Kata Pengantar. Puji syukur atas berkat kasih dan anugerah-nya Dokumen Utama Rencana Pembangunan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kata Pengantar. Puji syukur atas berkat kasih dan anugerah-nya Dokumen Utama Rencana Pembangunan"

Transkripsi

1

2

3 Kata Pengantar Puji syukur atas berkat kasih dan anugerah-nya Dokumen Utama Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) dapat selesai dengan baik. Berdasarkan proses penyusunan pekerjaan ini, tim penyusun mendapati isu utama didalam penanganan permasalahan keciptakaryaan di KPP 1 dan KPP 2 yakni Kelurahan Murung Keraton Jawa dan Murung Kenanga adalah permasalahan jalan dan drainase, persampahan, sanitasi serta air minum. Selain itu didapati juga isu strategis adalah penanganan wilayah sempadan sungai dan pengembangan hunian vertikal yakni rumah susun dalam rangka upaya untuk mengantisipasi kebutuhan rumah layak serta tekanan terhadap kebutuhan ruang di darat yang semakin sempit. Sesuai dengan arahan pedoman penyusunan dokumen utama RPKPP, maka laporan ini terdiri atas Bab 1 Pendahuluan, Bab 2 profil kawasan permukiman prioritas, kajian mikro kawasan permukiman prioritas, potensi dan permasalahan pembangunan, Bab 3 terdiri atas konsep dan rencana penanganan permasalahan, rencana aksi program 5 tahun penanganan permasalahan infrastruktur dan rencana pembangunan tahun pertama. Bab 6 rencana detail desain (3D). sedangkan album peta/dokumen spasial (yang berisi mengenai konsep, rencana penanganan dan rencana aksi program), dokumen gambar kerja, dokumen RKS, Dokumen RAB dan BQ akan disampaikan dalam dokumen yang terpisah namun mengikat. Kata kunci dalam laporan utama ini adalah infrastruktur, keciptakaryaan, detail desain dan rumah susun. Martapura, Desember 2013 Tim Ahli PT. Anugerah Adyatama Kata Pengantar, Daftar Isi, Daftar Tabel, Daftar Gambar Hal 3

4 Daftar Isi Kata Pengantar... 3 Daftar Isi... 4 Daftar Gambar... 7 Daftar Tabel Daftar Singkatan Bab 1 Pendahuluan Latar Belakang Maksud dan Tujuan Sasaran Keluaran Lingkup Kegiatan Lingkup Wilayah... 5 Bab 2 Profil Kabupaten dan Kawasan Prioritas Profil Kabupaten Banjar Umum Geografis Administratif Kondisi Fisik Kependudukan Sarana dan Prasarana Ekonomi Profil Kawasan Perkotaan Martapura Delineasi Kawasan Perkotaan Martapura Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Sebaran Permukiman Eksisting Kondisi Sumber Air Minum/Air Bersih Kata Pengantar, Daftar Isi, Daftar Tabel, Daftar Gambar Hal 4

5 Kondisi Fasiltias Sanitasi Rencana Pengembangan Permukiman Kawasan Perkotaan Martapura dalam RTRW Kabupaten Banjar Profil Kawasan Prioritas Kondisi Keciptakaryaan Kawasan Prioritas Bab 3 Kajian Mikro Kawasan Prioritas Kajian Mikro Kawasan Permukiman Prioritas Berdasarkan Arahan SPPIP Kondisi Kawasan Permukiman Prioritas (KPP) Kajian Kebutuhan Pengembangan Infrastruktur Drainase Penyediaan Air Bersih/Air Minum Persampahan Sanitasi/Air Limbah Bab 4 Potensi Dan Permasalahan Kawasan Prioritas Daftar Inventarisasi Potensi, Permasalahan, Tantangan dan Hambatan Kebutuhan Penanganan Permasalahan Kawasan Potensi Kawasan Bab 5 Konsep dan Rencana Penanganan Kawasan Prioritas Konsep Pengembangan Kawasan KPP 1 dan KPP Tema Pengembangan KPP 1 dan KPP Kebijakan Pembangunan Strategi Pembangunan KPP Pentahapan Penanganan KPP Bab 6 Rencana Aksi Program 5 Tahun Kawasan Prioritas Skenario Rencana Penanganan KPP 1 dan KPP Rencana Penanganan Bidang Pengembangan Permukiman Rencana Penanganan Bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan (PBL) Rencana Pengembangan Penyehatan Lingkungan Perumahan (PLP) Rencana Pengembangan Air Minum Kata Pengantar, Daftar Isi, Daftar Tabel, Daftar Gambar Hal 5

6 Rencana Pengembangan Infrastruktur Non Keciptakaryaan Bab 7 Rencana Detail Desain Program/ Kegiatan Tahun 1 Tahap Konsep Perencanaan Jalan Lingkungan Perumahan Jenis Prasarana dan Utilitas Persyaratan Kriteria, kebutuhan Ruang dan Lahan Detail Desain Jalan Lingkungan KPP 1 Murung Keraton Jawa Detail Desain Jalan Kubah KPP 2 Murung Keraton Jawa... 6 Bab 8 Penutup... 1 Kata Pengantar, Daftar Isi, Daftar Tabel, Daftar Gambar Hal 6

7 Daftar Gambar Gambar Lokasi Lingkup Wilayah... 6 Gambar Karakteristik Unit Lingkungan KPP Gambar Permasalahan Infrastruktur Keciptakaryaan di KPP 1 dan KPP Gambar Kondisi Sektor Sanitasi... 7 Gambar Kondisi Sektor Persampahan... 8 Gambar Kondisi Sektor Air Minum/Bersih... 9 Gambar Kondisi Sektor Drainase Gambar Kondisi Sektor Jalan Lingkungan Gambar Kondisi Sektor Fasilitas Pemadam Kebakaran Gambar Kondisi Sektor Bangunan Rumah Gambar Skema Pengembangan Sistem Drainase Kawasan...14 Gambar Skenario Pengembangan Sistem Drainase Gambar Skema Pengembangan Sistem Penyediaan Air Bersih/Air Minum Kawasan 18 Gambar Skenario Pengembangan Sistem Penyediaan Air Bersih/Air Minum Gambar Skema sistem pengolahan persampahan kawasan Gambar Skenario Pengembangan Sistem Persampahan Kawasan Gambar Skema Pengelolaan Sanitasi/Air Limbah Gambar Skenario Penanganan Sanitas Kawasan Gambar Diagram Kebiasaan BAB Di Daerah Sulit yang Perlu Diputus Gambar Tripikon-S dan Tpikon-H Gambar Anaerobic Baffled Reactor Gambar Permasalahan KPP 1 Murung Keraton - Jawa Gambar Permasalahan KPP 2 Murung Kenanga Kata Pengantar, Daftar Isi, Daftar Tabel, Daftar Gambar Hal 7

8 Gambar Konsep dan Rencana Penanganan KPP Gambar Konsep dan Rencana Penanganan KPP Gambar Tema Pengembangan KPP 1 dan KPP Gambar Kebijakan Pembangunan KPP... 8 Gambar Strategi Spasial KPP Gambar Pentahapan Penanganan KPP Gambar Pentahapan Penanganan KPP Gambar Pentahapan Terpadu Penanganan KPP Gambar Spasial Pentahapan Penanganan KPP Gambar Spasial Pentahapan Penanganan KPP Gambar Rencana Spasial Pembangunan KPP Gambar Rencana Spasial Pembangunan KPP Gambar Rencana Makro Penanganan KPP... 1 Gambar Rencana Penanganan Jaringan Jalan... 2 Gambar Lokasi Potensi Rumah Susun/ Hunian Vertikal... 3 Gambar Rencana Penanganan Drainase... 4 Gambar Desain 3D MCK Individual (Percontohan) Gambar Peta Rencana Pengembangan TPST 3R Gambar Rencana Pengembangan Tahun Ke Gambar Instalasi WTP Air Minum Gambar Rencana Pengembangan Sebaran Pos BPK... 9 Gambar Desain Bangunan Pos BPK dan Kelengkapan Gambar Desain 3D Bangunan Pos dan Fasilitas Kendaraan Gambar Desain 3D Jalur Hijau Sempadan Sungai Gambar Rencana Pengembangan RTH dan Hutan Kota Gambar Desain 3D Bangunan Sanitasi/ MCK Darat Kata Pengantar, Daftar Isi, Daftar Tabel, Daftar Gambar Hal 8

9 Gambar Ilustrasi Penempatan Pengolahan Air Limbah Gambar Desain TPST 3R Gambar Sampah Berbasis 4-5 Kepala Keluarga Gambar Angkutan Persampahan Sungai Gambar Rencana Penanganan Air Minum Gambar Rencana Aksi Tahun Pertama Gambar Rencana Lokasi WTP Gambar Rencana Pembangunan IPA dan Pipa Gambar Pembangunan Intake WTP Gambar Menara Air Kapasitas 10 m Gambar Pemasangan Meteran Air Gambar Rencana Pengembangan Tahun Ke Gambar Sebaran Lokasi Program/Kegiatan Non Keciptakaryaan Gambar Sketsa Penanganan Dermaga dan Jembatan Gambar Desain 3D Revitalisasi Dermaga dan Jembatan Gambar Desain Tanggul Sempadan Sungai Gambar Desain 3D Tanggul Sempadan Sungai Gambar Bagian-Bagian Dari Jalan... 2 Gambar Potongan Jalan Menurut Klasifikasi... 3 Gambar Lokasi Program/Kegiatan Tahun Pertama... 4 Gambar Desain Jalan Lingkungan di KPP Gambar Desain Jalan Lingkungan di KPP Kata Pengantar, Daftar Isi, Daftar Tabel, Daftar Gambar Hal 9

10 Daftar Tabel Tabel Tutupan Lahan Kabupaten... 2 Tabel Jumlah Rumah Tangga dan Jumlah Penduduk Kabupaten... 3 Tabel Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten... 4 Tabel Jumlah Pencari Kerja Menurut Tingkat Pendidikan dan Status Penempatannya... 5 Tabel Produksi Air Minum, Distribusi, Terjual, dan Susut / Hilang Menurut Unit Pelayanan... 6 Tabel Jumlah Pelanggan Air Minum PDAM Intan Banjar... 6 Tabel Pelanggan Listrik, VA Tersambung dan KWH Terjual di PT. PLN Ranting... 7 Tabel Panjang Jalan Menurut Kondisi Jalan dan Pemerintahan Yang Berwenang... 9 Tabel Panjang Jalan Menurut Jenis Permukaan dan Kecamatan... 9 Tabel Panjang Jalan Menurut Kondisi Jalan dan Kecamatan Tabel Panjang Jalan Berkerikil Menurut Kondisi Jalan dan Kecamatan Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Tabel PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tabel Persentase Rumah Tangga dan Kelayakan Sumber Air Minum Tabel Persentase Rumah Tangga Menurut Kecamatan dan Status Kepemilikan Fasilitas Buang Air Besar, Tabel Persentase Rumah Tangga Yang Memiliki Fasilitas Jamban dan Tempat Penampungan Tinja Menurut Kecamatan Tabel Luas Desa/Kelurahan, Jumlah Rumah Tangga, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Kawasan Prioritas Tabel Panjang Jalan > 3 M Menurut Permukaan Jalan di Kawasan Prioritas Tabel Jumlah Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum Dirinci Tiap Desa Menurut Kecamatan Martapura, tahun Kata Pengantar, Daftar Isi, Daftar Tabel, Daftar Gambar Hal 10

11 Tabel Aplikasi Tipe Jamban dan Sistem Pengolahan Berdasarkan Tantangan Lingkungan Fisik di Daerah Sulit Tabel Matrik Program Pembangunan Bidang Pengembangan Permukiman... 5 Tabel Pos Barisan Penanggulangan Kebakaran... 7 Tabel Lokasi Pos BPK... 8 Tabel Matrik Program/ Kegiatan Bidang PBL Sub Bidang Fasilitas PBK Tabel Matrik Program/ Kegiatan PBL Sub Bidang PBK Tabel Matrik Program/ Kegiatan PBL Sub Bidang RTH...14 Tabel Matrik Program/ Kegiatan Bidang PLP Tabel Matrik Program/ Kegiatan Bidang PLP Sub Bidang Sanitasi Tabel Matrik Program/ Kegiatan PLP Sub Bidang Persampahan Tabel Matrik Program/Kegiatan Bidang Pengembangan Air Minum...41 Tabel Matrik Program/Kegiatan Non Keciptakaryaan Daftar Singkatan SP RPKPP SPPIP RED RAP CK Survey Pertanian Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan Rencana Detail Desain Rencana Aksi Program Cipta Karya Kata Pengantar, Daftar Isi, Daftar Tabel, Daftar Gambar Hal 11

12 Abstrak: Sesuai arahan dari SPPIP Kabupaten Banjar pada tahun 2012, KPP 1 Murung Keraton Jawa dan KPP 2 Murung Kenanga mendapat prioritas penanganan infrastruktur bidang keciptakaryaan melalui penyusunan dokumen RPKPP. Diharapkan melalui perencanaan ini, dokumen utama RPKPP Kota Martapura menjadi landasan penanganan keciptakaryaan di kedua KPP. Selain itu diharapkan Dokumen Utama ini menjadi alat koordinasi dengan satuan kerja non keciptakaryaan karena terdapat program/ kegiatan strategis kawasan yang perlu mendapat perhatian dalam usaha untuk mewujudkan visi kawasan.

13 Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Menurut Undang-Undang No 1 tahun 2011 tentang perumahan dan permukiman, kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.kawasan permukiman mendominasi kawasan perkotaan yang membangkitkan kegiatan dan terus mengikuti, bahkan mengarahkan pengembangan kawasan lainnya dan akan mempengaruhi arah pengembangan kota yang bersangkutan. Setiap kawasan fungsional yang dikembangkan akan membutuhkan kawasan permukiman untuk mengakomodasi pertumbuhan penduduk yang beraktifitas di dalam kawasan yang tersebut. Pertumbuhan kawasan permukiman dapat dikelompokan sebagai kawasan yang direncanakan dan tertata dengan baik, serta kawasan permukiman yang merupakan cikal bakal tumbuhnya kawasan perkotaan dan terus berkembang mengikuti pertumbuhan penduduk dan perkembangan kegiatannya. Berkenaan dengan kedua jenis tersebut, dalam suatu wilayah atau kota, perkembangan dari kawasan permukiman sangat rentan terhadap adanya perkembangan yang tidak terkendali dan menyebabkan munculnya permukiman kumuh, yang seringkali berdampak lebih lanjut pada meningkatnya kesenjangan masyarakat serta angka kriminalitas, dan rendahnya tingkat kesehatan masyarakat. Dalam rangka mengatasi permasalahan permukiman tersebut, pemerintah daerah bersama dengan semua pemangku kepentingan pembangunan permukiman perlu menentukan kawasan permukiman yang akan mendapatkan penanganan prioritas sesuai dengan potensi, tantangan dan permasalahan yang dihadapi kawasan tersebut. Adapun kawasan permukiman prioritas ditentukan berdasarkan hasil penyusunan Strategi Bab 1 Pendahuluan Hal 1

14 Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP). Berdasarkan hal tersebut di atas, maka setiap kota perlu melakukan Penyusunan Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) yang mengacu kepada dokumen Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan. Untuk itu, Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum, melalui Direktorat Pengembangan Permukiman memberikan bantuan teknis berupa pendampingan penyusunan Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas Maksud dan Tujuan Pelaksanaan kegiatan Penyusunan Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) untuk kota Martapura dimaksudkan untuk membantu pemerintah daerah dalam menyiapkan rencana aksi program (RAP) penanganan permasalahan permukiman berikut infrastruktur keciptakaryaan yang ada di dalam kawasan prioritas sesuai dengan arahan strategi penanganan kawasan. Tujuan pelaksanaan kegiatan Penyusunan Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) untuk kota Martapura adalah memberikan pendampingan kepada pemangku kepentingan di tingkat Kota/Kabupaten untuk dapat menghasilkan Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) dengan muatan rencana program investasi jangka menengah infrastruktur bidang Cipta Karya, serta Rencana Pembiayaan yang dilengkapi dengan Rencana Detail Desain (RED) pada tahun pertama Sasaran Sasaran dari kegiatan Penyusunan Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) untuk kota Martapura adalah: 1. Terwujudnya peningkatan kapasitas pemangku kepentingan kota/kabupaten dalam penyusunan RPKPP sebagai dokumen acuan dalam pelaksanaan pembangunan kawasan permukiman prioritas di kota/kabupaten; Bab 1 Pendahuluan Hal 2

15 2. Terwujudnya interaksi dan keterlibatan masyarakat dalam proses rencana pembangunan kawasan permukiman prioritas melalui community participatory approach (CPA); 3. Tersedianya instrumen penanganan persoalan pembangunan yang bersifat operasional pada kawasan permukiman prioritas yang dapat diacu oleh seluruh pemangku kepentingan di kota/kabupaten Keluaran Keluaran yang dihasilkan dalam kegiatan Penyusunan RPKPP Kota Martapura, antara lain; 1. Dokumen Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP), yang memuat : a) Profil kawasan permukiman prioritas berdasarkan arahan indikasi dalam SPPIP b) Kajian mikro kawasan permukiman prioritas berdasarkan arahan dalam SPPIP c) Potensi dan persoalan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan pada kawasan permukiman prioritas d) Konsep dan rencana penanganan pada kawasan permukiman prioritas e) Rencana aksi program pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan pada kawasan prioritas selama 5 tahun f) 1 (satu) kawasan di dalam kawasan prioritas yang akan dilakukan pembangunannya pada tahap pertama (dilakukan penyusunan rencana penanganan secara lebih rinci dan operasional, dengan tingkat kedalaman skala perencanaan 1:1.000) g) Rencana Detail Desain (Detailed Engineering Design/DED) infrastruktur bidang Cipta Karya untuk kawasan priotitas yang pembangunannya akan dilaksanakan pada tahun pertama yang disajikan dalam bentuk tiga dimensi (3D). h) Dokumen spasial terkait dengan konsep, rencana penanganan, rencana aksi program dalam skala : Bab 1 Pendahuluan Hal 3

16 1 : (untuk kawasan prioritas) 1 : (untuk kawasan pembangunan tahun pertama) 1.5. Lingkup Kegiatan Keluaran Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan dengan rangkaian lingkup kegiatan sebagai berikut: 1. Melakukan kajian terhadap kebijakan, strategi, dan program pembangunan daerah berdasarkan dokumen kebijakan terkait yang telah tersedia dan dijadikan acuan pelaksanaan pembangunan oleh Pemerintah Daerah serta dokumen RPKPP yang telah/sedang dibuat. 2. Bersama dengan pemangku kepentingan kota menghasilkan : a. Kawasan permukiman prioritas berdasarkan arahan indikasi dalam RPKPP b. Kebutuhan infrastruktur dan skala prioritas penanganan c. Bersama dengan pemangku kepentingan kota menghasilkan rencana aksi program pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan pada kawasan prioritas selama 5 tahun dengan pendekatan perencanaan pastisipatif. d. Bersama dengan pemangku kepentingan kota menghasilkan 1 Strategi, program strategis dan pendetailan program pada kawasan prioritas 2 Pemilihan kawasan di dalam kawasan prioritas yang akan dilakukan pembangunannya pada tahap pertama (dilakukan penyusunan rencana penanganan secara lebih rinci dan operasional, dengan tingkat kedalaman skala perencanaan 1:1000) e. Bersama dengan tim penyusun RPKPP mengikuti kegiatan kolokium yang akan dikoordinasikan oleh tim pusat untuk memberikan pemaparan dan pembahasan capaian kegiatan f. Penyelenggaraan konsultasi publik untuk menjaring masukan terhadap strategi, program strategis dan pendetailan program pada kawasan Bab 1 Pendahuluan Hal 4

17 prioritas serta rencana aksi program pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan pada kawasan prioritas selama 5 tahun g. Penyusunan Rencana Detail Desain (Detailed Engineering Design/DED) untuk pelaksanaan tahun pertama di dalam kawasan yang meliputi infrastruktur bidang Cipta Karya. h. Melakukan diseminasi hasil penyusunan RPKPP kepada dinas/instansi terkait di kota bersangkutan Lingkup Wilayah Lokasi kegiatan Penyusunan Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) Kota Martapura akan dilaksanakan di Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan. Berikut gambar Wilayah Administrasi Kabupaten Banjar untuk memberikan inteprestasi mengenai lokasi studi. Bab 1 Pendahuluan Hal 5

18 Gambar Lokasi Lingkup Wilayah Bab 1 Pendahuluan Hal 6

19 Abstrak: Seperti yang telah diketahui oleh masyarakat umum di Indonesia, Kabupaten Banjar merupakan Kabupaten yang dikenal dengan para santri dan kaum ulama serta tokoh nasional dalam pembangunan di Kalimantan Selatan. Namun Persoalan Infrastruktur terus dipacu penanganannya melalui berbagai perencanaan. Profil yang disampaikan ini adalah profil makro dan mikro kawasan agar pembaca dapat mengerti persoalan pengelolaan infrastruktur dan pengembangannya pada KPP yang menjadi prioritas penanganan.

