Jurnal Teknik Sipil ISSN Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 9 Pages pp. 1-9
|
|
- Ida Wibowo
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ISSN Pages pp. 1-9 ANALISIS SEDIMENT DELIVERY RATIO (SDR) DAN PENGGUNAAN RUMPUT VETIVER SEBAGAI UPAYA KONSERVASI DAS (Studi Kasus DAS Krueng Teungku Kecamatan Seulimum Kabupaten Aceh Besar) Muhammad Ikhsan 1, Azmeri 2, Ella Meilianda 3 1) Magister Teknik Sipil Program Banda Aceh 2,3) Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala mikhsanrustam@gmail.com Abstract: The rate of erosion and sedimentation in a region heavily dependent on rainfall, soil conditions, and land cover factors as well as the presence or absence of conservation action in the region. Land with natural vegetation will be more resistant to erosion than the land being cleared for agricultural land / plantation, the transfer function of forests to agricultural land / plantation will be very instrumental in triggering sizable erosion. Watershed (DAS) Krueng Tengku have a dominant cover types, namely, dry land agriculture and open land that could potentially land erosion. Conservation vegetative method is one effective way to reduce the rate of erosion. Estimates of the rate of erosion that occurs in Krueng Tengku watershed approach will be analyzed with the Universal Soil Loss Formula (USLE) and combined with a Geographical Information System (GIS). From the analysis of the estimated rate of erosion in the watershed Krueng Tengku using USLE approach then obtained some variation of the erosion rate spread in 7 sub-watershed. The highest erosion rates in the amount of tons / ha / year. SDR of analysis obtained SDR is highest in sub-watershed 1 is equal to and an area of 1,828 km2 and the smallest SDR contained in the sub-watershed 5 with SDR value of and an area of 31,334 km2. Determination of areas for conservation plans with vetiver system performed at sub-watershed considering the slope of the land. Keywords: SDR, Land Conservation, Vetiver Abstrak: Laju erosi dan sedimentasi pada suatu wilayah sangat tergantung pada curah hujan, kondisi tanah, dan faktor tutupan lahan serta ada atau tidaknya tindakan konservasi pada wilayah tersebut. Tanah dengan vegetasi alami akan lebih tahan terhadap erosi dari pada tanah yang dibuka untuk lahan pertanian/perkebunan, pengalihan fungsi hutan menjadi lahan pertanian/perkebunan akan sangat berperan dalam hal memicu terjadi erosi yang cukup besar. Daerah Aliran Sungai (DAS) Krueng Teungku memiliki jenis tutupan yang dominan yaitu, pertanian lahan kering dan lahan terbuka yang berpotensi terjadi erosi lahan. Metode konservasi secara vegetatif merupakan salah satu cara yang efektif untuk menekan laju erosi. Perkiraan laju erosi yang terjadi pada DAS Krueng Teungku akan dianalisis dengan pendekatan Universal Soil Loss Equation (USLE) dan dikombinasikan dengan Geographical Information System (GIS). Hasil analisis perkiraan laju erosi di DAS Krueng Teungku dengan menggunakan pendekatan USLE maka didapat beberapa variasi laju erosi yang tersebar di 7 sub DAS. Laju erosi tertinggi yaitu sebesar 640,995 ton/ha/tahun Dari analisis Sediment Delivery Ratio (SDR), didapat SDR tertinggi terdapat pada sub DAS 1 yaitu sebesar 0,342 dengan luas area sebesar 1,828 Km 2 dan SDR terkecil terdapat pada sub DAS 5 dengan nilai SDR 0,146 dan luas area sebesar 31,334 Km 2. Penentuan daerah untuk rencana konservasi dengan sistem vetiver dilakukan pada Sub DAS mempertimbangkan kemiringan lahan. Kata Kunci: SDR, Konservasi lahan, Vetiver 1 - Volume 3, No. 4, November 2014
2 PENDAHULUAN Laju erosi dan sedimentasi pada suatu wilayah merupakan suatu kejadian yang menggambarkan kondisi sistem pengelolaan DAS. Penyebab erosi sangat tergantung pada curah hujan, kondisi tanah, dan faktor tutupan lahan serta ada atau tidaknya tindakan konservasi pada wilayah tersebut. Erosi merupakan kejadian dimana terkikisnya tanah oleh air, baik air hujan maupun air limpasan. erosi ini dapat menimbulkan beberapa dampak dalam kehidupan manusia maupun lingkungan. Besarnya erosi lahan dapat diketahui/diprediksi dengan pendekatan Universal Soil Loss Equation (USLE), hasil dari pendekatan tersebut jika dirangkai dengan analisis Sediment Delivery Ratio (SDR) maka akan diketahui jumlah sedimen yang mengendap pada outlet-outlet. Jika outletnya merupakan sebuah waduk, maka akan mudah melakukan kegiatan eksploitasi dan pemeliharaannya Asdak (1995), dalam Saidah (2007). Tanah dengan vegetasi alami akan lebih tahan terhadap erosi dari pada tanah yang dibuka untuk lahan pertanian/perkebunan, pengalihan fungsi hutan menjadi lahan pertanian/perkebunan akan sangat berperan dalam hal memicu terjadi erosi yang cukup besar. Daerah Aliran Sungai (DAS) Krueng Teungku memiliki jenis tutupan yang dominan yaitu, pertanian lahan kering dan lahan terbuka yang berpotensi terjadi erosi lahan. Secara geografis DAS Krueng Teungku terletak pada LU dan BT, secara administratif DAS Krueng Teungku terletak Kecamatan Seulimum Kabupaten Aceh Besar, dengan luas DAS 107,59 Km 2. Laju erosi dapat dicegah dengan melakukan tindakan konservasi dengan beberapa metode yaitu mekanis, kimiawi dan vegetatif, Metode vegetatif adalah penggunaan tanaman atau tumbuhan dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat mengurangi laju erosi dengan cara mengurangi daya rusak hujan yang jatuh dan jumlah daya rusak aliran permukaan (Kodoatie dan Sjarief, 2005). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai Sediment Delivery Ratio (SDR) dan usaha konservasi DAS dengan rumput vetiver. KAJIAN KEPUSTAKAAN Menurut Asdak (2002), erosi dapat terjadi karena dua penyebab utama yaitu karena proses alamiah dan erosi akibat aktivitas manusia, erosi alamiah dapat terjadi karena proses pembentukan tanah dan proses erosi yang terjadi untuk mempertahankan kondisi alamiah umumnya masih memberikan media yang memadai untuk berlangsungnya pertumbuhan kebanyakan tanaman. Sedangkan erosi karena kegiatan manusia kebanyakan disebabkan oleh terkelupasnya Volume 3, No. 4, November
