BAB III PROFIL SANITASI KOTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III PROFIL SANITASI KOTA"

Transkripsi

1 BAB III PROFIL SANITASI KOTA 3.1 KONDISI UMUM SANITASI Kesehatan Lingkungan Kondisi umum kesehatan lingkungan Kota Cirebon dapat dilihat dari beberapa data berkaitan dengan kesehatan lingkungan sebagai berikut : a. Sarana Jamban Keluarga / WC Pemeriksaan dilakukan terhadap KK yang tersebar di 5 (lima) kecamatan, dari hasil pemeriksaan sebanyak KK, yang memiliki jamban sebanyak KK (92,42%) dengan kriteria jamban sehat KK (92,98%). Permasalahan di Kota Cirebon mengenai penyediaan jamban adalah keterbatasan lahan dan dekatnya sarana jamban dengan sumber air, sehingga penampungan tinjanya harus kedap air dan kadang diletakkan di dalam rumah. Perlu diketahui bahwa pencemaran bakteri Coli-form mempunyai dampak pada kesehatan yang cukup serius, karena dapat menjadi faktor risiko penyakit batu empedu. (Sumber: Dr. Tatar Sumarjan, Spesialis Penyakit Dalam). Saat ini Kota Cirebon telah memiliki jamban sehat atau yang sering disebut dengan jamban helikopter sebanyak 2 unit, yang ditempatkan manakala diperlukan untuk kegiatan-kegiatan tertentu. b. Kondisi Pencemaran b.1.pencemaran Air Sumber pencemar air dominan berasal dari kegiatan domestik, industri dan medis/rumah sakit. Pada saat ini Kota Cirebon memiliki IPAL berupa kolam oksidasi sejumlah 4 buah. Disamping itu sektor industri memberikan kontribusi pencemaran terhadap badan air penerima Kota. Sumber pencemar air lainnya yaitu dari limbah medis/rumah sakit, di Kota Cirebon terdapat 4 rumah sakit umum dan 5 rumah sakit khusus (khusus bedah, persalinan ibu dan anak) serta memiliki 46 puskesmas. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 1

2 b.2.pencemaran Udara Pencemaran udara dominan berasal dari gas buang kendaraan bermotor disamping berasal dari kegiatan domestik. Pada tahun 2009, KLH Kota Cirebon telah melakukan pengukuran kualitas udara ambien di 10 titik pantau yang mempresentasikan kawasan padat hingga permukman, yaitu : 1. Bunderan Gedung Negara Jl. Diponegoro; 2. Kantor Balaikota Cirebon Jl. Siliwangi 3. SMK Santa Maria Jl. Sisingamangaraja; 4. Swalayan Gunung Jati Jl. Pekiringan; 5. Pintu rel KA Jl. Lawanggada; 6. Simpang Gunung Sari; 7. Simpang Pemuda-Cipto; 8. Terminal Harjamukti; 9. Swalayan Yogya Jl. Rajawali 10. Perumahan Pegambiran Jl. Kalijaga. Berdasarkan hasil pengukuran kualitas udara dan intensitas kebisingan, pada umumnya hasil pengujian menunjukkan bahwa kondisi kualitas udara di Kota Cirebon tergolong sedang, dalam artian konsentrasi dari parameter-parameter masih memenuhi baku mutu PP No 41 Tahun c. Akses pada Sumber Air Tanah Air merupakan kebutuhan pokok bagi makhluk hidup termasuk manusia. Keberadaan air baik kualitas maupun kuantitas akan berpengaruh pada kehidupan manusia. Air bersih yang memenuhi syarat kesehatan adalah air yang memnuhi syarat kesehatan baik fisik, kimia, maupun bakteriologi juga air bersih harus memenuhi kebutuhan manusia baik secara kuantitas maupun kontinuitas. Akses air bersih selain bersumber dari PDAM, sebagian masyarakat juga berusaha mendapatkan air bersih melalui sumur pompa tangan, sumur gali dan lainnya. Dari hasil inspeksi sanitasi tahun 2009 jumlah Kepala Keluarga (KK) yang diperiksa 99,18% dari jumlah KK yang ada dengan rincian KK BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 2

3 NO JUMLAH KELUARGA YANG ADA JUMLAH KELUARGA DIPERIKSA LEDENG SPT SGL PAH KEMASAN LAINNYA JUMLAH yang memiliki akses air bersih bersumber dari ledeng 75,89%, sumur pompa tangan (SPT) 8,12%, sumur gali 14,1% dan lainnya 1,88%. Tabel 3.1 KELUARGA MEMILIKI AKSES AIR BERSIH MENURUT KECAMATAN AKSES AIR BERSIH KECAMATAN (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) 1 Kejaksan 10,931 10,876 9, ,924 2 Kesambi 16,990 16,629 13, , ,629 3 Pekalipan 7,805 7,635 6, ,263 4 Lemahwungkuk 11,943 11,943 9, , ,692 5 Harjamukti 23,626 23,626 11,529 4,477 5, ,116 Jumlah ,295 70,709 50,561 5,412 9, ,254 66, ,023 67,030 47,122 5,301 8, ,686 Dari 22 kelurahan di Kota Cirebon, yang paling rendah memiliki akses air bersih adalah Kelurahan Argasunya yaitu hampir 67,07% dari jumlah KK di kelurahan tersebut. Akses PDAM baru mencapai 5,99%, sumur gali 52,74%, SPT 8,37%. Rendahnya akses air bersih di Kelurahan Argasunya disebabkan karena secara geografis tanahnya berbukit sehingga tidak terjangkau layanan PDAM, mengingat PDAM mengalirkan airnya mengunakan prinsip gravitasi. Pemenuhan air, masyarakat Argasunya banyak memanfaatkan air kolam untuk memenuhi kebutuhannya. d. Rumah Sehat 1 Hasil pendataan mengenai jumlah rumah yang ada di Kota Cirebon pada tahun 2007 sebanyak dari jumlah tersebut rumah yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak rumah (58,17%) dan yang tidak memenuhi syarat rumah (41,83%). 1 Kriteria rumah sehat: memiliki langit-langit bersih, dinding permanen, memiliki lantai, ada jendela kamar tidur, ada jendela ruang keluarga, ada ventilasi, ada lubang asap dapur, pencahayaan baik, bebas tikus, tersedia sarana air bersih, ada jamban, ada sarana pembuangan air limbah. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 3

4 KECAMATAN KEJAKSAN Tabel 3.2. RUMAH SEHAT KOTA CIREBON NO KELURAHAN JUMLAH RUMAH RUMAH SEHAT RUMAH TIDAK SEHAT 1 Kel. Kesenden 2,596 1,369 1,227 2 Kel. Kejaksan 1, Kel. Kebon Baru 1, Kel. Sukapura 2,671 1, Jumlah 8,499 4,897 3,602 KECAMATAN KESAMBI NO KELURAHAN JUMLAH RUMAH RUMAH SEHAT RUMAH TIDAK SEHAT 1 Pekiringan 2,227 1, Kesambi 1,795 1, Sunyaragi 2,062 1, Karyamulya 3,849 2,282 1,567 5 Drajat 2,893 1,523 1,370 Jumlah 12,826 7,619 5,207 KECAMATAN PEKALIPAN NO KELURAHAN JUMLAH RUMAH RUMAH SEHAT RUMAH TIDAK SEHAT 1 Jagasatru 1, Pulasaren 1, Pekalangan 1, Pekalipan 1,331 1, Jumlah 5,864 3,733 2,131 KECAMATAN LEMAHWUNGKUK NO KELURAHAN JUMLAH RUMAH RUMAH SEHAT RUMAH TIDAK SEHAT 1 Kesepuhan 2,726 1, Pegambiran 3,395 1,155 2,240 3 Panjunan 2,188 1, Lemahwungkuk 1, Jumlah 9,768 5,266 4,502 KECAMATAN HARJAMUKTI NO KELURAHAN JUMLAH RUMAH RUMAH SEHAT RUMAH TIDAK SEHAT 1 Harjamukti 3,159 1,405 1,754 2 Argasunya 2, ,681 3 Kalijaga 5,396 2,946 2,450 4 Kecapi 4,247 3, Larangan 3,068 2, Jumlah e. Tempat-tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM) Dari jumlah TUPM tahun 2008 sebanyak sarana telah dilakukan pemeriksaan sejumlah sarana dan yang dinyatakan memenuhi aspek kesehatan sarana (86,82%). BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 4

5 JUMLAH YG ADA JUMLAH DIPERIKSA JUMLAH SEHAT % SEHAT JUMLAH YG ADA JUMLAH DIPERIKSA JUMLAH SEHAT % SEHAT JUMLAH YG ADA JUMLAH DIPERIKSA JUMLAH SEHAT % SEHAT JUMLAH YG ADA JUMLAH DIPERIKSA JUMLAH SEHAT % SEHAT JUMLAH YG ADA JUMLAH DIPERIKSA JUMLAH SEHAT % SEHAT Tabel 3.3 PERSENTASE TEMPAT UMUM DAN PENGELOLAAN MAKANAN (TUPM) SEHAT MENURUT KECAMATAN KOTA CIREBON TAHUN 2009 HOTEL RESTORAN/R-MAKAN PASAR TUPM LAINNYA JUMLAH TUPM NO KECAMATAN PUSKESMAS Kejaksan Jl.Kembang Nelayan Pamitran KEC.KEJAKSAN Kesambi Gunung Sari Sunyaragi Majasem Drajat KEC.KESAMBI Jagasatru Astanagarib Pekalangan KEC.PEKALIPAN Kesunean Pegambiran Pesisir Cangkol KEC.LEMAH WUNGKUK Kalitanjung Larangan Perumnas Utara Sitopeng Kalijaga KEC.HARJA MUKTI JUMLAH KOTA CIREBON ,218 1,717 1, ,947 1,929 1, Sumber: Bidang pengendalian masalah penyakit BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 5

6 f. Rumah Bebas Jentik Nyamuk Hasil kegiatan tahun 2008 dari bangunan yang ada, yang menjadi objek pemeriksaan adalah bangunan (65,72%) sedangkan yang bebas jentik ada (92,05%). Melihat hal tersebut, angka bebas jentik belum memenuhi target yaitu 95%. g. Sarana Sanitasi Sekolah Dari hasil survey sarana sanitasi yang ada di sekolah, sebagian besar sekolah sudah memiliki sarana sanitasi hanya saja jumlah sarana sanitasi masih kurang bila dibandingkan dengan jumlah pemakai (jumlah siswa dan guru). Fasilitas cuci tangan sudah disediakan di sekolah beserta dengan sabunnya. Mengenai pengetahuan higiene dan sanitasi biasa diberikan pada mata pelajaran Penjas walaupun masih ada yang hanya diberikan pada pertemuan tertentu saja. Setiap sekolah memiliki dana untuk penyediaan air bersih dan sarana sanitasi, rata-rata dana yang dikeluarkan adalah Rp setiap bulannya. Sebagian besar pengelolaan sampah masih dikumpulkan hanya sebagian kecil sekolah yang telah memisahkan sampah serta diolah menjadi kompos. Tangki septik merupakan tempat buangan air kotor dari toilet, tapi masih ada yang langsung membuang ke badan penerima air. Pengosongan tangki septik hanya bila tangki septik sudah penuh, tidak ada jadwal rutin pengosongan tangki septik. Secara keseluruhan kondisi higiene sekolah adalah cukup bersih. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 6

7 No. Nama Sekolah Tabel 3.4 KONDISI SARANA SANITASI SEKOLAH (TOILET DAN TEMPAT CUCI TANGAN) Jumlah Sumber Air Bersih * Jumlah Toilet Fas. Cuci Persediaan Siapa yg membersihkan toilet Jumlah Siswa Guru PDAM SPT/L SGL Tangan Sabun Siswa Guru Pesuruh Sklh Guru L P L P L P S K T S K T S K T Y T Y T L P L P L P 1 SDN Pekiringan SMK Negeri SMPN SMPN SMPN SMPN SDN Karang Mulya SDN Tampomas SMPN SMA SMK TI PUI SDN Argapura SMPN SMAN SMAN Keterangan: L :Laki-laki S Selalu tersedia air P Perempuan K Kadang-kadang tersedia air Y Ya T Tidak ada tersedia air T Tidak SPT/L Sumur Pompa Tangan/Listrik SGL Sumur Gali BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 7

8 Tabel 3.5 KONDISI SANITASI SEKOLAH (PENGELOLAAN SAMPAH DAN PENGETAHUAN HIGIENE) No. Nama Sekolah Apakah pengetahuan tentang Higiene & Sanitasi Apakah ada dana utk Cara Pengelolaan Sampah di Sekolah Tempat buangan air kotor diberikan penyediaan air bersih, Kapan Tangki Septik Kondisi higiene sarana sanitasi & Ya, pada pertemuan Ya, pada mata Tidak dikosongkan sekolah pendidikan higiene Dikumpulkan Dipisahkan Dibuat Kompos Dari toilet Dari kamar mandi tertentu pelajaran PenJas pernah Y T 1 SDN Pekiringan Tangki Septik Saluran Drainase Tahun 2009 Cukup Bersih 2 SMK Negeri 2 Tangki Septik Saluran Drainase Bersih 3 SMPN 15 Tangki Septik Saluran Drainase Tahun 2009 Cukup Bersih 4 SMPN 16 Tangki Septik Saluran Drainase Belum pernah Cukup Bersih 5 SMPN 12 Tangki Septik Saluran Drainase Tahun 2005 Cukup Bersih 6 SMPN 9 Tangki Septik Saluran Drainase Belum pernah Cukup Bersih 7 SDN Karang Mulya Tangki Septik Saluran Drainase Cukup Bersih 8 SDN Tampomas Kali Kali Tidak pernah Cukup Bersih 9 SMPN 7 Tangki Septik Saluran Drainase Tahun 2006 Bersih 10 SMA 3 Tangki Septik Saluran Drainase Sudah pernah, untuk yang baru dibangun tahun 2008 belum pernah Bersih 11 SMK TI PUI Tangki Septik Saluran Drainase Belum pernah Cukup 12 SDN Argapura Tangki Septik Saluran Drainase Belum pernah baru dibangun tahun 2006 Cukup Bersih 13 SMPN 4 Tangki Septik Saluran Drainase Belum pernah Cukup Bersih 14 SMAN 6 Tangki Septik Saluran Drainase Tahun 2009 Cukup Bersih 15 SMAN 2 Tangki Septik Saluran Drainase Belum pernah Cukup Bersih BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 8

9 Kesehatan dan Pola Hidup Masyarakat. Kondisi kesehatan masyarakat Kota Cirebon seperti besarnya timbulan penyakit, terutama penyakit menular akibat sanitasi buruk, kondisi pola hidup masyarakat menyangkut sanitasi, dan sebagainya dapat dilihat sebagai berikut : a. Diare Jumlah penderita diare tahun 2008 seluruhnya orang, yang dilayani oleh sarana kesehatan sebanyak orang dan oleh kader kesehatan orang, lebih tinggi dibandingkan tahun 2007 yaitu orang. Dengan rincian Kec. Kejaksan ada kasus, Kec. Kesambi ada kasus, Kec. Pekalipan ada kasus, Kec. Lemahwungkuk ada kasus dan Kec. Harjamukti ada kasus. b. Demam Berdarah Dengue (DBD) Jumlah penderita DBD tahun 2008 seluruhnya 329 kasus dengan rincian Kec. Kejaksan ada 61 kasus, Kec. Kesambi ada 77 kasus, Kec. Pekalipan ada 28 kasus, Kec. Lemahwungkuk ada 34 kasus dan Kec. Harjamukti ada 129 kasus. Angka kesakitan penderita DBD di Kota Cirebon dari tahun 2000 s.d. tahun 2008 dapat dilihat pada tabel. Tabel 3.6 JUMLAH PENDERITA PENYAKIT DBD DI KOTA CIREBON NO TAHUN JUMLAH KASUS c. TB Paru Jumlah penderita TB Paru BTA positif yang ditemukan dan diobati di puskesmas pada tahun 2008 sebanyak 314 penderita dengan penderita TB paru klinis sebanyak 222 orang. Dari data rumah sakit penderita paru klinis sebanyak 413 orang. d. Pola Hidup Masyarakat Secara umum pola hidup masyarakat Kota Cirebon dalam membuang air limbah rumah tangga telah menggunakan septic tank, namun BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 9

10 belum menggunakan sistem komunal, hal ini berkaitan dengan pemahaman masyarakat bahwa keperluan membuang air limbah merupakan urusan sendiri. Ada beberapa daerah yang masih melakukan Buang Air Besar Sembarangan (BABS) diantaranya sebagian wilayah Kayu Walang, Argasunya, Pesisir dan Pegambiran. Sedangkan pola masyarakat Kota Cirebon dalam membuang sampah, masih mengandalkan sarana TPS yang ada, belum melakukan pemilahan sampah dari rumah baik sampah organik, anorganik maupun sampah B3. Beberapa wilayah yang bersinggungan dengan sungai dan drainase, masyarakat masih membuang sampah ke badan air penerima tersebut. Kota Cirebon dilalui 4 (empat) sungai besar diantaranya adalah Sungai Kedungpane, Sungai Sukalila, Sungai Kesunean dan Sungai Kalijaga. Disamping itu, terdapat sungai Banjir Kanal yang merupakan batas wilayah bagian barat dengan Kabupaten Cirebon. Disamping itu juga ditunjang oleh system drainase kota yang menghubungkan jaringan tersier, sekunder dan primer. Pola masyarakat Kota Cirebon dalam memanfaatkan system drainase bahwa masih ada anggapan drainase merupakan urusan pemerintah Kota Cirebon, sehingga kepedulian masyarakat akan drainase dalam hal perawatan dan pemelharaan, masih rendah. Bahwa apabila drainase terhambat aliran airnya, merupakan tugas pemerintah kota, belum ada kesadaran kepemilikan bersama Kuantitas dan kualitas air. a. Kuantitas air minum PDAM PDAM Kota Cirebon memiliki 2 buah sumber air untuk sistem penyediaan air minumnya yaitu : 1. Sumber air I, berasal dari sumber di Paniis Kabupaten Kuningan; 2. Sumber air II, berasal dari sumber di Paniis Kabupaten Kuningan yang berjarak 50 meter dari sumber air I; Dari kedua sumber air ini, kapasitas produksi dari tahun 2004 s.d mengalami fluktuasi seperti digambarkan pada tabel berikut : BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 10

