TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri)"

Transkripsi

1 TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT/RAPAT DENGAR PENDAPAT UMUM KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan Reforma Agraria) Tahun Sidang : Masa Persidangan : IV Rapat Ke : -- Jenis Rapat : Rapat Dengar Pendapat/Rapat Dengar Pendapat Umum Sifat Rapat : Terbuka Hari/Tanggal : Kamis, 5 Juli 2012 Waktu : WIB - Selesai Tempat : Ruang Rapat Komisi II DPR RI (Gd. Nusantara / KK III) Acara : Mendapatkan Masukan terkait dengan Rancangan Undang- Undang Tentang Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA) Ketua Rapat : Drs. Agun Gunandjar Sudarsa,Bc.IP,M.Si/Ketua Komisi II DPR RI Sekretaris Rapat : Dra. Hani Yuliasih/Kabag.Set Komisi II DPR RI Hadir : 27 dari jumlah 50 Anggota Komisi II DPR RI Hadir Tamu : Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI), Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI), Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI), dan Asosiasi DPRD Provinsi Seluruh Indonesia (ADPSI), Asosiasi DPRD Kabupaten Seluruh Indonesia (ADKASI), dan Asosiasi DPRD Kota Seluruh Indonesia (ADEKSI). a. PENDAHULUAN 1. Rapat Dengar Pendapat/Rapat Dengar Pendapat Umum Komisi II DPR RI pada hari Kamis tanggal 5 Juli 2012 dibuka pukul WIB yang dipimpin oleh Ketua Komisi II DPR RI, Yth. Drs. Agun Gunandjar Sudarsa,Bc.IP,M.Si dan dinyatakan terbuka untuk umum. 2. Ketua Rapat menyampaikan agenda Rapat Dengar Pendapat/Rapat Dengar Pendapat Umum dengan Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI), Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI), Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI), dan Asosiasi DPRD Provinsi Seluruh Indonesia (ADPSI), Asosiasi DPRD Kabupaten Seluruh Indonesia (ADKASI), dan Asosiasi DPRD Kota Seluruh Indonesia (ADEKSI) pada hari ini yakni untuk mendapatkan masukan terkait dengan Rancangan Undang-Undang Tentang Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA). 3. Pada tamu undangan telah menyampaikan masukannya terkait dengan Rancangan Undang-Undang Tentang Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA) kecuali Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI) yang tidak menyampaikan paparannya karena Asosiasi tersebut tidak dapat menghadiri undangan tersebut.

2 4. APKASI (ASOSIASI PEMERINTAH KABUPATEN SELURUH INDONESIA) menyampaikan: a. Terkait hubungan antara Kepala Daerah dengan Wakil Kepala Daerah Secara formal tidak ada alasan terjadi ketidakharmonisan antara kepala daerah dengan wakilnya, berada pada satu kotak kepemimpinan dan dipilih sebagai pasangan, jika terjadi gangguan komunikasi lebih disebabkan karena faktor kepribadian, konflik kepentingan atau ketidakterbukaan salah satu pihak untuk membicarakan masalah yang dihadapi. Dan akan mengemukan pada saat menjelang pilkada ketika kepala daerah dan wakilnya ingin maju lagi dengan paket yang terpisah. b. Hubungan Gubernur dengan Bupati /Walikota serta gagasan Pemilihan Gubernur oleh DPRD Konsep pemilihan Gubernur oleh anggota DPRD Provinsi (pasal 2 RUU Pilkada) menurut persepsi APKASI boleh saja. Selain versi pemilihan oleh DPRD tidak bertentangan dengan UUD 1945, APKASI juga memahami bahwa kedudukan gubernur sebagai wakil pemerintah pusat memang berbeda dibanding bupati/walikota yang murni sebagai kepala daerah otonom. Karena perbedaan peran tersebut bisa saja gubernur dipilih oleh DPRD sementara bupati/walikota dipilih langsung oleh rakyat. c. Legitimasi politik wakil kepala daerah Untuk kesetaraan hubungan politik dan legitimasi kepala daerah, agar format yang ada sekarang dipertahankan, jika adanya potensi konflik yang mungkin timbul hal ini bisa dinetralisir jika keduanya saling membuka diri untuk membicarakan kepentingan secara proporsional. Penempatan seorang wakil kepala daerah dari PNS atau profesional sekalipun tanpa melalui pemilihan secara paket dengan kepala daerah akan memunculkan masalah legitimasi politik bagi wakil kepala daerah, karena wakil kepala daerah tidak bisa secara serta merta menggantikan kepala daerah jika sewaktu-waktu kepala daerah berhalangan tetap atau diberhentikan ditengah perjalanan. Jika hal ini terjadi maka harus dilakukan pemilihan kepala daerah, bukan untuk melanjutkan masa jabatan dari yang akan digantikan, tetapi untuk masa jabatan 5 tahun yang baru. d. Tugas Kepala Daerah, Wakil Kepala Daerah dan Sekretaris Daerah Tugas Kepala Daerah dan wakil KDH sudah jelas, juga tugas Sekda. Pembagian tugas diantara mereka tidak ada masalah, wakil Kepala Daerah adalah pejabat politik yang bersama Kepala Daerah membuat kebijakan, sementara Sekda adalah pejabat Administrasi berwenang mengatur secara teknis segala kebijakan yang diputuskan oleh Kepala Daerah dan atau wakil Kepala Daerah. Wakil Kepala Daerah tidak secara langsung mengatur SKPD tetapi melalui Sekda. e. Pembatasan biaya Pilkada Mengenai pembatasan biaya pilkada akan diatur melalui Undang-undang, masalahnya adalah bagaimana mengukur suatu besaran pembiayaan mahal atau murah. f. APBD dan Pemilihan Kepala Daerah Politisasi APBD untuk memperkuat posisi politik Incumbent dalam pilkada sebagaimana diwacanakan dalam media-massa dapat dicegah melalui upayaupaya yakni peningkatan pengawasan oleh DPRD, intensifikasi pengawasan oleh Panwaslu, penegakan hukum secara konsisten atas penyimpangan APBD untuk

