ANALISIS TERHADAP VOORGEZETTE HANDELING
|
|
- Hartanti Salim
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ANALISIS TERHADAP VOORGEZETTE HANDELING DALAM PERKARA PIDANA (SUATU TINJAUAN TERHADAP TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN PERKARA No. 184/Pid.B/2010/PN.Bgr) Oleh Fadli Indra Kusuma (Mahasiswa Hukum Universitas Pakuan) ABSTRAK Pencurian adalah suatu perbuatan yang tercela dan perbuatan yang sangat tidak disukai oleh masyarakat. Faktor yang menyebabkan timbulnya pencurian adalah tingkat sosial yang berbeda. Bentuk perbuatan berlanjut apabila seseorang melakukan beberapa perbuatan dan beberapa perbuatan itu merupakan tindak pidana sendiri-sendiri tetapi diantara perbuatan itu ada hubungan yang sedemikian eratnya satu sama lain, sehingga beberapa perbuatan itu harus dianggap sebagai satu perbuatan berlanjut. Latar Belakang Masalah kejahatan pencurian ini merupakan suatu persoalan yang tidak hanya dialami oleh masyarakat atau negara berkembang saja tetapi juga oleh masyarakat atau negara yang maju (modern). Bahkan pada realitannya perkembangan masyarakat yang pesat mempunyai peluang yang besar, untuk timbulnya kejahatan pencurian tersebut. Sejalan dengan hal tersebut sesuai dengan pendapat Sahetaty, dimana beliau mengatakan bahwa kejahatan erat hubungannya dengan bagian dari hasil budaya itu sendiri. Ini berarti semakin tinggi budaya dan semakin modern suatu bangsa, maka semakin 1
2 modern pula kejahatan itu dalam bentuk dan sifat serta pelaksanaannya. 1 Pencurian adalah suatu perbuatan yang tercela dan perbuatan yang sangat tidak disukai oleh masyarakat. pada dasarnya penyebab utama yang menimbulkan pencurian adalah karena keadaan yang memaksa, kebutuhan ekonomi yang mendesak, sedangkan lapangan pekerjaan sulit didapatkan membuat mereka melakukan pencurian, meskipun mereka sendiri menyadari bahwa perbuatan tersebut adalah perbuatan yang tercela yang dapat dikenakan sanksi hukuman. Faktor lain yang menyebabkan timbulnya pencurian adalah tinggkat sosial yang berbeda. Perbedaan tingkat sosial kadang-kadang membuat mereka mengambil jalan pintas untuk berbuat sesuatu agar keadaan sama dengan lain atau sifat ingin memiliki kepunyaan orang lain tetapi karena keadaan tidak mampu, ada kalanya orang tersebut melakukan pencurian. Dalam Pasal 64 KUHP hanya memuat suatu peraturan mengenai 1 Sahetapy, Kuasa dan Beberapa Analisis Kriminalitas, (Bandung: Alumni 1981), hal.116. penjatuhan hukuman dan bukan mengatur masalah pembentukan sejumlah tindak pidana menjadi satu keseluruhan menurut undang-undang, hal ini mempunyai arti yang sangat penting bagi lembaga-lembaga locus delicti, kedaluwarsa dan keturutsertaan. Mengenai masalah bilamana beberapa perilaku itu harus dianggap sebagai suatu tindakan yang berlanjut, yaitu tentang kriteria yang bagaimana yang harus dipergunakan orang untuk menganggap bahwa beberapa perilaku itu sebenarnya merupakan suatu tindakan yang berlanjut. Menurut Wirjono Projodikoro mengenai voorgezette handeling atau perbuatan berlanjut adalah dianggap sebagai perbuatan yang dilanjutkan adalah apabila adanya seorang melakukan beberapa perbuatan yang masing-masing merupakan tindak pidana, yang masing-masing tindak pidana itu ada hubungan satu sama lain. Mengenai adanya hubungan yang mengacu pada penafsiran Hoge Raad tentang Pasal 64 KUHP yang harus dipenuhi tiga syarat yaitu, kesatu harus ada satu penentuan kehendak dari si pelaku yang meliputi semua perbuatan 2
3 itu, kedua perbuatan-perbuatan itu harus sejenis, ketiga tenggang waktu antara perbuatan-perbuatan itu harus pendek. 2 Satochid Kartanegara, menyatakan bahwa seseorang dapat dipertanggungjawabkan jika : 1) keadaan jiwa itu adalah sedemikian rupa sehingga ia dapat mengerti atau tahu akan nilai perbuatannya itu dan juga akan mengerti akibatnya; 2) keadaan jiwa itu adalah sedemikian rupa sehingga ia dapat menentukan kehendaknya atas perbuatan yang dilakukan; 3) orang itu harus sadar, insyaf, bahwa perbuatan yang dilakukan adalah perbuatan yang terlarang atau tidak dapat dibenarkan dari sudut hukum, masyarakat maupun tata susila. Bentuk perbuatan berlanjut ini terdapat apabila seseorang melakukan beberapa perbuatan dan beberapa perbuatan itu merupakan tindak pidana sendiri-sendiri tetapi diantara perbuatan itu ada hubungan yang sedemikian 2 Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2002), hal.132. eratnya. Satu sama lainnya, sehingga beberapa perbuatan itu harus dianggap sebagai satu perbuatan berlanjut. Bentuk tindakan berlanjut dirumuskan dalam Pasal 64 KUHP yang menyatakan : 1. Jika antara beberapa tindakan yang masing-masing merupakan kejahatan atau pelanggaran, ada hubungan sedemikian rupa, sehingga harus dipandang sebagai satu tindakan berlanjut, maka hanya satu ketentuan pidana yang diterapkan, jika berbeda maka yang diterapkan adalah yang memuat ancaman pidana pokok yang paling berat. 2. Begitu juga hanya diterapkan satu ketentuan pidana, jika petindak dinyatakan bersalah melakukan pemalsuan atau perusakan mata uang, dan demikian juga menggunakan barang yang dipalsu atau yang dirusak itu. 3. Akan tetapi, jika yang dilakukan itu kejahatan-kejahatan tersebut Pasal 364, Pasal 373, Pasal 379, 3
4 dan Pasal 407 ayat (1), sebagai tindakan berlanjut sedangkan nilai kerugian yang ditimbulkan tidak melebihi Rp. 250, maka padanya diterapkan ketentuan pidana tersebut Pasal 362, Pasal 372, Pasal 378, dan Pasal 406. Dikatakan berbarengan tindakan berlanjut, apabila tindakan-tindakan itu masing-masing merupakan kejahatan atau pelanggaran, akan tetapi ada hubungan sedemikian rupa, sehingga harus dipandang sebagai tindakan berlanjut. Di dalam KUHP tidak dijelaskan kapan seseorang itu dapat dikatakan telah melakukan suatu perbuatan berlanjut. Namun hal ini dapat dilihat di memorie van Toelecting (MvT) diaman terhadap perubahan voorgezette handeling harus dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut : 1) Tindakan-tindakan yang terjadi adalah sebagai perwujudan dari satu kehendak jahat (one criminal intention). 2) Delik-delik yang terjadi itu sejenis, dan 3) Tenggang waktu antara terjadinya tindakan-tindakan tersebut tidak terlampau lama. Menurut R. Soesilo, dipandang sebagai satu perbuatan yang diteruskan itu apabila beberapa perbuatan satu sama lain ada hubungannya dan juga hubungan itu harus memenuhi syarat, yaitu : 3 a. Harus memenuhi dari satu niat atau kehendak atau keputusan, misalnya seorang berniat mempunyai (mencuri), tetapi tidak ada kesempatan untuk mencuri satu pesawat radio yang komplit. b. Perbuatan-perbuatannya itu harus sama atau sama macamnya, misalnya pencurian dengan pencurian, termasuk pula segala macam pencurian dari yang teringan sampai yang terberat, begitu juga pada penganiayaan. Namun apabila seseorang yang amat marahnya memaki-maki pada 3 R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, (KUHP) Serta Komentar- Komentar Lengkap Pasal Demi Pasal,(Bogor: Politeia, 1993), hal
