BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jeruk Lemon (Citrus limon burm f.) Lemon (Citrus limon) merupakan tanaman asli Asia Tenggara (Manner et al, 2006). Lemon pertama kali tumbuh di India, Burma utara dan Cina. Pada tahun 1493, Christopher Colombus membawa biji Citrus limon ke Hispaniola. Budidaya Citrus limon pertama kali di Genoa pada pertengahan abad ke 15. Pada abad ke 18 dan abad 19, Citrus limon ditanam di Florida dan California. Bagian dari tanaman Citrus limon yang sering dimanfaatkan adalah kulit buah, bunga, daun, air perasan (Sauls, 1998). Jeruk lemon (Citrus limon (L.) Burm. f.) termasuk salah satu jenis tumbuhan perdu yang banyak memiliki dahan dan ranting dengan tinggi maksimal mencapai 10 sampai 15 kaki (3-6 m). Citrus limon memiliki batang berduri, daun hijau dan lonjong, bunga berbentuk oval dan berwarna putih dengan garis-garis ungu didalamnya. Buah Citrus limon berukuran 7-12 cm dan berbentuk bulat telur dengan ujung yang runcing pada salah satu ujungnya. Kulit Citrus limon berwarna kuning terang, kadang terdapat garis berwarna hijau atau putih dan mempunyai tebal sekitar 6-10 mm. Daging buah Citrus limon berbulir, berwarna kuning pucat, terdapat sekitar 8-10 segmen, bersifat juicy dan mempunyai rasa asam (Morton, 1987, p.160). 4

2 5 Gambar 2.1 Jeruk lemon (Citrus limon burm f.) (Morton, 1987, p.160) Klasifikasi Jeruk lemon (Citrus limon burm f.) Klasifikasi botani tanaman Citrus limon menurut Manner et al, (2006, p.2) : Kingdom : Plantae Sub Kingdom : Tracheobionta Super Divisi : Spermatophyta Divisi Kelas Sub Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Magnoliophyta : Magnoliopsida-Dicotyledons : Rosidae : Sapindales : Rutaceae : Citrus : Citrus limon burm f

3 Kandungan Kimia dan Manfaat Citrus limon mengandung sejumlah asam sitrat (3,7%), minyak atsiri (2,5%), 70% limoneme penine. Citrus limon juga mengandung potassium 145 mg per 100 g lemon, bioflavonoids, dan vitamin C mg per 100 g (Chevallier, 1996, p.81). Senyawa kimia dalam buah Citrus limon (Stanway, 2011, p.8) terdiri dari: a. Asam sitrat Rumus kimia asam sitrat adalah C 6 H 8 O 7. Asam sitrat termasuk salah satu asam organik dengan nama kimia 2-hydroxy-1,2,3-propanetricarboxylic acid (Lewis, 2001, p.1205.). Kandungan asam sitrat dalam air perasan Citrus limon dapat membantu memindahkan cairan yang berlebih dari dalam jaringan ke dalam pembuluh darah, sehingga mengurangi kemampatan jaringan dan darah mengalir dengan bebas. Asam sitrat lebih cepat mengerosi enamel gigi terutama pada ph rendah, 1,5 dan 2,5. Asam ini dua kali lebih destruktif terhadap enamel gigi dari pada asam klorida ataupun asam nitrat karena afinitasnya yang tinggi terhadap kalsium. b. Asam Askorbat (vitamin C) Citrus limon juga kaya akan vitamin C. Bentuk utama vitamin C adalah asam askorbat (ascorbic acid) dengan rumus C 6 H 8 O 6 (Molina et al, 2010, p.329). Kadar vitamin C yang dibutuhkan tubuh hanya berkisar 90 mg (US) dan 75 mg (UK), sedangkan dalam satu buah Citrus limon mengandung vitamin C mg. Jadi satu buah Citrus limon dapat melengkapi kebutuhan tubuh.

4 7 c. Glucaric acid Glucaric acid dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah, mencegah kanker usus dan radang usus dengan mengeluarkan butyric acid dalam usus besar, mencegah kanker payudara, kanker prostat, kanker ovarium, mencegah pre menstruasi sindrom dengan mendorong glucoronidation dan mengurangi kadar polusi dalam tubuh. d. Polifenol Citrus limon mengandung polifenol sebagai antioksidan dan antibakteri terhadap Staphylococcus aureus, Bacillus subtillis, Salmonella typhi, Klebsiella pneumonia, dan E. coli (Kumar et al, 2011, p.5421) dan memiliki efek anti fungi Candida albicans (Kirbaslar et al, 2009, p.3212). Polifenol pada Citrus limon (Grohmann & Manthey 2001, p.3268) meliputi: 1. Flavonoid Flavonoid dalam Citrus limon menyebabkan warna kuning terang yang berguna untuk melindungi kekuatan vitamin C dengan meningkatkan absorpsi dan melindungi dari oksidasi, mengurangi kadar kolesterol sampai 40% dengan mengurangi produksi kolesterol pada liver, dapat mengurangi resiko penyakit jantung, mencegah kanker, menguatkan dinding pembuluh darah. Flavonoid yang water-soluble antara lain citrin, bioflavonoid. Kadar flavonoid paling tinggi terdapat pada kulit Citrus limon.

5 8 2. Coumarins Coumarins paling banyak terdapat pada kulit Citrus limon dan berminyak. Kadar coumarins pada kulit Citrus limon lebih tinggi daripada bulir Citrus limon. Coumarins bersifat sebagai antioksidan. 3. Limonene Limonene ditemukan pada seluruh bagian Citrus limon, namun paling banyak terdapat pada pith dan pips. Limonene menyebabkan rasa pahit pada Citrus limon. Penelitian telah membuktikan bahwa limonene dapat membantu mencegah multiplikasi sel kanker pada mulut, payudara, kulit, paru-paru, kolon. Limonene juga dapat mengurangi kadar kolesterol pada liver. 4. Tanin Tanin ditemukan pada kulit dan daun Citrus limon. Tanin berfungsi sebagai anti bakteri dan antioksidan. Tanin menyebabkan rasa Citrus limon menjadi agak pahit dan asam. 5. Fenol Fenol terdapat pada kulit, daun dan air perasan Citrus limon. Fenol berfungsi sebagai anti bakteri, antifungi dan antioksidan. Fenol pada Citrus limon dapat mengurangi kolesterol dalam darah sehingga dapat mengurangi resiko penyakit jantung. 2.2 Jaringan Keras Gigi Struktur gigi terdiri dari jaringan keras dan jaringan lunak. Jaringan keras gigi adalah jaringan yang melindungi jaringan lunak gigi, yaitu pulpa. Struktur jaringan keras terdiri dari enamel, dentin, dan sementum (Gambar 2.2). Dentin

