Terwujudnya Garut yang Mandiri dalam Ekonomi, Adil dalam Budaya dan Demokratis dalam Politik Menuju Ridlo Allah SWT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Terwujudnya Garut yang Mandiri dalam Ekonomi, Adil dalam Budaya dan Demokratis dalam Politik Menuju Ridlo Allah SWT"

Transkripsi

1

2

3

4 Ringkasan Eksekutif Pemahaman tentang sistem akuntabilitas kinerja telah meluas di seluruh SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Garut. Hal itu merupakan hasil dari berbagai upaya untuk mengenalkan dan menerapkan secara bertahap dan berkesinambungan sistem akuntabilitas kinerja oleh Pemerintah Kabupaten Garut, sehingga diharapkan program dan kegiatan pembangunan terarah pada pewujudan Visi Kabupaten Garut Tahun 2014, yaitu: Terwujudnya Garut yang Mandiri dalam Ekonomi, Adil dalam Budaya dan Demokratis dalam Politik Menuju Ridlo Allah SWT Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Garut (LKj) Tahun 2014 merupakan bentuk pertanggungjawaban berkelanjutan atas kinerja pencapaian visi dan misi yang telah ditetapkan pada tahun Laporan Kinerja tersebut disusun dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, dengan harapan dapat memberikan informasi kinerja terukur atas kinerja yang telah dan seharusnya dicapai, serta dapat menjadi upaya perbaikan berkesinambungan bagi instansi pemerintah untuk meningkatkan kinerjanya. Pengukuran Kinerja tahun 2014 dilakukan dengan cara membandingkan antara realisasi masing-masing indikator kinerja sasaran, dengan target yang ditetapkan dalam dokumen Penetapan Kinerja Pemerintah Kabupaten Garut Tahun Pada tahun 2014, pengukuran kinerja dilakukan terhadap 48 sasaran dengan menggunakan 119 Indikator yang ditetapkan dalam dokumen Penetapan Kinerja Tahun Secara umum, dari 119 indikator yang diukur, sebanyak 75 indikator (63%) mencapai atau melampaui target, sebanyak 22 indikator (19%) tidak mencapai target, tetapi meningkat dibandingkan dengan tahun lalu, dan sebanyak 22 Indikator (18%) tidak mencapai target. Dengan demikian masih terdapat beberapa indikator kinerja yang capaiannya belum seperti yang diharapkan, sehingga menjadi bahan evaluasi yang perlu menjadi perhatian untuk perbaikan pelaksanaan program/kegiatan pada tahun berikutnya agar lebih produktif, efektif dan efisien, baik dari aspek perencanaan, pengorganisasian, manajemen keuangan Laporan Kinerja Tahun 2014 ii

5 maupun koordinasi pelaksanaannya, sebagai upaya perbaikan kinerja pelayanan publik untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Permasalahan dan hambatan yang ditemui dalam pencapaian kinerja Pemerintah Kabupaten Garut tahun 2014 antara lain adalah sebagai berikut : 1. Belum jelasnya pembagian peran setiap SKPD dalam pencapaian sasaran program pada program yang dilaksanakan lebih dari 1 SKPD; 2. Masih kurang kuatnya komitmen setiap SKPD untuk mempedomani indikasi kegiatan dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), maupun program dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) dalam merencanakan program dan kegiatannya; 3. Belum dipahaminya secara utuh oleh setiap SKPD dalam merumuskan indikator kinerja yang ingin dicapai program yang berorientasi kepada hasil (outcome) yang relevan dan terukur untuk mencapai sasaran strategis daerah; 4. Belum ada kesesuaian antara kebijakan perencanaan yang telah ditetapkan dengan kebijakan penganggaran. Tahun 2014 merupakan tahun terakhir perencanaan dalam RPJMD Kabupaten Garut , yang secara operasional pelaksanaannya dilakukan pada kepemimpinan Bupati dan Wakil Bupati terpilih Kabupaten Garut periode Tahun Oleh karenanya, sebagai bentuk kesinambungan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah, tahun 2014 merupakan tahun yang strategis sebagai tahap awal landasan penyusunan kebijakan perencanaan pembangunan untuk periode RPJMD Kabupaten Garut Tahun yang merupakan tahap ketiga dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Garut Tahun Sebagaimana telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 3 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Garut Tahun , rumusan Visi Pembangunan Kabupaten Garut yang ingin diwujudkan pada tahun 2019 yaitu : Terwujudnya Kabupaten Garut Yang Bermartabat, Nyaman dan Sejahtera, yang diarahkan pada 3 (tiga) pilar untuk meningkatkan kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik, meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia, dan pengelolaan keuangan pemerintah daerah dapat mencapai hasil penilaian Wajar Tanpa Pengecualian, melalui pelayanan aparatur yang profesional, santun dan amanah. Beberapa upaya Pemerintah Kabupaten Garut untuk mendorong optimalisasi peningkatan kinerja ke depan adalah sebagai berikut: 1. Pembagian peran pada setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam pencapaian sasaran program, guna meningkatkan sinkronisasi dan sinergisitas dan pencapaian program; 2. Peningkatan komitmen yang lebih kuat dalam menjadikan indikasi program dan kegiatan dalam RKPD, dan RPJMD sebagai acuan penyusunan Rencana Kerja di setiap SKPD; 3. Implementasi yang konsisten atas mekanisme akuntabilitas dan transparansi penetapan dan penggunaan anggaran APBD di setiap SKPD; 4. Mendorong peran aktif stakeholders pembangunan lainnya selain pemerintah, dalam pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Garut; 5. Peningkatan sinkronisasi antara kebijakan perencanaan yang telah ditetapkan dalam RPJMD dengan kebijakan perencanaan RKPD dan kebijakan penganggaran APBD. Semoga Laporan Kinerja Tahun 2014 ini dapat memberikan manfaat dan informasi atas pencapaian kinerja Pemerintah Kabupaten Garut. Dukungan dan kerja sama yang berkelanjutan dari seluruh stakeholders sangat diharapkan demi peningkatan kinerja Kabupaten Garut dalam upaya Mewujudkan Kabupaten Garut yang Bermartabat, Nyaman dan Sejahtera. Laporan Kinerja Tahun 2014 iii

6 Daftar Isi Halaman KATA PENGANTAR... RINGKASAN EKSEKUTIF... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL, GAMBAR DAN LAMPIRAN... i ii iv v BAB I PENDAHULUAN... I-1 A. Latar Belakang... I-1 B. Maksud dan Tujuan... I-3 C. Dasar Hukum I-3 D. Tugas Fungsi dan Struktur Organisasi... I-5 E. Gambaran Umum Daerah... I-10 1) Sejarah Singkat Kabupaten Garut... I-10 2) Kondisi Geografis dan Demografis... I-11 3) Kondisi Sosial Budaya... I-15 4) Kondisi Ekonomi... I-16 5) Kondisi SDM Pemerintahan... I-18 6) Kondisi Potensi Pengembangan Wilayah... I-19 7) Kondisi Wilayah Rawan Bencana... I-24 F. Isu Strategis Yang Berpengaruh I-25 G. Sistematika Penulisan I-34 BAB II PERENCANAAN KINERJA... II-1 A. Visi Kabupaten Garut... II-1 B. Misi Kabupaten Garut... II-3 C. Tujuan dan Sasaran Strategis... II-3 D. Indikator Kinerja Pembangunan... II-8 E. Perjanjian Kinerja Tahun II-16 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA... III-1 A. Capaian Kinerja Organisasi 1. Kerangka Pengukuran Kinerja III-1 2. Capaian dan Analisis Perjanjian Kinerja Tahun III-3 3. Capaian Indikator Kinerja Makro... III Capaian Indikator Kinerja Utama... III Capaian Kinerja Lainnya III Evaluasi Internal Terkait Kinerja III-161 B. Anggaran... III-172 BAB IV PENUTUP... IV-1 LAMPIRAN Laporan Kinerja Tahun 2014 iv

7 Daftar Tabel, Gambar dan Lampiran Halaman Daftar Tabel Tabel 2.1 : Indikator Kinerja Makro Pembangunan Daerah II 8 Tabel 2.2 : Indikator Kinerja Utama Pemerintah Kabupaten II 9 Garut Tahun Tabel 2.3 : Penetapan Kinerja Pemerintah Kabupaten Garut II 17 Tahun 2014 Tabel 3.1 : Angka Partisipasi Kasar Jenjang Pendidikan Dasar III 5 9 Tahun di Kabupaten Garut Tahun Tabel 3.2 : Angka Partisipasi Murni Jenjang Pendidikan Dasar 9 III 7 Tahun di Kabupaten Garut Tahun Tabel 3.3 : Angka Partisipasi Kasar Jenjang Pendidikan III 11 Menengah di Kabupaten Garut Tahun Tabel 3.4 : Angka Partisipasi Murni Jenjang Pendidikan III 12 Menengah di Kabupaten Garut Tahun Tabel 3.5 : Produksi Tanaman Pangan III 37 di Kabupaten Garut Tahun (ton) Tabel 3.6 : Produksi Tanaman Hortikultura di Kabupaten Garut III 38 Tahun (ton) Tabel 3.7 : Produksi Komoditi Unggulan Perkebunan III 43 di Kabupaten Garut Tahun (ton) Tabel 3.8 : Poktan dan Gapoktan di Kabupaten Garut Tahun III Tabel 3.9 : Pelaku Usaha di Kabupaten Garut Tahun 2014 III 53 Tabel 3.10 : Kelompok Tani Hutan di Kabupaten Garut Tahun III Tabel 3.11 : IUP Batuan III 79 Tabel 3.12 : IUP Mineral Logam III 80 Tabel 3.13 : Jumlah Pengadaan Barang/Jasa melalui LPSE III 92 Tabel 3.14 : Jumlah Ketersediaan Sarana/Prasarana (Teknologi) III 93 Komunikasi daninformasi Kabupaten Garut Tahun Tabel 3.15 : Data Produk Hukum Tahun III 95 Tabel 3.16 : Data Rapat Dewan di Kabupaten Garut Tahun III Tabel 3.17 : Angka Kriminalitas di Kabupaten GarutTahun 2009 III 106 s.d Tabel 3.18 : Kondisi Jaringan Jalan Kabupaten Tahun III 112 Laporan Kinerja Tahun 2014 v

