JARING PERLINDUNGAN SOSIAL BIDANG KESEHATANSEBAGAI SALAH SATU UPAYA PENINGKATAN DERAJAT KESEHATAN MASYARAKAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "JARING PERLINDUNGAN SOSIAL BIDANG KESEHATANSEBAGAI SALAH SATU UPAYA PENINGKATAN DERAJAT KESEHATAN MASYARAKAT"

Transkripsi

1 JARING PERLINDUNGAN SOSIAL BIDANG KESEHATANSEBAGAI SALAH SATU UPAYA PENINGKATAN DERAJAT KESEHATAN MASYARAKAT JUANITA, SE, M.Kes. Fakultas Kesehatan Masyarakat Jurusan Administrasi Dan Kebijakan Kesehatan Universitas Sumatera Utara Pendahuluan Masyarakat Indonesia sejak awal tahun 1998 kembali dilanda maslah kesehatan masyarakat klasik seperti terjadi di awal tahun Masalah ini muncul kepermukaan dalam bentuk krisis kesehatan sebagai dampak krisis perekonomian nasional yang berkepanjangan. Kemampuan pusat-pusat pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun swasta dalam menyediakan jasa pelayanan kesehatan dan obat yang bermutu serta terjangkau oleh masyarakat umum semakin jauh dari harapan masyarakat. Menurunnya pendapatan dan daya beli masyarakat yang diperberat oleh meningkatnya biaya pemeliharaan kesehatan sangat mengancam status kesehatan dan gizi masyarakat, khususnya penduduk miskin yang jumlahnya mencapai sekitar 80 juta orang saat ini dari sebelumnya yang hanya 22 juta jiwa. Di sisi lain kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya kesadaran mereka akan arti hidup sehat, tetapi kemampuan mereka untuk memanfaatkan jasa pelayanan kesehatan semakin menurun. Krisis ekonomi nasional juga berpengaruh pada persediaan pangan dan pola konsumsi masyarakat. Krisis pangan ini akan di awali dengan munculnya masalah kekurangan gizi yang untuk jangka panjang akan berlanjut menjadi masalah kekurangan mikronutrien. Masalah kekurangan gizi yang akan melanda ibu hamil dan anak balita dari kelompok masyarakat yang berpenghasilan rendah adalah anemia ibu hamil, bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), kwarsihorkor atau marasmus. Untuk jangka panjang masalah kekurangan mikronutrien pada kelompok anak-anak akan berakibat pada penurunan tingkat intelektualitas masyarakat. Mereka ini merupakan generasi hilang (lost generation) di masa depan. Dampak lain dari krisis ekonomi ini juga terlihat pada semakin tingginya angka kematian ibu (AKI) yaitu dari 390 per kelahiran hidup (SKRT 1994) dan diperkirakan menjadi 421 per kelahiran hidup pada tahun 1997 (Harian Republika, 24 Mei 1999) Berbagai program pemerintah disesuaikan dengan karakteristik masalah yang muncul, telah diintrodusir untuk mengatasi problem akibat krisis ekonomi ini. Mengingat keterbatasan dana, pemerintah mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 92 tahun 1996 yang bertujuan menghimbau para pengusaha untuk menyisihkan dana 2 % dari keuntungan yang diperolehnya. Kini, ditengah krisis ekonomi yang berkepanjangan, pemerintah menggulirkan sebuah program yang dinamakan Jaring Pengaman Sosial (Social Safety Net) atau biasa disebut JPS. Program ini dirumuskan sebagai strategi dasar untuk mencegah proses pemiskinan dan pengangguran penduduk serta mengadakan pemulihan kembali roda perekonomian nasional (Kompas, 25 Februari 1999). Pada dasarnya program JPS ini merupakan short program yang lebih jauh diharapkan menjadi model untuk mengantisipasi, manahan dan menteraapi masyarakat yang mengalami shock akibat krisis ekonomi, misalnya banyak pegawai /karyawan yang mengalami pemutusan hubungan kerja yang dilakukan oleh 2002 digitized by USU digital library 1

2 perusahaan, hal ini tentu saja akan menimbulkan dampak yang besar bagi kehidupan sosial, ekonomi dan kesehatan masyarakat. Secara umum program JPS bertujuan untuk membantu memberdayakan masyarakat miskin agar mampu memenuhi, mempertahankan, melangsungkan dan meningkatkan taraf hidupnya (meliputi pangan, sandang, pendidikan, kesehatan dan peningkatan pendapatan). Melalui short program JPS ini telah diluncurkan empat prioritas program kegiatan yaitu : 1. Ketahanan pangan 2. Penciptaan Lapangan Kerja Produktif 3. Perlindungan Sosial 4. Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah Dari keempat prioritas kegiatan JPS tersebut, satu diantaranya adalah kegiatan Perlindungan Sosial dengan kegiatan meliputi Jaring Pengaman Sisoal Bidang Kesehatan (JPSBK) yang dicanangkan pemerintah sejak bulan Oktober Aspek spesifik yang hendak diantisipasi melalui program ini adalah : (a) mengurangi dampak krisis yang terkait dengan penurunan status dan kesehatan gizi masyarakat, terutama ibu hamil, bayi dan balita; (b) peningkatan aksesibilitas dan fasilitasi masyarakat terhadap pelayanan kesehatan melalui puskesmas dan rumah sakit; (c) peningkatan pelayanan kebidanan bagi ibu hamil, bersalin dan nifas. Secara keseluruhan tujuan penting yang ingin dicapai melalui introduksi program JPS-BK ini adalah antisipasi terhadap kemungkinan terjadinya lost generation sebagai akibat menurunnya jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat miskin akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan. Dilihat dari sudut pelaksanaan program JPS-BK selain ditujukan utamanya bagi keluarga miskin yang menjadi kelompok sasaran (Pra KS dan KS I, yang miskin secara ekonomi, sesuai ketetapan Tim Koordinasi Kabupaten/Kodya) untuk membantu biaya pelayanan kesehatan dasar dan rujukan bagi keluarga miskin dengan prioritas ibu hamil, ibu bersalin dan nifas serta anak-anak di bawah usia 2 tahun. JPS-BK berupa pemberian makanan tambahan yang mencakup 2,7 juta bayi usia 6-24 bulan dan anak di bawah 2 tahun senilai Rp.750 per hari selama 6 bulan, sedangkan ibu hamil dan nifas yang berjumlah jiwa diberikan Rp.1000 per hari, program ini juga diorientasikan untuk kepentingan startegis yang berkaitan dengan sistem pelayanan kesehatan untuk keluarga miskin secara desentralistik. Kosep JPS-BK Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah meninggalkan berbagai dampak di segenap lapisan masyarakat. Dampak yang paling dirasakan adalah menurunnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan bagi kelangsungan hidupnya secara menyeluruh, seperti jaminan untuk pemeliharaan, pemenuhan kebutuhan pangan serta jaminan sosial lain. JPS-BK merupakan suatu program untuk mengatasi dampak krisis moneter terhadap kesehatan dalam menyediakan pelayanan kesehatan dan rujukan secara gratis kepada keluarga miskin dimanapun tanpa harus melalui prosedur yang sulit. JPS-BK tidak dimaksudkan sebagai intervensi pemerintah terhadap pasar dalam rangka pemerataan (equity) pelayanan kesehatan. Program ini semata-mata dimaksudkan agar mereka yang rentan akibat risiko sosial, kesehatan (khususnya penyakit menular) dan gizi, tidak terhempas oleh krisis, sehingga membutuhkan intervensi yang jauh lebih mahal untuk menyelamatkan mereka digitized by USU digital library 2

3 Prosedur Pelaksanaan JPS-BK Adapun yang berhak mendapat pelayanan kesehatan secara gratis adalah seluruh keluarga miskin (Pra-KS dan KS-I) karena alasan ekonomi serta keluarga lain yang ditetapkan oleh Tim Desa (Sie Kes LKMD, PLBK, Bidan Desa serta bidan lain yang ditunjuk). Penetapan kategori keluarga miskin ini ditetapkan oleh Tim Koordinasi Kabupaten (TKK). Keluarga miskin yang ditetapkan sebagai sasaran TKK ini akan diberi kartu sehat (KS) oleh puskesmas sebagai identitas untuk memperoleh pelayanan kesehatan secara gratis. Kartu sehat ini ditandatangani oleh kepala puskesmas dan kepala desa/lurah. Masa kartu sehat ini berlaku satu tahun dan dapat diperpanjang satu tahun lagi bila pemilik kartu sehat masih sebagai sasaran JPSBK. Adapun pasien atau anggota keluarga miskin yang tidak mampu, oleh puskesmas pembantu, bidan di desa dirujuk ke puskesmas, sedangkan yang tidak mampu ditolong oleh puskesmas dirujuk ke puskesmas lain yang lebih mampu atau rumah sakit kabupaten/kota. Penderita keluarga miskin yang datang ke sarana kesehatan yang lebih mampu karena dirujuk, harus membawa kartu sehat ini dan surat rujukan dari sarana yang mengirim. Kecuali dalam keadaan darurat, penderita dapat langsung datang ke puskesmas rujukan atau ke rumah sakit. Surat rujukan dapat menyusul dalam waktu dekat sesuai ketentuan daerah masing-masing. Jenis pelayanan kesehatan yang diberikan adalah : 1. Pelayanan kesehatan dasar (pertolongan gawat darurat, pemeriksaan dan pemberian obat, pelayanan KB, imunisasi, penyuluhan kesehatan dan kesehatan gigi) 2. Pelayanan kebidanan dan rujukan: ibu hamil dan ibu bersalin dan ibu nifas (dengan bayi baru lahir) 3. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) : ibu hamil, ibu nifas yang menderita Kurang Energi Kronis (KEK), seluruh bayi (6-11 bulan) dan anak (12-23 bulan) 4. Penyelenggaraan JPKM dilaksanakan seluruh Dati II untuk seluruh warga masyarakat, untuk keluarga miskin didukung dana pemerintah. Kepada seluruh keluarga miskin ini diberikan kartu sehat yang dapat digunakan untuk memperoleh pelayanan kesehatan secara gratis dan setiap kali berobat atau mencari pelayanan kesehatan di puskesmas dan jaringannya, kartu sehat harus dibawa (Departemen Kesehatan, Program JPSBK, 1998). Permasalahan dalam Program JPSBK Dalam kenyataannya, pelaksanaan JPSBK ini dirasakan kurang merata di seluruh wilayah Indonesia. Menurut dr. Mardiati, pemerataan dalam bidang kesehatan memang mengandung unsur subjektif. Hal ini dapat diukur antara lain dengan pemerataan status kesehatan. Hasil penelitian beliau menunjukkan bahwa pemerataan status kesehatan di 13 propinsi yang menjadi sampel penelitian menunjukkan adanya disparitas atau masih terdapat ketidakmerataan horizontal (horizontal in-equity). Misalnya Nusa Tenggara Barat, Jawa Barat dan Kalimantan Selatan, memiliki angka kematian bayi tertinggi, dan tingkat sosial ekonomi relatif rendah dibandingkan dengan propinsi lain (Kompas 12 April 1999). Di samping itu terdapat beberapa kendala yang dihadapi para aparatur pemerintah dalam melaksanakan program JPSBK kepada masyarakat miskin yaitu : a.keterlambatan pengiriman dana bantuan JPSBK dari pemerintah ke tangan para kepala puskesmas dan para bidan di desa. Hal ini selain disebabkan karena kendala geografis yaitu kondisi desa yang sulit dijangkau oleh transportasi perhubungan sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk sampai ke desa tersebut, juga disebabkan karena penyaluan dana JPSBK yang menempuh proses birokrasi yang rumit dan dan berbelit-belit mulai dari tingkat pusat sampai tingkat kecamatan digitized by USU digital library 3

4 b. Kendala administratif yaitu adanya persyaratan formal yang harus dipenuhi oleh para keluarga miskin yang akan mendapatkan pelayanan program JPSBK seperti tanda pengenal (KTP). Padahal masyarakat miskin sebagian besar tidak memiliki KTP karena menurut mereka untuk mengurus KTP membutuhkan biaya yang cukup besar dan mereka sulit untuk memperoleh biaya tersebut, justru mereka ini yang sangat membutuhkan pelayanan bantuan JPSBK, sedangkan warga yang memiliki KTP belum tentu masuk dalam kategori keluarga miskin. Tetapi hal ini telah diselesaikan pemerintah dengan suatu statemen yang menyatakan bahwa persyaratan prosedur administratif penggunaan KTP tidak lagi digunakan dalam menyalurkan dana bantuan JPS kepada keluarga miskin. c. Rendahnya tingkat partisipasi masyarakat miskin terhadap program JPSBK. Hal ini disebabkan karena kelompok sasaran program ini adalah keluarga miskin yang sebagian besar dengan tingkat pendidikan yang sangat rendah, sehingga sulit memahami maksud dan tujuan program JPSBK, akibatnya mereka kurang responsif terhadap program ini. Kenyataan di atas mengakibatkan perlunya desain ulang perencanaan JPSBK agar program ini dapat terlaksana dengan efektif, tepat sasaran sehingga masyarakat miskin yang benar-benar membutuhkan pelayanan kesehatan dapat memperolehnya secara mudah, murah bahkan gratis. Adapun upaya-upaya yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Identifikasi Masyarakat Miskin Sebagaimana diketahui bahwa sasaran dari program JPSBK ini adalah meringankan beban hidup masyarakat miskin terutama dari segi kesehatannya, maka langkah awal yang dapat dilakukan oleh aparat perencanaan kesehatan di daerah adalah mendata secara cermat dan objektif masyarakat miskin di kantung-kantung kemiskinan di daerah tersebut. Kemiskinan pada hakekatnya adalah situasi serba kekurangan yang terjadi bukan karena dikehendaki oleh si miskin, melainkan karena tidak dapat dihindari dengan kekuatan yang ada padanya. Kemiskinan antara lain ditandai oleh sikap dan tingkah laku yang menerima keadaan yang seakan-akan tidak dapat diubah, yang tercermin di dalam lemahnya kemauan untuk maju, rendahnya kualitas sumber daya manusia, lemahnya nilai tukar hasil produksi, rendahnya produktivitas, terbatasnya modal yang dimiliki, rendahnya pendapatan dan terbatasnya kesempatan berpartisipasi dalam embangunan (Michael P.Todaro, 1997) Pendapat lain mengatakan bahwa kemiskinan adalah deprivasi terhadap sumbersumber pemenuhan kebutuhan pokok seperti pangan, sandang, papan, kesehatan dan pendidikan. Sedangkan orang miskin adalah mereka yang tingkat pendapatannya (diukur dari pengeluaran yang terjadi) berada di bawah garis kemiskinan, yang dalam SUSENAS ditentukan sebesar Rp per kapita per bulan (daerah perkotaan) dan Rp per kapita per bulan (daerah pedesaan) untuk tahun 1990 (Setya Dewantara, 1995). Sementara itu dalam JPSBK yang digolongkan keluarga miskin adalah keluarga dengan kriteria Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I. Keluarga Pra Sejahtera adalah keluarga-keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, seperti kebutuhan pangan, sandang, papan dan kesehatan. Sedangkan keluarga Sejahtera I adalah keluarga-keluarga yang telah dapat memnuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat memnuhi kebutuhan sosial psikologisnya antara lingkungan tempat tinggal dan transportasi (BKKBN, 1997). Data aktual yang telah terkumpul tentang jumlah dan keadaan masyarakat miskin di suatu daerah harus segera dilaporkan kepada pemerintah pusat agar alokasi danan bantuan JPSBK ke daerah itu sesuai dengan kebutuhan di daerah yang 2002 digitized by USU digital library 4

5 bersangkutan. Kemudian bagi keluarga yang telah ditetapkan sebagai kelompok miskin maka diberikan kartu sehat untuk memperoleh pelayanan secara gratis. 2. Jenis Kegiatan JPSBK Adapun rencana kegiatan yang diperuntukkan bagi program ini adalah sebagai berikut : a. Pelayanan kesehatan bagi keluarga miskin melalui puskesmas dan rujukan ke puskesmas rumah sakit kabupaten/kodya yang terdiri dari : - Segala bentuk pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh puskesmas, baik di puskesmas dan jaringannya maupun di keluarga sasaran, termasuk pelayanan keluarga berencana (sejak semula memang gratis untuk orang miskin) dan pelayanan rawat inap di puskesmas perawatan. - Transportasi rujukan ke puskesmas/rumah sakit kabupaten/kodya termasuk bantuan biaya transportasi seorang pendamping dan penanganan kasus rujukan yang diterima. - Apabila dirawat di rumah sakit kabupaten/kodya, biaya rawat inap dibebankan ke Proyek Operasi Pemeliharaan Rumah Sakit. b. Pelayanan kebidanan dan rujukannya :ibu hamil dan ibu bersalin dan ibu nifas (dengan bayi baru lahir) dari keluarga miskin. Pelayanan ini dilakukan oleh bidan di desa. c. Perbaikan gizi, misalnya berupa pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil, ibu nifas yang menderita Kurang Energi Kronis (KEK), seluruh bayi (6-11 bulan) dan anak (12-23 bulan). Pelaksanaannya adalah petugas yang ditunjuk puskesmas setempat. d. Penyelenggaraan JPKM dilaksanakan seluruh Dati II, dimana sasaran implementasi program adalah keluarga miskin dengan kriteria Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I serta keluarga miskin lainnya yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan Tim Tingkat Desa. Sasaran ini berlaku untuk setiap kegiatan baik yang menyangkut pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kebidanan dan rujukan, pemberian makanan tambahan maupun perbaikan gizi (Departemen Kesehatan, Program JPSBK, 1998). 3. Pendistribusian Dana Dana JPSBK disalurkan kepada puskesmas dan bidan di desa (BDD) melalui PT.Pos Indonesia. Pengunaan jasa PT.Pos Indonesia dalam penyaluranan dana JPSBK ini karena lembaga ini dapat menjangkau seluruh tempat di wilayah nusantara bahkan sampai ke pelosok-pelosok desa terpencil sekalipun. Dengan menggunakan jasa PT.Pos Indonesia juga ditujukan untuk menghindarkan proses birokrasi yang berbelit-belit didalam menyalurkan menyalurkan dana JPSBK sehingga dana tersebut dapat cepat sampai ke tangan yang berhak menerimanya dan dapat segera dipergunakan untuk meringankan beban hidup masyarakat miskin terutama di bidang kesehatan. Setiap pencairan dana program harus diterima langsung dan secara utuh oleh kepala puskesmas dan bidan di desa. Selanjutnya dana tersebut akan digunakan untuk memberikan pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kebidanan dan perbaikan gizi bagi keluarga miskin. Adapun alokasi dana JPSBK ini ditetapkan sebagai berikut : a. Alokasi jumlah dana di PT.Pos Indonesia ditentukan oleh pusat untuk setiap kabupaten/kodya berdasarkan jumlah sasaran dikalikan biaya satuan kabupaten/kodya setempat (biaya satuan ditetapkan oleh pusat). Alokasi tersebut sifatnya maksimal dan tetap. b. Penetapan alokasi dana ini di tingkat kabupaten/kodya ke bawah (kecamatan dan desa/bdd) dilakukan oleh Tim Kordinasi Kabupaten (yang terdiri dari 2002 digitized by USU digital library 5

6 Bupati/Walikota/Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kodya yang terlibat di dalam pengentasan kemiskinan) c. Dasar penentuan alokasi dana di tingkat kabupaten/kodya ke bawah menggunakan jumlah kelompok sasaran (masyarakat miskin setempat) dikalikan perkiraan biaya satuan yang berlaku setempat (di tingkat desa dan kecamatan) biaya satuan ini ditetapkan oleh TKK. d. Tim Koordinasi Kabupaten menetapkan alokasi dana puskesmas dan BDD menerbitkan Surat Keputusan yang dilampiri daftar puskesmas, nama penerima dana yang dikuasakan dan nama BDD di kantor pos bayar di kecamatan/desa yang ditentukan. TKK menyampaikan SK tersebut ke Kantor Pos Pemeriksa dengan tembusannya disampaikan kepada yang bersangkutan (puskesmas dan BDD) dan sekretariat eksekutif pusat. Sementara itu pencairan dana JPSBK dapat dilakukan sebagai berikut : a. Setelah menerima penyaluran dana dari Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Anggaran, PT.Pos Indonesia menyalurkan dana tersebut kepada kantor pemeriksa segera setiap diterima dana dari Direktur Jenderal Anggaran, sesuai dengan alokasi yang ditentukan untuk tiap daerah tingkat II. b. Selanjutnya Kantor Pos Pemeriksa akan mentransfer dana yang diterimanya kepada Kantor Pos Bayar yang terdekat dengan lokasi puskesmas dan BDD sesuai dengan alokasi yang ditetapkan oleh Tim Koordinasi Kabupaten. c. Kantor Pos Bayar akan membayarkan dana kepada penerima dana (Kepala puskesmas dan BDD) berdasarkan SK yang diterima dari TKKK dengan persyaratan sebagai berikut 1. Penerima dana harus memperlihatkan/menunjukkan SK dari TKK yang dimiliki kepala puskesmas dan BDD dan kartu bukti diri kepada petugas kantor bayar. 2. Mengisi tanda terima yang disediakan kantor pos dan menandatangani tanda terima tersebut dihadapan petugas kantor bayar. Untuk memperkuat legitimasi tanda terima tersebut maka bagi puskesmas harus membubuhkan cap dinas pada tanda terima. d. Pencairan dana dapat dilakukan Kantor Pos Bayar setiap bulan atau tiga bulan untuk daerah terpencil dan agak sulit terjangkau oleh kantor pos, tetapi dalam tiga bulan harus segera digunakan untuk kegiatan pelayanan bagi kelompok sasaran. e. Pencairan berikutnya dilakukan sesuai kebutuhan dan sepanjang dana JPSBK tersebut masih tersedia. Dana yang dicairkan oleh Kepala Puskesmas elanjutnya akan dipergunakan untuk membiayai kegiatan : a. Pelayanan kesehatanbagi keluarga miskin di puskesmas dan jaringannya atau oleh puskesmas di keluarga sasaran. b. Rujukan ibu hamil/bersalin/nifas dari puskesmas ke rumah sakit daerah tingkat II c. Pertolongan persalinan normal di desa dan puskesmas d. Program makanan tambahan pemulihan untuk ibu hamil dan nifas kurang energi kronis Sedangkan dana yang telah dicairkan oleh BDD dapat dipergunakan untuk membiayai kegiatan : a. Pelayanan antenatal b. Pelayanan ibu nifas dengan bayi neonatalnya c. Transportasi rujukan ibu hamil/nifas ke puskesmas/rumah sakit daerah tingkat II dengan seorang pendampingnya digitized by USU digital library 6

7 Disamping itu dana JPSBK yang disediakan oleh pemerintah dipergunakan untuk pemenuhan berbagai kebutuhan yang mendukung pekerjaan/pelayanan (seperti yodium, kapas, perban, alkohol, obat-obatan dan lain kecuali honorarium) dan transportasi petugas ke kulaarga sasaran serta transportasi rujukan untuk pasien maupun seorang pengantarnya. Untuk mempertanggungjawabkan pemakaian dana JPSBJ ini maka kepala puskesmas dan BDD harus memiliki dan menggunakan Buku Kas Umum yang menunjukkan/berisi penerimaan dan pengeluaran uang, meliputi : - waktu - jenis penerimaan - jenis pengeluaran - jumlah biaya Kepala puskesmas dan BDD mencatat semua jenis pengeluaran dan menyimpan bukti pengeluaran yang setiap saat dapat diperiksa oleh pemeriksa internal (pemerintah), maupun eksternal termasuk Tim Asean Development Bank (ADB) atau lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang ditugasi untuk itu. 3. Pengawasan Kegiatan JPSBK Pengawasan terhadap jalannya kegiatan JPSBK dapat dilakukan oleh masyarakat yang bersangkutan itu sendiri dengan melibatkan kalangan perguruan tinggi, LSM, media cetak maupun media elektronik yang ada di setiap kabupaten/kodya/propinsi. Dengan demikian pelaksanaan program ini benar-benar diketahui oleh masyarakat baik dari manfaat maupun keterbukaannya. Penutup JPSBK merupakan suatu program untuk mengatasi dampak krisis moneter terhadap kesehatan dalam menyediakan pelayanan kesehatan dan rujukan secara gratis kepada keluarga miskin dimanapun tanpa harus melalui prosedur yang sulit. Untuk itu diperlukan adanya kerjasama dan koordinasi yang erat dengan berbagai sektor terkait terutama dalam perencanaan, penggerakan, pelaksanaan dan pemantauan/pengawasan digitized by USU digital library 7

PENGARUH KRISIS EKONOMI TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT

PENGARUH KRISIS EKONOMI TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT PENGARUH KRISIS EKONOMI TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT JUANITA, SE, M.Kes. Fakultas Kesehatan Masyarakat Jurusan Administrasi Dan Kebijakan Kesehatan Universitas Sumatera Utara Pendahuluan Sejak

Lebih terperinci

PENGARUH KRISIS EKONOMI TERHADAP PELYANAN KESEHATAN. Juanita, SE,MKes. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara BABI PENDAHULUAN

PENGARUH KRISIS EKONOMI TERHADAP PELYANAN KESEHATAN. Juanita, SE,MKes. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara BABI PENDAHULUAN PENGARUH KRISIS EKONOMI TERHADAP PELYANAN KESEHATAN Juanita, SE,MKes Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara BABI PENDAHULUAN Sejak pertengahan tahun 1997 Indonesia dilanda krisis moneter

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DI KABUPATEN SUMEDANG DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Juanita: Pengaruh Krisis Ekonomi Terhadap Pelayanan Kesehatan Masyarakat, 2001 USU Repository 2006

BAB I PENDAHULUAN. Juanita: Pengaruh Krisis Ekonomi Terhadap Pelayanan Kesehatan Masyarakat, 2001 USU Repository 2006 BAB I PENDAHULUAN Sejak pertengahan tahun 1997 Indonesia dilanda krisis moneter yang pada saat ini telah berkembang menjadi krisis ekonomi serta pelbagai krisis lainnya yang berpengaruh pada berbagai aspek

Lebih terperinci

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 3 TAHUN 2009 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DI KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA 1 BAB II PERENCANAAN KINERJA Dalam mencapai suatu tujuan organisasi diperlukan visi dan misi yang jelas serta strategi yang tepat. Agar lebih terarah dan fokus dalam melaksanakan rencana strategi diperlukan

Lebih terperinci

Pendekatan Kebijakan di Hulu. Maria Agnes Etty Dedy Disajikan dalam Forum Nasional IV Kebijakan Kesehatan Indonesia Kupang, 4 September 2013

Pendekatan Kebijakan di Hulu. Maria Agnes Etty Dedy Disajikan dalam Forum Nasional IV Kebijakan Kesehatan Indonesia Kupang, 4 September 2013 Pendekatan Kebijakan di Hulu Maria Agnes Etty Dedy Disajikan dalam Forum Nasional IV Kebijakan Kesehatan Indonesia Kupang, 4 September 2013 Permasalahan Masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI), Masih

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI SELATAN, Menimbang :

Lebih terperinci

KESEHATAN DAN PEMBANGUNAN NASIONAL

KESEHATAN DAN PEMBANGUNAN NASIONAL KESEHATAN DAN PEMBANGUNAN NASIONAL JUANITA, SE, M. Kes. Fakultas Kesehatan Masyarakat Jurusan Administrasi Dan Kebijakan Kesehatan Universitas Sumatera Utara Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG SELATAN. Menimbang : a. bahwa pembangunan di bidang kesehatan pada. dasarnya ditujukan untuk peningkatan

WALIKOTA TANGERANG SELATAN. Menimbang : a. bahwa pembangunan di bidang kesehatan pada. dasarnya ditujukan untuk peningkatan PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBEBASAN RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DASAR DI UNIT PELAKSANA TEKNIS PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT BAGI PENDUDUK KOTA TANGERANG

Lebih terperinci

TENTANG BUPATI SERANG,

TENTANG BUPATI SERANG, BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN BANTUAN OPERASIONAL PELAYANAN KESEHATAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS) DAN JAMINAN PERSALINAN (JAMPERSAL) PADA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada hakekatnya diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang menyangkut fisik, mental maupun

Lebih terperinci

Pembangunan merupakan rangkaian dari program-program disegala bidang secara

Pembangunan merupakan rangkaian dari program-program disegala bidang secara I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan rangkaian dari program-program disegala bidang secara menyeluruh, terarah, dan berkesinambungan untuk menuju kehidupan yang lebih baik. Sedangkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 3 TAHUN 2009 SERI E.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 3 TAHUN 2009 T E N T A N G KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DI KABUPATEN CIREBON

Lebih terperinci

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN DAN PEMANFAATAN DANA PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS) DAN JAMINAN PERSALINAN (JAMPERSAL) DI PUSKESMAS,

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN BANTUAN OPERASIONAL PELAYANAN KESEHATAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT DAN JAMINAN PERSALINAN PADA PUSKESMAS DAN JARINGANNYA

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN DASAR PENDUDUK KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih cukup tinggi dengan negara ASEAN lainnya. Menurut data Survei

BAB I PENDAHULUAN. masih cukup tinggi dengan negara ASEAN lainnya. Menurut data Survei 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kematian bayi (AKB) dan Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih cukup tinggi dengan negara ASEAN lainnya. Menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk terciptanya kesadaran, kemauan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk terciptanya kesadaran, kemauan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan diarahkan untuk terciptanya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk, agar dapat mewujudkan derajat kesehatan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT PEMERINTAH KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT NOMOR 03 TAHUN 2011 T E N T A N G PEMBEBASAN BIAYA PELAYANAN KESEHATAN PADA RUMAH SAKIT UMUM, PUSKESMAS DAN JARINGANNYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

Lebih terperinci

BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 505 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 505 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 505 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS) DAN JAMINAN PERSALINAN (JAMPERSAL) PADA FASILITAS

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 272 TAHUN 2008 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DI KABUPATEN SERDANG

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 738 TAHUN : 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SERANG Menimbang : DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN KLAIM JAMINAN KESEHATAN DAERAH DI KABUPATEN TANAH BUMBU DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, dan aspek-aspek lainnya. Aspek-aspek ini saling berkaitan satu dengan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, dan aspek-aspek lainnya. Aspek-aspek ini saling berkaitan satu dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbicara tentang kesejahteraan sosial sudah pasti berkaitan dengan seluruh aspek kehidupan masyarakat, baik dari segi ekonomi, sosial, politik, pendidikan, kesehatan,

Lebih terperinci

Standar Pelayanan Minimal Puskesmas. Indira Probo Handini

Standar Pelayanan Minimal Puskesmas. Indira Probo Handini Standar Pelayanan Minimal Puskesmas Indira Probo Handini 101111072 Puskesmas Puskesmas adalah unit pelaksana teknis (UPT) dari Dinas Kesehatan Kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejak tahun 2001 dengan pengentasan kemiskinan melalui pelayanan kesehatan. gratis yang dikelola oleh Departemen Kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. sejak tahun 2001 dengan pengentasan kemiskinan melalui pelayanan kesehatan. gratis yang dikelola oleh Departemen Kesehatan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam era pembangunan global ini tidak bisa dipisahkan dengan arah pembangunan kesehatan nasional, dimana salah satu strategi yang dikembangkan adalah pembaharuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kandungan, saat kelahiran dan masa balita (dibawah usia lima tahun).

BAB 1 PENDAHULUAN. kandungan, saat kelahiran dan masa balita (dibawah usia lima tahun). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan manusia dalam bidang kesehatan bertujuan agar semua lapisan masyarakat memperoleh pelayanan secara mudah dan terjangkau dalam rangka meningkatkan derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia. Sehat mencantumkan empat sasaran pembangunan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia. Sehat mencantumkan empat sasaran pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010-2014 mencantumkan empat sasaran pembangunan kesehatan, yaitu: 1) Menurunnya disparitas status kesehatan

Lebih terperinci

Kata kunci : Kebijakan Kesehatan, Jampersal, Angka Kematian Ibu (AKI)

Kata kunci : Kebijakan Kesehatan, Jampersal, Angka Kematian Ibu (AKI) kesehatan ibu dan anak, penyediaan SDM yang berkulitas dan penyediaan sarana dan prasarana dalam upaya percepatan penurunan AKI di Kabupaten Bangka Tengah. Kata kunci : Kebijakan Kesehatan, Jampersal,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Selama beberapa periode belakangan ini, pembangunan sosial di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Selama beberapa periode belakangan ini, pembangunan sosial di Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama beberapa periode belakangan ini, pembangunan sosial di Indonesia tertinggal dari pembangunan ekonominya. Padahal pembangunan sosial sangat penting, karena pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Karena

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Karena BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Karena itu, kesehatan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menyukseskan program kabinet SBY jilid 2, khususnya dalam hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menyukseskan program kabinet SBY jilid 2, khususnya dalam hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam rangka menyukseskan program kabinet SBY jilid 2, khususnya dalam hal ini departemen kesehatan RI mencanangkan program Meningkatkan Kesehatan Masyarakat, maka

Lebih terperinci

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SINGKAWANG, Menimbang : a. bahwa kesehatan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BUKITTINGGI

PEMERINTAH KOTA BUKITTINGGI 0 PEMERINTAH KOTA BUKITTINGGI PERATURAN DAERAH KOTA BUKITTINGGI NOMOR : 2 TAHUN 2010 TENTANG TARIF DAN TATA LAKSANA PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS BAGI PESERTA PT ASKES (PERSERO) DAN KELUARGANYA DENGAN

Lebih terperinci

VI. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka ditarik kesimpulan sebagai

VI. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka ditarik kesimpulan sebagai VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Evaluasi program P4K dengan stiker yang dilaksanakan oleh Puskesmas Rawat

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PERBAIKAN GIZI

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PERBAIKAN GIZI PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PERBAIKAN GIZI I. PENJELASAN UMUM Kesepakatan global yang dituangkan dalam Millenium Development Goals (MDGs) yang terdiri

Lebih terperinci

BUPATI MAGELANG PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI MAGELANG PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI MAGELANG PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PENGGUNAAN DANA PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT DAN JAMINAN PERSALINAN DI PUSKESMAS DAN JARINGANNYA DI KABUPATEN MAGELANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting. Kesehatan tubuh. merupakan hal yang penting karena dapat mempengaruhi individu dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting. Kesehatan tubuh. merupakan hal yang penting karena dapat mempengaruhi individu dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hal yang sangat penting. Kesehatan tubuh merupakan hal yang penting karena dapat mempengaruhi individu dalam melakukan aktivitasnya. Kesehatan

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG 1 BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT DAERAH (JAMKESMASDA) KABUPATEN SITUBONDO PROGRAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD)

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 14 TAHUN 2013

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 14 TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 14 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN DANA JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT, JAMINAN PERSALINAN DAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH DI PELAYANAN KESEHATAN DASAR DENGAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemberlakuan otonomi daerah pada dasarnya menuntut Pemerintah Daerah

I. PENDAHULUAN. Pemberlakuan otonomi daerah pada dasarnya menuntut Pemerintah Daerah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemberlakuan otonomi daerah pada dasarnya menuntut Pemerintah Daerah untuk melaksanakan berbagai kebijakan yang berorientasi pada upaya mempercepat terwujudnya kesejahteraan

Lebih terperinci

TUJUAN 4. Menurunkan Angka Kematian Anak

TUJUAN 4. Menurunkan Angka Kematian Anak TUJUAN 4 Menurunkan Angka Kematian Anak 51 Tujuan 4: Menurunkan Angka Kematian Anak Target 5: Menurunkan angka kematian balita sebesar dua pertiganya, antara 1990 dan 2015. Indikator: Angka kematian balita.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan sehat dan sejahtera adalah hak setiap warga negara. Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan sehat dan sejahtera adalah hak setiap warga negara. Pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keadaan sehat dan sejahtera adalah hak setiap warga negara. Pemerintah selalu berusaha untuk memenuhi hak warga negaranya. Jumlah warga negara yang terganggu kesehatannya

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 99 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 4 TAHUN 2009

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 99 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 4 TAHUN 2009 LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 99 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan tolak ukur keberhasilan pembangunan kesehatan masyarakat, dimana angka kematian bayi di Indonesia

Lebih terperinci

Review. Bantuan Operasional Kesehatan

Review. Bantuan Operasional Kesehatan Review Bantuan Operasional Kesehatan Latar Belakang Keterbatasan biaya operasional untuk pelayanan kesehatan. Beberapa pemerintah daerah masihsangat terbatas dalam mencukupi kebutuhan biaya operasional

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa kemiskinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama dalam pembangunan sektor kesehatan sebagaimana tercantum dalam Program

BAB I PENDAHULUAN. utama dalam pembangunan sektor kesehatan sebagaimana tercantum dalam Program BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurunkan kesakitan dan kematian ibu telah menjadi salah satu prioritas utama dalam pembangunan sektor kesehatan sebagaimana tercantum dalam Program Pembangunan Nasional.

Lebih terperinci

BUPATI NGAWI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI,

BUPATI NGAWI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI, BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 3.1 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT DAN JAMINAN PERSALINAN DI PUSKESMAS DAN JARINGANNYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 66 2012 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 66 TAHUN 2012.. TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DANA PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS) DAN JAMINAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Upaya meningkatkan derajat kesehatan ibu dan balita sangatlah penting,

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Upaya meningkatkan derajat kesehatan ibu dan balita sangatlah penting, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya meningkatkan derajat kesehatan ibu dan balita sangatlah penting, dalam upaya meningkatkan hal tersebut khususnya para ibu-ibu hamil dituntut untuk bekerja sama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang terjadi di dunia saat ini adalah menyangkut kemiskinan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang terjadi di dunia saat ini adalah menyangkut kemiskinan, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah yang terjadi di dunia saat ini adalah menyangkut kemiskinan, ekonomi dan kesehatan. Masalah kesehatan sampai saat ini masih belum dapat diselesaikan. Salah

Lebih terperinci

PONED sebagai Strategi untuk Persalinan yang Aman

PONED sebagai Strategi untuk Persalinan yang Aman PONED sebagai Strategi untuk Persalinan yang Aman Oleh: Dewiyana* Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) adalah pelayanan untuk menanggulangi kasus kegawatdaruratan obstetri dan neonatal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Puskesmas adalah unit pelaksana teknis (UPT) yang melaksanakan sebagian tugas dari Dinas Kesehatan kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tertinggi di Asia Tenggara. Hal itu menjadi kegiatan prioritas departemen

BAB 1 PENDAHULUAN. tertinggi di Asia Tenggara. Hal itu menjadi kegiatan prioritas departemen BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi tahun 2003 di Indonesia tertinggi di Asia Tenggara. Hal itu menjadi kegiatan prioritas departemen kesehatan pada periode 2005-2009.

Lebih terperinci

1 Usia Harapan Hidup (UHH) Tahun 61,2 66,18. 2 Angka Kematian Bayi (AKB) /1.000 KH Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI) /100.

1 Usia Harapan Hidup (UHH) Tahun 61,2 66,18. 2 Angka Kematian Bayi (AKB) /1.000 KH Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI) /100. Berdasarkan uraian mengenai visi, misi, tujuan dan sasaran pembangunan daerah yang ingin dicapai oleh Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah selama periode 2011-2015, maka telah ditetapkan target agregat untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membangun manusia Indonesia yang tangguh. Pembangunan dalam sektor kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. membangun manusia Indonesia yang tangguh. Pembangunan dalam sektor kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka membangun manusia Indonesia yang tangguh. Pembangunan dalam sektor kesehatan merupakan faktor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan mempunyai visi mewujudkan masyarakat mandiri untuk

I. PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan mempunyai visi mewujudkan masyarakat mandiri untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan mempunyai visi mewujudkan masyarakat mandiri untuk hidup sehat. Visi ini dicapai dengan dukungan masyarakat dan pemerintah, oleh karena itu

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN DAN PENGGUNAAN KARTU SEHAT DAN PINTAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

Indonesia Menuju Pelayanan Kesehatan Yang Kuat Atau Sebaliknya?

Indonesia Menuju Pelayanan Kesehatan Yang Kuat Atau Sebaliknya? Indonesia Menuju Pelayanan Kesehatan Yang Kuat Atau Sebaliknya? Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia, karena dengan tubuh yang sehat atau fungsi tubuh manusia berjalan

Lebih terperinci

2016, No Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,

2016, No Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, No.16, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Pelayanan Kesehatan. Di Fasilitas Kawasan Terpencil. Sangat Terpencil. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 11 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PEMBIAYAAN UPAYA KESEHATAN

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 11 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PEMBIAYAAN UPAYA KESEHATAN QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 11 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PEMBIAYAAN UPAYA KESEHATAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR PROVINSI NANGGROE

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEMANFAATAN DANA JAMINAN PERSALINAN PADA PUSKESMAS DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2012

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEMANFAATAN DANA JAMINAN PERSALINAN PADA PUSKESMAS DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2012 BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEMANFAATAN DANA JAMINAN PERSALINAN PADA PUSKESMAS DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2012 BUPATI KUDUS, Menimbang : a bahwa dalam rangka menurunkan

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 24 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

BUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG BUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG TARIF PELAYANAN KESEHATAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS) Dl PUSKESMAS DAN JARINGANNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai upaya kesehatan telah diselenggarakan. Salah satu bentuk upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai upaya kesehatan telah diselenggarakan. Salah satu bentuk upaya BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal, berbagai upaya kesehatan telah diselenggarakan. Salah satu bentuk upaya kesehatan melalui puskesmas

Lebih terperinci

BUPATI SAMBAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMBAS,

BUPATI SAMBAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMBAS, BUPATI SAMBAS PERATURAN BUPATI SAMBAS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN PERSALINAN (JAMPERSAL) DAN PROGRAM PERSALINAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS) BAGI PUSKESMAS DAN JARINGANNYA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 45 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 45 TAHUN 2012 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 45 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL PELAYANAN KESEHATAN BAGI MASYARAKAT TIDAK MAMPU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG JAMINAN KESEHATAN BAGI WARGA MISKIN KOTA KEDIRI

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG JAMINAN KESEHATAN BAGI WARGA MISKIN KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG JAMINAN KESEHATAN BAGI WARGA MISKIN KOTA KEDIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, Menimbang : a. bahwa setiap orang

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 90 TAHUN 2012

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 90 TAHUN 2012 PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 90 TAHUN 2012 T E N T A N G PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN DANA JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS), JAMINAN PERSALINAN (JAMPERSAL) DAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH (JAMKESDA)

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL 1 2016 BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL No.44,2016 Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul. KESEHATAN. Petunjuk pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 13 Tahun 2010 (Lembaran Daerah Kabupaten Bantul

Lebih terperinci

WALIKOTA MOJOKERTO, PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 17 TAHUN 2012 TENT ANG

WALIKOTA MOJOKERTO, PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 17 TAHUN 2012 TENT ANG WALIKOTA MOJOKERTO PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 17 TAHUN 2012 TENT ANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN (BOK) KOTA MOJOKERTO TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TU HAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

TUJUAN 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu

TUJUAN 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu TUJUAN 5 Meningkatkan Kesehatan Ibu 57 Tujuan 5: Meningkatkan Kesehatan Ibu Target 6: Menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga perempatnya antara 1990 dan 2015. Indikator: Angka kematian ibu. Proporsi

Lebih terperinci

Poliklinik Kesehatan Desa

Poliklinik Kesehatan Desa Poliklinik Kesehatan Desa Oleh : 1. Diyan Mayangsari (090949) 2. Retno (101065) 3. Ayu Andriani (111112) 4. Siti Marfuah (111113) 5. Ewi Susilaningsih (111140) 6. Ummu Halida (111171) 7. Titah Adista (111172)

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN KEMISKINAN HLM, LD Nomor 4 SERI D

PENANGGULANGAN KEMISKINAN HLM, LD Nomor 4 SERI D PENANGGULANGAN KEMISKINAN 2016 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 2 PENANGGULANGAN KEMISKINAN 19 HLM, LD Nomor 4 SERI D TAHUN 2016 TENTANG ABSTRAK : - bahwa dalam rangka memenuhi hak dan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kematian anak dan meningkatkan kesehatan ibu. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kematian anak dan meningkatkan kesehatan ibu. Upaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan Millennium Development Goals (MDGs) adalah menurunkan angka kematian anak dan meningkatkan kesehatan ibu. Upaya penurunan angka kematian anak salah

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA PROBOLINGGO WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM PEMBIAYAAN DAN PENGGUNAAN DANA PROGRAM ASURANSI KESEHATAN PADA PUSKESMAS DAN JARINGANNYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kesehatan ibu dengan perhatian utama pada penurunan angka kematian ibu/ AKI merupakan tujuan pembangunan milenium kelima/millennium Development

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DASAR PUSKESMAS (Kepmenkes No 128 th 2004) Latar belakang

KEBIJAKAN DASAR PUSKESMAS (Kepmenkes No 128 th 2004) Latar belakang KEBIJAKAN DASAR PUSKESMAS (Kepmenkes No 128 th 2004) Dr. BENNY SOEGIANTO, MPH 28 Maret 2007 Latar belakang 1. Puskesmas telah diperkenalkan di Indonesia sejak tahun 1968. Hasil yang dicapai cukup memuaskan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. indikator keberhasilan program pembangunan.kesehatan berimplikasi pada

BAB 1 PENDAHULUAN. indikator keberhasilan program pembangunan.kesehatan berimplikasi pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu indikator kesejahteraan penduduk sekaligus indikator keberhasilan program pembangunan.kesehatan berimplikasi pada produktifitas perorangan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E LIPERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 34 TAHUN 2012

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E LIPERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 34 TAHUN 2012 BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 34 2012 SERI : E LIPERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 34 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 51.A TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dimulai dengan perhatian utama pada proses tumbuh kembang sejak. pembuahan sampai mencapai dewasa muda. Pada masa tumbuh kembang

BAB 1 PENDAHULUAN. dimulai dengan perhatian utama pada proses tumbuh kembang sejak. pembuahan sampai mencapai dewasa muda. Pada masa tumbuh kembang BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) tersebut dimulai dengan perhatian utama pada proses tumbuh kembang sejak pembuahan sampai mencapai dewasa muda.

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 54 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN BALI MANDARA DENGAN

Lebih terperinci

KEBIJAKAN KEMENTERIAN KESEHATAN DALAM AKSELERASI PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU

KEBIJAKAN KEMENTERIAN KESEHATAN DALAM AKSELERASI PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU KEBIJAKAN KEMENTERIAN KESEHATAN DALAM AKSELERASI PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU dr. Budihardja, DTM&H, MPH Direktur Jenderal Bina Gizi dan KIA Disampaikan pada Pertemuan Teknis Program Kesehatan Ibu Bandung,

Lebih terperinci

JAMINAN KESEHATAN SUMATERA BARAT SAKATO BERINTEGRASI KE JAMINAN KESEHATAN MELALUI BPJS KESEHATAN

JAMINAN KESEHATAN SUMATERA BARAT SAKATO BERINTEGRASI KE JAMINAN KESEHATAN MELALUI BPJS KESEHATAN JAMINAN KESEHATAN SUMATERA BARAT SAKATO BERINTEGRASI KE JAMINAN KESEHATAN MELALUI BPJS KESEHATAN Pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan tujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, kemampuan hidup sehat

Lebih terperinci

suplemen Informasi Jampersal

suplemen Informasi Jampersal suplemen Informasi Jampersal A. Apa itu Jampersal? Jampersal merupakan kependekan dari Jaminan Persalinan, artinya jaminan pembiayaan yang digunakan untuk pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan. Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan. Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, mencapai pendidikan dasar untuk

BAB I PENDAHULUAN. yaitu menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, mencapai pendidikan dasar untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Millenium Development Goals (MDG s) atau tujuan pembangunan millenium adalah upaya untuk memenuhi hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui komitmen bersama 189 negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, tentunya banyak menghadapi masalah kesehatan masyarakat (Rihardi, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, tentunya banyak menghadapi masalah kesehatan masyarakat (Rihardi, 2006). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, tentunya banyak menghadapi masalah kesehatan masyarakat (Rihardi, 2006). Pencanangan Indonesia Sehat 2010

Lebih terperinci

PEMERINTAHAN KABUPATEN SINTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINTANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN DASAR BERSUBSIDI DI KABUPATEN SINTANG

PEMERINTAHAN KABUPATEN SINTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINTANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN DASAR BERSUBSIDI DI KABUPATEN SINTANG PEMERINTAHAN KABUPATEN SINTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINTANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN DASAR BERSUBSIDI DI KABUPATEN SINTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINTANG,

Lebih terperinci

LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013

LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET PROGRAM /KEGIATAN (1) (2) (3) (4) (5) I Meningkatnya kualitas air 1 Persentase

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam peningkatan sumber daya manusia (SDM). Dalam Undang-Undang Nomor

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam peningkatan sumber daya manusia (SDM). Dalam Undang-Undang Nomor BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hal yang sangat penting untuk mendukung perkembangan dan pembangunan suatu negara baik dalam segi sosial, ekonomi, maupun budaya. Kesehatan

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN DAN PENGGUNAAN KARTU SEHAT DAN PINTAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK (KIBBLA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALANG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BUPATI BARITO UTARAA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL KESEHATAN DI KABUPATEN BARITO UTARA

BUPATI BARITO UTARAA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL KESEHATAN DI KABUPATEN BARITO UTARA BUPATI BARITO UTARAA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BARITO UTARA BUPATI BARITO UTARAA Menimbang : a. b. c. Mengingat :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal yang diperlukan langkah-langkah peningkatan upaya kesehatan, diantaranya kesehatan ibu dan anak. Angka

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANJAR TAHUN 2017

RENCANA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANJAR TAHUN 2017 RENCANA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANJAR TAHUN 2017 RENCANA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANJAR TAHUN 2017 I. PENDAHULUAN Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar sebagai unsur pelaksana Pemerintah Daerah

Lebih terperinci