3 lapisan tanah bagian atas akibat cara bercocok tanam yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah konservasi tanah atau kegiatan pembangunan yang bersifat merusak keadaan fisik tanah. Besar laju erosi dapat diperkirakan dengan melakukan pendekatan metode Universal Soil Loss Equation (USLE) dimana metode ini memperhitungkan energi yang dihasilkan oleh hujan dalam peranannya sebagai penyebab terjadinya erosi, pada saat ini metode USLE banyak dikombinasikan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG) yang dapat memperkirakan laju erosi secara spasial. Metode konservasi secara vegetatif juga menjadi salah satu cara yang baik untuk menanggulangi dampak dari erosi, salah satunya dengan menerapkan rumput vetiver sebagai tanaman yang diusahakan untuk mereduksi laju erosi, dan cara ini sangat mudah dilakukan oleh masyarakat untuk menekan laju erosi yang dapat membahayakan kehidupan dan juga lingkungan. Mekanisme Terjadinya Erosi Menurut Asdak (2002), Proses terjadinya erosi terdiri dari 3 tahapan yang berurutan yaitu pengelupasan (detachment), pengangkutan (transportation), dan pengendapan (sedimentation). Dalam hal ini erosi tanah yang terjadi disebabkan oleh air hujan, disamping itu erosi juga dapat terjadi karena angin dan salju. Prakiraan Laju Erosi Metode USLE (Universal Soil Loss Equation) dikembangkan oleh Wischmeir dan Smith (1965, 1978) dimana metode USLE digunakan untuk memperkirakan besarnya erosi rata-rata tahunan dengan menggunakan pendekatan dari fungsi energi hujan. Faktor yang dipertimbangkan meliputi erosivitas hujan (R), erodibilitas tanah (K), Panjang Lahan (L), Kemiringan Lahan (S), faktor pengelolaan tanaman (C) dan faktor tindakan khusus konservasi lahan (P). berikut: Persamaan USLE adalah sebagai A RxKxLSxCxP, (1) dimana: A = besarnya tanah yang tererosi dan dihanyutkan (ton/ha/tahun); R = nilai indeks erosivitas hujan; K = faktor erodibilitas tanah (ton/ha); L = panjang lereng (m); S = kemiringan lereng (%); C = faktor pengelolaan tanaman; P = faktor tindakan khusus konservasi lahan. Sediment Delivery Ratio (SDR) Menurut Asdak (2002), cara yang dapat dilakukan untuk bisa memprakirakan jumlah hasil sedimen dari suatu daerah tangkapan air adalah melalui perhitungan nisbah pelepasan sedimen (sediment delivery ratio) atau yang dikenal dengan SDR. Perhitungan besarnya SDR dianggap 3 - Volume 3, No. 4, November 2014
4 penting dalam menentukan prakiraan yang realistis besarnya hasil sedimen total berdasarkan perhitungan erosi total yang berlangsung di daerah tangkapan air. Variabilitas angka SDR dari suatu DAS/sub-DAS ditentukan oleh pengaruh salah satu atau kombinasi dari faktor-faktor yaitu: sumber sedimen, jumlah sedimen yang tersedia untuk transport sedimen dan jarak antara sumber sedimen dan sungai/anak sungai, sistem transport umumnya dalam bentuk larian dan kerapatan drainase, tekstur partike-partikel tanah yang tererosi, lokasi deposisi sedimen dan karakteristik DAS. Persamaan yang digunakan untuk menghitung SDR telah dikemukakan oleh Boyce, 1975 (dalam Arsyad, 2010) SDR = 0,41 A -0,3 (2) dimana : SDR = Sediment Delivery Ratio A = luas DAS (km 2 ) Pengendalian Laju Erosi dengan Sistem Vetiver Metode konservasi secara vegetatif mempunyai banyak manfaat yaitu selain dapat meningkatkan ketersediaan air untuk kebutuhan domestik, irigasi pertanian dan industri serta mengurangi laju erosi. Metode vegetatif dapat dilakukan dengan mengembangkan sistem rumput vetiver sebagai tanaman konservasi. Tanaman ini disamping mempunyai karakteristik akar yang sangat baik untuk mengurangi laju erosi lahan disamping itu juga mempunyai nilai ekonomi yang tinggi karena akarnya dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, sebut saja bahan untuk kerajinan tangan dan bahan untuk minyak wangi. Tanaman rumput vetiver telah banyak dikembangkan diberbagai negara guna untuk mengurangi laju erosi dalam meningkatkan upaya konservasi tanah dan air. Berdasarkan beberapa hasil penelitian dibeberapa negara Afrika, Asia dan Amerika melalui budidaya yang tepat, maka daerah yang terjal dekat aliran sungai, terasiring dapat ditanami rumput vetiver untuk menanggulangi erosi (Astuti, 2009). Karakteristik Vetiver Vetiver Indonesia (wordpress) menyebutkan bahwa karakteristik unik vetiver yang sangat penting untuk konservasi tanah dan air adalah sistem akar yang kuat mengikat tanah secara dalam, batang yang tegak dan kaku, toleran terhadap segala kondisi tanah, kemampuan beradaptasi dengan berbagai macam iklim dan sistem akar yang vertikal. Bentuk fisik tanaman rumput vetiver dapat dilihat pada Gambar 1 Gambar 1 Bentuk fisik tanaman rumput vetiver Sumber : Vetiver Indonesia 2012 Volume 3, No. 4, November
5 METODELOGI PENELITIAN Data hidrologi Data hidrologi meliputi data curah hujan, data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder, yaitu data curah hujan selama 30 tahun ( ) yang didapatkan dari stasiun Blang Bintang. Peta topografi Peta topografi diperoleh dari Bapeda, merupakan peta wilayah Aceh Besar yang memberikan informasi elevasi permukaan di wilayah DAS Kreung Teungku, Peta topografi tahun 2012 dengan forma shp. Analisis hidrologi Analisis data hidrologi merupakan analisis dari data hujan dengan melakukan tabulasi curah hujan harian rata-rata tahunan serta dilakukan analisis untuk mendapatkan hujan harian maksimum tahunan. Pembuatan Digital Elevation Model (DEM) Untuk membuat batas subdas maka data kontur yang berformat vektor (shapefile) maka harus diubah ke dalam data DEM yang berformat raster. DEM di hasilkan dari Peta kontur digital DAS Krueng Tengku dengan menggunakan ArcGIS Analisis laju erosi Perkiraan laju erosi akan dihitung dengan pendekatan Universal Soil Loss 5 - Volume 3, No. 4, November 2014 Equation (USLE), dengan memperhitungkan erosivitas hujan, erodibiltas tanah, panjang dan kemiringan lahan serta faktor tutupan lahan dengan mengkombinasikan Sistem Informasi Geografis (SIG) sebagai alat bantu menganalisa data. Analisis Sediment Delivery Ratio (SDR) Perkiraan SDR dapat dihitung dengan persamaan 5, dengan melihat hasil sedimen persatuan luas, jumlah erosi total, sediment delivery ratio (SDR), dan luas daerah tangkapan air. HASIL PEMBAHASAN Pembuatan DEM Pembuatan DEM pada studi ini digunakan untuk mendapatkan peta kontur dalam format raster melalui proses TIN. Data DEM ini selanjutnya digunakan sebagai input proses pembuatan SubDas Krueng Tengku dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2 Peta DEM Pembuatan Batas SubDAS Krueng Tengku Deliniasi DAS yang dilakukan menggunakan ARCSWAT menghasilkan
