIYIK DENGAN PAKAN BERBEDA SERTA POLA MAKAN DAN KONSUMSI PAKAN PADA PEMELIHARAAN SECARA INTENSIF

PAKAN: PERTUMBUHAN PIYIK DENGAN PAKAN BERBEDA SERTA POLA MAKAN DAN KONSUMSI PAKAN PADA PEMELIHARAAN SECARA INTENSIF 49 PAKAN: PERTUMBUHAN PIYIK DENGAN PAKAN BERBEDA SERTA POLA MAKAN DAN KONSUMSI PAKAN PADA PEMELIHARAAN SECARA INTENSIF Pendahuluan Pakan diutuhkan ternak untuk memenuhi keutuhan untuk hidup pokok, produksi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO DINAS PENDIDIKAN SMA KABUPATEN SUKOHARJO Sekretariat : Jl. Jend. Sudirman No.197 Sukoharjo Telp.

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO DINAS PENDIDIKAN SMA KABUPATEN SUKOHARJO Sekretariat : Jl. Jend. Sudirman No.197 Sukoharjo Telp. PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO DINAS PENDIDIKAN SMA KABUPATEN SUKOHARJO Sekretariat : Jl. Jend. Sudirman No.197 Sukoharjo Telp. 071-90 71 TRY OUT UJIAN NASIONAL TAHAP 1 TAHUN PELAJARAN 01/01 Mata Pelajaran

Lebih terperinci

PENGARUH GAYA BELAJAR VISUAL, AUDIOTORIAL DAN KINESTETIK TERHADAP KEMAMPUAN ANALISIS SISWA KELAS VII MTs NEGERI GENENG TAHUN PELAJARAN 2010/2011

PENGARUH GAYA BELAJAR VISUAL, AUDIOTORIAL DAN KINESTETIK TERHADAP KEMAMPUAN ANALISIS SISWA KELAS VII MTs NEGERI GENENG TAHUN PELAJARAN 2010/2011 PENGARUH GAYA BELAJAR VISUAL, AUDIOTORIAL DAN KINESTETIK TERHADAP KEMAMPUAN ANALISIS SISWA KELAS VII MTs NEGERI GENENG TAHUN PELAJARAN 2010/2011 Inti Anif Fujiati 1, Sri Utami 2 FPMIPA IKIP PGRI MADIUN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Noise Pada saat melakukan pengambilan gambar, setiap gangguan pada gambar dinamakan dengan noise. Noise dipakai untuk proses training corrupt image, gambarnya diberi noise dan

Lebih terperinci

Bil. Asli Bil. Bulat Bil. Cacah

Bil. Asli Bil. Bulat Bil. Cacah Bil. Asli Bil. Bulat Bil. Cacah I. Materi Ajar: Pertemuan : A. Macam-macam ilangan real. Bilangan Asli (A) Bilangan asli adalah suatu ilangan yang mula-mula dipakai untuk memilang. Bilangan asli dimulai

Lebih terperinci

MODIFIKASI JUMLAH KUTUB PADA MOTOR INDUKSI 3 FASA 36 ALUR

MODIFIKASI JUMLAH KUTUB PADA MOTOR INDUKSI 3 FASA 36 ALUR MODIFIKASI JUMLAH KUTUB PADA MOTOR INDUKSI 3 FASA 36 ALUR Muhammad Naim Staf Pengajar Teknik Mesin, Akademi Teknik Soroako, Sorowako *Email: mnaim@ats-sorowako.ac.id Astrak Kecepatan motor induksi 3 fasa

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percoaan Penelitian ini dilaksanakan di dalam rumah kaca yang terletak pada ketinggian 1100 m diatas permukaan laut. Tanaman gerera yang digunakan merupakan iit yang

Lebih terperinci

PROSIDING ISSN: M-19 PROFIL PROVINSI DI INDONESIA BERDASARKAN SARANA PELAYANAN KESEHATAN MENGGUNAKAN ANALISIS KORESPONDENSI

PROSIDING ISSN: M-19 PROFIL PROVINSI DI INDONESIA BERDASARKAN SARANA PELAYANAN KESEHATAN MENGGUNAKAN ANALISIS KORESPONDENSI M-19 PROFIL PROVINSI DI INDONESIA BERDASARKAN SARANA PELAYANAN KESEHATAN MENGGUNAKAN ANALISIS KORESPONDENSI Titi Purwandari 1, Yuyun Hidayat 2 1,2) Departemen Statistika FMIPA Universitas Padjadjaran email