3 kepentingan politik, audit dana kampanye oleh KPUD baik pada masa awal kampanye maupun masa akhir kampanye. g. Penggunaan fasilitas Negara dan mobilisasi aparat sipil dalam kampanye Pilkada perlu pengaturan yang lebih ketat, APKASI setuju jika metode dialogis diutamakan. h. Pengajuan keberatan hasil calon gubernur kepada Mahkamah Agung. Pengajuan keberatan atas hasil penetapan hasil calon gubernur disampaikan kepada Mahkamah Agung, artinya sengketa pemilihan gubernur tidak lagi diselesaikan oleh Mahkamah Konstitusi yang dinilai akan mengundang timbulnya sejumlah permasalahan. Sejak berlakunya UU Nomor 12 tahun 2008 tentang Pemerintah Daerah, Mahkamah Konstitusi sudah berhasil menyelesaikan perkara-perkara perselisihan hasil pemilihan umum termasuk Pilkada tanpa manimbulkan masalah-masalah baru kecuali dalam 2-3 perkara perselisihan Hasil Pemilihan Umum, maka tidak ada alasan untuk mengalihkan kewenangan penyelesaian hukum atas sengketa pilkada dari Mahkamah Konstitusi ke Mahkamah Agung. Dan sesuai dengan SE Mahkamah Agung No. 7 tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Sengketa mengenai Pemilihan Umum Kepala Daerah yang mengacu pada UU No.51 tahun 2009 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Mahkamah Agung menegaskan hanya membatasi kewenangan PTUN dalam mengadili keputusan-keputusan yang berkaitan dengan tahap persiapan penyelenggaraan pilkada, bukan hasil pemilihan umum atau hasil pilkada. i. Syarat calon gubernur serta Bupati/ Walikota Persyaratan calon Gubernur bahwa tidak mempunyai ikatan perkawinan, garis keturunan lurus ke atas, ke bawah dan ke samping dengan Gubernur, kecuali ada selang waktu, minimal satu masa jabatan (Pasal 12 huruf p RUU Pilkada) serta syarat calon bupati/walikota tidak mempunyai ikatan perkawinan, garis keturunan lurus ke atas, ke bawah dan ke samping dengan Gubernur dan Bupati/walikota kecuali ada selang waktu minimal satu masa jabatan (pasal 70 huruf p, RUU Pilkada) jelas bertentangan dengan hak konstitusional untuk memilih dan dipilih serta persamaan dimuka hukum yang dijamin oleh UUD 1945, UU Nomor 39 tahun 1999 tentang HAM, UU Nomor 12 tahun 2005 tentang Ratifikasi Konvensi Hak Sipil dan Politik. Perlu pencegahan atas penyalahgunaan kekuasaan dan wewenang Gubernur atau Bupati/walikota untuk mendukung anggota keluarga yang akan dicalonkan sebagai kepala daerah. Syarat lain yang perlu ditiadakan adalah berhenti sementara dari jabatannya bagi Gubernur /wakil gubernur petahana serta berhenti sementara sementara dari jabatannya sebagai Bupati/wakil Bupati atau walikota/wakil walikota petahana. Petanahan seyogyanya harus mengajukan cuti saat menjalankan agenda kampanye. 5. APEKSI (ASOSIASI PEMERINTAH KOTA SELURUH INDONESIA) a. Hubungan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Sejak pemilihan kepala daerah secara langsung tahun 2005, berbagai persoalan ketidakharmonisan muncul, yang disebabkan karena Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah terkadang diusung oleh partai yang berbeda dan dijadikan satu paket dalam pencalonan kepala daerah sehingga setelah menjabat masingmasing merasa mewakili dan memperjuangkan kepentingan dari partai yang mengusung dan kurang tegasnya dan tidak jelasnya pembagian tugas antara

4 Kepala Daerah dengan Wakil Kepala Daerah (dalam UU Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah) sehingga terkesan Kepala Daerah lebih dominan daripada wakil. b. Hubungan Kepala Daerah di tingkat Walikota/kabupaten dnegan Provinsi/Gubernur Adanya anggapan tentang kurang patuhnya para walikota/bupati terhadpa Gubernur, APEKSI berpendapat hal tersebut dipengaruhi oleh dualisme fungsi Gubernur dalam UU Nomor 32 tahun 2004, dimana Gubernur berfungsi sebagai kepala daerah sekaligus juga sebagai Wakil Pemerintah Pusat di daerah. Adanya pembagian urusan yang nyaris sama antara Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kota /kabupaten baik urusan wajib maupun urusan pilihan yang terkadang saling bersentuhan sama sama lain, padahal fungsi Gubernur lebih bersifat koordinatif daripada eksekutor. c. Gagasan pemilihan Gubernur dilakukan oleh DPRD dan Metode Kampanye Dialogis Jika titik berat otonomi di kota/kabupaten dengan tujuan peningkatan efisiensi dan efektivitas pemerintahan yang tetap menjamin demokrasi, maka pemilihan kepala daerah untuk Gubernur secara langsung ditiadakan. Terkait dengan Metode kampanye dialogis lebih relevan untuk mencegah terjadinya konflik horizontal diantara para pendukung calon kepala daerah. d. Pola pemilihan Wakil Kepala Daerah berasal dari Partai Politik atau Non Jalur Politik (termasuk PNS) Secara formal pasal 18 ayat 4 UUD 1945, mengamanatkan pemilihan Kepala Daerah saja tanpa menyebut jabatan wakil kepala daerah, artinya GUbernur, Bupati dan Walikota adalah nama jabatan tunggal, dan Konstitusi Indonesia pada dasarnya bersifat litterlijk sehingga apa yang tertulis merupakan norma. Bisa saja Gubernur, Bupati, dan Walikota dipilih dan memegang jabatan tanpa didampingi wakil, terutama untuk daerah-daerah tertentu yang cakupan wilayahnya relative lebih kecil perlu dipertimbangkan adanya jabatan wakil kepala daerah. Berkenaan dengan wakil kepala daerah yang berasal dari non parpol termasuk PNS, jika posisi wakil sebagai chief of administrative maka sangat dimungkinkan pengisian oleh jabatan karer dari PNS dan dapat diharapkan pengisian jabatan ini oleh nonparpol atau PNS dapat dijamin terbebas dari kepentingan-kepentingan dinamika politis. e. Mekanisme Pembagian Tugas antara Kepala Daerah dengan Wakil Kepala Daerah Mekanisme dilakukan dnegan berpedoman pada peraturan perundng-undangan yang berlaku dan secara teknis pembagian dapat dilakukan berdasarkan atas kesepakatan antara kepala daerah dan wakil kepala daerah atau dapat dituangkan dalam keputusan/peraturan kepala daerah tentang pembagian tugas antara kepala daerah dan wakil kepala daerah. Koordinasi baik Sekda maupun Kepala SKPD dilakukan dengan mekanisme sesuai peraturan perundangundangan (artinya bisa langsung dilakukan oleh Kepala Daerah/wakil kepala daerah dengan Kepala SKPD atau melalui Sekda). f. Pengaturan tentang Pembatasan Pengeluaran Dana PILKADA Jika memungkinkan, pendanaan PILKADA yang sangat membebani APBD terutama biaya pengamanan, dibebankan kepada APBN sebab kewenangan melekat pada pemerintah pusat.

5 g. Pengaturan tentang Anggaran Bantuan Sosial Bahwa Bantuan Sosial atau Hibah sebenarnya merupakan dana yang dipersiapkan oleh APBD untuk mendukung penyelenggaraan kegiatan-kegiatan sosial masyarakat yang benar-benar tidak tercover oleh kegiatan-kegiatan SKPD. Penganggaran Bantuan Sosial atau Hibah tunduk pada Permendagri Nomor 32 tahun 2011 jo Permendagri Nomor 39 Tahun h. Potensi penggunaan Fasilitas Negara (Daerah) termasuk Mobilisasi Aparat Sipil yang digunakan untuk Kampanye Terutama oleh Calon Petahana. APEKSI berpandangan bahwa sebenarnya posisi aparat sipil dalam pemilu/pemilukada harus dipertegas dengan pemberian sanksi yang tegas terhadap aparat yang terlibat dalam mendukung calon kepala daerah tertentu. i. Kewenangan Mahkamah Agung dalam menyelesaikan Sengketa Pilkada. Bahwa sesuai Pasal 24C UUD 1945 Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama, dan terakhir yang putusannya bersfita final untuk memutus perselisihan hasil pemilihan umum, dan jika pemilukada merupakan bagian dari rezim pemilu maka penyelesaian sengketa pemilukada tetap oleh MK. Perlu dipertimbangkan aspek demografis sebab Mahkamah Agung memiliki subordinat (struktur hierarkis) didaerah yaitu pengadilan negeri dan pengadilan tinggi, sehingga masalah pilkada yang terjadi didaerah bisa diselesaikan efektif dan efisien. j. Calon yang terikat dengan atau terdapat ikatan perkawinan dengan Kepala Daerah Petahana Mengenai syarat dimaksud, hendaknya dilakukan tidak hanya mempertimbangkan aspek normative saja tetapi juga aspek sosiologis, psikologis, dan etika birokrasi, untuk mengindari ada kesan terjadi pemerintahan dinasti di daerah. 6. ASOSIASI DPRD PROVINSI SE-INDONESIA (ADPSI) menyampaikan a. Terkait dengan praktek pemilihan Gubernur secara langsung yang berlangsung saat ini, ADPSI melihat popularitas dan dukungan finansial calon Anggota dan Wakil Gubernur lebih menonjol dibandingkan dengan kualitas calon, sehingga pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur oleh rakyat tidak menjamin bahwa akan memunculkan pemimpin-pemimpin yang berkualitas. Pemilihan langsung cenderung terjadi money politic, bahwa adanya pandangan dari sebagian masyarakat terutama LSM bahwa money politic ini hanya dipindahkan dari rakyat ke ruang DPRD. Ini sangat keliru karena dalam mengawasi jumlah pemilih langsung yang dilakukan oleh rakyat lebih sulit daripada mengawasi DPRD yang berjumlah 35 sampai 100 orang itu lebih mudah, sehingga kecenderungan terjadi money politic dapat dicegah bila pemilihan itu dilaksanakan Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah. b. Biaya politik yang ditanggung oleh Pemerintah maupun ditanggung oleh para calon pada pemilihan secara langsung oleh rakyat, jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan pemilihan yang dilakukan oleh Lembaga DPRD. Kemudian pemilihan secara langsung oleh rakyat memerlukan siklus yang lebih panjang dibanding oleh DPRD. c. Peran DPRD dalam rangka untuk melakukan pengawasan pembangunan akan semakin maksimal. d. Untuk petahana atau incumbent kalau pelaksanaan pemilihan Kepala Daerah dilakukan secara langsung atau dipilih langsung oleh rakyat, maka terdapat celah

6 penyalahgunaan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah dan eksploitasi serta mobilisasi Pegawai Negeri Sipil oleh incumbent. e. Akibat kampanye, terjadi resistensi sehingga menimbulkan konflik horizontal yang cukup lama baik sejak pelaksanaan pendaftaran calon saat pelaksanaan kampanye sampai pada pasca pemilihan Kepala Daerah konflik horizontal terjadi di tengah-tengah masyarakat. 7. ASOSIASI DPRD KABUPATEN SELURUH INDONESIA (ADKASI) menyampaikan a. Hubungan antara Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Hubungan ini dianggap tidak harmonis karena dari tinjauan ADKASI bahwa persoalan ketidakharmonisan keduanya tidak dapat digeneralisasi terhadap yang terjadi di semua daerah. Hal ini dianggap sebagai persoalan yang sangat darurat untuk diselesaikan, pembagian peran diantara keduanya pun telah diatur oleh ketentuan perundang-undangan, meski tidak secara rinci mengatur tentang hal tersebut. Perlu pembagian rinci peran, fungsi dan resolusi atas munculnya permasalahan di daerah otonom. b. Koordinasi dalam konteks penyelenggaraan pemerintahan daerah pada semua tingkatan khususnya terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan harus dijalankan sebagaimana mestinya. Khususnya menyangkut isu-isu penting dan mendasar dan bukan semata-mata untuk mempertunjukkan pengaruh maupun sekedar adu kewenangan, karena ADKASI tetap berpedoman secara kuat bahwa lokus otonomi daerah yang sesungguhnya adalah di wilayah kabupaten kota bukan di provinsi. c. Tentang eksistensi Wakil Kepala Daerah dalam draft Rancangan Undang-Undang Pemilukada. Bahwa ADKASI tetap berpegang pada pandangan atas eksistensi Wakil Kepala Daerah sebagai satu paket dengan Kepala Daerah dan proses pemilihannya. Bahwa keberadaan Wakil Kepala Daerah yang berasal dari Partai Politik yang berbeda bukan menjadi persoalan utama. ADKASI memandang keberadaan Wakil Kepala Daerah di luar jalur Partai Politik termasuk Pegawai Negeri Sipil belum dianggap lebih baik. Sebagai ilusterasi bahwa apabila Wakil Kepala Daerah dari latar belakang Pegawai Negeri Sipil dianggap lebih memahami persoalan birokrasi daerah, bagaimana dengan pola hubungan dengan keberadaan Sekretaris Daerah. d. Terkait dengan Dana Pemilukada, bahwa pembatasan dana Pemilukada disesuaikan dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah dengan memaksimalkan fungsi pengawasan DPRD terhadap pelaksana anggaran Pemilukada atau KPU Kabupaten Kota. Dan penggunaan anggaran bantuan sosial dan hibah. Opini terhadap dugaan penggunaan dua mata anggaran tersebut oleh calon petahana atau incumbent perlu ditelusuri secara cermat agar tidak menimbulkan fitnah yang berakibat munculnya potensi konflik horizontal antar pendukung. Dalam praktek pembahasan APBD Bansos maupun hibah, petahana beserta SKPD menyampaikan RAPBD kepada DRPD untuk bersama-sama dibahas melalui kaidah dan ketentuan perundang-undangan yang ditetapkan Kementerian Dalam Negeri dengan tetap mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah. e. Terkait dengan Penggunaan fasilitas daerah dan mobilisasi aparat sipil negara atau Pegawai Negeri Sipil, meski agak sulit dibuktikan, yang diperlukan adalah penegakkan aturan yang sudah mengatur kedua hal tersebut dan yang juga perlu mendapat perhatian adalah partisipasi masyarakat untuk terlibat dalam proses

7 pengawasan atas tindakan dimaksud, karena hanya dengan peran serta masyarakat secara maksimal, proses Pemilukada dapat berjalan sesuai harapan semua pihak. f. Tentang sengketa Pemilukada, ADKASI tetap menganggap bahwa Mahkamah Konstitusi sebagai sarana yang paling tepat dalam proses penyelesaian atas sengketa yang terjadi. g. Mengenai Calon Kepala Daerah dalam hubungan perkawinan maupun daerah, ADKASI beranggapan bahwa apabila gagasan tentang pembatasan berlaku untuk petahana Kepala Daerah, maka tidak menutup kemungkinan hal ini perlu diberlakukan untuk kandidat Presiden atau Wakil Presiden RI, kandidat legislatif di DPR RI, DPRD Provinsi Kabupaten Kota hingga kandidat Kepala Desa, yang semua kedudukan instrumen-instrumen politik tersebut dipilih melalui mekanisme pemilihan secara langsung. 8. ASOSIASI DPRD KOTA SELURUH INDONESIA (ADEKSI) menyampaikan: a. Pemerintah perlu mempertimbangkan pelaksanaan pemilih terhadap Kepala Daerah oleh DPRD, hal ini dikarenanakan kondisi ekonomi masyarakat yang lemah, politik uang yang terjadi dalam pemilihan kepala daerah secara langsung cenderung rentan merusak moral bangsa. Jika dimungkinkan bisa mempertimbangkan untuk mengembalikan pemilihan Kepala Daerah kepada DPRD baik Provinsi, maupun kab/kota. b. Agar pemilihan walikota dan wakil walikota tetap dalam satu paket. Masalah utama dari konflik yang seringkali timbul yakni karena undang-undang belum memuat pembagian kerja yang kongkrit atas kedua posisi tersebut, sehingga menimbulkan gesekan-gesekan dalam jalannya pemerintah. Jika wakil walikota berasal dari elemen birokrasi akan muncul persoalan jika kepala daerah berhalangan tetap dan wakilnya naik menggantikannya, padahal wakil adalah birokrat yang harus netral sementara jabatan kepala daerah jabatan politis. c. Agar tidak ada pelarangan keluarga incumbent ikut dalam pemilihan kepala daerah. Pelarangan ini memiliki alasan dan tujuan yang baik, tetapi bertentangan dengan hak asasi setiap warga Negara untuk berpastisipasi aktif dalam seluruh aktivitas termasuk mencalonkan diri sebagaimana dijamin undang-undang. Perlu dilakukan penegakan hukum secara terhadap setiap penyalahgunaan wewenang dan bukan pelarangan. d. Agar pembahasan RUU Kepala Daerah tidak hanya terfokus pada ketiga hal tersebut, pembahasan harus lebih luas dan memungkinkan peningkatan kapasitas demokrasi bisa terjadi melalui penyelenggaraan pemilihan kepala daerah. Misal pembatasan pendanaan kampanye harus dibahas secara serius untuk mengurangi peluang money politics, dan perlu dibicarakan peluang munculnya calon-calon pemimpin daerah yang memiliki komitmen dan visi kerakyatan tanpa harus terhambat oleh soal sedikitnya pendanaan.

8 II. KESIMPULAN Setelah Ketua Rapat menyampaikan pengantar rapat dan memberikan kesempatan kepada Pimpinan dan Anggota Komisi II DPR RI untuk menyampaikan pendapat/pandangannya serta saran dapat disimpulkan bahwa masukan-masukan dari Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI), Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI), Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI), dan Asosiasi DPRD Provinsi Seluruh Indonesia (ADPSI), Asosiasi DPRD Kabupaten Seluruh Indonesia (ADKASI), dan Asosiasi DPRD Kota Seluruh Indonesia (ADEKSI) akan dijadikan masukan-masukan yang sangat berarti dalam rangka pembahasan Rancangan Undang- Undang Tentang Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA) yang akan dilaksanakan Komisi II DPR RI. III. PENUTUP Rapat ditutup Pukul WIB. KETUA RAPAT, Drs. AGUN GUNANDJAR SUDARSA, Bc.IP,M.Si A-219

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan

Lebih terperinci

: Dra. Hani Yuliasih, M.Si/Kabag.Set Komisi II DPR RI

: Dra. Hani Yuliasih, M.Si/Kabag.Set Komisi II DPR RI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT RAPAT PANJA RUU PILKADA KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan

Lebih terperinci

: Dra. Hani Yuliasih, M.Si/Kabag.Set Komisi II DPR RI

: Dra. Hani Yuliasih, M.Si/Kabag.Set Komisi II DPR RI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT RAPAT PANJA RUU PILKADA KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT PANJA RUU PILKADA KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT PANJA RUU PILKADA KOMISI II DPR RI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT PANJA RUU PILKADA KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT PANJA RUU PILKADA KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT PANJA RUU PILKADA KOMISI II DPR RI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT PANJA RUU PILKADA KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan

Lebih terperinci

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri)

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan

Lebih terperinci

Hari/Tanggal : Senin/24 September 2012 : Pukul WIB s.d Selesai

Hari/Tanggal : Senin/24 September 2012 : Pukul WIB s.d Selesai TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan Reforma Agraria)

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan Reforma Agraria)

Lebih terperinci

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri)

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT KOMISI II (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan Reforma Agraria) ------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI II DPR RI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT TIMUS/TIMSIN RUU TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT TIMUS/TIMSIN RUU TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN KOMISI II DPR RI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT TIMUS/TIMSIN RUU TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan Reforma Agraria)

Lebih terperinci

Hari/Tanggal : Senin/22 Oktober 2012 : Pukul WIB s.d Selesai

Hari/Tanggal : Senin/22 Oktober 2012 : Pukul WIB s.d Selesai TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan Reforma Agraria)

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan Reforma Agraria)

Lebih terperinci

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri)

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT PANJA RUU APARATUR SIPIL NEGARA KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan,

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT PANJA RUU APARATUR SIPIL NEGARA KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT PANJA RUU APARATUR SIPIL NEGARA KOMISI II DPR RI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT PANJA RUU APARATUR SIPIL NEGARA KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses panjang sistem ketatanegaraan dan politik di Indonesia telah mengalami suatu pergeseran atau transformasi yang lebih demokratis ditandai dengan perkembangan

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan Reforma Agraria)

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan Reforma Agraria)

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan Reforma Agraria)

Lebih terperinci

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri)

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan Reforma Agraria)

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan

Lebih terperinci

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di KETERANGAN PENGUSUL ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 1999 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

SINERGI PEMERINTAH DALAM RANGKA MENDUKUNG IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PILKADA SERENTAK TAHUN 2015

SINERGI PEMERINTAH DALAM RANGKA MENDUKUNG IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PILKADA SERENTAK TAHUN 2015 Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia SINERGI PEMERINTAH DALAM RANGKA MENDUKUNG IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PILKADA SERENTAK TAHUN 2015 Oleh: DR. SUMARSONO, MDM Dirjen Otonomi Daerah Kementerian Dalam

Lebih terperinci

RechtsVinding Online. Naskah diterima: 21 Januari 2016; disetujui: 27 Januari 2016

RechtsVinding Online. Naskah diterima: 21 Januari 2016; disetujui: 27 Januari 2016 Bagaimanakah Netralitas Pegawai Negeri Sipil Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU-XIII/2015 Dan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 41/PUU-XII/2014 Terkait Syarat Pencalonan Bagi Pegawai Negeri

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.792, 2013 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM. Pemberian Keterngan. Perselisihan Hasil Pemilu. MK. Bawaslu. Tata Cara. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 13 TAHUN

Lebih terperinci

KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN HADIRI PERTEMUAN PIMPINAN LEMBAGA NEGARA

KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN HADIRI PERTEMUAN PIMPINAN LEMBAGA NEGARA KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN HADIRI PERTEMUAN PIMPINAN LEMBAGA NEGARA bpk.go.id Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) melakukan pertemuan dengan pimpinan lembaga negara di Majelis Permusyawaratan Rakyat

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 65/PUU-XIV/2016 Konstitusinalitas KPU Sebagai Penyelenggara Pemilihan Kepala Daerah Pada Rezim Pemilihan Kepala Daerah Bukan Pemilihan Umum I. PEMOHON 1. Muhammad Syukur

Lebih terperinci

DINAMIKA PETAHANA DAN PENCALONANNYA DALAM PILKADA Oleh: Achmadudin Rajab * Naskah diterima: 04 Mei 2016; disetujui: 26 Mei 2016

DINAMIKA PETAHANA DAN PENCALONANNYA DALAM PILKADA Oleh: Achmadudin Rajab * Naskah diterima: 04 Mei 2016; disetujui: 26 Mei 2016 DINAMIKA PETAHANA DAN PENCALONANNYA DALAM PILKADA Oleh: Achmadudin Rajab * Naskah diterima: 04 Mei 2016; disetujui: 26 Mei 2016 Pengaturan mengenai syarat bagi Warga Negara Indonesia (WNI) yang berkeinginan

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 51/PUU-XIII/2015 Pembentukan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015, Pengusungan Pasangan Calon oleh Partai Politik, Sanksi Pidana Penyalahgunaan Jabatan dalam Penyelenggaraan

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT PANJA RUU APARATUR SIPIL NEGARA KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT PANJA RUU APARATUR SIPIL NEGARA KOMISI II DPR RI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT PANJA RUU APARATUR SIPIL NEGARA KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan,

Lebih terperinci

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri)

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan Reforma Agraria)

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Pengawasan dalam..., Ade Nugroho Wicaksono, FHUI, 2009

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Pengawasan dalam..., Ade Nugroho Wicaksono, FHUI, 2009 72 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Pengawas pemilu adalah Panitia Pengawas dengan tingkatan yang berbeda yang melakukan pengawasan terhadap seluruh proses penyelenggaraan pemilu. Pengawas pemilu adalah lembaga

Lebih terperinci

proses perjalanan sejarah arah pembangunan demokrasi apakah penyelenggaranya berjalan sesuai dengan kehendak rakyat, atau tidak

proses perjalanan sejarah arah pembangunan demokrasi apakah penyelenggaranya berjalan sesuai dengan kehendak rakyat, atau tidak Disampaikan pada Seminar Nasional dengan Tema: Mencari Format Pemilihan Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah Yang Demokratis Dalam Rangka Terwujudnya Persatuan Dan Kesatuan Berdasarkan UUD 1945 di Fakultas

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT PANJA RUU TENTANG PERTANAHAN KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT PANJA RUU TENTANG PERTANAHAN KOMISI II DPR RI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT PANJA RUU TENTANG PERTANAHAN KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan,

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 129/PUU-XII/2014 Syarat Pengajuan Calon Kepala Daerah oleh Partai Politik dan Kedudukan Wakil Kepala Daerah

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 129/PUU-XII/2014 Syarat Pengajuan Calon Kepala Daerah oleh Partai Politik dan Kedudukan Wakil Kepala Daerah RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 129/PUUXII/2014 Syarat Pengajuan Calon Kepala Daerah oleh Partai Politik dan Kedudukan Wakil Kepala Daerah I. PEMOHON Moch Syaiful, S.H. KUASA HUKUM Muhammad Sholeh,

Lebih terperinci

PEMILUKADA PASCA REFORMASI DI INDONESIA. Oleh : Muhammad Afied Hambali Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta. Abstrack

PEMILUKADA PASCA REFORMASI DI INDONESIA. Oleh : Muhammad Afied Hambali Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta. Abstrack PEMILUKADA PASCA REFORMASI DI INDONESIA Oleh : Muhammad Afied Hambali Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta Abstrack Pilkada telah memiliki aturan pemilihan secara jelas, dan adanya pembatasan oleh

Lebih terperinci

KUASA HUKUM Muhammad Sholeh, S.H., dkk, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 20 Oktober 2014.

KUASA HUKUM Muhammad Sholeh, S.H., dkk, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 20 Oktober 2014. RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 129/PUUXII/2014 Syarat Pengajuan Calon Kepala Daerah oleh Partai Politik dan Kedudukan Wakil Kepala Daerah I. PEMOHON Moch Syaiful, S.H. KUASA HUKUM Muhammad

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN I. UMUM 1. Dasar Pemikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.906, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BERSAMA. Pemilu. Penyelenggara Kode Etik. PERATURAN BERSAMA KOMISI PEMILIHAN UMUM, BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM, DAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 33/PUUXIII/2015 Ketentuan Tidak Memiliki Konflik Kepentingan Dengan Petahana dan Keharusan Memberitahukan Pencalonannya Kepada Pimpinan Dewan Bagi Anggota DPR, DPD, dan

Lebih terperinci

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN 1 RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI III DPR RI DENGAN PANITIA SELEKSI KOMISIONER KOMNAS HAM --------------------------------------------------- (BIDANG HUKUM, PERUNDANG-UNDANGAN, HAM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI MAHKAMAH KONSTITUSI, MAHKAMAH AGUNG, PEMILIHAN KEPALA DAERAH

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI MAHKAMAH KONSTITUSI, MAHKAMAH AGUNG, PEMILIHAN KEPALA DAERAH BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI MAHKAMAH KONSTITUSI, MAHKAMAH AGUNG, PEMILIHAN KEPALA DAERAH 2.1. Tinjauan Umum Mengenai Mahkamah Konstitusi 2.1.1. Pengertian Mahkamah Konstitusi Mahkamah Konstitusi merupakan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BERSAMA KOMISI PEMILIHAN UMUM, BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM, DAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM NOMOR 13 TAHUN 2012 NOMOR 11 TAHUN 2012 NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK PENYELENGGARA

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN KETERANGAN DALAM PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN

Lebih terperinci

OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara terhadap Undang-Undang Dasar 1945.

OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara terhadap Undang-Undang Dasar 1945. RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 8/PUU-XIII/2015 Syarat Pengunduran Diri Bagi Calon Anggota Legislatif dan Calon Kepala Daerah Yang Berasal Dari Pegawai Negeri Sipil I. PEMOHON 1. Fathul Hadie Utsman,

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 33/PUUXIII/2015 Ketentuan Tidak Memiliki Konflik Kepentingan Dengan Petahana dan Keharusan Memberitahukan Pencalonannya Kepada Pimpinan Dewan Bagi Anggota DPR, DPD,

Lebih terperinci

RechtsVinding Online

RechtsVinding Online KONSTITUSIONALITAS KETENTUAN KONSULTASI YANG MENGIKAT BAGI PENYELENGGARA PEMILU Oleh: Achmadudin Rajab * Naskah diterima: 19 Juni 2016; disetujui: 8 Agustus 2016 Pasal 9 huruf a dan Pasal 22B huruf a dalam

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA MENJADI UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

Kuasa Hukum : - Fathul Hadie Utsman, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 20 Oktober 2014;

Kuasa Hukum : - Fathul Hadie Utsman, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 20 Oktober 2014; RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 8/PUU-XIII/2015 Syarat Pengunduran Diri Bagi Calon Anggota Legislatif dan Calon Kepala Daerah Yang Berasal Dari Pegawai Negeri Sipil I. PEMOHON 1. Prof. DR.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA MENJADI UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 51/PUU-XIII/2015 Pembentukan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015, Pengusungan Pasangan Calon oleh Partai Politik, Sanksi Pidana Penyalahgunaan Jabatan dalam Penyelenggaraan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.23, 2015 PEMERINTAHAN DAERAH. Pemilihan. Gubernur. Bupati. Walikota. Penetapan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5656) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

2008, No.59 2 c. bahwa dalam penyelenggaraan pemilihan kepala pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pem

2008, No.59 2 c. bahwa dalam penyelenggaraan pemilihan kepala pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pem LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.59, 2008 OTONOMI. Pemerintah. Pemilihan. Kepala Daerah. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT PANJA PENGAWASAN TENAGA HONORER KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT PANJA PENGAWASAN TENAGA HONORER KOMISI II DPR RI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT PANJA PENGAWASAN TENAGA HONORER KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan,

Lebih terperinci

Penanganan Politik Uang oleh Bawaslu Melalui Sentra Gakkumdu

Penanganan Politik Uang oleh Bawaslu Melalui Sentra Gakkumdu Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Gd. Nusantara I Lt. 2 Jl. Jend. Gatot Subroto Jakarta Pusat - 10270 c 5715409 d 5715245 m infosingkat@gmail.com BIDANG HUKUM KAJIAN SINGKAT TERHADAP ISU AKTUAL DAN

Lebih terperinci

MEKANISME DAN MASALAH-MASALAH KRUSIAL YANG DIHADAPI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG. Oleh : Nurul Huda, SH Mhum

MEKANISME DAN MASALAH-MASALAH KRUSIAL YANG DIHADAPI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG. Oleh : Nurul Huda, SH Mhum MEKANISME DAN MASALAH-MASALAH KRUSIAL YANG DIHADAPI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG Oleh : Nurul Huda, SH Mhum Abstrak Pemilihan Kepala Daerah secara langsung, yang tidak lagi menjadi kewenangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. profesionalisme kerja yang responsif terhadap kebutuhan masyarakat. Fakta

BAB I PENDAHULUAN. profesionalisme kerja yang responsif terhadap kebutuhan masyarakat. Fakta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Otonomi daerah menuntut pemerintah daerah agar meningkatkan mutu sumber daya manusia PNS yang memiliki motivasi kerja, keterampilan kerja dan profesionalisme

Lebih terperinci

PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILU REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK DAN PEDOMAN PERILAKU PENYELENGGARA

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 55/PUU-XIII/2015 Calon Kepala Daerah Tidak Memiliki Konflik Kepentingan dengan Petahana

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 55/PUU-XIII/2015 Calon Kepala Daerah Tidak Memiliki Konflik Kepentingan dengan Petahana RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 55/PUUXIII/2015 Calon Kepala Daerah Tidak Memiliki Konflik Kepentingan dengan Petahana I. PEMOHON T.R. Keumangan, SH., MH Kuasa Hukum Dr. A. Muhammad Asrun, SH., MH,

Lebih terperinci

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri)

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG 1 PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG TATA KERJA DAN POLA HUBUNGAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM, PANITIA PENGAWAS PEMILIHAN UMUM PROVINSI, DAN PANITIA PENGAWAS PEMILIHAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

Hubungan Antar Lembaga Negara IRFAN SETIAWAN, S.IP, M.SI

Hubungan Antar Lembaga Negara IRFAN SETIAWAN, S.IP, M.SI Hubungan Antar Lembaga Negara IRFAN SETIAWAN, S.IP, M.SI Lembaga negara merupakan lembaga pemerintahan negara yang berkedudukan di pusat yang fungsi, tugas, dan kewenangannya diatur secara tegas dalam

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI II DPR RI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

BAB V PENUTUP. penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah melakukan penelitian dan menguraikan tiga permasalahan dalam penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Putusan-putusan Mahkamah Konstitusi dalam

Lebih terperinci

PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARAAN PEMILU REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMERIKSAAN PELANGGARAN KODE ETIK PENYELENGGARA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Program Sasaran

Program Sasaran 1. Penguatan Lembaga Legislastif (DPR) Pasca-Amandemen UUD 1945 a. Fungsi: DPR memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan [Pasal 20A (1)**]. b. Hak: DPR mempunyai hak interpelasi,

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA INSTRUKSI MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA INSTRUKSI MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA INSTRUKSI MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG KONSOLIDASI DUKUNGAN PENYELENGGARAAN PEMILU 2004 OLEH JAJARAN PEMERINTAH DAERAH MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2013 DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILU. Pelanggaran. Kode Etik. Daerah. Pemeriksaaan. PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat sebagai bentuk konkret dari konsep

BAB I PENDAHULUAN. sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat sebagai bentuk konkret dari konsep 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemilihan kepala daerah secara langsung (pilkada langsung) merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat sebagai bentuk konkret dari konsep demokrasi di wilayah

Lebih terperinci

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri)

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan Reforma Agraria)

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG 1 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN KAMPANYE PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.386, 2012 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM. Pengawasan. Tahapan. Pencalonan. Pemilu, Kepala Daerah. Wakil Kepala Daerah. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 3

Lebih terperinci

PILKADA lewat DPRD?

PILKADA lewat DPRD? http://www.sinarharapan.co/news/read/30485/mengorbankan-rakyat-untuk-menutupi-kelemahan-parpol PILKADA lewat DPRD? Mengorbankan Rakyat untuk Menutupi Kelemahan Parpol 04 January 2014 Vidi Batlolone Politik

Lebih terperinci

BAB 14 PERWUJUDAN LEMBAGA DEMOKRASI YANG MAKIN KUKUH

BAB 14 PERWUJUDAN LEMBAGA DEMOKRASI YANG MAKIN KUKUH BAB 14 PERWUJUDAN LEMBAGA DEMOKRASI YANG MAKIN KUKUH A. KONDISI UMUM Keberhasilan menempatkan proses pembangunan kelembagaan politik demokrasi pada jalur dan arah yang benar selama tahun 2004 dan 2005

Lebih terperinci

Tugas dan Wewenang serta Dasar Hukum Lembaga Negara

Tugas dan Wewenang serta Dasar Hukum Lembaga Negara Tugas dan Wewenang serta Dasar Hukum Lembaga Negara Bagan Lembaga Negara Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Tugas dan Wewenang MPR Berikut tugas dan wewenang dari Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 119/PUU-XII/2014 Pengujian Formil Perppu 1/2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota dan Perppu 2/2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

Kuasa Hukum Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra, S.H., M.Sc., dkk, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 2 Maret 2015.

Kuasa Hukum Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra, S.H., M.Sc., dkk, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 2 Maret 2015. RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 42/PUU-XIII/2015 Syarat Tidak Pernah Dijatuhi Pidana Karena Melakukan Tindak Pidana Yang Diancam Dengan Pidana Penjara 5 (Lima) Tahun Atau Lebih Bagi Seseorang Yang Akan

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No.5586 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PEMERINTAH DAERAH. Pemilihan. Gubernur. Bupati. Walikota. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 243) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PEMERINTAH DAERAH. Pemilihan. Gubernur. Bupati. Walikota. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 245) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.245, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH DAERAH. Pemilihan. Gubernur. Bupati. Walikota. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5588) PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2003 TENTANG SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

SAMBUTAN SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KEBUMEN P A D A CERAMAH NETRALITAS PNS DI HADAPAN PANWASLU KABUPATEN KEBUMEN. Senin, 19 Oktober 2015

SAMBUTAN SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KEBUMEN P A D A CERAMAH NETRALITAS PNS DI HADAPAN PANWASLU KABUPATEN KEBUMEN. Senin, 19 Oktober 2015 PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN SAMBUTAN SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KEBUMEN P A D A CERAMAH NETRALITAS PNS DI HADAPAN PANWASLU KABUPATEN KEBUMEN Assalamu alaikum wr. wb. Senin, 19 Oktober 2015 Selamat siang

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 51/PUU-XIV/2016 Hak Konstitusional untuk Dipilih Menjadi Kepala Daerah di Provinsi Aceh

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 51/PUU-XIV/2016 Hak Konstitusional untuk Dipilih Menjadi Kepala Daerah di Provinsi Aceh RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 51/PUU-XIV/2016 Hak Konstitusional untuk Dipilih Menjadi Kepala Daerah di Provinsi Aceh I. PEMOHON Ir. H. Abdullah Puteh. Kuasa Hukum Supriyadi Adi, SH., dkk advokat

Lebih terperinci

MATERI TES TERTULIS DAN WAWANCARA PPK Materi test tulis : Pancasila dan UUD

MATERI TES TERTULIS DAN WAWANCARA PPK Materi test tulis : Pancasila dan UUD MATERI TES TERTULIS DAN WAWANCARA PPK Materi test tulis : Pancasila dan UUD 1945 yang diamandemen Hukum, terdiri dari: Pemahaman Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum Pemahaman

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2003 TENTANG SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

Dibacakan oleh: Dr. Ir. Hj. Andi Yuliani Paris, M.Sc. Nomor Anggota : A-183 FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Dibacakan oleh: Dr. Ir. Hj. Andi Yuliani Paris, M.Sc. Nomor Anggota : A-183 FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENDAPAT AKHIR FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPR, DPD DAN DPRD Dibacakan oleh: Dr. Ir. Hj. Andi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2003 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2003 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2003 TENTANG SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

2 inkonsistensi dan menyisakan sejumlah kendala apabila dilaksanakan, sehingga perlu disempurnakan. Beberapa penyempurnaan tersebut, antara lain: a. P

2 inkonsistensi dan menyisakan sejumlah kendala apabila dilaksanakan, sehingga perlu disempurnakan. Beberapa penyempurnaan tersebut, antara lain: a. P TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PEMERINTAH DAERAH. Pemilihan. Gubernur. Bupati. Walikota. Perubahan.(Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 57) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci