PERAN PEMERINTAH BOLAANG MONGONDOW DALAM MEMINIMALKAN PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN DI DESA PINDOL KECAMATAN LOLAK
|
|
- Agus Kurnia
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1
2 PERAN PEMERINTAH BOLAANG MONGONDOW DALAM MEMINIMALKAN PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN DI DESA PINDOL KECAMATAN LOLAK Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo 2014 ABSTRAK Arifsyahputra Ali Padjali, Hukum Pidana Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo, Juni Peran Pemerintah Daerah Bolaang Mongondow Dalam Meminimalkan Penambang Emas Tanpa Izin di Desa Pindol Kecamatan Lolak. Skripsi. Pembimbing I Prof. Dr. Fenty Puluhulawa, SH, MH. dan pembimbing II Moh. R. U. Puluhulawa, SH, M. HUM. 1 Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian hukum empiris atau yuridis empiris. Dari penelitian hukum empiris peneliti mendiskripsikan aktifitas Pertambangan Emas Tanpa Izin di (PETI) di Desa Pindol dan meninjau peran Pemerintah Bolaang Mongondow dalam meminimalkan PETI di Desa Pindol, Kecamatan Lolak, Kabupaten Bolaang Mongondow. Hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa dalam rangka meminimalkan Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI) di Desa Pindol Kabupaten Bolaang Mongondow, pihak Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow mengeluarkan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2005 tentang penyelenggaraan pengelolaan usaha pertambangan umum. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa peran pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow Provinsi Sulawesi Utara dalam meminimalkan Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI) di Desa Pindol yakni mengeluarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bolaang Mongondow Nomor 8 Tahun 2005 yang masih mengacu pada Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang ketentuan-ketentuan pokok pertambangan. Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow belum menetapkan lokasi pertambangan emas tanpa izin di Desa Pindol sebagai Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR). Berdasarkan isi pada Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara sebagai pengganti Undang- Undang Nomor 11 Tahun 1967, Pemerintah Daerah Bolaang Mongondow seharusnya memprioritaskan Lokasi tersebut sebagai WPR sebagaimana yang terdapat pada Pasal 24 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009, mengingat Lokasi tersebut sudah termasuk dalam kriteria untuk ditetapkan sebagai WPR. Kata Kunci: Peran Pemerintah. Bolaang Mongondow. Penambang Emas Tanpa Izin 1 Arifsyahputra Ali Padjali, Jurusan Ilmu Hukum. Fakultas Ilmu Sosial. Fenty Puluhulawa, dan Moh. R. U. Puluhulawa. 2
3 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam, baik sumber daya alam yang dapat di perbaharui maupun yang tidak dapat di perbaharui. Potensi yang sangat berpengaruh di Indonesia yaitu sumber daya alam yang tidak dapat di perbaharui yang berupa bahan galian (tambang). Sumber daya alam, yang berupa minyak dan gas, emas, tembaga, perak, batu bara dan lainnya itu di kuasai oleh negara dan di pergunakan untuk sebesar besarnya kemakmuran rakyat. Sumber daya alam, yang berupa migas, emas, tembaga, perak, batubara dan lainnya itu dikuasai oleh nagara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. 2 Hal ini telah di tegaskan Dalam pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 yaitu : Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya di kuasai oleh negara dan di pergunakan untuk sebesar besarnya kemakmuran rakyat. Berdasarkan pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 di atas mengisyaratkan bahwa hak penguasaan negara berisi wewenang untuk mengatur, mengurus, dan mengawasi pengelolaan atau pengusahaan bahan galian, serta berisi kewajiban untuk mempergunakannya sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dalam hal ini, penguasaan oleh negara di selenggarakan oleh pemerintah. Untuk mengatur, mengurus, dan mengawasi pengelolaan atau pengusahaan bahan galian pemerintah Indonesia telah mengeluarkan pengaturan pengelolaan bidang pertambangan dengan di keluarkannya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Minerba) sebagai pengganti dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan. Dengan di keluarkannya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tersebut pengelolaan dan pengusahaan pertambagan kedepan agar mampu mendorong pengembangan sebuah wilayah-wilayah di Indonesia yang berpotensi mengandung bahan-bahan galian. Provinsi Sulawesi utara terdapat beberapa titik wilayah-wilayah yang mengandung bahan galian, salah satu bahan galian yang terdapat di Provinsi Sulawesi 2 Salim HS Hukum Penyelesaian Sengketa Pertambangan di Indonesia. Bandung: Pustaka Reka Cipta. hlm. 1. 3
4 Utara yaitu bahan galian emas. Daerah di Provinsi Sulawesi utara yang kaya akan bahan galian emas yaitu Kabupaten Bolaang Mongondow. Di kabupaten Bolaang Mongondow terdapat beberapa titik lokasi yang berpotensi mengandung bahan galian emas. Salah satunya adalah lokasi kegiatan pertambangan emas yang terdapat di Desa Pindol Kecamatan Lolak. Keberadaan tambang emas di Desa Pindol memberikan dampak positif dan dampak negatif bagi masyarakat Desa Pindol dan Desa-desa tetangga yang datang mengadu nasib di lokasi pertambangan tersebut. Dampak positifnya yaitu semenjak ditemukannya lokasi tambang tersebut potensi terbukanya lapangan kerja bagi masyarakat Desa Pindol terbuka lebar, tak hanya masyarakat Desa Pindol bahkan masyarakat yang berasal dari Desa-desa tetangga dan daerah lain merasakan dampak positif tersebut. Dampak negatifnya yaitu kerusakan lingkungan terjadi di sekitar lokasi pertambangan Desa Pindol kemudian konflik sosial yang terjadi antar masyarakat tambang. Berdasarkan informasi yang didapatkan dari Adjis Paputungan, selaku Ketua Badan Pemberdayaan (BPD) Desa Pindol, bahwa ditemukannya lokasi yang mengandung emas di Desa Pindol pada Tahun 1954, yang ditemukan oleh masyarakat yang berasal dari daerah Minahasa. Kegiatan pertambangan emas ini merupakan salah satu mata pencaharian sebagian masyarakat Desa Pindol, kebanyakan penambang-penambang berasal dari desa-desa tetangga maupun dari daerah-daerah lain yang mengadu nasib di lokasi pertambangan tersebut. Pekerjaan penambang ini sebagian dari Masyarakat Desa Pindol merupakan pekerjaan sampingan bagi masyarakat desa yang bermata pencaharian selain penambang emas. pada tahun 1975, pertambangan emas di Desa Pindol dilakukan dengan cara tradisional yaitu dengan menggunakan teknik pendulangan di aliran sungai oleh masyarakat-masyarakat penambang yang saat itu mulai berdatangan dari Desa-desa tetangga maupun daerah lain. Kemudian, pada tahun 1987 kegiatan pertambangan emas di Desa Pindol sudah marak terjadi karena lokasi pertambangan telah bertambah luas dan sudah bergeser ke kawasan hutan dan pegunungan-pegunungan kemudian, pada saat itu masyarakat penambang pertama kali menggunakan mesin tromol 4
