BANK SAMPAH RANGGA MEKAR : BERKAT SAMPAH MENUAI BERKAH. Oleh : Budi Budiman, S.Hut, M.Sc Penyuluh Kehutanan Pusat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BANK SAMPAH RANGGA MEKAR : BERKAT SAMPAH MENUAI BERKAH. Oleh : Budi Budiman, S.Hut, M.Sc Penyuluh Kehutanan Pusat"

Transkripsi

1 BANK SAMPAH RANGGA MEKAR : BERKAT SAMPAH MENUAI BERKAH Oleh : Budi Budiman, S.Hut, M.Sc Penyuluh Kehutanan Pusat Permasalahan sampah Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Berdasarkan asalnya, sampah padat dapat digolongkan sebagai Sampah Organik dan Sampah Anorganik. Bicara soal sampah, masyarakat Indonesia umumnya tidak peduli sampah yang dihasilkan rumah tangganya jenis organik atau anorganik. Jangan dulu kita bicara tentang pemisahan sampah organik dan anorganik yang seharusnya dimulai di tingkat rumah tangga, membuang sampah saja kita masih sembarangan. Tidak mengherankan jutaan meter kubik sampah rumah tangga bercampur baur menumpuk di tempat pembuangan akhir (TPA) sampah di berbagai kota. Data Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Bogor menunjukkan bahwa pada tahun 2016 Kota Bogor dihadapkan pada peningkatan volume sampah sebanyak 2% dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2014 volume sampah kota Bogor sebanyak m3/hari meningkat menjadi m3/hari di tahun Sebanyak 73% volume sampah tersebut dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA) sampah Galuga dan sisanya diharapkan terserap melalui pengembangan kegiatan Tempat Pengelolaan Sampah (TPS) 3R (Reduce Reuse Recycle) dan Bank Sampah. Bank Sampah Bank sampah adalah suatu tempat yang digunakan untuk mengumpulkan sampah yang sudah dipilah pilah. Hasil dari pengumpulan sampah yang sudah dipilah akan disetorkan ke tempat pembuatan kerajinan dari sampah atau ke tempat pengepul sampah. Pengelolaan Bank sampah dilakukan layaknya menerapkan sistem perbankkan pada umumnya. Perbedaan yang mendasar adalah barang yang ditabung bukanlah uang melainkan sampah yang masih memiliki nilai manfaat. Sampah yang dapat disetorkan antara lain : kertas, botol plastik, gelas plastik, kardus, plastik kemasan, plastik kresek, koran, plastic sachetan, ember, kaleng, besi, alumunium, dll. Sistem perbankkan tersebut dikelola oleh petugas sukarelawan. Seperti halnya di bank konvensional, setiap nasabah mendapat nomer rekening dan buku tabungan. Catatan di dalam

2 buku tabungan meliputi identitas pemilik, tanggal setor, jenis sampah yang disetor beserta jumlahnya. Waktu penyetoran bisa disesuaikan melalui kesepakatan bersama. Sampah sampah yang telah disetor para nasabah dikumpulkan di oleh bank di gudang. Setelah dirasa cukup, petugas bank kemudian bisa melakukan transaksi dengan pengepul sampah agar membelinya. Hasil penjualan sampah tersebut kemudian dibagi antara pihak bank dan nasabah dengan sistem prosentase. Besaran prosentase bisa disesuaikan kemudian. Waktu pembagian hasil penjualan sampah bisa disesuaikan dengan kebutuhan atau disepakati bersama antara pihak bank dengan nasabahnya. Untuk memudahkan pemilahan sampah, pihak bank sampah misalnya bisa menaruh tiga kantong di rumah rumah penduduk. Masing masing untuk sampah kertas atau kardus, plastik dan gabus, serta untuk botol dan kaleng, atau disesuaikan dengan kebutuhan. Masyarakat dapat sewaktu waktu mengambil uang pada tabungannya saat tabungannya sudah terkumpul banyak. Imbalan yang diberikan kepada penabung tidak hanya berupa uang, tetapi ada pula yang berupa bahan makanan pokok seperti gula, sabun, minyak dan beras. Bank sampah juga bermanfaat bagi siswa yang kurang beruntung dalam hal finansial, beberapa sekolah telah menerapkan pembayaran uang sekolah dan asuransi Kesehatan menggunakan Tabungan sampah. Bank sampah memberikan manfaat untuk masyarakat yaitu menambah penghasilan masyarakat, berupa imbalan uang tabungan dalam rekening bank sampah yang mereka miliki ketika mereka menukarkan sampahnya. Disisi lain bank sampah juga dapat mengurangi tumpukan sampah yang tidak dapat dilayani oleh angkutan sampah yang ditampung di tempat pembuangan akhir (TPA) sampah yang dikelola oleh pemerintah. Bank Sampah Rangga Mekar Bank Sampah Rangga Mekar berdiri karena adanya keprihatinan masyarakat terhadap lingkungan sekitar yang semakin lama semakin dipenuhi dengan sampah baik organik maupun anorganik. Sampah yang semakin banyak tentu akan menimbulkan banyak masalah, sehingga memerlukan pengolahan seperti membuat sampah menjadi bahan yang berguna. Bank sampah Rangga Mekar dibentuk atas dasar kerjasama berbagai lembaga swadaya masayarakat (Nusatani, Paguyuban Bogor, Ormas Oi Hing Puri Bima Sakti) bekerja sama dengan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Dan PKK Kelurahan Rangga Mekar. Bank sampah Rangga Mekar diresmikan oleh Walikota Bogor, Dr. Bima Arya Sugiarto pada tanggal 22 Februari Bank sampah Rangga Mekar berdiri di lahan fasilitas sosial dan fasilitas umum Taman Interaksi Warga & Arboretum Rangga Mekar RW 10/ RT 01, yang memanfaatkan lahan milik pemerintah kota Bogor seluas m2. Selain Bank sampah dibangun juga Rumah Kreatif 3R Nusantara

3 sebagai tempat pembelajaran dan kerajinan daur ulang sampah dengan menggunakan fasilitas bekas rumah contoh milik Bogor Nirwana Residence yang sudah kosong dan tidak termanfaatkan. Peresmian Bank Sampah Rangga Mekar oleh Walikota Bogor Bank sampah Rangga Mekar merupakan implementasi pengelolaan sampah berbasis masyarakat (community based solid waste management). Secara harfiah pengelolaan sampah berbasis masyarakat diartikan sebagai sistem penanganan sampah yang direncanakan, disusun, dioperasikan, dikelola dan dimiliki oleh masyarakat. Prinsip prinsip pengelolaan sampah berbasis masyarakat adalah: 1. Partisipasi masyarakat 2. Kemandirian 3. Efisiensi 4. Perlindungan lingkungan 5. Keterpaduan sampah rumah tangga, sampah an organik, didaur ulang/ digunakan kembali Dalam mengumpulkan sampah Bank Sampah Rangga Mekar mengandalkan dua cara yaitu penyetoran langsung oleh masyarakat ke bank sampah dan petugas bank sampah mencari sampah ke pusat sampah di masyarakat secara door to door dengan menggunakan kendaraan operasional mobil box atau motor beroda tiga. Sampah yang terkumpul kemudian dipilah menjadi sampah organik dan sampah an organik. Setelah nasabah mengisi absensi, kemudian petugas mencatat jenis sampah yang dibawa. Sampah kemudian ditimbang sesuai dengan jenis sampahnya. Data berat sampah dan nominal rupiah yang diterima kemudian dicatat di buku besar kemudian nasabah pulang membawa bukut tabungan yang sudah berisi nominal rupiah hasil penimbangan sampah.

4 Kegiatan pengumpulan, penimbangan dan pencatatan sampah Bank sampah Rangga Mekar melayani 13 RW yang terdiri dari pemukiman teratur (perumahan elite) dan pemukiman tidak teratur (perkampungan). Setiap bulannya Bank Sampah Rangga Mekar menerima sampah sebanyak 600 kg sampai dengan 1 Ton yang setara dengan nilai uang sekitar Rp 800 ribu Rp 1 Juta. Sampah yang disetorkan warga dihargai mulai dari Rp 150 Rp 600 ribu tergantung dari jenis sampahnya. Sampah sampah tersebut kemudian dikirim ke pengepul besar, namun beberapa sampah anorganik dimanfaatkan untuk membuat kerajinan tangan seperti pot bunga, goody bag, miniatur hiasan rumah tangga, atau produkproduk sekunder yang lainnya, sedangkan sampah organik diolah menjadi pupuk kompos. Dalam Perkembangannya, banyak pihak yang melirik dan tertarik dengan kiprah Bank sampah Rangga Mekar. Telah banyak kalangan yang berkunjung ke Bank sampah Rangga Mekar seperti perwakilan pemerintah kota Semarang, Malang dan Pemeritah Timor Leste, tak terkecuali kalangan akademisi dan diangkat dalam berbagai media masa cetak dan elektronik. Bantuan dari pemerintah pun datang dengan sendirinya, baru baru ini Bank sampah Rangga Mekar telah mendapatkan bantuan dari Dinas Pekerjaan Umum berupa alat untuk mengelola sampah organik serta digester biogas. Alat tersebut berguna untuk memisahkan sampah untuk memudahkan pembuatan produk turunan dari sampah organik. Sedangkan digester biogas berguna untuk menghasilkan biogas dari hasil pengolahan sampah organik.

5 Mekanisme Bank Sampah (dok: rumahpelangi.org) Kerajinan tangan yang terbuat dari sampah (dok : efekgila.com) Dengan adanya Bank sampah Rangga Mekar, diharapkan dapat mengurangi volume sampah di tempat pembuangan sampah yang dapat mencemari lingkungan sekitar. Dalam jangka panjang keberadaan Bank Sampah Rangga Mekar dapat berperan aktif dalam membantu program Pemerintah Kota Bogor dalam mewujudkan Bogor menjadi Kota yang BISA (Bersih, Indah, Sejuk dan Asri). Berkat Sampah Menuju Jepang Totalitas dan kreativitas yang ditunjukkan bank sampah Rangga Mekar telah mendapatkan apresiasi dan dukungan dari berbagai pihak. Apresiasi pemerintah kota Bogor terlihat dari kesediaan Walikota Bogor yang turun langsung meresmikan pengoperasian Bank Sampah Rangga Mekar. Dan yang lebih menggembirakan, badan kerjasama internasional Jepang, Japan Internasional Cooperation Agency (JICA) juga menunjukkan perhatian dan apresiasinya. Pada

6 tanggal 28 Mei 2016, perwakilan bank sampah Rangga Mekar diundang ke Jepang untuk melakukan studi banding pengelolaan sampah di negeri sakura selama 10 hari. Dalam kunjungan di Jepang, perwakilan Bank Sampah Rangga Mekar mengnjungi beberapa tempat seperti Sekolah Dasar Shinichi di Kota Hiroshima, perusahaan pengeloaan sampah Egawa Econos dan Kuil Miyajima. Di Sekolah Dasar Shinichi mereka belajar bagaimana muridmurid SD sudah diperkenalkan dengan sampah dan tehnik pengelolaannya. Pelajaran pengeloaan sampah telah menjadi kurikulum wajid di sekolah dasar tersebut. Dalam kunjungan ke perusahaan pengelola sampah Egawa Econos diperoleh pelajaran bagaimana memilah sampah sejak dini dan pemanfaatan sampah menjadi pupuk organik. Kunjungan tersebut Bertepatan dengan hari peduli sampah sedunia yang jatuh pada tanggal 5 Juni 2016, perwakilan bank sampah Rangga Mekar turut berpatisipasi dalam kegiatan pungut sampah di kota Hiroshima. Kegiatan Pungut Sampah di Kota Hiroshima Banyak pelajaran yang didapat dari kunjungan ke Jepang diantaranya kita belajar bagaimana masyarakat Jepang memilah sampah sejak masih berada di rumah dan bagaimana rapinya sistem pengeloaan sampah di kota Hiroshima. Semoga hasil kunjungan ke Jepang tersebut dapat diimplementasikan di Indonesia, khususnya memberikan dampak yang nyata terhadap masyarakat di Rangga Mekar sehingga sampah tidak lagi menjadi masalah namun menjadi berkah bagi masyarakat sekitar beber Sandi Adam, ketua umum Bank Sampah Rangga Mekar. Patut diakui bahwa dengan adanya Bank Sampah Rangga Mekar memberikan dampak yang luar biasa bagi masyarakat sekitar, selain manfaat ekonomis juga manfaat ekologis. Masyarakat sekitar menuai berkah dari sampah.

