BAB I PENDAHULUAN. Kualitatif Kerangka Konseptual (FASB, 1978). Laba yang berkualitas adalah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Kualitatif Kerangka Konseptual (FASB, 1978). Laba yang berkualitas adalah"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laba merupakan salah satu parameter kinerja perusahaan yang mendapatkan perhatian utama dari investor dan kreditur karena mereka menggunakan laba untuk mengevaluasi kinerja manajemen. Kualitas laba didasarkan pada Konsep Kualitatif Kerangka Konseptual (FASB, 1978). Laba yang berkualitas adalah laba yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan yaitu memiliki karakteristik relevansi, reliabilitas, dan komparabilitas/konsistensi. Selain itu, laba berkualitas adalah laba yang dapat digunakan untuk menjelaskan atau memprediksi harga dan return saham (Bernard dan Stober, 1998 dalam Siallagan dan Machfoedz, 2006). Kualitas laba yang rendah dapat mengakibatkan para pemakai laporan keuangan melakukan kesalahan dalam pembuatan keputusan sehingga nilai perusahaan akan berkurang (Siallagan dan Machfoedz, 2006). Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh manajemen dalam proses penyusunan laporan keuangan terutama pengaruhnya terhadap tingkat laba adalah manajemen laba (earnings management) yang diharapkan dapat meningkatkan nilai perusahaan pada saat tertentu. Manajemen laba yang dilakukan oleh manajer tersebut timbul karena adanya masalah keagenan yaitu konflik kepentingan antara pemilik/pemegang saham (principal) dengan pengelola/manajemen (agent) akibat tidak bertemunya utilitas maksimal di antara mereka karena manajemen memiliki informasi tentang perusahaan lebih banyak daripada pemegang saham sehingga terjadi asimetri informasi yang

2 2 memungkinkan manajemen melakukan praktik akuntansi dengan orientasi pada laba untuk mencapai suatu kinerja tertentu. Konflik keagenan yang mengakibatkan adanya tindakan oportunistik manajemen sehingga laba yang dilaporkan bersifat semu, akan menyebabkan nilai perusahaan berkurang di masa yang akan datang. Gunny (2005) mengelompokkan manajemen laba dalam tiga kategori yaitu akuntansi yang curang, manajemen laba akrual, dan manajemen laba riil (real earnings management). Penelitian Gunny (2005), Roychowdhury (2006), Zang (2006), Cohen et al. (2008), Graham et al. (2005), serta Cohen dan Zarowin (2008) menemukan bahwa manajer sudah bergeser dari manajemen laba akrual menuju manajemen laba riil setelah periode Sarbanes-Oxley Act (SOX). Menurut Gunny et al. (2005), pergeseran dari manajemen laba akrual ke manajemen laba riil disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, manipulasi akrual lebih sering dijadikan pusat pengamatan atau inspeksi oleh auditor dan regulator daripada keputusan tentang penentuan harga dan produksi. Kedua, hanya menitikberatkan perhatian pada manipulasi akrual merupakan tindakan yang berisiko karena perusahaan mungkin mempunyai fleksibilitas yang terbatas untuk mengatur akrual, misalnya keterbatasan dalam melaporkan akrual diskresioner (Graham et al., 2005). Graham et al. (2005) juga memberikan bukti empiris bahwa para manajer cenderung melakukan aktivitas manajemen laba riil dibandingkan dengan manajemen laba akrual. Hal ini disebabkan karena aktivitas manajemen laba riil sulit dibedakan dengan keputusan bisnis optimal dan lebih sulit dideteksi,

3 3 meskipun kos-kos yang digunakan dalam aktivitas tersebut secara ekonomik signifikan bagi perusahaan. Menurut Roychowdhury (2006), meskipun terdapat biaya yang terkait dengan manipulasi aktivitas nyata, manajemen tidak hanya mengandalkan tindakan manipulasi melalui akrual dalam memanipulasi laba karena manipulasi aktivitas riil digunakan apabila manipulasi akrual tidak mencapai target. Selain itu, manipulasi akrual hanya dapat dilakukan pada akhir periode untuk mencapai target, apabila tidak terpenuhi maka manajemen dapat menggunakan manipulasi melalui aktivitas riil yang dilakukan sepanjang tahun dan sulit dideteksi. Oleh karena itu, metode manipulasi aktivitas riil menjadi alternatif lain bagi manajer yang dapat dilakukan untuk mengatur laba selain manajemen laba akrual yang mudah dideteksi. Dalam mendeteksi tindakan manipulasi aktivitas riil yang dilakukan oleh perusahaan, Roychowdhury (2006) menggunakan model Dechow et al. (1998) dengan tiga metode manipulasi yaitu manipulasi penjualan, melakukan produksi berlebihan, dan mengurangi biaya diskresioner. Manajemen laba riil yang dilakukan oleh manajemen memperlihatkan kinerja jangka pendek perusahaan yang baik namun secara potensial akan menurunkan nilai perusahaan. Hal ini disebabkan karena tindakan yang diambil manajer untuk meningkatkan laba tahun sekarang akan mempunyai dampak negatif terhadap kinerja (laba) perusahaan periode berikutnya (Roychowdhury, 2006). Kinerja yang turun pada periode berikutnya akan mengakibatkan turunnya harga saham perusahaan sehingga nilai perusahaan akan turun.

4 4 Teori keagenan memberikan pandangan bahwa masalah manajemen laba dapat diminimumkan dengan pengawasan sendiri melalui corporate governance yaitu suatu mekanisme tata kelola perusahaan yang dapat menyelaraskan kepentingan berbagai pihak antara lain dengan; (1) memperbesar kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen (Jensen Meckling, 1976); (2) kepemilikan saham oleh institusional yang berdampak mengurangi motivasi manajer untuk melakukan manajemen laba (Pratana dan Mas ud, 2003); (3) peran monitoring yang dilakukan dewan komisaris independen (Barnhart & Rosenstein, 1998); dan (4) kualitas audit yang dilihat dari peran auditor yang memiliki kompetensi yang memadai dan bersikap independen sehingga menjadi pihak yang dapat memberikan kepastian terhadap integritas angka-angka akuntansi yang dilaporkan manajemen (Mayangsari, 2003). Penerapan corporate governance yang baik diharapkan dapat menjadi penghambat aktivitas manajemen laba sehingga laporan keuangan dapat menggambarkan nilai fundamental perusahaan. Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini ingin menguji kembali penelitian Ferdawati (2008) mengenai pengaruh manajemen laba riil pada nilai perusahaan yang dimoderasi dengan penerapan corporate governance pada perusahaan-perusahaan nonkeuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang melakukan initial public offering (IPO) dan penawaran saham tambahan melalui mekanisme right issue periode Ada dua cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk menawarkan sahamnya kepada publik yaitu unseasoned securities dan seasoned securities (Megginson, 1997). Unseasoned securities adalah penawaran surat berharga kepada publik melalui mekanisme

5 5 IPO yaitu penawaran saham perdana yang dilakukan oleh perusahaan sebagai salah satu syarat bagi perusahaan yang ingin menjadi perusahaan go public melalui pasar modal (Gumanti, 2000). Seasoned securities adalah surat berharga tambahan diluar surat berharga yang telah beredar di masyarakat yang ditawarkan kepada publik pada saat seasoned equity offering (SEO) yaitu peristiwa saat perusahaan yang sudah go public melakukan penawaran ulang saham. Penawaran surat berharga tambahan ini dilakukan perusahaan untuk mendapatkan tambahan dana yang nantinya dimanfaatkan untuk membiayai kegiatan ataupun membayar utang yang jatuh tempo (Megginson, 1997). Beberapa peneliti terdahulu (Assih et al., 2005; Amin, 2007; dan Aharony et al., 1993) berhasil membuktikan bahwa perusahaan melakukan manajemen laba pada periode menjelang IPO dengan menggunakan komponen akrual diskresioner. Penelitian sebelumnya juga memberikan bukti yang mendukung adanya praktik manajemen laba yang bertujuan menaikkan laba disekitar penawaran umum saham tambahan seperti Rangan (1998), Teoh et al. (1998), Shivakumar (2000), dan DuCharme et al. (2000) yang menjelaskan bahwa perusahaan menggunakan manajemen laba melalui akrual (accruals) disekitar penawaran saham tambahan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Bagaimanakah pengaruh manajemen laba riil pada nilai perusahaan?

6 6 2) Apakah manajemen laba riil berpengaruh pada nilai perusahaan ketika penerapan corporate governance rendah? 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Untuk mengetahui pengaruh manajemen laba riil pada nilai perusahaan. 2) Untuk mengetahui pengaruh corporate governance pada hubungan manajemen laba riil dengan nilai perusahaan. 1.4 Manfaat Penelitian Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut. 1) Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap pengembangan teori mengenai pengaruh manajemen laba riil terhadap nilai perusahaan yang dimoderasi dengan penerapan corporate governance. 2) Manfaat Praktis Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Bagi Investor Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu pertimbangan bagi investor dalam memutuskan untuk melakukan investasi. b. Bagi Kreditor

7 7 Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu pertimbangan bagi kreditor dalam pengambilan keputusan pemberian pinjaman. c. Bagi Manajemen Perusahaan Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk lebih memahami pengaruh peranan praktik corporate governance pada hubungan tindakan manajemen laba yang dilakukan manajemen dan nilai perusahaan.