5 temannya, kemudian memukulnya, pada akhirnya merusak barangnya itu tidak dipandang sebagai satu perbuatan yang diteruskan karena perbuatan-perbuatan itu tidak sama macamnya. c. Waktu antara tidak boleh terlalu lama. Penyeselaiannya mungkin sampai tahunan, akan tetapi perbuatnperbuatan. d. Berulang untuk menyelesaikannya itu diantaranya tidak boleh terlalu lama. Syarat-Syarat Voorgezette Handeling Syarat-syarat voorgezette handeling menurut MVT, yaitu : 1. Timbul dari satu kehendak. 2. Perbuatan tersebut sejenis. 3. Jangka waktu pelaksanaan antara perbuatan yang satu dengan perbuatan lainnya tidak terlalu lama. Syarat voorgezette handeling menurut Pasal 64 ayat (1) KUHP, yaitu : 4 4 P.A.F Lamintang dan Djisman Samosir. Hukum Pidana Indonesia (Bandung : Sinar Baru, 1983). hal a. Apabila perilaku - perilaku seorang tertuduh itu merupakan pelaksanaan satu keputusan terlarang. b. Apabila perilaku perilaku seorang tertuduh itu telah menyebabkan terjadinya beberapa tindak pidana yang sejenis dan. c. Apabila pelaksanaan tindak pindana yang satu dengan tindak pidana yang lain itu tidak dipisahkan oleh satu jangka waktu yang relatife cukup lama. Bahwa ada ciri pokok yang membedakan suatu perbuatan atau tindakan merupakan tindak pidana internasional atau bukan merupakan tindak pidana internasional. Ciri pokok dimaksud ialah tindakan tersebut harus mengandung unsur-unsur transnasional dan atau internasional serta harus diukur apakah mengandung unsur necessity atau necessity element. Perbedaan Penerapan Voorgezette Handeling Dengan Voorgezette Delic Concursus murni adalah apabila satu perbuatan melanggar beberapa 5
6 ketentuan pidana, sebab Undangundang sendiri mengetahui bahwa perbuatan tersebut adalah perbuatan concursus. Concursus tidak murni merupakan voorgezette handeling atau perbuatan yang dilanjutkan yaitu suatu perbuatan pidana yang timbul dari satu kehendak tetapi pelaksanaannya dilakukan beberapa kali atau tidak dilakukan sekaligus, dikatakan concursus tidak murni sebab Undangundang tidak secara tegas menyebut perbuatan tersebut perbuatan concursus. Concursus murni terbagi 2 (dua), yaitu : 5 1. Concursus Idealis Yaitu satu orang melakukan satu perbuatan yang melanggar beberapa ketentuan pidana. Dimana antara ketentuan yang dilanggar tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain, artinya apabila ketentuan yang satu dihapuskan maka ketentuan yang lain tidak akan dilanggar sehingga dalam concursus 5 Leden Marpaung. Asas, Teori, Praktik Hukum Pidana. (Jakarta: Sinar Grafika, 2005). hal.45. idealis terdapat hubungan conditio sine quo non (hubungan yang sangat erat). 2. Concursus Realis Yaitu apabila seseorang melakukan perbuatan yang berdiri sendiri dan melanggar beberapa ketentuan pidana. Concursus realis dipengaruhi oleh tempat dan waktu, artinya perbuatan tersebut terjadi bukan pada waktu dan tempat yang sama atau walaupun tempatnya sama tetapi waktunya berbeda. Dalam concursus realis tidak terdapat hubungan conditio sine qua non. Berdasarkan rumusan ayat (1), dapat ditarik unsur-unsur dari perbuatan berlanjut, yaitu : 1. Adanya beberapa perbuatan, meskipun berupa pelanggaran ataupun kejahatan; 2. Antara perbuatan yang satu dengan yang lain terdapat hubungan yang sedemikian rupa sehingga harus dipandang sebagai perbuatan yang berlanjut. Perbuatan berlanjut itu sendiri terdiri dari perbuatan pidana yang masing- 6
7 masing adalah berdiri sendiri, akan tetapi mempunyai pertalian satu sama lain. Jadi masing-masing perbuatan pidana itu mempunyai tempat, waktu dan daluarsanya sendiri-sendiri. 6 Yang dikategorikan sebagai perbuatan berlanjut atau kegiatan berlanjut (Voorgezette Handeling) adalah apabila seseorang melakukan beberapa perbuatan-perbuatan, dimana masing-masing merupakan kejahatan sendiri, akan tetapi diantara perbuatanperbuatan itu terdapat hubunganhubungan yang demikian eratnya, sehingga rangkaian perbuatan itu harus di artikan sebagai perbuatan lanjutan. Sedangkan pengaturan hukum tentang perbuatan berlanjut ini telah diatur pada Pasal 64 KUHP ayat (1) dan yang berbunyi Jika beberapa perbuatan perhubungan, sehingga dengan demikian harus dipandang sebagai satu perbuatan yang diteruskan, maka hanya satu ketentuan pidana saja yang digunakan walaupun masing-masing 6 Moeliatno, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011). Cet. Ke-29. Hal.28. perbuatan itu menjadi kejahatan atau pelanggaran, jika hukumannya utama. perbedaan voorgezette handeling dengan voorgezette delic yaitu Voorgezette handeling lebih berpegang teguh kepada pasal 64 ayat 1 meskipun kejahatan yang dilakukannya berat ataupun ringan. Sedangkan voorgezette delic lebih berpegang teguh dan mengambil suatu hukum dengan melihat pada sisi kejahatannya dan bisa digunakan pasal yang lain dan tidak hanya terpaku pada satu pasal saja. Pengertian Tindak Pidana Pencurian Moeljatno berpendapat bahwa : 7 7 Perbuatan pidana adalah perbuatan yang oleh suatu aturan hukum dilarang dan diancam dengan pidana, asal saja dalam pada itu diingat bahwa larangan tersebut diajukan pada perbuatannya, yaitu suatu keadaan atau kejadian yang ditimbulkan oleh kelakuan orang, sedangkan ancaman pidananya ditujukan kepada orang yang Moejatno, Asas-Asas Hukum Pidana, (Jakarta: Bina Aksara, 1983), hal
8 menimbulkan kejadian tersebut. Seseorang atau beberapa orang dapat dikatakan telah melakukan tindak pidana pencurian, apabila perbuatan yang dilakukan telah memenuhi unsur-unsur tindak pidana yang terdapat dalam KUHP. Unsur-unsur tindak pidana yang dimaksud menurut Moelyanto terdiri dari: 8 a. Unsur kelakuan akibat Yaitu perbuatan pidana yang mengandung kelakuan dan akibat yang ditimbulkan karenanya adalah suatu kejadian dalam alam lahir. b. Unsur hal ikhwal atau keadaan yang menyertai perbuatan c. Unsur keadaan tambahan yang memberatkan d. Unsur melawan hukum obyektif Yaitu sikap pantang dilakukan perbuatan itu sudah tampak dengan wajar, sifat yang demikian ini ialah sifat yang melawan hukumnya perbuatan tidak perlu dirumuskan lagi sebagai elemen atau unsur tersendiri seperti Pasal 285 KUHP tentang perkosaan. e. Unsur melawan hukum subyektif Yaitu perbuatan pidana yang seharusnya tidak dilakukan seperti Pasal 362 KUHP tentang pencurian. Pertanggung Jawaban Tindak Pidana Pencurian Unsur-unsur strafbaarfeit menurut Simon merupakan pertanggungjawaban dari orang yang melakukan tindak pidana adalah mutlak, dimana perumusan strafbaarfeit adalah sebagai berikut : a. Suatu perbuatan manusia. 8 Moelyanto, Asas-Asas Hukum Pidana, (Jakarta: Bina Aksara, 1983), hal. 63. b. Perbuatan itu bertentangan dengan hukum. 8
9 c. Perbuatan itu dilakukan oleh orang yang dapat dipertanggungjawabkan. d. Orang itu dapat dipesalahkan. 9 Pertanggungjawaban adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang yang perbuatan itu dilakukan dengan jiwa yang sehat atau keadaan jiwa orang itu benar-benar menyadari perbuatannya ada akibat dari perbuatannya itu, orang tersebut dapat dipertanggungjawabkan. Adapun sistem pertanggungjawaban dalam hukum pidana yang dimaksud adalah: Sistem pertanggungjawaban menurut ajaran kesalahan atau schuldleer Dalam hukum pidana dikenal suatu asas yang disebut dengan geen straf zonder schuld artinya tiada hukuman tanpa kesalahan. Asas ini merupakan asas tidak tertulis 9 Ibid., hal Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia, (Bandung: Eresco, 1986), hal. 63. artinya asas ini tidak ditemukan dalam KUHP Indonesia. Namun demikian berlakunya asas ini dalam hukum pidana tetap diakui dan merupakan suatu asas yang sangat penting sekali. Asas ini sejalan san seiring dengan asas yang terdapat dalam Pasal 1 ayat (1) KUHP yaitu asas legalitas. Menurut Pasal 1 ayat (1) KUHP bahwa : tiada suatu perubahan dapat dipidana, kecuali berdasarkan ketentuan-ketentuan peraturan perundang-undangan pidana yang telah ada sebelumnya. Menurut pandangan tradisional bahwa untuk dapat dijatuhi pidana sesseorang yang telah melakukan perbuatan pidana maka harus dipenuhi unsur obyektif dan unsur subyektif. Jadi unsur subyektif di sini adalah kesalahan baik berupa kesengajaan maupun kealpaan. Kemudian orang tersebut dapat dipertanggungjawabkan. Pengertian dapat dipertanggungjawabkan adalah mampu bertanggungjawab. Orang yang tidak mampu bertanggungjawab adalah orang yang tidak mengerti akan perbuatan 9
10 dan akibat dari perbuatannya seperti orang gila, dan sebagainya 2. Vicarious Liability Pengertian vicarious liability adalah seseorang bertanggungjawab atas perbuatan orang lain. Menurut Undang-undang bahwa vicarious liability terjadi berdasarkan prinsip pendelegasian bahwa seseorang dipertanggungjawabkan atas perbuatan orang lain. Jika ia telah mendelegasikan kewenangannya menurut Undang-undang kepada orang lain. Jadi sistem ini dipergunakan dalam ruang lingkup pekerjaan. 3. Strict Liability Strict liability artinya pertanggungjawaban tanpa kesalahan. Sering menjadi persoalan apakah strict liability ini sama dengan absolute liability. Permasalahan Kasus pencurian pipa tembaga untuk Air Conditioner (AC). Ini jarang terungkap oleh pihak kepolisian karena dapat banyak permasalahan, antara lain yaitu waktu kejadian yang di malam hari ketika fasiltas-fasilitas ini tidak terjaga dan tidak ada masyarakat yang menyaksikan saat pelaku melakukan pencurian. Pencurian ini sebetulnya dapat terdeteksi oleh alaram yang dipasang oleh pihak Plaza. Karena kelalaian petugas yang berjaga pada waktu. Kesulitan lain yaitu menurut pengakuan warga bahwa walaupun terdapat saksi yang menyaksikan peristiwa pencurian tersebut, kadangkadang pelaku terlebih dulu mengancam para warga sekitar lokasi pencurian apabila melaporkan hal ini kepada pihak yang berwajib. Kasus yang penulis temukan di Pengadilan Negeri Bogor ini terungkap ketika timbul kecurigaan salah satu petugas penjaga satpam. Kemudian setelah diperiksa ke lokasi yang diduga terdapat gangguan. Orang tersebut adalah pelaku pencurian yang tidak sempat melarikan diri. Dalam proses pengadilan terhadap kasus pencurian pipa tembaga untuk Air Conditioner (AC) tidak ada terdapat 10
11 hambatan, semua berjalan sesuai dengan peraturan yang berlaku dalam acara persidangan. Terdakwa mengakui semua perbuatan yang telah dilakukannya dan tidak berbelit-belit dalam memberikan keterangan. Sedangkan dalam proses penyidikan kasus tersebut yang dilakukan oleh polisi tidak pula terdapat hambatan. Hasil dari penyidikan dibuat dalam berita pemeriksaan dan diserahkan kepada Jaksa Penuntut Umum. Kasus pencurian pipa Air Conditioner (AC) yang merupakan pencurian dengan pemberatan ini merupakan suatu gejala sosial dalam masyarat, maka diperlukan peranan hukum sebagai upaya terakhir dalam menentukan keadilan dan mencegah supaya kejahatan ini tidak semakin merajalela sehingga menimbulkan keresahan bagi masyarakat. Untuk mencegah supaya pencurian pipa Air Conditioner (AC) serta fasilitas-fasilitas lain milik plaza matahari ini terus berlanjut dan menyebabkan banyak gangguan terhadap operasional plaza matahari yang bukan tidak mungkin akan menyebabkan kecelakaan yang tentunya akan menimbulkan keresahan bagi pengunjung plaza matahari, maka diperlukan upaya penyelesaian yang efektif, yaitu : 1. Masyarakat hendaknya melaporkan kepada aparat kepolisian apabila menyaksikan pencurian terhadap fasilitas-fasilitas plaza. 2. Meningkatkan kesigapan petugaspetugas penjagaan disekitar halaman plaza Matahari. 3. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang akibat yang di timbulkan oleh pencurian dan perusakan fasilitas Plaza Matahari. 4. Menerapkan sanksi terhadap para pelaku pencurian yang diatur dalam undang-undang. Penutup Dari pembahasan di atas tersebut dapat diberikan suatu kesimpulan bahwa voorgezette handeling adalah perbuatan yang dilakukan tidak sejenis, boleh berbeda asal timbul dari satu kehendak yang tujuannya untuk melaksanakan 11
