BAB II LANDASAN TEORI. Bisnis keluarga adalah bisnis yang mempertimbangkan usaha-usaha

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. Bisnis keluarga adalah bisnis yang mempertimbangkan usaha-usaha"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 1.1. Bisnis Keluarga Bisnis keluarga adalah bisnis yang mempertimbangkan usaha-usaha keluarga untuk membangun atau mendirikan berbagai macam usaha yang mendapat pengaruh signifikan dari seorang pengusaha, penerus CEO serta oleh seorang atau beberapa orang anggota keluarga. Pengaruh terhadap perusahaan diberikan melalui partisipasi dewan kepemimpinan dan manajerial, kontrol kepemilikan, preferensi strategis pemegang saham, serta nilai moral dan budaya dari keluarga pemegang saham ( Poza, 2010: 5). Poza (2010: 5) menjelaskan bahwa perbedaan bisnis keluarga dengan bisnis yang dikontrol oleh manajemen non keluarga terletak pada niat, nilai, dan strategi yang memperngaruhi interaksi pemilik yang berasal dari satu keluarga yang sama. Hasilnya adalah percampuran unik antara keluarga, manajemen dan pemilik yang kemudian menciptakan keistimewaan pada sistem bisnis keluarga. Poza (2010: 7-14) merumuskan teori yang berkaitan dengan bisnis keluarga, yaitu:

2 System Theory System theory adalah pendekatan teoritis yang sering kali digunakan oleh akademisi untuk mempelajari bisnis keluarga. Pada pendekatan system theory, perusahaan keluarga digambarkan dengan bagan yang terdiri dari tiga subsistem yaitu pemilik, manajemen dan keluarga. Keseluruhan bagian tersebut saling tergantung, bertumpukan, dan berinteraksi. Model ini menunjukan bahwa perusahaan keluarga paling baik dipahami dan dipelajari sebagai sistem sosial yang kompleks dan dinamis dimana integrasi ini tercapai melalui penyesuaian timbal balik antar subsistem. Diagram 1. System Theory (Teori) 5 pemilik 2 keluarga manajemen 7 Sumber : (Poza, 2010)

3 Bagian (1) menunjukan anggota keluarga yang aktif dalam manajemen perusahaan dan merupakan bagian dari pemegang saham, bagian (2) menunjukan anggota keluarga yang merupakan pemegang saham, bagian (3) menunjukan pemegang saham non keluarga yang aktif dimanajemen perusahaan, bagian (4) menunjukan anggota keluarga yang aktif dimanajemen perusahaan namun tidak memiliki saham, bagian (5) menunjukan pemegang saham non anggota keluarga dan berada diluar manajemen perusahaan, bagian (6) menunjukan anggota keluarga yang tidak memiliki saham dan tidak aktif di manajemen perusahaan, sedangkan bagian (7) menunjukan pelaku non anggota keluarga yang hanya aktif dimanajemen perusahaan Kebudayaan Kebudayaan pada hakekatnya dapat disimpulkan sebagai keseluruhan aktivitas manusia, baik yang bersifat material (fisik) atau berwujud (tangible), maupun yang bersifat imaterial (abstrak) dan tidak berwujud (intangable); atau keseluruhan hasil aktivitas manusia baik yang bersifat artifaktual maupun bersifat sosiofaktual, seperti tercermin dalam kelembagaan sosial, norma, hukum, tatanan atau sistem hidup, moralitas, spritualitas, mentalitas, etos, etika, prilaku dan sikap ( Suryo, 2009:2) Dijabarkan lebih lanjut, menurut Kluckhohn dalam Suryo (2009:3) ada lima orientasi nilai kebudayaan yang mempengaruhi sikap dan perilaku manusia dalam lingkungan kehidupannya :

4 Orientasi terhadap hubungan antara manusia dengan hidup (jelek campuran - baik) Orientasi manusia terhadap hubungan antara manusia dengan lingkungan dan alam (menyerah-harmoni-menguasai) Orientasi manusia terhadap waktu (lampau kini mendatang) Orientasi terhadap kerja Orientasi terhadap hubungan antar sesama Banyak orang masih sering mempersoalkan perbedaan antara kebudayaan Barat dan kebudayaan Timur. Konsep itu berasal dari orang Eropa Barat dalam zaman ketika mereka berekspansi menjelajah dunia, menguasai wilayah luar di Afrika, Asia dan Oseania, dan memantapkan pemerintahan jajahan mereka dimana-mana. Semua kebudayaan diluar kebudayaan mereka di Eropa Barat disebutnya kebudayaan Timur, sebagai lawan dari kebudayaan mereka sendiri yang mereka sebut kebudayaan Barat. Secara kontras perbedaan antara kebudayaan Barat dan Timur dapat dianalisis mengunakan beberapa variabel kebudayaan yang didasari dari teori Neuling (1999) dan Qingxue (2003). Perbedaan kebudayaan tersebut dapat dijabarkan melalui tabel berikut :

5 Tabel 1. Perbedaan Kebudayaan Barat dan Timur Ditinjuau ari Variabel Kebudayaan Neuling (1999) dan Qingxue (2003) (Teori) Individualism Barat (Nia Fliam) Variabel kebudayaan Timur (Agus Ismoyo) Collectivism Masyarakat dengan kebudayaan ini tinggal dalam kehidupan sosial dimana mereka diajarkan untuk berdiri diatas kedua kaki mereka sendiri dan tidak tergantung pada kelompok manapun, serta mengidentifikasian diri mereka sebagai individu yang mandiri. Masyarakat dengan kebudayaan ini tinggal didalam kehidupan sosial dimana semenjak lahir sampai seterusnya mereka memiliki rasa integritas serta kohesi tinggi dalam kelompok, dan berusaha untuk menjaga kelompok tersebut dengan imbalan loyalitas tanpa tanda tanya, serta mengidentifikasikan diri mereka sebagai individu yang kolektif. High Uncertainty Avoidance Low Uncertainty Avoidance Masyarakat dengan kebudayaan barat memiliki toleransi rendah terhadap ketidak pastian dan ambiguitas, yang menyebabkan mereka memiliki tingkat stres dan kepanikan tinggi. Masyarakat dengan kebudayaan timur beranggapan bahwa ketidak pastian adalah bagian dari hidup. Memiliki tingkat stres dan kepanikan yang rendah, menerima ambiguitas, serta mampu memandang kesejateraan sebagai suatu hal yang subjektif.

6 Barat (Nia Fliam) Low Power Distance Variabel kebudayaan Timur (Agus Ismoyo) High Power Distance Masyarakat dengan kebudayaan barat memiliki kesetaraan hubungan antara atasan dan bawahan dan bekerja bersama secara dekat dalam lingkup profesionalisme. Bawahan tidak takut untuk mengutarakan keragu-raguan atau ketidak setujuan terhadap keputusan atasan. Sistem hierarki dapat disesuaikan tergantung pada situasi yang terjadi. Masyarakat dengan kebudayaan timur memiliki jarak kekuasaan yang jauh dalam hubungan antar atasan dengan bawahan. Bawahan merasa sungkan dan takut untuk mengutarakan keraguraguan atau ketidak setujuan terhadap keputusan atasan. Assertiveness Interpersonal Harmony Masyarakat dengan kebudayaan barat memiliki sikap tegas dan agresif dalam prilaku komunikasinya dan berinisiatif dalam upaya untuk meraih apa yang mereka sukai dan kesejahteraan pribadi. Masyarakat dengan kebudayaan timur mengutamakan kepentingan kelompok dan keharmonisan hubungan antar sesama, menghindari keagresifitasan dalam berkomunikasi guna menjauhi konflik. Sumber: Neuling (1999) dan Qingxue (2003) Teori dari Neuling (1999) dan Qingxue (2003) digunakan oleh peneliti dengan mempertimbangkan relevansi faktor kebudayaan dengan cara individu dalam malakukan keputusan-keputusan perusahaan, termasuk dalam perencanaan

7 suksesi seperti penetapan kualifikasi dari calon suksesor potensial dan pemahaman mengenai pentingnya sebuah perencanaan sukesi dalam bisnis keluarga. Sementara untuk melihat pengaruh kebudayaan terhadap kesetaraan gender, pandangan terhadap materi dan keluarga, peneliti menggunakan teori Makulinisme dan Feminisme, Hosftede (2003). Hal ini dilakukan mengingat komponen-komponen tersebut dapat mempengaruhi proses perencanaan suksesi sebuah bisnis keluarga. Dalam teori ini, Hofstede, mengklasifikasikan kebudayaan kedalam dua kelompok, kebudayaan maskulinisme dan kebudayaan feminisme, masyarakat dengan kebudayaan maskulinisme berada dalam kehidupan sosial dimana peranan gender secara sosial jelas berbeda : pria seharusnya tegas, kuat dan fokus pada kesuksesan material; wanita seharusnya lembut, rendah hati dan memperhatikan kualitas hidup. Sementara masyarakat kebudayaan feminisme berada dalam kehidupan sosial dimana tidak ada batasan dalam peran gender: baik pria maupun wanita seharusnya rendah hati, lembut dan memperhatikan kualitas hidup. (Hofstede, 2003: 297). Dijabarkan lebih lanjut oleh Hofstede mengenai karakteristik negara dengan kebudayaan maskulinisme dan kebudayaan feminisme melalui tabel berikut :

8 Tabel 2. Karakteristik Masyarakat Dalam Negara dengan Kebudayaan Maskulinisme dan Feminisme (Teori) Norma Sosial Maskulinisme Orientasi Ego. Uang dan ke benda merupakan hal penting. Hidup untuk bekerja. Feminisme Orientasi hubungan. Kualitas hidup dan manusia merupakan hal penting. Bekerja untuk hidup. Politik dan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi merupakan prioritas utama. Pemecahan konflik melalui pemaksaan. Perlindungan lingkungan merupakan prioritas utama. Pemecahan konflik melalui negosiasi. Agama Pekerjaan Agama merupakan hal terpenting dalam hidup. Hanya pria yang dapat menjadi pemuka agama. Besarnya kesenjangan pendapatan antara pria dan wanita. Sedikit wanita yang bekerja. Memilih pekerjaan Agama merupakan hal yang kurang penting dalam hdup. Pria atau wanita dapat menjadi pemuka agama. Kecilnya kesenjangan pendapatan antara pria dan wanita. Lebih banyak wanita yang bekerja. Memilih pekerjaan

9 Maskulinisme Feminisme berdasarkan besaran berdasarkan pendapatan. kefleksibelan waktu kerja. Keluarga dan sekolah Sturktur keluarga tradisional. Anak perempuan menangis, anak lakilaki tidak; anak lakilaki berkelahi, anak perempuan tidak. Kegagalan adalah malapetaka. Sturktur keluarga fleksibel. Baik anak laki-laki maupun perempuan menangis ; tidak satupun yang berkelahi. Kegagalan adalah kecelakaan kecil. Sumber : (Hofstede, 2003)