8 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Teori keagenan (agency theory) Perspektif teori keagenan merupakan dasar yang digunakan untuk memahami isu corporate governance dan manajemen laba. Teori keagenan menyatakan bahwa perusahaan merupakan nexus of contract yaitu tempat bertemunya kontrak antar berbagai pihak yang berpotensi menimbulkan konflik kepentingan. Konflik tersebut tercermin dari kebijakan dividen, pendanaan, dan investasi (Jensen dan Meckling, 1976). Jensen dan Meckling (1976), Watts & Zimmerman (1986) menyatakan bahwa laporan keuangan yang dibuat dengan angka-angka akuntansi dapat meminimalkan konflik diantara pihak-pihak yang berkepentingan. Melalui laporan keuangan yang dilaporkan oleh agent sebagai pertanggungjawaban kinerjanya, principal dapat menilai, mengukur, dan mengawasi sampai sejauhmana agent tersebut bekerja untuk meningkatkan kesejahteraannya serta sebagai dasar pemberian kompensasi kepada agent. Menurut Siallagan dan Machfoedz (2006) dalam perspektif teori keagenan, agen yang risk adverse dan yang cenderung mementingkan dirinya sendiri akan mengalokasikan resources (berinvestasi) yang tidak meningkatkan nilai perusahaan. Permasalahan keagenan ini akan mengindikasikan bahwa nilai perusahaan akan naik apabila pemilik perusahaan bisa mengendalikan perilaku

9 9 manajemen agar tidak menghamburkan resources perusahaan, baik dalam bentuk investasi yang tidak layak maupun dalam bentuk shirking (kelalaian). Menurut teori keagenan (agency theory), adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan suatu perusahaan dapat menimbulkan masalah keagenan, yaitu ketidaksejajaran kepentingan antara principal (pemilik/pemegang saham) dan agent (manajer). Masalah keagenan ini dapat diminimumkan dengan suatu mekanisme monitoring yang bertujuan untuk menyelaraskan berbagai kepentingan. Corporate governance yang merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan, diharapkan dapat berfungsi sebagai alat untuk memberi keyakinan kepada investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang mereka investasikan. Menurut Sheifer dan Vishny (1997), corporate governance berkaitan dengan bagaimana investor yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi investor, yakin bahwa manajer tidak akan mencuri/menggelapkan atau menginvestasikan ke dalam proyek-proyek yang tidak menguntungkan berkaitan dengan dana/kapital yang telah ditanamkan oleh investor dan berkaitan dengan bagaimana para investor mengendalikan para manajer Manajemen laba Gunny (2005) mengelompokkan manajemen laba dalam tiga kategori yaitu akuntansi yang curang, manajemen laba akrual, dan manajemen laba riil (real earnings management). Akuntansi yang curang meliputi pemilihan akuntansi yang melanggar prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Manajemen laba

10 10 akrual meliputi pilihan akuntansi yang diperbolehkan dalam prinsip akuntansi yang berlaku umum yang mencoba untuk menutupi atau mengaburkan kinerja perusahaan yang sebenarnya (Dechow dan Skinner, 2000). Manajemen laba riil terjadi ketika manajer melakukan tindakan yang menyimpang dari praktik operasi normal perusahaan untuk meningkatkan laba yang dilaporkan. Manajemen laba dapat terjadi ketika manajemen lebih menggunakan judgement dalam menyusun laporan keuangan serta dalam memilih transaksitransaksi yang dapat merubah laporan keuangan (Healy & Wahlen, 1998). Menurut Scott (2000), manajemen laba merupakan pemilihan kebijakan akuntansi untuk mencapai tujuan khusus. Schipper (1998) mendefinisikan manajemen laba sebagai intervensi dalam proses pelaporan keuangan kepada pihak eksternal, yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan pribadi bagi stockholder dan manajer. Scott (1997) menyatakan terdapat beberapa faktor yang mendorong manajer melakukan manajemen laba, antara lain; rencana bonus (bonus scheme), kontrak hutang (debt covenant), motivasi politik (political motivation), motivasi pajak (taxation motivation), perubahan Chief Executive Officer (CEO), dan penawaran saham perdana (IPO). Lebih lanjut Scott (1997) mengemukakan bahwa manajemen laba dapat berupa : - Taking a bath Manajemen melakukan metode taking a bath dengan mengakui biaya-biaya dan kerugian periode yang akan datang pada periode berjalan ketika pada periode berjalan terjadi keadaan buruk yang tidak menguntungkan. - Income minimization

11 11 Manajer melakukan praktik manajemen laba berupa income minimization dengan mengakui secara lebih cepat biaya-biaya, seperti biaya pemasaran, riset dan pengembangan, ketika perusahaan memperoleh profit yang cukup besar dengan tujuan untuk mengurangi perhatian politis. - Income maximization Income maximation merupakan upaya manajemen untuk memaksimalkan laba yang dilaporkan. Biasanya manajemen laba dalam bentuk income maximization cenderung dilakukan ketika CEO akan mendekati akhir masa jabatannya untuk meningkatkan bonus mereka dan pada saat melakukan IPO. - Income smoothing Income smoothing merupakan praktik manajemen laba yang dilakukan dengan menaikkan atau menurunkan laba, dengan tujuan untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan, sehingga perusahaan tampak lebih stabil dan tidak beresiko Manajemen laba riil Schiper (1989) dalam Ferdawati (2008) mendefinisikan manajemen laba sebagai suatu intervensi yang sengaja dilakukan untuk memperoleh beberapa keuntungan pribadi pihak tertentu. Ada beberapa cara yang dilakukan manajemen dalam melakukan manajemen laba, antara lain melalui manajemen laba akrual dan manajemen laba riil. Manajemen laba riil merupakan manipulasi yang dilakukan oleh manajemen melalui aktivitas perusahaan sehari-hari selama periode akuntansi. Motivasi utama atas manipulasi aktivitas riil adalah waktu (timing) manajemen laba. Manajemen laba riil dapat dilakukan kapan saja sepanjang periode akuntansi dengan tujuan spesifik, yaitu memenuhi target laba

12 12 tertentu, menghindari kerugian, dan mencapai target ramalan analis. Selain itu, manajemen laba riil sulit untuk dideteksi oleh auditor. Perkembangan penelitian empiris mengenai manajemen laba telah menunjukkan bahwa manajer telah bergeser dari manajemen laba akrual menuju manajemen laba riil. Gunny (2005), Roychowdhury (2006), Zang (2006), Cohen et al. (2008), Graham et al. (2005), serta Cohen dan Zarowin (2008) menemukan bahwa manajer sudah bergeser dari manajemen laba akrual menuju manajemen laba riil setelah periode Sarbanes-Oxley Act (SOX). Menurut Graham et al. (2005), pergeseran dari manajemen laba akrual ke manajemen laba riil disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, manipulasi akrual lebih sering dijadikan pusat pengamatan atau inspeksi oleh auditor dan regulator daripada keputusan tentang penentuan harga dan produksi. Pilihan akuntansi yang dilakukan terkait dengan akrual pada perusahaan mempunyai risiko yang lebih besar terhadap pemeriksaan oleh pihak yang berwenang di pasar modal dan perusahaan akan mendapatkan sangsi apabila terbukti melakukan penyimpangan standar akuntansi yang berlaku umum dengan tujuan untuk memanipulasi laba. Kedua, hanya menitikberatkan perhatian pada manipulasi akrual merupakan tindakan yang berisiko. Teknik manajemen laba akrual dan manajemen laba riil tersebut memiliki kelemahan dan kelebihan masing-masing sehingga mendorong manajer untuk dapat mengkombinasikan kedua teknik manajemen laba tersebut untuk mencapai target laba. Dalam mendeteksi tindakan manipulasi aktivitas riil yang dilakukan

13 13 oleh perusahaan, Roychowdhury (2006) menggunakan model Dechow et al. (1998) dan fokus pada tiga metode manipulasi berikut. 1) Manipulasi penjualan, didefinisikan sebagai usaha manajemen untuk meningkatkan penjualan secara temporer dengan menawarkan diskon harga dan memperlunak kredit yang diberikan. Jika manajer melakukan aktivitas ini secara lebih ekstensif daripada aktivitas normal berdasarkan situasi ekonominya, dengan tujuan untuk mencapai target laba, maka tindakan seperti ini masuk dalam kategori manajemen laba riil. 2) Menaikkan laba atau menghindari melaporkan laba negatif atau rugi juga dapat dilakukan dengan mengurangi biaya diskresioner. Biaya diskresioner yang dapat dikurangi adalah biaya iklan, biaya penelitian dan pengembangan, biaya penjualan, dan biaya umum dan administrasi seperti biaya pelatihan karyawan dan biaya perbaikan dan perjalanan. Dechow dan Sloan (1991) menemukan bukti bahwa para CEO di akhir tahun fiskal mengurangi pengeluaran atas biaya riset dan pengembangan untuk menaikkan laba pada jangka pendek. Apabila mengurangi biaya tersebut tanpa memperhatikan kondisi ekonomi normal di periode sekarang akan memungkinkan perusahaan kehilangan kesempatan untuk memperoleh laba yang lebih baik di masa yang akan datang karena kemampuan dalam menghadapi persaingan akan berkurang. Perusahaan harus mengidentifikasi posisi perusahaan pada value chain untuk memahami karakteristik industri dan saingan yang ada. Salah satu alat analisis manajemen biaya yang dapat digunakan untuk memberikan informasi guna membuat keputusan strategis

14 14 dalam mengahadapi persaingan bisnis adalah analisis value chain. Poster dalam John K. Shank dan Vijay Govindarajan (2000) mengungkapkan bahwa keputusan untuk menentukan strategi kompetitif yang dapat diaplikasikan adalah salah satu dari dua strategi, yaitu (1) strategi biaya rendah (a low-cost strategy) atau (2) strategi diferensiasi (a differentiation strategy). Penekanan strategi biaya rendah atau strategi diferensiasi adalah berbeda. Strategi biaya rendah penekanannya pada harga jual yang lebih rendah dibandingkan dengan kompetitor untuk menarik konsumen atau memberikan nilai yang sama atau lebih baik kepada pelanggan dengan biaya yang lebih rendah dibandingkan pesaing. 3) Melakukan produksi berlebihan, yaitu memproduksi barang lebih besar daripada yang dibutuhkan dengan tujuan mencapai permintaan yang diharapkan sehingga laba dapat meningkat. Konsisten dengan definisi Roychowdhury (2006), Graham et al. (2005) menemukan bahwa (a) Eksekutif keuangan memberikan perhatian yang besar terhadap target laba seperti zero earnings, laba periode sebelumnya, dan ramalan analis, dan (b) mereka akan memanipulasi aktivitas riil untuk mencapai target ini, meskipun tindakan manipulasi ini secara potensial mengurangi nilai perusahaan. Tindakan yang dilakukan dalam periode sekarang yang bertujuan untuk meningkatkan laba ini, akan memiliki efek negatif terhadap arus kas pada periode mendatang. Produksi yang melebihi produksi normal menghasilkan kelebihan persediaan yang seharusnya dijual pada periode berikutnya dan mendorong tingginya biaya penyimpanan persediaan perusahaan.