6 9 merupakan lapisan terbesar gigi yang mengelilingi rongga pulpa, paling tebal di bagian mahkota dan menipis ke arah apeks akar gigi. Enamel melapisi mahkota gigi dan paling tipis di daerah leher. Pada akar gigi, dentin dilapisi sementum tipis yang meluas dari leher ke foramen apikal (Fawcett, 2002, p.516). Gambar 2.2 Jaringan keras gigi (Kerr & Gest. 2011) Enamel Enamel merupakan jaringan paling keras gigi dan merupakan sistem biologis kompleks yang dibentuk oleh sel-sel ameloblast dari lapisan embrional ectoderm. Satu ameloblas membentuk tiap enamel rods berdiameter 6 µm. Struktur dasar enamel terdiri dari berjuta-juta batang enamel atau enamel rods, sekitar 5 juta pada gigi insisif rahang bawah sampai 12 juta pada gigi molar rahang atas (Roberson et al, 2002, p.16). Enamel melapisi mahkota gigi dan memiliki ketebalan yang bervariasi. Ketebalan enamel semakin menipis dari insisal edge atau oklusal ke cementoenamel junction (batas antara sementum dan enamel). Ketebalan enamel sekitar 1-2 mm pada gigi permanen dan 0,5-1mm pada gigi sulung, sedangkan ketebalan enamel pada insisal ridge gigi insisif dan

7 10 kaninus 2,3-2,5 mm, dan 2-3 mm pada cusp gigi molar. Kepadatan enamel adalah sekitar 2,9 g/cm 3 (Roberson et al, 2002, p.17). Enamel memiliki komposisi struktur kristal mineral yang tinggi, terdiri dari 99% bahan anorganik yaitu hidroksi apatit (Ca 10 (PO 4 ) 6 (OH) 2 ), dan 1% bahan organik (Roberson et al, 2002, p.17). Williams & Elliot (1979, p.311) menyusun komposisi mineral enamel normal secara rinici mulai dari jumlah terbesar yaitu Ca, P, CO 2, Na, Mg, Cl dan K, hingga jumlah kecil yaitu F, Fe, Zn, Sr, Cu, Mn, Ag. Garam-garam mineral organik enamel tersusun dalam bentuk jaringanjaringan kecil yaitu terdiri dari : a. Keratin (pseudokeratin) : C 4 H 9 N 3 O 2 b. Protein : enamelins, amelogenins dan albumin) c. Kolagen : Hydroxyproline, C 5 H 9 O 3 N d. Lemak : CH 3 (CH 2 ) 2 CO 2 H e. Asam-asam amino lainnya : Aspartic acid, Threonine, Serine, Glutamic acid, Proline, Glycine, Alanine, Valine, Methionine, Isoleucine, Leucine, Tyrosine, Phenylalanine, Lysine, Histidine, Arginine. Fase mineral enamel terdiri dari kristal halus hidroksi apatit berbentuk heksagonal yang membentuk prisma berbentuk rod-like kristal bersama dengan organik material. Susunan batang enamel dimulai dari pertautan dentinenamel/dentinoenamel junction dan berakhir pada permukaan enamel. Batang enamel tersusun tegak lurus terhadap permukaan dentin dan mengikuti pola spiral menuju permukaan, yang berakhir dengan sudut hampir tegak lurus pada permukaan (Roberson et al, 2002, p.17).

8 11 Enamel gigi (Roberson et al, 2002, p.18-19) terdiri dari : 1. Gnarled enamel Gnarled enamel adalah enamel rods yang berjalan mengikuti pola spiral dan berbentuk kurva yang tidak teratur menuju ke permukaan gigi, terletak pada insisal atau oklusal dan servikal gigi. 2. Enamel tufts Enamel tufts adalah enamel rods yang hipomineralisasi, berjalan dari dentin ke enamel sepanjang mahkota gigi. Penyebaran karies terjadi pada bagian ini. 3. Enamel lamellae Bagian ini sangat lemah, terletak dari enamel menuju ke dentinoenamel junction kadang-kadang sampai ke dentin. Bagian ini mengandung bahan organik lemah, tempat masuknya bakteri, sehingga dapat menyebabkan karies gigi. 4. Enamel spindles Enamel spindles adalah proses odontoblastik dari dentinoenamel junction ke enamel. Enamel spindles sebagai reseptor rasa sakit dari enamel yang sensitif selama proses preparasi kavitas. 5. Incremental striae of Retzius Enamel rods yang tersusun linier dan menghasilkan struktur dan mineralisasi yang bervariasi. Pada potongan transversal terlihat concentric circles. Pada potongan longitudinal tampak garis melintang pada daerah cusp dan insisal, terus menurun membentuk garis miring ke servikal gigi yang berakhir pada dentinoenamel junction.

9 6. Dentinoenamel junction (DEJ) 12 Dentinoenamel junction adalah pertautan antara enamel dan dentin, hipermineralisasi dengan ketebalan 30 µm. 7. Nasmyth membrane/primary enamel cuticle Nasmyth membrane/primary enamel cuticle adalah membran inti yang melapisi gigi yang baru erupsi dan selama proses pengunyahan dan pembersihan gigi, membran diganti dengan deposit bahan organik yang disebut pelikel yang berasal dari endapan protein saliva. Enamel merupakan struktur yang memiliki modulus elastisitas tinggi dan kekuatan tarik rendah, tetapi enamel masih dapat ditembus oleh ion-ion dan molekul melalui struktur yang hipomineralisasi. Enamel dapat terlarut atau terbuka oleh karena asam, kelarutan ini meningkat pada dentinoenamel junction. Kekerasan enamel terbesar pada permukaan dan semakin berkurang pada dentinoenamel junction. Densitas enamel juga semakin berkurang pada dentinoenamel junction (Roberson et al, 2002, p.19) Sifat-sifat Enamel Enamel gigi merupakan jaringan paling stabil dalam tubuh manusia. Jaringan ini tidak mengandung persarafan, sehingga tidak terasa sakit bila terjadi kerusakan pada enamel. Bahan kimia dan faktor lingkungan dapat mengubah struktur enamel, antara lain keasaman makanan dan minuman yang akan menyebabkan keausan enamel yang disebut demineralisasi gigi. Enamel tidak mempunyai kemampuan untuk menggantikan bagian-bagiannya yang rusak. Enamel merupakan suatu unsur bradytrophes yaitu jaringan yang paling sedikit