8 Pemerintah Kabupaten Garut Halaman Tabel 3.19 : Kondisi Permukaan Jalan Kabupaten Tahun 2013 III Tabel 3.20 : Kondisi Jaringan Irigasi Pemerintah Tahun III Tabel 3.21 : Kondisi Jaringan Irigasi Desa Tahun III 117 Tabel 3.22 : Perkembangan Perlengkapan Jalan Tahun III Tabel 3.23 : Perkembangan Jumlah Kendaraan Yang Diuji Tahun III Tabel 3.24 : Perkembangan Ijin Trayek Mobil Penumpang Umum III 124 Tahun Tabel 3.25 : Pencapaian Indikator Kinerja Makro Tahun 2014 III 136 Tabel 3.26 : Jumlah Penerbitan Perizinan Tahun 2013 dan 2014 III 153 di Kabupaten Garut Tabel 3.27 : Peringkat dan Status Kinerja Penyelenggaraan III 155 Pemerintahan Kab. Garut Tabel 3.28 : Hasil Evaluasi Atas Akuntabilitas Kinerja Instansi III 157 Pemerintah Kabupaten Garut Tahun Tabel 3.29 : Hasil Penilaian SAKIP SKPD Tahun 2013 dan 2014 III 162 Tabel 3.30 : Anggaran dan Belanja Langsung Terkait III 173 Sasaran Tahun Anggaran 2014 Tabel 3.31 : Pendapatan Daerah Tahun Anggaran 2014 III 176 Tabel 3.32 : Belanja Daerah Tahun Anggaran 2014 III 179 Tabel 3.33 : Anggaran dan Penerimaan Pembiayaan III 183 Daerah Tahun Anggaran 2014 Tabel 3.34 : Anggaran dan Pengeluaran Pembiayaan Daerah Tahun Anggaran 2014 III 184 Daftar Gambar Gambar 3.1 : Ringkasan Pencapaian Kinerja Tahun 2014 III 3 Gambar 3.2 : Ringkasan Pencapaian Indikator Kinerja Utama III 148 Tahun 2014 Gambar 3.3 : Irisan Kesesuaian Program RKPD Tahun 2014 III 165 dengan APBD Tahun 2014 Gambar 3.4 : Program RKPD Tahun 2014 Menurut Misi RPJMD III 165 Tahun Gambar 3.5 : Evaluasi Hasil RKPD Tahun 2014 sampai dengan Triwulan IV III 171 Daftar Lampiran Lampiran 1 : Pengukuran Kinerja Kabupaten Garut Tahun 2014 Lampiran 2 : Pengukuran Indikator Kinerja Utama Laporan Kinerja Tahun 2014 Halaman - vi

9 Pendahuluan A. Latar Belakang Setiap aparatur pemerintah harus dapat mempertanggungjawabkan segala sifat, sikap, perilaku dan kebijakannya kepada publik selama mereka menjalankan tugas, wewenang dan tanggungjawab yang diberikan kepadanya. Pertanggungjawaban tentang sifat, sikap, perilaku, dan kebijakan dalam kerangka melaksanakan apa yang menjadi tugas dan tanggungjawabnya kepada publik tadi dalam studi administrasi negara disebut dengan akuntabilitas (accountability). Organisasi pemerintah dibuat oleh publik dan untuk publik, karenanya perlu mempertanggungjawabkannya kepada publik. Akuntabilitas (accountability) merupakan suatu istilah yang diterapkan untuk mengukur apakah sumber daya publik telah digunakan secara tepat untuk tujuan dimana sumber daya publik tadi ditetapkan dan tidak digunakan secara ilegal. Dalam perkembangannya, akuntabilitas digunakan juga bagi pemerintah untuk melihat akuntabilitas efisiensi kebijakan program. Usaha-usaha tadi berusaha untuk mencari dan menemukan apakah ada penyimpangan staf atau tidak efisien, atau ada prosedur yang tidak diperlukan. Akuntabilitas menunjuk pada institusi tentang "checks and balance" dalam sistem administrasi. Akuntabilitas berarti menyelenggarakan penghitungan (account) terhadap sumber daya atau kewenangan yang digunakan. Di dalam penyelenggaraan pemerintahan, akuntabilitas merupakan suatu keharusan sebagai wujud pertanggungjawaban kepada masyarakat selaku pemberi amanat dan pemilik kekuasaan serta kedaulatan, sehingga penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dapat berlangsung secara berdayaguna serta berhasilguna. Akuntabilitas kinerja merupakan perwujudan kewajiban instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan ataupun kegagalan pelaksanaan program dan kegiatan yang telah diamanatkan para pemangku kepentingan dalam rangka mencapai Laporan Kinerja Tahun 2014 Halaman I - 1

10 misi organisasi secara terukur dengan sasaran/ target kinerja yang telah ditetapkan melalui laporan kinerja instansi pemerintah. Untuk itu diperlukan pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas, terukur dan legitimate. Upaya pengembangan tersebut sejalan dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme. Untuk melaksanakan amanat Undang-undang tersebut, Pemerintah Pusat telah mengeluarkan Instruksi Presiden RI Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dimana tata cara penyusunannya diatur dalam Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara RI Nomor 239/IX/6/8/2003 tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang kemudian diperbaharui dengan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Berdasarkan ketentuan tersebut, dalam rangka pertanggungjawaban dan peningkatan kinerja instansi pemerintah, disusun suatu Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) sebagai suatu rangkaian sistematik dari berbagai aktivitas, alat, dan prosedur yang dirancang untuk tujuan penetapan dan pengukuran, pengumpulan data, pengklasifikasian, pengikhtisaran, dan pelaporan kinerja pada instansi pemerintah. Ketentuan lebih lanjut mengenai petunjuk teknis pelaksanaan SAKIP tersebut diatur dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Sesuai dengan ketentuan di atas, Pemerintah Daerah maupun Satuan Kerja Perangkat Daerah di lingkungan Pemerintah Daerah diwajibkan untuk menyusun Laporan Kinerja sebagai media pertanggungjawaban mengenai hasil kinerja dari program dan kegiatan yang dilaksanakan pada setiap tahunnya. Berkenaan dengan hal tersebut di atas, dalam rangka memenuhi Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Pemerintah Kabupaten Garut menyusun media pertanggungjawaban kinerja yang dituangkan dalam bentuk Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Garut Tahun 2014 yang diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kinerja Pemerintah Kabupaten Garut bagi pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders). Penyusunan Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Garut Tahun 2014, mengacu kepada Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Laporan Kinerja Tahun 2014 Halaman I - 2

11 (RPJMD) Kabupaten Garut Tahun , sebagaimana telah dirubah dengan Peraturan Daerah Nomor 32 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Garut Tahun , yang merupakan dokumen perencanaan 5 (lima) tahunan, Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Garut Tahun 2014 serta Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Garut Tahun B. Maksud Dan Tujuan Maksud disusunnya Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Garut Tahun 2014 adalah untuk mengkomunikasikan capaian kinerja Pemerintah Kabupaten Garut Tahun 2014 sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi pemerintah daerah selama kurun waktu 1 (satu) tahun dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi kepada pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) guna mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance). Penyusunan Laporan Kinerja juga menjadi alat kendali untuk mendorong peningkatan kinerja setiap unit organisasi. Tujuan penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Garut Tahun 2014 adalah sebagai media untuk mendapatkan masukan stakeholders dengan memberikan umpan balik dalam rangka penyempurnaan berbagai kebijakan yang diperlukan untuk perbaikan kinerja Pemerintah Kabupaten Garut. Melalui identifikasi keberhasilan, permasalahan dan solusi yang tertuang dalam Laporan Kinerja, diharapkan dapat menjadi masukan untuk perbaikan perencanaan dan pelaksanaan program dan kegiatan yang akan datang. Sehingga Laporan Kinerja dapat menjadi proses evaluasi sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari perbaikan yang berkelanjutan untuk meningkatkan kinerja pemerintahan dalam pelayanan publik. C. Dasar Hukum Penyusunan Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Garut Tahun 2014 mengacu pada: 1. Tap MPR RI Nomor XI/MPR/1998 tahun 1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi dan Nepotisme; 2. Undang-undang No. 28 tahun 1999, tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi dan Nepotisme; Laporan Kinerja Tahun 2014 Halaman I - 3

12 3. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan Dan Kinerja Instansi Pemerintah; 4. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah; 5. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah; 6. Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 14 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Daerah Kabupaten Garut; 7. Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Garut Tahun sebagaimana telah dirubah dengan Peraturan Daerah Nomor 32Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Garut Tahun ; 8. Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 24 Tahun 2008 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Lembaga Teknis Daerah dan Inspektorat Kabupaten Garut sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 8 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 24 Tahun 2008 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Lembaga Teknis Daerah dan Inspektorat Kabupaten Garut; 9. Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 15 Tahun 2012 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah; 10. Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 18 Tahun 2013 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Garut Tahun Anggaran 2014; 11. Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 13 Tahun 2014 tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Garut Tahun Anggaran 2014; 12. Peraturan Bupati Garut Nomor 562 Tahun 2009 tentang Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Garut; 13. Peraturan Bupati Garut Nomor 871 Tahun 2013 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Garut Tahun Anggaran 2014; 14. Peraturan Bupati Garut Nomor 818 Tahun 2014 tentang Penjabaran Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Garut Tahun Anggaran 2014; 15. Peraturan Bupati Garut Nomor 304 Tahun 2013 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Garut Tahun 2014; Laporan Kinerja Tahun 2014 Halaman I - 4

