ANALISIS BEBAN KERJA, KELUHAN MUSKULOSKELETAL, DAN KELELAHAN UNTUK MENENTUKAN KERJA LEMBUR PADA PT. MEGA ANDALAN KALASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS BEBAN KERJA, KELUHAN MUSKULOSKELETAL, DAN KELELAHAN UNTUK MENENTUKAN KERJA LEMBUR PADA PT. MEGA ANDALAN KALASAN"

Transkripsi

1 ANALISIS BEBAN KERJA, KELUHAN MUSKULOSKELETAL, DAN KELELAHAN UNTUK MENENTUKAN KERJA LEMBUR PADA PT. MEGA ANDALAN KALASAN Risma Adelina Simanjuntak, Joko Susetyo, Fitri Astiwahyuni Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri Institus Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta ABSTRACT PT. Mega Andalan Kalasan is a company in Yogyakarta which focuses on hospital equipment products. Quality and on time fulfillment of customer needs continue to be improved. One of the efforts made by the company is implementing additional overtime. Employees have the lack of expertise that could be overtime effect employee work load, musculoskeletal disorders, and fatigue. This study analyzed work load, musculoskeletal disorders, and fatigue using pulse method, Nordic Body Map, Bourdon Wiersma Test, and Subjective Self Rating Test. Measurements were taken before work, before the break, and after work. Based on the results of this study obtained and average Body Mass Index included in the normal category. Pulse measurement results there is a difference between the three conditions (F count = ). The measurement results of Nordic Body Map there is a difference fatigue between before work and after work (F count = 6.789). The measurement results of Bourdon Wiersma Test there is no speed difference between the three conditions (F count = 0.117); there is a difference in accuracy between before work and after work (F count = 5.836); there is no difference between the three conditions of the constancy (F count = 0.842). The measurement results of Subjective Self Rating Test there isn t difference between the three conditions (F count = 0.812). The addition of overtime permissible, adjusted duration needs of the company and not to exceed the provisions of the Law of Republic of Indonesia. Keywords: Work Load, Musculoskeletal Disorders, Fatigue, Pulse, Nordic Body Map, Bourdon Wiersma Test, Subjective Self Rating Test, Overtime INTISARI PT. Mega Andalan Kalasan (MAK) adalah perusahaan di Yogyakarta yang fokus pada produk perlengkapan rumah sakit. Kualitas dan waktu pemenuhan kebutuhan pelanggan terus ditingkatkan. Salah satu upaya yang dilakukan oleh adalah mengimplementasikan kerja lembur. Karyawan memiliki keterbatasan kemampuan sehingga bisa saja kerja lembur mempengaruhi beban kerja, keluhankelelahan karyawan. Penelitian ini menganalisis beban kerja, keluhan musculoskeletal, dan kelelahan menggunakan metode denyut nadi, Nordic Body Map, Bourdon Wiersma Test, dan Subjective Self Rating Test. Pengukuran dilakukan sebelum bekerja, sebelum istirahat, dan setelah bekerja. Berdasarkan penelitian ini diperoleh hasil rata-rata IMT pekerja termasuk dalam kategori normal. Hasil pengukuran denyut nadi terdapat perbedaan antara ketiga tersebut (F hitung = 51,517). Hasil pengukuran Nordic Body Map terdapat perbedaan kelelahan antara sebelum bekerja dan setelah bekerja (F hitung = 6,789). Hasil pengukuran Bourdon Wiersma Test tidak terdapat perbedaan kecepatan antara ketiga tersebut (F hitung = 0,117); terdapat perbedaan ketelitian antara sebelum bekerja dan setelah bekerja (F hitung = 5,836); tidak terdapat perbedaan konstansi antara ketiga tersebut (F hitung = 0,842). Hasil pengukuran Subjective Self Rating Test tidak terdapat perbedaan antara ketiga tersebut (F hitung = 0,812). Penambahan waktu kerja lembur boleh dilakukan, durasi menyesuaikan kebutuhan perusahaan dan tidak melebihi ketentuan UU Republik Indonesia. Kata kunci: Beban Kerja, Keluhan Musculoskeletal, Kelelahan, Denyut Nadi, Nordic Body Map, Bourdon Wiersma test, Subjective Self Rating Test, Kerja Lembur

2 PENDAHULUAN PT. MAK menjadi salah satu industri yang berkembang di Yogyakarta, khususnya untuk perlengkapan rumah sakit. Sistem continuous improvement diterapkan oleh perusahaan sehingga perusahaan terus menerus melakukan pengembangan diri untuk menjadi perusahaan yang lebih baik dari sebelumnya. Kualitas dan waktu pemenuhan kebutuhan pelanggan terus ditingkatkan untuk dapat memberikan pelayanan yang memuaskan bagi pelanggan. Salah satu upaya yang dilakukan oleh perusahaan untuk dapat memenuhi hal tersebut adalah mengimplementasikan kerja lembur. Kerja lembur tersebut dapat berpengaruh pada perusahaan, sebab perusahaan ini merupakan perusahaan padat karya. Karyawan tetap di perusahaan ini bagi menjadi dua yaitu direct worker yang merupakan operator produksi dan indirect worker yang merupakan staf. Karyawan memiliki kemampuan, kebolehan, dan keterbatasan kemampuan sehingga bisa saja kerja lembur mempengaruhi karyawan. Penilaian berat ringannya beban kerja dapat dilakukan dengan pengukuran denyut nadi. Kepekaan denyut nadi terhadap perubahan pembebanan yang diterima tubuh cukup tinggi (Tarwaka dkk, 2004). Menurut Grandjean (1993) keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang-ulang dan dalam waktu lama dapat menyebabkan keluhan hingga kerusakan muskuloskeletal. Kelelahan menurut Granjean (1993) menunjukkan yang berbeda-beda dari setiap individu, tetapi semuanya bermuara kepada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh. Sigit Tri Sudharman (2011) dalam penelitiannya tentang shift kerja terhadap kelelahan mengungkapkan kelelahan (fatigue) erat kaitannya dengan perasaan sehingga bagi setiap orang bersifat subjektif dan objektif. Berdasarkan latar belakang di atas, ingin mengetahui beban kerja, keluhan muskuloskeletal, dan kelelahan karyawan untuk menentukan kerja lembur boleh dilakukan atau tidak agar kesehatan karyawan tetap terjaga. Beban Kerja Melakukan pekerjaan perlu memperhatikan aplikasi tenaga otot dengan benar agar diperoleh daya otot yang optimal. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, seperti: umur, jenis kelamin, kesehatan fisik dan kemampuan tubuh untuk menyesuaikan dengan lingkungan.salah satu indikator kesehatan seseorang juga dapat diketahui dari status gizi dilihat dari berat dan tinggi badan. Cara untuk mengetahui kesehatan ditinjau dari status gizi berdasarkan berat dan tinggi badan adalah dengan menghitung Indeks Masa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI), yaitu angka yang menunjukkan tingkat perbandingan antara berat badan (dalam satuan kg) dengan nilai kuadrat ukuran tinggi badan (dalam satuan meter 2 ) (Soekirman, 1994). Menurut Tarwaka dkk (2004) pengukuran denyut jantung kerja merupakan suatu metode untuk menilai cardiovascular strain. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menghitung denyut nadi adalah metode 10 denyut. Metode tersebut dapat dihitung denyut nadi kerja sebagai berikut: ( ) Denyut nadi akan segera berubah seirama dengan perubahan pembebanan, baik yang berasal dari pembebanan mekanik, fisika maupun kimiawi (Tarwaka dkk, 2004). Menurut Tarwaka dkk (2004) keluhan muskuloskletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sakit. Keluhan hingga kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan dengan keluhan musculoskletal disorders (MSDs) atau cedera pada sistem muskuloskeletal. Menurut Grandjean (1993) keluhan otot skeletal pada umumnya terjadi karena kontraksi otot yang berlebihan akibat pemberian beban kerja yang terlalu berat dengan durasi pembebanan yang panjang. Suplai oksigen ke otot