10 13 sekali mendapat makanan, melalui mikroskop elektron tidak ditemukan saluran makanan pada enamel. Secara mikroskopis struktur enamel berpori sehingga enamel mampu dilewati oleh ion dan molekul tertentu. Ion-ion saliva dapat berdifusi masuk ke dalam enamel, sehingga semakin bertambah umur pasien, maka semakin keras enamel. Kekerasan dan ketahanan kimia enamel berbeda dari dentin, tulang dan sementum. Walaupun empat jaringan ini termineralisasi oleh hidroksiapatit, tetapi terdapat dua perbedaan penting antara enamel dan jaringan lain. Pertama, tulang, dentin, dan sementum terdiri dari 20% kolagen sedangkan enamel hanya 0.6%. Kedua, kandungan kristal apatit enamel sepuluh kali lebih besar dan lebih tebal daripada yang dikalsifikasi kolagen sehingga volume kristal enamel 1000 kali lebih besar (Lussi & Jaeggi, 2008, p.55) Kekerasan Enamel Kekerasan permukaan luar gigi berbeda-beda tergantung pada lokasinya, dan kekerasannya akan berkurang menuju ke arah dentin. Kekerasan enamel makin ke arah dentin makin berkurang. Hal ini disebabkan kandungan mineral anorganik pada dentin dan sementum lebih rendah dari enamel (Roberson et al (2002, p.17). Enamel merupakan struktur yang sangat keras dan padat, namun enamel bersifat permeabel terhadap ion-ion dan molekul yang dapat berpenetrasi sebagian atau kompleks. Enamel dapat larut ketika berkontak dengan asam, sehingga larutnya sebagian atau keseluruhan mineral enamel akan menurunkan kekerasannya (Roberson et al, 2002, p.21). Kekerasan enamel diukur dengan menggunakan alat Knoop (KHN) atau Vickers (VHN). Variasi kekerasan enamel disebabkan oleh gambaran histologi

11 14 gigi, komposisi kimiawi gigi, pembuatan sampel, beban yang digunakan pada pengukuran dan kesalahan membaca (reading error) pada intentional length (IL). Micro Vickers Hardness Tester adalah pengukuran kekerasan suatu material dengan nilai kekerasan yang kecil dengan indenasi yang lebih kecil. Rerata kekerasan enamel yang diukur berkisar VHN (O Brien, 2002, p.308) Demineralisasi Enamel Demineralisasi adalah hilangnya sebagian atau seluruh mineral enamel karena larut dalam asam. Semakin rendah ph asam maka meningkatkan ion hidrogen yang merusak hidroksiapatit enamel. ph kritis bagi hidroksiapatit adalah dibawah 5,5. Menurut Dawes, (2003, p.723) larutnya hidroksiapatit akan meningkat sepuluh kali lipat dengan setiap penurunan unit ph. Pada ph 7 larutnya hidroksiapatit sekitar 30 mg/l, sedangkan pada ph 4 sekitar 30 g/l. Demineralisasi enamel dapat disebabkan karies dan non karies. Demineralisasi non karies terdiri dari atrisi, abrasi dan erosi. Erosi dan karies gigi memiliki kesamaan dalam jenis kerusakan, yaitu demineralisasi jaringan keras gigi yang disebabkan asam, tetapi sumber asam penyebab erosi berbeda dengan karies. Erosi gigi terjadi akibat asam dari makanan-minuman, uap asam yang berasal dari industri serta asam lambung yang secara langsung berkontak dengan gigi tanpa adanya aktivitas bakteri. Karies berasal dari asam yang merupakan hasil fermentasi karbohidrat sisa-sisa makanan oleh bakteri. Perbedaan lainnya juga dapat dilihat dari morfologi dan proses terjadinya erosi dan karies. Erosi terjadi secara merata di permukaan gigi sedangkan karies lebih terlokalisasi, dengan arah kerusakan ke dalam dan memerlukan waktu yang lebih lama. Pada tahap awal,

12 15 erosi kurang disadari oleh penderita sebab tidak terjadi perubahan warna dan bukan berbentuk lubang. Gejala awal erosi adalah suatu bercak putih yang secara mikroanatomi terlihat bulat, licin, dan mengkilap. Pada tahap lanjut, semakin banyak enamel hilang, permukaan gigi semakin licin dan mengkilap serta permukaan yang membulat pada elemen gigi menjadi rata (Pintauli dan Hamada, 2008, p.22). Pada saat asam berkontak dengan enamel maka ion hidrogen pada larutan asam mulai melarutkan kristal enamel. Mula-mula, daerah selubung prisma (prisma sheath) melarut dan berlanjut ke inti prisma, membentuk permukaan yang dikenal dengan sarang lebah. Kemudian asam yang tidak berionisasi (anion) berdifusi ke dalam daerah interprismatik pada enamel gigi dan melarutkan lebih lanjut mineral pada daerah bagian bawah permukaan enamel. Struktur prisma enamel menjadi irreguler diikuti dengan derajat hilangnya enamel yang bervariasi dari satu tempat ketempat lain (Lussi & Jaeggi, 2008, p.55). Menurut Dawes (2003, p.722), apabila hidroksiapatit berkontak dengan minuman asam, reaksi yang terjadi sebagai berikut (Gambar 2.3): Presipitation Demineralisasi Ca 10 (PO 4 ) 6 (OH) 2 10 Ca PO OH - Solid Solution Gambar 2.3 Demineralisasi Enamel Gigi (Lussi, 2008)

13 16 Sejumlah kecil hidroksiapatit terurai melepaskan kalsium, fosfat, dan ion hidroksil. Pada proseus acidification (berkontak dengan asam) OH - akan diubah oleh H + menjadi H 2 0 dan PO 3-4 akan diubah menjadi HPO 2-4, yang apabila kontak dengan asam lebih lama maka akan berubah menjadi H 2 PO - 4. Ini akan menyebabkan berkurangnya OH - dan PO 4 3- pada persamaan di sebelah kanan. Apabila mencapai tahap akhir, bahan yang solid akan masuk ke dalam larutan (Fathilah dan Rahim, 2008, p.2). Kalsium merupakan unsur utama dalam struktur gigi dan demineralisasi terjadi karena lepasnya ion kalsium dari enamel gigi, maka pengaruh asam pada enamel gigi merupakan reaksi penguraian. Beberapa faktor yang mempengaruhi proses demineralisasi, yaitu jenis dan konsentrasi asam minuman yang tidak berdisosiasi, kandungan karbohidrat dalam minuman, ph dan kapasitas buffer minuman serta kandungan fosfat dan f1uor yang ada dalam minuman. Demineralisasi yang terus menerus akan membentuk pori-pori kecil pada enamel yang disebut juga porositas pada permukaan enamel yang sebelumnya tidak ada, yang dapat menyebabkan kekerasan enamel menurun (Edhie, 2005, p.61). 2.3 Uji kekerasan permukaan Kekerasan permukaan secara umum dapat didefinisikan sebagai ketahanan suatu benda terhadap daya penetrasi oleh suatu beban yang telah dispesifikasikan. Untuk mengetahui nilai kekerasan permukaan suatu benda, digunakan alat pengukur kekerasan. Secara umum, angka uji kekerasan didapatkan dengan cara membagi beban yang dijatuhkan pada spesimen dengan luas atau kedalaman area yang didapatkan, sehingga semakin kecil area, maka semakin besar angka

14 17 kekerasan dan semakin keras bahan tersebut. Semakin rendah angka kekerasan, mengindikasikan suatu bahan yang lunak. Nilai kekerasan berhubungan dengan derajat deformitas permanen suatu permukaan bahan yang di beri beban tertentu (Mc Cabe & Walls, 2008, p.145). Penggunaan jenis uji kekerasan ditentukan berdasarkan bahan yang akan diuji. Uji kekerasan dilakukan berdasarkan kemampuan permukaan bahan untuk menahan penetrasi dari bahan tertentu. Prinsip pengujian Vickers Hardness Test adalah dengan menekankan ujung penguji ke permukaan benda dengan beban dan waktu tertentu. Beban penguji berupa intan berbentuk piramida dengan sudut permukaan piramida 136, yang menunjukkan tekanan yang tinggi saat kontak dengan bahan yang diuji (Anusavice, 2003, p.97). Beban berhenti saat tekanan yang diberikan ekuivalen dengan batas elastisitas bahan uji (Mc Cabe & Walls, 2008, p.170). Setelah dilakukan uji, dilakukan perhitungan untuk mendapatkan nilai Vickers Hardness Number (VHN) dengan rumus (ADA, 1974) : HV = 1,8544 x L/d 2 Keterangan : HV : Hardness Vickers (nilai kekerasan Vickers) (kg/mm 2 ) L : Beban yang digunakan (kg) d : Panjang diagonal (mm) = (D 1 + D 2 )/2 1,8544 : 2 sin a/2 a : sudut yang dibentuk ujung penguji (136 ) Micro Vickers Hardness Tester merupakan pengukuran kekerasan suatu material dengan nilai kekerasan yang kecil dan indentasi yang lebih kecil. Beban yang digunakan adalah antara gram (Anusavice, 2003, p.98).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada jaman sekarang banyak produk-produk yang menawarkan makanan dan minuman secara instant. Promosi dari masing-masing produk tersebut telah menarik pembeli terutama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. protein, berbagai vitamin dan mineral (Widodo, 2003). Susu adalah cairan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. protein, berbagai vitamin dan mineral (Widodo, 2003). Susu adalah cairan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Susu Susu merupakan bahan pangan yang mempunyai nilai gizi tinggi karena memiliki kandungan nutrisi yang lengkap seperti laktosa, lemak, protein, berbagai vitamin

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Permasalahan. bersoda dan minuman ringan tanpa karbonasi. Minuman ringan berkarbonasi

I.PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Permasalahan. bersoda dan minuman ringan tanpa karbonasi. Minuman ringan berkarbonasi I.PENDAHULUAN A.Latar Belakang Permasalahan Saat ini konsumsi minuman ringan pada anak maupun remaja mengalami peningkatan hingga mencapai tahap yang mengkhawatirkan. Minuman ringan yang telah beredar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Struktur Gigi Desidui Gigi desidui atau lebih dikenal dengan gigi susu adalah gigi yang pertama kali muncul di rongga mulut. Gigi desidui sudah mulai berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karbohidrat dari sisa makanan oleh bakteri dalam mulut. 1

BAB I PENDAHULUAN. karbohidrat dari sisa makanan oleh bakteri dalam mulut. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Erosi merupakan suatu proses kimia dimana terjadi kehilangan mineral gigi yang umumnya disebabkan oleh zat asam. Asam penyebab erosi berbeda dengan asam penyebab karies

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karies. Hal ini dipengaruhi oleh morfologi dan kandungan mineral penyusun gigi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karies. Hal ini dipengaruhi oleh morfologi dan kandungan mineral penyusun gigi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Struktur email dan dentin pada gigi merupakan faktor penting terjadinya karies. Hal ini dipengaruhi oleh morfologi dan kandungan mineral penyusun gigi (Samaranayake,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yaitu aquades sebagai variabel kontrol dan sebagai variabel pengaruh

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yaitu aquades sebagai variabel kontrol dan sebagai variabel pengaruh BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Hasil Pengukuran Nilai Kekerasan Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui besar nilai kekerasan gigi desidui sebelum dan sesudah perendaman pada beberapa

Lebih terperinci

ANATOMI GIGI. Drg Gemini Sari

ANATOMI GIGI. Drg Gemini Sari ANATOMI GIGI Drg Gemini Sari ANATOMI GIGI Ilmu yg mempelajari susunan / struktur dan bentuk / konfigurasi gigi, hubungan antara gigi dgn gigi yang lain dan hubungan antara gigi dengan jaringan sekitarnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. minuman yang sehat bagi tubuh untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. minuman yang sehat bagi tubuh untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan dan gaya hidup sehat semakin meningkat. Salah satunya adalah adanya kecenderungan masyarakat untuk mengonsumsi makanan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Enamel Enamel dibentuk oleh sel yang disebut sebagai ameloblast, yang berasal dari lapisan embrio yang dikenal sebagai ectoderm. Enamel melapisi bentuk anatomi mahkota gigi dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang lebih bervariasi. Peristiwa ini dapat dilihat dengan konsumsi pada makanan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang lebih bervariasi. Peristiwa ini dapat dilihat dengan konsumsi pada makanan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut menjadi salah satu hal paling penting bagi kesehatan setiap masyarakat. Pada era modern seperti saat ini, masyarakat memiliki gaya hidup yang

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK GIGI YANG TERPAPAR ASAM SUNTI (Averrhoa bilimbi L)

KARAKTERISTIK  GIGI YANG TERPAPAR ASAM SUNTI (Averrhoa bilimbi L) KARAKTERISTIK EMAIL GIGI YANG TERPAPAR ASAM SUNTI (Averrhoa bilimbi L) Latar Belakang Provinsi Aceh merupakan penghasil asam sunti yang merupakan bumbu masakan seperti kuah asam keueng, tumeh eungkot sure,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu membentuk polisakarida ekstrasel dari genus Streptococcus. 1,2

BAB I PENDAHULUAN. mampu membentuk polisakarida ekstrasel dari genus Streptococcus. 1,2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Plak gigi merupakan deposit lunak yang membentuk biofilm dan melekat pada permukaan gigi atau permukaan jaringan keras lain didalam rongga mulut. Mikroflora yang terkandung

Lebih terperinci

Gambar 1. Cengkeh kering 5

Gambar 1. Cengkeh kering 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cengkeh Cengkeh (Syzygium Aromaticum) adalah tanaman asli Indonesia yang berasal dari Maluku. Tanaman perkebunan ini menyebar di Indonesia sejak tahun 1870 dan kini sudah banyak

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Hasil rata rata pengukuran kekerasan pada spesimen adalah sebagai berikut:

