EXECUTIVE SUMMARY. Laju bertumbuhnya kota ditandai dengan peningkatan. jumlah penduduk, sehingga bertambah pula berbagai beban dan
|
|
- Ratna Atmadjaja
- 8 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 EXECUTIVE SUMMARY 1. Latar Belakang Laju bertumbuhnya kota ditandai dengan peningkatan jumlah penduduk, sehingga bertambah pula berbagai beban dan aktifitas yang harus diterima kota tersebut yang pada akhirnya berdampak terhadap kenyamanan keamanan lingkungan disekitarnya. Salah satunya adalah beban akibat dari sampah oleh masyarakat perkotaan secara kolektif yang ditimbulkan dari berbagai kegiatan sehari-hari. Untuk kota-kota besar, sampah akan memberikan berbagai dampak negatif yang sangat besar apabila penanganannya tidak dilakukan secara maksimal dan menggunakan sistem pengolahan yang kurang tepat. Dampak negatif yang dapat ditimbulkan dari sampah antara lain adalah dapat mengganggu kesehatan manusia karena merupakan sumber berkembangnya penyakit, menjadikan lingkungan menjadi kumuh sehingga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi karena kurang minatnya para pemilik modal untuk berinvestasi, serta adanya pembiayaan yang lebih besar akibat dari penanggulangan dampak yang ditimbulkan dari sampah, berdampak kurang baik dari segi estetika, karena akan menimbulkan bau busuk, kumuh dan pemandangan yang tidak nyaman (kotor). - 1-
2 Sistem penanganan sampah yang popular dan dilakukan di hampir seluruh kota-kota di Indonesia adalah sistem Sanitary Landfill. Namun pada kenyataan di lapangan seringkali menunjukkan bahwa yang dilaksanakan adalah sistem Open Dumping, yaitu sebuah sistem penanganan sampah yang konvensional dengan mengumpulkan dan menimbun sampah di suatu lokasi pembuangan terpusat dengan sebutan Tempat Pembuangan Akhir (TPA), yaitu di Supit Urang untuk Kota Malang. Keberadaan TPA untuk sementara waktu dapat dianggap sebagai sarana penyelesaian permasalahan sampah perkotaan yang berkaitan dengan kebersihan. Namun demikian terdapat efek negatif lain yang dapat ditimbulkan, diantaranya adalah potensi timbulnya gas metan dalam sampah yang tertumpuk di TPA dan rembesan air lindi yang dapat mencemari air bersih disekitarnya. Gas metan yang terakumulasi pada lapisan lapisan tumpukan sampah yang berada pada lahan TPA jika terbebas ke lingkungan adalah merupakan salah satu kontributor efek gas rumah kaca, yang pada akhirnya berpengaruh terhadap efek pemanasan global di bumi. Akhirnya pemukiman di sekitar TPA yang menguap liar akan menimbulkan efek kebakaran, bau gas metana yang masih mengandung unsur karbondioksida (monoksida), Silfida dan Nitrogen akan menyebabkan penyakit ISPA bagi warga sekitarnya. Berdasarkan paparan diatas maka kandungan gas - 2-
3 metan yang terdapat dalam TPA Supit Urang sehingga dapat dimanfaatkan menjadi bahan bakar sebagai pembangkit energi alternatif. 2. Tujuan Dan Manfaat 2.1. Tujuan Tujuan dari kegiatan Studi Kelayakan Penangkapan Gas Metan di TPA Supit Urang ini adalah: a. Untuk mengkaji kelayakan kandungan potensi gas, ditinjau dari teknologi, ekonomi, sosial dan dampak lingkungan, jika diberdayakan menjadi pembangkit energi alternatif. b. Mengkaji kandungan potensi gas ikutan lain yang berperan terhadap pengotoran udara dan lingkungan. c. Mengkaji volume dan kandungan gas metan jika di rencanakan untuk diubah menjadi pembangkit energi alternatif Manfaat Manfaat dari kegiatan Studi Kelayakan Penangkapan Gas Metan di TPA Supit Urang ini adalah : a. Dapat diperoleh hasil yang lebih konkrit mengenai laju volume gas yang ditimbulkan pada sel timbunan sampah di TPA Supit Urang. - 3-
4 b. Diperoleh prosentase kandungan gas metan dari seluruh gas yang ada, sehingga memenuhi standart nilai kalor, jika dimanfaatkan menjadi energi alternatif. c. Mengendalikan efek gas yang diproduk oleh sampah terhadap kesehatan dan lingkungan masyarakat. d. Mendapatkan nilai ekonomi dan sumber energi alternatif untuk menambah kesejahteraan masyarakat Kota Malang. 3. Rumusan Masalah Rumusan masalah dari kegiatan Studi Kelayakan Penangkapan Gas Metan di TPA Supit Urang ini adalah : a. Berapa besar laju volume gas yang ditimbulkan pada sel timbunan sampah TPA Supit Urang. b. Berapa besar kandungan potensi gas metan dan gas ikutan lain c. Berapa besar nilai kalor dari gas metan yang dihasilkan dari TPA Supit Urang. d. Bagaimana kualitas udara di sekitar TPA Supit Urang. 4. Ruang Lingkup Studi - 4-
5 Ruang lingkup Kegiatan dalam pekerjaan ini adalah sebagai berikut : a. Keberadaan kandungan gas di sel timbunan TPA Supit Urang, diutamakan yang sudah ditimbun minimal dalam jangka waktu 1 tahun. b. Dikonsentrasikan pada besaran laju volume gas dan prosentase kandungan gas metan yang memenuhi standart nilai kalor jika dimanfaatkan menjadi energi alternatif. c. Kajian zona area terhadap ambang batas kebersihan udara karena efek dari pengaruh gas yang di keluarkan oleh TPA Supit Urang. 5. Metodologi Studi 5.1. Umum Penyedia jasa harus bekerjasama sepenuhnya dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Malang dalam pelaksanaan Studi Kelayakan Penangkapan Gas Metan di TPA Supit Urang. Penyedia jasa harus melaksanakan layanan keahlian pekerjaan dengan tekun serta dengan cara yang tepat dan dapat diterima sesuai dengan kebijakan dan prinsip yang telah ditetapkan di Kota Malang Khusus - 5-
6 Pekerjaan yang dilaksanakan adalah Studi Kelayakan Penangkapan Gas Metan di TPA Supit Urang, dengan ruang lingkup : Metodologi pelaksanaan kegiatan dilakukan melalui tahapan-tahapan antara lain: 1. Pekerjaan persiapan, berupa studi literatur dan mobilisasi tenaga ahli. 2. Pekerjaan survei secara rinci berupa survei lapangan dan instansional, lingkup materinya terdiri dari tekanan dan volume gas, prosentase kandungan gas metan dan gas gas ikatan lainnya. 3. Kajian zona area terhadap efek dari pengaruh gas yang dihasilkan oleh TPA Supit Urang. 4. Penyusunan Rekomendasi hasil studi kajian kelayakan. Mulai Persiapan Pekerjaan Pengumpulan Data/Survei Survei Instansional Survei Lapangan Instansi Terkait Tanggapan Masyarakat Laju Volume Gas Kualitas Udara Pengolahan Data Analisa Laboratorium Kajian Zona Area Terhadap Efek Gas TPA Supit Urang Rekomendasi Hasil Kegiatan Studi Kelayakan Teknologi Dampak Lingkungan Ekonomi - 6- Sosial
