BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
|
|
- Suharto Kartawijaya
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia secara resmi melalui Ketetapan Presiden No. 1 Tahun 1965 yang dikuatkan dengan Undang-Undang No. 3 Tahun 1969 mengakui bahwa di Indonesia terdapat enam agama, yaitu: Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Khong Hu Cu, dengan prosentase penganut agama yang berbeda-beda. Keenam agama ini masuk ke Indonesia melalui proses penyebarannya sendiri, terutama melalui jalur perdagangan karena letak Indonesia yang strategis dan menghubungkan wilayah-wilayah Asia yang lain, seperti India, Persia, Arab, Mesir, juga dengan wilayah Eropa, pada kota-kota pelabuhan seperti Ternate di Maluku, Perlak di Sumatera Utara, dan Jawa, yang berhadapan dengan agama-agama suku sebagai agama yang mula-mula di Indonesia. 1 Penganut agama-agama dengan berbagai istilah seperti umat, jemaat, jamaah, dll. tersebut tersebar luas di seluruh wilayah Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau yang membentang dari barat sampai timur. Penganut-penganut ini dapat dibedakan menjadi berbagai suku atau etnis yang memiliki adat istiadatnya masing-masing. Tiap agama dengan sumber ajarannya masing-masing memiliki nilainilai religiositas yang mengajarkan kebaikan dan kasih sayang diantara pemeluknya juga terhadap hubungan dengan pemeluk agama yang lain. Keberagaman ini sangat memperkaya khasanah kebudayaan Indonesia secara keseluruhan di mata dunia internasional. Tetapi kekayaan bangsa Indonesia ini pada saat yang bersamaan juga memunculkan persoalanpersoalan yang dapat merusak kehidupan umat manusia dan lingkungannya. Pertikaian antar pemeluk agama yang berbeda dengan tindakan-tindakan yang mengatasnamakan agama, merosotnya nilai-nilai keagamaan sebagai dampak kemajuan moderen yang menawarkan banyak fasilitas, terutama hiburan, kurangnya perhatian umat terhadap masalah sosial seperti kebodohan, kemiskinan, ketidakadilan, dan kesewenang-wenangan, serta pemanfaatan atau penyalahgunaan 1 Th. van den End, Ragi Carita: Sejarah Gereja di Indonesia, BPK Gunung Mulia, Jakarta, cetakan keenam, 1996, hal
2 sentimen agama oleh orang atau kelompok tertentu untuk tujuan yang kurang sesuai dengan tujuan agamanya sendiri, merupakan hal-hal yang harus dihadapi oleh umat beragama di Indonesia. 2 Secara historis-sosiologis, Indonesia berkembang menjadi wadah bagi masyarakat yang hidup dalam berbagai budaya dan agama. Dalam masyarakat dengan segala kemajemukan (plural) tersebut, konflik dapat terjadi. Dalam situasi demikian inilah agama seringkali memunculkan dirinya sebagai faktor konfliktual dalam masyarakat. Tidak mengherankan apabila konflik yang muncul dalam masyarakat, seringkali berawal dari masalah keagamaan. 3 Hal-hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, ekslusivitas dari pemimpin dan pemeluk agama yang mengganggap agamanya adalah yang paling benar sehingga muncul sikap membanding-bandingkan agama dan menilai agama-agama yang lain adalah salah. Kedua, sikap tertutup dan saling curiga antar agama karena menganggap agama lain merupakan ancaman, seringkali pendirian rumah ibadah dipandang sebagai suatu ekspansi yang akan merugikan agamanya. Ketiga, keterkaitan yang berlebihan kepada simbolsimbol agama dengan membanggakan tata cara dan rumah ibadahnya, sehingga muncul kesombongan yang dapat merugikan pihak-pihak yang lain. Keempat, sifat agama sebagai tujuan berubah menjadi alat karena agama dipakai untuk mencapai kuantitas pemeluk dan alat pengemban kekuasaan dalam bentuk institusi untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Kelima, kondisi politik dan sosial yang tidak stabil, serta ketidakadilan ekonomi dalam pembangunan yang tidak merata dalam masyarakat sehingga melemahkan kekuasaan hukum dengan memanfaatkan situasi yang ada, seperti pembangunan dan reformasi sebagai ajang pelampiasan demokrasi yang tidak bertanggung jawab. 4 Faktor-faktor tersebut menunjukan didahulukannya kepentingan kelompok-kelompok tertentu dengan mengorbankan pihak-pihak lain. Tekanan ekonomi dan ketidakadilan pembangunan ini telah dimanfaatkan oleh orang-orang atau pihak-pihak tertentu dengan mengatasnamakan agama misalnya adanya kaum fundamentalis yang menjadi ganjalan bagi perkembangan toleransi. Paham fundamentalisme yang dijalankan oleh kaum fundamentalis sebetulnya dapat ditemukan di semua agama, baik yang monoteistis maupun yang bukan. Fundamentalisme dapat merusak karena menawarkan suatu kehidupan yang terpecah, yang memisahkan iman dan keyakinan dari praktek 2 Machasin, Pluralisme dalam Semangat Kesatuan Transendal, dalam Th.Sumartana, dkk. Pluralisme, Konflik, dan Pendidikan Agama di Indonesia, Pustaka Pelajar, Jogjakarta, 2001, hal Tobroni dan Syamsul Arifin, Islam Pluralisme Budaya Dan Politik, Sipress, Jogjakarta,1994, hal Arifin Assegaf, Memahami Sumber Konflik Antar Iman, scn.2, hal
3 hidup komunitas, sehingga tidak dapat menjadi suatu alternatif yang tepat dalam era pascamoderen untuk menghayati kehidupan beragama. 5 Pluralitas adalah kepelbagaian yang merupakan kenyataan yang telah menjadi bagian dari kehidupan manusia pada umumnya, baik di negara-negara maju, maupun di negara-negara berkembang, sehingga pengaruhnya dapat menjadi kekuatan yang hadir dalam kehidupan masyarakat dalam suatu negara. Pengaruh ini hadir karena kesadaran adanya kepelbagaian yang ada, sehingga kesadaran ini memunculkan pemahaman mengenai kepelbagaian tersebut yang disebut pluralisme, atau singkatnya: pluralisme muncul karena adanya pluralitas. Ada pihak-pihak tertentu yang langsung melihat segi-segi negatif dari kekuatan-kekuatan tersebut yang telah mengganggu sistem budaya dan agama di Indonesia, dan karena itu langsung menolaknya. Pada pihak lain, kekuatan pluralisme dapat dilihat sebagai suatu kekayaan, dimana manusia belajar menerima kepelbagaian yang memang telah menjadi kenyataan seperti di Indonesia. Fakta ini sekaligus mendorong manusia untuk menyadari keberbagaian budaya dan agama, bahwa seseorang hidup dalam budaya dan agama tertentu diantara beragam budaya dan agama disekitarnya. Dan pada pihak lain juga, adanya kekuatan pluralisme telah membuat sebagian orang memusuhi sesamanya karena tidak mampu menerima perbedaan, sehingga muncullah konflik. Bangsa Indonesia yang sedang dilanda konflik semacam ini harus berusaha mencari penyelesaian dari berbagai konflik itu. Dari gambaran di atas, terlihat bahwa pluralisme menjadi kekuatan yang dapat mengubah kehidupan sosial di zaman sekarang ini. Dampak dari perubahan ini dapat dirasakan pada kehidupan bersama, keluarga, bahkan identitas pribadi, misalnya sikap seseorang ketika bertemu dengan orang lain yang berbeda agama atau latar belakang sosialnya. Karena itu manusia harus menghadapi fenomena ini dengan baik. Menurut Giddens, tradisi yang sudah ada saat ini bukan lagi satu-satunya pegangan bagi kehidupan sekarang, ada dua macam cara untuk mempertahankan tradisi, yaitu cara moderen melalui penemuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, dan cara tradisional melalui pembaharuan dalam bidang keagamaan. 6 5 Ioanes Rakhmat, Tempat Fundamentalisme Protestan dalam Teologi-Teologi Kristen Memasuki Milenium III, dalam Martin L.Sinaga (edt), Agama-Agama Memasuki Milenium Ketiga, Grasindo, Jakarta, 2000, hal.98, Anthony Giddens, Runaway World, Profile Books, London, 1999, dalam I. Wibowo, Globalisasi dan Gereja (Indonesia), dalam J.B. Banawiratma, SJ (edt.), Gereja Indonesia, Quo Vadis?, Kanisius, Yogyakarta, 2000, hal
4 Di samping melakukan tinjauan atau revisi ajaran-ajaran agama terhadap perkembangan yang terjadi dalam masyarakat, pembaharuan keagamaan di Indonesia secara formal dilakukan dengan membentuk lembaga-lembaga keagamaan. Agama Islam diwakili oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI), Kristen dengan Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI), Katolik dengan Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI), Hindu dengan Persatuan Hindu Dharma Indonesia (PHDI), Budha dengan Perwakilan Umat Budha Indonesia (Walubi), serta Khong Hu Cu dengan Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (Matakin). Lembaga-lembaga keagamaan ini dibentuk untuk memudahkan koordinasi umat beragama dalam menjalankan ajaran-ajaran agamanya dalam situasi masyarakat Indonesia yang mempunyai perbedaan agama, sosial, dan ekonomi. Melalui lembaga-lembaga keagamaan ini, umat dapat mengerti dan menyatukan sikap terhadap ajaran-ajaran keagamaan yang dijalaninya masing-masing untuk menghindari munculnya perbedaan pemahaman ajaran-ajaran keagamaan di Indonesia, misalnya di pulau Jawa dengan pulau yang lain, sekaligus juga menyadari keberadaan umat lain yang menjalankan ajaran agama-agamanya, sehingga diharapkan dalam menjalankan ajaran agamanya masing-masing, tidak terjadi kesalahpahaman baik dalam agamanya sendiri maupun dalam berinteraksi dengan penganut agama yang lain. Keberadaan lembaga-lembaga ini dirasakan sangat berperan dalam meredam perbedaan-perbedaan yang ada. Dalam sistem kenegaraan, dibentuk Departemen Agama, sehingga hubungan antara negara dan agama dapat saling mendukung kesuksesan pembangunan Indonesia, karena umat beragama di Indonesia adalah juga warga negara Indonesia yang tidak terkecuali dan wajib menyukseskan pembangunan melalui dukungan para pemimpin agama dengan ajaran-ajaran yang dapat memperlancar usaha-usaha pembangunan yang sedang dilaksanakan bangsa Indonesia ini. MUI sebagai lembaga keagamaan Islam, bertujuan mengamalkan ajaran Islam untuk ikut serta mewujudkan masyarakan yang aman, damai, adil dan makmur rohaniah dan jasmaniah yang diridhoi Allah Swt. dalam negara republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila. Sejak didirikan pada tahun 1975, MUI telah melahirkan banyak fatwa yang meliputi ibadah, faham keagamaan, masalah sosial kemasyarakatan, ilmu pengetahuan dan teknologi, dsb. 7 Di Indonesia pada tahun 2005 muncul kontroversi seputar fatwa hasil Musyawarah Nasional (Munas) VII MUI yang diumumkan pada 28 Juli Pihak MUI berencana melakukan sosialisasi 7 Departemen Agama RI, Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia, Depag RI,
5 fatwa dengan menggelar dialog terbuka. Keluarnya 11 fatwa dari MUI memunculkan reaksi keras dari beberapa tokoh agama. Mereka menentang fatwa yang berkaitan dengan Ahmadiyah serta paham pluralisme, sekularisme, dan liberalisme agama karena dikhawatirkan akan membawa implikasi negatif pada kerukunan umat beragama dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang majemuk. Tokoh agama tersebut di antaranya adalah Dawam Raharjo, Syafi i Anwar, Ulil Abshar- Abdalla, dan Ketua Umum Dewan Syuro Partai Kebangkitan Bangsa KH Abdurrahman Wahid. Dalam pertemuan itu Abdurrahman menolak keras fatwa MUI tersebut. Menurut Abdurrahman, Indonesia bukan suatu negara yang didasari satu agama tertentu. Selain itu, MUI juga dinilai bukan institusi yang berhak menentukan apakah sesuatu hal benar atau salah. Secara terpisah, Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi menilai fatwa MUI itu merupakan langkah mundur terutama bagi kehidupan antarumat beragama. Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta ulama memberikan pemahaman dan pencerahan kepada masyarakat mengenai bagaimana menyikapi perbedaan pandangan di antara umat. 8 Hal yang menarik untuk dikaji yaitu bagaimana sebenarnya pemahaman MUI terhadap keberagaman yang ada, khususnya keberagaman agama di Indonesia melalui hasil Munas ke-7 MUI tahun 2005 yang membahas tentang pluralisme agama di Indonesia. Hal lain yang perlu dikaji lebih lanjut adalah untuk melihat bukan saja bahwa pluralisme agama dimasukkan dalam perbincangan Munas tersebut tetapi juga tentang perbedaan pendapat yang tertuang sebagai tanggapan-tanggapan terhadap hasil Munas MUI 2005 itu. B. Rumusan Masalah Agama sangat berhubungan dengan kehidupan sosial masyarakat luas karena berkaitan dengan orang atau kelompok dalam masyarakat yang menganut agama menurut keyakinannya masingmasing. Karena pluralisme agama adalah pemahaman yang menyangkut agama, maka aspek-aspek dalam pluralisme itu dengan sendirinya akan berhubungan dengan orang atau kelompok yang menjalankan ajaran-ajaran agamanya dalam masyarakat tersebut. Faktor-faktor dalam agama seperti ajaran, sumber pemahaman, eksistensi, tata cara, dan lain-lain yang membentuk dan memberi isi 8 Terkait Fatwa, MUI Rencanakan Dialog Terbuka, Kompas, 2 Agustus
6 dalam pertumbuhan dan perkembangan kelompok sosial tersebut juga turut dipengaruhi, terutama dalam berinteraksi dengan sesamanya. Islam sebagai agama besar di Indonesia, turut memberi perhatian terhadap perkembangan masyarakat dan perubahan-perubahan yang terjadi karena pengaruh pluralisme agama atau pemahaman atas keberadaan agama-agama di Indonesia yang plural. Karena itu dalam membina kehidupan Islam di Indonesia, melalui MUI salah satu wadah yang mempersatukan umat Islam sebagai agama di Indonesia, pokok mengenai pluralisme agama diagendakan dalam pertemuan Munas MUI tahun 2005 tersebut. Yang menarik adalah terdapatnya perbedaan-perbedaan pendapat dan persepsi dalam menyikapi pengaruh pluralisme agama tersebut dalam hubungan dengan kehidupan beragama khususnya dalam agama Islam sendiri. Selain itu, perbedaan-perbedaan pendapat tersebut akan membentuk persepsi yang baru dalam mempertahankan eksistensi agama Islam di Indonesia, dan juga turut mempengaruhi nilai-nilai koeksistensi dan interaksi kehidupan beragama di Indonesia. Perumusannya adalah sebagai berikut : - Bagaimana pemahaman pluralisme agama itu? - Bagaimana pemahaman MUI mengenai pluralisme agama sebagai salah satu hasil fatwa Munas MUI tahun 2005? - Bagaimana tinjauan situasi di Indonesia yang pluralistik terhadap pemahaman MUI mengenai pluralisme agama? C. Batasan Masalah Permasalahan tentang pemahaman pluralisme agama yang dibahas dalam skripsi ini adalah pemahaman pluralisme agama sebagai salah satu fatwa MUI lewat Munasnya yang ke-7 di Jakarta tanggal Juli Hasil Munas tersebut tertuang dalam naskah setebal 42 halaman, dengan memasukkan 102 dalil dan hadits. 9 9 Kholil Ridwan: Penentang Fatwa MUI Harus Berpikir Ulang, Kompas, 7 Agustus
7 Berdasarkan semua pemaparan di atas, maka penulis merumuskan judul skripsi sebagai berikut: Pluralisme Agama dalam Fatwa MUI 2005 D. Tujuan Penulisan - Menganalisa hasil fatwa MUI tahun 2005 mengenai pluralisme agama dengan melihat pemahaman dasar mengenai pluralisme agama. - Memberi tinjauan terhadap situasi di Indonesia berkaitan dengan fatwa MUI tahun 2005 dalam kehidupan bernegara dan beragama yang pluralistis. E. Metodologi Penulisan Metode yang akan dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah metode Analisis Literer. Metode ini dilakukan dengan melakukan analisa terhadap referensi-referensi tertulis yang berasal dari bahanbahan seperti buku, surat kabar, artikel, stensilan, juga website yang dirasakan cukup objektif untuk membantu penulisan ini. Dengan metode ini, penulis akan mengumpulkan dokumen-dokumen tertulis sebagai data-data sehubungan dengan pelaksanaan Munas MUI tahun 2005 serta hasil Munas tersebut. Termasuk dalam upaya ini adalah pengumpulan data-data primer berupa tanggapantanggapan atau persepsi para tokoh Islam dan non-islam. Kemudian data-data tersebut dianalisa dan dibandingkan satu terhadap yang lain, khususnya berhubungan dengan tanggapan mengenai pokokpokok pluralisme agama sebagai hasil Munas MUI tahun Pernyataan atau definisi MUI tentang pluralisme agama ini akan dianalisa dengan maksud untuk melihat munculnya perbedaan persepsi terhadap hasil Munas tersebut dengan pemahaman dasar mengenai pluralisme agama. Deskripsi tentang hal-hal tersebut akan mengantar penulis pada penyajian tinjauan terhadap situasi pluralistis Indonesia sehubungan dengan kehidupan bernegara dan beragama di Indonesia, sebelum diakhiri dengan kesimpulan dan saran. 7
8 F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan akan mengikuti pembagian bab-bab sebagai berikut: BAB I Pendahuluan, yang mencakup Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Batasan Masalah, Tujuan Penulisan, Metodologi Penulisan, serta Sistematika Penulisan. BAB II akan mengemukakan hasil Munas ke-7 tentang Fatwa MUI, Juli 2005 di Jakarta, khususnya yang menyangkut pemahaman mengenai Pluralisme. Ini akan diikuti dengan tanggapan beberapa tokoh agama/sosial/politik, baik dari kalangan Islam maupun dari kalangan nonislam yang pro dan kontra terhadap hasil Munas MUI tahun 2005 tersebut. BAB III akan menyajikan pembahasan mengenai pluralisme agama secara umum, melalui pengertian bahasa Indonesia dan Inggris, filsafat, juga agama, faktor-faktornya, dan bentuk-bentuk umum untuk memahami pluralisme agama. BAB IV akan menyajikan tinjauan terhadap situasi di Indonesia berkaitan dengan fatwa MUI tahun 2005, dalam kehidupan bernegara dan beragama yang pluralistis. BAB V berupa Penutup, yang akan memberi Kesimpulan atas semua penguraian dalam bab-bab terdahulu serta Saran seperlunya. 8
BAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia ditakdirkan menghuni kepulauan Nusantara ini serta terdiri dari berbagai suku dan keturunan, dengan bahasa dan adat istiadat yang beraneka ragam,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia hidup juga berbeda. Kemajemukan suku bangsa yang berjumlah. 300 suku hidup di wilayah Indonesia membawa konsekuensi pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang berbhineka, baik suku bangsa, ras, agama, dan budaya. Selain itu, kondisi geografis dimana bangsa Indonesia hidup juga
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Indonesia merupakan negara di wilayah Asia secara geografis yang diwarnai oleh dua kenyataan, yaitu kemajemukan agama dan kebudayaan, serta situasi kemiskinan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang khas dengan pluralitas agama dan budaya. Pluralitas sendiri dapat diterjemahkan sebagai kemajemukan yang lebih mengacu pada jumlah
Lebih terperinciMakalah Pendidikan Pancasila
Makalah Pendidikan Pancasila PANCASILA MELAWAN AGAMA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Di susun oleh : Nama : Anggita Dwi Chrisyana No : 11.12.6279 Jurusan : S1-Sistem Informasi FAKULTAS S1 SISTEM INFORMASI STMIK
Lebih terperinciISLAM DAN KEBANGSAAN. Jajat Burhanudin. Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM)
ISLAM DAN KEBANGSAAN Temuan Survey Nasional Jajat Burhanudin Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta 2007 METODOLOGI SURVEI Wilayah: Nasional Metode: multi-stage random sampling Jumlah
Lebih terperinciSAMBUTAN KETUA DPR RI BAPAK H. MARZUKI ALIE, SE, MM. PADA ACARA PERESMIAN KANTOR BARU PWNU SUMATERA UTARA Medan, 06 Januari 2010
KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN KETUA DPR RI BAPAK H. MARZUKI ALIE, SE, MM. PADA ACARA PERESMIAN KANTOR BARU PWNU SUMATERA UTARA Medan, 06 Januari 2010 Assalamu alaikum Warahmatullahiwabarakatuh.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai macam suku, bahasa, adat istiadat dan agama. Hal itu merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk yang terdiri dari berbagai macam suku, bahasa, adat istiadat dan agama. Hal itu merupakan suatu kenyataan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ajarannya akan berbeda dengan mainstream, bahkan memiliki kemungkinan terjadi
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Dalam suatu masyarakat terdapat sebuah sistem dan komponen yang mendukung eksistensi komunitas. Komponen itu antara lain agama, kewarganegaraan, identitas suku,
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN 1. Latar Belakang Masalah a) Gambaran GKP Dan Konteksnya Secara Umum Gereja Kristen Pasundan atau disingkat GKP melaksanakan panggilan dan pelayanannya di wilayah Jawa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kelompok-kelompok perorangan dengan jumlah kecil yang tidak dominan dalam
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hampir semua negara majemuk termasuk Indonesia mempunyai kelompok minoritas dalam wilayah nasionalnya. Kelompok minoritas diartikan sebagai kelompok-kelompok
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan bermasyarakat dan bemegara serta dalam menjalankan
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kerukunan umat beragama merupakan dambaan setiap umat, manusia. Sebagian besar umat beragama di dunia, ingin hidup rukun, damai dan tenteram dalam menjalankan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaan merupakan cabang ilmu. cita cita bangsa. Salah satu pelajaran penting yang terkandung dalam
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaan merupakan cabang ilmu pendidikan yang menuntun masyarakat Indonesia untuk mampu mewujudkan cita cita bangsa. Salah satu pelajaran
Lebih terperinciBAB 31 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN BERAGAMA
BAB 31 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN BERAGAMA Beragama dan beribadat menurut keyakinan masing-masing adalah salah satu unsur dari hak azasi manusia (HAM) yang wajib dihormati dan dilindungi keberadaannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut. Fenomena ini misalnya terlihat pada kasus penganut ajaran Sikh yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pengakuan terhadap 6 agama resmi di Indonesia membawa dampak tersendiri bagi penganut agama yang tidak termasuk dalam kategori agama yang diakui tersebut.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keyakinan dan kepercayaannya. Hal tersebut ditegaskan dalam UUD 1945
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik dan memiliki wilayah kepulauan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Oleh karena itu, Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Gereja Kristen Pasundan (GKP) berada dalam konteks masyarakat Jawa bagian barat yang majemuk baik suku, agama, budaya daerah dan status sosial ekonomi.
Lebih terperinciPENGATURAN PERKAWINAN SEAGAMA DAN HAK KONSTITUSI WNI Oleh: Nita Ariyulinda Naskah diterima : 19 September 2014; disetujui : 3 Oktober 2014
PENGATURAN PERKAWINAN SEAGAMA DAN HAK KONSTITUSI WNI Oleh: Nita Ariyulinda Naskah diterima : 19 September 2014; disetujui : 3 Oktober 2014 Membentuk suatu keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan
Lebih terperinciPANCASILA. Sebagai Ideologi Negara. Disampaikan pada perkuliahan Pancasila kelas PKK. H. U. Adil Samadani, SS., SHI.,, MH. Modul ke: Fakultas Teknik
Modul ke: PANCASILA Sebagai Ideologi Negara Disampaikan pada perkuliahan Pancasila kelas PKK Fakultas Teknik H. U. Adil Samadani, SS., SHI.,, MH. Program Studi Teknik Industri www.mercubuana.ac.id Pendahuluan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir ini telah terjadi berbagai konflik sosial baik secara
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Beberapa tahun terakhir ini telah terjadi berbagai konflik sosial baik secara intern maupun ekstern, oleh karena itu, telaah ulang dan reformasi pemahaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang cenderung kepada kelezatan jasmaniah). Dengan demikian, ketika manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia secara universal (tanpa dipandang suku, etnis, stratifikasi sosial maupun agamanya) merupakan salah satu makhluk Tuhan yang paling sempurna di muka bumi
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN Masyarakat Karo terkenal dengan sikap persaudaraan dan sikap solidaritas yang sangat tinggi. Namun ironisnya sikap persaudaraan dan kekerabatan yang mewarnai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN
BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1. Latar Belakang Masalah Memberitakan Injil dalam wacana kekristenanan dipandang sebagai tugas dan tanggung jawab melanjutkan misi Kristus di tengah dunia. Pemahaman
Lebih terperinciTUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA
TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA Nama : M. Akbar Aditya Kelas : X DGB SMK GRAFIKA DESA PUTERA Kerukunan Antar Umat Beragama. Indonesia adalah salah satu negara
Lebih terperincilambang dan Citra citra Rakyat (PERSETIA. 1992), hlm.27 6 Scn 3, hlm
BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia pada hakekatnya adalah makhluk berbudaya, karena itu manusia tidak dapat lepas dari budaya yang dianutnya. Suatu budaya memiliki nilai
Lebih terperinciGubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 64 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA FORUM KERUKUNAN UMAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, baik dalam hal suku, adat istiadat, bahasa, budaya, bahkan agama. Berdasarkan penjelasan atas Penetapan Presiden
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis merupakan negara yang kaya dibandingkan dengan negara yang lainnya, hal ini dapat dibuktikan
Lebih terperinciPENTINGNYA TOLERANSI DALAM PLURALISME BERAGAMA
PENTINGNYA TOLERANSI DALAM PLURALISME BERAGAMA Disusun oleh: Nama Mahasiswa : Regina Sheilla Andinia Nomor Mahasiswa : 118114058 PRODI FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2012
Lebih terperinciPANCASILA PANCASILA DAN AGAMA. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Sistem Informasi.
PANCASILA Modul ke: PANCASILA DAN AGAMA Fakultas FASILKOM Nurohma, S.IP, M.Si Program Studi Sistem Informasi www.mercubuana.ac.id PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA ABSTRACT Menjelaskan ideologi Pancasila
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Dr. Harun, Iman Kristen (Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia), 2001, hlm
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam kehidupan bermasyarakat, setiap manusia memerlukan orang lain untuk saling memberi dan menerima. Hal itu menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk sosial sekaligus
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. berbagai cara untuk mencapai apa yang diinginkan. Menurut Pusat Pembinaan
10 II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Usaha K. H. Abdurrahman Wahid Usaha merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan, dapat pula dikatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk menjaga keharmonisan umat beragama. Berdasarkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) merupakan salah satu forum yang bertujuan untuk menjaga keharmonisan umat beragama. Berdasarkan Peraturan Menteri Agama dan Menteri
Lebih terperinciPENDIDIKAN PANCASILA. Pancasila Sebagai Ideologi Negara. Modul ke: 05Fakultas EKONOMI. Program Studi Manajemen S1
Modul ke: 05Fakultas Gunawan EKONOMI PENDIDIKAN PANCASILA Pancasila Sebagai Ideologi Negara Wibisono SH MSi Program Studi Manajemen S1 Tujuan Perkuliahan Menjelaskan: Pengertian Ideologi Pancasila dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki struktur masyarakat majemuk dan multikultural terbesar di dunia. Keberagaman budaya tersebut memperlihatkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Hidup Menggereja Kontekstual, (Yogyakarta : 2001), p. 28.
BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 PERMASALAHAN 1. 1. 1 Latar Belakang Permasalahan Di Indonesia, pada umumnya konteks yang sekarang ini sedang dihadapi adalah konteks kemiskinan yang parah dan keberagaman agama.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sehingga tidak memicu terjadinya konflik sosial didalam masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara multikultural yang masyarakatnya memiliki beragam suku, agama, ras dan antargolongan (SARA). Keberagaman tersebut dapat memunculkan sikap
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. memiliki banyak pulau yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Oleh karena itu,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik, dan memiliki banyak pulau yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Oleh karena itu, negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. umum dikenal dengan masyarakat yang multikultural. Ini merupakan salah satu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Indonesia secara umum adalah masyarakat yang plural atau beraneka ragam baik warna kulit, suku, bahasa, kebudayaan dan agama. Dari komposisi masyarakat yang
Lebih terperinciSambutan Presiden RI pada Peresmian Pesta Kesenian Bali ke-35, Denpasar, 15 Juni 2013 Sabtu, 15 Juni 2013
Sambutan Presiden RI pada Peresmian Pesta Kesenian Bali ke-35, Denpasar, 15 Juni 2013 Sabtu, 15 Juni 2013 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PERESMIAN PESTA KESENIAN BALI KE-35 DI ART CENTRE, ARDHA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Agama seperti yang kita ketahui bahwa dalam perspektif umat merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama seperti yang kita ketahui bahwa dalam perspektif umat merupakan perekat sosial di masyarakat. Setiap agama memiliki cara sendiri untuk mengajarkan umatnya
Lebih terperinciDawam Rahardjo: Saya Muslim dan Saya Pluralis
http://www.sinarharapan.co/news/read/31850/dawam-rahardjo-saya-muslim-dan-saya-pluralis- Dawam Rahardjo: Saya Muslim dan Saya Pluralis 03 February 2014 Ruhut Ambarita Politik dibaca: 279 Dawam Rahardjo.
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan Latar Belakang Masalah
1 BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan Kekristenan di tanah air tidak bisa dilepaskan dari peran badanbadan zending yang bekerja mengabarkan Injil kepada masyarakat. Untuk menjalankan
Lebih terperinciPlenary Session III : State and Religion-Learning from Best Practices of each Country in Building the Trust and Cooperation among Religions
Delegasi Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Parliamentary Event on Interfaith Dialog 21-24 November 2012, Nusa Dua, Bali Plenary Session III : State and Religion-Learning from Best Practices of
Lebih terperinciPENDIDIKAN PANCASILA
Modul ke: Fakultas MKCU PENDIDIKAN PANCASILA Perbandingan Ideologi Pancasila dengan Ideologi lain (Perbandingan Ideologi Pancasila dengan Ideologi liberalism) Dr. H. SyahrialSyarbaini, MA. Program Studi
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN KEISTIMEWAAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH
UNDANG-UNDANG NOMOR 44 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN KEISTIMEWAAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa sejarah panjang perjuangan rakyat Aceh
Lebih terperinciTANYA JAWAB PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI NO. 9 DAN 8 TAHUN 2006
TANYA JAWAB PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI NO. 9 DAN 8 TAHUN 2006 BAB I KETENTUAN UMUM 1. Apa yang dimaksud dengan kerukunan umat beragama? Kerukunan umat beragama adalah keadaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. GPIB, 1995 p. 154 dst 4 Tata Gereja GPIB merupakan peraturan gereja, susunan (struktur) gereja atau sistem gereja yang ditetapkan
10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Secara umum gereja berada di tengah dunia yang sedang berkembang dan penuh dengan perubahan secara cepat setiap waktunya yang diakibatkan oleh kemajuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekali. Selain membawa kemudahan dan kenyamanan hidup umat manusia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era global, plural, multikultural seperti sekarang setiap saat dapat saja terjadi peristiwa-peristiwa yang tidak dapat terbayangkan dan tidak terduga sama
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Bab ini berisi interpretasi penulis terhadap judul skripsi Penerimaan Asas
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini berisi interpretasi penulis terhadap judul skripsi Penerimaan Asas Tunggal Pancasila oleh Nahdlatul Ulama : Latar Belakang dan Proses 1983-1985 yang menjadi bahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan ribuan pulau dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan ribuan pulau dan jumlah penduduk yang besar. Masyarakat Indonesia tinggal di pulau pulau Indonesia, dengan
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latarbelakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latarbelakang Pluralitas agama merupakan sebuah kenyataan yang tidak dapat lagi dihindari atau disisihkan dari kehidupan masyarakat umat beragama. Kenyataan akan adanya pluralitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bali dikenal sebagai daerah dengan ragam budaya masyarakatnya yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali dikenal sebagai daerah dengan ragam budaya masyarakatnya yang unik. Bali dipandang sebagai daerah yang multikultur dan multibudaya. Kota dari provinsi Bali adalah
Lebih terperinci26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)
26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai bangsa yang lekat dengan primordialisme, agama menjadi salah satu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai bangsa yang lekat dengan primordialisme, agama menjadi salah satu komponen yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan bernegara. Kepercayaan agama tidak hanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam kehidupan di Indonesia pluralitas agama merupakan realitas hidup yang tidak mungkin dipungkiri oleh siapapun. Di negeri ini semua orang memiliki kebebasan
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan UKDW
BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang. 1.1. Katekiasi di Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB). Katekisasi adalah salah satu bagian dari pelaksanaan Pendidikan Kristiani. Menurut Pdt Lazrus H.
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gereja hidup di tengah masyarakat. Gereja kita kenal sebagai persekutuan orangorang percaya kepada anugerah keselamatan dari Allah melalui Yesus Kristus. Yesus Kristus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (2000) p Budyanto, Dasar Teologis Kebersamaan dalam Masyarakat yang Beranekaragam Gema Duta Wacana, Vol.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Negara Indonesia adalah negara yang sangat majemuk atau beraneka ragam, baik dilihat secara geografis, struktur kemasyarakatan, adat istiadat, kebiasaan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini globalisasi memiliki andil besar dalam perubahan yang terjadi saat ini, dari perubahan pola pikir, sampai kepada perubahan sikap seseorang. Globalisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keberagaman yang sangat kompleks. Masyarakat dengan berbagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang mempunyai tingkat keberagaman yang sangat kompleks. Masyarakat dengan berbagai keanekaragaman tersebut dikenal dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan keanekaragaman etnis, budaya, adat-istiadat serta agama. Diantara banyaknya agama
Lebih terperinciAssalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
SAMBUTAN MENTERI AGAMA RI PADA SOSIALISASI PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 9 TAHUN 2006/NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEPALA DAERAH/WAKIL KEPALA DAERAH
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
178 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti memperoleh beberapa temuan penelitian yang kemudian dijadikan sebagai dasar untuk menarik kesimpulan. Berikut
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari deskripsi dan pembahasan hasil penelitian pada bab IV, dapat peneliti
231 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Dari deskripsi dan pembahasan hasil penelitian pada bab IV, dapat peneliti rumuskan suatu kesimpulan dan rekomendasi sebagai berikut : A. Kesimpulan 1. Kesimpulan Umum
Lebih terperinciPeningkatan Kesalehan Sosial demi Terjaganya Harmoni Sosial
XVI Peningkatan Kesalehan Sosial demi Terjaganya Harmoni Sosial Untuk mewujudkan Jawa Timur makmur dan berakhlak, diperlukan landasan kesalehan sosial dalam pemahaman dan pengamalan nilai-nilai agama dan
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL
BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 21 Tahun : 2011 Seri : E PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN FORUM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. beragama itu dimungkinkan karena setiap agama-agama memiliki dasar. damai dan rukun dalam kehidupan sehari-hari.
1 BAB I A. Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN Dengan tumbuhnya pengetahuan tentang agama-agama lain, menimbulkan sikap saling pengertian dan toleran kepada orang lain dalam hidup sehari-hari, sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2000, p.11
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penulisan Pandangan tradisional yang mengatakan bahwa keluarga yang ideal adalah keluarga dimana suami berperan sebagai pencari nafkah dan istri menjalankan fungsi pengasuhan
Lebih terperinciPANCASILA DAN AGAMA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Nama : Oni Yuwantoro N I M : Kelompok : A Jurusan : D3 MI Dosen : Drs. Kalis Purwanto, MM
PANCASILA DAN AGAMA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Nama : Oni Yuwantoro N I M : 11.02.7952 Kelompok : A Jurusan : D3 MI Dosen : Drs. Kalis Purwanto, MM SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Repubik Indonesia,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai negara yang berdiri di atas empat pilar berbangsa dan bernegara, yaitu Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Repubik Indonesia, dan Bhinneka
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah bangsa yang besar dan majemuk yang terdiri dari
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah sebuah bangsa yang besar dan majemuk yang terdiri dari berbagai suku bangsa. Kemajukan ini di tandai oleh adanya suku-suku bangsa yang masing-masing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Republik Indonesia mengakui ada 6 (enam) agama di Indonesia yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Kong Hu Cu. Keenam agama tersebut juga merupakan
Lebih terperinciDALAM AGAMA BUDDHA AGAMA DIKENAL DENGAN:
A. DEFINISI AGAMA 1. Mennurut KBBI : suatu sistem, prinsip kepercayaan kepada tuhan (dewa & sebagainya) dengan ajaran kebaktian dan kewajiba-kewajiban yang bertalian dengan ajaran itu 2. Atau seperangkat
Lebih terperinci2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri,
Lebih terperinciSAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA MUSYAWARAH ADAT DAN BUDAYA SE-KALIMANTAN BARAT
1 SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA MUSYAWARAH ADAT DAN BUDAYA SE-KALIMANTAN BARAT Pada hari Sabtu, tanggal 16 Agustus 2008 Bertempat di Hotel Merpati, Pontianak Yang terhormat: - Para Kepala
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab V, penulis memaparkan simpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan. Simpulan yang dibuat oleh penulis merupakan penafsiran terhadap analisis hasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan mahluk individu dan juga mahluk sosial. Sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan mahluk individu dan juga mahluk sosial. Sebagai mahluk sosial manusia dituntut untuk bisa berinteraksi dengan orang-orang yang ada di sekeliling nya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan
1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Pada saat ini, bangsa Indonesia dilanda dan masih berada di tengah-tengah krisis yang menyeluruh, krisis multidimensi. Kita dilanda oleh krisis politik,
Lebih terperinciBab I PENDAHULUAN. Bdk Abun Sanda, Pemerintah Blum Adil Pada Rakyatnya Sendiri, Kompas, 14 Desember hl. 1 dan Bdk Sda
Bab I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar belakang masalah Dalam kehidupan sosial, akan terdapat keberagaman di dalam masyarakat. Ada keberagaman golongan, suku, dan agama. Keberagaman bukanlah sebuah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki perbedaan. Tak ada dua individu yang memiliki kesamaan secara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu yang ada dan diciptakan di muka bumi ini selalu memiliki perbedaan. Tak ada dua individu yang memiliki kesamaan secara utuh, bahkan meskipun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan pulau
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan pulau yang tak terhitung jumlahnya. Bentuk negara kepulauan tersebutlah yang menghasilkan berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lain, mulai dari lingkungan lokal (keluarga) sampai ke lingkungan sosial luar (masyarakat).
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1.1 Identifikasi Masalah Manusia entah sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial membutuhkan orang lain dalam lingkup kehidupannya. Manusia akan selalu berhadapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang begitu unik. Keunikan negara ini tercermin pada setiap dimensi kehidupan masyarakatnya. Negara kepulauan yang terbentang dari
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN. sosial-politik yang melingkupinya. Demikian pula dengan Islamisasi dan
1 BAB VI KESIMPULAN Sebagaimana proses sosial lainnya, proselitisasi agama bukanlah sebuah proses yang berlangsung di ruang hampa. Ia tidak bisa dilepaskan dari konteks sosial-politik yang melingkupinya.
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN Dari pembahasan hasil penelitian pada BAB IV peneliti dapat merumuskan kesimpulan dan rekomendasi untuk berbagai pihak. A. Simpulan 1. Simpulan Umum Masyarakat Dusun Kalibago merupakan
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. dipenuhi dengan budaya-budaya yang beragam di mana mengakui keberagaman,
BAB IV KESIMPULAN Masyarakat yang plural atau majemuk merupakan masyarakat yang dipenuhi dengan budaya-budaya yang beragam di mana mengakui keberagaman, perbedaan, dan kemajemukan budaya, baik ras, suku,
Lebih terperinciMENJAGA INDONESIA YANG PLURAL DAN MULTIKULTURAL
SEMINAR NASIONAL Merawat Toleransi, Demokrasi dan Pluralitas Keberagaman (Mencari Masukan Gagasan untuk Pengembangan Kapasitas Peran FKUB) Royal Ambarrukmo Yogyakarta, 12 September 2017 MAKALAH MENJAGA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah konflik menjadi fenomena yang seakan menjadi biasa dalam masyarakat Indonesia. Kondisi Negara Indonesia dengan segala macam kemajemukan dan heterogenitas.
Lebih terperinciPERSPEKTIF PEMERINTAH ATAS HAK DAN KEWAJIBAN MASYARAKAT HUKUM ADAT
PERSPEKTIF PEMERINTAH ATAS HAK DAN KEWAJIBAN MASYARAKAT HUKUM ADAT DR. Wahiduddin Adams, SH., MA ** Pembentukkan Negara Kesatuan Republik Indonesia berawal dari bersatunya komunitas adat yang ada di seluruh
Lebih terperinciBUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENDIRIAN RUMAH IBADAH DALAM WILAYAH KABUPATEN SIAK
BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENDIRIAN RUMAH IBADAH DALAM WILAYAH KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : a. bahwa Pemerintah
Lebih terperinciPROGRAM SEMESTER (PROMES)
Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan Semester : Ganjil Kelas : IV (Empat) Tahun Pelajaran : 2011/2012 Juli Agustus September Oktober Nopember Desember SISTEM PEMERINTAHAN DESA DAN KECAMATAN A. Pemerintahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Lihat sila pertama dalam Dasar Negara Indonesia: Pancasila
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Seringkali kita mendengar dan membaca bahwa negara kita yaitu negara Indonesia adalah negara yang beragama. Dikatakan demikian, karena pada umumnya setiap warga negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemajemukan, tetapi yang terpenting adalah keterlibatan aktif terhadap kenyataan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang terdiri dari masyarakat yang plural. Dikatakan plural karena keanekaragaman bumi Indonesia dengan suku dan agamanya. Pluralitas tidak
Lebih terperinciBAB 31 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN BERAGAMA
BAB 31 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN BERAGAMA Pembangunan agama merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat, yaitu hak memeluk agama dan beribadat menurut keyakinan masing-masing sebagaimana
Lebih terperinciPENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Modul ke: Identitas Nasional. Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Hubungan Masyarakat. Ramdhan Muhaimin, M.Soc.
Modul ke: 03 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Identitas Nasional Fakultas Ilmu Komunikasi Program Studi Hubungan Masyarakat Ramdhan Muhaimin, M.Soc.Sc Sub Bahasan 1. Pengertian Identitas Nasional 2. Parameter
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai suatu negara multikultural merupakan sebuah kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai etnik yang menganut
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PERAN ORGANISASI PEMUDA DALAM MEMBINA KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA
BAB IV ANALISIS PERAN ORGANISASI PEMUDA DALAM MEMBINA KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA a. Realitas Kerukunan Antar Umat Beragama di Desa Banyutowo Indonesia adalah negara multi etnis, multi kultur dan multi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. macam suku, ras, agama, dan budaya. Keberagaman tersebut tersebar hampir
digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara plural yang terdiri dari berbagai macam suku, ras, agama, dan budaya. Keberagaman tersebut tersebar hampir di seluruh
Lebih terperinciISLAMIC CENTRE DI KABUPATEN DEMAK
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR ISLAMIC CENTRE DI KABUPATEN DEMAK Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Diajukan oleh : UTTY RAKASIWI
Lebih terperinci