5 (gelundung) untuk mengolah batu-batuan yang mengandung emas. Sungai yang digunakan oleh penambang pada waktu itu adalah sungai Lobuk cabang kiri (sungai lobuk mempunyai 2 cabang yaitu cabang kiri dan cabang kanan). Mengetahui kegiatan ilegal ini, Pemerintah Bolaang Mongondow pada tahun 2008 telah melakukan penertiban pertama kali yang dilakukan oleh Dinas Kehutanan Bolaang Mongondow dan kepolisian sektor Kecamatan Lolak, karena lokasi pertambangan tersebut masuk dalam kawasan hutan lindung. Penertiban yang telah dilakukan Pemerintah Bolaang Mongondow berlangsung selama tiga kali, yakni dari tahun 2008, 2009, Namun, penertiban sama sekali tidak memberikan efek jerah pada masyarakat penambang, karena setelah penertiban dilakukan oleh pemerintah, justru masyarakat kembali melakukan tindakan ilegal tersebut. Ditinjau dari segi administrasinya ternyata para penambang emas di Desa Pindol tidak memiliki izin resmi dari pemerintah setempat. Padahal dalam ketentuan pasal 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2001 tentang perubahan kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1969 tentang pelaksanaan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 Tentang Pokok Pertambangan telah ditentukan tentang Izin Usaha Pertambangan Daerah ditentukan bahwa setiap kegiatan pertambangan Daerah dapat dilaksanakan setelah mendapat Izin Usaha Pertambangan dari Kepala Daerah atau Pejabat yang berwenang memberikan Izin Usaha Pertambangan. Dilihat dari ketentuan peraturan tersebut diatas dapat diketahui bahwa telah terjadi pelanggaran peraturan yang dilakukan oleh para penambang emas yang tidak memiliki izin penambangan. Oleh karena itulah kasus penambangan emas di Desa Pindol Kecamatan Lolak di katakan sebagai Penambang Emas Tanpa Izin (PETI). Kemudian, semenjak Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara terbit dan disetujui Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) untuk menggantikan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan, persoalan aturan mengenai peraturan-peraturaan mengenai pertambangan semakin kompleks. Mengenai Pertambangan Rakyat diatur dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009, terutama 5
6 Pasal 20 hingga 26 mengenai Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR) dan Pasal 66 hingga 73 tentang Izin Pertambangan Rakyat (IPR). Beberapa pasal Undang-Undang itu juga mengatur Pertambangan Rakyat terkait dengan tanggung jawab Pemerintah Daerah sebagai pengelola pertambangan di Daerah, lahan pemegang IPR, bantuan permodalan untuk Pertambangan Rakyat, dan lainnya. Mengenai Peraturan Pemerintah Daerah, Pemerintah Daerah Bolaang Mongondow dalam menindaki permasalahan penambang emas tanpa izin telah mengeluarkan kebijakan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan dan Pengelolaan Usaha Pertambangaan Umum. Dengan ditebitkannya Peraturan Daerah ini, Pemerintah Daerah mengambil lkebijakan politik dalam mengatur aktifitas aktifitas pertambangan yang terdapat di setiap wilayah Bolaang Mongondow khususnya Desa Pindol Kecamatan Lolak. Peraturan Pemerintah Daerah Bolaang Mongondow Nomor 8 Tahun 2005 tentang penyelenggaraan Usaha Pertambangan Umum masih mengacu pada Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan. Berdasarkan Pasal 173 ayat 2 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, mengatur semua Peraturan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun Hukum pertambangan mineral dan batubara bersifat administratif, karena pemerintah maupun pemerintah daerah mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dalam proses pemberian izin kepada pemegang Izin Pertambangan Rakyat (IPR), Izin Usaha pertambangan (IUP), atau Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK). Pemerintah dalam pemberian izin tersebut adalah didasarkan kepada syarat-syarat yang telah ditentukan dalam peraturan perundang-undangan. Apabila syarat-syarat itu dipenuhi oleh calon pemegang izin, maka pemerintah dapat menetapkan izin secara sepihak kepada pemegang Izin Pertambangan Rakyat (IPR), Izin Usaha pertambangan (IUP) maupun Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK). Namun, 6
7 apabila syarat-syarat itu tidak dipenuhi, maka pemerintah dapat menolak izin yang diajukan oleh calon pemegang izin. Disamping itu, pemerintah juga dapat membatalkan segala bentuk izin baik berupa IPR, IUP, maupun IUPK tidak mematuhi dan menaati segala ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam substansi izin dan ketentuan perundang-undangan. 3 Sejauh ini kegiatan pertambangan emas tanpa izin di Desa Pindol Kecamatan Lolak di Provinsi Sulawesi Utara belum dapat ditertibkan dan diarahkan untuk memiliki izin dari Pemerintah setempat. Berbagai usaha yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow belum juga dapat mengatasi kegiatan penambangan ilegal diantaranya melakukan sosialisasi dan penyuluhan serta penertiban kegiatan pertambangan untuk menghindari dampak negatif yang ditimbulkan dari kegiatan pertambangan ilegal tersebut. Beberapa opsi telah diwacanakan untuk mengatasi Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI) di Desa Pindol yaitu dengan melegalkan kegiatan PETI dan Pemerintah dalam hal ini menganak angkatkan Perusahaan tambang emas yang berskala besar untuk di ajak bekerjasama dalam pengelolaan pertambangan rakyat. Namun demikian apakah pilihan untuk melegalkan PETI tersebut merupakan pilihan terbaik, perlu kajian lebih mendalam dan terperinci dengan tepat. Kendala utama dalam melegalkan kegiatan pertambangan rakyat adalah belum tersedianya penetapan ruang wilayah pertambangan di Desa Pindol yang sampai dengan saat ini belum ditetapkan oleh pemerintah pusat karena memang belum ada laporan yang lebih terperincih dan potensi Pertambangan di Desa Pindol yang ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow. Pertambangan emas di Desa Pindol sendiri hingga saat ini belum di kenal luas oleh media massa, karena belum ada jurnal, makalah, atau penelitian-penelitian sebelumya yang memuat tentang lokasi pertambangan emas tanpa izin di Desa Pindol. Pemerintah Bolaang Mongondow sangat berperan penting dalam menindaki permasalahan hukum ini, karena permasalahan hukum yang berkaitan dengan 3 Salim HS. 2012, Hukum Pertambangan Mineral dan Batubara, Jakarta Timur: Sinar Grafika, Cetakan 1. Hlm 21. 7
