LAPORAN KEGIATAN PENELITIAN GARAM BERIODIUM (KABUPATEN SIDOARJO)
|
|
- Ida Budiono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 LAPORAN KEGIATAN PENELITIAN GARAM BERIODIUM (KABUPATEN SIDOARJO) Latar Belakang Kabupaten Sidoarjo adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, ibukotanya adalah Sidoarjo. Kabupaten ini berbatasan dengan Kota Surabaya dan Kabupaten Gresik di Utara, Selat Madura di timur, Kabupaten Pasuruan di selatan, serta kabupaten Mojokerto di barat. Sidoarjo dikenal sebagai penyangga utama Kota Surabaya dan termasuk kawasan Gerbang Kertosusila. Luasnya 591,59 Km 2. Produksi garam di Kab Sidoarjo per tahun mencapai hingga ton, berasal dari produksi Industri Kecil Menengah (IKM) sebanyak ton dan industri besar 45 ribu hingga 75 ribu ton. Tetapi potensi garam di wilayah Kab Sidoarjo ini masih belum banyak diolah secara maksimal. Di Kabupaten Sidoarjo produksi garam rakyat banyak dihasilkan pada sejumlah sentra yang berada di Kecamatan Sedati, Waru dan Jabon. Mengingat permintaan yang besar karena jumlah penduduk yang semakin meningkat, maka peredaran garam beriodium di Kabupaten Sidoarjo telah menjadi perhatian serius dengan adanya Perda Nomor 3 tahun 2005 tentang larangan pengadaan dan peredaran garam konsumsi tak beriodium dan penggunaan bahan tambahan pangan. Dalam Perda Kabupaten ini,setiap garam konsumsi yang di produksi dan atau diperdagangkan di pasar atau tempat laindalam daerah Sidoarjo harus mengandung yodium dan memenuhi SNI, dan garam konsumsi sebagaimana dimaksud wajib dikemas dan diberi label. Pembinaan terhadap produsen garam, dilaksanakan oleh DinasPerindustrian dan Perdagangan, Dinas Kesehatan dan instansi terkait lainnya. Pengawasan terhadap perdagangan, peredaran, pengemasan dan pelabelan garam konsumsi dilaksanakan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan.Dan barang siapa melanggar ketentuan diancampidana kurungan selamalamanya 6 ( enam) bulan atau denda sebanyak banyaknya lima puluhjuta rupiah. Di tingkat Propinsi Jawa Timur sendiri, Perda khusus garam beriodium belum ada, namun upaya pengawasan peredaran garam beriodium telah diantisipasi dengan terbitnya regulasi : 1. Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur No. 208 tahun 1989 tentang Yodisasi Garam. 2. Keputusan Gubernur Jawa Timur No. 17 tahun 1996 tentang Komite Nasional Garam Propinsi Daearah Tingkat I Jawa Timur. 1
2 3. Instruksi Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur No. 18 tahun 1998 tentang Pengadaan, Pengawasan dan Penertiban Garam Beryodium. 4. Keputusan Gubernur Jawa Timur No. 188/256/KPTS/013/2005 tentang Tim Koordinasi Peningkatan Mutu dan Kualitas Garam Propinsi Jawa Timur. 5. Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 78 tahun 2011 tentang Pengendalian Garam Impor dan Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat. Dinas Kesehatan Sidoarjo menemukakan bahwa prevalensi penyakit gondok di Kabupaten Sidoarjo, telah mengalami penurunan. Prevalensi pada tahun 2003 sebesar 11,7%, menurun menjadi 7% pada tahun Dengan memakai sample pemeriksaan darah pada 150 bayi yang baru lahir. Hasilnya semuanya dalam kondisi normal. Untuk mengetahui distribusi garam yodium di masyarakat, baik Dinas Perindustrian dan Perdagangan maupun Dinas Kesehatan, tahun 2014 juga telah melakukan monitoring dan evaluasi distribusi garam yodium yang dijual di pasar-pasar tradisional. Dalam Fokus Grup Diskusi (FGD) yang dilaksanakan pada tanggal 6 Februari 2015 dengan YLPK diungkapkan bahwa Disperindag Sidoarjo melakukan monitoring dengan pengujian titrasi iodometri di pasar kulakan. Hasilnya menunjukkan sebanyak 47% memenuhi syarat, 42% tidak memenuhi syarat, dan 11% tidak mengandung iodium. Sementara penelitian yang dilakukan oleh Dinkes Sidoarjo tahun 2014 menyebutkan bahwa garam konsumsi yang beredar di Kabupaten Sidoarjo, yang terdiri dari 40 merek yang diuji, ternyata 62,5% kadar yodium cukup, 27,5% kadar yodium kurang, dan 10% tidak mengandung yodium. Pelaksanaan Kegiatan Untuk mengetahui kualitas garam konsumsi di pasar, maka GAIN (Global Alliance for Improved Nutrition) dan YLKI (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia) bekerjasama dengan dan Yayasan Lembaga Konsumen Jawa Timur (YLPK) melakukan survei pasar dan uji laboratorium terhadap garam konsumsi yang beredar. 2