20 Bab 2 Profil Kabupaten dan Kawasan Prioritas 2.1. Profil Kabupaten Banjar Umum Kabupaten Banjar adalah salah satu kabupaten di provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Martapura. Kabupaten ini memiliki luas wilayah ± km² dan berpenduduk sebanyak jiwa (hasil Sensus Penduduk Indonesia 2010). Kabupaten Banjar termasuk dalam calon Wilayah Metropolitan Banjar Bakula. Sejarahnya adalah sejak tahun 1826 dibuat perjanjian perbatasan antara Sultan Adam dengan pemerintah Hindia Belanda. Pada tahun 1835 sewaktu pemerintahan Sultan Adam Alwasiqubillah telah dibuat untuk pertama kalinya ketetapan hukum tertulis dalam menerapkan hukum Islam di Kesultanan Banjar yang dikenal dengan Undang-Undang Sultan Adam Tahun 1855, daerah Kesultanan Banjarmasin merupakan sebagian dari De zuider-afdeeling van Borneo termasuk sebagian daerah Dusun (Tamiang Layang) dan sebagian Tanah Laut. Dari beberapa sumber disebutkan ada beberapa tempat yang menjadi kedudukan raja (istana pribadi Sultan) setelah pindah ke Martapura, seperti Kayu Tangi, Karang Intan dan Sungai Mesa. Tetapi dalam beberapa perjanjian antara Sultan Banjar dan Belanda, penanda tanganan di Bumi Kencana. Begitu juga dalam surat menyurat ditujukan kepada Sultan di Bumi Kencana Martapura. Jadi Keraton Bumi Kencana Martapura adalah pusat pemerintahan (istana kenegaraan) untuk melakukan aktivitas kerajaan secara formal sampai dihapuskannya Kesultanan Banjar oleh Belanda pada tanggal 11 Juni Setelah jatuh menjadi daerah protektorat Hindia Belanda, Sultan Banjar dan mangkubumi cukup hanya menerima gaji tahunan dari Belanda. Dibawah mangkubumi yang dilantik Belanda, daerah protektorat Kesultanan Banjar dibagi menjadi dua divisi yaitu divisi Banua Lima di bawah regent Raden Adipati Danu Raja dan divisi Martapura di bawah regent Bab 2 Profil Kota dan Kawasan Prioritas Hal 1

21 Pangeran Jaya Pamenang. Divisi Martapura terbagi dalam 5 Distrik, yaitu Distrik Martapura, Distrik Riam Kanan, Distrik Riam Kiwa, Distrik Benua Empat dan Distrik Margasari. Regent Martapura terakhir adalah Pangeran Suria Winata. Jabatan regent dihapuskan pada tahun Status Kesultanan Banjar setelah dihapuskan masuk ke dalam Karesidenan Afdeeling Selatan dan Timur Borneo. Daerah-daerah bekas Kesultanan Banjar digabungkan dengan daerah-daerah yang sudah menjadi milik Belanda sebelumnya. Wilayah Kalimantan Selatan dibagi dalam 4 Afdeeling, salah satunya adalah Afdeeling Martapura. Selanjutnya terjadi perubahan dalam keorganisasian pemerintahan Hindia Belanda. Sejak 1898 di bawah Afdeeling terdapat OnderAfdeeling dan distrik. Pembagian administratif tahun 1898 menurut Staatblaad tahun 1898 no. 178, Afdeeling Martapoera dengan ibukota Martapura terdiri dari : 1. OnderAfdeeling Martapoera terdiri dari : Distrik Martapura. 2. OnderAfdeeling Riam Kiwa dan Riam Kanan terdiri dari : Distrik Riam Kiwa Distrik Riam Kanan 3. OnderAfdeeling Tanah Laoet terdiri dari : Distrik Pleihari Distrik Maluka Distrik Satui Afdeeling Martapura terdiri 3 OnderAfdeeling, salah satunya adalah OnderAfdeeling Martapura dengan distrik Martapura. Dalam tahun 1902, Afdeeling Martapura membawahi 3 OnderAfdeeling: Martapura, Pengaron dan Tanah Laut. Perubahan selanjutnya Martapura menjadi OnderAfdeeling di bawah Afdeeling Banjarmasin. Afdeeling dipimpin oleh Controleur dan Kepala Distrik seorang Bumiputera dengan pangkat Kiai. Setelah kedaulatan diserahkan oleh pemerintah Belanda kepada Republik Indonesia tanggal 27 Bab 2 Profil Kota dan Kawasan Prioritas Hal 2

22 Desember 1949, ditetapkan daerah Otonomi Kabupaten Banjarmasin. Daerah otonom Kabupaten Banjarmasin meliputi 4 Kawedanan. DPRDS pada tanggal 27 Februari 1952, mengusulkan perubahan nama Kabupaten Banjarmasin menjadi Kabupaten Banjar yang disetujui dengan Undang-undang Darurat 1953, kemudian dikukuhkan dengan Undang-undang No. 27 Tahun Motto daerah ini adalah "Barakat" yang artinya "Berkah" (bahasa Banjar) Geografis Kabupaten Banjar terletak antara 2o49 55 LS dan 115o35 37 BT, dengan batas batas sebagai berikut: 1. Sebelah barat berbatasan dengan Kota Banjarmasin dan Kabupaten Barito Kuala 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kota Banjarbaru dan Kabupaten Tanah Laut 3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Balangan dan Kabupaten Kotabaru 4. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Tapin dan Kabupaten Hulu Sungai Administratif Kabupaten Banjar yang beribu Kota di Martapura memiliki 19 Kecamatan, dengan luas wilayah km2, dan merupakan kabupaten terluas ketiga di Provinsi Kalimantan Selatan. Nama-nama kecamatan yang ada di Kabupaten Banjar adalah : 1. Kecamatan Aluh-aluh 2. Kecamatan Aranio 3. Kecamatan Astambul 4. Kecamatan Beruntung Baru 5. Kecamatan Gambut 6. Kecamatan Karang Intan 7. Kecamatan Kertak Hanyar 8. Kecamatan Martapura Barat 9. Kecamatan Martapura Kota 10. Kecamatan Martapura Timur 11. Kecamatan Mataraman 12. Kecamatan Pengaron 13. Kecamatan Peramasan 14. Kecamatan Sambung Makmur 15. Kecamatan Sei/Sungai Pinang 16. Kecamatan Sei/Sungai Tabuk Bab 2 Profil Kota dan Kawasan Prioritas Hal 3

23 17. Kecamatan Simpang Empat 19. Kecamatan Telaga Bauntun 18. Kecamatan Tatah Makmur Kondisi Fisik Topografi Secara topografis wilayah Kabupaten Banjar merupakan daratan dan pegunungan yang ketinggiannya dari permukaan laut bervariasi berkisar antara 0 sampai dengan meter. Ketinggian ini merupakan salah satu faktor yang menentukan letak kegiatan penduduk, maka ketinggian juga dipakai sebagai penentuan batas wilayah tanah usaha, dimana 35 % berada di ketinggian 0 7 m dpl, 55,54 % ada pada ketinggian m dpl, sisanya 9,45 % lebih dari 300 m dpl. Rendahnya letak Kabupaten Banjar dari permukaan laut menyebabkan aliran air pada permukaan tanah menjadi kurang lancar. Akibatnya sebagian wilayah selalu tergenang (29,93%) sebagian lagi (0,58%) tergenang secara periodik Tanah Pada umumnya tanah di wilayah ini bertekstur halus (77,62%) yaitu meliputi tanah liat, berlempung, berpasir dan berdebu, sementara 14,93 % bertekstur sedang yaitu jenis lempung, berdebu, liat berpasir, sisanya 5,39 % bertekstur kasar yaitu pasir berlempung, pasir berdebu. Kedalaman tanah yang efektif bagi akar untuk leluasa mengambil air bagi tumbuhnya tanaman, di wilayah ini pada umumnya (66,45%) lebih dari 90 cm, sementara kedalaman cm meliputi 18,72 %, dan cm hanya 14,83 %. Menurut data dari Lembaga Penelitian Bogor, di wilayah ini dijumpai jenis tanah: Tanah Organosol, Gleihumus dengan bahan induk bahan Aluvial dan fisiografi dataran yang meliputi 28,57% dari luas wilayah. Tanah Aluvial dengan bahan induk lahan Aluvial dan Bab 2 Profil Kota dan Kawasan Prioritas Hal 2

24 fisiografi dataran meliputi 3,72%. Tanah komplek Podsolik merah kuning dan Laterit dengan bahan induk batuan baku dengan fisiografi dataran meliputi 14,29%. Tanah Latosol dengan bahan induk batuan beku dan fisiografi intrusi meliputi 24,84%. Tanah komplek Podsolik merah kuning, Latosol dengan batu induk endapan dan metamorf meliputi 28,57% Iklim dan Curah Hujan Wilayah Kabupaten Banjar sebagian bear didominasi oleh tipe iklim B, dengan curah hujan tahunan berkisar mm, curah hujan perhari hujan berkisar 9,5 18,6 mm/hari hujan dan hari hujan perbulan rata-rata berkisar 12,3 15,6 hari/bulan. Tekanan udara berkisar 1.007, ,3 milibar dan kelembaban udara berkisar 48 % %. Sedangkan suhu udara berkisar dari 200 C 36,20 C, serta kecepatan angin ratarata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar dari 21% - 89% Tutupan Lahan Berdasarkan data Citra satelit landsat E.TM 2009, dapat diidentifikasi bahwa tutupan lahan di Kabupaten Banjar didominasi oleh tutupan lahan semak belukar dan hutan tanaman industri. Luas tutupan lahan Kabupaten Banjar dapat dilihat secara lebih detail dalam tabel berikut ini. Tabel Tutupan Lahan Kabupaten No Keterangan Hektar 1 Rawa 687,2 2 Sungai 1.333,1 3 Danau / Situ Waduk 2.020,3 4 Hutan Tanaman Industri ,3 5 Perkebunan / Kebun ,0 6 Permukiman dan Tempat Kegiatan 4.094,7 7 Sawah ,1 8 Sawah Tadah Hujan 763,9 9 Semak Belukar / Alang Alang ,5 10 Tegalan / Ladang ,6 Bab 2 Profil Kota dan Kawasan Prioritas Hal 2

25 No Keterangan Hektar Total ,6 Sumber: Laporan SPPIP, tahun Kependudukan Berdasarkan data yang tecatat pada Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjar, jumlah rumah tangga pada pertengahan tahun 2011 mencapai RT, dengan jumlah penduduk orang yang terdiri dari laki-laki dan perempuan, dengan sex ratio 103. Jumlah penduduk terbanyak berada di Kecamatan Martapura dengan kepadatan penduduk per kilometer persegi. Dibanding tahun sebelumnya, kecamatan Martapura mengalami kenaikan jumlah penduduk. Hal ini ditandai dengan meningkatnya angka kepadatan penduduk, dimana pada tahun 2010, kepadatannya tercatat sebesar penduduk per km2. Kecamatan Aranio yang hanya 7 penduduk/km2 merupakan daerah dengan tingkat kepadatan rendah. No. Tabel Jumlah Rumah Tangga dan Jumlah Penduduk Kabupaten Kecamatan Jumlah Rumah Tangga Tahun 2012 Jumlah Penduduk Tahun Martapura Martapura Timur Martapura Barat Jumlah Penduduk Kawasan Perkotaan Martapura Aluh-aluh Beruntung Baru Gambut Kertak Hanyar Tatah Makmur Sungai Tabuk Astambul Karang Intan Aranio Sungai Pinang Paramasan Bab 2 Profil Kota dan Kawasan Prioritas Hal 3

26 No. Kecamatan Jumlah Rumah Tangga Tahun 2012 Jumlah Penduduk Tahun Pengaron Sambung Makmur Mataraman Simpang Empat Telaga Bauntung Jml Penduduk Kabupaten Banjar Sumber: Kabupaten Banjar Dalam Angka, 2012 No. Tabel Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Kecamatan Luas Wilayah (Km) Jumlah Penduduk Tahun 2012 Kepadatan Penduduk 1 Martapura Martapura Timur Martapura Barat Aluh-aluh Beruntung Baru Gambut Kertak Hanyar Tatah Makmur Sungai Tabuk Astambul Karang Intan Aranio Sungai Pinang Paramasan Pengaron Sambung Makmur Mataraman Simpang Empat Telaga Bauntung Jumlah Sumber: Kabupaten Banjar Dalam Angka, 2011 Bab 2 Profil Kota dan Kawasan Prioritas Hal 4

27 Berdasarkan data Kantor dinas Tenaga Kerja Kabupaten Banjar tercatat pencari kerja, dengan tingkat pendidikan terbanyak adalah tingkat SMU/SMK. Dari jumlah tersebut 97 orang diantaranya telah ditempatkan, sementara sisanya sejumlah orang belum ditempatkan. Detail mengenai jumlah pencari kerja menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel Jumlah Pencari Kerja Menurut Tingkat Pendidikan dan Status Penempatannya No. Tingkat Pendidikan Pencari Kerja Penempatan Belum Ditempatkan 1 SD SMP SMA / SMK Sarjana Muda / D I III 5 Sarjana / Diploma IV Jumlah Sumber: Kabupaten Banjar Dalam Angka, Sarana dan Prasarana Prasarana Air Minum Penyediaan Air Minum dan Air Bersih di Kabupaten Banjar dan Kota Banjarbaru dilayani oleh PDAM Intan Banjar. PDAM Data yang diperoleh dari PDAM Intan Banjar /Kabupaten Banjar menunjukkan bahwa produksi air minum pada tahun 2011 ada sebanyak 9,469 juta meter kubik. Dengan jumlah pelanggan air minum sebanyak pelanggan. Bab 2 Profil Kota dan Kawasan Prioritas Hal 5

28 Tabel Produksi Air Minum, Distribusi, Terjual, dan Susut / Hilang Menurut Unit Pelayanan No Unit Pelayanan Produksi Distribusi Terjual Susut / Hilang 1 BNA Banjarbaru Cab. I-Landasan Ulin 3 Cab. II-Kertak Hanyar 4 Cab. II-Sungai Tabuk 5 Unit I IKK Astambul 6 Unit I IKK Mataraman 7 Unit II IKK Simp Empat 8 Unit II IKK Pengaron 9 Unit I. IKK Karang Intan 10 Aluh Aluh Keseluruhan Jumlah Sumber: Kabupaten Banjar Dalam Angka, 2012 Tabel Jumlah Pelanggan Air Minum PDAM Intan Banjar No. Unit Pelayanan Jumlah Pelanggan 1 Banjarbaru I Banjarbaru II Banjarbaru III Banjarbaru IV Banjarbaru V Landasan Ulin Cempaka Sei. Besar 5008 Jumlah Pelanggan dalam Lingkup Kota Banjarbaru Loktabat Martapura I Martapura II Dalam Pagar 141 Bab 2 Profil Kota dan Kawasan Prioritas Hal 6

29 No. Unit Pelayanan Jumlah Pelanggan 13 Gambut Sei. Tabuk Kertak Hanyar Astambul Mataraman Pengaron Simpang Empat Karang Intan Aluh-aluh 1748 Jumlah Pelanggan dalam Lingkup Kabupaten Banjar Jumlah Sumber: Kabupaten Banjar Dalam Angka, Prasarana Jaringan Listrik Pelanggan listik yang tercatat pada PT.PLN Ranting Martapura berjumlah dengan berbagai jenis tarif. KWH terjual dengan nilai mencapai milyar rupiah dari pelanggan rumah tangga, milyar rupiah dari pelanggan bisnis, 492 juta rupiah dari pelanggan industri, milyar rupiah dari pelanggan perkantoran, milyar rupiah dari pelanggan sosial, untuk lampu penerangan jalan 1,868 milyar rupiah. Tabel Pelanggan Listrik, VA Tersambung dan KWH Terjual di PT. PLN Ranting No Uraian Batas Daya (Va) Jenis Tarif Pelanggan Daya Kwh 1 Sosial 450 S S S S S > S Rumah Tangga 450 R R.M R R.M Bab 2 Profil Kota dan Kawasan Prioritas Hal 7

30 No Uraian Batas Daya (Va) Jenis Tarif Pelanggan Daya Kwh R R R >6.000 R Pra Bayar Bisnis 450 B B.B B B.B B B.B B B.B B.B B.B B KVA > 200 KVA B Industri 1300 I I I > I Perkantoran 450 P P P P P > P Lampu Penerangan Jalan P Jumlah/Total Sumber: Kabupaten Banjar Dalam Angka, Jaringan Jalan Data panjang jalan yang diperoleh dari Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Banjar terdiri atas, Panjang Jalan Propinsi yang melintas di wilayah Kabupaten Banjar sepanjang 93,52 Bab 2 Profil Kota dan Kawasan Prioritas Hal 8

31 Km, sedang panjang jalan kabupaten 727,33 Km. Jika dirinci per jenis permukaan, maka pada tahun 2011 jalan yang sudah di aspal sepanjang 625,41 Km, 210,22 Km berupa kerikil dan 70,70 Km sisanya masih berupa tanah. Dari jumlah tersebut jika dilihat dari kondisi jalannya, maka 411,27 Km dalam kondisi baik. Tabel Panjang Jalan Menurut Kondisi Jalan dan Pemerintahan Yang Berwenang No Kondisi Negara Provinsi Kabupaten Jumlah 1 Baik Sedang Rusak Rusak Berat Jumlah Sumber: Kabupaten Banjar Dalam Angka, 2012 Keadaan jalan menurut jenis permukaan dan kondisinya ini secara lebih rinci per kecamatan dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel Panjang Jalan Menurut Jenis Permukaan dan Kecamatan No Kecamatan Diaspal Kerikil Tanah Jumlah 1 Martapura 65,58 1, ,60 2 Martapura 7,50 10, ,50 Timur 3 Martapura 13, ,99 Barat Total Kawasan Perkotaan 4 Total 16 kecamatan lainnya Sumber: Kabupaten Banjar Dalam Angka, 2012 Untuk kondisi jalan yang telah diaspal, berdasarkan data dari Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Banjar, kondisi baik memiliki panjang km, kondisi sedang kilometer, kondisi rusak kilometer, dan kondisi rusak berat kilometer. Pada kawasan perkotaan Martapura kondisi jalan yang rusak adalah kilometer. Bab 2 Profil Kota dan Kawasan Prioritas Hal 9

32 Tabel Panjang Jalan Menurut Kondisi Jalan dan Kecamatan No Kecamatan Baik Sedang Rusak Rusak Berat Jumlah 1 Martapura 57,31 1,59 5,95 0,73 65,58 2 Martapura 2,00-5,50-7,50 Timur 3 Martapura Barat 6,99-7,00-13,99 Total Kawasan Perkotaan 4 Total 16 kecamatan lainnya Sumber: Kabupaten Banjar Dalam Angka, 2012 Untuk kondisi jalan berkerikil berdasarkan kondisinya kawasan perkotaan yang mengalami kerusakan adalah di kecamatan Martapura dengan panjang jalan 1.02 km. sedangkan total panjang jalan berkerikil adalah km. Dapat dilihat pada table dibawah ini. Tabel Panjang Jalan Berkerikil Menurut Kondisi Jalan dan Kecamatan No Kecamatan Baik Sedang Rusak Rusak Berat Jumlah 1 Martapura Martapura Timur 3 Martapura Barat Total Kawasan Perkotaan 4 Total 16 kecamatan lainnya Sumber: Kabupaten Banjar Dalam Angka, Ekonomi Perekonomian Kabupaten Banjar dapat dilihat besaran nilai PDRB, dimana selama tahun 2011 Kabupaten Banjar mampu menghasilkan nilai tambah bruto sebesar 7,787 trilyun rupiah, yang jika dihitung dengan harga konstan hanya berjumlah 3,529 triliyun rupiah. Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Banjar tahun 2011 mencapai5,34 persen. Bab 2 Profil Kota dan Kawasan Prioritas Hal 10

33 Perekonomian Kabupaten Banjar ini lebih banyak didukung sektor Perdagangan, Restoran dan Hotel dengan sumbangan sebesar 23,54 persen terhadap perekonomian, disusul oleh sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan dengan sumbangan sebesar 21,48 persen, dan sektor Pertambangan dan Penggalian dengan sumbangan sebesar 20,90 persen. Sementara sektor lainnya hanya menyumbang kurang lebih 34,1 %, bahkan sektor Listrik dan Air Bersih hanya menyumbang 0,83 persen. Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku No. Lapangan Usaha (dalam ribu rupiah) 1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 2 Pertambangan dan Penggalian 3 Industri Pengolahan Listrik, Gas, dan Air Bangunan Perdagangan, Hotel, dan Restoran 7 Pengangkutan dan Komunikasi 8 Keuangan, Persewaan, Jasa Perusahaan 9 Jasa-jasa Jumlah Sumber: Kabupaten Banjar Dalam Angka, 2012 Bab 2 Profil Kota dan Kawasan Prioritas Hal 11

34 Tabel PDRB Atas Dasar Harga Konstan No. Lapangan Usaha (dalam ribu rupiah) 1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 2 Pertambangan dan Penggalian 3 Industri Pengolahan 4 Listrik, Gas, dan Air Bangunan Perdagangan, Hotel, dan Restoran 7 Pengangkutan dan Komunikasi 8 Keuangan, Persewaan, Jasa Perusahaan 9 Jasa-jasa Jumlah Sumber: Kabupaten Banjar Dalam Angka, 2012 Dari jumlah NTB yang dihasilkan perekonomian Kabupaten Banjar tersebut, jika dibagi dengan jumlah penduduk Kabupaten Banjar selama tahun 2011 maka ternyata per jiwa atau per kapita telah menghasilkan nilai tambah bruto sebesar 13,667 juta rupiah atau disebut juga dengan PDRB perkapita. Bab 2 Profil Kota dan Kawasan Prioritas Hal 12

35 Gambar Peta Administrasi Kabupaten Bab 2 Profil Kota dan Kawasan Prioritas Hal 13

36 2.2. Profil Kawasan Perkotaan Martapura Delineasi Kawasan Perkotaan Martapura Kawasan Perkotaan Martapura adalah sebuah kawasan perkotaan di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, dan melingkupi beberapa kecamatan, yaitu: 1. Kecamatan Martapura Barat 2. Kecamatan Martapura Kota 3. Kecamatan Martapura Timur Hingga saat ini, belum ada dokumen RTRW, RDTR ataupun gambar peta yang menjadi delineasi Kawasan Perkotaan Martapura. Untuk menentukan delineasi Kawasan Perkotaan Martapura, dilakukan beberapa hal sebagai berikut: 1. Mempertimbangkan karakteristik sebuah kawasan perkotaan, yang umumnya terbangun, serta arahan terhadap kecamatan yang ada dalam lingkup Kawasan Perkotaan 2. Melakaukan super impose peta tutupan lahan dengan rencana pola ruang permukiman di ketiga kecamatan (Kec. Martapura Bara, Martapura Kota, dan Martapura Timur) yang terdapat dalam RTRW Kabupaten Banjar. 3. Melakaukan superimpose hasil no.2 dengan hasil kegiatan survei Dari hasil super impose tersebut diperoleh delineasi Kawasan Perkotaan Martapura, seluas Ha, sebagaimana dapat dilihat pada gambar berikut di bawah ini. Bab 2 Profil Kota dan Kawasan Prioritas Hal 14

37 Gambar Peta Deliniasi Kawasan PETA KAWASAN Bab 2 Profil Kota dan Kawasan Prioritas Hal 15

38 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Kawasan Perkotaan Martapura sangat terkenal dan sering dikunjungi oleh wisatawan baik domestik maupun internasional karena terkenal sebagai pusat transaksi penjualan intan dan tempat penggosokan intan utama di Kalimantan dan menyediakan banyak cenderamata batu mulia. Selain itu Kota Martapura terkenal juga dengan Kota santrinya di Kalimantan, ini karena banyaknya santri yang sekolah dan menuntut ilmu ke Islaman di sekolah pesantren, yang salah satunya pesantren Darusalam Martapura. Gambar Foto Gambaran Kota Sumber: Dokumen SPPIP Kabupaten Banjar, 2012 Sebagian besar masyarakat yang tinggal di Martapura adalah suku bangsa Banjar atau biasa disebut Urang Banjar. Suku bangsa banjar adalah suku bangsa atau etnoreligius Muslim yang menempati sebagian besar wilayah Provinsi Kalimantan Selatan, dan sejak abad ke-17 mulai menempati sebagian Kalimantan Tengah dan sebagian Kalimantan Timur terutama kawasan dataran rendah dan bagian hilir dari Daerah Aliran Sungai (DAS) di wilayah tersebut. Sungai Barito bagian hilir merupakan pusatnya suku Banjar. Bab 2 Profil Kota dan Kawasan Prioritas Hal 16

39 Sebaran Permukiman Eksisting Sebaran permukiman eksisting di Kawasan Perkotaan Martapura dapat dilihat pada gambar peta berikut ini. Gambar Sebaran Permukiman Eksisting Sumber: Dokumen SPPIP Kabupaten Banjar, 2012 Bab 2 Profil Kota dan Kawasan Prioritas Hal 17

40 Gambar Sebaran Permukiman Eksisting Sumber: Dokumen SPPIP Kabupaten Banjar, Kondisi Sumber Air Minum/Air Bersih Air merupakan kebutuhan hidup yang sangat penting bagi manusia, terutama untuk kebutuhan minum dan memasak. Tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air. Tubuh manusia rata-rata mengandung air sebanyak 90 persen dari berat badannya. Tubuh orang dewasa, sekitar persen, berat badan terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar 65 persen dan untuk bayi sekitar 80 persen. Untuk orang dewasa dianjurkan minimal (8 gelas) 2 Liter sehari. Untuk anak usia 4-8 tahun kebutuhan minum airnya 6-7 gelas (1,6 Liter) sehari. Untuk ibu hamil 2,3 Liter per hari, untuk ibu menyusui 2,7 Liter per hari. Asupan air yang kurang akan menimbulkan Bab 2 Profil Kota dan Kawasan Prioritas Hal 18

41 masalah bagi kesehatan. Selain dari jumlah asupan tentunya kualitas air minum yang dikonsumsi akan mempengaruhi kesehatan manusianya. Menurut Departemen Kesehatan definisi air minum layak adalah adalah air yang bersumber dari ledeng, sumur bor/pompa, sumur terlindung dan mata air terlindung yang jarak ke tempat pembuangan limbah (tangki septik) lebih dari 10 m serta air hujan.sedangkan defenisi air bersih adalah air minum layak ditambah dengan air kemasan. Tabel Persentase Rumah Tangga dan Kelayakan Sumber Air Minum Kecamatan Air Kemasan/Isi Ulang Air Layak Air Tidak Layak Jumlah Martapura 7,58 63,02 29, Martapura Timur Martapura Barat Aluh-aluh Beruntung Baru Gambut Kertak Hanyar Tatah Makmur Sungai Tabuk Astambul Karang Intan Aranio Sungai Pinang Paramasan Pengaron Sambung Makmur Mataraman Simpang Empat Telaga Bauntung Kabupaten Banjar Sumber: SP 2010 Bab 2 Profil Kota dan Kawasan Prioritas Hal 19

