BAB I PENDAHULUAN. Organisasi merupakan suatu pengaturan individu yang sengaja dibentuk untuk
|
|
- Yulia Muljana
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Organisasi merupakan suatu pengaturan individu yang sengaja dibentuk untuk mencapai tujuan tertentu. Beberapa pengaturan tersebut terjadi di banyak bidang. Misal pada instansi sekolah, pemerintahan, kampus, bank. Semua dapat kita jumpai sehari-hari. Dengan adanya suatu organisasi ini akan menjadi penuntun untuk pencapaian tujuan. Pencapaian tujuan akan lebih efektif dengan adanya organisasi yang baik. Organisasi dapat mengubah kehidupan masyarakat. Contoh dari manfaat itu adalah, jika organisasi bergerak di bidang kesehatan dapat membentuk masyarakat menjadi dan memiliki pola hidup sehat. Organisasi Kepramukaan, akan menciptakan generasi muda yang tangguh. Organisasi juga menawarkan karier. Karier berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan. Jika kita menginginkan karier untuk kemajuan hidup, berorganisasi dapat menjadi solusi. ( Dengan menjadi anggota dari suatu organisasi individu bisa memenuhi kebutuhannya untuk mempersiapkan diri memasukki dunia kerja. Dilihat dari kebutuhan individu muda, mulai dari interaksi antar individu, kemampuan untuk membuat keputusan tentang karir dan memilih pendidikan yang sesuai dengan minat pada karir.(santrock,2000). Kemampuan interaksi, membuat keputusan tentang karir, nilai dan gaya hidup para individu muda di universitas salah satunya difasilitasi oleh
2 2 suatu organisasi bernama AIESEC yang membantu individu muda agar lebih siap memasuki dunia kerja yang lebih menantang dan global. AIESEC adalah Association International et Eduction Science Economiques et Comerccales yang berpusat di Rotterdam merupakan suatu organisasi internasional yang mandiri, non profit dan dijalankan oleh mahasiswa,dengan visi perdamaian dan pemenuhan potensi bagi anggotanya., AIESEC membantu para individu muda untuk menemukan dan mengembangkan potensi diri untuk memberikan dampak yang positif bagi lingkungan. Di Indonesia organisasi AIESEC ini berada di enam universitas yaitu Universitas Andalas, Universitas Brawijaya,Universitas Diponegoro, Universitas Indonesia, Universitas Padjadjaran, Universitas Surabaya. Jumlah anggota AIESEC Indonesia secara keseluruhan berjumlah kurang lebih 600 orang yang tersebar di enam universitas. Di dalam organisasi ini semua pihak memiliki peran yang memiliki tanggung jawab. Seperti ketua, wakil, pengurus, dan anggota organisasi.setiap anggotanya memiliki tugas masing masing yang diberikan oleh pengurus, seperti contoh anggota diberikan tugas menyelenggarakan suatu event dan mereka mengerjakan secara berkelompok, dalam kelompok potensi mereka berkembang seperti kepemimpinan, mencari network untuk sponsor dan berpikir kreatif. Karena itu anggota organisasi merupakan figur yang memegang peranan penting bagi AIESEC. Selain mengetahui peran anggota dalam AIESEC maka perlu diketahui juga mengenai karakteristik individu yang menjadi anggota AIESEC adalah bertanggung
3 3 jawab pada aktivitas, konsisten terhadap keputusan dan pekerjaan, menghargai orang lain, mementingkan kualitas terbaik pada setiap aktivitas dan melakukan aktivitas untuk organisasi, lingkungan sekitar dan untuk generasi penerus. Karakteristik anggota AIESES sesuai dengan karakteristik anggota organisasi yang ideal menurut O Brien dan Gross, 1981 antara lain mereka menyukai pekerjaan atau tugas dalam organisasi sehingga bekerja karena kepuasan diri dan, mereka menemukan bahwa terdapat hubungan antar individu dan tugas atau aktivitas yang dikerjakan, mereka menyukai individu lain dalam organisasi, individu merasa terpuaskan kebutuhannya dengan berada pada organisasi tersebut. Pengurus mengeluhkan bahwa terdapat anggota AIESEC yang melakukan aktivitas karena dipengaruhi oleh reward atau materi menjadi terlalu berlebihan, sehingga tidak mementingkan hasil dari suatu kegiatan tapi hanya mementingkan cepat selesai saja. Hal ini juga yang menyebabkan terjadi konflik karena anggota yang mementingkan materi atau reward hanya mementingkan dirinya sendiri. Terdapat pula anggota yang sama sekali tidak memiliki motivasi dalam melakukan kegiatan, apa yang dikerjakan hanya karena mengikuti orang lain, tidak ada keinginan untuk mengerjakan kegiatan dengan baik ataupun menginginkan reward. Survei yang dilakukan AIESEC menunjukkan alasan individu berada di AIESEC adalah menginginkan kesempatan untuk bisa mengembangkan kemampuan diri dengan mengerjakan kegiatan di AIESEC, bisa bertanggung jawab terhadap tugas atau pekerjaan di AIESEC, ingin mendapatkan teman yang banyak agar bisa
4 4 membentuk jaringan untuk meniti karir setelah lulus, melihat para alumni yang berhasil dan mencari kesempatan agar bisa magang atau bekerja di luar negeri. Dengan diketahui bagaimana anggota AIESEC berprilaku. Dalam teori self determination terdapat causality orientation dimana causality orientation merujuk pada kecenderungan seseorang ke arah prilaku yang ditentukan oleh dirinya(self determined) dan orientasinya terhadap lingkungan sehingga mendukung perilaku yang ditentukan oleh dirinya sendiri( Decy & Ryan, 2000). Causality orientation terdiri dari Autonomy orientation. Control Orientation dan Impersonal Orientation. Anggota AIESEC yang termasuk causality orientation autonomy, adalah mereka yang bertahan karena mendapatkan kepuasan pribadi dan merasa inisiatif diri dapat berkembang. Anggota AIESEC yang termasuk causality orientation control yaitu mereka yang bertahan karena alasan reward seperti mudah mendapat pekerjaan, kesempatan untuk pertukaran ke luar negeri, memiliki banyak koneksi. Anggota AIESEC yang termasuk causality orientation impersonal adalah mereka yang tidak mengetahui alasan mengapa mereka bertahan di AIESEC, dan tidak tahu tujuan yang akan dicapainya di AIESEC. Dengan derajat yang berbeda pada ketiga causality orientation maka akan berbeda juga alasan individu bertahan sebagai anggota organisasi ( Deci & Ryan, 2001) Dengan mengetahui alasan yang mendasari individu memilih AIESEC sebagai organisasi yang akan diikuti maka dapat diketahui tujuan yang ingin dicapai dari lingkungannya atau orientasi terhadap lingkungan( Decy & Ryan, 2001). Alasan individu tetap bertahan sebagai anggota AIESEC terkait dengan yang keuntungan
