BUKU PUTIH : TIM PENILAI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN. RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BUKU PUTIH : TIM PENILAI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN. RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun"

Transkripsi

1 BUKU PUTIH : TIM PENILAI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun i

2 Buku Putih : Tim Penilai Jabatan Fungsional Kesehatan Copyright@ 2014 ii cacuk1969@gmail.com

3 iii

4 37

5 5. Tim penilai dapat memberikan catatan pada lembar terakhir DUPAK yang berisi : a. Rekomendasi dari tim penilai kepada Pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit mengenai pejabat fungsional kesehatan yang dinilai; b. Catatan perkembangan nilai angka kredit, khususnya bagi yang tidak dapat memenuhi angka kredit yang dipersyaratkan untuk periode tertentu. Format Laporan Penilaian Kredit Nama Pejabat Fungsional : Intansi/Unit Kerja : Jabatan : Pangkat/Golongan : No. Unsur/Sub Unsur/Butir Kegiatan Jumlah Kredit yang diusulkan Kredit yang diusulkan No. Unsur/Sub Unsur/Butir Kegiatan Jumlah Kredit Hasil Penilaian Hasil Penilaian Kredit Keterangan/ Justifikasi Rekomendasi :... Tim Penilai, Tanda Tangan (Nama Jelas) JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN A. Pengangkatan Jabatan Fungsional Kesehatan 1. Inpassing. PNS yang pada saat ditetapkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan RB telah dan masih melaksanakan tugas sesuai tupoksi; Ijazah sesuai dengan kualifikasi pendidikan yang ditentukan masing-masing jabatan fungsional kesehatan; Pangkat paling rendah sesuai ketentuan masingmasing jabatan fungsional kesehatan; Setiap unsur penilaian prestasi kerja dan pelaksanaan pekerjaan dalam Penilaian Kinerja PNS paling rendah bernilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir; Disesuaikan dengan ketentuan masing-masing jabatan fungsional kesehatan. b. Pengangkatan Pertama. Pengangkatan untuk mengisi lowongan formasi melalui pengangkatan CPNS; Ijazah sesuai dengan kualifikasi pendidikan yang ditentukan masing-masing jabatan fungsional kesehatan; Pangkat paling rendah sesuai ketentuan masingmasing jabatan fungsional kesehatan; Setiap unsur penilaian prestasi kerja dan pelaksanaan pekerjaan dalam Penilaian Kinerja 36 1

6 2 PNS paling rendah bernilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir; Disesuaikan dengan ketentuan masing-masing jabatan fungsional kesehatan. c. Perpindahan dari Jabatan Lain Sebelumnya menduduki jabatan Struktural atau Jabatan Fungsional Kesehatan lain : Memiliki ijazah paling rendah sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam Permenpan masing-masing jabatan fungsional kesehatan; Memiliki pengalaman sekurang-kurangnya disesuaikan dengan ketentuan masing-masing jabatan fungsional kesehatan; Usia maksimal sebelum BUP dari jabatan terakhir disesuaikan dengan ketentuan masing-masing jabatan fungsional kesehatan; Setiap unsur penilaian prestasi kerja dan pelaksanaan pekerjaan dalam Penilaian Kinerja PNS paling rendah bernilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir; Disesuaikan dengan ketentuan masing-masing jabatan fungsional kesehatan. B. Kenaikan Jabatan dan Pangkat Fungsional 1. Kenaikan Jabatan dapat dipertimbangkan setiap kali dengan ketentuan. Sekurang-kurangnya telah 1 (satu) tahun dalam jabatan terakhir; Memenuhi angka kredit yang ditentukan untuk kenaikan jabatan setingkat lebih tinggi; A. Pengertian PENYUSUNAN LAPORAN TIM PENILAI JABFUNGKES Penyusunan Laporan Hasil Penilaian (verifikasi) adalah hasil penilaian DUPAK dan angka kredit yang dituangkan secara tertulis dan rinci berdasarkan unsur, sub unsur dan butir-butir kegiatan yang diajukan. B. Tujuan 1. Sebagai dokumen penting hasil penilaian tim; 2. Sebagai acuan/pedoman bagi sekretariat tim penilai apabila di kemudian hari ada hal-hal yang perlu diklarifikasi/umpan balik terhadap hasil penilaian bagi pemangku jabfungkes. 3. Sebagai masukan di dalam melakukan perbaikan mekanisme penilaian serta pemanfaatannya. C. Teknik Penyusunan Laporan Penilaian 1. Tuliskan identitas pejabat fungsional yang dinilai dalam format yang telah ditetapkan; 2. Pada unsur/sub unsur dan butir-butir kegiatan, tuliskan nilai angka kredit yang diusulkan di sebelah kiri dan nilai angka kredit hasil penilaian/yang disetujui tim penilai di sebelah kanan. 3. Jumlah nilai angka kredit yang diajukan dari setiap unsur dan sub unsur dituliskan di sebelah kiri sementara jumlah nilai angka kredit hasil penilaian/yang disetujui di sebelah kanan. 4. Tanda tangan dan nama jelas dari anggota tim yang menilai berkas DUPAK jabfungkes tertentu. 35

7 diberikan sesuai dengan angka kredit yang tercantum dalam ketentuan perundangundangan yang berlaku. Penilaian angka kredit jabatan fungsional kesehatan dari kegiatan pelayanan, pengembangan profesi, pengabdian masyarakat dan penunjang tugas diberikan sepanjang masih dalam tenggang waktu masa penilaian. Apabila penilaian angka kredit jabatan fungsional kesehatan telah ditetapkan dalam keputusan, maka angka kredit dari unsur pelayanan, pengembangan profesi, pengabdian masyarakat dan penunjang tugas jabatan fungsional kesehatan yang diperoleh pada masa penilaian tersebut tetapi belum diusulkan, sudah tidak dapat diperhitungkan kembali untuk masa penilaian berikutnya. Kecuali untuk penilaian angka kredit dari unsur pendidikan dan pelatihan dan sejenisnya yang memerlukan waktu untuk penerbitan ijazah atau sertifikat. Setiap unsur penilaian prestasi kerja dan pelaksanaan pekerjaan dalam Penilaian Kinerja PNS paling rendah bernilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir; Disesuaikan dengan ketentuan masing-masing jabatan fungsional kesehatan. 2. Kenaikan Pangkat dapat dipertimbangkan setiap kali dengan ketentuan. Sekurang-kurangnya telah 2 (dua) tahun dalam pangkat terakhir; Memenuhi angka kredit yang ditentukan untuk kenaikan pangkat setiap lebih tinggi; Setiap unsur penilaian Prestasi Kinerja PNS paling rendah bernilai baik dalam 2 (dua) tahun terakhir. C. Pembebasan Sementara, Pengangkatan Kembali dan Pemberhentian 1. Pemberhentian Sementara. Tidak dapat mengumpulkan angka kredit yang ditentukan, disesuaikan dengan ketentuan masingmasing jabatan fungsional kesehatan; Dijatuhi hukuman disiplin tingkat sedang atau tingkat berat atau berupa jenis hukuman disiplin penurunan pangkat; Diberhentikan sementara sebagai Pegawai Negeri Sipil; Ditugaskan secara penuh di luar jabatan fungsional kesehatan; Cuti di luar tanggungan negara; Tugas belajar lebih dari 6 (enam) bulan. 34 3

