Kajian Strategi Batas Pengelolaan WIlayah Negara & Kawasan Perbatasan di 12 Provinsi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kajian Strategi Batas Pengelolaan WIlayah Negara & Kawasan Perbatasan di 12 Provinsi"

Transkripsi

1 Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Kajian Strategi Batas Pengelolaan WIlayah Negara & Kawasan Perbatasan di 12 Provinsi Oktober

2

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DEFINISI... i ii x xvii xix BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG TUJUAN DAN SASARAN SISTEMATIKA PENULISAN... 3 BAB II KAJIAN LITERATUR TINJAUAN LITERATUR LANDASAN KEBIJAKAN ANALISA DAN EVALUASI KEBIJAKAN PUBLIK BAB III METODOLOGI DATA DAN SUMBER DATA METODE KAJIAN... 1 BAB IV GAMBARAN UMUM BATAS WILAYAH NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN DI 12 PROVINSI 4.1. PROVINSI ACEH Kondisi Batas Wilayah Negara Kondisi Geografis Dan Administratif Kondisi Fisik Kawasan Perbatasan Kondisi Kependudukan Wilayah Konsentrasi Pengembangan Kondisi Perekonomian Kondisi Sosial dan Budaya Kondisi Pertahanan dan Keamanan Kondisi Sarana dan Prasarana PROVINSI SUMATERA UTARA Kondisi Batas Wilayah Negara Kondisi Geografis Dan Administratif Kondisi Fisik Kawasan Perbatasan Kondisi Kependudukan Kondisi Perekonomian Wilayah Konsentrasi Pengembangan Kondisi Sosial dan Budaya ii H al

4 Kondisi Pertahanan dan Keamanan Kondisi Sarana dan Prasarana PROVINSI RIAU Kondisi Batas Wilayah Negara Kondisi Geografis Dan Administratif Kawasan Perbatasan Kondisi Fisik Kawasan Perbatasan Kondisi Kependudukan Kondisi Perekonomian Wilayah Konsentrasi Pengembangan Kondisi Sosial dan Budaya Kondisi Pertahanan dan Keamanan Sarana/Prasarana dan Utilitas Lingkungan PROVINSI KEPULAUAN RIAU Kondisi Batas Wilayah Negara Kondisi Geografis Dan Administratif Kawasan Perbatasan Kondisi Fisik Kawasan Perbatasan Kondisi Kependudukan Kondisi Perekonomian Wilayah Konsentrasi Pengembangan Kondisi Sosial dan Budaya Kondisi Pertahanan dan Keamanan Kondisi Sarana dan Prasarana PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Kondisi Batas Wilayah Negara Kondisi Geografis Dan Administratif Kawasan Perbatasan Kondisi Fisik Kawasan Perbatasan Kondisi Kependudukan Kondisi Perekonomian Wilayah Konsentrasi Pengembangan Kondisi Sosial dan Budaya Kondisi Pertahanan dan Keamanan Kondisi Sarana dan Prasarana PROVINSI KALIMANTAN BARAT Kondisi Batas Wilayah Negara Kondisi Geografis Dan Administratif Kawasan Perbatasan Kondisi Fisik Kawasan Perbatasan Kondisi Kependudukan Kondisi Perekonomian Wilayah Konsentrasi Pengembangan Kondisi Sosial dan Budaya Kondisi Pertahanan dan Keamanan Kondisi Sarana dan Prasarana iii H al

5 4.7. PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Kondisi Batas Wilayah Negara Kondisi Geografis Dan Administratif Kawasan Perbatasan Kondisi Fisik Kawasan Perbatasan Kondisi Kependudukan Kondisi Perekonomian Wilayah Konsentrasi Pengembangan Kondisi Sosial dan Budaya Kondisi Pertahanan dan Keamanan Kondisi Sarana dan Prasarana PROVINSI SULAWESI UTARA Kondisi Batas Wilayah Negara Kondisi Geografis Dan Administratif Kawasan Perbatasan Kondisi Fisik Kawasan Perbatasan Kondisi Kependudukan Kondisi Perekonomian Wilayah Konsentrasi Pengembangan Kondisi Sosial dan Budaya Kondisi Pertahanan dan Keamanan Kondisi Sarana dan Prasarana PROVINSI MALUKU UTARA Kondisi Batas Wilayah Negara Kondisi Geografis Dan Administratif Kawasan Perbatasan Kondisi Fisik Kawasan Perbatasan Kondisi Kependudukan Kondisi Perekonomian Wilayah Konsentrasi Pengembangan Kondisi Sosial dan Budaya Kondisi Pertahanan dan Keamanan Kondisi Sarana dan Prasarana PROVINSI MALUKU Kondisi Batas Wilayah Negara Kondisi Geografis Dan Administratif Kawasan Perbatasan Kondisi Fisik Kawasan Kondisi Kependudukan dan Ketenagakerjaan Kondisi Perekonomian Wilayah Konsentrasi Pengembangan Kondisi Sosial dan Budaya Kondisi Pertahanan dan Keamanan dan Hukum Kondisi Sarana dan Prasarana iv H al

6 4.11. PROVINSI PAPUA BARAT Kondisi Batas Wilayah Negara Kondisi Geografis Dan Administratif Kawasan Perbatasan Kondisi Fisik Kawasan Perbatasan Kondisi Kependudukan Kondisi Perekonomian Wiilayah Konsentrasi Pengembangan Kondisi Sosial dan Budaya Kondisi Pertahanan dan Keamanan Kondisi Sarana dan Prasarana PROVINSI PAPUA Kondisi Batas Wilayah Negara Kondisi Geografis Dan Administratif Kawasan Perbatasan Kondisi Fisik Kawasan Perbatasan Kondisi Kependudukan Kondisi Perekonomian Wilayah Konsentrasi Pengembangan Kondisi Sosial dan Budaya Kondisi Pertahanan dan Keamanan Kondisi Sarana dan Prasarana BAB V ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PROVINSI ACEH Isu Isu Strategis... 1 A. Batas Wilayah Negara... 1 B. Pertahanan dan Penegakan Hukum... 1 C. Ekonomi, SDA, dan LH... 2 D. Sosial dan Budaya... 2 E. Kelembagaan Kondisi Yang Dituju Arah Kebijakan dan Strategi... 4 A. Batas Wilayah Negara... 4 B. Pertahanan, Keamanan, dan Penegakan Hukum... 4 C. Ekonomi, SDA, dan LH... 4 D. Sosial dan Budaya... 5 E. Kelembagaan PROVINSI SUMATERA UTARA Isu Isu Strategis... 7 A. Batas Wilayah... 7 B. Pertahanan dan Penegakan Hukum... 7 C. Ekonomi, SDA, dan LH... 7 D. Sosial dan Budaya... 8 v H al

7 E. Kelembagaan Kondisi Yang Dituju Arah Kebijakan dan Strategi... 9 A. Batas Wilayah Negara... 9 B. Pertahanan, Keamanan, dan Penegakan Hukum... 9 C. Ekonomi, SDA, dan LH D. Sosial dan Budaya E. Kelembagaan PROVINSI RIAU Isu Isu Strategis A. Batas Wilayah B. Pertahanan, Keamanan, dan Hukum C. Ekonomi, SDA, dan LH D. Sosial dan Budaya E. Kelembagaan Kondisi Yang Dituju Arah Kebijakan dan Strategi A. Batas Wilayah Negara B. Pertahanan, Keamanan, dan Penegakan Hukum C. Ekonomi, SDA, dan LH D. Sosial dan Budaya E. Kelembagaan PROVINSI KEPULAUAN RIAU Isu Isu Strategis A. Batas Wilayah B. Pertahanan, Keamanan, dan Penegakan Hukum C. Ekonomi, SDA, dan LH D. Sosial dan Budaya E. Kelembagaan Kondisi Yang Dituju Arah Kebijakan dan Strategi A. Batas Wilayah Negara B. Pertahanan, Keamanan, dan Penegakan Hukum C. Ekonomi, SDA, dan LH D. Sosial dan Budaya E. Kelembagaan PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Isu Isu Strategis A. Batas Wilayah Negara vi H al

8 B. Pertahanan, Keamanan, dan Penegakan Hukum C. Ekonomi, SDA, dan LH D. Sosial dan Budaya E. Kelembagaan Kondisi Yang Dituju Arah Kebijakan dan Strategi A. Batas Wilayah Negara B. Pertahanan, Keamanan, dan Penegakan Hukum C. Ekonomi, SDA, dan LH D. Sosial dan Budaya E. Kelembagaan PROVINSI KALIMANTAN BARAT Isu Isu Strategis A. Batas Wilayah B. Pertahanan, Keamanan, dan Penegakan Hukum C. Ekonomi, SDA, dan LH D. Sosial dan Budaya E. Kelembagaan Kondisi Yang Dituju Arah Kebijakan dan Strategi A. Batas Wilayah Negara B. Pertahanan, Keamanan, dan Penegakan Hukum C. Ekonomi, SDA, dan LH D. Sosial dan Budaya E. Kelembagaan PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Isu Isu Strategis A. Batas Wilayah B. Pertahanan, Keamanan, dan Penegakan Hukum C. Ekonomi, SDA, dan LH D. Sosial dan Budaya E. Kelembagaan Kondisi Yang Dituju Arah Kebijakan dan Strategi A. Batas Wilayah Negara B. Pertahanan, Keamanan, dan Penegakan Hukum C. Ekonomi, SDA, dan LH D. Sosial dan Budaya E. Kelembagaan vii H al

9 5.8. PROVINSI SULAWESI UTARA Isu Isu Strategis A. Batas Wilayah B. Pertahanan, Keamanan, dan Penegakan Hukum C. Ekonomi, SDA, dan LH D. Sosial dan Budaya E. Kelembagaan Kondisi Yang Dituju Arah Kebijakan dan Strategi A. Batas Wilayah Negara B. Pertahanan, Keamanan, dan Penegakan Hukum C. Ekonomi, SDA, dan LH D. Sosial dan Budaya E. Kelembagaan PROVINSI MALUKU UTARA Isu Isu Strategis A. Batas Wilayah B. Pertahanan, Keamanan, dan Penegakan Hukum C. Ekonomi, SDA, dan LH D. Sosial dan Budaya E. Kelembagaan Kondisi Yang Dituju Arah Kebijakan dan Strategi A. Batas Wilayah Negara B. Pertahanan, Keamanan, dan Penegakan Hukum C. Ekonomi, SDA, dan LH D. Sosial dan Budaya E. Kelembagaan PROVINSI MALUKU Isu Isu Strategis A. Batas Wilayah B. Pertahanan, Keamanan, dan Penegakan Hukum C. Ekonomi, SDA, dan LH D. Sosial dan Budaya E. Kelembagaan Kondisi Yang Dituju Arah Kebijakan dan Strategi A. Batas Wilayah Negara B. Pertahanan, Keamanan, dan Penegakan Hukum C. Ekonomi, SDA, dan LH viii H al

