PROBLEM BASED LEARNING SEBAGAI METODE PERKULIAHAN KEDOKTERAN YANG EFEKTIF. Tita Menawati Liansyah Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
|
|
- Hartanti Inge Budiman
- 8 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PROBLEM BASED LEARNING SEBAGAI METODE PERKULIAHAN KEDOKTERAN YANG EFEKTIF Tita Menawati Liansyah Universitas Syiah Kuala Banda Aceh Abstract: Problem Based Learning (PBL) is one of the teaching approaches which uses stimulus materials in helping the college students figure out the problems, questions, or issues. PBL tends to implement the active student centered learning (ASCL) where the college students are challenged to examine, to research, to investigate, to observe, to reflect, and to master the relevant knowledge of their own profession in the upcoming years. PBL has been applied at many medical departments in the world, particularly in Indonesia. The implementation of PBL is an appropriate decision and it fits to achieve the medical education program in Indonesia. Keyword: PBL, active student center learning, medical program Program Problem based learning (PBL) pertama kali diimplementasikan oleh Faculty of Health Sciences of McMaster University di Kanada pada tahun 1969 sebagai sebuah cara belajar baru yang radikal dan inovatif dalam pendidikan dokter (Gwee, 2009). Adapun ciri khas dari pelaksanaan PBL di Mc Master University adalah filosofi pendidikan yang berorientasi pada masyarakat, terfokus pada manusia, melalui pendekatan antar cabang ilmu pengetahuan dan belajar berdasar masalah. Akan tetapi sesungguhnya gebrakan PBL untuk merestrukturisasi pendidikan kedokteran sudah dimulai di Universitas McMaster sejak tahun 1950an (Halonen, 2010). Sejak saat itu PBL telah menjadi trend baru pendidikan kedokteran. Kini PBL telah diterapkan pada banyak Fakultas Kedokteran di seluruh dunia termasuk di Indonesia pada khususnya. Kemudian Maastricht Faculty of Medicine di Belanda pada tahun 1976 menyusul sebagai institusi pendidikan kedokteran kedua yang menjalankan program PBL. Berbeda dengan jenis program PBL yang dijalankan di Mc Master University, program PBL di Maastrich lebih menekankan pada konsep tes kemajuan serta pengenalan keterampilan medik sejak awal dimulainya program pendidikan.(uii, 2007). PERKEMBANGAN PBL DI INDONESIA Pemahaman terhadap keuntungan yang diperoleh dari penerapan metode PBL menyebar ke seluruh dunia termasuk negara kita, Indonesia. Pada hakikatnya pendidikan kedokteran di Indonesia bertujuan mendidik mahasiswa lewat proses belajar dengan menyelesaikan suatu kurikulum sehingga memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap untuk memberi pelayanan yang sesuai dengan profesinya, 55
2 56 Pedagogik, Volume 8, Nomor 1, Januari 2015 mengembangkan ilmu kesehatan, dan meningkatkan serta mengembangkan diri dalam aspek ilmu kedokteran. Penerapan program PBL merupakan kurikulum yang tepat serta sesuai untuk mencapai tujuan pendidikan kedokteran di Indonesia. Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair) mulai menerapkan metode PBL sejak tahun 2000 sebagai bagian penerapan kurikulum hybrid yang merupakan proses perubahan dari sistem tradisional (subject-based) menuju sistem intergrasi (system-based). FK Unair melaksanakan PBL dalam 6 modul pada tahun 2000, selanjutnya berkembang menjadi 18 modul dengan peresmian pelaksanaan kurikulum untuk angkatan Perkembangan tersebut merupakan bagian perubahan yang bertahap, karena hambatan utama penerapan PBL adalah masalah kebijakan. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (FK UGM) yang diresmikan pada 5 Maret 1946 merupakan salah satu fakultas kedokteran tertua di Indonesia. FK UGM mulai menjalankan penuh kurikulum PBL sejak angkatan 2003/2004. Aktivitas pembelajaran dalam kurikulum PBL ini meliputi kuliah pakar, tutorial, praktikum di laboratorium, praktikum keterampilan medik, pengalaman belajar di lapangan, dan kepaniteraan di rumah sakit dan puskesmas. (Nur Cahyani,2008) Sedangkan Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala (FK Unsyiah) memakai metode PBL Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang merupakan penerapan dari KBK untuk Pendidikan Kedokteran Dasar yang berpedoman pada SK Menteri Kesehatan No. 1457/MOH/SK/X/2003 dan SK Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) tentang Standar Kompetensi Dokter yang diterbitkan pada April Berdasarkan Rapat Senat FK Unsyiah, maka penerapan PBL KBK dimulai sejak tahun Perkembangan metode PBL yang diaplikasikan di banyak fakultas kedokteran mendorong juga Fakultas Kedokteran Unika Atmajaya (FK UAJ) Jakarta untuk berani menerapkan metode tersebut sebagai salah satu cara pembelajaran (Rukmini, 2006). Rencana Fakultas Kedokteran Unika Atmajaya mengaplikasikan PBL sudah dimulai sejak tahun Serangkaian pertemuan dilakukan jajaran Unit Pendidikan Kedokteran dan pimpinan FK UAJ pada waktu itu untuk memutuskan pembuatan pilot PBL. Tim pilot PBL mulai mengaplikasikan PBL sejak tahun ajaran 2001/2002. PROBLEM BASED-LEARNING Problem-Based Learning menekankan active student center learning (AASCL) dimana para mahasiswa ditantang untuk menguji, mencari, menyelidiki merefleksikan, memahami makna, dan memahami ilmu dalam konteks yang relevan dengan profesi mereka di masa datang (Harsono, 2004). Problem Based Learning merupakan suatu pendekatan pendidikan dengan menggunakan bahan stimulus untuk membantu mahasiswa berdiskusi tentang masalah yang penting, pertanyaan maupun issue (Boud & Felleti cit Saryono et al., 2006).