11 Tabel 3.7 KAPASITAS PRODUKSI AIR BERSIH PDAM TAHUN VOLUME (m 3 /th) DEBIT (lt/dtk) Perkembangan kapasitas produksi tersebut tidak sebanding dengan terus bertambahnya jumlah pelanggan dan penurunan pelayanan yang terjadi pada sebagian wilayah pelayanan. b. Kualitas air minum PDAM Pemantauan kualitas air bersih dilakukan oleh DKK Cirebon yang dilakukan setiap 3 bulan sekali. Berdasarkan hasil pemeriksaan air PDAM Triwulan I Tahun 2010, didapat data bahwa pemeriksaan air sampel secara fisik dan kimia terhadap 8 titik dengan hasil seluruhnya memenuhi syarat, sedangkan untuk pemeriksaan air sampel secara bakteriologis terhadap 75 sampel seluruhnya memenuhi syarat Limbah Cair Rumah Tangga. Kondisi umum penanganan limbah cair rumah tangga. Dengan asumsi produksi limbah cair rumah tangga rata-rata per hari adalah 40 gr/org/hari maka pada tahun 2008 diperkirakan produksi limbah cair per hari sebanyak 12 m 3. Sistem penanganan limbah cair rumah tangga di Kota Cirebon ada 2, yaitu : off-site system dan on-site system. Pada sistem off-site, limbah cair rumah tangga disalurkan melalui saluran tersier, sekunder atau induk (primer). Dari saluran ini cairan limbah dipompa menuju Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), ada 4 sistem offsite di Kota Cirebon, diantaranya : kolam oksidasi Kesenden, Ade Irma N., Perumnas Utara dan Perumnas Selatan. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 11

12 Pada sistem on-site terdiri dari : a. Konvensioal Limbah cair rumah tangga diangkut dengan menggunakan kendaraan tangki khusus yang kemudian di salurkan ke IPAL b. Johkasou Limbah cair rumah tangga dikumpulkan secara komunal sebelum disalurkan ke septic tank Johkasou, cairan keluaran dari septic tank ini merupakan green water dan dapat langsung dibuang ke badan air penerima Kota. Sistem ini telah terbangun dan beroperasi sebanyak 2 unit yatu di kantor PDAM dan di kompleks Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Dukuh Semar. Sedangkan penanganan grey water (limbah cair rumah tangga non kakus) adalah disalurkan atau dibuang langsung ke badan air penerima kota. Gambaran umum sistem air limbah terpusat Kota Cirebon dapat dilihat pada gambar berikut. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 12

13 Gambar 3.1 GAMBARAN UMUM SISTEM AIR LIMBAH TERPUSAT KOTA CIREBON BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 13

14 Penanganan limbah cair industri rumah tangga di Kota Cirebon sebagian besar masih dibuang langsung ke saluran drainase hanya sekitar 0,2 % yang membuang limbah cair ke bak penampungan, sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3.8 INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHUN No Jenis Industri Rumah Tangga Alamat Sistim Pengelolaan Limbah 1 Kecap Lombok Jl. Panjunan Ditampung di bak 2 Kecap Tiga Sendok Jl. Kesunean Dibuang langsung ke saluran drainase 3 Kecap Dua Sontong Jl. Gambir Laya Dibuang langsung ke saluran drainase 4 Kecap Bawal Jl. Winaon Dalam Dibuang langsung ke saluran drainase 5 Kecap Banteng Jl. Pekalipan Dibuang langsung ke saluran drainase 6 Kecap Matahari Jl. Pagongan Dibuang langsung ke saluran drainase 7 Kecap Bola Jl. Lapang Bola Dibuang ke sungai 8 Kecap Ikan Tambak Jl. Pegambiran Dibuang langsung ke saluran drainase 9 Roti Ryan Jl. Karang Mulya Dibuang langsung ke saluran drainase 10 Roti Monas Jl. Jagasatru Ditampung di bak 11 Roti Maria Jl. Winaon Dalam Dibuang langsung ke saluran drainase 12 Kue Atom merk Lia Jl. Jagasatru Dibuang langsung ke saluran drainase 13 Gula Batu Tamsis Jl. Kapten Samadikun Dibuang langsung ke saluran drainase 14 Nata De Coco Jl. Diponegoro Ditampung di kolam 15 Beski Kokoya Jl. Slamet Riyadi Dibuang langsung ke saluran drainase 16 Manisan Handoko Jl. Rajawali Dibuang langsung ke saluran drainase 17 Potong Ayam H. Kerah Jl. Kampung Baru Dibuang ke sungai 18 Krupuk Udang Sari Jl. Ampera Dibuang langsung ke saluran drainase 19 Krupuk Jl. Satria gg.mangga Dibuang langsung ke saluran drainase 20 Krupuk H. Suryo Jl. Pangeran Drajat Dibuang langsung ke saluran drainase 21 Krupuk H. Ibad Jl. Terusan Kandang Perahu Dibuang ke lahan pertanian 22 Krupuk Ahmad Sudi Jl. Raya Kalitanjung Dibuang ke lahan pertanian 23 Sohun Tanah Mas Pegambiran Ditampung di bak 24 Sohun Cap Mangkuk Pegambiran Ditampung di bak 25 Tempe Bp. Didi Casdi Jl. Pangeran Drajat Dibuang ke sungai 26 Tempe Bp. Sutrisno Jl. Pangeran Drajat Dibuang ke sungai 27 Tempa Bp. Rolan Jl. Pangeran Drajat Ditampung di bak 28 Tempe Bp. Rosidi Jl. Pangeran Drajat Dibuang langsung ke saluran drainase 29 Tempe Bp. Feny Jl. Pangeran Drajat Dibuang langsung ke saluran drainase 30 Tempe Bp. Danan Jl. Pangeran Drajat Dibuang langsung ke saluran drainase 31 Tempe Bp. Dalari Kecapi Dibuang ke sungai 32 Tahu Bp. Abdul Wahid Jl. Pangeran Drajat Ditampung di bak 33 Tahu Bp. Eeng Jaelani Jl. Pangeran Drajat Dibuang ke sungai BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 14

15 Limbah Padat (Sampah). Kondisi umum penanganan limbah padat/persampahan Kota Cirebon. Penanganan sampah kota telah menjadi isu lingkungan utama, hal ini berkaitan erat dengan keterbatasan lahan yang dapat digunakan sebagai tempat pembuangan akhir karena luas wilayah Kota Cirebon yang kecil serta kondisi hidrogeologisnya yang kurang layak dari segi teknis. Berbagai kegiatan di wilayah Kota Cirebon akan menimbulkan konsekuensi seperti masalah persampahan yang memerlukan penanganan terpadu. Luas kota yang hanya km 2 berpenduduk jiwa dengan kepadatan rata-rata 8.003,5 jiwa/km 2. Dari catatan DKP, data volume sampah yang dibuang di TPA Kopiluhur bulan April 2010, diperkirakan menghasilkan sampah yang berasal dari permukiman, jalan dan pasar serta daerah industri sebesar 770 m 3 /hari. Sebagian besar sampah rumah tangga dikumpulkan di TPS kemudian dibawa ke TPA begitu juga dengan sampah pasar, sedangkan untuk sampah industri, sebagian industri bekerjasama dengan DKP untuk penjemputan sampah yang kemudian dibuang ke TPA. Dari tahun 1998 sampai dengan saat ini pembuangan sampah yang berasal dari penduduk kota dialihkan dari TPA Grenjeng Kelurahan Harjamukti Kecamatan Harjamukti ke TPA Kopiluhur Kelurahan Argasunya Kecamatan Harjamukti dengan sistem pengolahan sampah Open Dumping. TPA Kopiluhur mempunyai luas 9 Ha merupakan lahan bekas penambangan galian C Drainase Lingkungan. Kondisi umum pematusan air hujan (drainase) Kota Cirebon. Kota Cirebon terletak di daerah pantai utara Propinsi Jawa Barat bagian timur dan termasuk daerah beriklim tropis dengan curah hujan mm per tahun dan hari hujan 133 hari. Dengan ketinggian rata-rata 5 m dpl serta kondisi saluran yang kurang terawat menyebabkan Kota Cirebon berpotensi terjadi genangan. Hal ini yang tentunya berdampak buruk pada sanitasi perkotaan, dengan demikian Drainase lingkungan sebagai salah satu sarana utilitas lingkungan tidak boleh diabaikan dan harus direncanakan secara detail dalam proses BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 15

16 pembangunan. Karena perencanaan drainase yang baik dapat meningkatkan daya guna air, meminimalkan kerugian yang disebabkan banjir atau genangan, serta memperbaiki dan konservasi lingkungan, oleh karena itu pada tahap perencanaan saluran drainase perlu mempertimbangkan debit saluran terencana, jalur saluran, profil memanjang, penampang melintang saluran dan perkuatan dinding saluran. Selain itu dalam proses pelaksanaannya mempertimbangkan aspek sosial dan ekonomi. Kota Cirebon memiliki 4 (empat) sungai besar diantaranya adalah Sungai Kedungpane, Sungai Sukalila, Sungai Kesunean dan Sungai Kalijaga. Disamping itu, terdapat sungai Banjir Kanal yang merupakan batas wilayah bagian barat dengan Kabupaten Cirebon. Permasalahan kesehatan lingkungan banyak muncul karena kelalaian atau ketidakmampuan masyarakat dalam mengelola drainase lingkungan di sekitarnya. Fenomena yang lebih memprihatinkan lagi adanya sikap yang kurang bijaksana dalam memaknai fungsi drainase, diantaranya pembuangan sampah di saluran drainase, penutupan saluran dengan bahan permanen sehingga menyulitkan pembersihan salurannya. Fenomena yang menjadi permasalahan ini lambat laun akan menimbulkan kerusakan lingkungan karena mengakibatkan terjadinya genangan air kotor yang mengganggu dan menjadi sumber penyakit, bahkan berakibat genangan serta banjir. Pada saat musim penghujan terjadi genangan, secara umum genangan yang terjadi di Kota Cirebon bukan diakibatkan oleh limpasnya air sungai akan tetapi karena terhambatnya aliran air drainase lingkungan. Berdasarkan pengamatan terdapat 7 (tujuh) titik genangan, diantaranya : a. Kawasan Jl. Pemuda, Jl. Terusan Pemuda dan Kawasan Jl. Ciptomangunkusumo b. Kawasan Kampung Sukasari (blk Hotel Kharisma) c. Kawasan Gunung Sari Ampera d. Kawasan Perumnas Burung e. Kawasan Perumnas Gunung f. Kawasan Kali Tanjung g. Kawasan Majasem Gambar 3.2 GENANGAN JL. CIPTOMANGUNKUSUMO BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 16

17 Gambar 3.3 PETA SPOT GENANGAN DI KOTA CIREBON Lokasi Genangan BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 17

18 Pencemaran Udara. Kondisi umum pencemaran udara. Pencemaran udara dapat didefinisikan sebagai kondisi atmosfer yang terdiri dari senyawa dengan konsentrasi tinggi diatas kondisi udara ambien normal sehingga menimbulkan dampak negatif bagi manusia, hewan, vegetasi maupun benda lainnya. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999, yang dimaknai baku mutu udara ambien adalah ukuran batas atau kadar zat, energi dan/atau komponen yang ada atau seharusnya ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam udara ambien. Unsur pencemar yang tercakup didalamnya antara lain : SO2, CO, NO2, HC, Partikulat, Debu, Pb, Fluor dan senyawa khlorine. Kota Cirebon adalah kota perkotaan dengan tingkat pencemaran yang cukup tinggi terutama sumber pencemar berasal dari sektor transportasi serta industri, baik yang bersumber dari kota maupun dari wilayah sekitarnya. Pencemaran ini bersifat mikro namun tetap memiliki peran dalam mempengaruhi skala meso ataupun makro. Oleh karena itu pengendalian pencemaran juga dilakukan guna mengatasi masalah pada skala mikro tersebut. Tingkat konsentrasi pencemaran udara sangat ditentukan oleh tingkat emisi, jenis emiter/polutan, kondisi meteorologi, topografi dan tutupan lahan. Pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor di Kota Cirebon membawa dampak meningkatnya tingkat pencemaran udara. KLH Kota Cirebon pada tahun 2009 telah melakukan pengukuran kualitas udara ambien di 10 titik pantau yang mewakili kondisi kualitas udara di Kota Cirebon, kesepuluh titik pantau tersebut adalah : 1. Bunderan Gedung Negara Jl. Diponegoro; 2. Kantor Balaikota Cirebon Jl. Siliwangi 3. SMK Santa Maria Jl. Sisingamangaraja; 4. Swalayan Gunung Jati Jl. Pekiringan; 5. Pintu rel KA Jl. Lawanggada; 6. Simpang Gunung Sari; 7. Simpang Pemuda-Cipto; 8. Terminal Harjamukti; BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 18

19 9. Swalayan Yogya Jl. Rajawali 10. Perumahan Pegambiran Jl. Kalijaga. Dari hasil rekapitulasi data pengukuran kualitas udara ambien di 10 titik pantau, menunjukkan bahwa kondisi kualitas udara tergolong sedang, artinya bahwa konsentrasi dari parameter uji masih memenuhi baku mutu udara ambien Limbah Industri. Kondisi umum penanganan limbah Industri. Limbah industri terbagi menjadi 2 jenis, yaitu limbah padat (sampah) dan limbah cair. Pada umumnya para pelaku industri melakukan pengelolaan limbah padat sendiri oleh staf pengelola limbah padat. Sampah dikumpulkan kemudian dibuang ke tempat pembuangan khusus, ada juga yang melakukan pengolahan sendiri di tempat, seperti daur ulang dan penimbunan. Dalam menangani limbah industri, KLH melakukan program monitoring limbah industri. Dalam monitoring tersebut dilakukan pengambilan sampel limbah industri, misalnya di PT BAT yang bergerak dibidang industri rokok dan PT Dunia Kimia Jaya yang bergelut di industri kimia, guna dapat ditentukan beban polusi masing-masing industri. Penanganan terhadap limbah industri terkendala oleh pemahaman pengusaha mengenai cara pengolahan limbah industri itu sendiri, disamping rendahnya upaya pengusaha memenuhi kewajiban menyediakan fasilitas instalasi pengolah limbah, tingginya beaya investasi pembangunan, operasi dan pemeliharaan instalasi pengolah limbah juga belum tersedianya laboratorium lingkungan daerah yang akan mampu mengurangi beban operasional pemeriksaan air limbah sehingga kurang akurasi dalam menentukan tingkat pencemaran yang terjadi. Para pelaku industri di Kota Cirebon yang telah memiliki Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) sejumlah 5 pengusaha. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 19

20 Limbah Medis. Kondisi umum penanganan limbah medis. Kota Cirebon termasuk kota yang memiliki sarana dan prasarana kesehatan yang lengkap yang mampu melayani masyarakat Kota Cirebon dan sekitarnya (Kabupaten Cirebon, Indramayu, Majalengka, Kuningan, Brebes dan Tegal). Kota Cirebon memiliki fasilitas rumah sakit dari tipe D hingga tipe B terdiri dari 4 rumah sakit umum dan 5 rumah sakit khusus (bedah, persalinan ibu dan anak) dan ditunjang oleh 46 Puskesmas, klinik bersama hingga apotek yang cukup lengkap. Akan tetapi dalam hal pengelolaan limbah medis baik cair maupun padat yang bersifat infeksious masih kurang, karena masih banyak yang belum dilengkapi instalasi pengolah limbah cair dan padat yang representatif. Terdapat beberapa penanganan limbah medis di Kota Cirebon, agar tidak membahayakan lingkungan diantaranya : 1. Pengoptimalan kinerja incinerator yang ada di rumah sakit agar dapat menghanguskan limbah padat medis; 2. Melakukan perawatan rutin IPAL rumah sakit. KLH secara rutin melaksanakan program monitoring lingkungan terhadap limbah medis/rumah sakit di Kota Cirebon PENGELOLAAN LIMBAH CAIR Landasan Hukum/Legal Operasional Kebijakan Pusat 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1966 Tentang Hygiene; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup; 3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air; 4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan; 5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air; BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 20

21 6. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 35/MENLH/7/1995 tentang Program Kali Bersih; 7. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik; Kebijakan Daerah 1. Peraturan Daerah Kota Cirebon Nomor 9 Tahun 1994 yang antara lain mengatur tentang pengalihan tugas pengelolaan air limbah ke PDAM. Sesuai Surat Keputusan Walikota yang mengacu pada PERDA No.9 Tahun 1994, sektor Air Limbah diserahkan pengelolaan sepenuhnya ke PDAM dan dalam struktur organisasi dan tata kerja PDAM Kota Cirebon, Air Limbah merupakan salah satu BAGIAN. Sebagai konsekuensinya maka pengelolaan keuangan disatukan dengan sektor air minum. 2. Peraturan Daerah No. 10 / 1994 antara lain disebutkan bahwa Retribusi Penyehatan Lingkungan Pemukiman (RPLP) meliputi 2 sektor (drainase & persampahan), sedangkan pembiayaan sektor Air Limbah dimasukkan ke struktur tarif PDAM. Dalam pelaksanaannya struktur tarif yang diberlakukan belum dapat membiayai pengelolaan sektor air limbah. 3. Peraturan Daerah Kota Cirebon Nomor 13 Tahun 1994 tentang Ketentuan Pelayanan Air Minum dan Air Limbah pada PDAM. 4. Tahun 2000 dilakukan penyesuaian tarif air minum PDAM melalui Kep. Walikota, dimana struktur tarif tersebut belum memperhitungkan pembiayaan air limbah, hal tersebut disebabkan kondisi perekonomian masyarakat belum sepenuhnya pulih dari krisis moneter. 5. Tahun 2003 terbit RPPK / PL untuk sektor persampahan yang pola dan besarnya seperti RPLP yaitu melalui rekening PDAM sebesar 25 % dari pemakaian air. 6. Tahun 2004 (tarif yang berlaku sampai saat ini) dilakukan penyesuaian tarif, dimana pembiayaan air limbah masih belum dapat diperhitungkan. 7. Tahun 2007 RPPK / PL disesuaikan besarannya menjadi 12 % dari pemakaian air. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 21

