ANALISIS PENGENDALIAN MUTU (QUALITY CONTROL) CPO (CRUDE PALM OIL) PADA PT. BUANA WIRA SUBUR SAKTI DI KABUPATEN PASER

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PENGENDALIAN MUTU (QUALITY CONTROL) CPO (CRUDE PALM OIL) PADA PT. BUANA WIRA SUBUR SAKTI DI KABUPATEN PASER"

Transkripsi

1 ejournal Ilmu Administrasi Bisnis, 204, 2 (2): ISSN , ejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id Copyright 204 ANALISIS PENGENDALIAN MUTU (QUALITY CONTROL) CPO (CRUDE PALM OIL) PADA PT. BUANA WIRA SUBUR SAKTI DI KABUPATEN PASER M. Fajar Wulan D ABSTRAK M. Fajar Wulan D, Analisis Pengendalian Mutu (Quality Control) CPO (Crude Palm Oil) pada PT. Buana Wirasubur Sakti di Kabupaten Paser. Di bawah bimbingan Ir. Noercahyono, MM. selaku Pembimbing I dan Bapak Eko Adi Widyanto, SE,. M.SA. selaku Pembimbing II. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengendalian mutu CPO (Crude Palm Oil) pada PT. Buana Wirasubur Sakti. Analisis dilakukan dengan cara mengolah data inspeksi kadar asam lemak bebas, kadar air, dan kadar kotoran dengan menggunakan alat analisis pengendalian mutu diagram histogram, grafik kendali, dan diagram sebab akibat. Hasil analisis dibandingkan dengan standar pengendalian mutu yang ditetapkan BSN melalui SNI dan standar mutu yang ditetapkan oleh konsumen PT. Buana Wirasubur Sakti. Berdasarkan analisis diagram histogram untuk kadar asam lemak bebas dan kadar kotoran tidak terdapat data yang berada di luar batas, akan tetapi pada kadar air terdapat 6 sampel berada di atas standar yang ditetapkan oleh BSN yaitu 0,5%. Berdasarkan hasil analisis grafik kendali pengendalian mutu CPO (Crude Palm Oil), jumlah sampel yang berada di luar batas kendali menurut peta kontrol Xbar dan R untuk kadar asam lemak bebas sebanyak sebelas sampel pada peta kendali Xbar dan dua sampel pada peta kendali R. Kemudian, untuk kadar air terdapet lima sampel pada peta kendali Xbar dan dua sampel pada peta kendali R. Serta untuk kadar kotoran terdapat tujuh sampel apda peta kendali Xbar dan tiga sampel pada peta kendali R. Berdasarkan hasil analisis diagram sebab akibat yaitu dilakukan dengan proses observasi lapangan dan wawancara terdapat lima faktor yang mempengaruhi pengendalian mutu CPO (Crude Palm Oil). Faktor itu sendiri meliputi bahan baku, lingkungan kerja, mesin, bahan baku, manusia, dan metode karja. Kata Kunci: analisis pengendalian mutu, diagram sebab akibat, dan grafik kendali. Pendahuluan Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas unggulan Indonesia karena kontribusinya terhadap perolehan devisa, peluang pengembangan pasar serta penyerapan tenaga kerja, dan menjadikan Indonesia sebagai eksportir minyak Mahasiswa, S Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman, Fajarwulan@yahoo.co.id

2 ejournal Ilmu Administrasi Bisnis, Volume 2, Nomor 2, 204: kelapa sawit (Crude Palm Oil- CPO) nomor satu di dunia, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel berikut. Tabel Eksportir CPO Dunia Tahun 203 No Negara Eksportir Total Ekspor (ton) Indonesia Malaysia Thailand Kolombia Nigeria (sumber: bisnis.com) Produksi CPO di Indonesia selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, sebagaimana dapat dilihat dalam Tabel di bawah ini. Tabel Total Produksi Sawit Indonesia Tahun Total Produksi (ton) (Sumber: Direktorat Jendral Perkebunan) Era pengembangan kelapa sawit di Kalimantan Timur dimulai pada tahun 982 yang dirintis melalui Proyek Perkebunan Inti Rakyat (PIR) yang dikelola oleh PTP VI. Hingga tahun 202, luas areal kelapa sawit mencapai Ha, yang terdiri dari Ha sebagai tanaman plasma / rakyat, Ha milik BUMN sebagai inti, dan Ha milik Perkebunan Besar Swasta. Adapun produksi TBS (Tandan Buah Segar) pada tahun 202 sebesar ton atau setara dengan ton CPO (Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur, 202) PT. Buana Wirasubur Sakti merupakan satu dari 2 perusahaan perebusan TBS (Tandan Buah Sawit) yang berada di Kecamatan Kuaro, Kabupaten Paser, yang secara resmi didirikan pada tahun 993. Pada awalnya perusahaan ini hanya memfokuskan pada penanaman kelapa sawit yaitu pada tahun 99 hingga tahun 2004 dengan luas areal lahan lebih dari 900 hektar. Pada tahun 200 PT. Buana Wirasubur Sakti melebarkan sayapnya pada bisnis pemrosesan TBS menjadi CPO dengan kapasitas produksi perusahaan sebesar 30 TBS/jam yang dapat menghasilkan 20 ton CPO, 30 ton karnel, dan 30 ton cangkang karnel per hari. (tradezz.com_pt. Buana Wirasubur Sakti) Pasokan kelapa sawit yang diolah menjadi CPO bersumber dari kebun kelapa sawit milik PT. Buana Wirasubur Sakti sendiri serta pasokan yang bersumber dari petani sawit di Kecamatan Kuaro. CPO yang dihasilkan kemudian akan dijual ke pembeli utama yaitu PT. Wilmar, PT SMART, Tbk, dan PT. KIAT 246

3 Analisis Pengendalian Mutu (Quality Control) CPO (Crude Palm Oil) - Fajar yang dikirim melalui Pelabuhan Tanah Merah di Desa Janju, Kecamatan Tana Gerogot, Kabupaten Paser. Kegiatan pengendalian mutu yang dilakukan oleh PT. Buana Wirasubur Sakti untuk menghasilkan produk CPO mengacu pada standar mutu CPO yang ditetapkan oleh pembeli/pelanggan. Pemerintah sendiri melalui BSN telah menetapkan standarisasi mutu CPO yang dimuat dalam SNI yaitu: Tabel Standar Nasional Mutu Kelapa Sawit No Karakteristik Keterangan Kadar asam lemak bebas < 5,00 % 2 Kadar air < 0,50 % 3 Kadar kotoran < 0,50 % 4 Bilangan Yodium g / 00 g TBS 5 Warna CPO (crude palm oil) Jingga kemerahmerahan (SNI, 2006) Dalam praktiknya PT. Buana Wirasubur Sakti belum menetapkan standarisasi mutu CPO perusahaan. Selama ini standar mutu yang digunakan oleh PT. Buana Wirasubur Sakti mengikuti kontrak kerja yang ditetapkan oleh pembeli utamanya, yaitu PT. Willmar. Standar mutu yang ditetapkan oleh PT. Willmar mengikui standar mutu CPO yang ditetapkan oleh BSN melalui SNI Akan tetapi jika mutu CPO yang dihasilkan melebihi standar kadar mutu yang ditetapkan, maka PT. Buana Wirasubur Sakti akan memasarkannya kepada pembeli lokal. Salah satu cara untuk mengukur mutu produk ialah penerapan quality conrol dengan peta kontrol (control charts). Fungsi penerapan quality control tersebut adalah untuk melakukan pengendalian terhadap mutu dari input awal berupa penyelesaian bahan baku, proses produksi, sampai kepada proses output barang jadi (finished goods). Dengan adanya penerapan quality control maka perusahaan dapat melakukan efesiensi proses produk, khususnya dalam industri pengolahan CPO kelapa sawit. Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai masalah pengendalian mutu (quality control) dalam hal pengolehan buah sawit yang ada di PT. Buana Wirasubur Sakti. Untuk itu pada penelitian ini peneliti mengambil judul Analisis Pengendalian Mutu (Quality Control) CPO (Crude Palm Oil) Pada PT. Buana Wirasubur Sakti Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah; Apakah pengendalian mutu CPO yang dilakukan oleh PT. Buana Wirasubur Sakti sudah memenuhi standar SNI yang ditetapkan oleh BSN. 247