10 Marsh (2011;2-3) mengatakan bahwa ketika dua kebudayaan disatukan dalam satu ikatan, baik melalui pernikahan atau yang lainnya dan individu tersebut terlibat dalam bisnis keluarga, akan ada satu titik dimana permasalahan perbedaan kebudayaan yang ada diantara mereka menjadi sebuah topik yang didiskusikan dan individu tersebut harus mampu menghadapi permasalahan tersebut. Karena jika keluarga merasa tidak memiliki kecocokan dengan individu tersebut, ia akan kehilangan pengaruhnya atau bahkan tidak dianggap sama sekali Perencanaan Suksesi Rothwell (2010: 371) mengatakan perencanaan suksesi adalah proses pengembangan bakat yang sesuai dengan kebutuhan organisasi baik saat ini maupun dimasa mendatang. Setiap saat ketika seorang manajer memberikan tugas, ia sebenarnya sedang mempersiapkan sesesorang bagi masa depan perusahaan karena apa yang dilakukannya adalah pembangunan kemampuan bekerja. Pengalaman kerja membangun kompetensi kerja, pengalaman kerja yang berbeda menghasilkan kompetensi kerja yang berbeda pula. Bork (1986: ) menerangkan model suksesi dalam bisnis keluarga terbatas sesuai dengan jumlah keluarga dan situasi yang dihadapi oleh keluarga tersebut. Secara garis besar terdapat lima model suksesi sesuai dengan situasi yang dihadapi : Suksesi dengan Pewaris Tunggal Sejauh ini suksesi yang paling sederhana adalah suksesi dengan pewaris tunggal. Hak sebagai penerus biasanya jatuh ke anak lelaki tertua. Namun seperti yang sering terjadi, pengusaha seringkali tidak rela untuk melepaskan usahanya. Masalah

11 lain muncul ketika ahli waris yang ada adalah seorang anak perempuan. Karena statusnya sebagai wanita, orangtua bisa saja tidak mengindahkan keinginan dan bakat sang anak, hal lain yang mungkin terjadi adalah pendapat bias yang mendiskriminasi wanita sebagai pelaku bisnis. Dari pihak anak perempuan, dia mungkin tidak menginginkan atau memiliki ekspektasi apapun terhadap suatu posisi dalam bisnis keluarganya meskipun ia memiliki kemampuan, keterampilan, dan pendidikan yang mendukung Suksesi dengan Beberapa Pewaris Merupakan sesuatu yang lazim bagi sebuah keluarga jika mereka memiliki lebih dari satu orang yang mengharapkan atau menantikan untuk mewarisi bisnis keluarga. Situasi seperti ini menyebabkan berbagai macam kesulitan yang dapat mengganggu kelancaran bisnis dan keharmonisan keluarga Suksesi pada Pemilik Tak Aktif Secara prinsip, banyak masalah dapat dihindari jika para anggota keluarga yang tidak ingin untuk aktif dalam bisnis dan juga tidak memegang saham dalam bisnis. Keingintahuan dan keinginan para anggota tidak aktif seringkali berlawanan dengan keinginan para anggota keluarga yang aktif dalam bisnis. Singkatnya, pemilik tidak aktif biasanya menginginkan keuntungan perusahaan dibagikan dalam bentuk deviden daripada diputar dalam bentuk dana sabar atau investasi. Anggota yang aktif dan bekerja dalam perusahaan memiliki pengetahuan yang menyeluruh dan mendalam mengenai rancangan-rancangan dan kebutuhan keuangan perusahaan. Hal-hal yang disebutkan sebelumnya meliputi penggunaan dana sabar

12 untuk kebutuhan bagi peningkatan aset, ekspansi, dan untuk mempertahankan posisi dalam pasar Suksesi dengan Pewaris yang Merupakan Pasangan dari Pemilik yang Telah Meninggal Istri atau suami dari perintis perusahaan seringkali tidak diperhitungkan sebagai penerus. Meski begitu, kemampuan dan minat pada perusahaan sang pasangan bisa jadi sama atau bahkan lebih besar daripada anak-anak lelaki dan perempuan, saudarasaudara lelaki dan perempuan, serta sepupu-sepupu yang dilihat sebagai calon penerus. Hasilnya, jika ia adalah ahli waris yang dipilih, ia harus disadarkan akan tanggung jawabnya yang semakin besar dalam mengoperasikan perusahaan sebelum suatu perubahan membuatnya mengambil keputusan yang tidak bijaksana Suksesi dengan Pewaris Bukan Keluarga Penerus bisa saja tidak berasal dari dalam keluarga dikarenakan tidak ada anak sebagai penerus, atau anak-anak yang ada tidak tertarik untuk berkarier dalam usaha keluarga. Dalam kasus ini, keluarga harus melihat ke dalam perusahaan dan mencari seseorang yang memiliki kemampuan yang dibutuhkan untuk menduduki jabatan tertinggi. Jika orang tersebut tidak berhasil ditemukan, satu-satunya pilihan yang tersedia hanyalah mencari orang di luar perusahaan. Kriteria yang dibutuhkan untuk memilih penerus diluar ikatan keluarga meliputi keterampilan, pengalaman, dan kemampuan untuk meneruskan tradisi keluarga, jika itu adalah yang diinginkan oleh keluarga.

13 Grassi dan Giamarcos dalam Bradley dan Burroughs (2010: 41) menyebutkan lima tahapan dalam perencanaan suksesi : 1. Menentukan tujuan dan misi jangka panjang pemilik terhadap bisnis keluarga. 2. Menentukan kebutuhan keuangan dari pemilik dan pasangannya dan mengembangkan dalam perencanaan jaminan keuangan. 3. Menentukan siapa yang akan berada dalam manajemen bisnis keluarga dan siapa yang akan mengembangkan manajemen tersebut. 4. Menentukan siapa yang akan meneruskan bisnis keluarga dan bagaimana ia menyerahkan bisnis keluarga tersebut. 5. Meminimalisir pajak dalam proses penyerahan kekuasaan. Mancuso dan Shulman (1991: 23) memaparkan bahwa mengembangkan perencanaan bisnis tidak berarti bahwa orangtua atau pemilik saat ini harus menyerahkan kontrol bisnis mereka secara penuh, proses ini mungkin membutuhkan waktu beberapa tahun. Hasil akhir dari proses ini adalah penyerahan kepemilikan pada generasi berikutnya.

