Gerakan repetitif berulang sebagai faktor risiko terjadinya sindrom terowongan karpal pada pekerja wanita di pabrik pengolahan makanan
|
|
- Erlin Chandra
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Gerakan repetitif berulang sebagai faktor risiko terjadinya sindrom terowongan karpal pada pekerja wanita di pabrik pengolahan makanan Lie T Merijanti S Bagian Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti ABSTRAK Industri pengolahan makanan yang melibatkan pekerja dengan kegiatan tangan berulang secara terus menerus dapat mengakibatkan sindrom terowongan karpal (STK). Berbagai penelitian di luar negeri menunjukkan besarnya prevalensi STK berkisar antara 22 73%. Wanita mempunyai risiko tiga kali lebih besar untuk terjadinya STK dibandingkan pria. Prevalensi STK di kalangan pekerja pengolahan makanan di Indonesia masih belum pernah dilaporkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi serta faktor-faktor yang berhubungan dengan timbulnya STK. Data diperoleh melalui wawancara dengan kuesioner, observasi, pemeriksaan fisik, dan tes provokatif. Prevalensi STK pada bagian slaughter house yang terdiri dari bagian cut up dan evisceration adalah sebesar 27%. Faktor jumlah gerakan repetitif tinggi (>1200 gerakan/jam) (OR=2,42; CI=1,57 3,74) dan indeks massa tubuh/imt>25 (OR=3,72; CI=1,45 9,53) berhubungan bermakna dengan STK. Gerakan repetitif pergelangan tangan yang tinggi mempunyai risiko 2,42 kali lebih besar dibandingkan gerakan repetitif pergelangan tangan yang rendah. Hal ini berarti bahwa perlu dilakukan rotasi kerja antara pekerja cut up dan evisceration di bagian slaughter house untuk mencegah terjadinya STK. Kata kunci : Sindrom terowongan karpal (STK), gerakan repetitif, wanita Repetitive hand wrist movement as a risk factor for carpal tunnel syndrome in food processing women workers ABSTRACT Workers in processing food industry who exposed by continuously repetitive hand wrist movement will be get carpal tunnel syndrome (CTS). Several studies showed that the prevalence of CTS around 22-73%. Risk of CTS among women is three times higher than men. Prevalence of CTS within food processing workers in Indonesia has not been reported. The aim of this study was to identify prevalence and factors which related to CTS. The data were collected by guided interviews, observation, physical examination, and provocative tests. The prevalence of CTS in slaughter house department that consist of cut up and evisceration department were 27%. High repetitive movement (OR=2.42; CI= ) and overweight (BMI>25) (OR=3.72; CI= ) showed significant relationship with CTS. High repetitive handwrist movement could increase the risk of CTS in processing women workers. It means that job rotation between cut up and evisceration workers in slaughter house department is needed to avoid CTS. Keywords: Carpal tunnel syndrome (CTS), repetitive movement, women 15
2 Merijanti Sindrom terowongan karpal PENDAHULUAN Proses produksi pada industri pengolahan makanan melibatkan banyak tenaga kerja manusia dan menggunakan sistem ban berjalan yang menuntut produktivitas kerja yang tinggi. Pekerja dalam sistem tersebut, melakukan kegiatan tangan yang berulang/repetitif secara terus-menerus sehingga dapat menyebabkan terjadinya gangguan muskuloskeletal akibat kerja work related musculoskeletal disorders (WMSD) atau cumulative trauma disorders (CTD). (1,2) Gangguan muskuloskeletal dapat mengenai sendi, otot, dan saraf di daerah ekstremitas atas, salah satunya adalah sindrom terowongan karpal (STK). Kelainan ini merupakan sekumpulan gejala yang disebabkan oleh reaksi inflamasi, mengakibatkan penebalan ligamentum dan pembengkakan tendon di terowongan karpal, sehingga menekan saraf medianus yang berada di dalam terowongan tersebut. (3) Sindrom ini dapat mengganggu mobilitas, kekuatan, kemampuan atau pengendalian motorik sehingga menurunkan kinerja. Wanita mempunyai risiko tiga kali lebih besar untuk terjadinya STK dibandingkan pria. Hal ini disebabkan oleh ukuran terowongan karpal pada wanita lebih sempit dan pengaruh estrogen yang dimiliki oleh wanita. (2) Prevalensi STK di kalangan pekerja pabrik sepatu di Perancis yang terpajan gerakan repetitif besarnya 22%. (4) Sedangkan di kalangan pekerja pabrik pengolahan daging dan ikan di Korea prevalensinya mencapai 73,9%. (5) Di Indonesia belum pernah dilaporkan mengenai prevalensi STK di kalangan pekerja pabrik pengolahan makanan, sehingga perlu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan faktor risiko yang berhubungan dengan STK. METODE Lokasi dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di bagian slaughter house yang terdiri dari bagian Evisceration (E) dan Cut Up (CU) pabrik makanan olahan di Jawa Barat. Pengumpulan data dilakukan antara bulan April sampai dengan Mei Desain dan sampel penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah studi prevalensi potong lintang/kros seksional. Besar sampel dihitung berdasarkan rumus beda proporsi dua populasi. Ditetapkan p1 (proporsi STK pada pekerja dengan gerakan repetitif tinggi) sebesar 34%, angka ini diambil dari survei pendahuluan yang dilakukan sebelumnya. Sedangkan p2 (proporsi STK pada pekerja dengan gerakan repetitif rendah) sebesar 5%, angka ini diperoleh dari kepustakaan. (1) Tingkat kemaknaan/± sebesar 5%, dan presisi/d sebesar 10%. Dari perhitungan itu diperoleh jumlah sampel sebesar 107 orang. (6) Kriteria inklusi yaitu tenaga kerja wanita yang telah bekerja selama lebih atau sama dengan dua tahun di bagian slaughter house dan bersedia ikut dalam penelitian (mengisi dan menandatangani informed consent). Kriteria eksklusi adalah subyek dengan pasca trauma atau menderita penyakit rematoid arthritis pada pergelangan tangan, diabetes melitus, sedang hamil lebih dari tiga bulan atau tidak hadir pada waktu pemeriksaan. Pengumpulan data Data diperoleh melalui wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik pada pekerja. Wawancara dilakukan dengan menggunakan kuesioner untuk mendapatkan data mengenai karakteristik responden, status reproduksi, karakteristik pekerjaan, dan lingkungan kerja. Observasi dilakukan untuk mendapatkan data 16