6 jaringan sungai sintetik, outlet tiap subdas dan batas SubDas. Selanjutnya didefinisikan outlet utama DAS Krueng Tengku sehingga menghasilkan peta SubDas Krueng Tengku. Hasil deliniasi DAS diperoleh bahwa SubDas Krueng Tengku terbagi lagi menjadi 7 SubDas. Batas SubDas Krueng Tengku dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3 Peta DAS Krueng Teungku Beradasarkan hasil delianiasi DAS didapat beberapa parameter seperti yang ada pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil Deliniasi DAS merupakan sub DAS paling kecil wilayahnya. Untuk kemiringan lahan sub DAS 7 merupakan lahan yang mempunyai kemiringan sebesar 25,32 % dan sub DAS 1 merupakan lahan yang memiliki kemiringan yang relatif datar yaitu sekitar 6,16 %. Proses deliniasi DAS juga memberikan informasi panjang lahan yang berada pada DAS Krueng Teungku yaitu dengan panjang lahan terpanjang yaitu sepanjang 8620,993m yang berada pada sub DAS 3, dan lahan terpendek yaitu sepanjang 2978,065 m berada pada sub DAS 1. Perkiraan Laju Erosi Lahan Perkiraan laju erosi yang dilakukan dengan pendekatan Universal Soil Loss Equation (USLE) dapat mengasilkan nilai erosi disetiap sub DAS yang ada pada DAS Krueng Teungku. Nilai laju erosi yang didapat dari analisis dengan USLE dan GIS pada DAS Krueng Teungku adalah sebesar 12061,941 ton/ha/tahun. Laju erosi ini tersebar di 7 sub DAS yang ada, dengan nilai laju erosi terbesar terjadi pada bagian Sub DAS 4 yaitu dengan nilai laju erosi sebesar 640,995 ton/ha/tahun. Berdasarkan hasil delianiasi DAS Krueng Teungku yang dilakukan dengan ArcSwat yaitu ekstensi dari GIS, terlihat bahwa sub DAS 5 merupakan sub DAS yang paling luas dan sub DAS 1 adalah Sediment Delivery Ratio (SDR) Analisis yang dilakukan untuk bisa memprakirakan jumlah hasil sedimen dari suatu DAS adalah melalui perhitungan nisbah pelepasan sedimen (sediment Volume 3, No. 4, November
7 delivery ratio) atau yang dikenal dengan SDR. Perhitungan SDR tersebut memberikan gambaran besarnya rasio sedimen yang terangkut dalam DAS Krueng Teungku, sedimen hasil proses erosi biasanya diendapkan pada lahan atau juga masuk ke dalam sungai. prakiraan hasil sedimen dapat dilihat pada Tabel 2 Tabel 2. Perhitungan SDR Sub DAS Luas (Km 2 ) SDR 1 1,828 0, ,622 0, ,176 0, ,916 0, ,334 0, ,977 0, ,739 0,173 Nilai SDR yang didapat dari perhitungan tersebut menggambarkan jumlah sediment ratio yang terjadi pada setiap sub DAS yang ada pada DAS Krueng Teungku. SDR tertinggi terdapat pada sub DAS 1 yaitu sebesar 0,342 dengan luas area sebesar 1,828 Km 2 dan SDR terkecil terdapat pada sub DAS 5 dengan nilai SDR 0,146 dan luas area sebesar 31,334 Km 2. Sebaran nilai SDR ini dibuat dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4 Peta SDR Krueng Teungku konservasi secara vegetatif (sistem vetiver) Berdasarkan nilai erosi lahan yang didapat untuk kondisi DAS Krueng Teungku, perlu dilakukan tindakan konservasi. Konservasi secara vegetatiff melalui sistem vetiver dapat dilakuan pada DAS, dengan menggantikan faktor tutupan lahan (C) yaitu nilai dari vetiver yaitu sebesar 0,4 dan juga dengan melakukan penggantian nilai tindakan konservasi (P) dengan mempertimbangkan kondisi sebelumnya dan juga dengan memepertimbangkan faktor kemiringan lereng. Penerapan sistem vetiver pada penelitian ini adalah sebagai pengganti atau penambahan tutupan lahan sebagai cara yang akan diharapkan dapat mereduksi sebagian besar laju erosi yang terjadi pada DAS Krueng Teungku. 7 - Volume 3, No. 4, November 2014
8 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Dari hasil analisis yang dilakukan didapat nilai laju erosi tertinggi pada DAS Krueng Teungku adalah sebesar 640,995 ton/ha/tahun yang terjadi pada subdas Sebaran nilai Laju erosi yang berada pada 7 sub DAS, dengan nilai laju erosi terbesar terjadi pada bagian Sub DAS 4 yaitu dengan nilai laju erosi sebesar 578,998 ton/ha/tahun, ini terjadi pada lahan terbuka. 3. Perhitungan SDR memberikan gambaran besarnya rasio sedimen yang terangkut pada tiap-tiap sub DAS Krueng Teungku, nilai sedimen hasil proses erosi biasanya diendapkan pada lahan atau juga masuk ke dalam sungai. 4. Usaha konservasi lahan pada hasil analisis ini dilakukan dengan metode vegetatif yang menggunakan sistem vetiver. Pemilihan zona yang akan dilakukan tindakan konservasi vegetatif ini yaitu pada Sub DAS dengan dengan laju erosi tinggi serta mempertimbangkan kemiringan lahan. Saran 1. Hasil analisis laju erosi ini dilakukan dengan kombinasi USLE dan GIS dimana sangat memudahkan kita maupun instansi-instansi yang berkaitan dengan kegiatan konservasi DAS untuk melihat wilayah-wilyah kritis dari DAS Krueng Teungku ini, sehingga dapat melakukan tindakan sesuai hasil yang didapat. 2. Perlu dilakukan analisis produksi sedimen (sediment yield), sehingga memudahkan untuk instansi terkait dalam hal merencanakan tampungan mati (dead storage) apabila dilakukan pembangunan waduk. 3. Perlu juga dilakukan penelitian lanjutan dengan mencoba mengkombinasikan rumput vetiver dengan tanaman setempat, sehingga didapat hasil yang lebih baik lagi. DAFTAR KEPUSTAKAAN Arsyad, S., Konservasi Tanah dan Air, Bogor: IPB press. Asdak, C., Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Astuti, A., Pemanfaatan Rumput Vetiver (Vetiver Ziznoides) Sebagai Tanaman Konservasi Pencegah Erosi Daerah Aliran Sungai (DAS). Majalah Ilmiah Renaisans, Universitas Bondowoso, viewed Desember 2013, Available from internet <renaisansunibo.blogspot.com/2009/03/pemanfa atan-rumput-vetivervetiveria.html?m=1>. Balitbang PU., Vetiver Rumput Perkasa Penahan Erosi, Kementrian Pekerjaan Umum Republik Indonesia, viewed Desember 2013, Available from internet <litbang.pu.go.id/vetiverrumput-perkasa-penahaerosi.balitbang.pu.go.id>. Kodoatie, R.J, dan Sjarief, R., Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu. Yogyakarta: Andi. Volume 3, No. 4, November
