DAFTAR ISI BAB I ANALISIS SITUASI AWAL TAHUN... 1 A. HAMBATAN TAHUN LALU.. 1 B. KELEMBAGAAN... 2 C. SUMBER DAYA... 8

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR ISI BAB I ANALISIS SITUASI AWAL TAHUN... 1 A. HAMBATAN TAHUN LALU.. 1 B. KELEMBAGAAN... 2 C. SUMBER DAYA... 8"

Transkripsi

1

2

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR Halaman DAFTAR ISI BAB I ANALISIS SITUASI AWAL TAHUN A. HAMBATAN TAHUN LALU.. 1 B. KELEMBAGAAN... 2 C. SUMBER DAYA... 8 BAB II TUJUAN DAN SASARAN KERJA.. 22 A. DASAR HUKUM 22 B. TUJUAN, SASARAN DAN INDIKATOR. 22 BAB III STRATEGI PELAKSANAAN A. STRATEGI PENCAPAIAN TUJUAN DAN SASARAN B. HAMBATAN DALAM PELAKSANAAN STRATEGI. 29 C. TEROBOSAN YANG DILAKUKAN BAB IV HASIL KERJA A. PENCAPAIAN TUJUAN DAN SASARAN.. 34 B. PENCAPAIAN KINERJA. 39 C. REALISASI ANGGARAN.. 41 D. UPAYA UNTUK MERAIH WTP DAN REFORMASI BIROKRASI.. 44 BAB V PENUTUP 48 LAMPIRAN 1. RENCANA KERJA PEMERINTAH TH 2013 PRIORITAS NASIONAL 3: KESEHATAN 2. RENCANA STRATEGIS ITJEN KEMENKES TH TARGET DAN REALISASI KEGIATAN ITJEN BERDASARKAN RENCANA STRATEGIS TAHUN AKSI PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI KEMENKES TAHUN 2013 (PELAKSANAAN INPRES NO. I TH 2013) 5. REALISASI ANGGARAN ITJEN KEMENKES TH 2013 BERDASARKAN JENIS BELANJA DAN SUMBER DANA 6. MONEV KINERJA PENGANGGARAN ITJEN TH NERACA BMN ITJEN TH 2013

4 BAB I ANALISIS SITUASI AWAL TAHUN Dalam upaya mewujudkan reformasi birokrasi di Kementerian Kesehatan, Inspektorat Jenderal diharapkan dapat berperan untuk mengawal dan memastikan berjalannya proses Reformasi Birokrasi. Upaya tersebut diwujudkan dalam bentuk peningkatan peran Inspektorat Jenderal dalam memberikan peringatan dini ( early warning system) terhadap potensi penyimpangan/kecurangan yang terjadi dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) dan pemerintahan yang bersih (clean government) Inspektorat Jenderal telah mencanangkan perubahan paradigma dari semula hanya berperan sebagai Watchdog menjadi lebih menitikberatkan kepada peran sebagai konsultan dan quality assurance. Pergeseran peran tersebut sejalan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 yang diwujudkan dalam bentuk kegiatan pengawasan yang meliputi seluruh proses kegiatan yaitu: Audit; Reviu Laporan Keuangan; Evaluasi; Pemantauan dan Kegiatan Pengawasan lainnya terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi satuan kerja serta berperan sebagai Konsultan (memberikan solusi) dan quality assurance (memberikan pendapat/jaminan). Berdasarkan hasil evaluasi atas capaian kinerja program dan kegiatan pada tahun 2013, terlihat bahwa Inspektorat Jenderal telah berhasil mencapai target yang telah ditetapkan, namun dalam beberapa aspek masih ditemukan berbagai hambatan dan kelemahan yang harus diatasi agar capaian kinerja program dan kegiatan pada masa yang akan datang dapat lebih ditingkatkan agar pelaksanaan program/kegiatan pengawasan dapat berjalan secara efektif dan efisien sehingga tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dapat tercapai. A. HAMBATAN TAHUN LALU Secara umum capaian kinerja program dan kegiatan Inspektorat Jenderal pada tahun 2013 telah berhasil mencapai target yang telah ditetapkan, namun masih ditemukan berbagai hambatan dan permasalahan yang mempengaruhi pencapaian sasaran program dan kegiatan yaitu: 1. Adanya perubahan sasaran kegiatan pengawasan Inspektorat Jenderal yang semula direncanakan berupa kegiatan audit operasional dirubah menjadi kegiatan inventarisasi BMN sehingga berdampak pada cakupan satuan kerja yang dilakukan audit sesuai dengan jadwal dan sasaran yang telah ditetapkan dalam PKPT Tahun Kebijakan efisiensi anggaran yang ditetapkan Kementerian Keuangan mengakibatkan adanya revisi DIPA yang penyelesaiannya membutuhkan waktu sehingga berdampak terhadap penyerapan anggaran Itjen yang kurang optimal.

5 3. Adanya keterbatasan jumlah SDM untuk melakukan audit terhadap seluruh obyek pemeriksaan sehingga cakupan audit belum menjangkau seluruh Satker di lingkungan kementerian kesehatan. 4. Belum seluruh rekomendasi ditindaklanjuti karena beberapa faktor yaitu mutasi Kepala Satker, Satker yang tidak aktif, Petugas yang harus bertanggung jawab sudah pensiun serta pihak ketiga/rekanan yang berkewajiban menyelesaikan kewajibannya sudah tidak ada. 5. Kegiatan joint audit Program Jamkesmas dengan BPKP tidak terserap seluruhnya karena realisasi penggunaan anggaran tidak sesuai dengan RAB yang diajukan BPKP Perwakilan. B. KELEMBAGAAN Inspektorat Jenderal merupakan unsur pengawas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Kesehatan dengan dipimpin oleh Inspektur Jenderal. Inspektorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan pengawasan intern di lingkungan Kementerian Kesehatan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Inspektorat Jenderal menyelenggarakan fungsi : 1. Penyiapan perumusan kebijakan pengawasan intern di lingkungan Kementerian Kesehatan; 2. Pelaksanaan pengawasan intern di lingkungan Kementerian Kesehatan terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya; 3. Pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Menteri Kesehatan; 4. Penyusunan laporan hasil pengawasan di lingkungan Kementerian Kesehatan; dan 5. Pelaksanaan administrasi Inspektorat Jenderal. Inspektorat Jenderal terdiri atas : 1. Sekretariat Inspektorat Jenderal; 2. Inspektorat I; 3. Inspektorat II; 4. Inspektorat III; 5. Inspektorat IV; 6. Inspektorat Investigasi; dan 7. Kelompok Jabatan Fungsional. 2

6 STRUKTUR ORGANISASI INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN RI (Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/MENKES/PER/VIII/2010) 1. Sekretariat Inspektorat Jenderal Sekretariat Inspektorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan pelayanan teknis dan administratif kepada semua unsur di lingkungan Inspektorat Jenderal. Dalam melaksanakan tugas, Sekretariat Inspektorat Jenderal menyelenggarakan fungsi: a. Pelaksanaan koordinasi penyusunan rencana, program, anggaran dan penyajian informasi hasil pengawasan dan dokumentasi; b. Analisis pelaporan dan tindak lanjut hasil pengawasan; dan c. Pelaksanaan urusan tata usaha, keuangan, kepegawaian, perlengkapan dan rumah tangga Inspektorat Jenderal. Sekretariat Inspektorat Jenderal terdiri atas : a. Bagian Program dan Informasi Bagian Program dan Informasi mempunyai tugas yaitu: a) Penyusunan rencana, program dan anggaran; b) Penyajan data dan Informasi hasil pengawasan dan dokumentasi. 3

7 Bagian Program dan Informasi terdiri atas : 1) Sub Bagian Program, mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana, program dan anggaran. 2) Sub Bagian Informasi dan Dokumentasi, mempunyai tugas melakukan pengumpulan, pengolahan, penyajian data, pelayanan informasi pengawasan serta dokumentasi. b. Bagian Analisis dan Pelaporan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan Bagian Analisis dan Pelaporan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan mempunyai tugas sebagai berikut: 1) Analisis laporan hasil pengawasan; dan 2) Pengumpulan, pengolahan, evaluasi dan penyajian data hasil pengawasan, penyajian laporan hasil pengawasan, serta memantau penyelesaian tindak lanjut hasil pengawasan. Bagian Analisis dan Pelaporan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan terdiri atas : 1) Sub Bagian Analisis dan Pelaporan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan I Sub Bagian Analisis dan Pelaporan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan I mempunyai tugas melakukan penerimaan, pencatatan, penyimpanan berkas, analisis, evaluasi dan penyiapan bahan pemantauan tindak lanjut serta penyajian laporan hasil pengawasan yang dilaksanakan oleh Inspektorat Jenderal. 2) Sub Bagian Analisis dan Pelaporan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan II. Sub Bagian Analisis dan Pelaporan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan II mempunyai tugas melakukan penerimaan, pencatatan, penyimpanan berkas, analisis, evaluasi dan penyiapan bahan pemantauan tindak lanjut serta penyajian laporan hasil pengawasan yang dilaksanakan oleh Aparat Pengawasan Fungsional di luar Inspektorat Jenderal. c. Bagian Keuangan dan Perlengkapan Bagian Keuangan dan Perlengkapan terdiri atas : 1) Sub Bagian Keuangan; dan 2) Sub Bagian Perlengkapan dan Rumah Tangga. Bagian keuangan dan perlengkapan mempunyai tugas yakni: 1) Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas melakukan urusan keuangan dan pembayaran gaji. 2) Sub Bagian Perlengkapan dan Rumah Tangga mempunyai tugas melakukan urusan rumah tangga dan perlengkapan. d. Bagian Umum Bagian Umum terdiri atas : 1) Sub Bagian Kepegawaian; dan 2) Sub Bagian Tata Usaha. 4