4 ejournal Ilmu Administrasi Bisnis, Volume 2, Nomor 2, 204: Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan dari penelitian ini adalah:. Untuk mengetahui proses pengendalian mutu CPO yang dilakukan oleh PT. Buana Wirasubur Sakti. 2. Untuk mengetahui apakah tingkat mutu CPO yang dihasilkan oleh PT. Buana Wirasubur Sakti sudah memenuhi standar mutu CPO sesuai dengan standar SNI yang ditetapkan oleh BSN. Kerangka Dasar Teori Pengendalian Mutu (Quality Control) Pengertian pengendalian mutu adalah kegiatan terpadu mulai dari pengendalian standar mutu bahan, standar proses produksi, barang setengah jadi, barang jadi, sampai standar pengiriman produk akhir ke konsumen agar barang (jasa) yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi mutu yang direncanakan (Prawirosentono, 2007:74). Process Quality Control Menurut Haming dan Nurnajamuddin (202:208) SQC (Statistical Quality Control) merupakan penggunaan metode statistic untuk mengukur kinerja produksi sekaligus untuk meningkatkan mutu keluaran. Sebaliknya, SPC hanya bermaksud untuk melakukan pengendalian kinerja proses dengan menggunakan metode statistik. Sehubungan dengan itu, SPC merupakan bagian dari SQC. Minyak Sawit Kasar Minyak sawit kasar (Crude Palm Oil) merupakan minyak nabati berwarna jingga kemerah-merahan yang diperoleh dari proses ekstraksi daging buah kelapa sawit (mesocarp) tanaman Elais guinensis Jacq. Minyak sawit kasar terdiri dari gliserida yang tersusun oleh serangkaian asam lemak. Komponen utama minyak sawit adalah trigliserida dengan sebagian kecil digliserida dan mono gliserida. Minyak sawit kasar berbentuk semipadat pada suhu kamar. Warna minyak sawit kasar yang berwarna jingga kemerah-merahan disebabkan oleh komponen minor yang dmiliki CPO berupa pigmen karoten (ipb.ac.id). Metode Penelitian Histogram Histogram menunjukkan cakupan nilai suatu perhitungan dan frekuensi dari setiap nilai yang terjadi. Histogram menunjukkan peristiwa yang sering terjadi dan juga variasi dalam pengukuran (Heizer dan Render, 2004:268). Bagan kendali Peta Kendali Peta Kendali X bar digunakan untuk proses yang memiliki karakteristik yang bersifat kontinu. Peta ini menggambarkan variasi harga rata-rata dari data yang diklarifikasikan dalam satu kelompok. Dalam penelitian ini data dikelompokkan berdasarkan satuan waktu hari dimana data ini diambil. Langkah langkah penentuan peta kendali X bar adalah dengan menentukan rentang rata-rata 248

5 Analisis Pengendalian Mutu (Quality Control) CPO (Crude Palm Oil) - Fajar kemudian menentukan batas kontrol serta mengambarkan garis X bar dan garis batas kontrol. Peta Kendali R Peta kendali R merupakan peta untuk menggambarkan rentang data dari suatu sub grup, yaitu data terbesar dikurangi data terkecil. Langkah langkah penentuan garis central adalah dengan menentukan rentang rata-rata kemudian menentukan batas kontrol serta mengambarkan garis R dan garis batas kontrol. Menghitung X rata-rata dan R rata-rata (Haming dan Nurnajamuddin, 202:208): Perhitungan X rata-rata Dimana: : jumlah rata-tata dari nilai rata-rata subgrup : nilai rata-rata subgrup ke-i : jumlah subgrup Perhitungan R rata-rata Dimana: : jumlah rata-rata rentang grup : nilai rentang subgrup ke-i : jumlah subgrup Menentukan batas kontrol untuk pembuatan peta kendali X dan R (Haming dan Nurnajamuddin, 202:208): X-Chart Batas kontrol peta X: Batas kontrol atas (BKA) = Batas kontrol bawah (BKB) = Dimana: BKA = Batas Kontrol Atas BKB = Batas Kontrol Bawah A 2 = Nilai Koefisien R = Selisih Harga Xmaks dan Xmin R-Chart Batas kontrol peta R: Batas kontrol atas (BKA) = D 4. R Batas kontrol bawah (BKB) = D 3. R Dimana: BKA = Batas Kontrol Atas BKB = Batas Kontrol Bawah D 4, D 3 = Nilai Koefisien Diagram Sebab Akibat Menurut Heizer dan Render (2004:265) pembuatan diagram sebab akibat pada umumnya dimulai dengan 4 kategori yaitu material, mesin/peralatan, manusia, 249

6 ejournal Ilmu Administrasi Bisnis, Volume 2, Nomor 2, 204: dan metode. Inilah yang disebut 4M yang merupakan penyebab. Penyebab masing-masing dikaitkan dalam setiap kategori yang diikat dalam tulang ikan yang diikat dalam tulang yang terpisah sepanjang cabang tersebut. Hasil Penelitian dan Pembahasan Histogram Histogram Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) Dari hasil pengujian kadar Asam Lemak Bebas di atas, maka histogram Kadar Asam Lemak Bebas dapat di lihat pada Gambar berikut: Gambar Hasil Uji Kadar Asam Lemak Bebas sumber: data diolah Berdasarkan hasil histogram untuk kadar asam lemak bebas, maka dapat dilihat bahwa rata-rata kadar asam lemak bebas adalah 3,5%, dan tidak terdapat yang berada di luar batas normal berdasarkan standarisasi yang ditetapkan oleh BSN yaitu kadar Asam Lemak Bebas maksimum 5%. Histogram Kadar Air Dari hasil pengujian kadar Air di atas, maka histogram kadar Air dapat di lihat pada Gambar berikut: Gambar Hasil Uji Kadar Air 250

7 Analisis Pengendalian Mutu (Quality Control) CPO (Crude Palm Oil) - Fajar Sumber: data diolah Berdasarkan hasil histogram untuk kadar air, dapat dilihat bahwa rata-rata kadar air adalah sebesar 0,36%, dan terdapat 6 atau 6,66% data yang berada di luar batas normal berdasarkan standarisasi yang ditetapkan oleh BSN yaitu kadar Air maksimum 0,5%. Histogram Kadar Kotoran Dari hasil pengujian kadar Air di atas, maka histogram kadar Air dapat di lihat pada Gambar berikut: Gambar Hasil Uji Kadar Kotoran Sumber: data diolah Berdasarkan hasil histogram untuk kadar kotoran, dapat dilihat bahwa rata-rata kadar kotoran adalah 0,39% dan tidak terdapat data yang berada di luar batas normal berdasarkan standarisasi yang ditetapkan oleh BSN yaitu kadar kotoran maksimum 0,5%. Analisis Grafik Kendali (SPC) Analisis grafik kendali (SPC) digunakan untuk melakukan pengendalian kinerja proses dengan menggunakan metode statistik. Di dalam grafik kendali terdapat garis batas kendali atas (UCL) serta garis batas kendali bawah (LCL), kedua garis ini berfungsi untuk menentukan batas kendali kandungan mutu CPO dalam perhitungan statistik. Berikut tahapan pembuatan grafik kendali dan R untuk Kadar Asam Lemak Bebas (ALB), Kadar Air, dan Kadar Kotoran: Peta dan R untuk Kadar Asam Lemak Bebas (ALB). Perhitungan Peta Kendali X bar Kadar Asam Lemak Bebas. UCL = + = 3,50 +,023. 0,44 = 3,50 + 0,4535 = 3,95 % LCL = - = 3,50,023. 0,44 25