8 persoalan PETI ini dibutuhkan penanganan yang serius dari pemerintah, tindakan yang tegas dan perlu peninjauan secara yuridis. Peninjauan secara yuridis sangat dibutuhkan dalam permasalahan PETI ini agar dalam penindakan maupun penanganan yang diambil oleh Pemerintah Daerah khusunya Kabupaten Bolaang Mongondow diharapkan sudah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Karena, dengan adanya kegiatan Penambang Emas Tanpa Izin (PETI) di Desa Pindol kemudian kegiatan pengekspolitasian yang sudah berlangsung sejak lama dari tahun 1987 hingga sekarang, memberikan penilaian bahwa Pemerintah belum mampu menangani permasalahan PETI entah karena Pemerintah memiliki banyak kendala dalam penerapan hukum pertambangan atau belum ada usaha untuk menindak lanjuti penanganan pertambangan ilegal. Sehingga, timbul istilah Hukum Rimba yang berlaku di lokasi pertambangan ilegal di Desa Pindol, sebab eksistensi dari produk-produk hukum dari Pemerintah pusat maupun Pemerintah daerah tidak yang terimplementasikan di lokasi pertambangan tersebut. Sehubungan dengan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka peneliti dapat melakukan penelitian dengan judul Peran Pemerintah Bolaang Mongondow Dalam Meminimalkan Pertambangan Emas Tanpa Izin di Desa Pindol Kecamatan Lolak. Hasil Penelitian dan Pembahasan Peran Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow Dalam Meminimalkan Pertambangan Emas Tanpa Izin Dalam rangka meminimalkan Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI) di Desa Pindol Kabupaten Bolaang Mongondow, pihak pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow mengeluarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bolaang Mongondow Nomor 8 Tahun 2005 tentang penyelenggaraan pengelolaan usaha pertambangan umum yang mengacu pada peraturan daerah ini masih mengacu pada Undang- Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang ketentuan-ketentuan pokok pertambangan. Sementara, didalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tidak diatur secara rinci kewenangan dari Pemerintah daerah di dalam pengelolaan pertambangan. Namun, 8
9 dengan terbentuknya dan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara untuk menggantikan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967, kewenangan pemerintah daerah telah diatur didalamnya dengan jelas dan terperincih. Berdasarkan hasil analisa peneliti apabila meninjau Pasal-Pasal diatas yang tedapat pada Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2010 tentang Wilayah Pertambangan, dan Peraturan Daerah Kabupaten Bolaang Mongondow Nomor 8 Tahun 2005 tentang penyelenggaraan pengelolaan usaha pertambangan umum dengan Kenyataan dilapangan yang terjadi di Lokasi tambang emas rakyat Desa Pindol, maka akan ditemukan hal-hal berikut ini : 1. Pemerintah kabupaten Bolaang Mongondow belum mengupayakan penetapan Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR). Sejauh ini, pemerintah Bolaang Mongondow hanya berupaya mengambil tindakan sosialisasi, pemantauan, dan pembinaan. Berdasarkan data yang didapatkan peneliti dari Dinas Pertambangan dan energi, adanya laporan sementara pemantauan Tim Pencegahan dan Penanggulangan Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI) yang dilakukan oleh Direktorat Pembinaan Mineral Dan Batubara (DPPMD) bekerja sama dengan PT. Bumi Prasaja dan Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Bolaang Mongondow pada tanggal 7 November 2008 telah melakukan pemantauan dan pembinaan di Desa Pindol. Hasil dari pemantauan dan pembinaan di Desa Pindol Kecamatan Lolak yaitu lokasi Tapa Balikuat diwilayah Desa Totabuan dan Desa Pindol masyarakat menambang sejak tahun 1987 dengan kedalaman lubang 1-30 meter, dari hasil olahan mereka 1 tromol 0,1 gram (1 batang), penambang pada saat pemantauan berjumlah kurang lebih orang. Alat tromol yang ada ditempat pengolahan berjumlah 6 unit tiap unit terdiri dari 8 buah tromol, sedangkan pengolahan tambang semprot dimulai pada tahun 2007 oleh masyarakat penambang dari Desa Solog. 9
10 2. Dengan adanya kegiatan inventarisasi potensi pertambangan (kegiatan mengumpulkan data dan informasi potensi pertambangan) yang dapat digunakan sebagai dasar penyusunan rencana penetapan WP dan penyusunan rencana WP, kegiatan ini merupakan tugas dari Dinas Pertambangan Mineral dan energi. Berdasarkan Peraturan Bupati Bolaang Mongondow Nomor 36 Tahun 2009 tentang uraian tugas Dinas Pertambangan Energi Kabupaten Bolaang Mongondow pada Pasal 7 dijelaskan Bidang Geologi dan Sumberdaya Mineral mempunyai tugas melaksanakan peyelidikan, pemetaaan geologi dalam rangka pengembangan wilayah, pengamatan vulkanologi, pengolah administratif, perizinan dan pemberian teknis penambangan air bawah tanah, dan inventarisasi sumberdaya mineral. Sejauh ini, pelaksanaan inventarisasi di Lokasi PETI di Desa Pindol belum dilakukan oleh Dinas Pertambangan Mineral dan Energi. Karena, data-data yang ditemukan peneliti dari Dinas Pertambangan Mineral dan Energi Kabupaten Bolaang Mongondow, mengenai Lokasi PETI di Desa Pindol sangat minim, bentuk data-data yang ada hanya beruppa laporan sementara yang telah dijelaskan sebelumya. 3. Pengamatan langsung yang dilakukan penliti terhadap lokasi PETI di Desa Pindol, lokasi PETI ini sudah memenuhi kriteria untuk ditetapkan sebagai WPR. Kriteria WPR berdasarkan Pasal 22 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 adalah sebagai beikut : a) Mempunyai cadangan mineral sekunder yang terdapat di sungai dan/atau diantara tepi dan tepi sungai; b) Mempunyai cadangan primer logam atau batubara dengan kedalaman maksimal 25 (dua puluh lima) meter; c) Endapan teras, dataran banjir, dan endapan sungai purba; d) Luas maksimal wilayah pertambangan rakyat adalah 25 (dua puluh lima) hektare; e) Menyebutkan jenis komoditas yang akan di tambang; dan/atau 10
11 f) Merupakan wilayah atau tempat kegiatan tambang rakyat yang sudah dikerjakan sekurang-kurangnya 15 (lima belas) tahun. Dari keenam kriteria di atas apabila dicocokkan dengan hasil pengamtan peneliti dan data-data yang didapatkan peneliti, lokasi PETI Desa Pindol hampir keseluruhannya telah terpenuhi. a) Pada tahun 1975, pertambangan emas di Desa Pindol dilakukan dengan cara tradisional yaitu dengan menggunakan teknik pendulangan di aliran sungai oleh masyarakat-masyarakat penambang. Dan pada tahun 1987 kegiatan pertambangan emas di Desa Pindol sudah marak terjadi karena lokasi pertambangan telah bertambah luas dan sudah bergeser ke kawasan hutan dan pegunungan-pegunungan kemudian, pada saat itu masyarakat penambang pertama kali menggunakan mesin tromol (gelundung)kemudian telah ditemukannya pengolahan tambang semprot pada tahun 2007 sampai sekarang ditepian sungai. Contoh kasus ini memberikan hasil bahwa sungai Lobuk yang ada di Desa Pindol mempunyai cadangan mineral sekunder. b) Dengan ditemukannya lubang-lubang penggalian bahan galian berupa batuan emas di lokasi PETI di Desa Pindol hingga mencapai kedalaman 30 Meter. c) Mengenai luas wilayah pertambangan rakyat belum ada data yang memuat luas wilayah Lokasi PETI di Desa Pindol, baik data dari Dinas Pertambangan mineral dan energi, dinas kehutanan, dan lingkungan hidup. d) Wilayah PETI di Desa Pindol telah dikerjakan selama 28 tahun. Sejak tahun 1987 hingga sekarang. 4. Berdasarkan Pasal 24 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009, wilayah atau tempat kegiatan rakyat yang sudah dikerjakan tetapi belum ditetapkan sebagai 11
12 WPR diprioritaskan utuk ditetapkan sebagai WPR. Wilayah tambang rakyat atau Lokasi PETI di Desa Pindol telah dikerjakan selama 27 Tahun. Sudah seharusnya Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow mengupayakan Wilayah PETI ini menjadi suatu Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR) yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dari penjelasan sebelumnya mengenai peran pemerintah dalam menangani permasalahan PETI dan hasil wawancara di atas dengan pihak Dinas Pertambangan Mineral dan Energi Kabupaten Bolaang Mongondow, dapat disimpulkan kendalakendala Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow dalam menangani permasalahan PETI di Desa Pindol. Yaitu sebagai berikut : a) Belum ada upaya tindak lanjut Pemerintah Bolaang Mongondow dalam menangani permasalahan PETI di Desa Pindol; b) Belum adanya anggaran untuk pembiayaan kegiatan inventarisasi dalam perencanaan dan penetapan Wilayah Pertambangan (WP); dan c) Mengharapkan adanya pihak perusahaan dalam membantu Pemerintah Daerah Bolaang Mongondow dalam melegalkan PETI; Dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti nampak bahwa Pertambangan Emas di Desa Pindol Kabupaten Bolaang Mongondow ternyata belum ditetapkan sebagai Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR) namun pemerintah Bolaang Mongondow hanya berupaya mengambil tindakan sosialisasi, pemantauan, dan pembinaan. Berdasarkan data yang didapatkan peneliti dari Dinas Pertambangan dan energi bahwa adanya laporan sementara pemantauan Tim Pencegahan dan Penanggulangan Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI) yang dilakukan oleh Direktorat Pembinaan Mineral Dan Batubara (DPPMD) bekerja sama dengan PT. Bumi Prasaja dan Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Bolaang Mongondow pada tanggal 7 November 2008 telah melakukan pemantauan dan pembinaan di Desa Pindol. Upaya sosialisasi, pemantauan, dan pembinaan yang diselenggarakan Pemerintah Bolaang Momgondow kepada masyarakat khususnya masyarakat 12
13 penambang emas tanpa izin bertujuan agar Pemerintah Bolaang Mongondow dapat mensosialisasikan setiap peraturan-peraturan mengenai pertambangan dan lingkungan hidup kepada masyarakat penambang, kemudian pemerintah daerah juga dapat mengetahui secara langsung bagaimana kondisi wilayah pertambangan emas tanpa izin di Desa Pindol. Namun, masyarakat khususnya penambang emas merasa segala aturan-aturan yang disosialisasikan oleh pemerintah terlalu rumit dan membebani masyarakat. Kemudian, Persoalan Dana menjadi alasan pemerintah Bolaang Mongondow belum menetapkan Wilayah Pertambangan emas di Desa Pindol sebagai Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR). Pemerintah Daerah melalui Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Bolaang Mongondow yang mempunyai kewenangan untuk melakukan penyelidikan dan penelitian lokasi pertambangan yang mempunyai potensi bahan galian emas mengaku harus menanggung semua resiko. Contohnya dalam membuat reklamasi dan pasca tambang membutuhkan suatu dokumen sama seperti Amdal, jadi untuk mengeluarkan WPR Pemerintah Daerah harus mengeluarkan biaya yang sangat banyak mulai dari reklamasi, dokumen, penelitian (layak atau tidak untuk dijadikan WPR). Pemerintah sendiri kebanyakan tidak mendapatkan atau mempunyai dana untuk mengeluarakan biaya sebanyak itu. Perencanaan Pemerintah Bolaang Mongondow untuk meminimalkan PETI di Desa Pindol yaitu dengan melegalkan PETI melalui kontrak dengan Perusahaan yang tujuannya untuk mengatasi permasalahan anggaran, karena perusahaan mempunyai kelebihan untuk menggunakan anggarannya sendiri dalam pengurusan Reklamasi dll. Kemudian perusahaan dapat menggandeng PETI-PETI dengan diajak bekerja sama di dalam areal perusahaan, mulai dari pengurusan Amdal, reklamasi dan pasca tambang, dan lain-lain yang tidak pernah di urus oleh PETI-PETI akan di urus semuanya oleh pihak Perusahaan. Jadi, melalui perencanaan ini Pemerintah Bolaang Mongondow hanya bisa mengusulkan PETI-PETI agar dia Legal, dia harus masuk kedalam areal perusahaan atau perusahaan nantinya bertanggung jawab kepada PETI yang telah masuk kedalam areal perusahaan. Perencanaan Pemerintah Bolaang Mongondow untuk melegalkan PETI dengan menganak angkatkan Perusahaan tambang emas yang 13
14 berskala besar untuk di ajak bekerjasama dalam pengelolaan pertambangan rakyat perlu kajian lebih mendalam, terperinci dengan tepat dan cermat. Pertambangan juga tak seharusnya diprioritaskan oleh pemerintah untuk perusahaan yang berskala besar, rakyat pun mempunyai hak untuk mengelolah dan mengusahakan hasil tambang tersebut berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan mineral dan batubara yaitu pada Pasal 20 bahwa kegiatan pertambangan rakyat dilaksanakan dalam suatu Wilayah Pertambangan Rakyat. Namun, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya pemerintah belum menetapkan lokasi pertambangan emas tanpa izin di Desa Pindol sebagai WPR karena persoalan dana. Berdasarkan Pasal 24 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009, Pemerintah Daerah Bolaang Monngondow seharusnya memprioritaskan Lokasi tersebut sebagai Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR) mengingat Lokasi tersebut sudah termasuk kriteria untuk ditetapkan sebagai WPR dan Wilayah atau tempat kegiatan tambang emas tanpa izin di Desa Pindol sudah dikerjakan selama 27 Tahun. Pemerintah Daerah Bolaang Mongondow dalam hal ini dapat digugat di Peradilan Tata Usaha Negara karena tidak menjalankan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara dalam menetapkan Lokasi pertambangan emas tanpa izin di Desa Pindol sebagai Wilayah Pertambangan Rakyat yang sudah dikerjakan selama 27 tahun dan juga tidak menjalankan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2010 tentang Wilayah Pertambangan. Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow apabila menetapkan Lokasi pertambangan emas tanpa izin di Desa Pindol sebagai Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR) diharapkan rakyat Bolaang Mongondow dapat meningkatkan kesejahteraan hidup dan memberikan dampak positif disetiap roda perekonomian Kabupaten Bolaang Mongondow. Karena penghasilan yang didapatkan dari pertambangan emas ini cukup menjanjikan dan menguntungkan kesejahteraan masyarakat. Hal ini dapat diwujudkan apabila pemerintah dan masyarakat mampu membangun kerja sama dalam mengimplementasikan setiap hukum positif yang berlaku pada masyarakat dan pemerintah. Impelementasinya yaitu pemerintah daerah aktif dalam 14
