52 Media Bina Ilmiah ISSN No

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "52 Media Bina Ilmiah ISSN No"

Transkripsi

1 52 Media Bina Ilmiah ISSN No KALKULASI HARGA POKOK MAKANAN (FOOD COST) HARIAN UNTUK PENGENDALIAN BIAYA DI HOTEL Volume 7, No. 4, Juli 2013 Oleh: I Wayan Nuada Dosen STIE 45 Mataram Abstrak : Seperti diketahui hotel merupakan industri yang unik, keunikan industri jasa hotel yaitu frekuensi penjualan yang demikian tinggi dengan hasil penjualan yang relatif kecil untuk setiap transaksi. Tentunya dalam rangka pengendalian biaya pihak manajemen memerlukan sistem pelaporan yang cepat pula. Untuk dapat dengan cepat memonitor harga pokok makanan, maka pihak manajemen memerlukan laporan harga pokok makanan harian. Hal ini membantu pihak manajemen dalam menjaga kualitas makanan, pencapaian target penjualan dan laba yang diinginkan, penetapan harga jual yang menarik dan mampu bersaing, cepat melakukan koreksi bila ada penyimpangan, dan tidak kalah pentinya adalah meningkatkan efisiensi usaha.untuk mencapai tujuan tersebut ada tiga formula dalam mengkalkulasikan harga pokok makanan harian dalam rangka pengendalian biaya di hotel yaitu; Bila semua bahan bersumber dari gudang makanan maka formulanya adalah Harga Pokok Makanan = Jumlah Bahan Makanan Yang Keluar Dari Gudang Makanan.Bila bahan makan selain dari gudang ada juga yang tidak sempat disimpan di gudang di sebut sebagai direct issue maka formulanya adalah Harga Pokok Makanan = Jumlah Bahan Makanan Yang Keluar Dari Gudang Makanan + Direct Issue. Dalam memproduksi makanan kadang diperlukan bahan minuman, karyawan hotel yang bekerja selama 8 jam mendapatkan jatah sekali makan. Untuk tujuan promosi (A&P), kegiatan rapat (A&G), dan makanan di gudang dijual kepada pejabat hotel (Steward sales untuk General Manager, misalnya). Dalam kondisi ini formula adalah Harga Pokok Makanan = Jumlah Bahan Makanan Yang Keluar Dari Gudang Makanan + Direct Issue + Minuman Dari Bar Makanan Ke Bar Makanan Karyawan - (A&P) - (A&G), - Steward Sales. Kata Kunci: harga pokok makanan (food cost) harian, pengendalian biaya Pendahuluan Hotel sebagai suatu unit bisnis yang menawarkan jasa kamar, makanan, minuman serta berbagai jasa lain yang kesemuanya dimaksudkan untuk melayani tamu. Pendapatan jasa kamar memberikan kontribusi kurang lebih 65% dari total pendapatan hotel, dan pendapatan kedua terbesar dari makanan dan minuman yang memberikan kontribusi kurang lebih 30%, kisaran persentase harga pokok sangat tergantung pada jenis kelas hotel dan restaurant serta target laba yang ditentukan oleh pihak managemant. Khusus makanan dengan kisaran harga pokok 30-40% dari harga jual, sementara untuk minuman antara dari harga jual. Data ini berdasarkan hasil laporan keuangan beberapa hotel di Kawasan Wisata Bali. Untuk mencapai sasaran pendapatan maka hotel dan restaurant memerlukan sistem pengendalian harga pokok sebagai panduan manajemam, dari segi menu didapatkannya konsistensi cita rasa, takaran, penampilan, dan mutu bahan baku yang digunakan ( Uraian di atas menunjukkan bahwa sumber pendapatan hotel adalah dari penjualan jasa pelayanan kamar, makanan, minuman, serta penjualan jasa lainnya seperti; jasa pencucian, telepon, kolam renang, dan sebagainya. Penjualan makanan merupakan sumber pendapatan hotel terbesar kedua setelah kamar. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Laventhol & Horwath dalam Wiyasha (2007: 10-11), seperti tabel 1 berikut ini: Tabel 1. Struktur Pendapatan Hotel Sumber-sumber Pendapatan Proporsi (%) Kamar 59,9 Makanan 24,3 Minuman 9,0 Lain-lain 6,8 Jumlah 100 Sumber: Wiyasha (2007:10) Untuk struktur pendapatan hotel di Indonesia digunakan beberapa hotel di Bali seperti tabel 2 berikut ini: Tabel 2. Struktur Pendapatan Hotel di Bali Sumber-sumber Pendapatan Kisaran Proporsi (%) Kamar Makanan Minuman Lain-lain 5-8 Jumlah 100 Sumber: Wiyasha (2007:11)

2 ISSN No Media Bina Ilmiah 53 Mencermati tabel 1 dan tabel 2 di atas tampak bahwa sumber pendapatan hotel terbesar kedua setelah kamar adalah makanan. Lebih lanjut berdasarkan; hasil laporan keuangan beberapa hotel di Kawasan Wisata Bali menyatakan bahwa pendapatan jasa kamar memberikan kontribusi kurang lebih 65% dari total pendapatan hotel, dan pendapatan kedua terbesar dari makanan dan minuman yang memberikan kontribusi kurang lebih 30%, kisaran persentase harga pokok sangat tergantung pada jenis kelas hotel dan restaurant serta target laba yang ditentukan oleh pihak manajeman. Khusus makanan dengan kisaran harga pokok 30-40% dari harga jual, sementara untuk minuman antara dari harga jua ( Perlu disadari pula bahwa industri perhotelan merupakan industri jasa yang unik, salah satu keunikannya adalah terjadinya perputaran bisnis yang cepat dengan unit penjualan yang relatif kecil. Industri ini beroperasi selama 24 jam, dengan frekuensi penjualan yang relatif tinggi walaupun dengan jumlah rupiah per transaksi yang relatif kecil. Penjualan yang terjadi di restoran, kantor depan, bar, dan fasilitas lainnya terjadi begitu cepat. Frekuensi penjualan yang relatif tinggi itu tentu menuntut kemampuan manajemen dalam melakukan pengendalian biaya guna meningkatkan efisiensi operasionalnya. Perjuangan bisnis di era global ini adalah efisien atau mati. Efisiensi sebagai perjuangan keberlangsungan hidup suatu hotel akan terwujud bila manajemen mampu melakukan pengendalian terhadap harga pokok produk atau jasa pelayanannya. Dapur (kitchen) sebuah hotel seperti diketahui selain menjadi pusat produksi makanan juga merupakan cost initiator, karena harga pokok diawali dari kegiatan produksi dapur. Dalam memproduksi produk yang ditawarkan dapur memerlukan bahan-bahan seperti yang tercantum pada resep baku. Keperluan akan bahan makanan dituangkan dalam formulir permintaan barang gudang (store room requisition, selanjutnya disebut rekuisisi). Bagian gudang atas dasar rekuisisi ini mengeluarkan barang-barang yang diperlukan bagian dapur (Anonim; 1985: 3.2). Uraian-uraian di atas sungguh menggambarkan hotel merupakan industri yang unik. Keunikan industri jasa hotel yaitu frekuensi penjualan yang demikian tinggi bila dibandingkan dengan industri lain dengan hasil penjualan yang relatif kecil untuk setiap transaksi. Tentunya dalam rangka pengendalian biaya pihak manajemen memerlukan sistem pelaporan yang cepat pula. Untuk dapat dengan cepat memonitor harga pokok makanan, maka pihak manajemen memerlukan laporan harga pokok makanan harian. Dengan demikian pihak pimpinan selalu dapat memonitor transaksi penjualan makanan hotel. Mencermati urian di atas menunjukkan bahwa betapa penting dan menariknya untuk mengangkat topik Perhitungan Harga Pokok Makanan Harian Untuk Pengendalian Biaya di Hotel. Sehubungan dengan hal tersebut dalam tulisan ini akan diuraikan formula dari kalkulasi atau perhitungan harga pokok makanan harian di hotel Dengan demikian tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui cara menghitung harga pokok makanan harian di hotel. Manfaat yang diharapkan dari penulisan ini adalah memberikan informasi cara menghitung harga pokok manakan harian di hotel kepada pihak manajemen dan pemilik hotel (owner). Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi kepustakaan yang bersumber dari referensi-refrensi ilmiah yang ada relevansinya dengan judul tulisan ini. Adapun untuk membahas permasalahannya digunakan pendekatan kajian descriptive normative yaitu setelah data-data yang bersumber dari buku-buku literatur dan jurnal ilmiah terkumpul selanjutnya dianalisis dan kemudian dideskripsikan. Hasil Dan Pembahasan a. Sekilas Tentang Pengertian Hotel Hotel sebagai industri jasa yang menyedikan akomodasi merupakan kebutuhan dasar bagi wisatawan, seperti diungkapkan oleh Cooper; Akomodasi merupakan salah satu komponen yang sangat penting serta merupakan kebutuhan dasar bagi wisatawan selama mereka berada di daerah tujuan wisata (Sukarsa, 1999: 24). Secara sederhana pengertian hotel adalah suatu industri jasa yang menawarkan jasa pelayanan kamar, makanan, minumnan, dan berbagai jasa pelayanan lainnya dikelola secara komersial yang tentunya semuannya dimaksudkan untuk melayani para tamu yang membutuhkan. Demikian pula definisi yang sudah dikenal secara umum tentang hotel adalah seluruh atau sebagian bangunan yang digunakan untuk pelayanan kamar, makanan dan minuman serta rekreasi yang dikelola dengan tujuan komersial (Soerwirjo, 2003: 1). Di Indonesia, kata hotel selalu dikonotasikan sebagai bangunan penginapan yang cukup mahal. Umumnya di Indonesia dikenal hotel berbintang, hotel melati yang tarifnya cukup terjangkau namun hanya menyediakan tempat menginap dan sarapan pagi, serta guest house baik yang dikelola sebagai usaha swasta (seperti halnya hotel melati) ataupun mess yang dikelola oleh perusahaan-perusahaan sebagai tempat menginap Volume 7, No. 4, Juli 2013

3 54 Media Bina Ilmiah ISSN No bagi para tamu yang ada kaitannya dengan kegiatan atau urusan perusahaan ( /wiki/hotel). Perkembangan selanjutnya menunjukkan bahwa hotel adalah seluruh atau sebagian bangunan yang digunakan untuk pelayanan kamar, makanan, dan minuman serta rekreasi yang dikelola dengan tujuan komersial (Soewiryo, 2003:1). Hotel adalah suatu bentuk bangunan, lambang, perusahaan atau badan usaha akomodasi yang menyediakan pelayanan jasa penginapan, penyedia makanan dan minuman serta fasilitas jasa lainnya dimana semua pelayanan itu diperuntukkan bagi masyarakat umum, baik mereka yang bermalam di hotel tersebut ataupun mereka yang hanya menggunakan fasilitas tertentu yang dimiliki hotel itu ( blogspot com/2012/02/hotel management html). Memperhatikan uraian di atas, maka sesungguhnya hotel merupakan bisnis jasa akomodasi yang dikelola secara komersial dengan menyediakan jasa pelayanan kamar (room), makanan (foods), minuman (beverages) dan fasilitas pendukung lainnya diperuntukkan bagi masyarakat umum, baik yang menginap di hotel tersebut ataupun mereka yang hanya menggunakan fasilitas tertentu yang dimiliki hotel itu dan tentunya mampu membayar dengan jumlah yang wajar sesuai dengan pelayanan yang diterima tanpa adanya perjanjian khusus. b. Sekilas Tentang Peranan Restoran Hotel Siapapun tak akan menyangkal bahwa peranan fasilitas makanan seperti hal minuman sangatlah penting peranannya dalam memberikan pelayanan yang memuaskan kepada para tamu hotel lebih-lebih pada hotel berbintang. Bila kita simak kembali pengertian hotel di atas bahwa hotel merupakan bisnis jasa akomodasi yang dikelola secara komersial dengan menyediakan jasa pelayanan kamar (room), makanan (foods), minuman (beverages) dan fasilitas pendukung lainnya diperuntukkan bagi masyarakat umum. Makanan atau foods adalah produk atau jasa pelayanan yang disiapkan oleh restoran. Restoran secara umum dapat didefinisikan sebagai ruang atau tempat yang diorganisir secara komersial untuk menyelenggarakan pela-yanan berupa makan dan minum yang tersedia di dalamnya, maka restoran dalam sebuah perusahaan hotel merupakan sarana penjualan dan penyajian makanan dan minuman dalam sebuah hotel ( Mukhtar, 2004: 1). Betapa pentingnya peranan restoran diungkap oleh hasil penelitian Sparks dkk tahun 2003 di Daerah Wisata Sidney, Melbourne, dan Brisbane, Australia menemukan bahwa restoran memiliki peranan yang cukup signifikan dalam menentukan tempat tujuan berlibur wisatawan. Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa 20% dari wisatawan Volume 7, No. 4, Juli 2013 yang diteliti yang baru pertama kali mengunjungi kawasan wisata setuju bahwa restoran memainkan peranan yang sangat penting dalam pemilihan daerah tujuan wisata. Sedangkan 46% dari wisatawan yang telah memperoleh pengalaman positif di restoran di daerah tujuan wisata tersebut setuju untuk kembali berkunjung pada kesempatan berikutnya yang disebabkan oleh alasan agar dapat kembali menikmati pelayanan di restoran yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa peranan restoran sangatlah penting dalam industri pariwisata (Suastuti, 2012: 189). Penjualan makanan sebagai penyumbang income hotel kedua setelah kamar (room) tentunya sangat membutuhkan sistem pengendalian biaya yang tepat. Pengendalian tersebut mesti dilakukan saat mulai bahan dipesan, selama proses pengolahan sampai produk disajikan di hadapan tamu (guets). Penerapan sistem pengendalian makan dan minuman (food and beverage) bertujuan untuk menjaga agar harga pokok yang terjadi sesuai dengan yang direncanakan. Dengan demikian dapat diharapkan kualitas dan kuantitas makanan dan minuman yang disajikan kepada tamu sesuai dengan resep baku. Sasaran lain dari penerapan sistem pengendalian biaya yang baik adalah agar setiap informasi mengenai biaya yang menentukan harga pokok makanan dan minuman segera didapat. Dengan tersedianya informasi biaya tersebut diharapkan bila terjadi penyimpangan maka segera dapat dilakukan tindakan perbaikan (Nuada,2008: 71). c. Prosedur Pengendalian (Control Procedure) Prosedur adalah serangkaian aksi yang spesifik, tindakan atau operasi yang harus dijalankan atau dieksekusi dengan cara yang sama agar selalu memperoleh hasil yang sama dari keadaan yang sama. Lebih tepatnya, kata ini bisa mengindikasikan rangkaian aktivitas, tugas-tugas, langkah-langkah, keputusan-keputusan, perhitungan-perhitungan dan proses-proses, yang dijalankan melalui serangkaian pekerjaan yang menghasilkan suatu tujuan yang diinginkan, suatu produk atau sebuah akibat. Sebuah prosedur biasanya mengakibatkan sebuah perubahan( Prosedur pengendalian ditetapkan untuk menstandarisasi proses kerja sehingga menjamin tercapainya tujuan perusahaan dan mencegah atau mendeteksi terjadinya ketidak beresan dan kesalahan. Prosedur pengendalian meliputi hal-hal sebagai berikut: 1. Personil yang kompeten, mutasi tugas dan cuti wajib. 2. Pelimpahan tanggung jawab. 3. Pemisahan tanggung jawab untuk kegiatan terkait.

4 ISSN No Media Bina Ilmiah Pemisahan fungsi akuntansi, penyimpanan aset dan operasional. ( Pengendalian_intern ) Dalam teori akuntansi dan organisasi, pengendalian intern atau kontrol intern didefinisikan sebagai suatu proses, yang dipengaruhi oleh sumber daya manusia dan sistem teknologi informasi, yang dirancang untuk membantu organisasi mencapai suatu tujuan atau objektif tertentu. Pengendalian intern merupakan suatu cara untuk mengarahkan, mengawasi, dan mengukur sumber daya suatu organisasi. Ia berperan penting untuk mencegah dan mendeteksi penggelapan (fraud) dan melindungi sumber daya organisasi baik yang berwujud (seperti mesin dan lahan) maupun tidak (seperti reputasi atau hak kekayaan intelektual seperti merek dagang) ( ) d. Harga Pokok Makanan Pengertian Harga pokok (cost) menurut Prawironegoro (2005: 15) adalah kas dan setara kas yang dikorbankan untuk memproduksi atau memperoleh barang atau jasa yang diharapkan akan memperoleh manfaat atau keuntungan di masa mendatang. Lebih lanjut harga pokok (cost ) adalah segala pengeluaran dan pengorbanan yang tak terhindarkan untuk mendapatkan barang atau jasa ( Ismaya, 2006: 341). Harga pokok yang menjadi topik tulisan ini adalah harga pokok makanan dan minuman (food and beverage cost). Yang dimaksud dengan food cost adalah pembiayaan secara langsung terhadap bahan-bahan utama yang digunakan untuk memproduksi suatu hidangan atau pun makanan atau dengan kata lain yaitu bahan baku langsung makanan dan tidak termasuk biaya tetapnya (overhead) seperti gaji, listrik, air dan sebagainya (Sihite, 2000: 35). Barnard dan Sally Stone dalam Suarsana (2007: 12), mengatakan bahwa: biaya (cost) standard yang baku untuk makanan dan minuman pada perusahaan (hotel) yang sepenuhnya mencari keuntungan adalah berkisar antara persen dari keseluruhan biaya operasional yang dikeluarkan. Dalam hal ini biaya yang dimaksud ialah biaya atau harga pokok makanan dan minuman yang dipakai dalam proses produksi jasa boga dan proses penyiapan minuman di bar, sampai bisa dijual/disajikan kepada pelanggan atau tamu di restoran atau di bar. Dalam artikel ilmiah (Nuada 2013: 46) menyataikan bahwa menurut Sudiara, (2000 : 6) disebutkan bahwa : Harga pokok makanan adalah jumlah biaya yang dikeluarkan untuk semua bahan makanan yang senyatanya akan digunakan dalam mengolah makanan yang sesuai dengan kualitas yang ditetapkan atau dibakukan. Menurut Paul Wyman (1996 : 46 ) menyatakan bahwa : Dish cost or food cost is the cost associated with producing one items according to a standard recipe, artinya harga pokok makanan adalah gabungan biaya per bahan makan untuk memproduksi satu jenis item menu berdasarkan resep baku. Resep baku merupakan data yang mencantumkan nama menu item, nama bahan makanan, jumlah bahan makanan yang diperlukan, biaya per bahan makanan, garnish menu item tersebut, total hasil produksi, ukuran per porsi, total biaya, biaya per porsi, presentase biaya (cost percentage) dan metode pengolahan. Sehingga yang dimaksud dengan harga pokok makanan (dish cost) adalah recipe cost (biaya yang tercantum dalam resep) ( /2010/04/ pengertian-harga-pokok-makanan.html ). Sedangkan menurut Michael Kasavana and Smith harga pokok makanan (food cost) adalah biaya yang terjadi selama pengolahan hingga penyajian atau sehingga makanan tersebut siap disajikan kepada tamu. Douglas C. Mengatakan bahwa: harga pokok makanan adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk menyiapkan atau mengolah satu porsi makanan sehingga siap untuk disajikan kepada pelanggan ( tamu) (Suarsana, 2007: 4). Industri perhotelan seperti yang diuraikan di atas merupakan industri jasa yang unik, salah satu keunikan dari industri ini adalah terjadinya perputaran bisnis yang cepat dengan unit penjualan yang relatif kecil. Kondisi ini (business peculiriaties) mendorong terjadinya pendekatan yang berbeda dalam penentuan harga pokok atas makanan dan minuman. Harga pokok makanan dan minuman di industri perhotelan dihitung atau ditentukan dari semua harga bahan makanan dan minuman yang digunakan untuk memproduksi makanan, sesuai dengan resep makanan dan minuman tersebut. Harga pokok makanan dan minuman ini dapat dikompensasikan langsung dengan penjualannya. Implikasi dari batasan harga pokok ini adalah bahwa semua biaya lain selain bahan makanan dan minuman, seperti air, listrik, tenaga kerja, penyusutan peralatan, tidak dibebankan pada harga pokok makanan dan minuman itu, akan dibebankan sebagai biaya overhead (Wiyasha, 2007: ). Menyimak uraian di atas maka sesungguhnya yang dimaksud dengan harga pokok makanan adalah seluruh biaya bahan yang dikonsumsi sesuai dengan resep baku selama proses pengolahan sampai makanan tersebut siap disajikan untuk dikonsumsi oleh tamu atau pelanggan. e. Pengendalian Harga Pokok Makanan Pengendalian biaya makanan merupakan suatu acuan atau aturan dalam aktivitas pembiayaan dan pencapaian pendapatan usaha hotel/restoran. Bila disimak dengan cermat urian-urian di atas Volume 7, No. 4, Juli 2013

5 56 Media Bina Ilmiah ISSN No menunjukkan bahwa penjualan makanan merupakan salah satu sumber pendapatan yang memberikan kontribusi cukup besar bagi perusahaan yang bergerak dibidang industri jasa perhotelan dan restaurant. Jasa pelayanan makan dan minum di hotel merupakan tanggung jawab dari Food and Beverage Department karena itu bagian ini sudah diakui sebagi revenue centre department. Untuk mencapai tingkat keuntungan yang wajar dari kegiatan penjualan tersebut banyak faktor yang harus diperhitungkan seperti faktor pemasaran, ketrampilan penjual makanan dan minuman serta pengendalian biaya sehingga mencapai tingkat seefisien mungkin. Menyadari hal di atas, cost dari Food and Beverage di dalam usaha hotel merupakan pengeluaran yang terbesar jika dibandingkan dengan pengeluaran lainnya. Keberhasilan bagian Food and Beverage sangat tergantung dari kecakapan manajemen dan kebijakan dalam pengendalian harga pokok makanan dan minuman ( / 22436) Agar dapat mencapai sasaran manajemen harus melaksanakan pengendalian atas harga pokok makanan dan minuman. Aktivitas ini melibatkan beberapa fungsi mulai dari pembelian sampai dengan fungsi produksi dan penjualan. Siklus pengendalian mencakup Perencanaan, Pelaksanaan, Koreksi dan Evaluasi. Tujuan dari pengendalian pokok harga makanan dan minuman adalah sebagai berikut: 1. Mengendalikan mutu produk makanan dan minuman 2. Mengendalikan harga pokok makanan dan minuman 3. Mencapai target keuntungan/laba yang ditentukan 4. Menentukan tindakan koreksi yang diperlukan 5. Meningkatkan efisiensi operasional FB department. ( /2010/ 03/02/). Sedangkan menurut Sulastiyono (1999: 227s/d 230), adapun tujuan pengendalian biaya makanan di restoran suatu hotel adalah sebagai berikut: 1. Analisis pendapatan dan pengeluaran. Analisis semata-mata berkaitan dengan pemasukan da pengeluaran operasional bagian makanan dan minuman. Analisis penghasilan biasanya dilakukan berkaitan dengan volume penjualan, bauran penjualan, rata-rata kemampuan pengeluaran tamu, dan jmlah tamu yang dilayani. Sedangkan analisis biaya, menyangkut tentang analisis biaya bagian makanan dan minuman, biaya porsi, dan biaya pegawai. Analisis-analisis tersebut, hasilnya akan merupakan suatu kinerja dari masingmasing out-let, seperti gross profit dan net margin Volume 7, No. 4, Juli 2013 (gross profit - wages), dan net profit (gross profit - wages dan semua pengeluarn seperti sewa, asuransi, dan sebagainya) 2. Memelihara standard. Melaksanakan sistem pengendalian makanan dan minuman dikatakan juga bertujuan untuk memelihara standar secara konsisten, seperti standar produk, standar kualitas, standar pelayanan, standar kebersihan, dan sebagainya. Untuk menjaga konsitensi standar-standar tersebut, tentunya perlu adanya suatu penuntun yang digunakan sebagai suatu alat untuk memelihara standar tersebut, seperti standar resep, standar hasil pengolahan (standard yield). Standar porsi, dan sebagainya. Agar supaya standar-standar itu dapat dilaksanakan oleh setiap karyawan secara konsisten, maka perlu adanya pengawasan didalam proses produksi, evaluasi produk dan bila diperlukan dilakukan koreksi. Dengan demikian standar akan terpeliharadengan baik. 3. Penetapan harga (pricing). Pengendalian biaya juga bertujuan untuk menetapkan harga pada menu, termasuk penetapan harga untuk acara-acara khusus. Oleh karena itu, perhitungan biaya makanan dan minuman harus dilakukan secara akurat (seperti: melalui perhitungan standar hasil pengolahan, standar resep), demikian juga pertimbangan pasar, rata-rata kemnampuan pengeluaran tamu, serta harga yang dapat diterima oleh pasar. 4. Pencegahan terhadap bahan yang terbuang. Usaha untukmencapai standar kinerja hotel/restoran, maka sasaran turnover, tingkat biaya, dan marjin keuntungan harus ditentukan terlebih dahulu, sehingga dapat digunakan sebagai pembatas agar jangan sampai terjadi bahan-bahan yang terbuang. 5. Untuk mencegah terjadinya kecurangan. Pentingnya sistem pengendalian juga bertujuan mencegah kemungkinan-kemungkinan terjadinya kecurangan, baik kecurangan yang dilakukan oleh tamu atau oleh staf/karyawan sendiri. 6. Manajemen informasi. Sistem pengendalian berperan sangat penting berkaitan dengan penyediaan informasi yang mutakhir dan akurat sebagai bahan laporan bagi manajemen. Dari uraian di atas sesungguhnya tujuan dari pengendalian pokok harga makanan dan minuman di hotel adalah sebagai berikut: 1. Menjaga agar kualitas produk makanan dan minuman standar. 2. Menjaga agar target pendapatan bisa dicapai dengan pengeluaran yang terkendali.

6 ISSN No Media Bina Ilmiah Menjaga agar harga pokok makanan dan minuman standar. 4. Mencapai target laba/profit yang telah ditetapkan. 5. Menetapkan harga jual 6. Menghidari bahan terbuang dan kecurangan. 7. Menentukan tidakan perbaikan/koreksi yang diperlukan. 8. Meningkatkan efisiensi usaha pelayanan restoran hotel. f. Kalkulasi Harga Pokok Makanan Harian Dalam pengendalian biaya dari kegiatan produksi makanan dan harga pokok makanan diperlukan informasi yang cepat dan akurat, sehingga pihak manajemen dapat dengan cepat dan tepat melakukan tindakan perbaikan atau koreksi atas penyimpangan yang terjadi. Tentunya untuk tujuan tersebut diperlukan laporan harian harga pokok makanan. Laporan tersebut akan memberikan gambaran mengenai perkembangan harga pokok makanan yang terjadi di restoran hotel. Untuk menentukan harga pokok makanan maka diperlukan data dari dokumen permintaan barang gudang (store room requisition) yang telah diisi atau dilengkapi oleh bagian dapur/kitchen. Adapun contoh bentuk store room requisition dari Hotel The Oberoi Lombok seperti gambar berikut : Gambar 1. Form Storeroom Requisition (SR) untuk Food Sumber : Nuada, 2013: 41 Keterangan : Date : tanggal, bulan, dan tahun pemesanan/peng-order-an Department : nama departemen dari section/outlet yang memesan / meng-order misalnya; FB Kitchen atau FB Service. Location : lokasi /tempat section /outlet peng-order misalnya: garder manger main khitchen, butcher, pastry. Exc. Chef Signature : tempat tanda tangan Chef sebagai pejabat penanggung jawab food cost untuk persetujuan atas pengorderan bahan tersebut. Requistion number : nomor urut permintaan/order REQ D : jumlah bahan atau barang yang di-order. UNIT : Ukuran unit dari bahan/barang yang di-order misalnya : Can/(botle), pack, kg, liter, jar ON HAND : persediaan yang masih tersedia di lokasi peng-order bahan. DESCRIPTION : nama bahan yang diminta/diorder. ISSUED : jumlah bahan yang dikeluarkan oleh storeman sesuai permintaa/order. UNIT COST : harga satuan/per unit dari bahan yang diminta/di-order. TOTAL COST : harga total dari bahan yang diminta (jumlah unit yang diminta x harga/unit). CODE NO : nomor kode bahan/barang yang diminta. Meat : total harga daging Fish & Seafood : total harga ikan dan ikan laut Fruit & Vegetables : total harga buah dan sayuran Dairy : total biaya produk dairy misalnya: telor, susu, ice cream, keju, yoghurt, fresh cream Groceries Ordered by : total biaya produk sembako : nama yang meminta/mengorder. Issued by : nama yang mengeluarkan bahan/barang (Storeman) Received by : nama yang menerima/ mengambil bahan/ barang sesuai dengan permintaan/ order Approved by : persetujuan F&B Cost Controller selaku pengendali biaya food dan beverage. Semua bahan makanan yang diperlukan oleh bagian dapur kemudian ditentukan harga pokoknya (food cost). Adapun formula untuk menentukan Volume 7, No. 4, Juli 2013

7 58 Media Bina Ilmiah ISSN No harga pokok makanan dalam (Wiyasha, 2007: 169 s/d 171) adalah sebagai berikut : HARGA POKOK MAKANAN = JUMLAH BAHAN MAKANAN YANG KELUAR DARI GUDANG MAKANAN Perlu diketahui bahwa dalam kenyataannya di hotel sering terjadi keadaan dimana bahan makanan tidak sempat disimpan di gudang tetapi langsung dikirim ke dapur karena sangat diperlukan untuk hari itu. Bahan makanan yang tidak sempat disimpan di gudang di sebut sebagai direct issue. Direct issue harus diperhitungkan sebagai harga pokok makanan harian. Formula untuk menentukan harga pokok makanan harian sebagai berikut: HARGA POKOK MAKANAN = JUMLAH BAHAN MAKANAN YANG KELUAR DARI GUDANG MAKANAN + DIRECT ISSUE Dalam kegiatan operasional produksi makanan juga diperlukan bahan minuman untuk produk makanan tertentu. Di sisi lain juga diperlukan bahan makanan untuk campuran minuman tertentu di bar. Oleh karena itu diperlukan penyesuaian untuk kondisi ini. Karyawan hotel yang bekerja selama 8 jam mendapatkan jatah sekali makan dan harga pokok makanan karyawan dibebankan sementara ke rekening harga pokok dan untuk selanjutnya disesuaikan dan dibebankan ke rekening lain (kesejahteraan karyawan, misalnya). Selain transaksi tersebut, terjadi juga transaksi untuk tujuan promosi (A&P), untuk kegiatan rapat (A&G), dan makanan di gudang dijual kepada pejabat hotel (Steward sales untuk General Manager, misalnya). Harga pokok makanan dengan kondisi ini ditentukan dengan formula sebagai berikut: HARGA POKOK MAKANAN = JUMLAH BAHAN MAKANAN YANG KELUAR DARI GUDANG MAKANAN + DIRECT ISSUE + MINUMAN DARI BAR MAKANAN KE BAR MAKANAN KARYAWAN - (A&P) - (A&G), - STEWARD SALES Bila harga pokok makanan harian dilaporkan dalam prosentase, maka penjualan makanan harian itu harus dicantumkan dalam laporan harga pokok makanan. Harga pokok makanan dengan formula di atas lazim juga disebut dengan harga pokok makanan yang dijual. Catatan mengenai harga pokok makanan dibaut setiap hari, karenanya disebut juga dengan harga pokok harian. Transaksi harga pokok itu umumnya dicatat dalam buku, yaitu buku harga pokok makanan. Buku ini secara teknis dapat dikerjakan dengan tangan (manual) dan atau dengan program paket komputer. Contoh buku harga pokok dan laporan harga pokok makanan harian adalah sebagai berikut: Volume 7, No. 4, Juli 2013 Contoh Buku Harga Pokok Makanan Harian Bulan : Tgl Ref Gudang PL Total Min mkn Plus mm Sumber: (Wiyasha 2007: 171). Mkn karyw A&P A&G SS Keterangan: Ref : Referensi. Gudang : bahan makanan dari gudang. PL : pengeluaran langsung (direct issues). Min mkn : minus bahan makanan. Plus mnm : plus minuman. Mkn Karyw : makanan untuk karyawan. A&P : Administrative & Promotion. A&G : Administrative & General. SS : Steward Sales. HPM : Harga pokok makanan harian. Penutup HPMH a. Simpulan. Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam rangka pengendalian biaya di hotel formula dari kalkulasi harga pokok makanan harian adalah sebagai berikut: 1. Bila semua bahan bersumber dari gudang makanan maka formulanya adalah: Harga Pokok Makanan = Jumlah Bahan Makanan Yang Keluar Dari Gudang Makanan 2. Bila bahan makan selain dari gudang ada juga yang tidak sempat disimpan di gudang di sebut sebagai direct issue maka formulanya adalah: Harga Pokok Makanan = Jumlah Bahan Makanan Yang Keluar Dari Gudang Makanan + Direct Issue 3. Dalam memproduksi makanan juga diperlukan bahan minuman untuk produk makanan tertentu. Karyawan hotel yang bekerja selama 8 jam mendapatkan jatah sekali makan. Selain transaksi tersebut untuk tujuan promosi (A&P), untuk kegiatan rapat (A&G), dan makanan di gudang dijual kepada pejabat hotel (Steward sales untuk General Manager, misalnya). Dalam kondisi ini maka formula sebagai berikut: Harga Pokok Makanan = Jumlah Bahan Makanan Yang Keluar Dari Gudang Makanan + Direct Issue + Minuman Dari Bar Makanan Ke Bar Makanan Karyawan - (A&P) - (A&G), - Steward Sales.

8 ISSN No Media Bina Ilmiah 59 b. Saran Dalam rangka menjaga kualitas makanan, menentukan harga yang bersaing dan menarik, pencapaian target laba, meningkatkan efisiensi pengolahan makanan sudah seyogianya hotel melakukan kalkulasi harga pokok makanan harian. Dengan melakukan kalkulasi harga pokok makanan harian dapat diharapkan pula cepat diketahui bila terjadi penyimpangan, sehingga koreksi/perbaikan segera pula dapat dilakukan. Karena itu setiap hotel dalam pengendalian biaya pelayanan jasa makan disarankan untuk melakukan kalkulasi harga pokok makanan harian. Daftar Pustaka Anonim, 1985., Pengendalian Biaya Modul 3 Kalkulasi Harian Harga Pokok Makanan, Bali: Balai Bendidikan dan Latihan Pariwisata-Bali. Anonim, 2013., Pernertian Hotel, org/ wiki/hotel/ diakses tanggal 24 Juli 2013 pukul wita. Angkasalima, 2012., Cara Menghitung Food & Beverage Cost untuk Hotel dan Restaurant. com/ 2012/11/f-b-cost-control-danperhitungan- cost.html/ diakse tanggal 24 juli 2013 pukul wita. Mukhtar, 2004., Perlunya Standar Ruang Lingkup Dan Permasalahan Pelayanan Sebuah Restauran Hotel, Sumatera Utara: Program Studi Pariwisata Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara. Nuada I Wayan, 2008., Kemungkinan-Kemungkinan Penyebab Naiknya Food and Beverage Cost Percentage sebuah Hotel, Mataram: Ganèç Swara Media Informasi Ilmiah Universitas Mahasaraswati Mataram, ISSN; , Hal: 71 s/d 75. Nuada I Wayan, 2013., Prosedur Permintaan Bahan Kitchen ke Storeroom untuk Pengendalian Standard Food Cost Hotel The Oberoi Lombok Indinesia, Mataram: Media Bina Ilmiah, ISSN; , Hal:43 s/d 51. Soewirjo Herdi S. Darmo, 2003., Teori & Praktek Akuntansi Perhotelan, Edisi I, Yogyakarta: Andi Offset. Suarsana Nyoman, 2007., Pengendalian Biaya Departemen F&B di Perhotelan, Edisi Pertama, Yogyakarta: Graha Ilmu. Suatuti Ni Luh, 2012., Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Wisatawan Terhadap Produk Freestanding Restaurant di Kawasan Pariwisata Nusa Dua- Kabupaten Badung. Sukarsa I Made, 1999., Pengantar Pariwisata, Cetakan Pertama, Ujung Pandang: Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Timur (BKS-PTN-INTIM). Sulastiyono Agus, 1999., Manajemen Penyelenggaraan Hotel Seri Manajemn Usaha Jasa Sarana Pariwisata dan Akomodasi, Edisi Pertama, Bandung: Alfabeta. Tambunan, Vely Oktavia, 2010., Pengendalian Harga Pokok Makanan Dan Minuman Dalam Pelaksanaan Operasional Food And Beverage Department Di Hotel Emerald Garden International 89/22436/ diakses tanggal 01 Juli 2013 pukul wita. Wiyasha IBM, 2007., Akuntansi Manajemen untuk Hotel dan Restoran, Yogyakarta: C.V Andi Offset Volume 7, No. 4, Juli 2013

KEBIJAKAN PENETAPAN HARGA JUAL MAKANAN DAN MINUMAN INDUSTRI JASA PERHOTELAN. Oleh: I Wayan Nuada Dosen pada STIE 45 Mataram

KEBIJAKAN PENETAPAN HARGA JUAL MAKANAN DAN MINUMAN INDUSTRI JASA PERHOTELAN. Oleh: I Wayan Nuada Dosen pada STIE 45 Mataram Media Bina Ilmiah77 KEBIJAKAN PENETAPAN HARGA JUAL MAKANAN DAN MINUMAN INDUSTRI JASA PERHOTELAN Oleh: I Wayan Nuada Dosen pada STIE 45 Mataram Abstrak:Kebijakan penetapan harga (price) makanan dan minuman

Lebih terperinci

ISSN No Media Bina Ilmiah 43

ISSN No Media Bina Ilmiah 43 ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah 43 PROSEDUR PERMINTAAN BAHAN KITCHEN KE STOREROOM UNTUK PENGENDALIAN STANDARD FOOD COST HOTEL THE OBEROI LOMBOK INDONESIA oleh: I Wayan Nuada Dosen STIE 45 Mataram

Lebih terperinci

Pengendalian Harga Pokok Makanan dan Minuman BY: EVADA EL UMMAH KHOIRO, S.AB., M.AB.

Pengendalian Harga Pokok Makanan dan Minuman BY: EVADA EL UMMAH KHOIRO, S.AB., M.AB. Pengendalian Harga Pokok Makanan dan Minuman BY: EVADA EL UMMAH KHOIRO, S.AB., M.AB. PERTEMUAN 3 PRODI HOTEL SMT 4, TH AJARAN 2016/2017 Capaian Pembelajaran 1. Mampu memahami pengertian harga pokok makanan

Lebih terperinci

ISSN No Media Bina Ilmiah 81

ISSN No Media Bina Ilmiah 81 ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah 81 PROSEDUR PEMBELIAN BAHAN UNTUK PENGENDALIAN HARGA POKOK MAKANAN DAN MINUMAN DI HOTEL Oleh: I Wayan Nuada Dosen pada STIE 45 Mataram Abstrak: Hotel merupakan industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam industri pariwisata, hotel bukan satu-satunya bentuk akomodasi bagi wisatawan akan tetapi masih banyak jenis akomodasi tambahan seperti biro perjalanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini belum memenuhi harapan. Salah satu penyebabnya adalah karena masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini belum memenuhi harapan. Salah satu penyebabnya adalah karena masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepariwisataan di Indonesia telah bertumbuh dan berkembang menjadi suatu industri yang berdiri sendiri semenjak beberapa tahun terakhir ini. Namun ada pendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam memenuhi kebutuhan pokok tamu yang menginap dihotel.

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam memenuhi kebutuhan pokok tamu yang menginap dihotel. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul Hotel di dalam pengoperasiannya harus menyediakan fasilitas atau saranasarana yang mendukung sistem operasional kerja di dalam hotel. Salah satu fasilitas yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata sebagai suatu jenis usaha yang memiliki nilai ekonomi, maka

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata sebagai suatu jenis usaha yang memiliki nilai ekonomi, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata sebagai suatu jenis usaha yang memiliki nilai ekonomi, maka pariwisata adalah sebagai suatu proses yang dapat menciptakan nilai tambah barang atau jasa sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata juga dapat menjadi pemasukan devisa negara, memperluas

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata juga dapat menjadi pemasukan devisa negara, memperluas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul Industri pariwisata juga dapat menjadi pemasukan devisa negara, memperluas lapangan kerja, mendorong pembangunan daerah serta memperkenalkan nilai dan budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepulauan yang terbesar di dunia yang memiliki kira-kira dua puluh delapan ribu

BAB I PENDAHULUAN. kepulauan yang terbesar di dunia yang memiliki kira-kira dua puluh delapan ribu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini industri pariwisata adalah industri yang mengalami perkembangan pertumbuhan yang sangat pesat dan cepat. Indonesia adalah salah satu negara kepulauan yang terbesar

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DALAM PENETAPAN HARGA JUAL JASA KAMAR PADA HOTEL BATIK YOGYAKARTA

KEBIJAKAN DALAM PENETAPAN HARGA JUAL JASA KAMAR PADA HOTEL BATIK YOGYAKARTA KEBIJAKAN DALAM PENETAPAN HARGA JUAL JASA KAMAR PADA HOTEL BATIK YOGYAKARTA Nurhazana Administrasi Bisnis Politeknik Bengkalis Jl. Bathin Alam, Sei-Alam, Bengkalis Riau nurhazana@polbeng.ac.id Abstrak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian pertama dari Ni Made Sri Ayu Damayanti (2006) yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian pertama dari Ni Made Sri Ayu Damayanti (2006) yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian Sebelumnya Penelitian pertama dari Ni Made Sri Ayu Damayanti (2006) yang berjudul Analisis Pengendalian Biaya Food And Beverage Pada Amanusa Resort di Nusa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan,

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pariwisata merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan, bahkan dapat dipercaya sebagai salah satu usaha untuk meningkatkan pendapatan nasional

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DALAM PENETAPAN HARGA JUAL JASA KAMAR PADA HOTEL BATIK YOGYAKARTA

KEBIJAKAN DALAM PENETAPAN HARGA JUAL JASA KAMAR PADA HOTEL BATIK YOGYAKARTA KEBIJAKAN DALAM PENETAPAN HARGA JUAL JASA KAMAR PADA HOTEL BATIK YOGYAKARTA KEBIJAKAN DALAM PENETAPAN HARGA JUAL JASA KAMAR PADA HOTEL BATIK YOGYAKARTA Nurhazana Administrasi Bisnis Politeknik Bengkalis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan salah satu pengkhususan dalam akuntansi, sama halnya dengan akuntansi keuangan, akuntansi pemerintahan, akuntansi pajak, dan sebagainya.

Lebih terperinci

Dari pengertian diatas, maka hotel juga dapat definisi seperti di bawah ini :

Dari pengertian diatas, maka hotel juga dapat definisi seperti di bawah ini : A. Pengertian Hotel Kata Hotel berasal dari bahasa Perancisyaitu hostel artinya tempat penampungan buat pendatang atau bangunan penyedia pondokan dan makanan untuk umum. Oleh sebab itu, keberadaan hostel

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tingkat pertumbuhan jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia terus meningkat tiap tahunnya. Menurut Ditjen Imigrasi dan BPS (diolah kembali oleh Asdep Litbangjakpar

Lebih terperinci

PERANAN RECEIVING DALAM MENINGKATKAN KELANCARAN OPERASIONAL BARANG DI HOTEL SAHlD KUSUMA RAYA. Oleh

PERANAN RECEIVING DALAM MENINGKATKAN KELANCARAN OPERASIONAL BARANG DI HOTEL SAHlD KUSUMA RAYA. Oleh 1 PERANAN RECEIVING DALAM MENINGKATKAN KELANCARAN OPERASIONAL BARANG DI HOTEL SAHlD KUSUMA RAYA Oleh A. Solikhin (Dosen pada Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid Surakarta) ABSTRAK Peranan penerimaan barang

Lebih terperinci

Pengendalian Aktivitas Fungsi Terkait Harga Pokok Makanan BY: EVADA EL UMMAH KHOIRO, S.AB., M.AB. PERTEMUAN 4 PRODI HOTEL SMT 4, TH AJARAN 2016/2017

Pengendalian Aktivitas Fungsi Terkait Harga Pokok Makanan BY: EVADA EL UMMAH KHOIRO, S.AB., M.AB. PERTEMUAN 4 PRODI HOTEL SMT 4, TH AJARAN 2016/2017 Pengendalian Aktivitas Fungsi Terkait Harga Pokok Makanan BY: EVADA EL UMMAH KHOIRO, S.AB., M.AB. PERTEMUAN 4 PRODI HOTEL SMT 4, TH AJARAN 2016/2017 CAPAIAN PEMBELAJARAN Mahasiswa dapat menentukan ukuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam perkembangan ekonomi dan dunia pariwisata di Indonesia. Seperti. rekreasi yang dikelola dengan tujuan komersial.

BAB I PENDAHULUAN. dalam perkembangan ekonomi dan dunia pariwisata di Indonesia. Seperti. rekreasi yang dikelola dengan tujuan komersial. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Industri Perhotelan adalah salah satu industri yang berperan penting dalam perkembangan ekonomi dan dunia pariwisata di Indonesia. Seperti yang kita ketahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepariwisataan telah berkembang menjadi industri besar yang memiki

BAB I PENDAHULUAN. Kepariwisataan telah berkembang menjadi industri besar yang memiki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepariwisataan telah berkembang menjadi industri besar yang memiki peran strategis dalam pembangunan Kota Bandung. Posisi Kota Bandung sebagai pusat bisnis, pemerintahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bali sudah sangat terkenal dengan pariwisata oleh karena itu, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bali sudah sangat terkenal dengan pariwisata oleh karena itu, pemerintah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali sudah sangat terkenal dengan pariwisata oleh karena itu, pemerintah provinsi Bali sangat mengandalkan sektor pariwisata sebagai salah satu sektor unggulan pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara yang kaya akan objek wisata. Berbagai objek wisata yang dimiliki merupakan potensi negara yang perlu digali dan dikembangkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi ini, kemajuan perekonomian diberbagai belahan dunia terlihat bertambah pesat dan negara Indonesia sebagai salah satu negara didunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh pendapatan daerah yang bersumber dari pajak hotel dan restoran,

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh pendapatan daerah yang bersumber dari pajak hotel dan restoran, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pulau Bali sebagai salah satu tujuan wisata dunia merupakan sumber devisa negara yang telah banyak memberikan sumbangan dan turut memajukan perekonomian nasional.

Lebih terperinci

E VA D A E L U M M A H K H O I R O, M. A B. P E R T E M U A N 4HT

E VA D A E L U M M A H K H O I R O, M. A B. P E R T E M U A N 4HT PENGELOL A AN BIAYA PRODUKSI F&B E VA D A E L U M M A H K H O I R O, M. A B. P E R T E M U A N 4HT PENDAHULUAN Aktivitas produksi makanan merupakan aktivitas yang penting dalam pengendalian Harga Pokok

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan tujuan untuk bersenang-senang maupun melakukan kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan tujuan untuk bersenang-senang maupun melakukan kegiatan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih, untuk melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat yang lain dengan tujuan untuk bersenang-senang

Lebih terperinci

PENENTUAN HARGA JUAL KAMAR HOTEL SAAT LOW SEASON DENGAN METODE COST-PLUS PRICING PENDEKATAN VARIABEL COSTING

PENENTUAN HARGA JUAL KAMAR HOTEL SAAT LOW SEASON DENGAN METODE COST-PLUS PRICING PENDEKATAN VARIABEL COSTING PENENTUAN HARGA JUAL KAMAR HOTEL SAAT LOW SEASON DENGAN METODE COST-PLUS PRICING PENDEKATAN VARIABEL COSTING (Studi kasus pada Hotel Puri Artha Yogyakarta) Nama : Hesti Triyanto Dosen Pembimbing : H. Y.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Situasi Indonesia yang tidak menentu saat ini sangat berpengaruh pada perekonomian Indonesia. Pengaruh tersebut dapat dilihat dari melemahnya kegiatan perekonomian

Lebih terperinci

beragam budaya yang masih melekat sehingga dapat mencuri perhatian kehidupan. Banyak hamparan pemandangan indah dan adat istiadat yang masih

beragam budaya yang masih melekat sehingga dapat mencuri perhatian kehidupan. Banyak hamparan pemandangan indah dan adat istiadat yang masih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan industri andalan bagi Indonesia karena penyumbang devisa Negara yang besar. Indonesia yang merupakan Negara kepulauan memiliki beragam budaya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dibangun dari berbagai segmen industri, seperti: akomodasi, transportasi,

BAB I PENDAHULUAN. yang dibangun dari berbagai segmen industri, seperti: akomodasi, transportasi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu sektor pembangunan yang mendatangkan devisa bagi negara adalah pariwisata. Di samping itu pariwisata juga merupakan industri yang besar yang dibangun dari

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pemasaran

II. TINJAUAN PUSTAKA Pemasaran II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemasaran Pada dasarnya pemasaran merupakan salah satu kegiatan dalam perekonomian yang bukan semata-mata kegiatan untuk menjual barang atau jasa saja, akan tetapi lebih mengarah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Berdirinya Hotel Grand Angkasa Internasional Medan Pada tahun 1930 dibawah pimpinan kolonial belanda Grand Angkasa International hotel bernama Hotel Astoria.

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan 1. Sumber pendapatan Hotel Grand Sahid Jaya dibagi menjadi 3, yaitu Food & Beverage, Room dan Space Rental. Pendapatan food & beverage berasal dari 6 outlet restoran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarana akomodasi, objek wisata, biro perjalanan usaha, restaurant, dan lain

BAB I PENDAHULUAN. sarana akomodasi, objek wisata, biro perjalanan usaha, restaurant, dan lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya arus kunjungan wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara, fasilitas penunjang kepariwisataan juga meningkat seperti sarana akomodasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan perekonomian khususnya untuk perekonomian Indonesia. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan perekonomian khususnya untuk perekonomian Indonesia. Hal tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Judul Industri pariwisata saat ini mempunyai peran yang besar dalam membantu meningkatkan perekonomian khususnya untuk perekonomian Indonesia. Hal tersebut terbukti

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Dalam memasuki era globalisasi, laju perekonomian di Indonesia harus

Bab 1. Pendahuluan. Dalam memasuki era globalisasi, laju perekonomian di Indonesia harus 1 Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Dalam memasuki era globalisasi, laju perekonomian di Indonesia harus terus ditingkatkan. Indonesia memiliki sumber daya dan kekayaan alam yang cukup banyak dan potensial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendukung utama yang menunjang dalam bisnis di bidang pariwisata. Sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. pendukung utama yang menunjang dalam bisnis di bidang pariwisata. Sejalan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri perhotelan termasuk dalam industri jasa yang menawarkan jasa pelayanan kamar, penyedia makanan dan minuman serta jasa lainnya bagi masyarakat umum yang dikelola

Lebih terperinci

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK YANG AKURAT DENGAN ACTIVITY BASED COSTING. I Putu Edy Arizona,SE.,M.Si

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK YANG AKURAT DENGAN ACTIVITY BASED COSTING. I Putu Edy Arizona,SE.,M.Si PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK YANG AKURAT DENGAN ACTIVITY BASED COSTING I Putu Edy Arizona,SE.,M.Si FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR 2014 1 PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK YANG AKURAT DENGAN

Lebih terperinci

Adapun bagian dari Accounting Departement yang berperan penting dalam pengadaan makanan di hotel yaitu : 1. Cost Control

Adapun bagian dari Accounting Departement yang berperan penting dalam pengadaan makanan di hotel yaitu : 1. Cost Control Adapun bagian dari Accounting Departement yang berperan penting dalam pengadaan makanan di hotel yaitu : 1. Cost Control Cost sontrol merupakan salah satu bagian dari departemen accounting yang bertanggung

Lebih terperinci

ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI MAKANAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP LABA KOTOR DEPARTEMEN FOOD AND BEVERAGE PT. NIKKI CULINARY TAHUN 2007

ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI MAKANAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP LABA KOTOR DEPARTEMEN FOOD AND BEVERAGE PT. NIKKI CULINARY TAHUN 2007 ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI MAKANAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP LABA KOTOR DEPARTEMEN FOOD AND BEVERAGE PT. NIKKI CULINARY TAHUN 2007 Oleh: ANAK AGUNG UTARA WANGSA NIM:0615351013 PROGRAM EKSTENSI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia adalah Negara yang memiliki daerah yang luas dan kaya akan berbagai objek wisata yang tersebar diseluruh daerah tersebut. Objek wisata tersebut

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BABI PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BABI PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul Hotel merupakan salah satu jenis akomodasi bagi orang-orang yang melakukan perjalanan untuk berbagai tujuan. Sebagaimana keputusan mentri pariwisata Pos dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara pariwisata dengan industri perhotelanmemiliki kaitan

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara pariwisata dengan industri perhotelanmemiliki kaitan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hubungan antara pariwisata dengan industri perhotelanmemiliki kaitan yang erat. Bisa dikatakan bahwa industri perhotelan menjadi salah satu pondasi pendukungpembangunan

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 32 BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1 Perkembangan Perusahaan Hotel Bumi Karsa merupakan salah satu hasil yang telah diwujudkan oleh para pendiri PT. Mekar Prana Indah. PT. Mekar Prana Indah didirikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agar sebuah perusahaan tersebut mampu bersaing di era globalisasi. Ardana, dkk

BAB I PENDAHULUAN. agar sebuah perusahaan tersebut mampu bersaing di era globalisasi. Ardana, dkk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bagi perusahaan, masalah sumber daya manusia masih menjadi acuan penting agar sebuah perusahaan tersebut mampu bersaing di era globalisasi. Ardana, dkk (2012:3)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, bahan setengah jadi atau barang jadi menjadi barang dengan nilai lebih atau barang jadi menjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan sektor usaha di Indonesia beberapa tahun terakhir

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan sektor usaha di Indonesia beberapa tahun terakhir 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan sektor usaha di Indonesia beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan, terutama pada sektor pariwisata. Sektor pariwisata adalah salah satu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem informasi akuntansi adalah suatu kesatuan aktivitas, data, dokumen

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem informasi akuntansi adalah suatu kesatuan aktivitas, data, dokumen BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi Sistem informasi akuntansi adalah suatu kesatuan aktivitas, data, dokumen dan teknologi yang keterkaitannya dirancang untuk mengumpulkan dan memproses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dari definisi biaya tersebut mengandung empat unsur penting biaya yaitu: 1. Pengorbanan sumber-sumber ekonomi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dari definisi biaya tersebut mengandung empat unsur penting biaya yaitu: 1. Pengorbanan sumber-sumber ekonomi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Biaya Pengertian biaya menurut Supriyono (1999:252) adalah pengorbanan sumbersumber ekonomi yang sudah terjadi atau akan terjadi yang dinyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cepat, dikarenakan oleh kunjungan wisatawan yang semakin meningkat untuk datang

BAB I PENDAHULUAN. cepat, dikarenakan oleh kunjungan wisatawan yang semakin meningkat untuk datang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bali merupakan salah satu daerah tujuan wisata (DTW) yang terkenal di Indonesia dan mancanegara. Pariwisata di Bali memberikan pesona wisata yang berbeda dari daerah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Hotel Pengertian hotel menurut Sulastiyono (2011:5), Hotel adalah suatu perusahaan yang dikelola oleh pemiliknya dengan menyediakan pelayanan makanan, minuman dan fasilitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Dewasa ini mulai banyak perusahaan-perusahaan baru yang berdiri di Indonesia. Hal ini menyebabkan persaingan bisnis di Indonesia semakin ketat, ditambah masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh belahan dunia. Saat ini, seluruh Negara berlomba-lomba untuk

BAB I PENDAHULUAN. seluruh belahan dunia. Saat ini, seluruh Negara berlomba-lomba untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepariwisataan merupakan suatu industri yang berkembang pesat di seluruh belahan dunia. Saat ini, seluruh Negara berlomba-lomba untuk mengembangkan industri kepariwisataannya

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. untuk menyediakan jasa penginapan, makanan dan minuman serta jasa. pengunjung lainnya bagi umum yang dikelola secara komersial.

Bab I PENDAHULUAN. untuk menyediakan jasa penginapan, makanan dan minuman serta jasa. pengunjung lainnya bagi umum yang dikelola secara komersial. 1 Bab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hotel merupakan suatu perusahaan yang dikelola oleh pemiliknya dengan menyediakan pelayanan makanan, minuman dan fasilitas kamar untuk tidur kepada orang-orang yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Biaya Setiap perusahaan yang berorientasi pada peningkatan pendapatan akan selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hotel terhadap pelanggannya misalnya fasilitas kolam renang, restoran, fitness center,

BAB I PENDAHULUAN. hotel terhadap pelanggannya misalnya fasilitas kolam renang, restoran, fitness center, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin banyaknya perusahaan jasa terutama yang bergerak di bidang pariwisata dan perhotelan menyebabkan semakin ketatnya persaingan antar hotel. Keberhasilan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya. 1. Pengertian Akuntansi Biaya

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya. 1. Pengertian Akuntansi Biaya BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya 1. Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi berkaitan dengan hal pengukuran, pencatatan dan pelaporan informasi keuangan kepada pihak-pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dinamis. Perkembangan pariwisata diindonesia tidak bisa dilepaskan dari peran

BAB I PENDAHULUAN. dinamis. Perkembangan pariwisata diindonesia tidak bisa dilepaskan dari peran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri pariwisata adalah industri yang perubahan dan perkembangannya dinamis. Perkembangan pariwisata diindonesia tidak bisa dilepaskan dari peran serta akomodasi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN BAB 4 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN Pembahasan audit operasional atas fungsi penjualan dan penerimaan kas pada Lei Garden Restaurant dijelaskan pada bab keempat ini. Berdasarkan ruang lingkup yang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah tujuan pariwisata dan hotel di berbagai daerah semakin bertambah

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah tujuan pariwisata dan hotel di berbagai daerah semakin bertambah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah tujuan pariwisata dan hotel di berbagai daerah semakin bertambah banyak. Situasi yang sama juga tampak di kota kota besar seperti kota Medan. Hotel dan bisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Data Kunjungan Wisatawan Ke Kota Bandung. Sumber : Disbudpar Kota Bandung 2015

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Data Kunjungan Wisatawan Ke Kota Bandung. Sumber : Disbudpar Kota Bandung 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan industri pariwisata di Indonesia pada saat ini dimana dunia usaha berkembang pesat, pengusaha dituntut untuk bekerja lebih efisien dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diterima tanpa adanya perjanjian khusus (Sulastiyono, 2011:5). Mengacu kepada

BAB I PENDAHULUAN. yang diterima tanpa adanya perjanjian khusus (Sulastiyono, 2011:5). Mengacu kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, kehidupan manusia juga berkembang pesat. Perkembangan ini juga berimbas pada meningkatnya gaya hidup

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan industri perhotelan tidak terlepas dari tumbuh dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan industri perhotelan tidak terlepas dari tumbuh dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri perhotelan tidak terlepas dari tumbuh dan berkembangnya kegiatan industri kepariwisataan, terutama setelah perang dunia II dapat dikatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Singkat Perusahaan Mie Ayam Oplosan Kedai Shoimah, perusahaan ini termasuk perusahaan baru di dunia kuliner. Berawal dari kesukaan sang pemilik terhadap mie ayam,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kawasan wisata, kearifan budaya lokal yang mampu melestarikan tradisi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kawasan wisata, kearifan budaya lokal yang mampu melestarikan tradisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang terdiri dari berbagai kepulauan dan memiliki keindahan alam yang masih sangat terjaga kealamiannya yang difungsikan sebagai kawasan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. telah mengembangkan konsep biaya menurut kebutuhan mereka masing-masing. akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu.

BAB III PEMBAHASAN. telah mengembangkan konsep biaya menurut kebutuhan mereka masing-masing. akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. BAB III PEMBAHASAN A. Pengertian Biaya dan Klasifikasi Biaya 1. Pengertian Biaya Dalam menjalankan suatu perusahaan diperlukan keputusan yang tepat dan akurat terhadap konsep biaya yang ada. Ada beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjamur di Indonesia khususnya Darah Istimewa Yogyakarta. Semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjamur di Indonesia khususnya Darah Istimewa Yogyakarta. Semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri perhotelan merupakan salah satu industri pariwisata yang semakin menjamur di Indonesia khususnya Darah Istimewa Yogyakarta. Semakin berkembangnya objek-objek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Food and Beverage Product Department adalah salah satu departemen

BAB I PENDAHULUAN. Food and Beverage Product Department adalah salah satu departemen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Food and Beverage Product Department adalah salah satu departemen yang sangat penting di sebuah hotel, karena Food and Beverage Product Departement bertanggung jawab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta masih menjadi daerah wisata yang menarik. yang disediakan bagi wisatawan untuk memperoleh pelayanan.

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta masih menjadi daerah wisata yang menarik. yang disediakan bagi wisatawan untuk memperoleh pelayanan. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Yogyakarta merupakan salah satu daerah tujuan wisata favorit di Indonesia. Keragaman budaya, kekayaan potensi alam, dan keramah-tamahan masyarakatnya dapat

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Singkat Perusahaan Perusahaan CV Danmas Cushion merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang ekspor mebel,yang tepatnya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... iii vii viii I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2.Rumusan Masalah... 4 1.3.Tujuan Penelitian... 5 1.4.Manfaat Penelitian... 5 1.5.Ruang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan kehidupannya banyak tergantung pada ada tidaknya lintas wisatawan,

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan kehidupannya banyak tergantung pada ada tidaknya lintas wisatawan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri perhotelan merupakan sarana pokok kepariwisataan yang mana hidup dan kehidupannya banyak tergantung pada ada tidaknya lintas wisatawan, baik domestik

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. merupakan sebuah usaha yang bergerak di bidang pariwisata. PT Mitra Wisata Permata

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. merupakan sebuah usaha yang bergerak di bidang pariwisata. PT Mitra Wisata Permata BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN III.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT Mitra Wisata Permata adalah pengelola dari Hotel Gerbang Utama dan merupakan sebuah usaha yang bergerak di bidang pariwisata. PT Mitra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan di berbagai sektor salah satunya adalah sektor pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan di berbagai sektor salah satunya adalah sektor pariwisata. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki banyak potensi yang bisa dikembangkan di berbagai sektor salah satunya adalah sektor pariwisata. Pemerintah Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat diandalkan tidak hanya dalam pemasukan devisa, tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat diandalkan tidak hanya dalam pemasukan devisa, tetapi juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pariwisata memiliki potensi cukup besar dalam usaha meningkatkan devisa negara. Pariwisata menjadi suatu kegiatan ekonomi yang dapat diandalkan tidak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Restoran KFC Cabang Kota Gorontalo merupakan satu-satunya cabang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Restoran KFC Cabang Kota Gorontalo merupakan satu-satunya cabang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian Restoran KFC Cabang Kota Gorontalo merupakan satu-satunya cabang restoran KFC di Gorontalo. Restoran ini bernaung dibawah kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini tidak terkecuali pada bisnis perhotelan yang juga mengalami

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini tidak terkecuali pada bisnis perhotelan yang juga mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perubahan di berbagai sektor semakin cepat dalam era globalisasi sekarang ini tidak terkecuali pada bisnis perhotelan yang juga mengalami perubahan dari tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hotel Hyatt Regency merupakan salah satu hotel bintang lima terbaik di Yogyakarta.

BAB I PENDAHULUAN. Hotel Hyatt Regency merupakan salah satu hotel bintang lima terbaik di Yogyakarta. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hotel Hyatt Regency merupakan salah satu hotel bintang lima terbaik di Yogyakarta. Hotel Hyatt berpusat di Amerika dan mempunyai beberapa Hotel Hyatt yang tersebar di

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BASISDATA

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BASISDATA BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BASISDATA 3.1 Tentang Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan Dra. Waty Tjakra & Associates (WTA) didirikan pada tanggal 7 Februari 2000 Dra. Waty Tjakra,Al.,BKP.,SH.,MH

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tahun Bulan Tingkat Hunian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tahun Bulan Tingkat Hunian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki tempat-tempat menarik untuk pariwisata, salah satunya adalah kota Bandung. Bandung memiliki cukup banyak pilihan objek wisata, seperti wisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak. Situasi yang sama juga tampak di kota kota besar seperti kota Medan. Hotel

BAB I PENDAHULUAN. banyak. Situasi yang sama juga tampak di kota kota besar seperti kota Medan. Hotel 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah tujuan pariwisata dan hotel di berbagai daerah semakin bertambah banyak. Situasi yang sama juga tampak di kota kota besar seperti kota Medan. Hotel dan bisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan sektor usaha di Indonesia beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan, terutama pada sektor pariwisata. Sektor pariwisata adalah salah satu penyumbang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Untuk menunjang kelancaran arus pariwisata tersebut disadari perlu adanya

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Untuk menunjang kelancaran arus pariwisata tersebut disadari perlu adanya BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah Singkat Perusahaan Dalam meningkatkan perekonomian Indonesia, pemerintah berusaha menggalakkan industri pariwisata sebagai salah satu sumber devisa negara. Untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Akuntani Biaya 1. Pengertian biaya Biaya merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan dalam proses produksi dalam satu perusahaan manufaktur. Terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan orang untuk sementara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan orang untuk sementara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan orang untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain meninggalkan tempatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan jasa yang mampu menyerap banyak tenaga kerja. Pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan jasa yang mampu menyerap banyak tenaga kerja. Pada dasarnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul. Industri jasa perhotelan merupakan bagian dari pariwisata yang menjual jasa pelayanan akomodasi, sedangkan makanan dan minuman sebagai sarana pendukung di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan hidup dan budaya bangsa, memperkokoh persatuan dan kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan hidup dan budaya bangsa, memperkokoh persatuan dan kesatuan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata memiliki peran dalam pembangunan nasional, diantaranya sebagai sumber perolehan devisa, menciptakan dan memperluas lapangan usaha, meningkatkan pendapatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan semakin berkembangnya dunia usaha, persaingan yang sangat ketat terjadi diantara perusahaan-perusahaan baik dalam bidang industri, jasa maupun perdagangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung termasuk salah satu Kota Pariwisata dimana banyak

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung termasuk salah satu Kota Pariwisata dimana banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung termasuk salah satu Kota Pariwisata dimana banyak dikunjungi para wisatawan baik dalam negeri maupun luar negeri. Tentunya para wisatawan yang berkunjung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Industri pariwisata sebagai bagian dari sektor ekonomi yang merupakan salah satu industri

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Industri pariwisata sebagai bagian dari sektor ekonomi yang merupakan salah satu industri 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri pariwisata sebagai bagian dari sektor ekonomi yang merupakan salah satu industri terbesar dan terpesat dalam pembangunanya di dunia. Sementara itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkungan industri perhotelan yang semakin kompetitif, organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkungan industri perhotelan yang semakin kompetitif, organisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam lingkungan industri perhotelan yang semakin kompetitif, organisasi sekarang ini dituntut meningkatkan nilai perusahaan dan menjaga keberlangsungan organisasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, perkembangan dunia usaha dalam bidang jasa di Indonesia, khususnya pada industri perhotelan sedang mengalami perkembangan dan pertumbuhan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia bisnis di Indonesia khususnya dalam bidang perhotelan sedang mengalami kemajuan dari tahun ke tahun. Tingkat hunian kamar hotel berbintang

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan I - 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I Pendahuluan I - 1 BAB I PENDAHULUAN BAB I Pendahuluan I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Dalam perkembangan dunia usaha yang semakin pesat dewasa ini, terutama setelah berlakunya pasar bebas, menyebabkan perusahaan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. and Beverage Division Hotel, yakni bagian yang juga menyelenggarakan penjualan

BAB II URAIAN TEORITIS. and Beverage Division Hotel, yakni bagian yang juga menyelenggarakan penjualan BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Room Service Room service merupakan salah satu bagian penting lainnya di lingkungan Food and Beverage Division Hotel, yakni bagian yang juga menyelenggarakan penjualan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Krisis moneter yang melanda Indonesia sangat berpengaruh terhadap perekonomian secara global. Dapak krisis moneter tersebut dapat dilihat dari melemahnya

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. method atau cara, hak kekayaan intelektual, logo, merek (dagang) atas franchise

BAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. method atau cara, hak kekayaan intelektual, logo, merek (dagang) atas franchise BAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN III.1 Objek Penelitian Penelitian dilakukan pada Restoran TTD di Jakarta Barat. Dimana Restoran TTD ini sebagai pihak penerima konsep, sistem, penemuan proses, method

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata merupakan usaha yang pada umumnya sangat

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata merupakan usaha yang pada umumnya sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sektor pariwisata merupakan usaha yang pada umumnya sangat menjanjikan dalam meraih devisa negara. Salah satu komponen industri pariwisata yang besar peranannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam suatu perusahaan tentunya tidak lepas dari kegiatan transaksi untuk pemenuhan tujuan perusahaan dalam rangka menghasilkan barang atau jasa untuk dijual

Lebih terperinci