BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) Karangrejek

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) Karangrejek"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) Karangrejek a) Landasan Hukum Pendirian BUMDES Karangrejek memiliki latar belakang yuridis yang cukup panjang. Awal berdirinya adalah dengan berdasarkan pada UU No. 32 tahun 2004 tentang Otonomi Daerah, tepatnya di pasal 213 ayat 1, yang isinya adalah ; Desa dapat mendirikan badan usaha sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa. Kemudian pasal ini ditindaklanjuti dengan terbitnya Permendagri No. 39 tahun 2010 tentang Tata Cara Pendirian BUMDES. Peraturan ini mengharuskan setiap pemerintah daerah untuk sesegera mungkin menerbitkan peraturan tentang tata cara pendirian BUMDES sesuai dengan karakteristik daerah masing-masing. Jauh sebelum keluarnya Permendagri No. 39 tahun 2010 yang mengharuskan Pemda menerbitkan peraturan terkait dengan tata cara pendirian BUMDES, Pemerintah Kabupaten Gunungkidul telah menerbitkan Perda No. 7 tahun 2008 tentang Tata Cara Pendirian BUMDES di seluruh desa di Kabupaten Gunungkidul. Perda inilah yang menjadi acuan bagi Pemerintah Desa Karangrejek untuk mendirikan BUMDES sekaligus dengan Anggaran Dasar dan Rumah Tangga Organisasi (AD/ART). Pemerinta h Desa Karangrejek kemudian

2 menerbitkan Perdes No. 5 tahun 2009 tentang Pendirian BUMDES yang sekaligus menjadi landasan hukum BUMDES Karangrejek. Pasca terbitnya Permendagri No. 39 tahun 2010 tentang Tata Cara Pendirian BUMDES, Pemkab Gunungkidul kemudian merevisi Perda No. 7 tahun 2008 dengan Perda No. 7 tahun 2010 tentang Pendirian BUMDES. Sejalan dengan Pemkab Gunungkidul, Pemdes Karangrejek juga merevisi Perdes No. 5 tahun 2009 tentang Pendirian BUMDES dengan menerbitkan Perdes No. 6 tahun 2010 tentang Pendirian BUMDES Karangrejek. Menyadari akan pentingnya aspek legalitas atau dasar hukum sebagai salah satu syarat berkembangnya usaha suatu organisasi, BUMDES Karangrejek mengusulkan dua unit usaha dalam BUMDES untuk segera memiliki akta notaris. Kedua unit usaha tersebut adalah Pengelola Air Bersih Tirta Kencana dan Unit Usaha Usaha Kredit Mikro Tirta Kencana. Kini kedua unit usaha tersebut telah terdaftar di akta notaris. b) Maksud dan Tujuan BUMDES Karangrejek Maksud pembentukan BUMDES adalah untuk menampung dan mendorong seluruh kegiatan ekonomi masyarakat, baik yang tumbuh dan berkembang menurut adat istiadat, budaya setempat, maupun kegiatan perekonomian yang diserahkan untuk dikelola oleh masyarakat melalui program Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Daerah, dan Pemerintahan Desa.

3 Tujuan pembentukan BUMDES adalah untuk: 1) Mendorong Perkembangan Perekonomian masyarakat desa 2) Meningkatkan kreativitas dan peluang usaha ekonomi produktif masyarakat desa 3) Mendorong tumbuh dan berkembangnya usaha mikro sektor informal 4) Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat desa 5) Meningkatkan pendapatan asli desa c) Modal BUMDES Karangrejek Permodalan BUMDES diperoleh dari beberapa sumbern diantaranya adalah sebagai berikut : 1) Bantuan dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten 2) Pemerintah Desa 3) Simpanan Masyarakat 4) Pinjaman dari Lembaga Keuangan Pemerintah, dan atau non Pemerintah 5) Penyertaan modal dari pihak lain atau kerja sama bagi hasil atas dasar saling menguntungkan d) Jenis Usaha BUMDES Karangrejek bergerak dalam bidang Jasa, Perdagangan, serta Keuangan yang mempunyai daerah kerja di wilayah Desa Karangrejek dan sekitarnya. Tujuan BUMDES adalah agar semua

4 kegiatan-kegiatan ekonomi desa dapat terlembaga dalam satu wadah. BUMDES Desa Karangrejek mempunyai tujuh unit usaha antara lain: 1) Jasa Pelayanan Air Bersih/ Pam Desa dengan nama PAB. Tirta Kencana (PAB TK) 2) UKM Tirta Kencana (UKM TK) 3) LKMA Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) Gapoktan 4) Jasa Pengelolaan Usaha Desa 5) Jasa Boga 6) Jasa Pengadaan Barang 7) Jasa Konstruksi Ketujuh unit usaha di atas merupakan unit usaha yang digali dari potensi dan kebutuhan desa Karangrejek. Unit Usaha PAB Tirta Kencana dan Lembaga Kredit Mikro Tirta Kencana, menjadi unit usaha yang paling menonjol karena sudah mampu menghasilkan laba cukup besar. Atas dasar inilah kemudian Pemdes Karangrejek mendaftarkan keduanya ke akta notaris untuk kemudian mendapatkan legalitas selain dari perdes. Saat ini dari ketujuh unit usaha yang ada empat unit usaha yang telah mampu memberikan kontribusi ke desa. Keempat unit usaha itu adalah PAB TK (Tirta Kencana), UKM TK (Tirta Kencana), dan Jasa Pengelolaan Usaha Desa (JPUD). PAB TK dan UKM TK sudah berjalan dan mampu untuk berkontribusi ke desa sejak tahun Sedangkan unit usaha Jasa

5 Pengelolaan Usaha Desa (JPUD) baru berjalan pada tahun 2012.Secara bertahap keempat unit usaha yang lainnya akan dikembangkan sesuai dengan prioritas dan peluang yang ada. e) Kepengurusan BUMDES Karangrejek Kepengurusan BUMDES terdiri dari unsur Pemerintah Desa, BPD, Lembaga Desa dan unsur Masyarakat. Masa bakti pengurus BUMDES adalah 3 tahun. Berikut ini adalah komposisi kepengurusan BUMDES Karangrejek : 1) Dewan Komisaris/Penanggungjawab dijabat oleh Kepala Desa Ketua BPD 2) Direksi dijabat oleh Ketua LPMD 3) Kepala-kepala unit usaha ditetapkan melalui musyawarah pemerintahan desa dan masyarakat 4) Sekretaris dijabat oleh Kepala Bagian Ekonomi dan Pembangunan dan atau yang ditunjuk melalui musyawarah Pemerintahan Desa f) Pembagian Laba Usaha BUMDES Sebagai suatu badan usaha yang dimiliki oleh desa maka BUMDES harus mampu untuk memberikan kontribusi terhadap perekonomian desa. Hal ini sesuai dengan tujuan awal pendirian BUMDES yang termaktub dalam AD/ART BUMDES. Pengelolaan BUMDES harus dilakukan dengan profesional dan mandiri sehingga

6 selain dapat mempertahankan kelangsungan usahanya juga dapat berkontribusi dalam meningkatkan perekonomian desa. Salah satu caranya adalah dengan mengoptimalkan laba usaha yang dihasilkan BUMDES. Laba usaha yang dihasilkan biasanya akan dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan permodalan dan peningkatan pendapatan desa. Berikut ini adalah persentase pembagian laba hasil usaha BUMDES setiap tahunnya : 1) Pemupukan modal usaha : 40 % 2) Pendapatan desa : 20 % 3) Pengurus, kepala unit, pengawas dan karyawan : 30 % 4) Pendidikan dan pelatihan : 5 % 5) Sosial : 2,5 % 6) Cadangan Pangan Pemerintah Desa (CPPD) : 2,5 % Persentase pembagian laba usaha sudah dimusyawarahkan bersama antara pemerintah desa, pengelola BUMDES, BPD, dan masyarakat. Pembagian laba usaha ini didasarkan pada azas kemandirian dan kemanfaatan. 2. Kondisi masyarakat Desa Karangrejek sebelum adanya BUMDES Desa Karangrejek yang terletak di Kabupaten Gnung Kidul merupakan desa yang mengalami bencana kekeringan. Sudah cukup lama masyarakat desa ini merasakan kesulitan mendapatkan air bersih. Dari masalah inilahdapat diketahui kondisi masyarakat pada saat kekeringan

7 melanda, yaitu di bidang perekonomian masyarakat, bagi kesehatan, dan pemukiman yang berbasis masyarakat. a. Bidang Ekonomi Kondisi masyarakat Desa Karangrejek sebagian besar bermatapencaharian sebagai petani tradisi. Petani tradisi yang dimaksud adalah petani yang pada musim hujan tanaman utamanya adalah padi, ketela pohong, jagung, kemudian pada saat musim marengan (setelah padi dipanen) diganti dengan ditanami palawija, kacang atau kedelai. Setelah selesai masa panen, petani sudah tidak dapat menanam apa-apa karena musim kemarau tiba. Akibatnya petani tidak dapat bekerja karena lahan mereka tidak memungkinkan untuk ditanami. Masyarakat yang satu-satunya pekerjaan hanya bertani, kemudian menjadi pengangguran pada musim kemarau tiba. Pendapatan pun berkurang. Akhirnya menyebabkan tingginya angka kemiskinan atau jauh dari kesejahteraan bagi masyarakat Desa Karangrejek. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak Kasdi Siswo Pranoto sebagai Kepala Desa Karangrejek: permasalahan yang dihadapi Desa Karangrejek ini adalah permasalahan air bersih, angka kemiskinan yang tinggi yaitu 68,8% pada tahun 1993 yang menjadikan Desa Karangrejek ditetapkan sebagai desa IDT, PADes yang rendah yaitu pernah pada tahun 1997 kurang dari 8 juta. Kemudian pengetahuan SDMnya rendah, sarana dan prasarana juga kurang memadai (wawancara tanggal 8 Juni 2013) Dengan presentase kemiskinan 68,8% di Desa Karangrejek pada tahun 1993, banyak program pemerintah yang

8 diimplementasikan untuk menanggulangi masalah kemiskinan tersebut namun belum membuahkan hasil yang memuaskan. Masyarakat desa masih merasakan kekurangan, terlebih lagi mengenai air bersih yang tidak memadai. Mengakibatkan petani tidak dapat mengolah sawah mereka sehingga tidak mempunyai pendapatan dari hasil sawah. b. Bidang Kesehatan Selain masalah kebutuhan air untuk pertanian guna mencukupi kebutuhan ekonomi masyarakat, kebutuhan air untuk minum juga kurang sehingga untuk kebutuhan pemenuhan air bersih dilakukan dengan cara membuat kubangan ditepi sungai (membuat belik) dengan dipikul melalui jalan yang sangat terjal yang jaraknya m sampai dengan m. Kemudian untuk mandi dan cuci termasuk mandi hewan, seluruhnya menjadi satu di sungai. Air merupakan salah satu kebutuhan material yang mutlak harus terpenuhi. Jika tidak ada air, kesehatan manusia akan terganggu dan mereka tidak bisa bertahan hidup. Di Desa Karangrejek masyarakat menggunakan air di tepi sungai untuk memenuhi kehidupannya, air sungai tersebut juga digunakan untuk mandi hewan ternak, besar kemungkinan air yang digunakan mengandung bakteri atau sumber penyakit yang bisa berakibat terhadap kesehatan manusia. Kekeringan air yang melanda Desa Karangrejek tidak hanya berimbas kepada kesehatan masyarakatnya saja tetapi pada ternak

9 hewan seperti sapi dan kambing. Seperti pernyataan dari salah satu warga Desa Karangrejek yaitu Bapak Supriyatno bahwa: Sulitnya mendapatkan pakan ternak yang berkualitas mengakibatkan ternak sapi dan kambing kekurangan gizi. masalah ini harus dihadapi petani ternak karena hijauan makanan ternak atau HMT sangat sulit diperoleh. Meskipun ada tetapi petani ternak harus membeli yang harganya tergolong mahal. Satu ikat saja harganya diatas lima ribu. Padahaluntuk satu ekor sapidalam sehari paling tidak membutuhkan dua ikat HMT ditambah makanan tambahan. Akibat kekurangan asupan gizi, maka tubuh ternak-ternak milik petani disini cenderung kurus... (wawancara tanggal 13 Juni 2013) Kurusnya tubuh ternak ini bukan karena penyakit tetapi karena kurangnya gizi. Hewan ternak yang kurang gizi tersebut cenderung harganya lebih murah. Meski kecil namun dampaknya sangat terasa di kalangan petani. Karena pendapatan yang diterima tidak sesuai dengan yang diharapkan. c. Bidang Pembangunan Pemukiman Berbasis Masyarakat Sebenarnya sejak tahun 1975 saat pemerintahan orde baru ada program untuk pembuatan sumur gali untuk tanaman sayur di musim kemarau pada ladang pertanian, sumur dalam melalui Proyek Pengembangan Air Tanah ( P2AT ). Selanjutnya pada Tahun 1978 di Padukuhan Blimbing baru dapat giliran dibuatkan sumur dalam dari Proyek Pengembangan Air Tanah baik untuk irigasi maupun untuk air minum, masyarakatpun secara swadaya juga menggali sumur untuk kebutuhan air bersih, untuk minum, mandi dan cuci dengan kedalaman rata-rata dari 25 meter sd. 40 meter. Bagi masyarakat yang belum

10 mampu untuk membuat sumur gali sendiri, mereka mengambil air dari sumur tetangga atau sumur ladang, atau sumur pompa dengan cara dipikul, yang jaraknya mulai dari 500 hingga 2000 meter. Terlebih lagi pada saat musim kemarau panjang datang, dapat dipastikan seluruh sumur gali kering. Pada tahun 1990an Pemerintah Kabupaten melalui PDAM membantu untuk mengatasi permasalahan sebagaimana dihadapi oleh masyarakat dalam hal pemenuhan kebutuhan air bersih sampai sekarang, namun juga belum dapat mengatasi permasalahan kekeringan yang menimpa masyarakat Desa Karangrejek. Berikut wawancara yang dilakukan peneliti terhadap Bapak Suprapto, ketua unit BUMDES PAB TK: masyarakat disini sudah mempunyai saluran PDAM namun pada saat musim kemarau tiba air dari PDAM itu tidak mengalir. Meskipun mengalir tapi tidak banyak dan warnanya juga keruh sehingga masyarakat lebih memilih mendapatkan air di sumur dalam yang jaraknya lumayan jauh dari rumah warga. Karena keterbatasan PDAM sampai dengan saat ini masih belum dapat memberikan pelayanan yang cukup... (wawancara tanggan 10 Juni 2013) Walaupun sudah ada aliran dari PDAM, tetapi ternyata masih belum memberikan pelayanan yang memuaskan. Melihat fenomena tersebut, pemerintah desa berusaha keras mencari cara untuk menanggulangi masalah yang melanda Desa Karangrejek itu. Maka pemerintah desa perlu merencanakan dan membentuk suatu lembaga ekonomi yang menampung kegiatan ekonomi masyarakat berkaitan dengan masalah yang dihadapi masyarakat desa yang dikelola secara

11 mandiri sehingga dapat terbentuk perekonomian desa yang stabil guna mensejahterakan masyarakatnya. Setelah selesai tahap perencanaan pembentukan lembaga ekonomi tersebut, pada tahun 2008 pemerintah desa mulai mendirikan suatu badan usaha yaitu Badan Usaha Milik Desa ( BUMDES) guna meningkatan ekonomi desa berdasarkan kebutuhan dan potensi desa. Pengelolaan BUMDES sepenuhnya dilaksanakan oleh masyarakat desa, yaitu dari desa, oleh desa, dan untuk desa 3. Implementasi Badan Usaha Milik Desa ( BUMDES) di Desa Karangrejek Banyak kebijakan pemerintah yang berorientasi kepada masyarakat kecil yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan. Namun, kebijakan-kebijakan yang sudah ada dirasa belum optimal dampaknya kepada masyarakat kecil. Oleh karena itu pemerintah membuat kebijakan berbentuk lembaga ekonomi di tingkat pedesaan. Organisasi ekonomi ditingkat pedesaan menjadi bagian yang sangat penting dalam rangka untuk mendukung pemberdayaan dan penguatan ekonomi kerakyatan. Karena sebagian besar didesa terdapat anggota masyarakat yang tercatat sebagai pengusaha mikro dan kecil yang merupakan tulang punggung perekonomian regional dan nasional. Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa telah tumbuh beberapa Lembaga Keungaan Mikro yang bergerak dibidang jasa dan keungan disemjumlah desa yang dikelola oleh masyarakat walaupun belum

12 dilandasi dengan peraturan yang memadai, secara riil lembaga-lembaga dilapangan sangat membantu dan dibutuhkan oleh masyrakat terutama yang berpenghasilan rendah guna memenuhi kebutuhan hidup dan pengembangan usahanya. Oleh karena itu Lembaga Keuangan Mikro ini merupakan salah satu embiro dan penggerak perekonomian kerakyatan dalam meningkatkan pendapatan masyarakat, untuk memperluas lapangan kerja dan sebagai salah satu upaya pengentasan kemiskinan guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat khususnya di pedesaan. Sejalan dengan prinsip Desentralisasi dan Otonomi Daerah, desa diberi kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat desa setempat, hal ini dimaksudkan untuk mendukung dan menunjang peningkatan pendapatan masyarakat di desa tersebut, maka Peraturan Perundang-undangan memberi peluang bagi pemerintahan desa untuk meningkatkan perekonomiaannya melalui lembaga keuangan di desa dalam bentuk Pengelolahan Badan Usaha Milik Desa ( BUMDES). BUMDES adalah merupakan sebuah instrument pemberdayaan ekonomi lokal dengan berbagai ragam jenis potensi yang dimiliki. Pembentukan BUMDES dimaksudkan untuk menumbuhkembangkan perekonomian desa, meningkatkan perputaran keuangan dan menyelenggarakan kemanfaatan umum baik berupa penyedia berbagai barang dan jasa bagi peruntukan hajat hidup masyarakat serta sebagai perintis bagi kegiatan usaha yang telah ada di desa.