9 Saidah, H., Modifikasi Model Sediment Delivery Ratio Untuk Daerah Aliran Sungai Dodokan Di Lombok, Jurusan Teknik Sipil. Fakultas Teknik, Universitas Mataram. 9 - Volume 3, No. 4, November 2014
Prosiding Seminar Nasional INACID Mei 2014, Palembang Sumatera Selatan
No Makalah : 1.17 EROSI LAHAN DI DAERAH TANGKAPAN HUJAN DAN DAMPAKNYA PADA UMUR WADUK WAY JEPARA Dyah I. Kusumastuti 1), Nengah Sudiane 2), Yudha Mediawan 3) 1) Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Samudera, Danau atau Laut, atau ke Sungai yang lain. Pada beberapa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sungai merupakan jalan air alami yang mengalir menuju Samudera, Danau atau Laut, atau ke Sungai yang lain. Pada beberapa kasus, sebuah sungai secara sederhana mengalir
Lebih terperinciBAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Karakter Daerah Tangkapan Air Merden
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis Karakter Daerah Tangkapan Air Merden 1. Luas DTA (Daerah Tangkapan Air) Merden Dari hasil pengukuran menggunakan aplikasi ArcGis 10.3 menunjukan bahwa luas DTA
Lebih terperinciBAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis karakteristik DTA(Daerah Tangkapan Air ) Opak
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis karakteristik DTA(Daerah Tangkapan Air ) Opak 1. Luas DTA (Daerah Tangkapan Air) Opak Dari hasil pengukuran menggunakan aplikasi ArcGis 10.1 menunjukan bahwa luas
Lebih terperinciKAJIAN PARAMETER ANCAMAN BANJIR BANDANG PADA DAS KRUENG TEUNGKU KABUPATEN ACEH BESAR
ISSN 2302-0253 9 Pages pp. 19-27 KAJIAN PARAMETER ANCAMAN BANJIR BANDANG PADA DAS KRUENG TEUNGKU KABUPATEN ACEH BESAR Rika Vadiya, Azmeri 2, Ella Meilianda 3 1) Magister Teknik Sipil Program Banda Aceh
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE)
BAB III LANDASAN TEORI A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE) Metode USLE dapat dimanfaatkan untuk memperkirakan besarnya erosi untuk berbagai macam kondisi tataguna lahan dan kondisi iklim yang
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE)
BAB III LANDASAN TEORI A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE) Metode USLE dapat dimanfaatkan untuk memperkirakan besarnya erosi untuk berbagai macam kondisi tataguna lahan dan kondisi iklim yang
Lebih terperinciJRSDD, Edisi September 2016, Vol. 4, No. 3, Hal: (ISSN: )
JRSDD, Edisi September 2016, Vol. 4, No. 3, Hal:435 446 (ISSN:2303-0011) Analisis Sedimentasi Di Check Dam Study Kasus : Sungai Air Anak dan Sungai Talang Bandung Desa Talang Bandung, Kecamatan Sumber
Lebih terperinciANALISIS POTENSI EROSI DAS PETAPAHAN PADA EMBUNG PETAPAHAN Lukman Nul Hakim 1), Mudjiatko 2), Trimaijon 2)
ANALISIS POTENSI EROSI DAS PETAPAHAN PADA EMBUNG PETAPAHAN Lukman Nul Hakim 1), Mudjiatko 2), Trimaijon 2) 1) Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau 2) Dosen Jurusan Teknik Sipil,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tank Model Penerapan Tank Model dilakukan berdasarkan data harian berupa data curah hujan, evapotranspirasi dan debit aliran sungai. Data-data tersebut digunakan untuk menentukan
Lebih terperinciMENENTUKAN LAJU EROSI
MENENTUKAN LAJU EROSI Pendahuluan Erosi adalah proses berpindahnya massa batuan dari satu tempat ke tempat lain yang dibawa oleh tenaga pengangkut yang bergerak di muka bumi. Tenaga pengangkut tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Embung merupakan bangunan air yang menampung, mengalirkan air menuju hilir embung. Embung menerima sedimen yang terjadi akibat erosi lahan dari wilayah tangkapan airnya
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI Rancangan Penulisan
BAB III METODOLOGI 3.1. Tinjauan Umum Metodologi penelitian adalah semacam latar belakang argumentatif yang dijadikan alasan mengapa suatu metode penelitian dipakai dalam suatu kegiatan penelitian. Metodologi
Lebih terperinciMENENTUKAN PUNCAK EROSI POTENSIAL YANG TERJADI DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) LOLI TASIBURI DENGAN MENGGUNAKAN METODE USLEa
JIMT Vol. 0 No. Juni 203 (Hal. ) Jurnal Ilmiah Matematika dan Terapan ISSN : 2450 766X MENENTUKAN PUNCAK EROSI POTENSIAL YANG TERJADI DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) LOLI TASIBURI DENGAN MENGGUNAKAN METODE
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dibutuhkan umat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dibutuhkan umat manusia. Pengertian lahan dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998), yaitu : Lahan merupakan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. unsur-unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air dan vegetasi serta
TINJAUAN PUSTAKA Daerah Aliran Sungai Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air dan vegetasi serta sumberdaya manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Wilayahnya meliputi bagian hulu, bagian hilir, bagian pesisir dan dapat berupa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) berfungsi sebagai penampung air hujan, daerah resapan, daerah penyimpanan air, penangkap air hujan dan pengaliran air. Wilayahnya meliputi
Lebih terperinciYeza Febriani ABSTRACT. Keywords : Erosion prediction, USLE method, Prone Land Movement.
PREDIKSI EROSI MENGGUNAKAN METODA USLE PADA DAERAH RAWAN GERAKAN TANAH DI DAERAH JALUR LINTAS BENGKULU-KEPAHIANG Yeza Febriani Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. Jika dirumuskan dalam suatu persamaan adalah sebagai berikut : R=.(3.1) : curah hujan rata-rata (mm)
BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Curah hujan wilayah Menurut Triatmodjo (2010) stasiun penakar hujan hanya memberikan kedalaman hujan di titik di mana stasiun tersebut berada, sehingga hujan pada suatu luasan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Uraian Umum Embung merupakan bangunan air yang selama pelaksanaan perencanaan diperlukan berbagai bidang ilmu guna saling mendukung demi kesempurnaan hasil perencanaan. Bidang
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Erosi
3 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Erosi Erosi berasal dari bahasa latin erodere yang berarti menggerogoti atau untuk menggali. Istilah erosi ini pertama kali digunakan dalam istilah geologi untuk menggambarkan
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang
1 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Erosi adalah proses terkikis dan terangkutnya tanah atau bagian bagian tanah oleh media alami yang berupa air. Tanah dan bagian bagian tanah yang terangkut dari suatu
Lebih terperinciANALISIS SEDIMENTASI LAHAN DAS EMBUNG UWAI KABUPATEN KAMPAR MENGGUNAKAN METODE USLE BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOFRAFIS (SIG)
ANALISIS SEDIMENTASI LAHAN DAS EMBUNG UWAI KABUPATEN KAMPAR MENGGUNAKAN METODE USLE BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOFRAFIS (SIG) Muhammad Hadi Hasibuan 1), Bambang Sujatmoko 2), Mudjiatko 2) 1) Mahasiswa
Lebih terperinciPENDUGAAN KEHILANGAN TANAH DAN SEDIMEN AKIBAT EROSI MENGGUNAKAN MODEL "ANSWERS" DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CILIWUNG HULU, KATULAMPA.
.,., -., 2.,..' :, :.?
Lebih terperinciProsiding Seminar Nasional Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Berbasis Masyarakat untuk Hutan Aceh Berkelanjutan Banda Aceh, 19 Maret 2013
ANALISIS SPASIAL ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN KEKRITISAN LAHAN SUB DAS KRUENG JREUE Siti Mechram dan Dewi Sri Jayanti Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
Lebih terperinciUmmi Kalsum 1, Yuswar Yunus 1, T. Ferijal 1* 1 Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala PENDAHULUAN
Arahan Konservasi DAS Meureudu Menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) (Conservation Directives of Drainage Basin Meureudu Using GIS Geographic Information Systems) Ummi Kalsum 1, Yuswar Yunus 1,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Daerah Aliran Sungai Asahan. harafiah diartikan sebagai setiap permukaan miring yang mengalirkan air
TINJAUAN PUSTAKA Daerah Aliran Sungai Asahan Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagai terjemahan dari watershed secara harafiah diartikan sebagai setiap permukaan miring yang mengalirkan air (Putro et al, 2003).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Menurut Bocco et all. (2005) pengelolaan sumber daya alam
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sumber daya alam merupakan suatu bentuk kekayaan alam yang pemanfaatannya bersifat terbatas dan berfungsi sebagai penunjang kesejahteraan makhluk hidup khususnya manusia
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI EVALUASI KAPASITAS SABO DAM DALAM USAHA MITIGASI BENCANA SEDIMEN MERAPI. (Studi Kasus PA-C Pasekan, Kali Pabelan)
NASKAH PUBLIKASI EVALUASI KAPASITAS SABO DAM DALAM USAHA MITIGASI BENCANA SEDIMEN MERAPI (Studi Kasus PA-C Pasekan, Kali Pabelan) ABSTRAK Gunung Merapi merupakan salah satu gunung teraktif di dunia, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan daerah yang berfungsi sebagai daerah resapan, daerah penyimpanan air, penampung air hujan dan pengaliran air. Yaitu daerah dimana
Lebih terperinciErosi. Rekayasa Hidrologi
Erosi Rekayasa Hidrologi Erosi adalah suatu proses atau peristiwa hilangnya lapisan permukaan tanah atas, baik disebabkan oleh pergerakan air maupun angin. Erosi merupakan tiga proses yang berurutan, yaitu
Lebih terperinciPENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN TERHADAP DEBIT LIMPASAN PADA SUB DAS SEPAUK KABUPATEN SINTANG KALIMANTAN BARAT
PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN TERHADAP DEBIT LIMPASAN PADA SUB DAS SEPAUK KABUPATEN SINTANG KALIMANTAN BARAT Ria Rosdiana Hutagaol 1 dan Sigit Hardwinarto 2 1 Faperta Jurusan Kehutanan Universitas
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Way Semangka
40 III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Way Semangka dan Way Semung, Wonosobo Kabupaten Tanggamus. DAS Sungai Way Semaka mempunyai
Lebih terperinciSTUDI PENGARUH SEDIMENTASI KALI BRANTAS TERHADAP KAPASITAS DAN USIA RENCANA WADUK SUTAMI MALANG
STUDI PENGARUH SEDIMENTASI KALI BRANTAS TERHADAP KAPASITAS DAN USIA RENCANA WADUK SUTAMI MALANG Suroso, M. Ruslin Anwar dan Mohammad Candra Rahmanto Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Lebih terperinciBAB V ANALISIS SEDIMEN DAN VOLUME KEHILANGAN AIR PADA EMBUNG
V-1 BAB V ANALISIS SEDIMEN DAN VOLUME KEHILANGAN AIR PADA EMBUNG 5.1. Analisis Sedimen dengan Metode USLE Untuk memperkirakan laju sedimentasi pada DAS S. Grubugan digunakan metode Wischmeier dan Smith
Lebih terperinciPENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG
Konservasi Lahan Sub DAS Lesti Erni Yulianti PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG Erni Yulianti Dosen Teknik Pengairan FTSP ITN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia memiliki peran penting terhadap suatu Daerah Aliran Sungai (DAS). Setiap aktivitas yang dilakukan manusia sangat berpengaruh terhadap DAS, baik secara langsung
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
9 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Persiapan : Oktober November 2010 (Bogor). Pelaksanaan lapang (pra survei dan survei) : Desember 2010. Analisis Laboratorium : Januari Februari 2011.
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
35 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Curah Hujan Data curah hujan yang terjadi di lokasi penelitian selama 5 tahun, yaitu Januari 2006 hingga Desember 2010 disajikan dalam Gambar 5.1. CH (mm) 600 500 400
Lebih terperinciPendugaan Erosi Aktual Berdasarkan Metode USLE Melalui Pendekatan Vegetasi, Kemiringan Lereng dan Erodibilitas di Hulu Sub DAS Padang
Pendugaan Erosi Aktual Berdasarkan Metode USLE Melalui Pendekatan Vegetasi, Kemiringan Lereng dan Erodibilitas di Hulu Sub DAS Padang Estimation of Actual Erosion by USLE Method Approach Vegetation, Slope
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hujan memiliki peranan penting terhadap keaadaan tanah di berbagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hujan memiliki peranan penting terhadap keaadaan tanah di berbagai tempat terutama daerah tropis khususnya di daerah pegunungan yang nantinya akan sangat berpengaruh
Lebih terperinciPENANGANAN MASALAH EROSI DAN SEDIMENTASI DI KAWASAN KELURAHAN PERKAMIL
PENANGANAN MASALAH EROSI DAN SEDIMENTASI DI KAWASAN KELURAHAN PERKAMIL Fifi Nur Fitriyah Fuad Halim, M. I. Jasin Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Sam Ratulangi email: By_rhiby@yahoo.com
Lebih terperinciANALISA UMUR KOLAM DETENSI AKIBAT SEDIMENTASI (Studi Kasus Kolan Detensi Ario Kemuning Palembang )
ANALISA UMUR KOLAM DETENSI AKIBAT SEDIMENTASI (Studi Kasus Kolan Detensi Ario Kemuning Palembang ) R.A. Sri Martini Email : ninik_kunc@yahoo.co.id Sudirman Kimi Dosen Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciPREDIKSI EROSI DAERAH ALIRAN SUNGAI POBOYA
PREDIKSI EROSI DAERAH ALIRAN SUNGAI POBOYA Leonidas Paarrang 1, Uswah Hasanah dan Anthon Monde 2 leonidaspaarrang@gmail.com 1 (Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu-Ilmu Pertanian Pascasarjana Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peningkatan kebutuhan manusia akibat dari pertambahan jumlah penduduk maka
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumberdaya lahan merupakan komponen sumberdaya alam yang ketersediaannya sangat terbatas dan secara relatif memiliki luas yang tetap serta sangat bermanfaat
Lebih terperinciANALISIS EROSI DAN SEDIMENTASI LAHAN DI SUB DAS PANASEN KABUPATEN MINAHASA
ANALISIS EROSI DAN SEDIMENTASI LAHAN DI SUB DAS PANASEN KABUPATEN MINAHASA Marizca Monica Rantung A. Binilang, E. M. Wuisan, F. Halim Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi email:brikaks_1505@ymail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan merupakan bagian bentang alam (landscape) yang mencakup komponen fisik yang terdiri dari iklim, topografi (relief), hidrologi dan keadaan vegetasi alami (natural
Lebih terperinciPENDUGAAN TINGKAT SEDIMEN DI DUA SUB DAS DENGAN PERSENTASE LUAS PENUTUPAN HUTAN YANG BERBEDA
Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS 217 ISBN: 978 62 361 72-3 PENDUGAAN TINGKAT SEDIMEN DI DUA SUB DAS DENGAN PERSENTASE LUAS PENUTUPAN HUTAN YANG BERBEDA Esa Bagus Nugrahanto Balai Penelitian dan
Lebih terperinci1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erosi merupakan salah satu permasalahan lingkungan yang harus ditanggulangi. Fenomena alam ini menjadi penyebab utama terbentuknya lahan kritis, terutama jika didukung
Lebih terperinciBAB II. TINJAUAN PUSTAKA
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Daerah Aliran Sungai (DAS) Definisi daerah aliran sungai dapat berbeda-beda menurut pandangan dari berbagai aspek, diantaranya menurut kamus penataan ruang dan wilayah,
Lebih terperinciPREDIKSI EROSI LAHAN DENGAN METODE USLE
PREDIKSI EROSI LAHAN DENGAN METODE USLE Subekti Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Jl. Jenderal Sudirman KM. 3 Cilegon 42435 E-mail : www.subekti_st@yahoo.co.id ABSTRAK
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI A. Analisis Hidrologi 1. Curah Hujan Wilayah Curah hujan (mm) adalah ketinggian air hujan yang terkumpul dalam penakar hujan pada tempat yang datar, tidak menyerap, tidak meresap
Lebih terperinciPENDUGAAN EROSI DENGAN METODE USLE (Universal Soil Loss Equation) DI SITU BOJONGSARI, DEPOK
PENDUGAAN EROSI DENGAN METODE USLE (Universal Soil Loss Equation) DI SITU BOJONGSARI, DEPOK Oleh: NURINA ENDRA PURNAMA F14104028 2008 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciKAJIAN TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA PENGGUNAAN LAHAN TANAMAN PANGAN (UBI KAYU) DI KEBUN PERCOBAAN USU KWALA BEKALA
KAJIAN TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA PENGGUNAAN LAHAN TANAMAN PANGAN (UBI KAYU) DI KEBUN PERCOBAAN USU KWALA BEKALA SKRIPSI Oleh: HOLONG MUNTE 060308042 DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
Lebih terperinci1267, No Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 49, Tambahan Lem
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1267, 2014 KEMENHUT. Pengelolaan. Daerah Aliran Sungai. Evaluasi. Monitoring. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P. 61 /Menhut-II/2014 TENTANG MONITORING
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN
BAB I 1.1. Latar Belakang Pembukaan lahan untuk perumahan dan pemukiman pada daerah aliran sungai (DAS) akhir-akhir ini sangat banyak terjadi khususnya pada kota-kota besar, dengan jumlah dan pertumbuhan
Lebih terperinciEVALUASI UMUR LAYANAN WADUK SANGGEH
EVALUASI UMUR LAYANAN WADUK SANGGEH Suseno Darsono*, Risdiana Cholifatul Afifah, dan Ratih Pujiastuti Pusat Studi Bencana LPPM Universitas Diponegoro *E-mail: sdarsono@hotmail.com Intisari Waduk Sanggeh
Lebih terperinciVALUASI EKONOMI EROSI LAHAN PERTANIAN DI SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI KEDUANG KABUPATEN WONOGIRI
SEPA : Vol. 8 No.2 Pebruari 2012 : 154 161 ISSN : 1829-9946 VALUASI EKONOMI EROSI LAHAN PERTANIAN DI SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI KEDUANG KABUPATEN WONOGIRI JOKO SUTRISNO 1, BUNASOR SANIM 2, ASEP SAEFUDDIN
Lebih terperinciAnalisis Sedimentasi di Sungai Way Besai. Ofik Taufik Purwadi 1) Dyah Indriana K 2) Astika Murni Lubis 3)
