Pengembangan Kurikulum dan Fasilitasi yang Efektif. Seri Pembelajaran dari USAID-KINERJA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pengembangan Kurikulum dan Fasilitasi yang Efektif. Seri Pembelajaran dari USAID-KINERJA"

Transkripsi

1 Pengembangan Kurikulum dan Fasilitasi yang Efektif Seri Pembelajaran dari USAID-KINERJA Maret 2014

2

3 KATA PENGANTAR Program KINERJA adalah program bantuan teknis dari United State Agency for International Development (USAID) yang berfokus pada tata kelola peningkatan pelayanan publik di Indonesia. Dihibahkan dalam bentuk Cooperative Agreement nomor AID-497-A kepada RTI International dan lima konsorsiumnya, yakni The Asia Foundation (TAF), Social Impact (SI), SMERU Research Institute, Gadjah Mada University (UGM), and Partnership for Governance Reform (Kemitraan) dengan periode implementasi sejak tanggal 30 September 2010 hingga 28 February KINERJA dikembangkan berdasarkan asumsi pembangunan dan menargetkan perbaikan pelayanan public di tiga sektor utama yaitu pendidikan, kesehatan dan iklim usaha yang baik (BEE). Kegiatan yang dilakukan oleh Kinerja mencakup pelayanan publik dari sisi permintaan dan penawaran, dan bertujuan untuk memperkuat mekanisme pertanggungjawaban sehingga pemerintah daerah dapat menjawab kebutuhan masyarakat dengan lebih baik lagi. Kinerja juga bekerja melalui lembaga-lembaga lokal untuk membangun kapasitas mereka dan mendorong kemitraan yang berkelanjutan. Program KINERJA bekerja di Provinsi Aceh, Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan Kalimantan Barat, untuk 20 kabupaten/kota yang berminat melaksanakan program dengan metode pemilihan secara acak. Dalam melaksanakan bantuan teknis di Kabupaten/kota, KINERJA bekerja sama dengan Organisasi Mitra pelaksana (OMP) di masing-masing Provinsi yang diharapkan OMP ini selanjutnya kan tetap bermitra dan mendampingi Kab/kota di Jawa Timur dalam melaksanakan pendekatan Program KINERJA. Adapun tujuan pembuatan modul ini didasari dari kebutuhan yang kami lihat di lapangan selama berinteraksi dengan para OMP yang bekerja sama dengan KINERJA. Atas dasar tersebut, kami berinisiatif menyiapkan modul lengkap untuk dijadikan panduan atau referensi bagi organisasi mitra maupun organisasi lain dalam meningkatkan kapasitas organisasi mitra untuk memgembangkan materi pelatihan dan teknik fasilitasi menangkap peluang mengelola program peningkatan kapasitas SDM baik dari Donor tertentu, pihak Pemerintah maupun pihak swasta. Modul yang berjudul Pengembangan Kurikulum dan Teknis Fasilitasi yang mencakup potret diri, Apa dan Mengapa Fasilitasi (memahami fasilitasi dan nilai-nilai partisipasi); Rumah fasilitasi dan Sikap Dasar fasilitasi; Ketrampilan komunikasi non verbal dan verbal, karena bagian-bagian tersebut adalah hal penting yang diperlukan oleh pihak organisasi masyarakat dalam pengembangan materi pelatihan dan teknik fasilitasi sehingga diharapkan modul ini dapat bermanfaat bagi organisasi baik yang baru berdiri maupun yang telah berjalan guna menyempurnakan sistem dan proses yang ada. Kami mohon maaf bila terdapat kekurangan atau kekeliruan dalam penyusunan modul ini baik berupa katakata maupun maksud tulisan yang disampaikan. Penyempurnaan-penyempurnaan yang diperlukan dalam modul ini akan terus kami lakukan, tentunya dengan masukan dari pembaca atau pengguna modul ini. Harapan kami, semoga modul ini bermanfaat dalam membangun sistem dan proses organisasi lokal ke arah yang lebih baik lagi. Jakarta, Oktober 2014 ELKE RAPP Chief of Party, USAID - KINERJA Pengembangan Kurikulum dan Fasilitasi yang Efektif 1

4 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR 1 DAFTAR ISI 2 Evaluasi Pelatihan 6 Menyusun Tujuan dan Sasaran Pelatihan 14 Pemetaan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelatihan 30 Rencana Pembelajaran 38 Syllabus TOT Curriculum Development and Effective Facilitation (Hari Ke-1) 53 Pembelajaran Orang Dewasa 54 Analisis Kebutuhan Pelatihan 66 Syllabus TOT Curriculum Development and Effective Facilitation (Hari Ke-3) 79 Potret Diri 80 Kompetensi Dasar Fasilitator dan Pelatih 82 Pengetahuan dan Sikap Dasar Fasilitator 84 Keterampilan Dasar Fasilitator 86 Mengelola Dinamika Kelompok 90 Menyiapkan Kegiatan Fasilitasi/Pelatihan 92 Model Evaluasi Fasilitasi/Pelatihan 94 Syllabus TOT Curriculum Development and Effective Facilitation (Hari Ke-4) 97 Menyiapkan Kegiatan Fasilitasi/Pelatihan 98 Bahan Bacaan Pelatihan Fasilitasi yang Efektif 112 Sesi 1: Potret Diri Bahan Presentasi 114 Sesi 2: Apa dan Mengapa Fasilitasi Bahan Presentasi 119 Sesi 3: Rumah Fasilitasi dan Sikap Dasar Fasilitator Bahan Presentasi 125 Sesi 4: Ketrampilan Komunikasi Non Verbal Bahan Presentasi 129 Sesi 5: Ketrampilan Komunikasi Verbal Bahan Presentasi Pengembangan Kurikulum dan Fasilitasi yang Efektif

5 Sesi 6: Ketrampilan Mengelola Dinamika Kelompok Bahan Presentasi 154 DAFTAR PUSTAKA 164 BAHAN DI CD 165 DAFTAR SINGKATAN/ISTILAH Pengembangan Kurikulum dan Fasilitasi yang Efektif 3

6

7 Evaluasi Pelatihan Pengembangan Kurikulum dan Fasilitasi yang Efektif 5

8 Evaluasi Pelatihan Tujuan Pembelajaran Peserta mampu menjelaskan tipe dan tujuan evaluasi pelatihan. Peserta mampu merancang bentuk evaluasi pelatihan sesuai dengan sasaran dan tujuan pelatihan. Peserta mampu merancang bentuk evaluasi pelatihan... Pokok Bahasan Membuat evaluasi pelatihan Metode Sharing/Brainstorming Penugasan kelompok Pleno Alat dan bahan Kertas flipchart, Kertas potong, Kertas hvs, Spidol warna, Plakban, LCD projector, Komputer, Slide. 6 Pengembangan Kurikulum dan Fasilitasi yang Efektif

9 Waktu 90 menit Proses Fasilitasi No Langkah Bahan Waktu 1 Fasilitator menjelaskan tujuan/capaian sesi: Peserta mampu menjelaskan tipe dan tujuan evaluasi pelatihan Peserta mampu merancang bentuk evaluasi pelatihan sesuai dengan sasaran dan tujuan pelatihan 2 Fasilitator meminta peserta membentuk 3-4 kelompok dan masing-masing mendiskusikan Bagaimana cara melakukan evaluasi pelatihan selama ini?. 3 Fasilitator meminta masing-masing kelompok mempresentasikan hasilnya Kertas flipchart, spidol 5 menit 15 menit 15 menit 4 Fasilitator kemudian menjelaskan bagaimana melakukan evaluasi dan prinsip-prinsip evaluasi untuk pelatihan menggunakan pendekatan orang dewasa. 5 Peserta diminta untuk menyusun model atau contoh evaluasi tujuan, evaluasi sasaran dan monitoring Slide evaluasi, fungsi evaluasi dan evaluasi pelatihan orang dewasa 15 menit 15 menit 6 Peserta diminta untuk mempresentasikan hasilnya 15 menit 7 Fasilitator menegaskan bahwa jawaban peserta dengan kembali menyampaikan prinsip-prinsip evaluasi pelatihan dan beberapa contoh. Jumlah Kertas flipchart, spidol 10 menit 90 menit Pengembangan Kurikulum dan Fasilitasi yang Efektif 7

10 Evaluasi Pelatihan Bahan Presentasi Fungsi Evaluasi Mengukur sejauhmana sasaran dan tujuan pelatihan tercapai Evaluasi Pelatihan Tahapan Evaluasi Proses Out put Out come Impact Waktu Dilihat selama proses pelaksanaan proses pelatihan Dilihat setelah selesai pelatihan Dilihat setelah penerapan hasil pelatihan Dilihat perubahan yang terjadi di organisasi akibat penerapan hasil pelatihan 8 Pengembangan Kurikulum dan Fasilitasi yang Efektif

11 Evaluasi untuk pelatihan orang dewasa Evaluasi hendaknya berorientasi kepada pengukuran perubahan perilaku setelah mengikuti proses pembelajaran/pelatihan. Sebaiknya evaluasi dilaksanakan melalui pengujian terhadap dan oleh peserta pelatihan itu sendiri (Self Evaluation). Perubahan positif perilaku merupakan tolok ukur keberhasilan ruang lingkup materi evaluasi "ditetapkan bersama secara partisipatif" atau berdasarkan kesepakatan bersama seluruh pihak terkait yang terlibat. Evaluasi ditujukan untuk menilai efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan program pelatihan yang mencakup kekuatan maupun kelemahan program. Menilai efektifitas materi yang dibahas dalam kaitannya dengan perubahan sikap dan perilaku. Pengembangan Kurikulum dan Fasilitasi yang Efektif 9

12 Evaluasi Pelatihan Bahan Bacaan Pelatihan dilakukan sebagai kegiatan yang merupakan bagian dari pengelolaan sumberdaya manusia, pengembangan organisasi atau merupakan bagian dari suatu proyek atau program. Karena itu menjadi penting untuk melakukan evaluasi atas pelatihan sehingga bisa diketahui sejauhmana pelatihan membantu pencapaian atas pengembangan SDM, pencapaian tujuan proyek/ program atau pencapaian tujuan organisasi. Evaluasi Pelatihan berfungsi untuk mengukur sejauhmana sasaran dan tujuan pelatihan tercapai. Pengukuran atau evaluasi terhadap tingkat pencapaian sasaran pelatihan dilakukan pada akhir pelatihan. Sedangkan evaluasi atas tujuan pelatihan dilakukan setelah warga belajar atau peserta pelatihan menerapkan hasil pelatihan dalam dunia kerja atau pemanfaatan hasil pelatihan dalam kehidupan nyata mereka. Secara harian, evaluasi juga bisa dilakukan untuk melihat proses pelatihan tiap hari mencapai out put sebagaimana yang telah direncanakan serta perkembangan peserta pelatihan. Evaluasi secara harian tersebut biasa disebut sebagai monitoring. Tujuan atas evaluasi sasaran pelatihan sangat dipengaruhi oleh siapa pengguna evaluasi, yaitu peserta pelatihan, pelatih/fasilitator dan penyeelenggara pelatihan. Masing-masing mempunyai kepentingan atas tujuan evaluasi. Bagi peserta pelatihan, evaluasi bertujuan untuk mengukur sejauhmana perubahan sikap, pengetahuan dan ketrampilan yang didapatkan selama pelatihan sehingga membantu yang bersangkutan mencapai tujuan dirinya mengikuti pelatihan. Pelatih atau fasilitator mempunyai tujuan untuk mengukur sejauhmana materi, metode dan teknik yang dipakai dalam pelatihan efektif untuk mencapai tujuan pelatihan. Evaluasi bagi penyelanggara pelatihan bertujuan untuk mengukur tingkat kepuasan peserta pelatihan atas penyelenggaraan pelatihan yang meliputi kepanitiaan, administrasi, konsumsi dan akomodasi serta kemampuan pelatih. Monitoring atau evaluasi harian akan membantu pelatih atau fasilitator memperbaiki metode, teknik, media, jadwal atau posisi tempat duduk peserta sehingga pelatihan hari berikutnya akan lebih efektif lagi. Evaluasi harus dirancang untuk mengkritik kegiatan atau program belajar dari 4 elemen penting: program, warga belajar, pelatih/fasilitator, dan hasil di pekerjaan. Proses evaluasi harus mulai dengan pengumpulan data dengan menggunakan kuisoner, wawancara, tes, dan observasi. Kemudian, informasi yang dikumpulkan harus dianalisis dan ditafsirkan dan ditarik kesimpulan. Interpretasi dan kesimpulan ini, yang harus dicatat, merupakan dasar untuk keputusan program berikutnya. Pada waktu mengevaluasi pelatihan, Fasilitator harus mengkaji rancangan pelatihan terhadap tujuan 10 Pengembangan Kurikulum dan Fasilitasi yang Efektif

13 pembelajaran, dan mengukur nilai dan kegunaan isi program pembelajaran. Warga belajar harus diminta untuk mengevaluasi fasilitator dalam beberapa bidang, diantaranya adalah kejelasan sasaran dan capain pelatihan, pengelolaan kelas dan kemampuan memberikan materi. Empat jenis evaluasi harus dilakukan untuk mengevaluasi warga belajar: 1. Reaksi: Seberapa baik warga belajar menyukai program tersebut? 2. Belajar: Prinsip-prinsip, fakta, dan teknik apa yang dipahami dan diamati oleh warga belajar? 3. Perilaku: Apakah pelatihan menyebabkan perubahan langsung dalam perilaku? 4. Hasil: Apakah organisasi menjadi meningkat (keuntungan, efisiensi) sebagai akibat dari pelatihan? Hasil dapat mencakup volume penjualan, biaya reduksi langsung, kualitas kerja, tingkat kecelakaan, kemangkiran, tingkat penggantian (turnover), keluhan pelanggan, hubungan masyarakat, dan pelanggan baru. Singkatnya, evaluasi pembelajaran dilakukan sebagai cara untuk mengkritik setiap elemen program untuk meningkatkan, menilai dan mereviewnya. Pendekatan evaluasi secara konvensional (pedagogi) kurang efektif untuk diterapkan untuk pelatihan menggunakan pendekatan orang dewasa. Ada beberapa pokok dalam melaksanakan evaluasi hasil belajar bagi orang dewasa yakni: Evaluasi hendaknya berorientasi kepada pengukuran perubahan perilaku setelah mengikuti proses pembelajaran/pelatihan. Sebaiknya evaluasi dilaksanakan melalui pengujian terhadap dan oleh peserta pelatihan itu sendiri (Self Evaluation). Perubahan positif perilaku merupakan tolok ukur keberhasilan. Ruang lingkup materi evaluasi "ditetapkan bersama secara partisipatif" atau berdasarkan kesepakatan bersama seluruh pihak terkait yang terlibat. Evaluasi ditujukan untuk menilai efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan program pelatihan yang mencakup kekuatan maupun kelemahan program. Menilai efektifitas materi yang dibahas dalam kaitannya dengan perubahan sikap dan perilaku. Evaluasi ke empat tersebut merupakan evaluasi tujuan pelatihan dan karena baru bisa dinilai setelah peserta menerapkan hasil pelatihan dalam dunia kerjanya. Pengembangan Kurikulum dan Fasilitasi yang Efektif 11

14

15 Menyusun Tujuan dan Sasaran Pelatihan Pengembangan Kurikulum dan Fasilitasi yang Efektif 13

16 Menyusun Tujuan dan Sasaran Pelatihan Tujuan Pembelajaran Peserta mampu menyusun tujuan dan sasaran pelatihan berdasar hasil penjajakan kebutuhan pelatihan. Pokok Bahasan Menyusun tujuan dan sasaran pelatihan Peserta mampu menyusun tujuan dan sasaran pelatihan... Metode : Penugasan kelompok Brainstorming Pleno Alat dan bahan Kertas flipchart, Kertas potong, Kertas hvs, Spidol warna, Plakban, Slide Tujuan dan sasaran pelatihan 1-11, LCD Projector, Komputer. 14 Pengembangan Kurikulum dan Fasilitasi yang Efektif

17 Waktu 110 menit Proses Fasilitasi No Langkah Bahan Waktu 1 Fasilitator menjelaskan tujuan sesi Peserta mampu menyusun tujuan dan sasaran pelatihan berdasar hasil penjajakan kebutuhan pelatihan. 2 Fasilitator menanyakan kepada peserta Bagaimana pemanfaatan hasil penjajakan kebutuhan pelatihan untuk membuat pelatihan. 3 Fasilitator kemudian menegaskan hubungan antara hasil penjajagan kebutuhan dengan disain pelatihan. 4 Fasilitator menjelaskan tentang pengertian tujuan pelatihan, sasaran pelatihan, hierarki tujuan, perbedaan sasaran dan tujuan pelatihan serta ciri-ciri sasaran yang baik serta contohnya. 5 Fasilitator meminta peserta berkumpul dalam kelompok, masing-masing kelompok berisi 4-5 orang. Setiap kelompok menyusun satu contoh tujuan pelatihan dan satu sasaran. 6 Fasilitator meminta setiap kelompok memprentasikan tujuan yang telah dibuat dan kelompok lain memberikan tanggapan dan koreksi. 7 Fasilitator menegaskan kembali pengertian dan hierarki tujuan serta menyampakan bahwa tahap berikutnya akan membahas tentang materi dan capaian tiap materi. Jumlah Kertas flipchart, spidol Slide Hubungan hasil penjajakan dan disain pelatihan Slide sasaran, perbedaan sasaran dan tujuan, hierarki tujuan Kertas flipchart, spidol Kertas flipchart, spidol, hasil kerja kelompok Slide hierarki tujuan 5 menit 15 menit 15 menit 25 menit 20 menit 25 menit 5 menit 110 menit Pengembangan Kurikulum dan Fasilitasi yang Efektif 15

18 Menyusun Tujuan dan Sasaran Pelatihan Bahan Presentasi Hubungan hasil penjajakan kebutuhan pelatihan dan disain pelatihan Karakter warga belajar Program yang dibutuhkan Pengetahuan ketrampilan da sikap yang diperlukan Disain Tujuan dan sasaran pelatihan Isi atau materi pelatihan Metode dan Teknik Penyebab rendahnya kinerja Waktu Analisa tugas Lokasi dan Peralatan Tujuan dan sasaran pelatihan Tujuan Pelatihan Tujuan pelatihan adalah apa yang akan dicapai setelah peserta pelatihan menerapkan hasil pelatihan di lingkungan kerjanya. Tujuan dan sasaran pelatihan 16 Pengembangan Kurikulum dan Fasilitasi yang Efektif

19 Sasaran pelatihan Sasaran pelatihan menjelaskan secara spesifik apa yang akan langsung dicapai atau dihasilkan oleh warga belajar setelah pelatihan selesai sehingga mereka akan mampu mencapai tujuan pelatihan. Tujuan dan sasaran pelatihan Sasaran pelatihan Sasaran yang baik adalah mampu menunjukkan hasil pembelajaran dan terukur. Tujuan dan sasaran pelatihan Pengembangan Kurikulum dan Fasilitasi yang Efektif 17

20 Menyusun Tujuan dan Sasaran Pelatihan Ciri-ciri Sasaran yang baik Sasaran pelatihan pada tiga lingkup perilaku, yaitu: 1. psikomotorik (ketrampilan), 2. afektif (sikap, perasaan), 3. kognitif (pengetahuan). Tujuan dan sasaran pelatihan Tujuan Pelatihan Tujuan dan sasaran pelatihan 18 Pengembangan Kurikulum dan Fasilitasi yang Efektif

21 Tujuan dan Sasaran Tujuan dan sasaran pelatihan Sasaran pelatihan Hal Sasaran Tujuan Waktu pencapaian Selesai pelatihan. Setelah menerapkan hasil pelatihan. Hal yang dicapai A Tanggungjawab Sikap, pengetahuan, ketrampilan yang dimiliki peserta pelatihan setelah pelatihan selesai. Trainer (fasilitator), pengelola pelatihan dan peserta pelatihan. Masalah yang diatasi oleh peserta pelatihan dengan kemampuan (sikap, pengetahuan, ketrampilan) dari pelatihan. Peserta pelatihan, supervisor dan pendukung pelaksanaan hasil pelatihan. Tujuan dan sasaran pelatihan Pengembangan Kurikulum dan Fasilitasi yang Efektif 19

22 Menyusun Tujuan dan Sasaran Pelatihan Contoh sasaran Psikomotorik (Ketrampilan) 1. Tingkat Pengetahuan menghitung mendaftar memanggil kembali membatasi nama mengenali menggambar menunjuk merekam mengidentifikasi mengambil istilah mengulang mengindikasikan membaca menyatakan menabulasikan melacak menulis Tujuan dan sasaran pelatihan Contoh sasaran Psikomotorik (Ketrampilan) 2. Tingkat Pemahaman menggabungkan membandingkan menghitung mengkontraskan mendeskripsikan membedakan membedakan memperkirakan mengekstrapolasi menginterpretasikan mengelompokkan membandingkan Tujuan dan sasaran pelatihan 20 Pengembangan Kurikulum dan Fasilitasi yang Efektif

23 3. Tingkat Penerapan Contoh sasaran Psikomotorik (Ketrampilan) menerapkan menghitung menyelesaikan mengilustrasikan mempraktekkan mengunakan memakai menyelesaikan mendemonstrasikan memperkerjakan menguji mengurutkan Tujuan dan sasaran pelatihan Contoh sasaran Psikomotorik (Ketrampilan) 4. Tingkat Analisis menggolongkan menghubungkan mentransformasikan merangkum membangun mendeteksi menganalisis menyimpulkan memisahkan menjelaskan menyelidiki membagi Tujuan dan sasaran pelatihan Pengembangan Kurikulum dan Fasilitasi yang Efektif 21

24 Menyusun Tujuan dan Sasaran Pelatihan Bahan Bacaan Pada tahap sebelumnya, penjajakan kebutuhan pelatihan (training need assessment/tna) telah dilakukan. Dari hasil penjajakan kebutuhan pelatihan telah dihasilkan berbagai informasi karakteristik calon peserta pelatihan, kesenjangan atas sikap, pengetahuan dan ketrampilan yang ada sehingga kinerja ingin ditingkatkan serta berbagai informasi yang telah diolah untuk membantu menyusun pelatihan ini. Hasil dari penjajakan kebutuhan kemudian menjadi bahan untuk atau menentukan disain suatu pelatihan. Secara garis besar hubungan antara penjajakan kebutuhan dan desain pelatihan dapat dilihat dalam gambar: Fase penyusunan desain Orang dewasa sering memandang harga dirinya sejalan dengan situasi kelas, dan mereka cenderung merasa secara pribadi salah pada saat membuat kesalahan. Jadi, program dan kegiatan pelatihan harus dirancang untuk meminimalkan rasa malu pribadi dan perasaan kekurangan. Berdasarkan hasil analisa penjajakan kebutuhan maka untuk menyusun suatu pelatihan dilanjutkan dengan tahapan menyusun tujuan dan sasaran pelatihan. Tujuan dan sasaran pelatihan menjadi penting karena akan membantu : 1. Dalam proses penyusunan kurikulum pelatihan akan membantu penyusun/designer pelatihan membuat kurikulum seperti yang diharapkan. 2. Bagi organisasi dari orang yang dilatih mengetahui apa yang akan dicapai oleh peserta Karakter warga belajar Program yang dibutuhkan Tujuan dan sasaran pelatihan Isi atau materi pelatihan Pengetahuan ketrampilan da sikap yang diperlukan Disain Metode dan Teknik Penyebab rendahnya kinerja Waktu Analisa tugas Lokasi dan Peralatan 22 Pengembangan Kurikulum dan Fasilitasi yang Efektif