42 Bila dilihat per kecamatan, rumah tangga yang mengkonsumsi air minum yang tidak layak tertinggi berada di kecamatan Paramasan sebesar 96,07 persen sebanyak 3,93 persen yang menggunakan air yang layak, tidak ada rumah tangga yang menggunakan air kemasan/isi ulang. Kemudian diikuti Kecamatan Sambung Makmur sebesar 95,72 persen, air minum yang layak sekitar 3,15 persen, dan sekitar 1,13 persen menggunakan air kemasan/isi ulang. Sedangkan Kecamatan yang terendah yang mengkonsumsi air yang tidak layak adalah Kecamatan Kertak Hanyar yakni 0,10 persen, 93,86 persen menggunakan air minum layak konsumsi dan sisanya 6,04 persen mengkonsumsi air kemasan/isi ulang Kondisi Fasiltias Sanitasi Salah satu kebutuhan penting dalam rumah tinggal adalah tersedianya fasilitassanitasi seperti tempat buang air besar. Yang dimaksud dengan fasilitas tempat buang air besar adalah ketersediaan jamban/kakus yang dapat digunakan oleh anggota rumah tangga. Berdasarkan ketersediaan jamban ini dapat dibedakan menjadi empat, yaitu jamban sendiri (jamban/kakus yang digunakan khusus oleh rumah tangga responden, walaupun kadangkadang ada yang menumpang), jamban bersama (jamban/kakus yang digunakan beberapa rumah tangga tertentu), jamban umum (jamban/kakus yang penggunaannya tidak terbatas pada rumah tangga tertentu, tetapi siapapun dapat menggunakannya) dan tidak ada jamban (tidak ada fasilitas jamban/kakus, misalnya lahan terbuka yang bias digunakan untuk buang air besar (tanah lapang/kebun/halaman/semak belukar), pantai, sungai, danau, kolam dan lainnya). Bab 2 Profil Kota dan Kawasan Prioritas Hal 20

43 Gambar Grafik Persentase Rumah Tangga Menurut Kepemilikan Fasilitas Buang Air Besar di Kabupaten Sumber: SP 2010, Susenas Dari diatas terlihat bahwa dari data SP2010, sebagian besar rumah tangga di Kabupaten Banjar memiliki jamban sendiri, mencapai 57,92 persen, jamban bersama dimiliki oleh 23,3 persen rumah tangga, jamban umum dimiliki oleh 6,23 persen rumah tangga dan sekitar 12,47 persen rumah tangga tidak memiliki jamban. Jika dibedakan menurut klasifikasi desa/kelurahan, jamban sendiri lebih banyak di daerah perkotaan (76,36 persen) sedangkan di daerah pedesaan hanya mecapai 50,01 persen. Terlihat bahwa masyarakat perkotaan lebih banyak yang memiliki jamban sendiri untuk kenyamanan, dan lebih mapan kehidupannya. Untuk jenis jamban bersama, masyarakat perkotaan yang memilikinya mencapai 16,01 persen, lebih sedikit dibanding masyarakat pedesaan yang mencapai 26,42 persen. Sedangkan untuk persentase rumah tangga yang tidak mempunyai fasilitas tempat buang air besar yakni secara umum sekitar 12,47 persen dimana sebagian besar rumah tangga tersebut berada di daerah perdesaan, yaitu sebesar 17,24 persen, sementara di perkotaan hanya sebesar 1,35 persen. Bab 2 Profil Kota dan Kawasan Prioritas Hal 21

44 Gambar Grafik Perbandingan Rumah Tangga Menurut Kepemilikan Fasilitas Buang Air Besar Perkotaan dan Perdesaan di Kabupaten Sumber: SP 2010, Susenas Jika dilihat menurut kecamatan, ada 8 kecamatan yang memiliki fasilitas buang air besar berupa jamban sendiri dengan persentase di atas 50 persen, yaitu Kecamatan Kertak Hanyar (81,90 persen), Kecamatan Sambung Makmur (81,15 persen), Kecamatan Martapura (79,49 persen), Kecamatan Mataraman (77,13 persen), Kecamatan Gambut (69,44 persen), Kecamatan Aranio (68,79 persen), Kecamatan Simpang Empat (60,00 persen) dan Kecamatan Karang Intan (59,61 persen). Sedangkan Kecamatan Paramasan jumlah rumah tangga yang memiliki jamban sendiri hanya 2,77 persen. Sedangkan fasilitas buang air besar berupa jamban bersama paling banyak ada di Kecamatan Martapura Barat (55,14 persen), Kecamatan Aluh-aluh (52,13 persen) dan Kecamatan Beruntung Baru (48,46 persen). Fasilitas buang air besar yang lain, yaitu jamban umum paling banyak ada di Kecamatan Martapura Timur (29,09 persen), Kecamatan Pengaron (10,70 persen) dan Kecamatan Karang Intan (10,56 persen). Bab 2 Profil Kota dan Kawasan Prioritas Hal 22

45 Tabel Persentase Rumah Tangga Menurut Kecamatan dan Status Kepemilikan Fasilitas Buang Air Besar, 2010 Fasilitas Buang Air Besar Kecamatan Jamban Jamban Jamban Jumlah Tidak Ada Sendiri Bersama Umum Martapura Martapura Timur Martapura Barat Aluh-aluh Beruntung Baru Gambut Kertak Hanyar Tatah Makmur Sungai Tabuk Astambul Karang Intan Aranio Sungai Pinang Paramasan Pengaron Sambung Makmur Mataraman Simpang Empat Telaga Bauntung Kabupaten Banjar Sumber: SP 2010 Hal yang cukup memperihatinkan adalah masih ada rumah tangga di beberapa kecamatan yang tidak memiliki jamban sebagai fasilitas buang air besar dan paling banyak terdapat di Kecamatan Paramasan yang mencapai 91,33 persen rumah tangga, Kecamatan Sungai Pinang (44,71 persen) dan Kecamatan Telaga Bauntung (35,41 persen). Hal ini harus menjadi perhatian pemerintah karena fasilitas sanitasi yang layak masih belum dicapai di kecamatan tersebut. Tempat penampungan kotoran/tinja sangat berpengaruh terhadap kesehatan anggota rumah tangga dan lingkungannya. Tempat penampungan yang tidak memenuhi syarat sanitasi akan menyebabkan pencemaran terhadap lingkungan sekitar seperti Bab 2 Profil Kota dan Kawasan Prioritas Hal 23

46 mempengaruhi kualitas air tanah dan menimbulkan bau yang kurang sedap. Tempat penampungan yang paling memenuhi syarat kesehatan adalah tangki septik atau saluran pembuangan air limbah (SPAL). Tangki septik adalah tempat pembuangan akhir yang berupa bak penampungan, biasanya terbuat dari pasangan bata/batu atau beton, baik yang mempunyai bak resapan maupun tidak. Sedangkan yang tanpa tangki septik seperti cubluk atau cemplung. Dikatakan tidak mempunyai tempat pembuangan tinja apabila tinja dibuang langsung di kolam, sawah, sungai, danau, laut, lubang tanah, pantai, tanah lapang atau kebun. Gambar Grafik Persentase Rumah Tangga Menurut Tempat Pembuangan Tinja Menurut Kawasan Perkotaan dan Perdesaan di Kabupaten Banjar, Tahun 2010 Sumber: SP 2010, Susenas Hampir 54,54 persen rumah tangga di Kabupaten Banjar telah menggunakan tangki septik/spal, dengan penyebarannya lebih banyak di perkotaan (78,14 persen rumah tangga perkotaan) di banding di pedesaan (42,48 persen rumah tangga pedesaan). Sedangkan rumah tangga yang tidak menggunakan tangki septik/spal di kabupaten Banjar mencapai 45,46 persen, dengan penyebarannya lebih banyak di pedesaan (57,52 Bab 2 Profil Kota dan Kawasan Prioritas Hal 24

47 persen rumah tangga pedesaan) dibanding perkotaan (21,86 persen rumah tangga perkotaan). Tabel Persentase Rumah Tangga Yang Memiliki Fasilitas Jamban dan Tempat Penampungan Tinja Menurut Kecamatan Kecamatan Tempat Penampungan Tinja Tangki Septik Lainnya Total Martapura Martapura Timur Martapura Barat Aluh-aluh Beruntung Baru Gambut Kertak Hanyar Tatah Makmur Sungai Tabuk Astambul Karang Intan Aranio Sungai Pinang Paramasan Pengaron Sambung Makmur Mataraman Simpang Empat Telaga Bauntung Kabupaten Banjar Sumber: SP 2010 Pada tingkat kecamatan, ada lima kecamatan dengan persentase rumah tangga yang menggunakan tangki septik lebih dari 50 persen yaitu Kecamatan Gambut (75,04 persen), Kecamatan Kertak Hanyar (84,01 persen), Kecamatan Martapura (81,79 persen), Kecamatan Aranio (68,24 persen) dan Kecamatan Mataraman (74,76 persen). Sedangkan di Kecamatan Sambung Makmur, hanya 1,70 persen rumah tangga yang memiliki tangki septik. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel Bab 2 Profil Kota dan Kawasan Prioritas Hal 25

48 Suatu rumah tangga disebut memiliki sanitasi layak jika rumah tangga tersebut memiliki jamban dengan tangki septik. Menurut hasil SP2010, persentase rumah tangga yang memiliki jamban sendiri dengan tangki septik mencapai 42,53 persen. Gambar Grafik Persentase Rumah Tangga Yang Memiliki Jamban dengan Tangki Septik Menurut Kecamatan di Kabupaten Banjar, Tahun 2010 Sumber: SP 2010, Susenas Jika dilihat menurut kecamatan, persentase rumah tangga dengan sanitasi layak (memiliki jamban dengan tangki septik) pada tahun 2010 paling tinggi di Kecamatan Kertak Hanyar (75,89 persen), kecamatan Martapura (72,51 persen) dan Kecamatan Gambut (61,45persen). Sedangkan persentase rumah tangga dengan sanitasi yang layak paling kecil ada di Kecamatan Sambung Makmur (1,29 persen), Kecamatan Paramasan (2,14 Bab 2 Profil Kota dan Kawasan Prioritas Hal 26

49 persen) dan Kecamatan Telaga Bauntung (4,96 persen). Hal ini berarti masih sangat tinggi jumlah masyarakat yang memiliki sanitasi layak yang sesuai dengan standar kesehatan Rencana Pengembangan Permukiman Kawasan Perkotaan Martapura dalam RTRW Kabupaten Banjar Berikut pada peta dibawah ini adalah rencana pengembangan kawasan pengembangan permukiman di Kawasan Perkotaan Martapura, sebagaimana terdapat di dalam Dokumen Materi Teknis RTRW Kabupaten Banjar. Bab 2 Profil Kota dan Kawasan Prioritas Hal 27

50 Gambar Peta Rencana Pengembangan Permukiman Kawasan Perkotaan Martapura PETA RENCANA PENGEMBANGAN Bab 2 Profil Kota dan Kawasan Prioritas Hal 28

51 2.3. Profil Kawasan Prioritas Berdasarkan hasil penilaian 7 (tujuh) kriteria dan 22 (duapuluh dua) indikator yang telah ada, kawasan prioritas yang memilik skor tertinggi adalah kawasan permukiman kumuh Keraton-Jawa dengan skor 110. Desa/kelurahan Murung Keraton-Jawa berada di kecamatan Martapura dengan total luas kawasan mencapai 2,66 km2, dengan jumlah penduduk mencapai jiwa. Kawasan prioritas kedua yang menjadi perluasan wilayah kajian RPKPP yakni Murung Kenanga memiliki skor 108. Tabel Luas Desa/Kelurahan, Jumlah Rumah Tangga, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Kawasan Prioritas Desa Luas (km2) Jumlah Rumah Tangga Jumlah Penduduk Rata-Rata Penduduk Per km 2 Murung Keraton Jawa Murung Kenanga 0, Sumber: Kecamatan Martapura Dalam Angka, 2012 Berdasarkan data dari Kantor Kecamatan Martapura, panjang jalan lebar lebih dari 3 m yang berada di kawasan prioritas adalah aspal, dimana 1 (satu) km berada di Desa Murung Keraton dan 2 (dua) km berada di desa/kelurahan Jawa. Tabel Panjang Jalan > 3 M Menurut Permukaan Jalan di Kawasan Prioritas Desa Aspal Kerikil Tanah Jumlah Murung Keraton Jawa Murung Kenanga Sumber: Kecamatan Martapura Dalam Angka, 2012 Berdasarkan data dari hasil survey pertanian pada tahun 2010, desa Jawa dominasi penggunaan air bersih bersumber dari sumur yang terlindung sebanyak 733 dan sumur tak terlindung sebanyak 267. Sedangkan desa Murung Keraton didominasi dengan ledeng sampai rumah sebanyak 80 sambungan serta pompa sebanyak 501. Untuk sumber airnya, Bab 2 Profil Kota dan Kawasan Prioritas Hal 29

52 Tabel Jumlah Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum Dirinci Tiap Desa Menurut Kecamatan Martapura, tahun 2010 No Desa Sumber Air Minum Murung Keraton Jawa 1 Air Kemasan Ledeng Sampai Rumah Ledeng Eceran Pompa Sumur Terlindung Sumur Tak Terlindung Mata Air Terlindung Mata Air Tak Terlindung Air Sungai Air Hujan Lainnya 1 1 Sumber: Survey Pertanian, 2010 Bab 2 Profil Kota dan Kawasan Prioritas Hal 30

53 Kondisi Keciptakaryaan Kawasan Prioritas Kondisi keciptakaryaan Kawasan Permukiman Kumuh Murung Keraton-Jawa dapat dilihat pada gambar berikut ini. 1. KawasanPermukimanKumuh Murung Keraton Jawa (Ranking I, Skor: 110) Profil lokasi Deskripsi Lokasi: Kawasan terletak di bantaran Sungai Martapura Merupakan lingkungan padat penduduk. Terletak relatif di pusat kota Administratif: Masuk dalam Lingkup Kelurahan Murung Keraton dan sebagian Kelurahan Jawa dengan luas 0,35 Km2 Kependudukan: Jumlah Penduduk: jiwa, L: jiwa & P: jiwa Kondisi Ke-Cipta Karya-an Kondisi rumah relatif padat &kurang layak huni Konstruksi fisik bangunan dari kayu & seng Sanitasi langsung dibuang ke sungai Infrastruktur lainnya relatif belum memadai Gambar Profil Kawasan Permukiman Kumuh Murung Keraton-Jawa Sumber: Tim Penyusun, 2012 Bab 2 Profil Kota dan Kawasan Prioritas Hal 31

54 Gambar Profil Kawasan Permukiman Kumuh Murung Kenanga Sumber: Penyusun, 2012 Bab 2 Profil Kota dan Kawasan Prioritas Hal 32

55 Gambar Peta Administrasi RT Kelurahan KPP 1 dan KPP 2 Sumber : Tim penyusun, 2013 Bab 2 Profil Kota dan Kawasan Prioritas Hal 33

56 Gambar Peta Pembagian Sub Kawasan Sumber : Tim penyusun, 2013 Bab 2 Profil Kota dan Kawasan Prioritas Hal 34

57 Gambar Peta Gambaran Umum KPP 1 dan KPP 2 Sumber : Tim penyusun, 2013 Bab 2 Profil Kota dan Kawasan Prioritas Hal 35

58 Gambar Peta Gambaran Umum Tipologi Bangunan KPP 1 Kelurahan Murung Keraton dan Jawa Sumber : Tim penyusun, 2013 Bab 2 Profil Kota dan Kawasan Prioritas Hal 36

59 Gambar Peta Gambaran Jalan Lingkungan KPP 1 Kelurahan Murung Keraton dan Jawa Sumber : Tim penyusun, 2013 Bab 2 Profil Kota dan Kawasan Prioritas Hal 37

60 Gambar Peta Gambaran Drainase KPP 1 Kelurahan Murung Keraton dan Jawa Sumber : Tim penyusun, 2013 Bab 2 Profil Kota dan Kawasan Prioritas Hal 38

61 Gambar Peta Gambaran Air Bersih KPP 1 Kelurahan Murung Keraton dan Jawa Sumber : Tim penyusun, 2013 Bab 2 Profil Kota dan Kawasan Prioritas Hal 39

62 Gambar Peta Gambaran Sanitasi KPP 1 Kelurahan Murung Keraton dan Jawa Sumber : Tim penyusun, 2013 Bab 2 Profil Kota dan Kawasan Prioritas Hal 40

63 Gambar Peta Gambaran Persampahan KPP 1 Kelurahan Murung Keraton dan Jawa Sumber : Tim penyusun, 2013 Bab 2 Profil Kota dan Kawasan Prioritas Hal 41

64 Gambar Peta Gambaran Fasilitas PBK KPP 1 Kelurahan Murung Keraton dan Jawa Sumber : Tim penyusun, 2013 Bab 2 Profil Kota dan Kawasan Prioritas Hal 42

65 Bab 2 Profil Kota dan Kawasan Prioritas Hal 43

66 Abstrak: Kajian mikro ini didasarkan pada hasil observasi dan wawancara yang dilakukan pada kawasan permukiman prioritas. Dalam langkah ini konsultan akan mengidentifikasi karakteristik pengembangan permukiman dan infrastruktur perkotaan pada kawasan permukiman prioritas RPKPP.

67 Bab 3 Kajian Mikro Kawasan Prioritas 3.1. Kajian Mikro Kawasan Permukiman Prioritas Berdasarkan Arahan SPPIP Kajian Mikro Kawasan adalah kajian rinci pada kawasan permukiman prioritas baik yang sifatnya fisik maupun non fisik. Sifat fisik adalah keadaan atau kondisi fisik keciptakaryaan seperti jalan lingkungan, drainase, sanitasi, dan persampahan. Sedangkan sifat non fisik lebih kepada kemampuan dan kesadaran pemangku-kepentingan di dalam kawasan permukiman prioritas dan pemangku kepentingan di tingkat pemerintah desa/kelurahan, kecamatan, kota/kabupaten, provinsi dan direktorat jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum. Kajian mikro ini didasarkan pada hasil observasi dan wawancara yang dilakukan pada kawasan permukiman prioritas. Dalam langkah ini konsultan akan mengidentifikasi karakteristik pengembangan permukiman dan infrastruktur perkotaan pada kawasan permukiman prioritas RPKPP Kondisi Kawasan Permukiman Prioritas (KPP) Survei lokasi KPP, melakukan inventarisasi karakteristik fisik, sosial, ekonomi, dan budaya pada kawasan permukiman prioritas. Kawasan Permukiman Prioritas (KPP) yang disepakati bersama adalah di Kecamatan Martapura, Kelurahan Murung Keraton dan Jawa, RT 01 s/d 011 disebut sebagai KPP 1 dan KPP 2 Murung Kenanga sebagai perluasan dari cakupan kajian. Karakteristik fisik, kawasan memiliki kontur relatif landai antara 0-3 mdpl. KPP 1 Murung Keraton Jawa didominasi oleh rumah penduduk yang padat. Dominasi KPP 1 Murung Keraton Jawa adalah perumahan dan sarana prasarana pendukung kawasan seperti masjid, jaringan jalan, drainase dan kantor kelurahan. Dilihat dari pengamatan lapangan kerapatan antar bangunan rumah relative rapat, dimana jarak antar bangunan antara 1-5 meter, sehingga dominasi rumah-rumah yang saling berdekatan di tepi jalan utama itu memberi kesan perkampungan yang padat. Sedangkan disisi barat daya KPP 1 Murung Bab 3 Kajian Mikro Kawasan Prioritas Hal 1

68 Keraton Jawa terdapat sungai besar Martapura yang menjadi simpul air alami kota Martapura. Konstruksi bangunan rumah penduduk didominasi dengan kayu beratap seng. Sedang sisanya (kalangan ekonomi mampu) bangunan rumah lebih kepada konstruksi beton dan beratapkan genteng. Untuk jaringan jalan lingkungan di dalam kawasan KPP 1 Murung Keraton Jawa, dapat di kategorikan Jalan Utama Kawasan berupa aspal, jalan lingkungan berupa beton, dan jalan pribadi berupa kayu (jembatan) akses ke rumah. Jalan utama kawasan yang beraspal memiliki dimensi hingga 6 meter. Sedangkan jalan lingkungan antar Rukun Tetangga rata-rata dimensinya mencapai 1-2 meter. Sedangkan jembatan (titian kayu pelantar) menuju rumah biasanya < 1 meter. Juga ada jembatan yang menghubungkan antar Rukun Tetangga yang dibantu oleh Pemerintah Daerah. Karakteristik jalan lingkungan; Jalan utama, aspal, lebar 5 meter. Jalan lingkungan beton, titian kayu, lebar 1-1,5 meter Jalan akses ke rumah berupa titian kayu, lebar 0,8-1 meter. Untuk jaringan drainase, karena kelandaian KPP 1 Murung Keraton Jawa yang berada pada level 0-1 mdpl bahkan sering terjadi banjir pada saat hujan dan atau saat naiknya muka air sungai Martapura, kondisi jaringan drainase belum terbentuk secara baik bahkan perlu dilakukan penataan dengan baik. Jaringan drainase utama sudah ada, namun jaringan drainase sekunder dan tersier tidak terbentuk dengan baik. Kondisi rumah yang berada di atas air sungai membuat KPP 1 Murung Keraton Jawa belum maksimal dalam perencanaan dan pembangunan drainasenya. Sedangkan pada KPP 2 Murung Kenanga, cakupan permukiman padat berada pada RT 004 s/d 006. Tingkat kerapatan bangunan tinggi. Kejadian banjir tahunan juga terjadi pada KPP 2 Murung Kenanga. Bab 3 Kajian Mikro Kawasan Prioritas Hal 2

69 Karakteristik sosial, kekerabatan antar tetangga di kawasan ini cukup erat. Hal ini ditunjang oleh letak rumah yang berdekatan. Selain itu karakteristik penduduk yang relatif homogen membuat hubungan sosial warga lebih erat. Karakter ekonomi, sebagian penduduk Kel. Murung Keraton Jawa dan Murung Kenanga tergolong rendah. Data, survei dan wawancara menunjukkan sebagian usia produktif bekerja sebagai pedagang dipasar utama (terdekat). Karakter budaya, seperti telah dijelaskan bahwa penduduk Kel. Murung Keraton dan Jawa dan Murung Kenanga adalah sebagian adalah penduduk asli dari suku yang sama yaitu Banjar. Hal ini terekam pula dari gaya berbicara, dialek dan bahasa yang digunakan sehari-hari. Dapat dikatakan karakter budaya tradisional sangat kental di kawasan ini. Namun, budaya yang baik untuk memelihara lingkungan dan kebersihan belum berkembang baik. Penyakit Penduduk, menurut data dari Puskesmas Kecamatan Martapura penyakit yang paling banyak diderita oleh masyarakat di kecamatan Martapura adalah ISPA (infeksi saluran pernapasan atas). Dominasi penyakit ini mencapai 34% dari 9 penyakit lainnya seperti hipertensi, gusi, rheumatoid, psikotik, pneumonia, diabetes mellitus, alergie, diare dan gastritis. Peranan Tokoh & Agama, berdasarkan sejarah terbentuknya kota Martapura/Banjar peranan para kiai dan ulama menjadi sangat penting dalam membentuk pola dan perilaku penduduk di Kota Martapura termasuk KPP 1 dan KPP 2. Untuk itu peranan tokoh & agama menjadi sangat penting dalam mendukung kualitas kawasan. Bab 3 Kajian Mikro Kawasan Prioritas Hal 3

70 Gambar Karakteristik Unit Lingkungan KPP 1 Administrasi: Desa/Kelurahan Murung Keraton Sebagian Desa/Kelurahan Jawa Luas Desa/Kelurahan : Murung Keraton, 0.56 km2 Jawa, 2.10 km2 Jumlah rumah tangga Murung Keraton = 940 Jawa = Jumlah Penduduk Murung Keraton = jiwa Jawa = jiwa Kepadatan penduduk (per Murung Keraton = jiwa/km2 km2) Jawa = jiwa/km Kondisi factual lingkungan Murung Keraton = Kumuh Jawa = Kumuh Jarak antar bangunan 0,5-1 meter Sanitasi Sebagian masih menggunakan Jamban Umum di Sungai Persampahan Sebagian masih membuang sampah di sekitar rumah dan berserakan sehingga menurunkan kualitas lingkungan dan sungai Jalan Lingkungan Tidak ramah terhadap pergerakan air Bab 3 Kajian Mikro Kawasan Prioritas Hal 4

71 Drainase Terdapat kali mati, jaringan drainase belum terbentuk dengan baik. Faktor kelandaian 0-1 mdpl berada di badan sungai (kenaikan muka air sungai) dan banjir rutin. Air bersih Belum semua terlayani PDAM Menggunakan tangki komunal Dampak kumuh Penyakit, banjir, penurunan kualitas lingkungan Sumber: Tim Penyusun, 2013 Bab 3 Kajian Mikro Kawasan Prioritas Hal 5

