FAKTOR-FAKTOR PADA IBU BERSALIN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERBILLIRUBIN PADA BAYI BARU LAHIR DI RUMAH SAKIT DUSTIRA CIMAHI TAHUN 2009

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FAKTOR-FAKTOR PADA IBU BERSALIN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERBILLIRUBIN PADA BAYI BARU LAHIR DI RUMAH SAKIT DUSTIRA CIMAHI TAHUN 2009"

Transkripsi

1 FAKTOR-FAKTOR PADA IBU BERSALIN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERBILLIRUBIN PADA BAYI BARU LAHIR DI RUMAH SAKIT DUSTIRA CIMAHI TAHUN 2009 ABSTRAK Novie E. Mauliku dan Ade Nurjanah Salah satu penyebab mortalitas pada bayi baru lahir adalah Ikterus yaitu warna kuning yang tampak pada kulit dan mukosa karena peningkatan bilirubin. Hiperbillirubin merupakan suatu keadaan dimana kadar billirubin mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi menimbulkan kern ikterus dan jika tidak ditanggulangi dengan baik akan menyebabkan keterbelakangan mental. Angka kejadian hiperbillirubin pada bayi baru lahir di Rumah Sakit Dustira Cimahi pada pada tahun 2009 mencapai 278 kasus dari persalinan. Faktor risiko terjadinya hiperbillirubin diantaranya pada bayi kurang bulan dan jenis persalinan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan faktor-faktor pada ibu bersalin dengan kejadian hiperbillirubin pada bayi baru lahir di Rumah Sakit Dustira Tingkat II Cimahi tahun Penelitian ini mengunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan cross-sectional. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 92 ibu yang bersalin di Rumah Sakit Dustira Cimahi dengan teknik pengambilan sampel random sampling melalui teknik lotere. Pengumpulan data berupa data sekunder yaitu dari catatan rekam medik Ruang Perinatalogi Rumah Sakit Dustira Cimahi dan dianalisis secara univariat dan bivariat melalui chi square test. Hasil penelitian diperoleh bahwa kejadian Hiperbillirubin pada bayi baru lahir di Rumah Sakit Dustira Tingkat II Cimahi pada tahun 2009 masih relatif tinggi (34,8%) dengan sebagian besar usia kehamilan kurang bulan (77,2%), dan jenis persalinan normal (70,7%). Hasil uji statistik diperoleh p-value 0,001 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara faktor usia kehamilan ibu bersalin dan jenis persalinan dengan kejadian Hiperbillirubin pada bayi baru lahir di Rumah Sakit Dustira Cimahi tahun Disarankan bagi ibu hamil agar memeriksakan kehamilannya secara rutin dan teratur dan asupan gizi yang seimbang, dan pada ibu bersalin disarankan untuk memberikan ASI Eksklusif sedini mungkin. Selain itu, kepada petugas kesehatan di Rumah Sakit Dustira agar menganjurkan setiap ibu bersalin untuk melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) sebagai upaya pencegahan Hiperbillirubin pada bayi baru lahir. Kata kunci : Cross sectional, Faktor-faktor Ibu Bersalin, Hiperbillirubin Kepustakaan : 29 ( ) A. PENDAHULUAN Derajat kesehatan masyarakat dapat diukur dengan berbagai indikator kesehatan, antara lain angka kematian perinatal, angka kematian bayi, dan angka kematian balita. Kematian bayi adalah kematian yang terjadi saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi. Secara garis besar, dari sisi penyebabnya kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan eksogen. Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian neonatal adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan dan umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa selama kehamilan. Kematian bayi eksogen atau kematian post neonatal adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang berkaitan dengan pengaruh lingkungan luar (Depkes RI, 2008). Jurnal Kesehatan Kartika 16

2 Angka kematian bayi (AKB) merupakan indikator untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat. AKB merujuk kepada jumlah bayi yang meninggal pada fase antara kelahiran hingga bayi belum mencapai umur 1 tahun per kelahiran hidup. Menurut World Health Organization (WHO) AKB sebagian besar disebabkan oleh asfiksia (20-60%), infeksi (25-30%), bayi dengan berat lahir rendah (25-30%), dan trauma persalinan (5-10%) (Depkes RI, 2008). Salah satu penyebab mortalitas pada bayi baru lahir adalah Ikterus yaitu warna kuning yang tampak pada kulit dan mukosa karena peningkatan bilirubin. Biasanya mulai tampak pada kadar bilirubin serum 5 mg/dl. Ikterus biasanya fisiologis, namun pada sebagian kasus dapat menyebabkan masalah seperti yang paling ditakuti yaitu ensefalopati bilirubin (Sastroasmoro, 2007). Ensefalopati bilirubin (lebih dikenal sebagai kemikterus) merupakan komplikasi ikterus neonatorum yang paling berat. Selain memiliki angka mortalitas yang tinggi, juga dapat menyebabkan gejala sisa berupa cerebral palsy, tuli nada tinggi, paralisis dan displasia dental yang sangat mempengaruhi kualitas hidup (Sukadi, 2002) Hiperbillirubin adalah istilah yang dipakai untuk ikterus neonatorum setelah ada hasil laboratorium, yang menunjukkan peningkatan kadar billrubin yaitu kehamilan >37 minggu dengan hasil billirubin serum 12,5 mg/dl dan kehamilan <37 minggu dengan hasil serum >10 mg/dl. Hiperbillirubin merupakan suatu keadaan dimana kadar billirubin mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi menimbulkan kemikterus dan jika tidak ditanggulangi dengan baik akan menyebabkan keterbelakangan mental (Wiknjosastro, 2002). Hiperbillirubin ditemukan dalam 24 jam pertama setelah lahir dengan mengenal faktor-faktor risiko yang mempengaruhi ikterus. Diharapkan penatalaksanaan oleh tenaga kesehatan dapat mencegah terjadinya ikterus yaitu dengan adanya pengawasan antenatal yang baik serta pertolongan persalinan yang aman dengan berpedoman pada asuhan sayang ibu sehingga mampu menurunkan angka kejadian ikterus neonatorum. Jika tidak ditanggulangi dengan baik maka 75% bayi hiperbillirubin akan meninggal dan dampak yang akan terjadi apabila bayi mengalami hiperbillirubin 80% dari bayi yang hidup akan mengalami keterbelakangan mental (Behman, 2006). Menurut Sukadi (2002) bahwa penyebab hiperbillirubin saat ini masih merupakan faktor predisposisi. Yang sering ditemukan antara lain dari faktor maternal seperti komplikasi kehamilan (inkontabilitas golongan darah ABO dan Rh), dan pemberian air susu ibu (ASI), faktor perinatal seperti infeksi, dan trauma lahir (cephalhermaton), dan faktor neonatus seperti prematuritas, rendahnya asupan ASI, hipoglikemia, dan faktor genetik (Sastroasmoro, 2007). Selain itu, faktor risiko terjadinya hiperbillirubin diantaranya pada bayi kurang bulan atau kehamilan usia <37 minggu, bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) dan jenis persalinan (Sukadi, 2002). Menurut studi penelitian didapatkan ikterus dan hiperbillirubinemia terjadi pada 82% dan 18,6% bayi cukup bulan. Sedangkan pada bayi kurang bulan, dilaporkan ikterus dan hiperbillirubinemia ditemukan pada 95% dan 56% bayi. Tahun 2003 terdapat sebanyak 128 kematian neonatal (8,5%) dari 1509 neonatus yang dirawat dengan 24% kematian terkait hiperbillirubinemia. Penerimaan informasi bahwa alat vakum ekstraksi lebih aman dibandingkan forsep di Amerika Serikat lebih lambat dibandingkan dengan di negara Eropa. Akan tetapi pada tahun 1992, di Amerika Serikat, angka penggunaan vakum ekstraksi pada persalinan melebihi angka penggunaan forsep. Bagaimanapun, secara keseluruhan pada akhir dua dekade terakhir angka kelahiran dengan operasi atau tindakan persalinan pervaginam semakin menurun, sementara itu angka persalinan dengan seksio sesarea juga mengalami peningkatan. Meskipun demikian 10% dari seluruh kelahiran di Amerika Serikat tiap tahun menggunakan vakum ekstraksi (Widya, 2007). Hiperbillirubin pada bayi baru lahir sampai saat ini masih banyak terjadi bukan hanya dari persalinan yang ditolong oleh Bidan Praktek Swasta (BPS) dan atau dukun paraji saja, melainkan Jurnal Kesehatan Kartika 17