25 pelatihan dan manfaat bagi organisasi serta kemungkinan dampak bagi organisasinya. Secara spesifik tujuan pelatihan dibuat agar peserta pelatihan dan organisasi pengirim atau organisasi tempat peserta bekerja mengetahui perubahan apa yang diharapkan sebagai akibat penerapan hasil pelatihan di lingkungan kerjanya. Dengan demikian tujuan pelatihan harus sesuai dengan dan mendukung apa yang ingin dicapai oleh organisasi atau program dan proyek. Tujuan pelatihan pelatihan sendiri secara singkat adalah apa yang akan dicapai setelah peserta pelatihan menerapkan hasil pelatihan di lingkungan kerjanya. Tujuan pelatihan baru akan dicapai dan kelihatan setelah peserta pelatihan menerapkan hasil pelatihan dalam dunia kerja mereka. Jika peserta pelatihan tidak menerapkan maka tujuan pelatihan tidak akan tercapai. Demikian halnya jika peserta pelatihan akan menerapkan hasil pelatihan, namun supervisor atau organisasi tidak mendukung untuk penerapan hasil pelatihan maka tujuan pelatihan juga tidak akan tercapai. Jadi pencapaian tujuan pelatihan bukan hanya berdasarkan hasil pelatihan, namun juga sangat ditentukan oleh penerapan hasil pelatihan oleh peserta pelatihan dan dukungan supervisor serta organisasi untuk penerapan hasil pelatihan tersebut. Berdasarkan tujuan pelatihan yang telah dibuat maka tahap selanjutnya adalah menyusun sasaran/ hasil atau obyektif dari pelatihan. Sasaran pelatihan menjelaskan secara spesifik apa yang akan langsung dicapai atau dihasilkan oleh warga belajar setelah pelatihan selesai sehingga mereka akan mampu mencapai tujuan pelatihan. Sasaran pelatihan harus merupakan turunan dari tujuan pelatihan atau dalam bahasa lain sasaran pelatihan harus mendukung pencapaian dari tujuan pelatihan. Dan sasaran pelatihan hasil secara spesifik mencantumkan indikator pencapaian sikap, pengetahuan dan ketrampilan yang akan dicapai setelah peserta pelatihan mengikuti pelatihan. Sasaran ini membantu penyusun pelatihan untuk membuat kurikulum yang sesuai dengan perubahan atau capaian yang diinginkan. Bagi peserta dan organisasi pengirim peserta pelatihan juga akan membantu mengetahui sejauhmana pelatihan tersebut akan membantu meningkatkan kompetensi stafnya sehingga akan meningkatkan efektifiktas dan efisiensi organisasi dalam mencapai tujuan. Karena meruapakan turun dari tujuan, maka sasaran harus lebih operasional dibandingkan dengan tujuan. Dan sasaran yang baik adalah mampu menunjukkan hasil pembelajaran dan terukur. Sasaran pelatihan melingkupi tiga perilaku yaitu: (1) psikomotorik (ketrampilan), (2) afektif (sikap, perasaan), dan (3) kognitif (pengetahuan). Menuliskan apa yang ingin dicapai dari hasil pelatihan kadangkala merupakan hal yang cukup sulit. Seringkali tujuan pelatihan menggunakan frase yang terbuka untuk berbeda diinterpretasikan oleh orang yang berbeda. Sebagai contoh, Pengembangan Kurikulum dan Fasilitasi yang Efektif 23

26 Menyusun Tujuan dan Sasaran Pelatihan mengetahui memahami menghargai menikmati mempercayai mempunyai keyakinan pada menyadari mengambil kepentingan dari Pengetahuan, pemahaman, dan penghargaan, sebagai tujuan, merupakan hal yang sulit untuk diukur, atau malah tidak mungkin. Cara terbaik untuk mengkomunikasikan tujuan seperti itu adalah menjelaskan perilaku warga belajar yang diinginkan dalam bentuk kata-kata yang cukup spesifik untuk mengurangi interpretasi individual, yang disebut kata-kata tindakan (action words). Contohcontoh di Tabel 3 dapat dipakai untuk menulis tujuan dan sasaran, yang menjelaskan apa yang harus dilakukan warga belajar pada setiap tingkat perilaku dibawah lingkup kognitif (Tabel 2). Katakata tersebut harus mencakup jenis pembelajaran, perilaku yang dapat diamati yang akan menunjukkan bahwa telah terjadi proses pembelajaran, tingkat kinerja, dan kondisi dimana proses belajar akan diukur. Tabel 2: Lingkup dan Tingkat Perilaku untuk Menentukan Tujuan Pembelajaran Lingkup Psikomotor 1. Persepsi. Menjadi sadar akan obyek, kualitas, atau hubungan melalui indera. 2. Set. Pengaturan persiapan atau kesiapan untuk suatu jenis kegiatan atau pengalaman tertentu. 3. Tanggapan Terbimbing. Tindakan yang jelas dari seorang warga belajar dibawah bimbingan seorang instruktur. 4. Mekanisme. Tanggapan yang diinginkan menjadi kebiasaan. 5. ReFasilitatoron yang Nyata dan Rumit. Menunjukkan suatu tindakan yang memerlukan suatu pola gerakan yang rumit. Lingkup Afektif 1. Menerima. Kemauan untuk menerima informasi: sikap menerima terhadap konsep, gagasan, atau masalah. 2. Menanggapi. Berpartisipasi dalam diskusi, membaca, atau kegiatan lain: berreaksi dengan sesuatu cara. 3. Manilai. Melekatkan harga atau nilai untuk suatu obyek, gejala, konsep, ketrampilan, atau perilaku tertentu. 24 Pengembangan Kurikulum dan Fasilitasi yang Efektif

27 4. Organisasi. Menyamakan nilai-nilai yang berlainan, mengatasi konflik antar mereka, dan membangun suatu sistem nilai internal yang konsisten. 5. Karakterisasi dengan nilai. Memperbolehkan sistem nilai seseorang untuk mengontrol perilaku seseorang dan menentukan gaya hidup seseorang, yang berakibat pada perilaku yang konsisten dan bisa diperkirakan. Lingkup Kognitif 1. Pengetahuan. Mengingat materi yang telah dipelajari terdahulu: mengambil materi dari fakta khusus untuk membuat teori menjadi komplit. 2. Pemahaman. Mengambil arti materi: mampu untuk menerjemahkan materi dari satu bentuk ke bentuk lain, untuk menafsirkan materi, dan memperkirakan kecenderungan masa depan. 3. Penerapan. Menggunakan materi yang sudah dipelajari dalam situasi yang baru dan nyata: mampu menerapkan aturan, metode, konsep, prinsip-prinsip, undang-undang, dan teori. 4. Analisis. Merinci materi ke dalam bagian-bagian komponennya: mampu mengidentifikasi bagianbagian, menganalisis hubungan antar bagian, dan mengenali prinsip-prinsip organisasi yang terlibat. 5. Sintesis. Mengumpulkan bagian-bagian untuk membentuk suatu keseluruhan yang baru: mampu menghasilkan suatu komunikasi yang unik (pidato atau presentasi lain), suatu rencana kerja (proposal penelitian), atau serangkaian hubungan abstrak (skema untuk mengklasifikasikan informasi). 6. Evaluasi. Menilai nilai materi untuk maksud tertentu: penilaian berdasar pada kriteria tertentu. Tabel 3: Perilaku Khusus dalam Lingkup Kognitif 1. Tingkat Pengetahuan menghitung mendaftar memanggil kembali membatasi nama mengenali menggambar menunjuk merekam mengidentifikasi mengambil istilah mengulang mengindikasikan membaca menyatakan menabulasikan melacak menulis Pengembangan Kurikulum dan Fasilitasi yang Efektif 25

28 Menyusun Tujuan dan Sasaran Pelatihan 2. Tingkat Pemahaman menggabungkan membandingkan menghitung mengkontraskan mendeskripsikan membedakan membedakan memperkirakan mengekstrapolasi menginterpretasikan mengelompokkan membandingkan 3. Tingkat Penerapan menerapkan menghitung menyelesaikan mengilustrasikan mempraktekkan mengunakan memakai menyelesaikan mendemonstrasikan memperkerjakan menguji mengurutkan 4. Tingkat Analisis menggolongkan menghubungkan mentransformasikan merangkum membangun mendeteksi menganalisis menyimpulkan memisahkan menjelaskan menyelidiki membagi 5. Tingkat Sintesis mengatur mengkombinasikan menciptakan merancang mengembangkan merumuskan menggeneralisasi membangun memadukan mengorganisir merencanakan meyiapkan mewajibkan menghasilkan mengusulkan 6. Tingkat Evaluasi menilai menjajagi mengkritik menentukan mengevaluasi memberi tingkatan menilai mengukur membuat peringkat merekomendasi membuat spesifikasi memperkirakan membuat tingkatan menyeleksi mengetes 26 Pengembangan Kurikulum dan Fasilitasi yang Efektif

