BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan pemukiman dapat menjadi suatu bukti adanya aktivitas atau

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan pemukiman dapat menjadi suatu bukti adanya aktivitas atau"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Permasalahan Keberadaan pemukiman dapat menjadi suatu bukti adanya aktivitas atau kegiatan manusia di suatu wilayah. Mundardjito (1990) mengistilahkan pemukiman sebagai tempat orang bermukim, yang secara fisik dapat dilihat dengan mata. Mengacu dari pendapat Mundardjito tersebut, hal yang dapat dilihat pada pemukiman tentunya berupa bangunan-bangunan. Wayong (1981) menjelaskan bahwa pemukiman berkaitan erat dengan kelompok unit-unit bangunan tempat tinggal dan mempunyai hubungan yang erat dengan lingkungan alam serta sumber daya alam di sekitarnya. Mengacu dari dua pendapat tentang pengertian pemukiman tersebut, tentunya kelompok unit-unit bangunan tersebut membentuk suatu pola-pola ataupun tata letak. Pola-pola tersebut membentuk suatu pola pemukiman. Pola pemukiman (settlement pattern) pada dasarnya merupakan pengejawantahan (ekspresi) dari konsepsi manusia mengenai ruang, serta hasil upayanya untuk mengubah dan memanfaatkan lingkungan fisik berdasarkan atas pandangan dan pengetahuan yang mereka miliki mengenai lingkungan tersebut (Ahimsa-Putra, 1997: 15). Berdasarkan pendapat tersebut, pola pemukiman dapat dijadikan suatu gambaran mengenai bagaimana suatu komunitas beradaptasi di lingkungan tempat mereka tinggal. Adaptasi tersebut dilakukan agar manusia 1

2 2 tetap dapat bertahan hidup di lingkungan tersebut. Bentuk adaptasi tersebut dapat berupa bentuk rumah, bahan yang digunakan untuk membuat rumah. Menurut Vogt dalam Parson (1972), kajian mengenai ruang lingkup pola pemukiman meliputi deskripsi tentang : 1. Bentuk masing-masing hunian atau tipe rumah pada suatu daerah, 2. Hubungan keruangan dari masing-masing bangunan di suatu daerah yang diteliti, 3. Hubungan tipe bentuk rumah dengan ciri-ciri arsitektural yang ada, 4. Keadaan keseluruhan daerah yang diteliti, dan 5. Hubungan keruangan antara daerah tersebut dengan desa atau komunitas lainnya pada wilayah yang lebih luas. Pola pemukiman erat hubungannya dengan tempat tinggal suatu komunitas atau masyarakat di suatu wilayah. Adanya pemukiman dapat mengindikasikan adanya tempat atau wilayah untuk tinggal, menetap, dan wilayah pendukung kehidupan kelompoknya. Pemukiman masyarakat di pulau Timor mempunyai ciri-ciri yang khas yang berbeda dengan wilayah lainnya di Indonesia. Menurut Grijzen maupun Steinmets dalam Parera (1994) mengatakan bahwa, kampungkampung orang Timor biasanya terletak di bukit-bukit yang sulit dijangkau. Hal ini berkaitan dengan masalah keamanan, di mana pada masa lalu sering terjadi peperangan. Salah satu contoh bentuk kampung tersebut yang masih dapat dijumpai hingga saat ini adalah pemukiman masyarakat Boti Dalam. Studi pemukiman dalam Arkeologi menurut Mundarjito (1990) meliputi tiga kelompok yaitu tingkat mikro, semi-mikro, dan makro. Diuraikan oleh

3 3 Mundarjito (1990), studi pemukiman mikro yang dipelajari meliputi persebaran ruang dan hubungan antar ruang di dalam satu bangunan, serta hubungan antar unsur-unsur bangunan dengan komponen lingkungan alam. Pada studi pemukiman tingkat semi-mikro yang dipelajari persebaran dan hubungan antar bangunan-bangunan dalam suatu situs, serta persebaran dan hubungan antara bangunan-bangunan dengan kondisi lingkungan. Studi pemukiman makro yang dipelajari meliputi persebaran dan hubungan antar situs di dalam suatu wilayah, serta persebaran dan hubungan antar situs dengan kondisi lingkungan fisik dan sumber daya alam. Pemukiman masyarakat Boti Dalam merupakan contoh pemukiman masa lalu salah suku di pulau Timor, khususnya suku yang tinggal di daerah yang ada di pedalaman. Wilayah ini secara administratif berada di wilayah Desa Boti, Kecamatan Kie, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Desa Boti terletak di lokasi yang terisolir di Kabupaten TTS yang kondisi wilayahnya sebagian besar berbukit-bukit. Wilayah Desa Boti terdiri atas dua kawasan yaitu Boti Luar dan Boti Dalam. Boti Luar merupakan bagian dari wilayah Desa Boti yang sudah menerima pengaruh dari dunia luar, masyarakat Boti Luar sudah menganut agama Kristen dan Katolik. Kawasan Boti Dalam merupakan kawasan Desa Boti yang masih memegang teguh adat tradisi leluhur mereka. Hal yang membedakan dengan Boti Luar adalah masyarakat Boti

4 4 Dalam memeluk agama Halaik atau Halaika. Halaika merupakan kepercayaan asli masyarakat yang tinggal di Boti Dalam. 1 Sebelum terbentuk Kerajaan Amanuban, dahulu di pulau Timor ada tiga kerajaan ritus yang masing-masing dipimpin oleh seorang raja yang disebut dengan Liurai (Parera, 1994: 159). Parera (1994) menjelaskan bahwa setiap Liurai mempunyai kekuasaan pemerintah wilayahnya tersebut. Liurai pertama berada di wilayah Belu Selatan, Liurai kedua adalah Sonbai, merupakan adik raja Belu Selatan, serta Liurai ketiga adalah raja Suai Kamanasa (sekarang wilayah Timor Timur). Sonbai menjadi salah satu raja kerajaan ritus yang wilayahnya mencakup sebagian besar wilayah orang-orang Atoni. Gelar Liurai untuk Sonbai, berlaku hingga abad 19 (Parera, 1994: 159). Dari tiga Liurai yang berada di pulau Timor, Liurai Sonbai yang paling terkenal dan dikenal oleh Belanda karena politiknya. Liurai Sonbai adalah koordinator bagi seluruh raja-raja di bagian barat pulau Timor sebelum Belanda datang ke Timor (Parera, 1994: 267). Parera (1994), menuliskan bahwa selesainya kerajaan adat ini ketika Sonbai ditangkap pemerintah Belanda pada tahun 1905, kemudian Belanda membagi wilayah yang luas tersebut menjadi swapraja (kerajaan) yang salah satunya adalah Swapraja Amanuban. Swapraja Amanuban atau kerajaan Amanuban atau dikenal juga dengan sebutan Amaf Nuban merupakan kerajaan yang terluas setelah Sonbai. Raja pertama Amanuban adalah Tenis dan Nubatonis, sebelum diambil alih oleh leluhur Nope. Kerajaan 1 Wawancara tanggal 24 Mei 2013 dengan Jemry Saluk, pemandu di Boti dan Jehua H. Taopan, staf Bina Budaya Dinas Budpar, Kab. Timor Tengah Selatan.