22 Aspek Institusional Saat ini pengelolaan limbah cair domestik, ditangani oleh PDAM Kota Cirebon. Dilihat dari struktur organisasinya penanganan limbah cair merupakan kewenangan Bagian Air Limbah, Bagian ini membawahkan 2 seksi yaitu Seksi Pemeliharaan Saluran dan Pembuangan Lumpur dan Seksi Pengolahan Air Limbah. Seksi Pemeliharaan Saluran dan Pembuangan Lumpur membawahkan Sub Seksi Penyambungan dan Pemeliharaan Saluran dan Sub Seksi Pembuangan Lumpur Tinja. Seksi Pengolahan Air Limbah membawahkan Sub Seksi Stasiun Pompa dan Sub Seksi IPAL. Sesuai dengan PERDA No. 13 Tahun 1994, tarif pelayanan air limbah ditetapkan sebagai berikut : a. Tarif pelayanan septik tank : Setiap pelayanan penyedotan lumpur tinja septik tank dikenakan biaya sesuai dengan klasifikasi persilnya yaitu : - Non Komersial sebesar Rp ,- / m 3. - Komersial sebesar Rp ,- / m 3. - Industri sebesar Rp ,- / m 3 Volume penyedotan minimal adalah 2 m 3. Bagi persil / bangunan diluar kota, dikenakan Biaya Transportasi sebesar Rp. 500,- / km untuk setiap pelayanan penyedotan. b. Tarif Pelayanan Penyambungan Baru : Setiap permohonan penyambungan baru (persil / bangunan yang belum mendapatkan pelayanan air limbah ke saluran Perusahaan), dikenakan Biaya Penyambungan (BP) sesuai dengan klasifikasi persilnya yaitu : - Non Komersial sebesar Rp ,-. - Komersial I sebesar Rp ,-. - Komersial II sebesar Rp ,-. Khusus untuk klasifikasi Industri ditentukan berdasarkan jenis dan jumlah air limbah yang dihasilkan serta telah memenuhi syarat baku mutu buangan air limbah yang telah ditentukan melalui laboratorium. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 22

23 c. Tarif Pelayanan Penyambungan kembali : Setiap permohonan penyambungan kembali (persil / bangunan yang telah mendapatkan pelayanan air limbah ke saluran Perusahaan), dikenakan Biaya Administrasi dan Pencatatan sesuai dengan klasifikasi persilnya yaitu : - Non Komersial sebesar Rp ,- - Komersial I sebesar Rp ,- - Komersial II sebesar Rp ,- d. Pelayanan Lain-lain : Setiap penyambungan persil yang telah mendapatkan pelayanan air limbah ke saluran Perusahaan, dikenakan Biaya Administrasi dan Pencatatan sesuai dengan klasifikasi persilnya yaitu : - Non Komersial sebesar Rp ,- - Komersial I sebesar Rp ,- - Komersial II sebesar Rp ,- e. Pelayanan Perencanaan dan Pemeriksaan Laboratorium Air Limbah : Meliputi desain IPAL, sistem jaringan saluran dan Baku Mutu parameter air limbah. Struktur organisasi PDAM dapat dilihat pada gambar berikut. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 23

24 Gambar 3.4 BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 24

25 Cakupan Pelayanan Saat ini cakupan pelayanan pengelolaan air limbah di Kota Cirebon dapat diklasifikasikan dalam beberapa aspek, diantaranya menurut jumlah penduduk yang terlayani, luas cakupan dan prosentasi wilayah terlayani dan menurut jumlah pelanggan dan prosentasi terlayani. Dari jumlah penduduk Kota Cirebon per tanggal 31 Agustus 2009, sebanyak jiwa yang tersebar di 5 kecamatan, jumlah yang terlayani adalah jiwa atau 26,36%. Kecamatan Kesambi merupakan kecamatan yang belum memiliki jangkauan layanan air limbah dikarenakan infrastruktur jaringan air limbah di kecamatan ini belum tersedia. Sedangkan menurut cakupan pelayanan air limbah menurut luasan wilayah per kecamatan secara total adalah 15,02% dari seluruh wilayah Kota Cirebon. Jika dilihat dari jumlah pelanggan baik pelanggan tetap maupun non pelanggan, terdapat total pelanggan yang terlayani 26,01% yang terdiri dari pelanggan tetap sebesar 13,765% dan non pelanggan 12,247%. Tabel berikut dapat mengambarkan kondisi cakupan layanan air limbah di Kota Cirebon tahun Tabel 3.9 JUMLAH DAN PROSENTASE PENDUDUK TERLAYANI No KECAMATAN PENDUDUK (JIWA) PENDUDUK TERLAYANI % PENDUDUK TERLAYANI % TERHADAP TOTAL 1. Harjamukti ,40% 9,36% 2. Lemahwungkuk ,19% 7,44% 3. Pekalipan ,51% 6,95% 4. Kesambi Kejaksan ,20% 2,61% Jumlah ,36 BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 25

26 Tabel 3.10 LUAS CAKUPAN DAN PROSENTASE WILAYAH TERLAYANI No KECAMATAN LUAS WILAYAH % WILAYAH % TERHADAP WILAYAH (Ha) TERLAYANI TERLAYANI TOTAL 1. Harjamukti 1.761, ,97 6,11 2. Lemahwungkuk 650, ,90 3,81 3. Pekalipan 156, ,18 2,85 4. Kesambi 805, Kejaksan 361, ,20 2,25 Jumlah 3.735, ,02 Tabel 3.11 BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 26

27 Tabel 3.12 JUMLAH MCK MENURUT KECAMATAN NO NAMA WILAYAH JUMLAH MCK KEJAKSAN 20 2 KESAMBI 18 3 PEKALIPAN 37 4 LEMAHWUNGKUK - 5 HARJAMUKTI - JUMLAH 75 Sumber : TP PKK Kota Cirebon Aspek Teknis dan Teknologi a. Sistem terpusat/offsite system Di Kota Cirebon terdapat 4 (empat) Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), yaitu : IPAL Kesenden, Ade Irma, Perumnas Utara dan Perumnas Selatan. IPAL Kesenden yang terletak di Kecamatan Kejaksan saat ini mempunyai luas area terlayani 83,89 Ha, dengan jumlah pelanggan 171 SL sedangkan panjang saluran terpasang adalah 11,5 Km. IPAL Ade Irma terletak di Kecamatan Pekalipan memiliki jumlah pelanggan SL dengan cakupan luas area yang terlayani 248,98 Ha dan panjang saluran terpasang 20,7 Km. IPAL Perumnas Utara di Kecamatan Harjamukti melayani pelanggan sejumah SL dengan luasan area yang terlayani 53,58 Ha dan panjang saluran 9,2 Km IPAL Perumnas Selatan yang terletak di Kecamatan Harjamukti mempunyai jumlah pelanggan SL dengan luas area cakupan 174,84 Ha, sedangkan panjang saluran air limbah di IPAL ini 27,7 Km. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 27

28 Gambar 3.5 INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH DI KOTA CIREBON IPAL Ade Irma : - Jumlah Pelanggan : SL - Luas Area Terlayani : 248,98 Ha - Panjang Saluran : 20,675 Km IPAL Perumnas Selatan : - Jumlah Pelanggan : SL - Luas Area Terlayani : 174,84 Ha - Panjang Saluran : 27,739 Km IPAL Perumnas Utara : - Jumlah Pelanggan : SL - Luas Area Terlayani : 53,58 Ha - Panjang Saluran : 9,182 Km a IPAL Kesenden : - Jumlah Pelanggan : 171 SL - Luas Area Terlayani : 83,89 Ha - Panjang Saluran : 11,493 Km BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 28

29 Tabel 3.13 Sarana Pengelola Air Limbah Tabel 3.14 KAPASITAS STASIUN POMPA (SP) DAN IPAL BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 29

30 Tabel 3.15 SISTEM PENYALURAN/PEMBUANGAN Tabel 3.16 SISTEM PENGOLAHAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 30

31 Tabel 3.17 PERALATAN b. Sistem setempat/onsite system Sistem setempat/onsite system yang ada di Kota Cirebon terdiri dari sistem konvensional dan sistem Johkasou. Secara konvensional, sistem pembuangan limbah berasal dari persil yang disedot dan diangkut oleh kendaraan khusus pengangkut air limbah yang kemudian dibuang ke IPAL. Johkasou, sistem ini berupa pengolahan mandiri untuk skala terbatas sampai dengan 300 KK. Saat ini telah terbangun dan beroperasi sebanyak 2 unit di kantor PDAM dan di kompleks Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Dukuh Semar. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 31

32 Cara kerja sistem ini dimulai dari pembuangan air limbah komunal dari beberapa rumah tangga yang dialirkan ke septic tank Johkasou. Dalam septic tank ini air limbah diproses dan keluaran dari saluran ini dapat langsung dibuang di badan air penerima Kota Cirebon Peran serta Masyarakat dan Jender dalam Penanganan Limbah Cair Peran serta masyarakat dan jender dalam penanganan limbah cair di Kota Cirebon dapat diklasifikasikan sebagai berikut : a. Masyarakat kota yang mempunyai kesadaran dan memiliki kelonggaran finansial telah mampu menangani limbah cair, baik dalam penyediaan maupun dalam pemeliharaan sarana dan prasarana air limbah; b. Sedangkan untuk masyarakat yang belum memiliki kesadaran dan low income, sangat sulit untuk penanganan limbah cair di lingkungannya hal ini keterbatasan akan kesadaran dan biaya yang harus dikeluarkan. Sebagai contoh untuk Kelurahan Pegambiran Kecamatan Lemahwungkuk perilaku masyarakat dalam BAB sebagai berikut, pada tahun 2010, ada sebanyak 47 orang yang masih BAB di kebun/sawah, 80 orang yang BAB di sungai/kolam, 175 orang yang BAB di MCK umum, dan sebanyak orang BAB di WC sendiri. Secara umum peran serta masyarakat dan gender dalam penanganan limbah cair di Kota Cirebon belum maksimal, masih mengandalkan kegiatan atau proyek dari Pemerintah Kota Cirebon, baik penyediaan sarana prasarana maupun perawatannya. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 32

33 Permasalahan Dari pemaparan di atas, ada beberapa hal yang masih menjadi kendala dalam meningkatkan cakupan layanan air limbah di Kota Cirebon, diantaranya adalah : Cakupan area masih kecil dan didominasi golongan low income; Kurangnya infrastruktur jaringan air limbah, khususnya di Kecamatan Kesambi; Masih banyaknya penduduk yang memiliki jamban yang tidak kedap air; Masih banyaknya perilaku masyarakat yang BABS; Persepsi dari sebagian masyarakat bahwa sarana sanitasi air limbah belum menjadi kebutuhan yang mendesak; Sebagian masyarakat Kota Cirebon lebih mudah membuang limbahnya ke saluran/sungai atau karena keterbatasan ekonominya belum mampu menyediakan sarana sanitasi sendiri; Kondisi kawasan pemukiman di Kota Cirebon yang padat sulit untuk menempatkan saluran pembuangan air limbah dan septic tank yang sesuai dengan persyaratan kesehatan PENGELOLAAN PERSAMPAHAN (LIMBAH PADAT) Landasan Hukum/Legal Operasional 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Persampahan; 3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan; 4. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2001 tentang Jenis Usaha dan atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL; 5. Peraturan Daerah Kota Cirebon Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Perda Nomor 3 Tahun 2002 tentang Retribusi Pelayanan Persampahan; 6. Peraturan Daerah Kota Cirebon Nomor 14 Tahun 2008 tentang Dinasdinas Daerah Pada Pemerintah Kota Cirebon. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 33

34 Aspek Institusional Urusan pengelolaan persampahan di Kota Cirebon ditangani oleh DKP, berdasarkan bagan Struktur Organisasi DKP, perencanaan pengelolaan persampahan di bawah Bidang Sarana dan Prasarana Persampahan yang menangani sarana dan prasarana angkutan persampahan dan tempat pembuangan sampah sementara. Sedangkan operasional penanganan dan pengelolaan tempat pemrosesan akhir sampah dilaksanakan oleh UPTD Tempat Pemrosesan Akhir. Sesuai dengan Perda No.3 tahun 2005, objek retribusi pelayanan persampahan adalah : Pedagang Kaki Lima Melalui PDAM (rumah, dll) Pasar / Fasilitas Umum Industri Kantor/usaha perdagangan BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 34

35 Gambar 3.6 BAGAN STRUKTUR ORGANISASI DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA CIREBON BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 35

36 Cakupan Pelayanan Cakupan pelayanan pengelolaan persampahan meliputi 5 kecamatan di 22 kelurahan se-wilayah Kota Cirebon yang ditunjang oleh sarana TPS yang tersebar di kota, diantaranya adalah : TPS Tuparev dan Wahidin, TPS LP dan TPI, TPS kembar dan Sukalila, TPS Mega Endah, Nuansa Majasem dan BI, TPS Rajawali dan Buyut, TPS Pasar Jagasatru dan Pasar Pagi, TPS Krucuk dan GSP, TPS Penggung, TPS R.S GN.Jati, Sunyaragi dan Terminal, TPS Galunggung dan Kimia Jaya, TPS Kalibaru, Sukalila dan TPI, TPS BI, Kembar dan LP, TPS Krucuk, Penggung dan Wahidin, TPS Sunyaragi dan Rajawali, TPS Buyut dan Grage Mall, TPS Pasar Jagasatru dan Jl.Protokol, TPS BAT, TPS Pasar Kanoman. Kapasitas penanganan sampah atau Service Coverage sebesar 78 % dari area kota. Sampah dari TPS diangkut dengan menggunakan kendaraan pengangkut sampah (amroll kecil dan dumptruck) sedangkan sampah saluran, sampah kerja bhakti, sampah pasar liar dan sampah sapuan diangkut oleh kendaraan ringan bak terbuka. Kemudian akhir dari pengangkutan sampah disentralkan di TPA Kopiluhur Kelurahan Argasunya di Kecamatan Harjamukti yang merupakan tempat pemrosesan akhir sampah. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 36

37 Gambar 3.7 SKETSA LAYOUT TEMPAT PEMROSESAN AKHIR KOPI LUHUR ( EKSISTING) BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 37

38 BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 38

39 Timbulan sampah adalah banyaknya sampah yang dihasilkan per orang/hari dalam satuan volume atau berat dengan sumber timbulan sampah di Kota Cirebon sebagai berikut : 1. Sampah domestik 2. Sampah daerah komersial, jalan dan drainase 3. Sampah pasar 4. Sampah perkantoran dan institusi 5. Sampah khusus 6. Sampah rumah sakit 7. Sampah industri 8. Sampah hotel dan rumah makan Jumlah volume sampah yang dibuang per hari per kecamatan di Kota Cirebon selama 8 tahun dapat dilihat pada tabel berikut Tabel 3.15 VOLUME SAMPAH PERHARI PER KECAMATAN (M 3 ) DI KOTA CIREBON TAHUN No Kecamatan Volume Sampah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) Harjamukti Lemahwungkuk Pekalipan Kesambi Kejaksan Jumlah Kenaikan (%) Sumber : Cirebon Dalam Angka Komposisi sampah yang dikumpulkan berdasarkan sumbernya adalah sebagai berikut : 1. Perumahan 76 % 2. Area bisnis (perkantoran dan hotel) 1,8 % 3. Pasar 12,3 % 4. Kawasan publik 9,7 % BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 39

40 Komposisi sampah kota sebagai berikut : 1. Organik 76,5 % 2. Plastik 12,49 % 3. Logam 0,39 % 4. Kertas 6,51 % 5. Lain-lain 4,1 % Aspek Teknis dan Teknologi a. Tempat Penampungan Sementara (TPS) Kota Cirebon memiliki 30 tempat penampungan sementara yang tersebar di wilayah Kota Cirebon. Masing-masing TPS dilengkapi dengan kontainer, data mengenai jumlah volume sampah yang dapat ditampung kontainer pada masing-masing TPS tersaji pada tabel berikut : Tabel 3.16 TEMPAT PENAMPUNGAN SEMENTARA No Tempat Penampungan Volume Kontainer Jumlah Sementara (m 3 ) (unit) 1. Krucuk Tuparev Kalibaru Utara Sukalila Selatan Nuansa Majasem Wahidin Sunyaragi BI LP Evakuasi Taman Sari Kembar Jagasatru TPI Pronggol Bima Puri Taman Sari 6 2 BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 40

41 No Tempat Penampungan Volume Kontainer Jumlah Sementara (m 3 ) (unit) 18. Pasar Pagi Galunggung Rajawali Penggung Kimia Jaya PLTG RS Gunung Jati Terminal SMP BAT Hotel Sidodadi Wanacala Sunyaragi 6 2 Jumlah : 50 Sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Cirebon Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Perda Nomor 3 Tahun 2002 tentang Retribusi Pelayanan Persampahan, yang terkena objek retribusi meliputi : pedagang kaki lima, pasar/fasilitas umum, industri dan kantor/usaha perdagangan. Cara pengumpulan sampah dibedakan menjadi 2 yaitu, secara langsung dan melalui TPS Dalam melaksanakan operasioal persampahan, kinerja DKP ditunjang oleh beberapa kendaraan operasional pengangkut sampah diantaranya: Tabel 3.17 KENDARAAN OPERASIONAL PENGANGKUT SAMPAH No Jenis Kapasitas Kondisi Kepemilikan Kendaraan Angkut 1. Dump Truck 8 x 8 m 3 50% Pemkot 2. Amroll Besar 3 x 12 m 3 Laik jalan Pemkot 3. Amroll Kecil 7 x 8 m 3 50% Pemkot 4. Pick Up 5 x 4 m 3 50% Pemkot BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 41

42 b. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) TPA Kopiluhur Kota Cirebon berlokasi di Kelurahan Argasunya Kecamatan Harjamukti, dengan luas areal ± 9,6 Ha merupakan bekas galian C dengan kedalaman rata-rata areal 10 meter. Pertama kali dimanfaatkan sebagai TPA pada tahun Dengan asumsi produksi sampah rata-rata per hari adalah 2,4 lt/org/hari atau 717 m 3/ hari (tahun 2008) maka diperkirakan akan penuh 3 tahun lagi (lahan tersisa : ± 2 Ha). Sistem yang dipakai masih menggunakan sistem open dumping. Jarak terdekat terhadap permukiman terdekat sekitar 250 meter. Dalam areal TPA telah berdiri pabrik pembuatan kompos dengan kapasitas produksi kompos ton per hari. Dari data DKP volume rata-rata buangan sampah per harinya sampai dengan bulan April 2010 ini, adalah 770 m 3, dengan berat sampah rata-rata dalam kontainer 256 kgm 3. Saat ini diperkirakan ada sekitar 156 orang pemulung yang beroperasi di TPA. Para pemulung tersebut diperkirakan bisa mengurangi sampah TPA sekitar 99m 3 ton/bulan atau 12.9 % dari volume sampah yang masuk TPA. Guna melancarkan operasional TPA, kelengkapan sarana yang ada meliputi : 1 unit exavator, 1 unti buldozer, 1 unit becho wheel loader dan 1 unit soft wheel loader. Saat ini DKP telah membangun kolam lindi. Kolam ini berfungsi untuk memperlakukan air licid diubah menjadi green water yang selanjutnya air tersebut dibuang ke badan air penerima. Air licid merupakan air hasil proses pembusukan sampah, apabila air licid meresap ke dalam tanah, maka dikhawatirkan akan membuat air tanah menjadi terpolusi. c. Pemanfaatan dan pengolahan sampah Ada sebagian masyarakat, swasta dan pemerintah yang melakukan kegiatan pemanfaatan dan pengolahan sampah secara 3R (reuse, reduce dan recycle). Kegiatan pemanfaatan ini sedikitnya dapat mereduksi jumlah timbulan sampah yang masuk ke TPA walaupun tidak tampak secara signifikan karena jumlah timbulan sampah sangat banyak dan selalu meningkat. Rincian kegiatan pemanfaatan dan pengolahan sampah 3R dapat dilihat pada tabel berikut. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 42