13 D. Tugas Fungsi dan Struktur Organisasi Pemerintah Kabupaten Garut 1. Tugas dan Fungsi Sesuai dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Bab III pasal 10 diatur bahwa (1) Pemerintah Daerah menyelenggarakan urusan pemerintah yang menjadi kewenangannya, yang kemudian pedoman pelaksanaannya diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 3007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota. Urusan wajib yang dimiliki meliputi : 1) pendidikan; 2) kesehatan; 3) lingkungan hidup; 4) pekerjaan umum; 5) penataan ruang; 6) perencanaan pembangunan; 7) perumahan; 8) kepemudaan dan olahraga; 9) penanaman modal; 10) koperasi dan usaha kecil dan menengah; 11) kependudukan dan catatan sipil; 12) ketenagakerjaan; 13) ketahanan pangan; 14) pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak; 15) keluarga berencana dan keluarga sejahtera; 16) perhubungan; 17) komunikasi dan informatika; 18) pertanahan; 19) kesatuan bangsa dan politik dalam negeri; 20) otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah, perangkat daerah, kepegawaian, dan persandian; 21) pemberdayaan masyarakat dan desa; 22) sosial; Laporan Kinerja Tahun 2014 Halaman I - 5

14 23) kebudayaan; 24) statistik; 25) kearsipan; 26) perpustakaan Selain menjalankan urusan wajib, Pemerintah Kabupaten Garut juga menyelenggarakan urusan yang bersifat pilihan meliputi urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat antara lain : 1) pertanian 2) kelautan dan perikanan; 3) kehutanan; 4) energi dan sumber daya mineral; 5) pariwisata; 6) industri; 7) perdagangan; dan 8) ketransmigrasian. 2. Struktur Organisasi Untuk menyelenggarakan urusan daerah tersebut, Pemerintah Kabupaten Garut menetapkan Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah, serta perangkat daerah lainnya yang diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Garut, Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 23 Tahun 2008 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Dinas Daerah Kabupaten Garut, Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 24 Tahun 2008 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Lembaga Teknis Daerah dan Inspektorat Kabupaten Garut, Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 10 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 26 Tahun 2008 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Garut, Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 11 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 5 Tahun 2009 Tentang Pembentukan Dan Susunan Organisasi Badan Pelaksana Penyuluhan Laporan Kinerja Tahun 2014 Halaman I - 6

15 Pertanian, Perikanan Dan Kehutanan Kabupaten Garut, dan Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 27 Tahun 2008 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Kecamatan dan Kelurahan. Susunan Struktur Organisasi Pemerintah Daerah Kabupaten Garut pada tahun 2014 sebagai berikut : 1. Bupati dan Wakil Bupati. 2. Sekretaris Daerah 3. Asisten Pemerintahan, membawahkan: a. Bagian Administrasi Pemerintahan Umum; b. Bagian Hukum dan HAM; c. Bagian Organisasi. 4. Asisten Perekonomian, membawahkan: a. Bagian Administrasi Pembangunan; b. Bagian Administrasi Perekonomian; c. Bagian Administrasi Kesejahteraan Rakyat. 5. Asisten Administrasi Umum, membawahkan: a. Bagian Umum; b. Bagian Administrasi Keuangan; c. Bagian Informatika. 6. Lembaga Teknis Daerah terdiri dari 9 (sembilan) Badan, dan 2 (dua) Rumah Sakit sebagai berikut : a. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah; b. Badan Kepegawaian dan Diklat; c. Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa; d. Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan; e. Badan Ketahanan Pangan; f. Badan Kesatuan Bangsa dan Politik; g. Badan Penanaman Modal dan Perijinan Terpadu; h. Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah; i. Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan; j. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Slamet; dan k. Rumah Sakit Umum Daerah Pameungpeuk. 7. Dinas Daerah terdiri dari 17 (Tujuh Belas) Dinas Sebagai berikut : Laporan Kinerja Tahun 2014 Halaman I - 7

16 a. Dinas Pendidikan; b. Dinas Kesehatan; c. Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi; d. Dinas Perhubungan; e. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil; f. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata; g. Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Pengelolaan Pasar; h. Dinas Koperasi, UMKM dan BMT; i. Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura; j. Dinas Kehutanan; k. Dinas Perkebunan; l. Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan; m. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset; n. Dinas Tata Ruang dan Permukiman; o. Dinas Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan; p. Dinas Bina Marga; dan q. Dinas Sumber Daya Air dan Pertambangan. 8. Inspektorat Kabupaten Garut merupakan unsur pengawas penyelenggaraan pemerintahan daerah yang bertanggung jawab langsung kepada Bupati dan secara teknis administratif mendapat pembinaan dari Sekretaris Daerah. 9. Sekretariat DPRD merupakan unsur pelayanan terhadap DPRD, yang secara teknis operasional berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Pimpinan DPRD dan secara administratif bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. 10. Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Garut adalah perangkat daerah dalam penegakan Perda dan penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat yang bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. 11. Badan Penanggulangan Bencana Daerah adalah perangkat daerah yang dibentuk dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsi untuk melaksanakan penanggulangan bencana yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati. 12. Kecamatan. 13. Kelurahan. Laporan Kinerja Tahun 2014 Halaman I - 8

17 Gambar 1.1 Struktur Organisasi Pemerintah Daerah Kabupaten Garut Laporan Kinerja Tahun 2014 Halaman I - 9

18 E. Gambaran Umum Daerah 1) Sejarah Singkat Kabupaten Garut Sejarah Kabupaten Garut berawal dari pembubaran Kabupaten Limbangan pada tahun 1811 oleh Daendles dengan alasan produksi kopi dari daerah Limbangan menurun hingga titik paling rendah nol dan bupatinya menolak perintah menanam nila (indigo). Pada tanggal 16 Februari 1813, Letnan Gubernur Hindia Belanda yang pada waktu itu dijabat oleh Raffles, telah mengeluarkan Surat Keputusan tentang pembentukan kembali Kabupaten Limbangan yang beribu kota di Suci. Untuk sebuah Kota Kabupaten, keberadaan Suci dinilai tidak memenuhi persyaratan sebab daerah tersebut kawasannya cukup sempit. Berkaitan dengan hal tersebut, Bupati Limbangan Adipati Adiwijaya ( ) membentuk panitia untuk mencari tempat yang cocok bagi Ibu Kota Kabupaten. Pada awalnya, panitia menemukan Cimurah, sekitar 3 Km sebelah Timur Suci (saat ini kampung tersebut dikenal dengan nama Kampung Pidayeuheun). Akan tetapi di tempat tersebut air bersih sulit diperoleh sehingga tidak tepat menjadi Ibu Kota. Selanjutnya panitia mencari lokasi ke arah Barat Suci, sekitar 5 Km dan mendapatkan tempat yang cocok untuk dijadikan Ibu Kota. Saat ditemukan mata air berupa telaga kecil yang tertutup semak belukar berduri (Marantha), seorang panitia "kakarut" atau tergores tangannya sampai berdarah. Orang Eropa atau Belanda tersebut menirukan kata kakarut dengan lidah yang tidak fasih sehingga sebutannya menjadi "gagarut". Sejak saat itu, para pekerja dalam rombongan panitia menamai tanaman berduri dengan sebutan "Ki Garut" dan telaganya dinamai "Ci Garut" (Lokasi telaga ini sekarang ditempati oleh bangunan SMPN 1 dan SMPN 2 Garut). Dengan ditemukannya Ci Garut, daerah sekitar itu dikenal dengan nama Garut. Cetusan nama Garut tersebut direstui oleh Bupati Kabupaten Limbangan Adipati Adiwijaya untuk dijadikan Ibu Kota Kabupaten Limbangan. Setelah melalui perdebatan panjang mengenai penetapan hari jadi Garut, maka Pemerintah Daerah bersama DPRD akhirnya mengeluarkan Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 30 Tahun 2011 tentang Penetapan Hari Jadi Garut, yang ditetapkan tanggal 16 Februari. Peraturan Daerah ini sekaligus mencabut Peraturan Daerah Kabupaten DT II Garut Nomor 11 Tahun 1981 tentang Penetapan Hari Jadi Garut yang sebelumnya ditetapkan Tanggal 17 Maret. Laporan Kinerja Tahun 2014 Halaman I - 10

19 2) Kondisi Geografis dan Demografis Kabupaten Garut secara geografis terletak pada koordinat Lintang Selatan dan Bujur Timur, dengan luas wilayah sebesar Ha sebagaimana Permendagri Nomor 6 Tahun 2008 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan, yang memiliki batas wilayah : Sebelah Utara, berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang; Sebelah Timur, berbatasan dengan Kabupaten Tasikmalaya; Sebelah Selatan, berbatasan dengan Samudra Indonesia; Sebelah Barat, berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan Cianjur. Kabupaten Garut memiliki letak yang strategis sebagai penyangga Ibu Kota Provinsi Jawa Barat, dengan jarak sekitar 61,5 km dari Pusat Pemerintahan Provinsi Jawa Barat, dan secara administratif sampai tahun 2014 terdiri dari 42 kecamatan, 421 desa, dan 21 kelurahan. Gambar 1.2 Peta Administrasi Kabupaten Garut Laporan Kinerja Tahun 2014 Halaman I - 11