8 2. Pengangkatan Kembali. Jabatan fungsional kesehatan yang telah selesai menjalani pembesasan sementara dapat diangkat kembali dalam jabatan disesuaikan dengan ketentuan masing-masing jabatan fungsional kesehatan. 3. Pemberhentian. Dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sejak dibebaskan sementara dari jabatannya tidak dapat mengumpulkan angka kredit yang ditentukan; Dijatuhi hukuman disiplin tingkat berat berupa pemberhentian sebagai PNS (PP No. 53 Tahun 2010) dan telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, kecuali hukuman disiplin berat berupa penurunan pangkat; Disesuaikan dengan ketentuan masing-masing jabatan fungsional kesehatan. 1) kredit yang diperoleh dari pendidikan formal dengan ijazah yang tidak sesuai dengan kompetensi jabatan fungsional kesehatan yang bersangkutan (memperoleh gelar kesarjanaan lainnya), dikategorikan ke dalam kegiatan unsur penunjang; 2) kredit yang diberikan sesuai dengan angka kredit yang tercantum dalam unsur penunjang pada peraturan perundangundangan yang berlaku; 3) Pejabat fungsional yang memperoleh Ijazah Strata I (S-1), Strata 2 (S-2) dan Strata 3 (S-3) di luar bidang jabatan fungsionalnya, diberikan angka kredit sebagai berikut : Strata 3 (S-3) diberikan angka kredit sebesar 15 (lima belas); Strata 2 (S-2) diberikan angka kredit sebesar 10 (sepuluh); Strata 1 (S-1)/D-IV diberikan angka kredit sebesar 5 (lima). f. Penilaian Kredit dari Kegiatan Memperoleh Penghargaan atau Tanda Jasa: 4 1) kredit dari kegiatan memperoleh penghargaan atau tanda jasa dapat diberikan apabila penghargaan/tanda jasa diberikan oleh pemerintah R.I. atau negara asing atau organisasi ilmiah atau organisasi profesi atas prestasi dalam pengabdian kepada nusa, bangsa dan negara; 2) kredit yang diperoleh dari kegiatan memperoleh penghargaan atau tanda jasa 33

9 c. Penilaian Kredit dari Kegiatan Menjadi Anggota Organisasi Profesi: 1) kredit dari kegiatan menjadi anggota organisasi profesi dapat diberikan apabila organisasi tersebut merupakan organisasi profesi/keahlian yang beranggotakan individuindividu yang memiliki profesi/keahlian yang sama/sejenis, bersifat internasional/ nasional/ provinsi dan diakui oleh instansi pembina atau pemerintah; 2) kredit yang diperoleh dari kegiatan menjadi anggota organisasi profesi diberikan sesuai dengan angka kredit yang tercantum dalam ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Bagi pejabat fungsional kesehatan yang memiliki kartu anggota lebih dari satu, maka yang dinilai hanya 1 (satu) kartu tanda anggota. d. Penilaian Kredit dari Kegiatan Menjadi Anggota Tim Penilai Jabatan Fungsional Kesehatan: 1) kredit dari kegiatan menjadi anggota Tim Penilai jabatan fungsional kesehatan dapat diberikan apabila yang bersangkutan telah bertugas sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun; 2) kredit yang diperoleh dari kegiatan menjadi anggota Tim Penilai jabatan fungsional kesehatan diberikan sesuai dengan angka kredit yang tercantum dalam ketentuan perundangundangan yang berlaku. e. Penilaian Kredit dari Memperoleh Gelar Kesarjanaan Lainnya: PENGHITUNGAN ANGKA KREDIT JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN Tugas atau tanggung jawab utama tim penilai angka kredit jabatan fungsional kesehatan adalah melakukan penilaian terhadap daftar usul penetapan angka kredit yang diajukan oleh setiap pejabat fungsional kesehatan. Hasil penilaian ini sangat penting untuk kelangsungan proses selanjutnya dalam pengajuan angka kredit bagi pejabat fungsional kesehatan. Penilaian dapat dilakukan apabila seorang anggota tim penilai memahami apa yang akan dinilai dan bagaimana menghitung angka kredit dengan tepat dan benar sehingga dapat menilai angka kredit yang diusulkan pemangku jabatan fungsional kesehatan. Dalam hal ini diperlukan kecepatan, ketepatan dan kebenaran dalam menuliskan hasil penilaian angka kredit, agar tidak merugikan bagi pihak yang dinilai maupun pihak lain yang berkepentingan dengan penilaian angka kredit jabatan fungsional kesehatan. Oleh karena itu perlu bagi setiap Tim Penilai Kredit Jabatan Fungsional Kesehatan untuk memiliki kemampuan yang memadai dalam melakukan penghitungan angka kredit sebagai dasar dalam menilai angka kredit yang diajukan dan mekanisme pengajuan DUPAK. A. Definisi Operasional 1. kredit adalah suatu angka yang diberikan berdasarkan penilaian atas prestasi yang telah dicapai oleh pejabat fungsional dalam mengerjakan butir kegiatan yang digunakan sebagai salah satu syarat untuk pengangkatan dan kenaikan jabatan/pangkat. 2. Daftar Usul Penetapan Kredit (DUPAK) adalah hasil keseluruhan dari satuan nilai butir kegiatan 32 5

10 dan/atau akumulasi nilai butir-butir kegiatan dalam suatu kurun waktu tertentu yang diajukan sebagai dasar untuk Penetapan Kredit. 3. Penetapan Kredit (PAK) adalah hasil perhitungan akhir kegiatan pejabat fungsional dalam kurun waktu tertentu yang telah ditetapkan oleh pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit. 4. Dokumen adalah surat keterangan yang merupakan hasil kegiatan pelayanan/pekerjaan dari pejabat fungsional kesehatan yang telah disahkan oleh atasan langsungnya atau pejabat yang berwenang. 5. Bukti Fisik adalah hasil prestasi kerja riil dari pelaksanaan kegiatan pelayanan/pekerjaan yang dilakukan oleh pejabat fungsional kesehatan sebagai data pendukung dokumen. 6. Butir Kegiatan adalah rincian kegiatan pelayanan dari pekerjaan baik dari unsur utama maupun unsur penunjang yang mengacu pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi jabatan fungsional tertentu. 7. Surat Pernyataan Melakukan Kegiatan (SPMK) adalah surat keterangan yang menyatakan hasil pelaksanaan kegiatan pelayanan/pekerjaan harian pejabat fungsional kesehatan yang dinyatakan oleh atasan langsung dan dibuat secara periodik. 8. Laporan Harian adalah laporan yang dibuat setiap hari berdasarkan kegiatan yang dilakukan setiap hari dan diketahui oleh atasan langsungnya. 9. Laporan Bulanan adalah laporan yang dibuat setiap bulan berdasarkan akumulasi hasil kegiatan pelayanan/pekerjaan dari SPMK mingguan yang disahkan oleh atasan langsung. a. Penilaian Kredit dari Kegiatan Mengajar/Melatih/Membimbing pada diklat: 1) kredit jabatan fungsional kesehatan dari kegiatan mengajar/melatih/membimbing pada pendidikan dan pelatihan pegawai dapat diberikan apabila diklat tersebut sesuai dengan bidang jabatan fungsional kesehatannya; 2) kredit yang diperoleh dari kegiatan mengajar/ melatih/ membimbing pada pendidikan dan pelatihan pegawai diberikan sesuai dengan angka kredit yang tercantum dalam ketentuan perundang-undangan yang berlaku. b. Penilaian Kredit dari Kegiatan Mengikuti Pertemuan Ilmiah: 1) kredit dari kegiatan mengikuti pertemuan ilmiah seperti seminar, lokakarya, mengikuti delegasi ilmiah dapat diberikan apabila kegiatan tersebut dalam lingkup bidang jabatan fungsional kesehatannya atau memperluas cakrawala jabatan fungsional kesehatannya dan merupakan penugasan dari pimpinan unit organisasi; 2) kredit yang diperoleh dari kegiatan mengikuti pertemuan ilmiah seperti seminar, lokakarya, mengikuti delegasi ilmiah diberikan sesuai dengan angka kredit yang tercantum dalam ketentuan perundang-undangan yang berlaku. 6 31

11 30 (empat puluh persen) untuk 2 penulis pembantu. 5) Apabila terdiri dari 4 (empat) orang penulis maka pembagian angka kreditnya adalah 60% (enam puluh persen) bagi penulis utama dan 40% (empat puluh persen) untuk 3 penulis pembantu. Jumlah penulis pembantu sebanyakbanyaknya terdiri dari 3 (tiga) orang. e. Penilaian Kredit dari Kegiatan Pengabdian Masyarakat. 1) kredit jabatan fungsional kesehatan dari kegiatan pengabdian masyarakat dapat diberikan apabila kegiatan tersebut berkaitan dengan bidang tugas dan profesi kesehatan masingmasing; 2) kredit yang diperoleh dari kegiatan pengabdian masyarakat diberikan sesuai dengan angka kredit yang tercantum dalam Peraturan Menpan. 2. Penilaian Kredit Unsur Penunjang. Kegiatan ini terdiri dari : a. Mengajar/melatih/membimbing pada diklat; b. Peran serta dalam kegiatan pertemuan ilmiah; c. Keanggotaan dalam organisasi profesi; d. Keanggotaan dalam Tim Penilai Kredit Jabatan Fungsional Kesehatan; e. Memperoleh gelar kesarjanaan lainnya; f. Memperoleh penghargaan/tanda jasa. Penjelasan : B. Teknik Penghitungan Kredit. 1. Pengertian. Teknik penghitungan angka kredit adalah suatu cara/teknik bagaimana menhitung angka kredit suatu kegiatan yang telah dilakukan oleh pemangku jabatan fungsional tenaga kesehatan. Besaran nilai angka kredit dari setiap butir kegiatan berbeda sesuai dengan bobot, risiko dan tanggung jawab dari pelaksana pemangku jabatan fungsional. Dalam pasal 3 Keppres RI No. 87 Tahun 1999 tentang rumpun jabatan Fungsional PNS, jabatan-jabatan yang dihimpun dalam jabatan fungsional dapat dikategorikan dalam jabatan fungsional keahlian atau jabatan fungsional keterampilan. Berdasarkan penilaian bobot jabatan fungsional maka jabatan fungsional ahli dibagi dalam 4 yaitu utama, madya, muda dan pertama. Sementara untuk jabatan fungsional terampil dibagi dalam 4 yaitu penyelia, pelaksana lanjutan, pelaksana dan pelaksana pemula. 2. Penghitungan Krdit. a. Unsur Utama 1) Unsur Pendidikan dan Pelatihan. Untuk pendidikan, jabatan disesuaikan dengan latar belakang pendidikan dasar dengan angka kredit yang didapat dari unsur pendidikan. Mengikuti pendidikan. Terampil 7

12 Butir Kegiatan Sarjana Muda/ Akademi/DIII DII SLTA Ahli Butir Kegiatan S3/Doktor S2/Pasca Sarjana S1/DIV Butir Kegiatan Lebih dari 960 jam jam jam jam jam Bukti yang diperlukan Fc Ijazah, transkrip nilai Fc Ijazah, transkrip nilai Fc Ijazah, transkrip nilai Bukti yang diperlukan Fc Ijazah, transkrip nilai, dilegalisir Fc Ijazah, transkrip nilai, dilegalisir Fc Ijazah, transkrip nilai, dilegalisir Mengikuti pelatihan. Bukti yang diperlukan Fc STTPL/Sertifikat Fc STTPL/Sertifikat Fc STTPL/Sertifikat Fc STTPL/Sertifikat Fc STTPL/Sertifikat Kredit Kredit Kredit Pelaksana Pelaksana Pelaksana Butir Kegiatan Contoh : Perekam Medis Pelaksana (Terampil) Satuan Hasil Jumlah Volume Kegiatan Kredit Jumlah Kredit =(3 : 2) x 4 Melakukan wawancara untuk mengisi identitas pribadi data sosial pasien rawat jalan. Tiap 10 pasien 250 0,006 0,15 Keterangan : Jumlah angka kredit = (250 : 10) x 0,006 = 0,15 d. Penilaian Kredit dari Kegiatan Pengembangan Profesi. 1) kredit pengembangan profesi jabatan fungsional kesehatan dari kegiatan menyusun karya tulis/karya ilmiah atau menterjemahkan/menyadur karya tulis/karya ilmiah di bidang kesehatan dapat diberikan apabila memenuhi kriteria penilaian karya tulis/karya ilmiah; 2) kredit yang diperoleh dari kegiatan pengembangan profesi menyusun karya tulis/karya ilmiah diberikan sesuai angka kredit yang tercantum dalam Peraturan Menpan; 3) Apabila terdiri dari 2 (dua) orang penulis maka pembagian angka kreditnya adalah 60% (enam puluh persen) bagi penulis utama dan 40% (empat puluh persen) untuk penulis pembantu; 4) Apabila terdiri dari 3 (tiga) orang penulis maka pembagian angka kreditnya adalah 60% (enam puluh persen) bagi penulis utama dan 40% 8 29

13 28 HIV selama 3 bulan (500 JP), akan mendapatkan angka kredit 5. c Penilaian Kredit dari Kegiatan Pelayanan/Pekerjaan. 1) kredit dari kegiatan pelayanan/pekerjaan jabatan fungsional kesehatan dapat diberikan apabila kegiatankegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan butir kegiatan sebagaimana yang tercantum dalam ketentuan yang berlaku; 2) kredit yang diperoleh dari kegiatan pelayanan/pekerjaan jabatan fungsional kesehatan baik tingkat ahli maupun tingkat terampil sesuai dengan butir kegiatan dan jabatan fungsional kesehatan sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menpan; 3) kredit yang diperoleh dari kegiatan pelayanan/pekerjaan jabatan fungsional kesehatan satu tingkat di atas jabatan fungsional kesehatan yang dimiliki dihitung 80%. kredit yang diperoleh dari kegiatan pelayanan/pekerjaan jabatan fungsional kesehatan satu tingkat di bawah jabatan fungsional kesehatan yang dimiliki dihitung 100%. 4) Pejabat fungsional kesehatan yang melaksanakan tugas kegiatan pelayanan/pekerjaan jabatan fungsional kesehatan satu tingkat lebih tinggi harus dibuatkan surat pelimpahan tugas dari atasan langsungnya jam jam 2) Unsur Pelayanan. Fc STTPL/Sertifikat Fc STTPL/Sertifikat Bila di dalam suatu unit pelayanan, seorang pemangku jabfungkes dengan tingkat jabatan tinggi melakukan tindakan yang menjadi tanggung jawab jabfung di bawahnya, maka pemangku jabfung yang tinggi tadi mendapat nilai angka kredit 100% dari butir kegiatan yang dilakukannya. Sebaliknya bila dalam kondisi tertentu jabfung di bawahnya melakukan tindakan yang menjadi tanggung jawab 9 1 0,5 Dalam unsur pelayanan, kegiatan, bobot pekerjaan dan tanggung jawab pelaksanaan menetukan besaran nilai angka kredit. Untuk pemangku jabatan fungsional terampil mempunyai wewenang dan tanggung jawab berbeda dengan pemangku jabatan fungsional ahli, demikian pula dengan jabatan dari setiap pemangku jabatan fungsional terampila dan ahli. Contoh : Jabfung Teknisi Elektromedis Ahli Bukti yang Butir Kegiatan diperlukan Menyusun rencana kerja tahunan : Kredit - Mengolah data Laporan 0,024 - Menganalisis dan mengevaluasi data Laporan 0,042 Pelaksana Teknisi Elektromedis Pertama Teknisi Elektromedis Muda

14 10 pemangku jabfung di atasnya, maka pemangku jabfung tersebut mendapat nilai angka kredit 80% dari angka kredit yang seharusnya. Contoh : Teknisi Elektromedis Pertama mengolah data, maka akan mendapat nilai angka kredit 0,024. Bila Teknisi Elektromedis Pertama menganalisis dan mengevaluasi data, maka pemangku jabfung tersebut mendapat nilai : 80% x 0,042 = 0, ) Unsur Pengabdian Masyarakat. Dalam unsur pengabdian masyarakat, nilai angka kredit sama untuk semua jabatan fungsional dalam bidang profesinya. Contoh : Jabfung Perawat. Butir Kegiatan Melaksanakan kegiatan penanggulangan bencana (Terampil) Melaksanakan kegiatan penanggulangan bencana (Ahli) Bukti yang diperlukan Surat tugas dan SPMT Surat tugas dan SPMT Kredit 4) Unsur Pengembangan Profesi. Pelaksana 0,5 0,5 Pemberian angka kredit untuk kegiatan pengembangan profesi yang dilakukan oleh pemangku jabatan fungsional kesehatan sebagaimana tercantum dalam rincian kegiatan akan mendapatkan nilai angka kredit yang Contoh : pendidikan lama Sarjana (100 AK), pendidikan baru Pasca Sarjana (150 AK). Jadi AK yang dimasukkan adalah 150 AK 100 AK = 50 AK. 2) kredit yang diperoleh dari pendidikan formal dengan ijazah tidak sesuai dengan kompetensi jabatan fungsional kesehatan yang bersangkutan, dikategorikan ke dalam kegiatan dari unsur penunjang. kredit yang diberikan sesuai dengan angka kredit yang tercantum dalam unsur penunjang. Contoh : Jabfung Apoteker (S1, mengambil S2 Biostatistik, karena S2 tidak sesuai dengan kompetensi jabfung Apoteker, maka pendidikan S2 (Biostatistik) masuk dalam kegiatan penunjang dan mendapat AK 10. b. Penilaian Kredit dari Kegiatan Pelatihan : 1) kredit dari mengikuti kegiatan pelatihan kedinasan serta memperoleh Surat Tanda Tamat Pelatihan (STTPL) atau sertifikat dapat diberikan apabila pelatihan yang diikuti sesuai dengan kompetensi jabatan jabatan fungsional kesehatannya dan ditugaskan oleh Kepala/Pimpinan Unit Organisasi. 2) kredit dari kegiatan mengikuti pelatihan sesuai dengan kompetensi diberikan sesuai dengan jumlah jam pelajaran pelatihan yang tercantum dalam Peraturan Menpan. Contoh : seorang Jabfung Perawat mengikuti pelatihan Manajemen Keperawatan pada Pasien 27

15 c. Pelayanan/pekerjaan; d. Pengembangan profesi; e. Pengabdian masyarakat. Penjelasan : a. Penilaian Kredit dari kegiatan Pendidikan. Yang dimaksud pendidikan sekolah adalah pendidikan yang diakui atau diakreditasi oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Kesehatan, yaitu : Stata 3 (S-3)/Doktor diberikan angka kredit sebesar 200 (dua ratus); Dokter spesialis/dokter/apoteker/magister (S2) diberikan angka kredit sebesar 150 (seratus lima puluh); Sarjana (S-1)/D4 diberikan angka kredit sebesar 100 (seratus); Diploma III/Sarjana Muda diberikan angka kredit sebesar 60 (enam puluh); Diploma II diberikan angka kredit sebesar 40 (empat puluh); SLTA/Diploma I diberikan angka kredit sebesar 25 (dua puluh lima). 1) kredit yang diperoleh dari pendidikan formal dengan ijazah sesuai dengan kompetensi jabatan fungsional kesehatan yang bersangkutan, dikategorikan ke dalam kegiatan dari unsur utama. kredit yang diberikan adalah selisih antara angka kredit dari pendidikan yang baru dengan angka kredit dari pendidikan yang lama. sama untuk semua jabatan fungsional dalam bidang profesinya. Contoh : Jabfung Asisten Apoteker. Butir Kegiatan Karya tulis hasil tinjauan atau ulasan ilmiah hasil gagasan sendiri dalam bentuk : Buku yang diterbitkan dan diedarkan secara nasional. Bukti yang diperlukan Kredit Buku 8 Pelaksana Karya tulis yang disusun bersama, penulis utama mendapat angka kredit 60% dan penulis pembantu 40%. Jumlah penulis pembantu sebanyak-banyaknya 3 orang. Jadi bila penulis utama dengan 3 orang penulis pembantu, maka penulis utama mendapat 60% dan masingmasing penulis pembantu mendapat angka kredit = 40% : 3 dari jumlah angka kredit yang seharusnya. b. Unsur Penunjang kredit untuk unsur penunjang dalam setiap jabatan fungsional nilainya sama. Contoh : Jabfung Perekam Medik. Bukti yang Butir Kegiatan Pelaksana diperlukan Kredit Pengajar/pelatih di Surat Tugas 0,

16 12 bidang pelayanan rekam medis informasi kesehatan. Mengajar/melatih di bidang pelayanan rekam medis informasi kesehatan mengajar, Surat telah melaksanakan tugas. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penghitungan angka kredit adalah : 1. Setiap Tim Penilai jabatan fungsional kesehatan harus memahami unsur-unsur kegiatan yang dinilai dalam satuan angka kreditnya. 2. Untuk mempermudah penghitungan angka kredit setiap anggota tim penilai harus memiliki rincian butir kegiatan dan angka kreditnya dari jabfungkes yang akan dihitung angka kreditnya. 3. Dalam penghitungan angka kredit, semua berkas yang diperlukan HARUS TERLAMPIR. Ketentuan-ketentuan lain : Jumlah angka kredit kumulatif paling rendah yang harus dipenuhi oleh setiap Pegawai Negeri Sipil untuk dapat diangkat dalam jabatan dan kenaikan jabatan/pangkat Jabfungkes adalah : a. Paling rendah 80% (delapan puluh persen) angka kredit berasal dari unsur utama, tidak termasuk sub unsur pendidikan; dan b. Paling tinggi 20% (dua puluh persen) angka kredit berasal dari unsur penunjang. ditetapkan dalam PERMENPAN masing-masing jabfungkes. Langkah-langkah dalam melakukan penilaian : 1. Identifikasi unsur dan sub unsur serta butir-butir kegiatan yang diajukan angka kreditnya. 2. Lakukan pengecekan dari setiap unsur kegiatan dan kelengkapan dokumen yang diperlukan. 3. Lakukan penilaian terhadap angka kredit dari setiap butir kegiatan yang diajukan dengan menghitung ulang angka kredit dari butir-butir kegiatan yang diajukan. a. Apakah butir kegiatan yang diajukan sudah sesuai dengan tugas dan tanggung jawab dari jabfungkes bersangkutan. b. Apakah angka kredit dari butir-butir kegiatan sudah sesuai dengan mengacu pada Permenpan dari jabfungkes. c. Apakah perhitungan angka kredit sudah tepat dan benar. 4. Buat catatan mengenai hasil penilaian terhadap angka kredit dari setiap unsur dan sub unsur serta butir-butir kegiatan yang diajukan dengan justifikasinya sebagai dasar penilaian. Unsur dan sub unsur kegiatan Jabatan Fungsional Kesehatan yang dinilai angka kreditnya sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara masing-masing Jabatan Fungsional, meliputi : 1. Penilaian Kredit Unsur Utama. Kegiatan ini terdiri dari : a. Pendidikan; b. Pelatihan; 25

17 24 Kebudayaan tentang persamaan ijazah untuk ijazah yang diperoleh dari luar negeri. f) Memperoleh penghargaan/tanda jasa, dokumen yang diperlukan : SPMK penunjang; Fotokopi piagam penghargaan/tanda jasa yang disahkan oleh pejabat yang menangani kepegawaian. Hasil penilaian (verifikasi) terhadap dokumen ini perlu segera diberikan umpan baliknya kepada sekretariat tim penilai sehingga tim penilai dapat segera menyampaikan umpan balik tersebut kepada pejabat pengusul DUPAK. Melalui umpan balik ini kekurangan-kekurangan atau ketidaklengkapan dokumen yang dipersyaratkan dapat segera diatasi, sehingga tidak terjadi keterlambatan dalam proses pengajuan kenaikan jabatan atau pangkat. B. Penilaian terhadap Kredit Menilai angka kredit yang diajukan merupakan tugas utama dari tim penilai jabatan fungsional. Dalam melakukan penilaian ini diperlukan kecermatan, ketelitian, ketepatan dan kebenaran dalam menilai angka kredit dari setiap unsur kegiatan, karena hasil dari penilaian ini sangat mempengaruhi kelanjutan dari karier seorang pemangku jabfungkes. Tujuan penilaian terhadap angka kredit yang diusulkan ini untuk melihat adanya kesesuaian dari angka kredit dengan angka dengan kegiatan yang dilakukan pemangku jabfungkes mulai dari unsur utama sampai unsur penunjang dan sub unsurnya secara berurutan dengan nilai angka kredit dari butir kegiatan yang sudah Pejabat fungsional kesehatan yang memiliki angka kredit melebihi angka kredit yang disyaratkan untuk kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi, kelebihan angka kredit tersebut diperhitungkan untuk kenaikan pangkat berikutnya. Pejabat fungsional kesehatan pada tahun pertama telah memenuhi atau melebihi angka kredit yang dipersyaratkan untuk kenaikan pangkat dalam masa pangkat yang didudukinya, maka pada tahun kedua wajib mengumpulkan paling kurang 20% (dua puluh persen) angka kredit dari jumlah angka kredit yang dipersyaratkan untuk kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi yang berasal dari tugas pokok Pejabat fungsional kesehatan. Pejabat fungsional kesehatan Pertama, pangkat Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b yang akan naik jabatan dan pangkat menjadi Pejabat fungsional kesehatan Muda, pangkat Penata, golongan ruang III/c angka kredit yang disyaratkan harus terdapat 2 (dua) angka kredit dari unsur pengembangan profesi. Pejabat fungsional kesehatan Muda, pangkat Penata, golongan ruang III/c yang akan naik pangkat menjadi Penata Tingkat I, golongan ruang III/d angka kredit yang disyaratkan harus terdapat 4 (empat) angka kredit dari unsur pengembangan profesi. Pejabat fungsional kesehatan Muda, pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang III/d yang akan naik jabatan dan pangkat menjadi Pejabat fungsional kesehatan Madya, pangkat Pembina, golongan ruang IV/a angka kredit yang dipersyaratkan harus terdapat 6 (enam) angka kredit dari unsur pengembangan profesi. Pejabat fungsional kesehatan Madya, pangkat Pembina, golongan ruang IV/a yang akan naik pangkat menjadi Pembina Tingkat I, golongan ruang IV/b angka kredit yang 13

18 14 dipersyaratkan harus terdapat 8 (delapan) angka kredit dari unsur pengembangan profesi. Pejabat fungsional kesehatan Madya, pangkat Pembina Tingkat I, golongan ruang IV/b yang akan naik pangkat menjadi Pembina Utama Muda, golongan ruang IV/c angka kredit yang dipersyaratkan harus terdapat 10 (sepuluh) angka kredit dari unsur pengembangan profesi. Pejabat fungsional kesehatan Penyelia, pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang III/d, setiap tahun sejak menduduki pangkatnya wajib mengumpulkan paling kurang 10 (sepuluh) angka kredit dari tugas pokok. Pejabat fungsional kesehatan Madya, pangkat Pembina Utama Muda, golongan ruang IV/c, setiap tahun sejak menduduki pangkatnya wajib mengumpulkan paling kurang 20 (dua puluh) angka kredit dari kegiatan tugas pokok dan pengembangan profesi. Tim Penilai Jabatan fungsional : (1) Tim Penilai masing-masing jabatan fungsional terdiri dari unsur teknis yang membidangi masing-masing jabfung. (2) Susunan keanggotaan Tim Penilai jabatan fungsional, sebagai berikut: a. seorang Ketua merangkap anggota; b. seorang Wakil Ketua merangkap anggota; c. seorang Sekretaris merangkap anggota; dan d. paling kurang 4 (empat) orang anggota. (3) Susunan Anggota harus berjumlah ganjil. (4) Sekretaris harus berasal dari unsur kepegawaian. (5) Anggota, paling sedikit 2 (dua) orang dari pejabat fungsional kesehatan. (6) Anggota, apabila lebih dari 4 (empat) orang harus berjumlah genap. b) Peran serta dalam pertemuan ilmiah, dokumen yang harus ada : SPMK penunjang; Fotokopi sertifikat seminar, lokakarya, konferensi atau kongres; Fotokopi surat penugasan. c) Keanggotaan dalam organisasi profesi, dokumen yang harus ada : Fotokopi kartu anggota aktif; Surat Keputusan dari organisasi profesi, jika pejabat fungsional kesehatan yang bersangkutan merupakan pengurus organisasi profesi tersebut. d) Keanggotaan dalam Tim Penilai Kredit Jabatan Fungsional Kesehatan, dokumen yang harus ada : SPMK penunjang; Fotokopi SK Tim Penilai yang dilegalisir asli oleh pejabat kepegawaian. e) Memeroleh gelar kesarjanaan lainnya, dokumen yang harus ada : SPMK pendidikan; Fotokopi surat izin mengikuti pendidikan di luar kedinasan atau surat keputusan penugasan tugas belajar bagi yang tugas belajar; Fotokopi ijazah yang disahkan/dilegalisir oleh pejabat yang berwenang berdasarkan ketentuan pendidikan nasional; Fotokopi Surat Keputusan Dirjen Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan 23

19 c) Fotokopi dari STTPL/sertifikat yang disahkan oleh penyelenggara diklat atau pejabat pengelola kepegawaian. 3) Kegiatan pelayanan, dokumen yang harus ada : a) SPMK pelayanan/pekerjaan; b) Laporan harian yang disahkan oleh atasan langsungnya; c) Laporan bulanan yang disahkan oleh atasan langsungnya; d) Dokumen pendukung lainnya; e) Bukti fisik hasil kegiatan. 4) Pengembangan profesi, dokemen yang harus ada : a) SPMK pengembangan profesi; b) Buku/majalah/makalah asli guntingan media massa yang memuat tulisan tersebut atau fotokopinya yang disahkan oleh Kepala/Pimpinan organisasi; c) Surat keterangan dari pihak penyelenggara pertemuan untuk karya ilmiah/karya tulis yang disampaikan dalam pertemuan ilmiah. 5) Pengabdian masyarakat, dokumen yang harus ada : a) SPMK pengabdian masyarakat; b) Surat penugasan yang disahkan oleh pejabat yang berwenang menugaskan di lokasi pengabdian. 6) Kegiatan penunjang yang meliputi : a) Mengajar/melatih/membimbing pada diklat, dokumen yang harus ada : SPMK penunjang; Fotokopi surat dari penyelenggara yang disertai jadwal diklat; (7) Syarat untuk menjadi Anggota, harus: a. menduduki jabatan/pangkat paling rendah sama dengan jabatan/pangkat pejabat fungsional kesehatan yang dinilai; b. memiliki keahlian serta mampu untuk menilai prestasi kerja pejabat fungsional kesehatan; dan c. dapat secara aktif melakukan penilaian. (8) Apabila jumlah Anggota tidak dapat dipenuhi dari pejabat fungsional kesehatan, maka anggota Tim Penilai jabatan fungsional kesehatan dapat diangkat dari Pegawai Negeri Sipil lain yang memiliki kompetensi untuk menilai prestasi kerja pejabat fungsional kesehatan. Pejabat Yang Mengusulkan Penetapan Kredit Usul penetapan angka kredit pejabat fungsional kesehatan diajukan oleh: 1. Direktur RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kotawaringin Barat bagi Pejabat Fungsional Kesehatan Madya, pangkat Pembina, golongan ruang IV/a di lingkungan RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun; 2. Kepala Subbagian Umum, Kepegawaian dan Perlengkapan kepada Direktur RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun untuk angka kredit Pejabat Fungsional Kesehatan Pelaksana, pangkat Pengatur, golongan ruang II/c sampai dengan Pejabat Fungsional Kesehatan Penyelia, pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang III/d dan Pejabat Fungsional Kesehatan Pertama, pangkat Penata Muda, golongan ruang III/a sampai dengan Pejabat Fungsional Kesehatan Muda, pangkat Penata Tingkat I, golongan 22 15

20 ruang III/d di lingkungan RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun. Pejabat Yang Berwenang Menetapkan Kredit 1. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kotawaringin Barat bagi Pejabat fungsional kesehatan Madya, pangkat Pembina, golongan ruang IV/a di lingkungan RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun; dan 2. Direktur RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun bagi Pejabat fungsional kesehatan Pelaksana, pangkat Pengatur, golongan ruang II/c sampai dengan Pejabat fungsional kesehatan Penyelia, pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang III/d dan Pejabat fungsional kesehatan Pertama, pangkat Penata Muda, golongan ruang III/a sampai dengan Pejabat fungsional kesehatan Muda, pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang III/d di lingkungan RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun. Langkah-langkah dalam penilaian DUPAK: 1. Amati DUPAK yang sudah diisi mulai dari identitas pemangku jabfungkes, unit kerja, periode pengajuan, tanggal pengajuan serta tanda tangan atasan langsung yang mensahkan. 2. Perhatikan lampiran-lampiran yang menyertai DUPAK sebagai persyaratan penting dalam memberikan penilaian seperti : a. Lampiran DUPAK terkait administrasi : 1) SK Pengangkatan pertama sebagai pemangku jabfungkes untuk tenaga fungsional yang baru mengajukan DUPAK kenaikan jabatan atau pangkat. 2) SK jabatan atau pangkat terakhir. b. Lampiran berkas terkait dengan penetapan angka kredit sebagai BUKTI FISIK yang meliputi : 1) Pendidikan, dokumen yang harus ada : a) SPMK pendidikan; b) Fotokopi surat izin mengikuti pendidikan di luar kedinasan atau surat keputusan penugasan bagi yang tugas belajar; c) Fotokopi ijazah yang disahkan/dilegalisir oleh pejabat yang berwenang berdasarkan ketentuan pendidikan nasional; d) Fotokopi surat keputusan Dirjen Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tentang persamaan ijazah untuk ijazah yang diperoleh dari luar negeri. 2) Pelatihan, dokumen yang harus ada : a) SPMK pelatihan; b) Fotokopi surat tugas; 16 21

21 20 PENILAIAN DUPAK JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN Tugas utama tim penilai adalah melakukan penilaian atau pengkajian (verifikasi) terhadap DUPAK yang diajukan oleh pemangku jabatan fungsional kesehatan (Jabfungkes). Penilaian DUPAK selayaknya dilakukan 2 (dua) kali dalam setahun yaitu periode Semester Pertama (Januari Juni) dan Semester Kedua (Juli Desember). Penilaian terhadap DUPAK dan angka kredit ini sangat penting, karena dengan demikian dapat diketahui berapa angka kredit yang dapat mereka kumpulkan dan apa tindaklanjutnya. Sebagaimana diketahui bahwa prestasi seorang pemangku jabfungkes sangat ditentukan oleh nilai kumulatif angka kredit yang dapat dikumpulkan dalam periode tertentu dan kelengkapan berkas yang diperlukan sebagai bukti fisik atas kegiatan yang telah dilakukan. Dalam penilaian DUPAK ini ada 2 (dua) pokok kegiatan yaitu penilaian terhadap kelengkapan berkas dan penilaian terhadap ketepatan angka kredit yang diajukan. A. Penilaian terhadap Berkas DUPAK Penilaian terhadap daftar usulan penetapan angka kredit merupakan langkah awal dari tugas tim penilai, oleh karena itu seorang anggota tim peniulai harus mampu menguasai apa yang dinilai, syarat-syarat atau kelengkapan berkas yang harus dipenuhi agar dapat dinilai dan tidak kalah pentingnya adalah kriteria dari tim tersebut yaitu JUJUR, ADIL, KONSISTEN, TELITI, SABAR dan lain-lain. A. Pengertian MEKANISME PENGAJUAN DUPAK Tata cara pengajuan DUPAK adalah teknik/cara mengajukan angka kredit yang telah disusun dalam bentuk DUPAK yang telah dilakukan oleh pemangku jabatan fungsional kesehatan tertentu. Kenaikan jabatan fungsional sangat ditentukan oleh seberapa banyak jumlah kumulatif angka kredit yang berhasil dikumpulkan. Pengumpulan angka kredit yang dilakukan setiap hari dituliskan dalam format laporan harian, bulanan dan semesteran. B. Langkah-langkah Pengisian Form DUPAK 1. Pengisian Laporan Harian. Kegiatan pemangku jabatan fungsional yang dilakukan setiap hari mencakup seluruh unsur utama dan penunjang dimasukkan dalam format, pada akhir bulan jumlah kegiatan dijumlahkan secara kumulatif dan dihitung angka kreditnya. 2. Pengisian Laporan Bulanan. Laporan harian yang sudah dijumlahkan dalam 1 (satu) bulan, dipindahkan ke dalam laporan bulanan. 3. Pengisian Laporan 6 Bulan (semester). Laporan semesteran dilakukan setiap 6 (enam) bulan, periode Januari-Desember. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengajuan DUPAK adalah : 17

22 1. Telah memenuhi jumlah angka kredit yang disyaratkan untuk kenaikan jabatan/pangkat setingkat lebih tinggi. 2. Diterima sesuai jadwal yang ditetapkan, selambatlambatnya 3 (tiga) bulan sebelum periode kenaikan pangkat. Kenaikan pangkat periode April, angka kreditnya ditetapkan selambat-lambatnya pada Bulan Januari tahun yang bersangkutan, sedangkan kenaikan pangkat periode Oktober, angka kreditnya ditetapkan selambat-lambatnya pada Bulan Juli. 3. Dilengkapi BUKTI FISIK antara lain : fotokopi ijazah, STTPL, Surat Pernyataan Melakukan Pelayanan, Pengabdian Masyarakat/Pengembangan Profisi/Penyuluhan Kesmas dan Kegiatan Penunjang. 4. DUPAK yang lengkap dan ditandatangani oleh pejabat pengusul selanjutnya diserahkan kepada Ketua Tim Penilai yang akan membagi tugas kepada anggota tim. C. Mekanisme Pengajuan DUPAK Atasan Langsung/ Pejabat Fungsional Mekanisme Penilaian Kredit & SK Jabfung yang Pejabat Berwenang Menetapkan Kredit-nya di RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun Pejabat Pengusul Direktur RSUD Sekretariat Tim Penilai RSUD TIM PENILAI Langkah-langkah : 1. DUPAK diusulkan oleh Pejabat Pengusul (Kasubbag UKP RSUD) ke Sekretariat Tim Penilai RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun selambat-lambatnya tanggal 10 Bulan Februari/Agustus. 2. Sekretariat Tim Penilai RSUD melakukan verifikasi untuk mengecek kelengkapan dokumen dan melakukan persiapan Sidang Tim Penilai selambat-lambatnya tanggal 20 Bulan Februari/Agustus. 3. Tim Penilai RSUD menyelesaikan Penilaian PAK selambatlambatnya akhir Bulan Februari/Agustus. 4. Sekretariat Tim Penilai RSUD menyelesaikan SK PAK dan mengusulkan pembuatan SK Jabatan Fungsional ke Badan Kepegawaian Kabupaten Kotawaringin Barat selambatlambatnya tanggal 10 Bulan Maret/September. 5. Badan Kepegawaian Kabupaten Kotawaringin Barat menyelesaikan SK Jabatan Fungsional yang telah ditandatangani oleh Pejabat yang berwenang selambatlambatnya tanggal 20 Bulan Maret/September. 6. Usul Kenaikan Pangkat ke Badan Kepegawaian Kabupaten Kotawaringin Barat selambat-lambatnya akhir Maret/September. 7. Apabila DUPAK yang masuk ke Sekretariat Tim Penilai RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun telah melampaui tanggal 20 Februari/Agustus, maka DUPAK akan diproses untuk periode berikutnya. Yang Terkait Badan Kepegawaian Kab. Ktw. Barat 18 19

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.287, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPAN RB. Analis Keimigrasian. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.47, 2012 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Jabatan Fungsional. Pengendali. Dampak Lingkungan. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 1 TAHUN

Lebih terperinci

2 Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (L

2 Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (L No.287, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPAN RB. Analis Keimigrasian. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

V. ARSIPARIS A. DASAR HUKUM

V. ARSIPARIS A. DASAR HUKUM V. ARSIPARIS A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 entang Pokok-pokok Kepegawaian; 2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun

Lebih terperinci

2 Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Peraturan

2 Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Peraturan No.409, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPAN RB. Polisi Pamong Praja. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.288, 2014 KEMENPAN RB. Pemeriksa Keimigrasian. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

B. PENGERTIAN-PENGERTIAN

B. PENGERTIAN-PENGERTIAN VII. DOKTER A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian; 2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun

Lebih terperinci

2014, No Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (Lemb

2014, No Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (Lemb BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.288, 2014 KEMENPAN RB. Pemeriksa Keimigrasian. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

IV. ANALIS KEPEGAWAIAN

IV. ANALIS KEPEGAWAIAN IV. ANALIS KEPEGAWAIAN A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian; 2. Peraturan Pemerintah Nomor

Lebih terperinci

IX. PENGENDALI DAMPAK LINGKUNGAN

IX. PENGENDALI DAMPAK LINGKUNGAN IX. PENGENDALI DAMPAK LINGKUNGAN A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian; 2. Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

III. PENGAWAS BENIH IKAN

III. PENGAWAS BENIH IKAN III. PENGAWAS BENIH IKAN A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian; 2. Undang-Undang Nomor 31

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 89 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 89 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 89 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS JABATAN FUNGSIONAL PERANCANG PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

XV. PRANATA KOMPUTER

XV. PRANATA KOMPUTER XV. PRANATA KOMPUTER K. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999. 2. Peraturan Pemerintah Nomor

Lebih terperinci

II. PENGENDALI HAMA DAN PENYAKIT IKAN

II. PENGENDALI HAMA DAN PENYAKIT IKAN II. PENGENDALI HAMA DAN PENYAKIT IKAN A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian; 2. Undang-Undang

Lebih terperinci

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA BUKITTINGGI NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BUKITTINGGI, Menimbang

Lebih terperinci

XXI. PRANATA HUMAS A. DASAR HUKUM

XXI. PRANATA HUMAS A. DASAR HUKUM XXI. PRANATA HUMAS A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999; 2. Peraturan Pemerintah Nomor 4

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1797, 2014 KEMENPAN RB. Pranata Laboratorium Kemetrelogian. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ARSIPARIS WALIKOTA SURABAYA,

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ARSIPARIS WALIKOTA SURABAYA, SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ARSIPARIS WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menjamin pembinaan profesi, karir, kepangkatan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.138, 2015 PERATURAN BERSAMA. Jabatan Fungsional Perawat. Angka Kredit. Petunjuk Pelaksanaan. PERATURAN BERSAMA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA DAN KEPALA BADAN

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2000 tentang Formasi Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 194, Tambaha

Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2000 tentang Formasi Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 194, Tambaha - 1 - PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL POLISI PAMONG PRAJA DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KEBIJAKAN DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN

Lebih terperinci

XIX. PEREKAYASA A. DASAR HUKUM

XIX. PEREKAYASA A. DASAR HUKUM XIX. PEREKAYASA A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999; 2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002

Lebih terperinci

TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGHULU DAN ANGKA KREDITNYA MENTERI AGAMA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA,

TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGHULU DAN ANGKA KREDITNYA MENTERI AGAMA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA, PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 20 TAHUN 2005 NOMOR : 14A TAHUN 2005 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGHULU DAN ANGKA KREDITNYA MENTERI AGAMA

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 02/V/PB/2010 NOMOR 13 TAHUN 2010

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 02/V/PB/2010 NOMOR 13 TAHUN 2010 SALINAN PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 02/V/PB/2010 NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PRANATA LABORATORIUM PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1307, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI. Pemeriksa Merk. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR

Lebih terperinci

Keputusan Presiden Nomor 59/P Tahun 2011; MEMUTUSKAN:

Keputusan Presiden Nomor 59/P Tahun 2011; MEMUTUSKAN: - 1 - PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KEIMIGRASIAN DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 03/V/PB/2010 NOMOR : 14 TAHUN 2010

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 03/V/PB/2010 NOMOR : 14 TAHUN 2010 PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 03/V/PB/2010 NOMOR : 14 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN

Lebih terperinci

XXII. STATISTISI A. DASAR HUKUM

XXII. STATISTISI A. DASAR HUKUM XXII. STATISTISI A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999; 2. Undang-Undang Nomor 16 tahun 1997

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG JABATAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.458, 2015 PERATURAN BERSAMA. Penera. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. Ketentuan Pelaksanaan. PERATURAN BERSAMA MENTERI PERDAGANGAN DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokokpokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokokpokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor PERATURAN BERSAMA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 19/PER/M.KOMINFO/8/2006 NOMOR : 18 A TAHUN 2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PRANATA

Lebih terperinci

I. PENGAWAS PERIKANAN

I. PENGAWAS PERIKANAN I. PENGAWAS PERIKANAN A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian; 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun

Lebih terperinci

VI. PUSTAKAWAN A. DASAR HUKUM

VI. PUSTAKAWAN A. DASAR HUKUM VI. PUSTAKAWAN A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian; 2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun

Lebih terperinci

2015, No Indonesia Tahun 1975 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3058); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1980 tent

2015, No Indonesia Tahun 1975 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3058); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1980 tent BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.505, 2015 KEMENHUB. Jabatan Fungsional. Perencana. Petunjuk Pelaksanaan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 58 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

Lebih terperinci

1. Pengangkatan Pertama

1. Pengangkatan Pertama LAMPIRAN : PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : TANGGAL : URAIAN PETUNJUK TEKNIS JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS PEMERINTAHAN I. JABATAN FUNGSIONAL DAN ANGKA KREDITNYA A. Pembinaan Karier 1. Pengangkatan

Lebih terperinci

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA SALINAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

XVI. AUDITOR A. DASAR HUKUM

XVI. AUDITOR A. DASAR HUKUM XVI. AUDITOR A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 32

Lebih terperinci

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PEMERIKSA

Lebih terperinci

XXIII. PERENCANA A. DASAR HUKUM

XXIII. PERENCANA A. DASAR HUKUM XXIII. PERENCANA A. DASAR HUKUM 1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999; 2) Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun

Lebih terperinci

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PEMERIKSA PADA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 39 TAHUN 2014 NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN BERSAMA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 39 TAHUN 2014 NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN PERATURAN BERSAMA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 39 TAHUN 2014 NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA MENTERI SEKRETARIS NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 1 TAHUN 2007 NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN BERSAMA MENTERI SEKRETARIS NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 1 TAHUN 2007 NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PERATURAN BERSAMA MENTERI SEKRETARIS NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 1 TAHUN 2007 NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENERJEMAH DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA, TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA, TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN BERSAMA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : PB. 01/MEN/2009 NOMOR : 14 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.265, 2015 PERATURAN BERSAMA. Polisi Pamong Praja. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN BERSAMA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA, PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: PER/2/M.PAN/3/2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENGEMBANG TEKNOLOGI PEMBELAJARAN DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. Widyaiswara.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. Widyaiswara. No.31, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. Widyaiswara. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR 01 TAHUN 2009 TENTANG PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA MENTERI PNDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG JABATAN

Lebih terperinci

-4- MEMUTUSKAN: Pasal 1

-4- MEMUTUSKAN: Pasal 1 -2-3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 4. Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

Setyanta Nugraha Ketua Tim Penyusun Jabatan Fungsional Analis APBN Sekretariat Jenderal DPR RI

Setyanta Nugraha Ketua Tim Penyusun Jabatan Fungsional Analis APBN Sekretariat Jenderal DPR RI Setyanta Nugraha Ketua Tim Penyusun Jabatan Fungsional Analis APBN Sekretariat Jenderal DPR RI 2006 Kajian pembentukan jabatan fungsional di Setjen DPR RI: Wiyakarsa/Analis Kebijakan Parlemen/Analis Anggaran

Lebih terperinci

XVII. PERANCANG PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

XVII. PERANCANG PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN XVII. PERANCANG PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999. 2.

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA MENTERI PERTANIAN DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 54/Permentan/OT.210/11/2008 NOMOR 23 A TAHUN 2008

PERATURAN BERSAMA MENTERI PERTANIAN DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 54/Permentan/OT.210/11/2008 NOMOR 23 A TAHUN 2008 PERATURAN BERSAMA MENTERI PERTANIAN DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 54/Permentan/OT.210/11/2008 NOMOR 23 A TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN DAN ANGKA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 003/KS/2003 NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 003/KS/2003 NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 003/KS/2003 NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL STATISTISI DAN ANGKA KREDITNYA KEPALA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.697, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI. Statistisi. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG JABATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Umum

BAB I PENDAHULUAN Umum LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENILAIAN ANGKA KREDIT JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS RADIASI BAB I PENDAHULUAN A. Umum Jabatan Fungsional

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: PER/220/M.PAN/7/2008 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DAN ANGKA KREDITNYA

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: PER/220/M.PAN/7/2008 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DAN ANGKA KREDITNYA PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: PER/220/M.PAN/7/2008 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DAN ANGKA KREDITNYA KEMENTERIAN NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA -1- PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGANGKATAN, KENAIKAN JABATAN/PANGKAT, PEMBEBASAN SEMENTARA, PENURUNAN JABATAN, PENGANGKATAN

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 1 TAHUN 2010 NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN BERSAMA KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 1 TAHUN 2010 NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN BERSAMA KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 1 TAHUN 2010 NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA

Lebih terperinci

Internalisasi Rancangan Peraturan Menteri PAN dan RB

Internalisasi Rancangan Peraturan Menteri PAN dan RB Internalisasi Rancangan Peraturan Menteri PAN dan RB Sekretariat Jenderal DPR RI 15 April 2014 Setyanta Nugraha Karo Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN 10/22/2013 Karo Analisa APBN 1 PERATURAN MENTERI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI, PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENILIK DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN NOMOR 01/III/PB/2011 NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN NOMOR 01/III/PB/2011 NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 01/III/PB/2011 NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS SEKOLAH DAN ANGKA KREDITNYA

Lebih terperinci

16. Keputusan Presiden Nomor 59/P Tahun 2011;

16. Keputusan Presiden Nomor 59/P Tahun 2011; PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL STATISTISI DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Prof. dr Ali Ghufron Mukti., MSc., PhD NIP

Prof. dr Ali Ghufron Mukti., MSc., PhD NIP KATA SAMBUTAN Jabatan Fungsional Pranata Laboratorium Pendidikan ditetapkan dalam rangka pengembangan karier dan peningkatan profesionalisme Pegawai Negeri Sipil yang melaksanakan pengelolaan laboratorium

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 002/BPS-SKB/II/2004 NOMOR : 04 TAHUN 2004 TENTANG

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 002/BPS-SKB/II/2004 NOMOR : 04 TAHUN 2004 TENTANG KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 002/BPS-SKB/II/2004 NOMOR : 04 TAHUN 2004 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PRANATA KOMPUTER DAN

Lebih terperinci

JABATAN FUNGSIONAL PENATA RUANG DAN ANGKA KREDITNYA

JABATAN FUNGSIONAL PENATA RUANG DAN ANGKA KREDITNYA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : PER/10/M.PAN/2007 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENATA RUANG DAN ANGKA KREDITNYA PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 14 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 14 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 14 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR

Lebih terperinci

2015, No Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: 16/KEP/M.PAN/3/2001 tentang Jabatan Fungsional Perencana dan Angka K

2015, No Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: 16/KEP/M.PAN/3/2001 tentang Jabatan Fungsional Perencana dan Angka K No.2087, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Jabatan Fungsional. Perencana. Angka Kredit. PNS. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2015 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PERENCANA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : PER/ 66 /M.PAN/6/2005 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : PER/ 66 /M.PAN/6/2005 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : PER/ 66 /M.PAN/6/2005 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR

Lebih terperinci

2015, No Mengingat : c. bahwa penyesuaian substansi peraturan sebagaimana dimaksud pada huruf b ditetapkan dengan Peraturan Kepala Lembaga Admi

2015, No Mengingat : c. bahwa penyesuaian substansi peraturan sebagaimana dimaksud pada huruf b ditetapkan dengan Peraturan Kepala Lembaga Admi No.1115, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA LAN. Widyaiswara. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. Penilaian. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 47 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DI DAERAH DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

XII. PENGAWAS SEKOLAH

XII. PENGAWAS SEKOLAH XII. PENGAWAS SEKOLAH A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999. 2. Undang-Undang Nomor 20

Lebih terperinci

- 1 - MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

- 1 - MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA - 1 - SALINAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014

Lebih terperinci

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 66/KEP/M.PAN/7/2003

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 66/KEP/M.PAN/7/2003 MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 66/KEP/M.PAN/7/2003 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PRANATA KOMPUTER DAN ANGKA KREDITNYA MENTERI

Lebih terperinci

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA, - 1 - PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG TATA KERJA TIM PENILAI DAN TATA CARA PENILAIAN ANGKA KREDIT JABATAN FUNGSIONAL PRANATA HUBUNGAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1096, 2013 KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN DAN APARATUR NEGARA. Penyuluh Kehutanan. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI

Lebih terperinci

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR: 15 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PAMONG BELAJAR DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 17 TAHUN 2010

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 17 TAHUN 2010 MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1 No.84,2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. PNS. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. Instruktur. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL INSTRUKTUR

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR: 21 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR: 21 TAHUN 2010 TENTANG MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR: 21 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN

Lebih terperinci

2014, No

2014, No 2014, No.889 6 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 143 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENGANGKATAN, KENAIKAN JABATAN/PANGKAT, PEMBEBASAN SEMENTARA, PENGANGKATAN KEMBALI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.410, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPAN RB. Rescuer. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU GUBERNUR KEPULAUAN RIAU PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN RIAU NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPULAUAN

Lebih terperinci

XX. TEKNISI LITKAYASA

XX. TEKNISI LITKAYASA XX. TEKNISI LITKAYASA A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999; 2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun

Lebih terperinci

2017, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fu

2017, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fu BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.201, 2017 KEMENPAN-RB. Jabatan Fungsional. Asisten Penguji Perangkat Telekomunikasi. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK

Lebih terperinci

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 26B /PER/M. KOMINFO/7/2008 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGANGKATAN, KENAIKAN JABATAN/PANGKAT, PEMBEBASAN

Lebih terperinci

PEDOMAN PENETAPAN ANGKA KREDIT DAN KENAIKAN JABATAN/PANGKAT PENGAWAS MADRASAH

PEDOMAN PENETAPAN ANGKA KREDIT DAN KENAIKAN JABATAN/PANGKAT PENGAWAS MADRASAH PEDOMAN PENETAPAN ANGKA KREDIT DAN KENAIKAN JABATAN/PANGKAT PENGAWAS MADRASAH Oleh : Team Penyusun KEMENTERIAN AGAMA RI DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM DIREKTORAT PENDIDIKAN MADRASAH JAKARTA 2014

Lebih terperinci

X. GURU A. Dasar Hukum

X. GURU A. Dasar Hukum X. GURU A. Dasar Hukum 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999. 2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Lebih terperinci

2015, No.75 2 Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 tentang Jabatan Fungsional Penguji Keselamatan dan Kesehatan Kerja

2015, No.75 2 Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 tentang Jabatan Fungsional Penguji Keselamatan dan Kesehatan Kerja No.75, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BERSAMA. Jabatan Fungsional Penguji Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Angka Kredit. Ketentuan Pelaksanaan. PERATURAN BERSAMA MENTERI KETENAGAKERJAAN

Lebih terperinci

2017, No Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Nege

2017, No Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Nege No.439, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Inpassing. Jabatan Fungsional Auditor. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI

Lebih terperinci

2 Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419); 3. Undang-Undang Nomo

2 Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419); 3. Undang-Undang Nomo BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1227, 2014 KEMENHUT. Polisi Kehutanan. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor P. 54/Menhut-II/2014

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1926, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Jabatan Fungsional. Perancang Peraturan Perundang-undangan. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 89 TAHUN

Lebih terperinci

XIII. INSTRUKTUR A. DASAR HUKUM

XIII. INSTRUKTUR A. DASAR HUKUM XIII. INSTRUKTUR A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999. 2. Peraturan Pemerintah Nomor

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor

2 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.111, 2014 KEMENHUT. Polisi Kehutanan. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.9/Menhut-II/2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS

Lebih terperinci

2016, No Birokrasi Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Fungsional Pranata Nuklir dan Angka Kreditnya; Mengingat : 1. Undang-

2016, No Birokrasi Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Fungsional Pranata Nuklir dan Angka Kreditnya; Mengingat : 1. Undang- BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2042, 2016 KEMENPAN-RB. Jabatan Fungsional. Nuklir. Perubahan. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN

Lebih terperinci

BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG TATA KERJA DAN PENILAIAN ANGKA KREDIT JABATAN FUNGSIONAL PEMERIKSA PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA TENTANG

PERATURAN KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA TENTANG PERATURAN KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG TATA KERJA TIM PENILAI DAN TATA CARA PENILAIAN ANGKA KREDIT JABATAN FUNGSIONAL PENGELOLA PENGADAAN BARANG/JASA

Lebih terperinci

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA BUKITTINGGI NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN JABATAN FUNGSIONAL PENGELOLA PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BUKITTINGGI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: PER/11/M.PAN/5/2008 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PSIKOLOG KLINIS DAN ANGKA KREDITNYA

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: PER/11/M.PAN/5/2008 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PSIKOLOG KLINIS DAN ANGKA KREDITNYA PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: PER/11/M.PAN/5/2008 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PSIKOLOG KLINIS DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN

Lebih terperinci