15 Nilai Perusahaan Perusahaan didirikan dengan tujuan untuk meningkatkan nilai perusahaan. Menurut Fama (1978) dalam Wahyudi dan Pawestri (2006), nilai perusahaan akan tercermin dari harga sahamnya. Semakin tinggi harga saham maka semakin tinggi nilai perusahaan. Harga saham didasarkan pada penilaian dari eksternal perusahaan terhadap asset perusahaan serta pertumbuhan pasar saham. Harga pasar dari saham perusahaan yang terbentuk antara pembeli dan penjual di saat terjadi transaksi disebut nilai pasar perusahaan, karena harga pasar saham dianggap sebagai cerminan dari nilai aset perusahaan sesungguhnya. Menurut Modigliani dan Miller dalam Ulupui (2007), nilai perusahaan ditentukan oleh earnings power dari asset perusahaan. Hasil positif menunjukkan bahwa semakin tinggi earnings power maka semakin efisien perputaran asset dan atau semakin tinggi profit margin yang diperoleh perusahaan. Hal ini berdampak pada peningkatan nilai perusahaan. Salah satu alternatif yang digunakan dalam menilai perusahaan adalah dengan menggunakan Tobin s Q. Rasio ini dikembangkan oleh Prof. James Tobin (1967). Tobin s Q merupakan harga pengganti (replacement cost) dari biaya yang dibutuhkan untuk mendapatkan asset yang sama persis dengan asset yang dimiliki perusahaan. Rasio ini merupakan konsep yang berharga karena menunjukkan estimasi pasar keuangan saat ini tentang nilai hasil pengembalian dari setiap dolar investasi inkremental. Jika rasio-q di atas satu, ini menunjukkan bahwa investasi dalam aktiva menghasilkan laba yang memberikan nilai yang lebih tinggi daripada pengeluaran investasi, hal ini akan merangsang investasi

16 16 baru. Sebaliknya, jika rasio-q di bawah satu, maka investasi dalam aktiva tidaklah menarik. Penelitian yang dilakukan oleh Copeland (2002), Lindenberg dan Ross (1981) yang dikutip oleh Herawaty (2008), menunjukkan bagaimana rasio-q dapat diterapkan pada masing-masing perusahaan. Mereka menemukan bahwa beberapa perusahaan dapat mempertahankan rasio-q yang lebih besar dari satu. Teori ekonomi menyatakan bahwa rasio-q yang lebih besar dari satu akan menarik arus sumber daya dan kompetisi baru sampai rasio-q mendekati satu Corporate governance (CG) Forum for Corporate Governance in Indonesia dalam Boediono (2005) mendefinisikan corporate governance sebagai seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan. Centre for European Policy Studies dalam Djalil (2000) mendefinisikan corporate governance sebagai seluruh sistem dari hak-hak (rights), proses, dan pengendalian yang dibentuk di dalam dan di luar manajemen secara menyeluruh dengan tujuan untuk melindungi kepentingan stakeholder. Corporate governance merupakan suatu sistem yang bertujuan untuk melindungi para investor dari asimetri informasi dan dampak negatifnya (Khomsiyah, 2005). Berdasarkan sudut pandang teori stakeholders, Solomon dan

17 17 Solomon (2004) mendefinisikan corporate governance sebagai suatu sistem checks find balance baik internal maupun eksternal yang menjamin bahwa perusahaan melaksanakan akuntabilitas kepada seluruh stakeholdersnya dan bertanggung jawab secara sosial dalam aktivitas bisnisnya. Definisi tersebut diperkuat dan diperjelas oleh Oman (2001) yang menyatakan bahwa corporate governance berkaitan dengan institusi publik atau privat termasuk hukum, regulasi, dan praktik-praktik bisnis yang bersama-sama mengatur hubungan antara manajer perusahaan di satu pihak dengan pihak lainnya yang melakukan investasi sumber (pemilik dana, kreditur, karyawan, dan pemilik sumber kekayaan lainnya yang berwujud maupun tidak). Menurut Suprayitno, dkk. (2009), penerapan CG bermanfaat untuk mengurangi agency cost, yaitu biaya yang harus ditanggung pemegang saham akibat pendelegasian wewenangnya kepada manajemen; menurunkan cost of capital sebagai dampak dikelolanya perusahaan secara sehat dan bertanggung jawab, dan meningkatkan nilai saham perusahaan; serta menciptakan dukungan stakeholders terhadap perusahaan (license to operate). Praktik corporate governance dapat diproksikan dengan beberapa indikator diantaranya komisaris independen, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan kualitas audit. 1) Komisaris Independen Komposisi komisaris independen merupakan salah satu karakteristik dewan yang berhubungan dengan kandungan informasi laba. Melalui perannya dalam menjalankan fungsi pengawasan, komposisi dewan dapat mempengaruhi pihak

18 18 manajemen dalam menyusun laporan keuangan sehingga diperoleh suatu laporan laba yang berkualitas (Boediono, 2005). Berdasarkan Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor: Kep-305/BEJ/ menetapkan bahwa anggota dewan komisaris independen sekurang-kurangnya adalah 30% dari seluruh anggota dewan komisaris. Adanya komisaris independen ini akan mengurangi konflik keagenan yang terjadi di perusahaan yang dapat menurunkan manajemen laba. Klein (2002a) dalam penelitiannya membuktikan bahwa besarnya discretionary accrual lebih tinggi untuk perusahaan yang memiliki komite audit yang terdiri dari sedikit komisaris independen dibandingkan perusahaan yang memiliki komite audit yang terdiri dari banyak komisaris independen. Hal ini mendukung penelitian Dechow et al. (1996) bahwa perusahaan memanipulasi laba lebih besar kemungkinannya apabila memiliki dewan komisaris yang didominasi oleh manajemen dan lebih besar kemungkinannya memiliki Chief Executive Officer (CEO) yang merangkap menjadi Chairman of Board. 2) Kepemilikan Manajerial Jensen dan Meckling (1976) dalam Herawaty (2008) menemukan bahwa kepemilikan manajerial berhasil menjadi mekanisme yang mengurangi masalah keagenan dengan menyelaraskan kepentingan manajer dengan pemegang saham. Penelitian mereka menemukan bahwa kepentingan manajer dengan pemegang saham eksternal dapat disatukan jika kepemilikan saham oleh manajer diperbesar sehingga manajer tidak akan memanipulasi laba untuk kepentingannya. Kepemilikan manajerial merupakan jumlah kepemilikan saham oleh pihak

19 19 manajemen dari seluruh modal saham perusahaan yang dikelola (Boediono, 2005). Ross et al. (1999) juga menyatakan bahwa semakin besar kepemilikan manajemen dalam perusahaan maka manajemen akan cenderung untuk berusaha meningkatkan kinerjanya karena ia juga merupakan pemilik dari perusahaan tersebut. Kepemilikan saham yang rendah oleh manajer akan meningkatkan insentif terhadap kemungkinan terjadinya perilaku oportunis manajer (Shleifer dan Vishny, 1986). Beberapa penelitian menemukan bahwa kepemilikan manajerial berhubungan negatif dengan earnings management seperti yang dilakukan oleh Watfield et al. (1995), Midiastuty dan Machfoedz (2003), serta Wedari (2004). 3) Kepemilikan Institusional Boediono (2005) menjelaskan bahwa kepemilikan institusional merupakan jumlah kepemilikan saham oleh investor institusi terhadap total saham yang beredar. Investor institusional sering disebut sebagai investor yang canggih (sophisticated) diyakini memiliki kemampuan untuk memonitor tindakan manajemen lebih baik dibandingkan dengan investor individual, dimana investor institusional tidak akan mudah diperdaya dengan tindakan manipulasi yang dilakukan oleh manajemen. Bagi manajemen, pengawasan oleh pihak luar mendorong mereka untuk menunjukkan kinerja yang lebih baik dan melakukan pengelolaan secara transparan. Balsam et al. (2002) menemukan hubungan yang negatif antar discretionary accrual yang tidak diekspektasi dengan imbal hasil di sekitar tanggal

20 20 pengumuman karena investor institusional memiliki akses atas sumber informasi yang lebih tepat waktu dan relevan yang dapat mengetahui keberadaan pengelolaan laba lebih cepat dan lebih mudah dibandingkan investor individual. Hasil penelitian Jiambavo et al. (1996) dalam Herawaty (2008) menemukan bahwa nilai absolut diskresioner berhubungan negatif dengan kepemilikan institusional. Hasil-hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa ada feedback dari kepemilikan institusional yang dapat mengurangi pengelolaan laba yang dilakukan oleh perusahaan. Jika pengelolaan laba tersebut efisien maka kepemilikan institusional yang tinggi akan meningkatkan pengelolaan laba, tetapi jika pengelolaan laba yang dilakukan perusahaan bersifat oportunis maka kepemilikan institusional yang tinggi akan mengurangi earnings management. 4) Kualitas Audit Laporan keuangan yang berkualitas merupakan salah satu elemen penting dari corporate governance untuk mewujudkan transparansi. Behn et al. (2008) dan Kwon et al. (2007) telah menunjukkan bahwa salah satu upaya yang dapat ditempuh untuk mengurangi praktik earnings management melalui auditor eksternal yang berkualitas. Auditor eksternal berkepentingan terhadap earnings management karena meskipun tanggung jawab laporan keuangan ada pada pihak manajemen, namun auditor berperan untuk memberikan perlindungan dan keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan karena kekeliruan atau kecurangan, dengan cara mengidentifikasi eror atau iregularitas yang terdapat dalam laporan keuangan klien. Eror atau iregularitas dalam laporan keuangan klien merupakan salah satu

21 21 penyebabnya adalah dilakukannya earnings management. Auditor yang berkualitas mampu menangkap adanya eror atau iregularitas yang terdapat dalam laporan keuangan karena mempunyai sumber daya dan pengalaman yang lebih baik. Teoh dan Wong (1993) dalam Herawaty (2008) menemukan bahwa kualitas audit berhubungan positif dengan kualitas earnings yang diukur dengan Earnings Response Coefficient (ERC) karena pada saat penelitian ini Big 6 telah berubah menjadi Big 4, juga diduga bahwa klien dari auditor non Big 4 cenderung lebih tinggi dalam melakukan earnings management. Hal ini berarti kualitas audit berhubungan negatif dengan earnings management. Walaupun demikian, untuk kasus di Indonesia sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Siregar dan Utama (2006) tidak menemukan pengaruh yang signifikan dengan earnings management yang dilakukan perusahaan. Dikutip dalam Wikipedia, terdapat empat KAP besar di Indonesia yang berafiliasi dengan KAP Big 4, di antaranya: (1) KAP Purwantono, Suherman & Surja bekerjasama dengan Ernst & Young (2) KAP Osman Bing Satrio bekerjasama dengan Deloitte Touche Tohmatsu (DTT) (3) KAP Siddharta dan Widjaja bekerjasama dengan KPMG (4) KAP Tanudiredja, Wibisana & Rekan bekerjasama dengan Price Waterhouse Coopers.

22 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya Roychowdhury (2006) menemukan bukti empiris bahwa perusahaan menggunakan berbagai macam cara manajemen laba riil sebagai acuan pelaporan keuangan untuk menghindari pelaporan kerugian tahunan. Hasil penelitiannya menemukan tiga cara yaitu dengan melakukan diskon-diskon harga untuk menaikkan penjualan sementara, produksi secara besar-besaran untuk menurunkan kos barang terjual dan mengurangi pengeluaran diskresioner untuk memperbaiki margin yang dilaporkan. Perbedaan Roychowdhury dengan penelitian ini adalah terletak pada objek penelitian. Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian Roychowdhury adalah perusahaan nonkeuangan dalam COMPUSTAT periode antara 1987 dan 2001 sedangkan objek penelitian dalam penelitian ini adalah perusahaan nonkeuangan yang terdaftar di BEI tahun Persamaan kedua penelitian ini adalah sama-sama menggunakan variabel manajemen laba riil. Kelebihan penelitian ini bila dibandingkan dengan penelitian Roychowdhury terletak pada variabel yang lebih kompleks yaitu manajemen laba riil, nilai perusahaan, dan corporate governance sebagai variabel pemoderasi serta tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menyediakan bukti empiris mengenai pengaruh manajemen laba riil pada nilai perusahaan dan dimoderasi dengan penerapan corporate governance. Sahabu (2006) meneliti manajemen laba dengan metoda manipulasi aktivitas nyata dan bertujuan membuktikan secara empiris adanya dampak manajemen laba yang dilakukan pada saat right issue terhadap kinerja saham jangka panjang. Dari hasil penelitiannya ditemukan adanya motivasi manajemen laba pada saat

23 23 perusahaan melakukan right issue dengan menggunakan ukuran manajemen laba yang klasik, yaitu proksi akrual diskresioner jangka pendek dan akrual diskresioner jangka panjang serta manipulasi aktivitas nyata melalui arus kas kegiatan operasi. Namun tidak dapat dibuktikan perusahaan melakukan manipulasi aktivitas nyata melalui biaya produksi dan biaya diskresioner. Perbedaan penelitian Sahabu dengan penelitian ini adalah terletak pada variabel dependen yang digunakan. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian Sahabu adalah kinerja jangka panjang perusahaan yang diproksikan dengan ukuran kinerja saham yaitu cummulative abnormal return (CAR) sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan yang menggunakan rasio Tobin s Q. Persamaan kedua penelitian ini terletak pada objek perusahaan yang diteliti adalah perusahaan-perusahaan nonkeuangan yang melakukan right issue. Kelebihan penelitian ini dibandingkan dengan penelitian Sahabu adalah objek penelitian yang digunakan selain perusahaan-perusahaan nonkeuangan yang melakukan right issue, tetapi juga perusahaan-perusahaan nonkeuangan yang melakukan IPO. Herawaty (2007) meneliti pengaruh manajemen laba pada perusahaan nonkeuangan yang terdaftar di BEI periode dan menemukan bahwa manajemen laba akrual berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Perbedaan penelitian Herawaty dengan penelitian ini adalah terletak pada jenis manajemen laba yang diteliti. Penelitian Herawaty memfokuskan pada manajemen laba akrual dan pengaruhnya pada nilai perusahaan sedangkan penelitian ini memfokuskan pada manajemen laba riil dan pengaruhnya pada

24 24 nilai perusahaan terutama ketika dimoderasi dengan penerapan CG. Persamaan penelitian Herawaty dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti perusahaan-perusahaan nonkeuangan. Kelebihan penelitian ini dibandingkan dengan penelitian Herawaty adalah menggunakan proksi corporate governance yang lebih lengkap yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, komisaris independen, dan kualitas audit. Ferdawati (2008) menemukan bahwa manajemen laba riil mempunyai pengaruh positif terhadap nilai perusahaan dan corporate governance tidak terbukti sebagai pemoderasi hubungan manajemen laba riil terhadap nilai perusahaan. Perbedaan penelitian Ferdawati dengan penelitian ini adalah terletak pada sampel penelitian yang digunakan. Sampel perusahaan pada penelitian Ferdawati adalah perusahaan yang melakukan income increasing dengan tahun pengamatan selama empat tahun sedangkan sampel dalam penelitian ini menggunakan seluruh perusahaan nonkeuangan yang terdaftar di BEI dengan tahun pengamatan selama lima tahun. Persamaan kedua penelitian ini adalah variabel yang digunakan sama yaitu sama-sama menggunakan manajemen laba riil, nilai perusahaan, dan corporate governance. Kelebihan penelitian ini bila dibandingkan dengan penelitian Ferdawati adalah penelitian ini akan menguji manajemen laba riil pada perusahaan-perusahaan nonkeuangan yang diindikasikan akan melakukan manajemen laba pada saat IPO dan right issue. Praditia (2010) menguji pengaruh mekanisme corporate governance yang diproksi dengan kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komisaris independen, dan kualitas auditor terhadap manajemen laba dan nilai perusahaan.

25 25 Hasil penemuannya tidak menemukan adanya pengaruh mekanisme corporate governance terhadap manajemen laba dan nilai perusahaan. Perbedaan penelitian Praditia dengan penelitian ini adalah terletak pada sampel penelitian dan jenis manajemen laba yang diteliti. Sampel dalam penelitian Praditia adalah perusahaan manufaktur dan meneliti manajemen laba akrual sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan nonkeuangan dan meneliti manajemen laba riil. Persamaan kedua penelitian ini adalah sama-sama menggunakan empat proksi corporate governance yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, komisaris independen, dan kualitas audit. Kelebihan penelitian ini bila dibandingkan dengan penelitian Praditia adalah menggunakan karakteristik jumlah kepemilikan manajerial dalam variabel kepemilikan manajerial.

26 26 BAB III RERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS 3.1 Rerangka Berpikir Secara umum, tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran para investor atau pemegang saham. Semakin tinggi nilai perusahaan maka semakin besar kemakmuran yang akan diterima oleh pemilik perusahaan atau para penanam modal (Fama, 1978; Wright dan Ferris, 1997; Walker, 2000 dalam Haruman, 2007). Menurut Jensen (2001) dalam Wahyudi dan Pawestri (2006) menjelaskan bahwa untuk memaksimumkan nilai perusahaan tidak hanya nilai ekuitas saja yang harus diperhatikan, tetapi juga semua klaim keuangan seperti hutang, waran maupun saham preferen. Optimalisasi nilai perusahaan yang merupakan tujuan perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan fungsi manajemen keuangan, dimana satu keputusan keuangan yang diambil akan mempengaruhi keputusan keuangan lainnya dan berdampak pada nilai perusahaan (Wahyudi dan Pawestri, 2006). Dalam proses pencapaian memaksimalkan nilai perusahaan akan muncul konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham yang dalam hal ini sebagai pemilik perusahaan (agency problem). Manajemen selaku pengelola perusahaan memiliki informasi tentang perusahaan lebih banyak dan lebih dahulu daripada pemegang saham sehingga terjadi asimetri informasi yang

27 27 memungkinkan manajemen melakukan praktik akuntansi dengan orientasi pada laba untuk mencapai suatu kinerja tertentu. Tidak tercapainya target laba dianggap manajer tidak memiliki kinerja yang baik sehingga kesempatan mendapatkan kompensasi akan hilang. Oleh karena itu, melakukan manipulasi melalui aktivitas riil merupakan salah satu cara untuk mencapai target laba karena bisa dilakukan sepanjang periode operasi perusahaan sehingga kemungkinan laba kurang dari target bisa ditiadakan. Jika target dapat dicapai kinerja perusahaan akan tampak baik walaupun tidak menggambarkan keadaan ekonomik yang sebenarnya. Dalam hal ini manajer diuntungkan sedangkan investor dirugikan karena bisa salah mengambil keputusan yang akan mempengaruhi nilai perusahaan. Terdapat pergeseran manajemen laba yang dilakukan oleh manajer, yaitu dari manajemen laba akrual ke manajemen laba riil. Menurut Roychowdhury (2006), pergeseran ini disebabkan karena 1) manipulasi akrual kemungkinan besar akan menarik perhatian auditor dan regulator serta 2) manajer yang mengandalkan manipulasi akrual saja akan beresiko jika realisasi akhir tahun defisit antara laba yang tidak dimanipulasi dengan target laba yang diinginkan melebihi jumlah yang dimungkinkan untuk memanipulasi akrual setelah akhir periode fiskal. Menurut Roychowdhury (2006), teknik manajemen laba riil dapat dilakukan dengan cara memanipulasi penjualan, produksi secara berlebihan, dan mengurangi pengeluaran diskresioner. Manajemen laba riil yang dilakukan oleh manajemen memperlihatkan kinerja jangka pendek perusahaan yang baik namun secara potensial akan menurunkan nilai perusahaan. Hal ini disebabkan karena

28 28 tindakan yang diambil manajer untuk meningkatkan laba tahun sekarang akan mempunyai dampak negatif terhadap kinerja (laba) perusahaan periode berikutnya (Roychowdhury, 2006). Kinerja yang turun pada periode berikutnya akan mengakibatkan turunnya harga saham perusahaan sehingga nilai perusahaan akan turun. Sebagai contoh, dengan melakukan pemberian diskon besar-besaran tahun ini untuk meningkatkan jumlah penjualan dan mencapai target jangka pendek akan membuat pelanggan berharap akan memperoleh diskon-diskon yang sama di masa yang akan datang. Hal ini menyiratkan margin yang rendah untuk penjualan masa datang. Begitu pula untuk produksi secara besar-besaran akan mengakibatkan kelebihan persediaan yang akan menimbulkan penambahan biaya penyimpanan. Hal yang sama juga bisa terjadi untuk pengurangan biaya diskresioner berupa biaya riset dan pengembangan serta biaya iklan secara ekstensif, mengurangi biaya tersebut tanpa memperhatikan kondisi ekonomi normal di periode sekarang akan memungkinkan perusahaan kehilangan kesempatan untuk memperoleh laba yang lebih baik di masa yang akan datang karena kemampuan dalam menghadapi persaingan akan berkurang. Tindakan manajemen laba menurut pandangan agency theory dapat diminimumkan melalui suatu mekanisme tata kelola perusahaan yang baik sehingga dapat menyelaraskan kepentingan berbagai pihak. Corporate governance merupakan upaya yang dilakukan oleh semua pihak yang berkepentingan dengan perusahaan untuk menjalankan usahanya secara baik sesuai dengan hak dan kewajibannya masing-masing (Arifin, 2005). Corporate

29 29 governance merupakan suatu mekanisme yang dapat digunakan oleh pemegang saham dan kreditur perusahaan untuk mengontrol tindakan manajer. Penerapan corporate governance diharapkan dapat menjadi penghambat aktivitas manajemen laba sehingga laporan keuangan dapat menggambarkan nilai fundamental perusahaan. Mekanisme corporate governance dapat dilakukan dengan (1) memperbesar kepemilikan saham perusahaan oleh manajer, atau (2) memperbesar kepemilikan saham oleh institusional, atau (3) memperbesar porsi dewan komisaris independen, dan (4) meningkatkan kualitas audit. Praktik corporate governance memiliki hubungan yang signifikan dengan manajemen laba seperti penelitian yang dilakukan oleh Watfield et al. (1995); Gabrielsen et al. (1997); dan Wedari (2004). Penelitian yang menghubungkan corporate governance dengan nilai perusahaan juga dilakukan oleh beberapa peneliti. Kusumawati dan Riyanto (2005) menemukan bahwa pengungkapan CG berpengaruh positif pada nilai perusahaan. Silveira dan Barros (2006) meneliti pengaruh kualitas CG terhadap nilai pasar atas 154 perusahaan Brazil yang terdaftar di bursa efek pada tahun Mereka membuat suatu governance index sebagai ukuran atas kualitas CG. Ukuran untuk market value perusahaan adalah dengan menggunakan dua variabel yaitu Tobin s Q dan PBV. Hasil penelitiannnya menunjukkan adanya pengaruh kualitas CG yang positif dan signifikan terhadap nilai pasar perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Ferdawati (2008) menemukan bahwa manajemen laba riil mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Kebanyakan penelitian baru memfokuskan pada manajemen laba

30 30 akrual, padahal manajemen laba akrual mempunyai dampak yang berbeda dengan manajemen laba riil. Manajemen laba akrual tidak mempunyai pengaruh dalam jangka panjang sedangkan manajemen laba riil akan mempunyai dampak terhadap penurunan nilai perusahaan dalam jangka panjang dan mempunyai konsekuensi terhadap aliran kas perusahaan. Rerangka berpikir dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 3.1 sebagai berikut. Agency Theory Agen Principal Konflik Corporate Governance Real Earnings Management Nilai Perusahaan Manipulasi penjualan Produksi berlebihan Pengurangan pengeluaran diskresioner Gambar 3.1 Rerangka Berpikir Penelitian

31 Konsep Penelitian Berdasarkan rerangka berpikir yang telah dijelaskan sebelumnya, kemudian disusun konsep yang menjelaskan hubungan antarvariabel dalam penelitian ini. Konsep penelitian ini merupakan hubungan logis dari landasan teori dan kajian empiris yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Konsep tersebut dapat disajikan dalam Gambar 3.2 berikut. Kajian Teoritis Agency theory Kajian Empiris Roychowdhury (2006) Sahabu (2006) Herawaty (2007) Ferdawati (2008) Praditia (2010) Real Earnings Management H1 H2 Nilai Perusahaan Corporate governance Gambar 3.2 Konsep Penelitian

32 32 Gambar 3.2 menunjukkan landasan teori dan kajian empiris yang digunakan sebagai dasar penyusunan hipotesis penelitian. Teori keagenan menjelaskan hubungan antara manajemen (agen) dan pemilik (prinsipal). Menurut teori keagenan (agency theory), adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan suatu perusahaan dapat menimbulkan masalah keagenan, yaitu ketidaksejajaran kepentingan antara principal (pemilik/pemegang saham) dan agent (manajer). Permasalahan kagenan tersebut memicu manajemen untuk melakukan manajemen laba. Konflik keagenan mengakibatkan adanya oportunistik manajemen yang akan mengakibatkan laba yang dilaporkan semu, sehingga akan menyebabkan nilai perusahaan berkurang dimasa yang akan datang. Bagi investor, laporan laba dianggap mempunyai informasi untuk menganalisis harga saham yang diterbitkan oleh emiten (Boediono, 2005). Harga saham yang diperjualbelikan di bursa merupakan indikator nilai perusahaan bagi perusahaan yang menerbitkan sahamnya di pasar modal. Untuk menghasilkan laba yang bagus, manajer bisa melakukan manajemen laba riil. Manajemen laba riil bertujuan untuk mencapai target laba yang diinginkan agar kinerja manajer tampak baik sehingga nilai perusahaan juga baik. Penerapan corporate governance dipercaya dapat meminimumkan perilaku oportunis manajer. Dengan penerapan CG akan memberikan perlindungan bagi investor dan kreditur sehingga mereka akan memperoleh informasi yang benar tentang kinerja perusahaan dan nilai perusahaan akan menggambarkan keadaan yang sebenarnya.

33 Hipotesis Penelitian Pengaruh manajemen laba riil pada nilai perusahaan Secara umum, manajemen laba merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan. Schiper (1989) dalam Ferdawati (2008) mendefinisikan manajemen laba sebagai suatu intervensi yang sengaja dilakukan untuk memperoleh beberapa keuntungan pribadi pihak tertentu. Ada beberapa cara yang dilakukan oleh manajemen dalam melakukan manajemen laba, antara lain melalui manajemen laba akrual dan manajemen laba riil. Manajemen laba riil merupakan manipulasi yang dilakukan oleh manajemen melalui aktivitas perusahaan sehari-hari selama periode akuntansi. Manajemen laba riil ini dapat dilakukan kapanpun sepanjang periode akuntansi sehingga manajer akan mudah mencapai target laba yang diinginkan. Perkembangan penelitian empiris mengenai manajemen laba telah menunjukkan bahwa manajer telah bergeser dari manajemen laba akrual menuju manajemen laba riil. Gunny (2005), Roychowdhury (2006), Zang (2006), Cohen et al. (2008), Graham et al. (2005), serta Cohen dan Zarowin (2008) menemukan bahwa manajer sudah bergeser dari manajemen laba akrual menuju manajemen laba riil setelah periode Sarbanes-Oxley Act (SOX). Menurut Graham et al. (2005), pergeseran dari manajemen laba akrual ke manajemen laba riil disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, manipulasi akrual lebih sering dijadikan pusat pengamatan atau inspeksi oleh auditor dan regulator daripada keputusan tentang penentuan harga dan produksi. Kedua, hanya menitikberatkan perhatian pada manipulasi akrual merupakan tindakan yang berisiko.

34 34 Menurut Roychowdhury (2006), teknik manajemen laba riil dapat dilakukan dengan cara memanipulasi penjualan, produksi secara berlebihan, dan mengurangi pengeluaran diskresioner. Manajemen laba riil yang dilakukan oleh manajemen memperlihatkan kinerja jangka pendek perusahaan yang baik namun secara potensial akan menurunkan nilai perusahaan. Investor dan kreditur menggunakan informasi laba sebagai salah satu informasi untuk menentukan nilai perusahaan. Menurut Fama (1978) dalam Wahyudi dan Pawestri (2006), nilai perusahaan akan tercermin dari harga sahamnya. Semakin tinggi harga saham maka semakin tinggi nilai perusahaan. Harga saham didasarkan pada penilaian dari eksternal perusahaan terhadap asset perusahaan serta pertumbuhan pasar saham. Harga pasar dari saham perusahaan yang terbentuk antara pembeli dan penjual di saat terjadi transaksi disebut nilai pasar perusahaan, karena harga pasar saham dianggap sebagai cerminan dari nilai aset perusahaan sesungguhnya. Secara potensial manajemen laba riil dimotivasi dengan adanya tekanan atau dorongan manajer untuk menghasilkan laba jangka pendek serta rendahnya fokus manajemen terhadap rencana jangka panjang perusahaan. Oleh karena itu, jika manajer melakukan manajemen laba riil tahun sekarang maka laba perusahaan akan meningkat yang akhirnya akan meningkatkan kinerja perusahaan, jika kinerja perusahaan meningkat harga pasar saham akan meningkat sehingga nilai perusahaan akan meningkat. Namun, pada periode berikutnya laba perusahaan akan berkurang sehingga menyebabkan nilai

35 35 perusahaan akan mengalami penurunan dalam jangka panjang dan mempengaruhi aliran kas perusahaan. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. H1: Manajemen laba riil berpengaruh negatif pada nilai perusahaan Pengaruh corporate governance pada hubungan manajemen laba riil dengan nilai perusahaan Harga saham yang diperjualbelikan di bursa merupakan indikator nilai perusahaan bagi perusahaan yang menerbitkan sahamnya di pasar modal. Bagi investor, laporan laba dianggap mempunyai informasi untuk menganalisis harga saham yang diterbitkan (Boediono, 2005). Manajemen laba riil yang dilakukan manajer tidak menunjukkan informasi yang sebenarnya tentang laba dan kinerja manajemen perusahaan sehingga dapat menyesatkan pihak pengguna laporan. Pasar akan memberikan penilaian yang tinggi terhadap perusahaan yang melaporkan laba yang terlihat dari harga sahamnya yang naik, hal ini disebabkan pasar tidak mengetahui adanya manipulasi yang dilakukan oleh manajemen sehingga dikatakan bahwa manajemen laba riil ini sulit untuk dideteksi oleh pasar. Oleh karena itu, diperlukan suatu mekanisme untuk membatasi perilaku oportunis manajemen ini agar laba yang disajikan menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Salah satu mekanisme yang diharapkan dapat mengontrol perilaku oportunis manajemen adalah dengan menerapkan corporate governance.

36 36 Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan yang diharapkan dapat memberikan dan meningkatkan nilai perusahaan kepada para pemegang saham. Dengan demikian, penerapan corporate governance dipercaya dapat meningkatkan nilai perusahaan. Silveira dan Barros (2006) meneliti pengaruh kualitas corporate governance terhadap nilai pasar atas 154 perusahaan Brazil yang terdaftar di bursa efek pada tahun Hasil penemuannya menunjukkan adanya pengaruh kualitas CG yang positif terhadap nilai pasar perusahaan. Black, Jang, dan Kim (2005) membuktikan bahwa corporate governance index secara keseluruhan merupakan hal penting dan menjadi salah satu faktor penyebab yang dapat menjelaskan nilai pasar bagi perusahaan-perusahaan independen di Korea. Johnson et al. (2000) memberikan bukti bahwa rendahnya kualitas corporate governance dalam suatu negara berdampak negatif pada pasar saham dan nilai tukar mata uang negara bersangkutan pada masa krisis di Asia. Klapper dan Love (2002) menemukan adanya hubungan positif antara corporate governance dengan kinerja perusahaan yang diukur dengan return on assets (ROA) dan Tobin s Q. Walaupun penerapan CG sudah merupakan keharusan namun penerapannya di tiap perusahaan relatif berbeda sesuai dengan kompleksitas lingkungan internal dan eksternal perusahaan. Berdasarkan hal tersebut, peneliti berargumen bahwa corporate governance merupakan pemoderasi antara hubungan manajemen laba riil dengan nilai perusahaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian-penelitian terdahulu. Adapun penelitian terdahulu yang berhubungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian-penelitian terdahulu. Adapun penelitian terdahulu yang berhubungan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Pembahasan yang dilakukan pada penelitian ini merujuk kepada beberapa penelitian-penelitian terdahulu. Adapun penelitian terdahulu yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan

Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan Tugas S2 matrikulasi: Ekonomi Bisnis & Financial Dosen: Dr. Prihantoro, SE., MM Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. mendapatkan manfaat privat manajer atau meningkatkan nilai perusahaan.

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. mendapatkan manfaat privat manajer atau meningkatkan nilai perusahaan. BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Manajemen Laba 2.1.1 Definisi Manajemen Laba Scott (2003) mengungkapkan bahwa manajemen laba adalah keputusan manajer dalam memilih kebijakan akuntansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan para stakeholdersnya. Kinerja keuangan, tanggungjawab manajer kepada

BAB I PENDAHULUAN. dengan para stakeholdersnya. Kinerja keuangan, tanggungjawab manajer kepada BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Laporan keuangan berfungsi sebagai sarana komunikasi antara manajemen dengan para stakeholdersnya. Kinerja keuangan, tanggungjawab manajer kepada pemilik perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pihak - pihak yang terlibat dalam suatu perusahaan (principal dan. menyebabkan munculnya hubungan agensi antara principal (pemegang

BAB I PENDAHULUAN. Pihak - pihak yang terlibat dalam suatu perusahaan (principal dan. menyebabkan munculnya hubungan agensi antara principal (pemegang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pihak - pihak yang terlibat dalam suatu perusahaan (principal dan agent) umumnya mempunyai kepentingan yang berbeda. Hal ini menyebabkan munculnya hubungan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. antara manajemen dan pihak-pihak lain yang berkepentingan dengan informasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. antara manajemen dan pihak-pihak lain yang berkepentingan dengan informasi BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Signaling Theory (Teori Sinyal) Signaling theory (teori sinyal) menunjukkan adanya asimetri informasi antara manajemen

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Mekanisme Corporate Governance Mekanisme corporate governance memiliki kemampuan dalam kaitannya menghasilkan suatu laporan keuangan yang memiliki kandungan informasi laba (Boediono,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. antara pihak agent dengan pihak principal. Jensen dan Meckling (1976)

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. antara pihak agent dengan pihak principal. Jensen dan Meckling (1976) BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Agensi Praktik manajemen laba dilakukan karena adanya perbedaan kepentingan antara pihak agent dengan pihak principal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate governance terhadap manajemen laba di industri perbankan Indonesia. Konsep good corporate

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Keagenan Teori agensi adalah teori yang menyatakan hubungan keagenan dengan prinsipal yang di dalamnya agen bertindak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang memilih untuk go publik. Yang dimaksud dengan. dapat memperoleh dana yang besar untuk menjalankan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang memilih untuk go publik. Yang dimaksud dengan. dapat memperoleh dana yang besar untuk menjalankan kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap perusahaan pasti memerlukan modal untuk menjalankan kegiatan operasionalnya. Untuk mendapatkan modal yang besar, banyak perusahaan yang memilih untuk go publik.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan oleh emiten (perusahaan yang akan go public) untuk menjual saham

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan oleh emiten (perusahaan yang akan go public) untuk menjual saham BAB 1 PENDAHULUAN Suatu perusahaan dalam mengembangkan bisnisnya memerlukan tambahan modal. Salah satu cara perusahaan memperoleh tambahan modal adalah dengan menawarkan saham perusahaan pada publik atau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Meckling (1976) menjelaskan hubungan keagenan didalam teori agensi bahwa

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Meckling (1976) menjelaskan hubungan keagenan didalam teori agensi bahwa BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 1.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan Teori agensi adalah teori yang menyatakan hubungan keagenan dengan prinsipal yang di dalamnya agen bertindak untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Corporate governance sampai saat ini memiliki peranan yang sangat penting di dalam menyelaraskan kepentingan prinsipal dan agen. Menurut Forum for Corporate

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan

I. PENDAHULUAN. menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perusahaan umumnya memiliki tujuan untuk memaksimalkan kemakmuran

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perusahaan umumnya memiliki tujuan untuk memaksimalkan kemakmuran BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan umumnya memiliki tujuan untuk memaksimalkan kemakmuran investor atau para pemegang sahamnya agar dapat meningkatkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan seringkali

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. manajer dalam memilih kebijakan akuntansi yang mempengaruhi laba untuk

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. manajer dalam memilih kebijakan akuntansi yang mempengaruhi laba untuk BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Manajemen Laba 2.1.1 Definisi Manajemen Laba Scott (2003) mengungkapkan bahwa manajemen laba adalah keputusan manajer dalam memilih kebijakan akuntansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membandingkan dengan perusahaan lain sehingga dapat menilai apakah

BAB I PENDAHULUAN. membandingkan dengan perusahaan lain sehingga dapat menilai apakah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal yang berkembang saat ini dapat dijadikan lahan bisnis dan memberikan peluang keuntungan yang sangat besar bagi para investor. Untuk itu dapat dipastikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan didirikan dengan tujuan yang jelas yaitu untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan didirikan dengan tujuan yang jelas yaitu untuk memperoleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan didirikan dengan tujuan yang jelas yaitu untuk memperoleh laba yang sebesar-besarnya dan memakmurkan pemilik perusahaan atau para pemilik saham (stockholders).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dalam menjalankan usahanya perusahaan dihadapkan pada kebutuhan dana, baik untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dalam menjalankan usahanya perusahaan dihadapkan pada kebutuhan dana, baik untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam menjalankan usahanya perusahaan dihadapkan pada kebutuhan dana, baik untuk keperluan modal usaha maupun untuk perluasan usahanya. Ekspansi merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian tentang Pengaruh Investment Opportunity Set, Komisaris

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian tentang Pengaruh Investment Opportunity Set, Komisaris 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian tentang Pengaruh Investment Opportunity Set, Komisaris Independen, Kepemilikan Manajerial, Ukuran Perusahaan Dan Leverage Terhadap Kualitas Laba Pada Perusahaan Manufaktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengguna dalam pembuatan keputusan ekonomi (IAI, 2012). mengambil keputusan secara tepat adalah andal dan relevan.

BAB I PENDAHULUAN. pengguna dalam pembuatan keputusan ekonomi (IAI, 2012). mengambil keputusan secara tepat adalah andal dan relevan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap perusahaan yang go public dan terdaftar di bursa efek berkewajiban untuk menyampaikan laporan keuangan tahunan. Tujuan umum dari laporan keuangan adalah untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori keagenan Teori agensi adalah teori yang menyatakan hubungan keagenan dengan prinsipal yang di dalamnya agen bertindak

Lebih terperinci

ISNI WIYATMI B

ISNI WIYATMI B PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, UKURAN DEWAN KOMISARIS, UKURAN PERUSAHAAN, DAN LEVERAGE TERHADAP MANAJEMEN LABA (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia) SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Teori keagenan (agency theory) telah menjadi basis penelitian yang kuat dalam disiplin keuangan dan akuntansi (Abdullah, 2001). Teori keagenan menjelaskan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam teori keagenan (agency theory), adanya pemisahan antara. kepemilikan dan pengelolaan perusahaan dapat menimbulkan konflik.