8 Sample Range Sample Mean ejournal Ilmu Administrasi Bisnis, Volume 2, Nomor 2, 204: = 3,50 0,4525 = 3,05 % 2. Perhitungan Peta Kendali R Kadar Asam Lemak Bebas. UCL = D4. = 2,574.0,44 =,3857 % LCL = D3. = 0. 0,44 = 0 % Gambar Grafik kendali Xbar dan R Chart Asam Lemak Bebas Xbar-R Chart of x;...; x3 4,5 4,0 UC L=3,959 3,5 _ X=3,500 3, Sample LC L=3,04 2,0,5,0 0,5 UC L=,55 _ R=0,449 sumber: data diolah Dari peta kendali X bar dan R di atas terdapat data yang out of control, yaitu pada data ke, 2, 6, 7, 8,, 3, 4, 7, 26, dan 28 pada peta kendali X bar. Untuk peta kendali R terdapat pula data yang out of control yaitu pada data ke 24 dan 27. Peta dan R untuk Kadar Air. Perhitungan Peta Kendali X bar Kadar Asam Lemak Bebas UCL = + = 0,36 +,023. 0,8 = 0,55 % LCL = - = 0,36,023. 0,8 = 0,8 % 2. Perhitungan Peta Kendali R Kadar Air UCL = D4. = 2,574. 0,8 = 0,4676 % LCL = D , Sample LC L=0

9 Sample Range Sample Mean Analisis Pengendalian Mutu (Quality Control) CPO (Crude Palm Oil) - Fajar = 0. 0,8 = 0 % Gambar Grafik kendali Xbar dan R Chart Air Xbar-R Chart of x;...; x3 0,5 UC L=0,5504 0,4 _ X=0,3646 0,3 0,2 0, Sample LC L=0,787 0,60 0,45 UC L=0,4677 0,30 0,5 _ R=0,87 0,00 LC L= Sample sumber: data diolah Dari peta kendali X bar dan R untuk kadar air di atas terdapat data yang out of control, yaitu pada data ke 0,, 3, 6, dan 29 pada peta kendali X bar. Untuk peta kendali R terdapat pula data yang out of control yaitu pada data ke 5 dan 20. Peta dan R untuk Kadar Kotoran. Perhitungan Peta Kendali X bar Kadar Kotoran UCL = + = 0,04 +,023. 0,02 = 0,06 % LCL = - = 0,04,023. 0,02 = 0,02 % 2. Perhitungan Peta Kendali R Kadar Kotoran UCL = D4. = 2,574. 0,02 = 0,05079 % LCL = D3. = 0. 0,02 = 0 % 253

10 Sample Range Sample Mean ejournal Ilmu Administrasi Bisnis, Volume 2, Nomor 2, 204: Gambar Grafik kendali Xbar dan R Chart Kotoran Xbar-R Chart of x;...; x3 0,08 0,06 UC L=0,0594 0,04 _ X=0, , Sample LC L=0,0903 0,060 0,045 UC L=0, ,030 0,05 _ R=0,0973 sumber: data diolah Dari peta kendali X bar dan R untuk kadar kotoran di atas terdapat data yang out of control yaitu pada data ke 8, 0, 3, 8, 23, 26, dan 29. Untuk peta R terdapat pula data yang out of control yaitu pada data ke 8, 0, dan 20. Diagram Sebaba Akibat Bahan Baku Bahan baku yang digunakan oleh PT. Buana Wirasubur Sakti adalah TBS yang berasal dari kebun yang dimiliki oleh perusahaan dan TBS yang berasa dari petani sawit di sekitar pabrik. Pemasok utama bahan baku (buah sawit) PT. Buana Wirasubur Sakti adalah buah yang berasal kebun rakyat, hal ini disebabkan perkebunan yan dimiliki perusahaan belum mampu memenuhi kebutuhan perusahaan. Usia tanam buah sawit yang dimiliki oleh perusahaan masih muda. Pasokan buah sawit yang dapat dipenuhi oleh perusahaan hanya 50 ton per-hari sedangkan kapasitas produksi perharinya sebesar 500 ton. Oleh sebab itu perusahaan untuk menutupi kekurangan pasokan bahan baku, perusahaan menerima bahan baku yang dihasilkan oleh kebun masyarakat, dimana pasokan bahan bakunya tidak bisa dikontrol jumlahnya. Lingkungan Kerja PT. Buana Wirasubur Sakti memiliki luas areal pabrik 2000 m 2. Dimana di dalamnya terdapat bagunan-bagunan pabrik yang terdiri dari pos pengamanan yang berada di gerbang masuk pabrik, setelah itu terdapat jembatan timbang yang digunakan untuk menimbang kendaraan yang membawa bahan baku (TBS), kemudian terdapat ruang kantor dan laboratorium yang dimana digunakan untuk kegiatan administrasi dan laboratorium yang digunakan untuk tempat pengujian kadar CPO. Loading ramp merupakan lokasi penumpukan bahan baku (TBS) yang telah melalui proses penimbangan di jembatan timbang. Kondisi loading ramp 254 0, Sample LC L=0

11 Analisis Pengendalian Mutu (Quality Control) CPO (Crude Palm Oil) - Fajar yang dimiliki PT. BWS kurang terawat, jika hujan tempat penumpukan (loading ramp) akan berlumpur dikarenakan loading ramp yang dimiliki PT. BWS belum memiliki atap. Sehingga, TBS yang akan diolah menjadi kotor karena terkena lumpur dan kadar air pada buahnya akan bertambah karena tekena air hujan. Pada bagian produksi, sering terjadi keterlambatan pembuangan limbah hasil produksi yang terdiri dari janjangan dan ampas TBS. Hal ini tentu saja mempengaruhi kebersihan dari lokasi produksi. Manusia Karyawan memiliki peranan yang penting terhadap mutu produk yang dihasilkan. Karyawan produksi yang bertugas atau operator yang bertugas harus berkonsentrasi penuh dalam mengendalikan mesin dan peralatan yang digunakan dalam proses pengolahan TBS menjadi CPO agar berfungsi sebagaimana mestinya. Kedisiplinan dan ketelitian merupakan hal yang sangat penting untuk dimiliki oleh karyawan laboratorium dalam menguji kadar asam lemak bebas, kadar air, serta kadar kotoran CPO. Ketelitian dibutuhkan karena kegiatan menguji ini merupakan pekerjaan yang memiliki tanggung jawab yang sangat besar terhadap kelangsungan hidup produk yang dihasilkan. Selain itu pula tingkat pengetahuan karyawan akan in process sangat mempengaruhi kinerja karyawan dalam menjaga pengendalian mutu in process. Mesin Perawatan rutin mesin jarang dilakukan oleh perusahaan, seringkali penanganan terhadap kerusakan mesin terlambat. Sehingga, menghambat kinerja perusahaan yang berakibat pada terlambatnya pemrosesan bahan baku (TBS). Mesin yang digunakan PT. Buana Wirasubur Sakti saat ini adalah mesin baru, sebab perusahaan meningkatkan kapasitas produksinya yangg sebelumnya 30 ton/jam menjadi 45 ton/jam. Metode Kerja Pada metode kerja terdapat beberapa tahapan yang dilakukan, intinya ialah merupakan proses perebusan TBS yang selanjutnya akan menghasilkan CPO. Kualitas metode kerja juga menentukan hasil CPO yang diproduksi. Proses ini dipengaruhi oleh bahan baku (TBS), setingan mesin, serta penampungan sementara hasil prosuksi. Bahan baku (TBS) merupakan hal yang sangat penting harus diperhatikan oleh karyawan bagian penyortiran, karena akan memberikan efek domino terharap proses selanjutnya. Kemudian setingan mesin merupakan hal yang juga penting harus diperhatikan oleh karyawan produksi, karena sangat berpengaruh terhadap tinggi rendahnya asam lemak bebas yang akan dihasilkan oleh CPO. Ketika kadar ALB tidak sesuai, maka dengan segera pihak laboratorium akan melaporkan / menegur kepada pihak produksi untuk mengecek / merubah settingan mesin agar tetap menjaga kadar ALB seperti yang diinginkan. 255

12 ejournal Ilmu Administrasi Bisnis, Volume 2, Nomor 2, 204: LINGKUNGAN KERJA Sampah sisa produksi Lingkungan kerja kotor Kelelahan dan kurang Kurangnya ketelitian MANUSIA (sumber: data diolah) Gambar Diagram Sebab Akibat Mutu CPO Performa mesin kurang MESIN Kecanggi han Mesin BAHAN BAKU Induk pohon Kematanga n yang tidak tepat Penanganan pasca panen Sortasi tidak Kurang dilakukan dengan baik Perawatan MUTU Lulusan Perebusan CPO SMP dan Pemisahan tidak Pengetah berat jenis maksimal uan dan Tingginya kadar kadar air Tangki ALB Kualita kedisipli Performa penampun s Kuantitas Timbanga screw press rendah METODE KERJA n Penutup Berdasarkan analisis serta pembahasan yang telah dilakukan, maka penulis menyimpulkan: Proses Pengendalian Mutu. Standar proses pengendalian mutu yang dilakukan PT. Buana Wirasubur Sakti sebenarnya telah baik. Akan tetapi dalam penerapannya terdapat bebrrapa poelanggaran yang terjadi saaat pelaksanaannya. Pelanggaran tersebut antara lain:. Stasiun Penerima Buah Terkadang buah yang diterima di stasiun penerima buah adalah buah yang di bawah standar yang ditetapkan oleh pabrik, hal ini terpaksa dilakukan agar perusahaan tetap berproduksi. 2. Stasiun Penggilingan dan Pemerasan Komposisi air yang dimasukkan ke dalam mesin penggilingan dan pemerasan terlalu banyak. Sehingga CPO yang dihasilkan memiliki kandungan air yang tinggi. 3. Penampungan Penampungan CPO hasil produksi hanya disimpan di dalam sebuah tanki berkapasitas liter. Sehingga, kadar CPO yang dihasilkan setiap kali produksi dapat berubah-ubah apabila sampai di tempat penampungan akhir. Tingkat mutu CPO yang dihasilkan PT. Buana Wirasubur Sakti.. Histogram Berdasarkan analisis melalui diagram histogram tiga kadar yang terkandung di dalam CPO yaitu kadar asam lemak bebas, kadar air dan kadar kotoran diketahui bahwa, untuk kadar asam lemak bebas dan kadar kotoran tidak terdapat data yang 256

13 Analisis Pengendalian Mutu (Quality Control) CPO (Crude Palm Oil) - Fajar berada di luar batas normal yang ditetapkan oleh BSN. Akan tetapi pada kadar air terdapat 6 sampel berada di atas standar yang ditetapkan oleh BSN yaitu 0,5%. 2. SPC (Statistical Process Control) Hasil analisis melalui peta X dan R, diketahui bahwa tingkat pencapaian mutu CPO yang dihasilkan belum sepenuhnya tercapai. Dimana hasil pemeriksaan sampel CPO melalui kadar asam lemak bebas, kadar air, dan kadar kotoran masih terdapat jumlah produk yang berada di luar batas persyaratan mutu dan penyimpangan kualitas. Yaitu pada pengujian kadar asam lemak bebas, kadar air, dan kadar kotoran. Jumlah sampel yang berada di luar batas kendali menurut peta kontrol Xbar dan R untuk kadar asam lemak bebas sebanyak sebelas sampel pada peta kendali Xbar dan dua sampel pada peta kendali R. Kemudian, untuk kadar air terdapet lima sampel pada peta kendali Xbar dan dua sampel pada peta kendali R. Serta untuk kadar kotoran terdapat tujuh sampel apda peta kendali Xbar dan tiga sampel pada peta kendali R. Dari analisis diagram sebab akibat dapat diketahui bahwa faktor penyebab terjadinya penyimpangan kualitas CPO adalah faktor bahan baku, metode kerja, manusia, mesin, metode kerja, serta lingkungan kerja. Di mana faktor yang secara umum paling berpengaruh adalah bahan baku, metode kerja, serta manusia. Berdasakan kesimpulan di atas, maka penulis menyampaikan beberapa saran sebagai berikut: Dalam penyortiran bahan baku (TBS), perusahaan sebaiknya lebih teliti dan memberikan sanksi bagi pemasok yang membawa buah mentah atau yang terlalu matang. Sanksinya bisa berupa potongan pembayaran buah sawit atau buah dikembalikan. Permasalahan pada lingkungan kerja yang dimiliki oleh perusahaan adalah areal loading yang kurang terawat dan sampah sisa produksi yang berada di sekitar lokasi produksi. Area loading sebaiknya dibuatkan atap agar buah yang disimpan sementara sebelum diolah tidak terkena panas berlebih dan hujan. Pembersihan sampah sisa produksi sebaiknya juga diperhatikan, penumpukan sampah sisa produksi dapat mempengaruhi kinerja dan konsentrasi karyawan dalam bekerja. Dalam penerimaan karyawan baru, sebaiknya perusahaan lebih selektif. Agar kedepannya sumber daya manusia yang dimiliki oleh perusahaan merupakan sumber daya yang memiliki kedisiplinan dan pengetahuan yang baik. Perawatan terhadap mesin merupakan hal pokok yang harus diperhatikan perusahaan. Perawatan berfungsi untuk menjaga performa mesin tetap stabil, karena mesin produksi adalha jantung dari sebuah perusahaan pengolahan kelapa sawit. Kedisiplinan karyawan dalam mematuhi metode kerja yang telah ditetapkan oleh perusahaan harus ditingkatkan. Prosudur dan metode kerja yang tepat akan menghasilkan CPO dengan kualitas yang baik pula. 257

14 ejournal Ilmu Administrasi Bisnis, Volume 2, Nomor 2, 204: Perusahaan sebaiknya menerapkan standar mutu CPO perusahaan, sebab saat ini perusaan belum memiliki standar mutu CPO. Daftar Pustaka Haming, Murdifin dan Mahfud Nurnajamuddin, 2007, Manajemen Produksi Modern, Jakarta: Bumi Aksara Handoko, T. Hani, 2000, Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi, Cetakan Ketigabelas, Yogyakarta: BPFE Heizer, Jay dan Barry Render, 2004, Manajemen Operasi, Edisi Bahasa Indonesia, Buku Satu, Jakarta: Salemba Empat Mangoensoekarjo, S dan H. Semangun, Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Yogyakarta: UGM-Press Sumarni, Murti dan John Soeprihanto, 2000, Pengantar Bisnis (Dasar-dasar Ekonomi Perusahaan), Cetakan ketiga, Jakarta: Liberty Prawirosentono Suyadi, 2007, Filosofi Baru Tentang Manajemen Mutu Terpadu Abad 2, Jakarta: Bumi Aksara Reksohadiprodjo, Sukanto, 995, Manajemen Produksi dan Operasi, Yogyakarta: BPFE Zulian Yamit, 200, Manajemen Kualitas Produk dan Jasa, Yogakarta: Ekonomisia Sumber Internet: Badan Standarisasi Nasional, 2006, SNI Crude Palm Oil, Jakarta. Company introduction, 200, PT. Buana Wirasubur Sakti, ( diakses tanggal 8 Februari 204) Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur, 202, Komoditi Kelapa Sawit. ( diakses tanggal 6 Februari 204) Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur, 202, Mitra Perusahaan Perkebunan. ( diakses tanggal 6 Februari 204) Direktorat Jendral Perkebunan, 202 Produksi Kelapa Sawit Menurut Provinsi di Indonesia, ( KelapaSawit.pdf diakses tanggal 8 Februari 204) Fakultas Teknologi Hasil Pertanian Institut Pertanian Bogor, Kajian Mutu Minyak Sawit, ( diakses tanggal Februari 204) Julia, Hilda, 2009, Analisis Konsistensi Mutu Dan Rendemen CPO (crude palm oil) di Pabrik Kelapa Sawit Tamiang PT. Padang Palma Permai. Medan: Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara 258

15 Analisis Pengendalian Mutu (Quality Control) CPO (Crude Palm Oil) - Fajar Kencana, Rudi, 2009, Analisis Pengendalian Mutu Pada Pengolahan Kelapa Sawit Dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada PTP. Nusantara IVPKS Adolina, Medan: Fakultas Teknin Universitas Sumatera Utara Sihombing Martin, 204, ( diakses tanggal 8 Februari 204) Wikipedia, 204, Kelapa Sawit, ( diakses tanggal 2 Februari 204) 259

BAB I PENDAHULUAN. tandan buah segar (TBS) sampai dihasilkan crude palm oil (CPO). dari beberapa family Arecacea (dahulu disebut Palmae).

BAB I PENDAHULUAN. tandan buah segar (TBS) sampai dihasilkan crude palm oil (CPO). dari beberapa family Arecacea (dahulu disebut Palmae). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman kelapa sawit merupakan sumber minyak nabati yang pada saat ini telah menjadi komoditas pertanian unggulan di negara Indonesia. Tanaman kelapa sawit dewasa ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya minat masyarakat pedesaan di Daerah Riau terhadap usaha tani kelapa sawit telah menjadikan Daerah Riau sebagai penghasil kelapa sawit terluas di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengendalian kualitas merupakan taktik strategi perusahaan dalam persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Pengendalian kualitas merupakan taktik strategi perusahaan dalam persaingan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pengendalian kualitas merupakan taktik strategi perusahaan dalam persaingan global dengan produk perusahaan lain. Kualitas menjadi faktor dasar keputusan konsumen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian kualitas dalam pembuatan produk. standar (Montgomery, 1990). Statistical Quality Control (SQC) merupakan salah

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian kualitas dalam pembuatan produk. standar (Montgomery, 1990). Statistical Quality Control (SQC) merupakan salah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengendalian kualitas merupakan taktik dan strategi perusahaan global dengan produk perusahaan lain. Kualitas menjadi faktor dasar keputusan konsumen dalam memilih

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. minyak goreng, margarine, shortening, food emulsifier, coffee whitener, filled

I. PENDAHULUAN. minyak goreng, margarine, shortening, food emulsifier, coffee whitener, filled I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelapa sawit dengan produk turunannya yaitu minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil CPO) merupakan salah satu komoditas unggulan Indonesia karena kontribusinya terhadap perolehan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat yang diterapkan dibidang industri manufaktur dapat mengakibatkan perubahanperubahan yang sangat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengolahan tandan buah segar (TBS) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dimaksudkan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengolahan tandan buah segar (TBS) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dimaksudkan untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengolahan tandan buah segar (TBS) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dimaksudkan untuk memperoleh minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil) dari daging buah dan inti sawit (kernel)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pentingnya sektor pertanian dalam perekonomian Indonesia dilihat dari aspek kontribusinya terhadap PDB, penyediaan lapangan kerja, penyediaan penganekaragaman menu makanan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia salah satunya di Provinsi Sumatera Selatan. Pertanian

I. PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia salah satunya di Provinsi Sumatera Selatan. Pertanian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usaha di bidang pertanian merupakan sumber mata pencaharian pokok bagi masyarakat Indonesia salah satunya di Provinsi Sumatera Selatan. Pertanian berperan sangat

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan (2014) Gambar 2 Perkembangan Produksi CPO Indonesia

1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan (2014) Gambar 2 Perkembangan Produksi CPO Indonesia 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang berpotensi pada sektor pertanian. Wilayah Indonesia yang luas tersebar di berbagai wilayah dan kondisi tanahnya yang subur

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI BIAYA POKOK UNTUK MEMPRODUKSI CPO DI PKS TANAH PUTIH. Oleh AHMAD FAUZI LUBIS 07 118 039

SISTEM INFORMASI BIAYA POKOK UNTUK MEMPRODUKSI CPO DI PKS TANAH PUTIH. Oleh AHMAD FAUZI LUBIS 07 118 039 SISTEM INFORMASI BIAYA POKOK UNTUK MEMPRODUKSI CPO DI PKS TANAH PUTIH Oleh AHMAD FAUZI LUBIS 07 118 039 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2011 SISTEM INFORMASI BIAYA POKOK UNTUK MEMPRODUKSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian nasional, karena selain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, sektor ini juga menyumbang devisa, menyediakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan oleh perusahaan. Bahan baku suatu perusahaan industri dapat

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan oleh perusahaan. Bahan baku suatu perusahaan industri dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahan baku yang berkualitas akan meningkatkan kualitas dari produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Bahan baku suatu perusahaan industri dapat bervariasi dari satu

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Hasil yang diperoleh selama periode Maret 2011 adalah data operasional PMS Gunung Meliau, distribusi penerimaan TBS di PMS Gunung Meliau, distribusi penerimaan fraksi

Lebih terperinci

VII. FAKTOR-FAKTOR DOMINAN BERPENGARUH TERHADAP MUTU

VII. FAKTOR-FAKTOR DOMINAN BERPENGARUH TERHADAP MUTU VII. FAKTOR-FAKTOR DOMINAN BERPENGARUH TERHADAP MUTU Faktor-faktor dominan yang mempengaruhi mutu komoditas dan produk sawit ditentukan berdasarkan urutan rantai pasok dan produk yang dihasilkan. Faktor-faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sektor pertanian merupakan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sektor pertanian merupakan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris dimana sektor pertanian merupakan salah satu sektor penggerak utama dalam pembangunan ekonomi. Menurut Soekartawi (2000),

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Statistic Quality Control (SQC) Statistik merupakan teknik pengambilan keputusan tentang suatu proses atau populasi berdasarkan pada suatu analisa informasi yang terkandung di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses kemajuan dan kemunduran suatu perusahaan, artinya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. proses kemajuan dan kemunduran suatu perusahaan, artinya meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Produktivitas adalah salah satu faktor yang penting dalam mempengaruhi proses kemajuan dan kemunduran suatu perusahaan, artinya meningkatkan produktivitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. sumber devisa negara melalui produk-produk primer perkebunan maupun

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. sumber devisa negara melalui produk-produk primer perkebunan maupun I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai sumber devisa negara melalui produk-produk primer perkebunan maupun produk hasil olahannya. Berdasarkan data triwulan

Lebih terperinci

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N PENENTUAN FAKTOR-FAKTOR YANG PALING BERPENGARUH DALAM PEROLEHAN PERSENTASE RENDEMEN CRUDE PALM OIL (CPO) DENGAN METODE ANALISA VARIANS (ANAVA) PADA STASIUN REBUSAN DI PABRIK KELAPA SAWIT PT. PERKEBUNAN

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN Selain sektor pajak, salah satu tulang punggung penerimaan negara

I.PENDAHULUAN Selain sektor pajak, salah satu tulang punggung penerimaan negara I.PENDAHULUAN 1.1 LATARBELAKANG Selain sektor pajak, salah satu tulang punggung penerimaan negara untuk membiayai pembangunan adalah ekspor nonmigas, yang mulai diarahkan untuk menggantikan pemasukan dari

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Varietas Kelapa Sawit 1. Varietas Kelapa Sawit Berdasarkan Ketebalan Tempurung dan Daging Buah Ada beberapa varietas tanaman kelapa sawit yang telah dikenal. Varietasvarietas itu

Lebih terperinci

I. U M U M. TATA CARA PANEN.

I. U M U M. TATA CARA PANEN. LAMPIRAN : PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 17/Permentan/OT.140/2/2010 TANGGAL : 5 Pebruari 2010 TENTANG : PEDOMAN PENETAPAN HARGA PEMBELIAN TANDA BUAH SEGAR (TBS) KELAPA SAWIT PRODUKSI PEKEBUN TATA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pabrik Kelapa Sawit (PKS) merupakan perusahaan industri yang bergerak

I. PENDAHULUAN. Pabrik Kelapa Sawit (PKS) merupakan perusahaan industri yang bergerak I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pabrik Kelapa Sawit (PKS) merupakan perusahaan industri yang bergerak dibidang pengolahan bahan baku Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit dengan tujuan memproduksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditanam di hampir seluruh wilayah Indonesia. Bagian utama dari kelapa sawit yang diolah adalah

BAB I PENDAHULUAN. ditanam di hampir seluruh wilayah Indonesia. Bagian utama dari kelapa sawit yang diolah adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membuat perekonomian di Indonesia semakin tumbuh pesat. Salah satu sektor agro industri yang cenderung

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Sumber : WTRG Economics

IV. GAMBARAN UMUM. Sumber : WTRG Economics IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Perkembangan Harga Minyak Bumi Minyak bumi merupakan salah satu sumber energi dunia. Oleh karenanya harga minyak bumi merupakan salah satu faktor penentu kinerja ekonomi global.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Oleh karena itu, pembangunan ekonomi nasional abad ke- 21, masih akan tetap berbasis pertanian

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Masalah

1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Crude palm oil (CPO) merupakan produk olahan dari kelapa sawit dengan cara perebusan dan pemerasan daging buah dari kelapa sawit. Minyak kelapa sawit (CPO)

Lebih terperinci

Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. produk hasil olahannya. Berdasarkan data triwulan yang dikeluarkan

Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. produk hasil olahannya. Berdasarkan data triwulan yang dikeluarkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai sumber devisa negara melalui produk-produk primer perkebunan maupun produk hasil olahannya. Berdasarkan data triwulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sub sektor perkebunan merupakan salah satu sub sektor dari sektor

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sub sektor perkebunan merupakan salah satu sub sektor dari sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor perkebunan merupakan salah satu sub sektor dari sektor pertanian yang dapat meningkatkan devisa negara dan menyerap tenaga kerja. Pemerintah mengutamakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris mempunyai beberapa keunggulan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris mempunyai beberapa keunggulan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris mempunyai beberapa keunggulan komparatif yang didukung oleh sumber daya alam dalam pembangunan sektor pertanian. Sektor pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam maupun di luar negeri. Setiap perusahaan bersaing untuk menarik perhatian

BAB I PENDAHULUAN. dalam maupun di luar negeri. Setiap perusahaan bersaing untuk menarik perhatian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan semakin mengglobalnya perekonomian dunia dan era perdagangan bebas, di Indonesia juga dapat diharapkan menjadi salah satu pemain penting. Dalam perekonomian

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI Oleh PUGUH SANTOSO A34103058 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesejahteraan bangsa secara berkesinambungan dan terus-menerus dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesejahteraan bangsa secara berkesinambungan dan terus-menerus dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan dibidang kesehatan pada hakekatnya merupakan bagian integral dari pembangunan kesejahteraan bangsa secara berkesinambungan dan terus-menerus dilakukan

Lebih terperinci

Prosiding Manajemen ISSN:

Prosiding Manajemen ISSN: Prosiding Manajemen ISSN: 2460-6545 Analisis Pengendalian Kualitas dengan Menggunakan Metode Statistical Quality Control (SQC) Produk Kue Astor untuk Meminimumkan Produk Rusak Pada PT. Prima Jaya A.M.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam realita ekonomi dan sosial masyarakat di banyak wilayah di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dalam realita ekonomi dan sosial masyarakat di banyak wilayah di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak masa kolonial sampai sekarang Indonesia tidak dapat lepas dari sektor perkebunan. Bahkan sektor ini memiliki arti penting dan menentukan dalam realita ekonomi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman LEMBAR PENGESAHAN... i KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI. Halaman LEMBAR PENGESAHAN... i KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... i KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 7 1.3 Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kelestarian sumber daya alam (Mubyarto, 1994).

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kelestarian sumber daya alam (Mubyarto, 1994). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum sektor pertanian dapat memperluas kesempatan kerja, pemerataan kesempatan berusaha, mendukung pembangunan daerah dan tetap memperhatikan kelestarian

Lebih terperinci

Keywords : Quality Control, Product Defect and Statistical Process Control (SPC)

Keywords : Quality Control, Product Defect and Statistical Process Control (SPC) 1 PENGENDALIAN KUALITAS CRUDE PALM OIL PERUSAHAAN MINYAK KELAPA SAWIT PT. KALIMANTAN SANGGAR PUSAKA DALAM UPAYA MENGENDALIKAN TINGKAT KERUSAKAN PRODUK MENGGUNAKAN ALAT BANTU STATISTICAL PROCESS CONTROL

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Pengembangan tanaman kelapa sawit di Indonesia diawali pada tahun 1848 sebagai salah satu tanaman koleksi kebun Raya Bogor, dan mulai dikembangkan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT 5.1 Produk Kelapa Sawit 5.1.1 Minyak Kelapa Sawit Minyak kelapa sawit sekarang ini sudah menjadi komoditas pertanian unggulan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Dasar dari Kualitas Kata kualitas memiliki banyak definisi yang berbeda, dan bervariasi dari yang konvensional sampai yang lebih strategik. Definisi konvensional dari

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 395/Kpts/OT.140/11/2005 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 395/Kpts/OT.140/11/2005 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 395/Kpts/OT.140/11/2005 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN HARGA PEMBELIAN TANDAN BUAH SEGAR (TBS) KELAPA SAWIT PRODUKSI PEKEBUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut data yang dikeluarkan oleh Direktorat Jendral Perkebunan tahun 2008 di Indonesia terdapat seluas 7.125.331 hektar perkebunan kelapa sawit, lebih dari separuhnya

Lebih terperinci

Optimalisasi Pengadaan Tandan Buah Segar (TBS) Sebagai Bahan Baku Produksi Crude Palm Oil dan Palm Kernel PT. Ukindo-Palm Oil Mill

Optimalisasi Pengadaan Tandan Buah Segar (TBS) Sebagai Bahan Baku Produksi Crude Palm Oil dan Palm Kernel PT. Ukindo-Palm Oil Mill Petunjuk Sitasi: Pasaribu, M. F., & Puspita, R. (2017). Optimalisasi Pengadaan Tandan Buah Segar (TBS) Sebagai Bahan Baku Produksi Crude Palm Oil dan Palm Kernel PT. Ukindo-Palm Oil Mill. Prosiding SNTI

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian Metodologi penelitian merupakan tahapan-tahapan dan langkah-langkah yang akan di lewati dalam melakukan penelitian ini, yaitu seperti pada Gambar 3.1 merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemudahan ini melahirkan sisi negatif pada perkembangan komoditas pangan

BAB I PENDAHULUAN. Kemudahan ini melahirkan sisi negatif pada perkembangan komoditas pangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pasar bebas dipandang sebagai peluang sekaligus ancaman bagi sektor pertanian Indonesia, ditambah dengan lahirnya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015 yang diwanti-wanti

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 38 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Untuk mendukung perhitungan statistikal pengendalian proses maka diperlukan data. Data adalah informasi tentang sesuatu, baik yang bersifat kualitatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman kelapa sawit (Elais guinensis jacq) adalah tanaman berkeping satu yang termasuk dalam family Palmae. Tanaman genus Elaeis berasal dari bahasa Yunani Elaion

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT. Suryaraya Lestari 1 merupakan salah satu industri berskala besar yang

BAB I PENDAHULUAN. PT. Suryaraya Lestari 1 merupakan salah satu industri berskala besar yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah PT. Suryaraya Lestari 1 merupakan salah satu industri berskala besar yang memproduksi minyak kelapa sawit mentah (Crude Palm Oil : CPO). Perusahaan ini mengolah

Lebih terperinci

Lampiran 3 Klasifikasi ABC Lp3. Lampiran 4 Perhitungan Interval Waktu Lp4. Lampiran 5 Hasil Perhitungan Interval Waktu Lp5

Lampiran 3 Klasifikasi ABC Lp3. Lampiran 4 Perhitungan Interval Waktu Lp4. Lampiran 5 Hasil Perhitungan Interval Waktu Lp5 Lampiran 2 Data Harga Komponen.Lp2 Lampiran 3 Klasifikasi ABC Lp3 Lampiran 4 Perhitungan Interval Waktu Lp4 Lampiran 5 Hasil Perhitungan Interval Waktu Lp5 Lampiran 6 Menghitung MTTF Menggunakan Minitab

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh para konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Kualitas yang baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh para konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Kualitas yang baik BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kualitas Kualitas merupakan aspek yang harus diperhatikan oleh perusahaan, karena kualitas merupakan aspek utama yang diperhatikan oleh para konsumen dalam memenuhi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... iii. ABSTRACT... iv. KATA PENGANTAR... v. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL... xii. DAFTAR GAMBAR... xiii. DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI. ABSTRAK... iii. ABSTRACT... iv. KATA PENGANTAR... v. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL... xii. DAFTAR GAMBAR... xiii. DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING HALAMAN PERNYATAAN SARJANA ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xv

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis yang telah dilakukam maka simpulan dari penelitian ini adalah : 1. Bahan Baku. a. Pelaksanaan pengendalian kualitas penerimaan TBS (Tandan Buah

Lebih terperinci

2013, No.217 8

2013, No.217 8 2013, No.217 8 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14/Permentan/OT.140/2/2013 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN HARGA PEMBELIAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT PRODUKSI PEKEBUN TATA CARA

Lebih terperinci

VI. PENINGKATAN MUTU PRODUK KOMODITAS BERBASIS KELAPA SAWIT

VI. PENINGKATAN MUTU PRODUK KOMODITAS BERBASIS KELAPA SAWIT VI. PENINGKATAN MUTU PRODUK KOMODITAS BERBASIS KELAPA SAWIT QFD (Quality Function Deployment) adalah suatu alat untuk membuat pelaksanaan TQM (Total Quality Management) menjadi efektif untuk mentranslasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit, berasal dari daerah tropis di Amerika Barat yang penting

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit, berasal dari daerah tropis di Amerika Barat yang penting BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelapa sawit, berasal dari daerah tropis di Amerika Barat yang penting sebagai suatu sumber minyak nabati. Kelapa sawit tumbuh sepanjang pantai barat Afrika dari Gambia

Lebih terperinci

2015 PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN LIMBAH PADAT PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

2015 PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN LIMBAH PADAT PERKEBUNAN KELAPA SAWIT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara terbesar pertama sebagai penghasil Crude Palm Oil (minyak kelapa sawit mentah) mengungguli Malaysia, Riau adalah salah satu provinsi penghasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan industri manufaktur dan sebagai sumber devisa negara. Pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan industri manufaktur dan sebagai sumber devisa negara. Pengembangan 1 BAB I PENDAHULUAN A.. Latar Belakang Subsektor perkebunan dalam perekonomian Indonesia mempunyai peranan strategis, antara lain sebagai penyerap tenaga kerja, penyedia pangan, penopang pertumbuhan industri

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Kelapa Sawit. Pembelian Produksi Pekebun.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Kelapa Sawit. Pembelian Produksi Pekebun. No.79, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Kelapa Sawit. Pembelian Produksi Pekebun. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 17/Permentan/OT.140/2/2010 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

PEMBAHASAN (A) (B) (C) (D) Gambar 13. TBS Yang Tidak Sehat (A) Buah Mentah dan Abnormal, (B) Buah Sakit, (C) Buah Batu dan (D) Buah Matang Normal

PEMBAHASAN (A) (B) (C) (D) Gambar 13. TBS Yang Tidak Sehat (A) Buah Mentah dan Abnormal, (B) Buah Sakit, (C) Buah Batu dan (D) Buah Matang Normal PEMBAHASAN Kriteria Mutu Buah Sebagai Dasar Sortasi TBS Tandan buah segar yang diterima oleh pabrik hendaknya memenuhi persyaratan bahan baku, yaitu tidak menimbulkan kesulitan dalam proses ekstraksi minyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tahun BAB I PENDAHULUAN Penelitian menjelaskan bagaimana sistem informasi manajemen rantai pasok minyak sawit mentah berbasis GIS dirancang. Pada bab ini menjelaskan tentang latar belakang penelitian, perumusan

Lebih terperinci

INDUSTRI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT INDONESIA In House Training Profil Bisnis Industri Kelapa Sawit Indonesia Medan, 30-31 Mei 2011

INDUSTRI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT INDONESIA In House Training Profil Bisnis Industri Kelapa Sawit Indonesia Medan, 30-31 Mei 2011 INDUSTRI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT INDONESIA In House Training Profil Bisnis Industri Kelapa Sawit Indonesia Medan, 30-31 Mei 2011 Ignatius Ery Kurniawan PT. MITRA MEDIA NUSANTARA 2011 KEMENTERIAN KEUANGAN

Lebih terperinci

di kota tetap Balikpapan menjanjikan. Era ini (tahun milik setara Produksi ton atau Segar) ton CPO (Crude skala cukup luas saat Paser

di kota tetap Balikpapan menjanjikan. Era ini (tahun milik setara Produksi ton atau Segar) ton CPO (Crude skala cukup luas saat Paser Peluang Industri Komoditi Kelapaa Sawit di kota Balikpapan (Sumber : Dataa Badan Pusat Statistik Pusat dan BPS Kota Balikpapan dalam Angka 2011, balikpapan.go.id, www..grandsudirman.com dan berbagai sumber,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. PERKEBUANAN NUSANTARA VII (Persero) UNIT BEKRI KAB. LAMPUNG TENGAH PROV. LAMPUNG. Oleh :

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. PERKEBUANAN NUSANTARA VII (Persero) UNIT BEKRI KAB. LAMPUNG TENGAH PROV. LAMPUNG. Oleh : LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. PERKEBUANAN NUSANTARA VII (Persero) UNIT BEKRI KAB. LAMPUNG TENGAH PROV. LAMPUNG Oleh : MARIA ULFA NIM.110 500 106 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN

Lebih terperinci

III. METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan PKPM di PT. Minang Agro yang berlokasi di kenegarian Tiku

III. METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan PKPM di PT. Minang Agro yang berlokasi di kenegarian Tiku 50 III. METODE PELAKSANAAN 3.1. Lokasi dan Waktu PKPM 3.1.1. Lokasi PKPM Pelaksanaan PKPM di PT. Minang Agro yang berlokasi di kenegarian Tiku V Jorong, kecematan Tanjung Mutiara, kabupaten Agam, provinsi

Lebih terperinci

KAJIAN JUMLAH TANDAN BUAH SEGAR DAN GRADING DI PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR

KAJIAN JUMLAH TANDAN BUAH SEGAR DAN GRADING DI PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR KAJIAN JUMLAH TANDAN BUAH SEGAR DAN GRADING DI PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR Oleh : BAYU SUGARA NIM. 110500079 PROGRAM STUDI BUDIDAYA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Mutu Karakteristik lingkungan dunia usaha saat ini ditandai oleh perkembangan yang cepat disegala bidang yang menuntut kepiawaian manajemen dalam mengantisipasi setiap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. salah satu bagian penting dalam pembangunan pertanian serta merupakan bagian

I. PENDAHULUAN. salah satu bagian penting dalam pembangunan pertanian serta merupakan bagian I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sub sektor perkebunan khususnya kelapa sawit merupakan salah satu bagian penting dalam pembangunan pertanian serta merupakan bagian integral pembangunan nasional.

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN

Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN Seminar Nasional IENACO 204 ISSN 2337-4349 PENGENDALIAN KUALITAS PADA MESIN INJEKSI PLASTIK DENGAN METODE PETA KENDALI PETA P DI DIVISI TOSSA WORKSHOP Much. Djunaidi *, Rachmad Adi Nugroho 2,2 Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mendorong pembangunan ekonomi nasional, salah satu alat dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mendorong pembangunan ekonomi nasional, salah satu alat dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mendorong pembangunan ekonomi nasional, salah satu alat dan sumber pembiayaan yang sangat penting adalah devisa. Devisa diperlukan untuk membiayai impor dan membayar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki rencana pengembangan. bisnis perusahaan untuk jangka waktu yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki rencana pengembangan. bisnis perusahaan untuk jangka waktu yang akan datang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Business Assignment Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki rencana pengembangan bisnis perusahaan untuk jangka waktu yang akan datang. Pengembangan bisnis ini diharapkan dapat memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkebunan sebagai salah satu sub sektor pertanian di Indonesia berpeluang besar dalam peningkatan perekonomian rakyat dan pembangunan perekonomian nasional.adanya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia. Negara Indonesia yang merupakan negara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Operasi Untuk mengelola suatu perusahaan atau organisasi selalu dibutuhkan sistem manajemen agar tujuan dari perusahaan atau organisasi tersebut dapat tercapai.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan didirikan dengan tujuan untuk memperoleh laba yang maksimal demi kelangsungan hidup usahanya. Perusahaan harus mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. PT Dinamika Cipta Sentosa berdiri sejak Tahun 1993, bidang usaha yang dijalani oleh

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. PT Dinamika Cipta Sentosa berdiri sejak Tahun 1993, bidang usaha yang dijalani oleh BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN III.1 Objek penelitian III. 1.1 Sejarah Singkat PT Dinamika Cipta Sentosa berdiri sejak Tahun 1993, bidang usaha yang dijalani oleh perusahaan adalah dalam bidang perkebunan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 395/Kpts/OT.140/11/2005 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 395/Kpts/OT.140/11/2005 TENTANG MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 395/Kpts/OT.140/11/2005 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN HARGA PEMBELIAN TANDAN BUAH SEGAR (TBS) KELAPA SAWIT PRODUKSI PEKEBUN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Bagi perekonomian Indonesia, sektor pertanian merupakan sektor yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Bagi perekonomian Indonesia, sektor pertanian merupakan sektor yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi perekonomian Indonesia, sektor pertanian merupakan sektor yang penting karena secara tradisional Indonesia merupakan negara agraris yang bergantung pada sektor

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN

Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK SOLAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL QUALITY CONTROL (SQC) (Studi Kasus : DI UNIT KILANG PUSDIKLAT MIGAS CEPU) Siti Nandiroh 1*,Eko Winardi 2 1,2 Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Penurunan Tingkat Kecacatan dan Analisa Biaya Rework (Studi Kasus di Sebuah Perusahaan Plastik, Semarang)

Penurunan Tingkat Kecacatan dan Analisa Biaya Rework (Studi Kasus di Sebuah Perusahaan Plastik, Semarang) Penurunan Tingkat Kecacatan dan Analisa Biaya Rework (Studi Kasus di Sebuah Perusahaan Plastik, Semarang) Debora Anne Y. A., Desy Gunawan Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN

BAB II PROFIL PERUSAHAAN BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Ringkas Sebelumnya PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Sawit Lagkat ini merupakan Unit Kebun Sawit Langkat (SAL) berdiri sejak tahun 01 Agustus 1974 sebagai salah satu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kelapa Sawit 2.1.1 Sejarah Perkelapa Sawitan Mengenai daerah asal kelapa sawit terdapat beberapa pendapat. Pendapat pertama menyatakan bahwa kalapa sawit berasal dari

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 1.1 Sejarah Berdiri Perusahaan PT. Rohul Sawit Industri (RSI) PKS -Sukadamai adalah bagian dari perusahaan besar yakni anak perusahaan dari BGA Group (Bumitama Gunajaya

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prospek agroindustri perkebunan kelapa sawit di Indonesia sangat bagus, hal ini bisa dilihat dari semakin luasnya lahan tanam yang ada. Luas lahan yang sudah ditanami

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 23 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi mengenai Kualitas Saat kata kualitas digunakan, kita mengartikannya sebagai suatu produk atau jasa yang baik yang dapat memenuhi keinginan kita. Menurut ANSI/ASQC Standard

Lebih terperinci

Pengendalian Kualitas Statistik. Lely Riawati

Pengendalian Kualitas Statistik. Lely Riawati 1 Pengendalian Kualitas Statistik Lely Riawati 2 SQC DAN SPC SPC dan SQC bagian penting dari TQM (Total Quality Management) Ada beberapa pendapat : SPC merupakan bagian dari SQC Mayelett (1994) cakupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah penelitian, dan sistematika penulisan laporan dari penelitian yang dilakukan. 1. 1

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan juga produk jadi Crude Palm Oil (CPO) PT Kalimantan Sanggar Pusaka

BAB III METODE PENELITIAN. dan juga produk jadi Crude Palm Oil (CPO) PT Kalimantan Sanggar Pusaka BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek/Subyek Penelitian 1. Obyek Penelitian. Penelitian ini akan dilakukan pada proses bahan baku, proses produksi, dan juga produk jadi Crude Palm Oil (CPO) PT Kalimantan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terlihat dari rata-rata laju pertumbuhan luas areal kelapa sawit selama

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terlihat dari rata-rata laju pertumbuhan luas areal kelapa sawit selama I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelapa sawit merupakan salah satu komoditi perkebunan yang penting dalam perekonomian Indonesia, baik sebagai penghasil devisa maupun penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Minyak nabati merupakan salah satu komoditas penting dalam perdagangan minyak pangan dunia. Tahun 2008 minyak nabati menguasai pangsa 84.8% dari konsumsi minyak pangan

Lebih terperinci

ANALISIS KONSISTENSI MUTU DAN RENDEMEN CPO (CRUDE PALM OIL) DI PABRIK KELAPA SAWIT TAMIANG PT. PADANG PALMA PERMAI

ANALISIS KONSISTENSI MUTU DAN RENDEMEN CPO (CRUDE PALM OIL) DI PABRIK KELAPA SAWIT TAMIANG PT. PADANG PALMA PERMAI ANALISIS KONSISTENSI MUTU DAN RENDEMEN CPO (CRUDE PALM OIL) DI PABRIK KELAPA SAWIT TAMIANG PT. PADANG PALMA PERMAI HILDA JULIA DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI KELAPA SAWIT 1 Oleh: Almasdi Syahza Peneliti dan Pengamat Ekonomi Pedesaan Lembaga Penelitian Universitas Riau

POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI KELAPA SAWIT 1 Oleh: Almasdi Syahza Peneliti dan Pengamat Ekonomi Pedesaan Lembaga Penelitian Universitas Riau POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI KELAPA SAWIT 1 Oleh: Almasdi Syahza Peneliti dan Pengamat Ekonomi Pedesaan Lembaga Penelitian Universitas Riau A. Kemampuan Daya Dukung Wilayah (DDW) Terhadap Pengembangan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT Karya Tama Bakti Mulia merupakan salah satu perusahaan dengan kompetensi pengelolaan perkebunan kelapa sawit yang sedang melakukan pengembangan bisnis dengan perencanaan pembangunan pabrik kelapa

Lebih terperinci

ANALISIS PETA KENDALI ATRIBUT DALAM MENGIDENTIFIKASI KERUSAKAN PADA PRODUK BATANG KAWAT PT. KRAKATAU STEEL (PERSERO) Tbk

ANALISIS PETA KENDALI ATRIBUT DALAM MENGIDENTIFIKASI KERUSAKAN PADA PRODUK BATANG KAWAT PT. KRAKATAU STEEL (PERSERO) Tbk 228 Seminar Nasional Teknik Industri [SNTI2017] ANALISIS PETA KENDALI ATRIBUT DALAM MENGIDENTIFIKASI KERUSAKAN PADA PRODUK BATANG KAWAT PT. KRAKATAU STEEL (PERSERO) Tbk Heri Wibowo 1, Sulastri 2 dan Ahmad

Lebih terperinci

Bab I Pengantar. A. Latar Belakang

Bab I Pengantar. A. Latar Belakang A. Latar Belakang Bab I Pengantar Indonesia merupakan salah satu produsen kelapa sawit (Elaeis guineensis) terbesar di dunia. Produksinya pada tahun 2010 mencapai 21.534 juta ton dan dengan nilai pemasukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Menurut Sugiyono (2009, hlm.38), menyatakan bahwa objek penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu peralatan yang dapat mempermudah pekerjaan teknik pengontrolan besaran.

BAB I PENDAHULUAN. suatu peralatan yang dapat mempermudah pekerjaan teknik pengontrolan besaran. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan kemajuan dan perkembangan teknologi yang semakin pesat, pada saat ini manusia selalu berusaha untuk menemukan atau menciptakan suatu peralatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Manajemen rantai pasok, sebagai subyek penelitian, masih dalam masa

BAB 1 PENDAHULUAN. Manajemen rantai pasok, sebagai subyek penelitian, masih dalam masa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manajemen rantai pasok, sebagai subyek penelitian, masih dalam masa pertumbuhan. Hal ini dicerminkan dari penggunaan aplikasi logistik dalam perusahaan, tidak

Lebih terperinci