Analisis Sedimentasi di Sungai Way Besai Ofik Taufik Purwadi 1) Dyah Indriana K 2) Astika Murni Lubis 3) Abstract Way Besai River's catchment area is used as agricultural, tourism, and hydroelectrica power
Lebih terperinciUPAYA PENINGKATAN UMUR GUNA WADUK MELALUI PENANGGULANGAN EROSI SECARA MEKANIK (STUDI KASUS: DAS WADUK KEULILING ACEH BESAR PROVINSI ACEH)
UPAYA PENINGKATAN UMUR GUNA WADUK MELALUI PENANGGULANGAN EROSI SECARA MEKANIK (STUDI KASUS: DAS WADUK KEULILING ACEH BESAR PROVINSI ACEH) Azmeri 1, Alfiansyah Yulianur 1, Maimun Rizalihadi 1 dan Shafur
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. A. Metode MUSLE
BAB III LANDASAN TEORI A. Metode MUSLE Metode MUSLE (Modify Universal Soil Loss Equation) adalah modifikasi dari metode USLE (Soil Loss Equation), yaitu dengan mengganti faktor erosivitas hujan (R) dengan
Lebih terperinciKAJIAN TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA PENGGUNAAN LAHAN TANAMAN AGROFORESTRY DI SUB DAS LAU BIANG (KAWASAN HULU DAS WAMPU)
KAJIAN TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA PENGGUNAAN LAHAN TANAMAN AGROFORESTRY DI SUB DAS LAU BIANG (KAWASAN HULU DAS WAMPU) SKRIPSI Oleh HARRY PRANATA BARUS DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
Lebih terperinciPERENCANAAN KONSERVASI SUB DAS CIMUNTUR KABUPATEN CIAMIS. Ajeng Aprilia Romdhon, Kunto Dwi Utomo, Suharyanto *), Hari Nugroho *)
JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman 105 JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman 105 118 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkts
Lebih terperinciPOTENSI DAS DELI DALAM MENDUKUNG PERTANIAN BERKELANJUTAN BERDASARKAN EVALUASI KEMAMPUAN PENGGUNAAN LAHAN ABSTRAK
1 POTENSI DAS DELI DALAM MENDUKUNG PERTANIAN BERKELANJUTAN BERDASARKAN EVALUASI KEMAMPUAN PENGGUNAAN LAHAN ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi DAS Deli berdasarkan evaluasi kemampuan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Erosi Metode yang digunakan pada pendugaan erosi adalah Persamaan 2.1 yaitu metode USLE (Universal Soil Loss Equation) yang dikembangkan oleh Wishchmeier dan Smith (1978)
Lebih terperinciKeywords : DAS Bringin, USLE, Sediment Yield, Check Dam
PERENCANAAN KONSERVASI DAS BRINGIN BAGIAN HULU DENGAN CHECK DAM DAN SUMUR RESAPAN Savitri Mustika Sari, Rizqi Fayunta A., Joetata Hadihardaja, Suharyanto ABSTRAK Perubahan tata guna lahan di DAS Bringin
Lebih terperinciBab ini berhubungan dengan bab-bab yang terdahulu, khusunya curah hujan dan pengaliran air permukaan (run off).
BAB VII. EROSI DAN SEDIMENTASI A. Pendahuluan Dalam bab ini akan dipelajari pengetahuan dasar tentang erosi pada DAS, Nilai Indeks Erosivitas Hujan, Faktor Erodibilitas Tanah, Faktor Tanaman atau Faktor
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. A. Metode USLE
BAB III LANDASAN TEORI A. Metode USLE Metode Universal Soil Loss Equation (USLE) merupakan model empiris yang dikembangkan di Pusat Data Aliran Permukaan dan Erosi Nasional, Dinas Penelitian Pertanian,
Lebih terperinciBAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Daerah Aliran Sungai 1. Wilayah Administrasi Sub-DAS Serayu untuk bendungan ini mencakup wilayah yang cukup luas, meliputi sub-das kali Klawing, kali Merawu, Kali Tulis
Lebih terperinci(sumber : stasiun Ngandong dan stasiun Pucanganom)
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hidrologi Analasis hidrologi untuk mencari nilai curah hujan bulanan rata-rata. Contoh perhitungan yang diambil adalah rata rata curah hujan tahun 2010-2015 bulan
Lebih terperinciTeknik Konservasi Waduk
Teknik Konservasi Waduk Pendugaan Erosi Untuk memperkirakan besarnya laju erosi dalam studi ini menggunakan metode USLE (Universal Soil Loss Equation) atau PUKT (Persamaan umum Kehilangan Tanah). USLE
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DAS (Daerah Aliran Sungai) Daerah aliran sungai adalah merupakan sebuah kawasan yang dibatasi oleh pemisah topografis, yang menampung, menyimpan dan mengalirkan curah hujan yang
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Erosi adalah suatu proses atau peristiwa hilangnya lapisan permukaan tanah atas, baik disebabkan oleh pergerakan air maupun angin (Suripin 2004). Erosi merupakan tiga proses
Lebih terperinciSTUDI IDENTIFIKASI PENGELOLAAN LAHAN BERDASAR TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) (Studi Kasus Di Sub Das Sani, Das Juwana, Jawa Tengah)
JURNAL ILMU LINGKUNGAN Volume 9, Issue 2: 57-61 (2011) ISSN 1829-8907 STUDI IDENTIFIKASI PENGELOLAAN LAHAN BERDASAR TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) (Studi Kasus Di Sub Das Sani, Das Juwana, Jawa Tengah) Rathna
Lebih terperinciPENGGUNAAN METODE USLE DAN MUSLE DALAM ANALISA EROSI DAN SEDIMENTASI DI DAS BELAWAN
PENGGUNAAN METODE USLE DAN MUSLE DALAM ANALISA EROSI DAN SEDIMENTASI DI DAS BELAWAN Anshar Raufan Adhirahman 1, A. P. Mulia Tarigan 2, Hendri Irwandi 3, M. Irsan 4 1 Mahasiswa Departemen Teknik Sipil,
Lebih terperinciAnalisis Perubahan Tutupan Lahan dan Pengaruhnya Terhadap Neraca Air dan Sedimentasi Danau Tempe
Tahun Penelitian 2005 Perubahan tutupan lahan DAS inlet Danau Tempe akan sangat menentukan waktu umurguna danau karena adanya penurunan produksi air dan peningkatan sedimentasi. Artinya, umurguna danau
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Faktor Erosivitas Faktor erosivitas hujan yang didapatkan dari nilai rata rata curah hujan bulanan dari stasiun-stasiun hujan yang terdekat dengan lokasi penelitian.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Daerah Aliran Sungai merupakan suatu sistem alam yang menjadi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai merupakan suatu sistem alam yang menjadi faktor pendukung dalam penyediaan kebutuhan air. Lahan-lahan yang ada pada suatu DAS merupakan suatu
Lebih terperinci%$be PEWGARUH EROSl DAN SEDIMENTASI TERHADAP UMUR WADUK SAGULONG
%$be PEWGARUH EROSl DAN SEDIMENTASI TERHADAP UMUR WADUK SAGULONG Dl DAERAH ALIRAN SUNGAI ClTAWUWI Oleh AHMAD AMIN AULAWI F 24. 0282 1994 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR Ahmad
Lebih terperinci%$be PEWGARUH EROSl DAN SEDIMENTASI TERHADAP UMUR WADUK SAGULONG
%$be PEWGARUH EROSl DAN SEDIMENTASI TERHADAP UMUR WADUK SAGULONG Dl DAERAH ALIRAN SUNGAI ClTAWUWI Oleh AHMAD AMIN AULAWI F 24. 0282 1994 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR Ahmad
Lebih terperinciPEMETAAN TINGKAT BAHAYA EROSI DENGAN METODE USLE (UNIVERSAL SOIL LOSS EQUATION) BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) DI PULAU SAMOSIR
PEMETAAN TINGKAT BAHAYA EROSI DENGAN METODE USLE (UNIVERSAL SOIL LOSS EQUATION) BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) DI PULAU SAMOSIR SKRIPSI OLEH: FRISCA ELIANA SIDABUTAR 031201021/MANAJEMEN HUTAN
Lebih terperinciVALUASI EKONOMI EROSI LAHAN PERTANIAN DI SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI KEDUANG KABUPATEN WONOGIRI ABSTRACT
SEPA : Vol. 8 No. 2 Pebruari 2012 : 51 182 ISSN : 1829-9946 VALUASI EKONOMI EROSI LAHAN PERTANIAN DI SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI KEDUANG KABUPATEN WONOGIRI JOKO SUTRISNO 1, BUNASOR SANIM 2, ASEP SAEFUDDIN
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat
18 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2006 - Agustus 2006 di wilayah daerah aliran sungai (DAS) Dodokan (34.814 ha) dengan plot pengambilan sampel difokuskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia. Proses erosi karena kegiatan manusia kebanyakan disebabkan oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erosi merupakan proses penghancuran dan pengangkutan partikel-partikel tanah oleh tenaga erosi (presipitasi, angin) (Kusumandari, 2011). Erosi secara umum dapat disebabkan
Lebih terperinciek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO
ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO PENGARUH PROSEDUR PERKIRAAN LAJU EROSI TERHADAP KONSISTENSI NISBAH PENGANGKUTAN SEDIMEN I Gede Tunas * Abstract There are two procedures to predict erosion rate using
Lebih terperinciPENDUGAAN EROSI TANAH DIEMPAT KECAMATAN KABUPATEN SIMALUNGUN BERDASARKAN METODE ULSE
PENDUGAAN EROSI TANAH DIEMPAT KECAMATAN KABUPATEN SIMALUNGUN BERDASARKAN METODE ULSE SKRIPSI Oleh: MARDINA JUWITA OKTAFIA BUTAR BUTAR 080303038 DEPARTEMEN AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciPENGENDALIAN TRANSPOR SEDIMEN SUNGAI SEBAGAI UPAYAPENGENDALIAN BANJIR DI KOTA GORONTALO. Ringkasan
PENGENDALIAN TRANSPOR SEDIMEN SUNGAI SEBAGAI UPAYAPENGENDALIAN BANJIR DI KOTA GORONTALO Komang Arya Utama, Rawiyah Husnan Ringkasan Erosi dan sedimentasi adalah hal yang kontinyu terjadi di DAS Bolango-Bone.
Lebih terperinciKAJIAN EROSI DENGAN METODE MUSLE DAERAH TANGKAPAN HUJAN WADUK SERMO KABUPATEN KULON PROGO, DAERAH ISTIMEWAYOGYAKARTA. Abstrak
2 Jurnal Teknik Sipil ITP Vol. 3 No.2 Juli 2016 ISSN: 2354-8452 KAJIAN EROSI DENGAN METODE MUSLE DAERAH TANGKAPAN HUJAN WADUK SERMO KABUPATEN KULON PROGO, DAERAH ISTIMEWAYOGYAKARTA Oleh : Silta Yulan Nifen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan erosi geologi atau geological erosion. Erosi jenis ini tidak berbahaya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah dan air merupakan sumberdaya alam utama yang mempunyai pengaruh besar terhadap kehidupan manusia. Sebagai sumberdaya yang banyak digunakan, tanah dapat mengalami
Lebih terperinciJurnal Geodesi Undip Oktober 2014
ANALISIS ANCAMAN BENCANA EROSI PADA KAWASAN DAS BERINGIN KOTA SEMARANG MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Avianta Anggoro Santoso, Arief Laila Nugraha, Arwan Putra Wijaya *) Program Studi Teknik Geodesi
Lebih terperinciKAJIAN SEDIMENTASI RENCANA BANGUNAN PENAHAN SEDIMEN SUNGAI KAPUR KECIL
Kajian Sedimentasi Rencana Bangunan Penahan Sedimen KAJIAN SEDIMENTASI RENCANA BANGUNAN PENAHAN SEDIMEN SUNGAI KAPUR KECIL Siswanto, Manyuk Fauzi, Hendra Muchlis ABSTRAK Pengurangan hutan karena kebutuhan
Lebih terperinci: Curah hujan rata-rata (mm) : Curah hujan pada masing-masing stasiun (mm) : Banyaknya stasiun hujan
BAB III LANDASAN TEORI A. Analisis Hidrologi 1. Curah Hujan Wilayah Menurut Triatmodjo (2010) stasiun penakar hujan hanya memberikan kedalaman hujan di titik dimana stasiun tersebut berada, sehingga hujan
Lebih terperinciAPLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) UNTUK ANALISA TINGKAT BAHAYA EROSI DAN KEKRITISAN LAHAN PADA DAS BADUNG PROVINSI BALI Saikhul Islam 1, Moh. Sholichin 2, Runi Asmaranto 2 1 Mahasiswa Sarjana Teknik
Lebih terperinciGeo Image (Spatial-Ecological-Regional)
Geo Image 6 (2) (2017) Geo Image (Spatial-Ecological-Regional) http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/geoimage ESTIMASI EROSI DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BODRI MENGGUNAKAN METODE UNIVERSAL SOIL LOSS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan kegiatan memperbaiki, memelihara, dan melindungi keadaan DAS, agar dapat menghasilkan barang dan jasa khususnya, baik
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Daerah Aliran Sungai adalah suatu daerah atau wilayah dengan
TINJAUAN PUSTAKA Daerah Aliran Sungai Daerah Aliran Sungai adalah suatu daerah atau wilayah dengan kemiringan lereng yang bervariasi yang dibatasi oleh punggung-punggung bukit atau yang dapat menampung
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii KATA PENGANTAR... iii PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR PETA... xii DAFTAR LAMPIRAN...
Lebih terperinciABSTRACT PREDICTION EROSION, LAND CAPABILITY CLASSIFICATION AND PROPOSED LAND USE IN BATURITI DISTRICT, TABANAN REGENCY, BALI PROVINCE.
ABSTRACT PREDICTION EROSION, LAND CAPABILITY CLASSIFICATION AND PROPOSED LAND USE IN BATURITI DISTRICT, TABANAN REGENCY, BALI PROVINCE. Land resource damage caused by the land conversion and land use without
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Umum Sedimentasi dapat didefinisikan sebagai pengangkutan, melayangnya (suspensi) atau mengendapnya material fragmental oleh air.sedimentasi merupakan akibat dari adanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Tanah adalah sumber daya alam yang esensial bagi kelangsungan makhluk hidup. Tanah bersifat dinamis, selalu mengalami perubahan akibat dari penggunaan dan pengelolaan
Lebih terperinci