OBJEKTIVITAS BERITA KONFLIK BASUKI TJAHJA PURNAMA DENGAN DPRD DKI JAKARTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "OBJEKTIVITAS BERITA KONFLIK BASUKI TJAHJA PURNAMA DENGAN DPRD DKI JAKARTA"

Transkripsi

1 OBJEKTIVITAS BERITA KONFLIK BASUKI TJAHJA PURNAMA DENGAN DPRD DKI JAKARTA (Studi Analisis Isi Tentang Obyektivitas Berita Konflik Antara Basuki Tjahja Purnama dengan DPRD DKI Jakarta Periode 18 Januari - 31 Maret 2015 Pada Portal Berita Detik.com) Muhammad Afiq Naufal Haryanto Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Abstract The press or mass media in Indonesia has entered the reform era, where the press is freer. Free does not mean freedom to disseminate news or any information, but the meaning of free is fair and accountable to standards of truth, accuracy, objectivity and balance according to the theory of social responsibility of the press system. But this time, the mass media in Indonesia are generally owned by individuals who have political interests and was often a media darling, so objectivity of the mass media is unquestionable This study aims to determine and review how Detik.com news objectivity in reporting the conflict between Ahok with the Jakarta legislative Council. This is because Detik.com a pioneer online news portal in Indonesia and online news portals frequently accessed by the people of Indonesia that Detik.com must consider the objectivity of their news because the objectivity of news affecting the quality of news. In this study, researchers used the content analysis method by collecting data from counting of emerging news variable from conflict between Ahok with Jakarta legislative council on news portal Detik.com period January 18 to March 31, 2015 at a total sample of 50 news. The data analysis technique used in this research is descriptive to describe objectively and systematically. From these results it can be concluded that the overall Detik.com able to meet factuality side but on the side of impartiality can not be fulfilled because there are still many who simply covering the news from one point of view and from the negative side. Keywords: Content Analysis, Objectivity, Detik.com, News Conflict. 1

2 2 Pendahuluan Pers atau media massa di Indonesia telah memasuki era reformasi, dimana era reformasi ini, pers diberikan kebebasan. Kebebasan ini bukan berarti bebas menyebarluaskan berita atau informasi apapun, melainkan bebas yang adil dan bertanggung jawab sesuai teori sistem pers tanggung jawab sosial yang ditulisakkan Siebert, Peterson, dan Schramm bahwa pers harus memberikan informasian dengan standar kebenaran, akurasi, objektivitas serta keseimbangan 1. Pers atau media massa sendiri memiliki peranan umum yaitu mengontrol atau mengkritik langkah pemerintah dan memberikan gambaran kepada pemerintah mengenai reaksi masyarakat terhadap keputusan yang dibuat oleh pemerintah. Seperti yang dikatakan Bernard C. Cohen bahwa beberapa peran yang umum dijalankan pers diantaranya sebagai pelapor artinya melaporkan kebijakankebijakan yang dibuat kepada masyarakat (informer), penafsir yang diartikan menafsirkan kebijakan-kebijakan pemerintah atau bahasa yang sulit dipahami menjadi bahasa yang dapat dipahami oleh publik (interpreter), wakil dari publik dengan kata lain melihat dan melaporkan reaksi publik (representative of the public), dan peran jaga yang artinya pengeritik pemerintah (watchdog) 2. Melihat peran tersebut seharusnya pers atau media massa menjadi alat kontrol sosial dan bukan menjadi alat pendukung individu atau kelompok-kelompok tertentu yang memiliki kepentingan. Di dalam teori sistem pers tanggung jawab sosial mengatakan bahwa pers harus menginformasikan dengan standar objektivitas. Objektif merupakan penggambaran keadaan sesuai fakta yang jauh dari pendapat diri sendiri. Michael Bugeja seorang pengajar jurnalisme di Iowa State berpendapat bahwa objektif adalah melihat dunia seperti apa adanya, bukan bagaimana yang anda harapkan 3. Edi Santoso seorang dosen Ilmu Komunikasi Universitas Soedirman Purwokerto berpendapat, objektivitas berita merupakan penyajian berita yang bersifat netral, 1 Nia Kurniati Syam. Sistem Media Massa di Era Reformasi: Perspektif Teori Normatif Media Massa. Bandung: MediaTor, Hal Luwi Ishwar. Catatan-Catatan Jurnalisme Dasar. Jakarta: Kompas, Hal Ibid, Hal. 44

3 3 tidak berat sebelah, dan selalu bekerja atas dasar fakta, bukan pandangan atau keyakinan pribadi 4. Namun saat ini, media massa di Indonesia sebagian besar dimiliki oleh individu-individu yang memiliki kepentingan politik, sehingga keobjektivisan media massa sekarang ini perlu dipertanyakan khususnya ketika media tersebut meliput lawan politik dari pemilik media tersebut atau sosok yang mencuri perhatian khalayak dan dapat menyenangkan media massa (media darling). Seperti halnya Detik.com, yang selalu memberitakan Ahok ketika menjadi Gubernur DKI Jakarta hingga puncaknya ketika terjadi konflik antara Ahok dengan DPRD DKI Jakarta. Sehubungan dengan itu, peneliti tertarik untuk meneliti keobjektivitasan berita konflik Ahok dengan DPRD DKI Jakarta pada portal berita Detik.com tersebut dengan metode analisis isi. Menurut Holsti, metode analisis isi merupakan suatu teknik untuk mengambil kesimpulan dengan mengidentifikasi berbagai karakteristik khusus suatu pesan secara objektif, sistematis, dan generalisasi. 5 Dengan demikian peneliti akan mengambil kesimpulan secara umum dengan melihat karakteristik khusus yang telah ditentukan. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan rumusan masalahnya adalah Bagaimana objektivitas berita konflik antara Ahok dengan DPRD DKI Jakarta pada portal berita Detik.com periode 18 Januari 31 Maret 2015? 4 Edi Santoso. Memaknai Ulang Objektivitas dalam Media Massa (Sebuah Apresiasi pada Praktik Jurnalisme Subyektif). Purwokerto: Ilmu Komunikasi Unsoed, Hal. 2 5 Dewan Pers. Menyingkap Profesionalisme Kinerja Surat Kabar di Indonesia. Jakarta: Pusat Kajian Media dan Budaya Populer, Dewan Pers, dan Departemen Komunikasi dan Informatika, Hal. 33

4 4 Tujuan Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menjelaskan objektivitas berita konflik antara Ahok dengan DPRD DKI Jakarta pada portal berita Detik.com periode 18 Januari 31 Maret Telaah Pustaka 1. Teori Sistem Normatif Media Massa Terdapat empat teori sistem normatif media massa yang ditemukan Siebert, Peterson, dan Schramm yaitu (a) Teori Sistem Pers Otoriter, (b) Teori Sistem Pers Bebas, (c) Teori Sistem Pers Tanggung Jawab Sosial, (d) Teori Sistem Pers Soviet. Dennis McQuail menambahkan dua teori sistem normatif media massa, yaitu (e) Teori Sistem Pers Pembangunan dan (f) Teori Sistem Pers Demokratis Partisipan 6. a) Teori Sistem Pers Otoriter Teori ini pada umumnya diterapkan oleh negara yang menggunakan sistem politik otoriter, dimana prinsip umum dalam teori pers otoriter ini adalah pers dilarang melakukan hal-hal yang dapat merusak wewenang yang berlaku, pers harus tunduk kepada penguasa/otoritas kekuasaan, pers harus menghindari perbuatan yang menentang nilai-nilai moral dan politik kaum mayoritas, penyensoran diberlakukan untuk menerapkan prinsip-prinsip yang dianut, kecaman terhadap pemegang kekuasaan/otoritas tidak dibenarkan, wartawan dan profesional tidak memiliki independensi dalam organisasi medianya. b) Teori Sistem Pers Bebas Teori ini diterapkan oleh negara yang menganut sistem demokrasi liberal dan reaksi dari adanya sistem pers otoriter. Prinsip yang diterapkan dalam teori sistem pers bebas ini adalah tidak ada penyensoran dalam penyiaran, setiap orang bebas memiliki media tanpa adanya surat izin, kecaman terhadap pemerintah tidak dapat dipidanakan, wartawan memiliki otonomi yang kuat profesional yang kuat dalam organisasi medianya. 6 Nia Kurniati Syam. loc.cit. Hal. 72

5 5 c) Teori Sistem Pers Tanggung Jawab Sosial Teori ini terbentuk karena teori sistem pers bebas dianggap telah melenceng dari tujuan kebebasan pers yang sebenarnya dan tidak mampu melindungi kepentingan masyarakat. Prinsip yang diterapkan dalan teori ini adalah pers harus memenuhi dan menerima kewajiban tertentu kepada masyarakat, kewajiban tersebut menyangkut keinformasian dengan standar kebenaran, akurasi, objektivitas dan keseimbangan, pers bebas dalam melaksanakan tugasnya, pers berisfat plural dan merefleksikan kebhinekaan masyarakat dengan menampilkan berbagai sudut pandang dan memberikan jaminan hak jawab, pers harus menghindari dari setiap upaya yang mengarah pada tindakan kejahatan, merusak tatanan sosial/meyakiti kelompok minoritas, masyarakat berhak untuk menuntut standar kinerja yang tinggi dari pers sehingga intervensi dibenarkan karena pers merupakan public good, dimana wartawan bertanggung jawab terhadap masyarakat, pemilik pers dan pasar. d) Teori Sistem Pers Soviet Teori sistem pers yang muncul di negara Uni Soviet. Prinsip utama yang digunakan adalah pers merupakan kaki tangan penguasa, pihak swasta tidak boleh memiliki media, pers harus memberikan pemikiran yang lengkap dan objektif megenai masyarakat dan dunia sesuai ajaran Marxisme dan Leninisme, masyarakat dapat melakukan sensor dan memberikan hukuman utuk mencegah publikasi yang bersifat antisosial. e) Teori Sistem Pers Pembangunan Teori sistem pers ini muncul pada tahun 60an dan banyak digunakan di negara-negara berkembang. Prinsip yang digunakan pada sistem ini adalah pers harus menginformasikan tugas-tugas positif pembangunan sesuai kebijakan, kebebasan pers dibatasi oleh kebutuhan masyarakat negara berkembang dan ekonomi, mengutamakan budaya dan bahasa nasional, memprioritaskan informasi dan isi berita tentang negara-negara tetangga, wartawan memiliki kebebasan dan tanggung jawab dalam menjalankan tugasnya, pemerintah dapat ikut campur, memberikan batasan dan penyensoran demi kepentingan negara.

6 6 f) Teori Sistem Pers Demokratis Partisipan Teori sistem pers ini banyak diterapkan di negara-negara berkembang yang menganut sistem liberal. Prisip dari sistem pers ini adalah setiap orang berhak mendapatkan akses terhadap media dan berhak untuk dilayani, media tidak tunduk kepada pemerintah, keberadaan media ditujukan untuk kepentingan khalayak bukan golongan, setiap individu atau kelompok bebas memiliki media, kebutuuhan sosial tertentu yang terkait dengan media tidak cukup dikemukakan melalui tuntutan konsumen secara individual ataupun negara dan berbagai sasaran utama kelembagaan. 2. Berita Berita adalah informasi terkini mengenai peristiwa yang telah terjadi atau belum diketahui sebelumnya 7. Menurut Melvin Mencher (2003) berita memiliki dua poin dalam definisinya, yaitu berita adalah sebuah informasi tentang jeda dari alur normal dari sebuah kegiatan, mengalami masukan yang diharapkan dan penyimpangan dari norma. Kedua, berita adalah informasi yang dibutuhkan orang untuk berdiskusi untuk hidupnya 8. Melihat dari dua definisi di atas, berita merupakan pelaporan peristiwa yang sedang terjadi berdasarkan fakta yang diolah oleh media agar masyarakat mengetahui peristiwa tersebut agar dapat didiskusikan. Ada dua kategori berita menurut Sumadiria yakni berita berat (hard news) dimana berita ini menyangkut kepentingan orang banyak dalam hubungannya dengan kebutuhan (needs) dan keinginan (wants) yang kedua adalah berita ringan (soft news) dimana berita ini menyangkut kepentingan sekelompok pembaca tertentu atau daerah tertentu dan terkadang tidak terlalu dibutuhkan 9. Di dalam berita terdapat elemen-elemen yang menjadi dasar sebuah berita. Menurut Septiawan Santana ada sepuluh elemen nilai berita, yaitu 10 7 Wahyu Wibowo. Menuju Jurnalisme Beretika. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, Hal.13 8 Dewan Pers. op.cit. Hal. 7 9 Haris Sumadiria. Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feauture. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, Hal Septiawan Santana, Jurnalisme Kontemporer. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, Hal. 18

7 7 a) Immediacy (kesegaran peristiwa) b) Proximity (kedekatan peristiwa) c) Consequence (mengandung nilai konsekuensi atau dampak) d) Conflict (konflik atau peperangan) e) Oddity (peristiwa yang jarang terjadi) f) Sex (seks) g) Human interest (peristiwa yang menarik emosi) h) Prominence (orang terkenal) i) Suspense (peristiwa yang ditunggu-tunggu) j) Progress (perkembangan peristiwa) 3. Objektivitas Berita Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, objektif adalah mengenai keadaan yang sebenarnya tanpa dipengaruhi pedapat atau pandangan pribadi. Michael Bugeja seorang pengajar jurnalisme di Iowa State berpendapat bahwa objektif adalah melihat dunia seperti apa adanya, bukan bagaimana yang anda harapkan semestinya 11. Sesuatu dikatakan objektif dasarnya adalah adanya fakta yang diungkapkan oleh seseorang apakah seseorang itu melihat langsungatau fakta yang dia dapatkan itu dari membaca media cetak. Dalam hal ini fakta memilliki dua arti yaitu fakta berdasarkan pada apa yang dapat diindra oleh manusia secara langsung dan fakta yang dikonstruksikan oleh pikiran seseorang yang dikemukakan pada orang lain 12. Menurut Siahaan, objektivitas berita adalah penyajian berita yang benar, tidak memihak, dan berimbang. Objektivitas berita dapat dilihat melalui truth (sejauh mana fakta yang disajikan benar atau bias diandalakan), relevansi (sejauh mana aspek-aspek fakta yang diberitakan dengan standar jurnalistik) dan ketidakberpihakan (sejauh mana fakta-fakta yang diberitakan bersifat netral dan 11 Luwi Ishwar. op.cit. Hal Nurudin. Jurnalisme Masa Kini. Jakarta: Rajawali Pers, Hal. 76

8 8 berimbang) 13.Sedangkan Edi Santoso seorang dosen Ilmu Komunikasi Universitas Soedirman Purwokerto berpendapat, objektivitas berita mensyaraktkan wartawan untuk netral, tidak berat sebelah, dan selalu bekerja atas dasar fakta, bukan pandangan atau keyakinan pribadi 14. Dalam pengertian-pengertian di atas, objektivitas berita merupakan cara menyajikan sebuah berita yang berdasarkan fakta dan jujur secara seimbang tanpa adanya unsur keberpihakan. Ada indikator untuk menilai objektivitas sebuah berita yang dituliskan oleh Dennis McQuail yaitu faktualitas dan imparsialitas. Faktualitas memiliki dua aspek yaitu truth (faktual, akurasi, kelengkapan) dan relevansi. Sedangkan imparsialitas juga memiliki dua aspek yaitu balance (cover both sides dan proporsional) dan netralitas (non-evaluative dan non-sensational) 15. Faktual merupakan pemisahan antara fakta dan opini sehingga berita tersebut merupakan hasil dari kejadian nyata dan berdasarkan fakta dan tidak dibuat-buat atau rekayasa berdasarkan opini pribadi wartawan. Akurasi merupakan verifikasi terhadap fakta, relevansi sumber berita dan akurasi penyajian sebuah berita yang dapat dilihat melalui cek dan ricek. Kelengkapan berita dapat dilihat dari pemuatan 5W + 1H (Who, Where, When, What, Why dan How). Relevansi merupakan kesesuaian antara judul dengan isi berita dan kesesuaian sumber berita dengan isi berita sehingga menjadikan berita tersebut relevan dengan kebutuhan informasi masyarakat. Cover both sides merupakan berita yang dapat menampilkan semua sisi, tidak memilih sisi tertentu dan tidak menghilangkan sisi lainnya. Porposional merupakan memuat dua sisi yang berlawanan secara bersamaan dan porsi dalam pemuatannya seimbang (even handed evaluation). Non-evaluative merupakan penulisan berita yang tidak memberikan penilaian atau judgement pada salah satu sisi. Non-sensational merupakan penulisan berita yang tidak bertele-tele dalam menggunakan bahasa dan tidak melebih-lebihkan fakta. 13 Ni Ketut Efrata Fransiska. Objektivitas Pemberitaan Peserta Partai Politik Tahun 2009 Dalam Periode Kampanye Pemilihan Legislatif di Koran Nasional. Surabaya: Jurnal Ilmiah SCRIPTURA, Hal Edi Santoso. loc.cit. Hal Dewan Pers. op.cit. Hal. 10

9 9 4. Analisis Isi Analisis isi pertama kali dipublikasikan pada tahun 1893 dengan megajukan pertanyaan retorik Apakah surat kabar menyajikan berita? ketika surat kabar di Amerika Serikat lebih memilih menuliskan berita tentang gosip, skandal dan olahraga (Speed, 1893). Dengan melakukan pengukuran sederhana terhadap ruang kolom surat kabar yang disediakan untuk pokok persoalan tertentu, para jurnalis berusaha mengungkap kebenaran surat kabar (Street, 1909) yang hasilnya motif keuntunganlah yang menyebabkan berkembangnya jurnalisme kuning 16. Krippendorff menyatakan bahwa analisis isi adalah suatu teknik penelitian untuk membuat inferensi yang dapat direplikasi dan sahih datanya dengan memperhatiakan konteksnya 17. Sedangkan Berelson mendifinisikan sebagai teknik penelitian untuk mendeksripsikan secara objektif, sistematik dan kuantitatif isi komunikasi yang tampak 18. Analisis isi merupakan metode riset yang dapat diaplikasikan untuk meneliti pesan media 19. Holsti juga berpendapat, metode analisis isi merupakan suatu teknik untuk mengambil kesimpulan dengan mengidentifikasi berbagai karakteristik khusus suatu pesan secara objektif, sistematis, dan generalisasi. 20 Metodologi Penelitian ini menggunakan metode analisis isi. Seperti yang dikatakan Holsti, metode analisis isi merupakan suatu teknik untuk mengambil kesimpulan dengan mengidentifikasi berbagai karakteristik khusus suatu pesan secara objektif, sistematis, dan generalisasi 21. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah semua berita konflik antara Ahok dengan DPRD DKI Jakarta pada portal berita 16 Klaus Krippendorff. Analisis Isi: Pengantar Teori dan Metodologi. Jakarta: Rajawali Pers, Hal Ibid. Hal Ibid. Hal Dewan Pers. op.cit. Hal Ibid. Hal Dewan Pers. loc.cit. Hal. 33

10 10 Detik.com periode 18 Januari 31 Maret 2015 dengan total 102 berita. Adapaun penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini dilakukan secara acak atau random sampling (probability sampling) yaitu teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel, karena populasi terlalu besar sehingga perlu menentukan sampel dengan rumus Slovin n = n = ukuran sampel N = ukuran populasi N 1+N(e) 2 dimana : e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampelyang masih dapat ditolerir atau diinginkan (penelitik menggunakan 10%) n = (102 (0.1) 2 ) Dimana total sampel yang dapat diambil dengan menggunakan rumus tersebut berjumlah 50 sampel. Berikut ini adalah penjelasan untuk masing-masing unit analisis dan kategorisasi yang digunakan sebagai pedoman untuk menganalisis penelitian ini. a) Faktual (Kejadian nyata yang berdasarkan fakta sebenarnya). Faktual terdiri dari dua fakta yaitu fakta sosiologis (fakta yang bersumber dari peristiwa atau kejadian nyata tanpa unsure opini) dan fakta psikologis (fakta yang bersumber dari pernyataan, penilaian dan pendapat seseorang terhadap suatu peristiwa) b) Akurasi (Verifikasi terhadap fakta dengan cara cek dan ricek agar fakta dapat dikonfirmasi dan teruji kebenarannya) Akurasi diukur melalui adanya kegiatan cek dan ricek (jika berita mencantumkan narasumber, tempat dan waktu secara jelas) dan tidak ada kegiatan cek dan ricek (jika berita tidak mencantumkan narasumber, tempat dan waktu secara jelas) c) Kelengkapan (Penyertaan unsur 5W + 1H (Who, Where, When, What, Why dan How dalam berita).

11 11 Berita dikatakan lengkap jika mencantumkan unsur 5W+1H dan berita dikatakan tidak lengkap jika tidak mencantumkan salah satu unsure 5W+1H d) Relevansi (Keterkaitan dan kesesuaian judul, narasumber dan isi berita) Berita dikatakan relevan jika judul, narasumber dan isi berita sesuai dan berkaitan dan berita dikatakan tidak relevan jika judul, narasumber dan isi berita tidak sesuai dan tidak berkaitan. e) Cover Both Sides (Menampilkan pendapat atau pandangan dari berbagai pihak) Berita dikatakan multi sisi, jika berita memuat pendapat dari berbagai pihak selain dua pihak yang menjadi fokus pemberitaa. Dua sisi, jika berita memuat pendapat narasumber dari dua sisi yang berlawanan. Satu sisi, jika berita hanya memuat pendapat narasumber salah satu sisi saja. f) Even Handed Evaluation (Menyajikan evaluasi secara dua sisi baik positif maupun negative) Berita dikatakan netral jika menyajikan hal positif dan negativf pihak-pihak yang diberitakan secara bersamaan dan proporsional. Dikatakan positif, jika berita hanya menyajikan hal positif atau pro terhadap pihak-pihak yang diberitakan. Dan dikatakan negatif, jika berita hanya menyajikan hal negative atau kontra terhadap pihak-pihak yang diberitakan g) Non-Sensational, jika fakta ditulis apa adanya tidak dilebihlebihkan dengan memainkan kata atau kalimat. Sensational, jika fakta ditulis dengan cara melebih-lebihkan dan mempermainkan kata atau kalimat pada berita. h) Non-Evaluative, jika wartawan tidak mencampurkan fakta dengan opini yang mengarah ke penilaian benar atau salahnya salah satu sisi atau pihak. Dikatakan Evaluative, jika wartawan mencampurkan fakta

12 12 dengan opininya yang mengarah benar atau salahnya salah satu sisi atau pihak. Sajian dan Analisis Data 1. Penyajian Data Objektivitas Berita Konflik Ahok dengan DPRD DKI Jakarta berdasarkan Faktual Faktual merupakan salah satu aspek dari truth (kebenaran) yang berhubungan dengan faktualitas. Faktualitas sendiri merupakan tolak ukur dari kualitas sebuah berita. Faktual adalah kejadian nyata yang berdasarkan fakta sebenarnya. Faktual terdiri dari dua fakta, yaitu fakta sosiologis dan fakta psikologis. Fakta sosiologis merupakan fakta dimana berita bersumber pada peristiwa nyata tanpa unsur opini. Sedangkan Fakta Psikologis adalah berita yang faktanya berdasarkan opini seseorang terhadap suatu fakta dalam bentuk pernyataan, penilaian dan pendapat. Tabel 1 Distribusi Frekuensi Data Objektivitas Berita Konflik Ahok dengan DPRD DKI Jakarta berdasarkan Faktual No Faktual Frekuensi Persentase 1 Fakta Sosiologis 19 38% 2 Fakta Psikologis 31 62% Jumlah % Sumber: Hasil Koding Data Primer Hasil penelitian dari 50 sampel berita, Detik.com cenderung menggunakan fakta psikologis dimana faktanya bersumber kepada pendapat atau opini pihak tertentu dalam memberitakan suatu peristiwa dan hanya 38% Detik.com menggunakan fakta sosiologis dimana fakta berita bersumber berdasarkan peristiwa nyata. 2. Penyajian Data Objektivitas Berita Konflik Ahok dengan DPRD DKI Jakarta berdasarkan Akurasi Seperti faktual, akurasi juga termasuk dari unsur truth (kebenaran) sebuah berita dan masih berhubungan dengan faktualitas. Akurasi merupakan verifikasi

13 13 terhadap fakta, penyajian sebuah berita dan relevansi sumber berita dengan melakukan cek dan ricek. Cek dan ricek ini dapat dilakukan dengan cara melihat penulisan fakta pada berita adakah kesalahan dan kesesuaian fakta dengan narasumber serta isi berita. Berikut sajian data yang disajikan dalam tabel distribusi frekuensi. Tabel 2 Distribusi Frekuensi Data Objektivitas Berita Konflik Ahok dengan DPRD DKI Jakarta berdasarkan Akurasi No Akurasi Frekuensi Persentase 1 Ada Cek dan Ricek 42 84% 2 Tidak Ada Cek dan Ricek 8 16% Jumlah % Sumber: Hasil Koding Data Primer Akurasi berita dapat dilihat dengan melakukan cek dan ricek. Akurasi masuk kedalam aspek truth (kebenaran) yang merupakan turunan dari faktualitas guna melihat objektivitas menurut Dennis McQuail. Cek dan ricek disini meliputi pengecekan penulisan fakta pada berita dan pengecekan sumber berita waktu dan lokasi secara jelas. Dari data diatas menunjukan bahwa Detik.com cenderung selalu melakukan cek dan ricek dalam beritanya. Hal ini dibuktikan dengan persentase adanya cek dan ricek sebesar 84%. 3. Penyajian Data Objektivitas Berita Konflik Ahok dengan DPRD DKI Jakarta berdasarkan Kelengkapan Kelengkapan unsur 5W+1H merupakan salah satu syarat agar tercapainya objektivitas pemberitaan. Kelengkpan masih termasuk kedalam aspek truth (kebenaran) yang merupakan turunan dari faktualitas guna melihat objektivitas menurut McQuail. Berikut sajian data yang disajikan dalam tabel distribusi frekuensi.

14 14 Tabel 3 Distribusi Frekuensi Data Objektivitas Berita Konflik Ahok dengan DPRD DKI Jakarta berdasarkan Kelengkapan No Kelengkapan Frekuensi Persentase 1 Lengkap 44 88% 2 Tidak Lengkap 6 12% Jumlah % Sumber: Hasil Koding Data Primer Hasil penelitian menunjukan bahwa Detik.com dalam menyajikan informasi-informasi yang dituliskan dalam berita dapat dikatakan lengkap karena 44 dari 50 sampel berita selalu menyajikan 6 unsur tersebut (5W+1H), dengan kata lain Detik.com selalu menyajikan apa yang diliputnya, siapa yang diliputnya, kapan peristiwa itu terjadi, dimana peristiwa itu terjadi, mengapa peristiwa itu terjadi dan bagaimana persitiwa itu bisa terjadi. 4. Penyajian Data Objektivitas Berita Konflik Ahok dengan DPRD DKI Jakarta berdasarkan Relevansi Relevansi masuk dalam turunan faktualitas dimana faktualitas ini menentukan kualitas sebuah berita. Relevan juga termasuk unsur untuk melihat objektivitas berita menurut McQuil. Berikut sajian data yang disajikan dalam tabel distribusi frekuensi. Tabel 4 Distribusi Frekuensi Data Objektivitas Berita Konflik Ahok dengan DPRD DKI Jakarta berdasarkan Relevansi No Relevansi Frekuensi Persentase 1 Relevan 47 94,% 2 Tidak Relevan 3 6% Jumlah % Sumber: Hasil Koding Data Primer

15 15 Hasil penelitian dari kategori relevan menunjukan bahwa Detik.com selalu menyajikan berita yang relevan. Hal ini dibuktikan dengan 47 (94%) berita memuat judul, narasumber dan isi yang saling berhubungan. Hanya 3 berita yang tidak menunjukan keberhubungannya. 5. Penyajian Data Objektivitas Berita Konflik Ahok dengan DPRD DKI Jakarta berdasarkan Cover Both Sides Cover both sides merupakan salah satu cara untuk menilai Balance atau keberimbangan berita dimana balance ini merupakan turunan dari imparsialitas (ketidakberpihakan). Berikut sajian data yang disajikan dalam tabel distribusi frekuensi. Tabel 5 Distribusi Frekuensi Data Objektivitas Berita Konflik Ahok dengan DPRD DKI Jakarta berdasarkan Cover Both Sides No Cover Both Sides Frekuensi Persentase 1 Satu Sisi 40 80% 2 Dua Sisi 9 18% 3 Multi Sisi 1 2% Jumlah % Sumber: Hasil Koding Data Primer Dari hasil penelitian menunjukan bahwa Detik.com cenderung hanya satu sisi dalam memberitakan konflik antara Ahok dan DPRD DKI Jakarta. Dari 50 sampel berita hanya ada 9 berita yang meliput dua sisi dan 1 berita yag meliput multi sisi. 6. Penyajian Data Objektivitas Berita Konflik Ahok dengan DPRD DKI Jakarta berdasarkan Even Handed Evaluation Even Handed Evaluation merupakan salah satu turunan untuk melihat Balance dengan menampilkan sisi positif dan negatifnya. Berikut sajian data yang disajikan dalam tabel distribusi frekuensi.

16 16 Tabel 6 Distribusi Frekuensi Data Objektivitas Berita Konflik Ahok dengan DPRD No DKI Jakarta berdasarkan Even Handed Evaluation Even Handed Evaluation Frekuensi Persentase 1 Positif 10 20% 2 Negatif 26 52% 3 Netral 14 18% Jumlah % Sumber: Hasil Koding Data Primer Berdasarkan tabel diatas, Detik.com dalam memberitakan lebih sering menuliskan hal negative. Hal ini dapat dibuktikan dengan persentase pada kolom negatif sebesar 52% atau 26 berita. 7. Penyajian Data Objektivitas Berita Konflik Ahok dengan DPRD DKI Jakarta berdasarkan Non Sensational Non sensational merupakan salah satu turunan untuk melihat netralitas. Non sensational adalah penulisan berita berdasarkan fakta yang tidak dilebihlebihkan atau memainkan kata-kata atau kalimat. Berikut sajian data yang disajikan dalam tabel distribusi frekuensi. Tabel 7 Distribusi Frekuensi Data Objektivitas Berita Konflik Ahok dengan DPRD DKI Jakarta berdasarkan Non Sensational No Non Sensational Frekuensi Persentase 1 Non Sensational 46 92% 2 Sensational 4 8% Jumlah % Sumber: Hasil Koding Data Primer Berdasarkan penelitian dan tabel di atas, Detik.com menjaga ke netralitasannya dengan menuliskan berita yang tidak menggunakan kata atau kalimat sensasional. Hal ini dapat dilihat dari tabel bahwa 46 berita masuk

17 17 kedalam berita yang non-sensational dan hanya 4 berita yang masuk kedalam berita yang sensational. 8. Penyajian Data Objektivitas Berita Konflik Ahok dengan DPRD DKI Jakarta berdasarkan Non Evaluative Non Evaluative termasuk salah satu turunan untuk menilai netralitas. Non evaluative merupakan penulisan berdasarkan fakta tanpa campuran opini yang mengarah atau menggiring ke penilaian benar atau salah salah satu pihak. Berikut sajian data yang disajikan dalam tabel distribusi frekuensi. Tabel 8 Distribusi Frekuensi Data Objektivitas Berita Konflik Ahok dengan DPRD DKI Jakarta berdasarkan Non Evaluative No Non Evaluative Frekuensi Persentase 1 Non Evaluative 42 84% 2 Evaluative 8 16% Jumlah % Sumber: Hasil Koding Data Primer Berdasarkan penelitian dan tabel di atas, Detik.com berusaha tetap menjaga kenetralitasannya. Terbukti dengan adanya 42 sampel berita yang masuk dalam penilaian non evaluative dan hanya 8 berita yang masuk kedalam penilaian berita yang evaluative. Kesimpulan Dari hasil penelitian di atas, peneliti menemukan bahwa Detik.com dapa tmemenuhi dengan baik empat kategori yaitu faktual, akurasi, kelengkapan dan relevansi. Empat kategori ini merupakan indikator untuk menilai faktualitas sebuah berita. Pada kategori cover both sides dan even handed evaluation, Detik.com belum dapat memenuhinya meskipunka tegori non-sensational dan non-evaluative Detik.com mampu memenuhinya. Cover both sides didominasi oleh peliputan satu

18 18 sisi dan even handed evaluation didominasi oleh sisi negatif. Empat kategori tersebut merupakan indikator untuk menilai imparsialitas atau ketidakberpihakan. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa dari indikator objektivitas berita yaitu faktualitas dan imparsialitas, Detik.com mampu memenuhi sisi faktualitas namun pada sisi imparsialitas belum dapat terpenuhi karena masih banyak ditemukan berita yang hanya meliput satu sudut pandang dan dari sisi negatif. Saran Dari hasil penelitian di atas, peneliti ingin memberikan saran kepada Detik.com dimana sebagai portal berita online yang sering diakses oleh rakyat Indonesia bahwa Detik.com harus memperhatikan sisi imparsialitas atau ketidakberpihakan sebuah bertia agar kredibilitas dan independensi Detik.com dapat terjaga. Selain itu menjaga sisi imparsialitas atau ketidakberpihakan ini dapat menjaga berita dari bias informasi karena memasukan berbagai narasumber yang terkait. Bias informasi ini dapat mempengaruhi opini public, untuk itu imparsialitas harus terjaga sesuai dengan teori sistem pers tanggung jawab sosial dimana pers yang bebas harus memberikan informasi dengan standar kebenaran, akurasi, objektivitas dan keseimbangan. Daftar Pustaka Dewan Pers. (2006). Menyikap Profesionalisme Kinerja Surat Kabar di Indonesia. Jakarta: Pusat Kajian Media dan Budaya Populer, Dewan Pers dan Departemen Komunikasi dan Informatika. Fransiska, Ni Ketut Efrata. (2009). Objektivitas Pemberitaan Peserta Partai Politik Tahun 2009 Dalam Periode Kampanye Pemilihan Legislatif di Koran Nasional. Jurnal Ilmiah SCRIPTURA. Vol. 3. No.2 Ishwar, Luwi. (2007). Catatan-Catatan Jurnalisme Dasar. Jakarta: Kompas. Krippendorff, Klaus. (1991). Analisis Isi: Pengantar Teori dan Metodologi. Jakarta: Rajawali Pers. Nurudin. (2009). Jurnalisme Masa Kini. Jakarta: Rajawali Pers. Santana, Septiawan. (2005). Jurnalisme Kontemporer. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Santoso, Edi. (2011). Memaknai Ulang Objektivitas dalam Media Massa (Sebuah APresiasi pada Praktik Jurnalisme Subjektif. Jurnal Komunikasi Acta diurna. Vol.7. No. 1.

19 Sumadiria, Haris. (2005). Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature, Panduan Praktis Jurnalis Profesional. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Syam, Nia Kurniati. (2006). Sistem Media Massa di Era Reformasi: Persepktif Teori Normatif Media Massa. MediaTor. Vol. 7. No. 1. Wibowo, Wahyu. (2009). Menuju Jurnalisme Beretika. Jakarta: Kompas Media Nusantara. 19

BAB I PENDAHULUAN. bertanggung jawab sesuai teori sistem pers tanggung jawab sosial yang ditulisakkan

BAB I PENDAHULUAN. bertanggung jawab sesuai teori sistem pers tanggung jawab sosial yang ditulisakkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pers atau media massa di Indonesia telah memasuki era reformasi, dimana era reformasi ini, pers diberikan kebebasan. Kebebasan ini bukan berarti bebas menyebarluaskan

Lebih terperinci

Veronika/ Mario Antonius Birowo. Program Studi Ilmu Komunikasi. Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Abstrak

Veronika/ Mario Antonius Birowo. Program Studi Ilmu Komunikasi. Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Abstrak Pemberitaan Kongres Luar Biasa Partai Demokrat pada Harian Jurnal Nasional dan Harian Kompas (Analisis Isi Kuantitatif Objektivitas Pemberitaan Kongres Luar Biasa Partai Demokrat pada Harian Jurnal Nasional

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 115 BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1. Simpulan Secara keseluruhan dapat ditarik kesimpulan pemberitaan Harian Sore Surabaya Post terhadap Prabowo-Hatta selama kampanye pilpres 2014 menunjukan tingkat objektivitas

Lebih terperinci

oleh Stephani Arum Sari Drs. Mario Antonius Birowo, M.A., Ph.D

oleh Stephani Arum Sari Drs. Mario Antonius Birowo, M.A., Ph.D Pemberitaan Partai Nasional Demokrat dalam Surat Kabar Harian SEPUTAR INDONESIA (Analisis Isi Kuantitatif Objektivitas Pemberitaan Partai Nasional Demokrat dalam Surat Kabar Harian Seputar Indonesia Periode

Lebih terperinci

Yohanes Karol Hakim/ Lukas Ispandriarno PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

Yohanes Karol Hakim/ Lukas Ispandriarno PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA PEMBERITAAN PEMILIHAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR 2013 (Analisis Isi Keberpihakan Media dalam Pemberitaan Masa Kampanye Pemilihan Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Timur Putaran Pertama di Harian Pos Kupang

Lebih terperinci

Priska / Birowo. Program Studi Ilmu Komunikasi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Priska / Birowo. Program Studi Ilmu Komunikasi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Atma Jaya Yogyakarta PEMBERITAAN GEBRAKAN 100 HARI JOKOWI-BASUKI DI MEDIA ONLINE KOMPAS.COM (Studi Analisis Isi Fungsi Media pada Pemberitaan Gebrakan 100 Hari Jokowi-Basuki dalam Liputan Khusus di Media Online Kompas.com)

Lebih terperinci

Objektivitas Pemberitaan Posting Path Florence Sihombing pada Portal Online Harianjogja.com dan Tribunjogja.com

Objektivitas Pemberitaan Posting Path Florence Sihombing pada Portal Online Harianjogja.com dan Tribunjogja.com Objektivitas Pemberitaan Posting Path Florence Sihombing pada Portal Online Harianjogja.com dan Tribunjogja.com Aloysia Nindya Paramita / Yohanes Widodo Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial

Lebih terperinci

Teknik Reportase dan Wawancara

Teknik Reportase dan Wawancara Modul ke: 05 Fakultas FIKOM Teknik Reportase dan Wawancara Reportase Mintocaroko. S.Sos. Program Studi HUMAS Latar Belakang Reportase adalah ujung tombak proses kerja jurnalistik. Tak lain karena proses

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. Obyektivitas pemberitaan adalah suatu penyajian berita yang benar dan

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. Obyektivitas pemberitaan adalah suatu penyajian berita yang benar dan BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN I. KESIMPULAN Obyektivitas pemberitaan adalah suatu penyajian berita yang benar dan tidak berpihak. Suatu pemberitaan baru dapat dikatakan obyektif jika sudah memenuhi standar

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. tanggungjawab sosial memiliki asumsi utama bahwa di dalam kebebasan terkandung

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. tanggungjawab sosial memiliki asumsi utama bahwa di dalam kebebasan terkandung BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Teori tanggungjawab sosial dapat diterapkan secara luas karena teori ini meliputi beberapa jenis media massa dan lembaga siaran publik, salah satunya yaitu media

Lebih terperinci

KONFLIK ANTARA PARTAI KEADILAN SEJAHTERA DAN PARTAI DEMOKRAT TENTANG KENAIKAN HARGA BBM

KONFLIK ANTARA PARTAI KEADILAN SEJAHTERA DAN PARTAI DEMOKRAT TENTANG KENAIKAN HARGA BBM KONFLIK ANTARA PARTAI KEADILAN SEJAHTERA DAN PARTAI DEMOKRAT TENTANG KENAIKAN HARGA BBM (Analisis Isi Kuantitatif Objektivitas Pemberitaan Konflik Partai Keadilan Sejahtera dan Partai Demokrat tentang

Lebih terperinci

OBJEKTIVITAS MEDIA DALAM PEMBERITAAN KONFLIK AGAMA

OBJEKTIVITAS MEDIA DALAM PEMBERITAAN KONFLIK AGAMA OBJEKTIVITAS MEDIA DALAM PEMBERITAAN KONFLIK AGAMA (Analisis Isi Objektivitas Media dalam Pemberitaan Kasus Dugaan Penistaan Agama oleh Gubernur DKI Jakarta non-aktif Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) di Surat

Lebih terperinci

Public Relations Humas Simetris & Objektivitas Pemberitaan Oleh: Rachmat Kriyantono, Ph.D

Public Relations Humas Simetris & Objektivitas Pemberitaan Oleh: Rachmat Kriyantono, Ph.D Public Relations Humas Simetris & Objektivitas Pemberitaan Oleh: Rachmat Kriyantono, Ph.D Hasil wawancara di atas adalah situasi yang terjadi secara umum di lembaga kehumasan dan media massa dalam aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. elemen yang saling membutuhkan. Dalam menjalankan kewajibannya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. elemen yang saling membutuhkan. Dalam menjalankan kewajibannya sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa telah begitu erat dengan masyarakat. Keduanya merupakan elemen yang saling membutuhkan. Dalam menjalankan kewajibannya sebagai pembawa berita, media

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris dan sistematis. 1 Metode

III. METODE PENELITIAN. didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris dan sistematis. 1 Metode III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian adalah suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan

Lebih terperinci

meningkat, terlebih informasi terkini atau up to date, yang dapat diperoleh dengan

meningkat, terlebih informasi terkini atau up to date, yang dapat diperoleh dengan Abstrak Seiring berjalannya waktu, kebutuhan masyarakat akan informasi semakin meningkat, terlebih informasi terkini atau up to date, yang dapat diperoleh dengan cepat dan praktis. Kecil kemungkinan media

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Dari hasil temuan penelitian yang dilakukan peneliti yang mencoba

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Dari hasil temuan penelitian yang dilakukan peneliti yang mencoba BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil temuan penelitian yang dilakukan peneliti yang mencoba mengkaji unsur objektivitas media republika.co.id dalam pemberitaan penolakan Ahok sebagai gubernur DKI jakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kasus sengketa lahan di Indonesia lebih banyak merupakan. dengan akses dan kepemilikan lahan yang kemudian berujung pada konflik

BAB I PENDAHULUAN. Kasus sengketa lahan di Indonesia lebih banyak merupakan. dengan akses dan kepemilikan lahan yang kemudian berujung pada konflik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kasus sengketa lahan di Indonesia lebih banyak merupakan pertentangan antara warga setempat dengan perusahaan swasta terkait dengan akses dan kepemilikan lahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peristiwa politik selalu menarik perhatian media massa sebagai bahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peristiwa politik selalu menarik perhatian media massa sebagai bahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peristiwa politik selalu menarik perhatian media massa sebagai bahan untuk pemberitaan. Berita-berita tentang kegiatan, kebijakan atau pengambilan keputusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN DALAM PEMBERITAAN SURAT KABAR HARIAN KOMPAS DAN. Koran Tempo Periode November 2010 Januari 2011

BAB I PENDAHULUAN DALAM PEMBERITAAN SURAT KABAR HARIAN KOMPAS DAN. Koran Tempo Periode November 2010 Januari 2011 BAB I PENDAHULUAN A. Judul KASUS MAFIA PAJAK GAYUS HALOMOAN P TAMBUNAN DALAM PEMBERITAAN SURAT KABAR HARIAN KOMPAS DAN KORAN TEMPO B. Sub Judul Analisis Isi Berita Kasus Mafia Pajak Gayus Halomoan P Tambunan

Lebih terperinci

yang sangat penting, selain aspek lain seperti ketepatan dan keakuratan data. Dengan kemunculan perkembangan internet, maka publik dapat mengakses ber

yang sangat penting, selain aspek lain seperti ketepatan dan keakuratan data. Dengan kemunculan perkembangan internet, maka publik dapat mengakses ber BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Media massa pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu media massa cetak dan media elektronik. Media cetak yang dapat memenuhi kriteria sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konflik di sini dipahami sebagai kasus-kasus persengketaan dan perbedaan. dalam memberikan ruang pada sebuah pemberitaan.

BAB I PENDAHULUAN. Konflik di sini dipahami sebagai kasus-kasus persengketaan dan perbedaan. dalam memberikan ruang pada sebuah pemberitaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberimbangan dalam pemberitaan antara dua pihak yang sedang berseteru menjadi kunci utama objektif atau tidaknya media tersebut. Objektivitas itu sendiri disyaratkan

Lebih terperinci

OBJEKTIVITAS PEMBERITAAN DUGAAN KASUS KORUPSI NAZARUDDIN DI KORAN TEMPO (Studi Kasus Pemberitaan Kasus Dugaan Korupsi Nazaruddin di Koran Tempo)

OBJEKTIVITAS PEMBERITAAN DUGAAN KASUS KORUPSI NAZARUDDIN DI KORAN TEMPO (Studi Kasus Pemberitaan Kasus Dugaan Korupsi Nazaruddin di Koran Tempo) OBJEKTIVITAS PEMBERITAAN DUGAAN KASUS KORUPSI NAZARUDDIN DI KORAN TEMPO (Studi Kasus Pemberitaan Kasus Dugaan Korupsi Nazaruddin di Koran Tempo) SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

Lebih terperinci

Paul De Massenner dalam buku Here s The News: Unesco Associate, berita atau news adalah sebuah informasi yang penting dan menarik perhatian serta

Paul De Massenner dalam buku Here s The News: Unesco Associate, berita atau news adalah sebuah informasi yang penting dan menarik perhatian serta Fitri Dwi Lestari Paul De Massenner dalam buku Here s The News: Unesco Associate, berita atau news adalah sebuah informasi yang penting dan menarik perhatian serta minat khalayak pendengar. Doug Newsom

Lebih terperinci

PROSEDUR PENELITIAN Metode Penelitian Populasi dan Sampel Populasi

PROSEDUR PENELITIAN Metode Penelitian Populasi dan Sampel Populasi PROSEDUR PENELITIAN Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode analisis isi. Analisis isi didefinisikan sebagai suatu metode untuk mempelajari dan menganalisis komunikasi secara

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1 Kesimpulan Hasil dari penelitian yang diperoleh peneliti mengenai objektivitas pemberitaan sosok Ahok dan Rizieq di

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1 Kesimpulan Hasil dari penelitian yang diperoleh peneliti mengenai objektivitas pemberitaan sosok Ahok dan Rizieq di BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1 Kesimpulan Hasil dari penelitian yang diperoleh peneliti mengenai objektivitas pemberitaan sosok Ahok dan Rizieq di koran Kompas adalah objektif pada pemberitaan kedua sosok

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian ini adalah penelitian analisis isi deskriptif dengan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian ini adalah penelitian analisis isi deskriptif dengan pendekatan 44 BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian ini adalah penelitian analisis isi deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan paradigma positivisme. Penelitian deskriptif dapat diartikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemampuan berbahasa erat hubungannya dengan kemampuan berpikir. Bahasa

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemampuan berbahasa erat hubungannya dengan kemampuan berpikir. Bahasa 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemampuan berbahasa erat hubungannya dengan kemampuan berpikir. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin jelas

Lebih terperinci

Bab III. Objek Penelitian

Bab III. Objek Penelitian Bab III Objek Penelitian 3.1 Pendekatan penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yang merupakan sebuah penyelidikan mengenai masalah sosial atau masalah manusia yang berdasarkan pada

Lebih terperinci

Keberimbangan Pemberitaan. Dalam Pemberitaan Kasus Korupsi

Keberimbangan Pemberitaan. Dalam Pemberitaan Kasus Korupsi Keberimbangan Pemberitaan Dalam Pemberitaan Kasus Korupsi Irdiana / Lukas S. Ispandriarno Program Studi Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Atma Jaya Yogyakarta Jl. Babarsari No

Lebih terperinci

RANCANGAN PEMBELAJARAN

RANCANGAN PEMBELAJARAN RANCANGAN PEMBELAJARAN 1. Institusi : FISIP Jurusan Ilmu Komunikasi 2. Tahun Akademik : 2011/2012 3. Semester : IV 4. Nama dan Kode Mata Kuliah : Jurnalistik Media Cetak (SPK 2207) 5. SKS : 2 6. Pengampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggabungkan information (informasi) dan infotainment (hiburan). Artinya

BAB I PENDAHULUAN. menggabungkan information (informasi) dan infotainment (hiburan). Artinya BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kata infotainment merupakan neologisme, atau kata bentukan baru yang menggabungkan information (informasi) dan infotainment (hiburan). Artinya infotainment adalah informasi

Lebih terperinci

Penyusun Nama : Aisyah Monicaningsih Nim :

Penyusun Nama : Aisyah Monicaningsih Nim : Sikap Media, Citra Personal dan Penghapusan APBD Untuk Wartawan (Analisis Isi Berita Gubernur Jawa Tengah di Suara Merdeka, Tribun Jateng, dan Radar Semarang) Skripsi Disusun untuk memenuhin persyaratan

Lebih terperinci

2016 PERSEPSI PEMIRSA TENTANG OBJEKTIVITAS BERITA DI KOMPAS TV

2016 PERSEPSI PEMIRSA TENTANG OBJEKTIVITAS BERITA DI KOMPAS TV BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu karakteristik komunikasi massa adalah feedback yang tertunda atau delayed, sehingga komunikator membutuhkan waktu untuk mengetahui tanggapan atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebebasan pers Indonesia ditandai dengan datangnya era reformasi dimulai

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebebasan pers Indonesia ditandai dengan datangnya era reformasi dimulai BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebebasan pers Indonesia ditandai dengan datangnya era reformasi dimulai tahun 1998 setelah peristiwa pengunduran diri Soeharto dari jabatan kepresidenan. Pers Indonesia

Lebih terperinci

Komunikasi Massa menurut bittner (Ardianto, 2007:3) adalah pesan yang

Komunikasi Massa menurut bittner (Ardianto, 2007:3) adalah pesan yang 2.1. Komunikasi Massa Komunikasi Massa menurut bittner (Ardianto, 2007:3) adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Florence semakin ramai diperbincangkan media massa karena capture status yang

BAB I PENDAHULUAN. Florence semakin ramai diperbincangkan media massa karena capture status yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu fungsi utama dari pers adalah menyampaikan informasi secepatcepatnya kepada masyarakat yang seluas-luasnya. Kini, informasi pada media online semakin cepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar yang setiap gerak-geriknya selalu menjadi perhatian publik. Jika dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. besar yang setiap gerak-geriknya selalu menjadi perhatian publik. Jika dilihat dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak Partai Demokrat memenangi pemilu 2004, pemberitaan tentang partai ini selalu menarik untuk diikuti. Partai Demokrat menjelma menjadi partai besar yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai media, tentunya tidak terlepas dari konsep komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai media, tentunya tidak terlepas dari konsep komunikasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbicara mengenai media, tentunya tidak terlepas dari konsep komunikasi massa. Wilbur Scramm menggunakan ide yang telah dikembangkan oleh seorang psikolog, yaitu Charles

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Prinsip pertama dalam jurnalisme adalah objektivitas (Siahaan, 2001 : 66). Dikarenakan objektivitas dibutuhkan agar berita yang disajikan sesuai dengan realita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mesin cetak inilah yang memungkinkan terbitnya suratkabar, sehingga orang

BAB I PENDAHULUAN. Mesin cetak inilah yang memungkinkan terbitnya suratkabar, sehingga orang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Surat Kabar berasal dari istilah pers yang berarti percetakan atau mesin cetak. Mesin cetak inilah yang memungkinkan terbitnya suratkabar, sehingga orang mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perubahan ke era reformasi menjadi awal kebebesan pers karena

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perubahan ke era reformasi menjadi awal kebebesan pers karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan ke era reformasi menjadi awal kebebesan pers karena pemerintah mencabut SIUPP ( Surat Izin Usaha Penerbitan Pers ). Dampak dari tidak diberlakukannya SIUPP

Lebih terperinci

LITBANG KOMPAS NURUL FATCHIATI

LITBANG KOMPAS NURUL FATCHIATI LITBANG KOMPAS NURUL FATCHIATI jurnalistik jurnalisme KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) jurnalistik (n) (hal) yang menyangkut kewartawanan dan persuratkabaran jurnalisme (n) pekerjaan mengumpulkan, menulis,

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Sembilan Elemen Jurnalisme Bill Kovach dan Tom Rossenstiel merupakan salah

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Sembilan Elemen Jurnalisme Bill Kovach dan Tom Rossenstiel merupakan salah BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Sembilan Elemen Jurnalisme Bill Kovach dan Tom Rossenstiel merupakan salah satu pedoman yang digunakan media dan para wartawan untuk menjalankan tugas jurnalistiknya. Tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia politik, terutama menyongsong pemilu Kesempatan untuk bergabung

BAB I PENDAHULUAN. dunia politik, terutama menyongsong pemilu Kesempatan untuk bergabung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beberapa partai politik mulai bermunculan dan menunjukkan eksistensinya di dunia politik, terutama menyongsong pemilu 2014. Kesempatan untuk bergabung semakin terbuka

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan Penelitian yang dilakukan, terdapat perbedaan di antra SKH

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan Penelitian yang dilakukan, terdapat perbedaan di antra SKH BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan Penelitian yang dilakukan, terdapat perbedaan di antra SKH Kompas dan SKh Solopos. SKH Kompas memiliki kecenderungan untuk bermain aman dan hati-hati dalam setiap

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. saat Piala AFF 2010 di VIVANEWS.COM terdapat unsur-unsur yang bisa

BAB IV PENUTUP. saat Piala AFF 2010 di VIVANEWS.COM terdapat unsur-unsur yang bisa BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN Pemberitaan dapat dikatakan obyektif apabila berita tersebut benar dan tidak memihak. Dalam penelitian ini pemberitaan Aburizal Bakrie tentang PSSI saat Piala AFF 2010 di VIVANEWS.COM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internet melahirkan media baru (new media) bernama media online.

BAB I PENDAHULUAN. internet melahirkan media baru (new media) bernama media online. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penemuan internet pada tahun 1990-an menjadi sejarah penemuan teknologi yang berpengaruh besar bagi kehidupan manusia dan media. Bagi media, penemuan internet

Lebih terperinci

peristiwa lebih mudah menyentuh dan diingat oleh khalayak.

peristiwa lebih mudah menyentuh dan diingat oleh khalayak. BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian ini menggunakan analisis framing, analisis framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan dalam

Lebih terperinci

Etika Jurnalistik Dalam Media Komunitas

Etika Jurnalistik Dalam Media Komunitas Etika Jurnalistik Dalam Media Komunitas (Analisis Isi Penerapan Etika Jurnalistik pada Berita Daerah Istimewa Yogyakarta di Portal Komunitas Suarakomunitas.net periode Januari Desember 2013) Yosephine

Lebih terperinci

BERITA LITERASI MEDIA DAN WEBSITE KPI (ANALISIS ISI KUANTITATIF BERITA MENGENAI LITERASI MEDIA PADA WEBSITE KOMISI PENYIARAN INDONESIA)

BERITA LITERASI MEDIA DAN WEBSITE KPI (ANALISIS ISI KUANTITATIF BERITA MENGENAI LITERASI MEDIA PADA WEBSITE KOMISI PENYIARAN INDONESIA) BERITA LITERASI MEDIA DAN WEBSITE KPI (ANALISIS ISI KUANTITATIF BERITA MENGENAI LITERASI MEDIA PADA WEBSITE KOMISI PENYIARAN INDONESIA) Karina Pinem 100904046 Abstrak Penelitian ini berjudul Literasi Media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan media massa dalam menyuguhkan informasi yang akurat dan faktual semakin dibutuhkan di tengah-tengah masyarakat. Kebutuhan tersebut diiringi dengan semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Studi Analisis Isi Kredibilitas Media dalam Pemberitaan mengenai Muktamar

BAB I PENDAHULUAN. Studi Analisis Isi Kredibilitas Media dalam Pemberitaan mengenai Muktamar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Judul Skripsi Kredibilitas Media dalam Pemberitaan mengenai Muktamar Muhammadiyah 2010 B. Sub Judul Studi Analisis Isi Kredibilitas Media dalam Pemberitaan mengenai Muktamar Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. melakukan dan menerapkan kualitas isi berita dengan baik. Hal tersebut

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. melakukan dan menerapkan kualitas isi berita dengan baik. Hal tersebut BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Surat Kabar Harian Kompas dan Koran Tempo secara umum telah melakukan dan menerapkan kualitas isi berita dengan baik. Hal tersebut ditunjukkan dengan prinsip objektivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan presiden 2014 cukup menyita perhatian masyarakat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan presiden 2014 cukup menyita perhatian masyarakat Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan presiden 2014 cukup menyita perhatian masyarakat Indonesia. Dapat dilihat dari survei Komisi Pemilihan Umum (KPU), seperti dikutip dalam artikel Kompas.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Fenomena menjamurnya media massa di Indonesia, yang sangat erat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Fenomena menjamurnya media massa di Indonesia, yang sangat erat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Fenomena menjamurnya media massa di Indonesia, yang sangat erat keterkaitannya dengan masyarakat luas, menjadi salah satu pilar perubahan suatu negara,

Lebih terperinci

Senny Ferdian Ciu dan Eko Harry Susanto Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara Jl. Letjen S.Parman No.

Senny Ferdian Ciu dan Eko Harry Susanto Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara Jl. Letjen S.Parman No. ANALISIS ISI PEMBERITAAN EVENT INTERNASIONAL DI INDONESIA MENGACU PADA KONSEP OBJEKTIVITAS (STUDI PEMBERITAAN MISS WORLD 2013 PADA KORAN SINDO PERIODE SEPTEMBER 2013) Senny Ferdian Ciu dan Eko Harry Susanto

Lebih terperinci

OBJEKTIVITAS BERITA BIAS GENDER DALAM MEDIA ONLINE

OBJEKTIVITAS BERITA BIAS GENDER DALAM MEDIA ONLINE OBJEKTIVITAS BERITA BIAS GENDER DALAM MEDIA ONLINE (Analisis Isi Kuantitatif Objektivitas Berita Kecelakaan Novi Amilia dalam Portal Berita Detik.com Periode 11 Oktober 11 November 2012) SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

Objektivitas Media Online Republika.Co.Id Dalam Pemberitaan Kasus Penolakan Ahok Sebagai Gubernur Dki Jakarta

Objektivitas Media Online Republika.Co.Id Dalam Pemberitaan Kasus Penolakan Ahok Sebagai Gubernur Dki Jakarta Prosiding Jurnalistik ISSN: 2460-6529 Objektivitas Media Online Republika.Co.Id Dalam Pemberitaan Kasus Penolakan Ahok Sebagai Gubernur Dki Jakarta 1 Hadrus Salam, 2 Kiki Zakiah 1,2 Bidang Kajian Jurnalistik,

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. liputan, narasumber, dan arah berita. Putaran Pertama Liga Super Indonesia (LSI) 2009/2010, Harian Radar Malang

BAB IV PENUTUP. liputan, narasumber, dan arah berita. Putaran Pertama Liga Super Indonesia (LSI) 2009/2010, Harian Radar Malang BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa Harian Radar Malang telah berupaya menyajikan pemberitaan Tentang Kesebelasan Arema Indonesia Selama Putaran Pertama Liga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai bangsa yang lekat dengan primordialisme, agama menjadi salah satu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai bangsa yang lekat dengan primordialisme, agama menjadi salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai bangsa yang lekat dengan primordialisme, agama menjadi salah satu komponen yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan bernegara. Kepercayaan agama tidak hanya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis Penelitian yang digunakan untuk mengurai atau menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif. Menurut Crasswell, beberapa

Lebih terperinci

Objektivitas Pemberitaan Dugaan Kasus Korupsi Nazaruddin di Koran Tempo (Studi Kasus Pemberitaan Kasus Dugaan Korupsi Nazaruddin di Koran Tempo)

Objektivitas Pemberitaan Dugaan Kasus Korupsi Nazaruddin di Koran Tempo (Studi Kasus Pemberitaan Kasus Dugaan Korupsi Nazaruddin di Koran Tempo) Objektivitas Pemberitaan Dugaan Kasus Korupsi Nazaruddin di Koran Tempo (Studi Kasus Pemberitaan Kasus Dugaan Korupsi Nazaruddin di Koran Tempo) Frisky Minova 922005 ABSTRAK Skripsi ini berjudul Objektivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya. Pengakses internet terus mengalami peningkatan sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya. Pengakses internet terus mengalami peningkatan sejalan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia, media baru (internet) berkembang dengan pesat setiap tahunnya. Pengakses internet terus mengalami peningkatan sejalan dengan ketersediaan infrastruktur

Lebih terperinci

BAB III SEGEMENTASI PASAR DAN BERITA

BAB III SEGEMENTASI PASAR DAN BERITA BAB III SEGEMENTASI PASAR DAN BERITA 3.1 SEGMENTASI PASAR Perusahaan yang memutuskan untuk beroperasi dalam pasar yang luas hendaknya menyadari bahwa tidak mungkin dapat melayani seluruh pelanggan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia selalu membutuhkan informasi, dan informasi yang manusia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia selalu membutuhkan informasi, dan informasi yang manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia selalu membutuhkan informasi, dan informasi yang manusia butuhkan dapat diperoleh salah satunya melalui media massa yang ada di sekitar mereka. Media massa sendiri

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

BAB V. Penutup. Dari kajian wacana mengenai Partai Komunis Indonesia dalam Surat Kabar

BAB V. Penutup. Dari kajian wacana mengenai Partai Komunis Indonesia dalam Surat Kabar BAB V Penutup A. Kesimpulan Dari kajian wacana mengenai Partai Komunis Indonesia dalam Surat Kabar Kompas dan Republika dapat ditarik beberapa kesimpulan. Pertama, produksi wacana mengenai PKI dalam berita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan media sebagai salah satu alatnya (Maryani, 2011:3).

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan media sebagai salah satu alatnya (Maryani, 2011:3). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut perspektif Cahil (dikutip dari Kovach & Rosenstiel, 2001:10) dalam Rahayu (2006:5), menuturkan bahwa betapa besar pengharapan publik atas media massa. Pengharapan

Lebih terperinci

VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. TVRI Stasiun Sulawesi Tenggara sebagai televisi publik lokal dan Sindo TV

VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. TVRI Stasiun Sulawesi Tenggara sebagai televisi publik lokal dan Sindo TV VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Pada bagian ini diuraikan kesimpulan, implikasi dan rekomendasi berdasar hasil penelitian yang telah dilakukan. 6.1. Kesimpulan Berdasarkan temuan-temuan dan analisa

Lebih terperinci

Menulis Berita. Silahkan mencoba menulis sebuah berita sesuai kaedah ejaan yang benar. Drs. Masari, MM. Modul ke: Fakultas TEKNIK

Menulis Berita. Silahkan mencoba menulis sebuah berita sesuai kaedah ejaan yang benar. Drs. Masari, MM. Modul ke: Fakultas TEKNIK Modul ke: Menulis Berita Silahkan mencoba menulis sebuah berita sesuai kaedah ejaan yang benar Fakultas TEKNIK Drs. Masari, MM Program Studi TEKNIK MESIN http://www.mercubuana.ac.id Teknik Penulisan Berita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. politik yang dimediasikan media telah masuk keberbagai tempat dan kalangan

BAB I PENDAHULUAN. politik yang dimediasikan media telah masuk keberbagai tempat dan kalangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Media massa menjadi penting dalam kehidupan politik dan proses demokrasi, yang memiliki jangkauan luas dalam penyebaran informasi, mampu melewati batas wilayah, kelompok

Lebih terperinci

OBJEKTIVITAS PEMBERITAAN TENTANG SOSOK AHOK DAN HABIB RIZIEQ DI KORAN KOMPAS

OBJEKTIVITAS PEMBERITAAN TENTANG SOSOK AHOK DAN HABIB RIZIEQ DI KORAN KOMPAS OBJEKTIVITAS PEMBERITAAN TENTANG SOSOK AHOK DAN HABIB RIZIEQ DI KORAN KOMPAS SKRIPSI Disusun oleh : Marchellina Andreina Andrijanto NRP.1423014060 FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA

Lebih terperinci

Problem Jurnalis Lingkungan di SKH Riau Pos. Oleh : Ayu Puspita Sari / Bonaventura Satya Bharata. Program Studi Ilmu Komunikasi

Problem Jurnalis Lingkungan di SKH Riau Pos. Oleh : Ayu Puspita Sari / Bonaventura Satya Bharata. Program Studi Ilmu Komunikasi Problem Jurnalis Lingkungan di SKH Riau Pos (Studi Deskriptif Kualitatif Terhadap Jurnalis SKH Riau Pos Dalam Pemberitaan Seputar Kebakaran Hutan dan Lahan di Riau) Oleh : Ayu Puspita Sari / Bonaventura

Lebih terperinci

KONFLIK ANTARA PARTAI KEADILAN SEJAHTERA DAN PARTAI DEMOKRAT TENTANG KENAIKAN HARGA BBM

KONFLIK ANTARA PARTAI KEADILAN SEJAHTERA DAN PARTAI DEMOKRAT TENTANG KENAIKAN HARGA BBM KONFLIK ANTARA PARTAI KEADILAN SEJAHTERA DAN PARTAI DEMOKRAT TENTANG KENAIKAN HARGA BBM (Analisis Isi Kuantitatif Objektivitas Pemberitaan Konflik Partai Keadilan Sejahtera dan Partai Demokrat tentang

Lebih terperinci

PEMBERITAAN PARTAI NASIONAL DEMOKRAT DALAM SURAT KABAR HARIAN SEPUTAR INDONESIA

PEMBERITAAN PARTAI NASIONAL DEMOKRAT DALAM SURAT KABAR HARIAN SEPUTAR INDONESIA PEMBERITAAN PARTAI NASIONAL DEMOKRAT DALAM SURAT KABAR HARIAN SEPUTAR INDONESIA Analisis Isi Kuantitatif Objektivitas Pemberitaan Partai Nasional Demokrat dalam Surat Kabar Harian Seputar Indonesia Periode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan sangat pesat. Beragam surat kabar terbit sebagai

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan sangat pesat. Beragam surat kabar terbit sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring berakhirnya pemerintahan orde baru, industri pers di Indonesia mengalami perkembangan sangat pesat. Beragam surat kabar terbit sebagai implementasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. artikel ke-20 Deklarasi Universal mengenai Hak Asasi Manusia, (1) Everyone

BAB I PENDAHULUAN. artikel ke-20 Deklarasi Universal mengenai Hak Asasi Manusia, (1) Everyone BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap manusia memiliki kebebasan untuk berorganisasi, berkelompok, berasosiasi, berafiliasi, serta berserikat. Sebagaimana tertera pada kedua poin artikel ke-20 Deklarasi

Lebih terperinci

WACANA PEMBANGUNAN DI MEDIA MASSA (Analisis Isi Obyektifitas dalam Pemberitaan Jalan Raya di Harian Kompas dan Satelit Pos)

WACANA PEMBANGUNAN DI MEDIA MASSA (Analisis Isi Obyektifitas dalam Pemberitaan Jalan Raya di Harian Kompas dan Satelit Pos) TOPIK UTAMA WACANA PEMBANGUNAN DI MEDIA MASSA (Analisis Isi Obyektifitas dalam Pemberitaan Jalan Raya di Harian Kompas dan Satelit Pos) Dwi Pangastuti M Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Jenderal

Lebih terperinci

OBJEKTIVITAS PEMBERITAAN TENTANG PENYELIDIKAN KASUS KEMATIAN SINGA AFRIKA DI KBS PADA HARIAN JAWA POS DAN HARIAN SURYA SKRIPSI

OBJEKTIVITAS PEMBERITAAN TENTANG PENYELIDIKAN KASUS KEMATIAN SINGA AFRIKA DI KBS PADA HARIAN JAWA POS DAN HARIAN SURYA SKRIPSI OBJEKTIVITAS PEMBERITAAN TENTANG PENYELIDIKAN KASUS KEMATIAN SINGA AFRIKA DI KBS PADA HARIAN JAWA POS DAN HARIAN SURYA SKRIPSI Disusun Oleh : Shiella Abelia Himdojo NRP. 1423011030 FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

Lebih terperinci

KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP REALITAS PEMBERITAAN PEMILIHAN CALON GUBERNUR DKI, JOKO WIDODO DI HARIAN UMUM SOLOPOS BULAN FEBRUARI-MEI 2012

KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP REALITAS PEMBERITAAN PEMILIHAN CALON GUBERNUR DKI, JOKO WIDODO DI HARIAN UMUM SOLOPOS BULAN FEBRUARI-MEI 2012 0 KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP REALITAS PEMBERITAAN PEMILIHAN CALON GUBERNUR DKI, JOKO WIDODO DI HARIAN UMUM SOLOPOS BULAN FEBRUARI-MEI 2012 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan perkotaan. Kekotaan menyangkut sifat-sifat yang melekat pada kota dalam artian fisikal, sosial,

Lebih terperinci

Penerapan Objektivitas Pemberitaan Konflik Keistimewaan Yogyakarta di Surat Kabar Kedaulatan Rakyat SUMMARY SKRIPSI

Penerapan Objektivitas Pemberitaan Konflik Keistimewaan Yogyakarta di Surat Kabar Kedaulatan Rakyat SUMMARY SKRIPSI Penerapan Objektivitas Pemberitaan Konflik Keistimewaan Yogyakarta di Surat Kabar Kedaulatan Rakyat SUMMARY SKRIPSI Untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1 Jurusan Ilmu Komunikasi

Lebih terperinci

MODUL 7 SOSIOLOGI KOMUNIKASI. (3 SKS) Dosen: Drs. Ahmad Mulyana, M.Si.

MODUL 7 SOSIOLOGI KOMUNIKASI. (3 SKS) Dosen: Drs. Ahmad Mulyana, M.Si. FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI PERTEMUAN 7 UNIVERSITAS MERCU BUANA MODUL 7 (3 SKS) Dosen: Drs. Ahmad Mulyana, M.Si. POKOK BAHASAN: Pendekatan Analisis Sosiologi Komunikasi Massa DESKRIPSI: Materi berupa uraian

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Perkembangan jurnalisme media siber yang kian hari semakin pesat dan kehadirannya yang semakin diminati, membuat media ini semakin popular dan menjadi preferensi utama masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media massa dinilai mempunyai peranan yang besar dalam. menyampaikan aspirasi rakyat kepada pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. Media massa dinilai mempunyai peranan yang besar dalam. menyampaikan aspirasi rakyat kepada pemerintah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa dinilai mempunyai peranan yang besar dalam menjembatani atau sebagai penghubung informasi kepada khalayak luas dalam bidang politik, sosial, keamanan,

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) HUKUM DAN KODE ETIK JURNALISTIK

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) HUKUM DAN KODE ETIK JURNALISTIK RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) HUKUM DAN KODE ETIK JURNALISTIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA 2016 A. PENDAHULUAN 1. Latar belakang Ketika media

Lebih terperinci

Sistem Media Massa Indonesia di Era Reformasi: Perspektif Teori Normatif Media Massa

Sistem Media Massa Indonesia di Era Reformasi: Perspektif Teori Normatif Media Massa Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005 Sistem Media Massa Indonesia di Era Reformasi: Perspektif Teori Normatif Media Massa Nia Kurniati Syam ABSTRACT Social control as a means of mass media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan)

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini penulis menggunakan tipe penelitian analisis isi deskriptif.

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini penulis menggunakan tipe penelitian analisis isi deskriptif. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan tipe penelitian analisis isi deskriptif. Dalam Eriyanto (2010: 47) analisis isi deskriptif adalah analisis isi yang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Mencermati hasil analisis data dan pembahasan mengenai profesionalisme wartawan / jurnalis pada stasiun televisi lokal

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Mencermati hasil analisis data dan pembahasan mengenai profesionalisme wartawan / jurnalis pada stasiun televisi lokal BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Mencermati hasil analisis data dan pembahasan mengenai profesionalisme wartawan / jurnalis pada stasiun televisi lokal Batu Televisi (Batu TV) Kota Batu Jawa Timur pada bulan

Lebih terperinci

Berita Feature Opini Tajuk Essay Kolom. Sastra Tulisan Ilmiah Tulisan Ilmiah Populer

Berita Feature Opini Tajuk Essay Kolom. Sastra Tulisan Ilmiah Tulisan Ilmiah Populer Menulis di Media Massa Jenis-jenis Tulisan di Media Massa Berita Feature Opini Tajuk Essay Kolom Sastra Tulisan Ilmiah Tulisan Ilmiah Populer Peluang Dimuat Berita Opini Berita Ditulis oleh wartawan Bisa

Lebih terperinci

REGULASI PENYIARAN DI INDONESIA

REGULASI PENYIARAN DI INDONESIA REGULASI PENYIARAN DI INDONESIA Era Reformasi&Berakhirnya Era Orde Baru Proses disahkannya undang-undang penyiaran tersebut terjadi pada era pemerintahan Presiden Megawati. Tujuannya untuk menghasilkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dibutuhkan masyarakat. Saat ini ada beragam media yang memberikan informasi

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dibutuhkan masyarakat. Saat ini ada beragam media yang memberikan informasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Media massa merupakan sarana menyebarkan informasi kepada masyarakat. Oleh karena itu, media massa memiliki peranan penting dalam penyebaran informasi yang dibutuhkan

Lebih terperinci

Jurnalisme Lingkungan (Green Journalism)

Jurnalisme Lingkungan (Green Journalism) Jurnalisme Lingkungan (Green Journalism) Dr. Rahmawati Husein Disampaikan pada Training Eco-Spiritual MLH-AMM PWM DIY Yogyakarta, 20 April 2013 Pengertian & Latar belakang Jurnalisme lingkungan menitikberatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nilai berita (news value). Nilai berita ini menjadi ukuran yang berguna, atau yang

BAB I PENDAHULUAN. nilai berita (news value). Nilai berita ini menjadi ukuran yang berguna, atau yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Media memiliki peran penting dalam memberikan informasi kepada masyarakat. Hal ini tergambarkan dalam salah satu fungsi media massa sebagai penyebar informasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sifat penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sifat penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan 38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Sifat Penalitian Sifat penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, yaitu memberikan gambaran atau penjabaran tentang kondisi empiris

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan kebenaran secara fairness. Yaitu salah satu syarat objektivitas

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan kebenaran secara fairness. Yaitu salah satu syarat objektivitas BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Media massa merupakan sarana manusia untuk memahami realitas. Oleh sebab itu, media massa senantiasa dituntut mempunyai kesesuaian dengan realitas dunia yang benar-benar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan informasi pada setiap detiknya. masyarakat untuk mendapatkan gambaran dari realitas sosial. 1

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan informasi pada setiap detiknya. masyarakat untuk mendapatkan gambaran dari realitas sosial. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan informasi semakin cepat, dan di era informasi seperti sekarang ini banyaknya pemberitaan, informasi yang datang ke masyarakat. Penyebaran informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penegak hukum yang berdiri pada tanggal 29 Desember KPK. didirikan sebagai lembaga hukum yang bertugas untuk memberantas

BAB I PENDAHULUAN. penegak hukum yang berdiri pada tanggal 29 Desember KPK. didirikan sebagai lembaga hukum yang bertugas untuk memberantas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) adalah sebuah lembaga penegak hukum yang berdiri pada tanggal 29 Desember 2003. KPK didirikan sebagai lembaga hukum yang

Lebih terperinci