BAB 9 TEORI GEOMETRI NON-EUCLIDEAN RIEMANN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 9 TEORI GEOMETRI NON-EUCLIDEAN RIEMANN"

Transkripsi

1 BAB 9 TEORI GEOMETRI NON-EUCLIDEAN RIEMANN Georg Ferdinand Ludwig Philipp Cantor ( 3 Maret Januari 1918) adalah seorang matema tikawan Jerman. Dia pencetus teori himpunan terkemuka. Cantor mencetuskan teori tentang kores pondensi satu satu, penjelasan tentang himpunan bilangan tak hingga dan urutan himpunan, pembuktian bahwa bilangan real lebih banyak dari pada bilangan asli. Beliau lahir di perkumpulan pedagang di Saint Petersburg, Rusia. Georg adalah anak tertua dari 6 bersaudara, Ia juga berbalkat seni. Garis keturunan Cantor dari ayahnya bermula dari Copenhagen. Ayah Cantor, Georg Woldemar Cantor, yang dulunya bersekolah di Saint Peterburg adalah seorang anggota Saint Peterburg Stock Exchange. Ketika dia sakit, keluarganya pindah ke Jerman pada tahun 1856, di Wiesbaden lalu Frankfurt. Ayahnya meninggal pada tahun Penelitian Cantor di,mulai dari keahliannya di matematika terutama dalam hal Geometri oleh karena itu pada tahun 1862, Cantor memmutuskan untuk bersekolah di Institut pokiteknik Federal di Zurich, ETH Zurich. Pada tahun 1863, dia menghabiskan waktu belajar di Universitas Berlin dan di tahun 1866 di Universitas Gottingen. Tahun 1867 dia menyelesaikan tesisnya di Berlin dengan mengambil sebuah penelitian tentang teori bilangan. Teorema Cantor menyatakan secara tidak langsung yaitu bilangan terhingga dari tak terhingga. Teori Cantor 230 /Geometri Riemann

2 tentang bilanagn ini mendapat banyak perlawanan dari teman sebayanya yaitu Leopold Kronecker, Henri Poincare,hermann Weyl dan L. E. J. Brouwer sedang Ludwig Wittgenstein mengembangakan pilosofinya. Beberapa Tologian Kristiani melihat Teori Cantor seperti ketidakterbatasan mutlak dalam kekuasaan Tuhan, yang hampir sama dengan Panteisme. Namun di lain pihak Poincare justru mengangap bahwa teori tersebut merupakan ancaman bagi matematika dan Kronecker secara pribadi da golongan menyebut Cantor sebagai Dukun Ilmuwan. Wakaupun medapat perlawana dari beberapa pihak, Cantor tidak pernah putus asa, Dia terus maju dan berkembang sampai akhirnya dia mendapat penghargaan dari dunia Internasional p[ada tahun 1904, yaitu dari Royal society of London. Dia memdapatkan mendali perak dan honor yang tinggi. Ketika Bolyai dan Lobachevsky berhasil menantang postulat kesejajaran Euclid, matematikawan terdorong membangun teori geometri non-euclide lain. Yang pertama dan yang sangat terkenal dirancang oleh Riemann ada tahun Toeri Riemann bertentangan dengan postulat kesejajaran Euclid dengan mengasumsikan prinsip-prinsip berikut: Postulat Kesejajaran Riemann. Tidak terdapat garis sejajar Teori Riemann tidak hanya meninggalkan postulat kesejajaran Euclid tetapi juga meninggalkan postulat lain. Sebagaimana yang telah kita lihat bahwa garis sejajar itu ada, tanpa mengasumsikan sebarang postulat kesejajaran, (bab 2, teorema 2, corollary 3); selanjutnya keberadaan garis sejajar itu merupakan Geometri Riemann/ 231

3 teorema pada geometri netral. Dengan kata lain postulat Riemann, yang menyatakan tidak terdapat garis sejajar, tidak konsisten dengan postulat geometri netral. Akibatnya, kita harus menemukan postulatpostulat geometri netral yang mana yang berkenaan dengan adanya garis sejajar, lalu menghapusnya dari daftar kita. Prosedur utama untuk melaksanakannya adalah menganalisa bukti keberadaan garis sejajar untuk melihat pada sifat-sifat mana bukti tersebut bergantung. Dengan meninjau sekilas pada pembuktian, kita lihat bahwa bukti tersebut mengikuti secara langsung sifat berikut: (A) Dua garis saling tegak lurus pada garis yang sama adalah sejajar (bab 2, teorema 2, corollary 1). Sifat (A) merupakan konsekuensi langsung dari teorema sudut eksterior, jadi kita harus menentukan teorema sudut eksterior bergantung pada postulat mana. Tetapi pembuktian teorema sudut eksterior kompleks dan melibatkan penerimaan secara tersirat akan sifat-sifat grafik dari suatu diagram. Akibatnya sangat sulit menentukan sifat-sifat penting mana yang dimaksud. Akan tetapi, terdapat alternatif pembuktian sifat (A) yang sederhana dan tidak memerlukan teorema sudut eksterior. Kita menyajikannya dan menganalisanya untuk memperoleh sifat-sifat yang penting tersebut. Teorema 8.1 Dua garis yang saling tegak lurus pada garis yang sama adalah sejajar. 232 /Geometri Riemann

4 C L M L M N B A A B C Diberikan. Dua garis berbeda L dan M yang saling tegak lurus pada garis N (gambar 4.14(a)). Buktikan: L sejajar dengan M. Bukti: Andaikan L sejajar dengan M merupakan pernyataan yang salah. Maka L dan M akan berpotongan pada titik C Misalkan L, M memotong N masing-masing di A, B. Pernyataan Perpanjang CA melalui A hingga C dengan CA = AC Tarik garis C B Alasan ABC ABC' s, sd, s Panjang ruas garis dapat digandakan Dua titik menentukan suatu garis ABC ABC' Bagian-bagian yang bersesuaian Dengan demikian siku-siku karena ABC' merupakan sudut ABC merupakan sudut siku-siku; dan BC dan BC saling tegak lurus dengan AB BC dan BC garis yang sama N Hanya terdapat satu garis tegak lurus terhadap suatu garis yang diberikan melalui Geometri Riemann/ 233

5 234 /Geometri Riemann titik pada garis yang diberikan tersebut Dengan demikian C dan C adalah titik persekutuan AC dan BC atau L dan M. Karena itu L dan M yang sama Dua titik menentukan suatu garis Hal ini kontradiksi dengan hipotesis bahwa L dan M merupakan garis yang berbeda. Dengan demikian pengandaian kita salah dan teorema berlaku. Jika postulat kesejajaran Riemann dipertahankan, teorema ini harus diabaikan begitu saja. Dengan demikian kita harus membuang (selain postulat kesejajaran Euclid) satu dari prinsip yang digunakan dalam pembuktian. Tentu saja kita ingin mempertahankan sifat-sifat yang berkenaan dengan segitiga yang konruen dan garis tegak lurus kita akan bermain-main dengan sifat ini. Kita akan menganalisis pembuktian dengan sifat-sifat ini dalam benak kita. Titik kritisnya kelihatan ada pada langkah 6, yakni L dan M adalah garis yang sama karena memiliki dua titik persekutuan yang berbeda. Langkah ini (juga pembuktian) akan gagal jika C dan C dua titik yang sama (berimpit). Bagaimana mungkin kedua titik itu berimpit? Sama saja dengan menanyakan bagaimana kita tahu kalau kedua titik itu berbeda. Titik kritis dalam pembuktian ini tidak dibuktikan secara formal, tetapi kelihatannya ditentukan melalui gambar. Dapatkah kita menentukan prinsip geometri yang membenarkan pernyataan tersebut? Untuk menjawab ini, ingat bahwa Euclid secara tersirat mengasumsikan bahwa setiap garis membagi bidang menjadi dua bagian yang berbeda. Lebih tepat dinyatakan sebagai berikut: Jika diberikan garis L, titik-

6 titik pada bidang yang tidak terletak pada garis L membentuk dua bangun atau himpunan titik, disebut tepi/sisi garis. Sisi-sisi ini tidak mempunyai titik persekutuan, dan memiliki sifat bahwa setiap garis yang suatu titik pada satu sisi dengan titik pada sisi yang lain memotong L. Dengan memandang sifat membagi ini, konstruksi pada langkah 1 dari pembuktian (memperpanjang CA melalui A hingga C, dengan CA = AC ) menjamin bahwa C dan C berada pada sisi yang berlainan dari N, dan dengan demikian merupakan titik yang berbeda. Tanpa sifat membagi ini tidak ada yang membenarkan bahwa C berbeda dengan C, dan pembuktian gagal. Ini menunjukkan bahwa kita dapat menyusun teori geometri Riemann dengan menghilangkan postulat yang berbunyi setiap garis membagi bidang. Jika anda merasa bahwa membuang prinsip membagi itu terlalu berat, kita dapat atur untuk mempertahankannya asal saja kita membayarnya dengan mengorbankan sesuatu yang lain. Jika prinsip membagi diterima, C dan C haruslah titik-titik yang berbeda. Tetapi kita masih dapat menghindari kontradiksi pada langkah 6, jika kita membuang prinsip yang menyatakan bahwa dua titik menntukan sebuah garis, dan mengijinkan dua garis berpotongan di dua titik. Pada pandangan awal ini mungkin terlihat sebagai bayaran yang berlebihan, tetapi mengarahkan kepada teori geometri yang menarik dan lebih sederhana. Ringkasan Geometri Riemann/ 235

7 Ada dua teori geometri yang mengasumsikan postulat kesejajaran Riemann. Yang pertama, setiap garis berpotongan tepat di satu titik, tetapi tidak ada garis yang membagi bidang. Yang kedua, dua garis berpotongan tepat di dua titik, dan setiap garis membagi bidang. Teori-teori ini masing-masing disebut, geometri eliptik tunggal dan geometri eliptik ganda. (Istilah tunggal dan ganda menunjukkan sifat titik potong dari dua garis pada geometri tersebut; dan istilah eliptik digunakan untuk menghaluskan sesuai dengan pengklasifikasian yang didasarkan pada bangunan geometri dimana geometri Euclid dan Lobacevsky disebut parabolik dan hiperbolik). Tidak berarti bahwa Riemann memperkenalkan teori geometri yang benar-benar berbeda yang membangun sifat-sifat ruang secara luas dengan meneliti sifat jarak antara titik yang berdekatan. Teori ini disebut geometri Riemann, berguna dalam matematika terapan dan fisika, dan merupakan dasar matematis dari teori umum relativitas Einstein. A. Garis Sebagai Gambar Tertutup Dalam dua geometri eliptik ini sifat lain yang familiar dan penting yang juga dibuang, yaitu bahwa suatu garis merupakan gambar terbuka yang tak terbatas yang dibagi menjadi dua bagian (sinar atau setengah garis) oleh setiap titiknya. Pertama-tama perhatikan geometri eliptik tunggal. Dengan menguji situasi yang ditunjukkan oleh gambar 4.14(b) dalam pembuktian teorema yakni, bahwa dua garis yang tegak lurus terhadap garis yang sama adalah sejajar, kita lihat bahwa jika teori dari geometri eliptik tunggal berlaku secara keseluruhan, 236 /Geometri Riemann