3 Tujuan Kegiatan 1. Mengetahui kandungan iodium pada garam konsumsi. Lokasi pengambilan sampelnya di Kabupaten Sidoarjo. 2. Tanggapan atau klarifikasi dari dinas terkait dan produsen garam terhadap hasil uji lab garam beryodium. 3. Membangun dukungan dan sinergi serta menyusun rencana tindak-lanjut bersama Pemerintah Kabupaten Kabupaten, Pemerintah Provinsi dan pemangku kepentingan lainnya. 4. Melakukan pemetaan isu-isu strategis tentang peredaran garam beryodium di Jawa Timur. Waktu Penelitian dan Metodologi Uji Penelitian ini berlangsung pada bulan Juni s/d Desember 2014.Penelitian dimulai dengan pengambilan contoh garam di pasar desa yang telah ditentukan (15 Oktober 24 Nopember 2014). Selanjutnya sampel dikirim dan diuji oleh Balai Litbang GAKI Kemenkes di Magelang Jawa Tengah dengan menguji kandungan Iodium dalam garam sebagai KIO3 dengan metoda volumetri /titrasi. Laboratorium ini adalah laboratorium pengujian yang telah terakreditasi oleh KAN (Komite Akreditasi Nasional) IP 766 IDN.Pengujian selesai pada tanggal 24 Desember 2015.Sesuai dengan ketentuan Standar Nasional Indonesia (SNI ) tentang syarat mutu garam konsumsi bahwa garam konsumsi wajib mengandung yodium 30 part per million (ppm) sebagai upaya untuk membantu dan memberikan jaminan terpenuhinya kebutuhan gizi mikro (yodium) bagi pertumbuhan otak dan susunan syaraf pada janin, ibu hamil, dan pertumbuhan balita. Teknis Pengambilan Sampel Definisi pasar yang dimaksud adalah sekumpulan pedagang/toko/kios/lapak baik permanen atau semi permanen dan ada transaksi jual beli.dalam hal ini termasuk pasar resmi (ada papan nama), pasar krempyeng, atau pasar yg buka pada hari tertentu. Pengambilan sampel pasar desa yang dipilih berdasarkan data potensi desa Kabupaten Sidoarjo (2007). Sampel diambil dari 30 pasar desa dan ritel yang telah ditentukan dengan membeli garam semua merek yang ada di setiap pedagang seperti layaknya konsumen.tiap pasar diambil maksimal 13 pedagang, dan dipastikan semua merek yang beredar di pasar yang bersangkutan terwakili untuk diuji.total sampel yang diuji adalah 203 sampel.hal ini berarti rata-rata ada 6 7 merek tiap pasar. Karena dasar datanya adalah pasar, maka kemungkinan merek yang sama juga terambil sebagai sampel di pasar yang lain. 3
4 Hasil Penelitian Dari sampel yang dikumpulkan, ada tiga macam jenis garam, yaitu garam curah (krosok), garam bata (briket) dan garam halus (garam meja).dari berat kemasannya, garam krosok berkisar gram dikemas kiloan tanpa merek dan berbentuk butiran besar, sering disebut garam curah.garam bata/briket, bermerek, berkisar gram yang berbentuk bata-bata, yang berisi bata tiap kemasan.sedangkan haram halus sering disebut garam meja, dalam kemasan gram, dan jenis ini paling banyak mereknya. Hasil pengujian menunjukkan bahwa sebanyak 47,8% (97 sampel) tidak memenuhi syarat atau kandungan iodiumnya kurang dari standar yang ditentukan (kurang dari 30 ppm). Dan sebanyak 52,2% (106 sampel) memenuhi syarat (lebih besar atau sama dengan 30 ppm). Dari hasil uji ini selanjutnya diinformasikan kepada produsen yang dapat ditelusuri keberadaannya, namun hanya ada 12 alamat saja yang bisa ditemukan alamatnya. Yang memberikan respon kembali hanya 3 produsen dan 2 alamat kembali karena pindah alamat.yang memberikan respon dengan mengucapkan terima kasih masukannya untuk perbaikan. Dari sampel yang diuji, rata-rata tiap pasar hanya ada 2 3 sampel yang berijin edar MD atau SIP.Hal ini berarti rata-rata tiap pasar ada 31,0 % saja merek yang mempunyai ijin edar. Sedangkan garam konsumsi yang beredar di ritel semuanya sudah berijin edar. Sisanya sebanyak 69,0% tidak berijin. Merek-merek yang tidak berijin edar cenderungtidak memenuhi standar (kadar iodium kurang dari 30 ppm) yang dihasilkan oleh UD (usaha dagang), dan tidak dapat ditelusuri alamat produsennya. Lihat Lampiran. Demikian juga dengan pemenuhan standar pelabelan juga masih sangat kurang.pelabelan yang tidak dipenuhimeliputi alamat produsen, berat bersih, hasil uji yang tidak sesuai (kandungan iodium kurang dari klaim) dan tanggal kadaluarsa.hanya produsen besar dan mempunyai ijin edar MD saja yang telah mencantumkan tanggal kadaluarsa.untuk kode produksi sebagian besar sampel tidak mencantumkannya. Pada pengujian ini ada perbedaan kandungan iodiumnya pada merek yang sama di lokasi pasar yang berbeda. Pada pengujian ini data dasar atau pengelompokkannya (cluster) adalah pasar desa, sehingga dimungkinkan merek yang diuji diulang lagi di pasar desa yang lain. Hal ini bertujuan untuk menguji konsistensi produk yang dihasilkan oleh produsen yang sama. Idealnya untuk merek yang sama, jumlah kandungan iodiumnya di pasar yang satu seharusnya sama dengan di pasar yang lain. Oleh karena itu pencantuman kode produksi menjadi sangat penting untuk mengontrol kualitas produk di pasar.tabel 1.Menunjukkan hasil uji iodium di 4
5 pasar desa dan katagori produk apakah memenuhi syarat atau tidak kandungan iodiumnya, serta ijin edarnya. Tabel 1. Jumlah Sampel berdasarkan Katagori dan Ijin Edar No Kode Desa Nama Desa Jmlh Sampel Katagori Ijin Edar TMS MS MD/PIRT Tdk ada Tarik Luwung Bulang Tanggulangin Porong Baru Ngaban Kepadangan Tlasih Jimbaran Candinegoro Sukodono Suko Krembangan Pekauman Bluru Kidul Sidokerto Sidokepung Pepe Kalanganyar Sedati Gede Pabean Pepelegi Tropodo Kepuh Kiriman Keboan Anom Semambung Sawotratap Taman Krian Sidorejo Ritel Jumlah sampel Persentase