12 suatu perbuatan pidana yang dikehendaki, dimana dalam suatu tindak pidana pencurian jika antara beberapa tindakan yang masing-masing merupakan kejahatan atau pelanggaran, ada hubungan sedemikian rupa, sehingga harus dipandang sebagai satu tindakan berlanjut, maka hanya ada satu ketentuan pidana yang diterapkan, jika berbeda maka yang diterapkan adalah yang memuat ancaman pidana pokok yang paling berat. DAFTAR PUSTAKA Sahetapy, Kuasa dan Beberapa Analisis Kriminalitas, Bandung: Alumni 1981., Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia, Bandung: Eresco, Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia, Bandung: PT. Refika Aditama, R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, (KUHP) Serta Komentar-Komentar Lengkap Pasal Demi Pasal, Bogor: Politeia, P.A.F Lamintang dan Djisman Samosir. Hukum Pidana Indonesia Bandung : Sinar Baru, Leden Marpaung. Asas, Teori, Praktik Hukum Pidana. Jakarta: Sinar Grafika, Moeliatno, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. Ke-29. Moejatno, Asas-Asas Hukum Pidana, (Jakarta: Bina Aksara,
II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian dan Unsur-Unsur Tindak Pidana. Belanda yaitu strafbaar feit yang terdiri dari tiga kata, yakni straf
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian dan Unsur-Unsur Tindak Pidana 1. Pengertian Tindak Pidana Istilah tindak pidana berasal dari istilah yang dikenal dalam hukum pidana Belanda yaitu strafbaar feit yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DAN PENADAHAN. dasar dari dapat dipidananya seseorang adalah kesalahan, yang berarti seseorang
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DAN PENADAHAN 2.1. Pengertian Pertanggungjawaban Pidana Dasar dari adanya perbuatan pidana adalah asas legalitas, sedangkan dasar dari dapat dipidananya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. peraturan perundangan undangan yang berlaku dan pelakunya dapat dikenai
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tindak Pidana Tindak pidana merupakan suatu perbuatan yang bertentangan dengan peraturan perundangan undangan yang berlaku dan pelakunya dapat dikenai dengan hukuman pidana.
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tugas dan Wewenang Hakim dalam Proses Peradilan Pidana. Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tugas dan Wewenang Hakim dalam Proses Peradilan Pidana 1. Kekuasaan Kehakiman Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. 1. Pertanggungjawaban Pidana Korporasi
13 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pertanggungjawaban Pidana 1. Pertanggungjawaban Pidana Korporasi a. Peranan korporasi menjadi penting dalam tindak pidana karena sebagai akibat dari perubahan yang terjadi dalam
Lebih terperinciKESAKSIAN PALSU DI DEPAN PENGADILAN DAN PROSES PENANGANANNYA 1 Oleh: Gerald Majampoh 2
Lex Crimen, Vol.II/No.1/Jan-Mrt/2013 KESAKSIAN PALSU DI DEPAN PENGADILAN DAN PROSES PENANGANANNYA 1 Oleh: Gerald Majampoh 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Pengertian Tindak Pidana Tindak Pidana adalah hukum yang mengatur tentang pelanggaranpelanggaran dan kejahatan-kejahatan terhadap kepentingan umum, perbuatan mana diancam dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana (kepada barangsiapa yang melanggar larangan tersebut), untuk singkatnya dinamakan
Lebih terperinciKAJIAN JURISDIS TERHADAP PERSOALAN PENGHUKUMAN DALAM CONCURSUS DR. WEMPIE JH. KUMENDONG, SH, MH NIP. :
KARYA ILMIAH KAJIAN JURISDIS TERHADAP PERSOALAN PENGHUKUMAN DALAM CONCURSUS O L E H : DR. WEMPIE JH. KUMENDONG, SH, MH NIP. : 19580724 1987031003 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL R.I UNIVERSITAS SAM RATULANGI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu perkara disandarkan pada intelektual, moral dan integritas hakim terhadap
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hakim adalah aparat penegak hukum yang paling dominan dalam melaksanakan penegakan hukum. Hakimlah yang pada akhirnya menentukan putusan terhadap suatu perkara disandarkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. hukum serta Undang-Undang Pidana. Sebagai suatu kenyataan sosial, masalah
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejahatan adalah bentuk tingkah laku yang bertentangan dengan moral kemanusiaan (immoril), merugikan masyarakat, asosial sifatnya dan melanggar hukum serta Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tercipta pula aturan-aturan baru dalam bidang hukum pidana tersebut. Aturanaturan
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Globalisasi menyebabkan ilmu pengetahuan kian berkembang pesat termasuk bidang ilmu hukum, khususnya dikalangan hukum pidana. Banyak perbuatan-perbuatan baru yang
Lebih terperinciI. TINJAUAN PUSTAKA. suatu pengertian yuridis, lain halnya dengan istilah perbuatan jahat atau kejahatan. Secara yuridis
I. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian dan Unsur-Unsur Tindak Pidana Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana. Tindak pidana merupakan suatu pengertian yuridis, lain halnya dengan istilah
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. wajib untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Pertanggungjawaban
18 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Tindak Pidana Setiap tindak pidana yang dilakukan oleh seseorang pada dasarnya orang tersebut wajib untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Pertanggungjawaban pidana
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. umur harus dipertanggungjawabkan. Dalam hukum pidana konsep responsibility
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pertanggungjawaban Pidana Perbuatan cabul yang dilakukan orang dewasa kepada anak yang masih dibawah umur harus dipertanggungjawabkan. Dalam hukum pidana konsep responsibility
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembunuhan berencana dalam KUHP diatur dalam pasal 340 adalah Barang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembunuhan berencana dalam KUHP diatur dalam pasal 340 adalah Barang siapa sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. dipidana jika tidak ada kesalahan ( Green Straf Zonder Schuld) merupakan dasar
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pertanggungjawaban Pidana Pertangggungjawaban pidana hanya dapat terjadi jika sebelumnya seseorang telah melakukan tindak pidana. Asas kesalahan menyatakan dengan tegas
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. yang terdiri dari kesengajaan (dolus atau opzet) dan kelalaian (culpa). Seperti
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bukti Permulaan yang Cukup Istilah kesalahan ( schuld) adalah pengertian hukum yang tidak sama dengan pengertian harfiah:fout. Kesalahan dalam hukum pidana berhubungan dengan pertanggungjawaban,
Lebih terperinciMakalah Daluwarsa Penuntutan (Hukum Pidana) BAB I PENDAHULUAN
Makalah Daluwarsa Penuntutan (Hukum Pidana) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai dengan apa yang tertuang dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana bahwa wewenang penghentian penuntutan ditujukan kepada
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. tindak pidana atau melawan hukum, sebagaimana dirumuskan dalam Undang-
13 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pertanggungjawaban Pidana Pertanggungjawaban pidana memiliki makna bahwa setiap orang yang melakukan tindak pidana atau melawan hukum, sebagaimana dirumuskan dalam
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. A. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Pidana. Bagaimanapun baiknya segala peraturan perundang-undangan yang siciptakan
18 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Pidana Kekuasaan kehakiman merupakan badan yang menentukan dan kekuatan kaidahkaidah hukum positif dalam konkretisasi oleh hakim melalui
Lebih terperinciKARYA TULIS ILMIAH HANS C. TANGKAU NIP
GABUNGAN BEBERAPA PERBUATAN PIDANA DAN MASALAH PENGHUKUMANNYA KARYA TULIS ILMIAH Oleh : HANS C. TANGKAU NIP. 130 611 138 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO 2007 0 PENGESAHAN Panitia Penilai
Lebih terperinciHAKIKAT DAN PROSEDUR PEMERIKSAAN TINDAK PIDANA RINGAN 1 Oleh: Alvian Solar 2
HAKIKAT DAN PROSEDUR PEMERIKSAAN TINDAK PIDANA RINGAN 1 Oleh: Alvian Solar 2 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana hakikat dari tindak pidana ringan dan bagaimana prosedur pemeriksaan
Lebih terperinciBAB III PENGANIAYAAN YANG BERAKIBAT LUKA BERAT DALAM KUHP
40 BAB III PENGANIAYAAN YANG BERAKIBAT LUKA BERAT DALAM KUHP 1. Pengertian Penganiayaan yang berakibat luka berat Dalam Undang-Undang tidak memberikan perumusan apa yang dinamakan penganiayaan. Namun menurut
Lebih terperinciSOAL DAN JAWABAN TENTIR UTS ASAS-ASAS HUKUM PIDANA 2016 BY PERSEKUTUAN OIKUMENE (PO)
SOAL DAN JAWABAN TENTIR UTS ASAS-ASAS HUKUM PIDANA 2016 BY PERSEKUTUAN OIKUMENE (PO) 1. Jelaskan pengertian hukum pidana menurut Moeljatno, Pompe, dan Van Hamel Jawaban: Menurut Moeljatno: Hukum Pidana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan tindak pidana, Moeljatno merumuskan istilah perbuatan pidana, yaitu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hukum adalah himpunan peraturan-peraturan, yang berupa perintah atau larangan yang mengharuskan untuk ditaati oleh masyarakat itu. Berkaitan dengan tindak pidana,
Lebih terperinciBAB III PENCURIAN DENGAN KEKERASAN MENURUT HUKUM POSITIF. Menyimpang itu sendiri menurut Robert M.Z. Lawang penyimpangan perilaku
BAB III PENCURIAN DENGAN KEKERASAN MENURUT HUKUM POSITIF A. Pencurian Dengan Kekerasan Dalam KUHP 1. Pengertian Pencurian Dengan Kekerasan Pencurian dengan kekerasan adalah suatu tindakan yang menyimpang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya aktivitas manusia tersebut harus didukung oleh fasilitas pendukung
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan dunia saat ini yang telah memasuki era globalisasi, maka aktivitas manusia di segala bidang juga semakin meningkat. Meningkatnya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA. Pertanggung Jawaban pidana dalam istilah asing tersebut juga dengan
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA A. Pengertian Pertanggung Jawaban Pidana Pertanggung Jawaban pidana dalam istilah asing tersebut juga dengan teorekenbaardheid atau criminal responsibility
Lebih terperinciperadilan dengan tugas pokok untuk menerima, memeriksa, mengadili serta menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya. Dalam hal ini, untuk
BAB II JENIS- JENIS PUTUSAN YANG DIJATUHKAN PENGADILAN TERHADAP SUATU PERKARA PIDANA Penyelenggaraan kekuasaan kehakiman diserahkan kepada badan- badan peradilan dengan tugas pokok untuk menerima, memeriksa,
Lebih terperinciLex Privatum Vol. V/No. 6/Ags/2017
PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PENCURIAN DENGAN KEKERASAN MENURUT PASAL 365 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA 1 Oleh : Fentry Tendean 2 ABSTRAK Pandangan ajaran melawan hukum yang metarial, suatu perbuatan selain
Lebih terperinciLex Crimen Vol. VI/No. 7/Sep/2017
ALASAN PENGHAPUS PIDANA KHUSUS TERHADAP TINDAK PIDANA ENYEMBUNYIKAN PELAKU KEJAHATAN DAN BARANG BUKTI BERDASARKAN PASAL 221 KUH PIDANA 1 Oleh: Suanly A. Sumual 2 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Tindak Pidana Pencurian dengan Kekerasan dan Pemberatan Pengertian Tindak Pidana Pencurian
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tindak Pidana Pencurian dengan Kekerasan dan Pemberatan 2.1.1 Pengertian Tindak Pidana Pencurian pencurian merupakan perbuatan pengambilan barang. Kata mengambil (wegnemen) merupakan
Lebih terperinciPENYELESAIAN PERKARA PIDANA DI LUAR PENGADILAN TERHADAP DUGAAN KEJAHATAN PASAL 359 KUHP DALAM PERKARA LALU LINTAS
PENYELESAIAN PERKARA PIDANA DI LUAR PENGADILAN TERHADAP DUGAAN KEJAHATAN PASAL 359 KUHP DALAM PERKARA LALU LINTAS Setio Agus Samapto STMIK AMIKOM Yogyakarta Abstraksi Didalam kecelakaan lalu - lintas yang
Lebih terperinciPENYELESAIAN PERKARA PIDANA DI LUAR PENGADILAN TERHADAP DUGAAN KEJAHATAN PASAL 359 KUHP DALAM PERKARA LALU LINTAS
PENYELESAIAN PERKARA PIDANA DI LUAR PENGADILAN TERHADAP DUGAAN KEJAHATAN PASAL 359 KUHP DALAM PERKARA LALU LINTAS Setio Agus Samapto STMIK AMIKOM Yogyakarta Abstraksi Didalam kecelakaan lalu - lintas yang
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebagaimana diuraikan dalam bab sebelumnya dapat dikemukakan kesimpulan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan rumusan permasalahan serta hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana diuraikan dalam bab sebelumnya dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut:
Lebih terperinciLex Crimen Vol. III/No. 2/April/2014
PENERAPAN PASAL 242 KUHPIDANA TERHADAP PEMBERIAN KETERANGAN PALSU DI ATAS SUMPAH 1 Oleh : Justino Armando Mamuaja 2 ABSTRAK Sejak zaman dahulu kala sengaja sumpah telah dipandang sebagai kesalahan yang
Lebih terperinciPENEGAKAN HUKUM DALAM TINDAK PIDANA PEMALSUAN MATA UANG DOLLAR. Suwarjo, SH., M.Hum.
PENEGAKAN HUKUM DALAM TINDAK PIDANA PEMALSUAN MATA UANG DOLLAR Suwarjo, SH., M.Hum. Abstrak Pemberantasan dollar AS palsu di Indonesia terbilang cukup sulit karena tidak terjangkau oleh hukum di Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dalam Pasal 1 Ayat (3)
BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara berdasarkan hukum. Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dalam Pasal 1 Ayat (3) yang berbunyi
Lebih terperinciKata kunci: Perintah, Jabatan, Tanpa Wewenang
PERINTAH JABATAN DAN PERINTAH JABATAN TANPA WEWENANG DALAM PASAL 51 KUH PIDANA 1 Oleh : Heindra A. Sondakh 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana perintah jabatan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Adapun yang menjadi tujuan upaya diversi adalah : 6. a. untuk menghindari anak dari penahanan;
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Uraian Teori 2.1.1.Diversi Diversi adalah pengalihan penanganan kasus-kasus anak yang diduga telah melakukan tindak pidana dari proses formal dengan atau tanpa syarat. Pendekatan
Lebih terperinciII TINJAUAN PUSTAKA. mencari untung. Sedangkan penipuan sendiri berdasarkan Kamus Besar Bahasa
II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Tindak Pidana Penipuan Penipuan berasal dari kata tipu, yang berarti perbuatan atau perkataan yang tidak jujur, bohong, atau palsu dengan maksud untuk menyesatkan, mengakali,atau
Lebih terperinciBAB III PENAMBAHAN 1/3 HUKUMAN MENURUT HUKUM POSITIF. sempit yang berkaitan dengan hukum pidana. 1. suatu pembalasan tersirat dalam kata pidana.
BAB III PENAMBAHAN 1/3 HUKUMAN MENURUT HUKUM POSITIF A. Sistem Hukuman dalam Hukum Positif 1. Pengertian Hukuman Dalam bahasa Belanda, hukuman dan pidana dikenal dengan istilah straf. Istilah hukuman adalah
Lebih terperinciBAB III SANKSI PIDANA ATAS PENGEDARAN MAKANAN TIDAK LAYAK KONSUMSI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN
BAB III SANKSI PIDANA ATAS PENGEDARAN MAKANAN TIDAK LAYAK KONSUMSI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN A. Pengedaran Makanan Berbahaya yang Dilarang oleh Undang-Undang
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tata Cara Pelaksanaan Putusan Pengadilan Terhadap Barang Bukti
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tata Cara Pelaksanaan Putusan Pengadilan Terhadap Barang Bukti Mengenai pengembalian barang bukti juga diatur dalam Pasal 46 KUHAP. Hal ini mengandung arti bahwa barang bukti selain
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. tindak pidana. Ada yang menyebutkan istilah tindak pidana tersebut sebagai
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tindak Pidana 1. Pengertian Tindak Pidana Konsep hukum indonesia terdapat beberapa perbedaan dalam menyebutkan istilah tindak pidana. Ada yang menyebutkan istilah tindak pidana
Lebih terperinciPENGGUNAAN KEKERASAN SECARA BERSAMA DALAM PASAL 170 DAN PASAL 358 KUHP 1 Oleh : Soterio E. M. Maudoma 2
PENGGUNAAN KEKERASAN SECARA BERSAMA DALAM PASAL 170 DAN PASAL 358 KUHP 1 Oleh : Soterio E. M. Maudoma 2 ABSTRAK Penggunaan kekerasan oleh seseorang terhadap orang lain, merupakan hal yang dilarang dalam
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. dimana keturunan tersebut secara biologis berasal dari sel telur laki-laki yang kemudian
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Anak dibawah Umur Pengertian anak menurut Kamus Bahasa Indonesia yang dapat disimpulkan ialah keturunan yang kedua yang berarti dari seorang pria dan seorang wanita yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 ditegaskan bahwa Negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 ditegaskan bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas hukum (Rechtstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (Machstaat). Ini
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanggungjawaban pidana ( criminal liability) atau ( straafbaarheid),
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pertanggungjawaban Pidana Pertanggungjawaban pidana ( criminal liability) atau ( straafbaarheid), sesungguhnya tidak hanya menyangkut soal hukum semata-mata, melainkan juga menyangkut
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. nampaklah bahwa pembuktian itu hanyalah diperlukan dalam berperkara dimuka
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Pembuktian Pengertian dari membuktikan ialah meyakinkan Hakim tentang kebenaran dalil atau dalil-dalil yang dikemukakan dalam suatu persengketaan. Dengan demikian
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem pertanggungjawaban pidana dalam hukum pidana positif saat ini
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pertanggungjawaban Pidana Sistem pertanggungjawaban pidana dalam hukum pidana positif saat ini menganut asas kesalahan sebagai salah satu asas disamping asas legalitas.
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. perbuatan yang telah dilakukan, yaitu perbuatan yang tercela oleh masyarakat dan
14 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pertanggungjawaban Pidana Pertanggungjawaban adalah sesuatu yang harus dipertanggungjawabkan atas perbuatan yang telah dilakukan, yaitu perbuatan yang tercela oleh masyarakat
Lebih terperinciBAB II PENERAPAN KONSEP NOODWEER DALAM TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN SEBAGAI AKIBAT ADANYA TINDAK PIDANA KEHORMATAN KESUSILAAN
BAB II PENERAPAN KONSEP NOODWEER DALAM TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN SEBAGAI AKIBAT ADANYA TINDAK PIDANA KEHORMATAN KESUSILAAN A. Tindak Pidana Penganiayaan Pengertian tindak pidana dalam Kitab Undang-undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemeriksaan suatu perkara pidana di dalam suatu proses peradilan pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Pemeriksaan suatu perkara pidana di dalam suatu proses peradilan pada hakekatnya adalah bertujuan untuk mencari kebenaran materiil (materiile waarheid) terhadap
Lebih terperinciBAB III TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN KEKERASAN. A. Pengertian Tindak Pidana Pencurian dengan Kekerasan
BAB III TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN KEKERASAN A. Pengertian Tindak Pidana Pencurian dengan Kekerasan 1. Pengertian Tindak Pidana Istilah tindak pidana merupakan terjemahan dari bahasa Belanda "straafbaarfeit"
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. khususnya Pasal 378, orang awam menyamaratakan Penipuan atau lebih. (Pasal 372 KUHPidana) hanya ada perbedaan yang sangat tipis.
BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Banyak orang, terutama orang awam tidak paham apa arti Penipuan yang sesungguhnya, yang diatur oleh Kitab Undang-undang Hukum Pidana, khususnya Pasal 378, orang
Lebih terperinciBAB III FILOSOFI ASAS NE BIS IN IDEM DAN PENERAPANNYA DI PERADILAN PIDANA DI INDONESIA
BAB III FILOSOFI ASAS NE BIS IN IDEM DAN PENERAPANNYA DI PERADILAN PIDANA DI INDONESIA 3.1 Dasar Filosofis Asas Ne Bis In Idem Hak penuntut umum untuk melakukan penuntuttan terhadap setiap orang yang dituduh
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Hakim 1. Hakim Hakim adalah pejabat peradilan negara yang diberi wewenang oleh undangundang untuk mengadili (Pasal 1 butir 8 KUHAP). Sedangkan istilah hakim artinya
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. A. Dactyloscopy Sebagai Ilmu Bantu Dalam Proses Penyidikan
15 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Dactyloscopy Sebagai Ilmu Bantu Dalam Proses Penyidikan Dactyloscopy adalah ilmu yang mempelajari sidik jari untuk keperluan pengenalan kembali identifikasi orang dengan cara
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ANAK PELAKU TINDAK PIDANA PENCABULAN. 1. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun,
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ANAK PELAKU TINDAK PIDANA PENCABULAN A. Pengertian Anak 1. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. 10 2.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penegakan hukum merupakan salah satu usaha untuk menciptakan tata tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan usaha pencegahan maupun
Lebih terperinciPengantar Hukum Indonesia Materi Hukum Pidana. Disampaikan oleh : Fully Handayani R.
Pengantar Hukum Indonesia Materi Hukum Pidana Disampaikan oleh : Fully Handayani R. Pendahuluan Istilah Hukum Pidana menurut Prof. Satochid mengandung beberapa arti atau dapat dipandang dari beberapa sudut,
Lebih terperinciI. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pidana yang bersifat khusus ini akan menunjukan ciri-ciri dan sifatnya yang khas
I. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Dan Unsur-Unsur Tindak Pidana Pidana pada umumnya sering diartikan sebagai hukuman, tetapi dalam penulisan skripsi ini perlu dibedakan pengertiannya. Hukuman adalah pengertian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh berbagai pihak. Penyebabnya beragam, mulai dari menulis di mailing list
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belakangan marak diberitakan tentang tuduhan pencemaran nama baik oleh berbagai pihak. Penyebabnya beragam, mulai dari menulis di mailing list (milis), meneruskan
Lebih terperinciLex Privatum Vol. V/No. 3/Mei/2017
PEMBUKTIAN NOODWEER (PEMBELAAN TERPAKSA) DALAM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN MENURUT PASAL 49 AYAT (1) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA 1 Oleh: Lahe Regina Patricia 2 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan
Lebih terperinciBerlin Nainggolan: Hapusnya Hak Penuntutan Dalam Hukum Pidana, 2002 USU Repository
USU Repository 2006 DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii A. Pengertian... 1-2 B. Dasar Peniadaan Penuntutan... 3-6 C. Hapusnya Hak Menuntut... 7-13 Kesimpulan... 14 Daftar Pustaka...... 15 ii
Lebih terperinciPERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU TINDAK PIDANA PENIPUAN (STUDI KASUS PADA PENGADILAN NEGERI DI SURAKARTA)
PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU TINDAK PIDANA PENIPUAN (STUDI KASUS PADA PENGADILAN NEGERI DI SURAKARTA) NASKAH HASIL PENELITIAN Disusun Untuk Melengkapi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA DAN PENCEMARAN NAMA BAIK, MELALUI INTERNET
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA DAN PENCEMARAN NAMA BAIK, MELALUI INTERNET 1.1 Pengertian Tindak Pidana Wirjono Projodikoro menterjemahkan istilah strabaarfeit sama dengan tindak
Lebih terperinciTINDAK PIDANA ASUSILA TERHADAP HEWAN DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PIDANA
TINDAK PIDANA ASUSILA TERHADAP HEWAN DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PIDANA Oleh I Nyoman Adi Wiradana Anak Agung Sagung Wiratni Darmadi Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT This
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Adanya hukum dan di buat tumbuh dan berkembang dalam masyarakat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Adanya hukum dan di buat tumbuh dan berkembang dalam masyarakat dengan tujuan untuk mengatur kehidupan masyarakat baik masyarakat modren maupun masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adanya kehendak untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan cara yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Umumnya tindak pidana atau pelanggaran hukum pidana didasari adanya kehendak untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan cara yang mudah, jalan pintas serta mendapatkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMBUNUHAN BERENCANA. tertentu tanpa menyebutkan wujud dari tindak pidana. Unsur-unsur yang dapat
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMBUNUHAN BERENCANA A. Pengertian Pembunuhan Berencana Pembunuhan oleh pasal 338 KUHP dirumuskan sebagai barang siapa dengan sengaja menghilangkan nyawa orang lain, diancam
Lebih terperinciKEMUNGKINAN PENYIDIKAN DELIK ADUAN TANPA PENGADUAN 1. Oleh: Wempi Jh. Kumendong 2 Abstrack
Vol. 23/No. 9/April/2017 Jurnal Hukum Unsrat Kumendong W.J: Kemungkinan Penyidik... KEMUNGKINAN PENYIDIKAN DELIK ADUAN TANPA PENGADUAN 1 Oleh: Wempi Jh. Kumendong 2 Email:wempiejhkumendong@gmail.com Abstrack
Lebih terperinciTINJAUAN YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PENGGELAPAN DENGAN PEMBERATAN YANG DILAKUKAN SECARA BERLANJUT
TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PENGGELAPAN DENGAN PEMBERATAN YANG DILAKUKAN SECARA BERLANJUT (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Palu No.12/Pid.B/2009/PN.PL) ANHAR / D 101 07 355 ABSTRAK Penelitian
Lebih terperinciLex Crimen Vol. VI/No. 9/Nov/2017
KAJIAN YURIDIS TENTANG SYARAT UNTUK DAPAT DIPIDANANYA DELIK PERCOBAAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA MILITER 1 Oleh: Stewart Eliezer Singal 2 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk
Lebih terperinciPERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU PERBUATAN SUMBANG (INCEST) DALAM KONSEP KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP) BARU
PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU PERBUATAN SUMBANG (INCEST) DALAM KONSEP KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP) BARU Oleh Nyoman Mahadhitya Putra I Wayan Sutara Djaya Bagian Hukum Pidana Fakultas
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. bentuk kejahatan terhadap nyawa manusia, diatur dalam Pasal 340 yang
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pembunuhan Berencana Pembunuhan dengan rencana terlebih dahulu atau disingkat pembunuhan berencana adalah pembunuhan yang paling berat ancaman pidananya dari seluruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baik. Perilaku warga negara yang menyimpang dari tata hukum yang harus
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara berkewajiban untuk menjamin adanya suasana aman dan tertib dalam bermasyarakat. Warga negara yang merasa dirinya tidak aman maka ia berhak meminta perlindungan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. tindak pidana dan bersifat melawan hukum (formil, materil), serta tidak ada alasan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pertanggungjawaban Pidana Di pidananya seseorang tidak cukup jika seseorang telah memenuhi unsur tindak pidana saja. Meskipun telah melakukan perbuatan yang memenuhi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah Istilah Tindak Pidana atau strafbaarfeit atau perbuatan pidana merupakan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tindak Pidana 1. Istilah dan Pengertian Tindak Pidana Istilah Istilah Tindak Pidana atau strafbaarfeit atau perbuatan pidana merupakan suatu perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. alat transportasi yang diperlukan untuk pemenuhan kebutuhan, dari berbagai
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan sarana yang digunakan masyarakat untuk melakukan aktifitasnya. Seiring dengan berkembangnya zaman, maka semakin banyak pula alat transportasi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah Tindak Pidana atau strafbaarfeit atau perbuatan pidana merupakan suatu
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tindak Pidana 1. Pengertian Tindak Pidana Istilah Tindak Pidana atau strafbaarfeit atau perbuatan pidana merupakan suatu perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum larangan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana pencurian diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tindak Pidana Pencurian 1. Pengertian Tindak Pidana Pencurian Tindak pidana pencurian diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Buku kedua, Bab XXII, Pasal 362 yang berbunyi:
Lebih terperinciPemeriksaan Sebelum Persidangan
Pemeriksaan Sebelum Persidangan Proses dalam hukum acara pidana: 1. Opsporing (penyidikan) 2. Vervolging (penuntutan) 3. Rechtspraak (pemeriksaan pengadilan) 4. Executie (pelaksanaan putusan) 5. Pengawasan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Pasal 1 angka 11 Bab 1 tentang Ketentuan Umum Kitab Undang-Undang Hukum
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum tentang Putusan Pengadilan Pasal 1 angka 11 Bab 1 tentang Ketentuan Umum Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) menyebutkan bahwa : Putusan Pengadilan adalah
Lebih terperinciBAB III TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN TERHADAP IBU HAMIL YANG MENYEBABKAN KEMATIAN PADA JANIN DALAM KUHP
BAB III TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN TERHADAP IBU HAMIL YANG MENYEBABKAN KEMATIAN PADA JANIN DALAM KUHP A. Tindak Pidana Penganiayaan Terhadap Ibu Hamil Yang Mengakibatkan Kematian Janin Tindak pidana penganiayaan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pertanggungjawaban Pidana Menurut Roeslan Saleh (1983:75) pengertian pertanggungjawaban pidana adalah suatu yang dipertanggungjawabkan secara pidana terhadap seseorang
Lebih terperinciTINJAUAN YURIDIS PEMBUKTIAN TURUT SERTA DALAM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN (Studi Kasus Putusan No. 51/Pid.B/2009 /PN.PL) MOH. HARYONO / D
TINJAUAN YURIDIS PEMBUKTIAN TURUT SERTA DALAM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN (Studi Kasus Putusan No. 51/Pid.B/2009 /PN.PL) MOH. HARYONO / D 101 08 100 ABSTRAK Tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh beberapa
Lebih terperinciTINJAUAN KRIMINOLOGIS TERHADAP KEJAHATAN YANG MENGHILANGKAN NYAWA
TINJAUAN KRIMINOLOGIS TERHADAP KEJAHATAN YANG MENGHILANGKAN NYAWA Oleh: I Komang Heri Setiawan Tjok Istri Putra Astiti Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK Timbulnya perbuatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tertentu, bagi siapa yang melanggar larangan tersebut. umumnya maksud tersebut dapat dicapai dengan menentukan beberapa elemen,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbuatan pidana merupakan perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan mana disertai dengan ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi siapa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. didasarkan atas surat putusan hakim, atau kutipan putusan hakim, atau surat
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jaksa pada setiap kejaksaan mempunyai tugas pelaksanaan eksekusi putusan hakim yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, dan untuk kepentingan itu didasarkan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. arti yang luas dan berubah-ubah, karena istilah tersebut dapat berkonotasi dengan bidang-bidang
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pertanggungjawaban pidana 1. Pengertian Pidana Istilah pidana atau hukuman yang merupakan istilah umum dan konvensional dapat mempunyai arti yang luas dan berubah-ubah, karena istilah
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. tindak pidana atau melawan hukum, sebagaimana dirumuskan dalam undang-undang,
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pertanggungjawaban Pidana Pertanggungjawaban pidana mengandung makna bahwa setiap orang yang melakukan tindak pidana atau melawan hukum, sebagaimana dirumuskan dalam
Lebih terperinciLex Crimen Vol. V/No. 4/Apr-Jun/2016
PENANGKAPAN DAN PENAHANAN SEBAGAI UPAYA PAKSA DALAM PEMERIKSAAN PERKARA PIDANA 1 Oleh : Hartati S. Nusi 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana alasan penangkapan
Lebih terperinciKAJIAN TENTANG PERINTAH JABATAN YANG DIATUR PASAL 51 KUH PIDANA 1 Oleh: Ines Butarbutar 2
KAJIAN TENTANG PERINTAH JABATAN YANG DIATUR PASAL 51 KUH PIDANA 1 Oleh: Ines Butarbutar 2 ARTIKEL Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana substansi (materi pokok) dari Pasal
Lebih terperinciUNSUR KESALAHAN DALAM PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KORPORASI
UNSUR KESALAHAN DALAM PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KORPORASI OLEH: AGUSTINUS POHAN DISAMPAIKAN DALAM PUBLIC SEMINAR ON CORPORATE CRIMINAL LIABILITIES JAKARTA 21 FEBRUARI 2017 PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PERTANGGUNGJAWABAN
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. akan dikenakan pidana. Jadi larangan-larangan dan kewajiban-kewajiban tertentu
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian dan Unsur-Unsur Tindak Pidana Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana. Tindak pidana merupakan suatu pengertian yuridis, lain halnya dengan istilah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelakunya disebut penjahat. Labelling Theory memandang bahwa para
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kejahatan adalah suatu nama atau cap yang diciptakan oleh orang untuk menilai perbuatan-perbuatan tertentu sebagai perbuatan kejahatan dan pelakunya disebut
Lebih terperinciBAB III SANKSI TINDAK PIDANA PENCURIAN RINGAN DALAM PASAL 364 KUHP DAN PERMA NOMOR 2 TAHUN 2012
BAB III SANKSI TINDAK PIDANA PENCURIAN RINGAN DALAM PASAL 364 KUHP DAN PERMA NOMOR 2 TAHUN 2012 A. Tindak Pidana Pencurian ringan Dalam Pasal 364 KUHP Dalam hukum positif pengertian pencurian telah diatur
Lebih terperinci