8 Bagian Umum mempunyai tugas yakni : 1) Sub Bagian Kepegawaian mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian. 2) Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan tata persuratan dan kearsipan. e. Kelompok Jabatan Fungsional. Kelompok jabatan fungsional yang ditempatkan di Sekretariat Itjen terdiri dari jabatan fungsional umum (JFU) dan jabatan fungsional tertentu (JFT). 2. Inspektorat I Inspektorat I mempunyai tugas melaksanakan pengawasan intern terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan penyusunan laporan hasil pengawasan lingkup Sekretariat Jenderal dan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Inspektorat I menyelenggarakan fungsi: a. Penyusunan rencana dan program pengawasan intern lingkup Sekretariat Jenderal dan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan; b. Pengawasan intern terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan dan kegiatan lingkup Sekretariat Jenderal dan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan; c. Penyusunan laporan hasil pengawasan; dan d. Pelaksanaan urusan tata usaha Inspektorat I Inspektorat I terdiri atas : a. Sub Bagian Tata Usaha Sub Bagian Tata Usaha Inspektorat I mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana dan laporan, administrasi keuangan, urusan tata persuratan, kearsipan, dan dokumentasi di lingkup kerja Inspektorat I. b. Kelompok Jabatan Fungsional Auditor. 3. Inspektorat II Inspektorat II mempunyai tugas melaksanakan pengawasan intern terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan penyusunan laporan hasil pengawasan lingkup Inspektorat Jenderal dan Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Inspektorat II menyelenggarakan fungsi : a. Penyusunan rencana dan program pengawasan intern lingkup Inspektorat Jenderal dan Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak; b. Pengawasan intern terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan dan kegiatan lingkup Inspektorat Jenderal dan Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak; 5

9 c. Penyusunan laporan hasil pengawasan; dan d. Pelaksanaan urusan tata usaha Inspektorat II Inspektorat II terdiri atas : a. Sub Bagian Tata Usaha Sub Bagian Tata Usaha Inspektorat II mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana dan laporan, administrasi keuangan, urusan tata persuratan, kearsipan, dan dokumentasi di lingkup kerja Inspektorat II. b. Kelompok Jabatan Fungsional Auditor. 4. Inspektorat III Inspektorat III mempunyai tugas melaksanakan pengawasan intern terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan penyusunan laporan hasil pengawasan lingkup Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Inspektorat III menyelenggarakan fungsi : a. Penyusunan rencana dan program pengawasan intern lingkup Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan; b. Pengawasan intern terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan dan kegiatan lingkup Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan; c. Penyusunan laporan hasil pengawasan; dan d. Pelaksanaan urusan tata usaha Inspektorat III. Inspektorat III terdiri atas : a. Sub Bagian Tata Usaha Sub Bagian Tata Usaha Inspektorat III mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana dan laporan, administrasi keuangan, urusan tata persuratan, kearsipan, dan dokumentasi di lingkup kerja Inspektorat III. b. Kelompok Jabatan Fungsional Auditor. 5. Inspektorat IV Inspektorat IV mempunyai tugas melaksanakan pengawasan intern terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan penyusunan laporan hasil pengawasan lingkup Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan dan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan. Dalam melaksanakan tugas, Inspektorat IV menyelenggarakan fungsi : a. Penyusunan rencana dan program pengawasan intern lingkup Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan dan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan; b. Pengawasan intern terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan dan kegiatan lingkup Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat 6

10 Kesehatan dan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan; c. Penyusunan laporan hasil pengawasan; dan d. Pelaksanaan urusan tata usaha Inspektorat IV. Inspektorat IV terdiri atas : a. Sub Bagian Tata Usaha Sub Bagian Tata Usaha Inspektorat IV mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana dan laporan, administrasi keuangan, urusan tata persuratan, kearsipan, dan dokumentasi di lingkup kerja Inspektorat IV. b. Kelompok Jabatan Fungsional Auditor. 6. Inspektorat Investigasi Inspektorat Investigasi mempunyai tugas melaksanakan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Menteri Kesehatan. Dalam melaksanakan tugas, Inspektorat Investigasi menyelenggarakan fungsi : a. Perumusan rencana dan program kerja pengawasan investigasi; b. Pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Menteri; c. Pengawasan investigasi dan pengawasan lainnya; d. Penyusunan laporan hasil pengawasan; dan e. Pelaksanaan urusan tata usaha Inspektorat Investigasi Inspektorat Investigasi terdiri atas : a. Sub Bagian Tata Usaha Sub Bagian Tata Usaha Inspektorat Investigasi mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana dan laporan, administrasi keuangan, urusan tata persuratan, kearsipan dan dokumentasi di lingkup kerja Inspektorat Investigasi. b. Kelompok Jabatan Fungsional Auditor. 7. Kelompok Jabatan Fungsional Auditor Kelompok jabatan fungsional auditor mempunyai tugas membantu Inspektur dalam melaksanakan pengawasan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kelompok Jabatan Fungsional Auditor terdiri atas sejumlah tenaga fungsional auditor dalam jenjang jabatan yang diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan dikoordinasikan oleh pejabat fungsional auditor senior yang ditunjuk oleh Inspektur Jenderal. Jumlah tenaga fungsional Auditor ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja. 7

11 C. SUMBER DAYA 1. Sumber Daya Manusia Sumber Daya Manusia di lingkungan Inspektorat Jenderal s.d Desember 2013 sebanyak 234 orang, dengan rincian sebagai berikut: a. Berdasarkan Jabatan Jumlah pegawai Itjen Kemenkes tahun 2013 berdasarkan jabatan dapat dilihat pada grafik berikut : Grafik-1 Berdasarkan grafik diatas dapat dijabarkan bahwa keadaan pegawai di lingkungan Inspektorat Jenderal berdasarkan jabatan terdiri dari: 1) Struktural = 24 orang 2) Fungsional Tertentu = 137 orang 3) Fungsional Umum = 73 orang Untuk Jabatan Fungsional Tertentu (JFT), dapat dibedakan lagi menjadi jabatan fungsional auditor dan arsiparis yaitu : NO. JABATAN FUNGSIONAL TERTENTU JUMLAH 1. Auditor Utama 1 orang 2. Auditor Madya 7 orang 3. Auditor Muda 48 orang 4. Auditor Pertama 79 orang 5. Arsiparis Penyelia 2 orang JUMLAH 137 orang Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa dari 137 orang yang memangku jabatan fungsional tertentu terdapat 1 auditor utama, 7 orang auditor madya, 48 auditor muda, 79 auditor pertama dan 2 orang arsiparis penyelia. Jika digambarkan dalam grafik terlihat sebagai berikut : 8

12 Grafik-2 b. Berdasarkan Kelompok Umur Jumlah pegawai Itjen Kemenkes tahun 2013 berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada grafik berikut : Grafik-3 Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat distribusi kelompok umur pegawai yang paling banyak adalah kelompok umur 40 sampai dengan 49 tahun sebanyak 71 orang (30,34%) dan terendah adalah kelompok umur kurang dari 30 tahun sebanyak 36 orang (15,39%). 9

13 c. Berdasarkan Jenis Kelamin Jumlah pegawai Itjen Kemenkes tahun 2013 berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada grafik berikut : Grafik-4 Pada grafik di atas dapat dilihat bahwa pegawai jenis kelamin pria lebih banyak dari pegawai jenis kelamin wanita yaitu 138 orang pria ( 59%) dan 96 orang perempuan (41%). d. Berdasarkan Pendidikan Jumlah pegawai Itjen Kemenkes tahun 2013 berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada grafik berikut : Grafik-5 10

14 SDM yang berada di lingkungan Inspektorat Jenderal apabila diklasifikasikan berdasarkan pendidikan, menunjukkan bahwa Pendidikan Strata-2 (S-2) merupakan tingkat pendidikan terbanyak dengan 129 orang ( 55,13%) dan Strata-1 (S-1) sebanyak 82 orang (35,04%). e. Berdasarkan Golongan Jumlah pegawai Itjen Kemenkes tahun 2013 berdasarkan golongan dapat dilihat pada grafik berikut : Grafik-6 Berdasarkan tabel di atas, distribusi pegawai di lingkungan Inspektorat Jenderal menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai adalah golongan III yakni sebanyak 195 orang ( 83%) sedangkan golongan IV sebanyak 33 orang ( 14%) dan golongan II sebanyak 6 orang (3%). 2. Sumber Daya Sarana dan Prasarana Keadaan Barang Milik Negara di lingkungan Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI pada 31 Desember 2013 adalah: a. Saldo Awal Tahun Anggaran 2013 Nilai BMN per 01 Januari 2013 menurut Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI adalah sebesar Rp ,- yang terdiri dari nilai BMN intrakomptabel (nilai BMN yang disajikan dalam Neraca) sebesar Rp Rp ,- dan nilai BMN ekstrakomptabel sebesar Rp ,-. b. Ringkasan Mutasi Barang Milik Negara Tahun Anggaran 2013 Mutasi BMN per 31 Desember 2013 adalah sebagai berikut: 11

15 1) Barang Persediaan Saldo Persediaan pada Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI per 31 Desember 2013 sebesar Rp ,-. Jumlah tersebut terdiri dari saldo awal sebesar Rp ,- dan total mutasi persediaan selama periode laporan sebesar minus Rp ,-. Jumlah tersebut dapat dirinci sebagai berikut: Uraian Saldo Awal Mutasi Saldo Akhir Barang Konsumsi Bahan Utk Pemeliharaan Suku Cadang Pita Cukai, Materai dan Leges Persediaan Lainnya JUMLAH Total nilai barang persediaan dalam kondisi baik. 2) Peralatan dan Mesin Saldo Peralatan dan Mesin pada Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI per 31 Desember 2013 adalah sebesar Rp ,-. Jumlah tersebut terdiri dari saldo awal sebesar Rp ,-, mutasi tambah sebesar Rp ,- dan mutasi kurang sebesar Rp ,-. Rincian mutasi Peralatan dan Mesin per bidang barang adalah sebagai berikut: a) Alat Angkutan (3.02) Saldo Alat Angkutan pada Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI per 31 Desember 2013 sebesar Rp ,-. Jumlah tersebut terdiri dari saldo awal total jumlah barang sebesar 55 (lima puluh lima) unit dengan nilai sebesar Rp ,-, mutasi tambah jumlah barang 0 (nol) unit dengan nilai sebesar Rp0,- (nol rupiah), dan mutasi kurang jumlah barang 2 (dua) unit dengan nilai sebesar Rp ,-. Mutasi Kurang Alat Angkutan tersebut meliputi: Uraian Jenis Transaksi Reklasifikasi Keluar dari Aset Tetap ke Aset Lainnya (401) Intrakomptabel Ekstrakomptabel

16 Dari jumlah Alat Angkutan di atas, yang statusnya sedang dimanfaatkan oleh pihak ketiga adalah sejumlah 0 (nol) dengan nilai sebesar Rp0,- (nol rupiah), sedang dalam proses penghapusan/pemindahtanganan adalah 0 (nol) unit dengan nilai sebesar Rp0,- (nol rupiah). Dari jumlah Alat Angkutan di atas, berdasarkan status kondisinya adalah sebagai berikut: Uraian Kondisi Kuantitas Nilai Baik Rusak Ringan 0 0 Rusak Berat Kelompok barang Alat Angkutan yang statusnya dihentikan dari penggunaan operasional pemerintah adalah sebanyak 2 (dua) unit dengan nilai sebesar Rp ,-. b) Alat Kantor ( ) Saldo Alat Kantor pada Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI per 31 Desember 2013 sebesar Rp ,-. Jumlah tersebut terdiri dari saldo awal total jumlah barang sebesar 456 (empat ratus lima puluh enam) unit dengan nilai sebesar Rp ,-, mutasi tambah jumlah barang 10 (sepuluh) unit dengan nilai sebesar Rp ,- dan mutasi kurang jumlah barang 30 (tiga puluh) unit dengan nilai sebesar Rp ,-. Mutasi Tambah Alat Kantor tersebut meliputi: Uraian Jenis Transaksi Intrakomptabel Ekstrakomptabel Pembelian (101) Mutasi Kurang Alat Kantor tersebut meliputi: Uraian Jenis Transaksi Reklasifikasi Keluar dari Aset Tetap ke Aset Lainnya (401) Intrakomptabel Ekstrakomptabel Dari jumlah Alat Kantor di atas, yang statusnya sedang dimanfaatkan oleh pihak ketiga adalah sejumlah 0 (nol) dengan nilai sebesar Rp0,- (nol rupiah), sedang dalam proses penghapusan/pemindahtanganan adalah 0 (nol) unit dengan nilai sebesar Rp0,- (nol rupiah). Dari jumlah Alat Kantor di atas, berdasarkan status kondisinya adalah sebagai berikut: 13

17 Uraian Kondisi Kuantitas Nilai Baik Rusak Ringan 0 0 Rusak Berat Kelompok barang Alat Kantor yang statusnya dihentikan dari penggunaan operasional pemerintah adalah sebanyak 30 ( tiga puluh) unit dengan nilai sebesar Rp ,-. c) Alat Rumah Tangga ( ) Saldo Alat Rumah Tangga pada Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI per 31 Desember 2013 sebesar Rp ,-. Jumlah tersebut terdiri dari saldo awal total jumlah barang sebesar (seribu dua ratus tiga puluh sembilan) unit dengan nilai sebesar Rp ,-, mutasi tambah jumlah barang 109 (seratus sembilan) unit dengan nilai sebesar Rp ,- dan mutasi kurang jumlah barang 90 (sembilan puluh) unit dengan nilai sebesar Rp ,-. Mutasi Tambah Alat Rumah Tangga tersebut meliputi: Uraian Jenis Transaksi Intrakomptabel Ekstrakomptabel Pembelian (101) Mutasi Kurang Alat Rumah Tangga tersebut meliputi: Uraian Jenis Transaksi Reklasifikasi Keluar dari Aset Tetap ke Aset Lainnya (401) Intrakomptabel Ekstrakomptabel Dari jumlah Alat Rumah Tangga di atas, yang statusnya sedang dimanfaatkan oleh pihak ketiga adalah sejumlah 0 (nol) dengan nilai sebesar Rp0,- (nol rupiah), sedang dalam proses penghapusan/pemindahtanganan adalah 0 (nol) unit dengan nilai sebesar Rp0,- (nol rupiah). Dari jumlah Alat Rumah Tangga di atas, berdasarkan status kondisinya adalah sebagai berikut: Uraian Kondisi Kuantitas Nilai Baik Rusak Ringan 0 0 Rusak Berat

18 Kelompok barang Alat Rumah Tangga yang statusnya dihentikan dari penggunaan operasional pemerintah adalah sebanyak 90 (sembilan puluh) unit dengan nilai sebesar Rp ,-. d) Alat Studio ( ) Saldo Alat Studio pada Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI per 31 Desember 2013 sebesar Rp ,-. Jumlah tersebut terdiri dari saldo awal total jumlah barang sebesar 38 (tiga puluh delapan) unit dengan nilai sebesar Rp ,-, mutasi tambah jumlah barang 13 (tiga belas) unit dengan nilai sebesar Rp ,- dan mutasi kurang jumlah barang 0 (nol) unit dengan nilai sebesar Rp0,- (nol rupiah). Mutasi Tambah Alat Studio tersebut meliputi: Uraian Jenis Transaksi Intrakomptabel Ekstrakomptabel Pembelian (101) Dari jumlah Alat Studio di atas, yang statusnya sedang dimanfaatkan oleh pihak ketiga adalah sejumlah 0 (nol) dengan nilai sebesar Rp0,- (nol rupiah), sedang dalam proses penghapusan/pemindahtanganan adalah 0 (nol) unit dengan nilai sebesar Rp0,- (nol rupiah). Dari jumlah Alat Studio di atas, berdasarkan status kondisinya adalah sebagai berikut: Uraian Kondisi Kuantitas Nilai Baik Rusak Ringan 0 0 Rusak Berat 0 0 Kelompok barang Alat Studio yang statusnya dihentikan dari penggunaan operasional pemerintah adalah sebanyak 0 ( nol) unit dengan nilai sebesar Rp0,- (nol rupiah). e) Alat Komunikasi ( ) Saldo Alat Komunikasi pada Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI per 31 Desember 2013 sebesar Rp ,-. Jumlah tersebut terdiri dari saldo awal total jumlah barang sebesar 29 (dua puluh sembilan) unit dengan nilai sebesar Rp ,-, mutasi tambah jumlah barang 4 (empat) unit dengan nilai sebesar Rp ,- dan mutasi kurang jumlah barang 0 (nol) unit dengan nilai sebesar Rp0,- (nol rupiah). 15

19 Mutasi Tambah Alat Komunikasi tersebut meliputi: Uraian Jenis Transaksi Intrakomptabel Ekstrakomptabel Pembelian (101) Dari jumlah Alat Komunikasi di atas, yang statusnya sedang dimanfaatkan oleh pihak ketiga adalah sejumlah 0 (nol) dengan nilai sebesar Rp0,- (nol rupiah), sedang dalam proses penghapusan/pemindahtanganan adalah 0 (nol) unit dengan nilai sebesar Rp0,- (nol rupiah). Dari jumlah Alat Komunikasi di atas, berdasarkan status kondisinya adalah sebagai berikut: Uraian Kondisi Kuantitas Nilai Baik Rusak Ringan 0 0 Rusak Berat 0 0 Kelompok barang Alat Komunikasi yang statusnya dihentikan dari penggunaan operasional pemerintah adalah sebanyak 0 ( nol) unit dengan nilai sebesar Rp0,- (nol rupiah). f) Komputer Unit ( ) Saldo Komputer Unit pada Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI per 31 Desember 2013 sebesar Rp ,-. Jumlah tersebut terdiri dari saldo awal total jumlah barang sebesar 266 (dua ratus enam puluh enam) unit dengan nilai sebesar Rp ,-, mutasi tambah jumlah barang 20 (dua puluh) unit dengan nilai sebesar Rp ,- dan mutasi kurang jumlah barang 30 (tiga puluh) unit dengan nilai sebesar Rp ,-. Mutasi Tambah Komputer Unit tersebut meliputi: Uraian Jenis Transaksi Intrakomptabel Ekstrakomptabel Pembelian (101) Mutasi Kurang Komputer Unit tersebut meliputi: Uraian Jenis Transaksi Reklasifikasi Keluar dari Aset Tetap ke Aset Lainnya (401) Intrakomptabel Ekstrakomptabel

20 Dari jumlah Alat Komputer Unit di atas, yang statusnya sedang dimanfaatkan oleh pihak ketiga adalah sejumlah 0 (nol) dengan nilai sebesar Rp0,- (nol rupiah), sedang dalam proses penghapusan/pemindahtanganan adalah 0 (nol) unit dengan nilai sebesar Rp0,- (nol rupiah). Dari jumlah Komputer Unit di atas, berdasarkan status kondisinya adalah sebagai berikut: Uraian Kondisi Kuantitas Nilai Baik Rusak Ringan 0 0 Rusak Berat Kelompok barang Alat Komputer Unit yang statusnya dihentikan dari penggunaan operasional pemerintah adalah sebanyak 30 ( tiga puluh) unit dengan nilai sebesar Rp ,-. g) Peralatan Komputer ( ) Saldo Peralatan Komputer pada Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI per 31 Desember 2013 sebesar Rp ,-. Jumlah tersebut terdiri dari saldo awal total jumlah barang sebesar 174 (seratus tujuh puluh empat) unit dengan nilai sebesar Rp ,-, mutasi tambah jumlah barang 51 (lima puluh satu) unit dengan nilai sebesar Rp ,- dan mutasi kurang jumlah barang 30 (tiga puluh) unit dengan nilai sebesar Rp ,-. Mutasi Tambah Peralatan Komputer tersebut meliputi: Uraian Jenis Transaksi Intrakomptabel Ekstrakomptabel Pembelian (101) Mutasi Kurang Peralatan Komputer tersebut meliputi: Uraian Jenis Transaksi Reklasifikasi Keluar dari Aset Tetap ke Aset Lainnya (401) Intrakomptabel Ekstrakomptabel Dari jumlah Peralatan Komputer di atas, yang statusnya sedang dimanfaatkan oleh pihak ketiga adalah sejumlah 0 (nol) dengan nilai sebesar Rp0,- (nol rupiah), sedang dalam proses penghapusan/pemindahtanganan adalah 0 (nol) unit dengan nilai sebesar Rp0,- (nol rupiah). Dari jumlah Peralatan Komputer di atas, berdasarkan status kondisinya adalah sebagai berikut: 17

21 Uraian Kondisi Kuantitas Nilai Baik Rusak Ringan 0 0 Rusak Berat Kelompok barang Peralatan Komputer yang statusnya dihentikan dari penggunaan operasional pemerintah adalah sebanyak 30 ( tiga puluh) unit dengan nilai sebesar Rp ,-. h) Akumulasi Penyusutan Peralatan dan Mesin. Saldo Akumulasi Penyusutan Peralatan dan Mesin pada Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI per 31 Desember 2013 sebesar Rp ,-. 3) Gedung dan Bangunan Saldo Gedung dan Bangunan pada Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI per 31 Desember 2013 sebesar Rp0,- (nol rupiah). 4) Jalan, Irigasi, dan Jaringan Saldo Jalan, Irigasi, dan Jaringan pada Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI per 31 Desember 2013 sebesar Rp0,- (nol rupiah). 5) Aset Tetap Lainnya Saldo Aset Tetap Lainnya pada Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI per 31 Desember 2013 sebesar Rp ,-. Rincian mutasi Aset Tetap Lainnya per bidang barang adalah sebagai berikut: a) Bahan Perpustakaan Tercetak ( ) Saldo Bahan Perpustakaan Tercetak pada Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI per 31 Desember 2013 adalah sebesar Rp ,-. Jumlah tersebut terdiri dari saldo awal sejumlah 222 unit dengan nilai sebesar Rp ,-, mutasi tambah sejumlah 0 (nol) unit dengan nilai sebesar Rp0,- (nol rupiah), dan mutasi kurang sejumlah 0 (nol) unit dengan nilai sebesar Rp0,- (nol rupiah). b) Bahan Perpustakaan Terekam ( ) Saldo Bahan Perpustakaan Terekam pada Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI per 31 Desember 2013 adalah sebesar Rp ,-. Jumlah tersebut terdiri dari saldo awal sejumlah 21 unit dengan nilai sebesar Rp ,-, mutasi tambah sejumlah 0 (nol) unit dengan nilai sebesar Rp0,- (nol rupiah), dan mutasi kurang sejumlah 0 (nol) unit dengan nilai sebesar Rp0,- (nol rupiah). 18

22 c) Akumulasi Penyusutan Aset Tetap Lainnya. Saldo Akumulasi Penyusutan Aset Tetap Lainnya pada Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI per 31 Desember 2013 sebesar Rp0,- (nol rupiah) 6) Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP) Saldo Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP) pada Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI per 31 Desember 2013 sebesar Rp0,- (nol rupiah). 7) Aset Lainnya Saldo Aset Lainnya pada Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI per 31 Desember 2013 adalah sebesar Rp ,-. Jumlah tersebut terdiri dari saldo awal sebesar Rp , mutasi tambah sebesar Rp ,-, dan mutasi kurang sebesar Rp ,-. a) Aset Tak Berwujud Saldo Aset Tak Berwujud pada Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI per 31 Desember 2013 adalah sebesar Rp ,-. Jumlah tersebut terdiri dari saldo awal sebesar 38 (tiga puluh delapan) unit dengan nilai sebesar Rp ,-, mutasi tambah sejumlah 3 (tiga) unit dengan nilai sebesar Rp ,- dan mutasi kurang sejumlah 30 (tiga puluh) unit dengan nilai sebesar Rp ,-. Mutasi Tambah Aset Tak Berwujud tersebut meliputi: Uraian Jenis Transaksi Intrakomptabel Pembelian (101) Ekstrakomptabel 0 Mutasi Kurang Aset Tak Berwujud tersebut meliputi: Uraian Jenis Transaksi Reklasifikasi Keluar dari Aset Tetap ke Aset Lainnya (401) Intrakomptabel Ekstrakomptabel Dari jumlah Aset Tak Berwujud di atas, yang statusnya sedang dimanfaatkan oleh pihak ketiga adalah sejumlah 0 (nol) dengan nilai sebesar Rp0,- (nol rupiah), sedang dalam proses penghapusan/pemindahtanganan adalah 0 (nol) unit dengan nilai sebesar Rp0,- (nol rupiah). Dari jumlah Aset Tak Berwujud di atas, berdasarkan status kondisinya adalah sebagai berikut: 19

23 Uraian Kondisi Kuantitas Nilai Baik Rusak Ringan 0 0 Rusak Berat Aset Tak Berwujud yang statusnya dihentikan dari penggunaan operasional pemerintah adalah 30 (tiga puluh) unit Rp ,-. BMN yang Dihentikan Penggunaannya dari Operasional Pemerintah Saldo BMN Yang Dihentikan Penggunaannya dari Operasional Pemerintah pada Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI per 31 Desember 2013 adalah sebesar Rp ,-. Jumlah tersebut terdiri dari saldo awal sebesar 540 (lima ratus empat puluh) unit dengan nilai sebesar Rp ,- mutasi tambah sejumlah 212 (dua ratus dau belas) dengan nilai sebesar Rp ,- dan mutasi kurang sejumlah 0 (nol) dengan nilai sebesar Rp0,- (nol rupiah). Mutasi Tambah BMN yang Dihentikan Penggunaannya dari Operasional Pemerintah tersebut meliputi: Uraian Jenis Transaksi Reklasifikasi Masuk ke Aset Lainnya dari Aset tetap (188) Intrakomptabel Ekstrakomptabel Rincian BMN yang telah dihentikan penggunaannya pada Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI per 31 desember 2013 per golongan barang adalah sebagai berikut: Golongan Barang Intrakomptabel Ekstrakomptabel 1. Tanah Peralatan dan Mesin Gedung dan Bangunan Jalan, Jembatan, Irigasi dan Jaringan Aset Tetap Lainnya JUMLAH b) Akumulasi Penyusutan BMN yang Dihentikan Penggunaannya dari Operasional Pemerintah. 20

24 Saldo Akumulasi Penyusutan BMN Yang Dihentikan Penggunaannya dari Operasional Pemerintah pada Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI per 31 Desember 2013 sebesar Rp ,-. 3. Sumber Dana Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi Itjen Kementerian Kesehatan RI tahun 2013, didukung oleh dana yang bersumber dari DIPA sesuai Keputusan Menteri Keuangan Nomor : /2013 tanggal 5 Desember 2012 (setelah revisi). Alokasi awal sebesar Rp ,- dan telah direvisi menjadi sebesar Rp ,-. Penyebab revisi jumlah alokasi anggaran tersebut adalah adanya surat dari Kementerian Keuangan No. ND.407/mk.02/2013 tanggal 18 Juni 2013 tentang Anggaran Belanja Kementerian/Lembaga dan APBNP tahun 2013 mengenai efisiensi anggaran Kemenkes sebesar Rp. 175 Miliar dimana anggaran belanja Inspektorat Jenderal mengalami efisiensi sebesar Rp ,-. Alokasi tahun 2013 terdiri dari Belanja Pegawai Rp ,- dan Non Belanja Pegawai terdiri dari Belanja Barang sebesar Rp ,- dan Belanja Modal sebesar Rp ,-. Alokasi anggaran program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kemenkes RI selama tahun 2012 dan 2013 dapat dilihat pada tabel berikut: No ALOKASI ANGGARAN BELANJA BERDASARKAN PROGRAM TAHUN 2012 dan 2013 Anggaran Program Tahun 2012 Tahun Pengawasan Dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Kesehatan RI 83,000,000, J U M L A H 83,000,000, Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pagu anggaran menurut program Itjen tahun 2013, mengalami kenaikan sebesar Rp ,- atau sebesar 15,77% dibandingkan dengan pagu anggaran tahun

25 BAB II TUJUAN DAN SASARAN KERJA A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang No.17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 2. Undang-Undang No.1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara; 3. Undang-Undang No.15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara; 4. Peraturan Presiden No.5 tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun ; 5. Instruksi Presiden No.3 tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan; 6. Instruksi Presiden No.1 tahun 2013 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi tahun 2013; 7. Peraturan Menteri Kesehatan No.1144/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan; 8. Keputusan Menteri Kesehatan No.32/Menkes/SK/I/2013 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun ; 9. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1099/Menkes/SK/VI/2011 tentang Indikator Kinerja Utama Tingkat Kementerian Kesehatan Tahun ; 10. Rencana Aksi Program Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan Tahun Surat Keputusan Inspektur Jenderal No: HK.02.03/I.1/7532/2012 tentang Kebijakan Pengawasan Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI Tahun 2013 B. TUJUAN, SASARAN DAN INDIKATOR 1. Tujuan Tujuan program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Kesehatan adalah terselenggaranya pengawasan secara komprehensif untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, akuntabel, bersih dan bebas KKN melalui rumusan sebagai berikut : 1) Meningkatkan kualitas dan intensitas pengawasan dengan efektif dan efisien. 2) Meningkatkan percepatan pelaksanaan tindak lanjut hasil pengawasan. 3) Menyempurnakan kebijakan sistem prosedur pengawasan. 2. Sasaran dan Indikator Sasaran program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Kesehatan adalah Meningkatnya Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Kesehatan. 22

26 Target pada sasaran dan indikator kinerja Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan pada tahun 2013 dijabarkan sebagai berikut : NO SASARAN INDIKATOR TARGET Meningkatnya pengawasan dan akuntabilitas aparatur Kementerian Kesehatan 1 Meningkatnya pengawasan dan pembinaan pelaksanaan kebijakan Ditjen Pembinaan Upaya Kesehatan dan Setjen 2 Meningkatnya pengawasan dan pembinaan pelaksanaan kebijakan Ditjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak dan Itjen 3 Meningkatnya pengawasan dan pembinaan pelaksanaan kebijakan Ditjen PP & PL dan Balitbangkes 4 Meningkatnya pengawasan dan pembinaan pelaksanaan kebijakan Ditjen Kefarmasian & Alkes dan Badan PPSDMK 5 Meningkatnya pengusutan dan investigasi kasus-kasus yang berindikasi merugikan negara dan menghambat kelancaran tugas dan fungsi Kementerian Kesehatan Persentase unit kerja yang menerapkan administrasi yang akuntabel 1 Jumlah Satuan Kerja di lingkungan Ditjen Pembinaan Upaya Kesehatan dan Setjen yang dievaluasi laporan kinerja dan keuangannya untuk memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) 2 Persentase temuan laporan hasil pengawasan yang ditindaklanjuti 1 Jumlah Satuan Kerja di lingkungan Ditjen Bina Gizi & Kesehatan Ibu & Anak dan Itjen yang dievaluasi laporan kinerja dan keuangannya untuk memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) 2 Persentase temuan laporan hasil pengawasan yang ditindaklanjuti 1 Jumlah Satuan Kerja di lingkungan Ditjen PP & PL dan Badan Litbangkes yang dievaluasi laporan kinerja dan keuangannya untuk memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) 2 Persentase temuan laporan hasil pengawasan yang ditindaklanjuti 1 Jumlah Satuan Kerja di lingkungan Ditjen Binfar dan Alkes dan Badan PPSDMK yang dievaluasi laporan kinerja dan keuangannya untuk memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) 2 Persentase temuan laporan hasil pengawasan yang ditindaklanjuti 1 Persentase Pengusutan dan Investigasi kasuskasus yang berindikasi merugikan negara dan menghambat kelancaran tugas dan fungsi Kementerian Kesehatan 2 Jumlah NSPK tentang pemeriksaan investigasi yang ditetapkan 75% % 45 70% % % 60% 2 6 Meningkatnya dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya pada Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Kesehatan 1 Persentase hasil pemutakhiran tindak lanjut hasil pengawasan 60% 2 Presentase unit kerja yang menerapkan SPIP 70% 3. Jumlah rancangan regulasi dan standar yang disusun 10 23

27 BAB III STRATEGI PELAKSANAAN A. STRATEGI PENCAPAIAN TUJUAN DAN SASARAN Strategi Inspektorat Jenderal dalam pencapaian tujuan dan sasaran adalah: 1. Meningkatkan intensitas dan kualitas pelaksanaan pengawasan Menyelenggarakan pengawasan langsung melalui audit kinerja dengan penetapan sasaran yang mempunyai daya ungkit terhadap pencapaian MDG s pada tahun 2014 memantapkan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) pengawasan untuk meningkatkan kualitas hasil pengawasan. Mengembangkan kemampuan SDM pengawasan melalui pendidikan dan pelatihan sehingga didapatkan SDM pengawasan yang handal dan profesional. Fokus: a. Meningkatkan cakupan pemeriksaan dengan prioritas satker atau program yang mendukung pencapaian MDG s melalui penyusunan perencanaan pengawasan yang berdasarkan faktor-faktor risiko. b. Meningkatkan cakupan pengawasan terhadap kegiatan yang mengutamakan pelayanan kepada masyarakat miskin, program prioritas Kemenkes serta pelayanan kesehatan kepada jamaah haji. c. Meningkatkan cakupan pengawasan terhadap proses pengadaan barang dan jasa. d. Menata dan menyempurnakan kebijakan, sistem, struktur kelembagaan, standar operating prosedur pengawasan dan tata hubungan kerja. e. Meningkatkan kualitas pengawasan melalui supervisi sesuai norma pengawasan yang dilaksanakan di setiap tahapan audit untuk memastikan tercapainya sasaran dan meningkatnya kemampuan auditor. f. Mengembangkan tenaga pemeriksa yang profesional melalui Pendidikan Teknis Audit, Substansi Audit serta Capacity Building baik di lingkungan Itjen dan instansi lainnya. g. Mengembangkan dan meningkatkan sistem informasi dan perbaikan kualitas informasi hasil pengawasan. h. Melakukan evaluasi berkala atas kinerja dan temuan hasil pengawasan. 2. Meningkatkan Pelaksanaan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan Pengawasan sebagai suatu proses merupakan rangkaian tidak terputus yang dimulai dari perencanaan pengawasan sampai hasil pengawasan selesai ditindaklanjuti. Untuk mencapai hasil pengawasan yang optimal maka setiap temuan hasil pengawasan wajib ditindaklanjuti secara konsisten dan bertanggung jawab. 24

28 Fokus : a. Meningkatkan percepatan penyelesaian dan monitoring tindak lanjut hasil pengawasan melalui pemantauan secara langsung sehingga saran serta rekomendasi dapat dijalankan dengan tepat. b. Pemutakhiran data pelaksanaan tindak lanjut hasil pengawasan dengan Unit Utama, Kementerian Dalam Negeri, BPKP dan BPK-RI. c. Penyelesaian temuan pemeriksaan yang tidak dapat ditindaklanjuti (TPTD). 3. Meningkatkan kerjasama di bidang pengawasan melalui koordinasi, integrasi dan sinkronisasi dengan Aparat Pengawasan Intern Pemerintah dalam sinergi Pengawasan. Untuk mendapatkan kualitas hasil pengawasan yang handal, diperlukan juga langkahlangkah koordinasi dengan internal dan eksternal Kementerian Kesehatan. Fokus : a. Menindaklanjuti Nota Kesepahaman antara BPKP dengan Kementerian Kesehatan, melalui kegiatan pendampingan penyusunan laporan keuangan. Penandatanganan Nota Kesepahaman antara Kemenkes RI dengan BPKP mengenai Penguatan Tata Kelola Kepemerintahan yang Baik dan Bersih Dalam Rangka Pencegahan Tindak Pidana Korupsi di Lingkungan Kemenkes RI, Maret 2013 dan kegiatan Rakorwas Inspektorat Jenderal Kemenkes dengan BPKP. Hotel Lor IN Sentul, September 2013 b. Meningkatkan koordinasi antara Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan dengan Inspektorat Propinsi/Kabupaten/Kota. c. Rapat Kerja Pengawasan. Rapat Kerja Pengawasan Inspektorat Jenderal Kemenkes. Hotel Aston Jogja, Juni

29 d. Rapat Koordinasi Pengawasan Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan e. Forum diskusi/pertemuan tingkat tinggi lainnya. 4. Meningkatkan upaya pengawasan dan pembinaan aparatur untuk meniadakan perilaku koruptif di lingkungan Kementerian Kesehatan. Penyimpangan dalam penyelenggaraan pembangunan masih menjadi isu nasional baik masalah in-efisiensi dan in-efektivitas maupun Tindak Pidana Korupsi. Fokus : a. Meningkatkan penanganan pengaduan masyarakat, khususnya yang berindikasi penyalahgunaan wewenang dan KKN melalui audit khusus atau audit investigasi. b. Membentuk Tim Pengaduan Masyarakat Terpadu. c. Memberikan rekomendasi yang tegas dalam upaya pemberantasan KKN. d. Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan Program Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (PPK) Inpres 1 tahun 2013 melalui Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi (PBAK) yang dipantau oleh UKP4. Ketua Tim Pre Assessment Itjen (tengah) Irwansyah, SE, M.Kes memberikan paparan awal pelaksanaan Pre Assessment di KKP Tj. Priok di dampingi Kepala KKP Tj. Priok (kiri) Nandi Pinta, SKM, M.Epid Kegiatan Post Assessment yang diketuai oleh Dede Mulyadi, SKM, M.Kes di Poltekkes Kemenkes Manado, Desember 2013 e. Pembentukan Tim Gratifikasi dan LHKPN. 26

30 5. Mendorong percepatan penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (PP Nomor 60 tahun 2008) di lingkungan Kementerian Kesehatan. Kekuatan APIP dalam melaksanakan tugas dan fungsinya tidak terlepas dari pengendalian intern yang baik di dalam instansi pembina dimana APIP tersebut bernaung, untuk itu suatu pengawasan intern (internal control) diperlukan sebagai sistem manajemen pengendalian di dalam suatu organisasi. Dengan mengedepankan komunikasi yang intensif dalam pelaksanaan suatu proses, baik itu proses pembinaan, pengendalian maupun pengawasan, diharapkan bahwa ada suatu kesepahaman antar APIP dengan obyek pemeriksaan, sehingga proses-proses diatas dapat berjalan dengan lancar, efektif dan efisien. Fokus : a. Sosialisasi SPIP di lingkungan kemenkes. b. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan SPIP di lingkungan Kementerian Kesehatan. c. Pendidikan dan pelatihan manajemen risiko oleh pembina SPIP yaitu BPKP. d. Pendampingan manajemen penilaian risiko pada satuan kerja. Pendidikan dan pelatihan manajemen risiko oleh BPKP sebgai pembina SPIP. Bandung, Desember Mendorong penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Kesehatan sesuai peraturan perundangan yang berlaku. Pemahaman manajemen risiko dalam pengawasan akan mengoptimalkan fungsi pengawasan terhadap pencapaian opini Wajar Tanpa Pengecualian atas Laporan Keuangan serta pelaporan kinerja. Manajemen pengelolaan aset saat ini masih berjalan kurang baik, hal ini disebabkan kurang maksimalnya sistem pengawasan dan kurangnya daya dukung SDM yang mengakibatkan penyimpangan pada pengadaan barang dan jasa. Selama ini manajemen pengelolaan aset di daerah menjadi hal yang paling krusial, karena dalam hasil audit pengelolaan keuangan Pemerintah, sering menjadikan aset sebagai bukti temuan penyimpangan, baik secara administrasi 27

31 maupun kebijakan, dan hal tersebut berdampak kepada Opini atas Laporan Keuangan. Fokus : a. Meningkatkan pendampingan/monitoring/asistensi/sosialisasi penyusunan laporan keuangan pada satker-satker yang masih bermasalah. b. Meningkatkan cakupan sasaran reviu laporan keuangan Kementerian semesteran dan tahunan. c. Mendorong peningkatan kualitas laporan keuangan dengan pendampingan BPKP. d. Melakukan inventarisasi BMN dalam mendorong proses hibah. e. Penguatan peran SPI pada satuan kerja BLU di lingkungan Kementerian Kesehatan. 7. Mendorong terlaksananya tata kelola pemerintahan yang baik. Seiring dengan Program pemerintah dalam menata ulang proses birokrasi dari tingkat tertinggi hingga terendah dan melakukan terobosan baru dengan langkah-langkah bertahap. Inspektorat Jenderal sebagai unsur pengawas internal diharapkan mampu mendorong kinerja Kementerian Kesehatan menuju tata kelola pemerintahan yang baik (good governance), sebagai penjamin kualitas (quality assurance) dan consulting partner bagi seluruh unit kerja lingkup Kementerian Kesehatan dan mitra kerja terkait lainnya sesuai dengan perubahan paradigma pengawasan. Fokus : a. Mendorong pembangunan Zona Integritas menuju Wilayah Bebas dari Korupsi. b. Implementasi PMPRB dengan membentuk Tim Assesor dan Tim Agent Of Change. c. Penyusunan dan sosialisasi Pedoman/Petunjuk Teknis Unit Pengendali Gratifikasi serta pemantauan laporan gratifikasi di lingkungan Kementerian Kesehatan. d. Penyampaian LHKPN bagi pejabat di lingkungan Kementerian Kesehatan. e. Pembentukan Pokja Pengawasan dan Akuntabilitas. f. Pelaksanaan Konsultasi Pengadaan Barang dan Jasa di lingkungan Kementerian Kesehatan. 8. Melakukan penataan dan penguatan organisasi, tatalaksana, manajemen sumber daya manusia aparatur Salah satu kegiatan yang merupakan bagian dari Reformasi Birokrasi adalah penataan SDM. Dimulai dengan penetapan jabatan fungsional tertentu dan jabatan fungsional khusus yang ditampilkan dalam peta jabatan Inspektorat Jenderal.Terdapat 12 jabatan fungsional umum dan 9 jabatan fungsional tertentu. Masing-masing jabatan dibuat uraian jabatan yang kemudian dilakukan evaluasi jabatan untuk mendapatkan grade jabatan tersebut. Setiap jabatan dilakukan analisa beban kerja untuk melihat kebutuhan orang dalam jabatan berdasarkan beban kerjanya.langkah selanjutnya adalah melakukan perbaikan terhadap SOP Sekretariat Inspektorat Jenderal. 28

32 Fokus : a. Penetapan jabatan fungsional umum dalam peta jabatan. b. Penetapan jabatan jabatan fungsional tertentu dalam peta jabatan. c. Penyusunan uraian jabatan di lingkungan Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan. d. Penyusunan evaluasi jabatan di lingkungan Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan. e. Penyusunan analisa beban kerja di lingkungan Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan. f. Penyusunan SOP di lingkungan Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan. g. Sosialisasi dan Implementasi. 9. Memudahkan dan Mempercepat proses Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Penerapan Reformasi Birokrasi dilakukan untuk menciptakan birokrasi pemerintah yang profesional dengan karakteristik adaptif, berintegritas, berkinerja tinggi, bersih dan bebas korupsi, kolusi dan nepotisme, mampu melayani publik, netral, sejahtera, berdedikasi, dan memegang teguh nilai-nilai dasar dan kode etik aparatur negara. Untuk mempermudah pelaksanaan Reformasi Birokrasi dan membantu instansi untuk memperbaiki kinerja secara berkelanjutan dibuatlah tim pendampingan pelaksanaan Reformasi Birokrasi. Tim ini bertugas untuk menilai kemajuan pelaksanaan Reformasi Birokrasi. Fokus a. Pemenuhan Indikator Kinerja Internal yang terdiri dari sub kriteria dan hasil kinerja utama b. Melakukan penilaian mandiri ( self assessment) atas pelaksanaan reformasi Birokrasi c. Pengisian Kertas Kerja Assessor untuk melengkapi indikator Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB). B. HAMBATAN DALAM PELAKSANAAN STRATEGI Hambatan pelaksanaan strategi Inspektorat Jenderal dalam pencapaian tujuan dan sasaran dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Meningkatkan intensitas dan kualitas pelaksanaan pengawasan Jumlah Satuan kerja sebagai obyek pengawasan cukup banyak dan tidak sebanding dengan keterbatasan jumlah SDM Pengawasan/Auditor yang dimilki Inspektorat Jenderal. Hal tersebut mengakibatkan kegiatan pengawasan belum menjangkau seluruh satuan kerja. 29

33 2. Meningkatkan pelaksanaan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan Upaya percepatan penyelesaian tindak lanjut hasil pengawasan sudah dilakukan melalui berbagai cara, namun sampai saat ini masih dirasakan belum optimal karena adanya beberapa hambatan yaitu adanya faktor eksternal yang mempengaruhi pelaksanaan rekomendasi antara lain mutasi kepala satker, satker yang tidak aktif, pegawai yang pensiun, pihak ketiga/rekanan yang berkewajiban menyelesaikan kewajibannya sudah tidak ada. 3. Meningkatkan kerjasama di bidang pengawasan melalui koordinasi, integrasi dan sinkronisasi dengan Aparat Pengawasan Intern Pemerintah dalam sinergi pengawasan Kegiatan joint audit dengan BPKP telah dilakukan namun hambatan yang masih ditemukan dalam pelaksanaannya adalah konsistensi pelaksanaan kegiatan dengan perencanaan yang telah disepakati terkait jadual dan obyek pengawasan sehingga berdampak pada output kegiatan yang belum optimal. 4. Meningkatkan upaya pengawasan dan pembinaan aparatur untuk meniadakan perilaku koruptif di lingkungan Kementerian Kesehatan Upaya pencegahan korupsi telah dilakukan antara lain dengan melakukan pencanangan Zona Integritas menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK ). Penilaian satker Calon WBK di lingkungan Kementerian Kesehatan sudah dilakukan dan pengusulan saker calon WBK ke Kementerian PAN dan RB telah dilaksanakan, namun dalam pelaksanaannya ditemukan hambatan yaitu hasil penilaian satuan kerja Wilayah Bebas dari Korupsi hingga akhir tahun 2013 belum ditetapkan oleh Kementerian PAN dan RB. 5. Mendorong percepatan penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (PP Nomor 60 tahun 2008) di lingkungan Kementerian Kesehatan Upaya Inspektorat Jenderal dalam mendorong penerapan SPIP antara lain dengan terus menerus memberikan sosialisasi mengenai SPIP dalam berbagai pertemuan dan bekerjasama dengan BPKP dalam pelaksanaan pelatihan SPIP. Disamping ituinspektorat Jenderal juga melaksanakan kegiatan pendampingan manajemen risikodalam rangka penerapan SPIP pada satuan kerja secara bertahap untuk melihat sejauhmana penerapan SPIP pada satuan kerja di lingkungan Kementerian Kesehatan. Hasil pendampingan manajemen risiko menunjukkan bahwa penilaian risiko dalam rangka penerapan SPIP belum sepenuhnya dilaksanakan di satuan kerja. 30

Ringkasan eksekutif sasaran strategis

Ringkasan eksekutif sasaran strategis Ringkasan eksekutif Inspektorat Jenderal sebagai Aparat Pengawas Internal Pemerintah bertanggung jawab untuk terus mengawal perjalanan Reformasi Birokrasi di Kementerian Kesehatan serta mendorong tercapainya

Lebih terperinci

keluaran ( output), hasil ( outcome), dan dampak ( impact) dari pelaksanaan rencana pembangunan.

keluaran ( output), hasil ( outcome), dan dampak ( impact) dari pelaksanaan rencana pembangunan. LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN RI TRIWULAN I TAHUN 2014 BERDASARKAN PP NOMOR 39 TAHUN 2006 A. PENDAHULUAN Kegiatan perencanaan,

Lebih terperinci

LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT II KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2016

LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT II KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2016 LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT II KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. UMUM Pengawasan intern pemerintah merupakan fungsi manajemen yang penting dalam penyelenggaraan pemerintah. Melalui

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF Persentase Satuan Kerja yang memiliki temuan kerugian Negara 1% sebesar 100%.

RINGKASAN EKSEKUTIF Persentase Satuan Kerja yang memiliki temuan kerugian Negara 1% sebesar 100%. RINGKASAN EKSEKUTIF Sebagai salah satu unsur penyelenggara negara, Inspektorat Jenderal mempunyai kewajiban untuk membuat Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) yang mengacu pada Instruksi

Lebih terperinci

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN INTERNAL

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN INTERNAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN INTERNAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SEKRETARIS

Lebih terperinci

INSPEKTORAT IV INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN

INSPEKTORAT IV INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN INSPEKTORAT IV INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN BAB I PENDAHULUAN A. UMUM Memasuki awal tahun 2016 sesuai dengan Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) Inspektorat IV melakukan kegiatan yang

Lebih terperinci

HASIL PENGAWASAN PROGRAM KEFARMASIAN DAN ALKES INSPEKTUR JENDERAL INSPEKTORAT JENDERAL KEMENKES RI

HASIL PENGAWASAN PROGRAM KEFARMASIAN DAN ALKES INSPEKTUR JENDERAL INSPEKTORAT JENDERAL KEMENKES RI HASIL PENGAWASAN PROGRAM KEFARMASIAN DAN ALKES INSPEKTUR JENDERAL INSPEKTORAT JENDERAL KEMENKES RI PERUBAHAN PARADIGMA PENGAWASAN W A T C H D O G COUNSELLING PARTNER QUALITY ASURANCE 1. Pendekatan birokrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Pengawasan Intern pemerintah merupakan unsur manajemen yang penting dalam rangka mewujudkan kepemerintahan yang baik. Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) sebagai pelaksana pengawasan

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2017

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2017 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2017 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2018 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Tahun

Lebih terperinci

DUKUNGAN PERAN INSPEKTORAT JENDERAL DALAM PENINGKATAN KUALITAS PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT

DUKUNGAN PERAN INSPEKTORAT JENDERAL DALAM PENINGKATAN KUALITAS PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT DUKUNGAN PERAN INSPEKTORAT JENDERAL DALAM PENINGKATAN KUALITAS PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT Oleh: Drs. Purwadi, Apt., MM., ME Inspektur Jenderal Kementerian Kesehatan Disampaikan dalam

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N 1 BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Arah kebijakan Inspektorat Kabupaten Bandung adalah Pembangunan Budaya Organisasi Pemerintah yang bersih, akuntabel, efektif dan Profesional dan Peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanggungjawaban rencana strategis kepada masyarakat dapat dilihat dari dua jalur utama, yaitu jalur pertanggungjawaban keuangan dan jalur pertanggungjawaban kinerja.

Lebih terperinci

Pemerintah Kota Pagar Alam Jalan Laskar Wanita Mentarjo Komplek Perkantoran Gunung Gare

Pemerintah Kota Pagar Alam Jalan Laskar Wanita Mentarjo Komplek Perkantoran Gunung Gare RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) Tahun Anggaran 2016 Inspektorat Kota Pagar Alam Pemerintah Kota Pagar Alam Jalan Laskar Wanita Mentarjo Komplek Perkantoran Gunung Gare i BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Lebih terperinci

BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015

BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015 BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015 Jl. Angkasa I No. 2 Kemayoran, Jakarta 10720 Phone : (62 21) 65866230, 65866231, Fax : (62

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kesejahteraan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN WALIKOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DENGAN RAHMAT YANG MAHA ESA WALIKOTA SAMARINDA,

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi 4.1.1 Visi Visi adalah pandangan ideal keadaan masa depan (future) yang realistik dan ingin diwujudkan, dan secara potensial

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kesejahteraan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kesejahteraan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.400, 2014 ADMINISTRASI. Keuangan. BPKP. Tugas. Fungsi. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN

Lebih terperinci

Rencana Kinerja Tahunan (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN MALANG

Rencana Kinerja Tahunan (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN MALANG Rencana Kinerja Tahunan (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terciptanya tata kelola pemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa, profesional dan bertanggungjawab

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) PANDEGLANG PIAGAM AUDIT INTERN

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) PANDEGLANG PIAGAM AUDIT INTERN PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) 201168 PANDEGLANG 42212 PIAGAM AUDIT INTERN 1. Audit intern adalah kegiatan yang independen dan obyektif dalam

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.737, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Pengawasan. Pelaksanaan. Tata Cara Tetap. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 91 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA TETAP

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.925, 2013 KEMENTERIAN LUAR NEGERI. Pengawasan Intern. Perwakilan Republik Indonesia. Pedoman. PERATURAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

LAKIP INSPEKTORAT 2012 BAB I PENDAHULUAN. manajemen, antara lain fungsi-fungsi planning, organizing,

LAKIP INSPEKTORAT 2012 BAB I PENDAHULUAN. manajemen, antara lain fungsi-fungsi planning, organizing, BAB I PENDAHULUAN Pemahaman kegiatan pengawasan harus berangkat dari suatu pemahaman manajemen, antara lain fungsi-fungsi planning, organizing, actuating dan controlling. Controlling adalah salah satu

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 1.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi Pelayanan SKPD Dalam proses penyelenggaraan pemerintahan sampai sekarang ini

Lebih terperinci

2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang

2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang No.1494, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAG. Pengawasan Internal. Pencabutan. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PENGAWASAN INTERNAL PADA KEMENTERIAN AGAMA

Lebih terperinci

2017, No Berencana Nasional tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di Lingkungan Badan Kependudukan dan Keluarga Berenc

2017, No Berencana Nasional tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di Lingkungan Badan Kependudukan dan Keluarga Berenc No.1448, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKKBN. SPIP BKKBN. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

tugas melaksanakan pengawasan intern di lingkungan Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian

tugas melaksanakan pengawasan intern di lingkungan Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian 1 dipimpin oleh Inspektur Utama merupakan unsur pengawasan intern di lingkungan Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris Jenderal. tugas melaksanakan

Lebih terperinci

Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 105 Tahun 2010, tugas pokok dan fungsi Inspektorat Jenderal adalah melakukan pengawasan,

Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 105 Tahun 2010, tugas pokok dan fungsi Inspektorat Jenderal adalah melakukan pengawasan, PENDAHULUAN Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 105 Tahun 2010, tugas pokok dan fungsi Inspektorat Jenderal adalah melakukan pengawasan, pengendalian dan pemantauan pelaksanaan kegiatan di

Lebih terperinci

Rencana Kerja Tahunan (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN MALANG

Rencana Kerja Tahunan (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN MALANG Rencana Kerja Tahunan (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN MALANG TAHUN 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap

Lebih terperinci

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas kinerja adalah kewajiban untuk menjawab dari perorangan, badan hukum atau pimpinan kolektif secara transparan mengenai keberhasilan atau kegagalan dalam melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotis

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotis BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.88. 2016 KEMENLH-KEHUTANAN. Pengawasan Intern. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.83/MENLHK-SETJEN/2015

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG KEBIJAKAN PEMBINAAN DAN PENGAWASAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2015 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGAWASAN INSPEKTORAT JENDERAL KEMDIKBUD TAHUN 2012

KEBIJAKAN PENGAWASAN INSPEKTORAT JENDERAL KEMDIKBUD TAHUN 2012 KEBIJAKAN PENGAWASAN INSPEKTORAT JENDERAL KEMDIKBUD TAHUN 2012 1 VISI ITJEN Terwujudnya Pengawasan yang Berkualitas terhadap Layanan Pendidikan MISI ITJEN Melaksanakan tata kelola yang handal dalam layanan

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK SURAT PENGESAHAN NOMOR SP DIPA-.02-0/AG/2014 DS 0100-0974-8400-1003 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. UU No. 23 Tahun

Lebih terperinci

PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT

PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT LAMPIRAN : PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR : 82 TANGGAL : 2 DESEMBER 2014 TENTANG : PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 46 2016 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PIAGAM AUDIT INTERN 1. Pengawasan Intern adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 59 2017 SERI : E PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 59 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terselenggaranya Good Governance merupakan prasyarat utama untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dalam mencapai tujuan dan cita-cita bangsa dan negara. Dalam rangka itu

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kepemerintahan yang baik (good governance), terutama melalui

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kepemerintahan yang baik (good governance), terutama melalui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan tuntutan reformasi birokrasi, pemerintah berusaha mewujudkan kepemerintahan yang baik (good governance), terutama melalui penerapan prinsip akuntabilitas,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Inspektur Jenderal. M. Sakri Widhianto

KATA PENGANTAR. Inspektur Jenderal. M. Sakri Widhianto KATA PENGANTAR Dalam rangka pelaksanaan tugas pokok dan fungsi, maka diperlukan suatu pedoman dan arahan yang jelas sebagai acuan untuk mencapai sasaran yang diinginkan. Pedoman dan arahan dituangkan dalam

Lebih terperinci

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI SUMBAWAA BARAT NOMOR 39 TAHUN 2017 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30 BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG KEWENANGAN KAPASITAS DAN TUGAS, INSPEKTORAT UNTUK MENGAKSES DATA DAN INFORMASI PADA ORGANISASI

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG KEWENANGAN INSPEKTORAT MENGAKSES DATA DAN INFORMASI PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK salinan BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBAK,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09/Per/M.KUKM/IX/2015 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGAWASAN

Lebih terperinci

LAKIP LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2014 INSPEKTORAT KOTA BANDUNG JL. TERA NO. 20 BANDUNG

LAKIP LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2014 INSPEKTORAT KOTA BANDUNG JL. TERA NO. 20 BANDUNG LAKIP LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2014 INSPEKTORAT KOTA BANDUNG JL. TERA NO. 20 BANDUNG INSPEKTORAT KOTA BANDUNG RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan Kinerja Inspektorat Kota Bandung

Lebih terperinci

- 1 - WALIKOTA GORONTALO,

- 1 - WALIKOTA GORONTALO, - 1 - PROVINSI GORONTALO KEPUTUSAN WALIKOTA GORONTALO NOMOR : / / / 2015 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN TAHUNAN (PKPT) INSPEKTORAT KOTA GORONTALO TAHUN 2016 WALIKOTA GORONTALO, Menimbang : a. bahwa Program

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2018 Plt. Inspektur Jenderal. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2018 Plt. Inspektur Jenderal. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan ridho-nya kami dapat menyelesaikan Laporan Kinerja (LKj) Inspektorat Jenderal tahun 2017 sebagai salah

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN ZONA INTEGRITAS MELALUI PELAYANAN PUBLIK INSPEKTORAT JENDERAL 2016

PEMBANGUNAN ZONA INTEGRITAS MELALUI PELAYANAN PUBLIK INSPEKTORAT JENDERAL 2016 PEMBANGUNAN ZONA INTEGRITAS MELALUI PELAYANAN PUBLIK INSPEKTORAT JENDERAL 2016 SASARAN REFORMASI BIROKRASI Maraknya KKN Rendahnya Kapasitas dan Akuntabilitas Kinerja Buruknya Pelayanan Publik 8 Area Perubahan

Lebih terperinci

Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI

Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI Menteri PAN dan RB, pelaksanaan proses pembangunan zona integritas harus dilaksanakan dengan perencanaan yang baik, karena di sini akan menentukan

Lebih terperinci

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA INSPEKTORAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PENGAWASAN. A. Menurunnya Temuan Pemeriksaan Kasus Berindikasi Tindak Pidana Korupsi

PENGAWASAN. A. Menurunnya Temuan Pemeriksaan Kasus Berindikasi Tindak Pidana Korupsi PENGAWASAN A. Menurunnya Temuan Pemeriksaan Kasus Berindikasi Tindak Pidana Korupsi Selama tahun 2014 telah terjadi penurunan kasus berindikasi tindak pidana korupsi. Penurunan terjadi pada jumlah SKPD

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKUNTABILITAS KINERJA PROGRAM PUSAT DAN DAERAH DALAM MEMPERTAHANKAN OPINI WTP KEMENTERIAN KESEHATAN

PENINGKATAN AKUNTABILITAS KINERJA PROGRAM PUSAT DAN DAERAH DALAM MEMPERTAHANKAN OPINI WTP KEMENTERIAN KESEHATAN PENINGKATAN AKUNTABILITAS KINERJA PROGRAM PUSAT DAN DAERAH DALAM MEMPERTAHANKAN OPINI WTP KEMENTERIAN KESEHATAN OLEH: Drs. Purwadi, Apt., MM., ME INSPEKTUR JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN Disampaikan pada

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN DI LINGKUNGAN BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA.

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN DI LINGKUNGAN BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA. 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 3. Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

INSPEKTORAT KOTA BANDUNG KATA PENGANTAR

INSPEKTORAT KOTA BANDUNG KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Kasih sayang-nya sehingga Laporan Inspektorat Kota Bandung Tahun 2015 ini dapat tersusun Laporan ini merupakan

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT - 1 - GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

URAIAN KEGIATAN DAN PELAPORAN PENGAWASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH TAHUN 2013

URAIAN KEGIATAN DAN PELAPORAN PENGAWASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH TAHUN 2013 2012, No.1059 6 LAMPIRAN: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI 1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

Lebih terperinci

DPR menjadi parlemen moden. Sistem Pendukung

DPR menjadi parlemen moden. Sistem Pendukung DPR menjadi parlemen moden Membuka ruang untuk partisipasi publik dan keterbukaan informasi Representatif Mudah diakses, terbuka, dan transparan Pemanfaatan teknologi informasi digital Sistem Pendukung

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2012 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2012 TENTANG SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 55 TAHUN 2008

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 55 TAHUN 2008 BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 55 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA INSPEKTORAT KABUPATEN SUKOHARJO BUPATI SUKOHARJO, Menimbang

Lebih terperinci

PENJELASAN PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL

PENJELASAN PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL Lampiran II Peraturan Gubernur Nusa Tenggara Barat Nomor Tentang Tahun Piagam Pengawasan Internal di Lingkungan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat PENJELASAN PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL 1. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BUPATI MAROS PROVINSI SULAWASI SELATAN PERATURAN BUPATI MAROS NOMOR: 08 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI MAROS PROVINSI SULAWASI SELATAN PERATURAN BUPATI MAROS NOMOR: 08 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI MAROS PROVINSI SULAWASI SELATAN PERATURAN BUPATI MAROS NOMOR: 08 TAHUN 2016 TENTANG KEBIJAKAN PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PEMERINTAH KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb No.1572, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Piagam Pengawasan Intern. PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT TAHUN 2015 2019 ' 1 ' I I I ll'l'l,ll,llllillllllllml ' RERSTRA tois-1019 KATA PENGANTAR Rencana Pembangunan

Lebih terperinci

2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, dipandang perlu menetapkan Pedoman Pengawasan Intern dengan Peraturan Me

2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, dipandang perlu menetapkan Pedoman Pengawasan Intern dengan Peraturan Me BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1042, 2014 KEMENKOPOLHUKAM. Pengawasan. Intern. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN ANGGARAN 2012

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN ANGGARAN 2012 SERI LAPORAN TEKNIS OT 01 04 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN ANGGARAN 2012 BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR Jl. Gajah Mada no. 8 Jakarta 10120 Telp. (62-21) 63858269-70

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1136, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Pengawasan Itjen. Kebijakan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN INSPEKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

PENGAWASAN TAHUN 2015

PENGAWASAN TAHUN 2015 No PENGAWASAN TAHUN 2015 A. Menurunnya Temuan Pemeriksaan Kasus Berindikasi Tindak Pidana Korupsi Selama tahun 2015 telah terjadi penurunan kasus berindikasi tindak pidana korupsi yaitu dengan realisasi

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2015

LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2015 LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2015 INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2016. KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat Jenderal

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR : 64 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR : 64 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR : 64 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS SERTA TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN KUNINGAN BUPATI KUNINGAN, Menimbang :

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA TENTANG REPUBLIK INDONESIA.

REPUBLIK INDONESIA TENTANG REPUBLIK INDONESIA. MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 812 TAHUN 2OI5 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.32/Menhut-II/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.32/Menhut-II/2012 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.32/Menhut-II/2012 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

KONFERENSI NASIONAL APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH TAHUN 2010 SIMPULAN

KONFERENSI NASIONAL APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH TAHUN 2010 SIMPULAN KONFERENSI NASIONAL APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH TAHUN 2010 SIMPULAN 1. Peran APIP harus lebih diitingkatkan agar permasalahan terkait masih adanya Opini BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah yang

Lebih terperinci

2 Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 1999, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-UndangNomor 17 Tahun 2003 tentang Keuan

2 Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 1999, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-UndangNomor 17 Tahun 2003 tentang Keuan BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.255, 2015 KEMENKES. Inspektorat Jenderal. Pengawasan. Kebijakan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN

Lebih terperinci

Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Tengah KATA PENGANTAR

Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Tengah KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Rencana Kerja (Renja) adalah dokumen perencanaan tahunan yang merupakan penjabaran dari Rencana Strategis (Renstra) serta disusun mengacu pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP). Rencana Kerja

Lebih terperinci

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.483, 2011 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.20/MEN/2011 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN KINERJA INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN KINERJA INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, FEBRUARI 2017 i KATA PENGANTAR Dalam rangka mewujudkan tata kelola kepemerintahan bidang industri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas pengendalian internal suatu organisasi sangat mempengaruhi kinerja organisasi. Premis ini menunjukan bahwa kualitas pengendalian internal suatu organisasi yang

Lebih terperinci

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25/PRT/M/2017 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGAWASAN INTERN DI KEMENTERIAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.748, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.32/Menhut-II/2012

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA (CALBMN) UNIT AKUNTANSI KUASA PENGGUNA BARANG (UAKPB) UNIVERSITAS BENGKULU SEMESTER 1 TAHUN

CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA (CALBMN) UNIT AKUNTANSI KUASA PENGGUNA BARANG (UAKPB) UNIVERSITAS BENGKULU SEMESTER 1 TAHUN KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS BENGKULU Jalan W.R. Supratman, Kandang Limun Bengkulu 38371A Telpon (0736) 21170, 26793 Faksimile (0736) 20815 Laman : //www.unib.ac.id e-mail

Lebih terperinci

BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT S A L I N A N BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN ZONA INTEGRITAS MENUJU WILAYAH BEBAS KORUPSI DAN WILAYAH BIROKRASI BERSIH DAN MELAYANI

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA EVALUASI REFORMASI BIROKRASI (INDEKS RB) INSTANSI : TAHUN : 2014

LEMBAR KERJA EVALUASI REFORMASI BIROKRASI (INDEKS RB) INSTANSI : TAHUN : 2014 LEMBAR KERJA EVALUASI REFORMASI BIROKRASI (INDEKS RB) INSTANSI : TAHUN : 2014 BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN PENILAIAN A. PROSES (60) I. MANAJEMEN PERUBAHAN (5) 5.0

Lebih terperinci

Tugas. melaksanakan pengawasan intern di lingkungan Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian. Irtama

Tugas. melaksanakan pengawasan intern di lingkungan Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian. Irtama Jakarta, Januari 2017 Sesuai dengan amanat dalam Pasal 2 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dinyatakan bahwa, untuk mencapai pengelolaan

Lebih terperinci

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 50 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 50 TAHUN 2016 TENTANG BH INNEKA TU NGGAL IKA BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 50 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, FUNGSI, URAIAN TUGAS JABATAN DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR DIPA-018.02-0/2013 DS 2887-2051-5773-8818 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004

Lebih terperinci

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1123, 2014 KEMEN KP. Pengawasan. Intern. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PERMEN-KP/2014 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN

Lebih terperinci

CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA (CALBMN) AUDITED UNIT AKUNTANSI KUASA PENGGUNA BARANG (UAKPB) UNIVERSITAS BENGKULU TAHUN ANGGARAN

CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA (CALBMN) AUDITED UNIT AKUNTANSI KUASA PENGGUNA BARANG (UAKPB) UNIVERSITAS BENGKULU TAHUN ANGGARAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BENGKULU Jalan W.R. Supratman, Kandang Limun Bengkulu 38371A Telpon (736) 2117, 26793 Faksimile (736) 2815 Laman : //www.unib.ac.id e-mail : rektorat@unib

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014 BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2015 KATA PENGANTAR D engan memanjatkan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci