MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA UAPA MAHKAMAH AGUNG RI (005) UAPPA-E1 BUA (005.01); BADILUM (005.03); BADILAG (005.04); BADILMILTUN (005.
|
|
- Sri Jayadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 . Disusun oleh : FTF / 17 Jan 2013 Direviu oleh : SGM, IP / 17 Jan 2013 Disetujui oleh : NS / 18Jan 2013 MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA UAPA MAHKAMAH AGUNG RI (005) UAPPA-E1 BUA (005.01); BADILUM (005.03); BADILAG (005.04); BADILMILTUN (005.05) UAPPA-W PTA SEMARANG (005.01); PT SEMARANG (005.03); PA SEMARANG (005.04); PTUN SEMARANG (005.05) UAKPA I. PENYELENGGARAAN AKUNTANSI 1. SuratKeputusanPenunjukanPengelolaKeuangan di wilayahjawa TengahbelummemperhatikanSuratKeputusanSekretarisMahkamahAgung RI selakupejabatpenggunaanggaran/penggunabarang di lingkunganmahkamahagung RI mor : 37A/SEK.PA/SK/VII/2012tentangPenunjukanPejabatKuasaPenggunaAnggaran/PenggunaBarang di lingkunganmahkamahagung RI. SK Pengelola Keuangan belum terpisah (masih dalam 1 SK) antara pengelola DIPA Umum (Administrasi) dengan DIPA Fungsional (Ditjen); 2. Kebijakan akuntansi dan pelaporan terkait 2 (dua) DIPA pada Satker perlu ditetapkan, utamanya terkait dengan : a. Pelaporan Biaya Proses Penyelesaian Perkara; b. Pelaporan Penerimaan Negara Bukan Pajak; 3. Belum menjelaskan kejadian penting setelah tanggal neraca (bila ada) II. PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN a. LAPORAN REALISASI ANGGARAN UAPPA-W 01 PTA SEMARANG 1. Terdapat realisasi pendapatan dengan kode MAP (Pendapatan Bea Lelang) pada PN Kudus sebesar Rp ,- 2. Terdapat realisasi pendapatan dengan kode MAP (Pendapatan Jasa Lainnya) sebesar Rp ,- 3. Terdapat realisasi pendapatan fungsional sesuai PP.53 Tahun 2008 sebesar Rp ,- 4. Terdapat realisasi pendapatan dengan kode MAP (Pendapatan Jasa Lembaga Keuangan/Jasa Giro) pada PN Pati, PN Cilacap dan PN Magelang Halaman1dari6
2 dengan total sebesar Rp ,- 5. Terdapat realisasi belanja dengan kode MAK (Belanja Modal Bahan Baku Peralatan dan Mesin) pada DILMIL II-10 Semarang sebesar Rp ,- 6. Terdapat realisasi belanja dengan kode MAK (Belanja Modal Pembuatan Sertifikat Tanah) sebesar Rp ,- 7. Terdapat realisasi belanja dengan kode MAK (Belanja Modal Perencanaan dan Pengawasan Peralatan dan Mesin) pada PA Blora sebesar Rp ,- 8. Terdapat realisasi belanja dengan kode MAK (Belanja Modal Upah Tenaga Kerja dan Honor Pengelola Teknis Peralatan dan Mesin) sebesar Rp ,- 9. Terdapat realisasi belanja dengan kode MAK (Belanja Modal Upah Tenaga Kerja dan Honor Pengelola Teknis Gedung dan Bangunan) sebesar Rp ,- 10. Terdapat realisasi belanja dengan kode MAK (Belanja Modal Perencanaan dan Pengawasan Gedung dan Bangunan) sebesar Rp ,- 11. Terdapat realisasi belanja dengan kode MAK (Belanja Modal Upah Tenaga Kerja dan Honor Pengelola Teknis Jaringan) sebesar Rp ,- 12. Terdapat realisasi belanja dengan kode MAK (Belanja Modal Perjalanan Gedung dan Bangunan Rp ,- 12. Terdapat sisa anggaran minus pada PA Wonosobo, PTUN Semarang, PA Batang, PN Pekalongan, PN Purwodadi, PN Sragen, PA Banjarnegara, PN Boyolali, PN Purbalingga, PA Banyumas, PA Pemalang. UAPPA-W 03PT SEMARANG 1. Terdapat realisasi pendapatan dengan kode MAP (Pendapatan Penjualan dokumen-dokumen pelelangan) pada PN Wonogiri sebesar Rp50.400,- 2. Terdapat realisasi pendapatan dengan kode MAP (Penerimaan kembali belanja pegawai pusat TAYL) pada PN Kendal sebesar Rp ,- 3. Terdapat realisasi belanja dengan kode MAK (Belanja Jasa Profesi) sebesar Rp ,- 4. Terdapat realisasi belanja dengan kode MAK (Belanja Jasa Lainnya) pada PN Kudus sebesar Rp ,- Halaman2dari6
3 5. Terdapat realisasi belanja dengan kode MAK (Belanja Langganan Daya dan Jasa Lainnya) pada PN Salatiga sebesar Rp ,- dan PN Batang sebesar Rp ,- UAPPA-W 04 PA SEMARANG 1. Terdapat pendapatan dengan kode MAP (Pendapatan Jasa Lembaga Keuangan/Jasa Giro) pada PA Tegal, PA Salatiga, PA Purwodadi, PA Pati dan PA Sukoharjo sebesar Rp ,- 2. Terdapat belanja dengan kode MAK (Belanja Jasa Lainnya) pada PA Semarang dan PA Wonosobo sebesar Rp ,- 3. Terdapat belanja dengan kode MAK (Belanja Jasa Profesi) pada PTA Semarang, PA Banjarnegara, PA Cilacap, PA Purwodadi, PA Brebes, dan PA Pemalang sebesar Rp455,721,400,- b. NERACA UAKPA/UAPPA-W 1. Terdapat Satker yang pengisian KIB (Kartu Identitas Barang) belum lengkap dalam SIMAK-BMN, yaitu PT Semarang, PN Tegal, PN Semarang, PN Pekalongan, PN Kudus, PN Pati, PN Brebes, PN Pemalang, PN Demak, PN Salatiga, PN Rembang, PN Batang, Pn Purworejo, PN Temanggung, PN Wonosobo, PN Surakarta, PN Sragen, PN Wonogiri, PN Klaten, PN Banjarnegara, PN Mungkid, PA Pemalang, PA Brebes, PA Batang, PA Salatiga, PA Kendal, PA Demak, PA Purwodadi, PA Kudus, PA Rembang, PA Blora, PA Temanggung, PA Wonosobo, PA Kebumen, PA Purwokerto, PA Banyumas, PA Cilacap, PA Klaten, PA Sragen, PA Ambarawa, PTA Semarang, PA Mungkid, PA Kajen 2. Terdapat BMN yang belum didistribusikan yaitu pada PT Semarang, PN Pekalongan, PN Pati, PN Brebes, PN Pemalang, PN Purwodadi, PN Jepara, PN Rembang, PN Batang, PN Purworejo, PN Magelang, PN Kebumen, PN Temanggung, PN Wonosobo, PN Sukoharjo, PN Karanganyar, PN Boyolali, PN Purwokerto, PN Cilacap, PN Banyumas, PN Purbalingga, PN Mungkid, PA Pekalongan, PA Tegal, PA Brebes, PA Batang, PA Semarang, PA Salatiga, PA Demak, PA Purwodadi, PA Pati, PA Kudus, PA Jepara, PA Blora, PA Magelang, PA Temanggung, PA Wonosobo, PA Purworejo, PA Kebumen, PA Purwokerto, PA Banyumas, PA Cilacap, PA Banjarnegara, PA Purbalingga, PA Klaten, PA Boyolali, PA Sragen, PA Wonogiri, PA Sukoharjo, PA Ambarawa, PTA Semarang, PTUN Semarang, PA Kajen. Halaman3dari6
4 3. Terdapat BMN bernilai < Rp 10,- yaitu pada PA Ambarawa, PA Batang, PA Boyolali, PA Cilacap, PA Jepara, PA Kebumen, PA Klaten, PA Mungkid, PA Pekalongan, PA Pemalang, PA Purwodadi, PA Purworejo, PA Slawi, PA Tegal, PN Banjarnegara, PN Jepara, PN Karanganyar, PN Kebumen, PN Kendal, PN Mungkid, PN Pekalongan, PN Pemalang, PN Rembang, PN Salatiga, PN Slwai, PN Surakarta, PN Tegal, PN Temanggung, PN Ungaran, PN Wonogiri, PN Wonosobo, PA Kendal, PA Demak, PA Semarang, PA Salatiga, PT Semarang, PN Boyolali, PN Purbalingga, PA Blora, PA Wonosobo, PA Banjarnegara. 4. Terdapat BMN yang bernilai negatif pada PN Brebes, PN Salatiga, PA Pati, PN Slawi. 5. Terdapat Barang Milik Negara yang nilainya 0 yaitu pada PA Ambarawa, PN Wonosobo, PN Banjarnegara, PA Banyumas, PTUN Semarang.. 6. Terdapat BMN dalam kondisi rusak berat namun belum dilakukan reklasifikasi ke aset lain-lain pada PA Ambarawa, PA Batang, PA Boyolali, PA Brebes, PA Cilacap, PA Jepara, PA Kajen, PA Kebumen, PA Klaten, PA Kudus, PA Magelang, PA Mungkid, PA Purbalingga, PA Purwodadi, PA Purworejo, PA Slawi, PA Sragen, PA Sukaharjo, PA Surakarta, PA Tegal, PA Temanggung, PA Wonosobo, PN Banjarnegara, PN Banyumas, PN Batang, PN Cilacap, PN Jepara, PN Karanganyar, PN Kebumen, PN Kendal, PN Magelang, PN Mungkid, PN Pekalongan, PN Pemalang, PN Purworejo, PN Rembang, PN Salatiga, PN PN Slawi, PN Sukoharjo, PN Surakarta, PN Temanggung, PN Ungaran, PN Wonogiri, PN Wonosobo, PTA Semarang, PTUN Semarang. c. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Belum memutakhirkan peraturan terkait Undang-Undang APBN Tahun 2012 menjadi UU mor 4 Tahun 2012 tentang perubahan UU mor 22 Tahun 2011; Belum memasukkan Surat Kepala Badan Urusan Administrasi mor : 08/BUA/KEU/01/2012 tanggal 10 Januari 2012 Hal Pemberitahuan tentang Petunjuk Kode Unit Organisasi untuk Laporan dan Pencatatan PNBP ke Mahkamah Agung RI. Keuangan Perkara dan uang titipan pihak ketiga belum diungkap dalam Catatan atas Laporan Keuangan. III. KOREKSI/PERBAIKAN YANG AKAN DILAKUKAN/DISETUJUI 1. Kebijakanakuntansiterkaitrealisasi 2 (dua) DIPA danperubahankodesatuankerja (penambahankodesatuankerjapada DIPA 03;04 dan 05) perluditetapkan agar Halaman4dari6
5 setiapsatkermemilikikebijakan yang samadanseragamdalampencatatandanpengungkapansetiaptransaksikeuangan. 2. SuratKeputusanPenunjukanKuasaPenggunaAnggarandanSuratKeputusanPenunjukanPengelolaKe uangan di lingkunganmahkamahagung RI danbadanperadilan yang berada di bawahnya agar memperhatikansuratkeputusansekretarismahkamahagung RI selakupejabatpenggunaanggaran/penggunabarang di lingkunganmahkamahagung RI mor : 37A/SEK.PA/SK/VII/2012tentangPenunjukanPejabatKuasaPenggunaAnggaran/PenggunaBarang di lingkunganmahkamahagung RI. Segeralakukanrevisi SK PenunjukanKuasaPenggunaAnggarandanSuratPenunjukanPengelolaKeuangan di wilayah Bali. 2. Kebijakanakuntansiperihal PNBP perlumemperhatikansuratkepalabadanurusanadministrasi (BUA) MahkamahAgung RI mor : 08/BUA/KEU/01/2012 tanggal 18 Januari 2012 perihalpemberitahuantentangpetunjukkode Unit OrganisasiuntukLaporandanPencatatan PNBP kemahkamahagung RI, perlupenyeragamanpenyajian PNBP disesuaikandengan unit organisasi yang membiayainya. 4. a. Padaakhirperiodeakuntansi, catatanpersediaandisesuaikandenganhasilinventarisasifisik (par 14, PP 71/2010), makaapabiladitemukanperbedaansaldopersediaandenganhasilinventarisasifisikharusdikoreksisesua idengannilai yang tercatatdalamberitaacaraopnamefisikpersediaan. b. Penatausahaanpersediaandilakukansecaraterpisahsesuaidengansumberpembiayaannya. Bilasaldopersediaan yang disajikanpada UAPPA-W termasuk ATK Perkara, ungkapkaninformasitersebutdalampenjelasanpospersediaanpadacalk. 5. AtaspenetapanKode MAK/MAP baikpadadokumenperencanaanmaupundokumenpelaksanaananggaranperlumemperhatikanperdirje n Perbendaharaan mor PER-80/PB/2011 tentang Penambahan dan Perubahan Akun Pendapatan, Belanja, dan Transfer pada Bagan Akun Standar. 6. Ataspedapatan yang bukanmerupakanjenis PNBP MA RI (PP.53 Tahun 2008), perlusegeradikoreksipada KPPN setempatdenganmemperhatikansuratedarandirjenperbendaharaanmorse-35/pb/2009 tentang Tata Cara Perbaikan Data Penerimaan Negara BukanPajak; 7. TerhadapinformasipendapatandanbelanjasecaraakrualperlumemperhatikanPeraturanDirjenPerbend aharaanmor : PER-62/PB/2009 tentangtatacarapenyajianinformasipendapatandanbelanjasecaraakrualpadalaporankeuangandan SuratEdaranDirjenPerbendaharaanmor S-6477/PB/2010 perihaltindaklanjutperaturandirjenperbendaharaanmor PER-62/PB/2009. (KewajibanpengungkapanInformasiPendapatandanBelanjasecaraAkrualmerupakansuplemen yang dilampirkanpada LK tingkat UAKPA Tahunan) 8. Asettetap yang dihentikandaripenggunaanaktifpemerintahtidakmemenuhidefinisiasettetapdanharusdipindahkanke posasetlainnyasesuaidengannilaitercatatnya (Bultek 09 tentangakuntansiasettetap). Segeralakukanreklasifikasiasetdalamkondisirusakberatsertausulkanpenghapusannya. Halaman5dari6
6 9. Asettetapdicatatsebesarbiayaperolehan. Apabilapenilaianasettetapdenganmenggunakanbiayaperolehantidakmemungkinkan, makanilaiasettetapdidasarkanpadanilaiwajarpadasaatperolehan (PP.71 Tahun 2010 tentangstandarakuntansipemerintahan, Lampiran II.02 PernyataanStandarAkuntansiPemerintahan.1: PenyajianLaporanKeuangan). Koordinasikandengan KPKNL setempatterkait BMN yang nilainyarp. 1,-dan yang bernilainegatif. 10. CaLK disajikan secara sistematis, setiap pos dalam LRA dan Neraca harus mempunyai referensi silang dengan informasi terkait. CaLK meliputi penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam LRA danneraca. (Par 105 & 106, PP71/2010); 11. Perlupenyeragaman di wilayahjawa Tengah, apakahsetiapsatkerakanmenyajikaninformasikeuanganperkaradalampengungkapanpentinglainny apadalaporankeuangan unit organisasi yang mengelola DIPA DirektoratJenderalmasingmasingBadanPeradilan (DIPA ; DIPA ; DIPA ) ataupadalaporankeuangan Unit Organisasi yang mengelola DIPA BadanUrusanAdministrasi (DIPA ) padabagianpengungkapanpentinglainnya. Surakarta, 18 Januari 2013 Tim Reviu Bawas MA RI Penanggungjawab UAPPA-W Jawa Tengah 1. NugrohoSetiadji, SH 1. (TTD) 2. Sagimin, SH.,MM 2. (TTD) 3. Imam Purnomo, SE.,Ak 3. (TTD) 4. FerriTaufikFerdiansyah, SE.,Ak 4. (TTD) Halaman6dari6
Jln. Hanoman No. 18 Telp. (024) Fax. (024) Semarang
Nomor : W11-A/1532/KU.00/VI/2017. 22 Juni 2017 Sifat : Penting Lampiran : - Perihal : Kegiatan Rekonsiliasi Tingkat Wilayah dan Persiapan Pelaksanaan Penyusunan Laporan Keuangan Berbasis Akrual Semester
Lebih terperinciJln. Hanoman No. 18 Telp. (024) Fax. (024) Semarang Website :
Jln. Hanoman No. 18 Telp. (024) 7600803 Fax. (024) 7603866 Semarang 50146 Website : www.pta-semarang.go.id E-Mail : ketua@pta-semarang.go.id Nomor : W11-A/2084/OT.01.2/X/2011 Semarang, 21 Oktober 2011
Lebih terperinciNomor : W11-A/97/KU.00/I/ Januari 2018
Nomor : W11-A/97/KU.00/I/2018. 10 Januari 2018 Sifat : Penting Lampiran : 1 (satu) bendel Perihal : Kegiatan Rekonsiliasi Tingkat Wilayah dan Persiapan Pelaksanaan Penyusunan Laporan Keuangan Berbasis
Lebih terperinciHASIL EVALUASI ADK LAPORAN KEUANGAN SATUAN KERJA REKONSILIASI INTERNAL PERIODE BERJALAN WILAYAH JAWA TENGAH
HASIL EVALUASI ADK LAPORAN KEUANGAN SATUAN KERJA REKONSILIASI INTERNAL PERIODE BERJALAN WILAYAH JAWA TENGAH No Kode Satker Satuan Kerja SAK SIMAKBMN Selisih Keterangan SAK Keterangan SIMAKBMN Status 1
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2018 TAHUN 2012 TENTANG
PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2018 TAHUN 2012 TENTANG ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU BAGIAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH TAHUN
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH
GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 78 TAHUN 2013 TAHUN 2012 TENTANG PERKIRAAN ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU BAGIAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dan Jusuf Kalla, Indonesia mempunyai strategi pembangunan yang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo dan Jusuf Kalla, Indonesia mempunyai strategi pembangunan yang dinamakan dengan nawacita.
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH
GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 56 TAHUN 201256 TAHUN 2012 TENTANG ALOKASI SEMENTARA DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU BAGIAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DAN PEMERINTAH
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG
GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN PERKIRAAN ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU BAGIAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH
GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 71 A TAHUN 201356 TAHUN 2012 TENTANG ALOKASI DEFINITIF DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU BAGIAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DAN PEMERINTAH
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Kondisi Fisik Daerah Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit oleh dua Provinsi besar, yaitu
Lebih terperinciASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU
INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU BULAN : KABUPATEN/KOTA IUD MOW MOP KDM IMPL STK PILL JML PPM PB % 1 Banyumas 748 34 3 790 684 2,379 1,165 5,803 57,379 10.11 2 Purbalingga 141 51 10 139 228
Lebih terperinciASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU
INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU BULAN : KABUPATEN/KOTA IUD MOW MOP KDM IMPL STK PILL JML PPM PB % 1 Banyumas 447 60 8 364 478 2.632 629 4.618 57.379 8,05 2 Purbalingga 87 145 33 174 119 1.137
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berinteraksi mengikuti pola yang tidak selalu mudah dipahami. Apabila
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengangguran merupakan masalah yang sangat kompleks karena mempengaruhi sekaligus dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berinteraksi mengikuti pola yang
Lebih terperinciDAFTAR NOMINASI SEKOLAH PENYELENGGARA UN CBT TAHUN 2015
280 Jawa Tengah Kab. Banjarnegara SMA SMAN 1 Banjarnegara 281 Jawa Tengah Kab. Banjarnegara SMA SMAN 1 Purwareja Klampok 282 Jawa Tengah Kab. Banjarnegara SMK SMK HKTI 1 Purwareja Klampok 283 Jawa Tengah
Lebih terperinciTABEL 4.1. TINGKAT KONSUMSI PANGAN NASIONAL BERDASARKAN POLA PANGAN HARAPAN
TABEL 4.1. TINGKAT KONSUMSI PANGAN NASIONAL BERDASARKAN POLA PANGAN HARAPAN No Kelompok Pola Harapan Nasional Gram/hari2) Energi (kkal) %AKG 2) 1 Padi-padian 275 1000 50.0 25.0 2 Umbi-umbian 100 120 6.0
Lebih terperinciKEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL BINA KEUANGAN DERAH
KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL BINA KEUANGAN DERAH TARGET INDIKATOR LKPD YANG OPINI WTP Dalam Perpres No 2 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019 telah ditetapkan prioritas nasional pencapaian
Lebih terperinciLAPORAN KEUANGAN PENGADILAN TINGGI AGAMA SEMARANG. Untuk Periode yang Berakhir 30 Juni Tahun 2016 UAPPA-W JAWA TENGAH. Jl. Hanoman No.
PENGADILAN TINGGI AGAMA SEMARANG LAPORAN KEUANGAN Untuk Periode yang Berakhir Juni Tahun 6 UAPPA-W JAWA TENGAH Jl. Hanoman No. 8 Semarang Semarang Jl. Hanoman - Jawa Tengah No. 8546 Semarang Telp. Semarang
Lebih terperinciKONDISI UMUM PROVINSI JAWA TENGAH
KONDISI UMUM PROVINSI JAWA TENGAH Kondisi umum Provinsi Jawa Tengah ditinjau dari aspek pemerintahan, wilayah, kependudukan dan ketenagakerjaan antara lain sebagai berikut : A. Administrasi Pemerintah,
Lebih terperinciASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU
INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU BULAN : KABUPATEN/KOTA IUD MOW MOP KDM IMPL STK PILL JML PPM PB % 1 Banyumas 728 112 20 1,955 2,178 2,627 1,802 9,422 57,379 16.42 2 Purbalingga 70 50 11 471
Lebih terperinciPROVINSI JAWA TENGAH. Data Agregat per K b t /K t
PROVINSI JAWA TENGAH Data Agregat per K b t /K t PROVINSI JAWA TENGAH Penutup Penyelenggaraan Sensus Penduduk 2010 merupakan hajatan besar bangsa yang hasilnya sangat penting dalam rangka perencanaan pembangunan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. turun, ditambah lagi naiknya harga benih, pupuk, pestisida dan obat-obatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pertanian merupakan salah satu basis perekonomian Indonesia. Jika mengingat bahwa Indonesia adalah negara agraris, maka pembangunan pertanian akan memberikan
Lebih terperinciPRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PROVINSI JAWA TENGAH
No. 56/08/33 Th.IX, 3 Agustus 2015 PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PROVINSI JAWA TENGAH PRODUKSI CABAI BESAR SEBESAR 167,79 RIBU TON, CABAI RAWIT SEBESAR 107,95 RIBU TON,
Lebih terperinciKEGIATAN PADA BIDANG REHABILITASI SOSIAL TAHUN 2017 DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH
KEGIATAN PADA BIDANG REHABILITASI SOSIAL TAHUN 2017 DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH No Program Anggaran Sub Sasaran Lokasi 1. Program Rp. 1.000.000.000 Pelayanan dan Sosial Kesejahteraan Sosial Penyandang
Lebih terperinciPRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013
No. 50/08/33/Th. VIII, 4 Agustus 2014 PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 PRODUKSI CABAI BESAR SEBESAR 145,04 RIBU TON, CABAI RAWIT 85,36 RIBU TON, DAN BAWANG
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Demikian Buku KEADAAN TANAMAN PANGAN JAWA TENGAH kami susun dan semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya.
KATA PENGANTAR Sektor pertanian merupakan sektor yang vital dalam perekonomian Jawa Tengah. Sebagian masyarakat Jawa Tengah memiliki mata pencaharian di bidang pertanian. Peningkatan kualitas dan kuantitas
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2011: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,93 PERSEN
No. 62/11/33/Th.V, 07 November 2011 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2011: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,93 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Agustus 2011 mencapai 16,92 juta
Lebih terperinciPENEMPATAN TENAGA KERJA. A. Jumlah Pencari Kerja di Prov. Jateng Per Kab./Kota Tahun 2016
PENEMPATAN TENAGA KERJA A. Jumlah Pencari Kerja di Prov. Jateng Per Kab./Kota Tahun 2016 NO KAB./KOTA L P JUMLAH 1 KABUPATEN REMBANG 820 530 1.350 2 KOTA MAGELANG 238 292 530 3 KABUPATEN WONOGIRI 2.861
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH,
GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 5 wsm 2^17 TENTANG ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU BAGIAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH
Lebih terperinciBOKS PERKEMBANGAN KINERJA BPR MERGER DI JAWA TENGAH
BOKS PERKEMBANGAN KINERJA BPR MERGER DI JAWA TENGAH 1. Perkembangan Jumlah BPR Merger Sejak paket kebijakan bidang perbankan digulirkan pada bulan Oktober 1988 atau yang dikenal dengan Pakto 88, jumlah
Lebih terperinciPENEMPATAN TENAGA KERJA
PENEMPATAN TENAGA KERJA A. Jumlah Pencari Kerja di Prov. Jateng Per Kab./Kota Tahun 2015 NO. KAB./KOTA 2015 *) L P JUMLAH 1 KABUPATEN SEMARANG 3,999 8,817 12816 2 KABUPATEN REMBANG 1,098 803 1901 3 KOTA.
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM
BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Provinsi Jawa Tengah 1. Peta Provinsi Jawa Tengah Sumber : Jawa Tengah Dalam Angka Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah 2. Kondisi Geografis Jawa Tengah merupakan
Lebih terperinciDAFTAR TEMUAN DAN KOREKSI ATAS PEMERIKSAAN BPK TAHUN 2014 SATUAN KERJA SE KOORDINATOR WILAYAH SEMARANG
DAFTAR TEMUAN DAN KOREKSI ATAS PEMERIKSAAN TAHUN 2014 1 TP. 36 005010300400982000KD 400982 PA. Jepara Peralatan dan mesin 1.150.000 (143.750) Koreksi dilakukan karena terdapat kurang catat aset tetap peralatan
Lebih terperinciRUANG LINGKUP KERJA DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA TENGAH
RUANG LINGKUP KERJA DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA TENGAH Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 9 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi Jawa Tengah
Lebih terperinciLAPORAN HASIL PEMERIKSAAN I BIDANG TEKNOLOGI INFORMASI TAHUN 2012
LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN I BIDANG TEKNOLOGI INFORMASI TAHUN 2012 PENGADILAN TINGGI AGAMA SEMARANG 1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 2 DAFTAR TABEL... 3 DAFTAR GAMBAR... 3 I. PENDAHULUAN... 4 A. LATAR BELAKANG...
Lebih terperinciTABEL 2.1. ESTIMASI KETERSEDIAAN PANGAN JAWA TENGAH 2013 ASEM _2012
Komoditi TABEL 2.1. ESTIMASI KETERSEDIAAN PANGAN JAWA TENGAH 2013 ASEM _2012 Produksi Penyediaan Kebutuhan Konsumsi per kapita Faktor Konversi +/- (ton) (ton) (ton) (ton) (kg/kap/th) (100-angka susut)
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK A. Gambaran Umum Objek/Subjek Penelitian 1. Batas Administrasi. Gambar 4.1: Peta Wilayah Jawa Tengah Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit oleh dua
Lebih terperinciKEPALA KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI JAW A TENGAH,
KEPUTUSAN KEPALA KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI JA WA TENGAH NOMOR: Kw 11.4/2IKU.OSI t.;2.t>~ 12012 PEMBERIAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) UNTUK PP. SALAFIYAH ULA KABUPATENIKOTA SE JAW
Lebih terperinciLUAS TANAM, LUAS PANEN DAN PREDIKSI PANEN PADI TAHUN 2016 DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI JAWA TENGAH
LUAS TANAM, LUAS PANEN DAN PREDIKSI PANEN PADI TAHUN 2016 DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI JAWA TENGAH OUT LINE 1. CAPAIAN PRODUKSI 2. SASARAN LUAS TANAM DAN LUAS PANEN 3. CAPAIAN
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERWAKILAN PROVINSI JAWA TENGAH
BAB II GAMBARAN UMUM BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERWAKILAN PROVINSI JAWA TENGAH 2.1 Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Badan Pemeriksa Keuangan BPK merupakan salah satu lembaga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber-sumber yang ada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber-sumber yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara
Lebih terperinciGUBERNURJAWATENGAH. PERATURANGUBERNUR JAWA TENGAH NOM0R '2 TAJroJii 2e15 TENTANG
GUBERNURJAWATENGAH PERATURANGUBERNUR JAWA TENGAH NOM0R '2 TAJroJii 2e15 TENTANG PERKIRAANALOKASIDANABAGI HASILCUKAIHASILTEMBAKAU BAGIANPEMERINTAHPROVINSIJAWA TENGAH DAN PEMERINTAH KABUPATENjKOTADI JAWATENGAHTAHUNANGGARAN2016
Lebih terperinciINDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015
No.42/06/33/Th.X, 15 Juni 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 IPM Jawa Tengah Tahun 2015 Pembangunan manusia di Jawa Tengah pada tahun 2015 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan terus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan seluruh kegiatan dengan dukungan masyarakat yang. berperan di berbagai sektor yang bertujuan untuk meratakan serta
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan daerah merupakan suatu proses perubahan terencana yang melibatkan seluruh kegiatan dengan dukungan masyarakat yang berperan di berbagai sektor yang bertujuan
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Provinsi Jawa Tengah Sensus Ekonomi 2016 No. 37/05/33 Th. XI, 24 Mei 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TENGAH Hasil Pendaftaran
Lebih terperinciBPS PROVINSI JAWA TENGAH
BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 05/01/33/Th.II, 2 Januari 2008 KONDISI KETENAGAKERJAAN DAN PENGANGGURAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2007 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Jawa Tengah pada Agustus 2007 adalah
Lebih terperinciRAPAT TEKNIS PERENCANAAN PROGRAM, KEGIATAN DAN ANGGARAN APBN TA Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah Surakarta, Oktober 2015
RAPAT TEKNIS PERENCANAAN PROGRAM, KEGIATAN DAN ANGGARAN APBN TA 2016 Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah Surakarta, 29-30 Oktober 2015 1 1. 2 REALISASI ANGGARAN APBN TA 2015 SATKER PAGU ANGGARAN
Lebih terperinciREKAP JUMLAH KELAS GELOMBANG 5 ( 2 s/d 6 JULI 2014 ) PELATIHAN KURIKULUM 2013 BAGI GURU SASARAN
REKAP JUMLAH KELAS GELOMBANG 5 ( 2 s/d 6 JULI 2014 ) NO PENANGGUNGJAWAB NAMA KABUPATEN JML WILAYAH TPK NAMA TPK MTK IPA B. INGG IPS SENI PRAKARYA PJOK BK JML KLS 1 Johan Johanis P. SE, MM KAB. BLORA 1
Lebih terperinciLampiran 1. Data Penelitian No Kabupaten Y X1 X2 X3 1 Kab. Cilacap Kab. Banyumas Kab.
LAMPIRAN Lampiran 1. Data Penelitian No Kabupaten Y X1 X2 X3 1 Kab. Cilacap 15.24 6.68 22.78 1676090 2 Kab. Banyumas 18.44 5.45 21.18 1605580 3 Kab. Purbalingga 20.53 5.63 21.56 879880 4 Kab. Banjarnegara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Khusaini 2006; Hadi 2009). Perubahan sistem ini juga dikenal dengan nama
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Perubahan sistem pemerintahan dari sentralistik menjadi desentralistik pada tahun 2001 telah menimbulkan dampak dan pengaruh yang signifikan bagi Indonesia (Triastuti
Lebih terperinciBPS PROVINSI JAWA TENGAH
BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 05/12/33/Th.III, 1 Desember 2009 KONDISI KETENAGAKERJAAN DAN PENGANGGURAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2009 Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) dilaksanakan dua kali dalam setahun,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintahan ke arah desentralisasi. Salinas dan Sole-Olle (2009)
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selama beberapa dekade terakhir terdapat minat yang terus meningkat terhadap desentralisasi di berbagai pemerintahan di belahan dunia. Bahkan banyak negara
Lebih terperinciPEDOMAN PENYUSUNAN JAWABAN TERMOHON TERHADAP PERMOHONAN PEMOHON (PERSEORANGAN CALON ANGGOTA DPD)
LAMPIRAN XI PERATURAN MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN BERACARA DALAM PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH,
Lebih terperinciSINKRONISASI OPERASIONAL KEGIATAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH TA. 2017
PAPARAN SEKRETARIS DINAS KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH SINKRONISASI OPERASIONAL KEGIATAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH TA. 2017 Ungaran, 19 Januari 2017 Struktur Organisasi
Lebih terperinciKeadaan Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Tengah April 2015
KATA PENGANTAR Sektor pertanian merupakan sektor yang vital dalam perekonomian Jawa Tengah. Sebagian masyarakat Jawa Tengah memiliki mata pencaharian di bidang pertanian. Peningkatan kualitas dan kuantitas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tolok ukur keberhasilan pembangunan dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi dan semakin kecilnya ketimpangan pendapatan antar penduduk, antar daerah dan antar sektor. Akan
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH
GUBERNUR JAWA TENGAH KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR : 561.4/69/2010 TENTANG UPAH MINIMUM PADA 35 (TIGA PULUH LIMA) KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2011 GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang
Lebih terperinciBAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH
BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH 3.1 Keadaan Geografis dan Pemerintahan Propinsi Jawa Tengah adalah salah satu propinsi yang terletak di pulau Jawa dengan luas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai ada kesenjangan antar daerah yang disebabkan tidak meratanya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Pembangunan yang dilaksanakan diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pelaksanaan
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 116 TAHUN 2016 TENTANG
PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 116 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAN ASET DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciRENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH
Halaman : RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH Tahun Anggaran 0 Formulir RKA-SKPD. Urusan Pemerintahan :.0. - PERTANIAN Organisasi :.0.0. - Dinas Peternakan
Lebih terperinciBAB I BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan
BAB I BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan otonomi daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sektor industri mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor industri mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi suatu negara. Industrialisasi pada negara sedang berkembang sangat diperlukan agar dapat tumbuh
Lebih terperinci1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM 1.2 LATAR BELAKANG. Bab 1 Pendahuluan 1-1
Bab 1 Pendahuluan 1-1 1.1 TINJAUAN UMUM 1 BAB I PENDAHULUAN Sumber Daya Air merupakan salah satu unsur utama untuk kelangsungan hidup manusia, disamping itu air juga mempunyai arti penting dalam rangka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor. pembangunan suatu negara (Maharani dan Sri, 2014).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai masalah makroekonomi jangka panjang. Dari satu periode ke periode berikutnya kemampuan suatu negara untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan kekhasan daerah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan kekhasan daerah yang bersangkutan dengan
Lebih terperinciINDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015
No.1/3307/BRS/11/2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 Pembangunan manusia di Wonosobo pada tahun 2015 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan terus meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tembakau merupakan salah satu komoditas perdagangan penting di dunia. Menurut Rachmat dan Sri (2009) sejak tahun
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tembakau merupakan salah satu komoditas perdagangan penting di dunia. Menurut Rachmat dan Sri (2009) sejak tahun 2000-an kondisi agribisnis tembakau di dunia cenderung
Lebih terperinciGambar 1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jawa Tengah,
No.26/04/33/Th.XI, 17 April 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 IPM Jawa Tengah Tahun 2016 Pembangunan manusia di Jawa Tengah pada tahun 2016 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bersubsidi. Pupuk yang ditetapkan sebagai pupuk bersubsidi adalah pupuk
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pupuk merupakan salah satu kebutuhan yang penting bagi petani untuk membantu meningkatkan produktivitas mereka dalam memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia.
Lebih terperinciEVALUASI DAERAH PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENARGETAN BERBASIS WILAYAH
EVALUASI DAERAH PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENARGETAN BERBASIS WILAYAH Rapat Koordinasi Pelaksanaan Kebijakan Penanganan Kemiskinan Provinsi Jawa Tengah Surakarta, 9 Februari 2016 Kemiskinan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah. Jawa Tengah merupakan Provinsi yang termasuk ke dalam Provinsi yang memiliki jumlah penduduk
Lebih terperinciREKAPITULASI PESERTA PAMERAN SOROPADAN AGRO EXPO 2017 TANGGAL JULI 2017
REKAPITULASI PESERTA PAMERAN SOROPADAN AGRO EXPO 2017 TANGGAL 13-17 JULI 2017 NO SIMBOL JENIS STAND NOMOR STAND INSTANSI 1 1 Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah 2 2 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. World Bank dalam Whisnu, 2004), salah satu sebab terjadinya kemiskinan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan suatu keadaan di mana masyarakat yang tidak dapat memenuhi kebutuhan dan kehidupan yang layak, (menurut World Bank dalam Whisnu, 2004),
Lebih terperinciBPS PROVINSI JAWA TENGAH
BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 08/05/33/Th.I, 15 Mei 2007 TINGKAT PENGANGGURAN DI JAWA TENGAH MENURUN 0,1% Tingkat Penganguran Terbuka di Jawa Tengah pada Februari 2007 adalah 8,10%. Angka ini 0,10% lebih
Lebih terperinci1.1. UMUM. Statistik BPKH Wilayah XI Jawa-Madura Tahun
1.1. UMUM 1.1.1. DASAR Balai Pemantapan Kawasan Hutan adalah Unit Pelaksana Teknis Badan Planologi Kehutanan yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 6188/Kpts-II/2002, Tanggal 10
Lebih terperinciRENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH. PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH Tahun Anggaran 2018
RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH Tahun Anggaran 2018 Formulir RKA SKPD 2.2 Urusan Pemerintahan : 3.03. Energi dan Sumber Daya Mineral Organisasi
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH
No.31 /05/33/Th.VIII, 05 Mei 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,45 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Februari 2014 yang sebesar 17,72
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas mengenai gambaran persebaran IPM dan komponen-komponen penyususn IPM di Provinsi Jawa Tengah. Selanjutnya dilakukan pemodelan dengan menggunakan
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH
No. 66/11/33/Th.VI, 05 November 2012 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2012: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,63 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Agustus 2012 mencapai 17,09
Lebih terperinciPENILAIAN PENGARUH SEKTOR BASIS KOTA SALATIGA TERHADAP DAERAH PELAYANANNYA
PENILAIAN PENGARUH SEKTOR BASIS KOTA SALATIGA TERHADAP DAERAH PELAYANANNYA TUGAS AKHIR Oleh : PUTRAWANSYAH L2D 300 373 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
Lebih terperinciKEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 561.4/52/2008 TENTANG UPAH MINIMUM PADA 35 (TIGA PULUH LIMA) KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2009
KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 561.4/52/2008 TENTANG UPAH MINIMUM PADA 35 (TIGA PULUH LIMA) KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2009 GUBERNUR JAWA TENGAH, Membaca : Surat Kepala Dinas Tenaga
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH
No.69 /11/33/Th.VII, 06 November 2013 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2013: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 6,02 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Agustus 2013 mencapai 16,99
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Beras merupakan komoditi yang penting bagi Indonesia. Hal ini
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beras merupakan komoditi yang penting bagi Indonesia. Hal ini dikarenakan fungsi beras sebagai makanan pokok bagi hampir seluruh penduduk. Pentingnya keberadaan beras
Lebih terperinciGambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah
36 BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TENGAH 4.1 Kondisi Geografis Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di tengah Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi Jawa Tengah terletak
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH
GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURANGUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 53 TARUN 2116 PERUBAHANPERATURANGUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 63 TAHUN2015 KEBUTUHAN DAN HARGAECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIANDI
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH
No.70 /11/33/Th.VIII, 05 November 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,68 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Agustus 2014 yang sebesar
Lebih terperinciPROPINSI KOTAMADYA/KABUPATEN TARIF KABUPATEN/KOTAMADYA HARGA REGULER. DKI JAKARTA Kota Jakarta Barat Jakarta Barat
PROPINSI KOTAMADYA/KABUPATEN TARIF KABUPATEN/KOTAMADYA HARGA REGULER DKI JAKARTA Kota Jakarta Barat Jakarta Barat 13.000 Kota. Jakarta Pusat Jakarta Pusat 13.000 Tidak Ada Other Kota. Jakarta Selatan Jakarta
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Mengingat pentingnya tanah bagi kehidupan manusia, khususnya bagi. bangsa Indonesia, peranan negara sangat penting di dalam mengatur
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mengingat pentingnya tanah bagi kehidupan manusia, khususnya bagi bangsa Indonesia, peranan negara sangat penting di dalam mengatur penguasaan tanah. Negara sebagai organisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rakyat. Untuk mencapai cita-cita tersebut pemerintah mengupayakan. perekonomian adalah komponen utama demi berlangsungnya sistem
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang senantiasa memperbaiki struktur pemerintahan dan kualitas pembangunan nasional, guna mewujudkan cita-cita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatan pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) di tingkat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multi dimensional yang melibatkan perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, sikap mental dan lembaga-lembaga sosial. Perubahan
Lebih terperinci1. REKAP DATA REALISASI APBD DAN (PDRB) PROVINSI JAWA TENGAH. TAHUN 2011 (dalam jutaan rupiah)
LAMPIRAN LAMPIRAN A 1. REKAP DATA REALISASI APBD DAN (PDRB) PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2011 (dalam jutaan rupiah) NO. KOTA/KABUPATEN PAD DAU DAK BELANJA MODAL PDRB 1 Kab. Banjarnegara 71.107 562.288 65.367
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008 tanggal 7 Juni 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Lebih terperinciBAB 5 PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Ringkasan Hasil Regresi
BAB 5 PEMBAHASAN 5.1 Pembahasan Hasil Regresi Dalam bab ini akan dibahas mengenai bagaimana pengaruh PAD dan DAU terhadap pertumbuhan ekonomi dan bagaimana perbandingan pengaruh kedua variabel tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan di Indonesia secara keseluruhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya manusia dianggap sebagai titik sentral dalam proses pembangunan nasional. Pembangunan di Indonesia secara keseluruhan dikendalikan oleh sumber
Lebih terperinciaset dalam penggunaan
Nomor : 11/KU.01/09/2014 Lampiran : 1 (satu) set Hal : Laporan Hasil Kegiatan Monitoring dan Evaluasi di Wilayah Jawa Tengah Yth. Panitera/Sekretaris Pengadilan Tinggi Agama Semarang Sebagai Penanggungjawabb
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasarkan status sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusiinstitusi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan adalah suatu proses dalam melakukan perubahan kearah yang lebih baik. Proses pembangunan yang mencakup berbagai perubahan mendasarkan status sosial,
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Heteroskedastisitas Berdasarkan uji Park, nilai probabilitas dari semua variabel independen tidak signifikan pada tingkat 5%. Keadaan ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara. Dengan adanya pariwisata, suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah tempat
Lebih terperinci