3 menurun, proses metabolisme karbohidrat terhambat dan sebagai akibatnya terjadi penimbunan asam laktat yang menyebabkan timbulnya rasa nyeri otot. Menurut Tarwaka (2010) metode Nordic Body Map (NBM) merupakan metode yang digunakan untuk menilai tingkat keparahan (severity) atas terjadinya gangguan atau cedera pada otot-otot skeletal. Aplikasi metode NBM dengan menggunakan lembar kerja berupa peta tubuh (body map). Nordic Body Map meliputi dua puluh delapan (28) bagian otot-otot skeletal pada kedua sisi tubuh kanan dan kiri yang dimulai dari anggota tubuh bagian atas yaitu otot leher sampai dengan bagian paling bawah yaitu otot pada kaki. Tarwaka (2010) menyatakan desain penilaian menggunakan skoring (misalnya 4 skala likert), maka setiap skor atau nilai haruslah mempunyai definisi operasional yang jelas dan mudah dipahami oleh responden. Total skor individu dari seluruh otot skeletal (28 bagian otot skeletal) dihitung untuk dapat digunakan dalam entri data statistik. Kelelahan adalah suatu unsur mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Kelelahan kerja adalah para pekerja yang merasa lelah secara fisik dan atau psikis. Kelelahan diklasifikasikan dalam dua jenis, yaitu kelelahan otot dan kelelahan umum. Kelelahan otot adalah tremor pada otot/perasaan nyeri pada otot, sedangkan kelelahan umum biasanya ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja yang disebabkan oleh monotomi, status kesehatan, dan keadaan gizi (Grandjean, 1993). Kelelahan terjadi karena beberapa sebab antara lain karena melakukan aktivitas monoton, beban kerja dan waktu kerja yang berlebihan, keadaan lingkungan, keadaan kejiwaan (psikologis) dan keadaan gizi (Suma mur, 1982). Aktivitas yang monoton yang harus dilakukan sepanjang hari, beban kerja yang berat, durasi waktu kerja yang panjang dan paparan panas matahari merupakan sumber penyebab timbulnya kelelahan. Menurut Hiperkes & Keselamatan Kerja (2003) kesulitan terbesar dalam pengukuran kelelahan adalah karena tidak adanya cara langsung yang dapat mengukur sumber penyebab kelelahan itu sendiri. Menurut eksperimen yang pernah dilakukan, sejauh ini pengukuran kelelahan berupa indikator kelelahan. Banyak metode yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kelelahan. Pengukuran subjektif kelelahan umum diukur dengan pelemahan aktivitas, motivasi dan fisik menggunakan kuesioner Subjective Self Rating Test. Pengukuran objektif mengenai kelelahan menggunakan uji mental diukur dengan tes Bourdon Wiersma. Kedua alat ukur ini digunakan secara bersama-sama untuk mengetahui kelelahan indirect worker. Tarwaka (2010) mengungkapkan pengukuran kelelahan secara subjektif dengan subjective self rating test dari dari International Fatigue Research Committee (IFRC) Jepang, merupakan salah satu kuesioner yang dapat mengukur tingkat kelelahan subjektif. Kuesioner tersebut berisi 30 daftar pertanyaan. Desain penilaian menggunakan skoring (misalnya 4 skala likert). Tes Bourdon Wiersma merupakan salah satu tes kognitif yang dikembangkan pada tahun 1982, merupakan tes objektif dari kelelahan. Tes ini dipakai untuk mengevaluasi konsentrasi, perhatian, kecepatan bekerja untuk tugas-tugas yang rutin dan monoton, ketelitian kerja, dan daya tahan dalam bekerja. Lamanya waktu kerja di Indonesia telah ditetapkan sehari maksimum adalah 8 jam kerja. Waktu kerja lembur adalah waktu kerja yang melebihi tujuh (7) jam sehari dan empat puluh (40) jam satu (1) minggu untuk enam (6) hari kerja dalam satu (1) minggu, atau delapan (8) jam sehari dan empat puluh (40) jam satu (1) minggu untuk lima (5) hari kerja dalam satu (1) minggu atau waktu kerja pada hari istirahat mingguan dan atau pada hari libur resmi yang ditetapkan pemerintah. METODE Objek yang diteliti adalah karyawan tetap yaitu direct worker yang merupakan operator produksi dan indirect worker yang merupakan staf PT. Mega Andalan Kalasan. Metode yang digunakan, yaitu pengukuran Indeks Masa Tubuh, pengukuran denyut nadi, kuesioner Nordic

4 Body Map, kuesioner Subjective Self Rating Test, Bourdon Wiersma Test yang dilakukan sebelum bekerja ( WIB), sebelum istirahat ( WIB) dan sesudah bekerja ( WIB). Populasi penelitian ini adalah direct worker yaitu operator produksi dan indirect worker yaitu staf dengan total 417 orang. Sampel dalam penelitian dihitung dengan rumus Slovin. Rumus Slovin digunakan untuk menentukan ukuran sampel minimal. Hasil perhitungan sampel diperoleh 81 orang. Pada penelitian ini jumlah sampel ditambah 15% untuk menghindari drop out sehingga jumlah sampel yang diperlukan sebanyak 95 orang dan ditentukan jumlahnya sesuai dengan jenis pekerjaannya, yaitu staf 17 orang dan operator produksi 78 orang. Beban kerja, keluhan musculoskeletal, dan kelelahan karyawan diukur menggunakan pengukuran denyut nadi, kuesioner Nordic Body Map, Bourdon WIersma Test, dan Subjective Self Rating Test, untuk menentukan penambahan waktu kerja lembur boleh dilakukan atau tidak. Analisis data berdasarkan pada data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis anava menggunakan software SPSS (Statistical Package for The Social Science). PEMBAHASAN Responden penelitian ini mayoritas adalah pria berjumlah 94 orang dengan persentase 99% dan wanita berjumlah 1 orang dengan persentase 1%. Status pernikahan responden yaitu menikah 34 orang dengan persentase 36% dan belum menikah 61 orang dengan persentase 64%. Tingkat pendidikan responden yaitu SMK 98% dengan jumlah 93 orang, D3 1% dengan jumlah 1 orang dan S1 1% dengan jumlah 1 orang. Hasil analisis umur pekerja dalam penelitian ini antara tahun dengan rata-rata 32,95 tahun. Pada rentang umur tersebut merupakan usia produktif untuk bekerja, sebab batas usia kerja yang berlaku di Indonesia adalah berumur tahun. Menurut Tarwaka, umur seseorang berbanding langsung dengan kapasitas fisik sampai batas tertentu dan mencapai puncaknya pada umur 25 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa umur pekerja dapat menunjang penelitian karena berada dalam rentang umur dengan kemampuan fisiologi sesuai. Masa kerja merupakan waktu yang telah ditempuh seseorang dalam memahami tugastugas suatu pekerjaan. Masa kerja berpengaruh pada tingkat penguasaan pengetahuan serta keterampilan seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan. Masa kerja dapat mempengaruhi berat ringannya tingkat kelelahan. Hasil analisis masa kerja pekerja dalam penelitian ini antara 1-29 tahun dengan rata-rata 9,26 tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa para pekerja sudah terbiasa dengan pekerjaan tersebut, sehingga pekerjaan yang mereka lakukan tidak lagi terasa berat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berat badan pekerja antara kg dengan ratarata 61,71 kg. Tinggi badan pekerja antara 1,50-1,86 m dengan rata-rata 1,66 m. Berat badan dan tinggi badan diukur untuk menghitung Indeks Masa Tubuh (IMT) yang berguna untuk mengetahui keseimbangan energi yang masuk melalui asupan makanan dengan energi yang dikeluarkan. Kelebihan atau kekurangan berat badan dapat mempengaruhi kinerja dan dapat mempercepat terjadinya kelelahan. IMT pekerja termasuk dalam kategori normal yaitu 22,36 kg/m 2 dengan rentang antara 16,3-33,5 kg/m 2. Hal tersebut menunjukkan status gizi pekerja baik dan dapat bekerja optimal. Berat ringannya beban kerja dapat diketahui menggunakan pengukuran denyut nadi, pengukuran ini bersifat objektif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa denyut nadi rata-rata sebelum bekerja adalah 76,981 denyut per menit dengan kategori ringan, denyut nadi rata-rata sebelum istirahat adalah 90,912 denyut per menit dengan kategori sedang, dan denyut nadi ratarata setelah bekerja adalah 95,526 denyut per menit dengan kategori sedang. Selisih denyut nadi antara sebelum istirahat-sebelum bekerja adalah 13,931 dan setelah bekerja-sebelum istirahat adalah 4,614. Hasil kategori beban kerja pada sebelum bekerja menunjukkan kategori ringan dengan persentase jumlah responden 37%, sebelum istirahat menunjukkan kategori sedang dengan persentase jumlah reponden 67%, dan setelah bekerja menunjukkan kategori sedang dengan persentase jumlah responden 54%.

5 Hasil analisis anava tersebut menunjukkan bahwa rata-rata ketiga kelelahan tersebut tidak sama atau berbeda secara nyata dengan nilai F hitung = 51,517 dan F tabel = 3,03 (F hitung > F tabel) dan nilai sig. = 0,000 dan α = 0,05 (sig. < α.). Hasil analisis post hoc dan homogeneus subset menunjukkan bahwa ketiga tersebut, sebelum bekerja sebelum istirahat, sebelum istirahat setelah bekerja, dan sebelum bekerja setelah bekerja, mempunyai perbedaan denyut nadi secara nyata. Artinya terdapat peningkatan kelelahan yang terjadi antara sebelum bekerja-sebelum istirahat, sebelum istirahat-setelah bekerja dan sebelum bekerjasetelah bekerja. Berat ringannya keluhan muskuloskeletal dapat diketahui menggunakan kuesioner Nordic Body Map, pengukuran ini bersifat subjektif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor rata-rata sebelum bekerja adalah 36,35 dengan tingkat resiko rendah (belum diperlukan adanya tindakan perbaikan), skor rata-rata sebelum istirahat adalah 39,29 dengan tingkat resiko rendah (belum diperlukan adanya tindakan perbaikan), dan skor rata-rata setelah bekerja adalah 42,56 dengan tingkat resiko rendah (belum diperlukan adanya tindakan perbaikan). Selisih skor antara sebelum istirahat-sebelum bekerja adalah 2,94 dan setelah bekerja-sebelum istirahat adalah 3,27. pengukuran tersebut menunjukkan hasil tingkat resiko yang sama yaitu rendah. Persentase jumlah responden yang memiliki tingkat resiko rendah saat sebelum bekerja adalah 90%, sebelum istirahat adalah 92% dan setelah bekerja adalah 81%. Hasil analisis anava tersebut menunjukkan bahwa rata-rata ketiga kelelahan tersebut tidak sama atau berbeda secara nyata dengan nilai F hitung = 6,789 dan F tabel = 3,03 (F hitung > F tabel) dan nilai sig. = 0,001 dan α = 0,05 (sig. < α.). Hasil analisis post hoc dan homogeneus subset menunjukkan bahwa terdapat perbedaan skor secara nyata antara sebelum bekerja dan setelah bekerja. Artinya terdapat peningkatan kelelahan yang terjadi antara sebelum bekerja dan setelah bekerja. Kelelahan ditinjau menggunakan Bourdon Wiersma Test untuk pengukuran objektif dan kuesioner Subjective Self Rating Test untuk pengukuran subjektif menunjukkan: 1. Pengukuran objektif Pengukuran objektif menggunakan Bourdon Wiersma Test dilakukan untuk menilai kecepatan, ketelitian dan konstansi responden. a. Kecepatan Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecepatan rata-rata sebelum bekerja adalah 10,2476 dengan golongan cukup baik, kecepatan rata-rata sebelum istirahat adalah 10,0065 dengan golongan cukup baik, dan kecepatan rata-rata setelah bekerja adalah 10,2212 dengan golongan cukup baik. Selisih kecepatan antara sebelum istirahat-sebelum bekerja adalah 0,2411 dan setelah bekerja-sebelum istirahat adalah 0,2147. pengukuran tersebut menunjukkan hasil golongan yang sama yaitu cukup baik. Persentase jumlah responden yang memiliki golongan cukup baik saat sebelum bekerja adalah 24%, sebelum istirahat adalah 35% dan setelah bekerja adalah 30%. Hasil analisis anava tersebut menunjukkan bahwa rata-rata ketiga kelelahan tersebut sama atau tidak berbeda secara nyata dengan nilai F hitung = 0,117 dan F tabel = 3,19 (F hitung < F tabel) dan nilai sig. = 0,890 dan α = 0,05 (sig. > α.). Hasil analisis post hoc dan homogeneus subset menunjukkan bahwa ketiga tersebut, sebelum bekerja sebelum istirahat, sebelum istirahat setelah bekerja, dan sebelum bekerja setelah bekerja, tidak mempunyai perbedaan kecepatan secara nyata. b. Ketelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketelitian rata-rata sebelum bekerja adalah 20,06 dengan golongan ragu-ragu, ketelitian ragu-ragu sebelum istirahat adalah 13,53 dengan golongan ragu-ragu, dan ketelitian rata-rata setelah bekerja adalah 9,12 dengan golongan cukup. Selisih ketelitian antara sebelum istirahat-sebelum bekerja adalah 6,53 dan setelah bekerjasebelum istirahat adalah 4,41. Hasil golongan ketelitian pada sebelum bekerja menunjukkan golongan ragu-ragu dengan persentase jumlah responden 53%, sebelum istirahat menunjukkan golongan ragu-ragu dengan persentase jumlah reponden 59%, dan setelah bekerja menunjukkan cukup dengan persentase jumlah responden 65%.

6 Hasil analisis anava tersebut menunjukkan bahwa rata-rata ketiga kelelahan tersebut tidak sama atau berbeda secara nyata dengan nilai F hitung = 5,836 dan F tabel = 3,19 (F hitung > F tabel) dan nilai sig. = 0,005 dan α = 0,05 (sig. < α.). Hasil analisis post hoc dan homogeneus subset menunjukkan bahwa antara sebelum bekerja dan setelah bekerja terdapat perbedaan ketelitian secara nyata. Pengukuran sebelum bekerja merupakan kali pertama responden mengerjakan tes tersebut sehingga hasilnya masih ragu-ragu, sedangkan saat setelah bekerja berupakan kali ketiga responden mengerjakan tes tersebut sehingga hasilnya membaik. c. Konstansi Hasil penelitian menunjukkan bahwa konstansi rata-rata sebelum bekerja adalah 4,7918 dengan golongan cukup, konstansi rata-rata sebelum istirahat adalah 3,8818 dengan golongan cukup, dan konstansi rata-rata setelah bekerja adalah 4,7971 dengan golongan cukup. Selisih konstansi antara sebelum istirahat-sebelum bekerja adalah 0,91 dan setelah bekerja-sebelum istirahat adalah 0,9153. pengukuran tersebut menunjukkan hasil golongan yang sama yaitu cukup. Persentase jumlah responden yang memiliki golongan cukup saat sebelum bekerja, sebelum istirahat dan setelah bekerja adalah 53%. Hasil analisis anava tersebut menunjukkan bahwa rata-rata ketiga kelelahan tersebut sama atau tidak berbeda secara nyata dengan nilai F hitung = 0,842 dan F tabel = 3,19 (F hitung < F tabel) dan nilai sig. = 0,437 dan α = 0,05 (sig. > α.). Hasil analisis post hoc dan homogeneus subset menunjukkan bahwa ketiga tersebut, sebelum bekerja sebelum istirahat, sebelum istirahat setelah bekerja, dan sebelum bekerja setelah bekerja, tidak mempunyai perbedaan konstansi secara nyata. 2. Pengukuran subjektif Pengukuran subjektif menggunakan kuesioner Subjective Self Rating Test dilakukan untuk menilai berat ringannya kelelahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor rata-rata sebelum bekerja adalah 43,76 dengan tingkat resiko rendah (belum diperlukan adanya tindakan perbaikan), skor rata-rata sebelum istirahat adalah 45,47 dengan tingkat resiko rendah (belum diperlukan adanya tindakan perbaikan), dan skor rata-rata setelah bekerja adalah 47,82 dengan tingkat resiko rendah (belum diperlukan adanya tindakan perbaikan). Selisih skor antara sebelum istirahat-sebelum bekerja adalah 1,71 dan setelah bekerja-sebelum istirahat adalah 2,35. pengukuran tersebut menunjukkan hasil tingkat resiko yang sama yaitu rendah. Persentase jumlah responden yang memiliki tingkat resiko rendah saat sebelum bekerja adalah 82%, sebelum istirahat adalah 71% dan setelah bekerja adalah 59%. Hasil analisis anava tersebut menunjukkan bahwa rata-rata ketiga kelelahan tersebut sama atau tidak berbeda secara nyata dengan nilai F hitung = 0,812 dan F tabel = 3,19 (F hitung < F tabel) dan nilai sig. = 0,450 dan α = 0,05 (sig. > α.). Hasil analisis post hoc dan homogeneus subset menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan skor secara nyata. Artinya tidak terdapat perbedaan peningkatan kelelahan secara nyata pada ketiga tersebut. Penambahan Waktu Kerja Lembur Identifikasi penambahan waktu kerja lembur pada penelitian ini ditinjau dari beban kerja, keluhan musculoskeletal, dan kelelahan. Kondisi kesehatan karyawan ditinjau dari status gizi karyawan menggunakan pengukuran Indeks Masa Tubuh (IMT) menunjukkan bahwa ratarata IMT pekerja termasuk dalam kategori normal yaitu 22,36 kg/m 2. Hal tersebut menunjukkan status gizi pekerja baik dan dapat bekerja optimal. Pengukuran beban kerja, keluhan muskuloskeletal, dan kelelahan pada yang berbeda yaitu sebelum bekerja, sebelum istirahat dan setelah bekerja. Menurut Budiono (2003) dalam pengukuran kelelahan tidak terdapat cara langsung yang dapat mengukur sumber kelelahan dan tidak terdapat satuan ukuran yang mutlak dalam pengukuran kelelahan. Pengukuran kelelahan dilakukan melelui indikator kelelahan. Berikut ini adalah hasil analisis beban kerja, keluhan muskuloskeletal, dan kelelahan yang disajikan pada Tabel 1 Hasil Analisis Beban Kerja, Keluhan Muskuloskeletal, dan Kelelahan.

7 Kondisi Sebelum Bekerja Sebelum Istirahat Setelah Bekerja Tabel 1 Hasil Analisis Beban Kerja, Keluhan Muskuloskeletal, dan Kelelahan Keluhan Beban Muskulosk Kelelahan Kerja eletal Penilaian Denyut Nadi Nordic Body Map Bourdon Wiersma Test Subjective Self Rating Test Objektif Subjektif Objektif Kecepatan Ketelitian Konstansi Subjektif Nilai 76,981 36,35 10, ,06 4, ,76 Klasifikasi Ringan Rendah Cukup Baik Ragu-ragu Cukup Rendah % 37% 90% 24% 53% 53% 82% Nilai 90,912 39,29 10, ,53 3, ,47 Klasifikasi Sedang Rendah Cukup Baik Ragu-ragu Cukup Rendah % 67% 92% 35% 59% 53% 71% Nilai 95,526 42,56 10,2212 9,12 4, ,82 Klasifikasi Sedang Rendah Cukup Baik Cukup Cukup Rendah % 54% 81% 30% 65% 53% 59% Sebelum Istirahat- Sebelum Bekerja 13,931 2,94 0,2411 6,53 0,91 1,71 Setelah Bekerja- Sebelum Istirahat 4,614 3,27 0,2147 4,41 0,9153 2,35 Anava (Analisa Variansi Hasil analisis Perbedaan berbeda berbeda berbeda Sebelum bekerjasetelah bekerja sama Tidak terdapat perbedaan berbeda Sebelum bekerjasetelah bekerja sama Tidak terdapat perbedaan sama Tidak terdapat perbedaan Hasil analisis beban kerja, keluhan muskuloskeletal, dan kelelahan membuktikan bahwa ada peningkatan antara sebelum bekerja-sebelum istirahat, sebelum istirahat-setelah bekerja, dan sebelum bekerja-setelah bekerja. Artinya selama proses bekerja terdapat pelemahan responden akibat energi yang dikeluarkan selama bekerja. Pada Bourdon Wiersma Test menunjukkan bahwa kecepatan dan konstansi responden pada ketiga pengukuran tersebut adalah sama tidak terdapat perbedaan, sedangkan ketelitian terdapat perbedaan antara sebelum bekerja dan setelah bekerja. Pengukuran kelelahan ketiga metode pengukuran, yaitu denyut nadi, Nordic Body Map, dan Subjective Self Rating Test, menunjukkan bahwa masuk dalam klasifikasi rendah/ringan dan sedang. Artinya pekerjaan responden tergolong rendah/ringan dan sedang. Hal tersebut mengidentifikasikan bahwa boleh dilakukan penambahan waktu kerja lembur sebab beban kerja, keluhan muskuloskeletal, dan kelelahan responden masih tergolong rendah/ringan dan sedang. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pasal 78 ayat 1 b menyatakan bahwa waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak tiga (3) jam dalam satu (1) hari dan empat belas (14) jam dalam satu (1) minggu. Ditinjau dari hasil pengukuran langsung mengenai status gizi, beban kerja, keluhan muskuloskeletal, dan kelelahan serta Undang-Undang Republik Indonesia yang berlaku, maka penambahan waktu kerja lembur boleh dilakukan oleh perusahaan. Lamanya (durasi) waktu

8 kerja lembur yang dilakukan menyesuaikan dengan kebutuhan perusahaan dan tidak melebihi ketentuan Undang-Undang Republik Indonesia. KESIMPULAN Berdasarkan pengukuran, analisis data, dan hasil pembahasan penelitian dapat disimpulkan bahwa: Kondisi kesehatan karyawan ditinjau dari status gizi karyawan menggunakan pengukuran Indeks Masa Tubuh (IMT) menunjukkan bahwa rata-rata IMT pekerja termasuk dalam kategori normal yaitu 22,36 kg/m 2. Hal tersebut menunjukkan status gizi pekerja baik dan dapat bekerja optimal. Beban kerja berdasarkan denyut nadi menggunakan metode sepuluh (10) denyut menunjukkan bahwa denyut nadi rata-rata sebelum bekerja adalah 76,981 denyut per menit dengan kategori ringan, denyut nadi rata-rata sebelum istirahat adalah 90,912 denyut per menit dengan kategori sedang, dan denyut nadi rata-rata setelah bekerja adalah 95,526 denyut per menit dengan kategori sedang. Terdapat peningkatan kelelahan yang terjadi antara sebelum bekerja-sebelum istirahat, sebelum istirahat-setelah bekerja dan sebelum bekerja- setelah bekerja. Keluhan muskuloskeletal menggunakan kuesioner Nordic Body Map menunjukkan bahwa skor rata-rata sebelum bekerja adalah 36,35 dengan tingkat resiko rendah (belum diperlukan adanya tindakan perbaikan), skor rata-rata sebelum istirahat adalah 39,29 dengan tingkat resiko rendah (belum diperlukan adanya tindakan perbaikan), dan skor rata-rata setelah bekerja adalah 42,56 dengan tingkat resiko rendah (belum diperlukan adanya tindakan perbaikan). Terdapat peningkatan kelelahan yang terjadi antara sebelum bekerja dan setelah bekerja. Kelelahan karyawan ditinjau dari kecepatan ketelitian dan konstansi menggunakan Bourdon Wiersma Test menunjukkan bahwa kecepatan rata-rata sebelum bekerja adalah 10,2476 dengan golongan cukup baik, kecepatan rata-rata sebelum istirahat adalah 10,0065 dengan golongan cukup baik, dan kecepatan rata-rata setelah bekerja adalah 10,2212 dengan golongan cukup baik. Ketelitian rata-rata sebelum bekerja adalah 20,06 dengan golongan raguragu, ketelitian ragu-ragu sebelum istirahat adalah 13,53 dengan golongan ragu-ragu, dan ketelitian rata-rata setelah bekerja adalah 9,12 dengan golongan cukup. Konstansi rata-rata sebelum bekerja adalah 4,7918 dengan golongan cukup, konstansi rata-rata sebelum istirahat adalah 3,8818 dengan golongan cukup, dan konstansi rata-rata setelah bekerja adalah 4,7971 dengan golongan cukup. Kelelahan karyawan ditinjau dari kelelahan secara subjektif menggunakan kuesioner Subjective Self Rating Test menunjukkan bahwa skor rata-rata sebelum bekerja adalah 43,76 dengan tingkat resiko rendah (belum diperlukan adanya tindakan perbaikan), skor rata-rata sebelum istirahat adalah 45,47 dengan tingkat resiko rendah (belum diperlukan adanya tindakan perbaikan), dan skor rata-rata setelah bekerja adalah 47,82 dengan tingkat resiko rendah (belum diperlukan adanya tindakan perbaikan). Tidak terdapat perbedaan peningkatan kelelahan secara nyata pada ketiga tersebut. Penambahan waktu kerja lembur boleh dilakukan oleh perusahaan. Lamanya (durasi) waktu kerja lembur yang dilakukan menyesuaikan dengan kebutuhan perusahaan dan tidak melebihi ketentuan Undang-Undang Republik Indonesia. Berdasarkan kesimpulan terdapat beberapa hal yang dapat disarankan bagi peneliti selanjutnya dan perusahaan jika ingin melakukan kerja lembur, yaitu: Perlu diteliti kembali durasi waktu kerja lembur yang optimal serta tidak melampaui ketentuan Undang-Undang Republik Indonesia. Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penambahan waktu kerja lembur terkait dengan analisis keuangan hingga sistem penggajian karyawan ketika terdapat kerja lembur. Perlu diberi batasan waktu tertentu dalam mengerjakan Bourdon Wiersma Test. Perlu adanya penelitian mengenai kebosanan karyawan terkait dengan pekerjaan karyawan yang monoton.

9 DAFTAR PUSTAKA Budiono, A.M.S, 2003, Bunga Rampai Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Grandjean, E, 1993, Fitting the Task to the Man 4 th edition, dalam Tarwaka, 2010, Ergonomi Industri Dasar-dasar Pengetahuan Ergonomi dan Aplikasi di Tempat Kerja, Harapan Press, Surakarta. Hiperkes & KK, 2003, Bunga Rampai Higiene Perusahaan, Ergonomi, Kesehatan Kerja dan Keselamatan Kerja, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Kasim U., 2010, Waktu Kerja Lembur Lebih dari 54 Jam Seminggu. Available from: URL: (18 Januari 2013, 13.07) Soekirman, 1994, Menghadapi Masalah Gizi Ganda Dalam Pembangunan Jangka Panjang Kedua: Agenda 180 Repelita VI, dalam Arimbawa, I Made Gede, 2010, Redesain Peralatan Kerja Secara Ergonomis: Meningkatkan Kinerja Pembuat Minyak Kelapa Tradisional di Kecamatan Dawan Klungkung, Udayana University Press, Denpasar. Sudharman, S. T., 2011, Analisis Pengaruh Shift Kerja Terhadap Kelelahan Karyawan dengan Menggunakan Metode Bourdon Wiersma dan 30 Items of Rating Scale, Skripsi Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Sains dan Teknologi AKPRIND Yogyakarta. (tidak dipublikasikan) Suma mur, P.K, 1982, Ergonomi Untuk Produktivitas Kerja, Yayasan Swabhawa Karya, Jakarta. Tarwaka, Solichul H.A. Bakri, Lilik S., 2004, Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas, UNIBA Press, Surakarta. Tarwaka, 2010, Ergonomi Industri Dasar-dasar Pengetahuan Ergonomi dan Aplikasi di Tempat Kerja, Harapan Press, Surakarta.

Hubungan Faktor Internal Dan Eksternal Terhadap Kelelahan Kerja Melalui Subjective Self Rating Test

Hubungan Faktor Internal Dan Eksternal Terhadap Kelelahan Kerja Melalui Subjective Self Rating Test Hubungan Faktor Internal Dan Eksternal Terhadap Kelelahan Kerja Melalui Subjective Self Rating Test Titin Isna Oesman 1 dan Risma Adelina Simanjuntak 2 Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta ti_oesman@yahoo.com,risma_stak@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan. hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan. hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat kerja. Lingkungan tempat kerja merupakan

Lebih terperinci

SARANA KERJA YANG TIDAK ERGONOMIS MENINGKATKAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA GARMENT DI BALI

SARANA KERJA YANG TIDAK ERGONOMIS MENINGKATKAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA GARMENT DI BALI 1 SARANA KERJA YANG TIDAK ERGONOMIS MENINGKATKAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA GARMENT DI BALI Oleh: Solichul Hadi A. Bakri dan Tarwaka Ph.=62 812 2589990 e-mail: shadibakri@astaga.com Abstrak Industri

Lebih terperinci

ERGONOMI PADA BURUH GENDONG PEREMPUAN. ( Oleh : Risma A Simanjuntak, Prastyono Eko Pambudi ) Abstrak

ERGONOMI PADA BURUH GENDONG PEREMPUAN. ( Oleh : Risma A Simanjuntak, Prastyono Eko Pambudi ) Abstrak ERGONOMI PADA BURUH GENDONG PEREMPUAN ( Oleh : Risma A Simanjuntak, Prastyono Eko Pambudi ) Abstrak Penelitian ini dilakukan di pasar Bringharjo dan Giwangan dengan objek buruh gendong perempuan. Makalah

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN STAGEN PADA AKTIVITAS ANGKAT-ANGKUT DI PASAR LEGI SURAKARTA

ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN STAGEN PADA AKTIVITAS ANGKAT-ANGKUT DI PASAR LEGI SURAKARTA ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN STAGEN PADA AKTIVITAS ANGKAT-ANGKUT DI PASAR LEGI SURAKARTA Muchlison Anis Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan Surakarta

Lebih terperinci

ANALISIS PENGUKURAN BEBAN KERJA FISIK DENGAN METODE FISIOLOGI

ANALISIS PENGUKURAN BEBAN KERJA FISIK DENGAN METODE FISIOLOGI ANALISIS PENGUKURAN BEBAN KERJA FISIK DENGAN METODE FISIOLOGI A. DESKRIPSI Menurut Tayyari dan Smith (1997) fisiologi kerja sebagai ilmu yang mempelajari tentang fungsi-fungsi organ tubuh manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menerima beban dari luar tubuhnya. Beban tersebut dapat berupa beban fisik. energi dan nordic body map (Ganong,1983 : ).

BAB I PENDAHULUAN. menerima beban dari luar tubuhnya. Beban tersebut dapat berupa beban fisik. energi dan nordic body map (Ganong,1983 : ). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tubuh manusia dirancang untuk dapat melakukan aktivitas pekerjaan sehari-hari. Adapun massa otot yang bobotnya hampir lebih dari separuh berat tubuh, memungkinkan

Lebih terperinci

BEBAN KERJA DAN KELUHAN SISTEM MUSCULOSKELETAL PADA PEMBATIK TULIS DI KELURAHAN KALINYAMAT WETAN KOTA TEGAL

BEBAN KERJA DAN KELUHAN SISTEM MUSCULOSKELETAL PADA PEMBATIK TULIS DI KELURAHAN KALINYAMAT WETAN KOTA TEGAL C.13. Beban Kerja dan Keluhan Sistem Musculoskeletal pada Pembatik Tulis... (Siswiyanti) BEBAN KERJA DAN KELUHAN SISTEM MUSCULOSKELETAL PADA PEMBATIK TULIS DI KELURAHAN KALINYAMAT WETAN KOTA TEGAL Siswiyanti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenai sistem muskuloskeletal. Gangguan muskuloskeletal (musculoskeletal

BAB I PENDAHULUAN. mengenai sistem muskuloskeletal. Gangguan muskuloskeletal (musculoskeletal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Melaksanakan sebuah pekerjaan dapat membuat seseorang berisiko mengalami gangguan atau cedera. Kebanyakan cedera akibat kerja biasanya mengenai sistem muskuloskeletal.

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI TINGKAT KELELAHAN OTOT PADA PENGGUNA KOMPUTER DI BIRO PUSAT ADMINISTRASI UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

IDENTIFIKASI TINGKAT KELELAHAN OTOT PADA PENGGUNA KOMPUTER DI BIRO PUSAT ADMINISTRASI UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 78 IDENTIFIKASI TINGKAT KELELAHAN OTOT PADA PENGGUNA KOMPUTER DI BIRO PUSAT ADMINISTRASI UNIVERSITAS NEGERI MEDAN Syamsul Gultom 1) 1) Ilmu Keolahragaan, FIK UNIMED. Email: syamsulgultom@gamail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

Analisis Sistem Kerja Shift Terhadap Tingkat Kelelahan Dan Pengukuran Beban Kerja Fisik Perawat RSUD Karanganyar

Analisis Sistem Kerja Shift Terhadap Tingkat Kelelahan Dan Pengukuran Beban Kerja Fisik Perawat RSUD Karanganyar Performa (217) Vol. 16 No.1: 44-53 Analisis Sistem Kerja Shift Terhadap Tingkat Kelelahan Dan Pengukuran Beban Kerja Fisik Perawat RSUD Karanganyar Helma Hayu Juniar 1), Rahmaniyah Dwi Astuti 2), dan Irwan

Lebih terperinci

Organisasi Kerja. Solichul HA. BAKRI Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas ISBN:

Organisasi Kerja. Solichul HA. BAKRI Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas ISBN: Organisasi Kerja Solichul HA. BAKRI Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas ISBN: 979-98339-0-6 Organisasi Kerja Organisasi kerja terutama menyangkut waktu kerja; waktu istirahat;

Lebih terperinci

STUDI PERBEDAAN KELELAHAN KERJA BERDASARKAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (EXTRA FOODING) (Studi di PT. Besmindo Materi Sewatama, Pekopen Tambun Bekasi)

STUDI PERBEDAAN KELELAHAN KERJA BERDASARKAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (EXTRA FOODING) (Studi di PT. Besmindo Materi Sewatama, Pekopen Tambun Bekasi) STUDI PERBEDAAN KELELAHAN KERJA BERDASARKAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (EXTRA FOODING) (Studi di PT. Besmindo Materi Sewatama, Pekopen Tambun Bekasi) Apriani Sukmawati 1) Sri Maywati dan Yuldan Faturrahman

Lebih terperinci

HUBUNGAN SIKAP KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA UNIT WEAVING DI PT DELTA MERLIN DUNIA TEXTILE IV BOYOLALI

HUBUNGAN SIKAP KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA UNIT WEAVING DI PT DELTA MERLIN DUNIA TEXTILE IV BOYOLALI Hubungan Sikap Kerja dengan Keluhan Muskuloskeletal... (Amelinda dan Iftadi) HUBUNGAN SIKAP KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA UNIT WEAVING DI PT DELTA MERLIN DUNIA TEXTILE IV BOYOLALI Bela

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kata yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kata yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ergonomi Ergonomi atau ergonomics (bahasa Inggrisnya) sebenarnya berasal dari kata yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum. Dengan demikian ergonomi

Lebih terperinci

ANALISA RESIKO MANUAL MATERIAL HANDLING PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI UD. CITRA TANI

ANALISA RESIKO MANUAL MATERIAL HANDLING PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI UD. CITRA TANI ANALISA RESIKO MANUAL MATERIAL HANDLING PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI UD. CITRA TANI Ade Putri Kinanthi 1, Nur Azizah Rahmadani 2, Rahmaniyah Dwi Astuti 3 1,2 Program Studi Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. ANALISIS BEBAN KERJA PADA AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING (Studi Kasus: PT. Perkasa Mandiri Furniture, Sukoharjo)

TUGAS AKHIR. ANALISIS BEBAN KERJA PADA AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING (Studi Kasus: PT. Perkasa Mandiri Furniture, Sukoharjo) TUGAS AKHIR ANALISIS BEBAN KERJA PADA AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING (Studi Kasus: PT. Perkasa Mandiri Furniture, Sukoharjo) Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Studi S-1

Lebih terperinci

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe Farida Ariani 1), Ikhsan Siregar 2), Indah Rizkya Tarigan 3), dan Anizar 4) 1) Departemen Teknik Mesin, Fakultas

Lebih terperinci

tenaga kerja yang sesuai dengan jenis pekerjaannya (Suma mur, 2014). organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu.

tenaga kerja yang sesuai dengan jenis pekerjaannya (Suma mur, 2014). organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu. 1. Beban Kerja a. Pengertian Beban Kerja Beban kerja adalah keadaan pekerja dimana dihadapkan pada tugas yang harus diselesaikan pada waktu tertentu. Beban kerja adalah beban yang ditanggung tenaga kerja

Lebih terperinci

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PETUGAS SAMPAH DI KELURAHAN SUMBER KOTA SURAKARTA

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PETUGAS SAMPAH DI KELURAHAN SUMBER KOTA SURAKARTA HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PETUGAS SAMPAH DI KELURAHAN SUMBER KOTA SURAKARTA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan program pengembangan dan pendayagunaan SDM tersebut, pemerintah juga memberikan jaminan kesejahteraan, kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan program pengembangan dan pendayagunaan SDM tersebut, pemerintah juga memberikan jaminan kesejahteraan, kesehatan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang maksimal, pembangunan bangsa Indonesia dewasa ini lebih dikonsentrasikan pada pengembangan dan pendayagunaan Sumber

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian 1. Deskripsi lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di Pasar Pedurungan dan Pasar Gayamsari yang terletak di Kota Semarang bagian timur dengan membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhannya. Dengan bekerja, manusia berharap akan memperoleh suatu

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhannya. Dengan bekerja, manusia berharap akan memperoleh suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Bekerja merupakan aktivitas manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Dengan bekerja, manusia berharap akan memperoleh suatu keadaan yang lebih memuaskan dari pada keadaan

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Perbaikan Sikap Kerja Dan Penambahan Penerangan Lokal Menurunkan Keluhan

BAB VI PEMBAHASAN. Perbaikan Sikap Kerja Dan Penambahan Penerangan Lokal Menurunkan Keluhan BAB VI PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan pada BAB V tentang Perbaikan Sikap Kerja Dan Penambahan Penerangan Lokal Menurunkan Keluhan Muskuloskeletal, Kelelahan Mata Dan Meningkatkan

Lebih terperinci

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Yang bertanda tangan di bawah ini, saya : Nama : Umur/Tanggal Lahir : Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan Dengan ini menyatakan bersedia untuk menjadi responden penelitian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Masalah utama dalam aktivitas produksi ditinjau dari segi kegiatan / proses produksi adalah bergeraknya material dari satu proses ke proses produksi berikutnya. Untuk

Lebih terperinci

Kata kunci: Status Gizi, Umur, Beban Kerja Fisik, Keluhan Muskuloskeletal.

Kata kunci: Status Gizi, Umur, Beban Kerja Fisik, Keluhan Muskuloskeletal. HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI, UMUR DAN BEBAN KERJA FISIK DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA TENAGA KERJA BONGKAR MUAT DI PELABUHAN MANADO Winita Bobaya*, Grace D. Kandou*, A.J.M Rattu* *Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ergonomi 2.1.1. Pengertian Ergonomi Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. saat penelitian dilakukan yang diukur dengan satuan tahun. Dalam

BAB V PEMBAHASAN. saat penelitian dilakukan yang diukur dengan satuan tahun. Dalam BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden 1. Masa Kerja Masa kerja dihitung dari hari pertama masuk kerja sampai dengan saat penelitian dilakukan yang diukur dengan satuan tahun. Dalam penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produksi, terutama perusahaan yang bersifat padat karya. Produktivitas tenaga kerja

BAB I PENDAHULUAN. produksi, terutama perusahaan yang bersifat padat karya. Produktivitas tenaga kerja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Faktor pekerja masih sangat mempengaruhi tingkat produktivitas suatu sistem produksi, terutama perusahaan yang bersifat padat karya. Produktivitas tenaga kerja dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran ergonomi, karena ergonomi berkaitan dengan orang yang bekerja, selain dalam rangka efektivitas, efisiensi

Lebih terperinci

GAMBARAN BEBAN KERJA BERDASARKAN DENYUT JANTUNG PADA TENAGA KERJA BONGKAR MUAT (TKBM) PELABUHAN SAMUDERA BITUNG.

GAMBARAN BEBAN KERJA BERDASARKAN DENYUT JANTUNG PADA TENAGA KERJA BONGKAR MUAT (TKBM) PELABUHAN SAMUDERA BITUNG. GAMBARAN BEBAN KERJA BERDASARKAN DENYUT JANTUNG PADA TENAGA KERJA BONGKAR MUAT (TKBM) PELABUHAN SAMUDERA BITUNG. Reguelta F. Damopoli*, A.J.M Rattu*, P.A.T. Kawatu* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PENELITIAN

BAB 6 HASIL PENELITIAN BAB 6 HASIL PENELITIAN 6.1 Karakteristik Responden Sampel pada penelitian ini adalah seluruh pengemudi travel X-Trans Jakarta dengan trayek Jakarta-Bandung yang berjumlah 60 orang. Namun seiring dengan

Lebih terperinci

JURNAL "ANALYSIS OF COMPLAINTS AGAINST RISK OF INJURY IN MUSCLE BODY POSTURE SCAVENGERS"

JURNAL ANALYSIS OF COMPLAINTS AGAINST RISK OF INJURY IN MUSCLE BODY POSTURE SCAVENGERS JURNAL ABSTRACT Indra Pamungkas / 30403803 "ANALYSIS OF COMPLAINTS AGAINST RISK OF INJURY IN MUSCLE BODY POSTURE SCAVENGERS" Final Report, Faculty of Industrial Technology, University of Gunadarma 2010.

Lebih terperinci

ANALISIS POSTUR KERJA PADA MEKANIK BENGKEL SEPEDA MOTOR HIDROLIK X DAN NON-HIDROLIK Y KOTA SEMARANG

ANALISIS POSTUR KERJA PADA MEKANIK BENGKEL SEPEDA MOTOR HIDROLIK X DAN NON-HIDROLIK Y KOTA SEMARANG ANALISIS POSTUR KERJA PADA MEKANIK BENGKEL SEPEDA MOTOR HIDROLIK X DAN NON-HIDROLIK Y KOTA SEMARANG Adlina Rahmadini Adzhani, Ekawati, Siswi Jayanti Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

I Gede Oka Pujihadi; I Putu Gede Adiatmika; I Ketut Tirtayasa

I Gede Oka Pujihadi; I Putu Gede Adiatmika; I Ketut Tirtayasa PERBAIKAN SIKAP KERJA DAN PENAMBAHAN PENERANGAN LOKAL PADA PROSES PEMBUBUTAN MENURUNKAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL, KELELAHAN MATA DAN MENINGKATKAN KETELITIAN HASIL KERJA MAHASISWA DI BENGKEL MEKANIK POLITEKNIK

Lebih terperinci

MUSCULOSKELETAL DISORDERS. dr.fauziah Elytha,MSc

MUSCULOSKELETAL DISORDERS. dr.fauziah Elytha,MSc MUSCULOSKELETAL DISORDERS dr.fauziah Elytha,MSc Muskuloskeletal disorder gangguan pada bagian otot skeletal yang disebabkan oleh karena otot menerima beban statis secara berulang dan terus menerus dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sales promotion Girl (SPG) merupakan suatu profesi yang bergerak dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sales promotion Girl (SPG) merupakan suatu profesi yang bergerak dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sales Promotion Girl 2.1.1. Definisi Sales promotion Girl (SPG) merupakan suatu profesi yang bergerak dalam pemasaran atau promosi suatu produk. Profesi ini biasanya menggunakan

Lebih terperinci

PENGUKURAN KELELAHAN KERJA MENGGUNAKAN METODE BOURDON WIERSMA UNTUK MENGURANGI KELELAHAN KERJA PADA PERAWAT DI PAVILIUN ANAK RUMAH SAKIT XYZ

PENGUKURAN KELELAHAN KERJA MENGGUNAKAN METODE BOURDON WIERSMA UNTUK MENGURANGI KELELAHAN KERJA PADA PERAWAT DI PAVILIUN ANAK RUMAH SAKIT XYZ PENGUKURAN KELELAHAN KERJA MENGGUNAKAN METODE BOURDON WIERSMA UNTUK MENGURANGI KELELAHAN KERJA PADA PERAWAT DI PAVILIUN ANAK RUMAH SAKIT XYZ WORK FATIGUE MEASUREMENT USING BOURDON WIERSMA METHOD TO REDUCE

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Subjek pada penelitian ini semua berjenis kelamin wanita dengan

BAB VI PEMBAHASAN. Subjek pada penelitian ini semua berjenis kelamin wanita dengan BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Kondisi Subjek Subjek pada penelitian ini semua berjenis kelamin wanita dengan karakteristik yang dibahas adalah umur, berat badan, tinggi badan dan antropometri. 6.1.1 Umur Umur

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : Metode Kerja Berorientasi Ergonomi, Kualitas Kesehatan, Produktivitas, Penghasilan Pekerja.

ABSTRAK. Kata kunci : Metode Kerja Berorientasi Ergonomi, Kualitas Kesehatan, Produktivitas, Penghasilan Pekerja. ABSTRAK METODE KERJA BERORIENTASI ERGONOMI PADA PROSES PENGELAPAN KALENG SARDEN MENINGKATKAN KUALITAS KESEHATAN, PRODUKTIVITAS, DAN PENGHASILAN PEKERJA DI PT.BMP NEGARA Kegiatan industri berkembang dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia industri di Indonesia masih didominan dengan penggunaan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. Dunia industri di Indonesia masih didominan dengan penggunaan tenaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia industri di Indonesia masih didominan dengan penggunaan tenaga manusia dalam proses produksinya, terutama pada kegiatan Manual Material Handling (MMH). Aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gerakan yang dilakukan oleh tangan manusia. Gerakan tangan manusia

BAB I PENDAHULUAN. gerakan yang dilakukan oleh tangan manusia. Gerakan tangan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tubuh manusia dirancang untuk dapat melakukan aktivitas pekerjaan sehari-hari. Adanya massa otot yang bobotnya hampir lebih dari separuh beban tubuh, memungkinkan

Lebih terperinci

Penilaian Resiko Manual Handling dengan Metode Indikator Kunci. dan Penentuan Klasifikasi Beban Kerja dengan Penentuan. Cardiovasculair Load

Penilaian Resiko Manual Handling dengan Metode Indikator Kunci. dan Penentuan Klasifikasi Beban Kerja dengan Penentuan. Cardiovasculair Load hal II - 81 Penilaian Resiko Manual Handling dengan Metode Indikator Kunci dan Penentuan Klasifikasi Beban Kerja dengan Penentuan Cardiovasculair Load Risma Adelina Simanjuntak 1 Jurusan Teknik Industri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut ILO (2013) Diperkirakan 2.34 juta orang meninggal setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut ILO (2013) Diperkirakan 2.34 juta orang meninggal setiap tahunnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut ILO (2013) Diperkirakan 2.34 juta orang meninggal setiap tahunnya dikarenakan penyakit akibat kerja dan kecelakaan akibat kerja, sebagaian besar diperkirakan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PENGUPAS KULIT LADA TIPE TIRUS PUTARAN VERTIKAL BERDASARKAN METODE NORDIC BODY MAP (NBM) DAN PENDEKATAN ANTROPOMETRI

RANCANG BANGUN MESIN PENGUPAS KULIT LADA TIPE TIRUS PUTARAN VERTIKAL BERDASARKAN METODE NORDIC BODY MAP (NBM) DAN PENDEKATAN ANTROPOMETRI RANCANG BANGUN MESIN PENGUPAS KULIT LADA TIPE TIRUS PUTARAN VERTIKAL BERDASARKAN METODE NORDIC BODY MAP (NBM) DAN PENDEKATAN ANTROPOMETRI ALMIZAN Program Studi Teknik Industri, Universitas Tanjungpura

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak alamiah, alat dan sarana kerja yang tidak sesuai dengan pemakainya

BAB I PENDAHULUAN. tidak alamiah, alat dan sarana kerja yang tidak sesuai dengan pemakainya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga kerja mempunyai peranan penting dalam pembangunan sebagai unsur penunjang dalam pembangunan nasional. Karena tenaga kerja mempunyai hubungan dengan perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus sesuai dengan kondisi tubuh serta tenaga yang dimiliki oleh masing-masing individu

BAB I PENDAHULUAN. harus sesuai dengan kondisi tubuh serta tenaga yang dimiliki oleh masing-masing individu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesiasebagian warga berprofesi nelayan, kegiatan yang dilakukan oleh nelayan harus sesuai dengan kondisi tubuh serta tenaga yang dimiliki oleh masing-masing

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Egonomi Ergonomi atau ergonomis berasal dari kata Yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum. Ergonomi dapat didefenisikan sebagai studi tentang aspek-aspek

Lebih terperinci

PERBEDAAN KELELAHAN DAN STRES KERJA PADA TENAGA KERJA SHIFT I, II DAN III BAGIAN PRODUKSI PABRIK MINUMAN PT. X SEMARANG

PERBEDAAN KELELAHAN DAN STRES KERJA PADA TENAGA KERJA SHIFT I, II DAN III BAGIAN PRODUKSI PABRIK MINUMAN PT. X SEMARANG PERBEDAAN KELELAHAN DAN STRES KERJA PADA TENAGA KERJA SHIFT I, II DAN III BAGIAN PRODUKSI PABRIK MINUMAN PT. X SEMARANG Melcy Novitasari 1, Sisiwi Jayanti 2, Ekawati 3 1 Mahasiswa Peminatan Keselamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Batik merupakan kerajinan tangan yang bernilai seni tinggi yang pada tanggal 2 Oktober 2009 ditetapkan oleh UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: ANALISIS KONDISI SEBELUM DAN SESUDAH KERJA PADA OPERATOR OFFSHORE DI PT. X DENGAN METODE PSIKOFISIOLOGI

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: ANALISIS KONDISI SEBELUM DAN SESUDAH KERJA PADA OPERATOR OFFSHORE DI PT. X DENGAN METODE PSIKOFISIOLOGI ANALISIS KONDISI SEBELUM DAN SESUDAH KERJA PADA OPERATOR OFFSHORE DI PT. X DENGAN METODE PSIKOFISIOLOGI Rudi Aman 1*, Dutho Suh Utomo 2, Lina Dianati Fathimahhayati 3* 1,2,3 Program Studi Teknik Industri,

Lebih terperinci

-THESIS (TI )- Perancangan Model Penilaian Potensi Personal Protective Clothing (PPC) dalam Mempengaruhi Kinerja Karyawan di Lingkungan Panas

-THESIS (TI )- Perancangan Model Penilaian Potensi Personal Protective Clothing (PPC) dalam Mempengaruhi Kinerja Karyawan di Lingkungan Panas -THESIS (TI - 092327)- Perancangan Model Penilaian Potensi Personal Protective Clothing (PPC) dalam Mempengaruhi Kinerja Karyawan di Lingkungan Panas Oleh : Irma Nur Afiah Dosen Pembimbing : Ir. Sritomo

Lebih terperinci

Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : ADI OKANANTO J

Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : ADI OKANANTO J PENGARUH PEMBERIAN PEREGANGAN (STRETCHING) TERHADAP PENURUNAN KELUHAN NYERI PINGGANG DAN NYERI PUNGGUNG BAWAH (LOW BACK PAIN) PADA PEKERJA BAGIAN MENJAHIT CV.VANILLA PRODUCTION SUSUKAN SEMARANG Skripsi

Lebih terperinci

Simposium Nasional RAPI XIII FT UMS ISSN

Simposium Nasional RAPI XIII FT UMS ISSN ASSESSMENT KEBOSANAN KERJA KARYAWAN SEBAGAI DASAR EVALUASI KINERJA ASPEK TASK, ORGANISASI DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN; STUDI KASUS DI KAWASAN INDUSTRI TANGERANG-BANTEN Wahyu Susihono 1,2 1 Konsentrasi Egonomi

Lebih terperinci

GAMBARAN POSISI KERJA DAN KELUHAN GANGGUAN MUSCULOSKELETAL PADA PETANI PADI DI DESA KIAWA 1 BARAT KECAMATAN KAWANGKOAN UTARA

GAMBARAN POSISI KERJA DAN KELUHAN GANGGUAN MUSCULOSKELETAL PADA PETANI PADI DI DESA KIAWA 1 BARAT KECAMATAN KAWANGKOAN UTARA GAMBARAN POSISI KERJA DAN KELUHAN GANGGUAN MUSCULOSKELETAL PADA PETANI PADI DI DESA KIAWA 1 BARAT KECAMATAN KAWANGKOAN UTARA Christia E. Malonda 1), Paul A.T Kawatu 1), Diana Vanda Doda 1) 1) Fakultas

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Hasil analisis penelitian tentang pengecatan plafon menggunakan tangkai

BAB VI PEMBAHASAN. Hasil analisis penelitian tentang pengecatan plafon menggunakan tangkai 81 BAB VI PEMBAHASAN Hasil analisis penelitian tentang pengecatan plafon menggunakan tangkai pegangan roller cat yang telah dimodifikasi menurunkan beban kerja, keluhan muskuloskeletal, kelelahan serta

Lebih terperinci

Program Studi Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Jurusan Teknik Permesinan Kapal, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya 60111

Program Studi Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Jurusan Teknik Permesinan Kapal, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya 60111 ANALISIS FAKTOR PEKERJA, KELUHAN PEKERJA, DAN FAKTOR PSIKOSOSIAL TERHADAP TINGKAT RESIKO MUSCULOSKELETAL DISORDERS PADA PEKERJA BAGIAN PENULANGAN DI PERUSAHAAN BETON Mega Rahayu Hardiyanti 1*, Wiediartini

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN PENERAPAN KOMPENSASI PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RSUD MUNTILAN NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN PENERAPAN KOMPENSASI PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RSUD MUNTILAN NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN PENERAPAN KOMPENSASI PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RSUD MUNTILAN NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : NINDY SAKINA GUSTIA 201110201112 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. rancangan sama subjek ( treatment by subject design) (Hadi,1995; Bakta, 2000).

BAB IV METODE PENELITIAN. rancangan sama subjek ( treatment by subject design) (Hadi,1995; Bakta, 2000). 47 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental, dengan menggunakan rancangan sama subjek ( treatment by subject design) (Hadi,1995; Bakta, 2000).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring meningkatnya pertumbuhan perekonomian di Indonesia, membuat pembangunan juga semakin meningkat. Banyak pembangunan dilakukan di wilayah perkotaan maupun

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. diambil pekerja dalam melakukan pekerjaan (Nurmianto, 2004). Terdapat 3 klasifikasi sikap dalam bekerja :

BAB II LANDASAN TEORI. diambil pekerja dalam melakukan pekerjaan (Nurmianto, 2004). Terdapat 3 klasifikasi sikap dalam bekerja : BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Postur Kerja Postur atau sikap kerja merupakan suatu tindakan yang diambil pekerja dalam melakukan pekerjaan (Nurmianto, 2004). Terdapat 3 klasifikasi sikap

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembuluh darah dimana keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembuluh darah dimana keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Musculoskeletal disorders merupakan sekumpulan gejala yang berkaitan dengan jaringan otot, tendon, ligamen, kartilago, sistem saraf, struktur tulang, dan pembuluh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Kelelahan Konsep mengenai kelelahan sering ditemui pada pengalaman pribadi, kata kelelahan digunakan untuk menunjukan kondisi yang berbeda yaitu semua yang menyebabkan

Lebih terperinci

ANALISIS PERBAIKAN POSTUR KERJA DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA HOME INDUSTRY JKS SNACK & CATERING DI SERANG-BANTEN

ANALISIS PERBAIKAN POSTUR KERJA DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA HOME INDUSTRY JKS SNACK & CATERING DI SERANG-BANTEN Journal Industrial Manufacturing Vol. 3, No. 1, Januari 2018, pp. 51-56 P-ISSN: 2502-4582, E-ISSN: 2580-3794 ANALISIS PERBAIKAN POSTUR KERJA DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA HOME INDUSTRY JKS SNACK & CATERING

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI MUSCULOSKLETAL DISORDERS (MSDs) PADA AKTIVITAS PENGEMASAN IKAN LOMEK (HARPODON NEHEROUS) DI KAWASAN MINAPOLITAN KUALA ENOK

IDENTIFIKASI MUSCULOSKLETAL DISORDERS (MSDs) PADA AKTIVITAS PENGEMASAN IKAN LOMEK (HARPODON NEHEROUS) DI KAWASAN MINAPOLITAN KUALA ENOK IDENTIFIKASI MUSCULOSKLETAL DISORDERS (MSDs) PADA AKTIVITAS PENGEMASAN IKAN LOMEK (HARPODON NEHEROUS) DI KAWASAN MINAPOLITAN KUALA ENOK Murni Nasrun 1 1 Masyarakat Desa Tanah Merah Email: - Abstrak Kawasan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dinyatakan di dalam Undang-undang Keselamatan Kerja No. 1 Tahun 1970 pasal 3.

BAB 1 : PENDAHULUAN. dinyatakan di dalam Undang-undang Keselamatan Kerja No. 1 Tahun 1970 pasal 3. 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga kerja adalah penduduk yang produktif dan oleh karena itu sangat besar peranannya dalam mewujudkan pertumbuhan atau memberikan nilai tambah, kesejahteraan

Lebih terperinci

Kata kunci : Sikap Kerja, Keluhan Muskuloskeletal Disorder

Kata kunci : Sikap Kerja, Keluhan Muskuloskeletal Disorder HUBUNGAN SIKAP KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDER PADA PEKERJA BURUH DI PELABUHAN LAUT MANADO Bella C. D. Larono*, Odi R. Pinontoan*, Harvani Boky* *Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas

Lebih terperinci

MODIFICATION OF SULFUR CONVEYANCE TOOL TO REDUCE INJURY

MODIFICATION OF SULFUR CONVEYANCE TOOL TO REDUCE INJURY MODIFIKASI ALAT BANTU ANGKUT BELERANG UNTUK MENGURANGI INJURY MODIFICATION OF SULFUR CONVEYANCE TOOL TO REDUCE INJURY Brian Daris Firnanda 1), Sugiono 2), Ceria Farela Mada Tantrika 3) Jurusan Teknik Industri,

Lebih terperinci

HALAMAN KEASLIAN PENELITIAN

HALAMAN KEASLIAN PENELITIAN DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN MOTTO...... HALAMAN KEASLIAN PENELITIAN... HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... ABSTRAKSI... ABSTRACT... KATA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam pembangunan nasional. Tenaga kerja merupakan pelaksana

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam pembangunan nasional. Tenaga kerja merupakan pelaksana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia memiliki peranan yang sangat besar dalam pembangunan nasional. Tenaga kerja merupakan pelaksana pembangunan untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran energi, sehingga berpengaruh pada kemampuan kerja. manusia. Untuk mengoptimalkan kemampuan kerja, perlu diperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran energi, sehingga berpengaruh pada kemampuan kerja. manusia. Untuk mengoptimalkan kemampuan kerja, perlu diperhatikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan kerja dipengaruhi oleh salah satu faktor diantaranya adalah faktor kerja fisik (otot). Kerja fisik ( beban kerja) mengakibatkan pengeluaran energi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan bagian dari Ilmu Kesehatan Masyarakat yang berkaitan dengan semua pekerjaan yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk berusaha atau bekerja dalam rangka memenuhi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk berusaha atau bekerja dalam rangka memenuhi BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk berusaha atau bekerja dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, dan hampir sebagian besar dari mereka menghabiskan waktunya di tempat kerja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluhan muskuloskeletal adalah kerusakan pada bagian-bagian otot

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluhan muskuloskeletal adalah kerusakan pada bagian-bagian otot BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluhan muskuloskeletal adalah kerusakan pada bagian-bagian otot skeletal yang disebabkan karena tubuh menerima beban statis, atau bekerja pada postur janggal secara

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden Dalam penelitian ini, karakteristik responden terdiri atas usia, status pernikahan, pengalaman kerja, dan tingkat pendidikan. 1. Usia Pada penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah faktor yang sangat penting bagi produktivitas dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah faktor yang sangat penting bagi produktivitas dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah faktor yang sangat penting bagi produktivitas dan peningkatan produktivitas tenaga kerja selaku sumber daya manusia. Kondisi kesehatan yang baik merupakan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI RISIKO ERGONOMI OPERATOR MESIN POTONG GUILLOTINE DENGAN METODE NORDIC BODY MAP (STUDI KASUS DI PT. XZY) ABSTRAK

IDENTIFIKASI RISIKO ERGONOMI OPERATOR MESIN POTONG GUILLOTINE DENGAN METODE NORDIC BODY MAP (STUDI KASUS DI PT. XZY) ABSTRAK IDENTIFIKASI RISIKO ERGONOMI OPERATOR MESIN POTONG GUILLOTINE DENGAN METODE NORDIC BODY MAP (STUDI KASUS DI PT. XZY) Nana Rahdiana Program Studi Teknik Industri, Universitas Buana Perjuangan Karawang Jl.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental menggunakan rancangan

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental menggunakan rancangan BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimental menggunakan rancangan sama subjek (treatment by subjects design) (Bakta, 2000; Suryabrata, S. 2002). Rancangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs)

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs) merupakan masalah dalam bidang kesehatan kerja pada saat ini. Gangguan ini akan menyebabkan penurunan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan kerja 1. Definisi Kelelahan adalah proses yang mengakibatkan penurunan kesejahteraan, kapasitas atau kinerja sebagai akibat dari aktivitas kerja (Mississauga, 2012) Kelelahan

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN WAKTU ISTIRAHAT PENDEK TERHADAP KELELAHAN KERJA PADA PAKERJA PELINTING ROKOK DI PT. DJITOE INDONESIA TOBACCO BAB I

PENGARUH PENAMBAHAN WAKTU ISTIRAHAT PENDEK TERHADAP KELELAHAN KERJA PADA PAKERJA PELINTING ROKOK DI PT. DJITOE INDONESIA TOBACCO BAB I PENGARUH PENAMBAHAN WAKTU ISTIRAHAT PENDEK TERHADAP KELELAHAN KERJA PADA PAKERJA PELINTING ROKOK DI PT. DJITOE INDONESIA TOBACCO BAB I NASKAH PUBLIKASI Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA LAUNDRY DI KECAMATAN DENPASAR SELATAN, BALI

KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA LAUNDRY DI KECAMATAN DENPASAR SELATAN, BALI KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA LAUNDRY DI KECAMATAN DENPASAR SELATAN, BALI Joice Sari Tampubolon 1, I Putu Gede Adiatmika 2 1. Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POSTUR KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA BAGIAN PRESS DRYER UD. ABIOSO, BOYOLALI

HUBUNGAN ANTARA POSTUR KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA BAGIAN PRESS DRYER UD. ABIOSO, BOYOLALI HUBUNGAN ANTARA POSTUR KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA BAGIAN PRESS DRYER UD. ABIOSO, BOYOLALI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Heni Nurhayati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT Perkebunan Nusantara IX Kebun Batujamus RSS Kerjoarum merupakan salah satu dari dua pabrik pengolahan getah karet menjadi karet setengah jadi di Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kerja merupakan unsur terpenting dalam perusahaan untuk meningkatkan produksi perusahaan, di samping itu tenaga kerja sangat beresiko mengalami masalah kesehatan.

Lebih terperinci

sesuatu dari satu tempat ke tempat lainnya. Pentingnya transportasi terlihat pada

sesuatu dari satu tempat ke tempat lainnya. Pentingnya transportasi terlihat pada 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Menurut UUD 1945 pasal 27 ayat 2 dijelaskan bahwa setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Pekerjaan dan penghidupan yang

Lebih terperinci

MODUL II PHYSIOLOGICAL PERFORMANCE

MODUL II PHYSIOLOGICAL PERFORMANCE MODUL II PHYSIOLOGICAL PERFORMANCE 2.1. Tujuan Praktikum Setelah mengikuti praktikum, praktikan diharapkan : a. Mampu memahami pengaruh yang ditimbulkan oleh pembebanan kerja terhadap tubuh selama manusia

Lebih terperinci

MUSCULOSKELETAL DISORDER (MSD) PADA PEKERJA LAUNDRY DI KECAMATAN DENPASAR SELATAN, BALI

MUSCULOSKELETAL DISORDER (MSD) PADA PEKERJA LAUNDRY DI KECAMATAN DENPASAR SELATAN, BALI MUSCULOSKELETAL DISORDER (MSD) PADA PEKERJA LAUNDRY DI KECAMATAN DENPASAR SELATAN, BALI Joice Sari Tampubolon 1, I Putu Gede Adiatmika 2 1. Joice Sari Tampubolon - Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan 1. Pengertian Lelah Beberapa ahli mendefinisikan kelelahan kerja adalah : a. Kelelahan kerja ditandai oleh adanya perasaan lelah, output dan kondisi psikologis yang

Lebih terperinci

UJIAN OSCE REGULER BERORIENTASI ERGONOMI MENINGKATKAN KINERJA PENGUJI DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR MATARAM ABSTRAK

UJIAN OSCE REGULER BERORIENTASI ERGONOMI MENINGKATKAN KINERJA PENGUJI DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR MATARAM ABSTRAK UJIAN OSCE REGULER BERORIENTASI ERGONOMI MENINGKATKAN KINERJA PENGUJI DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR MATARAM Iing; I Dewa Putu Sutjana; Ida Bagus Alit Swamardika Program Studi Magister

Lebih terperinci

EVALUASI PERANCANGAN STANG SEPEDA MOTOR YANG ERGONOMIS UNTUK KOMUNITAS FREESTYLE

EVALUASI PERANCANGAN STANG SEPEDA MOTOR YANG ERGONOMIS UNTUK KOMUNITAS FREESTYLE EVALUASI PERANCANGAN STANG SEPEDA MOTOR YANG ERGONOMIS UNTUK KOMUNITAS FREESTYLE Maulana Antasari Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Gunadarma Depok Jalan Margonda Raya 100,

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI ADI OKANANTO J Disusun oleh :

NASKAH PUBLIKASI ADI OKANANTO J Disusun oleh : PENGARUH PEMBERIAN PEREGANGAN (STRETCHING) TERHADAP PENURUNAN KELUHAN NYERI PINGGANG DAN NYERI PUNGGUNG BAWAH (LOW BACK PAIN) PADA PEKERJA BAGIAN MENJAHIT CV.VANILLA PRODUCTION SUSUKAN SEMARANG NASKAH

Lebih terperinci

ANALISIS SIKAP DAN POSISI KERJA PADA PERAJIN BATIK TULIS DI RUMAH BATIK NAKULA SADEWA, SLEMAN

ANALISIS SIKAP DAN POSISI KERJA PADA PERAJIN BATIK TULIS DI RUMAH BATIK NAKULA SADEWA, SLEMAN ANALISIS SIKAP DAN POSISI KERJA PADA PERAJIN BATIK TULIS DI RUMAH BATIK NAKULA SADEWA, SLEMAN Titin Isna Oesman 1), Muhammad Yusuf 1), Lilik Irawan 1 1 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan manual material handling. Manual material handling didefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan manual material handling. Manual material handling didefinisikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagian besar dari aktivitas fisik manusia dalam industri terjadi dalam kegiatan manual material handling. Manual material handling didefinisikan sebagai pemindahan

Lebih terperinci

Evaluasi Beban Kerja Mental Dengan Subjective Workload Assessment Technique (Swat) Di PT. Air Mancur

Evaluasi Beban Kerja Mental Dengan Subjective Workload Assessment Technique (Swat) Di PT. Air Mancur Evaluasi Beban Kerja Mental Dengan Subjective Workload Assessment Technique (Swat) Di PT. Air Mancur Etika Muslimah, Cita Zulfa Rokhima, Akhmad Kholid Alghofari Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pekerjaan manual handling. Suatu hal yang sangat beralasan,

BAB I PENDAHULUAN. dengan pekerjaan manual handling. Suatu hal yang sangat beralasan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lebih dari seperempat dari total kecelakaan kerja terjadi berkaitan dengan pekerjaan manual handling. Suatu hal yang sangat beralasan, seharusnya diberikan perhatian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Kelelahan Kerja a. Pengertian Kelelahan Kelelahan adalah suatu kondisi yang disertai penurunan efisiensi dan kebutuhan dalam bekerja (Maulidi, 2012). Kelelahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas, dari pencemaran lingkungan, sehingga

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PERSENTASE CARDIOVASCULAR LOAD (%CVL) DENGAN TINGKAT KELELAHAN PADA KULI ANGKUT BUAH DI PASAR GEDE HARDJONAGORO SURAKARTA

HUBUNGAN TINGKAT PERSENTASE CARDIOVASCULAR LOAD (%CVL) DENGAN TINGKAT KELELAHAN PADA KULI ANGKUT BUAH DI PASAR GEDE HARDJONAGORO SURAKARTA HUBUNGAN TINGKAT PERSENTASE CARDIOVASCULAR LOAD (%CVL) DENGAN TINGKAT KELELAHAN PADA KULI ANGKUT BUAH DI PASAR GEDE HARDJONAGORO SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : Nurul Rizki Amelia J 410 110 108

Lebih terperinci