29 Mempersiapkan Pelatihan Partisipatif Dalam identifikasi kebutuhan pelatihan (training need assessment/tna) Sebagai langkap berikutnya dalam mempersiapkan pelatihan setelah identifikasi kebutuhan pelatihan, ada beberapa langkah penting dalam mempersiapkan suatu pelatihan yang perlu ditempuh oleh seorang fasilitator. Langkah-langkah tersebut mencakup: Identifikasi Kebutuhan dan Tingkat Kebutuhan. Langkah pertama adalah menemukenali atau menjajaki dan mengetahui kebutuhan pelatihan serta sejauh mana kebutuhan tersebut perlu dipenuhi. Banyak metoda dan teknik yang dapat dipergunakan untuk langkah ini. Langkah ini bersifat mutlak dan esensial. Langkah ini merupakan langkah yang paling kritis dan menentukan langkah selanjutnya. Identifikasi Faktor Pendukung dan Sumberdaya lainnya. Mengidentifikasi berbagai faktor, baik yang mendukung maupun yang menghambat yang perlu diantisipasi oleh fasilitator serta sumberdaya lainnya, antara lain meliputi: Mengetahui latar belakang peserta pelatihan (siapa pesertanya, berapa jumlahnya, posisi, peran dan tugas dalam lembaga dan lain sebagainya) Mengetahui berapa lama pelatihan atau lokakarya itu akan dilakukan. Dimana diselenggarakan (sifat lingkungan, jenis peralatan yang tersedia). Jika pelatihan ataupun lokakarya itu adalah bagian dari sebuah program yang lebih besar, apa aktifitas-aktifitas pelatihan yang sudah dilakukan sebelumnya dan apa yang akan dilakukan setelah pelatihan ini dilakukan. Besar-kecilnya dana yang tersedia untuk penyelenggaraan pelatihan tersebut. Mengetahui apakah ada batasan-batasan tertentu atau bagian-bagian tertentu yang harus dihindari. Mencari dan menemukan perbedaanperbedaan filosofi dasar di antara fasilitator dengan pelaksana pelatihan dan melihat apakah fasilitator bisa bekerja dengan mereka. (Jika tidak, barangkali mereka seharusnya mempertimbangkan untuk mencari fasilitator yang berbeda lainnya). Merumuskan Tujuan dan Sasaran Pelatihan. Mengetahui secara tepat apa yang ingin dicapai atau tujuan yang ingin dicapai. Rumuskan tujuan dan sasaran pelatihan secara tepat. Hendaknya dalam menyusun dan merumuskan sasaran perlu dirumuskan dalam bentuk perubahan tingkah laku yang konkrit yang dapat diamati. Memilih dan menetapkan isi dan muatan (atau bahan) yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi dan tujuan pelatihan. Bahan yang dipergunakan dalam pelatihan seharusnya relevan dengan tujuan pelatihan dan bermanfaat bagi peserta pelatihan. Memilih bahan sambil mengingat tujuan serta melakukan modifikasi tertentu sehingga bermanfaat bagi peserta pelatihan. Pengembangan Kurikulum dan Fasilitasi yang Efektif 27

UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGHAPUSAN

UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGHAPUSAN International Labour Organization UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGHAPUSAN PEKERJA RUMAH TANGGA ANAK PEDOMAN UNTUK PENDIDIK Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB PGRI) Bekerja sama dengan Proyek

Lebih terperinci

Evaluasi Program Pelatihan

Evaluasi Program Pelatihan FORUM Evaluasi Program Pelatihan Oleh : M. Nasrul, M.Si Evaluasi pelatihan adalah usaha pengumpulan informasi dan penjajagan informasi untuk mengetahui dan memutuskan cara yang efektif dalam menggunakan

Lebih terperinci

Written by Robinson Putra Wednesday, 16 January :51 - Last Updated Tuesday, 05 February :32

Written by Robinson Putra Wednesday, 16 January :51 - Last Updated Tuesday, 05 February :32 Sebelum melakukan pelatihan diperlukan penjajagan kebutuhan pelatihan kepada masyarakat, petani, petugas, kepala desa, dan instansi terkait dengan pencegahan kebakaran hutan dan lahan. Terdapat beberapa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Keterampilan Menulis Kalimat dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Keterampilan Menulis Kalimat dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Keterampilan Menulis Kalimat dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia 1. Pengertian Keterampilan Menulis. Menulis adalah salah satu standar kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Manjilala

PENDAHULUAN. Manjilala PENDAHULUAN Manjilala www.gizimu.wordpress.com PENDAHULUAN Selama ini Kader Posyandu lebih sering menjadi pelaksana kegiatan saja, bukan pengelola Posyandu. Pengelola Posyandu artinya bukan hanya melaksanakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

Pengawasan dan Evaluasi Proses

Pengawasan dan Evaluasi Proses Sesi Kedua Pengawasan dan Evaluasi Proses B l j Handout PENGAWASAN DAN EVALUASI (M&E) M&E adalah sebuah proses yang harus terjadi sebelum, selama dan setelah aktifitas tertentu untuk mengukur efek aktifitas

Lebih terperinci

Panduan untuk Fasilitator

Panduan untuk Fasilitator United Nations Development Programme (UNDP) The Office of UN Special Ambassador for Asia Pacific Partnership for Governance Reform Panduan untuk Fasilitator Kartu Penilaian Bersama untuk Tujuan Pembangunan

Lebih terperinci

PB 6. Demokratisasi Tata Kelola Desa dan Ruang Publik

PB 6. Demokratisasi Tata Kelola Desa dan Ruang Publik PB 6 Demokratisasi Tata Kelola Desa dan Ruang Publik SPB 6.1. Demokratisasi dan Tata Kelola Desa Tujuan Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat: 1. Menjelaskan tentang hakekat tata kelola kelembagaan

Lebih terperinci

BAB 1: ORIENTASI PELATIHAN

BAB 1: ORIENTASI PELATIHAN BAB 1: ORIENTASI PELATIHAN Pokok Bahasan Perkenalan dan Kontrak Belajar Langkah-langkah Fasilitasi Perkenalan Langkah-langkah Fasilitasi Kontrak Belajar Penulis Muchtadlirin Penyelia Tulisan Fahsin M.

Lebih terperinci

PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIK DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF CO-OP CO-OP

PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIK DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF CO-OP CO-OP PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIK DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF CO-OP CO-OP Mardiana Abstraksi Pembelajaran kooperatif Co-op Co-op. Model pembelajaran ini pada dasarnya menekankan pentingnya siswa

Lebih terperinci

Bab 4 Bagaimana Melaksanakan Lesson Study?

Bab 4 Bagaimana Melaksanakan Lesson Study? Bab 4 Bagaimana Melaksanakan Lesson Study? A. Siapa yang Melakukan Lesson Study? Lesson study adalah sebuah kegiatan kolaborasi dengan inisiatif pelaksanaan idealnya datang dari Kepala Sekolah bersama

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. baik dari segi kognitif, psikomotorik maupun afektif.

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. baik dari segi kognitif, psikomotorik maupun afektif. 6 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Belajar Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

Lebih terperinci

PRAKTIK YANG BAIK DALAM FASILITASI DAN PENDAMPINGAN

PRAKTIK YANG BAIK DALAM FASILITASI DAN PENDAMPINGAN PRAKTIK YANG BAIK DALAM FASILITASI DAN PENDAMPINGAN Pebruari 2013 Modul Pelatihan Modul pelatihan ini dikembangkan dengan dukungan penuh rakyat Amerika melalui United States Agency for International Development

Lebih terperinci

Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Kajian Pendidikan

Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Kajian Pendidikan BUKU 4e SERI SIKLUS PNPM Mandiri Perkotaan Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Kajian Pendidikan Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya Seri Siklus PNPM-Mandiri Perkotaan Panduan

Lebih terperinci

UNIT 4 KUNJUNGAN SEKOLAH

UNIT 4 KUNJUNGAN SEKOLAH UNIT 4 KUNJUNGAN SEKOLAH UNIT 4 KUNJUNGAN SEKOLAH Pendahuluan Pengawas sekolah adalah tenaga kependidikan profesional yang berfungsi sebagai unsur pelaksana supervisi pendidikan yang mencakup supervisi

Lebih terperinci

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM NEGOSIASI BISNIS

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM NEGOSIASI BISNIS MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM NEGOSIASI BISNIS PAM.MM02.011.01 BUKU PENILAIAN DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN

Lebih terperinci

HOW TO FACILITATE A SESSION

HOW TO FACILITATE A SESSION HOW TO FACILITATE A SESSION Advance elanguages Training Jakarta, 26-28 February 2009 Pemilihan Metode Penyampaian Apakah pelatihan secara keseluruhan akan berbasis di ruang kelas dan melibatkan interaksi

Lebih terperinci

PB 7. BUMDes dan Pengembangan Ekonomi Desa

PB 7. BUMDes dan Pengembangan Ekonomi Desa PB 7 BUMDes dan Pengembangan Ekonomi Desa SPB 7.1. Potensi dan Aset Ekonomi Desa Tujuan Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat: 1. Menjelaskan keterkaitan partisipasi warga pada perencanaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Examples Non Examples Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga lima orang dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja

Lebih terperinci

TEKNIK FASILITASI PETANI

TEKNIK FASILITASI PETANI MODUL TEKNIK FASILITASI PETANI Teknik Fasilitasi Petani DEPARTEMEN PERTANIAN BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERTANIAN PUSAT PENGEMBANGAN PENYULUHAN PERTANIAN 2 0 0 7 : TEKNIK FASILITASI PETANI

Lebih terperinci

UNIT 6 : KKG DAN MGMP A. Pengelolaan KKG dan MGMP B. Praktik KKG dan MGMP Untuk Meningkatkan PAKEM

UNIT 6 : KKG DAN MGMP A. Pengelolaan KKG dan MGMP B. Praktik KKG dan MGMP Untuk Meningkatkan PAKEM UNIT 6 : KKG DAN MGMP A. Pengelolaan KKG dan MGMP B. Praktik KKG dan MGMP Untuk Meningkatkan PAKEM UNIT 6 : KKG DAN MGMP A. Pengelolaan KKG dan MGMP Waktu : 3 jam 45 menit A. Pendahuluan Pada paket pelatihan

Lebih terperinci

PELATIHAN KELAS IBU Kelas Ibu Hamil dan Kelas Ibu Balita

PELATIHAN KELAS IBU Kelas Ibu Hamil dan Kelas Ibu Balita 306.874 3 Ind p Departemen Kesehatan Republik Indonesia PELATIHAN KELAS IBU Kelas Ibu Hamil dan Kelas Ibu Balita Untuk Petugas Kesehatan BUKU PANDUAN PESERTA DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Banyak orang belum mengetahui apa itu leaflet dan apa perbedaannya dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Banyak orang belum mengetahui apa itu leaflet dan apa perbedaannya dengan 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Leaflet Leaflet adalah bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi tidak dimatikan/dijahit. Agar terlihat menarik biasanya leaflet didesain secara cermat dilengkapi

Lebih terperinci

PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA

PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA BAB I KONSEP TEORI 1.1 Latar Belakang Pelatihan dan pengembangan yang dilakukan bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia telah dilakukan dengan berbagai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadi dalam diri seseorang dan interaksi dengan lingkungannya. Hal ini sesuai

II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadi dalam diri seseorang dan interaksi dengan lingkungannya. Hal ini sesuai II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Belajar Matematika Belajar merupakan proses yang dapat menyebabkan perubahan tingkah laku karena adanya reaksi terhadap situasi tertentu atau adanya proses internal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai makna sebagai proses mengubah tingkah laku anak didik menjadi dewasa yang mampu hidup secara mandiri, sebagai hasil pengalamannya sendiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar 1. Defenisi Belajar pada hakikatnya adalah penyempurnaan potensi atau kemampuan pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia dengan dunia

Lebih terperinci

PANDUAN PENGGUNAAN VIDEO PEMBELAJARAN UNTUK PENDAMPINGAN FASILITATOR SD/MI

PANDUAN PENGGUNAAN VIDEO PEMBELAJARAN UNTUK PENDAMPINGAN FASILITATOR SD/MI PANDUAN PENGGUNAAN VIDEO PEMBELAJARAN UNTUK PENDAMPINGAN FASILITATOR SD/MI Oktober 2016 Panduan penggunaan video pembelajaran untuk pendampingan fasilitator SD/MI ini dikembangkan dengan dukungan penuh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI Model pembelajaran kooperatif tipe GI merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada

Lebih terperinci

KURIKULUM PELATIHAN PENDAMPING AKREDITASI PUSKESMAS DAN FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

KURIKULUM PELATIHAN PENDAMPING AKREDITASI PUSKESMAS DAN FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA KURIKULUM PELATIHAN PENDAMPING AKREDITASI PUSKESMAS DAN FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk meningkatkan pelayanan sarana kesehatan dasar khususnya Puskesmas kepada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Belajar Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa Indonesia. Disana dipaparkan bahwa belajar diartikan sebagai perubahan yang relatif permanen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan IPA (Sains) adalah salah satu aspek pendidikan yang digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan khususnya pendidikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu

Lebih terperinci

PENGANTAR PENGEMBANGAN SILABUS

PENGANTAR PENGEMBANGAN SILABUS PENGANTAR PENGEMBANGAN SILABUS A. Pengertian Silabus Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi

Lebih terperinci

Merancang Pembelajaran dengan Satu Komputer (Backward Design)

Merancang Pembelajaran dengan Satu Komputer (Backward Design) Merancang Pembelajaran dengan Satu Komputer (Backward Design) Deskripsi Kegiatan Sesi ini digunakan untuk mulai bekerja dengan guru untuk merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengintegrasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-orang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-orang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi peserta didik agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Matematika Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir pada semua bidang ilmu pengetahuan. Menurut Suherman (2003:15), matematika

Lebih terperinci

Implementasi model pembelajaran jigsaw pada pelajaran fisika SMA Negeri 1 Toroh Kabupaten Grobogan Margiyanto S UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Implementasi model pembelajaran jigsaw pada pelajaran fisika SMA Negeri 1 Toroh Kabupaten Grobogan Margiyanto S UNIVERSITAS SEBELAS MARET Implementasi model pembelajaran jigsaw pada pelajaran fisika SMA Negeri 1 Toroh Kabupaten Grobogan Margiyanto S.5100019 UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Proses belajar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Hasil observasi awal dilakukan di kelas VIII E SMP N 2 Susukan semester I tahun ajaran 2012 / 2013 pada kompetensi dasar mendiskripsikan hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting dalam pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari waktu jam pelajaran sekolah lebih

Lebih terperinci

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian ini memberikan gambaran pada beberapa aspek meliputi

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian ini memberikan gambaran pada beberapa aspek meliputi IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian ini memberikan gambaran pada beberapa aspek meliputi perencanaan pembelajaran, proses pelaksanaan pembelajaran meliputi kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Monitoring dan Evaluasi dalam Program Pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Monitoring dan Evaluasi dalam Program Pemberdayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka menjalankan sebuah program pemberadayaan masyarakat dibutuhkan perencanaan yang sistematis, perencanaan yang baik akan terlihat dari singkronisasi antara

Lebih terperinci

Oleh : Cahyono Susetyo

Oleh : Cahyono Susetyo PENGEMBANGAN MASYARAKAT BERBASIS KELOMPOK Oleh : Cahyono Susetyo 1. PENDAHULUAN Perencanaan partisipatif yang saat ini ramai didengungkan merupakan suatu konsep yang dianggap mampu menyelesaikan permasalahan-permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum 2013 pada tingkat dasar menggunakan pendekatan pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik saintifik mengedepankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang diajarkan dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga Perguruan Tinggi (PT), bahkan di tingkat Taman

Lebih terperinci

Uji Penilaian Profesional Macquarie. Leaflet Latihan. Verbal, Numerikal, Pemahaman Abstrak, Kepribadian.

Uji Penilaian Profesional Macquarie. Leaflet Latihan. Verbal, Numerikal, Pemahaman Abstrak, Kepribadian. Uji Penilaian Profesional Macquarie Leaflet Latihan Verbal, Numerikal, Pemahaman Abstrak, Kepribadian. Mengapa Uji Penilaian psikometrik digunakan Dewasa ini semakin banyak perusahaan yang menyertakan

Lebih terperinci

KURIKULUM PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN PENGANGKATAN PERTAMA JENJANG AHLI DI BALAI BESAR PELATIHAN KESEHATAN CILOTO TAHUN 2015

KURIKULUM PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN PENGANGKATAN PERTAMA JENJANG AHLI DI BALAI BESAR PELATIHAN KESEHATAN CILOTO TAHUN 2015 KURIKULUM PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN PENGANGKATAN PERTAMA JENJANG AHLI DI BALAI BESAR PELATIHAN KESEHATAN CILOTO TAHUN 015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan tata pemerintahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran 1. Belajar 1) Pengertian Belajar Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang

Lebih terperinci

Panduan Fasilitasi Musyawarah Pengembangan KSM

Panduan Fasilitasi Musyawarah Pengembangan KSM BUKU 5a SERI SIKLUS PNPM Mandiri Perkotaan Panduan Fasilitasi Musyawarah Pengembangan KSM Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya Seri Siklus PNPM-P2KP Panduan Fasilitasi Pengembangan

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS C05. Relawan. Pemetaan Swadaya. PNPM Mandiri Perkotaan

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS C05. Relawan. Pemetaan Swadaya. PNPM Mandiri Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS Relawan C05 Pemetaan Swadaya PNPM Mandiri Perkotaan Modul 1 Alur dan GBPP OJT PS 1 Kegiatan 1 Curah Pendapat Harapan dan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Simpulan hasil penelitian model pembelajaran proyek berbasis lingkungan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Simpulan hasil penelitian model pembelajaran proyek berbasis lingkungan BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan Simpulan hasil penelitian model pembelajaran proyek berbasis lingkungan perkembangan untuk meningkatkan keterampilan pemecahan masalah pada anak TK,

Lebih terperinci

Panduan Sukses Menjalani Assessment Centre. Copyright Andin Andiyasari Mei 2008

Panduan Sukses Menjalani Assessment Centre. Copyright Andin Andiyasari Mei 2008 Panduan Sukses Menjalani Assessment Centre Copyright Andin Andiyasari Mei 2008 Assessment Centre Sebuah proses penilaian yang dilakukan oleh lebih dari satu penilai (multi-rater) dengan lebih dari satu

Lebih terperinci

Tata cara pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD) atau Diskusi Kelompok Terarah (DKT)

Tata cara pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD) atau Diskusi Kelompok Terarah (DKT) Tata cara pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD) atau Diskusi Kelompok Terarah (DKT) Disampaikan pada perkuliahan Pengembangan Masyarakat di FKM USU Senin/Tanggal 26 Mei 2014. Pelaksanaan FGD/DKT perlu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang murid

TINJAUAN PUSTAKA. Gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang murid 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Belajar (Learning Styles) Gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang murid dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat, berfikir dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Menurut Sadili (2006,P.16) manajemen pada dasarnya adalah upaya mengatur segala sesuatu (sumber daya) untuk mencapai tujuan organisasi. Menurut Hasibuan (2003

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mengajarkan siswa untuk bekerjasama

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mengajarkan siswa untuk bekerjasama 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mengajarkan siswa untuk bekerjasama dan bertanggung jawab. Menurut Arends (dalam Amri dan Ahmadi, 2010:94)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Awal Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti sebelum melakukan penelitian diperoleh data mengenai kondisi pembelajaran Aqidah

Lebih terperinci

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL PENGEMBANGAN SILABUS

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL PENGEMBANGAN SILABUS KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL PENGEMBANGAN SILABUS Pengertian Landasan Prinsip Pengembangan Unit waktu Pengembang Silabus Komponen Silabus Mekanisme Pengembangan Silabus Langkah-langkah Pengembangan Silabus

Lebih terperinci

BAB II. Kajian Pustaka. pembelajaran kooperatif, dan prestasi belajar.

BAB II. Kajian Pustaka. pembelajaran kooperatif, dan prestasi belajar. 7 BAB II Kajian Pustaka A. Analisis Teoritik Dalam analisis teoritik akan diuraikan berbagai tinjauan yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu Sekolah Menengah Kejuruan, metode belajar mengajar, pembelajaran

Lebih terperinci

MODUL 8 HUMAN RESOURCES MANAGEMENT TRAINING AND DEVELOPMENT

MODUL 8 HUMAN RESOURCES MANAGEMENT TRAINING AND DEVELOPMENT MODUL 8 HUMAN RESOURCES MANAGEMENT TRAINING AND DEVELOPMENT Group 4 1. Agam Zamzami 004-2011-05-021 2. Eben Frantogy 004-2011-05-043 3. Galih Prakoso 004-2011-05-046 4. Handika Panji S. 004-2011-05-049

Lebih terperinci

C. Macam-Macam Metode Pembelajaran

C. Macam-Macam Metode Pembelajaran A. Pengertian Metode Pembelajaran Metode pembelajaran adalah cara-cara atau teknik penyajian bahan pelajaran yang akan digunakan oleh guru pada saat menyajikan bahan pelajaran, baik secara individual atau

Lebih terperinci

PENGAJARAN PROFESIONAL DAN PEMBELAJARAN BERMAKNA PAKET PELATIHAN 3

PENGAJARAN PROFESIONAL DAN PEMBELAJARAN BERMAKNA PAKET PELATIHAN 3 UNIT 4 PERSIAPAN DAN PRAKTIK MENGJAR UNIT 4 PERSIAPAN DAN PRAKTIK MENGAJAR Pendahuluan Persiapan dan praktik mengajar adalah salah satu unit yang penting dalam setiap tahapan pelatihan. Unit ini memberikan

Lebih terperinci

PENGANTAR PENGEMBANGAN SILABUS

PENGANTAR PENGEMBANGAN SILABUS PENGANTAR PENGEMBANGAN SILABUS A. Pengertian Silabus Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi

Lebih terperinci

MODUL PEMETAAN SOSIAL BERBASIS KELOMPOK ANAK

MODUL PEMETAAN SOSIAL BERBASIS KELOMPOK ANAK MODUL PEMETAAN SOSIAL BERBASIS KELOMPOK ANAK 00 LATAR BELAKANG Social Mapping, Pemetaan Sosial atau Pemetaan Masyarakat yang dilakukan oleh anak dimaksudkan sebagai upaya anak menyusun atau memproduksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan bersifat sangat penting demi terwujudnya kehidupan pribadi yang mandiri dengan taraf hidup yang lebih baik. Sebagaimana pengertiannya menurut Undang-undang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1 DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1 BAB I STANDAR KOMPETENSI... 2 1.1 Kode Unit... 2 1.2 Judul Unit... 2 1.3 Deskripsi Unit... 2 1.4 Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja... 2 1.5 Batasan

Lebih terperinci

RANAH RANAH. Misalnya : istilah fakta aturan urutan metode

RANAH RANAH. Misalnya : istilah fakta aturan urutan metode RANAH RANAH Ranah Kognitif Kategori jenis perilaku (C1) Pengetahuan (C2) Pemahaman (C3) Penerapan Kemampuan internal Mengetahui. Misalnya : istilah fakta aturan urutan metode Menterjemahkan Menafsirkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajara Tematik Terpadu dan Pendekatan Scientific. 1. Pengertian Pembelajaran Tematik Terpadu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajara Tematik Terpadu dan Pendekatan Scientific. 1. Pengertian Pembelajaran Tematik Terpadu 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajara Tematik Terpadu dan Pendekatan Scientific 1. Pengertian Pembelajaran Tematik Terpadu Kurikulum 2013 yang sekarang ini mulai digunakan yaitu pembelajaran tematik terpadu.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Seseorang dapat dikatakan belajar apabila terjadi suatu proses yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Seseorang dapat dikatakan belajar apabila terjadi suatu proses yang 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Seseorang dapat dikatakan belajar apabila terjadi suatu proses yang mengakibatkan perubahan tingkah laku yang relatif lama. Perubahan tingkah laku itu tidak

Lebih terperinci

PB 1. Visi Undang-undang Desa

PB 1. Visi Undang-undang Desa PB 1 Visi Undang-undang Desa SPB 1.1. Visi Perubahan Desa Tujuan Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat: 1. Mampu menjelaskan visi UU Desa tentang perubahan desa yang maju, kuat, mandiri, berkeadilan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK merupakan sebuah metode penelitian yang dilakukan di dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Dalam makna yang lebih kompleks

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih dari sekedar realisasi satu sasaran, atau bahkan beberapa sasaran. Sasaran itu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih dari sekedar realisasi satu sasaran, atau bahkan beberapa sasaran. Sasaran itu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keberhasilan Keberhasilan adalah hasil serangkaian keputusan kecil yang memuncak dalam sebuah tujuan besar dalam sebuah tujuan besar atau pencapaian. keberhasilan adalah lebih

Lebih terperinci

PANDUAN PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN. Pusat Kurikulum - Balitbang Depdiknas

PANDUAN PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN. Pusat Kurikulum - Balitbang Depdiknas PANDUAN PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN 1 PENGEMBANGAN SILABUS 1. Landasan Pengembangan Silabus 2. Pengertian Silabus 3. Pengembang Silabus 4. Prinsip Pengembangan Silabus 5. Tahapan Pengembangan Silabus

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PELATIHAN DALAM ORGANISASI (Tinjauan Teori Pembelajaran Orang Dewasa)

PENGELOLAAN PELATIHAN DALAM ORGANISASI (Tinjauan Teori Pembelajaran Orang Dewasa) I. PENGELOLAAN PELATIHAN Manajemen dipahami sebagai kegiatan untuk mendayagunakan sumberdaya manusia, sarana dan prasarana serta berbagai potensi lainnya yang tersedia atau yang dapat disediakan untuk

Lebih terperinci

PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Sukanti. Abstrak

PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Sukanti. Abstrak PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI Sukanti Abstrak Terdapat empat karakteristik afektif yang penting dalam pembelajaran yaitu: (1) minat, 2) sikap, 3) konsep diri, dan 4) nilai. Penilaian afektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Atas dasar pemikiran tersebut, pendidikan karakter. dengan metode serta pembelajaran yang aktif.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Atas dasar pemikiran tersebut, pendidikan karakter. dengan metode serta pembelajaran yang aktif. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang mengembangkan nilainilai karakter bangsa pada diri peserta didik, sehingga peserta didik dapat memaknai karakter bangsa

Lebih terperinci

Tips Menangani Pertanyaan Peserta Diklat. Oleh: Wakhyudi. Widyaiswara Madya Pusdiklatwas BPKP. Abstrak

Tips Menangani Pertanyaan Peserta Diklat. Oleh: Wakhyudi. Widyaiswara Madya Pusdiklatwas BPKP. Abstrak Tips Menangani Pertanyaan Peserta Diklat Oleh: Wakhyudi Widyaiswara Madya Pusdiklatwas BPKP Abstrak Dalam proses belajar mengajar, terdapat berbagai dinamika yang dialami, baik oleh widyaiswara maupun

Lebih terperinci

Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan Pembelajaran C. Sosiologi Satuan Pendidikan : SMA/MA Kelas : X (sepuluh) Kompetensi Inti : KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gaya belajar setiap orang itu dipengaruhi oleh faktor alamiah (pembawaan)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gaya belajar setiap orang itu dipengaruhi oleh faktor alamiah (pembawaan) 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Belajar (Learning Styles) Gaya belajar setiap orang itu dipengaruhi oleh faktor alamiah (pembawaan) dan faktor lingkungan. Jadi ada hal-hal tertentu yang tidak dapat diubah

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF A. Konsep Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK) Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK) merupakan rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tidak dipahami kemudian dilihat, diamati hingga membuat seseorang

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tidak dipahami kemudian dilihat, diamati hingga membuat seseorang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan menjadi salah satu hal yang penting bagi setiap manusia. Melalui pendidikan seseorang dapat belajar mengenai banyak hal, mulai dari hal yang tidak

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SILABUS

PENGEMBANGAN SILABUS PENGEMBANGAN SILABUS Afid Burhanuddin, M. Pd. Pengertian Landasan Prinsip Pengembangan Unit waktu Pengembang Silabus Komponen Silabus Mekanisme Pengembangan Silabus Langkah-langkah Pengembangan Silabus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting yang menjadi salah satu prioritas utama

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting yang menjadi salah satu prioritas utama I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek penting yang menjadi salah satu prioritas utama dalam program pembangunan di Indonesia, karena pada dasarnya pembangunan tidak hanya

Lebih terperinci

Model Pembelajaran kooperatif dengan tipe Group Investigation ini masih. asing bagi siswa kelas XI 6 Program Keahlian Multi Media SMK Kristen BM

Model Pembelajaran kooperatif dengan tipe Group Investigation ini masih. asing bagi siswa kelas XI 6 Program Keahlian Multi Media SMK Kristen BM 32 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Model Pembelajaran kooperatif dengan tipe Group Investigation ini masih asing bagi siswa kelas XI 6 Program Keahlian Multi Media SMK Kristen

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Hasil observasi awal dilakukan di kelas VII F SMP N 2 Susukan semester 2 tahun ajaran 2013 / 2014 pada kompetensi dasar mendiskripsikan Potensi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia secara formal mencakup pengetahuan kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi pembelajaran mengenai asal-usul

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 16 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Metode Pembelajaran Metode pembelajaran adalah teknik atau pendekatan yang digunakan oleh pengajar agar peserta didik dapat memahami isi materi yang akan dipelajari. Pembelajaran

Lebih terperinci

MENGELOLA PROGRAM PELATIHAN

MENGELOLA PROGRAM PELATIHAN MENGELOLA PROGRAM PELATIHAN Oleh : Drs. Wiyoto, MT Tatang Rahmat, S.Pd Mengelola program pelatihan, secara sepintas tampaknya sesuatu hal yang sederhana. Namun bila dicermati, membutuhkan suatu penanganan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Berbasis Masalah Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model pembelajaran yang menjadikan masalah sebagai dasar atau basis bagi siswa

Lebih terperinci

2016 PERBAND INGAN HASIL BELAJAR SISWA ANTARA MOD EL PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO D ENGAN MOD EL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK D I SMKN 1 SUMED ANG

2016 PERBAND INGAN HASIL BELAJAR SISWA ANTARA MOD EL PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO D ENGAN MOD EL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK D I SMKN 1 SUMED ANG BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Model Pembelajaran 2.1.1 Definisi Model Pembelajaran Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian dapat dipahami sebagai tata cara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan. Sugiono (2009, h.6) mendefinisikan, Metode penelitian adalah cara-cara

Lebih terperinci

PROGRAM PEMBELAJARAN BERBASIS BIMBINGAN DI TAMAN KANAK-KANAK. Disusun oleh : Rita Mariyana, M.Pd, dkk.

PROGRAM PEMBELAJARAN BERBASIS BIMBINGAN DI TAMAN KANAK-KANAK. Disusun oleh : Rita Mariyana, M.Pd, dkk. PROGRAM PEMBELAJARAN BERBASIS BIMBINGAN DI TAMAN KANAK-KANAK Disusun oleh : Rita Mariyana, M.Pd, dkk. JURUSAN PEDAGOGIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE DISKUSI DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI 349 TANJUNG KAPA MANDAILING NATAL

PENGGUNAAN METODE DISKUSI DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI 349 TANJUNG KAPA MANDAILING NATAL PENGGUNAAN METODE DISKUSI DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI 349 TANJUNG KAPA MANDAILING NATAL Heddi Dongoran Guru di SD Negeri 349 Tanjung Kapa Mandailing Natal Surel

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS FASILITATOR F12. Pelatihan Dasar 2. Pemetaan Swadaya. PNPM Mandiri Perkotaan

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS FASILITATOR F12. Pelatihan Dasar 2. Pemetaan Swadaya. PNPM Mandiri Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS FASILITATOR Pelatihan Dasar 2 F12 Pemetaan Swadaya PNPM Mandiri Perkotaan Modul 1 Memahami Pemetaan Swadaya 1 Kegiatan 1: Diskusi

Lebih terperinci

Teknik Fasilitasi Diskusi dengan Metode PRA

Teknik Fasilitasi Diskusi dengan Metode PRA 8 Teknik Fasilitasi Diskusi dengan Metode PRA Teknik fasilitasi dengan menggunakan metode-metode/teknik Participatory Rural Appraisal (PRA) sama saja dengan teknik fasilitasi dengan menggunakan metodemetode

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Variabel Terikat a. Kemampuan Berpikir Kritis Berpikir kritis menurut Ennis (1993) adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pada

Lebih terperinci

Pencarian Bilangan Pecahan

Pencarian Bilangan Pecahan Pencarian Bilangan Pecahan Ringkasan Unit Siswa ditugaskan sebuah profesi yang menggunakan pecahan bilangan dalam pekerjaannya. Mereka meneliti, meringkas, menarik kesimpulan, dan mempresentasikan penemuan

Lebih terperinci