15 mensosialisasikan setiap Undang-Undang mengenai pertambangan kemudian terus memantau dan mengawasi secara langsung setiap kegiatan masyarakat penambang di wilayah pertambangan. Mulai dari kegiatan penyelidikan sampai pada penjualan hasil pertambangan rakyat, membina masyarakat penambang agar terhindar dari konflik, Kemudian mengupayakan agar setiap kegiatan pertambangan harus memperhatikan dampak lingkungan disekitar lokasi tambang demi kelestarian alam dan kepentingan generasi yang akan datang. Penutup Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa peran pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow Provinsi Sulawesi Utara dalam meminimalkan Pertambangan Emas Tanpa Izin yakni mengeluarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bolaang Mongondow Nomor 8 Tahun 2005 tentang penyelenggaraan pengelolaan usaha pertambangan umum yang masih mengacu pada Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang ketentuan-ketentuan okok pertambangan. Pertambangan Emas Tanpa Izin yang berada di Desa Pindol Kabupaten Bolaang Mongondow belum belum ditetapkan sebagai Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR) namun pemerintah Bolaang Mongondow hanya berupaya mengambil tindakan sosialisasi, pemantauan, dan pembinaan bagi para penambang di Desa Pindol Kecamatan Lolak Kabupaten Bolaang Mongondow. Saran Sehubungan dengan kesimpulan di atas dapat disarankan beberapa hal berikut. a. Bagi Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow sebaiknya dapat mengeluarkan peraturan daerah atau merevisi Peraturan Daerah yang sudah ada sesuai dengan Undang-Undang Pertambangan yang terbaru yaitu Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Agar bisa dijadikan acuan pengelolaan sumber daya alam khususnya pertambangan emas di Desa Pindol Kecamatan Lolak Kabupaten Bolaang Mongondow. 15
16 b. Bagi Masyarakat, dapat memperhatikan pengelolaan sumber daya alam khususnya pengelolaan tambang emas dengan memperhatikan manfaat dan dampak lingkungan. Daftar Rujukan Buku-buku Salim HS. Hukum Pertambangan Mineral dan Batubara, Jakarta Timur: Sinar Grafika, Cetakan 1, Salim HS. Hukum Penyelesaian Sengketa Pertambangan di Indonesia. Bandung: Pustaka Reka Cipta, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2010 tentang Wilayah Pertambangan. Peraturan Daerah Bolaang Mongondow Undang-Undang No. 5 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan dan Pengelolaan Usaha Pertambangaan Umum. 16
BAB I PENDAHULUAN. Cipta. hlm Salim HS Hukum Penyelesaian Sengketa Pertambangan di Indonesia. Bandung: Pustaka Reka
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam, baik sumber daya alam yang dapat di perbaharui maupun yang tidak dapat di perbaharui. Potensi yang sangat
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa mineral dan batubara yang
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa mineral dan batubara yang
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa mineral dan batubara yang
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.4, 2009 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERTAMBANGAN. KETENTUAN-KETENTUAN POKOK. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4959) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBUPATI SAMBAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI SAMBAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMBAS, Menimbang : a. bahwa pertambangan rakyat di Kabupaten
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN MALANG
PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALANG, Menimbang :
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciBUPATI KAUR PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAUR NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN RAKYAT
BUPATI KAUR PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAUR NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAUR, Menimbang : a. bahwa Kabupaten Kaur
Lebih terperinciFAKULTAS HUKUM, UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Wilayah Pertambangan, yang selanjutnya disebut WP, adalah wilayah yang memiliki potensi mineral dan/atau batubara dan tidak terikat dengan batasan administrasi pemerintahan yang merupakan bagian dari tata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang mempunyai banyak kekayaan alam baik yang dapat diperbaharui maupun yang tidak dapat diperbaharui. Jenis kekayaan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PERTAMBANGAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KETAPANG,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PERTAMBANGAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KETAPANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi sesuai dengan
Lebih terperinciNOMOR 11 TAHUN 2OO9 TENTANG
/).' PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 11 TAHUN 2OO9 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Meng ingat
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mineral dan batubara yang terkandung dalam wilayah hukum pertambangan Indonesia merupakan kekayaan alam tak terbarukan sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa yang mempunyai
Lebih terperinciLAPORAN TENTANG PELAKSANAAN PERJALANAN DINAS
Kepada Yth. Bapak Bupati Bengkulu Selatan di Manna LAPORAN TENTANG PELAKSANAAN PERJALANAN DINAS I. Pendahuluan : 1. Umum. Terkait dengan peralihan kewenangan penerbitan izin pertambangan rakyat untuk komoditas
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meliputi emas, perak, tembaga, minyak dan gas bumi, batu bara, bijih besi, dan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki Sumber Daya Alam (SDA) yang sangat besar, salah satunya adalah bahan galian tambang. Indonesia merupakan negara
Lebih terperinci===================================================== PERATURAN DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG IZIN PERTAMBANGAN RAKYAT
===================================================== LEMBARAN DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR TAHUN 2012 NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG IZIN PERTAMBANGAN RAKYAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sangat melimpah. Salah satu kekayaan alam yang dimiliki Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kekayaan alam yang sangat melimpah. Salah satu kekayaan alam yang dimiliki Indonesia adalah sumber daya mineralnya
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBUPATI BANDUNG BARAT
BUPATI BANDUNG BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diamanatkan dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945, yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertambangan merupakan sumber daya alam strategis tidak terbarukan yang dikuasai oleh negara serta merupakan komoditas vital yang menguasai hajat hidup orang banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bumi, air, dan kekayaan yang terkandung di dalamnya di kuasai oleh negara
`1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang kaya akan sumber daya alam (natural resources). Sumber daya alam itu ada yang dapat diperbaharui (renewable),
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, Mengingat : a. bahwa mineral dan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. Mengingat : 1. BUPATI BANDUNG BARAT,
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAN PERIZINAN PERTAMBANGAN MINERAL, DAN RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK PETA INFORMASI PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO NOMOR 6 TAHUN 2011 T E N T A N G PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATU BARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO NOMOR 6 TAHUN 2011 T E N T A N G PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATU BARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SAWAHLUNTO, Menimbang : a. bahwa pengelolaan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEGAL
- 2 - LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEGAL Tahun : 2013 Nomor : 9 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEGAL NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEGAL NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2012 NOMOR 20 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 20 TAHUN 2012 BUPATI KERINCI,
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2012 NOMOR 20 Menimbang : PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG PERTAMBANGAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KERINCI, bahwa
Lebih terperinciBUPATI NABIRE PERATURAN DAERAH KABUPATEN NABIRE NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PERTAMBANGAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NABIRE,
SALINAN BUPATI NABIRE PERATURAN DAERAH KABUPATEN NABIRE NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PERTAMBANGAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NABIRE, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN IZIN PERTAMBANGAN RAKYAT MINERAL LOGAM, MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN DI KABUPATEN BURU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciWILAYAH PERTAMBANGAN DALAM TATA RUANG NASIONAL. Oleh : Bambang Pardiarto Kelompok Program Penelitian Mineral, Pusat Sumberdaya Geologi, Badan Geologi
WILAYAH PERTAMBANGAN DALAM TATA RUANG NASIONAL Oleh : Bambang Pardiarto Kelompok Program Penelitian Mineral, Pusat Sumberdaya Geologi, Badan Geologi PENDAHULUAN Undang-Undang Dasar 1945 pada Pasal 33 telah
Lebih terperinciPENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA
1 PEMERINTAH KABUPATEN TOLITOLI RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TOLITOLI
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN MUARA ENIM
1 PEMERINTAH KABUPATEN MUARA ENIM PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUARA ENIM, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertiga dari wilayah Indonesia merupakan laut dan memiliki potensi sumber daya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan potensi dan kekayaan alam yang berlimpah sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa. Dua pertiga dari wilayah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tiga asas yaitu asas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan. 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Negara Republik Indonesia adalah negara kesatuan dengan sistim desentralisasi, sehubungan dengan itu penyelenggaraan pemerintahan di daerah dilaksanakan melalui tiga
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS A. Perbedaan Antara Masyarakat dan Masyarakat Adat
BAB IV ANALISIS A. Perbedaan Antara Masyarakat dan Masyarakat Adat Penyebutan masyarakat dapat ditemukan dalam berbagai peraturan. Masyarakat yang dimaksud tersebut bukan berarti menunjuk pada kerumunan
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN
GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa potensi
Lebih terperinciBUPATI SERUYAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 13 TAHUN 2010 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN USAHA MINYAK DAN GAS BUMI
BUPATI SERUYAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 13 TAHUN 2010 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN USAHA MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERUYAN, Menimbang : a. bahwa Minyak
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 6 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN USAHA PERTAMBANGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,
PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 6 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN USAHA PERTAMBANGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang : a. bahwa untuk menjamin kepastian hukum
Lebih terperinciKewenangan Pengelolaan FAKULTAS HUKUM, UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Kewenangan Pengelolaan 21 kewenangan berada di tangan Pusat 1. penetapan kebijakan nasional; 2. pembuatan peraturan perundang-undangan; 3. penetapan standar nasional, pedoman, dan kriteria; 4. penetapan
Lebih terperinciLAPORAN TENTANG PELAKSANAAN PERJALANAN DINAS
Kepada Yth. Bapak Bupati Bengkulu Selatan di Manna LAPORAN TENTANG PELAKSANAAN PERJALANAN DINAS I. Pendahuluan : 1. Umum. Terkait dengan peralihan kewenangan penerbitan izin pertambangan rakyat untuk komoditas
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN USAHA PERTAMBANGAN BATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN USAHA PERTAMBANGAN BATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM, Menimbang : a. bahwa dengan semakin meningkatnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertambangan antara lain, Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 tentang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya alam berupa tambang merupakan salah satu andalan negara Indonesia setelah pertanian. Beberapa peraturan nasional baik berupa undangundang, peraturan pemerintah
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR : 2 TAHUN 2013 TENTANG
NOMOR : 2 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI TAHUN 013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR : 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN USAHA PERTAMBANGAN BUPATI BEKASI, Menimbang : a. bahwa bahan tambang merupakan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN
PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERANGIN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENGATURAN PERTAMBANGAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MERANGIN, Menimbang : a. bahwa pertambangan
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PERIZINAN USAHA PERTAMBANGAN BATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PERIZINAN USAHA PERTAMBANGAN BATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : bahwa dengan adanya perubahan kewenangan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG IZIN PERTAMBANGAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG IZIN PERTAMBANGAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA, Menimbang: a. bahwa pertambangan rakyat merupakan kegiatan penambangan
Lebih terperinciBUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a. bahwa mineral
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL LOGAM BESI GUBERNUR JAWA BARAT
Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL LOGAM BESI GUBERNUR JAWA BARAT Menimbang : a. bahwa dalam rangka pengusahaan mineral
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 2 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA
RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 2 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang Mengingat : a.
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN NOMOR 6 TAHUN 2010
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN NOMOR 6 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA
Lebih terperinciDr. Firman Muntaqo, SH, MHum Dr. Happy Warsito, SH, MSc Vegitya Ramadhani Putri, SH, S.Ant, MA, LLM Irsan Rusmawi, SH, MH
Dr. Firman Muntaqo, SH, MHum Dr. Happy Warsito, SH, MSc Vegitya Ramadhani Putri, SH, S.Ant, MA, LLM Irsan Rusmawi, SH, MH Indonesia merupakan negara yang kaya akan bahan galian (tambang), meliputi emas,
Lebih terperinciDalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
-2-4. Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2010 tentang Reklamasi dan Pascatambang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5172); Dengan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2010 NOMOR 4
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2010 NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PANAS BUMI Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KERINCI, bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada era desentralisasi saat ini, pemberian wewenang dari pemerintah pusat kepada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era desentralisasi saat ini, pemberian wewenang dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dalam pengelolaan sumberdaya alam memberikan dampak yang
Lebih terperincikemandirian dan kemajuan suatu bangsa. rata-rata negara dengan kekayaan sejahtera. Namun, hal ini harus diiringi dengan pengelolaan yang baik dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan mineral dan batubara dapat menjadi salah satu tolak ukur kemandirian dan kemajuan suatu bangsa. rata-rata negara dengan kekayaan mineral dan batubara yang
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA
No. 4959 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PERTAMBANGAN. KETENTUAN-KETENTUAN POKOK. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK
Lebih terperinciBUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 08 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN WILAYAH PERTAMBANGAN RAKYAT
SALINAN BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 08 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN WILAYAH PERTAMBANGAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. BUPATI
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEGAL
- 2 - LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEGAL Tahun : 2013 Nomor : 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEGAL NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG
Menimbang PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG : a. bahwa pertambangan merupakan salah satu sumber yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 95 BT hingga 141 BT (sekitar 5000 km) dan 6 LU hingga 11 LS 2 tentu
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia adalah salah satu negara di dunia dengan sumber daya alam yang sangat melimpah dibandingkan dengan negara lainnya di dunia. Sebagai negara kepulauan
Lebih terperinciPENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA
PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TULUNGAGUNG Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hewan tumbuan dan organisme lain namun juga mencangkup komponen abiotik
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang sangat kaya sumber daya, baik itu sumber daya manusia atau pun sumber daya alam. Dari aspek sumber daya alam, kekayaan yang dimiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang mempunyai potensi pertambangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang mempunyai potensi pertambangan yang sangat besar sehingga menarik minat banyaknya para pelaku tambang (investor asing) tertarik
Lebih terperinciBENCANA LINGKUNGAN PASCA TAMBANG
BENCANA LINGKUNGAN PASCA TAMBANG (ANALISIS KASUS EKS LUBANG TAMBANG BATUBARA KALIMANTAN TIMUR) Luluk Nurul Jannah, SH., MH (Staf Sub Bidang Tindak Lanjut P3E Kalimantan) Era desentralisasi membuka peluang
Lebih terperinciBUPATI BANGKA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI BANGKA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA, Menimbang : a. bahwa mineral merupakan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KOLAKA UTARA TENTANG REKLAMASI DAN PASCA TAMBANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOLAKA UTARA NOMOR TENTANG REKLAMASI DAN PASCA TAMBANG DISUSUN OLEH : BAGIAN HUKUM SETDA KOLAKA UTARA PEMERINTAH KABUPATEN KOLAKA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOLAKA UTARA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumber daya tambang (bahan galian). Negara Indonesia termasuk negara yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya alam yang begitu melimpah bagi kelangsungan hidup umat manusia merupakan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa. Salah satunya adalah sumber daya tambang
Lebih terperinciBUPATI SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN
BUPATI SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang : a.