43 Tabel 3.18 KEGIATAN PEMANFAATAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH (REUSE, REDUCE DAN RECYCLE) OLEH MASYARAKAT, SWASTA DAN PEMERINTAH No JENIS KEGIATAN ALAMAT JENIS SAMPAH KAPASITAS (LIMBAH) PEMANFAATAN a Sekolah: SDN Karang Mulya Jl.Drajat Limbah padat dan organik m3/hari SDN Kebon Melati Jl.Moh.Toha Limbah padat dan organik m3/hari SMP 1 Jl.Siliwangi Limbah padat dan organik m3/hari SMP 2 Jl.Siliwangi Limbah padat dan organik m3/hari SMP 3 Jl.Pemuda Limbah padat dan organik m3/hari SMP 4 Jl.Wahidin S Limbah padat dan organik m3/hari SMP 5 Jl.Jend.A.Yani Limbah padat dan organik m3/hari SMP 8 Jl.Cipto MK Limbah padat dan organik m3/hari SMU 2 Jl.Ciremai Raya Limbah padat dan organik m3/hari SMU 3 Jl.Perjuangan Limbah padat dan organik m3/hari SMKN 1 Jl.Cipto MK Limbah padat dan organik m3/hari SMKN 2 Limbah padat dan organik b Perkantoran: Dinas Kesehatan Jl.Kesambi Limbah padat dan organik 0.05 m3/hari Kantor lingkungan Hidup Jl.Wahidin S Limbah padat dan organik 0.05 m3/hari Limbah padat dan organik c Perumahan: RW.03 Sigendeng Kelurahan Kesambi Limbah padat dan organik RW.04 Kampung Melati Kelurahan Kesambi Limbah padat dan organik RW.08 Kebon Baru Kelurahan Kebon Baru Limbah padat dan organik RW.03 Pegambiran Kelurahan Pengambiran Limbah padat dan organik RW.08 Sunyaragi Kelurahan Sunyaragi Limbah padat dan organik 1-2 m3/hari RW.10 Jagasatru Keluran Jagastru Limbah padat dan organik RW.03 Larangan Keluran Larangan Limbah padat dan organik RW.07 Larangan Keluran Larangan Limbah padat dan organik RW.08 Larangan Kelurahan Larangan Limbah padat dan organik d Rumah sakit/puskesmas: Puskesmas Kejaksan Jl.Siliwangi Limbah padat dan organik Puskesmas Nelayan Jl.Kapten Samadikun Limbah padat dan organik 0.15 m3/hari Puskesmas Gunungsari Jl.Tentara Pelajar Limbah padat dan organik Peran serta Masyarakat dan Jender dalam Pengelolaan Sampah Peran serta masyarakat dan jender dalam pengelolaan sampah di Kota Cirebon masih belum optimal, seharusnya sebelum sampah dibuang di TPS, penanganan sampah dilakukan di rumah masing-masing dengan cara pemilahan sampah organic, anorganik dan sampah B3, namun hal ini belum dilakukan. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 43

44 Sebagian kecil masyarakat melakukan pemusnahan sendiri dengan cara ditimbun atau dibakar, terutama pada permukiman dengan tingkat kepadatan penduduk yang rendah. Umumnya pada pengelolaan sampah belum ada keterlibatan perempuan sejak dari tingkat rumah tangga sampai tingkat kelurahan dan kecamatan. Semua aktifitas masih didominasi oleh laki-laki Permasalahan dalam Pengelolaan Sampah Permasalahan dalam pengelolaan sampah di Kota Cirebon sangat komplek, baik dari tingkat masyarakat, tingkat swasta maupun ditingkat Pemerintah Kota Cirebon. Permasalahan persampahan ditingkat masyarakat : 1. Kesadaran masyarakat Kota Cirebon untuk memilah sampah rumah tangga dari sampah organic, anorganik dan sampah B3, masih kurang; 2. Perilaku masyarakat Kota Cirebon membuang sampah di sungai, drainase lingkungan atau badan air penerima kota masih banyak terlihat; 3. Kesadaran masyarakat untuk membayar retribusi kebersihan masih rendah; 4. Masih adanya pola masyarakat yang membakar sampah, bukan menimbun dan menutup dengan tanah. Permasalahan persampahan ditingkat swasta 1. Peran swasta dalam memanfaatkan pengelolaan sampah masih kurang; Permasalahan persampahan ditingkat pemerintah 1. Minimnya sistem perencanaan persampahan termasuk DED persampahan; 2. Kurangnya sarana operasional persampahan, berupa gerobak sampah dan kendaraan pengangkut sampah yang tidak laik jalan; 3. Pemerintah Kota Cirebon melalui DKP Kota Cirebon mengalami kesulitan menempatkan TPS (baik permanen maupun kontainer); 4. Lahan TPA Kopiluhur diperkirakan akan penuh dalam 3 tahun mendatang; 5. Mengingat dana operasional yang minim, TPA Kopiluhur masih menggunakan system open dumping, belum ke sanitary landfill; BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 44

45 6. Terdapat beberapa masyarakat yang belum terjangkau oleh layanan persampahan, khususnya disebagian wilayah Pegambiran; 7. Belum adanya penghargaan berupa insentif yang diberikan kepada masyarakat atau pihak swasta, apabila masyarakat atau swasta melakukan pemilahan sampah terlebih dahulu PENGELOLAAN DRAINASE Landasan Hukum/Legal Operasional 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Pemukiman; 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1982 Tentang Pengaturan Air; 3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 Tentang Sungai; 4. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 35/MENLH/7/1995 tentang Program Kali Bersih; 5. Petunjuk Teknis Nomor KDT Pan I judul Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan; 6. Petunjuk Teknis Nomor KDT Man P judul Manual Teknis Saluran Irigasi; 7. Peraturan Daerah Kota Cirebon Nomor 7 November 2008 tentang Dinas-dinas Daerah Pada Pemerintah Kota Cirebon Aspek Institusional Penanganan sungai-sungai yang melintas di Kota Cirebon terbagi menjadi 2, untuk penanganan sungai : Kedungpane, Sukalila, Kesunean dan Kalijaga merupakan kewenangan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk Cisanggarung, yang merupakan instansi Kementerian Pekerjaan Umum RI, yang berkedudukan di wilayah Cirebon. Sedangkan pengelolaan drainase di Kota Cirebon merupakan kewenangan Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, Energi dan Sumber Daya Mineral, dibawah Bidang Sumber Daya Air, Energi dan Mineral. Bidang SDAEM membawahi Seksi Sumber Daya Air dan Seksi Energi dan Sumber Daya Mineral. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 45

46 Gambar 3.8 BAGAN STRUKTUR ORGANISASI DINAS PEKERJAAN UMUM, PERUMAHAN, ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL KOTA CIREBON BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 46

47 Cakupan Pelayanan Cakupan layanan dari sistem drainase yang ada di Kota Cirebon dari sistem drainase yang terkecil sampai dengan yang terbesar terdiri dari sistem drainase tersier, drainase sekunder dan drainase primer. Sistem drainase tersier yaitu sistem drainase yang melayani kawasan layanan meliputi sistem drainase yang berasal dari perumahan ke selokan yang biasanya berada di depan, samping ataupun belakang rumah yang terletak tersebar di wilayah permukiman yang ada di Kota Cirebon, dalam perawatan dan pengelolaannya dibutuhkan kesadaran warga yang menempati kawasan wilayahnya. Sistem drainase sekunder yaitu sistem drainase dari yang berasal dari drainase tersier menuju saluran yang dimensi penampangnya lebih besar dari dimensi penampang saluran drainase tersier. Sistem drainase primer atau drainase utama yaitu sistem drainase yang menampung dari sistem drainase tersier dan drainase sekunder, selanjutnya disalurkan ke sungai atau canal-canal yang nantinya akan dialirkan ke sungai utama menuju muara. Adapun sistem drainase sungai utama (dengan asumsi panjang saluran utama meliputi saluran terpanjang yang berhilir ke sungai/ saluran utama dan terletak di daerah administrasi Kota Cirebon), meliputi: a. Sungai Kedungpane Kali kedungpane merupakan kali yang terletak di kawasan Kota Cirebon bagian utara dan berhilir tepat berbatasan dengan Kabupaten Cirebon, dengan panjang 8,3 km, lebar kali di bagian hulu 25 m dan luas kawasan yang terlayani sebesar 405,9 Ha. b. Sungai Sukalila Kali Sukalila sebenarnya bukanlah sebuah kali, karena Kali Sukalila tidak memiliki hulu. Sehingga lebih tepatnya sebagai saluran pembuang dari beberapa pertemuan sungai-sungai yang terletak di bagian hulu serta saluran sekunder lainnya yang terletak di kawasan padat permukiman dan pusat kegiatan, sehingga beban yang diterima Kali Sukalila sangat besar yaitu dengan daerah layanan sebesar 478 Ha, panjang 5,1 km dan lebar di bagian hilir sebesar 28 m. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 47

48 c. Sungai Kesunean Kali Kesunean merupakan kali dengan luas kawasan daerah yang terlayani sebesar 643 Ha, panjang 8,4 km dan lebar di bagian hilir sebesar 85 m. d. Sungai Kalijaga Sungai Kalijaga merupakan sungai yang terletak di bagian selatan Kota Cirebon yang sekaligus berbatasan langsung dengan Kabupaten Cirebon, dengan luas kawasan daerah yang terlayani sebesar 1261 Ha, dengan panjang 11,8 km dan lebar di bagian hilir sebesar 27 m. Selain sungai utama yang sudah disebutkan diatas, sistem saluran utama di Kota Cirebon terdiri dari kanal-kanal, seperti disebutkan di bawah ini: 1. Kanal Diponegoro Kanal Diponegoro terletak di sepanjang jalan diponegoro dengan luas kawasan daerah yang terlayani sebesar 19 Ha, panjang canal sebesar 900 m dan lebar di bagian hilir sebesar 3 m. 2. Kanal Kramat Kanal Kramat yang berhulu di daerah pancuran dengan luas kawasan daerah yang terlayani sebesar 64 Ha, panjang canal sebesar 1,5 k m dan lebar di bagian hilir sebesar 3 m. 3. Tongkol Kanal Tongkol Kanal yang berhulu di daerah siliwangi bagian utara dengan luas kawasan daerah yang terlayani sebesar 70 Ha, panjang canal sebesar 1 km dan lebar di bagian hilir sebesar 5 m. 4. Kanal Cipadu Kanal Cipadu yang berhulu di daerah Kutagara dengan luas kawasan daerah yang terlayani sebesar 165 Ha, panjang kanal sebesar 1,9 km dan lebar di bagian hilir sebesar 9 m. Untuk lebih jelasnya mengenai system drainase beserta daerah cakupan layanannya dapat dilihat pada gambar di bawah ini : BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 48

49 Gambar 3.9 SISTEM CAKUPAN LAYANAN DRAINASE KOTA CIREBON BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 49

50 Kota Cirebon memiliki pintu air sebanyak 52 buah, Kali Kerian yang memiliki paling banyak pintu air. Tabel 3.19 PINTU AIR Lokasi Pintu Air Jumlah Pintu Air BENDUNG BATU 2 BT.1. 2 BT.2. 3 BT.4. 2 BT.5. 1 K K PINTU PENGURAS 1 K MAJASEM 3 KANDANG PERAHU 1 KALI TANJUNG 4 SUNYARAGI 5 KESAMBI 3 KALI KERIAN 11 KALI CIPADU 1 KALI KESUNEAN 3 KOMPLEK SUATER 1 PENGAMBIRAN 1 JUMLAH Aspek Teknis dan Operasional a. Aspek Teknis Dalam mengatasi permasalahan drainase yang ada di Kota Cirebon, maka aspek yang diperlukan adalah : Pembuatan master plan Drainase Kota Cirebon; Membuat embung di kawasan hulu yang berfungsi sebagai tampungan dan persediaan air hujan; Membuat sumur resapan yang bertujuan untuk,mengendalikan kelebihan air permukaan sedemikian rupa sehingga air permukaan dapat mengalir secara terkendali; Normalisasi saluran dan sungai terutama di daerah muara; Pembuatan mechanical screen di saluran drainase utama; BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 50

51 Pengadaan pompa, saat ini di Kota Cirebon hanya terdapat 2 pompa aktif di Ade Irma. Pompa ini dipergunakan pada saat terjadi genangan. b. Aspek Non Teknis Aspek non teknis merupakan aspek yang bersifat yuridis yang mengatur system drainase perkotaan secara umum, seperti: Undang Undang Dasar Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Permukiman. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1982 Tentang Pengaturan Air. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 Tentang Sungai. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 35/MENLH/7/1995 Tentang Program Kali Bersih. Petunjuk Teknis Nomor KDT Pan I judul Panduan dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan. Petunjuk Teknis Nomor KDT Man P judul Manual Teknis Saluran Irigasi Peran serta Masyarakat dan Jender dalam Pengelolaan Drainase Lingkungan Masih kurangnya peran serta masyarakat dan gender dalam pengelolaan drainase lingkungan di Kota Cirebon, hal ini terbukti dari perilaku masyarakat terhadap pemeliharaan sarana drainase lingkungan. Namun dibeberapa tempat, keterlibatan masyarakat untuk menormalisasikan saluran drainase lingkungan sudah nampak. Dilain pihak masih terlihat perilaku masyarakat terhadap sarana drainase adalah sebagai berikut : a. Masyarakat memanfaatkan drainase lingkungan sebagai jaringan pembuangan limbah home industri tanpa melalui proses pengolahan limbah terlebih dahulu; b. Masyarakat memanfaatkan drainase lingkungan sebagai TPS (tempat pembuangan sampah) yang praktis; BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 51

52 c. Masyarakat memanfaatkan drainase lingkungan sebagai jamban untuk BAB; d. Masyarakat sering mendirikan bangunan untuk kegiatan usaha. seperti yang terjadi bantaran sungai Sukalila, bantaran kali Suba, bantaran Permasalahan Kota Cirebon merupakan kota yang terletak di kawasan pantai, sehingga dalam penanganan permasalahan drainase banyak faktor yang mempengaruhi dan perlunya pertimbangan yang matang. Adapun permasalahan sektor drainase yang terjadi di Kota Cirebon yaitu: Perubahan tata guna lahan seperti yang sangat terlihat diantaranya pada kawasan Argasunya yang mengakibatkan peningkatan aliran permukaan sehingga aliran permukaan yang mengalir ke hilir semakin cepat dan tidak terkendali; Kelandaian kemiringan dasar saluran yang merupakan konsekuensi dari daerah pantai sehingga mengakibatkan kecepatan aliran air kecil, sehingga banyak terjadi endapan/ sedimentasi terutama pada daerah tikungan yang tentunya memberi kontribusi percepatan pendangkalan/ penyempitan saluran dan sungai, dengan demikian kapasitas sungai dan saluran drainase menjadi berkurang dan tidak mampu menampung debit yang terjadi, air meluap sehingga terjadi genangan; Kurangnya fasilitas pompa drainase PENYEDIAAN AIR BERSIH Landasan Hukum/Legal Operasional 1. Peraturan Daerah Kota Cirebon Nomor 13 Tahun 1994 tentang Ketentuan Pelayanan Air Minum dan Air Limbah pada PDAM; 2. Surat Keputusan Walikotamadya DT II Cirebon No 18 Tahun 1995 tentang Petunjuk Pelaksanaan Perda Nomor 13 Tahun BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 52

53 Aspek Institusional Saat ini pengelolaan dan penyediaan air bersih di Kota Cirebon merupakan kewenangan PDAM Kota Cirebon. Kondisi saat ini pada tahun 2009, harga rata-rata air bersih per m3 adalah Rp sasaran pada tahun 2014 mencapai Rp Untuk kualitas pelayanan atau jam layanan, pada tahun 2009 masih 16 jam layanan sasaran pada tahun 2014 adalah 24 jam. Saat ini jumlah SDM kurang memadai sehingga untuk SDM bidang penagihan lapangan dan pencatatan meter air akan dilakukan outsourcing mulai tahun Cakupan Pelayanan Cakupan pelayanan air bersih PDAM Kota Cirebon dan sekitarnya pada tahun 2008 mencapai 75,60% dari total penduduk Kota Cirebon. 24,40% penduduk yang belum terakses sarana air bersih mayoritas bertempat tinggal di kawasan Argasunya Kecamatan Harjamukti. Dalam melayani masyarakat, PDAM mengklasifikasikan pelanggan dalam beberapa kelompok. Kelompok I merupakan kelompok pelanggan sosial, baik sosial khusus dan sosial umum. Kelompok II meliputi golongan Semi Permanen, Permanen A, Niaga A (kecil) dan Industri A (kecil). Kelompok III terdiri dari Perkantoran, Permanen B, Rumah Praktek A dan Rumah Praktek B. Kelompok IV terbagi menjadi Niaga B (sedang),industri B (sedang), Niaga C (besar) dan Industri C (besar). Sedangkan Kelompok V melayani PDAM Kabupaten Cirebon, Pancuran Umum, Air Sebagai Bahan Baku, Pelabuhan, Tanki Sosial, Tanki Niaga dan Air Sebelum Diolah. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 53

54 Tabel 3.20 KONDISI JUMLAH PELANGGAN PDAM KOTA CIREBON TAHUN 2008 URAIAN JUMLAH PROSENTASE (%) A. KELOMPOK I : Sosial Khusus 2 Sosial Umum B. KELOMPOK II : Semi Permanen 2 Permanen A 3 Niaga A (kecil) 4 Industri A (kecil) C. KELOMPOK III : Kantor, Instansi Pemerintah 2 Permanen B 3 Rumah Praktek A 4 Rumah Praktek B D. KELOMPOK IV : Niaga B (sedang) 2 Industri B (sedang) 3 Niaga C (besar) 4 Industri C (besar) E. KELOMPOK V : PDAM Kota Cirebon 2 Pancuran Umum 3 Air sebagai bahan baku 4 Pelabuhan Tanki Sosial 6 Tanki Niaga 7 Air Sebelum Diolah Jumlah Karakteristik Pelayanan Berdasarkan data pemakaian air dan data air yang diproduksi selama 5 tahun terakhir ( ) menunjukkan karakteristik sebagai-berikut : BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 54

55 Tabel 3.21 PERKEMBANGAN TINGKAT PELAYANAN Keterangan Jumlah Pelanggan Penjualan Air (m3/thn) Rata-rata pemakaian per pelanggan (m3/hari) Pemakaian per orang per hari (liter) 1,04 1,02 1 0,99 0, Kehilangan air (%) 23,91 27,22 26,28 25,5 25,86 NO 1 2 URAIAN Jumlah distriusi/penjualan Cakupan pelayanan Tabel 3.22 KONDISI SAAT INI DAN SASARAN DARI ASPEK PEMASARAN KONDISI SAAT INI (2009) M3 (650 l /det) SASARAN (2014) 84 % 101 % M3 (868 l /det) 3 Jumlah SL SL SL 4 Kualitas air Sesuai KepMenKes 5 Sarana distribusi Sudah tua Prasarana diatribusi Penggolongan kembali pelanggan Harga rata rata per M3 Kualitas pelayanan (jam layanan) SDM: Kecukupan jumlah kualifikasi Ketersediaan counterpoint Sesuai KepMenKes Penggantian bertahap dan penambahan Sudah tua Sda Sda Rp 1.361,00 Rp 3.180,00 16 jam Tidak memadai Belum memadai 24 jam bertahap Outsuorcing Memadai KETERANGAN / ACTION PLAN Evaluasi kembali estimasi penambahan sumber air unuk menentukan program distribusi tiap tahun Cakupan untuk pelanggan tidak hanya di kota Cirebon, tetapi juga pelanggan di daerah sekitarnya Peningkatan distribusi/produksi air untuk SL baru dan memperbaiki pelayanan pelanggan yang sudah ada Diprogram secara otomaris berdasarkan corporate plan Dilakukan investasi/identifikasi secara konprehensif sebagai dasar pertimbangan dasar pengganti secara bertahap serta pemeliharaan yang tepat. Penambahan baru sesuai keperluan investasi untuk penambahan air baku Melakukan inventarisasi dan tinjauan lapangan untuk dijadikan dasar penggolongan kembali tarif pelanggan Kualitas layanan termasuk cara pembayaran, pengaduan, dll SDM dirinci dalam bab program Untuk SDM bidang penagihan lapangan dan pencatatan meter air akan dilakukan outsourcing mulai 2011 Menambahan counterpoint yang paling strategis, efisien dan efektif. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 55

56 Aspek Teknis dan Operasional Instalasi Produksi PDAM Kota Cirebon memiliki dua buah sumber air untuk sistem penyediaan air minumnya yaitu: 1) Sumber Air I : Sumber air I berasal dari terowongan penampungan air yang dibangun pada tahun 1937 terletak di Paniis dengan 33 liter/dt. Terowongan air merupakan penampung air yang berasal dari sumur vertikal berdiameter 200 mm dengan kedalaman bervariasi antara 2 m sampai 8 m. Panjang terowongan + 77 mm dibawah kaki Gunung Ciremai. Pada tahun 1960, kapasitas ditingkatkan menjadi 100 liter/detik dengan menambah pipa 350 mm. Dari sumber ini air disalurkan melalui pipa dia.250 mm (1937) menuju instalasi pengolahan yang terletak dari sumber air 2) Sumber Air II : Sumber air II terletak kurang lebih 50 m dari sumber air lama, berupa sumur pengumpul bediameter dalam 4 m dan 5 m diameter luar dengan kedalaman + 7 m yang mengumpulkan air dari 24 buah sumur horisontal berdiameter 200 mm yang tepasang melingkar dengan jari-jari antara 9 m sampai 32,5 m. Namun demikian, hanya beberapa sumur horisontal saja yang terarah ke sungai yang mampu mengalirkan air. Dari sumber ini air disalurkan melalui pipa diameter 700 mm menuju instalasi pengolahan yang terletak di Plangon + 8,195 km dari Paniis. Perkembangan lingkungan kawasan sumber air sejak tahun 1998, sudah banyak mengalami perubahan yang meliputi : kebakaran hutan, galian pasir dan batu, penebangan hutan dan perubahan perilaku masyarakat telah mempengaruhi kelangsungan pasokan terhadap sumber air tersebut. Sebelum tahun 1998, ketinggian muka air di sumur pengumpul Paniis adalah cm, dari bibir atas pipa outlet. Kondisi ini menjamin air yang masuk ke dalam pipa mengalir secara penuh. Sehingga kapasitas yang diranfang terhadap instalasi pengolahan air di Plangon dapat menghasilkan air secara optimal sesuai dengan kapasitas pasangannya. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 56

57 Kondisi lingkungan sumber air berubah sejak tahun 1998, secara bertahap namun pasti telah mengganggu pasokan air ke pipa transmisi. Ketinggian air diatas bibir pipa outlet pada sumur pengumpul hanya berkisar 4 cm, yang menyebabkan adanya air disekitar pipa outlet sebagai indikasi adanya udara yang ikut masuk ke dalam pipa. Kondisi udara dalam pipa air baku ini meyebaba menurunnya kapasitas yang mungkin dialirkan melalui pipa tersebut. Sebagai diketahui kapasitas terpasang adalah sebesar 860 liter/detik, (meliputi sistem lama dan baru) namun demikian total perkembangan produksi yang dapat demanfaatkan selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel PERKEMBANGAN KAPASITAS PRODUKSI 5 TAHUN TERAKHIR TAHUN VOLUME (m3/thn) DEBIT (I/det) ,659, ,247, ,262, ,621, ,536, Perkembangan kapasitas produksi tersebut tidak sebanding dengan terus bertambahnya jumlah pelanggan dan penurunan pelayanan yang terjadi desebagian wilayah pelayanan Instalasi Pengolahan 1) Instalasi Pengolahan I, Paniis Instalasi ini terdapat di Paniis m dari sumber air baku, dibangun pada tahun 1937 dan dikembangkan tahun 1961, meliputi : Unit Aerasi dengan Marley Sproyers (Sistem Pancaran) untuk mengurangi kandugan C02 Agresif. Berjumlah : 20 buah (1937), 80 buah (1961). Sejak tahun 1996 diganti dengan model Dreesner. Debit produksi rata - rata sebesar 22,2 liter/detik dan sebesar 84,5 liter/debit. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 57

58 Unit Desinfeksi dengan menggunakan injieksi gas Chlor Pembubuhan gas Chlor dilakukan untuk menjaga kualitas air di jaringan distribusi sampai dengan titik dengan sisa chlor kurang lebih 0,2 mg/l. 2) Instalasi Pengolahan II, Plangon Instalasi pengolahan baru dibangun 1980 merupakan satu unit pengolahan yang terdiri dari : Unit Aerasi dengan Methoda Sulzer (Sistem Kontak dengan tekanan tinggi) Unit Desinfeksi dengan menggunakan injeksi gas Chlor. Instalasi pengolahan tersebut terletak di desa Plangon m dari sumber air Paniis ke arat kota Cirebon, dengan debit produksi air bersih rata rata sebesar 700 lt/dt. Berkaitan dengan perubahan yang terjadi pada unit sumber airnya, pasokan IPA Plangon juga mengalami perubahan. Standar operasi yang seharusnya tidak dapat dipenuhi. Standar operasi optimal, seperti yang disyaratkan pada Pedoman Operasi dan Pemeliharaannya (1982) disyaratkan : 5 unit enjektor bekerja dan 1 unit ejektor siaga Tekanan inlet : 18,5 bar dan tekanan outlet : 17,5 bar Debit masing masing enjektor : 580 m3/jam ( 161,1 l/det ), sehingga dalam kondisi optimal debit total mencapai : 805 l/det. Kualitas air yang dihasilkan : 8 11 mg/l CO2 bebas ( 1-3 mg/l CO2 aggresif ) Namun demikian sejak tahun 2000, keenam enjektor telah dioperasikan secara total dalam upaya untuk mendapatkan tambahan debit. Namun demikian kondisi sumber air yang ada, hal tersebut sulit dipenuhi. Terlebih lagi, karena IPA Plangon sudah dirangcang sedemikian rupa untuk menghasilkan kualitas air dengan CO2 agresif 1-3 mg/l bila dioperasikan dengan optimal, maka bila kondisi tersebut diabaikan maka kualitas air yang dihasilkan tentu menurun. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 58

59 No Keterangan Pipa transmisi Pipa transmisi II Pipa transmisi III Sistem Transmisi Sistem Transmisi dimaksudkan untuk mengalirkan air dari instalasi pengolahan air ke sistem distribusi. Sistem Transmisi yang dibangun bersamaan dengan dibangunnya instalasi pengolahan air dan dpergunakan untuk mengalirkan air sesuai dengan kapasitas yang dihasilakan oleh instalasi pengolahan air. Dengan demikian ukuran diameter pipa transmisi yang terdiri dari 3 sistem perpipaan juga memiliki diameter yang bervariasi. Tahun Pasang Tabel 3.24 KONDISI PIPA TRANSMISI Jenis pipa CI, sebagian sudah diganti PVC CI, sebagian sudah diganti PVC 1980 DCIP Diameter mm mm mm Kapasitas Desain (l/det) Sistem pengalira n 30 grafitasi 80 grafitasi 760 grafitasi Pengendali Tekanan Bangunan Pelepas Tekanan (3 buah) BPT di siliwangi elevasi 269 m.a.l BPT di Capar elevasi 197 m.a.l BPT di Plangon elevasi 116 m.a.l Ketup pengendalian Kecepatan (Over Speed Velve) dan Katup Pengurang Tekanan (Pressure Reducing Velve) Tabel 3.25 LOKASI DAN JARAK UNIT PRODUKSI SISTEM LAMA ( 1937 & 1960 ) NO KETERANGAN ELEVASI (m.s.a.l ) JARAK ( m ) 1 Terowongan m 2 Aerasi m km 3 Tempat Bahan Kimia m km 4 BPT I m km 5 BPT II m km 6 BPT III m km 7 Resorvoar Perujukan m km BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 59

60 Tabel 3.26 LOKASI DAN JARAK UNIT PRODUKSI SISTEM BARU ( 1982 ) NO KETERANGAN ELEVASI JARAK(km) 1 Sumur Pengumpul m 2 Over Speed m Teatmen Plant 92.5 m Presure Control m Reservoar Gn. Sari m Tabel 3.27 PANJANG DAN DIAMETER PIPA TRANSMISI LAMA NO KETERANGAN PIPA I PIPA II PVC Dia. (mm) Panjang (m) Dia. (mm) Panjang (m) Dia. (mm) Panjang (m) 1. Transmisi Plan Cipaniis s/d Conection Chamber Cirea Conection Chamber Cirea s/d Changing Point 3. Changing Point s/d BPT Capar BPT Sidawangi s/d BPT Capar BPT Capar s/d BPT Plangon BPT Plangon s/d Kota a. Pipa I : Ke Menara Parujakan b. Pipa II : Ke Menara Gunung Sari Panjang Total Tabel 3.28 PANJANG PIPA TRANSMISI III (1980) NO. KETERANGAN PIPA II (1982) Dia. Panjang (m) 1. Collector Well s/d Over Speed 700 mm Over Speed s/d Treatment Plant Plangon 600 mm 6,3 3. Perempatan By Pass s/d PCS Kalitanjung 700 mm 8 4. PCS Kali Tanjung s/d By Pass 700 mm 1,15 5. By Pass s/d Kesambi 600 mm Jl. Kesambi s/d Menara Gunung Sari 500 mm 2,8 Panjang Total 2118,25 BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 60

61 Sistem Distribusi Sistem distribusi dengan menggunakan berbagai macam pipa diantaranya jenis Steel dia m ( tahun ), jenis PVC, ACP dan DCIP (tahun 1877) dia mm dan jenis pipa PE (tahun 2008). Di samping itu untuk mendukung pendistribusian air, telah dibangun beberapa reservoir yakni : - Menara Air Baja Parujakan (tahun 1973), kapasitas 875 m3 - Menara Air Beton Gunung Sari (tahun 1960), kapasitas m3 - Reservoar Pompongan (tahun 1999), kapasitas 2000 m3 Namun demikian, seiring dengan perubahan yang terjadi pada sumber air Paniis, pengisian terhadap ketiga reservoar tersebut juga mengalami gangguan. Menara air Parujakan dan Gunung Sari sudah tidak terisi sejak tahun Sementara itu operasional Reservoar Pompongan juga tidak optimal bukaan katup dari reservoar hanya kurang lebih 10% dari total bukaan. Hal ini dilakukan untuk dapat menahan air untuk beberapa waktu di dalam reservoar dan mengeluarkannya sedikit demi sedikit karena pasokan air yang relatif sedikit. Karena bila katup dibuka total, air cenderung langsung mengalir ke pipa dan tidak ada yang tersimpan di reservoar. Gangguan distribusi ini sudah lama dirasakan sejak tahun 2000 oleh masyarakat di daerah pelayanan bagian utara. Secara bertahap, gangguan itu mulai dirasakan oleh masyarakat di wilayah lainnya. Dan puncaknya terjadi pada bulan Agustus tahun 2007 lalu, saat reservoar pompongan sudah tidak dapat diisi secara normal dari pipa transmisi 700 mm tanpa melakukan pengaturan pada katup pengurang tekanan (PRV) di BPT Kalitanjung. Sistem pengaliran secara prinsip dilakukan secara grafitasi 24 jam. Namun demikian, pada kenyataannya beberapa wilayah di jaringan distribusi tidak mendapatkan air seperti yang diharapkan, karena pasokan air ke sistem distribusi relatif lebih sedikit dibandingkan dengan kebutuhan air oleh masyarakat, khususnya kebutuhan air pada jam puncak. Saat ini sistem operasi jaringan distribusi dengan melakukan pengaturan beberapa katup yang ada di jaringan. Pengaturan katup tersebut BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 61

62 berdasarkan pengamatan langsung di lapangan dengan jumlah putaran dan lokasi katup ditetapkan dengan sistem coba-coba. Pemantauan terhadap tekanan air di jaringan distribusi dilakukan secara periodik dan beberapa tempat (random) antara lain di beberapa hydrant kebakaran setiap ½ tahun. Sedangkan pemantauan terhadap debit air di jaringan distribusi dilakukan dengan memasang meter konsumen di setiap pelanggan. Untuk menyeimbangkan tekanan air dan mengarahkan aliran, pada jaringan distribusi, maka beberapa katup bukaan/putarannya diatur. Kegiatan pengendalian kebocoran pada jaringan pipa distribusi merupakan faktor utama dalam suatu manajemen perusahaan air minum yang baik. Sebagian penghematan dana dapat dilaksanakan dengan melaksanakan deteksi dan perbaikan kebocoran. Selain daripada hal tersebut diatas bahwa kegiatan kontrol kebocoran ini juga mempunyai keuntungan yaitu untuk meningkatkan kegiatan pemeliharaan jaringan distribusi. Tabel 3.29 TINGKAT KEHILANGAN AIR PDAM KOTA CIREBON 5 TAHUN TERAKHIR NO URAIAN SATUAN Volume air M produksi 2. Volume air M didistribusikan 3. Kebocoran M Prosentase kebocoran (%) % 23,91 27,22 26,28 25,50 25,86 Dengan tingkat kehilangan air PDAM Cirebon tahun 2008 sebesar 25,86% perlu dilakukan usaha-usaha untuk menurunkan kehilangan air terdiri dari : aspek teknis maupun non teknis. Aspek teknis untuk menurunkan tingkat kehilangan air meliputi : - Pencarian kebocoran dan memperbaikinya dengan cepat - Penyelesaian sambungan tidak resmi - Program penggantian meter air yang sudah lama BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 62

63 - Penggantian pipa lama khususnya pipa dengan bahan yang mudah korosif (CI, steel) - Membuat zona-zona dengan jumlah pelanggan tertentu untuk memudahkan pemantauan kehilangan air (area distrik meter) - Menerapkan pengelolaan asset (Asset Manajemen) dan peta jaringan perpipaan yang baik untuk mengetahui kondisi setiap aset yang dimiliki dan menjadualkan pemeliharaannya. Aspek Non Teknis untuk menurunkan kehilangan air meliputi : - Pengecekan terhadap akurasi pencatatan meter pelanggan - Pengecekan terhadap pengolahan data hasil pembacaan - Pencatatan terhadap semua pemakaian resmi tanpa rekening (contoh: pemakaian untuk kebutuhan dinas kebakaran, dinas pertamanan, bantuan dll) - Pencatatan terhadap semua pemakaian yang tidak berekening atau berekening Pengawasan dan Pemantauan Air Bersih Pengawasan dan pemantauan air bersih bertujuan agar kualitas air bersih yang dikonsumsi oleh masyarakat aman sehingga masyarakat terhindar dari gangguan penyakit bersumber/perantara air. Kualitas air yang didistribusikan kepada pelanggan pada dasarnya telah dilakukan pemeriksaan/pengujian melalui laboratorium PDAM Kota Cirebon dengan mengacu kepada Keputusan Menteri Kesehatan No.907/Menkes/Sk/VII/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum. Program pemeriksaan/ pengujian kualitas air meliputi : 1). Kualitas air baku diperiksa setiap hari 2). Kualitas sumber air diperiksa seminggu sekali 3). Kualitas air yang didistribusikan diperiksa setiap hari 4). Pengambilan sampel dari pelanggan dilakukan seminggu sekali (diambil secara random dari beberapa rumah pelanggan) 5). Pemeriksaan per triwulan oleh Dinas Kota Cirebon 6). Pemeriksaan per tahun oleh Balai Teknik Lingkungan di Jakarta BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 63

64 Berkaitan dengan poin 5 diatas, Dinas Kesehatan melakukan pemantauan kualitas air bersih setiap tiga bulan sekali yang terdiri dari 8 titik untuk pemeriksaan kimia dan 75 titik untuk pemeriksaan bakteri. Sedangkan untuk pengawasan air bersih bersumber non PDAM seperti sumur pompa tangan dan sumur gali, maka dilakukan inspeksi sanitasi terhadap sarana air bersih guna mengetahui resiko pencemaran apakah rendah, sedang, tinggi atau amat tinggi. Pemantauan kualitas sumur gali dan sumur pompa tangan pada tahun 2008 sebanyak 950 sampel untuk pemeriksaan bakteri dan 44 sampel untuk pemeriksaan kimia. Pada hasil pemeriksaan bakteri hanya 24% yang memenuhi syarat sedangkan pemeriksaan kimia 100% memenuhi syarat Permasalahan Perkembangan jumlah penduduk dan peningkatan pembangunan di Kota Cirebon tidak dapat dipungkiri lagi akan peningkatan berbagai kebutuhan pelayanan umum diantaranya adalah penyediaan air bersih yang merupakan salah satu prasarana dasar kehidupan. Pemerintah bertanggung jawab dalam hal perencanaan dan pembangunan system penyediaan air bersih, mulai dari sumber-sumber air bersih, sistem produksi, transmisi dan distribusi. Adapun permasalahan sektor penyediaan air bersih yang terjadi di Kota Cirebon yaitu: 1. Isu utama air bersih adalah dalam memperoleh sumber air karena hingga saat ini Kota Cirebon sangat bergantung pada sumber air dari wilayah lain yaitu kawasan Gunung Ciremai yang masuk wilayah administrasi Kabupaten Kuningan. Permasalahan tuntutan kompensasi air dan debit operasional berpotensi menyebabkan konflik antar daerah. 2. Sumber penyediaan air bersih di Kota Cirebon yang lain adalah dari air bawah tanah. Namun sumber ini menghadapi ancaman dari intrusi air laut dan kerusakan daerah tangkapan air. Intrusi air laut terpantau telah mencapai sejauh m dari garis pantai ke darat. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 64

65 3.6. KOMPONEN SANITASI LAINNYA. Penjelasan kondisi riil penanganan limbah industri dan limbah medis, program kampanye perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yang dilaksanakan SKPD Penanganan Limbah Industri Beberapa penanganan yang dilakukan untuk mereduksi dampak dari Limbah Industri, yaitu : a. Telah diterbitkan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2003 tentang Perijinan Air Bawah Tanah yang mengatur penggunaan air bawah tanah untuk keperluan usaha atau kegiatan produksi dan komersial. b. Telah diterbitkan Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 1994 tentang Ketentuan Pelayanan Air Minum dan Air Limbah pada PDAM, dimana untuk sektor Air Limbah diserahkan pengelolaan sepenuhnya ke PDAM. c. Mewajibkan kepada pelaku usaha untuk membuat sumur resapan di areal usahanya, dengan pengawasan pelaksanaan dilakukan oleh KLH Kota Cirebon. d. Mempersiapkan rancangan Peraturan Daerah mengenai perijinan pembuangan limbah cair. e. Melaksanakan supervisi dan monitoring rutin kepada pelaku usaha dan kondisi air permukaan aktual. f. Melakukan reduksi limbah yang masuk ke dalam badan air dengan mendorong pembangunan peningkatan sarana prasarana pengumpulan air limbah dan pengolahannya atau kolam oksidasi yang dikelola oleh PDAM Kota Cirebon, meningkatkan penyambungan/perluasan sambungan dari bangunan yang terletak di sepanjang sistem penyaluran air limbah. Beberapa industri yang menghasilkan limbah B3, dapat dilihat pada tabel berikut. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 65

66 Tabel 3.30 DAFTAR INDUSTRI PENGHASIL LIMBAH B3 No Nama Perusahaan Alamat Jenis Industri 1 PT.BAT Jl. Pabean No. 84 Industri Rokok 2 PT Japfa Comfeed Jl. A.Yani. No.31 Industri Pakan Ternak 3 PT Japfa Comfeed Jl. Buyut No.130 Industri Pakan Ternak 4 PT Arida Jl. Dukuhduwur No.46 Industri Jaring Sintetis 5 PT Starion Jl. Kalijaga No. 164/165 Industri Karoseri 6 PT Pegambiran Jaya Jl. Karangdawa brt No.2 Industri Sumpit Utama 7 PT. Dunia Kimia Jaya Jl. Kalijaga No Industri Kimia 8 PT Indonesia Power Jl. By Pass Industri Pembangkit Listrik 9 PT Pelindo II Cirebon Jl. Belawan Pelabuhan Kawasan Industri Penanganan Limbah Medis Limbah medis adalah jenis sampah berbahaya (B3), karena sampah medis merupakan sampah infeksius yang dapat menimbulkan penyakit pada manusia dan sangat berbahaya dapat mencemari lingkungan, sehingga dalam pengelolaannya perlu penanganan khusus. Dalam pengelolaan limbah medis di Kota Cirebon belum seluruhnya tertangani, baru dari UPTD Puskesmas, Laboratorium daerah. Pelaksanaan pengumpulan limbah medis dilaksanakan oleh setiap UPTD Puskesmas se Kota Cirebon dan dikirimkan ke Dinas Kesehatan setiap bulan. Dalam pemusnahan limbah medis, Dinas Kesehatan bekerjasama dengan CV Medivest sebagai Jasa Pelayanan Pengelolaan Sampah Medis. Selain itu beberapa Rumah Sakit juga memiliki incinerator untuk memusnahkan limbah medis. Tabel JUMLAH TIMBULAN SAMPAH MEDIS BERSUMBER DARI SARANA KESEHATAN / PUSKESMAS DI KOTA CIREBON JUMLAH TIMBUL SAMPAH MEDIS (KG) / TRIWULAN JUMLAH NO PUSKESMAS I II III IV TOTAL 1 Kejaksan 11,00 13,37 10,15 8,66 43,18 2 Jl. Kembang 8,00 3,38 8,33 9,40 29,11 3 Nelayan 1,20 6,43 3,44 4,28 15,35 4 Cangkring 4,50 6,41 5,71 7,49 24,11 5 Pekiringan 13,00 2,05 1,48-16,53 6 Gunungsari 14,00 15,80 15,32 12,06 57,18 BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 66

67 NO PUSKESMAS JUMLAH TIMBUL SAMPAH MEDIS (KG) / TRIWULAN JUMLAH I II III IV TOTAL 7 Sunyaragi 6,50 5,98 4,32 6,55 23,35 8 Majasem 7,20 10,48 9,63-27,31 9 Drajat 13,00 10,01 9,13 7,07 39,21 10 Jagasatru 66,00 15,53 8,71 8,21 98,45 11 Astanagarib 4,50 3, ,67 13,37 12 Pekalangan 10,00 2,66 2,30 2,30 17,26 13 Kesunen 6,40 4,77 4,39 13,91 29,47 14 Pegambiran 6,20 8,51 7,36-22,07 15 Pesisir 10,00 2,25 4,88 3,71 20,84 16 Cangkol 11,00 5,24 4,91 5,06 26,21 17 Kalitanjung 9,00 18,29 12,69 32,06 72,04 18 Larangan 7,30-2,61 17,08 26,99 19 Perumnas Utara 13,00 7,20 4,52 10,48 35,20 20 Sitopeng 7,50 6,26 7,09 6,59 27,44 21 Kalijaga Permai 9,00 3,78 23,42-36,20 22 P2P - 9,81 2,88 12,69 23 Laboratorium Kesda 9,00 12,26 20,12 11,29 52,67 24 Bidan Ika 3,00 3,00 25 RB Rajawali 14,00 14,00 25 KKP Cirebon 2,78 2,78 26 BP Saadah 1,88 1,88 JUMLAH 247,30 164,28 205,56 170,75 787,89 Sumber : Dinas Kesehatan Kota Cirebon Beberapa rumah sakit dan laboratorium yang menghasilkan limbah B3 sebagai berikut : Tabel 3.32 RUMAH SAKIT DAN LABORATORIUM PENGHASIL LIMBAH B3 No Nama Perusahaan Alamat 1 RSUD Gunung Jati Jl. Kesambi No RST Ciremai Jl. Kesambi No RSU Putra Bahagia Jl. Ciremai Raya No RSU Budi Asta Jl. Kalitanjung No RSB Muhamadiyah Jl. Dr. Wahidin S No.71 6 RSB PAD Jl. Pulasaren No.7 7 RSIA Sumber Kasih Jl. Siliwangi No RSU Pelabuhan Jl. Sisingamangaraja No.45 9 RS Budi Luhur Jl. Kebon Pelok BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 67

68 No Nama Perusahaan Alamat 10 RS Bedah Medimas Jl. Evakuasi 11 RSB PMI Jl. Ade Irma Suryani 12 Lab Alma Jl. Pagongan No.23B 13 Lab Ciremai Jl. Siliwangi No Lab Harapan Sehat Jl. Kesambi 15 Lab Mitra Jaya Jl. Karanggetas No Lab Promedis Jl. Karanggetas No Lab Wahidin Jl. Wahidin No Lab Setia Darma Jl. Lemahwungkuk No Lab Prodia Jl. Kartini No Lab Pramita Jl. Dr. Cipto MK No Lab Mitra Jl. Karanggetas 22 Lab Bio Analisa Jl. Ciremai Raya 23 Lab Bio Assaadah Jl. Diponegoro Kampanye PHBS Beberapa program Dinas Kesehatan yang dilakukan dalam mendukung PHBS, yaitu : 1. Program Pengembangan Lingkungan Sehat, dengan kegiatan sosialisasi kebijakan lingkungan sehat dan penyuluhan menciptakan lingkungan sehat. 2. Program promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat, dengan kegiatan pengembangan media promosi dan informasi sadar hidup sehat, penyuluhan masyarakat pola hidup sehat, peningkatan pendidikan tenaga penyuluh kesehatan, peningkatan pemanfaatan sarana kesehatan. Dalam upaya mencapai Cirebon Kota Sehat, Dinas Kesehatan memiliki program-program fokus, salah satu program yang berkaitan dengan sanitasi adalah Program Perbaikan Sanitasi Lingkungan melalui pengembangan Perilaku Bersih dan Sehat (PHBS).Pemberdayaan masyarakat dilakukan atas prakarsa perorangan atau kelompok-kelompok yang ada di masyarakat termasuk swasta dan pemerintah, terdiri dari : 1. Pemberdayaan perorangan : ditujukan kepada tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama, tokoh politik, tokoh swasta dan tokoh populer. Dilakukan melalui pembentukan pribadi-pribadi dengan BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 68

69 perilaku hidup bersih dan sehat serta pembentukan kader-kader kesehatan. 2. Pemberdayaan kelompok : ditujukan kepada kelompok atau kelembagaan yang ada di masyarakat seperti : RT/RW, kelurahan, kelompok pengajian, kelompok budaya, kelompok adat, organisasi swasta, organisasi wanita, organisasi pemuda dan organisasi profesi. Dilakukan melalui pembentukan kelompok peduli kesehatan dan atau peningkatan kepedulian kelompok/lembaga masyarakat terhadap kesehatan. 3. Pemberdayaan masyarakat umum : ditujukan kepada seluruh masyarakat dalam suatu wilayah melalui wadah perwakilan masyarakat yang peduli kesehatan. Wadah perwakilan yang dimaksud antara lain adalah Badan Penyantun Puskesmas (di Kecamatan), Konsil/KOmite Kesehatan Kab/Kota atau Koalisi/Jaringan/Forum Peduli Kesehatan (di Provinsi/Nasional). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan sekumpulan tindakan (perilaku) yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajara yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri (memecahkan masalah-masalah) di bidang kesehatan serta berperan aktif dalam emwujudkan kesehatan masyarakatnya. Pelaksanaan PHBS secara langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap penanggulangan masalah kesehatan melalui pencegahan terjadinya kesakitan maupun kematian. PHBS mengisyaratkan slogan Lebih baik mencegah daripada mengobati. Pembinaan PHBS dilaksanakan di beberapa tatanan yaitu di Rumah Tangga, di Sekolah, di Tempat Kerja, di Tempat Umum dan di Sarana Kesehatan. Pembinaan PHBS juga dilaksanakan di tatanan rumah tangga, hasil pantauan jumlah rumah tangga yang telah ber perilaku hidup bersih dan sehat mengalami peningkatan dan mencapai 46,51 % dari rumah tangga yang diperiksa pada tahun 2009.Materi yang diberikan pada pembinaan PHBS di sekolah antara lain adalah mengenai makanan jajan yang ada, penyakit-penyakit yang bisa ditimbulkan oleh jajanan yang tidak sehat dan kiat praktis dalam memilih jajanan yang aman, materi ini juga diberikan dalam pembinaan pada masyarakat BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 69

70 Tabel 3.33 PERSENTASE RUMAH TANGGA BER PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT KOTA CIREBON TAHUN RUMAH TANGGA RUMAH TANGGA RUMAH TANGGA NO KECAMATAN PUSKESMAS JUMLAH BER PHBS % JUMLAH JUMLAH BER PHBS % BER PHBS % DIPANTAU DIPANTAU DIPANTAU Kejaksan 2, ,881 1, ,068 1, Jl.Kembang 3, ,586 2, ,657 2, Nelayan 1, , , Cangkring 2, ,192 2, , KEC. KEJAKSAN 10,619 1, ,619 6, ,179 5, Pekiringan 2,271 1, , ,250 1, Gunung Sari 2,676 1, , ,676 1, Sunyaragi 2, , ,747 1, Majasem 4,722 1, , ,057 2, Drajat 3, , ,985 1, KEC. KESAMBI 15,733 5, ,733 1, ,715 8, Jagasatru 4, , ,257 1, Astanagarib 1, ,724 1, , Pekalangan 1, ,308 1, , KEC. PEKALIPAN 7,068 1, ,068 3, ,561 3, Kesunean 3, , ,799 1, Pegambiran 3,908 1, , ,382 2, Pesisir 2, , ,676 1, Cangkol 1, , , KEC. LEMAHWUNGKUK 11,425 2, , ,072 6, Kalitanjung 4, , ,557 1, Larangan 5, , ,377 2, Perumnas 3, ,510 3, ,749 2, Utara Sitopeng 3, , , Kalijaga 6,325 2, , ,862 3, KEC. HARJAMUKTI 22,855 4, ,855 4, ,526 9, JUMLAH KOTA CIREBON 67,700 15, ,700 16, ,053 33, Sumber: Bidang Pelayanan Kesehatan, DINKES BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 70

71 Indikator PHBS di tatanan rumah tangga mencakup aspek-aspek sebagai berikut yaitu : ibu bersalin oleh tenaga kesehatan, pemberian ASI untuk balita, adanya jaminan pemeliharaaan kesehatan, aktivitas setiap hari, tidak merokok, makan dengan gizi berimbang, ketersediaan air bersih, adanya jamban, tingkat kepadatan hunian, lantai rumah bukan dari tanah dan bebas jentik. Penerapan PHBS di rumah tangga diharapkan mengurangi resiko terjadinya kematian bayi karena tidak ditolong oleh tenaga kesehatan, meningkatnya daya tahan tubuh dengan ASI, pencegahan penyakit degeneratif dengan berolahraga, mengkonsumsi makanan bergizi. Pencegahan penyakit pernafasan dengan tidak merokok dan tinggal di tempat yang tidak terlalu padat hunian. Ketersediaan air bersih, jamban dan lantai mengurangi risiko kejadian penyakit berbasis lingkungan, seperti diare, penyakit kulit, dll. Hingga saat ini penyakit infeksi saluran pernafasan dan diare masih merupakan penyebab kematian bayi yang cukup besar. Ada kalanya manfaat perilaku hidup bersih dan sehat ini tidak langsung dirasakan oleh masyarakat, sehingga seringkali masyarakat sulit melakukannya bahkan kurang memperdulikannya. Indikator PHBS di tatanan tempat kerja mencakup aspek : kawasan tanpa rokok, aktifitas fisik/olahraga, kesehatan dan keselamatan kerja, bebas jentik dan jamban sehat. Tahun 2008 telah dilakukan kajian PHBS dengan pendataan pada seluruh penduduk, dengan hasil sebagai berikut, dari jumlah yang disurvei sebanyak KK yang sudah ber-phbs yang memenuhi 9 indikator Perilaku sehat dan 3 indikator gaya hidup baru KK atau 23,11%, hal ini disebabkan karena masih banyaknya penduduk yang masih merokok di dalam rumah (53,42%). ASI Ekslusif masih rendah (16,15%), rumah yang tidak memenuhi syarat dalam tingkat kepadatan hunian (77,59), dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan masih rendah (52,57%). Dari data diatas maka ada 3 indikator Perilaku sehat yang angkanya masih perlu ditingkatkan yaitu : ASI Eksklusif, tingkat kepadatan hunian, dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat, sedangkan perilaku gaya hidup yang masih sukar untuk dihilangkan yaitu kebiasaan merokok di dalam rumah. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 71

72 3.7. PEMBIAYAAN SANITASI KOTA Kelembagaan Pembiayaan Pengelolaan Sanitasi Pengelolaan sektor sanitasi yang terdiri dari sub sektor persampahan, air limbah, air bersih dan drainase di Kota Cirebon merupakan kewenangan dari berbagai SKPD, diantaranya : DPUESDM, DKP, PDAM, Dinkes dan KLH Kota Cirebon. Secara rinci kelembagaan pembiayaan pengelolaan sanitasi dapat dilihat pada table berikut : Tabel LEMBAGA PENGELOLA KEUANGAN SANITASI No Sub Sektor SKPD Ket. 1. Persampahan DKP, KLH KLH : pelatihan, edukasi 2. Air Limbah PDAM, KLH KLH : pembinaan dan monitoring limbah selain limbah domestik/rt 3. Air Bersih PDAM, DPUESDM, Dinkes Dinkes : uji kualitas air bersih 4. Drainase DPUESDM Proporsi Pendanaan Pembangunan Sanitasi Kota Proporsi pendanaan pembangunan sanitasi di Kota Cirebon, dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 terlihat bahwa untuk tahun 2007 realisasi pendanaan pembangunan sanitasi sebesar : Rp ,- dari APBD Rp ,- atau sebesar 0,56% APBD. Pada tahun 2008, realisasi pendanaan pembangunan sanitasi mengalami kenaikan menjadi Rp ,- dari APBD sebesar ,- atau sebesar 1,23% APBD hal ini disebabkan ada pendanaan yang diterima oleh Dinkes dari Dana Alokasi Khusus. Tahun 2009 realisasi pendanaan pembangunan sanitasi mengalami kenaikan menjadi Rp ,- dari APBD Rp ,- atau sebesar 1,72% APBD, hal ini dipengaruhi oleh kucuran dana perimbangan untuk sub sektor drainase. Untuk tahun 2010, alokasi pendanaan pembangunan untuk sektor sanitasi sebesar Rp ,- dari APBD Rp ,- atau 0,75% APBD. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 72

73 Tabel PROPORSI PENDANAAN PEMBANGUNAN SANITASI KOTA CIREBON No Tahun Pendanaan APBD % THD Ket. Pembangunan Sanitasi (Rp) (Rp) APBD , ,- 0,56 Realisasi , ,- 1,23 Realisasi , ,- 1,72 Realisasi , ,- 0,75 Alokasi 800,000,000,000 Grafik 3.1. PROPORSI PENDANAAN PEMBANGUNAN SANITASI KOTA CIREBON 700,000,000, ,000,000, ,000,000, ,186,378, ,413,293, ,402,250, ,615,933, ,000,000, ,000,000,000 Dana Sanitasi APBD 200,000,000, ,000,000,000 2,826,614,793 6,840,424,400 11,509,755,052 4,666,157, Grafik 3.2. Prosentase Pendanaan Pembangunan Sanitasi Terhadap APBD BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 73

74 3.7.3 Perkembangan APBD Kota Cirebon Penerimaan pemerintah daerah merupakan salah satu faktor utama untuk membiayai pembangunan. Penerimaan pemerintah daerah bersumber dari pendapatan asli daerah yang meliputi pajak, retribusi, laba BUMD dan penerimaan lainnya, pajak daerah dan bantuan pemerintah pusat. Realisasi penerimaan Pemerintah Kota Cirebon dari tahun ke tahun terus meningkat, dapat dilihat pada grafik dibawah ini. Pada tahun anggaran 2004 penerimaan mencapai 260,1 miliar rupiah, sementara itu pada tahun anggaran 2009 meningkat menjadi 637,2 miliar rupiah. Grafik 3.3 REALISASI PENERIMAAN DAERAH TAHUN ANGGARAN ,000,000, ,000,000, ,000,000, ,000,000, ,653,117, ,186,378, ,413,293, ,259,937, ,000,000, ,000,000, ,000,000, ,088,521, ,692,158, Realisasi Penerimaan Daerah Pada tahun 2009, pos penerimaan terbesar masih diperoleh dari bagian Dana Perimbangan yaitu sebesar 474,3 miliar rupiah atau sekitar 74,4 persen dari seluruh penerimaan daerah, penerimaan terbesar kedua berasal dari Bagian Pendapatan Asli Daerah yaitu sebesar 77,3 miliar rupiah atau sebesar 12,1 persen dari seluruh penerimaan daerah. Besarnya Dana Perimbangan ini, terutama merupakan kontribusi dari dana alokasi umum (DAU) kepada pemerintah daerah Kota Cirebon yang pada tahun 2009 jumlahnya mencapai 365,5 miliar rupiah atau sebesar 57,3 persen dari total penerimaan. Realisasi penerimaan daerah tahun anggaran dapat dilihat pada tabel berikut. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 74

75 Jenis Penerimaan Tabel 3.36 REALISASI PENERIMAAN DAERAH TAHUN ANGGARAN (.000 Rp) Tahun Anggaran (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Pendapatan Asli Daerah 34,400,560 43,137,624 56,060,827 57,002,328 67,692,578 77,318, Pajak Daerah 9,945,851 11,869,339 13,456,234 15,418,406 17,234,097 19,594, Retribusi Daerah 6,262,372 6,835,486 6,750,458 7,223,077 7,183,910 9,406, Bagian Laba BUMD & Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 1,479,078 2,286,706 2,312,559 2,471,593 2,505,393 2,175, Penerimaan Lain-Lain 16,713,259 22,146,093 33,541,576 31,889,252 40,769,178 46,142,577 2 Dana Perimbangan 214,071, ,148, ,592, ,267, ,898, ,292, Bagi Hasil Pajak / Bukan Pajak 35,333,969 37,602,170 44,449,945 46,590,141 60,637,365 74,933, Dana Alokasi Umum 149,752, ,039, ,312, ,470, ,669, ,486, Dana Alokasi Khusus 5,530,000 7,210,000 17,830,000 29,207,000 35,592,000 33,873, Bagi Hasil Pajak & Bantuan Keuangan Dari Propinsi 23,454,979 31,297,364 40,999,353 3 Lain-Lain Pendapatan Yang Sah Pinjaman Daerah 11,616,770 7,406,000 67,143,824 50,595,308 85,648,619 Jumlah Penerimaan 260,088, ,692, ,653, ,413, ,186, ,259,937 Kenaikan (%) ,78 Dari tabel di atas, tampak bahwa Pendapatan Daerah Kota Cirebon selama kurun waktu lima tahun, mulai tahun mengalami kenaikan yang cukup berarti dengan rata-rata pertumbuhan 20,85% per tahun. Kenaikan tertinggi terjadi tahun 2006 yaitu sebesar 55,23% dengan total Pendapatan Daerah sebesar Rp ,- hal ini terjadi karena pada tahun tersebut penerimaan dari Dana Perimbangan sangat dominan atau mencapai besaran Rp ,00 (86,6% dari total Pendapatan Daerah) Besaran Pendanaan Sanitasi Per Tahun a. Sub Sektor Persampahan DKP dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi sebagai SKPD pelayanan operasional persampahan di Kota Cirebon, didukung dari BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 75

76 aspek pendanaan APBD. Tercatat bahwa mulai tahun 2007 s.d. 2010, pendanaan sanitasi persampahan mengalami fluktuasi. Tahun 2007, sebesar Rp ,- atau 0,02% APBD, tahun 2008 mengalami kenaikan menjadi Rp ,- atau 0,32% APBD, tahun 2009 sebesar Rp ,- atau 0,07% APBD dan tahun 2010 dianggarkan Rp ,- atau 0,15% APBD. b. Sub Sektor Drainase DPUESDM dalam mengelola drainase yang ada di wilayah Kota Cirebon, didukung dengan pendanaan sebagai-berikut : Tahun 2007 mengelola dana APBD sebesar Rp ,- atau 0,51% APBD, tahun 2008 dana untuk sub sektor ini adalah Rp ,- atau 0,53% APBD, pada tahun 2009 sebesar Rp ,- atau 1,55% APBD dan pada tahun 2010 dianggarkan Rp ,- atau 0,59% APBD. c. Sub Sektor Air Limbah dan Air Bersih Untuk sub sektor air limbah rumah tangga dan air bersih yang operasionalnya merupakan kewenangan PDAM, maka pendanaannya bukan bersumber dari APBD Kota Cirebon namun dikelola secara mandiri oleh PDAM. Dana yang dikelola untuk operasional penyediaan air bersih pada tahun 2007 sebesar Rp ,-, tahun 2008 sebesar Rp ,-, tahun 2009 sebesar Rp ,- sedangkan pada tahun 2010 dialokasikan dana sebesar Rp ,-. Dana yang dikelola untuk operasional penyediaan air bersih pada tahun 2007 sebesar Rp ,-, tahun 2008 sebesar Rp ,-, tahun 2009 sebesar Rp ,- sedangkan pada tahun 2010 dialokasikan dana sebesar Rp ,-. d. Sub Sektor Pendukung Sanitasi Dalam pengelolaan sanitasi di Kota Cirebon, terdapat beberapa SKPD yang mempunyai kewenangan yang bersifat memberikan edukasi, kampanye dan perencanaan terhadap operasionalisasi sanitasi, diantara SKPD yang membidangi hal tersebut adalah KLH dan Dinkes. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 76

77 KLH Kantor Lingkungan Hidup telah melaksanakan kegiatan yang mendukung sektor sanitasi diantaranya adalah kegiatan Pengelolaan Sampah dan Limbah B3, Peningkatan Peran Serta Masyarakat Dalam Pengendalian Lingkungan Hidup dan Pengujian Kadar Polusi Limbah Padat dan Cair. Pada tahun 2007, sebesar Rp ,- atau 0,03% APBD, pada tahun 2008 Rp ,- atau 0,01% APBD, tahun 2009 tercatat realisasi anggaran sebesar Rp ,- atau 0,017 APBD dan pada tahun 2010 dianggarkan Rp ,- atau 0,01% APBD. Dinkes Dinas Kesehatan Kota Cirebon telah merealisasikan anggaran untuk sanitasi dengan rincian : pada tahun 2007 sebesar Rp ,- atau 0,03% APBD, tahun 2008 sebesar Rp ,- atau 0,38% APBD, untuk tahun 2009 sebesar Rp ,- atau 0,10% APBD dan anggaran untuk tahun 2010 adalah Rp ,- atau 0,01% APBD. Tabel PROPORSI BELANJA SANITASI No Tahun SKPD Jumlah DKP DPUESDM LH Dinkes , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,- BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 77

78 Grafik 3.4. BESARAN PENDANAAN SANITASI/TAHUN PER SKPD Rp12,000,000, Rp10,000,000, Rp10,366,651, Rp8,000,000, Rp6,000,000, Rp3,652,850, Rp4,000,000, Rp2,964,124, Rp2,584,594, Rp1,786,300, Rp2,000,000, Rp966,200, Rp478,000, Rp96,061, Rp DKP DPUESDM KLH Dinkes Besaran Realisasi dan Potensi Pendapatan Layanan Sanitasi a. Realisasi Pendapatan Layanan Sanitasi Dalam melaksanakan pelayanan sanitasi, Kota Cirebon menerima hasilretribusi pelayanan sanitasi sebagai konsekuensi pelayanan kepada pengguna jasa sanitasi, diantaranya dari : Retribusi Persampahan/Kebersihan, Retribusi Ijin Pengambilan Air Bawah Tanah. Sedangkan retribusi dari layanan air limbah rumah tangga dan air bersih yang dikelola oleh PDAM, dapat dijabarkan secara terpisah. Dari pendapatan Retribusi Persampahan/Kebersihan, pada tahun 2005 tercatat Rp ,-, tahun 2006 Rp ,-, pada tahun 2007 mengalami penurunan menjadi Rp ,-, pada tahun 2008 sebesar Rp ,- dan tahun 2009 penerimaan retribusi sebesar Rp ,-. Pendapatan Retribusi Ijin Pengambilan Air Bawah Tanah tercatat bahwa pada tahun 2007 sebesar Rp ,-, Tahun 2008 Rp ,-, dan pada tahun 2009 menjadi Rp ,- BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 78

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi 2.1. Visi Misi Sanitasi Visi Kabupaten Pohuwato Tabel 2.1: Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten/Kota Misi Kabupaten Pohuwato Visi Sanitasi Kabupaten Pohuwato Misi Sanitasi

Lebih terperinci

Bab 3: Profil Sanitasi Wilayah

Bab 3: Profil Sanitasi Wilayah Bab 3: Profil Sanitasi Wilayah Tabel 3.1: Rekapitulasi Kondisi fasilitas sanitasi di sekolah/pesantren (tingkat sekolah: SD/MI/SMP/MTs/SMA/MA/SMK) (toilet dan tempat cuci tangan) Jumlah Jumlah Jml Tempat

Lebih terperinci

FUNGSI Zone Pesisir dan Kelautan. Pelabuhan Perikanan. Perdagangan Jasa. Zone Perdagangan dan Jasa. Zone Permukiman. Zone Pertanian Campuran

FUNGSI Zone Pesisir dan Kelautan. Pelabuhan Perikanan. Perdagangan Jasa. Zone Perdagangan dan Jasa. Zone Permukiman. Zone Pertanian Campuran No. BWK / LUAS 1 BWK I Luas =346 ha LINGKUP ADMINISTRASI Kec. Kejaksan - Kel Kesenden - Kel Kebon Baru Kec. Lemahwungkuk - Kel. Lemahwungkuk - Kel. Panjunan - Kel. Kesepuhan - Kel. Pegambiran FUNGSI Zone

Lebih terperinci

LAPORAN PENILAIAN RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN KOTA CIREBON

LAPORAN PENILAIAN RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN KOTA CIREBON LAPORAN PENILAIAN RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN KOTA CIREBON I. PENGANTAR EHRA (Environmental Health Risk Assessment) atau Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan adalah sebuah survey partisipatif di tingkat

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran RINGKASAN EKSEKUTIF Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat kabupaten yang dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik III-1 BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Pada bab strategi percepatan pembangunan sanitasi akan dijelaskan lebih detail mengenai tujuan sasaran dan tahapan pencapaian yang ingin dicapai dalam

Lebih terperinci

Matrik Kerangka Kerja Logis Kabupaten Luwu

Matrik Kerangka Kerja Logis Kabupaten Luwu Matrik Kerangka Kerja Logis Kabupaten Luwu Subsektor Permasalahan Mendesak Rumusan Tujuan Rumusan Sasaran dan Air Limbah Domestik 1 Pencemaran air tanah dan sungai Meningkatkan kinerja SKPD terkait memiliki

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KEBUTUHAN DAN PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA CIREBON

BAB IV ANALISIS KEBUTUHAN DAN PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA CIREBON 110 BAB IV ANALISIS KEBUTUHAN DAN PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA CIREBON Pada Bab ini dilakukan analisis data-data yang telah diperoleh. Untuk mempermudah proses analisis secara keseluruhan, dapat

Lebih terperinci

BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI 3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah Rencana kegiatan air limbah di Kabupaten Buru Selatan diarahkan pada sasaran yang tingkat resiko sanitasinya yang cukup tinggi,

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA JAWA TIMUR KOTA ADMINISTRASI Profil Wilayah Secara astronomis Kota Lumajang terletak pada posisi 112 5-113 22 Bujur Timur dan 7 52-8 23 Lintang Selatan. Dengan wilayah seluas

Lebih terperinci

BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI 3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah Pengolahan air limbah permukiman secara umum di Kepulauan Aru ditangani melalui sistem setempat (Sistem Onsite). Secara umum

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 RINGKASAN EKSEKUTIF Dokumen Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kota (SSK) Tahun 2016 ini merupakan satu rangkaian yang tidak terpisahkan dengan dokumen lainnya yang telah tersusun

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi II-1 BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi Pembangunan Tahun 2011-2015 adalah Melanjutkan Pembangunan Menuju Balangan yang Mandiri dan Sejahtera. Mandiri bermakna harus mampu

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI Perumusan strategi dalam percepatan pembangunan sanitasi menggunakan SWOT sebagai alat bantu, dengan menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada tiap

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA DUMAI RIAU KOTA DUMAI ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Dumai adalah ibu kota Kota Dumai, dengan status adalah sebagai kota administratif dari Kota Dumai. Kota Dumai memiliki

Lebih terperinci

Tabel 3.34 Daftar Program/Proyek Layanan Yang Berbasis Masyarakat Tabel 3.35 Kegiatan komunikasi yang ada di Kabupaten Merangin...

Tabel 3.34 Daftar Program/Proyek Layanan Yang Berbasis Masyarakat Tabel 3.35 Kegiatan komunikasi yang ada di Kabupaten Merangin... Daftar Isi Kata Pengantar Bupati Merangin... i Daftar Isi... ii Daftar Tabel... iv Daftar Peta... vi Daftar Gambar... vii Daftar Istilah... viii Bab 1: Pendahuluan... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Landasan

Lebih terperinci

Ringkasan Studi EHRA Kabupaten Malang Tahun 2016

Ringkasan Studi EHRA Kabupaten Malang Tahun 2016 Ringkasan Studi EHRA Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) atau dapat juga disebut sebagai Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan, merupakan sebuah studi partisipatif di tingkat Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

Tersedianya perencanaan pengelolaan Air Limbah skala Kab. Malang pada tahun 2017

Tersedianya perencanaan pengelolaan Air Limbah skala Kab. Malang pada tahun 2017 Sub Sektor Air Limbah Domestik A. Teknis a. User Interface Review Air Limbah Buang Air Besar Sembarangan (BABS), pencemaran septic tank septic tank tidak memenuhi syarat, Acuan utama Air Limbah untuk semua

Lebih terperinci

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Pada bab ini akan dijelaskan secara singkat tentang gambaran umum situasi sanitasi Kabupaten Pesawaran saat ini, Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten yang akan memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Layanan yang tidak optimal dan buruknya kondisi

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA SIDAMANIK SUMATERA UTARA KOTA SIDAMANIK ADMINISTRASI Profil Kota Kota Kisaran merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Simalungun Propinsi Sumatera Utara. PENDUDUK Jumlah

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR : 8 TAHUN 2001 NOMOR : 8 TAHUN 2001

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR : 8 TAHUN 2001 NOMOR : 8 TAHUN 2001 LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR : 8 TAHUN 2001 PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR : 6 TAHUN 2001 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA ATAS PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 05 TAHUN

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. KESIMPULAN Dari hasil evaluasi yang dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem pembuangan air limbah di lingkungan permukiman pesisir Kelurahan Tanjung Kecamatan

Lebih terperinci

STRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE. Lampiran 5. Deskripsi Program/Kegiatan

STRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE. Lampiran 5. Deskripsi Program/Kegiatan STRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE Lampiran 5. Deskripsi Program/Kegiatan KELOMPOK KERJA SANITASI TAHUN 2015 DESKRIPSI PROGRAM DAN KEGIATAN LATAR BELAKANG Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA KENDARI SULAWESI TENGGARA KOTA KENDARI ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Kendari merupakan bagian dari wilayah administrasi dari propinsi Sulawesi Tenggara. Batas-batas administratif

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA KISARAN SUMATERA UTARA KOTA KISARAN ADMINISTRASI Profil Kota Kota Kisaran merupakan ibukota Kabupaten (IKAB) dari Kecamatan Kisaran dan merupakan bagian dari kabupaten Asahan

Lebih terperinci

Memorandum Program Percepatan Pembangunan Sanitasi BAB 1 PENDAHULUAN

Memorandum Program Percepatan Pembangunan Sanitasi BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN Program dan dalam dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai kelembagaan terkait, baik

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara Kabupaten Banjarnegara September 2011 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya Visi Kabupaten Misi Kabupaten Visi Sanitasi Kabupaten Misi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Aceh

Lebih terperinci

JENIS DAN KOMPONEN SPALD

JENIS DAN KOMPONEN SPALD LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 04/PRT/M/2017 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK JENIS DAN KOMPONEN SPALD A. KLASIFIKASI SISTEM PENGELOLAAN

Lebih terperinci

BAB III Profil Sanitasi Wilayah

BAB III Profil Sanitasi Wilayah BAB III Profil Sanitasi Wilayah 3.1. Perkembangan Sanitasi oleh APBD Kabupaten Takalar Tahun 2008-2012 Tabel 3.1 Perhitungan Pendanaan Sanitasi oleh APBD Kabupaten Takalar Tahun 2008 2012 No Uraian Belanja

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA PADANG SIDEMPUAN SUMATERA UTARA KOTA PADANG SIDEMPUAN ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Padang Sidempuan merupakan salah satu kota sedang yang terletak di Propinsi Sumatera

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI YANG SEDANG BERJALAN

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI YANG SEDANG BERJALAN BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI YANG SEDANG BERJALAN 4.1. VISI DAN MISI SANITASI KOTA. a. Visi Visi sanitasi Kota Cirebon adalah : Terwujudnya pembangunan dan pengelolaan sanitasi di Kota

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA CIREBON REKAPITULASI PER DINAS LAPORAN REALISASI ANGGARAN PERIODE 1 Januari s.d 30 Juni 2015

PEMERINTAH KOTA CIREBON REKAPITULASI PER DINAS LAPORAN REALISASI ANGGARAN PERIODE 1 Januari s.d 30 Juni 2015 NO SKPD PEMERINTAH KOTA CIREBON REKAPITULASI PER DINAS LAPORAN REALISASI ANGGARAN PERIODE 1 Januari s.d 30 Juni 2015 BELANJA TIDAK LANGSUNG (BTL) BELANJA LANGSUNG (BL) TOTAL PROSENTASE ANGGARAN REALISASI

Lebih terperinci

Profil Sanitasi Wilayah

Profil Sanitasi Wilayah BAB 3 Profil Sanitasi Wilayah 3.1. Kajian Wilayah Sanitasi Wilayah kajian sanitasi Kabupaten Nias adalah desa yang menjadi area sampel studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) yang terdiri dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum Setiap manusia akan menimbulkan buangan baik cairan, padatan maupun

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum Setiap manusia akan menimbulkan buangan baik cairan, padatan maupun BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Setiap manusia akan menimbulkan buangan baik cairan, padatan maupun dalam bentuk gas. Buangan cair yang berasal dari masyarakat yang di kenal sebagai air buangan atau air limbah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan kota yang pesat menyebabkan makin bertambahnya jumlah penduduk yang tinggal di kota tersebut. Demikian juga dengan volume sampah yang diproduksi oleh kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kondisi eksisting sanitasi di perkotaan masih sangat memprihatinkan karena secara pembangunan sanitasi tak mampu mengejar pertambahan jumlah penduduk yang semakin

Lebih terperinci

BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA

BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA 3.1. Aspek Non-teknis Perumusan strategi layanan sanitasi Kabupaten Lombok Timur didasarkan pada isu-isu strategis yang dihadapi pada saat ini.

