BAB I PENDAHULUAN. Kondisi bayi sehat adalah indikator penentu kesehatan nasional di suatu

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Kondisi bayi sehat adalah indikator penentu kesehatan nasional di suatu"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi bayi sehat adalah indikator penentu kesehatan nasional di suatu negara. Hal ini dapat ditandai dengan tingginya Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), dan usia harapan hidup. Hingga kini Angka Kematian Bayi masih menjadi prioritas masalah pada bidang pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak di Indonesia. Tingginya Angka Kematian Bayi serta lambatnya penurunan angka tersebut menunjukkan bahwa pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak sangat mendesak untuk ditingkatkan. Laporan WHO Tahun 2010 menunjukkan bahwa Angka Kematian Bayi di dunia adalah 49 per 1000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2012). Bila dilihat dari tujuan Millenium Development Goals/MDGs pada tahun 2015, AKB di dunia masih berada jauh di atas angka 17 per 1000 kelahiran hidup. Oleh karena itu tinginya AKB masih merupakan suatu permasalahan serius yang perlu tanggulangi bersama. Menurunkan jumlah AKB demi mencapai tujuan MDGs adalah tantangan terbesar bagi negara Indonesia. Sementara Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 menunjukkan bahwa sampai saat ini AKB yang terjadi di Indonesia masih sebanyak 34 per 1000 kelahiran hidup (BKKBN, 2007). Tingginya Angka Kematian Bayi di Indonesia, sebagian besar disebabkan karena ibu melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR). Hal ini telah ditunjukkan dari hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2007 yaitu BBLR 1

2 2 telah menyebabkan kematian bayi sebanyak 29 per 1000 kelahiran hidup (Depkes, 2005). Bila dilihat dari proporsi bayi berat lahir rendah di dunia diperkirakan dari seluruh kelahiran bayi di dunia, sebanyak 15% merupakan bayi dengan berat lahir dibawah gram. Kejadian ini lebih sering terjadi pada negara yang sedang berkembang dengan tingkat sosial ekonomi rendah, dimana salah satunya adalah negara Indonesia (WHO, 2007). Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2010 prevalensi BBLR di Indonesia secara keseluruhan adalah 11,1% dari seluruh kelahiran di Indonesia. Salah satu Provinsi yang sampai saat ini masih memiliki kasus bayi dengan berat lahir rendah adalah Bali, dimana proporsi kejadiannya sebesar 12,1% dari seluruh kelahiran di Bali (Riskesdas,2010). Bila dilihat perbandingannya, proporsi BBLR di Provinsi Bali masih berada diatas angka proporsi BBLR di Indonesia. Oleh karena itu BBLR merupakan salah satu permasalahan serius yang harus ditangani oleh Pemerintah Daerah Provinsi Bali. Dampak buruk BBLR terhadap tumbuh kembang anak adalah dampak psikis dan fisik. Dampak psikis menyebabkan masa perkembangan dan pertumbuhan anak menjadi terganggu, sulit berkomunikasi, hiperaktif dan tidak mampu beraktifitas seperti anak-anak normal lainnya. Sedangkan dampak fisiknya bayi mengalami penyakit paru kronis, gangguan pengelihatan, gangguan pendengaran, kelainan kongenital, sindroma down, anemia, pendarahan, gangguan jantung, gangguan pada otak, kejang, dan bahkan menyebabkan bayi mengalami kematian (Proverawati, 2012). Laporan Dinas Kesehatan Propinsi Bali tahun 2011 menunjukkan bahwa proporsi bayi berat lahir rendah yang terjadi di Bali 29,4 per 1000 kelahiran 2

3 3 hidup. Sedangkan pada tahun 2012, proporsi BBLR yang terjadi telah mengalami sedikit penurunan menjadi 24,5 per 1000 kelahiran hidup dan 24 per 1000 kelahiran hidup pada tahun Meskipun proporsi kejadian bayi berat lahir rendah telah mengalami sedikit penurunan tiap tahunnya, namun kejadian ini masih tetap terjadi dan merupakan permasalahan serius yang perlu ditanggulangi. Kejadian BBLR di Provinsi Bali merupakan penyebab terbanyak kematian bayi di Provinsi Bali yaitu 41,3% dari 373 kasus kematian bayi (Dinkes Propinsi Bali, 2013). Adapun beberapa Kabupaten di Propinsi Bali dengan proporsi BBLR tertinggi pada tahun 2013 yaitu Kabupaten Bangli, Klungkung, Karangasem, dan Gianyar (Dinkes Provinsi Bali, 2013). Kabupaten Gianyar merupakan salah satu kabupaten tertinggi pada urutan keempat sebagai kabupaten dengan proporsi BBLR tertinggi di Provinsi Bali tahun 2013 (Dinkes Provinsi Bali, 2013). Laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar tahun 2011 menunjukkan bahwa proporsi BBLR yang terjadi di Gianyar adalah 33,7 per 1000 kelahiran hidup. Bahkan, pada tahun 2012 proporsi BBLR di Kabupaten Gianyar mengalami peningkatan menjadi 34 per 1000 kelahiran hidup. Namun, pada tahun 2013 BBLR mengalami penurunan menjadi 31 per 1000 kelahiran hidup di Kabupaten Gianyar. Meskipun demikian, kejadian BBLR telah menyebabkan kematian bayi terbanyak yaitu 41,89% dari 74 kasus kematian bayi di Kabupaten Gianyar (Dinkes Kabupaten Gianyar, 2013) dan merupakan penyumbang AKB tertinggi di Provinsi Bali (Dinkes Propinsi Bali, 2013). Faktor risiko terjadinya bayi berat lahir rendah sangat erat kaitannya dengan masalah kesehatan ibu selama kehamilan dan persalinan. Ibu hamil dengan tingkat sosial ekonomi rendah umumnya kurang mampu secara ekonomi 3

4 4 dalam memenuhi kecukupan gizi pada masa kehamilan. Hal ini berdampak pada kondisi kesehatan ibu dan janin dalam kandungan sehingga mempengaruhi berat badan bayi saat persalinan (Proverawati, 2009). Adanya perilaku merokok di dalam rumah tangga mengakibatkan anggaran belanja keperluan rumah tangga terbagi setiap bulannya untuk biaya keperluan merokok. Kenyataan ini tentu sangat merugikan karena anggaran belanja untuk memenuhi kebutuhan gizi terutama gizi ibu hamil di dalam rumah tangga menjadi berkurang. Laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar Tahun 2013 menggambarkan bahwa sesungguhnya pelayanan kesehatan ibu hamil sudah cukup memadai. Diantaranya adalah pelayanan ANC, pelayanan kesehatan neonatal, penanganan komplikasi neonatal, dan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan. Meskipun relatif mengalami sedikit penurunan, tetapi bayi berat lahir rendah masih tetap menjadi permasalahan dari tahun ke tahun. Bahkan telah menyumbang angka kematian terbanyak di Kabupaten Gianyar (Dinkes Kabupaten Gianyar, 2013). Permasalahan ini menunjukkan bahwa masih ada faktor lain yang ikut berperan sebagai penyebab terjadinya BBLR, dimana salah satunya adalah karena pengaruh dari paparan asap rokok. Paparan asap rokok selama kehamilan sangat mempengaruhi perkembangan janin, karena kandungan nikotin dan karbon monoksida di dalam rokok dapat menghambat distribusi nutrisi pada janin. Bila janin dalam kandungan mengalami kekurangan nutrisi maka berpengaruh terhadap kondisi pertumbuhan, perkembangan, dan berat badan lahir bayi pada waktu persalinan (Proverawati, 2009). 4

5 5 Bila dilihat berdasarkan proporsi perokok di Indonesia, negara Indonesia merupakan negara ketiga dengan jumlah perokok terbanyak di dunia, setelah Cina dan India. Saat ini diperkirakan sebanyak 65 juta orang merokok setiap harinya di Indonesia (Riskesdas, 2010). Kenyataan ini dipertegas oleh temuan Global Adult Tobacco Survey bahwa sebanyak 61,4 juta orang dewasa di Indonesia sampai saat ini memiliki kebiasaan merokok, dimana 67,4% diantaranya adalah laki-laki. Ketua Badan Khusus Pengendalian Tembakau-Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia menyatakan bahwa saat ini jumlah perokok Indonesia sudah semakin meningkat, bahkan 12,7% telah meninggal akibat penyakit yang berhubungan dengan perilaku merokok (Kartono, 2013). Berdasarkan proporsi perokok di Indonesia saat ini adalah 16 kali lebih tinggi pada laki-laki (65,9%) dibandingkan dengan perempuan (4,2%). Secara nasional rata-rata jumlah batang rokok yang dihisap perokok setiap hari (52,3% ) adalah 1-10 batang, dimana dua dari lima perokok rata-rata menghisap sebanyak batang per harinya. Sedangkan perokok batang per hari dan > 30 batang per hari masing-masing sebanyak 2,1% (Riskesdas, 2010). Setiap paparan asap rokok berasal dari satu batang rokok yang dihisap setiap harinya dapat mengurangi hak hidup seseorang selama 8 menit lamanya. Hal ini berarti bahwa semakin banyak batang rokok yang dihisap maka risiko untuk mengurangi hak hidup orang lain semakin meningkat (Kartono, 2013). Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2010 menunjukkan bahwa proporsi penduduk di Provinsi Bali umur 15 tahun keatas yang sedang merokok pada saat survei adalah 31,0%, setelah Sulawesi Tenggara (28,3%), Kalimantan Selatan (30,5%), dan DKI Jakarta (30,8%) (Riskesdas, 2010). Bila dilihat proporsi 5

6 6 perokok di dalam rumah, sebanyak 76,6% penduduk Indonesia yang merokok memiliki kebiasaan merokok di dalam Rumah. Sedangkan di Provinsi Bali proporsi perokok di dalam rumah adalah 68,1% dari seluruh penduduk yang merokok (Riskesdas, 2010). Perilaku merokok di dalam rumah sangat membahayakan kesehatan anggota keluarga terutama bagi ibu hamil di dalam rumah tangga. Paparan asap rokok dapat mengganggu perkembangan dan pertumbuhan janin di dalam kandungan karena zat-zat berbahaya dari asap rokok menghambat asupan gizi dari ibu untuk janinnya. Keadaan ini berpengaruh pada kondisi dan berat badan lahir bayi pada waktu persalinan. Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas maka perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh paparan asap rokok pada ibu hamil di rumah tangga terhadap kejadian bayi berat lahir rendah di Kabupaten Gianyar. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan maka rumusan masalah yang diperoleh dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimanakah pengaruh paparan asap rokok dari suami perokok pada ibu hamil di rumah tangga terhadap kejadian bayi berat lahir rendah di Kabupaten Gianyar? 2. Bagaimanakah pengaruh paparan asap rokok dari anggota keluarga perokok pada ibu hamil di rumah tangga terhadap kejadian bayi berat lahir rendah di Kabupaten Gianyar? 6

7 7 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh paparan asap rokok pada ibu hamil di rumah tangga terhadap kejadian bayi berat lahir rendah di Kabupaten Gianyar Tujuan Khusus Tujuan khusus dari dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Pengaruh paparan asap rokok dari suami perokok pada ibu hamil di rumah tangga terhadap kejadian bayi berat lahir rendah di Kabupaten Gianyar 2. Pengaruh paparan asap rokok dari anggota keluarga perokok pada ibu hamil di rumah tangga terhadap kejadian bayi berat lahir rendah di Kabupaten Gianyar 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis Sebagai masukan dalam upaya pengembangan dan penerapan Ilmu Kesehatan Masyarakat bidang Kesehatan Ibu dan Anak khususnya tentang pengaruh faktor risiko dari paparan asap rokok pada ibu hamil di rumah tangga terhadap kejadian bayi berat lahir rendah. 7

8 Manfaat Praktis 1. Sebagai masukan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Gianyar dalam menentukan kebijakan regulasi pembuatan kawasan rumah bebas asap rokok. 2. Sebagai masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar, khususnya di bidang Kesehatan Ibu dan Anak dalam penyusunan program untuk pencegahan dan penanggulangan kejaadian bayi berat lahir rendah di wilayah kerjanya. 3. Sebagai masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar dalam menentukan kebijakan, khususnya di bidang Kesehatan Ibu dan Anak untuk mengambil suatu kebijakan menurunkan angka kejadian bayi berat lahir rendah. 4. Sebagai masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar, khususnya di bidang Kesehatan Ibu dan Anak untuk melakukan advokasi dalam pembuatan klinik berhenti merokok. 5. Sebagai masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar, khususnya integrasi pada program Kesehatan Ibu dan Anak dengan program Gizi dalam rangka klinik berhenti merokok yang dibuat Manfaat Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini dapat memberikan pemahaman pada masyarakat untuk mengetahui tentang pengaruh faktor risiko dari bahaya paparan asap rokok pada ibu hamil di rumah tangga terhadap kejadian bayi berat lahir rendah. 8

9 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Bayi Berat Lahir Rendah Bayi berat lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan dibawah gram tanpa memandang masa kehamilan. Bayi yang berada di bawah persentil 10 dinamakan ringan untuk umur kehamilan. Sebelumnya neonatus dengan berat lahir dibawah gram disbut prematur. Namun selanjutnya WHO menyatakan bahwa semua bayi baru lahir dengan berat lahir dibawah gram disebut Low Birt Weight Infant, karena tidak semua bayi berat dibawah gram pada waktu lahir adalah prematur (Proverawati, 2012). Dalam Proverawati (2012) dijelaskan bahwa Kongres European Perinatal Medicine II yang diadakan di London mendefinisikan tentang maturitas bayi lahir. Diantaranya adalah kurang bulan yaitu masa kehamilannya sebelum 37 minggu (259 hari); cukup bulan yaitu masa kehamilannya dimulai dari minggu ( hari); dan lebih bulan yaitu masa kehamilannya mulai 42 minggu atau lebih (294 hari atau lebih). Sedangkan menurut Manuaba (2012) klasifikasi berat badan lahir bayi terdiri dari bayi berat lahir normal dimulai dari gram; bayi berat lahir lebih diatas gram; bayi berat lahir rendah dibawah gram atau gram; bayi berat lahir sangat rendah dibawah gram; dan bayi berat lahir ekstrim rendah dibawah gram. Bayi berat lahir rendah dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dan bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR). Bayi berat lahir sangat rendah adalah bayi dengan berat lahir dari 9

10 gram, sedangkan bayi berat lahir amat sangat rendah adalah bayi dengan berat lahir dibawah 1000 gram. Keadaan bayi berat lahir rendah berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup bulan (prematur), yaitu bayi lahir cukup bulan (dismaturitas) tetapi berat badan lahirnya lebih kecil dibandingkan masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai gram. Menurut Manuaba (2012) klasifikasi bayi berat lahir rendah dapat dibedakan berdasarkan masa gestasi dan dihitung dari hari pertama haid terakhir sampai saat kelahiran. Diantaranya bayi kurang bulan (preterm) adalah bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari); bayi cukup bulan (aterm) adalah bayi dengan masa kehamilan mulai 37 minggu sampai 42 minggu ( hari); dan bayi lebih bulan (posterm) adalah bayi dengan masa kehamilan lebih dari 42 minggu (294 hari atau lebih). 2.2 Manifestasi Klinis Bayi Berat Lahir Rendah Secara umum gambaran klinis dari bayi berat lahir rendah yang Kecil Masa Kehamilannya (KMK) menurut Proverawati (2012) adalah umur bayi yang kehamilannya cukup bulan tetapi beratnya dibawah 2500 gram, gerakan bayi aktif, menangis cukup kuat, kulit bayi keriput, lemak bawah kulit tipis. Pada bayi perempuan bagian labia minora ditutupi oleh bagian labia mayora, sedangkan pada bayi laki-laki testis menurun dan bayi menghisap cukup kuat. 2.3 Masalah Jangka Pendek dan Jangka Panjang Bayi Berat Lahir Rendah Pada bayi berat lahir rendah banyak sekali risiko yang dihadapi pada perkembangan dan kesehatan bayi tersebut kedepannya, hal ini dikarenakan kondisi tubuh yang tidak stabil. Permasalahan bayi berat lahir rendah ada dua 10

11 11 yaitu jangka pendek dan jangka panjang. Masalah jangka pendek yang pertama adalah gangguan metabolik seperti hipotermia; hipoglekimia; hiperglikemia; dan masalah pada pemberian ASI. Kedua adalah gangguan imunitas seperti gangguan imunologik; kejang saat dilahirkan; dan ikterus. Ketiga, gangguan pernapasan seperti sindroma gangguan pernafasan; asfiksia; apneu periodik; paru yang belum berkembang; dan retrolental fibroplasia. Keempat adalah gangguan sistem peredaran darah seperti perdarahan; anemia; gangguan jantung; gangguan pada otak; bayi berat lahir rendah dengan ikterus; kejang; dan hipoglikemia. Kelima adalah gangguan cairan dan elektrolit seperti gangguan eliminasi, distensi abdomen, gangguan pencernaan, dan gangguan elektrolit. Masalah jangka panjang yang pertama adalah psikis seperti gangguan perkembangan dan pertumbuhan, gangguan berbicara dan berkomunikasi, gangguan neurologi dan kognisi, gangguan proses belajar, serta gangguan atensi dan hiperaktif. Kedua adalah fisik seperti penyakit paru kronis, gangguan pengelihatan (retinopati) dan pendengaran, kelainan bawaan (kelainan kongenital), celebral palsy, clubfoot, dislokasi panggul bawaan, hipotiroidisme kongenital, fibrosis kistik, defek saluran pernafasan, sindroma down, fenilketonuria, sindroma X yang rapuh, distrofi otot, anemia sel sabit, penyakit tay-sachs, dan sindroma alcohol pada janin. 2.4 Faktor Risiko Yang Mempengaruhi Terjadinya Bayi Berat Lahir Rendah Secara umum penyebab terjadinya bayi berat lahir rendah bersifat multifactor sehingga tindakan pencegahan seringkali lebih sulit untuk dilakukan. Semakin muda usia kehamilan ibu maka resiko jangka pendek dan jangka panjang 11

12 12 yang disebabkan bayi berat lahir rendah semakin besar. Beberapa faktor penyebab terjadinya bayi berat lahir rendah secara umum (Manuaba, 2012) adalah : 1. Faktor Ibu a. Umur Ibu Umur tahun adalah umur reproduksi yang optmal bagi seorang wanita, karena pada umur tersebut rahim sudah siap menerima kehamilan, mental sudah matang, sudah mampu merawat bayi dan dirinya sendiri sebagai seorang ibu (Manuaba, 2012). Sedangkan pada umur dibawah 20 tahun, organ-organ reproduksi wanita tidak dapat berfungsi dengan sempurna. Bila rahim dan panggul wanita belum mencapai ukuran dewasa akan mempermudah terjadinya komplikasi pada masa kehamilan dan persalinan. Demikian pula pada wanita dengan usia lebih dari 35 tahun, organ reproduksinya mengalami penurunan kesehatan karena proses degeneratif sudah mulai bermunculan (Prawirohardjo, 2010). Salah satu efek dari proses reproduksi adalah sklerosis pembuluh darah arteri kecil dan arteriole miometrium yang menyebabkan aliran darah ke endometrium tidak merata dan mempengaruhi penyaluran nutrisi dari ibu ke janin. Dampaknya adalah terganggunya pertumbuhan janin di dalam rahim (Prawirohardjo, 2010). Sesuai dengan hasil penelitian Jaya (2009) bahwa ibu yang berumur dibawah dari 20 tahun atau diatas 35 tahun berisiko 6,924 kali melahirkan bayi BBLR dibandingkan dengan ibu yang berumur diatas 20 tahun atau dibawah 35 tahun. 12

13 13 b. Pendidikan Ibu Pendidikan yang dimiliki oleh ibu adalah salah satu faktor penentu terjadinya bayi berat lahir rendah. semakin tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki bu maka semakin mudah memahami kiat-kiat dalam menjaga kesehatan selama kehamilan (Proverawati, 2012). Salah satu hal penting yang harus diketahui ibu adalah melakukan kunjungan antenatal pada tenaga kesehatan yang professional, misalnya di Puskesmas. Sebaliknya bila seorang ibu pendidikannya rendah akan lebih sulit mengetahui dan memahami kiatkiat dalam menjaga kesehatan selama kehamilan. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa ibu dengan tingkat pendidikan rendah umumnya memiliki risiko lebih tinggi untuk melahirkan bayi berat lahir rendah dibandingkan dengan ibu yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi (Merzalia, 2012). Sesuai dengan penelitian Festy (2010) bahwa ibu yang berpendidikan rendah memiliki kecenderungan untuk melahirkan bayi berat lahir rendah 4,346 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu yang berpendidikan tinggi. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Rochadi (2005) bahwa pendidikan ibu yang rendah bukan merupakan faktor risiko terjadinya bayi berat lahir rendah (OR = 0,595). c. Pekerjaan Ibu Pekerjaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk mencari nafkah (menghasilkan uang). Menurut Notoatmojdo (2007) ibu yang sibuk bekerja, terutama melakukan pekerjaan fisik memiliki sedikit waktu untuk memperoleh informasi berkaitan dengan kondisi kesehatan. Selain itu, ibu hamil yang mengambil pekerjaan berat dan melelahkan dapat mengganggu 13

14 14 kondisi kesehatan dirinya dan kandungannya. Hal tersebut berdampak pada perkembangan janin, bahkan menyebabkan lahirnya bayi berat lahir rendah karena ibu terlalu lelah dengan pekerjaannya (Proverawati, 2012). Sesuai dengan penelitian yang dilakukan Widiyastuti (2008) bahwa ibu yang sibuk bekerja berisiko 3,47 kali lebih tinggi melahirkan bayi BBLR dibandingkan ibu yang tidak bekerja. Demikian pula pada penelitian yang dilakukan Oktovina (2011) bahwa pekerjaan ibu ada hunungannya dengan kejadian bayi berat lahir rendah. ibu yang bekerja berisiko 3,1 kali lebih tinggi melahirkan bayi berat lahir rendah dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja. d. Status Gizi Ibu Status gizi ibu pada masa kehamilan berkaitan erat dengan terjadinya bayi berat lahir rendah karena status gizi pada masa kehamilan dapat mempengaruhi perkembangan janin dalam kandungan (Manuaba, 2012). Apabila status gizi pada masa kehamilan tidak tercukupi maka dapat menghambat perkembangan otak pada janin, anemia bayi baru lahir, mudah terinfeksi penyakit, dan terjadi abortus (Merzalia, 2012). Selain berdampak pada perkembangan janin, gizi kurang juga memberi dampak buruk bagi kesehatan ibu, yaitu menyebabkan anemia gizi, anemia zat besi, osteomalasia, gangguan kesehatan gigi, turunnya daya tahan tubuh, dan penyulit saat persalinan. Dalam keadaan normal biasanya rata-rata berat badan ibu hamil mengalami peningkatan sebanyak 12,5 kg, tetapi seringkali terjadi peningkatan berat badan pada masa kehamilan mencapai 6,5 kg sampai 16 kg (Merzalia, 2012). 14

15 15 Untuk mengetahui keadaan status gizi ibu hamil dapat dilakukan melalui pemeriksaan antropometri yang meliputi penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, indeks masa tubuh, dan pengukuran lingkar lengan atas (LILA). Diantara cara-cara tersebut yang paling efektif digunakan adalah melalui pengukuran LILA (Proverawati, 2012). Standar LILA yang digunakan di Indonesia adalah bila pita LILA menunjukkan angka dibawah 23,5 cm maka ibu hamil tersebut mengalami status gizi kurang. Sebaliknya bila pita LILA menunjukkan angka diatas 23,5 cm maka ibu hamil tersebut mengalami status gizi baik (Merzalia, 2012). Sesuai dengan penelitian yang dilakukan Jaya (2009) bahwa ibu yang memiliki status gizi kurang berisiko 9,94 kali melahirkan bayi berat lahir rendah dibandingkan dengan ibu yang memiliki status gizi baik. e. Paritas Paritas menjelaskan jumlah anak yang pernah dilahirkan oleh ibu. Paritas merupakan salah satu faktor risiko penting menentukan nasib ibu selama kehamilan maupun persalinan (Prawirohardjo, 2010). Risiko gangguan kesehatan ibu dan anak mengalami peningkatan pada persalinan pertama, kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya (Proverawati, 2012). Kehamilan dan persalinan pertama dapat meningkatakan resiko gangguan kesehatan dikarenakan ibu belum pernah mengalami kehamilan sebelumnya. Selain itu, jalan lahir baru pertama kali dicoba dan dilalui oleh janin. Sebaliknya bila seorang ibu terlalu sering melakukan persalinan maka kondisi rahim menjadi semakin melemah karena adanya jaringan parut uterus yang disebabkan hamil yang berulang-ulang. 15

16 16 Jaringan parut uterus menyebabkan tidak adekuatnya ketersediaan darah dari ibu ke plasenta, sehingga aliran darah yang disalurkan melalui plasenta tidak cukup untuk menyalurkan nutrisi ke janin. Hal ini mengakibatkan pertumbuhan janin di dalam rahim menjadi terganggu (Depkes RI, 2005). Sesuai penelitian Suriani (2010) yang menganalisis data hasil survei SDKI tahun 2007 bahwa ibu yang memiliki paritas lebih dari 4 kali berisiko 1,24 kali lebih besar untuk melahirkan bayi berat lahir rendah dibandingkan ibu yang memiliki paritas kurang dari 4 kali. f. Jarak Kehamilan Jarak kehamilan sebelum 2 tahun menyebabkan pertumbuhan janin kurang baik. Persalinan yang berlangsung terlalu lama dan terjadinya perdarahan diakibatkan karena kondisi rahim belum pulih sepenuhnya (Proverawati, 2012). Pertumbuhan janin kurang baik diakibatkan karena jarak kelahiran anak dibawah dua tahun, kondisi rahim lemah, dan kesehatan ibu yang belum pulih sepenuhnya. Keadaan seperti ini perlu diwaspadai karena dapat menyebabkan kondisi janin melemah dan bayi yang lahir memiliki berat badan kurang (Manuaba, 2010). Sesuai dengan penelitian yang dilakukan Sistiarani (2008) bahwa ibu yang memiliki jarak kelahiran dibawah dua tahun berisiko 5,11 kali melahirkan bayi berat lahir rendah dibandingkan dengan ibu yang memiliki jarak kelahiran diatas dua tahun. g. Tingkat Sosial Ekonomi Kejadian bayi berat lahir rendah sering terjadi pada ibu dengan tingkat sosial ekonomi rendah. Sosial ekonomi masyarakat sering dinyatakan dengan 16

17 17 pendapatan keluarga yang mencerminkan kemampuan masyarakat dari segi ekonomi dalam memenuhi kebutuhan, kesehatan, dan pemenuhan gizi dalam keluarganya (Proverawati, 2012). Kondisi sosial ekonomi seseorang mempengaruhi kemampuannya mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai, misalnya melakukan kunjungan prenatal untuk mengetahui kondisi kesehatan ibu hamil, kondisi perkembangan janin, ada gangguan pada janin, komplikasi pada kehamilan, dan memperoleh informasi tentang cara menjaga kesehatan ibu dan perkembangan janin selama kehamilan. Wanita pada tingkat sosial ekonomi rendah mempunyai kemungkinan 50% lebih tinggi mengalami kelahiran kurang bulan sehingga menyebabkan bayi yang lahir memiliki berat badan kurang (Manuaba, 2010). Sesuai dengan penelitian Amalia (2009) bahwa ibu yang status ekonominya rendah berisiko 4,354 kali melahirkan bayi berat lahir rendah dibandingkan dengan ibu yang status ekonomi tinggi. Demikian juga pada penelitian Torres (2005) di Kota Mexico bahwa ibu hamil yang memiliki tingkat sosial ekonomi rendah berisiko 2,19 kali melahirkan bayi dalam keadaan berat lahir rendah dibandingan dengan ibu yang memiliki tingkat sosial ekonomi tinggi. 2. Faktor Lingkungan a. Paparan Asap Rokok Paparan zat-zat beracun adalah paparan asap yang dihirup berasal dari rokok maupun udara tercemar oleh gas-gas berbahaya. Ibu hamil yang terpapar asap rokok memiliki risiko lebih besar melahir bayi berat lahir rendah dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak terpapar asap rokok. Kondisi ibu 17

18 18 yang terpapar asap rokok dapat mempengaruhi perkembangan janin dalam kandungan karena berbagai senyawa yang terkandung di dalam rokok dapat mengganggu suplai oksigen dari ibu ke bayinya sehingga sangat berisiko melahirkan bayi berat lahir rendah. Sesuai dengan penelitian Amalia (2009) bahwa ibu yang terpapar asap rokok berisiko 5,516 kali melahirkan bayi berat lahir rendah dibandingkan ibu yang tidak terpapar asap rokok. Demikian juga penelitian Lewis (2007) di Kota Inggris bahwa ibu yang selama kehamilannya terpapar asap rokok dalam lingkungan berisiko 1,23 kali melahirkan bayi berat lahir rendah dibandingkan ibu yang tidak terpapar asap rokok. Paparan dari udara yang tercemar oleh gas-gas beracun, seperti karbon monoksida, amonia, aseton, formaldehid, sianida hydrogen, piren dan vinilklorida sangat berbahaya bagi kesehatan terutama bagi ibu hamil. Bila gas-gas berbahaya ini dihirup oleh ibu hamil dan beredar ke pembuluh darah dapat menyebabkan pertumbuhan janin di dalam kandungan menjadi terganggu. Bahkan, hal ini dapat menyebabkan terjadinya mutasi gen di dalam tubuh ibu hamil sehingga menimbulkan kelainan kongenital pada bayi (Proverawati, 2012). b. Sosial Budaya Sosial budaya merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya bayi berat lahir rendah. Latar belakang budaya mempunyai pengaruh yang penting terhadap bermacam-macam aspek kehidupan manusia, diantaranya kepercayaan, tanggapan, emosi, bahasa, agama, bentuk keluarga, pola makan, diet, pakaian, dan bahasa tubuh. Budaya tentang cara atau pola makan yang salah dapat mempengaruhi status gizi ibu hamil yang secara langsung ikut 18

19 19 memberi pengaruh pada janinnya. Kesalahan pola makan yang sering dijumpai di masyarakat adalah kepercayaan tentang larangan mengkonsumsi makanan pantangan dan pembagian makanan dalam keluarga yang tidak tepat, dimana kecukupan gizi suami selalu menjadi yang lebih diutamakan karena suami dianggap sebagai kepala keluarga. Ibu yang sedang hamil memerlukan aupan gizi yang lebih dibandingkan dengan wanita lain pada umumnya. Namun pada kenyataannya sebagian besar wanita yang telah berumah tangga meskipun dalam keadaan hamil yang diperhatikan adalah kecukupan gizi anggota keluarga, bukan kecukupan gizi untuk dirinya. Seharusnya yang mendapatkan perhatian serius mengenai kecukupan gizi adalah ibu hamil karena asupan gizi yang cukup bukan hanya diperlukan oleh ibu saja tetapi janin di dalam kandungan juga ikut memerlukan. Ibu hamil harus teratur mengkonsumsi makanan yang bergizi demi menjaga kesehatan dirinya maupun menjaga pertumbuhan dan perkembangan janin yang dikandungan (Proverawati, 2009). 2.5 Asap Rokok dan Kehamilan Rokok adalah salah satu zat adiktif yang berbahaya bagi kesehatan. Rokok terbuat dari hasil olahan tembakau Nicotiana Tobacum, Nicotiana Rustica yang dibungkus dengan cerutu mengandung zat nikotin, tar, karbon monoksida (CO), dan timah hitam (Pb). Tanaman Nicotiana Tabacum adalah tembakau yang dipergunakan sebagai bahan untuk membuat sigaret, cerutu, tembakau pipa, dan rokok. Di Indonesia tembakau, cengkeh, dan bahan-bahan lain diolah sebagai bahan dasar pembuatan rokok kretek. Tembakau juga bisa digunakan sebagai 19

20 20 rokok linting, cerutu, rokok putih, rokok pipa, tembakau tanpa asap, dan tembakau kunyah. Rokok mengandung beberapa bahan-bahan berbahaya yang dapat merusak kesehatan tubuh, diantaranya adalah tar, nikotin, karbon monoksida (CO), dan timah hitam (Pb). Tar adalah bagian partikel rokok yang mengandung zat kimia karsinogenik yaitu zat pemicu tumbuhnya kanker pada tubuh manusia. Tar terdiri dari ribuan zat kimia yang terkumpul dalam komponen padat pada asap rokok. Zat ini dapat merusak permukaan gigi sehingga gigi berwarna coklat, merusak saluran pernapasan, merusak paru-paru dan menyebabkan kanker. Nikotin adalah senyawa alkaloid toksik bersifat adiktif sehingga menyebabkan ketergantungan bagi penggunanya. Efek dari penggunaan nikotin dapat merusak sistem syaraf, mempersempit pembuluh darah, dan meningkatkan tekanan darah. Jumlah nikotin yang masuk ke dalam tubuh tergantung dari jumlah tembakau yang terkandung di dalam rokok, kualitas rokok, menggunakan filter, lama dan dalamnya isapan. Karbon monoksida (CO) adalah gas beracun yang berpengaruh kuat terhadap kerja hemoglobin pada darah. Ikatan CO dengan haemoglobin menyebabkan haemoglobin tidak mampu melepaskan ikatan CO. Akibatnya adalah fungsi haemoglobin sebagai pengangkut oksigen mulai berkurang, sehingga hemoglobin yang terbentuk hanya mampu mencapai tingkat tertentu saja, bahkan bisa menyebabkan kematian. Timah hitam (Pb) yang terkandung dalam sebatang rokok menghasilkan polutan sebanyak 0,5 mikro gram, maka dapat diperkirakan bila seseorang mengkonsumsi satu bungkus (20 batang) rokok dalam satu hari polutan yang 20

21 21 dihasilkan adalah 10 mikro gram. Batas ukuran timah hitam yang masuk ke dalam tubuh adalah 20 mikro gram per hari. Bila 40 batang rokok rata-rata dikonsumai oleh perokok berat setiap harinya, maka jumlah polutan berbahaya yang masuk ke dalam tubuh adalah dua kali lipat dari 20 batang rokok. Berdasarkan asap rokok yang dihirup dapat dibedakan menjadi dua kategori perokok yaitu perokok pasif dan perokok aktif. Perokok pasif adalah seseorang yang tidak merokok (pasif smoker) tetapi menghirup asap rokok dari orang lain. Asap rokok tersebut bisa menjadi polutan bagi orang lain disekitarnya. Asap rokok yang terhirup oleh orang bukan perokok tetapi karena terpapar asap rokok dari orang yang merokok bisa menimbulkan scone handsmoke (Bustan, 2000). Sedangkan perokok aktif adalah orang yang memiliki kebiasaan merokok dan menghirup asap rokok yang berasal dari isapan rokoknya. Penelitian yang dilakukan oleh Rasyid (2012) menunjukkan bahwa keterpaparan asap rokok selama kehamilan memberi pengaruh sebesar 4,2 kali terhadap kejadian bayi berat lahir rendah. Perokok aktif dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu perokok ringan dan perokok berat. Perokok ringan adalah perokok yang menghisap < 10 batang perhari dan perokok berat adalah orang yang menghisap 10 batang perhari (Nindriani, 2013). Bila dilihat dari riwayat lamanya merokok, perokok aktif dapat dibagi menjadi dua, yaitu perokok ringan dan perokok berat. Perokok ringan adalah perokok yang mengkonsumsi rokok < 10 tahun, sedangkan perokok berat adalah orang yang mengkonsumsi rokok 10 tahun (Bustan, 2000). Bila dilihat dari kebiasaan merokok, perokok aktif dapat dibedakan menjadi dua, yaitu perokok ringan dan perokok berat. Perokok ringan adalah perokok yang merokok 21

22 22 tidak setiap hari, sedangkan perokok berat adalah orang yang merokok tidak setiap hari (Riskesdas, 2010). Bila ada ibu hamil yang berada dekat dengan suami atau keluarga, bahkan orang lain yang sedang merokok setiap hari (perokok aktif), maka semakin berisiko mengalami gangguan kesehatan, terutama penyakit yang berhubungan dengan kehamilan. Paparan asap rokok yang dihirup ibu hamil menyebabkan terganggunya kesehatan ibu dan pertumbuhan janin di dalam kandungan, sehingga dapat mempengaruhi kondisi kesehatan dan berat badan bayi pada saat persalinan. Penelitian Amiruddin (2007) menunjukkan bahwa ibu hamil yang terpapar asap rokok berisiko 3,7 kali melahirkan bayi berat lahir rendah dibandingkan dengan ibu yang tidak terpapar. Demikian pula pada penelitian yang dilakukan oleh Jauniaux (2007) di London. Jauniaux menemukan bahwa ibu hamil yang terpapar asap rokok sejak awal kehamilan dapat menurunkan berat plasenta dan menyebabkan penurunan berat badan lahir bayi pada saat persalinan. 2.6 Bahaya Asap Rokok Selama Kehamilan Merokok selama kehamilan adalah perilaku berisiko yang harus dihindari. Banyak orang kesulitan berhenti dari kebiasaan merokok. Ibu hamil yang terpapar asap rokok memberi pengaruh buruk pada kondisi janin yang dikandungnya. Karbon monoksida dari asap rokok yang dihirup ibu hamil akan terbawa ke aliran darah menuju ke janin. Hal ini mengakibatkan penyaluran oksigen dan nutrisi untuk bayi menjadi terhambat, sehingga berat plasenta menjadi berkurang. Pengaruh buruk yang lain dari asap rokok adalah menyebabkan gangguan pada plasenta. Plasenta memperluas wilayah di dalam rahim untuk memenuhi 22

23 23 kebutuhan oksigen dan nutrisi pada janin. Hal ini mengakibatkan lapisan plasenta semakin menipis dan kemungkinan letak plasenta menjadi lebih rendah atau plasenta previa (plasenta ada pada mulut rahim). Ibu hamil yang terpapar asap rokok mempunyai kemungkinan 80% mengalami keguguran dibandingkan ibu hamil yang tidak terpapar asap rokok. Hal ini disebabkan karena berkurangnya kadar hormon kehamilan akibat terpapar asap rokok, padahal hormon kehamilan sangat diperlukan untuk menjaga kehamilannya hingga masa persalinan. Merokok selama kehamilan, baik aktif maupun pasif berpengaruh langsung pada kondisi perkembangan dan pertumbuhan janin, terutama pada trimester pertama sampai usia kehamilan cukup bulan. Asap rokok mengandung lebih dari bahan kimia yaitu tar, karbon monoksida, nikotin, sianida, timah hitam merupakan senyawa pemicu terjadinya kanker (Bustan, 2000). Bila senyawa kimia ini masuk ke dalam aliran darah ibu hamil dan memasuki sirkulasi oksigen, maka dapat menghambat asupan gizi pada ibu hamil dan janinnya. Sesuai penelitian yang dilakukan oleh Indah (2010) bahwa ibu hamil yang terpapar asap rokok memiliki risiko 7,36 kali melahirkan bayi BBLR dibandingkan ibu hamil yang tidak terpapar oleh asap rokok. Asap rokok mengandung beraneka macam zat kimia berbahaya seperti karbon monoksida (CO), nitrogen oksida (NO), asam sianida (HCN), amonia (NH4OH), acrolein, acetilen, benzaldehyde, urethane, benzene, methanol, coumarin, etilkatehol-4, dan ortokresol. Selain komponen gas, ada juga komponen padat atau disebut partikel yang terdiri dari nikotin dan tar (Bustan, 2000). Bahanbahan tersebut dapat menyebabkan terjadinya berbagai macam kelainan dan penyakit pada tubuh. Diantaranya adalah penyakit jantung koroner, penyakit paru- 23

24 24 paru kronis, tumor paru, impotensi, dan gangguan sistem reproduksi, termasuk gangguan pada kehamilan dan janin (Bustan, 2000). Penelitian BMA Tobacco Control Resource Centre menggambarkan bahwa ibu yang terpapar asap rokok selama kehamilan berisiko melahirkan bayi berat lahir rendah sebesar 1,5 kali hingga 9,9 kali dibandingkan dengan ibu yang tidak terpapar asap rokok rokok (Kartono, 2013). Kondisi bayi berat lahir rendah sangatlah merugikan, karena bayi yang memiliki berat lahir rendah sering disertai dengan komplikasi seperti sindrom gangguan pernapasan idiopatik, pneumonia aspirasi, dan perdarahan. Bayi yang terlahir dari ibu terpapar asap rokok pada umumnya memiliki ukuran dan berat badan lahir lebih rendah dibandingkan berat badan bayi normal lainnya, bahkan sering disertai masalah pada gangguan paruparu. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan Sirajuddin (2011) bahwa ibu hamil yang terpapar asap rokok berisiko 1,2 kali lebih tinggi melahirkan bayi berat lahir rendah dibandingan ibu yang tidak terpapar asap rokok selama kehamilannya. Ibu hamil yang tidak memiliki perilaku merokok harus menghindari diri dari paparan asap rokok, karena kandungan zat-zat berbahaya dari paparan asap rokok secara teratur dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin tersebut di dalam kandungan. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan Torres (2005) di Kota Mexico bahwa paparan asap rokok memberi pengaruh secara signifikan terhadap kejadian bayi berat lahir rendah di Mexico. Ibu hamil yang terpapar asap rokok berisiko 2,68 kali melahirkan bayi berat lahir rendah dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak terpapar asap rokok. Beberapa bahaya yang ditimbulkan akibat perilaku merokok bagi ibu hamil dan janin adalah menyebabkan keguguran, mengalami kehamilan ektopik, 24

25 25 bayi lahir prematur, kematian bayi saat dilahirkan, komplikasi kehamilan, risiko tinggi terkena sindrom, penurunan pada fungsi paru, dan bayi mengalami berat lahir yang lebih rendah dari rata-rata normal. Penyebab utama bayi berat lahir rendah adalah terhambatnya aliran darah menuju ke janin sehingga asupan gizi ibu untuk janin menjadi berkurang. Profesor Peter Hindmarsh ahli endokrin anak dari University College Hospital di London Inggris menyatakan bahwa pertumbuhan bayi yang lahir dari ibu perokok berat dapat memepengaruhi berat, panjang, dan lingkar kepala pada bayi. Bahkan tidak menutup kemungkinan efek dari asap rokok dapat mempengaruhi fungsi organ tubuh pada bayi seperti hati, jantung, otak, dan pertumbuhan tulang (Hindmarsh, 2008). 25

26 26 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 1.1 Kerangka Berpikir Bayi berat lahir rendah adalah neonatus dengan berat badan lahir dibawah gram tanpa memandang masa kehamilan. Salah satu faktor sebagai penyebab utama terjadinya BBLR adalah pengaruh paparan asap rokok pada ibu hamil di rumah tangga. Selain faktor dari paparan asap rokok, masih ada faktor lain yang ikut berperan menyebabkan terjadinya bayi berat lahir rendah yaitu karakteristik ibu. Karakteristik ibu diantaranya adalah umur ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, status gizi ibu, paritas, jarak kehamilan, dan tingkat sosial ekonomi. Rokok adalah salah satu zat adiktif yang berbahaya bagi kesehatan ibu hamil. Rokok mengandung bahan-bahan berbahaya yang dapat merusak kesehatan tubuh ibu dan janin di dalam kandungan, diantaranya adalah tar, nikotin, karbon monoksida, dan timah hitam. Merokok selama kehamilan, baik merokok aktif maupun pasif memberikan pengaruh secara langsung terhadap kondisi pertumbuhan dan perkembangan janin, terutama pada trimester pertama sampai pada usia kehamilan cukup bulan. Ibu hamil yang terpapar asap rokok menyebabkan terganggunya kesehatan dan kecukupan gizi pada ibu dan janin. Zat-zat berbahaya di dalam rokok yang mengalir ke dalam darah dapat mengganggu proses sirkulasi oksigen dan distribusi makanan dari ibu ke janin, sehingga janin tidak memperoleh nutrisi yang cukup untuk bertahan hidup. Keadaan ini dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin di dalam kandungan karena kecukupan gizi dari ibu 26

27 27 untuk janin yang tidak terpenuhinya. Paparan dari asap rokok berisiko sebagai penyebab lahirnya bayi dengan keadaan berat lahir rendah. 1.2 Konsep Penelitian Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan suatu konsep penelitian tentang pengaruh paparan asap rokok pada ibu hamil di rumah tangga terhadap kejadian bayi berat lahir rendah sebagai berikut : PAPARAN ASAP ROKOK DI RUMAH TANGGA BAYI BERAT LAHIR RENDAH - Suami Perokok - Anggota Keluarga Perokok FAKTOR KARAKTERISTIK IBU - Umur Ibu - Pendidikan Ibu - Pekerjaan Ibu - Status Gizi Ibu - Paritas - Jarak Kehamilan - Tingkat Sosial Ekonomi Gambar 3.1 Konsep Penelitian 27

28 Hipotesis Penelitian 1. Ada pengaruh paparan asap rokok dari suami perokok pada ibu hamil di rumah tangga terhadap kejadian bayi berat lahir rendah di Kabupaten Gianyar. 2. Ada pengaruh paparan asap rokok dari anggota keluarga perokok pada ibu hamil di rumah tangga terhadap kejadian bayi berat lahir rendah di Kabupaten Gianyar. 28

29 29 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian case control yang bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh paparan asap rokok pada ibu hamil di rumah tangga terhadap kejadian bayi berat lahir rendah di Kabupaten Gianyar. Penelitian case control adalah suatu penelitian yang mempelajari bagaimana pengaruh faktor risiko (paparan asap rokok) terhadap terjadinya suatu penyakit (BBLR) yang dilakukan dengan cara membagi sampel menjadi dua kelompok yaitu kelompok kasus (BBLR) dan kelompok control (tidak BBLR). Selanjutnya ditelusuri secara retrospektif mengenai status paparan diantara kelompok kasus (BBLR) dan kontrol (tidak BBLR) (Notoatmodjo, 2010). Terpapar asap rokok (+) Kasus : BBLR Terpapar asap rokok (-) Terpapar asap rokok (+) Kontrol : Tidak BBLR Terpapar asap rokok (-) Gambar 4.1 Rancangan Penelitian case control 29

30 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Gianyar dengan waktu penelitian selama 3 bulan yaitu dari bulan Mei sampai Juli Tahun Penelitian dimulai dengan tahap persiapan penelitian hingga tahap pelaporan hasil penelitian. 4.3 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian epidemiologis analitik pada bidang gizi yang bertujuan untuk mengetahui penyebab terjadinya bayi berat lahir rendah di Kabupaten Gianyar. Penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan wawancara terhadap responden mengenai adanya pengaruh paparan asap rokok pada ibu hamil di rumah tangga sebagai faktor risiko terjadinya bayi berat lahir rendah di Kabupaten Gianyar. 4.4 Penentuan Sumber Data Populasi 1. Populasi Kasus Populasi kasus pada penelitian ini adalah semua ibu yang melahirkan bayi dengan berat kurang dari gram (BBLR) dan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu (cukup bulan /aterm) di seluruh wilayah kerja puskesmas di Kabupaten Gianyar dari bulan Januari sampai Desember tahun Jumlah ibu yang melahirkan bayi BBLR dengan masa kehamilan aterm di Kabupaten Gianyar pada bulan Januari sampai Desember tahun 2013 adalah 98 ibu. 30

31 31 2. Populasi Kontrol Populasi kontrol dalam penelitian ini adalah semua ibu yang melahirkan bayi dengan keadaan tidak BBLR di seluruh wilayah kerja puskesmas di Kabupaten Gianyardari bulan Januari sampai Desember tahun Jumlah ibu yang melahirkan bayi dengan keadaan tidak BBLR di Kabupaten Gianyar pada bulan Januari sampai Desember tahun 2013 adalah ibu Cara Pengambilan Sampel 1. Sampel Kasus Sampel kasus dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi kasus yang ada, dimana sampel kasus diambil dari data register kohort ibu hamil yang melahirkan bayi dengan berat kurang dari gram (BBLR) dan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu (cukup bulan /aterm) di seluruh wilayah kerja puskesmas di Kabupaten Gianyar Bulan Januari sampai Desember Tahun Cara pengambilan sampel kasus adalah sistematik random sampling dengan prosedur sebagai berikut : 1. Membuat kerangka sampel yang merupakan daftar anggota populasi kasus. 2. Menentukan banyaknya sampel yang diperlukan. 3. Menentukan jumlah interval yang ditentukan dengan cara membangi jumlah populasi dengan jumlah sampel. 4. Memilih sampel pertama secara acak, dimana nomor yang diperoleh dari pengundian tersebut adalah sampel pertama. 31

32 32 5. Untuk pemilihan sampel berikutnya, sampel pertama ditambah dengan interval dan dilakukan secara berulang-ulang hingga jumlah sampel terpenuhi. 2. Sampel Kontrol Sampel kontrol dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi kontrol yang ada, dimana sampel kontrol diambil dari data register kohort ibu hamil yang melahirkan bayi dengan keadaan tidak BBLR di seluruh wilayah kerja puskesmas di Kabupaten Gianyar pada bulan Januari sampai Desember tahun Cara pengambilan sampel kontrol adalah sistematik random sampling dengan prosedur sebagai berikut : 1. Membuat kerangka sampel yang merupakan daftar anggota populasi kontrol. 2. Menentukan banyaknya sampel yang diperlukan. 3. Menentukan jumlah interval yang ditentukan dengan cara membangi jumlah populasi dengan jumlah sampel. 4. Memilih sampel pertama secara acak, dimana nomor yang diperoleh dari pengundian tersebut adalah sampel pertama. 5. Untuk pemilihan sampel berikutnya, sampel pertama ditambah dengan interval dan dilakukan secara berulang-ulang hingga jumlah sampel terpenuhi. 32

33 Besar Sampel Besar sampel dihitung dengan rumus (WHO, 2000) : n = {Z 1-α/2 2P 2 (1-P 2 ) + Z 1-β (P 1 (1- P 1 ) + P 2 (1- P 2 ) } 2 (P 1- P 2 ) 2 Keterangan : n = jumlah sampel Zα = Tingkat kemaknaan = 1,96 (untuk α = 0,05 adalah 1,96) Zβ = Tingkat kekuatan (power) yang diinginkan = 0,20 = 80% c = jumlah kontrol = 1 p = proporsi yang terpapar asap rokok = 66,7% (Ramadhan, 2012) OR = 4,2 (Rasyid, 2012) Berdasarkan perhitungan besar sampel dari penelitian diatas maka besar sampel dalam penelitian ini adalah 58 sampel. Karena perbandingan sampel kasus dan kontrol yang digunakan adalah 1 : 1, maka perbandingan jumlah sampel kasus dan kontrol adalah 58 : 58. Total jumlah sampel yang digunakan adalah 58 x 2 = 116 sampel 4.5 Variabel Penelitian Identifikasi dan Klasifikasi Variabel Variabel dalam penelitian ini ada tiga yaitu variabel terikat, variabel bebas, dan variabel confounding. Variabel terikat adalah kejadian bayi berat lahir rendah. Variabel bebasnya adalah paparan asap rokok dari suami dan anggota keluarga 33

34 34 perokok di rumah tangga. Sedangkan variabel confoundingnya adalah karakteristik ibu yaitu umur ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, status gizi ibu, paritas, jarak kehamilan, dan tingkat sosial ekonomi Definisi Operasional Variabel Variabel Tabel 4.1 Definisi Operasional Variabel Definisi Operasional Alat Skala Variabel Ukur Pengukuran Skala Dalam Analisis Variabel Terikat BBLR Bayi baru lahir dengan berat badan lahir dibawah gram, diukur mmenggunakan timbangan bayi yang ada di Puskesmas dan tercatat di data kohort bayi bulan Januari- Desember tahun 2013 Data Kohort bayi Kategorikal 1. BBLR 2. Tidak BBLR Variabel Bebas Paparan Asap Rokok di Rumah Tangga Paparan asap Paparan asap rokok rokok yang menyertai ibu hamil Paparan asap rokok suami Paparan asap rokok dari suami perokok yang menyertai ibu hamil Kuesioner Kategorikal 1. Terpapar 2. Tidak Terpapar Kuesioner Kategorikal 1. Terpapar 2. Tidak Terpapar Paparan asap rokok anggota keluarga Kualitas merokok Paparan asap rokok dari anggota keluarga perokok yang menyertai ibu hamil Perilaku konsumsi rokok suami dan anggota keluarga Kuesioner Kategorikal 1. Terpapar 2. Tidak Terpapar Kuesioner Kategorikal 1. Merokok setiap hari 2. Merokok 34

35 35 Kuantitas merokok Durasi/ Lama merokok perokok (hari) tidak setiap hari Banyaknya rokok yang Kuesioner Interval 1. Berat bila dikonsumsi suami dan Merokok 10 anggota keluarga batang/hari perokok dalam 1 hari 2. Ringan bila Merokok < 20 batang/hari Waktu yang dihabiskan Kuesioner Interval 1. Berat bila suami dan anggota merokok 10 keluarga perokok untuk tahun mengkonsumsi rokok 2. Ringan bila (tahun) merokok < 10 tahun Variabel Confounding Umur Ibu Umur ibu pada saat ibu melakukan persalinan (tahun) Pendidikan Ibu Pekerjaan Ibu Status Ibu Gizi Pendidikan (formal) terakhir yang telah ditamatkan oleh ibu Kegiatan yang dilakukan oleh ibu di luar atau di dalam rumah yang menghasilkan uang untuk menambah pendapatan keluarga Status gizi ibu pada kehamilan Trimester III yang diukur menggunakan pita LILA menurut catatan kohort ibu hamil yang ada di Puskesmas pada bulan Kuesioner Kategorikal 1. Berisiko bila umur < 20 tahun atau > 35 tahun 2. Tidak berisiko bila umur tahun Kuesioner Kategorikal 1. Tidak Sekolah 2. SD 3. SMP 4. SMA 5. PT Kuesioner Kategorikal 1. Bekerja 2. Tidak Bekerja Kuesioner Kategorikal 1. Kurang bila LILA < 23,5 cm Baik bila LILA 23,5 cm

36 36 Paritas Jarak Kehamilan Tingkat Sosial Ekonomi Januari-Desember tahun 2013 Jumlah anak yang hidup dilahirkan oleh ibu Jarak antara waktu sejak ibu hamil sampai terjadi kehamilan berikutnya Kemampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan ibu hamil yang dinilai berdasarkan pendapatan keluarga per bulan Kuesioner Interval 1. Berisiko bila paritas 4 kali 2. Tidak Berisiko bila paritas < 4 kali Kuesioner Kategorikal 1. Berisiko bila jarak kehamilan < 2 tahun dan > 4 tahun 2. Tidak Berisiko bila jarak kehamilan 2-4 tahun UMR Interval 1. Rendah bila pendapatan per bulan < Rp (UMR Kab. Gianyar) 2. Tinggi bila pendapatan per bulan Rp (UMR Kab. Gianyar) 4.6 Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner sebagai pedoman wawancara terhadap responden. Kuesioner telah diujucobakan terlebih dahulu sebelum peneliti melakukan pengumpulan data kelapangan. 36

37 Prosedur Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah Kabupaten Gianyar bertujuan untuk mengetahui pengaruh paparan asap rokok pada ibu hamil di rumah tangga terhadap kejadian bayi berat lahir rendah di Kabupaten Gianyar. Sebelum penelitian dilakukan, peneliti mengurus ijin penelitian terlebih dahulu sehingga mempermudah peneliti dalam mengumpulkan data. Selanjutnya peneliti melakukan pendekatan melalui tatap muka terhadap responden dan petugas kesehatan dari masing-masing puskesmas. Melalui tatap muka tersebut peneliti menyampaikan kepada responden mengenai maksud dan tujuan penelitian, memberikan lembar persetujuan sebagai responden (inform consent) untuk ditandatangani jika responden bersedia untuk diwawancarai. Data primer ini diperoleh dengan melakukan wawancara secara langsung ke masing-masing rumah responden menggunakan kuesioner sebagai pedoman wawancara. 4.8 Pengumpulan Data dan Pengolahan Data Cara Pengumpulan Data 1. Data primer diperoleh melalui wawancara secara langsung terhadap responden menggunakan kuesioner sesuai dengan variabel yang diteliti. Adapaun variabel tersebut meliputi paparan asap rokok, umur ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan tingkat sosial ekonomi. 2. Data sekunder diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar dan dari data register kohort bayi dan ibu hamil yang tercatat di masingmasing Puskesmas di Kabupaten Gianyar pada bulan Januari sampai 37

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rokok dan Kandungan zat berbahaya dalam rokok Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 rokok adalah salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar, dihisap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merokok adalah suatu kebiasaan yang sudah umum dan meluas di masyarakat, dan pada faktanya kebiasaan merokok susah untuk dihilangkan. Merokok telah menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Target Milleneum Development Goals (MDGs) sampai dengan tahun 2015 adalah

BAB I PENDAHULUAN. Target Milleneum Development Goals (MDGs) sampai dengan tahun 2015 adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Target Milleneum Development Goals (MDGs) sampai dengan tahun 2015 adalah mengurangi angka kematian bayi dan balita sebesar dua per tiga dari tahun 1990 yaitu sebesar

Lebih terperinci

Hubungan Antara Anemia Pada Ibu Hamil Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah Di RS Pendidikan Panembahan Senopati Bantul

Hubungan Antara Anemia Pada Ibu Hamil Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah Di RS Pendidikan Panembahan Senopati Bantul Hubungan Antara Anemia Pada Ibu Hamil Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah Di RS Pendidikan Panembahan Senopati Bantul Rudi Harjanto 1 dan Alfaina Wahyuni 2 1 Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Paparan Asap Rokok Asap rokok mengandung sekitar 4.000 zat kimia seperti karbon monoksida (CO), nitrogen oksida (NO), asam sianida (HCN), amonia (NH4OH), acrolein, acetilen,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di seluruh dunia lebih dari 20 juta setiap tahunnya dilahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR). Di negara berkembang kejadian BBLR 16,5%, 2 kali lebih tinggi dibandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti kanker, memperlambat pertumbuhan anak, kanker rahim dan

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti kanker, memperlambat pertumbuhan anak, kanker rahim dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rokok menimbulkan masalah kesehatan meliputi penyakit kronis dan degeneratif seperti kanker, memperlambat pertumbuhan anak, kanker rahim dan keguguran, mengancam kehamilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai berat saat lahir kurang dari 2500 gram. Prevalensi global berat badan lahir

BAB I PENDAHULUAN. sebagai berat saat lahir kurang dari 2500 gram. Prevalensi global berat badan lahir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) didefenisikan WHO (2011, hal. 1) sebagai berat saat lahir kurang dari 2500 gram. Prevalensi global berat badan lahir rendah (BBLR) adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terpenting dalam pertumbuhan anak dimasa datang (Rodhi, 2011) World Health Organization (WHO) 2008, telah membagi umur kehamilan

I. PENDAHULUAN. terpenting dalam pertumbuhan anak dimasa datang (Rodhi, 2011) World Health Organization (WHO) 2008, telah membagi umur kehamilan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Bayi sehat adalah modal utama dalam mewujudkan manusia berkualitas. Keadaan ibu sebelum dan saat hamil akan menentukan berat bayi yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Definisi Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah

TINJAUAN PUSTAKA Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Definisi Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) 2.1.1. Definisi Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah Menurut Saifuddin (2001), Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berat badan kurang dari 2500 gram pada saat lahir (Hasan & Alatas, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. berat badan kurang dari 2500 gram pada saat lahir (Hasan & Alatas, 2005). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu penyebab kematian pada bayi dan anak ialah BBLR (Berat Badan Bayi Lahir Rendah) selain gangguan selama perinatal. BBLR (Berat Badan Bayi Lahir Rendah) adalah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 16 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PARITAS 2.1.1 PENGERTIAN PARITAS Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang wanita (BKKBN, 2006). Paritas dapat dibedakan menjadi primipara, multipara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) masih merupakan masalah di bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) masih merupakan masalah di bidang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) masih merupakan masalah di bidang kesehatan terutama kesehatan perinatal. BBLR terdiri atas BBLR kurang bulan dan BBLR cukup bulan/lebih

Lebih terperinci

HUBUNGAN IBU HAMIL PEROKOK PASIF DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RSU MEURAXA BANDA ACEH

HUBUNGAN IBU HAMIL PEROKOK PASIF DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RSU MEURAXA BANDA ACEH HUBUNGAN IBU HAMIL PEROKOK PASIF DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RSU MEURAXA BANDA ACEH NURLAILA RAMADHAN 1 1 Tenaga Pengajar Pada STiKes Ubudiyah Banda Aceh Abtract

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP-N) tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP-N) tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP-N) tahun 2005-2025 kesehatan masyarakat merupakan salah satu tujuan yang harus dicapai untuk mewujudkan bangsa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi. Kematian

BAB I PENDAHULUAN. paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi. Kematian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal merupakan salah satu unsur penentu status kesehatan. Pelayanan kesehatan neonatal dimulai sebelum bayi dilahirkan, melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. panjang badan 50 cm (Pudjiadi, 2003). Menurut Depkes RI (2005), menyatakan salah satu faktor baik sebelum dan saat hamil yang

BAB I PENDAHULUAN. panjang badan 50 cm (Pudjiadi, 2003). Menurut Depkes RI (2005), menyatakan salah satu faktor baik sebelum dan saat hamil yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bayi dilahirkan setelah dikandung kurang lebih 40 minggu dalam rahim ibu. Pada waktu lahir bayi mempunyai berat badan sekitar 3 Kg dan panjang badan 50 cm (Pudjiadi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1 miliar yang terdiri dari 47% pria, 12% wanita dan 41% anak-anak (Wahyono, 2010). Pada tahun 2030, jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berat bayi lahir rendah (BBLR) didefinisikan oleh World Health

BAB I PENDAHULUAN. Berat bayi lahir rendah (BBLR) didefinisikan oleh World Health BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berat bayi lahir rendah (BBLR) didefinisikan oleh World Health Organization (WHO) sebagai berat saat lahir kurang dari 2500 gram. 1 Berdasarkan data dari WHO dan United

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan selama siklus hidup manusia. Gangguan gizi pada awal kehidupan akan mempengaruhi kualitas kehidupan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indian di Amerika untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad

BAB 1 PENDAHULUAN. Indian di Amerika untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebiasaan merokok merupakan masalah penting dewasa ini. Rokok oleh sebagian orang sudah menjadi kebutuhan hidup yang tidak bisa ditinggalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan silent disease yang menjadi

BAB 1 : PENDAHULUAN. Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan silent disease yang menjadi BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan silent disease yang menjadi penyebab kematian terbanyak diseluruh dunia. Penyakit Tidak Menular (PTM) umumnya dikenal sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kehamilan Kehamilan pertumbuhan dan perkembangan janin intra uteri mulai sejak konsepsi dan berakhir pada saat permulaan persalinan (Sarwono, 2007). Menurut Sylviati (2008)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan atau perkembangan fisik dan mental anak. Seseorang yang sejak didalam

BAB 1 PENDAHULUAN. dan atau perkembangan fisik dan mental anak. Seseorang yang sejak didalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan potensi dasar dan alami dari setiap individu yang sangat diperlukan pada awal kehidupan dan pertumbuhan manusia. Apabila unsur dasar tersebut tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Menurut Manuaba (2010),

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Menurut Manuaba (2010), BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anemia pada kehamilan merupakan masalah yang umum karena mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2012 dari laporan Kota/Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2012 dari laporan Kota/Kabupaten BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Angka kematian ibu (AKI) menjadi salah satu indikator penting dalam derajat kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian

Lebih terperinci

Pengertian Rokok dan Bahaya Merokok bagi Kesehatan Manusia

Pengertian Rokok dan Bahaya Merokok bagi Kesehatan Manusia Pengertian Rokok dan Bahaya Merokok bagi Kesehatan Manusia Posted by Kukuh Ibnu Prakoso. Category: Informasi, Kesehatan Setelah sebelumnya kita mengetahui betapa banyaknyamanfaat merokok yang tidak kita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk melaksanakan 8 (delapan) tujuan pembangunan, yang salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. untuk melaksanakan 8 (delapan) tujuan pembangunan, yang salah satunya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Millennium Development Goals (MDGs) atau tujuan pembangunan millenium adalah upaya untuk memenuhi hak-hak dasar kebutuhan manusia untuk melaksanakan 8 (delapan) tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kesehatan pada ibu hamil merupakan permasalahan yang penting bagi sebuah negara. Hal ini akan berpengaruh pada kesehatan anak saat lahir dan perkembangan anak di kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Target Milleneum Development Goals sampai dengan tahun 2015 adalah mengurangi angka kematian bayi dan balita sebesar dua per tiga dari tahun 1990 yaitu sebesar 20

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tambahan (Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, 2009). Masalah utama. yang menjadi semakin tinggi tiap tahunnya.

BAB I PENDAHULUAN. tambahan (Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, 2009). Masalah utama. yang menjadi semakin tinggi tiap tahunnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merokok merupakan suatu masalah di dalam masyarakat yang dapat menimbulkan banyak kerugian baik dari segi sosial ekonomi maupun kesehatan bahkan kematian (Kementrian

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA. Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme, karena itu kebutuhan

BAB II TINJUAN PUSTAKA. Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme, karena itu kebutuhan BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 KEBUTUHAN GIZI PADA IBU HAMIL Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme, karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya meningkat. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau konsentrasi hemoglobin dibawah nilai batas normal, akibatnya dapat

BAB I PENDAHULUAN. atau konsentrasi hemoglobin dibawah nilai batas normal, akibatnya dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia yakni suatu kondisi dimana jumlah dan ukuran sel darah merah atau konsentrasi hemoglobin dibawah nilai batas normal, akibatnya dapat mengganggu kapasitas darah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perokok mengalami peningkatan dari tahun ketahunnya (Sari, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. perokok mengalami peningkatan dari tahun ketahunnya (Sari, 2006). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan aspek yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Saat ini banyak penyakit yang diderita tidak disebabkan oleh kuman atau bakteri, tetapi lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah kematian ibu dan angka kematian perinatal. Di dunia, setiap menit

BAB I PENDAHULUAN. adalah kematian ibu dan angka kematian perinatal. Di dunia, setiap menit 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator untuk mengukur derajat kesehatan suatu negara adalah kematian ibu dan angka kematian perinatal. Di dunia, setiap menit seorang perempuan meninggal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. calon ibu dan bayi yang dikandung harus mendapatkan gizi yang cukup banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. calon ibu dan bayi yang dikandung harus mendapatkan gizi yang cukup banyak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan keadaan fisiologis yang menjadi dambaan setiap pasangan suami istri. Dari setiap kehamilan yang diharapkan adalah lahirnya bayi yang sehat dan sempurna

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENAMBAHAN BERAT BADAN IBU SELAMA HAMIL DENGAN KEJADIAN BBLR DI RUMAH SAKIT DR. NOESMIR BATURAJA TAHUN 2014

HUBUNGAN PENAMBAHAN BERAT BADAN IBU SELAMA HAMIL DENGAN KEJADIAN BBLR DI RUMAH SAKIT DR. NOESMIR BATURAJA TAHUN 2014 HUBUNGAN PENAMBAHAN BERAT BADAN IBU SELAMA HAMIL DENGAN KEJADIAN BBLR DI RUMAH SAKIT DR. NOESMIR BATURAJA TAHUN 2014 Wachyu Amelia Dosen STIKES Al-Ma arif Baturaja Program Studi DIII Kebidanan Email: amelia.wachyu@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (PTM), yang merupakan penyakit akibat gaya hidup serta

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (PTM), yang merupakan penyakit akibat gaya hidup serta BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban ganda, di satu pihak penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu penyebab kematian ibu adalah abortus. Abortus adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu penyebab kematian ibu adalah abortus. Abortus adalah 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Salah satu penyebab kematian ibu adalah abortus. Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau umur kehamilan kurang dari 22

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. defisiensi vitamin A, dan defisiensi yodium (Depkes RI, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. defisiensi vitamin A, dan defisiensi yodium (Depkes RI, 2003). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah gizi seimbang di Indonesia masih merupakan masalah yang cukup berat. Pada hakikatnya berpangkal pada keadaan ekonomi yang kurang dan terbatasnya pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kesejahteraan keluarga. Setelah era Millenium Development Goals

BAB I PENDAHULUAN. dan kesejahteraan keluarga. Setelah era Millenium Development Goals BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kematian anak merupakan salah satu indikator untuk kesehatan anak dan kesejahteraan keluarga. Setelah era Millenium Development Goals (MDGs) berakhir pada tahun 2015,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Berat Badan Lahir Cukup (BBLC) a. Definisi Berat badan lahir adalah berat badan yang didapat dalam rentang waktu 1 jam setelah lahir (Kosim et al., 2014). BBLC

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu faktor

BAB I PENDAHULUAN. Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu faktor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu faktor resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa prenatal. Selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang menjadi dambaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang menjadi dambaan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang menjadi dambaan setiap pasangan suami istri. Dari setiap kehamilan yang diharapkan adalah lahirnya bayi yang sehat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Volume maksimum oksigen (VO 2

BAB 1 PENDAHULUAN. Volume maksimum oksigen (VO 2 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Volume maksimum oksigen (VO 2 maks) adalah kemampuan pengambilan oksigen dengan kapasitas maksimal untuk digunakan oleh tubuh, jika pengambilan oksigen terganggu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu meningkatnya kesadaran,

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu meningkatnya kesadaran, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan Indonesia diselenggarakan dalam upaya mencapai visi Indonesia Sehat 2010. Tujuan pembangunan kesehatan 2005 2009 diarahkan untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penentu status kesejahteraan negara. Hal tersebut dikarenakan Angka Kematian

BAB I PENDAHULUAN. penentu status kesejahteraan negara. Hal tersebut dikarenakan Angka Kematian BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal merupakan salah satu unsur penentu status kesejahteraan negara. Hal tersebut dikarenakan Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan merupakan proses perubahan fisiologis pada daur kehidupan wanita yang lazim terjadi pada setiap wanita. Sebagian wanita, terutama yang memiliki kondisi kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengetahuan 2.1.1.1 Definisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil tahu yang terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia (SDKI) tahun 2012 AKI di Indoensia mencapai 359 per jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia (SDKI) tahun 2012 AKI di Indoensia mencapai 359 per jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) menjadi salah satu indikator dalam derajat kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan untuk memproduksi ASI bagi bayi yang akan dilahirkannya (Francin, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. dan untuk memproduksi ASI bagi bayi yang akan dilahirkannya (Francin, 2005). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ibu hamil memiliki kebutuhan makanan yang berbeda dengan ibu yang tidak hamil, karena ada janin yang tumbuh dirahimnya. Kebutuhan makanan dilihat bukan hanya dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kematian ibu dan bayi di Indonesia yang masih tinggi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kematian ibu dan bayi di Indonesia yang masih tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kematian ibu dan bayi di Indonesia yang masih tinggi merupakan fokus utama pemecahan masalah kesehatan di Indonesia. Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di bidang kesehatan berkaitan erat dengan mewujudkan kesehatan anak sejak dini, sejak masih dalam kandungan. Untuk itulah upaya kesehatan ibu sebaiknya dipersiapkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. umur kehamilan minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. Badan

BAB 1 PENDAHULUAN. umur kehamilan minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. Badan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persalinan preterm (prematur) merupakan persalinan yang berlangsung pada umur kehamilan 20-37 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. Badan Kesehatan Dunia

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. satu penyebab tingginya angka kematian bayi (AKB). sehingga akan berpengaruh kepada derajat kesehatan. (1-5)

BAB 1 : PENDAHULUAN. satu penyebab tingginya angka kematian bayi (AKB). sehingga akan berpengaruh kepada derajat kesehatan. (1-5) 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang baru lahir dengan berat badan < 2500 gram. BBLR merupakan salah satu indikator untuk melihat bagaimana status kesehatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil wawancara dengan partisipan penelitian dan hasil dokumentasi dari data rekam medik dan data buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) menggambarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB). AKB menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB). AKB menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan bidang kesehatan dapat dinilai dari indikator derajat kesehatan masyarakat, salah satunya melalui Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau calon ibu merupakan kelompok rawan, karena membutuhkan gizi yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. atau calon ibu merupakan kelompok rawan, karena membutuhkan gizi yang cukup 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok merupakan suatu hal yang tabu untuk ditinggalkan meski menimbulkan dampak serius bagi kesehatan. Peneliti sering menjumpai orang merokok di rumah, tempat umum

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. adalah perokok pasif. Bila tidak ditindaklanjuti, angka mortalitas dan morbiditas

I. PENDAHULUAN. adalah perokok pasif. Bila tidak ditindaklanjuti, angka mortalitas dan morbiditas 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rokok telah membunuh 50 persen pemakainya, hampir membunuh enam juta orang setiap tahunnya yang merupakan bekas perokok dan 600.000 diantaranya adalah perokok

Lebih terperinci

PENGARUH KEBIASAAN MEROKOK TERHADAP DAYA TAHAN JANTUNG PARU

PENGARUH KEBIASAAN MEROKOK TERHADAP DAYA TAHAN JANTUNG PARU PENGARUH KEBIASAAN MEROKOK TERHADAP DAYA TAHAN JANTUNG PARU SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Mendapatkan Gelar Sarjana Sains Terapan Fisioterapi Disusun Oleh : DIMAS SONDANG IRAWAN J 110050028

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang menjadi dambaan setiap

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang menjadi dambaan setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang menjadi dambaan setiap pasangan suami istri. Dari setiap kehamilan yang diharapkan adalah lahirnya bayi yang sehat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok.

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rokok merupakan faktor resiko utama berbagai penyakit tidak menular, bahkan sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok. Merokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat merokok. Rokok mengandung

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat merokok. Rokok mengandung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok merupakan salah satu dari sekian banyaknya masalah kesehatan masyarakat karena dapat menimbulkan berbagai penyakit bahkan kematian. Hampir semua orang tahu

Lebih terperinci

BAB 1: PENDAHULUAN. ketergantungan) dan tar yang bersifat karsinogenik. (1)

BAB 1: PENDAHULUAN. ketergantungan) dan tar yang bersifat karsinogenik. (1) BAB 1: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan dapat mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu dan masyarakat. Lebih dari 70.000 artikel ilmiah telah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi merupakan salah satu faktor penentu utama kualitas sumber daya manusia. Peran gizi dalam pembangunan kualitas sumber daya manusia telah dibuktikan dari berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG Penyakit tidak menular terus berkembang dengan semakin meningkatnya jumlah penderitanya, dan semakin mengancam kehidupan manusia, salah satu penyakit tidak menular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok merupakan kebiasaan yang dapat merusak kesehatan dan sudah dibuktikan oleh berbagai penelitian mengenai hubungannya dengan berbagai macam penyakit seperti kanker

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Upaya untuk memperbaiki kesehatan ibu, bayi baru lahir, dan anak telah

BAB 1 PENDAHULUAN. Upaya untuk memperbaiki kesehatan ibu, bayi baru lahir, dan anak telah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya untuk memperbaiki kesehatan ibu, bayi baru lahir, dan anak telah menjadi prioritas utama dari pemerintah, bahkan sebelum Millenium Development Goal's 2015 ditetapkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Organization (WHO), salah satunya diukur dari besarnya angka kematian

BAB I PENDAHULUAN. Organization (WHO), salah satunya diukur dari besarnya angka kematian BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Indikator kesejahteraan suatu bangsa menurut World Health Organization (WHO), salah satunya diukur dari besarnya angka kematian saat persalinan. Pada tahun 2006 WHO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hingga kelahiran dan pertumbuhan bayi selanjutnya. (Depkes RI, 2009)

BAB I PENDAHULUAN. hingga kelahiran dan pertumbuhan bayi selanjutnya. (Depkes RI, 2009) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya kesehatan ibu telah dipersiapkan sebelum dan selama kehamilan bertujuan untuk mendapatkan bayi yang sehat. Gangguan kesehatan yang terjadi selama kehamilan dapat

Lebih terperinci

BAB I. sel darah normal pada kehamilan. (Varney,2007,p.623) sampai 89% dengan menetapkan kadar Hb 11gr% sebagai dasarnya.

BAB I. sel darah normal pada kehamilan. (Varney,2007,p.623) sampai 89% dengan menetapkan kadar Hb 11gr% sebagai dasarnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia didefinisikan sebagai penurunan jumlah sel darah merah atau penurunan konsentrasi hemoglobin di dalam sirkulasi darah. Perubahan fisiologis alami yang terjadi

Lebih terperinci

HUBUNGAN UMUR, PARITAS, DAN PREEKLAMPSIA DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN ABSTRAK

HUBUNGAN UMUR, PARITAS, DAN PREEKLAMPSIA DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN ABSTRAK HUBUNGAN UMUR, PARITAS, DAN PREEKLAMPSIA DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN Reny Diah Lestari 1, Ika Mardiatul Ulfa 1, Siti Mariyam 1 STIKES Sari Mulia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kurang Energi Kronis pada Ibu Hamil Kurang energi kronis (KEK) adalah keadaan dimana ibu menderita keadaan kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronis) yang mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang lainnya. Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang lainnya. Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian bayi di Indonesia masih tinggi dibandingkan dengan negara berkembang lainnya. Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi dalam usia 28 hari

Lebih terperinci

HUBUNGAN BERAT LAHIR DENGAN KEJADIAN IKTERIK PADA NEONATUS TAHUN 2015 DI RSUD. DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

HUBUNGAN BERAT LAHIR DENGAN KEJADIAN IKTERIK PADA NEONATUS TAHUN 2015 DI RSUD. DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN HUBUNGAN BERAT LAHIR DENGAN KEJADIAN IKTERIK PADA NEONATUS TAHUN 2015 DI RSUD. DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN Aunida Hasyyati*,Dwi Rahmawati 1,Mustaqimah 1 1 STIKES Sari Mulia Banjarmasin *Korepondensi

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. SOEDIRAN WONOGIRI SKRIPSI

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. SOEDIRAN WONOGIRI SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. SOEDIRAN WONOGIRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan pada 2007 sebesar 228 per kelahiran hidup. Kenyataan

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan pada 2007 sebesar 228 per kelahiran hidup. Kenyataan digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Millennium Development Goals (MDGs) pada tujuan yang kelima yaitu meningkatkan kesehatan ibu dengan target menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) pada

Lebih terperinci

HUBUNGAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. H. MOCH. ANSHARI SALEH BANJARMASIN TAHUN 2014

HUBUNGAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. H. MOCH. ANSHARI SALEH BANJARMASIN TAHUN 2014 HUBUNGAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. H. MOCH. ANSHARI SALEH BANJARMASIN TAHUN 2014 Laurensia Yunita 1, Faizah Wardhina 2, Husnun Fadillah 3 1 AKBID Sari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Angka kematian bayi (AKB) merupakan salah satu indikator untuk

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Angka kematian bayi (AKB) merupakan salah satu indikator untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Angka kematian bayi (AKB) merupakan salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan di suatu negara. Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih sangat tinggi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sama. Angka tersebut yang akan menjadi indikator penilaian derajat

BAB I PENDAHULUAN. sama. Angka tersebut yang akan menjadi indikator penilaian derajat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia tergolong masih tinggi dibandingkan negara berkembang lainnya. Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan jumlah penduduk yang meninggal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai penyakit atau gangguan kesehatan salah satunya

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai penyakit atau gangguan kesehatan salah satunya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Merokok merupakan suatu kebiasaan buruk yang sudah di kenal sejak lama oleh hampir seluruh masyarakat di dunia dan cenderung meningkat, terutama di kalangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya kehamilan merupakan hal yang paling membahagiakan bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya kehamilan merupakan hal yang paling membahagiakan bagi setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan adalah suatu proses reproduksi yang akan berakhir dengan kelahiran bayi. Namun tak jarang kehamilan sering berakhir dengan keguguran. Umumnya kehamilan merupakan

Lebih terperinci

Kuesioner Penelitian

Kuesioner Penelitian Kuesioner Penelitian Hubungan Karakteristik Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Penerima Bantuan Iuran (PBI) Dengan Perilaku Merokok Di Wilayah Kerja Puskesmas Belawan Tahun 2015 A. KARAKTERISTIK

Lebih terperinci

HUBUNGAN LINGKAR LENGAN ATAS (LILA) DAN KADAR HEMOGLOBIN (Hb) DENGAN BERAT BAYI LAHIR

HUBUNGAN LINGKAR LENGAN ATAS (LILA) DAN KADAR HEMOGLOBIN (Hb) DENGAN BERAT BAYI LAHIR HUBUNGAN LINGKAR LENGAN ATAS (LILA) DAN KADAR HEMOGLOBIN (Hb) DENGAN BERAT BAYI LAHIR Afif Maulidiyah & Ardiani Sulistiani Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali ABSTRAK Bayi dengan berat lahir rendah atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berat badannya kurang dari 2500 gram disebut Bayi Berat Lahir Rendah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berat badannya kurang dari 2500 gram disebut Bayi Berat Lahir Rendah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang World Health Organization (WHO) mendefinisikan bahwa bayi baru lahir yang berat badannya kurang dari 2500 gram disebut Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Hal ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkeadilan. Dimana penduduk hidup dalam lingkungan dan perilaku yang

BAB I PENDAHULUAN. berkeadilan. Dimana penduduk hidup dalam lingkungan dan perilaku yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Visi Indonesia Sehat 2015, masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan. Dimana penduduk hidup dalam lingkungan dan perilaku yang sehat, mampu menjangkau pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan terhadap kesehatan bayi baru lahir tidak dapat dipisahkan dengan pelayanan terhadap ibu hamil, pelayanan persalinan serta pelayanan kesehatan bayi tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun Konsep pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. tahun Konsep pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan, yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Millenium Development Goals (MDGs) merupakan sasaran pembangunan milenium yang telah disepakati oleh 189 negara yang tergabung dalam PBB pada tahun 2000. Konsep pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menyebabkan kematian baik bagi perokok dan orang yang ada

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menyebabkan kematian baik bagi perokok dan orang yang ada BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku merokok merupakan masalah yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat karena dapat menimbulkan berbagai penyakit bahkan dapat menyebabkan kematian baik bagi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehamilan adalah masa di mana seorang wanita membawa embrio fetus

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehamilan adalah masa di mana seorang wanita membawa embrio fetus BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kehamilan 2.1.1 Definisi Kehamilan adalah urutan kejadian yang secara normal terdiri atas pembuahan, implantasi, pertumbuhan embrio, pertumbuhan janin dan berakhir pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam meyelesaikan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam meyelesaikan UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam meyelesaikan permasalahan terkait kebiasaan merokok yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Jumlah batang rokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia pada ibu hamil

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia pada ibu hamil 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia pada kehamilan merupakan salah satu masalah nasional karena mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat dan pengaruhnya sangat besar terhadap

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), khususnya bayi kurang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), khususnya bayi kurang BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), khususnya bayi kurang bulan (prematur), masih merupakan problem dunia dan nasional karena mempunyai angka kematian yang

Lebih terperinci

Gambaran Perilaku Merokok pada masyarakat di Kabupaten Purwakarta: Suatu Kajian Literatur

Gambaran Perilaku Merokok pada masyarakat di Kabupaten Purwakarta: Suatu Kajian Literatur Gambaran Perilaku Merokok pada masyarakat di Kabupaten Purwakarta: Suatu Kajian Literatur Dewi Susanti 1,2, Deni K Sunjaya 1,3, Insi Farisa Desy Arya 1,3 1 Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat,

Lebih terperinci

STATUS GIZI IBU HAMIL SERTA PENGARUHNYA TERHADAP BAYI YANG DILAHIRKAN

STATUS GIZI IBU HAMIL SERTA PENGARUHNYA TERHADAP BAYI YANG DILAHIRKAN 2003 Zulhaida Lubis Posted: 7 November 2003 STATUS GIZI IBU HAMIL SERTA PENGARUHNYA TERHADAP BAYI YANG DILAHIRKAN Oleh :Zulhaida Lubis A561030051/GMK e-mail: zulhaida@.telkom.net Pendahuluan Status gizi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Global Adults Tobacco Survey (GATS) Indonesia, Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Global Adults Tobacco Survey (GATS) Indonesia, Indonesia merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini merokok sudah seperti budaya yang melekat di Indonesia. Menurut Global Adults Tobacco Survey (GATS) Indonesia, Indonesia merupakan negara pengkonsumsi

Lebih terperinci

BAB Ι PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu proses fisiologis yang terjadi pada setiap

BAB Ι PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu proses fisiologis yang terjadi pada setiap BAB Ι PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu proses fisiologis yang terjadi pada setiap wanita, menurut Depkes RI kehamilan merupakan masa kehidupan yang penting. Pada masa ini ibu harus

Lebih terperinci