MASYARAKAT EKONOMI ASEAN, DALAM HUKUM DAN BISNIS.
|
|
- Yanti Setiawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Diskusi Partner HPRP Lawyers dengan Media Jakarta, 21 Mei 2015 MASYARAKAT EKONOMI ASEAN, DALAM HUKUM DAN BISNIS. A. LATAR BELAKANG MEA Berdasarkan penetapan para kepala negara/ kepala pemerintah ASEAN pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN di Kuala Lumpur tanggal 15 Desember 1997, bangsa-bangsa ASEAN bercita-cita untuk mewujudkan Masyarakat ASEAN pada tahun Cita-cita tersebut diikuti dengan pengesahan Bali Concord II pada KTT ASEAN ke-9 di Bali tahun 2003 yang menyepakati pembentukan Komunitas ASEAN (ASEAN Community) ( Bali Concord II ). Komunitas ASEAN terdiri dari 3 (tiga) pilar, yaitu: (i) ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN ( MEA ); (ii) ASEAN Political Security Community (APSC) atau Masyarakat Politik-Keamanan ASEAN; dan (iii) ASEAN Socio Cultural Community (ASCC) atau Masyarakat Sosial-Budaya ASEAN. Aplikasi dari MEA sendiri adalah kerja sama negara ASEAN dengan melakukan integrasi di sektor ekonomi sebagai satu pasar tunggal dalam satu regional yaitu Asia Tenggara. Berdasarkan Bali Concord II sebagaimana ditindaklanjuti dengan penandatanganan Cetak Biru MEA di Singapura pada tahun 2007 ( Cetak Biru MEA ), negara-negara ASEAN bersepakat untuk mewujudkan MEA pada tahun B. KEDUDUKAN INDONESIA SEBAGAI NEGARA ASEAN Indonesia sebagai negara ASEAN turut terlibat dalam pembentukan MEA. Pada prakteknya, Indonesia telah mengimplikasikan partisipasinya dengan berupaya mendukung peningkatan iklim investasi dan perdagangan serta meningkatkan daya saing nasional. Terlepas dari segala kekurangan atau kontroversi dari MEA bagi Indonesia, salah satu efek dari MEA adalah mempermudah masuknya investasi asing ke Indonesia, sehingga MEA diharapkan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Di samping itu, MEA juga diharapkan dapat mendukung peningkatan kualitas produk dalam negeri, dimana pelaku usaha bersaing secara ketat dengan produsen-produsen dari luar negeri di pasar yang bebas. Salah satu wujud komitmen pemerintah dalam mewujudkan pelaksanaan Cetak Biru MEA adalah dengan dikeluarkannya Instruksi Presiden No. 11 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Komitmen Cetak Biru Masyarakat Ekonomi Association Of Southeast Asian Nations Tahun 2011 ( Inpres No. 11/2011 ). Dalam Inpres No. 11/2011 Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk mengambil langkah-langkah strategis dalam rangka menghadapi MEA. Sejalan dengan Cetak Biru MEA, tujuan dari Inpres No. 11/2011 adalah untuk mencapai: 1. Pasar Tunggal Dan Basis Produksi; 2. Wilayah Ekonomi yang Berdaya Saing Tinggi; dan 3. Kawasan dengan Pembangunan Ekonomi yang Seimbang, yang fokus kepada Pengembangan Sektor Usaha Kecil dan Menengah. 1
2 C. PERSIAPAN INDONESIA DALAM MENGHADAPI MEA Indonesia memiliki beberapa keunggulan yang dapat difungsikan menjadi modal dalam menghadapi MEA. Keunggulan-keunggulan tersebut antara lain adalah (i) jumlah penduduk Indonesia merupakan yang terbesar antara negara-negara ASEAN lainnya, (ii) Indonesia memiliki Sumber Daya Alam yang cenderung lengkap apabila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya dan (iii) Indonesia tergabung dalam forum kerjasama ekonomi G20. Diwaktu yang bersamaan keunggulan-keunggulan ini juga bisa dilihat sebagai tantangan karena Indonesia dapat hanya menjadi pasar dari jasa dan produk negara lain saat diberlakukannya MEA. Kondisi-kondisi ini yang merupakan tantangan bagi Indonesia: 1. Daya saing produk ekspor dalam negeri dengan produk impor dari luar negeri; 2. kesiapan infrastruktur dalam negeri; 3. Pembangunan yang cenderung terpusat di pulau Jawa; dan 4. Tingkat pendidikan tenaga kerja dimana masih didominasi oleh lulusan sekolah menengah umum atau sederajat ke bawah. Ketidaksiapan dalam bidang Sumber Daya Manusia (SDM) dan modal merupakan hal penting yang perlu diperhatikan, mengingat kelemahan tersebut dapat membahayakan pelaku ekonomi lokal. Investor asing dapat mendominasi pasar di Indonesia dan pelaku ekonomi lokal tidak dapat bersaing dengan investor asing dalam rezim pasar tunggal. Saat ini sudah disetujui delapan bidang profesi yang akan mendapat kebebasan bekerja diantara Negara ASEAN, yaitu engineer, dokter, dokter gigi, perawat, surveyor, arsitek, profesi terkait turisme dan akuntan. D. KESEMPATAN BAGI PELAKU BISNIS DALAM NEGERI PADA MEA Pada dasarnya pelaku perdagangan dalam negeri dapat memanfaatkan momentum MEA dalam hal produk Indonesia tersebut mampu bersaing dengan produk dari negara-negara ASEAN lainnya. Terwujudnya MEA yang memberikan fasilitas atas bea masuk dan fasilitas pajak-pajak lainnya dapat dimanfaatkan oleh para eksportir dan importir. Produk UKM pun apabila kualitasnya baik diharapkan dapat berkembang, mengingat daya beli masyarakat di beberapa negara ASEAN tergolong tinggi, terutama Singapura dan Malaysia. Bagi Investor dalam negeri yang hendak berinvestasi di negara ASEAN lainnya juga dapat memanfaatkan momentum MEA. Dalam hal persyaratan dan pembatasan investasi antar negara semakin dipermudah, tentunya investor Indonesia yang memiliki modal cukup dapat menanamkan modal dan mengembangkan usahanya di negara ASEAN lainnya. Kebijakan fiskal dan bea yang tepat sangat penting untuk perkembangan dan kemampuan pelaku usaha. Juga pentingnya mekanisme sertifikasi dan standarisasi untuk perlindungan pengusaha nasional. 2
