PERILAKU AGRESIF PADA ANAK YANG MENGALAMI CHILD ABUSE
|
|
- Sonny Iskandar
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PERILAKU AGRESIF PADA ANAK YANG MENGALAMI CHILD ABUSE Novy Risviyanto 1 Anita Zulkaida 2 Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma ABSTRAK Keluarga yang ideal adalah keluarga yang mampu menjalankan fungsi psikologis yaitu memberikan rasa aman, menerima semua anggotanya secara wajar apa adanya, dan memberikan dukungan psikologis sehingga dapat menjadi tempat untuk pembentukan identitas diri. Namun tidak semua keluarga bisa menjalankan fungsi-fungsinya dan membentuk keluarga yang ideal. Kekerasan pada anak (child abuse) adalah tindakan salah atau sewenang-wenang yang dilakukan oleh orang dewasa terhadap anak, baik secara fisik, emosi maupun seksual. Sedangkan menurut Psychology Today (2002) child abuse tidak hanya meliputi kekerasan tetapi juga penelantaran diri pada anak (neglect) oleh orangtua. Hampir 95 % anak yang mengalami kekerasan (child abuse) akan mengalami trauma serta menjadi pemarah dan agresif. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bentuk perilaku agresif pada anak yang mengalami child abuse, serta faktor-faktor yang membentuk perilaku agresif pada anak yang mengalami child abuse. Penelitian menggunakan pendekatan kulaitatif berbentuk studi kasus. Subjek dalam penelitian ini adalah seorang anak laki-laki berusia 10 tahun dan bersekolah kelas 5 SD. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan observasi dan wawancara. Hasil menunjukkan bahwa subjek yang mengalami child abuse memiliki perilaku agresif bentuk fisik, aktif, langsung yaitu memukul, menendang, bentuk verbal, aktif, langsung yaitu berbicara kasar seperti anjing, babi, dan bentuk fisik, pasif, tidak langsung yaitu suka menolak mengerjakan tugas-tugasnya. Perilaku agresif pada subjek disebabkan oleh 4 faktor yaitu meniru orangtua yaitu mengucapkan kata-kata kasar seperti anjing, babi (sama seperti yang diucapkan oleh orangtuanya), orangtua membiarkan seperti ketika subjek melakukan kenakalan orangtuanya terkadang memberi hukuman namun terkadang tidak memberi hukuman, memendam perasaan marah seperti ketika subjek mendapat kekerasan dari orangtuanya subjek hanya diam, terkadang subjek melampiaskan kekesalannya kepada adik dan temannya, dengan kejam mengadapi kekejaman seperti ketika subjek dinakali oleh temannya subjek selalu membalas kenakalan temannya dengan memukul atau menendang temannya. Tampak terjadi proses belajar pada subjek, yaitu subjek berfikir dan mempunyai cara pandang bahwa dengan kekerasan subjek bisa menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Hal ini sesuai dengan teori belajar sosial. Kata kunci : Perilaku Agresif, Anak, Child Abuse.
2 I. PENDAHULUAN Kekerasan pada anak (child abuse) adalah tindakan salah atau sewenang-wenang yang dilakukan oleh orang dewasa terhadap anak, baik secara fisik, emosi maupun seksual. Batasan usia anak menurut konvensi PBB adalah sejak lahir sampai 18 tahun (Sugiarno 2002). Sedangkan menurut Psychology Today (2002) child abuse tidak hanya meliputi kekerasan tetapi juga penelantaran diri pada anak (neglect) oleh orangtua. Seorang anak yang mengalami penelantaran mempunyai ciri-ciri tertentu, salah satunya penampilan fisik tidak terawat. Anak yang menjadi korban tidak dapat berbuat apa-apa menghadapi orang dewasa. Sebagai korban anaklah yang akan menanggung berbagai dampak kekerasan tersebut. Dari perkembangan fisik anak akan sangat terlihat jelas. Apalagi jika anak sering mendapatkan kekerasan fisik, perkembangan fisiknya akan teganggu dan mudah diamati. Secara psikologis anak akan menyimpan semua derita yang ditanggungnya. Anak akan mengalami berbagai penyimpangan kepribadian seperti menjadi pendiam atau menjadi agresif, mudah marah, konsep dirinya negatif, mudah mengalami depresi, dan yang akan lebih memperihatinkan adalah anak akan meyakini kekerasan adalah cara atau alternatif yang dapat diterima dalam menyelesaikan sebuah konfik atau permasalahan. ( Menurut Sugiarno (2002), 95 % anak yang mengalami kekerasan (child abuse) akan mengalami trauma serta menjadi pemarah dan agresif. Setiawan (2000) mendefinisikan perilaku agresif pada anak sebagai suatu tindakan kekerasan untuk melukai orang dalam kemarahannya. Biasa dilakukan dengan menendang atau memukul orang, mengatai atau memaki orang dengan kata-kata kasar, memfitnah, dan menggertak serta mengganggu orang lain. Anak adalah penerus bangsa yang nantinya akan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dan negaranya. Namun banyaknya kasus kekerasan terhadap anak (child abuse) yang terjadi akhir-akhir ini sangat memprihatinkan karena akan mempengaruhi kualitas SDM Indonesia nantinya. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk mengangkat masalah yang berkaitan dengan kekerasan terhadap anak (child abuse) dan meneliti mengenai perilaku agresif pada anak yang mengalami child abuse. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Child Abuse 1. Pengertian Child Abuse Menurut Psychology Today (2002) child abuse tidak hanya meliputi kekerasan tetapi juga penelantaran diri pada anak (neglect) oleh orangtua. Seorang anak yang mengalami penelantaran mempunyai ciri-ciri tertentu, salah satunya penampilan fisik tidak terawat. Sugiarno (2002) memberikan definisi kekerasan pada anak (child abuse) sebagai tindakan salah atau sewenang-wenang yang dilakukan oleh orang dewasa terhadap anak, baik secara fisik, emosi maupun seksual. Sedangkan State of Oregon Department (2003) menyatakan bahwa child abuse adalah kekerasan yang dilakukan orang dewasa
3 terhadap anak-anak yang dapat meliputi kekerasan fisik, emosi atau verbal, seksual dan penelantaran. 2. Faktor-faktor Penyebab Child Abuse Menurut Sugiarno (2002) ada banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kekerasan pada anak. Namun pada dasarnya inti masalah yang mendorong terjadinya kekerasan pada anak adalah stress dalam keluarga (family stress). Stress dalam keluarga dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor sosial budaya, dan faktor pengaruh langsung. a. Faktor sosial budaya Hal yang bersifat umum dalam masyarakat seperti banyaknya aturan-aturan yang secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap stress dalam keluarga. b. Faktor pengaruh langsung 1) Berasal dari anak (child produce stress) 2) Berasal dari orang tua (parental produce stress) 3) Berasal dari situasi tertentu (situational produce stress) 3. Macam-macam Child Abuse a. Kekerasan fisik (physical abuse) b. Kekerasan emosi atau verbal (emotional/verbal abuse) c. Kekerasan Seksual (sexual abuse) d. Penelantaran (neglect) 4. Indikator Child Abuse Jurjis (2004) menyebutkan beberapa gejala-gejala pada anak yang mengalami child abuse : a. Verbal, anak sering mendesak orang tua karena hal sepele, emosi meluap-luap, mogok makan, berteriak-teriak, marah-marah, dan menjerit. b. Fisik, menunjukkan perilaku seperti membanting tubuhnya sendiri, membenturkan kepala, memukul teman, mengalami kejang, meninju, marah karena hal sepele, mudah emosi, kehilangan kontrol, dan memusuhi teman c. Ekspresi anak seperti takut, marah, sedih, resah, minder, susah, putus asa, menderita, dan kehilangan rasa aman. d. Gerakan tubuh tertentu seperti menghisap jari, mengigit kuku, mengedipkan mata, mengerak-gerakkan hidung, menggeleng-gelengkan kepala. e. Perilaku disekolah/dikelas seperti banyak bergerak, jarang duduk dikursi, pikiran kacau, prestasi menurun, tidak tenang, usil, banyak berulah, tidak mengerjakan tugas, perhatian terpisah. B. Perilaku Agresif 1. Pengertian Perilaku Agresif Buss (dalam Edmund & Kendrick 1980) menyatakan bahwa perilaku agresif adalah suatu respon memberikan stimulasi yang berbahaya kepada orang lain termasuk semua penyerangan fisik, menghina dan umpatan verbal. Berkowitz (1995) menyebutkan bahwa secara umum para ahli yang menulis mengenai masalah agresi
4 yang berorientasi penelitian mengartikan agresi sebagai segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti seseorang baik secara fisik maupun mental. Sarwono (1999) menjelaskan bahwa perilaku agresif banyak macamnya, yang lebih rumit adalah suatu perilaku yang sama dapat di anggap tidak agresif, tetapi dapat juga di anggap agresif. Berdasarkan definisi-definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa perilaku agresif adalah perasaan marah atau tindakkan kasar akibat kekecewaan atau kegagalan dalam mencapai suatu pemuasan atau tujuan yang dapat ditujukan kepada orang atau benda yang biasa dilakukan dengan menendang atau memukul, mengatai atau memaki orang dengan kata-kata kasar, memfitnah, dan menggertak serta mengganggu orang lain. 2. Faktor Penyebab Perilaku Agresif Mu tadin (2004) menyebutkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku agresif, antara lain : a. Amarah b. Faktor biologis c. Peran belajar model kekerasan d. Frustasi 3. Bentuk-bentuk Perilaku Agresif Murray (dalam Nurmaliah 1995) mengelompokan bentuk-bentuk perilaku agresif menjadi tiga yaitu: a. Bentuk emosional verbal, meliputi sikap membenci, baik yang diekspresikan dalam kata-kata maupun tidak, seperti marah, terlibat dalam pertengkaran, mengutuki, mengkritik di depan umum, mencemooh, mencaci maki, menghina, menyalahkan, menertawakan, dan menuduh secara jahat. b. Bentuk fisik bersifat sosial, meliputi perbuatan berkelahi atau membunuh dalam rangka mempertahankan diri atau mempertahankan objek cinta, membalas dendam terhadap penghinaan, berjuang dan berkelahi untuk mempertahankan negara, dan membalas orang yang melakukan penyerangan. c. Bentuk fisik bersifat anti sosial (fisik asosial), meliputi perbuatan perampokan, menyerang, membunuh, melukai, berkelahi tanpa alasan, membalas penderitaan secara brutal dengan pengrusakan yang berlebihan, menentang otoritas resmi, melawan atau menghianati negara dan perilaku kekerasan secara seksual. C. Anak 1. Definisi Anak Gagne (dalam Gunarsah 1990) menyatakan bahwa batasan usia seorang anak adalah individu yang mengalami pertumbuhan dan perkembangan verbal sebagai hasil proses mempelajari sesuatu yang di peroleh dari luar. Havinghurst (dalam Gunarsah 1999) menyebutkan bahwa seorang anak mengalami tugas-tugas dalam perkembangan (development task), yaitu tugas-tugas yang timbul pada atau kira-kia pada masa perkembangan tertentu yang bilamana berhasil akan menimbulkan kebahagiaan dan akan diharapkan berhasil pada tugas perkembangan berikutnya.
5 2. Karakteristik Anak Menurut Turner & Helms karakteristik perkembangan anak usia sekolah dapat dilihat dari empat aspek yaitu : a. Perkembangan Fisik b. Perkembangan Mental c. Perkembangan Sosial dan Kepribadian d. Perkembangan Bahasa 3. Batasan Usia Perkembangan Anak Hurlock membagi usia perkembangan anak menjadi : a. Masa sebelum lahir (pranatal) selama 9 bulan sebelum lahir perkembangan terjadi sangat cepat yang terutama terjadi secara fisiologis dan terdiri dari pertumbuhan seluruh tubuh. b. Masa bayi baru lahir (new born) 0-14 hari, masa ini adalah periode bayi yang baru lahir atau neonate, selama waktu ini bayi harus menyesuaikan diri dengan lingkungan yang seluruhnya baru diluar rahim ibu. c. Masa bayi (baby hood) dari 2 minggu sampai 2 tahun. Pertama-tama bayi sama sekali tidak berdaya, secara bertahap belajar mengendalikan ototnya sehingga secara berangsur-angsur dapat bergantung padadirinya sendiri, perubahan disertai timbulnya perasaan tidak suka dianggap seperti bayi dan keinginan mandiri. d. Masa kanak-kanak awal (early childhood) dari 2 sampai 6 tahun adalah usia prasekolah atau pra kelompok. Anak berusaha mengendalikan lingkungan dan mulai belajar menyesuaikan diri secara sosial. e. Masa kanak-kanak akhir (late childhood) 6-12 tahun untuk anak perempuan dan 6-13 tahun untuk anak laki-laki, terjadi kematangan seksual dan masa remaja dimulai, perkembangan utama adalah sosialisasi, merupakan usia sekolah atau usia kelompok. 4. Tugas-tugas Perkembangan Anak Tugas-tugas perkembangan pada anak-anak kelompok usia 6-12 tahun menurut Havinghurst sebagai berikut : a. Belajar kemampuan-kemampuan fisik yang diperlukan agar bisa melaksanakan permainan atau olah raga yang biasa. b. Membentuk sikap-sikap tertentu terhadap dirinya sebagai pribadi yang sedang tumbuh dan berkembang. c. Belajar bergaul dengan teman-teman seumurannya. d. Memperkembangkan kemampuan-kemampuan dasar dalam membaca, menulis, dan menghitung e. Memperkembangkan nurani, moralitas, dan skala nlai-nilai untuk memperoleh kebebasan pribadi f. Membentuk sikap-sikap terhadap kelompok-kelompok atau institusi. III. METODE PENELITIAN Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif berbentuk studi kasus dengan subjek penelitian ini adalah adalah anak yang berusia antara tahun yang mengalami child abuse dari orang tuanya/pengasuhnya.
6 Dengan demikian tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan wawancara. Sedangkan persiapan terbaik untuk melakukan analisis studi kasus ialah dengan memiliki suatu strategi umum analisis, yang pertama berdasarkan proposisi teoritis dan yang kedua memulai dengan pendekatan deskriptik terhadap kasusnya. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, subjek cenderung memiliki emosional verbal yang kurang baik, subjek sering terlibat dalam pertengkaran, serta sering mencaci maki, mencemooh, berkata-kata dengan kalimat yang kasar dan menertawakan temantemannya. Hukuman fisik dan verbal yang sering diterima subjek membuat subjek menjadi anak yang cenderung agresif, suka berkelahi, memukul, menendang, suka mencari masalah, dan membalas dendam terhadap perlakuan teman-temannya. Selain menunjukkan sikap agresif verbal dan fisik bersifat sosial, subjek juga menunjukan bentuk agresif antisosial yang ditunjukkan dengan perilaku suka melawan orang tua sebagai figure otoritas di Keluarga. B. Pembahasan Penelitian Terdapat tiga bentuk perilaku agresif pada anak yang mengalami child abuse yaitu : a. Bentuk Verbal, aktif, langsung Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, subjek cenderung memiliki emosional verbal yang kurang baik, subjek sering terlibat dalam pertengkaran, serta sering mencaci maki, mencemooh, berkata-kata dengan kalimat yang kasar dan menertawakan teman-temannya. b. Bentuk Fisik, aktif, langsung Hukuman fisik dan verbal yang sering diterima subjek membuat subjek menjadi anak yang cenderung agresif, suka berkelahi, memukul, menendang, suka mencari masalah, dan membalas dendam terhadap perlakuan teman-temannya. c. Bentuk Fisik, pasif, tidak langsung Selain menunjukkan sikap agresif verbal dan fisik aktif langsung, subjek juga menunjukan bentuk agresif fisik, pasif, tidak langsung yang ditunjukkan dengan perilaku suka melawan dan menolak perintah orang tua dan gurunya dalam mengerjakan tugas-tugas atau pekerjaan rumah. Sedangkan faktor-faktor pembentuk perilaku agresif subjek yang mengalami child abuse ada lima yaitu : a. Meniru Orangtua Perilaku agresif yang ditunjukkan subjek cenderung mengulang perilaku orangtua subjek. Kekerasan fisik maupun verbal yang sering diterima oleh subjek seringkali diulangi oleh subjek kepada teman-temannya. b. Orangtua Membiarkan Subjek terkadang menerima hukuman oleh orangtuanya ketika ketahuan berperilaku nakal terhadap temannya, namun karena ketidakkonsistenan orangtua dalam
7 memberikan hukuman membuat subjek seringkali mengulangi kenakalannya (agresif) terhadap teman-temannya. c. Akibat Acara-acara TV Acara-acara TV tampaknya tidak terlalu berpengaruh terhadap pembentukan perilaku agresif subjek karena berdasarkan hasil wawancara menunjukkan bahwa subjek jarang menonton TV dan lebih suka bermain PS atau bermain sepak bola dengan teman-temannya. Namun perilaku agresif subjek juga bisa disebabkan oleh game PS yang sering dimainkannya, game yang biasa dimainkan oleh subjek adalah game karatekaratean d. Memendam Perasaan Marah Subjek seringkali memendam perasaan marah kepada orangtuanya, ketika menerima perilaku kasar dari orangtuanya baik secara fisik maupun verbal subjek cenderung memilih diam. Namun perasaan marah yang dipendam subjek seringkali dilampiaskan dalam bentuk perilaku agresif terhadap adik dan temannya. e. Dengan Kejam Menghadapi Keke jaman Hukuman yang sering diterima subjek baik fisik maupun verbal membuat subjek belajar dan meniru orangtuanya. Subjek berfikiran dan mempunyai cara