5 5 yang diberikan AIESEC bagi anggotanya yaitu kegiatan yang ditawarkan oleh AIESEC seperti mengembangkan kemampuan kepemimpinan dengan memberikan kesempatan untuk melaksanakan suatu kegiatan, meningkatkan kemampuan individu yang praktis dengan memberikan kesempatan untuk mengikuti training atau pelatihan, memberikan pengalaman internasional dengan memberikan kesempatan untuk mengikuti kegiatan AIESEC Internasional atau melakukan pertukaran anggota AIESEC dan membantu anggotanya untuk bisa membangun jaringan dengan alumni AIESEC dan perusahaan rekanan. Setelah menyelesaikan pendidikannya anggota AIESEC berkualitas akan mendaptkan kesempatan untuk bekerja di perusahaan rekanan AIESEC diantaranya adalah Alcatel, ABN AMRO, Cadbury Schweppes, DHL, Electrolux, InBev, PriceWaterHouseCooper, Microsoft, UBS. AIESEC telah memberi kontribusi pada perkembangan dunia dengan menyediakan individu yang mau berubah secara positif melalui edukasi dan pertukaran kebudayaan untuk mengembangkan kebudayaan, sosio ekonomi dan bisnis manajemen (Kofi A. Anan, Sekjen PBB, Berdasarkan survei yang dilakukan peneliti Bulan September 2007 kepada anggota AIESEC Indonesia yang berjumlah 18 orang, menunjukkan. 50% (9 orang) termasuk pada kelompok causality orientation autonomy, bertahan di AIESEC karena merasakan kepuasan karena dapat mengembangkan diri dengan mampu mengerjakan tugas yang diberikan sesuai dengan prosedur dan hal ini menunjukkan kecenderungan mereka dalam bertanggung jawab mengerjakan tugas tanpa harus
6 6 diperintah, menunjukkan inisiatif diri yang baik dengan memberikan pujian pada anggota lain yang mendapatkan kesempatan magang, menerima tantangan dengan mencoba kesempatan untuk mengerjakan kegiatan yang baru. Sebanyak 44.4% (8 orang) termasuk dalam kelompok causality orientation control karena menjadi anggota AIESEC mereka akan lebih mudah mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang besar, mudah mendapatkan kesempatan untuk magang atau bekerja di perusahaan rekanan, karena anggota keluarga lain juga anggota AIESEC, hal ini membuat anggota AIESEC mengerjakan tugas dengan rajin karena ingin mendapatkan pujian, menjalin hubungan dengan sesama anggota untuk mendapatkan pengakuan dari anggota lain. Sebanyak 5.55 % (1 orang ) masuk dalam kelompok causality orientation impersonal, bertahan di AIESEC karena anggota telah mengikuti seleksi dan diterima jadi dijalani, anggota seperti ini dalam organisasi menjadi tidak efektif dalam organisasi karena jarang datang rapat, tidak bertanggung jawab pada tugas dan mengerjakan tugas dengan asal asalan. Alasan yang mendasari anggota AIESEC tetap bertahan dikategorikan sebagai causality orientation karena sudah termasuk pada tahap kecenderungan tingkah laku yang didasari oleh motivasi, need (competence, relatedness dan autonomy) dan konteks sosial yaitu lingkungan yang mendukung (informational) dan menghambat ( controlling). Semakin berasal dari dalam diri (autonomus) alasan anggota untuk tetap bertahan maka akan semakin ditentukan oleh diri sendiri suatu perilaku atau dengan kata lain self determined (Deci & Ryan, 2001), maksudnya adalah bila
7 7 anggota AIESEC bertahan di AIESEC karena keinginan dari dalam dirinya seperti mendapatkan kepuasan saat mengerjakan aktifitas dan merasa pengalaman yang didapatkan sangat menyenangkan bagi dirinya maka anggota AIESEC tersebut sudah berperilaku sesuai dengan keinginan dirinya sendiri. Dari uraian di atas terlihat bahwa anggota AIESEC menunjukkan adanya perbedaan orientasi motivasi ( Causality Orientation). Causality Orientations ini menentukan bermulanya tingkah laku dan pengaturan tingkah laku pada individu. Maka peneliti ingin meneliti Causality Orientation pada Anggota AIESEC di Indonesia. 1.2 Identifikasi Masalah Indonesia. Ingin diketahui gambaran causality orientation pada anggota AIESEC di 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud Penelitian Maksud penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai causality orientation pada anggota AIESEC di Indonesia.
8 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memberikan paparan yang rinci mengenai causality orientation dan faktor yang mempengaruhi Causality Orientation pada anggota AIESEC di Indonesia. 1.4 Kegunaan Penelitian Kegunaan Teoritis Memberikan informasi tambahan pada bidang ilmu Psikologi Perkembangan, Psikologi Sosial, Psikologi Industri dan Organisasi mengenai causality orientation pada anggota organisasi. Memberikan informasi sebagai rujukan bagi penelitian lebih lanjut mengenai causality orientation Kegunanaan Praktis Memberikan Informasi tentang causality orientation anggota AIESEC Indonesia kepada para pengurus AIESEC lokal ( setiap universitas ), sehingga para pengurus AIESEC dapat memahami motivasi para anggota. Memberikan Informasi tentang causality orientation anggota AIESEC Indonesia kepada para pengurus AIESEC nasional, sehingga para pengurus AIESEC Indonesia dapat memahami motivasi para anggota.