72 Gambar Permasalahan Infrastruktur Keciptakaryaan di KPP 1 dan KPP 2 Sumber: Tim Penyusun, 2013 Bab 3 Kajian Mikro Kawasan Prioritas Hal 6

73 Gambar Kondisi Sektor Sanitasi MCK (Jamban Umum) di tepi sungai, dimana air pembilas juga digunakan dari sungai yang telah kotor. MKC (Jamban Umum) di tepi sungai martapura digunakan sebagai pembuangan akhir tinja dan sebagai sumber air pembilas. Air sungai Martapura juga digunakan untuk Mandi dan Cuci. Fasilitas MCK Komunal skala RT yang tersedia di dalam KPP 1 Murung Keraton. MCK terbang langsung membuang ditepisan drainase (kalimati). Sumber: Tim Penyusun, 2013 Kegiatan mandi dan cuci skala komunal berupa tangki lt. Bab 3 Kajian Mikro Kawasan Prioritas Hal 7

74 Gambar Kondisi Sektor Persampahan Sampah yang ada tidak dikelola dengan baik oleh masyarakat. Dibuang dan dibiarkan mengotori lingkungan. Tanpa peduli terhadap kualitas lingkungan dan pribadi. Rumah (dinding kayu) menjadi batas kesadaran penghuni. Sampah juga dibuang tidak jauh dari rumah ibadah, tembok kawasan menjadi batas kebersihan. Himbauan dari kelurahan tidak membuang sampah tidak digubris oleh warga. Diperlukan manajemen persampahan yang baik. Fasilitas TPS Sampah yang terletak diluar lingkungan permukiman. Sumber: Tim Penyusun, 2013 TPST Khusus sampah pasar Bauntung Batuah, belum mampu melayani pengolahan sampah dari KPP 1 Murung Keraton - Jawa Bab 3 Kajian Mikro Kawasan Prioritas Hal 8

75 Gambar Kondisi Sektor Air Minum/Bersih Tangki air bersih dari kelompok masyarakat dan bantuan PNPM. Tangki berukuran liter ini dimanfaatkan s/d 12 RT. Sumber air bersih berasal dari jaringan perpipaan PDAM Air pompa (sumur bor) sebagai sumber air baku bersih. Dimanfaatkan secara pribadi dan komunal. Tempat penampungan air baku berupa tanki ukuran 1200 liter, diadakan dan dikonsumsi secara pribadi. Sumber: Tim Penyusun, 2013 Sambungan rumah (SR) PDAM Banjar yang sudah masuk ke kawasan KPP 1 Murung Keraton-Jawa. Bab 3 Kajian Mikro Kawasan Prioritas Hal 9

76 Gambar Kondisi Sektor Drainase Kondisi drainase utama/besar di KPP 1. Kelengkapan drainase dan jalan agar aman dan nyaman tidak terbentuk dengan baik. Tidak aman bagi pengendara dan anak-anak. Kali mati di kawasan KPP 1. Perlu dicarikan solusi agar kali ini berfungsi dengan baik, dan atau mengubah fungsinya. Kondisi drainase di dalam lingkungan perumahan yang tidak berfungsi, banyak sampah dan menyumbat saluran. Selain itu dimensi saluran yang tepat perlu dirancang dengan tepat. Kondisi saluran drainase yang tidak mengalir. Selain mengotori lingkungan, juga membawa dampak penyakit endemik ISPA serta tempat berkembang biaknya nyamuk Juga terdapat genangan air diantara bangunan rumah penduduk. Tidak menyatu dengan saluran drainase dan tidak mengalir Sumber: Tim Penyusun, 2013 Kondisi drainase di jalan lingkungan, selain dimensi saluran yang kecil, sampah menjadi faktor penghambat fungsi drainase. Bab 3 Kajian Mikro Kawasan Prioritas Hal 10

77 Gambar Kondisi Sektor Jalan Lingkungan Kondisi jalan aspal, di jalan utama KPP 1 Murung Keraton Jawa. Lebar mencapai 5-6 meter tanpa drainase di kiri kanan jalan. Kondisi jalan di pasar Bauntung Batuah, rusak parah dengan genangan air. Jalan beton, dimensi 2 m, meninggi dan dapat membentuk kolam genangan air Jalan titian kayu antar lingkungan dengan konstruksi kayu, meninggi s/d 0.8 m. Menjadi gang/lorong. Jalan beton yang membatasi antar sub kawasan, bersisian dengan titian teras rumah. Tidak ada control drainase dan persampahan Sumber: Tim Penyusun, 2013 Jalan beton antar lingkungan RT, meninggi dan terdapat jarak 0,5 m dengan bangunan rumah panggung. Bab 3 Kajian Mikro Kawasan Prioritas Hal 11

78 Gambar Kondisi Sektor Fasilitas Pemadam Kebakaran Fasilitas pemadam kebakaran berupa mobil pickup. Belum memenuhi standar kelayakan sebagai fasilitas kebakaran skala lingkungan. Sumber: Tim Penyusun, 2013 Hidran Umum sebagai prasarana penunjang fasilitas pemadaman kebakaran skala kawasan perkotaan. Bab 3 Kajian Mikro Kawasan Prioritas Hal 12

79 Gambar Kondisi Sektor Bangunan Rumah Rumah tipe permanen di Desa/Kel Murung Keraton-Jawa Rumah konstruksi kayu, 2 (dua) lantai dengan kelengkapan tanki air bersih pribadi. Rumah konstruksi kayu 2 (dua) lantai dan rumah kontruksi kayu 1 (satu) lantai memanjang. Rumah konstruksi kayu panggung dengan titian kayu untuk mengakses ke rumah. Rumah konstruksi kayu dengan fasilitas titian kayu sebagai akses ke rumah dan akses antar lingkungan Sumber: Tim Penyusun, 2013 Rumah konstruksi kayu 1 lantai, dilengkapi dengan titian kayu sebagai fasilitas akses ke rumah dan antar lingkungan Bab 3 Kajian Mikro Kawasan Prioritas Hal 13

80 Kajian Kebutuhan Pengembangan Infrastruktur Pengembangan Infrastruktur sangat dibutuhkan kawasan ini, hal ini dapat dilihat dari belum terpenuhinya seluruh rumah melalui perpipaan jaringan air bersih, sistem dan prasarana persampahan, sebagian besar jaringan drainase, dan pengolahan air limbah/sanitasi Drainase Sistem drainase di dalam KPP 1 Murung Keraton Jawa, belum memiliki sistem yang terintegrasi dari skala kavling, lingkungan hingga kota. Sistem drainase eksisting masih belum saling terhubung dengan baik. Kalaupun ada yang terhubung, pada beberapa titik jaringan terputus sehingga tidak membentuk sistem yang baik. Dalam sistem drainase memiliki hirarki sistem dalam skala kaveling, lingkungan dan kota, ketiga sistem ini membentuk jaringan yang saling terhubung, namun untuk menjaga kestabilan jaringan pada setiap tingkat dibagi antara penyaluran dan peresapan/penampungan. Gambar Skema Pengembangan Sistem Drainase Kawasan Sumber: Tim Penyusun, 2013 Bab 3 Kajian Mikro Kawasan Prioritas Hal 14

81 Secara umum kebutuhan pengembangan sistem drainase dalam Kawasan Permukiman Prioritas, didasarkan oleh 2 aspek yakni aspek fisik dan aspek non fisik. A. Aspek Fisik: 1. Jaringan drainase kawasan belum lengkap, di jalan utama lingkungan belum seluruhnya dilengkapi drainase, sehingga membutuhkan rencana keseluruhan sistem drainase. 2. Dimensi saluran drainase sangat beragam dan belum menunjukkan tingkatan skala drainase yang terintegrasi, sehingga membutuhkan review dan ebaluasi terhadap saluran eksisting. 3. Efektifitas saluran eksisting masih kurang karena jaringannya belum lengkap, sehingga dibutuhkan penambahan dan perbaikan sistem drainase. 4. Pemeliharaan saluran kurang, sehingga mengurangi daya tampung dan kapasitas drainase akibat sampah, sedimentasi dan kerusakan saluran yang tidak dipelihara. Hal ini membutuhkan rencana pemeliharaan terhadap seluruh sistem drainase. 5. Adanya kebutuhan penampungan air drainase sehingga pada saat musim kemarau, sumber air dapat diambil dari hasil penampungan air. B. Aspek Non Fisik: 1. Kebiasaan membuang sampah sembarangan masih terjadi di sebagian besar sub kawasan, sehingga membutuhkan langkah-langkah persuasif untuk menyadarkan masyarakat lingkungan agar selalu menjaga kebersihan lingkungan. 2. Sistem pemeliharaan drainase masih minim, sehingga membutuhkan pengaturan sistem pemeliharaan yang kontinyu, dan, jika perlu diambil langkah kerjasama dengan masyarakat lingkungan untuk ikut melaksanakan pemeliharaan drainase. Bab 3 Kajian Mikro Kawasan Prioritas Hal 15

82 3. Koordinasi antar instansi dalam pengelolaan drainase, terutama dalam kaitannya dengan sanitasi lingkungan, sehingga butuh cara untuk mengelola drainase dan prasarana lainnya secara bersama-sama. Atas dasar hal-hal tersebut di atas maka dibutuhkan skenario pengembangan jaringan drainase. Secara umum dapat dilihat dalam skema pada Gambar dibawah: Gambar Skenario Pengembangan Sistem Drainase Sumber: Hasil Analisis, 2013 Skenario pengembangan sistem drainase dilakukan dengan pendekatan aspek fisik dan non fisik. Dalam aspek fisik paling tidak terdapat 3 (tiga) skenario pengendalian yaitu: (1) pengendalian limpasan skala kaveling, dilakukan oleh masyarakat dan pengembang perumahan; (2) pengendalian limpasan skala lingkungan, dilakukan oleh pengembang perumahan dan pengelola lingkungan; Bab 3 Kajian Mikro Kawasan Prioritas Hal 16

83 (3) pengendalian limpasan skala kota, dilakukan oleh pemerintah. Pada KPP 1 dan KPP 2, fokus pengembangan dilakukan pada skala kaveling. Dalam hal ini masyarakat dalam lingkungan atau pengembang perumahan (jika ada) harus melakukan langkah-langkah: penyediaan daerah hijau sesuai ketentuan (Koefisien Daerah Hijau KDH minimal yang ditentukan dalam RDTR kawasan ini), pengembangan peresapan berupa sumur resapan dan sumur biopori, serta pengembangan penyaluran ke peresapan. Langkah-langkah tersebut, dalam konteks kondisi KPP yang tergolong kumuh sedang, perlu bantuan awal pengembangan oleh pemerintah, yang kemudian harus dilanjutkan dengan pengelolaan secara swadaya oleh masyarakat di masing-masing kaveling miliknya Penyediaan Air Bersih/Air Minum Sistem penyediaan air bersih/air minum, dapat dilakukan dengan cara individual (skala kaveling) atau terpusat (melalui jaringan PDAM). Sistem individual biasanya memiliki skema sistem yang lebih sederhana. Air baku yang tersedia biasanya adalah air tanah. Sistem individual ini biasanya tidak pengolahan sehingga bisa dimanfaatkan secara langsung, jika kondisi airnya sudah memenuhi syarat. Sedangkan, sistem terpusat biasanya memerlukan pengolahan terlebih dahulu untuk memenuhi kriteria air bersih. Sistem ini juga selalu membutuhkan jaringan penunjang yaitu perpipaan untuk mendistribusikan air bersih hasil olahan. Air baku sistem terpusat dapat berupa air hujan (ditampung) atau air permukaan (sungai dan danau). Dalam hal kondisi di KPP 1 dan KPP 2, berdasarkan hasil survei, wawancara dan diskusi, sistem yang dibutuhkan saat ini adalah berbasis sistem individual, yang sudah ada saat ini. Sistem individual dapat dikembangkan menjadi komunal untuk beberapa unit rumah tangga. Pemanfaatan sumber air bersih dapat dilakukan secara bersama-sama s/d 12 keluarga. Bab 3 Kajian Mikro Kawasan Prioritas Hal 17

84 Gambar Skema Pengembangan Sistem Penyediaan Air Bersih/Air Minum Kawasan Sumber: Tim Penyusun, 2013 Sistem penyediaan air bersih dalam KPP masih belum dikelola dalam sebuah sistem. Masyarakat memanfaatkan air tanah sebagai sumber air bersih, dimana pemanfaatannya dikelola masing-masing rumah tangga. Kebutuhan penyediaan air bersih, dalam KPP ini, dilihat dari aspek fisik dan non fisik: A. Aspek fisik: 1. Layanan PDAM belum seluruhnya mencapai kawasan ini. Pemenuhan kebutuhan air bersih didapat dari air tanah yang diusahakan oleh masing-masing rumah tangga dan secara komunal (plus bantuan PNPM) terus dilakukan. Kebutuhan sistem suplai air bersih yang baik dan berkelanjutan sangat dibutuhkan warga. Bab 3 Kajian Mikro Kawasan Prioritas Hal 18

85 2. Secara geografis kawasan terletak di daerah yang rawan air bersih, walaupun memiliki sungai besar yakni Martapura naun kualitas sungai tidak mendukung sebagai sumber langsung air bersih. Pada musim kemarau suplai air bersih dari sumur sangat terbatas. Sehingga dibutuhkan sistem penampungan air yang dapat menjamin suplai air saat kemarau/rawan air bersih. 3. Sistem air bersih eksisting adalah individual, kelompok/komunal, yang kualitasnya juga bergantung dengan sanitasi lingkungan sekitar. Sehingga pengembangan sistem penyediaan air bersih komunal harus diikuti/secara bersamaan pengembangan sanitasi lingkungan yang layak dan baik. B. Aspek non fisik: 1. Sistem pengelolaan sumber-sumber air yang ada dalam kawasan masih dilakukan secara individual, sehingga sangat bergantung dengan kondisi tiap-tiap rumah tangga. Agar keberlanjutan dan manfaat sumber-sumber air/sumur tersebut dibutuhkan sistem pengelolaan yang bersifat komunal. 2. Penyediaan air bersih masih dilakukan secara swadaya oleh masing-masing keluarga. Dibutuhkan peran pemerintah atau pihak luar lainnya untuk membantu penyediaan air bersih yang diarahkan secara komunal. 3. Kualitas air bersih dari sumber individual sangat tergantung dari kondisi tanah di sekitar sumber air. Perilaku masyarakat memelihara lingkungan yang hijau serta kebiasaan membuang sampah harus diarahkan untuk bisa memelihara kelestarian lingkungan serta kebersihan lingkungan. Uraian aspek-aspek tersebut memberi kita gambaran skenario pengembangan yang dapat dilakukan dengan beberapa langkah seperti tersebut pada diagram berikut ini: Bab 3 Kajian Mikro Kawasan Prioritas Hal 19

86 Gambar Skenario Pengembangan Sistem Penyediaan Air Bersih/Air Minum Sumber: Tim Penyusun, 2013 Skenario penyediaan air bersih/air minum, pada dasarnya dapat dilakukan secara fisik dan non fisik bertalian dengan dasar kebutuhan aspek fisik dan non fisik, seperti yang telah disinggung sebelumnya. Umumnya, secara fisik pengembangan dapat dilakukan oleh PDAM, pemerintah dan oleh masyarakat. Hal tersebut tergantung pada kondisi masingmasing kawasan. Untuk KPP 1 dan KPP 2, sebagai langkah pertama, secara fisik, pengembangan dapat dilakukan oleh pemerintah bersama-sama masyarakat. Sedangkan PDAM, pada saat ini belum dapat melayani seluruh kawasan ini karena, sesuai perkiraan, belum seluruh rumah tangga mampu untuk memenuhi kriteria PDAM. Pemerintah dapat menyediakan sistem reservoir umum yang sifatnya komunal untuk beberapa unit rumah tangga. Masyarakat berperan sebagai pengguna sekaligus menyediakan sistem penampungan air yang sifatnya sederhana pada tiap-tiap unit rumah. PDAM, pada tahap awal ini dapat menjadi penyedia air bersih, terutama pada Bab 3 Kajian Mikro Kawasan Prioritas Hal 20

87 saat-saat kritis ketika sumber air tanah tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, seperti saat-saat kemarau Persampahan Sistem pengelolaan dan pengolahan sampah telah ada di kawasan prioritas KPP 1 dan KPP 2, namun belum semua system pengelolaan tersebut belum menyatu dengan system pemerintah kota. Berdasarkan wawancara dengan penduduk yang berada di dalam kawasan, volume sampah yang ada (dan terus meningkat volumenya) tidak terangkut/terlayani dengan TPS yang berada diluar KPP 1 dan KPP 2. Selain itu juga walaupun sudah ada keinginan dan tindakan warga untuk membuang sampah di TPS Pasar Batuah, tidak dapat dipenuhi/dilayani oleh dinas pasar karena melebihi volume, dan kriteria penanganannya. Implikasinya sampah dibuang disekitar rumah, menumpuk di sekitaran rumah, di tepi jalan lingkungan, di lahan tak terpakai, di saluran drainase sehingga kawasan KPP 1 dan KPP 2 sangat kumuh dan berbau. Persoalan lainnya adalah kemampuan ekonomi masyarakat dalam penyerahan pengelolaan sampah kepada pemerintah kota juga belum sepenuhnya mampu. Diharapkan ditemukan system swadaya dalam pengelolaan sampah berbasis masyarakat. Baik itu langsung menjadi produk daur ulang, maupun bekerjasama dengan pemerintah daerah kota Martapura. Secara umum pengelolaan dan pengolahan sampah harus dikelola terintegrasi dalam suatu lingkungan atau kawasan. Biasanya kota memiliki dinas yang mengurusi persampahan. Berikut adalah gambar skema pengelolaan sampah secara umum: Bab 3 Kajian Mikro Kawasan Prioritas Hal 21

88 Gambar Skema sistem pengolahan persampahan kawasan Sumber: Tim Penyusun, 2013 Sistem pengelolaan persampahan dapat dilakukan dalam beberapa langkah: pewadahan, pengumpulan, pemindahan dan pengolahan. Masing-masing langkah harus dilakukan secara integral sehingga memiliki keterkaitan sehingga pemanfaatan sampah lebih optimal dan pengolahannya dapat dilakukan dalam skala yang lebih ekonomis. Persampahan berhubungan langsung dengan kapasitas/daya tampung sampah. Pada tabel-tabel di bawah ini dapat diketahui kapasitas pewadahan, pengumpul sementara, wadah pemindahan dan pengolahan akhir sampah. Kebutuhan sistem persampahan di dalam KPP 1 Murung Keraton Jawa, dapat dilihat dari aspek fisik dan aspek non fisik, seperti tersebut di bawah ini: A. Aspek Fisik: 1. Secara umum tingkat pelayanan sampah kota Martapura masih rendah, hal ini tampak terjadi kawasan KPP 1 Murung Keraton-Jawa, belum tersedia fasilitas persampahan yang cukup sesuai volume. Sehingga KPP ini membutuhkan fasilitas persampahan yang lengkap dan terintegrasi dengan sistem kota Martapura. Bab 3 Kajian Mikro Kawasan Prioritas Hal 22

89 2. Fasilitas persampahan belum ada, sehingga masyarakat melakukan pembuangan sampah sembarangan tanpa memperdulikan kualitas lingkungan. Hal ini juga terlihat keengganan dan ketidakmampuan pemerintah kota Martapura dalam berinovasi mencari berbagai alternative solusi system pengelolaan persampahan di kawasan rawan banjir yang berada di tepi sungai Martapura. 3. Sampah yang menumpuk di sudut-sudut kaveling, jika tidak diolah akan memberi dampak yang tidak sehat, sehingga kualitas udara menurun. Air tanah pun dapat terganggu kualitasnya jika cairan hasil sampah terserap ke bawah tanah. Kawasan ini membutuhkan perbaikan fasilitas persampahan sehingga dampak negatif sampah terhadap kualitas air bersih dapat dihindari. B. Aspek Non Fisik 1. Kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarang menjadi salah satu masalah pengembangan sistem persampahan. Peran serta masyarakat dibutuhkan untuk menjaga kebersihan lingkungan. Sehingga dibutuhkan pendidikan untuk masyarakat agar dapat menjaga kebersihan lingkungannya sendiri. 2. Teknik pengolahan sampah membutuhkan tenaga-tenaga yang ahli untuk itu. Dibutuhkan pelatihan yang intensif sehingga petugas mengerti teknik pengolahan sampah. 3. Masyarakat dapat berperan serta dalam pengelolaan sampah dengan konsep 3R (reduce, reuse, recycle). Dibutuhkan pelatihan pula untuk masyarakat agar konsep 3R dapat diterapkan untuk mengurangi beban volume sampah dengan penerapan konsep tersebut. Pengembangan sistem persampahan dalam KPP 1 dan KPP 2 ini dapat digambarkan dalam skenario pengembangan pada diagram berikut ini: Bab 3 Kajian Mikro Kawasan Prioritas Hal 23

90 Gambar Skenario Pengembangan Sistem Persampahan Kawasan Sumber: Tim Penyusun, 2013 Dalam diagram di atas skenario pengelolaan persampahan juga dilakukan dengan pendekatan fisik dan non fisik. Penanganan secara fisik membutuhkan peran serta semua pihak yaitu: pemerintah, masyarakat dan swasta. Namun peran pemerintah sangat dominan dibanding pihak-pihak lainnya. Hal ini terkait dengan fasilitas dan prasarana persampahan berikut kemampuan pengelolaannya lebih banyak dimiliki oleh pemerintah. Namun masyarakat juga berperan penting, terutama dalam operasionalnya. Sedangkan pihak swasta dapat berperan dalam memberi bantuan serta pengelolaan sampah melalui industri sampah yang menghasilkan bahan-bahan hasil olahan sampah yang dapat dijual dan dimanfaatkan kembali Sanitasi/Air Limbah Sanitasi lingkungan yaitu pengelolaan air limbah rumah tangga, di kawasan ini, juga menjadi persoalan yang perlu diperhatikan. Air limbah rumah tangga sebagian besar di buang ke tanah dan langsung ke sungai serta jaringan drainase tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu sehingga dapat mengganggu kebersihan dan kesehatan lingkungan Bab 3 Kajian Mikro Kawasan Prioritas Hal 24

91 sekitarnya. Hasil survei serta wawancara warga setempat menunjukkan bahwa cara bersanitasi tanpa melalui system pengelolaan yang sehat sangat membahayakan, mencemari tanah di sekitarnya dengan bakteri E. Coli yang membahayakan kesehatan masyarakat sekitarnya. Pengelolaan sanitasi dapat dilakukan dengan beberapa sistem seperti terlihat dalam diagram di bawah ini: Gambar Skema Pengelolaan Sanitasi/Air Limbah Sumber: Tim Penyusun, 2013 Pada skema tersebut di atas dapat dilihat bahwa pengelolaan sanitasi dapat dilakukan dengan sistem on site (di dalam tapak) dan sistem off site (di luar tapak). Saat ini di dalam kawasan pengelolaan di lakukan secara on site pada masing-masing kaveling, terutama kaveling yang memiliki kamar mandi sendiri di dalam kaveling-nya. Permasalahan kebutuhan pengembangan sistem sanitasi dapat dijabarkan dalam 2 aspek fisik dan non fisik, seperti tersebut di bawah ini: Bab 3 Kajian Mikro Kawasan Prioritas Hal 25

92 A. Aspek Fisik: 1. Air limbah rumah tangga kawasan dilakukan secara individual di masing-masing kaveling berupa jamban dan cubluk. Sedangkan untuk air bekas mandi dan cuci dibuang ke saluran drainase jalan maupun saluran sekunder yang ada di dekat kaveling. Dibutuhkan sistem pengolahan air limbah padat dengan sistem septik tank dan pengolahan air buangan dengan bak penangkap lemak dan bak kontrol. 2. Sistem sanitasi terpusat belum ada di dalam kawasan. Pengolahan sanitasi terpusat dapat dilakukan dengan menerapkan sistem komunal untuk beberapa kaveling menggunakan kamar mandi bersama. B. Aspek Non Fisik: 1. Kebiasaan sebagian masyarakat KPP ini, yaitu buang air besar di kebun/lahan, dapat mempengaruhi tingkat kesehatan dan kenyamanan lingkungan. Dibutuhkan langkah-langkah persuasif berupa kampanye atau penyuluhan untuk menyadarkan sebagian masyarakat untuk menghilangkan kebiasaan buruk tersebut dan beralih dengan menggunakan sistem sanitasi yang lebih ramah lingkungan. 2. Pengolahan yang bersifat individual mengakibatkan tidak terkendalinya sistem pembuangan kawasan. Masing-masing kaveling dapat membuang hasil olahan air limbah keluar kaveling tanpa kontrol lingkungan sekitar, sehingga jika ada buangan yang membahayakan dapat berpengaruh negatif terhadap kawasan. Dibutuhkan pengenalan sistem pengolahan air limbah yang bersifat komunal untuk beberapa kaveling, sehingga air limbah dapat lebih dikendalikan dan dikontrol olah publik dan lingkungan sekitarnya. 3. Secara formal, belum ada regulasi yang mengatur pengelolaan air limbah. Sehingga dibutuhkan sistem regulasi yang dapat dijadikan payung hukum dan petunjuk operasional bagi instansi pemerintah membangun sistem sanitasi bersama. Setelah mempertimbangkan kedua aspek dengan beberapa poin-poin tersebut di atas, dapat dikemukakan skenario penanganan sanitasi kawasan dapat dilakukan dalam skema berikut ini: Bab 3 Kajian Mikro Kawasan Prioritas Hal 26

93 Gambar Skenario Penanganan Sanitas Kawasan Sumber: Tim Penyusun, 2013 Skenario pengembangan sistem sanitasi kawasan dilakukan dengan memperhatikan aspek fisiknya dan ikut melibatkan berbagai pihak: pemerintah, masyarakat dan swasta. Dalam skema penanganan tersebut, secara fisik, terdapat 4 pihak yang dapat menangani sanitasi ini, yaitu: pemerintah, masyarakat, swasta maupun lembaga dengan fungsi khusus seperti industri, rumah sakit, dan sebagainya. Sesuai kondisi KPP, skenario awal yang dapat dilakukan adalah dengan memberi bantuan fisik sistem komunal yang dilakukan oleh pemerintah. Sedangkan secara non fisik perlu dilakukan sosialisasi dan penyuluhan mengenai pengelolaan sanitasi, yang dapat dilakukan oleh masyarakat secara komunal. C. Rekomendasi (Best Practise) Penanganan Kementerian Pekerjaan Umum bekerjasama dengan Bank Dunia melalui World Sanitation Program (WSP) beserta lembaga internasional MercyCorp telah melakukan kajian dan Bab 3 Kajian Mikro Kawasan Prioritas Hal 27

94 membuat buku tuntunan Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik di Indonesia. Program dan kebijakan kerjasama ini merupakan bentuk intervensi di sektor sanitasi dengan tujuan utama yakni; 1. Memperbaiki kondisi kesehatan; 2. Meningkatkan martabat dan kualitas hidup; 3. Perlindungan lingkungan. Dari hasil tersebut dilakukan aplikasi tipe jamban sebagai bentuk sanitasi yang baik bagi daerah-daerah yang sulit termasuk di KPP 1 Murung Keraton Jawa. Aplikasi ini berdasarkan kajian umum untuk seluruh kawasan yang sulit di seluruh Indonesia. Gambar Diagram Kebiasaan BAB Di Daerah Sulit yang Perlu Diputus Sumber :World Bank, Water and Sanitation Program (WSP). Berdasarkan hasil kajian tersebut, melihat kesesuaian kondisi di kawasan prioritas ini beberapa aplikasi yang dapat digunakan adalah; 1. Anaerobic Baffled Reactor, Anaerobic baffled reactor (ABR) dapat dikatakan sebagai pengembangan tangki septik konvensional. ABR terdiri dari kompartemen pengendap yang diikuti oleh beberapa reaktor baffle. Baffle ini digunakan untuk mengarahkan aliran air ke atas (upflow) melalui beberapa seri reactor selimut lumpur (i). Konfigurasi ini memberikan waktu kontak yang lebih lama antara Bab 3 Kajian Mikro Kawasan Prioritas Hal 28

95 biomasa anaerobic dengan air limbah sehingga akan meningkatkan kinerja pengolahan. Dari setiap kompartemen tersebut akan dihasilkan gas. Teknologi sanitasi ini dirancang menggunakan beberapa baffle vertikal yang akan memaksa air limbah mengalir keatas melalui media lumpur aktif. Pada ABR ini terdapat tiga zone operasional: asidifikasi, fermentasi, dan buffer. Zone asidifikasi terjadi pada kompartemen pertama dimana nilai ph akan menurun karena terbentuknya asam lemak volatil dan setelahnya akan meningkat lagi karena meningkatnya kapasitas buffer. Zona buffer digunakan untuk menjaga agar proses berjalan dengan baik. Gas methan dihasilkan pada zona fermentasi. 2. Anaerobic Upflow Filter, air limbah dengan metode pengaliran air limbah ke atas melalui media filter anaerobik. Sistem AUF ini memiliki waktu detensi yang panjang dan akan menghasilkan efluen anaerob serta biasanya digunakan untuk mengolah air limbah yang telah diolah sebelumnya dan juga perlu ada pengolahan lanjutan untuk mendapatkan efluen yang memenuhi standar. Mekanisme dasar pengolahan pada sistem ini adalah secara fisik, yaitu flokulasi, sedimentasi dan adsorpsi. Proses atau reaksi biologis secara anaerob sangatlah lambat dan tidak memiliki dampak penurunan BOD yang signifikan kecuali dengan waktu detensi yang lama. Namun beberapa organic toksik dapat dikurangi melalui mekanisme fisik dan presipitasi kimiawi (misalnya dengan sulfit) pada waktu detensi yang lebih pendek.(onsite Wastewater Treatment Systems Technology Fact Sheet 5, EPA). 3. Biofiltrasi, Biofiltrasi merupakan teknologi pengolahan air limbah yang memanfaatkan material hidup untuk menangkap dan secara biologis mendegradasi polutan didalamnya. Biofiltrasi air limbah domestik merupakan proses pengolahan yang unik dibandingkan dengan pengolahan biologis lainnya dimana mikroorganisme menempel pada media kontak dan air limbah dialirkan melewatinya untuk diolah. Teknologi biofiltrasi ini secara umum dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu (a) sistem konvensional dimana mikroorganisme menempel secara alami pada media kontak dan (b) penempelan mikroorganisme secara artifisial pada material polimer. Dalam sistem biofiltrasi modern, Bab 3 Kajian Mikro Kawasan Prioritas Hal 29

96 mikroorganisme ditempelkan pada media kontak atau diperangkap dalam suatu membran sehingga dapat lebih meningkatkan penyisihan BOD dan padatan tersuspensi dibandingkan dengan teknologi biofiltrasi konvensional. Lebih jauh lagi, penyisihan BOD dan padatan tersuspensi dalam air limbah dapat tercapai dengan baik apabila mekanisme dan parameter yang mempengaruhi kekuatan penempelan biofilm pada permukaan artifisial dapat diketahui dan dikontrol.(pract. Periodical of Haz., Toxic, and Radioactive Waste Mgmt, Oct 2006). 4. Tripikon-S dan T-Pikon-H, Tripikon-S (Tri/Tiga Pipa Konsentris-Septik) merupakan salah satu alternatif pengolahan air limbah domestik yang pada awalnya dikembangkan oleh Laboratorium Teknik Sipil Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Teknologi ini dikembangkan untuk menjawab tantangan kondisi lingkungan yang dihadapi di daerah yang terpengaruh pasang surut, seperti misalnya daerah pesisir pantai, muara, sungai, maupun rawa. Teknologi ini dapat diterapkan untuk toilet individual maupun komunal. Kemudian teknologi Tripikon-S ini dikembangkan lebih lanjut oleh Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dengan melakukan perubahan dan rancang ulang sistem, menghasilkan T-Pikon-H (T Pipa Horisontal). Pengolahan yang terjadi dalam T-Pikon-H ini adalah secara semi-aerob dan anaerob. Konsep dasar pengolahan adalah dengan menggunakan 3 pipa, yaitu: (a) pipa kecil sebagi inlet dari toilet; (b) pipa medium sebagai tempat terjadinya proses dekomposisi biologis, dan (c) pipa besar sebagai pelimpah (overflow) efluen. Ketiga pipa tersebut diatur secara konsentris. Kinerja kedua sistem ini masih perlu dikaji lebih lanjut, namun bila dilihat dari ide pengolahannya, maka sistem ini dapat menjadi salah satu alternatif pengolahan air limbah yang potensial untuk dikembangkan. Dalam studi ini, sistem T-Pikon-H menjadi salah satu rekomendasi, dengan catatan bahwa kinerja pengolahan belum diketahui secara pasti. Bab 3 Kajian Mikro Kawasan Prioritas Hal 30

97 Tabel Aplikasi Tipe Jamban dan Sistem Pengolahan Berdasarkan Tantangan Lingkungan Fisik di Daerah Sulit Sumber :World Bank, Water and Sanitation Program (WSP). Gambar Tripikon-S dan Tpikon-H Sumber :World Bank, Water and Sanitation Program (WSP). Bab 3 Kajian Mikro Kawasan Prioritas Hal 31

98 Gambar Anaerobic Baffled Reactor Sumber :World Bank, Water and Sanitation Program (WSP). Bab 3 Kajian Mikro Kawasan Prioritas Hal 32

99 Abstrak: Berdasarkan hasil analisis konsultan, jika kawasan ini berhasil ditata dengan baik, maka kawasan permukiman prioritas KPP 1 dan KPP 2 akan memiliki dampak bangkitan ekonomi skala kota yang luar biasa.

100 Bab 4 Potensi Dan Permasalahan Kawasan Prioritas 4.1. Daftar Inventarisasi Potensi, Permasalahan, Tantangan dan Hambatan Berdasarkan hasil survey yang dilakukan, beberapa potensi yang dimiliki oleh kawasan prioritas untuk dapat meningkatkan kualitas lingkungan perumahannya sebagai berikut : 1. Tersedianya lahan kosong untuk dibuatkan RTH (ruang terbuka hijau) bagi kepentingan masyarakat di kawasan. 2. Sudah terbentuknya jaringan drainase eksisting dan perlu difungsikan sesuai kegunaannya. 3. Sudah terbentuknya jaringan persampahan secara komunal dan terintegrasi dengan system jaringan kota. 4. Sudah tersedianya beberapa sumber air bersih (Sumur bor & PDAM) dan jaringan perpipaan distribusi sudah ada. 5. Sudah ada sistem sanitasi (MCK) didalam rumah pada beberapa penduduk, sebagai modal sosial untuk mempengaruhi penduduk yang masih menggunakan jamban di sungai. Sedangkan hambatan didalam untuk mewujudkan kawasan prioritas yang tidak kumuh, sehat, aman dan nyaman sebagai berikut : 1. Tidak ingin melepas tanah demi kepentingan umum; 2. Struktur beton jalan yang tidak ramah terhadap pergerakan air, sehingga dapat merusak struktur beton jalan; 3. Kesadaran masyarakat dalam manajemen sampah. Bab 4 Potensi dan Permasalahan Kawasan Prioritas Hal 34

101 Tabel Aspek Potensi, Permasalahan, Tantangan dan Hambatan Kawasan Prioritas No Aspek Potensi Permasalahan Tantangan Hambatan 1 Fisik Potensi lahan kosong untuk Pengembangan RTH yang Berfungsi sebagai taman bermain anak dan penempatan MCK Kepadatan bangunan kawasan yang mencapai >70% - Warga yang tidak mau melepas tanahnya untuk kepentingan Umum walaupun memiliki tanah yang berlebih. 2 Drainase Kelancaran Drainase diantara rumah yang tersumbat agar tidak tergenang air 3 Persampahan Kebersihan Kawasan dengan penyiapan tempat sampah 4 Air Bersih Ketersediaan air bersih (Sebagian) Terdapat genangan air karena tertahan oleh jalan llingkungan Kurangnya tempat sampah dan TPS Kepadatan Penduduk dan penyediaan PDAM yang masih terbatas 5 Sanitasi Pengadaan MCK Keterbatasan lahan untuk membangun MCK Sumber: Tim Penyusun, 2013 Kelancaran aliran air untuk drainase Penyediaan Tempat sampah dan TPS beserta lahannya dan Tambahan armada pengangkut sampah Ketersediaan Air Bersih secara menyeluruh Kebutuhan MCK karena keterbatasan masyarakat akan Jamban didalam rumah Struktur jalan yang sudah dibeton, harus diperbaiki agar dapat dillalui air. Kesadaran masyarakat dalam membuang sampah, keterbatasan tempat sampah, lahan untuk TPS. Jaringan air bersih yang masih belum menyeluruh Warga yang tidak mau melepas tanahnya untuk pembuatan MCK dan lahan yang dimiliki PEMDA Terbatas Bab 4 Potensi dan Permasalahan Kawasan Prioritas Hal 35

102 4.2. Kebutuhan Penanganan Permasalahan Kawasan Untuk mengurangi dampak kekumuhan/kualitas lingkungan kawasan prioritas, maka beberapa kebutuhan penanganan yang harus dilakukan adalah sbb; 1. Normalisasi sungai dan pembersihan persampahan; 2. Perbaikan/normalisasi saluran drainase; 3. Penambahan sumur bor dan tangki komunal air bersih permukiman; 4. Penambahan jaringan tersier/rumah tangga PDAM; 5. Pengelolaan sampah dengan TPST dan penambahan tempat sampah (TPS) dan pengadaan tong sampah; 6. Pengadaan MCK Komunal; 7. Perbaikan rumah. Tabel Aspek Kebutuhan Penanganan Kawasan Prioritas No Aspek Masalah Dampak yang Terjadi 1 Aspek Status lahan Konflik Tanah (surat hijau, sewa, lahan Negara) 2 Drainase Aliran sungai Banjir pasang yang terhambat 3 Drainase Drainase tersumbat 4 Air Bersih Minimnya sambungan rumah PDAM 5 Persampahan Penanganan sampah yang tidak tuntas 6 Fisik Bangunan Sumber: Tim Penyusun, 2013 Kualitas bangunan yang buruk Banjir Terbatasnya pasokan air bersih Menumpuknya sampah Rumah tidak sehat dan layak Lokasi Seluruh Kawasan Sepanjang sungai Hampir Seluruh Kawasan Sebagian Kawasan Hampir Seluruh Kawasan Sebagian Kawasan Kebutuhan Penanganan Normalisasi sungai dan pembersihan sampah Normalisasi sungai dan pembersihan sampah Perbaikan saluran drainase Penambahan Sambungan PDAM Pengelolaan dan penambahan tempat sampah Perbaikan rumah Bab 4 Potensi dan Permasalahan Kawasan Prioritas Hal 36

103 Gambar Permasalahan KPP 1 Murung Keraton - Jawa Sumber : Tim Penyusun, 2013 Bab 4 Potensi dan Permasalahan Kawasan Prioritas Hal 37

104 Gambar Permasalahan KPP 2 Murung Kenanga Sumber : Tim Penyusun, 2013 Bab 4 Potensi dan Permasalahan Kawasan Prioritas Hal 38

105 4.3. Potensi Kawasan Berdasarkan hasil analisis konsultan, jika kawasan ini berhasil ditata dengan baik, maka kawasan permukiman prioritas KPP 1 dan KPP 2 akan memiliki dampak bangkitan ekonomi skala kota yang luar biasa. Untuk itu beberapa potensi yang dapat diinventarisasi terhadap pengembangan KPP 1 dan KPP 2 sebagai berikut; 1. Komitmen Pemerintah Daerah. 2. Kemauan dan semangat kerjasama masyarakat dalam melakukan perubahan. 3. Kawasan kajian terletak pada posisi strategis kota 4. Apabila kawasan dibenahi akan memberi multiplier effect/ efek domino yang signifikan terhadap perubahan dan perkembangan ekonomi dan sosial budaya kawasan perkotaan. 5. Apabila kawasan dibenahi bisa menjadi obyek wisata/ kunjungan bagi berbagai pihak. Bab 4 Potensi dan Permasalahan Kawasan Prioritas Hal 39

106 Abstrak: Konsep pengembangan KPP 1 dan KPP 2 secara umum memiliki konsep dasar yang sama karena memiliki karakteristik permasalahan yang sama. Namun konsep dan rencana penanganannya menjadi holistic dan komprehensif dimana sesuai arahan SPPIP Kabupaten Banjar pada tahun 2012 mengarahkan adanya pengembangan hunian vertical pada KPP 2 Murung Kenanga. Untuk itu pengembangan konsep dan rencana penanganan kawasan KPP 1 dan KPP 2 harus terintegrasi karena memiliki alur tahapan penanganan yang terpadu.

107 Bab 5 Konsep dan Rencana Penanganan Kawasan Prioritas 5.1. Konsep Pengembangan Kawasan KPP 1 dan KPP 2 Konsep pengembangan KPP 1 dan KPP 2 secara umum memiliki konsep dasar yang sama karena memiliki karakteristik permasalahan yang sama. Namun konsep dan rencana penanganannya menjadi holistic dan komprehensif dimana sesuai arahan SPPIP Kabupaten Banjar pada tahun 2012 mengarahkan adanya pengembangan hunian vertical pada KPP 2 Murung Kenanga. Untuk itu pengembangan konsep dan rencana penanganan kawasan KPP 1 dan KPP 2 harus terintegrasi karena memiliki alur tahapan penanganan yang terpadu. Konsep dan Rencana Penanganan KPP 1 Murung Keraton Jawa adalah Penanganan Lingkungan Permukiman Melalui Manajemen Sanitasi, Pengembalian Fungsi Drainase Sekunder dan Pengamanan Sempadan Sungai. Dengan turunan rencana penanganan sebagai berikut : 1. Penanganan Banjir Drainase Sekunder; 2. Penanganan Banjir Drainase Primer; 3. Penataan bangunan dan jalan antar bangunan; 4. Pengamanan sempadan sungai Martapura melalui pembangunan tanggul dan jalan inspeksi; 5. Peningkatan kualitas infrastruktur jalan lingkungan; 6. Penyediaan lahan dan pembangunan fasilitas umum; 7. Peningkatan layanan persampahan terintegrasi dengan sistem perkotaan Martapura; 8. Peningkatan layanan infrastruktur air bersih dan sanitasi. Bab 5 Konsep dan Rencana Penanganan Kawasan Prioritas Hal 1

108 Sedangkan konsep dan rencana penanganan KPP 2 Murung Kenanga adalah Penanganan Lingkungan Permukiman Melalui Manajemen Sanitasi, Pengembangan Drainase Sekunder, Pengembangan Hunian Vertikal dan Pengamanan Sempadan Sungai. Dengan turunan rencana penanganan kawasan meliputi; 1. Penanganan Banjir 2. Penataan bangunan dan jalan antar bangunan 3. Pengamanan sempadan sungai Martapura melalui pembangunan tanggul dan jalan inspeksi 4. Peningkatan kualitas infrastruktur jalan lingkungan 5. Penyediaan lahan dan pembangunan fasilitas umum 6. Peningkatan layanan persampahan terintegrasi dengan sistem perkotaan Martapura 7. Pengembangan dan Peningkatan layanan infrastruktur air bersih dan sanitasi 8. Pengembangan hunian vertikal (rumah susun) Bab 5 Konsep dan Rencana Penanganan Kawasan Prioritas Hal 2

109 Gambar Konsep dan Rencana Penanganan KPP 1 Sumber : Tim Penyusun, 2013 Bab 5 Konsep dan Rencana Penanganan Kawasan Prioritas Hal 3

110 Gambar Konsep dan Rencana Penanganan KPP 2 Sumber : Tim Penyusun, 2013 Bab 5 Konsep dan Rencana Penanganan Kawasan Prioritas Hal 4

111 5.2. Tema Pengembangan KPP 1 dan KPP 2 Berdasarkan hasil analisis dari fasilitasi tim konsultan, diskusi dengan masyarakat serta hasil consensus di tingkat masyarakat melalui FGD 1, FGD 2 dan FGD 3 maka beberapa tema pengembangan kawasan permukiman prioritas yang akan dikembangkan adalah; 1. Tema kawasan ibadah yang nyaman. 2. Tema pusat pasar tradisional skala kota yang bersih, kering, nyaman, terpadu dan merupakan tempat area evakuasi bencana kebakaran. 3. Tema Pengembangan Rumah Panggung yang aman, nyaman, teratur dan asri. 4. Tema wisata makam sejarah tokoh nasional dan agama skala kabupaten/nasional. 5. Tema waterfront area, dimana muka rumah diarahkan kepada sungai Martapura dan pengembangan wisata kuliner. 6. Tema pengembangan pusat perdagangan permata dunia, terakhir adalah 7. Tema pengembangan hunian vertical atau rumah susun Kebijakan Pembangunan Kebijakan pembangunan pada kawasan permukiman prioritas terdiri atas beberapa hal, yakni; 1. Mewujudkan KPP Murung Keraton Jawa sebagai kawasan perdagangan dan jasa skala kota. 2. Mewujudkan KPP Murung Keraton Jawa sebagai kawasan ibadah skala pelayanan kota dan Kawasan 3. Mewujudkan KPP Murung Keraton Jawa dan KPP Murung Kenanga sebagai Kawasan Banyu (Sungai Martapura) melalui Pengembangan Ekonomi Perikanan Sungai, Wisata Air dan Olah Raga Air. 4. Mewujudkan KPP Murung Keraton Jawa dan KPP Murung Kenanga sebagai kawasan permukiman yang aman, nyaman, bersih dan asri melalui peningkatan kualitas kawasan permukiman. Bab 5 Konsep dan Rencana Penanganan Kawasan Prioritas Hal 5

112 5. Mewujudkan KPP Murung Kenanga sebagai permukiman pengembangan vertikal, berupa rumah susun dalam usaha untuk mengembalikan fungsi sempadan sungai dan penanggulangan banjir kawasan. Bab 5 Konsep dan Rencana Penanganan Kawasan Prioritas Hal 6

113 Gambar Tema Pengembangan KPP 1 dan KPP 2 Sumber : Tim Penyusun, 2013 Bab 5 Konsep dan Rencana Penanganan Kawasan Prioritas Hal 7

114 Gambar Kebijakan Pembangunan KPP Sumber : Tim Penyusun, 2013 Bab 5 Konsep dan Rencana Penanganan Kawasan Prioritas Hal 8

115 5.4. Strategi Pembangunan KPP Adapun strategi pembangunan kawasan permukiman prioritas yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut; 1. Penataan dan peningkatan kualitas lingkungan masjid agung di KPP Murung Keraton Jawa. 2. Penanganan Banjir melalui Pengembalian fungsi drainase primer, pembangunan tanggul dan jalan inspeksi serta gorong-gorong kawasan KPP Murung Keraton Jawa. 3. Penataan dan peningkatan lingkungan sekolah Madrasah Syafa tul Ikhwan di KPP Murung Kenanga. 4. Peningkatan jalan lingkungan permukiman kawasan minimal 4 meter dapat diakses oleh kendaraan roda empat dan roda 2, dan terintegrasi dengan jaringan jalan primer perkotaan. 5. Penataan dan pengendalian bangunan permukiman pada KPP Murung Keraton Jawa dan KPP Murung Kenanga. 6. Peningkatan, Pengembangan serta Pemantapan konsolidasi lahan dan pembangunan fasilitas sanitasi, persampahan, air bersih, kesehatan, penanggulangan kebakaran dan ruang terbuka hijau (RTH). 7. Pemantapan kelembagaan masyarakat didalam kawasan KPP dalam mewujudkan kebijakan pembangunan kawasan. 8. Penataan dan Revitalisasi Kawasan Perdagangan Permata pada KPP Murung Keraton Jawa. 9. Peningkatan kapasitas TPST Pasar Batuah di Murung Keraton Jawa. 10. Peningkatan pengelolaan persampahan kawasan pasar tradisional pada KPP Murung Keraton Jawa. 11. Pengembangan permukiman rumah susun di KPP Murung Kenanga untuk melayani kebutuhan rumah (backlog), antisipasi terhadap pertumbuhan keluarga Bab 5 Konsep dan Rencana Penanganan Kawasan Prioritas Hal 9

116 baru dan penanganan permukiman yang berada di sempadan sungai di KPP Murung Keraton Jawa dan KPP Murung Kenanga. 12. Peningkatan kerjasama lembaga swadaya keciptakaryaan masyarakat bersama pemerintah daerah Kabupaten Banjar. Bab 5 Konsep dan Rencana Penanganan Kawasan Prioritas Hal 10

117 Gambar Strategi Spasial KPP Sumber : Tim Penyusun, 2013 Bab 5 Konsep dan Rencana Penanganan Kawasan Prioritas Hal 11

118 5.5. Pentahapan Penanganan KPP Untuk mewujudkan tema pengembangan kawasan permukiman prioritas KPP 1 dan KPP 2 yang ada, maka perlu disusun tahapn penanganan kawasan. Pentahapan ini menjadi penting karena merupakan arahan dan turunan dari kebijakan dan strategi pengembangan kawasan. Untuk itu beberapa tahapan pengembangan kawasan di KPP 1 Murung Keraton Jawa sebagai berikut; Penanganan Banjir Land Consolidation, Management & Adjusment serta penyediaan fasilitas sanitasi dan air bersih Penataan, Pengendalian, Peningkatan Kualitas Bangunan, dan Infrastruktur Gambar Pentahapan Penanganan KPP 1 Sumber : Tim Penyusun, 2013 Sedangkan tahapan penanganan di KPP 2 Murung Kenanga sbb; Penanganan Banjir Land Consolidation, Management & Adjusment serta penyediaan fasilitas sanitasi dan air bersih Penataan, Pengendalian, Peningkatan Kualitas Bangunan, dan Infrastruktur Pengembangan Hunian Vertikal Gambar Pentahapan Penanganan KPP 2 Sumber : Tim Penyusun, 2013 Bab 5 Konsep dan Rencana Penanganan Kawasan Prioritas Hal 12

119 Penanganan Banjir Land Consolidation, Management & Adjusment Pengembangan Hunian Vertikal (Rumah Susun) Pengembangan dan peningkatan fasilitas sanitasi dan air bersih Penataan, Pengendalian, Peningkatan Kualitas Bangunan, dan Infrastruktur Gambar Pentahapan Terpadu Penanganan KPP Sumber : Tim Penyusun, 2013 Bab 5 Konsep dan Rencana Penanganan Kawasan Prioritas Hal 13

120 Gambar Spasial Pentahapan Penanganan KPP 1 Sumber : Tim Penyusun, 2013 Bab 5 Konsep dan Rencana Penanganan Kawasan Prioritas Hal 14

121 Gambar Spasial Pentahapan Penanganan KPP 2 Sumber : Tim Penyusun, 2013 Bab 5 Konsep dan Rencana Penanganan Kawasan Prioritas Hal 15

122 Gambar Rencana Spasial Pembangunan KPP 1 Sumber : Tim Penyusun, 2013 Bab 5 Konsep dan Rencana Penanganan Kawasan Prioritas Hal 16

123 Gambar Rencana Spasial Pembangunan KPP 2 Sumber : Tim Penyusun, 2013 Bab 5 Konsep dan Rencana Penanganan Kawasan Prioritas Hal 17

124 Abstrak: Rencana aksi program 5 tahun adalah rencana aksi yang disusun atas dasar strategi penanganan kawasan hingga 5 tahun mendatang. Pada tahun pertama telah disepakati bahwa seluruh bidang penanganan yakni pengembangan permukiman, penataan bangunan dan lingkungan, penyehatan lingkungan permukiman dan pengembangan air minum melakukan upaya konsolidasi lahan dan perencanaan detail desain agar pada tahun kedua dapat dilaksanakan pembangunannya. Sedangkan kegiatan yang paling siap (ready) adalah pembangunan dan peningkatan jalan.

125 Bab 6 Rencana Aksi Program 5 Tahun Kawasan Prioritas 6.1. Skenario Didalam perencanaan RAP (Rencana Aksi Program) 5 tahun di KPP 1 dan KPP 2 (Murung Keraton Jawa dan Murung Kenanga) beberapa prinsip dasar yang melandasi adalah; 1. Jangka waktu penanganan permasalahan infrastruktur keciptakaryaan yakni 5 tahun. 2. Ketersediaan anggaran di pusat dan di daerah. 3. Kesiapan masyarakat menerima dampak positif dari penanganan permasalahan serta kemampuan ekonomi masyarakat dalam mendukung program/kegiatan penanganan. 4. Adanya kesepakatan urutan prioritas penaganan permasalahan atas consensus bersama antara POKJANIS dan Masyarakat penerima dampak. 5. Pedoman dalam perancangan detail desain yang mengikuti peraturan yang telah ada Rencana Penanganan KPP 1 dan KPP2. Berdasarkan hasil analisis dan proses diskusi di tingkat pemangku kepentingan, terdapat 4 (empat) kelompok penanganan berdasarkan blok penanganan KPP, yakni; BLOK A : 1. Penanganan Banjir 2. Penataan dan pengendalian bangunan 3. Peningkatan dan pengembangan jaringan jalan lingkungan. 4. Penanganan drainase 5. Peningkatan pengelolaan persampahan 6. Peningkatan pelayanan air bersih BLOK D : 1. Penanganan banjir 2. Penanganan drainase 3. Peningkatan pengelolaan persampahan 4. Pengembangan Ruang Terbuka Hijau 5. Penanganan Sanitasi Komunal dan Individual 6. Penanganan jembatan gantung 7. Penanganan air bersih Bab 5 Rencana Aksi Program 5 Tahun Kawasan Prioritas Hal 1

126 BLOK B : 1. Peningkatan dan pengembangan jaringan jalan lingkungan. 2. Penanganan drainase 3. Peningkatan pengelolaan persampahan 4. Peningkatan pelayanan air bersih Blok C : 1. Penanganan banjir 2. Penanganan drainase 3. Peningkatan pengelolaan persampahan 4. Revitalisasi kawasan perdagangan Bab 5 Rencana Aksi Program 5 Tahun Kawasan Prioritas Hal 2

127 Gambar Rencana Makro Penanganan KPP Sumber : Tim Penyusun, 2013 Bab 5 Rencana Aksi Program 5 Tahun Kawasan Prioritas Hal 1

128 Rencana Penanganan Bidang Pengembangan Permukiman Sesuai dengan amanat undang-undang tentang jalan, bahwa jalan sedapat mungkin harus aman, nyaman dan dapat diakses semudah mungkin oleh penggunanya. Untuk itu, maka seluruh jaringan jalan lingkungan dan jalan antar blok permukiman didalam KPP 1 dan KPP 2 direncanakan dapat diakses melalui kendaraan roda dua (2). Dengan harapan bahwa didalam keadaan darurat seperti kesehatan dan kebencanaan dapat diakses oleh kendaraan darurat. Oleh karena itu jaringan jalan lingkungan didesain dengan lebar minimal 4 meter. Sedangkan jaringan jalan gang/perumahan minimal 3 meter. Selain itu untuk penanganan permasalahan perumahan yang sangat padat, menghindari bencana kebakaran, serta mengamankan undang-undang penataan ruang tentang kawasan perlindungan setempat, yakni sempada sungai. Maka sesuai dengan usulan dari masyarakat dan usulan dari POKJANIS maka diusulkan adanya program pembangunan rumah susun/ hunian vertical di KPP 2 Murung Kenanga. Program ini menjadi program prioritas dan strategis penanganan kawasan KPP 1 dan KPP 2 untuk mewujudkan tema, kebijakan dan strategi KPP. Program penting lainnya adalah penanganan banjir pada drainase utama 1 dan drainase utama 2, yang dahulunya disebut sebagai kali mati 1 dan kali mati 2. Program ini penting untuk penanganan system pembuangan air limbah mandi dan cuci masyarakat dari rumah, yang dibuang ke drainase primer yakni Sungai Martapura. Bab 5 Rencana Aksi Program 5 Tahun Kawasan Prioritas Hal 1

129 Gambar Rencana Penanganan Jaringan Jalan Sumber : Tim Penyusun, 2013 Bab 5 Rencana Aksi Program 5 Tahun Kawasan Prioritas Hal 2

130 Gambar Lokasi Potensi Rumah Susun/ Hunian Vertikal Sumber : Tim Penyusun, 2013 Bab 5 Rencana Aksi Program 5 Tahun Kawasan Prioritas Hal 3

131 Gambar Rencana Penanganan Drainase Sumber : Tim Penyusun, 2013 Bab 5 Rencana Aksi Program 5 Tahun Kawasan Prioritas Hal 4

132 Tabel Matrik Program Pembangunan Bidang Pengembangan Permukiman No Nama Program /Kegiatan Lokasi I II III IV V PENGEMBANGAN PERMUKIMAN 1.1 Pembangunan Jalan Kubah di Murung Kenanga KPP Pengembangan Hunian Vertikal (Rumah Susun/Sewa) : KPP 2 FS, Master Plan dan DED Rumah Susun KPP 2 Konsolidasi Lahan Rumah Susun KPP 2 Pembangunan Rumah Susun KPP 2 Pendataan warga di sempadan sungai dan backlog Sosialisasi kepada warga, dan pemindahan warga yang berada di area green belt/sempadan sungai 1.3 Pengembalian fungsi drainase primer dan sekunder : KPP 1 & 2 DED Drainase primer dan sekunder KPP 1 & 2 Konsolidasi lahan pada drainase primer KPP 1 Normalisasi fungsi drainase KPP Peningkatan jalan lingkungan dan gang lainnya KPP 1 & 2 Sumber: Tim Penyusun, 2013 Bab 5 Rencana Aksi Program 5 Tahun Kawasan Prioritas Hal 5

133 Rencana Penanganan Bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan (PBL) Rencana penanganan bidang penataan bangunan dan lingkungan pada KPP 1 dan KPP 2 terdiri atas; 1. Penangan permasalahan bencana kebakaran. 2. Penataan bangunan di sempadan sungai 3. Pembuatan RTH pada sempadan sungai, dan 4. Pembuatan hutan kota. 1. Penanganan permasalahan bencana kebakaran. Pada tahun 2011, bencana kebakaran pernah terjadi di KPP Murung Keraton Jawa dan menhabiskan seluruh permukiman yang ada di dalam Sub KPP A (Perumahan). Hal ini terjadi dengan cepat karena faktor musim kering disaat itu dan tingkat kerapatan bangunan yang sangat tinggi. Permasalahan ini menjadi sangat serius bagi warga KPP 1 Murung Keraton Jawa sehingga dibentuklan Barisan Penanggulangan Kebakaran (BPK) secara swadaya dan mandiri oleh masyarakat. Konsep Penanggulangan Bencana Kebakaran menurut peraturan perundangan yang berlaku di Murung Kenanga, Murung Keraton dan Jawa sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku adalah sebagai berikut: 1. Penentuan lokasi Pos Penanggulangan Bencana Kebakaran. Hal ini sangat penting karena terkait dengan daya jangkau dan kecepatan penanganan bencana kebakaran. 2. Tersedianya bangunan kantor penanggulangan bencana kebakaran dengan kondisi dan fasilitas yang memadai. 3. Tersedianya mesin pemadam dengan kualitas kan kapasitas yang memadai. 4. Tersedianya selang dengan radius jangkauan 400 meter di setiap pos PBK Bab 5 Rencana Aksi Program 5 Tahun Kawasan Prioritas Hal 6

134 5. Tersedianya sumber air di setiap pos penanggulangan bencana kebakaran. 6. Tersedianya alat angkut berupa motor gerobak roda 3 di setiap pos PBK untuk mendukung kecepatan bergerak dari petugas pemadam. 7. Perlu adanya pelatihan menggunakan alat secara berkala bagi petugas pemadam, dapat dilakukan 2 kali dalam setahun. 8. Perlu dilakukan simulasi 1 kali setahun dengan melibatkan masyarakat. 9. Tersedianya tempat evakuasi kebakaran. 10. Tersedianya rambu-rambu jalur dan arah evakuasi kebakaran. 11. Tersedianya kelengkapan bagi 5 petugas pemadam kebakaran di setiap pos. Kelengkapan tersebut adalah Helm, pakaian anti api, sepatu dan sarung tangan. Saat ini terdapat 6 (enam) pos penanggulangan bencana kebakaran didalam kawasan permukiman prioritas KPP Murung Keraton Jawa. Tabel Pos Barisan Penanggulangan Kebakaran No Nama Pos Lokasi Jangkauan Pelayanan 1 Pos Belakang Mesjid RT 002 RT 001, 002, 004, Pasar 2 Pos Belfas RT 004 RT 004 s/d 006 dan pasar 3 Pos Omega RT 005 RT 005 s/d 007 dan pasar 4 Pos Swadaya RT 006 RT 006 s/d 007 dan pasar 5 Pos Barakat RT 007 RT 007, 008, Sebagian Murung Kenanga 6 Pos Baital Ham RT 009 RT 009, sebagian Kelurahan Jawa Sumber : Tim Penyusun, 2013 Selain itu untuk mengantisipasi permasalahan yang sama di desa Murung Kenanga, maka diusulkan 2 (dua) titik pos baru yakni; 1. Pos BPK 1 di RT 006, untuk melayani RT 006, RT 005 dan RT Pos PBK 2 di RT002, untuk melayani RT 003, RT 002 dan RT 001 Berdasarkan hasil analisis dan pengamatan tim fasilitasi RPKPP, maka perlu direkomendasikan area dan bangunan evakuasi bencana kebakaran dengan tujuan untuk Bab 5 Rencana Aksi Program 5 Tahun Kawasan Prioritas Hal 7

135 menyiapkan area dan bangunan tersebut sebagai bangunan pelindung dari bahaya kebakaran dan sebagai area berkumpul sementara. Beberapa area dan bangunan yang direkomendasikan untuk dijadikan sebagai bangunan dan area evakuasi sebagai berikut; Tabel Lokasi Pos BPK No Area/Bangunan Evakuasi Lokasi Daya tampung 1 Masjid Agung Martapura KPP jiwa 2 Pasar Tradisional KPP jiwa 3 Kantor Lurah Murung Keraton KPP 1 20 jiwa 4 Area Dermaga KPP 1 50 jiwa 5 Gedung Rumah Pintar KPP 2 50 Jiwa 6 Sekolah Dasar Islam KPP Jiwa 7 Area RT 002 KPP Jiwa Sumber: Tim Penyusun, 2013 Untuk memperlengkapi fasilitas bangunan pos BPK tersebut juga direkomendasi beberapa faslitas yang harus dimiliki sebuah pos dengan minimum fasilitas sbb; 1. Mesin Pemadam kebakaran 2. 1 unit roda 3 bergerak 3. Memiliki bak penampung air 1 m3 4. Personil swadaya 5. Kelengkapan baju anti panas, sarung tangan, helm dan sepatu. Bab 5 Rencana Aksi Program 5 Tahun Kawasan Prioritas Hal 8

136 Gambar Rencana Pengembangan Sebaran Pos BPK Sumber: Tim Penyusun, 2013 Bab 5 Rencana Aksi Program 5 Tahun Kawasan Prioritas Hal 9

137 Gambar Desain Bangunan Pos BPK dan Kelengkapan Sumber: Tim Penyusun, 2013 Gambar Desain 3D Bangunan Pos dan Fasilitas Kendaraan Sumber: Tim Penyusun, 2013 Bab 5 Rencana Aksi Program 5 Tahun Kawasan Prioritas Hal 10

138 Gambar Desain 3D Jalur Hijau Sempadan Sungai Sumber: Tim Penyusun, 2013 Bab 5 Rencana Aksi Program 5 Tahun Kawasan Prioritas Hal 11

139 No Program Kegiatan Tabel Matrik Program/ Kegiatan Bidang PBL Sub Bidang Fasilitas PBK Lokasi Kegiatan Waktu Nilai (x Juta) Instansi Volume Satuan Total Pelaksana Instansi Terkait (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 1 PBL Konsolidasi Lahan KPP x4 m PEMDA PEMDA - 2 PBL 3 PBL Peningkatan Pos PBK Pembangunan Pos PBK di Murung Kenanga Sumber: Tim Penyusun, 2013 KPP 1 Pos Belakang Masjid 1 2,5x3 m Pos Belpas 1 3x4 m Pos Omega 1 2,5x3 m Pos Swadaya 1 3x4 m Pos Barakat 1 4x4 m Pos Baital Ham 1 2,5x3 m Pos PBK 1 1 3x4 m Pos PBK 2 1 3x4 m PEMDA PEMDA PEMDA PEMDA PEMDA PEMDA PEMDA PEMDA CK CK CK CK CK CK CK CK Sumber Dana APBD/Swasta APBD/Swasta APBD/Swasta APBD/Swasta APBD/Swasta APBD/Swasta APBD/Swasta APBD/Swasta Bab 5 Rencana Aksi Program 5 Tahun Kawasan Prioritas Hal 12

140 Tabel Matrik Program/ Kegiatan PBL Sub Bidang PBK Lokasi Waktu Nilai (x Juta) Instansi Instansi No Program Kegiatan Sumber Dana Kegiatan Volume Satuan Total Pelaksana Terkait (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 4 PBL 5 PBL 6 PBL 7 PBL Pengadaan Mesin Pemadam. (tipe V20D2S, 20 PK, 2 Silinder) Pengadaan Selang roll (Diameter 2,5 Panjang 20 m Pengadaan Motor Pemadam (Motor Gerobak Roda 3 Tipe Pico Hercules 110 CC) Pengadaan Kelengkapan Petugas Pemadam Murung Kenanga Murung Keraton Jawa Murung Kenanga Murung Kenanga Murung Keraton Jawa Murung Kenanga PEMDA PEMDA PEMDA PEMDA PEMDA CK CK CK CK CK CK APBD/Swasta APBD/Swasta APBD/Swasta APBD/Swasta APBD/Swasta Bab 5 Rencana Aksi Program 5 Tahun Kawasan Prioritas Hal 13

141 Lokasi Waktu Nilai (x Juta) Instansi Instansi No Program Kegiatan Sumber Dana Kegiatan Volume Satuan Total Pelaksana Terkait (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 8 PBL (Helm, Pakaian, Sarung Tangan, Sepatu) Pengadaan Rambu-rambu Evakuasi Sumber : Tim Penyusun, 2013 Murung Keraton Jawa Murung Kenanga Murung Keraton Jawa Jumlah Total 1,504 PEMDA CK CK CK APBD/Swasta APBD/Swasta APBD/Swasta Tabel Matrik Program/ Kegiatan PBL Sub Bidang RTH Lokasi Waktu Nilai (x Juta) Instansi Instansi Sumber No Program Kegiatan Kegiatan Volume Satuan Total Pelaksana Terkait Dana (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 3 PBL Revitalisasi Kawasan Tepi Sungai Kelurahan Murung Kenanga dan Murung Keraton Murung Kenanga dan Murung Keraton CK PU (CK) APBD PBL Perencanaan DED Murung CK PU (CK) APBD Bab 5 Rencana Aksi Program 5 Tahun Kawasan Prioritas Hal 14

142 Lokasi Waktu Nilai (x Juta) Instansi Instansi Sumber No Program Kegiatan Kegiatan Volume Satuan Total Pelaksana Terkait Dana (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 4 PBL PBL 5 PBL RTH Sempadan Sungai Kelurahan Murung Kenanga Pembangunan RTH Sempadan Sungai di Kelurahan Murung Kenanga Perencanaan DED RTH Sempadan Sungai Kelurahan Murung Keraton Pembangunan RTH Sempadan Sungai di Kelurahan Murung Keraton Sumber: Tim Penyusun, 2013 Kenanga Tepian Sungai di Murung Kenanga Murung Keraton Tepian Sungai di Murung Keraton CK PU (CK) APBD CK PU (CK) APBD SUBTOTAL: CK PU (CK) APBD Bab 5 Rencana Aksi Program 5 Tahun Kawasan Prioritas Hal 15

143 2. Penataan Bangunan di Sempadan Sungai dan RTH Sempadan Sungai. Penanganan bangunan di sempadan sungai menjadi sangat penting di KPP 1 dan KPP 2 terutama dalam perlindungan terhadap fungsi air dan habitat air. Berdasarkan undangundang penataan ruang dan lingkungan hidup kawasan sempadan sungai masuk dalam kawasan ruang terbuka hijau yang harus diamankan dengan fungsi sebagai paru-paru kota. Oleh karena itu penataan di wilayah sempadan sungai yang berada di KPP 1 dan KPP 2 harus dilakukan secara bertahap melalui program yang terintegrasi dan terstruktur bertahap dengan program pengembangan permukiman melalui pemindahan penduduk yang ada di sempadan sungai ke hunian vertikal yakni rumah susun. Penggunaan tanah sebagai tempat hunian di sempadan sungai sangat tidak disarankan, karena memiliki dampak ekologi sungai dan kerentanan terhadap fungsi sempadan sungai. Untuk itu dengan bekerjasama melalui dinas sumber daya air, cipta karya, dan tata ruang permukiman dapat dibuatkan program pengembalian fungsi sempadan sungai sebagai kawasan hijau dengan membangun tanggul dan penghijauan kembali sempadan. Program dan kegiatan yang dilakukan secara bertahap adalah; 1. Sosialisasi dan pendataan warga yang berada di sempadan sungai 2. Pembentukan kelembagaan operasionalisasi dan pengelolaan rumah susun 3. Konsolidasi lahan di sepanjang sempadan sungai serta lahan rumah susun 4. Perencanaan kawasan rumah susun melalui FS, Master Plan dan DED 5. Pembangunan Rumah Susun 6. Sosialisasi dan pendataan serta pemberian insentif kepada warga yang berada di sempadan sungai untuk mau pindah ke rumah susun. 7. Pemindahan warga dari sempadan sungai ke rumah susun. 8. Pembangunan tanggul di sepanjang sempadan sungai di KPP 1 dan KPP 2 9. Penghijauan kembali sempadan sungai 10. Penataan RTH menjadi RTH Publik Kota. Bab 5 Rencana Aksi Program 5 Tahun Kawasan Prioritas Hal 16

144 3. Hutan Kota. Berdasarkan hasil FGD-3 di rumah pintar, desa Murung Kenanga diusulkan agar dipersiapkan dan diwujudkan Hutan Kota di sebelah timur desa Murung Kenanga. Hutan ini akan menjadi kawasan yang akan ditumbuhi dengan vegetasi yang sangat penting bagi Kabupaten Banjar terutama kota Martapura. Untuk itu akan dilaksanakan berbagai persiapan untuk mewujudkan hutan kota ini melalui beberapa tahapan yakni; 1. Perencanaan FS, Master Plan dan DED 2. Konsolidasi lahan 3. Pembangunan dan revitalisasi kawasan hutan kota. Bab 5 Rencana Aksi Program 5 Tahun Kawasan Prioritas Hal 17

145 Gambar Rencana Pengembangan RTH dan Hutan Kota Sumber: Tim Penyusun, 2013 Bab 5 Rencana Aksi Program 5 Tahun Kawasan Prioritas Hal 18

146 Rencana Pengembangan Penyehatan Lingkungan Perumahan (PLP) Rencana pengembangan bidang penyehatan lingkungan terdiri atas bidang sanitasi (MCK) dan bidang pengelolaan persampahan. Untuk menciptakan kawasan permukiman prioritas KPP 1 dan KPP 2 yang bersih, bebas dari sampah, sempadan sungai yang bebas dari MCK Apung helicopter dan dapat memanfaatkan sungai sebagai area kegiatan peternakan ikan dan transportasi sungai, wisata dll. Maka pengelolaan sanitasi dan persampahan harus terpadu dan serasi dengan tema, kebijakan dan strategi pengembangan KPP 1 dan KPP Pengembangan Sanitasi Didalam jangka pendek sebelum dilakukannya pembangunan hunian vertical di KPP 2 Murung Kenanga, maka penanganan persampahan akan dilakukan secara simultan dan terintegrasi dengan system perkotaan. Selain itu system pengelolaan MCK akan diarahkan kepada pengelolaan MCK komunal di darat, dengan sasaran untuk memutus secara bertahap MCK helicopter. MCK Komunal akan didesain menurut Standar Nasional Indonesia dan Standar Desain Keciptakaryaan, sedangkan teknologi tanki endapan limbah akan menggunakan teknologi terbaru berupa biotank. Biotank adalah teknologi tepat guna yang telah dijual secara bebas melalui pemanfaatan bio organic komponen yang mampu mengolah limbah didalam tanki dan menjadikan limbah ramah lingkungan. Operasionalisasinya hanya melalui pembelian bio organic pengolah limbah dengan durasi tertentu dan volume tertentu. MCK Komunal akan dibangun dengan berbagai ukuran antara 2 s/d 4 kamar MCK. MCK Komunal ini akan disebar di KPP 1 dan KPP 2. (lihat peta) MCK yang dibangun disediakan fasilitas untuk mencuci, mandi dan kakus. Melalui dukungan fasilitas tanki air bervolume 1000 liter dan pompa air. Pembentukan unit retribusi MCK Komunal menjadi sangat penting dalam upaya untuk mendisiplinkan dan menertibkan masyarakat untuk mau hidup bersih dan Bab 5 Rencana Aksi Program 5 Tahun Kawasan Prioritas Hal 19

147 bertanggungjawab terhadap manajemen limbah. Untuk itu akan lebih baik jika unit retribusi MCK ditangani melalui kelembagaan yang telah ada seperti LKM Murung Kenanga. Hal ini sangat penting untuk menjaga kesinambungan program manajemen limbah. Bab 5 Rencana Aksi Program 5 Tahun Kawasan Prioritas Hal 20

148 Gambar Desain 3D Bangunan Sanitasi/ MCK Darat Sumber : Tim Penyusun, 2013 Bab 5 Rencana Aksi Program 5 Tahun Kawasan Prioritas Hal 21

149 Tabel Matrik Program/ Kegiatan Bidang PLP No Nama Program /Kegiatan Lokasi I II III IV V PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN; 3.1 Pengembangan dan Peningkatan MCK Komunal; DED MCK Komunal KPP 1 & 2 Konsolidasi lahan 10 Unit MCK Komunal KPP 1 & KPP 2 Pembangunan 5 Unit MCK Komunal KPP 1 Pembangunan 5 Unit MCK Komunal KPP 2 Pembentukan Unit Retribusi MCK KPP 1 & 2 Pengembangan MCK Individual (Percontohan) KPP 1 & KPP Pengelolaan Persampahan Pendataan dan Sosialisasi DED TPST 3R Konsolidasi Lahan TPS dan TPST 3R KPP 1 & KPP 2 Pengadaan/Pembangunan 2 Tong Sampah/ 5 KK. Total 336 Tong Sampah di KPP 1 dan Total 339 Tong Sampah di KPP 2, Gerobak Sampah, Sepeda Motor KPP 1 & KPP 2 Pembangunan TPS 2 Unit dan TPST KPP 1 & KPP 2 Bab 5 Rencana Aksi Program 5 Tahun Kawasan Prioritas Hal 22

150 No Nama Program /Kegiatan Lokasi I II III IV V Pembentukan LKM Persampahan Unit Retribusi KPP 1 & KPP 2 Operasional dan Pemeliharaan KPP 1 & KPP 2 Sumber: Tim Penyusun, 2013 Bab 5 Rencana Aksi Program 5 Tahun Kawasan Prioritas Hal 23

151 Gambar Ilustrasi Penempatan Pengolahan Air Limbah Sumber: Berbagai sumber, 2013 Sedangkan untuk program MCK Individual, melalui proyek percontohan dari pemerintah daerah dapat dilakukan pada tahun pertama. MCK individual dapat dilaksanakan melalui seleksi kepada warga yang memiliki rumah yang cukup baik untuk dapat dibangun kamar MCK lengkap dengan system jaringan perpipaan air bersih. Desain MCK Individual akan disesuaikan dengan karakteristik lahan/tanah yang ada di KPP 1 dan KPP 2. Seperti yang diketahui, bahwa karakteristik lahan di KPP 1 dan KPP 2 adalah lahan rawa yang basah (wetland). Untuk itu desain MCK akan memanfaatkan tipe rumah panggung dengan biotank organic diatas tanah (lihat gambar). Bab 5 Rencana Aksi Program 5 Tahun Kawasan Prioritas Hal 24

152 Tabel Matrik Program/ Kegiatan Bidang PLP Sub Bidang Sanitasi Lokasi Waktu (20xx) Nilai (X juta) Instansi Instansi Sumber No Program Kegiatan Kegiatan Volume Satuan Total Pelaksana Terkait Dana (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) 1 Penyehatan Lingkungan Permukiman Sumber: Konsultan, 2013 DED MCK Komunal Penyiapan/Konsolidasi Lahan KPP 1 & Pembangunan Fisik MCK KPP 2 Pelembagaan KPP 1 dan pengurus/pengelola unit KPP 2 MCK Komunal Peningkatan kualitas dan KPP 1 dan kapasitas MCK Komunal KPP 2 KPP 1 & KPP 2 KPP 1 & ,025 KPP , Total 4,170 Cipta Karya, LKM Cipta Karya, LKM Cipta Karya, LKM Cipta Karya, LKM Cipta Karya, LKM CK CK CK CK CK APBD/Swasta APBD/Swasta APBD/Swasta APBD/Swasta APBD/Swasta Bab 5 Rencana Aksi Program 5 Tahun Kawasan Prioritas Hal 25

153 Gambar Desain 3D MCK Individual (Percontohan) Sumber : Tim Penyusun, 2013 Bab 5 Rencana Aksi Program 5 Tahun Kawasan Prioritas Hal 26

154 2. Pengembangan Persampahan Manajemen persampahan yang ada di KPP 1 dan KPP 2, akan menggunakan system pengelolaan TPST 3R atau TPS 3 R. berdasarkan hasil pengamatan di lapangan terhadap KPP 1 dan KPP 2, sampah yang ada merupakan hasil sampah rumah tangga, sampah dari pasar di KPP 1, dan sampah dari sungai yang dibawa arus sungai dari hulu. Untuk itu disiapkan beberapa desain pengelolaan persampahan di KPP 1 dan KPP 2. A. TPST 3R atau TPS 3R Merupakan tempat dilaksanakannya kegiatan Pengumpulan, Pemilahan, Penggunaan ulang, Pendaur ulang, dan Pengolahan. Area Kerja TPST 3R Skala Kawasan, meliputi; 1. Tempat Bongkar muatan gerobak 2. Tempat Pemilahan, perajangan, pengomposan 3. Tempat /kontainer sampah terpadu 4. Tempat Penyimpanan barang lapak atau barang hasil pemilahan 5. Pencucian 6. Kegiatan Pengelolaan sampah di TPST 3R 7. Pemilahan sampah 8. Pembuatan kompos 9. Pencacahan serta pengepakan bahan daur ulang. B. Lokasi dan Luas TPST 3R; 1. Untuk kawasan perumahan baru dengan cakupan rumah diperlukan TPST 3R dengan luas m2. 2. Untuk cakupan pelayanan skala RW (200 rumah) diperlukan TPST 3R dengan luas m2 Bab 5 Rencana Aksi Program 5 Tahun Kawasan Prioritas Hal 27

155 3. TPST 3R dengan luas 1000 m2 dapat menampung sampah atau tanpa proses pemilahan sampah di sumber. 4. TPST 3R dengan luas, 500 m2 hanya dapat menampung sampah dalam keadaan 50 % terpilah dan 50 % sampah campur. 5. TPST 3 R dengan luas, 200 m2 sebaiknya hanya menampung sampah tercampur 20 5, sedangkan sampah yang sudah terpilah 80 % C. Persyaratan TPS 3 R 1. Luas TPS 3R lebih besar dari 200 m2 2. Jenis pembangunan penampungan residu/ sisa pengolahan sampah bukan merupakan wadah permanen 3. Penempatan lokasi TPS 3R sedekat mungkin dengan daerah pelayanan dan dalam radius tidak lebih dari 1 km 4. TPS 3R dilengkapi dengan ruang pemilah, pengomposan sampah organik, gudang, zona penyangga (buffer zone) dan tidak mengganggu estetika serta lalu lintas 5. Keterlibatan aktif masyarakat dalam mengurangi dan memilah sampah. D. PERHITUNGAN Kelurahan Murung Keraton, Murung Kenanga dan sebagian Kelurahan Jawa Kelurahan Murung keraton: Luas Jumlah Penduduk Kelurahan Murung Kenanga: Luas Jumlah Penduduk Sebagian Kelurahan Jawa Jumlah Penduduk = 0,35 Km2 = jiwa = 0,28 Km2 = Jiwa = 0,14 Km2 = jiwa Bab 5 Rencana Aksi Program 5 Tahun Kawasan Prioritas Hal 28

156 Dengan demikian luas keseluruhan wilayah 3KPP lebih kurang 0,77 km2 dengan penduduk sekitar jiwa atau kk. Bila diasumsikan per jiwa menghasilkan sampah seberat 0,5 kg per hari berarti angka timbulan sampah di tiga KPP mencapai kg sampah/ hari. Dengan jumlah KK di 3 KPP berarti untuk mengelola sampah lingkungan membutuhkan TPST seluas : m2. Luas ini bisa diperkecil bila pemilahan sampah sudah dilakukan sejak dari rumah masing- masing. Ada beberapa pilihan untuk mengoptimalkan pelayanan pengelolaan sampah di tiga KPP, yaitu: 1. Membuat TPST 3R di lokasi baru yaitu di lahan kosong di Kelurahan Murung Kenanga. 2. Mengoptimalkan TPS Pasar Bauntung Batuah baik luas maupun cakupan pelayanannya. 3. Mengintegrasikan dengan sistem pengelolaan sampah perkotaan melalui pengadaan beberapa amrol sebagai TPS di lokasi tertentu serta menambah sarana angkutan berupa Roda sampah, sepeda motor roda tiga yang bisa melayani pemukiman penduduk. Bab 5 Rencana Aksi Program 5 Tahun Kawasan Prioritas Hal 29

157 Gambar Desain TPST 3R Sumber : Wikipedia.org Bab 5 Rencana Aksi Program 5 Tahun Kawasan Prioritas Hal 30

158 Gambar Peta Rencana Pengembangan TPST 3R Sumber : Tim Penyusun, 2013 Bab 5 Rencana Aksi Program 5 Tahun Kawasan Prioritas Hal 31

159 E. Pengelolaan Persampahan Komunal berbasis 5 keluarga Pengelolaan sampah komunal berbasis 5 keluarga adalah usulan konsep dari fasilitator RPKPP/konsultan pelaksana. Hal ini dilakukan untuk mensiasati lemahnya pendapatan warga yang berada di KPP 1 dan KPP 2. Dengan menggunakan tong sampah dengan label tong sampah busuk dan non busuk dengan nama kepala keluarga yang tertuliskan di tong sampah akan memudahkan warga untuk mengelola secara bersama-sama. Dengan system komunal ini diharapkan system retribusi akan terbentuk dan system pengelolaan akan terintegrasi dengan pengelolaan TPST 3 R dan atau TPS 3R dan kepada system pengelolaan persampahan perkotaan (TPA). Berdasarkan hasil perhitungan konsultan, dengan jumlah penduduk pada KPP 1 dan KPP 2 yang mencapai 7000 jiwa. Maka jumlah tong sampah komunal per 5 KK dibutuhkan sebanyak 280 tong sampah. Gambar Sampah Berbasis 4-5 Kepala Keluarga Sumber : Tim Penyusun, 2013 Bab 5 Rencana Aksi Program 5 Tahun Kawasan Prioritas Hal 32

160 F. Pengelolaan Persampahan di Sungai Pengelolaan persampahan di sungai martapura, khususnya di KPP 1 dan KPP 2 adalah tanggungjawab Dinas Kebersihan Kabupaten Banjar/Kota Martapura. Namun didalam rencana penanganan RPKPP ini, diusulkan penanganannya terintegrasi dengan system manajemen persampahan perkotaan untuk itu desain pengelolaan persampahan pada sungai disiapkan dan dapat diterapkan oleh dinas kebersihan Kabupaten Banjar. Bab 5 Rencana Aksi Program 5 Tahun Kawasan Prioritas Hal 33

161 Gambar Angkutan Persampahan Sungai Sumber : Tim Penyusun, 2013 Bab 5 Rencana Aksi Program 5 Tahun Kawasan Prioritas Hal 34

162 Tabel Matrik Program/ Kegiatan PLP Sub Bidang Persampahan Waktu Nilai (x Juta) Instansi Instansi Sumber No Program Kegiatan Lokasi Vol Satuan Total Pelaksana Terkait Dana (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) 1 Penyehatan Lingkungan Permukiman Pendataan dan Sosialisasi KPP 1 dan KPP 2 KPP 1 Pengadaan Bin/ Tong dan Sampah KPP 2 KPP 1 Pengadaan Gerobak dan sampah KPP 2 KPP 1 Pengadaan Sepeda roda 3 dan KPP 2 Konsolidasi Lahan/Pembebasan dermaga KPP DED & pembuatan dermaga KPP Pengadaan Perahu Pengadan Amrol KPP 1 KPP 1 dan KPP CK, Masyarakat CK, Masyarakat CK, Masyarakat CK, Masyarakat CK, Masyarakat CK, Masyarakat CK, Masyarakat CK, Masyarakat CK, Dinas Kebersihan APBD/Swasta APBD/Swasta CK, Dinas Kebersihan APBD/Swasta CK, Dinas Kebersihan APBD/Swasta CK, Dinas Kebersihan APBD/Swasta CK, Dinas Kebersihan CK, Dinas APBD/Swasta Kebersihan CK, Dinas APBD/Swasta Kebersihan APBD/Swasta CK, Dinas Kebersihan Bab 5 Rencana Aksi Program 5 Tahun Kawasan Prioritas Hal 35

163 Waktu Nilai (x Juta) Instansi Instansi Sumber No Program Kegiatan Lokasi Vol Satuan Total Pelaksana Terkait Dana (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) Konsolidasi/Pembebasan Lahan TPST 3R DED TPST 3R Pembentukan,Pelatihan KSM KPP 1 dan KPP1 KPP 2 KPP 1 dan KPP12 Pembangunan TPST 3R KPP 2 KPP 1 Peningkatan dan dan penggantian sarana KPP 2 Sumber: Tim Penyusun, CK, Masyarakat CK, Masyarakat CK, Masyarakat CK, Masyarakat CK, Masyarakat APBD/Swasta CK, Dinas Kebersihan CK, Dinas APBD/Swasta Kebersihan APBD/Swasta CK, Dinas Kebersihan CK, Dinas APBD/Swasta Kebersihan APBD/Swasta CK, Dinas Kebersihan Bab 5 Rencana Aksi Program 5 Tahun Kawasan Prioritas Hal 36

164 Rencana Pengembangan Air Minum Pengembangan air minum merupakan bagian dari tugas dan fungsi serta kewenangan dari subdirektorat pengembangan air minum pada direktorat jenderal keciptakaryaan kementerian pekerjaan umum. Untuk itu didalam penanganan permasalahan air minum di KPP menjadi sangat krusial. Selain karena persoalan sumber air baku dari sungai yang perlu di treatment sebelum diminum, telah terbentuk pola sanitasi masyarakat pada sempadan sungai sehingga mengotori sungai. Untuk itu pengembangan air minum pada KPP akan diarahkan kepada sistem WTP dengan kapasitas 16 liter/detik untuk dapat melayani sebanyak jiwa pada KPP 1 dan KPP 2. Badan dunia UNESCO pada tahun 2002 menetapkan hak dasar manusia atas air yaitu sebesar 60 Liter/orang/hari. Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum membagi standar kebutuhan air minum berdasarkan lokasi wilayah: 1. Pedesaan: 60 Liter/orang/hari 2. Kota Kecil: 90 Liter/orang/hari 3. Kota Sedang: 110 liter/ orang/hari 4. Kota Besar: kebutuhan 130 liter/orang/hari 5. Kota Metropolitan: 150 liter/orang/hari Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006 tentang Pedoman Teknis dan Tata Cara Pengaturan Tarif Air Minum pada Perusahaan Daerah Air Minum menyatakan bahwa: Standar Kebutuhan Pokok Air Minum adalah sebesar 10 meter kubik/kepala keluarga/bulan atau 60 Liter/orang/hari. Berdasarkan ketentuan PU dan kondisi eksisting Kawasan Permukiman Prioritas yang masuk dalam wilayah Perkotaan Martapura, maka kebutuhan air bersih dan air minum ditetapkan sebesar 90 Liter/Orang/Hari. Bab 5 Rencana Aksi Program 5 Tahun Kawasan Prioritas Hal 37

165 1. Perhitungan Dengan menggunakan dasar tersebut maka perhitungan untuk penanganan air minum di KPP 1 dan KPP 2 adalah sebagai berikut; 1 Nama Wilayah Pelayanan 2 Jumlah Calon pelanggan 1. Murung Kenanga 2. Murung Keraton 3. Kelurahan jawa jiwa 3 Kebutuhan air 90 Liter/orang/hari 4 Kapasitas air yang dibutuhkan jiwa x 90 Liter = Liter/hari 5 Lama Pelayanan 12 Jam 6 Waktu Pelayanan Shift I : Pukul Shift II : Pukul Kapasitas air bersih/minum yang dibutuhkan 8 Kapasitas IPAS/IPA yang harus dibangun 15,4 Liter/Detik ( Liter : 12 jam= Liter/jam: 60 Menit = 921 Liter/Menit : 60 detik = 15,4 Liter/detik dibulatkan menjadi 16 Liter/detik). 20 liter /detik (Antisipasi pertambahan penduduk sampai maksimal jiwa dalam waktu 5 tahun kedepan) 2. Proses WTP a) INTAKE: adalah bangunan /pompa untuk mengambil air dari sungai, danau atau sumber air permukaan lainnya ke instalasi pengolahan. b) PRA SEDIMENTASI: adalah bangunan yang difungsikan sebagi pengendapan secara alami tanpa penggunaan bahan kimia. c) KOAGULASI: adalah suatu proses dimana zat kimia seperti garam Fe dan Al, ditambahkan ke dalam air untuk merubah bentuk zat-zat kotoran. Bab 5 Rencana Aksi Program 5 Tahun Kawasan Prioritas Hal 38

166 d) FLOKULASI: adalah suatu proses pengumpulan partikel-partikel terdestabilisasi yang bertumbukan membentuk agreget sehingga terbentuk flok dengan ukuran yang memungkinkan dapat dipisahkan oleh sedimentasi dan filtrasi. e) SEDIMENTASI: adalah suatu proses penjernihan air, dimana air yang akan diolah berada pada suatu tangki / bak pada periode waktu yang dipertimbangkan dimaksudkan agar terjadi pengendapan. f) FILTRASI: adalah proses penyaringan partikel-partikel / flok-flok halus yang lolos dari unit sedimentasi. g) RESERVOIR: adalah bangunan yang difungsikan sebagai tampungan air hasil olahan, sebelum disimpan di Menara Air (Gravitasi) atau disalurkan langsung ke rumah pelanggan (direct pumping). 3. Rencana Aksi Pengembangan Air Minum Pengembangan pengelolaan air minum skala kawasan khusus untuk KPP 1 dan KPP 2 dimulai dengan perencanaan berupa FS, Master Plan dan DED pada lokasi yang akan dilayani. Setelah dilakukannya perencanaan tersebut dapat memulai konsolidasi lahan yang kemudian diikuti dengan pemagaran lahan untuk WTP. Setelah itu beberapa kegiatan konstruksi dapat dimulai sbb; 1. Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Kapasitas 20 l/dtk 2. Pembelian pipa primer ukuran 4 inch 3. Pembelian pipa sekunder ukuran 4 inch 4. Pembelian kran, valve, socket, tee, branch, elbow dan lem 5. Pemasangan pipa primer dan pipa sekunder 6. Pembelian pipa primer 4 inch 7. Pembelian pipa sekunder 2 inch 8. Pemasangan pipa primer dan sekunder 9. Pembelian booster pump. Bab 5 Rencana Aksi Program 5 Tahun Kawasan Prioritas Hal 39

167 Gambar Rencana Penanganan Air Minum Sumber: Tim Penyusun, 2013 Bab 5 Rencana Aksi Program 5 Tahun Kawasan Prioritas Hal 40

168 Tabel Matrik Program/Kegiatan Bidang Pengembangan Air Minum Lokasi Waktu Nilai (x Juta) Instansi Instansi Sumber No Program Kegiatan Kegiatan Volume Satuan Total Pelaksana Terkait Dana (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) 1 Pengembangan Air Minum Pembelian Lahan Untuk Lokasi IPA Penataan dan pemagaran lahan IPA Pembangunan IPA (Air Minum) Kapasitas 20 L/detik Pembelian Pipa Primer Ukuran 4 inchi KPP KPP KPP ,000 3,000 KPP 2 Pembelian Pipa Sekunder ukuran KPP 2 2 inchi Pembelian Kran, Valve, Socket, Tee, Branch, Elbow, Lem Pemasangan KPP 1 Pipa Primer dan dan KPP 2257 (m) 3420 (m) Pkt Pkt CK, LKM, BUMDes CK, LKM, BUMDes CK, LKM, BUMDes CK, LKM, BUMDes CK, LKM, BUMDes CK, LKM, BUMDes CK, PDAM CK, PDAM CK, PDAM CK, PDAM CK, PDAM CK, PDAM APBN/APBD/ Swasta APBN/APBD/ Swasta APBN/APBD/ Swasta APBN/APBD/ Bab 5 Rencana Aksi Program 5 Tahun Kawasan Prioritas Hal 41

169 No Program Kegiatan Lokasi Waktu Nilai (x Juta) Instansi Instansi Sumber Kegiatan Volume Satuan Total Pelaksana Terkait Dana (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) Pipa Sekunder 2 Sumber: Tim Penyusun, 2013 Pembelian Pipa Primer Ukuran 4 inchi Pembelian Pipa Sekunder ukuran 2 inchi KPP 1 dan KPP 2 KPP 1 dan KPP Pemasangan KPP 1 Pipa Primer dan dan KPP Pipa Sekunder 2 Booster Pump KPP Watt Total 3,937 CK, LKM, BUMDes CK, LKM, BUMDes CK, LKM, BUMDes CK, LKM, BUMDes CK, PDAM CK, PDAM CK, PDAM CK, PDAM Swasta APBN/APBD/ Swasta APBN/APBD/ Swasta Bab 5 Rencana Aksi Program 5 Tahun Kawasan Prioritas Hal 42

170 Gambar Rencana Aksi Tahun Pertama Sumber : Tim Penyusun, 2013 Bab 5 Rencana Aksi Program 5 Tahun Kawasan Prioritas Hal 43

171 Gambar Rencana Lokasi WTP Sumber: Tim Penyusun, 2013 Bab 5 Rencana Aksi Program 5 Tahun Kawasan Prioritas Hal 44

172 Gambar Rencana Pengembangan Tahun Ke-2 Sumber: Tim Penyusun, 2013 Bab 5 Rencana Aksi Program 5 Tahun Kawasan Prioritas Hal 45

173 Gambar Rencana Pembangunan IPA dan Pipa Sumber: Tim Penyusun, 2013 Bab 5 Rencana Aksi Program 5 Tahun Kawasan Prioritas Hal 46

174 Gambar Pembangunan Intake WTP Sumber: Tim Penyusun, 2013 Bab 5 Rencana Aksi Program 5 Tahun Kawasan Prioritas Hal 47

175 Gambar Instalasi WTP Air Minum Sumber: Tim Penyusun, 2013 Bab 5 Rencana Aksi Program 5 Tahun Kawasan Prioritas Hal 48

176 Gambar Menara Air Kapasitas 10 m 3. Sumber: Tim Penyusun, 2013 Bab 5 Rencana Aksi Program 5 Tahun Kawasan Prioritas Hal 49

177 Gambar Pemasangan Meteran Air Sumber: Tim Penyusun, 2013 Bab 5 Rencana Aksi Program 5 Tahun Kawasan Prioritas Hal 50

178 Gambar Rencana Pengembangan Tahun Ke-3 Sumber: Tim Penyusun, 2013 Bab 5 Rencana Aksi Program 5 Tahun Kawasan Prioritas Hal 51

179 4. Sistem distribusi dan pengelolaan air minum Sistem Distribusi Air: 1. Pengelola IPA menyediakan Pipa Primer/Induk (4 Inchi) dan Pipa Sekunder. (2 Inchi) 2. Pelanggan membayar pipa tersier (ukuran ½ inchi) untuk dipasang ke masingmasing rumah dan biaya pembelian meter air. 3. Pelayanan air minum dilakukan dalam 2 shift: Pagi dan Siang/Sore. Sistem Pembayaran Rekening Air: 1. Pelanggan dikenakan biaya pemakaian air yang ditentukan berdasarkan jumlah pemakaian sesuai yang tertera di meter air 2. Pembayaran rekening air dilakukan sebulan sekali. Pengelola IPA: 1. Pengelola IPA adalah BUMDES (Badan Usaha Milik Desa) Rencana Pengembangan Infrastruktur Non Keciptakaryaan Rencana pengembangan insfrastruktur non keciptakaryaan adalah penanganan permasalahan strategis KPP 1 dan KPP 2 yang berdampak langsung terhadap kesejahteraan masyarakat di kawasan. Program pengembangan infrastruktur non keciptakaryaan yang dimaksud adalah program/kegiatan yang merupakan diluar kewenangan dari direktorat jenderal keciptakaryaan, yang artinya diusulkan kepada direktorat jenderal atau dinas terkait. Beberapa program kegiatan yang masuk dalam kategori infrastruktur strategis di KPP adalah; 1. Pembangunan tanggul sempadan sungai 2. Revitalisasi jembatan antar kawasan (dari dan ke Murung Kenaga) Bab 5 Rencana Aksi Program 5 Tahun Kawasan Prioritas Hal 52

180 3. Peningkatan dermaga yang sudah ada sebagai fasilitas kegiatan ekonomi masyarakat. Tabel Matrik Program/Kegiatan Non Keciptakaryaan No Nama Program /Kegiatan Lokasi I II III IV V Pengendalian Banjir 5.1 Pembangunan tanggul di KPP Murung Keraton - Jawa Penyusunan DED KPP 1 Sosialisasi insentif dan inventarisasi bangunan diatas sempadan KPP 1 Konsolidasi lahan KPP 1 Pemindahan warga ke rusun KPP 1 Pembangunan tanggul pengendali banjir KPP Pembangunan tanggul di KPP Murung Kenanga Penyusunan DED KPP 2 Sosialisasi insentif dan inventarisasi bangunan diatas sempadan KPP 2 Konsolidasi lahan KPP 2 Pemindahan warga ke rusun KPP 2 Pembangunan tanggul pengendali banjir KPP Revitalisasi Jembatan Gantung FS dan DED KPP 2 Perbaikan jembatan gantung KPP Peningkatan Dermaga dan Jembatan FS dan DED KPP 1 Pembangunan Dermaga dan Jembatan KPP 1 Sumber: Tim Penyusun, 2013 Bab 5 Rencana Aksi Program 5 Tahun Kawasan Prioritas Hal 53

181 Gambar Sebaran Lokasi Program/Kegiatan Non Keciptakaryaan Sumber: Tim Penyusun, 2013 Bab 5 Rencana Aksi Program 5 Tahun Kawasan Prioritas Hal 54

182 Gambar Sketsa Penanganan Dermaga dan Jembatan Sumber: Tim Penyusun, 2013 Bab 5 Rencana Aksi Program 5 Tahun Kawasan Prioritas Hal 55

183 Gambar Desain 3D Revitalisasi Dermaga dan Jembatan Sumber: Tim Penyusun, 2013 Bab 5 Rencana Aksi Program 5 Tahun Kawasan Prioritas Hal 56

184 Gambar Desain Tanggul Sempadan Sungai Sumber: Tim Penyusun, 2013 Bab 5 Rencana Aksi Program 5 Tahun Kawasan Prioritas Hal 57

185 Gambar Desain 3D Tanggul Sempadan Sungai Sumber: Tim Penyusun, 2013 Bab 5 Rencana Aksi Program 5 Tahun Kawasan Prioritas Hal 58

186 Bab 5 Rencana Aksi Program 5 Tahun Kawasan Prioritas Hal 59

187 Abstrak: Rencana detail desain yang disampaikan pada sub bahasan ini adalah rencana detail desain khusus pada kegiatan (yang siap/readyness) pembangunan dan peningkatan jalan di KPP 1 & KPP 2. Sedangkan acuan perencanaan dan desainnya adalah kepada pedoman SNI dan Pedoman Teknis Prasarana Jalan Perumahan Ditjen Ciptakarya, 1998.

188 Bab 7 Rencana Detail Desain 7.1. Program/ Kegiatan Tahun 1 Tahap 1 Sesuai dengan hasil penilaian berdasarkan kriteria dan indikator dari pedoman RPKPP, maka kawasan/sub kawasan prioritas yang ditangani adalah Sub Kawasan A (Murung Keraton Jawa dan Kawasan D (Murung Kenanga). Dan sesuai dengan hasil kesepakatan antara tim pokjanis, masyarakat di KPP 1 dan KPP 2 yang difasilitasi oleh tim konsultan, diusulkan 1 program/kegiatan yakni bidang pengembangan permukiman yang akan dilaksanakan pada tahun 1 tahap 1 sebagai berikut : 1. Peningkatan Jalan Lingkungan sepanjang 240 meter di Sub Kawasan A, KPP Murung Keraton Jawa. 2. Pembangunan Jalan Kubah di sepanjang 800 meter di Sub Kawasan/Kawasan D pada KPP Murung Kenanga Konsep Perencanaan Jalan Lingkungan Perumahan Lingkungan perumahan harus disediakan jaringan jalan untuk pergerakan manusia dan kendaraan, dan berfungsi sebagai akses untuk penyelamatan dalam keadaan darurat. Dalam merencanakan jaringan jalan, harus mengacu pada ketentuan teknis tentang pembangunan prasarana jalan perumahan, jaringan jalan dan geometri jalan yang berlaku, terutama mengenai tata cara perencanaan umum jaringan jalan pergerakan kendaraan dan manusia, dan akses penyelamatan dalam keadaan darurat drainase pada lingkungan perumahan di perkotaan. Salah satu pedoman teknis jaringan jalan diatur dalam Pedoman Teknis Prasarana Jalan Perumahan (Sistem Jaringan dan Geometri Jalan), Dirjen Cipta Karya, Bab 7 Rencana Detail Desain Hal 1

189 7.3. Jenis Prasarana dan Utilitas Jenis prasarana dan utilitas pada jaringan jalan yang harus disediakan ditetapkan menurut klasifikasi jalan perumahan yang disusun berdasarkan hirarki jalan, fungsi jalan dan kelas kawasan/lingkungan perumahan (lihat Tabel 19 dan Gambar 1). Penjelasan dalam tabel ini sekaligus menjelaskan keterkaitan jaringan prasarana utilitas lain, yaitu drainase, sebagai unsur yang akan terkait dalam perencanaan jaringan jalan ini Persyaratan Kriteria, kebutuhan Ruang dan Lahan Jalan perumahan yang baik harus dapat memberikan rasa aman dan nyaman bagi pergerakan pejalan kaki, pengendara sepeda dan pengendara kendaraan bermotor. Selain itu harus didukung pula oleh ketersediaan prasarana pendukung jalan, seperti perkerasan jalan, trotoar, drainase, lansekap, rambu lalu lintas, parkir dan lain-lain. Gambar Bagian-Bagian Dari Jalan Sumber: Acuan diambil dari Pedoman Teknis Prasarana Jalan Perumahan (Sistem Jaringan dan Geometri Jalan), Dirjen Cipta Karya, Bab 7 Rencana Detail Desain Hal 2

190 Gambar Potongan Jalan Menurut Klasifikasi Sumber: Acuan diambil dari Pedoman Teknis Prasarana Jalan Perumahan (Sistem Jaringan dan Geometri Jalan), Dirjen Cipta Karya, Bab 7 Rencana Detail Desain Hal 3

191 Gambar Lokasi Program/Kegiatan Tahun Pertama Sumber: Tim Penyusun, 2013 Bab 7 Rencana Detail Desain Hal 4

192 7.5. Detail Desain Jalan Lingkungan KPP 1 Murung Keraton Jawa Gambar Desain Jalan Lingkungan di KPP 1 Sumber : Tim Penyusun, 2013 Bab 7 Rencana Detail Desain Hal 5

193 7.6. Detail Desain Jalan Kubah KPP 2 Murung Keraton Jawa Gambar Desain Jalan Lingkungan di KPP 1 Sumber : Tim Penyusun, 2013 Bab 7 Rencana Detail Desain Hal 6

194 Abstrak: Tiada gading yang tak retak, semoga dokumen Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) Martapura ini menjadi barakat (bahasa Banjar) dan menjadi panduan bagi para pemangku kepentingan di Banjar.

195 Bab 8 Penutup Demikianlah Dokumen Utama Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) Kota Martapura, Kalimantan Selatan ini disampaikan. Semoga Dokumen ini bermanfaat bagi perbaikan kawasan prioritas KPP 1 dan KPP 2 di Martapura. Akhir kata, tim penyusun mengucapkan terima kasih atas berbagai bantuan yang diberikan dari masyarakat di Murung Kenanga dan Murung Keraton Jawa. Tim penyusun juga mendukung dan memberi apresiasi yang tinggi kepada LKM Murung Kenanga atas berbagai usaha tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas kawasan permukiman yang lebih aman, nyaman dan layak huni. Jika terdapat saran dan masukan yang ingin diberikan dapat menghubungi alamat kontak dibawah ini : DIREKTORAT BINA PROGRAM. DITJEN CIPTA KARYA Jl. Pattimura No. 20. Jakarta Selatan, Phone/Fax. (021) & PT. ANUGERAH ADYATAMA anugrah.adyatama@yahoo.com Bab 7 Rencana Detail Desain Hal 1

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

Kerjasama BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANJAR DAN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BANJAR

Kerjasama BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANJAR DAN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BANJAR Kerjasama BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANJAR DAN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BANJAR TAHUN ANGGARAN 2016 ANALISIS PERKEMBANGAN INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN KABUPATEN BANJAR 2011-2015

Lebih terperinci

Bab 3. Deskripsi Daerah Penelitian

Bab 3. Deskripsi Daerah Penelitian Bab 3 Deskripsi Daerah Penelitian 25 III.1. Pengantar Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, dengan mengambil studi kasus praktik pendidikan dan pembelajaran

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 20 BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 3.1. SITUASI GEOGRAFIS Secara geografis, Kota Bogor berada pada posisi diantara 106 derajat 43 30 BT-106 derajat 51 00 BT dan 30 30 LS-6 derajat 41 00 LS, atau kurang

Lebih terperinci

KONDISI UMUM BANJARMASIN

KONDISI UMUM BANJARMASIN KONDISI UMUM BANJARMASIN Fisik Geografis Kota Banjarmasin merupakan salah satu kota dari 11 kota dan kabupaten yang berada dalam wilayah propinsi Kalimantan Selatan. Kota Banjarmasin secara astronomis

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR, Menimbang

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari V. GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Geografis Kota Bogor mempunyai luas wilayah 118 50 km 2 atau 0.27 persen dari luas propinsi Jawa barat. Secara geografis, Kota Bogor terletak diantara 106 derajat 43 30 BT-106

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 51 BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis Kota Bogor 4.1.1 Letak dan Batas Wilayah Kota Bogor terletak diantara 106 derajat 43 30 BT dan 30 30 LS 6 derajat 41 00 LS serta mempunyai ketinggian

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Sejarah Kota Bekasi Berdasarkan Undang-Undang No 14 Tahun 1950, terbentuk Kabupaten Bekasi. Kabupaten bekasi mempunyai 4 kawedanan, 13 kecamatan, dan 95 desa.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

B U P A T I B A N J A R

B U P A T I B A N J A R B U P A T I B A N J A R KATA PENGANTAR Seraya mengucap Puji syukur ke hadirat Allah SWT, dimana berkat segala rahmat, karunia-nya jualah segala tugas yang Kami emban selama ini dapat dilaksanakan dengan

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian ini meliputi wilayah Kota Palangkaraya, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah 5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kota Makassar secara geografi terletak pada koordinat 119 o 24 17,38 BT dan 5 o 8 6,19 LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung 1. Letak Geografis Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota Bandarlampung memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Sebagai sebuah dokumen rencana strategis berjangka menengah yang disusun untuk percepatan pembangunan sektor sanitasi skala kota, kerangka kebijakan pembangunan sanitasi

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Akhir kata kepada semua pihak yang telah turut membantu menyusun laporan interim ini disampaikan terima kasih.

Kata Pengantar. Akhir kata kepada semua pihak yang telah turut membantu menyusun laporan interim ini disampaikan terima kasih. Kata Pengantar Buku laporan interim ini merupakan laporan dalam pelaksanaan Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang PU Ciptakarya Kabupaten Asahan yang merupakan kerja sama

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG

KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG Geografis dan Administrasi Kabupaten Sintang mempunyai luas 21.635 Km 2 dan di bagi menjadi 14 kecamatan, cakupan wilayah administrasi Kabupaten Sintang disajikan pada Tabel

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG SELATAN

GAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG SELATAN GAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG SELATAN Letak Geografis dan Luas Wilayah Kota Tangerang Selatan terletak di timur propinsi Banten dengan titik kordinat 106 38-106 47 Bujur Timur dan 06 13 30 06 22 30 Lintang

Lebih terperinci

BUPATI BANJAR KATA PENGANTAR

BUPATI BANJAR KATA PENGANTAR BUPATI BANJAR KATA PENGANTAR Seraya mengucap Puji syukur ke hadirat Allah SWT, dimana berkat segala rahmat, karunia-nya jualah segala tugas yang Kami emban selama ini dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 Oleh: BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN MALANG Malang, 30 Mei 2014 Pendahuluan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

Lebih terperinci

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1. Letak Geografis dan Administrasi Pemerintahan Propinsi Kalimantan Selatan memiliki luas 37.530,52 km 2 atau hampir 7 % dari luas seluruh pulau Kalimantan. Wilayah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Kabupaten Tulang Bawang Barat. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak di bagian utara Provinsi Lampung.

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Kabupaten Tulang Bawang Barat. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak di bagian utara Provinsi Lampung. BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Kabupaten Tulang Bawang Barat Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak di bagian utara Provinsi Lampung. Kabupaten Tulang Bawang Barat berbatasan langsung dengan Provinsi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.. Luas Wilayah Kota Tasikmalaya berada di wilayah Priangan Timur Provinsi Jawa Barat, letaknya cukup stratgis berada diantara kabupaten Ciamis dan kabupaten Garut.

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA JAWA TIMUR KOTA ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Tuban merupakan ibukota Kabupaten Tuban. Apabila dilihat dari posisi Kota Tuban yang berada di jalan arteri primer yang menghubungkan

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA JAMBI JAMBI KOTA JAMBI ADMINISTRASI Profil Wilayah Tabel 1. LUAS WILAYAH KOTA JAMBI No. Kecamatan Luas (Km²) 1. Kota Baru 77,78 2. Jambi Selatan 34,07 3. Jelutung 7,92 4. Pasar

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD)KABUPATEN BANJAR

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD)KABUPATEN BANJAR DOKUMEN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD)KABUPATEN BANJAR TAHUN 2005-2025 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANJAR DOKUMEN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD)KABUPATEN BANJAR TAHUN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan 77 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada 104 552-105 102 BT dan 4 102-4 422 LS. Batas-batas wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat secara geografis

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5. 1. Letak Geografis Kota Depok Kota Depok secara geografis terletak diantara 106 0 43 00 BT - 106 0 55 30 BT dan 6 0 19 00-6 0 28 00. Kota Depok berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

PROCEEDING KEGIATAN PENYELENGGARAN PRA FOCUS GROUP DISCUSSION (PRA FGD 2) RPKPP KABUPATEN JOMBANG

PROCEEDING KEGIATAN PENYELENGGARAN PRA FOCUS GROUP DISCUSSION (PRA FGD 2) RPKPP KABUPATEN JOMBANG PROCEEDING KEGIATAN PENYELENGGARAN PRA FOCUS GROUP DISCUSSION (PRA FGD 2) RPKPP KABUPATEN JOMBANG 1. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kegiatan Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45

Lebih terperinci

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Banyuasin Tahun 2012 2032merupakan suatu rencana yang disusun sebagai arahan pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten Banyuasin untuk periode jangka panjang 20

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

RENCANA PENGELOLAAN SDA DAN LH DAS BARITO

RENCANA PENGELOLAAN SDA DAN LH DAS BARITO RENCANA PENGELOLAAN SDA DAN LH DAS BARITO Oleh: Firman Dermawan Yuda Kepala Sub Bidang Hutan dan Hasil Hutan Bidang Perencanaan Pengelolaan SDA dan LH I. Gambaran Umum DAS Barito Daerah Aliran Sungai (DAS)

Lebih terperinci

IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian merupakan wilayah Kabupaten Lampung Tengah Propinsi Lampung yang ditetapkan berdasarkan Undang-undang No 12 Tahun 1999 sebagai hasil pemekaran Kabupaten

Lebih terperinci

PROFIL SANITASI SAAT INI

PROFIL SANITASI SAAT INI BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI Tinjauan : Tidak ada narasi yang menjelaskan tabel tabel, Data dasar kemajuan SSK sebelum pemutakhiran belum ada ( Air Limbah, Sampah dan Drainase), Tabel kondisi sarana

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

01 PENDAHULUAN. bab. 1.1 Latar Belakang

01 PENDAHULUAN. bab. 1.1 Latar Belakang KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM bab 01 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada 104 35-105

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Administrasi Kabupaten Bangka Tengah secara administratif terdiri atas Kecamatan Koba, Kecamatan Lubuk Besar, Kecamatan Namang, Kecamatan Pangkalan Baru, Kecamatan

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA AMBON MALUKU KOTA AMBON ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Ambon merupakan ibukota propinsi kepulauan Maluku. Dengan sejarah sebagai wilayah perdagangan rempah terkenal, membentuk

Lebih terperinci

Executive Summary PELUANG INVESTASI DI KABUPATEN BANJAR: PEMBANGUNAN INDUSTRI FILLET IKAN PATIN

Executive Summary PELUANG INVESTASI DI KABUPATEN BANJAR: PEMBANGUNAN INDUSTRI FILLET IKAN PATIN Executive Summary 2013 Executive Summary PELUANG INVESTASI DI KABUPATEN BANJAR: PEMBANGUNAN INDUSTRI FILLET IKAN PATIN Pengenalan Kabupaten Banjar Kabupaten Banjar merupakan salah satu kabupaten di Provinsi

Lebih terperinci

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah) 3.14. KECAMATAN NGADIREJO 3.14.1. PDRB Kecamatan Ngadirejo Besarnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kecamatan Ngadirejo selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.14.1

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA JAWA TIMUR KOTA ADMINISTRASI Profil Wilayah Secara astronomis Kota Lumajang terletak pada posisi 112 5-113 22 Bujur Timur dan 7 52-8 23 Lintang Selatan. Dengan wilayah seluas

Lebih terperinci

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis 2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik A. Kondsi Geografis Kabupaten Bolaang Mongondow adalah salah satu kabupaten di provinsi Sulawesi Utara. Ibukota Kabupaten Bolaang Mongondow adalah Lolak,

Lebih terperinci

ANALISIS DAERAH RESAPAN DI DAERAH RAWAN BANJIR KABUPATEN BANJAR MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

ANALISIS DAERAH RESAPAN DI DAERAH RAWAN BANJIR KABUPATEN BANJAR MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS ANALISIS DAERAH RESAPAN DI DAERAH RAWAN BANJIR KABUPATEN BANJAR MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Putri Hapsari 1, Nurlina 2, Ibrahim Sota 2 Abstract: Floods not only cause flooded rice field so it

Lebih terperinci

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi 3.1. Visi dan misi sanitasi Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi Dalam rangka merumuskan visi misi sanitasi Kabupaten Lampung Tengah perlu adanya gambaran Visi dan Misi Kabupaten Lampung Tengah sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA KENDARI SULAWESI TENGGARA KOTA KENDARI ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Kendari merupakan bagian dari wilayah administrasi dari propinsi Sulawesi Tenggara. Batas-batas administratif

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang

IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang Hasil inventarisasi peraturan perundangan yang paling berkaitan dengan tata ruang ditemukan tiga undang-undang, lima peraturan pemerintah, dan empat keputusan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Sejarah Kabupaten Lampung Selatan Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar pokok Undang-Undang Dasar 1945. Dalam Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah Menurut Penggunaan lahan Utama Tahun 2009 2011... 2 Tabel SD-1B. Topografi Kota Surabaya...

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANGKA

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANGKA GEOGRAFIS KABUPATEN BANGKA PKL Sungailiat PKW PKNp PKWp PKW PKW Struktur Perekonomian Kabupaten Bangka tanpa Timah Tahun 2009-2013 Sektor 2009 (%)

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis LS dan BT. Beriklim tropis dengan

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis LS dan BT. Beriklim tropis dengan III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Geografis Secara geografis Kabupaten Tebo terletak diantara titik koordinat 0 52 32-01 54 50 LS dan 101 48 57-101 49 17 BT. Beriklim tropis dengan ketinggian

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH IV. KEADAAN UMUM WILAYAH 4.1. Sejarah Kabupaten Bekasi Kabupaten Bekasi dibentuk berdasarkan Undang-Undang No.14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Dasar-Dasar Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Barat

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI Cimahi berasal dari status Kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Bandung sesuai dengan perkembangan dan kemajuannya berdasarkan Undangundang Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH P erpustakaan Anak di Yogyakarta BAB 3 TINJAUAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Karimunjawa). Jarak dari Barat ke Timur adalah 263 km dan dari Utara ke

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Karimunjawa). Jarak dari Barat ke Timur adalah 263 km dan dari Utara ke BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Jawa Tengah diapit oleh dua provinsi besar, yaitu Jawa Barat dan Jawa Timur, letaknya antara 5 40 dan 8 30 dan 111 30 bujur timur (termasuk Pulau Karimunjawa).

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Secara geografis, wilayah Kabupaten Karawang terletak antara 107

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di berbagai kota di Indonesia, baik kota besar maupun kota kecil dan sekitarnya pembangunan fisik berlangsung dengan pesat. Hal ini di dorong oleh adanya pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 66 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Kondisi Geografis a. Kabupaten Brebes Kabupaten Brebes merupakan salah satu kabupaten terluas di Jawa Tengah yaitu pada posisi

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi II-1 BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi Pembangunan Tahun 2011-2015 adalah Melanjutkan Pembangunan Menuju Balangan yang Mandiri dan Sejahtera. Mandiri bermakna harus mampu

Lebih terperinci

BAB III KONDISI EKSISTING DKI JAKARTA

BAB III KONDISI EKSISTING DKI JAKARTA BAB III KONDISI EKSISTING DKI JAKARTA Sejalan dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk kota Jakarta, hal ini berdampak langsung terhadap meningkatnya kebutuhan air bersih. Dengan meningkatnya permintaan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO 4.1. Keadaan Geografis Kabupaten Karo terletak diantara 02o50 s/d 03o19 LU dan 97o55 s/d 98 o 38 BT. Dengan luas wilayah 2.127,25 Km2 atau 212.725 Ha terletak pada ketinggian

Lebih terperinci

Statistik Daerah Kecamatan Babulu 2016 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BABULU No Publikasi : 640950.1608 Katalog : 1101002.6409010 Ukuran Buku : 17 cm x 24,5 cm Jumlah Halaman : viii + 12 halaman Naskah : BPS

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA PINANG SUMATERA UTARA KOTA KOTA PINANG ADMINISTRASI Profil Kota Pinang merupakan ibukota kecamatan (IKK) dari Kecamatan Kota Pinang dan merupakan bagian dari kabupaten Labuhan

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI II-1 BAB II 2.1 Kondisi Alam 2.1.1 Topografi Morfologi Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali secara umum di bagian hulu adalah daerah pegunungan dengan topografi bergelombang dan membentuk cekungan dibeberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kondisi eksisting sanitasi di perkotaan masih sangat memprihatinkan karena secara pembangunan sanitasi tak mampu mengejar pertambahan jumlah penduduk yang semakin

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

Kalimantan Selatan. Pasar Terapung Muara Kuin

Kalimantan Selatan. Pasar Terapung Muara Kuin 418 Penghitungan Indeks Indonesia 2012-2014 Kalimantan Selatan Pasar Terapung Muara Kuin Pasar Terapung Muara [Sungai] Kuin atau Pasar Terapung Sungai Barito adalah pasar terapung tradisional yang berada

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA NANGGROE ACEH DARUSSALAM KOTA ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Lhokseumawe telah menjadi sebuah kota otonom, yang berarti Kota Lhokseumawe telah siap untuk berdiri sendiri

Lebih terperinci

A. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk. Pertumbuhan Penduduk

A. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk. Pertumbuhan Penduduk Perspektif Kabupaten Berau selama 5 tahun ke depan didasarkan pada kondisi objektif saat ini dan masa lalu yang diprediksi menurut asumsi cetiris paribus. Prediksi dilakukan terhadap indikator-indikator

Lebih terperinci

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.797, 2015 KEMEN PU-PR. Rawa. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA DUMAI RIAU KOTA DUMAI ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Dumai adalah ibu kota Kota Dumai, dengan status adalah sebagai kota administratif dari Kota Dumai. Kota Dumai memiliki

Lebih terperinci