PRALAKUAN KOAGULASI DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR DENGAN MEMBRAN: PENGARUH WAKTU PENGADUKAN PELAN KOAGULAN ALUMINIUM SULFAT TERHADAP KINERJA MEMBRAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PRALAKUAN KOAGULASI DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR DENGAN MEMBRAN: PENGARUH WAKTU PENGADUKAN PELAN KOAGULAN ALUMINIUM SULFAT TERHADAP KINERJA MEMBRAN"

Transkripsi

1 PRALAKUAN KOAGULASI DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR DENGAN MEMBRAN: PENGARUH WAKTU PENGADUKAN PELAN KOAGULAN ALUMINIUM SULFAT TERHADAP KINERJA MEMBRAN Eva Fathul Karamah, Andrie Oktafauzan Lubis Program Studi Teknik Kimia, Departemen Teknik Gas & Petrokimia Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia Abstrak Untuk memperpanjang umur membran dan meningkatkan kinerja pemisahan membran mikrofiltrasi dalam pengolahan air bersih, perlu dilakukan pralakuan koagulasi-flokulasi pada umpan membran. Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses koagulasi-flokulasi dan akhirnya juga berpengaruh terhadap kinerja membran adalah waktu pengadukan pelan koagulan. Pada penelitian ini divariasikan waktu pengadukan pelan yaitu selama 5, 1, 15, 2 dan 25 menit. Umpan proses memiliki derajat keasaman (ph) 7,3, kadar padatan terlarut (TDS) antara mg/l dan kandungan zat organik (COD) antara mg/l. Koagulan yang digunakan adalah aluminium sulfat dengan dosis 5 ppm. Efektifitas koagulasi dan kinerja membran mikrofiltrasi meningkat dengan penambahan waktu pengadukan pelan hingga dicapai waktu pengadukan pelan optimum. Waktu pengadukan optimum yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah selama 1 menit, yang menghasilkan harga maksimum pada efektifitas koagulasi dan kinerja membran selama 4 jam operasi sebagai berikut : Efektifitas koagulasi berdasarkan penurunan TDS : 45,1 % Efektifitas koagulasi berdasarkan penurunan COD : 39 % Fluks permeat :,16 m 3 /m 2.jam Persen rejeksi terhadap kadar TDS : 35 % Persen rejeksi terhadap kadar COD : 39 % Pada waktu pengadukan yang lebih besar dari waktu pengadukan optimum, efektifitas koagulasi, dan kinerja membran mikrofiltrasi akan turun dikarenakan pecahnya flok yang telah terbentuk. Kata kunci: mikrofiltrasi, pengolahan air, koagulasi, aluminium sulfat, pengadukan pelan Abstract To prolong membrane s lifetime and improve its removal performances in the water treatment process, the microfiltration feed has to be pretreated by coagulation-flocculation. The successful coagulation-flocculation and finally the membrane s performance are strongly influenced by time of coagulant slow mixing. In this research, the time of this slow mixing is varied from 5, 1, 15, 2 and 25 minutes. The feed water ph is 7,3, with Total Dissolved Solid (TDS) of mg/l and Chemical Oxygen Demand (COD) of mg/l. The coagulant that is used is 5 ppm dosage of Aluminum Sulphate. Coagulation effectivity and microfiltration membrane performances increase with increasing time of slow mixing until the optimum time is reached. The optimum time resulted from this research is 1 minutes, which give the maximum coagulation effectivity and the best membrane performances for 4 hours of operating time, those are: Coagulation effectivity based on TDS removal : 45,1 % Coagulation effectivity based on COD reduction : 39 % Permeate flux :,16 m 3 /m 2.hour Rejection percent based on TDS : 35 % Rejection percent based on COD : 39 % At the longer time of slow mixing than the optimum one, both coagulation effectivity and microfiltration membrane s performances will decrease because of the flocs break out. Key word: microfiltration, water treatment, coagulation, aluminium sulphate, slow mixing

2 1. Pendahuluan Air bersih menjadi salah satu kebutuhan yang mendasar bagi kehidupan manusia. Air bersih yang memenuhi standar atau persyaratan kesehatan adalah air minum yang tidak berbau, berwarna dan berasa serta memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan. Proses membran, yang bekerja berdasarkan prinsip melewatkan sebagian material dan menahan sebagian material lainnya, merupakan pilihan proses yang menawarkan beberapa keuntungan, yaitu kebutuhan biaya operasi dan konsumsi energi yang relatif lebih rendah karena tidak terjadi perubahan fasa komponen yang membutuhkan energi yang besar, sehingga komponen-komponen yang sensitif terhadap panas tidak menjadi rusak. Selain itu proses membran umumnya tidak memerlukan bahan kimia, prosesnya sangat mudah, dan proses pemisahan dapat berlangsung lebih cepat. Salah satu membran yang biasanya digunakan dalam proses pengolahan air bersih adalah membran mikrofiltrasi, yang cocok untuk menahan suspensi dan emulsi, juga untuk memisahkan partikel (bakteri dan ragi). Selain itu, harga membran mikrofiltrasi lebih murah, juga membutuhkan tekanan operasi yang lebih kecil, yaitu kurang dari 2 bar, sehingga membutuhkan alat pendukung/utilitas yang lebih sedikit (Mulder, 1991). Kontras dengan kemampuannya memisahkan partikel, mikroba dan bakteri, membran mikrofiltrasi kurang efektif untuk memisahkan pengotor berupa koloid. Hal ini dikarenakan oleh sifat koloid yang stabil sehingga susah diendapkan, juga karena ukuran koloid umumnya lebih kecil dari pori membran mikrofiltrasi, yang dapat menimbulkan masalah fouling pada membran. Untuk mengatasi masalah ini maka proses mikrofiltrasi dalam pengolahan air bersih harus dipadukan dengan proses pralakuan yang salah satunya adalah koagulasi-flokulasi. Koagulasi adalah metode untuk menghilangkan bahan-bahan limbah dalam bentuk koloid, dengan menambahkan koagulan. Dengan koagulasi, partikel-partikel koloid akan saling menarik dan menggumpal membentuk flok (Suryadiputra, 1995). Flokulasi terjadi setelah koagulasi dan berupa pengadukan pelan pada air limbah. Dengan mengendapnya koloid, diharapkan laju fouling yang terjadi pada membran akan berkurang, sehingga penggunaan mikrofiltrasi dalam proses pengolahan air bersih menjadi layak untuk dilakukan. Koagulan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alumunium sulfat (Al 2 (SO 4 ) 3 ). Dalam penelitian ini, dilakukan variasi waktu lamanya pengadukan pelan pada proses flokulasi. Parameter yang digunakan dalam mengukur kualitas air bersih sangat banyak, akan tetapi dalam penelitian ini parameter yang digunakan untuk mengukur kualitas air bersih adalah TDS (Total Dissolved Solid) dan COD (Chemical Oxygen Demand). 2. Penelitian Penelitian dilakukan menurut tahapan seperti digambarkan pada Gambar 1. Skema alat yang digunakan dalam penelitian ditampilkan pada Gambar 2. Air yang digunakan sebagai air umpan untuk proses ini berasal dari danau UI, yang terletak di belakang Fakultas Teknik UI. Pengambilan air umpan dilakukan pada pukul 14.2 WIB. Air umpan ini memiliki derajat keasaman (ph) 7,3. Kandungan awal padatan terlarut (Total Dissolved Solid, TDS) pada air umpan berkisar antara mg/l. Sedangkan kandungan zat organiknya (COD, Chemical Oxygen Demand) antara mg/l. Membran yang digunakan dalam penelitian ini adalah membran mikrofiltrasi dengan polimer polipropilen sebagai bahan penyusunnya. Tekanan operasi yang digunakan adalah sebesar 1 cmhg ( ±,135 bar). Membran yang digunakan memiliki spesifikasi sebagai berikut : Diproduksi oleh Memcor Australia, Pty Material/jenismodul : polypropilene/hollow fibre Diameter luar : m Diameter dalam : m Ukuran pori :,2.1-6 m Panjang aktif :,45 m Ukuran modul : Panjang modul : 62 cm Diameterdalam:,5 inch Jumlah fiber membran /modul: 5 Pada penelitian ini, proses koagulasi-flokulasi terdiri dari dua tahap besar, yaitu penambahan koagulan aluminium sulfat (Al 2 (SO 4 ) 3.18H 2 O) dan pengadukan campuran koagulan-air umpan, yang terdiri dari pengadukan cepat dan pengadukan pelan.

3 Pengambilan Air Baku di Danau UI Analisis Air sebelum koagulasi (TDS dan COD) Proses Koagulasi (variasi waktu pengadukan koagulan) Analisis Umpan Membran (TDS dan COD) Proses Mikrofiltrasi Dengan Membran Polypropilene Analisis Kualitas Hasil Olahan (TDS dan COD) Pengolahan Data Gambar 1. Diagram Alir Penelitian Reservoir 1 Drain Valve Valve 1 Valve 4 Recycle Line Membran Manometer P Valve 2 Reservoir 2 Valve 3 Flow meter Pompa Permeate Gambar 2. Skema Alat Penelitian Dosis koagulan aluminium sulfat (Al 2 (SO 4 ) H 2 O) yang digunakan adalah sebesar 5 ppm, yang merupakan dosis optimum koagulan aluminium sulfat (Al 2 (SO 4 ) H 2 O) yang sering digunakan dalam proses pengolahan air minum. Aluminium sulfat (Al 2 (SO 4 ) H 2 O) ditambahkan sebanyak 1 gram ke dalam 2 liter air umpan awal yang berada dalam keadaan basa (ph 7,3). Pengadukan campuran dibagi menjadi dua berdasarkan kecepatan pengadukannya, yaitu pengadukan cepat, dengan kecepatan 12 rpm dan pengadukan pelan dengan kecepatan 4 rpm (Water Specialist Technologies, LLC). Pengadukan cepat dilakukan selama 2 menit yang dihitung semenjak penambahan koagulan. Pengadukan cepat ini bertujuan untuk menghasilkan dispersi yang seragam dari partikel-partikel koloid, dan untuk meningkatkan kesempatan partikel untuk kontak dan bertumbukan satu sama lain. Pengadukan pelan dilakukan dengan waktu pengadukan yang divariasikan, mulai dari 5, 1, 15, 2, hingga 25 menit, yang dimulai tepat setelah pengadukan cepat selesai. Pengadukan pelan ini bertujuan

4 menggumpalkan partikel-partikel terkoagulasi berukuran mikro menjadi partikel-partikel flok yang lebih besar. Flok-flok ini kemudian akan beragregasi/ berkumpul dengan partikel-partikel tersuspensi lainnya (Duliman, 1998). Setelah pengadukan pelan selesai flok-flok yang terbentuk dibiarkan mengendap selama 3 menit. Setelah proses pralakuan koagulasi-flokulasi selesai, derajat keasaman (ph) air umpan mikrofiltrasi turun dari 7,3 menjadi 6,5. Selanjutnya air umpan jernih hasil koagulasi dialirkan ke reservoir kedua agar terpisah dari endapanendapan yang terbentuk. Air inilah yang kemudian akan diumpankan pada proses mikrofiltrasi oleh membran. 3. Hasil dan Pembahasan Aspek-aspek yang dibahas mengenai pengaruh waktu pengadukan pelan pada pralakuan koagulasi adalah efektifitas proses koagulasi-flokulasi terhadap penyisihan padatan terlarut dan zat organik dari air umpan. Sedangkan pada aspek kinerja membran mikrofiltrasi, dibahas pengaruh waktu pengadukan pelan koagulan terhadap fluks permeasi dan % rejeksi membran berdasarkan TDS dan COD-nya. 3.1 Efektifitas Koagulasi Pada bagian ini dibahas efektifitas pralakuan koagulasi pada proses pengolahan air bersih. Aspek yang ditinjau adalah pengaruh variasi waktu pengadukan pelan koagulan terhadap efektifitas koagulasi, yang dinyatakan sebagai % penyisihan berdasarkan parameter TDS dan COD pada tiap variasi waktu. % Efektifitas Koagulasi (TDS) Waktu pengadukan koagulan (menit) % Efektifitas Koagulasi (COD) Waktu Pengadukan Koagulan (menit) Gambar 3. Efektifitas koagulasi pada pemisahan TDS Gambar 4. Efektifitas koagulasi pada pemisahan COD Efektifitas koagulasi berdasarkan TDS Efektifitas koagulasi berdasarkan TDS menyatakan persen penyisihan padatan terlarut (dissolved solid) akibat proses koagulasi. Efektifitas koagulasi berdasarkan TDS dihitung dengan persamaan berikut : %EfektifitasKoagulasi TDS = TDSSK TDS x1% (1) TDSSK dimana, TDS SK adalah TDS air umpan sebelum koagulasi dan TDS adalah TDS umpan setelah mengalami koagulasi. Persentase efektifitas koagulasi untuk tiap variasi waktu pengadukan pelan koagulan digrafikkan pada Gambar 3. Dari Gambar 3, terlihat bahwa persentase efektifitas koagulasi terhadap pemisahan padatan terlarut memiliki kecenderungan naik jika waktu pengadukan dinaikkan dari 5 menit menjadi 1 menit dan kemudian terus turun setiap 5 menit penambahan waktu pengadukan dari 1 menit hingga 25 menit. Koagulasi, dengan penambahan koagulan aluminium sulfat akan menghasilkan reaksi kimia dimana muatan-muatan negatif yang saling tolak menolak disekitar partikel terlarut berukuran koloid akan ternetralisasi oleh ion-ion positif dari koagulan dan akhirnya partikel-partikel koloid akan saling menarik dan menggumpal membentuk flok. Reaksi kimia yang terjadi adalah sebagai berikut : Al ( SO Al + SO (2) Al 2 4) H 2O AlOH + H 2 2+ SO4 + Ca CaSO4 (4) Al 2 (SO 4 ) 3.18H 2 O + 3Ca(HCO 3 ) 2 2Al(OH) 3 + 3CaSO 4 + 6CO H 2 O (5) (3)

5 Pengadukan pelan akan memperpendek jarak antar partikel sehingga gaya tarik-menarik antar partikel menjadi lebih besar dan dominan dibandingkan gaya tolaknya, yang menghasilkan kontak dan tumbukan antar partikel yang lebih banyak dan lebih sering. Kontak inilah yang menggumpalkan partikel-partikel padat terlarut terkoagulasi berukuran mikro menjadi partikel-partikel flok yang lebih besar. Flok-flok ini kemudian akan beragregasi. Ketika pertumbuhan flok sudah cukup maksimal (massa, ukuran), flok-flok ini akan mengendap ke dasar reservoir, sehingga terbentuk dua lapisan pada reservoir, yaitu lapisan air jernih pada bagian atas reservoir dan lapisan endapan flok yang menyerupai lumpur pada dasar reservoir. Hal inilah yang membuat kandungan padatan terlarut setelah koagulasi, yang akan diumpankan pada proses mikrofiltrasi, menjadi lebih kecil daripada sebelum terjadi koagulasi. Pengurangan ini ditunjukkan dengan persentase efektifitas koagulasi pada tiap waktu pengadukan pelan yang divariasikan, yang berkisar antara 35-45% dengan persentase efektifitas koagulasi tertinggi dihasilkan pada waktu pengadukan pelan 1 menit, yaitu 45%. Penambahan waktu pengadukan pelan akan menaikkan efektifitas koagulasi hingga dicapai waktu pengadukan pelan yang optimum, dimana pertumbuhan flok sudah mencapai titik maksimalnya. Fenomena ini menjelaskan kenaikan persentase efektifitas koagulasi sebesar 7% saat waktu pengadukan pelan dinaikkan dari 5 menit menjadi 1 menit. Waktu pengadukan pelan optimum akan menghasilkan jarak antar partikel yang paling dekat untuk menghasilkan kontak, tumbukan antar partikel paling sering terjadi dan akan dihasilkan flok dengan ukuran terbesar dan jumlah terbanyak, sehingga penurunan TDS maksimum, yang menghasilkan efektifitas koagulasi terbesar. Namun, saat ukuran partikel sudah maksimum dan cukup untuk mengendap (waktu pengadukan pelan optimum sudah tercapai), penambahan waktu pengadukan pelan tidak lagi memperbesar ukuran flok, karena flok sudah berada pada kondisi jenuh. Sebaliknya, penambahan waktu pengadukan akan meningkatkan kadar TDS (menurunkan persentase efektifitas koagulasi) karena flok-flok partikel terlarut yang sudah jenuh akan pecah. Flok-flok gumpalan besar terurai kembali menjadi partikel-partikel kecil yang sulit mengendap. Hal ini menurunkan efektifitas koagulasi terhadap pemisahan padatan terlarut. Hal inilah yang menyebabkan persentase efektifitas koagulasi berdasarkan TDS turun setiap 5 menit penambahan waktu pengadukan pelan dari waktu pengadukan 1 menit hingga 25 menit Efektifitas Koagulasi Berdasarkan Penurunan COD COD (Chemical Oxygen Demand) merupakan total oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk mendegradasi senyawa-senyawa organik dan anorganik. Namun yang lebih banyak terdegradasi ialah senyawa organik. Jumlah oksigen ini ekuivalen dengan jumlah bahan organik yang terdapat di dalam sampel. Efektifitas koagulasi berdasarkan pengurangan COD menyatakan persen penyisihan senyawa-senyawa organik akibat proses koagulasi. Persentase efektifitas koagulasi terhadap penyisihan senyawa organik (penurunan COD) untuk tiap variasi waktu pengadukan pelan koagulan digrafikkan pada Gambar 4. Pada grafik di atas, terlihat bahwa persentase efektifitas koagulasi terhadap penurunan COD bervariasi antara 24-39%, dengan persentase efektifitas koagulasi terbesar dihasilkan pada waktu pengadukan pelan 1 menit, yaitu 39%. Terdapat kecenderungan yang sama pada pengaruh penambahan waktu pengadukan koagulan terhadap efektifitas koagulasi, antara penyisihan partikel padat terlarut dan penyisihan senyawa organik, yaitu persentase efektifitas koagulasi meningkat saat waktu pengadukan pelan koagulan dinaikkan dari 5 menit menjadi 1 menit dan kemudian terus turun setiap 5 menit penambahan waktu pengadukan dari waktu pengadukan pelan 1 menit 25 menit. Pada waktu pengadukan 2 menit, terjadi penurunan persentase efektifitas koagulasi yang lebih besar dibandingkan pada waktu lainnya. Hal ini dianalisis karena pada waktu pengadukan 2 menit inilah flok-flok organik pecah dengan hebatnya, sehingga kemungkinan hampir seluruh flok organik yang terbentuk terurai kembali menjadi partikel organik tunggal, sehingga dihasilkan air umpan setelah koagulasi yang paling keruh dibandingkan dengan yang dihasilkan dengan waktu-waktu pengadukan lainnya, yang menandakan terkonsentrasinya partikel organik dalam jumlah besar. Penambahan waktu pengadukan menjadi 25 menit tidak terlalu mempengaruhi persentase efektifitas koagulasi (persentase efektifitas koagulasi relatif konstan terhadap persentase efektifitas koagulasi pada waktu pengadukan 2 menit). Hal ini karena pada selang waktu 5 menit setelah flok pecah sempurna, tidak terjadi proses fisik maupun kimia apapun yang dihasilkan oleh pengadukan (Ravina, 1993). 3.2 Kinerja Membran Pada bagian ini akan dibahas pengaruh waktu pengadukan pelan koagulan pada tahap koagulasi-flokulasi terhadap kinerja membran mikrofiltrasi. Parameter utama kinerja membran mikrofiltrasi yang dianalisis disini adalah fluks permeat dan persen rejeksi membran.

6 3.2.1 Berdasarkan Fluks Permeat Fluks permeat untuk setiap variasi waktu digrafikkan pada Gambar 5. Fluks Permeat (m3/m2.jam),2,15,1, Waktu (jam) t = 5 menit t = 1 menit t = 15 menit t = 2 menit t = 25 menit Gambar 5. Grafik Perbandingan Fluks Permeat Dari grafik di atas, terlihat bahwa fluks permeat meningkat saat waktu pengadukan pelan dinaikkan dari 5 menit menjadi 1 menit dan kemudian terus turun setiap penambahan 5 menit waktu pengadukan pelan dari waktu pengadukan pelan 1 menit hingga 25 menit. Dan Fluks permeat akan menurun seiring bertambahnya waktu operasi mikrofiltrasi. Fluks permeat akan menurun seiring bertambahnya waktu ini dikarenakan semakin lama waktu operasi mikrofiltrasi, semakin banyak pengotoran fouling yang terjadi pada membran. Fouling ini semakin lama akan semakin meningkat, hingga menutup pori- pori membran, yang membuat kerja membran menjadi semakin berat dan menghasilkan penurunan jumlah permeat yang dihasilkan. Koagulasi dapat meningkatkan fluks permeat, karena dengan koagulasi, partikel-partikel berukuran koloid yang merupakan penyebab utama fouling pada membran akan membentuk flok yang memiliki ukuran partikel yang lebih besar, melebihi ukuran pori membran, sehingga tidak akan mampu memasuki pori membran, mengurangi fouling dan akhirnya meningkatkan fluks permeat. Selain itu, dengan semakin besarnya floc, filter cake yang terbentuk sebagai akibat dari fouling (penutupan pori membran oleh partikel, bakteri, alga, dan sebagainya) yang terjadi pada membran, akan memiliki porositas yang besar, sehingga permeabilitas dalam cake juga menjadi semakin besar, dan membuat air menjadi lebih mudah untuk menembus membran bila dibandingkan dengan fouling yang terjadi tanpa adanya pralakuan koagulasi, yang artinya akan meningkatkan fluks permeat. Selain itu, pralakuan koagulasi menurunkan beban penyaringan membran yang karena air yang diumpankan lebih jernih, karena sebagian partikel pengotor (berupa flok) telah terendapkan. Sama dengan pengaruhnya terhadap efektifitas koagulasi, penambahan waktu pengadukan akan menaikkan fluks permeat yang dihasilkan hingga tercapai waktu pengadukan pelan optimum dimana pertumbuhan flok sudah mencapai titik maksimalnya. Fenomena ini menjelaskan kenaikan fluks permeat saat waktu pengadukan pelan dinaikkan dari 5 menit menjadi 1 menit. Pengadukan pelan optimum akan menghasilkan flok dengan ukuran terbesar dan jumlah terbanyak, sehingga semakin banyak flok koloid yang tertahan oleh membran dan juga semakin besar porositas cake yang dihasilkan pada permukaan membran, sehingga air lebih mudah menembus cake. Selain itu, semakin banyak flok yang mengendap akan mengurangi beban membran mikrofiltrasi dalam menyaring air umpan Berdasarkan % Rejeksi Dalam penelitian ini, dihitung dan dianalisis persen rejeksi dengan basis dua parameter yang dianalisis, yaitu Total Dissolved Solid (TDS) dan Chemical Oxygen Demand (COD). Untuk pesen rejeksi basis TDS, digunakan persamaan sebagai berikut : TDS TDSi RTDS = x1% (6) TDS dimana, TDS = TDS air umpan mikrofiltrasi (menit ke-, setelah koagulasi) (mg/l) TDS i = TDS permeat pada jam ke- i (i = 1, 2, 3, 4). (mg/l) Sedangkan untuk persen rejeksi basis COD, digunakan persamaan sebagai berikut : : COD CODi RCOD = x1% (7) COD dimana, COD = COD air umpan mikrofiltrasi (menit ke-, setelah koagulasi) (mg/l) COD i = COD permeat pada jam ke- i (i = 2, 4). (mg/l)

7 Persen rejeksi terhadap TDS dan COD untuk setiap variasi waktu digrafikkan pada Gambar 6 dan Gambar 4 %R (TDS) menit 1 menit 15 menit 2 menit 25 menit 5 menit 1 menit 15 menit 2 menit 25 menit Waktu (jam) Waktu (jam) Gambar 6. Pengaruh Waktu pengadukan pada persen rejeksi basis TDS Gambar 7. Pengaruh Waktu pengadukan pada persen rejeksi basis COD Dari kedua grafik di atas, terlihat bahwa penambahan waktu pengadukan koagulan memiliki pengaruh yang sama, baik jika dihitung berdasarkan basis TDS maupun COD. Pengaruh tersebut adalah bahwa persen rejeksi akan meningkat jika waktu pengadukan meningkat dari 5 menit menjadi 1 menit dan kemudian terus turun setiap penambahan 5 menit waktu pengadukan pelan dari waktu pengadukan pelan 1 menit hingga waktu pengadukan pelan 25 menit. Fenomena lainnya adalah % rejeksi akan meningkat seiring bertambahnya waktu. Semakin lama waktu operasi mengakibatkan % rejeksi TDS dan COD meningkat. Seiring dengan waktu, fouling yang terjadi pada permukaan maupun di dalam membran juga semakin meningkat, dan membuat semakin banyak cake yang terbentuk pada permukaan membran. Cake akan berperan sebagai filter tambahan untuk menyaring air sebelum berkontakan dengan permukaan membran. Hal ini membuat semakin sulitnya partikel terlarut dan komponen organik untuk menembus membran bersama air, sehingga membuat kadar COD dan TDS pada permeat menjadi berkurang, dan pada akhirnya meningkatkan persen rejeksi terhadap partikel terlarut maupun komponen organik tersebut. Sama dengan pengaruhnya terhadap efisiensi koagulasi dan fluks permeat, penambahan waktu pengadukan akan menaikkan persen rejeksi yang dihasilkan hingga waktu pengadukan optimum tercapai. Fenomena ini menjelaskan kenaikan persen rejeksi terhadap TDS dan COD saat waktu pengadukan pelan dinaikkan dari 5 menit menjadi 1 menit. Saat pengadukan pelan optimum, semakin banyak flok yang tertahan oleh membran dan juga semakin besar hambatan dari filter cake terhadap permeasi air dan partikel-partikel terlarut dan organik untuk menembus membran. Selain itu pada waktu pengadukan yang optimum, flok padatan terlarut dan flok partikel organik yang terbentuk semakin banyak yang mengendap, sehingga air umpan membran lebih jernih dan begitu juga air yang dihasilkan lebih kecil kadar partikel terlarut dan senyawa organiknya. Namun setelahnya, penambahan waktu pengadukan pelan tidak lagi memperbesar ukuran flok. Sebaliknya, akan memecahkan flok besar menjadi flok-flok yang lebih kecil atau bahkan kembali pada ukuran koloidalnya. Hal ini mengakibatkan penurunan persen rejeksi, baik terhadap partikel terlarut maupun terhadap zat organik setiap 5 menit penambahan waktu pengadukan pelan dari waktu pengadukan pelan 1 menit hingga 25 menit. 3.3 Penentuan Waktu Pengadukan Pelan Optimum Waktu pengadukan pelan yang digunakan pada proses pralakuan koagulasi-flokulasi memiliki peranan penting dalam keberhasilan proses koagulasi-flokulasi sendiri dan akhirnya juga berpengaruh terhadap kinerja membran yang digunakan pada proses mikrofiltrasi yang berlangsung setelahnya. Waktu pengadukan yang optimum akan menghasilkan jarak antar partikel yang lebih dekat untuk menghasilkan kontak, tumbukan antar partikel akan lebih sering terjadi dan akan dihasilkan flok-flok dengan ukuran yang lebih besar dan lebih banyak, yang pada akhirnya akan menghasilkan efektifitas koagulasi, fluks permeat dan persen rejeksi membran paling besar. Dari grafik yang dihasilkan dan analisis yang dilakukan, terlhat bahwa waktu pengadukan pelan koagulancampuran air yang optimum, adalah selama 1 menit, yang dalam 4 jam operasi menghasilkan efektifitas koagulasi terbesar dan kinerja membran terbaik.

8 4. Kesimpulan Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan beberapa hal mengenai pengaruh waktu pengadukan pelan koagulan pada proses koagulasi-flokulasi terhadap efektifitas koagulasi dan kinerja membran mikrofiltrasi, seperti tersebut dibawah ini : 1. Efektifitas koagulasi dan kinerja membran mikrofiltrasi akan meningkat dengan penambahan waktu pengadukan pelan hingga dicapai waktu pengadukan pelan optimum. 2. Waktu pengadukan pelan optimum yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah selama 1 menit, yang dalam 4 jam operasi menghasilkan : Efektifitas koagulasi basis TDS : 45,1% Efektifitas koagulasi basis COD : 39 % Fluks permeat :,16 m 3 /m 2.jam Persen rejeksi basis kadar TDS : 35% Persen rejeksi basis COD : 39% 3. Pada waktu pengadukan pelan yang lebih besar dari waktu pengadukan pelan optimum, efektifitas koagulasi, dan kinerja membran mikrofiltrasi kan turun dikarenakan pecahnya flok yang telah terbentuk. 4. Persen efektifitas koagulasi berdasarkan penyisihan TDS akan naik dari 38,1% pada waktu pengadukan koagulan 5 menit menjadi 45,1% pada waktu pengadukan 1 menit dan kemudian terus turun setiap 5 menit penambahan waktu pengadukan dari 1 menit hingga 25 menit yang menghasilkan persen efektifitas koagulasi terendah yaitu 35,7%.. 5. Persen efektifitas koagulasi berdasarkan penurunan COD akan naik dari 35,9% pada waktu pengadukan koagulan 5 menit menjadi 39% pada waktu pengadukan 1 menit dan kemudian terus turun setiap 5 menit penambahan waktu pengadukan dari 1 menit hingga 25 menit yang menghasilkan persen efektifitas koagulasi terendah yaitu 24,1%. 6. Selama 4 jam operasi, fluks permeat yang dihasilkan dari proses mikrofiltrasi akan naik dari,13 m 3 /m 2.jam pada waktu pengadukan pelan koagulan 5 menit menjadi,16 m 3 /m 2.jam pada waktu pengadukan pelan 1 menit dan kemudian terus turun setiap 5 menit penambahan waktu pengadukan pelan dari 1 menit hingga 25 menit yang menghasilkan fluks permeat terendah yaitu,11 m 3 /m 2.jam. 7. Selama 4 jam operasi, persen rejeksi membran berdasarkan kadar TDS akan naik dari 31% pada waktu pengadukan pelan koagulan 5 menit menjadi 35% pada waktu pengadukan pelan 1 menit dan kemudian terus turun setiap 5 menit penambahan waktu pengadukan pelan dari 1 menit hingga 25 menit yang menghasilkan persen rejeksi terendah yaitu 3,8 %. 8. Selama 4 jam operasi, persen rejeksi membran berdasarkan kadar COD akan naik dari 36,4% pada waktu pengadukan pelan koagulan 5 menit menjadi 39% pada waktu pengadukan pelan 1 menit dan kemudian terus turun setiap 5 menit penambahan waktu pengadukan pelan dari 1 menit hingga 25 menit yang menghasilkan persen rejeksi terendah yaitu 31,7%. Daftar Pustaka Duliman, I, Pemanfaatan Limbah Padat Logam Aluminium Sebagai Bahan Baku Pembuatan PAC, Skripsi, Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998 Mulder, Marcel, Basic Principles of Membrane Technology, Netherlands, Kluwer Academic Publisher, Ravina, Louis, Coagulation and Flocculation, Virginia, Zeta-Meter, Inc., 1993 Suryadiputra, I.N.N., Pengantar Kuliah Pengolahan Air Limbah : Pengolahan Air Limbah dengan Metode Kimia (Koagulasi dan Flokulasi), Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor, 1995 Water Specialist Technologies, LLC, Standard Practice for Coagulation-Flocculation Jar Test of Water.

Abstrak. 1. Pendahuluan

Abstrak. 1. Pendahuluan Pengaruh Suhu dan Tingkat Keasaman (ph) pada Tahap Pralakuan Koagulasi (Koagulan Aluminum Sulfat) dalam Proses Pengolahan Air Menggunakan Membran Mikrofiltrasi Polipropilen Hollow Fibre Eva Fathul Karamah

Lebih terperinci

Dasar-Dasar Teknik Kimia ISSN

Dasar-Dasar Teknik Kimia ISSN PERBANDINGAN PRALAKUAN KOAGULASI DENGAN MENGGUNAKAN FeSO 4.7H 2 O & Al 2 (SO 4 ) 3.18H 2 O TERHADAP KINERJA MEMBRAN MIKROFILTRASI POLYPROPILENE HOLLOW FIBER Eva Fathul Karamah dan Fedy Gusti Kostiano Program

Lebih terperinci

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI 85 Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan Vol.7 No.2 PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI Fitri Ayu Wardani dan Tuhu Agung. R Program Studi

Lebih terperinci

1 Pendahuluan ABSTRACT

1 Pendahuluan ABSTRACT PENGARUH KONSENTRASI KOAGULAN PADA PENYISIHAN BOD 5, COD DAN TSS AIR LINDI TPA SENTAJO DENGAN MENGGUNAKAN KOMBINASI KOAGULASI-FLOKULASI DAN ULTRAFILTRASI Yoseph Rizal, JhonArmedi P., Maria Peratenta S.

Lebih terperinci

Teknik Bioseparasi. Dina Wahyu. Genap/ March 2014

Teknik Bioseparasi. Dina Wahyu. Genap/ March 2014 5. Teknik Bioseparasi Dina Wahyu Genap/ March 2014 Outline Chemical Reaction Engineering 1 2 3 4 5 6 7 Pendahuluan mempelajari ruang lingkup teknik bioseparasi dan teknik cel disruption Teknik Pemisahan

Lebih terperinci

KAJIAN PENGGUNAAN BIJI KELOR SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES PENURUNAN KANDUNGAN ORGANIK (KMnO 4 ) LIMBAH INDUSTRI TEMPE DALAM REAKTOR BATCH

KAJIAN PENGGUNAAN BIJI KELOR SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES PENURUNAN KANDUNGAN ORGANIK (KMnO 4 ) LIMBAH INDUSTRI TEMPE DALAM REAKTOR BATCH Spectra Nomor 8 Volume IV Juli 06: 16-26 KAJIAN PENGGUNAAN BIJI KELOR SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES PENURUNAN KANDUNGAN ORGANIK (KMnO 4 ) LIMBAH INDUSTRI TEMPE DALAM REAKTOR BATCH Sudiro Ika Wahyuni Harsari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahan-bahan yang ada dialam. Guna memenuhi berbagai macam kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. bahan-bahan yang ada dialam. Guna memenuhi berbagai macam kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia banyak memerlukan berbagai macam bahan-bahan yang ada dialam. Guna memenuhi berbagai macam kebutuhan hidupnya tersebut manusia melakukan

Lebih terperinci

Jurusan. Teknik Kimia Jawa Timur C.8-1. Abstrak. limbah industri. terlarut dalam tersuspensi dan. oxygen. COD dan BOD. biologi, (koagulasi/flokulasi).

Jurusan. Teknik Kimia Jawa Timur C.8-1. Abstrak. limbah industri. terlarut dalam tersuspensi dan. oxygen. COD dan BOD. biologi, (koagulasi/flokulasi). KINERJA KOAGULAN UNTUK PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU KETUT SUMADA Jurusan Teknik Kimia Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jawa Timur email : ketutaditya@yaoo.com Abstrak Air

Lebih terperinci

Mn 2+ + O 2 + H 2 O ====> MnO2 + 2 H + tak larut

Mn 2+ + O 2 + H 2 O ====> MnO2 + 2 H + tak larut Pengolahan Aerasi Aerasi adalah salah satu pengolahan air dengan cara penambahan oksigen kedalam air. Penambahan oksigen dilakukan sebagai salah satu usaha pengambilan zat pencemar yang tergantung di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan sektor industri menjadi salah satu sektor penting, dimana keberadaannya berdampak positif dalam pembangunan suatu wilayah karena dengan adanya industri maka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Pengenalan Air Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Prosedur Penelitian Tahapan penelitian yang dilakukan kali ini secara keseluruhan digambarkan oleh Gambar III.1. Pada penelitian kali akan digunakan alum sebagai koagulan.

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV asil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Isolasi Kitin dari Limbah Udang Sampel limbah udang kering diproses dalam beberapa tahap yaitu penghilangan protein, penghilangan mineral, dan deasetilasi untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Kebutuhan yang utama bagi terselenggaranya kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Kebutuhan yang utama bagi terselenggaranya kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki fungsi sangat penting bagi kehidupan manusia, serta untuk memajukan kesejahteraan umum sehingga merupakan modal

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Hasil Percobaan Pengumpulan data hasil percobaan diperoleh dari beberapa pengujian, yaitu: a. Data Hasil Pengujian Sampel Awal Data hasil pengujian

Lebih terperinci

OPTIMASI PENGGUNAAN KOAGULAN ALAMI BIJI KELOR

OPTIMASI PENGGUNAAN KOAGULAN ALAMI BIJI KELOR OPTIMASI PENGGUNAAN KOAGULAN ALAMI BIJI KELOR (Moringa oleifera) PADA PENGOLAHAN LIMBAH CAIR MOCAF Natural Coagulant Optimization Using Moringa Seeds (Moringa oleifera) in Mocaf Wastewater Treatment Elida

Lebih terperinci

PENURUNAN WARNA REAKTIF DENGAN PENGOLAHAN KOMBINASI KOAGULAN PAC (POLY ALUMINIUM CHLORIDE) DAN MEMBRAN MIKROFILTRASI

PENURUNAN WARNA REAKTIF DENGAN PENGOLAHAN KOMBINASI KOAGULAN PAC (POLY ALUMINIUM CHLORIDE) DAN MEMBRAN MIKROFILTRASI PENURUNAN WARNA REAKTIF DENGAN PENGOLAHAN KOMBINASI KOAGULAN PAC (POLY ALUMINIUM CHLORIDE) DAN MEMBRAN MIKROFILTRASI Vina Citrasari Dan Bowo Djoko Marsono Jurusan Teknik Lingkungan FTSP-ITS REMOVAL OF

Lebih terperinci

PERBAIKAN KUALITAS AIR LIMBAH INDUSTRI FARMASI MENGGUNAKAN KOAGULAN BIJI KELOR (Moringa oleifera Lam) DAN PAC (Poly Alumunium Chloride)

PERBAIKAN KUALITAS AIR LIMBAH INDUSTRI FARMASI MENGGUNAKAN KOAGULAN BIJI KELOR (Moringa oleifera Lam) DAN PAC (Poly Alumunium Chloride) PERBAIKAN KUALITAS AIR LIMBAH INDUSTRI FARMASI MENGGUNAKAN KOAGULAN BIJI KELOR (Moringa oleifera Lam) DAN PAC (Poly Alumunium Chloride) Etih Hartati, Mumu Sutisna, dan Windi Nursandi S. Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR LUMUT DENGAN KOMBINASI PROSES KOAGULASI DAN ULTRAFILTRASI

PENGOLAHAN AIR LUMUT DENGAN KOMBINASI PROSES KOAGULASI DAN ULTRAFILTRASI PENGOLAHAN AIR LUMUT DENGAN KOMBINASI PROSES KOAGULASI DAN ULTRAFILTRASI Arinaldi (L2C007013) dan Ferdian (L2C007045) Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof. H. Sudharto,

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) D-22

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) D-22 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-22 Pemanfaatan Biji Asam Jawa (Tamarindusindica) Sebagai Koagulan Alternatif dalam Proses Menurunkan Kadar COD dan BOD dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Teknologi membran telah banyak digunakan dalam berbagai proses pemisahan dan pemekatan karena berbagai keunggulan yang dimilikinya, antara lain pemisahannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mutu air adalah kadar air yang diperbolehkan dalam zat yang akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mutu air adalah kadar air yang diperbolehkan dalam zat yang akan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian air secara umum Mutu air adalah kadar air yang diperbolehkan dalam zat yang akan digunakan.air murni adalah air yang tidak mempunyai rasa, warna dan bau, yang terdiri

Lebih terperinci

Abstrak. Kata kunci: Flotasi; Ozon; Polyaluminum chloride, Sodium Lauril Sulfat.

Abstrak. Kata kunci: Flotasi; Ozon; Polyaluminum chloride, Sodium Lauril Sulfat. Pengaruh Dosis Koagulan PAC Dan Surfaktan SLS Terhadap Kinerja Proses Pengolahan Limbah Cair Yang Mengandung Logam Besi (), Tembaga (), Dan kel () Dengan Flotasi Ozon Eva Fathul Karamah, Setijo Bismo Departemen

Lebih terperinci

Pengolahan Limbah Cair Industri secara Aerobic dan Anoxic dengan Membrane Bioreaktor (MBR)

Pengolahan Limbah Cair Industri secara Aerobic dan Anoxic dengan Membrane Bioreaktor (MBR) Pengolahan Limbah Cair Industri secara Aerobic dan Anoxic dengan Membrane Bioreaktor (MBR) Oleh : Beauty S.D. Dewanti 2309 201 013 Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Tontowi Ismail MS Prof. Dr. Ir. Tri Widjaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya sektor industri pertanian meningkatkan kesejahteraan dan mempermudah manusia dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak

Lebih terperinci

PENENTUAN KARAKTERISTIK AIR WADUK DENGAN METODE KOAGULASI. ABSTRAK

PENENTUAN KARAKTERISTIK AIR WADUK DENGAN METODE KOAGULASI.   ABSTRAK PENENTUAN KARAKTERISTIK AIR WADUK DENGAN METODE KOAGULASI Anwar Fuadi 1*, Munawar 1, Mulyani 2 1,2 Jurusan Teknik kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe Email: arfirosa@yahoo.co.id ABSTRAK Air adalah elemen

Lebih terperinci

PENGARUH KOMBINASI PROSES PRETREATMENT (KOAGULASI-FLOKULASI) DAN MEMBRAN REVERSE OSMOSIS UNTUK PENGOLAHAN AIR PAYAU

PENGARUH KOMBINASI PROSES PRETREATMENT (KOAGULASI-FLOKULASI) DAN MEMBRAN REVERSE OSMOSIS UNTUK PENGOLAHAN AIR PAYAU PENGARUH KOMBINASI PROSES PRETREATMENT (KOAGULASI-FLOKULASI) DAN MEMBRAN REVERSE OSMOSIS UNTUK PENGOLAHAN AIR PAYAU Sastra Silvester Ginting 1, Jhon Armedi Pinem 2, Rozanna Sri Irianty 2 1 Mahasiswa Jurusan

Lebih terperinci

Judul Tugas Akhir Pengolahan Limbah Laundry menggunakan Membran Nanofiltrasi Zeolit Aliran Cross Flow untuk Filtrasi Kekeruhan dan Fosfat

Judul Tugas Akhir Pengolahan Limbah Laundry menggunakan Membran Nanofiltrasi Zeolit Aliran Cross Flow untuk Filtrasi Kekeruhan dan Fosfat Judul Tugas Akhir Pengolahan Limbah Laundry menggunakan Membran Nanofiltrasi Zeolit Aliran Cross Flow untuk Filtrasi Kekeruhan dan Fosfat Diajukan oleh Tika Kumala Sari (3310100072) Dosen Pembimbing Alia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Aktivitas pencemaran lingkungan yang dihasilkan dari suatu kegiatan industri merupakan suatu masalah yang sangat umum dan sulit untuk dipecahkan pada saat

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Dan Pembahasan

Bab IV Hasil Dan Pembahasan Bab IV Hasil Dan Pembahasan IV.1 Analisa Kualitas Air Gambut Hasil analisa kualitas air gambut yang berasal dari Riau dapat dilihat pada Tabel IV.1. Hasil ini lalu dibandingkan dengan hasil analisa air

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin tinggi dan peningkatan jumlah industri di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin tinggi dan peningkatan jumlah industri di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penurunan kualitas air merupakan salah satu bentuk penurunan kualitas lingkungan sebagai akibat dari tingkat pertambahan penduduk yang semakin tinggi dan peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri berat maupun yang berupa industri ringan (Sugiharto, 2008). Sragen

BAB I PENDAHULUAN. industri berat maupun yang berupa industri ringan (Sugiharto, 2008). Sragen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai usaha telah dilaksanakan oleh pemerintah pada akhir-akhir ini untuk meningkatkan taraf hidup serta kesejahteraan masyarakat yang dicita-citakan yaitu masyarakat

Lebih terperinci

Seminar Nasional Sains dan Teknologi Lingkungan II e-issn Padang, 19 Oktober 2016

Seminar Nasional Sains dan Teknologi Lingkungan II e-issn Padang, 19 Oktober 2016 OP-2 PENGOLAHAN AIR GAMBUT DENGAN MEMBRAN ULTRAFILTRASI SISTEM ALIRAN CROSS FLOWUNTUK MENYISIHKAN ZAT WARNA DENGAN PENGOLAHAN PENDAHULUAN MENGGUNAKAN KOAGULAN CAIR DARI TANAH LEMPUNG LAHAN GAMBUT Syarfi

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PEMBUATAN TAWAS DARI ALUMINIUM

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PEMBUATAN TAWAS DARI ALUMINIUM LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PEMBUATAN TAWAS DARI ALUMINIUM DISUSUN OLEH FITRI RAMADHIANI KELOMPOK 4 1. DITA KHOERUNNISA 2. DINI WULANDARI 3. AISAH 4. AHMAD YANDI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Uji Pengendapan dengan Variasi Konsentrasi Koagulan dan Variasi Konsentrasi Flokulan

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Uji Pengendapan dengan Variasi Konsentrasi Koagulan dan Variasi Konsentrasi Flokulan BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Uji Pengendapan dengan Variasi Konsentrasi Koagulan dan Variasi Konsentrasi Flokulan Hasil pengujian tahap awal ini ditunjukkan pada Gambar 4.1 yaitu grafik pengaruh konsentrasi flokulan

Lebih terperinci

Efektifitas Al 2 (SO 4 ) 3 dan FeCl 3 Dalam Pengolahan Air Menggunakan Gravel Bed Flocculator Ditinjau Dari Parameter Warna dan Zat Organik

Efektifitas Al 2 (SO 4 ) 3 dan FeCl 3 Dalam Pengolahan Air Menggunakan Gravel Bed Flocculator Ditinjau Dari Parameter Warna dan Zat Organik JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-167 Efektifitas Al 2 (SO 4 ) 3 dan FeCl 3 Dalam Pengolahan Air Menggunakan Gravel Bed Flocculator Ditinjau Dari Parameter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin besarnya laju perkembangan penduduk dan industrialisasi di Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan. Padatnya pemukiman dan kondisi

Lebih terperinci

Efektifitas Al 2 (SO 4 ) 3 dan FeCl 3 Dalam Pengolahan Air Menggunakan Gravel Bed Flocculator Ditinjau Dari Parameter Warna dan Zat Organik

Efektifitas Al 2 (SO 4 ) 3 dan FeCl 3 Dalam Pengolahan Air Menggunakan Gravel Bed Flocculator Ditinjau Dari Parameter Warna dan Zat Organik 1 Efektifitas Al 2 (SO 4 ) 3 dan FeCl 3 Dalam Pengolahan Air Menggunakan Gravel Bed Flocculator Ditinjau Dari Parameter Warna dan Zat Organik Hani Yosita Putri dan Wahyono Hadi Jurusan Teknik Lingkungan,

Lebih terperinci

PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL

PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL PENDAHULUAN 1. AIR Air merupakan sumber alam yang sangat penting di dunia, karena tanpa air kehidupan tidak dapat berlangsung. Air juga banyak mendapat

Lebih terperinci

STUDI PENAMBAHAN POLYALUMINIUM CHLORIDAE (PAC) DAL AM PROSES KOAGUL ASI LIMBAH CAIR PADA PRODUKSI ALKALI TREATED COT TONII (ATG)

STUDI PENAMBAHAN POLYALUMINIUM CHLORIDAE (PAC) DAL AM PROSES KOAGUL ASI LIMBAH CAIR PADA PRODUKSI ALKALI TREATED COT TONII (ATG) 1087 Studi penambahan Polyaluminium Chloridae dalam... (Jamal Basmal) STUDI PENAMBAHAN POLYALUMINIUM CHLORIDAE (PAC) DAL AM PROSES KOAGUL ASI LIMBAH CAIR PADA PRODUKSI ALKALI TREATED COT TONII (ATG) ABSTRAK

Lebih terperinci

RANCANGAN PENGOLAHAN LIMBAH CAIR. Oleh DEDY BAHAR 5960

RANCANGAN PENGOLAHAN LIMBAH CAIR. Oleh DEDY BAHAR 5960 RANCANGAN PENGOLAHAN LIMBAH CAIR Oleh DEDY BAHAR 5960 PEMERINTAH KABUPATEN TEMANGGUNG DINAS PENDIDIKAN SMK NEGERI 1 (STM PEMBANGUNAN) TEMANGGUNG PROGRAM STUDY KEAHLIAN TEKNIK KIMIA KOPETENSI KEAHLIAN KIMIA

Lebih terperinci

I. Tujuan Setelah praktikum, mahasiswa dapat : 1. Menentukan waktu pengendapan optimum dalam bak sedimentasi 2. Menentukan efisiensi pengendapan

I. Tujuan Setelah praktikum, mahasiswa dapat : 1. Menentukan waktu pengendapan optimum dalam bak sedimentasi 2. Menentukan efisiensi pengendapan I. Tujuan Setelah praktikum, mahasiswa dapat : 1. Menentukan waktu pengendapan optimum dalam bak sedimentasi 2. Menentukan efisiensi pengendapan II. Dasar Teori Sedimentasi adalah pemisahan solid dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya kegiatan manusia akan menimbulkan berbagai masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air karena menerima beban pencemaran yang melampaui

Lebih terperinci

Bab IV Data dan Hasil Pembahasan

Bab IV Data dan Hasil Pembahasan Bab IV Data dan Hasil Pembahasan IV.1. Seeding dan Aklimatisasi Pada tahap awal penelitian, dilakukan seeding mikroorganisme mix culture dengan tujuan untuk memperbanyak jumlahnya dan mengadaptasikan mikroorganisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Limbah perkebunan kelapa sawit adalah limbah yang berasal dari sisa tanaman yang tertinggal pada saat pembukaan areal perkebunan, peremajaan dan panen kelapa sawit.

Lebih terperinci

Pengolahan Air Gambut sederhana BAB III PENGOLAHAN AIR GAMBUT SEDERHANA

Pengolahan Air Gambut sederhana BAB III PENGOLAHAN AIR GAMBUT SEDERHANA Pengolahan Air Gambut sederhana BAB III PENGOLAHAN AIR GAMBUT SEDERHANA 51 Nusa Idaman Said III.1 PENDAHULUAN Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pengujian dilaksanakan pada tanggal 1 November 16 dengan durasi pengujian air Selokan Mataram dengan unit water treatment selama menit melalui unit koagulasi, flokulasi, sedimentasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah adalah material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah merupakan konsep buatan dan konsekuensi dari adanya aktivitas manusia. Di

Lebih terperinci

DAFTAR ISI ABSTRAK...

DAFTAR ISI ABSTRAK... DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang Penelitian... 1 1.2. Rumusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kulit jadi merupakan kulit hewan yang disamak (diawetkan) atau kulit

BAB I PENDAHULUAN. Kulit jadi merupakan kulit hewan yang disamak (diawetkan) atau kulit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kulit jadi merupakan kulit hewan yang disamak (diawetkan) atau kulit bebas bulu dan urat di bawah kulit. Pekerjaan penyamakan kulit mempergunakan air dalam jumlah

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Pengertian Sungai dan Klasifikasi Sungai Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai adalah jalur atau wadah air alami dan/atau buatan berupa

Lebih terperinci

KOMBINASI DISSOLVED AIR FLOTATION DENGAN ULTRAFILTRASI PADA PEMISAHAN AIR BERLUMUT

KOMBINASI DISSOLVED AIR FLOTATION DENGAN ULTRAFILTRASI PADA PEMISAHAN AIR BERLUMUT KOMBINASI DISSOLVED AIR FLOTATION DENGAN ULTRAFILTRASI PADA PEMISAHAN AIR BERLUMUT 1 Ekky Karina (L2C723) dan Karlina N (L2C73) Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof. H.

Lebih terperinci

Analisis Zat Padat (TDS,TSS,FDS,VDS,VSS,FSS)

Analisis Zat Padat (TDS,TSS,FDS,VDS,VSS,FSS) Analisis Zat Padat (TDS,TSS,FDS,VDS,VSS,FSS) Padatan (solid) merupakan segala sesuatu bahan selain air itu sendiri. Zat padat dalam air ditemui 2 kelompok zat yaitu zat terlarut seperti garam dan molekul

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan suatu bahan pokok yang sangat diperlukan oleh setiap mahluk hidup yang ada di bumi. Keberadaan sumber air bersih pada suatu daerah sangat mempengaruhi

Lebih terperinci

Serbuk Biji Kelor Sebagai Koagulan Harimbi Mawan Dinda Rakhmawati

Serbuk Biji Kelor Sebagai Koagulan Harimbi Mawan Dinda Rakhmawati SERBUK BIJI KELOR SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES KOAGULASI FLOKULASI LIMBAH CAIR PABRIK TAHU Harimbi Setyawati 1), Mawan Kriswantono 2), Dinda An Nisa 3), Rakhmawati Hastuti 4) 1,3,4 Program Studi Teknik

Lebih terperinci

Efektifitas Al 2 (SO 4 ) 3 dan FeCl 3 Dalam Pengolahan Air Menggunakan Gravel Bed Flocculator Ditinjau Dari Parameter Kekeruhan dan Total Coli

Efektifitas Al 2 (SO 4 ) 3 dan FeCl 3 Dalam Pengolahan Air Menggunakan Gravel Bed Flocculator Ditinjau Dari Parameter Kekeruhan dan Total Coli JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-162 Efektifitas Al 2 (SO 4 ) 3 dan FeCl 3 Dalam Pengolahan Air Menggunakan Gravel Bed Flocculator Ditinjau Dari Parameter

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN BITTERN PADA LIMBAH CAIR DARI PROSES PENCUCIAN INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN

PENGARUH PENAMBAHAN BITTERN PADA LIMBAH CAIR DARI PROSES PENCUCIAN INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN PENGARUH PENAMBAHAN BITTERN PADA LIMBAH CAIR DARI PROSES PENCUCIAN INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN ABSTRACT Dian Yanuarita P 1, Shofiyya Julaika 2, Abdul Malik 3, Jose Londa Goa 4 Jurusan Teknik Kimia, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Sumber Air Bersih Secara umum terdapat lima sumber air yang dapat digunakan dalam memenuhi kebutuhan air bersih dalam kehidupan sehari hari kita diantaranya : 1. Air hujan, yaitu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ).

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ). 0.45 µm, ph meter HM-20S, spektrofotometer serapan atom (AAS) Analytic Jena Nova 300, spektrofotometer DR 2000 Hach, SEM-EDS EVO 50, oven, neraca analitik, corong, pompa vakum, dan peralatan kaca yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua makhluk hidup. Maka, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh

Lebih terperinci

PRE-ELIMINARY PRIMARY WASTEWATER TREATMENT (PENGOLAHAN PENDAHULUAN DAN PERTAMA)

PRE-ELIMINARY PRIMARY WASTEWATER TREATMENT (PENGOLAHAN PENDAHULUAN DAN PERTAMA) PRE-ELIMINARY PRIMARY WASTEWATER TREATMENT (PENGOLAHAN PENDAHULUAN DAN PERTAMA) Tujuan pengolahan pertama (Primary Treatment) dalam pengolahan limbah cair adalah penyisihan bahan padat dari limbah cair

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi membran telah banyak digunakan pada berbagai proses pemisahan dan sangat spesifik terhadap molekul-molekul dengan ukuran tertentu. Selektifitas membran ini

Lebih terperinci

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DENGAN KANDUNGAN AMONIAK TINGGI SECARA BIOLOGI MENGGUNAKAN MEMBRANE BIOREACTOR (MBR)

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DENGAN KANDUNGAN AMONIAK TINGGI SECARA BIOLOGI MENGGUNAKAN MEMBRANE BIOREACTOR (MBR) PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DENGAN KANDUNGAN AMONIAK TINGGI SECARA BIOLOGI MENGGUNAKAN MEMBRANE BIOREACTOR (MBR) Marry Fusfita (2309105001), Umi Rofiqah (2309105012) Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Tri Widjaja, M.Eng

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah yang timbul akibat meningkatnya kegiatan manusia adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air karena menerima beban pencemaran yang melampui daya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penyamakan kulit dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Mini

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penyamakan kulit dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Mini 43 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Proses elektrokoagulasi terhadap sampel air limbah penyamakan kulit dilakukan dengan bertahap, yaitu pengukuran treatment pada sampel air limbah penyamakan kulit dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pengujian air sungai menggunakan alat uji filtrasi buatan dengan media filtrasi pasir, zeolit dan arang yang dianalisis di laboraturium rekayasa lingkungan UMY, Pengujian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kehidupan dan kesehatan manusia (Sunu, 2001). seperti Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat,

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kehidupan dan kesehatan manusia (Sunu, 2001). seperti Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan di bidang industri dan teknologi membawa kesejahteraan khususnya di sektor ekonomi. Namun demikian, ternyata juga menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan,

Lebih terperinci

TEKNIK PENYEDIAAN AIR MINUM TL 3105 SLIDE 04. Yuniati, PhD

TEKNIK PENYEDIAAN AIR MINUM TL 3105 SLIDE 04. Yuniati, PhD TEKNIK PENYEDIAAN AIR MINUM TL 3105 SLIDE 04 Yuniati, PhD KOMPONEN SPAM Materi yang akan dibahas : 1.Komponen SPAM 2.Air baku dan bangunan intake KOMPONEN SPAM Sumber air baku Pipa transimisi IPAM Reservoar

Lebih terperinci

Pengolahan Air Limbah Laboratorium dengan Menggunakan Koagulan Alum Sulfat dan Poli Aluminium Klorida (PAC)

Pengolahan Air Limbah Laboratorium dengan Menggunakan Koagulan Alum Sulfat dan Poli Aluminium Klorida (PAC) Jurnal Penelitian Sains Edisi Khusus Desember 2009 (C) 09:12-08 Pengolahan Air Limbah Laboratorium dengan Menggunakan Koagulan Alum Sulfat dan Poli Aluminium Klorida (PAC) Muhammad Said Jurusan Kimia FMIPA,

Lebih terperinci

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALAMI DALAM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI FARMASI

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALAMI DALAM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI FARMASI al Kimiya, Vol. 2, No. 1, Juni 215 PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALAMI DALAM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI FARMASI DYAH DWI POERWANTO, 1 EKO PRABOWO HADISANTOSO, 1*

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa sawit merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Produksi minyak kelapa sawit Indonesia saat ini mencapai

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Water Treatment Plant (WTP) sungai Cihideung milik Institut Pertanian Bogor (IPB) kabupaten Bogor, Jawa Barat.Analisa laboratorium

Lebih terperinci

UJI COBA PROSES KOAGULASI-FLOKULASI AIR BAKU UNTUK PDAM DANAU TELOKO DAN TELUK GELAM DI KAYU AGUNG KABUPATEN OKI PROPINSI SUMATERA SELATAN

UJI COBA PROSES KOAGULASI-FLOKULASI AIR BAKU UNTUK PDAM DANAU TELOKO DAN TELUK GELAM DI KAYU AGUNG KABUPATEN OKI PROPINSI SUMATERA SELATAN UJI COBA PROSES KOAGULASI-FLOKULASI AIR BAKU UNTUK PDAM DANAU TELOKO DAN TELUK GELAM DI KAYU AGUNG KABUPATEN OKI PROPINSI SUMATERA SELATAN Petrus Nugro Rahardjo Pusat Teknologi Lingkungan, BPPTeknologi

Lebih terperinci

PROSES PENGOLAHAN LIMBAH ORGANIK SECARA KOAGULASI DAN FLOKULASI

PROSES PENGOLAHAN LIMBAH ORGANIK SECARA KOAGULASI DAN FLOKULASI JRL Vol. 4 No.2 Hal 125-130 Jakarta, Mei 2008 ISSN : 2085-3866 PROSES PENGOLAHAN LIMBAH ORGANIK SECARA KOAGULASI DAN FLOKULASI Indriyati Peneliti di Pusat Teknologi Lingkungan., BPPT Abstrak Soya bean

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pengujian air sungai, menggunakan alat uji filtrasi buatan dengan media filtrasi pasir, zeolit dan arang yang dianalisis di laboraturium rekayasa lingkungan UMY,Pengujian

Lebih terperinci

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi Metode Analisis Untuk Air Limbah Pengambilan sample air limbah meliputi beberapa aspek: 1. Lokasi sampling 2. waktu dan frekuensi sampling 3. Cara Pengambilan sample 4. Peralatan yang diperlukan 5. Penyimpanan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pengujian air sungai, menggunakan alat uji filtrasi buatan dengan media filtrasi pasir kuarsa, zeolit dan arang batok yang dianalisis di Laboraturium Teknik Lingkungan Universitas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISTIK LIMBAH CAIR Limbah cair tepung agar-agar yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah cair pada pabrik pengolahan rumput laut menjadi tepung agaragar di PT.

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LUMPUR ENDAPAN UNTUK MENURUNKAN KEKERUHAN DENGAN SISTEM BATCH HALIFRIAN NURMANSAH

PEMANFAATAN LUMPUR ENDAPAN UNTUK MENURUNKAN KEKERUHAN DENGAN SISTEM BATCH HALIFRIAN NURMANSAH PEMANFAATAN LUMPUR ENDAPAN UNTUK MENURUNKAN KEKERUHAN DENGAN SISTEM BATCH HALIFRIAN NURMANSAH 3307100042 Latar Belakang Rumusan Masalah dan Tujuan Rumusan Masalah Tujuan Berapa besar dosis optimum koagulan

Lebih terperinci

Efektifitas Al 2 (SO 4 ) 3 dan FeCl 3 Dalam Pengolahan Air Menggunakan Gravel Bed Flocculator Ditinjau Dari Parameter Kekeruhan dan Total Coli

Efektifitas Al 2 (SO 4 ) 3 dan FeCl 3 Dalam Pengolahan Air Menggunakan Gravel Bed Flocculator Ditinjau Dari Parameter Kekeruhan dan Total Coli 1 Efektifitas Al 2 (SO 4 ) 3 dan FeCl 3 Dalam Pengolahan Air Menggunakan Gravel Bed Flocculator Ditinjau Dari Parameter Kekeruhan dan Total Coli Mega Puspitasari dan Wahyono Hadi Jurusan Teknik Lingkungan,

Lebih terperinci

PENGARUH ph PADA PROSES KOAGULASI DENGAN KOAGULAN ALUMINUM SULFAT DAN FERRI KLORIDA

PENGARUH ph PADA PROSES KOAGULASI DENGAN KOAGULAN ALUMINUM SULFAT DAN FERRI KLORIDA Jurnal Teknologi Lingkungan, Vol. 5, No. 2, Desember 2009, pp. 40-45 ISSN: 1829-6572 PENGARUH PADA PROSES KOAGULASI DENGAN KOAGULAN ALUMINUM SULFAT DAN FERRI KLORIDA Rachmawati S.W., Bambang Iswanto, Winarni

Lebih terperinci

Gambar 3. Penampakan Limbah Sisa Analis is COD

Gambar 3. Penampakan Limbah Sisa Analis is COD IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Limbah Laboratorium Limbah laboratorium yang digunakan pada penelitian ini adalah limbah sisa analisis COD ( Chemical Oxygen Demand). Limbah sisa analisis COD

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN KOAGULAN (AIR ASAM TAMBANG DAN ALUMINIUM SULFAT DALAM PENGOLAHAN AIR RUN OFF PERTAMBANGAN BARU BARA)

PENGARUH PENGGUNAAN KOAGULAN (AIR ASAM TAMBANG DAN ALUMINIUM SULFAT DALAM PENGOLAHAN AIR RUN OFF PERTAMBANGAN BARU BARA) PENGARUH PENGGUNAAN KOAGULAN (AIR ASAM TAMBANG DAN ALUMINIUM SULFAT DALAM PENGOLAHAN AIR RUN OFF PERTAMBANGAN BARU BARA) THE INFLUENCE OF COAGULANT USING (ACID MINE DRAINAGE, ALUMINIUM SULFATE) IN THE

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK

PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK Prosiding SNaPP212 : Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN 289-3582 PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK DENGAN PROSES FLOTASI UDARA TERLARUT 1 Satriananda 1 Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Lhokseumawe,

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pengujian dilaksanakan pada tanggal 22 September 2016 dengan pengujian air Selokan Mataram dengan unit water treatment melalui segmen 1 koagulasi, flokulasi, segmen 2 sedimentasi,

Lebih terperinci

PENURUNAN KONSENTRASI CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD)

PENURUNAN KONSENTRASI CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD) PENURUNAN KONSENTRASI CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD) Diperoleh penurunan kadar COD optimum pada variasi tumbuhan Tapak Kuda + Kompos 1 g/l. Nilai COD lebih cepat diuraikan dengan melibatkan sistem tumbuhan

Lebih terperinci

PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH PADA IPAL INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT BTIK LIK MAGETAN

PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH PADA IPAL INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT BTIK LIK MAGETAN BAB VII PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH PADA IPAL INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT BTIK LIK MAGETAN 7.1. Sumber Limbah Di BTIK-LIK Magetan terdapat kurang lebih 43 unit usaha penyamak kulit, dan saat ini ada 37

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS JENIS KOAGULAN DAN DOSIS KOAGULAN TEHADAP PENURUNAN KADAR KROMIUM LIMBAH PEYAMAKAN KULIT

EFEKTIVITAS JENIS KOAGULAN DAN DOSIS KOAGULAN TEHADAP PENURUNAN KADAR KROMIUM LIMBAH PEYAMAKAN KULIT EFEKTIVITAS JENIS KOAGULAN (Muhammad Rizki Romadhon )35 EFEKTIVITAS JENIS KOAGULAN DAN DOSIS KOAGULAN TEHADAP PENURUNAN KADAR KROMIUM LIMBAH PEYAMAKAN KULIT THE EFFECTIVITY RATE OF THE TYPE OF COAGULANT

Lebih terperinci

PENURUNAN TURBIDITY, TSS, DAN COD MENGGUNAKAN KACANG BABI (Vicia faba) SEBAGAI NANO BIOKOAGULAN DALAM PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK (GREYWATER)

PENURUNAN TURBIDITY, TSS, DAN COD MENGGUNAKAN KACANG BABI (Vicia faba) SEBAGAI NANO BIOKOAGULAN DALAM PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK (GREYWATER) PENURUNAN TURBIDITY, TSS, DAN COD MENGGUNAKAN KACANG BABI (Vicia faba) SEBAGAI NANO BIOKOAGULAN DALAM PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK (GREYWATER) Irawan Widi Pradipta*), Syafrudin**), Winardi Dwi Nugraha**)

Lebih terperinci

PROC. ITB Sains & Tek. Vol. 36 A, No. 1, 2004,

PROC. ITB Sains & Tek. Vol. 36 A, No. 1, 2004, PROC. ITB Sains & Tek. Vol. 36 A, No. 1, 2004, 63-82 63 Penurunan Zat Organik dan Kekeruhan Menggunakan Teknologi Membran Ultrafiltrasi dengan Sistem Aliran Dead-End (Studi Kasus : Waduk Saguling, Padalarang)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan suatu kebutuhan utama bagi semua mahluk hidup di dunia terutama bagi manusia, dengan terus bertambahnya jumlah populasi manusia, maka kebutuhan air bersih

Lebih terperinci

PENGOLAHAN LIMBAH LAUNDRY DENGAN PENAMBAHAN KOAGULAN POLYALUMUNIUM CHLORIDE(PAC) DAN FILTER KARBON AKTIF

PENGOLAHAN LIMBAH LAUNDRY DENGAN PENAMBAHAN KOAGULAN POLYALUMUNIUM CHLORIDE(PAC) DAN FILTER KARBON AKTIF PENGOLAHAN LIMBAH LAUNDRY DENGAN PENAMBAHAN KOAGULAN POLYALUMUNIUM CHLORIDE(PAC) DAN FILTER KARBON AKTIF Adysti Maretha N *) Wiharyanto Oktiawan **) Arya Rezagama **) Abstract There is an increasing presence

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pengujian air sungai, menggunakan alat uji filtrasi buatan dengan media filtrasi pasir, zeolit dan arang yang dianalisis di laboraturium rekayasa lingkungan UMY, pengujian

Lebih terperinci

PENENTUAN KUALITAS AIR

PENENTUAN KUALITAS AIR PENENTUAN KUALITAS AIR Analisis air Mengetahui sifat fisik dan Kimia air Air minum Rumah tangga pertanian industri Jenis zat yang dianalisis berlainan (pemilihan parameter yang tepat) Kendala analisis

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (2017), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (2017), Hal ISSN : Analisis Kualitas Air Sumur Bor di Pontianak Setelah Proses Penjernihan Dengan Metode Aerasi, Sedimentasi dan Filtrasi Martianus Manurung a, Okto Ivansyah b*, Nurhasanah a a Jurusan Fisika, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

Luh Putu Widya Kalfika Devi, K. G. Dharma Putra, dan A. A. Bawa Putra. Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran, Bali ABSTRAK ABSTRACT

Luh Putu Widya Kalfika Devi, K. G. Dharma Putra, dan A. A. Bawa Putra. Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran, Bali ABSTRAK ABSTRACT EFEKTIFITAS PENGOLAHAN AIR EFFLUENT MENJADI AIR REKLAMASI DI INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH SUWUNG DENPASAR DITINJAU DARI KANDUNGAN KEKERUHAN, TOTAL ZAT TERLARUT (TDS), DAN TOTAL ZAT TERSUSPENSI (TSS)

Lebih terperinci

Perancangan Instalasi Unit Utilitas Kebutuhan Air pada Industri dengan Bahan Baku Air Sungai

Perancangan Instalasi Unit Utilitas Kebutuhan Air pada Industri dengan Bahan Baku Air Sungai Perancangan Instalasi Unit Utilitas Kebutuhan Air pada Industri dengan Bahan Baku Air Sungai Air yang digunakan meliputi : 1. Air pendingin, digunakan untuk mendinginkan alat penukar panas. 2. Air Proses,

Lebih terperinci

Peningkatan Kualitas Air Tanah Gambut dengan Menggunakan Metode Elektrokoagulasi Rasidah a, Boni P. Lapanporo* a, Nurhasanah a

Peningkatan Kualitas Air Tanah Gambut dengan Menggunakan Metode Elektrokoagulasi Rasidah a, Boni P. Lapanporo* a, Nurhasanah a Peningkatan Kualitas Air Tanah Gambut dengan Menggunakan Metode Elektrokoagulasi Rasidah a, Boni P. Lapanporo* a, Nurhasanah a a Prodi Fisika, FMIPA Universitas Tanjungpura, Jalan Prof. Dr. Hadari Nawawi,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. s n. Pengujian Fitokimia Biji Kelor dan Biji. Kelor Berkulit

HASIL DAN PEMBAHASAN. s n. Pengujian Fitokimia Biji Kelor dan Biji. Kelor Berkulit 8 s n i1 n 1 x x i 2 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Fitokimia Kelor dan Kelor Berkulit s RSD (%) 100% x Pengujian Fitokimia Kelor dan Kelor Berkulit Pengujian Alkaloid Satu gram contoh dimasukkan ke dalam

Lebih terperinci

EVALUASI EFISIENSI KINERJA UNIT CLEARATOR DI INSTALASI PDAM NGAGEL I SURABAYA

EVALUASI EFISIENSI KINERJA UNIT CLEARATOR DI INSTALASI PDAM NGAGEL I SURABAYA EVALUASI EFISIENSI KINERJA UNIT CLEARATOR DI INSTALASI PDAM NGAGEL I SURABAYA Anjar P,RB Rakhmat 1) dan Karnaningroem,Nieke 2) Teknik Lingkungan, ITS e-mail: rakhmat_pratama88@yahoo.co 1),idnieke@enviro.its.ac.id

Lebih terperinci