10 D. Sosial dan Budaya E. Kelembagaan PROVINSI PAPUA BARAT Isu Isu Strategis A. Batas Wilayah B. Pertahanan, Keamanan, dan Penegakan Hukum C. Ekonomi, SDA, dan LH D. Sosial dan Budaya E. Kelembagaan Kondisi Yang Dituju Arah Kebijakan dan Strategi A. Batas Wilayah Negara B. Pertahanan, Keamanan, dan Penegakan Hukum C. Ekonomi, SDA, dan LH D. Sosial dan Budaya E. Kelembagaan PROVINSI PAPUA Isu Isu Strategis A. Batas Wilayah Negara B. Pertahanan, Keamanan, dan Penegakan Hukum C. Ekonomi, SDA, dan LH D. Sosial dan Budaya E. Kelembagaan Kondisi Yang Dituju Arah Kebijakan dan Strategi A. Batas Wilayah Negara B. Pertahanan, Keamanan, dan Penegakan Hukum C. Ekonomi, SDA, dan LH D. Sosial dan Budaya E. Kelembagaan BAB VI PENUTUP... 1 DAFTAR PUSTAKA ix H al

11 DAFTAR TABEL BAB II 2.1 Tipologi Pengembangan Kawasan Perbatasan BAB IV 4.1 Titik Dasar di Provinsi Aceh Daftar Kabupaten, Kecamatan dan Lokpri di Kawasan Perbatasan Provinsi Aceh Penggunaan Tanah di Kecamatan Sukakarya Kota Sabang Tahun Kondisi Kependudukan pada WKP dan Lokpri di Provinsi Aceh Pola Perkembangan Perekonomian Daerah (WKP) pada Kawasan Perbatasan Negara di Provinsi Aceh Indeks LQ Daerah (WKP) di Provinsi Aceh Tahun Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kota Sabang Tahun Jumlah Sekolah SD, SLTP, SLTA dan Sederajat serta Kejuruan di Kecamatan Sukakarya Kota Sabang Tahun Jumlah Sarana dan Prasarana Kesehatan serta Tenaga Medis di Kecamatan Sukakarya Kota Sabang Tahun Pangsa Desa terhadap Sarana dan Prasarana Kesehatan di Kecamatan Sukakarya Panjang Jalan dan Kondisi Jalan Kota Sabang Tahun Titik Dasar di Provinsi Sumatera Utara Daftar Kabupaten, Kecamatan dan Lokasi Prioritas di Kawasan Perbatasan Provinsi Sumatera Utara Kondisi Kependudukan pada WKP dan Lokpri di Provinsi Sumatera Utara Indeks LQ Daerah (WKP) di Provinsi Sumatera Utara Tahun Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten Serdang Begadai Tahun Jumlah Sekolah di Kecamatan Tanjung Beringin Tahun Jumlah Sarana dan Prasarana Kesehatan serta Tenaga Medis di Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Begadai Tahun Kondisi Akses Lalu Lintas Jalan di Kecamatan Tanjung Beringin Tahun Daftar Kabupaten, Kecamatan dan Lokpri di Kawasan Perbatasan Provinsi Riau Jumlah Keluarga yang Bermukim dan Jumlah Rumah di Sepanjang Tepi Sungai di Kawasan Perbatasan Sumber Air Bersih di Lokasi Kecamatan Prioritas x H al

12 4.23 Kondisi Kependudukan pada WKP dan Lokpri di Provinsi Riau Indeks LQ Daerah (WKP) di Provinsi Riau Tahun Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten Perbatasan Provinsi Riau Tahun Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten Perbatasan Provinsi Riau Tahun Pos Lintas Batas di Provinsi Riau Jumlah Sekolah di Kabupaten Perbatasan Tahun 2009/ Sarana Kesehatan Kabupaten/Kota Perbatasan Provinsi Riau Tahun Sarana Kesehatan di Lokasi Prioritas (kecamatan perbatasan) Tahun Jumlah Tenaga Medis Kabupaten/Kota Perbatasan Provinsi Riau Tahun Penderita Gizi Buruk Tahun Jumlah Keluarga yang Bermukim dan Jumlah Rumah di Sepanjang Tepi Sungai di Kawasan Perbatasan Tahun Sumber Air Bersih di Lokasi Kecamatan Perbatasan/Prioritas Jangkauan Pelayanan Listrik di Lokasi Prioritas (Kecamatan Perbatasan) Tahun 2008) Panjang dan Kondisi Jalan di Provinsi Riau Tahun 2009 dan Panjang dan Kondisi Jalan Kabupaten/Kota Perbatasan Tahun 2009 dan Akses Lalu Lintas Kecamatan dan Jenis Permukaan Jalan Daftar Kabupaten, Kecamatan dan Lokpri di Kawasan Perbatasan Provinsi Kepulauan Riau Kondisi Kependudukan pada WKP dan Lokpri di Provinsi Kepulauan Riau Indeks LQ Daerah (WKP) di Provinsi Kepulauan Riau Tahun Indikator dan Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Kepulauan Riau Tahun Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten Perbatasan Provinsi Kepulauan Riau Tahun Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten Perbatasan Provinsi Kepulauan Riau Tahun Pos Lintas Batas di Provinsi Kepulauan Riau Jumlah Sekolah di Kabupaten Perbatasan Tahun Jumlah Sarana/Prasarana Kesehatan di Kabupaten dan Kecamatan Perbatasan Provinsi Kepulauan Riau Tahun Tenaga Kesehatan di Kecamatan dan Kabupatenn Perbatasan Provinsi Kepulauan Riau Tahun xi H al

13 4.49 Penderita Gizi Buruk Selama 3 Tahun Terakhir di Kawasan Perbatasan di Provinsi Kepulauan Riau Sumber Air Minum di Kabupaten dan Kecamatan Perbatasan Provinsi Kepulauan Riau Tahun Jumlah Desa yang Mempunyai Lampu Penerangan di Jalan Utama Gambaran Batas Darat dan Perairan di Wilayah Provinsi NTT Daftar Kabupaten, Kecamatan dan Lokpri di Kawasan Perbatasan Provinsi Nusa Tenggara Timur Kondisi Kependudukan pada WKP dan Lokpri di Provinsi Nusa Tenggara Timur Indeks LQ Daerah (WKP) di Provinsi NTT Tahun Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten/Kota Beserta Komponen Pembentuknya pada Kawasan Perbatasan di Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun Pos Pamtas RI Timor Leste di Provinsi Nusa Tenggara Timur Pos Lintas Batas di Provinsi Nusa Tenggara Timur Jumlah Sekolah/PT pada Kecamatan Lokasi Prioritas Kawasan Perbatasan di Provinsi Nusa Tenggara Timur Persentase Desa pada Kecamatan Lokasi Prioritas Kawasan Perbatasan Berdasarkan Kondisi Ketersediaan dan Aksesibilitas Terhadap Pelayanan Kesehatan di Provinsi Nusa Tenggara Timur Persentase Desa pada Kecamatan Lokasi Prioritas Kawasan Perbatasan Berdasarkan Kondisi Aksesibilitas Terhadap Pelayanan Air Bersih di Provinsi Nusa Tenggara Timur Persentase KK pada Kecamatan Lokasi Prioritas Kawasan Perbatasan Berdasarkan Kondisi Aksesibilitas Terhadap Pelayanan Listrik di Provinsi Nusa Tenggara Timur Persentase Desa pada Kecamatan Lokasi Prioritas Kawasan Perbatasan Berdasarkan Kondisi Aksesibilitas Terhadap Pelayanan Komunikasi dan Informasi di Provinsi Nusa Tenggara Timur Persentase Desa pada Kecamatan Lokasi Prioritas Kawasan Perbatasan Berdasarkan Kondisi Aksesibilitas Transportasi di Provinsi Nusa Tenggara Timur Daftar Kabupaten, Kecamatan dan Lokpri di Kawasan Perbatasan Provinsi Kalimantan Barat Kondisi Kependudukan pada WKP dan Lokpri di Provinsi Kalimantan Barat Indeks LQ Daerah (WKP) di Provinsi Kalimantan Barat Tahun Potensi Ekonomi di Kecamatan Lokasi Prioritas Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kawasan Perbatasan Provinsi Kalimantan Barat Tahun Pos Lintas Batas (PLB) Kalimantan Barat Serawak xii H al

14 4.71 Kondisi Pos Pamtas di Kalimantan Barat Tahun Jumlah Sekolah di Kabupaten Perbatasan Tahun Jarak Terdekat Sekolah (TK, SD, SLTP, SLTA dan SMK) dari Kecamatan Perbatasan Jumlah Sarana/Prasarana Kesehatan di Kabupaten dan Kecamatan Perbatasan Tahun Tingkat Kesulitan Akses ke Puskesmas, Puskesmas Pembantu (Pustu), Posyandu, Polindes dan Poskesdes di Kecamatan Perbatasan Tahun Jumlah Tenaga Kesehatan di Kabupaten dan Kecamatan Perbatasan Tahun Pangsa Desa Tanpa Praktek Dokter, Bidan, Poskesdes, Polindes dan Tanpa Pustu Sumber Air Bersih Desa desa di Kecamatan dan Kabupaten Perbatasan, Provinsi Kalimantan Barat Tahun Pangsa Desa yang Akses Listrik Dilayani oleh PLN dan Non PLN Di Kawasan Perbatasan Provinsi Kalimantan Kondisi Jalan yang Diakses oleh Desa di Kawasan Perbatasan Daftar Kabupaten, Kecamatan dan Lokpri di Kawasan Perbatasan Provinsi Kalimantan Timur Kondisi Kependudukan pada WKP dan Lokpri di Provinsi Kalimantan Timur Indeks LQ Daerah (WKP) di Provinsi Kalimantan Timur Tahun Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kawasan Perbatasan Provinsi Kalimantan Timur Tahun Pos Lintas Batas (PLB) Kalimantan Timur Pos Pamtas di Provinsi Kalimantan Timur Jumlah Sekolah Hingga Perguruan Tinggi di Kabupaten/Kecamatan Perbatasan di Kalimantan Timur Jarak Terdekat Sekolah di Kabupaten/Kecamatan Provinsi Kalimantan Timur Tahun Sarana dan Prasarana Kesehatan di Kabupaten dan Kecamatan Perbatasan Provinsi Kalimantan Timur Tahun Jumlah Tenaga Kesehatan di Kabupaten dan Kecamatan Perbatasan Kalimantan Timur Tahun Jumlah Desa Tanpa Adanya Sarana dan Prasarana Kesehatan di Kabupaten/Kecamatan Perbatasan Provinsi Kalimantan Timur Tahun Tingkat Kesulitan Desa Perbatasan Mengakses Berbagai Sarana Kesehatan di Kabupaten/Kecamatan Perbatasan Provinsi Kalimantan Timur Sumber Air Bersih di Berbagai Kabupaten/Kecamatan Perbatasan xiii H al

