Sensivisitas, spesifisitas dan akurasi pengukuran sudut antegonial pada radiografik panoramik penderita osteoporosis
|
|
- Sukarno Indradjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Research Report Sensivisitas, spesifisitas dan akurasi pengukuran sudut antegonial pada radiografik panoramik penderita osteoporosis (Sensitivity, specificity, and accuracy of antegonial angle measurement in panoramic radiographs patient osteoporosis) R.P. Bambang Noerjanto 1, Deny Saputra 1, Yolan Tiara Yusuf 2 1 Staf Pengajar Departemen Radiologi Kedokteran Gigi 2 Mahasiswa Program Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga Surabaya Indonesia ABSTRAK Latar belakang: Penderita osteoporosis belum mendapatkan penanganan lebih awal hingga akhirnya mulai dirasakan adanya kerapuhan pada tulang. Oleh karena itu dicari suatu media yang dapat mendiagnosa terjadinya osteoporosis secara dini. Salah satu yang dapat diukur untuk mendiagnosa osteoporosis pada radiografik panoramik adalah sudut antegonial yang terdapat pada tulang mandibula. Perubahan pada sudut antegonial dapat digunakan sebagai indikator pertumbuhan mandibula dan dapat pula digunakan untuk screening osteoporosis. Tujuan : Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sensitivitas, spesifisitas dan akurasi pengukuran sudut antegonial pada penderita osteoporosis. Metode : Foto radiografik wanita postmenopause yang tidak menderita osteoporosis, dan wanita postmenopause yang menderita osteoporosis di ukur sudut antegonialnya kemudian di cari nilai sensitivitas, spesifisitas dan akurasi. Hasil : Pengukuran sudut dapat medeteksi pasien yang positif osteoporosis sebesar 83%, medeteksi pasien yang negatif osteoporosis sebesar 11%, 50%, 0% dan akurasi sebesar 66%. Kesimpulan : Pengukuran sudut antegonial pada radiografik memiliki sensitivitas tinggi dan akurasi cukup, tetapi spesifisitas rendah. Kata kunci : Wanita postmenopause, Radiografik panoramik, Sensitivitas, Spesifisitas, Akurasi sudut antegonial mandibula. ABSTRACT Background: People with osteoporosis aren t gotten the treatment early until they started to felt fragility at their bones. Therefore should be sought media that can detect at an early stage of osteoporosis. The one that can be measured to detect osteoporosis panoramic radiographs antegonial angle is contained in mandibular bone. Change in the antegonial angle can be used as an indicator of mandibular growth and can also be used to screening of osteoporosis.purpose : The purpose of this study was for determine the sensitivity, specificity and accuracy of antegonial angle measurement in patients with osteoporosis. Methods: radiographic photo posmenopausal women who do not suffer from osteoporosis, and posmenopausal women with osteoporosis in her the antegonial protractor in searching the sensitivity, specificity and accuracy. Result: Antegonial angle measurements on panoramic radiographs to detect the positive patients osteoporosis by 83%, detecting osteoporosis patients who were negative by 11%, 50%, 0% and accuracy 66%. Conclusion: Antegonial angle radiographic measurements have high sensitivity and sufficient accuracy, but low specificity. Keyword : Postmenopausal women, Panoramic radiographs, Sensitivity, Specificity, Accuracy of mandibular antegonial angle. 1
2 Korespondensi (correspondence) : Yolan Tiara Yusuf., Mahasiswa Program Pendidikan Dokter Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga Jl. Prof. Dr. Moestopo No. 47 Surabaya 60132, Indonesia. yolantiarayusuf@yahoo.com PENDAHULUAN Individu dengan osteoporosis, terutama perempuan postmenopause, masih belum mendapatkan penanganan secara dini, sampai mereka menyadari bahwa tulang mereka sudah rapuh dan pada akhirnya mengalami fraktur 1.Osteoporosis didefinisikan sebagai penyakit sistemik dari tulang yang ditandai oleh berkurangnya massa tulang dan terganggunya jaringan tulang, yang mengarah pada meningkatnya kerapuhan tulang dan resiko fraktur 2. Di Indonesia sendiri prevalensi osteoporosis pada tahun 2002 adalah 19,7%, yaitu pada laki-laki 14,8 % dan perempuan 21,7 %. Sedangkan pada tahun 2003 sebesar 7,7 %, kemudian sebesar 7 % pada tahun 2004 dan tahun 2005 sebesar 10,3% yaitu laki-laki 14,3% dan perempuan sebesar 8,2%. Pada umur 55 tahun, resiko asteoporosis lebih tinggi pada laki-laki dan pada umur di atas 55 tahun porposi penderita osteoporosis lebih tinggi pada wanita 3. Radiografik panoramik adalah salah satu gambaran ekstra oral yang sering digunakan oleh dokter gigi karena memberikan gambaran struktur yang kompleks dari oral-maksilofasial, yang membantu dalam memperoleh diagnosis untuk rencana perawatan 4. Dokter gigi dapat menggunakan radiografik panoramik untuk mengidentifikasi osteoporosis pada perempuan postmenopause 1. Bone mineral density (BMD) merupakan inikator dalam pemeriksaan osteoporosis, dual energy x- ray absorptiometry (DXA) adalah teknik yang paling tepat untuk menentukan bone mineral density (BMD), DXA dianggap sebagai salah satu alat yang dapat mendeteksi osteoporosis yang paling baik pada saat ini 5.Pemerikasaan DXA terhadap osteoporosis memiliki sensivisitas sebesar 90%, spesifisitas 40-60% dan akurasinya sebesar 90-99%. Oleh sebab itu penilaian dengan DXA paling efektif untuk mendeteksi secara dini resiko dari osteoporosis 6. Salah satu yang dapat diukur untuk mendeteksi osteoporosis pada radiografik panoramik adalah sudut antegonial yang terdapat pada tulang mandibula. Perubahan pada sudut antegonial dapat digunakan sebagai indikator pertumbuhan mandibula pada bidang orthodontik kedokteran gigi dan dapat pula digunakan untuk mendeteksi secara dini resiko dari osteoporosis 7,8.Pengukuran sudut antegonial dilakukan untuk mengetahui morfologi perubahan mandibula selama penuaan. Oleh karena tulang mandibula mengalami perubahan morfologi seiring dengan bertambahnya umur, dan dapat mempengaruhi keadaan gigi pasien. Oleh sebab itu penting untuk mengetahui normal tidaknya sudut antegonial dalam setiap kelompok umur, jenis kelamin, dan hubungannya dengan osteoporosis. Hal ini dapat dievaluasi pada perubahan sudut antegonial mandibula pada pasien 7. Maka berdasarkan latar belakang di atas, penulis ingin melakukan penelitian terkait dengan perubahan sudut antegonial menggunakan radiografik panoramik pada pasien osteoporosis apakah dapat digunakan sebagai pengganti uji DXA pada osteoporosis, dengan cara menghitung nilai sensitivitas, spesifisitas, dan akurasi pengukuran sudut antegonial pada radiografik panoramik. BAHAN DAN METODE Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian observasional deskriptif dan dilakukan di UPF Radiologi Kedokteran Gigi Universitas Airrlangga. Penelitian ini menggunakan sampel 36 wanita postmenopause yang membawa surat konsul dari dokter untuk melakukan tes BMD dengan DXA di klinik Pramita Jalan Jemur Andayani no. 67 Surabaya. Sampel harus memenuhi kriteria sebagai berikut : (1) wanita berusia lebih dari 50 tahun; (2) telah 2