5 5 Amanuban tetap mempertahankan kekuatan politik hingga sekarang, dan selalu berada dibawah pimpinan satu keluarga yang sama yaitu Nope. Boti dahulu merupakan salah satu daerah yang berada di bawah kekuasaan kerajaan Amanuban, kemudian memisahkan atau menutup diri dari Amanuban dan membentuk komunitas sendiri. Pusat pemerintahan baru tersebut dikuasai oleh usif (raja/pemimpin adat). Saat ini, masyarakat Boti Dalam sangat menjaga adat tradisi leluhurnya yang diwariskan turun-temurun hingga saat ini. Di wilayah ini, masyarakat keturunan Boti yang masih menjaga adat tinggal di Boti Dalam, sedangkan yang sudah menganut agama selain Halaika tinggal di wilayah Boti Luar. 2 Secara kultural penduduk asli yang mendiami wilayah Kabupaten TTS adalah Suku Dawan, termasuk di dalamnya adalah masyarakat Boti. Penduduk yang mendiami Desa Boti ada dua macam, yaitu masyarakat Boti Luar dan Boti Dalam. Orang-orang Boti Dalam mempunyai ciri khas yang tidak dijumpai di Boti Luar. Ciri-ciri yang dapat dilihat secara jelas antara lain adalah pakaian berupa kain sarung yang dibuat oleh masyarakat Boti Dalam sendiri, rambut para pria dewasa digelung di belakang dan diberi seperti tusuk konde (soit) yang terbuat dari tanduk. Masyarakat Boti Dalam mencukupi kebutuhan hidupnya dari dalam desa mereka sendiri, karena cenderung menutup diri dari modernisasi dunia luar. Masyarakat Boti Luar tidak seketat masyarakat Boti Dalam. Masyarakat Boti Luar dapat sekolah, berinteraksi dengan dunia luar dan boleh menganut agama, baik Kristen atau Katholik. 2 Wawancara tanggal 24 Mei 2013 dengan Jehua H. Taopan, staf Bina Budaya Dinas Budpar, Kab. Timor Tengah Selatan.

6 6 Wilayah Boti Dalam secara administratif berada di wilayah Desa Boti, Kecamatan Kie, Kabupaten TTS. Wilayah tersebut berjarak sekitar 40 km sebelah tenggara Kota SoE yang merupakan Ibukota Kabupaten Timor Tengah Selatan. Wilayah Boti Luar dan Boti Dalam disatukan dalam satu wilayah administratif yaitu Desa Boti. Wilayah Desa Boti terletak di lembah yang dikelilingi oleh perbukitan dan sungai-sungai besar. Letak Boti Dalam berada di lembah yang mempunyai tanah subur dan jalan yang sulit dijangkau oleh alat transportasi membuat Boti Dalam menjadi kawasan yang terisolir, sehingga memungkinkan mereka untuk menjaga adat dan tradisi. I.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di bagian sebelumnya, peneliti mendapatkan hal yang menarik untuk dijadikan sebagai permasalahan dalam penelitian ini. Permasalahan yang dapat diumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana pola pemukiman masyarakat Boti Dalam dan apa saja kelengkapan yang terdapat di dalamnya? 2. Bagaimana hubungan pemukiman Boti Dalam dengan kondisi lingkungan alam serta mata pencaharian? I.3 Ruang Lingkup Penelitian Wilayah yang dijadikan objek dalam penelitian ini terletak di Desa Boti, Kecamatan Ki e, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Batasan wilayah dalam penelitian ini meliputi kawasan pemukiman

7 7 masyarakat Boti Dalam, khususnya yang berada di lingkungan Sonaf Boti, dan kawasan Boti Dalam, serta Desa Boti pada umumnya. Kawasan Sonaf Boti menjadi fokus penelitian, sedangkan daerah sekitar sebagai data pendukung dan pembanding dalam melakukan pembahasan dan analisis. I.4 Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah 1. Memahami bentuk pusat pemukiman suku Boti yang disebut dengan Boti Dalam, yang masih berlangsung hingga saat ini, 2. Untuk mengetahui hubungan pola pemukiman dengan kondisi geografis dan mata pencaharian, 3. Sebagai salah satu contoh bentuk pemukiman suku Dawan (Atoni) yang masih tersisa dan tetap lestari di pulau Timor. I.5 Tinjauan Pustaka Parera (1994) menuliskan tentang sejarah kerajaan-kerajaan yang ada di wilayah pulau Timor khususnya di wilayah Timor bagian barat. Dalam tulisannya dijelaskan mengenai kerajaan-kerajaan yang ada di pulau Timor dari sebelum kedatangan bangsa asing hingga setelah kemerdekaan Indonesia. Tulisan tersebut hanya membahas tentang kerajaan-kerajaan dan tidak membahas mengenai Boti. Meskipun dalam Parera tidak menjelaskan tentang Boti, akan tetapi banyak tulisan yang mengangkat tentang Boti. Setiyawan (2008) menulis tentang konsep eco-design masyarakat Boti di kawasan Boti Dalam, dengan fokus

8 8 pembahasan tentang masyarakat Boti Dalam yang menggunakan kearifan lokalnya untuk konsep tata ruangnya. Dalam tulisan tersebut, dibahas mengenai konsep kunjungan yang ideal bagi wisatawan yang ingin berkunjung ke Boti Dalam yaitu dengan memakan sirih pinang yang disiapkan sebagai penghormatan bagi semua tamu yang berkunjung, hingga berkeliling ke daerah sekitar dan menikmati makanan tradisional Boti. Selain itu, Andung (2010) menuliskan natoni di Boti Dalam. Natoni dipahami sebagai ungkapan pesan yang dituangkan dalam bentuk syair-syair kiasan adat yang dituturkan secara lisan oleh seorag penutur (atonis), dan ditemani oleh sekelompok orang sebagai pendamping atau pengikut (na he en). Di Boti Dalam ritual natoni masih dipergunakan hingga saat ini sebagai media komunikasi tradisional mereka. Andung (2012), di Boti Dalam terdapat juga kesenian tradisional yang disebut bonet. Bonet adalah salah satu tarian ritual yang dilakukan oleh masyarakat Boti Dalam, yang menggambarkan komunikasi antar sesama manusia dan antara manusia dengan Tuhannya. Bonet sebagai tarian yang berfungsi sebagai media komunikasi tradisional. Bagi masyarakat Boti Dalam mempunyai cara tersendiri dalam menyampaikan pesan tersebut yaitu dengan cara pertunjukan bonet, pesan tersebut ditujukan kepada sesama warga ataupun orang luar. Sumarsono (2012) menulis tentang konsep kehidupan setelah kematian pada agama lokal yaitu Halaika di suku Boti. Konsep kehidupan setelah kematian dalam bahasa lokal disebut dengan Fatu Bian ma Hau Bian (di balik batu dan kayu). Dalam konsep kepercayaan ini menjelaskan bahwa orang yang meninggal

9 9 tersebut tidak pergi untuk berpindah tempat, melainkan perpindahan eksistensi atau wujud sedangakan tempatnya sama. Penelitian tentang arkeologi yang berhubungan dengan pola pemukiman ataupun pemukiman di Boti Dalam belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, maka penelitian dengan judul Pola Pemukiman Masyarakat Boti Dalam di Desa Boti, Nusa Tenggara Timur: Kajian Etnoarkeologi, akan membahas mengenai pola pemukiman masyarakat Boti Dalam khususnya di wilayah Sonaf Boti dan Boti Dalam, serta hubungan pemukiman di Boti Dalam dengan kondisi geografis lingkungan sekitar. I.6 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan penalaran induktif, karena dalam pelaksanaanya penelitian ini bergerak dari kajian fakta-fakta atau gejala-gejala khusus untuk kemudian disimpulkan sebagai gejala yang bersifat umum atau generalisasi empiris (Tanudirjo, 1989: 34). Sifat penelitian ini adalah deskriptif analitis yaitu dengan memberikan gambaran fakta-fakta yang ada di lapangan, dalam hal ini adalah pemukiman masyarakat Boti Dalam khususnya di kawasan Sonaf Boti. Di dalam membahas permasalahan tersebut, digunakan pendekatan studi etnoarkeologi. Oswalt (1974) menyatakan bahwa etnoarkeologi adalah penelitian yang dilakukan menggunakan perspektif arkeologi tentang budaya material, berdasarkan informasi lisan tentang artefak yang diperoleh dari orang yang berhubungan langsung dengan artefak tersebut atau keturunan langsung dari

10 10 mereka (Ameer, 1998: 18). Studi etnoarkeologi memiliki tujuan untuk memberikan gambaran rekonstruksi tentang masa lalu melalui tinggalan-tinggalan yang masih dijumpai dan dipergunakan hingga saat ini oleh sekelompok masyakarakat atau suku. Penggunaan data etnografi sebagai bahan analogi untuk mengungkap kembali tatacara kehidupan masa lampau biasanya mempunyai kedudukan sebagai interpretasi (Tanudirdjo, 1987 : 24). Dengan demikian, data etnografi digunakan untuk menjelaskan dan memberikan gambaran rekonstruksi masa lalu. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan, antara lain : 1. Pengumpulan Data Tahap pengumpulan data merupakan tahapan awal yang dilakukan dalam penelitian ini. Pengumpulan data bertujuan untuk mendapatkan sebanyakbanyaknya data di lapangan. Pegumpulan data yang dilakukan dibagi menjadi dua yaitu data primer berupa: observasi dan wawancara, serta data sekunder berupa studi pustaka. Tahap pengumpulan data meliputi : a. Observasi Lapangan Observasi dilakukan dengan pengamatan di lapangan secara langsung yaitu di masyarakat Boti Dalam. Hal-hal yang diamati yaitu kehidupan sehari-hari yang dilakukan oleh masyarakat Boti Dalam. Pengamatan objek dilakukan secara langsung kemudian mencatatnya atau mendeskripsikannya. Observasi lapangan dimulai dari memasuki kawasan Desa Boti. Untuk masuk ke Boti Dalam, harus melewati tiga pintu gerbang

11 11 (gapura) yaitu: gerbang pertama, gerbang kedua, dan gerbang ketiga. Gerbang ketiga atau gerbang paling dalam merupakan pintu masuk ke wilayah Sonaf Boti. Selain itu dilakukan observasi, observasi dilakukan di pusat Boti Dalam yaitu tempat tinggal Bapa Raja atau yang disebut dengan sebutan usif. Tempat-tempat yang diobservasi antara lain kompleks di dalam pagar tempat Usif Boti tinggal, serta kebun atau ladang yang dimiliki oleh Usif Boti untuk bercocok tanam. b. Wawancara Wawancara merupakan salah satu cara mendapatkan data baik yang bersifat umum maupun yang bersifat khusus dari suatu objek penelitian yang dilakukan di lapangan. Wawancara dilakukan dengan narasumber-narasumber yang dipandang mengetahui secara dalam tentang masalah penelitian. Data yang diperoleh dari wawancara digunakan untuk melengkapi data observasi dan untuk melengkapi keterangan yang tidak diperoleh dari sumber pustaka. Jenis wawancara yang digunakan oleh penulis adalah wawancara tidak terstruktur yang pertanyaanya sangat terbuka, fleksibel dan menggunakan pedoman wawancara yang longgar terutama dengan urutan pertanyaannya. Wawancara yang dilakukan ada dua, yaitu: wawancara yang dilakukan pada saat melakukan observasi dan wawancara jarak jauh. Wawancara yang dilakukan pada saat observasi adalah

12 12 dengan narasumber yang mengerti tentang Boti Dalam dan diperbolehkan oleh Usif Boti untuk memberikan informasi, karena tidak semua orang Boti Dalam boleh berbicara mengenai kondisi Boti. Adapun orang Boti Dalam yang dijadikan narasumber berdasarkan: birokrasi dan struktur sosial di Boti Dalam, dan berdasarkan umur. Wawancara yang dilakukan di Boti Dalam menggunakan penerjemah yang berasal dari Desa Boti yang bernama Jemry Saluk, karena ada narasumber yang tidak dapat berbahasa Indonesia. Narasumber yang diwawancarai adalah Usif Nama Benu (raja Boti), Pah Sae (kakak Usif Boti), Liu (anak Boti Dalam), Mollo (keponakan Usif Boti), serta Jehua H. Taopan. Wawancara jarak jauh dilakukan karena tidak memungkinkan penulis untuk kembali ke wilayah penelitian tersebut. Wawancara jarak jauh menggunakan alat komunikasi baik melalui telepon, sms, dan menggunakan . Wawancara jarak jauh tersebut dilakukan dengan narasumber Jehua H. Taopan. c. Studi Pustaka Studi pustaka merupakan salah satu bagian yang penting dalam melakukan penelitian, karena dapat membantu mendapatkan data yang relevan. Studi pustaka merupakan sumber data sekunder, karena tidak didapatkan langsung di lapangan. Tahapan ini dilakukan dengan mengumpulkan dan menelaah sumber-sumber

13 13 tertulis ataupun dokumen lainnya yang berhubungan dengan masalah penelitian. Pengumpulan data dengan studi pustaka diperoleh dari buku, laporan penelitian, jurnal ilmiah, koran, majalah serta dokumendokumen lainnya yang berhubungan dengan masyarakat Boti Dalam. Data dari studi pustaka digunakan sebagai data tambahan yang tidak didapatkan dari observasi lapangan ataupun wawancara, selain itu data studi pustaka juga digunakan sebagai pembanding dari data wawancara. 2. Pembahasan Pembahasan ini tentunya untuk menjawab pertanyaan penelitian selain dari analisis. Pembahasan ini mengenai pemukiman masyarakat Boti Dalam khususnya yang berada di kawasan sonaf Boti atau yang sering disebut dengan Boti Dalam. Pada tahapan ini dibahas mengenai pemukiman masyarakat Boti Dalam sebagai bagian dari pemukiman di Desa Boti, pengaruh lingkungan alam sekitar terhadap pemukiman masyarakat Boti Dalam, serta bentuk adaptasi masyarakatnya terhadap lingkungan tempat tinggal. Pembahasan ini juga membahas tentang mata pencaharian dan cara mencukupi kebutuhan pangan mereka sendiri. Data yang diperoleh dari data lapangan, baik observasi langsung maupun data wawancara akan diolah dengan data yang diperoleh dari studi pustaka. Tahap ini berusaha menjelaskan bagaimana pengaruh lingkungan alam sekitar serta mata pencaharian terhadap pola pemukiman masyarakat Boti

14 14 Dalam, serta bentuk pola pemukiman masyarakat Boti Dalam. Data yang diperoleh dari observasi lapangan, wawancara dan studi pustaka dianalisis. Analisis yang digunakan yaitu analisis area jelajah atau analis cakupan situs (site catchment analysis). Analisis ini dipergunakan untuk menjelaskan hubungan antara masyarakat pendukungnya dengan lingkungannya. Analisis ini fungsinya mengetahui area jelajah masyarakat Boti Dalam yang bermata pencaharian sebagai petani di dalam mengolah lahan pertaniannya. Tinggalan-tinggalan yang berupa data artefaktual juga dibahas dalan tahap analisis ini, sebagai bukti adanya tinggalan arkeologis di Boti Dalam. Digunakan pula cabang ilmu lainnya dalam tahap analisis ini yaitu Sistem Informasi Geografi (SIG). 3. Penutup Berisi kesimpulan yang diperoleh dari pembahasan dan analisis data yang telah dilakukan oleh penulis, dan dari pembahasan tersebut diharapkan akan dapat menjawab pertanyaan penelitian yang diajukan dalam penelitian ini.

BAB I PENDAHULUAN. Pasar merupakan salah satu pusat perekonomian yang memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar merupakan salah satu pusat perekonomian yang memiliki peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar merupakan salah satu pusat perekonomian yang memiliki peranan yang penting, karena mempertemukan penjual dan pembeli. Pembeli membutuhkan komoditas untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah pikiran yang dapat berbentuk fisik (tangible) dan non-fisik (intangible). Tinggalan fisik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Y, Wartaya Winangun, Tanah Sumber Nilai Hidup, Yogyakarta: Kanisius, 2004, hal

BAB I PENDAHULUAN. 1 Y, Wartaya Winangun, Tanah Sumber Nilai Hidup, Yogyakarta: Kanisius, 2004, hal BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1. Latar Belakang Permasalahan Dalam kehidupan di dunia, setiap makhluk hidup pasti tergantung pada 3 unsur pokok, yaitu: tanah, air, dan udara. Ketiga unsur tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keunikan tersendiri yang melambangkan kekhasan masing-masing daerah.

BAB I PENDAHULUAN. keunikan tersendiri yang melambangkan kekhasan masing-masing daerah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang di dalamnya terdapat banyak sekali keragaman. Keragaman tersebut meliputi keragaman budaya, adat istiadat, bahasa, agama, kepercayaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Rencana Strategis Daerah Kab. TTU hal. 97

BAB I PENDAHULUAN. 1 Rencana Strategis Daerah Kab. TTU hal. 97 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sesuai dengan Rencana Pemerintah Daerah Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) dalam rangka pengembangan Kecamatan Insana Utara (Wini) sebagai Kota Satelit (program khusus)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing yang sangat strategis, yang terletak di tengah-tengah jalur perdagangan yang menghubungkan antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar di dalam suatu ekosistem. Hutan mampu menghasilkan oksigen yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. besar di dalam suatu ekosistem. Hutan mampu menghasilkan oksigen yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan anugerah Tuhan yang memiliki dan fungsi yang sangat besar di dalam suatu ekosistem. Hutan mampu menghasilkan oksigen yang dapat menjaga kesegaran udara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial, dimana kehidupan manusia ditandai dengan komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial, dimana kehidupan manusia ditandai dengan komunikasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial, dimana kehidupan manusia ditandai dengan komunikasi baik melalui bahasa maupun melalui simbol. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Letak wilayah yang strategis dari suatu daerah dan relatif mudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Letak wilayah yang strategis dari suatu daerah dan relatif mudah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Letak wilayah yang strategis dari suatu daerah dan relatif mudah dikunjungi dari transportasi apapun sering menjadi primadona bagi pendatang yang ingin keluar dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, dan dari kebiasaan itu yang nantinya akan menjadi kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, dan dari kebiasaan itu yang nantinya akan menjadi kebudayaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang masalah Manusia merupakan makhluk individu dan juga makhluk sosial yang hidup saling membutuhkan. Sebagai makhluk sosial manusia saling berinteraksi satu dengan lainnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Kasus Proyek Perkembangan globalisasi telah memberikan dampak kesegala bidang, tidak terkecuali pengembangan potensi pariwisata suatu kawasan maupun kota. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki banyak kekayaan dan keindahan, letak geografis yang strategis dan membentang hijau digaris

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks,

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks, terdiri dari berbagai sarana dan prasarana yang tersedia, kota mewadahi berbagai macam aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara Timur. Di pulau ini ditemukan banyak tinggalan arkeologis yang

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara Timur. Di pulau ini ditemukan banyak tinggalan arkeologis yang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pulau Alor merupakan salah satu pulau yang terletak di Kepulauan Nusa Tenggara Timur. Di pulau ini ditemukan banyak tinggalan arkeologis yang diperkirakan berasal dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kabupaten Timor Tengah Selatan dirancang sebagai penelitian cultural studies

BAB III METODE PENELITIAN. Kabupaten Timor Tengah Selatan dirancang sebagai penelitian cultural studies 62 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Kajian tentang hegemoni dan kontra hegemoni penguasaan cendana di Kabupaten Timor Tengah Selatan dirancang sebagai penelitian cultural studies (kajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kota Jakarta yang merupakan pusat pemerintahan, perdagangan, jasa, pariwisata dan kebudayaan juga merupakan pintu gerbang keluar masuknya nilai-nilai budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dominan adalah Suku Dayak bukit sebagai penduduk asli kesamaan itu

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dominan adalah Suku Dayak bukit sebagai penduduk asli kesamaan itu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Asal-usul suku Banjar berasal dari percampuran beberapa suku, yang menjadi dominan adalah Suku Dayak bukit sebagai penduduk asli kesamaan itu dapat diidentifikasi

Lebih terperinci

Gambar 3.1 : Peta Pulau Nusa Penida Sumber :

Gambar 3.1 : Peta Pulau Nusa Penida Sumber : BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penulis mengambil lokasi penelitian di Desa Sakti Pulau Nusa Penida Provinsi Bali. Untuk lebih jelas peneliti mencantumkan denah yang bisa peneliti dapatkan

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. Arsitektur rumah tradisional yang tersebar hingga ke pelosok Nusantara

1 BAB I PENDAHULUAN. Arsitektur rumah tradisional yang tersebar hingga ke pelosok Nusantara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Arsitektur rumah tradisional yang tersebar hingga ke pelosok Nusantara memiliki berbagai keistimewaan masing-masing. Proses pembuatan atau pembangunan rumah tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman tradisional Kelurahan Melai, merupakan permukiman yang eksistensinya telah ada sejak zaman Kesultanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Setiap manusia hidup dalam suatu lingkaran sosial budaya tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Setiap manusia hidup dalam suatu lingkaran sosial budaya tertentu. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Setiap manusia hidup dalam suatu lingkaran sosial budaya tertentu. Dimana dalam lingkungan sosial budaya itu senantiasa memberlakukan nilai-nilai sosial budaya yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. dituliskan dalam berbagai sumber atau laporan perjalanan bangsa-bangsa asing

BAB V KESIMPULAN. dituliskan dalam berbagai sumber atau laporan perjalanan bangsa-bangsa asing BAB V KESIMPULAN Barus merupakan bandar pelabuhan kuno di Indonesia yang penting bagi sejarah maritim Nusantara sekaligus sejarah perkembangan Islam di Pulau Sumatera. Pentingnya Barus sebagai bandar pelabuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu tempat ke tempat yang lain. Selain itu tinggal secara tidak menetap. Semenjak itu pula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Arsitektur merupakan hasil dari faktor-faktor sosiobudaya, sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Arsitektur merupakan hasil dari faktor-faktor sosiobudaya, sebuah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Arsitektur merupakan hasil dari faktor-faktor sosiobudaya, sebuah perancangan yang mencakup pengubahan-pengubahan terhadap lingkungan fisik, arsitektur dapat dianggap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam upaya ini pemerintah berupaya mencerdaskan anak bangsa melalui proses pendidikan di jalur

Lebih terperinci

2015 KEHID UPAN MASAYARAKAT BAD UY LUAR D I D ESA KANEKES KABUPATEN LEBAK BANTEN

2015 KEHID UPAN MASAYARAKAT BAD UY LUAR D I D ESA KANEKES KABUPATEN LEBAK BANTEN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masyarakat merupakan sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan istilah ilmiah, saling berinteraksi. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai prasarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara perairan yang luas dan terdiri dari beribu pulau di dalamnya. Wilayah Indonesia yang luas dan tersebar, membuat indonesia kaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE A. Latar Belakang Indonesia adalah Negara kepulauan yang berada di garis khatulistiwa dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis

Lebih terperinci

Pembangunan Gedung Olahraga Tipe B dan Pengembangan Fasilitas Pendukung pada Stadion Kobelete di Kabupaten Timor Tengah Selatan.

Pembangunan Gedung Olahraga Tipe B dan Pengembangan Fasilitas Pendukung pada Stadion Kobelete di Kabupaten Timor Tengah Selatan. Pembangunan Gedung Olahraga Tipe B dan Pengembangan Fasilitas Pendukung pada Stadion di Kabupaten Timor Tengah Selatan. Profil Kabupaten Timor Tengah Selatan Simbol Kabupaten Timor Tengah Selatan Rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2003: 13). Megalitik berasal dari kata mega yang berarti besar dan lithos yang

BAB I PENDAHULUAN. 2003: 13). Megalitik berasal dari kata mega yang berarti besar dan lithos yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Kebudayaan merupakan hasil karya manusia yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan hidup. Beberapa kebudayaan diantaranya dimulai pada masa prasejarah yang

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN Pelabuhan Perikanan. Pengertian pelabuhan perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN Pelabuhan Perikanan. Pengertian pelabuhan perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN 1.1.1. Pelabuhan Perikanan Pengertian pelabuhan perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan, 2006. Menyatakan bahwa pelabuhan perikanan adalah tempat

Lebih terperinci

POLA KERUANGAN DESA A. Potensi Desa dan Perkembangan Desa-Kota Bintarto

POLA KERUANGAN DESA A. Potensi Desa dan Perkembangan Desa-Kota Bintarto POLA KERUANGAN DESA A. Potensi Desa dan Perkembangan Desa-Kota Pengertian desa dalam kehidupan sehari-hari atau secara umum sering diistilahkan dengan kampung, yaitu suatu daerah yang letaknya jauh dari

Lebih terperinci

Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi

Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi PLPBK DI KAWASAN HERITAGE MENTIROTIKU Kabupaten Toraja Utara memiliki budaya yang menarik bagi wisatawan dan memilki banyak obyek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Modernisasi sangat berpengaruh terhadap tolak ukur maju atau tidaknya keberadaan suatu daerah. Pengaruh tesebut akan muncul dan terlihat melalui sebuah kompetisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial juga makhluk budaya. Sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial juga makhluk budaya. Sebagai makhluk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial juga makhluk budaya. Sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dalam artian bahwa sesungguhnya manusia hidup dalam interaksi

Lebih terperinci

Kabupaten Sumba Barat Daya. Fasilitas & rambu lalulintas pada jalan menuju tempat wisata masih belum ada

Kabupaten Sumba Barat Daya. Fasilitas & rambu lalulintas pada jalan menuju tempat wisata masih belum ada Bab 1 PENDAHLAN Latar belakang Kota Perdagangan isata alam Pantai, danau, goa Kabupaten Sumba Barat Daya Pantai Mandorak Sejarah Kampung budaya dan atraksi budaya Kota isata & Budaya MASALAH Fasilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masyarakat dan kebudayaan merupakan hubungan yang sangat sulit dipisahkan. Sebab masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

Lebih terperinci

TARI KREASI NANGGOK DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN

TARI KREASI NANGGOK DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumatera Selatan merupakan salah satu provinsi yang terletak di bagian selatan pulau Sumatera, dengan ibukotanya adalah Palembang. Provinsi Sumatera Selatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. material kewilayahan apapun yang ada di kota itu. hakikatnya segala sesuatunya di dunia ini akan mengalami perubahan tidak

BAB I PENDAHULUAN. material kewilayahan apapun yang ada di kota itu. hakikatnya segala sesuatunya di dunia ini akan mengalami perubahan tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota merupakan tempat bermukimnya warga kota, tempat bekerja, tempat kegiatan dalam bidang ekonomi, pemerintahan dan lain-lain dimana proses pembentukannya bukan serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memuaskan kebutuhan hidup. Akan tetapi, pada perkembangan selanjutnya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. memuaskan kebutuhan hidup. Akan tetapi, pada perkembangan selanjutnya sebagai BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kegiatan ekonomi merupakan salah satu perwujudan adaptasi manusia terhadap lingkungan. Faktor yang mendorong manusia untuk melalukan kegiatan ekonomi pada awalnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam lagi bahasa tercakup dalam kebudayaan. Bahasa menggambarkan cara berfikir

BAB I PENDAHULUAN. dalam lagi bahasa tercakup dalam kebudayaan. Bahasa menggambarkan cara berfikir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa dan kebudayaan merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Bahasa selalu menggambarkan kebudayaan masyarakat yang bersangkutan; lebih dalam lagi bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia, sehingga kemudian jalur perdagangan berpindah tangan ke para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku bangsa, bahasa serta budaya. Keanekaragaman kebudayaan ini berasal dari kebudayaan-kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs

BAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berlatar belakang sejarah Kota Sumedang dan wilayah Sumedang, yang berawal dari kerajaan Sumedang Larang yang didirikan oleh Praburesi Tajimalela (kurang lebih

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara Kabupaten Tapanuli Utara merupakan salah satu kabupaten yang tekstur wilayahnya bergunung-gunung. Tapanuli Utara berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara kepulauan terbesar di dunia dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara kepulauan terbesar di dunia dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Obyek Indonesia adalah sebuah negara kepulauan terbesar di dunia dengan 17.500 pulau dan dihuni 931 kelompok etnik, mulai dari Aceh di Sumatera

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Bangsa Indonesia terkenal dengan kemajemukannya yang terdiri dari berbagai suku bangsa dan hidup bersama dalam negara kesatuan RI dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika. Dalam keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries),

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries), 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dasawarsa terakhir ini perhatian terhadap pariwisata sudah sangat meluas, mengingat bahwa pariwisata mendatangkan manfaat dan keuntungan bagi negara yang menerima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bermukim merupakan salah satu cerminan budaya yang. merepresentasikan keseluruhan dari teknik dan objek, termasuk didalamnya cara

BAB I PENDAHULUAN. Bermukim merupakan salah satu cerminan budaya yang. merepresentasikan keseluruhan dari teknik dan objek, termasuk didalamnya cara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bermukim merupakan salah satu cerminan budaya yang merepresentasikan keseluruhan dari teknik dan objek, termasuk didalamnya cara berfikir, lingkungan, kebiasaan, cara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 I d e n t i f i k a s i P e r u b a h a n R u m a h T r a d i s i o n a l D e s a K u r a u, K e c. K o b a

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 I d e n t i f i k a s i P e r u b a h a n R u m a h T r a d i s i o n a l D e s a K u r a u, K e c. K o b a BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman budaya baik berupa fisik maupun non fisik. Budaya yang berupa fisik Salah satunya adalah arsitektur tradisional. Rumah tradisional

Lebih terperinci

Cukup Sehari Menjelajahi Pulau LOMBOK. Dikutip dari Koran SURYA terbit Sabtu, 5 Oktober 2013, halaman 14.

Cukup Sehari Menjelajahi Pulau LOMBOK. Dikutip dari Koran SURYA terbit Sabtu, 5 Oktober 2013, halaman 14. Cukup Sehari Menjelajahi Pulau LOMBOK Lembar BIL Dikutip dari Koran SURYA terbit Sabtu, 5 Oktober 2013, halaman 14. B ila hanya ada sedikit waktu untuk berlibur, pilihan transportasi paling mudah adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara kepulauan yang memiliki beraneka ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak jaman kerajaan-kerajaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Kematian

BAB 1 PENDAHULUAN Kematian BAB 1 PENDAHULUAN Menurut Vitruvius di dalam bukunya Ten Books of Architecture, arsitektur merupakan gabungan dari ketiga aspek ini: firmity (kekuatan, atau bisa dianggap sebagai struktur), venustas (keindahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut

BAB I PENDAHULUAN. setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan etnis budaya, dimana setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut memiliki

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Manusia prasejarah maupun saat ini memerlukan tempat tinggal. Manusia prasejarah mencari dan membuat tempat untuk berlindung yang umumnya berpindah-pindah / nomaden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya alam yang terdapat pada suatu wilayah pada dasarnya merupakan modal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya alam yang terdapat pada suatu wilayah pada dasarnya merupakan modal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya alam yang terdapat pada suatu wilayah pada dasarnya merupakan modal dasar pembangunan yang perlu digali dan dimanfaatkan secara tepat dengan memperhatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir,

BAB I PENDAHULUAN. Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir, merasa, mempercayai dan mengusahakan apa yang patut menurut budayanya. Bahasa, persahabatan, kebiasaan

Lebih terperinci

BAB II DATA DAN ANALISA. Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh. 3. Pengamatan langsung / observasi

BAB II DATA DAN ANALISA. Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh. 3. Pengamatan langsung / observasi BAB II DATA DAN ANALISA 2. 1 Data dan Literatur Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh dari: 1. Media elektronik: Internet 2. Literatur: Koran, Buku 3. Pengamatan langsung

Lebih terperinci

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pandangan dari masyarakat, wisatawan, dan pemirintah tentang persepsi

BAB III METODE PENELITIAN. pandangan dari masyarakat, wisatawan, dan pemirintah tentang persepsi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini dibuat berdasarkan permasalahan penelitian yaitu untuk mengidentifikasi potensi ekowisata yang ada di Desa Aik Berik yang meliputi

Lebih terperinci

BAB II. Deskripsi Lokasi Penelitian. Dalam bab ini akan disajikan deskripsi lokasi penelitian dan rincianrincian

BAB II. Deskripsi Lokasi Penelitian. Dalam bab ini akan disajikan deskripsi lokasi penelitian dan rincianrincian BAB II Deskripsi Lokasi Penelitian Dalam bab ini akan disajikan deskripsi lokasi penelitian dan rincianrincian di setiap bagian yang diperlukan dalam penelitian ini. Kita dapat mulai untuk meneliti apa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (AKB) di Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) saat ini

BAB 1 PENDAHULUAN. (AKB) di Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) saat ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) saat ini tergolong paling tinggi di dunia. Untuk sementara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. manusia akan alam, menjadi suatu refleksi pribadi, yang kemudian di sharingkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. manusia akan alam, menjadi suatu refleksi pribadi, yang kemudian di sharingkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alam merupakan bagian yang integral dengan hidup manusia. Pengalaman manusia akan alam, menjadi suatu refleksi pribadi, yang kemudian di sharingkan kedalam komunitas.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Budaya Lanskap adalah suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia, dimana karakter tersebut menyatu secara harmoni

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. cara ilmiah, data, tujuan dan kegunaan. Menurut Darmadi (2013:153), Metode

BAB III METODE PENELITIAN. cara ilmiah, data, tujuan dan kegunaan. Menurut Darmadi (2013:153), Metode 31 BAB III METODE PENELITIAN Menurut Sugiyono (2013:2), Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat

Lebih terperinci

BAB I PASAR SENI DI WAIKABUBAK SUMBA BARAT NTT ARSITEKTUR TRADISIONAL SEBAGAI ACUAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB I PASAR SENI DI WAIKABUBAK SUMBA BARAT NTT ARSITEKTUR TRADISIONAL SEBAGAI ACUAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB I PASAR SENI DI WAIKABUBAK SUMBA BARAT NTT ARSITEKTUR TRADISIONAL SEBAGAI ACUAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuatu yang hidup dialam ini merupakan makluk hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wujud hasil kebudayaan seperti nilai - nilai, norma-norma, tindakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. wujud hasil kebudayaan seperti nilai - nilai, norma-norma, tindakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan keanekaragaman hasil kebudayaan. Keanekaragaman hasil kebudayaan itu bisa dilihat dari wujud hasil kebudayaan

Lebih terperinci

METODOLOGI. Hutan untuk Masa Depan Pengelolaan Hutan Adat di Tengah Arus Perubahan Dunia

METODOLOGI. Hutan untuk Masa Depan Pengelolaan Hutan Adat di Tengah Arus Perubahan Dunia Hutan untuk Masa Depan 2 METODOLOGI Struktur Buku ini adalah sebuah upaya untuk menampilkan perspektif masyarakat adat terhadap pengelolaan hutan berkelanjutan. Buku ini bukanlah suatu studi ekstensif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ragam hias atau disebut juga dengan ornamen di Indonesia merupakan kesatuan dari pola-pola ragam hias daerah atau suku-suku yang telah membudaya berabad-abad.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Propinsi Banten memiliki masyarakat tradisional yang masih memegang

BAB I PENDAHULUAN. Propinsi Banten memiliki masyarakat tradisional yang masih memegang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Propinsi Banten memiliki masyarakat tradisional yang masih memegang teguh adat dan tradisi yaitu suku Baduy yang tinggal di Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten

Lebih terperinci

Pola pemukiman berdasarkan kultur penduduk

Pola pemukiman berdasarkan kultur penduduk Pola Pemukiman Terpusat Pola Pemukiman Linier Pola pemukiman berdasarkan kultur penduduk Adanya pemukiman penduduk di dataran rendah dan dataran tinggi sangat berkaitan dengan perbedaan potensi fisik dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia, hal ini disebabkakan oleh kehidupan dan kebudayaan masyarakat Bali yang

BAB I PENDAHULUAN. dunia, hal ini disebabkakan oleh kehidupan dan kebudayaan masyarakat Bali yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pulau Bali merupakan salah satu dari kepulauan Indonesia yang terkenal di dunia, hal ini disebabkakan oleh kehidupan dan kebudayaan masyarakat Bali yang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA DEWA JARA

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA DEWA JARA BAB IV GAMBARAN UMUM DESA DEWA JARA 4.1. Letak Geografis Sumba Tengah Pulau Sumba terletak di barat-daya propinsi Nusa Tenggara Timur-NTT sekitar 96 km disebelah selatan Pulau Flores, 295 km disebelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Maluku Utara merupakan sebuah Provinsi yang tergolong baru. Ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. Maluku Utara merupakan sebuah Provinsi yang tergolong baru. Ini adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Maluku Utara merupakan sebuah Provinsi yang tergolong baru. Ini adalah provinsi kepulauan dengan ciri khas sekumpulan gugusan pulau-pulau kecil di bagian timur wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada sekitar 1.340 suku bangsa di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PARIWISATA KOTA KUPANG. Oleh

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PARIWISATA KOTA KUPANG. Oleh SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PARIWISATA KOTA KUPANG Oleh Mailany Tumimomor 1, Emanuel Jando 2, Emiliana Meolbatak 3 Mahasiswa Program Studi Teknik InformatikaUniversitas Katolik Widya Mandira Kupang Email:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi komunikasi dan media massa, mengakibatkan munculnya New

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi komunikasi dan media massa, mengakibatkan munculnya New 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Informasi merupakan suatu hal terpenting dalam kehidupan. Banyak cara untuk mendapatkan informasi, melalui media televisi maupun radio. Majalah dan koran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sungai Ciliwung merupakan salah satu sungai yang terdapat di Pulau Jawa. Sungai Ciliwung ini dibentuk dari penyatuan aliran puluhan sungai kecil di kawasan Taman Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk dunia saat ini telah mencapai lebih dari 6 miliar, di mana di

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk dunia saat ini telah mencapai lebih dari 6 miliar, di mana di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penduduk adalah orang atau orang-orang yang mendiami suatu tempat (kampung, negara, dan pulau) yang tercatat sesuai dengan persyaratan dan ketentuan yang berlaku

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 44 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Arat Sabulungan adalah akar budaya dan juga cara pandang hidup masyarakat Mentawai yang tetap menjaga dan mengatur masyarakat Mentawai melalui tabu dan pantrngannya.

Lebih terperinci

BAB. IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Penengahan yang berpenduduk Jiwa pada Tahun Secara

BAB. IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Penengahan yang berpenduduk Jiwa pada Tahun Secara BAB. IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat Kecamatan Palas Kecamatan Palas terletak di Timur Laut dari Ibukota Kabupaten Lampung Selatan (Kalianda). Kecamatan Palas merupakan pemekaran

Lebih terperinci

RESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN

RESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN RESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN SEJARAH PENEMUAN SITUS Keberadaan temuan arkeologis di kawasan Cindai Alus pertama diketahui dari informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangunan yang sudah ditetapkan sebagai cagar budaya, namun banyak juga yang

BAB I PENDAHULUAN. bangunan yang sudah ditetapkan sebagai cagar budaya, namun banyak juga yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yogyakarta memiliki banyak bangunan monumental seperti Tamansari, Panggung Krapyak, Gedung Agung, Benteng Vredeburg, dan Stasiun Kereta api Tugu (Brata: 1997). Beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih banyak memperlihatkan unsur persamaannya, salah satunya adalah suku

BAB I PENDAHULUAN. masih banyak memperlihatkan unsur persamaannya, salah satunya adalah suku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa dan kebudayaan yang masih banyak memperlihatkan unsur persamaannya, salah satunya adalah suku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik semua kebudayaan. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik semua kebudayaan. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat merupakan organisme hidup karena masyarakat selalu mengalami pertumbuhan, saling mempengaruhi satu sama lain dan setiap sistem mempunyai fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi satu kesatuan yang utuh dan sekaligus unik.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi satu kesatuan yang utuh dan sekaligus unik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kota selalu menjadi bahan kajian yang menarik untuk diperbincangkan dalam setiap level dengan segala permasalahan yang dihadapinya. Membicarakan sebuah kota

Lebih terperinci

BUDAYA MARITIM NUSANTARA DAN GERAKAN KEMBALI KE LAUT

BUDAYA MARITIM NUSANTARA DAN GERAKAN KEMBALI KE LAUT BUDAYA MARITIM NUSANTARA DAN GERAKAN KEMBALI KE LAUT Gusti Asnan (Jur. Sejarah, Fak. Ilmu Budaya, Univ. Andalas Padang gasnan@yahoo.com) Berbincang mengenai budaya maritim Nusantara sesungguhnya membincangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia memiliki keanekaragaman budaya dan adat istiadat yang sangat unik dan berbeda-beda, selain itu banyak sekali objek wisata yang menarik untuk dikunjungi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat pemiliknya, sebagai milik bersama, yang isinya mengenai berbagai

Lebih terperinci

Cover Page. The handle holds various files of this Leiden University dissertation.

Cover Page. The handle  holds various files of this Leiden University dissertation. Cover Page The handle http://hdl.handle.net/1887/20262 holds various files of this Leiden University dissertation. Author: Tulius, Juniator Title: Family stories : oral tradition, memories of the past,

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Kawasan Gunung Jati sebagai suatu tempat terjadinya interaksi dalam masyarakat suku Muna, memiliki karakteristik yang khas dari masing-masing masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suku Batak merupakan salah satu suku yang tersebar luas dibeberapa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suku Batak merupakan salah satu suku yang tersebar luas dibeberapa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suku Batak merupakan salah satu suku yang tersebar luas dibeberapa wilayah di Indonesia. Di pulau Sumatera sendiri khususnya di Sumatera Utara, suku Batak bisa ditemukan

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. sesamanya. Hubungan sosial di antara manusia membentuk suatu pola kehidupan tertentu yang

Bab I PENDAHULUAN. sesamanya. Hubungan sosial di antara manusia membentuk suatu pola kehidupan tertentu yang Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain atau sesamanya. Hubungan sosial di antara manusia membentuk suatu pola kehidupan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia selalu diperhadapkan dengan berbagai keragaman, baik itu agama, sosial, ekonomi dan budaya. Jika diruntut maka banyak sekali keragaman yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara sederhana perkawinan adalah suatu hubungan secara lahir batin antara seorang laki-laki dan seorang perempuan. 1 Di dalam pasal 1 Undang-Undang No.1, 1974 menyebutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. [Type text] BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tari adalah suatu pertunjukan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat pendukungnya. Tari merupakan warisan budaya leluhur dari beberapa abad yang lampau. Tari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah memiliki kebudayaan dan karya sastra tersendiri.

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah memiliki kebudayaan dan karya sastra tersendiri. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri atas berbagai suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Salah satunya adalah etnis Batak. Etnis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Permukiman menunjukkan tempat bermukim manusia dan bertempat tinggal menetap dan

I. PENDAHULUAN. Permukiman menunjukkan tempat bermukim manusia dan bertempat tinggal menetap dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permukiman menunjukkan tempat bermukim manusia dan bertempat tinggal menetap dan melakukan kegiatan/aktivitas sehari-harinya. Permukiman dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang ada di Indonesia dan masih terjaga kelestariannya. Kampung ini merupakan kampung adat yang secara

Lebih terperinci

PENGANTAR GEOGRAFI Oleh: Djunijanto, S.Pd

PENGANTAR GEOGRAFI Oleh: Djunijanto, S.Pd PENGANTAR GEOGRAFI Oleh: Djunijanto, S.Pd SMA N 3 UNGGULAN TENGGARONG PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA 2009 GEOGRAFI Pengetahuan mengenai persamaan dan perbedaan gejala alam dan kehidupan dimuka

Lebih terperinci