9 9 1.5 Kerangka Pemikiran 1.5 Kerangka Pemikiran Anggota AIESEC Indonesia dilihat dari usianya tahun berada pada tahap perkembangan early adulthood atau dewasa awal. Tahap perkembangan early adulthood adalah suatu periode ketika proses proses dalam diri individu berada dalam keadaan transisi dari masa adolesence menjadi masa dewasa. Saat individu memasuki masa early adulthood, pembuatan keputusan dalam bidang karir dan pekerjaan menjadi lebih serius, mereka akan memilih jurusan yang diminati di perkuliahan dan mengambil program spesialisasi tertentu untuk bisa masuk pada satu bidang profesi (Santrock, 2000). Tahap perkembangan dewasa awal merupakan masa ketika seseorang berada pada tahap dimana mereka menerapkan intelektualitas pada situasi yang memiliki konsekuensi besar dalam mencapai tujuan jangka panjang seperti karir dan pengetahuan (Santrock, 2000). Tugas perkembangan ini sesuai dengan alasan yang mendasari anggota AIESEC bertahan di AIESEC yaitu memepersiapkan diri memasuki dunia kerja. Alasan anggota AIESEC bertahan di AIESEC menurut Self Determination Theory termasuk pada causality orientation. Causality Orientation membahas proses mengenai pengaruh spesifik sosial konteks terhadap motivasi, perilaku dan pengalaman individu dan mendiferensiasikan pengaruh konteks sosial tersebut dengan melakukan proses internalisasi. Sehingga individu menunjukkan perilaku yang sudah terintegrasi dan derajat causality orientationnya akan berbeda
10 10 setiap orang tergantung need, motivasi, proses regulasi dan konteks sosial.( Decy & Ryan, 2001). Dalam mempertahankan keanggotaanya, anggota AIESEC dipengaruhi oleh tingkat motivasi yang berbeda-beda. Dalam Self Determination Theory terdapat tiga jenis motivasi. Pertama, motivasi intrinsik yaitu merupakan motivasi seseorang untuk berperilaku yang didasarkan pada kepuasan yang melekat pada perilaku tersebut daripada kepuasan yang melekat pada reward eksternal. Dengan kata lain jika seorang anggota menggunakan motivasi intrinsik dalam melaksanakan kegiatannya tanpa mendapatkan reward eksternal dan merasakan kegiatan tersebut sangat menarik dan menyenangkan, anggota tersebut termotivasi secara intrinsik. Kedua, motivasi ekstrinsik yaitu motivasi seseorang untuk berperilaku yang didasarkan pada kepuasan yang melekat pada reward eksternal seperti uang, status, dan penghargaan yang berkaitan dengan objek materi lainnya. Dengan kata lain anggota AIESEC yang mempertahankan keanggotaanya karena ingin mendapatkan reward eksternal tersebut memiliki motivasi eksternal. Ketiga, Amotivation merupakan suatu keadaan dimana anggota AIESEC merasa tidak ada niat atau keinginan untuk bertindak. Amotivation bisa muncul karena tidak menghargai suatu aktivitas tertentu (Ryan, 1995), tidak merasa kompeten untuk melakukan aktivitas tertentu (Bandura, 1986) atau karena tidak berharap aktivitas tersebut akan menghasilkan outcome yang diinginkan (Seligman, 1975). Dengan kata lain anggota AIESEC yang tidak mengetahui alasan yang mendasari mereka mempertahankan keanggotaannya termasuk anggota yang amotivation.
11 11 Tiga orientasi yang termasuk dalam causality orientation adalah autonomy, control, dan impersonal. Manifestasi tingkah laku pada anggota AIESEC yang memiliki causality orientation autonomy yaitu mempertahankan keanggotannya karena mereka mendapatkan kepuasan pribadi saat melakukan kegiatan dan aktifitas AIESEC. Manifestasi tingkah laku para anggota AIESEC yang memiliki causality orientation control yaitu bertahan dengan alasan mengembangkan ilmunya sehingga dia bisa mendapatkan pengalaman yang akan berguna bagi pekerjaannya nanti sehingga bisa mendapatkan gaji yang besar. Manifestasi tingkah laku pada anggota yang memiliki causality orientation impersonal yaitu anggota yang tidak tahu pasti alasan mengapa mereka bertahan di AIESEC dan tidak pernah merasa puas pada apa yang diperoleh dan dikerjakan. Semakin berasal dari dalam diri (autonomus) alasan anggota AIESEC untuk tetap bertahan maka akan semakin ditentukan oleh diri sendiri suatu perilakunya atau dengan kata lain self determined(deci & Ryan, 2001). Anggota AIESEC yang memiliki causality orientation Impersonal memiliki amotivation atau tidak memiliki motivasi dimana anggota berprilaku tanpa niat, merasa dirinya tidak kompeten dan tidak memiliki kontrol terhadap perilakunya. Karena individu tersebut tidak merasakan keterlibatan dirinya saat berprilaku maka individu tersebut tidak mengalami proses regulasi atau non regulation. Anggota AIESEC yang memiliki causality orientation control cenderung memiliki motivasi ekstrinsik dimana anggota AIESEC berprilaku disebabkan karena faktor dari luar seperti rewards, deadline, keterlibatan ego atau pengaruh dari orang lain. Anggota AIESEC dengan bentuk causality orientation Autonomy ini berprilaku karena
12 12 keinginan pribadi dimana anggota AIESEC tersebut mendapatkan kepuasan dari aktivitasnya sebagai anggota AIESEC dan cenderung tidak bergantung pada faktor dari luar dirinya seperti rewards, deadline dan faktor luar diri lainnya. Dengan mengerjakan secara aktif suatu kegiatan yang menurut anggota AIESEC menarik bagi dirinya akan membuat ketrlibatan diri dan komitmen terhadap perilakunya. Untuk mencapai causality orientation yang mendekati self determination atau perilaku yang autonomous pada anggota AIESEC yang mempertahankan keanggotaannya dipengaruhi oleh gaya regulasi yang berbeda-beda. Terdapat empat bentuk regulasi tingkah laku yang dibagi menjadi controlled dan autonomous, yang merupakan dua tipe perilaku yang termotivasi dan mendasari alasan-alasan yang berbeda-beda pada setiap orang untuk menunjukkan suatu perilaku (Ryan & Connell, 1989). Perbedaan antara kedua tipe tersebut merupakan suatu dichotomy (pembagian dalam dua bagian atau cabang), tetapi lebih merupakan suatu yang continuum (rangkaian kesatuan) (Deci & Ryan, 2001). Bentuk yang pertama adalah external regulation yaitu jika seorang anggota AIESEC berperilaku karena perasaan tertekan dan terpaksa untuk melakukannya atau karena ada reward untuk melakukan pekerjaan tersebut dan menghindari punishment. External regulation memiliki locus of causality eksternal. Kedua, introjected regulation yaitu jika anggota AIESEC melakukan suatu perilaku namun tidak sepenuhnya menerima perilaku tersebut. Suatu perilaku dilakukan untuk menghindari rasa bersalah atau untuk memperkuat ego yaitu ingin merasa dihargai oleh lingkungannya. Pada introjected regulation sudah terlihat adanya kontrol dan