3 Tita Menawati Liansyah, Problems-Based Learning. 57 Problem Based Learning (PBL) adalah metode pendidikan yang mendorong mahasiswa untuk mengenal cara belajar dan bekerjasama dalam kelompok untuk mencari penyelesaian masalah-masalah di dunia nyata. Simulasi masalah digunakan untuk mengaktifkan keingintahuan mahasiswa sebelum mulai mempelajari suatu subyek. PBL menyiapkan mahasiswa untuk berpikir secara kritis dan analitis, serta mampu untuk mendapatkan dan menggunakan sumber-sumber belajar secara tepat. Disamping itu, PBL dapat dikatakan sebagai suatu kurikulum dan proses. Yang dimaksud dengan kurikulum disini yaitu bahwa PBL menuntut kemahiran mahasiswa dalam pengetahuan yang kritis, keahlian dalam memecahkan masalah, strategi pembelajaran mandiri, dan kemampuan berpartisipasi dalam tim melalui masalah yang dipilih dan didisain dengan hati-hati. Sedangkan yang dimaksud dengan proses yaitu PBL merupakan tiruan dari pendekatan sistemik yang biasa digunakan untuk memecahkan masalah atau menjawab tantangan dalam kehidupan dan karier profesi (Nur Cahyani, 2008). Karakteristik PBL Di dalam PBL mahasiswa menggunakan masalah dari sebuah skenario sebagai trigger (pemicu) untuk menentukan tujuan pembelajaran. Kemudian mahasiswa melakukan belajar secara mandiri dan diarahkan sendiri, sebelum kembali ke dalam kelompok untuk membahas dan menyempurnakan pengetahuan yang diperoleh (Wood, 2003). Jadi terdapat perbedaan antara konsep PBL (Problem- Based Learning) dan pemecahan masalah (problem solving). Pemecahan masalah menempatkan masalah sebagai target untuk dipecahkan, sedangkan PBL menggunakan masalah yang tepat sebagai pemicu untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman. Namun bisa saja masalah yang digunakan sebagai pemicu dalam PBL merupakan masalah yang perlu dipecahkan oleh mahasiswa. Walaupun hanya sebagai pemicu, masalah yang digunakan dalam PBL hendaknya realistis, membumi, sering dijumpai, sesuai dengan konteks masalah sesungguhnya yang akan dihadapi mahasiswa ketika telah menjadi dokter praktik (Wood, 2003). Dalam buku Standar Kompetensi Dokter yang dikeluarkan Konsil Kedokteran Indonesia menegaskan bahwa yang diharapkan adalah kompetensi dokter untuk memberikan pelayanan kesehatan tingkat primer, bukan pelayanan kesehatan tingkat sekunder atau spesialistik (KKI, 2006b). Selain itu, masalah yang dikemukakan dalam PBL sebaiknya tidak bersifat monolitik yang hanya memicu hadirnya pengetahuan tunggal, melainkan masalah yang terbuka yang memicu mahasiswa untuk mengeksplorasi pengetahuan transdisipliner (Halonen, 2010). PBL menekankan pengetahuan awal ( pre-existing knowledge, prior knowledge ) mahasiswa: Mulailah dengan yang Anda ketahui. Mahasiswa kemudian mengambil peran aktif dalam merencanakan, menata, dan memilih masalah-masalah yang akan menjadi tujuan pembelajaran.
4 58 Pedagogik, Volume 8, Nomor 1, Januari 2015 Langkah-Langkah Dasar PBL Dalam metode pembelajaran PBL, mahasiswa membagi diri dalam kelompok-kelompok kecil, lalu suatu masalah yang realistis disajikan dan didiskusikan. Kemudian mahasiswa mengidentifikasi apa yang sudah diketahui dalam hubungannya dengan masalah ( pre-existing knowledge ) yang meliputi: 1. Informasi apa yang dibutuhkan 2. Strategi atau langkah-langkah apa yang selanjutnya perlu diambil untuk mempelajari pengetahuan atau informasi dan keterampilan yang diperlukan untuk menjawab masalah. Kemudian masing-masing mahasiswa meneliti berbagai isu dan mengumpulkan sumber informasi. Sumber daya atau sumber informasi yang digunakan mahasiswa dievaluasi oleh kelompok. Pengetahuan atau informasi atau keterampilan baru dibagikan kepada anggota kelompok lainnya. Siklus seperti itu diulangi sampai mahasiswa merasa bahwa semua masalah atau isu telah terjawab dengan memuaskan. Mahasiswa bisa mengajukan saran, solusi, atau hipotesis. Kemudian pada akhirnya tutor melakukan evaluasi kinerja kelompok (Halonen, 2010). PBL SEBAGAI BAGIAN DARI STUDENT CENTERED LEARNING Pada sistem pembelajaran Student Centered Learning (ASCL) mahasiswa dituntut aktif mengerjakan tugas dan mendiskusikannya dengan dosen sebagai fasilitator. Dengan aktifnya mahasiswa, maka kreativitas mahasiswa akan terpupuk. Kondisi tersebut akan mendorong dosen untuk selalu mengembangkan dan menyesuaikan materi kuliahnya dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang menyediakan banyak cara untuk mendapatkan informasi sumber belajar, memberikan peluang untuk mengembangkan metode-metode pembelajaran baru secara optimal sehingga mendukung upaya mewujudkan kompentensi yang diharapkan. Kemajuan tehnologi juga memungkinkan mahasiswa melakukan kegiatan belajar tidak hanya secara formal, tetapi belajar melalui berbagai media atau sumber. Dengan demikian dosen bukan lagi sebagai sumber belajar utama, akan tetapi sebagai mitra pembelajaran. Pada model pembelajaran ASCL, berarti mahasiswa harus didorong untuk memiliki motivasi dalam diri mereka sendiri kemudian berupaya keras mencapai kompentensi yang diinginkan. Hal ini bisa dilakukan dengan cara banyak berdiskusi, maka mahasiswa berani mengemukakan pendapat, belajar memecahkan masalah yang dihadapi dan tidak takut pada dosen. Harapannya dengan diterapkan sistem pembelajaran ASCL adalah mahasiswa aktif dan kreatif, menyelesaikan tugas akhir dengan lancer dan cepat, karena konsultasi pada dosen tidak punya rasa takut, dengan harapan mahasiswa dapat menyelesaikan studi dengan lancar dan tepat waktu sesuai dengan target atau bahkan bisa lebih cepat dari standar waktu masa studi. Selanjutnya mahasiswa setelah lulus diharapkan mampu berkompetisi di dunia kerja (Hadi, 2007).