7 Gambar 1 Diagram Alir Proses Studi Kelayakan Penangkapan Gas Metan di TPA Supit Urang 6. Analisa Hasil Uji Gas Metan Berdasarkan hasil survei ke lokasi TPA diketahui bahwa sistem pengolahan sampah di TPA Supiturang dilakukan dengan sistem Open dumping yaitu pengurugan sampah secara terbuka dilahan TPA sehingga mengakibatkan permasalahan lingkungan. TPA Supit Urang terbagi oleh 4 zona, 1 zona diantaranya masih aktif, dan ada Areal kosong seluas 2200 m 2, digunakan untuk pengembangan TPA kedepan. Untuk kondisi eksisting TPA Supit urang lebih jelasnya dapat di lihat pada gambar1. Kelayakan gas metan apabila akan digunakan sebagai - 7-
8 energi alternataif maka harus memenuhi salah satu standart-standart berikut ini : 1. Kandungan prosesntase gas metan harus diatas 50 %. 2. Laju volume gas harus diatas 5 dm Nilai kalor berkisar antara kkal kkal (Agus Wariyanto, 2006 dalam Suara Merdeka, 22 mei 2006) Dari hasil survei dan analisa yang dilakukan, diperoleh 4 lokasi (Sel) yang memenuhi syarat dimana sel dapat dirokemandasikan dalam penangkapan gas metan untuk diketahui laju volume gas. Lokasi (sel ) tersebut adalah sebagai berikut : 1. Zona 1, Blok II (1) 2. Zona 1, Blok II (2) 3. Zona 2, Blok II 4. Zona 3, Blok II - 8-
9 - 9-
10 Pengeboran dilakukan mulai hari senin 21 juli 2009 pada titik titik sesuai zona yang telah ditentukan. Pengeboran dilaksanakan dengan cara manual yaitu mengebor tanpa menggunakan mesin, dan diperkirakan pengeboran selesai dalam waktu satu minggu. Tetapi kenyataannya pengeboran mengalami pembengkakan waktu sekitar 3 minggu yang berakhir pada tanggal 8 agustus 2009, hal ini didikarenakan untuk pengeboran sampah lebih sulit dari pada mengebor tanah. Setelah pengeboran selesai maka dilakukan pemasangan kantong gas disetiap titik titik yang di tentukan. Pemasangan kantong gas dilakuakan mulai pada tanggal 18 agustus Dan setelah pemasangan selesai maka dilakukan pengamatan pada kantong gas, yaitu menentukan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengisi volume kantong gas akan terisi penuh. Hal ini diperkiran sebelumnya untuk pengisian kantong gas - 10-
11 diperlukan waktu sekitar 2 3 hari, tatapi dalam kenyataanya waktu sudah berlalu 2 minggu kantong gas tidak terisi atau terisi dengan volume yang kecil. Penangkapan gas yang tidak maksimal ini bisa disebabkan kemungkinan organik didalam timbunan sampah kecil, sehingga untuk penelitian selanjutnya diperlukan konstruksi khusus untuk penangkapan gas metan. Konstruksi penanaman pipa gas yang kedua ini dengan membuat rongga rongga disekitar pipa gas yaitu memberikan batu koral disekeliling pipa gas dan pipa dibagian bawah dibuat seperti huruf T dan bagian atas dibuat seperti L, disetiap sisi pipa juga diberi lubang kecil diameter kurang lebih 3 cm dengan jarak antar lubang setiap 25 cm. Untuk pengangkapan gas dengan menggunakan konstruksi ini hanya dilakukan pada zona I blok II dan zona II blok II untuk zona lain tidak dilakukan. Dipilih zona ini karena pada penelitian yang sudah dilakukan, zona ini adalah zona yang paling berpotensi yaitu mengeluarkan gas tetapi dengan volume yang kecil sementara zona yang lain tidak mengeluarkan gas. Untuk pelaksanaan penangkapan gas metan yang kedua ini dilakukan dengan menggunakan bantuan alat berat untuk melubangi sampah tersebut
12 Dari penanaman pipa konstruksi alternatif yang kedua (berongga), untuk penangkapan gas dapat dilakukan dengan mudah. Kantong gas akan terisi penuh hanya membutuhkan waktu kurang lebih 4 menit, hubungan antara volume dan waktu ini maka akan dapat diketahui laju volume gas. Setelah penangkapan gas dilakukan maka akan dilakukan uji analisa kromatografi. Uji ini adalah untuk mengetahui berapa prosentase gas metan dari gas yang ditangkap. Hasil analisa tersebut adalah sebagai berikut : Tabel 1 Hasil Analisa Uji Kromatografi Gas Zona I Blok II N o Tanggal Penangkapa n Gas Kandungan Gas Metan CO2 Udara (%) (%) (%) Lama Penangkapa n Gas 18 Agustus ,42 9,85 62,73 3 menit 21 Agustu ,39 9,81 62,80 4 menit 24 Agustus ,35 9,75 62,90 4 menit 27 Agustus ,31 9,75 62,94 5 menit - 12-
13 Prosentase Executive 31 Agustus ,25 9,79 62,96 3 menit 3 September ,20 9,74 63,06 4 menit Rata - rata 27,32 9,78 62,89 4 menit Sumber : Hasil Analisa, Metan (%) CO2 (%) Udara (%) 18 Agt Agt Agt Agt Agt Sep-09 Rata - rata Grafik 1 Prosentase Kandungan Gas Zona I blok II Dilihat dari grafik prosentase kandungan gas untuk zona I blok II perbedaan dari beberapa hasil sampling dari waktu ke waktu tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan sehingga dapat di simpulkan untuk kandungan gas dari waktu ke waktu selalu stabil. Sesuai dari metodologi di bab sebelumnya hasil data analisa diatas selanjutnya akan digunakan untuk mentukan laju volume gas, perhitungnnya adalah sebagai berikut. Dari hasil survei dan analisa diketahui : - 13-
14 Kandungan gas metan rata-rata = 27,32 % Kandungan gas CO2 rata-rata = 9,78 % Kandungan udara rata-rata = 62,89 % Lama Penangkapan Gas rata-rata = 4 menit Luas Zona I blok II = m 2 Kedalaman Zona I blok II = 19 m Mr CH4 = 16 Untuk mencari laju volume gas metan total maka yang pertama harus diketahui terlebih dahulu volume gas metan tersebut kemudian dikalikan dengan volume zona. Dan untuk mengetahui volume gas metan maka harus diketahui terlebih dahulu molaritas sehingga massa akan diketahui, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada perhitungan berikut ini : o Vol. CH4 = Vol. kantong gas x prosentase gas CH4 = π.r 2.t x 27,32 % = 3,14. (7,5 cm) cm x 0,2732 = 965,079 cm 3 = 0, m 3 = 0,965 lt = 0,965 dm 3 < 5 dm 3-14-
15 (kurang dari standart kelayakan gas metan) o Mol = = Vol. CH 4 22,4 0,965 lt 22,4 = 0,043 mol o Massa = mol x Mr CH4 = 0,043 mol x 16 = 0,688 g o Dalam pengambilan sampel, kantong gas akan terisi penuh membutuhkan waktu 4 menit, jadi laju volume gas metan adalah = 0,688 g 4 menit =2,86 x 10-3 g/dt o Jadi laju volume total gas metan adalah Laju Volume total = Laju Volume gas metan x volume zona x 19 m) = 2,86 x 10-3 g/dt x (16000 m 2 = g/dt - 15-
16 Untuk hasil analisa Uji Kromatografi gas metan zona II blok II adalah seperti tabel 2 berikut ini : Tabel 2 Hasil Analisa Uji Kromatografi Gas Zona II Blok II N o Tanggal Penangkapan Gas Kandungan Gas Metan CO2 Udara (%) (%) (%) Lama Penangkapa n Gas 24 Agustus menit 27 Agustu menit 31 Agustus menit 3 September menit 7 September menit 10 September menit Rata - rata menit Sumber : Hasil Analisa,