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA PINANG SUMATERA UTARA KOTA KOTA PINANG ADMINISTRASI Profil Kota Pinang merupakan ibukota kecamatan (IKK) dari Kecamatan Kota Pinang dan merupakan bagian dari kabupaten Labuhan

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA BULELENG BALI KOTA BULELENG ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Buleleng merupakan bagian dari wilayah administrasi Kabupaten Buleleng. Batas-batas administratif kota Buleleng

Lebih terperinci

BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA

BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA 3.1. ASPEK NON TEKNIS Perumusan Isu strategis berfungsi untuk mengontrol lingkungan baik situasi lingkungan yang sudah diketahui maupun situasi

Lebih terperinci

Permasalahan Mendesak Tujuan Sasaran Strategi Program Kegiatan. Perencanaan menyeluruh pengelolaan sistem air limbah skala Kota.

Permasalahan Mendesak Tujuan Sasaran Strategi Program Kegiatan. Perencanaan menyeluruh pengelolaan sistem air limbah skala Kota. A. KERANGKA KERJA LOGIS (KKL) A.1. KERANGKA KERJA LOGIS AIR LIMBAH Permasalahan Mendesak Tujuan Sasaran Strategi Program Kegiatan Belum adanya Master Plan dan peta Pengelolaan air limbah domestik Mendapatkan

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA RANTAU PRAPAT SUMATERA UTARA KOTA RANTAU PRAPAT ADMINISTRASI Profil Wilayah Luas wilayah Kota Rantau Prapat menurut Data Sarana dan Prasarana Kota adalah seluas 17.679 Ha.

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA BALIGE SUMATERA UTARA KOTA BALIGE ADMINISTRASI Profil Kota Kota Balige merupakan ibukota Kabupaten (IKAB) dari kabupaten Toba Samosir yang terletak di propinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030,

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Upaya kesehatan lingkungan berdasarkan Sustainable Development Goals (SDGs) tahun 2030 pada sasaran ke enam ditujukan untuk mewujudkan ketersediaan dan pengelolaan

Lebih terperinci

PENJELASAN I ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PROGRAM ADIPURA

PENJELASAN I ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PROGRAM ADIPURA PENJELASAN I ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PROGRAM ADIPURA Perumahan menengah : meliputi kompleks perumahan atau dan sederhana permukiman Perumahan pasang surut : meliputi perumahan yang berada di daerah

Lebih terperinci

Lingkungan Permukiman

Lingkungan Permukiman 8 Lingkungan Permukiman Lingkungan permukiman adalah lingkungan buatan, bukan lingkungan alami. Lingkungan permukiman merupakan salah satu komponen pembentuk perkampungan / kota. Secara garis besar, lingkungan

Lebih terperinci

BAB IV PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN

BAB IV PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN BAB IV PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN Pembangunan sanitasi sekarang ini masih berjalan lambat karena dipengaruhi oleh beberapa hal. Sanitasi merupakan kebutuhan yang mempunyai

Lebih terperinci

Program penyusunan Masterplan. Tersedianya Master Plan sistem pengelolaan air limbah domestik tahun Penyusunan Master Plan skala kabupaten

Program penyusunan Masterplan. Tersedianya Master Plan sistem pengelolaan air limbah domestik tahun Penyusunan Master Plan skala kabupaten Tabel 2.20 Kerangka Kerja Logis Air Limbah 1. Belum adanya Master Plan air limbah domestic Program penyusunan Masterplan 2. Belum ada regulasi yang mengatur limbah domestic 3. Belum adanya sarana dan Prasarana

Lebih terperinci

3.1 TUJUAN, SASARAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AIR LIMBAH DOMESTIK TABEL 3.1 TUJUAN, SASARAN DAN TAHAPAN PENCAPAIAN PENGEMBANGAN AIR LIMBAH DOMESTIK

3.1 TUJUAN, SASARAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AIR LIMBAH DOMESTIK TABEL 3.1 TUJUAN, SASARAN DAN TAHAPAN PENCAPAIAN PENGEMBANGAN AIR LIMBAH DOMESTIK Bab ini merupakan strategi sanitasi kota tahun 2013 2017 yang akan memaparkan tentang tujuan, sasaran/target serta strategi sub sektor persampahan, drainase, air limbah serta aspek PHBS. Penjelasan masingmasing

Lebih terperinci

DOKUMEN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (DPLH)

DOKUMEN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (DPLH) DOKUMEN PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP MATRIKS PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP PUSKESMAS KEBONDALEM 1. Kualitas Udara dan debu Sumber Aktivitas lalul lintas kendaraan diluar dan area parkir berpotensi

Lebih terperinci

DESKRIPSI PROGRAM DAN KEGIATAN

DESKRIPSI PROGRAM DAN KEGIATAN DESKRIPSI PROGRAM DAN KEGIATAN LATAR BELAKANG Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan,

Lebih terperinci

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah Menurut Penggunaan lahan Utama Tahun 2009 2011... 2 Tabel SD-1B. Topografi Kota Surabaya...

Lebih terperinci

PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR : 3 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR : 3 TAHUN 2016 TENTANG PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR : 3 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN I. UMUM Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah mengamanatkan perlunya

Lebih terperinci

L a p o r a n S t u d i E H R A K a b. T T U Hal. 1

L a p o r a n S t u d i E H R A K a b. T T U Hal. 1 Bab I PENDAHULUAN Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan adalah sebuah survey partisipatif di tingkat Kabupaten/kota yang bertujuan untuk memahami

Lebih terperinci

A. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya

A. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya Lampiran E: Deskripsi Program / Kegiatan A. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya Nama Maksud Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN 1. LATAR BELAKANG PENGELOLAAN SAMPAH SNI 19-2454-1991 tentang Tata Cara Pengelolaan Teknik Sampah Perkotaan, mendefinisikan sampah sebagai limbah yang bersifat padat, terdiri atas

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. Cirebon berada pada posisi ' BT dan 6 4' LS, dari Barat ke Timur 8

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. Cirebon berada pada posisi ' BT dan 6 4' LS, dari Barat ke Timur 8 BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN 2.1 Deskripsi Wilayah Kota Cirebon 1. Geografi Kota Cirebon merupakan salah satu Kota bersejarah yang memiliki keunikan yang khas. Kota Cirebon adalah bekas ibu Kota kerajaan

Lebih terperinci

Infrastruktur PLP dalam Mendukung Kesehatan Masyarakat

Infrastruktur PLP dalam Mendukung Kesehatan Masyarakat Infrastruktur PLP dalam Mendukung Kesehatan Masyarakat Direktorat Pengembangan PLP Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat APA YANG DISEBUT SANITASI?? Perpres 185/2014

Lebih terperinci

BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... iii Daftar Tabel... vi Daftar Gambar... ix Daftar Grafik... xi BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA A. LAHAN DAN HUTAN... Bab I 1 A.1. SUMBER

Lebih terperinci

KUISIONER PENELITIAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN MASYARAKAT TENTANG SANITASI DASAR DAN RUMAH SEHAT

KUISIONER PENELITIAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN MASYARAKAT TENTANG SANITASI DASAR DAN RUMAH SEHAT Lampiran KUISIONER PENELITIAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN MASYARAKAT TENTANG SANITASI DASAR DAN RUMAH SEHAT I. Karakteristik Responden. Nama :. Jenis Kelamin :. Pekerjaan : 4. Pendidikan : II. Pengetahuan

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA MOJOKERTO JAWA TIMUR KOTA MOJOKERTO ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota yang terkenal dengan makanan khas ondeondenya ini menyandang predikat kawasan pemerintahan dengan luas

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA BINJAI SUMATERA UTARA KOTA BINJAI ADMINISTRASI Profil Wilayah Posisi Kota cukup strategis untuk menjadikannya berkembang pesat sebagai kota perdagangan karena terletak di jalur

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA JAMBI JAMBI KOTA JAMBI ADMINISTRASI Profil Wilayah Tabel 1. LUAS WILAYAH KOTA JAMBI No. Kecamatan Luas (Km²) 1. Kota Baru 77,78 2. Jambi Selatan 34,07 3. Jelutung 7,92 4. Pasar

Lebih terperinci

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE 4.1. Konsep Dasar Rumah susun sederhana sewa di Kalurahan Pandean Lamper ini direncanakan untuk masyarakat berpenghasilan

Lebih terperinci

3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah

3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah 3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah Salah satu sasaran pengelolaan pembangunan air limbah domestik Kota Tangerang yang akan dicapai pada akhir perencanaan ini adalah akses 100% terlayani (universal akses)

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA JAWA TIMUR KOTA ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Tuban merupakan ibukota Kabupaten Tuban. Apabila dilihat dari posisi Kota Tuban yang berada di jalan arteri primer yang menghubungkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA CIREBON BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH

PEMERINTAH KOTA CIREBON BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH PEMERINTAH KOTA CIREBON BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH Alamat : Bappeda Kota Cirebon Jalan Brigjend Dharsono Bypass Cirebon 45131 Telp. (0231) 203588 GEMAH RIPAH LOH JINAWI PENGUMUMAN PENGAJUAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa salah satu

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KOMPOSISI DAN KARAKTERISTIK SAMPAH KOTA BOGOR 1. Sifat Fisik Sampah Sampah berbentuk padat dibagi menjadi sampah kota, sampah industri dan sampah pertanian. Komposisi dan jumlah

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA JAWA TIMUR KOTA ADMINISTRASI Profil Wilayah Bagian selatan Bagian barat Secara astronomis, Kota Situbondo yang terdiri dari 9 desa/kelurahan, terletak diantara 7º35 7º 44 Lintang

Lebih terperinci

Mendapatkan gambaran tentang kondisi dan rencana penanganan air limbah domestik di Kabupaten Tulang Bawang Barat tahun 2017

Mendapatkan gambaran tentang kondisi dan rencana penanganan air limbah domestik di Kabupaten Tulang Bawang Barat tahun 2017 L ampiran - 1 A. Kerangka Kerja Logis (KKL) A.1 Kerangka Kerja Logis Air Limbah Permasalahan Isu Strategis Tujuan Belum adanya Master Plan dan peta Pengelolaan air limbah domestik Penaganan air limbah

Lebih terperinci

Lampiran A. Kerangka Kerja Logis Air Limbah

Lampiran A. Kerangka Kerja Logis Air Limbah Lampiran A. Kerangka Kerja Logis Air Limbah Permasalahan Mendesak Tujuan Sasaran Strategi Program Kegiatan 1. Meningkatnya pembangunan Tersedianya Tersedianya Penyusunan Masterplan Penyusunan Masterplan

Lebih terperinci

Sarana lingkungan adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya.

Sarana lingkungan adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya. Sarana lingkungan adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya. Prasarana lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang

Lebih terperinci

VI.1. Gambaran Umum Pemantauan Dan Evaluasi Sanitasi

VI.1. Gambaran Umum Pemantauan Dan Evaluasi Sanitasi BAB VI MONITORING DAN EVALUASI Dalam bab ini akan dijelaskan strategi untuk melakukan pemantauan/ monitoring dan evaluasi dengan fokus kepada pemantauan dan evaluasi Strategi Kabupaten Berskala Kota ()

Lebih terperinci

BAB VI MONITORING DAN EVALUASI

BAB VI MONITORING DAN EVALUASI BAB VI MONITORING DAN EVALUASI 6.1. Strategi Monitoring dan Evaluasi Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi Kabupaten Manggarai Barat perlu melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan Strategi Sanitasi Kota

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah

I. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah menjadi persoalan serius terutama di kota-kota besar, tidak hanya di Indonesia saja, tapi di seluruh

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung Bab - 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapatkan perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Dari berbagai kajian terungkap

Lebih terperinci

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 9. Cukup jelas. Pasal 2. Pasal 3. Cukup jelas. Pasal 4. Cukup jelas. Pasal 5. Cukup jelas. Pasal 6. Cukup jelas.

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 9. Cukup jelas. Pasal 2. Pasal 3. Cukup jelas. Pasal 4. Cukup jelas. Pasal 5. Cukup jelas. Pasal 6. Cukup jelas. PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 0000 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA I. UMUM Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran

PENDAHULUAN. waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah genangan pasang adalah daerah yang selalu tergenang air laut pada waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran rendah di dekat

Lebih terperinci

4.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Promosi Hygiene

4.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Promosi Hygiene BAB 4 Program Pengembangan Sanitasi saat ini dan yang direncanakan 4.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Promosi Hygiene 4.2 Peningkatan Pengelolaan Air Limbah Domestik 4.3. Peningkatan Pengelolaan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 3.1 VISI DAN MISI SANITASI Visi merupakan suatu pemikiran atau pandangan kedepan, tentang apa, kemana dan bagaimana mencapai keadaan yang lebih baik di masa depan.

Lebih terperinci

PENENTUAN DAERAH PRIORITAS PELAYANAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH DI KECAMATAN TANAH ABANG JAKARTA PUSAT TUGAS AKHIR

PENENTUAN DAERAH PRIORITAS PELAYANAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH DI KECAMATAN TANAH ABANG JAKARTA PUSAT TUGAS AKHIR PENENTUAN DAERAH PRIORITAS PELAYANAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH DI KECAMATAN TANAH ABANG JAKARTA PUSAT TUGAS AKHIR Oleh: WELLY DHARMA BHAKTI L2D302389 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 3 STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB 3 STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI BAB 3 STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI 3.1 Tujuan Sasaran dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik Secara umum kegiatan pengelolaan limbah cair di Kota Yogyakarta sudah berjalan dengan cukup

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA NANGGROE ACEH DARUSSALAM KOTA ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Lhokseumawe telah menjadi sebuah kota otonom, yang berarti Kota Lhokseumawe telah siap untuk berdiri sendiri

Lebih terperinci

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2 PENYUSUNAN KEBIJAKAN STRATEGI SANITASI KOTA TANGERANG 1 Bab 4 Program dan Kegiatan Percepatan Pembangunan Sanitasi 1.1 Ringkasan Program dan Kegiatan Sanitasi Program

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH 2.1 Letak Geografis dan Jumlah Penduduk Tenggarong merupakan salah satu Kecamatan dari 15 Kecamatan yang ada diwilayah Kabupaten Kutai Kartanegara, dengan luas wilayah 398,10

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI YANG SEDANG BERJALAN

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI YANG SEDANG BERJALAN BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI YANG SEDANG BERJALAN 4.1 Visi dan Misi Sanitasi Kota A. Visi Visi sanitasi kota Mamuju dapat di rumuskan sebagai berikut : Mewujudkan Lingkungan yang bersih

Lebih terperinci

KOTA TANGERANG SELATAN

KOTA TANGERANG SELATAN PEMERINTAH KOTA TANGERANG SELATAN Pertemuan Konsultatif-1 KOTA TANGERANG SELATAN PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN POKJA AMPL KOTA TANGERANG SELATAN 011 Daftar Isi 1.1. Latar Belakang...

Lebih terperinci

Deskripsi Program/ Kegiatan Sanitasi. Dinas PU Kabupaten Tapanuli Tengah

Deskripsi Program/ Kegiatan Sanitasi. Dinas PU Kabupaten Tapanuli Tengah Deskripsi Program/ Sanitasi Kabupaten Tapanuli Tengah A. Program/ Air Limbah Nama Program/ Pembangunan MCK Komunal - Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk tidak BABS dan mempunyai jamban yang aman /

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Bali dengan luas kurang lebih 5.636,66 km 2. penduduk yang mencapai jiwa sangat rentan terhadap berbagai dampak

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Bali dengan luas kurang lebih 5.636,66 km 2. penduduk yang mencapai jiwa sangat rentan terhadap berbagai dampak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Bali dengan luas kurang lebih 5.636,66 km 2 dengan jumlah penduduk yang mencapai 3.890.757 jiwa sangat rentan terhadap berbagai dampak negatif dari pembangunan

Lebih terperinci

T E S I S KAJIAN PENINGKATAN SANITASI UNTUK MENCAPAI BEBAS BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN DI KECAMATAN KARANGASEM BALI

T E S I S KAJIAN PENINGKATAN SANITASI UNTUK MENCAPAI BEBAS BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN DI KECAMATAN KARANGASEM BALI T E S I S KAJIAN PENINGKATAN SANITASI UNTUK MENCAPAI BEBAS BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN DI KECAMATAN KARANGASEM BALI Oleh: MADE YATI WIDHASWARI NRP. 3310 202 712 Dosen Pembimbing: Dr. Ir. NIEKE KARNANINGROEM,

Lebih terperinci

1.2 Telah Terbentuknya Pokja AMPL Kabupaten Lombok Barat Adanya KSM sebagai pengelola IPAL Komunal yang ada di 6 lokasi

1.2 Telah Terbentuknya Pokja AMPL Kabupaten Lombok Barat Adanya KSM sebagai pengelola IPAL Komunal yang ada di 6 lokasi Lampiran 2: Hasil analisis SWOT Tabel Skor untuk menentukan isu strategis dari isu-isu yang diidentifikasi (teknis dan non-teknis) untuk sektor Air Limbah di Kabupaten Lombok Barat sebagai berikut : a.

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 2015 SERI : PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA CIREBON JAWA BARAT KOTA CIREBON ADMINISTRASI Profil Wilayah ` Dalam sejarahnya Cirebon adalah bekas ibu kota kerajaan besar yang kekuasaannya meliputi seluruh Jawa Barat. Kerajaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditemui pada daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. ditemui pada daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi. Salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan adanya perkembangan penduduk yang semakin meningkat, pencemaran lingkungan menjadi salah satu permasalahan yang banyak ditemui pada daerah dengan kepadatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan sanitasi sampai saat ini masih belum menjadi prioritas dalam pembangunan daerah. Kecenderungan pembangunan lebih mengarah pada bidang ekonomi berupa pencarian

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, SALINAN NOMOR 2/2017 PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci