PROYEK PEMBANGUNAN MASYARAKAT PESISIR KABUPATEN MERAUKE

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROYEK PEMBANGUNAN MASYARAKAT PESISIR KABUPATEN MERAUKE"

Transkripsi

1 LAPORAN AKHIR KEGIATAN TAHUN 2013 PROYEK PEMBANGUNAN MASYARAKAT PESISIR KABUPATEN MERAUKE (COASTAL COMMUNITY DEVELOPMENT PROJECT INTERNATIONAL FUND FOR AGRICULTURAL DEVELOPMENT) DISUSUN KONSULTAN PIU KABUPATEN MERAUKE 1. BURHANUDDIN 2. MUKHTAR YAHYA MERAUKE, 13 JANUARI 2014

2 LAPORAN AKHIR IMPLEMENTASI KEGIATAN KONSULTAN PROYEK CCDP-IFAD KABUPATEN MERAUKE PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pemerintah Indonesia dan IFAD telah mengembangkan proyek pembangunan pesisir atau Coastal Community Development project (CCDP- IFAD) dan pada saat ini tahun 2014 sedang memasuki tahun kedua. Proyek dilaksanakan di sejumlah kabupaten/kota, dengan keberagaman sumberdaya lingkungan laut dan social budaya masyarakat, yang terdiri dari masyarakat miskin namun memiliki sumberdaya yang potensial dan akses terhadap pasar. Kabupaten Merauke merupakan salah satu lokasi kegiatan proyek pembangunan masyarakat pesisir (coastal community development) dari 12 Kabupaten/Kota seluruh Indonesia memiliki potensi sumberdaya kelautan yang besar namun belum dimanfaatkan secara optimal, baik potensi penangkapan, budidaya dan produk pengolahan. Kurangnya informasi pasar dan rendahnya kuantitas produksi pengolahan yang berkualitas standar pasar tersebut telah berdampak pada lambatnya peluang dan upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat nelayan. Hal ini tercermin dari masih tingginya angka kemiskinan masyarakat yang ada di daerah pesisir kabupaten Merauke. Kabupaten Merauke terletak antara 137 o -141 o bujur Timur dan 05 o - 09 o Lintang Selatan, memiliki luas ,63 atau 14,67 % dari luas wilayah Provinsi dan merupakan kabupaten terluas di provinsi Papua, luas perairan kabupaten Merauke mencapai 5.089,71 km TUJUAN DAN SASARAN PROYEK Maksud dan Tujuan a) Maksud proyek adalah pengurangan tingkat kemiskinan dan peningkatan pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan pada masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil yang menjadi target proyek. b) Tujuan Proyek ialah untuk meningkatkan pendapatan Rumah Tangga dari masyarakat persisir yang menjadi kelompok sasaran di bidang Kelautan dan Perikanan pada wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Sasaran Proyek Kelompok sasaran adalah masyarakat pesisir pada suatu desa/kelurahan di wilayah pesisir kabupaten Merauke yang mempunyai tingkat kemiskinan lebih dari 20% per desa/kelurahan STRUKTUR KELEMBAGAAN PROYEK Struktur kelembagaan proyek CCDP-IFAD digambarkan dalam diagram berikut:

3 Nasiona NSC (Panitia Pengarah Nasional) Kantor Pengelola Proyek Direktur PMO Kelompok Kerja Teknis Propinsi Pemerintah Propinsi DKP Daerah DKP Propinsi UPT KP3K Kabupate Pemerintah Kabupaten/Kota Dinas KP Kabupaten/Kota Unit Pelaksana Proyek (PIU) Komite Pemberdayaan Masyarakat Desa Pemerintah Desa Tenaga Pendamping Desa / Penyuluh Desa-desa pesisir lainnya Kelompok Kerja Proyek (VWG) Kelompok Prasarana Kelompok Pengelolaan Pesisir Terpadu Kelompok Jasa Kelompok Usaha Kelompok Kader sukarela Catatan: Garis Perintah Garis Koordinasi Garis Kegiatan Utama

4 I. PENGATURAN PELAKSANAAN TINGKAT PUSAT 2.1 Kantor Pengelola Proyek (PMO) PMO ini akan memiliki tanggung jawab operasional keseluruhan untuk pelaksanaan proyek ini dan juga mengkoordinasi tanggung jawab keuangan dan operasional untuk proyek tersebut, termasuk akuntansi, pelaporan, pemantauan, dan evaluasi, dan membangun kapasitas sumber daya manusia dan kelembagaan terhadap mitra proyek untuk meningkatkan kinerja proyek secara nasional. PMO akan dipimpin oleh seorang Direktur Proyek, didukung oleh Sekretaris Eksekutif penuh waktu dan staf pengelola teknis dan administrasi. Direktur Proyek akan melapor dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal KP3K. Staf PMO adalah pegawai negeri sebagian besar diambil dari staf yang ada dari Ditjen KP3K. PMO akan bertugas untuk: melaksanakan dan mengarahkan kegiatan proyek yang telah disetujui dan mengelola kegiatan proyek secara efisien untuk memenuhi target; mengambil tanggung jawab keuangan secara keseluruhan untuk proyek ini; memastikan pelaporan yang tepat waktu, pemantauan dan evaluasi; membangun kapasitas sumber daya manusia dan kelembagaan terhadap mitra proyek untuk mempertahankan dan meniru kinerja proyek secara nasional, dan bertindak sebagai sekretariat untuk mendukung Komite Pengarah Nasional (NSC). Rancangan kerangka acuan bagi staf kunci PMO disediakan dalam Lampiran, dan tugas-tugas kunci untuk fungsi administratif dan pengelolaan keuangan dan tugas-tugas PMO diperinci dengan kerangka acuan mereka. 2.2 Komite Pengarah Nasional (NSC) KomitePengarah Nasional (NSC) akan bertanggung jawab untuk menyetujui kebijakan, rencana, anggaran dan prosedur operasi dan dikonsultasikan dalam penunjukan personil kunci. Secara khusus, NSC akan mengerahkan pengawasan dan menyetujui program kerja dan anggaran tahunan dan meninjau laporan kemajuan triwulanan. NSC akan dipimpin oleh deputi dari Bappenas dan diwakili oleh seorang pejabat senior dari Direktorat Jenderal KP3K. Rancangan kerangka acuan tersedia dalam lampiran. II. PENGATURAN PELAKSANAAN TINGKAT KABUPATEN, PROPINSI DAN DAERAH Pengelolaan di Tingkat Kabupaten (PIU). Bupati/walikota memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan keseluruhan untuk proyek di tingkat kabupaten/kota. Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan akan melaksanakan sehari-hari tanggung jawab tersebut, dan bertugas untuk melaksanakan langsung proyek tersebut. Seorang Sekretaris Eksekutif yaitu Kepala Bidang yang membawahi urusan pesisir, ditunjuk sebagai Wakil kepala Dinas dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas, memiliki tanggung jawab operasional penuh untuk kegiatan proyek dan secara de facto menjadi pengelola proyek di tingkat kabupaten. PIU akan melekat di dalam, dan dikelola oleh staf teknis dan administrasi Dinas, dilengkapi dengan staf konsultan jangka panjang dan pendek. Staf tambahan Dinas akan ditugaskan secara penuh waktu atau paruh waktu pada proyek, dengan tugas khusus yang ditetapkan dalam kerangka acuan mereka. Staf penuh waktu dan paruh waktu sebagai tambahan pendukung dari Dinas ini akan dipilih dengan berkonsultasi dengan PMO, berdasarkan kebutuhan staf dan kualifikasi individu, motivasi, kemampuan memimpin, catatan prestasi dan inovasi dan keseimbangan gender. Setiap kabupaten/kota akan membuat Komite Pemberdayaan Masyarakat Pesisir (District Oversight Board) untuk memberikan nasihat dan dukungan kepada Bupati, Dinas,

5 proyek dan kelompok sasaran. Kepala Bidang dari Bappeda akan mengepalai DOB, tetapi dalam praktiknya fungsi ini akan didelegasikan kepada staff senior Dinas sebagai Sekretaris DOB akan memberikan dukungan administrasi yang diperlukan. Tugas utama dari DOB adalah memberikan saran, tetapi mereka juga akan ditugaskan dengan peran pengawasan yang terbatas, khususnya untuk memastikan keadilan sosial dalam alokasi input proyek. DOB ini akan mencakup perwakilan dari: Bappeda kabupaten/kota (Dinas Perencanaan Kabupaten/kota); wakil dari UPT KP3K dan Wakil dari Dinas Propinsi, organisasi nelayan, LSM pelestarian ekosistem; dan pihak berwenang kabupaten lainnya, yang jumlahnya 9 11 orang wiraswasta. BUPATI/WALIKOTA Dinas KP Kepala Dinas, atau Kepala Dinas Perikanan di Kabupaten Ketua PIU tanggung jawab administratif keseluruhan terhadap proyek DEWAN PENGAWASAN KABUPATEN Ketua: Bappeda, wakil ketua: Dinas KP, perwakilan masyarakat sipil termasuk bisnis, LSM, organisasi nelayan, perwakilan kabupaten, Kementerian Keuangan, Kementerian Dalam Negeri, dan perwakilan KKP daerah dan propinsi sebagai penasihat Bendahara Pejabat Keuangan DP bertanggung jawab langsung kepada KP untuk semua pembayaran/pencairan Sekretaris Eksekutif bertanggung jawab atas operasi harian proyek (Kepala Bidang Dinas KP penuh waktu) Administrasi Pejabat keuangan dan anggaran/perencanaan Pejabat pengadaan Pejabat M&E Staf pendukung kabupaten lainnya Pemberdayaan Masyarakat, Pembangunan dan Pengelolaan Sumber Daya Kepala Bagian Dinas PK (penuh waktu) Konsultan Pemberdayaan dan Pengelolaan Sumber Daya Staf kabupaten lainnya Pembangunan Ekonomi Berbasis Kelautan Kepala Bagian Dinas PK (penuh waktu) Konsultan Pasar, Lembaga dan Prasarana Staf kabupaten lainnya Fasilitasi Masyarakat dan Pengelolaan Sumber Daya Pesisir Pengembangan usaha, tabungan dan prasarana desa Dukungan Pasar/Rantai Pasok Investasi kabupaten dalam kapasitas prasarana dan kelembagaan Perikanan Berskala Kecil Kelompok Usaha Masyarakat dan Kelompok Kerja Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Desa Fasilitator Desa/Masyarakat Hubungan antara pihak dinas kelautan kabupaten/kota dengan propinsi. Propinsi memang tidak memiliki peran langsung dalam pelaksanaan proyek, namun ia memiliki peran koordinasi penting. Kewenangan kabupaten/kota hanya berlaku untuk kegiatan penangkapan ikan dekat pantai oleh kapal-kapal di bawah 10 GT. Selanjutnya, ketika proyek beroperasi di lebih dari satu kabupaten/kota di sebuah propinsi, Dinas KP Propinsi memiliki peran koordinasi yang jelas. Selanjutnya, pusat pertumbuhan propinsi (misalnya Makassar) adalah pusat perdagangan dan logistik ikan yang penting dan dalam banyak kasus eksportir ikan yang membentuk bagian penting dari rantai pasok (value chain) produk yang berada di bawah lingkup Dinas KP Propinsi. Sehingga peran propinsi akan menjadi lebih besar setelah ada produk-produk kelautan dan perikanan CCDP yang dipasarkan.

6 Ditjen KP3K KKP BUPATI/WALIKOTA Direktur Proyek PMO DINAS KP Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Tanggung jawab administratif keseluruhan terhadap proyek Sekretaris Eksekutif Bertanggung jawab atas pelaksanaan harian proyek (Kepala Bidang Pesisir Dinas KP) DEWAN PENGAWASAN KABUPATEN (Kelompok penasihat perikanan berskala kecil di sebuah kabupaten) Komposisi perwakilannya dapat bervariasi di tiap kabupaten: Bappeda (Dinas Perencanaan Kabupaten) sebagai ketua, Kementerian Keuangan dan Kementerian Dalam Negeri, LSM termasuk SSF, organisasi pelestarian bahari, organisasi wanita, universitas, dinas kabupaten lain, pemimpin agama dan usahawan, pihak KKP propinsi dan daerah dalam kapasitas penasihat/koordinator. Sekretaris Eksekutif adalah sekretaris untuk Kelompok Referensi Struktur dan pengaturan pengelolaan untuk proyek di pusat, kabupaten dan desa, ditambah propinsi dan daerah (peran dan tanggung jawab, didukung oleh kerangka acuan terperinci (terlampir), jangka waktu untuk input pengelolaan). III. PENGATURAN PELAKSANAAN TINGKAT DESA Pemerintah Desa. Pemerintah desa, dalam hal ini Kepala Desa dan aparatnya dan Badan Perwakilan Desa, akan bertanggung jawab untuk menandatangani pernyataan kesediaan desa untuk berpartisipasi dalam program ini, untuk memfasilitasi rapat tingkat desa dan memberikan dukungan kepada proyek ini, termasuk memfasilitasi pembentukan Kelompok Kerja Proyek Desa (Village Project Working Group atau VWG). Kelompok Kerja Proyek Desa (VWG). VWG ini akan dibentuk melalui pemilihan dari masing-masing kelompok sasaran sasaran dalam pertemuan publik. Pemungutan suara biasanya akan secara rahasia. VWG biasanya akan terdiri dari lima anggota, dua di antaranya adalah perempuan. VWG ini akan mencakup seorang ketua, sekretaris dan tiga anggota biasa yang semuanya diambil dari rumah tangga sasaran. Para pejabat desa hanya dapat menjadi anggota VWG jika dari rumah tangga yang berkualitas tergantung pada kegiatan ekonomi kelautan. Jika desa terdiri dari beberapa dusun atau desa kecil, setiap dusun akan diwakili dan keanggotaan VWG dapat melebihi lima orang bagi desa yang memiliki lebih dari lima dusun. Anggota

7 VWG diharapkan untuk bertindak sebagai 'motivator' dan mendorong masyarakat untuk mengambil peluang yang disediakan oleh proyek. Semua anggota VWG akan menerima pelatihan selama tiga hari mengenai proyek ini oleh Konsultan dibantu TPD Kabupaten/kota. Proses ini sesuai dengan yang digunakan dalam PNPM dan membangun pengalaman dari pelaksanaan program itu di masyarakat. Rincian dari proses tingkat desa, berikut aliran dana, transparansi dan akuntabilitas digambarkan oleh sub-komponen di bawah ini. Secara khusus, VWG akan bertanggung jawab untuk: (i) Komunikasi dengan pimpinan desa, fasilitator proyek, pihak berwenang kabupaten/kota, dan, ketika diperlukan, komunikasi dengan desa tetangga, tim yang bertanggung jawab untuk proyek-proyek lain dan dengan pihak berwenang kecamatan mengenai hal-hal teknis yang memengaruhi proyek. (ii) Pengawasan kegiatan proyek termasuk pengelolaan sumber daya pesisir, prasarana, layanan dan kelompok usaha (iii) Mengadakan rapat berkala untuk mengevaluasi pencapaian indikator keberhasilan dan kinerja kelompok (iv) Mendorong atau memotivasi masyarakat untuk mencapai semua indikator keberhasilan Kelompok-kelompok di sebuah desa pada umumnya sebagaimana tercantum dalam tabel berikut. Setiap kelompok akan memiliki ketua dan sekretaris. Jika sebuah kelompok memiliki tanggung jawab untuk dana proyek, maka akan dipilih seorang bendahara. Para TPD akan memberikan pelatihan kepada petugas kelompok mengenai pelaksanaan rapat, pencatatan kegiatan kelompok, akuntansi dan pengetahuan keuangan. Nama Fungsi Jumlah Kelompok per desa Keanggotaan Cara Pemilihan Anggota Kelompok Kerja CCDP Desa (VWG) Mengkoordinasikan semua kegiatan terkait proyek; anggotanya bertindak sebagai motivator untuk kegiatan proyek di desa itu 1 5 (termasuk sekurangnya dua orang wanita) Dipilih secara populer oleh seluruh masyarakat nelayan di desa itu dengan kertas suara rahasia Kelompok Pengelolaan Bersama terhadap Sumber Daya Pesisir Bertanggung jawab untuk persiapan dan pelaksanaan rencana pengelolaan wilayah pesisir (Sub- Komponen 1.2) 1 Akan diputuskan kemudian (sekurangnya 30% dari anggotanya adalah wanita) Pemilihan oleh masyarakat Kelompok Pendukung Prasarana Masyarakat Merencanakan, melaksanakan dan O&M prasarana desa (Sub- Komponen 1.3) 1 Akan diputuskan kemudian (sekurangnya 30% dari anggotanya adalah wanita) Pemilihan oleh VWG dengan berkonsultasi dengan Kepala Desa Kelompok Layanan Masyarakat Merencanakan, melaksanakan dan mengelola proyek layanan masyarakat (Sub-Komponen 1.3) Sebanyakbanyaknya 1-2 kelompok Akan diputuskan kemudian Rumah tangga yang tertarik untuk mengelola layanan masyarakat, berdasarkan pada persetujuan masyarakat

