ALOKASI AIR BAKU DAN IRIGASI DALAM MENGHADAPI MUSIM KERING PADA DAS TIRO-PROVINSI ACEH
|
|
- Hadian Dharmawijaya
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Konferensi Nasional Teknik Sipil 10 Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Oktober ALOKASI AIR BAKU DAN IRIGASI DALAM MENGHADAPI MUSIM KERING PADA DAS TIRO-PROVINSI ACEH Azmeri 1, Ahmad Reza Kasury 1, Nina Shaskia 1, Syamsul Bahri 2 1 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala Jl. Tgk. Syeh Abdul Rauf No. 7, Darussalam Banda Aceh azmeri@unsyiah.ac.id, diyum.salar@gmail.com, nina.shaskia@gmail.com 2 Dinas Sumber Daya Air Provinsi Aceh, Banda Aceh boystz270773@gmail.com ABSTRAK Setiap daerah membutuhkan air yang cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan untuk memaksimalkan pertumbuhan ekonomi. idakpastian dalam ketersediaan air dalam musim kering memerlukan penyusunan alokasi air yang optimal. Penyusunan alokasi air dimaksudkan untuk memberikan gambaran antara supply dan demand pada suatu titik pengambilan air (outlet). Penelitian ini bertujuan mengembangkan model simulasi dari sistem air di Daerah Aliran Sungai (DAS) Tiro, mengingat persediaan air yang terbatas dan kebutuhan air (air baku dan air irigasi) yang semakin meningkat. Model simulasi ini bertujuan memperoleh kebijakan alokasi dalam memenuhi kebutuhan air saat ini dan penggunaan masa depan pada musim kering. Terdapat beberapa titik outlet, yaitu sub-das 1 dan sub-das 1a di bagian hulu DAS, sub-das 2 di bagian tengah DAS, sub-das 3 dan sub-das 4 di bagian hilir. Hasil penelitian ini memberikan informasi bahwa terjadi defisit air terjadi pada sub DAS 1 khususnya untuk memenuhi kebutuhan air irigasi. Akibat defisit air tersebut maka luas tanam areal irigasi yang dapat dilayani hanya sebesar 38,21% atau hektar dari total luas layanan hektar. Pada sub-das 1a, sub-das 2, sub-das 3, dan sub-das 4, kebutuhan air bersih, kebutuhan air ternak dan tambak masih dapat terpenuhi sampai akhir proyeksi tahun Kata kunci: Alokasi Air, Air Baku, Air Irigasi, Musim Kering, DAS Tiro. 1. PENDAHULUAN Pemanfaatan sumber daya air untuk berbagai keperluan cenderung semakin meningkat secara kualitas dan kuantitas dari tahun ke tahun, yang diakibatkan karena pertumbuhan penduduk dan pengembangan aktivitasnya. Menurut FAO (2012) meningkatnya kebutuhan air untuk pertanian, mengakibatkan meningkatnya distribusi air di Daerah Aliran Sungai (DAS) antara hulu dan hilir yang dikhawatirkan terjadinya kelangkaan air. DAS yang mengalami kelangkaan air akan mengakibatkan konflik antara daerah hulu dan hilir, konflik antara pengguna air, dan terjadinya degradasi ekosistem alam. Keberagaman penggunaan air juga terjadi di DAS Tiro yang menjadi sumber air utama bagi masyarakat Kabupaten Pidie khususnya untuk kebutuhan air irigasi dan air baku di bagian timur Kabupaten Pidie. Pada saat ini DAS Tiro melayani kebutuhan air baku masyarakat dan untuk Ha daerah irigasi Tiro. Namun pada musim kemarau terjadi kekurangan air sehingga luas areal tanam menjadi berkurang dan sebagian areal tanam tidak mendapat air yang mengakibatkan sering terjadi gagal panen. Berdasarkan Thevs (2015) sektor pertanian memang merupakan konsumen terbesar air dalam pemanfaatan sumber daya air. Di luar kondisi meningkatnya kebutuhan air di atas, ketersediaan sumber daya air juga semakin terbatas akibat penurunan kualitas lingkungan dan perubahan ekologi. Apabila tidak segera diberikan solusi, maka akan menimbulkan konflik kepentingan antara permintaan (demand) dan pemenuhan (supply). Berdasarkan kondisi tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk melakukan simulasi alokasi air berdasarkan ketersediaan dan kebutuhan air pada DAS Tiro saat ini dan selama 20 tahun yang akan datang. Manfaat penelitian ini adalah untuk memberikan masukan kepada seluruh pemilik kepentingan yang berada di DAS Tiro. 2. LOKASI STUDI Berdasarkan Keputusan Presiden No. 12 Tahun 2012 tentang penetapan wilayah sungai, DAS Tiro termasuk ke dalam Wilayah Sungai Aceh Meureudu yang merupakan wilayah sungai strategis nasional. Secara geografis DAS
2 Tiro berada pada koodinat sampai Lintang Utara dan sampai Bujur Timur. Sebelah utara DAS Tiro berbatasan dengan Selat Malaka, sebelah barat berbatasan dengan DAS Baro, sebelah selatan berbatasan dengan DAS Teunom dan sebelah timur berbatasan dengan DAS Putu dan DAS Panteraja. Luas DAS Tiro secara keseluruhan adalah 311,71 Km 2. Secara administrasi DAS Tiro berada dalam Kabupaten Pidie yang melintasi beberapa kecamatan, dimana hulu DAS berada di Kecamatan Mane dan hilir DAS di Kecamatan Kembang Tanjong yang bermuara ke Selat Malaka. Selengkapnya lokasi studi diberikan pada Gambar 1 berikut. Gambar 1. DAS Krueng Tiro (Sumber: RTRW Kabupaten Pidie, 2012) 3. METODE SIMULASI ALOKASI AIR Tahapan simulasi alokasi air pada DAS Tiro dilakukan sebagai berikut: 1. Analisis curah hujan Data curah hujan berasal dari stasiun pengamatan curah hujan Kota Bakti pencatatan tahun 1981 sampai tahun 1990 dan stasiun hujan Tangse pencatatan tahun 1981 sampai tahun 1990 yang diperoleh dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Indrapuri. Data curah hujan bulanan tersebut digunakan untuk memperoleh hujan efektif yang diperlukan untuk menghitung besarnya kebutuhan air irigasi. 2. Analisis debit Analisis ketersediaan air DAS Tiro menggunakan data debit aliran yang berasal dari pos duga air Gampong Jojo Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie dari Tahun 2012 sampai Analisis data klimatologi Data klimatologi yang diperlukan berupa data temperatur, kelembaban relatif, kecepatan angin dan penyinaran matahari yang berasal dari stasiun klimatologi Blang Bintang pencatatan Tahun 1982 sampai Data klimatologi ini digunakan untuk memperoleh besarnya evapotranspirasi potensial. 4. Analisis kebutuhan air di hilir DAS Tiro, yang terdiri dari: a. Data kebutuhan air domestik, memerlukan data penduduk Tahun 2009 sampai 2013 untuk 7 Kecamatan yaitu kecamatan Tiro/Truseb, Titeu, Mutiara, Mutiara Timur, Peukan Baro, Simpang Tiga dan Kembang Tanjong. Data penduduk diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Pidie dalam Angkan Kebutuhan air non-domestik berdasarkan 15% terhadap kebutuhan air domestik (Balitbang Kimpraswil, 2002). b. Data luas daerah irigasi Tiro yang dilayani sumber daya air dari DAS Tiro sebesar hektar. Data daerah irigasi tersebut diperoleh dari Balai Wilayah Sungai Sumatera I. Data ini diperlukan untuk mengetahui jumlah kebutuhan air untuk irigasi. Luas daerah irigasi ini diasumsikan tidak berubah untuk 20 tahun yang akan datang.
3 c. Data luas areal tambak yang memanfaatkan air dari DAS Tiro dalam pengolahannya diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Pidie dalam Angka Luas tambak pada tahun 2013 yang berada dalam DAS Tiro 418 Ha di Kecamatan Geulumpang Baro dan 842 Ha di Kecamatan Kembang Tanjong. Data luas tambak ini digunakan untuk menghitung jumlah kebutuhan air untuk tambak. Data luas areal tambak ini diasumsikan tetap sampai 20 tahun yang akan datang. d. Data jumlah ternak di DAS Tiro sesuai dengan yang dipelihara oleh masyarakat antara lain sapi, kerbau kambing/domba dan unggas. Data jumlah ternak dari masing-masing jenis akan diproyeksikan untuk 20 tahun yang akan datang untuk menghitung kebutuhan air ternak saat ini dan proyeksi kebutuhan air ternak 20 tahun yang akan datang. Data ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Pidie dalam Angka Data jumlah ternak yang digunakan adalah data jumlah ternak tahun 2009 sampai tahun 2013 untuk 7 Kecamatan yaitu kecamatan Tiro/Truseb, Kecamatan Titeu, Kecamatan Mutiara, Kecamatan Mutiara Timur, Kecamatan Peukan Baro, Kecamatan Simpang Tiga dan Kecamatan Kembang Tanjong. 5. Analisis alokasi air dilakukan untuk melakukan penjatahan air untuk berbagai keperluan dalam memenuhi kebutuhan air bagi para pengguna dari waktu ke waktu dengan memperhatikan ketersediaan air berdasarkan azas pemanfaatan dan kelestarian sumber daya air. Pada studi ini akan dilakukan analisis alokasi air dengan menggunakan software microsoft excel. 4. HASIL DAN DISKUSI Pembagian Sub Daerah Aliran Sungai Berdasarkan kondisi eksisting DAS Tiro saat ini terdapat beberapa titik pengambilan air untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di sekitar DAS. Titik pengambilan untuk air minum dilakukan berdasarkan RISPAM Kabupaten Pidie. Bendung Tiro terdapat di Gampong Blang Rukui yang merupakan pengambilan air terbesar di sepanjang DAS untuk memenuhi kebutuhan air irigasi Daerah Irigasi (DI) Krueng Tiro seluas Ha. Pengambilan air selanjutnya terdapat di Instalasi Pengolahan air (IPA) Beureunun di Gampong Baro Yaman untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat di sekitar kota Beureunun dengan debit pengambilan sebesar 10 lt/dt kondisi saat ini tidak difungsikan. Di Gampong Puuk Kecamatan Kembang Tanjong juga terdapat IPA dengan kapasitas 10 liter/detik untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat di Kecamatan Kembang Tanjong, kondisi saat ini tidak berfungsi akibat rusak dan belum dilakukan perbaikan. Pengambilan air eksisting pada bagian hilir DAS Tiro adalah untuk pemenuhan air kawasan tambak yang merupakan pengambilan bebas terletak di Gampong Ie Leubeu Kecamatan Kembang Tanjong. Selengkapnya untuk alokasi air, lokasi-lokasi pengambilan diberikan pada Gambar 2 berikut. Sub DAS 3 Sub DAS 4 Sub DAS 2 Sub DAS 1a Sub DAS 1 Gambar 2. Pembagian Sub-DAS Krueng Tiro untuk Alokasi Air
4 Untuk pengembangan sumber daya air DAS Tiro pada masa yang akan datang diperlukan peningkatan kapasitas pengambilan air yang sudah ada saat ini dan penambahan lokasi pengambilan air, lokasi dan jenis pengambilan air tersebut adalah sebagai berikut: 1. Sub DAS 1 dengan luas DAS 174,24 Km 2 terdapat di bagian hulu DAS tepatnya di Gampong Blang Rukui Kecamatan Tiro/Truseb denga jenis pengambilan bendung untuk melayani kebutuhan air irigasi D.I Tiro dan IPA Tiro untuk kebutuhan air bersih masyarakat Kecamatan Tiro Truseb. 2. Sub DAS 1a dengan luas DAS 19,63 Km 2 terletak di bagian hulu DAS yaitu di Gampong Alue Kecamatan Titeu, dengan jenis pengambilan dari IPA Rukoh untuk memenuhi Kebutuhan air bersih masyarakat Kecamatan Titeu. 3. Sub DAS 2 dengan luas DAS 243,31 Km 2 terdapat di bagian tengah DAS tepatnya di Gampong Baro Yaman Kecamatan Mutiara dengam jenis pengambilan untuk kebutuhan air IPA Beureunun 1 dan Beureunun 2 dalam melayani kebutuhan air bersih masyarakat Kecamatan Mutiara, Mutiara Timur, Peukan Baro dan Kecamatan Simpang Tiga. 4. Sub DAS 3 dengan luas DAS 275,55 Km 2 terdapat di bagian hilir DAS tepatnya di Gampong Puuk Kecamatan Kembang Tanjong dengam jenis pengambilan untuk kebutuhan air IPA Kembang Tanjong dalam melayani kebutuhan air bersih masyarakat Kecamatan Kembang Tanjong dan sekitarnya. 5. Sub DAS 4 dengan luas DAS 292,03 Km 2 terdapat di bagian hilir DAS tepatnya di Gampong Ie Leubeu Kecamatan Kembang Tanjong dengan jenis pengambilan bebas untuk kebutuhan air tambak masyarakat Kecamatan Kembang Tanjong dan Kecamatan Geulumpang Baro. ersediaan dan Kebutuhan Air Debit rata-rata bulanan ditentukan berdasarkan data debit dari pos duga air gampong Jojo Kecamatan Mutiara Timur mulai tahun 2012 sampai dengan 2014, Namun karena time-series data debit yang singkat, maka dilakukan pembangkitan data debit menggunakan proses Markov Chain. Dari hasil pembangkitan data debit selanjutnya dapat ditentukan debit rata-rata bulanan berdasarkan masing-masing sub DAS. Penyusunan debit rata-rata bulanan pada pos duga air Gampong Jojo menjadi titik referensi luas DAS untuk melakukan perhitungan debit rata-rata bulanan pada titik lainnya (sub DAS) berdasarkan perbandingan luas DAS. Selanjutnya penentuan debit andalan dimaksudkan untuk menentukan nilai kuantitatif debit yang tersedia sepanjang tahun baik pada musim kering maupun musim basah. Debit andalan diperoleh melalui probabilitas berdasarkan data debit rata-rata bulanan. Untuk mewakili kondisi musim kering, maka dalam penelitian ini digunakan debit andalan 95% untuk menentukan ketersediaan air pada musim sangat kering dan dan debit andalan 80% untuk musim kering. Sementara itu, untuk kebutuhan air digunakan debit andalan 95% untuk menentukan kebutuhan air bersih dan debit andalan 80% untuk kebutuhan air irigasi dan tambak. Neraca Air Penyusunan neraca air dimaksudkan untuk memberikan gambaran antara ketersediaan (supply) dan kebutuhan (demand) pada suatu titik pengambilan air. Dalam penelitian ini neraca air disusun berdasarkan pembagian DAS yaitu IPA Tiro (sub DAS 1), IPA Rukoh (sub DAS 1a), IPA Beureunun 1 dan 2 (sub DAS 2), IPA Kembang Tanjong (Sub Das 3), dan Tambak Kembang Tanjong (Sub DAS 4). Penyusunan neraca air tersebut dapat dilihat pada Tabel 1 sampai dengan Tabel 5 di bawah ini. Tabel 1. Neraca Air sub DAS 1 1 Penduduk (domestik dan non domestik) m3/th 410, , , , ,428 2 Irigasi m3/th 400,885, ,885, ,885, ,885, ,885,632 3 Tambak m3/th Ternak m3/th 36,437 39,261 41,886 44,512 47,454 5 Pemeliharaan Sungai m3/th 7,659,626 6,096,642 5,043,142 7,704,588 7,396,278 6 Jumlah Kebutuhan Air m3/th 408,992, ,465, ,440, ,138, ,865,791 1 Debit andalan 95% m3/th 100,216,909 75,357,256 86,371, ,914,748 63,834,588 2 Debit Andalan 80% m3/th 153,192, ,932, ,862, ,091, ,925,552 C NERACA AIR (Keandalan 95%) m3/th (308,775,385) (332,107,990) (320,068,915) (298,223,299) (345,031,203) DEFISIT Persentase % D NERACA AIR (Keandalan 80%) m3/th (255,799,778) (285,532,410) (305,578,031) (255,046,293) (260,940,239) DEFISIT Persentase %
5 Tabel 2. Neraca Air sub DAS 1a 1 Penduduk (domestik dan non domestik) m3/th 344, , , , ,091 2 Irigasi m3/th Tambak m3/th Ternak m3/th 23,757 23,106 23,280 24,205 25,832 5 Pemeliharaan Sungai m3/th 862, , , , ,270 6 Jumlah Kebutuhan Air m3/th 1,231,068 1,074, ,173 1,302,808 1,296,192 1 Debit andalan 95% m3/th 11,290,507 8,489,801 9,730,724 12,495,733 7,191,649 2 Debit Andalan 80% m3/th 17,258,776 13,737,038 11,363,277 17,360,085 16,665,396 C NERACA AIR (Keandalan 95%) m3/th 10,059,439 7,415,602 8,748,551 11,192,925 5,895,457 SURPLUS Persentase % D NERACA AIR (Keandalan 80%) m3/th 16,027,708 12,662,839 10,381,104 16,057,276 15,369,204 SURPLUS Persentase % Tabel 3. Neraca Air sub DAS 2 1 Penduduk (domestik dan non domestik) m3/th 7,576,209 8,119,260 8,668,930 9,205,359 9,748,408 2 Irigasi m3/th Tambak m3/th Ternak m3/th 342, , , , ,826 5 Pemeliharaan Sungai m3/th 10,695,957 8,513,395 7,042,279 10,758,742 10,328,216 6 Jumlah Kebutuhan Air m3/th 18,614,312 17,012,031 16,153,977 20,471,719 20,650,450 1 Debit andalan 95% m3/th 139,943, ,229, ,610, ,882,159 89,139,082 2 Debit Andalan 80% m3/th 213,919, ,267, ,845, ,174, ,564,314 C NERACA AIR (Keandalan 95%) m3/th 121,329,307 88,217, ,456, ,410,440 68,488,632 SURPLUS Persentase % D NERACA AIR (Keandalan 80%) m3/th 195,304, ,255, ,691, ,703, ,913,864 SURPLUS Persentase % Tabel 4. Neraca Air sub DAS 3 1 Penduduk (domestik dan non domestik) m3/th 1,642,396 1,768,223 1,887,429 2,013,258 2,132,464 2 Irigasi m3/th Tambak m3/th Ternak m3/th 79,517 88,319 97, , ,298 5 Pemeliharaan Sungai m3/th 12,113,234 9,641,469 7,975,423 12,184,339 11,696,765 6 Jumlah Kebutuhan Air m3/th 13,835,147 11,498,011 9,960,287 14,304,462 13,945,527 1 Debit andalan 95% m3/th 158,486, ,172, ,592, ,404, ,950,532 2 Debit Andalan 80% m3/th 242,264, ,829, ,508, ,686, ,935,295 C NERACA AIR (Keandalan 95%) m3/th 144,651, ,674, ,631, ,100,490 87,005,005 SURPLUS Persentase % D NERACA AIR (Keandalan 80%) m3/th 228,429, ,331, ,548, ,382, ,989,768 SURPLUS Persentase %
6 Tabel 5. Neraca Air sub DAS 4 1 Penduduk (domestik dan non domestik) m3/th Irigasi m3/th Tambak m3/th 32,198,256 32,198,256 32,198,256 32,198,256 32,198,256 4 Ternak m3/th Pemeliharaan Sungai m3/th 12,837,698 10,218,103 8,452,414 12,913,055 12,396,321 6 Jumlah Kebutuhan Air m3/th 45,035,954 42,416,359 40,650,670 45,111,311 44,594,577 1 Debit andalan 95% m3/th 167,965, ,300, ,761, ,895, ,988,147 2 Debit Andalan 80% m3/th 256,753, ,362, ,048, ,261, ,926,417 C NERACA AIR (Keandalan 95%) m3/th 122,929,748 83,884, ,110, ,784,200 62,393,570 SURPLUS Persentase % D NERACA AIR (Keandalan 80%) m3/th 211,718, ,945, ,397, ,149, ,331,840 SURPLUS Persentase % Berdasarkan neraca air pada lokasi IPA Tiro, sub DAS 1 ini mengalami defisit air rata-rata pertahun untuk Q95 sebesar 385,75% dan defisit rata-rata untuk Q80 sebesar 209,21%. Lokasi IPA Rukoh (sub DAS 1a) mengalami surplus air rata-rata pertahun untuk Q95 sebesar 87,58% dan surplus rata-rata untuk Q80 sebesar 92,22%. Lokasi IPA Beureunun 1 dan 2 (sub DAS 2) mengalami surplus air rata-rata pertahun untuk Q95 sebesar 84,15% dan surplus rata-rata untuk Q80 sebesar 90,07%. Sesuai dengan kondisi tersebut maka ketersediaan air pada sub DAS 2 ini masih dapat dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan air bersih untuk Kecamatan Geulumpang Tiga yang merupakan kecamatan yang berdekatan dengan Sub DAS 2 ini. Di masa yang akan datang (tahun ) sub DAS ini dapat memenuhi kebutuhan air bersih untuk lima kecamatan di Kabupaten Pidie. Berdasarkan neraca air pada lokasi IPA Kembang Tanjong (sub DAS 3) mengalami surplus air rata-rata pertahun untuk Q95 sebesar 90,47% dan surplus rata-rata untuk Q80 sebesar 94,05%. Dengan kondisi tersebut, kelebihan air yang ada pada sub DAS 3 ini masih dapat dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan air bersih Kecamatan Geulumpang Baro yang merupakan kecamatan yang berdekatan dengan Kecamatan Kembang Tanjong. Sub DAS 3 dapat melayani kebutuhan air untuk dua kecamatan di hilir DAS Tiro. Pada lokasi tambak Kembang Tanjong (sub DAS 4) mengalami surplus air rata-rata pertahun untuk Q95 sebesar 69,11% dan surplus rata-rata untuk Q80 sebesar 80,44%. Alokasi Air Penyusunan skema alokasi air DAS Tiro mulai dari IPA Tiro (sub DAS 1) sampai dengan tambak Kembang Tanjong (sub DAS 4). Skema alokasi air ini disusun berdasarkan debit andalan 95% dan debit andalan 80% untuk proyeksi tahun Selengkapnya skema alokasi air diberikan pada Gambar 3 dan Gambar 4 berikut.
7 SKEMA ALOKASI AIR DAS TIRO TAHUN 2035 SUB DAS 1 A = 174,24 Km2 Q inflow (Sub DAS 1) Q inflow 1 Q andalan 95% = m 3 /dt IRIGASI IPA / BENDUNG TIRO D.I Kr. TIRO Q outflow Ha m 3 /dt DOMESTIK Kec. TIRO/TRUSEB NON DOMESTIK 10,015 Jiwa m 3 /dt Q outflow 2 Kec. TIRO/TRUSEB m 3 /dt SUB DAS 1a A=19,63 Km2 PEMELIHARAAN SUB DAS 1 Q inflow (Sub DAS 1a) SUNGAI m 3 /dt Q andalan 95% = m 3 /dt IPA RUKOH Qoutflow3 Kec. TITEU DOMESTIK 8,258 jiwa m 3 /dt NON DOMESTIK Kec. TITEU m3/dt SUB DAS 1a PEMELIHARAAN m3/dt SUNGAI Q inflow m 3 /dt Q (Sub DAS 2) Q andalan 95% = m 3 /dt SUB DAS 2 A = 243,31 Km2 Q inflow (Sub DAS 2) Q inflow m 3 /dt IPA BEUREUNUN 1 DAN 2 Q outflow 4 Kec. MUTIARA, MUTIARA TIMUR, PEUKAN BARO DAN SP. TIGA DOMESTIK 122,856 jiwa m 3 /dt NON DOMESTIK Kec. MUTIARA, MUTIARA TIMUR, PEMELIHARAAN SUB DAS 2 PEUKAN BARO DAN SP. TIGA SUNGAI m 3 /dt m 3 /dt m 3 /dt Q (Sub DAS 3) Q andalan 95% = m 3 /dt SUB DAS 3 A = 275,55 Km2 Q inflow (Sub DAS 3) m 3 /dt Q inflow 4 IPA KEMBANG TANJONG Q outflow 5 Kec. KEMBANG TANJONG DOMESTIK 26,840 jiwa m 3 /dt NON DOMESTIK PEMELIHARAAN SUB DAS 3 SUNGAI m 3 /dt m 3 /dt Kec. KEMBANG TANJONG m 3 /dt Q (Sub DAS 4) Q andalan 95% = m 3 /dt SUB DAS 4 A = 292,03 Km2 Q inflow (Sub DAS 3) m 3 /dt Q inflow 5 TAMBAK PEMELIHARAAN SUB DAS 4 SUNGAI m 3 /dt m 3 /dt Q outflow 6 Kec. KEMBANG TANJONG dan Kec. GEULUMPANG BARO 1,260 Ha m 3 /dt TAMBAK SELAT MALAKA Gambar 3. Skema Alokasi Air DAS Tiro Tahun 2035 (Qandalan 95%)
8 SKEMA ALOKASI AIR DAS TIRO TAHUN 2035 SUB DAS 1 A = 174,24 Km2 Q inflow (Sub DAS 1) Q inflow 1 Q andalan 80% = m 3 /dt IRIGASI IPA / BENDUNG TIRO D.I Kr. TIRO Q outflow Ha m 3 /dt DOMESTIK Kec. TIRO/TRUSEB NON DOMESTIK 10,015 Jiwa m 3 /dt Q outflow 2 Kec. TIRO/TRUSEB m 3 /dt SUB DAS 1a A=19,63 Km2 PEMELIHARAAN SUB DAS 1 Q inflow (Sub DAS 1a) SUNGAI m 3 /dt Q andalan 80% = m 3 /dt IPA RUKOH Qoutflow3 Kec. TITEU DOMESTIK 8,258 jiwa m 3 /dt NON DOMESTIK Kec. TITEU m 3 /dt SUB DAS 1a PEMELIHARAAN m 3 /dt SUNGAI Q inflow m 3 /dt Q (Sub DAS 2) Q andalan 80% = m 3 /dt SUB DAS 2 A = 243,31 Km2 Q inflow (Sub DAS 2) Q inflow m 3 /dt IPA BEUREUNUN 1 DAN 2 Qoutflow4 Kec. MUTIARA, MUTIARA TIMUR, PEUKAN BARO DAN SP. TIGA DOMESTIK 122,856 jiwa m 3 /dt NON DOMESTIK Kec. MUTIARA, MUTIARA TIMUR, PEMELIHARAAN SUB DAS 2 PEUKAN BARO DAN SP. TIGA SUNGAI m 3 /dt m 3 /dt m 3 /dt Q (Sub DAS 3) Q andalan 80% = m 3 /dt SUB DAS 3 A = 275,55 Km2 Q inflow (Sub DAS 3) m 3 /dt Q inflow 4 IPA KEMBANG TANJONG Q outflow 5 Kec. KEMBANG TANJONG DOMESTIK 26,840 jiwa m 3 /dt NON DOMESTIK PEMELIHARAAN SUB DAS 3 SUNGAI m 3 /dt m 3 /dt Kec. KEMBANG TANJONG m 3 /dt Q (Sub DAS 4) Q andalan 80% = m 3 /dt SUB DAS 4 A = 292,03 Km2 Q inflow (Sub DAS 3) m 3 /dt Q inflow 5 TAMBAK PEMELIHARAAN SUB DAS 4 SUNGAI m 3 /dt m 3 /dt Q outflow 6 Kec. KEMBANG TANJONG dan Kec. GEULUMPANG BARO 1,260 Ha m 3 /dt TAMBAK SELAT MALAKA Gambar 4. Skema Alokasi Air DAS Tiro Tahun 2035 (Qandalan 80%)
9 Hasil yang diperoleh menunjukkan pada sub DAS 1 terjadi kekurangan air (defisit), khususnya untuk penyediaan air irigasi untuk kondisi saat ini dan 20 tahun yang akan datang. Akibat defisit air tersebut maka luas tanam areal irigasi yang dapat dilayani hanya sebesar 38,21% atau hektar dari total luas layanan hektar. Kebutuhan air irigasi di hulu DAS Tiro tidak dapat dipenuhi dengan layanan Bendung Tiro saja. Hal ini karena DI Tiro yang cukup luas ha yang tidak dapat dilakukan musim tanam yang serentak. Perlu dilakukan pengaturan musim tanam secara bergilir untuk dapat meningkatkan produktivitas tanam DI Tiro. Selain itu, ketersediaan air yang semakin menurun, hulu DAS Tiro semakin mendesak untuk segera dilakukan pembangunan Waduk Tiro. Berdasarkan Detail Engineering Design (DED) Waduk Tiro yang telah dilakukan, dengan adanya waduk ini dapat dipergunakan pemanfaatan air yang berlimpah pada musim penghujan dengan menampungnya dan dipergunakan pada saat musim kering. Dengan bertambahnya cadangan air maka kegiatan pengelolaan, pemanfaatan, pengembangan air secara optimal sehingga dapat memenuhi kebutuhan kehidupan dan perkembangan daerah, serta kelestarian alam dapat terkendali. Pada sub DAS lainnya yang dimanfaatkan untuk kebutuhan air bersih, kebutuhan air ternak, pemeliharaan sungai dan tambak mengalami kelebihan air (surplus) saat ini dan sampai tahun Kebutuhan air terbesar pada sub DAS 1a, sub DAS 2 dan sub DAS 3 adalah untuk pemeliharaan sungai sedangkan sub DAS 4 dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air tambak. Pada sub-das 1a, sub-das 2, sub-das 3, dan sub-das 4, kebutuhan air bersih, kebutuhan air ternak dan tambak masih dapat terpenuhi sampai akhir proyeksi tahun KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil pada studi ini berkaitan dengan alokasi air sesuai ketersediaan dan kebutuhan air pada kondisi saat ini dan 20 tahun yang akan datang sebagai berikut : 1. ersediaan air di dalam DAS Tiro masih dapat mendukung pemenuhan berbagai kebutuhan air sampai tahun 2035 kecuali untuk kebutuhan air irigasi pada sub DAS 1. Kekurangan air (defisit) pada sub DAS ini cukup besar untuk memenuhi kebutuhan air irigasi mulai tahun 2015 sampai tahun Akibat defisit air, luas tanam areal irigasi yang dapat dilayani hanya sebesar 38,21% atau hektar dari total luas layanan hektar. Kondisi ini dirasakan semakin mendesak untuk segera dilakukan pembangunan Waduk Tiro di hulu DAS 2. Pada sub DAS 1a, sub DAS 2, Sub DAS 3 dan sub DAS 4 kebutuhan air bersih, kebutuhan air ternak dan tambak masih dapat terpenuhi sampai tahun Daya dukung sumber daya air DAS Tiro masih dapat dikembangkan untuk pemenuhan kebutuhan air di sekitar DAS untuk 20 tahun kedepan, kecuali untuk irigasi pada sub DAS 1. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik, 2014, Pidie dalam Angka, Kabupaten Pidie, Aceh. Balai Wilayah Sungai Sumatera I, 2010, Laporan DED Waduk Rukoh-Tiro (Tahap III) Kabupaten Pidie, Banda Aceh. Balitbang Kimpraswil, 2002, Pedoman Petunjuk Teknis dan Manual Air Minum Perkotaan Edisi Pertama, Jakarta. Bappeda Kabupaten Pidie, 2014, Laporan Akhir Rencana Induk Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM), Pidie FAO, Coping with Water Scarcity. FAO Water Reports 38. FAO, Rome. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Pidie, 2012 Thevs, N., Peng, H., Rozi, A., Zerbe, S., Abdusalih, N., 2015, Water allocation and water consumption of irrigated agriculture and natural vegetation in the Aksu-Tarim river basin, Xinjiang, China, Journal of Arid Environments, Vol 12 Part A.
STUDI PENELITIAN.
STUDI PENELITIAN KAJIAN PRIORITAS DAERAH LAYANAN UNTUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (SPAM) KABUPATEN PIDIE-PROVINSI ACEH Azmeri 1*, Eldina Fatimah 1, dan Sri Hartati 2 1 Jurusan Teknik Sipil
Lebih terperinciKAJIAN KUALITAS AIR UNTUK AKTIFITAS DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) KRUENG ACEH Susi Chairani 1), Siti Mechram 2), Muhammad Shilahuddin 3) Program Studi Teknik Pertanian 1,2,3) Fakultas Pertanian, Universitas
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Bila suatu saat Waduk Jatiluhur mengalami kekeringan dan tidak lagi mampu memberikan pasokan air sebagaimana biasanya, maka dampaknya tidak saja pada wilayah pantai utara (Pantura)
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Lokasi Kabupaten Pidie. Gambar 1. Siklus Hidrologi (Sjarief R dan Robert J, 2005 )
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Siklus Hidrologi Pada umumnya ketersediaan air terpenuhi dari hujan. Hujan merupakan hasil dari proses penguapan. Proses-proses yang terjadi pada peralihan uap air dari laut ke
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci : DAS Tukad Petanu, Neraca air, AWLR, Daerah Irigasi, Surplus
ABSTRAK Daerah Aliran Sungai (DAS) Tukad Petanu merupakan salah satu DAS yang berada di Provinsi Bali. DAS Tukad Petanu alirannya melintasi 2 kabupaten, yakni: Kabupaten Bangli dan Kabupaten Gianyar. Hulu
Lebih terperinciHUBUNGAN KUALITAS FISIS AIR SUNGAI KRUENG ACEH DENGAN INTENSITAS HUJAN
HUBUNGAN KUALITAS FISIS AIR SUNGAI KRUENG ACEH DENGAN INTENSITAS HUJAN Muhammad Syukri, Maulidia, dan Nurmalita Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Syiah Kuala, Darussalam-Banda Aceh Email: m.syukri@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Air merupakan salah satu komponen penting untuk kehidupan semua makhluk hidup di bumi. Air juga merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kebutuhan
Lebih terperinci2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Dalam melaksanakan kegiatannya, manusia selalu membutuhkan air bahkan untuk beberapa kegiatan air merupakan sumber utama.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Evaluasi Ketersediaan dan Kebutuhan Air Daerah Irigasi Namu Sira-sira.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketersediaan air (dependable flow) suatu Daerah Pengaliran Sungai (DPS) relatif konstan, sebaliknya kebutuhan air bagi kepentingan manusia semakin meningkat, sehingga
Lebih terperinciKAJIAN POTENSI SUMBER AIR BAKU UNTUK PENGEMBANGAN DAERAH LAYANAN SPAM KABUPATEN PIDIE
ISSN 30-053 10 pages pp. 131-140 KAJIAN POTENSI SUMBER AIR BAKU UNTUK PENGEMBANGAN DAERAH LAYANAN SPAM KABUPATEN PIDIE Sri Hartati¹, Azmeri², Eldina Fatimah³ 1) Magister Teknik Sipil Program Banda Aceh,3)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air (SDA) bertujuan mewujudkan kemanfaatan sumberdaya air yang berkelanjutan untuk sebesar-besar
Lebih terperinciOptimasi Pola Tanam Menggunakan Program Linier (Waduk Batu Tegi, Das Way Sekampung, Lampung)
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-1 Optimasi Pola Tanam Menggunakan Program Linier (Waduk Batu Tegi, Das Way Sekampung, Lampung) Anindita Hanalestari Setiawan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diwujudkan melalui keberlanjutan sistem irigasi.
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi
Lebih terperinciPengaruh Pergeseran Jadwal Tanam Terhadap Produktivitas Padi di Daerah Irigasi Krueng Aceh
386 Pengaruh Pergeseran Jadwal Tanam Terhadap Produktivitas Padi di Daerah Irigasi Krueng Aceh Meylis 1*, Sarah 1, A. Munir 2, Dirwan 1, Azmeri 1, dan Masimin 1 1 Universitas Syiah Kuala 2 Ranting Dinas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan yang berkelanjutan seperti yang dikehendaki oleh pemerintah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang berkelanjutan seperti yang dikehendaki oleh pemerintah maupun masyarakat mengandung pengertian yang mendalam, bukan hanya berarti penambahan pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I-1. Laporan Tugas Akhir Kinerja Pengoperasian Waduk Sempor Jawa Tengah dan Perbaikan Jaringan Irigasinya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Waduk adalah suatu bangunan yang berfungsi untuk melestarikan sumberdaya air dengan cara menyimpan air disaat kelebihan yang biasanya terjadi disaat musim penghujan
Lebih terperinciOPTIMASI FAKTOR PENYEDIAAN AIR RELATIF SEBAGAI SOLUSI KRISIS AIR PADA BENDUNG PESUCEN
OPTIMASI FAKTOR PENYEDIAAN AIR RELATIF SEBAGAI SOLUSI KRISIS AIR PADA BENDUNG PESUCEN M. Taufik Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Purworejo abstrak Air sangat dibutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Saat ini krisis air merupakan salah satu masalah utama di Kabupaten Rembang, yang aktifitas ekonomi didukung oleh kegiatan di sektor pertanian dan perikanan. Hal ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada umumnya tujuan dari dibangunnya suatu waduk atau bendungan adalah untuk melestarikan sumberdaya air dengan cara menyimpan air disaat kelebihan yang biasanya terjadi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. TINJAUAN UMUM Dalam suatu penelitian dibutuhkan pustaka yang dijadikan sebagai dasar penelitian agar terwujud spesifikasi yang menjadi acuan dalam analisis penelitian yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Secara geografis Kota Lhokseumawe terletak pada posisi Lintang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Lhokseumawe merupakan salah satu kota yang berada di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Kota Lhokseumawe ditetapkan statusnya dikota berdasarkan Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana pembangunan di bidang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana pembangunan di bidang pertanian menjadi prioritas utama karena Indonesia merupakan salah satu negara yang memberikan komitmen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Kita tidak dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Kita tidak dapat dipisahkan dari senyawa kimia ini dalam kehidupan sehari-hari. Manfaat air bagi kehidupan kita antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air memiliki karakteristik unik dibandingkan dengan sumber daya alam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air memiliki karakteristik unik dibandingkan dengan sumber daya alam lainnya. Air bersifat sumber daya yang terbarukan dan dinamis. Artinya sumber utama air yakni hujan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Daerah Irigasi Lambunu Daerah irigasi (D.I.) Lambunu merupakan salah satu daerah irigasi yang diunggulkan Propinsi Sulawesi Tengah dalam rangka mencapai target mengkontribusi
Lebih terperinciAnalisi Neraca Air Permukaan Sub DAS Krueng Khee Kabupaten Aceh Besar (Surface Water Balance Sub Watershed Krueng Khee Great Aceh District)
Analisi Neraca Air Permukaan Sub DAS Krueng Khee Kabupaten Aceh Besar (Surface Water Balance Sub Watershed Krueng Khee Great Aceh District) Arini Putri, Susi Chairani, Ichwana Program Studi Teknik Pertanian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daya alam yang sangat besar terutama potensi sumber daya air. Pelaksanaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Provinsi Lampung memiliki kedudukan yang strategis dalam pembangunan nasional. Di samping letaknya yang strategis karena merupakan pintu gerbang selatan Sumatera,
Lebih terperinciANALISA KEKERUHAN DAN KANDUNGAN SEDIMEN DAN KAITANNYA DENGAN KONDISI DAS SUNGAI KRUENG ACEH
ANALISA KEKERUHAN DAN KANDUNGAN SEDIMEN DAN KAITANNYA DENGAN KONDISI DAS SUNGAI KRUENG ACEH Nurmalita, Maulidia, dan Muhammad Syukri Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Syiah Kuala, Darussalam-Banda Aceh
Lebih terperinciGambar 2.1. Diagram Alir Studi
2.1. Alur Studi Alur studi kegiatan Kajian Tingkat Kerentanan Penyediaan Air Bersih Tirta Albantani Kabupaten Serang, Provinsi Banten terlihat dalam Gambar 2.1. Gambar 2.1. Diagram Alir Studi II - 1 2.2.
Lebih terperinciABSTRAK Faris Afif.O,
ABSTRAK Faris Afif.O, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, November 2014, Studi Perencanaan Bangunan Utama Embung Guworejo Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Dosen Pembimbing : Ir. Pudyono,
Lebih terperinciOPTIMALISASI PENGGUNAAN AIR IRIGASI DI DAERAH IRIGASI RENTANG KABUPATEN MAJALENGKA. Hendra Kurniawan 1 ABSTRAK
OPTIMALISASI PENGGUNAAN AIR IRIGASI DI DAERAH IRIGASI RENTANG KABUPATEN MAJALENGKA Hendra Kurniawan 1 1 Program Studi Magister Teknik Sipil, Universitas Trisakti, Jl. Kyai Tapa No. 1 Jakarta ABSTRAK Sesuai
Lebih terperinciStudi Optimasi Pola Tanam pada Daerah Irigasi Warujayeng Kertosono dengan Program Linier
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-30 Studi Optimasi Pola Tanam pada Daerah Irigasi Warujayeng Kertosono dengan Program Linier Ahmad Wahyudi, Nadjadji Anwar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikapundung yang meliputi area tangkapan (catchment area) seluas 142,11 Km2 atau 14.211 Ha (Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci: Waduk Muara Nusa Dua, Pola Operasi, Debit Andalan, Kebutuhan air baku, Simulasi
ABSTRAK Waduk Muara Nusa Dua yang terletak di muara Sungai/Tukad Badung, tepatnya di Jembatan by Pass Ngurah Rai, Suwung, Denpasar, dibangun untuk menyediakan air baku guna memenuhi kebutuhan air bersih.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Sumatera Selatan memiliki lahan yang cukup luas dan banyaknya sungai-sungai yang cukup besar. Dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan dan untuk mencapai Lumbung
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN DAERAH STUDI
BAB III TINJAUAN DAERAH STUDI 3.1 DEFINISI WADUK Waduk merupakan salah satu sarana pemanfaatan sumber daya air yang mempunyai fungsi sebagai penyimpan dan penyedia air, baik sebagai bahan baku air bersih
Lebih terperinciANALISA KEBUTUHAN AIR DALAM KECAMATAN BANDA BARO KABUPATEN ACEH UTARA
ANALISA KEBUTUHAN AIR DALAM KECAMATAN BANDA BARO KABUPATEN ACEH UTARA Susilah Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Malikussaleh email: zulfhazli.abdullah@gmail.com Abstrak Kecamatan Banda Baro merupakan
Lebih terperinciAnalisis Ketersediaan Air Embung Tambakboyo Sleman DIY
Analisis Ketersediaan Air Embung Tambakboyo Sleman DIY Agung Purwanto 1, Edy Sriyono 1, Sardi 2 Program Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Janabadra Yogyakarta 1 Jurusan Teknik Sipil,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan kemajuan zaman serta bertambahnya jumlah penduduk dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan zaman serta bertambahnya jumlah penduduk dengan pesat maka permintaan akan barang dan jasa yang berasal dari sumber daya air akan meningkat.
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU
IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara
Lebih terperinciKAJIAN DIMENSI SALURAN PRIMER EKSISTING DAERAH IRIGASI SUNGAI TANANG KABUPATEN KAMPAR. Abstrak
Kajian Dimensi Saluran Primer Eksiting KAJIAN DIMENSI SALURAN PRIMER EKSISTING DAERAH IRIGASI SUNGAI TANANG KABUPATEN KAMPAR Djuang Panjaitan 1,SH Hasibuan 2 Abstrak Tujuan utama dari penelitian adalah
Lebih terperinciKAJIAN DIMENSI SALURAN PRIMER EKSISTING DAERAH IRIGASI MUARA JALAI KABUPATEN KAMPAR. Abstrak
Kajian Dimensi Saluran Primer Eksiting Daerah Irigasi Muara Jalai KAJIAN DIMENSI SALURAN PRIMER EKSISTING DAERAH IRIGASI MUARA JALAI KABUPATEN KAMPAR SH. Hasibuan 1, Djuang Panjaitan 2 Abstrak Tujuan utama
Lebih terperinci3. METODOLOGI PENELITIAN
23 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini memanfaatkan data sekunder yang tersedia pada Perum Jasa Tirta II Jatiluhur dan BPDAS Citarum-Ciliwung untuk data seri dari tahun 2002 s/d
Lebih terperinciOPTIMASI PEMANFAATAN AIR BAKU DENGAN MENGGUNAKAN LINEAR PROGRAMMING (LP) DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CIDANAU, BANTEN. OLEH : MIADAH F
OPTIMASI PEMANFAATAN AIR BAKU DENGAN MENGGUNAKAN LINEAR PROGRAMMING (LP) DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CIDANAU, BANTEN. OLEH : MIADAH F14102075 2006 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT
Lebih terperinciBAB VI ANALISIS SUMBER AIR DAN KETERSEDIAAN AIR
BAB VI ANALISIS SUMBER AIR DAN KETERSEDIAAN AIR 6.1 SUMBER AIR EXISTING Sumber air existing yang digunakan oleh PDAM untuk memenuhi kebutuhan air bersih di daerah Kecamatan Gunem berasal dari reservoir
Lebih terperinciOPTIMASI PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN DRIYOREJO BERDASARKAN KETERSEDIAAN SUMBERDAYA AIR
OPTIMASI PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN DRIYOREJO BERDASARKAN KETERSEDIAAN SUMBERDAYA AIR CHRISTIANINGSIH/368143 DOSEN PEMBIMBING : PUTU GDE ARIASTITA, ST. MT PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
Lebih terperinciEkspansi Tenaga Air Untuk Ketahanan Energi Melalui Pengoperasian Waduk Tunggal
264 Ekspansi Tenaga Air Untuk Ketahanan Energi Melalui Pengoperasian Waduk Tunggal Studi Kasus Waduk Paya Bener Takengon Azmeri Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala azmeri73@yahoo.com
Lebih terperinciSTUDI PERENCANAAN BANGUNAN UTAMA EMBUNG GUWOREJO DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BAKU DI KABUPATEN KEDIRI
STUDI PERENCANAAN BANGUNAN UTAMA EMBUNG GUWOREJO DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BAKU DI KABUPATEN KEDIRI Alwafi Pujiraharjo, Suroso, Agus Suharyanto, Faris Afif Octavio Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperinciStudi Optimasi Operasional Waduk Sengguruh untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air
Tugas Akhir Studi Optimasi Operasional Waduk Sengguruh untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air Oleh : Sezar Yudo Pratama 3106 100 095 JURUSAN TEKNIK SIPIL Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DINAS PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR Jl. Madukoro Blok.AA-BB Telp. (024) , , , S E M A R A N
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DINAS PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR Jl. Madukoro Blok.AA-BB Telp. (024) 7608201,7608342, 7608621, 7608408 S E M A R A N G 5 0 1 4 4 Website : www.psda.jatengprov..gp.id Email
Lebih terperinciSIMULASI POTENSI DAN KAPASITAS EMBUNG SUNGAI PAKU TERHADAP PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BAGI MASYARAKAT
SIMULASI POTENSI DAN KAPASITAS EMBUNG SUNGAI PAKU TERHADAP PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BAGI MASYARAKAT Mudjiatko 1, Mardani, Bambang 2 dan Andika, Joy Frester 3 1,2,3 Jurusan Teknik Sipil Universitas Riau
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Hidrologi adalah ilmu yang menjelaskan tentang kehadiran dan gerakan air di alam, yang meliputi bentuk berbagai bentuk air, yang menyangkut perubahan-perubahannya antara
Lebih terperinciPembangunan Infrastruktur Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Aceh
Rilis PUPR #1 12 Juli 2017 SP.BIRKOM/VII/2017/342 Pembangunan Infrastruktur Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Aceh Jakarta - Salah satu faktor penting mendukung pertumbuhan ekonomi di Provinsi Nanggroe Aceh
Lebih terperinciSTUDI PEDOMAN POLA OPERASI EMBUNG KULAK SECANG UNTUK KEBUTUHAN AIR IRIGASI DESA JATIGREGES KECAMATAN PACE KABUPATEN NGANJUK
STUDI PEDOMAN POLA OPERASI EMBUNG KULAK SECANG UNTUK KEBUTUHAN AIR IRIGASI DESA JATIGREGES KECAMATAN PACE KABUPATEN NGANJUK Shony Abdi M, Pitojo Tri Juwono, M. Janu Ismoyo, Jurusan Pengairan Fakultas Teknik
Lebih terperinciSTUDI PERENCANAAN POLA OPERASI WADUK LOMPATAN HARIMAU DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU
STUDI PERENCANAAN POLA OPERASI WADUK LOMPATAN HARIMAU DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU Radya Gading Widyatama 1, Pitojo Tri Juwono 2, Prima Hadi Wicaksono 2 1 Mahasiswa Program Sarjana Teknik Jurusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di zona khatulistiwa hal tersebut menyebabkan adanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia terletak di zona khatulistiwa hal tersebut menyebabkan adanya iklim tropis serta temperaturnya yang relatif tinggi. Selain itu curah hujan yang turun cukup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Air dan sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air dan sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang harus dijaga kelestarian dan pemanfaatannya untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat sesuai Pasal
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Daerah Irigasi Banjaran merupakan Daerah Irigasi terluas ketiga di
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Diskripsi Lokasi Studi Daerah Irigasi Banjaran merupakan Daerah Irigasi terluas ketiga di wilayah Kabupaten Banyumas dengan luas areal potensial 1432 ha. Dengan sistem
Lebih terperinciOPTIMASI PENGGUNAAN LAHAN BERDASARKAN KESEIMBANGAN SUMBERDAYA AIR
Sidang Ujian OPTIMASI PENGGUNAAN LAHAN KABUPATEN BANGKALAN BERDASARKAN KESEIMBANGAN SUMBERDAYA AIR Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh
Lebih terperinciA. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air adalah salah satu sumber daya alam yang tersedia di bumi. Air memiliki banyak fungsi dalam kelangsungan makhluk hidup yang harus dijaga kelestariannya dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. di Jawa dengan wilayah tangkapan seluas ribu kilometer persegi. Curah
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah aliran sungai (DAS) Citarum merupakan salah satu DAS terbesar di Jawa dengan wilayah tangkapan seluas 11.44 ribu kilometer persegi. Curah hujan tahunan 3 ribu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisa Hidrologi Analisis hidrologi merupakan salah satu bagian dari keseluruhan rangkaian dalam perencanaan bangunan air seperti sistem drainase, tanggul penahan banjir dan
Lebih terperinciKOMPARASI PEMBERIAN AIR IRIGASI DENGAN SISTIM CONTINOUS FLOW DAN INTERMITTEN FLOW. Abstrak
KOMPARASI PEMBERIAN AIR IRIGASI DENGAN SISTIM CONTINOUS FLOW DAN INTERMITTEN FLOW Muhamad Taufik Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Purworejo Abstrak Analisa dan penelitian
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Neraca Air
TINJAUAN PUSTAKA Neraca Air Neraca air adalah model hubungan kuantitatif antara jumlah air yang tersedia di atas dan di dalam tanah dengan jumlah curah hujan yang jatuh pada luasan dan kurun waktu tertentu.
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN
53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan
Lebih terperinciKAJIAN KEANDALAN WADUK SEMPOR
KAJIAN KEANDALAN WADUK SEMPOR Agung Setiawan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Mataram, Nusa Tenggara Barat Jl. Majapahit No. 62 Mataram email : agung_setiawan@yahoo.com ABSTRAKSI Waduk
Lebih terperinciKAJIAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI SALURAN SEKUNDER DAERAH IRIGASI BEGASING
KAJIAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI SALURAN SEKUNDER DAERAH IRIGASI BEGASING Ivony Alamanda 1) Kartini 2)., Azwa Nirmala 2) Abstrak Daerah Irigasi Begasing terletak di desa Sedahan Jaya kecamatan Sukadana
Lebih terperinciANALISA KETERSEDIAAN AIR DAERAH ALIRAN SUNGAI BARITO HULU DENGAN MENGGUNAKAN DEBIT HASIL PERHITUNGAN METODE NRECA
ANALISA KETERSEDIAAN AIR DAERAH ALIRAN SUNGAI BARITO HULU DENGAN MENGGUNAKAN DEBIT HASIL PERHITUNGAN METODE NRECA Salmani (1), Fakhrurrazi (1), dan M. Wahyudi (2) (1) Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil
Lebih terperinci2015 ANALISA PENGISIAN AWAL WADUK (IMPOUNDING) PADA BENDUNGAN JATIGEDE
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bendungan adalah sebuah bangunan air yang berfungsi sebagai penangkap air dan menyimpannya di musim penghujan waktu air sungai mengalir dalam jumlah besar. Waduk merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berubah sebagian besar disebabkan oleh perilaku manusia. Salah satu akibat dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sungai dapat dijadikan salah satu sumber air yang diandalkan untuk memenuhi berbagai kebutuhan terhadap air, bila fungsi dan perilaku sungai dapat terkendali secara
Lebih terperinciANALISA KEANDALAN WADUK DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH (Studi Kasus: Waduk Paya Bener Takengon) Azmeri 1, Ziana 2, Ampera 3
ANALISA KEANDALAN WADUK DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH (Studi Kasus: Waduk Paya Bener Takengon) Azmeri 1, Ziana 2, Ampera 3 1,2 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Jl. Syech
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban.
BAB III METODOLOGI 3.1 Umum Metodologi merupakan suatu penyelidikan yang sistematis untuk meningkatkan sejumlah pengetahuan, juga merupakan suatu usaha yang sistematis dan terorganisasi untuk menyelidiki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sejalan dengan hujan yang tidak merata sepanjang tahun menyebabkan persediaan air yang berlebihan dimusim penghujan dan kekurangan dimusim kemarau. Hal ini menimbulkan
Lebih terperinciDrought Management Untuk Meminimalisasi Risiko Kekeringan
Drought Management Untuk Meminimalisasi Risiko Kekeringan Oleh : Gatot Irianto Fakta menunjukkan bahhwa kemarau yang terjadi terus meningkat besarannya (magnitude), baik intensitas, periode ulang dan lamanya.
Lebih terperinciDEFt. W t. 2. Nilai maksimum deficit ratio DEF. max. 3. Nilai maksimum deficit. v = max. 3 t BAB III METODOLOGI
v n t= 1 = 1 n t= 1 DEFt Di W t 2. Nilai maksimum deficit ratio v 2 = max DEFt Dt 3. Nilai maksimum deficit v = max { } DEF 3 t BAB III METODOLOGI 24 Tahapan Penelitian Pola pengoperasian yang digunakan
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. sampai 2013, kecuali tahun 2012 karena data tidak ditemukan. Jumlah ketersediaan
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Ketersediaan air Waduk Pasuruhan dinyatakan sebagai besarnya debit yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan air Waduk Pasuruhan dengan persentase ketersediaan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Neraca Air Ilmu Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari sirkulasi air. Dalam proses sirkulasi air, penjelasan mengenai hubungan antara aliran ke dalam (inflow) dan aliran keluar
Lebih terperinciPerubahan Penggunaan Lahan Terhadap Nilai Koefisien Limpasan di DAS Krueng Meureudu Provinsi Aceh
Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Nilai Koefisien Limpasan di DAS Krueng Meureudu Provinsi Aceh 1 Hairul Basri, 2 Syahrul, 3,4 *Rudi Fadhli 1 Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah
Lebih terperinciSTUDI ALOKASI KETERSEDIAAN AIR KRUENG MEUREUDU KABUPATEN PIDIE JAYA UNTUK KEBUTUHAN AIR IRIGASI, AIR MINUM, DAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK
ISSN 2302-0253 12 Pages pp. 45-56 STUDI ALOKASI KETERSEDIAAN AIR KRUENG MEUREUDU KABUPATEN PIDIE JAYA UNTUK KEBUTUHAN AIR IRIGASI, AIR MINUM, DAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK Fauzi 1, Masimin 2, Ella Meilianda
Lebih terperinciBab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang
Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Pembangunan Waduk Sadawarna adalah untuk memenuhi kebutuhan air dari berbagai macam keperluan di Kabupaten Subang, Sumedang, dan Indramayu yang mempunyai jumlah penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan barang ultra essential bagi kelangsungan hidup manusia. Tanpa air, manusia tidak mungkin bisa bertahan hidup. Di sisi lain kita sering bersikap menerima
Lebih terperinciEVALUASI KINERJA WADUK DENGAN METODE SIMULASI
Prosiding Seminar Nasional Teknologi dan Teknopreneur (SNTT) 2013 ISSN: 2338-3887 FASTIKOM UNSIQ Wonosobo, 18 Juni 2013 EVALUASI KINERJA WADUK DENGAN METODE SIMULASI Nasyiin Faqih 1) Program Studi Teknik
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung. Secara geografis, kabupaten ini terletak pada
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Kabupaten Lampung Utara merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Lampung. Secara geografis, kabupaten ini terletak pada
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian skripsi ini dilakukan di daerah irigasi Leuwi Kuya yang berada di sebelah Utara Soreang, tepatnya di Desa Buninagara, Kecamatan Kutawaringin,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan penelitian dari Nippon Koei (2007), Bendungan Serbaguna
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan penelitian dari Nippon Koei (2007), Bendungan Serbaguna Wonogiri merupakan satu - satunya bendungan besar di sungai utama Bengawan Solo yang merupakan sungai
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI 2.1 Perhitungan Hidrologi Curah hujan rata-rata DAS
BAB II DASAR TEORI 2.1 Perhitungan Hidrologi 2.1.1 Curah hujan rata-rata DAS Beberapa cara perhitungan untuk mencari curah hujan rata-rata daerah aliran, yaitu : 1. Arithmatic Mean Method perhitungan curah
Lebih terperinciANALISA POTENSI WADUK RUKOH DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN AIR DI KABUPATEN PIDIE. Siti Nurdhawata G
ANALISA POTENSI WADUK RUKOH DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN AIR DI KABUPATEN PIDIE Siti Nurdhawata G24104033 DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinci1. BAB I PENDAHULUAN
1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan jumlah penduduk dan meningkatnya kegiatan masyarakat mengakibatkan perubahan fungsi lingkungan yang berdampak negatif terhadap kelestarian
Lebih terperinciKELAYAKAN EKONOMI BENDUNGAN JRAGUNG KABUPATEN DEMAK
Kelayakan Ekonomi Bendungan Jragung Kabupaten Demak (Kusumaningtyas dkk.) KELAYAKAN EKONOMI BENDUNGAN JRAGUNG KABUPATEN DEMAK Ari Ayu Kusumaningtyas 1, Pratikso 2, Soedarsono 2 1 Mahasiswa Program Pasca
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Jawa Barat. Daerah Irigasi Jatiluhur dibangun oleh Pemerintah Republik
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Irigasi Jatiluhur terletak di Daerah Aliran Sungai Citarum Provinsi Jawa Barat. Daerah Irigasi Jatiluhur dibangun oleh Pemerintah Republik Indonesia pada tahun
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. dan kaidah-kaidah pokok yang digunakan dalam aktifitas ilmiah. Metode yang
16 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Umum Metodologi penelitian adalah analisis teoritis mengenai suatu cara dalam sebuah penelitian untuk mendapatkan kesimpulan dari sebuah masalah yang dibuat secara
Lebih terperinciAnalisa Ketersediaan Air Bersih untuk Kebutuhan Penduduk di Kecamatan Pauh Kota Padang
Analisa Ketersediaan Air Bersih untuk Kebutuhan Penduduk di Kecamatan Pauh Kota Padang SYOFYAN, Z. Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Padang, Jl. Gajah Mada Kandis Nanggalo, Padang 25 143, Indonesia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungai, yang berfungsi menampung,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Daerah aliran sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungai, yang berfungsi menampung, menyimpan,
Lebih terperinci28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec
BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) telah memproyeksikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) telah memproyeksikan jumlah penduduk Indonesia tahun 2010-2035. Proyeksi jumlah penduduk ini berdasarkan perhitungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Air bersih merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat mendasar. Air diperlukan untuk menunjang berbagai kegiatan manusia sehari-hari mulai dari minum, memasak,
Lebih terperinciPERENCANAAN KEBUTUHAN AIR PADA AREAL IRIGASI BENDUNG WALAHAR. Universitas Gunadarma, Jakarta
PERENCANAAN KEBUTUHAN AIR PADA AREAL IRIGASI BENDUNG WALAHAR 1 Rika Sri Amalia (rika.amalia92@gmail.com) 2 Budi Santosa (bsantosa@staff.gunadarma.ac.id) 1,2 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil
Lebih terperinciKARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis LS dan BT. Beriklim tropis dengan
III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Geografis Secara geografis Kabupaten Tebo terletak diantara titik koordinat 0 52 32-01 54 50 LS dan 101 48 57-101 49 17 BT. Beriklim tropis dengan ketinggian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pengelolaan air di suatu daerah irigasi, kenyataannya seringkali terdapat pembagian air yang kurang sesuai kebutuhan air di petak-petak sawah. Pada petak yang
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan
Lebih terperinci