5 Tita Menawati Liansyah, Problems-Based Learning. 59 Student Centered Learning (ASCL) merupakan pendekatan dalam pembelajaran yang memfasilitasi pembelajar untuk terlibat dalam proses experiential learning. Bila pembelajar itu dapat dikategorikan ke dalam tipe-tipe activist, reflector, theorist, dan pragmatist, berarti pendekatan ASCL tersebut merupakan metode yang dapat memfasilitasi pembelajar, dalam hal ini mahasiswa sehingga secara langsung ataupun tidak dapat terlibat dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran ASCL, pada saat ini diusulkan menjadi model pembelajaran yang sebaiknya digunakan karena memiliki beberapa keunggulan yaitu: 1. Mahasiswa atau peserta didik akan dapat merasakan bahwa pembelajaran menjadi miliknya sendiri karena mahasiswa diberi kesempatan yang luas untuk berpartisipasi. 2. Mahasiswa memiliki motivasi yang kuat untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. 3. Tumbuhnya suasana demokratis dalam pembelajara sehingga akan terjadi dialog dan diskusi untuk saling belajar-membelajarkan di antara mahasiswa 4. Dapat menambah wawasan pikiran dan pengetahuan bagi dosen atau pendidik karena sesuatu yang dialami dan disampaikan mahasiswa mungkin belum diketahui sebelumnya oleh dosen. Keunggulan-keunggulan yang dimiliki model pembelajaran ASCL tersebut akan mampu mendukung upaya ke arah pembelajaran yang efektif dan efisien (Harsono, 2009; Sudjana, 2005). Penerapan ASCL di perguruan tinggi dapat diartikan sebagai kegiatan yang terprogram dalam desain FEE (facilitating, empowering, enabling), untuk mahasiswa belajar secara aktif yang menekankan pada sumber belajar. Dengan demikian, pembelajaran merupakan proses pengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir mahasiswa, serta dapat meningkatkan danmengkontruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan dan pengembangan yang baik terhadap materi perkulihan (Dikti,2004). ASCL adalah pembelajaran yang berpusat pada aktivitas belajar mahasiswa, bukan hanya pada aktivitas dosen mengajar. Hal ini sesuai dengan model pembelajaran yang terprogram dalam desain FEE. Situasi pembelajaran dalam ASCL di antaranya bercirikan yaitu mahasiswa belajar baik secara individu maupun berkelompok untuk membangun pengetahuan, dengan cara mencari dan menggali sendiri informasi dan teknologi yang dibutuhkan secara aktif daripada sekadar menjadi penerima pengetahuan secara pasif, dosen lebih berperan sebagai FEE dan guides on the sides daripada sebagai mentor in the centered, yaitu membantu mahasiswa mengakses informasi, menata dan mentransfernya guna menemukan solusi terhadap permasalahan nyata sehari-hari, daripada sekadar sebagai gatekeeper of information, mahasiswa tidak sekadar kompeten dalam bidang ilmunya, tetapi juga kompeten dalam belajar. Artinya, mahasiswa tidak hanya menguasai isi matakuliahnya, tetapi mereka juga belajar tentang bagaimana belajar (learn how to learn), melalui discovery, inquiry, dan problem solving dan terjadi pengembangan, belajar menjadi kegiatan komunitas
6 60 Pedagogik, Volume 8, Nomor 1, Januari 2015 yang difasilitasi oleh dosen, yang mampu mengelola pembelajarannya menjadi berorientasi pada mahasiswa, belajar lebih dimaknai sebagai belajar sepanjang hayat (life long learning), suatu keterampilan yang dibutuhkan dalam dunia kerja, belajar termasuk memanfaatkan teknologi yang tersedia, baik berfungsi sebagai sumber informasi pembelajaran maupun sebagai alat untuk pemberdayaan mahasiswa dalam mencapai ketrampilan utuh (intelektual, emosional, dan psikomotor) yang dibutuhkan(randhani,2009). Sebuah perguruan tinggi yang menerapkan metode pembelajaran dengan model ASCL mempunyai beberapa karakteristik yang dapat kita temui antara lain adanya berbagai aktivitas dan tempat belajar, display hasil karya mahasiswa, tersedia banyak materi belajar, tersedia banyak tempat yang nyaman untuk diskusi atau bercengkerama, terjadi kelompok- kelompok dan interaksi multi-angkatan, ada keterlibatan dunia bisnis/industri dan masyarakat lainnya, jam buka perpustakaan fleksibel (Hadi, 2007) Peran dosen dalam proses pembelajaran model ASCL memiliki peran yang penting dalam pelaksanaan model ini yang meliputi bertindak sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran, mengkaji kompetensi matakuliah yang perlu dikuasai mahasiswa di akhir pembelajaran, merancang strategi dan lingkungan pembelajaran yang dapat menyediakan beragam pengalaman belajar yang diperlukan mahasiswa dalam rangka mencapai kompetensi yang dituntut mata kuliah, membantu mahasiswa mengakses informasi, menata dan memprosesnya untuk dimanfaatkan dalam pemecahan permasalahan sehari hari, mengidentifikasi dan menentukan pola penilaian hasil belajar mahasiswa yang relevan dengan kompetensi yang akan diukur (Ramdhani, 2009). Dalam pelaksanaan model pembelajaran ini mahasiswa juga mempunyai peranan yang tidak kalah penting karena mahaiswa termasuk salah satu yang ikut menentukan proses pembelajaran model ini berhasil atau tidak. Peran mahasiswa meliputi mengkaji kompetensi matakuliah yang dipaparkan dosen, mengkaji strategi pembelajaran yang ditawarkan dosen, membuat rencana pembelajaran untuk matakuliah yang diikuti, belajar secara aktif (dengan cara mendengar, membaca, menulis, diskusi, dan terlibat dalam pemecahan masalah serta lebih penting lagi terlibat dalam kegiatan berpikir tingkat tinggi, seperti analisis, sintesis dan evaluasi), baik secara individu maupun kelompok (Hadi, 2007). Agar pembelajaran model ASCL dapat diimplementasikan secara efektif dan efisien, maka perguruan tinggi juga mempunyai peranan dalam (1) mengkaji kurikulum, program pembelajaran dan sistem penilaian hasil belajar yang mengacu pada ASCL, (2) membuat kebijakan tentang sosialisasi dan penerapan active student center learning (ASCL) di institusinya, (3) menciptakan lingkungan belajar yang kondusif untuk terlaksananya ASCL dengan menciptakan networking dengan dunia kerja, lembaga-lembaga masyarakat, atau instansi yang terkait, (4) membenahi pola pikir (mindset) pada dosen dan pengelola program pendidikan pada umumnya tentang pentingnya mengubah paradigma mengajar berorientasi pada dosen semata pada pola pembelajaran yang berorientasi pada mahasiswa yang dicirikan dengan adanya interaksi yang positif dan konstruktif antara dosen dan mahasiswa dalam