8 Nama Fungsi Jumlah Kelompok per desa Keanggotaan Cara Pemilihan Anggota Kelompok Usaha Merencanakan, melaksanakan dan mengelola kegiatan ekonomi berbasis kelautan (Sub-Komponen 1.3) Hingga 4 kelompok di Tahun 1; 5 lagi di Tahun 2 hingga Tahun 3 10 rumah tangga per kelompok Rumah tangga yang tertarik untuk bekerjasama dalam sebuah kelompok untuk melaksanakan kegiatan ekonomi yang umum Kelompok Tabungan Sarana untuk menabung secara teratur bagi anggotanya yang seringkali enggan terhadap risiko; setelah dewasa nanti, para anggota akan lulus untuk membentuk Kelompok Usaha sejak memasuki Tahun 2 hingga 3 (Sub- Komponen 1.3) Sebanyakbanyaknya 4 kelompok 6-10 rumah tangga per kelompok Rumah tangga yang diidentifikasi sebagai miskin dalam peringkat kemakmuran yang diikuti secara partisipatif Kewenangan dan akuntabilitas penggunaan dana hibah. Akan ada tiga penandatangan untuk penarikan dan pengeluaran dari rekening dana BLM: (i) ketua kelompok, (ii) sekretaris VWG (VWG tidak akan menangani dana), dan (iii) TPD yang telah ditunjuk. Bendahara kelompok akan mengurus rekening kelompok dan mencatat dari setiap transaksi tunai. Tenaga Pendamping Desa (TPD) akan secara kompetitif direkrut oleh PMO dan bekerja penuh waktu untuk proyek ini awalnya dengan kontrak satu tahun yang dapat diperbarui setelah dilakukan evaluasi kinerja. Kerangka acuan dan kualifikasi untuk TPD tersedia dalam Lampiran. TPD akan menetap di desa sasaran yang ditetapkan. Pada tahun pertama sepasang TPD (sebaiknya satu perempuan dan satu laki-laki) akan tinggal dan bekerja di masing-masing tiga desa. Dari tahun kedua dan seterusnya, masing-masing TPD akan mengambil tanggung jawab penuh terhadap satu desa baru di setiap tahun (satu desa baru di Tahun 2 dan satu lagi di Tahun 3) sambil terus mengambil tanggung jawab untuk desa-desa awal. Proyek ini akan menyediakan tunjangan transportasi untuk TPD untuk perjalanan mereka menuju desa-desa di luar tempat tinggal mereka saat itu dan menuju kabupaten/kota. Perpanjangan kontrak akan didasarkan pada kinerja, dan insentif berbasis kinerja tambahan dapat dipertimbangkan. TPD akan diawasi dan dievaluasi oleh Konsultan Kabupaten/kota dan staf Dinas Kabupaten/kota. Tahun proyek TP1 TP2 TP3 TP4-5 Jumlah Fasilitator Jumlah desa/kabupaten (tambahan setiap tahun) Jumlah total desa (kumulatif)

9 1.4. RUANG LINGKUP, TAHAPAN KEGIATAN, KOMPONEN DAN STRATEGI IMPLEMENTASI PROYEK 1. Ruang Lingkup dan Batasan Lokasi Proyek a) Lokasi proyek berada di 12 Kabupaten/Kota ditambah Kabupaten Badung sebagai learning center. Kedua belas Kabupaten/Kota tersebut meliput: 1) Kab. Merauke 7) Kab. Lombok Barat 2) Kab. Yapen 8) Kota Makassar 3) Kota Ternate 9) Kota Pare-Pare 4) Kota Ambon 10) Kab. Gorontalo Utara 5) Kab. Maluku Tenggara 11) Kota Bitung 6) Kota Kupang 12) Kab. Kubu Raya Pada masing-masing Kabupaten/Kota, proyek telah dilaksanakan di 9 Desa/Kelurahan dan jika kinerjanya baik (memenuhi indikator kinerja), maka jumlah Desa/Kelurahannya dapat diperluas/ditambah 6 desa lainnya sehingga menjadi 15 Desa/Kelurahan. b) Tahapan proyek. Tahun pertama dilaksanakan 3 Desa/Kelurahan, diprioritaskan yang pernah mendapatkan kegiatan-kegiatan dari Ditjen Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil (KP3K). Tahun kedua, ditangani 6 Desa/Kelurahan baru, dan setelah mid-term review tahun ketiga, maka tahun keempat dan kelima dilanjutkan 6 desa/kelurahan baru. Jika dari mid-term review, kinerjanya tidak baik, maka dana yang tersedia akan di gunakan untuk kabupaten/kota laiinya yang belum menerima dana tersebut. c) Sebaran Desa/Kelurahan, diharapkan Desa/Kelurahan yang terlibat proyek berada dalam satu hamparan dan kawasan, karena ada kriteria kemiskinan, maka Desa/Kelurahan yang berada diantara lokasi-lokasi tersebut akan dilibatkan dalam kegiatan proyek tahun empat sampai kelima. Jika Desa/Kelurahan tersebut tidak bisa masuk kriteria, maka kegiatannya hanya fokus untuk komponen 1.1 dan 1.2 saja. 2. Pendekatan Proyek Pendekatan proyek melalui 4 skema, yang menjadi inti dari kegiatan proyek dan menyediakan dasar dalam pengambilan keputusan mengenai kegiatan proyek dan bagaimana proyek tersebut akan dilaksanakan. Keempat pendekatan tersebut meliputi: i) Pemberdayaan masyarakat; ii) Pendekatan mekanisme pasar atau strategi yang berdasarkan mekanisme pasar; iii) Fokus kepada masyarakat miskin yang marjinal namun mempunyai potensi yang aktif untuk mengembangkan dirinya; iv) Replikasi dan peningkatan volume kegiatan kedesa-desa/kelurahan lain. i) Pemberdayaan masyarakat merupakan roh (soul) dari proyek ini dan salah satu strategi utama yang berakar dan diramu dari program-program pemerintah sebelumnya, seperti PNPM mandiri Kelautan Perikanan, MCRMP, PLPBM, dan COREMAP II. Pemberdayaan masyarakat merupakan alat yang efektif untuk memungkinkan, mengangkat harkat rumah tangga yang menjadi sasaran untuk terlibat secara langsung di dalam

10 pembangunan masyarakat pesisir. Pemberdayaan masyarakat merupakan dasar bagaimana kegiatan investasi project pada komponen dan sub komponen berikutnya dapat dirancang dan dilaksanakan. Pendekatan pemberdayaan masyarakat ini merupakan titik kritis keberhasialan pelaksanaan proyek yang dimulai dengan merancang perencanaan berbasis masyarakat, pengembangan infrasturukutr masyarakat sampai komitmen pemberdayaan masyarakat yang di harapkan dapat membuat masyarakat mempunyai kemampuan mengelola dan mengontrol sumberdaya pesisir mereka termasuk akses kepada ruaya tangkapan(fishing ground). ii) Pendekatan mekanisme pasar yang mana seluruh kegiatan proyek dikembangkan untuk memampukan masyarakat pesisir meningkatkan pendapatan mereka dengan cara memperbesar Margin Profit yang berkelanjutan dari usaha Perikanan dan Kelautannya. Intervensi proyek, intervensi yang dilakukan untuk mencapai pendekatan proyek ini adalah membentuk kelompak usaha bersama/kelompok wirausaha, yang dirancang dengan main sett dari mekanisme pasar. Pengelolaan masyarakat pesisir dimaksudkan untuk menjamin bahwa kegiatan proyek yang berbasis pasar tidak menimbulkan dampak negatif terhadap stok ikan dan selanjutnya masyarakat pesisir dapat mencapai hasil pendapatan yang berkelanjutan dari kegiatan Kelautan dan Perikanan dan investasi dan infrastrukur kabupaten/kota sekaligus mampu mengurangi alur tataniaga barang kelautan dan perikanan. iii) Sasaran dari proyek adalah masyarakat yang miskin dan potensial aktif yang didalam sistem pemberdayaan masyarakat secara umum yang diklasifikasikan dalam cluster dua atau daerah yang terpilih setidaknya memiliki garis kemiskinan diatas 20%. Pendekatan ini fokus kepada masyarakat miskin atau rumah tangga miskin yang dapat mengembangkan investasi proyek secara efektif melalui pendekatan mekanisme pasar iv) Setelah berjalan 2 tahun, proyek kemudian dievaluasi untuk dilihat apakah indikator kinerja proyek dipenuhi dan menunjukkan keberhasilan yang positif. Jika kabupaten/kota yang melaksanakan kegiatan ini dalam kategori berhasil maka desa yang menjadi target ditambah dan direpilkasi ke desa lain sehingga menjadi 15 desa yang berada dalam satu hamparan geografi mendukung pendekatan pengelolaan pesisir terpadu. Setelah mid-rivew maka kabupaten/kota yang berhasil maka dapat mendiseminasikan pembelajaran yang posistif ke kab/kota di sekitarnya dalam bentuk pelatihan, penyadaran masyarakat ataupun studi banding dengan mengundang peserta dari kabupaten/kota sekitarnya. I. Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan Proyek Pembangunan Masyarakat Pesisir (CCD IFAD) ini akan dilaksanakan melalui 3 komponen utama, yaitu: 1. Komponen Pemberdayaan Masyarakat Pembangunan dan Pengelolaan Sumberdaya 1.1. Fasilitasi masyarakat, perencanaan dan monev 1.2. Penilaian sumberdaya, perencanaan dan pengelolaan kooperatif 1.3. Pengembangan Usaha dan Pembangunan Desa Pesisir 2. Pembangunan Ekonomi Berbasis Kelautan dan Perikanan Kab/Kota 2.1. Pengembangan usaha kelautan perikanan skala kecil tingkat kab/kota

11 2.2. Tata niaga pemasaran kelautan perikanan 3. Komponen Pengelolaan Proyek 1. Pemberdayaan Masyarakat, Pembangunan dan Pengelolaan Sumberdaya 1.1. Fasilitasi masyarakat, perencanaan dan monev Sub-komponen ini berbasis implementasi terhadap semua kegiatan dalam masyarakat pesisir dan menetapkan lokasi yang menjadi prioritas panduan dalam pengembangan sumberdaya untuk kabupaten Merauke selanjutnya. Pelaksanaan sub-komponen ini fokus kepada setiap populasi masyarakat kabupaten Merauke yang telah ditetapkan dan hasil akhir dari sub komponen ini adalah rencana pembangunan kelautan berbasis desa, panduan alokasi proyek dan pelaksanaan kegiatan proyek. Inti dari kegiatan sub komponen ini adalah fasilitasi kegiatan proyek yang dikembangkan oleh masyarakat, proses rekayasa sosial yang dikomendasikan dalam tahapan-tahapan yang tersusun: kompilasi strukutur informsi berbasis desa untuk koordinasi dan pengelolaan proyek; penilaian keragaan sumberdaya secara holistik mengenai potensi perikanan kelautan (resource inventory); identifikasi kegiatan prioritas untuk didukung oleh proyek(fisheries marine plan): dan pembentukan dan penguatan kelompok masyarakat yang mengambil bagian dalam pelaksanaan kegiatan proyek. Kegiatan sub komponen ini meliputi: i) Informasi dan penyadaran masyarakat ii) Penilaian inventarisasi yang partisipatif di desa lokasi proyek termasuk: penilaian sosial dan pemetaan kemiskinan, penilaian biogeofisik dan aset fisik, penilaian produksi dan mata rantai tata niaga pemasaran serta penilaian potesi budidaya prikanan iii) Dukungan bagi fasilitasi kelompok masyatakat secara internal di setiap desa/kelurahan proyek dengan memilih anggota yang mau bekerja untuk dan mendukung tenaga pendamping desa (community fasilitator) dalam kegiatan perencanan, pelaksananaan dan monev proyek iv) Perencanaan yang partisipatif, penyusunan skala prioritas dan pengambilan keputusan dengan output rencana 3 tahun pelaksanaan pembangunan proyek untuk memberikan arahan investasi proyek dibidang kelautan dan perikanan v) Pembentukan dan penguatan kelompok masyarakat binaan, kelompok usaha bersama/simpan pinjam dan pelatihan kelompok vi) Pembentukan dan pelatihan Pokmas desa yang akan mengelola dan mengendalikan proses perencanaan dan monev kegiatan proyek di tingkat desa Penilaian sumberdaya, perencanaan dan pengelolaan kooperatif Sub komponen ini menyiapkan dukungan untuk pembangunan pelaksanaan dalam pengelolaan kooperatif pada desa-desa lokasi proyek yang berada dalam satu wilayah hamparan pesisir dengan tujuan untuk memfasiltasi masyarakat mengelola sumberdaya pesisir secara berkelanjutan. Kegiatan sub komponen ini meliputi i) Inventarisasi berbasis masyarakat dengan pendekatan ekosistem ii) Pembangunan penyusunan berbasis desa

12 iii) Kampanye penyadaran masyarakat iv) Pembentukan, pelatihan dan penyiapan peralatan untuk kelompok korelatif co-management yang melibatkan desa-desa dalam satu wilayah hamparan peisisir v) Mendukung pemberdayaan pesisir seperti pengadaan bahan-bahan media, perahu, menara pengawas, patok-patok tanda (marker), pembangunan dan perlengkapan pondok informasi vi) Kegiatan pendukung pada tingkat desa untuk operasional kegiatan comangement termasuk perancangan dan implementasi sistem pemantauan sumberdaya pesisir dan pelatihan yang terpadu Pengembangan Usaha dan Pembangunan Desa Pesisir Inti dari sub komponen ini adalah menyiapkan dana untuk merespon prioritas investasi pembangunan desa yang diusulkan kelompok masyarakat binaan dalam dua skala proritas utama: i) Pengembangan produksi perikanan kelautan, apakah meningkatkan nilai tambah terhadap produksi yang ada sekarang atau meningkatkan produksi dari kegiatan budidaya atau perikanan tangkap. ii) Infrastruktur ekonomi berbasis masyarakat yang dikelola oleh masyarakat sebagai aset yang akan mendukung kegiatan produksi kelautan perikanan dan pendapatan mereka. Dalam kedua skala prioritas ini pokmas yang dibentuk akan memutuskan pilihan dari berbagai menu/jenis kegiatan yang disiapkan proyek dan bagaimana dana proyek dialokasikan kedalam kegiatan tersebut di desa. Alokasi dana untuk setiap kegiatan investasi akan diarahkan dengan membuat persentase minimum dan maksimum dari masing-masing investasi. Proses pendekatan berbasis masyrakat akan diarahkan oleh Unit Pelaksanaan Proyek (PIU), konsultan pengelolaan, tenaga pendamping desa (TPD) dan konsultan jangka pendek yang membantu kabupaten/kota dengan data teknis dan informasi pasar dan mengembangkan pilihan infrastruktur proyek yang memungkinan untuk dilaksanakan. Kunci keberhasilan sub-komponen ini adalah penguatan kapasitas kelembagaan dari kelompok masyarakat yang dinamik yang dalam satu sisi dapat menangani pengembangan usaha Kelautan dan Perikanan secara sukses dan pada sisi yang lain dapat mengelola dan mengoperasikan dan serta merawat infrastuktur masyarakat yang dibiayai dari sub-komponen ini. Sub komponen ini terdiri dari beberapa kegiatan antara lain: Kelompok masyarakat/kelompok usaha yang akan dibentuk sekitar 5-6 pokmas desa dengan anggaran juta per kelompok setiap kelompok rata-rata 10 orang. Investasi proyek ini antara lain untuk i) Budidaya rumput laut, ikan atau produk kelautan, keramba jaring apung/rumpon, perahu sekala kecil (kurang dari 3GT), mesin perahu dan alat tangkap ikan, alat pengembangan produksi garam rakyat. Masing masing pokmas diharapkan memberikan kontribusi inkind sebesar 20% dalam bentuk tenaga kerja dan material lokal seperti bahan/material bambu untuk keramba. ii) Pembentukan kelompok masyarakat (Pokmas)/kelompok usaha bersama (KUBE) iii) Infrastruktur masyarakat skala kecil yang dibutuhkan masyarakat berdasarkan inventarisasi masyarakat serta investasi dan infrastruktur pemasaran dan pengelolaan produksi.

13 iv) Dukungan bagi pemgembangan pemasaran produksi masyarakat v) Pelatihan masyarakat dibidang simpan pinjam 2. Pembangunan ekonomi berbasis kelautan/perikanan tingkat kabupaten/kota Komponen ini memfokuskan pada sebaran atau jenis aktifitas yang akan disediakan/dijalankan dalam rangka mendukung proyek yang dilakukan masyarakat dan pengembangan di butuhkan untuk inisiatif mereka, serta dukungan secara umum dalam mengembangkan pembangunan perikanan/kelautan skala kecil di kabupaten Merauke. Hasil yang diharapkan dari komponen ini adalah : infrastruktur tingkat kabupaten, kelembagaan dan proses penyediaan dukungan untuk pemasaran perikanan/kelautan skala kecil. Komponen ini terdiri dari dua sub-komponen: 2.1. Investasi dan pengembangan kapasitas perikanan skala kecil tingkat kabupaten Merauke. Sub komponen ini diharapkan dapat menyediakan dana untuk: i) Mendukung pengembangan proyek di desa yang telah dipilih; dan ii) Mengembangkan inisiatif untuk mendukung perikanan skala kecil dan mensinergikan dengan inisiatif pengembangan lainnya yang terdapat di kabupaten Merauke. Hal tersebut akan memadukan investasi pada tiga inisiatif: 1. Investasi infrastruktur, yang menyediakan pendanaan dana yang bertujuan memfasilitasi tata niaga pasar skala besar diluar desa tujuan proyek, yang dimiliki oleh negara tetapi dikelolala oleh koperasi atau swasta, yang dibutuhkan untuk mendukung operasi penangkapan ikan skala kecil yang sesuai dengan keadaan masyarakat di lokasi proyek, seperti akses ke input produksi, penanganan dan pengolahan pasca panen/penangkapan, dan pemasaran produksi dari lokasi kegiatan. Secara praktis, hal ini termasuk depo bahan bakar (SPDN/SPBN), kedai pesisir (yang menjual peralatan perikanan), pabrik es (ice plant/ice flake), meningkatkan akses PPI untuk kapal/perahu kecil, dan jalur/jalan sepeda motor yang dapat meningkatkannilai tambah bagi desa lokasi proyek itu. 2. Inovasi dan dukungan pendanaan ditujukan untuk mempromosikan perikanan skala kecil, menyediakan pelayanan dinas Perikanan untuk mengembangkan dan mengimplementasikan pendekatan atau inisiatif baru pembangunan Kelautan dan Perikanan yang diperuntukkan bagi masyarakat dan rumah tangga sasaran proyek. Dengan pendanaan tersebut, diharapkan akan membuat kabupaten Merauke mampu untuk mesinerjikan kegiatan minapolitan dengan proyek ini di daerah dan dapat mengarahkan ide-ide baru. Dalam pelaksanaannya akan melibatkan dua tahapan proses pengalokasian dana, di mana alokasi kedua dihubungkan dengan keberhasilan pengunaan dana pada tahap pertama. 3. Pelatihan pengembangan kapasitas masyarakat kabupaten Merauke ditujukan untuk mengelola sumberdaya pesisir dan pelaksanaan proyek Dukungan tata niaga pasar dan peningkatan nilai tambah. Subkomponen ini akan berbasis pasar dan akan dikombinasikan dengan berbagai aktifitas yang mendukung desa lokasi proyek dalam mengembangkan pasar berbasis perencanaan dan mengembangkan aktifitas

14 dan investasi yang mendukung hal itu, memfokuskan pada komuditas penting dan rantai pasar. Hasil study peluang pasar akan menginformasikan proses perencanaan partisipasi masyarakat, membantu menentukan jenis jenis investasi yang paling efektif dalam pemasarannya, menyediakan pasar dan dasar untuk menilai kebutuhan investasi infrastruktur masyarakat. Hal ini akan melibatkan beberapa aktifitas sebagai berikut: i) Studi peluang-peluang pasar, telah dijalankan kabupaten Merauke, kemudian disebarkan untuk menyediakan input pada proses perencanaan di tingkat desa/kelurahan, mengembangkan pemahaman pada kebutuhan dan dinamika pasar baik pada input maupun output pemasaran, serta untuk menentukan produk perikanan/kelautan yang paling menguntungkan dan sesuai yang dapat di dukung oleh pelaksana proyek. ii) Identifikasi berbasis desa tentang kondisi dan potensi produksi yang sesuai dengan pasar pada bidang perikanan tangkap, budidaya perikanan, rumput laut, dan kegiatan berbasis kelautan (yang mana akan menjadi bagian dari penilaian partispasi masyarakat dan proses perencanaan di bagian subkomponen 1.1) iii) Dukungan pengembangan zona-zona produksi skala minimum bagi pengembangan titilk kritis untuk menarik pembeli dan pengolah, termasuk: pelatihan bagaimana untuk meningkatkan skala produksi dan meningkatkan nilai tambah, penyampaian contoh oleh wirausahawan yang sukses untuk menarik implementasi/timbal balik oleh kelompok/desa. iv) Dukungan hubungan pasar, termasuk di dalamnya adalah hubungan antara pembeli (berbasis wirausahawan) dengan kelompok produsen yang terlibat proyek ini, pertemuan wirausahawan/kelompok bisnis, kunjungan studi kesadaran tentang pasar, dan pameran produk perikanan. v) Pendirian pusat pelatihan di Badung, adalah inisiasi untuk membuat kabupaten Merauke mampu memperoleh pembelajaran dari pengembangan pasar perikanan di bali. Kegiatan ini melibatkan pendanaan untuk pelaksanaan pelatihan, demonstrasi dan saran dari ahli yang terkait. III. Manajemen/Pengelolaan Proyek Komponen ini disediakan untuk pengelolaan pelaksanaan dari semua aspek manajemen proyek yang dilaksanakan oleh PMO di bawah arahan Dirjen KP3K di Jakarta. PMO ini akan mensupervisi pendirian dan pelaksanaan kerja Unit Implementasi Proyek (PIU) pada setiap kab/kota. Untuk itu akan disediakan pendanaan proyek yang dialokasikan untuk 2 tingkat manajemen proyek (PMO dan PIU), dan juga sebagian dukungan pendanaan bagi provinsi (dinas) dan BPSPL. Hasil dari komponen ini adalah kemampuan unuk mengefisienkan manajemen proyek secara transparan. Komponen investasi terdiri dari: i) PMO, termasuk pendanaan untuk kendaraan dan peralatan, pelatihan, workshop dan pertemuan, gaji dan honor staf asistensi teknis untuk manajemen proyek, dan biaya operasional. ii) PIU, berdasarkan pada setiap masing-masing kab/kota yang dilakukan oleh dinas Kelautan dan Perikanan, termasuk pendanaan untuk untuk kendaraan dan peralatan, pelatihan, workshop dan pertemuan, gaji dan

15 honor staf, asistensi teknis untuk manajemen proyek, dan biaya operasional. iii) Dukungan dari dinas propinsi dan pusat teknis regional, dukungan tersebut termasuk perencanaan, koordinasi, pertemuan, dan saran ahli pada 8 Propinsi dan 4 teknis regional/bpspl/bkkpn (makasar, sorong, kupang, pontianak). iv) Monitoring dan evaluasi, termasuk: dasar awal, survei dampak dan manfaat, review dan penilaian tengah-proyek, pembelajaran dan manajemen. v) Study dan dukungan kegiatan. Penyusunan pelaksanaan proyek. Di tingkat pusat, kementerian kelautan dan perikanan akan membentuk TIM dalam Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil sebagai staff PMO yang bertanggung jawab untuk pelaksanaan dan penyediaan dukungan manajemen proyek. PMO akan memfasilitasi perencanaan, konsilidasi perencanaan dan anggaran tahunan, alokasi sumberdaya menyediakan dukungn pelaksanaan, monitoring hasil dan pencapaian dan koordinasi dengan kabupaten Merauke seperti survei permintaan pasar dan pembentukan jaringan wirausaha dalam pemasaran dan pengolahan produk kelautan dan perikanan. Tim inti akan terdiri dari sebagai berikut: sebagai staff yang bekerja penuh yang ditempatkan dalam proyek tersebut, antara lain: Direktur Proyek Nasional, bendahara/manager keuangan, staff pengadaan, staff monitoring dan evaluasi dan staff penanggung jawab teknis proyek. Dinas Kelautan dan Perikanan kabupaten Merauke telah membentuk PIU dan ditugaskan bertanggung jawab dalam manajemen dan pelaksanaan proyek. Tim proyek kabupaten Merauke terdiri dari pegawai negeri sebagai berikut: manager proyek, bendahara, pengadaan barang dan jasa, staf monitoring dan evaluasi, dan petugas teknis yang bertugas bertanggung jawab pada setiap komponen. Mereka didukung oleh anggota tim pelaksana proyek yang akan dikontrak: 3 penyuluh, 6 fasilitator desa, 1 konsultan, 1 ahli pemasaran dan bisnis perkabupaten. Ditingkat masyarakat, pelaksanaan proyek akan melibatkan pembentukan kelompok kerja yang akan diseleksi berbasis rumah tangga perikanan. Setiap kelompok kerja di desa terdiri dari 10 anggota, masing masing dari mereka akan diseleksi dari rumah tangga yang berpartisipasi, setidaknya ada wanita dalam kelompok. Sesuai dengan pengaturan, kelompok kerja akan disahkan oleh kepala desa atau lurah dan didaftarkan di kecamatan. Mereka bertanggung jawab untuk: (i) mengevaluasi penilaian daftar potensi desa; (ii) menyiapkan rencana proyek pengembangan kelautan ditingkat desa; (iii) mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan proyek yang disetujui; (iv) membantu fasilitasi pengaturan manajemen bersama yang telah disetujui; (v) memonitor pelaksanaan proyek dan melaporkan perkembangan kegiatan; dan (vi) penyelesaian konflik/perselesaian. Propinsi (Dinas Kelautan dan Perikanan) dan kantor pendukung teknis regional dari dirjen KP3K (BPSPL/BKKPN) akan mempunyai peran yang terbatas tetapi penting didalam proyek. Sesuai dengan pemenuhan monitoring evaluasi dan peran dukungan teknis yang reguler, mereka akan

16 membantu pelaksanaan proyek yang konsisten dengan kebijakan dan perencanaan, menyediakan dukungan teknis, dan membantu memfasilitasi keterkaitan dengan program pendukung di propinsi Pelaksanaan proyek CCDP-IFAD kabupaten Merauke telah bekerjasama dengan rekan kerja lain seperti LSM, Universitas dan perusahaan swasta untuk memperkuat kapasitas implementasi (dinas) dan menyediakan layanan yang diharapkan kepada masyarakat target. Proyek juga akan mencoba untuk membuat kolaborasi dengan proyek dan program lain pada masyarakat pesisir diwilayah perdesaan. Untuk tujuan pengawasan dan arahan proyek, komite pengarah nasional (KPN) akan berdiri dibawah KKP untuk menjamin pengawasan dan koordinasi secara menyeluruh. KPN akan meberi arahan pada level tinggi dan menjamin PMO mendapatkan umpan balik dan rekomendasi laporan perkembangan implementasi proyek PEMANTAUAN, EVALUASI, DAN INDIKATOR KINERJA PROYEK PIU secara hati-hati akan memilih 3 desa awal berdasarkan kemungkinan keberhasilan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut: (i) Suksesnya pengalaman PNPM (atau proyek masyarakat lainnya), (ii) sumber daya alam dan potensi perikanan, (iii) adanya kelompok berpotensi (iv) komitmen yang dirasa kuat dari pemimpin desa, (v) kualitas kepemimpinan yang dapat dirasakan antara kelompok sasaran. Pemerintah desa akan memberikan pernyataan kepada PIU yang memastikan komitmennya untuk proyek tersebut. Para VWG desa akan dipilih oleh rumah tangga pesisir sasaran seperti dijelaskan di atas. VWG ini akan memiliki tanggung jawab keseluruhan untuk CCDP di tingkat desa. Para TPD dan konsultan tingkat kabupaten/kota akan melayani dalam kapasitas mereka sebagai penasihat dan akan menginformasikan pemangku kepentingan desa akan tujuan, struktur, dan sumber daya berpotensi yang tersedia di bawah proyek ini dan kondisi dan persyaratan yang diperlukan untuk mengakses sumber daya. Para TPD akan secara khusus menyediakan orientasi dan pedoman untuk prosedur dan kriteria pemilihan proyek, untuk akuntansi, transparansi dan pelaporan dan untuk pemantauan kinerja. Proses ini akan mencakup: (i) identifikasi yang jelas mengenai rumah tangga pesisir dan rumah tangga pesisir miskin, (ii) kertas suara rahasia untuk memilih, (iii) transparansi dalam hal pembagian dana hibah proyek dengan menempelkannya di pusat informasi proyek, (iv) membuka forum diskusi untuk proyek yang diusulkan; (v) mengacu pada prinsip keadilan, berpihak pada masyarakat miskin dan keseimbangan gender. Staf proyek akan menjelaskan kepada seluruh desa sasaran bahwa dukungan untuk desa tahap 2 dan 3 akan bergantung pada kinerja desa tahap 1. Berdasarkan Komponen 1, staf PIU akan memastikan bahwa proses-proses berikut dan kegiatan akan berlangsung:

17 (i) Berdasarkan penilaian sosial, PIM akan menetapkan kriteria mengenai rumah tangga mana yang akan dimasukkan dan yang dikecualikan, dan kriteria ini akan diterapkan di tingkat desa (ii) Menjelaskan bagaimana anggota yang berbeda dari desa akan berpartisipasi dan sifat sukarela dari proses pengelolaan di tingkat desa. (iii) Menjelaskan proses pengambilan keputusan untuk kegiatan sarana/prasarana (iv) Menjelaskan tanggung jawab petugas kelompok, pembagian tanggung jawab dan langkah-langkah transparansi (v) Melatih calon pemimpin kelompok dan anggota VWG dalam proses, akuntansi dan pencatatan yang partisipatif (vi) Menjelaskan keterkaitan dengan sub-komponen lain di tingkat kabupaten/kota termasuk pengaturan untuk pelatihan dan dukungan teknis (vii) Menjelaskan cara memantau kemajuan, menilai keberhasilan dan hasil (viii) Menumbuhkan dialog yang konstruktif dengan desa yang berdekatan, atau desa yang berbagi sumber daya perikanan atau bekerja sama dalam pemasaran dan pengembangan rantai pasok (value chain). (ix) Mentor akan membimbing dan menasehati VWG dan kelompok lain pada kegiatan proyek dan memfasilitasi kinerja mereka. (x) Mendorong dan menciptakan insentif bagi kader relawan desa untuk mendukung kegiatan VWG dan proyek seperti Pengelolaan Bersama terhadap Sumber Daya Pesisir dan Kelompok Prasarana 4.2 Penilaian, Perencanaan dan Pengelolaan Bersama terhadap Sumber Daya Pesisir (1.2) Di bawah bimbingan Konsultan Pengelolaan Sumber Daya dan TPD dan setelah berkonsultasi dengan pemerintah desa, VWG akan memimpin dalam membangun Kelompok Pengelolaan Bersama melalui pendekatan pengelolaan wilayah pesisir terpadu terhadap Sumber Daya Pesisir (Marine Resource Co-management Group atau MRCG) dan memastikan koordinasi dengan desa tentang kerja sama dalam pengelolaan sumber daya pesisir. Di bawah bimbingan Konsultan Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan TPD, MRCG akan mempersiapkan perencanaan awal desa dan pemetaan sumber daya pesisir, dengan mempertimbangkan pemetaan kemiskinan rumah tangga dan dusun (atau desa kecil) yang disusun dengan Komponen 1.1 dan yang ada kegiatan ekonomi kelautan dan perikanan desa dan potensi yang dirasakan. MRCG akan membangun konsensus dan kesadaran akan penggunaan sumber daya pesisir yang berkelanjutan, dan berdasarkan konsensus seperti itu MRCG akan mengusulkan kegiatan dan investasi yang akan didanai oleh dana BLM pengelolaan sumber daya pesisir. Dengan bantuan dari VWG itu, MRCG akan mencari persetujuan tingkat desa untuk proposal ini. Proses pengelolaan bersama terhadap sumber daya pesisir digambarkan dalam diagram alir berikut. Atas saran dari VWG dan TPD, PIU akan membuka rekening dana BLM untuk MRCG dengan tujuan menyelesaikan inventarisasi sumber daya pesisir, dan mengembangkan dan melaksanakan pengelolaan pesisir terpadu berbasis desa, mendorong dialog dan konsensus dengan desa-desa yang berdekatan dan pengguna sumber daya pesisir dan termasuk penegakan hukum dan pengembangan peraturan yang mungkin diperlukan. Ketua MRCG akan mengelola rencana dan pelaksanaannya akan didukung oleh TPD dan konsultan kabupaten. Berdasarkan program tersebut, kelompok kecil yang khusus mungkin dapat didukung, misalnya untuk penegakan peraturan masyarakat. Para TPD akan membantu dengan

18 pengaturan untuk keterlibatan bagi desa-desa yang berdekatan yang merupakan bagian dari ekosistem pesisir yang sama dan memberi saran terkait sifat partisipasi mereka, setiap dukungan yang dapat diberikan dan bagaimana penyediaannya. Para TPD juga akan memastikan hubungan dengan prakarsa nasional dan lokal lainnya termasuk yang terkait dengan adaptasi perubahan iklim, keamanan di laut, kesadaran dan persiapan bencana, dan tanda cuaca. Para TPD juga akan memfasilitasi pemilihan calon pelatihan kepemimpinan mengenai pengelolaan sumber daya pesisir, pelestariannya, mobilisasi masyarakat dan pembangunan kesadaran. Para TPD akan membantu meningkatkan kesadaran desa ke tingkat kabupaten/kota dan propinsi yang mungkin diperlukan, misalnya, serbuan kapal besar yang mendapat lisensi dari tingkat kabupaten/kota atau propinsi, atau masalah terkait dengan akses ke tempat tradisional seperti terumbu lepas pantai, atau tepi laut di luar perairan di bawah yurisdiksi kabupaten/kota. Contoh kegiatan dan pengeluaran yang dibiayai dana BLM pengelolaan sumber daya pesisir adalah sebagai berikut: pembangunan pusat informasi desa (pondok inforomasi), kegiatan dari Pokmaswas (kelompok masyarakat pengawas), pembelian mesin untuk perahu pengawasan desa (seperti kano, atau perahu nelayan desa yang digunakan oleh masyarakat untuk tujuan tersebut), pelampung penanda untuk pelestarian/area dilarang memancing, kompetisi sekolah untuk melukis pelestarian ekosistem, kunjungan ke/pertemuan dengan desa tetangga untuk menetapkan rencana pengelolaan sumber daya pesisir bersama. Fase 1 Mobilisasi: Persiapan Menyelenggarakan Kemitraan Rapat dengan pelaku kelembagaan dan pemangku kepentingan dari luar; mengusulkan cara dan prosedur untuk keterlibatan, termasuk pertimbangan keadilan Menentukan batasan daerah pengelolaan bersama yang diusulkan, visi bersama dan pendekatan pengelolaan, dan peraturan negosiasi Inventaris Sumber Daya Masyarakat/Analisa Keadaan Mengumpulkan informasi mengenai masalah ekologi dan sosial, termasuk peta, pencitraan satelit, dan lain-lain. Analisa pemangku kepentingan Penyediaan informasi pasar Fase 2 Proses Perencanaan: Penentuan Sasaran Menentukan sasaran biologis, ekologis, sosial dan ekonomi yang diperlukan untuk mencapai visi bersama Menentukan langkahlangkah pengelolaan tindakan yang akan diambil untuk mencapai Meninjau dan kecenderungan perubahan sosio-ekologis saat ini Mendefinisikan masalah yang dihadapi oleh perikanan dan ekosistem pendukungnya Mengidentifikasi faktor utama yang berdampak pada sumber daya pesisir dan penggunaannya oleh para pemangku kepentingan Fase 3: Menegosiasikan Rencana dan Kesepakatan Pengelolaan Bersama termasuk: Apa yang akan dilakukan oleh siapa dengan cara bagaimana; Mekanisme untuk menengahi konflik dan berbagi fungsi pengelolaan sumber daya pesisir; Hak dan tanggung jawab di antara para pemangku kepentingan; Kesepakatan mengenai protokol yang ditindak lanjuti. Kampanye Kesadaran Masyarakat/Kabupaten

19 Tabel indikatif untuk Sub-Komponen 1.2. Kegiatan Perencanaan Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Fase 1: Proses Mobilisasi Fase 2: Proses Perencanaan Inventaris Desa dan Analisa Keadaan. M&E Kampanye Masyarakat/Kabupaten Kesadaran Fase 3: Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Bersama Hasil penting yang diharapkan dari sub-komponen ini adalah masyarakat perikanan dan peraturan desa tentang pengelolaan sumber daya pesisir yang akan disahkan dan didukung di tingkat kabupaten/kota. Ini adalah elemen inti dari rencana pengelolaan bersama. 4.3 Pembangunan Desa yang Berpusat terhadap Pasar (1.3) BLM akan diberikan kepada kelompok-kelompok desa selama empat kegiatan ekonomi yang terkait erat: (i) Prasarana desa untuk meningkatkan peluang ekonomi berbasis sumber daya pesisir, misalnya perbaikan dermaga (ii) Jasa kelautan yang dimiliki oleh desa, atau pemerintah dan dioperasikan oleh kebanyakan usaha, atau kelompok dengan menyewa, misalnya depot bahan bakar (SPDN) atau es (iii) Kelompok perusahaan memproduksi, mengolah, mengumpulkan, mengangkut atau memasarkan hasil laut (iv) Kelompok tabungan yang berfokus pada rumah tangga dengan sedikit/tanpa tabungan untuk tujuan meningkatkan tabungan dan potensi untuk 'lulus' menjadi kelompok usaha Rincian dari pengelolaan keuangan dan akuntansi untuk dana BLM disediakan dalam Pengelolaan Keuangan. Desa akan menentukan alokasi dana dari poin (i) (iii), sedangkan dana pendamping akan tersedia untuk kelompok tabungan. Sebagai pedoman, tidak lebih dari 20% dari alokasi desa biasanya akan diberikan investasi prasarana dan kelompok jasa. Dana BLM Kelompok Usaha (Enterprise Group atau EG) di poin (iii) akan memiliki nilai indikatif masing-masing sebesar US$ Tabel investasi kegiatan CCDP IFAD Investasi Jenis kelompok yang bertanggung jawab Tanggung jawab kelompok Rekening bank kelompok Kepemilikan aset tetap akibat Sumbangan penerima manfaat

20 Investasi Jenis kelompok yang bertanggung jawab Tanggung jawab kelompok Rekening bank kelompok Kepemilikan aset tetap akibat Sumbangan penerima manfaat 1. Kelompok Prasarana (Infrastructure Group atau IG): Prasarana ekonomi berskala kecil Kelompok pengguna prasarana 6-10 orang Pengelolaan konstruksi (dan O&M yang tengah berlangsung) [Pengaturan O&M harus menjadi bagian dari proposal proyek dan tidak dibiayai dari BLM] Ya. Digunakan untuk anggaran pembangunan fisik, kemudian untuk biaya dan pengeluaran O&M Berdasarkan kebijakan nasional. Jika aset ini dimiliki masyarakat, maka aset ini dimiliki dan dikelola atas nama masyarakat oleh Kelompok Prasarana 20% barang dan jasa ataupun uang tunai dari masyarakat. Pengaturan terhadap O&M yang tengah berlangsung. 2. Kelompok Usaha Jasa (Service Enterprises Group atau SEG) Usaha jasa kelautan Kelompok Kerja CCDP Desa 6-10 orang Pengawasan kegiatan perusahaan jasa yang berlangsung, berikut pemungutan biaya izin/bagi hasil/pembayaran sewa. Pembayaran dapat dilakukan melalui rekening kelompok usaha yang ditunjuk, misalnya untuk pengelolaan sumber daya pesisir, Ya. Digunakan untuk investasi awal untuk aset perusahaan, kemudian untuk bagi hasil/biaya izin masyarakat yang dibayar oleh operator usaha jasa. Berdasarkan kebijakan nasional. Jika aset ini dimiliki masyarakat, maka aset ini dimiliki dan dikelola atas nama masyarakat oleh Kelompok Usaha CCDP Desa 20% barang dan jasa ataupun uang tunai dari masyarakat atau operator usaha jasa 3. Kelompok Usaha (Enterprise Groups atau EG) Kelompo Usaha Minimal 8-12 orang Pengelolaan penuh terhadap investasi awal dan kegiatan perusahaan yang tengah berlangsung Ya. Digunakan untuk hibah awal, kemudian untuk tabungan pendapatan lebih dari kelompok dan tabungan anggota melalui skema tabungan kelompok oleh Kelompok Usaha 20% barang dan jasa ataupun uang tunai dari anggota kelompok usaha Penentuan Alokasi Keuangan Desa. Alokasi dana untuk setiap desa akan didasarkan pada (i) jumlah rumah tangga nelayan dan (ii) prosentase rumah tangga miskin di desa yang ditentukan oleh penilaian sosial dasar dan persediaan desa dijabarkan dalam Komponen 1.1. PIU akan bertanggung jawab untuk verifikasi dan penentuannya. Berdasarkan informasi yang diberikan oleh PIU, PMO akan mereview dan memeriksa perhitungan PIU terhadap alokasi keuangan desa untuk sub-komponen 1.3. Perhitungan ini didasarkan pada 'desa rata-rata yang memiliki karakteristik dan alokasi dasar sebagai berikut Karakteristik desa untuk tujuan penghitungan alokasi Komponen 1.3 Populasi (no.) Jumlah rumah tangga nelayan Prosentase rumah tangga nelayan Prosentase rumah tangga miskin Namun, alokasi desa secara umumnya, selama proyek berlangsung akan didasarkan pada kinerja desa dalam mencapai target yang ditetapkan dalam rencana desa. Kinerja adalah kriteria menyeluruh untuk alokasi peningkatan, namun akan diberikan pertimbangan terhadap desa-desa yang menghadapi kesulitan khusus, seperti isolasi, bencana alam atau faktor di luar kendali desa. Perhitungan akan dilakukan sebagai berikut:

21 Indikator desa Desa rata-rata Faktor penyesuaian Alokasi yang disesuaikan Alokasi Total rumah tangga masyarakat pesisir Proporsi rumah tangga di bawah tingkat kemiskinan Tidak ada Prosentase di atas ratarata Prosentase di atas ratarata Faktor lain Fungsi VWG dalam Memfasilitasi Pelaksanaan Sub-Komponen. VWG, didukung oleh TPD dan staf PIU akan mengatur sebagai berikut: (i) Seleksi melalui pemungutan suara terhadap Kelompok Prasarana Proyek. (ii) Fasilitasi terhadap kerja Kelompok Prasarana Proyek, khususnya pemilihan melalui pemungutan suara dan konsensus desa mengenai prasarana yang akan diberikan dan pengaturannya, termasuk kontribusi barang dan jasa (in-kind contributions) untuk proyek prasarana. (iii) Fasilitasi dan seleksi/penetapan prioritas pelayanan dan kelompok usaha melalui pemungutan suara dan konsensus desa. (iv) Fasilitasi dan pemilihan kelompok tabungan (v) Pemantauan dan pengawasan dari semua kelompok dan pemeliharaan catatan dan transparansi berkaitan dengan alokasi dan penggunaan sumber daya proyek (vi) Melaporkan kepada perangkat desa tentang kemajuan proyek dan hal-hal yang menjadi perhatian/minat untuk masyarakat desa yang lebih luas melalui rapat desa teratur dan konsultasi. (vii) Memastikan keseimbangan gender dan keberpihakan pada masyarakat miskin dalam pencantuman rumah tangga dan individu dalam kelompok. (viii) Mempromosikan dan menyelenggarakan program pengetahuan keuangan dan penyebaran pengetahuan yang relevan mengenai produk yang dihasilkan oleh proyek (misalnya informasi harga pasar melalui SMS) Kelompok Prasarana (IG). Sebuah Kelompok Prasarana setiap desa akan bertanggung jawab untuk penyelenggaraan pemilihan kegiatan prasarana yang konsisten dengan pagu anggaran yang tersedia dan komitmen untuk memberikan kontribusi barang dan jasa sebesar 20% dari perkiraan biaya. Kelompok ini akan bekerja sama dengan TPD dan ahli teknis PIU yang diperlukan pada kelayakan teknis proyek dan perkiraan biaya awal. Setelah pemilihan desa terakhir atas prasarana, kelompok ini akan bekerja sama dengan TPD dan PIU untuk rincian biaya, rancangan, pengadaan, kontribusi barang dan jasa dan modalitas pemeliharaan. Kelompok ini akan bekerja dalam kerjasama erat dengan VWG. Dalam semua kasus, prasarana akan (1) memberikan manfaat atau peran langsung maupun tidak langsung dalam penggunaan sumber daya pesisir yang berkelanjutan di desa itu, atau (ii) memberikan kontribusi langsung maupun tidak langsung atas meningkatnya pendapatan kelompok sasaran. Contoh prasarana meliputi: pembangunan atau perbaikan dermaga; penyediaan air bersih (yang dapat mendukung pengolahan ikan); jalur sepeda motor yang menghubungkan ke jalan

22 raya atau pasar; listrik tenaga surya untuk meningkatkan komunikasi (ramalan cuaca, informasi harga pasar, peringatan untuk penangkapan ikan yang merusak). Izin paket ini dapat diajukan kepada oleh PIU teknis. Namun, PIU dapat menolak usulan tersebut(i) dengan alasan teknis, atau (ii) dengan alasan bahwa proyek tersebut tidak memberikan kontribusi terhadap pengurangan kemiskinan di masyarakat sasaran. Setelah izin ini, PIU akan mentransfer dana ke rekening IG itu sesuai dengan proyeksi arus kas, dan dana ini akan digunakan sesuai dengan prosedur pengelolaan keuangan, pencatatan dan pelaporan yang disetujui (lihat Pengelolaan Keuangan) Kelompok Usaha Jasa (SEG) Tidak lebih dari dua kelompok jasa dapat diusulkan oleh VWG berdasarkan proposal yang dibahas dan disetujui oleh konsensus pemangku kepentingan desa yang lebih besar. Dalam semua kasus, jasa yang diperkirakan akan (i) memiliki manfaat atau peran langsung maupun tidak langsung dalam penggunaan sumber daya pesisir yang berkelanjutan di desa itu, atau (ii) memberikan kontribusi langsung maupun tidak langsung atas meningkatnya pendapatan kelompok sasaran. Contoh jasa meliputi: depo bahan bakar (SPDN), penyimpanan es (cold storage), ruang bersekat, taksi air. Karena beberapa aset ini mungkin terletak di tanah milik umum/desa, aset-aset ini dapat dimiliki oleh desa, atau pemerintah dan disewakan ke SEG. Para pemimpin SEG yang diusulkan akan bekerja sama dengan TPD dan ahli teknis PIU berkaitan dengan perkiraan biaya awal dan kelayakan teknis dan ekonomi awal proyek. Setelah pemilihan desa terakhir, kelompok ini akan bekerja sama dengan TPD dan PIU dalam mempersiapkan rincian biaya, rancangan, pengadaan, kontribusi barang dan jasa, dan modalitas pemeliharaan, pengelolaan dan sewa atau pengoperasian. Sesuai dengan peraturan keuangan, sewa atau pembayaran lainnya dapat diajukan ke rekening Kelompok Pengelolaan Sumber Daya Pesisir, atau rekening lain yang sesuai. Izin untuk paket ini dapat diajukan pada PIU Teknis. Namun, PIU dapat menolak proyek tersebut karena (i) dengan alasan teknis, atau (ii) dengan alasan bahwa proyek tersebut tidak memberikan kontribusi terhadap pengurangan kemiskinan di masyarakat sasaran. Setelah izin ini, PIU akan mentransfer dana ke rekening SEG itu sesuai dengan proyeksi arus kas, dan dana ini akan digunakan sesuai dengan prosedur pengelolaan keuangan, pencatatan dan pelaporan yang disetujui (lihat Pengelolaan Keuangan). Kelompok ini akan bekerjasama erat dengan VWG dan pemilihan operator jasa dan penentuan syarat dan ketentuan penggunaan fasilitas jasa akan dilakukan secara terbuka dan transparan. Informasi tentang berlakunya hal ini ini akan diberikan melalui rapat desa (VWG) dan pusat informasi proyek/pondok informasi (misalnya di papan tulis atau daftar tertulis). Biasanya operator jasa akan ditentukan oleh desa dan rencana bisnis yang disepakati sebagai bagian dari proposal proyek Kelompok Usaha (EG) Kelompok usaha akan dibuat untuk kegiatan ekonomi tertentu (misalnya budidaya laut, pengolahan) oleh rumah tangga yang berminat. Keanggotaan berdasarkan rumah tangga, dan satu Kelompok Usaha akan terdiri dari 8-10 rumah tangga (minimal 8). Bila mungkin, proyek ini akan bekerja dengan kelompok yang ada,

23 selama proyek/usaha yang diusulkan mereka layak dan konsisten dengan pengelolaan sumber daya pesisir dan VDP. Diperkirakan bahwa pada tahun pertama kelompok yang ada dengan kepaduan yang kuat dan prospek yang baik untuk adaptasi akan menjadi fokus utama dukungan proyek. Diharapkan akan ada lebih banyak kelompok usaha yang muncul seiring masyarakat itu mendapatkan pengalaman dari kelompok pertama. Proyek ini akan membuka peluang baru untuk proses adopsi terakhir di tahun kedua atau ketiga dari siklus proyek desa. Keterlibatan perempuan dalam kegiatan usaha berorientasi produksi akan menjadi tantangan bagi beberapa kelompok usaha, terutama kelompok usaha yang terlibat dalam kegiatan penangkapan ikan. Namun, perempuan akan sangat didorong untuk berpartisipasi dalam budidaya perikanan, pengolahan dan pemasaran ikan, prasarana masyarakat, jasa dan kelompok tabungan. Sebagai pedoman, satu dari tiga anggota EG (dan IG dan SEG) harus perempuan dan alokasi desa dapat dikurangi jika ada kegagalan yang berlanjut untuk memasukkan perempuan. Proses seleksi dan alokasi dana hibah akan mengikuti proses yang disebutkan di atas tetapi karena EG memiliki dimensi kelompok usaha yang lebih besar dan keragaman pengeluaran, mereka dapat dikenakan tingkat pengawasan yang lebih besar dari IG dan SEG. Contoh kegiatan EG meliputi: budidaya rumput laut, tambak garam, rumpon, pengolahan ikan, penangkapan dan budidaya kepiting hijau/rajungan, keramba ikan. Proses seleksi adalah sebagai berikut: (i) VWG dibantu oleh staf proyek (TPD dan staf PIU teknis) memberikan keterangan tentang dasar pemikiran dan proses kepada kelompok sasaran. (ii) Dengan bantuan TPD, rumah tangga pesisir yang layak membentuk kelompok dan menyiapkan proposal proyek awal. Semua proposal diharapkan layak teknis dan finansial dan risiko harus dapat diatasi. (iii) Kelompok-kelompok secara resmi dibentuk dan didaftarkan dan TPD memberikan pelatihan mengenai pengelolaan kelompok dan pengetahuan keuangan dan membantu EG mempersiapkan rincian proyek termasuk spesifikasi teknis, biaya dan perkiraan balik modal, penentuan keberlanjutan sumber daya pesisir bekerjasama dengan kelompok Pengelolaan Bersama terhadap Sumber Daya pesisir, rincian kontribusi barang dan jasa, dan alokasi tanggung jawab kelompok. PIM akan memberikan contoh dan daftar periksa untuk informasi proyek dan proses kelompok yang terlibat. (iv) TPD dan PIU akan memverifikasi kelayakan teknis dan finansial, mungkin dalam hubungannya dengan lembaga bank atau kredit mikro dan mencari sinergi antara kelompok-kelompok (misalnya kelompok produksi, keberlanjutan pasokan kepada pembeli, skala ekonomi dalam pengolahan atau pemasaran). (v) VWG akan melakukan proses review proposal kelompok secara transparan dengan maksud bahwa proses ini 'semi-kompetitif', di mana proyek yang lebih baik disetujui untuk tahap pertama seleksi sementara proyek yang kurang menarik masih bisa dilakukan dalam tahap kedua (lihat bawah) (vi) Setelah izin teknis oleh PIU dan izin VWG desa, EG akan resmi terdaftar di desa dan ditetapkan di Dinas dan sesuai dengan peraturan yang berlaku dan prosedur keuangan PIU akan membuka rekening atas nama kelompok dan mengatur transfer dana BLM.

24 (vii) PIU mungkin memerlukan revisi rincian teknis atau keuangan dari proposal untuk memenuhi kriteria yang jelas. Jika terjadi kegagalan dalam menyelesaikan masalah teknis / keuangan, PMO dapat diminta untuk membuat penetapan terhadap pendanaan proyek. Alokasi dana BLM berdasarkan kinerja. Dana EG yang tersedia untuk desa akan tersedia dalam dua tahap. Tahap pertama hingga 75% dari alokasi total yang tersedia akan dialokasikan pada tahun pertama (dengan asumsi proyeknya dinilai layak). Tahap kedua akan tersedia di TP3 sehingga proyek baru dapat mengambil manfaat dari pengalaman proyek babak pertama. Alokasi EG babak pertama akan dibuka pada akhir Tahun Desa 1 jika pemberdayaan desa, seleksi dan proses pengelolaan sumber daya berjalan dengan baik dengan keputusan akhir tentang investasi oleh Q1 dari Tahun Desa 2 dan pencairan terjadi hingga akhir Tahun Desa 2. Babak atau tahap kedua diproyeksikan untuk dibuka pada awal Tahun Desa 3 dengan pencairan selesai pada tahun yang sama. Poin-poin berikut tidak akan dibiayai dalam proyek ini. Daftar Negatif. Kegiatan berikut tidak dapat dibiayai oleh proyek: (i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) (viii) (ix) (x) (xi) (xii) (xiii) (xiv) Pembiayaan dari setiap kegiatan yang berkaitan dengan militer atau angkatan bersenjata, politik praktis/kegiatan partai politik, Pembangunan/rehabilitasi bangunan kantor pemerintah dan tempat ibadah, Pembelian gergaji mesin, senjata, bahan peledak, asbes dan bahan-bahan tidak ramah lingkungan lainnya (pestisida, herbisida, obat-obatan terlarang, dan lainlain), Pembelian kapal ikan dengan kapasitas lebih dari 10 ton dan peralatannya, Pembiayaan gaji pegawai negeri, Pembiayaan kegiatan yang mempekerjakan anak di bawah umur, Kegiatan yang berkaitan dengan produksi, penyimpanan dan penjualan produk tembakau, Kegiatan yang berkaitan dengan perlindungan alam di lokasi yang ditetapkan menjadi cagar alam tanpa persetujuan tertulis dari instansi terkait yang mengelola lokasi tersebut, Penambangan atau ekstraksi atau penggunaan terumbu karang, Kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya air dari sungai yang mengalir dari atau ke negara lain, Kegiatan yang berkaitan dengan pengalihan sungai, Kegiatan yang berkaitan dengan lebih dari 50 Ha reklamasi lahan, Pembangunan lebih dari 50 Ha jaringan irigasi baru, Pembangunan bendungan atau wadah air dengan kapasitas besar lebih dari meter kubik. Sumber: PNPM Kelompok Tabungan (SG) Anggota kelompok tabungan adalah rumah tangga miskin desa sasaran. Mereka adalah rumah tangga miskin yang kekurangan modal. Rumah tangga yang bergerak dalam EG tidak akan memenuhi syarat untuk dana bersama di SG. Kelompok tabungan akan memungkinkan rumah tangga pesisir untuk mengembangkan budaya menabung dan mengumpulkan modal awal yang dapat digunakan sebagai kontribusi untuk memungkinkan para anggota untuk membentuk Kelompok Usaha. Setidaknya satu dari empat kelompok tabungan harus merupakan kelompok perempuan

25 (meskipun pengalaman menunjukkan bahwa perempuan kemungkinan akan menjadi peserta aktif dalam kelompok tersebut). IV. PENGATURAN PELAKSANAAN UNTUK KOMPONEN Sub-Komponen 2.1 Dana Pendukung Kegiatan Perikanan Skala Kecil di Kabupaten/Kota (District Fund for Supporting Small Scale Fisheries atau DFSSF). DFSSF akan memungkinkan PIU, bekerja sama dengan masyarakat sasaran dan berkonsultasi dengan DOB dan PMO, untuk mengembangkan dan melakukan investasi prasarana yang memiliki dampak nyata terhadap perekonomian kelautan di desa sasaran, untuk melakukan proyek lingkungan, sosial dan ekonomi yang inovatif untuk mempercepat pencapaian tujuan CCDP dan membantu mengkonsolidasikan dan menyebarluaskan prestasi proyek. Dana ini akan memberikan insentif penting bagi Dinas KP dan staf proyek di tingkat kabupaten/kota untuk bekerja dalam kerjasama erat dengan DOB dan tokoh masyarakat untuk bersama-sama mengembangkan rencana kegiatan untuk kepentingan masyarakat pesisir sasaran. Dana tersebut akan digunakan sebagian besar berdasarkan kewenangan kabupaten/kota, tetapi dengan pengawasan, arahan dan supervisi dari PMO; maksudnya, PIU akan mengembangkan dan mempersiapkan proyek-proyek yang diusulkan dan PMO akan menyaring/mereview usulan kegiatan ini dalam dua cara: (i) pertama untuk memastikan kelayakan teknis dari proyek, memastikan bahwa ada hasil yang terukur dan strategi keluar yang jelas, dan (ii) kedua, untuk memastikan bahwa proyek-proyek ini konsisten dengan tujuan CCDP dan bahwa ada tingkat kepastian yang dapat diterima bahwa masyarakat pesisir sasaran akan menerima manfaat. Dana ini akan tersedia dalam dua tahap: tahap awal pada awal proyek dan tahap kedua adalah tahap yang terkait dengan kinerja setelah evaluai pertengahan. Kegiatan Dana akan terhubung secara langsung tidak hanya pada kegiatan Komponen 1, tetapi juga untuk kegiatan lainnya di bawah Sub- Komponen 2.1 dan 2.2. (pasar dan rantai pasok). Prosedur untuk penggunaan DFSSF adalah sebagai berikut dan kriteria untuk pengembangan dan seleksi proyek dijelaskan di bawah skema masing-masing. Proses seleksi. PIU (Sekretaris Eksekutif) akan memiliki tanggung jawab utama untuk pengelolaan administrasi proyek. Proses berikut akan menjadi pedoman untuk disesuaikan dengan keadaan kabupaten/kota dan untuk diperinci dalam PIM. PIU akan menyusun daftar lengkap pemangku kepentingan kabupaten/atas atas sumber daya pesisir dan perikanan berskala kecil, termasuk bisnis, keuangan mikro, penjangkauan (outreach), pemberdayaan masyarakat, dan pihak-pihak lain. Tahap pertama dari proses seleksi dan penyusunan proposal akan diundang melalui pengumuman publik (radio), pengumuman desa, pemberitahuan di tempat umum, seperti pusat pendaratan ikan dan kantor pemerintah yang memastikan bahwa seluruh pemangku kepentingan mendapatkan informasi. DOB akan menerima pengarahan penuh mengenai tujuan, prosedur dan kriteria. Jika diperlukan, rapat umum (terpisah) akan diadakan untuk menjelaskan tujuan Dana dan prosesnya. Setelah konsultasi dengan PIU, DOB akan melakukan seleksi dengan penyaringan teknis awal. DOB harus menyertakan sekurangnya satu perempuan. Kelompok Teknis ini dapat menggunakan bantuan teknis dari staf yang tersedia di KKP tingkat propinsi atau UPT KP3K. DOB akan mengajukan daftar panjang yang diprioritaskan kepada PIU yang sudah dinilai sesuai dengan protokol yang akan ditetapkan dalam PIM.

26 DOB akan merekomendasikan daftar pendek yang diprioritaskan yang konsisten dengan pendanaan yang tersedia dan, jika dianggap perlu, meminta proposal yang lebih rinci dari para pengusul. PIU akan mengevaluasi kembali proposal yang lebih rinci dan merekomendasikan untuk penyaringan teknis oleh PMO. Bupati/walikota akan mendukung portofolio proyek yang sudah mendapat izin dari PMO. PIU akan memprakarsai persyaratan rekayasa atau rancangan lainnya sebelum lelang dan pengadaan dalam hal infrastruktur, atau memprakarsai penandatanganan kontrak dan penyelenggaraan BLM dalam hal inovasi. Pengaturan keuangan. Mungkin ada beberapa jenis lembaga pelaksana proyek, atau penerima sumber dana DSFF. Pengaturan berikut akan berlaku untuk penerima yang berbeda: Pihak berwenang kabupaten/kota (misalnya, dalam hal kontrak prasarana) akan mengikuti prosedur pengadaan barang dan jasa pemerintah dan untuk pengelolaan keuangan sesuai dengan peraturan yang berlaku. LSM, Badan usaha, atau badan hukum yang mapan. Prosedur kontrak standar pemerintah akan berlaku, yaitu penerima dana akan diperlakukan sebagai kontraktor yang bertanggung jawab untuk penyaluran khusus dan pembayaran berdasarkan penyaluran tersebut. Setiap badan usaha atau lembaga akan diperlakukan sebagai kontraktor. Uang muka dapat diberikan sesuai dengan rencana pembiayaan proyek yang disetujui. Kelompok yang dibentuk hanya untuk kepentingan proyek yang disetujui akan diminta untuk mendaftar kepada pemerintah daerah dan Dinas KP dan akan diperlakukan sama dengan kelompok usaha. Prasarana pendukung kabupaten/kota untuk perikanan skala kecil. Proyek prasarana kabupaten/kota akan didasarkan pada permintaan kebutuhan masyarakat pesisir sasaran, termasuk desa proyek dan komunitas yang lebih besar dari nelayan berskala kecil di kabupaten/kota itu dan pemangku kepentingan lainnya dalam rantai pasok (value chain). Untuk setiap proyek prasarana, PIU akan memastikan bahwa rincian proposal prasarana akan mengandung unsur-unsur pokok berikut: (i) nama dan afiliasi dari para pendukung, (ii) dasar pemikiran, termasuk kontribusinya terhadap kesejahteraan ekonomi atau sosial masyarakat pesisir sasaran; (iii) lokasi, termasuk rincian kepemilikan tanah, (iv) biaya modal dan rancangan garis besar, (v) kepemilikan yang diusulkan (sejalan dengan kaidah-kaidah pemerintah) dan pengelolaan prasarana, (vi) biaya operasi, pemeliharaan, dan tanggung jawab untuk pemeliharaan (vii) pandangan dari para wakil dari desa sasaran dan DOB, dan (viii) daftar periksa untuk memenuhi kriteria proyek (lihat di bawah). Setelah mendapat izin PMO, proyek akan dimasukkan dalam rencana kerja dan anggaran kabupaten/kota lalu dilaksanakan. Sejalan dengan PIM dan kaidah-kaidah proyek mengenai keuangan, pengadaan dan M&E, PIU akan memiliki tanggung jawab operasional untuk pelaksanaan proyek prasarana. Staf PMO dapat mengawasi pengadaan dan kepatuhan terhadap kontrak. Kriteria untuk kepatuhan dari proposal proyek dengan CCDP adalah sebagai berikut: (i) prasarana memiliki hubungan langsung untuk meningkatkan efektifitas produksi kelautan dan perikanan dan pemasaran di masyarakat pesisir sasaran, (ii) dalam pandangan PMO, proyek ini sehat secara teknis, termasuk pengaturan untuk mengelola dan memelihara prasarana, (iii) pandangan masyarakat sasaran dan

27 Komite Pemberdayaan Masyarakat Pesisir tercermin dalam proposal proyek, dan (iv) kepemilikan dan pengaturan kendali (terhadap potensi monopoli) menjaga masyarakat sasaran. Kriteria pemilihan proyek prasarana yang disaring secara teknis dan finansial adalah sebagai berikut: (i) prosentase dari target rumah tangga mencapai 4/10 poin, (ii) prosentase desa pesisir kabupaten/kota mencapai 3/10 poin, (iii) biaya untuk setiap rumah tangga pesisir sasaran mencapai 3/10 poin (semakin rendah semakin baik). Inovasi yang mendukung perikanan skala kecil di kabupaten/kota. Skema inovasi akan melengkapi dukungan tingkat desa dan kabupaten/kota dengan mengakomodasi karateristik dari masing-masing kabupaten/kota dan memungkinkan untuk kreativitas dan inovasi kabupaten/kota dalam mengembangkan solusi pengelolaan sumber daya pesisir dan model produksi yang berkelanjutan. Kriteria seleksi untuk skema inovasi dan penilaian akan didasarkan pada hal-hal berikut: (i) model bisnis bisnis yang sehat dengan tujuan yang jelas dan logika penyaluran (delivery logic), (ii) penetapan biaya realistis dan skala waktu, (iii) kompetensi teknis atau ketajaman bisnis dari para pendukung, (iv) sinergi dalam lingkup geografis dan manusia, misalnya entitas alam, atau kelompok produsen yang menargetkan produk-produk yang sama dan menghadapi masalah-masalah yang sama, (v) tingkat dukungan dari masyarakat pesisir sasaran dan para pemangku kepentingan, (vi) kemampuan untuk meningkatkan pendapatan atau kesejahteraan masyarakat pesisir sasaran dalam jangka panjang ataupun pendek, (vii) isu-isu dan peluang yang tidak termasuk dalam proyek ini atau proyek-proyek lain; (viii) meningkatkan dana atau sumber daya lain; (ix) potensi untuk replikasi, dan (x) memiliki strategi keluar yang jelas dan hasil yang terukur dalam keberlangsungan proyek. Contoh penilaian yang disarankan untuk digunakan oleh Komite Seleksi adalah sebagai berikut: Model penilaian untuk kriteria Jendela Inovasi Nilai Rancangan Model bisnis yang sehat dengan tujuan yang jelas dan logika pengiriman 2 kompetensi teknis atau ketajaman bisnis dari para pendukung penetapan biaya realistis dan skala waktu 1 meningkatkan dana atau sumber daya lain memiliki strategi keluar yang jelas potensi untuk replikasi dan pembuatan kegiatan proyek yang lebih baik lagi 1 isu-isu relevan dan peluang yang tidak termasuk dalam proyek ini atau proyek-proyek lain Dukungan tingkat dukungan dari masyarakat sasaran dan para pemangku kepentingan (surat, pernyataan, pandangan dari DOB) sinergi dalam lingkup geografis dan manusia 3 Hasil

28 Model penilaian untuk kriteria Jendela Inovasi kemampuan untuk meningkatkan pendapatan atau kesejahteraan masyarakat sasaran dalam jangka panjang ataupun pendek hasil yang terukur dalam hidup proyek Nilai 2 Nilai maksimal 10 Dana tersebut akan diakses oleh PIU kabupaten/kota dalam dua tahap. Tahap kedua akan bergantung pada kinerja yang memuaskan dalam penggunaan dana tahap pertama. PMO, setelah berkordinasi dengan pemerintah kabupaten/kota, akan bertanggung jawab untuk evaluasi efektifitas dan untuk alokasi (dan alokasi kembali). Tahap kedua akan dicairkan setelah evaluasi pertengahan proyek, kecuali jika ditentukan lain oleh PMO. Pelatihan dan peningkatan kapasitas kelembagaan kabupaten/kota. PMO akan membimbing dan mengkoordinasikan kegiatan pelatihan dan peningkatan kapasitas dari PIU kabupaten/kota, Unit Pelaksana Teknis dan Pusat Pembelajaran Badung melalui penyusunan rencana pelatihan yang terkonsolidasi akan berperan dalam pelatihan dan peningkatan kapasitas mencakup komponen desa, kabupaten/kota, dan pengelolaan. Direktur PMO akan memiliki peran penting dalam penyusunan rencana pelatihan, yang memastikan pelaksanaan dan koordinasinya dengan Ditjen- Ditjen lain dari KKP yang difokuskan pada pengembangan sumber daya manusia. 5.2 Sub-Komponen 2.2 Untuk memastikan bahwa pengalaman dan keahlian dari Ditjen P2HP dibagi dalam CCDP, telah terjadi kesepakatan untuk memiliki seorang staf pemasaran dan Pengolahan Senior dari Ditjen P2HP untuk menjadi anggota penuh waktu dari PMO untuk mengambil peran teknis terhadap aspek pengolahan dan pemasaran dari proyek ini dan memberikan bimbingan, koordinasi dan sokongan kepada tim yang terdiri dari 12 Konsultan Pengembangan Pasar dan Usaha Kabupaten/kota penuh waktu dengan dukungan erat dari Konsultan Pemasaran dan Rantai Pasok (value chain) PMO. Staf pemasaran dan Pengolahan Senior dari Ditjen P2HP akan didukung oleh sebuah kelompok kerja dalam Ditjen P2HP untuk memastikan hubungan yang lancar antara CCDP dan Direktorat yang relevan dalam Ditjen P2HP. Urutan, peran dan tanggung jawab, dan aspek-aspek lain dari pelaksanaan subkomponen ini diharapkan sebagai berikut: Pelaksanaan akan dipimpin di tingkat kabupaten/kota oleh konsultan Pengembangan Pasar dan Usaha Kabupaten/Kota (District Market and Enterprise Development atau DMED), didukung oleh PIU dan staf Dinas lain, dengan dukungan teknis oleh Konsultan Pemasaran dan Pengolahan dan Konsultan Rantai Pasok (value chain) dengan para ahli tambahan yang dimobilisasi melalui Unit Pelaksana Teknis dan PMO jika diperlukan. Pendekatan pemasaran akan memerlukan konsultasi dan partisipasi aktif dari pembeli dan pedagang sektor swasta di rantai pasok (value chain) produk yang berpotensi tinggi dan memperbarui strategi intervensi dan rencana aksi. Para konsultan DMED akan memegang tanggung jawab utama untuk membangun hubungan yang sukses dengan, dan antara, calon pembeli yang berminat, mitra bisnis dan kelompok produsen dalam rantai pasok (value chain) yang diprioritaskan

29 dan memastikan partisipasi aktif mereka dalam perencanaan dan penelaahan strategi kegiatan sasaran dan rencana aksi bersama. Untuk kelompok usaha di desa yang didukung oleh Komponen 1 dan berminat untuk terlibat dalam rantai pasok (value chain) maka akan diprioritaskan, para konsultan DMED akan bekerja sama dengan TPD di desa terkait dalam mendukung kelompokkelompok itu dalam mempersiapkan rencana sederhana untuk bisnis mereka dan menerapkan pembiayaan bersama (Sub-Komponen 1.3), melaksanakan investasi mereka untuk meningkatkan produksi mereka, menerapkan teknik dan standar yang lebih baik serta dalam memfasilitasi dan menjaga hubungan baru dengan pembeli dan dukungan lain seperti diuraikan di atas. Ketika ada rencana aksi kabupaten/kota dalam rantai pasok (value chain) yang diprioritaskan di bawah prakarsa Minapolitan atau lainnya, maka para konsultan DMED akan berkoordinasi dengan unit yang berwenang untuk mencoba memastikan bahwa kegiatan Minapolitan dan CCDP saling melengkapi. Namun, akan sangat penting bahwa koordinasi dengan prakarsa lain tidak merusak kepemilikan dan strategi kegiatan yang didorong oleh para pemangku kepentingan rantai pasok (value chain) dalam proyek ini. Pusat Pembelajaran Badung. Kegiatan Pusat Pembelajaran ini akan dikoordinasikan oleh Dinas KP di Badung yang akan membangun jaringan sumber daya manusia setempat termasuk nelayan, koperasi nelayan, kelompok usaha, dan pengusaha (laki-laki dan perempuan) yang terlibat dalam industri perdagangan dan pengolahan ikan. Sebuah program kunjungan belajar akan diselenggarakan setiap tahun melalui dialog yang akan dibentuk antara PIU dan Pusat Pembelajaran Badung. Kabupaten/kota yang berpartisipasi akan berkoordinasi dengan para penanggung jawab Pusat Pembelajaran Badung mengenai waktu dan isi untuk setiap kunjungan DESKRIPSI SINGKAT CAPAIAN KEGIATAN TAHUN 2013 PIU kabupaten Merauke sejak dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Bupati kabupaten Merauke, mengalami beberapa kali perubahan surat keputusan dikarenakan perubahan ditingkat pengambil kebijakan melakukan pergantian pengurus, sehingga menyebabkan keterlambatan kegiatan CCDP-IFAD di level kampung. Minimnya pemahaman dan pengalaman pengurus PIU kabupaten Merauke dalam program pembangunan masyarakat pesisir baik di tingkat local dan nasional, merupakan suatu kelemahan bagi Implementasi Program CCDP- IFAD kabupaten Merauke, namun hal tersebut dapat diantisipasi dengan melakukan konsultasi secara langsung kepada PMO, Konsultan dan Pihak Universitas Musamus Merauke. Pelaksanaan kegiatan CCDP-IFAD Kabupaten Merauke tidak berbeda dengan daerah lainnnya, berpedoman pada Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) dan Rencana Kegiatan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-KL) / Petunjuk Operasional Kegiatatan (POK), dan penjelasan POK yang disusun oleh PMO, adapun kegiatan yang dilaksanakan oleh PIU, Konsultan, TPD dan pihak-pihak yang lain diurai sebagai berikut ; sosialisasi desa, penilaian desa berbasis masyarakat, Pertemuan Desa, pelatihan pokmas, inventory sumberdaya pesisir, pelatihan co-management group, pembangunan pondok informasi, detailed village co-management plan, workshop coastal marine resources management, fasilitasi P3MP, pelatihan sistem monev, penyaluran

30 dana BLM, pelatihan pemasaran, pengembangan jaringan pasar, baseline RIMS, annual outcome survey, market study, dan village profiling. Kegiatan CCDP-IFAD kabupaten Merauke tahun 2013 seluruhnya dapat dilaksanakan dengan baik, meskipun ada beberapa kegiatan yang dilaksanakan tidak tepat waktu dengan scedule yang telah di tentukan oleh Panitia pelaksana kegiatan. Kegiatan CCDP-IFAD kabupaten Merauke yang dimanahkan kepada Dinas Perikanan dan kelautan dan telah menunjuk Bidang Pengawasan Sumberdaya Pesisir dan Laut untuk menjalankan seluruh kegiatan, dalam perjalanan hampir satu tahun telah terjadi kolaborasi dengan bidang lainnya baik lingkup dinas perikanan dan Kelautan mapun instansi lainnya. Pelaksanaan kegiatan dilapangan tidak terlepas dari keterlibatan Tenaga Pendamping Desa yang siap kapan saja dilibatkan dalam kegiatan, penyuluh perikanan setiap kampung belum maksimal dalam melakukan kewajibannya dan minim terlibat dalam kegiatan CCDP-IFAD yang dilaksanakan di tingkata kampung maupun kabupaten, salah satu penyebabnya adalah kurangnya pemahaman program CCDP-IFAD, tidak menetap di kampung target dan minimnya anggaran untuk mobilitas penyuluh. Partisipasi masyarakat terhadap kegiatan CCDP-IFAD cukup besar dan seiring dengan perjalanan waktu animo masyarakat cukup tinggi untuk terlibat dalam kegiatan CCDP-IFAD yang dilaksanakan di tingkat kabupaten maupun kampung, salah satu indikator yang dapat digunakan adalah kehadiran peserta semakin bertambah. Kegiatan CCDP-IFAD kabupaten Merauke telah meggunakan anggaran sesuai Rencana Kegiatan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-KL) tahun 2013, belum tercapaianya target penyerapan anggaran terlihat dari perbedaan target pencapaian serapan anggaran (95 %) dengan penyerapan anggaran yang terealisasi (88,5%) di tahun Secara teknis, kendala dan tantangan yang dihadapi dalam mengimplementasikan kegiatan di lapangan adalah kondisi geografis antar kampung yang berjauhan, aksesibilitas yang relatif sulit, keterbatasan signal seluler untuk komunikasi. Solusi terbaik untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah melakukan perencanaan kerja yang sangat matang dan team work yang solid, sehingga program kerja dapat terlaksana dengan lancar. 2. GAMBARAN UMUM LOKASI CCDP-IFAD 2.1. PROFIL SINGKAT 9 DESA TARGET CCDP-IFAD Secara historis, Kabupaten Merauke terbentuk pada tanggal 12 Februari 1902 yang merupakan bagian dari hindia belanda dan menjadi salah satu kota pemerintahan penjajahan belanda yang berada di Pulau Papua, yang mana kemudian setelah pelaksanaan pepera bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang meliputi daerah papua bagian selatan. Pada tahun 2003, Kabupaten Merauke mengalami pemekaran daerah menjadi beberapa kabupaten yaitu Kabupaten Boven Digoel, Kabupaten Mappi dan Kabupaten Asmat sehingga terjadi perubahan batas-batas topografi Kabupaten Merauke.

31 Posisi Kabupaten Merauke terletak ujung paling selatan dari pulau papua, dimana batas-batas wilayahnya di batasi oleh daratan dan lautan serta berbatasan langsung dengan negara tetangga Papua New Guinea (PNG). Kabupaten Merauke merupakan dataran rendah yang hanya memiliki kelas ketinggian antara 0 hingga 60 meter dari permukaan laut. Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Merauke sebagai berikut : Sebeleah Utara : Berbatasan dengan Kabupaten Mapi dan Kabupaten Boven Digoel Sebelah Timur : Berbatasan dengan Papua New Guinea Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Laut Arafuru Sebelah Barat : Berbatasan dengan Laut Arafuru. Wilayah administrative kabupaten Merauke terbagi dalam 20 distrik dengan rincian sebanyak 160 kampung dan 8 kelurahan. Sedangkan Sasaran Program CCDP-IFAD kabupaten Merauke hanya mencakup 3 distrik dan 9 kampung/kelurahan untuk tahun pertama. Distrik Merauke Distrik Merauke memiliki luas wilayah 1.445,63 km 2 merupakan 3 % dari luas kabupaten Merauke, dengan luas laut 188,93 km 2. Kelurahan Samkai Kelurahan Samkai merupakan desa tardekat dengan pusat kabupaten Merauke, jarak tempuh sekitar 1,5 km dengan waktu tempuh sekitar menit dari pusat aktivitas kabupaten Merauke. Perjalanan menuju kelurahan Samkai melalui jalan beraspal sehingga tidak ditemukan kesulitan dalam mengakses kelurahan Samkai. Luas kelurahan Samkai sekitar 324 ha dengan batas wilayah sebagai berikut; sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Karang Indah, sebelah Selatan dengan Kelurahan Rimba Raya, sebelah Barat dengan Seringgu dan Sebelah Timur dengan Laut Arafura. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin didominasi oleh laki-laki berjumlah jiwa sedangkan perempuan berjumlah Jiwa, tingkat pendidikan cukup rendah dimana lulusan SMA sekitar 352 orang, lulusan Sarjana hanya 104 orang. Menurut data Badan Pusat Statistik Kabupaten Merauke mata pencarian penduduk kelurahan Samkai di dominasi oleh nelayan sekitar 656 orang. Profesi sebagai nelayan merupakan turun temurun yang telah diwariskan oleh orang tua, sehingga meyoritas nalayan kelurahan Samkai merupakan nelayan tangguh dengan fasilitas perahu/kapal > 1 GT, nelayan Samkai terdiri dari suku asli papua Marin pantai yang sudah berdomisili lama di pesisir pantai samkai, namun sejak kedatangan nelayan pendatang dari suku bugis, jawa, ambon dan buton sedikit demi sedikit mulai berkurang dominasinya. Fenomena perubahan penangkapan ikan juga terjadi ketika suku pendatang yang mendominasi penangkapan ikan, yaitu penggunaan kapal/perahu ukuran besar dengan jarak penangkapana dan jumlah penangkapan yang lebih besar dibandingkan dengan suku asli yang hanya mengandalkan jaring hanyut tanpa menggunakan perahu. Mayoritas penduduk asli Samkai memeluk agama Kristen sedangkan penduduk pendatang mayoritas memeluk agama Islam. Fasilitas

32 peribadatan terdiri dari gereja (5 buah), Masjid (4 buah). Fasilitas pendidikan terdiri dari Sekolah Dasar (9 buah), fasilitas perikanan terdiri dari kedai pesisir, SPDN, pabrik es, cold storage, dan peluncurab kapal. Kondisi umum fasilitas perikanan cukup memprihatinkan mengingat kondisi fasilitas yang tidak terjaga dengan baik sehingga banyak komponen fasilitas yang rusak dan hilang. Komposisi substrat pesisir pantai samkai di dominsai oleh substrat pasir sehingga menyebabkan ekosistem mangrove kurang tumbuh dengan baik, hanya pada bagian tertentu saja yang tumbuh dengan baik misalkan pada bagian wilayah Barat kelurahan Samkai ekosistem Mangrove tumbuh dengan baik karena terdapat sedimen lumpur yang menopang pertumbuhan mangrove. Pesisir pantai Samkai di dominasi oleh vegetasi pohon kelapa yang sengaja di tanam oleh masyarakat sebagai pengahasilan tambahan dari buah kelapa. Kelurahan Maro Latak geografis Kelurahan Maro berada di dekat pusat aktivitas kabupaten Merauke, jarak tempuh sekitar 3 km dari pusat kabupaten dan waktu tempuh sekitar menit dengan kendaraan motor, perjalanan menuju kelurahan Maro melewati jalan beraspal yang kondisinya rusak setelah melewati kantor pertamina dan kondisi semakin rusak ketika memasuki dusun target (Gudang Arang) perjalanan harus melewati jalan pengerasan. Jumlah penduduk kelurahan menurut hasil survey Badan Pusat Statistik Jiwa, dengan jumlah penduduk di bawah garis kemiskinan jiwa atau sekitar 40 % dari jumlah penduduk kelurahan Maro. Sasaran program CCDP-IFAD kabupaten Merauke di kelurahan Maro mengambil lokasi di tepi sungai Maro yaitu dusun Gudang Arang, mayoritas profesi penduduk gudang arang menggantungkan hidupnya pada hasil perikanan baik dari sungai Maro dan laut, profesi lain yang ditekuni warga lainnya adalah buruh pelabuhan, dan hanya sedikit yang berprofesi sebagai guru SD dan PAUD. Mayoritas warga gudang arang adalah pendatang yang berprofesi sebagai Nelayan turun temurun dari orang tua, ada juga warga yang berprofesi sebagai penangkap buaya disekitar sungai Maro, nelayan yang memiliki perahu hanya sebagian kecil mayoritan nelayan gudang arang adalah nelayan tepian yang hanya memanfaatkan jaring tanpa perahu, sehingga tingkat ketergantungan kepada kondisi pesisir sangat tinggi. Fasilitas perikanan di dusun gudang arang hampir tidak ada karena jarang di sentuh bantuan oleh dinas Perikanan kabupaten Merauke, hanya terlihat fasilitas pendidikan Sekolah Dasar (1 buah), fasilitas peribadatan gereja (2 buah) masjid (1 buah) dan pelabuhan kapal milik pribadi. Vegetasi di dusun gudang arang di dominasi oleh bakau jenis api-api dan Rhizopora yang tumbuh sekitar tepian sungai Maro, persentase penutupan mangrove sudah mengalami penurunan disebabkan oleh kegiatan penebangan pohong menjadi lahan pelabuhan dan pemukiman warga, sering juga ditemukan warga gudang arang yang memanfaatkan kayu bakau sebagai bahan bakar rumah tangga.

33 Kampung Nasem Secara geografis letak kempung Nasem merupakan kampung terjauh berbatasan langsung dengan distrik Naukenjerai, jarak tempuh dari pusat kabupaten Merauke sekitar 30 km dan waktu tempuh sekitar menit dengan menggunakan kendaraan bermotor. Perjalanan menuju kampung Nasem melewati taman nasional Wasur dengan kondisi jalan memprihatinkan hingga sekarang jalan dalam kondisi perbaikan, sering juga dilewati jembatan yang kondisinya buruk karena terbuat dari papan kayu ala kadarnya sehingga ketiga terjadi banjir banjir papan jembatan dibawa arus sungai. Jumlah penduduk kampung Nasem 563 jiwa, secara fisik bangunan rumah penduduk masih tergolong warga miskin dengan fasilitas dapur terletak di luar rumah dan WC memanfaatkan aliran sungai kecil di sekitar kampung Nasem, adapun warga yang memiliki WC siram merupakan bantuan dari pemerintah Kabupaten Merauke. Mayoritas masyarakat penduduk kampung Nasem merupakan warga pendatang local papua, dan sedikit pendatang dari Sulawesi dan jawa. Penduduk warga asli kampung Nasem selama ini melakukan migrasi ke Negara tetangga Papua New Guenia(PNG) yang masih dalam wilayah adat marga Marin Papua. Pemukiman warga kampung Nasem mengambil tempat di sekitar jalan poros yang berjarak 500 meter dari pesisir pantai, sebelumnya warga bermukim sekitar pantai namun karena kebijakan pemerintah kampung memindahkan pemukiman dengan kompensasi diberikan rumah bantuan yang terbuat dari papan. Mayoritas warga kampung Nasem merupakan Nelayan tangkap tradisional menggunakan jaring Insang dan hanyut tanpa menggunakan perahu, sehingga sangat tergantung pada kondisi pesisir dan musim ikan disekitar pesisir pantai. Akses jalan kampung menuju laut cukup baik, namun kurang di dukung fasilitas perikanan pasca tangkap sehingga hasil tangkap banyak yang terbuang akibat tidak terdapat es pendingin, di kampung Nasem sering pembeli hasil tangkap datang mengambil ikan dengan harga murah dan menjualnya ke kota dengan harga mahal, sehingga margin keuntungan hanya didapat oleh pedagang sedangkan nelayan tidak mendapat margin keuntungan yang diperoleh dari sumberdaya alam yang cukup melimpah. Salah satu kendala dari masyarakat nelayan kampung Nasem adalah tidak tersedianya fasilitas transportasi rutin yang menghubungkan dengan pasar dan kurangnya informasi harga ikan yang up date. Vegetasi pesisir kampung Nasem di tumbuhi mangrove yang di dominasi oleh Api-api dan Rhizopora. Penduduk kampung Nasem sering memanfaarkan hutan mangrove sebagai daeraha penangkapan ikan, kepiting dan udang. Ranting bakau yang kering sering dimanfaatkan sebagai bahan bakar rumah tangga.

34 Distrik Naukenjerai Distrik Naukenjerai luas wilayah 905,86 km 2 merupakan 2 % dari persentase luas wilayah kabupaten Merauke, dengan luas laut 517,48 km 2. Kampung Kuler Kampung Kuler mempunyai luas ha, dengan Posisi kampung Kuler berbatasan dengan kampung Tomer, Onggaya dan Nasem, dan laut Arafura, berbatasan dengan Negara PNG menjadikan kampung Kuler sebagai kampung lintasan dua warga Negara yang berbeda. Kampung Kuler terletak pada sector pesisir pantai dengan ketinggian 2 m dpl dan suhu rataan 25 o C. jumlah penduduk sebanyak 539 jiwa yang terdiri dari laki-laki 273 jiwa dan perempuan 266 jiwa. Jumlah penduduk menurut agama, protestan 287 jiwa, Katolik 164 jiwa dan Islam 88 jiwa. Penduduk kampung Nasem terdiri dari suku Marind, suku Kanuum dan sisanya adalah suku pendatang yang berasal dari Kei, Toraja, Timor dan Makassar. Mata pencarian masyarakat suku Kanum dan suku Marind adalah berkebun, berburu dan menjaring. Hasil kebun, menjaring dan buruan mereka dijual ke kota yang jaraknya dari kampung sekitar 30 km dan dapat ditempuh dengan kendaraan bermotor dan angkutan pedesaan selama 60 menit. Masyarakat asli suku marind dan suku kanum dalam komunikasi seharihari menggunakan bahasa daeranya masing-masing dan sebagaian besar masyarakat asli telah menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi dengan masyarakat luar atau pendatang, sedangkan untuk pertemuan kelompok ataupun dalam acara adat mereka menggunakan bahasa Teuro tonggal tbra (Kanuum) dan Pig (Marind). Menurut kepercayaan suku Kanum dan Marind terdapat banyak tempat yang dipandang keramat (pemali). Tempat-tempat tersebut berupa daerah yang lapang, hutan, pohon tertentu atau mata air tertentu. Tempat keramat tersebut mungkin merupakan sesuatu yang sukar untuk dipahami oleh orang luar karena seringkali keistimewaan tidak dapat dijelaskan atau diterangkan secara fisik dan manfaatnya hanya dapat dirasakan dan dimengerti oleh orang-orang tertentu. Tempat tersebut dapat memiliki hubungan tertentu yang bermakna larangan untuk pemakaian, bahkan kunjungan, karena tempat sacral dipandang suci oleh masyarakat asli. Kampung Onggaya Kampung Onngaya terletak pada sector pantai dengan ketinggian 1 m dpl dan suhu rataan 23,2 o C. jumlah masyarakat sebanyak 365 jiwa yang terdiridari laki-laki 195 jiwa dan perempuan sebanyak 170 jiwa. Jumlah penduduk yang mencapai perguruan tinggi hanya 1 orang dan mayoritas masyarakt berpendidikan lulusan SD kemudian tidak melanjutkan ke jenjang berikutnya karena disebabkan oleh kebutuhan membantu

35 keluarga dengan menangkap ikan di pantai atau berburu di hutan. Masyarakat kampung Onggaya terdiri dari suku Kanuum, suku marind dan sisanya adalah suku pendatang yang berasal dari jawa, Kei, Toraja, dan Timor. Mayoritas masyarakat kampung Onggaya adalah pemeluk agama Kristen protestan. Kampung Onggaya memiliki luas sekitar ha yang di batasi oleh batas-batas administrative sebagai berikut sebelah barat berbatasan dengan Laut Arafura, Timur berbatasan dengan kampung Rawa Biru, bagian Utara berbatasan dengan Kampung Kuler, sebeah selatan berbatasan dengan Desa Tomer. Mata pencarian masyarakat kampun Onggaya adalah Menjaring ikan, berkebun dan berburu, hasil kerja mereka di jual ke kota yang dapat ditempuh dengan kendaraan bermotor dan ankutan pedesaan selama 1 jam, dengan jarak tempuh sekitar 40 km. Kampung Tomer Secara geografis kampung Tomer berbatasan dengan kampung Tomerau, Onggaya, Kuler dan Laut Arafura, dengan ketinggian 1 m dpl dan suhu rataan 23,2 o C. Akses menuju kampung Tomer dapat ditempuh menggunakan kendaraan roda dua dan angkutan pedesaan, dengan jarak tempuh 45 km dari pusat kabupaten dan waktu tempuh sekitar 1,5 jam. Kondisi jalan menuju Kampung masih dalam pengerasan diselingi jalan aspal yang kondisinya rusak. Jumlah penduduk Tomer 554 jiwa, mayoritas penduduk merupakan suku Kanuum dan Marind yang di tambah dengan suku pendatang dari Kei, Timor, Jawa dan Sulawesi dan mayoritas penduduk memeluk agama Kristen. Terletak di pesisir pantai menjadikan mayoritas penduduk Tomer sebagai nelayan tradisional yang memanfaatkan sumberdaya sekitar pesisir dan hutan mangrove. Nelayan tradisional tanpa menggunakan perahu membuat jarak tangkap penduduk sangat terbatas dan hanya memanfaatkan hasil hutan mangrove berupa Ikan, Kepiting bakau dan udang. Mayorita Penduduk Tomer memiliki tingkat pendidikan hanya sampai pendidikan dasar, mengingat keterbatasan sekolah lanjut yang terdapat di Tomer, selama ini jika ingin melanjutkan pendidikan harus melakukan perjalanan yang cukup jauh yang mengakibatkan banyak siswa enggan melanjutkan pendidikannya karena akses pendidikan cukup jauh dan lama, dan juga tidak di dukung oleh tanaga pengajar yang minim untuk bersedia mengajar. Selama ini hasil tangkap nelayan di ambil oleh pedagang dari kota dengan harga murah sehingga margin keuntungan tidak dinikmati oleh nelayan karena harus menutupi ongkos biaya melakukan penangkapan.

