KEBIJAKSANAAN KEPENDUDUKAN:

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEBIJAKSANAAN KEPENDUDUKAN:"

Transkripsi

1 KEBIJAKSANAAN KEPENDUDUKAN: TEORI, KONSEP, DAN PENERAPANNYA DI INDONESIA Tadjuddin NoerEffendi j A Abstract This paper discusses the theoritical, conceptual background of populationpolicy in Indonesia. In particular, it discusses the theory that related to the population control especially the fertility and mortality. It also suggests that fertility can be reduced by implementing family planning program and to reduce infant mortality. The populationproblems not only government care, but also public responsibility in order to save the environment for the next generation. Pendahuluan Masalah lingkungan hidup tidak dapat dipisahkan dari ledakan penduduk. Menurut beberapa pakar lingkungan (Ward, 1974; Ehrlich, 1981; Brown, t.t) ledakan penduduk merupakan faktor penyumbang utama kerusakan lingkungan. Oleh karena itu dalam upaya melestarikan lingkungan, pengendalian jumlah penduduk merupakan salah satu tindakan yang perlu dilakukan. Ada tiga aspek yang perlu diperhatikan dalam merumuskan kebijaksanaan pengendalian jumlah penduduk di Indonesiayaitu: 1. tingkat kelahiran yang masih tinggi, 2. tingkat kematian, khusus tingkat kematian bayiyang masihtinggi, dan 3- penyebaran penduduk yang tidak merata. Ketiga masalah itupada gilirannya dapat menimbulkan masalah kependudukan yang lain, seperti timpangnya struktur umur penduduk dan rendahnya kualitas penduduk. Tulisan ini mencoba membahas i secara teoretis dan praktis usaha-usaha pengelolaan kependudukan. Karena luasnya masalah kependudukan, uraian? memusatkan pada dua pertanyaan pokok masalah kependudukan di Indonesia, yaitu: J 1. Tindakan apa yang perlu dilakukan j dalam usaha membatasi jumlah j kelahiran? < 2. Usaha apa yang dapat dilakukan untuk mencegah kematian, khususnya kematian bayi? Penyajian tulisan ini dibagi ke dalam j dua pokok bahasan. Pertama, ia berusaha menelaah teori-teori yang berkaitan dengan pengelolaan kependudukan. Teori-teori ini i diharapkan dapat memberikan dasar 1 pemikiran ke arah kebijaksanaan kependudukan, tindakan-tindakan yang dilakukan dapat berpengaruh secara tidak langsung maupun langsung terhadap masalah kependudukan. Hal ini dapat terjadi karena tindakan yang i Tadjuddin Noer Effendi, PhD adalah staf peneliti Pusat PenelitianKependudukanUGM dan dosen Fakultas Geografi UGM. 1

2 diambil hanya memperhatikan variabelvariabel yang secara teoretis berpengaruh terhadap usaha menurunkan kelahiran dan kematian. Dasar Teori Kebijaksanaan Kependudukan Secara teoretis ada 4 pemikiran yang melandasi perlu adanya kebijaksanaan kependudukan (Effendi dan Hasan, 1986). Untuk keperluan tulisan ini akan diuraikan hanya dua yaitu : 1. teori deontik, dan 2. teori lingkungan. Teori Deontik Teori ini memusatkan perhatian pada hak dan kewajiban generasi sekarang pada generasi yang akan datang. Menurut teori ini generasi yang akan datang mempunyai kesempatan hak hidup dan hak akan perlakuan yang adil dan sederajat dengan generasi sebelumnya. Oleh karena itu, generasi sekarang mempunyai kewajiban moral untuk melangsungkan dan mempertahankan serta meningkatkan kesejahteraan mereka dan generasigenerasi selanjutnya. Atas dasar pandangan itulah generasi sekarang (melalui intervensi pemerintah) perlu menentukan besarnya generasi berikutnya. Tentunya untuk menentukan jumlah itu perlu dipertimbangkan sumber daya yang tersedia dalam suatu negara. Berarti bila sumber daya yang ada hanya mampu menghidupi sejumlah orang, maka generasi sekarang harus berusaha agar penduduk negara itu tidak lebih dari jumlah tersebut. Beberapa pengamat paham ini, bahkan menekankan bahwa kebijaksanaan kependudukan melalui intervensi pemerintah perlu dilakukan karena negara harus dapat menjamin kualitas hidup minimal bagi tiap warga negara. Bila negara tidak sanggup memberikan jaminan, maka negara perlu melakukan kebijaksanaan kependudukan dengan mengurangi jumlah penduduk yang akan dilahirkan. Tindakan pembatasan, menurut pengamat paham deontik, tidak melanggar hak-hak pribadi. Patut diakui bahwa setiap warga negara mempunyai hak untuk menentukan jumlah anak yang akan dilahirkan. Secara tegas pandangan ini berpendapat bahwa kita tidak wajib melahirkan manusia sebanyak kemampuan kita, justru yang menjadi kewajiban dan tanggung jawab kita adalah memberikan dan mengusahakan agar manusia yang telah dilahirkan dapat hidup dengan taraf hidup yang memadai. Teori lingkungan Kebijaksanaan kependudukan dari sudut pandangan teori lingkungan ini, pada dasarnya, memusatkan perhatian pada akibat pertumbuhan penduduk terhadap lingkungan hidup. Ada tiga tesis utama yang mendasari teori lingkungan ini. Pertama, adalah "tesis titik batas" (limit thesis). Tesis ini berangkat dari 4 asumsi dasar (Effendi dan Hasan, 1984) yaitu: 1. pertumbuhan ekonomi dan penduduk mempunyai batas yang pasti; 2. batas itu (1) sudah hampir tercapai; Dua teori lagi adalah Keluarga Berencana dan Pemerataan Pembangunan. Kedua teori ituakan disinggung dalam pembahasanmembatasi kelahirandan mencegahkematian. 2

3 3- apabila batas tersebut terlalu dekat akan terjadi pelonjakan tingkat kematian di dunia; dan 4. walaupun titik batas tersebut masih cukup jauh, pertumbuhan ekonomi dan penduduk harus dibatasi. Penganut teori ini berpendapat bahwa penyebab utama kelaparan, pencemaran lingkungan, kerusakan lingkungan, serta pemborosan sumber daya, adalah pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali. Penganut teori ini berpendapat bahwa penyebab utama kelaparan, pencemaran lingkungan, kerusakan lingkungan, serta pemborosan sumber daya, adalah pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali. Mereka menekankan bahwa kehidupan ini amat tergantung pada kontrol yang ketat terhadap pertumbuhan penduduk dan ekonomi. Tanpa mengontrol pertumbuhan penduduk sumber dayasumber daya di bumi yang amat terbatas ini akan habis kecuali dikelola secara hati-hati. Menurut teori ini cara yang baik untuk menjamin kecukupan sumber daya dan kelestariannya adalah dengan memaksimalkan pemanfaatan sumber daya yang tersedia untuk mendukung subsistensi manusia diikuti dengan kebijaksanaan kependudukan melalui pembatasan manusia yang dilahirkan. Kedua, adalah tesis gemah ripah {comucopion thesis) yang mempunyai pandangan lebih optimis tentang hubungan manusia dengan lingkungannya. Asumsi dasar yang diajukan tesis ini (Effendi dan Hasan : 4) bahwa: 1. titik batas pertumbuhan hanya terdapat bila ilmu dan teknologi sudah tidak dikembangkan lagi; 2. walaupun ilmu dan teknologi sudah berhenti berkembang, titik batas itu masih jauh, dan 3. betapapun, pertumbuhan ekonomi itu bermanfaat bagi manusia dan karena itu harus dilanjutkan. Penganut tesis ini berpendapat bahwa titik batas itu perlu diperhatikan karena dunia dan kehidupannya secara perlahan-lahan berjalan menuju titik batas itu. Meskipun secara teoretis manusia mempunyai daya dan kemampuan untuk berupaya mengatasi kerusakan lingkungan akibat pertumbuhan penduduk dan ekonomi yang pesat, masalah-masalahlingkungan itu belum dapat teratasi secara efektif sebab ada hambatan-hambatan teknis dan institutional yang masih belum mampu untuk dibatasi manusia. Secara tegas teori lingkungan ini menyarankan bahwayang berkewajiban memelihara keserasian hubungan antara penduduk dan lingkunganadalah umat manusia, meskipun diikuti dengan mengurangi kebebasan individu. Ketiga, adalah pandangan yang berusaha mengambil jalan tengah dari kedua pandangan di atas. Pandangan ini beranggapan bahwa pada masa yang akan datang dunia akan menghadapi serangkaian "masalah transisi" karena terpaksa mencari bahan pengganti satu sumber dengan sumber lain. Dalam mencari bahanpenggantiiniakan terjadi kompetisi sehingga beberapa negara atau kelompok negara akan dirugikan, sedang negara yang lain justru mendapatkan keuntungan. Untuk menjaga kompetisi yang tidak sehat itu maka diperlukan usaha yang dapat mengatasi hambatan-hambatan praktis, sosial, dan kelembagaan selama periode transisi itu berlangsung. Pandangan ini juga menyarankan bahwa kegiatan pertumbuhan ekonomi dan penduduk harus dikurangi karena keduanya dapat mempengaruhi intensitas dan frekuensi masalah lingkungan. 3

4 Strategi Kebijaksanaan Kependudukan Membatasi kelahiran Salah satu usaha pemerintah untuk membatasi kelahiran adalah pemakaian salah satu cara kontrasepsi modern dengan maksudmenjarangkankelahiran atau membatasi jumlah kelahiran (Singarimbun, 1986a). Kontrasepsi modern termasuk pemakaian IUD, pil, suntikan, kondom, sterilisasi (tubektomi dan vasektomi) serta susuk (norplant). Cara-cara tradisional (sederhana) antara lain sanggama terputus, pantang berkala, tidak kumpul (abstinensi) tidak termasuk dalam kontrasepsi modern. Tidaklah berarti bahwa cara-cara tradisional itu tidak memberi sumbangan dalam membatasi kelahiran. Singarimbun (1986b) menemukan bahwa abstinensi merupakan cara membatasi kelahiran yang telah dipraktikkan oleh sebagian penduduk Indonesia sebelum ada kontrasepsi modern. Mengapakontrasepsidipakai sebagai salah satu tindakan dalam membatasi kelahiran? Secara teoretis Davis dan Blake (dikutip dalam Lucas, dkk., 1982) menjelaskan bahwa fertilitas dapat terjadi pada wanita melalui 3 tahap yaitu: 1. harus mengadakan hubungan seks, 2. harus hamil, dan 3. harus berhasil menyelesaikan masa kehamilan (gestasi) dan partus (melahirkan anak). Selanjutnya Davis dan Blake merinci variabel-variabel yang dapat mempengaruhi wanita untuk melahirkan. Variabel-variabel itu kemudian dikelompokkan ke dalam variabel yang berpengaruh langsung (variabel antara). Variabel yang berpengaruh tidak langsung adalah variabel sosial-ekonomi, bio-sosial, sikap dan pengetahuan terhadap kontrasepsi dan sikap yang berhubungan dengan struktur keluarga (lihat Lampiran 1). Variabel antara yang mempengaruhi fertilitas meliputi: 1. usia kawin pertama, 2. proporsi wanita yang tidak kawin, 3 perceraian pada usia reproduksi, 4. tidak mengadakan hubungan seks (abstinensi) dengan sengaja, 5. abstinensi karenaterpaksa, 6. frekuensi hubungan seks, 7. kesuburan biologis, 8. pemakaian kontrasepsi, 9. kemandulan yang disengaja, 10. keguguran tidak disengaja, dan 11. pengguguran yang disengaja (lihat Tabel!) Selanjutnya Davis dan Blake membedakan variabel-variabel yang mempunyai nilai tinggi dan rendah terhadap fertilitas. Variabel usia kawin pertama, proporsi wanita yang tidak kawin, pemakaian kontrasepsi dan kemandulan yang disengaja (sterilisasi) mempunyai nilai yang tinggi. Bila kita sesuaikan dengan kondisi sosial di Indonesia, jelas variabel tidak kawin secara permanen, dan kemandulanyang disengaja agak sulit diterima masyarakat. Oleh karena itu, pilihan utama jatuh pada penggunaan kontrasepsi. Di samping itu, usia kawin pertama juga merupakan faktor pengendali. Oleh karena itu, tindakan kebijaksanaan kependudukan dapat dilakukan dengan menunda usia kawin pertama melalui Undang-Undang Perkawinan. Selain itu, tindakan membatasi kelahiran dapat dilakukan dengan cara; (Panjaitan, 1984: ). 1. Mendorong pasangan usia subur yang isterinya belum berusia 30 tahun dan atau jumlah anak kurang dari 3 orang agar mempunyai anak maksimal 2 orang. Dengan demikian, pasangan-pasangan usia 4

5 TABEL1. VARIABEL ANTARA YANG MEMPENGARUHIFERTILITAS I. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemungkinan hubungan seks. (Variabel hubungan seks) A. Meliputi dimulai dan akhimya hubungan seks (ikatan seksual) dalam usia reproduksi. 1. Usia mulai hubungan seks. 2. Selibar permanen, yaitu proporsi wanita yang tidak pernah hubungan seks. 3- Perpisahan pada usia reproduksi a. Bila ikatan putus karena perceraian, perpisahan, atau ditinggal pergi b. Bila ikatan putus karena suami meninggal dunia. B. Meliputi kemungkinan hubungan seks selama dalam ikatan seksual. 4. Abstinensi dengan sengaja. 5. Abstinensi karena terpaksa (karena impoten, sakit, perpisahan yang tidak terelakkan tetapi sifatnya sementara). 6. Frekuensi hubungan seks (tidak termasuk periode abstinensi). II. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemungkinan konsepsi (variabel konsepsi). 7. Kesuburan dan kemandulan biologis (fecunditas dan infecunditas) yang tidak sengaja. 8. Digunakan atau tidaknya kontrasepsi (Davis dan Blake membedakan antara a) cara kimiawi dan mekanis, dan b) cara kontrasepsi lainnya, lihat Tabel 4.2., untuk mengetahui jenis kontrasepsi lainnya). 9. Kesuburan dan kemandulan yang disengaja (sterilisasi, subinasi, perawatan medis dan lain-lain). III. Faktor-faktor yang mempengaruhi gestasi dan kelahiran dengan selamat (variabel gestasi). 10. Keguguran janin yang tidak disengaja. 11. Keguguran janin yang disengaja. Sumber: Lucas, dkk muda ini menjadi sumber daya manusia potensial sebagai penggerak pembangunan. 2. Membantu pasangan usia subur yang isterinya sudah berusia lebih dari 30 tahun.atau anaknya lebih dari 3 orang agar tidak menambah jumlah anak yang dimilikinya sehingga mereka mampu berkaiya, bekerja nyata secara potensial sebagai sumber daya manusia. 3 Mengarahkan generasi muda untuk menghayati Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) sebagai cara hidup yang layak dan bertanggung jawab serta menolong mereka untuk lebih banyak bergiat dalam bidang pendidikan, keterampilan, kepramukaan, olah raga, kesenian, sebagai alternatif lain selain menikah dan mempunyai anak. 5

6 4. Memperkuat proses pelembagaan secara fisik dalam usaha Keluarga Kecil Bahagia, sehingga secara kelompok proses penanganan program semakin menjadi bagian yang integral dari kegiatan masyarakat sendiri. 5- Memperkuat proses pelembagaan yang bersifat mental spiritual dan lebih bersifat dukungan psikologis, untuk membantu memberikan isi keyakinan mental dan ketenangan batin bagi peserta KB. Dengan pendekatan seperti di atas, sasaran tidak diberlakukan secara umum tetapi lebih melihat pada sasaran kelompok target. Mencegah Kematian Bayi. Tindakan kelahiran yang tinggi secara tidak langsungdapat dipengaruhi oleh tingginya tingkat kematian bayi (Fawcett, 1984: 66). Halini dapat terjadi karena untuk mengurangi risiko tidak punya anak, sebab kematiantinggi, maka keluarga perlu melahirkan anak yang banyak sehingga kalau ada yang meninggal keluarga masih tetap mempunyai anak. Atas dasar pandangan itu, kemudian, para pakar kependudukan mengajukan asumsi bahwa usaha-usaha penurunan angka kelahiran tanpa diikuti usahamenaikkan angka harapan hidup bayi akan mengalami hambatan. Oleh karena itu, program-program yang berusaha mencegah kematian bayi menjadi salah satu tindakan dalam kebijaksanaan kependudukan. Secara tradisional, penelaahan mengenai tingkat kematian anak difokuskan pada hubungan antara tingkat dan pola mortalitas dengan indikator sosialekonomi. Belakanganini Mosley (1984) mengembangkan kerangka konsepsi baru dalam menelaah tingkat kematian bayi. Pendekatan yang digunakan lebih memperhatikan pendekatan variabel antara yang secara langsung mempengaruhi kelangsungan hidup anak. Kerangka konseptual yang diajukan Mosley (1984: 167) didasarkan beberapa pandangan yakni: 1. Dalam suatu lingkungan yang terpelihara dengan baik secara optimal, sekitar 98 persen bayiyang baru lahir bisa bertahan hidup selama lima tahun pertama dalam hidupnya. 2. Mengecilnya kemungkinan kelangsungan ini dalam setiap masyarakat disebabkan oleh faktor-faktor sosial, ekonomi, biologi, dan lingkungan. 3- Faktor penentu sosial-ekonomi (variabel pengaruh/independent variabel) harus mempengaruhi melalui mekanisme dasar yang terdekat (atau variabel antara) yang pada gilirannya akan mempengaruhi risiko penyakit dan hasil dari proses penyakit tersebut. 4. Penyakit tertentu dan kekurangan gizi yang tampak di antara penduduk yang meninggal dan mereka yang masih bertahan hidup tidak dianggap sebagai variabel pengaruh. Bahkan, penyakit dan kekurangan gizi ini bisa dianggap sebagai indikator-indikator biologis yangmencerminkan variabel antara. 5. Terhambatnya pertumbuhan dan pada akhirnya kematian anak dianggap sebagai variabel terpengaruh yang mencerminkan konsekuensi kumulatif yang tidak dapat dihindarkan dari proses berbagaimacampenyakit (termasuk interaksi bio-sosialnya). Kematian seorang anak jarang disebabkan hanya satu penyakit saja. 6

7 Model konsepsual yang dikembangkan Mosley merupakan serangkaian identifikasi variabel antara yang secara langsung mempengaruhi risiko morbiditas dan mortalitas. Untuk mempengaruhi kelangsungan hidup anak, semua faktor penentu sosial dan ekonomi harus melalui variabel antara itu. Secara terinci Mosley mengelompokan variabel-variabel antara itu menjadi 5 kategori: I. Faktor Ibu 1. Umur 2. Paritas (jumlah anak yang dilahirkan) 3. Jarak kelahiran II. Faktor Pencemaran Lingkungan 4. Udara 5. Makanan/air/sari 6. Kulit/zat penular kuman penyakit/tanah 7. Serangga pembawa penyakit (vectors) III. Faktor kekurangan gizi 8. Kalori 9. Protein 10. Gizi mikro (vitamin dan mineral) IV. Faktor Luka 11. Kecelakaan 12. Lukayang disengaja V. Faktor Pengendalian Penyakit Perorangan 13- Usaha-usaha preventif perseorangan 14. Perawatan dokter Secara skematis kelima faktor-faktor di atas mempengaruhi kesehatan penduduk dapat diperiksa pada lampiran 2. Perlu dicatat, meskipun pendekatan variabel antara terhadap kelangsungan hidup anak dapat disejajarkan dengan strategi yang digunakan oleh Davis dan Blake seperti telah disebutkan di bagian terdahulu, analisis mortalitas jauh lebih kompleks karena kematian anak lebih disebabkan aldbat terakhir dari rangkaian kumulatif penderitaan biologis. Hal ini amat berbeda dengan model fertilitas yang semua faktor penentunya mempengaruhi suatu peristiwa biologis tunggal (kelahiran). Singkatnya, kerangkavariabel antaramortalitas tidak mudah diubah menjadi suatu sistem kuantifikasi sederhana dari kontribusi komponen-komponen tertentu terhadap perubahan mortalitas. Pentingnya model variabel antara yang dikembangkan oleh Mosley ini dapat memasukkan beberapa ukuran yang berbeda mengenai lingkungan, praktik-praktik diet, dan penyakit ke dalam suatu kerangka yang saling menjalin secara luas dan logis yang dapat membantu menjelaskan hubungan antara variabel yang satu dengan lainnya dalam hubungannya dengan kelangsunganhidup anak di satu sisi serta variabel-variabel sosial ekonomi di sisi lain. Dengan bantuan variabel antara sebanyak 14 variabel yang dikelompokkan ke dalam 5 faktor, maka dapatlah disusun analisis terpadu mengenai variabel-variabel sosial biologis yang mempengaruhi kemungkinan mortalitas. Atas dasar itu, dapat disusun prioritas tindakantindakan dalam mencegah kematian bayi. Berdasarkan teori di atas serta pengalaman dari negara lain yang didukung hasil penelitian, dapatlah diajukan strategi untuk menurunkan angka kematian bayi yang disajikan dalam Tabel 2. Melihat tindakan yang dapat dilakukan dalam usaha tingkat kematian bayi, maka perubahan pola dan sikap petugas kesehatan masyarakat (khususnya ibu) perlu diperhatikan. 7

8 TABEL 2. KEGIATAN YANG MEMPUNYAJ DAYA UNGKIT DAIAM MENURUNKAN KEMATIAN BAYI Pendekatan Dilakukan oleh 1. Penyakit kehamilan Kelahiran Bayi Berat Badan Lahir Rendah Risiko tinggi Posyandu: Penggunaan kertu monitor ibu hamil Puskesmas: Skor prediktif risiko tinggi PKK/dukun bayi Bidan/dokter Intervensi dini Rujukan dini Alokasi sarana KIE (Komunikasi Informasi Edukasi Liputan) Dokter/Puskesmas Puskesmas/Petugas Pamong desa Keluarga Tetanus Tetanus toksoid Liputan 100 % Kader PKK Juru Imunisasi Petugas Puskesmas Pamong Desa Triple dye untuk tali pusar Distributor obat sampai ke dukun bayi Apoteker: Dokter: Bidan Latihan dan supervisi dukun bayi Alokasi biaya Dinkes Tk.Idan II Dokter Puskesmas dan Bidan 3. Infeksi (Preumoni Meringitis Sepsis) Monitoring bayi gizi baik, kesehatan lingkungan Pengobatan dini KMS (Kartu Menuju Sehat) KIE Petugas Puskesmas Pamong desa Masyarakat Kader Keluarga Imunisasi lengkap sebelum usia 1tahun Imunisasi lengkap dengan safari sistemhadiah 4. Kuranggizi Gizi baik sejak janin untuk generasi berikut KMIH, KMS, PMT ibu hamil, PMT balita, KIE Masyarakat Kader (PKK) Pamong desa Keluarga Peningkatan pendapatan keluarga Perbaikan lingkungan 5. Diare Perbaikan gizi Perbaikan lingkungan ASI sampai 2 tahun Masyarakat Kader (PKK) Pengadaan air bersih Penggunaan air bersih Pamong desa Pencegahan dehidrasi Oralit, LLG, cairan apa saja Keluarga, Puskesmas Sumber: Martodipuro, "Altematif Strategi PenurunanAngka Kematian Bayi", Kertas Kerja pada Seminar Strategi Penurunan Angka Kematian Bayi, Surabaya, 3 Mei, hal

9 Tindakan ini dapat berhasil kalau kader kesehatan, pemuka masyarakat, dan paramedis dapat sating bekerja sama. Munculnya Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) di bidang kesehatan masyarakat jelas membawa angin baru dalam usaha menekan angka kematian bayi. Penutup Kebijaksanaan kependudukan tidak hanya merupakan tanggung jawab pemerintah saja tetapi juga tanggung jawab seluruh umat manusia. Demi kelangsuriganhidupgenerasi padamasa mendatang maka kebijaksanaan kependudukan adalah tanggung jawab moral generasi sekarang. Usaha membatasi kelahiran adalah tindakan yang sangat perlu disebarluaskan agar sumber daya yang ada tidak habis terkuras hanya untuk kepentingan kehidupan masa kini. Tingkat kematian juga perlu ditekan karena tingkat kelahiran yang rendah tanpa diikuti dengan rendahnya tingkat kematian akan membawa pengaruh yang kurang menguntungkan, khususnya pada program Keluarga Berencana. Usahausaha penurunan angka kematian melalui kerja sama yang baik antara masyarakat, kader PKK, pamong desa, petugas kesehatan (Puskesmas, Posyandu) perlu ditingkatkan agar usaha-usaha untuk mengurangi pertambahan penduduk dapat terwujud. DAFTAR PUSTAKA Buchari, Lapau "Masalah penggunaan pelayanan kesehatan, tantangan dalam rangka penurunan kematian bayi dan anak", dalam Budi Utomo, et al., eds., Strategi penelitian dan strategi program untuk intensifikasi penurunan mortalitas bayi dan anak di Indonesia. Jakarta: Universitas Indonesia, Ford Foundation dan UNICEF, hal Brown, Lester R. t.t. Kembali di simpang jalan: masalah kependudukan dengan sumber daya alam. Jakarta: Rajawati. Effendi, Sofian dan Riaz Hasan Politik perencanaan kependudukan Indonesia, Singapura, dan Pakistan. Yogyakarta: Pusat Penelitian Kependudukan,Universitas Gadjah Mada. Ehrlich, Paul R Ledakan penduduk. Jakarta: Gramedia. Fawcett, James- T Psikologi kependudukan. Jakarta: Rajawali. Lucas, David, et al Pengantar kependudukan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Martodipuro, Subagyo "Alternatif strategi penurunan angka kematian bayi", paper disampaikan pada Seminar Strategi Penurunan Angka KematianBayi, Surabaya, 3 Mei Surabaya: Ikatan Ahti Kesehatan Masyarakat Indonesia dan Ikatan Dokter Anak Indonesia. Mosley, W. Henry "Masalah penggunaan pelayanan kesehatan, tantangan dalam rangka penurunan kematian bayi dan anak", dalam Budi Utomo, et al., eds., Strategi penelitian dan strategi program untuk intensifikasi penurunan mortalitas bayi dan anak di Indonesia. Jakarta: Universitas Indonesia, Ford Foundation dan UNICEF, hal

10 Panjaitan, Sahala "Kebijaksanaan dan pelaksanaan program pelayanan terpadu kesehatan keluarga berencana", dalam Budi Utomo, et al., eds., Strategi penelitian dan strategi program untuk intensifikasi penurunan mortalitas bayi dan anak di Indonesia. Jakarta: Universitas Indonesia, Ford Foundation dan UNICEF.hal Singarimbun, Masri Perubaban perilaku fertilitas di Sribarjo. Yogyakarta: Pusat Penelitian Kependudukan,UniversitasGadjah Mada "Hubungan keluarga berencana dan fertilitas: aspek-aspek sosial budaya dan program", paper disampaikan pada Lokakarya Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup, Yogyakarta, 16 Februari - 7 Maret. Yogyakarta: Pusat Penelitian Kependudukan,Universitas Gadjah Mada. Ward, Barbara dan Rene Dubos Hanya satu bumi. Jakarta: Gramedia. 10

11 LAMPIRAN I. SUATU KERANGKA DASAR SEDERMANA UNTUK ANALISA FERTILITAS STRUKTUR SOSIO EKONOMI. mis. nya - Tingkat kesehatan (termasuk klinik keluarga berencana dan kesehatan anak). - Tingkat Pembangunan. - Tingkat dan fasilitas pendidikan. CIRI-CIRI SOSIO EKONOMI DAN KEBUDAYAAN mis. nya - Status Migrasi - Agama - Kesukuan - Pendidikan - Pendapatan SIKAP BERHUBUNGAN dengan BESAR STRUKTUR dan PEMBENTUKAN KELUARGA mis. nya - Besar keluarga ideal - Preferensi seks - Biaya dan Nilai anak VARIABEL ANTARA Lihat Tabel 1. UNGKUNGAN mis. nya - Perbedaan-perbedaan Regional dan greografis CIRI-CIRJ BIOSOSLAL mis. nya - Gizi dan Kesehatan - Mortalitas bayi dan anak PENGETAHUAN tentang KONTRASEPSI dan SIKAP TERHADAP KONTRASEPSI (atau pengaiuran kelahiran)

12 01 c LAMPIRAN 2. KERANGKA VARIABEL UNTUK MENELITIFAKTOR-FAKTORYANG MEMPENGARUIII KELANGSUNGAN IIIDUP BAYI DANANAK FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI 1. FAKTOR-FAKTOR INDIVIDU a. Pengetahuan/Kepercayaan b. Sikap/Nilai c. Sumber-sumber ekonomi 2. FAKTOR-FAKTOR DALAM KOMUNITAS a. Ekologi b. Fasilitas c. Struktur ekonomi/politik o ct VARIABEL ANTARA A. FAKTOR-FAKTOR PADA 1BU 1. Umur 2. Paritas 3. Interval kelahiran B. GIZI 4. Kalori 5- Protein 6. Vitamin 7. Mineral C. KONTAMINASI LINGKUNGAN 8. Udara 9. Air/makanan/jari 10. Kulit/tanah 11. Vektor D. KECELAKAAN 12. Kecelakaan E. PELAYANAN KESEI1ATAN 13- Pencegahan 14. Pengobatan INDIKATOR BIOLOGIS Kesakitan sementara dan/atau kumulatif VARIABEL TAK BEBAS Kematian

Minggu ke 2, 3 Teori Fertilitas Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tinggi Rendahnya Fertilitas Penduduk

Minggu ke 2, 3 Teori Fertilitas Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tinggi Rendahnya Fertilitas Penduduk Minggu ke 2, 3 Teori Fertilitas Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tinggi Rendahnya Fertilitas Penduduk Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya fertilitas dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor demografi

Lebih terperinci

PERTEMUAN 9 : Ir. Darmawan L. Cahya, MURP, MPA

PERTEMUAN 9 : Ir. Darmawan L. Cahya, MURP, MPA PERTEMUAN 9 : MORTALITAS Oleh : Ir. Darmawan L. Cahya, MURP, MPA (darmawan@esaunggul.ac.id) Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik - Universitas ESA UNGGUL Semester Genap 2012/2013

Lebih terperinci

GAMBARAN KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN REPRODUKSI DI PROPINSI BENGKULU TAHUN 2007 (SURVEI DEMOGRAFI KESEHATAN INDONESIA 2007)

GAMBARAN KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN REPRODUKSI DI PROPINSI BENGKULU TAHUN 2007 (SURVEI DEMOGRAFI KESEHATAN INDONESIA 2007) GAMBARAN KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN REPRODUKSI DI PROPINSI BENGKULU TAHUN 2007 (SURVEI DEMOGRAFI KESEHATAN INDONESIA 2007) I. Pendahuluan Propinsi Bengkulu telah berhasil melaksanakan Program Keluarga

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. KB, keinginan dalam memiliki sejumlah anak, serta nilai anak bagi PUS.

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. KB, keinginan dalam memiliki sejumlah anak, serta nilai anak bagi PUS. II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Georgafi dan Keluarga Berencana Dalam penelitian ini, penulis akan membahas mengenai penyebab banyaknya jumlah anak yang dimiliki

Lebih terperinci

ANALISA PENURUNAN TFR DAN BONUS DEMOGRAFI DI PROPINSI BENGKULU

ANALISA PENURUNAN TFR DAN BONUS DEMOGRAFI DI PROPINSI BENGKULU ANALISA PENURUNAN TFR DAN BONUS DEMOGRAFI DI PROPINSI BENGKULU I. Pendahuluan Propinsi Bengkulu telah berhasil melaksanakan Program Keluarga Berencana ditandai dengan penurunan fertilitas dari 3% hasil

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Penduduk ialah orang atau individu yang tinggal atau menetap pada suatu daerah tertentu dalam jangka waktu yang lama. Ada beberapa pengertian yang secara singkat perlu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Dalam tinjauan pustaka ini akan dibahas mengenai penyebab banyaknya jumlah

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Dalam tinjauan pustaka ini akan dibahas mengenai penyebab banyaknya jumlah 10 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Geografi dan Keluarga Berencana Dalam tinjauan pustaka ini akan dibahas mengenai penyebab banyaknya jumlah anak yang dimiliki PUS setiap

Lebih terperinci

5) Penanggulangan diare. 6) Sanitasi dasar. 7) Penyediaan obat esensial. 5. Penyelenggaraan

5) Penanggulangan diare. 6) Sanitasi dasar. 7) Penyediaan obat esensial. 5. Penyelenggaraan POSYANDU 1. Pengertian Posyandu adalah kegiatan kesehatan dasar yang diselenggarakan dari, oleh dan untuk masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan. (www.bkkbn.com) Posyandu adalah pusat pelayanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dalam hal ini adalah keluarga.

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dalam hal ini adalah keluarga. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk merupakan modal dasar utama dalam pembangunan suatu negara. Penduduk yang besar dan berkualitas merupakan investasi yang berharga dengan produktifitasnya yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI. Kata demografi berasal dari bahasa Yunani yang berarti: Demos adalah rakyat atau

BAB 2 TINJAUAN TEORI. Kata demografi berasal dari bahasa Yunani yang berarti: Demos adalah rakyat atau BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1. Arti dan Tujuan Demografi Kata demografi berasal dari bahasa Yunani yang berarti: Demos adalah rakyat atau penduduk dan Grafein adalah menulis. Demografi adalah ilmu yang mempelajari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah Forum Komunikasi Alih. rangka pencapaian NKKBS ( Mubarak & Chayalin, 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah Forum Komunikasi Alih. rangka pencapaian NKKBS ( Mubarak & Chayalin, 2009). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah Forum Komunikasi Alih Teknologi dan Pelayanan Kesehatan Masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, yang. pelayanan kesehatan dasar. Kegiatan kegiatan yang ada dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, yang. pelayanan kesehatan dasar. Kegiatan kegiatan yang ada dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandu 1. Pengertian Pos Pelayanan Terpadu atau yang sering disebut dengan Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat yang dilakukan

Lebih terperinci

Rata-rata usia kawin pertama seseorang dapat mencerminkan keadaan sosial ekonomi seseorang. Seseorang yang memilih untuk melakukan perkawinan di usia

Rata-rata usia kawin pertama seseorang dapat mencerminkan keadaan sosial ekonomi seseorang. Seseorang yang memilih untuk melakukan perkawinan di usia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkawinan merupakan sebuah ikatan antara laki- laki dan perempuan sebagai suami dan istri dalam membentuk rumah tangga yang harmonis dan kekal berdasarkan Ketuhanan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 13 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Bintarto dan Hadisumarno (1987:9) menyatakan bahwa geografi adalah suatu ilmu yang memperhatikan perkembangan rasional dan lokasi dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya angka kelahiran di Indonesia masih menjadi masalah utama dalam kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan lamban, hingga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandu 1. Definisi Posyandu Posyandu adalah wadah pemeliharaan kesehatan yang dilakukan dari, oleh dan untuk masyarakat serta yang dibimbing petugas terkait (Depkes, 2006.

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI DENGAN JUMLAH ANAK YANG DILAHIRKAN WANITA PUS. (Jurnal) Oleh AYU FITRI

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI DENGAN JUMLAH ANAK YANG DILAHIRKAN WANITA PUS. (Jurnal) Oleh AYU FITRI 1 HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI DENGAN JUMLAH ANAK YANG DILAHIRKAN WANITA PUS (Jurnal) Oleh AYU FITRI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDARLAMPUNG 2016 2

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. seluruh kebijaksanaan dan program pembangunan yang dilakukan. Penduduk

I. PENDAHULUAN. seluruh kebijaksanaan dan program pembangunan yang dilakukan. Penduduk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kependudukan, atau dalam hal ini adalah penduduk, merupakan pusat dari seluruh kebijaksanaan dan program pembangunan yang dilakukan. Penduduk adalah subyek dan obyek

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Beberapa pengertian singkat yang perlu diketahui untuk mendukung tulisan ini dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Beberapa pengertian singkat yang perlu diketahui untuk mendukung tulisan ini dan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pengertian Beberapa pengertian singkat yang perlu diketahui untuk mendukung tulisan ini dan merupakan bahan acuan dalam mengembangkan aplikasi yang ada, yaitu : 2.1.1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap bayi premature (lahir muda) makin dapat diselamatkan dari kematian,

BAB I PENDAHULUAN. terhadap bayi premature (lahir muda) makin dapat diselamatkan dari kematian, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk setelah perang dunia kedua sangat cepat meningkat, oleh karena penemuan dalam bidang kesehatan diantaranya usia harapan hidup makin panjang, angka

Lebih terperinci

RINGKASAN SDKI 2007 PROVINSI SULAWESI BARAT

RINGKASAN SDKI 2007 PROVINSI SULAWESI BARAT RINGKASAN SDKI 2007 PROVINSI SULAWESI BARAT Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 merupakan survey yang berskala Nasional, sehingga untuk menganalisa tingkat propinsi perlu dilakukan suatu

Lebih terperinci

PERANAN SUAMI DALAM MEMBANGUN BAHTERA KELUARGA SAKINAH BERKUALITAS

PERANAN SUAMI DALAM MEMBANGUN BAHTERA KELUARGA SAKINAH BERKUALITAS Suami mempunyai tanggung jawab yang berat. PERANAN SUAMI DALAM MEMBANGUN BAHTERA KELUARGA SAKINAH BERKUALITAS Suami bertanggung jawab secara sosial, moral dan ekonomi menyangkut : Pencari Nafkah Pelindung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 248,8 juta jiwa dengan pertambahan penduduk 1,49%. Lajunya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. 248,8 juta jiwa dengan pertambahan penduduk 1,49%. Lajunya tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kependudukan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara termasuk Indonesia. Saat ini penduduk Indonesia kurang lebih berjumlah 248,8 juta jiwa dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fertilitas (kelahiran) sama dengan kelahiran hidup (live birth), yaitu terlepasnya bayi dari rahim seorang perempuan dengan ada tanda-tanda kehidupan misalnya bernafas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga selanjutnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga selanjutnya disebut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gerakan pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga selanjutnya disebut PKK, adalah gerakan nasional dalam pembangunan masyarakat yang tumbuh dari bawah yang pengelolaannya

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FERTILITAS PASANGAN USIA SUBUR PESERTA KB DI KELURAHAN AUR KUNING KECAMATAN AUR BIRUGO TIGO BALEH

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FERTILITAS PASANGAN USIA SUBUR PESERTA KB DI KELURAHAN AUR KUNING KECAMATAN AUR BIRUGO TIGO BALEH FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FERTILITAS PASANGAN USIA SUBUR PESERTA KB DI KELURAHAN AUR KUNING KECAMATAN AUR BIRUGO TIGO BALEH Zulwida Rahmayeni Universitas Putra Indonesia YPTK Padang E-mail: rzulwida.mm@gmail.com

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa keluarga sebagai unit terkecil dalam

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN IBU, ANAK DAN KELUARGA BERENCANA DI PUSKESMAS PEKAUMAN BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN IBU, ANAK DAN KELUARGA BERENCANA DI PUSKESMAS PEKAUMAN BAB I PENDAHULUAN PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN IBU, ANAK DAN KELUARGA BERENCANA DI PUSKESMAS PEKAUMAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Puskesmas sebagai organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut World Health Organisation (WHO) expert committee 1997: keluarga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut World Health Organisation (WHO) expert committee 1997: keluarga BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keluarga Berencana 1. Pengertian Menurut World Health Organisation (WHO) expert committee 1997: keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya permasalahan kependudukan, karena Indonesia merupakan negara

BAB I PENDAHULUAN. adanya permasalahan kependudukan, karena Indonesia merupakan negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dasar pemikiran lahirnya Keluarga Berencana di Indonesia adalah adanya permasalahan kependudukan, karena Indonesia merupakan negara yang jumlah penduduknya berada pada

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FERTILITAS PASANGAN USIA SUBUR PESERTA KB DI KELURAHAN AUR KUNING KECAMATAN AUR BIRUGO TIGO BALEH BUKITTINGGI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FERTILITAS PASANGAN USIA SUBUR PESERTA KB DI KELURAHAN AUR KUNING KECAMATAN AUR BIRUGO TIGO BALEH BUKITTINGGI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FERTILITAS PASANGAN USIA SUBUR PESERTA KB DI KELURAHAN AUR KUNING KECAMATAN AUR BIRUGO TIGO BALEH BUKITTINGGI Zulwida Rahmayeni Universitas Putra Indonesia YPTK Jl. Raya

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI SELATAN, Menimbang :

Lebih terperinci

POKOK BAHASAN IV PROSES DEMOGRAFI

POKOK BAHASAN IV PROSES DEMOGRAFI POKOK BAHASAN IV PROSES DEMOGRAFI A. FERTILITAS Istilah/Pengertian Fertilitas : Jumlah kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang wanita atau sekelompok wanita pada usia reproduktifnya Lahir hidup (live

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin, yakni movere yang. Menurut Sadirman (2007), motivasi adalah perubahan energi diri

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin, yakni movere yang. Menurut Sadirman (2007), motivasi adalah perubahan energi diri BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Motivasi 2.1.1. Definisi Motivasi Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin, yakni movere yang berarti menggerakkan (Winardi, 2007). Menurut Sadirman (2007), motivasi adalah

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat mempunyai peran yang penting

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan Ibu dan Anak menjadi target dalam tujuan pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan Ibu dan Anak menjadi target dalam tujuan pembangunan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan Ibu dan Anak menjadi target dalam tujuan pembangunan Millenium (MDG s), tepatnya pada tujuan ke-4 dan tujuan ke-5, yaitu menurunkan angka kematian anak dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang digunakan dengan jangka panjang, yang meliputi IUD, implant dan kontrasepsi

BAB 1 PENDAHULUAN. yang digunakan dengan jangka panjang, yang meliputi IUD, implant dan kontrasepsi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Alat kontrasepsi jangka panjang (MKJP) adalah alat kontrasepsi yang digunakan untuk menunda, menjarangkan kehamilan, serta menghentikan kesuburan, yang digunakan dengan

Lebih terperinci

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012 Laporan Pendahuluan Badan Pusat Statistik Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Kementerian Kesehatan MEASURE DHS ICF International 1 Survei Demografi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. seperti Indonesia, adalah ledakan penduduk. Pertumbuhan penduduk di

I. PENDAHULUAN. seperti Indonesia, adalah ledakan penduduk. Pertumbuhan penduduk di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah terpenting yang dialami oleh negara berkembang, seperti Indonesia, adalah ledakan penduduk. Pertumbuhan penduduk di Indonesia berkisar antara 2,15%

Lebih terperinci

ANALISA PELAKSANAAN PROGRAM KB PROPINSI BENGKULU

ANALISA PELAKSANAAN PROGRAM KB PROPINSI BENGKULU ANALISA PELAKSANAAN PROGRAM KB PROPINSI BENGKULU Pendahuluan Karakteristik pembangunan antara lain dilaksanakan melalui pengendalian pertumbuhan penduduk, Keluarga Berencana, dan dengan cara pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diterjemahkan sebagai Tujuan Pembangunan Milenium yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diterjemahkan sebagai Tujuan Pembangunan Milenium yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Millenium Development Goals atau disingkat MDG s dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai Tujuan Pembangunan Milenium yang merupakan paradigma pembangunan global

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Masalah Kependudukan Masalah kependudukan di Indonesia di kategorikan sebagai suatu masalah nasional yang besar dan memerlukan pemecahan segera. Hal ini mencangkup lima masalah

Lebih terperinci

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 : BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 : keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS KEPANJEN Jalan Raya Jatirejoyoso No. 04 Telp. (0341) Kepanjen

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS KEPANJEN Jalan Raya Jatirejoyoso No. 04 Telp. (0341) Kepanjen PEMERINTAH KABUPATEN MALANG DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS KEPANJEN Jalan Raya Jatirejoyoso No. 04 Telp. (0341) 396726 Kepanjen KERANGKA ACUAN POSYANDU BALITA A. PENDAHULUAN Dalam rangka mendukung dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setelah Amerika, China, dan India. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus

BAB I PENDAHULUAN. setelah Amerika, China, dan India. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia berada di urutan ke empat dengan penduduk terbesar di dunia setelah Amerika, China, dan India. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus 2016 mencapai

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa keluarga sebagai unit terkecil dalam

Lebih terperinci

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK BIDAN

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK BIDAN BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK BIDAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN BARAT Menimbang : a. bahwa kesehatan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh tiga faktor utama yaitu: kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan

BAB I PENDAHULUAN. oleh tiga faktor utama yaitu: kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk di Indonesia berkisar antara 2,15% pertahun hingga 2,49% pertahun. Tingkat pertumbuhan penduduk seperti itu dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai upaya kesehatan telah diselenggarakan. Salah satu bentuk upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai upaya kesehatan telah diselenggarakan. Salah satu bentuk upaya BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal, berbagai upaya kesehatan telah diselenggarakan. Salah satu bentuk upaya kesehatan melalui puskesmas

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperaatan. Disusun oleh : SUNARSIH J.

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperaatan. Disusun oleh : SUNARSIH J. HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK, PENGETAHUAN, DUKUNGAN KELUARGA, DAN TARIF LAYANAN DENGAN PEMILIHAN JENIS KONTRASEPSI SUNTIK PADA AKSEPTOR KB DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan Program Keluarga Berencana (KB)

Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan Program Keluarga Berencana (KB) Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan Program Keluarga Berencana (KB) Pengertian Keluarga berencana (KB) adalah perencanaan kehamilan, sehingga kehamilan hanya terjadi pada waktu yang diinginkan. Jarak antar

Lebih terperinci

EKONOMI FERTILITAS 1

EKONOMI FERTILITAS 1 EKONOMI FERTILITAS 1 2 PENDAHULUAN Fertilitas : jumlah anak yang dilahirkan hidup Ukuran Fertilitas: - Angka kelahiran kasar (Crude Birth Rate=CBR): jumlah kelahiran per 1000 penduduk selama periode waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada pada posisi keempat di dunia, dengan laju pertumbuhan yang masih relative tinggi. Esensi tugas program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paradigma baru Program Keluarga Berencana Nasional telah diubah visinya dari mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) menjadi visi untuk mewujudkan

Lebih terperinci

PP 21/1994, PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PP 21/1994, PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Copyright 2000 BPHN PP 21/1994, PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA *33776 Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 21 TAHUN 1994 (21/1994) Tanggal: 1 JUNI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk di dunia mencapai 7,3 miliar jiwa tahun Indonesia. merupakan negara ke-4 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk di dunia mencapai 7,3 miliar jiwa tahun Indonesia. merupakan negara ke-4 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk di dunia mencapai 7,3 miliar jiwa tahun 2015. Indonesia merupakan negara ke-4 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk terbanyak, yaitu sebesar 255,993,674

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk adalah melalui program KB. KB adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga berencana merupakan upaya untuk mengatur jumlah anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga berencana merupakan upaya untuk mengatur jumlah anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Keluarga berencana merupakan upaya untuk mengatur jumlah anak atau mengatur jarak kelahiran anak serta dapat menanggulangi masalah kemandulan, selain itu keluarga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diatas 9 negara anggota lain. Dengan angka fertilitas atau Total Fertility Rate

BAB 1 PENDAHULUAN. diatas 9 negara anggota lain. Dengan angka fertilitas atau Total Fertility Rate BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak no. 4 di dunia, yaitu 249 juta jiwa. Di antara negara ASEAN, Indonesia menjadi negara dengan jumlah penduduk

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DI KABUPATEN SUMEDANG DENGAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Fertilitas Fertilitas atau yang sering dikenal dengan kelahiran dapat diartikan sebagai hasil reproduksi yang nyata dari penduduk (actual reproduction performance)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga berencana telah menjadi salah satu sejarah keberhasilan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga berencana telah menjadi salah satu sejarah keberhasilan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga berencana telah menjadi salah satu sejarah keberhasilan dan telah diterapkan sejak tahun 1970 dalam rangka upaya pengendalian jumlah penduduk. Ledakan penduduk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Frekuensi Kunjungan Posyandu 1. Pengertian Posyandu Posyandu merupakan suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Delapan tujuan Millenium Development Goals (MDG s) telah disepakati

BAB I PENDAHULUAN. Delapan tujuan Millenium Development Goals (MDG s) telah disepakati BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Delapan tujuan Millenium Development Goals (MDG s) telah disepakati oleh 191 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk dicapai pada tahun 2015 (WHO, 2013).

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 2014 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN MASA SEBELUM HAMIL, MASA HAMIL, PERSALINAN, DAN MASA SESUDAH MELAHIRKAN, PENYELENGGARAAN PELAYANAN KONTRASEPSI,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. pekerjaan, dan tingkat penghasilan keluarga. Indikator status sosial adalah kasta,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. pekerjaan, dan tingkat penghasilan keluarga. Indikator status sosial adalah kasta, BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Sosial Ekonomi Menurut Sajogyo dan Pujawati (2002) dalam Raka (2012) status sosial ekonomi keluarga dapat diukur melalui

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga Berencana merupakan upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. periode tahun yaitu 1,45%. Maka dari itu, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. periode tahun yaitu 1,45%. Maka dari itu, pemerintah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai laju pertumbuhan penduduk yang cukup pesat. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan jumlah penduduk dari tahun 1971 yang berjumlah 119. 208. 229 orang

Lebih terperinci

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS A. KONDISI UMUM Sesuai dengan UUD 1945, pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat,

Lebih terperinci

INDONESIA. UU No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan

INDONESIA. UU No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan UU No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan Jakarta, 24 Februari 2006 Akan dipaparkan : UU Nomor 23 Tahun 1992 RUU Amandemen Nomor 23 Tahun 1992 Sistematika Presentasi UU Nomor 23 Tahun 1992 RUU Amandemen Nomor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa kehamilan merupakan salah satu masa penting dalam kehidupannya dan sampai pada kelahiran bayi dalam kandungnya. Pada proses kehamilan terjadi perubahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu semakin meningkatnya jumlah penduduk dari tahun ketahun. Jumlah penduduk Indonesia dari tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perempuan ingin menghadapi kelahiran dengan aman dan nyaman. Continuity

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perempuan ingin menghadapi kelahiran dengan aman dan nyaman. Continuity BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Kehamilan dan persalinan adalah peristiwa yang alamiah atau natural bagi perempuan. Meskipun alamiah, kehamilan, persalinan dan masa setelah persalinan dapat terjadi

Lebih terperinci

KEBIJAKAN KEMENTERIAN KESEHATAN DALAM AKSELERASI PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU

KEBIJAKAN KEMENTERIAN KESEHATAN DALAM AKSELERASI PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU KEBIJAKAN KEMENTERIAN KESEHATAN DALAM AKSELERASI PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU dr. Budihardja, DTM&H, MPH Direktur Jenderal Bina Gizi dan KIA Disampaikan pada Pertemuan Teknis Program Kesehatan Ibu Bandung,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat agar dapat menerima pembentukan Norma Keluarga Kecil Bahagia. dan Sejahtera (NKKBS) (Manuaba, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat agar dapat menerima pembentukan Norma Keluarga Kecil Bahagia. dan Sejahtera (NKKBS) (Manuaba, 2004). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara yang mempunyai masalah tentang peningkatan jumlah penduduk. Hal ini dibuktikan dengan jumlah penduduk Indonesia menduduki peringkat

Lebih terperinci

Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan di Kairo Mesir tahun 1994 menekankan bahwa kondisi kesehatan tidak sekedar terbebas dari

Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan di Kairo Mesir tahun 1994 menekankan bahwa kondisi kesehatan tidak sekedar terbebas dari Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan di Kairo Mesir tahun 1994 menekankan bahwa kondisi kesehatan tidak sekedar terbebas dari penyakit atau kelemahan fisik, tetapi meliputi aspek mental

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih besar menempatkan ibu pada risiko kematian (akibat kehamilan dan persalinan)

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih besar menempatkan ibu pada risiko kematian (akibat kehamilan dan persalinan) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontrasepsi modern memainkan peranan penting untuk menurunkan kehamilan yang tidak diinginkan yang merupakan salah satu penyebab terjadinya kematian ibu. Kehamilan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. atau pasangan suami istri untuk mendapatkan tujuan tertentu, seperti

I. PENDAHULUAN. atau pasangan suami istri untuk mendapatkan tujuan tertentu, seperti 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Keluarga Berencana (KB) adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan tujuan tertentu, seperti menghindari kelahiran yang

Lebih terperinci

MORTALITAS. 1. Pengantar

MORTALITAS. 1. Pengantar MORTALITAS 1. Pengantar Mortalitas atau kematian dapat menimpa siapa saja, tua, muda, kapan dan dimana saja. Kasus kematian terutama dalam jumlah banyak berkaitan dengan masalah sosial, ekonomi, adat istiadat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PROGRAM KELUARGA BERENCANA. a. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan. b. Mendapat kelahiran yang memang diinginkan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PROGRAM KELUARGA BERENCANA. a. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan. b. Mendapat kelahiran yang memang diinginkan BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PROGRAM KELUARGA BERENCANA Menurut WHO (world Health Organization) Expert Committee Tahun 1970 keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH

PERATURAN BUPATI KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH PERATURAN BUPATI KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, Menimbang : Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS A. KONDISI UMUM Sesuai dengan UUD 1945,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 3 TAHUN 2009 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DI KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah serius yang perlu mendapat perhatian khusus dari semua pihak. Tidak hanya pemerintah, masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah kemandirian keluarga dalam memelihara kesehatan Ibu dan Anak. Ibu dan Anak merupakan kelompok yang paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah unit fungsional pelayanan kesehatan terdepan sebagai unit pelaksana teknis dinas kesehatan kota atau kabupaten yang melaksanakan

Lebih terperinci

BUPATI WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOGIRI NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOGIRI NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOGIRI NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Sgmendung2gmail.com

Sgmendung2gmail.com Sgmendung2gmail.com sgmendung@yahoo.co.id PUSDIKLAT KEPENDUDUKAN DAN KB BKKBN 2011 Menjelaskan Konsep Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) Menjelaskan masalah-masalah dalam memenuhi hak-hak reproduksi pada

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde Munin

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde Munin BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. POSYANDU 2.1.1. Defenisi Posyandu Posyandu merupakan strategi jangka panjang pemerintah untuk menurunkan angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan.

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meskipun program KB dinyatakan cukup berhasil di Indonesia, namun dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan. Dari hasil penelitian diketahui

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR PENURUNAN FERTILITAS DI PROVINSI BENGKULU (PERBAIKAN HASIL SDKI TAHUN 2007)

FAKTOR-FAKTOR PENURUNAN FERTILITAS DI PROVINSI BENGKULU (PERBAIKAN HASIL SDKI TAHUN 2007) FAKTOR-FAKTOR PENURUNAN FERTILITAS DI PROVINSI BENGKULU (PERBAIKAN HASIL SDKI TAHUN 2007) I. Pendahuluan Secara kuantitatif demografis Program KB Nasional mempunyai fungsi untuk mengendalikan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar terhadap kesejahteraan manusia. Setiap kegiatan dan upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. besar terhadap kesejahteraan manusia. Setiap kegiatan dan upaya untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan dan gizi merupakan kebutuhan dasar manusia sejak janin dalam kandungan, bayi, balita, remaja dewasa sampai usia lanjut, memerlukan kesehatan dan gizi

Lebih terperinci

Indonesia Survei Demografi dan Kesehatan

Indonesia Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Survei Demografi dan Kesehatan 2002-2003 Konferensi tingkat tinggi untuk indikator anak, Indonesia 2002-2003 Angka kematian balita Angka kematian bayi Angka kematian ibu Penggunaan sumber air

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga berencana (KB) adalah upaya untuk meningkatkan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan keluarga,

Lebih terperinci

MATA KULIAH. Asuhan Kebidanan Komunitas WAKTU DOSEN. Pengembangan Wahana/Forum PSM, Berperan Dalam Kegiatan TOPIK

MATA KULIAH. Asuhan Kebidanan Komunitas WAKTU DOSEN. Pengembangan Wahana/Forum PSM, Berperan Dalam Kegiatan TOPIK MATA KULIAH WAKTU DOSEN TOPIK Pengembangan Wahana/Forum PSM, Berperan Dalam Kegiatan 1 SUB TOPIK 1. Posyandu 2. Polindes 3. KB KIA 4. Dasa Wisma 5. Tabulin 6. Donor darah berjalan 7. Ambulan desa OBJEKTIF

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. petugas membantu dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan

BAB 1 PENDAHULUAN. petugas membantu dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan kesehatan reproduksi. Dengan melakukan konseling berarti petugas membantu

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 99 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 4 TAHUN 2009

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 99 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 4 TAHUN 2009 LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 99 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

MENJAGA KEHAMILAN DAN KELAHIRAN MEWUJUDKAN KELUARGA BERKUALITAS

MENJAGA KEHAMILAN DAN KELAHIRAN MEWUJUDKAN KELUARGA BERKUALITAS MENJAGA KEHAMILAN DAN KELAHIRAN MEWUJUDKAN KELUARGA BERKUALITAS I. Pendahuluan Tidak dilahirkan seorang anak melainkan dengan fitrah, maka orang tuanyalah yang akan menjadikannya Yahudi atau Nashrani atau

Lebih terperinci