8 titik C harus berimpit dengan titik C. Sehingga dengan memperpanjang CA sepanjang dirinya sendiri ke C kita akan kembali ke titik C. Dengan kata lain, kita telah melalui keseluruhan garis CA yang terdiri dari ruas garis CA dan perpanjangannya. Akibatnya, suatu garis dipandang sebagai suatu bangun yang tertutup. Hal ini sesuai dengan sifat bahwa satu titik tidak dapat membagi garis menjadi dua bagian, tetapi dua titik dalam suatu garis membagi garis tersebut menjadi dua ruas garis, dan dengan demikian dua titik menentukan dua ruas garis, bukan satu ruas garis, sehingga kedua titik itu merupakan titik akhir persekutuan. Konsepsi dari garis ini dapat digunakan dalam geometri eliptik ganda dengan cara berikut. Misal diberikan garis L dan misal A titik di L Misal M tegak lurus garis L di A. Kemudian L dan M bertemu di titik lain sebut B. Apapun konsep kita tentang garis, maka A dan B haruslah menjadi titik akhir dari suatu ruas garis, paling sedikit yang dimuat oleh garis L. Misal S sebuah ruas gari yang menghubungkan A dan B, dimuat dalam L. Karena M membagi bidang dan M memotong L tepat di dua titik, S haruslah (selain titik akhir) semuanya berada pada salah satu sisi M. Selanjutnya kita ingin menunjukkan bahwa setiap titik di L pada sisi M yang diberikan terletak pada S. Konsep garis kita menuntut bahwa setiap titik di L yang tidak terletak pada ruas garis S harus terletak pada perpanjangan S melewati satu dari titik akhir A atau B. S L A B M Geometri Riemann/ 237

9 Tetapi jika S diperpanjang melewati A atau B, garis L akan memotong M, dan memasuki sisi M berseberangan dengan S. Dengan demikian sebarang titik yang terletak di garis L pada sisi M yang sama dengan S, pasti terletak pada garis S, dan kita simpulkan bahwa S merupakan bagian L pada sisi M yang ditentukan. Kita mungkin akan memberi pendapat bahwa ada ruas garis S yang bersesuaian, yang termuat dalam garis L, serta menggabungkan A dan B pada sisi lain dari M dan merupakan bagian L pada sisi M yang lain itu. Untuk ini, ingat kembali ide pokok dari geometri bidang Euclid (lebih tepat lagi dalam geometri netral) yakni bahwa sebarang bangun F dapat dicermainkan (secara tegak lurus) terhadap suatu garis tertentu untuk menghasilkan bangun F yang simetris. Kita ingin teori kesimetrian ini dipertahankan dalam geometri eliptik ganda. Jadi akan ada suatu bangun S yang simetris dengan ruas garis S, yang menghubungkan A dan B pada sisi M yang berseberangan dengan S. Karena S adalah ruas garis, maka S juga merupakan ruas garis. Karena S tegak lurus terhadap M di titik A maka S juga tegak lurus dengan garis M di titik yang sama. Karena S dan S merupakan ruas garis yang tegak lurus terhadap garis yang sama pada titik yang sama, maka kedua garis tersebut harus terletak pada satu garis, dengan kata lain, S termuat di L. Dengan argumen pada paragraf terakhir maka sebarang titik di L pada sisi M yang sama dengan S pasti terletak pada S. Kita simpulkan bahwa L dibentuk oleh ruas garis S dan S. Dengan demikian kita dapat menerima bahwa garis 238 /Geometri Riemann

10 merupakan bangun yang tertutup, seperti dalam geometri eliptik tunggal. B. Representatif Pada Bola Euclide Pada kesan pertama geometri eliptik mungkin terlihat sebagai teori geometri yang aneh, tetapi kita dapat menyajikannya dengan tepat menggunakan konsep Euclid. Penyajian ini meliputi geometri bola Euclide dan secara khusus sederhana untuk geometri eliptik ganda. Berikut daftar tabel beberapa konsep dasar geometri eliptik ganda dan representasi yang bersesuaian pada bola Euclide. Geometri Eliptik Representasi Euclide Ganda Titik Garis Bidang Ruas garis Jarak antara dua titik Sudut (dibentuk oleh dua garis) Besar sudut Titik pada bola S Lingkaran besar pada S Bola S Busur dari lingkaran besar pada S Panjang busur terpendek lingkaran besar pada S yang menghubungkan dua titik Sudut pada bola (dibentuk oleh dua lingkaran besar) Besar sudut pada bola Geometri Riemann/ 239

11 Perhatikan bahwa postulat kesejajaran Riemann dipenuhi dengan representasi ini: setiap dua garis (lingkaran besar) berpotongan, dan sesuai fakta tepat di dua titik. Lebih lanjut, postulat membagi juga dipenuhi, karena setiap lingkaran besar membagi bola menjadi dua belahan setengah bola. Contoh, equator membagi globe menjadi belahan utara dan selatan setingga setiap busur dari lingkaran besar yang menghubungkan sebuah titik pada satu belahan dengan titik pada belahan lain memotong equator. Akhirnya perhatikan bahwa setiap garis merupakan bangun tertutup. Hati-hati terperangkap dalam pemikiran bahwa geometri eliptik ganda Riemann adalah geomteri bola Euclide dengan nama baru, sehingga kita hanya menyebut lingkaran besar sebagai garis, sebuah busur dari lingkaran besar sebagai ruas garis. Sangat berlawanan. Riemann telah menyediakan teori abstrak yang baru tentang bagaimana sifat-sifat garis. Kita mungkin berkata, teori baru tentang garis lurus bertentangan dengan teori Euclid dalam beberapa hal. Sebagai akibatnya, garis Riemann tidak dapat disajikan dengan tepat sebagai garis pada bidang Euclid, dan sungguh tapat kalau garis Riemann disajikan dengan sebagai lingkaran besar pada bola Euclid. A B B A 240 /Geometri Riemann

12 Representatif dari geometri eliptik tunggal diturunkan dari geometri ganda dengan alat yang lebih pintar. Lingkaran besar pada bola tidak mewakili dengan tepat garis pada geometri eliptik tunggal, karena dua lingkaran besar selalu berpotongan di dua titik yang berseberangan menurut diameternya. Untuk mengatasi kesulitan ini, misalkan kita memandang bahwa dua titik yang berseberangan pada bola adalah sama. Atau kita dapat mengatakan, ditentukan bahwa sebarang titik dengan titik yang berseberangan dengannya adalah sama. Maka kita dapat mempresentasikan geometri eliptik tunggal sama seperti kita mempresentasikan geometri eliptik ganda. Dengan demikian garis pada geometri eliptik tunggal disajikan dengan lingkaran besar (dengan kesepakatan bahwa titik yang berseberangan sama). Sebuah ruas garis disajikan dengan busur minor dari lingkaran besar (karena busur mayor atau setengah lingkaran sudah mewakili garis). Untuk menentukan jarak antara dua titik yang diwakili oleh A dan B, ingat bahwa A dan A yang berseberangan dengannya mewakili titik yang sama, begitu juga halnya dengan B dan B (gambar 4.17). Dengan begitu jarak yang dimaksud adalah panjang dari busur minor terkecil antara busur AB, busurab (atau equivalent dengan busur minor busur A B, busur A B ). Sudut dan besar sudut disajikan seperti dalam geometri eliptik ganda. Perhatikan bahwa dalam penyejian ini, sebagaimana dalam penyajian terdahulu, garis adalah bangun tertutup dan postulat kesejajaran Riemann dipenuhi. Tetapi sekarang, karena titik yang berseberangan telah ditentukan sama, dua garis berpotongan hanya di satu titik. Demikian juga Geometri Riemann/ 241

13 ternyata postulat, dua titik menentukan sebuah garis, dipenuhi. Lebih lagi, tidak sulit melihat bahwa postulat membagi gagal (tidak dipenuhi). C. Kritik Anda mungkin merasa bahwa dasar dari penyajian geometri eliptik tunggal menentukan bahwa sebuah titik sama dengan titik di seberangnya tak kokoh. Anda boleh berargumen: Jika memang identik tidak perlu menetapkannya demikian, jika berbeda maka tidak mungkin untuk menetapkannya demikian. Kelihatannya tidak mungkin untuk menjawab pendapati ini. Tanpa mencoba untuk menjawabnya, mari kita periksa masalah penyajian geometri eliptik tunggal dan melihat apa yang mengarahkan kita untuk memperkenalkan ide penetapan tersebut. Titik pada eliptik tunggal tidak disajikan dengan satu titik unik pada bola, seperti titik pada eliptik ganda. Kita harus membayangkan bahwa titik itu diwakili sama baiknya oleh salah satu dari pasangan titik yang berseberangan menurut diameternya. Tetapkita menginginkan setiap titik pada eliptik tunggal memiliki penyajian yang unik. Inilah yang mendorong kita untuk menyetujui bahwa pasangan titik yang berseberangan pada bola itu ditetapkan sama, dan dengan demikian memasukkan kita dalam keulitan di atas. Dapatkah kita menentukan penyajian yang unik untuk titik pada geometri eliptik tunggal? Sangat mudah, asalkan kita tidak menggunakan ide bahwa titik pada geometri eliptik tunggal harus disajikan dengan titik pada bola. Kita hanya menyajikan titik dari geometri eliptik tunggal dengan satu pasangan titik, yang terdiri atas dua titik yang berseberangan pada bola. Tentu saja 242 /Geometri Riemann

14 penyajian dari garis, bidang, ruas garis harus dimodifikasi agar sesuai. Sebagai contoh, sebuah garis disajikan dengan himpunan dari pasangan titik yang berseberangan yang dimuat dalam lingkaran besar. Akibatnya, ini membenarkan yang sebelumnya, secara intuitif penyajian yang lebih sederhana dengan menempatkannya pada dasar yang tidak dapat disangkal secara logis. Perhatikan bahwa saat kita mengambil dua titik berseberangan A dan A dan membentuk pasangan (A, A ), kita telah mengkonstruksi satu kesatuan tunggal dari dua unsur, yang mungkin diuraikan dalam pengertian tertentu, sebagai proses menentukan dua titik sama. D. Penyajian Dari System Matematika Sebelumnya kita melanjutkan pembahasan mengenai geometri eliptik kita akan menyediakan beberapa garis-garis terhadap ide umum tentang penyajian system matematika. Penyajian geometri eliptik dalam geometri Euclide mungkin kelihatan sepele atau sesuatu yang terisolasi, seperti membuat foto dengan lensa yang menyimpang, tetapi pandangan ini belum dibenarkan. Kita harus memperkenalkan penyajian ini agar geometri eliptik yang lebih diterima dan memberikan gambar grafik dalam terminologi yang lebih dikenal dari teori yang tidak dikenal (dan yang diuraikannya tidak lengkap). Tetapi dugaan atas penyajian dari sebuah system matematika ke dalam bentuk lain adalah ide intrinsic yang penting dari matematika modern. Dengan mempertimbangkan bahwa geometri eliptik ganda dan geometri Euclides adalah teori yang bertentangan, mengejutkan bahwa setiap sifat dari geometri eliptik Geometri Riemann/ 243

15 ganda selalu dapat digambarkan dengan sifat yang berkorespondensi dari geometri bola Euclide. Ini mengindikasikan hubungan timbal-balik yang dlam antara geometri eliptik ganda dan geometri Euclid, yang mungkin kelihatannya tidak mungkin. Perlu dicatat bahwa geometri Lobachevski juga selalu dapat disajikan dalam geometri Euclidian. Sekali kita telah menetapkan penyajian dari sebuah system matematika dalam bentuk yang lain, kita dapat menginterpretasi dalil-dalil dalam bentuk sebelumnya dengan menggunakan dalil yang berkorespondensi pada bentuk yang kedua dan dengan demikian menghasilkan cara pandang yang lebih mendalam ke dalam masing-masing sistem daripada yang dapat diperoleh dengan mempelajarinya secara terpisah. Proses mempelajari suatu sistem melalui representasinya ini bukanlah sesuatu yang benar-benar tidak dikenal. Belajar tentang geometri analitik (Euclidean) didasarkan pada penyajian geometri Euclidean dalam sistem bilangan real yang menggambarkan sifat-sifat titik dan garis dalam geometri dengan sifat-sifat aljabar yang berkorespondensi mengenai pasangan berurutan bilangan real (x, y) dan persamaan linear ax + by + c = 0. Dalam bab 5 kita akan menghadapi masalah konsistensi dari geometri non Euclidean, menggunakan penyajian mereka dalam geometri Euclidean. E. Kesulitan-Kesulitan Yang Terdapat Dalam Perlakuan Formal Teori Riemann 244 /Geometri Riemann

16 Merupakan keberuntungan jika kita dapat menampilkan suatu perlakuan formal dari teori Riemann dibandingkan dengan perlakuan formal yang telah dibuat untuk teori Bolyai dan Labachevsky. Namun hal itu tidak mungkin. Terdapat banyak kesulitan yang membuat perlakuan pengenalan dasar tidak memungkinkan. Ingat bahwa semua hasil yang dikenal pada geometri netral dapat digunakan sebagai dasar pada geometri Lobanchevsky. Kekongruenan Euclid yang terkenal, sifat grafis dan sifat membagi tetap dipertahankan, dan hanya postulat kesejajaran yang diubah. Pada teori Riemann titik dan garis sangat berbeda dibanding dengan geometri netral. Seperti yang telah kita lihat (bagian 10) sebuah garis merupakan bangun tertutup dan dua titik pada garis itu membagi garis menjadi dua ruas garis. Sulit untuk mendefinisikan sudut, karena kita tidak mempunyai pengertian tentang sinar dan setengah garis seperti pada geometri Netral. Bahkan pertanyaan tentang rumusan definisi segitiga yang sesuai juga merupakan masalah. Sebaai contoh misal A, B, C adalah tiga titik tidak segaris dan misalkan AXC, AYC adalah dua ruas garis dari garis AC yang ditentukan oleh titik A dan C (gambar 4.18). Kemudian jika AB, BC, dan AXC membentuk segitiga, apakah kita juga dapat memandang AB, BC, AYC sebagai segitiga? Jika bisa, apakah prinsip sisi-sudut-sisi tetap valid? Dalam geometri Euclid atau Lobachevski kesulitan seperti ini tidak muncul, karena segitiga-segitiga yang berbeda tidak mungkin memiliki titik sudut yang sama. Dalam geometri eliptik tunggal kemungkinan yang membingungkan lainnya juga ada. Karena sebuah Geometri Riemann/ 245

17 garis tidak membagi bidang, apakah segitiga membagi bidang? Apakah mungkin segitiga memiliki titik interior? Kesulitan-kesulitan ini dapat dipecahkan. Faktanya, dengan adanya representasi bola dari geometri eliptik memberikan sebuah petunjuk penting untuk memecahkan kesulitan-kesulitan itu. Akan tetapi diskusi kita menunjukkan bahwa perlakuan formal dari geometri eliptik memerlukan studi pendahuluan yang cermat mengenai sifat-sifat grafis dari titik dan garis, dan hakekat dari sudut dan segitiga. Kajian tersebut sepertinya diluar dari pembahasan buku ini, dan kita akan menyimpulkan bahwa pengantar teori Riemann di sini dengan suatu diskusi informal mengenai beberapa sifat-sifat penting. B Y A X C F. Sifat-Sifat Kutub Dalam Geometri Eliptik Bidang Dalam geometri bidang eliptik (seperti dalam geometri bidang Euclid dan Lobachevskian) hanya terdapat satu garis tegak lurus terhadap suatu garis tertentu melalui satu titik yang diketahui, jika titik tersebut berada pada garis. Akan tetapi jika titik itu tidak berada pada garis, maka sifat ini mungkin tidak berlaku, karena setiap dua garis yang tegak lurus pada garis yang sama harus berpotongan. Sifat tersebut gagal dengan cara yang agak menarik, merupakan 246 /Geometri Riemann

18 kekhasan dari geometri eliptik, yakni: untuk setiap garis L terdapat sebuah titik kutub P sedemikian hingga semua garis yang melalui P tegak lurus terhadap L, sebagaimana halnya semua lingkaran besar pada globe yang melalui kutub utara tegak lurus terhadap equator. Untuk melihat mengapa ini terjadi, pikirkanlah suatu geometri bidang eliptik (untuk setiap jenis). Misal L sebarang garis dan misalkan garis M dan N tegak lurus terhadap L pada titik yang berbeda A dan B (gambar 4.19). Berdasarkan postulat kesejajaran Riemann M dan N bertemu pada titik P, sehingga segitiga PAB adalah segitiga yang dibentuk dari sisi PA, PB, dan AB, karena PAB memiliki dua sudut yang sama maka segitiga tersebut samakaki, sehingga PA PB. Andai C adalah titik tengah dari ruas garis AB. Maka, seperti pada geometri Netral, diperoleh segitiga yang kongruen yaitu PAC dan PBC dengan PA, PB adalah sisi yang bersesuaian dan rsu garis PC sebagai sisi persekutuan. Akibatnya garis PC tegak lurus terhadap AB. Dengan argumen ini PAC dan PBC adalah segitiga samakaki, sehingga PA PB PC Jelaslah, argumen tersebut dapat diulangi dengan membagi dua sisi ketiga dari PAC (atau PBC ) dan dapat ditemukan titik pada L sebanyak yang diinginkan yang dihubungkan dengan P oleh ruas garis yang sama panjang dan tegak lurus dengan L. Dengan demikian muncullah sifat berikut: Geometri Riemann/ 247

19 P M M M N P L L A C B Q Sifat Kutub Misal L sebarang garis. Maka terdapat sebuah titik P yang disebut kutub L, sehingga: (a) setia ruas garis yang menghubungkan P dengan titik pada L, tegak lurus terhadap L (b) P berjarak sama pada semua titik di L Kita mempertimbangkan beberapa akibat dari sifat kutub. Pertama, perlu diperhatikan bahwa karena dua titik dihubungkan oleh lebih dari satu ruas garis, maka jarak dari 2 titik tersebut adalah panjang ruas garis terpendek yang menghubungkan titik itu. Berikut kita tinjau bahwa jika P adalah kutub garis L, tiap garis yang tegak lurus terhadap L melewati P. Andaikan M tegak lurus terhadap L pada titik Q. Pasti ada titik M yang melalui P dan Q. Dengan menggunakan sifat kutub, maka M tegak lurus terhadap L pada titik Q. Karena L memiliki garis tegak lurus yang tunggal di Q, M dan M berimpit dan M haruslah melalui P. Sekarang kita perkenalkan istilah jarak polar, untuk menunjukkan jarak konstan dari P ke titik pada L. Misal garis M menghubungkan P ke sebuah titik Q di L. Kita tunjukkan bahwa ada ruas garis M yang menghubungkan P dan Q yang panjangnya sama dengan jarak polar P dari L. Dengan sifat polar, M tegak lurus terhadap L di Q dan satu-satunya garis 248 /Geometri Riemann

20 yang menghubungkan P dan Q, karena hanya ada satu garis tegak lurus L yang melalui Q. Sehingga hanya ada dua ruas garis yang menghubungkan P dan Q. Jarak P dan Q adalah yang terpendek antara dua ruas garis ini yang merupakan jarak polar dari P ke L. Sekarang kita lihat suatu konstruksi yang menyebutkan bahwa satu garis mempunyai dua kutub. Misal P adalah kutub L dan Q adalah titik di L. M P Q L P PQ adalah ruas garis polar, yaitu ruas garis yang menghubungkan P dan Q yang panjangnya adalah jarak polar dari P ke L. Perpanjang PQ sepanjang dirinya sendiri melalui Q ke P. Dengan sifat simetris P juga kutub dari L, dan jarak polar L dari P dan P adalah sama. Kita pegang ini sebagai jaminan. Selanjutnya dapatkah kita menyimpulkan bahwa setiap garis mempunyai setidaknya dua kutub? Tidak karena kita tidak mempunyai ijin untuk mengasumsikan dari gambar bahwa P dan P adalah titik yang berbeda. Periksa situasi tersebut dengan lebih rinci, pertama kita pertimbangkan kasus geometri eliptik Geometri Riemann/ 249

21 tunggal. Andaikan P dan P tidak berimpit, maka berdasarkan sifat kutub (seperti kita lihat di atas) bahwa dua garis yang tegak lurus terhadap L akan berpotongan di titik yang berbeda P dan P. Karena ini tidak mungkin P dan P harus berimpit. Dengan demikian dengan memperpanjang PQ sepanjang dirinya sendiri sampai ke P, kita telah melalui keseluruhan garis PQ dan terlihat bahwa panjang garis PQ dua kali jarak polar dari P ke L. Sekarang kita perhatikan untuk kasus eliptik ganda. Dengan mengingat bahwa L membagi bidang, kita tahu bahwa P dan P berada pada sisi yang berseberangan dari garis L dan tak mungkin berimpit. Dengan demikian setiap garis memiliki sedikitnya dua kutub. Sebagaimana yang telah kita lihat satu garis tidak mungkin mempunyai lebih dari dua kutub, karena semua garis yang tegak lurus terhadap garis tersebut melalui kutubnya. Selanjutnya kita periksa struktur dari garis PQ. Pada saat memperpanjang PQ sepanjang dirinya sendiri ke P kita telah membentuk ruas garis P' Q yang simetris terhadap PQ memuat garis L. PQ dan P' Q hanya mempunyai titik persekutuan Q dan merupakan suatu ruas garis PQP ' dengan panjang dua kali jarak polar dari P ke L. Ini memaksa hubungan dari kutub P dan P terhadap L dan Q. Tetapi L memotong garis PQ di titik kedua Q (gambar 4.22). Bagaimana Q dihubungkan terhadap P, Q dan Q? pertama kita perhatikan bahwa Q tidak berada pada PQP ', jika demikian adanya jarak dari P atau P ke Q akan kurang dari jarak polar. 250 /Geometri Riemann

22 Dengan demikian P dan P membagi garis PQ menjadi ruas garis Misal PQP' dan ruas garis PQ ' dan PQ ' P' yang memuat Q. P 'Q' adalah ruas garis yang dibagi oleh Q dari PQ 'P'. Kita menyatakan bahwa PQ ' adalah ruas garis polar, pada garis PQ yang menghubungkan P dan Q tidak mungkin menjadi ruas garis yang berkomplemen terhadap memuat PQ ', karena yang terakhir PQ dan dengan demikian mempunyai panjang yang lebih dari jarak polar. Dengan cara yang sama P 'Q' adalah ruas garis polar. Dengan demikian garis PQ dibagi oleh P, Q, P, Q menjadi 4 garis polar dan panjangnya 4 kali jarak polar dari P ke L. Akhirnya dapat kita katakan bahwa dalam geometri eliptik untuk kedua jenis jarak polar adalah tetap demikian dengan panjang satu garis. Q P Q L P G. Uraian Lebih Lanjut Mengenai Geometri Eliptik Pada geometri eliptik jumlah sudut dari suatu segitiga lebih besar dari Hal ini dibuktikan dengan keberadaan segitiga dengan dua sudut sikusiku yang telah kita diskusikan di atas. Itu berarti bahwa jumlah sudut dari suatu segiempat adalah lebih besar dari Kemudian teori tentang similaritas diturunkan seperti dalam geometri Lobachevski. Sehingga kita dapat membuktikan sudut-sudut-sudut, Geometri Riemann/ 251

23 yaitu dua segitiga itu kongruen jika sudut-sudutnya yang bersesuaian sama. Pada dasarnya pembuktian dalam geometri Lobachevski diterapkan di sini. Pada akhirnya kita dapat melihat bahwa luas segitiga dapat didefinisikan sebagaimana didefinisikan pada geometri Lobachevski: luas daerah suatu segitiga adalah excessnya, yaitu jumlah sudut segitiga itu dikurangi dengan Tentu saja ini merupakan metode pengukuran daerah segitiga pada bola yang sudah dikenal di geometri bola Euclid. H. Kesimpulan Dalam perkembangannya selanjutnya geometri Non-Euclid setidaknya sama kompleksnya dengan geometri Euclid. Dalam geometri Lobachevski dan geometri Riemann juga terdapat geometri ruang, trigonometri dan geometri analitik. Permasalahan dalam pegukuran kurva, bidang, ruang dan masalahmasalah yang melibatkan sifat-sifat lokal seperti kemiringan dan kelengkungan, memerlukan penggunaan integral dan kalkulus differensial. Jika kita tinjau kembali teori geometri yang telah kita periksa, maka kita berhadapan dengan pertanyaan, teori mana yang benar. Bab ini tidak akan diperpanjang dengan mendiskusikan masalah yang sulit ini, tapi kita akan mempersembahkan dua bab berikut untuk dua aspeknya: pertanyaan untuk konsistensi logis dari geometri non Euclid dan pertanyaan tentang validitas empirisnya. Pada kesimpulan, kita memuji miskonsepsi yang umum bahwa geometri Euclid merupakan teori yang benar mengenai garis lurus dan bahwa geometri non Euclid sesungguhnya mengkaji tentang garis 252 /Geometri Riemann

24 lengkung. Dengan demikian dua garis sejajar pada Lobachevski yang memiliki garis tegak lurus persekutuan dan divergen (lihat latihan 1, no.9 di bawah) jelas merupakan garis lengkung, karena garis sejajar haruslah berjarak sama dimana-mana. Dari garis di Riemann jelas merupakan kurva karena seperti yang kita ketahui bahwa garis lurus tidak tertutup. Ketiga teori tersebut adalah teori tentang garis lurus, tetapi mereka tidak sepakat tentang sifat-sifat garis lurus. Sangatlah tidak adil bila menyatakan suatu teori salah karena tidak konsisten dengan teori yang kita miliki. Dalam pandangan Lobachevski, dua garis sejajar Euclid punya jarak yang sama dimana-mana, tidak mungkin keduannya merupakan garis lurus, seperti yang telah dibuktikan pada teorema 9 bahwa dua garis sejajar tidak mungkin punya jarak yang sama pada lebih dari dua titik. Untuk melihat perbandingan dari ketiga pandangan yang menarik dan komplek ini tentang sifat-sifat titik dan garis maka disajikan tabel berikut: Tabel perbandingan antara Geometri Euclide dan Non- Euclide Dua garis yang berbeda akan berpotongan pada Diberikan garis L dan titik P di luar L, maka ada Sebuah garis EUCLIDEAN LOBACHEVSKIAN RIEMANN Paling banyak satu titik Satu dan hanya satu garis melalui P sejajar dengan L Dibagi menjadi dua bagian oleh sebuah titik Paling banyak satu titik Sekurang-kurang nya dua garis mela lui P sejajar dengan L Dibagi menjadi dua bagian oleh sebuah titik Sati titik (Elliptik tunggal), dua titik (Elliptik ganda) Tidak ada garis mela lui P sejajar dengan L Tidak dibagi menjadi dua bagian oleh sebuah titik Geometri Riemann/ 253

25 Garis sejajar Jika sebuah garis memotong satu dari dua garis sejajar, maka Hipotesis Sacherri yang valid adalah Dua garis yang berbea dan tegak lurus pada garis yang sama Jumlah sudut suatu segitiga adalah Jaraknya sama dimana-mana Harus memotong yang lain Jaraknya tidak pernah sama dimana-mana Boleh ya, boleh tidak memotong yang lain Tidak ada Sudut siku-siku Sudut lancip Sudut tumpul Sejajar Sejajar Berpotongan = <180 0 > Luas suatu segitiga adalah Dua segitiga dengan sudutsudut yang bersesuaian sama adalah Tidak bergantung pada jumlah sudut Proposional terhadap defect Proporsional terhadap excess sebangun kongruen kongruen 254 /Geometri Riemann

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada Bab II ini akan diuraikan berbagai konsep dasar yang digunakan pada bagian pembahasan. Pada bab II ini akan dibahas pengenalan Geometri Non- Euclid, Geometri Insidensi, Geometri

Lebih terperinci

BAB 5 POSTULAT KESEJAJARAN EUCLIDES

BAB 5 POSTULAT KESEJAJARAN EUCLIDES BAB 5 POSTULAT KESEJAJARAN EUCLIDES Leonhard Euler dilahirkan di Basel (Switzerland), pada tanggal 15 April 1707 di St Petersburg (Rusia).Keluarga Leonhard Euler pindah ke Riehen, daerah yang tidak jauh

Lebih terperinci

BAB 8 PENGANTAR GEOMETRI NON-EUCLIDES

BAB 8 PENGANTAR GEOMETRI NON-EUCLIDES BAB 8 PENGANTAR GEOMETRI NON-EUCLIDES Riemann dilahirkan pada tanggal 17 September 1826 di Breselenz, sebuah desa di dekat Dannenberg di kerajaan Han-nover Jerman. Ayahnya bernama Friedrich Bernard Riemann

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab pembahasan ini akan dibahas mengenai Geometri Hiperbolik yang

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab pembahasan ini akan dibahas mengenai Geometri Hiperbolik yang BAB III PEMBAHASAN Pada bab pembahasan ini akan dibahas mengenai Geometri Hiperbolik yang didasarkan kepada enam postulat pada Geometri Netral dan Postulat Kesejajaran Hiperbolik. Akan dibahas sifat-sifat

Lebih terperinci

D. GEOMETRI 2. URAIAN MATERI

D. GEOMETRI 2. URAIAN MATERI D. GEOMETRI 1. TUJUAN Setelah mempelajari modul ini diharapkan peserta diklat memahami dan dapat menjelaskan unsur-unsur geometri, hubungan titik, garis dan bidang; sudut; melukis bangun geometri; segibanyak;

Lebih terperinci

IKIP BUDI UTOMO MALANG GEOMETRI HAND OUT 2

IKIP BUDI UTOMO MALANG GEOMETRI HAND OUT 2 IKIP BUDI UTOMO MALANG GEOMETRI HAND OUT 2 ALFIANI ATHMA PUTRI ROSYADI, M.Pd 4/14/2012 KUMPULAN DEFINISI DAN AKSIOMA DALAM GEOMETRI Nama Definisi 2.1 Definisi 2.2 Definisi 2.3 Definisi 2.4 Definisi 2.5

Lebih terperinci

Lingkaran adalah tempat kedudukan titik-titik pada bidang yang berjarak

Lingkaran adalah tempat kedudukan titik-titik pada bidang yang berjarak 4 Lingkaran 4.1. Persamaan Lingkaran Bentuk Baku. Lingkaran adalah tempat kedudukan titik-titik pada bidang yang berjarak tetap dari suatu titik tetap. Titik tetap dari lingkaran disebut pusat lingkaran,

Lebih terperinci

BAB 7 GEOMETRI NETRAL

BAB 7 GEOMETRI NETRAL BAB 7 GEOMETRI NETRAL Ilmuwan besar matematika ini lahir pada bulan April 1777, di Brunswick, Daerah duke Brunswick (sekarang Negara Jerman). Gauss tumbuh didalam keluarga yang agak sederhana, bukan kaya

Lebih terperinci

Jurnal Silogisme: Kajian Ilmu Matematika dan Pembelajarannya Desember 2016, Vol. 1, No.2. ISSN:

Jurnal Silogisme: Kajian Ilmu Matematika dan Pembelajarannya Desember 2016, Vol. 1, No.2. ISSN: RUANG DASAR DAN MODEL ROYEKSI STEREOGRAFIK ADA GEOMETRI HIERBOLIK Fuad Arianto 1, Julan Hernadi 2 Universitas Muhammadiyah onorogo fuad8arianto@gmail.com Abstrak Geometri Non-Euclid adalah salah satu pengklasifikasian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebuah geometri selain aksioma diperlukan juga unsur-unsur tak terdefinisi. Untuk. 2. Himpunan titik-titik yang dinamakan garis.

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebuah geometri selain aksioma diperlukan juga unsur-unsur tak terdefinisi. Untuk. 2. Himpunan titik-titik yang dinamakan garis. 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Geometri Insidensi Suatu geometri dibentuk berdasarkan aksioma yang berlaku dalam geometrigeometri tersebut. Geometri insidensi didasari oleh aksioma insidensi. Di dalam sebuah

Lebih terperinci

KONSISTENSI PADA GEOMETRI EUCLID DAN GEOMETRI HIPERBOLIK

KONSISTENSI PADA GEOMETRI EUCLID DAN GEOMETRI HIPERBOLIK KONSISTENSI PADA GEOMETRI EUCLID DAN GEOMETRI HIPERBOLIK (Jurnal 9) Memen Permata Azmi Mahasiswa S2 Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Indonesia Setelah beberapa pertemuan mempelajari tentang

Lebih terperinci

SIFAT-SIFAT KETEGAKLURUSAN, KESEJAJARAN, DAN SEGITIGA ASIMPTOTIK PADA GEOMETRI HIPERBOLIK

SIFAT-SIFAT KETEGAKLURUSAN, KESEJAJARAN, DAN SEGITIGA ASIMPTOTIK PADA GEOMETRI HIPERBOLIK 40 Jurnal Matematika Vol 6 No 1 Tahun 2017 SIFAT-SIFAT KETEGAKLURUSAN, KESEJAJARAN, DAN SEGITIGA ASIMPTOTIK PADA GEOMETRI HIPERBOLIK CARACTERISTICS OF PERPENDICULARITY, PARALLELISM, AND ASYMPTOTIC TRIANGLES

Lebih terperinci

MAKALAH. GEOMETRI BIDANG Oleh Asmadi STKIP Muhammadiyah Pagaralam

MAKALAH. GEOMETRI BIDANG Oleh Asmadi STKIP Muhammadiyah Pagaralam MAKALAH GEOMETRI BIDANG Oleh Asmadi STKIP Muhammadiyah Pagaralam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kata geometri berasal dari bahasa Yunani yang berarti ukuran bumi. Maksudnya mencakup segala sesuatu

Lebih terperinci

Rasio. atau 20 : 10. Contoh: Tiga sudut memiliki rasio 4 : 3 : 2. tentukan sudut-sudutnya jika:

Rasio. atau 20 : 10. Contoh: Tiga sudut memiliki rasio 4 : 3 : 2. tentukan sudut-sudutnya jika: Rasio Rasio adalah perbandingan ukuran. Rasio digunakan untuk membandingkan besaran dengan pembagian. Misal dua segitiga memiliki bentuk yang sama tetapi ukurannya berbeda. Salah satu sisinya yang seletak

Lebih terperinci

Geometri di Bidang Euclid

Geometri di Bidang Euclid Modul 1 Geometri di Bidang Euclid Dr. Wono Setya Budhi G PENDAHULUAN eometri merupakan ilmu pengetahuan yang sudah lama, mulai dari ribuan tahun yang lalu. Berpikir secara geometris dari satu bentuk ke

Lebih terperinci

UKURAN RUAS-RUAS GARIS PADA SEGITIGA SKRIPSI

UKURAN RUAS-RUAS GARIS PADA SEGITIGA SKRIPSI UKURAN RUAS-RUAS GARIS PADA SEGITIGA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

SUDUT SEGITIGA PADA BIDANG NON-EUCLID ( MATEMATIKA DASAR )

SUDUT SEGITIGA PADA BIDANG NON-EUCLID ( MATEMATIKA DASAR ) SUDUT SEGITIGA PADA BIDANG NON-EUCLID ( MATEMATIKA DASAR ) Sunaryo Oentara * I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebuah artikel di internet menuliskan bahwa jumlah sudut pada segitiga tidak selalu berjumlah

Lebih terperinci

Modul 3 SIMETRI, PERSEGIPANJANG, PERSEGI, DAN KESEJAJARAN GARIS

Modul 3 SIMETRI, PERSEGIPANJANG, PERSEGI, DAN KESEJAJARAN GARIS Modul 3 SIMETRI, PERSEGIPANJANG, PERSEGI, DAN KESEJAJARAN GARIS A. Pengantar Materi yang akan di bahas pada kegiatan pembelajaran ini terdiri atas pengertian simetri lipat, simetri putar, setengah putaran,

Lebih terperinci

Geometri Insidensi. Modul 1 PENDAHULUAN

Geometri Insidensi. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Geometri Insidensi M PENDAHULUAN Drs. Rawuh odul Geometri Insidensi ini berisi pembahasan tentang pembentukkan sistem aksioma dan sifat-sifat yang mendasari geometri tersebut. Sebelumnya Anda akan

Lebih terperinci

BAB 3 PENGENALAN GEOMETRI TERURUT

BAB 3 PENGENALAN GEOMETRI TERURUT 3 PENGENLN GEOMETRI TERURUT Lobachevsky Lahir di Nizhny Novgorad, Rusia. orangtuanya bernama Ivan Maksimovich Lobachevsky dan Praskovia lexan drovina Lobachevsky. Pada tahun 1800 ayahnya meninggal dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Titik, Garis, dan Bidang Pada geometri, tepatnya pada sistem aksioma, terdapat istilah tak terdefinisi. Istilah tak terdefinisi adalah istilah dasar yang digunakan dalam membangun

Lebih terperinci

BAB II MATERI. sejajar dengan garis CD. B

BAB II MATERI. sejajar dengan garis CD. B BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penulisan makalah ini merupakan pemaparan mengenai definisi garis sejajar, jarak dan jumlah sudut. Dengan materi yang diambil dari sumber tertentu. Pembahasan ini terkhusus

Lebih terperinci

JENIS-JENIS SEGITIGA YANG TERBENTUK AKIBAT TERBENTUKNYA SEBUAH SEGIEMPAT PADA SEBUAH BOLA

JENIS-JENIS SEGITIGA YANG TERBENTUK AKIBAT TERBENTUKNYA SEBUAH SEGIEMPAT PADA SEBUAH BOLA JENIS-JENIS SEGITIGA YANG TERBENTUK AKIBAT TERBENTUKNYA SEBUAH SEGIEMPAT PADA SEBUAH BOLA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

Matematika Semester IV

Matematika Semester IV F U N G S I KOMPETENSI DASAR Mendeskripsikan perbedaan konsep relasi dan fungsi Menerapkan konsep fungsi linear Menggambar fungsi kuadrat Menerapkan konsep fungsi kuadrat Menerapkan konsep fungsi trigonometri

Lebih terperinci

Relasi, Fungsi, dan Transformasi

Relasi, Fungsi, dan Transformasi Modul 1 Relasi, Fungsi, dan Transformasi Drs. Ame Rasmedi S. Dr. Darhim, M.Si. M PENDAHULUAN odul ini merupakan modul pertama pada mata kuliah Geometri Transformasi. Modul ini akan membahas pengertian

Lebih terperinci

Geometri Dimensi Dua

Geometri Dimensi Dua Geometri Dimensi Dua Materi Pelatihan Guru SMK Model Seni/Pariwisata/Bisnis Manajemen Yogyakarta, 28 November 23 Desember 2010 Oleh Dr. Ali Mahmudi JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah bidang geometri. Geometri berasal dari bahasa Yunani yaitu

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah bidang geometri. Geometri berasal dari bahasa Yunani yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu matematika terus berlangsung dari masa ke masa, salah satunya adalah bidang geometri. Geometri berasal dari bahasa Yunani yaitu "Geometrein", kata

Lebih terperinci

Geometri I. Garis m dikatakan sejajar dengan garis k, jika kedua garis terletak pada satu bidang datar dan kedua garis tidak berpotongan

Geometri I. Garis m dikatakan sejajar dengan garis k, jika kedua garis terletak pada satu bidang datar dan kedua garis tidak berpotongan Definisi 1.1 Garis m dikatakan memotong garis k, jika kedua garis terletak pada satu bidang datar dan bertemu satu bidang datar dan bertemu pada satu titik Definisi 1.2 Garis m dikatakan sejajar dengan

Lebih terperinci

A. Jumlah Sudut dalam Segitiga. Teorema 1 Jumlah dua sudut dalam segitiga kurang dari Bukti:

A. Jumlah Sudut dalam Segitiga. Teorema 1 Jumlah dua sudut dalam segitiga kurang dari Bukti: Geometri Netral? Geometri yang dilengkapi dengan sistem aksioma-aksioma insidensi, sistem aksioma-aksioma urutan, sistem aksioma kekongruenan (ruas garis, sudut, segitiga) dan sistem aksioma-aksioma archiemedes

Lebih terperinci

GEOMETRI Geometri Dasar Oleh: WIDOWATI Jurusan Matematika FMIPA UNDIP

GEOMETRI Geometri Dasar Oleh: WIDOWATI Jurusan Matematika FMIPA UNDIP GEOMETRI Geometri Dasar Oleh: WIDOWATI Jurusan Matematika FMIPA UNDIP 1 Geometri dasar Himpunan berbentuk beserta sistem aksioma yang melibatkan 5 aksioma disebut Struktur Geometri Euclid, dengan unsurunsur

Lebih terperinci

PROGRAM PEMBELAJARAN KELAS VII SEMESTER I. Mata Pelajaran : Matematika

PROGRAM PEMBELAJARAN KELAS VII SEMESTER I. Mata Pelajaran : Matematika PROGRAM PEMBELAJARAN KELAS VII SEMESTER I Mata Pelajaran : Matematika 191 PROGRAM SEMESTER TAHUN PELAJARAN 20 / 20 Nama Sekolah : Kelas/ Semester : VII/1 Mata Pelajaran : Matematika Aspek : BILANGAN Standar

Lebih terperinci

GEOMETRI EUCLID D I S U S U N OLEH :

GEOMETRI EUCLID D I S U S U N OLEH : GEOMETRI EUCLID D I S U S U N OLEH : SARI MEILANI (11321435) TITIS SETYO BAKTI (11321436) DEWI AYU FATMAWATI (11321439) INKA SEPIANA ROHMAH (11321460) KELAS II B MATEMATIKA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

Lebih terperinci

SOAL 1. Diketahui bangun persegi panjang berukuran 4 6 dengan beberapa ruas garis, seperti pada gambar.

SOAL 1. Diketahui bangun persegi panjang berukuran 4 6 dengan beberapa ruas garis, seperti pada gambar. SOAL 1. Diketahui bangun persegi panjang berukuran 4 dengan beberapa ruas garis, seperti pada gambar. Dengan menggunakan ruas garis yang sudah ada, tentukan banyak jajar genjang tanpa sudut siku-siku pada

Lebih terperinci

BAB III MASALAH GEOMETRI DAN PEMECAHANNYA

BAB III MASALAH GEOMETRI DAN PEMECAHANNYA BB III MSLH GEOMETRI N PEMECHNNY Menurut Posamentier dan Stepelmen (1986), masalah dalam geometri mencakup: 1. Membuktikan teorema atau berbagai akibat situasi geometri secara sistematis a. menggunakan

Lebih terperinci

SKRIPSI PERBANDINGAN SEGIEMPAT SACCHERI PADA GEOMETRI EUCLID DAN GEOMETRI NON EUCLID. Universitas Negeri Yogyakarta

SKRIPSI PERBANDINGAN SEGIEMPAT SACCHERI PADA GEOMETRI EUCLID DAN GEOMETRI NON EUCLID. Universitas Negeri Yogyakarta SKRIPSI PERBANDINGAN SEGIEMPAT SACCHERI PADA GEOMETRI EUCLID DAN GEOMETRI NON EUCLID Diajukan Kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

Sistem Koordinat Kartesian Tegak Lurus dan Persamaan Garis Lurus

Sistem Koordinat Kartesian Tegak Lurus dan Persamaan Garis Lurus Modul 1 Sistem Koordinat Kartesian Tegak Lurus dan Persamaan Garis Lurus Drs. Sukirman, M.Pd. D alam Modul Pertama ini, kita akan membahas tentang Sistem Koordinat Kartesian Tegak Lurus dan Persamaan Garis

Lebih terperinci

Himpunan dan Fungsi. Modul 1 PENDAHULUAN

Himpunan dan Fungsi. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Himpunan dan Fungsi Dr Rizky Rosjanuardi P PENDAHULUAN ada modul ini dibahas konsep himpunan dan fungsi Pada Kegiatan Belajar 1 dibahas konsep-konsep dasar dan sifat dari himpunan, sedangkan pada

Lebih terperinci

MODUL 2 GARIS LURUS. Mesin Antrian Bank

MODUL 2 GARIS LURUS. Mesin Antrian Bank 1 MODUL 2 GARIS LURUS Gambar 4. 4 Mesin Antrian Bank Persamaan garis lurus sangat berperan penting terhadap kemajuan teknologi sekarang ini. Bagi programmer handal, banyak aplikasi yang membutuhkan persamaan

Lebih terperinci

41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) 41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai

Lebih terperinci

DALIL PYTHAGORAS DAN PEMECAHAN MASALAH GEOMETRI

DALIL PYTHAGORAS DAN PEMECAHAN MASALAH GEOMETRI DALIL PYTHAGORAS DAN PEMECAHAN MASALAH GEOMETRI Segitiga 1. Beberapa sifat yang berlaku pada segitiga adalah : Jumlah sudut-sudut sembarang segitiga adalah 180 0 Pada segitiga ABC berlaku AC = BC B = A

Lebih terperinci

BAB 3 PENALARAN DALAM GEOMETRI

BAB 3 PENALARAN DALAM GEOMETRI BAB 3 PENALARAN DALAM GEOMETRI A. Kompetensi dan Indikator A.1 Kompetensi Memahami penalaran dalam geometri A.2 Indikator 1. Menjelaskan penalaran induksi 2. Menjelaskan contoh sangkalan 3. Menjelaskan

Lebih terperinci

PENGAYAAN MATERI OLIMPIADE MATEMATIKA SD GEOMETRI. Oleh : Himmawati P.L

PENGAYAAN MATERI OLIMPIADE MATEMATIKA SD GEOMETRI. Oleh : Himmawati P.L PENGAYAAN MATERI OLIMPIADE MATEMATIKA SD GEOMETRI Oleh : Himmawati P.L Soal matematika yang diujikan di sekolah-sekolah maupun di Ujian Nasional pada umumnya dapat diselesaikan dengan cara-cara biasa.

Lebih terperinci

Inisiasi 2 Geometri dan Pengukuran

Inisiasi 2 Geometri dan Pengukuran Inisiasi 2 Geometri dan Pengukuran Apa kabar Saudara? Semoga Anda dalam keadaan sehat dan semangat selalu. Selamat berjumpa pada inisiasi kedua pada mata kuliah Pemecahan Masalah Matematika. Kali ini topik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Geometri berasal dari kata Latin Geometria. Kata geo memiliki arti

BAB I PENDAHULUAN. Geometri berasal dari kata Latin Geometria. Kata geo memiliki arti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Geometri berasal dari kata Latin Geometria. Kata geo memiliki arti tanah dan metria memiliki arti pengukuran. Berdasarkan sejarah, Geometri tumbuh jauh sebelum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Geometri adalah struktur matematika yang membicarakan unsur dan relasi yang ada antara unsur tersebut. Titik, garis, bidang, dan ruang merupakan benda abstrak yang menjadi

Lebih terperinci

KI dan KD Matematika SMP/MTs

KI dan KD Matematika SMP/MTs KI dan KD Matematika SMP/MTs Kelas VIII Kompetensi Inti 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya 2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi,

Lebih terperinci

Tabel 1. Rata-rata Nilai Ujian Nasional Secara Nasional

Tabel 1. Rata-rata Nilai Ujian Nasional Secara Nasional Rekap Nilai Ujian Nasional tahun 2011 Pada tahun 2011 rata-rata nilai matematika 7.31, nilai terendah 0.25, nilai tertinggi 10, dengan standar deviasi sebesar 1.57. Secara rinci perolehan nilai Ujian Nasional

Lebih terperinci

DASAR-DASAR GEOMETRI Suatu Pengantar Mempelajari Sistem-sistem Geometri

DASAR-DASAR GEOMETRI Suatu Pengantar Mempelajari Sistem-sistem Geometri DASAR-DASAR GEOMETRI Suatu Pengantar Mempelajari Sistem-sistem Geometri Budiyono Jurusan Pendidikan Matematika FKIP Universitas Muhammadiyah Purworejo Abstrak Dengan memandang geometri sebagai sistem deduktif,

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Dalam bab ini akan didiskusikan unsur tak terdefinisi, aksioma-aksioma, istilahistilah,

II. LANDASAN TEORI. Dalam bab ini akan didiskusikan unsur tak terdefinisi, aksioma-aksioma, istilahistilah, 3 II. LANDASAN TEORI Dalam bab ini akan didiskusikan unsur tak terdefinisi, aksioma-aksioma, istilahistilah, definisi-definisi dan teorema-teorema yang berhubungan dengan penelitian ini. 2.1 Geometri Insidensi

Lebih terperinci

TUGAS KELOMPOK 5 GEOMETRI TALI BUSUR, GARIS SINGGUNG, DAN RUAS SECANT. Oleh: AL HUSAINI

TUGAS KELOMPOK 5 GEOMETRI TALI BUSUR, GARIS SINGGUNG, DAN RUAS SECANT. Oleh: AL HUSAINI TUGAS KELOMPOK 5 GEOMETRI TALI BUSUR, GARIS SINGGUNG, DAN RUAS SECANT Oleh: AL HUSAINI 17205004 HANIF JAFRI 17205014 RAMZIL HUDA ZARISTA 17205034 SARI RAHMA CHANDRA 17205038 Dosen Pembimbing: Dr.YERIZON,

Lebih terperinci

Kalkulus Peubah Banyak Modul Pembelajaran. January UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG ALFIANI ATHMA PUTRI ROSYADI, M.Pd

Kalkulus Peubah Banyak Modul Pembelajaran. January UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG ALFIANI ATHMA PUTRI ROSYADI, M.Pd Kalkulus Peubah Banyak Modul Pembelajaran January UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG ALFIANI ATHMA PUTRI ROSYADI, M.Pd IDENTITAS MAHASISWA NAMA : KLS/NIM :. KELOMPOK:. A l f i a n i A t h m a P u t r i R

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar 1 HAKIKAT MATEMATIKA

Kegiatan Belajar 1 HAKIKAT MATEMATIKA Kegiatan Belajar 1 HAKIKAT MATEMATIKA A. Pengantar Matematika merupakan salah satu bidang studi yang dijarkan di SD. Seorang guru SD yang akan mengajarkan matematika kepada siswanya, hendaklah mengetahui

Lebih terperinci

PENALARAN INDUKTIF DAN DEDUKTIF

PENALARAN INDUKTIF DAN DEDUKTIF Unit 6 PENALARAN INDUKTIF DAN DEDUKTIF Wahyudi Pendahuluan U nit ini membahas tentang penalaran induktif dan deduktif yang berisi penarikan kesimpulan dan penalaran indukti deduktif. Dalam penalaran induktif

Lebih terperinci

PROGRAM TAHUNAN. Sekolah : MTs... Mata Pelajaran : MATEMATIKA Kelas / Semester : VII / 1 dan 2 Tahun pelajaran : Target Nilai Portah : 55

PROGRAM TAHUNAN. Sekolah : MTs... Mata Pelajaran : MATEMATIKA Kelas / Semester : VII / 1 dan 2 Tahun pelajaran : Target Nilai Portah : 55 PROGRAM TAHUNAN Sekolah : MTs.... Mata Pelajaran : MATEMATIKA Kelas / Semester : VII / 1 dan 2 Tahun pelajaran : Target Nilai Portah : 55 Standar Sem Kompetensi 1 BILANGAN 1. Memahami sifat-sifat operasi

Lebih terperinci

kombinasi antara aljabar dan geometri. Dengan membuat korespondensi antara

kombinasi antara aljabar dan geometri. Dengan membuat korespondensi antara Sistem Koordinat Cartesius.. Geometri Analitik Geometri analitik adalah suatu cabang ilmu matematika yang merupakan kombinasi antara aljabar dan geometri. Dengan membuat korespondensi antara persamaan

Lebih terperinci

GEOMETRI EUCLID DAN GEOMETRI HIPERBOLIK

GEOMETRI EUCLID DAN GEOMETRI HIPERBOLIK GEOMETRI EUCLID DAN GEOMETRI HIPERBOLIK (Jurnal 3) Memen Permata Azmi Mahasiswa S2 Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Indonesia Kuliah geometri pada rabu pagi tanggal 25 september 2013 disampaikan

Lebih terperinci

Bilangan Real. Modul 1 PENDAHULUAN

Bilangan Real. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Bilangan Real S PENDAHULUAN Drs. Soemoenar emesta pembicaraan Kalkulus adalah himpunan bilangan real. Jadi jika akan belajar kalkulus harus paham terlebih dahulu tentang bilangan real. Bagaimanakah

Lebih terperinci

GLOSSARIUM. A Akar kuadrat

GLOSSARIUM. A Akar kuadrat A Akar kuadrat GLOSSARIUM Akar kuadrat adalah salah satu dari dua faktor yang sama dari suatu bilangan. Contoh: 9 = 3 karena 3 2 = 9 Anggota Himpunan Suatu objek dalam suatu himpunan B Belahketupat Bentuk

Lebih terperinci

KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL ( KKM ) MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS VII ( 1 ) SEMESTER I

KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL ( KKM ) MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS VII ( 1 ) SEMESTER I KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL ( KKM ) MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS VII ( 1 ) SEMESTER I 16 KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL ( KKM ) MATA PELAJARAN: MATEMATIKA Sekolah : SMP/MTs... Kelas : VII Semester : I

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. B. Tujuan. D. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. B. Tujuan. D. Rumusan Masalah I PENDHULUN. Latar elakang Geometri (daribahasayunani, geo = bumi, metria = pengukuran) secaraharfiah berarti pengukuran tentang bumi, adalahcabangdarimatematika yang mempelajari hubungan di dalamruang.

Lebih terperinci

1 P E N D A H U L U A N

1 P E N D A H U L U A N 1 P E N D A H U L U A N Pemetaan (fungsi) f dari himpunan A ke himpunan B adalah suatu hubuungan yang memasangkan setiap unsur di A dengan tepat satu unsur di B. Jika a A dan pasangannya b B, maka ditulis

Lebih terperinci

PERSAMAAN GARIS LURUS

PERSAMAAN GARIS LURUS 1 KEGIATAN BELAJAR 3 PERSAMAAN GARIS LURUS Setelah mempelajari kegiatan belajar 3 ini, mahasiswa diharapkan mampu: 1. menentukan persamaan gradien garis lurus, 2. menentukan persamaan vektoris dan persamaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bagian ini dipaparkan dasar-dasar yang digunakan pada bagian pembahasan. Tinjauan yang dilakukan dengan memaparkan definisi mengenai unsur-unsur kajian geometri, aksioma kekongruenan,

Lebih terperinci

PROGRAM TAHUNAN MATA PELAJARAN : MATEMATIKA

PROGRAM TAHUNAN MATA PELAJARAN : MATEMATIKA PERANGKAT PEMBELAJARAN PROGRAM TAHUNAN MATA PELAJARAN : MATEMATIKA Kelas VII SEMESTER 1 & 2 MTs.... PROGRAM TAHUNAN Sekolah : MTs.... Mata Pelajaran : MATEMATIKA Kelas / Semester : VII / 1 dan 2 Tahun

Lebih terperinci

09. Mata Pelajaran Matematika A. Latar Belakang B. Tujuan

09. Mata Pelajaran Matematika A. Latar Belakang B. Tujuan 09. Mata Pelajaran Matematika A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir

Lebih terperinci

Modul 2 SEGITIGA & TEOREMA PYTHAGORAS

Modul 2 SEGITIGA & TEOREMA PYTHAGORAS Modul 2 SEGITIGA & TEOREMA PYTHAGORAS A. Pengantar Materi yang akan di bahas pada kegiatan pembelajaran ini terdiri atas pengertian segitiga, hubungan sisi-sisi segitiga, jenis-jenis segitiga ditinjau

Lebih terperinci

REFLEKSI TERHADAP LINGKARAN SKRIPSI

REFLEKSI TERHADAP LINGKARAN SKRIPSI REFLEKSI TERHADAP LINGKARAN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sains Disusun

Lebih terperinci

BAB V BAHAN LATIHAN DAN SARAN PEMECAHANNYA

BAB V BAHAN LATIHAN DAN SARAN PEMECAHANNYA V HN LTIHN N SRN PMHNNY. ahan Latihan Kerjakanlah soal-soal berikut. Jangan mencoba melihat petunjuk atau kunci, sebelum benar-benar nda mengalami jalan buntu. 1. alam sebuah persegipanjang ditarik 40

Lebih terperinci

41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) 41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai

Lebih terperinci

Oleh : Sutopo, S.Pd., M.Pd. Prodi P Mat-Jurusan PMIPA FKIP UNS

Oleh : Sutopo, S.Pd., M.Pd. Prodi P Mat-Jurusan PMIPA FKIP UNS Oleh : Sutopo, S.Pd., M.Pd. Prodi P Mat-Jurusan PMIPA FKIP UNS Materi KKD I Konsep dasar geometri dan segitiga (termasuk teorema dan aksioma terkait) KKD II Poligon dan Lingkaran (sifat dan luas) KKD III

Lebih terperinci

Kajian Matematika SMP Palupi Sri Wijiyanti, M.Pd Semester/Kelas : 3A3 Tanggal Pengumpulan : 14 Desember 2015

Kajian Matematika SMP Palupi Sri Wijiyanti, M.Pd Semester/Kelas : 3A3 Tanggal Pengumpulan : 14 Desember 2015 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA TAHUN 2015 Mata Kuliah Dosen Pengampu : : Kajian Matematika SMP Palupi Sri Wijiyanti, M.Pd Semester/Kelas

Lebih terperinci

BAB II TABUNG, KERUCUT, DAN BOLA. Memahami sifat-sifat tabung, kerucut dan bola, serta menentukan ukurannya

BAB II TABUNG, KERUCUT, DAN BOLA. Memahami sifat-sifat tabung, kerucut dan bola, serta menentukan ukurannya BAB II TABUNG, KERUCUT, DAN BOLA Tujuan Pembelajaran Memahami sifat-sifat tabung, kerucut dan bola, serta menentukan ukurannya A. Pendahuluan Istilah tabung, kerucut, dan bola di sini adalah istilah-istilah

Lebih terperinci

Bab 2. Teori Dasar. 2.1 Erlanger Program Kongruen

Bab 2. Teori Dasar. 2.1 Erlanger Program Kongruen Bab 2 Teori Dasar 2.1 Erlanger Program Erlanger program digunakan untuk menjelaskan geometri. Erlanger program memungkinkan pengembangan yang seragam dan perbandingan geometri yang berbeda. Membandingkan

Lebih terperinci

BAHAN BELAJAR: UNSUR DASAR PEMBANGUN GEOMETRI. Untung Trisna Suwaji. Agus Suharjana

BAHAN BELAJAR: UNSUR DASAR PEMBANGUN GEOMETRI. Untung Trisna Suwaji. Agus Suharjana BAHAN BELAJAR: UNSUR DASAR PEMBANGUN GEOMETRI Untung Trisna Suwaji Agus Suharjana KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN (PPPPTK) MATEMATIKA

Lebih terperinci

13 Segi-Tak-Terhingga dan Fraktal

13 Segi-Tak-Terhingga dan Fraktal 13 Segi-Tak-Terhingga dan Fraktal Kalau lingkaran hanya mempunyai satu sisi, bukan segi-tak-terhingga, apakah ada bangun datar yang mempunyai tak terhingga sisi? Jawabannya ya, memang ada. Kita akan mempelajari

Lebih terperinci

MAKALAH SEGITIGA BOLA. disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Astronomi. Program Studi Pendidikan Fisika. oleh. 1. Dyah Larasati ( )

MAKALAH SEGITIGA BOLA. disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Astronomi. Program Studi Pendidikan Fisika. oleh. 1. Dyah Larasati ( ) MAKALAH SEGITIGA BOLA disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Astronomi Program Studi Pendidikan Fisika oleh 1. Dyah Larasati (4201412042) 2. Lina Kurniawati (4201412091) 3. Qonia Kisbata Rodiya (4201412116)

Lebih terperinci

1. BARISAN ARITMATIKA

1. BARISAN ARITMATIKA MATEMATIKA DASAR ARITMATIKA BARISAN ARITMATIKA 1. BARISAN ARITMATIKA Sering disebut barisan hitung, adalah barisan bilangan yang setiap sukunya diperoleh dari suku sebelumnya dengan menambah atau mengurangi

Lebih terperinci

1.1 Fungsi Dua Peubah Atau Lebih 1.2 Turunan Parsial Fungsi Dua Peubah atau Lebih

1.1 Fungsi Dua Peubah Atau Lebih 1.2 Turunan Parsial Fungsi Dua Peubah atau Lebih ] 1 Pada Bab 1 ini akan dibahas antara lain sebagai berikut. 1.1 Fungsi Dua Peubah Atau Lebih 1.2 Turunan Parsial Fungsi Dua Peubah atau Lebih Tema sentral dari bab ini adalah kalkulus dari fungsi peubah

Lebih terperinci

PERSAMAAN GARIS LURUS

PERSAMAAN GARIS LURUS Bab 4 PERSAMAAN GARIS LURUS A. KOMPETENSI DASAR DAN PENGALAMAN BELAJAR Kompetensi Dasar 1. Mampu mentransformasi diri dalam berpilaku jujur, tangguh mengadapi masalah, kritis dan disiplin dalam melakukan

Lebih terperinci

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS PREVIEW KALKULUS TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS Mahasiswa mampu: menyebutkan konsep-konsep utama dalam kalkulus dan contoh masalah-masalah yang memotivasi konsep tersebut; menjelaskan menyebutkan konsep-konsep

Lebih terperinci

. A.M. A. Titik, Garis, dan Bidang BANGUN GEOMETRI

. A.M. A. Titik, Garis, dan Bidang BANGUN GEOMETRI A. Titik, Garis, dan Bidang BANGUN GEOMETRI Suatu titik menyatakan letak atau posisi dari sesuatu yang tidak mempunyai ukuran, maka titik tidak mempunyai ukuran. Dikatakan bahwa titik berdimensi nol (tak

Lebih terperinci

RINGKASAN MATERI SUDUT DAN PENGUKURAN SUDUT

RINGKASAN MATERI SUDUT DAN PENGUKURAN SUDUT RINGKASAN MATERI SUDUT DAN PENGUKURAN SUDUT Besar sudut dapat ditentukan atau diukur dengan berbagai cara, di antaranya dengan menggunakan sudut satuan dan yang paling tepat menggunakan sebuah alat yang

Lebih terperinci

BAB II MASALAH MATEMATIKA DAN STRATEGI PEMECAHANNYA

BAB II MASALAH MATEMATIKA DAN STRATEGI PEMECAHANNYA BAB II MASALAH MATEMATIKA DAN STRATEGI PEMECAHANNYA Soal-soal matematika yang muncul dalam IMO dan OMN umumnya merupakan soal yang memberikan tantangan untuk dikerjakan, tetapi tidak atau belum jelas benar

Lebih terperinci

KISI-KISI PENULISAN SOAL UNTUK MENGUKUR KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS

KISI-KISI PENULISAN SOAL UNTUK MENGUKUR KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS KISI-KISI PENULISAN SAL UNTUK MENGUKUR KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS Mata Pelajaran : Matematika Materi Pokok : Segiempat dan Segitiga Kelas / semester : VII / 2 Standar Komptensi : Memahami konsep segi empat

Lebih terperinci

Feni Melinda Safitri. Sudah diperiksa. Pengertian Teorema Phytagoras. Rumus Phytagoras

Feni Melinda Safitri. Sudah diperiksa. Pengertian Teorema Phytagoras. Rumus Phytagoras BY : Feni Malinda Safitri Sudah diperiksa Pengertian Teorema Phytagoras Phytagoras adalah seorang ahli matematika dan filsafat berkebangsaan Yunani pada tahun 569-475 sebelum masehi, ia mengungkapkan bahwa

Lebih terperinci

2. Memahami dan mampu menyelesaikan Permasalahan yang berkaitan dengan vektor di Ruang Tiga, yaitu Persamaan Bidang

2. Memahami dan mampu menyelesaikan Permasalahan yang berkaitan dengan vektor di Ruang Tiga, yaitu Persamaan Bidang TUJUAN EMBELAJARAN Agar pembaca memahami tentang Sistem Koordinat Kartesian beserta fungsinya yaitu titik, jarak dua titik, persamaan bola serta Vektor dalam ruang dimensi tiga beserta aplikasinya yaitu

Lebih terperinci

A. Pengantar B. Tujuan Pembelajaran Umum C. Tujuan Pembelajaran Khusus

A. Pengantar B. Tujuan Pembelajaran Umum C. Tujuan Pembelajaran Khusus Modul 5 LINGKARAN A. Pengantar Materi yang akan di bahas pada kegiatan pembelajaran ini terdiri atas pengertian berbagai macam segiempat: jajargenjang, belah ketupat, layang-layang dan trapesium. Disamping

Lebih terperinci

Lingkaran. A. Persamaan Lingkaran B. Persamaan Garis Singgung Lingkaran

Lingkaran. A. Persamaan Lingkaran B. Persamaan Garis Singgung Lingkaran Bab Sumber: www.panebiancod.com Setelah mempelajari bab ini, Anda harus mampu merumuskan persamaan lingkaran dan menggunakannya dalam pemecahan masalah; menentukan persamaan garis singgung pada lingkaran

Lebih terperinci

BUKU DIKTAT ANALISA VARIABEL KOMPLEKS. OLEH : DWI IVAYANA SARI, M.Pd

BUKU DIKTAT ANALISA VARIABEL KOMPLEKS. OLEH : DWI IVAYANA SARI, M.Pd BUKU DIKTAT ANALISA VARIABEL KOMPLEKS OLEH : DWI IVAYANA SARI, M.Pd i DAFTAR ISI BAB I. BILANGAN KOMPLEKS... 1 I. Bilangan Kompleks dan Operasinya... 1 II. Operasi Hitung Pada Bilangan Kompleks... 1 III.

Lebih terperinci

PENGANTAR KALKULUS PEUBAH BANYAK. 1. Pengertian Vektor pada Bidang Datar

PENGANTAR KALKULUS PEUBAH BANYAK. 1. Pengertian Vektor pada Bidang Datar PENGANTAR KALKULUS PEUBAH BANYAK ERIDANI 1. Pengertian Vektor pada Bidang Datar Misalkan R menyatakan sistem bilangan real, yaitu himpunan bilangan real yang dilengkapi dengan empat operasi baku (tambah,

Lebih terperinci

Pembahasan OSN Matematika SMA Tahun 2013 Seleksi Tingkat Provinsi. Tutur Widodo. Bagian Pertama : Soal Isian Singkat

Pembahasan OSN Matematika SMA Tahun 2013 Seleksi Tingkat Provinsi. Tutur Widodo. Bagian Pertama : Soal Isian Singkat Pembahasan OSN Matematika SMA Tahun 013 Seleksi Tingkat Provinsi Tutur Widodo Bagian Pertama : Soal Isian Singkat 1. Diberikan tiga lingkaran dengan radius r =, yang saling bersinggungan. Total luas dari

Lebih terperinci

Pelatihan-osn.com Konsultan Olimpiade Sains Nasional contact person : ALJABAR

Pelatihan-osn.com Konsultan Olimpiade Sains Nasional  contact person : ALJABAR ALJABAR 1. Diberikan a 4 + a 3 + a 2 + a + 1 = 0. Tentukan a 2000 + a 2010 + 1. 2. Diberikan sistem persamaan 2010(x y) + 2011(y z) + 2012(z x) = 0 2010 2 (x y) + 2011 2 (y z) + 2012 2 (z x) = 2011 Tentukan

Lebih terperinci

1 SISTEM BILANGAN REAL

1 SISTEM BILANGAN REAL Bilangan real sudah dikenal dengan baik sejak masih di sekolah menengah, bahkan sejak dari sekolah dasar. Namun untuk memulai mempelajari materi pada BAB ini anggaplah diri kita belum tahu apa-apa tentang

Lebih terperinci

KTSP Perangkat Pembelajaran SMP/MTs, KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) Mapel Matematika kls VII s/d IX. 1-2

KTSP Perangkat Pembelajaran SMP/MTs, KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) Mapel Matematika kls VII s/d IX. 1-2 KTSP Perangkat Pembelajaran SMP/MTs, PERANGKAT PEMBELAJARAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR Mata Pelajaran Satuan Pendidikan Kelas/Semester : Matematika. : SMP/MTs. : VII s/d IX /1-2 Nama Guru

Lebih terperinci

Pembahasan OSN Matematika SMA Tahun 2013 Seleksi Tingkat Nasional Tutur Widodo

Pembahasan OSN Matematika SMA Tahun 2013 Seleksi Tingkat Nasional Tutur Widodo Tutur Widodo OSN Matematika SMA 01 Pembahasan OSN Matematika SMA Tahun 01 Seleksi Tingkat Nasional Tutur Widodo 1. Diketahui bangun persegi panjang berukuran 4 6 dengan beberapa ruas garis, seperti pada

Lebih terperinci

II. SISTEM BILANGAN RIIL. Handout Analisis Riil I (PAM 351)

II. SISTEM BILANGAN RIIL. Handout Analisis Riil I (PAM 351) II. SISTEM BILANGAN RIIL Handout Analisis Riil I (PAM 351) Sifat Aljabar (Aksioma Lapangan) dari Bilangan Riil Bagian ini akan membicarakan struktur aljabar bilangan riil dengan terlebih dahulu memberikan

Lebih terperinci

PENERAPAN FAKTOR PRIMA DALAM MENYELESAIKAN BENTUK ALJABAR (Andi Syamsuddin*)

PENERAPAN FAKTOR PRIMA DALAM MENYELESAIKAN BENTUK ALJABAR (Andi Syamsuddin*) PENERAPAN FAKTOR PRIMA DALAM MENYELESAIKAN BENTUK ALJABAR (Andi Syamsuddin*) A. Faktor Prima Dalam tulisan ini yang dimaksud dengan faktor prima sebuah bilangan adalah pembagi habis dari sebuah bilangan

Lebih terperinci

Buku Pendalaman Konsep. Trigonometri. Tingkat SMA Doddy Feryanto

Buku Pendalaman Konsep. Trigonometri. Tingkat SMA Doddy Feryanto Buku Pendalaman Konsep Trigonometri Tingkat SMA Doddy Feryanto Kata Pengantar Trigonometri merupakan salah satu jenis fungsi yang sangat banyak berguna di berbagai bidang. Di bidang matematika sendiri,

Lebih terperinci

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH KISI-KISI UJIAN SEKOLAH Matematika SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DAERAH KHUSUS IBUKOTA (DKI) JAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012-2013 KISI KISI PENULISAN SOAL UJIAN SEKOLAH TAHUN PELAJARAN 2012-2013 Jenjang : SMP

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( R P P No. 1 ) KESEBANGUNAN DAN KEKONGRUENAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( R P P No. 1 ) KESEBANGUNAN DAN KEKONGRUENAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( R P P No. 1 ) KESEBANGUNAN DAN KEKONGRUENAN Sekolah : SMP Negeri 9 Cimahi Kelas / Semester : IX / I Mata Pelajaran : Matematika Standar Kompetensi : Geometri dan Pengukuran

Lebih terperinci