36 Salah satu permasalahan yang ditemui ketika berdiskusi adalah limbah ikan yang sering di buang oleh nelayan besar ketika menangkap ikan disekitar perairan Tomer, membuat dampak bau busuk di sekitar pesisir pantai yang mengakibatkan beberapa jenis ikan menjauh dari tepi pantai dan membuat hasil tangkap nelayan tradisional menjadi menurun. Distrik Okaba Berdasarkan wilayah target CCDP-IFAD distrik Okaba memiliki luas wilayah 1.560,50 km 2 merupakan 3 % dari persentase luas wilayah kabupaten Merauke dengan luas laut 376,45 km 2. Kampung Okaba Kampung Okaba yang merupakan pusat ibukota distrik Okaba adalah distrik tertua di kabupaten Merauke karena pertamakali didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1910 dengan nama Okaba Post, kemudian Misi diundang masuk untuk membantu mengatur masyarakat yang pada saat itu hidup dengan system mengayau (memenggal kepala manusia). Pembinaan yang dilakukan misi ini sampai pada tahun 1963 ketika integrasi Republik Indonesia di Irian Jaya, Pemerintah Hindia Belanda digantikan pemerintahan Indonesia. Batas wilayah Okaba disebelah timur adalah kampung Alaku, sebelah barat kampung Makaling, sebelah utara kampung Yawimo dan disebelah selatan laut Arafura. Jumlah penduduknya dengan masyarakat aslinya adalah suku Marind. Karena kampung Okaba merupakan pusat ibukota distrik maka jumlah pendatang lebih banyak dibandingkan masyarakat asli, dimana para pendatang ini umumnya adalah pegawai pemerintahan, guru, petugas kesehatan, TNI dan pedagang. Secara geografis kampung ini bertopografi datar 100 % dengan jarak 96 km dari pusat kabupaten yang dapat ditempuh menggunakan motor dengan melalui 2 kali penyeberangan di kali Kumbe dan kali Bian, namun bila musim hujan kondisi jalan rusak. Jalan dalam kampung terbuat dari aspal sepanjang 5 km dan jalan tanah sepanjang 3 km. Perumahan masyarakat sangat sederhana terbuat dari batang dan daun sagu yang merupakan swadaya. Sumber air bersih diperoleh dari sumur yang terdapat di beberapa tempat dan merupakan sumur buatan pemerintah Hindia Belanda, dimana sumber air ini tidak pernah kering walaupun saat musim kemarau. Prasarana umum yang tersedia di kampung cukup lengkap antara lain satu gedung SD YPK, satu gedung SD YPPK, satu gedung SD Negeri, satu gedung SLTPN, gereja protestan 1, gereja katolik 1, mesjid 1, satu gedung puskesmas rawat inap, pasar 1 dan kios milik pendatang 10, warung telekomunikasi 1 buah yangdi kelola swasta, SPDN 1 buah dan

37 penginapan sederhana 1 buah. Fasilitas keamanan kampung Okaba terdiri dari Polsek Okaba dan Danramil yang mengambil lokasi di pusat kampung okaba, selain akses darat kampung Okaba dapat ditempuh dengan menggunakan peswat terbang dengan waktuh tempu sekitar satu jam menggunakan peswat berpenumpang 12 orang, kampung okaba memiliki fasilitas bandara yang dikelola oleh dinas perhubungan kabupaten Merauke, kondisi bandara cukup baik yang dikelilingi oleh pagar sehingga ternak masyarakat tidak dapat masuk ke area bandara. Potensi sumber daya alam yang ada di kampung Okaba cukup banyak dan secara umum telah dikembangkan bahkan ada beberapa yang hampir habis, karena pengambilan hasil alam untuk dikomersilkan. Hasil laut seperti berbagai jenis ikan, kepiting dan udang sangat melimpah namun terbatas hanya untuk konsumsi sehari-hari Adapun jenis-jenis ikan yang ada adalah bandeng, kuru, bulanak dan kakap terutama saat musim angin timur yaitu bulan April Desember. sedangkan musim udang pada bulan November Maret. Ikan kakap disamping dagingnya dijual pada kapal penampung yang berlabuh di kali bian dengan harga Rp per kg, juga diambil gelembungnya karena harga gelembung kering cukup tinggi yaitu Rp. 50,000 per ons. Jenis ikan hias yang banyak diusahakan masyarakat Okaba terutama kaum mudanya adalah mencari anakan ikan arwana yang musimnya dimulai saat awal musim hujan karena ikan ini hidup di air tawar. Tingkat pendidikan masyarakat di kampung Okaba relative rendah karena sebagian besar masyarakat hanya memiliki pendidikan formal dasar (SD/SR) hingga mereka tidak buta huruf. Hal ini karena pemerintah Hindia Belanda sejak tahun 1920 telah membangun sekolah yaitu SR (sekolah rakyat) dengan staf pengajarnya adalah orang-orang dari kepulauan Kei, guru Antonius Dumatubun merupakan guru pertama di Okaba. Saat ini jumlah guru di SD YPPK 3 orang, SD YPK 7 orang dan SD Inpres 3 orang guru. Sedangkan masyarakat yang berpendidikan SLTP dan SLTA terbatas karena SLTPN didirikan sekitar tahun 1984 dengan jumlah guru saat ini 6 orang dan SLTA baru dibuka tahun 2004 yang saat ini masih menggunakan fasilitas milik SLTP dan staf pengajarnya adalah guru-guru SLTP. Secara umum rendahnya tingkat pendidikan masyarakat adalah karena kurangnya kesadaran atau motivasi dari orang tua untuk menyekolahkan anak-anak mereka, disamping karena tidak ada biaya. Sebagian besar penduduk asli Okaba beragama Kristen katolik, untuk kegiatan pelayanan keagamaan ini dibina oleh seorangpastor yang secara aktif melakukan pelayanan. Sedangkan untuk mengatasi masalahmasalah adat terdapat juga lembaga adat / LMA wilayah Muli Malin Anim distrik Okaba, yang mulai berfungsi secara adminitratif dan operasional pada tahun Peran LMA di kampung Okaba cukup besar terutama

38 untuk menyelesaikan masalah-masalah yang berhubungan dengan pembangunan kampung, misalnya untuk pelepasan tanah milik masyarakat yang akan melepaskan diri dari NKRI; perselisihan pendapat; rencana pembangunan SMK; pembentukan koperasi sebagai wadah pemasaran hasil masyarakat dll. PPL yang ada kurang aktif sehingga aktifitas pertanian di kampung kurang produktif. Salah satu masalah yang menyebabkan rendahnya pendapatan masyarakat adalah pemasaran hasil yang dilakukan dari rumah ke rumah karena belum diaktifkannya fasilitas pasar yang ada. Kampung Makaling Secara geografis Kampung Makaling terletak di pesisir pantai, kampung ini bertopografi datar 100 % dengan jarak 98 km dari pusat kabupaten yang dapat ditempuh menggunakan motor dengan melalui 2 kali penyeberangan di kali Kumbe dan kali Bian, namun bila musim hujan kondisi jalan rusak. Jalan menuju kampung Makaling dari pusat distrik terbuat dari aspal. Batas wilayah Makaling disebelah timur adalah kampung Okaba, sebelah barat kampung Iwol, sebelah utara kampung Yauwinu dan disebelah selatan laut Arafura. Jumlah penduduknya 638 dengan masyarakat aslinya adalah suku Marind dan suku pendatang dari timor, kei, jawa dan Sulawesi, dimana para pendatang ini umumnya adalah nelayan dan pedagang. Perumahan masyarakat sangat sederhana terbuat dari batang dan daun sagu yang merupakan swadaya. Sumber air bersih diperoleh dari sumur yang terdapat di beberapa tempat. Mayoritas masyarakat Makalin bermata pencarian sebagai penangkap ikan tepi pantai tanpa menggunakan perahu, alat tangkap yang sering digunakan adalah pancing, jaring tarik, jaring gantung dan jaring kakap yang di operasikan secara manual menggunakan tenaga manusia. Hasil tangkapan nelayan merupakan jenis ikan Bandang, kakap cina, kuru, udang dan kepiting. Hasil tangkap nelayan di jual ke ibukota distri Okaba dan sisanya di konsumsi sendiri, sering juga pedagang dari kabupaten datang membeli hasil tangkapan berupa udang dan ikan dengan harga murah. Vegetasi pesisir kampung Makaling di dominasi oleh Api-api dan Rhizopora di sekitar sungai, sedangkan pesisir pantai di dominasi oleh pohon kelapa dan semak belukar. Musim tangkap nelayan kampung makaling masih tergantung kepada kondisi alam di mana ketika musim timur banyak nelayan yang

39 menangkap ikan tetapi ketika musim Barat (musim gelombang) banyak nelayan yang menganggur. Kegiatan kosong tersebut diisi dengan melakukan perburuan atau bercocok tanam di kebun. Mayoritas penduduk makali memeluk agama Kristen katolik, kemudian di susul Kristen protestan dan sebagian Islam yang di dominasi oleh pendatang dari Sulawesi dan jawa, adapun pemeluk Islam penduduk asli merupakan pendatang local dari kampung Dufmira. Kampung Alaku Pemukiman penduduk Kampung Alaku merupakan tempat baru yang mengambil posisi sepanjang jalan poros kampung, sebelumnya kampung Alaku terletak di sepanjang pantai, namun kebijakan pemerintah kabupaten Merauke yang memindahkan pemukiman agar lebih mudah diakses dari sisi bantuan, maka pemukiman penduduk di pindahkan dari pinggir pantai ke sepanjang jalan poros. Jumlah penduduk kampung Alaku 512 jiwa, yang mayoritas penduduk asli papua suku Marind dan sebagian kecil pendatang dari Timur, Sulawesi dan Jawa. Mayoritas penduduknya memeluk kepercayaan Kristen Katolik, kemudian Kristen Potestan dan Islam sebagai keyakinan pendatang. Kampung Alaku masuk dalam distrik Okaba yang berjarak tempuh 94 km dari pusat kabupaten dengan waktu tempuh sekitar 3-4 jam dengan kondisi normal, sebagian jalan menuju kampung Alaku beraspal kasar, tetapi sebagian besar jalan masih pengerasan sehingga kesulitasan akses ketika terjadi hujan. Fasilitas umum yang terdapat di kampung Alaku, Sekolah Dasar 1 buah, balai pertemuan desa 1 buah, puskesmas pembantu 1 buah, fasilitas peribadatan gereja 1 buah dan tidak terdapat fasilitas perikanan. Mayoritas penduduk Alaku merupakan penangkap ikan, berburu, berkebun, pembuat batu bata, buruh dan pegawai perusahan perkebunan astra. Persentase penutupan pemukiman terhadap luas wilayah Alaku cukup kecil, terlihat dari dominasi hutan sepanjang jalan menuju kampung Alaku. Hasil tangkapan dan perkebunan di jual ke ibu kota distrik, namun sering pedagang ikan yang langsung mengambil ikan dengan system plasma di mana nelayan disewakan jaring tangkap, kemudian hasil tangkapannya di ambil murah oleh pedagang tersebut POTENSI EKONOMI KELAUTAN DAN PERIKANAN Keragaman pasar produk perikanan kabupaten Merauke : 1. Rata-rata produksi ikan yang didaratkan di Pantai Lampu 1 (Pusat Pendaratan Ikan) sekitar 33 ton/hari (diluar kan kuro, kakap putih (cina) dan Tenggiri);

40 2. Jenis ikan yang didaratkan didominasi oleh Ikan Senangin, Paha Putih, Kakap Batu, Kuro, Kakap Putih (Cina), Tenggiri, Kue, Lemadang/Lari, Gulamah, Kerapu lumpur dan Udang Putih 3. Produk: a. Lokal: Umumnya Segar dalam bentuk utuh; Olahan hanya terasi b. Eksport/Luar Daerah: Ikan Beku, Ikan Beku dalam bentuk fillet dan Udang Beku; Olahan: Gelembung Renang, Ikan asin, Rebon Kering Diversifikasi produk perikanan Produk perikanan yang potensial untuk dikembangkan berdasarkan: Ketersediaan sumberdaya, kemampuan masyarakat, peluang pasar, sebagai berikut: 1. Terasi 2. Ikan Asin 3. Abon Ikan 4. Baso Ikan 5. Kerupuk 6. Rebon Kering Selanjutnya: Analisa Kelayakan Usaha Produk Perikanan Potensial Tersebut dan sekaligus menentukan Focusing Product Development (Prioritas) untuk pasar eksternal (memperhitungkan jarak/trasport) dan lokal. Strategi pengembangan pasar 1. Target Pasar Produk Olahan: Eksternal Market (Pasar Luar) Daerah (Pasar sasaran kantong-kantong Pemasaran Produk Perikanan (Utama: Surabaya dan Jakarta) (Next Step: Mengkaji lagi potensi serapan pasar eksternal target (Surabaya dan Jakarta) khusus pasar produk olahan) dan Pasar Lokal (Semua Lapisan Masyarakat dengan Pasar Sasaran: Para Pegawai negeri/swasta, wisatawan/pendatang) (Next Step: Menghitung potensi serapan pasar lokal). 2. Marketing Mix (Bauran Pemasaran) a. Produk; fokus kepada: 1). Quality dan Keragaman Produk bukan volume produk; 2). Estetika produk: Bentuk dan Kemasan (packaging); 3). Keamanan Pangan: Sistem standarisasi produksi (infrastuktur dan proses produksi) dan Sertifikasi Produk (Minimal: Depkes dan Halal) b. Harga; 1) Menerapkan efisiensi produksi: skala usaha rumah tangga; 2). Bekerjasama dengan provider moda transportasi (khususnya transportasi laut: Pelindo); 3). Bekerjasama dengan pengusaha lokal (mitra usaha) c. Promosi: Baik untuk pasar eksternal maupun pasar lokal. Target utama untuk promosi adalah Pasar Lokal (Pameran/Stand di Supermaket; Gerakan makan ikan (Program Dinas Perikanan), Pembuatan Pamplet/brosur produk) 3. Pengembangan Kelembagaan a. Koperasi (Berperan: menampung, memasarkan dan mengirim produk) b. Kantor Penghubung di kantong-kantong pasar eksternal target (Berperan antara lain: sebagai bridging/jembatan antara koperasi di daerah dengan pasar luar; menjamin produk ; promosi). Untuk kepentingan project: time frame-nya 1-2 tahun; di evaluasi/dikaji ulang

41 dan apabila dirasakan perlu diteruskan selanjutnya di serahkan kepada PEMDA. Pola Pendekatan/Pelaksanaan a. Capacity Building (Training); Beberapa training yang diperlukan antara lain: Training Penanganan Ikan Training Teknis Produksi Bersih Training Manajemen Usaha Training Teknis Pengolahan (Penyiapan Bahan Baku Packaging - Penyimpanan/Pengiriman) b. Modal Sosial; Saat ini sudah dilaksanakan beberapa kali pertemuan dengan para pihak terkait (Masyarakat/Kelompok Usaha; SKPD: Dinas Perikanan dan Kelautan (P2HP, Karantina), Dinas Perindagkop dan UMKM; Pengusaha Lokal; Pelindo; Kadin (Lokal dan Pasar Sasaran); yang tujuannya adalah membuat forum mitra yang dirancang memberikan support baik secara langsung maupun tidak langsung sesuai dengan tupoksi masingmasing. c. Pendampingan dan Pembinaan Aktif; selama proses pengembangan diperlukan dampingan/pembinaan aktif oleh fasilitator khusus yang fokus pada hal teknis terkait dengan pelaksanaan proses produksi dan manajemen usaha DISTRIBUSI DAN PEMASARAN HASIL KELAUTAN DAN PERIKANAN 1. Pasar Lokal a. Hanya sebatas ikan segar, dan kalau ada produk olahan masih sangat terbatas (Terasi) b. Serapan Pasar Sangat Terbatas (Maksimal 3 ton/hari) c. Hanya jenis ikan Paha Putih, Senangin, Kakap Batu, Ikan Lari/Lemadang, Ikan Kue dan Udang 2. Pasar Luar Daerah a. Moda transportasi yang bisa digunakan hanya Transportasi Laut (Kapal) dan Udara b. Butuh Upaya lebih dalam pengiriman, umumnya hanya perusahaan (4 PT dan 2 CV) yang mampu melakukan Bulky Produk (Ikan Beku, Fillet Beku) karena Sangat Padat Modal); Jenis Ikan Utama adalah: Ikan Tenggiri, Kuro, Kakap Putih (Cina) dikirim dalam bentuk Fillet dan Udang c. Produk olahan yang bisa keluar saat ini hanya Gelembung Renang (15 Pedagang) dan Ikan Asin Gastor (6 Pedagang) d. Serapan Tinggi (Data dari Karantina Ikan: Rata-rata dalam Satu Bulan Bisa Terkirim Produk Ikan Beku/Fillet:..Ton (Tujuan Pasar: China, Surabaya); Gelembung Renang:. (Tujuan Pasar: Eksport via Jakarta, Surabaya dan Tarakan); Ikan Asin (Gastor):.Ton (Tujuan Pasar: jakarta); dan berdasarkan wawancara permintaan (Demand) masih sangat tinggi.

42 Pola pemasaran ikan ada empat bentuk pola: Pola Pemasaran Ikan Olahan (Gelembung Renang dan Ikan Asin) ; ada 2 bentuk pola pemasaran : Kegiatan workshop Temu Usaha Alternative Income Generating & Jejaring Pemasaran telah dilakukan pada November 2013 di hotel ITESE kabupaten Merauke dan hadiri oleh semua kelompok usaha pengolahan di tiga distrik (distrik Merauke, distrik Naukenjerai, dan distrik Okaba), para pelaku usaha yang sudah berkembang di kabupaten Merauke serta mengundang SKPD yang terkait dengan kegiatan pengembangan usaha produk olahan hasil perikanan, antara lain; Dinas Kelautan dan Perikanan kabupaten Merauke, BPPMHP, Perindagkop, Pelindo, untuk menjadi narasumber untuk memberikan pemahaman, pembelajaran dan pencerahan bagi kelompok usaha, terkait dengan pengembangan usaha.

PEDOMAN TEKNIS PROYEK PEMBANGUNAN MASYARAKAT PESISIR (PMP)

PEDOMAN TEKNIS PROYEK PEMBANGUNAN MASYARAKAT PESISIR (PMP) PEDOMAN TEKNIS PROYEK PEMBANGUNAN MASYARAKAT PESISIR (PMP) KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DIREKTORAT PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PESISIR DAN

Lebih terperinci

REALISASI KEGIATAN CCDP-IFAD PIU YAPEN TAHUN 2013 DAN RENCANA KEGIATAN TAHUN 2014 OLEH WILLIAM MANOBI SEKERTARIS PIU YAPEN

REALISASI KEGIATAN CCDP-IFAD PIU YAPEN TAHUN 2013 DAN RENCANA KEGIATAN TAHUN 2014 OLEH WILLIAM MANOBI SEKERTARIS PIU YAPEN REALISASI KEGIATAN CCDP-IFAD PIU YAPEN TAHUN 2013 DAN RENCANA KEGIATAN TAHUN 2014 OLEH WILLIAM MANOBI SEKERTARIS PIU YAPEN Realisasi Dana PIU YAPEN Sampai Dengan Bulan November sebanyak 68 % (Sisa 32%)

Lebih terperinci

PENYAMPAIAN PROGRESS KEGIATAN PROGRAM CCD-IFAD KOTA TERNATE TAHUN 2013

PENYAMPAIAN PROGRESS KEGIATAN PROGRAM CCD-IFAD KOTA TERNATE TAHUN 2013 PENYAMPAIAN PROGRESS KEGIATAN PROGRAM CCD-IFAD KOTA TERNATE TAHUN 2013 PIU-CCDP IFAD Kota Ternate Disampaikan Pada Acara : Sinkronisasi Perencanaan dan Review Kegiatan Proyek PMP CCD-IFAD Jakarta, 17 20

Lebih terperinci

Nama Proyek: Pembangunan Masyarakat Pesisir atau Coastal Community Development. Project (CCDP-IFAD)

Nama Proyek: Pembangunan Masyarakat Pesisir atau Coastal Community Development. Project (CCDP-IFAD) PROFIL PROYEK Nama Proyek: Pembangunan Masyarakat Pesisir atau Coastal Community Development Project (CCDP-IFAD) TUJUAN PROYEK Tujuan umum CCDP adalah untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan pertumbuhan

Lebih terperinci

REVIEW KEGIATAN PIU CCD IFAD KOTA KUPANG 2013 DAN PERENCANAAN ROBBY ADAM, S.St.Pi SEKRETARIS PIU Jakarta, 17 November 2013

REVIEW KEGIATAN PIU CCD IFAD KOTA KUPANG 2013 DAN PERENCANAAN ROBBY ADAM, S.St.Pi SEKRETARIS PIU Jakarta, 17 November 2013 REVIEW KEGIATAN PIU CCD IFAD KOTA KUPANG 2013 DAN PERENCANAAN 2014 ROBBY ADAM, S.St.Pi SEKRETARIS PIU Jakarta, 17 November 2013 1 KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 2 5 PRIORITAS

Lebih terperinci

Komponen ini dilaksanakan melalui tiga subkomponen, umum di tingkat desa. Komponen ini dilaksanakan oleh LSM nasional dan LSM lokal yang meliputi

Komponen ini dilaksanakan melalui tiga subkomponen, umum di tingkat desa. Komponen ini dilaksanakan oleh LSM nasional dan LSM lokal yang meliputi Komponen ini dilaksanakan melalui tiga subkomponen, yaitu: mobilisasi kelompok tani dan perencanaan desa, pengembangan kelembagaan, dan investasi fasilitas umum di tingkat desa. Komponen ini dilaksanakan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR KEP.25/MEN/2009 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR KEP.25/MEN/2009 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.25/MEN/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KELAUTAN DAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN

Lebih terperinci

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LUMAJANG NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN.

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN. PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN SUMBAWA.

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN SUMBAWA. PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN SUMBAWA. BUPATI SUMBAWA Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT IMPLEMENTASI KEGIATAN PROYEK CCD-IFAD KAB. GORONTALO UTARA NOVEMBER 2013

LAPORAN SINGKAT IMPLEMENTASI KEGIATAN PROYEK CCD-IFAD KAB. GORONTALO UTARA NOVEMBER 2013 LAPORAN SINGKAT IMPLEMENTASI KEGIATAN PROYEK CCD-IFAD KAB. GORONTALO UTARA NOVEMBER 2013 DESKRIPSI UMUM Rangkaian kegiatan CCDP-IFAD pada bulan November 2013 berjalan lancar dengan aktivitas yang padat.

Lebih terperinci

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN GORONTALO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN, DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

- 3 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

- 3 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 PERATURAN WALIKOTA PAREPARE PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 48 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR DAN INFRASTRUKTUR CCDP-IFAD KELURAHAN PESISIR KOTA PAREPARE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lemb

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lemb BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1136, 2014 KEMEN KP. Penyuluh Perikanan. Swasta. Swadaya. Pemberdayaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31/PERMEN-KP/2014

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO 1 PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.07/MEN/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.07/MEN/2012 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.07/MEN/2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Panggilan untuk Usulan Badan Pelaksana Nasional Mekanisme Hibah Khusus untuk Masyarakat Adat dan Masyarakat Lokal Indonesia November 2014

Panggilan untuk Usulan Badan Pelaksana Nasional Mekanisme Hibah Khusus untuk Masyarakat Adat dan Masyarakat Lokal Indonesia November 2014 Panggilan untuk Usulan Badan Pelaksana Nasional Mekanisme Hibah Khusus untuk Masyarakat Adat dan Masyarakat Lokal Indonesia November 2014 A) Latar Belakang Mekanisme Hibah Khusus untuk Masyarakat Adat

Lebih terperinci

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 18 TAHUN 2008 T E N T A N G

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 18 TAHUN 2008 T E N T A N G BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 18 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN SUKAMARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKAMARA,

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN NELAYAN

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN NELAYAN WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN NELAYAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU

Lebih terperinci

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 46 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 46 TAHUN 2016 TENTANG WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 46 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERINDUSTRIAN, KOPERASI, USAHA

Lebih terperinci

BUPATI MANDAILING NATAL

BUPATI MANDAILING NATAL - 1 - BUPATI MANDAILING NATAL PERATURAN BUPATI MANDAILING NATAL NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN MANDAILING NATAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 29 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN KESATUAN BANGSA POLITIK DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA Menimbang : Mengingat

Lebih terperinci

KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA TERM OF REFERENCE (TOR) PENDAMPING DESA

KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA TERM OF REFERENCE (TOR) PENDAMPING DESA Lampiran-1 Surat Nomor : B.046/DPPMD/06/2015 Tanggal : 19 Juni 2015 KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

2 yang dikoordinasikan oleh Sekretaris Jenderal dengan anggota dari masingmasing unit kerja eselon I terkait. PUMP, PUGAR, dan PDPT merupakan upaya ke

2 yang dikoordinasikan oleh Sekretaris Jenderal dengan anggota dari masingmasing unit kerja eselon I terkait. PUMP, PUGAR, dan PDPT merupakan upaya ke LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2/PERMEN-KP/2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KELAUTAN DAN PERIKANAN PEDOMAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22/PERMEN-KP/2015 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT DI BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI, Mengingat

GUBERNUR BALI, Mengingat GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 90 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41/PERMEN-KP/2015 TENTANG PEDOMAN UMUM MEKANISME PELAKSANAAN ANGGARAN BANTUAN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PEMERINTAHAN DESA KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA Menimbang : Mengingat : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pengelolaan wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil merupakan hal yang sangat penting bagi keberlanjutan ekosistem dan sumberdaya alam hayati negeri kepulauan nusantara.

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KETAHANAN PANGAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

COASTAL COMMUNITY DEVELOPMENT PROGRAM- INTERNATIONAL FUND FOR AGRICULTURAL DEVELOPMENT (CCDP-IFAD) DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KOTA TERNATE

COASTAL COMMUNITY DEVELOPMENT PROGRAM- INTERNATIONAL FUND FOR AGRICULTURAL DEVELOPMENT (CCDP-IFAD) DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KOTA TERNATE Rancangan Perencanaan Pembangunan Kelurahan Mado Kecamatan Pulau Hiri Selama 3 (tiga) Tahun Berbasis Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Program Pengelolaan Sumber Daya Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota pada seluruh pemerintahan daerah bahwa pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 66 TAHUN 2009 T E N T A N G

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 66 TAHUN 2009 T E N T A N G BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 66 TAHUN 2009 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa sebagai tindak

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 217 MOR SP DIPA-32.7-/217 DS6553-7197-642-6176 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERFILMAN INDONESIA BAB I UMUM. Pasal 1

ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERFILMAN INDONESIA BAB I UMUM. Pasal 1 ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERFILMAN INDONESIA BAB I UMUM Pasal 1 Anggaran Rumah Tangga ini disusun berdasarkan Pasal 28 Anggaran Dasar Badan Perfilman Indonesia, merupakan rincian atas hal-hal yang telah

Lebih terperinci

MODUL 11: PRAKTIK TERBAIK UNTUK DESAIN PROYEK. USAID Adapt Asia-Pacific

MODUL 11: PRAKTIK TERBAIK UNTUK DESAIN PROYEK. USAID Adapt Asia-Pacific MODUL 11: PRAKTIK TERBAIK UNTUK DESAIN PROYEK University of Hawaii at Manoa Institut Teknologi Bandung Siklus Proyek Policy & Strategy Pre-project discussion & activities Project Identification Pre-feasibility

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 60 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN SUMBAWA DAN STAF AHLI BUPATI

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN SUMBAWA DAN STAF AHLI BUPATI PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN SUMBAWA DAN STAF AHLI BUPATI BUPATI SUMBAWA Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BUPATI BONE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BONE NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BONE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BONE NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BONE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BONE NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN, HORTIKULTURA DAN

Lebih terperinci

Costal Community Development Project-International Fund for Agricultural Development (CCDP-IFAD) Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia

Costal Community Development Project-International Fund for Agricultural Development (CCDP-IFAD) Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Kementerian Kelautan Perikanan Republik Indonesia LAPORAN AKHIR KEGIATAN CCDP-IFAD KOTA PAREPARE TAHUN Halaman i Kementerian Kelautan Perikanan Republik Indonesia LAPORAN AKHIR KEGIATAN TAHUN PROYEK PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK

Lebih terperinci

GAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

GAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH, SALINAN GAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN PROVINSI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MAROS. NOMOR : 05 Tahun 2009 TENTANG KEHUTANAN MASYARAKAT DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MAROS. NOMOR : 05 Tahun 2009 TENTANG KEHUTANAN MASYARAKAT DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MAROS NOMOR : 05 Tahun 2009 TENTANG KEHUTANAN MASYARAKAT DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAROS Menimbang : a. bahwa guna meningkatkan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 128/KEPMEN-KP/2015 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 128/KEPMEN-KP/2015 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 128/KEPMEN-KP/2015 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN SATUAN KERJA LINGKUP PUSAT KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN RENCANA PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN TAHUN Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya

KEBIJAKAN DAN RENCANA PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN TAHUN Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya KEBIJAKAN DAN RENCANA PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN TAHUN 2014-2015 Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya LINGKUP PAPARAN 1 Pendahuluan 2 Landasan Kebijakan 3 Arah

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.105, 2015 SUMBER DAYA ALAM. Perkebunan. Kelapa Sawit. Dana. Penghimpunan. Penggunaan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI WILAYAH LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI WILAYAH LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI WILAYAH LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

TUGAS DAN FUNGSI BIRO, BAGIAN, DAN SUBBAGIAN KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA. No BIRO BAGIAN SUB-BAGIAN

TUGAS DAN FUNGSI BIRO, BAGIAN, DAN SUBBAGIAN KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA. No BIRO BAGIAN SUB-BAGIAN TUGAS DAN FUNGSI BIRO, BAGIAN, DAN SUBBAGIAN KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA No BIRO BAGIAN SUB-BAGIAN 1 Biro Perencanaan dan Data 1. Bagian Program dan Anggaran Menyusun rencana, program, anggaran,

Lebih terperinci

- 1 - Bupati Cirebon PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 59 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN

- 1 - Bupati Cirebon PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 59 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN - 1 - Tgl. 3-12-2008 Bupati Cirebon PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 59 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIREBON,

Lebih terperinci

2012, No.416.

2012, No.416. 5 2012, No.416 DAFTAR LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.07/MEN/2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KELAUTAN DAN

Lebih terperinci

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

KEGIATAN PILOT PENDAMPINGAN KSM

KEGIATAN PILOT PENDAMPINGAN KSM KEGIATAN PILOT PENDAMPINGAN Bappenas menyiapkan strategi penanggulangan kemiskinan secara lebih komprehensif yang berbasis pada pengembangan penghidupan berkelanjutan/p2b (sustainable livelihoods approach).

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN Lampiran Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.16/Menhut-II/2011 Tanggal : 14 Maret 2011 PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pedoman

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DAN PEMANFAATAN SERTA PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.4, 2014 EKONOMI. Pembangunan. Perindustrian. Perencanaan. Penyelenggaraan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5492) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan masyarakat adil dan

Lebih terperinci

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA PEMERINTAH KABUPATEN ACEH SINGKIL DAN TIM KOORDINASI PEMBANGUNAN PENDIDIKAN ACEH TENTANG DUKUNGAN PROGRAM SEDIA UNTUK PENGUATAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

Standar Operasional Prosedur (SOP) Percepatan. Program Inovasi Desa (PID)

Standar Operasional Prosedur (SOP) Percepatan. Program Inovasi Desa (PID) Standar Operasional Prosedur (SOP) Percepatan Program Inovasi Desa (PID) 2017 1 Selayang Pandang SOP Percepatan PID Standar Operasional Prosedur (SOP) Percepatan Program Inovasi Desa (PID) sebagai langkah

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 127/KEPMEN-KP/2015 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 127/KEPMEN-KP/2015 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 127/KEPMEN-KP/2015 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN SATUAN KERJA LINGKUP PUSAT KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 14/MEN/2009 TENTANG MITRA BAHARI

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 14/MEN/2009 TENTANG MITRA BAHARI PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 14/MEN/2009 TENTANG MITRA BAHARI MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sebagai tindak lanjut Pasal

Lebih terperinci

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2017 PEMBANGUNAN. Konstruksi. Jasa. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6018) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KOPERASI DAN USAHA MIKRO DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 36 TAHUN 2017 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 36 TAHUN 2017 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 36 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN NELAYAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Dana Alokasi Khusus. Tahun Penggunaan Petunjuk Teknis.

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Dana Alokasi Khusus. Tahun Penggunaan Petunjuk Teknis. No.180, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Dana Alokasi Khusus. Tahun 2013. Penggunaan Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 53 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 53 TAHUN 2011 TENTANG - 1 - BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 53 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PERMEN-KP/2013 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PERMEN-KP/2013 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERIKANAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PERMEN-KP/2013 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 86 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 86 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 86 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERIKANAN KABUPATEN BULUKUMBA DENGAN

Lebih terperinci

TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BAB X BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI BAGIAN PERTAMA TUGAS DAN FUNGSI

TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BAB X BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI BAGIAN PERTAMA TUGAS DAN FUNGSI TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BAB X BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI BAGIAN PERTAMA TUGAS DAN FUNGSI Pasal 721 Badan Pembinaan Konstruksi mempunyai tugas melaksanakan

Lebih terperinci

Pasal Permen 70/PERMEN-KP/2016 Rancangan Perubahan Keterangan

Pasal Permen 70/PERMEN-KP/2016 Rancangan Perubahan Keterangan MATRIK RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI NOMOR 70/PERMEN- KP/2017 TENTANG PEDOMAN UMUM DALAM RANGKA PENYALURAN BANTUAN PEMERINTAH DI KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam melaksanakan pengelolaan wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil, Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 80 2016 SERI : D PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 80 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA PADA DINAS PENANAMAN MODAL

Lebih terperinci

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 5539) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan ata

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 5539) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan ata No.1359, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-DPDTT. Dana Desa. Penetapan. Tahun 2018. Pencabutan. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

Pedoman Umum Penyusunan Rencana Pengembangan Desa Pesisir

Pedoman Umum Penyusunan Rencana Pengembangan Desa Pesisir Pedoman Umum Penyusunan Rencana Pengembangan Desa Pesisir i Kata Pengantar Kegiatan pembangunan di wilayah pesisir dan Pulau-Pulau Kecil mempunyai potensi dampak kerusakan habitat, perubahan pada proses

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2/PERMEN-KP/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2/PERMEN-KP/2013 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2/PERMEN-KP/2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

.000 WALIKOTA BANJARBARU

.000 WALIKOTA BANJARBARU SALINAN.000 WALIKOTA BANJARBARU PERATURAN WALIKOTA BANJARBARU NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, URAIAN TUGAS DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KOTA BANJARBARU DENGAN

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN 1 (satu) bulan ~ paling lama Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia di bidang Industri sebagaimana

Lebih terperinci

WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS ORGANISASI KECAMATAN

WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS ORGANISASI KECAMATAN WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS ORGANISASI KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAREPARE, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PENGELOLA KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH

BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PENGELOLA KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PENGELOLA KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PENANAMAN MODAL,

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas wilayah perikanan di laut sekitar 5,8 juta km 2, yang terdiri dari perairan kepulauan dan teritorial seluas 3,1 juta km

Lebih terperinci

BUPATI JEMBER PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI JEMBER PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BUPATI JEMBER PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN MODAL LEMBAGA KEUANGAN MIKRO MASYARAKAT DAN KOPERASI PEDESAAN KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

TUPOKSI DINAS PERINDUSTRIAN, KOPERASI, USAHA KECIL DAN MENENGAH KOTA MATARAM

TUPOKSI DINAS PERINDUSTRIAN, KOPERASI, USAHA KECIL DAN MENENGAH KOTA MATARAM TUPOKSI DINAS PERINDUSTRIAN, KOPERASI, USAHA KECIL DAN MENENGAH KOTA MATARAM Tugas dan Fungsi Kepala Dinas Kepala Dinas mempunyai tugas pokok memimpin, merencanakan, mengawasi, mengendalikan dan mengkoordinasikan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 47 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KELAUT AN DAN PERl KANAN KABUPATEN SIDOARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang

Lebih terperinci

Gambar 1. Proses Pembangunan/Pengembangan KSM

Gambar 1. Proses Pembangunan/Pengembangan KSM A. Tahap pelaksanaan kegiatan Pilot Pembekalan kepada Fasilitator mengenai Sosialisasi Konsep dan Substansi kepada Masyarakat oleh Fasiltator FGD Dinamika (berbasis hasil RPK dan PS) 2 Teridentifikasi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.150, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. PNPM Mandiri. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.16/MENHUT-II/2011 TENTANG PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL

Lebih terperinci