3 mengalami menopause; (3) tidak mengalami penyakit sistemik. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah unit x-ray panoramik, film, kertas transparan, spidol, penggaris, viewer, dan kaliper dengan ketelitian 0,05. Sampel kemudian dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok osteoporosis sebesar 18 orang dan kelompok tidak osteoporosis sebesar 18 orang, berdasarkan hasil pemeriksaan BMD dengan DXA. Sampel dari kedua kategori dilakukan pengambilan foto radiografik panoramik untuk kemudian dilakukan pengukuran sudut antegonial oleh 3 pengamat. Pengukuran sudut antegonial dilakukan dengan menarik secara tegak lurus pada garis yang menyinggung titik terluar dari ramus mandibula dan body mandibula. Kemudian diamati serta dibaca oleh penulis dengan pembimbing. Gambaran sudut antegonial mandibula pada radiografik panoramik dihitung dengan melihat dua garis paralel menuju ke tepi bawah kortikal dan mengukur sudut terdalam dari derajat antegonial mandibula menggunakan busur. a = true positive (didiagnosa osteoporosis berdasarkan DXA dan sudut antegonial ) b = false positive (didiagnosa tidak osteoporosis berdasarkan DXA, tetapi tidak osteoporosis berdasarkan sudut antegonial ) c = false negative (didiagnosa osteoporosis berdasarkan DXA, tetapi tidak osteoporosis berdasarkan sudut antegonia) d = true negative (didiagnosa tidak osteoporosis berdasarkan DXA dan sudut antegonial ) Nilai sensitivitas, spesifisitas, dan akurasi ketiga pengamat kemudian dianalisis dengan uji friedman menggunakan SPSS 17 untuk mengetahui adanya perbedaan antar pengamat. Apabila antara ketiga peneliti tidak signifikan maka dilanjutkan dengan perhitungan nilai z. HASIL Berdasarkan penelitian yang dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut: Tabel 1 : Tabel Hasil Perhitungan Sudut Antegonial Kode Peneliti 1 Peneliti Peneliti 2 3 a b c d Gambar 1 : Pengukuran sudut antegonial 8 Setelah pengukuran sudut antegonial dilakukan, nilai sensitivitas, spesifisitas, dan akurasi dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut 9 : Setelah dilakukan perhitungan besar sudut antegonial pada setiap sampel oleh tiga peneliti. ditemukan nilai sensitivitas, spesifisitas dan akurasi sebagai berikut. Tabel 2 : Tabel Hasil Perhitungan Nilai Sensitivitas, Spesifisitas dan Akurasi Peneliti Sensitivitas Spesifisitas Akurasi Peneliti 1 100% 11% 50% Keterangan : Peneliti 2 83% 50% 66% Peneliti 3 83% 0% 42% 3
4 Uji statistika menggunakan uji friedman dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara pengamat 1, pengamat 2, dan pengamat 3 dalam mendiagnosa sampel osteoporosis dan tidak osteoporosis. Tabel 3 : Tabel hasil uji Friedman Hasil uji Friedmann N Asymp. Sig Sampel osteoporosis 18 0,105 Sampel tidak osteoporosis 18 0,001 Dari hasil pengolahan data dengan menggunakan Friedman test pada sampel yang mengalami osteoporosis berdasarkan DXA pada tabel 3 didapatkan nilai asymp. sig sebesar 0,105. Nilai ini lebih dari 0,05, sehingga Ho diterima (tidak ada perbedaan antara pengamat 1, pengamat 2, pengamat 3 dalam mendiagnosa pasien yang menderita osteoporosis berdasarkan sudut antegonial pada radiografi panoramik. Sedangkan pada Friedman test sampel yang tidak mengalami osteoporosis berdasarkan DXA (Tabel 3) didapatkan nilai asymp. sig sebesar 0,001. Nilai ini kurang dari 0,05, sehingga Ho ditolak (terdapat perbedaan antara pengamat 1, pengamat 2, dan pengamat 3 dalam mendiagnosa osteoporosis berdasarkan sudut antegonial pada radiografi panoramik). Untuk mengetahui pengaruh perbedaan pengamat 1, pengamat 2, dan pengamat 3 dalam mendiagnosa pasien osteoporosis pada nilai sensitivitas, spesifisitas, dan akurasi maka dilakukan perhitungan nilai z. Nilai z adalah nilai standar yang digunakan untuk mengetahui perbedaan antara 2 kelompok. Perhitungan nilai z untuk sensitivitas, spesifisitas, dan akurasi masing-masing dilakukan 3 kali, yaitu antara pengamat 1 dan pengamat 2, antara pengamat 2 dan pengamat 3, dan antara pengamat 1 dan pengamat 3. Perhitungan nilai z menggunakan rumus sebagai berikut. Keterangan : p1 = proporsi 1 ( nilai sensitivitas / spesifisitas /akurasi ) p2 = proporsi 2 ( nilai sensitivitas / spesifisitas / akurasi ) q = 1-p1 q2 = 1-p2 μ1 = jumlah sampel 1 μ2 = jumlah sampel 2 Tabel 4 : Hasil perhitungan nilai z pada pasien yang didiagnosa osteoporosis berdasarkan DXA Nilai Z Sensitivitas Spesifisitas Akurasi Antar pengamat 1 dan 2 1,91 2,78 1,33 2 dan 3 0 4,17 1,5 1 dan 3 1,91 1,57 0,5 Nilai z > 1,96 menunjukkan adanya perbedaan antar pengamat, sedangkan nilai z < 1,96 menunjukkan tidak ada perbedaan antar pengamat. Nilai z pada sensitivitas antara pengamat 1 dan 2 adalah 1,91 (< 1,96) yang berarti bahwa tidak terdapat perbedaan nilai sensitivitas antara pengamat 1 dan 2. Nilai z pada sensitivitas antara pengamat 2 dan 3 adalah 0 (< 1,96) yang berarti bahwa tidak terdapat perbedaan dalam nilai sensitivitas antara pengamat 2 dan 3. Nilai z pada sensitivitas antara pengamat 1 dan 3 adalah 1,91 (< 1,96) yang berarti bahwa tidak terdapat perbedaan nilai sensitivitas antara pengamat 1 dan 3. Nilai z pada spesifisitas antara pengamat 1 dan 2 adalah 2,78 (> 1,96) yang berarti bahwa terdapat perbedaan dalam nilai spesifisitas antara pengamat 1 dan 2. Nilai z pada spesifisitas antara pengamat 2 dan 3 adalah 4,17 (> 1,96) yang berarti bahwa terdapat perbedaan dalam nilai spesifisitas antara pengamat 2 dan 3. Nilai z pada spesifisitas antara pengamat 1 dan 3 adalah 1,57 (< 1,96) yang berarti bahwa tidak terdapat perbedaan dalam nilai spesifisitas antara pengamat 1 dan 3. Nilai z pada akurasi antara pengamat 1 dan 2 adalah 4
5 1,33 (> 1,96) yang berarti bahwa tidak terdapat perbedaan dalam nilai akurasi antara pengamat 1 dan 2. Nilai z pada akurasi antara pengamat 2 dan 3 adalah 1,5 (< 1,96) yang berarti bahwa tidak terdapat perbedaan dalam nilai akurasi antara pengamat 2 dan 3. Nilai z pada akurasi antara pengamat 1 dan 3 adalah 0,5 (< 1,96) yang berarti bahwa tidak terdapat perbedaan dalam nilai akurasi antara pengamat 1 dan 3. Dari nilai z tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai sensitivitas pengamat 1 tidak ada perbedaan dengan pengamat 2 dan pengamat 3. Sedangkan nilai spesifisitas terdapat perbedaan antara pengamat 1, pengamat 2, dan pengamat 2, pengamat 3, namun antara pengamat 1 dan pengamat 3 tidak terdapat perbedaan. Nilai akurasi antara pengamat 1, pengamat 2, dan pengamat 3 tidak terdapat perbedaan. PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan radiografik panoramik oleh karena gambaran yang dihasilkan dapat menggambarkan keadaan rahang bawah secara jelas terutama sudut antegonial, hal tersebut dapat mempermudah dalam penghitungan sudut antegonial pada bagian mandibula. Selain itu radiografik panoramik juga banyak digunakan sebagai sarana diagnosis pada bidang kedokteran gigi, dan memiliki paparan radiasi yang minimal 10. Hasil penelitian pengukuran sudut memiliki sensitivitas sebesar 83%, hal ini berarti pengukuran sudut antegonial pada radiografik panoramik ini dapat mendeteksi pasien yang positif dan benar menderita osteoporosis sebesar 83%. Sedangkan nilai spesifisitasnya adalah 11%, 50%, 0% berarti pengukuran sudut antegonial pada radiografik panoramik ini dapat mendeteksi pasien yang negatif atau benar tidak menderita osteoporosis sebesar 11%, 50%, 0%. Didapatkan tiga nilai spesifisitas karena antara ketiga peneliti terdapat perbedaan nilai. Perbedaan nilai terjadi pada peneliti 1 dan peneliti 2 serta peneliti 2 dengan peneliti 3, namun pada peneliti 1 dan peneliti 3 tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Nilai akurasi dari pengukuran sudut antegonial pada radiografik panoramik ini memiliki keakuratan sebesar 66% sebagai diagnosa terhadap pasien yang menderita osteoporosis. Perbedaan nilai spesifisitas dari ketiga peneliti ini karena rentang nilai yang dihasilkan oleh 3 peneliti cukup tinggi. Perbedaan yang mencolok terjadi yaitu pada hasil perhitungan sampel yang negatif osteoporosis peneliti 1 mendapatkan 2 sampel, peneliti 3 tidak mendapatkan sampel yang negatif osteoporosis, sedangkan peneliti 2 mendapatkan rentang nilai yang cukup tinggi dari pada peneliti 1 dan 3, yaitu sebanyak 9 sampel negatif osteoporosis. Hasil yang bervariasi dan memiliki rentang nilai cukup tinggi ini dapat menyebabkan perhitungan menjadi tidak signifikan. Faktor individu juga memainkan peranan yang besar dalam pengukuran ini salah satunya adalah kesepakatan antar pengamat dalam menentukan cara perhitungan sudut antegonial dan penentuan titik terdalam dari tulang mandibula 11. Nilai spesifisitas yang rendah dikarenakan ketiga peneliti menemukan false positive atau dapat di artikan pasien yang seharusnya osteoporosis namun terdeteksi normal cukup banyak, sedangkan untuk mendapatkan nilai spesifisitas yang tinggi, nilai false positive yang ditemukan harus kecil. Penetapan antara sakit dan tidak sakit juga mempengaruhi, penetapan ini bergantung pada pertimbanganpertimbangan klinis sesuai kekhususan penyakit yang diteliti. Pertimbangpertimbangan klinis seperti riwayat alamiah penyakit ataupun keefektifan intervensi pada tahap awal atau lanjut harus diketahui. Jika penyakitnya jarang ditemukan sensitivitasnya harus tinggi, apabila sensitivitas rendah kasus-kasus yang jarang tidak akan ditemukan. Penyakit yang kejadiannya merata di masyarakat dan pengobatan tidak membuat hasil secara signifikan, spesifisitas harus tinggi kalau tidak pengobatan akan dipenuhi oleh kasuskasus yang benar-benar sakit saja, tanpa mampu memberikan pencegahan pada yang 5
6 terlihat tidak sakit namun sebenarnya sakit 12. Spesifisitas juga kurang berpengaruh pada saat screening kasus awal tahap investigasi, spesifisitas lebih penting ketika digunakan untuk penanganan individu yang terkena dampaknya 13. Hasil sensitivitas pengukuran sudut sebesar 83%, berarti screening terhadapat osteoporosis dengan metode perhitungan sudut antegonial dapat dikatakan sensitif karena nilai yang dihasilkan mendekati angka 100%. Nilai spesifisitasnya yaitu 11%, 50%, 0% berarti pengukuran sudut dinyatakan kurang spesifik, hal ini dikarenakan metode ini lebih banyak mendeteksi pasien yang false negatif terhadap penderita osteoporosis. Akurasi yang dihasilkan yaitu sebesar 66% hal ini berarti bahwa pengukuran sudut antegonial pada radiografik panoramik bisa dikatakan cukup akurat sebagai screening terhadap osteoporosis. Pemeriksaan yang ideal sebaiknya mempunyai sensitivitas, spesifisitas maupun akurasi sebesar 100 %. Namun tidak ada tes yang benar-benar memenuhi kriteria ini. Untuk mendeteksi penyakit dibutuhkan sensitivitas maksimal, tetapi sering kali mengorbankan spesifisitas. Pada sebuah uji tunggal yaitu pengujian dengan satu variabel, peningkatan sensitivitas akan menyebabkan penurunan spesifisitas, demikian pula peningkatan spesifisitas akan menyebabkan penurunan sensitivitas. Secara umum, tes yang sangat sensitif mempunyai spesifisitas yang sangat rendah, dan tes yang sangat spesifik memiliki spesivisitas yang relatif rendah. Begitu pula nilai akurasi, semakin tinggi nilai akurasi yang di hasilkan maka tes tersebut memiliki keakurasian yang tinggi 14. Ditinjau dari beberapa penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa sudut antegonial dapat digunakan untuk mengetahui bahwa seseorang menderita osteoporosis dengan melihat penurunan pada sudut antegonial, maka penelitian ini menyatakan bahwa penggunaan sudut sebagai alat screening terhadap osteoporosis sensitif dan cukup akurat, namun metode ini kurang spesifik karena kurang dapat mendeteksi penderita yang benar-benar tidak menderita osteoporosis 7,8,15. SIMPULAN Pengukuran sudut antegonial pada radiografi panoramik menghasilkan nilai sensitivitas 83%, spesifisitas sebesar 11%, 50%, 0% dan nilai akurasinya sebesar 66 %. Secara keseluruhan, pengukuran sudut antegonial ini sensitif dan cukup akurat sebagai alat screening terhadap osteoporosis namun kurang spesifik, dikarenakan tidak mampu mendeteksi penderita yang benar-benar tidak menderita osteoporosis. DAFTAR PUSTAKA 1. Zainal, AA, Anny Y, Lutfiani RD, Akira A, Akira T, Takashi N, Arifzan R, and Hudan S Computer aided diagnosis for osteoporosis based on trabecular bone analysis using panoramic radiographs. Dental jurnal, majalah kedokteran gigi. Vol. 43. No. 3 September Dagistan, S and Bilge, Comparison of antegonial index, mental index, panoramic mandibular index and mandibular cortical index values in the panoramic radiographs of normal males and male patients with osteoporosis. Dentomaxillofacial Radiology. The British Institute of Radiology. (39, ) 3. Jahari BA & Prihatini sri Resiko Osteoporosis di Indonesia. Puslitbang Gizi dan Makanan Depkes RI. Bogor. 30 (1) : Ferreir, R. Fernando, G. Jadir, C. Inara, CC. Eduardo Forensic importance of panoramic radiographs for human identification CLINICO CLINICAL. RGO - Rev Gaucha Odontol., Porto Alegre, v.60, n.4, p , out./dez.,
7 5. Lim LS, Hoeksema LJ, Sherin K ACPM Prevention Practice Committee Screening for osteoporosis in the adult US population. ACPM position statement on preventive practice.am J Prev Med 36: Taguchi A, M Ohtsuka, T Nakamoto, Y Suei, Y Kudo, K Tanimoto and A- M Bollen Detection of postmenopausal women with low bone mineral density and elevated biochemical markers of bone turnover by panoramic radiographs. Dentomaxillofacial Radiology. The British Institute of Radiology 37, Dutra V, J Yang1, H Devlin and C Susin Mandibular bone remodelling in adults: evaluation of panoramic radiographs. Dentomaxillofacial Radiology.The British Institute of Radiology. 33, Ghosh, S. Vegal M, Pai KM, Abishek K Remodeling of The Antegonial Angle Region in The Human Mandible: A Panoramic Radiographic Cross Sectional Study. J Med Oral Patol Oral Cir Bucal. 15(5): Eriyanto Teknik teknik Analisi Opini Publik. LkiS Pelangi Aksara. Yogyakarta Astari, N Perbandingan Dosis dan Kualitas Gambar Radiografi Panoramik Konvensional dengan Radiografi Panoramik Digital. Available from : Accessed September 3 th, Horner K, Devlin H The Relationship between indices of mandibular bone quality and bone mineral density measured by dual energi X-ray absorptiometry. Dentomaxillofac Radiol. 27: Richard, F. Morton, J. Richard Hebel, Robert J. McCarter Epidemiologi dan Biostatistika Panduan Studi edisi 5. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta 13. Arias, Kathleen Meehan Investigasi Dan Pengendalian Wabah Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta 14. Sacher, Ronald A., Richard A. McPherson Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan, Laboratorium. Edisi 11. EGC. Jakarta. Hal Bintang CPL, Gambaran Radiografik Sudut antegonial Mandibula Sebagai Indikator Osteoporosis Pada Wanita Postmenopause. Skripsi Kedokteran Gigi Universitas Airlangga : Surabaya 7
DAFTAR PUSTAKA. Arden, N 2006, Osteoporosis, Remedica, London. Pp 4
47 DAFTAR PUSTAKA Arden, N 2006, Osteoporosis, Remedica, London. Pp 4 Arias, Kathleen Meehan 2010. Investigasi Dan Pengendalian Wabah Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta
Lebih terperinciSensitivitas, spesifisitas, dan akurasi pengukuran mental indeks pada radiografi panoramik wanita pascamenopause.
Research Report Sensitivitas, spesifisitas, dan akurasi pengukuran mental indeks pada radiografi panoramik wanita pascamenopause. (Sensitivity, specificity, and accuracy of mental index measurement on
Lebih terperinciUNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim Pengembangan Jurnal Universitas Airlangga Kampus C Mulyorejo Surabaya
page 1 / 5 EDITORIAL BOARD empty page 2 / 5 Table of Contents No Title Page 1 Sensitivity, specificity, and accuracy of antegonial angle measurement in panoramic radiographs patient osteoporosis 2 Sensitivity,
Lebih terperinciDIAGNOSIS OF OSTEOPOROSIS FROM DENTAL PANORAMIC RADIOGRAPHS CASE REPORT
DIAGNOSIS OF OSTEOPOROSIS FROM DENTAL PANORAMIC RADIOGRAPHS CASE REPORT Sarianoferni*, Eddy Hermanto** *Radiology Department Faculty of Dentistry Hang Tuah University **Oral Surgery Department Faculty
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lupus Eritematosus Sistemik atau yang dikenal juga dengan Systemic lupus erythematosus (SLE) adalah penyakit reumatik autoimun yang ditandai adanya inflamasi yang tersebar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
19 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang World Health Organization (WHO) mendefinisikan osteoporosis sebagai penyakit sistemik dengan sifat-sifat berupa penurunan massa tulang, disertai perubahan mikroarsitektur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Osteoporosis atau keropos tulang adalah penyakit silent epidemic, yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Osteoporosis atau keropos tulang adalah penyakit silent epidemic, yang berarti pengeroposan tulang yang berlangsung secara diam-diam dan terus menerus. Untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakatakan hidup sehat. menyebabkan jumlah usia lanjut menjadi semakin banyak, tak terkecuali di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya kesadaran masyarakatakan hidup sehat menyebabkan jumlah usia lanjut menjadi semakin banyak, tak terkecuali di Indonesia. Jumlah usia lanjut di Indonesia
Lebih terperinciHUBUNGAN PERSENTASE LEMAK TUBUH DENGAN TOTAL BODY WATER MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH
HUBUNGAN PERSENTASE LEMAK TUBUH DENGAN TOTAL BODY WATER MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti ujian proposal
Lebih terperinciSegmentasi Tulang Kortikal pada Citra Dental Panoramic Radiograph
IJEIS, Vol.6, No.1, April 2016, pp. 37~46 ISSN: 2088-3714 37 Segmentasi Tulang Kortikal pada Citra Dental Panoramic Radiograph Thohiroh Agus Kumala* 1, Agus Harjoko 2 1 Prodi S2/S3 Ilmu Komputer, FMIPA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan sinar X telah lama dikenal dalam bidang kedokteran umum maupun kedokteran gigi sebagai suatu alat yang sangat membantu dalam suatu diagnosa penyakit gigi.
Lebih terperinciANALISIS KERAPATAN TRABECULAR BONE BERBASIS GRAPH BERBOBOT PADA CITRA PANORAMA GIGI UNTUK IDENTIFIKASI OSTEOPOROSIS
Abidin, Analisis Kerapatan Trabecular Bone Berbasis Graph Berbobot pada Citra Panorama Gigi untuk Identifikasi Osteoporosis ANALISIS KERAPATAN TRABECULAR BONE BERBASIS GRAPH BERBOBOT PADA CITRA PANORAMA
Lebih terperinciABSTRAK FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB OSTEOPOROSIS. Paulus Budi Santoso ( ) Pembimbing : David Gunawan T., dr
ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB OSTEOPOROSIS Paulus Budi Santoso (0210186) Pembimbing : David Gunawan T., dr Osteoporosis merupakan new communicable disease yang banyak dibicarakan, dan menyerang terutama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. prognosis dan rencana perawatan khususnya pasien dengan pertumbuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pada bidang ortodontik, usia merupakan hal yang penting dalam menentukan prognosis dan rencana perawatan khususnya pasien dengan pertumbuhan mandibula dan maksila yang
Lebih terperinciUJI KORELASI NILAI TEKSTUR CITRA RADIOGRAF PERIAPIKAL DIGITAL DENGAN NILAI KEPADATAN MASSA TULANG. Abstract. Intisari
UJI KORELASI NILAI TEKSTUR CITRA RADIOGRAF PERIAPIKAL DIGITAL DENGAN NILAI KEPADATAN MASSA TULANG Sri Lestari Prodi Teknik Elektro Fakultas Sains & Teknologi Universitas Respati Yogyakarta Jl. Laksda Adisucipto
Lebih terperinciKetetapan resmi terkini ISCD tahun 2013 (pasien anak-anak) Dibawah ini adalah ketetapan resmi ISCD yang telah diperbaruhi tahun 2013
Ketetapan resmi terkini ISCD tahun 2013 (pasien anak-anak) Dibawah ini adalah ketetapan resmi ISCD yang telah diperbaruhi tahun 2013 Gugus tugas tenatng kemungkinan resiko patah tulang serta definisi osteoporosis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Osteoporosis merupakan salah satu penyakit degeneratif yang. menjadi permasalah global di bidang kesehatan termasuk di Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Osteoporosis merupakan salah satu penyakit degeneratif yang menjadi permasalah global di bidang kesehatan termasuk di Indonesia. Osteoporosis merupakan penyakit ditandai
Lebih terperinciPENGUKURAN KETEBALAN TULANG KORTIKAL PADA CITRA PANORAMIK GIGI BERBASIS KURVA POLINOMIAL
PENGUKURAN KETEBALAN TULANG KORTIKAL PADA CITRA PANORAMIK GIGI BERBASIS KURVA POLINOMIAL Dini Adni Navastara 1, Agus Zainal Arifin 2, Anjar Mustika 3, Chastine Fatichah 4 (1) Teknik Informatika, Fakultas
Lebih terperinciNILAI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS SPUTUM BTA PADA PASIEN KLINIS TUBERKULOSIS PARU DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
NILAI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS SPUTUM BTA PADA PASIEN KLINIS TUBERKULOSIS PARU DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Inayati* Bagian Mikrobiologi Fakuktas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Lebih terperinciPENGUKURAN DOSIS RADIASI PADA PASIEN PEMERIKSAAN PANORAMIK. Abdul Rahayuddin H INTISARI
PENGUKURAN DOSIS RADIASI PADA PASIEN PEMERIKSAAN PANORAMIK Abdul Rahayuddin H21114706 Jurusan Fisika (Kosentrasi Fisika Medik) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin, Makassar
Lebih terperinciDAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. SURAT PERNYATAAN... iii. SURAT PERSETUJUAN PERBAIKAN... iv
ABSTRAK Respon iatrogenik dapat terjadi pada jaringan yang terlibat selama perawatan ortodontik. Salah satu respon tersebut adalah resorpsi akar. Resorpsi akar yang berkaitan dengan perawatan ortodontik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Bab pertama atau bab pendahuluan ini memberikan penjelasan tentang latar belakang penelitian yang dilakukan, rumusan masalah, tujuan, ruang lingkup masalah, dan metodologi penelitian.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tepat menghasilkan kualitas gambar intraoral yang dapat dijadikan untuk. sebelumnya (Farman & Kolsom, 2014).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemeriksaan radiografik telah menjadi salah satu alat bantu diagnosis utama di bidang kedokteran gigi untuk menentukan keadaan penyakit dan merencanakan perawatan
Lebih terperinciJURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
NILAI DIAGNOSTIK OSTEOPOROSIS SELF-ASSESMENT TOOL FOR ASIANS TERHADAP DUAL ENERGY X-RAY ABSORBTIOMETRY DALAM PENAPISAN OSTEOPOROSIS STUDI PADA WANITA POST MENOPAUSE Daniel Yoga Kurniawan 1, Tanti Ajoe
Lebih terperinciADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS FISIK, KEBIASAAN MEROKOK, PENGETAHUAN DAN SIKAP LANSIA TENTANG OSTEOPOROSIS DENGAN KEJADIAN OSTEOPOROSIS (Studi Di Rumah Sakit Husada Utama Surabaya) Oleh : UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 3,4
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radiografi dental merupakan salah satu bagian terpenting dari diagnosis oral moderen. Dalam menentukan diagnosis yang tepat, setiap dokter harus mengetahui nilai dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Osteoporosis adalah penyakit pengeroposan tulang yang banyak diderita
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Osteoporosis adalah penyakit pengeroposan tulang yang banyak diderita oleh kalangan lanjut usia, terutama wanita. Hal ini dikarenakan pada umur 50 tahun keatas
Lebih terperinciADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA DETEKSI KARIES MELALUI PENGAMATAN RADIOGRAF PANORAMIK DIGITAL DAN KONVENSIONAL SKRIPSI
DETEKSI KARIES MELALUI PENGAMATAN RADIOGRAF PANORAMIK DIGITAL DAN KONVENSIONAL SKRIPSI Oleh: IRMA ADE ARMANINGSIH 021211133042 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2015 DETEKSI KARIES
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu komputer dalam bidang medis sekarang ini sudah sangat maju. Banyak penelitian yang dilakukan untuk membantu dokter dalam menganalisis suatu penyakit,
Lebih terperinciTINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA D3 POLITEKNIK KESEHATAN GIGI MAKASSAR MENGENAI PROTEKSI RADIASI PADA FOTO ROENTGEN SKRIPSI
TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA D3 POLITEKNIK KESEHATAN GIGI MAKASSAR MENGENAI PROTEKSI RADIASI PADA FOTO ROENTGEN SKRIPSI Wahyuni Sirajuddin J 111 08 113 UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
Lebih terperinciABSTRAK. UJI VALIDITAS INDEKS MENTZER SEBAGAI PREDIKTOR β-thalassemia MINOR DAN ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA POPULASI ANEMIA HIPOKROM MIKROSITER
ABSTRAK UJI VALIDITAS INDEKS MENTZER SEBAGAI PREDIKTOR β-thalassemia MINOR DAN ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA POPULASI ANEMIA HIPOKROM MIKROSITER Aisyah Mulqiah, 2016 Pembimbing I Pembimbing II : dr. Penny
Lebih terperinciHUBUNGAN PERBEDAAN USIA DAN JENIS KELAMIN DENGAN KESEMBUHAN PASIEN DI ICU DI RUMAH SAKIT HAJI ADAM MALIK, MEDAN PERIODE BULAN JULI 2014 HINGGA OKTOBER
HUBUNGAN PERBEDAAN USIA DAN JENIS KELAMIN DENGAN KESEMBUHAN PASIEN DI ICU DI RUMAH SAKIT HAJI ADAM MALIK, MEDAN PERIODE BULAN JULI 2014 HINGGA OKTOBER 2014 Oleh : Thanaletchumy A/P Veranan 110100318 FAKULTAS
Lebih terperinciSEGMENTASI CORTICAL BONE PADA CITRA DENTAL PANORAMIC RADIOGRAPH MENGGUNAKAN WATERSHED BERINTEGRASI DENGAN ACTIVE CONTOUR BERBASIS LEVEL SET
SEGMENTASI CORTICAL BONE PADA CITRA DENTAL PANORAMIC RADIOGRAPH MENGGUNAKAN WATERSHED BERINTEGRASI DENGAN ACTIVE CONTOUR BERBASIS LEVEL SET Tutuk Indriyani, Agus Zainal Arifin, dan Rully Soelaiman Teknik
Lebih terperinciSCREENING. Pengertian. untuk mengidentifikasi penyakit2 yg tidak diketahui/tidak terdeteksi. menggunakan. mungkin menderita. memisahkan.
SCREENING Pengertian Screening : Proses yg dimaksudkan untuk mengidentifikasi penyakit2 yg tidak diketahui/tidak terdeteksi dg menggunakan berbagai test/uji yg dapat diterapkan secara tepat dlm sebuah
Lebih terperinciPengukuran Otomatis Lebar Cortical Bone pada Dental Panoramic Radiograph
Pengukuran Otomatis Lebar Cortical Bone pada Dental Panoramic Radiograph Putra Prima Arhandi 1, Agus Zainal Arifin 2, Wijayanti Nurul Khotimah 3 Institut Teknologi Sepuluh Nopember e-mail: putraprima@gmail.com
Lebih terperinciNILAI DIAGNOSTIK OSTEOPOROSIS SELF-ASSESMENT TOOL FOR ASIANS
NILAI DIAGNOSTIK OSTEOPOROSIS SELF-ASSESMENT TOOL FOR ASIANS TERHADAP DUAL ENERGY X-RAY ABSORBTIOMETRY DALAM PENAPISAN OSTEOPOROSIS Studi Pada Wanita Post Menopause LAPORAN HASIL AKHIR KARYA TULIS ILMIAH
Lebih terperinciOsteoporosis, Konsumsi Susu, Jenis Kelamin, Umur, dan Daerah, Di DKI Jakarta, Jawa Barat,
Osteoporosis, Konsumsi Susu, Jenis Kelamin, Umur, dan Daerah, Di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur Tuesday, April 29, 2014 http://www.esaunggul.ac.id/article/osteoporosis-konsumsi-susu-jenis-kelamin-umur-dan-daerah-di-dki-ja
Lebih terperinci30/10/2015. Penemuan Penyakit secara Screening - 2. Penemuan Penyakit secara Screening - 3. Penemuan Penyakit secara Screening - 4
Pengertian Tujuan dan sasaran Macam-macam bentuk screening Keuntungan Kriteria program skrining Validitas Reliabilitas Yield Evaluasi atau uji alat screening Penemuan Penyakit secara Screening - 2 Adalah
Lebih terperinciDescription of Mandible Cortical Bone Height in Patients with Type-2 Diabetes Mellitus and Suspect Osteoporosis (Research)
Description of Mandible Cortical Bone Height in Patients with Type-2 Diabetes Mellitus and Suspect Osteoporosis (Research) Lusi Epsilawati, drg Azhari, drg Bagian Radiologi Kedokteran Gigi BAGIAN RADIOLOGI
Lebih terperinciPENGUKURAN KETEBALAN TULANG KORTIKAL PADA CITRA PANORAMA GIGI BERBASIS MODEL
Navastara, Anggraeni, dan Arifin Pengukuran Ketebalan Tulang Kortikal pada Citra Panorama Gigi Berbasis Model PENGUKURAN KETEBALAN TULANG KORTIKAL PADA CITRA PANORAMA GIGI BERBASIS MODEL Dini Adni Navastara
Lebih terperinciABSTRAK. GAMBARAN VALIDITAS INDEKS MENTZER DAN INDEKS SHINE & LAL PADA PENDERITA β-thallassemia MAYOR
ABSTRAK GAMBARAN VALIDITAS INDEKS MENTZER DAN INDEKS SHINE & LAL PADA PENDERITA β-thallassemia MAYOR Nathanael Andry Mianto, 2013 Pembimbing : dr. Christine Sugiarto, Sp.PK, dr. Adrian Suhendra, Sp.PK,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mineral tulang disertai dengan perubahan mikroarsitektural tulang,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Osteoporosis didefinisikan sebagai kondisi rendahnya kepadatan mineral tulang disertai dengan perubahan mikroarsitektural tulang, peningkatan kerapuhan tulang dan peningkatan
Lebih terperinciLAPORAN PENELITIAN. Key words: osteoporosis, MCI,PMI, panoramic radiography
LAPORAN PENELITIAN Perbandingan Hasil Osteoporosis Berdasarkan Radiomorfometri Panoramik Antara Mandibular Cortical Index (MCI) Dengan Panoramic Mandibular Index (PMI) Pada Pasien RSGM UHT Sarianoferni
Lebih terperinciAnalisis Citra Radiografi Panoramik pada Tulang Mandibula untuk Deteksi Dini Osteoporosis dengan Metode Gray Level Cooccurence Matrix (GLCM)
Analisis Citra Radiografi Panoramik pada Tulang Mandibula untuk Deteksi Dini Osteoporosis dengan Metode Gray Level Cooccurence Matrix (GLCM) Azhari, 1 Suprijanto, 2 Yudhi Diputra, 3 Endang Juliastuti,
Lebih terperinciDiagnostic & Screening
Diagnostic & Screening Syahril Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara TUJUAN: Untuk mengetahui Sensitifitas, Spesifisitas, Nilai duga positip, Nilai duga negatip, Prevalensi
Lebih terperinciSarianoferni & Endah Wahjuningsih: Perbandingan osteoporosis berdasarkan MCI dan PMI
60 Perbandingan osteoporosis berdasarkan radiomorfometri panoramik antara mandibular cortical index dengan panoramic mandibular index pada pasien di Rumah Sakit Gigi Mulut Universitas Hang Tuah 1 Sarianoferni,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Teknik radiografi yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi ada dua yaitu teknik intraoral dan ekstraoral.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radiografi dental dikenal memiliki peranan yang penting dalam bidang kedokteran gigi yakni membantu dalam menegakkan diagnosa, menentukan rencana perawatan dan mengevaluasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas hidup manusia, baik kemajuan dalam bidang sosioekonomi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai kemajuan dalam segala aspek kehidupan manusia saat ini telah meningkatkan kualitas hidup manusia, baik kemajuan dalam bidang sosioekonomi maupun dalam bidang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tenaga kesehatan membutuhkan cara untuk mendukung pekerjaan agar terlaksana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya zaman dan teknologi kesehatan, banyak tenaga kesehatan membutuhkan cara untuk mendukung pekerjaan agar terlaksana secara lebih cepat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Osteoporosis merupakan penyakit tulang yang pada tahap awal belum
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Osteoporosis merupakan penyakit tulang yang pada tahap awal belum memberikan gejala-gejala yang diketahui (asymtomatic disease). Osteoporosis baru diketahui ada apabila
Lebih terperinciMETODE PENGENALAN POLA TRABEKULA MANDIBULA PADA RADIOGRAF PERIAPIKAL DIGITAL UNTUK DETEKSI DINI RISIKO OSTEOPOROSIS
VOLUME 3 No. 1, 22 Desember 2013 Halaman 1-80 METODE PENGENALAN POLA TRABEKULA MANDIBULA PADA RADIOGRAF PERIAPIKAL DIGITAL UNTUK DETEKSI DINI RISIKO OSTEOPOROSIS Sri Lestari dan Evrita Lusiana Utari Minat
Lebih terperinciKARYA TULIS ILMIAH. Oleh: APRILIA PRAFITA SARI ROITONA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA. Universitas Sumatera Utara
1 HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA USIA 20-50 TAHUN TENTANG SADARI SEBAGAI SALAH SATU DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA DI KELURAHAN TANJUNG REJO MEDAN KARYA TULIS ILMIAH Oleh:
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN DOKTER DENGAN KELENGKAPAN DOKUMEN REKAM MEDIS RAWAT JALAN DI POLIKLINIK NEUROLOGI RSUP DR. KARIADI SEMARANG OKTOBER 2008.
JURNAL VISIKES - Vol. 9 / No. 1 / April 20 HUBUNGAN PENGETAHUAN DOKTER DENGAN KELENGKAPAN DOKUMEN REKAM MEDIS RAWAT JALAN DI POLIKLINIK NEUROLOGI RSUP DR. KARIADI SEMARANG OKTOBER 2008. Yayuk Eny*), Enny
Lebih terperinciHALAMAN PENGESAHAN KTI HUBUNGAN OVEREKSPRESI HUMAN EPIDERMAL GROWTH FACTOR RECEPTOR 2 (HER-2) DENGAN GRADE HISTOLOGI PADA PASIEN KANKER PAYUDARA
HALAMAN PENGESAHAN KTI HUBUNGAN OVEREKSPRESI HUMAN EPIDERMAL GROWTH FACTOR RECEPTOR 2 (HER-2) DENGAN GRADE HISTOLOGI PADA PASIEN KANKER PAYUDARA Disusun Oleh: AFIF ARIYANWAR 20130310063 Telah disetujui
Lebih terperinciKata kunci: sefalometri; ortodontik; metode konvensional; metode computerized radiograph
ABSTRAK PERBEDAAN SUDUT SNA DAN SNB ANTARA PENAPAKAN METODE KONVENSIONAL DAN COMPUTERIZED (Penelitian Menggunakan Sefalometri Lateral di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Maranatha) Sefalometri memegang peranan
Lebih terperinciABSTRAK PERANAN UJI KULIT TUBERKULIN DALAM MENDIAGNOSIS TUBERKULOSIS ( STUDI PUSTAKA )
ABSTRAK PERANAN UJI KULIT TUBERKULIN DALAM MENDIAGNOSIS TUBERKULOSIS ( STUDI PUSTAKA ) Eka Nurhayati, 2002, Pembimbing : Jo Suherman, dr., MS Latar belakang : Gejala tuberkulosis bervariasi, oleh karena
Lebih terperinciABSTRAK KORELASI ANTARA TOTAL LYMPHOCYTE COUNT DAN JUMLAH CD4 PADA PASIEN HIV/AIDS
ABSTRAK KORELASI ANTARA TOTAL LYMPHOCYTE COUNT DAN JUMLAH CD4 PADA PASIEN HIV/AIDS Ardo Sanjaya, 2013 Pembimbing 1 : Christine Sugiarto, dr., Sp.PK Pembimbing 2 : Ronald Jonathan, dr., MSc., DTM & H. Latar
Lebih terperinciHubungan fraksi area trabekula anterior mandibula dengan kepadatan tulang lumbar spine untuk deteksi dini osteoporosis
ARTIKEL PENELITIAN Majalah Kedokteran Gigi Indonesia Vol 3 No 1 April 2017 ISSN 2460-0164 (print), ISSN 2442-2576 (online) Lestari dan Tersedia Widyaningrum: online di http://jurnal.ugm.ac.id/mkgi Hubungan
Lebih terperinciPERBANDINGAN SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS KADAR CRP DAN LED PADA PASIEN RHEUMATOID ARTRITIS DI RSUD. DR. PRINGADI
PERBANDINGAN SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS KADAR CRP DAN LED PADA PASIEN RHEUMATOID ARTRITIS DI RSUD. DR. PRINGADI KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Kelulusan Sarjana
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI LOKALISASI SUNAN KUNING SEMARANG
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI LOKALISASI SUNAN KUNING SEMARANG Nina Susanti * ) Wagiyo ** ), Elisa *** ) *) Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan
Lebih terperinciABSTRAK ASPEK KLINIK PEMERIKSAAN ANTIGEN NS-1 DENGUE DIBANDINGKAN DENGAN HITUNG TROMBOSIT SEBAGAI DETEKSI DINI INFEKSI DENGUE
ABSTRAK ASPEK KLINIK PEMERIKSAAN ANTIGEN NS-1 DENGUE DIBANDINGKAN DENGAN HITUNG TROMBOSIT SEBAGAI DETEKSI DINI INFEKSI DENGUE Andy Sudjadi, 2006; Pembimbing I : dr. Lisawati Sadeli, M.Kes Pembimbing II
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perbandingan rasio antara laki-laki dan perempuan berkisar 2:1 hingga 4:1.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Data dari GLOBOCAN memperkirakan, terdapat sekitar 14,1 juta ditemukan kasus kanker baru dan tercatat 8,2 juta jiwa meninggal akibat kanker pada tahun 2012 di seluruh
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG KANKER PAYUDARA DENGAN PERILAKU SADARI PADA KADER POSYANDU KECAMATAN DELANGGU
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG KANKER PAYUDARA DENGAN PERILAKU SADARI PADA KADER POSYANDU KECAMATAN DELANGGU SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran Diajukan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Antropologi Suku Batak Suku Batak merupakan bagian dari ras Proto-Melayu yang menempati pulau Sumatera. Sifat paling dominan dari suku ini adalah kebiasaan hidup dalam splendid
Lebih terperinciPROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2012
HUBUNGAN KELENGKAPAN PEMBERIAN INFORMED CONCENT DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI BANGSAL BEDAH RSUP DR. KARIADI SEMARANG (MEI - JUNI 2012) JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi
Lebih terperinciABSTRAK ANGKA KEJADIAN INFEKSI CACING DI PUSKESMAS KOTA KALER KECAMATAN SUMEDANG UTARA KABUPATEN SUMEDANG TAHUN
ABSTRAK ANGKA KEJADIAN INFEKSI CACING DI PUSKESMAS KOTA KALER KECAMATAN SUMEDANG UTARA KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2007-2011 Eggi Erlangga, 2013. Pembimbing I : July Ivone, dr., M.KK., MPd.Ked. Pembimbing
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dental radiology memiliki peranan yang penting dalam menentukan perawatan dan diagnosa gigi. Penggunaan sinar rontgen telah lama di kenal sebagai suatu alat dalam bidang
Lebih terperinciSKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh: RANI ANGGITA P.
MANIFESTASI SISTEMIK LUPUS ERITEMATOSUSTERHADAPKEHILANGAN TULANG KORTIKALMANDIBULA AKIBAT PEMAKAIAN OBAT KORTIKOSTEROID PADA KOMUNITAS CINTA KUPU MEDAN BERDASARKAN RADIOGRAFI PANORAMIK SKRIPSI Diajukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radiografi dental biasa digunakan untuk membantu menemukan masalah pada rongga mulut pasien. Radiografi melibatkan penggunaan energi sinar untuk menembus gigi dan merekam
Lebih terperinciHUBUNGAN RADIOTERAPI KEPALA LEHER TERHADAP KEJADIAN KARIES GIGI DILIHAT MELALUI FOTO PANORAMIK LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH
HUBUNGAN RADIOTERAPI KEPALA LEHER TERHADAP KEJADIAN KARIES GIGI DILIHAT MELALUI FOTO PANORAMIK LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana Strata-1
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KADAR HBA1C DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH
HUBUNGAN ANTARA KADAR HBA1C DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sejak intra uterin dan terus berlangsung sampai dewasa. Pertumbuhan berlangsung
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumbuh kembang merupakan proses yang berkesinambungan yang terjadi sejak intra uterin dan terus berlangsung sampai dewasa. Pertumbuhan berlangsung relatif tinggi pada
Lebih terperinciJurnal Care Vol.5, No2,Tahun 2017
177 HUBUNGAN KONSUMSI KALSIUM DAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN GINGIVITIS PADA IBU HAMIL DI DESA CURUNGREJO KECAMATAN KEPANJEN Titin Sutriyani D4 Kebidanan Universitas Tribhuwana Tunggadewi e-mail: titinsutriyani@gmail.com
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN INFEKSI MALARIA DI PUSKESMAS SUNGAI AYAK III KALIMANTAN BARAT TAHUN 2010
ABSTRAK GAMBARAN INFEKSI MALARIA DI PUSKESMAS SUNGAI AYAK III KALIMANTAN BARAT TAHUN 2010 Cheria Serafina, 2012. Pembimbing I: July Ivone, dr., M.KK., MPd.Ked. Pembimbing II : Adrian Suhendra, dr., SpPK.,
Lebih terperinciXpidemiologi Klinik adalah Penerapan prinsip prinsip dan metode
UJI DIAGNOSTIK DALAM EPIDEMIOLOGI KLINIK Xpidemiologi Klinik adalah Penerapan prinsip prinsip dan metode metode epidemiologi ke dalam praktek kedokteran klinik. Epidemiologi klinik merupakan salah satu
Lebih terperinciHUBUNGAN PERSENTASE BODY FAT
ABSTRAK HUBUNGAN PERSENTASE BODY FAT (% BF) YANG DIUKUR DENGAN MENGGUNAKAN BOD POD DAN WAIST CIRCUMFERENCE (WC) SERTA CUT OFF POINT (COP) DAN ODDS RATIO (OR) COP WC PADA OBESITAS Dhaifina Alkatirie, 2010
Lebih terperinciABSTRAK. Pembimbing I : DR. Felix Kasim, dr, M.Kes Pembimbing II : drg. Winny Suwendere, MS
ABSTRAK PERBEDAAN INDEKS ORAL HYGIENE PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DENGAN DAN TANPA PROGRAM USAHA KESEHATAN GIGI SEKOLAH WILAYAH PUSKESMAS BABAKANSARI KOTA BANDUNG TAHUN 2011 Astriliana, 2011. Pembimbing
Lebih terperinciPENGOLAHAN CITRA RADIOGRAF PERIAPIKAL PADA DETEKSI PULPITIS MENGGUNAKAN METODE WATERSHED
PENGOLAHAN CITRA RADIOGRAF PERIAPIKAL PADA DETEKSI PULPITIS MENGGUNAKAN METODE WATERSHED Imam Abdul Hakim 1), Bambang Hidayat 2), Suhardjo 3) 1),2) Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom Jl. Telekomunikasi
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
14 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan menggunakan rancangan penelitian cross-sectional. Artinya, tiap subjek penelitian hanya diobservasi
Lebih terperinciANALISIS MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT DAERAH MADANI PROVINSI SULAWESI TENGAH. Aminuddin 1) Sugeng Adiono 2)
ANALISIS MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT DAERAH MADANI PROVINSI SULAWESI TENGAH Aminuddin 1) Sugeng Adiono 2) Abstrak :Peranan tenaga kesehatan dalam penyelenggarraan pelayanan
Lebih terperinciTINJAUAN HUBUNGAN ANTARA SPESIFISITAS DIAGNOSIS UTAMA DENGAN AKURASI KODE KASUS PENYAKIT BEDAH PERIODE TRIWULAN I TAHUN 2014
TINJAUAN HUBUNGAN ANTARA SPESIFISITAS DIAGNOSIS UTAMA DENGAN AKURASI KODE KASUS PENYAKIT BEDAH PERIODE TRIWULAN I TAHUN 2014 Andreas Surya Pratama Abstract Based on the initial survey that has been conducted
Lebih terperinciNAGARASARI KECAMATAN CIPEDES KOTA TASIKMALAYA)
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PERIKSA PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DENGAN PRAKTIK SADARI SEBAGAI DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA (STUDI PADA WANITA USIA SUBUR di KELURAHAN NAGARASARI KECAMATAN CIPEDES
Lebih terperinciABSTRAK. Jimmy Wahyu Pembimbing: Aming Tohardi, dr. MS. Wawan Kustiawan, dr., SpRad., M. Kes., DFM.
ABSTRAK DIAGNOSIS OSTEOPOROSIS Jimmy Wahyu 9810004 Pembimbing: Aming Tohardi, dr. MS. Wawan Kustiawan, dr., SpRad., M. Kes., DFM. Osteoporosis merupakan kelainan pada tulang yang telah mendapat perhatian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pencegahan, dan perbaikan dari keharmonisan dental dan wajah. 1 Perawatan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ortodonti adalah bidang kedokteran gigi yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan wajah dan gigi geligi, serta diagnosis, pencegahan, dan perbaikan dari
Lebih terperinciPERBEDAAN KEPUASAN PASIEN UMUM, ASKES, DAN JAMKESMAS TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP KASUS BEDAH TULANG DI RUMAH SAKIT ORTOPEDI PROF. DR.
PERBEDAAN KEPUASAN PASIEN UMUM, ASKES, DAN JAMKESMAS TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP KASUS BEDAH TULANG DI RUMAH SAKIT ORTOPEDI PROF. DR. R. SOEHARSO SURAKARTA Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu
Lebih terperinciIDENTIFIKASI PENYAKIT PERIODONTITIS KRONIS PADA CITRA DENTAL PANORAMIC DENGAN ALGORITMA LINE STRENGTH DAN LINE TRACKING
IDENTIFIKASI PENYAKIT PERIODONTITIS KRONIS PADA CITRA DENTAL PANORAMIC DENGAN ALGORITMA LINE STRENGTH DAN LINE TRACKING Agus Zainal Arifin, Anny Yuniarty, dan Imam Cholissodin Fakultas Teknologi Informasi
Lebih terperinciPREVALENSI NEFROPATI PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE II YANG DIRAWAT INAP DAN RAWAT JALAN DI SUB BAGIAN ENDOKRINOLOGI PENYAKIT DALAM, RSUP H
PREVALENSI NEFROPATI PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE II YANG DIRAWAT INAP DAN RAWAT JALAN DI SUB BAGIAN ENDOKRINOLOGI PENYAKIT DALAM, RSUP H. ADAM MALIK, MEDAN PADA TAHUN 2009 Oleh: LIEW KOK LEONG
Lebih terperinciABSTRAK. Pembimbing II : Penny S M., dr., Sp.PK., M.Kes
iv ABSTRAK UJI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN IMUNOSEROLOGI IgM ANTI SALMONELLA METODE IMBI DAN RAPID TEST TERHADAP BAKU EMAS KULTUR Salmonella typhi PADA PENDERITA TERSANGKA DEMAM TIFOID Gabby Ardani L, 2010.
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KELEBIHAN BERAT BADAN DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA PEREMPUAN PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEKSTILE SURAKARTA SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA KELEBIHAN BERAT BADAN DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA PEREMPUAN PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEKSTILE SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci : karies gigi, nutrisi, dewasa muda. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Zaman sekarang terdapat masalah gizi ganda yang salah satu penyebabnya adalah konsumsi makanan yang tidak seimbang. Makanan sangat dibutuhkan manusia terutama pada saat masa dewasa muda. Pada masa
Lebih terperinciHUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARANGANYAR SKRIPSI
HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARANGANYAR SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat Sarjana Kedokteran
Lebih terperinciFakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia vii ABSTRAK
ABSTRAK Nama : Cynthia Michelle Anggraini Program Studi : Sarjana Kedokteran Gigi Judul : Prevalensi dan Distribusi Variasi Anatomis Normal pada Pasien Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan Fakultas Kedokteran
Lebih terperinciIka Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro
BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK PENCEGAHAN PENULARAN KUSTA PADA KONTAK SERUMAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAYAMSARI SEMARANG TAHUN 2013 Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU MEMERIKSAKAN DIRI KE PELAYANAN KESEHATAN : PENELITIAN PADA PASIEN GLAUKOMA DI RUMAH SAKIT DR.
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU MEMERIKSAKAN DIRI KE PELAYANAN KESEHATAN : PENELITIAN PADA PASIEN GLAUKOMA DI RUMAH SAKIT DR. KARIADI Rifqi Aziz Fauzian 1, Fifin Luthfia Rahmi 2, Trilaksana
Lebih terperinciKEHAMILAN NORMAL DENGAN PREEKLAMSI BERAT SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TEKANAN DARAH DAN DERAJAT PROTEINURIA
PERBANDINGAN KADAR SOLUBLE fms-like TYROSINE KINASE 1 (sflt1) SERUM KEHAMILAN NORMAL DENGAN PREEKLAMSI BERAT SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TEKANAN DARAH DAN DERAJAT PROTEINURIA Amillia Siddiq, Johanes C.Mose,
Lebih terperinciUniversitas Muhammadiyah Yogyakarta. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta * ABSTRAK
Hubungan Senam Lansia Terhadap Kualitas Tidur Pada Lansia Berdasarkan Skor Pittsburgh Sleep Quality Index di Panti Sosial Tresna Werdha Budhi Luhur Bantul Yogyakarta RELATIONSHIP BETWEEN ELDERLY GYMNASTIC
Lebih terperinciOleh: Esti Widiasari S
HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN INJEKSI DEPOT-MEDROXYPROGESTERONE ACETATE (DMPA) DENGAN KADAR ESTRADIOL PADA PENDERITA KANKER PAYUDARA TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister
Lebih terperinciJURNAL VISIKES - Vol. 10 / No. 1 / April 2011
AKURASI KODE DIAGNOSIS UTAMA PADA RM 1 DOKUMEN REKAM MEDIS RUANG KARMEL DAN KARAKTERISTIK PETUGAS KODING RAWAT INAP RUMAH SAKIT MARDI RAHAYU KUDUS PERIODE DESEMBER 2009 Hetty Rahayu*), Dyah Ernawati**),
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemeriksaan radiografi berperan penting pada evaluasi dan perawatan di
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemeriksaan radiografi berperan penting pada evaluasi dan perawatan di bidang kedokteran gigi karena radiograf mampu menyediakan informasi kondisi objek yang tidak dapat
Lebih terperinciPEMERIKSAAN LAMPU WOOD PADA PASIEN DERMATOSIS DI RUMAH SAKIT GOTONG ROYONG SURABAYA SKRIPSI
PEMERIKSAAN LAMPU WOOD PADA PASIEN DERMATOSIS DI RUMAH SAKIT GOTONG ROYONG SURABAYA SKRIPSI Oleh: Nama : Monica Goenawan NRP : 1523012041 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA
Lebih terperinci