3 tentang jenis gerakan tangan dan pergelangan tangan selama bekerja, jumlah gerakan/jam, seragam, dan peralatan kerja yang digunakan selama aktivitas pekerjaan. Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan berat badan dengan merek Health Scale dengan ketelitian 0,1 kilogram, pemeriksaan tinggi badan dengan microtois dengan ketelitian 0,1 cm, dan pemeriksaan provokatif pada pergelangan tangan yang meliputi tes Tinel dan tes Phalen. Tes Tinel dilakukan dengan cara mengetuk atau menekan ligamentum fleksor retinakulum di mana terdapat N. medianus pada pergelangan tangan dengan tangan dalam posisi netral atau fleksi. Pemeriksaan Tinel dikatakan positif bila penderita merasakan kesemutan atau rasa seperti tersengat listrik (shock like sensation) di daerah persarafan N. medianus. Sedangkan pada tes Phalen penderita diminta untuk merapatkan bagian dorsal kedua tangan dengan fleksi maksimal pada pergelangan tangan dan jari tangan menunjuk ke bawah. Posisi ini dipertahankan selama satu menit. Hasil tes positif jika timbul kesemutan atau baal pada jari yang dipersarafi oleh N. medianus. (2,3,7) Pemeriksaan ini dilakukan pada seluruh sampel. Data mengenai suhu ruangan dan standar produksi di tempat kerja diperoleh dari bagian produksi. Kriteria diagnosis STK Diagnosis STK ditentukan berdasarkan kriteria Silverstein B dan Fine L. Responden dinyatakan positif menderita STK, bila hasil pemeriksaan tes provokatif (tes Tinel dan Phalen) positif pada tangan yang sama baik unilateral maupun bilateral. (8) Kriteria indeks massa tubuh (IMT) dan jumlah gerakan repetitif Kriteria nilai indeks massa tubuh/imt wanita menurut WHO (World Health Organization) yaitu IMT<18,5 = kurus, 18,5-25,0 = normal, dan >25 = gemuk. IMT didapatkan berdasarkan berat badan (BB) dalam kilogram dibagi dengan tinggi badan (TB) dalam sentimeter kuadrat (BB/TB 2 ). (9) Kategori jumlah gerakan repetitif tangan/jam dibagi atas repetitif rendah bila jumlah gerakan <1000/jam, repetitif sedang bila jumlah gerakan /jam dan repetitif tinggi bila jumlah gerakan >1200/jam. (10,11) Analisis data Pengolahan data dilakukan menggunakan program SPSS 11,5. Analisis bivarian dilakukan dengan menggunakan uji statistik t test, Fisher exact test, dan chi square. Analisis multivarian dilakukan dengan regresi logistik ganda. HASIL Responden yang berhasil dikumpulkan banyaknya 107 orang di bagian CU dan 45 orang di bagian E. Berdasarkan pengamatan terhadap tugas kerja, pekerja di bagian CU dinyatakan sebagai kelompok dengan gerakan repetitif tinggi dan bagian E sebagai kelompok dengan gerakan repetitif rendah. Prevalensi STK Prevalensi STK secara keseluruhan di slaughter house adalah besarnya 41/152 (27%), di mana pada bagian CU sebesar 35/ 107 (32,7%) dan 6/45 (13,3%) pada bagian E (Tabel 1). Karakteristik subjek penelitian Hasil uji statistik tidak ditemukan adanya perbedaan bermakna pada variabel umur, pendidikan, masa kerja, status reproduksi dan IMT, sehingga kedua bagian tempat kerja ini dapat dibandingkan (Tabel 2). 17
4 Merijanti Sindrom terowongan karpal Tabel 1. Sebaran STK berdasarkan tempat kerja * CU = Cut Up E = Evisceration Karakteristik pekerjaan Hasil pengamatan menunjukkan bahwa sebelum masuk ke ruang kerja, pekerja mencuci tangan terlebih dahulu, menggunakan seragam kerja yang terdiri dari topi, masker, jas laboratorium, sarung tangan, sepatu bot (kecuali di CU ditambah memakai baju dingin) kemudian langsung bekerja. Peralatan pisau yang digunakan untuk bekerja adalah pisau biasa. Responden bekerja selama tujuh jam dengan istirahat satu jam setiap hari. Seluruh responden (100%) di bagian CU dan E memakai seragam yang sama untuk pekerja di masing-masing bagian. Hampir seluruh responden (90%) telah menjalani latihan dan penyuluhan kerja. Pemeriksaan berkala yang dilakukan yaitu foto Rontgen dada. Data sekunder mengenai suhu lingkungan kerja di masing-masing bagian diperoleh melalui keterangan bagian produksi yaitu suhu 10-12º C di bagian CU dan suhu 26-28º C di bagian E. Tabel 2. Perbandingan karakteristik responden antara bagian CU dan E 18
5 Tabel 3. Hubungan antara karakteristik responden dengan prevalensi STK Analisis faktor risiko Hasil analisis menunjukkan responden yang bertubuh gemuk mempunyai risiko lima kali lebih besar untuk terjadinya STK bila dibandingkan dengan yang kurus dan normal. (OR = 5,51; 95% CI = 1,52 19,96) (Tabel 3). Pekerja di bagian CU berisiko tiga kali lebih besar untuk terjadinya STK dibandingkan dengan E (OR = 3,16; 95% CI= 1,22 8,16). Untuk mencari hubungan antara faktor risiko jenis dan jumlah gerakan repetitif dengan prevalensi STK, karena tangan kiri dan kanan dari satu responden melakukan gerakan yang berbeda, maka analisis dilakukan terhadap masing-masing tangan sehingga jumlah tangan menjadi 304 (Tabel 4). Jenis gerakan repetitif fleksi lebih dari 45 derajat dan jumlah gerakan repetitif kategori tinggi berhubungan bermakna dengan prevalensi STK. Gerakan fleksi lebih dari 45 derajat berisiko dua kali lebih besar untuk terjadinya STK bila dibandingkan dengan gerakan fleksi dan atau ekstensi kurang dari 45 derajat. (OR = 2,38 ; 95% CI = 1,3-4,4). Gerakan repetitif yang tinggi (lebih dari 1200 gerakan/jam) berisiko lima kali lebih besar untuk menimbulkan STK bila dibandingkan dengan gerakan repetitif rendah (kurang dari 1000 gerakan/jam) (OR = 5,22; 95% CI = 2,24 12,16) (Tabel 5). Tabel 4. Hubungan antara faktor risiko pekerjaan dengan prevalensi STK * CU = Cut up E = Evisceration 19
6 Merijanti Sindrom terowongan karpal Tabel 5. Hubungan antara jenis dan jumlah gerakan repetitif dengan prevalensi STK pada masing-masing tangan * Tinggi Sedang Rendah Setelah diuji secara bivarian, selanjutnya variabel di atas yang mempunyai p < 0,25 yaitu variabel IMT, status reproduksi, unit kerja, jenis gerakan dan jumlah gerakan repetitif diuji lagi dengan analisis multivarian menggunakan regresi logistik ganda untuk menunjukkan variabel yang paling berperan terhadap STK. (Tabel 6) Analisis regresi logistik dilakukan dengan metoda enter, pada langkah pertama variabel jenis gerakan repetitif dikeluarkan, diikuti oleh variabel unit kerja dan status reproduksi pada langkah berikutnya. Hasil analisis multivarian regresi logistik menunjukkan ternyata hanya dua variabel yang berhubungan dengan STK pada penelitian ini yaitu faktor gerakan repetitif (OR suaian = 2,42 ; 95% CI = 1,57 3,74) dan IMT (OR suaian= 3,72; 95% CI = 1,45 9,53). Pekerja yang melakukan gerakan repetitif tinggi mempunyai risiko dua kali lebih besar terkena STK dibandingkan dengan yang melakukan gerakan repetitif rendah. Jika ditinjau dari IMT, pekerja yang bertubuh gemuk mempunyai risiko tiga kali lebih besar terkena STK dibandingkan dengan yang kurus dan normal. Tabel 6. Model faktor risiko STK hasil analisis regresi logistik ganda 20
7 PEMBAHASAN Penelitian ini mempunyai keterbatasan yang dapat mempengaruhi hasil yang diperoleh. Pertama, desain penelititan kros seksional yang dipakai mengukur faktor risiko dan STK pada waktu yang bersamaan, kekurangan ini telah dicoba diatasi dengan membandingkan dua populasi pekerja. Kedua, jumlah sampel dari bagian E (45 orang) kurang dari hasil perhitungan jumlah sampel yang seharusnya (107 orang), karena hanya jumlah sampel itu yang tersedia. Prevalensi STK pada sampel total yaitu 27% (41/152), lebih banyak dijumpai pada bagian CU/kelompok pajanan tinggi (32,7%) dibandingkan dengan bagian E/kelompok pajanan rendah (13,3%). Perbedaan besarnya prevalensi kemungkinan disebabkan oleh perbedaan jumlah gerakan repetitif yang dilakukan dan lingkungan kerja. Pada analisis bivarian, didapatkan faktor risiko yang berhubungan dengan STK adalah IMT (kegemukan), unit kerja, jenis dan jumlah gerakan repetitif. Faktor risiko lain seperti umur, pendidikan, status reproduksi dan masa kerja tidak ada hubungan bermakna dengan STK. Pada penelitian ini variabel umur tidak berhubungan bermakna dengan STK, kemungkinan karena seluruh responden berumur muda (di bawah 35 tahun). Faktor lain dari individu seperti jenis kelamin dan penyakit tertentu seperti diabetes dan gout tidak dapat dianalisis pada penelitian ini, karena telah dieliminasi melalui kriteria inklusi dan eksklusi. Faktor IMT terbukti mempunyai hubungan dengan STK, responden yang bertubuh gemuk mempunyai risiko lima kali lebih besar untuk terjadinya STK bila dibandingkan dengan yang kurus dan normal. (OR = 5,51 dengan 95% CI = 1,52 19,96). Hasil analisis regresi logistik menunjukkan kegemukan (IMT > 25) mempunyai hubungan dengan STK hanya tiga kali lebih besar (OR suaian = 3,72; 95% CI = 1,45 9,53), karena pada analisis multivarian regresi logistik variabel IMT telah dibersihkan dari faktor perancu. Hasil penelitian ini konsisten dengan studi yang dilakukan oleh Bylund et al di Swedia. (12) Pekerja wanita di bagian slaughter house pada pabrik pengolahan makanan ini mempunyai kemungkinan yang berbeda untuk mengalami STK berkaitan dengan pekerjaan yang dilakukan. Pada analisis bivarian pekerja di CU berisiko tiga kali lebih besar untuk menderita STK dibandingkan dengan pekerja di E (OR= 3,16; 95% CI = 1,22 8,16), karena pekerja di bagian CU dalam melakukan tugasnya menggunakan tangan dengan jenis dan frekuensi jumlah gerakan yang lebih tinggi dibandingkan dengan bagian E. Suhu lingkungan kerja di CU lebih dingin daripada di E, tetapi tidak dapat dilakukan analisis karena seluruh pekerja di CU dan E terpajan oleh perbedaan suhu lingkungan yang sama. Pada analisis regresi logistik ganda, ternyata faktor unit kerja bukan merupakan faktor yang berperan dalam menimbulkan STK. Hal ini mungkin disebabkan pakaian dingin yang dikenakan pekerja CU, sehingga suhu dingin di ruang kerja CU tidak begitu berpengaruh terhadap pekerja. Gerakan fleksi tangan dan pergelangan tangan >45 derajat termasuk dalam jenis gerakan yang tidak netral/alamiah (awkward posture). Gerakan ini dapat menyebabkan tekanan secara langsung pada saraf medianus sehingga bila dilakukan berulang dapat menimbulkan terjadinya STK. Pada penelitian ini diperoleh adanya hubungan bermakna antara gerakan fleksi tangan dan pergelangan tangan >45 derajat dan STK (OR= 2,38; 95% CI= 1,3-4,4). Hasil analisis regresi logistik ganda menunjukkan faktor jenis gerakan repetitif bukan merupakan faktor risiko STK. Hal ini disebabkan karena sebagian besar pekerja di pabrik ini baru bekerja selama enam 21
8 Merijanti Sindrom terowongan karpal tahun, sehingga pada masa ini yang lebih berhubungan adalah jumlah gerakan repetitif dan belum ada hubungan dengan jenis gerakan yang dilakukan. Walaupun gerakan fleksi >45 derajat hanya bermakna pada analisis bivarian, sebaiknya pihak perusahaan perlu menghindari adanya jenis gerakan tersebut dengan memberikan peralatan kerja yang ergonomis kepada pekerja misalnya pisau yang ergonomis. (7) Pada analisis bivarian gerakan repetitif tinggi (>1200 gerakan/jam) mempunyai hubungan bermakna dengan STK, pekerja dengan gerakan repetitif tinggi mempunyai risiko lima kali lebih besar terhadap STK bila dibandingkan dengan yang rendah (OR = 5,22; 95% CI = 2,24 12,16). Pada analisis multivarian, gerakan repetitif tinggi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menimbulkan STK (OR suaian= 2,42; 95% CI = 1,57 3,74). Studi pada pekerja di Denmark juga menunjukkan adanya hubungan antara gerakan repetitif tinggi dengan STK. (13) Hasil yang sama juga ditunjukkan pada penelitian Punnett et al. (14) Berdasarkan produk yang dihasilkan oleh pabrik ini, sulit untuk mengurangi jumlah gerakan repetitif, karena akan mempengaruhi hasil produksi. Pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh pihak perusahaan belum dapat mendeteksi adanya STK pada pekerja, hal ini karena pemeriksaan yang dilakukan hanya berupa thorax foto. Pekerjaan yang banyak melakukan gerakan repetitif dapat mengakibatkan berbagai keluhan Work Related Musculoskeletal Disorders/WMSD di mana salah satunya adalah STK. KESIMPULAN Prevalensi sindrom terowongan karpal (STK) pada pekerja di slaughters house pabrik ini besarnya 27%, lebih tinggi dijumpai pada bagian CU (32,7%) dibandingkan dengan bagian E (13,3%). Gerakan repetitif tinggi dan IMT merupakan faktor risiko yang berhubungan bermakna dengan STK. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada dr. Astrid B. Sulistomo, MPH, SpOk dan dr. Sumedi Sudarsono, MPH yang telah memberikan bimbingannya sehingga terselesaikannya penelitian ini. Daftar Pustaka 1. Kuorinka I, Forcie L, editors. Work related musculoskeletal disorders: A reference book for prevention. UK: Taylor & Francis Ltd; p Bernard BP. Musculoskeletal disorders and workplace factors: a critical review of epidemiologic evidence for work related musculoskeletal disorders of the neck, upper extremity, and low back. Cincinnati,OH: Department of Health and Human Services, NIOSH; Rampen WR. Sindroma terowongan karpal pada pekerja yang terpajan tekanan biomekanis berulang di pabrik ban PT BSIN (Tesis). Program pascasarjana Hiperkes Medis. Jakarta: IKK FKUI; Roquelaure Y, Mariel J, Fanello S, Boissiere JC, Chiron C, Dano C. Active epidemiological surveillance of musculoskeletal disorders in a shoe factory. Occup Environ Med 2002; 59: Kim JY, Kim JI, Son JE, Yun SK. Prevalence of carpal tunnel syndrome in meat and fish processing plants. J Occup Health 2004; 46: Ariawan I. Besar dan metode sample pada penelitian kesehatan. UI; Canadian Centre for Occupational Health and Safety (CCOHS) Carpal tunnel syndrome. Available from: carpal.html. Accessed April 20,
9 8. Fine LJ, Silvers tein BA. Work related disorders of the neck and upper extremities. In: Levy BS, Wegman DH, editors. Occupational health: Recognizing and preventing work related disease and injury. 4 th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; p Body mass index (BMI).World health organization regional office for Europe. Available from: nutrition/ Accessed Mei 6, Sulistomo AB. Job analisis. Kuliah S2 Kedokteran Kerja, Oktober Virginia Polytechnic Institute and State University. Workplace ergonomics. Available from: Accessed April 11, Bylund SH, Burstrom L, Knuttson A. A descriptive study of women injured by hand arm vibration. Ann Occup Hyg 2002; 46: Thomsen JF, Hansson GA,Mikkelsen S, Lauritzen M. Carpal tunnel syndrome in repetitive work: a follow up study. Am J Ind Med 2002; 42: Punnett L, Gold J, Katz JN, Gore R, Wegman DH. Ergonomic stressors and upper extremity musculoskeletal disorders in automobile manufacturing: a one year follow up study. Occ Environ Med 2004;61:
Factors Affecting The Occurrence of Carpal Tunnel Syndrome (CTS) in Cleaning Workers of Onion Bark at Trade Unit Bawang Lanang Iringmulyo Metro City
Factors Affecting The Occurrence of Carpal Tunnel Syndrome (CTS) in Cleaning Workers of Onion Bark at Trade Unit Bawang Lanang Iringmulyo Metro City Pratiwi TN, Saftarina F, Wahyuni A Faculty Of Medicine
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. nervus medianus tertekan di dalam Carpal Tunnel (terowongan karpal) di
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan kesehatan pada pekerja dapat disebabkan oleh faktor yang berhubungan dengan pekerjaan maupun yang tidak berhubungan dengan pekerjaan. Status kesehatan masyarakat
Lebih terperinciSeminar Nasional IENACO 2016 ISSN: ANALISIS HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR INDIVIDU DENGAN CARPAL TUNNEL SYNDROME (CTS) PADA PEKERJA KONVEKSI
ANALISIS HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR INDIVIDU DENGAN CARPAL TUNNEL SYNDROME (CTS) PADA PEKERJA KONVEKSI Siti Rohmah Politeknik STTT Bandung, Program Studi Teknik Tekstil Jl. Jakarta 31 Bandung Email: sitifirdaus2011@ymail.com
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu bidang
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu bidang kesehatan masyarakat yang memfokuskan perhatian pada masyarakat pekerja baik yang ada di sektor formal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai dampak positif dan dampak negatif. Salah satu dampak negatifnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan industri dan pertambahan tenaga kerja menimbulkan berbagai dampak positif dan dampak negatif. Salah satu dampak negatifnya adalah meningkatnya penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menerapkan suatu sistem kerja tetap bagi para pekerjanya, yaitu sistem
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor industri di masa globalisasi saat ini merupakan salah satu faktor penting dari perekeonomian suatu negara. Baik sektor industri formal dan informal dituntut
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah Explanatory Research yaitu penelitian yang diarahkan untuk mendeskripsikan dan menganalisa suatu
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. efektif dalam arti perlunya kecermatan penggunaan daya, usaha, pikiran, dana dan
1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai tenaga kerja adalah pelaksana dalam berbagai sektor kegiatan ekonomi. Upaya perlindungan terhadap bahaya yang timbul serta pencapaian ketentraman
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. mencukupi kehidupan dan/atau untuk aktualisasi diri. Namun dalam
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bekerja adalah bagian dari kehidupan, dan setiap orang memerlukan pekerjaan untuk mencukupi kehidupan dan/atau untuk aktualisasi diri. Namun dalam melaksanakan pekerjaannya,
Lebih terperinciHUBUNGAN GERAKAN FLEKSI PADA PERGELANGAN TANGAN DENGAN KELUHAN CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PEKERJA PENGEPAKAN PT. LOGAN FOOD KARANGANYAR
HUBUNGAN GERAKAN FLEKSI PADA PERGELANGAN TANGAN DENGAN KELUHAN CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PEKERJA PENGEPAKAN PT. LOGAN FOOD KARANGANYAR SKRIPSI Untuk Memenuhui Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. suatu pekerjaan. Komputer yang banyak digunakan oleh segala kalangan untuk
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan teknologi, dunia kerja tidak lepas dari kebutuhan akan adanya komputer yang membantu atau mempermudah dalam penyelesaian suatu pekerjaan. Komputer
Lebih terperinciFAKTOR RISIKO ERGONOMI SAAT MENGETIK DAN HUBUNGANNYA DENGAN CARPAL TUNNEL SYNDROME
VOLUME 4 Nomor 03 November 2013 Artikel Penelitian FAKTOR RISIKO ERGONOMI SAAT MENGETIK DAN HUBUNGANNYA DENGAN CARPAL TUNNEL SYNDROME ERGONOMIC RISK FACTORS DURING TYPING AND ITS ASSOCIATION WITH CARPAL
Lebih terperinciKELUHAN SUBJEKTIF CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PEMERAH SUSU SAPI DI BOYOLALI
KELUHAN SUBJEKTIF CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PEMERAH SUSU SAPI DI BOYOLALI SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan Fisioterapi Oleh: RIYADI J110050041 DIPLOMA
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. analitik dengan pendekatan cross-sectional, yaitu suatu penelitian untuk
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey analitik dengan pendekatan cross-sectional, yaitu suatu penelitian untuk mempelajari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kreativitas manusia sehingga kreativitas manusia adalah sumber ekonomi. pada produksi kreativitas dan inovasi manusia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri kreatif merupakan penyumbang untuk pertumbuhan ekonomi bangsa dan dianggap semakin penting dalam mendukung kesejahteraan dalam perekonomian. Industri ini menjadi
Lebih terperinciHUBUNGAN UMUR DAN MASA KERJA TERHADAP KEJADIAN CARPAL TUNNEL SYNDROME (CTS) PADA PEKERJA PEMECAH BATU DI KELURAHAN CIBUNIGEULIS KOTA TASIKMALAYA
HUBUNGAN UMUR DAN MASA KERJA TERHADAP KEJADIAN CARPAL TUNNEL SYNDROME (CTS) PADA PEKERJA PEMECAH BATU DI KELURAHAN CIBUNIGEULIS KOTA TASIKMALAYA MOCHAMMAD IRFAN SAZALI 1) ANDIK SETIYONO 2) YULDAN FATURAHMAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saraf yang terjadi ketika saraf medianus pada pergelangan tangan terjepit
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Carpal Tunnel Syndrome (CTS) adalah neuropati akibat terjepitnya saraf yang terjadi ketika saraf medianus pada pergelangan tangan terjepit oleh pembungkus tendon fleksor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan mengobati kecelakaan kerja dan penyakit sudah lama diketahui dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan kesehatan kerja di dalam lingkungan pekerjaan untuk mencegah dan mengobati kecelakaan kerja dan penyakit sudah lama diketahui dan dicantumkan dalam UU RI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh ligamen-ligamen kuat yang mempersatukan tulang-tulang ini. Ulna distal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pergelangan tangan terdiri dari persendian ujung distal radius dengan deretan proksimal tulang-tulang karpal. Stabilitas pergelangan tangan disebabkan oleh ligamen-ligamen
Lebih terperinciHUBUNGAN DIABETES MELITUS TERHADAP KEJADIAN SINDROMA TEROWONGAN KARPAL DI RS BETHESDA YOGYAKARTA
[VOLUME: 01 NOMOR 01 OKTOBER 2015] ISSN: 2460-9684 HUBUNGAN DIABETES MELITUS TERHADAP KEJADIAN SINDROMA TEROWONGAN KARPAL DI RS BETHESDA YOGYAKARTA Dyah Wulaningsih Retno Edi, Rizaldy Taslim Pinzon, Esdras
Lebih terperinciARTIKEL ILMIAH. Hubungan Umur, Masa Kerja, IMT dan Frekuensi Gerakan Repetitif dengan Kejadian Carpal Tunnel Syndrome
ARTIKEL ILMIAH Hubungan Umur, Masa Kerja, IMT dan Frekuensi Gerakan Repetitif dengan Kejadian Carpal Tunnel Syndrome ( Studi Pada Pekerja Pemetik Tangkai Cabai ) Oleh: NINIK NUR WULANDARI A2A214051 FAKULTAS
Lebih terperinciHUBUNGAN GETARAN MEKANIS MESIN GERINDA DENGAN KELUHAN CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI KOTA DENPASAR.
HUBUNGAN GETARAN MEKANIS MESIN GERINDA DENGAN KELUHAN CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI KOTA DENPASAR 1 Grace Pandiangan, 2 Ari Wibawa, 3 Indah Adiputra, 4 I Putu Gede Adiatmika 1,2 Program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Low Back Pain (LBP) merupakan salah satu masalah pada. muskuloskeletal paling umum dan saat ini menjadi masalah paling luas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Low Back Pain (LBP) merupakan salah satu masalah pada muskuloskeletal paling umum dan saat ini menjadi masalah paling luas dalam mempengaruhi populasi manusia. Pada
Lebih terperinciUnnes Journal of Public Health
UJPH 3 (4) (214) Unnes Journal of Public Health http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph HUBUNGAN MASA KERJA DAN SIKAP KERJA DENGAN KEJADIAN SINDROM KARPAL PADA PEMBATIK CV. PUSAKA BERUANG LASEM Cris
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri sektor Informal merupakan kegiatan yang dikaitkan dengan kerajinan tangan, dagang atau kegiatan ekonomi kecil-kecilan 1. Industri sektor informal tidak memiliki
Lebih terperinciABSTRAK. Deteksi Dini Sindrom Terowongan Karpal
ABSTRAK Deteksi Dini Sindrom Terowongan Karpal Hendrik Sutopo L., 2005 Pembimbing : Winsa Husin, dr., MSc, M.Kes; Bing Haryono, dr., Sp.S Sindrom Terowongan Karpal (STK) merupakan suatu kelainan terjepitnya
Lebih terperinciFaktor Risiko Kejadian Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada Wanita Pemetik Melati di Desa Karangcengis, Purbalingga
Faktor Risiko Kejadian Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada Wanita Pemetik Melati di Desa Karangcengis, Purbalingga Bina Kurniawan *), Siswi Jayanti *), Yuliani Setyaningsih *) *) Bagian Kesehatan dan Keselamatan
Lebih terperinciCarpal tunnel syndrome
Carpal tunnel syndrome I. Definisi Carpal tunnel syndrome adalah keadaan nervus medianus tertekan di daerah pergelangan tangan sehingga menimbulkan rasa nyeri, parestesia, dan kelelahan otot tangan. Tempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sindrom Terowongan Karpal atau Carpal Tunnel Syndrome (CTS) adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sindrom Terowongan Karpal atau Carpal Tunnel Syndrome (CTS) adalah neuropati kompresi simtomatik nervus medianus pada pergelangan tangan berupa peningkatan tekanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. batasan World Health Organization (WHO) adalah keadaan sejahtera dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu hak bagi tubuh manusia. Sehat menurut batasan World Health Organization (WHO) adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
Lebih terperinciHUBUNGAN GERAKAN REPETITIF DAN LAMA KERJA DENGAN KELUHAN CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA MAHASISWA TEKNIK ARSITEKTUR
HUBUNGAN GERAKAN REPETITIF DAN LAMA KERJA DENGAN KELUHAN CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA MAHASISWA TEKNIK ARSITEKTUR Putri Chairun Nissa, Baju Widjasena, Suroto Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak hanya di kantor, tetapi juga di rumah, sekolah, bahkan kafe-kafe. Dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan komputer khususnya di perkotaan sudah sangat lazim, tidak hanya di kantor, tetapi juga di rumah, sekolah, bahkan kafe-kafe. Dari anak-anak, ibu rumah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pekerjaan yang dilakukan setiap hari dapat menimbulkan berbagai macam. penyakit. Salah satunya adalah Carpal Tunnel Syndrome (CTS).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dan informasi yang berkembang pesat sekarang ini ternyata membawa dampak positif, namun juga membawa dampak negatif bagi manusia. Lama dan
Lebih terperinciJurnal Kesehatan Masyarakat
KEMAS 7 (2) (212) 17-176 Jurnal Kesehatan Masyarakat http://journal.unnes.ac.id/index.php/kemas MASA KERJA, SIKAP KERJA DAN KEJADIAN SINDROM KARPAL PADA PEMBATIK Cris Purwandari Mulyawati Agustin Jurusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut International Labour Organisation (ILO), setiap tahun terjadi masalah-masalah akibat kerja. Setiap tahun ada 270 juta pekerja yang mengalami kecelakaan akibat
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Ilmu Penyakit Dalam sub bagian Reumatologi. Penelitian ini dilakukan di poliklinik Penyakit Dalam sub bagian
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ilmu Penyakit Dalam sub bagian Reumatologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di poliklinik Penyakit Dalam sub bagian Reumatologi
Lebih terperinciKata kunci : Carpal Tunnel Syndrome (CTS), pengrajin, batu tatakan.
Al-Sihah : Public Health Science Journal 19-25 Gambaran Faktor Pekerjaan dengan Kejadian Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada Pengrajin Batu Tatakan di Desa Lempang Kec.Tanete Riaja Kabupaten Barru Tahun
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA LAMA MENGETIK DENGAN KELUHAN CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PEKERJA RENTAL DI BELAKANG KAMPUS UNS
HUBUNGAN ANTARA LAMA MENGETIK DENGAN KELUHAN CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PEKERJA RENTAL DI BELAKANG KAMPUS UNS SKRIPSI Untuk Memenuhui Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Mar atus Sholikhah
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Semarang dalam kurun waktu Mei Juni pada tahun 2015.
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu kedokteran fisik dan rehabilitasi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Rumah Sakit
Lebih terperinciHubungan Gerakan Fleksi Pada Pergelangan Tangan Dengan Keluhan Carpal Tunnel Syndrome Pada Pekerja Pengepakan PT. Logan Food Karanganyar
Hubungan Gerakan Fleksi Pada Pergelangan Tangan Dengan Keluhan Carpal Tunnel Syndrome Pada Pekerja Pengepakan PT. Logan Food Karanganyar ARDYAN PRAJAWAN MUKTI R0211007 PROGRAM DIPLOMA 4 KESELAMATAN DAN
Lebih terperinciThe Role of Hand Exercise in Preventing the Carpal Tunnel Syndrome among Female Garment Workers
PERAN LATIHAN TANGAN DALAM PENCEGAHAN CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PEREMPUAN PEKERJA GARMEN The Role of Hand Exercise in Preventing the Carpal Tunnel Syndrome among Female Garment Workers Lusianawaty Tana,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang berulang-ulang. Salah satunya adalah mengetik atau menekan dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tangan merupakan salah satu anggota gerak tubuh yang paling sering digunakan dalam berbagai aktivitas sehari-hari. Dalam setiap aktivitas yang dilakukan oleh
Lebih terperinciRepository.unimus.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Carpal Tunnel Syndrome () merupakan suatu penyakit yang timbul dari kompresi intermiten atau terus menerus atau terjadi karena saraf median terjebak saat melewati terowongan
Lebih terperinciKeluhan Musculoskeletal Disorders (MSDS) Pada Aktivitas Manual Handling Pekerja Jasa Pengiriman Barang
Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDS) Pada Aktivitas Manual Handling Pekerja Jasa Pengiriman Barang Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Depok,
Lebih terperinciGAMBARAN POSISI KERJA DAN KELUHAN GANGGUAN MUSCULOSKELETAL PADA PETANI PADI DI DESA KIAWA 1 BARAT KECAMATAN KAWANGKOAN UTARA
GAMBARAN POSISI KERJA DAN KELUHAN GANGGUAN MUSCULOSKELETAL PADA PETANI PADI DI DESA KIAWA 1 BARAT KECAMATAN KAWANGKOAN UTARA Christia E. Malonda 1), Paul A.T Kawatu 1), Diana Vanda Doda 1) 1) Fakultas
Lebih terperinciFaktor Prediktor Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada Pengrajin Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM)
Faktor Prediktor Carpal Tunnel Syndrome () pada Pengrajin Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) Rochman Basuki 1, M. Naharuddin Jenie 1, Zimamul Fikri 1 1 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Carpal Tunnel Syndrome CTS merupakan suatu penyakit yang timbul dari kompresi intermiten atau terus menerus atau terjadi karena saraf median terjebak saat melewati terowongan
Lebih terperinciMEMPENGARUHI KEJADIAN CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PERAJIN BATIK TULIS SERULING ETAN MAGETAN
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PERAJIN BATIK TULIS SERULING ETAN MAGETAN Dhaniswaraa Setyoaji, 1 Siswi Jayanti, 2 Ekawati, 2 Baju Widjasena. 2 1 Mahasiswa Keselamatan Kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Upaya perlindungan terhadap bahaya yang timbul serta pencapaiaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai tenaga kerja adalah pelaksana dalam berbagai sektor kegiatan ekonomi. Upaya perlindungan terhadap bahaya yang timbul serta pencapaiaan ketentraman dan
Lebih terperinciKERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP Kerangka Teori
KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP 3.1. Kerangka Teori Etiologi: 1. Heriditer 2. Trauma 3. Pekerjaan 4. Infeksi 5. Metabolik 6. Endokrin 7. Neoplasma 8. Penyakit kolagen 9. Degeneratif 10. Iatrogenik 11.
Lebih terperinciINSIDEN CARPAL TUNNEL SYNDROME BERDASARKAN ANAMNESIS PADA KARYAWAN BANKDI KOTA BITUNG SULAWESI UTARA
Jurnal e-clinic (ecl), Volume 3, Nomor 1, Januari-April 2015 INSIDEN CARPAL TUNNEL SYNDROME BERDASARKAN ANAMNESIS PADA KARYAWAN BANKDI KOTA BITUNG SULAWESI UTARA 1 Denniel Saerang 2 Mieke Kembuan 2 Winifred
Lebih terperinciHUBUNGAN POSTUR KERJA DENGAN KELUHAN CUMULATIVE TRAUMA DISORDERS (CTDs) PADA PEKERJA PELINTINGAN ROKOK MANUAL DI PT.
HUBUNGAN POSTUR KERJA DENGAN KELUHAN CUMULATIVE TRAUMA DISORDERS (CTDs) PADA PEKERJA PELINTINGAN ROKOK MANUAL DI PT. PANEN BOYOLALI Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata
Lebih terperinciJIMKESMAS JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT VOL. 2/NO.6/April 2017; ISSN X,
HUBUNGAN LAMA KERJA, GERAKAN REPETITIF DAN POSTUR JANGGAL PADA TANGAN DENGAN KELUHAN CARPAL TUNNEL SYNDROME (CTS) PADA PEKERJA PEMECAH BATU DI KECAMATAN MORAMO UTARA KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2016
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau man made disease. Penyakit Akibat Kerja menurut OSHA. tahun 1992, dimana sekitar 62% pekerja menderita Musculoskeletal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian Penyakit Akibat Kerja merupakan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian belah lintang (Cross Sectional) dimana
39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian belah lintang (Cross Sectional) dimana dimana antara variabel bebas dan terikat diukur pada waktu yang bersamaan.
Lebih terperinciHUBUNGAN GERAKAN BERULANG PADA TANGAN DENGAN KELUHAN CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PEKERJA PENJULID BUKU DI PT. PUTRA NUGRAHA TRIYAGAN SUKOHARJO
HUBUNGAN GERAKAN BERULANG PADA TANGAN DENGAN KELUHAN CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PEKERJA PENJULID BUKU DI PT. PUTRA NUGRAHA TRIYAGAN SUKOHARJO SKRIPSI Untuk Memenuhui Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009,
BAB I PENDAHULUAN Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009, kesehatan merupakan hak asasi manusia dan satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. menggunakan rancangan penelitian case control, yaitu untuk mempelajari
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan survei analitik dengan menggunakan rancangan penelitian case control, yaitu untuk mempelajari dinamika pengaruh antara
Lebih terperinciGAMBARAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PENJAHIT DI KOTA DENPASAR
GAMBARAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PENJAHIT DI KOTA DENPASAR Keluhan muskuloskeletal merupakan salah satu permasalahan umum yang dialami penjahit dalam menjalankan pekerjaannya. Keluhan muskuloskeletal
Lebih terperinciHUBUNGAN SIKAP KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PENGRAJIN PATUNG KAYU DI DESA KEMENUH, GIANYAR TAHUN 2015
UNIVERSITAS UDAYANA HUBUNGAN SIKAP KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PENGRAJIN PATUNG KAYU DI DESA KEMENUH, GIANYAR TAHUN 2015 I GUSTI PUTU INDRA YUDA PRAMANA NIM: 1120025004 PROGRAM STUDI ILMU
Lebih terperinciCARPAL TUNNEL SYNDROME ON GARMENT FACTORY WORKERS IN JAKARTA
CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PEKERJA GARMEN DI JAKARTA Lusianawaty ~ana', FX Suharyanto ~alim', ~elima', Woro ~~adina' CARPAL TUNNEL SYNDROME ON GARMENT FACTORY WORKERS IN JAKARTA Abstract. Carpal tunnel
Lebih terperinciJurnal Virgin, Jilid 1,No. 2, Juli 2015, Hal: Issn:
Jurnal Virgin, Jilid 1,No. 2, Juli 2015, Hal: 162-168 Issn: 2442-2509 HUBUNGAN ANTARA MASA KERJA TERHADAP KELUHAN CARPAL TUNNEL SYNDROME (CTS) PADA PEGAWAI PEREMPUAN DI KAMPUS UNIVERSITAS DHYANA PURA YANG
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan guna mencapai kesadaran, kemauan dan kemampuan
BAB 1 PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya pembangunan nasional yang diarahkan guna mencapai kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan
Lebih terperinciARTIKEL. Lusianawaty Tana*, Delima*, Wore Riyadina* Abstract
ARTIKEL EVALUASI MODEL PENYULUHAN DALAM PENINGKATAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PRAKTEK MENGENAI SINDROM TEROWONGAN KARPAL PADA PEKERJA BEBERAPA PERUSAHAAN CARMEN DI JAKARTA, TAHUN 24 Lusianawaty Tana*, Delima*,
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN GANGGUAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA BAGIAN PRODUKSI DI PT XYZ
NASKAH PUBLIKASI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN GANGGUAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA BAGIAN PRODUKSI DI PT XYZ MULYADI I11110069 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN
Lebih terperinciCARPAL TUNNEL SYNDROME ( C T S )
CARPAL TUNNEL SYNDROME ( C T S ) N.Medianus dpt tertekan/terdesak swkt melalui bag.bawah retinakulum flexor menuju telapak tangan sebabkan G/sensorik sampai kelemahan ibu jari. Etiologi dan Patologi Terowongan
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RISIKO TERJADINYA CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PERAJIN BATIK DI KELURAHAN PASIRSARI KOTA PEKALONGAN TAHUN 2016
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RISIKO TERJADINYA CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PERAJIN BATIK DI KELURAHAN PASIRSARI KOTA PEKALONGAN TAHUN 2016 Elvi Dina Y*), MG Catur Yuantari**) *) Alumni Fakultas
Lebih terperinciHUBUNGAN KELOMPOK UMUR DENGAN DERAJAT KEPARAHAN DAN STATUS FUNGSIONAL GEJALA CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA USIA LANJUT DI GRIYA USIA LANJUT SANTO YOSEF
HUBUNGAN KELOMPOK UMUR DENGAN DERAJAT KEPARAHAN DAN STATUS FUNGSIONAL GEJALA CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA USIA LANJUT DI GRIYA USIA LANJUT SANTO YOSEF SKRIPSI OLEH : Andryano Liong NRP: 1523013055 PROGRAM
Lebih terperinciINTERVENSI ULTRASOUND
INTERVENSI ULTRASOUND DAN FREE CARPAL TUNNEL EXERCISE LEBIH EFEKTIF DIBANDING ULTRASOUND DAN GLIDING EXERCISE TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA KASUS CARPAL TUNNEL SYNDROME 1 Daryono, 2 Ari Wibawa, 3 Ni Wayan
Lebih terperinciABSTRAK PENGARUH DAN HUBUNGAN ANTARA BMI (BODY MASS INDEX) DENGAN TEKANAN DARAH SISTOL DAN DISTOL
ABSTRAK PENGARUH DAN HUBUNGAN ANTARA BMI (BODY MASS INDEX) DENGAN TEKANAN DARAH SISTOL DAN DISTOL Ellia, 2007. Pembimbing utama : Hana Ratnawati, dr, M.Kes Pembimbing Pendamping: Dr.dr.Iwan Budiman,MS,MM,M.Kes,AIF
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Leher manusia adalah struktur yang kompleks dan sangat rentan terhadap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Leher manusia adalah struktur yang kompleks dan sangat rentan terhadap iritasi. Bahkan 10% dari semua orang akan mengalami nyeri leher dalam 1 bulan. Potensi pembangkit
Lebih terperinciSindrom terowongan karpal pada pekerja: pencegahan dan pengobatannya
J Kedokter Trisakti September-Desember 2003, Vol.22 No.3 Sindrom terowongan karpal pada pekerja: pencegahan dan pengobatannya Lusianawaty Tana Pusat Penelitian dan Pengembangan Pemberantasan Penyakit,
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. pembuluh darah dimana keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Musculoskeletal disorders merupakan sekumpulan gejala yang berkaitan dengan jaringan otot, tendon, ligamen, kartilago, sistem saraf, struktur tulang, dan pembuluh
Lebih terperinciGAMBARAN RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA CUCI SEPEDA MOTOR DI JAKARTA PADA BULAN MEI 2013
GAMBARAN RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA CUCI SEPEDA MOTOR DI JAKARTA PADA BULAN MEI 2013 Nama Penulis : Ambi Pradiptha dan Ridwan Zahdi Sjaaf Fakultas Kesehatan Masyarakat Departemen Keselamatan dan Kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan medis, berfungsi memberikan pelayanan kesehatan lengkap kepada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit oleh WHO (World Health Organisation) tahun 1957 diberikan batasan yaitu suatu bagian menyeluruh, (Integrasi) dari organisasi dan medis, berfungsi memberikan
Lebih terperinciCarpal Tunnel Syndrome di Bagian Instalasi Gizi
Hubungan Sikap Kerja dengan Kejadian Carpal Tunnel Syndrome di Bagian Instalasi Gizi Rumah Sakit Telogorejo Semarang Skripsi ini disusun untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat dalam menempuh pendidikan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
20 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Boyolali III, Puskesmas Ampel I, Puskesmas Ampel II, Puskesmas Sambi I, Puskesmas Andong, Puskesmas Selo
Lebih terperinciABSTRAK PENGARUH POLA ASUH IBU TERHADAP STATUS GIZI ANAK DI SD X KOTA BANDUNG TAHUN AJARAN 2014/2015
ABSTRAK PENGARUH POLA ASUH IBU TERHADAP STATUS GIZI ANAK DI SD X KOTA BANDUNG TAHUN AJARAN 2014/2015 Wisnu Ario Pratisto, 2015 Pembimbing I : Grace Puspasari, dr., M.Gizi Pembimbing II : Cindra Paskaria,
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Bidang Penelitian ini adalah penelitian bidang Pendidikan Kedokteran,
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Bidang Penelitian ini adalah penelitian bidang Pendidikan Kedokteran, khususnya bagian ilmu kesehatan anak divisi alergi & imunologi dan fisiologi.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. maupun sosial. Perubahan fisik pada masa remaja ditandai dengan pertambahan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Pada periode ini berbagai perubahan terjadi baik perubahan hormonal, fisik, psikologis maupun sosial.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang ilmu kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian
Lebih terperinciTINGKAT KELELAHAN DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PENJAHIT DI KOTA DENPASAR PROVINSI BALI
TINGKAT KELELAHAN DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PENJAHIT DI KOTA DENPASAR PROVINSI BALI Fathiyyah Rozana 1, I Putu Gede Adiatmika 2 1 Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas
Lebih terperinciPutri AS, Saftarina F, Wintoko R Faculty of Medicine of Lampung University
Correlation Between Working Period and Working Position with the Incidence of Low Back Pain (LBP) in Cleaning Workers of Onion Shell at Unit Dagang Bawang Lanang Iringmulyo Metro City Putri AS, Saftarina
Lebih terperinciPERNYATAAN PERSETUJUAN
PERNYATAAN PERSETUJUAN Nama : Ni Kadek Yuni Fridayani NIM : 1302305044 Judul Skripsi : Hubungan Antara Ukuran Smartphone Dengan Kejadian Paresthesia Di Palmar Akibat Penyempitan Terowongan Carpal Pada
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA NYERI LEHER PADA PENGGUNA LAPTOP
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA NYERI LEHER PADA PENGGUNA LAPTOP NASKAH PUBLIKASI DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN AKHIR DALAM MENDAPATKAN GELAR SARJANA FISIOTERAPI Disusun Oleh: Bekti Lestari
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Saraf. Penelitian dilakukan di Bangsal Rawat Inap Penyakit Saraf RS Dr.
36 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Saraf 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di Bangsal Rawat Inap Penyakit Saraf RS
Lebih terperinciGAMBARAN DISTRIBUSI KELUHAN TERKAIT MUSKULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) PADA TUKANG SUUN DI PASAR ANYAR BULELENG TAHUN 2013
GAMBARAN DISTRIBUSI KELUHAN TERKAIT MUSKULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) PADA TUKANG SUUN DI PASAR ANYAR BULELENG TAHUN 2013 Nyoman Virna Uginiari 1, I Dewa Ayu Inten Dwi Primayanti 2 1 Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh darah arteri koroner dimana terdapat penebalan dalam dinding pembuluh darah disertai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penggunaan perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) teknologi. Seolah-olah hidup manusia sudah sangat tergantung pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sudah sangat luas, hampir semua kegiatan manusia tidak lepas dari perangkat teknologi. Seolah-olah
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN GOUTHY ARTHRITIS
ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN GOUTHY ARTHRITIS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO TAHUN 2015 Meike N. R. Toding*, Budi T. Ratag*, Odi R. Pinontoan* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. telah meningkatkan kualitas hidup manusia dan menjadikan rata-rata umur
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan dalam bidang peningkatan dan pencegahan penyakit telah meningkatkan kualitas hidup manusia dan menjadikan rata-rata umur harapan hidup meningkat
Lebih terperinci2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba
1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan gaya hidup masyarakat menjadi pola hidup tidak sehat telah mendorong terjadinya berbagai penyakit yang mempengaruhi metabolisme tubuh. Penyakit akibat
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
24 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan penelitian ini meliputi bidang ilmu penyakit dalam dengan sub bidang geriatri dan endokrinologi serta bidang ilmu saraf dan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di masing-masing ruangan operator Sistem
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di masing-masing ruangan operator Sistem Informasi Akadamik Terpadu (SIAT) program studi Universitas
Lebih terperinciHUBUNGAN IMT PADA DM TIPE II DENGAN KEJADIAN DISFUNGSI SEKSUAL PADA WANITA USIA SUBUR (15-49 TAHUN) DI PUSKESMAS BROMO MEDAN
HUBUNGAN IMT PADA DM TIPE II DENGAN KEJADIAN DISFUNGSI Melza Tatiana, et al. HUBUNGAN IMT PADA DM TIPE II DENGAN KEJADIAN DISFUNGSI Melza Tatiana 1, Heru Santosa, Taufik Ashar 3 1 Mahasiswa Program Magister
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang diberikan untuk gangguan muskuloskeletal yang terjadi pada pekerja UKDW
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera peregangan berulang (Repetitive Strain Injury) merupakan nama yang diberikan untuk gangguan muskuloskeletal yang terjadi pada pekerja yang duduk terus menerus.
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade Area (AFTA) semakin pesat. Hal ini membuat persaingan antara industri besar, industri menengah
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. a. Pengertian Gerakan Berulang
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Gerakan Berulang a. Pengertian Gerakan Berulang Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara berulang-ulang dengan sedikit variasi gerakan. (Budiono,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di RSUD RAA Soewondo Pati dan dilakukan. pada 1Maret 2016 sampai dengan bulan 1 April 2016.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang ilmu kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU TENTANG FAKTOR RISIKO PENYAKIT SEREBROVASKULAR TERHADAP KEJADIAN STROKE ISKEMIK ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH
HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU TENTANG FAKTOR RISIKO PENYAKIT SEREBROVASKULAR TERHADAP KEJADIAN STROKE ISKEMIK ASSOCIATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND BEHAVIOUR ABOUT RISK FACTOR OF CEREBROVASKULAR
Lebih terperinci