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam teori keagenan (agency theory), adanya pemisahan antara. kepemilikan dan pengelolaan perusahaan dapat menimbulkan konflik. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam teori keagenan (agency theory), adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan perusahaan dapat menimbulkan konflik. Terjadinya konflik yang disebut agency

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. return atas investasinya dengan benar. Corporate governance dapat

BAB I PENDAHULUAN. return atas investasinya dengan benar. Corporate governance dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konsep corporate governance diajukan demi tercapainya pengelolaan perusahaan yang lebih transparan bagi semua pengguna laporan keuangan. Bila konsep ini diterapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai 1 BAB I PENDAHULUAN.1 Latar Belakang Masalah Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan dengan meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang sahamnya. Untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengambil keputusan. Kewenangan ini akan membawa konsekuensi logis yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengambil keputusan. Kewenangan ini akan membawa konsekuensi logis yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori keagenan (Agency Theory) Praktik manajemen laba tidak dapat dipisahkan dari adanya teori keagenan dan asimetri informasi. Teori keagenan adalah teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan produk akuntansi yang menyajikan data-data

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan produk akuntansi yang menyajikan data-data BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan produk akuntansi yang menyajikan data-data kuantitatif atas semua transaksi yang telah dilakukan oleh perusahaan dalam periode tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dua komponen akrual yang utama yaitu discretionary accrual dan

BAB I PENDAHULUAN. Dua komponen akrual yang utama yaitu discretionary accrual dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan alat utama bagi perusahaan untuk menyampaikan informasi keuangan mengenai pertanggungjawaban pihak manajemen. Dalam akuntansi terdapat dua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modal sebagai media untuk menyerap investasi dan media untuk memperkuat

BAB I PENDAHULUAN. modal sebagai media untuk menyerap investasi dan media untuk memperkuat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peranan yang cukup penting dalam perekonomian dunia saat ini. Banyak industri dan perusahaan yang menggunakan institusi pasar modal sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. antara pihak pemilik perusahaan dengan pihak manajemen. Menurut Jensen dan

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. antara pihak pemilik perusahaan dengan pihak manajemen. Menurut Jensen dan BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Teori Agensi Pada kepemilikan perusahaan yang tersebar terdapat hubungan keagenan antara pihak pemilik perusahaan dengan pihak manajemen. Menurut Jensen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu, sosiasi atau organisasi bisnis yang terdiri dari neraca, laba rugi,

BAB I PENDAHULUAN. individu, sosiasi atau organisasi bisnis yang terdiri dari neraca, laba rugi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan laporan periodik yang disusun menurut prinsip-prinsip akuntansi yang diterima secara umum tentang status keuangan dari individu,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Keagenan (Agency Theory) Konsep Teori Keagenan (agency theory) menurut Anthony dan Govindarajan (2005) yaitu hubungan antara principal dan agen. Principal mempekerjakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Permasalahan pada perusahaan mengenai praktik earnings management yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Permasalahan pada perusahaan mengenai praktik earnings management yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan pada perusahaan mengenai praktik earnings management yang dilakukan pihak yang berwenang seperti manajer dan pihak-pihak yang terlibat didalamnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangannya dalam bentuk ikhtisar keuangan atau laporan keuangan. Laporan

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangannya dalam bentuk ikhtisar keuangan atau laporan keuangan. Laporan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap perusahaan pada suatu periode akan melaporkan semua kegiatan keuangannya dalam bentuk ikhtisar keuangan atau laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Akhir-akhir ini laporan keuangan telah menjadi isu sentral, sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Akhir-akhir ini laporan keuangan telah menjadi isu sentral, sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akhir-akhir ini laporan keuangan telah menjadi isu sentral, sebagai sumber penyalahgunaan informasi yang merugikan pihak-pihak yang berkepentingan. Belum

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : HARTAWAN HARI MAYASTO B

SKRIPSI. Oleh : HARTAWAN HARI MAYASTO B PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN MANAJERIAL, STRUKTUR KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, UKURAN PERUSAHAAN DAN JUMLAH DEWAN KOMISARIS PERUSAHAAN TERHADAP PENGATURAN LABA ( EARNINGS MANAGEMENT ) ( Ditinjau dari Perusahaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Landasan teori merupakan penjelasan mengenai definisi teori

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Landasan teori merupakan penjelasan mengenai definisi teori BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori Landasan teori merupakan penjelasan mengenai definisi teori keagenan, teori akunntansi positif, manajemen laba, perataan laba, sasaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan adalah suatu industri yang mempunyai sifat-sifat yang berbeda

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan adalah suatu industri yang mempunyai sifat-sifat yang berbeda BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan adalah suatu industri yang mempunyai sifat-sifat yang berbeda dengan industri yang lain seperti manufaktur, perdagangan, dan sebagainya. Industri perbankan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. menyatakan bahwa teori keagenen mendeskripsikan pemegang saham sebagai principal

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. menyatakan bahwa teori keagenen mendeskripsikan pemegang saham sebagai principal BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1 Landasan Teori Untuk mencapai sasaran studi diperlukan landasan teori sebagai dasar dalam melakukan penelitian. II.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laba merupakan salah satu informasi potensial yang terkandung di

BAB I PENDAHULUAN. Laba merupakan salah satu informasi potensial yang terkandung di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laba merupakan salah satu informasi potensial yang terkandung di dalam laporan keuangan dan yang sangat penting bagi pihak internal maupun eksternal perusahaan. Informasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. principal dengan agent yaitu wewenangan yang diberikan principal kepada agent

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. principal dengan agent yaitu wewenangan yang diberikan principal kepada agent 11 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan (agency theory) merupakan suatu kontrak yang terjadi antara principal dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal semakin besar perannya sebagai salah satu pendukung gerak roda

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal semakin besar perannya sebagai salah satu pendukung gerak roda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal semakin besar perannya sebagai salah satu pendukung gerak roda dunia bisnis. Penyelenggaraan pasar modal akan mendorong percepatan aktivitas investasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sektor. Indikator pesatnya pertumbuhan perusahaan tersebut dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sektor. Indikator pesatnya pertumbuhan perusahaan tersebut dapat dilihat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu Negara dapat dilihat dari peningkatan pasar modalnya. Pertumbuhan ekonomi Indonesia selama lima tahun terakhir bergerak menuju ke arah lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menyesatkan stakeholder mengenai kinerja ekonomi perusahaan maupun

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menyesatkan stakeholder mengenai kinerja ekonomi perusahaan maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan pertimbangan dalam pelaporan keuangan dan penyusunan transaksi untuk mengubah laporan keuangan sehingga menyesatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Perusahaan yang pada awalnya dikelola langsung oleh pemiliknya,

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Perusahaan yang pada awalnya dikelola langsung oleh pemiliknya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada dunia bisnis, perusahaan dituntut untuk selalu berkembang dan menyesuaikan diri dengan perkembangan yang terjadi di lingkungan eksternal perusahaan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori keagenan muncul ketika pemilik perusahaan (principal) tidak mampu

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori keagenan muncul ketika pemilik perusahaan (principal) tidak mampu BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan muncul ketika pemilik perusahaan (principal) tidak mampu mengelola perusahaan miliknya sendiri, sehingga

Lebih terperinci

RINGKASAN MATERI KULIAH EARNING MANAGEMENT

RINGKASAN MATERI KULIAH EARNING MANAGEMENT RINGKASAN MATERI KULIAH EARNING MANAGEMENT Untuk Memenuhi Tugas Teori Akuntansi Dosen Pengampu: Prof. Dr. Sutrisno, S.E., M.Si., Ak., CA Disusun oleh: Annisa Sabrina Djunaedy PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Laba merupakan indikator yangdigunakan untuk menilai prestasi perusahaan melalui kinerja operasional perusahaan. Laba pada laporan keuangan memberikan

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB II TELAAH PUSTAKA BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Agensi (Agency Theory) Teori agensi berasumsi bahwa semua individu akan bertindak untuk memenuhi kepentingannya sendiri. Agen diasumsikan akan menerima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan suatu media penghubung dan penyalur

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan suatu media penghubung dan penyalur 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan merupakan suatu media penghubung dan penyalur informasi yang bermanfaat baik bagi perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) maupun bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2013) tujuan laporan keuangan. pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2013) tujuan laporan keuangan. pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan proses akhir dalam proses akuntansi yang mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah perusahaan. Menurut Pernyataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Laporan keuangan merupakan media komunikasi bagi perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Laporan keuangan merupakan media komunikasi bagi perusahaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Informasi mengenai kinerja perusahaan dapat diperoleh dalam laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan media komunikasi bagi perusahaan dengan pihak eksternal dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dalam laporan tahunan harus disertai pengungkapan yang penuh

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dalam laporan tahunan harus disertai pengungkapan yang penuh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan media komunikasi yang digunakan untuk menghubungkan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Informasi dalam laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena laporan keuangan memperlihatkan kondisi perusahaan pada tahun bersangkutan. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. karena laporan keuangan memperlihatkan kondisi perusahaan pada tahun bersangkutan. Laporan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan suatu hal yang tidak terpisahkan dari suatu perusahaan karena laporan keuangan memperlihatkan kondisi perusahaan pada tahun bersangkutan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia usaha pada mulanya merupakan perusahaan perseorangan atau

BAB I PENDAHULUAN. Dunia usaha pada mulanya merupakan perusahaan perseorangan atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Dunia usaha pada mulanya merupakan perusahaan perseorangan atau persekutuan. Seiring dengan perkembangan bisnis tersebut maka akan tiba saatnya untuk mengubah

Lebih terperinci

BAB II. Rerangka Teori dan Hipotesis. Perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri

BAB II. Rerangka Teori dan Hipotesis. Perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri BAB II Rerangka Teori dan Hipotesis 2.1 Teori Stakeholder Perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri namun harus memberikan manfaat bagi stakeholdernya (pemegang saham,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori agensi adalah teori yang mendasari hubungan atau kontak antara principal dan agent (Anthony dan Govindarajan, 2002).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah laporan keuangan. Laporan keuangan selain merupakan media

BAB I PENDAHULUAN. adalah laporan keuangan. Laporan keuangan selain merupakan media BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu sumber informasi bagi pihak eksternal yang dapat membantu dalam menaksir kemampuan perusahaan memperoleh laba adalah laporan keuangan. Laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saham adalah suatu nilai dalam berbagai instrumen finansial yang mengacu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saham adalah suatu nilai dalam berbagai instrumen finansial yang mengacu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saham adalah suatu nilai dalam berbagai instrumen finansial yang mengacu pada bagian kepemilikan sebuah perusahaan yang berfungsi sebagai pendanaan perusahaan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi nilai perusahaan dianggap semakin sejahtera pula pemiliknya.

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi nilai perusahaan dianggap semakin sejahtera pula pemiliknya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan utama perusahaan yaitu meningkatkan nilai perusahaan. Semakin tinggi nilai perusahaan dianggap semakin sejahtera pula pemiliknya. Laba merupakan indikator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan tekanan persaingan di antara pemain pasar yang ada dan new entrants,

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan tekanan persaingan di antara pemain pasar yang ada dan new entrants, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan-perusahaaan yang berhasil dan memiliki kinerja yang baik mengerti bagaimana beradaptasi dengan pasar yang berubah secara kesinambungan. Peningkatan tekanan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja

I. PENDAHULUAN. Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan bentuk dari pertanggungjawaban

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan bentuk dari pertanggungjawaban BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan bentuk dari pertanggungjawaban manajemen yang memberikan informasi kinerja dari perusahaan. Laporan keuangan banyak digunakan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas kerja serta mengurangi penyimpangan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas kerja serta mengurangi penyimpangan 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Dalam rangka penerapan tata kelola perusahaan yang baik, Bapepam melalui surat edaran Bapepam No.SE-03/PM/2000 merekomendasikan imbauan perusahaan publik

Lebih terperinci

BAB I Investor asing yang berasal dari negara dengan label good governance dianggap

BAB I Investor asing yang berasal dari negara dengan label good governance dianggap 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam era globalisasi saat ini, kegiatan bisnis dan investasi semakin mudah untuk dilakukan oleh semua kalangan. Baik investasi yang dilakukan oleh para investor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Informasi tersebut berisikan mengenai

BAB I PENDAHULUAN UKDW. mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Informasi tersebut berisikan mengenai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manajer perusahaan merupakan pihak yang mengelola suatu perusahaan yang secara langsung banyak mengetahui informasi internal perusahaan di banding dengan pemegang saham.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Principal (pemegang saham) dengan Agent (manajerial) dalam sebuah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Principal (pemegang saham) dengan Agent (manajerial) dalam sebuah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Agensi Teori agensi merupakan teori yang mendasari hubungan keagenan antara Principal (pemegang saham) dengan Agent (manajerial) dalam sebuah perusahaan. Jensen dan Meckling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan didirikannya perusahaan adalah untuk memperoleh laba semaksimal

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan didirikannya perusahaan adalah untuk memperoleh laba semaksimal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan didirikannya perusahaan adalah untuk memperoleh laba semaksimal mungkin disamping untuk meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas dan mengurangi risiko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada perusahaan dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan (return) atas UKDW

BAB I PENDAHULUAN. pada perusahaan dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan (return) atas UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investor merupakan pihak yang menanamkan uangnya dalam bentuk modal pada perusahaan dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan (return) atas investasi yang dilakukannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kreditor dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan investasi dana

BAB I PENDAHULUAN. kreditor dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan investasi dana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laporan keuangan dapat memberikan informasi kepada para investor dan kreditor dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan investasi dana mereka, pemilihan penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan laporan keuangan untuk pihak pihak yang berkepentingan seperti

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan laporan keuangan untuk pihak pihak yang berkepentingan seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menjalankan kegiatan operasinya, suatu perusahaan secara periodik menyiapkan laporan keuangan untuk pihak pihak yang berkepentingan seperti pemegang saham,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Investasi di pasar bursa indonesia sampai pada saat ini telah

BAB I PENDAHULUAN. Investasi di pasar bursa indonesia sampai pada saat ini telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Investasi di pasar bursa indonesia sampai pada saat ini telah memperlihatkan pertumbuhan yang cukup tinggi yang ditandai dengan masuknya dana-dana asing

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. dilakukan oleh manajemen adalah manajemen laba (earnings management),

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. dilakukan oleh manajemen adalah manajemen laba (earnings management), 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laba merupakan hal yang biasanya diperhatikan dengan serius oleh investor maupun kreditor untuk menilai kinerja suatu perusahaan maupun untuk mengevaluasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alat utama bagi perusahaan untuk menyampaikan informasi keuangan

BAB I PENDAHULUAN. alat utama bagi perusahaan untuk menyampaikan informasi keuangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu fungsi utama laporan keuangan adalah sebagai sarana atau alat utama bagi perusahaan untuk menyampaikan informasi keuangan mengenai pertanggungjawaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan publik atau perusahaan terbuka adalah perusahaan yang sebagian atau

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan publik atau perusahaan terbuka adalah perusahaan yang sebagian atau BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perusahaan publik atau perusahaan terbuka adalah perusahaan yang sebagian atau seluruh sahamnya dimiliki oleh masyarakat. Proses penjualan saham ke masyarakat dilakukan

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Manajemen laba (earnings mangement) merupakan fenomena yang sukar untuk dihindari karena fenomena ini merupakan dampak dari penggunaan dasar akrual dalam penyusunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi penting tentang kinerja perusahaan bagi pemakai laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. informasi penting tentang kinerja perusahaan bagi pemakai laporan keuangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan tahunan emiten pada perusahaan publik merupakan sumber informasi penting tentang kinerja perusahaan bagi pemakai laporan keuangan sebagai salah satu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. prinsipal, termasuk pendelegasian otorisasi pengambilan keputusan dari prinsipal

BAB II KAJIAN PUSTAKA. prinsipal, termasuk pendelegasian otorisasi pengambilan keputusan dari prinsipal 1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Agensi (Agency Theory) Konsep teori agensi adalah hubungan atau kontrak antara prinsipal dan agen. Prinsipal mempekerjakan agen untuk melakukan tugas untuk kepentingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Good Corporate Governance oleh perusahaan-perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Good Corporate Governance oleh perusahaan-perusahaan yang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Penerapan Good Corporate Governance oleh perusahaan-perusahaan yang listing di bursa efek merupakan suatu hal yang wajib dilakukan. Hal ini dikarenakan adanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan tujuan untuk mengelabui stakeholder yang ingin mengetahui kinerja dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan tujuan untuk mengelabui stakeholder yang ingin mengetahui kinerja dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Manajemen Laba 2.1.1.1. Defenisi Manajemen Laba Manajemen laba didefinisikan sebagai upaya manajer perusahaan untuk mengintervensi atau mempengaruhi informasi-informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manajemen (Schipper dan Vincent, 2003). Menurut Standar Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. manajemen (Schipper dan Vincent, 2003). Menurut Standar Akuntansi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan menjadi alat utama bagi perusahaan untuk menyampaikan informasi keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban manajemen (Schipper dan Vincent,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengungkapan informasi secara terbuka mengenai perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengungkapan informasi secara terbuka mengenai perusahaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengungkapan informasi secara terbuka mengenai perusahaan sangatlah penting bagi perusahaan publik. Hal ini dilakukan sebagai wujud transparasi dan akuntabilitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kerangka Teoritis dan Pengembangan Hipotesis. Perspektif teori agensi merupakan dasar yang digunakan untuk memahami

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kerangka Teoritis dan Pengembangan Hipotesis. Perspektif teori agensi merupakan dasar yang digunakan untuk memahami BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teoritis dan Pengembangan Hipotesis 2.1.1 Teori keagenan Perspektif teori agensi merupakan dasar yang digunakan untuk memahami isu corporate governance dan earnings

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. corporate governance. Bukti menunjukkan lemahnya praktik corporate

I. PENDAHULUAN. corporate governance. Bukti menunjukkan lemahnya praktik corporate 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tahun 2001 tercatat skandal keuangan di perusahaan publik yang melibatkan manipulasi laporan keuangan oleh PT Lippo Tbk dan PT Kimia Farma Tbk. Hal tersebut membuktikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik jika laba tersebut menjadi indikator yang baik untuk laba masa mendatang,

BAB I PENDAHULUAN. baik jika laba tersebut menjadi indikator yang baik untuk laba masa mendatang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas laba adalah laba yang secara benar dan akurat menggambarkan profitabilitas operasional perusahaan. Menurut Penman dan Cohen (2003) dalam Wibowo (2009) diungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. jangka panjang, memprediksi laba, dan menaksir risiko dalam investasi atau

BAB I PENDAHULUAN UKDW. jangka panjang, memprediksi laba, dan menaksir risiko dalam investasi atau 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laba merupakan indikator untuk menilai kinerja operasional perusahaan. Laba yang dilaporkan mencerminkan keberhasilan atau kegagalan perusahaan dalam mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum manajemen laba didefinisikan sebagai upaya manajer

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum manajemen laba didefinisikan sebagai upaya manajer BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum manajemen laba didefinisikan sebagai upaya manajer perusahaan untuk mengintervensi atau mempengaruhi informas-informasi dalam laporan keuangan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komprehensif untuk mengungkapkan (disclosure) semua fakta, baik transaksi

BAB I PENDAHULUAN. komprehensif untuk mengungkapkan (disclosure) semua fakta, baik transaksi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan menjadi perhatian utama bagi penggunanya sebagai informasi akuntansi kepada pihak internal maupun pihak eksternal untuk pengambilan keputusan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alternatif dalam penghimpunan dana selain sistem perbankan. Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. alternatif dalam penghimpunan dana selain sistem perbankan. Selain itu, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin pesatnya pertumbuhan perekonomian, maka peran pasar modal menjadi sangat penting sebagai sarana untuk menghimpun dana dari pelaku bisnis dan juga masyarakat.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Yustisia dan Andiyani, 2006). Jensen dan Meckling (1976) dalam Sunarto (2009)

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Yustisia dan Andiyani, 2006). Jensen dan Meckling (1976) dalam Sunarto (2009) BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Keagenan Teori agensi adalah teori yang menyatakan hubungan keagenan dengan prinsipal yang di dalamnya agen bertindak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu pencatatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu pencatatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu pencatatan transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama satu tahun. Laporan keuangan menjadi media bagi perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan arus informasi di era globalisasi ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan arus informasi di era globalisasi ini INTISARI Masalah utama penelitian ini adalah bagaimana meminimalisasi pelaksanaan manajemen laba melalui struktur Corporate Governance (kepemilikan manajerial, kepemilian institusional, proporsi dewan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Manajer selaku agent mengetahui informasi internal lebih banyak mengenai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Manajer selaku agent mengetahui informasi internal lebih banyak mengenai 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Manajer selaku agent mengetahui informasi internal lebih banyak mengenai perusahaan dibandingkan dengan principal, sehingga manajer harus memberikan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencurahkan perhatian terhadap CG. Skandal-skandal korporasi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. mencurahkan perhatian terhadap CG. Skandal-skandal korporasi tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Corporate Governance (CG) telah menjadi topik bahasan utama di bisnis global seiring dengan meningkatnya kompleksitas dan tekanan persaingan bisnis yang dihadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (manajer). Proksi Discretionary Accrual (DA) merupakan salah satu cara untuk

BAB I PENDAHULUAN. (manajer). Proksi Discretionary Accrual (DA) merupakan salah satu cara untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manajemen laba terjadi karena ada campur tangan manajemen di dalam proses pelaporan keuangan yang bertujuan untuk menguntungkan dirinya sendiri (manajer).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (principal) dan manajemen (agent), baik pihak principal maupun agent

BAB I PENDAHULUAN. (principal) dan manajemen (agent), baik pihak principal maupun agent BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di dalam perusahaan terdapat hubungan antara pihak pemilik perusahaan (principal) dan manajemen (agent), baik pihak principal maupun agent masing-masing mempunyai

Lebih terperinci