13 Dalam menjalankan kegiatan usahanya BUMDES dapat melakukan kerjasama dengan pihak lain yang didasarkan pada prinsipprinsip kemitraan yang saling menguntungkan. Disamping itu, keberadaan BUMDES juga dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan sumber Pendapatan Asli Desa yang memungkinkan desa mampu melaksanakan pembangunan dan peningkatan kesejahteraan rakyat secara optimal sesuai dengan UU No. 32 Tahun 2004 Pasal 213 ayat 1. Pengembangan BUMDES tidak semata-mata didasarkan pada aspek target pertumbuhan ekonomi, akan tetapi yang lebih penting adalah menciptakan aktifitas ekonomi yang kondusif serta kesejahteraan sosial di tingkat desa paling tidak memecahkan kendala pengembangan usaha desa guna mendorong peningkatan pendapatan masyarakat sehingga dapat mewujudkan kesejahteraan masyarakat secara luas. Awal mula pembentukan BUMDES di Desa Karangrejek ini dilatarbelakangi oleh kondisi masyarakat desa yang dinilai jauh dari sejahtera, bahkan pada tahun 1993 angka kemiskinan mencapai 68,8%. Yang paling utama adalah permasalahan kekeringan yang yang dialami masyarakat. Maka BUMDES Karangrejek ini membentuk unit-unit usaha di dalamnya. Terdapat tujuh unit usaha DUMDes Karangrejek, tetapi baru tiga unit usaha yang sudah berjalan secara efektif, yaitu Unit Usaha Pengelolaan Air Bersih Tirta Kencana (PAB TK), Usaha Kredit Mikro Tirta Kencana (UKM TK), dan Jasa Pengelolaan Usaha Desa (JPUD).

14 a. Unit Usaha Pengelolaan Air Bersih Tirta Kencana (PAB TK) PAB TK merupakan unit BUMDES pertama kali yang terbentuk karena adanya masalah kekeringan. Kekerungan yang dialami Desa Karangrejek membuat masyarakat jauh dari kesejahteraan. Berangkat dari masalah itulah, maka pada tahun 2006 atas ijin atau rekomendasi Bupati Gunungkidul, pemerintah desa bersama-sama dengan lembaga desa berupaya langsung untuk mengajukan proposal ke Departemen Pekerjaan Umum (DPU) melalui Satker PAM dan Subdin Pengairan serta Balai Besar Daerah Istimewa Yogyakarta, agar dapat diberikan fasilitas untuk membuat PAMDes yaitu dengan program pengeboran sumur dalam, baik untuk irigasi, dan atau air minum, yang selanjutnya akan dikelola desa untuk membantu pelayanan kebutuhan air bersih dan irigasi pertanian. PAMDes merupakan bentuk pelayanan air pedesaan yang dikelola secara mandiri dengan swadaya masyarakat. Ide untuk membuat PAM ini muncul karena ternyata Desa Karangrejek memiliki potensi air yang sangat melimpah yaitu terdapat sumber air di bawah tanah tepatnya di Padukuhan Karangduwet I. Sudah ada penelitian juga dari suatu instansi perguruan tinggi negeri di Yogyakarta. Kemudian Pada tahun 2007 permohonan dikabulkan, pengeboran ada di 4 (empat) titik tempat. Selanjutnya yang akan dipergunakan untuk air bersih, pada sosialisasi akan dimulai

15 pengeboran Saker PAM DIY. Bapak Ir. Suharjono Sujanadi, MM memberikan intruksi penekanan- penekanan yang isinya : 1) Harus dibentuk pengelola yang profesional. 2) Harus dapat dikembangkan secara mandiri. 3) Harus dibuat aturan pengelolaan yang transparan, dan akuntabel. 4) Agar dibentuk sebuah koperasi. Bertitik tolak dari saran-saran tersebutlah akhirnya pemerintah desa bersama lembaga dan tokoh masyarakat membuat AD ART Pengelolaan Air Bersih dan membentuk pengelola pada tanggal 18 Maret tahun Pada akhir 2007 proyek telah selesai dikerjakan, dan pada tanggal 20 Maret 2008 secara resmi proyek diserahkan kepada Pemerintah Desa Karangrejek berupa : 1) Pengeboran beserta exploitasinya. 2) Pipa transmisi 100 mm sepanjang 1800 m 3) Water meter dan pipa untuk sambungan rumah sebanyak 125 water meter yang total nilai asset seluruhnya adalah Rp ,00 Menjelang penyerahan aset pengelola telah mempersiapkan diri dan minta bantuan pipa untuk dikembangkan sendiri secara gotong royong dan telah diberikan tambahan sedikit pipa untuk segera dipasang sendiri. Pada tanggal 20 maret 2008 Menteri Pekerjaan Umum Bp. Jaka Kirmanto memberikan bantuan tambahan pipa

16 jaringan dari berbagai ukuran yang total nilainya Rp sehingga total penyerahan asset dari Departemen PU ke Desa Karangrejek seluruhnya berjumlah Rp ,00. Adapun intruksi atau amanatnya adalah: 1) Agar pemerintah Desa beserta seluruh masyarakat menjaga, dan memelihara seluruh aset pemerintah tersebut. 2) Agar dikembangkan secara swadaya, mandiri sesuai kreatifitas atau kearifan local. Sesuai dengan intruksi yang dimaksud seluruh masyarakat mendengar, maka diadakan gerakan untuk kerja bakti secara gotongroyong penggalian pipa jaringan tanpa dibayar, Kegotongroyongan itu menjadi salah satu kekuatan dalam pembangunan di desa. Logikanya, masyarakat rela tidak dibayar karena sadar akan kebutuhan yang mereka perlukan yaitu air yang dihasilkan juga diperuntukkan kepada masyarakat. Kemudian PAMDes di Desa Karangrejek ini diberi nama dengan Pengelolaan Air Bersih Tirta Kencana (PAB TK). Oleh pemerintah sejalan dengan diterbitkannya Perda oleh Bupati Gunungkidul Nomor 5 Tahun 2008 tanggal 26 Juni 2008 tentang tata cara pendirian BUMDES, maka Pemerintah Desa menindak lanjuti dengan Perdes Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pendirian BUMDES. Secara otomatis Anggaran Dasar PAB TK yang

17 telah dibentuk bersama-sama dinyatakan tidak berlaku, dan pedoman yang dipergunakan adalah Perdes No. 5 Tahun PAB TK memiliki kebijakan tersendiri dan dasar perhitungan untuk menentuan tarif yang didasarkan pada hasil musyawarah pemerintah desa dan tokoh masyarakat sesuai harga pasar yang disahkan dengan Keputusan Kepala Desa. Tarif air yang ditentukan oleh PAB TK lebih murah dari tarif air PDAM Wonosari yaitu tarif PAB TK per kubiknya hanya Rp sedangkan tarif dari PDAM Wonosari Rp hal tersebut mambuat banyak masyarakat Desa Karangrejek bahkan sebagian dari Desa Siraman dan Baleharjo beralih dari PDAM Wonosari ke PAB TK... (wawancara tanggal 8 Juni 2013 dengan Bapak Kasdi, Kepala Desa Karangrejek) Selain tarif tersebut, setiap bulan konsumen PAB TK harus membayar biaya administrasi ( abonemen) sebesar Rp5.000,00 dan biaya pemakaian air sesuai dengan yang dicatat watermeter pada masing-masing SR. Tarif yang harus dibayar adalah jumlah pemakaian air selama satu bulan dikali harga air. Untuk menjadi konsumen PAB TKmasyarakatharusmembayar biaya pemasangan sebesar Rp ,00 (untuk warga Desa Karangrejek) yang dapat diangsur 2 kali atau sebesar Rp ,00 (untuk warga luar Desa Karangrejek).Biaya ini dihitung sebagai biaya pengembangan jaringan, bukan sebagai pendapatan. Dengan tarif seperti itu ternyata masih ada warga yang merasa keberatan. Dari hasil wawancara dengan salah satu warga pada tanggal 19 Juni 2013, menyatakan bahwa:

18 dulu tarif PAB TK tidak seperti itu mbak, dulu awal berdirinya PAB ini tarif per kubiknya dikenai biaya 2500, tetapi mulai tahun 2012 tarif dinaikkan menjadi Katanya dibangun untuk kesejahteraan masyarakat, tetapi sekarang malah terlihat seperti bisnis... Kemudian dari hasil wawancara dengan kepala desa, diketahui bahwa biaya yang dikenakan sebenarnya untuk biaya operasional, untuk pembiayaan pengelola, dan keuntungan dari BUMDES juga ada alokasinya, berikut ini adalah persentase pembagian laba hasil usaha BUMDES setiap tahunnya : 1) Pemupukan modal usaha : 40 % 2) Pendapatan desa : 20 % 3) Pengurus, kepala unit, pengawas dan karyawan : 30 % 4) Pendidikan dan pelatihan : 5 % 5) Sosial : 2,5 % 6) Cadangan Pangan Pemerintah Desa (CPPD) : 2,5 % Persentase pembagian laba usaha tersebut sudah dimusyawarahkan bersama antara pemerintah desa, pengelola BUMDES, BPD, dan masyarakat. Kemudian untuk kenaikan tarif PAB TK sejalan dengan kenaikan pajak dan tarif listrik. Karena pengoperasian PAMDes ini menggunakan tenaga listrik. Selain tarifnya yang lebih murah, keunggulan PAB TK dari PDAM antara lain merupakan program campuran ( bottom up dan top down) yang melibatkan gotong royong masyarakat sehingga waktu pembangunannya relatif lebih cepat, kualitas air yang cukup baik, air

19 mengalir 24 jam (tidak pernah macet), serta manfaat sebagai sumber pemasukan dana pembangunan desa dan mampu mempekerjakan masyarakat lokal. Kekurangan PAB TK adalah cakupan pelayanannya yang terbatas Desa Karangrejek dan sekitarnya (De sa Siraman dan Baleharjo). Cara kerja air ini adalah menggunakan reservoir (bak penampungan air sementara) yang diletakkan pada lokasi yang memiliki ketinggian paling tinggi daripada sekitarnya, sehingga air akan mengalir menuju tempat yang lebih rendah. Sejak pertama kalinya PAB TK disahkan pada tahun 2008 sudah banyak konsumen yang menggunakan layanan tersebut, dan sampai sekarang jumlah konsumen terus meningkat. Meningkatnya jumlah konsumen otomatis akan manambah pendapatan bagi PAB TK sehingga laba setiap tahunnya meningkat. Laba bersih PAB TK merupakan segala pendapatan yang berasal dari konsumen atau dari sumber lain yang sah setelah dikurangi segala biaya operasional dalam jangka waktu satu tahun, yang selanjutnya disebut Sisa Hasil Usaha (SHU). Alokasi pembagian SHU telah diatur secara jelas dalam PP Desa Karangrejek No 06 Tahun Perolehan dana kontribusi pembangunan desa ini terus meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan meningkatnya laba bersih PAB TK. Dalam pelaksanaan PAB TK tersebut ternyata terdapat kendala yang dihadapi pengelola, dengan biaya yang relatif murah ternyata

20 masih ditemukan kredit macet dari beberapa masyarakat. Seperti yang dinyatakan oleh Bapak Suprapto, kepala unit BUMDES PAB TK: permasalahan utama yang sering dihadapi dalam pengelolaan PAB TK ini adalah masih ditemukan adanya kredit macet atau belum terbayarkan sampai jatuh tempo akad kredit yang disepakati oleh masyarakat. Akhirnya pengelola harus membuat kebijakan terkait kredit macet tersebut. Misalnya untuk warga yang benar-benar tidak mampu akan diberi keringanan... (wawancara tanggal 10 Juni 2013) Adanya kredit macet tersebut tidak menjadi penghambat yang besar dalam pelaksanaan pengelolaan PAB TK. Karena hanya sebagian warga saja yang mengalaminya. Terlebih lagi BUMDES sendiri diperuntukkan bagi warga desa. Oleh karena itu keringanan yang diberikan sebenarnya diambil dari pembagian laba yang yang dialokasikan untuk dana sosial. Dalam hal partisipasi masyarakat, pemerintah desa berusaha melibatkan masyarakat untuk berperan aktif dalam pembangunan di desanya. Keterlibatan masyarakat ini dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga pengelolaan dan evaluasi. Pengambilan keputusan dalam perencanaan pembangunan dilakukan dengan melibatkan stakeholder dalam masyarakat. Kepala dusun dan tokoh masyarakat memegang peran penting untuk mendistribusikan ide, gagasan, manfaat pembangunan ini kepada warga sehingga muncul komitmen seluruh warga untuk terlibat dalam gotong royong pembangunan sarana dan prasarananya.

21 Partisipasi masyarakat saat pelaksanaan pembangunan infrastruktur sarana dan prasarana air bersih dilakukan dengan bergotong royong di lingkungan RT mereka. Bentuk partisipasi masyarakat setelah air mengalir adalah dengan turut serta menjadi konsumen PAB TK. Dengan bertambahnya konsumen PAB TK di Desa Karangrejek, dapat disimpulkan bahwa partisipasi masyarakat dari segi penggunan semakin meningkat (mencapai 823 Sambungan Rumah pada September 2012). Tetapi belum semua masyarakat Desa Karangrejek menggunakan sambungan air dari PAB TK. Pengelolaan sarana dan prasarana air bersih di Desa Karangrejek dikelola oleh masyarakat. Telah diatur dalam Anggaran Dasar PAB TK Bab III Pasal 3 ayat (4) bahwa Personil pengelola diambil diluar unsur Pamong, BPD, dan LMPD. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengantisipasi apabila terjadi suatu masalah dimasa yang akan datang sehingga PAB TK tetap ada yang mengontrol. Kebijakan tersebut memberi kesempatan kepada semua warga masyarakat yang memiliki kemampuan untuk turut berpartisipasi menjadi pengelola PAB TK. Pengelola PAB TK memiliki satu forum resmi yang diadakan rutin pada setiap bulannya untukmenyampaikan laporandan evaluasi setiap bulan sebagai bentuk transparansi dan akuntabilitas. Pengurus setiap tahun menyusun laporan tahunan yang disampaikan kepada direksi, lalu kepada komisaris. Direksi dan komisaris yang mempunyai hak untuk menerima atau menolak laporan pertanggungjawaban tersebut. Setelah laporan pertanggungjawaban diterima oleh komisaris dan disahkan dalam bentuk peraturan desa, maka pengurus BUMDES mengundang tokoh masyarakat untuk melakukan

22 sosialisasi laporan pertanggungjawaban tersebut. Tugas, kewenangan dan hak pengurus dan konsumen, serta alokasi Sisa Hasil Usaha (SHU)diaturtegas dalam AD/ART Administrasi pembukuan yang dilaksanakan secara tertib dengan melakukan perhitungan neraca produksi air setiap bulan... (wawancara tanggal 10 Juni 2013 dengan Bapak Suprapto ketua unit BUMDES PAB TK) Laporan setiap bulan tersebut membuktikan ketransparansian BUMDES sehingga seluruh masyarakat dapat mengetahui semua dana yang diperoleh diperuntukkan kemana saja. Dalam lima tahun berjalannya BUMDES, PAB TK adalah unit usaha yang menyumbang banyak sekali pemasukan terhadap desa dan berdampak positif terhadap masyarakat desa. Bahkan berkat pemasukan dan keuntungan dari PAB TK, Desa Karangrejek mampu membiayai kegiatan perlombaan desa tingkat nasional dan dapat memenangkannya sebagai juara kedua. Berikut pemasukan daripab: Tabel 1.Perkembangan Pendapatan dan Kontribusi PAB TK pada PADes Tahun Surplus/SHU Kontribusi pada PADes , , , , , , , , , ,847,00 Jumlah , ,00 Sumber: Arsip Desa Karangrejek

23 Dari tabel di atas diketahui bahwa PAB TK memberikan pendapatan bagi desa yang cukup besar. Dari kesuksesan dan keuntungan yang di dapat dari PAB TK ini, maka melahirkan unit baru dalam BUMDES. Yaitu Usaha Kredit Mikro Tirta Kencana (UKM TK). b. Usaha Kredit Mikro Tirta Kencana (UKM TK) Dengan semakin berkembangnya PAB TK, maka mengilhami lahirnya unit baru BUMDES yaitu Usaha Kredit Mikro Tirta Kencana (UKM TK). UKM TK yang sebelumnya bernama koperasi tirta kencana merupakan unit usaha BUMDES Karangrejek. UKM ini bertujuan untuk menumbuhkan dan mengembangkan usaha dalam rangka membangun perekonomian desa berdasarkan demokrasi ekonomi yang berkeadilan. UKM ini menyediakan dana kepada masyarakat Desa Karangrejek untuk membantu perekonomian mereka. Langkah dalam pembentukan koperasi ini sebenarnya telah ada sejak tahun 2005 yaitu dengan mendirikan LKD (Lembaga Kridit Desa). Permodalan UKM didapat dari menyatukan modal hibah dari pemerintah yaitu 1) IDT. 2) UED, UED SP 3) Asetdari LPMD sendiri (Dana BANDES) 4) Perguliranprogram-programDirjen Cipta Karya, DEP PU PPKL 5) PAMDES PAB TK

24 Tabel 2.Sumber Modal UKM Ket s/d Jumlah UED UED SP IDT Pengembangan Pengembangan PPKL (PU) PAB TK Pemkab PH III Jumlah Sumber: Arsip Desa Karangrejek Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa modal terbesar diperoleh dari PAB TK. Ini membuktikan bahwa pemanfaatan keuntungan dari PAB TK benar-benar dimanfaatkan untuk masyarakat Desa Karangrejek dengan sebagian pendapatannya dialokasikan untuk modal membentuk Usaha Kredit Mikro (UKM) bagi masyarakat Desa Karangrejek. Berikut awal mula pembentukan UKM sebagai alat bantu bagi masyarakat desa dalam modal usaha yang dinyatakan oleh Ibu Suwarni, Ketua unit BUMDES UKM: Sebenarnya awal mula dibentuk UKM ini adalah ditujukan kepada pedagang sayur, dengan tujuan untuk menanggulangi

25 para pedagang sayur yang modalnya kecil. Dengan adanya UKM ini maka diharapkan bisa membantu pedagang sayur dalam hal permodalannya. Akan tetapi pada akhirnya UKM ini tidak hanya dinikmati oleh pedagang sayur saja, melainkan seluruh masyarakat Desa Karangrejek yang membutuhkan pinjamanmelihat masih banyak masyarakat desa yang kurang mampu. Dengan adanya UKM ini, masyarakat sangat terbantu dalam memenuhi kebutuhan mereka. Dalam pinjaman bunga yang dikenakan sangat kecil yaitu 18% per tahun yang berarti setiap bulannya dikenakan 1,5%, selain itu pinjaman tidak disertai dengan agunan atau jaminan karena kita masih sangat memperhatikan rasa sosial. Dalam peminjaman tidak ada maksimal dan minimalnya, UKM mengeluarkan uang tergantung situasi dan kondisi keuangan UKM. Jika keuangan di UKM terdapat 10 juta maka bisa dicairkan, tetapi juga melihat karakter nasabah yang mau meminjam, misalnya nasabah yang sudah sering meminjam dan mengangsur atau mengembalikannya dengan tertib dan tepat waktu. Apabila terdapat nasabah yang sulit untuk mengembalikan pinjaman, maka UKM beserta kepala desa dibantu dengan kepala dukuh akan memanggil nasabah tersebut dan akan ditanya, apabila benar-benar tidak mampu menurut keadaan yang ada maka akan dibantu hal pengembalian modal... (wawancara tanggal 11 Juni 2013) Peran lembaga di sebuah desa sangat penting untuk membantu kebutuhan masyarakat. Keberadaan lembaga simpan pinjam seperti UKM ini memiliki fungsi yang mampu memberikan energi sosial yaitu sebuah kerjasama diantara segenap komponen, kerja sama mutlak dibutuhkan dalam kelembagaan yang mengarah pada pembangunan. Kerja sama antara seluruh elemen menjadi sebuah keharusan. Tidak hanya bagi pengurus UKM tetapi bagi seluruh masyarakat desa untuk bekerjasama dalam mematuhi ketentuanketentuan yang ada dalam UKM. Dengan hadirnya UKM sebagai unit dari BUMDES yang, maka dapat menunjang ekonomi masyarakat yang lebih baik.

26 c. Jasa Pengelolaan Usaha Desa (JPUD) Jasa Pengelolaan Usaha Desa (JPUD) ini baru berjalan efektif dari tahun 2012 pada pertengahan bulan Oktober.Awal mula pembentukan JPUD ini karena adanya inisiatif dari Kerpala Desa yang melihat adanya peluang usaha baru yang dapat dikemas guna menjadi sebuah tambahan pendapatan baru bagi BUMDES. Berikut wawanvara peneliti dengan Kepala Desa Karangrejek, Bapak Kasi pada tanggal 8 Juni 2013): melihat adanya prospek yang bagus dan menguntungkan yang dapat memberi kontribusi kepada pendapatan desa. Saya membentuk Jasa Pengelolaan Usaha Desa atau JPUD, setelah terbentuk pengelolanya kemudian dilaksanakan pertama pada bulan Oktober Sebelumnya kegiatan ini belum berbentuk unit, tetapi masih dikelola panitia-panitia yang ditunjuk, selain itu juga tidak menimbulkan pendapatan. JPUD ini berbentuk seperti event organizer (EO), yaitu pengelola membentuk semacam acara yang diperuntukkan kepada tamu-tamu yang datang ke Desa Karangrejek. Tamu-tamu tersebut wajib memberikan kontribusi berupa uang kepada pengelola, yang nantinya digunakan untuk menyambut kedatangan mereka. Besar kecilnya biaya yang diminta tergantung pada permintaan tamu, ingin dibuat seperti apa acaranya. Tamu-tamu yang disebut disini adalah yang datang untuk belejar menegenai keberhasilan BUMDES Karangrejek... Dari hasil laporan pertanggungjawaban pada akhir Desember 2012, ternyata JPUD ini telah menghasilkan pemasukan sebesar 21 juta. Melihat semakin banyaknya peluang untuk menambah pemasukan, pemerintah desa kemudian merencanakan pembangunan rest area. Rencana pembangunan rest area ini muncul karena Desa Karangrejek merupakan jalur pariwisata yang dilewati wisatawan yang akan menuju ke pantai di Gunung Kidul. Pemerintah desa

27 mengharapkan dengan adanya rest area ini dapat menimbulkan pelaku-pelaku usaha baru dari masyarakat Desa Karangrejek dengan berjualan berbagai makanan atau oleh-oleh di rest area tersebut sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat desa. 4. Dampak BUMDESbagi Kesejahteraan masyarakat Desa Karangrejek Dampak kebijakan publik merupakan sebuah studi evaluasi terhadap suatu kebijakan pemerintah yang sudah diimplementasikan kepada sasaran kebijakan.dalam setiap kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah pasti memiliki tujuan-tujuan. Dengan adanya kebijakan yang dikeluarkan diharapkan akan membuat keadaan masyarakat menjadi lebih baik. Setiap kebijakan pasti menimbulkan suatu dampak bagi sasaran kebijakan. Begitu pun dengan kebijakan BUMDES bagi kesejahteraan masyarakat di Desa Karangrejek Kecamatan Wonosari Kabupaten Gunung Kidul. Dampak yang ditimbulkan dari kebijakan dapat diketahui dengan cara mengevaluasi kebijakan tersebut setelah diimplementasikan. Evaluasi dampak dalam penelitian ini menggunakan jenis studi evaluasi yang dikemukakan oleh Finsterbusch dan Motz (dalam Wibawa, 1994: 74) yaitu menggunakan single program before after. Dimana evaluator hanya menggunakan kelompok eksperimen yaitu kelompok yang dikenai kebijakan untuk memperoleh data dari evaluasi dampak kebijakan ini. Dalam menggunakan jenis evaluasi single program before after ini untuk memperoleh data mengenai keadaan masyarakat sebelum dan setelah adanya BUMDES.

28 Kebijakan BUMDES ini dikeluarkan dengan tujuan salah satunya adalah untuk mensejahterakan masyarakat desa. Bentuk dari BUMDES ini adalah suatu lembaga ekonomi yang dikelola seluruhnya oleh masyarakat desa. Dengan kebijakan ini, diharapkan dapat member dampak di bidang ekonomi, kesehatan, dan pembangunan yang berorientasi pada masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari kondisi masyarakat sebelum diimplementasikannya BUMDES dan kondisi masyarakat setelah diimplementasikan BUMDES. Munculnya dampak-dampak yang terjadi setelah diimplementasikan BUMDESdapat dicari tahu apakah masyarakatnya mampu memanfaatkannya dengan baik sehingga menjadikan kondisi mereka lebih baik. Selain itu juga dilihat apakah pemerintah desa beserta pengelola BUMDESmempunyai langkah antisipatif untuk mengatasi dampak negatif yang mungkin akan muncul. a. Dampak ekonomi Kondisi masyarakat Desa Karangrejek sebelum diterapkannya BUMDES jauh dari sejahtera, kemiskinan masih sangat terlihat. Dengan angka kemiskinan yang tinggi yaitu yaitu mencapai 68,8% pada tahun 1993 sehingga menjadikan Desa Karangrejek ditetapkan sebagai desa IDT. Dari tahun ke tahun masalah kemiskinan belum bisa dipecahkan juga, walaupun tingkat kemiskinan menurun tetapi belum semua masyarakat merasakan kesejahteraan. Setelah adanya

29 kebijakan BUMDES dan diterapkan di Desa Karangrejek, kondisi masyarakat mulai ada perubahan. Sebelum adanya BUMDES kondisi masyarakat desa yang sebagian besar adalah bermatapencaharian petani tidak dapat bekerja lagi selama musim kemarau tiba, karena sulitnya memperoleh air. Hal ini menyebabkan pengangguran bertambah, dan pendapatan bagi petani pun berkurang. Setelah pemerintah desa mempelajari dan menerapkan kebijakan BUMDES, akhirnya masyarakat terkena dampak positifnya. Pembentukan BUMDES Karangrejek ini dimulai dari pendirian unit usaha pengelolaan air bersih yang diberi nama Tirta Kencana (PAB TK). Pendirian PAB T K ini bertujuan untuk menyediakan air bagi masyarakat desa yang selama ini kesulitan mendapatkan air bersih untuk kebutuhan ekonomi mereka. Akan tetapi setelah munculnya PAB TK kondisi masyarakat kian berubah menjadi lebih baik, sesuai dengan pernyataan Bapak Kasdi, Kepala Desa Karangrejek: Dengan adanya PAB TK ini, pengangguran di Desa Karangrejek berkurang. Hal ini dikarenakan kebutuhan air untuk persawahan tercukupi, petani sekarang mudah mendapatkan air untuk mengairi sawahnya. Begitupun dengan peternak sapi dan kambing. Mereka bisa terus bekerja mengolah sawah dan ternak mereka sehingga mnyebabkan perolehan pendapatan yang stabil dan cenderung meningkat bagi mereka untuk mencukupi ekonomi keluarganya. Hal ini juga menimbulkan peningkatan banyaknya warga yang berpencaharian sebagai petani dan peternak. Tidak hanya di bidang persawahan dan peternakan ya, usaha perikanan pun tercipta dan setiap tahun terus meningkat, sampai sekarang sudah terdapat 60% warga mempunyai usaha perikanan. Tidak hanya itu, dengan adanya BUMDES, banyak tercipta juga

30 home industry seperti usaha tahu, tempe, toge, dan usaha pengelolaan makanan dan minuman. Banyak juga masyarakat yang terserap tenaganya untuk bekerja di home industry tersebut... (wawancara tanggal 8 juni 2013) Dengan demikian pengembangan BUMDES di pedesaan telah membuka peluang usaha bagi masyarakat yang mampu untuk menerima memanfaatkan peluang usaha tersebut. Dengan adanya unit usaha PAB TK, mata pencaharian masyarakat tempatan tidak lagi terbatas pada sektor primer yaitu petani dalam memenuhi kebutuhan keluarganya, tetapi telah memperluas ruang gerak usahanya pada sektor tertier. Suatu peluang usaha akan menjadi sumber pendapatan yang memberikan tambahan penghasilan kepada masyarakat jika mampu menangkap peluang usaha yang potensial dikembangkan menjadi suatu kegiatan usaha yang nyata. Dengan demikian kemampuan masyarakat memanfaatkan peluang yang ada akan dipengaruhi oleh kemampuan masyarakat dalam menangkap peluang itu sendiri. Selain itu kemampuan mengorganisir sumberdaya yang dimiliki sedemikian rupa sehingga peluang yang potensial menjadi usaha yang secara aktual dapat dioperasionalkan. Walaupun tidak semua kegiatan BUMDES menyerap tenaga kerja dari masyarakat tetapi masyarakat harus pintarmenimbulkan sumber-sumber pendapatan bagi mereka. Kebijaksanaan pemerintah desa dan kemampuan masyarakat dalam memperoleh manfaat dari adanya pembangunan BUMDES sangat

31 berpengaruh. Hal ini akan menentukan variasi sumber-sumber pendapatan yang muncul kemudian. PAB TK memberi dampak munculnya para pelaku usaha baru. Timbulnya usaha-usaha baru yang dikelola oleh masyarakat. Kegiatan usaha tersebut pada dasarnya merupakan upaya pemanfaatan peluang usaha yang tercipta sebagai akibat adanya mobilitas penduduk, baik yang terpengaruh secara langsung maupun sebagai akibat usaha yang tercipta oleh adanya pengaruh tidak langsung dari pembangunan. Misalnya industry rumah tangga (home industry) seperti tahu, tempe, toge yang pengelolaanya membutuhkan banyak air. Oleh karena itu sebagian besar masyarakat Desa Karangrejek sekarang memiliki home industry, bahkan menjadi pemasok terbesar tahu, tempe, toge di pasar Hargosari. Selain itu juga menimbulkan pelaku usaha baru di bidang pengolahan makanan dan minuman seperti susu kedelai, jamu, jamur, dan sebagainya. Hal tersebut menyebabkan peningkatan pendapatan bagi masyarakat. Beberapa masyarakat yang sebelum adanya BUMDES menganggur kini mempunyai usaha di rumah (home industry)yang terus meningkat. Masyarakat yang tidak mempunyai modal besar untuk menciptakan usaha juga terserap tenaganya dalam membantu usaha-usaha home industry tersebut. Karena dari hasil wawancara dengan Kepala Desa Karangrejek, pada tahun 2011 sampai tahun 2012 sebanyak lebih dari 800 pekerja kini terdapat pada home industry.

32 Dengan demikian pengannguran di Desa Karangrejek jauh berkurang, dan ekonomi meningkat. Berikut data tingkat pengangguran yang di dapat dari hasil wawancara peneliti dengan kepala desa, data yang di dapat dari tahun 2008 sampai 2011: Tabel 3.Tingkat Pengangguran tahun No Usia Jumlah (jiwa) Angkatan Kerja Usia tahun Usia tahun yang bekerja penuh Sumber: arsip Desa Karangrejek Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa pekerja dari tahun 2008 ke tahun 2011 meningkat. Kegiatan pembangunan PAB TK telah menimbulkan mobilitas penduduk yang tinggi. Akibatnya di daerahdaerah sekitar pembangunan muncul pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru yang menyebabkan pengangguran berkurang. Data yang diperoleh hanya dari tahun 2008 hingga 2011 karena belum selesainya pendataan yang terjadi di tahun Unit-unit usaha di BUMDES belum semua berjalan dengan efektif. Akan tetapi pemerintah desa beserta pengelola BUMDES berupaya memaksimalkan kinerja unit-unit tersebut sehingga dapat menambah kontribusi bagi kestabilan perekonomian di Desa Karangrejek. misalnya dengan rest area yang akan menyediakan tempat bagi masyarakat desa untuk berjualan. Program tersebut baru akan dibangun pada pertengahan tahun Diharapkan dengan

33 adanya unit baru ini bisa lebih meningkatkan pendapatan warga dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Berikut tabel tingkat kesejahteraan masyarakat dari tahun 2008 sampai 2011: Tabel 4. Tingkat kesejahteraan masyarakat tahun No Kesejahteraan Jumlah (keluarga) Keluarga Prasejahtera Keluarga Sejahtera Keluarga Sejahtera Keluarga Sejahtera Keluarga Sejahtera 3 Plus Sumber: Arsip Desa Dari data di atas diketahui di semua tingkat sejahtera mengalami kenaikan ini membuktikan pemerintah desa,pengelola BUMDES beserta masyarakatnya telah berhasil dalam memanfaatkan programbumdes dengan melihat potensi desa. Data yang diperoleh hanya dari tahun 2008 sampai 2011 karena belum selesainya pendataan di tahun Peningkatan kesejahteraan masyarakat ini ternyata belum merata. Diketahui dari hasil pengamatan dan wawancara terhadap beberapa masyarakat desa yang masih kekurangan. Hal ini disebabkan karena faktor usia dan pendidikan yang kurang sehingga mereka tidak dapat memanfaatkan BUMDES dengan baik. Selain dari unit usaha PAB TK, dari unit UKM pun memberi dampak bagi masyarakat, misalnya para pelaku usaha kecil bisa meminjam dana kepada UKM sebagai modal. Pinjaman tersebut tidak dikenai bunga yang tinggi, sehingga pengusaha kecil akan terhindar

34 dari suku bunga yang tinggi dan terhindar dari rentenir. Beberapa masyarakat menilai bahwa BUMDES ini akan menimbulkan perilaku bisnis bagi pengelolanya, tetapi hal tersebut tidak terjadi karena setiap bulan terdapat pertemuan pengelola dan mereka akan mempublikasikan laporan pertanggungjawaban BUMDES tersebut dengan sangat transparan ke seluruh masyarakat melalui pertemuan rutin di setiap padukuhan. b. Dampak di Bidang Kesehatan Selain masalah kebutuhan air untuk pertanian, kebutuhan air untuk minum juga sangat kurang sehingga untuk kebutuhan pemenuhan air bersih, masyarakat mendapatkan dengan cara membuat kubangan ditepi sungai (membuat belik) dengan dipikul melalui jalan yang sangat terjal yang jaraknya m sampai dengan m. Kemudian untuk mandi dan cuci termasuk mandi hewan, seluruhnya menjadi satu di tepi sungai tersebut. Air merupakan salah satu kebutuhan material yang mutlak harus terpenuhi. Jika tidak ada air, kesehatan manusia akan terganggu dan mereka tidak bisa bertahan hidup. Hal tersebut tentunya akan mengakibatkan kesehatan masyarakat terancam. Pada saat sebelum adanya BUMDES hal tersebut sudah menjadi pemandangan yang sudah biasa di Desa Karangrejek, tetapi sekarang sudah tidak terlihat. Selain itu masyarakat yang beternak juga mengalami hal yang sama, hewan ternak juga membutuhkan banyak air dan rumput. Rumput tidak akan

35 tumbuh jika tidak ada air. Akibatnya hewan ternak mereka mengalami kekurangan gizi sehingga menyebabkan tidak bertumbuhnya hewan tersebut bahkan bisa menyebabkan kematian. Melalui BUMDES dengan unit usaha PAB TK, masyarakat yang sebelum adanya BUMDES mengalami kekeringan dan kekurangan air bersih sekarang kebutuhan air telah tercukupi bahkan melimpah. Tidak ada lagi masyarakat yang rela berjalan kaki jauh untuk mendapatkan air. Pada musim kemarau panjang pun, masyarakat tetap masih bisa mendapatkan air. Air tetap mengalir di rumah mereka. Kebutuhan untuk minum, memasak, mandi pun sudah tercukupi. Hewan ternak pun tidak lagi mengalami gizi buruk akibat kekurangan air dan langkanya rumput. c. Dampak terhadap pembangunan lingkunganpemukiman berbasis masyarakat ( sarana dan prasarana untuk masyarakat) Secara tidak langsung, masyarakat akan merasakan dampak dari pembangunan lingkungan pemukiman di pedesaan yang berasal dari dana BUMDES yang 20% dari keuntungannya dialokasikan kepada pendapatan desa. Melalui dana inilah sarana dan prasarana di pedesaan bisa dibangun. Pembangunan ini tentunya diorientasikan kepada masyarakat desa. Pembangunan terlebih dahulu dilakukan dengan perencanaan di tingkat padukuhah dengan musyawarah seluruh warga padukuhan, lalu kemudian disampaikan kepada pemerintah desa. Pembangunan ini

36 adalah penyedianan dan perbaikan sarana dan prasarana untuk masyarakat, yaitu pembangunan pengaspalan jalan desa, drainase, pagar pekarangan, gapura pintu masuk, gardu ronda, sanitasi, pembangunan jaringan air bersih, pembangunan balai padukuhan dan balai desa. Pembangunan tersebut benar-benar untuk memfalisitasi keperluan masyarakat dalam menjalankan kegiatan mereka. B. Pembahasan Pembangunan merupakan usaha perubahan untuk menuju keadaan yang lebih baik. Salah satu misi pemerintah dalam mewujudkan pembangunan yang lebih baik bagi negara adalah melalui pembangunan pedesaan. Pembangunan desa memegang peranan penting yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan pada hakikatnya bersinergi terhadap pembangunan daerah dan nasional. Dengan kata lain, sesungguhnya makna pembangunan negara dan bangsa adalah pembangunan desa sebagai wajah yang nyata, bersifat lokalitas dan patut dikedepankan. Membangun daerah pedesaan dapat dicapai melalui pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan produktivitas dan keanekaragaman usaha pedesaan, ketersediaan sarana dan fasilitas untuk mendukung ekonomi pedesaan, membangun dan memperkuat institusi yang mendukung rantai produksi dan pemasaran, serta mengoptimalkan sumber daya sebagai dasar pertumbuhan ekonomi pedesaan. Tujuannya adalah untuk memberi peluang bagi kemampuan daerah dan pedesaan sebagai tulang punggung ekonomi regional dan nasional. Wujud dari pembangunan desa adalah

37 adanya berbagai program dan proyek pembangunan yang bertujuan menciptakan kemajuan desa. Dengan demikian, program dan proyek itu tidak hanya untuk mencapai kemajuan fisik saja, tetapi juga meningkatkan kemampuan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat sangat erat kaitannya dengan partisipasi masyarakat desa guna kelancaran dalam proses pembangunan serta adanya ketepatan sasaran tujuan pembangunan. Keterlibatan masyarakat akan terlihat dari inisiatif masyarakat dalam pembangunan baik dalam bentuk pikiran, tenaga, maupun bantuan moril. Dalam usaha memberdayakan masyarakat dalam proses pembangunan desa, pemerintah perlu membentuk sebuah lembaga yang menjadi wadah bagi kegiatan masyarakat tersebut. Kelembagaan sebagai organisasi biasanya merujuk pada lembagalembaga formal seperti departemen dalam pemerintah, koperasi, bank dan sebagainya. Keberadaan lembaga di pedesaan memiliki fungsi yang mampu memberikan energi sosial yaitu sebuah kerjasama diantara segenap komponen, karena kerja sama mutlak dibutuhkan dalam kelembagaan yang mengarah pada pembangunan. Kerja sama antara seluruh elemen ini menjadi sebuah keharusan. Hal ini merupakan kekuatan internal masyarakat dalam mengatasi masalah-masalah mereka sendiri. Peran kelembagaan sangat penting dalam mengatur sumberdaya dan distribusi manfaat, untuk itu unsur kelembagaan perlu diperhatikan dalam upaya peningkatan potensi desa guna menunjang pembangunan desa.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 05 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

BUPATI LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 05 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA BUPATI LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 05 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAHAT, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan pada hakekatnya bertujuan membangun kemandirian,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan pada hakekatnya bertujuan membangun kemandirian, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan pada hakekatnya bertujuan membangun kemandirian, termasuk pembangunan pedesaan. Salah satu misi pemerintah adalah membangun daerah pedesaan yang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 02 Tahun : 2008 Seri : E Menimbang PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 817 TAHUN : 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

TINJAUAN PROGRAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA DESA POLA IMBAL SWADAYA

TINJAUAN PROGRAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA DESA POLA IMBAL SWADAYA TINJAUAN PROGRAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA DESA POLA IMBAL SWADAYA Deskripsi Kegiatan. Menurut Pemerintah Kabupaten Bogor pembangunan merupakan suatu proses perubahan untuk menuju ke arah yang lebih

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 34 TAHUN 2007 PERATURAN BUPATI CIREBON

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 34 TAHUN 2007 PERATURAN BUPATI CIREBON BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 34 TAHUN 2007 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 32 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) BUPATI CIREBON Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 18 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDES) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BARRU TAHUN 2011 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARRU NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BARRU TAHUN 2011 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARRU NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BARRU TAHUN 2011 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARRU NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 48 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN, TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 48 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN, TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 48 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN, TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 15 Tahun : 2008 Seri : E

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 15 Tahun : 2008 Seri : E BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 15 Tahun : 2008 Seri : E PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN ANGGARAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

PROVINSI KALIMANTAN TENGAH BUPATI KATINGAN PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI KALIMANTAN TENGAH BUPATI KATINGAN PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH BUPATI KATINGAN PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PEMBENTUKAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BURU,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BURU, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BURU, Menimbang : a. bahwa dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2017

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2017 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2017 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

Lebih terperinci

11 LEMBARAN DAERAH Oktober KABUPATEN LAMONGAN 17/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG

11 LEMBARAN DAERAH Oktober KABUPATEN LAMONGAN 17/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG 11 LEMBARAN DAERAH Oktober KABUPATEN LAMONGAN 17/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

[PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 5 TAHUN 2007]

[PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 5 TAHUN 2007] Pemerintah Kabupaten Bima [PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 5 TAHUN 2007] Tata Cara Pembentukan dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Bagian Hukum Setda Bima 2007 1 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 12 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 12 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 12 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG. PEDOMAN PENDIRIAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG. PEDOMAN PENDIRIAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENDIRIAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU TAHUN

Lebih terperinci

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 81 (1)

Lebih terperinci

Penutup. elemen desa, baik pemerintah desa, ataupun masyarakat dengan tujuan mampun

Penutup. elemen desa, baik pemerintah desa, ataupun masyarakat dengan tujuan mampun Penutup Praktik pemberdayaan masyarakat di Indonesia dewasa ini dapat ditemukan dalam Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang telah diatur dalam ketentuan perundang-undangan. Eksistensi BUMDes secara ideal

Lebih terperinci

PERATURAN DESA CABAK NOMOR 04 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUM DESA)

PERATURAN DESA CABAK NOMOR 04 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUM DESA) PERATURAN DESA CABAK NOMOR 04 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUM DESA) KECAMATAN TLOGOWUNGU KABUPATEN PATI TAHUN 2016 PERATURAN DESA CABAK NOMOR 04 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA, Menimbang : a. bahwa sesuai amanat

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR TAHUN 2010 NOMOR 3 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR NOMOR : 3 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR TAHUN 2010 NOMOR 3 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR NOMOR : 3 TAHUN 2010 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR TAHUN 2010 NOMOR 3 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR NOMOR : 3 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) DENGAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DI KABUPATEN MURUNG RAYA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN 8.1. Rekomendasi Kebijakan Umum Rekomendasi kebijakan dalam rangka memperkuat pembangunan perdesaan di Kabupaten Bogor adalah: 1. Pengembangan Usaha Ekonomi Masyarakat, adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan otonomi daerah berdampak pada pergeseran sistem pemerintahan dari sistem sentralisasi ke sistem desentralisasi, yaitu dari pemerintah pusat kepada

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sektor pertanian sampai saat ini telah banyak dilakukan di Indonesia. Selain sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan pendapatan petani, sektor pertanian

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG. TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes)

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG. TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BUOL

PEMERINTAH KABUPATEN BUOL PEMERINTAH KABUPATEN BUOL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUOL NOMOR 14 TAHUN 2008 T E N T A N G PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 07 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 07 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 07 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN MEKANISME PENYUSUNAN PERATURAN DESA, SUMBER PENDAPATAN DESA, KERJA SAMA DESA, LEMBAGA ADAT, LEMBAGA KEMASAYARATAN DAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 5 TAHUN 2011

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 5 TAHUN 2011 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT Nomor 5 Tahun 2011 Seri E Nomor 5 Tahun 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA ( BUMDes ) DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIANJUR NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIANJUR NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIANJUR NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIANJUR, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 4 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 4 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 4 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU 1 PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA (BUMdes) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAPUAS HULU, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR Rancangan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BONDOWOSO, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa keberadaan Lembaga Kemasyarakatan Desa dalam

Lebih terperinci

PEMERINTAH DESA BATUJAJAR BARAT KECAMATAN BATUJAJAR KABUPATEN BANDUNG BARAT JL. Desa NO : 11 DESA BATUJAJAR BARAT KECAMATAN BATUJAJAR

PEMERINTAH DESA BATUJAJAR BARAT KECAMATAN BATUJAJAR KABUPATEN BANDUNG BARAT JL. Desa NO : 11 DESA BATUJAJAR BARAT KECAMATAN BATUJAJAR PERATURAN DESA BATUJAJAR BARAT NOMOR 02 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) TAHUN 2017 PEMERINTAH DESA BATUJAJAR BARAT KECAMATAN BATUJAJAR KABUPATEN BANDUNG BARAT

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 4 Tahun : 2006 Seri : E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 4 Tahun : 2006 Seri : E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 4 Tahun : 2006 Seri : E PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 21 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 1 2014 No.03,2014 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL Bagian Pemerintahan Desa Setda Kab.Bantul; Pembentukan, Pengelolaan, Badan Usaha Milik Desa PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR (AD) BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) DESA TEGALMULYO KECAMATAN KEMALANG KABUPATEN KLATEN PENDAHULUAN

ANGGARAN DASAR (AD) BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) DESA TEGALMULYO KECAMATAN KEMALANG KABUPATEN KLATEN PENDAHULUAN ANGGARAN DASAR (AD) BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) KECAMATAN KEMALANG KABUPATEN KLATEN PENDAHULUAN Organisasi ekonomi perdesaan menjadi bagian penting sekaligus masih menjadi titik lemah dalam rangka

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI UTARA, Menimbang :

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG. BADAN USAHA MILIK DESA ( BUMDes ) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG. BADAN USAHA MILIK DESA ( BUMDes ) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA ( BUMDes ) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR : 01 TAHUN PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA (APBDes) TAHUN ANGGARAN 2013

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR : 01 TAHUN PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA (APBDes) TAHUN ANGGARAN 2013 BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR : 01 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA (APBDes) TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BIMA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDES) Sejarah Singkat Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)

BAB IV GAMBARAN UMUM BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDES) Sejarah Singkat Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) 54 BAB IV GAMBARAN UMUM BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDES) IV.1 Sejarah Singkat Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Sejarah BUMDes di Provinsi Riau tidak terlepas dari keberadaan Program Pemberdayaan Desa (PPD),

Lebih terperinci

PERATURAN DESA DEMPET KECAMATAN DEMPET KABUPATEN DEMAK NOMOR : 03 TAHUN 2012

PERATURAN DESA DEMPET KECAMATAN DEMPET KABUPATEN DEMAK NOMOR : 03 TAHUN 2012 PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK KECAMATAN DEMPET DESA DEMPET Jln. Raya Dempet Gajah Nomor. 22 Dempet Kode Pos. 59573 PERATURAN DESA DEMPET KECAMATAN DEMPET KABUPATEN DEMAK NOMOR : 03 TAHUN 2012 T E N T A N

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG. PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG. PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa: 1. BUMDES Karangrejek telah berhasil memberi dampak yang positif bagi peningkatan perekonomian desa dan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEUANGAN DESA DAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEUANGAN DESA DAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEUANGAN DESA DAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULELENG, Menimbang : a. bahwa pengelolaan keuangan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 1 2016 No.03,2016 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL Bagian Pemerintahan Desa Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul. KEKAYAAN DESA. KEUANGAN DESA. Badan Usaha, Milik, Desa. ( Penjelasan ada dalam Tambahan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DESA 21 Desember 2012 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C 2/C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI FLORES TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA

BUPATI FLORES TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA SALINAN BUPATI FLORES TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI FLORES TIMUR,

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG PENGEMBANGAN KOMUNITAS

LATAR BELAKANG PENGEMBANGAN KOMUNITAS LATAR BELAKANG PENGEMBANGAN KOMUNITAS Pada kegiatan Praktek Lapangan 2 yang telah dilakukan di Desa Tonjong, penulis telah mengevaluasi program atau proyek pengembangan masyarakat/ komunitas yang ada di

Lebih terperinci

PERATURAN DESA PURO KECAMATAN KARANGMALANG KABUPATEN SRAGEN NOMOR 7 TAHUN 2016

PERATURAN DESA PURO KECAMATAN KARANGMALANG KABUPATEN SRAGEN NOMOR 7 TAHUN 2016 PERATURAN DESA PURO KECAMATAN KARANGMALANG KABUPATEN SRAGEN NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) KENCANA MUKTI DESA PURO KECAMATAN KARANGMALANG KABUPATEN SRAGEN DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN DESA ( PERDES ) NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes)

PERATURAN DESA ( PERDES ) NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) PERATURAN DESA ( PERDES ) NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) DESA PANGGUNGHARJO KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL PERATURAN DESA PANGGUNGHARJO KECAMATAN SEWON KABUPATEN

Lebih terperinci

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR : 01 TAHUN 2011 TENTANG. PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA (APBDes) TAHUN ANGGARAN 2011

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR : 01 TAHUN 2011 TENTANG. PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA (APBDes) TAHUN ANGGARAN 2011 BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR : 01 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA (APBDes) TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BIMA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 6 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 6 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 6 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

BUPATI SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA BUPATI SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pemerataan pembangunan di masyarakat, pemerintah telah menetapkan

BAB I PENDAHULUAN. dan pemerataan pembangunan di masyarakat, pemerintah telah menetapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk meningkatkan aspek demokrasi, partisipasi rakyat, keadilan, dan pemerataan pembangunan di masyarakat, pemerintah telah menetapkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun

Lebih terperinci

BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGELANG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Undang Undang

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG BARAT

BUPATI BANDUNG BARAT Menimbang : a. BUPATI BANDUNG BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG BANTUAN KEUANGAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, Menimbang Mengingat : a. bahwa Desa memiliki hak asal usul

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

Ditetapkan pada tanggal 2 Juni 2008

Ditetapkan pada tanggal 2 Juni 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DESA Ditetapkan pada tanggal 2 Juni 2008 ! Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung keberhasilan pembangunan pertanian yang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN BENGKULU

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Sejarah Perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Sejarah Perusahaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Sejarah Perusahaan Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Cirebon pada awalnya bernama Badan Pengelola Air Minum (BPAM) yang merupakan badan usaha dengan berdasarkan Surat Keputusan

Lebih terperinci

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG PEMELIHARAAN SARANA DAN PRASARANA DESA

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG PEMELIHARAAN SARANA DAN PRASARANA DESA BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG PEMELIHARAAN SARANA DAN PRASARANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN RAKORNIS KOPERASI & UKM, KERJASAMA, PROMOSI DAN INVESTASI SE-KALIMANTAN BARAT

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN RAKORNIS KOPERASI & UKM, KERJASAMA, PROMOSI DAN INVESTASI SE-KALIMANTAN BARAT 1 SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN RAKORNIS KOPERASI & UKM, KERJASAMA, PROMOSI DAN INVESTASI SE-KALIMANTAN BARAT Selasa, 6 Mei 2008 Jam 09.00 WIB Di Hotel Orchard Pontianak Selamat

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO

PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO,

Lebih terperinci

BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA

BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2006 NOMOR : 9 SERI : E.6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 9 TAHUN 2006 TENTANG KEUANGAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2006 NOMOR : 9 SERI : E.6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 9 TAHUN 2006 TENTANG KEUANGAN DESA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2006 NOMOR : 9 SERI : E.6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 9 TAHUN 2006 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI TENGAH, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TABALONG KECAMATAN TANTA KANTOR DESA WARUKIN Jln. Penghulu Soegeng-Warukin, Kec. Tanta, Kab. TabalongKode Pos 71561

PEMERINTAH KABUPATEN TABALONG KECAMATAN TANTA KANTOR DESA WARUKIN Jln. Penghulu Soegeng-Warukin, Kec. Tanta, Kab. TabalongKode Pos 71561 PEMERINTAH KABUPATEN TABALONG KECAMATAN TANTA KANTOR DESA WARUKIN Jln. Penghulu Soegeng-Warukin, Kec. Tanta, Kab. TabalongKode Pos 71561 PERATURAN DESA (PERDES) NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang :

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR : 2 TAHUN 2008 SERI : D NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang : a. bahwa irigasi mempunyai peranan

Lebih terperinci

BAB III PENGELOLAAN KEUANGAN DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III PENGELOLAAN KEUANGAN DAN KERANGKA PENDANAAN BAB III PENGELOLAAN KEUANGAN DAN KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Perkembangan kinerja keuangan pemerintah daerah tidak terlepas dari batasan pengelolaan keuangan daerah sebagaimana

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 21 TAHUN 2006 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 21 TAHUN 2006 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 21 TAHUN 2006 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. bahwa dalam upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMALANG, Menimbang : a. bahwa peran sektor pertanian

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN : 2013 NOMOR : 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN : 2013 NOMOR : 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN : 2013 NOMOR : 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEMBANGUNAN BERBASIS PEMBERDAYAAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kondisi perekonomian Kota Ambon sepanjang Tahun 2012, turut dipengaruhi oleh kondisi perekenomian

Lebih terperinci

PERATURAN DESA MEKARJAYA KECAMATAN CILELES KABUPATEN LEBAK NOMOR : 02 TAHUN 2016 TENTANG. PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes)

PERATURAN DESA MEKARJAYA KECAMATAN CILELES KABUPATEN LEBAK NOMOR : 02 TAHUN 2016 TENTANG. PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) PERATURAN DESA MEKARJAYA KECAMATAN CILELES KABUPATEN LEBAK NOMOR : 02 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA MEKARJAYA Menimbang :

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menyelenggarakan otonomi,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2015 BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA

BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANGANDARAN, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lembaga Kemasyarakatan Menurut Selo Soemarjan (1964), istilah lembaga kemasyarakatan sebagai terjemahan dari Social Institution, istilah lembaga kecuali menunjukkan kepada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu kebutuhan dasar manusia sebagai makhluk hidup adalah kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Salah satu kebutuhan dasar manusia sebagai makhluk hidup adalah kebutuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu kebutuhan dasar manusia sebagai makhluk hidup adalah kebutuhan akan pangan, sehingga kecukupan pangan bagi setiap orang setiap waktu merupakan hak asasi yang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 827 Tahun : 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG, Menimbang

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci