BAB III PENAWARAN UMUM PERDANA (INITIAL PUBLIC OFFERING) dilalui oleh sebuah perusahaan dalam proses go public. Untuk dapat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III PENAWARAN UMUM PERDANA (INITIAL PUBLIC OFFERING) dilalui oleh sebuah perusahaan dalam proses go public. Untuk dapat"

Transkripsi

1 BAB III PENAWARAN UMUM PERDANA (INITIAL PUBLIC OFFERING) A. Pengertian Penawaran Umum Perdana Penawaran umum perdana merupakan salah satu tahap yang harus dilalui oleh sebuah perusahaan dalam proses go public. Untuk dapat melakukan listing di pasar modal, suatu perusahaan haruslah memenuhi persyaratan tertentu. Jadi tidak semua perusahaan dapat go public. Karena itu, misalnya ada hal-hal yang belum beres dalam perusahaan tersebut sehingga belum memenuhi standar atau persyaratan go public, maka halhal tersebut perlu terlebih dahulu dibereskan. 114 Tidak jarang bahwa proses pemberesan, termasuk membereskan dari segi yuridis tersebut terkadang memakan waktu yang lama. Di samping itu, untuk memastikan apakah perusahaan yang bersangkutan telah siap dan memenuhi syarat go public, dibutuhkan serangkaian prosedur, dokumentasi, pemeriksaan, analisis oleh pihak-pihak tertentu seperti pihak profesional misalnya. Karena itu pula keseluruhan rangkaian proses go public suatu perusahaan dapat digolongkan ke dalam : Proses persiapan 2. Proses pendahuluan 3. Proses pelaksanaan 114 Munir Fuady, op.cit., Hal Ibid

2 Penawaran umum perdana sendiri adalah merupakan bagian dalam proses pelaksanaan go public suatu perusahaan yaitu setelah ditempuhnya proses persiapan dan proses pendahuluan untuk go public. Dan setelah proses ini dilakukan, khususnya setelah efektifnya pernyataan pendaftaran kepada Bapepam, maka barulah perusahaan tersebut dapat melakukan penawaran saham-sahamnya kepada publik. 116 Apabila Bapepam tidak melakukan sesuatu, maka pernyataan pendaftaran tersebut telah menjadi efektif dengan sendirinya pada hari ke-45 sejak diterimanya pernyataan pendaftaran oleh Bapepam secara lengkap. 117 Proses penawaran saham kepada publik ini sering juga disebut dengan emisi efek. Emisi efek dapat diartikan sebagai suatu aktivitas dikeluarkannya atau diterbitkannya suatu jenis efek tertentu untuk pertama kalinya dan melakukan pendistribusian efek itu kepada masyarakat melalui penawaran umum dengan maksud menghimpun modal. UUPM Pasal 1 memuat definisi penawaran umum (public offering) yaitu kegiatan penawaran efek yang dilakukan oleh emiten untuk menjual efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur dalam undang-undang ini dan peraturan pelaksananya Ibid, Hal Bismar Nasution, Beberapa Aspek Hukum Pasar Modal Dalam Transaksi Saham, disampaikan pada Pelatihan Corporate Lawyer V LPSH-HIL C, Jakarta, 24 Mei 2000,Hal M. Irsan Nasrudin, dkk., op.cit., Hal. 213.

3 Dalam pasar finansial, penawaran umum perdana (Initial Public Offering) adalah penjualan pertama saham umum sebuah perusahaan kepada investor umum. 119 Penawaran umum pada praktiknya dilaksanakan melalui pasar perdana (primary market) yang berlangsung dalam waktu terbatas selama beberapa hari saja. Dalam hal ini penawaran efek dilakukan langsung oleh emiten kepada calon pemodal dengan bantuan para Penjamin Emisi Efek dan para agen penjualan (kalau ada). Dengan berakhirnya pasar perdana, untuk selanjutnya pemodal dapat memperjualbelikan kembali efeknya pada pasar sekunder (bursa). Harga penawaran efek (offering price) pada pasar perdana ditetapkan bersama antara emiten dengan Penjamin Pelaksana Emisi, sedangkan pembentukan harga efek di bursa didasarkan pada hukum permintaan dan penawaran yang berlaku dalam Peraturan Bapepam Nomor IX B. Latar Belakang Penawaran Umum Perdana Modal yang tersedia dalam bentuk uang sangat diperlukan oleh perusahaan, selain untuk menjaga kelangsungan hidup juga untuk pengembangan usaha. Yang menjadi masalah bagi tiap perusahaan adalah dari mana modal tersebut didapat, apabila uang perusahaan yang ada hanya berupa catatan pembukuan sedangkan uang yang sebenarnya sedang beredar di mana-mana sesuai dengan transaksi yang dilakukan diakses tanggal 16 Agustus M. Irsan Nasrudin, dkk., op.cit., Hal. 213.

4 Bila ini terjadi dan hutang perusahaan sudah mencapai tingkat yang cukup tinggi tentunya tidak baik bagi perusahaan. Kalau hal ini dibiarkan berlarut-larut maka bukan tidak mungkin perusahaan akan mengalami kebangkrutan. Di samping itu, selain untuk menjaga kelangsungan hidup dan mengembangkan usaha, uang juga dibutuhkan untuk berbagai keperluan termasuk untuk membayar hutang-hutang perusahaan baik hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang. Untuk memenuhi kebutuhan dana tersebut tentunya diperlukan usaha untuk mencari tambahan berupa fresh money untuk disuntikkan ke perusahaan, sebagai pengganti ataupun sebagai penambah dana yang diperlukan untuk pengembangan dan perluasan bidang usaha. 121 Dalam rangka pemenuhan kebutuhan dana tersebut, ada beberapa alternatif yang dapat dilakukan perusahaan, seperti mencari pinjaman atau tambahan pinjaman uang, mencari partner untuk melakukan penggabungan usaha (merger), menjual perusahaan atau menutupi/mengurangi sebagian kegiatan usaha. Upaya tersebut terakhir tentunya tidak baik bagi perusahaan dan juga bagi pemilik dan pegawainya. Alternatif lainnya yang dapat dilakukan dalam mencari tambahan dana itu adalah dengan mencari pihak lain yang mau ikut menanamkan modalnya pada perusahaan. Hal ini dapat dilakukan dengan menjual sebagian dari kepemilikan atas perusahaan, penjualan kepemilikan 121 Asril Sitompul, op. cit., Hal. 10.

5 dilakukan dengan berbagai cara salah satunya adalah dengan penjualan sebagian dari saham yang dikeluarkan perusahaan dalam bentuk efek kepada masyarakat luas yang dalam hal ini disebut investor atau pemodal, hal ini dikenal dengan istilah Penawaran Umum (Go Public) 122 Seperti halnya Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) yang melunasi sebagian utangnya ke perbankan melalui Penawaran Umum atau IPO anak usahanya, yaitu PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk yang memperoleh dana senilai Rp. 4,1 triliun dari hasil penjualan saham perdananya. Dana itu digunakan INDF untuk melunasi hutang digunakan untuk membayar hutang jangka pendek dan jangka panjang kepada Bank Mandiri, Bank BCA dan Rabobank International Indonesia sehingga likuiditas INDF meningkat dan lebih leluasa untuk ekspansi. 123 Beberapa hal yang menjadi dasar suatu perusahaan dalam melaksanakan penawaran umum yaitu : 124 a. Meningkatkan kepememilikan saham bagi pemodal individual (retail investor) b. Melepas sebagian dari kepemilikan perusahaan c. Mencari proceed yang sebesar-besarnya d. Menciptakan dasar bagi distribusi yang berlingkup internasional (untuk penawaran di luar negeri) e. Mengalokasikan saham kepada pemodal jangka panjang sebagai pendukung. 122 Ibid, Hal Kontan, Jumat, 8 Oktober 2010, Hal Ibid, Hal

6 Apabila perusahaan tidak atau belum siap untuk melakukan penawaran umum ataupun karena kondisi pasar belum memungkinkan, maka sebaiknya perusahaan tidak terlalu memaksakan diri dan sedapat mungkin memutuskan untuk mencari pendanaan dari sumber dana jangka pendek yang dalam hal ini akan lebih baik daripada melakukan penawaran umum yang dipaksakan, karena kegagalan dalam penawaran umum dapat merupakan malapetaka bagi perusahaan dan tentunya juga bagi pemilik dan para pegawainya. Ada beberapa indikator yang dapat dipedomani sebagai anjuran untuk bahan pertimbangan sebelum memutuskan akan melakukan penawaran umum perdana, pertimbangan ini antara lain adalah : 125 a. Perusahaan memilik piutang yang dapat ditagih, persediaan barang, tanah, pabrik dan peralatan (mesin-mesin) dalam jumlah yang cukup besar yang tidak sedang dijadikan agunan. Bila terdapat indikator ini perusahaan maka pendanaan yang dilakukan melalui pinjaman dengan jaminan aset-aset perusahaan adalah merupakan alternatif yang cukup baik. b. Perusahaan membutuhkan dana sangat besar untuk membeli tanah, pabrik ataupun peralatan. Hal ini bukan merupakan hal yang luar biasa, pendanaan dari sumber-sumber komersial dapat menjadi alternatif yang baik. 125 Ibid, Hal

7 c. Teknologi yang diterapkan perusahaan belum canggih akan tetapi mempunyai prospek yang menarik di masa depan. Untuk ini joint venture, atau kerja sama riset dan pengembangan merupakan alternatif yang baik bagi perusahaan untuk mendapatkan dana atau suntikan modal, dan juga dapat merupakan suatu komitmen untuk memberikan suatu bagian yang lebih besar dalam peningkatan perusahaan kepada mitra kerja. Keuntungan melakukan penawaran umum : Perusahaan menginginkan potensi untuk mendapatkan tambahan modal daripada harus melalui kredit pembiayaan (debt financing). 2. Peningkatan likuiditas perusahaan terhadap kepentingan pemegang saham utama dan pemegang saham minoritas. 3. Dapat melakukan penawaran efek di pasar sekunder. 4. Meningkatkan prestise dan publisitas perusahaan. 5. Kemampuan untuk mengadopsi karyawan kunci dengan menawarkan opsi (option). Kelemahan dari Go Public adalah : Adanya tambahan biaya untuk mendaftarkan efek pada penawaran umum. 2. Meningkatkan pengeluaran dan pemaparan potensi kewajiban berkenaan dengan registrasi dan laporan berkala. 126 M. Irsan Nasrudin, dkk., op.cit., Hal Ibid, Hal. 216.