pandang bahwa dengan kekerasan subjek bisa menyelesaikan masalah yang dihadapinya. V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terhadap subjek disimpulkan bahwa terdapat tiga bentuk perilaku agresif pada subjek yang mengalami child abuse yaitu : a. Bentuk Verbal, aktif, langsung b. Bentuk Fisik, aktif, langsung c. Bentuk Fisik, pasif, tidak langsung Sedangkan faktor-faktor pembentuk perilaku agresif subjek yang mengalami child abuse ada lima yaitu : a. Meniru Orangtua b. Orangtua Membiarkan c. Akibat acara-acara TV d. Memendam perasaan marah e. Dengan kejam menghadapi kekejaman B. Saran Sesuai dengan hasil penelitian, analisis dan kesimpulan yang sudah diuraikan sebelumnya maka dapat disampaikan beberapa saran agar orangtua subjek dapat memberikan perhatian lebih ekstra terhadap subjek dan mencoba untuk memperbaiki hubungan yang kurang baik dengan mengurangi hukuman-hukuman yang sifatnya merupakan kekerasan fisik maupun verbal. Selai itu untuk orangtua subjek agar dapat lebih menahan emosi dan menciptakan suasana kekeluargaan yang lebih harmonis.sealin hal tersebut diharapkan kepada peneliti selanjutnya akan lebih baik bila
8 didukung oleh berbagai kriteria subjek yang lebih bervariasi, misalnya usia, jenis kelamin, intensitas perilaku agresi yan nampak dari perilaku sehari-hari, sehingga akan semakin dalam mengetahui mengenai perilaku agresi pada anak yang mengalami child abuse. Serta diharapkan agar penelitian selanjutnya menggunakan significant other lebih dari satu orang dan melibatkan orangtua subjek sendiri, hal ini dimaksudkan agar diperoleh data dari penelitian yang lebih lengkap tentang kekerasan terhadap anak (child abuse). DAFTAR PUSTAKA Berkowitz, L Agresi 1, Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo. Buss, A.H., Perry, M The Aggresion, Journal of Personality and Social. Nurmaliah, L Persepsi Terhadap Suasana Rumah, Kelompok Teman Sebaya dan Kecenderungan Perilak Agresif Pada Remaja Penyalahgunaan narkotika. Skripsi. Psikologi UGM Yogyakarta. Psychology Today Child Abuse. Dalam: Setiawan, M.G Menerobos Dunia Anak. Bandung : Kalam Hidup. State of Oregon Department Understanding and Dealing With Child Abuse. Dalam: Sugiarno, Indra Bila Pasangan Kerap Menganiaya Anak. Dalam : Anonim Mengapa Anak Menjadi Korban. Dalam :
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perlindungan anak yang tertuang dalam Pasal 1 UU Nomor 23 tahun 2002 tentang Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi akhir-akhir ini sangat memprihatinkan. Perilaku Agresi sangat
13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Anak merupakan harta yang tak ternilai bagi suatu keluarga, dan menjadi aset yang berharga bagi suatu bangsa. Tak dapat dipungkiri bahwa kondisi anak saat ini akan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. Murray dan Fine (dalam Sarwono, 1988) mendefinisikan agresi. sebagai tingkah laku kekerasan secara fisik ataupun secara verbal
21 BAB II KAJIAN TEORI A. PERILAKU AGRESI 1. Pengertian Murray dan Fine (dalam Sarwono, 1988) mendefinisikan agresi sebagai tingkah laku kekerasan secara fisik ataupun secara verbal terhadap induvidu lain
Lebih terperinciUNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS PSIKOLOGI AGRESI ANAK YANG TINGGAL DALAM KELUARGA DENGAN KEKERASAN RUMAH TANGGA
1 UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS PSIKOLOGI AGRESI ANAK YANG TINGGAL DALAM KELUARGA DENGAN KEKERASAN RUMAH TANGGA Disusun Oleh : Nama : Lili Hartini NPM : 10502140 Jurusan : Psikologi Pembimbing : Siti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan lain sebagainya yang semuanya menyebabkan tersingkirnya rasa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena akhir-akhir ini sangatlah memprihatinkan, karena kecenderungan merosotnya moral bangsa hampir diseluruh dunia. Krisis moral ini dilanjutkan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. banyak anak yang menjadi korban perlakuan salah. United Nations Children s
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kekerasan pada anak telah menjadi perhatian dunia, begitu banyak anak yang menjadi korban perlakuan salah. United Nations Children s Fund (UNICEF) (2012)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil proyeksi sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hasil proyeksi sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia mencapai 243,8 juta jiwa dan sekitar 33,9 persen diantaranya adalah anakanak usia 0-17 tahun (Badan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang lain, sehingga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kekerasan adalah semua bentuk perilaku verbal maupun non verbal yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang lain, sehingga menyebabkan efek negatif secara fisik,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan anak dan cara mendidik anak supaya anak dapat mencapai tahapan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Orang tua memiliki tanggung jawab yang besar terhadap pembentukan kepribadian dan pendidikan anak. Orang tua harus memiliki pengetahuan tentang perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media massa, dimana sering terjadi di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya dan Medan
Lebih terperinciPERILAKU AGRESIF PADA REMAJA PUTRI YANG MENGALAMI ABUSE OLEH IBU. Nimade Herlinawati Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma
PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA PUTRI YANG MENGALAMI ABUSE OLEH IBU Nimade Herlinawati Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Ibu yang sering melakukan abuse pada anaknya di sebabkan banyak faktor yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mulai bergabung dengan teman seusianya, mempelajari budaya masa kanakkanak,
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun. Pada usia ini anak mulai bergabung dengan teman seusianya, mempelajari budaya masa kanakkanak, dan mengabungkan diri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1.Latar Belakang Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat dari sekolah bagi siswa ialah melatih kemampuan akademis siswa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock,
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Adolescence (remaja) merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia, karena masa remaja adalah masa transisi dalam rentang kehidupan manusia yang menghubungkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress (santrock, 2007 : 200). Masa remaja adalah masa pergolakan yang dipenuhi oleh konflik dan
Lebih terperinciV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penilitian ini adalah keluarga yang tinggal di Wilayah
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Identitas Responden Responden dalam penilitian ini adalah keluarga yang tinggal di Wilayah Kelurahan Kaliawi Kecamatan Tanjung Karang Pusat Bandar Lampung, yang melaporkan
Lebih terperinciPerkembangan Anak Usia Dini Ernawulan Syaodih
Perkembangan Anak Usia Dini Ernawulan Syaodih Karakteristik Anak Batasan tentang masa anak cukup bervariasi, istilah anak usia dini adalah anak yang berkisar antara usia 0-8 tahun. Namun bila dilihat dari
Lebih terperinciPENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA
PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA Oleh: Alva Nadia Makalah ini disampaikan pada Seminar Online Kharisma ke-3, dengan Tema: Kekerasan Pada Anak: Efek Psikis, Fisik, dan Tinjauan Agama Dunia Maya,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat pada anak-anaknya (Friedman et al., 2010). yang masih bertanggung jawab terhadap perkembangan anak-anaknya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Orang Tua 1. Pengertian Orang tua adalah orang yang lebih tua atau orang yang dituakan, terdiri dari ayah dan ibu yang merupakan guru dan contoh utama untuk anakanaknya karena
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menyakiti, mengancam atau membahayakan individu-individu atau objek-objek
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agresi 2.1.1 Definisi Agresivitas adalah segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti orang lain baik secara fisik maupun mental (Aziz & Mangestuti, 2006). Perilaku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki konsep diri dan perilaku asertif agar terhindar dari perilaku. menyimpang atau kenakalan remaja (Sarwono, 2007).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siswa SMA berada pada usia remaja yaitu masa peralihan antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik dan psikologis. Dengan adanya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Mendengar terjadinya sebuah kekerasan dalam kehidupan sehari-hari
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mendengar terjadinya sebuah kekerasan dalam kehidupan sehari-hari bukanlah hal yang asing lagi. Akhir-akhir ini media banyak dihebohkan dengan maraknya pemberitaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Kebutuhan tersebut tidak hanya secara fisiologis
Lebih terperinci#### Selamat Mengerjakan ####
Apakah Anda Mahasiswa Fak. Psikolgi Unika? Ya / Bukan (Lingkari Salah Satu) Apakah Anda tinggal di rumah kos / kontrak? Ya / Tidak (Lingkari Salah Satu) Apakah saat ini Anda memiliki pacar? Ya / Tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan salah satu tempat bertumbuh dan berkembangnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu tempat bertumbuh dan berkembangnya anak-anak. Anak menghabiskan hampir separuh harinya di sekolah, baik untuk kegiatan pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak jalanan di Indonesia mengalami peningkatan pesat dalam beberapa tahun belakangan. Seseorang bisa dikatakan anak jalanan apabila berumur dibawah 18 tahun, yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,
BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu fenomena yang ada akhir-akhir ini yang sangat memprihatinkan adalah bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah merupakan berita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam masyarakat, seorang remaja merupakan calon penerus bangsa, yang memiliki potensi besar dengan tingkat produktivitas yang tinggi dalam bidang yang mereka geluti
Lebih terperinciBanyak orangtua menganggap kekerasan pada anak adalah hal yang wajar. Mereka beranggapan kekerasan adalah bagian dari mendisiplinkan anak.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekerasan anak atau child abuse adalah perlakuan orang dewasa atau anak yang lebih tua dengan menggunakan kekuasaan/otoritasnya terhadap anak yang tak berdaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia 4-6 tahun merupakan waktu paling efektif dalam kehidupan manusia untuk mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa kanak-kanak, anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun mental yang sangat pesat. Hurlock (1997) mengatakan bahwa masa golden age atau masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah kekerasan yang terjadi pada anak. Menurut data yang di dapat dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kekerasan yang terjadi saat ini sangat memprihatinkan, salah satunya adalah kekerasan yang terjadi pada anak. Menurut data yang di dapat dari Komnas Perlindungan anak,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai bekal untuk hidup secara mandiri. Masa dewasa awal atau early health
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa dikenal sebagai pelaku utama dan agent of exchange dalam gerakan-gerakan pembaharuan. Mahasiswa memiliki makna yaitu sekumpulan manusia intelektual
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lain, saling memberikan pengaruh antara satu dengan yang lain dan ingin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu dengan yang lain, saling memberikan pengaruh antara satu dengan yang lain dan ingin berkumpul untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak dan masa dewasa. Dimana pada masa ini remaja memiliki kematangan emosi, sosial, fisik dan psikis.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai aspek kehidupan terutama dalam bidang pendidikan. Terselenggaranya pendidikan yang efektif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung pendidikan sepanjang hayat adalah diakuinya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). PAUD adalah pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup di zaman yang serba sulit masa kini. Pendidikan dapat dimulai dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu modal yang harus dimiliki untuk hidup di zaman yang serba sulit masa kini. Pendidikan dapat dimulai dari tingkat TK sampai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perkembangan merupakan perubahan ke arah kemajuan menuju terwujudnya hakekat manusia yang bermartabat atau berkualitas. Usia lahir sampai dengan pra sekolah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang dilakukan dilingkungan institusi pendidikan yang semakin menjadi permasalahan dan menimbulkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja adalah periode perkembangan disaat individu mengalami
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah periode perkembangan disaat individu mengalami perubahan dari masa kanak kanak menuju masa dewasa perubahan ini terjadi diantara usia 13 dan 20 tahun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kelahiran anak merupakan saat yang ditunggu-tunggu dan sangat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu peristiwa kunci dalam kehidupan adalah kelahiran adik baru. Kehamilan itu sendiri merupakan waktu yang ideal untuk memahami dari mana bayi berasal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Emosi adalah respon yang dirasakan setiap individu dikarenakan rangsangan baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang sering
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan anak yang berbeda-beda. Begitu pula dengan pendidikan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penanganan untuk anak berkebutuhan khusus menjadi suatu tantangan tersendiri bagi penyelenggara pendidikan luar biasa mengingat karakteristik dan kebutuhan anak yang
Lebih terperinciASPEK PERKEMBANGAN SOSIAL
ASPEK PERKEMBANGAN SOSIAL I. PENGERTIAN DAN PROSES SOSIALISASI Perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial (Hurlock, 1990). Tuntutan sosial pada perilaku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu fenomena yang ada akhir-akhir ini yang sangat memprihatinkan adalah bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun masal sudah merupakan berita harian di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap pasangan. Saling setia dan tidak terpisahkan merupakan salah satu syarat agar tercipta keluarga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berupa ejekan atau cemoohan, persaingan tidak sehat, perebutan barang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aksi-aksi kekerasan terhadap orang lain serta perusakan terhadap benda masih merupakan topik yang sering muncul baik di media massa maupun secara langsung kita temui
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DAN KEMANDIRIAN DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH PADA REMAJA SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DAN KEMANDIRIAN DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH PADA REMAJA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Oleh: LINA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya, hukuman hanya menjadi salah satu bagian dari metode
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, hukuman hanya menjadi salah satu bagian dari metode untuk mendisiplinkan anak. Cara ini menjadi bagian penting karena terkadang menolak untuk
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PERILAKU SOSIAL ANAK USIA DINI
PENGEMBANGAN PERILAKU SOSIAL ANAK USIA DINI Titing Rohayati 1 ABSTRAK Kemampuan berperilaku sosial perlu dididik sejak anak masih kecil. Terhambatnya perkembangan sosial anak sejak kecil akan menimbulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Masalah Remaja dipandang sebagai periode perubahan, baik dalam hal fisik, minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pola Asuh Orang Tua 2.1.1 Pengertian Pola Asuh Orang Tua Menurut Hurlock (1999) orang tua adalah orang dewasa yang membawa anak ke dewasa, terutama dalam masa perkembangan. Tugas
Lebih terperinci`BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion). Suasana kebingunan ini
1 `BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Siswa sekolah menengah umumnya berusia antara 12 sampai 18/19 tahun, yang dilihat dari periode perkembangannya sedang mengalami masa remaja. Salzman (dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pelepah dasar terbentuknya kepribadian seorang anak. Kedudukan dan fungsi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga memegang peran penting dalam membentuk watak dan kepribadian anak. Karena pendidikan dikeluarga menjadi risalah awal sekaligus sebagai pelepah dasar terbentuknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang Masalah. status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi sebagai masa anak-anak. Fase remaja
BAB I PENDAHALUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah fase kedua dalam kehidupan setelah fase anak-anak. Fase remaja disebut fase peralihan atau transisi karena pada fase ini belum memperoleh status
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penuh dengan kenangan yang tidak mungkin akan terlupakan. Menurut. dari masa anak ke masa dewasa yang mengalami perkembangan semua
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah masa yang paling indah dan masa yang penuh dengan kenangan yang tidak mungkin akan terlupakan. Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004) masa remaja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa di masa depan, harapanya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan generasi penerus bangsa di masa depan, harapanya mereka dapat menggantikan generasi terdahulu dengan sumber daya manusia, kinerja dan moral
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORITIS
BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1. Perilaku Agresif 2.1.1. Pengertian Perilaku Agresif Perasaan kecewa, emosi, amarah dan sebagainya dapat memicu munculnya perilaku agresif pada individu. Pemicu yang umum dari
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi tentang variabel-variabel dimana didalamanya terdapat definisi, faktor dan teori dari masing-masing variabel dan juga berisi tentang hipotesis penelitian ini. 2.1
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. Bullying 2.1.1. Pengertian Bullying Beberapa tokoh mengemukakan bullying dalam berbagai definisi yang beragam. Sullivan (2000) menjelaskan
Lebih terperinciPETUNJUK PENELITIAN. Nama : Usia : Pendidikan terakhir :
103 Nama : Usia : Pendidikan terakhir : Di tengah-tengah kesibukan anda saat ini, perkenankanlah saya memohon kesediaan anda untuk meluangkan waktu sejenak menjadi responden penelitian guna mengisi skala
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan manusia untuk mengubah
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan manusia untuk mengubah sikap dan tata laku seseorang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. para pekerja seks mendapatkan cap buruk (stigma) sebagai orang yang kotor,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia dan negara-negara lain istilah prostitusi dianggap mengandung pengertian yang negatif. Di Indonesia, para pelakunya diberi sebutan Wanita Tuna Susila. Ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Siswa Sekolah Menengah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada siswa Sekolah Menengah Pertama berusia 12 tahun sampai 15 tahun, mereka membutuhkan bimbingan dan arahan dari pihak keluarga dan sekolah agar mereka dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama pada rentang usia pra sekolah. Masa ini merupakan periode seorang anak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Orang tua mempunyai peran paling besar terhadap tumbuh kembang anak, terutama pada rentang usia pra sekolah. Masa ini merupakan periode seorang anak memulai
Lebih terperinciBABI PENDAHULUAN. Dalam menjalani suatu kehidupan, banyak orang yang mempunyai pemikiran
BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menjalani suatu kehidupan, banyak orang yang mempunyai pemikiran bahwa faktor inteligensi merupakan faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan
Lebih terperinciDAMPAK PSIKOLOGIS BULLYING
DAMPAK PSIKOLOGIS BULLYING PADA SISWA SMA CHRISTIN Program Sarjana, Universitas Gunadarma Abstrak Semakin hari kita semakin dekat dengan peristiwa kekerasan khususnya bullying yang dilakukan terhadap siswa
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agresivitas 2.1.1 Definisi Agresivitas Agresi adalah pengiriman stimulus tidak menyenangkan dari satu orang ke orang lain, dengan maksud untuk menyakiti dan dengan harapan menyebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan, dimana
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Agresivitas 2.1.1. Definisi Agresivitas Menurut Berkowitz, agresivitas adalah keinginan dan tindakan untuk menjadi agresif dalam berbagai situasi yang berbeda. Menurut Lazarus,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Individu sejak dilahirkan akan berhadapan dengan lingkungan yang menuntutnya untuk menyesuaikan diri. Penyesuaian diri yang dilakukan oleh individu diawali dengan penyesuaian
Lebih terperinciA. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal
HARGA DIRI PADA WANITA DEWASA AWAL MENIKAH YANG BERSELINGKUH KARTIKA SARI Program Sarjana, Universitas Gunadarma Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran harga diri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang berbeda-beda, diantaranya faktor genetik, biologis, psikis dan sosial. Pada setiap pertumbuhan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usia sekolah menengah pertama pada umumnya berada pada usia remaja awal yaitu berkisar antara 12-15 tahun. Santrock (2005) (dalam http:// renika.bolgspot.com/perkembangan-remaja.html,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa peralihan antara tahap anak dan dewasa yang jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya. Dengan terbukanya
Lebih terperinciPedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi
Modul ke: Pedologi Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga Fakultas Psikologi Yenny, M.Psi. Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Tipe-tipe Penganiayaan terhadap Anak Penganiayaan
Lebih terperinciMODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)
MODUL PERKULIAHAN Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri) Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 03 MK61112 Aulia Kirana,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Persija (singkatan dari Persatuan Sepak Bola Indonesia Jakarta) adalah sebuah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persija (singkatan dari Persatuan Sepak Bola Indonesia Jakarta) adalah sebuah klub sepak bola Indonesia yang berbasis di Jakarta. Persija saat ini berlaga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk saling berinteraksi. Melalui interaksi ini manusia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan kehadiran orang lain untuk saling berinteraksi. Melalui interaksi ini manusia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Agresi. pemuasan atau tujuan yang dapat ditujukan kepada orang lain atau benda.
12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Agresi 1. Pengertian Perilaku Agresi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, agresi adalah perbuatan bermusuhan yang bersifat menyerang secara fisik maupun psikis kepada
Lebih terperinciBENTUK AGRESIF REMAJA PELAKU KEKERASAN (SURVEY PADA SISWA KELAS 11 SMA NEGERI 2 KAB. TANGERANG)
33 BENTUK AGRESIF REMAJA PELAKU KEKERASAN (SURVEY PADA SISWA KELAS 11 SMA NEGERI 2 KAB. TANGERANG) Oleh : Detria Nurmalinda Chanra 1 Prof. Dr. Dr. dr. Th. I. Setiawan 2 Herdi, M.Pd 3 Abstrak Tujuan penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maraknya perilaku agresif saat ini yang terjadi di Indonesia,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maraknya perilaku agresif saat ini yang terjadi di Indonesia, berdampak pada psikologis anak, anak tidak mampu berteman dengan anak lain atau bermain dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Anak usia 0-3 tahun merupakan masa untuk berkenalan dan belajar menghadapi rasa kecewa saat apa yang dikehendaki tidak dapat terpenuhi. Rasa kecewa, marah, sedih dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siswa tunagrahita pada umumnya termasuk juga siswa tunagrahita ringan, memiliki hambatan dalam kepribadian dan emosinya. Karena mereka kurang memiliki kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai pemain ke-12, sehingga suatu pertandingan tidak berarti tanpa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepakbola tidak terlepas dari yang namanya supporter, supporter biasa disebut sebagai pemain ke-12, sehingga suatu pertandingan tidak berarti tanpa kehadiran
Lebih terperinci2015 EFEKTIVITAS STRATEGI BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN PENDEKATAN REALITAS UNTUK MEREDUKSI PERILAKU AGRESIF
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Istilah remaja dalam bahasa Latin disebut adolescere yang berarti tumbuh menjadi dewasa atau dalam perkembangan menjadi dewasa. Istilah remaja telah digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama bagi anak yang memberi dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah satunya adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Akhir masa kanak-kanak (late childhood) berlangsung dari usia enam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akhir masa kanak-kanak (late childhood) berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba saatnya individu menjadi matang secara seksual. Pada awal dan akhirnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan ia jalani kelak (Perkins, 1995). Para remaja yang mulai menjalin hubungan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa (Rice dalam Sayasa, 2004). Dalam perjalanan menuju dewasa tersebut para remaja menghadapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan menbentuk prilaku anak yang baik (Santrock, 2011). dapat membuat anak-anak rentan terhadap eksplotasi. Kekewatiran banyak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah menghasilkan generasi bangsa yang baik. Untuk mencapai hal tersebut maka diperlukan suatu pendidikan yang baik (Haryanto,
Lebih terperinci(25,5%), di sekolah (10%), tempat umum (22%), tempat kerja (5,8%), dan tempat lainnya (3 6,6%). Sedangkan berdasarkan kategori usia, kekerasan fisik t
Dukungan Sosial Terhadap Anak Yang Mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga Risya Handayani Pendahuluan Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak, tempat dimana anak belajar dan menyatakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang tua menginginkan dan mengharapkan anak yang dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan pintar. Anak-anak yang patuh, mudah diarahkan,
Lebih terperinciAGRESI MODUL PSIKOLOGI SOSIAL I. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh
MODUL PSIKOLOGI SOSIAL I AGRESI Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Fakultas Psikologi Psikologi 13 61016 Abstract Materi tentang pengertian agresi, teoriteori dan cara menguranginya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai makhluk sosial, manusia dituntut untuk mampu mengatasi segala masalah yang timbul sebagai akibat dari interaksi dengan lingkungan sosial dan harus mampu menampilkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah lakunya dengan situasi orang lain. Sebagai mahluk sosial, manusia membutuhkan pergaulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan lainnya. Dalam kehidupan rumah tangga, dibutuhkan komunikasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan lingkungan terdekat dalam sistem pranata sosial manusia. Individu akan lebih sering berinteraksi dalam keluarga dibandingkan dengan lingkungan
Lebih terperinci