Lebih terperinciBAB II PENGATURAN KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN UMUM DI INDONESIA. pemanfaatan sumber daya alam tambang (bahan galian) yang terdapat dalam bumi
BAB II PENGATURAN KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN UMUM DI INDONESIA A. Pengertian Kegiatan Usaha Pertambangan Usaha pertambangan merupakan kegiatan untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam tambang
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN UMUM
PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA UTARA, Menimbang : a. bahwa mineral dan batubara merupakan
Lebih terperinciFAKULTAS HUKUM, UNIVERSITAS SRIWIJAYA
UU No. 4/2009 Pertambangan Mineral dan Batubara. Usaha pertambangan dikelompokkan atas: a. pertambangan mineral; dan b. pertambangan batubara. Pertambangan mineral sebagaimana dimaksud pada pertambangan
Lebih terperinciBUPATI DONGGALA PERATURAN DAERAH KABUPATEN DONGGALA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PANAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI DONGGALA PERATURAN DAERAH KABUPATEN DONGGALA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PANAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DONGGALA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 7 ayat (1)
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan survey pendahuluan dalam menentukan calon lokasi Wilayah Pertambangan Rakyat di Kabupaten Gorontalo dilandasi oleh Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN PERKARA
RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 30/PUU-VIII/2010 Tentang Pengujian Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral & Batu bara Izin Usaha Pertambangan I. PEMOHON 1. Asosiasi
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR : 16 TAHUN 2003 TENTANG PENGAMANAN PASIR, KERIKIL, DAN BATU DI LINGKUNGAN SUNGAI DAN PESISIR
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR : 16 TAHUN 2003 TENTANG PENGAMANAN PASIR, KERIKIL, DAN BATU DI LINGKUNGAN SUNGAI DAN PESISIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang: a. bahwa
Lebih terperinciADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. seharusnya dijaga, dimanfaatkan sebaik-baiknya dan sebijak-bijaknya.
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Semenjak berlaku Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (selanjutnya disingkat Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009) Pemerintah Indonesia
Lebih terperinciPEMBAGIAN URUSAN PENGELOLAAN MINERAL DAN BATUBARA PASCA UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2014 DAN PERUBAHANNYA
PEMBAGIAN URUSAN PENGELOLAAN MINERAL DAN BATUBARA PASCA UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2014 DAN PERUBAHANNYA Oleh : Indra Syahputra Lubis Pada Tanggal 30 September 2014, Presiden Republik Indonesia telah menandatangani
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG
Nama file SALINAN : Perbup 2012/Tata Cara Pemberian Izin Pertambangan Rakyat (IPR) Dan Pemungutan Pajak Pemanfaatan Pertambangan Mineral Bukan Logam Dan Batuan 19/3/2012/Ernie Nomor : Tanggal : SALINAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG IZIN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUAN DI KABUPATEN PASURUAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG IZIN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUAN DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang : a. bahwa mineral
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN MALANG
PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN USAHA PERTAMBANGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 63/PRT/1993 TENTANG GARIS SEMPADAN SUNGAI, DAERAH MANFAAT SUNGAI, DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DAN BEKAS SUNGAI
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 63/PRT/1993 TENTANG GARIS SEMPADAN SUNGAI, DAERAH MANFAAT SUNGAI, DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DAN BEKAS SUNGAI MENTERI PEKERJAAN UMUM Menimbang : a. Bahwa sebagai
Lebih terperinciPertambangan adalah salah satu jenis kegiatan yang melakukan ekstraksi mineral dan bahan tambang lainnya dari dalam bumi.
Pengertian Pertambangan Pertambangan adalah : 1. Kegiatan, teknologi, dan bisnis yang berkaitan dengan industri pertambangan mulai dari prospeksi, eksplorasi, evaluasi, penambangan, pengolahan, pemurnian,
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menjamin
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENETAPAN WILAYAH USAHA PERTAMBANGAN DAN SISTEM INFORMASI WILAYAH PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam, baik berupa minyak dan gas bumi, tembaga, emas dan lain-lain. Kekayaan alam Indonesia
Lebih terperinciPERUBAHAN ATAS PP NO. 23 TAHUN 2010 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA
PERUBAHAN ATAS PP NO. 23 TAHUN 2010 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA NO PENJELASAN 1. Judul: Judul: PERATURAN PEMERINTAH PENJELASAN REPUBLIK INDONESIA ATAS NOMOR 23
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGI KABUPATEN MUSI BANYUASIN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGI KABUPATEN MUSI BANYUASIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI BANYUASIN,
Lebih terperinciBERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Izin Khusus. Pertambangan. Mineral Batu Bara. Tata Cara.
No.1366, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Izin Khusus. Pertambangan. Mineral Batu Bara. Tata Cara. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK
Lebih terperinciPERUBAHAN UNDANG-UNDANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA: Upaya Untuk Menata Kembali Pengelolaan Sumber Daya Alam Indonesia Oleh: Zaqiu Rahman *
PERUBAHAN UNDANG-UNDANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA: Upaya Untuk Menata Kembali Pengelolaan Sumber Daya Alam Indonesia Oleh: Zaqiu Rahman * Naskah diterima: 12 Mei 2015; disetujui: 15 Mei 2015 Keberlakuan
Lebih terperinciBAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP PELANGGARAN KETENTUAN PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN HASIL PENAMBANGAN KOMODITAS TAMBANG MINERAL DI DALAM NEGERI
30 BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP PELANGGARAN KETENTUAN PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN HASIL PENAMBANGAN KOMODITAS TAMBANG MINERAL DI DALAM NEGERI 1. Pembangunan Unit Pengolahan dan Pemurnian Guna Melaksanakan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang : a. bahwa pengelolaan pertambangan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG REKLAMASI LAHAN PASCA TAMBANG BATUBARA DI KALIMANTAN SELATAN
PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG REKLAMASI LAHAN PASCA TAMBANG BATUBARA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, Menimbang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kekayaan sumber daya alam dan mineral, seperti minyak mentah, batu bara,
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang dikenal memiliki kekayaan sumber daya alam dan mineral, seperti minyak mentah, batu bara, tembaga, biji besi,
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN USAHA MINYAK DAN GAS BUMI DI KABUPATEN SERANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN USAHA MINYAK DAN GAS BUMI DI KABUPATEN SERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 8 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 8 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DI KABUPATEN BANJARNEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinci