VARIANS ANGGARAN DAN REALISASI ANGGARAN BELANJA PADA PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN BONE BOLANGO. Febriyanti Kadir

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VARIANS ANGGARAN DAN REALISASI ANGGARAN BELANJA PADA PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN BONE BOLANGO. Febriyanti Kadir"

Transkripsi

1 VARIANS ANGGARAN DAN REALISASI ANGGARAN BELANJA PADA PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN BONE BOLANGO (studi kasus pada DPPKAD Kabupaten Bone Bolango) Febriyanti Kadir Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis ABSTRAK Penelitian ini didasarkan pada rumusan masalah yaitu seberapa besar terjadinya selisih antara anggaran dan realisasi anggaran belanja pada Pemerintahan Daerah di Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Bone Bolango. Adapun yang menjadi tujuan penelitian untuk mengetahui varians anggaran dan realisasi anggaran belanja pada Pemerintahan Daerah di Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Bone Bolango. Penelitian ini menggunakan prosedur pengumpulan data dalam bentuk dokumen Laporan Realisasi Pemerintah Kabupaten Bone Bolango Tahun 2010, 2011 dan Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis varians, analisis trend dan uji t- hitung one sample. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat selisih antara anggaran dan realisasi anggaran belanja Pemerintah Daerah di DPPKAD Kabupaten Bone Bolango. Hal ini dibuktikan dengan adanya besarnya selisih antara anggaran dan realisasi anggaran belanja pada Pemerintahan Daerah di Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Bone Bolango dapat dilihat dari analisis varians yang selisih anggaranya tahun 2010 sebesar 6,06%, tahun 2011 sebesar 8,78% dan tahun 2012 sebesar 7,45% sedangkan menggunakan analisis trend yaitu grafik menunjukan ketidaksesuaian antara anggaran dan realisasi serta menggunakan uji t-hitung one sample terlihat penyimpangan pada anggaran dan realisasi belanja tidak terduga yaitu nilai t-hitung hanya sebesar sedangkan standar nilai t-hitung sebesar Kata Kunci: varians anggaran dan realisasi anggaran belanja pemerintah daerah. PENDAHULIAN Latar Belakang Masalah Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 yang disempurnakan dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 yang telah disempurnakan dengan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah membawa perubahan yang fundamental dalam hubungan tata pemerintahan dan hubungan keuangan, sekaligus membawa perubahan penting dalam pengelolaan keuangan daerah, khususnya masalah anggaran (Darise,2008). Diberlakukan dan dikeluarkannya perundang-undangan dan produk hukum ini dalam upaya untuk menciptakan sistem pengelolaan anggaran yang mampu memenuhi berbagai tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Mengingat kelancaran penyelenggaraan tugas pemerintah daerah yang sangat tergantung pada kemampuan aparatur

2 pemerintah daerah. Bone Bolango tahun merupakan penjabaran dari visi dan misi Bupati dan Wakil Bupati terpilih hasil Pemilihan Kepala Daerah Tahun 2010 yang dituangkan dalam strategi pembangunan daerah berupa kebijakan dan program pembangunan, kerangka pendanaan pembangunan serta kaidah pelaksanaannya. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset merupakan unsur pelaksana otonomi daerah yang dipimpin oleh seorang Kepala yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. Dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran, berikut ini tabel Laporan Realisasi Belanja. No Uraian Tabel 1 Laporan Realisasi Belanja Tahun 2010 (Rp) Realisasi anggaran (Rp) Persentase (%) Belanja tidak langsung 1 Belanja Pegawai , ,00 99,16 2 Belanja Hibah , ,00 96,12 3 Belanja Bantuan Sosial , ,00 92,02 4 Belanja Bantuan keu, , , Belanja tidak terduga , , Jumlah , ,00 Belanja langsung 1 Belanja pegawai , ,00 92,12 2 Belanja barang dan jasa , ,00 96,44 3 Belanja Modal , ,00 73,57 Jumlah , ,00 Jumlah belanja , ,00

3 Tabel 2 Laporan Realisasi Belanja Tahun 2011 No Uraian (Rp) Realisasi anggaran (Rp) Belanja tidak langsung 1 Belanja Pegawai , ,00 2 Belanja Hibah , ,00 3 Belanja Bantuan Sosial , ,00 4 Belanja Bantuan keu, , , Belanja Tidak Terduga , ,00 Jumlah , ,00 Belanja langsung 1 Belanja pegawai , ,00 2 Belanja barang dan jasa , ,00 3 Belanja Modal , ,00 Jumlah , ,00 Jumlah belanja , ,00 Persentase (%) Tabel 3 Laporan Realisasi Belanja Tahun 2012 No Uraian (Rp) Realisasi anggaran (Rp) Belanja tidak langsung 1 Belanja Pegawai , ,00 2 Belanja Hibah , ,00 3 Belanja Bantuan Sosial , ,00 4 Belanja Bantuan keu, , ,00 5 Belanja Tidak Terduga , ,00 Jumlah , ,00 Belanja langsung 1 Belanja pegawai , ,00 2 Belanja barang dan jasa , ,00 3 Belanja Modal , ,00 Jumlah , ,00 Jumlah belanja , ,00 Persentase (%) Berdasarkan analisis Varians secara umum anggaran belanja Kabupaten Bone Bolango pada tahun 2010 tidak sesuai dengan realisasi anggara. Pada pos belanja tidak langsung memiliki anggaran sebesar Rp ,00 dan yang realisasi sebesar Rp ,00. Dengan persentase realisasi 98,71% dan pada pos belanja langsung anggaran sebesar Rp ,00 dan terealisasi sebesar Rp ,00 dengan persentase 84,16%.

4 Tahun 2011 pada pos belanja tidak langsung sebesar Rp ,00 dan yang terealisasi hanya sebesar Rp ,00 selisih dengan persentase 97,09% dan pada pos belanja langsung anggaran sebesar Rp ,61 dan terealisasi sebesar Rp ,00 dengan persentase 98,70%. Sedangkan pada tahun 2012 pos belanja tidak langsung sebesar Rp ,12 dan yang terealisasi hanya sebesar Rp ,00 dengan persentase 98,24% dan pada pos belanja langsung anggaran sebesar Rp ,15 dan terealisasi sebesar Rp ,00 dengan persentase 88,45%. Terjadinya selisih antara anggaran dan realisasi anggaran pada tahun 2010, 2011, 2012 dari kedua pos belanja di atas yang terbagi atas beberapa pos belanja yaitu di sebabkan oleh permasalahan yang timbul seperti ketidak konsistenan dengan berbagai perencanaan yang telah direncanakan dalam hal ini apa yang sudah menjadi rencana kerja tidak berjalan sesuai yang direncanakan, ketidak sesuaian belanja yang dianggarkan dengan harga yang dibutuhkan dalam hal ini pada pos belanja modal. Mengacu kepada uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengangkat kedalam penelitian yang berjudul Varians Dan Realisasi Belanja Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Bone Bolango (studi kasus pada DPPKAD Kabupaten Bone Bolango). Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah seberapa besar varians anggaran dan realisasi anggaran belanja pada Pemerintahan Daerah di Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Bone Bolango.? Tinjauan Pustaka Pengertian Menurut Mardiasmo (2009 : 61) merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial, sedangkan penganggaran adalah proses atau metode untuk mempersiapkan suatu anggaran. Fungsi Menurut Mardiasmo (2004: 181) Salah satu fungsi anggaran adalah sebagai alat untuk mengukur efisiensi dan efektivitas suatau organisasi yang menunjukan hubungan input dan output. Input dalam anggaran dinyatakan dala bentuk pengeluaran atau belanja yang menunjukan batas maksimum jumlah uang yang diperkenankan untuk dikeluarkan pada setiap tingkat kegiatan yang akan dilaksanakan. Output dinytakan dalam bentuk penerimaan

5 atau pendapatan menunjukan jumlah uang yang akan peroleh dari estimasi hasil minimal yang secara rasional dapat dipercaya. Disamping itu anggaran daerah mempunyai peran penting dalam sistem keuangan daerah. Peran anggaran daerah dapat dilihat berdasarkan fungsi. Tujuan dan Manfaat Menurut Siregar (2003) dalam Lastowo (2010: 11) Fungsi pokok manajemen adalah perencanaan, koordinasi, dan pengawasan. Semakin terbatasnya sumber-sumberekonomi yang dimiliki oleh perusahaan dan semakin kompleksmasalah perusahaan, memaksa manajer untuk menggunakan sumber-sumbertersebut secara bijaksana, terarah dan terkendalikan dengan efektifdan efisien Varians Menurut Lastowo (2010: 18) Varians adalah perbedaan antara standar dengan yang sesungguhnya. Varians ini dapat digunakan manajemen untuk mengukur prestasi, memperbaiki efisiensi, dan memberi perlakuan tertentu terhadapfungsi yang bertanggung jawab. Varians yang terjadi dapat berupa variansmenguntungkan (favorable variances) atau varians tidak menguntungkan (unfavorable variances). Analisis ini dilakukandengan cara membandingkan antara anggaran dengan realisasi. Perbedaanantara angka anggaran dengan realisasi ini disebut ketidaksesuaian atauvarians. Apabila kita menganggap bahwa anggaran ataupun standar sudahbenar maka secara prinsip kita harus mengusahakan agar realisasi harussama dengan anggaran. Laporan Realisasi Menurut Darise (2008:95) Laporan realisasi anggaran menggarmbarkan perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam satu periode pelaporan. Tujuan laporan realisasi anggaran adalah memberikan informasi tentang realisasi dan anggaran entitas laporan secara tersanding. Penyandingan antara anggaran dan realisasinya menunjukan tingkat ketercapaian target-target yang telah disepakati antara legislatif dan eksekutif sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Laporan realisasi anggaran disajikan sedemikian rupa sehingga menonjolkan berbagai unsur pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisit, dan pembiayaan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar. Pengertian Belanja Menurut Darise (2008: 99) Belanja diakui terjadi pada saat terjadinya pengeluaran dari rekening kas umum Negara/Daerah. Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran pengakuannya terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh unit yang mempunyai funggsi perbendaharaan. Pengakuan belanja yang dilakukan oleh

6 bendahara pengeluaran. Dalam hal badan layanan umum, belanja diakui dengan mengacu pada peraturan perundang yang mengatur mengenai badan layanan umum. Belanja diklasifikasikan menurut klafikasi ekonomi (jenis belanja), organisasi, dan fungsi. Belanja Daerah Menurut Yani (2009: 373) belanja daerah meliputi semua pengeluaran dari rekening kas umum daerah yang mengurangi ekuitas dan lancar yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran yang akan diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah. Belanja daerah dipergunakan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadikewenangan provinsi atau kabupaten/kota yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilhan yang ditetapkan dengan ketentuan Perundang-Undangan. Urusan wajib yang dimaksud disini adalah urusan yang sangat mendasar yang berkaitan dengan hak dan pelayanan dasar kepada masyarakat yang wajib diselenggaran oleh pemerintah daerah. Sementara itu, urusan yang bersifat pilihan meliputi urusan pemerintah yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi keunggulan daerah yang bersangkutan, antara lain pertambangan, perikanan, pertanian, perkebunan, perhutanan, dan pariwisata. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif bersifat deskriptif. Penelitian yang dilakukan untuk mengevaluasi proses penyusunan rencana kerja anggaran kegiatan terhadap realisasi anggaran dengan mengolah data-data yang berbentuk angka. Pengolahan data menggunakan analisis varians (selisih) anggaran. Dasar penilaiannya yaitu dengan penyelidikan varians antara realisasi dengansasaran yang direncanakan atau dianggarkan. Selain menggunakan analisis varians juga menggunakan analisis trend dan uji t- hitung one sample. Dalam anggaran belanja tidak langsung dan anggaran langsung menggunakan varians sample karena penulis menghitung satu persatu dari anggaran dan realisasi anggaran yang ada. Analisis varians ini dilaksanakan pada beberapa pos belanja tahun anggaran 2010, 2011, dan 2012.Ketiga analisis diatas berfungsi untuk mengetahui besar anggaran. Adapun analisis dan rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: a) Rumus yang digunakan adalah rumus analisis varians (selisih) sebagai berikut: (Halim, 2002 dalam Kuncoro 2008: 135) Varians = -Realisasi x 100 %

7 b) Rumus t-hitung ( t = x μ0 (s / n Keterangan: t = Koefisien x = Rata-rata sampel u0=dugaan rata-rata s = Sampel n = Jumlah sampel c) Analisi Trend Menurut harahap (2011: 224) Analisis trend ini bertujuan untuk mengetahui tendensi atau kecenderungan keadaan keuangan suatu daerah dimasa yang akan datang baik kecenderungan naik, turun, tetap. Teknik analisis ini bisanya digunakan untuk menganalisis laporan keuangan yang meliputi minimal 3 periode atau lebih. Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui perkembangan perusahaan dalam rentang waktu yang sudah lalu. Hasil Penelitian belanja tahun 2010 dilakukan analisis belanja yang dilakukan pada tahun tersebut. Secara keseluruhan anggaran belanja Tahun 2010 sebesar Rp ,00 dengan besarnya realisasi sebesar Rp ,00. Setelah dilakukan analisis varians ketidaksesuaian yang terjadi sebesar Rp ,00. Dengan besarnya persentase ketidaksesuaian sebesar 7.45%. Belanja yang dilaksanakan yaitu Belanja tidak langsung yang memiliki anggaran sebesar Rp ,00 dan yang terealisasi hanya sebesar Rp ,00, selisih dari anggaran dan realisasi anggaran sebesar Rp ,00 setelah dianalisis dengan menggunakan analisis varians mengalami selisih atau varians dengan persentase varians adalah 1.28%. belanja tahun 2011 dilakukan analisis belanja yang dilakukan pada tahun tersebut. Secara keseluruhan anggaran belanja Tahun 2011 sebesar Rp ,61 dengan besarnya realisasi sebesar Rp ,00. Setelah dilakukan analisis varians ketidaksesuaian yang terjadi sebesar Rp ,61. Dengan besarnya persentase ketidaksesuaian sebesar 8,76%. Belanja yang dilaksanakan yaitu Belanja tidak langsung yang memiliki anggaran sebesar Rp ,00dan yang terealisasi hanya sebesar Rp ,00, selisih dari anggaran dan realisasi anggaran sebesar Rp.

8 ,00 setelah dianalisis dengan menggunakan analisis varians mengalami selisih atau varians dengan persentase varians adalah 2,90%. belanja tahun 2012 dilakukan analisis belanja yang dilakukan pada tahun tersebut. Secara keseluruhan anggaran belanja Tahun 2012 sebesar Rp ,27 dengan besarnya realisasi sebesar Rp ,00. Setelah dilakukan analisis varians ketidaksesuaian yang terjadi sebesar Rp Dengan besarnya persentase ketidaksesuaian sebesar 6,06%. Belanja yang dilaksanakan yaitu Belanja tidak langsung yang memiliki anggaran sebesar Rp ,12 dan yang terealisasi hanya sebesar Rp ,00, selisih dari anggaran dan realisasi anggaran sebesar Rp ,12 setelah dianalisis dengan menggunakan analisis varians mengalami selisih atau varians dengan persentase varians adalah 1,75%. Berdasarkan gambar grafik anggaran dan realisasi diatas maka penulis dapat mendeskripsikan bahwa berdasarkan analisis trend anggaran dan realisasi anggaran belanja Kabupaten Bone Bolango dari tahun ketahun mengalami penyimpangan. Uji t-hitung one sample Belanja Tidak Langsung Tabel 1 Ringkasan Hasil Uji Beda Rerata Variansi Belanja Pegawai di Kabupaten Bone Bolango Variansi Nilai Tahun Uji-t Realisasi Nilai t tabel (5%) = (satu sisi) Hasil tersebut mengungkapkan tingkat realisasi dan anggaran untuk belanja pegawai yang diuji menggunakan uji satu sisi uji-t menunjukan bahwa pada variansi anggaran untuk realisasi niali uji t hitung = dan lebih besar dari nilai t tabel = Sedangkan variansi anggaran menunjukan nilai t hitung = lebih besar dari nilai t tabel = Hasil ini menunjukan bahwa tidak terjadi penyimpangan antara anggaran belanja pegawai dengan realisasi anggaran belanja pegawai.

9 Variansi Tabel 2 Ringkasan Hasil Uji Beda Rerata Variansi Belanja Hibah di Kabupaten Bone Bolango Nilai Tahun Uji-t Realisasi Nilai t tabel (5%) = (satu sisi) variansi anggaran menunjukan nilai t hirung = lebih besar dari nilai t tabel = 2. Hasil tersebut mengungkapkan tingkat realisasi dan anggaran untuk belanja hibah yang diuji menggunakan uji satu sisi uji-t menunjukan bahwa pada variansi anggaran untuk realisasi Sedangkan 353. Hasil ini menunjukan bahwa tidak terjadi penyimpangan antara anggaran bnilai uji t hitung = 5.660, lebih besar dari nilai t tabel = elanja hibah dengan realisasi anggaran belanja hibah. Variansi Tabel 3 Ringkasan Hasil Uji Beda Rerata Variansi Belanja Bantuan Sosial di Kabupaten Bone Bolango Nilai Tahun Uji-t Realisasi , , , , , ,00 Nilai t tabel (5%) = (satu sisi) Hasil tersebut mengungkapkan tingkat realisasi dan anggaran untuk belanja bantuan sosial yang diuji menggunakan uji satu sisi uji-t menunjukan bahwa pada variansi anggaran untuk realisasi nilai uji t hitung =6,142, lebih besar dari nilai t tabel = Sedangkan variansi anggaran menunjukan nilai t hirung = lebih besar dari nilai t tabel = Hasil ini menunjukan bahwa tidak terjadi penyimpangan antara anggaran belanja bantuan sosial dengan realisasi anggaran belanja bantuan sosial.

10 Tabel 4 Ringkasan Hasil Uji Beda Rerata Variansi Belanja Bantuan keuangan di Kabupaten Bone Bolango Variansi Nilai Tahun Uji-t Realisasi , , , , , ,00 Nilai t tabel (5%) = (satu sisi) Hasil tersebut mengungkapkan tingkat realisasi dan anggaran untuk belanja bantuan keuangan yang diuji menggunakan uji satu sisi uji-t menunjukan bahwa pada variansi anggaran untuk realisasi nilai uji t hitung = 5.819, lebih besar dari nilai t tabel = Sedangkan variansi anggaran menunjukan nilai t hirung = lebih besar dari nilai t tabel = Hasil ini menunjukan bahwa tidak terjadi penyimpangan antara anggaran belanja bantuan keuangan dengan realisasi anggaran belanja bantuan keuangan. Variansi Tabel 5 Ringkasan Hasil Uji Beda Rerata Variansi Belanja Tidak Terduga di Kabupaten Bone Bolango Nilai Tahun Uji-t Realisasi , , , , , ,00 Nilai t tabel (5%) = (satu sisi) Hasil tersebut mengungkapkan tingkat realisasi dan anggaran untuk belanja hibah yang diuji menggunakan uji satu sisi uji-t menunjukan bahwa pada variansi anggaran untuk realisasi nilai uji t hitung = 3,601, lebih besar dari nilai t tabel = Sedangkan variansi anggaran menunjukan nilai t hirung = 1,929 lebih kecil dari nilai t tabel = Hasil ini

11 menunjukan bahwa terjadi penyimpangan antara anggaran belanja hibah dengan realisasi anggaran belanja hibah. Belanja Langsung Variansi Tabel 6 Ringkasan Hasil Uji Beda Rerata Variansi Belanja Pegawai di Kabupaten Bone Bolango Nilai Tahun Uji-t Realisasi , , , , , ,12 Nilai t tabel (5%) = (satu sisi) Hasil tersebut mengungkapkan tingkat realisasi dan anggaran untuk belanja pegawai yang diuji menggunakan uji satu sisi uji-t menunjukan bahwa pada variansi anggaran untuk realisasi nilai uji t hitung = 17,547, lebih besar dari nilai t tabel = Sedangkan variansi anggaran menunjukan nilai t hirung = 9,180 lebih besar dari nilai t tabel = Hasil ini menunjukan bahwa tidak terjadi penyimpangan antara anggaran belanja pegawai dengan realisasi anggaran belanja pegawai. Pembahasan Untuk mengetahui besaran selisih anggaran belanja tahun 2010, 2011, dan 2012 adalah dengan menggunakan analisis varians, uji t-hitung one sample dan analisis trend. Analisis varian untuk mengetahui berapa besar persentase selisih yang terjadi dan analisis uji t-hitung one sample beda rerata adalah untuk memeriksa adanya beda rerata dari dua pos belanja. Selisih perhitungan anggaran yang akan dikaji difokuskan pada pos-pos belanja langsung dan belanja tidak langsung. Kelompok belanja tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan sedangkan Kelompok belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Ketiga analisis di atas telah diterapkan pada data Laporan Perhitungan realisasi anggaran belanja selama tiga tahun. Selama periode tersebut, Laporan Perhitungan realisasi

12 anggaran masing-masing menggunakan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah. Secara operasional, Menteri Dalam Negeri telah menindaklanjutinya dengan mengeluarkan Kepmendagri Nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sehingga setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dapat meningkatkan kualitas pengelolaan dan transparansi laporan keuangan. Hasil analisis yang dilakukan dengan menggunakan analisis varian terdapat selisih antara anggaran dan realisasi anggaran Tahun 2010 sebesar Rp ,00 dengan anggaran yang dianggarkan sebesar Rp ,00 dan yang terealisasi Rp ,00. Setelah dipresentasekan selisih yang terjadi sebesar 7,45%. Sedangkan pada tahun 2011 terdapat selisih sebesar Rp ,61 dengan anggaran yang dianggarkan sebesar Rp ,61 dan yang terealisasi Rp ,00. Setelah dipresentasekan selisih yang terjadi sebesar 8,76%. Dan pada tahun 2012 terdapat selisih sebesar Rp ,00 dengan anggaran yang dianggarkan sebesar Rp ,27 dan yang terealisasi Rp ,00. Setelah dipresentasekan selisih yang terjadi sebesar 6,06%. Sedangkan menggunakan analisis uji t-hitung one sample beda rerata terlihat selisih antara anggaran dan realisasi anggaran. Penyimpangan terjadi pada anggaran belanja tidak terduga, dimana uji t pada belanja tidak terduga nilai uji t dibawah dari yaitu hanya sebesar Analisis trend menunjukan selisih antara anggaran dan realisasi anggaran, hal ini dapat dilihat pada gambar grafik diatas. belanja tidak terduga terdapat selisih yang cukup besar dimana anggaran tidak terealisasikan sepenuhnya sedangkan pada belanja pegawai dalam pos belanja langsung realisasinya melebihi anggaran. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa varians anggaran dan realiasasi anggaran belanja terdapat selisih atau yang biasa disebut dengan varians. Besarnya selisih antara anggaran dan realisasi anggaran belanja pada Pemerintahan Daerah di Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Bone Bolango dapat dilihat dari analisis varians yang selisih anggarannya tahun 2010 sebesar 6,06%, tahun 2011 sebesar 8,78% dan tahun 2012 sebesar 7,45% sedangkan menggunakan analisis trend yaitu grafik menunjukan ketidaksesuaian antara anggaran dan realisasi serta menggunakan uji t-hitung one sample terlihat penyimpangan pada anggaran

13 dan realisasi belanja tidak terduga yaitu nilai t-hitung hanya sebesar sedangkan standar nilai t-hitung sebesar Saran Berdasarkan hasil dan simpulan penelitian ini, penulis memberikan saran bagi pihak Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Bone Bolango sebaiknya lebih memperhatikan anggaran yang dianggarkan agar terdapat kesesuaian antara anggaran dan realisasinya, dimana anggaran belanja pegawai dapat ditekan dan lebih meningkatkan serta memperhatikan anggaran belanja modal. Daftar Pustaka Ananda Chitra Dan Widyatmini Analisis Kinerja Pengelolaan Pendapatan Belanja Daerah Pada Pemerintah Kabupaten Pandeglang. Skripsi. Banten: Universitas Guna Darma Bastian, Indra Akuntansi Sektor Publik Di Indonesia. Yogyakarta: BPFE Darise, Nurlan Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta: PT Indeks. Fuady, Dkk Memahami Publik. Yogyakarta: IDEA Press Furqon Statistika Terapan Untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta Halim, Abdul Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta: Salemba Empat. Halim, Abdul Akuntansi Keuangan Daerah. Edisi Tiga. Jakarta: Salemba Empat. Harahap, S Sofyan Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta: PT RajaGrafinda Persada Kuncoro, Haryo Variansi anggaran dan realisasi anggaran belanja studi kasus pemerintah daerahprovinsi dki jakarta. Jurnal. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta. Lastowo, Hendra Evaluasi Belanja Sebagai Alat Pengendalian Keuangan. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Mardiasmo Otonomi & Manajemen Keuangan Daerah. Yokyakarta: Andi. Mardiasmo Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi. Mardiasmo Akuntansi Sektor Publik. Edisi Empat. Yogyakarta: Andi. Mulyadi Akuntansi manajemen. Edisi Enam. Jakarta: Salemba Empat. Sekaran, Uman Metode Penelitian untuk Bisnis. Jakarta : Salemba Empat Sugiyono Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta Yani, Ahmad Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Daerah Di Indonesia. Edisi Revisi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

14 Keputusan Menteri dalam negeri (kepmendagri) nomor 29 tahun 2002 tentang pedoman pengurusan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah, serta tata cara penyusunan anggaran pendapatan dan belanja daerah, pelaksanaan tata usaha keuangan daerah, dan penyusunan perhitungan anggarn pendapatan dan belanja daerah Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah Peraturan menteri dalam negerinomor 65 tahun 2007Tentang Pedoman evaluasi rancangan peraturan daerah dan rancangan peraturan kepala daerah tentangpelaksanaan APBD Peraturan Departemen Dalam Negeri Tahun 2008 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) kebijakan umum APBD (KUA) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang SAP Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2005 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, perencanaan pada pemerintah daerah Undang-Undang Nomor 32 Tahun Tentang Pemerintah Daerah. Jakarta: DEPKEU RI. Undang-Undang Nomor 33 Tahun Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Jakarta: DEPKEU RI.

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANTUL Analisis Rasio untuk Mengukur Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah 333 ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANTUL Vidya Vitta Adhivinna Universitas PGRI Yogyakarta,

Lebih terperinci

Analisis Kinerja Keuangan Dalam Otonomi Daerah Kabupaten Nias Selatan

Analisis Kinerja Keuangan Dalam Otonomi Daerah Kabupaten Nias Selatan Analisis Kinerja Keuangan Dalam Otonomi Daerah Kabupaten Nias Selatan Samalua Waoma Program Studi Akuntansi STIE Nias Selatan Kabupaten Nias Selatan samaluawaoma@gmail.com Abstract Tujuan penelitian ini

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Sektor Publik Pengertian Akuntansi Sektor Publik Bastian (2006:15) Mardiasmo (2009:2) Abdul Halim (2012:3)

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Sektor Publik Pengertian Akuntansi Sektor Publik Bastian (2006:15) Mardiasmo (2009:2) Abdul Halim (2012:3) BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Sektor Publik 2.1.1 Pengertian Akuntansi Sektor Publik Definisi Akuntansi Sektor Publik menurut Bastian (2006:15) adalah sebagai berikut : Akuntansi Sektor Publik adalah

Lebih terperinci

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

LAPORAN REALISASI ANGGARAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 0 LAPORAN REALISASI ANGGARAN KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN DESEMBER 00 DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN -----------------------------------------------------------

Lebih terperinci

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DI KABUPATEN SAROLANGUN TAHUN

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DI KABUPATEN SAROLANGUN TAHUN ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DI KABUPATEN SAROLANGUN TAHUN 2011-2013 WIRMIE EKA PUTRA*) CORIYATI**) *) Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi **) Alumni

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PENGELOLAAN ANGGARAN BELANJA PADA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPILKABUPATEN BREBES

ANALISIS EFISIENSI PENGELOLAAN ANGGARAN BELANJA PADA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPILKABUPATEN BREBES ANALISIS EFISIENSI PENGELOLAAN ANGGARAN BELANJA PADA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPILKABUPATEN BREBES Khamdani Hadi Sucipto, Yeni Priatna Sari, Mulyadi Program Studi DIII Akuntansi Politeknik Harapan

Lebih terperinci

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

LAPORAN REALISASI ANGGARAN LAMPIRAN III PERATURAN BUPATI MALUKU TENGGARA NOMOR 2.a TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI LAPORAN REALISASI ANGGARAN I. PENDAHULUAN I.1 Tujuan 1. Tujuan kebijakan akuntansi Laporan Realisasi Anggaran

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PADA DINAS PEREKONOMIAN DAN PARIWISATA KABUPATEN TUBAN RANGKUMAN TUGAS AKHIR

ANALISIS KINERJA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PADA DINAS PEREKONOMIAN DAN PARIWISATA KABUPATEN TUBAN RANGKUMAN TUGAS AKHIR ANALISIS KINERJA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PADA DINAS PEREKONOMIAN DAN PARIWISATA KABUPATEN TUBAN RANGKUMAN TUGAS AKHIR Oleh: RISNA DWI RAHMAWATI NIM : 2013411048 SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KEUANGAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH (APBD) DI KOTA AMBON

ANALISIS KINERJA KEUANGAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH (APBD) DI KOTA AMBON ANALISIS KINERJA KEUANGAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH (APBD) DI KOTA AMBON ARTIKEL DAN RINGKASAN Diajukan sebagai salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Disusun

Lebih terperinci

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 02 LAPORAN REALISASI ANGGARAN

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 02 LAPORAN REALISASI ANGGARAN LAMPIRAN IV PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2005 TANGGAL 13 JUNI 2005 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 02 LAPORAN REALISASI ANGGARAN Paragraf-paragraf yang ditulis dengan

Lebih terperinci

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

LAPORAN REALISASI ANGGARAN LAMPIRAN II.0 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 00 TANGGAL JUNI 00 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 0 LAPORAN REALISASI ANGGARAN www.djpp.d DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah, penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh daerah otonom sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Daerah, penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh daerah otonom sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh daerah otonom sesuai dengan asas densentralisasi

Lebih terperinci

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BERBASIS KAS

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BERBASIS KAS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 0 LAMPIRAN I.0 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TANGGAL LAPORAN REALISASI ANGGARAN BERBASIS KAS Lampiran I.0 PSAP 0 (i)

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : Rp ,00 yang merupakan hasil dari biaya-biaya yang

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : Rp ,00 yang merupakan hasil dari biaya-biaya yang BAB VI PENUTUP 1.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : 1. Aset tetap Tanah terdapat mutasi penambahan nilai asset sebesar Rp.215.000.000,00 yang merupakan hasil dari biaya-biaya

Lebih terperinci

Analisis Kinerja Belanja Pemerintah daerah Kotamobagu dan Bolaang Mongondow Timur tahun Herman Karamoy

Analisis Kinerja Belanja Pemerintah daerah Kotamobagu dan Bolaang Mongondow Timur tahun Herman Karamoy Analisis Kinerja Belanja Pemerintah daerah Kotamobagu dan Bolaang Mongondow Timur tahun 2009-2012 Herman Karamoy (hkaramoy@yahoo.com) Heince Wokas (heince_wokas@yahoo.com) Abstract Budget Realization Report

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pemerintah Daerah Dan Fungsi Pemerintah Daerah 1. Pengertian Pemerintah Daerah Menurut Undang-Undang Dasar 1945 pasal 18 ayat (5), pengertian pemerintahan daerah adalah sebagai

Lebih terperinci

Oleh: Uyik Retnaning Sayekti Politeknik Kediri. Kata Kunci : Pendapatan Asli Daerah, Tingkat Kemandirian, Efektifitas dan Efisiensi

Oleh: Uyik Retnaning Sayekti Politeknik Kediri. Kata Kunci : Pendapatan Asli Daerah, Tingkat Kemandirian, Efektifitas dan Efisiensi VOL. 5 NO. 2 OKTOBER 216 ANALISIS TINGKAT KEMANDIRIAN, EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH (DPPKAD) DI PEMERINTAH

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 63 TAHUN 2015 TENTANG PENJABARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: (1) ratarata

BAB VI PENUTUP. pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: (1) ratarata BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: (1) ratarata kemandirian keuangan

Lebih terperinci

PENGARUH PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH TERHADAP PENGAMANAN ASET DAERAH (Studi Kasus Pada Pemerintah Kabupaten Gorontalo)

PENGARUH PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH TERHADAP PENGAMANAN ASET DAERAH (Studi Kasus Pada Pemerintah Kabupaten Gorontalo) PENGARUH PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH TERHADAP PENGAMANAN ASET DAERAH (Studi Kasus Pada Pemerintah Kabupaten Gorontalo) Oleh: IRA WATY ABAS NIM: 921409044 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai bentuk

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang baik (Good Governance Government) telah mendorong pemerintah pusat dan pemerintah daerah

Lebih terperinci

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

LAPORAN REALISASI ANGGARAN LAMPIRAN B.II : PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR : 79 TAHUN 2013 TANGGAL: 27 DESEMBER 2013 KEBIJAKAN AKUNTANSI NO. 02 LAPORAN REALISASI ANGGARAN Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf tebal

Lebih terperinci

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BERBASIS KAS

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BERBASIS KAS LAMPIRAN I.0 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN 00 TANGGAL OKTOBER 00 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 0 LAPORAN REALISASI ANGGARAN BERBASIS KAS Lampiran I.0 PSAP 0 (i) DAFTAR

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kualitatif 1. Basis Akuntansi Di dalam catatan atas laporan keuangan Pemerintah Kota Depok telah disebutkan bahwa laporan keuangan Pemerintah Kota Depok

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pengertian anggaran menurut Mardiasmo (2004:62) menyatakan bahwa :

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pengertian anggaran menurut Mardiasmo (2004:62) menyatakan bahwa : 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Anggaran Pendapatan 2.1.1.1 Pengertian Anggaran Pengertian anggaran menurut Mardiasmo (2004:62) menyatakan bahwa : Anggaran Publik

Lebih terperinci

Brian Sagay, Kinerja Pemerintah Daerah KINERJA PEMERINTAH DAERAH DALAM PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA KABUPATEN MINAHASA SELATAN

Brian Sagay, Kinerja Pemerintah Daerah KINERJA PEMERINTAH DAERAH DALAM PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA KABUPATEN MINAHASA SELATAN KINERJA PEMERINTAH DAERAH DALAM PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA KABUPATEN MINAHASA SELATAN Oleh : Brian Sagay Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi Universitas Sam Ratulangi Manado

Lebih terperinci

PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA SERANG TAHUN ANGGARAN 2012

PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA SERANG TAHUN ANGGARAN 2012 PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA SERANG TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR : 7 TAHUN 2010

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR : 7 TAHUN 2010 RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2009 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 04 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 04 TAHUN 2009 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 04 TAHUN 2009 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2008 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI PURWAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

BUPATI PURWAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA BUPATI PURWAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR :d3 TAHUN 2014 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Tinjauan Teori

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Tinjauan Teori BAB III PEMBAHASAN 3.1 Tinjauan Teori 3.1.1 Kinerja Keuangan Kinerja (performance) menurut Amin widjaja Tunggal (2010:521) diartikan sebagai dari suatu entitas selama periode tertentu sebagai bagian dari

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN PATI TAHUN ANGGARAN 2014

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU,

BUPATI KOTABARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 31 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 31 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 31 TAHUN 2009 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2008 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA TENGAH

BUPATI BANGKA TENGAH BUPATI BANGKA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH TAHUN ANGGARAN 2010

Lebih terperinci

BUPATI PANDEGLANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BUPATI PANDEGLANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, BUPATI PANDEGLANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 77 TAHUN 2012 TENTANG ANALISIS STANDAR BELANJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN,

SALINAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 77 TAHUN 2012 TENTANG ANALISIS STANDAR BELANJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN, SALINAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 77 TAHUN 2012 TENTANG ANALISIS STANDAR BELANJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 39 ayat (2) Peraturan

Lebih terperinci

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

LAPORAN REALISASI ANGGARAN LAMPIRAN IV PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 00 TANGGAL 1 JUNI 00 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 0 LAPORAN REALISASI ANGGARAN DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN-------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANGG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 3 TAHUN 2013

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANGG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 3 TAHUN 2013 PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANGG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAANN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012 DENGANN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT TAHUN ANGGARAN 2010 BUPATI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sistem dan Prosedur Pada dasarnya sistem merupakan rangkaian prosedur yang saling berkaitan satu dengan lainnya, yang berfungsi mempermudah transfer informasi dan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 22 TAHUN 2012

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 22 TAHUN 2012 PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 49 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISA PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH PADA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KOTA PADANG WINDA PUSPITA SARI FAKULTAS EKONOMI

SKRIPSI ANALISA PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH PADA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KOTA PADANG WINDA PUSPITA SARI FAKULTAS EKONOMI SKRIPSI ANALISA PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH PADA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KOTA PADANG OLEH : WINDA PUSPITA SARI 07153110 Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

PENGANGGARAN SEKTOR PUBLIK

PENGANGGARAN SEKTOR PUBLIK PENGANGGARAN SEKTOR PUBLIK ANGGARAN Rencana operasi keuangan, yang mencakup estimasi pengeluaran yang diusulkan, dan sumber pendapatan yang diharapkan untuk membiayainya dalam periode waktu tertentu Fungsi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman I. DAFTAR ISI... i II. DAFTAR TABEL... iii III. DAFTAR LAMPIRAN... iv

DAFTAR ISI. Halaman I. DAFTAR ISI... i II. DAFTAR TABEL... iii III. DAFTAR LAMPIRAN... iv DAFTAR ISI Halaman I. DAFTAR ISI... i II. DAFTAR TABEL... iii III. DAFTAR LAMPIRAN... iv Bab I Pendahuluan Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2015... 1 1.1. Maksud dan Tujuan Penyusunan

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR 1 BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN

Lebih terperinci

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN ( CALK )

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN ( CALK ) CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN ( CALK ) SEMESTER I RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANTEN TAHUN ANGGARAN 2014 RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANTEN Jl.Syeh Nawawi Al-Bantani, Kel.Banjarsari Kec.Cipocok Jaya Kota Serang

Lebih terperinci

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR BANTEN

PERATURAN GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 37 TAHUN 2009 TENTANG PENJABARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI BANTEN TAHUN ANGGARAN 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Purnomo (2015) melakukan penelitian tentang Penilaian Kinerja Berbasis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Purnomo (2015) melakukan penelitian tentang Penilaian Kinerja Berbasis BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Reviu Penelitian Terdahulu Purnomo (2015) melakukan penelitian tentang Penilaian Kinerja Berbasis Value For Money Atas Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Tabanan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Berdirinya DPPKAD Karanganyar. Karanganyar yang berkedudukan sebagai Dinas Daerah. DPPKAD

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Berdirinya DPPKAD Karanganyar. Karanganyar yang berkedudukan sebagai Dinas Daerah. DPPKAD BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Berdirinya DPPKAD Karanganyar Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Karanganyar adalah salah satu dari

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG PENJABARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN

Lebih terperinci

BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA

BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

- 2 - LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2010 NOMOR 16

- 2 - LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2010 NOMOR 16 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2010 NOMOR 16 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah menciptakan kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan. masyarakat merupakan sebuah konsep yang sangat multi kompleks.

BAB I PENDAHULUAN. adalah menciptakan kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan. masyarakat merupakan sebuah konsep yang sangat multi kompleks. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tugas utama pemerintah sebagai organisasi sektor publik terbesar adalah menciptakan kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan masyarakat merupakan sebuah konsep

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR 1 BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 6 TAHUN 2014

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 6 TAHUN 2014 LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 6 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 6 TAHUN 2014 T E N T A N G PERTANGGUNG JAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA JAMBI TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 14 TAHUN 2008 SERI A PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 14 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 14 TAHUN 2008 SERI A PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 14 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 14 TAHUN 2008 SERI A PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 14 TAHUN 2008 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sendiri berdasarkan pada prinsip-prinsip menurut Devas, dkk (1989) sebagai berikut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sendiri berdasarkan pada prinsip-prinsip menurut Devas, dkk (1989) sebagai berikut. 3. Bagi masyarakat, memberikan informasi yang jelas tentang pengelolaan keuangan di Provinsi Sumatera Utara BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 4. Prinsip-prinsip pengelolaan keuangan daerah Pengelolaan

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt - 1 - jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2008

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil kesimpulan dapat disimpulkan bahwa : 2. Pengeluaran (belanja) Kabupaten Manggarai tahun anggaran 2010-

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil kesimpulan dapat disimpulkan bahwa : 2. Pengeluaran (belanja) Kabupaten Manggarai tahun anggaran 2010- BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil kesimpulan dapat disimpulkan bahwa : 1. Penggunaan Anggaran Belanja yang tercantum dalam APBD Kabupaten Manggarai tahun anggaran 20102014 termasuk kategori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah menegaskan

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah menegaskan A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2007 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam Kajian Pustaka ini akan dijelaskan mengenai pengertian-pengertian

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam Kajian Pustaka ini akan dijelaskan mengenai pengertian-pengertian BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka Dalam Kajian Pustaka ini akan dijelaskan mengenai pengertian-pengertian yang mendasari dalam penyusunan laporan keuangan serta tujuan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya mendukung pelaksanaan pembangunan nasional, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya mendukung pelaksanaan pembangunan nasional, pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam upaya mendukung pelaksanaan pembangunan nasional, pemerintah memberikan kesempatan untuk menyelenggarakan otonomi daerah dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

UU no 17 tahun 2003 tentang keuangan negara UU no 1 tahun 2004 perbendaharaan negara UU no15 tahun 2004 tentang PPTKN UU no 33 tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Lebih terperinci

AKUNTANSI, TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PUBLIK (SEBUAH TANTANGAN) OLEH : ABDUL HAFIZ TANJUNG,

AKUNTANSI, TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PUBLIK (SEBUAH TANTANGAN) OLEH : ABDUL HAFIZ TANJUNG, AKUNTANSI, TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PUBLIK (SEBUAH TANTANGAN) OLEH : ABDUL HAFIZ TANJUNG, SE.,M.Si.,Ak. (Dosen Universitas Nasional Pasim) PENDAHULUAN Pemerintah Indonesia telah melakukan

Lebih terperinci

BUPATI HULU SUNGAI UTARA

BUPATI HULU SUNGAI UTARA BUPATI HULU SUNGAI UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

Pemerintah Kabupaten Pandeglang:

Pemerintah Kabupaten Pandeglang: PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang

BAB II LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang BAB II LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori 2.1. 1 Definisi dan Teori Otonomi Khusus UU No 32 Tahun 2004 Pasal 1 ayat 6 menyatakan bahwa daerah otonom yaitu kesatuan masyarakat hukum

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN PEMALANG TAHUN ANGGARAN 2008

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mendasar yang dimaksudkan untuk memperbaiki kelemahan dan kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. dan mendasar yang dimaksudkan untuk memperbaiki kelemahan dan kekurangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era reformasi ini pemerintah dituntut untuk melakukan perubahan penting dan mendasar yang dimaksudkan untuk memperbaiki kelemahan dan kekurangan yang ada

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang. Kinerja yang dicapai oleh organisasi pada dasarnya adalah prestasi para

BAB I PENDAHULUAN. bidang. Kinerja yang dicapai oleh organisasi pada dasarnya adalah prestasi para 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, era globalisasi telah menuntut adanya perubahan yang sangat cepat dan menyebabkan adanya pergeseran pemikiran yang kompleks disegala bidang. Kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal. daerah, yang dikenal sebagai era otonomi daerah.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal. daerah, yang dikenal sebagai era otonomi daerah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No. 5 Telepon 41928 Kisaran 21216 NOMOR : 25 TAHUN 2008 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN NOMOR :

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2008 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BARRU

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BARRU - 1 - PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BARRU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARRU NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN BARRU TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Analisis Pencatatan dan Pelaporan Kas Pada Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Rokan Hulu

Analisis Pencatatan dan Pelaporan Kas Pada Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Rokan Hulu Analisis Pencatatan dan Pelaporan Kas Pada Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Rokan Hulu Mahyulidawaty Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pencatatan kas pada Dinas Pendidikan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 43 TAHUN 2012 TENTANG PENJABARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN

Lebih terperinci

pelayanan umum, menumbuhkan daya saing daerah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS)

pelayanan umum, menumbuhkan daya saing daerah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Penyusunan rencana penganggaran merupakan proses penyusunan rencana progam, kegiatan dan keuangan yang secara sistematis menunjukkan alokasi sumberdaya manusia, material

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2008 SERI A PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2008 SERI A PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2008 SERI A PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2008 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 9 TAHUN 2010 T E N T A N G PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2009 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH DALAM MEMBIAYAI BELANJA DAERAH DI KOTA GORONTALO (Studi Kasus DPPKAD Kota Gorontalo)

ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH DALAM MEMBIAYAI BELANJA DAERAH DI KOTA GORONTALO (Studi Kasus DPPKAD Kota Gorontalo) ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH DALAM MEMBIAYAI BELANJA DAERAH DI KOTA GORONTALO (Studi Kasus DPPKAD Kota Gorontalo) MERI IMELDA YUSUF 921 409 130 PROGRAM STUDI SRATA 1 AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 3 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 3 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 3 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian pemerintah menurut Siregar dalam buku yang berjudul Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian pemerintah menurut Siregar dalam buku yang berjudul Akuntansi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian pemerintah menurut Siregar dalam buku yang berjudul Akuntansi Sektor Publik (2015:2) merupakan organisasi sektor publik yang mengelola dana masyarakat. Berkaitan

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO Salinan PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2010 DENGAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR : 03 TAHUN 2013

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR : 03 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAHAT, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah pada era reformasi ini dituntut untuk melaksanakan. perubahan penting dan mendasar yang dimaksudkan untuk memperbaiki

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah pada era reformasi ini dituntut untuk melaksanakan. perubahan penting dan mendasar yang dimaksudkan untuk memperbaiki 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah pada era reformasi ini dituntut untuk melaksanakan perubahan penting dan mendasar yang dimaksudkan untuk memperbaiki berbagai kelemahan atau kekurangan

Lebih terperinci