6 TMS = Tidak Memenuhi Syarat MS = Memenuhi Syarat MD = Makanan Dalam Negeri Untuk pencatuman kode SNI sebagian besar sudah mencantumkannya, namun harus dipertanyakan, apakah produk yang mencantumkannya di label sudah memenuhi SNI yang dimaksud, mengingat banyak dari sampel adalah garam yang tidak berijin edar, baik MD atau pun SIP. Sementara itu sebagian besar merek tidak mencantumkan label halal, hanya sebagian kecil garam yang dihasilkan produsen besar ada sertifikasi halal dari MUI. Fokus Grup Diskusi (FGD) Sebagai tindak lanjut kegiatan penelitian, maka diadakan Fokus Grup Diskusi.Kegiatan Fokus Grup Diskusi ini dilaksanakan pada hari Jum at tanggal 6 Februari 2015 di Hotel Oval,di Jln. Diponegoro 23 Surabaya dengan mengundang pemangku kepentingan dan nara sumber yang diperlukan yang dipandu oleh Ketua YLPK Jatim, Bpk Said Sutomo.Diskusi ini dimulai dengan pemaparan hasil penelitian oleh Ibu Retno Widiastuti (YLPK Jatim). Kegiatan ini dihadiri oleh : 1. Disperindag Provinsi Jawa timur 2. Badan POM Surabaya 3. Dinas Kesehatan Gresik 4. Disperindag Gresik 5. Dinas Kesehatan Bangkalan 6. Disperindag Bangkalan 7. Dinas Kesehatan Mojokerto 8. Disperindag Mojokerto 9. Dinas Kesehatan Sidoarjo 10. Disperindag Sidoarjo 11. Dinas Kesehatan Surabaya 12. Disperindag Surabaya 13. Dinas Kesehatan Lamongan 14. Disperindag Lamongan 15. Muslimat NU Surabaya 16. Muslimat NU Sidoarjo 17. Muslimat NU Jawa Timur 18. Produsen Garam PT. UNIChemCandi Indonesia 19. Media Jawa Pos 20. Media Radar Surabaya 21. Harian Bisnis Surabaya 6
7 Adapun pokok-pokok isi diskusi adalah sebagai berikut : 1. Disperindag Sidoarjo juga melakukan monitoring setiap tahun dengan mengambil sampel garam di pasar tradisional. Selama tahun 2014 telah melakukan sidak sebanayak 3 kali, yaitu bulan April, Oktober, Desember. Selanjutnya melakukan pelatihan dan pembinaan terhadap produsen garam dengan memberikan bantuan alat-alat produksi. Tujuannya adalah agar produk garam yang dihasilkan dapat memenuhi standar yang telah ditetapkan. 2. Produsen PT Unichem Candi, sebagai produsen garam merek Daun dan Refina mengungkapkan bahwa kesulitan untuk mengecek produk yang dijadikan sampel oleh Disperindag maupun YLPK. Karena selain tidak ada kode produksinya, produsen tersebut tidak mempunyai sampel per tinggal. Meskipun demikian produsen mengucapkan terima kasih atas masukan yang diberikan oleh YLPK. 3. Disperindag Jawa Timur mengungkapkan bahwa dengan semakin banyaknya produkproduk yang tidak beregistrasi maka konsumen harus bisa melindungi dirinya sendiri. Membaca label dan teliti sebelum membeli. Disperindag Propinsi mengatakan bahwa selama ini belum ada Perda Propinsi mengenai garam beriodium, tetapi ada beberapa instruksi dan keputusan gubernur dalam masalah ini. Disperindag juga melalukan pengawasan terhadap peredaran di propinsi Jawa Timur dengan monitoring dan sidak. 4. Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo mengungkapkan bahwa garam beriodium seharusnya bukan hanya untuk manusia tetapi garam untuk pertanian dan peternakan juga harus mengandung iodium karena pada akhirnya tanaman dan hewan tersebut dikonsumsi manusia. Sehingga baik garam meja, briket atau krosok seharusnya juga mengandung iodium. Hasil monitoring oleh berbagai pihak harus menjadi acuan untuk program pembinaan produsen garam, baik produsen besar atau industri kecil. Pemeriksaan deteksi GAKI dengan tes urin dan konsumsi rumahtangga harus juga menjadi prioritas untuk melihat persoalan secara lebih luas. 5. Peserta dari Miconutrient Initiatif mengungkapkan bahwa capaian produk garam industri kecil dan menengah hanya 54 60% yang memenuhi syarat dari target sebesar 90%. Selanjutnya SNI yang menentukan minimal 30 ppm harus diperjelas. Seharusnya dari pabrik paling tidak 50 ppm, karena ada penurunan kandungan iodium di tingkat konsumen, karena pengaruh distribusi dan cuaca. Post surveillance menjadi tanggungjawab produsen. 6. Disperindag Lamongan menggambarkan adanya produsen abal-abal, alamat fiktif, tidak terdaftar, dan mutu garam yang sangat buruk. 7
8 7. Badan POM Surabaya menyatakan bahwa ijin MD adalah wewenang BPOM Pusat. BPOM Surabaya melakukan pengawasan sebatas pada produk yang telah mengantongi ijin MD saja. 8. Dinas Kesehatan Mojokerto mengulas tentang keberadaan iodina test yang sulit diperoleh di tingkat kabupaten. Ini menjadi hambatan dinas di daerah untuk melakukan pengawasan di tingkat konsumen. Selain itu produsen garam kecil di daerah kesulitan mengakses zat iodium, disamping harganya mahal juga peralatan dan teknisnya juga menjadi kendala. Beberapa waktu lalu dikembangkan alat pendeteksi iodium dengan larutan singkong tetapi berhenti. Ada juga bank iodium yang mulai dikembangkan untuk membantu produsen kecil. Bank iodium sistemnya adalah dengan memberikan pinjaman zat iodium terlebih dahulu, jika garamnya sudah laku maka produsen wajib mengembalikan seharga iodium yang dipinjam. 