17 Prosentase Executive Metan (%) CO2 (%) Udara (%) 24 Agt Agt Agt Sep-09 7-Sep Sep Rata - rata Grafik 2 Prosentase Kandungan Gas Zona II blok II Dilihat dari grafik prosentase kandungan gas untuk zona II blok II perbedaan dari beberapa hasil sampling dari waktu ke waktu tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan sehingga dapat di simpulkan untuk kandungan gas dari waktu ke waktu selalu stabil. Perhitung laju volume gas metan untuk zona II blok II adalah sebagai berikut : Dari hasil survei dan analisa diketahui Kandungan gas metan rata-rata = 27,38 % Kandungan gas CO2 rata-rata = 6,74 % Kandungan udara rata-rata = 65,87% Lama Penangkapan Gas rata-rata = 4 menit Luas Zona II blok II = m 2 Kedalaman Zona II blok II = 17 m Mr CH4 =
18 Untuk mencari laju volume gas metan total maka yang pertama harus diketahui terlebih dahulu volume gas metan tersebut kemudian dikalikan dengan volume zona. Dan untuk mengetahui volume gas metan maka harus diketahui terlebih dahulu molaritas sehingga massa akan diketahui, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada perhitungan berikut ini : o Vol. CH4 = Vol. kantong gas x prosentase gas CH4 = π.r 2.t x 27,38 % = 3,14. (7,5 cm) cm x 0,2738 = 967,198 cm 3 = 0, m 3 = 0,967 lt = 0,967 dm 3 < 5 dm 3 (kurang dari standart kelayakan gas metan) o Mol = = Vol. CH 4 22,4 0,967 lt 22,4 = 0,043 mol o Massa = mol x Mr CH4-18-
19 = 0,043 mol x 16 = 0,688 g o Dalam pengambilan sampel, kantong gas akan terisi penuh membutuhkan waktu rata rata 4 menit, jadi laju volume gas metan adalah Laju volume gas per satuan waktu = 0,688 g 4 menit = 2,86 x 10-3 g/dt o Jadi laju volume total gas metan adalah Laju Volume total = Laju Volume gas metan x volume zona x 17 m) = 2,86 x 10-3 g/dt x (12000 m 2 = 583,44 g/dt Dari perhitungan diatas antara zona I blok II dan zona II blok II tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan, maka dari penelitian dapat disimpulkan potensi gas metan dari zona I blok II dan zona blok II stabil. Laju volume totalnya adalah antara 583,44 g/dt sampai dengan g/dt
20 Untuk menentukan nilai kalor dapat diketahui dari penelitian yang dilakukan sebelumnya yaitu dengan menggunakan alat bomb kalori meter, dengan penelitian ini menunjukkan adanya korelasi antara kandungan prosentase gas metan dengan nilai kalor. Nilai nilai tersebut untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini : Tabel 3 Korelasi Antara Prosentase Gas Metan dan Nilai Kalor Prosentase Nilai No Gas Metan Kalor Warna Api Setara (%) (kkal) 1 < merah - kuning kuning - biru kayu bakar minyak tanah biru muda blue gas biru - 4 > putih LPG Sumber : Sutriyono, 2007 Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa gas metan TPA Supit Urang tidak memenuhi standart setara LPG, karena kandungan prosentase gas metan adalah 27 % atau - 20-
21 mempunyai nilai kalor 8000 kkal, sehingga gas hanya setara dengan kayu bakar. 7. Analisa Aspek Ekonomi Berdasarkan data yang diperoleh dari penangkapan gas metan di TPA supit urang, analisis dari aspek ekonomi perhitungannya adalah sebagai berikut : Zona I blok II yang seluas m 2 menghasilkan gas metan dengan volume sebesar = laju vol gas metan x luas zona = (0, m 3 /4 menit) x m 2 = 0,3474 m 3 /hari x m 2 = m 3 /hari Jika 5 m 3 gas metan disetarakan dengan : 1. harga 1 liter minyak tanah Rp 6000,- 2. 1/3 galon gas = Rp 13500,- : 3 = Rp 4500,- Maka nilai dari gas metan adalah = 5 1 x Rp 6000 = Rp 1200,
22 Untuk total semua zona adalah = Rp 1200 x = Rp ,- Rp ,-. Dengan perhitungan yang sama apabila ditabelkan untuk zona 1 dan zona II adalah seperti pada tabel 4 berikut ini : Tabel 4 Analisa Aspek Ekonomi No Zona Vol. Gas Yang Dihasilkan (m 3 /hari) Kandungan Gas Metan (%) Prakiraan Satuan Harga (Rp)/hari Zona I 1 Blok II 5558,4 27, Zona II 2 Blok II 4177,4 27, Sumber : Hasil analisa, 2009 Dari jumlah total biaya yang diperkirakan dan dibandingkan dengan standart bahan bakar yang digunakan yaitu : 1. 1 lt minyak tanah = Rp 6000,- sebanding dengan; 2. 1 kg gas LPG = Rp 4500,- sebanding dengan; 3. 5 m 3 gas metan = Rp 1200,
23 Produk gas metan dapat ditingkatkan nilai ekonominya jika kandungan prosentase dalam gas yang dihasilkan dari zona atau keseluruhan mencapai 50 %, sehingga keberadaannya dapat digunakan untuk bahan baker alternatif kebutuhan rumah tangga. Agar kandungannya dapat mencapai 50 %, maka perlu dilakukan pengolahan awal berupa sortasi (pemilahan) jenis sampah antara organic dan anorganik, karena gas metan hanya berasal dari jenis sampah yang organic yang dapat mengembangbiakkan bakteri metagenesis yang mampu merubah sampah menjadi gas metan dalam proses fermentasi 8. Analisa Kualitas Udara Di Sekitar Area TPA Supit Urang Untuk menganalisa kualitas udara dari pengaruh TPA Supit Urang yang pertama harus ditentukan terlebih dahulu titik samplingnya. Penentukan lokasi titik sampling analisa kualitas udara di utamakan pada lokasi TPA supit urang sendiri dan penduduk terdekat sekitar TPA Supit Urang. Batas batas lokasi TPA Supit Urang adalah sebagai berikut : - Sebelah utara : berbatasan dengan sungai sumber songo dengan jarak 300 m - 23-
24 - Sebelah timur : tempat permukiman penduduk dengan jarak 700m - Sebelah selatan : berbatasan dengan sungai Gandulan dengan 200 m - Sebelah barat : merupakan perbukitan dan lembah Sehingga dari sini dapat ditetapkan lokasi analisa kualitas udara terdapat 2 titik, yaitu : 1. Di Lokasi TPA Supit Urang. 2. Di Pemukiman penduduk sekitar, yaitu sebelah timur TPA yang berjarak 700m tepatnya di jl. Rawisari, Kelurahan Mulyorejo, Kecamatan Sukun. Kualitas udara dan kebisingan merupakan komponen lingkungan yang diperkirakan terkena dampak dari pembangunan rencana pemanfaatan gas metan sebagai sumber energi alternatif, sehingga kondisi awal kualitas udara dan kebisingan perlu diketahui. Parameter kualitas udara dan kebisingan yang diukur adalah SO2, CO, NO2, O3, Pb, H2S, NH3, HC, suhu/kelembaban, kecepatan angin, arah angin, debu dan kebisingan. Baku mutu kualitas udara yang digunakan Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 10 Tahun Lokasi pengambilan sampel udara dilakukan di dua titik yaitu di pemukiman penduduk - 24-
25 yang terdekat dari TPA yaitu di jl. Rawisari, Kelurahan Mulyorejo, Kecamatan Sukun (titik 1) dan di TPA Supit Urang (titik 2) pada tanggal 3 Agustus Pengambilan sampel udara dilakukan oleh petugas dari Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular Surabaya (BBTKL PPM Surabaya). Tabel 5 Hasil Pengukuran Kualitas Udara NO. PARAMETER SATUAN BAKU MUTU HASIL TITIK 1 TITIK 2 1. Sulfur dioksida (SO2) ppm 0,1 0,0052 0, Karbon monoksida (CO) ppm 20,0 <LD <LD 3. Nitrogen dioksida (NO2) ppm 0,05 0,0014 0, Oksidan (O3) ppm 0,10 0, , Debu mg/m 3 0,26 0,186 0, Timah Hitam (Pb) mg/m 3 0,06 <LD <LD 7. Hidrogen Sulfida (H2S) ppm 0,03 0,0003 0, Ammonia (NH3) ppm 2,0 0,0220 0,
26 9. Kebisingan dba 55,5 60,5 55,6 62,3 10. Suhu/Kelembaban o C/% 28,5/55,6 25,7/64 Tidak 0,7 11. Kecepatan Angin Knot Disyaratkan 0,2 0,7 4,7 12. Arah Angin - Ke Timur Ke Timur Sumber : BBTKL PPM Surabaya, Agustus 2009 Dari hasil pengukuran kualitas udara ambien dari semua parameter tidak melebihi baku mutu yang ditentukan, dengan demikian kualias udara disekitar TPA Supit Urang mempunyai kualitas udara yang baik. 9. Zona Area Penyebaran Pengaruh Gas Metan Pengetahuan tentang fenomena metereologi menyebabkan potensi pencemaran udara dapat diprediksi. Beberapa model dispersi telah dikembangkan, diantaranya adalah model gauss yang merupakan model penyebaran polutan yang umum dipergunakan. Formula untuk menghitung C gas (metan) pada permukaan tanah arah downwind (x) adalah sebagai berikut : Model Gaussian Plame Dispersion - 26-
27 C (x,y) = Qj u y z 2 y exp 2 2 z H exp 2 2 y 2 Dimana : C(x,y) = Tingkat konsentrasi (μg/m 3 ) pada koordinat x,y meter searah dengan arah angin X = Sumbu koordinat horizontal ke arah angin, m y = Sumbu koordinat tegak lurus arah angin, m Q = Laju emisi polutan (μg/detik) u = Kecepatan angin rata-rata dalam arah x (m/detik) H = Tinggi emisi, m σy,σz = Koefisien dispersi lateral dan vertikal Aplikasi perhitungannya adalah sebagai berikut : Dari sampling, hasil uji analisa gas metan (CH4) dan kualitas udara dapat di ketahui : - Fluktuasi emisi gas CH4 (laju volume emisi) = 2,86 x 10-3 g/dt - Massa atom relatif polutan (CH4) =
28 - Tinggi emisi dimisalkan = 2 m - Kecepatan angin dari emisi = 0,7 knot 4,7 knot (diambil 3 knot pada titik 2) mil/jam = 3 knot = 3 = 1,34 m/dt - Dengan menghubungkan kecepatan angin dan kondisi cuaca sesuai tabel diatas, maka tipe kondisi atmosfer diketahui pada kondisi tipe a
29 Untuk mendapatkan tingkat konsentrasi (C), maka besaranbesaran diatas diinputkan dalam tabel (model perhitungan) pada sel yang berwarna putih sebagai berikut : Dari hasil perhitungan pemodelan diatas dapat diketahui tingkat konsentrasi (C) adalah sebagai berikut : Tabel 6 Hasil Perhitungan Konsentrasi (c) Pada Jarak Downwind Jarak Downwind (m) Konsentrasi Downwind (µg/m 3 ) ,27 1,98-29-
30 ,18 0,03 Sumber : hasil perhitungan, 2009 Tabel 7 Hasil Perhitungan Konsentrasi (c) Pada Jarak Crosswind Jarak Crosswind Jarak Downwind Konsentrasi Crosswind (µg/m 3 ) ,79 x ,24 1,68 x 2,81 x ,67 x 3,04 x 1,37 x 2,64 x ,28 x 9,35 x 1,55 x 1,38 x ,02 x 9,78 x 9,75 x 1,56 x Sumber : hasil perhitungan,
31 Grafik 3 Konsentarasi Downwind Grafik 4 Konsentarasi Crosswind Dari grafik diatas dapat dijelaskan bahwa tingkat konsentrasi (c) semakin jauh akan semakin kecil dan hilang pada jarak diatas 600 m dengan arah ke timur (sesuai dengan arah angin), untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada peta pemetaan sebagai berikut : - 31-
32 - 32-
33 - 33-
34 Untuk dampak dari gas metan menurut tiap jarak downwind dapat dilihat pada table 8 berikut ini. Tabel 8 Dampak Gas Metan Berdasarkan Jarak Downwind No Jarak Downwind Konsentrasi Batas-batas Dampak Utara Timur Selatan Barat (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) ,27 Perkebunan Tebu Perkebunan Tebu Perkebunan Tebu Kantor TPA - Menyebabkan bau yang menyengat bagi para pekerja di TPA - Menyebabkan penyakit ISPA dan berpotensi penyebab penyakit pusing, mual, batuk, influenza bagi para pekerja di TPA ,98 Perkebunan Tebu Perkebunan Tebu Perkebunan Tebu Kantor TPA - Menyebabkan bau yang menyengat bagi para pekerja di TPA - Menyebabkan penyakit ISPA dan berpotensi penyebab penyakit pusing, mual, batuk, influenza bagi para pekerja di TPA ,18 Sungai Songo Perkebunan Tebu Sungai Gandulan Kantor TPA - Menyebabkan bau yang menyengat bagi para pekerja di TPA - Menyebabkan penyakit ISPA dan berpotensi penyebab penyakit pusing, mual, batuk, influenza bagi para pekerja di TPA - Menyebabkan air sungai tercemar sehingga air sungai tidak dapat difungsikan sebagaimana mestinya ,03 Persawahan Pemukiman penduduk Pemukiman penduduk Kantor TPA - Menyebabkan bau yang menyengat bagi para pekerja di TPA jl. Rawisari, Kel. Mul- Kec. Wagir Kabupaten Malang - Menyebabkan penyakit ISPA dan berpotensi penyebab penyakit yorejo pusing, mual, Batuk, influenza bagi para pekerja di TPA - Menyebabkan penyakit ISPA, pusing, mual, Batuk, influenza bagi para penduduk di jl. Rawisari Kel. Mulyorejo dan Kec. Wagir Kab. Malang Sumber : Hasil Analisa,
35 Dari tabel 8 dapat diketahui bahwa konsentrasi terbesar gas metan hanya berpengaruh pada para pekerja di TPA itu sendiri, karena posisi TPA jauh dari pemukiman penduduk dan di sekeliling TPA hanya terdapat perkebunan tebu. Untuk dampak gas metan terhadap penduduk yang paling dekat dengan lokasi TPA, zona areanya adalah terletak pada pemukiman penduduk di jl. Rawisari, Kel. Mulyorejo, Kec. Sukun dan pemukiman penduduk di Kec. Wagir Kabupaten Malang atau dengan jarak kurang dari 600 m dari TPA konsentrasinya hanya 0,03 µg/m 3. Selain dampak-dampak diatas gas metan yang terakumulasi pada lapisan - lapisan tumpukan sampah jika terbebas ke lingkungan akan berpotensi sebagai kontributor efek gas rumah kaca, yang pada akhirnya berpengaruh terhadap efek pemanasan global di bumi. 10. Rekomendasi Ditinjau Dari Aspek Teknologi Dapat diketahui bahwa Gas Metan TPA Supit Urang apabila dimanfaatkan sebagai energi alternatif rumah tangga atau setara dengan LPG adalah tidak layak, karena prosentase gas metan kecil adalah sebesar ± 27 %. Sehingga prosentase gas metan harus di tingkatkan, agar layak digunakan dengan rekayasa teknologi yang direkomendasikan berikut ini : - 35-
36 Rekomendasi : Meningkatkan prosentase gas metan dapat dilakukan dengan rekayasa teknologi yang direkomendasikan berikut ini : a. Pengelolaan awal berupa pemilahan jenis sampah antara organik dan anorganik, karena gas metan hanya berasal dari jenis sampah yang organik yang dapat mengembangbiakkan bakteri matagenesis yang mampu merubah sampah menjadi gas metan dalam proses fermentasi anaerobik. b. Sampah organik yang digunakan untuk memproduksi gas metan harus dilembutkan agar gas metannya meningkat. c. Megontrol kondisi ph, temperatur, BOD dan COD agar selalu pada range yang dapat meningkatkan organik dalam sampah. d. Konstruksi penampung sampah organik yang diarahkan untuk meningkatkang gas metan dibuat rapat terhadap pengaruh oksigen (udara) 11. Rekomendasi Ditinjau Dari Aspek Dampak Lingkungan - 36-
37 Permasalahan indeks pembangunan manusia di kawasan penduduk sekitar TPA Supit Urang meliputi permasalahan kesehatan masyarakat yaitu prevalensi penyakit ISPA yang cukup tinggi yang disebabkan oleh kondisi higiene yang kurang baik yang disebabkan dari pengaruh gas metan yang ditimbulkan dari TPA Supit Urang. Rekomendasi : a. Penghijauan kawasan TPA perlu ditingkatkan khususnya dengan tanaman yang dapat menyerap bau dan material pencemaran udara akibat terbentuknya gas dari proses metabolisme dan pembakaran untuk mereduksi penyebaran bau dan pencemaran udara lain ke wilayah disekitarnya. b. Peningkatan pemantauan kualitas air sungai khususnya pada sungai yang melewati kawasan TPA Supit Urang, sehingga air sungai yang digunakan masyarakat aman. c. Peningkatan pemantauan kualitas air tanah disekitar TPA khususnya yang dikonsumsi penduduk sekitar TPA Supit Urang untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
38 d. Dalam penentuan lokasi pengolahan/penimbunan sampah harus mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut : Lokasi merupakan daerah yang potensi air tanahnya rendah dengan sumber air tanah yang relatif dalam. Lokasi berjarak cukup jauh dari pemukiman, sumber air permukaan dan sumur penduduk. Sistem pengolahan sampah dilengkapi saluran drainase yang mengelilingi area pengolahan yang terpisah dari saluran drainase yang lainnya dan dilengkapi dengan IPAL. Sistem pengolahan dilengkapi sistem penangkapan, pengumpulan dan pengolahan leachet yang berfungsi dengan baik. e. Melaksanakan swapantau disamping meningkatkan pengawasan terhadap pelaksanaan UKL-UPL terhadap TPA Supit Urang oleh Instansi terkait. f. Pemisahan sampah yang bisa didaur ulang dan tidak bisa didaur ulang dari sumbernya (rumah tangga). 12. Rekomendasi Ditinjau Dari Aspek Ekonomi - 38-
39 Kandungan gas metan eksisting TPA Supit Urang adalah setara dengan kayu bakar yang mempunyai nilai kalor 8000 kkal,sedangkan LPG mempunyai nilai kalor sebesar kkal, sehingga gas metan TPA Supit Urang tidak layak apabila akan dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif. Rekomendasi : a. Meningkatkan nilai ekonomi dengan cara meningkatkan prosentase gas metan sesuai dengan rekayasa teknologi yang dirokemendasikan, sehingga penangkapan gas metan akan lebih berpotensi dan menguntungkan. b. Program peningkatan fungsi TPA menjadi area komposting, meliputi perluasan, perubahan design, pelatihan petugas pengelola sampah, penyediaan fasilitas dan peralatan serta dukungan pemasaran produk kompos. c. Mengoptimalkan kuantitas sampah organik di TPA Supit Urang dengan pemilahan sampah sehingga kandungan gas metan akan lebih berpotensi. 13. Rekomendasi Ditinjau Dari Aspek Sosial - 39-
40 Berdasarkan survei kuisioner 78 % penduduk sekitar TPA Supit Urang menyetujui apabila TPA Supit Urang diadakan pemanfaatan gas metan sebagai sumber energi alternatif. Hal ini menunjukkan adanya harapan penduduk untuk menyerap tenaga kerja penduduk sekitar. Dapat disimpulkan bahwa dari aspek sosial TPA Supit Urang apabila dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif adalah layak. Rekomendasi : a. Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah khususnya pada wilayah yang belum terjangkau pelayanan pengelolaan sampah untuk menghasilkan produk daur ulang sampah yang bernilai ekonomis. b. Melakukan pengelolaan sampah berbasis masyarakat. c. Mengadakan pelatihan pembuatan kompos skala rumah tangga kepada masyarakat dan mengaplikasikannya. d. Sosialisasi kepada masyarakat tentang bahaya sampah dan manfaat sampah yang bisa di daur ulang. e. Melaksanakan sosialiasi,motivasi dan pendampingan kepada masyarakat untuk manjaga fungsi saluran drainase di lingkungan sekitarnya
41 f. Pelibatan dan memberikan motivasi kepada masyarakat dalam pembuatan bangunan peresapan air. g. Penerapan kebijakan pemisahan sampah domestik (organik dan anorganik) yang ditunjang peraturan, pelaksanaan sosialisasi, adanya lokasi percontohan, pengadaan fasilitas dan pelaksanaan operasional yang disiplin. h. Menyediakan sarana untuk pemisahan sampah organik dan anorganik. atau sampah basah dan kering, mulai dari sumber penghasil sampah
MEREKAYASA PEMANFAATAN GAS METAN (CH 4 ) MENJADI ENERGI LISTRIK KAPASITAS 500 KWH (Hasil Studi Kelayakan di TPA Supit Urang Kota Malang) A b s t r a k
Jurnal Flywheel, Volume 3, Nomor 1, Juni 2010 ISSN : 1979-5858 MEREKAYASA PEMANFAATAN GAS METAN (CH 4 ) MENJADI ENERGI LISTRIK KAPASITAS 500 KWH (Hasil Studi Kelayakan di TPA Supit Urang Kota Malang) Sutriyono,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipancarkan lagi oleh bumi sebagai sinar inframerah yang panas. Sinar inframerah tersebut di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pancaran sinar matahari yang sampai ke bumi (setelah melalui penyerapan oleh berbagai gas di atmosfer) sebagian dipantulkan dan sebagian diserap oleh bumi. Bagian yang
Lebih terperinciANALISIS KONSENTRASI GAS HIDROGEN SULFIDA (H2S) DI UDARA AMBIEN KAWASAN LOKASI PEMBUANGAN AKHIR (LPA) SAMPAH AIR DINGIN KOTA PADANG TUGAS AKHIR
ANALISIS KONSENTRASI GAS HIDROGEN SULFIDA (H2S) DI UDARA AMBIEN KAWASAN LOKASI PEMBUANGAN AKHIR (LPA) SAMPAH AIR DINGIN KOTA PADANG TUGAS AKHIR OLEH ELGA MARDIA BP. 07174025 JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu dipelihara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa tahun terakhir, energi menjadi persoalan yang krusial di dunia, dimana peningkatan permintaan akan energi yang berbanding lurus dengan pertumbuhan populasi
Lebih terperincicommit to user BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai salah satu negara berkembang dengan jumlah penduduk lebih dari 237 juta jiwa, masalah kesehatan lingkungan di Indonesia menjadi sangat kompleks terutama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi saat ini menjadi masalah yang sangat penting karena dapat mengindikasikan kemajuan suatu daerah. Transportasi sangat diperlukan untuk mendukung perkembangan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Volume Sampah Volume sampah merupakan hal yang akan terus bertambah jika sampah tidak dikelola dengan baik dan gaya hidup masyarakat yang terus-menerus
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KOMPOSISI DAN KARAKTERISTIK SAMPAH KOTA BOGOR 1. Sifat Fisik Sampah Sampah berbentuk padat dibagi menjadi sampah kota, sampah industri dan sampah pertanian. Komposisi dan jumlah
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1992
LAMPIRAN III UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1992 TENTANG PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN Pasal 1 (1.1) Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kota Yogyakarta sekarang ini sudah menjadi penarik tersendiri bagi penduduk luar Kota Yogyakarta dengan adanya segala perkembangan di dalamnya. Keadaan tersebut memberikan
Lebih terperinciBEBERAPA ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA
BEBERAPA ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA 1. Kontaminan Adalah semua spesies kimia yang dimasukkan atau masuk ke atmosfer yang bersih. 2. Cemaran (Pollutant) Adalah kontaminan
Lebih terperinciPEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI
PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI Sampah?? semua material yang dibuang dari kegiatan rumah tangga, perdagangan, industri dan kegiatan pertanian. Sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Udara merupakan unsur yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan semuanya membutuhkan udara untuk mempertahankan hidupnya. Udara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membuang sampah di jalan, saluran selokan, sungai dan lahan-lahan terbuka.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bertambahnya volume jumlah sampah setiap harinya diiringi dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi, penambahan jumlah penduduk, meningkatnya daerah permukiman dan tingkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara merupakan komponen yang sangat penting untuk keberlangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. Tingkat pencemaran udara di Kota Padang cukup tinggi. Hal
Lebih terperinci1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Udara merupakan unsur yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan semuanya membutuhkan udara untuk mempertahankan hidupnya. Udara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. anorganik terus meningkat. Akibat jangka panjang dari pemakaian pupuk
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan usaha tani yang intensif telah mendorong pemakaian pupuk anorganik terus meningkat. Akibat jangka panjang dari pemakaian pupuk anorganik yang berlebihan adalah
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh peneliti yaitu dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Data yang diperoleh dalam penelitian ini bersumber dari instansi yang terkait dengan penelitian, melaksanakan observasi langsung di Tempat Pembuangan
Lebih terperinciINVENTARISASI DAN PENENTUAN KEMAMPUAN SERAPAN EMISI CO2 OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KABUPATEN SIDOARJO, JAWA TIMURM
INVENTARISASI DAN PENENTUAN KEMAMPUAN SERAPAN EMISI CO2 OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KABUPATEN SIDOARJO, JAWA TIMURM Izzati Winda Murti 1 ), Joni Hermana 2 dan R. Boedisantoso 3 1,2,3) Environmental Engineering,
Lebih terperinciMakalah Baku Mutu Lingkungan
Makalah Baku Mutu Lingkungan 1.1 Latar Belakang Pembangunan sumber daya alam dan lingkungan hidup seyogyanya menjadi acuan bagi kegiatan berbagai sektor pembangunan agar tercipta keseimbangan dan kelestarian
Lebih terperinciGUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 169 TAHUN 2003
KEPUTUSAN PROPINSI NOMOR : 169 TAHUN 2003 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK DI PROPINSI Menimbang Mengingat : a. Bahwa Baku Mutu Lingkungan Daerah untuk wilayah propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Lebih terperinciNama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.
Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : 35410453 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.T TUGAS AKHIR USULAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN KINERJA LINGKUNGAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Industri sawit merupakan salah satu agroindustri sangat potensial di Indonesia
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri sawit merupakan salah satu agroindustri sangat potensial di Indonesia dengan jumlah produksi pada tahun 2013 yaitu sebesar 27.746.125 ton dengan luas lahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. PPK Sampoerna merupakan Pusat Pelatihan Kewirausahaan terpadu yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PPK Sampoerna merupakan Pusat Pelatihan Kewirausahaan terpadu yang dibangun di atas lahan seluas 27 Ha di Dusun Betiting, Desa Gunting, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Industri kelapa sawit merupakan salah satu industri penghasil devisa non migas di
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kelapa sawit merupakan salah satu industri penghasil devisa non migas di Indonesia dengan komoditas utama yaitu minyak sawit (Crude Palm Oil/CPO). Minyak sawit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat dijelaskan di dalam Undang-Undang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat dijelaskan di dalam Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 yaitu melalui upaya kesehatan lingkungan
Lebih terperinciBab V Hasil dan Pembahasan
biodegradable) menjadi CO 2 dan H 2 O. Pada prosedur penentuan COD, oksigen yang dikonsumsi setara dengan jumlah dikromat yang digunakan untuk mengoksidasi air sampel (Boyd, 1988 dalam Effendi, 2003).
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dibagi menjadi 9 kecamatan, terdiri dari 50 kelurahan. Secara
37 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Penelitian 1.1.1 Gambaran Wilayah Penelitian Kota Gorontalo merupakan Ibukota Provinsi Gorontalo. Secara geografis mempunyai luas 79,03 km 2 atau 0,65
Lebih terperinciANALISIS KONSENTRASI GAS AMMONIA (NH3) DI UDARA AMBIEN KAWASAN LOKASI PEMBUANGAN AKHIR (LPA) SAMPAH AIR DINGIN KOTA PADANG TUGAS AKHIR
346/S1-TL/1011-P ANALISIS KONSENTRASI GAS AMMONIA (NH3) DI UDARA AMBIEN KAWASAN LOKASI PEMBUANGAN AKHIR (LPA) SAMPAH AIR DINGIN KOTA PADANG TUGAS AKHIR Oleh: DHONA MARLINDRA 07 174 024 JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
Lebih terperincib. Dampak Pencemaran oleh Nitrogen Oksida Gas Nitrogen Oksida memiliki 2 sifat yang berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan.
1. Sejarah Perkembangan Timbulnya Pencemaran Kemajuan industri dan teknologi dimanfaatkan oleh manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Sudah terbukti bahwa industri dan teknologi yang maju identik
Lebih terperinciPENGELOLAAN EMISI GAS PADA PENUTUPAN TPA GUNUNG TUGEL DI KABUPATEN BANYUMAS
PENGELOLAAN EMISI GAS PADA PENUTUPAN TPA GUNUNG TUGEL DI KABUPATEN BANYUMAS Puji Setiyowati* dan Yulinah Trihadiningrum Jurusan Teknik Lingkungan FTSP, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya * email:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis energi yang terjadi secara global sekarang disebabkan oleh ketimpangan antara konsumsi dan sumber energi yang tersedia. Sumber energi fosil yang semakin langka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran, yaitu masuknya zat pencemar yang berbentuk gas, partikel kecil atau aerosol ke dalam udara (Soedomo,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan suatu kota dapat menimbulkan efek negatif terhadap lingkungan. Salah satu efek negatif tersebut adalah masalah lingkungan hidup yang disebabkan
Lebih terperinciPengelolaan Emisi Gas pada Penutupan TPA Gunung Tugel di Kabupaten Banyumas. Puji Setiyowati dan Yulinah Trihadiningrum
Pengelolaan Emisi Gas pada Penutupan TPA Gunung Tugel di Kabupaten Banyumas Puji Setiyowati dan Yulinah Trihadiningrum Jurusan Teknik Lingkungan FTSP, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya * email:
Lebih terperinciBIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013
Sejarah Biogas BIOGAS (1770) Ilmuwan di eropa menemukan gas di rawa-rawa. (1875) Avogadro biogas merupakan produk proses anaerobik atau proses fermentasi. (1884) Pasteur penelitian biogas menggunakan kotoran
Lebih terperinci4.1 Konsentrasi NO 2 Tahun 2011
4.1 Konsentrasi NO 2 Tahun 2011 Pada pengujian periode I nilai NO 2 lebih tinggi dibandingkan dengan periode II dan III (Gambar 4.1). Tinggi atau rendahnya konsentrasi NO 2 sangat dipengaruhi oleh berbagai
Lebih terperinciPERENCANAAN TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH DENGAN SISTEM SANITARY LANDFILL DI TPA PECUK KABUPATEN INDRAMAYU
PERENCANAAN TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH DENGAN SISTEM SANITARY LANDFILL DI TPA PECUK KABUPATEN INDRAMAYU Oleh: Hamdani Abdulgani Sipil Fakultas Teknik Universitas Wiralodra Indramayu ABSTRAK Tempat
Lebih terperinciPEMANTAUAN, PELAPORAN DAN EVALUASI
Lampiran IV Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor : Tanggal : 2014 PEMANTAUAN, PELAPORAN DAN EVALUASI I. PEMANTAUAN Pemantauan menjadi kewajiban bagi pelaku usaha dan atau kegiatan untuk mengetahui
Lebih terperinciOleh: ANA KUSUMAWATI
Oleh: ANA KUSUMAWATI PETA KONSEP Pencemaran lingkungan Pencemaran air Pencemaran tanah Pencemaran udara Pencemaran suara Polutannya Dampaknya Peran manusia Manusia mempunyai peranan dalam pembentukan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perubahan iklim akibat pemanasan global saat ini menjadi sorotan utama berbagai masyarakat dunia. Perubahan iklim dipengaruhi oleh kegiatan manusia berupa pembangunan
Lebih terperinci1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah merupakan sisa-sisa aktivitas manusia dan lingkungan yang sudah tidak diinginkan lagi keberadaannya. Sampah sudah semestinya dikumpulkan dalam suatu tempat
Lebih terperinciPraktik Cerdas TPA WISATA EDUKASI. Talangagung
Praktik Cerdas TPA WISATA EDUKASI Talangagung Tantangan Pengelolaan Sampah Pengelolaan sampah adalah salah satu tantangan yang dihadapi Indonesia. Sebagian besar tempat pemrosesan akhir sampah di Indonesia
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Biogas Biogas adalah gas yang terbentuk melalui proses fermentasi bahan-bahan limbah organik, seperti kotoran ternak dan sampah organik oleh bakteri anaerob ( bakteri
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Tempat Pembuangan Akhir Pasir Sembung
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Tempat Pembuangan Akhir Pasir Sembung Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Pasir Sembung Cianjur merupakan satu-satunya TPA yang dimiliki oleh Kabupaten Cianjur.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengaruhnya terhadap ekosistem secara global. Udara yang kita pakai untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udara merupakan sumber daya alam milik bersama yang besar pengaruhnya terhadap ekosistem secara global. Udara yang kita pakai untuk bernafas umumnya tidak atau kurang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan energi gas memang sudah dilakukan sejak dahulu. Pemanfaatan energi. berjuta-juta tahun untuk proses pembentukannya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Energi mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia. Hampir semua aktivitas manusia sangat tergantung pada energi. Berbagai alat pendukung, seperti alat penerangan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan penduduk kota sekarang ini semakin pesat, hal ini berbanding
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk kota sekarang ini semakin pesat, hal ini berbanding lurus dengan sampah yang dihasilkan oleh penduduk kota. Pada data terakhir bulan November
Lebih terperinciPengaruh Pengaturan ph dan Pengaturan Operasional Dalam Produksi Biogas dari Sampah
Pengaruh Pengaturan ph dan Pengaturan Operasional Dalam Produksi Biogas dari Sampah Oleh : Nur Laili 3307100085 Dosen Pembimbing : Susi A. Wilujeng, ST., MT 1 Latar Belakang 2 Salah satu faktor penting
Lebih terperinciBuku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN
I. PENDAHULUAN Seiring dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk dan pesatnya proses industrialisasi jasa di DKI Jakarta, kualitas lingkungan hidup juga menurun akibat pencemaran. Pemukiman yang padat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. biasanya disertai dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Secara umum perkembangan jumlah penduduk yang semakin besar biasanya disertai dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat. Perkembangan tersebut membawa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkurangnya cadangan sumber energi dan kelangkaan bahan bakar minyak yang terjadi di Indonesia dewasa ini membutuhkan solusi yang tepat, terbukti dengan dikeluarkannya
Lebih terperinciSMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5. La Nina. El Nino. Pancaroba. Badai tropis.
SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5 1. Perubahan iklim global yang terjadi akibat naiknya suhu permukaan air laut di Samudra Pasifik, khususnya sekitar daerah ekuator
Lebih terperinciB A P E D A L Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : KEP- 107/KABAPEDAL/11/1997 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN SERTA INFORMASI INDEKS STANDAR PENCEMAR UDARA B A P E D A L Badan
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH
NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Pengembangan Teknologi Alat Produksi Gas Metana Dari Pembakaran Sampah Organik Menggunakan Media Pemurnian Batu Kapur, Arang Batok Kelapa, Batu Zeolite Dengan Satu Tabung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang terjadi beberapa dekade akhir ini mengakibatkan bahan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis energi yang terjadi beberapa dekade akhir ini mengakibatkan bahan bakar utama berbasis energi fosil menjadi semakin mahal dan langka. Mengacu pada kebijaksanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berkembangnya sektor industri dan pemanfaatan teknologinya tercipta produk-produk untuk dapat mencapai sasaran peningkatan kualitas lingkungan hidup. Dengan peralatan
Lebih terperinciTPST Piyungan Bantul Pendahuluan
TPST Piyungan Bantul I. Pendahuluan A. Latar belakang Perkembangan teknologi yang semakin maju dan kemegahan zaman mempengaruhi gaya hidup manusia ke dalam gaya hidup yang konsumtif dan serba instan. Sehingga
Lebih terperinciEVALUASI PERUBAHAN EMISI GAS NOX DAN SO 2 DARI KEGIATAN TRANSPORTASI DI KAMAL BANGKALAN AKIBAT PENGOPERASIAN JEMBATAN SURAMADU
EVALUASI PERUBAHAN EMISI GAS NOX DAN SO 2 DARI KEGIATAN TRANSPORTASI DI KAMAL BANGKALAN AKIBAT PENGOPERASIAN JEMBATAN SURAMADU Oleh: Imam Yanuar 3308 100 045 Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil
Lebih terperinciTugas Akhir Pemodelan Dan Analisis Kimia Airtanah Dengan Menggunakan Software Modflow Di Daerah Bekas TPA Pasir Impun Bandung, Jawa Barat
BAB V ANALISIS DATA 5.1 Aliran dan Pencemaran Airtanah Aliran airtanah merupakan perantara yang memberikan pengaruh yang terus menerus terhadap lingkungan di sekelilingnya di dalam tanah (Toth, 1984).
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Pengesahan... Kata Pengantar Dan Persembahan... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...
DAFTAR ISI Halaman Judul... Halaman Pengesahan... Kata Pengantar Dan Persembahan... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAK... i ii iii vi iv xi xiii xiv BAB I PENDAHULUAN...
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan. Limbah Cair Industri Tahu COD. Digester Anaerobik
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Kerangka Teori Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan Limbah Cair Industri Tahu Bahan Organik C/N COD BOD Digester Anaerobik
Lebih terperinciSUMMARY. ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO
SUMMARY ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO Oleh : Yuliana Dauhi Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses yang wajar dan terlaksana sejak manusia itu dilahirkan sampai ia meninggal dunia. Hal ini disebabkan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Umum Bab ini berisi tentang metodologi yang akan dilakukan selama penelitian, di dalamnya berisi mengenai cara-cara pengumpulan data (data primer maupun sekunder), urutan
Lebih terperinciSEMINAR TUGAS AKHIR KAJIAN PEMAKAIAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA UNTUK MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOGAS
SEMINAR TUGAS AKHIR KAJIAN PEMAKAIAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA UNTUK MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOGAS Oleh : Selly Meidiansari 3308.100.076 Dosen Pembimbing : Ir.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi memiliki peran penting dan tidak dapat dilepaskan dalam kehidupan manusia. Terlebih, saat ini hampir semua aktivitas manusia sangat tergantung pada energi.
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP
SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelestarian
Lebih terperinciBIOGAS DARI KOTORAN SAPI
ENERGI ALTERNATIF TERBARUKAN BIOGAS DARI KOTORAN SAPI Bambang Susilo Retno Damayanti PENDAHULUAN PERMASALAHAN Energi Lingkungan Hidup Pembangunan Pertanian Berkelanjutan PENGEMBANGAN TEKNOLOGI BIOGAS Dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan fisik kota yang ditentukan oleh pembangunan sarana dan prasarana. Lahan yang seharusnya untuk penghijauan
Lebih terperinciEVALUASI KOMPETENSI SEMESTER GASAL KELAS XI WAKTU : (90 menit)
EVALUASI KOMPETENSI SEMESTER GASAL KELAS XI WAKTU : (90 menit) A. Pilihlah satu jawaban yang paling benar dengan memberi silang pada salah satu huruf di lembar jawab! 1. Di Indonesia, pengaturan lingkungan
Lebih terperinciUNJUK KERJA TUNGKU GASIFIKASI DENGAN BAHAN BAKAR SEKAM PADI MELALUI PENGATURAN KECEPATAN UDARA PEMBAKARAN
UNJUK KERJA TUNGKU GASIFIKASI DENGAN BAHAN BAKAR SEKAM PADI MELALUI PENGATURAN KECEPATAN UDARA PEMBAKARAN Subroto, Dwi Prastiyo Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos 1
Lebih terperinciPRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 01 (2016), Hal ISSN :
Pemetaan Sebaran Kandungan ph, TDS, dan Konduktivitas Air Sumur Bor (Studi Kasus Kelurahan Sengkuang Kabupaten Sintang Kalimantan Barat) Leonard Sihombing a, Nurhasanah a *, Boni. P. Lapanporo a a Prodi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Pesatnya pertambahan penduduk menyebabkan meningkatnya berbagai aktivitas sosial ekonomi masyarakat, pembangunan fasilitas kota seperti pusat bisnis, komersial dan industri,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fasilitas perkotaan di beberapa kota besar di Indonesia timbul berbagai masalah yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai akibat dari perkembangan penduduk, wilayah pemukiman, dan fasilitas perkotaan di beberapa kota besar di Indonesia timbul berbagai masalah yang berhubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gas/uap. Maka dari itu, bumi merupaka satu-satunya planet dalam Tata Surya. yang memiliki kehidupan (Kodoatie, 2012).
1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Air adalah salah satu kekayaan alam yang ada di bumi. Air merupakan salah satu material pembentuk kehidupan di bumi. Tidak ada satu pun planet di jagad raya ini yang
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Udara sebagai salah satu komponen lingkungan merupakan kebutuhan yang paling utama untuk mempertahankan kehidupan. Metabolisme dalam tubuh makhluk hidup tidak mungkin dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Air merupakan zat kehidupan, dimana tidak satupun makhluk hidup di planet bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 65 75% dari berat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam negeri sehingga untuk menutupinya pemerintah mengimpor BBM
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Masyarakat di Indonesia Konsumsi bahan bakar fosil di Indonesia sangat problematik, hal ini di karenakan konsumsi bahan bakar minyak ( BBM ) melebihi produksi dalam
Lebih terperinciKAJIAN PELUANG BISNIS RUMAH TANGGA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH
ABSTRAK KAJIAN PELUANG BISNIS RUMAH TANGGA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH Peningkatan populasi penduduk dan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kuantitas sampah kota. Timbunan sampah yang tidak terkendali terjadi
Lebih terperinciProduksi gasbio menggunakan Limbah Sayuran
Produksi gasbio menggunakan Limbah Sayuran Bintang Rizqi Prasetyo 1), C. Rangkuti 2) 1). Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Universitas Trisakti E-mail: iam_tyo11@yahoo.com 2) Jurusan Teknik
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. b. c. bahwa udara sebagai sumber daya alam yang mempengaruhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di tengah era globalisasi ini industri pangan mulai berkembang dengan pesat. Perkembangan industri pangan tersebut disebabkan oleh semakin meningkatnya laju pertumbuhan
Lebih terperinciBAB III METODE PERECANAAN. 7044`55011`` sampai 8026`35045`` Lintang Selatan. 3.2 Lokasi
BAB III METDE PEREANAAN 3.1 Umum TPA Randuagung terletak disebelah Utara Kabupaten Malang. Secara administratif berada di Desa Randuagung, Kecamatan Singosari. Secara geografis Kabupaten Malang terletak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini dalam mendukung perkembangan kemajuan kota-kota besar di dunia, namun
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan bagian yang sangat bernilai dan diperlukan saat ini dalam mendukung perkembangan kemajuan kota-kota besar di dunia, namun pada sisi
Lebih terperinciPotensi Pencemaran Lingkungan dari Pengolahan Sampah di Rumah Kompos Kota Surabaya Bagian Barat dan Pusat
Potensi Pencemaran Lingkungan dari Pengolahan Sampah di Rumah Kompos Kota Surabaya Bagian Barat dan Pusat Oleh: Thia Zakiyah Oktiviarni (3308100026) Dosen Pembimbing IDAA Warmadewanthi, ST., MT., PhD Latar
Lebih terperinciPROSIDING SNTK TOPI 2013 ISSN Pekanbaru, 27 November 2013
Pemanfaatan Sampah Organik Pasar dan Kotoran Sapi Menjadi Biogas Sebagai Alternatif Energi Biomassa (Studi Kasus : Pasar Pagi Arengka, Kec.Tampan, Kota Pekanbaru, Riau) 1 Shinta Elystia, 1 Elvi Yenie,
Lebih terperinciPEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG )
PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG ) Antonius Hermawan Permana dan Rizki Satria Hirasmawan Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Udara merupakan zat yang penting dalam memberikan kehidupan di permukaan bumi. Selain memberikan oksigen, udara juga berfungsi sebagai alat penghantar suara dan bunyi-bunyian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hubungan parameter..., Duniantri Wenang Sari, FKM 2 UI, Universitas Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Jakarta sebagai kota metropolitan di Indonesia memiliki berbagai masalah, salah satu isu yang sedang hangat diperbincangkan adalah masalah pencemaran udara. Menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk di Kota Padang setiap tahun terus meningkat, meningkatnya jumlah penduduk mengakibatkan peningkatan jumlah transportasi di Kota Padang. Jumlah kendaraan
Lebih terperinciPengolahan Sampah. Tim Abdimas Sehati Universitas Gunadarma, Bekasi, 7 Desember Disampaikan oleh: Dr. Ridwan, MT- UG
Pengolahan Sampah Tim Abdimas Sehati Universitas Gunadarma, Bekasi, 7 Desember 2017 PENDAHULUAN Latar Belakang: Penanganan sampah/problem tentang sampah khususnya di daerah perkotaan belum bisa teratasi
Lebih terperinciDAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR PERNYATAAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR NOMENKLATUR... xiii DAFTAR LAMPIRAN...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peradaban manusia terus berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Perubahan ini didorong oleh perkembangan pengetahuan manusia, karena dari waktu ke waktu manusia
Lebih terperinciBakteri Untuk Biogas ( Bag.2 ) Proses Biogas
Biogas adalah gas mudah terbakar yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri anaerob (bakteri yang hidup dalam kondisi kedap udara). Pada umumnya semua jenis bahan organik
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PRESI DEN REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PRESI DEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : Bahwa udara sebagai sumber daya alam yang mempengaruhi kehidupan
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Bantar Gebang mempunyai areal seluas 108 ha. Luas areal kerja efektif kurang lebih 69 ha yang dibagi dalam lima zona, masing-masing
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,
PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa Industri Minyak Sawit berpotensi menghasilkan
Lebih terperinci