BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Respon Nyeri Bayi Saat Imunisasi Imunisasi a. Pengertian Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Tujuan pemberian imunisasi adalah untuk meningkatkan kekebalan bayi dan anak secara aktif terhadap suatu penyakit yang dapat didegah dengan imunisasi (PD3I), sehingga bila kelak terpapar tidak akan menderita penyakit tersebut atau sakit ringan (Ditjen PP dan PL, 2009). Vaksin adalah suatu bahan yang berasal dari kuman atau virus yang menjadi penyebab penyakit yang bersangkutan, yang telah dilemahkan atau dimatikan, atau diambil sebagian, atau mungkin tiruan dari kuman penyebab penyakit, yang secara sengaja dimasukkan ke dalam tubuh seseorang atau sekelompok orang, yang bertujuan untuk merangsang timbulnya zat antipenyakit tertentu pada orang orang tersebut. Sebagai akibatnya,maka orang yang diberikan vaksin akan memiliki kekebalan terhadap penyakit yang bersangkutan (Achmadi, 2006). Imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal pada bayi yang baru lahir sampai usia satu tahun untuk mencapai kekebalan diatas ambang 13

2 14 perlindungan. Pemberian imunisasi memberikan manfaat kepada anak berupa mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan cacat atau kematian. Keluarga juga merasakan manfaat berupa hilangnya kecemasan dan stress akibat anak sering sakit serta dengan pemberian imunisasi, Negara dapat memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan cerdas untuk melanjutkan pembangunan Negara (Pusat Promkes Depkes RI, 2009). b. Jenis Jenis Imunisasi Dasar Pemerintah Indonesia menerapkan lima jenis imunisasi dasar yang wajib bagi anak anak, yang disebut Program Pengembangan Imunisasi (PPI) meliputi pemberian vaksin BCG (baciulus Callmete Guerin), polio, hepatitis B (HepB), DPT (dipteri, pertusis, tetanus) dan campak (IDAI, 2011). Saat ini sudah dianjurkan penggunaan vaksin kombinasi (vaksin combo, combine vaccine), mengingat anak sampai usia lima tahun akan mendapatkan suntikan sebanyak 13 kali suntikan vaksin secara terpisah. Dengan adanya vaksin combo jumlah kunjungan dan biaya ke fasilitas kesehatan berkurang, meningkatkan cakupan imunisasi, pengurangan biaya pengadaan vaksin dan mengejar imunisasi yang terlambat. Vaksin combo saat ini adalah DTP/Hib yaitu untuk mencegah penyakit dipteri, pertusis, tetanus dan haemophillus influenzae tipe B atau DTP/HepB (Sarimin, 2012). Penjelasan masing masing vaksin sebagai berikut :

3 15 1) Vaksin BCG Vaksin BCG mengandung kuman BCG yang masih hidup namun telah dilemahkan. Pemberiannya secara intrakutan tepat di insersio muskulus deltoideus. Kontraindikasi pada anak yang berpenyakit TBC atau uji mantoux positif dan adanya penyakit kulit berat/menahun serta penderita HIV/AIDS (Probandari dkk., 2013). 2) Vaksin DPT (Diphteri,Pertusis dan Tetanus) Vaksin diphteri terbuat dari toksin kuman diphteri yang telah dilemahkan (toksoid), biasanya diolah dan dikemas bersama-sama dengan vaksin tetanus dalam bentuk vaksin DT, atau dengan vaksin tetanus dan pertusis dalam bentuk vaksin DPT. Vaksin tetanus yang digunakan untuk imunisasi aktif ialah toksoid tetanus, yaitu toksin kuman tetanus yang telah dilemahkan dan kemudian dimurnikan. Ada tiga kemasan vaksin tetanus yaitu tunggal, kombinasi dengan diphteri dan kombinasi dengan diphteri dan pertusis. Vaksin pertusis terbuat dari kuman Bordetella pertusis yang telah dimatikan. Pemberian secara intramuscular pada paha aterolateral (vastus lateralis). Reaksi imunisasi yang ditimbulkan berupa demam ringan, pembengkakan dan nyeri ditempat suntikan selama 1-2 hari. Kontraindikasi pada anak yang sakit parah, anak yang menderita penyakit kejang demam kompleks, anak yang diduga menderita batuk rejan, anak yang menderita penyakit gangguan kekebalan (Probandari dkk., 2013).

4 16 3) Vaksin Poliomelitis Terdapat 2 jenis vaksin dalam peredaran, yang masing-masing mengandung virus polio tipe I, II dan III; yaitu (1) vaksin yang mengandung virus polio yang sudah dimatikan (salk), biasa diberikan dengan cara injeksi, (2) vaksin yang mengandung virus polio yang hidup tapi dilemahkan (sabin), cara pemberian per oral dalam bentuk pil atau cairan lebih banyak dipakai di Indonesia. Kontraindikasi pada diare berat, sakit parah, gangguan kekebalan (Probandari dkk., 2013). 4) Vaksin Campak Mengandung vaksin campak hidup yang telah dilemahkan. Kemasan untuk program imunisasi dasar berbentuk kemasan kering tunggal. Namun ada vaksin dengan kemasan kering kombinasi dengan vaksin gondong/ mumps dan rubella (campak jerman) disebut MMR. Pemberian secara sub cutan biasanya di lengan kiri atas. Reaksi imunisasi berupa pembengkakan dan nyeri di daerah injeksi. Kontraindikasi pada anak dengan sakit parah, penderita TBC tanpa pengobatan, kurang gizi dalam derajat berat, gangguan kekebalan, penyakit keganasan (Probandari dkk., 2013). 5) Vaksin Hepatitis B Imunisasi aktif dilakukan dengan suntikan 3 kali dengan jarak waktu satu bulan antara suntikan 1 dan 2, lima bulan antara suntikan 2 dan 3. Namun cara pemberian imunisasi tersebut dapat berbeda tergantung pabrik pembuat

5 17 vaksin. Vaksin hepatitis B dapat diberikan pada ibu hamil dengan aman dan tidak membahayakan janin, bahkan akan membekali janin dengan kekebalan sampai berumur beberapa bulan setelah lahir. Pemberian secara Intramuskular pada paha anterolateral (vastus lateralis).reaksi imunisasi berupa nyeri pada tempat suntikan, yang mungkin disertai rasa panas atau pembengkakan. Akan menghilang dalam 2 hari. Kontraindikasi pada anak dengan penyakit berat (Probandari dkk., 2013). 6) Vaksin DPT/HB (COMBO) Mengandung DPT berupa toxoid difteri dan toxoid tetanus yang dimurnikan dan pertusis yang inaktifasi serta vaksin Hepatitis B yang merupakan sub unit vaksin virus yang mengandung HbsAg murni dan bersifat non infectious. Pemberian secara Intramuskular pada paha anterolateral (vastus lateralis) dengan kontraindikasi pada Syok dan kejang setelah 3 hari injeksi sebelumnya (Probandari dkk., 2013). c. Jadwal Imunisasi Jadwal pemberian vaksin merupakan gabungan dari pemberian vaksin

6 18 wajib dan vaksin disarakan. Vaksin COMBO tidak terjadwal, akan tetapi tetap diberikan dengan pertimbangan efisiensi dan cost effective. Berikut adalah jadwal imunisasi yang direkomendasikan oleh IDAI : Gambar 1. Jadwal Imunisasi (Sumber : IDAI, 2012) d. Reaksi Suntikan Imunisasi Semua gejala klinis yang terjadi akibat trauma tusuk jarum suntik baik langsung maupun tidak langsung harus dicatat sebagai reaksi kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI). Reaksi suntikan langsung misalnya nyeri, bengkak dan kemerahan pada area suntikan. Efek tidak langsung berkaitan dengan status psikologis bayi dimana bayi merasa ketakutan dan ketidaknyamanan yang dimanifestasikan dengan tangisan, gerakan, hiperventilasi, mual dan bahkan pingsan sebagai bentuk gangguan dari gangguan psikologis akibat reaksi suntikan imunisasi (IDAI, 2011). Menurut telaah Pokja KIPI Depkes RI, penyebab timbulnya KIPI sebagian besar karena kesalahan prosedur dan tehnik pelaksanaan imunisasi dan faktor kebetulan. Penanganan menurut rekomendasi IDAI dalam pencegahan KIPI akibat reaksi suntikan, dengan menganjurkan menggunakan teknik penyuntikan yang benar, menciptakan suasana ruangan tempat penyuntikan yang tenang, serta mengatasi rasa takut yang muncul pada anak yang lebih besar (IDAI, 2011). Agar imunisasi bisa diterima oleh orang tua dapat melalui metode pencegahan KIPI bahwa memberikan instruksi kepada orang tua bagaimana cara menurunkan nyeri pada anak, dapat menurunkan respon nyeri pada anak