7 Tita Menawati Liansyah, Problems-Based Learning. 61 membangun pengetahuan, (5) melatih dan memberikan dukungan yang penuh kepada para dosen dalam menerapkan ASCL dalam proses pembelajaran, (6) memanfaatkan perencanaan pembelajaran yang berorientasi ASCL, yang dikembangkan para dosen, dalam pengadaan sarana dan prasarana pendukung pembelajaran, dan (7) menciptakan sistem yang memungkinkan dosen dan seluruh civitas akademica dapat berkomunikasi dan berkoordinasi serta akses terhadap IT (information technology) (Ramdhani,2006). Pemahaman peran dari ketiga elemen utama proses pembelajaran sebagaimana diuraikan di atas, akan mampu mendukung efektivitas metodemetode pembelajaran yang masuk dalam klasifikasi model pembelajaran ASCL. Adapun metode-metode yang dimaksud adalah small group discussion, role-play and simulation, case study, discovery learning, self- directed learning, cooperative learning, collaborative learning, contextual learning, project based learning; dan problem based learning and inquiry (Dikti, 2009). Keuntungan dan Kerugian PBL PBL memberikan aneka keuntungan sebagai berikut (Halonen, 2010): 1. Kemampuan retensi dan recall pengetahuan lebih besar 2. Mengembangkan keterampilan interdisipliner: Mengakses dan menggunakan informasi dari aneka domain subjek Mengintegrasikan pengetahuan dengan lebih baik Mengintegrasikan belajar di kelas dan lapangan 3. Mengembangkan keterampilan belajar seumur hidup: Cara meneliti Cara berkomuniasi dalam kelompok Cara mengatasi masalah 4. Menciptakan lingkungan belajar yang aktif, kooperatif, penilaian diri dan kelompok (peer assessment), berpusat pada mahasiswa, efektivitas tinggi. 5. Menciptakan lingkungan belajar yang memberikan Umpan balik segera Kesempatan untuk mempelajari aneka sasaran belajar yang disukai Kesempatan untuk belajar pada berbagai tingkat pembelajaran (taksonomi Bloom) 6. Menciptakan lingkungan belajar yang dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan memecahkan masalah. 7. Meningkatkaan motivasi dan kepuasan mahasiswa, interaksi mahasiswamahasiswa, dan interaksi mahasiswa-dosen/ instruktur Kerugian PBL sebagai berikut (Halonen, 2010): 1. Membutuhkan perencanaan dan sumberdaya yang sangat besar: Pembuatan skenario, meliputi masalah, kasus, situasi. Penyediaan sumberdaya untuk mahasiswa, misalnya, ruang diskusi, literatur, perpustakaan tradisional maupun e-library, narasumber, tenaga profesional di bidangnya
8 62 Pedagogik, Volume 8, Nomor 1, Januari Membutuhkan komitmen untuk menjalankan PBL, dan kesediaan dosen untuk menghargai pengetahuan, pengalaman, dan ketrampilan yang diperoleh mahasiswa selama proses pembelajaran. 3. Memerlukan perubahan paradigma: Pergeseran dari fokus dari apa yang diajarkan dosen (teacher-centered) menjadi apa yang dipelajari mahasiswa (student-centered). Perubahan pandangan dosen sebagai pakar yang berperan sebagai bank pengetahuan melalui kuliah dan peragaan di kelas, menjadi dosen sebagai fasilitator atau tutor pembelajaran. SIMPULAN Penerapan program PBL merupakan kurikulum yang tepat serta sesuai untuk mencapai tujuan pendidikan kedokteran di Indonesia. PBL menekankan active student center learning (ASCL) dimana para mahasiswa ditantang untuk menguji, mencari, menyelidiki merefleksikan, memahami makna, dan memahami ilmu dalam konteks yang relevan dengan profesi mereka di masa datang. ASCL adalah pembelajaran yang berpusat pada aktivitas belajar mahasiswa, bukan hanya pada aktivitas dosen mengajar. DAFTAR PUSTAKA UII team PBL. Diakses pada tanggal 10 Februari 2015 dari Gwee M (2009). Problem-based learning: A strategic learning system design for the education of healthcare professionals in the 21ST Century. The Kaohsiung Journal of Medical Sciences, 25 (5), Halonen D Problem based learning: A case study. University fo Manitoba.auspace.athabascau.ca:8080/.../Problem%20Based%20Learning.pp t. Diakses 12 Februari 2015 Nur Cahyani, N., Marchira, C. R., P., Sumarni Hubungan Persepsi Mahasiswa terhadap Tutorial dengan Prestasi Belajar Blok 16 Endocrine and Metabolism di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Jurnal Pendidikan Kedokteran dan Profesi Kesehatan Indonesia Vol. 3, No. 3: Rukmini, Elisabeth Evaluation of Pilot PBL Implementation at The Faculty of Medicine Atma Jaya Catholic University. Jurnal Pendidikan Kedokteran dan Profesi Kesehatan Indonesia Vol. 1, No. 3: Harsono Aplikasi ASCL dalam Proses Pembelajaran dalam usd.ac.id/ KKI. 2006a. Standar pendidikan profesi dokter. Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia. KKI. 2006b. Standar kompetensi dokter. Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia. Wood DF ABC of learning and teaching in medicine. Problem based learning. BMJ, 326
9 Tita Menawati Liansyah, Problems-Based Learning. 63 Hadi, R Dari Teacher-Centered Learning ke Student-Centereded Learning: Perubahan Metode Pembelajaran di Perguruan Tinggi. Insania, Vol.12, No. 3. hal Sudjana S., D Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung: Production Ditjen Dikti Depdiknas Tanya Jawab Seputar Unit dan Proses Pembelajaran di Perguruan Tinggi. Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional. Ramdhani, Neila Ruh Experiential Learning dalam ASCL, dalam
Bab 1 KURIKUKULUM BERBASIS KOMPETENSI DAN PROBLEM-BASED LEARNING
Bab 1 KURIKUKULUM BERBASIS KOMPETENSI DAN PROBLEM-BASED LEARNING AREA KOMPETENSI DOKTER Fakultas Kedokteran UNS memiliki visi menyelenggarakan program studi pendidikan dokter yang berkualitas dan memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Dikti (2007), materi pembelajaran pendidikan tinggi di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Dikti (2007), materi pembelajaran pendidikan tinggi di Indonesia saat ini umumnya disusun tidak mengikuti taksonomi dimensi pengetahuan yang akan dicapai
Lebih terperinciDari Teacher-Centered Learning ke Student-Centereded Learning:
Dari Teacher-Centered Learning ke Student-Centereded Learning: Perubahan Metode Pembelajaran di Perguruan Tinggi Rahmini Hadi *) *) Penulis adalah sarjana ekonomi manajemen, staf administrasi di Pusat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. didik. Belajar tidak hanya menerima informasi dari orang lain. Belajar yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar melibatkan keterampilan dan perilaku baru bagi peserta didik. Belajar tidak hanya menerima informasi dari orang lain. Belajar yang sesungguhnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kurikulum Problem-Based Learning (PBL) diperkenalkan pertama kali di
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurikulum Problem-Based Learning (PBL) diperkenalkan pertama kali di Fakultas Kedokteran Universitas McMaster Kanada pada tahun 1969, selanjutnya banyak fakultas
Lebih terperinciPEDOMAN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB IV PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN
BAB IV PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN Kegiatan pembelajaran di Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dengan menekankan
Lebih terperinciHUBUNGAN PRIOR KNOWLEDGE TERHADAP KEEFEKTIFAN KELOMPOK PADA METODE BELAJAR PROBLEM BASED LEARNING DI PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN STIK IMMANUEL
HUBUNGAN PRIOR KNOWLEDGE TERHADAP KEEFEKTIFAN KELOMPOK PADA METODE BELAJAR PROBLEM BASED LEARNING DI PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN STIK IMMANUEL Imelda Martina GS STIK Immanuel Abstrak Keefektifan kelompok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jadi, yang tinggal dipindahkan ke orang lain dengan istilah transfer of knowledge.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pergeseran pembelajaran adalah pergeseran paradigma, yaitu paradigma dalam cara kita memandang pengetahuan, paradigma belajar dan pembelajaran itu sendiri. Paradigma
Lebih terperinciPENGEMBANGAN TATA LAKSANA PROGRAM PERKULIAHAN JURUSAN SISTEM INFORMASI ITS DENGAN METODE SCL
PENGEMBANGAN TATA LAKSANA PROGRAM PERKULIAHAN JURUSAN SISTEM INFORMASI ITS DENGAN METODE SCL Dewi Indira Sari Ir. Achmad Holil Noor Ali, M.Kom Jurusan Sistem Informasi Fakultas Teknologi Informatika Institut
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarakan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan : Hasil belajar siswa SMA Negeri 2 Serui Kabupaten Kepulauan Yapen,
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarakan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan : Hasil belajar siswa SMA Negeri 2 Serui Kabupaten Kepulauan Yapen, Provinsi Papua dengan pembelajaran berbasis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Pada beberapa tahun terakhir ini terjadi inovasi. di dalam sistem pendidikan kedokteran di Indonesia,
BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Pada beberapa tahun terakhir ini terjadi inovasi di dalam sistem pendidikan kedokteran di Indonesia, yang sebelumnya pembelajaran berbasis pengajar (teacher-centered
Lebih terperinciPENERAPAN PROBLEM BASED LEARNIN (PBL) DALAM KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI
PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNIN (PBL) DALAM KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI Amelia Dwi Fitri Bagian Pendidikan Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi Email: dwifitri.amelia@yahoo.co.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Pergeseran paradigma pendidikan kedokteran di Indonesia dari pembelajaran berpusat pada pendidik (teacher centered learning/tcl) kearah pembelajaran berpusat pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manajemen waktu dapat dilakukan dengan metode Problem Based. pendekatan SCL adalah metode pembelajaran dengan Problem Based
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Student center learning (SCL) atau pembelajaran yang berfokus pada peserta didik merupakan model pembelajaran yang menempatkan peserta didik sebagai pusat dari proses
Lebih terperinciMATERI 2. copyright: dit.akademik.ditjen dikti
MATERI 2 MEMILIH METODE PEMAN PROGRAM OUTCOMES MACAM METODE KOMPETENSI (contoh) KULIAH SEMINAR / DISKUSI / PRESENTASI PRAKTIKUM / STUDI LAPANGAN Computer Aided MANDIRI Kemampuan komunikasi? Penguasaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan (Hung dkk., 2008). Sistem pembelajaran problem-based learning
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem pembelajaran problem-based learning adalah metode pembelajaran yang memfasilitasi mahasiswa dengan pengetahuan yang sesuai untuk memecahkan masalah (Schmidt,
Lebih terperinciBedah Kasus: Student Centered Learning untuk Mengasah Kompetensi Manajemen. Salah Satu Teknik Pembelajaran. Rahmini Hadi *) Pendahuluan
Bedah Kasus: Salah Satu Teknik Pembelajaran Student Centered Learning untuk Mengasah Kompetensi Manajemen Rahmini Hadi *) *) Penulis adalah Magister Sains di bidang Ilmu Manajemen, dengan spesialisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar yang diselenggarakan di lingkungan pendidikan formal atau sekolah dimaksudkan untuk mengarahkan perubahan pada diri siswa secara terencana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memecahkan masalah (problem solving skill) serta berfokus pada mahasiswa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem PBL (Problem Based Learning) merupakan metoda pembelajaran yang meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam hal berpikir kritis dan memecahkan masalah (problem solving
Lebih terperinci21/04/2006 Draft MODUL TEACHING LEARNING
PERUBAHAN PEMBELAJARAN DARI TEACHER CENTERED LEARNING MENJADI STUDENT CENTERED LEARNING MENGAPA HARUS MELAKUKAN PERUBAHAN PEMBELAJARAN? APAKAH DENGAN SISTIM PEMBELAJARAN YANG BIASA DILAKUKAN SUDAH DIANGGAP
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Problem based learning (PBL) adalah metode belajar mengajar aktif yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Problem based learning (PBL) adalah metode belajar mengajar aktif yang telah digunakan oleh pendidik selama lebih dari 50 tahun. Pembelajaran berbasis masalah ini
Lebih terperinciAdult Learning dan Berpikir Kritis. By : Kelompok 6
Adult Learning dan Berpikir Kritis By : Kelompok 6 Anggota kelompok Wahyu Prasetyo A. (09020037) Cut Ainunin Nova (09020038) Riza Nur Azizi (09020039) Fadhiel Yudistiro (09020040) Fatimah (09020041) Erwin
Lebih terperinciSTRATEGI PEMBELAJARAN PENDEKATAN SCL
MATERI 4 STRATEGI PEMBELAJARAN PENDEKATAN SCL (STUDENT CENTERED LEARNING) Susbstansi: 1. TCL vs SCL 2. Ragam Pembelajaran SCL 3. Kemampuan yg diperoleh Mhs menurut model 4. Apa yg hrs dilakukan oleh: a.
Lebih terperinciTim Pengembang Kurikulum DIKTI
Tim Pengembang Kurikulum DIKTI Pengertian pembelajaran PENDIDIK INTERAKSI SUMBER BELAJAR PESERTA DIDIK PEMBELAJARAN BERPUSAT PADA DOSEN/ GURU PEMBELAJARAN BERPUSAT PADA MAHASISWA MENGAPA HARUS STUDENT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tinggi yang bersifat mendasar berupa perubahan dari pandangan kehidupan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kehidupan di abad XXI menghendaki dilakukannya perubahan pendidikan tinggi yang bersifat mendasar berupa perubahan dari pandangan kehidupan masyarakat lokal ke masyarakat
Lebih terperinciGambaran Pelaksanaan Problem-Based Learning Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi
Gambaran Pelaksanaan Problem-Based Learning Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi Anggia Rohdila Sari 1, Nyimas Natasha Ayu Shafira 2 Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni pada era global
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni pada era global saat ini, menuntut perguruan tinggi untuk menyesuaikan tuntutan dunia kerja, alasan ini dikembangkan
Lebih terperinciContoh Pendidikan Karakter Dalam Mata Kuliah: Sikap Mental Etika Profesi
Majelis Pendidikan Tinggi Dewan Pendidikan Tinggi Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Kopertis Wilayah V Yogyakarta, 4 April 2017 Contoh Pendidikan Karakter Dalam Mata Kuliah: Sikap Mental
Lebih terperinciKURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015
KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 1 1.3c MODEL PROBLEM BASED LEARNING 2 Model Problem Based Learning 3 Definisi Problem Based Learning : model pembelajaran yang dirancang agar peserta
Lebih terperinciModel pembelajaran dengan pendekatan SCL
Modul 6 Model pembelajaran dengan pendekatan SCL 1. Small Group Discussion 2. Role-Play & Simulation 3. Case Study 4. Discovery (DL) 5. Self-Directed (SDL) 6. Cooperative (CL) 7. Collaborative (CbL) 8.
Lebih terperinciBab II TINJAUAN PUSTAKA
Bab II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Interprofessional Education (IPE) a. Definisi IPE Menurut the Center for the Advancement of Interprofessional Education (CAIPE, 1997), IPE adalah dua atau
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING BERBASIS MODUL DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP JAMUR
PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING BERBASIS MODUL DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP JAMUR 1 Musriadi 2 Rubiah 1&2 Dosen Fakultas Keguruan dan Pendidikan, Universitas Serambi Mekkah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. quality teaching and learning (Halpern, 1997 dalam Supratiknya & Kristiyani,
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar belakang Pembelajaran merupakan salah satu kegiatan pokok setiap perguruan tinggi. Di lingkungan perguruan tinggi di berbagai negara marak gerakan ke arah quality teaching and
Lebih terperinciProblem-based learning (PBL) berbasis teknologi informasi (ICT)
Problem-based learning (PBL) berbasis teknologi informasi (ICT) RANGKUMAN I Wayan Warmada Laboratorium Bahan Galian Jurusan Teknik Geologi FT-UGM 1 Apa dan bagaimana? PBL adalah metode belajar yang menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan individual discovery, proses pembelajaran yang sebelumnya lebih
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia terus dilakukan oleh berbagai instansi yang dilandasi akan pentingnya pendidikan dalam pengembangan sumber daya manusia.
Lebih terperinciyahoo.com
endrotomoits@ yahoo.com endrop3ai@ its.ac.id endrotomoits@yahoo.com endrotomoits@yahoo.com endrotomoits@yahoo.com KEMAMPUAN APA YANG BISA DIHASILKAN DENGAN CERAMAH/ KULIAH Mendengarkan Mencatat yang ia
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Konsep Student Center Learning (SCL) a. Pengertian Metode pembelajaran student center learning (SCL) merupakan metode pembelajaran yang memfokuskan pada
Lebih terperinciKEGIATAN DOSEN MAGANG DIKTI UNPAD
KEGIATAN DOSEN MAGANG DIKTI UNPAD Hari : Selasa, 5 juli 2011 pada pukul 08.00 Jam : 08.00-10.00 Oleh : drg. Gilang Yubiliana Kegiatan ini diawali dengan penjelasan dari drg. Gilang Yubiliana tentang Metode
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu model
6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Problem Based Learning (PBL) Model pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu model pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. universitas dimana mahasiswa sebagai komponen didalamnya sebagai peserta
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang perlu dan harus berinteraksi dengan sesama, oleh karena itu manusia harus memiliki kemampuan intelektual. Salah
Lebih terperinciMEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol.1 No.3 September 2014
HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PERAN TUTOR PADA TUTORIAL DENGAN PRESTASI BELAJAR DI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS TADULAKO Indah Puspasari Kiay
Lebih terperinciSoftskill, Kurikulum, Dosen, dan Mahasiswa. Bertalya Universitas Gunadarma
Softskill, Kurikulum, Dosen, dan Mahasiswa Bertalya Universitas Gunadarma TIM PROGRAM HIBAH KOMPETISI BERBASIS INSTITUSI (PHKI) BATCH 3 Universitas Gunadarma (2010 2012) Ketua Pelaksana : Dr. Asep Djuarna..
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Lebih terperinciMEMILIH METODE/BENTUK/MODEL PEMBELAJARAN
Modul 6 MEMILIH METODE/BENTUK/ PEMAN KEMAMPUAN YANG HARUS DICAPAI CERAMAH SEMINAR / DISKUSI METODE/ PEMAN PRAKTIKUM PROBLEM BASE LEARNING PROJECT BASE LEARNING COLLABORATIVE LEARNING SIMULASI. Kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tinggi diharapkan proses pemahaman akan menjadi lebih berkembang dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuntutan era globalisasi membuat setiap orang harus mampu untuk bersaing sesuai kompetensi yang dimiliki. Upaya pengembangan sumber daya manusia (SDM) tertuju pada
Lebih terperinci: Indrayanti, S.Kep; Ns. : STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta : drg. Gilang Yubiliana
Nama Institusi Tugas : Indrayanti, S.Kep; Ns. : STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta : drg. Gilang Yubiliana Selasa, 5 Juli 2011 Kegiatan : Pertemuan di BAA dengan dr. Gilang Yubiliana Pertemuan dengan dr.
Lebih terperinciPenyusunan RPKPS dengan strategi student-centered learning. Harsono Pusat Pengembangan Pendidikan Universitas Gadjah Mada
Penyusunan RPKPS dengan strategi student-centered learning Harsono Pusat Pengembangan Pendidikan Universitas Gadjah Mada Lima Pilar Utama RPKPS: 1. Materi lebih didekatkan pada persoalan nyata 2. Integrasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Problem-Based Learning (PBL) pelajaran (Sudarman, 2007).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Problem-Based Learning (PBL) 2.1.1 Definisi Problem-Based Learning (PBL) Problem-Based Learning (PBL) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia kerja
Lebih terperinciDr. Katharina Rustipa, M.Pd.
Dr. Katharina Rustipa, M.Pd. Capaian Pembelajaran: Peserta dapat: Memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan capaian pembelajaran. Menjelaskan cara memilih metode pembelajaran Menjelaskan hubungan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kedokteran dasar di Indonesia. Dari sistem konvensional berupa teacher
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan paradigma pendidikan kedokteran, menyebabkan perlu diadakan perubahan pada kurikulum pendidikan dokter khususnya kedokteran dasar di Indonesia. Dari sistem konvensional
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Metode pembelajaran PiTBL berdampak positif terhadap nilai student
130 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1. Kesimpulan 1. Metode pembelajaran PiTBL berdampak positif terhadap nilai student engagement, dibuktikan dengan nilai rata-rata student engagement di tiap minggu pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat di era
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat di era globalisasi ini. Selain itu, dengan adanya pasar bebas AFTA dan AFLA serta APEC tentu saja telah
Lebih terperinciPENDAPAT MAHASISWA TERHADAP IMPLEMENTASI PBL PADA KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
PENDAPAT MAHASISWA TERHADAP IMPLEMENTASI PBL PADA KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN Richa prianty Dosen Program Studi S1 Keperawatan STIKes Dharma Husada Bandung ABSTRACT Background:
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Masalah Matematis Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran berbasis masalah, sebelumnya harus dipahami dahulu kata masalah. Menurut Woolfolk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi sekarang ini, setiap orang dihadapkan pada berbagai macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut maka setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Suatu metode pembelajaran digunakan sesuai dengan. tujuan dan materi pembelajaran, serta karakteristik
BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Suatu metode pembelajaran digunakan sesuai dengan tujuan dan materi pembelajaran, serta karakteristik mahasiswa maupun sumber daya yang ada. Pembelajaran merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Situasi pembelajaran merupakan pertimbangan utama sekolah kedokteran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Situasi pembelajaran merupakan pertimbangan utama sekolah kedokteran untuk melakukan pembaharuan dan memajukan kualitas sebagai institusi pendidikan dengan memberikan
Lebih terperinci2015 PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENGETAHUAN SISWA DALAM MATA PELAJARAN IPS SD
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata pelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) yang selama ini berlangsung di Sekolah Dasar lebih menekankan pada pembelajaran yang bersifat ekspositori. Dimana siswa
Lebih terperinciVALIDASI MODEL KOMPETENSI DOSEN STUDENT CENTERED LEARNING. Wahyu Widhiarso. Disampaikan pada seminar hasil penelitian
VALIDASI MODEL KOMPETENSI DOSEN DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS STUDENT CENTERED LEARNING Wahyu Widhiarso Disampaikan pada seminar hasil penelitian LPPM UGM Latar Belakang Permasalahan Pembelajaran di UGM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian integral dari pembangunan. Proses pendidikan tidak dapat dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri. Pembangunan diarahkan dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Slameto (2003) menyatakan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Belajar merupakan suatu proses kegiatan untuk memperoleh perubahan dengan tujuan, dimana setiap manusia memiliki cara yang berbeda. Kesulitan belajar yang dihadapi mahasiswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan daya saing dalam pencarian, perolehan dan penciptaan pekerjaan. Pada
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan penyelenggaraan pendidikan oleh sebuah institusi adalah untuk menyediakan dan menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan dan daya saing dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan kedokteran diharapkan dapat berperan serta dalam Sistem
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan globalisasi, lulusan pendidikan kedokteran diharapkan dapat berperan serta dalam Sistem Kesehatan Nasional dan mengikuti
Lebih terperinciII. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning)
7 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning) Untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar, para ahli pembelajaran telah menyarankan penggunaan
Lebih terperinciStandard Operating Procedure. FASILITATOR PBL (Problem Based Learning)
Standard Operating Procedure FASILITATOR PBL (Problem Based Learning) PROGRAM STUDI SARJANA KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 07 0 LEMBAR IDENTIFIKASI Nama Dokumen :
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) PBL merupakan model pembelajaran yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Niken Noviasti Rachman, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Materi Pertumbuhan dan Perkembangan pada Makhluk Hidup khususnya pada Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan termasuk ke dalam materi yang sangat menarik, tetapi
Lebih terperinciEVALUASI KEGIATAN PBL MENURUT PERSEPSI MAHASISWA FK UKWM DENGAN ANALISIS IMPORTANCE AND PERFORMANCE MODEL TAHUN 2014
EVALUASI KEGIATAN PBL MENURUT PERSEPSI MAHASISWA FK UKWM DENGAN ANALISIS IMPORTANCE AND PERFORMANCE MODEL TAHUN 2014 Lukas Slamet Rihadi * Abstract Problem-Based Learning Methods which well known as the
Lebih terperinciMETODA PEMBELAJARAN STUDENT CENTRE LEARNING. yang relevan dengan kemampuan akhir yang ingin dicapai dan media pembelajaran
METODA PEMBELAJARAN STUDENT CENTRE LEARNING Proses pembelajaran dilakukan berdasarkan metoda atau model pembelajaran yang relevan dengan kemampuan akhir yang ingin dicapai dan media pembelajaran atau sarana
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar di perguruan tinggi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. Kurikulum Menurut Kepmendiknas No. 232/U/2000 kurikulum didefinisikan sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi maupun bahan kajian dan pelajaran serta cara penyampaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika menjadi salah satu mata pelajaran yang sangat penting di jenjang pendidikan dasar dan menengah. Hal ini disebabkan matematika dapat melatih seseorang
Lebih terperinciOleh : Sri Milangsih NIM. S BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Persepsi ini menyebabkan guru terkungkung dalam proses
Meningkatkan sikap belajar siswa dengan model problem based learning yang dikombinasikan dengan model cooperative learning pada mata pelajaran geografi kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Surakarta tahun ajaran
Lebih terperinciSPESIFIKASI PROGRAM STUDI S1 TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MURIA KUDUS
SPESIFIKASI PROGRAM STUDI S1 TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MURIA KUDUS SPS PROGRAM STUDI S1 TEKNIK INFORMATIKA SF 1 1 Revisi : IV Tanggal : 18 Agustus 2012 Dikaji ulang oleh : Pembantu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perubahan global, perkembangan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. Pada kajian teori akan dipaparkan teori dari beberapa ahli yang
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori Pada kajian teori akan dipaparkan teori dari beberapa ahli yang berhubungan dengan variabel dalam penelitian ini. Teori-teori tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kedokteran dengan sistem integrasi berbagai multidisiplin ilmu dalam sebuah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Problem Based Learning (PBL) telah populer di pendidikan kedokteran dengan sistem integrasi berbagai multidisiplin ilmu dalam sebuah kasus (Barral dan Buck, 2013). Problem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup Negara, juga merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan kewarganegaraan sebagai mata pelajaran yang bertujuan untuk membentuk karakter individu yang bertanggung jawab, demokratis, serta berakhlak mulia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan, mengupayakan agar individu dewasa tersebut mampu menemukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran merupakan upaya secara sistematis yang dilakukan pengajar untuk mewujudkan proses pembelajaran berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai
Lebih terperinciPENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)
PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.) 1. PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM PENDIDIKAN IPS DI SMP 1.1. Latar Belakang Pembelajaran Kontekstual Ada kecenderungan dewasa ini utnuk
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan. Internasional pada hasil studi PISA oleh OECD (Organization for
BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Permasalahan Kemampuan IPA peserta didik Indonesia dapat dilihat secara Internasional pada hasil studi PISA oleh OECD (Organization for Economic Cooperation and Development)
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. aktif dan pendekatan keterampilan proses, guru berperan sebagai fasilitator dan
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kreativitas Belajar Belajar mengandung arti suatu kegiatan yang dilakukan guru dan siswa secara bersama-sama. Dalam konsep pembelajaran dengan pendekatan cara belajar siswa
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. mahasiswa dapat berbagi ide dengan kelompoknya, mengidentifikasi isuisu
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Problem Based Learning (PBL) Problem based learning (PBL) adalah cara belajar dengan kelompok kecil yang distimulasi oleh skenario atau masalah. Dari masalah tersebut mahasiswa
Lebih terperinciPARADIKMA BARU PEMBELAJARAN MATEMATIKA
PARADIKMA BARU PEMBELAJARAN MATEMATIKA Oleh: Dr. Supinah (Widyaiswara PPPPTK Matematika) A. PENDAHULUAN Orientasi pendidikan di Indonesia pada umumnya mempunyai ciri-ciri cenderung memperlakukan peserta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran dengan teman sebaya (Peer-Assisted Learning; selanjutnya disingkat PAL) sudah cukup populer dan sejak lama digunakan dalam pendidikan kedokteran. Jika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat (PP No.19 tahun 2005). Salah satu
Lebih terperinciPEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI MPK BERBASIS KOMPETENSI
PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI MPK BERBASIS KOMPETENSI Oleh SYIHABUDDIN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA VISI MPK Sebagai sumber nilai dan pedoman dalam pengembangan dan penyelenggaraan program
Lebih terperinciKeywords: knowledge, skills, Competency-Based Curriculum (CBC), conventional curriculum
PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN KLINIK MAHASISWA DENGAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI DAN KONVENSIONAL DI BAGIAN OBSTETRI GINEKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU Alifa Tahnia 1, M. Yulis Hamidy 2,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat (PP No.19 tahun 2005). Salah satu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia.
Lebih terperinciKompetensi Apoteker Indonesia adalah :
9 masyarakat yang berakhlak mulia, memiliki pengetahuan, keterampilan, kemandirian, dan sikap untuk menemukan, mengembangkan, serta menerapkan ilmu, teknologi, dan seni, yang bermanfaat bagi kemanusiaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kedokteran bertujuan untuk menghasilkan dokter yang. sebagai bekal untuk belajar sepanjang hayat (Konsil Kedokteran
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan kedokteran merupakan suatu rangkaian pendidikan yang ditempuh untuk menjadi seorang dokter maupun dokter gigi. Pendidikan kedokteran bertujuan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prestasi akademik merupakan kajian yang menarik dalam berbagai penelitian pendidikan. Prestasi akademik merupakan salah satu indikator keberhasilan seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang IPA merupakan pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal) dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen (Carin dan
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN (Term of Reference) Student Centered Learning Internal Grant
KERANGKA ACUAN (Term of Reference) Student Centered Learning Internal Grant Hibah Internal Pembelajaran Berpusat pada Mahasiswa Implementasi pada Semester Gasal 2015/2016 A. LATAR BELAKANG Learning adalah
Lebih terperinciP e n g a n t a r SELF-DIRECTED LEARNING. Self-directed learning: batasan. Self-directed learning (1)
P e n g a n t a r SELF-DIRECTED LEARNING Harsono Bagian Pendidikan Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Belajar: Melibatkan ketrampilan dan perilaku Bukan sekedar menerima informasi dari
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PADA PEMBELAJARAN GEOGRAFI
JPG (Jurnal Pendidikan Geografi) Volume 4 No 2 Maret 2017 Halaman 43-56 e-issn : 2356-5225 http://ppjp.unlam.ac.id/journal/index.php/jpg PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. dalam tugas yang metode solusinya tidak diketahui sebelumnya.
2 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Menurut NCTM (2000) pemecahan masalah berarti melibatkan diri dalam tugas yang metode solusinya tidak diketahui sebelumnya. Menyelesaikan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persepsi 1. Pengertian persepsi Persepsi atau tanggapan adalah proses mental yang terjadi pada diri manusia yang akan menunjukkan seseorang melihat, mendengar merasakan, memberi,
Lebih terperinciII. KERANGKA TEORETIS. pembelajaran fisika masalah dipandang sebagai suatu kondisi yang sengaja
II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Model Problem Based Learning (PBL) Masalah merupakan kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Dalam konteks pembelajaran fisika masalah dipandang sebagai suatu
Lebih terperinci