3 juga persalinan yang ditolong oleh Dokter di Rumah Sakit pun masih terdapat kejadian bayi baru lahir dengan hiperbillirubin, salah satunya adalah di Rumah Sakit Dustira Tingkat II Cimahi. Angka kejadian hiperbillirubin pada bayi baru lahir di Rumah Sakit Dustira Tingkat II Cimahi pada tahun 2008 mencapai 126 kasus dari persalinan, sedangkan pada tahun 2009 mencapai 278 kasus dari persalinan yang terdiri dari 197 kasus yang lahir Rumah Sakit Dustira dan 81 kasus dari rujukan. Dari 278 kasus hiperbillirubin tersebut terdapat satu kasus kematian bayi yang diakibatkan oleh Kern Ikterus (Ruang Perinatalogi Rumah Sakit Dustira Cimahi Tahun 2009). Masih tingginya angka kejadian Hiperbillirubin pada bayi baru lahir di Rumah Sakit Dustira Cimahi, maka penulis tertarik untuk mengetahui Apakah ada hubungan faktor-faktor pada ibu bersalin dengan kejadian hiperbillirubin pada bayi baru lahir di Rumah Sakit Dustira Cimahi tahun Tujuan penelitian ini adalah untuk 1). mengetahui gambaran kejadian hiperbillirubin pada bayi baru lahir, frekuensi umur kehamilan pada ibu hamil, dan frekuensi jenis persalinan; 2). mengetahui hubungan umur kehamilan dengan kejadian hiperbillirubin pada bayi baru lahir. 3). mengetahui hubungan jenis persalinan dengan kejadian hiperbillirubin pada bayi baru lahir. B. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik yaitu suatu penelitian survei atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan terjadi. Kemudian melakukan analisis dinamika korelasi antara fenomena, baik antar faktor risiko dengan faktor efek (Notoatmodjo, 2005). Sedangkan rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian dengan pendekatan cross-sectional yaitu mempelajari hubungan antara faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hiperbillirubin pada bayi baru lahir. Observasi atau pengukuran terhadap variabel bebas dan variabel tergantung dilakukan sekali dalam waktu bersamaan di Rumah Sakit Dustira Tingkat II Cimahi pada tahun Adapun kerangka konsep penelitian sebagai berikut di bawah ini: Faktor Maternal: - Komplikasi kehamilan - Umur Kehamilan Faktor Perinatal: - Jenis Persalinan - Infeksi dan trauma lahir HIPERBILLLIRUBIN Faktor Neonatus: - Prematuritas - Rendahnya asupan ASI - Hipoalbuminemia Keterangan : : Diteliti : Tidak Diteliti Gambar 1 Bagan Kerangka Konsep Penelitian Jurnal Kesehatan Kartika 18

4 Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara optimal berdasarkan karakteristik yang diobservasi, memungkinkan peneliti melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu obyek atau fenomena (Notoatmodjo, 2003). Definisi operasional dari masing-masing variabel penelitian di atas dapat dilihat pada tabel 3.1 di bawah ini. Tabel 1. Definisi Operasional No. Variabel 1. Umur kehamilan (masa gestasi) 2. Jenis persalinan Definisi Operasional Lamanya usia kehamilan ibu sampai dengan melahirkan Jenis persalinan yang dilakukan ibu di RS Dustira Alat Ukur Rekam medik Rekam medik Hasil Ukur 1. Kurang bulan (<37 minggu) 2. Cukup bulan (37-42 minggu) 1. Normal/Spontan 2. Tindakan (SC & Vakum) Skala Ordinal Nominal 3. Hiperbillirubin pada bayi baru lahir Adanya peningkatan billirubin pada bayi baru lahir Rekam medik 1. Ya (>10 mg/dl) 2. Tidak ( 10 mg/dl) Ordinal Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakterisik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2005). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang melahirkan di Rumah Sakit Dustira Cimahi pada tahun 2009 yaitu sebanyak orang. Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2005). Berdasarkan hasil perhitungan, maka jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 92 orang.teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah random sampling dengan cara mengundi anggota populasi (lottery technique). Analisis data adalah mengolah data yang telah terkumpul dengan menggunakan rumus atau aturan yang sesuai dengan desain penelitian yang digunakan sehingga diperoleh suatu kesimpulan (Arikunto, 2006). Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua jenis analisis yaitu Analisis Univariat, yaitu analisis dilakukan untuk mendapatkan gambaran distribusi frekuensi dan proporsi dari masingmasing variabel yang diteliti sehingga akan diperoleh hasil analisis untuk masing-masing variabel yang diteliti dalam bentuk tabel univarian dan setelah itu dilakukan penafsiran dengan asumsi-asumsi pribadi sehingga membentuk penemuan ilmiah (Scientific Finding) (Notoatmodjo, 2003). Sedangkan Analisis bivariat adalah analisis untuk membuktikan adanya hubungan yang bermakna antara variabel bebas dengan variabel terikat maka dilakukan uji statistik dengan metoda Chi Square (x2). Jurnal Kesehatan Kartika 19

5 C. HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN 1. Analisis Univariat Tabel 1. Distribusi Frekuensi Kejadian Hiperbillirubin pada Bayi Baru Lahir dan Karakteristik Ibu Bersalin di Rumah Sakit Dustira Cimahi Tahun 2009 Variabel Frekuensi (n) Prosentase (%) 1. Kejadian Hiperbillirubin Hiperbillirubin 32 34,8 Tidak Hiperbillirubin 60 65,2 Total Usia Kehamilan Kurang bulan (<37 minggu) 21 22,8 Cukup bulan (37-42 minggu) 71 77,2 Total Jenis Persalinan Normal 65 70,7 Tindakan 27 29,3 Total Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 92 responden yang bersalin di RS Dustira sebanyak 32 orang (34,8%) bayinya mengalami Hiperbillirubin. Dan Berdasarkan karakteristik Ibu bersalin, sebagian besar yaitu 71 orang (77,2%) bersalin dengan usia kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), dan sebagian besar yaitu 65 orang (70,7%) bersalin secara normal atau spontan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Behman (2006) bahwa Hiperbillirubin ditemukan dalam 24 jam pertama setelah lahir dengan mengenal faktor-faktor risiko yang mempengaruhi ikterus dan jika tidak langsung ditanggulangi dengan baik maka 75% bayi Hiperbillirubin akan meninggal dan dampak yang akan terjadi apabila bayi mengalami Hiperbillirubin 80% bayi yang hidup akan mengalami keterbelakangan mental. Selain itu, Sastroasmoro (2007) menyebutkan bahwa salah satu penyebab mortalitas pada bayi baru lahir adalah Ikterus yaitu warna kuning yang tampak pada kulit dan mukosa karena peningkatan bilirubin. Biasanya mulai tampak pada kadar bilirubin serum 5 mg/dl. Ikterus biasanya fisiologis, namun pada sebagian kasus dapat menyebabkan masalah seperti yang paling ditakuti yaitu ensefalopati bilirubin. Data epidemiologi yang ada menunjukkan bahwa lebih 50% bayi baru lahir menderita ikterus yang dapat dideteksi secara klinis dalam minggu pertama kehidupannya. Pada neonatus produksi bilirubin 2 sampai 3 kali lebih tinggi dibanding orang dewasa normal. Hal ini dapat terjadi karena jumlah eritosit pada neonatus lebih banyak dan usianya lebih pendek (Surjono, 2007). Menurut Sukadi (2002) bahwa penyebab hiperbillirubin saat ini masih merupakan faktor predisposisi. Yang sering ditemukan antara lain dari faktor maternal seperti komplikasi kehamilan (inkontabilitas golongan darah ABO dan Rh), dan pemberian air susu ibu (ASI), faktor perinatal seperti infeksi, dan trauma lahir (cephalhermaton), dan faktor neonatus seperti prematuritas, rendahnya asupan ASI, hipoglikemia, dan faktor genetik (Sastroasmoro, 2007). Selain itu, faktor risiko terjadinya hiperbillirubin diantaranya pada bayi kurang bulan atau kehamilan usia <37 minggu, bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) dan jenis persalinan (Sukadi, 2002). Jurnal Kesehatan Kartika 20