13 13 keterlibatan ego. Hal ini disebabkan karena telah terjadi proses internalisasi walaupun tidak sepenuhnya sehingga individu masih memiliki locus of causality eksternal. Ketiga, identified regulation yaitu jika anggota AIESEC melakukan suatu perilaku karena perilaku tersebut diterima dan dianggap penting oleh dirinya dalam mencapai goals. Proses internalisasi belum terjadi sepenuhnya namun sudah ada persetujuan dari individu yang bersangkutan sehingga dapat dikatakan locus of causality anggota AIESEC tersebut cenderung internal. Kualitas internalisasi dari identified regulation sudah lebih baik daripada introjected regulation. Keempat, integrated regulation yang merupakan bentuk regulasi yang paling autonomus dari perilaku yang termotivasi secara ekstrinsik. Internalisasi telah terjadi sepenuhnya. Pada tahap ini internalisasi sudah terjadi sepenuhnya sehingga dapat dikatakan locus of causality anggota AIESEC tersebut internal. Amotivation merupakan suatu keadaan dimana seorang anggota merasa tidak ada niat atau keinginan untuk bertindak. Regulasi tingkah laku dalam amotivation disebut non-regulation. Individu mengatur tingkah lakunya tanpa niat, merasa dirinya tidak kompeten, bersikap acuh tak acuh, menunjukkan kurang atau tidak adanya kontrol perilaku dan menganggap bahwa apa yang dialami dirinya adalah takdir semata. Oleh karena tidak adanya keterlibatan diri maka locus of causality-nya impersonal. Locus of causality merujuk pada sumber dari bermulanya tingkah laku dan pengaturan tingkah laku tersebut. Terdapat tiga locus of causality yaitu internal, external dan impersonal. Perbedaan anggota dalam memandang locus of causality disebut causality orientations. Seperti penjelasan di atas bahwa causality orientation
14 14 dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu causality orientation autonomy, causality orientation control, dan causality orientation impersonal, dimana setiap orientasi memiliki pengertian yang hampir sama dengan setiap aspek dari locus of causality. Dalam causality orientation, locus of causality internal diistilahkan sebagai causality orientation autonomy, locus of causality external diistilahkan sebagai causality orientation control, locus of causality impersonal diistilahkan sebagai causality orientation impersonal (Deci & Ryan, 2001). Selain motivasi anggota AIESEC dalam berprilaku juga didasari oleh needs dan konteks sosial. Needs merupakan dukungan yang dibutuhkan agar seorang anggota menjadi proaktif, berkembangan optimal, dan sejahtera secara psikologis maksudnya adalah terpenuhinya kebutuhan yang ada di dalam diri, yang ada di lingkungan dan kebutuhan mengkekspresikan. Kebutuhan ini yang mempengaruhi derajat causality orientation anggota AIESEC. Ada tiga needs yaitu competence, relatedness dan autonomy yang ketiganya merupakan kebutuhan universal (White, 1959). Need competence merujuk kepada kebutuhan untuk berhadapan dengan lingkungan secara efektif (White, 1959 ). Needs for competence pada diri anggota AIESEC akan terpuaskan ketika mereka misalnya mencoba menyelesaikan suatu kegiatan dan anggota atau orang lain mampu mendapatkan manfaat dari kegiatan tersebut. Needs ini semakin terpuaskan ketika mereka mendapatkan feedback positif dari atasan atau ketika mendapatkan tugas yang menantang, feedback tersebut bisa berupa pujian atau hadiah.
15 15 Needs for relatedness merujuk pada kecenderungan kebutuhan yang pada manusia untuk berinteraksi, merasa terhubungkan dan merasa peduli terhadap orang lain (Baumeiter & Leary, 1995). Needs ini akan terpuaskan ketika anggota memiliki banyak aktifitas yang melibatkan banyak orang dan diarahkan untuk punya rasa saling memiliki, dukungan emosional bisa berasal dari sesama anggota, pengurus atau para alumni AIESEC. Kepuasan emosional ini berupa rasa aman yang membuat anggota berani mengembangkan dirinya. Need for autonomy berkaitan dengan hasrat universal untuk menjadi agen penyebab, untuk mampu membuat keputusan sendiri, untuk bertindak sesuai dengan penghayatan diri yang sudah terintegrasi (sesuai dengan minat yang ada pada dirinya) dan untuk mengesahkan tindakannya dalam tingkat tertinggi kapasitas reflekstifnyna (decharms, 1968). Maksudnya aspek aspek kepribadian dalam dirinya selaras dan menjadi dasar bagi dirinya untuk bertindak. Ketiga needs ini merupakan kondisi yang diperlukan oleh individu untuk mencapai kesejahteraan psikologis dan pemenuhan needs tersebut dihipotesiskan berkaitan fungsi optimal individu. Tiap needs mempunyai peran penting dalam perkembangan individu sehingga apabila salah satu dari ketiga needs tersebut ada yang tidak terpenuhi atau diabaikan dapat membawa konsekuensi negatif bagi individu tersebut. Secara singkat ditegaskan bahwa kesejahteraan psikologis membutuhkan pemenuhan ketiga needs tersebut. (Decy & Ryan, 2001 ). Menjadi diri sendiri berarti mau dan mampu untuk memilih tindakannya, walaupun tindakannya merupakan inisiatif sendiri atau merupakan respon terhadap
16 16 permintaan dari orang lain yang berarti. Needs ini merupakan needs paling mendasar untuk menciptakan perilaku yang self determined atau perilaku yang ditentukan oleh diri sendiri. Anggota yang memilih organisasi berdasarkan pilihannya sendiri telah menunjukkan sense of autonomy. Terpuaskannya needs autonomy tanpa terpuaskannya needs competence dan relatedness tidak akan menciptakan kesejahteraan psikologis. Konteks sosial juga dapat mempengaruhi derajat causality orientation anggota AIESEC Indonesia. Konteks sosial terdiri dari informing dan controlling ( Decy, 1975; Deci & Ryan, 1980). Lingkungan yang informing yaitu lingkungan yang cenderung memberi feedback yang positif yang dapat ditujukan melalui pujian dari pengurus sehingga mendukung anggota tetap berada di AIESEC, dan memilih untuk tetap bertahan di AIESEC karena keinginan sendiri dan merasa puas atas apa yang dilakukan bukan hasil dari kegiatannya. Informing lebih meningkatkan motivasi intrinsik seorang anggota AIESEC. Lingkungan yang controlling adalah lingkungan yang menggunakan reward eksternal berupa materi, status, penghargaan, tengat waktu, dan perintah dari orang yang signifikan untuk membuat anggota AIESEC bertahan di AIESEC, bukan mereka inginkan untuk dirinya sendiri. Dengan adanya reward eksternal ini maka akan menurunkan motivasi intrinsik seseorang (Deci, 1971, 1972a, 1972b; Krunglanski, Friedman, & Zwwvi, 1971; Lepper, Greene, & Nisbett, 1973). Lingkungan controlling akan membuat anggota AIESEC merasakan adanya tekanan dari luar dirinya, memaksa atau menuntut dirinya agar bertahan menjadi anggota
17 17 AIESEC. Lingkungan controling akan membuat anggota AIESEC bertahan karena ada sesuatu yang ingin dicapainya seperti mendapatkan kesempatan untuk bekerja di AIESEC internasional bila berhasil melakukan tugas yang di tentukan oleh AIESEC Internasional. Pemberian hukuman jika anggota AIESEC melakukan pelanggran seperti melakukan suatu kegiatan tidak sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
18 18 Faktor Internal Need : 1. Need for autonomy 2. Need for competence 3. Need for relatedness Faktor Eksternal : Konteks Sosial : 1. Informing 2. Controlling Anggota AIESEC Indonesia Amotivation Proses regulasi Non -regulation Locus of Causality Impersonal Causality Orientation Impersonal Motivasi Ekstrinsik Proses regulasi External regulation Introjected regulation Locus of Causality External Causality Orientation Control Identified regulation Integrated regulation Locus of Causality Internal Causality Orientation Autonomy Motivasi Intrisik Proses regulasi Intrinsic Regulation 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran
19 ASUMSI Anggota AIESEC memiliki Causality Orientation yang berbeda beda. Anggota AIESEC dengan amotivasi dan non-regulation akan memiliki Causality Orientation Impersonal Anggota AIESEC dengan motivasi ekstrinsik, eksternal regulation, dan Introjected regulation akan memiliki Causality Orientation Control Anggota AIESEC dengan motivasi intrinsik, Identified regulation, Integrated regulation dan Intrinsik regulation akan memiliki Causality Orientation Autonomy.
Studi Deskriptif Mengenai Causality Orientations pada Anggota AIESEC di Indonesia
Studi Deskriptif Mengenai Causality Orientations pada Anggota AIESEC di Indonesia Gianti Gunawan dan Annisa Krishnagandari Djakaria Fakultas Psikologi, Universitas Kristen Maranatha,Bandung Abstract This
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu cara mencerdaskan kehidupan bangsa adalah dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu cara mencerdaskan kehidupan bangsa adalah dengan dilaksanakannya pendidikan formal. Dilihat berdasarkan prosesnya pendidikan formal dilakukan secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dalam dunia medis, telah membawa banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Perkembangan teknologi dalam dunia medis, telah membawa banyak perubahan pada peningkatan kualitas hidup perawat melalui kesehatan. Dengan adanya obat-obatan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam memasuki era globalisasi ini, negara Indonesia dihadapkan pada
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam memasuki era globalisasi ini, negara Indonesia dihadapkan pada tantangan dunia global yang kian meningkat. Bangsa Indonesia sedang giat giatnya melakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembinaan Masyarakat Kristen (BIMAS Kristen, 2010) Departemen Agama Propinsi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kristen Protestan, merupakan salah satu agama yang diakui keberadaannya oleh Departemen Agama Repubulik Indonesia. Data yang diperoleh dari Pusat Pembinaan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh melalui pengolahan data
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh melalui pengolahan data mengenai Causality Orientations terhadap 54 orang guru SMA X di Bandar Lampung, dapat disimpulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sekolah Tinggi Theologia adalah suatu lembaga pendidikan setingkat
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Sekolah Tinggi Theologia adalah suatu lembaga pendidikan setingkat strata satu (S1) dalam bidang pelayanan Kristen. Secara umum, Sekolah Tinggi Theologia lebih
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh melalui pengolahan data
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh melalui pengolahan data mengenai Causality Orientation terhadap 192 orang mahasiswa semester I Fakultas Psikologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan mengalami perubahan-perubahan bertahap dalam hidupnya. Sepanjang rentang kehidupannya tersebut,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak tiga tahun yang lalu, WHO sebagai organisasi kesehatan dunia telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak tiga tahun yang lalu, WHO sebagai organisasi kesehatan dunia telah menyatakan bahwa obesitas merupakan masalah global yang perlu ditanggulangi (www.gizikesehatan.ugm.ac.id).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Urbanisasi atau perpindahaan penduduk dari desa ke kota sudah menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Urbanisasi atau perpindahaan penduduk dari desa ke kota sudah menjadi pemandangan rutin setiap tahunnya. Hampir semua etnik budaya di Indonesia melakukan urbanisasi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bisa bermacam-macam, berkembang dan berubah, bahkan seringkali tidak
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kerja merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia. Kebutuhan itu bisa bermacam-macam, berkembang dan berubah, bahkan seringkali tidak disadari oleh pelakunya.
Lebih terperinciABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Self-Regulation Akademik pada siswa kelas X SMA X Bandung. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan teknik survei. Populasi sasaran adalah seluruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidupnya, menurut beberapa tokoh psikologi Subjective Well Being
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Subjective Well Being dari Russell (2008) adalah persepsi manusia tentang keberadaan atau pandangan subjektif mereka tentang pengalaman hidupnya, menurut beberapa
Lebih terperinciABSTRAK Pearson Alpha Cronbach
ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Self-Regulation Akademik pada siswa kelas 10 SMA X Bandung. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan teknik survei. Populasi sasaran adalah
Lebih terperinciABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Penelitian studi deskriptif mengenai causality orientation pada karyawati di lapangan pada Perusahaan X Balikpapan dilakukan untuk mengetahui causality orientation karyawati di lapangan pada Perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam pemenuhan kebutuhan (http://bataviase.co.id/node/250528).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dan aktivitas ekonomi, memicu berbagai permasalahan sosial seperti minimnya lapangan kerja dan akhirnya memicu tingginya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut H.Dadang Hawari, permasalahan pengkonsumsian alkohol. kesehatan jiwa maupun psikososial (ekonomi, politik, sosial-budaya,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Alkoholisme dikategorikan sebagai penyakit masyarakat atau social pathology. Sebagai penyakit sosial, alkoholisme akan berpengaruh terhadap masyarakat dalam
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Bab ini menguraikan definisi dan teori-teori yang dijadikan landasan berpikir
BAB II LANDASAN TEORI Bab ini menguraikan definisi dan teori-teori yang dijadikan landasan berpikir penulis dalam melakukan penelitian berkaitan dengan topik pengaruh determinasi diri terhadap prestasi
Lebih terperinciAbstrak. i UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
Abstrak Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui gambaran gaya selfregulation prosocial pada narapidana tahap tiga Lembaga Pemasyarakan Wanita X di Kota Bandung. Penelitian ini menggunakan metode deskriprif.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang menentukan perkembangan suatu bangsa ke arah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Salah satu faktor yang menentukan perkembangan suatu bangsa ke arah yang lebih baik sehingga mampu bersaing dengan negara maju lainnya adalah tersedianya Sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan seluruh rakyat Indonesia. Sistem pendidikan nasional yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar tahun 1945 secara jelas dicantumkan bahwa salah satu cita-cita bangsa Indonesia adalah untuk memajukan kesejahteraan umum
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu cara untuk mengembangkan diri adalah melalui dunia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu cara untuk mengembangkan diri adalah melalui dunia pendidikan. Pendidikan dipandang sebagai upaya sadar (melalui kegiatan belajar) untuk mengembangkan
Lebih terperinciNama : Jenis kelamin : Tempat/ Tanggal lahir : Lama Bekerja : Jabatan yang disandang saat ini :
DATA PRIBADI Sebelum Bapak/ Ibu mengisi kuesioner, pada halaman ini terdapat sejumlah pertanyaan yang menyangkut identitas Bapak/ Ibu. Kami harap Bapak/ Ibu bersedia mengisinya dengan menuliskan data diri
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan yang diperoleh berdasarkan analisis pada Bab IV. Kemudian dilanjutkan dengan diskusi serta saransaran untuk penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia dalam hidupnya tidak terlepas dari proses pembelajaran.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Setiap manusia dalam hidupnya tidak terlepas dari proses pembelajaran. Manusia selalu belajar untuk memperoleh berbagai kemampuan dan keterampilan agar dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan merupakan salah satu pondasi dasar suatu bangsa, sehingga pendidikan merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu faktor yang memengaruhi kemajuan suatu bangsa adalah pendidikan karena pendidikan merupakan salah satu pondasi dasar suatu bangsa, sehingga pendidikan
Lebih terperinciBAB V. SIMPULAN, KONTRIBUSI, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI PADA PENELITIAN BERIKUTNYA. 5.1 Simpulan
123 BAB V. SIMPULAN, KONTRIBUSI, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI PADA PENELITIAN BERIKUTNYA 5.1 Simpulan Penelitian ini menemukan faktor yang mempengaruhi kontradiksi pengaruh iklim psikologis persaingan terhadap
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Locus of control merupakan salah satu variabel kepribadian (personility),
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Locus Of Control 2.1.1. Pengertian Locus Of Control Konsep tentang Locus of control (pusat kendali) pertama kali dikemukakan oleh Rotter (1966), seorang ahli teori pembelajaran
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Motivasi Akademik a. Definisi Motivasi berasal dari kata Latin movere diartikan sebagai dorongan atau menggerakkan (Hasibuan, 2006). Sedangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyelesaikan seluruh mata kuliah yang diwajibkan dan tugas akhir yang biasa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang yang memutuskan untuk melanjutkan sekolahnya sebagai mahasiswa di salah satu universitas pasti memiliki tujuan yang sama yaitu mendapatkan gelar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pendidikan formal merupakan hal yang sangat dibutuhkan oleh setiap
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pendidikan formal merupakan hal yang sangat dibutuhkan oleh setiap manusia yang didapatkan lewat sekolah. Setiap orang yang bersekolah harus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia diharapkan memiliki kemampuan untuk beradaptasi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia diharapkan memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Begitu pula dengan mahasiswa yang baru menjalani proses pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akademik dan/atau vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Universitas adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Persepsi Terhadap Pengembangan Karir 1. Definisi Persepsi Pengembangan Karir Sunarto (2003) mendefinisikan persepsi sebagai suatu proses dimana individu mengorganisasikan dan menafsirkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. studi di Perguruan Tinggi. Seorang siswa tidak dapat melanjutkan ke perguruan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Akhir belajar di Sekolah Menengah Atas (SMA) merupakan awal untuk studi di Perguruan Tinggi. Seorang siswa tidak dapat melanjutkan ke perguruan tinggi apabila
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tahun , tergolong tercepat di dunia. Menurut hasil Sensus Penduduk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkiraan bertambahnya jumlah lansia Indonesia, dalam kurun waktu tahun 1990 2025, tergolong tercepat di dunia. Menurut hasil Sensus Penduduk pada tahun 2012
Lebih terperinciKata kunci : Motivasi, Motivasi Untuk Menjadi Fan Fanatik, Fan Fanatik, Klub Manchester United, Jogjkarta United Indonesia.
ABSTRAK TAURISTIA MUTIARA SUCI. Gambaran Motivasi Untuk Menjadi Fan Fanatik Klub Manchester United Pada Anggota Jogjakarta United Indonesia. Motivasi merupakan kondisi di mana individu tergerak untuk melakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang dan berkualitas agar mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya zaman, diharapkan sumber daya manusia semakin berkembang dan berkualitas agar mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (SDM). Sumber Daya Manusia merupakan salah satu elemen terpenting dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan membutuhkan sumber daya dalam memenuhi tujuan yang sudah ditetapkan. Salah satu sumber daya yang dibutuhkan yaitu Sumber Daya Manusia (SDM). Sumber
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KEBUTUHAN BERAKTUALISASI DIRI DAN KONFLIK PERAN DENGAN CITRA DIRI. Skripsi
HUBUNGAN ANTARA KEBUTUHAN BERAKTUALISASI DIRI DAN KONFLIK PERAN DENGAN CITRA DIRI Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat S-1 Diajukan oleh : Rachmat Al Fajar F 100 950 017 /
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia, tentang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia, tentang karakteristik, perilaku dan permasalahan yang berkaitan dengan abnormalitas, sosial, budaya,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepuasan Kerja. seseorang. Menurut Wexley dan Yukl (2005: 129) kepuasan kerja adalah cara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Kerja 1. Definisi Kepuasan Kerja Menurut Kinicki dan Kreitner (2014 : 169) kepuasan kerja adalah sebuah tanggapan afektif atau emosional terhadap berbagai segi pekerjaan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prokrastinasi Steel (2007) mengemukakan prokrastinasi sebagai suatu perilaku menunda dengan sengaja melakukan kegiatan yang diinginkan walaupun individu mengetahui bahwa perilaku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rahasia lagi bahwa tanpa krisis keuangan global (global financial crisis), global (Sumber : Kompas, Kamis, 11 Desember 2008).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tantangan dalam pembangunan suatu negara adalah menangani masalah pengangguran. Pengangguran merupakan salah satu masalah sosial yang dihadapi suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia terlahir dalam keadaan yang lemah, untuk memenuhi kebutuhannya tentu saja manusia membutuhkan orang lain untuk membantunya, artinya ia akan tergantung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Krisis multidimensional dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis multidimensional dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya yang dialami Indonesia pada saat ini menyebabkan keterpurukan dunia usaha di Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. segala bidang, baik di bidang ekonomi, politik, hukum dan tata kehidupan dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia menjadi bangsa yang kian berkembang adalah harapan seluruh rakyat Indonesia. Masyarakat Indonesia mengharapkan adanya pembaharuan di segala bidang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju serta terbukanya pasar global akan menstimulus kita untuk selalu meningkatkan
Lebih terperinci2015 EFEKTIVITAS KONSELING SINGKAT BERFOKUS SOLUSI DALAM SETTING KELOMPOK UNTUK MENGEMBANGKAN DETERMINASI DIRI MAHASISWA
BAB I PENDAHULUAN Bab satu membahas mengenai pentingnya determinasi diri pada mahasiswa, masalah determinasi diri, pendekatan konseling singkat berfokus solusi yang digunakan untuk mengatasi masalah dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi adalah pendidikan tinggi yang merupakan lanjutan dari pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk mempersiapkan peserta
Lebih terperinciABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran Self-Regulation perilaku berhenti merokok pada mahasiswa yang masih merokok di Fakultas X Universitas Y Bandung. Sampel yang menjadi sasaran penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan yang terjadi semakin ketat, individu dituntut untuk memiliki tingkat pendidikan yang memadai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mahasiswa mengalami masa peralihan dari remaja akhir ke masa dewasa awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih dituntut suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jaman, semakin bertambah juga tuntutan-tuntutan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya jaman, semakin bertambah juga tuntutan-tuntutan dalam hidup. Tuntutan-tuntuan itu tidak hanya pada satu aspek atau bidang kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu bisnis yang bergerak di bidang jasa adalah perbankan. Di era
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu bisnis yang bergerak di bidang jasa adalah perbankan. Di era globalisasi ini kompetisi antar bank menjadi sangat ketat. Perkembangan bisnis yang baik
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesejahteraan Psikologis. Ryff (1989) mendefinisikan kesejahteraan psikologis adalah sebuah kondisi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesejahteraan Psikologis 1. Pengertian Ryff (1989) mendefinisikan kesejahteraan psikologis adalah sebuah kondisi dimana individu memiliki sikap yang positif terhadap diri sendiri
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.Kesimpulan Berdasarkan analisis dan penambahan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Terdapat hubungan antara motivasi intrinsik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012, pendidikan adalah usaha sadar dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mengutamakan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mengutamakan pembangunan di berbagai bidang kehidupan, seperti pendidikan, ekonomi, teknologi dan budaya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan tertentu yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan tertentu yang hendak dicapai. Salah satu tujuan utama yang ingin dicapai oleh perusahaan adalah mempertahankan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Persaingan di dalam organisasi merupakan konsekuensi logis untuk. bersaing untuk mencapai yang terbaik (Gudono, 2014).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Persaingan di dalam organisasi merupakan konsekuensi logis untuk maksimalisasi fungsi utilitas yang terkendala oleh sumber daya yang terbatas. Persaingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kata, mahasiswa adalah seorang agen pembawa perubahan, menjadi seorang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menyandang gelar mahasiswa merupakan suatu kebanggaan sekaligus tantangan. Betapa tidak, ekspektasi dan tanggung jawab yang diemban oleh mahasiswa begitu besar. Pengertian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial mempunyai kebutuhan yang paling dasar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial mempunyai kebutuhan yang paling dasar untuk berkomunikasi dan terhubung dengan manusia lain. Manusia cenderung berkumpul dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan, menurut Kamus Bahasa Indonesia, proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perhatian serius. Pendidikan dapat menjadi media untuk memperbaiki sumber daya
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu bidang yang penting dan perlu mendapatkan perhatian serius. Pendidikan dapat menjadi media untuk memperbaiki sumber daya manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pengaruh merokok terhadap kesehatan telah terdokumentasi secara luas. Lebih dari 70.000 artikel ilmiah telah berhasil menunjukan hubungan tembakau dengan terjadinya
Lebih terperincisikap individu maupun kelompok yang mendukung seluruh aspek kerja termasuk
A. SEMANGAT KERJA 1. Pengertian Semangat Kerja Davis (2000) mengemukakan semangat kerja merupakan suasana kerja yang positif yang terdapat dalam suatu perusahaan dan terungkap dalam sikap individu maupun
Lebih terperinciDalam psikologi pendidikan, konsep minat diniterpretasikan sebagai variabel motivasi konten spesifik yang dapat diselidiki dan secara teori dapat dire
Konseptualisasi Minat Psikologi Pendidikan Andreas Krapp Oleh: Dra. Hj. Ehan M.Pd. Dalam psikologi pendidikan, konsep minat diniterpretasikan sebagai variabel motivasi konten spesifik yang dapat diselidiki
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Robert K Merton menulis beberapa pernyataan penting tentang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Struktural Fungsional Robert K Merton menulis beberapa pernyataan penting tentang fungsionalisme struktural dalam sosiologi (Sztompka, 2000;Tiryakin, 1991). Merton menjelaskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengangguran di Indonesia. Badan Pusat Statistik menyebutkan, jumlah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jumlah lapangan kerja yang terbatas, membuat tingginya tingkat pengangguran di Indonesia. Badan Pusat Statistik menyebutkan, jumlah pengangguran terbuka nasional