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Hasil rata rata pengukuran kekerasan  pada spesimen adalah sebagai berikut: 26 BAB 5 HASIL PENELITIAN Hasil rata rata pengukuran kekerasan email pada spesimen adalah sebagai berikut: Tabel 5.1. Kekerasan Email Rata-rata Microhardness Kontrol Perlakuan p Konsentrasi xylitol 20%

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dan akan berlanjut ke dalam lapisan gigi serta diikuti dengan kerusakan bahan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dan akan berlanjut ke dalam lapisan gigi serta diikuti dengan kerusakan bahan 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Etiologi Karies Karies merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi, yaitu enamel, dentin, dan sementum yang disebabkan aktifitas bakteri flora mulut yang ada dalam suatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diperhatikan, khususnya pada pertumbuhan gigi desidui anak. Banyak orang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diperhatikan, khususnya pada pertumbuhan gigi desidui anak. Banyak orang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan dan perkembangan gigi merupakan hal yang harus diperhatikan, khususnya pada pertumbuhan gigi desidui anak. Banyak orang masih menganggap bahwa gigi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 18 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Embriologi Gigi Pembentukan gigi dimulai dengan terbentuknya lamina dental dari epitel oral. Lamina dental kemudian berkembang menjadi selapis sel epitel dan berpenetrasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Taksonomi Dan Morfologi Tanaman Durian. Kingdom : Plantae ( tumbuh tumbuhan ) Divisi : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Taksonomi Dan Morfologi Tanaman Durian. Kingdom : Plantae ( tumbuh tumbuhan ) Divisi : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji ) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Durian 1. Taksonomi Dan Morfologi Tanaman Durian Menurut Rahmat Rukmana ( 1996 ) klasifikasi tanaman durian adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae ( tumbuh tumbuhan ) Divisi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Jaringan keras gigi terdiri dari enamel, dentin dan sementum. Jaringan keras

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Jaringan keras gigi terdiri dari enamel, dentin dan sementum. Jaringan keras BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Jaringan keras gigi terdiri dari enamel, dentin dan sementum. Jaringan keras tersebut pada dasarnya sama dengan jaringan tulang yang sebagian besar terdiri atas zat anorganik. Enamel

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Gigi Desidui Gigi desidui atau yang umumnya dikenal sebagai gigi susu akan erupsi secara lengkap saat anak berusia kurang lebih 2,5 tahun. Gigi desidui berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya adalah dengan menggunakan obat kumur antiseptik. Tujuan berkumur

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya adalah dengan menggunakan obat kumur antiseptik. Tujuan berkumur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karies merupakan penyakit pada gigi dan mulut yang tersebar pada masyarakat. 1 Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk mencegah karies gigi, diantaranya

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris dengan rancangan penelitian pretest and posttest control group design. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut di atas

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut di atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies gigi merupakan penyakit gigi dan mulut yang paling sering dijumpai di Indonesia. 1 Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013, menunjukkan prevalensi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Jambu Biji Merah Nama ilmiah jambu biji adalah Psidium guajava. Psidium berasal dari bahasa yunani yaitu psidium yang berarti delima, guajava

Lebih terperinci

PEMANFAATAN JENIS POHON. (Avicennia spp.) SEBAGAI BAHAN

PEMANFAATAN JENIS POHON. (Avicennia spp.) SEBAGAI BAHAN PEMANFAATAN JENIS POHON MANGROVE API-API (Avicennia spp.) SEBAGAI BAHAN PANGAN DAN OBAT-OBATAN Ketua : Dr. Ir. Cahyo Wibowo, MScF. Anggota : 1. Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS. 2. Dr. Ir. Ani Suryani,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cukup tinggi. Menurut hasil Riskesdas tahun 2013, indeks DMF-T Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cukup tinggi. Menurut hasil Riskesdas tahun 2013, indeks DMF-T Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prevalensi terjadinya karies di Indonesia masih menunjukkan angka yang cukup tinggi. Menurut hasil Riskesdas tahun 2013, indeks DMF-T Indonesia sebesar 4,6, yang memiliki

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Ketahanan fraktur gigi berbeda antara enamel dengan dentin akibat adanya perbedaan komposisi yang terkandung dalam kedua jaringan keras tersebut. Komposisi enamel terbesar tersusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mulut yang memiliki prevalensi tinggi di masyarakat pada semua

BAB I PENDAHULUAN. dan mulut yang memiliki prevalensi tinggi di masyarakat pada semua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karies dan penyakit periodontal merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang memiliki prevalensi tinggi di masyarakat pada semua kelompok umur di Indonesia (Tampubolon,

Lebih terperinci

Telur. Titis Sari Kusuma. Ilmu Bahan Makanan-Telur

Telur. Titis Sari Kusuma. Ilmu Bahan Makanan-Telur Telur Titis Sari Kusuma Ilmu Bahan Makanan-Telur 1 MACAM TELUR Ilmu Bahan Makanan-Telur 2 TELUR Nilai gizi telur sangat lengkap, sumber protein yang baik, kadarnya sekitar 14%, >> tiap butir telur akan

Lebih terperinci

PRODUK LEBAH MADU PROPOLIS ROYAL JELLY POLLEN

PRODUK LEBAH MADU PROPOLIS ROYAL JELLY POLLEN PRODUK LEBAH MADU PROPOLIS ROYAL JELLY POLLEN MADU MADU ADALAH SUBSTANSI PEMANIS BUATAN ALAMI YANG DIPRODUKSI OLEH LEBAH MADU YANG BERASAL DARI BEBERAPA BUNGA ATAU SEKRESI TUMBUHAN. Kandungan Madu Gula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh, baik bagi anak-anak, remaja maupun orang dewasa. 1,2

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh, baik bagi anak-anak, remaja maupun orang dewasa. 1,2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Susu adalah salah satu hasil ternak yang dikenal sebagai bahan makanan yang memilki nilai gizi tinggi. Kandungan zat gizi susu dinilai lengkap dan dalam proporsi seimbang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dekade terakhir, sebanyak 80% orang didunia bergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dekade terakhir, sebanyak 80% orang didunia bergantung pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam dekade terakhir, sebanyak 80% orang didunia bergantung pada pengobatan tradisional untuk perawatan kesehatan mereka. Salah satu tanaman obat yang digunakan

Lebih terperinci

Metabolisme Protein - 2

Metabolisme Protein - 2 Protein Struktur asam amino Asam amino essensial Metabolisme asam amino Pengaruh hormon dalam metabolisme asam amino Anabolisme asam amino Katabolisme asam amino Keseimbangan nitrogen Siklus urea Perubahan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saliva Saliva adalah cairan kompleks yang diproduksi oleh kelenjar saliva dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mempertahankan keseimbangan ekosistem di dalam rongga

Lebih terperinci

BAB 2 PENGARUH PLAK TERHADAP GIGI DAN MULUT. Karies dinyatakan sebagai penyakit multifactorial yaitu adanya beberapa faktor yang

BAB 2 PENGARUH PLAK TERHADAP GIGI DAN MULUT. Karies dinyatakan sebagai penyakit multifactorial yaitu adanya beberapa faktor yang BAB 2 PENGARUH PLAK TERHADAP GIGI DAN MULUT Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies. Karies dinyatakan sebagai penyakit multifactorial yaitu adanya beberapa faktor yang menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia merupakan hal yang perlu mendapat perhatian serius oleh tenaga kesehatan, baik dokter gigi maupun perawat gigi, hal ini

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini sampel komposit hidroksiapatit-gelatin dibuat menggunakan metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 hari, 1 hari, 7 hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 90% dari populasi dunia. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen

BAB I PENDAHULUAN. 90% dari populasi dunia. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit periodontal merupakan penyakit yang umum terjadi dan mengenai 90% dari populasi dunia. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan RI tahun 2001

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Manggis dan Syarat Tumbuh Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah berupa pohon yang banyak tumbuh secara alami pada hutan tropis di kawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies gigi merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu email, dentin dan sementum, yang disebabkan oleh aktifitas berbagai mikroorganisme yang ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. EMAIL 2.1.1. Komposisi Email Email yang berasal dari lapisan epitel ektodermal adalah lapisan terluar gigi yang hanya menyelubungi mahkota gigi, dan merupakan struktur terkeras

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. prevalensi yang terus meningkat akibat fenomena perubahan diet (Roberson dkk.,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. prevalensi yang terus meningkat akibat fenomena perubahan diet (Roberson dkk., I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karies gigi merupakan penyakit kronis paling umum di dunia dengan prevalensi yang terus meningkat akibat fenomena perubahan diet (Roberson dkk., 2002). Di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. alat Micro Vickers Hardness Tester. Alat tersebut bekerja dengan cara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. alat Micro Vickers Hardness Tester. Alat tersebut bekerja dengan cara BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Kekerasan Email Uji kekerasan dilakukan untuk mengetahui nilai kekerasan email gigi desidui dengan TAF dan tanpa TAF sebelum dan sesudah perendaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. insisif, premolar kedua dan molar pada daerah cervico buccal.2

BAB I PENDAHULUAN. insisif, premolar kedua dan molar pada daerah cervico buccal.2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipersensitivitas dentin merupakan salah satu masalah gigi yang paling sering dijumpai. Hipersensitivitas dentin ditandai sebagai nyeri akibat dentin yang terbuka jika

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi tanaman jeruk nipis 1. Klasifikasi Klasifikasi jeruk nipis menurut (Sarwono,2001) adalah sebagai berikut : Regnum Devisi Sub Divisi Class Subclass Ordo Family Genus

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Karies Gigi dan S-ECC Karies gigi merupakan penyakit infeksi pada jaringan keras gigi yang menyebabkan demineralisasi. Demineralisasi terjadi akibat kerusakan jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manfaat yang maksimal, maka ASI harus diberikan sesegera mungkin setelah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manfaat yang maksimal, maka ASI harus diberikan sesegera mungkin setelah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ASI atau Air Susu Ibu merupakan makanan terbaik untuk bayi dan tidak ada satupun makanan lain yang dapat menggantikan ASI. Untuk mendapatkan manfaat yang maksimal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan gigi dan mulut dengan asupan nutrisi (Iacopino, 2008). Diet yang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan gigi dan mulut dengan asupan nutrisi (Iacopino, 2008). Diet yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang memerlukan penanganan secara komprehensif dikarenakan latar belakangnya yang berdimensi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Secara klinis gigi terdiri dari mahkota gigi dan akar gigi. Mahkota gigi merupakan bagian gigi yang menonjol di atas gingiva, dilihat dari potongan melintang, mahkota gigi terdiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian ph dan Saliva 1. PH Hasil kali ( produk ) ion air merupakan dasar bagi skala ph, yaitu cara yang mudah untuk menunjukan konsentrasi nyata H + ( dan juga OH - ) didalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. di saluran akar gigi. Bakteri ini bersifat opportunistik yang nantinya bisa menyebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. di saluran akar gigi. Bakteri ini bersifat opportunistik yang nantinya bisa menyebabkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Enterococcus faecalis merupakan mikroorganisme normal yang bisa ditemukan di saluran akar gigi. Bakteri ini bersifat opportunistik yang nantinya bisa menyebabkan terjadinya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi dan mulut di Indonesia. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi dan mulut di Indonesia. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karies gigi merupakan penyakit kronik yang paling sering ditemukan di dunia (Roberson dkk., 2002). Karies menempati urutan tertinggi dalam penyakit gigi dan mulut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. occidentale L.) seluas ha, tersebar di propinsi Sulawesi. Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur,

BAB I PENDAHULUAN. occidentale L.) seluas ha, tersebar di propinsi Sulawesi. Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki areal perkebunan jambu mete (Anacardium occidentale L.) seluas 560.813 ha, tersebar di propinsi Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar yang terjadi tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. Penyakit infeksi ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bentuk jeruk purut bulat dengan tonjolan-tonjolan, permukaan kulitnya kasar

I. PENDAHULUAN. Bentuk jeruk purut bulat dengan tonjolan-tonjolan, permukaan kulitnya kasar I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jeruk purut (Citrus hystrix D. C.) merupakan tanaman buah yang banyak ditanam oleh masyarakat Indonesia di pekarangan atau di kebun. Bentuk jeruk purut bulat dengan tonjolan-tonjolan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mulut merupakan tempat yang ideal untuk tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme karena mulut memiliki kelembaban serta memiliki asupan makanan yang teratur. Mikroba

Lebih terperinci

10/30/2015. Protein adalah makromolekul. Mereka dibangun dari satu atau lebih rantai asam amino. Protein dapat mengandung asam amino.

10/30/2015. Protein adalah makromolekul. Mereka dibangun dari satu atau lebih rantai asam amino. Protein dapat mengandung asam amino. Protein Struktur asam Asam essensial Metabolisme asam Pengaruh hormon dalam metabolisme asam Anabolisme asam Katabolisme asam Keseimbangan nitrogen Siklus urea Perubahan rangka karbon asam menjadi zat

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN BAB 5 HASIL PENELITIAN Gambar 5.1. Elektromikrograf Permukaan Email Gigi Kontrol Negatif dari Sampel Email Gigi Premolar (Spesimen yang sama digunakan pada Gambar 5.2.) dengan identifikasi SEM pada perbesaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Madu merupakan salah satu sumber makanan yang baik. Asam amino,

BAB I PENDAHULUAN. Madu merupakan salah satu sumber makanan yang baik. Asam amino, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Madu merupakan salah satu sumber makanan yang baik. Asam amino, karbohidrat, protein, beberapa jenis vitamin serta mineral adalah zat gizi dalam madu yang mudah diserap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Gigi a. Anatomi gigi Struktur gigi terdiri dari mahkota dan akar. Mahkota merupakan struktur yang terdapat di atas gingiva dan akar gigi merupakan strukur yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kelompok mikroba di dalam rongga mulut dan dapat diklasifikasikan. bakteri aerob, anaerob, dan anaerob fakultatif.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kelompok mikroba di dalam rongga mulut dan dapat diklasifikasikan. bakteri aerob, anaerob, dan anaerob fakultatif. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Flora oral terdiri dari beragam populasi mikroba di antaranya bakteri, jamur, mikoplasma, protozoa, dan virus yang ditemukan dari waktu ke waktu. Bakteri merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Jaringan keras gigi terdiri dari enamel, dentin dan sementum. Jaringan keras tersebut pada dasarnya sama dengan jaringan tulang yang sebagian besar terdiri atas zat anorganik. Enamel

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi Tanaman Pisang. Menurut Cronquist (1981) Klasifikasi tanaman pisang kepok adalah sebagai. berikut: : Plantae

TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi Tanaman Pisang. Menurut Cronquist (1981) Klasifikasi tanaman pisang kepok adalah sebagai. berikut: : Plantae 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Tanaman Pisang Menurut Cronquist (1981) Klasifikasi tanaman pisang kepok adalah sebagai berikut: Regnum Divisio Classis Ordo Familya Genus : Plantae : Magnoliophyta

Lebih terperinci

Gambar 1. Kelenjar saliva 19

Gambar 1. Kelenjar saliva 19 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saliva Saliva adalah cairan yang terdiri atas sekresi yang berasal dari kelenjar saliva dan cairan sulkus gingiva. 90% dari saliva dihasilkan oleh kelenjar saliva mayor yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas mikroorganisme yang menyebabkan bau mulut (Eley et al, 2010). Bahan yang

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas mikroorganisme yang menyebabkan bau mulut (Eley et al, 2010). Bahan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan obar kumur memiliki banyak manfaat bagi peningkatan kesehatan gigi dan mulut. Obat kumur digunakan untuk membersihkan mulut dari debris atau sisa makanan,

Lebih terperinci

Artikel Kimia tentang Peranan Larutan Penyangga

Artikel Kimia tentang Peranan Larutan Penyangga Artikel Kimia tentang Peranan Larutan Penyangga A. PENGERTIAN Larutan penyangga atau dikenal juga dengan nama larutan buffer adalah larutan yang dapat mempertahankan nilai ph apabila larutan tersebut ditambahkan

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1. KOMPOSISI KALSIUM Hasil rata rata pengukuran komposisi kalsium pada sampel adalah sebagai berikut: Tabel 5. 1. Rata rata komposisi kalsium email Kontrol Perlakuan p Konsentrasi

Lebih terperinci

FOSFOR A. KELIMPAHAN FOSFOR

FOSFOR A. KELIMPAHAN FOSFOR FOSFOR A. KELIMPAHAN FOSFOR Fosfor termasuk unsur bukan logam yang cukup reaktif, sehingga tidak ditemukan di alam dalamkeadaan bebas. Fosfor berasal dari bahasa Yunani, phosphoros, yang berarti memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penting dalam proses reparasi gigi baik pada perawatan endodontik maupun

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penting dalam proses reparasi gigi baik pada perawatan endodontik maupun I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembuatan kavitas pada gigi merupakan salah satu proses yang sangat penting dalam proses reparasi gigi baik pada perawatan endodontik maupun preparasi gigi lainnya (Tarigan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Famili ini memiliki sekitar 90 genus dan sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Streptococcus mutans merupakan bakteri gram positif golongan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Streptococcus mutans merupakan bakteri gram positif golongan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Streptococcus mutans merupakan bakteri gram positif golongan Streptococcus viridans yang dapat mengeluarkan toksin sehingga sel-sel pejamu rusak dan bersifat aerob serta

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Setiap individu terdapat 20 gigi desidui dan 32 gigi permanen yang. 2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Setiap individu terdapat 20 gigi desidui dan 32 gigi permanen yang. 2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Setiap individu terdapat 20 gigi desidui dan 32 gigi permanen yang berkembang dari interaksi antara sel epitel rongga mulut dan sel bawah mesenkim. Setiap gigi berbeda secara anatomi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Nikaragua. Bersama pelayar-pelayar bangsa Portugis di abad ke 16, tanaman ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Nikaragua. Bersama pelayar-pelayar bangsa Portugis di abad ke 16, tanaman ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pepaya (Carica Papaya) merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Tropis. Pusat penyebaran tanaman diduga berada dibagian selatan Meksiko dan Nikaragua. Bersama pelayar-pelayar

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. ditutupi oleh enamel sedangkan radiks oleh sementum. Gigi dari luar ke dalam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. ditutupi oleh enamel sedangkan radiks oleh sementum. Gigi dari luar ke dalam BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Tiap gigi terdiri dari mahkota (korona) dan juga radiks (akar). Korona ditutupi oleh enamel sedangkan radiks oleh sementum. Gigi dari luar ke dalam merupakan lapisan-lapisan dengan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. sumber protein hewani selain daging. Telur tidak hanya dijual dalam keadaan. sekarang banyak olahan telur yang menggunakan telur puyuh.

PENDAHULUAN. sumber protein hewani selain daging. Telur tidak hanya dijual dalam keadaan. sekarang banyak olahan telur yang menggunakan telur puyuh. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Telur adalah bahan pangan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat dunia. Telur yang dikonsumsi dapat berasal dari berbagai unggas, umumnya yaitu ayam, itik dan puyuh. Telur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Rongga mulut manusia tidak pernah terlepas dari bakteri. Dalam rongga mulut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Rongga mulut manusia tidak pernah terlepas dari bakteri. Dalam rongga mulut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Rongga mulut manusia tidak pernah terlepas dari bakteri. Dalam rongga mulut manusia terdapat lebih dari tiga ratus spesies bakteri (Wilson dan Kornman,

Lebih terperinci

ASAM, BASA DAN GARAM

ASAM, BASA DAN GARAM ASAM, BASA DAN GARAM Larutan terdiri dari zat terlarut (solute) dan pelarut (solvent). Dalam suatu larutan, jumlah pelarut lebih banyak dibandingkan jumlah zat terlarut. Penggolongan larutan dapat juga

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dan kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA. dan kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Tanaman Pisang Pisang (Musa spp.) merupakan tanaman yang berasal dari Asia Tenggara dan kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia (Prihatman,2000).

Lebih terperinci

J. Gaji dan upah Peneliti ,- 4. Pembuatan laporan ,- Jumlah ,-

J. Gaji dan upah Peneliti ,- 4. Pembuatan laporan ,- Jumlah ,- Anggaran Tabel 2. Rencana Anggaran No. Komponen Biaya Rp 1. Bahan habis pakai ( pemesanan 2.500.000,- daun gambir, dan bahan-bahan kimia) 2. Sewa alat instrument (analisa) 1.000.000,- J. Gaji dan upah

Lebih terperinci

UJI DAYA REDUKSI EKSTRAK DAUN DEWANDARU (Eugenia uniflora L.) TERHADAP ION FERRI SKRIPSI

UJI DAYA REDUKSI EKSTRAK DAUN DEWANDARU (Eugenia uniflora L.) TERHADAP ION FERRI SKRIPSI UJI DAYA REDUKSI EKSTRAK DAUN DEWANDARU (Eugenia uniflora L.) TERHADAP ION FERRI SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai Derajat Sarjana Farmasi (S. Farm) Progam Studi Ilmu Farmasi pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumbuhan Mangrove Excoecaria agallocha 2.1.1 Klasifikasi Excoecaria agallocha Klasifikasi tumbuhan mangrove Excoecaria agallocha menurut Cronquist (1981) adalah sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB II KEADAAN JARINGAN GIGI SETELAH PERAWATAN ENDODONTIK. endodontik. Pengetahuan tentang anatomi gigi sangat diperlukan untuk mencapai

BAB II KEADAAN JARINGAN GIGI SETELAH PERAWATAN ENDODONTIK. endodontik. Pengetahuan tentang anatomi gigi sangat diperlukan untuk mencapai BAB II KEADAAN JARINGAN GIGI SETELAH PERAWATAN ENDODONTIK Dokter gigi saat merawat endodontik membutuhkan pengetahuan tentang anatomi dari gigi yang akan dirawat dan kondisi jaringan gigi setelah perawatan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin (SIKMR) ionomer kaca. Waktu kerja yang singkat dan waktu pengerasan yang lama pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin (SIKMR) ionomer kaca. Waktu kerja yang singkat dan waktu pengerasan yang lama pada 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin (SIKMR) SIKMR merupakan modifikasi dari semen ionomer kaca dan monomer resin sehingga bahan ini memiliki sifat fisis yang lebih baik dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Anak Usia Prasekolah Anak prasekolah adalah anak yang berusia antara tiga sampai enam tahun (Patmonodewo, 1995). Perkembangan fisik yang terjadi pada masa ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karies adalah penyakit jaringan keras gigi, yaitu enamel, dentin dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karies adalah penyakit jaringan keras gigi, yaitu enamel, dentin dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karies adalah penyakit jaringan keras gigi, yaitu enamel, dentin dan sementum, yang disebabkan oleh aktivitas mikroba dalam suatu karbohidrat yang dapat difermentasikan.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pada saat jagung berkecambah, akar tumbuh dari calon akar yang berada dekat ujung biji yang menempel pada janggel, kemudian memanjang dengan diikuti oleh akar-akar samping.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan 4 TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur-unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman (Hadisuwito, 2008). Tindakan mempertahankan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Teh sarang semut merupakan salah satu jenis teh herbal alami yang terbuat

BAB I PENDAHULUAN. Teh sarang semut merupakan salah satu jenis teh herbal alami yang terbuat IX-xi BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Teh sarang semut merupakan salah satu jenis teh herbal alami yang terbuat dari bahan utama yaitu tumbuhan umbi yang digunakan oleh semut sebagai sarang sehingga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kubis adalah kalori (25,0 kal), protein (2,4 g), karbohidrat (4,9 g), kalsium (22,0

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kubis adalah kalori (25,0 kal), protein (2,4 g), karbohidrat (4,9 g), kalsium (22,0 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kubis (Brassica oleracea L.) merupakan jenis sayuran yang sebagian besar daunnya bewarna hijau pucat dengan bentuk bulat serta lonjong. Sayuran ini mengandung vitamin

Lebih terperinci

Kingdom : Plantae. Divisi : Spermatophyta. Class : Dicotyledoneae. Ordo : Cistales. Famili : Caricaceae. Genus : Carica. Spesies : Carica papayal.

Kingdom : Plantae. Divisi : Spermatophyta. Class : Dicotyledoneae. Ordo : Cistales. Famili : Caricaceae. Genus : Carica. Spesies : Carica papayal. Tanaman pepaya merupakan herba menahun dan tingginya mencapai 8 m. Batang tak berkayu, bulat, berongga, bergetah dan terdapat bekas pangkal daun. Dapat hidup pada ketinggian tempat 1m-1.000m dari permukaan

Lebih terperinci

A. Anatomi dan morfologi Gigi Permanen 1. Gigi Incisivus Tetap Pertama Atas

A. Anatomi dan morfologi Gigi Permanen 1. Gigi Incisivus Tetap Pertama Atas A. Anatomi dan morfologi Gigi Permanen 1. Gigi Incisivus Tetap Pertama Atas Gigi Incisivus sentral atas adalah gigi kesatu di rahang atas, yang terletak dikiri kanan dari garis tengah / median (Itjingningsh,

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1. Tanaman Gandum Tanaman gandum (Triticum aestivum L) merupakan jenis dari tanaman serealia yang mempunyai tektur biji yang keras dan bijinya terdiri dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. golongan usia (Tarigan, 1993). Di Indonesia penderita karies sangat tinggi (60-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. golongan usia (Tarigan, 1993). Di Indonesia penderita karies sangat tinggi (60- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karies gigi merupakan penyakit yang sering dijumpai di rongga mulut sehingga menjadi masalah utama kesehatan gigi dan mulut (Tampubolon, 2005). Karies gigi terjadi pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kalsium merupakan kation dengan fosfat sebagai anionnya, absorbsi

I. PENDAHULUAN. Kalsium merupakan kation dengan fosfat sebagai anionnya, absorbsi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kalsium merupakan kation dengan fosfat sebagai anionnya, absorbsi keduanya tergantung pada konsentrasi dalam plasma darah. Metabolisme ion kalsium dan fosfat dalam tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu cermin dari kesehatan manusia, karena merupakan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu cermin dari kesehatan manusia, karena merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rongga mulut merupakan tempat masuknya berbagai zat yang dibutuhkan oleh tubuh dan salah satu bagian di dalamnya ada gigi yang berfungsi sebagai alat mastikasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat Indonesia. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat Indonesia. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karies gigi merupakan salah satu penyakit yang paling sering dialami oleh masyarakat Indonesia. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 yang dilakukan oleh Departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ata terbaru yang dikeluarkan Departemen Kesehatan (Depkes) Republik

BAB I PENDAHULUAN. ata terbaru yang dikeluarkan Departemen Kesehatan (Depkes) Republik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang ata terbaru yang dikeluarkan Departemen Kesehatan (Depkes) Republik Indonesia (RI) dari Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) menunjukkan terjadi peningkatan prevalensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi merupakan masalah yang paling banyak dijumpai pada kehidupan sehari-hari. Kasus infeksi disebabkan oleh bakteri atau mikroorganisme patogen yang masuk

Lebih terperinci