7 MEMBUDIDAYAKAN JAMUR TIRAM DENGAN MEDIA SERABUT KELAPA DI HUTAN DIKLAT RUMPIN IDA NURMAYANTI Widyaiswara Balai Diklat Kehutanan Bogor Abstract Coconut fiber is one of the biggest wastes with a percentage of 42% of the weight of coconuts. Unprocessed coconut husk is not cocopeat, cocopeat itself is a waste coconut coir processing taken fibers or fiber. Cocopeat has special characteristics, which can store water five times of its weight. These unique characteristics make the cocopeat can be used as a planting medium. The advantage is to increase the water holding capacity, save water, and storing nutrients plant nutrients. As the oyster mushroom growing medium, which usually use sawdust are now using coconut fiber (cocopeat), which serves as a provider of nutrients for fungi. Coconut coir coconut fiber used is very potential in improving crop yields oyster mushrooms Keywords : cocopeat, jamur tiram. PENDAHULUAN Sulawesi Utara dikenal sebagai salah satu daerah penghasil kelapa terbaik di Indonesia, sehingga terkenal dengan bumi nyiur melambai. Luas perkebunan kelapa di Sulawesi Utara mencapai ,79 Ha (data tahun 2011). Kelapa walaupun sebagai komoditi unggulannya tetap dapat menimbukan permasalahan lingkungan, sehingga bagaimana cara untuk meminimalisir permasalahan lingkungan tersebut. Salah satu pemanfaatan dari kelapa yang dapat diolah adalah sabut kelapanya. Hingga saat ini pengolahan sabut kelapa di Sulawesi Utara masih terbatas pada penggunaan secara langsung sebagai bahan bakar rumah tangga dan bahan bakar pada industri rumahan terutama pembuatan cakalang fufu. Penggunaan tersebut dinilai masih belum mampu menyerap banyaknya jumlah sabut kelapa sebagai sisa pengolahan kelapa. Hal ini menyebabkan masih banyak sabut kelapa yang berakhir sebagai limbah yang terbuang percuma, sehingga perlu penyelesaian permasalahan limbah di lingkungan sekitar (info data Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Manado, 2015). Pada tahun 2015 kami Widyaiswara Balai Diklat Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BDLHK) Bogor mendapat kesempatan ke BPK Manado untuk mempelajari 1

8 bagaimana cara memanfaatkan sabut kelapa sebagai media pertumbuhan Jamur Tiram. Dimana selama ini yang sering dilakukan sebagai media pertumbuhan jamur tiram adalah serbuk gergaji. Dengan mendapatkan ilmu ini, maka kami berharap dapat membangun demplot Budidaya Jamur Tiram dengan media serabut kelapa di hutan diklat Rumpin Balai Diklat Lingkungan Hidup dan Kehutanan Bogor. MANFAAT SABUT KELAPA (Cocopeat) Sabut kelapa atau dikenali juga dengan istilah cocopeat merupakan limbah perkebunan yang berlimpah di daerah penghasil kelapa, tanaman yang masih keluarga aren arenan atau Arecaceae ini, seluruh bagiannya mempunyai manfaat yang besar bagi manusia. Sabut kelapa adalah salah satu limbah yang terbesar dengan persentase 42% dari berat buah kelapa. Air kelapa memiliki manfaat penting sebagai bahan dasar pembuatan pupuk organik cair, begitu juga dengan sabut yang membungkus buah kelapa dapat diolah menjadi pupuk organik padat atau bokashi. Sabut kelapa yang belum diolah bukanlah cocopeat, cocopeat sendiri merupakan limbah pengolahan sabut kelapa yang diambil serat atau fiber. Cocopeat merupakan butiran halus atau serbuk dari fiber kelapa, sehingga sabut kelapa ini sangat besar manfaatnya untuk pertanian. Kandungan hara yang dimiliki sabut kelapa baik makro atau mikro ternyata sangat dibutuhkan oleh tanaman. Kandungan unsur hara makro dan mikro yang terdapat pada sabut kelapa antara lain Kalium (K), Fosfor (P), Calsium (Ca), Magnesium (Mg), Natrium (Na) dan beberapa mineral lainnya. Kandungan unsur hara yang dimiliki cocopeat terbanyak jumlahnya adalah unsur K, dimana kandungan Fosfor dan Kalium sangat dibutuhkan tanaman saat proses pembentukan buah serta peningkatan rasa untuk segala jenis buah. Sabut kelapa bisa dimanfaatkan menjadi biopot, yaitu semacam media tanam yang berisi bahan organik dan nutrisi hara tanaman, kemudian dicetak menjadi bentuk seperti pot. Media tanam ini dibuat dalam berbagai ukuran dan disesuaikan dengan tanamannya. Keunggulan biopot antara lain adalah lebih ramah lingkungan, karena tidak menggunakan plastik dan bisa langsung ditanam ke lahan. Cocopeat adalah limbah yang jumlahnya tidak banyak, sehingga sering diabaikan. Cocopeat memiliki karakteristik yang istimewa, yaitu bisa menyimpan air lima kali dari bobotnya. Karakteristik unik ini membuat cocopeat bisa dimanfaatkan sebagai media tanam. Keunggulannya adalah meningkatkan daya menahan air, menyimpan air, dan menyimpan hara nutrisi tanaman. Cocopeat mengandung tannin yang kurang baik untuk tanaman. Kandungan tannin ini dapat dihilangkan dengan cara perendaman. Media 2

9 tanam dibuat dengan mengkombinasikan cocopeat dengan kompos, arang sekam, fosfat alam, dan dolomite. Berbagai macam tanaman hortikultura bisa ditanam dengan menggunakan media tanam ini, sehingga cocopeat dapat pula dimanfaatkan sebagai media tanam jamur tiram. Gambar 1. Sabut kelapa KELEBIHAN DAN KEKURANGAN Cocopeat Kelebihan dari Cocopeat yang berkualitas baik adalah : 1. Mudah teruri dan aman bagi lingkungan karena merupakan 100% bahan alami yang terbuat dari sabut kelapa. 2. Dapat menahan air hingga 6 9 kali berat cocopeat itu sendiri. 3. Memiliki tekstur yang memudahkan pertukaran oksigen (tukar kation) di dalam tanah, sehingga bermanfaat bagi kesuburan akar tanaman. 4. Dapat digunakan berkali kali dan sangat awet hingga baru akan hancur dalam kurun waktu 10 tahun. 5. Mampu mengikat bau tak sedap, sehingga cocok digunakan sebagai alas pada kandang ternak. 6. Bisa digunakan sebagai media bedding cacing (vermicomposting). 7. Anti bakteri dan anti jamur karena mengandung Trichoderma sp, sejenis jamur (fungi) yang menguntungkan bagi tanaman, dan dapat menghambat pertumbuhan jamur merugikan. 8. Biasanya dijual dalam bentuk blok dengan berat 5 kg dan mudah dibawa. 9. Dalam batas tertentu bisa digunakan sebagai pakan ternak dan itik. Selain ada kelebihan tentunya ada juga kekurangan dari cocopeat ini yaitu: 1. Biaya produksi yang tidak sedikit 3

10 2. Jika tidak diolah dengan benar, maka akan menghasilkan cocopeat berkualitas buruk dan akan merugikan tanaman serta lingkungan. 3. Proses pembuatannya yang membutuhkan waktu cukup lama. BUDIDAYA JAMUR TIRAM Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) telah lama dikenal dan banyak dibudidayakan sebagai jamur pangan. Sebagai salah satu sumber pangan, jamur tiram juga dikenal karena rasaya yang enak dan dapat diolah dengan bervariasi. Keunggulan pengembangan jamur tiram adalah siklus hidup hingga saat panen yang cukup singkat, relatif mudah dibudidayakan serta cukup adaptif dengan penggunaan media. Jamur tiram cocok dikembangkan di wilayah tropis dengan kelembaban yang tinggi dan intensitas sinar matahari yang baik. Berdasarkan nilai ekonomis, budidaya jamur tiram sangat prospektif karena memiliki nilai jual yang cukup baik di pasaran, bahkan dengan kualitas dan variasi pengolahan akan semakin meningkatkan nilai jualnya. Usaha budidaya jamur tiram seringkali mengalami kegagalan karena teknik dan cara budidaya yang kurang benar. Meskipun gampang, perlu diperhatikan juga faktorfaktor seperti lingkungan, kebersihan, serta konsistensi selama perawatan. Jika faktorfaktor tersebut tidak bisa dipenuhi dengan baik maka hasilnya pun kurang optimal bahkan besar kemungkinan berpotensi mendatangkan kegagalan. Jamur tiram putih berwarna putih agak krem dengan diameter tubuh 3 14 cm. Jamur ini memiliki miselium. Tubuh buah jamur inilah yang bernilai ekonomis tinggi dan menjadi tujuan dari budidaya jamur tiram. Teknik budidaya jamur tiram mulai dari persiapan hingga pasca panen sangat perlu diperhatikan agar pelaku usaha benar benar memahami sehingga lebih menguasai dalam pemeliharaan maupun pengendalian hama tanaman. Gambar 2. Jamur Tiram 4

11 PERSIAPAN PENANAMAN JAMUR TIRAM Sebelum melakukan penanaman, hal hal yang menunjang budidaya jamur tiram harus sudah tersedia, diantaranya rumah kumbung baglog, rak baglog, bibit jamur tiram, dan peralatan budidaya. Usahakan budidaya jamur tiram menggunakan bibit bersertifikat yang dapat dibeli dari petani lain atau dinas pertanian setempat. Peralatan budidaya jamur tiram cukup sederhana, harga terjangkau, bahkan kita bisa memanfaat peralatan dapur. Untuk mengoptimalkan hasil dalam usaha budidaya jamur tiram di dataran rendah dapat dilakukan dengan modifikasi terhadap bahan media dan takarannya, yakni dengan menambah atau mengurangi takaran tiap tiap bahan dari standar umumnya. Dalam usaha skala kecil, eksperimen dalam menentukan takaran bahan media merupakan hal yang sangat penting guna memperoleh takaran yang pas. Hal ini mengingat jamur yang dibudidayakan di lingkungan tumbuh berbeda tentu membutuhkan nutrisi dan media yang berbeda pula tergantung pada kondisi lingkungan setempat. Hingga saat ini belum ada standar komposisi media untuk budidaya jamur tiram di dataran rendah, sehingga petani memodifikasi media dan lingkungan berdasarkan pengalaman dan kondisi masingmasing. Sebagai media tumbuh jamur tiram, yang biasanya menggunakan serbuk gergaji sekarang menggunakan sabut kelapa (cocopeat), dimana berfungsi sebagai penyedia nutrisi bagi jamur. Sabut kelapa yang digunakan adalah sabut kelapa yang sangat berpotensi dalam meningkatkan hasil panen jamur tiram. Sebelum digunakan sebagai media sabut kelapa harus dikompos terlebih dahulu agar bisa terurai menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga mudah dicerna oleh jamur. Proses pengomposan dilakukan dengan cara menutupnya menggunakan plastik atau terpal selama 1 2 hari. Pengomposan berlangsung dengan baik jika terjadi kenaikan suhu sekitar 50⁰C. Media berupa dedak/bekatul dan tepung jagung berfungsi sebagai substrat dan penghasil kalori untuk pertumbuhan jamur. Sebelum membeli dedak dan tepung jagung, sebaiknya pastikan dahulu bahan bahan tersebut masih baru. Jika memakai bahan yang sudah lama dikhawatirkan sudah terjadi fermentasi yang dapat berakibat pada tumbuhnya jenis jamur yang tidak dikehendaki. Berdasarkan hasil penelitian, penggunaan dedak maupun teung jagung memberikan kualitas hasil jamur yang sama karena kandungan nutrisi kedua bahan tersebut mirip. Namun, penggunaan dedak dianggap lebih efisien karena bisa memangkas biaya dan cenderung mudah dicari karena banyak dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Kapur (CaCO 3) berfungsi sebagai sumber mineral dan pengatur ph. Kandungan Ca dalam kapur dapat menetralisir asam yang dikeluarkan meselium jamur yang juga bisa menyebabkan ph media menjadi rendah. 5

12 Wadah yang digunakan untuk meletakkan campuran media adalah kantong plastik bening tahan panas (PE 0,002) berukuran 20 cm x 30 cm. Adapun komposisi media semai adalah serbuk gergaji 100 kg; tepung jagung 10 kg; dedak halus atau bekatul 10 kg; kompos 0,5 kg; kapur (CaCO 3) 0,5 kg; dan air 50 60%. Ada dua hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan penanaman bibit jamur, yaitu sterilisasi bahan dan sterilisasi baglog. STERILISASI BAHAN Sebelum dicampur dengan media lain, sabut kelapa dan dedak disterilisasi terlebih dahulu menggunakan oven selama 6 8 jam pada suhu 100⁰C. Dengan sterilisasi tersebut selain mengurangi mikroorganisme penyebab kontaminsasi juga menguranngi kadar air pada serbuk sabut kelapa, sehingga media menjadi lebih kering. Kedua bahan tersebut kemudian dicampur dan diberi air sekitar 50 60% hingga adonan menjadi kalis dan bisa dikepal. Air berfungsi dalam penyerapan nutrisi oleh miselium. Air yang digunakan harus air bersih untuk mengurangi resiko kontaminasi organisme lain dalam media. Dalam memasukkan media ke dalam plastik, media harus benar benar padat agar jamur yang dihasilkan bisa banyak. Jadi pastikan bahwa bahan bahan telah cukup padat di dalam plastik dengan cara menekan nekan adonan hingga benar benar padat, kemudian bagian atas kantong dipasang cincin paralon dan selanjutnya kantong plastik ditutup dengan sumbat kapas dan diikat dengan karet. STERILISASI BAGLOG Sterilisasi baglog dilakukan dengan cara memasukkan baglog ke dalam autoclave atau steamer dengan suhu 121⁰C selama 15 menit. Untuk mengganti penggunaan autoclave atau streamer, dapat menggunakan drum dengan kapasitas besar atau mampu menampung sekitar 50 baglog dan dipanasi di atas kompor minyak atau dapat juga menggunakan oven. Sterilisasi baglog menggunakan drum memakan waktu lebih lama, yaitu sekitar 8 jam, tetapi dianggap lebih menghemat biaya. Setelah proses sterilisasi selesai, baglog kemudian didinginkan, yakni dengan mematikan alat sterilisasi dan membiarkan suhunya turun sedikit demi sedikit. Setelah proses pendinginan, baru kemudian dilakukan penanaman bibit jamur. PENANAMAN DAN PEMELIHARAAN JAMUR TIRAM Salah satu penentu keberhasilan budidaya jamur tiram adalah kebersihan dalam melakukan proses budidayanya, baik kebersihan tempat, alat, maupun pekerjanya. Hal ini karena kebersihan adalah hal yang mutlak harus dipenuhi. Untuk itu, tempat untuk 6

13 penanaman sebaiknya harus dibersihkan dahulu dengan sapu, lantai dan dindingnya dibersihkan menggunakan disinfektan. Alat yang digunakan untuk menanam juga harus disterilisasi menggunakan alkohol dan dipanaskan di atas api lilin. Selain itu, selama melakukan penanaman para pekerja juga idealnya menggunakan masker. Hal ini bertujuan untuk memperkecil terjadinya kontaminasi. Dalam budidaya jamur tiram hal yang juga harus diperhatikan adalah menjaga suhu dan kelembaban ruang agar tetap pada standar yang dibutuhkan. Jika cuaca lebih kering, panas, atau berangin, tentu akan mempengaruhi suhu dan kelembaban dalam kumbung sehingga air cepat menguap. Bila demikian, sebaiknya frekuensi penyiraman ditingkatkan. Jika suhu terlalu tinggi dan kelembaban kurang, bisa membuat tubuh jamur sulit tumbuh atau bahkan tidak tumbuh. Oleh karena itu, atur juga sirkulasi udara di dalam kumbung agar jamur tidak cepat layu dan mati. Pengaturan sirkulasi dapat dilakukan dengan cara menutup sebagian lubang sirkulasi ketika angin sedang kencang. Sirkulasi dapat dibuka semua ketika angin sedang dalam kecepatan normal. Namun, yang terpenting adalah jangan sampai jamur kekurangan udara segar. PENUTUP Sabut kelapa adalah salah satu limbah yang terbesar dengan persentase 42% dari berat buah kelapa. Air kelapa memiliki manfaat penting sebagai bahan dasar pembuatan pupuk organik cair, begitu juga dengan sabut yang membungkus buah kelapa dapat diolah menjadi pupuk organik padat atau bokashi. Sabut kelapa yang belum diolah bukanlah cocopeat, cocopeat sendiri merupakan limbah pengolahan sabut kelapa yang diambil serat atau fiber. Cocopeat memiliki karakteristik yang istimewa, yaitu bisa menyimpan air lima kali dari bobotnya. Karakteristik unik ini membuat cocopeat bisa dimanfaatkan sebagai media tanam. Keunggulannya adalah meningkatkan daya menahan air, menyimpan air, dan menyimpan hara nutrisi tanaman. Sebagai media tumbuh jamur tiram, dapat menggunakan sabut kelapa (cocopeat), dimana fungsinya sebagai penyedia nutrisi bagi jamur. Sabut kelapa yang digunakan adalah sabut kelapa yang sangat berpotensi dalam meningkatkan hasil panen jamur tiram. 7

14 DAFTAR PUSTAKA Carijo, O. A., Liz, R. S., Makishima, N Biosorpsi Cr (III) pada Biosorben Serat Sabut Kelapa Teraktivitasi Sodium Hidroksida (NaOH). Sudiarta/ tanggal 26 september Djarijah dan Djariah Jamur Tiram Pembibitan, Pemeliharaan dan Pengendalian Hama Penyakit. Yogyakarta: Kanisius. Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian IPB (2002). Pengaruh Taraf ampas Tahun Dalam Media Serbuk Sabut Kelapa Terhadap Panjan, Diameter Tubuh, Produksi dan Kualitas Kascing Cacing Tanah (Lumbricus rubellus). 30 september Sarief Jurnal: Pemanfaatan Limbah Media Jamur Tiram Putih (Pleurotus Florida) Sebagai Tambahan Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.). jurnal.ump.ac.id/ diakses 22 september Soenanto, Hardi Jamur Tiram Budi Daya dan Peluang Usaha. Semarang: Aneka Ilmu. Tim Redaksi Trubus Mengapur Tanah Asam. Jakarta: Penebar Swadaya. Tutik Pengaruh penambahan bekatul dan ampas tahu pada media terhadap pertumbuhan dan produksi jamur tiram putih (Pleorotus ostreatus). malang.ac.id/ diakses 26 desember

15 Belajar sambil Berlibur ke Desa Wisata Ilmu Ulat Sutera Oleh : Ernita Salah satu wisata edukasi di Bandung timur yang dikenal sebagai Desa Wisata Ilmu Padepokan Dayang Sumbi, terletak di Bandung Timur, Kampung Pamoyanan, Desa Mekarmanik, Jl. Arcamanik Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung. Kenapa disebut sebagai desa wisata ilmu? Karena para pengunjung tidak hanya berwisata namun juga dapat menambah ilmu pengetahuannya yang berkaitan dengan seluk beluk ulat sutra. Padepokan ini mulai dibuka sekitar Tahun 2005, di arealnya yang tidak terlalu besar ± 2 ha pengelola mengembangbiakan ulat sutra dan menanam murbei, karena dari awal tujuan pendirian padepokan ini sebagai wisata ilmu. Di tempat ini tersedia fasilitas pendidikan stek tanaman murbei dan halaman kelinci, dimana anak anak dapat mengejar, memberi makan dan menggendong kelinci. Tempat ini juga menjadi tempat favorit bagi para peneliti untuk melakukan penelitian tentang bagaimana proses pembudidayaan ulat sutra hingga akhirnya dapat menjadi sebuah produk yang dapat memiliki nilai jual tinggi. Adapun kegiatan di wisata ilmu ini meliputi : 1. Penjelasan budidaya ulat sutera dan peninjauan ke rumah ulat Pendalaman materi akan disesuaikan dengan tingkatan kelompok usia pengunjung. Kunjungan ke rumah ulat sutera

16 Jenis ulat sutera pilihannya adalah ras Jepang dengan ciri ada dua tato khas di bagian anterior (kepala). Kelebihan ras Jepang ini satu kepompongnya dapat menghasilkan benang sutra sepanjang meter. Kualitas dan kuantitas benang sutera yang dihasilkan sangat ditentukan oleh teknik pemeliharaan ulat yang dilakukan oleh petani sutera. Biasanya kualitas dan warna serat sutera yang dihasilkan tergantung dari jenis ulat sutera dan makanannya. Kain yang berasal dari kepompong tersebut akan terlihat berkilau bila terkena cahaya. Selain itu, kepompong ini akan menghasilkan kain yang halus, lembut, dan mudah menyerap keringat. Teknik pemeliharaan ulat sutera yang dilakukan dapat dikelompokkan berdasarkan : a. Bibit Ulat Sutera Bibit ulat sutera merupakan salah satu faktor penting dalam pemeliharaan ulat sutera. Bibit ulat sutera yang berkualitas sangat menentukan produksi kokon yang akan dihasilkan. Pada pembibitan ulat sutera dilakukan pengujian dan sertifikasi bibit untuk mengidentifikasi apakah bibit tersebut mengandung penyakit yang dapat menurunkan produksi kokon sehingga kerugian yang akan dialami oleh petani sutera dapat dihindari. b. Penggunaan Daun Murbei Produksi kokon yang dihasilkan oleh petani sutera juga ditentukan oleh tersedianya pakan ulat sutera (daun murbei). Doyannya ulat sutera terhadap murbei, karena murbei menghasilkan enzim glukosida yang menyebabkan rasa ketagihan. Selain jumlah daun murbei yang tersedia, jenis murbei juga dapat menentukan kualitas dan kuantitas kokon yang dihasilkan. c. Desinfeksi Desinfeksi adalah suatu tindakan untuk mencegah berkembangnya penyakit pada saat pemeliharaan ulat sutera. Tindakan desinfeksi dilakukan dengan cara menyemprotkan desinfektan pada tempat

17 pemeliharaan dan alat alat pemeliharaan ulat sutera yang digunakan. Idealnya penyemprotan desinfektan dilakukan 2 (dua) kali yaitu sebelum pemeliharaan ulat sutera dan setelah kegiatan pemeliharaan ulat sutera. d. Tempat pemeliharaan ulat sutera Tempat pemeliharaan ulat sutera dapat mempengaruhi produksi kokon yang akan dihasilkan. Pemeliharaan ulat sutera dapat dilakukan secara kecil kecilan dalam skala rumah tangga ataupun secara besar besaran. Namun, dimanapun ulat itu dipelihara, hendaknya ruangan/tempat pemeliharaan memenuhi persyaratan, terutama menyangkut suhu, cahaya, kelembaban, dan ventilasi (pertukaran) udara. Lokasi penanaman pun harus berada diketinggian 700 meter dari permukaan laut. e. Alat pengokon Alat pengokonan yang digunakan dapat mempengaruhi kualitas kokon yang akan dihasilkan. Alat pengokonan yang baik digunakan adalah : seri frame, pengokonan bambu dan mukade (terbuat dari daun kelapa atau jerami yang dipuntir membentuk sikat tabung). ruang pemeliharaan ulat seriframe 2. Melihat pembuatan kain sutera dengan ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) dan melihat produk produk sutera. Pengelola yang memiliki latar belakang teknik mesin melakukan beberapa penemuan pada alat reeling (pemintal) serat sutra menjadi benang. Untuk mengefektifkan kerja pemintalan serat sutra dari kokon (kepompong), dibuat

18 sebuah mesin reeling yang berfungsi memintal serat dari kokon untuk dijadikan benang. Beliau terinspirasi oleh mesin pemintal serat sutera zaman dahulu yang masih menggunakan pemutar tangan. Alat yang digunakan sudah menggunakan mesin seperti alat pemintal yang banyak digunakan perajin ulat sutera lainnya. Bedanya, alat temuan ini memiliki dua sensor kualitas serta pemakaian listrik yang lebih hemat. Mesin pemintal di luar negeri juga telah memiliki sensor, namun menggunakan lebih dari 750 watt listrik sekali pakai. Sementara mesin ini hanya membutuhkan 125 watt untuk maksimal kerja 24 jam, katanya bangga. Keunggulan mesin yang terdiri dari 4 (empat) set pemintalan ini memiliki mekanisme kerja yang lebih ringan. Beberapa komponen mesin juga terbuat dari bahan yang lebih ringan, serta adanya belt (sabuk) dari karet yang membantu kerja pemilinan serat. Mesin Reeling Benang Sutera Penenunan Kain Sutera dengan ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin ) 3. Kemudian dilanjutkan dengan makan siang, menyantap nasi merah dan ikan goreng kering serta sambal lalap daun murbei. Padepokan Dayang Sumbi menyediakan berbagai macam paket penawaran bagi para pengunjungnya. Paket kunjungan wisata ilmu sebagai berikut : 1. Paket Standar Kunjungan untuk perorangan/keluarga/grup kecil Mendapatkan welcome snack dan drink serta cinderamata Harga Tiket : Rp , /peserta 2. Paket Hemat Kunjungan untuk Grup tanpa welcome snack dan cinderamata Harga Tiket : Rp , /peserta Minimum 60 peserta

19 Fasilitas untuk semua paket : welcome drink, pengenalan budidaya ulat sutera, meninjau rumah ulat, reeling benang sutera, penenunan kain sutera, LKS, tangkap jangkrik, mini lomba dan bermain dengan kelinci di halaman kelinci. Untuk para pelancong, padepokan ini juga menyediakan penginapan yang berupa rumah saung, dilengkapi ± 6 kamar tidur, ruang aula audio dan video dll. Untuk lebih jelas Tarif Masuk, Kondisi Reservasi dan Jadwal Kunjungan, dapat mengunjungi website Penginapan yang berupa rumah saung, dilengkapi ± 6 kamar tidur Selain bisa dimanfaatkan sebagai bahan kain sutra, kepompong ulat sutra atau disebut juga kokon juga dimanfaatkan dalam dunia kecantikan yaitu sebagai bahan pengamplas kulit (scrub) alami serta aneka produk (bunga, aksesoris wanita, pajangan dll). Outlet aneka produk kerajinan tangan berbahan baku kepompong ulat sutera Di zaman teknologi yang serba canggih saat ini, anak anak lebih sering berinteraksi dengan hand phone, getget, computer, tab dan barang barang elektronik lainnya yang dapat mengisolasi anak anak dari kesenangan menjelajahi alam dan bersosialisasi

20 dengan orang orang disekitarnya. Hal ini menjadi sangat menarik karena dengan adanya wisata edukasi ini, anak anak dapat menambah pengalaman dan pengetahuan baru serta sekaligus memahami kebesaran Tuhan dengan menyaksikan sendiri bagaimana seekor ulat sutera menghasilkan produk yang indah dan bernilai tinggi. Tidak perlu jauh jauh ke luar negeri untuk pergi berlibur, Cintailah wisata alam Indonesia yang sangat menakjubkan.

21 ALKOHOL TEKNIS : NILAI TAMBAH YANG MENJANJIKAN DARI AREN Oleh : Irene Christine Mandang, S.Hut Penyuluh Kehutanan Kabupaten Minahasa Tenggara PENDAHULUAN Tanaman Aren telah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai pohon emas hijau, yang telah dikaruniakan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa, dikarenakan memiliki manfaat yang banyak bagi manusia. Mulai dari bagian akar, batang, pelepah sampai daun aren dimanfaatkan sebagai obat, sumber pangan maupun fungsi pelindung tanah dan air (Konservasi). Salah satu komoditi yang dihasilkan dari tanaman aren adalah Air Nira. Umumnya masyarakat Minahasa sejak dahulu telah mengenal pengolahan nira aren menjadi cap tikus. Nira Aren atau yang lebih dikenal saguer adalah cairan yang disadap dari mayang pohon aren. Nira aren (Saguer) dapat diminum langsung atau diolah menjadi berbagi produk seperti Gula Aren, Gula Semut, cap tikus, asam cuka, alcohol teknis bahkan telah dikembangkan menjadi sumber energy BIO ETANOL. Kadar etanol (alcohol) dalam Cap Tikus sekitar %.Alkohol (etanol) adalah cairan encer tidak berwarna (bening) yang memiliki bau merangsang dan dapat bercampur dengan air. Cap Tikus sebagai minuman mulai dikenal sejak nenek moyang (penduduk Minahasa). Proses pembuatan cap tikus diturunkan secara turun temurun dan umumnya menggunakan peralatan sederhana yang terdiri dari bambu dan drum sebagai wadah memasak nira aren. PRODUKSI ALKOHOL AREN (CAP TIKUS) Produksi cap tikus di daerah Minahasa (Kabupaten Minahasa Induk, Utara, Selatan dan Tenggara) kira kira liter/tahun. Penyerapan produksi cap tikus oleh industri minuman beralkohol seperti Kasegaran dan lain lain kira kira 40% atau liter/tahun. Sedangkan kira kira 60% atau liter/tahun yang tidak terserap industri minuman beralkohol dan langsung dipasarkan sebagai minuman, 1

22 karena sejak dahulu kala konsumsi cap tikus hanya digunakan sebagai penyegar maupun penghangat tubuh.oleh karenanya pengolahan nira aren menjadi minuman beralkohol (Cap Tikus) sudah menjadi salah satu sumber mata pencaharian masyarakat. Dewasa ini produk cap tikus ibarat madu dan racun. Sebagai madu karena masyarakat petani aren khususnya pengrajin cap tikus dapat menghidupi keluarga dari usaha cap tikus, seperti menyekolahkan anak hingga sarjana dan terpenuhinya kebutuhan hidup keluarga. Dan dianggap racun karena cap tikus sering disalahgunakan oleh masyarakat dengan mengkonsumsi secara berlebihan sehingga menyebabkan masalah gangguan kamtibmas seperti mabuk dan berujung pada hal hal negative, seperti kecelakaan lalu lintas, perkelahian, pembunuhan, pemerkosaaan dan lain lain. Oleh sebab itu, untuk mengatasi masalah gangguan kamtibmas tersebut, maka pemerintah daerah sedang mengkaji untuk membuat peraturan daerah (PERDA) tentang Pemanfaatan dan PeredaranCap Tikus.Selain itu Cap Tikus juga perlu dikembangkan dan diberdayakan pemanfaatan nira aren sebagai Gula aren maupun gula Kristal/gula semut, bahan bakar nabati (Biofuel) dan alkohol teknis. Alkohol Teknis Pemanfaatan Alkohol teknis dapat digunakan untuk bahan medis, seperti disinfektan dan antiseptic/pembunuh kuman; industri kosmetika, industri makanan/minuman, farmasa dan lain lain.kebutuhan alcohol teknis di Sulawesi Utara kira kira liter/tahun, dan saat ini Alkohol teknis yang dipasarkan di Sulawesi Utara, didatangkan dari luar daerah yaitu dari Pulau Jawa. Kebutuhan alcohol teknis dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan pertumbuhan industri farmasa dan medis.selain untuk industri farmasi, kesehatan/medis, alkohol teknis dapat diolah menjadi biofuel/biodiesel untuk bahan bakar kendaraan bermotor yang ramah lingkungan. Proses Pembuatan Alkohol Teknis Proses pembuatan alkohol teknis menggunakan metode/cara destilasi diawali dengan pemanasan cap tikus dengan suhu pemanasan sekitar C, sehingga alkohol yang memiliki titik didih lebih rendah dari air akan menguap akan menguap. Uap tersebut bergerak menuju kondenser yaitu pendingin. Proses 2

23 pendinginan terjadi karena pada kondensor dialirkan sir ke dalam dinding (bagian luar kondensor), sehingga uap yang dihasilkan akan kembali cair. Proses ini berjalan terus menerus dan akhirnya terjadi pemisahan antara alkohol dengan air, alkohol yang terpisah dengan kadar 70% atau lebih disebut alkohol teknis. Bahan dan Alat Pembuatan Alkohol Teknis Bahan : Cap Tikus Air Bahan Bakar (minyak Tanah, gas elpiji, kayu bakar) Alat : 1 (satu) set alat penyulingan alkohol yang teridri atas : Ketel penyulingan Kondensor Penampung alkohol Teknis Tungku/kompor Selang air Masih menggunakan alat penyulingan sederhana/tradisional (Bambu) 3

24 INOVASI TEKNOLOGI PENYULINGAN ALKOHOL CAP TIKUS DI KTH BUNGA TANI DESA LOBU SATU KECAMATAN TOULUAAN. Sebagai petani aren (pengrajin cap tikus) dan bagian dari masyarakat Desa Lobu Satu, Kelompok Tani Hutan Bunga Tani telah lama berkecimpung dalam pengolahan Nira Aren menjadi Alkohol Cap Tikus. Berawal dari pengalaman usaha pengolahan cap tikus yang diterima secara turun temurun, KTH Bunga Tani memulai usaha penyulingan alkohol cap tikus dengan menggunakan peralatan yang sederhana/tradisional, yaitu menggunakan alat penyulingan dari bambu dan drum sebagai wadah pemasakan air nira sejak Tahun Pada Tanggal 15 April 2014, atas inisiatif kelompok dan motivasi dari Penyuluh Kehutanan, maka pada tanggal 12 Mei 2014 dikukuhkan oleh Hukum Tua Desa Lobu Satu sebagai Kelompok Tani Hutan dengan Sertifikat Nomor: 520/BP4K/165/V/2014. Dengan pendampingan dan fasilitasi dari penyuluh kehutanan, serta keinginan yang besar kelompok untuk berkembang dalam usaha penyulingan alkohol, pada akhir Tahun 2014 melalui Kegiatan Kelompok Usaha Produktif dengan pengembangan teknologi penyulingan dari alat bambu diganti dengan pipa stainlessteel. Inisiatif penggunaan pipa stainlesssteel diawali denganmasalah yang timbul/terjadi dengan penggunaan alat bambu adalah, seperti : Tidak dapat mengurangi penguapan yang terjadi di permukaan bambu, Sifat bambu yang tidak tahan panas, cepat/mudah rusak akibat cuaca Waktu penggunaan yang relative singkat, sehingga perlu sering diganti Produksi alkohol yang relatif kurang dan kadar alkohol yang lebih rendah. Untuk mengantisipasi masalah dari penggunaan bambu tersebut, maka alternatif yang dipilih adalah dengan menggunakan pipa stainlesssteel yang memiliki keunggulan, seperti: Sifat stainless steel yang tahan panas, sehingga penguapan yang berlangsung di dalam pipa berjalan lancar. Stainless steel dapat tahan terhadap perubahan cuaca, sehingga tidak mudah rusak dan tahan karat Waktu penggunaan yang lebih lama, sehingga dapat mengurangi biaya produksi 4

25 Produksi alcohol (kuantitas) lebih banyak dan kadar alkohol (kualitas) yang dihasilkan lebih tinggi. Adapun teknik pemilihan diameter pipa stainlesssteel tidak sama atau berbeda diameter dari pangkal sampai ke ujung, karena pemasangan pipa semakin ke ujung semakin kecil ukuran diameter pipa. Hal ini dimaksudkan agar proses penguapan alkohol dari nira aren dapat berjalan lebih maksimal. Adapun pipa yang dibutuhkan untuk 1 unit penyulingan alkohol adalah 12 ujung, dengan teknik pemasangan pipa : 1 buah pipabesar (1 ujung pipa = 6 meter) dipasang pada tempat keluarnya penguapan (dari drum) memakai ukuran diameter pipa yang lebih besar, yaitu 3" (tiga inchi) dandiletakkan dengan arah ke atas, selanjutnya 4 buah pipa sedang dengan ukuran diameter 2" juga disambungkan dan diletakkan dengan arah ke atas, kemudian 7 buah pipa kecil dengan ukuran diameter 1,5" saling dihubungkan dan diletakkan dengan arah sedikit ke bawah. Untuk mengurangi panas yang timbul dari pipa, maka di ujung penguapan dalam proses penyulingan masih tetap menggunakan kombinasi bambu sebanyak 4 5 ujung. Penggunaan bambu juga merupakan teknik yang dapat mempercepat proses pendinginan dan merupakan alat yang mudah di dapat di alam. 5

26 Perbedaan Hasil Produksi antara Bambu dan Stainless steel Setelah beralih dari teknologi sederhana (Tradisional) ke Teknologi yang lebih Inovatif, KTH Bunga Tani merasakan terjadi perubahan dalam hal biaya produksi, hasil produksi dan tingkat pendapatan hasil petani. Sejak menggunakan pipa dari stainleessteel, bahan baku air nira aren yang digunakan lebih sedikit namun dapat memberikan hasil cap tikus yang sama, bahkan memiliki kadar alkohol yang lebih tinggi dan nilai ekonomis yang lebih besar. Berikut perbedaan yang dapat ditunjukkan pada Tabel berikut : No Indikator Alat Penyulingan Bambu Stainleessteel 1. Jumlah Air Nira yang dibutuhkan 7 gallon 5 gallon dalam 1 drum untuk menjadi 1 gallon Alkohol 2. Kadar Alkohol % % 3. Harga Alkohol Rp , Rp , Dengan demikian, Inovasi Teknologi yang dicapai dari hasil kerjasama Penyuluh Kehutanan dan KTH Bunga Tani telah dapat menjadi inspirasi bagi masyarakat sekitar untuk lebih meningkatkan hasil produksi maupun peningkatan pendapatan petani aren. Diharapkan peran aktif dari pemerintah daerah maupun pusat untuk lebih mengembangkan potensi si Pohon Emas Hijau sehingga dapat mengangkat derajat hidup masyarakat maupun daerah di masa mendatang. 6

27 Masih banyak Kelompok Tani Hutan yang ingin mengambil peran dalam mengembangkan potensi aren, namun mereka memerlukan bantuan dan dukungan baik modal, teknis dan manajemen dari pihak pemerintah, lembaga swasta maupun lembaga keuangan. Jika masyarakat dalam Kelompok tani Hutan ini diberdayakan, maka mereka juga dapat memberikan konstribusi bagi peningkatan devisa bagi Negara. Semoga bermanfaat. 7

28 PENGELOLAAN TAMAN NASIONAL SECARA KOLABORATIF (Studi Kasus Di Taman Nasional Bukit Duabelas) COLLABORATIVE MANAGEMENT OF NATIONAL PARK Case Study in Bukit Duabelas National Park Oleh: Waldemar Hasiholan * Abstract Bukit Duabelas National Park is representing to specific and unique Conservation Area because in this area live the traditional tribe "Orang Rimba. The traditional knowledge Orang Rimba in managing forest as live place and subsistence source require to be defended and preserve. The Changing of status of production forest to the status of the conservation forest has led to conflict of forest management and access to natural resources in the National Park. This situation led to management of Bukit Duabelas National Park is not operating effectively. The changing of Management system should be done in participative by involving stakeholders, so it s not magnify differences park management. Therefore the collaborative management of national parks with the community as a solution to resolve the conflict in the management of national parks. Key word: Collaborative management I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum tujuan pembangunan suatu Taman Nasional adalah untuk melindungi proses ekologis yang menunjang kehidupan, mengawetkan keanekaragaman ekosistem, spesies dan genetik yang terdapat di dalam taman nasional serta memanfaatkan potensi sumberdaya alam hayati dan ekosistem yang ada untuk kepentingan penelitian, pendidikan, ilmu pengetahuan alam, rekreasi, wisata alam dan jasa lingkungan serta kegiatan penunjang budi daya. Demikian pula dengan penunjukan Kawasan Taman Nasional Bukit Duabelas seluas ha yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor: 258/Kpts II/2000 Tanggal 23 Agustus Penunjukan Taman Nasional Bukit Duabelas merupakan perubahan fungsi hutan yang berasal dari sebagian Hutan Produksi Terbatas Serengam Hulu ( ha) dan sebagian Hutan Produksi Tetap Serengam Hilir ( ha) serta Areal Penggunaan Lain (1.200 ha) dan Suaka Alam Bukit Duabelas ( ha). Perubahan Fungsi Hutan Produksi dan Fungsi Hutan Suaka Alam menjadi Kawasan Taman Nasional Bukit Duabelas tentunya juga merubah sistem pengelolaannya dari sistem pengelolaan hutan produksi menjadi sistem pengelolaan taman nasional. *Widyaiswara Pusat Diklat Kehutanan

29 Perubahan sistem pengelolaan hutan tersebut telah menimbulkan konflik pengelolaan dan akses terhadap sumber daya alam hayati dan ekosistemnya antara pengelola kawasan dengan masyarakat di dalam dan sekitar kawasan taman nasional. Masyarakat Orang Rimba yang telah hidup dan mencari penghidupan di dalam kawasan hutan tersebut jauh sebelum ditunjuk sebagai taman nasional merasa terancam kehidupannya akibat wilayahnya ditetapkan sebagai kawasan taman nasional. Konflik yang terjadi sudah pada tingkat konflik terbuka sehingga dalam mengelola taman nasional seringkali menghadapi penolakan dari masyarakat. Hal ini menyebabkan pengelolaan taman nasional menjadi kurang efektif. Dalam rangka mewujudkan pengelolaan taman nasional yang efektif diperlukan upaya upaya penanganan konflik sehingga kehadiran taman nasional dapat diterima dan didukung oleh masyarakat. Salah satu langkah awal dalam penyelesaian konflik adalah melakukan identifikasi konflik dan sumber konflik. Selanjutnya dilakukan analisis atas konflik guna memperoleh solusi penagananan konflik yang terjadi. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan dan sharing informasi kepada para pihak dalam mewujudkan pengelolaan taman nasional yang efektif dan diterima oleh masyarakat. METODE Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan makalah ini menggunakan teknik pendekatan dan perpaduan sebagai berikut: 1. Studi pustaka karya tulis ilmiah terkait taman nasional. 2. Kajian Peraturan dan Perundang undangan terkait hutan dan kawasan konservasi. 3. Pengalaman dalam mengelola taman nasional. Selanjutnya data dan informasi yang dikumpulkan dianalisis dan dirumuskan untuk menghasilkan rekomendasi bagi penyelesaian konflik sehingga pengelolaan taman nasional dapat efektif dan diterima oleh masyarakat di dalam dan sekitar kawasan. II. KONSEP PENGELOLAAN TAMAN NASIONAL A. Pengertian Taman Nasional Menurut Pasal 1 angka 14 Undang Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya yang dimaksud dengan taman nasioanl adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, 2

30 pariwisata, dan rekreasi. Lebih lanjut dsalam Pasal 8 Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 2011 dijelaskan bahwa Kriteria suatu wilayah dapat ditunjuk dan ditetapkan sebagai kawasan taman nasional haruslah memenuhi: 1. Memiliki sumber daya alam hayati dan ekosistem yang khas dan unik yang masih utuh dan alami serta gejala alam yang unik; 2. memiliki satu atau beberapa ekosistem yang masih utuh; 3. mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelangsungan proses ekologis secara alami; dan 4. merupakan wilayah yang dapat dibagi ke dalam zona inti, zona pemanfaatan, zona rimba, dan/atau zona lainnya sesuai dengan keperluan. Menurut Clawson, 1972 (dalam Waldemar 1986) kriteria untuk suatu taman nasional adalah sebagai berikut: 1. Mempunyai kemampuan untuk menunjang kebutuhan masyarakat kini dan akan datang dalam hal aktifitas, kegemaran dan sifat sifatnya. 2. Kebutuhan akan macam areal tergantung pada faktor sosial ekonomi masyarakat setempat, sebab perkembangan ekonomi masyarakat menentukan perubahan sasial dan berpengaruh pada taman nasional dan konsep ini dapat berubah dinamis. 3. Keberadaan taman nasional harus dimengerti oleh seluruh masyarakat dan didukung oleh pemerintah. Selanjutnya Harroy (dalam Waldemar 1986), menyatakan bahwa untuk membangun taman nasional yang efektif ada empat hal utama yang wajib diperhatikan, yaitu: 1. Harus ada kehendak politis yang kuat dari para pimpinan negara yang bersangkutan. 2. Diperlukan pula adanya pendapat masyarakat yang menunjang atau menerima kehendak resmi pemerintah ini. 3. Harus disediakan cukup dana untuk menjadikan kehendak itu berhasil. 4. Administrasi taman nasional harus cukup efektif dan kompeten dalam menggerakan kehendak ini menuju kegiatan nyata. Dari uraian tersebut di atas kehadiran suatu taman nasional selain harus mendapat dukungan pemerintah tertinggi tetapi juga harus dapat diterima oleh masyarakat serta mendapat dukungan dari masyarakat dalam pengelolaannya. B. Zonasi Taman Nasional Zonasi taman nasional adalah suatu proses pengaturan ruang dalam taman nasional menjadi zona zona, yang mencakup kegiatan tahap persiapan, pengumpulan dan analisis data, 3

ALKOHOL TEKNIS : NILAI TAMBAH YANG MENJANJIKAN DARI AREN

ALKOHOL TEKNIS : NILAI TAMBAH YANG MENJANJIKAN DARI AREN ALKOHOL TEKNIS : NILAI TAMBAH YANG MENJANJIKAN DARI AREN Oleh : Irene Christine Mandang, S.Hut Penyuluh Kehutanan Kabupaten Minahasa Tenggara PENDAHULUAN Tanaman Aren telah lama dikenal oleh masyarakat

Lebih terperinci

BANK SAMPAH RANGGA MEKAR : BERKAT SAMPAH MENUAI BERKAH. Oleh : Budi Budiman, S.Hut, M.Sc Penyuluh Kehutanan Pusat

BANK SAMPAH RANGGA MEKAR : BERKAT SAMPAH MENUAI BERKAH. Oleh : Budi Budiman, S.Hut, M.Sc Penyuluh Kehutanan Pusat BANK SAMPAH RANGGA MEKAR : BERKAT SAMPAH MENUAI BERKAH Oleh : Budi Budiman, S.Hut, M.Sc Penyuluh Kehutanan Pusat Permasalahan sampah Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber aktivitas

Lebih terperinci

Belajar sambil Berlibur ke Desa Wisata Ilmu Ulat Sutera Oleh : Ernita

Belajar sambil Berlibur ke Desa Wisata Ilmu Ulat Sutera Oleh : Ernita Belajar sambil Berlibur ke Desa Wisata Ilmu Ulat Sutera Oleh : Ernita Salah satu wisata edukasi di Bandung timur yang dikenal sebagai Desa Wisata Ilmu Padepokan Dayang Sumbi, terletak di Bandung Timur,

Lebih terperinci

MEMBUDIDAYAKAN JAMUR TIRAM DENGAN MEDIA SERABUT KELAPA DI HUTAN DIKLAT RUMPIN

MEMBUDIDAYAKAN JAMUR TIRAM DENGAN MEDIA SERABUT KELAPA DI HUTAN DIKLAT RUMPIN MEMBUDIDAYAKAN JAMUR TIRAM DENGAN MEDIA SERABUT KELAPA DI HUTAN DIKLAT RUMPIN IDA NURMAYANTI Widyaiswara Balai Diklat Kehutanan Bogor Abstract Coconut fiber is one of the biggest wastes with a percentage

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan yang 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan lima kali

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH BAGLOG

TEKNOLOGI PEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH BAGLOG TEKNOLOGI PEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH BAGLOG Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si. Widyaiswara Madya I. PENDHULUAN A. Latar Belakang Energi mempunyai peranan yan sangat penting dalam kehidupan manusia, karena

Lebih terperinci

Menanan Jamur Merang di Dalam Kumbung

Menanan Jamur Merang di Dalam Kumbung Menanan Jamur Merang di Dalam Kumbung Oleh Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP. A. Latar Belakang Budidaya jamur merang di dalam kumbung merupakan teknik budidaya jamur yang dilakukan secara modern dengan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Jamur yang terletak di Jalan Garuda Sakti KM. 2 Jalan Perumahan UNRI. Kelurahan Simpang Baru Kecamatan Tampan Pekanbaru.

III. BAHAN DAN METODE. Jamur yang terletak di Jalan Garuda Sakti KM. 2 Jalan Perumahan UNRI. Kelurahan Simpang Baru Kecamatan Tampan Pekanbaru. III. BAHAN DAN METODE 1.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan AprilAgustus 2013, di Rumah Jamur yang terletak di Jalan Garuda Sakti KM. 2 Jalan Perumahan UNRI Kelurahan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PERUSAHAAN Sari Sehat Multifarm didirikan pada bulan April tahun 2006 oleh Bapak Hanggoro. Perusahaan ini beralamat di Jalan Tegalwaru No. 33 di

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM

TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM Oleh : Masnun, S.Pt, M.Si I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budidaya jamur tiram adalah salah satu usaha pertanian yang saat ini sangat prospektif karena beberapa faktor yaitu:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni dilaboratorium Agronomi (laboratorium jamur) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa-timur,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM P4S NUSA INDAH

V. GAMBARAN UMUM P4S NUSA INDAH V. GAMBARAN UMUM P4S NUSA INDAH 5.1. Sejarah dan Perkembangan P4S Nusa Indah Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) Nusa Indah adalah sebuah pusat pelatihan usaha jamur tiram dan tanaman hias

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu komoditas pertanian yang mempunyai masa depan baik untuk dikembangkan. Hingga kini semakin banyak orang mengetahui nilai gizi jamur

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Sejarah Yayasan Paguyuban Ikhlas Usaha jamur tiram putih di Yayasan Paguyuban Ikhlas didirikan oleh bapak Hariadi Anwar. Usaha jamur tiram putih ini merupakan salah

Lebih terperinci

Pemberdayaan Masyarakat Rumpin Melalui Pengolahan Sampah Organik Rumah Tangga

Pemberdayaan Masyarakat Rumpin Melalui Pengolahan Sampah Organik Rumah Tangga Pemberdayaan Masyarakat Rumpin Melalui Pengolahan Sampah Organik Rumah Tangga Oleh : Dra. MH. Tri Pangesti, M.Si. Widyaiswara Utama Balai Diklat Kehutanan Bogor Pendahuluan Desa Rumpin merupakan salah

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON, AMPAS TEBU DAN ARANG SEKAM

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON, AMPAS TEBU DAN ARANG SEKAM PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON, AMPAS TEBU DAN ARANG SEKAM NASKAH PUBLIKASI A 420090101 Disusun Oleh: NUNING PURI HANDAYANI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerah satu dengan yang lainnya. Menurut konsep geografi yang pernah diuraikan

I. PENDAHULUAN. daerah satu dengan yang lainnya. Menurut konsep geografi yang pernah diuraikan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap daerah memiliki potensi sumber daya yang berbeda, baik alam maupun manusia. Hal ini dapat mengakibatkan adanya hubungan atau keterkaitan antara daerah satu dengan

Lebih terperinci

PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI

PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI Sampah?? semua material yang dibuang dari kegiatan rumah tangga, perdagangan, industri dan kegiatan pertanian. Sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan jenis jamur pangan dari kelompok Basidiomycota. Jamur ini dapat ditemui di alam bebas sepanjang tahun. Jamur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati dan banyak manfaatnya bagi masyarakat. Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati dan banyak manfaatnya bagi masyarakat. Lingkungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lingkungan pantai merupakan suatu kawasan yang spesifik, dinamis, kaya keanekaragaman hayati dan banyak manfaatnya bagi masyarakat. Lingkungan pantai ini sangat

Lebih terperinci

Kuliah ke 6 : BUDIDAYA JAMUR

Kuliah ke 6 : BUDIDAYA JAMUR Kuliah ke 6 : BUDIDAYA JAMUR EDIBLE MUSHROOM 1. Mahasiswa berdiskusi secara aktif berbagi pengetahuan yang dimiliki 2. Berpendapat secara bebas dan bertanggung jawab untuk memberikan / mengemukakan persoalan

Lebih terperinci

Pengemasan dan Pemasaran Pupuk Organik Cair

Pengemasan dan Pemasaran Pupuk Organik Cair Pengemasan dan Pemasaran Pupuk Organik Cair Pupuk Organik Unsur hara merupakan salah satu faktor yang menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Penggunaan pupuk sebagai salah satu usaha untuk meningkatkan

Lebih terperinci

Kompos Cacing Tanah (CASTING)

Kompos Cacing Tanah (CASTING) Kompos Cacing Tanah (CASTING) Oleh : Warsana, SP.M.Si Ada kecenderungan, selama ini petani hanya bergantung pada pupuk anorganik atau pupuk kimia untuk mendukung usahataninya. Ketergantungan ini disebabkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pakchoy (Brassica sinensis L.) merupakan tanaman sayuran berumur pendek (±

I. PENDAHULUAN. Pakchoy (Brassica sinensis L.) merupakan tanaman sayuran berumur pendek (± 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pakchoy (Brassica sinensis L.) merupakan tanaman sayuran berumur pendek (± 45 hari), termasuk dalam famili Brassicaceae. Umumnya, pakchoy jarang dimakan mentah,

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

KARYA ILMIAH STMIK AMIKOM YOGYAKARTA KARYA ILMIAH BUDIDAYA JAMUR TIRAM Disusun oleh: Nama : JASMADI Nim : Kelas : S1 TI-2A STMIK AMIKOM YOGYAKARTA JL. Ring road utara, condongcatur, sleman yogyakarta ABSTRAK Budidaya jamur tiram memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan industri pariwisata di Indonesia terus mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan industri pariwisata di Indonesia terus mendapatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pengembangan industri pariwisata di Indonesia terus mendapatkan perhatian utama dalam perekonomian Indonesia. Saat ini, industri pariwisata Indonesia sedang

Lebih terperinci

Bagaimana Solusinya? 22/03/2017 PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS PENGERTIAN SAMPAH

Bagaimana Solusinya? 22/03/2017 PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS PENGERTIAN SAMPAH SOSIALISASI DAN PELATIHAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS Nedi Sunaedi nedi_pdil@yahoo.com PENGERTIAN SAMPAH Suatu bahan yang terbuang dari sumber aktivitas manusia dan/atau alam yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah penggunaan pupuk pada dasarnya merupakan bagian daripada sejarah pertanian. Penggunaan pupuk diperkirakan sudah dimulai sejak permulaan manusia mengenal bercocok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Selain karena pengelolaannya yang kurang baik, budaya masyarakat. Gambar 1.1 Tempat Penampungan Sampah

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Selain karena pengelolaannya yang kurang baik, budaya masyarakat. Gambar 1.1 Tempat Penampungan Sampah BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Masalah sampah di Indonesia merupakan salah satu permasalahan yang kompleks. Selain karena pengelolaannya yang kurang baik, budaya masyarakat Indonesia dalam membuang

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2015.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2015. III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian di laksanakan di Sumatera Kebun Jamur, Budidaya Jamur, di Jalan, Benteng Hilir, No. 19. Kelurahan, Bandar Khalifah. Deli Serdang. Penelitian

Lebih terperinci

pendahuluan dilakukan untuk memperoleh hasil pengolahan atau daur ulang yang mengefektifkan pengolahan sampah selanjutnya, termasuk upaya daur ulang.

pendahuluan dilakukan untuk memperoleh hasil pengolahan atau daur ulang yang mengefektifkan pengolahan sampah selanjutnya, termasuk upaya daur ulang. BAB VI POTENSI REDUKSI SAMPAH DI KOMPLEKS PERUMAHAN BBS KELURAHAN CIWEDUS KOTA CILEGON BANTEN 6.1. Konsep Pemilahan Sampah Dalam usaha mengelola limbah atau sampah secara baik, ada beberapa pendekatan

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG USAHA JAMUR TIRAM

KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG USAHA JAMUR TIRAM KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG USAHA JAMUR TIRAM STIMIK AMIKOM YOGYAKARTA Nama : Dani Ramadan Hatam NIM : 11.11.5414 Kelompok : E Program Studi : S1 Jurusan : TI Dosen : Prof.Dr.M. Suyanto ABSTRAKSI

Lebih terperinci

PROSPEK CERAH BISNIS JAMUR MERANG

PROSPEK CERAH BISNIS JAMUR MERANG PROSPEK CERAH BISNIS JAMUR MERANG OLEH: ADHITYA NUGROHO 10.11.3831 S1 TI 1D STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011/2012 A. ABSTRAK Banyaknya permintaan akan jamur merang dikalangan masyarakat akhir-akhir ini sedang

Lebih terperinci

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN 1 Sampah merupakan konsekuensi langsung dari kehidupan, sehingga dikatakan sampah timbul sejak adanya kehidupan manusia. Timbulnya

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sumatera Kebun Jamur, Budidaya Jamur, di Kecamatan Percut Sei TuanKabupaten Deli Serdang, Pemilihan lokasi di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Budidaya tanaman pada dasarnya akan meninggalkan limbah baik limbah kimia maupun limbah organik, limbah organik biasanya berupa sisa tanaman seperti sisa batang dan daun tanaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sayuran merupakan tanaman hortikultura yang memiliki peran sebagai sumber vitamin dan mineral.

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sayuran merupakan tanaman hortikultura yang memiliki peran sebagai sumber vitamin dan mineral. I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sayuran merupakan tanaman hortikultura yang memiliki peran sebagai sumber vitamin dan mineral. Sayuran juga dibutuhkan masyarakat sebagai asupan makanan yang segar dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh subur di Indonesia. Semua bagian pohon kelapa dapat dimanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh subur di Indonesia. Semua bagian pohon kelapa dapat dimanfaatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelapa (Cocos nucifera) merupakan salah satu tanaman tropis yang tumbuh subur di Indonesia. Semua bagian pohon kelapa dapat dimanfaatkan mulai dari akar, batang, buah,

Lebih terperinci

Teknologi Budidaya Tanaman Sayuran Secara Vertikultur

Teknologi Budidaya Tanaman Sayuran Secara Vertikultur Teknologi Budidaya Tanaman Sayuran Secara Vertikultur Oleh Liferdi Lukman Balai Penelitian Tanaman Sayuran Jl. Tangkuban Perahu No. 517 Lembang Bandung 40391 E-mail: liferdilukman@yahoo.co.id Sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merupakan salah satu sumber hayati, yang diketahui hidup liar di alam. Selama ini, jamur banyak di manfaatkan sebagai bahan pangan, dan dapat di manfaatkan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bebas, dikatakan tumbuhan sederhana karena tidak berklorofil dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. bebas, dikatakan tumbuhan sederhana karena tidak berklorofil dan tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur dikenal dalam kehidupan sehari-hari sejak 3000 tahun yang lalu, telah banyak dimanfaatkan sebagai bahan makanan. Di Cina, pemanfaatan jamur sebagai bahan obat-obatan

Lebih terperinci

KONSEP PENANGANAN SAMPAH TL 3104

KONSEP PENANGANAN SAMPAH TL 3104 KONSEP PENANGANAN SAMPAH TL 3104 Environmental Engineering ITB - 2010 KELOMPOK 2 Dian Christy Destiana 15308012 Vega Annisa H. 15308014 Ratri Endah Putri 15308018 M. Fajar Firdaus 15308020 Listra Endenta

Lebih terperinci

BAB III REKAYASA PENURUNAN GENERASI PDA KE GENERASI BIBIT INDUK F1 3.1. Pembuatan Bibit Induk F1 Bibit induk F1 adalah hasil turunan generasi dari bibit PDA. Media yang digunakan bisa dari serbuk gergajian,

Lebih terperinci

BUDI DAYA JAMUR TIRAM PUTIH

BUDI DAYA JAMUR TIRAM PUTIH Disusun oleh : Andrianta Wibawa 07.11.1439 BUDI DAYA JAMUR TIRAM PUTIH I. PENDAHULUAN Jamur terdiri dari bermacam-macam jenis, ada yang merugikan dan ada yang menguntungkan bagi kehidupan manusia. Jamur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian sampah Sampah adalah barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan dibuang oleh pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi bagi sebagian orang masih bisa dipakai jika dikelola

Lebih terperinci

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan tepat untuk mengurangi terbawanya bahan atau tanah

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN ( Pertemuan ke-7 ) Disampaikan Oleh : Bhian Rangga Program Studi Pendidikan Geografi FKIP -UNS 2013

PEMBANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN ( Pertemuan ke-7 ) Disampaikan Oleh : Bhian Rangga Program Studi Pendidikan Geografi FKIP -UNS 2013 PEMBANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN ( Pertemuan ke-7 ) Disampaikan Oleh : Bhian Rangga Program Studi Pendidikan Geografi FKIP -UNS 2013 Standar Kompetensi 2. Memahami sumberdaya alam Kompetensi Dasar 2.3.

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM

TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM 0 Pembuatan Kumbung 0 Peralatan dalam Pembuatan Baglog 0 Pembuatan Media Tanam 0 Pencampuran 0 Pengisian Media Ke Kantong Plastik 0 Sterilisasi 0 Inokulasi Bibit 0 Perawatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara

I. PENDAHULUAN. Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara jumlah sampah yang dihasilkan dengan sampah yang diolah tidak seimbang. Sampah merupakan

Lebih terperinci

TUGAS TERSTRUKTUR SEMINAR (BUDIDAYA JAMUR) Oleh : AGUSMAN ( )

TUGAS TERSTRUKTUR SEMINAR (BUDIDAYA JAMUR) Oleh : AGUSMAN ( ) TUGAS TERSTRUKTUR SEMINAR (BUDIDAYA JAMUR) Oleh : AGUSMAN (10712002) JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN PROGRAM STUDY HORTIKULTURA POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG 2012 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilaksanakan di Kubung ketua kelompok wanita tani Sido Makmur

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilaksanakan di Kubung ketua kelompok wanita tani Sido Makmur III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kubung ketua kelompok wanita tani Sido Makmur Dusun Ngaran Kecamatan Pandak Kabupaten Bantul dan lab. tanah Fakultas

Lebih terperinci

I. PENGANTAR. konsumsi (edible mushroom), yang telah banyak dibudidayakan, karena selain

I. PENGANTAR. konsumsi (edible mushroom), yang telah banyak dibudidayakan, karena selain I. PENGANTAR A. Latar Belakang Jamur telah digunakan selama ribuan tahun, baik sebagai makanan maupun obat herbal. Studi-studi menunjukkan bahwa jamur bisa meningkatkan produksi dan aktivitas sel-sel darah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 6% 1% Gambar 1.1 Sumber Perolehan Sampah di Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN 6% 1% Gambar 1.1 Sumber Perolehan Sampah di Kota Bandung 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan sampah di Kota Bandung merupakan masalah yang belum terselesaikan secara tuntas. Sebagai kota besar, jumlah penduduk Kota Bandung semakin bertambah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pupuk Bokasi adalah pupuk kompos yang diberi aktivator. Aktivator yang digunakan adalah Effective Microorganism 4. EM 4 yang dikembangkan Indonesia pada umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berskala besar seperti limbah industri rokok, industri kertas, dan industri

BAB I PENDAHULUAN. yang berskala besar seperti limbah industri rokok, industri kertas, dan industri BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Semakin meningkatnya sektor industri di Indonesia diharapkan dapat meningkatkan perekonomian dan taraf hidup penduduk Indonesia, akan tetapi dengan munculnya berbagai

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN LOKASI Penelitian dimulai pada bulan Oktober sampai Desember 2008, bertempat di beberapa TPS pasar di Kota Bogor, Jawa Barat yaitu pasar Merdeka, pasar Jl. Dewi

Lebih terperinci

Created by. Lisa Marianah (Widyaiswara Pertama, BPP Jambi) PEMBUATAN PUPUK BOKASHI MENGGUNAKAN JAMUR Trichoderma sp. SEBAGAI DEKOMPOSER

Created by. Lisa Marianah (Widyaiswara Pertama, BPP Jambi) PEMBUATAN PUPUK BOKASHI MENGGUNAKAN JAMUR Trichoderma sp. SEBAGAI DEKOMPOSER PEMBUATAN PUPUK BOKASHI MENGGUNAKAN JAMUR Trichoderma sp. SEBAGAI DEKOMPOSER A. Latar Belakang Pupuk merupakan bahan tambahan yang diberikan ke tanah untuk tujuan memperkaya atau meningkatkan kondisi kesuburan

Lebih terperinci

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA KEDELAI BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PEMBUATAN PUPUK ORGANIK BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 Sesi : PEMBUATAN PUPUK ORGANIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Limbah merupakan hasil sisa produksi dari pabrik maupun rumah tangga yang sudah tidak dimanfaatkan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Limbah merupakan hasil sisa produksi dari pabrik maupun rumah tangga yang sudah tidak dimanfaatkan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Limbah merupakan hasil sisa produksi dari pabrik maupun rumah tangga yang sudah tidak dimanfaatkan. Sisa hasil produksi tersebut jika tidak dimanfaatkan kembali akan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang sangat luas dan juga sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Komoditas pertanian merupakan bagian dari sektor pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelolaan lingkungan hidup tidak bisa dipisahkan dari sebuah pembangunan. Angka pertumbuhan penduduk dan pembangunan kota yang makin meningkat drastis akan berdampak

Lebih terperinci

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KABUPATEN KARANGANYAR

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KABUPATEN KARANGANYAR DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KABUPATEN KARANGANYAR PENINGKATAN KESADARAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA 1. Latar Belakang Sampah yang menjadi masalah memaksa kita untuk berpikir dan

Lebih terperinci

PELESTARIAN LINGKUNGAN MELALUI TATAJER

PELESTARIAN LINGKUNGAN MELALUI TATAJER PELESTARIAN LINGKUNGAN MELALUI TATAJER Anitarakhmi Handaratri, Yuyun Yuniati Program Studi Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Ma Chung Email: anita.hand@gmail.com, yuyun.yuniati@machung.ac.id

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas 2 faktor dan 12 perlakuan kombinasi media tumbuh dengan 3 kali ulangan dan tiap

Lebih terperinci

1. Pendahuluan ABSTRAK:

1. Pendahuluan ABSTRAK: OP-26 KAJIAN PENERAPAN KONSEP PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU DI LINGKUNGAN KAMPUS UNIVERSITAS ANDALAS Yenni Ruslinda 1) Slamet Raharjo 2) Lusi Susanti 3) Jurusan Teknik Lingkungan, Universitas Andalas Kampus

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertanian Organik

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertanian Organik II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertanian Organik Pertanian yang mirip dengan kelangsungan kehidupan hutan disebut dengan pertanian organik, karena kesuburan tanaman berasal dari bahan organik secara alamiah.

Lebih terperinci

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013 Sejarah Biogas BIOGAS (1770) Ilmuwan di eropa menemukan gas di rawa-rawa. (1875) Avogadro biogas merupakan produk proses anaerobik atau proses fermentasi. (1884) Pasteur penelitian biogas menggunakan kotoran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kurang tepat serta keterbatasan kapasitas dan sumber dana meningkatkan dampak

BAB I PENDAHULUAN. kurang tepat serta keterbatasan kapasitas dan sumber dana meningkatkan dampak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan industri dan urbanisasi pada daerah perkotaan dunia yang tinggi meningkatkan volume dan tipe sampah. Aturan pengelolaan sampah yang kurang tepat

Lebih terperinci

Pengelolaan Sampah Di Kota Malang. PEMERINTAH KOTA MALANG DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN Jl. Bingkil Nomor 1 Malang Telp. / fax :

Pengelolaan Sampah Di Kota Malang. PEMERINTAH KOTA MALANG DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN Jl. Bingkil Nomor 1 Malang Telp. / fax : Pengelolaan Sampah Di Kota Malang PEMERINTAH KOTA MALANG DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN Jl. Bingkil Nomor 1 Malang Telp. / fax : 0341-369377 STATISTIK KOTA MALANG JAWA TIMUR Luas Wilayah 110,06 km 2 Wil.Administratif

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal memiliki potensi sumberdaya alam yang tinggi dan hal itu telah diakui oleh negara-negara lain di dunia, terutama tentang potensi keanekaragaman hayati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar yang terus meningkat. Menurut Trubus (2012), permintaan

Lebih terperinci

PENDAMPINGAN PEMBUATAN RUMAH PUPUK KOMPOS DI KAMPUNG BELAKANG KAMAL JAKARTA BARAT

PENDAMPINGAN PEMBUATAN RUMAH PUPUK KOMPOS DI KAMPUNG BELAKANG KAMAL JAKARTA BARAT PENDAMPINGAN PEMBUATAN RUMAH PUPUK KOMPOS DI KAMPUNG BELAKANG KAMAL JAKARTA BARAT 1 Anggraeni Dyah S., 2 Putri Suryandari, 3 Sri Kurniasih Program Studi Arsitektur Universitas Budi Luhur anggraeni.dyah@budiluhur.ac.id

Lebih terperinci

POTENSI PENERAPAN PRINSIP 3R DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI DESA NGENEP KECAMATAN KARANGPLOSO KABUPATEN MALANG

POTENSI PENERAPAN PRINSIP 3R DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI DESA NGENEP KECAMATAN KARANGPLOSO KABUPATEN MALANG Spectra Nomor 22 Volume XI Juli 2013: 24-31 POTENSI PENERAPAN PRINSIP 3R DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI DESA NGENEP KECAMATAN KARANGPLOSO KABUPATEN MALANG Puji Ariyanti Sudiro Program Studi Teknik Lingkungan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Hidroponik Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai media tanam (soilless culture). Media tanam

Lebih terperinci

PENGOLAHAN SAMPAH DENGAN SISTEM 3R (REDUCE, REUSE, RECYCLE)

PENGOLAHAN SAMPAH DENGAN SISTEM 3R (REDUCE, REUSE, RECYCLE) PENGOLAHAN SAMPAH DENGAN SISTEM 3R (REDUCE, REUSE, RECYCLE) Disampaikan oleh: DINAS CIPTA KARYA DAN TATA RUANG KABUPATEN KENDAL 2016 Dasar hukum Pengelolaan Sampah Undang undang no. 18 tahun 2008 ttg Pengelolaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumberdaya alam (SDA) dan lingkungan merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan dan merupakan tempat hidup mahluk hidup untuk aktivitas kehidupannya. Selain itu,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Rancangan Acak Lengkap (RAL) merupakan rancangan yang paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pupuk merupakan substansi / bahan yang mengandung satu atau lebih zat yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pupuk mengandung zat zat yang dibutuhkan

Lebih terperinci

LINGKUNGAN BISNIS BUDIDAYA JAMUR TIRAM SEBAGAI USAHA SAMPINGAN

LINGKUNGAN BISNIS BUDIDAYA JAMUR TIRAM SEBAGAI USAHA SAMPINGAN LINGKUNGAN BISNIS BUDIDAYA JAMUR TIRAM SEBAGAI USAHA SAMPINGAN DI SUSUN OLEH : NAMA : FAHDI ARDIYAN NIM : 11.11.5492 KELAS : 11-S1T1-12 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011/2012 ABSTRAK Jamur tiram merupakan salah

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH E-BISNIS BISNIS JAMUR TIRAM

KARYA ILMIAH E-BISNIS BISNIS JAMUR TIRAM KARYA ILMIAH E-BISNIS BISNIS JAMUR TIRAM disusun oleh : Nama : Fandi Hidayat Kelas : SI TI-6C NIM : 08.11.2051 JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA JENJANG STRATA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Hasil hutan non kayu sudah sejak lama masuk dalam bagian penting strategi penghidupan penduduk sekitar hutan. Adapun upaya mempromosikan pemanfaatan hutan yang ramah lingkungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Pesatnya pertambahan penduduk menyebabkan meningkatnya berbagai aktivitas sosial ekonomi masyarakat, pembangunan fasilitas kota seperti pusat bisnis, komersial dan industri,

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN MEMBUAT DAN MEMANFAATKAN LIMBAH ORGANIK

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN MEMBUAT DAN MEMANFAATKAN LIMBAH ORGANIK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN MEMBUAT DAN MEMANFAATKAN LIMBAH ORGANIK 1 Sufianto, 2 Wiyono dan 3 Sri Mursiani Arifah Universitas Muhammadiyah Malang, Jl. Raya Tlogomas 264, Malang 65144, Jawa Timur Abstrak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Jagung manis merupakan salah satu jenis jagung yang mulai dikembangkan dalam sekala luas. Jagung manis memiliki banyak manfaat sebagai makanan tambahan, sayuran, bahan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KOMPOSISI DAN KARAKTERISTIK SAMPAH KOTA BOGOR 1. Sifat Fisik Sampah Sampah berbentuk padat dibagi menjadi sampah kota, sampah industri dan sampah pertanian. Komposisi dan jumlah

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi, Divisi Persuteraan Alam, Ciomas, Bogor. Waktu penelitian dimulai

Lebih terperinci

BIOGAS SKALA RUMAH TANGGA. Kelompok Tani Usaha Maju II. Penerima Penghargaan Energi Prakarsa Kelompok Masyarakat S A R I

BIOGAS SKALA RUMAH TANGGA. Kelompok Tani Usaha Maju II. Penerima Penghargaan Energi Prakarsa Kelompok Masyarakat S A R I BIOGAS SKALA RUMAH TANGGA Kelompok Tani Usaha Maju II Penerima Penghargaan Energi Prakarsa 2011 - Kelompok Masyarakat S A R I Kelompok Tani Usaha Maju II adalah salah satu Penerima Penghargaan Energi Prakarsa

Lebih terperinci

Pemberdayaan Kelompok Tani Usaha Budidaya Jamur Tiram Kelurahan Kambo Kecamatan Mungkajang Kota Palopo. Sapar 1 Muh. Halim Palatte 2 Imran Ukkas 3

Pemberdayaan Kelompok Tani Usaha Budidaya Jamur Tiram Kelurahan Kambo Kecamatan Mungkajang Kota Palopo. Sapar 1 Muh. Halim Palatte 2 Imran Ukkas 3 Pemberdayaan Kelompok Tani Usaha Budidaya Jamur Tiram Kelurahan Kambo Kecamatan Mungkajang Kota Palopo Sapar 1 Muh. Halim Palatte 2 Imran Ukkas 3 No. HP 081317040503¹, 085398014496², 085242945887³ ¹Alamat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 1. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan responden pemukiman elite

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 1. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan responden pemukiman elite 94 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN 1. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan responden pemukiman elite seluruhnya memiliki bak tempat sampah sendiri sedangkan responden pemukiman kumuh

Lebih terperinci

Arang Kaya Manfaat Ramah Lingkungan

Arang Kaya Manfaat Ramah Lingkungan Arang Kaya Manfaat Ramah Lingkungan Oleh : Endang Dwi Hastuti Siwi Tri Utami Arang sering kita gunakan dalam kehidupan sehari hari. Arang merupakan salah satu produk yang dihasilkan dari teknologi arang

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Materi Ulat Sutera Bahan-Bahan Alat

MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Materi Ulat Sutera Bahan-Bahan Alat MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi Devisi Persuteraan Alam Ciomas. Waktu penelitian dimulai dari Juni

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. kapasitas atau jumlah tonnasenya. Plastik adalah bahan non-biodegradable atau tidak

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. kapasitas atau jumlah tonnasenya. Plastik adalah bahan non-biodegradable atau tidak 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Plastik adalah material sintetis yang berupa senyawa polimer yang unsur utamanya adalah karbon dan hidrogen atau hidrokarbon. Sejak ditemukan material plastik maka

Lebih terperinci

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG PENATAAN DAN PENGELOLAAN PASAR BERSIH SEHAT INDAH DAN TERATUR DENGAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT, DAN PEDAGANG

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur tiram putih merupakan salah satu jamur kayu yang tumbuh di permukaan batang pohon yang sudah lapuk. Jamur tiram putih dapat ditemui di alam bebas sepanjang

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 ANALISIS SITUASI

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 ANALISIS SITUASI BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 ANALISIS SITUASI Kelurahan Tegalgede merupakan salah satu kelurahan di Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember yang berjarak sekitar 2 km dari kampus UNEJ. Batas-Batas wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat ditarik dari penjelasan pada bab-bab sebelumnya dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil analisa terhadap 22 Kelurahan di

Lebih terperinci

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di III. TATA LAKSANA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di laboratorium fakultas pertanian UMY. Pengamatan pertumbuhan tanaman bawang merah dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai jenis substrat. Substrat yang umum dapat ditumbuhi lumut adalah pada

BAB I PENDAHULUAN. berbagai jenis substrat. Substrat yang umum dapat ditumbuhi lumut adalah pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lumut merupakan kelompok tumbuhan kecil yang tumbuh menempel pada berbagai jenis substrat. Substrat yang umum dapat ditumbuhi lumut adalah pada pohon, kayu mati, kayu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Serta peraturan di indonesia memang agak rumit, dan tidak benar-benar

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Serta peraturan di indonesia memang agak rumit, dan tidak benar-benar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah sampah di Indonesia merupakan salah satu permasalahan yang sangat kompleks. Serta peraturan di indonesia memang agak rumit, dan tidak benar-benar memakai konsep

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. tropis sehingga tanahnya sangat subur dan cocok untuk pertanian dan. meningkatkan hasil-hasil pertanian serta perkebunan.

BAB I Pendahuluan. tropis sehingga tanahnya sangat subur dan cocok untuk pertanian dan. meningkatkan hasil-hasil pertanian serta perkebunan. 1 BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara agaris yang memiliki iklim tropis sehingga tanahnya sangat subur dan cocok untuk pertanian dan perkebunan. Hampir

Lebih terperinci