20 No Tabel 1. 1 Nama Kecamatan dan Jumlah Desa/Kelurahan di Kabupaten Garut Tahun 2014 Nama Kecamatan Jumlah Desa/Kel No Nama Kecamatan Jumlah Desa/Kel 1 Cisewu 9 desa 22 Samarang 13 desa 2 Caringin 6 desa 23 Pasirwangi 12 desa 3 Talegong 7 desa 24 Tarogong Kidul 7 desa 5 kelurahan 4 Mekarmukti 5 desa 25 Tarogong Kaler 12 desa 1 kelurahan 5 Bungbulang 13 desa 26 Garut Kota 11 kelurahan 6 Pamulihan 5 desa 27 Karangpawitan 16 desa 4 kelurahan 7 Pakenjeng 13 desa 28 Wanaraja 9 desa 8 Cikelet 11 desa 29 Pangatikan 8 desa 9 Pameungpeuk 8 desa 30 Sucinaraja 7 desa 10 Cibalong 11 desa 31 Sukawening 11 desa 11 Cisompet 11 desa 32 Karangtengah 4 desa 12 Peundeuy 6 desa 33 Banyuresmi 15 desa 13 Singajaya 9 desa 34 Leles 12 desa 14 Cihurip 4 desa 35 Leuwigoong 8 desa 15 Banjarwangi 11 desa 36 Cibatu 11 desa 16 Cikajang 12 desa 37 Kersamanah 6 desa 17 Cilawu 18 desa 38 Cibiuk 5 desa 18 Bayongbong 18 desa 39 Kadungora 14 desa 19 Cigedug 5 desa 40 Bl Limbangan 14 desa 20 Cisurupan 17 desa 41 Selaawi 7 desa 21 Sukaresmi 7 desa 42 Malangbong 24 desa Sumber : BPMPD Kab. Garut. Total 421 desa dan 21 Kel Kabupaten Garut beriklim tropis basah (humid tropical climate), yang dipengaruhi tiga faktor utama, yaitu : 1) pola sirkulasi angin musiman (monsoonal circulation pattem), 2)topografi regional yang bergunung-gunung di bagian tengah Jawa Barat, dan 3) elevasi topografi dengan curah hujan yang cukup tinggi rata-rata setiap tahun berkisar antara mm dengan bulan basah 9 bulan berturut-turut dan bulan kering berkisar 3 bulan berturut-turut, sedangkan di sekelilingnya terdapat daerah pengunungan dengan ketinggian mencapai meter di atas permukaan laut dengan variasi temperatur bulanan berkisar antara 24 0 C C. Karakteristik topografi Kabupaten Garut beragam, daerah sebelah Utara, Timur dan Barat secara umum merupakan daerah dataran tinggi dengan kondisi alam berbukitbukit dan pegunungan, sedangkan kondisi daerah sebelah selatan sebagian besar permukaan tanahnya memiliki kemiringan yang relatif cukup curam dan di beberapa tempat labil. Kabupaten Garut mempunyai ketinggian tempat yang bervariasi antara Laporan Kinerja Tahun 2014 Halaman I - 12

21 wilayah yang paling rendah, yang sejajar dengan permukaan laut hingga wilayah tertinggi di puncak gunung. Wilayah yang berada pada ketinggian mdpl terdapat di kecamatan Cikajang, Pakenjeng, Pamulihan, Cisurupan dan Cisewu, wilayah yang berada pada ketinggian mdpl terdapat di kecamatan Pakenjeng dan Pamulihan. Wilayah yang terletak pada ketinggian mdpl terdapat di Kecamatan Cibalong, Cisompet, Cisewu, Cikelet dan Bungbulang serta wilayah yang terletak didaratan rendah pada ketinggian kurang dari 100 mdpl terdapat di Kecamatan Cibalong dan Pameungpeuk. Wilayah Kabupaten Garut mempunyai kemiringan lereng yang bervariasi antara 0 2% sebesar 10,51% atau Ha, kemiringan lahan antara 2 15% adalah seluas ha atau seluas 12,43%, kemiringan lahan antara 15 40% adalah seluas ha atau sebesar 35,99%. Lahan dengan kemiringan di atas 40% adalah seluas ha atau sebesar 41,06%. Kondisi geologi wilayah, secara fisiografi termasuk dalam Zona Pegunungan Selatan Jawa Barat dan Zona Bandung dengan bentang alam yang dibagi 4 (empat) satuan morfologi yaitu satuan morfologi kerucut gunung api, perbukitan berelief kasar, perbukitan berelief halus dan pedataran. Dilihat dari jenis tanahnya secara garis besar meliputi jenis tanah aluvial, asosiasi andosol, asosiasi litosol, asosiasi mediteran, asosiasi podsolik, dan asosiasi regosol, dimana jenis tanah tersebut memiliki sifat-sifat tertentu yang dapat menjadi suatu potensi maupun kendala dalam pemanfaatan lahan tertentu. Jenis tanah podsolik merah kekuning-kuningan, podsolik kuning dan regosol merupakan bagian paling luas dijumpai di wilayah Kabupaten Garut, terutama di wilayah Garut Selatan, sedangkan Garut bagian utara didomiasi oleh jenis tanah andosol. Penggunaan lahan sampai tahun 2014 sebagian besar merupakan Tegal/Kebun mencapai Ha atau 20,21%, kemudian berupa Lahan Bukan Pertanian dengan luas Ha atau 17,39%. Lahan Bukan Sawah berupa tambak, kolam, empang, hutan negara, dan lain-lain menempati peringkat ketiga dengan luas Ha atau 16,68%, disusul kemudian berupa Ladang/Huma dengan luas Ha atau 13,11%, Sawah Irigasi dengan luas Ha atau 12,01%, Perkebunan dengan luas Ha atau 9,02%, Hutan Rakyat dengan luas Ha atau 5,94%, dan sisanya berupa Sawah Tadah Hujan, Padang/Rumput, Sementara tidak diusahakan dengan luas lahan di bawah 5%. Laporan Kinerja Tahun 2014 Halaman I - 13

22 Gambar 1.3 Penggunaan Lahan Tahun 2014 Dari sisi demografi, jumlah penduduk pada tahun 2014 berdasarkan data Suseda Badan Pusat Statistik Kabupaten Garut sebanyak jiwa, yang terdiri dari laki-laki sebanyak jiwa dan perempuan sebanyak jiwa. Pertumbuhan penduduk pada tahun 2014 meningkat 0,95% dari Tahun 2013 sebanyak jiwa. Tingkat kepadatan penduduk pada Tahun 2014 mencapai rata-rata sebesar 824,15 jiwa/km 2, meningkat 7,76 orang per km 2 dibandingkan Tahun 2013 sebesar 816,40 jiwa/km 2. Populasi penduduk tertinggi pada tahun 2014 terdapat di kecamatan Garut Kota sebanyak jiwa, dan populasi terendah di kecamatan Mekarmukti sebanyak jiwa. Tingkat kepadatan penduduk tertinggi di kecamatan Tarogong Kidul sebanyak jiwa/km 2, dan tingkat kepadatan terendah di kecamatan Pamulihan sebanyak 137 jiwa/km 2. Gambar 1.4 Jumlah Penduduk Per Kecamatan Tahun 2014 Laporan Kinerja Tahun 2014 Halaman I - 14

23 3) Kondisi Sosial Budaya Kondisi Sosial Budaya ditinjau dari pembangunan kualitas hidup penduduk (SDM) Kabupaten Garut menunjukkan perkembangan yang semakin membaik. Hal tersebut antara lain ditunjukkan dengan pencapaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang terus mengalami peningkatan setiap tahunnya, dan pada tahun 2013 telah mencapai 72,43 poin (angka tetap) dengan peningkatan sebesar 0,31 poin atau 0,43% dibandingkan pencapaian tahun 2012 sebesar 72,12 poin. Namun demikian, pencapain IPM tersebut masih terpaut 1,16 poin dari IPM Jawa Barat Tahun 2013 sebesar 73,58 poin dan terpaut 1,38 poin dari capaian IPM Nasional sebesar 73,81 poin. Kondisi jumlah penduduk Kabupaten Garut yang berada diatas Garis Kemiskinan hasil SUSENAS BPS, diprediksi pada tahun 2013 mengalami peningkatan jiwa dibandingkan tahun sebelumnya, yakni dari semula jiwa menjadi jiwa. Peningkatan jumlah penduduk miskin tersebut menyebabkan naiknya persentase penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan, yakni dari 12,72% pada tahun 2012 menjadi 12,79% pada tahun Kondisi tersebut masih berada diatas rata-rata penduduk miskin kabupaten/kota di Jawa Barat sebesar 9,61%, Nasional sebesar 11,47%. Sebagai daerah agraris, komposisi penduduk bekerja menurut lapangan usaha yang digeluti berdasarkan data Suseda BPS menunjukkan dari total penduduk umur 15 tahun ke atas yang bekerja pada tahun 2014 sebanyak orang, persentase penduduk bekerja menurut lapangan usaha paling banyak di sektor pertanian sebanyak 35,78% ( orang), sektor Perdagangan hotel dan restoran sebanyak 22,15 % ( orang) serta sektor jasa-jasa sebanyak 18,04% ( orang), dan sektor industri pengolahan sebanyak 8,51% ( orang). Karakteristik masyarakat Kabupaten Garut yang religius menjadikan kualitas kehidupan beragama di Kabupaten Garut terus mengalami peningkatan, antara lain ditandai dengan semakin bertambahnya penyediaan sarana dan fasilitas keagamaan, sarana pendidikan keagamaan, meningkatnya peringatan hari-hari besar keagamaan dan senantiasa terpeliharanya kerukunan hidup antar umat beragama, intern umat beragama dan antara umat beragama dengan pemerintah. Laporan Kinerja Tahun 2014 Halaman I - 15

24 Jumlah Pemeluk Agama di Kabupaten Garut pada tahun 2013 mayoritas memeluk agama Islam sebanyak orang (99,73%), Kristen Protestan sebanyak orang (0,18%), Kristen Katolik sebanyak orang (0,05%), Budha sebanyak 589 orang (0,02%), dan Hindu sebanyak 348 orang (0,01%). 4) Kondisi Ekonomi Ditinjau dari indikator Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) yang secara teknis merupakan pertumbuhan dari volume produk yang dihasilkan pada tahun 2013 mengalami perkembangan yang cukup positif ditandai oleh pertumbuhan sebesar 4,82%, atau meningkat 0,21% dari Tahun 2012 sebesar 4,61%. Namun demikian pertumbuhan tersebut masih terpaut 1,24% di bawah Laju Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat sebesar 6,06% dan terpaut 0,96% dibawah LPE Nasional sebesar 5,78%. Gambar 1.5 PDRB dan LPE Kabupaten Garut Tahun Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada Tahun 2013 atas dasar harga berlaku mencapai Rp.33,63 trilyun lebih, mengalami pertumbuhan sebesar 11,57% dari tahun 2012 sebesar Rp.30,14 trilyun lebih. Sementara itu Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada Tahun 2013 atas dasar harga konstan sebesar Rp.12,87 trilyun lebih, mengalami pertumbuhan 4,82% dari tahun 2012 sebesar Rp.12,28 trilyun lebih. Sampai dengan tahun 2013, sektor pertanian masih menjadi sektor unggulan (prime mover) dalam menggerakkan perekonomian daerah dengan kontribusi nilai tambah Laporan Kinerja Tahun 2014 Halaman I - 16

25 terhadap PDRB mencapai 44,59%, disusul sektor perdagangan hotel dan restoran sebesar 26,81%, sektor jasa-jasa sebesar 10,32%. Tingginya peranan sektor pertanian terhadap perekonomian Kabupaten Garut tidak lepas dari beberapa keunggulan komparatif (comparative advantages), seperti kondisi tanah yang relatif lebih subur dan cocok untuk beragam komoditi pertanian dan jumlah penduduk yang besar yang berimplikasi pada sistem pertanian yang tampak sangat beragam dan hampir sebagian besar komoditi produk pertanian sangat dominan kontribusinya, seperti berbagai palawija, sayur-sayuran dan juga padi. Kontribusi sektor pertanian banyak disumbang oleh subsektor tanaman bahan makanan (Tabama), diikuti oleh sub sektor perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan. Sementara itu, tingkat kenaikan harga sejumlah barang dan jasa secara umum (inflasi) pada tahun 2014 mencapai 7,84% atau mengalami peningkatan dari tahun 2013 sebesar 6,89%. Hal tersebut merupakan suatu indikasi bahwa beban hidup rumahtangga secara makro di Kabupaten Garut pada tahun 2014 mengalami peningkatan sebesar kurang lebih 7,84% dengan struktur kebutuhan yang sama pada tahun 2012 yang mencapai sebesar kurang lebih 6,89%. Kondisi inflasi pada tahun 2014 tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi di Jawa Barat sebesar 7,41%, namun masih lebih rendah dari inflasi secara Nasional sebesar 8,36%. Gambar 1.6 Inflasi Kabupaten Garut, Jawa Barat dan Nasional Tahun Laporan Kinerja Tahun 2014 Halaman I - 17

26 5) Kondisi SDM Pemerintahan Pada aspek sumber daya aparatur (PNS), jumlah PNS di lingkungan Pemerintah Kabupaten Garut terus mengalami pengurangan seiring kebijakan moratorium penerimaan pegawai baru maupun pegawai yang memasuki pensiun. Jumlah PNS per 31 Desember 2014 mencapai orang, terdiri dari Laki-laki sebanyak orang (55,11%) dan perempuan sebanyak orang (44,89%). Kondisi tersebut menurun 2,73% dari tahun 2013 sebanyak orang, dan rasio PNS terhadap penduduk mencapai 0,73% atau 1 orang PNS melayani 137 orang penduduk. Rasio jumlah PNS tersebut masih lebih rendah dibandingkan dengan rasio jumlah PNS Indonesia saat ini sekitar 1,75% dari total jumlah penduduk. Tabel 1. 2 Jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNSD) di Kabupaten Garut Tahun No Golongan A GOLONGAN IV Pembina Utama, IV/e 2 Pembina Utama Madya, IV/d Pembina Utama Muda IV/c Pembina Tk. I, IV/b Pembina, IV/a B GOLONGAN III Penata Tk. I, III/d Penata, III/c Penata Muda Tk. I, III/b Penata Muda, III/a C GOLONGAN II Pengatur Tk. I, II/d Pengatur, II/c Pengatur Muda Tk. I, II/b Pengatur Muda, II/a D GOLONGAN I Juru Tk. I, I/d Juru, I/c Juru Muda Tk. I, I/b Juru Muda, I/a JUMLAH Jumlah Penduduk Rasio PNS terhadap Penduduk Persentase PNS terhadap Penduduk 0,89 0,87 0,82 0,78 0,76 0,73 Sumber : BKD Kabupaten Garut, Tahun 2015 Laporan Kinerja Tahun 2014 Halaman I - 18

27 Komposisi PNS berdasarkan tingkat pendidikan pada tahun 2014 paling banyak berpendidikan S1 sebanyak orang (66%), disusul SMA sederajat sebanyak orang (22%). Semakin tingginya tingkat pendidikan PNS diharapkan dapat menunjang terhadap peningkatan pelayanan terhadap masyarakat seiring semakin kompleksnya permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan. 6) Kondisi Potensi Pengembangan Wilayah Wilayah Kabupaten Garut memiliki potensi berbagai jenis sumber daya alam yang terbaharukan maupun yang tidak terbaharukan yang cukup besar dan bervariasi, terdiri dari sumber daya air, panas bumi, mineral dan bahan tambang, serta energi baru dan terbarukan lainnya seperti mikrohidro, surya dan angin. Dari potensi tersebut, sudah dilakukan upaya penelitian yang diindikasikan dengan kegiatan eksplorasi sumber daya mineral dan energi oleh berbagai pihak, seperti Pemerintah Kabupaten Garut, Perusahaan-perusahaan swasta, instansi lainnya maupun oleh Pemerintah Kabupaten Garut sendiri. Bahkan di beberapa lokasi sudah dilaksanakan kegiatan eksploitasi untuk sumber daya mineral dan kegiatan pembangunan untuk mengembangkan potensi sumber daya energi, seperti panas bumi dan energi baru dan terbarukan, yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) dan energi panas bumi. Khusus di wilayah Garut Selatan, telah terindikasi adanya kandungan sumber daya mineral berupa emas, bijih besi dan pasir besi, dengan kandungan untuk bijih besi dan pasir besi Fe total 50% s.d. 60%. Pada sektor energi terutama mengenai kelistrikan, karena berada di garis khatulistiwa, Kabupaten Garut mendapatkan penyinaran matahari yang relatif stabil sepanjang tahun dengan kondisi yang sedikit lebih tinggi pada musim kemarau, rata-rata potensi radiasi penyinaran matahari mencapai 4,82 kwh/m 2 merupakan alternatif energi listrik terutama pada wilayah tersebut. Selain potensi energi tersebut, Kabupaten Garut juga memiliki potensi energi panas bumi cukup besar yang diperkirakan mencapai total 1045 MW. Sumber energi panas bumi dapat Laporan Kinerja Tahun 2014 Halaman I - 19

28 dimanfaatkan baik secara langsung maupun tidak langsung. Sebagai energi terbarukan, panas bumi dapat diandalkan sebagai pasokan jangka panjang. Sumber daya panas bumi di Kabupaten Garut terdapat 6 (enam) lokasi manifestasi panas bumi. Khusus di Darajat, potensi panas bumi mencapai 350 MW. Sumber daya panas bumi tersebut sudah dikembangkan untuk tenaga listrik sebesar 225 MW. Potensi pengembangan energi lainnya yaitu sumber daya air sungai Cibatarua kecamatan Pamulihan, Cirompang kecamatan Bungbulang dan Cimerak kecamatan Cibalong dengan kapasitas antara 19,57 kw- 277,5 kw. Dari sisi potensi unggulan ekonomi daerah, diantaranya meliputi : a) Potensi Agribisnis Pada sektor pertanian (tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, perikanan), beberapa komoditas dapat dikategorikan sebagai komoditi unggulan dan prospektif, antara lain agribisnis tanaman pangan berupa Padi Sawah (varietas unggulan Sarinah ), Jagung (pemasok produksi terbesar di Jawa Barat, Kedelai (ketersediaan sumberdaya lahan yang cukup luas, iklim yang cocok, teknologi yang tersedia, serta sumber daya manusia yang cukup terampil dalam usaha tani). Disamping itu, pasar komoditi kedelai masih terbuka lebar. Pada Agribisnis Tanaman Sayuran Unggulan, sebagian besar sayuran yang dibudidayakan oleh petani di Kabupaten Garut adalah sayuran dataran tinggi yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi. Beberapa sayuran yang teridentifikasi sebagai komoditas unggulan pertama adalah kentang, cabe merah, dan tomat. Agribisnis Tanaman Buah-buahan Unggulan meliputi jeruk siam Garut (citrus nobilis var. Micocarpa) dan keprok garut (citrus nobilis var. Chrysocarpa). Selain itu masih ada jenis lain yang dikembangkan yakni konde (Citrus nobilis var. Raticula) serta jeruk manis (Citrus nobilis var. Sinensis). Dari beberapa jenis jeruk tersebut, keprok Garut merupakan terbaik di Indonesia, dan dilihat dari aspek ekonomi, jenis ini paling tinggi nilainya jika dibandingkan dengan jeruk lainnya. Selain jeuk, jenis Alpukat yang dikembangkan di Kabupaten Garut, Alpukat Sindangreret merupakan varietas Alpukat terbaik di Kabupaten Garut, dan dilihat dari aspek ekonomi, jenis ini paling tinggi nilainya jika dibandingkan dengan Alpukat varietas lainnya. Agribisnis Tanaman Perkebunan Unggulan meliputi Akar Wangi (Vetiveria zizanoides) yang sudah diekspor dalam bentuk akar sejak tahun Seiring Laporan Kinerja Tahun 2014 Halaman I - 20

29 dengan berkembangnya agroindustri penyulingan akar wangi, maka ekspor pun bergeser ke minyak akar wangi. Hingga Tahun 2000, permintaan dunia terutama dari Amerika Serikat, Prancis, Jepang, Jerman, Italia, Belanda, Spanyol, Swiss, Inggris, dan negara lainnya atas minyak akar wangi mencapai angka lebih dari 250 ton. Sementara total produksi minyak akar wangi Indonesia baru mencapai angka ton per tahun. Jika seluruh produk akar wangi Indonesia diekspor, maka hanya baru menutupi sekitar 24%-30% pangsa pasar dunia. Hal ini menegaskan bahwa prospek pengembangan akar wangi sangat besar. Secara riil, perkembangan ekspor dan nilai minyak akar wangi Indonesia masih fluktuatif, hal ini bukan disebabkan oleh fluktuasi permintaan pasar dunia, tetapi lebih disebabkan oleh fluktuasi produksi akar wangi dan kualitas minyak akar wangi di dalam negeri. Agribisnis Teh (Camelia Sinensis), Kabupaten Garut yang termasuk daerah Priangan merupakan salah satu sentra produksi teh andalan Jawa Barat, terutama di Kecamatan Cikajang, Singajaya, Banjarwangi, Cisurupan, Cilawu dan Pakenjeng. Tanaman teh merupakan salah satu komoditas perkebunan yang penting di Indonesia, karena nilai ekspornya dapat memberikan kontribusi devisa yang tidak sedikit bagi negara. Agribisnis Tembakau (Nicotiana Tabbacum), sudah dilaksanakan sejak lama oleh para petani di Kabupaten Garut. Tembakau merupakan suatu komoditas yang merupakan pilihan sebagian besar petani di Kabupaten Garut. Jumlah varietas tembakau rakyat yang diusahakan para petani di Kabupaten Garut cukup banyak diantaranya Kedu Omas, Kedu Hejo, Kedu Jonas, Kedu Rancing, Palumbon, Gambung, Cere, Virginia Garut dan lainnya. Beberapa varietas tersebut menghasilkan tembakau mole yang memiliki aroma serta cita rasa khas tembakau Garut sehingga tembakau mole Garut memiliki keunggulan dan prospek pasar yang sangat cerah karena memiliki kelas kualitas tersendiri sebagai sumber bahan baku beberapa perusahaan pabrik rokok dalam negeri. Agribisnis Kopi (Coffea Sp.), sebagai salah satu komoditi unggulan di kabupaten Garut, yang mempunyai peranan penting sebagai salah satu penghasil devisa negara, sumber pendapatan, penciptaan lapangan kerja sekitar KK, mendorong agribisnis dan agroindustri serta pengembangan ekonomi wilayah, selain itu tanaman kopi mempunyai fungsi sebagai tanaman konservasi. Laporan Kinerja Tahun 2014 Halaman I - 21

30 Agribisnis Karet (Hevea Braciliensis), yang merupakan komoditi unggulan perkebunan di Kabupaten Garut dan merupakan salah satu komoditi yang penting sebagai bahan baku bagi berbagai industri. Dari luas areal Ha pada tahun 2014, areal karet di kabupaten Garut diusahakan dalam bentuk perkebunan rakyat seluas Ha, perkebunan besar negara (PTPN) seluas Ha dan Perkebunan Besar Swasta (PBS) seluas Ha. Agribisnis Peternakan Unggulan meliputi Ternak Sapi Perah dan Sapi Potong, yang mampu memberikan manfaat ganda bagi pengadaan pangan, yaitu sebagai penghasil susu serta penghasil daging. Selain sapi, Kabupaten Garut merupakan salah satu sentra produksi domba di Jawa Barat setelah Kabupaten Bandung. Domba menyebar secara merata di seluruh wilayah. Domba merupakan komoditas andalan yang dipelihara masyarakat. Di daerah ini, dikenal sebagai pusat pembiakan/pembibitan Domba Garut atau Domba Priangan. Kabupaten Garut merupakan salah satu pemasok produksi susu yang cukup besar di Jawa Barat. Beberapa daerah produsen susu di Kabupaten Garut diantaranya Kecamatan Cikajang, Cisurupan, Cigedug, Bayongbong dan Cilawu. Dalam Produksi Kulit Ternak, Keberadaan sentra kulit Sukaregang di Kabupaten Garut, sudah dikenal secara nasional sebagai daerah pengolah/penghasil kulit tersamak dan barang-barang dari kulit (produk setengah jadi atau produk siap pakai). Pemasaran produknya sudah sangat luas, tidak hanya lokal Jawa Barat tapi sudah menyebar ke seluruh Indonesia, beberapa diantaranya sudah pernah mengekspor produknya. Pengadaan bahan baku kulit sampai saat ini belum mampu disediakan secara lokal Garut atau regional Jawa Barat, bahan kulit mentah sebagian besar berasal dari luar Jawa Barat, seperti Sumatera Utara, Sulawesi Selatan atau Kalimantan. Agribisnis Komoditas Unggulan Perikanan, khususnya perikanan laut perlu mendapat perhatian dalam rangka meningkatkan tingkat pemanfaatan dari potensi lestari ikan laut di Kabupaten Garut yaitu sebesar ton/tahun. Potensi perikanan yang umumnya ditangkap di perairan selatan Kabupaten Garut diantaranya adalah Tuna, Tongkol, Cakalang, Cumi-cumi, Layur, Kakap, Bawal Hitam, Kerapu, Baronang, Cucut Botol, Lobster dan ikan hias. Disamping ikan-ikan tersebut juga terdapat rumput laut yang cukup potensial. Laporan Kinerja Tahun 2014 Halaman I - 22

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GARUT RINGKASAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

PEMERINTAH KABUPATEN GARUT RINGKASAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 LAMPIRAN I : PERATURAN NOMOR TANGGAL : : 18 Tahun 2013 31 Desember 2013 PEMERINTAH KABUPATEN GARUT RINGKASAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA TAHUN ANGGARAN 2014 Rekening Hal 1 dari 2 1 2 3 4. PENDAPATAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 93 2008 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DAERAH PADA PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT (PD. BPR)

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 45 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Lokasi Administrasi Secara geografis, Kabupaten Garut meliputi luasan 306.519 ha yang terletak diantara 6 57 34-7 44 57 Lintang Selatan dan 107 24 3-108 24 34 Bujur Timur.

Lebih terperinci

Tambah Tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktifitas Tanaman Padi Sawah di Kab. Garut 2008. Luas Panen (Ha)

Tambah Tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktifitas Tanaman Padi Sawah di Kab. Garut 2008. Luas Panen (Ha) Tabel 5.1.03 : Tambah Tanam,, dan Tanaman Padi Sawah di Kab. Garut 2008 Tambah Tanam (Ton) (Kw) (1) (2) (3) (4) (5) 010. Cisewu 3.087 3.359 19.790 58.92 011. Caringin 1.308 1.110 6.524 58.77 020. Talegong

Lebih terperinci

Terwujudnya Kabupaten Garut Yang Bermartabat, Nyaman dan Sejahtera

Terwujudnya Kabupaten Garut Yang Bermartabat, Nyaman dan Sejahtera Ringkasan Eksekutif Executive Summary Pemahaman tentang sistem akuntabilitas kinerja telah meluas di seluruh SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Garut. Hal itu merupakan hasil dari berbagai upaya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Kabupaten Magelang Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Kabupaten Magelang Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan

Lebih terperinci

TAMBAH TANAM, LUAS PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIFITAS TANAMAN PADI SAWAH DI KABUPATEN GARUT TAHUN 2006

TAMBAH TANAM, LUAS PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIFITAS TANAMAN PADI SAWAH DI KABUPATEN GARUT TAHUN 2006 TAMBAH TANAM, LUAS PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIFITAS TANAMAN PADI SAWAH DI KABUPATEN GARUT TAHUN 2006 Tambah Tanam (Ton) (Kw) (1) (2) (3) (4) (5) 010. Cisewu 2.925 3.669 19.642 53,54 011. Caringin 795

Lebih terperinci

Tambah Tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktifitas Tanaman Padi Sawah di Kab. Garut Luas Panen (Ha)

Tambah Tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktifitas Tanaman Padi Sawah di Kab. Garut Luas Panen (Ha) Tabel 5.1.03 : Tambah Tanam,, dan Tanaman Padi Sawah di Kab. Garut 2009 Tambah Tanam (Ton) (Kw) (1) (2) (3) (4) (5) 010. Cisewu 3.151 2.877 17.955 62,41 011. Caringin 1.562 1.503 9.345 62,18 020. Talegong

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Administrasi Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6º56'49'' - 7 º45'00'' Lintang Selatan dan 107º25'8'' - 108º7'30'' Bujur Timur

Lebih terperinci

TAMBAH TANAM, LUAS PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIFITAS TANAMAN PADI SAWAH DI KABUPATEN GARUT TAHUN 2007

TAMBAH TANAM, LUAS PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIFITAS TANAMAN PADI SAWAH DI KABUPATEN GARUT TAHUN 2007 TAMBAH TANAM, LUAS PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIFITAS TANAMAN PADI SAWAH DI Kecamatan Tambah Tanam (1) (2) (3) (4) (5) 010. Cisewu 3.861 2.568 14.265 55,55 011. Caringin 1.611 1.383 7.673 55,48 020. Talegong

Lebih terperinci

Geografi. Kab. SUMEDANG. Kab. CIANJUR. Kab. TASIKMALAYA

Geografi. Kab. SUMEDANG. Kab. CIANJUR. Kab. TASIKMALAYA GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Fisik Daerah Geografi Kabupaten Garut secara geografis terletak di antara 6 0 56 49-7 0 45 00 Lintang Selatan dan 107 o 25 8-1088 o 7 30 Bujur Timur dengan batas wilayah

Lebih terperinci

Jumlah Sekolah, Guru, dan Murid Sekolah Taman Kanak- Kanak di Kabupaten Garut Tahun Murid laki-laki

Jumlah Sekolah, Guru, dan Murid Sekolah Taman Kanak- Kanak di Kabupaten Garut Tahun Murid laki-laki Tabel 4.1.02 : Jumlah Sekolah, Guru, dan Murid Sekolah Taman Kanak- Kanak di Kabupaten Garut Sekolah Guru Murid laki-laki Murid Perempuan Total Murid (1) (2) (3) (4) (5) (6) 010. Cisewu 6 81 9 97 106 011.

Lebih terperinci

Jumlah Populasi Ternak Menurut Jenis di Kab. Garut Kecamatan Sapi Perah Sapi Potong Kerbau Domba Kambing Kuda

Jumlah Populasi Ternak Menurut Jenis di Kab. Garut Kecamatan Sapi Perah Sapi Potong Kerbau Domba Kambing Kuda Jumlah Populasi Ternak Menurut Jenis di Kab. Garut Kecamatan Sapi Perah Sapi Potong Kerbau Domba Kambing Kuda (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 010. Cisewu - 33 629 12,676 2,424-011. Caringin - 701 632 6,921

Lebih terperinci

TABEL PENDUDUK 7-24 TAHUN MENURUT KECAMATAN, JENIS KELAMIN, DAN PARTISIPASI BERSEKOLAH (SUSEDA KAB. GARUT 2005)

TABEL PENDUDUK 7-24 TAHUN MENURUT KECAMATAN, JENIS KELAMIN, DAN PARTISIPASI BERSEKOLAH (SUSEDA KAB. GARUT 2005) TABEL 3.19. PENDUDUK 7-24 TAHUN MENURUT, JENIS KELAMIN, DAN PARTISIPASI BERSEKOLAH Laki-laki pernah Masih bersekol- pernah Masih bersekol- pernah Masih bersekol- pernah Masih bersekolsekolah 010. Cisewu

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 27 2004 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 11 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI KECAMATAN DAN KELURAHAN DENGAN MENGHARAP BERKAT DAN RAHMAT ALLAH

Lebih terperinci

JUMLAH SEKOLAH, KELAS, GURU, RUANG KELAS, MURID LULUSAN, MENGULANG DAN PUTUS SEKOLAH SD DI KABUPATEN GARUT TAHUN Guru R. Kelas Murid Lulusan

JUMLAH SEKOLAH, KELAS, GURU, RUANG KELAS, MURID LULUSAN, MENGULANG DAN PUTUS SEKOLAH SD DI KABUPATEN GARUT TAHUN Guru R. Kelas Murid Lulusan SD DI KABUPATEN GARUT TAHUN 2004 Kecamatan Sekolah Jml Rombel Guru R. Kelas Murid Lulusan Mengulang Putus Sekolah Cisewu 27 168 154 167 3.647 598 35 - Caringin 20 145 91 107 3.844 556 24 11 Talegong 23

Lebih terperinci

Jumlah Populasi Ternak Menurut Jenis di Kab. Garut 2009

Jumlah Populasi Ternak Menurut Jenis di Kab. Garut 2009 Tabel 5.4. 01 : Jumlah Populasi Ternak Menurut Jenis di Kab. Garut 2009 Kecamatan Sapi Perah Sapi Potong Kerbau Kuda Domba Kambi ng (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 010. Cisewu - 60 549-11.099 2.415 011. Caringin

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2014

LAPORAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2014 BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. LATAR BELAKANG Sesuai dengan amanat Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor: XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan

Lebih terperinci

Sapi Potong. Kerbau Kuda Domba

Sapi Potong. Kerbau Kuda Domba 5.4. 01 : Jumlah Populasi Ternak Besar Menurut Jenis di Kab, Garut, 2010 Kecamatan Sapi Perah Sapi Potong Kerbau Kuda Domba Kambin g (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 010. Cisewu - 500 452-15.559 2.291 011.

Lebih terperinci

A. Gambaran Umum Daerah

A. Gambaran Umum Daerah Pemerintah Kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Daerah K ota Bandung terletak di wilayah Jawa Barat dan merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat, terletak di antara 107º Bujur Timur dan 6,55 º

Lebih terperinci

Jumlah Petugas Pelayanan Akseptor Baru Keluarga Berencana di Kabupaten Garut Tahun 2009

Jumlah Petugas Pelayanan Akseptor Baru Keluarga Berencana di Kabupaten Garut Tahun 2009 Tabel 4.2.19 : Jumlah Petugas Pelayanan Akseptor Baru Keluarga Berencana di Kabupaten Garut Tahun 2009 PLKB DOKTER BIDAN JUMLAH (1) (2) (3) (4) (5) 010. Cisewu 3-3 6 011. Caringin 3-2 5 020. Talegong 3-3

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013 PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013 TANJUNGPANDAN, MARET 2014 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan Puji Syukur Kehadirat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Halaman 1

BAB I PENDAHULUAN. Halaman 1 BAB I PENDAHULUAN Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi dan tuntutan masyarakat dalam rangka mencapai tujuan dan cita-cita bangsa dan negara.

Lebih terperinci

Pemerintah Kabupaten Luwu Utara, Prov. Sulawesi Selatan BAB I PENDAHULUAN. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2013 I - 1

Pemerintah Kabupaten Luwu Utara, Prov. Sulawesi Selatan BAB I PENDAHULUAN. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2013 I - 1 BAB I PENDAHULUAN Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2013 I - 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang erselenggaranya Tata Pemerintahan yang baik good governance merupakan prasyarat

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan Latar Belakang

Bab I Pendahuluan Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, bahwa pembangunan yang berkeadilan dan demokratis

Lebih terperinci

BAB I. Bogor. Kota. Laporan. Pemerintah. daerah mengerahkann. Karena. tata kelola. banyak kelebihbaikan. pemerintahan. masyarakat. yang.

BAB I. Bogor. Kota. Laporan. Pemerintah. daerah mengerahkann. Karena. tata kelola. banyak kelebihbaikan. pemerintahan. masyarakat. yang. BAB I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme telah secara tegas mengamanatkan tata kelola

Lebih terperinci

: Persentase Penduduk Usia 10 Tahun menurut Ijasah/STTB yang Dimiliki di Kabupaten Garut Tahun 2012

: Persentase Penduduk Usia 10 Tahun menurut Ijasah/STTB yang Dimiliki di Kabupaten Garut Tahun 2012 4.1.01 : Persentase Penduduk Usia 10 Tahun menurut Ijasah/STTB yang Dimiliki di Kabupaten Garut Tahun 2012 Ijasah/STTB yang Dimiliki Laki-laki Male Perempuan Female Jumlah Total (1) (2) (3) (4) Tdk punya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN...I.

BAB I PENDAHULUAN...I. DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GRAFIK... x DAFTAR GAMBAR... xi BAB I PENDAHULUAN... I. 1 1.1 Latar Belakang... I. 1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I. 9 1.3 Hubungan RKPD dan

Lebih terperinci

Pendahuluan. Bab. A. Latar Belakang

Pendahuluan. Bab. A. Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1 Bab 1 Pendahuluan A. Latar Belakang Pemerintah Kabupaten Sanggau sebagai salah satu penyelenggara pemerintahan di daerah, berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 25 2004 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS PADA DINAS DAN LEMBAGA TEKNIS DAERAH DENGAN MENGHARAP

Lebih terperinci

RKPD KABUPATEN GARUT TAHUN 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH

RKPD KABUPATEN GARUT TAHUN 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH RKPD RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GARUT TAHUN 205 Peningkatan Infrastruktur Dasar, Kinerja Aparatur Dan Tata Kelola Pemerintahan Dalam Pelayanan Publik Guna Mewujudkan Pemerintahan Yang Bermartabat.

Lebih terperinci

Peternakan/Husbandary. Jumlah Populasi Ternak Besar Menurut Jenis di Kab. Garut Tahun 2012 Number of livestocks by Kind in Garut, 2012.

Peternakan/Husbandary. Jumlah Populasi Ternak Besar Menurut Jenis di Kab. Garut Tahun 2012 Number of livestocks by Kind in Garut, 2012. 5.4. 01 : Jumlah Populasi Ternak Besar Menurut Jenis di Kab. Garut Tahun 2012 Number of livestocks by Kind in Garut, 2012 Kecamatan District Sapi Perah Sapi Potong Kerbau Domba Kambing Kuda (1) (2) (3)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan umum dari penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Dengan terbitnya Undang-undang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PENGANTAR... I DAFTAR ISI... II DAFTAR TABEL... V DAFTAR GAMBAR... VI BAB I PENDAHULUAN... I-1

DAFTAR ISI PENGANTAR... I DAFTAR ISI... II DAFTAR TABEL... V DAFTAR GAMBAR... VI BAB I PENDAHULUAN... I-1 DAFTAR ISI PENGANTAR... I DAFTAR ISI... II DAFTAR TABEL... V DAFTAR GAMBAR... VI BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. LATAR BELAKANG... I-1 1.2. DASAR HUKUM... I-1 1.3. GAMBARAN UMUM JAWA BARAT... I-4 1.3.1.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA KATA PENGANTAR

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Bupati Lombok Utara tentang

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM WILAYAH

4 KONDISI UMUM WILAYAH 32 4 KONDISI UMUM WILAYAH Kondisi Geografis Kondisi Fisik Wilayah Kabupaten Garut adalah kabupaten yang berada di wilayah selatan Provinsi Jawa Barat. Memiliki luas 311.007,50 ha, dengan ibukota berada

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA KAB. TOBA SAMOSIR BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN KINERJA KAB. TOBA SAMOSIR BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Kabupaten Toba Samosir Kabupaten Toba Samosir dimekarkan dari Kabupaten Tapanuli Utara sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1998 tentang Pembentukan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI LAPORAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BOGOR

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI LAPORAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BOGOR KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2015 dapat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-5

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 315 TAHUN 2011

BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 315 TAHUN 2011 BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 315 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 446 TAHUN 2008 TENTANG PENETAPAN NAMA-NAMA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI,

Lebih terperinci

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

Gambar 9. Peta Batas Administrasi IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Letak Geografis Wilayah Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6 56'49'' - 7 45'00'' Lintang Selatan dan 107 25'8'' - 108 7'30'' Bujur

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN LANDAK DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2014 Bupati Bogor, RACHMAT YASIN

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2014 Bupati Bogor, RACHMAT YASIN KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2014

Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2014 Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2014 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) ini dibuat sebagai perwujudan dan kewajiban suatu Instansi Pemerintah dengan harapan dapat dipergunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, semakin membuka kesempatan yang cukup luas bagi daerah untuk mewujudkan otonomi daerah yang nyata dan bertanggung jawab,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penilaian dan pelaporan kinerja pemerintah daerah menjadi salah satu kunci untuk menjamin penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis, transparan, akuntabel, efisien

Lebih terperinci

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH JEMBER TAHUN ANGGARAN 2016

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH JEMBER TAHUN ANGGARAN 2016 ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN JEMBER TAHUN ANGGARAN 2016 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama

Lebih terperinci

Untuk menjamin penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis, transparan, akuntabel, efisien dan efektif, penilaian dan pelaporan kinerja

Untuk menjamin penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis, transparan, akuntabel, efisien dan efektif, penilaian dan pelaporan kinerja Untuk menjamin penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis, transparan, akuntabel, efisien dan efektif, penilaian dan pelaporan kinerja pemerintah daerah menjadi bagian kunci dalam proses penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1 A. VISI DAN MISI II - 3 B. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN DAERAH II - 5 C. PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH II - 13

BAB I PENDAHULUAN I - 1 A. VISI DAN MISI II - 3 B. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN DAERAH II - 5 C. PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH II - 13 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR HAL i iv vi vii BAB I PENDAHULUAN I - 1 1.1 DASAR HUKUM I - 4 1.2 GAMBARAN UMUM DAERAH I - 3 1. Kondisi Geografis Daerah I - 5 2. Batas Administrasi

Lebih terperinci

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Agroekonomi Kabupaten Garut Kabupaten Garut memiliki 42 kecamatan dengan luas wilayah administratif sebesar 306.519 ha. Sektor pertanian Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Kinerja Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Madiun Th

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Kinerja Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Madiun Th BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, bahwa setiap instansi pemerintah diminta untuk menyampaikan

Lebih terperinci

D A F T A R I S I Halaman

D A F T A R I S I Halaman D A F T A R I S I Halaman B A B I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan I-2 1.3 Hubungan RPJM dengan Dokumen Perencanaan Lainnya I-3 1.4 Sistematika Penulisan I-7 1.5 Maksud

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2015 Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2015 Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2014 dapat

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mencabut: PP 8-2003 file PDF: [1] LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 89, 2007 OTONOMI. PEMERINTAHAN. PEMERINTAHAN DAERAH. Perangkat Daerah. Organisasi.

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI INSPEKTORAT KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Berisi: 1.1 Pemerintahan 1.2 Kepegawaian 1.3 Kondisi Geografis Daerah 1.4 Gambaran Umum Demografi 1.

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Berisi: 1.1 Pemerintahan 1.2 Kepegawaian 1.3 Kondisi Geografis Daerah 1.4 Gambaran Umum Demografi 1. BAB I PENDAHULUAN Bab I Berisi: 1.1 Pemerintahan 1.2 Kepegawaian 1.3 Kondisi Geografis Daerah 1.4 Gambaran Umum Demografi 1.5 Sistematika Penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian dan sektor basis baik tingkat Provinsi Sulawsi Selatan maupun Kabupaten Bulukumba. Kontribusi sektor

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk penyelenggaraan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk penyelenggaraan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2011-2015 Diperbanyak oleh: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Lebih terperinci

BUPATI BUTON UTARA PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN BUPATI BUTON UTARA NOMOR : 53 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BUTON UTARA PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN BUPATI BUTON UTARA NOMOR : 53 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BUTON UTARA PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN BUPATI BUTON UTARA NOMOR : 53 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Kabupaten Purbalingga Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN

Laporan Kinerja Kabupaten Purbalingga Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Nomor 15 Tahun 1996 tentang Penetapan Hari Jadi Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Purbalingga lahir pada tanggal

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kab. Garut Tahun 2013 sebanyak 268,6 ribu rumah tangga

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kab. Garut Tahun 2013 sebanyak 268,6 ribu rumah tangga Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kab. Garut Tahun 2013 sebanyak 268,6 ribu rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Kab. Garut Tahun 2013 sebanyak 32 Perusahaan Jumlah perusahaan

Lebih terperinci

PROFIL BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN SELAYAR.

PROFIL BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN SELAYAR. PROFIL BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN SELAYAR. Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Selayar berkantor dijalan Jenderal Ahmad Yani Nomor 1 Benteng, Nomor Telpon/Fax (0414) 21118, website: bkdselayaronline.blogspot.com,

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi merupakan cara pandang ke depan tentang kemana Pemerintah Kabupaten Belitung akan dibawa, diarahkan dan apa yang diinginkan untuk dicapai dalam kurun

Lebih terperinci

PROFIL BADAN KEPEGAWAIAN DAN DIKLAT DAERAH KABUPATEN WAJO.

PROFIL BADAN KEPEGAWAIAN DAN DIKLAT DAERAH KABUPATEN WAJO. PROFIL BADAN KEPEGAWAIAN DAN DIKLAT DAERAH KABUPATEN WAJO. Badan Kepegawaian dan Diklat Daerah Kabupaten Wajo berkantor dijalan Kejaksaan Nomor 5 B Sengkang, Nomor Telpon (0485) 21021 dan Nomor Fax (0485)

Lebih terperinci

Lubuklinggau, Mei 2011 BUPATI MUSI RAWAS RIDWAN MUKTI

Lubuklinggau, Mei 2011 BUPATI MUSI RAWAS RIDWAN MUKTI Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-nya kegiatan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010-2015 dapat diselesaikan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk penyelenggaraan

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 21 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 21 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 21 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang

Lebih terperinci

2016, No Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republ

2016, No Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republ BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2079, 2016 KEMENDAGRI. Perangkat Daerah. Prov-DKI Jakarta. Pencabutan. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERTANIAN PADI KABUPATEN GARUT

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERTANIAN PADI KABUPATEN GARUT 37 BAB 3 GAMBARAN UMUM PERTANIAN PADI KABUPATEN GARUT Pada bab sebelumnya telah diuraikan mengenai konsep pengembangan wilayah berbasis pada sektor pertanian. Sektor pertanian dianggap penting dilihat

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk penyelenggaraan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G Design by (BAPPEDA) Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Martapura, 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN WONOSOBO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN 8.1 Program Prioritas Pada bab Indikasi rencana program prioritas dalam RPJMD Provinsi Kepulauan Riau ini akan disampaikan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD 38 2008 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI DINAS DAERAH KABUPATEN GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN Lampiran IIa Peraturan Daerah Nomor : 8 TAHUN 2016 Tanggal : 30 December 2016 PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN TAHUN ANGGARAN 2017 KODE TIDAK

Lebih terperinci

DAFTAR RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA TAHUN ANGGARAN 2012

DAFTAR RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA TAHUN ANGGARAN 2012 DAFTAR RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA TAHUN ANGGARAN 2012 SKPD ALAMAT : BADAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN GARUT : Jl. OTTISTA NO. 278 TAROGONG KIDUL NO Nama Kegiatan/Nama Paket Volume & Satuan Lokasi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... D A F T A R I S I Halaman DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... (i) (ii) (vii) PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2016...

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. Kota Metro secara geoafis terletak pada 105, ,190 bujur timur dan 5,60-

BAB IV GAMBARAN UMUM. Kota Metro secara geoafis terletak pada 105, ,190 bujur timur dan 5,60- BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1.Kota Metro Kota Metro secara geoafis terletak pada 105,170-105,190 bujur timur dan 5,60-5,80 lintang selatan, berjarak 45 km dari Kota Bandar Lampung (Ibukota Provinsi Lampung).Wilayah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Hal. Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Gambar... x Daftar Grafik... xi

DAFTAR ISI. Hal. Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Gambar... x Daftar Grafik... xi DAFTAR ISI Hal. Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Gambar... x Daftar Grafik... xi BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan RPJMD dengan

Lebih terperinci

Gambar 1. Hasil Pengamatan Lapang

Gambar 1. Hasil Pengamatan Lapang Lampiran 86 Gambar 1. Hasil Pengamatan Lapang Gambar Gambar Longsor Sukalaksana, Kec.Sucinaraja X : 830452,Y : 9199898, Zona 48S Longsor Girimukti, Kec.Cisewu X : 77650,Y : 9188436, Zona 48S Longsor Pekenjeng,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N A. LATAR BELAKANG DAERAH Pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan daerah Tahun 2016, merupakan pelaksanaan tahun ketiga dari masa jabatan pasangan Drs. H. M. BAMBANG SUKARNO

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i iii x xi BAB I PENDAHULUAN... I - 1 A. Dasar Hukum... I - 1 B. Gambaran Umum Daerah... I - 4 1. Kondisi Geografis Daerah...

Lebih terperinci