6 Kejadian Hiperbillirubin pada bayi baru lahir di Rumah Sakit Dustira Cimahi tahun 2009 berdasarkan catatan rekam medik sebagian besar disebabkan oleh trauma lahir dan inkompatibilitas golongan darah. Sedangkan bayi kejadian Hiperbillirubin dari pasien rujukan sebagian besar disebabkan oleh penundaan pemberian makan atau Late Feeding dan rendahnya asupan ASI. 2. Analisis Bivariat a. Hubungan Faktor Usia Kehamilan dengan Kejadian Hiperbillirubin pada Bayi Baru Lahir Tabel 3. Hubungan Faktor Usia Kehamilan dengan Kejadian Hiperbillirubin pada Bayi Baru Lahir di Rumah Sakit Dustira Cimahi Tahun 2009 Kelompok Usia Kehamilan Kejadian Hiperbillirubin Tidak Hiperbillirubin Total Hiperbillirubin n % n % n % Kurang bulan 20 95,2 1 4, Cukup bulan 12 16, , Jumlah 32 34, , p value 0,001 OR (95% CI) 0,010 (0,001-0,083) Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa dari 21 responden yang bersalin dengan umur kehamilan kurang bulan (<37 minggu) sebagian besar yaitu sebanyak 20 orang (95,2%) bayinya mengalami Hiperbillirubin, sedangkan pada 71 responden yang bersalin dengan umur kehamilan cukup bulan (37-42 minggu) sebagian besar yaitu sebanyak 59 orang (83,1%) bayinya tidak mengalami Hiprebillirubin. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,001 dimana lebih kecil dari nilai alpha (α=0,05), hal ini berarti terdapat hubungan yang signifikan antara faktor umur kehamilan dengan kejadian Hiperbillirubin pada bayi baru lahir. Pada tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai odd ratio (OR) atau peluang risiko sebesar 0,010 dengan interval 0,001-0,083, hal ini berarti bayi baru lahir dengan masa gestasi kurang bulan (37-42 minggu) mempunyai peluang risiko sebesar 0,010 kali mengalami Hiperbillirubin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang bersalin dengan usia kehamilan kurang bulan (<37 minggu) sebagian besar (95,2%) bayinya mengalami Hiperbillirubin, sedangkan responden yang bersalin dengan usia kehamilan cukup bulan (37-42 minggu) sebagian besar (83,1%) bayinya tidak mengalami Hiprebillirubin. Hal ini menjelaskan bahwa usia kehamilan ibu bersalin merupakan faktor risiko terhadap kejadian Hiperbillirubin pada bayi lahir, karena usia kehamilan merupakan faktor yang penting dan penentu kualitas kesehatan bayi yang dilahirkan, karena bayi baru lahir dari usia kehamilan yang kurang berkaitan dengan berat lahir rendah dan tentunya akan berpengaruh kepada daya tahan tubuh bayi yang belum siap menerima dan beradaptasi dengan lingkungan di luar rahim sehingga berpotensi terkena berbagai komplikasi salah satunya adalah Ikterus Neonatorum yang dapat menyebabkan Hiperbillirubin. Hal ini sesuai dengan penelitian Widya (2007) bahwa ikterus dan hiperbillirubinemia terjadi pada 82% dan 18,6% bayi cukup bulan. Sedangkan pada bayi kurang bulan, dilaporkan ikterus dan hiperbillirubinemia ditemukan pada 95% dan 56% bayi. Tahun 2003 terdapat sebanyak 128 kematian neonatal (8,5%) dari neonatus yang dirawat dengan 24% kematian terkait Jurnal Kesehatan Kartika 21

7 Hiperbillirubinemia. Berdasarkan hal tersebut, maka umur kehamilan kurang bulan mempunyai keeratan hubungan dengan kejadian Hiperbillirubin pada bayi baru lahir Wiknjosastro (2002) menyebutkan bahwa bayi yang lahir dengan kehamilan kurang dari 37 minggu terjadi imaturitas enzimatik, karena belum sempurnanya pematangan hepar sehingga menyebabkan hipotiroidismus, dan menurut Behman (2006) bahwa bayi prematur lebih sering mengalami hiperbillirubin dibandingkan bayi cukup bulan. Hal ini disebabkan oleh faktor kematangan hepar sehingga konjugasi billirubin indirek menjadi billirubin direk belum sempurna. Banyak bayi baru lahir, terutama bayi kecil (bayi dengan berat lahir <2500 gram atau usia gestasi <37 minggu) mengalami ikterus pada minggu-minggu pertama kehidupannya. Hiperbillirubin pada bayi baru lahir terdapat pada 25-50% neonatus cukup bulan dan lebih tinggi lagi pada neonatus kurang bulan. Ikterus pada bayi baru lahir merupakan suatu gejala fisiologis atau dapat merupakan hal patologis (Saifuddin, 2002). Menurut Siswono (2004) bahwa usia kehamilan sangat menentukan kualitas tumbuh kembang bayi yang dilahirkan. Bayi yang dilahirkan pada usia kehamilan dini dengan berat lahir yang sangat rendah berpotensi terkena berbagai komplikasi yang bisa dibawa hingga menjadi manusia dewasa. Karena itu, memperpanjang kehidupan dalam rahim merupakan jalan terbaik agar bayi dapat bertumbuh kembang secara optimal. Dua dari tiga kematian pada masa neonatus (bayi baru lahir sampai usia empat minggu) biasanya terkait dengan kelahiran prematur dan berat lahir rendah. b. Hubungan Faktor Jenis Persalinan dengan Kejadian Hiperbillirubin pada Bayi Baru Lahir Tabel 4. Hubungan Faktor Jenis Persalinan dengan Kejadian Hiperbillirubin pada Bayi Baru Lahir di Rumah Sakit Dustira Cimahi Tahun 2009 Jenis Persalinan Kejadian Hiperbillirubin Tidak Hiperbillirubin Total Hiperbillirubin n % n % n % Normal 17 26, , Tindakan 15 55, , Jumlah 32 34, , p value 0,014 OR (95% CI) 0,283 (0,111-0,725) Tabel 4 di atas menunjukkan bahwa dari 65 responden yang bersalin dengan proses persalinan normal sebagian besar yaitu sebanyak 48 orang (73,8%) bayinya tidak mengalami Hiperbillirubin, sedangkan pada 27 responden yang bersalin dengan dengan proses persalinan tindakan sebagian besar yaitu sebanyak 15 orang (55,6%) bayinya mengalami Hiprebillirubin. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,014 dimana lebih kecil dari nilai alpha (α=0,05), hal ini berarti terdapat hubungan yang signifikan antara faktor jenis persalinan dengan kejadian Hiperbillirubin pada bayi baru lahir. Pada tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai odd ratio (OR) atau peluang risiko sebesar 0,283 dengan interval 0,111-0,725, hal ini berarti ibu bersalin dengan proses persalinan normal memiliki peluang risiko sebesar 0,283 kali terhadap kejadian Hiperbillirubin pada bayi baru lahir. Jurnal Kesehatan Kartika 22

8 Sesuai dengan penelitian Widya (2007) yang melaporkan bahwa ikterus neonatorum dan Hiperbillirubin dapat terjadi pada setiap proses persalinan, baik persalinan normal maupun persalinan dengan tindakan. Sedangkan menurut Savitri (2009) dalam penelitiannya melaporkan bahwa persalinan dengan tindakan dapat menimbulkan komplikasi baik pada ibu maupun janin. Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu antara lain adanya perdarahan, trauma jalan lahir, dan infeksi. Hal serupa dikemukakan oleh Indiarti (2006) dalam penelitiannya bahwa bayi yang dilahirkan dengan tindakan, kemungkinan pada saat lahir tidak langsung manangis dan keterlambatan menangis ini mengakibatkan kelainan hemodinamika sehingga depresi pernapasan dapat menyebabkan hipoksia di seluruh tubuh yang berakibat timbulnya asidosis respiratorik/metabolik yang dapat mengganggu metabolisme billirubin. Sarjono (2007) menyebutkan bahwa komplikasi yang terjadi akibat persalinan dengan tindakan dapat menimbulkan berbagai gangguan dalam masa perinatal, dimana pada masa ini merupakan masa penting dalam awal kehidupan neonatus dan merupakan masa-masa rawan karena organ-organ tubuh belum matur sehingga apabila terjadi gangguan pada masa perinatal dapat mengakibatkan hambatan tumbuh kembang neonatus itu sendiri. Berdasarkan uraian di atas maka penulis mengasumsikan bahwa jenis persalinan dapat mempengaruhi status kesehatan bayi yang akan lahir baik itu persalinan normal maupun tindakan, karena kedua jenis persalinan tersebut mempunyai peluang risiko terhadap kejadian Hiperbillirubin pada bayi baru lahir. D. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut: a. Kejadian Hiperbillirubin pada bayi baru lahir di Rumah Sakit Dustira Cimahi Tahun 2009 masih relatif tinggi yaitu sebesar 34,8% dengan sebagian besar usia kehamilan kurang bulan (37 minggu) yaitu sebesar 77,2%, dan jenis persalinan normal sebesar 70,7%. b. Terdapat hubungan yang signifikan (p=0,001) antara faktor usia kehamilan ibu bersalin (kurang bulan) dengan kejadian Hiperbillirubin pada bayi baru lahir di Rumah Sakit Dustira Cimahi tahun c. Terdapat hubungan yang signifikan (p=0,014) antara jenis persalinan (persalinan tindakan) dengan kejadian Hiperbillirubin pada bayi baru lahir di Rumah Sakit Dustira Cimahi tahun Saran a. Kepada ibu hamil disarankan untuk memeriksakan kehamilannya secara rutin dan teratur dan asupan gizi yang seimbang, dan pada ibu bersalin disarankan untuk memberikan ASI Eksklusif sedini mungkin sebagai upaya pencegahan Hiperbillirubin pada bayi baru lahir. b. Kepada petugas kesehatan khususnya di Rumah Sakit Dustira disarankan agar menganjurkan kepada setiap ibu bersalin untuk melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) dan memberikan pendidikan kesehatan pada ibu bersalin khususnya mengenai cara menyusui yang benar, pemberian ASI Eksklusif tanpa jadwal, dan mengenai tanda bahaya pada bayi baru lahir. Selain itu, dalam upaya mencegah dan mengantisipasi timbulnya ikterus patologis yang akan menyebabkan Hiperbillirubin maka disarankan agar melakukan berbagai penanganan yang cepat dan akurat sedini mungkin. Jurnal Kesehatan Kartika 23