8 3. Hilangnya kontrol terhadap persoalan manajemen, karena terjadi dilusi kepemilikan saham. 4. Keharusan untuk mengumumkan besarnya pendapatan perusahaan dan pembagian deviden. 5. Efek yang diterbitkan mungkin saja tidak terserap oleh masyarakat sesuai dengan perhitungan perusahaan. C. Syarat-syarat Penawaran Umum Perdana Secara umum perusahaan yang melakukan penawaran umum (go public) jelas mencatat beberapa hal yang positif, misalnya catatan keuangan yang baik, perolehan keuntungan, pembesaran volume usaha karena membesarnya potensi laba, potensi perusahaan di masyarakat. Perusahaan yang melakukan penawaran umum jelas ingin mempertegas posisinya di masyarakat dan memperbesar volume usaha dengan menghimpun dana masyarakat. 128 Sebelum melakukan penawaran umum perdana (IPO), ada beberapa hal yang semestinya dijadikan faktor untuk evaluasi antara lain : 129 a. Catatan Kinerja Perusahaan pada tahun-tahun terakhir sebelum IPO, perusahaan mungkin mempunyai sejarah tentang kekuatan financial, penghasilan laba yang konsisten dan terpelihara dan pertumbuhan pendapatan, atau pangsa pasar yang khusus. Hal ini dapat merupakan 128 Ibid, Hal Asril Sitompul, op. cit., Hal

9 faktor pertimbangan yang sangat baik, meskipun pada waktu sebelum IPO tingkat pertumbuhan perusahaan sangat kecil, ataupun tidak ada peningkatan sama sekali dan di pasar telah terjadi kejutan-kejutan yang cukup berpengaruh. b. Ukuran perusahaan, hal ini dapat dilihat dari berbagai hal dan juga akan berbeda di masing-masing bursa efek di berbagai negara. Umumnya untuk perusahaan yang tidak begitu membutuhkan teknologi penjamin emisi (underwriter) selalu melihat pertumbuhan dan konsistensi pendapatan tahunan yang lebih dari US$ 15 juta dan laba bersih US$ 1 juta atau lebih. c. Faktor-faktor yang intangible juga harus dipertimbangkan, salah satu faktor yang sangat dipertimbangkan adalah penerapan teknologi di perusahaan, terutama teknologi maju yang akan membuat produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan menjadi tampil beda di pasar dan berada di atas pesaingnya. d. Tujuan perusahaan dan tujuan dilaksanakan penawaran umum harus jelas, kebutuhan perusahaan terhadap modal biasanya lebih ditekankan untuk jangka panjang dibanding dari tujuan utnuk jangka pendek. Dan hal ini harus didukung oleh pemikiran yang jernih dan rancangan bisnis (business plan) perusahaan yang baik. Ukuran besarnya penawaran yang akan dilakukan perusahaan akan ditentukan/ diarahkan oleh apa yang dibutuhkan dan apa yang akan dicapai oleh perusahaan.

10 e. Pangsa pasar, posisi produksi perusahan di pasarnya harus cukup untuk dapat mempertahankan pertumbuhan keuntungan yang cukup besar. f. Gaya manajemen, manajemen perusahaan juga harus cukup fleksibel untuk dapat membantu agar perusahaaan dapat bertahan dari tekanan tekanan di bidang finansial yang datang dari masyarakat investor. Hal ini jugaharus dapat menjaga agar perusahaan tetap berhasil dalam jangka waktu panjang. g. Manajemen yang kuat, perusahaan harus mempunyai manajemen yang kuat serta pengalaman, dan juga dewan komisaris yang bertindak sebagai badan penasihat. Hal ini juga merupakan faktor-faktor yang penting yang dipertimbangkan oleh penjamin emisi dan para pelaku pasar modal. h. Internal kontrol, sistem akuntansi dan sistem informasi manajemen perusahaan harus benar-benar mampu menangani peningkatan pertumbuhan dan pelaporan keuangan, termasuk laporan keuangan interim yang akurat. i. Laporan-laporan, laporan yang diaudit untuk tiga tahun terakhir sebelum penawaran umum sangat diperlukan. Hal ini tentunya merupakan hal yang mahal dan juga rumit dalam kenyataannya. Kebanyakan penjamin emisi regional menghendaki agar laporan keuangan perusahaan diaudit oleh akuntan publik yang besar.

11 Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi suatu perusahaan untuk melakukan penawaran umum antara lain : Perseroan Terbatas (PT) yang telah beroperasi sekurang-kurangnya 12 bulan; 2. Memiliki Aktiva Bersih Berwujud sekurang-kurangnya Rp 5 miliar dengan laporan keuangan auditan tahun buku terakhir memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian dari akuntan publik yang terdaftar di BAPEPAM; 3. Menjual sekurang-kurangnya 50 juta saham atau 35 persen dari jumlah saham yang diterbitkan (mana yang lebih kecil) dan jumlah pemegang saham publik sekurang-kurangnya 500 pihak, dapat menjadi perusahaan publik yang sahamnya diperdagangkan di BEI. D. Tahap-tahap Penawaran Umum Perdana Tahap-tahap yang perlu diperhatikan dan dilakukan oleh perusahaan yang akan melakukan penawaran umum adalah sebagai berikut : Tahap Pra-Emisi a. Perusahaan melakukan kajian mendalam (due diligence) terhadap keadaan keuangan, aset, kewajiban kepada pihak lain dan kewajiban pihak lain terhadap perusahaan dan rencana penghimpunan dana. Dari diakses tanggal 15 Oktober M. Irsan Nasrudin, dkk., op.cit., Hal. 216.

12 kajian itu akan terlihat terhadap hal-hal apa saja perusahaan perlu melakukan restrukturisasi, misal permodalan, keuangan, aset, organisasi, atau posisi-posisi tertentu di jajaran eksekutif dan komisaris perusahaan. Dari legal audit bisa diketahui tentangn jumlah dan status aset yang dimiliki perusahaan, utang perusahaan kepada pihak lain, piutang pihak lain terhadap perusahaan yang belum terselesaikan. Kajian mendalam akan menghasilkan sejumlah rekomendasi tindakan yang harus dilakukan perusahaan dalam rangka memenuhi persyaratan melakukan penawaran umum. b. Perusahaan menyusun rencana penawaran umum yang harus mendapatkan persetujuan dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Keputusan RUPS itu akan menjadi landasan hukum untuk melakukan penawaran umum. RUPS juga akan memutuskan perubahan Anggaran Dasar (AD) perusahaan. c. Perusahaan menentukan penjamin emisi, profesi penunjang, dan lembaga penunjang untuk penawaran umum. Profesi penunjang yang diperlukan adalah : 1. Akuntan Publik, untuk melakukan audit terhadap laporan keuangan emiten untuk dua tahun terahir; 2. Notaris, untuk membuat dokumen atas perubahan Anggaran Dasar, perjanjian-perjanjian dalam rangka penawaran umum; dan notulen rapat-rapat;

13 3. Konsultan Hukum, untu memberikan pendapat dari segi hukum mengenai semua hal yang berkaitan dengan hukum untuk penawaran umum. Sedangkan lembaga penunjang yang diperlukan adalah : 1) Wali Amanat yang akan bertindak untuk mewakili kepentingan pemegang obligasi sebagai kreditur. 2) Biro Administrasi Efek (PT KPEI) 3) Lembaga Kustodian (PT KSEI) d. Perusahaan menyiapkan semua dokumen dan perjanjian yang diperlukan untuk melakukan penawaran umum. e. Perusahaan membuat kontrak pendahuluan dengan bursa efek. f. Perusahaan melakukan public expose. g. Perusahaan menyampaikan Pernyataan Pendaftaran kepada Bapepam. h. Bapepam akan menyampaikan pernyataaan efektif Pernyataan Pendaftaran tersebut dalam waktu 45 hari setelah meneliti kelengkapan dokumen, cakupan dan kejelasan informasi, dan keterbukaan menurut aspek hukum, akuntansi, keuangan, dan manajemen. 2. Tahap Emisi 132 1) Penawaran oleh sindikasi penjamin emisi dan agen penjual di pasar primer. 2) Penjatahan kepada pemodal oleh sindikasi penjamin emisi dan emiten di pasar primer. 132 Ibid., Hal. 217.

14 3) Penyerahan efek kepada pemodal di pasar primer. 4) Emiten mencatatkan efeknya di pasar sekunder (di bursa). 5) Perdagangan efek di pasar sekunder (di bursa). 3. Tahap Setelah Emisi 133 Sesudah proses emisi, emiten berkewajiban untuk menyampaikan informasi, yaitu : 1. Laporan berkala, misalnya laporan tahunan dan laporan tengah tahunan (continuous disclosure). 2. Laporan kejadian penting dan relevan, misalnya akuisisi, pergantian direksi (timely disclosure). E. Keterbukaan dalam Penawaran Umum Perdana Dalam kegiatan pasar modal adalah kewajiban pihak-pihak dalam suatu penawaran umum untuk memerhatikan dan memenuhi prinsip keterbukaan. Menurut Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, yang dimaksud dengan keterbukaan adalah pedoman umum yang mensyaratkan emiten, perusahaan publik, dan pihak lain yang tunduk pada undang-undang ini untuk menginformasikan kepada masyarakat dalam waktu yang tepat seluruh informasi material mengenai usahanya atau efeknya yang dapat berpengaruh terhadap keputusan pemodal terhadap efek yang dimaksud dan atau harga dari efek tersebut Ibid., Hal Adrian Sutedi, op.cit., Hal. 98.

15 Menurut Bismar Nasution, ada tiga tujuan keterbukaan (disclosure) dalam pasar modal, yang antara lain adalah sebagai berikut : Memelihara kepercayaan publik terhadap pasar Dalam hal ini kepercayaan investor sangat relevan ketika munculnya ketidakpercayaan publik terhadap pasar modal yang pada gilirannya mengakibatkan pelarian modal (capital flight) secara besar-besaran dan seterusnya dapat mengakibatkan kehancuran pasar modal (bursa saham) 2. Menciptakan mekanisme pasar yang efisien Pasar yang efisien berkaitan dengan sistem keterbukaan wajib. Sistem keterbukaan wajib berusaha menyediakan informasi teknis bagi anggota dan profesional pasar. 3. Memberi perlindungan terhadap investor Dengan adanya keterbukaan maka secara tidak langsung akan memberi perlindungan kepada investor, yang apabila dalam membuat perjanjian pembelian saham oleh investor, kemudian terdapat penipuan dalam bentuk perbuatan yang menyesatkan, misalnya pernyataan (misrepresentation) informasi, maka perlindungan investor tersebut dilihat dari sisi ketentuan perjanjian sebagai mana diatur dalam KUHPerdata hanya sebatas pembatalan perjanjian transaksi saham. 135 Bismar Nasution, Keterbukaan dalam Pasar Modal, (Jakarta: Program Pascarsarjana UI, 2001), Hal. 9-11, dikutip dari Adrian Sutedi, Segi-Segi Hukum Pasar Modal, op. cit., Hal. 99.