9. LP2K Semarang berbagi pengalamannya, bahwa di Jawa Tengah sudah selangkah lebih maju daripada Jawa Timur. Tim GAKI Propinsi dikukuhkan dengan SK Gubernur sejak tahun YLKI Jakarta menutup diskusi dengan menekankan perlunya tindakan dari hulu ke hilir dalam persoalan garam beriodium ini. Mulai dari industrinya, perijinan, peredaran dan pengawasan di tingkat produsen dan konsumen. SNI wajib diterapkan pada produk garam di pasar. Rekomendasi Rekomendasi dari semua kegiatan ini adalah sebagai berikut : 1. Pengujian kandungan iodium pada garam tidak hanya dilakukan di tingkat produsen saja tetapi di lapangan agar dapat diperoleh gambaran sebenarnya. Pengujian rutin harus dilakukan oleh otoritas yang berwenang untuk mengetahui kondisi pasar dimana konsumen akhir memperoleh produk. 2. Pengujian sampel di pasar harus dilakukan secara periodic di tiap kabupaten di Jawa Timur. 3. Pemantauan ijin edar produk juga harus menjadi perhatian, agar konsumen mendapat kepastian akan hak informasi dan keselamatan dalam berkonsumsi. 4. Otoritas yang berwenang seharusnya mengembangkan dan mensosialisasikan cara pengujian kandungan iodium secara manual yang sederhana kepada masyarakat konsumen. 5. Tim GAKI Propinsi harus segera direalisasikan dan dikukuhkan dengan regulasi agar segera dapat bekerja dan bersinergi. 8
9 PUBLIKASI MEDIA Media Cetak No Keterangan 1 Media : Jawa Pos Judul : Banyak Garam Tak Berlisensi Resmi Beredar Tanggal : Sabtu, 7 Februari 2015 Halaman : 5 2 Media : Radar Sidoarjo Judul : Separo Garam di Sidoarjo Tak Beryodium Tanggal : Senin, 9 Februari 2015 Halaman : 1 dan 7 3 Media Tabloid Bisnis Surabaya Judul : Penelitian Lembaga Konsumen terhadap Garam : 45,8% Tak Memenuhi Syarat Tanggal : Edisi 197 tanggal 9 15 Februari 2015 Halaman : 3 Penelitian yang dilakukan Dinas Kesehatan Sidoarjo 2014 menyebutkan garam konsumsi yang beredar di kabupaten ini, 40 merek yang diuji. Ternyata, 62,5 persen kadar iodium cukup, 27,5 persen kadar iodium kurang, dan 10 persen tidak mengandung yodium. Kenyataan ini patut dipertanyakan, bagaimana kualitas garam yang beredar di masyarakat secara lebih luas. 9
10 Untuk mengetahui kualitas garam konsumsi di pasar, Global Alliance for Improved Nutrition (GAIN) dan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) bekerjasama dengan Yayasan Lembaga Konsumen Jawa Timur (YLPK) melakukan survey pasar dan uji laboratorium terhadap garam konsumsi yang beredar. Tujuan untuk mengetahui kandungan iodium pada garam konsumsi, kata Ketua YLPK Jatim, Said Soetomo, didampingi penelitinya Retno Widiastuti, disela-sela Forum Group Diskusi (FGD) dengan thema Pengawasan Terhadap Peredaran garam beryodium di Jatim, yang diselenggarakan di Hotel Oval Surabaya, pekan lalu. Ia berharap, ada tanggapan atau klarifikasi dari dinas terkait dan produsen garam terhadap hasil uji lab garam beryodium. Membangun dukungan dan sinergi serta menyusun rencana tindak-lanjut bersama Pemerintah Kabupaten, Pemerintah Provinsi dan pemangku kepentingan lainnya serta melakukan pemetaan isu-isu strategis tentang peredaran garam beryodium di Jawa Timur Menurut Retno, waktu penelitian berlangsung pada Juni s/d Desember Penelitian dimulai dengan pengambilan contoh garam di pasar desa yang telah ditentukan (15 Oktober-24 November 2014).Selanjutnya sampel dikirim dan diuji oleh Balai Litbang GAKI Kemenkes di Magelang Jawa Tengah dengan menguji kandungan iodium dalam garam sebagai KIO3 dengan metoda volumetri/titrasi.laboratorium ini adalah laboratorium pengujian yang telah terakreditasi oleh KAN (Komite Akreditasi Nasional) IP-766-IDN.Pengujian selesai pada tanggal 24 Desember Hasil pengujian menunjukkan, sebanyak 45,8% (93 sampel) tidak memenuhi syarat atau kandungan iodiumnya kurang dari standar yang ditentukan (kurang dari 30 ppm). Dan sebanyak 54,2 % (110 sampel) memenuhi syarat (lebih besar atau sama dengan 30 ppm). Dari sampel yang diuji, rata-rata tiap pasar hanya ada 2-3 sampel yang berijin edar MD atau SIP.Hal ini berarti rata-rata setiap pasar ada 30-5-% saja merek yang mempunyai izin edar.sedangkan garam konsumsi yang beredar di ritel semuanya sudah berizin edar. Merek-merek yang tidak berizin edar cenderung tidak memenuhi standar (kadar iodium kurang dari 30 ppm) yang dihasilkan oleh UD (usaha dagang), dan tidak dapat ditelusuri alamat produsennya.(vita/winda) Surabayanews.co.id Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen Jawa Timur pada tahun 2014 melakukan survey pasar dan uji laboratorium terhadap garam konsumsi yang beredar di kabupaten Sidoarjo. Dan hasilnya, dari 203 jumlah sample yang disebar di 31 desa di kabupaten Sidoarjo, ditemukan 93 garam tak bertodium atau 45,3 % dari jumlah sampel. Sesuai dengan ketentuan Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang syarat mutu garam konsumsi bahwa garam konsumsi wajib mengandung yodium 30 part per milion sebagai upaya untuk membantu dan memberikan jaminan terpenuhinya kebutuhan gizi mikro.said Sutomo, ketua YLPK Jatim mengaku maraknya garam tak beryoidum yang beredar di pasaran di wilayah kabupaten Sidoarjo karena lemahnya pengawasan yang dilakukan oleh lembaga terkait. 10
11 Dengan ditemukannya garam tak beryodium di pasaran lembaga terkait harus melakukan pengawasan dan harus berikan sangsi bagi para pelaku usaha karena nantinya konsumen yang dirugikan, protesnya.sesuai dengan undang undang perlindungan konsumen nomor 8 tahun 1999 seharusnya konsumen mendapatkan kepastian akan hak informasi dan keselamatan dalam berkonsumsi dari para pelaku usaha.**** 11