9 c. Kepada peneliti lain diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk melakukan penelitian berikutnya dan dalam penelitian selanjutnya diharapkan agar lebih menggali faktor-faktor lain yang berhubungan dan mempengaruhi terhadap kejadian Hiperbillirubin pada bayi baru lahir sehingga mendapatkan hasil penelitian yang lebih komprehensif dan akurat. DAFTAR PUSTAKA Arikunto (2003). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi V. Jakarta : Rineka Cipta. Ayurai (2009). Ikterus Neonatorum. Tersedia di (diperoleh tanggal 23 Februari 2010). Behman, dkk (2006). Nelson : Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 1. Edisi Revisi. Jakarta EGC. Comprehensive Maternity Nursing. Philadelphia : J.B. Lippincot Company. Depkes RI (2007). Profil Kesehatan Indonesia Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Tersedia di (2008). Profil Kesehatan Indonesia Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Tersedia di Dinkes Kab. Bandung (2009). Profil Kesehatan Kabupaten Bandung Tahun Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung. Handoko, I.S. (2003). Hiperbilirubinemia. Klinikku. Cermin Dunia Kedokteran. Tersedia di (diakses tanggal 27 Februari 2010). Harahap (2000). Kegawatan Medis Neonatus. Seminar Sehari Peranan Rujukan dalam Meningkatkan Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta. Hal Cermin Dunia Kedokteran (Nuchsan Umar Lubis) : Penanggulangan Perinatal Risiko Tinggi. Staf Penanggulangan Bayi Risiko Tinggi, Bagian Perinatologi Anak Rumah Sakit Umum Langsa, Aceh Timur (Diakses tanggal 8 Maret 2010). Jumiarni (1995). Asuhan Perawatan Perinatal. Jakarta : EGC. Justi (2010). Landasan Teori Persalinan. (Diakses tanggal 02 Maret 2010). Kartono (2000). Kembung pada Bayi Baru Lahir. Radiologi Klinis dan Ultrasonografi pada Bayi dan Anak. Pendidikan Tambahan Berkala Ilmu Kesehatan Anak ke XII FKUI. Jakarta. Hal Cermin Dunia Kedokteran (Nuchsan Umar Lubis) : Penanggulangan Perinatal Risiko Tinggi. Staf Penanggulangan Bayi Risiko Tinggi, Bagian Perinatologi Anak Rumah Sakit Umum Langsa, Aceh Timur (Diakses tanggal 8 Maret 2010). Kosim, dkk. (2008). Buku Ajar Neonatologi Anak. Edisi Pertama. Jakarta : Ikatan Dokter Indonesia. Markum (2000). Ilmu Kesehatan Anak. Buku I. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jurnal Kesehatan Kartika 24

10 Milis (2004). Hubungan Bayi Kuning dengan Bilirubin. (Available at 22 Maret 2010) Monintja, H.E. (2000). Peningkatan Pelayanan Kesehatan pada Janin dan Neonatus. Simposium Perinatologi Nasional II. Semarang. Hal Cermin Dunia Kedokteran (Nuchsan Umar Lubis) : Penanggulangan Perinatal Risiko Tinggi. Staf Penanggulangan Bayi Risiko Tinggi, Bagian Perinatologi Anak Rumah Sakit Umum Langsa, Aceh Timur (Diakses tanggal 8 Maret 2010). Mochtar (2001). Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi dan Obstetri Patologi. Jakarta : EGC. Notoatmodjo (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Saifuddin (2002). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : JNPKKR POGI bekerjasama dengan Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Sastrawinata (2005). Obstetri Fisiologi. Bandung : Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Solahudin, G. (2006). Kapan Bayi Kuning Perlu Terapi?. Tersedia di (diakses tanggal 27 Februari 2010). Sukadi (2002). Diktat Kuliah Perinatologi: Ilmu Kesehatan Anak. Fakultas Kedokteran Universitas Padjdjaran. Rumah Sakit Hasan Sadikin. Bandung. Surjono, A. (2007). Hiperbilirubinemia pada Neonatus: Pendekatan Kadar Bilirubin Bebas. Berkala Ilmu Kedokteran. Suradi (2007). The Association of Neonatal Jaundice and Breast-Feeding. Paedatri Indonesia. Surasmi (2003). Perawatan Bayi Risiko Tinggi. Cetakan I. Jakarta : EGC. Wanamarta (2000). Diagnosa dan Penatalaksanaan Ileus Obstruktif Acut. Simposium Gastro Enterologi. Surabaya. Hal Cermin Dunia Kedokteran (Nuchsan Umar Lubis) : Penanggulangan Perinatal Risiko Tinggi. Staf Penanggulangan Bayi Risiko Tinggi, Bagian Perinatologi Anak Rumah Sakit Umum Langsa, Aceh Timur (Diakses tanggal 8 Maret 2010). Widya (2007). Kelainan pada Bayi Baru Lahir : Dari Bayi Kuning Sampai Penyakit Warisan. (diperoleh tanggal 23 Februari 2010). Wiknjosastro (2002). Ilmu Kebidanan. Jakarta : JNPKKR POGI bekerjasama dengan Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. (2005). Ilmu Kebidanan. Edisi Revisi. Jakarta : JNPKKR POGI bekerjasama dengan Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jurnal Kesehatan Kartika 25

HUBUNGAN USIA GESTASI DAN JENIS PERSALINAN DENGAN KADAR BILIRUBINEMIA PADA BAYI IKTERUS DI RSUP NTB. Syajaratuddur Faiqah

HUBUNGAN USIA GESTASI DAN JENIS PERSALINAN DENGAN KADAR BILIRUBINEMIA PADA BAYI IKTERUS DI RSUP NTB. Syajaratuddur Faiqah HUBUNGAN USIA GESTASI DAN JENIS PERSALINAN DENGAN KADAR BILIRUBINEMIA PADA BAYI IKTERUS DI RSUP NTB Syajaratuddur Faiqah Abstract: Ikterus represent one of death cause at baby, Ikterus represent the manifestasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bayi menurut WHO ( World Health Organization) (2015) pada negara

BAB I PENDAHULUAN. Bayi menurut WHO ( World Health Organization) (2015) pada negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi dalam usia 28 hari pertama kehidupan per 1000 kelahiran hidup. Angka Kematian Bayi menurut WHO ( World Health Organization)

Lebih terperinci

HUBUNGAN INSIDEN IKTERUS NEONATORUM DENGAN PERSALINAN SECARA VAKUM EKSTRAKSI

HUBUNGAN INSIDEN IKTERUS NEONATORUM DENGAN PERSALINAN SECARA VAKUM EKSTRAKSI HUBUNGAN INSIDEN IKTERUS NEONATORUM DENGAN PERSALINAN SECARA VAKUM EKSTRAKSI SKRIPSI Diajukan Oleh : DYAH AYU SAVITRI J 50005 0030 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bulan, 80% anak meninggal terjadi saat umur 1-11 bulan. 1 Menurut profil

BAB I PENDAHULUAN. bulan, 80% anak meninggal terjadi saat umur 1-11 bulan. 1 Menurut profil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian bayi dan anak mencerminkan tingkat pembangunan kesehatan dari suatu negara serta kualitas hidup dari masyarakat. Angka ini digunakan untuk memonitor dan

Lebih terperinci

HUBUNGAN BERAT LAHIR DENGAN KEJADIAN IKTERIK PADA NEONATUS TAHUN 2015 DI RSUD. DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

HUBUNGAN BERAT LAHIR DENGAN KEJADIAN IKTERIK PADA NEONATUS TAHUN 2015 DI RSUD. DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN HUBUNGAN BERAT LAHIR DENGAN KEJADIAN IKTERIK PADA NEONATUS TAHUN 2015 DI RSUD. DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN Aunida Hasyyati*,Dwi Rahmawati 1,Mustaqimah 1 1 STIKES Sari Mulia Banjarmasin *Korepondensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah kelahiran hidup. Faktor-faktor yang mempengaruhi AKB

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah kelahiran hidup. Faktor-faktor yang mempengaruhi AKB BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Situasi derajat kesehatan di suatu wilayah digambarkan dalam berbagai indikator derajat kesehatan. Indikator yang dinilai dan telah disepakati secara nasional sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi. Kematian

BAB I PENDAHULUAN. paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi. Kematian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal merupakan salah satu unsur penentu status kesehatan. Pelayanan kesehatan neonatal dimulai sebelum bayi dilahirkan, melalui

Lebih terperinci

Hubungan antara Apgar Score Dengan Ikterus Neonatorum Fisiologis di RSUD Al-Ihsan Kabupaten Bandung Tahun 2014

Hubungan antara Apgar Score Dengan Ikterus Neonatorum Fisiologis di RSUD Al-Ihsan Kabupaten Bandung Tahun 2014 Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Hubungan antara Apgar Score Dengan Ikterus Fisiologis di RSUD Al-Ihsan Kabupaten Bandung Tahun 2014 1 Zahra Nabila Latama, 2 Suganda Tanuwidjaja, 3 Arief Budi

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEHAMILAN POSTTERM DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD ABDUL MOELOEK

HUBUNGAN KEHAMILAN POSTTERM DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD ABDUL MOELOEK HUBUNGAN KEHAMILAN POSTTERM DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD ABDUL MOELOEK Lismiati Akademi Kebidanan Wira Buana Metro Email : lismi_ati@yahoo.co.id Abstrak Angka kejadian asfiksia

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEHAMILAN SEROTINUS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD INDRAMAYU PERIODE 01 SEPTEMBER-30 NOVEMBER TAHUN 2014

HUBUNGAN ANTARA KEHAMILAN SEROTINUS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD INDRAMAYU PERIODE 01 SEPTEMBER-30 NOVEMBER TAHUN 2014 HUBUNGAN ANTARA KEHAMILAN SEROTINUS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD INDRAMAYU PERIODE 01 SEPTEMBER-30 NOVEMBER TAHUN 2014 Ayu Wulansari 1, Tonasih 2, Eka Ratnasari 3 ABSTRAK Menurut

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA IBU HAMIL PRE EKLAMSI DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN

HUBUNGAN ANTARA IBU HAMIL PRE EKLAMSI DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN HUBUNGAN ANTARA IBU HAMIL PRE EKLAMSI DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN 2007-2008 Afriyani Kurniawati Putri¹, Ismarwati², Warsiti³ Intisari: Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN PENELITIAN HUBUNGAN PERSALINAN PRESENTASI BOKONG DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA BAYI BARU LAHIR DI RUMAH SAKIT KABUPATEN LAMPUNG UTARA Yeyen Putriana* *Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang Pada persalinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan neonatal harus dimulai sebelum bayi dilahirkan

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan neonatal harus dimulai sebelum bayi dilahirkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan neonatal harus dimulai sebelum bayi dilahirkan melalui pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil. Berbagai bentuk upaya pencegahan dan

Lebih terperinci

PENELITIAN HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN TERHADAP HASIL LUARAN JANIN. Idawati*, Mugiati*

PENELITIAN HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN TERHADAP HASIL LUARAN JANIN. Idawati*, Mugiati* PENELITIAN HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN TERHADAP HASIL LUARAN JANIN Idawati*, Mugiati* Hipertensi dalam kehamilan merupakan penyebab utama kematian ibu di Indonesia sekitar 25% dan menjadi penyulit kehamilan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENAMBAHAN BERAT BADAN IBU SELAMA HAMIL DENGAN KEJADIAN BBLR DI RUMAH SAKIT DR. NOESMIR BATURAJA TAHUN 2014

HUBUNGAN PENAMBAHAN BERAT BADAN IBU SELAMA HAMIL DENGAN KEJADIAN BBLR DI RUMAH SAKIT DR. NOESMIR BATURAJA TAHUN 2014 HUBUNGAN PENAMBAHAN BERAT BADAN IBU SELAMA HAMIL DENGAN KEJADIAN BBLR DI RUMAH SAKIT DR. NOESMIR BATURAJA TAHUN 2014 Wachyu Amelia Dosen STIKES Al-Ma arif Baturaja Program Studi DIII Kebidanan Email: amelia.wachyu@yahoo.com

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KOMPLIKASI KEHAMILAN PADA PRIMIGRAVIDA

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KOMPLIKASI KEHAMILAN PADA PRIMIGRAVIDA PENELITIAN HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KOMPLIKASI KEHAMILAN PADA PRIMIGRAVIDA Sutarmi*, Mardiana Zakir** WHO memperkirakan resiko klematian akibat kehamilan dan persalinandi usia 15 sampai 19 tahun 2 kali

Lebih terperinci

HUBUNGAN PREMATURITAS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD JEND. AHMAD YANI KOTA METRO TAHUN 2016

HUBUNGAN PREMATURITAS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD JEND. AHMAD YANI KOTA METRO TAHUN 2016 Jurnal Kesehatan Akbid Wira Buana Volume NO, September 7 ISSN:54-5387 HUBUNGAN PREMATURITAS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD JEND. AHMAD YANI KOTA METRO TAHUN 6 Erma Mariam Akademi

Lebih terperinci

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG IKTERUS FISIOLOGIS PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN ABSTRAK

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG IKTERUS FISIOLOGIS PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN ABSTRAK Dinamika Kesehatan, Vol. 6 No. 2 Desember 2015 Khadijah et al., Gambaran Tingkat Ikterus Fisiologis... GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG IKTERUS FISIOLOGIS PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR.

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEJADIAN PRE EKLAMSIA DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT ISLAM KLATEN

HUBUNGAN KEJADIAN PRE EKLAMSIA DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT ISLAM KLATEN HUBUNGAN KEJADIAN PRE EKLAMSIA DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT ISLAM KLATEN Sri Wahyuni 1, Nurul Ayu Safitri 2 Abstrak : Pre eklamsia adalah suatu sindrom klinik dalam kehamilan usia lebih

Lebih terperinci

HUBUNGAN SENAM HAMIL TERHADAP LAMANYA PROSES PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYAT KLATEN

HUBUNGAN SENAM HAMIL TERHADAP LAMANYA PROSES PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYAT KLATEN HUBUNGAN SENAM HAMIL TERHADAP LAMANYA PROSES PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYAT KLATEN Nur Aini Rahmawati 1), Sutaryono 2), Sri Lestari 3) STIKES Muhammadiyah Klaten ABSTRAK

Lebih terperinci

Elli Hidayati, 2 Martsa Rahmaswari. Abstrak

Elli Hidayati, 2 Martsa Rahmaswari. Abstrak HUBUNGAN FAKTOR IBU DAN FAKTOR BAYI DENGAN KEJADIAN HIPERBILIRUBINEMIA PADA BAYI BARU LAHIR (BBL) di RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) KOJA, JAKARTA UTARA TAHUN 2015 1 Elli Hidayati, 2 Martsa Rahmaswari 1,2

Lebih terperinci

HUBUNGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DENGAN KEMATIAN NEONATAL DI RSUD. DR. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013 ABSTRAK

HUBUNGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DENGAN KEMATIAN NEONATAL DI RSUD. DR. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013 ABSTRAK JURNAL KEBIDANAN Vol 1, No 3, Oktober 2015: 116-120 HUBUNGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DENGAN KEMATIAN NEONATAL DI RSUD. DR. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013 Neneng Siti Lathifah(¹), Nurul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sering dihadapi tenaga kesehatan terjadi pada sekitar 25-50% bayi

BAB I PENDAHULUAN. yang sering dihadapi tenaga kesehatan terjadi pada sekitar 25-50% bayi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bilirubin merupakan produk utama pemecahan sel darah merah oleh sistem retikuloendotelial. Kadar bilirubin serum normal pada bayi baru lahir < 2 mg/dl. Pada

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BERSALIN DENGAN INISIASI MENYUSU DINI DI BIDAN PRAKTEK SWASTA BENIS JAYANTO NGENTAK KUJON CEPER KLATEN. Wahyuningsih ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BERSALIN DENGAN INISIASI MENYUSU DINI DI BIDAN PRAKTEK SWASTA BENIS JAYANTO NGENTAK KUJON CEPER KLATEN. Wahyuningsih ABSTRAK HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BERSALIN DENGAN INISIASI MENYUSU DINI DI BIDAN PRAKTEK SWASTA BENIS JAYANTO NGENTAK KUJON CEPER KLATEN Wahyuningsih ABSTRAK Upaya untuk mencegah kematian bayi baru lahir yang baru

Lebih terperinci

SISTEM RUJUKAN BIDAN DENGAN KASUS PRE EKLAMSIA DAN EKLAMSIA DI RSU DR. SAIFUL ANWAR MALANG

SISTEM RUJUKAN BIDAN DENGAN KASUS PRE EKLAMSIA DAN EKLAMSIA DI RSU DR. SAIFUL ANWAR MALANG SISTEM RUJUKAN BIDAN DENGAN KASUS PRE EKLAMSIA DAN EKLAMSIA DI RSU DR. SAIFUL ANWAR MALANG Dian Hanifah Prodi D III Kebidanan STIKes Kendedes Malang Jalan R. Panji Suroso No. 6 Malang Telp. 0341-488 762

Lebih terperinci

Trisna Ebtanastuti 2, Anjarwati 3 INTISARI

Trisna Ebtanastuti 2, Anjarwati 3 INTISARI HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KELUHAN FISIOLOGIS MASA KEHAMILAN DENGAN KETERATURAN FREKUENSI ANTENATAL CARE PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI BPS KARTIYEM KULON PROGO 1 Trisna Ebtanastuti 2, Anjarwati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu strategi dalam upaya peningkatan status kesehatan di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. salah satu strategi dalam upaya peningkatan status kesehatan di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu strategi dalam upaya peningkatan status kesehatan di Indonesia. Hal tersebut merupakan tanggung

Lebih terperinci

Hubungan Usia Kehamilan dan Preeklampsia dengan Asfiksia Neonatorum Bayi Baru Lahir di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang

Hubungan Usia Kehamilan dan Preeklampsia dengan Asfiksia Neonatorum Bayi Baru Lahir di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang Hubungan Usia Kehamilan dan Preeklampsia dengan Asfiksia Neonatorum Bayi Baru Lahir di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang 1) Elli Yafit Viviawati 2) Luvi Dian Afriyani 3) Yunita Galih Yudanari 1) Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hiperbilirubinemia merupakan peningkatan kadar plasma bilirubin 2 standar

BAB I PENDAHULUAN. Hiperbilirubinemia merupakan peningkatan kadar plasma bilirubin 2 standar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Hiperbilirubinemia merupakan peningkatan kadar plasma bilirubin 2 standar deviasi atau lebih dari kadar yang diharapkan berdasarkan umur bayi atau lebih dari presentil

Lebih terperinci

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS PADA BAYI BARU LAHIR 0-7 HARI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS PADA BAYI BARU LAHIR 0-7 HARI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS PADA BAYI BARU LAHIR 0-7 HARI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH KHAIRUNNISAK Mahasiswi D-III Kebidanan STIKes U Budiyah Banda Aceh

Lebih terperinci

FAKTOR RISIKO KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR (STUDI DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GEYER DAN PUSKESMAS TOROH TAHUN 2011)

FAKTOR RISIKO KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR (STUDI DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GEYER DAN PUSKESMAS TOROH TAHUN 2011) FAKTOR RISIKO KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR (STUDI DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GEYER DAN PUSKESMAS TOROH TAHUN 2011) Dhina Novi Ariana 1, Sayono 2, Erna Kusumawati 3 1. Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikterus neonatorum merupakan masalah yang sering dijumpai pada perawatan bayi baru lahir normal, khususnya di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikterus neonatorum merupakan masalah yang sering dijumpai pada perawatan bayi baru lahir normal, khususnya di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikterus neonatorum merupakan masalah yang sering dijumpai pada perawatan bayi baru lahir normal, khususnya di Asia, yaitu munculnya warna kuning pada kulit dan sklera

Lebih terperinci

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN : HUBUNGAN RIWAYAT PERSALINAN PADA IBU MULTIPARA DENGAN

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN : HUBUNGAN RIWAYAT PERSALINAN PADA IBU MULTIPARA DENGAN HUBUNGAN RIWAYAT PERSALINAN PADA IBU MULTIPARA DENGAN KEJADIAN SEKSIO SESAREA DI RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK Ummi Haniek 1 INTISARI Salah satu masalah dan tantangan dalam mencapai derajat kesehatan adalah

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ANEMIA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH DAN PERDARAHAN POSTPARTUM

HUBUNGAN ANTARA ANEMIA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH DAN PERDARAHAN POSTPARTUM HUBUNGAN ANTARA ANEMIA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH DAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSUD KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2013 Nani Hendriani 1, Fitrina Nurul Fauziah 1 1 Program Studi D III Kebidanan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia yaitu sebesar 32

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia yaitu sebesar 32 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, menunjukkan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia yaitu sebesar 32 per 1000 kelahiran hidup terutama disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Amerika Serikat, dari 4 juta neonatus yang lahir setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Amerika Serikat, dari 4 juta neonatus yang lahir setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Amerika Serikat, dari 4 juta neonatus yang lahir setiap tahunnya, sekitar 65% mengalami ikterus. Ikterus masih merupakan masalah pada bayi baru lahir yang sering

Lebih terperinci

HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN LAMANYA PELEPASAN PLASENTA PADA IBU BERSALIN DI RUMAH BERSALIN AL-AMIN DONOYUDAN KALIJAMBE SRAGEN

HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN LAMANYA PELEPASAN PLASENTA PADA IBU BERSALIN DI RUMAH BERSALIN AL-AMIN DONOYUDAN KALIJAMBE SRAGEN HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN LAMANYA PELEPASAN PLASENTA PADA IBU BERSALIN DI RUMAH BERSALIN AL-AMIN DONOYUDAN KALIJAMBE SRAGEN Ika Minda Agustin & Atik Setyaningsih Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali

Lebih terperinci

BERAT BADAN LAHIR RENDAH DENGAN KEJADIAN ASFIXIA NEONATORUM

BERAT BADAN LAHIR RENDAH DENGAN KEJADIAN ASFIXIA NEONATORUM BERAT BADAN LAHIR RENDAH DENGAN KEJADIAN ASFIXIA NEONATORUM Supriyanti*, Tri Indah Idi Retnani* *Akademi Kebidanan Griya Husada, Jl. Dukuh Pakis Baru II no.110 Surabaya Email : admin@akbid-griyahusada.ac.id

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Angka Kematian Ibu (AKI) mencerminkan risiko yang dihadapi ibu-ibu selama kehamilan dan melahirkan yang dipengaruhi oleh status gizi ibu, keadaan sosial ekonomi, keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan umur bayi atau lebih dari 90 persen.

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan umur bayi atau lebih dari 90 persen. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hiperbilirubinemia merupakan salah satu fenomena klinis yang paling sering ditemukan pada bayi baru lahir. Sekitar 25 50% bayi baru lahir menderita ikterus pada minggu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu komplikasi atau penyulit yang perlu mendapatkan penanganan lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu komplikasi atau penyulit yang perlu mendapatkan penanganan lebih 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asuhan kebidanan meliputi Kehamilan dan persalinan adalah peristiwa yang alamiah atau natural bagi perempuan. Meskipun alamiah, kehamilan, persalinan dan masa setelah

Lebih terperinci

Dinamika Kesehatan Vol.6 No. 1 Juli 2015 Maolinda et al.,persalinan Tindakan...

Dinamika Kesehatan Vol.6 No. 1 Juli 2015 Maolinda et al.,persalinan Tindakan... HUBUNGAN PERSALINAN TINDAKAN DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN Winda Maolinda 1, Desilestia Dwi Salmarini 2, Mariani 1 1 Program Studi DIV Bidan Pendidik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses kehamilan, persalinan, nifas merupakan suatu proses fisiologis

BAB I PENDAHULUAN. Proses kehamilan, persalinan, nifas merupakan suatu proses fisiologis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses kehamilan, persalinan, nifas merupakan suatu proses fisiologis yang akan dialami perempuan dalam masa reproduksi. Pada umumnya 80-90% kehamilan akan berlangsung

Lebih terperinci

HUBUNGAN INDUKSI PERSALINAN DENGAN ASFIKSIA BAYI BARU LAHIR DI RSU PKU MUHAMMADIYAH DELANGGU KLATEN TAHUN Sri Wahyuni 1), Titin Riyanti 2)

HUBUNGAN INDUKSI PERSALINAN DENGAN ASFIKSIA BAYI BARU LAHIR DI RSU PKU MUHAMMADIYAH DELANGGU KLATEN TAHUN Sri Wahyuni 1), Titin Riyanti 2) HUBUNGAN INDUKSI PERSALINAN DENGAN ASFIKSIA BAYI BARU LAHIR DI RSU PKU MUHAMMADIYAH DELANGGU KLATEN TAHUN 2010 Sri Wahyuni 1), Titin Riyanti 2) Abstrak : Angka kematian ibu di Indonesia adalah 248 setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelatihan medik maupun paramedik serta sebagai pelayanan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. pelatihan medik maupun paramedik serta sebagai pelayanan peningkatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan suatu penyelenggara pelayanan kesehatan untuk masyarakat dimana terdapat pelayanan gawat darurat, rawat jalan dan rawat inap. Serta terdapat beberapa

Lebih terperinci

Dinamika Kebidanan vol. 2 no.2. Agustus 2012

Dinamika Kebidanan vol. 2 no.2. Agustus 2012 HUBUNGAN TINDAKAN MANAJEMEN AKTIF KALA TIGA DENGAN JUMLAH PENGELUARAN DARAH PADA POST PARTUM OLEH BIDAN DI WILAYAH PUSKESMAS KABUPATEN DEMAK Budi Yuningsih Imbarwati*) *)Akademi kebidanan Abdi Husada Semarang

Lebih terperinci

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN : HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD R.A KARTINI JEPARA INTISARI

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN : HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD R.A KARTINI JEPARA INTISARI HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD R.A KARTINI JEPARA Ita Rahmawati 1, Asmawahyunita 2, Devi Rosita 3 INTISARI AKB di Indonesia tahun 2007 sejumlah 34 per 1000 kelahiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Millennium Development Goals (MDGs) 4 menargetkan penurunan angka kematian balita (AKBa) hingga dua per tiganya di tahun 2015. Berdasarkan laporan terdapat penurunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki banyak risiko

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki banyak risiko BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki banyak risiko mengalami permasalahan pada sistem tubuh, karena kondisi tubuh yang tidak stabil. Kematian perinatal

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RSU PKU MUHAMMADIYAH KOTA YOGYAKARTA 2016

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RSU PKU MUHAMMADIYAH KOTA YOGYAKARTA 2016 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RSU PKU MUHAMMADIYAH KOTA YOGYAKARTA 2016 NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: Desi Maritaning Astuti 1610104430 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSALINAN KALA II LAMA DENGAN ASFIKSIA BAYI BARU. LAHIR DI RSUD.Dr.H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN TAHUN 2011. Husin :: Eka Dewi Susanti

HUBUNGAN PERSALINAN KALA II LAMA DENGAN ASFIKSIA BAYI BARU. LAHIR DI RSUD.Dr.H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN TAHUN 2011. Husin :: Eka Dewi Susanti HUBUNGAN PERSALINAN KALA II LAMA DENGAN ASFIKSIA BAYI BARU LAHIR DI RSUD.Dr.H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN TAHUN 2011 Husin :: Eka Dewi Susanti ISSN : 2086-3454 VOL 05. NO 05 EDISI 23 JAN 2011 Abstrak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada ibu dan janin sehingga menimbulkan kecemasan semua orang termasuk

BAB 1 PENDAHULUAN. pada ibu dan janin sehingga menimbulkan kecemasan semua orang termasuk 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Operasi saat persalinan (Sectio Caesarea) mempunyai komplikasi pada ibu dan janin sehingga menimbulkan kecemasan semua orang termasuk pada keluarga yang mempunyai

Lebih terperinci

HUBUNGAN LINGKAR LENGAN ATAS (LILA) DAN KADAR HEMOGLOBIN (Hb) DENGAN BERAT BAYI LAHIR

HUBUNGAN LINGKAR LENGAN ATAS (LILA) DAN KADAR HEMOGLOBIN (Hb) DENGAN BERAT BAYI LAHIR HUBUNGAN LINGKAR LENGAN ATAS (LILA) DAN KADAR HEMOGLOBIN (Hb) DENGAN BERAT BAYI LAHIR Afif Maulidiyah & Ardiani Sulistiani Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali ABSTRAK Bayi dengan berat lahir rendah atau

Lebih terperinci

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEMATIAN PERINATAL DI KABUPATEN LAMPUNG UTARA TAHUN 2014

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEMATIAN PERINATAL DI KABUPATEN LAMPUNG UTARA TAHUN 2014 JURNAL KESEHATAN HOLISTIK Vol 9, No 3, Juli 2015: 103-108 FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEMATIAN PERINATAL DI KABUPATEN LAMPUNG UTARA TAHUN 2014 Anita Bustami 1, Titik Sunarti 2, Rosmiyati 3 ABSTRAK

Lebih terperinci

KASUS FENOMENA ASFIKSIA PADA BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) (Di RSUD Kota Semarang Tahun )

KASUS FENOMENA ASFIKSIA PADA BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) (Di RSUD Kota Semarang Tahun ) KASUS FENOMENA ASFIKSIA PADA BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) Vivin Supinah Dosen Tetap Akbid Nadira Bandar Lampung ABSTRAK Latar Belakang: Salah satu masalah nutrisi makro yang masih membutuhkan perhatian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab tingginya angka kematian ibu terutama disebabkan karena faktor

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab tingginya angka kematian ibu terutama disebabkan karena faktor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) berguna untuk menggambarkan status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan serta tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sekaligus pada suatu saat (Notoatmodjo, 2010). Variabel bebas yang. Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Dr Moewardi.

BAB III METODE PENELITIAN. sekaligus pada suatu saat (Notoatmodjo, 2010). Variabel bebas yang. Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Dr Moewardi. 22 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional, di mana observasi atau pengumpulan data variabel bebas (faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hiperbilirubinemia merupakan masalah terbanyak pada neonatus (50%-80% neonatus mengalami ikterus neonatorum) dan menjadi penyebab dirawat kembali dalam 2 minggu pertama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan angka kematian ibu (AKI) dan bayi sampai pada batas angka

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan angka kematian ibu (AKI) dan bayi sampai pada batas angka BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ukuran keberhasilan suatu pelayanan kesehatan tercermin dari penurunan angka kematian ibu (AKI) dan bayi sampai pada batas angka terendah yang dapat dicapai sesuai

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PENDIDIKAN BIDAN DENGAN PENGGUNAAN PARTOGRAF DI PUSKESMAS PAGADEN PERIODE MARET SAMPAI JULI 2008

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PENDIDIKAN BIDAN DENGAN PENGGUNAAN PARTOGRAF DI PUSKESMAS PAGADEN PERIODE MARET SAMPAI JULI 2008 11 HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PENDIDIKAN BIDAN DENGAN PENGGUNAAN PARTOGRAF DI PUSKESMAS PAGADEN PERIODE MARET SAMPAI JULI 2008 Novie E. Mauliku, Nurbaeti, Indrianti Windaningsih ABSTRAK Latar Belakang

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KECEMASAN IBU KEHAMILAN PERTAMA DALAM MENGHADAPI PERSALINAN

ANALISIS TINGKAT KECEMASAN IBU KEHAMILAN PERTAMA DALAM MENGHADAPI PERSALINAN ANALISIS TINGKAT KECEMASAN IBU KEHAMILAN PERTAMA DALAM MENGHADAPI PERSALINAN Marniati Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar Meulaboh E-mail: marniati_skm@yahoo.co.id Abstrak Kecemasan merupakan

Lebih terperinci

PARITAS DENGAN KEJADIAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN TAHUN Sri Handayani, Umi Rozigoh

PARITAS DENGAN KEJADIAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN TAHUN Sri Handayani, Umi Rozigoh PARITAS DENGAN KEJADIAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN TAHUN 2008 Sri Handayani, Umi Rozigoh Program Studi DIII Kebidanan STIKES Muhammadiyah Klaten email:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang lainnya. Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang lainnya. Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian bayi di Indonesia masih tinggi dibandingkan dengan negara berkembang lainnya. Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi dalam usia 28 hari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. asfiksia, hampir 1 juta bayi meninggal (WHO, 2002). Di Indonesia, dari

I. PENDAHULUAN. asfiksia, hampir 1 juta bayi meninggal (WHO, 2002). Di Indonesia, dari I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) angka kematian bayi menjadi indikator pertama dalam menentukan derajat kesehatan anak dan setiap tahunnya kira-kira 3%

Lebih terperinci

HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN PENINGKATAN SUHU TUBUH BAYI BARU LAHIR DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI PUJI LESTARI MAWUNG TRUCUK

HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN PENINGKATAN SUHU TUBUH BAYI BARU LAHIR DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI PUJI LESTARI MAWUNG TRUCUK HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN PENINGKATAN SUHU TUBUH BAYI BARU LAHIR DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI PUJI LESTARI MAWUNG TRUCUK Nur Aini Rahmawati 1), Mila Sari Dwi Jayanti 2) Abstrak : Latar Belakang

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERBILIRUBINEMIA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERBILIRUBINEMIA FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERBILIRUBINEMIA DI RUANG NEONATAL INTENSIVE CARE UNIT (NICU) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH 2013 Hafizah 1, Imelda 2 XII+ V Bab

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA INSIDEN IKTERUS NEONATORUM DENGAN PERSALINAN SECARA INDUKSI

HUBUNGAN ANTARA INSIDEN IKTERUS NEONATORUM DENGAN PERSALINAN SECARA INDUKSI HUBUNGAN ANTARA INSIDEN IKTERUS NEONATORUM DENGAN PERSALINAN SECARA INDUKSI SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : AVYSIA TRI MARGA WULAN J 500 050 052

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi perkembangan dan pertumbuhan bayi selanjutnya. Salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. bagi perkembangan dan pertumbuhan bayi selanjutnya. Salah satu masalah digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses persalinan merupakan masa yang kritis sepanjang kehidupan bayi. Perubahan minimal yang terjadi sebelum atau pada saat persalinan, dapat berpengaruh

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA PADA IBU BERSALIN

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA PADA IBU BERSALIN PENELITIAN HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA PADA IBU BERSALIN Diana Metti* *Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang Insiden atau kejadian plasenta previa di dunia adalah

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga ABSTRAK. Kata kunci: BBLR, kualitas, kuantitas, antenatal care. viii

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga ABSTRAK. Kata kunci: BBLR, kualitas, kuantitas, antenatal care. viii ABSTRAK Salah satu penyebab terbesar kematian bayi dan kematian neonatus adalah bayi dengan berat badan yang rendah saat lahir atau yang biasa disebut bayi berat lahir rendah (BBLR). Menurut World Health

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang

Lebih terperinci

Prosiding SNaPP2015 Kesehatan pissn eissn Mulyanti

Prosiding SNaPP2015 Kesehatan pissn eissn Mulyanti Prosiding SNaPP2015 Kesehatan pissn 2477-2364 eissn 2477-2356 HUBUNGAN ANTARA KOMPLIKASI KEHAMILAN DENGAN KEJADIAN BBLR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KELAS B KABUPATEN SUBANG Mulyanti Fakultas Kedokteran,

Lebih terperinci

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Junita caroline Gerungan 1, Syuul Adam 2, Fredrika Nancy Losu 3 1. RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado

Lebih terperinci

periode April-Juni tahun 2013 sebanyak 38 responden dengan teknik Total

periode April-Juni tahun 2013 sebanyak 38 responden dengan teknik Total HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN DENGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PERAWATAN BAYI PREMATUR DI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2014 Oleh : Rahayu Setyowati ABSTRAK Perawatan bayi prematur merupakan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS CIKAMPEK KABUPATEN KARAWANG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS CIKAMPEK KABUPATEN KARAWANG FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS CIKAMPEK KABUPATEN KARAWANG Sri Rahayu Universitas Singaperbangsa Karawang 1,2 Jl. HS Ronggowaluyo Teluk Jambe

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diabetes, penyakit lupus, atau mengalami infeksi. Prematuritas dan berat lahir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diabetes, penyakit lupus, atau mengalami infeksi. Prematuritas dan berat lahir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bayi yang dilahirkan sebelum masa gestasi 38 minggu dianggap sebagai bayi prematur. Ada banyak alasan yang menyebabkan kelahiran prematur, beberapa faktor seperti

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KETUBAN PECAH DINI DENGAN PERSALINAN PREMATUR DI RUMAH SAKIT MUTIARA BUNDA SALATIGA

HUBUNGAN ANTARA KETUBAN PECAH DINI DENGAN PERSALINAN PREMATUR DI RUMAH SAKIT MUTIARA BUNDA SALATIGA HUBUNGAN ANTARA KETUBAN PECAH DINI DENGAN PERSALINAN PREMATUR DI RUMAH SAKIT MUTIARA BUNDA SALATIGA Ni Wayan Raina Purwahati 1, Eko Mardiyaningsih 2, Wulansari 3 1,2,3 Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DIKAMAR BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2013

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DIKAMAR BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2013 HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DIKAMAR BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2013 1, * Sri Mulyati 1* Akper Prima Jambi Korespondensi Penulis

Lebih terperinci

Cirebon, Jawa Barat, Indonesia, ABSTRAK

Cirebon, Jawa Barat, Indonesia, ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA PARITAS DAN BERAT BAYI BARU LAHIR DENGAN KEJADIAN RUPTUR PERINEUM PADA PERSALINAN NORMAL DI BPM Hj.YATMIKA,S.S.T.,M.Kes. KOTA CIREBON PERIODE JANUARI-DESEMBER TAHUN 2014 Cicih Arianengsih

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terakhir (HPHT) atau, yang lebih akurat 266 hari atau 38 minggu setelah

I. PENDAHULUAN. terakhir (HPHT) atau, yang lebih akurat 266 hari atau 38 minggu setelah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan matur (cukup bulan) adalah kehamilan yang berlangsung kira-kira 40 minggu (280 hari) dan tidak lebih dari 43 minggu (300 hari) (Manuaba, 2007). Maturitas kehamilan

Lebih terperinci

UMUR DAN PENDIDIKAN IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN BBLR

UMUR DAN PENDIDIKAN IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN BBLR UMUR DAN PENDIDIKAN IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN Pelalgia Sarsadek Baranafe*, Endang Buda Setyowati* *Akademi Kebidanan Griya Husada, Jl.Dukuh Pakis Baru II no. 110 Surabaya Email : admin@akbid-griyahusada.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian bayi (AKB) pada lebih dari satu dasawarsa mengalami penurunan sangat lambat dan cenderung stagnan di beberapa negara sedang berkembang, oleh karena jumlah

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Obstetri dan Ginekologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN DENGAN KEPATUHAN PEMERIKSAAN KEHAMILAN DI BPS ERNAWATI BOYOLALI

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN DENGAN KEPATUHAN PEMERIKSAAN KEHAMILAN DI BPS ERNAWATI BOYOLALI HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN DENGAN KEPATUHAN PEMERIKSAAN KEHAMILAN DI BPS ERNAWATI BOYOLALI Dian Pratitis, Kamidah Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk pada ibu yang mengandung dan melahirkan bayi BBLR (Berat

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk pada ibu yang mengandung dan melahirkan bayi BBLR (Berat 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecemasan merupakan suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan dan tidak dapat dibenarkan yang sering disertai dengan gejala fisiologis yang bersifat tidak memiliki

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN BAYI LAHIR. Nofi Yuliyati & Novita Nurhidayati Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali

HUBUNGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN BAYI LAHIR. Nofi Yuliyati & Novita Nurhidayati Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali HUBUNGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN BAYI LAHIR Nofi Yuliyati & Novita Nurhidayati Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali ABSTRAK AKB di Indonesia sampai saat ini masih tinggi. Penyebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bulan pertama kehidupan merupakan masa paling kritis dalam kelangsungan kehidupan anak. Dari enam juta anak yang meninggal sebelum ulang tahunnya yang ke lima di tahun

Lebih terperinci

Yeni Yuniarti 2, Suesti 3 INTISARI

Yeni Yuniarti 2, Suesti 3 INTISARI HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN DENGAN SIKAP IBU HAMIL TERHADAP TANDA BAHAYA KEHAMILAN DI PUSKESMAS KASIHAN II BANTUL TAHUN 2009 1 Yeni Yuniarti 2, Suesti 3 INTISARI Pengenalan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Perinatologi Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr. Kariadi / FK UNDIP Semarang. 4.2 Tempat

Lebih terperinci

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN ANTEPARTUM DI RSUD ABDOEL MOELOEK BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN ANTEPARTUM DI RSUD ABDOEL MOELOEK BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013 JURNAL KEBIDANAN Vol 1, No 1, Februari 2015: 13-17 HUBUNGAN USIA DAN PARITAS IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN ANTEPARTUM DI RSUD ABDOEL MOELOEK BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013 Sunarsih (1), Priska Susanaria

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di seluruh dunia lebih dari 20 juta setiap tahunnya dilahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR). Di negara berkembang kejadian BBLR 16,5%, 2 kali lebih tinggi dibandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan pelayanan kesehatan suatu negara ditentukan dengan perbandingan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan angka kematian perinatal. Dikemukakan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate merupakan. indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate merupakan. indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate merupakan indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat, baik pada tatanan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PREEKLAMPSIA DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD ARJAWINANGUN TAHUN 2015

HUBUNGAN ANTARA PREEKLAMPSIA DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD ARJAWINANGUN TAHUN 2015 HUBUNGAN ANTARA PREEKLAMPSIA DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD ARJAWINANGUN TAHUN 2015 Nurhasanah Akademi Kebidanan Muhammadiyah Cirebon, Jawa Barat, Indonesia, 45135 Email: khansa_noer@yahoo.com

Lebih terperinci

PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA NEONATUS DENGAN IBU PASCA SECTIO CAESAREA DI RUANG MAWAR RSUD dr.doris SYLVANUS, PALANGKA RAYA

PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA NEONATUS DENGAN IBU PASCA SECTIO CAESAREA DI RUANG MAWAR RSUD dr.doris SYLVANUS, PALANGKA RAYA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA NEONATUS DENGAN IBU PASCA SECTIO CAESAREA DI RUANG MAWAR RSUD dr.doris SYLVANUS, PALANGKA RAYA Jeikawati*, Reysha Aprilia Akademi Kebidanan Betang Asi Raya, Jln.Ir.Soekarno

Lebih terperinci

BULAN. Oleh: J DOKTER

BULAN. Oleh: J DOKTER BESAR RISIKO ANTARA BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH KURANG BULAN DENGAN CUKUP BULAN TERHADAP IKTERUS NEONATORUM DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH TEGAL Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK IBU HAMIL YANG MELAHIRKAN BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSU RA KARTINI JEPARA. Gunawan, Anik Sholikah, Aunur Rofiq INTISARI

KARAKTERISTIK IBU HAMIL YANG MELAHIRKAN BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSU RA KARTINI JEPARA. Gunawan, Anik Sholikah, Aunur Rofiq INTISARI KARAKTERISTIK IBU HAMIL YANG MELAHIRKAN BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSU RA KARTINI JEPARA Gunawan, Anik Sholikah, Aunur Rofiq INTISARI BBLR merupakan salah satu indikator Kesehatan ibu dan

Lebih terperinci

HUBUNGAN BERAT BADAN BAYI LAHIR DENGAN DERAJAT LASERASI JALAN LAHIR PADA IBU PRIMIPARA DI RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK

HUBUNGAN BERAT BADAN BAYI LAHIR DENGAN DERAJAT LASERASI JALAN LAHIR PADA IBU PRIMIPARA DI RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK HUBUNGAN BERAT BADAN BAYI LAHIR DENGAN DERAJAT LASERASI JALAN LAHIR PADA IBU PRIMIPARA DI RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK Asmawahyunita, Yuni Nor'aini, Ristiati INTISARI Perdarahan postpartum menjadi penyebab

Lebih terperinci

HUBUNGAN PARITAS DAN RIWAYAT SC DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA PADA IBU BERSALIN DI RSUD ABDOEL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2016

HUBUNGAN PARITAS DAN RIWAYAT SC DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA PADA IBU BERSALIN DI RSUD ABDOEL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2016 HUBUNGAN PARITAS DAN RIWAYAT SC DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA PADA IBU BERSALIN DI RSUD ABDOEL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG ABSTRAK TAHUN 2016 Lismiati Akademi Kebidanan Wira Buana herry.sakha@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tingginya angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB), dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. tingginya angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB), dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komplikasi persalinan pada ibu dan bayi baru lahir sebagai faktor penyebab tingginya angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB), dalam pertolongan persalinan

Lebih terperinci