16 Dalam penawaran umum, aspek yang sangat penting dari keterbukaan adalah pengertian mengenai informasi apa yang diperlukan dan kemudian menyediakanya dalam keadaan yang jelas dan terbuka. Salah satu langkah penting dari penawaran umum adalah penyiapan pernyataan pendaftaran. Pernyataan pendaftaran ini memberikan detil mengenai penawaran umum perusahaan dan menyediakan informasi yang lengkap yang dibutuhkan oleh Bapepam, dan untuk meningkatkan minat investor terhadap perusahaan. 136 Dalam pernyataan pendaftaran, keterbukaan harus datang baik dari emiten sendiri maupun dari profesi penunjang. Emiten hendaknya membuka semua informasi material berkaitan dengan kondisi perusahaan sedangkan profesi penunjang harus men-disclose semua informasi material dalam due diligence mereka. Baik emiten maupun profesi penunjang bertanggung jawab atas segala informasi yang disampaikan kepada Bapepam. Hal ini terlihat dari angka 1 huruf c Peraturan Bapepam No. IX. A. 2 tentang Tata Cara Pendaftaran Dalam Rangka Penawaran Umum menyatakan : 137 Emiten dan profesi penunjang bertanggung jawab atas kelengkapan dan kebenaran informasi yang diungkapkan dalam pernyataan pendaftaran dan dokumen pendukungnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Setiap Pihak yang memberikan pendapat atau keterangan dan atas persetujuannya, pendapat atau keterangan tersebut dimuat dalam Pernyataan Pendaftaran dan dokumen pendukungnya, wajib 136 Asril Sitompul, op. cit., Hal Angka 1 huruf c Peraturan IX. A. 2 tentang Tata Cara Pendaftaran Dalam Rangka Penawaran Umum

17 bertanggung jawab baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama, atas pendapat atau keterangan yang diberikannya. Selain pernyataan pendaftaran, keterbukaan dalam rangka penawaran umum juga diharuskan tercermin dari prospektus. Peraturan perundang-undangan memperkenalkan tiga macam prospektus yaitu : Prospektus biasa. 2. Prospektus ringkas (wajib dimuat dalam surat kabar). 3. Prospektus dalam rangka penawaran umum oleh perusahaan menengah dan kecil. Selanjutnya, UUPM memberikan rambu-rambu yuridis bagi suatu prospektus, yaitu sebagai berikut : Dilarang memuat hal-hal : a. keterangan yan tidak benar tentang fakta material; dan b. tidak memuat keterangan yang benar tentang fakta material. 2. Memuat semua rincian tentang fakta material yang dapat memengaruhi keputusan pemodal. 3. Fakta dan pertimbangan yang paling penting ditempatkan pada tempat paling awal. 4. Ekstra hati-hati dalam penggunaan foto, diagram atau tabel karena sangat potensial untuk terjadinya misleading. 5. Diungkapkan dengan bahasa yang jelas dan komunikatif. 138 Adrian Sutedi, op. cit., Hal Ibid., Hal. 105.

18 6. Diungkapkannya fakta material harus ditentukan sesuai bidang usaha atau sektor industrinya. 7. Mestilah terdapat pernyataan bahwa lembaga dan profesi penunjang pasar modal yang disebut dalam prospektus tersebut bertanggung jawab sepenuhnya atas data yang disajikan sesuai dengan fungsi mereka, sesuai dengan peraturan yang berlaku dalam wilayah RI dan kode etik, norma serta standar pofesi masing-masing. 8. Harus ada pernyataan bahwa sehubungan dengan penawaran umum, setiap pihak terafiliasi dilarang menentukan keterangan atau pernyataaan mengenai data yang tidak diungkapkan dalam prospektus tanpa persetujuan tertulis dari emiten dan penjamin pelaksana emisi. 9. Menurut penjelasan pasal 78 ayat (3) UUPM, suatu prospektus sekurang-kurangnya memuat : a. uraian tentang penawaran umum; b. tujuan dan penggunaan dana penawaran umum; c. analisis dan pembahasan mengenai kegiatan dan keuangan; d. risiko usaha; e. data keuangan; f. keterangan dari segi hukum; g. informasi mengenai pemesanan pembelian efek; dan h. keterangan tentang anggaran dasar. 10. Harus adal klausula huruf besar (yakni klasula yang dicetak dengan huruf besar), yaitu terhadap hal-hal sebagai berikut :

19 a. BAPEPAM TIDAK MEMBERIKAN PERNYATAAN MENYETUJUI ATAU TIDAK MENYETUJUI EFEK INI. TIDAK JUGA MENYATAKAN KEBENARAN ATAU KECUKUPAN ISI PROSPEKTUS INI. SETIAP PERNYATAAN YANG BERTENTANGAN DENGAN HAL-HAL TERSEBUT DALAM PERBUATAN MELANGGAR HUKUM. b. EMITEN DAN PENJAMIN EMISI EFEK (jika ada) BERTANGGUNG JAWAB SEPENUHNYA ATAS KEBENARAN SEMUA INFORMASI ATAU FAKTA MATERIAL, SERTA KEJUJURAN PENDAPAT DALAM PROSPEKTUS INI. c. JIKA DIRENCANAKAN UNTUK MENSTABILISASI HARGA EFEK TERTENTU, MAKA MESTI ADA KLASULA HURUF BESAR. Bagi pihak manajemen perusahaan, yang bermaksud go public atau perusahaan publik, mutlak memahami prinsip keterbukaan di pasar modal, agar dapat memahami apa yang telah ditetapkan dalam strategi pengelolaan perusahaan yang baik. Pemahaman tersebut sekaligus berguna untuk lebih mendalami persoalan bagaimana menciptakan mekanisme pasar modal yang efisien. Hal ini sejalan dengan tujuan prinsip keterbukaan yaitu untuk menciptakan mekanisme pasar yang

20 efisien, melindungi investor, dan membantu menetapkan harga pasar yang kuat. 140 Sebab pemahaman yang baik dan mendalam tentang prinsip keterbukaan tersebut pada gilirannya dapat digunakan untuk mendorong jalannya hukum yang mengatur pelaksanaan prinsip keterbukaan dalam rangka memberikan jaminan untuk mengantisipasi terjadinya kemungkinan investor tidak memperoleh informasi atau fakta material atau tidak meratanya informasi bagi investor disebabkan karena adanya informasi yang tidak disampaikan dan bisa juga terjadi informasi yang belum tersedia untuk publik telah disampaikan kepada kepada orangorang tertentu. Di sini investor atau pemegang saham dapat mengakses informasi fakta material yang lahir dari prinsip keterbukaan sebagai pendekatan untuk mengambil keputusan yang baik dalam investasinya, sekaligus dapat memproyeksikan harga saham sesuai dengan refleksi realita pasar Bismar Nasution, Mengupas serta Mencermati Fenomena Tindak Pidana di Pasar Modal, disampaikan pada Seminar Bina Manajemen Bisnis dan Investasi Dharma Nusantara, Jakarta, 8 Mei 2003, Hal Ibid.

21 BAB IV TINJUAN HUKUM HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH DAHULU (HMETD)/ RIGHT ISSUE DALAM PASAR MODAL A. Pengertian dan dasar hukum Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) dalam Pasar Modal Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) sering kali disebut sebagai IPO kedua dari perusahaan publik atau emiten. Dalam bab sebelumnya, telah dijelaskan bahwa dalam IPO, perusahaan publik akan menjual saham pertama kalinya di pasar perdana dan sebagai gantinya perusahaan akan mendapatkan dana segar (fresh money) yang akan digunakan untuk kelangsungan hidup perusahaan. Ada kalanya setelah melakukan penawaran umum perdana, emiten membutuhkan tambahan dana untuk mendukung kinerja perusahaan seperti untuk membayar hutang yang akan jatuh tempo ataupun untuk keperluan ekspansi perusahaan. Perusahaan tersebut dapat melakukan penawaran umum kedua kalinya kepada pemegang saham lama terlebih dahulu, inilah yang sering disebut Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD). Pada tahun 2009 tercatat ada 11 perusahaan yang melakukan penambahan modal melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu di Bursa Efek Indonesia dengan total dana yang dihimpun sebesar Rp. 8,56 triliun Hotma di Hita L. Tobing, Jadilah Investor yang Handal di Pasar Modal, dikutip dari harian Analisa, Rabu, 11 Agustus 2010, Hal. 25.

22 Definisi Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu sebagaimana yang terdapat dalam penjelasan pasal 82 ayat 1 Undang-Undang No 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal adalah hak yang melekat pada saham yang memberikan kesempatan bagi pemegang saham yang bersangkutan untuk membeli efek baru sebelum ditawarkan kepada pihak lain. 143 Sedangkan, dalam peraturan Bapepam No IX. D.1 tentang Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu angka 1 huruf a, definisi Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu didefinisikan sebagai hak yang melekat pada saham yang memungkinkan para pemegang saham yang ada untuk membeli Efek baru, termasuk saham, Efek yang dapat dikonversikan menjadi saham dan waran, sebelum ditawarkan kepada pihak lain. Hak tersebut wajib dapat dialihkan. 144 Dari pengertian tersebut, pemegang saham yang mempunyai Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu dapat menukarkan haknya dengan Efek baru berupa: Saham; 2. Efek yang dapat dikonversi menjadi saham (misalnya obligasi konversi atau obligasi tukar); dan 3. Waran. Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (Bahasa Inggris: Rights Issue) atau disingkat HMETD dalam pasar modal Indonesia adalah hak yang diperoleh para pemegang saham yang namanya telah terdaftar dalam 143 Pasal 82 ayat 1 Undang-Undang No 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal 144 Angka 1 huruf a Peraturan Nomor IX. D diakses tanggal 18 Juli 2010

23 daftar pemegang saham suatu perseroan terbatas untuk menerima penawaran terlebih dahulu apabila perusahaan sedang menjalani proses emisi atau pengeluaran saham-saham dari saham portopel atau saham simpanan 146 Mohammad Samsul memberikan definisi Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu sebagai rights issue. Menurutnya, right issue atau right adalah hak pemengang saham lama untuk membeli terlebih dahulu (preemptive right) saham baru pada harga tertentu dalam waktu kurang dari 6 bulan. 147 Menurut Indo Premier Online Trading, right issue merupakan hak untuk memesan saham baru yang akan dikeluarkan oleh emiten. Rights ini diberikan cuma-cuma dan diprioritaskan kepada pemegang saham biasa untuk memesan saham baru. 148 Adrian Sutedi menggunakan istilah Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu sebagai Bukti Right. Bukti Right didefinisikan sebagai Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) pada harga yang telah diterapkan selama periode tertentu. Bukti Right diterbitkan pada penawaran umum terbatas (right issue), di mana saham baru ditawarkan pertama kali kepada pemegang saham lama. Bukti Right dapat juga diperdagangkan di pasar sekunder selama periode tertentu. Apabila Terlebih_Dahulu, diakses tanggal 18 Juli Mohammad Samsul, op. cit., Hal diakses tanggal 20 Juli 2010

24 pemegang saham tidak menukar Bukti Right tersebut, maka akan terjadi dilusi pada kepemilikan atau jumlah saham yang dimiliki akan berkurang secara proporsional terhadap jumlah total saham yang diterbitkan perusahaan. 149 Menurut Karimsyah Law Firm, Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) adalah saham yang dikeluarkan dalam rangka penambahan modal yang harus ditawarkan terlebih dahulu kepada setiap pemegang saham seimbang dengan jumlah saham yang dimilikinya (untuk klasifikasi saham yang sama). Jika pemegang saham lama tidak menggunakan haknya untuk mengambil saham baru yang akan diterbitkan, maka saham-saham baru tersebut akan ditawarkan kepada karyawan. Jika karyawan tidak menggunakan haknya untuk mengambil saham baru yang akan diterbitkan, maka saham-saham baru tersebut akan ditawarkan kepada pihak luar perusahaan (bukan pemegang saham dan juga bukan karyawan). Dalam right issue, pembagian jumlah saham baru yang akan dikeluarkan dengan jumlah seluruh saham yang ada dapat ditentukan, misalnya setiap 5 saham memiliki 12 rights, di mana 1 right memberikan hak untuk mengambil saham baru. Pada dasarnya, Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) akan menambah modal disetor emiten. 150 Perangkat hukum yang mengatur mengenai Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) telah lama ada, yaitu diatur dalam UU PT 149 Adrian Sutedi, op.cit., Hal diakses tanggal18 Juli 2010

25 lama yang tidak lain adalah Undang-Undang Nomor 1 Tahun Pasal 36 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 yang antara lain berisi : 151 (1) Dalam hal Anggaran Dasar tidak menentukan lain, seluruh saham yang dikeluarkan dalam penambahan modal harus terlebih dahulu ditawarkan kepada setiap pemegang saham seimbang dengan pemilikan saham untuk klasifikasi saham yang sama. (2) Dalam hal pemegang saham tidak menggunakan hak untuk membeli saham sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), setelah lewat waktu 14 (empat belas) hari terhitung sejak penawaran, perseroan menawarkan kepada karyawan mendahului penawaran kepada orang lain untuk membeli jumlah tertentu atas saham tersebut. (3) Ketentuan mengenai saham yang ditawarkan kepada karyawan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Dasar hukum Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) juga diatur oleh pasal 82 ayat 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal sebagaimana yang telah disebutkan di atas. Dalam UU PT baru, yakni Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 yaitu dalam pasal 43 yang antara lain menyebutkan : 1. Seluruh saham yang dikeluarkan untuk penambahan modal harus terlebih dahulu ditawarkan kepada setiap pemegang saham seimbang dengan pemilikan saham untuk klasifikasi saham yang sama Pasal 36 Undang-Undang Nomor 1 Tahun Pasal 43 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007

26 2. Dalam hal saham yang akan dikeluarkan untuk penambahan modal merupakan saham yang klasifikasinya belum pernah dikeluarkan, yang berhak membeli terlebih dahulu adalah seluruh pemegang saham sesuai dengan perimbangan jumlah saham yang dimilikinya. 3. Penawaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku dalam hal pengeluaran saham: a. ditujukan kepada karyawan Perseroan; b. ditujukan kepada pemegang obligasi atau efek lain yang dapat dikonversikan menjadi saham, yang telah dikeluarkan dengan persetujuan RUPS; atau c. dilakukan dalam rangka reorganisasi dan/atau restrukturisasi yang telah disetujui oleh RUPS. 4. Dalam hal pemegang saham sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menggunakan hak untuk membeli dan membayar lunas saham yang dibeli dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari terhitung sejak tanggal penawaran, Perseroan dapat menawarkan sisa saham yang tidak diambil bagian tersebut kepada pihak ketiga. Dengan demikian, dapatlah disimpulkan bahwa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) adalah hak yang dipunyai oleh pemegang saham lama jika terjadi penambahan modal dalam perusahaan, khususnya perusahan publik yang bergerak dalam pasar modal, dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari terhitung sejak tanggal penawaran. Hak membeli saham baru tersebut dapat digunakan oleh para pemegang

27 saham secara proporsional sesuai dengan jumlah saham yang dimilikinya. Akan tetapi, ada beberapa pengecualian Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) yang terdapat dalam Pasal 43 ayat 3. Ada pun penjelasan tentang saham yang ditujukan kepada karyawan Perseroan dapat diambil dari Penjelasan Pasal 36 ayat 3 huruf a yakni saham yang dikeluarkan dalam rangka ESOP (Employee Stocks Option Program) Perseroan dengan segenap hak dan kewajiban yang melekat padanya. 153 Penjelasan Pasal 36 ayat 3 huruf c menyatakan bahwa yang dimaksud dengan reorganisasi dan/ atau restrukturisasi, antara lain Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, kompensasi piutang, atau Pemisahan. 154 Selain Undang-Undang, peraturan-peraturan lain mengenai Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) lebih banyak ditemui dalam peraturan Bapepam. Ada 5 (lima) peraturan Bapepam mengenai Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) yang penulis dapatkan dari webpage Bapepam antara lain : 155 a. Peraturan IX. D. 1. tentang Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu; b. Peraturan IX. D. 2. tentang Isi Pernyataan Pendaftaran Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu; c. Peraturan IX. D. 3. tentang Isi dan Bentuk Prospektus dalam Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu; 153 Penjelasan pasal 43 ayat 3 huruf a Undang-Undang Nomor 40 Tahun Penjelasan pasal 43 ayat 3 huruf c Undang-Undang Nomor 40 Tahun diakses tanggal 5 Oktober 2010

28 d. Peraturan IX. D. 4. tentang Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu; e. Peraturan IX. D. 5. tentang Saham Bonus. B. Mekanisme Penambahan Modal Perusahaan Publik melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) dalam Pasar Modal Peraturan Bapepam IX. D. 1 menjadi acuan bagi mekanisme penambahan modal melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD). Syarat utama perusahaan yang dapat melakukan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) terdapat pada angka 2 yaitu perusahaan tersebut harus telah melakukan penawaran umum sebelumnya. Penambahan modal tersebut dapat dilakukan dengan penerbitan saham, termasuk melalui penerbitan waran atau Efek konversi. 156 Setiap pemegang saham wajib diberi Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu atas Efek baru dimaksud dengan persentase pemilikan mereka. 157 Akan tetapi, jika perusahaan publik tersebut mempunyai lebih dari satu saham, dan jika jumlah saham dalam setiap jenis ditambah secara proporsional, maka pemegang saham yang ada wajib mempunyai Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu sebanding dengan persentase pemilikan mereka dalam masing-masing jenis saham Angka 2 Peraturan Nomor IX. D Ibid. 158 Angka 3 Peraturan Nomor IX. D. 1

29 Pengertian waran dapat diambil dari angka 1 huruf b Peraturan IX. D. 1 yaitu Efek yang diterbitkan oleh suatu perusahaan yang memberi hak kepada pemegang Efek untuk memesan saham dari perusahaan tersebut pada harga tertentu untuk jangka waktu 6 (enam) bulan atau lebih sejak diterbitkannya Waran tersebut. 159 Waran biasanya melekat pada saham sebagai daya tarik pada penawaran umum saham ataupun obligasi. Biasanya harga pelaksanaan (exercise price) lebih rendah daripada harga pasar saham. Setelah saham ataupun obligasi tersebut tercatat di bursa, waran dapat diperdagangkan secara terpisah. Waran merupakan suatu pilihan (option) di mana pemilik waran mempunyai pilihan untuk menukarkan atau tidaknya waran pada saat jatuh tempo. Pemilik waran dapat menukarkan waran yang dimilikinya 6 (enam) bulan setelah waran tersebut diterbitkan oleh emiten. Harga waran itu sendiri berfluktuasi selama periode perdagangan. 160 Manfaat dari waran yaitu pemilik waran memiliki hak untuk membeli saham baru perusahaan dengan harga yang lebih rendah daripada harga saham tersebut di pasar sekunder dengan menukarkan waran yang dimilikinya ketika harga saham perusahaan tersebut melebihi harga pelaksanaan. 161 Contoh: Jika seorang investor membeli waran pada harga Rp. 200 per lembar dengan harga pelaksanaan Rp dan pada tanggal 159 Angka 1 huruf b Peraturan IX. D Adrian Sutedi, op. cit., Hal Ibid.

30 pelaksanaan, harga saham perusahaan meningkat menjadi Rp per saham, maka ia akan membeli saham perusahaan tersebut dengan harga hanya Rp (Rp Rp. 200). 162 Apabila waran diperdagangkan di bursa, maka pemilik waran mempunyai kesempatan untuk memperoleh keuntungan (capital gain), yaitu apabila harga jual waran tersebut lebih besar daripada harga beli. 163 Akan tetapi angka 5 mengatur jumlah waran yang diterbitkan dan waran yang telah beredar tidak boleh melebihi 35% (tiga puluh lima perseratus) dari jumlah saham yang telah ditempatkan dan disetor penuh pada saat Pernyataan Pendaftaran disampaikan. 164 Pasal 41 ayat 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menentukan bahwa penambahan modal perseroan dilakukan berdasarkan persetujuan RUPS. 165 Hal ini ditegaskan lagi oleh angka 6 Peraturan Bapepam IX. D. 1 yang menyatakan bahwa perusahaan publik yang hendak melakukan penambahan modal melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau melalui Penawaran Umum Waran atau Efek konversi wajib mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk mempertimbangkan dan menyetujui rencana penawaran dimaksud. 166 Selain itu, perusahaan tersebut wajib menyediakan Prospektus bagi pemegang saham sebagaimana diatur 162 Ibid. 163 Ibid. 164 Angka 4 Peraturan Nomor IX. D Angka 41 Undang-Undang Nomor 40 Tahun Angka 6 Peraturan Nomor IX. D. 1

31 dalam Peraturan Nomor IX. D.3 selambat-lambatnya 28 (dua puluh delapan) hari sebelum RUPS dilaksanakan. 167 Angka 7 menentukan syarat-syarat yang wajib dipenuhi untuk dapat melaksanakan Rapat Umum Pemegang Saham dalam rangka Penawaran Umum dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, antara lain : 168 a. Perusahaan publik tersebut telah mengajukan Pernyataan Pendaftaran dan dokumen pendukungnya kepada Bapepam dalam bentuk serta mencakup informasi yang ditetapkan untuk Penawaran Umum dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, sesuai dengan Peraturan Nomor IX. D.2 tentang Pedoman Mengenai Bentuk dan Isi Pernyataan Pendaftaran Dalam Rangka Penerbitan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu selambat-lambatnya 28 (dua puluh delapan) hari sebelum Rapat Umum Pemegang Saham; dan b. Bapepam tidak mempunyai tanggapan lebih lanjut secara tertulis terhadap Pernyataan Pendaftaran yang disampaikan. Angka 8 menyatakan bahwa jika tidak dinyatakan lain oleh Bapepam, maka Pernyataan Pendaftaran yang disyaratkan dalam angka 7 di atas menjadi efektif setelah memperoleh persetujuan dari para pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham mengenai penawaran Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu Ibid. 168 Angka 7 Peraturan Nomor IX. D Angka 8 Peraturan Nomor IX. D. 1

32 Pada dasarnya, Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu dapat diperdagangkan. Ketentuan ini dapat dilihat dari angka 11 Peraturan IX. D. 1 yang menyatakan bahwa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu merupakan hak yang dapat dialihkan dan dibuktikan dengan : 170 a. Catatan pemilikan dalam Daftar Pemegang Saham Perusahaan atau Biro Administrasi Efek; b. Sertifikat Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk pemegang saham yang terdaftar pada tanggal tertentu. Sertifikat tersebut wajib tersedia sebelum dimulai dan selama periode perdagangan sebagaimana dimaksud dalam angka 17 peraturan ini. c. Kupon yang dapat dilepas dari surat saham; atau d. Konfirmasi atau laporan rekening Efek yang diterbitkan oleh Kustodian. Angka 17 menegaskan bahwa perusahaan publik harus mengambil langkah-langkah untuk mempermudah pengalihan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu. Selain itu, angka 17 juga menyatakan bahwa jika Efek yang mendasari hak tersebut tercatat di Bursa Efek maka Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu tersebut wajib dicatatkan di bursa yang sama. 171 Periode perdagangan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu sebagaimana yang diatur angka 17 adalah dimulai setelah berakhirnya distribusi Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu dan berlangsung 170 Angka 11 Peraturan Nomor IX. D Angka 17 Peraturan Nomor IX. D. 1

33 sekurang-kurangnya 5 (lima) hari kerja dan paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja setelah tanggal distribusi Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu berakhir. 172 Bukti Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu tersebut wajib tersedia dan didistribusikan dalam 1 (satu) hari kerja setelah Daftar Pemegang Saham yang berhak atas Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu. 173 Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu yang tercatat dapat juga diperdagangkan di luar bursa. 174 Perdagangan di luar bursa ini lebih sering disebut dengan over the counter. Angka 23 mewajibkan perusahaan publik untuk memberikan tanda terima apabila telah terjadi pelaksanaan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu. Tanda terima dimaksud wajib menunjukkan apakah pemegang hak atau pemegang saham bermaksud memesan Efek tambahan yang berasal dari hak yang tidak dilaksanakan. Dalam hal ini perusahaan wajib menyimpan tembusan dari tanda terima yang memuat jumlah saham atau Efek tambahan yang dipesan. Ketentuan angka 24 menegaskan bahwa perusahaan publik tersebut juga wajib mengadakan alokasi Efek yang tidak dipesan, pada harga penawaran yang sama kepada semua pemegang saham yang menyatakan berminat untuk membeli Efek tambahan pada periode pelaksanaan hak dimaksud. Apabila jumlah permintaan atas Efek yang Ibid. 173 Ibid. 174 Angka 21 Peraturan Nomor IX. D Angka 23 Peraturan Nomor IX. D. 1

34 tidak dipesan melebihi Efek yang tersedia, efek yang dimaksud akan dijatahkan secara proporsional, berdasarkan atas jumlah Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu yang dilaksanakan oleh masing-masing pemegang saham yang meminta penambahan Efek berdasarkan harga pemesanan. 176 Penjatahan tersebut ditetapkan dalam 1 (satu) hari kerja setelah berakhirnya pembayaran pesanan Efek tambahan. Para pemesan Efek tambahan wajib menyerahkan pembayaran penuh kepada perusahaan untuk Efek tambahan dimaksud dalam 2 (dua) hari kerja setelah berakhirnya perdagangan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu. 177 Setelah penjatahan atas Efek tambahan selesai dilaksanakan, maka semua dokumen yang berhubungan dengan pelaksanaan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, termasuk tembusan tanda terima, wajib disimpan oleh perusahaan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun. Perusahaan dimaksud wajib menunjuk Akuntan yang terdaftar di Bapepam untuk melakukan pemeriksaan khusus mengenai pelaksanaan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu. Laporan hasil pemeriksaan mengenai kewajaran pelaksanaan tersebut wajib disampaikan oleh perusahaan kepada Bapepam dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal penjatahan berakhir. 178 Apabila perusahaan publik tersebut bermaksud untuk menambah modal dalam jumlah yang telah ditetapkan maka sebelum dilaksanakannya penerbitan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, 176 Angka 22 Peraturan Nomor IX. D Angka 24 Peraturan Nomor IX. D Angka 25 Peraturan Nomor IX. D. 1

35 perusahaan yang bersangkutan wajib memperoleh jaminan dari pihak tertentu untuk membeli Efek sekurang-kurangnya pada harga penawaran atas Efek dalam hal terdapat sisa Efek yang tidak diambil. 179 Pihak yang akan membeli sisa Efek yang tidak diambil tersebut sering disebut juga dengan pembeli siaga (standing buyer). C. Akibat-akibat Hukum Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) dalam Pasar Modal Akibat-akibat hukum Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu utamanya berkaitan dengan angaran dasar dan jenis-jenis modal perusahaan publik terebut. Menurut M. Yahya Harahap, ada 3 (tiga) jenis modal perseroan yaitu: 180 a. Modal Dasar Modal dasar adalah seluruh nilai nominal saham Perseroan yang disebut dalam anggaran dasar. Hal ini ditegaskan pada pasal 31 ayat 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, bahwa modal dasar Perseroan terdiri atas seluruh nilai nominal saham. Modal dasar Perseroan pada prinsipnya merupakan total jumlah saham yang dapat diterbitkan oleh Perseroan. Anggaran dasar sendiri yang menentukan berapa banyak jumlah saham yang dijadikan modal dasar. Jumlah yang ditentukan dalam anggaran dasar, merupakan nilai nominal yang murni. Dengan demikian, setiap lembar saham, 179 Angka 26 Peraturan Nomor IX. D M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas,( Jakarta: Sinar Grafika, 2009), Hal. 233

36 mempunyai nilai nominal yang akan menjadi nilai nominal modal dasar Perseroan, yang sama nilainya dengan nilai nominal seluruh saham. Pasal 32 ayat 1 UUPT 2007, modal Perseroan yang dibenarkan paling sedikit Rp ,00 (lima puluh juta rupiah). b. Modal Ditempatkan Modal ditempatkan adalah modal yang disanggupi pendiri atau pemegang saham untuk dilunasinya, dan saham itu diserahkan kepadanya untuk dimiliki. Berdasar ketentuan pasal 33 ayat 1 UUPT 2007, paling sedikit 25 % dari modal dasar, harus ditempatkan. 181 c. Modal Disetor Modal disetor adalah modal yang sudah dimasukkan pemegang saham sebagai pelunasan pembayaran saham yang diambilnya sebagai modal yang ditempatkan dari modal dasar Perseroan. 182 Menurut Karimsyah Law Firm, ada 5 (lima) akibat hukum Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (Rights Issue) bagi perusahaan publik, yaitu : 183 a. Perubahan Anggaran Dasar Perusahaan Publik. Terjadi karena peningkatan modal ditempatkan dan modal disetor perusahaan penerbit Rights. Juga mungkin/ sering terjadi peningkatan modal dasar perusahaan publik Tersebut (dalam hal penambahan modal disetor melebihi modal dasar). 181 Ibid., Hal Ibid diakses tanggal18 Juli 2010

37 Pasal 15 ayat 1 huruf d Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 menentukan bahwa anggaran dasar perseroan memuat besarnya jumlah modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor. Hal ini berarti jika terjadi peningkatan modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu akan mengakibatkan perubahan anggaran dasar suatu perseroan. 184 b. Perubahan Anggaran Dasar yang tidak memerlukan persetujuan Menteri Hukum dan HAM Menurut Pasal 21 ayat 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, perubahan anggaran dasar tertentu harus mendapat persetujuan Menteri. 185 Dalam Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 16 dikatakan bahwa Menteri dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 adalah menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang hukum dan hak asasi manusia (Menteri Hukum dan HAM). 186 Pasal 21 ayat 2 menyatakan perubahan anggaran dasar tertentu yang harus mendapat persetujuan Menteri Hukum dan HAM meliputi : 187 a. nama Perseroan dan/atau tempat kedudukan Perseroran; b. maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan; c. jangka waktu berdirinya Perseroan; d. besarnya modal dasar; e. pengurangan modal ditempatkan dan disetor; dan/atau; 184 Pasal 15 ayat 3 huruf d Undang-Undang Nomor 40 Tahun Pasal 21 ayat 1Undang-Undang Nomor 40 Tahun Pasal 1 ayat 16 Undang-Undang Nomor 40 Tahun Pasal 21 ayat 2 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007

38 f. status Perseroan yang tertutup menjadi Perseroan Terbuka atau sebaliknya. Dapat dilihat bahwa dalam Pasal 21 ayat 3 menegaskan bahwa perubahan anggaran dasar selain sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) cukup diberitahukan kepada Menteri. 188 Dengan demikian, apabila terjadi penambahan modal perusahaan publik melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu yang mengakibatkan terjadinya perubahan modal ditempatkan dan disetor, maka perubahan anggaran dasar tersebut cukup diberitahukan kepada Menteri Hukum dan HAM. c. Perubahan Anggaran Dasar yang memerlukan persetujuan Menteri Hukum dan HAM Dapat dilihat bahwa dalam Pasal 21 ayat 2 huruf d menyatakan perubahan anggaran dasar tertentu yang harus mendapat persetujuan Menteri Hukum dan HAM meliputi besarnya modal dasar. Dengan demikian, apabila terjadi penambahan modal perusahaan publik melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu yang mengakibatkan terjadinya perubahan modal dasar, maka perubahan anggaran dasar tersebut harus melalui persetujuan Menteri Hukum dan HAM. d. Dilusi kepemilikan pemegang saham lama Pemegang saham yang menjual Rights-nya, tentunya tidak akan memperoleh saham baru yang diterbitkan sebagai pelaksanaan 188 Pasal 21 ayat 3 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007

39 (exercise) Rights. Oleh karena itu, persentase kepemilikannya atas seluruh saham-saham perusahaan publik tersebut akan berkurang. e. Klasifikasi saham berbeda Namun pemegang saham yang terdilusi tersebut dapat meminta agar saham-saham yang dimiliknya pra Right Issue memilik hak-hak istimewa dibandingkan saham-saham yang diterbitkan pasca Right Issue. Dengan demikian, akan ada klasifikasi saham yang berbeda, dengan hak-hak berbeda, antara saham-saham pra dan pasca Rights Issue. D. Proses Penambahan Modal Perusahaan Publik tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu Perusahaan publik tidak hanya dapat menambahkan modalnya melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, tetapi juga dapat melalui tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu. Peraturan Nomor IX. D. 4. tentang Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu menjadi acuan bagi proses penambahan modal perusahaan publik tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu. Beberapa emiten di Bursa Efek Indonesia telah menggunakan sarana penambahan modal tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, antara lain PT Bumi Resources Tbk (BUMI) dan PT Mobile-8 Telecom Tbk (FREN). BUMI melakukan penambahan modal tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu untuk mengurangi hutang sebesar US$ 1 miliar selama

Penawaran Umum Terbatas Dalam Rangka HMETD

Penawaran Umum Terbatas Dalam Rangka HMETD Penawaran Umum Terbatas Dalam Rangka HMETD Oleh: Genio Atyanto Equity Tower 49th Floor, Jalan Jenderal Sudirman, Kav. 52-53 P / +62 21 2965 1262 SCBD, Jakarta 12190, indonesia F / +62 21 2965 1222 www.nacounsels.com

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN 32 /POJK.04/2015 TENTANG PENAMBAHAN MODAL PERUSAHAAN TERBUKA DENGAN MEMBERIKAN HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH DAHULU

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR: KEP-26/PM/2003 TENTANG HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH DAHULU KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR: KEP-26/PM/2003 TENTANG HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH DAHULU KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR: KEP-26/PM/2003 TENTANG HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH DAHULU KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan efektifitas dan efisiensi

Lebih terperinci

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 54 /POJK.04/2017 TENTANG BENTUK DAN ISI PROSPEKTUS DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM DAN PENAMBAHAN MODAL DENGAN

Lebih terperinci

Penyusunan Prospektus Penawaran Umum Terbatas Dalam Rangka Penerbitan HMETD

Penyusunan Prospektus Penawaran Umum Terbatas Dalam Rangka Penerbitan HMETD Penyusunan Prospektus Penawaran Umum Terbatas Dalam Rangka Penerbitan HMETD Oleh: Genio Atyanto Equity Tower 49th Floor, Jalan Jenderal Sudirman, Kav. 52-53 P / +62 21 2965 1262 SCBD, Jakarta 12190, indonesia

Lebih terperinci

UU No. 8/1995 : Pasar Modal

UU No. 8/1995 : Pasar Modal UU No. 8/1995 : Pasar Modal BAB1 KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan: 1 Afiliasi adalah: hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat a. kedua, baik

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/ TENTANG BENTUK DAN ISI PROSPEKTUS DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM DAN PENAMBAHAN MODAL DENGAN MEMBERIKAN HAK MEMESAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-43/PM/2000 TENTANG

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-43/PM/2000 TENTANG KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-43/PM/2000 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN NOMOR IX.C.3 TENTANG PEDOMAN MENGENAI BENTUK DAN ISI PROSPEKTUS RINGKAS DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM KETUA BADAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN: Keputusan Ketua BAPEPAM Nomor : Kep- 26/PM/2003 Tanggal : 17 Juli 2003 - 1 -

LAMPIRAN: Keputusan Ketua BAPEPAM Nomor : Kep- 26/PM/2003 Tanggal : 17 Juli 2003 - 1 - - 1 - PERATURAN NOMOR IX.D.1: HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH DAHULU 1. Definisi: a. Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu adalah hak yang melekat pada saham yang memungkinkan para pemegang saham yang ada untuk membeli

Lebih terperinci

PERATURAN NOMOR IX.C.3 : PEDOMAN MENGENAI BENTUK DAN ISI PROSPEKTUS RINGKAS DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM

PERATURAN NOMOR IX.C.3 : PEDOMAN MENGENAI BENTUK DAN ISI PROSPEKTUS RINGKAS DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM PERATURAN NOMOR IX.C.3 : PEDOMAN MENGENAI BENTUK DAN ISI PROSPEKTUS RINGKAS DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM Suatu Prospektus harus mencakup semua rincian dan fakta material mengenai Penawaran Umum dari Emiten,

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR PT TRIMEGAH SECURITIES TBK

ANGGARAN DASAR PT TRIMEGAH SECURITIES TBK ANGGARAN DASAR PT TRIMEGAH SECURITIES TBK Sesuai Dengan Akta Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT Trimegah Securities Tbk No. 51 tanggal 27 Mei 2015, yang dibuat dihadapan Fathiah

Lebih terperinci

Kamus Istilah Pasar Modal

Kamus Istilah Pasar Modal Sumber : www.bapepam.go.id Kamus Istilah Pasar Modal Afiliasi 1 hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal; 2 hubungan antara Pihak dengan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-09/PM/2000 TENTANG

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-09/PM/2000 TENTANG KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-09/PM/2000 TENTANG Peraturan Nomor IX.D.3 PERUBAHAN PERATURAN NOMOR IX.D.3 TENTANG PEDOMAN MENGENAI BENTUK DAN ISI PROSPEKTUS DALAM RANGKA PENERBITAN

Lebih terperinci

PERATURAN NOMOR IX.J.1 : POKOK-POKOK ANGGARAN DASAR PERSEROAN YANG MELAKUKAN PENAWARAN UMUM EFEK BERSIFAT EKUITAS DAN PERUSAHAAN PUBLIK

PERATURAN NOMOR IX.J.1 : POKOK-POKOK ANGGARAN DASAR PERSEROAN YANG MELAKUKAN PENAWARAN UMUM EFEK BERSIFAT EKUITAS DAN PERUSAHAAN PUBLIK PERATURAN NOMOR IX.J.1 : POKOK-POKOK ANGGARAN DASAR PERSEROAN YANG MELAKUKAN PENAWARAN UMUM EFEK BERSIFAT EKUITAS DAN PERUSAHAAN PUBLIK I. KETENTUAN UMUM II. 1. Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan:

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UU R.I No.8/1995 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tujuan pembangunan nasional

Lebih terperinci

DRAFT AWAL DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

DRAFT AWAL DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR KEP- /BL/2008 TENTANG POKOK-POKOK ANGGARAN DASAR

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-56/PM/1996 TENTANG PEDOMAN MENGENAI BENTUK DAN ISI PROSPEKTUS DALAM RANGKA

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-56/PM/1996 TENTANG PEDOMAN MENGENAI BENTUK DAN ISI PROSPEKTUS DALAM RANGKA KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-56/PM/1996 TENTANG PEDOMAN MENGENAI BENTUK DAN ISI PROSPEKTUS DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM OLEH PERUSAHAAN MENENGAH ATAU KECIL KETUA BADAN PENGAWAS PASAR

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa tujuan pembangunan nasional adalah terciptanya

Lebih terperinci

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 53 /POJK.04/2017 TENTANG PERNYATAAN PENDAFTARAN DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM DAN PENAMBAHAN MODAL DENGAN MEMBERIKAN

Lebih terperinci

Cara mencatatkan perusahaan di BEI (go public)

Cara mencatatkan perusahaan di BEI (go public) Cara mencatatkan perusahaan di BEI (go public) Efek yang dapat dicatatkan di BEI (go public) dapat berupa: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Saham Reksa Dana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (Exchange Traded Fund/ETF)

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR KEP- 179/BL/2008 TENTANG POKOK-POKOK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UU R.I No.8/1995 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tujuan pembangunan nasional

Lebih terperinci

Bab 3 PENAWARAN UMUM DI PASAR PERDANA

Bab 3 PENAWARAN UMUM DI PASAR PERDANA Bab 3 PENAWARAN UMUM DI PASAR PERDANA 3.1. Pengertian Penawaran Umum Penawaran Umum (public offering) merupakan kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal dengan

Lebih terperinci

HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH DAHULU (RIGHTS ISSUE)

HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH DAHULU (RIGHTS ISSUE) HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH DAHULU (RIGHTS ISSUE) Oleh: KarimSyah Law Firm Sudirman Square Office Tower B, lantai 11 Jalan Jenderal Sudirman Kav.45-46 Jakarta 12930 E-mail: info@karimsyah.com HAK MEMESAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa tujuan pembangunan nasional adalah terciptanya suatu masyarakat adil dan makmur berdasarkan

Lebih terperinci

Kamus Pasar Modal Indonesia. Kamus Pasar Modal Indonesia

Kamus Pasar Modal Indonesia. Kamus Pasar Modal Indonesia Kamus Pasar Modal Indonesia Kamus Pasar Modal Indonesia Kamus Pasar Modal A Afiliasi 1 hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal; 2

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Anotasi. Naskah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

Lebih terperinci

SURAT BERHARGA PASAR UANG (1) PERTEMUAN 10

SURAT BERHARGA PASAR UANG (1) PERTEMUAN 10 SURAT BERHARGA PASAR UANG (1) PERTEMUAN 10 PASAR UANG Pasar yang memperjualbelikan surat berharga jangka pendek yang jangka waktunya tidak lebih dari satu tahun SURAT BERHARGA PASAR UANG yaitu surat utang

Lebih terperinci

ISI PROSPEKTUS DALAM RANGKA PENERBITAN HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH DAHULU

ISI PROSPEKTUS DALAM RANGKA PENERBITAN HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH DAHULU PERATURAN NOMOR IX.D.3 : PEDOMAN MENGENAI BENTUK DAN ISI PROSPEKTUS DALAM RANGKA PENERBITAN HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH DAHULU Suatu Prospektus harus mencakup semua rincian dan Informasi atau Fakta Material

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.04/2016 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.04/2016 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.04/2016 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALSINAN SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33 /POJK.04/2015 TENTANG BENTUK DAN ISI PROSPEKTUS DALAM RANGKA PENAMBAHAN MODAL PERUSAHAAN TERBUKA DENGAN

Lebih terperinci

2017, No Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5253); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGA

2017, No Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5253); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGA No.45, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Prospektus. Efek Bersifat Ekuitas. Bentuk dan Isi. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6029) PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 38 /POJK.04/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 38 /POJK.04/2014 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 38 /POJK.04/2014 TENTANG PENAMBAHAN MODAL PERUSAHAAN TERBUKA TANPA MEMBERIKAN HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH DAHULU DENGAN

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/ TENTANG PERNYATAAN PENDAFTARAN DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM DAN PENAMBAHAN MODAL DENGAN MEMBERIKAN HAK MEMESAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tujuan pembangunan nasional adalah terciptanya

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR PT MANDOM INDONESIA Tbk. Nama dan Tempat Kedudukan Pasal 1. Jangka Waktu berdirinya Perseroan Pasal 2

ANGGARAN DASAR PT MANDOM INDONESIA Tbk. Nama dan Tempat Kedudukan Pasal 1. Jangka Waktu berdirinya Perseroan Pasal 2 ANGGARAN DASAR PT MANDOM INDONESIA Tbk Nama dan Tempat Kedudukan Pasal 1 1. Perseroan Terbatas ini diberi nama: PT Mandom Indonesia Tbk (selanjutnya disebut Perseroan ), berkedudukan dan berkantor pusat

Lebih terperinci

PASAR MODAL. Tujuan Pembelajaran. Perbedaan Pasar Modal dan Pasar Uang. Perihal Pasar Modal Pasar Uang Tingkat bunga Relatif rendah Relatif tinggi

PASAR MODAL. Tujuan Pembelajaran. Perbedaan Pasar Modal dan Pasar Uang. Perihal Pasar Modal Pasar Uang Tingkat bunga Relatif rendah Relatif tinggi KTSP & K-13 ekonomi K e l a s XI PASAR MODAL Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami karakteristik pasar modal. 2. Memahami

Lebih terperinci

Afiliasi 1 hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal;

Afiliasi 1 hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal; Kamus Pasar Modal Afiliasi 1 hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal; 2 hubungan antara Pihak dengan pegawai, direktur, atau komisaris

Lebih terperinci

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENAMBAHAN MODAL PERUSAHAAN TERBUKA TANPA MEMBERIKAN HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH DAH

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENAMBAHAN MODAL PERUSAHAAN TERBUKA TANPA MEMBERIKAN HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH DAH No.395, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. OJK. Perusahaan Terbuka. Hak. Penambahan Modal. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5652) PERATURAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP-552/BL/2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR. PT LOTTE CHEMICAL TITAN Tbk Pasal

ANGGARAN DASAR. PT LOTTE CHEMICAL TITAN Tbk Pasal ANGGARAN DASAR PT LOTTE CHEMICAL TITAN Tbk ----------------------------------------------- Pasal 1 ---------------------------------------------- 1. Perseroan Terbatas ini bernama PT LOTTE CHEMICAL TITAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa perekonomian nasional yang diselenggarakan

Lebih terperinci

NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1

NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 1. Perseroan ini bernama PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk (selanjutnya dalam Anggaran Dasar ini cukup disingkat dengan Perseroan ), berkedudukan dan berkantor pusat

Lebih terperinci

PENGGABUNGAN USAHA PERUSAHAAN PUBLIK

PENGGABUNGAN USAHA PERUSAHAAN PUBLIK PENGGABUNGAN USAHA PERUSAHAAN PUBLIK Oleh: R. MUHAMMAD TAUFIQ KURNIADIHARDJA Dosen Fakultas Hukum Universitas Indonusa Esa Unggul ABSTRAK Penggabungan usaha (merger) adalah perbuatan hukum yang dilakukan

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2013 TENTANG PEDOMAN PENERBITAN DAN PELAPORAN EFEK BERAGUN ASET BERBENTUK SURAT PARTISIPASI

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2013 TENTANG PEDOMAN PENERBITAN DAN PELAPORAN EFEK BERAGUN ASET BERBENTUK SURAT PARTISIPASI OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2013 TENTANG PEDOMAN PENERBITAN DAN PELAPORAN EFEK BERAGUN ASET BERBENTUK SURAT PARTISIPASI DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

DRAFT PERUBAHAN ANGGARAN DASAR PT. ASIA PACIFIC FIBERS Tbk DALAM RANGKA PENYESUAIAN DENGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN. Tetap. Tetap.

DRAFT PERUBAHAN ANGGARAN DASAR PT. ASIA PACIFIC FIBERS Tbk DALAM RANGKA PENYESUAIAN DENGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN. Tetap. Tetap. DRAFT PERUBAHAN ANGGARAN DASAR PT. ASIA PACIFIC FIBERS Tbk DALAM RANGKA PENYESUAIAN DENGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN Anggaran Dasar Lama NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 1. Perseroan terbatas ini

Lebih terperinci

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 8 /POJK.04/2017 TENTANG BENTUK DAN ISI PROSPEKTUS DAN PROSPEKTUS RINGKAS DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM EFEK

Lebih terperinci

LAMPIRAN: Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor : Kep- 67/BL/2007 Tanggal : 13 April 2007 PROSPEKTUS DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM OBLIGASI DAERAH

LAMPIRAN: Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor : Kep- 67/BL/2007 Tanggal : 13 April 2007 PROSPEKTUS DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM OBLIGASI DAERAH PERATURAN NOMOR IX.C.13: PEDOMAN MENGENAI BENTUK DAN ISI PROSPEKTUS DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM OBLIGASI DAERAH 1. Umum a. Seluruh definisi yang tercantum dalam Peraturan Nomor IX.C.12 tentang Pedoman

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-45/PM/2000 TENTANG

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-45/PM/2000 TENTANG KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-45/PM/2000 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN NOMOR IX.A.7 TENTANG TANGGUNG JAWAB MANAJER PENJATAHAN DALAM RANGKA PEMESANAN DAN PENJATAHAN EFEK DALAM PENAWARAN

Lebih terperinci

PERATURAN NOMOR IX.J.1 : POKOK-POKOK ANGGARAN DASAR PERSEROAN YANG MELAKUKAN PENAWARAN UMUM EFEK BERSIFAT EKUITAS DAN PERUSAHAAN PUBLIK

PERATURAN NOMOR IX.J.1 : POKOK-POKOK ANGGARAN DASAR PERSEROAN YANG MELAKUKAN PENAWARAN UMUM EFEK BERSIFAT EKUITAS DAN PERUSAHAAN PUBLIK Peraturan Bapepam PERATURAN NOMOR IX.J.1 : POKOK-POKOK ANGGARAN DASAR PERSEROAN YANG MELAKUKAN PENAWARAN UMUM EFEK BERSIFAT EKUITAS DAN PERUSAHAAN PUBLIK Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-13/PM/1997,

Lebih terperinci

STIE DEWANTARA Pasar Modal

STIE DEWANTARA Pasar Modal Pasar Modal Manajemen Lembaga Keuangan, Sesi 3 Pengertian Dalam arti sempit Pasar Modal = Bursa efek, yaitu tempat terorganisasi yang mempertemukan penjual dan pembeli efek yang dilakukan secara langsung

Lebih terperinci

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 62 /POJK.04/2017 TENTANG BENTUK DAN ISI PROSPEKTUS DAN PROSPEKTUS RINGKAS DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM OBLIGASI

Lebih terperinci

PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL ANALISIS PORTOFOLIO DAN INVESTASI ANDRI HELMI M, SE., MM.

PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL ANALISIS PORTOFOLIO DAN INVESTASI ANDRI HELMI M, SE., MM. PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL ANALISIS PORTOFOLIO DAN INVESTASI ANDRI HELMI M, SE., MM. PENGERTIAN PASAR MODAL Bursa efek merupakan arti fisik dari pasar modal. Pada tahun 2007, Bursa Efek Jakarta

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP- 67/BL/2007 TENTANG PEDOMAN MENGENAI

Lebih terperinci

NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1

NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 -----------------------NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN ------------------------ --------------------------------------------- Pasal 1 ------------------------------------------- 1. Perseroan Terbatas ini bernama

Lebih terperinci

1 Munir Fuady, Perseroan Terbatas Paradigma Baru, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1999, hlm Ibid.

1 Munir Fuady, Perseroan Terbatas Paradigma Baru, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1999, hlm Ibid. A. Pengertian Perseroan Terbatas Tertutup dan Perseroan Terbatas Terbuka Menurut Munir Fuady, yang dimaksud dengan perusahaan tertutup yakni suatu perusahaan terbatas yang belum pernah menawarkan saham-saham

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.04/2014 TENTANG PENAMBAHAN MODAL TANPA HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH DAHULU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN

Lebih terperinci

Materi 2 Pengertian dan Instrumen Pasar Modal. Prof. Dr. DEDEN MULYANA, SE. M.Si.

Materi 2 Pengertian dan Instrumen Pasar Modal. Prof. Dr. DEDEN MULYANA, SE. M.Si. Materi 2 Pengertian dan Instrumen Pasar Modal Prof. Dr. DEDEN MULYANA, SE. M.Si. 2-1 PENGERTIAN & INSTRUMEN PASAR MODAL PENGERTIAN PASAR MODAL - Pasar Perdana - Pasar Sekunder INSTRUMEN PASAR MODAL - Saham

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37/POJK.04/2014 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF PENYERTAAN TERBATAS

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37/POJK.04/2014 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF PENYERTAAN TERBATAS OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37/POJK.04/2014 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF PENYERTAAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR: KEP- 13/PM/2002 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR: KEP- 13/PM/2002 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR: KEP- 13/PM/2002 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL, Menimbang : bahwa dalam rangka peningkatan

Lebih terperinci

CARA MEMBACA PROSPEKTUS DAN LAPORAN KEUANGAN

CARA MEMBACA PROSPEKTUS DAN LAPORAN KEUANGAN CARA MEMBACA PROSPEKTUS DAN LAPORAN KEUANGAN PROSPEKTUS Prospektus merupakan informasi atau dokumen penting dalam proses penawaran umum, baik saham maupun obligasi. Dalam prospektus terdapat banyak informasi

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB 8 PASAR MODAL A. Pengertian Pasar Modal B. Instrumen Pasar Modal

BAB 8 PASAR MODAL A. Pengertian Pasar Modal B. Instrumen Pasar Modal BAB 8 PASAR MODAL A. Pengertian Pasar Modal Dalam arti umum pasar adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi dilokasi tertentu, begitu pula yang terjadi di pasar modal dimana

Lebih terperinci

NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN. Pasal 1

NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN. Pasal 1 NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 1. Perseroan terbatas ini bernama PT DUTA INTIDAYA Tbk, selanjutnya dalam Anggaran Dasar ini disebut Perseroan ), berkedudukan di Jakarta Selatan. 2. Perseroan dapat membuka

Lebih terperinci

Pasar Modal EKO 3 A. PENDAHULUAN B. PRODUK PASAR MODAL PASAR MODAL. materi78.co.nr

Pasar Modal EKO 3 A. PENDAHULUAN B. PRODUK PASAR MODAL PASAR MODAL. materi78.co.nr Pasar Modal A. PENDAHULUAN Pasar modal (capital market) atau bursa efek adalah pasar tempat bertemunya permintaan dan penawaran dana-dana jangka panjang dalam bentuk jual-beli surat berharga. B. PRODUK

Lebih terperinci

PERATURAN NOMOR I-D: TENTANG PENCATATAN SERTIFIKAT PENITIPAN EFEK INDONESIA (SPEI) DI BURSA

PERATURAN NOMOR I-D: TENTANG PENCATATAN SERTIFIKAT PENITIPAN EFEK INDONESIA (SPEI) DI BURSA LAMPIRAN Keputusan Direksi PT Bursa Efek Indonesia Nomor : Kep-00389/BEI/06-2009 Tanggal dikeluarkan :12 Juni 2009 Tanggal diberlakukan : 12 Juni 2009 PERATURAN NOMOR I-D: TENTANG PENCATATAN SERTIFIKAT

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/ TENTANG PENAMBAHAN MODAL PERUSAHAAN TERBUKA DENGAN HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH DAHULU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR PT BANK CIMB NIAGA NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN

ANGGARAN DASAR PT BANK CIMB NIAGA NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN ANGGARAN DASAR PT BANK CIMB NIAGA ------------------ NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN -------------------- -------------------------------------- PASAL 1 -------------------------------------- 1.1. Perseroan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa perekonomian nasional yang diselenggarakan

Lebih terperinci

PASAR MODAL BURSA EFEK MEKANISME PERDAGANGAN

PASAR MODAL BURSA EFEK MEKANISME PERDAGANGAN Pengertian Pasar Modal adalah wahana untuk mempertemukan pihak-pihak yang memerlukan dana jangka panjang dengan pihak yang memiliki dana tersebut FUNGSI JENIS BAPEPAM LEMBAGA dan PROFESI Fungsi Sumber

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perdana yang dilakukan perusahaan yang hendak go-public. Saham adalah satuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perdana yang dilakukan perusahaan yang hendak go-public. Saham adalah satuan 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Initial Public Offering (IPO) Menurut Hartono dan Ali (2002), IPO merupakan penawaran saham di pasar perdana yang dilakukan perusahaan yang hendak go-public.

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk. NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN PASAL 1

ANGGARAN DASAR PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk. NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN PASAL 1 ANGGARAN DASAR PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk. NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN PASAL 1 1. Perseroan Terbatas ini bernama PT. BFI FINANCE INDONESIA Tbk, (selanjutnya cukup disingkat dengan Perseroan ) berkedudukan

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan No.133, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Reksa Dana. Perseroan. Pengelolaan. Pedoman. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6080) PERATURAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa perekonomian nasional yang diselenggarakan

Lebih terperinci

RENCANA PENYESUAIAN ANGGARAN DASAR PT BAKRIELAND DEVELOPMENT TBK DENGAN PERATURAN POJK No. 32/ POJK.04/2014 dan No. 33/POJK.

RENCANA PENYESUAIAN ANGGARAN DASAR PT BAKRIELAND DEVELOPMENT TBK DENGAN PERATURAN POJK No. 32/ POJK.04/2014 dan No. 33/POJK. RENCANA PENYESUAIAN ANGGARAN DASAR PT BAKRIELAND DEVELOPMENT TBK DENGAN PERATURAN POJK No. 32/ POJK.04/2014 dan No. 33/POJK.04/2014 Pasal Anggaran Dasar BLD Sebelum Disesuaikan Dengan POJK Ps. 1 Ayat (1)

Lebih terperinci

XVIII. ANGGARAN DASAR PERSEROAN

XVIII. ANGGARAN DASAR PERSEROAN XVIII. ANGGARAN DASAR PERSEROAN Ketentuan anggaran dasar Perseroan dibawah ini adalah anggaran dasar Perseroan yang saat ini berlaku berdasarkan perubahan anggaran dasar terakhir no. 41 tanggal 11 juni

Lebih terperinci

NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1

NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 1. Perseroan Terbatas ini bernama PT. ABM INVESTAMA Tbk. (selanjutnya cukup disingkat dengan Perseroan ), berkedudukan di Jakarta Selatan. 2. Perseroan dapat membuka cabang,

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR KEP- 176/BL/2008 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23/POJK.04/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23/POJK.04/2014 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23/POJK.04/2014 TENTANG PEDOMAN PENERBITAN DAN PELAPORAN EFEK BERAGUN ASET BERBENTUK SURAT PARTISIPASI DALAM RANGKA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-38/PM/1996 TENTANG LAPORAN TAHUNAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL,

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-38/PM/1996 TENTANG LAPORAN TAHUNAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL, KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-38/PM/1996 TENTANG Peraturan Nomor VIII.G.2 LAPORAN TAHUNAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL, Menimbang : bahwa dengan berlakunya Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR : KEP- 22 /PM/2004 TENTANG PEDOMAN BENTUK DAN ISI PROSPEKTUS DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM REKSA DANA

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR : KEP- 22 /PM/2004 TENTANG PEDOMAN BENTUK DAN ISI PROSPEKTUS DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM REKSA DANA KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR : KEP- 22 /PM/2004 Peraturan Nomor IX.C.6 TENTANG PEDOMAN BENTUK DAN ISI PROSPEKTUS DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM REKSA DANA KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL,

Lebih terperinci

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PEDOMAN PENERBITAN DAN PELAPORAN EFEK BERAGUN ASET BERBENTUK SURAT PARTISIPASI DAL

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PEDOMAN PENERBITAN DAN PELAPORAN EFEK BERAGUN ASET BERBENTUK SURAT PARTISIPASI DAL LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.358, 2014 KEUANGAN. OJK. Efek Beragun Aset. Partisipasi Pembiayaan. Pedoman. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5632) PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

Obligasi Pemerintah Daerah : Alternatif Pendapatan Daerah

Obligasi Pemerintah Daerah : Alternatif Pendapatan Daerah Obligasi Pemerintah Daerah : Alternatif Pendapatan Daerah http://ekbis.sindonews.com I. Pendahuluan II. Obligasi adalah suatu istilah yang digunakan dalam dunia keuangan yang merupakan suatu pernyataan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa perekonomian nasional yang diselenggarakan

Lebih terperinci

ATA 2014/2015 M1/IT /NICKY/ Pasar modal

ATA 2014/2015 M1/IT /NICKY/ Pasar modal Pasar modal 1. Pengertian pasar modal Pasar modal merupakan pasar tempat pertemuan dan melakukan transaksi antara pencari dana dengan para penanam modal, dengan instrument utama saham dan obligasi. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan pembangunan di masa mendatang akan semakin besar. Kebutuhan ini tidak akan dapat dibiayai oleh pemerintah saja melalui

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan pembangunan di masa mendatang akan semakin besar. Kebutuhan ini tidak akan dapat dibiayai oleh pemerintah saja melalui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembangunan ekonomi nasional suatu negara, diperlukan pembiayaan baik dari pemerintah maupun dari masyarakat. Kebutuhan pembiayaan pembangunan di masa mendatang

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR PT INTERMEDIA CAPITAL Tbk ( Perseroan )

ANGGARAN DASAR PT INTERMEDIA CAPITAL Tbk ( Perseroan ) ANGGARAN DASAR PT INTERMEDIA CAPITAL Tbk ( Perseroan ) Akta Pendirian Perseroan yang memuat ketentuan-ketentuan anggaran dasar Perseroan telah beberapa kali diubah, dan yang terakhir dengan Akta Pernyataan

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENGAMBILALIHAN PERUSAHAAN TERBUKA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENGAMBILALIHAN PERUSAHAAN TERBUKA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/ TENTANG PENGAMBILALIHAN PERUSAHAAN TERBUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP-521/BL/2010 TENTANG TRANSAKSI

Lebih terperinci

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SSALINAN SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 31 /POJK.04/2015 TENTANG KETERBUKAAN ATAS INFORMASI ATAU FAKTA MATERIAL OLEH EMITEN ATAU PERUSAHAAN

Lebih terperinci

PERATURAN NOMOR IX.A.7 : TANGGUNG JAWAB MANAJER PENJATAHAN DALAM RANGKA PEMESANAN DAN PENJATAHAN EFEK DALAM PENAWARAN UMUM

PERATURAN NOMOR IX.A.7 : TANGGUNG JAWAB MANAJER PENJATAHAN DALAM RANGKA PEMESANAN DAN PENJATAHAN EFEK DALAM PENAWARAN UMUM Nomor : Kep-48/PM/1996 PERATURAN NOMOR IX.A.7 : TANGGUNG JAWAB MANAJER PENJATAHAN DALAM RANGKA PEMESANAN DAN PENJATAHAN EFEK DALAM PENAWARAN UMUM 1. Penawaran Umum Penawaran Umum dapat merupakan Penawaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian Pasar Modal. diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian Pasar Modal. diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA Landasan Teori Pengertian Pasar Modal Pasar modal merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2015 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2015 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2015 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 64 /POJK.04/2017 TENTANG DANA INVESTASI REAL ESTAT BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 64 /POJK.04/2017 TENTANG DANA INVESTASI REAL ESTAT BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 64 /POJK.04/2017 TENTANG DANA INVESTASI REAL ESTAT BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-51/PM/1996 TENTANG

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-51/PM/1996 TENTANG KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-51/PM/1996 TENTANG PEDOMAN MENGENAI BENTUK DAN ISI PROSPEKTUS DAN PROSPEKTUS RINGKAS DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL, Menimbang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-52/PM/1997 TENTANG PENGGABUNGAN USAHA ATAU PELEBURAN USAHA PERUSAHAAN PUBLIK ATAU EMITEN

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-52/PM/1997 TENTANG PENGGABUNGAN USAHA ATAU PELEBURAN USAHA PERUSAHAAN PUBLIK ATAU EMITEN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-52/PM/1997 TENTANG PENGGABUNGAN USAHA ATAU PELEBURAN USAHA PERUSAHAAN PUBLIK ATAU EMITEN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL, Menimbang : bahwa dengan

Lebih terperinci

Anggaran Dasar PT. Minna Padi Investama

Anggaran Dasar PT. Minna Padi Investama Anggaran Dasar PT. Minna Padi Investama Berdasarkan Akta Nomor 25, tanggal 03 Juli 2015, dibuat oleh Notaris Buntario Tigris, SH, SE, MH. Notaris di Jakarta Pusat sebagaimana telah diterima pemberitahuannya

Lebih terperinci

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 9 /POJK.04/2017 TENTANG BENTUK DAN ISI PROSPEKTUS DAN PROSPEKTUS RINGKAS DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM EFEK

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 77 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN MENGENAI BENTUK DAN ISI PERNYATAAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN PUBLIK

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 77 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN MENGENAI BENTUK DAN ISI PERNYATAAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN PUBLIK - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 77 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN MENGENAI BENTUK DAN ISI PERNYATAAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN PUBLIK DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SSALINAN SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 31 /POJK.04/2015 TENTANG KETERBUKAAN ATAS INFORMASI ATAU FAKTA MATERIAL OLEH EMITEN ATAU PERUSAHAAN

Lebih terperinci