Korelasi Kadar Feritin Serum dengan Kematangan Seksual pada Anak Penyandang Thalassemia Mayor
|
|
- Yohanes Darmali
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Artikel Penelitian Korelasi Kadar Feritin Serum dengan Kematangan Seksual pada Anak Penyandang Thalassemia Mayor Deby Anggororini, Eddy Fadlyana, Ponpon Idjradinata Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/ Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung Abstrak: Salah satu penyebab gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak adalah penyakit kronik seperti thalassemia mayor, yang membutuhkan transfusi darah berulang untuk mempertahankan hidup. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi kadar feritin serum dengan kematangan seksual pada anak dengan thalassemia mayor. Penelitian dilakukan secara observasional dengan rancangan studi kasus kontrol terhadap pengunjung Poliklinik Thalassemia RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Subjek penelitian adalah penyandang thalassemia mayor usia tahun yang berobat jalan pada bulan Maret-April Diagnosis thalassemia ditegakkan berdasarkan catatan medik. Dilakukan pemeriksaan stadium maturasi seks dengan skala Tanner. Pemeriksaan kadar feritin serum, dan hormon seks (testosteron dan estradiol) dilakukan dengan metode ECLIA. Subjek terdiri dari 30 penderita thalassemia mayor dan 30 anak sehat sebagai kontrol yang memiliki usia, jenis kelamin dan karakteristik sosioekonomi yang sama. Sebagian besar subjek thalassemia (83%) mengalami keterlambatan kematangan seksual, sedangkan seluruh kelompok kontrol memiliki kematangan seksual yang normal (p>0,001). Kadar feritin serum pada kelompok thalassemia yang mengalami keterlambatan kematangan seksual lebih tinggi secara bermakna dibandingkan dengan kematangan seksual normal (p<0,05). Terdapat korelasi antara kadar feritin serum dengan kematangan seksual pada anak penyandang thalassemia mayor (r s =0,435; p=0,018). Perlu dilakukan upaya yang lebih baik untuk mencegah terjadinya peningkatan kadar feritin serum. Kata kunci: kadar feritin serum, keterlambatan kematangan seksual, thalassemia mayor 462
2 Correlation Between Serum Feritin Level with Delayed Puberty in Thalassemia Major Children Deby Anggororini, Eddy Fadlyana, Ponpon Idjradinata Department of Pediatrics, Facuty of Medicine, Padjadjaran University/ Dr. Hasan Sadikin Hospital, Bandung Abstract: One factor that interferes with optimal growth and development is thalassemia mayor, which requires regular repeated transfusion. The aim of this study was to determine the correlation between feritin serum level with delayed puberty in thalassemia major children. An observational study with case-control design was conducted at Thalasemia Clinic of Hasan Sadikin Hospital Bandung. The subjects of this study were patients with thalassemia major aged years visiting the clinic on March to April Diagnosis of thalassemia was established from medical record. We performed sexual maturity examination using Tanner scala. Feritin serum and sex hormone measurement were analyzed with ECLIA method. Subjects consisted of 30 patients with thalassemia major. Control group were 30 healthy children with same characteristics. Most of thalassemia subjects had delayed puberty (83%). All control group had normal sexual maturity (p<0.001). A group with delayed puberty had higher serum feritin level than normal sexual maturity group. There was correlation between serum feritin level with delayed puberty in patient with thalassemia major (r s = 0.435, p= 0.018). More intervention is needed to prevent high serum feritin level. Keywords: serum feritin level, delayed puberty, thalassemia major Pendahuluan Thalassemia mayor, anemia hemolitik herediter autosomal resesif akibat gangguan proses sintesis rantai globin, merupakan salah satu penyakit kronik yang masih menjadi masalah besar karena dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan. 1,2 Insidensi gen pembawa thalassemia di dunia diperkirakan sebanyak ±3% (150 juta), sedangkan di Indonesia pembawa gen thalassemia diperkirakan sebanyak ±3-8%. 3 Di Poliklinik Thalassemia Subbagian Hematologi-Onkologi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung hingga akhir tahun 2007 telah ditangani sebanyak 495 penderita thalassemia. Penatalaksanaan thalassemia saat ini yang makin optimal mengakibatkan kualitas hidup penderitanya mendekati anak normal; demikian pula angka harapan hidupnya memanjang, yang tadinya hanya mencapai usia 10 tahun, dalam kurun waktu 50 tahun terakhir ini sudah mencapai usia tahun. 4 Beberapa hal yang diduga menjadi penyebab keterlambatan seksual pada thalassemia adalah penyakitnya sendiri, komplikasi tranfusi yang diberikan, serta pemakaian kelator besi yang tidak optimal. 3-5 Anemia menahun yang terjadi akibat proses eritropoesis yang tidak efektif, proses hemolitik, dan reduksi sintesis hemoglobin menyebabkan thalassemia memerlukan transfusi darah seumur hidup, sedangkan hipoksia jaringan akibat anemia menyebabkan kerusakan sel. Kedua hal tersebut menyebabkan penimbunan besi dalam tubuh, sehingga terjadi disfungsi organ-organ seperti jantung, hati, otot, dan kelenjar endokrin. 3,4 Penimbunan besi dalam kelenjar endokrin di hipofisis anterior, akan mengganggu sintesis hormon seks steroid. 6,7 Dampak tersebut biasanya mulai timbul pada anak yang sering mendapat tranfusi darah berulang, yaitu mereka yang berusia di atas lima tahun dan akan lebih jelas menjelang usia pubertas. Pemeriksaan kadar feritin serum merupakan cara yang paling sering digunakan untuk mengukur jumlah penimbunan besi karena pelaksanaannya mudah, efek sampingnya minimal, dan harganya relatif murah. 2 Beberapa penelitian terdahulu menyatakan bahwa penderita thalassemia tetap mengalami gangguan pertumbuhan dan keterlambatan seksual meskipun telah mendapat terapi kelator besi yang optimal. 8,9 Faktanya di Indonesia pasien thalassemia yang berobat ke poli Thalassemia RSUP Dr. Hasan Sadikin sering mendapatkan kelator besi yang kurang optimal. 10 Penelitian ini bertujuan untuk meneliti korelasi kadar feritin serum dengan kematangan seksual pada anak penyandang thalassemia mayor di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. 463
3 Metode Penelitian Penelitian dilakukan secara observasi analitik dengan rancangan studi kasus kontrol di Poliklinik Thalassemia Subbagian Hematologi-Onkologi Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung pada bulan Maret-April Subjek kasus penelitian adalah anak usia tahun yang berobat jalan di Poliklinik Thalassemia tersebut. Subjek kelompok kontrol adalah anak sehat dengan usia, jenis kelamin, dan karakteristik sosioekonomi yang sama dengan subjek penelitian yang diambil dari lingkungan sekitar kelompok thalassemia. Sebagai kriteria inklusi adalah memiliki catatan medis lengkap. Sedangkan kriteria eksklusi mencakup: disertai penyakit infeksi dan inflamasi; menderita gizi buruk; atau mempunyai kelainan kongenital. Setelah didapatkan informed consent dari orangtua, terhadap subjek dilakukan pencatatan latar belakang keluarga, anamnesis riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, pemeriksaan skala Tanner, serta pemeriksaan laboratorium berupa kadar hemoglobin, leukosit, trombosit, feritin serum dan hormon seks steroid (testosteron dan estradiol). Skala Tanner mencakup lima stadium dan dikatakan terlambat apabila stadium saat diperiksa berada di bawah stadium yang seharusnya sesuai usia. Analisis data dilakukan menggunakan uji korelasi Pearson, jika distribusi tidak normal akan digunakan uji korelasi Spearman. Kemaknaan ditentukan berdasarkan nilai p<0,05. Seluruh perhitungan statistik dikerjakan dengan piranti lunak SPSS version 15.0 for windows tahun 2007, SPSS inc, Chicago-Illinois, USA. 12 Hasil Penelitian Subjek yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 30 (61%) pasien dari 49 penyandang thalassemia. Terdapat delapan (16%) pasien yang tidak dapat diikutsertakan dalam penelitian dengan berbagai alasan (tiga pasien dirawat di rumah sakit karena demam berdarah, satu pasien menderita gizi buruk, tiga pasien menderita infeksi saluran pernapasan akut, satu pasien menderita diare), serta 11 (21%) pasien yang orangtuanya tidak bersedia anaknya diikutkan dalam penelitian. Kelompok kontrol adalah 30 anak sehat dari lingkungan sekitar subjek thalassemia yang memiliki usia, jenis kelamin, dan karakteristik sosioekonomi yang sama dengan kelompok subjek. Penelitian pendahuluan dilakukan terhadap interobserver yang melakukan penilaian skala Tanner dan menilai reliabilitas penggunaan skala Tanner pada peserta program pendidikan dokter spesialis (PPDS) anak oleh dokter spesialis anak. Perbandingan penilaian skala Tanner yang dilakukan oleh kedua pemeriksa, A (PPDS) dan B (dokter spesialis anak) pada 10 subjek penelitian dinilai dengan menggunakan coefficient agreement Kappa dan untuk menghitung Kappa indeks (K). Kedua pemeriksa tersebut nilai Kappa mempunyai tingkat reliabilitas yang baik dan secara statistik bermakna, didapatkan nilai Kappa 0,6 (kesetaraan sub-stansial). Pada tabel tampak kedua pemeriksa tidak me-nunjukkan perbedaan yang bermakna menurut statistik dalam menilai kematangan seksual (p=0,50). Karakteristik subjek penelitian dan orangtua subjek penelitian tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna antara kelompok thalassemia dan kontrol kecuali status gizi berbeda secara bermakna (Tabel 1). Tabel 1. Karakteristik Subjek Penelitian Kelompok Variabel Thalassemia Kontrol n=30 n=30 Tabel 2 Karakteristik Subjek Kelompok Thalassemia Kematangan seksual Variabel Keterlambatan Normal Usia diagnosis (bulan) Z M-W 0,001* Median ,50 Rentang Volume darah (ml) Z M-W 0,001* Median 29,750 2,050 8,00 Rentang 3,480-58,350 1,485-23,715 Kelator besi Optimal 0 (0%) 0 (0%) Tidak optimal 25 (100%) 5 (100%) Kadar feritin (ng/dl) <0,001** > (92%) 1 (20%) < (8%) 4 (80%) Keterangan: *=p berdasarkan uji Mann-Whitney **=p berdasarkan uji Fisher s exact OR= 0,02 dengan taraf kepercayaan 95% Subjek penelitian Usia (tahun) 1,000* Median Rentang Jenis kelamin 1,000* Laki-laki (tahun) n= (48%) 14 (48%) (10%) 3 (10%) >17 1 (3%) 1 (3%) Perempuan (tahun) n= (33%) 10 (33%) (3%) 1 (3%) >17 1 (3%) 1 (3%) Status gizi Gizi baik 7 (23%) 27 (90%) <0,001** Gizi kurang 23 (77%) 3 (10%) Orangtua subjek penelitian Penghasilan keluarga 1,000* <1 juta 20 (67%) 20 (67%) >1-5 juta 9 (30%) 9 (30%) >5 juta 1 (3%) 1 (3%) Pendidikan ayah Tidak lulus SMA 8 (27%) 8 (27%) 1,000* Lulus SMA 20 (67%) 20 (67%) Sarjana 2 (6%) 2 (6%) Pendidikan ibu 1,000* Tidak lulus SMA 10 (33%) 10 (33%) Lulus SMA 18 (60%) 18 (60%) Sarjana 2 (7%) 2 (7%) Keterangan: *=p berdasarkan uji Mann Whitney **=p berdasarkan uji Eksak Fisher 464
4 Pada kelompok thalassemia, usia awal diagnosis dan volume darah yang diberikan pada kedua kelompok kematangan seksual secara statistik bermakna. Semua kelompok penderita thalassemia tidak ada yang mendapat terapi kelator besi secara optimal (0%) (Tabel 2). Pada Tabel 3 terdapat perbedaan yang sangat bermakna kadar feritin serum dan hormon seks antara subjek kelompok thalassemia dan anak sehat (kontrol) (p<0,001). Tabel 3. Distribusi Kadar Feritin Serum dan Hormon Seks pada Kedua Kelompok Subjek Penelitian Kelompok Variabel Thalassemia Kontrol Z M-W n=30 n=30 Untuk mengetahui keeratan hubungan kadar feritin serum dengan keterlambatan kematangan seksual tersebut dilakukan uji korelasi Spearman. Nilai korelasi ini mempunyai koefisien korelasi rank Spearman 0,435 dan nilai kemaknaan 0,018, sehingga secara statistik hubungan tersebut bermakna (p<0,05) (Tabel 5). Selanjutnya dilakukan penentuan titik potong kadar feritin serum dan keterlambatan kematangan seksual dengan menggunakan kurva ROC, dengan tujuan untuk mendapatkan batasan kadar feritin serum yang mengarah pada keterlambatan kematangan seksual, dan didapatkan bahwa titik potong pada kadar feritin serum ng/dl mempunyai sensitivitas sebesar 83,3%, spesifisitas sebesar 75%, dan akurasi 76,7% (Gambar 1). Kadar feritin serum (ng/dl) 6,653 0,001 Median 5 797,0 52,0 Rentang 1 459, ,0 13,5-166,8 Hormon Seks Testosteron (ng/dl) 2,936 <0,001 Median 0,06 1,20 Rentang 0,02-2,67 0,08-2,97 Estradiol (ng/dl) 13,956 <0,001 Median 16,50 40,00 Rentang 0,10-44,00 20,00-93,00 Keterangan: Z M-W = uji Mann-Whitney Tabel 4. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Kematangan Seksual Kelompok Thalassemia Kontrol n=30 n=30 Kematangan seksual p<0,001 (skala Tanner) Keterlambatan 25 (83%) 0 (0%) Normal 5 (17%) 30 (100%) Keterangan: p=diuji berdasarkan uji Chi kuadrat Kematangan seksual berdasarkan skala Tanner menunjukkan perbedaan yang bermakna antara kelompok subjek thalassemia dan anak sehat, seperti tampak pada Tabel 4. Odds Ratio dengan taraf kepercayaan 95% tidak dapat dihitung. Tabel 5. Hubungan Kadar Feritin Serum dengan Keterlambatan Kematangan Seksual pada Kelompok Subjek Thalassemia Kadar Feritin Kematangan seksual Serum (ng/dl) Keterlambatan Normal Rata-rata (SD) 6 941, ,2 Median 5 867, ,0 r s = 0,435 Rentang 2 000, , p= 0,018 Keterangan: r s =koefisien korelasi rank Spearman p=berdasarkan uji korelasi Spearman (p<0,05) Gambar 1. Diskusi Kurva ROC Kadar Feritin Serum dan Kematangan Seksual Pada penelitian ini, sebanyak 25 (83,3%) subjek kelompok thalassemia mempunyai keterlambatan kematangan seksual, sedangkan seluruh subjek kelompok anak sehat memiliki kematangan seksual yang normal dan secara statistik berbeda bermakna. Hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian Moayeri dan Oloomi 13 serta Karamifar et al. 14 yang mendapatkan prevalensi gangguan kematangan seksual masingmasing sebanyak 69% dan 79%. Namun hasil ini lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian Shamshiraz et al. 7 serta Olivieri dan Brittenham 8 yang mendapatkan 22,9% dan 38% penderita thalassemia memiliki gangguan kematangan seksual. Penyebab perbedaan ini adalah adanya perbedaan kelator besi yang diberikan sehingga jumlah besi di dalam tubuh akan berbeda-beda. Penimbunan besi di hipotalamus akan menyebabkan kerusakan sel-sel hipofisis anterior sehingga mengakibatkan gangguan produksi hormon yang akan mempengaruhi kematangan seksual. 13 Pada kelompok thalassemia dengan keterlambatan kematangan seksual, baik laki-laki maupun perempuan modus 465
5 berada pada usia 12 tahun. Hasil ini serupa dengan penelitian Moayeri dan Oloomi 13 yaitu keterlambatan kematangan seksual terjadi pada thalassemia berusia 12 tahun, serta penelitian Karamifar et al. 14 yang melaporkan bahwa penderita thalassemia tumbuh normal hingga usia tahun, selanjutnya akan mengalami gangguan kematangan seksual akibat kurangnya hormon seks atau hormon gonad. 13 Sedangkan pada kelompok thalassemia yang tidak mengalami gangguan kematangan seksual sebagian besar subjek berada pada kelompok usia tahun, dengan modus usia 10 dan 11 tahun. Penyebabnya kemungkinan belum terjadinya pubertas pada usia-usia tesebut. 13,14 Kadar feritin serum rata-rata secara umum pada kelompok thalassemia usia tahun lebih rendah dibandingkan kelompok usia lebih dari 15 tahun. Hampir seluruh subjek thalassemia dengan kematangan seksual normal memiliki kadar feritin kurang dari ng/dl, hal tersebut sesuai dengan penelitian Shamsiraz et al. 7 serta Olivieri dan Brittenham, 9 Moayeri dan Oloomi, 13 Karamifar et al. 14 Dua subjek yang mempunyai kadar feritin serum <2 500 ng/dl mengalami gangguan maturasi seksual. Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya telah terjadi gangguan maturasi seksual sebelum kadar feritin serum mencapai ng/dl, atau terdapat gangguan produksi hormon seksual akibat masalah lain. Metode hipertransfusi yaitu pemberian transfusi berulang untuk mempertahankan kadar hemoglobin antara 10,5-11,0 g/dl tanpa disertai pemberian kelator besi yang adekuat dapat mengganggu perkembangan maturasi seksual akibat meningkatnya kadar feritin serum. Hal ini sebenarnya dapat diatasi dengan pemberian kelator besi yang adekuat berupa deferoksamin dikombinasikan dengan salah satu kelator besi oral (deferipron atau deferasiroks). 5,8,9 Menurut Olivieri dan Brittenham 8 serta Pignatti et al. 5 penggunaan dosis kelator besi yang tidak optimal menyebabkan penderita thalassemia mengalami gangguan tumbuh dan maturasi seksual akibat tidak terkontrolnya jumlah feritin serum sehingga mengganggu aksis hipotalamus dan hipofise. Pemantauan terjadinya gangguan endokrin akibat toksisitas besi dianjurkan dilakukan pada usia lima tahun, atau 1-2 tahun setelah mendapat transfusi berulang, atau bila secara klinis ditemukan adanya kecurigaan sudah terjadi gangguan endokrin. 4,7 Pemberian kelator besi di RSUP Dr. Hasan Sadikin diberikan jika kadar feritin serum >1 000 ng/dl tetapi pemberiannya tidak adekuat karena kurangnya kepatuhan pasien untuk mendapat kelator besi secara adekuat, alat kurang, dan biaya tidak terjangkau. Menurut Lanzkowsky, 2 pemberian kelator besi sebaiknya sudah dilakukan sejak penderita memerlukan transfusi darah berulang untuk mempertahankan kadar feritin serum <1 000 ng/dl. Comprehensive Thalassemia Centers menyatakan bahwa pemberian kelator besi sebaiknya diberikan 1-2 tahun setelah mendapat transfusi darah. 1 Kelompok yang mengalami keterlambatan maturasi seksual mempunyai kadar feritin serum lebih tinggi dibandingkan kelompok yang tidak mengalami gangguan maturasi seksual. Pada analisis selanjutnya diketahui terdapat korelasi yang cukup kuat antara kadar feritin serum dengan keterlambatan kematangan seksual. Beberapa hal yang menyebabkan keterlambatan pubertas pada penderita thalassemia adalah hemosiderosis, anemia kronik, dan pemberian kelator besi yang tidak optimal. Olivieri dan Brittenham 8 menganjurkan pemberian terapi hormon seks lebih dini untuk mendapatkan maturasi seksual yang maksimal. Pemberian hormon seks (testosteron atau estradiol) dapat memperbaiki maturasi seksual penderita thalassemia. 11 Perbedaan hasil penelitian kami dengan penelitian sebelumnya mungkin disebabkan adanya perbedaan metode pengambilan sampel. Subjek yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian kami memiliki batasan usia tahun dan tidak mendapatkan terapi kelator besi yang optimal, sedangkan penelitian sebelumnya mengambil subjek dengan batasan usia tahun dan dengan pemberian terapi kelator besi optimal. Keterbatasan penelitian ini adalah sebagian besar anak thalassemia mayor yang sudah mendapat tranfusi darah berulang memiliki status gizi kurang dan diketahui bahwa status gizi juga dapat mempengaruhi kematangan seksual seorang anak karena sintesis hormon seks dipengaruhi oleh status gizi. Pemeriksaan yang lebih akurat untuk menunjukkan adanya penimbunan besi dalam jaringan adalah menggunakan MRI atau tri two star, namun tidak dilakukan karena harganya yang mahal dan belum tersedia di Bandung. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk dapat mengetahui faktor-faktor lainnya yang berhubungan dengan keterlambatan kematangan seksual pada thalassemia mayor anak dengan batasan usia lebih dari 12 tahun. Kesimpulan Terdapat korelasi antara kadar feritin serum dengan keterlambatan kematangan seksual pada anak penyandang thalassemia mayor yang mendapat tranfusi darah berulang sehingga perlu dilakukan upaya yang lebih baik lagi untuk mencegah terjadinya peningkatan kadar feritin dengan cara pemberian kelator besi yang lebih awal dan optimal. Daftar Pustaka 1. Comprehensive Thalassemia Centers. Thalassemia (diunduh 26 Mei 2006). Tersedia dari: 2. Lanzkowsky P. Manual of pediatric hematology and oncology. Edisi ke-2. New York: Chruchill livingstone Inc; Wahidayat I. Thalassemia dan permasalahannya di Indonesia, Kongres Nasional Ilmu Kesehatan Anak XI, Jakarta: Giardina PJ, Hilgartner MW. Update on thalassemia. Pediatr Rev. 1992;13: Pignatti CB, De Stefano P, Zonta L, Vullo C, De Santics V, Melevendi C, et al. Growth and sexual maturation in thalassemia major. J Pediatr. 1985;106: Oeter KE, Kamp GA, Munson PJ, Nienhuis AW, Cassorla FG, 466
6 Manasco PK. Multiple hormone deficiencies in children with hemochromatosis. J Clin Endocrinol Metab. 1993;76: Shamsirhaz AA, Bekheirnia MR, Kamgar M, Pourzahedgilani N, Bouzari N, Habibzadeh M. Metabolic and endocrinologic complication in beta-thalassemia major: a multicenter study in Tehran. BMC Endocrine Disorders. 2003;3: Olivieri NF, Brittenham GM. Iron-chelating therapy and the treatment of thalassemia. J Am Society Hematology. 1997;89: Weintrob NB, Oliveri NF, Tyler B, Andrews DF, Freedman MH, Holland FJ. Effect of age at the start of iron chelation therapy on gonadal function in beta-thalassemia major. N Engl J Med. 1990;323: Manalu RP, Fadil R, Rustama DS, Subardja D. Kelainan toleransi glukosa pada penderita thalassemia anak di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. Tesis. Bandung: Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUP/RSHS; Bourguignon JP. Delayed puberty and hypogonadism. Dalam: Bertrand J, Rappaport R, Sizonenko PC, penyunting. Pediatric endocrinology, physiology, pathophysiology, and clinical aspect. Edisi ke-2. Baltimore: William & Wilkins; 1993.h SPSS version 15.0 for windows. Chicago-Illinois: SPSS inc; Moayeri H, Oloomi Z. Prevalence of growth and puberty failure with respect to growth hormone and gonadotropins secretion in beta-thalassemia major. Arch Iranian Med. 2006;9(4): Karamifar H, Shahriari M, Sadjadian N. Prevalence of endocrine complication in β-thalassemia major in the islamic republic of Iran. Eastern Mediterranean Health J. 2003;9: Papadimas J, Goulis DG, Mandala E, Georgiadis G, Zournatzi V, Tarlatzis BC, et al. β-thalassemia and gonadal axis: a cross-sectional, clinical study in Greek population. Hormones. 2002; 1(3): MS/FT 467
BAB I PENDAHULUAN. Thalassemia adalah penyakit kelainan darah herediter dimana tubuh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Thalassemia adalah penyakit kelainan darah herediter dimana tubuh mensintesis subunit α atau β-globin pada hemoglobin dalam jumlah yang abnormal (lebih sedikit). 1,2
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. orangtua kepada anaknya sejak masih dalam kandungan. Talasemia terjadi akibat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Talasemia merupakan penyakit bawaan yang diturunkan dari salah satu orangtua kepada anaknya sejak masih dalam kandungan. Talasemia terjadi akibat perubahan atau kelainan
Lebih terperinciHubungan Kadar Hemoglobin Sebelum Transfusi dan Zat Pengikat Besi dengan Kecepatan Pertumbuhan Penderita Thalassemia Mayor
Artikel Penelitian Hubungan Kadar Hemoglobin Sebelum Transfusi dan Zat Pengikat Besi dengan Kecepatan Pertumbuhan Penderita Thalassemia Mayor Yudith Setiati Ermaya, Dany Hilmanto, Lelani Reniarti Bagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. yang ditandai dengan berkurangnya sintesis rantai. polipeptida globin (α atau β) yang membentuk
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Thalassemia merupakan kelompok penyakit darah yang ditandai dengan berkurangnya sintesis rantai polipeptida globin (α atau β) yang membentuk hemoglobin (Hb) normal,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. serta diwariskan melalui cara autosomal resesif (Cappillini, 2012).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Thalassemia atau sindrom thalassemia merupakan sekelompok heterogen dari anemia hemolitik bawaan yang ditandai dengan kurang atau tidak adanya produksi salah
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
1.5 Manfaat Penelitian 1. Di bidang akademik / ilmiah : meningkatkan pengetahuan dengan memberikan informasi bahwa ada hubungan antara kadar serum ferritin terhadap gangguan pertumbuhan pada talasemia
Lebih terperinciABSTRAK UJI VALIDITAS HASIL PEMERIKSAAN KADAR HEMOGLOBIN METODE TALLQVIST TERHADAP METODE FLOW CYTOMETRY
ABSTRAK UJI VALIDITAS HASIL PEMERIKSAAN KADAR HEMOGLOBIN METODE TALLQVIST TERHADAP METODE FLOW CYTOMETRY Rd. Nessya N. K., 2011 Pembimbing I : Adrian S., dr., Sp.PK., M.Kes Pembimbing II : Hartini T.,
Lebih terperinciKEHAMILAN NORMAL DENGAN PREEKLAMSI BERAT SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TEKANAN DARAH DAN DERAJAT PROTEINURIA
PERBANDINGAN KADAR SOLUBLE fms-like TYROSINE KINASE 1 (sflt1) SERUM KEHAMILAN NORMAL DENGAN PREEKLAMSI BERAT SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TEKANAN DARAH DAN DERAJAT PROTEINURIA Amillia Siddiq, Johanes C.Mose,
Lebih terperinciABSTRAK PREVALENSI APENDISITIS AKUT PADA ANAK DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2011
ABSTRAK PREVALENSI APENDISITIS AKUT PADA ANAK DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2011 Adelia, 2012, Pembimbing 1: Laella K.Liana, dr., Sp.PA., M.Kes Pembimbing 2: Hartini Tiono, dr.,
Lebih terperinciABSTRAK. UJI VALIDITAS INDEKS MENTZER SEBAGAI PREDIKTOR β-thalassemia MINOR DAN ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA POPULASI ANEMIA HIPOKROM MIKROSITER
ABSTRAK UJI VALIDITAS INDEKS MENTZER SEBAGAI PREDIKTOR β-thalassemia MINOR DAN ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA POPULASI ANEMIA HIPOKROM MIKROSITER Aisyah Mulqiah, 2016 Pembimbing I Pembimbing II : dr. Penny
Lebih terperinciABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015
ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015 Diabetes melitus tipe 2 didefinisikan sebagai sekumpulan penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dirawat di Rumah Sakit minimal selama 1 bulan dalam setahun. Seseorang yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit kronis merupakan suatu kondisi yang menyebabkan seseorang dirawat di Rumah Sakit minimal selama 1 bulan dalam setahun. Seseorang yang menderita penyakit
Lebih terperinciABSTRAK. GAMBARAN VALIDITAS INDEKS MENTZER DAN INDEKS SHINE & LAL PADA PENDERITA β-thallassemia MAYOR
ABSTRAK GAMBARAN VALIDITAS INDEKS MENTZER DAN INDEKS SHINE & LAL PADA PENDERITA β-thallassemia MAYOR Nathanael Andry Mianto, 2013 Pembimbing : dr. Christine Sugiarto, Sp.PK, dr. Adrian Suhendra, Sp.PK,
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA ORANG DEWASA YANG DIRAWAT INAP DIRUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014
ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA ORANG DEWASA YANG DIRAWAT INAP DIRUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE Evan Anggalimanto, 2015 Pembimbing 1 : Dani, dr., M.Kes Pembimbing 2 : dr Rokihyati.Sp.P.D
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dibandingkan populasi anak sehat (Witt et al., 2003). Pasien dengan penyakit
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak dengan penyakit kronis lebih rentan mengalami gangguan psikososial dibandingkan populasi anak sehat (Witt et al., 2003). Pasien dengan penyakit neurologi seperti
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Sampul Dalam... i. Lembar Persetujuan... ii. Penetapan Panitia Penguji... iii. Kata Pengantar... iv. Pernyataan Keaslian Penelitian...
DAFTAR ISI Sampul Dalam... i Lembar Persetujuan... ii Penetapan Panitia Penguji... iii Kata Pengantar... iv Pernyataan Keaslian Penelitian... v Abstrak... vi Abstract...... vii Ringkasan.... viii Summary...
Lebih terperinciBAB 4. METODE PENELITIAN
BAB 4. METODE PENELITIAN 4.1.Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Anak khususnya bagian Hematologi Onkologi. 4.2.Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Defisiensi besi merupakan gangguan nutrisi yang secara umum. terjadi di seluruh dunia dan mengenai lebih kurang 25% dari seluruh
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Defisiensi besi merupakan gangguan nutrisi yang secara umum terjadi di seluruh dunia dan mengenai lebih kurang 25% dari seluruh populasi. 1 Wanita hamil merupakan
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENELITIAN
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang ilmu bedah digestif, ilmu bedah onkologi, dan ilmu gizi 4.2 Tempat dan waktu Lokasi penelitian ini adalah ruang
Lebih terperinciABSTRAK PERBANDINGAN KADAR RET HE, FE, DAN TIBC PADA PENDERITA ANEMIA DEFISIENSI FE DENGAN ANEMIA KARENA PENYAKIT KRONIS
ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR RET HE, FE, DAN TIBC PADA PENDERITA ANEMIA DEFISIENSI FE DENGAN ANEMIA KARENA PENYAKIT KRONIS Renaldi, 2013 Pembimbing I : dr. Fenny, Sp.PK., M.Kes Pembimbing II : dr. Indahwaty,
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN RAWAT INAP DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012
ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN RAWAT INAP DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI 2012-31 DESEMBER 2012 Erfina Saumiandiani, 2013 : Pembimbing I : dr. Dani,M.Kes.
Lebih terperinciABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI GANGGUAN MENSTRUASI PADA SISWI KELAS 2 SMA X KOTA BANDUNG TAHUN 2015
ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI GANGGUAN MENSTRUASI PADA SISWI KELAS 2 SMA X KOTA BANDUNG TAHUN 2015 Firina Adelya Sinaga, 2015. Pembimbing I : July Ivone, dr.,mkk.,mpd.ked Pembimbing II : Cherry
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan besarnya jumlah penderita kehilangan darah akibat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sehubungan dengan besarnya jumlah penderita kehilangan darah akibat trauma, operasi, syok, dan tidak berfungsinya organ pembentuk sel darah merah maka tranfusi darah
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain case
64 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain case control, dimana kelompok kasus dibandingkan dengan kelompok kontrol berdasarkan status
Lebih terperinciHUBUNGAN PERILAKU PENCARIAN LAYANAN KESEHATAN DENGAN KETERLAMBATAN PASIEN DALAM DIAGNOSIS TB PARU DI BBKPM SURAKARTA SKRIPSI
HUBUNGAN PERILAKU PENCARIAN LAYANAN KESEHATAN DENGAN KETERLAMBATAN PASIEN DALAM DIAGNOSIS TB PARU DI BBKPM SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Sarjana Kedokteran Faris Budiyanto G0012074
Lebih terperinciPemeriksaan Jumlah Trombosit pada Penderita Thalasemia-β Mayor yang telah di Splenektomi Lebih Dari Tiga Bulan
Pemeriksaan Jumlah Trombosit pada Penderita Thalasemia-β Mayor yang telah di Splenektomi Lebih Dari Tiga Bulan Penulis: Anbarunik Putri Danthin Abstrak Thalasemia merupakan penyakit keturunan yang disebabkan
Lebih terperinciPREVALENSI TERJADINYA TUBERKULOSIS PADA PASIEN DIABETES MELLITUS (DI RSUP DR.KARIADI SEMARANG) LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH
PREVALENSI TERJADINYA TUBERKULOSIS PADA PASIEN DIABETES MELLITUS (DI RSUP DR.KARIADI SEMARANG) LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 kedokteran
Lebih terperinciRINGKASAN. commit to user
digilib.uns.ac.id 47 RINGKASAN Talasemia beta adalah penyakit genetik kelainan darah, dan talasemia beta mayor menyebabkan anemia yang berat. (Rejeki et al., 2012; Rodak et al., 2012). Transfusi yang dilakukan
Lebih terperinciPERBANDINGAN KADAR MIKROALBUMINURIA PADA STROKE INFARK ATEROTROMBOTIK DENGAN FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DAN PASIEN HIPERTENSI
PERBANDINGAN KADAR MIKROALBUMINURIA PADA STROKE INFARK ATEROTROMBOTIK DENGAN FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DAN PASIEN HIPERTENSI SA Putri, Nurdjaman Nurimaba, Henny Anggraini Sadeli, Thamrin Syamsudin Bagian
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya Sub Bagian Neurologi dan Sub Bagian Infeksi dan Penyakit Tropik. 3.2. Tempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Di
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit ginjal kronik merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Di Amerika Serikat, didapatkan peningkatan insiden dan prevalensi dari gagal ginjal, dengan prognosis
Lebih terperinciABSTRAK PREVALENSI APENDISITIS AKUT DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG, PERIODE 1 JANUARI 31 DESEMBER 2008
ABSTRAK PREVALENSI APENDISITIS AKUT DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG, PERIODE 1 JANUARI 31 DESEMBER 2008 Christian, 2009 Pembimbing I : Freddy Tumewu Andries, dr., M.S. Pembimbing II : Ellya Rosa Delima,
Lebih terperinciABSTRAK KORELASI ANTARA TOTAL LYMPHOCYTE COUNT DAN JUMLAH CD4 PADA PASIEN HIV/AIDS
ABSTRAK KORELASI ANTARA TOTAL LYMPHOCYTE COUNT DAN JUMLAH CD4 PADA PASIEN HIV/AIDS Ardo Sanjaya, 2013 Pembimbing 1 : Christine Sugiarto, dr., Sp.PK Pembimbing 2 : Ronald Jonathan, dr., MSc., DTM & H. Latar
Lebih terperinciHubungan Albumin Serum Awal Perawatan dengan Perbaikan Klinis Infeksi Ulkus Kaki Diabetik di Rumah Sakit di Jakarta
LAPORAN PENELITIAN Hubungan Albumin Serum Awal Perawatan dengan Perbaikan Klinis Infeksi Ulkus Kaki Diabetik di Rumah Sakit di Jakarta Hendra Dwi Kurniawan 1, Em Yunir 2, Pringgodigdo Nugroho 3 1 Departemen
Lebih terperinciHUBUNGAN CRP (C-REACTIVE PROTEIN) DENGAN KULTUR URIN PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH PADA ANAK DI RSUP. HAJI ADAM MALIK TAHUN 2014.
HUBUNGAN CRP (C-REACTIVE PROTEIN) DENGAN KULTUR URIN PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH PADA ANAK DI RSUP. HAJI ADAM MALIK TAHUN 2014 Oleh : PUTRI YUNITA SIREGAR 120100359 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama kurun waktu 6 bulan, yaitu antara bulan
79 BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 KARAKTERISTIK RESPONDEN PENELITIAN Penelitian telah dilaksanakan selama kurun waktu 6 bulan, yaitu antara bulan September 2010 sampai dengan bulan Februari 2011 di Poli Rawat
Lebih terperinciPERBEDAAN TITER TROMBOSIT DAN LEUKOSIT TERHADAP DERAJAT KLINIS PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) ANAK DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI
PERBEDAAN TITER TROMBOSIT DAN LEUKOSIT TERHADAP DERAJAT KLINIS PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) ANAK DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
Lebih terperinciABSTRAK ANGKA KEJADIAN INFEKSI CACING DI PUSKESMAS KOTA KALER KECAMATAN SUMEDANG UTARA KABUPATEN SUMEDANG TAHUN
ABSTRAK ANGKA KEJADIAN INFEKSI CACING DI PUSKESMAS KOTA KALER KECAMATAN SUMEDANG UTARA KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2007-2011 Eggi Erlangga, 2013. Pembimbing I : July Ivone, dr., M.KK., MPd.Ked. Pembimbing
Lebih terperinciPREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER
ABSTRAK PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2010 Shiela Stefani, 2011 Pembimbing 1 Pembimbing
Lebih terperinciHUBUNGAN KEPATUHAN TRANFUSI DAN KONSUMSI KELASI BESI TERHADAP PERTUMBUHAN ANAK DENGAN THALASEMIA
HUBUNGAN KEPATUHAN TRANFUSI DAN KONSUMSI KELASI BESI TERHADAP PERTUMBUHAN ANAK DENGAN THALASEMIA Rosnia Safitri 1, Juniar Ernawaty 2, Darwin Karim 3 Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau Email:
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Penyakit Dalam sub bagian Infeksi Tropis. Bagian /SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang mulai 1
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Disiplin ilmu yang terkait dengan penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam sub bagian Infeksi Tropis 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini
Lebih terperinciHubungan Usia Penyandang Diabetes Melitus Tipe 2 dan Disfungsi Ereksi
Hubungan Usia Penyandang Diabetes Melitus Tipe 2 dan Disfungsi 1 Rian Panelewen 2 Janette M. Rumbajan 2 Lusiana Satiawati 1 Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
Lebih terperinciAZIMA AMINA BINTI AYOB
Kejadian Anemia Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Ruang Rawat Jalan dan Ruang Rawat Inap Divisi Endokrinologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam, RSUP H. Adam Malik, Medan Pada Tahun 2011-2012 AZIMA
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Thalassemia merupakan sindrom kelainan yang diwariskan (inherited) dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Thalassemia merupakan sindrom kelainan yang diwariskan (inherited) dan masuk ke dalam kelompok hemoglobinopati, yakni kelainan yang disebabkan oleh gangguan sintesis
Lebih terperinciBAB 4 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah eksperimental dengan rancangan pre and post
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Desain penelitian Jenis penelitian adalah eksperimental dengan rancangan pre and post test design sehingga dapat diketahui perubahan yang terjadi akibat perlakuan. Perubahan
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT KANKER OVARIUM DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI 2011-DESEMBER 2011
ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT KANKER OVARIUM DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI 2011-DESEMBER 2011 Adindha, 2012; Pembimbing I : Laella K. Liana, dr., Sp. PA., M. Kes. Pembimbing II : Rimonta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengandung badan inklusi di darah tepi menyebabkan anemia pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Adanya eritropoiesis inefektif dan hemolisis eritrosit yang mengandung badan inklusi di darah tepi menyebabkan anemia pada talasemia mayor (TM), 1,2 sehingga diperlukan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi. 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr. Kariadi Semarang dari
Lebih terperinciD DIMER PADA KEGANASAN HEMATOLOGI DI RSUP SANGLAH ABSTRAK
D DIMER PADA KEGANASAN HEMATOLOGI DI RSUP SANGLAH ABSTRAK Trombosis adalah komplikasi utama dan penyebab utama kedua kematan terbesar dari pemderita keganasan. Studi epidemiologis menunjukkan trombosis
Lebih terperinciBAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya Perinatologi dan Neurologi. 4.. Waktu dan tempat penelitian Penelitian ini
Lebih terperinciHUBUNGAN PERSENTASE LEMAK TUBUH DENGAN TOTAL BODY WATER MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH
HUBUNGAN PERSENTASE LEMAK TUBUH DENGAN TOTAL BODY WATER MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti ujian proposal
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian 3.1.1 Ruang Lingkup Keilmuan Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam dan Ilmu Bedah. 3.1.2 Ruang Lingkup Waktu
Lebih terperinciPERBEDAAN SATURASI OKSIGEN AWAL MASUK TERHADAP LUARAN PNEUMONIA PADA ANAK LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH
PERBEDAAN SATURASI OKSIGEN AWAL MASUK TERHADAP LUARAN PNEUMONIA PADA ANAK LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 kedokteran umum
Lebih terperinciHUBUNGAN KARAKTERISKTIK PASIEN DENGAN TINGKAT KEPATUHAN DALAM MENJALANI TERAPI DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS TEMBUKU 1 KABUPATEN BANGLI BALI 2015
HUBUNGAN KARAKTERISKTIK PASIEN DENGAN TINGKAT KEPATUHAN DALAM MENJALANI TERAPI DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS TEMBUKU 1 KABUPATEN BANGLI BALI 2015 I Putu Angga Pradana Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. komponen utama adalah hemoglobin A dengan struktur molekul α 2 β 2.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hemoglobin Darah orang dewasa normal memiliki tiga jenis hemoglobin, dengan komponen utama adalah hemoglobin A dengan struktur molekul α 2 β 2. Hemoglobin minor yang memiliki
Lebih terperinciABSTRAK. GAMBARAN KEJADIAN STROKE PADA PASIEN RAWAT INAP RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2010
ABSTRAK GAMBARAN KEJADIAN STROKE PADA PASIEN RAWAT INAP RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2010 Ezra Endria Gunadi, 2011 Pembimbing I : Freddy Tumewu Andries, dr., MS Pembimbing
Lebih terperinciTalassemia adalah salah satu kelainan genetik
Artikel Asli Hubungan Kekerapan Transfusi Darah dengan Kejadian Kolelitiasis dan Biliary Sludge pada Pasien Talassemia Mayor Anak Dandy Utama Jaya, Lelani Reniarti, Alex Chairulfatah Bagian Ilmu Kesehatan
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN PENDERITA ARTRITIS GOUT DI RUMAH SAKIT IMMANUEL PERIODE
ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA ARTRITIS GOUT DI RUMAH SAKIT IMMANUEL PERIODE 2012-2014 Darrel Ash - Shadiq Putra, 2015. Pembimbing I : Budi Liem, dr., M.Med dan Pembimbing II : July Ivone, dr.,mkk.,mpd.ked
Lebih terperinciABSTRAK. Wilianto, 2010 Pembimbing I :dr. July Ivone.,M.K.K.,M.Pd.Ked Pembimbing II :dr. Sri Nadya S., M.Kes
ABSTRAK PREVALENSI KARSINOMA PROSTAT BERDASARKAN UMUR, KADAR PSA,DIAGNOSIS AWAL, DAN GAMBARAN HISTOPATOLOGI DI RUMAH IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI 2007-31 DESEMBER 2009 Wilianto, 2010 Pembimbing I
Lebih terperinciPREVALENSI NEFROPATI PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE II YANG DIRAWAT INAP DAN RAWAT JALAN DI SUB BAGIAN ENDOKRINOLOGI PENYAKIT DALAM, RSUP H
PREVALENSI NEFROPATI PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE II YANG DIRAWAT INAP DAN RAWAT JALAN DI SUB BAGIAN ENDOKRINOLOGI PENYAKIT DALAM, RSUP H. ADAM MALIK, MEDAN PADA TAHUN 2009 Oleh: LIEW KOK LEONG
Lebih terperinciHUBUNGAN SKOR APRI DENGAN DERAJAT VARISES ESOFAGUS PASIEN SIROSIS HATI KARENA HEPATITIS B
HUBUNGAN SKOR APRI DENGAN DERAJAT VARISES ESOFAGUS PASIEN SIROSIS HATI KARENA HEPATITIS B SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran ELSY NASIHA ALKASINA G0014082 FAKULTAS KEDOKTERAN
Lebih terperinciRINGKASAN. Sepsis merupakan masalah global dengan angka morbiditas dan mortalitas yang
RINGKASAN Sepsis merupakan masalah global dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Insiden sepsis di unit perawatan intensif pediatrik Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) sebagai rumah sakit
Lebih terperinciAbstract ASSOCIATION OF ATRIAL FIBRILLATION AND ISCHEMIC STROKE ANALYSIS FROM RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA
Abstract ASSOCIATION OF ATRIAL FIBRILLATION AND ISCHEMIC STROKE ANALYSIS FROM RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA Arya Widyatama 1, Imam Rusdi 2, Abdul Gofir 2 1 Student of Medical Doctor, Faculty of Medicine,
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT ATRIAL SEPTAL DEFECT DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG, PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2009
ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT ATRIAL SEPTAL DEFECT DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG, PERIODE 1 JANUARI 2007-31 DESEMBER 2009 Renaldy, 2010 Pembimbing I :dr. Sri Nadya Saanin M.Kes Pembimbing II :dr. Evi
Lebih terperinciOleh: Esti Widiasari S
HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN INJEKSI DEPOT-MEDROXYPROGESTERONE ACETATE (DMPA) DENGAN KADAR ESTRADIOL PADA PENDERITA KANKER PAYUDARA TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister
Lebih terperinciPERBANDINGAN LAMA RAWAT INAP ANTARA PASIEN FRAKTUR TERBUKA GRADE III DALAM FASE GOLDEN PERIOD DENGAN OVER GOLDEN PERIOD SKRIPSI
PERBANDINGAN LAMA RAWAT INAP ANTARA PASIEN FRAKTUR TERBUKA GRADE III DALAM FASE GOLDEN PERIOD DENGAN OVER GOLDEN PERIOD SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran RIMA AGHNIA
Lebih terperinciPubertas Terlambat pada Anak Thalassemia di RSAB Harapan Kita Jakarta
Artikel Asli Pubertas Terlambat pada Anak Thalassemia di RSAB Harapan Kita Jakarta Hermien W Moeryono, Fajar Subroto, Aditya Suryansyah Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita, Jakarta Latar belakang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kejang demam merupakan salah satu kejadian bangkitan kejang yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kejang demam merupakan salah satu kejadian bangkitan kejang yang sering dijumpai pada anak. Bangkitan kejang ini disebabkan oleh demam dimana terdapat kenaikan suhu
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT DI RS IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI - DESEMBER 2005
ABSTRAK GAMBARAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT DI RS IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI - DESEMBER 2005 Ahmad Taqwin, 2007 Pembimbing I : Agustian L.K, dr., Sp.PD. Pembimbing
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN PENDERITA DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER
ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER GRADE I DAN II PADA ANAK 0 14 TAHUN DI RSUD PROF. W. Z. JOHANNES KUPANG PERIODE JANUARI DESEMBER 2007 Yasinta Adolfina Making. 2009. Pembimbing I :
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU TENTANG FAKTOR RISIKO PENYAKIT SEREBROVASKULAR TERHADAP KEJADIAN STROKE ISKEMIK ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH
HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU TENTANG FAKTOR RISIKO PENYAKIT SEREBROVASKULAR TERHADAP KEJADIAN STROKE ISKEMIK ASSOCIATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND BEHAVIOUR ABOUT RISK FACTOR OF CEREBROVASKULAR
Lebih terperinciBAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak khususnya penyakit Infeksi dan Penyakit Tropik dan Bagian Mikrobiologi Klinik RSUP dr.kariadi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam. 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini telah dilakukan di
Lebih terperinciABSTRAK. Dewi Tantra, 2008, Pembimbing I : Aloysius Suryawan,dr., SpOG Pembimbing II : Penny Setyawati,dr.,SpPK., M.Kes
ABSTRAK PREVALENSI DAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO ANEMIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS SUKAWARNA KELURAHAN SUKAWARNA KECAMATAN SUKAJADI WILAYAH BOJONEGARA BANDUNG Dewi Tantra, 2008, Pembimbing I : Aloysius Suryawan,dr.,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. metode case control dilakukan terlebih dahulu kemudian pengambilan data
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini merupakan studi analitik observasional dengan menggunakan metode case control. Pengambilan data variabel dependen pada metode
Lebih terperinciArtikel Penelitian. Abstrak. Abstract. Vivit Erdina Yunita, 1 Afdal, 2 Iskandar Syarif 3
705 Artikel Penelitian Gambaran Faktor yang Berhubungan dengan Timbulnya Kejang Demam Berulang pada Pasien yang Berobat di Poliklinik Anak RS. DR. M. Djamil Padang Periode Januari 2010 Desember 2012 Vivit
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI UPT PUSKESMAS PASUNDAN KOTA BANDUNG PERIODE
ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI UPT PUSKESMAS PASUNDAN KOTA BANDUNG PERIODE 2016 Jones Vita Galuh Syailendra, 2014 Pembimbing 1 : Dani, dr., M.Kes. Pembimbing 2 : Budi Widyarto, dr.,
Lebih terperinciNidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan
Naskah Publikasi, November 008 Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia Hubungan Antara Sikap, Perilaku dan Partisipasi Keluarga Terhadap Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Melitus Tipe di RS PKU
Lebih terperinciGambaran Status Gizi Anak Talasemia β Mayor di RSUP Dr. M. Djamil Padang
803 Artikel Penelitian Gambaran Status Gizi Anak Talasemia β Mayor di RSUP Dr. M. Djamil Padang Dona Mirsa Putri 1, Fadil Oenzil 2, Efrida 3 Abstrak Talasemia merupakan penyakit kronik yang membutuhkan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. inklusi penelitian. Subyek penelitian ini terdiri dari kelompok kasus dan
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian dilaksanakan pada 36 pasien yang memenuhi kriteria inklusi penelitian. Subyek penelitian ini terdiri dari kelompok kasus dan kelompok
Lebih terperinciABSTRAK. Fenny Mariady, Pembimbing I : dr. Christine Sugiarto, SpPK Pembimbing II : dr. Lisawati Sadeli, M.Kes
ABSTRAK PERBANDINGAN HASIL PEMERIKSAAN KADAR GLUKOSA DARAH SEWAKTU MENGGUNAKAN GLUKOMETER DAN SPEKTROFOTOMETER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DI KLINIK NIRLABA BANDUNG Fenny Mariady, 2013. Pembimbing
Lebih terperinciABSTRAK KARAKTERISTIK PENDERITA MALARIA DI KABUPATEN KEPUALAUAN MENTAWAI SELAMA JANUARI-DESEMBER 2012
ABSTRAK KARAKTERISTIK PENDERITA MALARIA DI KABUPATEN KEPUALAUAN MENTAWAI SELAMA JANUARI-DESEMBER 2012 Janice Surjana, 2014 Pembimbing I : Donny Pangemanan, drg.,skm. Pembimbing II : Budi Widyarto Lana,
Lebih terperinciHUBUNGAN PEMBERIAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT) DENGAN KADAR ASAM URAT SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
HUBUNGAN PEMBERIAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT) DENGAN KADAR ASAM URAT SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Ivan Setiawan G0010105 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KADAR FERITIN DENGAN KREATININ SERUM PADA PASIEN THALASSEMIA DI RSUD DR. MOEWARDI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan
HUBUNGAN ANTARA KADAR FERITIN DENGAN KREATININ SERUM PADA PASIEN THALASSEMIA DI RSUD DR. MOEWARDI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Eko Dewi Ratna Utami G.0010067 FAKULTAS
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PENYAKIT KUSTA DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP SANGLAH DENPASAR PERIODE
ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PENYAKIT KUSTA DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP SANGLAH DENPASAR PERIODE 2011 2013 Kasus kusta di Indonesia tergolong tinggi dibandingkan Negara lain. Angka kejadian
Lebih terperinciPERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN PASIEN MULTIPEL MIELOMA PADA BERBAGAI TAHAP PEMBERIAN KEMOTERAPI ( Studi Observasional di RSUP Dr. Kariadi Semarang )
1 PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN PASIEN MULTIPEL MIELOMA PADA BERBAGAI TAHAP PEMBERIAN KEMOTERAPI ( Studi Observasional di RSUP Dr. Kariadi Semarang ) THE DIFFERENCE OF HEMOGLOBIN LEVEL ON VARIOUS CYCLES OF
Lebih terperinci4.6 Instrumen Penelitian Cara Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisis Data Etika Penelitian BAB V.
DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... I LEMBAR PERSETUJUAN... II PENETAPAN PANITIA PENGUJI... III KATA PENGANTAR... IV PRASYARAT GELAR... V ABSTRAK... VI ABSTRACT... VII DAFTAR ISI... VIII DAFTAR TABEL... X Bab I.
Lebih terperinciDR. R.D KANDOU MANADO
ANALISIS HUBUNGAN ANTARA UMUR DAN RIWAYAT KELUARGA MENDERITA DM DENGAN KEJADIAN PENYAKIT DM TIPE 2 PADA PASIEN RAWAT JALAN DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM BLU RSUP PROF. DR. R.D KANDOU MANADO John S. Kekenusa*,
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO INFERTILITAS WANITA DI POLIKLINIK RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2010 JANUARI 2011
vi ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO INFERTILITAS WANITA DI POLIKLINIK RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2010 JANUARI 2011 Aggie, 2011; Pembimbing I : DR. Felix Kasim, dr., M. Kes. Pembimbing
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Onkologi dan Bedah digestif; serta Ilmu Penyakit Dalam. Penelitian dilaksanakan di Instalasi Rekam Medik RSUP Dr.
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Bedah khususnya Ilmu Bedah Onkologi dan Bedah digestif; serta Ilmu Penyakit Dalam. 4. Tempat dan Waktu Penelitian
Lebih terperinciABSTRAK PREVALENSI DEMAM BERDARAH DENGUE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL PERIODE JANUARI DESEMBER 2012
ABSTRAK PREVALENSI DEMAM BERDARAH DENGUE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL PERIODE JANUARI DESEMBER 2012 Albert Jonathan, 2013 Pembimbing 1 : Oeij Anindita Adhika, dr., M.kes Pembimbing 2 : Sri Utami Sugeng, Dra.,
Lebih terperinciABSTRAK. Gea Nathali Halim, 2017, Pembimbing 1: Penny Setyawati M, Dr, SpPK, MKes Pembimbing 2: Yenni Limyati, Dr, SSn,SpKFR,MKes
ABSTRAK HUBUNGAN MIKROALBUMINURIA (MAU) DAN ESTIMATED GLOMERULAR FILTRATION RATE (egfr) SEBAGAI PREDIKTOR PENURUNAN FUNGSI GINJAL PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 Gea Nathali Halim, 2017, Pembimbing 1:
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL Penelitian ini dilakukan pada penderita asma rawat jalan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta pada bulan Agustus-September 2016. Jumlah keseluruhan subjek yang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Kariadi Semarang pada periode Maret Juni neutrofil limfosit (NLR) darah tepi sebagai indikator outcome stroke iskemik
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan dari penelitian ini mencakup bidang Neurologi dan Hematologi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan
Lebih terperinciHubungan derajat dehidrasi dengan kadar hematokrit pada anak penderita diare di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
Hubungan derajat dehidrasi dengan kadar hematokrit pada anak penderita diare di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado 1 Angely C. Rumayar 2 Jeanette I. Ch. Manoppo 3 Max F. J. Mantik 1 Kandidat Skripsi Fakultas
Lebih terperinciBAB 4 METODE PENELITIAN
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu Penyakit Dalam, sub ilmu Pulmonologi dan Geriatri. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Tempat peneltian ini adalah
Lebih terperinciABSTRAK. Fransisca Nathalia, Pembimbing Utama: dr.adrian Suhendra, Sp.PK., M.Kes
ABSTRAK PERBANDINGAN NILAI HEMATOLOGI ANTARA PASIEN MEDICAL CHECK UP (MCU) DI RUMAH SAKIT PURI MEDIKA JAKARTA DENGAN NILAI RUJUKAN ALAT SYSMEX XS-800i Fransisca Nathalia, 2014. Pembimbing Utama: dr.adrian
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT STROKE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2009
ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT STROKE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI 2009-31 DESEMBER 2009 Muhammad Randy, 2010 Pembimbing I : Sri Nadya J. Saanin, dr., M.Kes. Pembimbing II : DR. Felix Kasim,
Lebih terperinciPerbedaan Kadar Hb Pra dan Post Hemodialisa pada Penderita Gagal Ginjal Kronis di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
Perbedaan Kadar Hb Pra dan Post Hemodialisa pada Penderita Gagal Ginjal Kronis di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta The Difference of Hb Levels Pre and Post Hemodialysis in Chronic Renal Failure Patients
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf dan Ilmu Penyakit
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf dan Ilmu Penyakit Dalam. 3.2. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan
Lebih terperinci