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. Organisasi modern meyakini bahwa manusia merupakan faktor penting
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Organisasi modern meyakini bahwa manusia merupakan faktor penting dalam keberhasilan pencapaian tujuan organisasi. Manusia, dalam hal ini karyawan adalah aset utama yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada tahun-tahun terakhir terjadi perubahan yang semakin pesat dalam berbagai sektor kehidupan. Perubahan tersebut terjadi sebagai dampak dari kemajuan di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi ini,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi ini, pendidikan semakin menjadi suatu kebutuhan yang tidak terelakkan. Pendidikan memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tugas perkembangannya di periode tersebut maka ia akan bahagia, namun
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa. Ada beberapa tugas perkembangan yang harus dilakukan seorang remaja. Menurut Havighurst (dalam
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Pemimpin merupakan orang yang mempunyai kemampuan untuk. mempengaruhi sekelompok orang dalam usaha mencapai tujuan organisasi dan
1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pemimpin merupakan orang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi sekelompok orang dalam usaha mencapai tujuan organisasi dan mengarahkan para pegawai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pendidikan saat ini semakin maju dan salah satu tandanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan pendidikan saat ini semakin maju dan salah satu tandanya yaitu Pendidikan.Net work yang didukung perkembangan teknologi di DepDikNas maupun di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diandalkan. Remaja merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat. memiliki kemandirian yang tinggi di dalam hidupnya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa tidak hanya didukung oleh pemerintah yang baik dan adil, melainkan harus ditunjang pula oleh para generasi penerus yang dapat diandalkan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan elemen penting bagi kehidupan. Menurut. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal (1) ayat 1,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan elemen penting bagi kehidupan. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal (1) ayat 1, pendidikan adalah usaha sadar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berbagai macam transaksi keuangan. Kartu kredit diberikan kepada
BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG MASALAH Kartu kredit merupakan suatu alat transaksi berbentuk kartu yang diterbitkan oleh suatu lembaga keuangan baik oleh bank maupun lembaga bukan bank dan dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang menitikberatkan pada
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara berkembang menitikberatkan pada perkembangan perekonomian dan juga sumber daya manusia. Proses perekonomian yang terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bandung saat ini telah menjadi salah satu kota pendidikan khususnya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bandung saat ini telah menjadi salah satu kota pendidikan khususnya pendidikan di perguruan tinggi. Hal ini dikarenakan begitu banyak perguruan tinggi seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan bentuk organisasi yang didirikan untuk
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan bentuk organisasi yang didirikan untuk memproduksi barang atau jasa, serta bertujuan untuk mendapatkan keuntungan. Tujuan organisasi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Suryana (2008:2), mendefinisikan bahwa kewirausahaan adalah
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Niat Berwirausaha Suryana (2008:2), mendefinisikan bahwa kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar,
Lebih terperinciUNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS PSIKOLOGI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN ORANG TUA DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA
UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS PSIKOLOGI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN ORANG TUA DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA USULAN PENELITIAN DISUSUN OLEH Nama : Niken Mutiara Ayuningtias NPM : 18511825 Pembimbing
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. dasar yang berbeda-beda. Motivasi kerja dapat didefinisikan sebagai proses yang
11 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Motivasi Kerja Motivasi kerja merupakan hasil interaksi antara individu dengan situasi tempat dia bekerja, tentu saja setiap individu memiliki dorongan motivasional dasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. senantiasa mengalami perubahan membuat perusahaan-perusahaan. berusaha untuk mempertahankan eksistensinya, tak terkecuali dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi perekonomian dan perkembangan teknologi yang senantiasa mengalami perubahan membuat perusahaan-perusahaan berusaha untuk mempertahankan eksistensinya, tak terkecuali
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terpenting di dalamnya. Tanpa adanya manusia, organisasi tidak mungkin dapat
digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia usaha dan industri tidak lepas dari adanya unsur manusia. Apa pun bentuk dan kegiatan suatu organisasi, manusia selalu memainkan peranan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah akuntan publik 1016 orang. Jumlah ini meningkat pesat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini, perkembangan KAP (Kantor Akuntan Publik) meningkat pesat. Hal ini diperkuat dari penghitungan yang dilakukan IAPI (Ikatan Akuntan Publik Indonesia) pada
Lebih terperinciBAB IV GAYA KEPEMIMPINAN KETUA UMUM HMI KOMISARIAT DAKWAH IAIN RADEN INTAN LAMPUNG PERIODE DALAM MENINGKATKAN PRESTASI AKADEMIK KADER
63 BAB IV GAYA KEPEMIMPINAN KETUA UMUM HMI KOMISARIAT DAKWAH IAIN RADEN INTAN LAMPUNG PERIODE 2015-2016 DALAM MENINGKATKAN PRESTASI AKADEMIK KADER A. Gaya Kepemimpinan HMI Komisariat Dakwah IAIN Raden
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk kemajuan pembangunan. Salah satu lembaga pendidikan yang penting adalah perguruan tinggi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan memiliki struktur yang membantu karyawannya agar dapat bekerja untuk
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Organisasi merupakan suatu pengaturan yang tersusun terhadap sejumlah orang untuk mencapai tujuan tertentu. Seseorang yang bekerja sendirian bukanlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berubah dari perubahan kognitif, fisik, sosial dan identitas diri. Selain itu, terjadi pula
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mahasiswa berada pada masa dewasa awal. Pada masa ini, mahasiswa berada pada masa transisi dari masa remaja ke masa dewasa. Pada masa transisi ini banyak hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Rumah Sakit sebagai tempat layanan kesehatan publik makin dituntut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rumah Sakit merupakan salah satu tempat pelayanan umum di bidang kesehatan. Rumah Sakit sebagai tempat layanan kesehatan publik makin dituntut untuk menyediakan
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Penelitian ini mendapatkan konsep awal tentang anti-materialisme
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini mendapatkan konsep awal tentang anti-materialisme berdasarkan eksplorasi terhadap sikap hidup orang-orang yang memandang diri mereka sebagai tidak materialistis.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peran guru sangat strategis pada kegiatan pendidikan formal, non formal maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara pendidik dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa saat ini diharapkan menjadi sosok manusia yang berintelektual
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa saat ini diharapkan menjadi sosok manusia yang berintelektual tinggi sehingga menjadi sumber daya yang berkualitas, namun pada kenyataan masih banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembagian karyawan menjadi karyawan tetap dan karyawan kontrak, baik perusahaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini, banyak perusahaan yang telah menetapkan pembagian karyawan menjadi karyawan tetap dan karyawan kontrak, baik perusahaan swasta maupun
Lebih terperinci