BAB IV PEMBAHASAN. lain melalui Brahma Tirta Sari Batik Studio, mereka juga memproduksi karya seni

BAB IV PEMBAHASAN. lain melalui Brahma Tirta Sari Batik Studio, mereka juga memproduksi karya seni BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Bisnis Keluarga Brahma Tirta Sari (BTS) adalah sebuah perusahaan keluarga yang resmi didirikan pada tahun 1992 di Yogyakarta oleh Agus Ismoyo dan istrinya Nia Fliam. Namun sejarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta jajaran eksekutifnya dari lingkungan dalam keluarga itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. serta jajaran eksekutifnya dari lingkungan dalam keluarga itu sendiri. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Keberhasilan sebuah suksesi bisnis keluarga dari seorang pemimpin perusahaan kepada sukseksornya merupakan tujuan penting yang harus dicapai bagi sebuah bisnis keluarga.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu budaya yang melekat pada diri seseorang karena telah diperkenalkan sejak lahir. Dengan kata lain,

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Ritual Ritual adalah tehnik (cara metode) membuat suatu adat kebiasaan menjadi suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Secara garis besar kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Secara garis besar kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Secara umum penelitian ini telah sesuai dengan tujuan yang diharapkan yaitu menganalisis perencanaan suksesi bisnis keluarga dari perspektif pasangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Peran Pekerjaan dan Keluarga Fenomena wanita bekerja di luar rumah oleh banyak pihak dianggap sebagai sesuatu yang relatif baru bagi masyarakat Indonesia. Kendati semakin lumrah,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat. BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat. Pemilihan Tanah Abang sebagai lokasi penelitian karena sekitar 80% pedagang yang memiliki

Lebih terperinci

6. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

6. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 6. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 6. 1 Kesimpulan Dari penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Terdapat hubungan negatif yang signifikan antara dimensi uncertainty

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1) kesimpulan, 2) implikasi dan saran hasil penelitian.

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1) kesimpulan, 2) implikasi dan saran hasil penelitian. BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Pada bagian akhir tesis ini akan diuraikan secara berturut-turut mengenai: 1) kesimpulan, 2) implikasi dan saran hasil penelitian. A. Kesimpulan Berdasarkan

Lebih terperinci

2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA

2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pernikahan merupakan hal yang dicita-citakan dan didambakan oleh setiap orang, karena dengan pernikahan adalah awal dibangunnya sebuah rumah tangga dan

Lebih terperinci

MANAJEMEN OPERASIONAL

MANAJEMEN OPERASIONAL MANAJEMEN OPERASIONAL SUBSISTEM MANAJEMEN TENAGA KERJA Astrid Lestari Tungadi, S.Kom., M.TI. PENDAHULUAN Subsistem yang berhubungan dengan pengembangan sumber daya manusia dalam hal keterampilan dan pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada saat ini tidak hanya suami saja yang harus bekerja untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada saat ini tidak hanya suami saja yang harus bekerja untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada saat ini tidak hanya suami saja yang harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, tetapi banyak istri yang bekerja juga. Wanita yang pada

Lebih terperinci

6. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

6. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 66 6. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Pada bab ini akan disimpulkan mengenai hasil penelitian yang telah disampaikan pada bab sebelumnya. Pada bab ini juga akan dijelaskan diskusi yang menyatakan analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu proses penyatuan dua individu yang memiliki komitmen berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra memuat perilaku manusia melalui karakter tokoh-tokoh cerita. Hadirnya tokoh dalam suatu karya dapat menghidupkan cerita dalam karya sastra. Keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perempuan memiliki peran dan fungsi yang sangat strategis didalam keluarga dan masyarakat. Sayangnya, banyak yang tidak bisa memainkan peran dan fungsinya dengan baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Ekonomi mendorong munculnya pelaku bisnis baru sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Ekonomi mendorong munculnya pelaku bisnis baru sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan Ekonomi mendorong munculnya pelaku bisnis baru sehingga menimbulkan persaingan bisnis yang cukup tajam. Semua usaha bisnis tersebut berusaha untuk

Lebih terperinci

Makna dan Dimensi Budaya \

Makna dan Dimensi Budaya \ peran budaya: Makna dan Dimensi Budaya \ Krisna Pratama Sania Indila MAKNA DAN DIMENSI BUDAYA Kata Budaya berasal dari bahasa latin cultura,yang dalam artis luas berarti mengacu pada interaksi manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini sering terjadi di belahan bumi manapun dan terjadi kapanpun. Pernikahan itu sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai salah satu dari lima agama yang diakui di Indonesia, sangat menekankan tentang bagaimana seorang muslim seharusnya menjalankan pernikahan. Namun sebelum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. matang baik secara mental maupun secara finansial. mulai booming di kalangan anak muda perkotaan. Hal ini terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. matang baik secara mental maupun secara finansial. mulai booming di kalangan anak muda perkotaan. Hal ini terjadi di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pernikahan dini dapat didefinisikan sebagai sebuah pernikahan yang mengikat pria dan wanita yang masih remaja sebagai suami istri. Lazimnya sebuah pernikahan dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, yang dimaksud dengan perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan

Lebih terperinci

BAB I. Pemaknaan Chinese Work Value Karyawan Pribumi Di Perusahaan Kepemilikan Etnis Tionghoa Di Bandung

BAB I. Pemaknaan Chinese Work Value Karyawan Pribumi Di Perusahaan Kepemilikan Etnis Tionghoa Di Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Etnis Tionghoa di Indonesia diidentifikasikan sebagai kelompok wirausaha, khususnya di bidang perdagangan baik kecil, sedang, maupun besar (Musianto, 2003). Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. orangtua. Anak bukan hanya sekedar hadiah dari Allah SWT, anak adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. orangtua. Anak bukan hanya sekedar hadiah dari Allah SWT, anak adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam suatu keluarga kehadiran anak adalah kebahagiaan tersendiri bagi orangtua. Anak bukan hanya sekedar hadiah dari Allah SWT, anak adalah amanah, titipan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah sebagai suatu organisasi dan lembaga pendidikan dipimpin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah sebagai suatu organisasi dan lembaga pendidikan dipimpin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai suatu organisasi dan lembaga pendidikan dipimpin oleh seorang kepala sekolah. Kepala sekolah memegang manajemen penyelenggaraan, sehingga kepala

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumber daya manusia mulai dikenal sejak abad 20, terutama setelah terjadi revolusi industri,

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Sumber Daya Manusia mempunyai peran yang sangat penting dalam suatu perusahaan, sehingga tenaga kerja yang ada perlu dipelihara dan dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan Indonesia kearah modernisasi maka semakin banyak peluang bagi perempuan untuk berperan dalam pembangunan. Tetapi berhubung masyarakat

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Hubungan Nilai..., Dian Rahmi Iskandar, F.PSI UI, 2008

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Hubungan Nilai..., Dian Rahmi Iskandar, F.PSI UI, 2008 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang ditemui setiap individu yang lahir ke dunia ini. Keluarga sebagai bagian dari suatu kelompok sosial mentransformasikan

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI

BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI 4.1. Perencanaan Implementasi Seperti yang telah dijabarkan pada bab III, PT Stella Kwarta merupakan sebuah perusahaan keluarga yang sedang dalam proses peralihan kepemimpinan

Lebih terperinci

2015 PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN

2015 PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Jepang merupakan negara maju yang terkenal dengan masyarakatnya yang giat bekerja dan juga dikenal sebagai negara yang penduduknya masih menjunjung tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi dan kelangsungan hidup organisasi. Peran kepemimpinan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. organisasi dan kelangsungan hidup organisasi. Peran kepemimpinan yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gaya kepemimpinan suatu organisasi merupakan salah satu faktor lingkungan intern yang sangat jelas mempunyai pengaruh terhadap perumusan kebijaksanaan dan penentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perusahaan keluarga ialah salah satu dari kekuatan kewirausahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perusahaan keluarga ialah salah satu dari kekuatan kewirausahaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perusahaan keluarga ialah salah satu dari kekuatan kewirausahaan yang mendominasi ekonomi global sekarang ini (Higginson, 2010). Perusahaan keluarga merupakan bentuk

Lebih terperinci

Resensi Buku JADI KAYA DENGAN BERBISNIS DI RUMAH OLEH NETTI TINAPRILLA * FENOMENA WANITA * WANITA BERBISNIS : ANTARA KELUARGA DAN KARIR

Resensi Buku JADI KAYA DENGAN BERBISNIS DI RUMAH OLEH NETTI TINAPRILLA * FENOMENA WANITA * WANITA BERBISNIS : ANTARA KELUARGA DAN KARIR 69 Resensi Buku JADI KAYA DENGAN BERBISNIS DI RUMAH OLEH NETTI TINAPRILLA * FENOMENA WANITA * WANITA BERBISNIS : ANTARA KELUARGA DAN KARIR Feryanto W. K. 1 1 Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 me 2.1.1 Pengertian me Seligman (1991) menyatakan optimisme adalah suatu pandangan secara menyeluruh, melihat hal yang baik, berpikir positif dan mudah memberikan makna bagi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk mendaya gunakan sumber daya manusia secara maksimal sehingga dapat

I. PENDAHULUAN. untuk mendaya gunakan sumber daya manusia secara maksimal sehingga dapat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia atau tenaga kerja merupakan sumber daya yang sangat berharga dalam suatu perusahaan untuk mencapai tujuan. Segala macam aktivitas tidak akan berjalan tanpa adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak laki-laki. Ideologi Patriakat tumbuh subur dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. pihak laki-laki. Ideologi Patriakat tumbuh subur dalam masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem kekerabatan yang dianut masyarakat Indonesia umumnya adalah masyarakat patrilineal. Patrilineal adalah kekuasaan berada di tangan ayah atau pihak laki-laki.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat globalisasi dan pasar bebas mulai merambah Indonesia, terjadilah

BAB I PENDAHULUAN. Saat globalisasi dan pasar bebas mulai merambah Indonesia, terjadilah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat globalisasi dan pasar bebas mulai merambah Indonesia, terjadilah persaingan ekonomi dan teknologi untuk menjadi yang terbaik. Hal ini terutama terlihat

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Hubungan Antara..., Adinda Dwiastuti, F.PSI UI, 2008

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Hubungan Antara..., Adinda Dwiastuti, F.PSI UI, 2008 1. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Permasalahan Kehidupan merupakan sesuatu yang bersifat kontinyu. Hal tersebut berarti segala sesuatu akan berubah dan tidak ada yang abadi. Hal ini menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsisbilities atau CSR)

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsisbilities atau CSR) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Seiring dengan perkembangan zaman, wacana mengenai peran etika dan tanggung jawab sosial perusahaan semakin marak diperbincangkan oleh para pelaku bisnis, organisasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Komitmen organisasi 1. Pengertian Komitmen merupakan perilaku seseorang terhadap organisasi atau perusahaan dimana individu tersebut bisa bersikap tegas dan berpegang teguh pada

Lebih terperinci

Subsistem Manajemen Tenaga Kerja

Subsistem Manajemen Tenaga Kerja Subsistem Manajemen Tenaga Kerja Merupakan subsistem yang antara lain berhubungan dengan pengembangan SDM dalam hal ketrampilan dan pengetahuan, melalui pelatihan-pelatihan atau pendidikan. Pertemuan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hanya sesuatu yang bersifat biologis dan fisik, tetapi semata juga merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hanya sesuatu yang bersifat biologis dan fisik, tetapi semata juga merupakan suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku seksual memiliki nilai simbolik yang sangat besar sehingga dapat menjadi barometer masyarakat. Dari dahulu sampai sekarang, seksualitas bukan hanya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1 TEORI II.1.1. Definisi pajak UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN memberikan definisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Kontingensi Teori kontingensi dalam kepemimpinan pemerintah adalah salah satu teori yang berdasarkan pada tiga hal yakni hubungan atasan dengan bawahan,

Lebih terperinci

PERGESERAN PERAN WANITA KETURUNAN ARAB DARI SEKTOR DOMESTIK KE SEKTOR PUBLIK

PERGESERAN PERAN WANITA KETURUNAN ARAB DARI SEKTOR DOMESTIK KE SEKTOR PUBLIK PERGESERAN PERAN WANITA KETURUNAN ARAB DARI SEKTOR DOMESTIK KE SEKTOR PUBLIK (Studi Kasus di Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta Provinsi Jawa Tengah) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu hal yang mutlak diperlukan. Seperti diketahui, negara

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu hal yang mutlak diperlukan. Seperti diketahui, negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di negara sedang berkembang seperti Indonesia, pembangunan merupakan suatu hal yang mutlak diperlukan. Seperti diketahui, negara Indonesia dalam melakukan pembangunan

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PEDOMAN OBSERVASI DAN WAWANCARA

LAMPIRAN A PEDOMAN OBSERVASI DAN WAWANCARA 172 LAMPIRAN A PEDOMAN OBSERVASI DAN WAWANCARA 173 PEDOMAN OBSERVASI A. Keadaan fisik subyek : Penampilan B. Ekspresi wajah saat wawancara : Ceria, tidak suka, cemas, lemas, tertarik, bosan. C. Bahasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masa depan keluarga menjadi fenomena yang sudah lazim terjadi pada era

BAB 1 PENDAHULUAN. masa depan keluarga menjadi fenomena yang sudah lazim terjadi pada era 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Suami istri yang bersama-sama mencari nafkah (bekerja) untuk masa depan keluarga menjadi fenomena yang sudah lazim terjadi pada era globalisasi ini. Hal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. proses penyelenggaraan pemerintahan. Menurut Abdulkarim (2007:15), pemerintah yang berpegang pada demokrasi merupakan pemerintah yang

I. PENDAHULUAN. proses penyelenggaraan pemerintahan. Menurut Abdulkarim (2007:15), pemerintah yang berpegang pada demokrasi merupakan pemerintah yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demokrasi dikenal dengan pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Sistem demokrasi rakyat memberikan kesempatan yang sama dalam proses penyelenggaraan

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Ketika anak tumbuh didalam keluarga yang harmonis, ada satu perasaan yang

Bab 1. Pendahuluan. Ketika anak tumbuh didalam keluarga yang harmonis, ada satu perasaan yang Bab 1 Pendahuluan A. Latar belakang Ketika anak tumbuh didalam keluarga yang harmonis, ada satu perasaan yang timbul dalam diri anak bahwa kelak dia pun ingin memiliki keluarga yang harmonis seperti yang

Lebih terperinci

KONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR

KONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR KONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh: SITI SOLIKAH F100040107 Kepada FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

BAB VII HUBUNGAN SOSIALISASI PERAN GENDER DALAM KELUARGA ANGGOTA KOPERASI DENGAN RELASI GENDER DALAM KOWAR

BAB VII HUBUNGAN SOSIALISASI PERAN GENDER DALAM KELUARGA ANGGOTA KOPERASI DENGAN RELASI GENDER DALAM KOWAR BAB VII HUBUNGAN SOSIALISASI PERAN GENDER DALAM KELUARGA ANGGOTA KOPERASI DENGAN RELASI GENDER DALAM KOWAR Norma dan nilai gender dalam masyarakat merujuk pada gagasan-gagasan tentang bagaimana seharusnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Meningkatnya partisipasi perempuan dalam sektor bisnis adalah sebuah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Meningkatnya partisipasi perempuan dalam sektor bisnis adalah sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Meningkatnya partisipasi perempuan dalam sektor bisnis adalah sebuah fenomena yang terjadi di seluruh dunia beberapa dekade terakhir. Banyak alasan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keluarga merupakan sistem sosialisasi bagi anak, dimana anak mengalami pola disiplin dan tingkah laku afektif. Walaupun seorang anak telah mencapai masa remaja dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus informasi dan teknologi yang canggih yang menuntut masyarakat untuk lebih berperan aktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku bersangkutan atau merupakan sarana pengkomunikasian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakatnya. Untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakatnya. Untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu pembangunan dikatakan berhasil dengan melihat tingkat kesejahteraan masyarakatnya. Untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera harus dimulai dari bagian

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS BAB 2 KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 1.1 LANDASAN TEORI 2.1.1 Teori Kepatuhan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kepatuhan berasal dari kata patuh yang berarti suka dan taat terhadap peraturan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Indonesia merupakan negara hukum yang menyadari, mengakui, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Indonesia merupakan negara hukum yang menyadari, mengakui, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Indonesia merupakan negara hukum yang menyadari, mengakui, dan menjamin hak asasi manusia dalam proses penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara serta memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan dimulai pada tugas perkembangan masa dewasa awal, yaitu fase

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan dimulai pada tugas perkembangan masa dewasa awal, yaitu fase BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Pernikahan dimulai pada tugas perkembangan masa dewasa awal, yaitu fase yang ditandai dengan meninggalkan rumah dan menjadi orang dewasa yang hidup sendiri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bergaul, bersosialisasi seperti masyarakat pada umumnya. Tidak ada salahnya

BAB I PENDAHULUAN. bergaul, bersosialisasi seperti masyarakat pada umumnya. Tidak ada salahnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fenomena gay dan lesbi nampaknya sudah tidak asing lagi di masyarakat luas. Hal yang pada awalnya tabu untuk dibicarakan, kini menjadi seolah-olah bagian dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Agroforestri Secara umum agroforestri adalah manajemen pemanfaatan lahan secara optimal dan lestari, dengan cara mengkombinasikan kegiatan kehutanan dan pertanian

Lebih terperinci

Mengelola Budaya Organisasi

Mengelola Budaya Organisasi Mengelola Budaya Organisasi Budaya organisasi? Definisi - nilai-nilai dominan yang didukung oleh organisasi. - Falsafah yang menuntun kebijaksanaan organisasi terhadap pegawai dan pelanggan. - Cara pekerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keadaan ekonomi yang kurang baik membuat setiap keluarga di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keadaan ekonomi yang kurang baik membuat setiap keluarga di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keadaan ekonomi yang kurang baik membuat setiap keluarga di Indonesia harus membanting tulang untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Pada saat ini tidak

Lebih terperinci

SINOPSIS THESIS FENOMENA MASYARAKAT MENGATASI MASALAH DAN DAYA TAHAN DALAM MENGHADAPI STRESS. Oleh: Nia Agustiningsih

SINOPSIS THESIS FENOMENA MASYARAKAT MENGATASI MASALAH DAN DAYA TAHAN DALAM MENGHADAPI STRESS. Oleh: Nia Agustiningsih SINOPSIS THESIS FENOMENA MASYARAKAT MENGATASI MASALAH DAN DAYA TAHAN DALAM MENGHADAPI STRESS Oleh: Nia Agustiningsih BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Berbagai masalah ekonomi yang terjadi menjadi salah

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Simpulan dan Saran. Keduanya merupakan bagian penutup dari tesis ini.

BAB V PENUTUP. Simpulan dan Saran. Keduanya merupakan bagian penutup dari tesis ini. BAB V PENUTUP Pada bagian ini akan dikemukakan tentang dua hal yang merupakan Simpulan dan Saran. Keduanya merupakan bagian penutup dari tesis ini. A. Simpulan 1. Denda adat di Moa merupakan tindakan adat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam perkembangan dunia bisnis yang semakin meningkat dari tahun ke

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam perkembangan dunia bisnis yang semakin meningkat dari tahun ke BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam perkembangan dunia bisnis yang semakin meningkat dari tahun ke tahun, terutama dalam Era Globalisasi saat ini, membuat persaingan para pebisnis akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perempuan dibandingkan dengan laki-laki 1. Fenomena ini terdapat juga pada

BAB I PENDAHULUAN. perempuan dibandingkan dengan laki-laki 1. Fenomena ini terdapat juga pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring bergesernya waktu dari tahun ke tahun fenomena emansipasi di era modernitas saat ini menunjukan kebangkitan perempuan, dan tidak dapat dipungkiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kesiapan dari pegawai tersebut, akan tetapi tidak sedikit organisasi

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kesiapan dari pegawai tersebut, akan tetapi tidak sedikit organisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sebuah organisasi apapun bentuknya membutuhkan pegawai yang paling ideal untuk mendukung terciptanya pencapaian tujuan organisasi. Pegawai sebagai Man Power

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2011-2016; LEMBARAN DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Skripsi ini membahas tentang bagaimana faktor-faktor yang menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Skripsi ini membahas tentang bagaimana faktor-faktor yang menyebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skripsi ini membahas tentang bagaimana faktor-faktor yang menyebabkan ketimpangan gender pada posisi jabatan struktural di Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta, yang dilihat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori agensi menjelaskan adanya konflik antara manajemen selaku agen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori agensi menjelaskan adanya konflik antara manajemen selaku agen BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Agensi Teori agensi menjelaskan adanya konflik antara manajemen selaku agen dengan pemilik selaku principal dikarenakan terjadi asimetri informasi diantara keduanya. Manajamen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Perempuan merupakan kaum yang sering di nomor duakan di kehidupan sehari-hari. Perempuan seringkali mendapat perlakuan yang kurang adil di dalam kehidupan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya proses globalisasi perusahaanperusahaan. di Indonesia memasuki lingkungan bisnis yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya proses globalisasi perusahaanperusahaan. di Indonesia memasuki lingkungan bisnis yang semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya proses globalisasi perusahaanperusahaan di Indonesia memasuki lingkungan bisnis yang semakin kompetitif. Di tahun 1997, Indonesia dan beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses dalam merencanakan keuangan pribadi untuk dapat memberikan

BAB I PENDAHULUAN. proses dalam merencanakan keuangan pribadi untuk dapat memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelolaan keuangan pribadi (Manurung dan Rizky, 2009) adalah suatu proses dalam merencanakan keuangan pribadi untuk dapat memberikan solusi pencerahan pemilihan pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipertemukan satu sama lainnya dalam suatu wadah baik formal maupun informal.

BAB I PENDAHULUAN. dipertemukan satu sama lainnya dalam suatu wadah baik formal maupun informal. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal ini

Lebih terperinci

Materi Minggu 3. Pengambilan Keputusan dalam Organisasi

Materi Minggu 3. Pengambilan Keputusan dalam Organisasi T e o r i O r g a n i s a s i U m u m 2 11 Materi Minggu 3 Pengambilan Keputusan dalam Organisasi 3.1 Definisi dan Dasar Pengambilan Keputusan Pengambilan keputusan dibutuhkan ketika kita memiliki masalah

Lebih terperinci

Tanah, dan Kepemilikan Harta Benda lainnya

Tanah, dan Kepemilikan Harta Benda lainnya Pemahaman Progresif tentang Hak Perempuan atas Waris, Kepemilikan Tanah, dan Kepemilikan Harta Benda lainnya Beberapa Istilah Penting terkait dengan Hak Perempuan atas Waris dan Kepemilikan Tanah: Ahli

Lebih terperinci

BAB 2. KAJIAN PUSTAKA

BAB 2. KAJIAN PUSTAKA BAB 2. KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Perkawinan Dini Definisi umur anak dalam Undang-undang (UU) Pemilu No.10 tahun 2008 (pasal 19, ayat1) hingga berusia 17 tahun. Di Indonesia, menurut UU No 1/1974 tentang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Di dalam keluarga inti, khususnya orang tua berperan penuh dalam proses tumbuh kembang anak melalui pemberian hak pengasuhan secara optimal. Hak-hak tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini di dalam dunia kerja setiap pekerja dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini di dalam dunia kerja setiap pekerja dari berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi ini di dalam dunia kerja setiap pekerja dari berbagai profesi harus mengedepankan prilaku etis dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, terdapat berbagai macam agama dan kepercayaan- kepercayaan

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, terdapat berbagai macam agama dan kepercayaan- kepercayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia, terdapat berbagai macam agama dan kepercayaan- kepercayaan yang dianut oleh penduduknya. Masing-masing agama memiliki pemuka agama. Peranan pemuka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Suku ini banyak mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Suku ini banyak mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suku Batak merupakan salah satu suku bangsa terbesar di Indonesia. Suku ini banyak mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara, khususnya daerah di sekitar Danau

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pola Asuh 1.1 Definisi Pengasuhan adalah kegiatan kompleks yang mencakup berbagai tingkah laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh anak (Darling,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Perkawinan. Definisi lain menurut Wahyuningsih (2013) berdasarkan teori Fowers dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Perkawinan. Definisi lain menurut Wahyuningsih (2013) berdasarkan teori Fowers dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Perkawinan 1. Pengertian Kualitas Perkawinan Menurut Gullota (Aqmalia, 2009) kepuasan pernikahan merupakan perasaan pasangan terhadap pasangannya mengenai hubungan pernikahannya.

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sumber daya manusia merupakan aset yang sangat penting bagi setiap organisasi dalam mencapai keberhasilan. Sumber daya manusia juga merupakan penggerak utama atas segala aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern ini perubahan terjadi terus menerus, tidak hanya perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern ini perubahan terjadi terus menerus, tidak hanya perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman modern ini perubahan terjadi terus menerus, tidak hanya perubahan kearah yang lebih baik tetapi perubahan ke arah yang semakin buruk pun terus berkembang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rini Yuniati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rini Yuniati, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Untuk membagi kedekatan emosional dan fisik serta berbagi bermacam tugas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori Relasi Kekuasaan Sejarah perbedaan gender (gender differences) antara manusia jenis laki- laki dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu

Lebih terperinci

BAB VI HUBUNGAN PENGETAHUAN BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS

BAB VI HUBUNGAN PENGETAHUAN BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS BAB VI HUBUNGAN PENGETAHUAN BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS Kompetensi komunikasi berikutnya yang memiliki peranan penting dalam menciptakan komunikasi yang efektif adalah pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dengan meningkatnya kompetensi persaingan, profesi akuntan menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dengan meningkatnya kompetensi persaingan, profesi akuntan menghadapi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dengan meningkatnya kompetensi persaingan, profesi akuntan menghadapi tantangan yang semakin berat sehingga dalam menjalankan aktivitasnya seorang akuntan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berbagai pengaruh perubahan yang terjadi akibat reformasi menuntut perusahaan baik perusahaan swasta maupun pemerintah untuk mengadakan inovasi-inovasi guna

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PENYESUAN SOSIAL 1. Pengertian Penyesuaian sosial merupakan suatu istilah yang banyak merujuk pada proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada setiap warganegara untuk memperoleh pendidikan. Karena itu

BAB I PENDAHULUAN. kepada setiap warganegara untuk memperoleh pendidikan. Karena itu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan Nasional telah memberikan kesempatan yang seluasluasnya kepada setiap warganegara untuk memperoleh pendidikan. Karena itu dalam penerimaan siswa,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Ketakutan Sukses. Menurut Horner dalam Riyanti (2007) k etakutan untuk sukses adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Ketakutan Sukses. Menurut Horner dalam Riyanti (2007) k etakutan untuk sukses adalah 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ketakutan Sukses 1. Pengertian Ketakutan Sukses Menurut Horner dalam Riyanti (2007) k etakutan untuk sukses adalah disposisi yang bersifat stabil dan mulai muncul sejak awal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dampak dari tuntutan era globalisasi bagi bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dampak dari tuntutan era globalisasi bagi bangsa Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu dampak dari tuntutan era globalisasi bagi bangsa Indonesia adalah sangat diperlukannya peningkatan kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) aparatur

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Setelah melalui bab analisis, sampailah kita pada tahap simpulan yang akan

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Setelah melalui bab analisis, sampailah kita pada tahap simpulan yang akan BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 SIMPULAN Setelah melalui bab analisis, sampailah kita pada tahap simpulan yang akan menjawab pertanyaan dalam rumusan masalah. Meskipun analisis ini dapat dikatakan kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhlik hidup ciptaan Allah SWT. Allah SWT tidak menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup ciptaan Allah yang lain adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian merupakan hasil dari kebudayaan manusia yang dapat didokumentasikan atau dilestarikan, dipublikasikan dan dikembangkan sebagai salah salah satu upaya

Lebih terperinci