3 E. IMPLIKASI MEA PADA INSTRUMEN HUKUM DI INDONESIA Setiap calon pelaku perdagangan atau Investor baik asing maupun dalam negeri yang hendak melakukan kegiatan usahanya di Indonesia perlu menyadari bahwa produk/investasi yang dilakukan di Indonesia akan bersaing dalam skala ASEAN dalam rezim MEA. Kebijakan-kebijakan dalam bidang investasi di suatu negara cenderung akan semakin meringankan investor negaranegara ASEAN dengan modal yang lebih besar untuk berinvestasi di hampir seluruh lini usaha. Hal tersebut juga merupakan implikasi dari Inpres No. 11/2011 yang mempersiapkan terbentuknya pasar bebas di ASEAN. Lebih lanjut, perlu diketahui bahwa setiap negara ASEAN memiliki komitmen untuk mencapai MEA, dimana salah satu bentuk komitmen dari setiap negara adalah dengan menyesuaikan instrumen hukum di negara tersebut. Contoh nyata dari implementasi MEA tercermin pada Peraturan Presiden No. 39 Tahun 2014 yang memuat Daftar Negatif Investasi di Indonesia ( DNI ), yang membedakan batas kepemilikan investor asing non-asean dengan investor ASEAN. Beberapa perbedaan antara lain terdapat dalam bidang usaha seperti: Bidang Usaha Batas kepemilikan Batas kepemilikan Investor Asing non Investor ASEAN ASEAN Shipping (non cabotage) 49% 60% Pembuatan Sarana 0% 51% Promosi Film, Iklan, Poster, Still, Foto, Slide, Klise, banner, pamphlet, baliho, folder, dll Pelayanan Rumah Sakit Spesialis 67% 70% Pelayanan Klinik 67% 70% Kedokteran Spesialis Sekali lagi, kebijakan fiskal dan non fiskal yang tepat dari pemerintah akan menentukan daya saing dan kemampuan Indonesia untuk mendapatkan keuntungan dari MEA atau hanya menjadi pasar. Kebijakan non tariff termasuk sertifikasi dan standarisasi untuk perlindungan produk dan pengusaha nasional. Sebagai Negara terbesar di ASEAN dengan ekonomi yang juga termasuk terbesar di wilayah Asia, sudah waktunya kita sadar dan memperlihatkan daya tawar Indonesia. Negara-negara ASEAN lain seperti Singapura yang saat ini menjadi hub bagi banyak negara dalam memasuki pasar Asia dapat menjadi jalan bagi Negara diluar ASEAN untuk mendapatkan keuntungan dari pasar bersama ini. Perbaikan infrastruktur menjadi sangat penting bagi kemampuan bersaing Indonesia. Hilang atau berkurangnya industry manufaktur di Indonesia pada 10 tahun terakhir karena masuknya produk cina bisa menjadi ancaman bagi kemampuan industri dalam negeri dan kemampuan bersaing dalam pasar ASEAN. 3
4 F. PERKEMBANGAN INVESTASI DI INDONESIA Berdasarkan data Realisasi Investasi Asing dan Investasi Dalam Negeri Kuartal I dari BKPM yang diperoleh dari perbandingan investasi antara kuartal I tahun 2014 dengan kuartal 2015 terdapat peningkatan sebesar 10,1 Triliun Rupiah pada kuartal I tahun 2015 dari 72 Triliun Rupiah menjadi 82.1 Triliun Rupiah. 1 Peran Serta Hanafiah Ponggawa & Partners (HPRP Lawyers) Menyambut MEA HPRP ditunjuk oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal ( BKPM) sebagai konsultan hukum untuk melakukan pengkajian atas Bilateral Investment Treaty (BIT atau Perjanjian Kerjasama Bilateral) yang digunakan saat ini. Dipimpin oleh Partner Al Hakim Hanafiah dan Giovanni Mofsol Muhammad, tim HPRP membuat template BIT baru yang memberikan keuntungan kepada Indonesia sebagai host country. Dengan berlakunya MEA, perlindungan yang dapat diterapkan adalah dari segi non-tariff. HPRP juga merupakan satu dari sedikit kantor hukum di Indonesia yang memiliki praktek International Trade. Harry Prabawa adalah Partner yang membawahi bidang ini. Dengan adanya MEA, perusahaan dan tenaga kerja Indonesia juga harus mampu memenuhi standar global. HPRP melalui anak usahanya, RHT Solusi Indonesia, memberikan advis terkait kepatuhan 1 4
5 (compliance) bagi perbankan dan perusahaan terbuka, termasuk kepatuhan di bidang IT system dan data center. Andre Rahadian dan Erwin Winenda adalah Partner yang membawahi kegiatan ini. Selain itu HPRP juga aktif memberikan saran kepada calon investor asing maupun investor asing yang sudah menjalankan usahanya di Indonesia dalam aspek hukum investasi dan hukum perusahaan sesuai ketentuan peraturan di Indonesia. Tentang Hanafiah Ponggawa & Partners (HPRP Lawyers) Diawali sebagai kantor hukum L. Hanafiah tahun 1953, kantor hukum ini merupakan salah satu dari kantor hukum Indonesia paska kemerdekaan yang pertama. Disusun kembali pada tahun 1990, kantor hukum ini kemudian mengalami beberapa kali reorganisasi sebelum menjadi struktur Hanafiah Ponggawa & Partners (HPRP Lawyers) yang saat ini, berkantor pusat di Jakarta. Untuk memenuhi harapan pasar, HPRP Lawyers berupaya kuat untuk memberikan pada para klien bantuan advis yang aktif, advis strategis, dengan dukungan yang kreatif, di area praktek: Korporasi dan Komersial, Perburuhan dan Litigasi, layanan finansial, intellectual property, real property, sumber daya dan infrastruktur, dan perdagangan internasional. Untuk dapat memberikan layanan hukum yang menyeluruh secara global, HPRP Lawyers bergabung dengan Meritas Alliance, sebuah aliansi global dari kantor-kantor hukum mandiri. HPRP Lawyers juga bekerja sama dengan RHTLaw Taylor Wessing LLP, sebuah firma hukum di Singapura yang telah berafiliasi dengan Taylor Wessing LLP, sebuah kantor hukum berkantor pusat di Inggris. Untuk akses regional yang lebih luas dan meningkatkan layanan, HPRP Lawyers bersama 8 kantor hukum terkemuka di Asia Tenggara dan Utara telah berinisiatif membentuk ASEAN Plus Group. Informasi lebih lanjut mengenai HPRP dapat dilihat di website Kontak Media --- Andre Rahadian, S.H., LL.M., M.Sc. Partner E: arahadian@hplaw.co.id Rachmawati Marketing and Communications Manager E: rachmawati@hplaw.co.id Hanafiah Ponggawa & Partners Wisma 46 Kota BNI, 41st floor Jl. Jend Sudirman Kav 1 Jakarta Indonesia T:
BAB I PENDAHULUAN. Munculnya Hak Kekayaan Intelektual (HKI) atau Intellectual Property
18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Munculnya Hak Kekayaan Intelektual (HKI) atau Intellectual Property Rights (IPR) sebagai bahan pembicaraan dalam tataran nasional, regional, dan internasional
Lebih terperinciINOVASI GOVERNMENTAL MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015
INOVASI GOVERNMENTAL MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015 1 : 1 Potret Kabupaten Malang 2 Pengertian Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 3 Kesiapan Kabupaten Malang Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Filipina, Singapura, Malaysia, Thailand, Brunei Darusalam, Vietnam,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada KTT ASEAN ke-20 yang dihadiri oleh seluruh anggota yaitu: Indonesia, Filipina, Singapura, Malaysia, Thailand, Brunei Darusalam, Vietnam, Laos, Myanmar
Lebih terperinciPERSIAPAN DAERAH dalam menghadapi
PERSIAPAN DAERAH dalam menghadapi Outline 1 Gambaran Umum Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 2 MEA dalam RKP 2014 3 Strategi Daerah dalam Menghadapi MEA 2015 MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) 2015 Masyarakat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) / ASEAN Economic Community (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini merupakan agenda utama negara
Lebih terperinciMENILIK KESIAPAN DUNIA KETENAGAKERJAAN INDONESIA MENGHADAPI MEA Oleh: Bagus Prasetyo *
MENILIK KESIAPAN DUNIA KETENAGAKERJAAN INDONESIA MENGHADAPI MEA Oleh: Bagus Prasetyo * Dalam KTT Association of Southeast Asian Nation (ASEAN) ke-9 yang diselenggarakan di Provinsi Bali tahun 2003, antar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi ekonomi bagi seluruh bangsa di dunia adalah fakta sejarah yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan ASEAN. Globalisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerja sama merupakan upaya yang dilakukan oleh perseorangan, kelompok maupun negara untuk mencapai kepentingan bersama. Lewat bekerjasama, tentu saja seseorang, kelompok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN akan segera diberlakukan pada tahun 2015.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ASEAN Ecomonic Community (AEC) atau yang lebih dikenal dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN akan segera diberlakukan pada tahun 2015. AEC merupakan realisasi dari tujuan
Lebih terperinciBAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian
1 BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Dalam era globalisasi sekarang ini, perekonomian internasional merupakan salah satu pilar utama dalam proses pembangunan dunia yang lebih maju. Organisasi-organisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak boleh menyimpang dari konfigurasi umum kepulauan. 1 Pengecualian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjuangan Indonesia terkait dengan prinsip Wawasan Nusantara telah membuahkan hasil dengan diakuinya konsep negara kepulauan atau archipelagic state secara
Lebih terperinciTENAGA KERJA ASING (TKA) DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) : PELUANG ATAU ANCAMAN BAGI SDM INDONESIA?
TENAGA KERJA ASING (TKA) DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) : PELUANG ATAU ANCAMAN BAGI SDM INDONESIA? Edi Cahyono (Akademi Manajemen Administrasi YPK Yogyakarta) ABSTRAK Terlaksananya tatanan
Lebih terperinciASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara
ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN didirikan di Bangkok 8 Agustus 1967 oleh Indonesia, Malaysia,
Lebih terperinciStrategi dan Kebijakan Investasi di Indonesia Selasa, 25 Maret 2008
Strategi dan Kebijakan Investasi di Indonesia Selasa, 25 Maret 2008 Muhammad Lutfi Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal. Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. akan menyimpulkan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut :
142 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis pada bab sebelumnya, Penulis akan menyimpulkan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut : 1. Perubahan Daftar Negatif Investasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. komunikasi beserta penemuan-penemuan baru menyebabkan perubahan dari
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pergeseran Era Pertanian ke Era Industrialisasi dan semakin majunya Era komunikasi beserta penemuan-penemuan baru menyebabkan perubahan dari seluruh pola pikir dalam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi
Lebih terperinciBAB 7 PERDAGANGAN BEBAS
BAB 7 PERDAGANGAN BEBAS Pengaruh Globalisasi Terhadap Perekonomian ASEAN Globalisasi memberikan tantangan tersendiri atas diletakkannya ekonomi (economy community) sebagai salah satu pilar berdirinya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki awal abad 21 dunia ditandai dengan terjadinya proses integrasi ekonomi di berbagai belahan dunia. Proses integrasi ini penting dilakukan masing-masing kawasan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia terletak di benua Asia, tepatnya di kawasan Asia Tenggara. Negara-negara yang terletak di kawasan ini memiliki sebuah perhimpunan yang disebut dengan ASEAN (Assosiation
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia pada periode 24 28 mulai menunjukkan perkembangan yang pesat. Kondisi ini sangat memengaruhi perekonomian dunia. Tabel 1 menunjukkan
Lebih terperinciPERLINDUNGAN HUKUM BAGI INVESTASI ASING DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015
PERLINDUNGAN HUKUM BAGI INVESTASI ASING DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015 Putri Maha Dewi, SH, MH. Dosen Fakultas Hukum - Universitas Surakarta Email : princess.mahadewi@yahoo.com Abstrak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk tercapainya masyarakat yang sejahtera dan damai. Namun, kerjasama
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diawal pembentukanya pada 1967, ASEAN lebih ditunjukan pada kerjasama yang berorientasi politik guna pencapaian kedamaian dan keamanan dikawasan Asia Tenggara. Dimulai
Lebih terperinciPERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015
PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015 J.S. George Lantu Direktur Kerjasama Fungsional ASEAN/ Plt. Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN Jakarta, 20 September 2016 KOMUNITAS ASEAN 2025 Masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur perekonomian internasional yang lebih bebas dengan jalan menghapuskan semua hambatanhambatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Komunitas ASEAN atau ASEAN Community merupakan komunitas negaranegara
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunitas ASEAN atau ASEAN Community merupakan komunitas negaranegara (Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, Singapura, Brunei Darussalam, Kamboja, Vietnam, Laos
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi professional accountant khususnya di era ASEAN Economic
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jurusan akuntansi merupakan salah satu jurusan ilmu sosial di perguruan tinggi yang masih banyak diminati hingga saat ini. Sejalan dengan kemajuan dunia teknologi
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. pemerintah Indonesia telah melakukan ratifikasi Piagam ASEAN kedalam. hukum nasional Indonesia dengan menerbitkan Undang-Undang Nomor
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ASEAN Economic Community (AEC) merupakan salah satu bentuk integrasi regional di kawasan Asia Tenggara, yang dibangun melalui penciptaan pasar tunggal dan basis produksi sebagai
Lebih terperinciJURNAL ILMU EKONOMI & SOSIAL, VOL.VIII, NO. 2, OKTOBER 2017; p-issn: e-issn: SIAPKAH INDONESIA MENGHADAPI MEA?
JURNAL ILMU EKONOMI & SOSIAL, VOL.VIII, NO. 2, OKTOBER 2017; 81-90 SIAPKAH INDONESIA MENGHADAPI MEA? Christianus Yudi Prasetyo Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta ABSTRAK Negara-negara yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh United Nations Security Council yang menyebabkan berkembangnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan organisasi internasional sebagai subjek hukum internasional, tidak terlepas dari munculnya berbagai organisasi internasional pasca Perang Dunia ke II. Terjadinya
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2008 TENTANG PENGESAHAN CHARTER OF THE ASSOCIATION OF SOUTHEAST ASIAN NATIONS (PIAGAM PERHIMPUNAN BANGSA-BANGSA ASIA TENGGARA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciMateri Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional
E k o n o m i I n t e r n a s i o n a l 101 Materi Minggu 12 Kerjasama Ekonomi Internasional Semua negara di dunia ini tidak dapat berdiri sendiri. Perlu kerjasama dengan negara lain karena adanya saling
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan
BAB V KESIMPULAN Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan intensitas diplomasi dan perdagangan jasa pendidikan tinggi di kawasan Asia Tenggara, yang kemudian ditengarai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cara-cara agar dapat bersaing dengan perusahaan lain, dikarenakan tahun ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada tahun ini perusahaan lebih dituntut untuk mencari dan memanfaatkan cara-cara agar dapat bersaing dengan perusahaan lain, dikarenakan tahun ini pemerintahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang krusial. Oleh karena itu, menjadi negara maju adalah impian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persaingan antar negara-negara di dunia dalam hal perekonomian merupakan hal yang krusial. Oleh karena itu, menjadi negara maju adalah impian dari setiap negara. Sebuah
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENGESAHAN ASEAN CONVENTION AGAINST TRAFFICKING IN PERSONS, ESPECIALLY WOMEN AND CHILDREN (KONVENSI ASEAN MENENTANG PERDAGANGAN ORANG, TERUTAMA
Lebih terperinciBAB VI SIMPULAN, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI. Berdasarkan tahapan analisis lingkungan internal maupun lingkungan
BAB VI SIMPULAN, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI Berdasarkan tahapan analisis lingkungan internal maupun lingkungan eksternal terhadap pelaksanaan kegiatan bisnis PT. SUCOFINDO (Persero) baik di dalam negeri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Association of South East Asian Nation (selanjutnya disebut ASEAN)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Association of South East Asian Nation (selanjutnya disebut ASEAN) merupakan kekuatan ekonomi ketiga terbesar setelah Jepang dan Tiongkok, di mana terdiri dari 10 Negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. internasional yang dapat distandardisasi secara internasional di setiap negara.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi saat ini menuntut adanya suatu sistem akuntansi internasional yang dapat distandardisasi secara internasional di setiap negara. Harmonisasi terhadap
Lebih terperinciADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. seperti ASEAN Industrial Project (AIP) tahun 1976, the ASEAN Industrial
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ASEAN telah menghasilkan banyak kesepakatan-kesepakatan baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya. Pada awal berdirinya, kerjasama ASEAN lebih bersifat politik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), atau ASEAN Economic Community (AEC),
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), atau ASEAN Economic Community (AEC), mulai berlaku secara efektif pada tanggal 1 Januari 2016. Pembentukan MEA berasal dari kesepakatan
Lebih terperinciMEMBANGUN TIM EFEKTIF
MATERI PELENGKAP MODUL (MPM) MATA DIKLAT MEMBANGUN TIM EFEKTIF EFEKTIVITAS TIM DAERAH DALAM MEMASUKI ERA ASEAN COMMUNITY 2016 Oleh: Dr. Ir. Sutarwi, MSc. Widyaiswara Ahli Utama BPSDMD PROVINSI JAWA TENGAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Association of Southeast Asian Nations) menyadari bahwa cara terbaik untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia berdasarkan kesepakatan para pemimpin negara anggota ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) menyadari bahwa cara terbaik untuk bekerjasama
Lebih terperinciASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B.
ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B. Outline Sejarah dan Latar Belakang Pembentukan AFTA Tujuan Strategis AFTA Anggota & Administrasi AFTA Peranan & Manfaat ASEAN-AFTA The
Lebih terperinci4. Membentuk komite negara-negara penghasil minyak bumi ASEAN. Badan Kerjasama Regional yang Diikuti Negara Indonesia
Badan Kerjasama Regional yang Diikuti Negara Indonesia 1. ASEAN ( Association of South East Asian Nation Nation) ASEAN adalah organisasi yang bertujuan mengukuhkan kerjasama regional negara-negara di Asia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan membangun Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) menjadi tahun 2015 pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Para pemimpin ASEAN setuju untuk mempercepat integrasi perekonomian dan membangun Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) menjadi tahun 2015 pada ASEAN Summitbulan Januari 2007
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dicapai karena setiap negara menginginkan adanya proses perubahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi negara merupakan hal yang sangat penting untuk dicapai karena setiap negara menginginkan adanya proses perubahan perekonomian yang lebih
Lebih terperinciLANGKAH ANTISIPATIF PEMPROV DALAM MENGHADAPI MEA / AEC
LANGKAH ANTISIPATIF PEMPROV DALAM MENGHADAPI MEA / AEC attitude knowledge skill Agus Sutrisno Empat Kerangka Strategis MEA ASEAN sebagai pasar tunggal dan berbasis produksi tunggal yang didukumg dengan
Lebih terperinciPENGAJARAN BIPA DAN TES UKBI DALAM UPAYA MENJAGA EKSISTENSI BAHASA INDONESIA DI ERA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN
PENGAJARAN BIPA DAN TES UKBI DALAM UPAYA MENJAGA EKSISTENSI BAHASA INDONESIA DI ERA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN Wijang Iswara Mukti 1, Andayani 2, Nugraheni Eko Wardani 3 Universitas Sebelas Maret wijangiswara15@gmail.com
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MASYARAKAT EKONOMI ASEAN DAN PENGATURAN KEBIJAKAN PERSAINGAN USAHA DI ASEAN Sejarah Masyarakat Ekonomi ASEAN
22 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MASYARAKAT EKONOMI ASEAN DAN PENGATURAN KEBIJAKAN PERSAINGAN USAHA DI ASEAN 2.1. Masyarakat Ekonomi ASEAN 2.1.1. Sejarah Masyarakat Ekonomi ASEAN Masyarakat Ekonomi ASEAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada akhir tahun 2015, ASEAN Economic Community (AEC) atau lebih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada akhir tahun 2015, ASEAN Economic Community (AEC) atau lebih dikenal dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) mulai diterapkan. Bakhri (2015) menjelaskan penerapan
Lebih terperinciKesiapan Pemerintah di Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan
Kesiapan Pemerintah di Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan dalam Menghadapi MEA 2015 SEKILAS TENTANG ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC)/ MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) Kerjasama ekonomi ASEAN mengarah kepada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Kota Bandung Tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Potensi UMKM Kota Bandung Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di kota Bandung yang semakin berkembang ternyata membuat jumlah unit usaha tetap
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN PRESIDEN NOMOR 57 TAHUN 2010 TENTANG PENGESAHAN AGREEMENT ON INVESTMENT OF THE FRAMEWORK AGREEMENT ON COMPREHENSIVE ECONOMIC CO-OPERATION BETWEEN THE ASSOCIATION OF SOUTHEAST ASIAN NATIONS AND
Lebih terperinciASEAN DAN KERJASAMA EKONOMI REGIONAL. [Dewi Triwahyuni]
ASEAN DAN KERJASAMA EKONOMI REGIONAL [Dewi Triwahyuni] FAKTOR-FAKTOR PENDORONG KERJASAMA DI ASIA TENGGARA Setiap negara butuh hubungan dan kerja sama dengan negara lain dalam berbagai hal. Sebagai contoh,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghadapi Free Trade Area (AFTA) dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN. pada ASEAN Economic Community (AEC) yang mana merupakan pedoman
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Era globalisasi ini persaingan sangat ketat terutama dalam dunia bisnis. Budaya, teknologi dan pendidikan merupakan bagian dalam kehidupan manusia yang secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini, akan diuraikan mengenai latar belakang, masalah penelitian, persoalan penelitian, tujuan dan manfaat dari penelitian ini. 1.1 Latar Belakang Penelitian Sebuah perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengaruh bidang konstruksi pada suatu negara cukup besar. Bidang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengaruh bidang konstruksi pada suatu negara cukup besar. Bidang konstruksi berperan membangun struktur dan infra struktur di suatu negara. Infrastruktur yang memadai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satu kriterianya dilihat dari daya saing produk-produk ekspornya. Yang menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perdagangan internasional penting dalam ekonomi terutama sebagai sumber devisa negara. Keberhasilan suatu negara dalam perdagangan internasional salah satu
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) merupakan salah satu instansi pemerintah yang mempunyai peranan penting dalam memberikan pelayanan publik terkait dengan penanaman
Lebih terperinciKURIKULUM PERPAJAKAN MENJAWAB TANTANGAN AEC (ASEAN ECONOMIC COMMUNITY ) Judi Budiman Ketua Forum Dosen Pajak Indonesia IAI-KAPd
SNA XVIII USU (Universitas Sumatra Utara) Medan KURIKULUM PERPAJAKAN MENJAWAB TANTANGAN AEC (ASEAN ECONOMIC COMMUNITY ) Judi Budiman Ketua Forum Dosen Pajak Indonesia IAI-KAPd (Dosen Tetap UNISSULA Semarang)
Lebih terperinciLAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013
LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 I. PENDAHULUAN Kegiatan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional telah diselenggarakan
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 178/PMK.04/2013 TENTANG
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 178/PMK.04/2013 TENTANG PENGENAAN TARIF BEA MASUK DALAM SKEMA ASEAN TRADE IN GOODS AGREEMENT (ATIGA) DENGAN
Lebih terperinciPeluang dan Tantangan Indonesia Pada ASEAN Economic Community 2015 Rabu, 04 Juni 2014
Peluang dan Tantangan Indonesia Pada ASEAN Economic Community 2015 Rabu, 04 Juni 2014 Komunitas ASEAN 2015 Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara atau Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) merupakan
Lebih terperinciSIARAN PERS. Masyarakat Bisnis Indonesia dan Eropa Mengidentifikasi Peluang Pertumbuhan Menuju Perjanjian Kemitraan Ekonomi Uni Eropa Indonesia
SIARAN PERS Masyarakat Bisnis Indonesia dan Eropa Mengidentifikasi Peluang Pertumbuhan Menuju Perjanjian Kemitraan Ekonomi Uni Eropa Indonesia Pada Dialog Bisnis Uni Eropa - Indonesia (EIBD) keempat yang
Lebih terperinciSATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA
RINGKASAN EKSEKUTIF SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA DAFTAR ISI KATA PENGANTAR 4 INVESTASI UNI EROPA PENDORONG PERDAGANGAN INDONESIA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) tidak lama lagi akan dihadapi oleh segenap pelaku bisnis yang bergerak dalam berbagai sektor usaha di Indonesia. Masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ASEAN Economic Community (AEC) mulai berlaku. Daya saing domestik negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada 2015 mendatang, kesepakatan Masyakarat Ekonomi ASEAN atau ASEAN Economic Community (AEC) mulai berlaku. Daya saing domestik negara Asia Tenggara harus
Lebih terperinciMenerjang Arus Globalisasi ACFTA dan Masa Depan Ekonomi Politik Indonesia
Menerjang Arus Globalisasi ACFTA dan Masa Depan Ekonomi Politik Indonesia Tahun 2001, pada pertemuan antara China dan ASEAN di Bandar Sri Begawan, Brunei Darussalam, Cina menawarkan sebuah proposal ASEAN-China
Lebih terperinciPEREKONOMIAN INDONESIA DI ERA GLOBALISASI
PEREKONOMIAN INDONESIA DI ERA GLOBALISASI Globalisasi Ekonomi Adalah suatu kehidupan ekonomi secara global dan terbuka, tanpa mengenal batasan teritorial atau kewilayahan antara negara satu dengan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas antara negara-negara ASEAN. Indonesia dan sembilan negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang MEA adalah bentuk integrasi ekonomi ASEAN dalam arti terdapat sistem perdagangan bebas antara negara-negara ASEAN. Indonesia dan sembilan negara anggota ASEAN lainnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan nama Deklarasi Bangkok. Deklarasi ini disahkan dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan Organisasi Regional di Asia Tenggara dimulai dari inisiatif pemerintah di lima negara Asia Tenggara yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan
Lebih terperinciLATAR BELAKANG dan UPAYA DIPLOMATIK CINA MENDORONG CHINA-ASEAN FREE TRADE AGREEMENT
PENELITIAN LABORATOTIUM DIPLOMASI LATAR BELAKANG dan UPAYA DIPLOMATIK CINA MENDORONG CHINA-ASEAN FREE TRADE AGREEMENT Nama Jurusan Fakultas : Iva Rachmawati, M.Si : Ilmu Hubungan Internasional : Ilmu Sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penelitian Negara-negara di seluruh dunia saat ini menyadari bahwa integrasi ekonomi memiliki peran penting dalam perdagangan. Integrasi dilakukan oleh setiap negara
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGESAHAN ASEAN CONVENTION ON COUNTER TERRORISM (KONVENSI ASEAN MENGENAI PEMBERANTASAN TERORISME) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinciSimposium Akuntan Pendidik Medan, 16 September Oleh: MUSTOFA, CA. Anggota Dewan Penasihat IAI
Simposium Akuntan Pendidik Medan, 16 September 2015 Oleh: MUSTOFA, CA Anggota Dewan Penasihat IAI Welcome, MEA 2015 MEA: membentuk pasar tunggal Asia Tenggara Tujuan: meningkatkan daya saing Mempermudah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesadaran pemuda terhadap ASCC. Pemuda merupakan subyek
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skripsi ini akan membahas mengenai peran organisasi AYFN dalam meningkatkan kesadaran pemuda terhadap ASCC. Pemuda merupakan subyek sentral dan stakeholder utama dalam
Lebih terperinciBAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Pada bagian perumusan isu strategi berdasarkan tugas dan fungsi Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan mengemukakan beberapa isu strategis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada era perdagangan bebas saat ini, persaingan dunia usaha sangat ketat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era perdagangan bebas saat ini, persaingan dunia usaha sangat ketat. Banyak peluang bisnis yang muncul dari berbagai sektor. Ditambah lagi dengan adanya
Lebih terperinciPilar 1, MEA 2015 Situasi Terkini
CAPAIAN MEA 2015 Barang Pilar 1, MEA 2015 Situasi Terkini Tariff 0% untuk hampir semua produk kecuali MINOL, Beras dan Gula ROO / NTMs Trade & Customs Law/Rule National Trade Repository (NTR)/ATR Fokus
Lebih terperinciIna Hagniningtyas Krisnamurthi Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN, Kementerian Luar Negeri Madura, 27 Oktober 2015
Ina Hagniningtyas Krisnamurthi Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN, Kementerian Luar Negeri Madura, 27 Oktober 2015 TRANSFORMASI ASEAN 1976 Bali Concord 1999 Visi ASEAN 2020 2003 Bali Concord II 2007 Piagam
Lebih terperinciTantangan dan Peluang UKM Jelang MEA 2015
Tantangan dan Peluang UKM Jelang MEA 2015 Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 segera dimulai. Tinggal setahun lagi bagi MEA mempersiapkan hal ini. I Wayan Dipta, Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK,
Lebih terperinciIndonesia dan Belanda Perkuat Kerja Sama di Bidang Perdagangan dan Pembangunan Infrastruktur Rabu, 23 November 2016
Indonesia dan Belanda Perkuat Kerja Sama di Bidang Perdagangan dan Pembangunan Infrastruktur Rabu, 23 November 2016 Pemerintah Indonesia dan pemerintah Belanda semakin memperkukuh kemitraan di antara keduanya.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Strategi a. Konsep Strategi Strategi adalah suatu cara untuk mencapai tujuan perusahaan baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Strategi dalam
Lebih terperinciTUGAS ARTIKEL ETIKA PROFESI. Strategi Indonesia dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015
TUGAS ARTIKEL ETIKA PROFESI Strategi Indonesia dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 Disusun Oleh : Nama : Dwi Haryanto NIM : 1133469679 Jurusan : Sistem Komputer Konsentrasi : CCIT Dosen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kualitas penduduk, tingkat pengangguran, keadaan sosial budaya, kemajuan. per kapita ekonomi dan pertumbuhan ekonomi.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembangnya suatu negara dapat diukur dari perkembangan banyak aspek. Baik dari kondisi penduduk yang meliputi pertumbuhan penduduk dan kualitas penduduk, tingkat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. negara serta pemberlakuan ASEAN Economic Community (AEC) atau masyarakat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dinamika bisnis yang telah melesat begitu cepat dan melewati tapal batas antar negara serta pemberlakuan ASEAN Economic Community (AEC) atau masyarakat ekonomi
Lebih terperinciKESIAPAN INDONESIA DALAM MENARIK INVESTASI ASING MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN
KESIAPAN INDONESIA DALAM MENARIK INVESTASI ASING MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015 (The Readiness of Indonesia in Attracting Foreign Investment Facing ASEAN Economic Community 2015) SKRIPSI Oleh:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. anggota masyarakat itu juga membutuhkan hubungan satu sama lainnya, lainnya untuk memenuhi kebutuhan negaranya.
15 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan hubungan dengan manusia lainnya. Di dalam masyarakat bagaimanapun sederhananya, para anggota masyarakat itu juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada akhir tahun 2015 ini, negara-negara yang tergabung dalam ASEAN, akan memasuki era baru penerapan perdagangan bebas kawasan Asia Tenggara, yaitu ASEAN Free Trade
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jasa, aliran investasi dan modal, dan aliran tenaga kerja terampil.
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Setiap negara pasti memiliki hubungan interaksi dengan negara lain yang diwujudkan dengan kerja sama di suatu bidang tertentu. Salah satu diantaranya adalah
Lebih terperinciUPAYA CALON TENAGA PENDIDIK (CALON GURU) MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)
UPAYA CALON TENAGA PENDIDIK (CALON GURU) MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) Muhlis Fajar Wicaksana, S.Pd.,M.Pd. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia wicaksana_muhlis@yahoo.com Abstrak
Lebih terperinciTANTANGAN EKSTERNAL : Persiapan Negara Lain LAOS. Garment Factory. Automotive Parts
TANTANGAN EKSTERNAL : Persiapan Negara Lain LAOS Garment Factory Automotive Parts 1 Tantangan eksternal : persiapan Negara Lain VIETNAM 2 Pengelolaaan ekspor dan impor Peningkatan pengawasan produk ekspor
Lebih terperinciPROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES
NASKAH PENJELASAN PROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES (PROTOKOL UNTUK MELAKSANAKAN KOMITMEN PAKET KEENAM DALAM PERSETUJUAN KERANGKA KERJA
Lebih terperincibagi Indonesia dalam menghadapi persaingan regional maupun global. Kedua, Infrastruktur industri penerbangan juga memiliki kelebihan berupa banyaknya
BAB V KESIMPULAN Fenomena ASEAN Open Sky menjadi fenomena yang tidak dapat dihindari oleh Pemerintah Indonesia. sebagai negara yang mendukung adanya iklim perdagangan bebas dunia, Indonesia harus mendukung
Lebih terperinciPEMAHAMAN MAHASISWA TENTANG ASEAN COMMUNITY: STUDI PADA PENGURUS HIMAHI DI KOTA MALANG
PEMAHAMAN MAHASISWA TENTANG ASEAN COMMUNITY: STUDI PADA PENGURUS HIMAHI DI KOTA MALANG Najamuddin Khairur Rijal Prodi Ilmu Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang, Malang Alamat Korespondensi:
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi suatu negara ke dalam kawasan integrasi ekonomi telah menarik perhatian banyak negara, terutama setelah Perang Dunia II dan menjadi semakin penting sejak tahun
Lebih terperinci