BUPATI LOMBOK TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR : 2 TAHUN 2011 TENTANG
BUPATI LOMBOK TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR : 2 TAHUN 2011 TENTANG PENGENDALIAN PEREDARAN GARAM NON YODIUM DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PENANGGULANGAN MASALAH GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN YODIUM (GAKY)
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PENANGGULANGAN MASALAH GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN YODIUM (GAKY) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIJUNJUNG, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PENGENDALIAN PEREDARAN GARAM DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 15 TAHUN 2010 TENTANG PENGENDALIAN PRODUKSI DAN PEREDARAN GARAM
RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 15 TAHUN 2010 TENTANG PENGENDALIAN PRODUKSI DAN PEREDARAN GARAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG GARAM KONSUMSI BERYODIUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG GARAM KONSUMSI BERYODIUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatan kesehatan dan kecerdasan
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN TEORITIS PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN. digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan makanan atau
1 BAB III TINJAUAN TEORITIS PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN A. TINJAUAN PANGAN OLAHAN 1. Pengertian Pangan Olahan Menurut Peraturan Pemerintah RI nomor 28 tahun 2004 pangan adalah segala sesuatu yang berasal
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG
BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2006 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 14 TAHUN 2003
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk di Indonesia. Faktor yang ditimbulkan akibat kurang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rendahnya status gizi masyarakat masih banyak dialami oleh beberapa negara berkembang termasuk di Indonesia. Faktor yang ditimbulkan akibat kurang gizi dapat dicegah
Lebih terperinciMENGAPA DAN BAGAIMANA IODISASI GARAM RAKYAT DI INDONESIA? Oleh Arif Rahman Hakim, S.St.Pi (Penyuluh Perikanan Pada Pusat Penyuluhan KP, BPSDMKP)
MENGAPA DAN BAGAIMANA IODISASI GARAM RAKYAT DI INDONESIA? Oleh Arif Rahman Hakim, S.St.Pi (Penyuluh Perikanan Pada Pusat Penyuluhan KP, BPSDMKP) APA MANFAAT YODIUM? Indonesia merupakan salah satu negara
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BIMA
PEMERINTAH KABUPATEN BIMA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGENDALIAN PEREDARAN GARAM DI KABUPATEN BIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BIMA, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciPEMBERLAKUAN SNI MINYAK GORENG SAWIT SECARA WAJIB. Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan Kementerian Perindustrian
PEMBERLAKUAN SNI MINYAK GORENG SAWIT SECARA WAJIB Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan Kementerian Perindustrian I. LATAR BELAKANG 1. Masyarakat Indonesia khususnya golongan ekonomi menengah
Lebih terperinciDAFTAR GAMBAR. Gambar 1. Kerangka konsep penelitian pemeriksaan kadar iodium pada garam. 18
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Kerangka konsep penelitian pemeriksaan kadar iodium pada garam. 18 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pentingnya iodium dalam tubuh manusia untuk metabolisme sudah dikenal sejak
Lebih terperinciWALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN GARAM KONSUMSI BERIODIUM
WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN GARAM KONSUMSI BERIODIUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN, Menimbang
Lebih terperinciWALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG
WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 03 TAHUN 2007 TENTANG PELARANGAN DAN PENGENDALIAN PEREDARAN GARAM TIDAK BERYODIUM DI KABUPATEN LAMONGAN
16 LEMBARAN DAERAH Januari KABUPATEN LAMONGAN 3/E 2007 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 03 TAHUN 2007 TENTANG PELARANGAN DAN PENGENDALIAN PEREDARAN GARAM TIDAK BERYODIUM DI KABUPATEN LAMONGAN
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGELOLAAN GARAM DI DESA JONO KECAMATAN TAWANGHARJO KABUPATEN GROBOGAN
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGELOLAAN GARAM DI DESA JONO KECAMATAN TAWANGHARJO KABUPATEN GROBOGAN Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan setiap manusia atau masyarakat pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam memenuhi kebutuhan setiap manusia atau masyarakat pada umumnya yang perlu diperhatikan yaitu status kesehatan terutama masalah gizi, faktor yang mempengaruhi
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO
PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO NOMOR 15 TAHUN 2005 TENTANG PEREDARAN GARAM TIDAK BERYODIUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang : a.
Lebih terperinciMenimbang : Mengingat :
KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.00.5.1.2569 TENTANG KRITERIA DAN TATA LAKSANA PENILAIAN PRODUK PANGAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, Menimbang : Mengingat
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA KERTAS DAN KARTON UNTUK KEMASAN PANGAN SECARA WAJIB DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN YODIUM WALIKOTA SERANG,
WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN YODIUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,
Lebih terperinciBUPATI KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG GARAM KONSUMSI BERYODIUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS,
BUPATI KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG GARAM KONSUMSI BERYODIUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan kesehatan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.1553,2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Minyak Goreng Sawit. SNI. Pemberlakuan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87/M-IND/PER/12/2013 TENTANG PEMBERLAKUAN
Lebih terperinciGambaran Keamanan Pangan di Nusa Tenggara Timur: Pembahasan Penemuan Formalin dalam Ikan yang beredar di Provinsi NTT. Nike Frans
IRGSC Policy Brief No 014, March 2015 Research and analysis from the Institute of Resource Governance and Social Change (IRGSC) www.irgsc.org Gambaran Keamanan Pangan di Nusa Tenggara Timur: Pembahasan
Lebih terperinciDRAFT PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR :
DRAFT PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) MINYAK GORENG SAWIT SECARA WAJIB DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2011 TENTANG PENGENDALIAN GARAM IMPOR DAN PEMBERDAYAAN USAHA GARAM RAKYAT
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2011 TENTANG PENGENDALIAN GARAM IMPOR DAN PEMBERDAYAAN USAHA GARAM RAKYAT GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang Mengingat : a. bahwa garam merupakan
Lebih terperinciRegulasi Pangan di Indonesia
Regulasi Pangan di Indonesia TPPHP Mas ud Effendi Pendahuluan (1) Pangan adalah hak asasi setiap rakyat Indonesia karena pangan merupakan kebutuhan manusia yang sangat mendasar yang berpengaruh terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap keberadaan dan ketahanan hidup manusia. Mengingat kadar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makanan merupakan kebutuhan manusia yang sangat mendasar karena berpengaruh terhadap keberadaan dan ketahanan hidup manusia. Mengingat kadar kepentingan yang
Lebih terperinci, No.1781 Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 4, Tambaha
No.1781, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPERIN. SNI. Asam Sulfat. Pemeberlakuan. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105/M-IND/PER/11/2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS
Lebih terperinciGUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG
GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN INDUSTRI RUMAH TANGGA PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR GORONTALO, Menimbang Mengingat
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. sebuah informasi produk agar mudah dipahami oleh konsumen. Label
PENDAHULUAN Latar Belakang Label merupakan salah satu alat komunikasi untuk menyampaikan sebuah informasi produk agar mudah dipahami oleh konsumen. Label yang disusun secara baik akan memudahkan konsumen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kebudayaan atau pun kebiasaan masyarakat di Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan dan perkembangan perekonomian umumnya di bidang perindustrian, khususnya dalam perdagangan nasional telah menghasilkan berbagai variasi produk barang dan/atau
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG KEAMANAN PANGAN SEGAR ASAL TUMBUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH,
PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG KEAMANAN PANGAN SEGAR ASAL TUMBUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a. bahwa produk pangan segar asal tumbuhan
Lebih terperinciBUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENGAWASAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN DAN PEREDARAN BAHAN BERBAHAYA YANG DISALAHGUNAKAN
Lebih terperinciWaspada Keracunan Akibat Produk Pangan Ilegal
Waspada Keracunan Akibat Produk Pangan Ilegal Latar Belakang Derasnya arus globalisasi memberikan warna dan nuansa pada pola perdagangan nasional maupun internasional. Perkembangan sistem perdagangan dunia
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 23 TAHUN : 2003 SERI : D NOMOR : 15 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA
LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 23 TAHUN : 2003 SERI : D NOMOR : 15 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 14 TAHUN : 2003 TENTANG PENGENDALIAN PEREDARAN GARAM DENGAN
Lebih terperinci2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan P
No.1730, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPERIN. SNI. Air Mineral Demineral. Air Mineral CAlami. Air Minum Embun. Pemberlakuan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinci, No.1780 Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 4, Tambaha
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1780, 2015 KEMENPERIN. SNI. STPP Mutu Teknis. Pemberlakuan. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104/M-IND/PER/11/2015 TENTANG PERUBAHAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG PRODUKSI, PEREDARAN GARAM DAN PENANGGULANGAN AKIBAT KEKURANGAN YODIUM
PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG PRODUKSI, PEREDARAN GARAM DAN PENANGGULANGAN AKIBAT KEKURANGAN YODIUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI AGAM, Menimbang : a. bahwa yodium
Lebih terperinci2015, No Republik Indonesia Nomor 3612) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 (Lembaran Negara Republik Indonesia T
No. 1083, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPERIN. Tepung Terigu. Standar Nasional Indonesia. Pemberlakuan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59/M-IND/PER/7/2015
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2001 TENTANG PUPUK BUDIDAYA TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2001 TENTANG PUPUK BUDIDAYA TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pupuk merupakan salah satu sarana produksi yang mempunyai peranan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2001 TENTANG PUPUK BUDIDAYA TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2001 TENTANG PUPUK BUDIDAYA TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pupuk merupakan salah satu sarana produksi yang mempunyai peranan
Lebih terperinciMODUL PENGGUNAAN GARAM BERYODIUM UNTUK ANAK SD
MODUL PENGGUNAAN GARAM BERYODIUM UNTUK ANAK SD Oleh Arsad Rahim Ali Staf Dinas Kesehatan Kab. Polewali Mandar Sulawesi Barat Modul Pembelajaran Penggunaan Garam Beryodium untuk Anak SD 1 Tiap 100 anak
Lebih terperinciDAFTAR PERTANYAAN UNTUK DEPTH INTERVIEW WAWANCARA MENDALAM. 1. Daftar wawancara Kepala Lembaga Pembinaan dan Perlindungan
Lampiran 1 DAFTAR PERTANYAAN UNTUK DEPTH INTERVIEW WAWANCARA MENDALAM 1. Daftar wawancara Kepala Lembaga Pembinaan dan Perlindungan Konsumen (LP2K) Kota Semarang 1. Apakah lembaga LP2K ini khusus melayani
Lebih terperinciPerda No. 9 / 2004 tentang Pelarangan Peredaran Garam Konsum Tida Beriodium di Kab Magelang. PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 9 TAHUN 2004
1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG PELARANGAN PEREDARAN GARAM KONSUMSI TIDAK BERIODIUM DI KABUPATEN MAGELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGELANG, Menimbang :
Lebih terperinciGUBERNUR SUMATERA BARAT
GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PANGAN SEGAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinci2016, No diberlakukan Standar Nasional Indonesia dan/atau Persyaratan Teknis secara wajib; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaks
No.565, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Standadisasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/M-DAG/PER/4/2016 TENTANG STANDARDISASI BIDANG PERDAGANGAN DENGAN
Lebih terperinciKEBIJAKAN PEMBERLAKUAN SNI MINYAK GORENG SAWIT SECARA WAJIB (Permenperin No.87/M- IND/PER/12/2013 dan Revisinya)
KEBIJAKAN PEMBERLAKUAN SNI MINYAK GORENG SAWIT SECARA WAJIB (Permenperin No.87/M- IND/PER/12/2013 dan Revisinya) DIREKTORAT INDUSTRI MAKANAN, HASIL LAUT DAN PERIKANAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN BATAM, 11
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI ALAT TRANSPORTASI DAN TELEMATIKA NOMOR : 21/IATT/PER/10/2007 TENTANG
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI ALAT TRANSPORTASI DAN TELEMATIKA NOMOR : 21/IATT/PER/10/2007 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGAWASAN PENERAPAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) LAMPU SWA-BALAST UNTUK PELAYANAN
Lebih terperinciBAB VI JAMINAN KEHALALAN DAN MEKANISMENYA
44 BAB VI JAMINAN KEHALALAN DAN MEKANISMENYA Sistem jaminan Pproduk Halal dari berbagai negara dievaluasi dengan mengikuti kerangka infrastruktur sistem jaminan keamanan pangan ditambah beberapa hal yang
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR:
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) KACA UNTUK BANGUNAN BLOK KACA SPESIFIKASI DAN METODA UJI SECARA WAJIB DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.851, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. SNI. Gula Putih Pemberlakuan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68/Permentan/OT.140/6/2013 TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.901, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Impor. Garam. anganperaturan MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58/M-DAG/PER/9/2012 TENTANG KETENTUAN IMPOR GARAM DENGAN
Lebih terperinciPerizinan BPOM (Badan Pengawasan Obat dan Makanan)
Perizinan BPOM (Badan Pengawasan Obat dan Makanan) Sistem Pengawasan Obat dan Makanan (SisPOM) yang efektif dan efisien yang mampu mendeteksi, mencegah dan mengawasi produk-produk dengan tujuan melindungi
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2000 TENTANG STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2000 TENTANG STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung peningkatan produktivitas, daya guna
Lebih terperinciWALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN MINUMAN BERALKOHOL
WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN MINUMAN BERALKOHOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembinaan dan pengawasan agar produk pangan yang dihasilkan sesuai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemandirian suatu masyarakat dapat diukur dari kemampuan masyarakat dalam mengurus dan membiayai urusan rumah tangga, salah satu cara yang dilakukan yaitu dengan mendirikan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.227, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPERIN. Pupuk Anorganik Majemuk. SNI. Pemberlakuan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/M-IND/PER/2/2014 TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR
Lebih terperinci2015, No b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perindustrian tentang Peruba
No.1751, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPERIN. SNI. Pakaian Bayi. Zat Warna AZO. Kadar Formaldehida. Kadar Logam. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 97/M-IND/PER/11/2015
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN, PENGENDALIAN DAN PENERTIBAN TERHADAP PEREDARAN DAN PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.215,2012 PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19/M-IND/PER/2/2012 TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) SELANG KARET UNTUK KOMPOR
Lebih terperinci2015, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perdaga
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1519, 2015 KEMENDAG. Label. Pencantuman. Barang. Kewajiban. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73/M-DAG/PER/9/2015 TENTANG KEWAJIBAN
Lebih terperinciPENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN
PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN UMUM Terciptanya perdagangan pangan yang jujur dan bertanggung jawab merupakan salah satu tujuan penting
Lebih terperinciPeraturan Pemerintah No. 102 Tahun Tentang : Standardisasi Nasional
Peraturan Pemerintah No. 102 Tahun 2000 Tentang : Standardisasi Nasional Menimbang : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa dalam rangka mendukung peningkatan produktivitas, daya guna produksi, mutu barang,
Lebih terperinci2 Mengingat penyelenggaraan kegiatan standardisasi dan penilaian kesesuaian; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, hur
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.216, 2014 PERDAGANGAN. Standardisasi. Penilaian Kesesuaian Perumusan. Pemberlakuan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5584) UNDANG-UNDANG
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) KOPI INSTAN SECARA WAJIB
DRAFT PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) KOPI INSTAN SECARA WAJIB DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) di Indonesia merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) di Indonesia merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang serius, mengingat selain luasnya cakupan penduduk yang menderita
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA 19/M-IND/PER/5/2006 T E N T A N G
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 19/M-IND/PER/5/2006 T E N T A N G STANDARDISASI, PEMBINAAN DAN PENGAWASAN STANDAR NASIONAL INDONESIA BIDANG INDUSTRI MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK
Lebih terperinci2017, No.9 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebaga
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.9, 2017 EKONOMI. Pembangunan. Perindustrian. Sarana. Prasarana. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6016) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.1455, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Seng Oksida. SNI. Pemberlakuan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66/M-IND/PER/12/2013 TENTANG PEMBERLAKUAN
Lebih terperinciKEAMANAN PANGAN (UNDANG-UNDANG NO 12 TENTANG PANGAN TAHUN 2012
KEAMANAN PANGAN (UNDANG-UNDANG NO 12 TENTANG PANGAN TAHUN 2012 Pasal 69 Penyelenggaraan Keamanan Pangan dilakukan melalui: a. Sanitasi Pangan; b. pengaturan terhadap bahan tambahan Pangan; c. pengaturan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.212,2012 PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/M-IND/PER/2/2012 TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) PUPUK ANORGANIK TUNGGAL SECARA
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.216, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Pemberlakuan. SNI. Produk Melamin. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20/M-IND/PER/2/2012 TENTANG PEMBERLAKUAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 19/M-IND/PER/5/2006 T E N T A N G
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 19/M-IND/PER/5/2006 T E N T A N G STANDARDISASI, PEMBINAAN DAN PENGAWASAN STANDAR NASIONAL INDONESIA BIDANG INDUSTRI MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK
Lebih terperinciKEBIJAKAN NASIONAL PENGATURAN IRTP DAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TENTANG KEAMANAN PANGAN
KEBIJAKAN NASIONAL PENGATURAN IRTP DAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TENTANG KEAMANAN PANGAN BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA
Lebih terperinci2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan P
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 281, 2016 KEMENPERIN. SNI. Pipa Saluran Air. Pemberlakuan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11/M-IND/PER/2/2016 TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.214, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Pemberlakuan. SNI. Semen. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18/M-IND/PER/2/2012 TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Undang-Undang Dasar Negara Republik
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Undang-Undang Dasar Negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setiap orang. Dalam hal ini yang dimaksud makanan adalah segala sesuatu. pembuatan makanan atau minuman. 1
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan adalah kebutuhan dasar manusia yang paling hakiki. Oleh karena itu pemenuhan akan kebutuhannya merupakan hak asasi setiap orang. Dalam hal ini yang dimaksud
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.552, 2012 PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 59/M-IND/PER/5/2012 TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA () PELEK KENDARAAN BERMOTOR
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 038 TAHUN 2016
PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 038 TAHUN 2016 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN PANGAN SEGAR HASIL PERTANIAN DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA PELUMAS SECARA WAJIB
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA PELUMAS SECARA WAJIB DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciPERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS
Lebih terperinciPERKEMBANGANN SITUASI GAKI DAN GARAM BERIODIUM DI KABUPATEN TRENGGALEK SAMPAI DENGAN TAHUN 2014
PERKEMBANGANN SITUASI GAKI DAN GARAM BERIODIUM DI KABUPATEN TRENGGALEK SAMPAI DENGAN TAHUN 2014 Kekurangan unsur yodium dalam makanan sehari-hari, dapat pula menurunkan tingkat kecerdasan seseorang. Indonesia
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan Akibat Kurang Iodium (GAKI) merupakan masalah kesehatan yang serius mengingat dampaknya yang sangat besar terhadap kelangsungan hidup dan kualitas sumber daya
Lebih terperinciGIZI DAUR HIDUP. Rizqie Auliana, M.Kes
GIZI DAUR HIDUP Rizqie Auliana, M.Kes rizqie_auliana@uny.ac.id Pengantar United Nations (Januari, 2000) memfokuskan usaha perbaikan gizi dalam kaitannya dengan upaya peningkatan SDM pada seluruh kelompok
Lebih terperinci2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42,
No.797, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMTAN. Pendaftaran dan Peredaran Pakan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22/PERMENTAN/PK.110/6/2017 TENTANG PENDAFTARAN DAN
Lebih terperinciDengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BURU Dan BUPATI BURU MEMUTUSKAN :
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR : 33 TAHUN 2008 TENTANG PENGAWASAN PEREDARAN MINUMAN BERALKOHOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA KUASA BUPATI BURU, Menimbang : a. bahwa dengan dikeluarkannya Peraturan
Lebih terperinciGUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PENJAMINAN MUTU DAN KEAMANAN PANGAN SEGAR ASAL TUMBUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR
Lebih terperinciBUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 63 TAHUN 2015
BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 63 TAHUN 2015 TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN SIDOARJO
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, semakin membuka kesempatan yang cukup luas bagi daerah untuk mewujudkan otonomi daerah yang nyata dan bertanggung jawab,
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG
RGS Mitra Page 1 of 11 PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN KOMODITAS HASIL PERTANIAN DI PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 01 Tahun : 2009 Seri : E
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 01 Tahun : 2009 Seri : E PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG LARANGAN, PENGAWASAN,
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2008 TENTANG NOMOR POKOK PENGUSAHA BARANG KENA CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2008 TENTANG NOMOR POKOK PENGUSAHA BARANG KENA CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka
Lebih terperinciBERHASILKAH GARAM BERYODIUM SEBAGAI SALAH SATU UPAYA PENURUNAN GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN YODIUM (GAKY) DI INDONESIA?
BERHASILKAH GARAM BERYODIUM SEBAGAI SALAH SATU UPAYA PENURUNAN GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN YODIUM (GAKY) DI INDONESIA? Atmarita (Pengamat Garam beryodium) I. PENDAHULUAN Garam beryodium sudah ada sebelum
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35/M-IND/PER/3/2011 TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) TEPUNG TERIGU SEBAGAI BAHAN MAKANAN SECARA WAJIB DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2000 TENTANG STANDARDISASI NASIONAL
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2000 TENTANG STANDARDISASI NASIONAL 1 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Standar adalah spesifikasi
Lebih terperinci