15 Provinsi Kalimantan Timur Tahun Pangsa KK yang Akses Listrik Dilayani oleh PLN dan Non PLN di Kecamatan Perbatasan Provinsi Kalimantan Timur Tahun Akses Lalu Lintas dan Kondisi Permukaan Jalan Desa desa di Kabupaten/Kecamatan Perbatasan Provinsi Kalimantan Timur Tahun Daftar Kabupaten, Kecamatan dan Lokpri di Kawasan Perbatasan Provinsi Sulawesi Utara Kondisi Kependudukan pada WKP dan Lokpri di Provinsi Sulawesi Utara Indeks LQ Daerah (WKP) di Provinsi Sulawesi Utara Tahun Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten/Kota Beserta Komponen Pembentuknya pada Kawasan Perbatasan di Provinsi Sulawesi Utara Tahun Pos Lintas Batas di Kawasan Perbatasan Laut RI Filipina di Laut Sulawesi Jumlah Sekolah/Perguruan Tinggi pada Kecamatan Lokasi Prioritas Kawasan Perbatasan di Provinsi Sulawesi Utara Presentase Desa pada Kecamatan Lokasi Prioritas Kawasan Perbatasan Berdasarkan Kondisi Ketersediaan dan Aksesibilitas Terhadap Pelayanan Kesehatan di Provinsi Sulawesi Utara Presentase Desa pada Kecamatan Lokasi Prioritas Kawasan Perbatasan Berdasarkan Kondisi Aksesibilitas Terhadap Pelayanan Air Bersih di Provinsi Sulawesi Utara Presentase KK pada Kecamatan Lokasi Prioritas Kawasan Perbatasan Berdasarkan Kondisi Aksesibilitas terhadap Pelayanan Listrik di Provinsi Sulawesi Utara Presentase Desa pada Kecamatan Lokasi Prioritas Kawasan Perbatasan Berdasarkan Kondisi Aksesibilitas terhadap Pelayanan Komunikasi dan Informasi di Provinsi Sulawesi Utara Presentase Desa pada Kecamatan Lokasi Prioritas Kawasan Perbatasan Berdasarkan Kondisi Aksesibilitas Transportasi di Provinsi Sulawesi Utara Daftar Kabupaten, Kecamatan dan Lokpri di kawasan perbatasan Provinsi Maluku Utara Kondisi Kependudukan pada WKP dan Lokpri di Provinsi Maluku Utara Indeks LQ Daerah (WKP) di Provinsi Maluku Utara Tahun Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten Morotai Jumlah Sekolah, Murid dan Guru di Kabupaten dan Kecamatan Perbatasan Provinsi Maluku Utara Tahun Jumlah Rumah Sakit, Poliklinik, Puskesmas, Pustu Dan Posyandu xiv H al

16 di Morotai Tahun Kondisi Jalan di Pulau Morotai Daftar Kabupaten, Kecamatan dan Lokpri di Kawasan Perbatasan Provinsi Maluku Kondisi Kependudukan pada WKP dan Lokpri di Provinsi Maluku Indeks LQ Daerah (WKP) di Provinsi Maluku Tahun Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Perbatasan Provinsi Maluku Tahun Jumlah Sekolah Sekolah, Pesantren/Madrasah hingga Program Diploma/Perguruan Tinggi di Kabupaten/Kecamatan Perbatasan di Provinsi Maluku Tahun Jarak Terdekat Ke Sekolah Sekolah Di Kecamatan/Kabupaten Perbatasan di Provinsi Maluku Tahun Jumlah Sarana Dan Prasarana Kesehatan di Kecamatan/Kabupaten Perbatasan di Provinsi Maluku Tahun Jumlah Tenaga Medis di Kabupaten/Kecamatan Perbatasan di Provinsi Maluku Tahun Jumlah Desa Tanpa Pelayanan Tenaga Medis Dan Sarana/Prasarana Kesehatan Di Kabupaten/Kecamatan Perbatasan Provinsi Maluku Tahun Jumlah Penderita Gizi Buruk di Kabupaten/Kecamatan Perbatasan di Provinsi Maluku Tahun Pangsa Desa untuk Mendapatkan Air Bersih Di Kabupaten/ Kecamatan Perbatasan Provinsi Maluku Tahun Pangsa Desa yang Akses Dilayani oleh Listrik PLN dan Non PLN di Kabupaten/Kecamatan Perbatasan (Lokri) Provinsi Maluku Tahun Program TV Nasional dan Luar Negeri yang Dapat Diterima di Kawasan Perbatasan Pangsa Desa Yang Diakses Berbagai Kondisi Jalan di Kabupaten/ Kecamatan Perbatasan Provinsi Maluku Lapangan Terbang di Kawasan Perbatasan Provinsi Maluku Daftar Kabupaten, Kecamatan dan Lokpri di Kawasan Perbatasan Provinsi Papua Barat Kondisi Kependudukan pada WKP dan Lokpri di Provinsi Papua Barat Indeks LQ Daerah (WKP) di Provinsi Papua Barat Tahun Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten/Kota Beserta Komponen Pembentuknya pada Kawasan Perbatasan di Provinsi Papua Barat Tahun Jumlah Sekolah/Perguruan Tinggi pada Kecamatan Lokasi Prioritas Kawasan Perbatasan di Provinsi Papua Barat xv H al

17 4.134 Jumlah Sarana dan Prasarana Kesehatan pada Kecamatan Lokasi Prioritas Kawasan Perbatasan di Provinsi Papua Barat Presentase Desa pada Kecamatan Lokasi Prioritas Kawasan Perbatasan Berdasarkan Kondisi Aksesibilitas Terhadap Pelayanan Air Bersih di Provinsi Papua Barat Presentase KK pada Kecamatan Lokasi Prioritas Kawasan Perbatasan Berdasarkan Kondisi Aksesibilitas terhadap Pelayanan Listrik di Provinsi Papua Barat Presentase Desa pada Kecamatan Lokasi Prioritas Kawasan Perbatasan Berdasarkan Kondisi Aksesibilitas Terhadap Pelayanan Komunikasi dan Informasi di Provinsi Papua Barat Presentase Desa pada Kecamatan Lokasi Prioritas Kawasan Perbatasan berdasarkan Kondisi Aksesibilitas Transpotrtasi di Provinsi Papua Barat Koordinat 52 Titik Pilar Batas Perbatasan Darat antara RI PNG Daftar Kabupaten, Kecamatan dan Lokpri di Kawasan Perbatasan Provinsi Papua Kondisi Kependudukan pada WKP dan Lokpri di Provinsi Papua Indeks LQ Daerah (WKP) di Provinsi Papua Tahun Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten/Kota Beserta Komponen Pembentuknya pada Kawasan Perbatasan di Provinsi Papua Tahun Pos Pengamanan Perbatasan di Provinsi Papua Pos Lintas Batas di Provinsi Papua Jumlah Sekolah/Perguruan Tinggi pada Kecamatan Lokasi Prioritas Kawasan Perbatasan di Provinsi Papua Presentase Desa pada Kecamatan Lokasi Prioritas Kawasan Perbatasan Berdasarkan Kondisi Ketersediaan dan Aksesibilitas Terhadap Pelayanan Kesehatan di Provinsi Papua Presentase Desa pada Kecamatan Lokasi Prioritas Kawasan Perbatasan berdasarkan Kondisi Aksesibilitas Terhadap Pelayanan Air Bersih di Provinsi Papua Presentase KK pada Kecamatan Lokasi Prioritas Kawasan Perbatasan Berdasarkan Kondisi Aksesibilitas terhadap Pelayanan Listrik di Provinsi Papua Presentase Desa pada Kecamatan Lokasi Prioritas Kawasan Perbatasan berdasarkan Kondisi Aksesibilitas Terhadap Pelayanan Komunikasi dan Informasi di Provinsi Papua Presentase Desa pada Kecamatan Lokasi Prioritas Kawasan Perbatasan berdasarkan Kondisi Aksesibilitas Transpotrtasi di Provinsi Papua xvi H al

18 DAFTAR GAMBAR BAB I 1.1 Perbatasan RI dengan 10 Negara Tetangga (Darat dan Laut)... 1 BAB II 2.1 Ilustrasi: Boundary Making Theory Empat Elemen Pengelolaan Perbatasan Kawasan Perbatasan di Indonesia Kawasan Perbatasan sebagai Pusat Kegiatan Strategis Nasional BAB IV 4.1 Peta Sinoptik Batas Yurisdiksi dan Kedaulatan NKRI Batas Maritim Antara RI India dan Thailand di Samudera Hindia, Laut Andaman dan Selat Malaka Batas Landas Kontinen RI India Thailand yang telah Disepakati Peta Orientasi Pulau Terluar di Aceh Kawasan Perbatasan Negara dan Lokasi Prioritas di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Pola Perkembangan Perekonomian Daerah (WKP) pada Kawasan Perbatasan Negara di Provinsi Aceh Struktur Kelembagaan Gampong Pelabuhan Sabang (International Hub Port) Batas Laut RI Malaysia di Selat Malaka Pulau Kecil Terluar Pulau Berhala Kawasan Perbatasan Negara dan Lokasi Prioritas di Provinsi Sumatera Utara Pola Perkembangan Perekonomian Daerah (WKP) pada Kawasan Perbatasan Negara di Provinsi Sumatera Utara Batas Laut RI Malaysia di Selat Malaka Pola Perkembangan Perekonomian Daerah (WKP) pada Kawasan Perbatasan Negara di Provinsi Kepulauan Riau Peta Batas Wilayah Negara di Kepulauan Riau Pola Perkembangan Perekonomian Daerah (WKP) pada Kawasan Perbatasan Negara di Provinsi Riau Peta Batas Dasar RI Timor Leste Kawasan Perbatasan Negara dan Lokasi Prioritas di Provinsi Nusa Tenggara Timur Pola Perkembangan Perekonomian Daerah (WKP) pada Kawasan Perbatasan Negara di Provinsi Nusa Tenggara Timur Pos Lintas Batas dan Pos Pamtas di NTT Kawasan Perbatasan Negara dan Lokasi Prioritas di Provinsi Kalimantan Barat xvii H al

19 4.22 Pola Perkembangan Perekonomian Daerah (WKP) pada Kawasan Perbatasan Negara di Provinsi Kalimantan Barat Kawasan Perbatasan Negara dan Lokasi Prioritas di Provinsi Kalimantan Timur Pola Perkembangan Perekonomian Daerah (WKP) pada Kawasan Perbatasan Negara di Provinsi Kalimantan Timur Batas Laut RI Filipina di Laut Sulawesi Lokasi Prioritas pada Kawasan Perbatasan Negara di Sulawesi Utara Pola Perkembangan Perekonomian Daerah (WKP) pada Kawasan Perbatasan Negara di Provinsi Sulawesi Utara Batas Laut RI Republik Palau di Samudera Pasifik Pola Perkembangan Perekonomian Daerah (WKP) pada Kawasan Perbatasan Negara di Provinsi Maluku Utara Kondisi Air Bersih dengan Sumur Gali dan Kondisi Air dengan PAM Di Morotai Aksesibilitas dari dank e Pulau Morotai Kondisi Jalan di Morotai Suasana Pelabuhan Samudera di Daruba dan Bandar Udara Pitu Streep Pola Perkembangan Perekonomian Daerah (WKP) pada Kawasan Perbatasan Negara di Provinsi Maluku Batas Laut RI Republik Palau di Samudera Pasifik Kawasan Perbatasan Negara dan Lokasi Prioritas di Provinsi Papua Barat Pola Perkembangan Perekonomian Daerah (WKP) pada Kawasan Perbatasan Negara di Provinsi Papua Barat Kawasan Perbatasan Negara dan Lokasi Prioritas di Provinsi Papua Pola Perkembangan Perekonomian Daerah (WKP) pada Kawasan Perbatasan Negara di Provinsi Papua xviii H al

20 DEFINISI Dalam Kajian Strategi Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan, yang dimaksud dengan: 1. Pembangunan adalah semua proses perbaikan atau perubahan yang yang dilakukan melalui upaya upaya secara sadar, terencana, dan berkesinambungan atas suatu masyarakat atau suatu sistem sosial secara keseluruhan menuju kehidupan yang lebih baik atau lebih manusiawi. 2. Pengelolaan adalah aktivitas manajemen yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan serta pengendalian. 3. Wilayah Negara adalah salah satu unsur negara yang merupakan satu kesatuan wilayah daratan, perairan pedalaman, perairan kepulauan dan laut teritorial beserta dasar laut dan tanah di bawahnya, serta ruang udara di atasnya, termasuk seluruh sumber kekayaan yang terkandung di dalamnya. 4. Batas Wilayah Negara adalah garis batas yang merupakan pemisah kedaulatan suatu negara yang didasarkan atas hukum internasional. 5. Kawasan Perbatasan adalah bagian dari wilayah negara yang terletak pada sisi dalam sepanjang batas wilayah Indonesia dengan negara lain, dalam hal batas wilayah negara di darat, kawasan perbatasan berada di kecamatan. 6. Kawasan Perbatasan Laut adalah kawasan sepanjang sisi dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia sampai dengan pulau pulau kecil terluar (P2KT) dan perairan di sekitarnya. 7. Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan adalah rencana pembangunan nasional jangka menengah (5 tahun) yang memberikan arah kebijakan, strategi, dan agenda program prioritas pengelolaan batas wilayah negara dan pembangunan kawasan perbatasan yang disusun dan ditetapkan oleh Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP). 8. Rencana Aksi Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan adalah pedoman implementasi tahunan dari Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan masing masing Provinsi yang disusun dan ditetapkan oleh BNPP. 9. Batas Wilayah Yurisdiksi adalah garis batas yang merupakan pemisah hak berdaulat dan kewenangan tertentu yang dimiliki oleh negara yang didasarkan atas ketentuan peraturan perundang undangan dan hukum internasional. xix

21 10. Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) adalah suatu area di luar dan berdampingan dengan laut teritorial Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang Undang yang mengatur mengenai perairan Indonesia dengan batas terluar 200 (dua ratus) mil laut dari garis pangkal dari mana lebar laut teritorial diukur. 11. Zona Tambahan Indonesia adalah zona yang lebarnya tidak melebihi 24 (dua puluh empat) mil laut yang diukur dari garis pangkal darimana lebar laut teritorial diukur. 12. Landas Kontinen Indonesia adalah meliputi dasar laut dan tanah di bawahnya dari area di bawah permukaan laut yang terletak di luar laut teritorial, sepanjang kelanjutan alamiah wilayah daratan hingga pinggiran luar tepi kontinen, atau hingga suatu jarak 200 (dua ratus) mil laut dari garis pangkal dari mana lebar laut teritorial diukur, dalam hal pinggiran luar tepi kontinen tidak mencapai jarak tersebut, hingga paling jauh 350 (tiga ratus lima puluh) mil laut sampai dengan jarak 100 (seratus) mil laut dari garis kedalaman (dua ribu lima ratus) meter. 13. Pulau Kecil Terluar adalah pulau dengan luas area kurang atau sama dengan 2000 km 2 (dua ribu kilometer persegi) yang memiliki titik titik dasar koordinat geografis yang menghubungkan garis pangkal laut kepulauan sesuai dengan hukum internasional dan nasional. 14. Titik Dasar adalah titik koordinat geografis yang ditetapkan dengan lintang dan bujur geografis, untuk penarikan garis pangkal kepulauan Indonesia. 15. Perjanjian Internasional adalah perjanjian dalam bentuk dan nama tertentu yang diatur dalam hukum internasional yang dibuat secara tertulis serta menimbulkan hak dan kewajiban di bidang hukum publik 16. AFTA (ASEAN Free Trade Area) adalah perdagangan bebas yang mencakup wilayah negara negara Asia Tenggara. 17. IMS GT (Indonesia Malaysia Singapore Growth Triangle), adalah kerjasama ekonomi sub regional antara RI, Malaysia, dan Singapura. 18. IMT GT (Indonesia Malaysia Thailand Growth Triangle) adalah kerjasama ekonomi sub regional antara RI, Malaysia, dan Thailand. 19. BIMP EAGA (Brunei, Indonesia, Malaysia, Philipina East Asian Growth Area) adalah kerjasama ekonomi sub regional antara Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Filipina. 20. Pos Lintas Batas (PLB) Internasional adalah tempat pemeriksaan lintas batas bagi pemegang Pas Lintas Batas dan Paspor. 21. Pos Lintas Batas (PLB) Tradisional adalah tempat pemeriksaan lintas batas bagi pemegang Pas Lintas Batas. xx

22 22. Demarkasi adalah penegasan batas melalui pemasangan tanda tanda batas di sepanjang garis batas yang disepakati. 23. Delimitasi adalah penentuan/penetapan batas wilayah atau yurisdiksi antara satu negara dengan negara lain. 24. Pusat Kegiatan Strategis Nasional yang selanjutnya disebut PKSN adalah kawasan perkotaan yang ditetapkan untuk mendorong pengembangan kawasan perbatasan negara. 25. Badan Pengelola adalah badan yang diberi kewenangan oleh Undang Undang ini di bidang pembangunan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan. 26. Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) adalah badan pengelola yang diberi kewenangan oleh UU untuk mengelola batas wilayah negara dan kawasan perbatasan. 27. Badan Pengelola Perbatasan di Daerah (BDPP) adalah badan pengelola di tingkat daerah hanya dibentuk di daerah provinsi, kabupaten/kota yang memiliki kawasan perbatasan antarnegara. 28. Pemerintah Pusat, yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun xxi

23 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah mencapai pulau. Indonesia juga merupakan negara dengan garis pantai mencapai km. Selain itu, Indonesia juga berbatasan dengan sepuluh negara tetangga yaitu: India, Thailand, Malaysia, Singapura, Vietnam, Filipina, Papau, Papua Nigini, Australia, dan Timor Leste. Terdapat 21 provinsi yang termasuk dalam wilayah perbatasan, dimana 12 provinsi diantaranya berbatasan langsung dengan negara tetangga, baik perbatasan darat maupun laut. Adapun ke 12 provinsi tersebut adalah: Aceh, Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat, dan Papua. Gambar 1.1. Perbatasan RI dengan 10 Negara Tetangga (Darat dan Laut) 1 B a b I

24 Kawasan perbatasan memiliki arti yang sangat vital dan strategis, baik dalam sudut pandang pertahanan keamanan, maupun dalam sudut pandang ekonomi, sosial, dan budaya. Masing masing kawasan perbatasan tersebut memiliki karakteristik yang berbeda antara satu dengan lainnya. Perbedaan tersebut disamping budaya masyarakat setempat, juga disebabkan perbedaan kondisi dan tingkat kesejahteraan dengan negara tetangga yang berbatasan. Namun secara keseluruhan terlihat adanya interaksi langsung dan intensif antara warga negara Indonesia dengan warga negara tetangga, berupa hubungan hubungan sosial kultural secara konvensional maupun kegiatan kegiatan ekonomi ekonomi lainnya. Dinamika hubungan masyarakat perbatasan Indonesia dengan negara tetangga mempunyai sejarah yang panjang, dimana dalam hubungan kedua negara tersebut dikenal konsep satu rumpun yang terefleksi dalam aktifitas pergaulan masyarakatnya. Warga di kawasan perbatasan merasa tidak memiliki perbedaan dan menganggap bahwa mereka yang berada di wilayah Indonesia dengan negara tetangga itu sama. Hal ini bisa dilihat dari kecenderungan hubungan masyarakat perbatasan Indonesia Malaysia, Indonesia Filipina, Indonesia PNG, dan Indonesia Timor Leste. Padahal terdapat aturan nasional dan internasional mengenai kebangsaan dan batas negara yang mengakibatkan mereka menjadi harus terpisah. Kondisi ekonomi di kawasan perbatasan antara Indonesia Malaysia dan Indonesia Singapura berbeda, dimana kondisi ekonomi di Malaysia dan Singapura lebih maju dan makmur. Sementara kondisi ekonomi masyarakat di kawasan perbatasan Indonesia Filipina, Indonesia PNG, dan Indonesia Timor Leste relatif sama. Perbedaan karakteristik masyarakat di kawasan perbatasan dan tingkat kesejahteraan dengan negara tetangga tentu berdampak pada bagaimana menentukan arah kebijakan dalam menangani persoalan persoalan di masingmasing kawasan tersebut. Menyadari kondisi dan arti strategis kawasan perbatasan tersebut, maka perlu ditempuh langkah langkah penanganan di berbagai bidang pembangunan sesuai dengan konteks kebutuhan masing masing kawasan guna mengoptimalkan potensi sumber daya setempat TUJUAN DAN SASARAN Tujuan penyusunan Kajian Strategi Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan di 12 Provinsi adalah untuk: 2 B a b I

25 1. Sebagai acuan informasi dalam penyusunan Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan yang telah disusun dan ditetapkan oleh Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP). 2. Memberikan informasi mengenai arah pengembangan, kebijakan, dan strategi pengelolaan batas wilayah negara di 12 provinsi SISTEMATIKA PENULISAN Sistematika penulisan Kajian Strategi Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan di 12 Provinsi, adalah sebagai berikut: BAB I Pendahuluan Pada bab ini berisi latar belakang, tujuan dan sasaran, serta sistematika penulisan. BAB II Kajian Liratur Pada bab ini berisi tinjauan literatur, landasan kebijakan, dan analisa kebijakan publik. BAB III Metodologi Pada bab ini berisi pendekatan, data dan sumber data, metode kajian, serta kerangka logis kajian. BAB IV Gambaran Umum Batas Wilayah dan Kawasan Perbatasan Pada bab ini berisi gambaran umum batas wilayah dan kawasan perbatasan 12 provinsi. Masing masing provinsi akan digambarkan kondisi batas wilayah negara, kondisi geografis dan administrasi kawasan perbatasan, kondisi fisik kawasan perbatasan, kependudukan dan ketenagakerjaan, kondisi perekonomian, konsisi sosial dasar, kondisi pertahanan, keamanan, dan hukum, serta kondisi sarana dan prasarana. BAB V Arah Kebijakan dan Strategi Pada bab ini berisi mengenai isu isu strategis, kondisi yang dituju, serta arah kebijakan dan strategi pengelolaan batas wilayah dan kawasan perbatasan 12 provinsi yang mengacu pada 5 aspek, yaitu (1) batas wilayah, 3 B a b I

26 (2) pertahanan, keamanan, dan hukum, (3) ekonomi, SDA, dan LH, (4) sosial dasar, dan (5) kelembagaan. BAB VI Penutup Bab ini merupakan bab penutup dari kajian tersebut. 4 B a b I

27 BAB II KAJIAN LITERATUR 2.1. TINJAUAN LITERATUR Konsep Batas Negara dan Kawasan Perbatasan Konsep batas negara atau perbatasan yang sering digunakan dalam literaturliteratur merujuk dari bahasa Inggris yaitu istilah border, boundary atau frontier. Menurut Starke, perbatasan (border) merupakan salah satu manifestasi penting dalam suatu negara dan bukan hanya sebagai garis imajiner di atas permukaan bumi, melainkan suatu garis yang memisahkan satu daerah dengan daerah lainnya (J. G. Starke, 1972: 95). Sementara itu, Moodie menyatakan bahwa boundary adalah garis garis yang mendemarkasikan batas terluar dari suatu negara. Dinamakan boundary karena berfungsi mengikat (bound) suatu unit politik. Sedangkan frontier mewujudkan jalur jalur (zona) dengan lebar beraneka yang memisahkan dua wilayah berbeda negara. Pengaturan perbatasan harus ada supaya tidak timbul kekalutan, karena perbatasan merupakan tempat berakhirnya fungsi kedaulatan dan berlakunya kedaulatan negara lain. Dinamakan frontier karena terletak di depan (front) suatu negara (N. Djaljoeni, 1990: 141). Frontier atau border menunjukkan daerah yang membatasi wilayah kedaulatan suatu negara yang berfungsi sebagai pemisah kedua negara tersebut. Perbatasan suatu negara dapat berupa batas alamiah dan batas buatan. Perbatasan alamiah menunjukkan garis yang ditentukan oleh alam, sampai garis mana suatu negara dianggap diperluas atau dibatasi dari, atau sebagai perlindungan terhadap negara lain. Perbatasan alamiah dapat berupa gunung, sungai, pesisir pantai, hutan, danau dan gurun, dimana hal tersebut membagi wilayah dua negara atau lebih. Sedangkan perbatasan buatan terdiri dari tanda tanda yang ditujukan untuk mengindikasi garis perbatasan imajiner, atau paralel dengan garis bujur atau garis lintang (J. G. Starke, 1972: ). Beberapa hal penting yang menjadi fokus perhatian dalam wilayah perbatasan adalah meningkatnya perhatian terhadap jaringan, mobilitas, arus globalisasi, dan kosmopolitanisasi yang berperan dalam mewarnai sifat sebuah kawasan perbatasan. Dalam teori sosial, secara umum digunakan sebuah pendekatan perbatasan dengan konteks ide jaringan yang terdiri atas beberapa komponen 1 B a b II

28 penting, yaitu: mobilitas, pergerakan, kondisi yang berubah ubah, serta karakter fisiknya. Beberapa komponen tersebut merupakan kunci penting dalam memahami konteks wilayah perbatasan (Rumford, 2006:3). Kunci pergeseran paradigma mengenai kawasan perbatasan ini berawal dari adanya kesadaran akan peran kawasan perbatasan. Kondisi yang semula hanya berupa garis dalam sebuah peta, atau tanda batas politik (security check points, passport control, transit points) mengalami perkembangan ke arah dimensi yang lebih luas, sehingga nuansa borderless semakin terlihat (seperti Uni Eropa). Perkembangan paradigma tersebut mendorong pada berkembangnya aspek prosperity/kesejahteraan, sehingga fungsi wilayah perbatasan menjadi penting sebagai salah satu motor pertumbuhan ekonomi (kawasan strategis) meskipun seringkali terletak di wilayah pinggiran/periphery. Fenomena borderless (Allen and Hamnett, 1995; Ohmae, 1995), maupun reborder (melihat kembali fungsi perbatasan dari pertimbangan kontrol) merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan. Pada satu sisi, berkembangnya borderless diakibatkan adanya efek globalisasi yang menghapuskan batas antar wilayah dalam rangka mengantisipasi gerakan ekonomi yang lebih besar, sedangkan di sisi lain, adanya konsep rebordering dalam rangka pertimbangan keamanan dan kekhawatiran akan perbatasan yang terbuka. Konsepsi tersebut berujung pada kontrol yang lebih baik terhadap pergerakan pekerja, pengungsi, dan teroris (Andreas dan Snyder, 2000). Dalam konteks akselerasi pertumbuhan pasar global yang mengindikasikan adanya prinsip keterbukaan. Pengembangan perbatasan dipandang sebagai suatu hal yang mendesak, hal ini terlihat dari besarnya kesenjangan antara negara kaya dan miskin yang mengarah pada kondisi stabilitas dan keamanan (Giroux, 2005). Perubahan paradigma perbatasan kontemporer dapat dilihat dari pentingnya pendekatan keamanan dalam rangka ancaman global. Upaya ini dapat dipahami sebagai peningkatan kerjasama yang menguntungkan dengan tetap mempertimbangkan faktor keamanan dalam mengantisipasi dampak kerugian yang muncul akibat prinsip keterbukaan di kawasan perbatasan. Wilayah perbatasan memiliki dimensi manusia dan pengalaman di dalamnya, hal tersebut menandakan dimensi penting tentang identitas komunitas yang berujung pada manajemen dan regulasi khusus masyarakat yang berada di kawasan perbatasan. Mekanisme pengawasan yang dilakukan oleh negara seharusnya lebih intensif pada kawasan perbatasan, meskipun mungkin secara geografis berada pada wilayah yang terpencil (remote area) dan berada di tapal batas kewenangan teritorial. Secara tradisional, perbatasan memiliki aspek dinamis dari sebuah 2 B a b II

29 negara, termasuk manusia dan pengalamannya, serta sebagai indikator dalam mengukur kekuatan sebuah negara (Giddens, 1985:49). Sementara itu, di dalam bukunya yang berjudul A Handbook for Statesmen, Treaty Editors and Boundary Commissioners, Stephen B. Jones merumuskan sebuah Teori terkait pengelolaan perbatasan. Di dalam teorinya tersebut, Jones membagi ruang lingkup pengelolaan perbatasan ke dalam empat bagian, yaitu Allocation, Delimitation, Demarcation dan Administration (Ludiro dkk, 2010). Khusus untuk lingkup yang keempat (administration), dalam perkembangannya telah bergeser kearah pengelolaan perbatasan atau management. Keempat ruang lingkup tersebut saling terkait satu sama lainnya, menandakan bahwa keempatnya merupakan satu rangkaian pengambilan keputusan yang saling berkaitan dalam pelaksanaannya. Sumber: Stephen B. Jones, A Handbook for Statesmen, Treaty Editors and Boundary Commissioners (1945), dalam Sobar Sutisna, Sora Lukita dan Sumaryo, Boundary Theory Making dan Pengelolaan Perbatasan di Indonesia, Ludiro Madu, Fauzan dkk (ed), Mengelola Perbatasan Indonesia di Dunia Tanpa Batas: Isu, Permasalahan dan Pilihan Kebijakan, Graha Ilmu, Yogyakarta, Gambar 2.1. Ilustrasi: Boundary Making Theory 1) Allocation (Alokasi) Alokasi dapat diartikan sebagai cakupan dari wilayah suatu negara, termasuk dimana wilayah yang berbatasan dengan negara tetangganya. Perihal cakupan wilayah ini, maka di dalam hukum Internasional, telah diatur tentang cara cara bagaimana sebuah negara memperoleh atau kehilangan wilayahnya. Terkait dengan Indonesia, maka cakupan wilayah Indonesia adalah seluruh wilayah yang diwariskan dari penjajah Belanda. Hal ini sesuai dengan prinsip hukum 3 B a b II

30 internasional Uti Possidetis Juris yang menyatakan bahwa suatu negara mewarisi wilayah penguasa penjajahnya. 2) Delimitation (Penetapan Batas) Setelah cakupan wilayah diketahui, maka tahap selanjutnya adalah mengidentifikasi area area yang overlapping atau harus ditentukan batasnya dengan negara tetangga. Sebagai salah satu contoh wilayah yang overlapping adalah fakta bahwa lebar selat Singapura tidak mencapai 24 mil laut, sedangkan UNCLOS memberi hak kepada para negara pihak untuk dapat memiliki laut territorial selebar 12 mil laut. Karena terjadinya overlapping klaim lebar laut wilayah antar negara pantai di sekitar Selat Singapura, maka sesuai dengan Pasal 15 UNCLOS 1982, negara pantai harus melakukan negosiasi batas wilayah antar kedua negara. Untuk batas yurisdiksi di laut, Pasal 74 dan Pasal 76 UNCLOS 1982 mengatur pula perlunya negosiasi penetapan batas antar negara yang memiliki overlapping claims. Terkait dengan penetapan batas negara di darat, negosiasi juga menjadi cara yang harus ditempuh oleh negara yang berbatasan. 3) Demarcation (Penegasan Batas) Demarkasi atau penegasan batas di lapangan merupakan tahapan selanjutnya setelah garis batas ditetapkan oleh pemerintah negara yang saling berbatasan. Seperti telah disinggung sedikit di atas, di dalam sebuah perjanjian batas, selain disebutkan koordinat titik titik batas, dilampirkan sebuah peta ilustrasi umum dari garis batas yang disepakati. Karena sifat garis batas yang sangat penting, sebagai penanda mulai dan berakhirnya hak dan kewajiban suatu negara, maka letak pastinya di lapangan perlu ditegaskan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memasang tanda tanda batas di sepanjang garis batas yang diperjanjikan. Terkait dengan konteks perbatasan maritim, penegasan batas dengan menggunakan tanda batas di tengah laut merupakan hal yang tidak lazim dilakukan. Namun hal ini tidak menutup kemungkinan (apabila sangat diperlukan) untuk meletakan suar apung (buoy) sebagai penanda batas atau kedua negara melakukan survei pemetaan batas bersama. 4) Administration/Management pembangunan Dalam pengelolaan kawasan perbatasan yang baik menurut theory of boundary making, kegiatan Administration/management pembangunan perbatasan dapat dilaksanakan secara overlapping dengan demarkasi. Hal ini atas dasar pertimbangan dalam kenyataannya seringkali dihadapi kendala dan dinamika yang terjadi di lapangan menyangkut aspek ekonomi, sosial, budaya dan politik. Sehingga seringkali dilakukan secara segmentasi, dan kegiatan administrasi/ 4 B a b II

31 manajemen berjalan beriringan dengan pelaksanaan penegasan batas di lapangan. Karena tahapan ini merupakan bagian tindak lanjut dari pemisahan hak dan kewajiban antar negara akibat munculnya perbatasan wilayah. Di dalam ruang lingkup administrasi dan manajemen pembangunan inilah, volume pekerjaan dalam menangani perbatasan yang paling besar, karena melibatkan multi sektor dan diperlukan perencanaan secara terintegrasi. Hampir seluruh aspek pembangunan, dari aspek politik, ekonomi, sosial, budaya, hukum, infrastruktur, lingkungan hidup, pertahanan dan keamanan akan ada di tahapan ini. Dari sisi bilateral, kedua negara yang berbatasan sangat lazim untuk melakukan kerjasama di berbagai sektor tersebut. Menurut Emmanuel Brunnet Jailly, pemahaman mengenai perbatasan tidak semata menyangkut aspek fisik the boundaries of sovereign and territorially demarcated states. Pemahaman mengenai perbatasan jauh lebih komplek, karena keterkaitan yang sangat erat antara aspek fisik dan masyarakat yang menempati wilayah tersebut dan dengan negara, kegiatan ekonomi, dan budaya setempat. Oleh Karena itu, Brunnet Jailly selanjutnya menyatakan, bahwa untuk menganalisis masalah perbatasan ada beberapa elemen yang perlu mendapatkan perhatian, yaitu sebagai berikut (Ganewati Wuryandari, 2009): 1. Kekuatan pasar dan arus perdagangan (market forces and trade flows) Aspek kekuatan pasar dan arus perdagangan sangat penting bagi pemilihan tata kelola perbatasan karena menyangkut fungsi ekonomi perbatasan. Negara negara yang mengutamakan pasar bebas (free market fundamentalist) biasanya mendorong pembukaan perbatasan selonggar mungkin dalam rangka untuk mendukung kekuatan pasar dan mendorong arus perdagangan antar negara. Namun demikian, Coleman mengingatkan bahwa pengelolaan perbatasan seharusnya tidak didominasi oleh kepentingan untuk mengeksploitasi fungsi ekonomi perbatasan semata, melainkan perlu juga pertimbangan faktor lainnya seperti keamanan, migrasi penduduk (terutama pencari kerja illegal), penyelundupan, perdagangan gelap obat obatan, perdagangan manusia, dan sebagainya. 2. Kebijakan pemerintah negara negara berbatasan langsung (policy activities of multiple levels of governments on adjacent borders) Aspek kebijakan pemerintah negara negara yang berbatasan langsung menyangkut hubungan hubungan horizontal (antar lembaga pemerintah yang setara) dan vertikal (antar lembaga dengan hierarki otoritas berbeda: pusat, provinsi, kabupaten, kecamatan dan seterusnya). Hubungan horizontal tampak menjadi ciri tata kelola perbatasan yang bersifat multi level 5 B a b II

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai

Lebih terperinci

LAMPIRAN I : PERATURAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TENTANG RENCANA AKSI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

LAMPIRAN I : PERATURAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TENTANG RENCANA AKSI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR 7 2012, No.54 LAMPIRAN I : PERATURAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TENTANG RENCANA AKSI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2012 NOMOR : 2 TAHUN 2012 TANGGAL : 6 JANUARI 2012 RENCANA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai

Lebih terperinci

Grand Design Pembangunan Kawasan Perbatasan.

Grand Design Pembangunan Kawasan Perbatasan. Grand Design Pembangunan Kawasan Perbatasan www.arissubagiyo.com Latar belakang Kekayaan alam yang melimpah untuk kesejahterakan rakyat. Pemanfaatan sumber daya alam sesuai dengan peraturan serta untuk

Lebih terperinci

2008, No hukum dan kejelasan kepada warga negara mengenai wilayah negara; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,

2008, No hukum dan kejelasan kepada warga negara mengenai wilayah negara; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.177, 2008 WILAYAH NEGARA. NUSANTARA. Kedaulatan. Ruang Lingkup. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4925) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

RENCANA KERJA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TAHUN 2011

RENCANA KERJA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TAHUN 2011 LAMPIRAN : PERATURAN KEPALA BNPP NOMOR : 4 TAHUN 2011 TANGGAL : 7 JANUARI 2011 RENCANA KERJA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TAHUN 2011 A. LATAR BELAKANG Penyusunan Rencana Kerja (Renja) Badan Nasional

Lebih terperinci

Wilayah Negara Dalam Hukum Internasional

Wilayah Negara Dalam Hukum Internasional Wilayah Negara Dalam Hukum Internasional Wilayah Negara Pasal 1 Konvensi Montevideo 1933 menyatakan bahwa: The state as a person of international law should possess the following qualifications: (a) a

Lebih terperinci

No b. pemanfaatan bumi, air, dan udara serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat; c. desentralis

No b. pemanfaatan bumi, air, dan udara serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat; c. desentralis TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No.4925 WILAYAH NEGARA. NUSANTARA. Kedaulatan. Ruang Lingkup. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 177 ) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penetapan batas wilayah teritorial laut telah menjadi permasalahan antar negaranegara bertetangga sejak dulu. Kesepakatan mengenai batas teritorial adalah hal penting

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

RENCANA AKSI PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2011

RENCANA AKSI PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2011 LAMPIRAN I : PERATURAN BNPP NOMOR : 3 TAHUN 2011 TANGGAL : 7 JANUARI 2011 RENCANA AKSI PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2011 A. LATAR BELAKANG Penyusunan Rencana Aksi (Renaksi)

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamb

2017, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamb No.580, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Pengamanan Perbatasan. Pengerahan Tentara Nasional Indonesia. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PENGERAHAN

Lebih terperinci

BAB III ISU DAN PERMASALAHAN PENGELOLAAN KAWASAN PERBATASAN

BAB III ISU DAN PERMASALAHAN PENGELOLAAN KAWASAN PERBATASAN BAB III ISU DAN PERMASALAHAN PENGELOLAAN KAWASAN PERBATASAN Pada bagian ini dipaparkan berbagai isu dan permasalahan yang dihadapi kawasan perbatasan, baik perbatasan darat maupun laut. Agar penyelesaian

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2010 TENTANG TUNJANGAN OPERASI PENGAMANAN BAGI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2010 TENTANG TUNJANGAN OPERASI PENGAMANAN BAGI PERATURAN PRESIDEN NOMOR 49 TAHUN 2010 TENTANG TUNJANGAN OPERASI PENGAMANAN BAGI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DAN PEGAWAI NEGERI SIPIL YANG BERTUGAS DALAM OPERASI PENGAMANAN PADA PULAU-PULAU KECIL

Lebih terperinci

xvii MARITIM-YL DAFTAR ISI

xvii MARITIM-YL DAFTAR ISI xvii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... vii SAMBUTAN... x UCAPAN TERIMA KASIH... xiii DAFTAR ISI... xvii DAFTAR GAMBAR... xxii BAB 1 DELIMITASI BATAS MARITIM: SEBUAH PENGANTAR... 1 BAB 2 MENGENAL DELIMITASI

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan negara kepulauan dengan garis pantai kurang lebih 81.900 km dan memiliki kawasan yang berbatasan dengan sepuluh negara,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang banyak memiliki wilayah perbatasan dengan negara lain yang berada di kawasan laut dan darat. Perbatasan laut Indonesia berbatasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan tersebut tidak bertentangan dengan hukum internasional 4. Kedaulatan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan tersebut tidak bertentangan dengan hukum internasional 4. Kedaulatan BAB I PENDAHULUAN H. Latar Belakang Kedaulatan ialah kekuasaan tertinggi yang dimiliki oleh suatu negara untuk secara bebas melakukan berbagai kegiatan sesuai dengan kepentingannya asal saja kegiatan tersebut

Lebih terperinci

RENCANA AKSI PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2011

RENCANA AKSI PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2011 LAMPIRAN I : PERATURAN BNPP NOMOR : 3 TAHUN 2011 TANGGAL : 7 JANUARI 2011 RENCANA AKSI PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2011 A. LATAR BELAKANG Penyusunan Rencana Aksi (Renaksi)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Setelah Mahkamah Hukum Internasional menjatuhkan putusan kepemilikan pulau Sipadan dan Ligitan kepada Malaysia pada tanggal 17 Desember 2002, Indonesia memasuki suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbatasan sebuah negara (state s border) dapat dipandang dalam konsep batas negara sebagai sebuah ruang geografis (geographical space) dan sebagai ruang sosial-budaya

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

SENGKETA-SENGKETA PERBATASAN DI WILAYAH DARAT INDONESIA. Muthia Septarina. Abstrak

SENGKETA-SENGKETA PERBATASAN DI WILAYAH DARAT INDONESIA. Muthia Septarina. Abstrak SENGKETA-SENGKETA PERBATASAN DI WILAYAH DARAT INDONESIA Muthia Septarina Abstrak Sengketa perbatasan antar negara merupakan suatu ancaman yang konstan bagi keamanan dan perdamaian bukan hanya secara nasional

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

PENYUSUNAN KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN KAWASAN PERBATASAN INDONESIA

PENYUSUNAN KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN KAWASAN PERBATASAN INDONESIA PENYUSUNAN KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN KAWASAN PERBATASAN INDONESIA Oleh Staf Ahli Menneg PPN Bidang Percepatan Pembangunan Kawasan Timur Indonesia dan Kawasan Tertinggal ikhwanuddin@bappenas.go.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai perbatasan darat dengan tiga negara tetangga, yaitu Malaysia, Papua Nugini dan Timor Leste. Sementara perbatasan laut dengan sepuluh negara tetangga,

Lebih terperinci

MASALAH PERBATASAN NKRI

MASALAH PERBATASAN NKRI MASALAH PERBATASAN NKRI Disusun oleh: Nama : Muhammad Hasbi NIM : 11.02.7997 Kelompok Jurusan Dosen : A : D3 MI : Kalis Purwanto STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Jl. Ring Road Utara, Condong Catur Yogyakarta ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laut merupakan bagian tidak terpisahkan dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Karena laut merupakan perekat persatuan dari ribuan kepulauan nusantara yang

Lebih terperinci

POTENSI GEOGRAFIS INDONESIA II

POTENSI GEOGRAFIS INDONESIA II K-13 Geografi K e l a s XI POTENSI GEOGRAFIS INDONESIA II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami batas wilayah. 2. Memahami laut dangkal,

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI UTARA

GUBERNUR SULAWESI UTARA GUBERNUR SULAWESI UTARA PERATURAN GUBERNUR SULAWESI UTARA NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG URAIAN TUGAS BADAN PENGELOLA PERBATASAN PROVINSI SULAWESI UTARA Menimbang Mengingat GUBERNUR SULAWESI UTARA; : bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan yang diperoleh Bangsa Indonesia selama tiga dasawarsa pembangunan ternyata masih menyisakan berbagai ketimpangan, antara lain berupa kesenjangan pendapatan dan

Lebih terperinci

Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I, II, III

Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I, II, III Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I, II, III Gambar Batas-batas ALKI Lahirnya Konvensi ke-3 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai hukum laut (United Nation Convention on the Law of the Sea/UNCLOS),

Lebih terperinci

RENCANA KERJA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TAHUN 2013

RENCANA KERJA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TAHUN 2013 LAMPIRAN : PERATURAN KEPALA BNPP NOMOR : 14 TAHUN 2012 TANGGAL : 27 DESEMBER 2012 RENCANA KERJA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TAHUN 2013 A. Latar Belakang Penyusunan Rencana Kerja Badan Nasional

Lebih terperinci

BAB II PENENTUAN BATAS LAUT DAERAH

BAB II PENENTUAN BATAS LAUT DAERAH BAB II PENENTUAN BATAS LAUT DAERAH 2.1 Dasar Hukum Penetapan Batas Laut Daerah Agar pelaksanaan penetapan batas laut berhasil dilakukan dengan baik, maka kegiatan tersebut harus mengacu kepada peraturan

Lebih terperinci

KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TAHUN

Lebih terperinci

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN LAPORAN PENELITIAN KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN Oleh: Drs. Simela Victor Muhamad, MSi.

Lebih terperinci

Ambalat: Ketika Nasionalisme Diuji 1 I Made Andi Arsana 2

Ambalat: Ketika Nasionalisme Diuji 1 I Made Andi Arsana 2 Ambalat: Ketika Nasionalisme Diuji 1 I Made Andi Arsana 2 Di awal tahun 2005, bangsa ini gempar oleh satu kata Ambalat. Media massa memberitakan kekisruhan yang terjadi di Laut Sulawesi perihal sengketa

Lebih terperinci

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Kepulauan Riau STUDI KASUS PENGELOLAAN WILAYAH PERBATASAN PADA PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Kepulauan Riau STUDI KASUS PENGELOLAAN WILAYAH PERBATASAN PADA PROVINSI KEPULAUAN RIAU Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Kepulauan Riau STUDI KASUS PENGELOLAAN WILAYAH PERBATASAN PADA PROVINSI KEPULAUAN RIAU GAMBARAN UMUM WILAYAH - Provinsi Kepulauan Riau dibentuk berdasarkan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI BATAS WILAYAH dan KEPULAUAN TERLUAR INDONESIA terhadap KEDAULATAN NKRI

IMPLEMENTASI BATAS WILAYAH dan KEPULAUAN TERLUAR INDONESIA terhadap KEDAULATAN NKRI IMPLEMENTASI BATAS WILAYAH dan KEPULAUAN TERLUAR INDONESIA terhadap KEDAULATAN NKRI Dr. Sri Handoyo dan Ir. Tri Patmasari, M.Si Pusat Pemetaan Batas Wilayah BAKOSURTANAL Disampaikan pada Dialog Publik

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 228

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki wilayah perairan yang luas, yaitu sekitar 3,1 juta km 2 wilayah perairan territorial dan 2,7 juta km 2 wilayah perairan zona ekonomi eksklusif (ZEE)

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016

RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016 RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016 TENTANG PENGALIHAN SAHAM DAN BATASAN LUASAN LAHAN DALAM PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL DAN PEMANFAATAN PERAIRAN DI SEKITARNYA DALAM RANGKA

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PARIWISATA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PARIWISATA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8)

2017, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8) LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.214, 2017 ADMINISTRASI. Pemerintahan. Kementerian Pariwisata. Penyelenggaraan. Perubahan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

PUSANEV_BPHN. Prof. Dr. Suhaidi,SH,MH

PUSANEV_BPHN. Prof. Dr. Suhaidi,SH,MH Prof. Dr. Suhaidi,SH,MH Disampaikan pada Diskusi Publik Analisis dan Evaluasi Hukum Dalam Rangka Penguatan Sistem Pertahanan Negara Medan, 12 Mei 2016 PASAL 1 BUTIR 2 UU NO 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbatasan negara merupakan manifestasi utama kedaulatan wilayah suatu negara yang memiliki perananan penting baik dalam penentuan batas wilayah kedaulatan, pemanfaatan

Lebih terperinci

RENCANA AKSI KEBIJAKAN KELAUTAN INDONESIA

RENCANA AKSI KEBIJAKAN KELAUTAN INDONESIA Lampiran Surat Nomor: Tanggal: PENANGGUNGJAWAB: KEMENTERIAN LUAR NEGERI RENCANA AKSI KEBIJAKAN KELAUTAN INDONESIA 2016 2019 NO. A. BATAS MARITIM, RUANG LAUT, DAN DIPLOMASI MARITIM A.1 PERUNDINGAN DAN PENYELESAIAN

Lebih terperinci

PENGANTAR ILMU DAN TEKNOLOGI KEMARITIMAN. Dr. Ir. Hj. Khodijah Ismail, M.Si www. Khodijahismail.com

PENGANTAR ILMU DAN TEKNOLOGI KEMARITIMAN. Dr. Ir. Hj. Khodijah Ismail, M.Si www. Khodijahismail.com PENGANTAR ILMU DAN TEKNOLOGI KEMARITIMAN Dr. Ir. Hj. Khodijah Ismail, M.Si khodijah5778@gmail.com www. Khodijahismail.com POKOK BAHASAN Kontrak Perkuliahan dan RPKPS (Ch 01) Terminologi Ilmu dan Teknologi

Lebih terperinci

Sejarah Peraturan Perikanan. Indonesia

Sejarah Peraturan Perikanan. Indonesia Sejarah Peraturan Perikanan Indonesia Peranan Hukum Laut dalam Kedaulatan RI Laut Indonesia pada awalnya diatur berdasarkan Ordonansi 1939 tentang Wilayah Laut dan Lingkungan Maritim yg menetapkan laut

Lebih terperinci

LAMPIRAN II RENCANA KERJA PENATAAN RUANG UNTUK PEMANTAPAN KEAMANAN NASIONAL (PENANGANAN KAWASAN PERBATASAN)

LAMPIRAN II RENCANA KERJA PENATAAN RUANG UNTUK PEMANTAPAN KEAMANAN NASIONAL (PENANGANAN KAWASAN PERBATASAN) LAMPIRAN II RENCANA KERJA PENATAAN RUANG UNTUK PEMANTAPAN KEAMANAN NASIONAL (PENANGANAN KAWASAN PERBATASAN) 1 2 3 4 5 1. INDONESIA MALAYSIA. Garis batas laut dan 1. Departemen Pertahanan (Action - Anggaran

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Kondisi Geografis Negara Indonesia Penulis menyajikan gambaran umum yang meliputi kondisi Geografis, kondisi ekonomi di 33 provinsi Indonesia. Sumber : Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

PUSAT KAJIAN ADMINISTRASI INTERNASIONAL LAN (2006) 1

PUSAT KAJIAN ADMINISTRASI INTERNASIONAL LAN (2006) 1 ABSTRAK KAJIAN KERJASAMA ANTARA PEMERINTAH INDONESIA, MALAYSIA DAN SINGAPURA DALAM MENANGANI MASALAH KEAMANAN DI SELAT MALAKA Selat Malaka merupakan jalur pelayaran yang masuk dalam wilayah teritorial

Lebih terperinci

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang. BAB V KESIMPULAN Asia Tenggara merupakan kawasan yang memiliki potensi konflik di masa kini maupun akan datang. Konflik perbatasan seringkali mewarnai dinamika hubungan antarnegara di kawasan ini. Konflik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi di Indonesia menyebabkan terjadinya pergeseran

I. PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi di Indonesia menyebabkan terjadinya pergeseran I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi yang terjadi di Indonesia menyebabkan terjadinya pergeseran paradigma dan sistem pemerintahan yang bercorak monolitik sentralistik di pemerintahan pusat kearah

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS REPUBLIK INDONESIA RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia terletak di benua Asia, tepatnya di kawasan Asia Tenggara. Negara-negara yang terletak di kawasan ini memiliki sebuah perhimpunan yang disebut dengan ASEAN (Assosiation

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah-masalah hukum. Di Indonesia, salah satu masalah hukum

BAB I PENDAHULUAN. masalah-masalah hukum. Di Indonesia, salah satu masalah hukum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan masyarakat internasional, pasti tidak lepas dari masalah-masalah hukum. Di Indonesia, salah satu masalah hukum internasional yang sering muncul

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 3 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim yang kaya akan sumber daya hayati maupun non hayati. Letak Indonesia diapit oleh Samudera Pasifik dan Samudera Hindia yang merupakan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK SOSIALIS VIETNAM TENTANG PENETAPAN BATAS LANDAS KONTINEN,

Lebih terperinci

KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 1 TAHUN 26 TENTANG RENCANA KERJA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TAHUN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PENENTUAN BATAS DAERAH

BAB II TINJAUAN UMUM PENENTUAN BATAS DAERAH BAB II TINJAUAN UMUM PENENTUAN BATAS DAERAH Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pasal 18 menetapkan bahwa wilayah daerah provinsi terdiri atas wilayah darat dan wilayah laut sejauh

Lebih terperinci

Indonesia Malaysia Singapura Vietnam Filipina. Thailand Brunei Darussalam Kamboja Laos Myanmar

Indonesia Malaysia Singapura Vietnam Filipina. Thailand Brunei Darussalam Kamboja Laos Myanmar Indonesia Malaysia Singapura Vietnam Filipina Ibukota Bentuk Pemerintahan Mata uang Bahasa resmi Lagu kebangsaan Agama Thailand Brunei Darussalam Kamboja Laos Myanmar Ibukota Bentuk Pemerintahan Mata uang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Geografi Indonesia Sumber: Tiara Agustin, 2012 GAMBAR 4.1. Peta Geografi Indonesia Indonesia adalah sebuah negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau sebanyak 17.504

Lebih terperinci

Perbatasan, Tertinggal Dan Diterlantarkan

Perbatasan, Tertinggal Dan Diterlantarkan Perbatasan, Tertinggal Dan Diterlantarkan Beranda Depan Kedaulatan Bangsa Yang Kurang Mendapat Perhatian Sejauh yang kita pahami, pengenalan terhadap wilayah perbatasan masih sangat terbatas, apalagi pengembangannya.

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

PENGERTIAN, LINGKUP & KEBIJAKAN PERENCANAAN WILAYAH PERBATASAN (MKP 3) aris SUBAGIYO

PENGERTIAN, LINGKUP & KEBIJAKAN PERENCANAAN WILAYAH PERBATASAN (MKP 3) aris SUBAGIYO PENGERTIAN, LINGKUP & KEBIJAKAN PERENCANAAN WILAYAH PERBATASAN (MKP 3) aris SUBAGIYO PENGERTIAN Tipologi wilayah (Rustiadi, 2007): Wilayah homogen, faktor-faktor dominan wilayah homogen. Wilayah sistem/fungsional,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.388, 2010 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Tunjangan Operasi Pengamanan. Petugas. Pulau Kecil. Terluar.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.388, 2010 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Tunjangan Operasi Pengamanan. Petugas. Pulau Kecil. Terluar. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.388, 2010 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Tunjangan Operasi Pengamanan. Petugas. Pulau Kecil. Terluar. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TUNJANGAN OPERASI

Lebih terperinci

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP LAMPIRAN II PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI

Lebih terperinci

PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terbentang memanjang dari Sabang hingga Merauke dan dari Pulau Miangas di ujung Sulawesi Utara sampai ke Pulau Dana di selatan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang desentralisasi membuka peluang bagi daerah untuk dapat secara lebih baik dan bijaksana memanfaatkan potensi yang ada bagi peningkatan kesejahteraan dan kualitas

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.403, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHAN. Pengamanan. Wilayah Perbatasan. Kebijakan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN PENGAMANAN WILAYAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi di setiap negara. Tujuan peningkatan penyerapan tenaga kerja sering

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi di setiap negara. Tujuan peningkatan penyerapan tenaga kerja sering BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Tenaga kerja merupakan faktor yang sangat krusial bagi pembangunan ekonomi di setiap negara. Tujuan peningkatan penyerapan tenaga kerja sering menjadi prioritas dalam

Lebih terperinci

6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Rancangbangun hukum pulau-pulau perbatasan merupakan bagian penting dari ketahanan negara.

6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Rancangbangun hukum pulau-pulau perbatasan merupakan bagian penting dari ketahanan negara. 243 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Rancangbangun hukum pulau-pulau perbatasan merupakan bagian penting dari ketahanan negara. Untuk itu setiap negara mempunyai kewenangan menentukan batas wilayah

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun No.573, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ATR/BPN. Pertanahan. Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Penataan. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK

Lebih terperinci

MEMBANGUN KEMITRAAN DENGAN PERGURUAN TINGGI DALAM KAWASAN PERBATASAN KAWASAN NEGARA 1) Dr. Bambang Istijono, ME 2)

MEMBANGUN KEMITRAAN DENGAN PERGURUAN TINGGI DALAM KAWASAN PERBATASAN KAWASAN NEGARA 1) Dr. Bambang Istijono, ME 2) MEMBANGUN KEMITRAAN DENGAN PERGURUAN TINGGI DALAM KAWASAN PERBATASAN KAWASAN NEGARA 1) Dr. Bambang Istijono, ME 2) ABSTRAK Pengelolaan wilayah perbatasan, termasuk pulau-pulau kecil terluar, selama ini

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan uraian pembahasan dalam penelitian ini, maka kesimpulan yang dapat ditarik adalah : 1. Isu yang dikembangkan dalam tahap perumusan masalah dari kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat di suatu negara maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai

Lebih terperinci

Perkembangan Jumlah Penelitian Tahun

Perkembangan Jumlah Penelitian Tahun Pada tahun anggaran 2012, Badan Litbang Perhubungan telah menyelesaikan 368 studi yang terdiri dari 103 studi besar, 20 studi sedang dan 243 studi kecil. Perkembangan jumlah studi dari tahun 2008 sampai

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 73, 1996 WILAYAH. KEPULAUAN. PERAIRAN. Wawasan Nusantara (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015

BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015 BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015 BALAI SIDANG JAKARTA, 24 FEBRUARI 2015 1 I. PENDAHULUAN Perekonomian Wilayah Pulau Kalimantan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang merdeka, berdaulat, bersatu, dan berkedaulatan rakyat dalam suasana. pergaulan yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai.

BAB I PENDAHULUAN. yang merdeka, berdaulat, bersatu, dan berkedaulatan rakyat dalam suasana. pergaulan yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata baik materil dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK SOSIALIS VIETNAM TENTANG PENETAPAN BATAS LANDAS KONTINEN,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juta km2 terdiri dari luas daratan 1,9 juta km2, laut teritorial 0,3 juta km2, dan

BAB I PENDAHULUAN. juta km2 terdiri dari luas daratan 1,9 juta km2, laut teritorial 0,3 juta km2, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan wilayah laut yang lebih luas daripada luas daratannya. Luas seluruh wilayah Indonesia dengan jalur laut 12 mil adalah lima

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) / ASEAN Economic Community (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini merupakan agenda utama negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu langkah dalam membuat sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu langkah dalam membuat sesuatu yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan suatu langkah dalam membuat sesuatu yang belum ada menjadi ada atau membuat suatu perubahan yaitu membuat sesuatu menjadi lebih baik atau

Lebih terperinci

TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014

TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 21/03/12/Th. XVIII, 2 Maret 2015 TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014 Pendataan Potensi Desa (Podes) dilaksanakan 3 kali dalam 10 tahun. Berdasarkan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2012 TENTANG TUNJANGAN KHUSUS WILAYAH PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DAN/ATAU WILAYAH PERBATASAN BAGI PEGAWAI NEGERI PADA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

TOPIK KHUSUS DIPLOMASI INTERNASIONAL

TOPIK KHUSUS DIPLOMASI INTERNASIONAL TOPIK KHUSUS DIPLOMASI INTERNASIONAL MENCIPTAKAN PERDAMAIAN DUNIA Salah satu langkah penting dalam diplomasi internasional adalah penyelenggaraan KTT Luar Biasa ke-5 OKI untuk penyelesaian isu Palestina

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun

Lebih terperinci

STRATEGI NASIONAL RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL TAHUN

STRATEGI NASIONAL RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL TAHUN KEMENTERIAN DESA, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN NASIONAL PERCEPATAN TAHUN 2015-2019 ? adalah daerah kabupaten yang wilayah serta masyarakatnya kurang berkembang dibandingkan

Lebih terperinci

POLICY BRIEF ANALISIS PERAN MODAL SOSIAL DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN PERTANIAN DI KAWASAN PERBATASAN

POLICY BRIEF ANALISIS PERAN MODAL SOSIAL DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN PERTANIAN DI KAWASAN PERBATASAN POLICY BRIEF ANALISIS PERAN MODAL SOSIAL DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN PERTANIAN DI KAWASAN PERBATASAN Ir. Sunarsih, MSi Pendahuluan 1. Kawasan perbatasan negara adalah wilayah kabupaten/kota yang secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan Pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Berdasarkan data PBB pada tahun 2008, Indonesia memiliki 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang 95.181 km, serta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infrastruktur Infrastruktur merujuk pada system phisik yang menyediakan transportasi, pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan fasilitas publik yang lain yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci