LAPORAN AKHIR KOORDINASI STRATEGIS ASISTENSI PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PAPUA BARAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN AKHIR KOORDINASI STRATEGIS ASISTENSI PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PAPUA BARAT"

Transkripsi

1 2015 LAPORAN AKHIR KOORDINASI STRATEGIS ASISTENSI PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PAPUA BARAT Direktorat Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BAPPENAS

2 KATA PENGANTAR Laporan Akhir Koordinasi Strategis Asistensi Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat Tahun 2015 disusun dalam rangka memenuhi pertanggungjawaban atas pelaksanaan Program/Kegiatan Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat Tahun 2015, sesuai dengan Peraturan Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas No. 04/M.PPN/2009 tentang Pedoman Pengelolaan Kegiatan dan Anggaran di Lingkungan Kantor Kementerian PPN/Bappenas, sekaligus diharapkan dapat menjadi lesson learned untuk penyempurnaan kebijakan selanjutnya. Maksud dan tujuan dilaksanakannya Koordinasi Strategis Asistensi Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat Tahun 2015 ini adalah untuk mengkoordinasikan dan mensinkronisasikan hasil-hasil yang telah dicapai dalam penerapan proses perencanaan, koordinasi dan pelaksanaan program percepatan pembangunan khususnya di Wilayah Papua. Kemudian permasalahan dan kendala yang dihadapi akan diidentifikasi dan dianalisis untuk diupayakan pemberian saran dan alternatif pemecahan untuk perbaikan proses perencanaan dan pelaksanaan program/kegiatan pada tahun yang akan datang. Laporan Koordinasi Strategis Asistensi Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat Tahun 2015 ini masih belum mencapai kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritiknya sebagai penyempurnaan dalam pelaksanaan koordinasi percepatan pembangunan di Wilayah Papua pada tahun berikutnya. Jakarta, Desember 2015 Direktur Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal Ir. R. Aryawan Soetiarso Poetro, MSi Laporan Koordinasi Strategis Asistensi Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat,

3 DAFTAR ISI BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Maksud dan Tujuan Sasaran Metode Pelaksanaan BAB 2 IDENTIFIKASI KEGIATAN KOORDINASI STRATEGIS ASISTENSI PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PAPUA BARAT Lingkup Kegiatan Keluaran Kegiatan Penerima Manfaat dan Satuan Ukur (Indikator) BAB 3 ANALISIS PELAKSANAAN KOORDINASI STRATEGIS ASISTENSI PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PAPUA BARAT Koordinasi dalam Rangka Sosialisasi Arah Kebijakan Pembangunan Wilayah Papua dalam RPJMN Arah Kebijakan Pembangunan Wilayah Papua Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Wilayah Papua dalam Temu Kawasan Adat Koordinasi Program Pembangunan Dalam Rangka Otonomi Khusus Di Provinsi Papua dan Papua Barat Pelaksanaan Program Pendidikan dan Kesehatan Upaya Mensistemkan Layanan Pendidikan dan Kesehatan yang Kontekstual Papua Koordinasi Pemanfaatan Alokasi Dana Tambahan Infrastruktur dalam Rangka Otonomi Khusus Koordinasi Program Pengembangan Ekonomi Lokal bagi Masyarakat Asli Papua Identifikasi Permasalahan Laporan Koordinasi Strategis Asistensi Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat,

4 Prinsip-Prinsip Pengembangan Ekonomi Lokal Analisis Strategi Pengembangan Ekonomi Lokal Koordinasi Rencana Pembangunan Kawasan Strategis Di Provinsi Papua dan Papua Barat Rencana Pembangunan KEK di Merauke Rencana Pembangunan KEK di Sorong BAB 4 PENUTUP Kesimpulan Rekomendasi Laporan Koordinasi Strategis Asistensi Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat,

5 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Percepatan Pembangunan Wilayah Papua (Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat) saat ini dilaksanakan dengan mengedepankan Pendekatan Sosial Budaya, untuk mengoptimalkan kinerja pembangunan yang telah dilakukan sebelumnya. Kearifan lokal dan keunikan karakteristik sosial budaya yang berkembang di Wilayah Papua menjadi modal sosial, modal kultural dan modal spiritual dalam pembangunan. Realitas ini diakomodir dalam RPJMN sebagai bentuk hasil dari koordinasi antara pemerintah c.q Kementerian PPN/Bappenas dengan pemerintah daerah, khususnya pada Buku III Bab II Arah Pengembangan Wilayah Papua. Sebagai konsekuensi dari penggunaan pendekatan sosial budaya, maka salah satu tujuan pembangunan Wilayah Papua yang tertuang dalam RPJMN yaitu Pengembangan kemandirian ekonomi berkelanjutan berbasis wilayah adat, melalui pengembangan 5 kawasan adat dengan fokus pada hilirisasi komoditas unggulan lokal. Gb. 1 Pembangunan KPE Berbasis Wilayah Adat Laporan Koordinasi Strategis Asistensi Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat,

6 Adapun pembagian 5 (lima) Kawasan Pengembangan Ekonomi berbasis wilayah adat tersebut yaitu: (1) KPE Saereri, meliputi Kabupaten Biak Numfor, Supiori, Kepulauan Yapen, dan Waropen; (2) KPE Mamta, meliputi Kabupaten Mamberamo Raya, Jayapura, Keerom, Sarmi, dan Kota Jayapura; (3) KPE Me Pago, meliputi Kabupaten Nabire, Paniai, Deiyai, Dogiyai, Intan Jaya, dan Mimika; (4) KPE La Pago, meliputi Kabupaten Mamberamo Tengah, Jayawijaya, Lanny Jaya, Nduga, Pegunungan Bintang, Tolikara, Yalimo, Yahukimo, Puncak, dan Puncak Jaya; serta (5) KPE Ha Anim, meliputi Kabupaten Merauke, Asmat, Mappi, dan Boven Digoel. Berdasarkan beberapa indikator keberhasilan pembangunan suatu daerah, capaian pembangunan mengalami perkembangan yang cukup signifikan, dengan peningkatan angka IPM dan penurunan persentase angka kemiskinan antara periode sebelum dan sesudah otonomi khusus. Walaupun apabila dibandingkan dengan wilayah lain, ataupun capaian nasional, angka tersebut masih sangat rendah. Capaian di bidang ekonomi menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi wilayah papua dengan migas selama kurun waktu sebesar 9,6 persen (dengan migas) atau di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,9 persen. Namun, perlu ditelaah kembali bahwa kontribusi lapangan usaha terbesar yaitu dari sektor pertambangan, dimana sektor usaha tersebut kurang mampu mendayagunakan masyarakat asli Papua secara optima, sehingga perlu dorongan pada sektor lain yang dapat menggerakkan aktivitas perekonomian masyarakat secara langsung, misalnya sektor pertanian, perkebunan, dan perikanan. Capaian pembangunan Wilayah Papua yang lebih rendah daripada wilayah lain di Indonesia perlu dipahami juga dari aspek historis, bahwa pembangunan Wilayah Papua baru dimulai secara kondusif pada tahun 1970-an (bergabungnya Irian Barat ke Indonesia pada tanggal 1 Mei 1963), sedangkan provinsi lain di Indonesia elah memulai pembangunannya terlebih dahulu. Kondisi eksisting di Wilayah Pulau Papua tersebut membutuhkan upaya khusus untuk melakukan percepatan pembangunan. Sesuai dengan visi misi Presiden, khususnya pada Nawa Cita ke-3 (membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah daerah dan desa dalam kerangka Negara kesatuan), Nawa Cita ke-5 (meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia), dan Nawa Cita ke-6 (meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional), maka percepatan pembangunan di Wilayah Pulau Papua akan difokuskan pada: (1) pemberdayaan ekonomi masyarakat lokal, (2) peningkatan pelayanan pendidikan dan kesehatan terutama di wilayah terisolir, (3) pembangunan infrastruktur transportasi untuk membuka keterisolasian, (4) pemihakan terhadap Orang Asli Papua, (5) penguatan kapasitas kelembagaan pemerintah daerah, Laporan Koordinasi Strategis Asistensi Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat,

7 (6) pembangunan sentra logistik untuk mengatasi kemahalan, (7) pengembangan energi baru dan terbarukan terutama di wilayah terisolir, dan (8) penguatan kelembagaan percepatan pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat. Provinsi Papua memiliki keistimewaan dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia, yaitu kewenangan yang lebih besar kepada pemerintah daerah untuk mengatur urusan daerahnya, dengan dikeluarkannya UU No. 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua yang direvisi dengan UU No. 35 Tahun UU No. 21 Tahun 2001 merupakan nyata atas keberpihakan kebijakan Pemerintah terhadap rakyat Papua. Pasal 1 angka (1) UU No. 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua menyatakan bahwa Otonomi Khusus adalah kewenangan khusus yang diakui dan diberikan kepada Provinsi Papua untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan aspirasi dan hak-hak dasar masyarakat Papua. Di samping itu, keberpihakan pemerintah juga ditunjukkan melalui afirmasi pendanaan yang diberikan kepada Provinsi Papua dan Papua Barat, melalui dana otsus (2% dari DAU), dana tambahan infrastruktur, dan persentase pembagian DBH. Gb. 2 Skema Kebijakan Pembangunan Wilayah Papua Pada pelaksanaannya, otonomi khusus bagi Provinsi Papua dan Papua Barat yang dilatarbelakangi untuk memberikan kesejahteraan dan pengakuan terhadap hak-hak dasar masyarakat asli Papua, belum dapat berjalan secara optimal. Kesenjangan dalam mengakses Laporan Koordinasi Strategis Asistensi Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat,

8 fasilitas pelayanan ekonomi, pendidikan, dan kesehatan antara wilayah Papua dengan wilayah lain masih sangat tinggi. Kemudian, untuk menjawab permasalahan tersebut, Presiden mengeluarkan Inpres No. 5 Tahun 2007 tentang Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat yang berlaku hingga tahun 2010 dengan lima kebijakan baru pembangunan Papua, yaitu: (1) Pemantapan ketahanan pangan dan pengurangan kemiskinan; (2) Peningkatan kualitas penyelenggaraan pendidikan; (3) Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan; (4) Peningkatan infrastruktur dasar guna meningkatkan aksesibilitas di wilayah terpencil, pedalaman, dan perbatasan Negara; dan (5) Perlakuan khusus (affirmative action) bagi pengembangan kualitas sumber daya manusia putraputri asli Papua. Kemudian, sebagai kelanjutannya, Presiden mengeluarkan Perpres No. 65 Tahun 2011 tentang Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat (P4B) dan Perpres No. 66 Tahun 2011 tentang Unit Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat (UP4B) yang berakhir pada tahun 2014, dengan prioritas program, yaitu: (1) pengembangan ekonomi masyarakat asli Papua; (2) peningkatan pelayanan pendidikan dan kesehatan yang menjangkau di kampung terisolir; (3) membuka akses infrastruktur di Pegunungan Tengah dan wilayah terisolir Papua dan Papua Barat lainnya; (4) pemihakan putra-putri asli Papua dalam pendidikan kedinasan dan pendidikan menengah (affirmative action); dan (5) meningkatkan kemampuan kelembagaan pemerintahan Provinsi dan Kabupaten/Kota di Papua dan Papua Barat. Kegiatan koordinasi ini juga didukung donor UNDP melalui Program Pembangunan yang Berpusat Pada Rakyat (People-Centered Development Programme), dengan grant agreement Nomor antara Pemerintah Indonesia cq Kementerian PPN/Bappenas dengan UNDP, sejak sejak 1 Februari 2011 hingga 31 Desember 2014, dan akan diperpanjang hingga Juni 2015, dengan spesifik program livelihood yaitu pengembangan ekonomi lokal masyarakat yang berbasis hilirisasi komoditas unggulan lokal, dengan tujuan menciptakan pendapatan tetap bagi masyarakat asli Papua. Keberpihakan kebijakan percepatan pembangunan Wilayah Papua membutuhkan dukungan kerangka regulasi dan kelembagaan yang kuat. Untuk itu, kegiatan Koordinasi Strategis Asistensi Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat dalam hal ini dimaksudkan dapat menjadi salah satu strategi untuk mengkoordinasi upaya-upaya pemerintah bagi percepatan pembangunan Wilayah Papua, di samping juga menjadi strategi untuk memfasilitasi dan mendampingi pemerintah daerah dalam merencanakan, memantau dan mengevaluasi kegiatan pembangunan supaya berjalan lebih efisien dan optimal. Kegiatan koordinasi ini sekaligus menjadi strategi dalam mensinkronkan program/kegiatan antara pemerintah dengan pemerintah daerah, Laporan Koordinasi Strategis Asistensi Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat,

9 mengingat beberapa program/kegiatan bersifat kurang efektif dan efisien, overlapping, bahkan bersifat kontraproduktif Maksud dan Tujuan Maksud dan tujuan kegiatan koordinasi percepatan pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat adalah untuk mendukung tercapainya hasil dan dampak yang diharapkan dari pelaksanaan percepatan pembangunan Papua dan Papua Barat. Kegiatan koordinasi yang dilakukan dalam bentuk memberikan dukungan kepada kedua provinsi dalam melakukan koordinasi dengan stakeholder dan memfasilitasi penyusunan Rencana Induk dan Rencana Aksi percepatan pembangunan Papua dan Papua Barat dengan tujuan memecahkan permasalahan utama yang dihadapi Provinsi Papua dan Papua Barat, serta mengoptimalkan pelaksanaan otonomi khusus. Kegiatan koordinasi yang dilakukan oleh Tim Asistensi Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat bertujuan untuk menjamin kelancaran proses koordinasi perencanaan, pendampingan, fasilitasi, dan pelaksanaan Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat, serta terkait dengan proses koordinasi Perencanaan dan Pelaksanaan, Monitoring, Evaluasi pelaksanaan pembangunan secara menyeluruh dan berkelanjutan baik di tingkat pusat maupun sinkronisasi dan fasilitasi dengan pemerintah daerah. Koordinasi perencanaan Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat, merupakan rangkaian proses koordinasi Perencanaan dan Pelaksanaan, Monitoring, Evaluasi secara menyeluruh dan berkelanjutan baik di tingkat pusat maupun daerah. Rincian tugas dari Tim Koordinasi Teknis adalah sebagai berikut. a. Melakukan fasilitasi dan bantuan teknis kepada Pemerintah Daerah Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat dalam Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat, serta koordinasi pelaksanaannya; b. Melakukan fasilitasi dan supervisi kepada Pemerintah Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat dalam koordinasi pelaksanaan Rencana Aksi; Menghimpun semua rencana kerja dan laporan pelaksanaan yang disampaikan oleh masing-masing Kementerian Koordinator, Laporan Koordinasi Strategis Asistensi Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat,

10 Kementerian/Lembaga, dan instansi terkait lain yang dipandang perlu dengan kebijakan afirmasi untuk pembangunan Papua; c. Melakukan sinkronisasi rencana kerja yang disampaikan masing-masing Kementerian Koordinator, Kementerian/Lembaga, dan konsultasi dengan Pemerintah Provinsi Papua, Provinsi Papua Barat; d. Melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan rencana aksi oleh Kementerian Koordinator, Kementerian/Lembaga terkait, Pemerintah Daerah; dan e. Melaksanakan tugas lainnya yang terkait sesuai arahan-arahan dari Menteri PPN/Kepala BAPPENAS. Berdasarkan kegiatan koordinasi strategis asistensi percepatan pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat, terdapat beberapa manfaat yang diperoleh, antara lain sebagai berikut. 1) Meningkatnya kualitas koordinasi dalam proses perencanaan dan pelaksanaan percepatan pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat; 2) Meningkatnya kualitas proses monitoring, evaluasi, dan pelaporan percepatan pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat, sehingga terdapat indikator output dan outcome yang jelas dan terukur; 3) Meningkatnya kapasitas aparatur pemerintah daerah Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat; Dampak yang didapat dari koordinasi percepatan pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat adalah meningkatnya kualitas dan kapasitas aparatur pemerintah daerah, serta meningkatnya aksesibilitas dan kesejahteraan masyarakat di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Sasaran Sasaran dari kegiatan Koordinasi Strategis Tim Teknis Tim Asistensi Percepatan Pembangunan di Provinsi Papua dan Papua Barat adalah: a. Peningkatan kualitas SDM aparatur pemerintah daerah dalam penyusunan perencanaan program/kegiatan dalam percepatan pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat; Laporan Koordinasi Strategis Asistensi Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat,

11 b. Peningkatan kualitas dan kuantitas hasil-hasil pelaksanaan program/kegiatan pembangunan sektor maupun daerah; c. Peningkatan efektivitas dan efisiensi perencanaan dan pelaksanaan program/kegiatan percepatan pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat; d. Peningkatan ketersediaan sarana dan prasarana dasar ekonomi dan sosial di Provinsi Papua dan Papua Barat; e. Penyelesaian dokumen laporan akhir sebagai hasil dari kegiatan koordinasi strategis percepatan pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat Metode Pelaksanaan Pelaksanaan koordinasi strategis Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat dilaksanakan dengan menggunakan dua pendekatan sekaligus, yaitu pendekatan topdown dan bottom-up. Pendekatan top-down dipergunakan dalam penetapan prioritas pembangunan nasional dan anggaran dari pusat. Sedangkan pendekatan bottom-up lebih dipergunakan pada saat menyusun kegiatan berdasarkan usulan dari daerah dalam rangka koordinasi dan sinkronisasi. Pendekatan tersebut dilakukan dalam bentuk-bentuk kegiatan berikut: a. Diskusi Panel, Focus Group Discussion (FGD), dan rapat koordinasi dengan Kementerian/Lembaga terkait serta pemerintah daerah. Di tingkat pusat, koordinasi dilakukan melalui Rapat Koordinasi dengan kementerian/lembaga terkait dalam rangka koordinasi dan sinkronisasi program percepatan pembangunan program untuk Provinsi Papua dan Papua Barat, untuk mensinergiskan antara prioritas nasional, kegiatan pembangunan dan ketersediaan anggaran. Di tingkat daerah, juga dilakukan diskusi dan rapat koordinasi untuk memperdalam isu/hambatan dalam pelaksanaan percepatan pembangunan, serta identifikasi potensi/peluang yang dapat dioptimalkan untuk pembangunan Papua. b. Musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang) untuk mengkoordinasikan dan mensinkronkan antara prioritas pembangunan nasional dengan usulan daerah. Musrenbang ini melibatkan tiga pihak yaitu pemerintah daerah provinsi, kabupaten dan kota, kementerian/lembaga dan Bappenas. Laporan Koordinasi Strategis Asistensi Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat,

12 c. Di samping itu, dilakukan juga rapat internal secara intensif dalam rangka membahas program/kegiatan terutama di bidang kesehatan, pendidikan, dan infratsruktur transportasi dengan K/L terkait dan daerah dalam upaya percepatan pembangunan, mengingat periode pelaksanaan otonomi khusus akan berakhir dalam 6 tahun ke depan. d. Monitoring dan evaluasi program-program Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat yang dilakukan dalam bentuk kunjungan lapangan pada beberapa lokasi di wilayah Papua, antara lain: 1) Bappeda Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat, dalam rangka memantau dan mengevaluasi pelaksanaan Percepatan Pembangunan di kedua provinsi tersebut, termasuk pengintegrasian dan sinkronisasi dokumen-dokumen perencanaan, serta pencapaian perkembangan dari upaya percepatan pembangunan di Papua dan Papua Barat. 2) Kabupaten Merauke dan Sorong dalam rangka koordinasi rencana pengusulan pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Kabupaten Sorong (Papua Barat) dan Kabupaten Merauke (Papua). 3) Kabupaten Biak dalam rangka sosialisasi kebijakan dan strategi pembangungan Wilayah Papua yang tercantum dalam RPJMN Laporan Koordinasi Strategis Asistensi Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat,

13 BAB 2 IDENTIFIKASI KEGIATAN KOORDINASI STRATEGIS ASISTENSI PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PAPUA BARAT 2.1. Lingkup Kegiatan Pelaksanaan koordinasi Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat, yang dilakukan oleh Tim Koordinasi Strategis Asistensi Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat, Kementerian PPN/Bappenas (TA Bappenas), meliputi 3 kegiatan utama: 1. Koordinasi rangkaian proses perencanaan agenda Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat dalam mengawal pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) , melalui koordinasi pelaksanaan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2015 dan koordinasi penyusunan RKP 2016; 2. Pemantauan dan Pengendalian program Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Bidang Pengembangan Ekonomi, Pelayanan Pendidikan, Kesehatan, dan Pembangunan Infrastruktur; 3. Penugasan khusus yang berkaitan dengan koordinasi perencanaan dan penganggaran program/kegiatan Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat. Tabel 2.1 Ringkasan Kegiatan Tim Asistensi Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat Kementerian PPN/Bappenas Tahun 2015 No Kegiatan Waktu 1. Koordinasi intensif dengan pemerintah daerah terkait finalisasi Januari 2015 draf akhir Bab Arah pembangunan Wilayah Papua dalam RPJMN Sosialisasi kebijakan pembangunan Wilayah Papua dalam Februari 2015 RPJMN khususnya pada Buku III Bab II Arah pembangunan Wilayah Papua 3. Kunjungan Lapangan Identifikasi Kesiapan Pengusulan Kawasan Maret 2015 Ekonomi Khusus (KEK) di Wilayah Papua, yaitu ke Kabupaten Merauke, Jayapura, dan Sorong 4. Kegiatan Temu Kawasan Adat Wilayah Saereri dan Monitoring Kawasan Strategi di Kabupaten Biak Numfor Maret Rapat Koordinasi Sinkronisasi Pembangunan Wilayah Papua dalam RPJMN dengan Renstra K/L Maret 2015 Laporan Koordinasi Strategis Asistensi Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat,

14 6. Workshop Penyusunan Rencana Aksi Nasional Pasca Project PCDP Koordinasi pelaksanaan rangkaian kegiatan musyawarah 7. perencanaan pembangunan penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2016, khususnya mengawal prioritas program bagi pembangunan Wilayah Papua 8. Koordinasi rencana pelaksanaan Rapat Koordinasi Khusus (rakorsus) percepatan pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat sebagai rangkaian dari kegiatan Musrenbangnas (Ket: kegiatan rakorsus gagal dilaksanakan) 9. Rapat Koordinasi Perencanaan dan Evaluasi Pelaksanaan Otsus Infrastruktur Tahun Seminar Knowledge Sharing Pengembangan Ekonomi Lokal Provinsi Papua dan Papua Barat 11. Identifikasi progress report capaian pembangunan dan koordinasi strategi pembangunan wilayah Papua dengan Kantor Staf Presiden 12. Koordinasi Rencana Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Wilayah Papua 13. Koordinasi pelaksanaan Peraturan Perundangan terkait Tanah Ulayat, sehubungan dengan disahkannya Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang No. 9 Tahun 2015 tentang Tata Cara Penetapan Hak Komunal atas Tanah Masyarakat Hukum Adat dan Masyarakat yang Berada dalam Kawasan Tertentu 14. Konsultasi Publik Penyiapan Kawasan Sentra Produksi Pertanian (KSPP) dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Merauke yang diselenggarakan oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian 15. Evaluasi Pelaksanaan Otonomi Khusus pada Penyelenggaraan Program Pendidikan dan Kesehatan di Provinsi Papua dan Papua Barat sampai dengan tahun Koordinasi Pelaksanaan RKP 2016 dan Penyusunan Rancangan Awal RKP 2017 dalam Mendukung Pengembangan Ekonomi Papua 17. Sosialisasi Road Map Kebijakan Bidang Pendidikan dan Kesehatan Provinsi Papua Tahun April 2015 April 2015 April 2015 Mei 2015 Juni 2015 Juli 2015 Agustus 2015 September 2015 Oktober 2015 Oktober 2015 November 2015 Desember Keluaran Kegiatan Adapun keluaran dari kegiatan koordinasi Tim Asistensi Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat yaitu: 1. Laporan Bulanan terkait koordinasi Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat. Laporan Koordinasi Strategis Asistensi Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat,

15 2. Laporan dan analisis hasil Evaluasi Kebijakan Perencanaan dan Pelaksanaan Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat. 3. Profil pembangunan Wilayah Papua, khususnya terkait identifikasi potensi, strategi, dan kebutuhan Pembangunan Wilayah Papua berbasis wilayah adat. 4. Laporan monitoring dan evaluasi pelaksanaan Rencana Induk Dan Rencana Aksi Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat. 5. Laporan akhir hasil evaluasi perencanaan dan rekomendasi perbaikan berdasarkan hasil Pelaksanaan Penerima Manfaat dan Satuan Ukur (Indikator) Output dari kegiatan koordinasi Tim Asistensi Percepatan Pembangunan di Provinsi Papua dan Papua Barat ditujukan kepada: 1. Kementerian Koordinator, Kementerian/Lembaga, dan instansi lain yang terkait dengan percepatan pembangunan di Provinsi Papua dan Papua Barat; 2. Bappeda Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat; 3. SKPD Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat; 4. Masyarakat umum di Provinsi Papua dan Papua Barat; 5. Pihak swasta dan NGO (Non-Governmental Organization) sebagai mitra dalam pelaksanaan pembangunan di Provinsi Papua dan Papua Barat. Indikator untuk pengukuran kuantitas dan kualitas keluaran kegiatan Koordinasi Tim Asistensi Percepatan Pembangunan di Provinsi Papua dan Papua Barat adalah: 1. Meningkatnya kualitas SDM aparatur pemerintah daerah dalam penyusunan perencanaan program/kegiatan dalam percepatan pembangunan Papua dan Papua Barat; 2. Meningkatnya kualitas dan kuantitas hasil-hasil pelaksanaan program/kegiatan pembangunan sektor maupun daerah; 3. Meningkatnya efektivitas dan efisiensi perencanaan dan pelaksanaan program/kegiatan percepatan pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat; 4. Meningkatnya ketersediaan sarana dan prasarana dasar ekonomi dan sosial di Provinsi Papua dan Papua Barat; Laporan Koordinasi Strategis Asistensi Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat,

16 5. Tersusunnya laporan akhir sebagai hasil dari kegiatan koordinasi strategis percepatan pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat. Laporan Koordinasi Strategis Asistensi Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat,

17 BAB 3 ANALISIS PELAKSANAAN KOORDINASI STRATEGIS ASISTENSI PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PAPUA BARAT Berdasarkan analisis demografis dan geografis terkait proporsi penduduknya, persentase terbesar penduduk miskin Papua adalah orang asli Papua (OAP) yaitu berada di wilayah Pegunungan Tengah. Pegunungan Tengah sebelumnya terdiri dari satu kabupaten (Kabupaten Jayawijaya) dan setelah era reformasi baru dimekarkan menjadi lebih 10 kabupaten baru, meliputi: Kabupaten Jayawijaya, Lanny Jaya, Yalimo, Yahukimo, Nduga, Pegunungan Bintang, Puncak, Puncak Jaya, Intan Jaya, Tolikara, Paniai, Deiyai, dan Dogiyai. Konsentrasi penduduk asli Papua di wilayah Pegunungan Tengah sebanyak sekitar 1,6 juta Orang Asli Papua (OAP), atau sekitar (51 %) total penduduk Provinsi Papua yang sebesar orang, terdiri dari 1,632,276 orang laki-laki (52,5 %) dan 1,458,771 orang perempuan (47,5 %). Sedangkan penduduk Provinsi Papua Barat sebesar orang, terdiri dari 431,957 orang laki-laki (52,5 %) dan 384,323 orang perempuan (47,5 %). Terdapat suku bangsa asli Papua menurut sensus penduduk tahun 2000, yang memiliki bahasa, budaya, dan adat istiadat yang berbeda. Persebaran OAP di Pegunungan Tengah sangat menyebar dengan bermacam macam suku dengan karakteristik adat budaya pada wilayah yang sangat luas dengan topografi yang bergunung-gunung dan hutan rimba, dengan ketinggian lokasi wilayah diantara m dpl. Ketersediaan sarana prasarana yang sangat terbatas dan aksesibilitas yang rendah mengindikasikan keterisolasian yang sangat tinggi. Untuk itu, intervensi pembangunan dan penyediaan layanan dasar publik perlu diprioritaskan pada wilayah pegunungan tengah, terutama dalam mengatasi masalah keterisolasian. Laporan Koordinasi Strategis Asistensi Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat,

18 Berdasarkan beberapa indikator keberhasilan pembangunan suatu daerah, capaian pembangunan di Wilayah Pulau Papua dapat digambarkan sebagai berikut: (1) penurunan Tabel 1.1 Grafik Persentase Angka Kemiskinan Papua Tabel 1.2 Grafik Persentase Angka Kemiskinan Papua Barat presentase angka kemiskinan Provinsi Papua menjadi 27,8 persen tahun 2014 dan Provinsi Papua Barat menjadi 27,14 persen; namun persentase penduduk miskin di Provinsi Papua (30,05 persen) dan Provinsi Papua Barat (27,13 persen) masih berada jauh di atas persentase penduduk miskin nasional sebesar 11,25 persen (Maret 2014); (2) nilai IPM di Provinsi Papua (66,25) dan Provinsi Papua Barat (70,62) masih berada di bawah rata-rata IPM nasional sebesar 73,81 (2013); dan (3) nilai kesenjangan pendapatan antar golongan (Rasio Gini) menjadi 0,442 (Provinsi Papua) dan 0,431 (Provinsi Papua Barat) mengalami peningkatan setiap tahun namun masih berada di atas rata-rata rasio gini nasional 0,413 (2013). Apabila dibandingkan dengan wilayah lain dalam lingkup nasional, capaian pembangunan Wilayah Papua masih berada di bawah rata-rata nasional. Namun, dilihat berdasarkan data series per tahun, dapat dilihat capaian yang cukup signifikan, mengingat wilayah Papua baru aktif membangun pada periode tahun 80-an setelah melampaui berbagai perjuangan integrasi. Terkait dengan persentase angka kemiskinan dari tahun , terjadi penurunan angka kemiskinan yang cukup signifikan, yaitu dari angka 54,75% menjadi 27,8%. Di samping itu, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Papua tahun menunjukkan peningkatan yang cukup baik, mulai dari 58,8 menjadi 66,3. Laporan Koordinasi Strategis Asistensi Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat,

19 Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Papua dengan migas selama kurun waktu sebesar 9,6 persen (dengan migas) atau diatas rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,9 persen. Namun, perlu ditelaah kembali bahwa kontribusi lapangan usaha terbesar yaitu dari sektor pertambangan, dimana sektor usaha tersebut tidak mampu mendayagunakan masyarakat Tabel 1.4. IPM Papua Barat Tabel 1.3. Perkembangan IPM Papua Papua secara optimal, hanya beberapa orang yang dapat memenuhi kualifikasi untuk dapat bekerja pada sektor usaha tersebut. Sehingga perlu dorongan pada sektor lain yang dapat menggerakkan aktivitas perekonomian masyarakat secara langsung, misalnya sektor pertanian, perkebunan, dan perikanan. Tabel 1.5. PDRB Provinsi Papua Tabel 1.6. PDRB Provinsi Papua Barat Di bawah ini merupakan uraian kegiatan koordinasi strategis asistensi percepatan pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat yang dikelompokkan dalam 4 kegiatan utama, yaitu: (1) Koordinasi dalam Rangka Sosialisasi Arah Kebijakan Pembangunan Wilayah Papua dalam RPJMN ; (2) Koordinasi Program Pembangunan Dalam Rangka Otonomi Khusus Di Laporan Koordinasi Strategis Asistensi Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat,

20 Provinsi Papua dan Papua Barat, khususnya pelaksanaan kebijakan layanan dasar publik di bidang pendidikan, kesehatan, dan transportasi; (3) Koordinasi Program Pengembangan Ekonomi Lokal Masyarakat Asli Papua; dan (4) Koordinasi Rencana Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus di Provinsi Papua (Merauke) dan Papua Barat (Sorong) Koordinasi dalam Rangka Sosialisasi Arah Kebijakan Pembangunan Wilayah Papua dalam RPJMN Arah Kebijakan Pembangunan Wilayah Papua Tema pembangunan Wilayah Papua dirumuskan sebagai berikut: (1) percepatan pengembangan industri berbasis komoditas lokal di sektor pertanian, perkebunan, peternakan, dan kehutanan; (2) percepatan pengembangan ekonomi kemaritiman melalui pengembangan industri perikanan dan pariwisata bahari; (3) percepatan pengembangan pariwisata budaya dan alam melalui pengembangan potensi sosial budaya dan keanekaragaman hayati; (4) percepatan pengembangan hilirisasi industri pertambangan, minyak, gas bumi, emas, perak, dan tembaga; (5) peningkatan kawasan konservasi dan daya dukung lingkungan untuk pembangunan rendah karbon; (6) penguatan kapasitas kelembagaan pemerintahan daerah dan masyarakat; serta (7) pengembangan kawasan ekonomi inklusif dan berkelanjutan berbasis wilayah kampung masyarakat adat. Tema tersebut dirumuskan untuk mendorong pencapaian tujuan pembangunan Wilayah Papua tahun yaitu mendorong percepatan dan perluasan pembangunan Wilayah Papua untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui percepatan dan perluasan pembangunan Wilayah Papua dengan menekankan keunggulan dan potensi daerah yang berbasis kesatuan adat, melalui: (a) pemenuhan kebutuhan dasar dan ketahanan hidup yang berkelanjutan, serta pemerataan pelayanan pendidikan, kesehatan, perumahan rakyat yang terjangkau, berkualitas, dan layak; (b) pengembangan kemandirian ekonomi berkelanjutan; (c) penyediaan infrastruktur yang berorientasi pelayanan dasar masyarakat maupun peningkatan infrastruktur yang berorientasi pengembangan investasi dan pengembangan komoditas; serta (d) peningkatan SDM dan IPTEK secara terus-menerus. Laporan Koordinasi Strategis Asistensi Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat,

21 Adapun sasaran pengembangan Wilayah Papua pada tahun berdasarkan Lampiran Perpres No. 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) adalah sebagai berikut: 1. Dalam rangka percepatan dan perluasan pengembangan ekonomi Wilayah Papua, akan dikembangkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dengan memanfaatkan potensi dan keunggulan daerah, termasuk diantaranya adalah pengembangan 2 kawasan ekonomi khusus, 1 kawasan industri, pengembangan 5 kawasan adat dan pusat-pusat pertumbuhan penggerak ekonomi daerah pinggiran lainnya. 2. Sementara itu, untuk mengurangi kesenjangan antarwilayah di Wilayah Pulau Papua, maka akan dilakukan pembangunan daerah tertinggal dengan sasaran sebanyak 9 Kabupaten tertinggal dapat terentaskan dengan sasaran outcome: (a) meningkatkan rata-rata pertumbuhan ekonomi di daerah tertinggal menjadi 9,5 persen di tahun 2019; (b) menurunnya persentase penduduk miskin di daerah tertinggal menjadi rata-rata 22,63 persen di tahun 2019; (c) meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di daerah tertinggal sebesar rata-rata 61,40 pada tahun Untuk mendorong pertumbuhan pembangunan kawasan perkotaan di Papua, maka akan dilakukan optimalisasi peran 2 kota otonom berukuran sedang sebagai pusat pertumbuhan ekonomi, pusat pelayanan primer, dan hub untuk Pulau Papua dan Maluku dalam bentuk Pusat Kegiatan Nasional (PKN) sekaligus sebagai pendukung pengembangan kawasan perbatasan negara. 4. Sesuai dengan amanat UU 6/2014 tentang Desa, maka akan dilakukan pembangunan perdesaan dengan sasaran berkurangnya jumlah desa tertinggal sedikitnya 340 desa atau meningkatnya jumlah desa mandiri sedikitnya 140 desa. 5. Meningkatkan keterkaitan desa-kota, dengan memperkuat 4 pusat-pusat pertumbuhan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) atau Pusat Kegiatan Lokal (PKL). 6. Dalam rangka mewujudkan kawasan perbatasan sebagai halaman depan negara yang berdaulat, berdaya saing, dan aman, maka akan dikembangkan 3 Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) sebagai pusat pertumbuhan ekonomi kawasan perbatasan negara yang dapat mendorong pengembangan kawasan sekitarnya. Laporan Koordinasi Strategis Asistensi Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat,

22 7. Untuk meningkatkan pelaksanaan Otonomi Daerah di Wilayah Papua ditunjukkan dengan: (1) Meningkatnya proporsi penerimaan pajak dan retribusi daerah sebesar 10 persen untuk propinsi dan 7 persen untuk kabupaten/kota; (2) Meningkatnya proporsi belanja modal dalam APBD propinsi sebesar 35 persen dan untuk Kabupaten/Kota sebesar 35 persen pada tahun 2019 serta sumber pembiayaan lainnya dalam APBD; (3) Meningkatnya jumlah daerah yang mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian (WTP) sebanyak 2 provinsi dan 20 kabupaten/kota di wilayah Papua; (4) Meningkatnya kualitas dan proporsi tingkat pendidikan aparatur daerah untuk jenjang S1 sebesar 50 persen dan S2-S3 sebesar 5 persen; (5) Terlaksananya diklat kepemimpinan daerah serta diklat manajemen pembangunan, kependudukan, dan keuangan daerah di seluruh wilayah Papua sebesar 30 angkatan; (6) Terlaksananya evaluasi otsus dan pembenahan terhadap kelembagaan, aparatur, dan pendanaan pelaksanaan otsus; (7) Terlaksananya sinergi perencanaan dan penganggaran di wilayah Papua (dengan proyek awal Provinsi Papua); (8) Meningkatnya implementasi pelaksanaan SPM di daerah, khususnya pada pendidikan, kesehatan dan infrastruktur; (9) Meningkatnya persentase jumlah PTSP sebesar 40 persen; (10) Terlaksananya koordinasi pusat dan daerah melalui peningkatan peran gubernur sebagai wakil pemerintah; (11) terlaksananya sistem monitoring dan evaluasi dana transfer secara on-line di wilayah Papua; (12) Terlaksananya penguatan kelembagaan Badan Percepatan Pembangunan Kawasan Papua dan Papua Barat. 8. Sasaran penanggulangan bencana di Wilayah Papua adalah mengurangi Indeks Risiko Bencana pada 10 kabupaten/kota sasaran (Kota Jayapura, Kota Sorong, Kota Manokwari, Kabupaten Merauke, Sarmi, Yapen, Nabire, Raja Ampat, Teluk Bintuni dan Biak Numfor) yang memiliki indeks risiko bencana tinggi, baik yang berfungsi sebagai PKN, PKW, Kawasan Industri maupun pusat pertumbuhan lainnya. Sehubungan dengan sasaran tersebut, diharapkan pada akhir tahun 2019, pembangunan Wilayah Papua semakin meningkat. Hal ini dicerminkan dengan makin meningkatnya kontribusi PDRB Wilayah Papua terhadap PDB Nasional, yaitu dari sekitar 1,9 persen (2013) menjadi 2,6 persen (2019). Dengan demikian, kondisi tersebut diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Wilayah Papua. Secara rinci target pertumbuhan ekonomi, tingkat kemiskinan dan pengangguran dalam kurun waktu di Wilayah Papua dapat dilihat pada Tabel 3.1 sampai dengan Tabel 3.3 sebagai berikut. Laporan Koordinasi Strategis Asistensi Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat,

23 TABEL 3.1 SASARAN PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH PAPUA PER PROVINSI TAHUN Wilayah Pertumbuhan Ekonomi (Persen) Papua Barat Papua Sumber: Lampiran Perpres No. 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) TABEL 3.2 SASARAN TINGKAT KEMISKINAN WILAYAH PAPUA PER PROVINSI TAHUN Wilayah Tingkat Kemiskinan (Persen) Papua Barat Papua Sumber: Lampiran Perpres No. 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) TABEL 3.3 SASARAN TINGKAT PENGANGGURAN WILAYAH PAPUA PER PROVINSI TAHUN Wilayah Tingkat Pengangguran (Persen) Papua Barat Papua Sumber: Lampiran Perpres No. 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Kebijakan Pembangunan Wilayah Papua dilakukan melalui percepatan pembangunan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik wilayah papua. Strategi percepatan pembangunan Wilayah Papua difokuskan pada: (1) penyediaan layanan dasar publik di bidang pendidikan dan kesehatan disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi Wilayah Papua; (2) pembangunan infrastruktur transportasi terutama untuk membuka keterisolasian di wilayah pegunungan tengah; (3) pengembangan ekonomi lokal melalui hilirisasi komoditas unggulan berbasis pasar; dan (4) pemihakan terhadap putra-putri asli Papua. Fokus pembangunan pada bidang kesehatan dan pendidikan merupakan amanat dari UU No 21/2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua, dengan ketentuan pemihakan anggaran dari dana otsus untuk bidang tersebut yaitu 30% untuk Laporan Koordinasi Strategis Asistensi Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat,

24 bidang pendidikan dan 15% untuk bidang kesehatan. Tujuan utama dari prioritas pembangunan pada kedua bidang tersebut yaitu untuk membangunan manusia Papua, dalam arti meningkatkan kapasitas dan kualitasnya untuk dapat mengotimalkan dan mengelola potensi wilayahnya. Pembangunan Wilayah Papua juga dilakukan berdasarkan pendekatan kewilayahan, sehingga memiliki arah kebijakan yang berbeda-beda pada kawasan strategis, kawasan perkotaan dan perdesaan, daerah tertinggal, kawasan perbatasan, serta kawasan rawan bencana Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Wilayah Papua dalam Temu Kawasan Adat Kegiatan Temu Kawasan Adat dilaksanakan di seluruh 5 wilayah adat (di salah satu kabupaten) Provinsi Papua, yaitu di Wilayah Adat Saireri (Biak), Mamta (Sarmi), Me Pago (Mimika), La Pago (Wamena), dan Anim Ha (Merauke) selama tanggal Maret Kegiatan tersebut bertujuan untuk mensinergiskan program/kegiatan pembangunan baik yang tertuang dalam RPJMN dengan RPJMD Provinsi Papua serta RPJMD Kabupaten/Kota di Provinsi Papua, dan merumuskan langkah-langkah konkrit dalam mendorong percepatan pembangunan di Provinsi Papua berbasis kawasan adat. Pembangunan berbasis kawasan adat dilakukan untuk mengurangi ego sektoral daerah dalam satu wilayah, sehingga masing-masing kabupaten/kota yang memiliki kedekatan adat, budaya, dan kesamaan kondisi geografis dapat saling bersinergi, terutama yaitu dengan melibatkan masyarakat adat. Dalam pengembangan kegiatan ekonomi, terdapat beberapa fokus komoditas pada sambutan Gubernur Provinsi Papua yang menjadi prioritas dalam mengembangkan kegiatan ekonomi masyarakat, yaitu sebagai berikut. 1. Di Wilayah Adat Mamta fokus pada pengembangan coklat dan kelapa dalam, pengambangan Danau Sentani dan Kawasan Industri Bongrang, serta pengembangan Pelabuhan Depapre untuk mendistribusikan hasil-hasil produksi sekaligus mengurangi beban Pelabuhan Jayapura. 2. Di Wilayah Saireri kita aktifkan kembali Bandar Udara Frans Kaisiepo sebagai Bandara Internasional sekaligus pintu indonesia bagian timur di wilayah pasifik, sehingga dapat meningkatkan potensi pariswisata di Teluk Cenderawaih. Di samping itu juga pengembangan sektor perikanan dan kelautan. Dikembangkan juga Kawasan Industri Urfu yang telah dirintis oleh Kapet Biak, sebagai tempat pabrik dan terminal barang dan jasa di wilayah Teluk Cenderawasih. Laporan Koordinasi Strategis Asistensi Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat,

25 3. Di Wilayah La Pago, kita jadikan gunung susu sebagai sentral kawasan industri. selain itu di wilayah ini telah dipilih dan ditetapkan buah merah sebagai komoditas unggulan. Tanaman ini tergolong tumbuhan endemik dan menyatu dengan masyarakat, sehingga tidak terlalu sulit untuk dioptimalkan pengembangannya. 4. Di Wilayah Me pago fokus pada pengembangan kopi sebagai komoditas unggulan. 5. Di Wilayah Ha-Anim, fokus pada pengembangan komoditas kelapa sawit, industri pangan, perikanan, dan peternakan. Khusus pada wilayah adat Saereri, berdasarkan hasil observasi lapangan dapat disampaikan beberapa hal sebagai berikut. 1. Potensi Wisata Bahari Pulau Padaido belum dikembangkan secara optimal. Belum ada pengembangan infrastruktur sebagai sarana prasarana pendukung obyek wisata, apalagi atraksi wisata yang dapat menarik wisatawan. 2. Pabrik pengalengan ikan yang ada di Kabupaten Biak Numfor, tidak beroperasional kembali karena permasalahan manajemen dan perijinan. Padahal pabrik tersebut memiliki perkembangan yang cukup baik untuk mendukung perekonomian daerah. 3. Secara umum, akses infrastruktur/konektivitas di wilayah Saireri sudah terhubung dengan baik, sehingga untuk ke depannya yang perlu diperhatikan adalah peningkatan kegiatan ekonominya, tidak lagi peningkatan infrastruktur. 4. Terdapat pabrik kopi di Kabupaten Biak Numfor yang telah beroperasi sejak tahun 1973, namun bahan baku kopi tidak disuplai dari wilayah Papua, melainkan dari Surabaya dan beberapa wilayah lain di luar Papua. Seharusnya, melihat peluang tersebut, perkebunanperkebunan kopi di wilayah setempat dapat menjadi hulu bagi pengembangan komoditas kopi. Untuk mengembangkan, beberapa hal yang perlu dilakukan oleh pemerintah daerah, yaitu: 1. Pengembangan Paket Wisata di wisata bahari Pulau Padaido, sehingga dapat menciptakan nilai tambah sebagai sebuah obyek pariwisata. 2. Hilirisasi Industri Perikanan dan Industri Pariwisata di Kawasan Centra industri di Kabupaten Biak. Laporan Koordinasi Strategis Asistensi Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat,

26 3. Kabupaten lain mendukung Hilirisasi dan menciptakan paket wisata berbeda sesuai potensi daerah, sehingga dapat mengintegrasikan beberapa obyek wisata di wilayah Saireri, untuk mendukung meningkatkan PAD dari sektor pariwisata. 4. Pengembangan kegiatan perikanan tangkap dengan penyediaan infrastruktur serta pengembangan manajemen bagi nelayan untuk mendukung pembangunan industri perikanan yang berorientasi ekspor. Dalam pengembangan Wilayah Adat Saireri secara komprehensif berdasarkan aspek kelembagaan, regulasi, dan pendananaan, perlu dilakukan beberapa strategi sebagai berikut: 1. Penguatan kelembagaan adat, yaitu dengan pelibatan lembaga adat pada proses pembangunan mulai dari perencanaan, implementasi, hingga evaluasi. 2. Pemetaan, sertifikasi, dan pengaturan (regulasi) terkait pemanfaatan Tanah Ulayat, karena permasalahan yang seringkali terjadi dalam pembangunan infrastruktur atau sarana publik lainnya yaitu terkait penggunaan tanah ulayat. Solusi yang ditawarkan dalam forum yaitu pemanfaatan tanah ulayat dilakukan dengan skema sewa, sehingga masyarakat juga mendapatkan manfaat secara langsung. 3. Penerapan pelayanan terpadu satu pintu dan penggunaan Sistem Pelayanan Informasi dan Perijinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) dan pemberian insentif fiskal untuk meningkatkan iklim investasi di wilayah Saireri Koordinasi Program Pembangunan Dalam Rangka Otonomi Khusus Di Provinsi Papua dan Papua Barat Pelaksanaan Program Pendidikan dan Kesehatan 1) Kebijakan Otonomi Khusus pada Bidang Pendidikan dan Kesehatan Laporan Koordinasi Strategis Asistensi Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat,

27 Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua dan Papua Barat pada dasarnya adalah pemberian kewenangan yang lebih luas bagi pemerintah daerah dan masyarakat Papua untuk mengatur dan mengurus diri sendiri di dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kewenangan yang lebih luas berarti pula tanggung jawab yang lebih besar untuk menyelenggarakan pemerintahan dan Gb 1. Peserta Workshop Evaluasi Otsus mengatur pemanfaatan kekayaan alam di wilayah Papua untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat Papua sebagai bagian dari rakyat Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Kewenangan ini berarti pula kewenangan untuk memberdayakan potensi sosial-budaya dan perekonomian masyarakat Papua, termasuk memberikan peran yang memadai bagi orang-orang asli Papua melalui para wakil adat, kelompok agama, dan kelompok perempuan. Kebijakan otonomi khusus ini merupakan langkah strategis mengingat sumber daya manusia dan ekonomi masyarakat asli Papua memerlukan akselerasi penanganan yang serius, sistematik, dan berkelanjutan. Adapun fokus pembangunan dalam rangka otonomi khusus yaitu pada bidang: (1) Pendidikan dan kesehatan yang secara spesifik dijelaskan pada pasal 34 ayat 3 butir (e); (2) Infrastruktur Transportasi yang secara spesifik dijelaskan dalam pasal 34 ayat 3 dan butir (f) pada bagian penjelasan; serta (3) pemberdayaan ekonomi masyarakat yang secara spesifik dijelaskan pada pasal 38 dan 42. Esensi otonomi khusus di wilayah papua adalah pemihakan kepada masyarakat papua yang dilakukan melalui koordinasi antara Kementerian/Lembaga, SKPD Provinsi Papua dan Papua Barat, dan SDPD kabupaten/kota di wilayah Papua untuk menyelenggarakan program/kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas SDM, membuka keterisolasian, meningkatkan kegiatan perekonomian demi terciptanya masyarakat Papua yang sejahtera. Pelaksanaan program/kegiatan tersebut tentunya perlu untuk mempertimbangkan kebutuhan masyarakat Papua dengan menggunakan metodologi tertentu/khusus yang sesuai dengan karakteristik wilayah Papua. Namun, hingga pelaksanaannya yang telah berjalan selama 15 tahun (sejak 2001), strategi dan metodologi pembangunan di wilayah Papua masih dilakukan secara as usual, sehingga Laporan Koordinasi Strategis Asistensi Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat,

28 belum dapat memberikan dampak yang signifikan, yaitu masih terjadinya permasalahan 5 K (keterisolasian, kemiskinan, kualitas pendidikan rendah, kesehatan rendah, konflik), terutama di wilayah pegunungan tengah. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa data-data indikator pembangunan seperti IPM, AMH, dan AHH, dimana sebagian besar angka terendah berada di wilayah pegunungan tengah dan wilayah-wilayah terisolir. Untuk itu, beberapa hal urgen yang perlu dibenahi yaitu memperbaiki strategi dan manajemen pada sistem pelayanan pendidikan dan kesehatan yang mampu melayani anak-anak usia sekolah di kampung terisolir. Dalam pelaksanaan Otsus yang akan berakhir pada 6 tahun ke depan, masih terdapat stigma umum bahkan masyarakat Papua sendiri bahwa otsus tidak memberikan dampak positif bagi masyarakat Papua dan hanya dinikmati oleh kalangan elit Papua. Namun, berdasarkan data series penurunan persentase angka kemiskinan dari tahun , terjadi penurunan angka kemiskinan yang cukup signifikan, yaitu dari angka 54,75% menjadi 27,8%. Di samping itu, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Papua tahun menunjukkan peningkatan yang cukup baik, mulai dari 58,8 menjadi 66,3. Tentu saja data tersebut dapat merepresentasikan dampak otsus terhadap peningkatan kualitas pembangunan di Papua, yang selalu mengalami perbaikan setiap tahun, walaupun jika dibandingkan dengan provinsi lain masih cukup jauh. Untuk mengukur capaian pembangunan di Papua memang tidak bisa menggunakan indikator-indikator nasional dengan pembanding provinsi-provinsi yang sudah maju, karena pada dasarnya pembangunan di Papua baru dimulai pada tahun 1980-an. Sehingga dibutuhkan indikator capaian tersendiri untuk menilai perkembangan pembangunan di Papua, karena apabila tetap menggunakan indikator nasional maka selamanya akan tetap tertinggal. Gb 2. Narasumber Workshop Evaluasi Otsus dari Kemendagri dan Bappeda Provinsi Keberpihakan, Pemberdayaan dan penghormatan Orang Asli Papua. Implementasi seluruh sektor pembangunan yang menjadi urusan Otsus secepatnya dituangkan dalam Perdasi dan Perdasus yang memerlukan adanya peningkatan sistem pengawasan dan akuntabilitas pelaksanaannya. Semua urusan wajib dan Laporan Koordinasi Strategis Asistensi Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat,

OTONOMI KHUSUS BAGI PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

OTONOMI KHUSUS BAGI PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT Jakarta, 17 Desember 2012 OTONOMI KHUSUS BAGI PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT Pasal 18B ayat (1) UUD 1945: Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan yg bersifat khusus dan bersifat

Lebih terperinci

Seuntai Kata. Jayapura, Desember 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Papua. Ir. Didik Koesbianto, M.Si

Seuntai Kata. Jayapura, Desember 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Papua. Ir. Didik Koesbianto, M.Si Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali sejak 1963. Pelaksanaan ST2013 merupakan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 57, 2008 OTONOMI KHUSUS. PEMERINTAHAN. PEMERINTAH DAERAH. Papua. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4842) PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI

Lebih terperinci

Sejak tahun 2009, tingkat kemiskinan terus menurun namun pada tahun 2013 terjadi peningkatan.

Sejak tahun 2009, tingkat kemiskinan terus menurun namun pada tahun 2013 terjadi peningkatan. Jiwa (Ribu) Persentase (%) 40 37.08 37.53 36.8 35 30 31.98 30.66 31.53 27.8 25 20 15 10 5 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Tingkat Kemiskinan Sejak tahun 2009, tingkat kemiskinan terus menurun namun

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG OTONOMI KHUSUS BAGI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 30 TAHUN 2015 TENTANG PENGALOKASIAN DANA OTONOMI KHUSUS KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI PAPUA TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG OTONOMI KHUSUS BAGI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI INSPEKTORAT PROVINSI PAPUA

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI INSPEKTORAT PROVINSI PAPUA GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI INSPEKTORAT PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA, Menimbang : a. bahwa dengan telah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KUCURKAN TRILIUNAN RUPIAH BANGUN INFRASTRUKTUR PAPUA

PEMERINTAH KUCURKAN TRILIUNAN RUPIAH BANGUN INFRASTRUKTUR PAPUA PEMERINTAH KUCURKAN TRILIUNAN RUPIAH BANGUN INFRASTRUKTUR PAPUA Detik.com Pemerintah berkomitmen mendorong pemerataan pembangunan di Indonesia guna mengurangi ketimpangan atau disparitas antara Kawasan

Lebih terperinci

BAPPEDA Planning for a better Babel

BAPPEDA Planning for a better Babel DISAMPAIKAN PADA RAPAT PENYUSUNAN RANCANGAN AWAL RKPD PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2018 PANGKALPINANG, 19 JANUARI 2017 BAPPEDA RKPD 2008 RKPD 2009 RKPD 2010 RKPD 2011 RKPD 2012 RKPD 2013 RKPD

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tim Penyusun. Perwakilan BKKBN Provinsi Papua 2014

KATA PENGANTAR. Tim Penyusun. Perwakilan BKKBN Provinsi Papua 2014 i KATA PENGANTAR Puji Syukur kehadirat kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas izin dan ridhonya sehingga penyusunan Pengembangan Model Solusi Strategik Penanganan Dampak Ancaman Disaster

Lebih terperinci

GUBERNUR PAPUA. Sambutan Gubernur Papua Pada Seminar Efektivitas Pengunaan dan Pengelolaan Dana Otonomi Khusus Papua dan Papua Barat

GUBERNUR PAPUA. Sambutan Gubernur Papua Pada Seminar Efektivitas Pengunaan dan Pengelolaan Dana Otonomi Khusus Papua dan Papua Barat GUBERNUR PAPUA Sambutan Gubernur Papua Pada Seminar Efektivitas Pengunaan dan Pengelolaan Dana Otonomi Khusus Papua dan Papua Barat Sorong, 27 Agustus 2015 Yth. Bpk Ketua Badan Pemeriksa Keuangan R.I;

Lebih terperinci

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS PUSAT PENGETAHUAN PAPUA PADA BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KAMPUNG DAN KESEJAHTERAAN

Lebih terperinci

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI PAPUA Lampiran : 1 (satu). DENGAN

Lebih terperinci

Paparan Progres Implementasi 5 Sasaran Kegiatan Koordinasi dan Supervisi (Korsup) Minerba di Provinsi Papua PEMERINTAH PROVINSI PAPUA 2015

Paparan Progres Implementasi 5 Sasaran Kegiatan Koordinasi dan Supervisi (Korsup) Minerba di Provinsi Papua PEMERINTAH PROVINSI PAPUA 2015 Paparan Progres Implementasi 5 Sasaran Kegiatan Koordinasi dan Supervisi (Korsup) Minerba di Provinsi Papua PEMERINTAH PROVINSI PAPUA 2015 5 Sasaran Kegiatan Koordinasi dan Supervisi (Korsup) Minerba 1.

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN KAWASAN TIMUR INDONESIA YANG BERBASIS SUMBER DAYA DAN KONTRIBUSINYA UNTUK PEMBANGUNAN NASIONAL

PEMBANGUNAN KAWASAN TIMUR INDONESIA YANG BERBASIS SUMBER DAYA DAN KONTRIBUSINYA UNTUK PEMBANGUNAN NASIONAL MENTERI PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL REPUBLIK INDONESIA PEMBANGUNAN KAWASAN TIMUR INDONESIA YANG BERBASIS SUMBER DAYA DAN KONTRIBUSINYA UNTUK PEMBANGUNAN NASIONAL Ir. H.A. Helmy Faishal Zaini (Disampaikan

Lebih terperinci

SAMBUTAN GUBERNUR SULAWESI TENGAH SELAKU KETUA BKPRS PADA: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL SULAWESI TAHUN 2018

SAMBUTAN GUBERNUR SULAWESI TENGAH SELAKU KETUA BKPRS PADA: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL SULAWESI TAHUN 2018 SAMBUTAN GUBERNUR SULAWESI TENGAH SELAKU KETUA BKPRS PADA: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL SULAWESI TAHUN 2018 Gorontalo, 3-4 April 2018 S U L AW E S I B A R AT MELLETE DIATONGANAN

Lebih terperinci

Provinsi Kabupaten/kota Laki-laki Perempuan Total

Provinsi Kabupaten/kota Laki-laki Perempuan Total Tabel 1. Perkiraan Jumlah Responden yang Mewakili Rumah Tangga menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin Provinsi Laki-laki Perempuan Total (1) (2) (3) (4) (5) 01. Fakfak 10,747 6,081 16,828 02. Kaimana

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka mempercepat pembangunan Provinsi

Lebih terperinci

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 127/PMK.07/2017 TENTANG PELAKSANAAN DANA ALOKASI UMUM DAN TAMBAHAN DANA ALOKASI KHUSUS FISH( PADA ANGGARAN

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PAPUA TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PAPUA TAHUN 2016 No. 25/05/94/ Th. II, 2 Mei 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PAPUA TAHUN 2016 Pada tahun 2016, IPM Papua mencapai 58,05. Angka ini meningkat sebesar 0,80 poin dibandingkan IPM Papua tahun 2015 yang sebesar

Lebih terperinci

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tahun 2015 di Kabupaten Asmat

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tahun 2015 di Kabupaten Asmat Nomor : BRS-02/BPS-9415/Th. I, 28 Juni 2016 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tahun 2015 di Kabupaten Asmat 1. IPM pertama kali diperkenalkan oleh United Nation Development Programme (UNDP) pada tahun 1990

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan pembangunan daerah sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-undang

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SAMBUTAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PADA ACARA MUSYAWARAH

Lebih terperinci

PERENCANAAN KINERJA BAB. A. Instrumen untuk mendukung pengelolaan kinerja

PERENCANAAN KINERJA BAB. A. Instrumen untuk mendukung pengelolaan kinerja BAB II PERENCANAAN KINERJA A. Instrumen untuk mendukung pengelolaan kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik senantiasa melaksanakan perbaikan

Lebih terperinci

BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015

BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015 BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015 BALAI SIDANG JAKARTA, 24 FEBRUARI 2015 1 I. PENDAHULUAN Perekonomian Wilayah Pulau Kalimantan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN DI PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN DI PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN DI PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka Percepatan Pembangunan

Lebih terperinci

KEYNOTE SPEECH Sosialisasi dan Pelatihan Aplikasi e-planning DAK Fisik

KEYNOTE SPEECH Sosialisasi dan Pelatihan Aplikasi e-planning DAK Fisik KEYNOTE SPEECH Sosialisasi dan Pelatihan Aplikasi e-planning DAK Fisik Deputi Bidang Pengembangan Regional Bappenas REGULASI TERKAIT KEBIJAKAN DAK REPUBLIK INDONESIA DEFINISI DAK SESUAI UU No.33/2004 Dana

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DENGAN

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan kondisi sosial, ekonomi dan budaya, Kota Medan tumbuh dan berkembang menjadi salah satu kota metropolitan baru di Indonesia, serta menjadi

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN KEWILAYAHAN DAN ANTARWILAYAH

PEMBANGUNAN KEWILAYAHAN DAN ANTARWILAYAH PEMBANGUNAN KEWILAYAHAN DAN ANTARWILAYAH I. Pendahuluan Dengan mengacu Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 dan Visi-Misi Presiden serta Agenda Prioritas Pembangunan (NAWA CITA),

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 15 Tahun 2014 Tanggal : 30 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dokumen perencanaan

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka mempercepat pembangunan Provinsi

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 BAB I PENDAHULUAN

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan bagi seluruh masyarakat Jawa Barat adalah suatu muara keberhasilan pelaksanaan pembangunan Jawa Barat. Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat mengemban

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN, Dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan memantapkan situasi keamanan dan ketertiban

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

TEMA PEMBANGUNAN TPH DAN KOMODITAS UNGGULAN DI 5 WILAYAH PENGEMBANGAN

TEMA PEMBANGUNAN TPH DAN KOMODITAS UNGGULAN DI 5 WILAYAH PENGEMBANGAN DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI PAPUA, TAHUN 2016 TEMA PEMBANGUNAN TPH DAN KOMODITAS UNGGULAN DI 5 WILAYAH PENGEMBANGAN This image cannot currently be displayed. Wilayah Pembangunan Mamta

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT INSTRUKSI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT, Dalam rangka mempercepat pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat dan sebagai tindak lanjut

Lebih terperinci

sinergi program direktorat jenderal pengembangan daerah tertentu di wilayah papua

sinergi program direktorat jenderal pengembangan daerah tertentu di wilayah papua sinergi program direktorat jenderal pengembangan daerah tertentu di wilayah papua SEKRETARIS DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN DAERAH TERTENTU Ir. R.r. AISYAH GAMAWATI, MSI RAPAT KONSULTASI REGIONAL BIDANG

Lebih terperinci

CAPAIAN IMPLEMENTASI 4 FOKUS AREA RENCANA AKSI Gerakan Nasional Penyelamatan Sektor Kelautan Indonesia DI PROVINSI PAPUA

CAPAIAN IMPLEMENTASI 4 FOKUS AREA RENCANA AKSI Gerakan Nasional Penyelamatan Sektor Kelautan Indonesia DI PROVINSI PAPUA CAPAIAN IMPLEMENTASI 4 FOKUS AREA RENCANA AKSI Gerakan Nasional Penyelamatan Sektor Kelautan Indonesia DI PROVINSI PAPUA disampaikan oleh : GUBERNUR PAPUA Disampaikan pada Acara Monitoring dan Evaluasi

Lebih terperinci

MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA KETERPADUAN KEBIJAKAN DAN PELAKSANAAN PROGRAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PEKERJAAN UMUM DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN DAERAH Disampaikan Oleh: MENTERI PEKERJAAN UMUM

Lebih terperinci

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN GORONTALO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN, DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

DRAFT RANCANGAN AWAL RPJMD KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN Disampaikan pada Forum Konsultasi Publik Rabu, 6 April 2016

DRAFT RANCANGAN AWAL RPJMD KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN Disampaikan pada Forum Konsultasi Publik Rabu, 6 April 2016 DRAFT RANCANGAN AWAL RPJMD KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2016-2021 Disampaikan pada Forum Konsultasi Publik Rabu, 6 April 2016 DASAR PENYUSUNAN Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Lebih terperinci

LAMPIRAN I : PERATURAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TENTANG RENCANA AKSI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

LAMPIRAN I : PERATURAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TENTANG RENCANA AKSI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR 7 2012, No.54 LAMPIRAN I : PERATURAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TENTANG RENCANA AKSI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2012 NOMOR : 2 TAHUN 2012 TANGGAL : 6 JANUARI 2012 RENCANA

Lebih terperinci

Jakarta, 10 Maret 2011

Jakarta, 10 Maret 2011 SAMBUTAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM ACARA TEMU KONSULTASI TRIWULANAN KE-1 TAHUN 2011 BAPPENAS-BAPPEDA PROVINSI SELURUH INDONESIA Jakarta,

Lebih terperinci

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 17.A TAHUN 2014 TENTANG PENGALOKASIAN DANA TAMBAHAN INFRASTRUKTUR KEPADA KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI PAPUA TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

VISI PAPUA TAHUN

VISI PAPUA TAHUN ISU-ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA TAHUN 2013-2018 ototus Oleh : DR.Drs. MUHAMMAD MUSAAD, M.Si KEPALA BAPPEDA PROVINSI PAPUA Jayapura, 11 Maret 2014 VISI PAPUA TAHUN 2013-2018 PAPUA BANGKIT PRINSIP

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komperhensif tentang bagaimana Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi

Lebih terperinci

JEPANG INDONESIA

JEPANG INDONESIA JEPANG INDONESIA JEPANG INDONESIA JEPANG INDONESIA JEPANG INDONESIA JEPANG PERSIAPAN PELAKSANAAN PENYUSUNAN RKP 2018 ARAH KEBIJAKAN PN PEMBANGUNAN WILAYAH (1) Pembangunan Wilayah Perbatasan dan Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR TAHUN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR TAHUN 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR TAHUN 2015 DIREKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN Jakarta, Maret 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PINGGIRAAN MELALUI SAGU

PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PINGGIRAAN MELALUI SAGU REPUBLIK INDONESIA PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PINGGIRAAN MELALUI SAGU Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi 9 November 2016 1 1. MENGHADIRKAN KEMBALI NEGARA UNTUK MELINDUNGI

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan memantapkan

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN ACEH SELATAN NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN 2013-2018 1.1. Latar Belakang Lahirnya Undang-undang

Lebih terperinci

PAPUA BANGKIT, MANDIRI & SEJAHTERA

PAPUA BANGKIT, MANDIRI & SEJAHTERA PEMERINTAH PROVINSI PAPUA KINERJA PAPUA BANGKIT, MANDIRI & SEJAHTERA PROVINSI PAPUA TAHUN - 2017 MISI 1 MEWUJUDKAN SUASANA AMAN, TENTRAM & NYAMAN BAGI SELURUH MASYARAKAT PAPUA DALAM KEDAULATAN NKRI ANGKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N I - 1

BAB I PENDAHULUAN R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan,

Lebih terperinci

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 Oleh : Menteri PPN/Kepala Bappenas Disampaikan dalam acara Musyawarah

Lebih terperinci

KAIDAH PERUMUSAN KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

KAIDAH PERUMUSAN KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KAIDAH PERUMUSAN KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Disampaikan dalam acara: Workshop Perencanaan Pembangunan Daerah Metro Lampung, 30-31 Oktober 2017 Digunakan dalam perumusan: Rancangan awal RPJPD

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

Notulensi Pertemuan. Pemaparan APN 2015 Kepala Bappeda Prov. Sulawesi Tenggara Kabid Ekonomi Kabid Fispra Kabid Pengemb Wilayah

Notulensi Pertemuan. Pemaparan APN 2015 Kepala Bappeda Prov. Sulawesi Tenggara Kabid Ekonomi Kabid Fispra Kabid Pengemb Wilayah Notulensi Pertemuan Kegiatan : DISKUSI ANUGERAH PANGRIPTA NUSANTARA TAHAP III SULAWESI TENGGARA Tempat : Ruang Rapat Utama Tanggal : 10 April 2015 Pembukaan Kegiatan Narasumber Paparan/Pertanyaan Tanggapan/Masukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Papua merupakan provinsi paling timur di Indonesia, memiliki luas wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Papua merupakan provinsi paling timur di Indonesia, memiliki luas wilayah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Papua merupakan provinsi paling timur di Indonesia, memiliki luas wilayah terbesar dengan jumlah penduduk yang masih sedikit. Pemberlakuan Undang- Undang Desentralisasi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN 2010-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIJUNJUNG, Menimbang

Lebih terperinci

PAPARAN Rancangan Awal RPJMD Tahun Wates, 27 September 2017

PAPARAN Rancangan Awal RPJMD Tahun Wates, 27 September 2017 PAPARAN Rancangan Awal RPJMD Tahun 2017-2022 Wates, 27 September 2017 1 PDRB PER KAPITA MENURUT KABUPATEN/ KOTA DI D.I. YOGYAKARTA ATAS DASAR HARGA BERLAKU, 2012-2016 (JUTA RUPIAH) 1 PERSENTASE PENDUDUK

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA A. RPJMD PROVINSI JAWA TENGAH Sebagai upaya mewujudkan suatu dokumen perencanaan pembangunan sebagai satu kesatuan yang utuh dengan sistem perencanaan pembangunan nasional, maka

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS REPUBLIK INDONESIA RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PEDOMAN SERIAL MULTILATERAL MEETING II

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PEDOMAN SERIAL MULTILATERAL MEETING II KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PEDOMAN SERIAL MULTILATERAL MEETING II Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas JADWAL PENYUSUNAN RKP 2017

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KAWASAN TIMUR INDONESIA

KEBIJAKAN DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KAWASAN TIMUR INDONESIA REPUBLIK INDONESIA MATERI PEMAPARAN KEBIJAKAN DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN KAWASAN TIMUR INDONESIA PADA RAKORBANGPUS 16 SEPTEMBER 2002 KEMENTERIAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN KAWASAN

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi,

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi, BAB VI. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komperhensif tentang bagaimana Pemerintah Daerah mencapai tujuan dan sasaran RPJMD dengan efektif dan efisien.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perencanaan pembangunan daerah menjadi satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional yang dilakukan pemerintah daerah bersama para pemangku kepentingan

Lebih terperinci

TARGET PEMBANGUNAN TAHUN KEMENTERIAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL

TARGET PEMBANGUNAN TAHUN KEMENTERIAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL Lampiran. 200 20 202 203 204 2 3 4 5 6 7 8 9 PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL 67,7 68 68,5 7 72,2 DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN SUMBER DAYA. Meningkatkan indek kualitas pembangunan manusia

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BOVEN DIGOEL

PEMERINTAH KABUPATEN BOVEN DIGOEL PEMERINTAH KABUPATEN BOVEN DIGOEL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOVEN DIGOEL NOMOR 23 TAHUN 2005 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA TEKNIS DAERAH KABUPATEN BOVEN DIGOEL DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERHITUNGAN ALOKASI DAN KEBIJAKAN PENYALURAN DAK TA 2014, SERTA ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH DI BIDANG KEHUTANAN

PERHITUNGAN ALOKASI DAN KEBIJAKAN PENYALURAN DAK TA 2014, SERTA ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH DI BIDANG KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN RI PERHITUNGAN ALOKASI DAN KEBIJAKAN PENYALURAN DAK TA 2014, SERTA ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH DI BIDANG KEHUTANAN disampaikan pada: Sosialisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan umum dari penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Dengan terbitnya Undang-undang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAMBERAMO RAYA DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAMBERAMO RAYA DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAMBERAMO RAYA DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2011

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2011 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2011 Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala RAKORBANGPUS Jakarta, 7 April 2010

Lebih terperinci

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN INOVASI DAN DAYA SAING DAERAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAH DAERAH

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN INOVASI DAN DAYA SAING DAERAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAH DAERAH PEMBINAAN DAN PENGAWASAN INOVASI DAN DAYA SAING DAERAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAH DAERAH Drs. Eduard Sigalingging, M.Si Direktur Sinkronisasi Urusan Pemerintahan Daerah

Lebih terperinci

2018, No Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 73, Tambahan Lembaran

2018, No Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 73, Tambahan Lembaran BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.34, 2018 KEMENPU-PR. DAK Infrastruktur PU-PR. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/PRT/M/2017 TENTANG PETUNJUK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Dalam rangka

Lebih terperinci

- 1 - BUPATI RAJA AMPAT,

- 1 - BUPATI RAJA AMPAT, - 1 - PERATURAN DAERAH KABUPATEN RAJA AMPAT NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN RAJA AMPAT TAHUN 2011-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI RAJA AMPAT,

Lebih terperinci

RENCANA AKSI PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2011

RENCANA AKSI PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2011 LAMPIRAN I : PERATURAN BNPP NOMOR : 3 TAHUN 2011 TANGGAL : 7 JANUARI 2011 RENCANA AKSI PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2011 A. LATAR BELAKANG Penyusunan Rencana Aksi (Renaksi)

Lebih terperinci

SINKRONISASI PERENCANAAN PUSAT DAN DAERAH MELALUI E-MUSRENBANG

SINKRONISASI PERENCANAAN PUSAT DAN DAERAH MELALUI E-MUSRENBANG SINKRONISASI PERENCANAAN PUSAT DAN DAERAH MELALUI E-MUSRENBANG PENDAHULUAN 1 Penegasan Paradigma Perencanaan dan Penganggaran Amanat konstitusi menegaskan bahwa ANGGARAN NEGARA adalah INSTRUMEN untuk mencapai

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010-2025

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010-2025 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PENGARAHAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

PENGARAHAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PENGARAHAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA Disampaikan oleh: MENTERIDALAMNEGERI TJAHJO KUMOLO KEMENTERIAN DALAM NEGERI Bangka Tengah, 7 April 207 2 PENCAPAIAN TARGET PEMBANGUNAN NASIONAL (Pasal

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 Oleh: BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN MALANG Malang, 30 Mei 2014 Pendahuluan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

Lebih terperinci

HASIL KESEPAKATAN MUSRENBANGNAS 2010 DAN HASIL BILATERAL PASCA-MUSRENBANGNAS 2010 ANTARA K/L DAN BAPPEDA PROVINSI KELOMPOK IV: PRIORITAS 10

HASIL KESEPAKATAN MUSRENBANGNAS 2010 DAN HASIL BILATERAL PASCA-MUSRENBANGNAS 2010 ANTARA K/L DAN BAPPEDA PROVINSI KELOMPOK IV: PRIORITAS 10 REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BAPPENAS HASIL KESEPAKATAN MUSRENBANGNAS 2010 DAN HASIL BILATERAL PASCA-MUSRENBANGNAS 2010 ANTARA K/L DAN BAPPEDA PROVINSI KELOMPOK IV: PRIORITAS

Lebih terperinci

DisampaikanOleh : DR. MUH. MARWAN, M.Si DIRJEN BINA BANGDA. 1. Manajemen Perubahan. 4. Penataan Ketatalaksanaan. 6. Penguatan Pengawasan

DisampaikanOleh : DR. MUH. MARWAN, M.Si DIRJEN BINA BANGDA. 1. Manajemen Perubahan. 4. Penataan Ketatalaksanaan. 6. Penguatan Pengawasan REFORMASI BIROKRASI DAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH Disampaikan dalam Seminar Kemenpan dan RB bersama Bakohumas, 27/5/13. DisampaikanOleh : DR. MUH. MARWAN, M.Si DIRJEN BINA BANGDA 1 PROGRAM PERCEPATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mengamanatkan bahwa setiap daerah harus menyusun rencana pembangunan daerah secara

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DAN PEMANFAATAN SERTA PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PADA MUSRENBANG RKPD KABUPATEN BANGKA

PADA MUSRENBANG RKPD KABUPATEN BANGKA PADA MUSRENBANG RKPD KABUPATEN BANGKA Sungailiat, 14 Maret 2017 Oleh: Dr. YAN MEGAWANDI, SH., M.Si. Sekretaris Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung OUTLINE PERIODESASI DOKUMEN PERENCANAAN CAPAIAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAMBERAMO RAYA DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAMBERAMO RAYA DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAMBERAMO RAYA DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2014 Bupati Bogor, RACHMAT YASIN

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2014 Bupati Bogor, RACHMAT YASIN KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)

Lebih terperinci

Written by Danang Prihastomo Friday, 06 February :22 - Last Updated Wednesday, 11 February :46

Written by Danang Prihastomo Friday, 06 February :22 - Last Updated Wednesday, 11 February :46 RUMUSAN HASIL RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2015 Jakarta, 5 Februari 2015 Rapat Kerja Menteri Perindustrian Tahun 2015 dengan tema Terbangunnya Industri yang Tangguh dan Berdaya Saing Menuju

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, Draft per 12 Oktober 2015 PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN, PEMANTAUAN, DAN

Lebih terperinci

GUBERNUR PAPUA PERATURAN DAERAH KHUSUS PROVINSI PAPUA NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENANGANAN KHUSUS TERHADAP KOMUNITAS ADAT TERPENCIL

GUBERNUR PAPUA PERATURAN DAERAH KHUSUS PROVINSI PAPUA NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENANGANAN KHUSUS TERHADAP KOMUNITAS ADAT TERPENCIL GUBERNUR PAPUA PERATURAN DAERAH KHUSUS PROVINSI PAPUA NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENANGANAN KHUSUS TERHADAP KOMUNITAS ADAT TERPENCIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SAMBUTAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PADA ACARA MUSYAWARAH

Lebih terperinci