Lebih terperinci

1. TRANSLASI OPERASI GEOMETRIS 2. ROTASI TRANSLASI 02/04/2016

1. TRANSLASI OPERASI GEOMETRIS 2. ROTASI TRANSLASI 02/04/2016 1. TRANSLASI OPERASI GEOMETRIS Rumus translasi citra x = x + m y = y + n dimana : m = besar pergeseran dalam arah x n = besar pergeseran dalam arah y 4/2/2016 1 TRANSLASI 2. ROTASI Jika citra semula adalah

Lebih terperinci

Analisis Kestabilan Titik Keseimbangan Model Perilaku Jumlah Pelaku Narkoba dengan Faktor Rehabilitasi

Analisis Kestabilan Titik Keseimbangan Model Perilaku Jumlah Pelaku Narkoba dengan Faktor Rehabilitasi Vol. 7 No. 6-7 Januari Analisis Kestailan Titik Keseimangan Model Perilaku Jumlah Pelaku Narkoa dengan Faktor ehailitasi Syamsuddin Toaha Astrak Tulisan ini memahas suatu model laju eruahan jumlah elaku

Lebih terperinci

TRY OUT UJIAN NASIONAL

TRY OUT UJIAN NASIONAL TRY OUT UJIAN NASIONAL LEMBAR SOAL A Bidang Studi Kelas/Program : MATEMATIKA : XII (Dua Belas)/IPA PETUNJUK UMUM. Berdo alah seelum mengerjakan soal. Tulislah dahulu nama dan kelas Anda pada lemar jawaan

Lebih terperinci

HUBUNGAN B VALUE DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DAN MAGNITUDO GEMPA BUMI MENGGUNAKAN METODE GUTENBERG-RICHTER DI SULAWESI TENGAH PERIODE

HUBUNGAN B VALUE DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DAN MAGNITUDO GEMPA BUMI MENGGUNAKAN METODE GUTENBERG-RICHTER DI SULAWESI TENGAH PERIODE Jurnal Fisika. Volume 03 omor 02 Tahun 2014, hal 84-88 HUBUGA B VALUE DEGA FREKUESI KEJADIA DA MAGITUDO GEMPA BUMI MEGGUAKA METODE GUTEBERG-RICHTER DI SULAWESI TEGAH PERIODE 2008-2014 or Hidaya Rachmawati,

Lebih terperinci

LAJU PERTUMBUHAN BAKTERI S. Aerous MELALUI PENDEKATAN PERSAMAAN DIFERENSIAL

LAJU PERTUMBUHAN BAKTERI S. Aerous MELALUI PENDEKATAN PERSAMAAN DIFERENSIAL LAJU PERTUMBUHAN BAKTERI S. Aerous MELALUI PENDEKATAN PERSAMAAN DIFERENSIAL Nurdeni 1, Witri Lestari 2, dan Seruni 3 1 Program Studi Pendidikan Matematika, FTMIPA, Universitas Indraprasta PGRI [Email:

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN PRODUKSI CABANG USAHATANI CABAI MERAH. Oleh : EKO HENDRAWANTO A

ANALISIS PENDAPATAN DAN PRODUKSI CABANG USAHATANI CABAI MERAH. Oleh : EKO HENDRAWANTO A ANALISIS PENDAPATAN DAN PRODUKSI CABANG USAHATANI CABAI MERAH Oleh : EKO HENDRAWANTO A405535 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN EKO

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 3 B II. TINJAUAN PUSTAKA 2. Teori Struktur Ekonomi Pemangunan ekonomi di Indonesia merupakan agian penting dari pemangunan nasional dengan tujuan akhir, yakni meningkatkan kesejahteraan masyarakat, yang

Lebih terperinci

Inelsi Palengka1), Nurdin Arsyad2) SMA Negeri 2 Makale, 2. Prodi Pendidikan Matematika PPs Universitas Negeri Makassar

Inelsi Palengka1), Nurdin Arsyad2) SMA Negeri 2 Makale, 2. Prodi Pendidikan Matematika PPs Universitas Negeri Makassar COMPARISON OF MATHEMATICS LEARNING RESULT OF STUDENTS TAUGHT BY EMPLOYING SCIENTIFIC APPROACH, PROBLEM POSING, AND OPEN ENDED IN PROBLEM BASED LEARNING MODEL IN CLASS X AT SMAN 2 MAKALE Inelsi Palengka1),

Lebih terperinci

Biltek Vol. 4, No. 014 Tahun 2015 Sekolah Tinggi Teknik Harapan 1

Biltek Vol. 4, No. 014 Tahun 2015 Sekolah Tinggi Teknik Harapan 1 ANALISA DAN EVALUASI JABATAN DENGAN METODE ANGKA PADA PD ANEKA INDUSTRI DAN JASA MEDAN Djaka Prasetya 1, Eddy, Rini Halila Nasution 3 1,,3 Jurusan Teknik Industri, Sekolah Tinggi Teknik Harapan Medan Jl.

Lebih terperinci