7 19 saat menerima suntikan imunisasi, sehingga anak dan orang tua tidak mengalami trauma dan membuat orang tua kembali membawa anaknya untuk imunisasi selanjutnya (Sarimin, 2012) Respon Nyeri Pada Bayi a. Pengertian Nyeri International association for the study of pain (IASP) dalam (Astuti, 2012) mendefinisikan nyeri sebagai sensori subjektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi dimana terjadi kerusakan. Nyeri merupakan suatu kondisi perasaan yang tidak nyaman disebabkan oleh stimulus tertentu. Stimulus nyeri dapat berupa stimulus yang bersifat fisik maupun mental. Nyeri bersifat subjektif sehingga respon setiap orang tidak sama merasakan nyeri (Potter & Perry, 2006). Nyeri digolongkan ke dalam tanda vital ke 5 yang dapat memberikan perubahan fisiologi, ekonomi, sosial dan emosional yang berkepanjangan (Yudhowibowo, 2011). b. Respon Nyeri Bayi Bayi belum dapat menyampaikan rasa nyeri yang dirasakan secara verbal. Sehingga diperlukan metode pengukuran secara khusus. Salah satu metode pengukurannya dengan melihat gerak-gerik, ekspresi wajah dan irama jantung. Respon prilaku pada bayi dibedakan berdasarkan tahapan tumbuh

8 20 kembangnya. Perbedaan tersebut ada pada respon motorik, respon ekspresif dan kemampuan mengantisipasi nyeri. Adapun penjelasannya menurut Astuti (2011) adalah sebagai berikut : 1) Bayi Muda Respon motorik berupa generalisata termasuk gerakan memukul/ menebah, kekakuan, reflek menarik yang berlebihan,kehilangan reflek mengisap yang tidak terorganisasi, mulai untuk makan atau minum dan tidak dilanjutkan. Respon ekpresif berupa menangis keras, mata tertutup rapat, mulut terbuka dan meringis. Sedangkan kemampuan mengantisipasi nyeri tidak ada kaitan mendekati stimulus dengan nyeri. 2) Bayi Respon motorik pada bayi bersifat lokalisata, menarik apa yang terkena, perilaku mengisap atau makan seperti bayi muda. Respon ekspresif seperti bayi muda kecuali mata mungkin terbuka. Sedangkan kemampuan mengantisipasi nyeri berupa tahanan fisik setelah stimulus nyeri. c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Nyeri Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi nyeri pada bayi dijelaskan menurut Potter dan Perry (2006) sebagai berikut : 1) Usia

9 21 Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan fungsi. 2) Kebudayaan Anak akan belajar dari budaya orang tuanya,bagaimana seharusnya ia berespon terhadap nyeri misalnya tidak pantas laki laki mengeluh nyeri, sedangkan wanita boleh mengeluh nyeri. 3) Ansietas Cemas dan perasaan tidak nyaman dapat meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa menyebabkan seseorang cemas. 4) Keletihan Rasa kelelahan menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan menurunkan kemampuan koping. 5) Pengalaman sebelumnya Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa lampau, dan saat ini nyeri yang sama timbul, maka ia akan lebih mudah mengatasi nyerinya. Mudah tidaknya seseorang mengatasi nyeri tergantung pengalaman di masa lalu dalam mengatasi nyeri. 6) Dukungan sosial dan keluarga

10 22 Anak yang mengalami nyeri sering kali bergantung kepada anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan dan perlindungan. d. Dampak Nyeri Wong, et al, dalam (Astuti,2011) menjelaskan bahwa akibat akut dan jangka panjang dari nyeri pada bayi masih dalam penelitian oleh banyak peneliti. Akan tetapi, keterbatasan pengetahuan yang ada memperlihatkan adanya potensi dampak buruk yang serius dari nyeri yang tidak ditangani. Dampak tersebut antara lain : 1) Dampak Akut Dampak akut yang ditimbulkan pada bayi berupa : perdarahan ventrikuler/intraventrikuler, peningkatan pelepasan kimia dan hormone, pemecahan cadangan lemak dan karbohidrat, hiperglikemia berkepanjangan, peningkatan morbiditas di NICU, mempori kejadian nyeri, hipersensitifitas terhadap nyeri, respon terhadap nyeri memanjang, inervasi korda spinalis yang tidak tepat, respon terhadap rangsang yang tidak berbahaya yang tidak tepat dan penurunan ambang nyeri. 2) Dampak Potensi jangka Panjang Akibat potensi jangka panjang yang dapat terjadi dari nyeri pada byi antara lain : peningkatan keluhan somatic tanpa sebab yang jelas, peningkatan respon fisiologis dan tingkah laku terhadap nyeri, peningkatan prevalensi deficit neurologi, masalah psikososial, penolakan terhadap kontak manusia.

11 23 Dampak yang dapat diamati antara lain keterlambatan perkembangan, gangguan neurobehavioral, penurunan kognitif, gangguan belajar, kinerja mototrik menurun, masalah prilaku, deficit perhatian, tingkah laku adaptif buruk, ketidakmampuan menghadapi situasi baru, masalah dengan impulsivitas dan kontrol sosial, perubahan tempramen emosi pada masa bayi dan kanakk-kanak, dan peningkatan stres hormonal dikehidupannya kelak. e. Penatalaksanaan Nyeri Pemberian terapi tidak hanya memperhitungkan efek jangka pendek dari manfaat yang ditimbulkan, akan tetapi juga memperhatikan efek jangka panjang yang mungkin memberi efek negatif pada anak. Intervensi untuk mencegah terjadinya trauma karena nyeri pada anak dapat dilakukan dengan tiga pendekatan yaitu farmakologi dan non farmakologi (Sreptiani, 2013;Taddio, 2010). Penjabaran pendekatan masing-masing intervensi sebagai berikut : 1. Farmakologi Segala bentuk intervensi untuk mereduksi nyeri yang sifatnya melalui proses fisiologis dan metabolism tubuh dimasukkan dalam golongan intervensi farmakologi. Adapun tindakan yang digunakan untuk membantu mengatasi nyeri bayi saat diimunisasi meliputi pemberian anestesi topikal (eutectic mixture of local anasthetics (EMLA)), regional (seperti blok syaraf perifer

12 24 dan blok syaraf sentral) ataupun sistemik (non steroid anti inflamatory drugs (NSAIDs)) 2. Non Farmakologi Intervensi dengan pendekatan non faramokologi memiliki efek samping yang minimal dibandingkan dengan intervensi farmakologi. Intervensi non farmakologi menggunakan pendekatan terapi analgesic, fisik dan psikologis. Adapun penjelasan tindakan non faramakologi meliputi : 1. Analgesik Non Farmakologi a) Sweet Solution Sebelum tindakan imunisasi, bayi akan diberikan cairan manis yang mengandung glukosa, sukrosa atau sweet solution lainnya yang langsung dioleskan pada mulut bayi atau melalui media pacifier.

13 25 b) Non nutritive sucking (NNS) NNS adalah penyediaan dot silikon ke mulut bayi yang menyebabkan mekanisme pengisapan tanpa pemberian ASI dan formula gizi.nns menghasilkan analgesia pada neonatus melalui stimulasi orotaktil dan mekanoreseptor ketika dot masuk kedalam mulut bayi (Devi, 2012). c) Breastfeeding Analgesia Penelitian yang dilakukan Indra Tri Astuti (2011) diperoleh perbedaan respon nyeri yang bermakna antara kelompok yang diberikan intervensi ASI, air gula dan kelompok kontrol, dimana respon nyeri pada kelompok yang diberikan ASI lebih rendah dibandingkan dua kelompok lainnya. 2. Fisik a. Posisi anak Intervensi fisik seperti menggendong dengan sitting up adalah teknik yang sangat mudah dilakukan oleh orang tua dan mudah diterapkan tanpa tambahan biaya dan waktu (Taddio et al., 2009). Manfaat posisi ini dijelaskan oleh Kuttner (1989 dalam Lacey et al., 2008) bahwa bayi merasa terlindungi, aman dan nyaman sehingga respon perilaku nyeri berkurang disamping itu orang tua dengan mudah membatasi pergerakan tangan dan kaki bayi. Adapun tekniknya yaitu bayi digendong dengan posisi menghadap pada ibu dimana posisi kepala

14 26 bayi lebih tinggi dari posisi ektremnitas bawahnya. Dalam Ilmu Keperawatan, sitting up diidentikkan dengan posisi fowler/semi fowler. Penelitian yang dilakukan oleh Lacey Cm, et al. (2008), bertujuan untuk mengetahui perbedaan posisi bayi antara sitting up dengan supine terhadap respon nyeri saat imunisasi bayi. Penelitian menggunakan quasy experiment dengan dua grup intervensi dengan design pre post test. Hasil penelitian menunjukkan posisi sitting up lebih membuat bayi nyaman daripada supine sehingga dapat mengurangi terjadinya nyeri saat injeksi. b. Terapi es Memberikan es pada area kulit yang akan disuntik dapat menyebabkan sensasi mati rasa. Akan tetapi pemberian es di area suntikan pada anak usia dibawah 3 tahun tidak memahami peran sensasi dingin dalam menurunkan nyeri dan menyebabkan perhatian anak terfokus pada prosedur (Sarimin, 2012). c. Skin to skin Contact (Kangaroo Care) Pemberian kangaroo care antara ibu dan anaknya dapat mengurangi tangisan dan nadi selama prosedur imunisasi. Metode skin to skin contact ini dapat menurunkan nyeri akut secara signifikan pada neonates (Cousins dkk., 2011).

15 27 3. Psikologis a. Distraksi Intervensi ini berupa upaya mengalihkan perhatian anak terhadap nyeri baik yang dilakukan oleh anak sendiri seperti mendengarkan musik atau mainan, dilakukan oleh orang tua seperti orang tua memimpin distraksi anaknya dengan memberi instruksi, atau dengan menggunakan mainan dan kata-kata yang diungkapkan secara verbal serta dilakukan oleh perawat (Sarimin, 2012). b. Humor dari orang tua Orang tua memberi dukungan pada anak selama prosedur, menggunakan bantuan alat maianan, orang tua bersuara dan menggoyang-goyangkan anak. Teknik ini dapat dilakukan pada semua usia anak (Taddio, 2012). f. Skala Pengukuran Nyeri Skala pengukuran nyeri pada bayi disesuaikan dengan batas respon bayi yang diindikasikan sebagai respon terhadap nyeri. Beberapa skala yang sering digunakan meliputi FLACC behavior scale dengan lima indicator meliputi face (F), Legs (L), Activity(A), Cry(C) dan Consolability (C). Skala ini valid

16 28 digunakan pada usia 2 bulan samapi 7 tahun. Skala ini menggunakan lima indicator dengan rentang skor 0-2 (Lewis et al., 2010). Skala pengukuran lainnya yaitu Neonatal Infant Pain Scale (NIPS). NIPS menggunakan enam indicator meliputi facial expression (skor 0-1), Cry (skor 0-2), Breathing Pattern (skor 0-1), Arms (skor 0-1), Legs (skor 0-1) dan State of Arousal (skor 0-1). Skala direkomendasikan untuk anak dibawah satu tahun (Sarhangi et al, 2010). Modified Behavioral Pain Scale (MBPS) telah diuji cobakan untuk mengukur tingkat nyeri dan stress bayi dan sudah divalidasi untuk digunakan pada populasi imunisasi (Hogan,2011). MBPS menggunakan tiga indikator meliputi Ekspresi wajah (skor 0-3), Menangis (skor 0-4) dan Pergerakan (skor 0-3) dengan total antara skor Skor MPBS adalah jumlah poin dari tiga parameter tersebut, dimana skor 0 adalah skor minimum dan skor 10 adalah skor maksimum. Pengukuran respon nyeri dilakukan melalui dua tahap, yaitu skor MBPS sebelum suntikan dan setelah suntikan yang kemudian diselisihkan untuk mendapatkan skor MBPS (Taddio et al,2011). Taddio dan Hogan, (2011) dalam evaluasi reliabilitas dan validitas skala nyeri MBPS, di mana konsistensi internal dievaluasi melalui cronbach s alpha dan didapatkan nilai 0,83-0,94. Dengan demikian alat ukur ini dinyatakan memiliki Efektivitas konsistensi yang sangat tinggi (Cronbach s α > 0,7) untuk mengukur nyeri pada bayi saat menerima suntikan imunisasi. Uji validitas alat

17 29 ukur MBPS dengan melihat skor kelompok bayi yang menerima suntikan DPTaP-Hib dengan PCV melalui uji t validitas kontruk didapat p<0.001 sehingga alat ukur ini dinyatakan valid mengukur apa yang sebenarnya harus diukur. Berdasarkan tingkat kepraktisan penggunaan MBPS dibanding dengan NIPS dan FLACC pada lima intereter tentang kecepatan dan kemudahan penggunaan alat ukur MBPS, NIPS dan FLACC yaitu memperoleh rerata skor kecepatan penggunaan alat ukur berturut-turut adalah 4,6; 3,6 dan 2,4. Sedangkan rata-rata skor kemudahan dalam penggunaan ketiga alat ukur ini berturut-turut 4,4; 4,0 dan 3,2. Pada penelitian ini untuk mengukur respon nyeri bayi digunakan MBPS yang dinyatakan sebagai alat ukur utama untuk melihat respon nyeri bayi yang menerima suntikan imunisasi karena memiliki rerata skor kecepatan dan skor kemudahan yang tinggi dibanding dengan alat ukur lainnya. Pengukuran respon perilaku nyeri bayi selama prosedur suntikan imunisasi dilakukan sebanyak dua kali yaitu 5 detik sebelum penyuntikan dan 15 detik setelah suntikan. (Sarimin, 2012) Respon Nyeri Bayi Saat Imunisasi Respon nyeri yang dialami bayi sebelum, selama dan setelah prosedur imunisasi merupakan mekanisme signal yang diberikan kepada lingkungannya akan ketidaknyamanan yang dialaminya. Respon nyeri bayi saat diimunisasi biasanya disebabkan karena pengaruh psikologis berupa kurangnya rasa nyaman yang dirasakan bayi oleh karena kurangnya dukungan orang tua dan pengaruh fisik akibat

18 30 dari ketidaknyamanan berupa kerusakan integritas jaringan akibat dari injeksi vaksin imunisasi. Respon bayi akan nyeri yang dialami meliputi bayi akan menangis, meringis, peningkatan nadi, dan respon psikologis lainnya (Razek & El-Dein, 2009). Melalui indikator Modified Behavioral Pain Scale (MBPS), respon nyeri bayi saat imunisasi dapat diidentifikasi melalui tiga indikator meliputi ekspresi wajah, menangis dan pergerakan. Penilaian dari ekspresi wajah berupa dahi/alis mengkerut dan menutup mata dengan kencang. Indikator tangisan dilihat dari intensitas tangisan sedangkan respon pergerakan dilihat dari adanya bayi menggeliat, mencoba menghindari sakit hingga sampai kekakuan (Taddio et al, 2011). 2.2 Family Triple Support (FTS) Berbasis Atraumatic Care Atraumatic Care a. Pengertian Atraumatic care adalah asuhan keperawatan yang tidak menimbulkan trauma pada anak dan keluarganya, merupakan asuhan yang terapeutik karena bertujuan sebagai terapi bagi anak. Atraumatic care dapat diberikan kepada anak dan keluarga dengan mengurangi dampak psikologis dari tindakan yang diberikan. Perawatan tersebut difokuskan dalam pencegahan terhadap trauma yang merupakan bagian dalam keperawatan anak (Anggraini, 2012). Nyeri merupakan salah satu yang menjadi perhatian khusus kepada anak sebagai individu yang masih dalam usia tumbuh kembang. Nyeri akan

19 31 berefek pada kondisi fisik dan psikologis anak dan orang tua. Oleh karena itu diperlukan penerapan atraumatic care dalam penangan nyeri pada anak. Untuk mencapai perawatan tersebut beberapa prinsip yang dapat dilakukan oleh perawat antara lain : menurunkan atau mencegah dampak perpisahan dari keluarga, mencegah atau mengurangi cedera dan nyeri, dan memodifikasi lingkungan fisik (Anggraini, 2012). b. Aplikasi Atraumatic Care dalam Imunisasi Perawat berperan memberikan asuhan keperawatan yang terkandung prinsip atraumatic care pada pasien yang diimunisasi. Beberapa yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak trauma akibat imunisasi meliputi : 1) Pencegahan Dampak Perpisahan dari Keluarga Dari hasil pennelitian disebutkan bahwa semua orang tua memberi dukungan secara emosional pada anak,sebagian besarnya (91%) berbicara untuk dan/atau menenangkan anak dan 73% mengusap dan/atau mencium anaknya. Hal ini yang membuat anak merasa tenang dan nyaman selama prosedur perawatan atau pengobatan (Sufriani, 2010).Perpisahan tidak hanya berdampak pada anak akan tetapi keluarga juga merasakan cemas akan kondisi anaknya. Penelitian menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara perilaku orang tua seperti mengalihkan perhatian lewat teknik distraksi, humor, kata-kata penguatan dengan penurunan distress anak saat menerima prosedur yang menyebabkan nyeri (Taddio, 2012).

20 32 2) Mencegah atau Mengurangi Cedera dan Nyeri Tindakan pencegahan untuk mengurangi nyeri saat imunisasi dapat dilakukan dengan pendekatan farmakologi dan non farmakologi. Tindakan Farmakologi berupa anestesi dan EMLA sedangkan tindakan non farmakologi dapat diberikan berupa posisi sitting up, sweet solution, distraksi, breasfeeding analgesic, skin to skin contact dll (Taddio, 2012;Taddio, 2009). Untuk mengurangi cedera diperlukan pemilihan jarum yang sesuai, tempat penusukan yang mengurangi dapat suntukan dan prosedur tindakan yang benar (IDAI, 2011). 3) Memodifikasi Lingkungan Menciptakan suasana yang nyaman merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi kecemasan anak terhadap tindakan keperawatan yang akan ditrimanya.lingkungan dapat dikondisikan sesuai dengan lingkungannya sehari-hari di rumah atau menambah tempat bermain sebagai salah satu bentuk upaya menghilangkan perasaan yang tidak menyenangkan seperti marah, takut, cemas, sedih dengan cara yang aman diamana anak dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainan dan kesenangan yangdiperoleh berdampak sebagai relaksasi bagi anak (Sarimin, 2012).

21 Family Triple Support (FTS) sebagai Manajemen Nyeri saat Imunisasi Bayi a. Pengertian Family Triple Support (FTS) merupakan salah satu intervensi terintegrasi yang melibatkan peran orang tua dalam mengatasi permasalahan nyeri saat prosedur imunisasi bayi. Intervensi ini terdiri atas pemberian informasi tentang metode reduksi nyeri pada bayi dan dilanjutkan dengan pelaksanaan metode mengurangi nyeri saat prosedur imunisasi pada bayi. FTS memiliki tujuan untuk meningkatkan pengetahuan orang tua khususnya ibu mengenai peran ibu dalam mengatasi nyeri bayi saat diimunisasi. Perawat juga dapat mengoptimalkan prinsip atraumatic care saat prosedur imunisasi dengan pendekatan keluarga sebagai cetered care. Selain memiliki cost effective yang tinggi, FTS juga menerapkan intervensi keperawatan yang berpusat pada keluarga (Sufriani. 2010; Taddio A et al., 2009;Sarimin, 2012). b. Peningkatan Pengetahuan Orang Tua Peningkatan pengetahuan dapat diwujudkan dengan cara pemberian informasi melalui pendidikan. Memberikan informasi merupakan bagian dari persiapan psikologis yang dibutuhkan oleh orang tua dan anak sebelum tindakan keperawatan. Pengetahuan tentang informasi prosedur akan berguna bagi orang tua ketika mengatasi anaknya sebelum, selama dan setelah tindakan. Penelitian menyebutkan bahwa pengetahuan yang diberikan pada

22 34 orang tua ketika anaknya akan diberikan imunisasi menunjukkan hasil yang diharapkan, bahwa orang tua yang mendapat bimbingan dari perawatmenunjukkan perilaku koping yang lebih baik dan distress yang menurun (Sufriani, 2010). FTS memfasilitasi orang tua akan pemenuhan informasi mengenai prosedur imunisasi yang dijalani anak dan tindakan yang dapat orang tua lakukan untuk mengurangi respon nyeri bayi saat diimunisasi. Dalam Pelaksananaan, pemberian informasi diberikan dengan sasaran individu atau kelompok dengan metode ceramah dan tanya jawab. Media informasi yang membantu proses pemberian pendidikan berupa leaflat, video dan flipcart. Penelitian menunjukkan bahwa kurangnya literatur berupa leaflet yang ditujukan pada ibu berhubungan dengan hasil yang buruk pada anak yang diimunisasi yaitu meningkatnya distress anak (Sarimin, 2012). c. Keterlibatan Keluarga dalam Mengurangi Respon Nyeri Bayi saat Imunisasi Kesibukan perawat dan keterkaitan pembiayaan masih menjadi alasan kurang optimalnya penatalaksanaan nyeri pada bayi saat prosedur imunisasi. Penatalaksanaan yang mengarah pada salah satu bentuk pemerdayaan dapat diterapkan perawat di dalam mengatasi hambatan pelaksanaan atraumatic care pada bayi yang diimunisasi. Keluarga dapat diberdayakan untuk ikut berpartisipasi aktif dalam mengatasi permasalahan nyeri pada bayinya. FTS

23 35 mengambil intervensi dengan pendekatan family centered care untuk mengatasi permasalahan pembiayaan dan kesibukan perawat. FTS berbasis pada terapi non farmakologi yang merupakan pemberian metode mengurangi nyeri dengan kombinasi intervensi pemberian ASI sebagai analgesik non farmakologi, intervensi psikologi distraksi dengan mainan beruara (krincingan) yang dalam penerapan dilakukan oleh orang tua sendiri dan penatalaksanaan fisik berupa sitting up (posisi bayi dengan kepala lebih tinggi dari ektremnitas bawah atau semi fowler) untuk menciptakan perasaan nyaman pada bayi saat diimunisasi (Sufriani, 2010; Taddio A et al., 2009). Sebelum intervensi dilakukan, orang tua akan diberikan pembekalan berupa pemberian materi penatalaksanaan nyeri FTS yang akan diaplikasikan saat prosedur imunisasi anak. Pemberian ASI menjadi salah satu komponen FTS yang mempunyai efek psikologis. Saat menyusui terjadi kontak kulit ibu dengan kulit bayi yang dapat memberikan kehangatan pada bayi. Interaksi antara ibu dengan bayi saat menyusui menimbulkan rasa nyaman, aman dang hangat bagi bayi. Perasaan ini mengingatkan bayi akan nyamannya berada di dalam Rahim ibu, sehingga bayi menikmati kegiatan menyusui (Astuti, 2011). Penelitian yang dilakukan Aida Abdul Razek dan Nagwa AZ El-Dein (2009), bertujuan untuk mengetahui efektifitas pemberian ASI pada penurunan nyeri selama injeksi imunisasi pada bayi. Penelitian menggunakan design quasi experiment dengan group kontrol. Hasil penelitian menunjukkan pemberian

24 36 ASI dan skin to-skin contact secara signifikan mampu menurunkan intensitas menangis pada bayi yang mendapat injeksi imunisasi. FTS memberikan distraksi yang dilakukan oleh orang tua dengan media mainan. Strategi ini dapat menurunkan nyeri dengan cara memberi stimulus lain sehingga menghambat impuls nyeri ke otak, ini didasari bahwa aktivasi retikuler dapat menghambat nyeri dimana jika seseorang diberi stimulus yang banyak maka akan menghambat input sensori nyeri sampai ke otak. Selain itu stimulus yang menyenangkan seperti bermain dengan mainan yang menimbulkan bunyi, dengan berbagai macam warna mainan dapat merangsang sekresi endorfin. Endorfin merupakan asam amino yang mengikat reseptor opiat yang berada di area otak yang dapat memberikan efek analgesik (Sarimin, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Gedam GS, Verma M, Patil U dan Gedam S (2013), bertujuan untuk mengetahui efektifitas teknik distraksi audiovisual pada anak selama dan setelah imunisasi. Penelitian menggunakan quasi experiment tiga kelompok pre test post test design. Hasil penelitian menunjukkan dua kelompok yang diberikan distraksi memiliki skor nyeri yang rendah dibandingkan kelompok kontrol pada anak yang diimunisasi. Hal selanjutnya yang dapat dilakukan keluarga untuk mengatasi nyeri saat prosedur imunisasi adalah memposisikan anak sitting up. Posisi ini dirasa lebih efektif dibandingkan memisahkan anak dengan orang tua dengan

25 37 membaringkannya kemudian dipegang oleh ibu dan perawat. Posisi sitting up menggunakan pendekatan prinsip skin to skin contact yang dapat memberikan efek nyaman dan aman serta merasa dilindungi dari orang tua kepada bayi (Taddio A et al., 2009;Lacey, 2008). Penelitian yang dilakukan oleh Lacey Cm, et al. (2008), bertujuan untuk mengetahui perbedaan posisi bayi antara sitting up dengan supine terhadap respon nyeri saat imunisasi bayi. Penelitian menggunakan quasy experiment dengan dua grup intervensi dengan design pre post test. Hasil penelitian menunjukkan posisi sitting up lebih membuat bayi nyaman daripada supine sehingga dapat mengurangi terjadinya nyeri saat injeksi. Ketiga kombinasi intervensi diatas dilaksanakan dengan pendekatan family centerd care melalui peran orang tua dalam mengurangi nyeri pada bayi saat prosedur imunisasi. Orang tua yang memiliki ikatan yang kuat dengan bayi sejak dalam kandungan diharapkan dapat mengoptimalkan upaya reduksi nyeri saat prosedur imunisasi. Intervensi ini memiliki nilai cost effective sebagai sarana optimalisasi atraumatic care pada bayi yang menjalani prosedur imunisasi (Lacey, 2008;Gedam et al, 2013;Razek dan El- Dein, 2009). d. Langkah-Langkah Pelaksanaan Family Triple Support (FTS) Pelaksanaan Family Triple Support (FTS) melalui tahapan sebagai berikut :

26 38 1. Beri pendidikan/edukasi mengenai metode mengurangi nyeri saat prosedur suntikan imunisasi pada ibu bayi dimana edukasi diberikan sebelum prosedur imunisasi dimulai 2. Saat prosedur suntikan imunisasi, ibu mengimplementasikan metode mengurangi nyeri saat prosedur suntikan imunisasi melalui tahapan : a. Ibu mulai menyusui anaknya selama 2 menit sebelum injeksi imunisasi dengan posisi menyusui sitting up (posisi kepala lebih tinggi dari badan /semi fowler). Menyusui berlanjut sampai 1 menit setelah injeksi. b. Selama menyusui, ibu melakukan distraksi pada bayi dengan mainan bersuara (krincingan). c. Pertahankan menyusui dengan posisi sitting up dan distraksi dengan mainan selama 1 menit setelah injeksi 3. FTS berakhir setelah 1 menit setelah suntikan imunisasi 2.3 Pengaruh Family Triple Support (FTS) Berbasis Atraumatic care terhadap Respon Nyeri Bayi saat Prosedur Imunisasi Imunisasi merupakan salah satu bentuk kebutuhan akan layanan kesehatan. Dalam pelaksanaannya, orang tua dan bayi dihadapkan pada ketidaknyamanan akibat prosedur imunisasi. Nyeri merupakan salah satu respon bayi akibat dari pengaruh psikologis berupa kurangnya dukungan keluarga terhadap bayi dan pengaruh fisik akibat injeksi saat prosedur imunisasi (Razek & El-Dein, 2009). Oleh karena itu

27 39 untuk mengurangi dampak jangka pendek dan panjang dari nyeri akibat prosedur imunisasi, diperlukan intervensi berbasis atraumatic care dengan pertimbangan cost effectiveness melalui pelayanan berfokus pada keluarga(anggraini, 2012). Family Triple Support (FTS) merupakan salah satu intervensi terintegrasi yang melibatkan peran orang tua dalam mengatasi permasalahan nyeri saat prosedur imunisasi bayi. Intervensi ini terdiri atas pemberian informasi tentang metode reduksi nyeri pada bayi dan dilanjutkan dengan pelaksanaan metode mengurangi nyeri saat prosedur imunisasi pada bayi. Metode mengurangi nyeri meliputi kombinasi pemberian ASI, distraksi mainan (krincingan) dan pemberian posisi sitting up (posisi kepala lebih tinggi dari ektremnitas atau fowler/semifowler) saat imunisasi. Pemberian ASI mampu mendorong opioid endogen sehingga terjadi pelepasan neuromodulator yang mampu menghambat impuls nyeri (Ismanto, 2010). Pemberian distraksi mampu mengaktivasi retikuler untuk menghambat stimulus nyeri, dimana jika seseorang menerima input sensori yang berlebihan dapat menyebabkan terhambatnya impuls nyeri ke otak. Pemberian posisi sitting up saat prosedur imunisasi mampu memberikan rasa nyaman dan menyenangkan bagi bayi sehingga mampu merangsang endorphin yang mampu menghambat impuls nyeri ke otak (Sukarwan dan Rachmat, 2011). Sehingga apabila ketiga intervensi ini dikombinasikan sehingga dapat mengoptimalkan hambatan impuls nyeri ke otak (Ismanto, 2010). Terkontrolnya nyeri mampu memberikan efek nyaman pada bayi yang berimbas pada pertumbuhan dan perkembangan yang

28 40 optimal. Intervensi ini didukung melalui pemberian pendidikan mengenai metode mengurangi nyeri kepada orang tua sehingga mampu mengoptimalkan efektivitas FTS terhadap respon nyeri bayi saat prosedur imunisasi (Sufriani. 2010).

BAB I PENDAHULUAN. (SKN). Pembangunan kesehatan dalam Undang-Undang Kesehatan 36 Tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. (SKN). Pembangunan kesehatan dalam Undang-Undang Kesehatan 36 Tahun 2009 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di bidang kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional Indonesia yang diatur dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Pembangunan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak yang berkualitas agar dapat melanjutkan cita-cita bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak yang berkualitas agar dapat melanjutkan cita-cita bangsa dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai bangsa yang sedang berkembang, Indonesia sangat memerlukan anak-anak yang berkualitas agar dapat melanjutkan cita-cita bangsa dan pembangunan kelak di kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa bayi ini sangat rawan karena memerlukan penyesuaian fisiologik agar

BAB I PENDAHULUAN. masa bayi ini sangat rawan karena memerlukan penyesuaian fisiologik agar BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian sebagai berikut : A. Latar Belakang Kelahiran seorang bayi merupakan peristiwa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan sedini mungkin sejak anak masih didalam kandungan. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan sedini mungkin sejak anak masih didalam kandungan. Upaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari upaya pembangunan masyarakat seutuhnya antara lain melalui upaya kesehatan anak yang dilakukan sedini mungkin sejak anak masih

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Operasi atau pembedahan merupakan semua tindak pengobatan yang. akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini umumnya dilakukan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Operasi atau pembedahan merupakan semua tindak pengobatan yang. akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini umumnya dilakukan dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Operasi atau pembedahan merupakan semua tindak pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Pembukaan bagian

Lebih terperinci

BAB I DEFENISI A. LATAR BELAKANG

BAB I DEFENISI A. LATAR BELAKANG BAB I DEFENISI A. LATAR BELAKANG Rumah sakit merupakan tempat pelayanan kesehatan secara bio,psiko,sosial dan spiritual dengan tetap harus memperhatikan pasien dengan kebutuhan khusus dengan melakukan

Lebih terperinci

PENGARUH FAMILY TRIPLE SUPPORT

PENGARUH FAMILY TRIPLE SUPPORT PENGARUH FAMILY TRIPLE SUPPORT (FTS) BERBASIS ATRAUMATIC CARE TERHADAP RESPON NYERI BAYI SAAT IMUNISASI DI PUSKESMAS I DENPASAR BARAT Putra, I.B. Putu Sancitha Guptayana, Ns.Drs. I Made Widastra,S.Kep.M.Pd.(1),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh energi panas, bahan kimia,

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh energi panas, bahan kimia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Luka bakar adalah suatu kerusakan integritas pada kulit atau kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh energi panas, bahan kimia, radiasi dan arus listrik. Berat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masa bayi ini sangat rawan karena memerlukan penyesuian fisiologi agar diluar

BAB 1 PENDAHULUAN. masa bayi ini sangat rawan karena memerlukan penyesuian fisiologi agar diluar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kelahiran seorang bayi merupakan peristiwa yang menggembirakan namun pada masa bayi ini sangat rawan karena memerlukan penyesuian fisiologi agar diluar kandungan dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai penyakit seperti TBC, difteri, pertusis, hepatitis B, poliomyelitis, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai penyakit seperti TBC, difteri, pertusis, hepatitis B, poliomyelitis, dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Imunisasi merupakan bentuk intervensi kesehatan yang efektif dalam menurunkan angka kematian bayi dan balita. Dengan imunisasi, berbagai penyakit seperti TBC,

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. Bab ini penulis membahas mengenai permasalahan tentang respon nyeri

BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. Bab ini penulis membahas mengenai permasalahan tentang respon nyeri BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan Bab ini penulis membahas mengenai permasalahan tentang respon nyeri terhadap prosedur pemasangan infus dan membandingkan antara teori yang sudah ada dengan kenyataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Balita merupakan anak dengan usia dibawah lima tahun (Depkes RI 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Balita merupakan anak dengan usia dibawah lima tahun (Depkes RI 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Balita merupakan anak dengan usia dibawah lima tahun (Depkes RI 2009). Periode tersebut merupakan periode penting selama fase tumbuh dan kembang anak. Pada masa

Lebih terperinci

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 Penelitian Keperawatan Jiwa SITI FATIMAH ZUCHRA BP. 1010324031

Lebih terperinci

ASPEK MEDIS DAN KEAMANAN VAKSIN KOMBINASI PENTABIO. Dominicus Husada

ASPEK MEDIS DAN KEAMANAN VAKSIN KOMBINASI PENTABIO. Dominicus Husada ASPEK MEDIS DAN KEAMANAN VAKSIN KOMBINASI PENTABIO Dominicus Husada ISI 1. Pendahuluan 2. Aspek Medis Vaksin Kombinasi Pentabio 3. Aspek Keamanan Vaksin Kombinasi Pentabio 4. Penutup 5. Bonus PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Lalu, kekebalan seperti apa yang dimiliki bayi di bulan-bulan pertamanya?

Lalu, kekebalan seperti apa yang dimiliki bayi di bulan-bulan pertamanya? Apa sih manfaat imunisasi? Dan kapan harus diberikan? Agar ibu tidak salah kaprah, silahkan simak tanya jawab seputar imunisasi dibawah ini. Mengapa anak perlu imunisasi? Karena usia anak-anak merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Imunitas merupakan daya tahan tubuh. Sistem imun adalah jaringan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Imunitas merupakan daya tahan tubuh. Sistem imun adalah jaringan dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Imunisasi Imunitas merupakan daya tahan tubuh. Sistem imun adalah jaringan dalam tubuh yang berfungsi melindungi tubuh dari infeksi dan benda asing, juga berfungsi menyembuhkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Imunisasi Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Brunner & Suddarth, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Brunner & Suddarth, 2002). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Brunner & Suddarth, 2002). Nyeri

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP ) SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP ) Topik : Imunisasi Pentavalen Hari / Tanggal : Selasa/ 08 Desember 2014 Tempat : Posyandu Katelia Waktu Pelaksanaan : 08.00 sampai selesai Peserta / Sasaran : Ibu dan Anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Suhu yang dimaksud adalah

BAB I PENDAHULUAN. dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Suhu yang dimaksud adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi oleh proses tubuh dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Suhu yang dimaksud adalah

Lebih terperinci

PENGARUH BOLA BOBATH TERHADAP SKOR NYERI PADA BAYI USIA 9-12 BULAN SAAT IMUNISASI DI PUSKESMAS CIPUTAT TIMUR TANGERANG SELATAN

PENGARUH BOLA BOBATH TERHADAP SKOR NYERI PADA BAYI USIA 9-12 BULAN SAAT IMUNISASI DI PUSKESMAS CIPUTAT TIMUR TANGERANG SELATAN PENGARUH BOLA BOBATH TERHADAP SKOR NYERI PADA BAYI USIA 9-12 BULAN SAAT IMUNISASI DI PUSKESMAS CIPUTAT TIMUR TANGERANG SELATAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. memperkecil distres psikologis dan fisik yang diderita oleh anak-anak dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. memperkecil distres psikologis dan fisik yang diderita oleh anak-anak dan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Atraumatic Care 1.1 Definisi atraumatic care Atraumatic care adalah penyediaan asuhan terapeutik dalam lingkungan, oleh personel, dan melalui penggunaan intervensi yang menghapuskan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Karromna (2014) yang berjudul Persepsi Orang Tua Tentang Imunisasi Tambahan pada Bayi di BPS Ny. M Amd.Keb Desa Kalirejo

Lebih terperinci

Clinical Science Session Pain

Clinical Science Session Pain Clinical Science Session Pain Disusun oleh : Nurlina Wardhani 1301-1214-0658 William Reinaldi 1301-1214-0503 Preseptor : Arnengsih, dr., Sp.KFR BAGIAN ILMU KESEHATAN FISIK DAN REHABILITASI FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan operasi seksio sesaria menurut Sarwono (2008) dalam buku Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan operasi seksio sesaria menurut Sarwono (2008) dalam buku Ilmu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tindakan operasi seksio sesaria menurut Sarwono (2008) dalam buku Ilmu Kebidanan merupakan proses persalinan dimana janin dilahirkan melalui insisi pada dinding perut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Imunisasi 1. Definisi Imunisasi Imunisasi adalah suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap suatu penyakit dengan cara memasukkan kuman atau produk kuman yang sudah dilemahkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Imunisasi 1. Pengertian Imunisasi Imunisasi adalah suatu tindakan memberikan perlindungan atau kekebalan dengan cara memasukkan vaksin ke dalam tubuh. Tujuan pemberian imunisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik karena ada kerusakan jaringan aktual maupun tidak. Nyeri pada

BAB I PENDAHULUAN. baik karena ada kerusakan jaringan aktual maupun tidak. Nyeri pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyeri adalah pengalaman subjektif yang umum terjadi pada anakanak, baik karena ada kerusakan jaringan aktual maupun tidak. Nyeri pada anak-anak sulit untuk diidentifikasi

Lebih terperinci

Kata Kunci: Pengetahuan, KIPI

Kata Kunci: Pengetahuan, KIPI PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) DI DESA BULUMARGI KECAMATAN BABAT LAMONGAN Dian Nurafifah Dosen D3 Kebidanan STIKes Muhammadiyah Lamongan email: diannurafifah66@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Imunisasi adalah prosedur yang dilakukan untuk memberikan kekebalan. tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan vaksin

BAB I PENDAHULUAN. Imunisasi adalah prosedur yang dilakukan untuk memberikan kekebalan. tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan vaksin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Imunisasi adalah prosedur yang dilakukan untuk memberikan kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh sehingga tubuh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memasukan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memasukan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Imunisasi 1. Pengertian Imunisasi Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. IMUNISASI 1. Pengertian Imunisasi Imunisasi adalah suatu tindakan memberikan perlindungan atau kekebalan dengan cara memasukkan vaksin ke dalam tubuh. Tujuan pemberian imunisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seorang ibu mengalami perubahan-perubahan yang terjadi baik fisik maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seorang ibu mengalami perubahan-perubahan yang terjadi baik fisik maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehamilan merupakan suatu proses yang alami dan normal. Selama hamil seorang ibu mengalami perubahan-perubahan yang terjadi baik fisik maupun psikologis. Perubahan-perubahan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN Oleh : Esti Ratnasari dan Muhammad Khadziq Abstrak

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN MANAJEMEN NYERI PADA LUKA POST OPERASI

SATUAN ACARA PENYULUHAN MANAJEMEN NYERI PADA LUKA POST OPERASI SATUAN ACARA PENYULUHAN MANAJEMEN NYERI PADA LUKA POST OPERASI OLEH ANDITA NOVTIANA SARI FLAMINGO 1 P17420509004 POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG PRODI KEPERAWATAN MAGELANG 2011 SATUAN ACARA PENYULUHAN

Lebih terperinci

Menurut beberapa teori keperawatan, kenyamanan adalah kebutuhan dasar klien yang merupakan tujuan pemberian asuhan keperawatan. Pernyataan tersebut

Menurut beberapa teori keperawatan, kenyamanan adalah kebutuhan dasar klien yang merupakan tujuan pemberian asuhan keperawatan. Pernyataan tersebut Konsep kenyamanan Menurut beberapa teori keperawatan, kenyamanan adalah kebutuhan dasar klien yang merupakan tujuan pemberian asuhan keperawatan. Pernyataan tersebut didukung oleh Kolcaba yang mengatakan

Lebih terperinci

Imunisasi PPI: Program imunisasi nasional

Imunisasi PPI: Program imunisasi nasional Imunisasi PPI: Program imunisasi nasional BCG (bacille calmette-guerin).: Vaksin hidup dari mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun, sehingga didapat basil tak virulen tapi masih mempunyai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencegah terhadap penyakit tertentu (Hidayat, 2005). Imunisasi adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencegah terhadap penyakit tertentu (Hidayat, 2005). Imunisasi adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Imunisasi merupakan usaha pemberian kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit

Lebih terperinci

IMUNISASI SWIM 2017 FK UII Sabtu, 14 Oktober 2017

IMUNISASI SWIM 2017 FK UII Sabtu, 14 Oktober 2017 IMUNISASI Dr. dr. Fx. Wikan Indrarto, SpA SWIM 2017 FK UII (Simposium & Workshop Imunisasi) Sabtu, 14 Oktober 2017 Di Hotel Eastparc Jl. Laksda Adisucipto Km. 6,5, Yogyakarta IMUNISASI Cara meningkatkan

Lebih terperinci

Pertanyaan dan Jawaban tentang imunisasi. Petunjuk untuk pemuka masyarakat, kader PSF, kelompok masyarakat, tentang imunisasi di Timor Leste

Pertanyaan dan Jawaban tentang imunisasi. Petunjuk untuk pemuka masyarakat, kader PSF, kelompok masyarakat, tentang imunisasi di Timor Leste Pertanyaan dan Jawaban tentang imunisasi Petunjuk untuk pemuka masyarakat, kader PSF, kelompok masyarakat, tentang imunisasi di Timor Leste Apa itu imunisasi dan bagaimana kerja nya? 1. Apa tujuan dari

Lebih terperinci

BAB l PENDAHULUAN. yang merasakan nyeri merasa tertekan atau menderita dan mencari upaya

BAB l PENDAHULUAN. yang merasakan nyeri merasa tertekan atau menderita dan mencari upaya BAB l PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Setiap individu pernah mengalami nyeri dalam tingkat tertentu. Individu yang merasakan nyeri merasa tertekan atau menderita dan mencari upaya untuk menghilangkan nyeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. intrauterin ke kehidupan ekstrauterin (Dewi, 2013 : 1). neonatus sebagai individu yang harus menyesuaikan diri dari kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. intrauterin ke kehidupan ekstrauterin (Dewi, 2013 : 1). neonatus sebagai individu yang harus menyesuaikan diri dari kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Neonatus disebut juga bayi baru lahir yakni merupakan individu yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian

Lebih terperinci

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk meraih gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penduduk di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 persentase jumlah penduduk berdasarkan usia di pulau Jawa paling banyak adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah Negara, juga merupakan salah satu indikator yang paling sensitif dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebuah Negara, juga merupakan salah satu indikator yang paling sensitif dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian bayi (infant mortality rate) merupakan salah satu aspek penting dalam menggambarkan tingkat pembangungan sumber daya manusia di sebuah Negara, juga merupakan

Lebih terperinci

Modul ke: Pedologi. Cedera Otak dan Penyakit Kronis. Fakultas Psikologi. Yenny, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi.

Modul ke: Pedologi. Cedera Otak dan Penyakit Kronis. Fakultas Psikologi. Yenny, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi. Modul ke: Pedologi Cedera Otak dan Penyakit Kronis Fakultas Psikologi Yenny, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Apakah yang Dimaksudkan dengan Kelumpuhan Otak itu? Kelumpuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa yang ditandai oleh perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. [CDC], 2013). Data dari Riset Kesehatan Dasar ( 2013), prevalensi. gangguan mental emosional (gejala -gejala depresi

BAB I PENDAHULUAN. [CDC], 2013). Data dari Riset Kesehatan Dasar ( 2013), prevalensi. gangguan mental emosional (gejala -gejala depresi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecemasan merupakan jenis gangguan mental paling sering terjadi di dunia dengan prevalensi lebih dari 15%, dengan persentase wanita lebih banyak dibandingkan pria

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Imunisasi Dasar 1. Pengertian Menurut Hidayat (2005) Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paling umum untuk mencari pertolongan kesehatan. Seseorang yang nyeri

BAB I PENDAHULUAN. paling umum untuk mencari pertolongan kesehatan. Seseorang yang nyeri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang pasti pernah mengalami nyeri itu merupakan alasan yang paling umum untuk mencari pertolongan kesehatan. Seseorang yang nyeri biasanya menderita

Lebih terperinci

MANAJEMEN NYERI. No. Dokumen: Halaman: 1 dari 3. No. Revisi: 00 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL. Disahkan oleh DIREKTUR UTAMA

MANAJEMEN NYERI. No. Dokumen: Halaman: 1 dari 3. No. Revisi: 00 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL. Disahkan oleh DIREKTUR UTAMA 1 dari 3 NIP. 1962043019871111 Pengertian Tujuan Cara meringankan atau mengurangi nyeri sampai tingkat kenyamanan yang dapat diterima pasien. Pelaksana adalah perawat, dokter jaga, dokter penanggung jawab,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Halusinasi adalah gangguan terganggunya persepsi sensori seseorang,dimana tidak terdapat stimulus. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Pasien merasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (2010) dikutip dalam Andarmoyo (2013) menyatakan bahwa nyeri merupakan

BAB I PENDAHULUAN. (2010) dikutip dalam Andarmoyo (2013) menyatakan bahwa nyeri merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyeri merupakan bentuk ketidaknyamanan yang bersifat sangat individual dan tidak dapat dibagi dengan orang lain. Tamsuri (2007) mendefenisikan nyeri sebagai suatu keadaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari pengindraan atau hasil tahu seseorang dan terjadi terhadap objek melalui indra yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Imunisasi Dasar Tubuh manusia pada dasarnya mampu melawan zat asing (Bakteri, Virus, Racun dan sebagainya) dengan mengaktifkan sistim kekebalan yang ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Nyeri merupakan suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Nyeri merupakan suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nyeri merupakan suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang dapat dialami oleh siapa saja baik tua maupun muda. Bayi baru lahir dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jaringan aktual dan potensial yang menyebabkan seseorang mencari. perawatan kesehatan ( Smeltzer & Bare, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. jaringan aktual dan potensial yang menyebabkan seseorang mencari. perawatan kesehatan ( Smeltzer & Bare, 2012). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional yang dirasakan mengganggu dan menyakitkan, sebagai akibat adanya kerusakan jaringan aktual dan potensial yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuat sayatan serta diakhiri dengan penutupan dan penjahitan

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS METODE 5 S (SWADDLING, SIDE/ STOMACH POSITION, SUSHING, SWINGING, SUCKING) TERHADAP RESPON NYERI PADA BAYI SAAT IMUNISASI PENTAVALEN

EFEKTIFITAS METODE 5 S (SWADDLING, SIDE/ STOMACH POSITION, SUSHING, SWINGING, SUCKING) TERHADAP RESPON NYERI PADA BAYI SAAT IMUNISASI PENTAVALEN EFEKTIFITAS METODE 5 S (SWADDLING, SIDE/ STOMACH POSITION, SUSHING, SWINGING, SUCKING) TERHADAP RESPON NYERI PADA BAYI SAAT IMUNISASI PENTAVALEN Universitas Ngudi Waluyo Email: Akbar.moms@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan teori dan proses asuhan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 7-9 Agustus 2014 di Ruang Prabu Kresna

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA EFEKTIVITAS PAKET DUKUNGAN KELUARGA (PDK) TERHADAP RESPON PERILAKU NYERI BAYI YANG DILAKUKAN PROSEDUR IMUNISASI DI RSUP PROF. DR. R.D. KANDOU MANADO TESIS Diajukan sebagai salah satu

Lebih terperinci

NYERI DAN EFEK PLASEBO

NYERI DAN EFEK PLASEBO NYERI DAN EFEK PLASEBO NYERI APA YANG DIMAKSUD DENGAN NYERI? Teori Nyeri terdahulu: Nyeri merupakan Sensasi Dideskripsikan sebagai berikut: 1. Kerusakan jaringan menyebabkan sensasi nyeri 2. Keterlibatan

Lebih terperinci

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio Pengertian Polio Polio atau poliomyelitis adalah penyakit virus yang sangat mudah menular dan menyerang sistem saraf. Pada kondisi penyakit yang bertambah parah, bisa menyebabkan kesulitan 1 / 5 bernapas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia secara geografis terletak di wilayah yang rawan bencana. Bencana alam sebagai peristiwa alam dapat terjadi setiap saat, di mana saja, dan kapan saja,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penanganan nyeri adalah hak dasar manusia tanpa memandang jenis kelamin dan usia. Telah diketahui bahwa transmisi dan persepsi nyeri timbul dan berfungsi sejak kehamilan

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fisiologi Nyeri Guide to Physical Therapist Practice menyatakan nyeri adalah sensasi yang mengganggu yang disebabkan penderitaan atau sakit. 3 Sejak awal tahun 1980, pemahaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Imunisasi merupakan hal yang wajib diberikan pada bayi usia 0-9

BAB I PENDAHULUAN. Imunisasi merupakan hal yang wajib diberikan pada bayi usia 0-9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Imunisasi merupakan hal yang wajib diberikan pada bayi usia 0-9 bulan. Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan atau meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif

Lebih terperinci

DAN INFORMASI KESEHATAN SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI MALANG 2011/2012

DAN INFORMASI KESEHATAN SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI MALANG 2011/2012 MAKALAH IMUNISASI DASAR BAYI BARU LAHIR Dajukan sebagai peryaratan mengikuti ujian semester3 Pembimbing: Bpk.Ahmad Rifai Disusun Oleh : 1. 2. 3. 4. 5. 6. D-III ADMINISTRASIPEREKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Imunisasi Dasar a. Pengertian imunisasi Imunisasi adalah suatu cara untuk memberikan kekebalan kepada seseorang secara aktif terhadap penyakit menular (Mansjoer,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai mengancam jiwa (Ranuh, dkk., 2001, p.37). dapat dijumpai pada 5% resipien, timbul pada hari 7-10 sesudah imunisasi dan

BAB I PENDAHULUAN. sampai mengancam jiwa (Ranuh, dkk., 2001, p.37). dapat dijumpai pada 5% resipien, timbul pada hari 7-10 sesudah imunisasi dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) adalah semua kejadian sakit dan kematian yang terjadi dalam masa 1 bulan setelah imunisasi (Ranuh, dkk., 2001, p.37). Vaksin mutakhir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kurang dari 24 jam tanpa komplikasi baik bagi ibu maupun bagi janin (Prawirohardjo,

BAB I PENDAHULUAN. kurang dari 24 jam tanpa komplikasi baik bagi ibu maupun bagi janin (Prawirohardjo, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal. Persalinan adalah pelepasan dan pengeluaran produk konsepsi (janin, air ketuban, plasenta dan selaput

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencabutan gigi. Berdasarkan penelitian Nair MA, ditemukan prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. pencabutan gigi. Berdasarkan penelitian Nair MA, ditemukan prevalensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bedah mulut merupakan salah satu bidang dalam ilmu kedokteran gigi. Dalam bidang kedokteran gigi gejala kecemasan sering ditemukan pada pasien tindakan pencabutan gigi.

Lebih terperinci

- Nyeri dapat menyebabkan shock. (nyeri) berhubungan. - Kaji keadaan nyeri yang meliputi : - Untuk mengistirahatkan sendi yang fragmen tulang

- Nyeri dapat menyebabkan shock. (nyeri) berhubungan. - Kaji keadaan nyeri yang meliputi : - Untuk mengistirahatkan sendi yang fragmen tulang 3. PERENCANAAN TINDAKAN PERAWATAN NO DIAGNOSA KEPERAWATAN Gangguan rasa nyaman TUJUAN DAN HASIL YANG DIHARAPKAN Tujuan : RENCANA TINDAKAN - Kaji keadaan nyeri yang meliputi : RASIONAL - Nyeri dapat menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh seorang ibu berupa pengeluaran hasil konsepsi yang hidup didalam uterus melalui vagina ke dunia luar.

Lebih terperinci

Kehamilan Resiko Tinggi. Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013

Kehamilan Resiko Tinggi. Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013 Kehamilan Resiko Tinggi Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013 Kehamilan adalah masa di mana seorang wanita membawa embrio atau fetus di dalam tubuhnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO), ada sebanyak 234,2 juta

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO), ada sebanyak 234,2 juta 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Operasi atau pembedahan merupakan tindakan pengobatan dengan cara membuka atau menampilkan bagian dalam tubuh yang akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bayi adalah anak usia 0-2 bulan (Nursalam, 2013). Masa bayi ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Bayi adalah anak usia 0-2 bulan (Nursalam, 2013). Masa bayi ditandai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bayi adalah anak usia 0-2 bulan (Nursalam, 2013). Masa bayi ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan fisik yang cepat disertai dengan perubahan dalam kebutuhan

Lebih terperinci

KECEMASAN (ANSIETAS) Niken Andalasari

KECEMASAN (ANSIETAS) Niken Andalasari KECEMASAN (ANSIETAS) Niken Andalasari 1. Definisi Kecemasan mengandung arti sesuatu yang tidak jelas dan berhubungan dengna perasaan yang tidak menentu dan tidak berdaya (stuart & sundeeen,1995). Kecemasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Respon Penerimaan Anak 1. Pengertian Respon atau umpan balik adalah reaksi komunikan sebagai dampak atau pengaruh dari pesan yang disampaikan, baik secara langsung maupun tidak

Lebih terperinci

Manfaat imunisasi untuk bayi dan anak

Manfaat imunisasi untuk bayi dan anak Manfaat imunisasi untuk bayi dan anak Bayi dan anak yang mendapat imunisasi dasar lengkap akan terlindung dari beberapa penyakit berbahaya dan akan mencegah penularan ke adik, kakak dan teman-teman disekitarnya.

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI A. PENGERTIAN Chikungunya berasal dari bahasa Shawill artinya berubah bentuk atau bungkuk, postur penderita memang kebanyakan membungkuk

Lebih terperinci

MICS2011-BL SURVEI INDIKATOR SOSIAL INDONESIA PROVINSI PAPUA DAN PAPUA BARAT DAFTAR PERTANYAAN BALITA MODUL KETERANGAN ANAK BALITA

MICS2011-BL SURVEI INDIKATOR SOSIAL INDONESIA PROVINSI PAPUA DAN PAPUA BARAT DAFTAR PERTANYAAN BALITA MODUL KETERANGAN ANAK BALITA INDONESIA 2011 MICS2011-BL SURVEI INDIKATOR SOSIAL INDONESIA PROVINSI PAPUA DAN PAPUA BARAT DAFTAR PERTANYAAN BALITA RAHASIA MODUL KETERANGAN ANAK BALITA Kuesioner ini ditujukan untuk seluruh ibu atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setidaknya 50% angk kematian di Indonesia bisa dicegah dengan imunisasi dan

BAB I PENDAHULUAN. setidaknya 50% angk kematian di Indonesia bisa dicegah dengan imunisasi dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Bayi menjadi indikator pertama dalam menentukan derajat kesehatan anak karena merupakan cerminan dari status kesehatan anak saat ini. WHO 2010 mencatat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergantung dimana kanker tersebut tumbuh dan tipe dari sel kanker tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. tergantung dimana kanker tersebut tumbuh dan tipe dari sel kanker tersebut. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker adalah suatu penyakit pertumbuhan sel, akibat adanya onkogen yang menyebabkan sel normal menjadi sel kanker (Karsono, 2006). Kanker merupakan salah satu jenis

Lebih terperinci

cita-cita UUD Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda (double burden). Penyakit menular masih merupakan

cita-cita UUD Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda (double burden). Penyakit menular masih merupakan cita-cita UUD 1945. Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda (double burden). Penyakit menular masih merupakan masalah, sementara penyakit degeneratif juga muncul sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melawan serangan penyakit berbahaya (Anonim, 2010). Imunisasi adalah alat yang terbukti untuk mengendalikan dan

BAB I PENDAHULUAN. melawan serangan penyakit berbahaya (Anonim, 2010). Imunisasi adalah alat yang terbukti untuk mengendalikan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Imunisasi merupakan program pemerintah yang senantiasa digalakkan dalam upaya untuk meningkatkan kekebalan seseorang terhadap suatu penyakit dengan melakukan vaksinasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit dan dirawat di rumah sakit khususnya bagi anak-anak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit dan dirawat di rumah sakit khususnya bagi anak-anak dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sakit dan dirawat di rumah sakit khususnya bagi anak-anak dapat menimbulkan dampak, baik terhadap fisik maupun psikologis diantaranya kecemasan, merasa asing akan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis. Maslow (1970) mengatakan

Lebih terperinci

PENGARUH AROMATERAPI TERHADAP NYERI PADA PASIEN POST OPERASI SECTIO CAESAREA DI RSUD KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN

PENGARUH AROMATERAPI TERHADAP NYERI PADA PASIEN POST OPERASI SECTIO CAESAREA DI RSUD KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN PENGARUH AROMATERAPI TERHADAP NYERI PADA PASIEN POST OPERASI SECTIO CAESAREA DI RSUD KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN Oleh : Isa Khasani dan Nisa Amriyah Abstrak Sectio caesarea merupakan salah satu pembedahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan menurut Wahyuningsih (2005), terapi Intravena adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan menurut Wahyuningsih (2005), terapi Intravena adalah suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terapi intravena adalah suatu cara dari pengobatan untuk memasukan obat atau vitamin ke dalam tubuh pasien (Darmawan, 2008). Sedangkan menurut Wahyuningsih (2005), terapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi

BAB I PENDAHULUAN. tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan. Sifatnya sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya,

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANSIETAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANSIETAS ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANSIETAS I. PENGKAJIAN PASIEN ANSIETAS 1. DEFINISI Ansietas adalah suatu perasaan tidak santai yang samar-samar karena ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai evaluasi selanjutnya (Uliyah & Hidayat, 2008). Keluhan yang

BAB I PENDAHULUAN. sampai evaluasi selanjutnya (Uliyah & Hidayat, 2008). Keluhan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Post operasi merupakan masa setelah dilakukan pembedahan yang dimulai saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya (Uliyah & Hidayat,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Perilaku 1. Definisi Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Imunisasi 1. Pengertian Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpajan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan dengan cepat, tepat dan benar. Diberikan melalui

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan dengan cepat, tepat dan benar. Diberikan melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Instalasi gawat darurat merupakan salah satu unit di rumah sakit yang dapat memberikan pelayanan dengan cepat, tepat dan benar. Diberikan melalui standart tim kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. lakukan pada bayi yang digunakan untuk pemeriksaan darah. Bayi kurang bulan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. lakukan pada bayi yang digunakan untuk pemeriksaan darah. Bayi kurang bulan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pengambilan darah kapiler lewat tumit bayi adalah prosedur yang biasa di lakukan pada bayi yang digunakan untuk pemeriksaan darah. Bayi kurang bulan cenderung

Lebih terperinci

MAKALAH PCD IMUNISASI

MAKALAH PCD IMUNISASI MAKALAH PCD IMUNISASI DISUSUN OLEH: Nama NIM Erni Setyawati 1720333697 Farell Anugrah 1720333698 Haris Indra Jaya 1720333699 Khoiril Liana 1720333700 PROGRAM PROFESI APOTEKER ANGKATAN XXXIII UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. spesifik dan berbeda dengan orang dewasa. Anak yang sakit. hospitalisasi. Hospitalisasi dapat berdampak buruk pada

BAB I PENDAHULUAN. spesifik dan berbeda dengan orang dewasa. Anak yang sakit. hospitalisasi. Hospitalisasi dapat berdampak buruk pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan makhluk yang unik, yang tidak bisa disamakan dengan orang dewasa. Anak memiliki kebutuhan spesifik dan berbeda dengan orang dewasa. Anak yang sakit dan

Lebih terperinci