BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperkuat dengan Undang-undang No.9/1956 dan dinyatakan sebagai Daerah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperkuat dengan Undang-undang No.9/1956 dan dinyatakan sebagai Daerah"

Transkripsi

1 60 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum lokasi Penelitian Kota Jambi adalah Ibukota Provinsi Jambi dan merupakan salah satu dari sepuluh daerah kabupaten/kota yang ada dalam Provinsi Jambi. Secara historis, Pemerintah Kota Jambi dibentuk dengan Ketetapan Gubernur Sumatera No.103/1946 sebagai Daerah Otonom Kota Besar di Sumatera, kemudian diperkuat dengan Undang-undang No.9/1956 dan dinyatakan sebagai Daerah Otonom Kota Besar dalam lingkungan Provinsi Sumatera Tengah. Dengan dibentuknya Provinsi Jambi tanggal 6 Januari 1948, maka sejak itu pula Kota Jambi resmi menjadi Ibukota Provinsi, dengan demikian Kota Jambi sebagai Daerah Tingkat II pernah menjadi bagian dari tiga Provinsi yakni Provinsi Sumatera, Provinsi Sumatera Tengah dan Provinsi Jambi sekarang. 1. Kondisi fisik wilayah Penelitian a. Letak Geografis Kota Jambi lebih dikenal dengan sebutan Jambi Kota Beradat.Kota Jambi dengan luas wilayah ± km² (berdasarkan UU No. 6 tahun 1986), terletak pada kordinat " " LS dan " " BT. Koordinat tersebut menunjukkan keberadaan Kota Jambi yang terletak di tengah-tengah pulau Sumatera. Secara geomorfologis, Kota Jambi terletak di bagian Barat Cekungan Sumatera bagian selatan yang disebut Sub-Cekungan Jambi, yang merupakan dataran rendah di Sumatera Timur.

2 61 Wilayah Kota Jambi dikelilingi oleh wilayah Kabupaten Muaro Jambi baik dari arah Utara, Selatan, Barat, maupun Timur.Luas Kota Jambi terdiri dari beberapa kecamatan akan disajikan dalam Tabel 4.1. Adapun jarak Kota Jambi ke beberapa Kota Kabupaten dalam Provinsi Jambi dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.1 Luas Kota Jambi Berdasarkan Kecamatan No Kecamatan Luas Persentase 1 Kotabaru 77,78 km 37,78 % 2 Jambi Selatan 34,07 km 16,59 % 3 Jelutung 7,92 km 3,86 % 4 Pasar Jambi 4,02 km 1,96 % 5 Telanaipura 30,39 km 14,80 % 6 Danau Teluk 15,70 km 7,64 % 7 Pelayangan 15,29 km 7,44 % 8 Jambi Timur 20,21 km 9,84 % Sumber : Bappeda Kota Jambi Tahun 2012 Tabel 4.2 Jarak Kota Jambi ke beberapa Kota Kabupaten dalam Provinsi Jambi No Kota Asal Kota Tujuan Jarak 1 Kota Jambi Muaro Bulian 60 Km 2 Kota Jambi Muaro Bungo 252 Km 3 Kota Jambi Bangko 255 Km 4 Kota Jambi Sungai Penuh 419 Km 5 Kota Jambi Kuala Tungkal 131 Km 6 Kota Jambi Sarolangun 179 Km 7 Kota Jambi Muaro Sabak 129 Km 8 Kota Jambi Muaro Tebo 206 Km 9 Kota Jambi Sengeti 27 Km Sumber : Bappeda Kota Jambi Tahun 2012 Dari Tabel4.2 terlihat bahwa jarak terjauh antara Kota Jambi dan Kabupaten lainnya yaitu Kota Sungai Penuh yang merupakan Ibukota Kabupaten Kerinci dan berbatasan langsung dengan Provinsi Sumatera Barat. Sementara kota terdekat

3 62 dari Kota Jambi adalah Kota Sengeti yang merupakan Ibukota Kabupaten Muaro Jambi yakni sejauh 27 Km. b. Iklim Berdasarkan data BMKG Provinsi Jambi tahun 2011, Kota Jambi beriklim tropis dengan suhu rata rata minimum berkisar antara 26,3-28,3 C. Suhu maksimum 35,4 C terjadi pada bulan Maret dan suhu minimum 20,8 C terjadi pada bulan Februari dan Maret dengan kelembaban udara berkisar antara 78-87%.Hujan terjadi sepanjang tahun dengan musim penghujan terjadi antara bulan Oktober-Maret dengan rata-rata 20 hari hujan/bulan, sedangkan musim kemarau terjadi antara bulan April-September dengan rata-rata 16 hari hujan/bulan. Curah hujan sebesar 2.296,1 mm/tahun (rata-rata 191,34 mm/bulan).kecepatan angin di tiap bulan hampir merata antara 9 knots hinggai 23 knots (1 knot = 1,8 km/jam). c. Tanah Kondisi tanah berdasarkan topografi bagian timur Kota Jambi umumnya merupakan rawa-rawa sedangkan wilayah Barat pada umumnya adalah tanah daratan (lahan kering) dengan topografi bervariasi dari datar, bergelombang sampai berbukit. Jenis tanah yang potensial untuk pertanian secara umum didominasi oleh Podsolik Merah Kuning (PMK) yaitu sebesar 44,56%. Jenis tanah lainnya adalah Latosol dan Regosol sekitar 18,67%. Untuk lebih jelasnya perhatikan Peta Jenis Tanah Provinsi Jambi pada Gambar 4.1

4 63

5 64 d. Topografi Wilayah Kota Jambi berada pada ketinggian dengan kisaran m dari permukaan laut.topografi wilayah kota Jambi sebagian besar datar (0-2%)dengan luas ha, bergelombang (2-15%) dengan luas ha, dan sedikit curam (15-40%) dengan luas 41 ha. Berdasarkan kecamatan, sebagian besar wilayah Kecamatan Pasar Jambi, Pelayangan, dan Danau Teluk berada pada ketinggian 0 10 meter dari permukaan laut, sedangkan wilayah Kecamatan Telanaipura, Jambi Selatan, Jambi Timur, dan Kotabaru sebagian besar berada pada ketinggian meter dari permukaan laut. Bagian bergelombang terdapat di utara dan selatan kota, sedangkan daerah rawa terdapat di sekitar aliran Sungai Batanghari, yang merupakan sungai terpanjang di Pulau Sumatera dengan panjang keseluruhan lebih kurang km, dari Danau Atas hingga Danau Bawah (Sumatera Barat) menuju Selat Berhala (11 km yang berada di wilayah Kota Jambi) dengan kelebaran lebih kurang 500 m. Sungai ini berhulu pada Danau Atas di provinsi Sumatera Barat dan bermuara di pesisir timur Sumatera pada kawasan selat Berhala. 1). Kondisi Fisik Lokasi Mall Objekpenelitian berada di Area Mall WTC Batanghari tepatnya di Jalan Sultan Thaha, Kecamatan Pasar, Kota Jambi dengan luas areal m 2. Secara astronomis berada pada posisi LS sampai LS dan BT sampai BT. Adapun batas administratif dari Kecamatan Pasar yaitu: 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Sungai Batanghari.

6 65 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Pasar dan Kelurahan Orang Kayo Hitam. 3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Kasang. 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Beringin. Untuk lebih jelasnya, dapat diperhatikan pada Gambar4.2. Berdasarkan lokasi relatif, Mall WTC Batanghari terletak sekitar 8-10 km dari bandara Sultan Thaha Jambi, yang dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat atau lebih hampir 30 menit. Sementara jarak dari pusat perkotaan berkisar 2 km yang dapat ditempuh selama 5-10 menit. Selain itu, tingkat kepadatan lalu lintas di ruas jalan Sultan Thaha sekitar areal WTC dengan panjang jalan 0,6 km dan lebar badan jalan 18 m dapat dilalui oleh kendaraan roda dua rata-rata 28 kendaraan/menit dan untuk kendaraan roda empat dengan rata-rata 17 kendaraan/menit. 2. Kondisi Sosial Wilayah Penelitian Kota Jambi sebagai Ibukota Provinsi Jambi memiliki delapan kecamatan dan 62 Kelurahan. Adapun jumlah kelurahan berdasarkan pembagian daerah administratif Kota Jambi dapat dilihat pada Tabel 4.3.

7 66

8 67 Tabel 4.3 Luas Daerah dan Pembagian Daerah Administrasi Menurut Kecamatan No Kecamatan Luas Wilayah Jumlah Jumlah (km 2 ) Kelurahan RT 1 Kota Baru 77, Jambi Selatan 34, Jelutung 7, Pasar Jambi 4, Telanaipura 30, Danau Teluk 15, Pelayangan 15, Jambi Timur 20, Jumlah/Total 205, Sumber : Jambi Dalam Angka 2011 Jumlah hasil registrasi penduduk akhir Tahun 2011 tercatat penduduk Kota Jambi jiwa. Dilihat dari segi kepadatan penduduk tahun 2011 maka kepadatan pendudukmenurut kecamatan dapat dilihat pada Tabel 4.4. Tabel4.4 Kepadatan Penduduk Berdasarkan Kecamatan Kecamatan Kepadatan per Km 2 Kota Baru 1831 Jambi Selatan 3762 Jelutung 9318 Pasar Jambi 3655 Telanaipura 2490 Danau Teluk 886 Pelayangan 839 Jambi Timur 3873 Jumlah/Total Sumber : Jambi dalam Angka Tahun 2011 Dari Tabel 4.4 terlihat bahwa kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk paling tinggi yaitu Kecamatan Jelutung, sebab kecamatan ini didukung oleh sarana publik, infrastruktur pemerintahan, sarana pendidikan dan pusat perdagangan yang memadai. Sementara kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk paling rendah yaitu Kecamatan Pelayangan sebab sebagian besar

9 68 kecamatan ini merupakan daerah rawa sehingga sangat rentan terjadi bencana banjir. a. Kondisi Sosial Objek Penelitian Daerah yang diambil sebagai sampel adalah daerah-daerah yang berada di sekitar lokasi WTC Batanghari berdasarkan atas interaksi masyarakat dengan perusahaan yang paling erat, yang terdiri atas Kelurahan Pasar, Kelurahan Orang Kayo Hitam (Kecamatan Pasar), Kelurahan Legok (Kecamatan Telanai pura), Kelurahan Arab Melayu dan Kelurahan Mudung laut (Kecamatan Pelayangan) dan Kelurahan Kasang (Kecamatan Jambi Timur). Daerah yang menjadi objek atau sampel penelitian jaraknya sangat berdekatan dengan Mall WTC Batanghari. Hal ini mengakibatkan interaksi antar daerah yang berdekatan tersebut lebih dekat dibandingkan wilayah yang lainnya. Alasan peneliti mengambil daerah tersebut sebagai sampel penelitian adalah agar pengaruh yang ditimbulkan oleh keberadaan mall dapat terukur secara jelas dan akurat. Adapun struktur penduduk di daerah sampel penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.5. Tabel4.5TabelStruktur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin No Kecamatan Kelurahan Luas Jumlah Penduduk (orang) Jumlah Daerah (km 2 LK PR Jumlah KK ) 1. Telanaipura Legok 3, Orang Kayo 2. Pasar Hitam 1, Pasar Jambi 0, Pelayangan Mudung Laut 2, Arab Melayu 1, Jambi Timur Kasang 1, Jumlah Sumber : Data Monografi Kelurahan Tahun 2011

10 69 Berdasarkan Tabel 4.5 terlihat bahwa daerah yang memiliki jumlah penduduk paling banyak adalah Kelurahan Legok yaitu sebesar jiwa. Sementara wilayah dengan jumlah penduduk paling jarang adalah Kelurahan Pasar yaitu sebanyak 555 jiwa. Adapun struktur penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel4.6. Tabel4.6TabelStruktur Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan (orang) No Kecamatan Kelurahan Tidak D1- SD SMP SMA Bersekolah D3 S1-S3 1. Telanaipura Legok Orang Kayo 2. Pasar Hitam Pasar Jambi Pelayangan Mudung Laut Arab Melayu Jambi Timur Kasang Jumlah Sumber : Data Monografi Kelurahan Tahun 2011 Pada Tabel4.6 terdapat penduduk yang tidak bersekolah. Dalam penelitian ini, penduduk yang tidak bersekolah tersebut terdiri dari penduduk yang tamatan TK, belum sekolah, tidak pernah sekolah, dan pernah sekolah tapi tidak tamat. Selain itu juga, terdapat struktur penduduk berdasarkan mata pencaharian.untuk lebih jelasnya lihat Tabel4.7.

11 70 No Tabel4.7Tabel Struktur Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Mata Pencaharian (Orang) Kelurahan PNS TNI/Polri Swasta Pedagang Tani Nelayan Jasa Tidak Bekerja 1. Legok Orang Kayo 2. Hitam Pasar Jambi Mudung Laut Arab Melayu Kasang Jumlah Sumber : Data Monografi Kelurahan Tahun 2011 Pada Tabel4.7. terdapat mata pencaharian tani. Dalam hal ini, pekerjaan petani terdiri dari buruh tani, pemilik modal, dan peternak.sementara pada mata pencaharian yang bergerak dibidang jasa terdiri dari usaha jahit, tenun, pemintalan, pertukangan, pengrajin dan sopir. B. Pengaruh Keberadaan Mall WTC Batanghari terhadap Kondisi Sosial dan Ekonomi Masyarakat 1. Pengaruh Keberadaan Mall WTC Batanghari terhadap Pendapatan Masyarakat Masyarakat yang menjadi objek penelitian untuk mengidentifikasi perbandingan jumlah pendapatan sebelum dan sesudah berdirinya mall adalah masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang di Pasar Angso Duo, Pedagang Kaki Lima (PKL) di Tanggo Rajo atau Ancol dan penyedia jasa penyeberangan sehingga sampel untuk variabel pendapatan ini terdiri dari 90 orang.

12 71 a. Pendapatan Pedagang Angso Duo Pasar tradisional yang berdiri sejak tahun 1974 ini merupakan pasar tradisional terbesar di Provinsi Jambi yang letaknya tepat di tepi Sungai Batanghari. Pasar ini memiliki jumlah pedagang sekitar orang dengan jumlah kios sebanyak 804 buah, 153 toko dan Los. Pedagang yang berjualan di Pasar Tradisional Angso Duo ini menjual berbagai macam barang-barang kebutuhan pokok sehari-hari, seperti beras, aneka sayuran, Ikan, ayam, daging dan lain sebagainya. Pedagang yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah pedagang yang berjualan sejak sebelum hingga berdirinya Mall WTC Batanghari (tahun 2004). Untuk lebih jelasnya hasil pendapatan pedagang disajikan dalam Tabel 4.8 dan Gambar4.3. No Tabel4.8 Jumlah Pendapatan Pedagang Angso Duo Sebelum dan Sesudah BerdiriMall WTC Batanghari Pendapatan Sebelum berdiri mall Jumlah Pedagang Angso Duo Sesudah Persentase Berdiri Selisih Selisih (%) mall 1 < 3 juta juta- 4 juta ,57 3 > 4 juta ,44 Total ,20 Sumber : Hasil Penelitian Berdasarkan Tabel 4.8 dan Gambar 4.3 terlihat bahwa terdapat perbedaan pendapatan pedagang sejak sebelum hingga berdirinya mall. Pedagang yang memiliki pendapatan kurang dari Rp sebelum berdirinya mall berjumlah dua orang, sementara setelah berdirinya mall berjumlah empat orang.

13 72 Gambar4.3Grafik Jumlah Pendapatan Pedagang Angso Duo Sebelum dansesudah Berdirinya MallWTC Batanghari Sumber : Hasil Penelitian Maka terdapat selisih pendapatan pada pedagang yang memiliki pendapatan kurang dari Rp sebanyak dua orang atau setengahnya (50%). Sementara pedagang yang memiliki pendapatan Rp Rp sebelum berdiri mall sebanyak 15 orang dan sesudah berdiri mall 21 orang. Namun pedagang yang memiliki pendapatan lebih dari Rp pada saat sebelum berdiri mall sebanyak 26 orang dan menurun hampir setengahnya (44,44%)menjadi 18 orang sejak berdirinya mall. Diperkirakan penurunan pendapatan inilah yang mengakibatkan bertambahnya pedagang yang memiliki pendapatan Rp Rp setelah berdirinya mallhampir setengahnya (28,57%). Maka total selisih pendapatan pedagang tradisional Angso Duo antara sebelum dan sesudah berdiri mall adalah hampir setengahnya (37,20%).

14 73 Dengan demikian, keberadaan Mall WTC Batanghari ini menimbulkan perbedaan pendapatan pedagang Angso Duo yakni menurun sekitar hampir setengahnya(37,20%). Berdasarkan hasil wawancara, penurunan pendapatan ini disebabkan oleh banyaknya para pembeli yang lebih tertarik untuk membeli barang-barang kebutuhan sehari-harinya di Mall WTC Batanghari. Selain kondisi pasar yang bersih dan nyaman, harga jual produk juga tidak memiliki perbedaan yang signifikan di bandingkan dengan harga yang biasa dijual pedagang di Angso Duo. Adapun penurunan pendapatan pedagang ini tidak dipengaruhi oleh faktor daya beli masyarakat yang selalu berubah setiap waktunya, dimana perbedaan pendapatan ini dihitung bersih berdasarkan pendapatan pedagang sebelum dan sesudah berdiri Mall WTC Batanghari. Pendirian Mall atau pusat perdagangan sebenarnya telah diatur oleh pemerintah dalam Perpres RI No.112 Tahun 2007 dan Permendag RI No.53 Tahun 2008 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, yang menyatakan bahwa pendirian pusat perbelanjaan atau pasar modern wajib memperhatikan kondisi sosial ekonomi masyarakat, keberadaan pasar tradisional, usaha kecil dan usaha menengah yang ada di wilayah yang bersangkutan. Sementara saat ini Kota Jambi belum memiliki perda khusus yang mengatur jarak minimal antara pusat perdagangan dan pasar tradisional. Namun hal ini tidak bisa dijadikan alasan bagi pihak pemilik modal untuk bebas mendirikan bangunan pasar yang berdekatan dengan lokasi pasar tradisional yang tentunya akan memberikan pengaruh negatif bagi pedagang di pasar tradisional tersebut.

15 74 b. Pendapatan PKL di Tanggo Rajo Pedagang kaki lima yang berjualan di kompleks wisata Tanggo Rajo atau yang lebih dikenal dengan Ancol ini sudah ada sejak sebelum berdirinya Mall WTC Batanghari. Jumlah PKL di daerah ini selalu meningkat setiap tahunnya beriringan dengan semakin ramainya tempat wisata ini. Diperkirakan saat ini sudah ada lebih dari 200 PKL yang biasa berjualan di pinggir jalan sejak pagi hingga malam hari. Adapun pertambahan jumlah PKL ini diperkirakan karena adanya MallWTC Batanghari yang letaknya tepat di samping Ancol ini. Untuk lebih jelasnya mengenai pendapatan PKL di Tanggo Rajo sebelum dan sesudah berdirinya mall dapat dilihat pada Tabel 4.9 dan Gambar4.4. Tabel 4.9 Jumlah Pendapatan PKL di Tanggo Rajo/AncolSebelum dan Sesudah BerdiriMall WTC Batanghari Jumlah PKL di Tanggo Rajo No Pendapatan Sebelum Sesudah Persentase berdiri Berdiri Selisih Selisih (%) mall mall 1 S < 1 juta , juta- 1,5 juta ,67 3 > 1,5 juta ,00 Total ,00 Sumber : Hasil Penelitian Gambar4.4Grafik Jumlah Pendapatan PKL di Tanggo Rajo/AncolSebelum dan Sesudah Berdiri MallWTC Batanghari

16 75 Sumber : Hasil Penelitian Berdasarkan Tabel 4.9 dan Gambar 4.4 terlihat bahwa terdapat perbedaan pendapatan PKL di Tanggo Rajo sejak sebelum hingga sesudah berdirinya mall. Pada PKL yang berpendapatan kurang dari Rp terdapat selisih sebanyak empat orang yaitu sebelum berdiri mall sebanyak tujuh orang dan sesudah berdiri mall sebanyak tiga orang yang mengakibatkan penurunan hampir setengahnya (42,86%).Sementara pedagang yang memiliki pendapatan Rp Rp terdapat peningkatan sebanyaksebagian kecil (16,67%)dimana sejak sebelum berdiri mall sebanyak dua belas orang dan bertambah satu orang sesudah berdirinya mall menjadi tiga belas orang. Kenaikan jumlah pedagang ini diperkirakan menimbulkan penurunan jumlah pedagang yang memiliki pendapatan sebanyak kurang dari Rp Pada pedagang yang berpendapatan lebih dari Rp terjadi peningkatan jumlah pedagang sebanyak tiga orang atau peningkatan setengahnya (50%) dari sebelum berdiri mall sebanyak enam orang menjadi sembilan orang sesudah berdiri mall. Sehingga total selisih pendapatan PKL antara sebelum dan sesudah berdiri mall adalah hampir setengahnya(32%).adapun penurunan pendapatan pedagang dihitung dengan

17 76 mengabaikan faktor daya beli masyarakat yang selalu berubah setiap waktunya, dimana perbedaan pendapatan ini dihitung berdasarkan selisih bersih pendapatan PKL antara sebelum dan sesudah berdiri Mall. Dengan demikian, keberadaan Mall WTC Batanghari ini menimbulkan perbedaan pendapatan PKL di Tanggo Rajo/Ancol yakni meningkat sekitar hampir setengahnya (32%). Berdasarkan hasil wawancara, kenaikan ini disebabkan oleh semakin ramainya masyarakat yang mengunjungi kawasan mall, sehingga kesempatan ini digunakan oleh para PKL untuk berjualan di pinggir jalan sekitar mall, tepatnya dikawasan Tanggo Rajo/ Ancol. Sebagai pusat perdagangan, mall menjadi magnet bagi masyarakat untuk beraktivitas dan memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Hal inilah yang memicu banyaknya pedagang yang berjualan di pinggir jalan. Berdasarkan hasil observasi, pemerintah telah menetapkan lokasi khusus bagi para PKL untuk berjualan yaitu di Kompleks Wisata Tanggo Rajo/Ancol, sehingga keberadaan PKL ini tidak akan menimbulkan kemacetan di daerah sekitar Mall WTC Batanghari. c. Pendapatan penyedia jasa penyeberangan Masyarakat yang berprofesi sebagai penyedia jasa penyeberangan ini berasal dari daerah sekitar mall, terutama Kelurahan Mudung Laut dan Kelurahan Arab Melayu. Perahu kecil yang biasa digunakan adalah perahu ketek yang mampu menampung orang. Tukang ketek ini beroperasi sejak pagi hingga sore hari menyeberangi Sungai Batanghari. Pada umumnya masyarakat yang menggunakan jasa penyeberangan ini berasal dari

18 77 masyarakat di seberang Mall WTC Batanghari yaitu kelurahan Mudung laut dan Kelurahan Arab Melayu. Tujuan utama mereka adalah ingin mengunjungi mall meskipun ada sebagian diantara mereka yang memiliki tujuan lain, seperti ingin mengunjungi keluarga, berbelanja di Pasar Angso Duo, dan lain-lain. Adapun perbandingan pendapatan penyedia jasa penyeberangan ini sejak sebelum hingga berdirinya mall dapat diihat pada Tabel 4.10 dan Gambar 4.5. Tabel4.10 Jumlah Pendapatan Penyedia Jasa Penyeberangan Sebelum dan Sesudah Berdirinya MallWTC Batanghari Jumlah Penyedia Jasa Penyeberangan No Pendapatan Sebelum Sesudah Persentase berdiri Berdiri Selisih Selisih (%) mall mall 1 < 100 ribu , ribu- 120 ribu ,33 3 > 120 ribu ,00 Total ,18 Sumber : Hasil Penelitian Berdasarkan Tabel 4.10 dan Gambar 4.5 dapat dilihat bahwa perbedaan pendapatan penyedia jasa penyeberangan sebesar kurang dari Rp per bulan pada saat sebelum berdiri mall adalah sebanyak enam orang dan berkurang sebanyak hampir setengahnya (33,33 %) menjadi empat orang setelah berdirinya mall. Namun terjadi peningkatan sebanyak sebagian kecil (8,33 %) pada penyedia jasa penyeberangan dengan pendapatan Rp hingga Rp pada saat sebelum berdiri mall sebanyak dua belas orang bertambah satu orang menjadi tiga belas orang pada saat setelah berdiri mall.

19 78 Gambar4.5Grafik Jumlah Pendapatan Penyedia Jasa Penyeberangan Sebelum dan Sesudah Berdirinya MallWTC Batanghari Sumber : Hasil Penelitian Peningkatan yang lain juga terjadi pada penyedia jasa penyeberangan dengan pendapatan lebih dari Rp per bulan pada saat sebelum berdiri mall sebanyak 4 orang meningkat hampir setengahnya (25%) menjadi 5 orang setelah berdiri mall. Sehingga jika ditotalkan selisih pendapatan penyedia jasa penyeberangan saat sebelum hingga sesudah berdiri mall adalah sebagian kecil(18,18%). Dengan demikian, keberadaan Mall WTC Batanghari ini menimbulkan perbedaan pendapatan penyedia jasa penyeberangan yakni meningkat sekitar 18,18% (sebagian kecil).berdasarkan hasil wawancara, hal ini disebabkan oleh warga yang ingin menyeberang sungai tidak hanya menggunakan jasa penyeberangan dengan menggunakan perahu ketek saja, tetapi juga menggunakan Jembatan Aur Duri I di Kelurahan Buluran Kecamatan Telanipura meskipun jaraknya lebih jauh. Terlebih lagi dengan dibangunnya

20 79 Jembatan Aur Duri II di Kelurahan Kasang Kecamatan Jambi Timur akan mempermudahkan masyarakat untuk melakukan mobilitas sehari-hari. 2. Pengaruh Keberadaan Mall WTC Batanghari terhadap Nilai Lahan Nilai Lahan merupakan ukuran lahan yang didasarkan kepada kemampuan lahan secara ekonomis dalam hubungannya dengan produktivitas dan strategi ekonomis. Dalam penelitian ini, Nilai Lahan dipengaruhi oleh keberadaan Mall WTC Batanghari sebagai faktor penarik bagi penduduk untuk mendapatkan pelayanan yang maksimal dan dekat dengan pusat bisnis kota. Sehingga hal tersebut diperkirakan akan memicu naiknya nilai lahan di masing-masing kecamatan di sekitar area WTC Batanghari. Oleh karena itu, dalam penelitian ini terdapat enam kelurahan yang berbatasan langsung dengan Mall WTC Batanghari yang menjadi sampel penelitian, yaitu Kelurahan Pasar, Kelurahan Orang Kayo Hitam (Kecamatan Pasar), Kelurahan Legok (Kecamatan Telanai pura), Kelurahan Arab Melayu dan Kelurahan Mudung laut (Kecamatan Pelayangan) dan Kelurahan Kasang (Kecamatan Jambi Timur). Adapun responden merupakan penduduk yang telah menetap sejak sebelum hingga berdirinya mall. Dalam hal ini nilai lahan dapat dipengaruhi oleh indikator harga lahan dan posisi strategis lahan yang akan dijelaskan sebagai berikut. a. Harga Lahan

21 80 Harga lahan menunjukkan potensi lahan secara ekonomis dangan satuan nominal. Harga lahan ini sangat dipengaruhi oleh letak dan kondisi dari lahan tersebut. Adapun perbedaan harga lahan antara sebelum dan sesudah berdiri Mall WTCBatanghari dapat dilihat pada Tabel Tabel 4.11 Tabel Harga Lahan Antara Sebelum dan Sesudah Berdiri Mall WTC Batanghari Harga Lahan ( Per Tumbuk ) Jarak Selisih No Kecamatan Kelurahan ke mall Sebelum Berdiri Sesudah berdiri Harga mall mall 1. Telanaipura Legok 820 m Pasar 3. Pelayangan Orang Kayo Hitam 330 m Pasar Jambi 250 m Mudung Laut 580 m Arab Melayu 700 m Jambi Timur Kasang 1130 m Total Rata-Rata Persentase Selisih 21 Sumber : Hasil Penelitian Dari Tabel 4.11 terlihat bahwa harga lahan sebelum berdiri mall yang tertinggi terdapat di Kelurahan Legok yang terletak di Kecamatan Telanaipura yaitu sebesar Rp per tumbuk (1 tumbuk = 100 m 2 ). Sementara harga lahan tertinggi setelah berdiri mall terdapat di Kelurahan Pasar yakni seharga Rp per tumbuk. Sementara harga lahan sebelum berdiri mall dengan harga terendah terdapat di Kelurahan Mudung Laut dan Arab Melayu yaitu sebesar Rp dan harga lahan terendah sesudah berdirinya mall terdapat di daerah Kelurahan Arab Melayu. Sementara perubahan yang cukup signifikan terdapat di Kelurahan Pasar, dimana harga sebelum berdiri mall hanya berkisar

22 81 Rp meningkat menjadi Rp per tumbuk. Sehingga ratarata perubahan harga ketika sudah berdiri mall berkisar hampir setengahnya (25%) dari harga sebelum pendirian mall. Adapun harga lahan yang ada di Kelurahan Pasar tersebut merupakan harga lahan di wilayah yang berada dekat dengan Sungai Batanghari. Sementara mendekati pusat kota harga lahan semakin meningkat dengan perkiraan Rp hingga Rp Sementara di Kelurahan Orang Kayo hitam yang berada di satu kecamatan dengan Kelurahan Pasar memiliki harga lahan sebelum berdiri mall sebesar Rp dan meningkat sebesar Rp setelah berdiri mall menjadi Rp Pada kelurahan Arab Melayu yang berada seberang sungai batanghari pada saat sebelum berdiri mall memiliki harga lahan sebesar Rp dan meningkat hanya sebesar Rp menjadi Rp pada saat setelah berdiri mall.dengan demikian, total selisih harga lahan sebelum dan sesudah berdiri Mall WTC Batanghari adalah sebagian kecil (21%). b. Posisi Strategis Lahan Dalam hal ini nilai lahan tidak hanya mencakup harga tanah saja, melainkan posisi strategis lahan yang dipengaruhi oleh letak lahan tersebut. Suatu lahan yang terletak di daerah yang dekat dengan pusat aktivitas penduduk, sarana dan prasarana yang lengkap serta aksesbilitas yang tinggi akan meningkatkan peluang untuk mendirikan suatu bangunan di lokasi tersebut semakin tinggi. Misalnya di Kelurahan Pasar tempat lokasi Mall WTC Batanghari berada, meskipun memiliki harga tanah yang paling tinggi yaitu Rp per tumbuk, namun lokasi

23 82 tersebut merupakan tempat yang strategis untuk menunjang usaha perdagangan. Bahkan berdasarkan hasil wawancara, harga tanah di Kelurahan Pasar yang tepat berada di samping mall mencapai Rp per tumbuk hingga Rp per tumbuk. Dilihat dari letak strategisnya, Kelurahan Pasar ini memiliki nilai lahan yang lebih tinggi dibandingkan dengan Kelurahan yang berada di sekitar mall lainnya. Nilai lahan yang tinggi ini dibuktikan dengan banyaknya penduduk pendatang yang mendirikan bangunan atau rumah baru di Kelurahan Pasar. Sementara Kelurahan Lainnya, misalnya Kelurahan Arab Melayu yang memiliki harga tanah paling rendah, yaitu sekitar Rp /tumbuk, namun daerah ini cukup jauh dari pusat aktivitas penduduk, bahkan untuk pergi pusat kota saja penduduk yang berada di Kelurahan Arab Melayu ini harus menyeberangi Sungai Batanghari terlebih dahulu. Selain itu, kondisi tanah yang merupakan daerah rawa menjadikan daerah ini rawan bencana banjir dan sulit untuk didirikan bangunandan budidaya tanaman. Hal inilah yang menyebabkan nilai lahan di Kelurahan Arab Melayu ini rendah dan dibuktikan dengan sedikitnya penduduk pendatang yang mendirikan rumah di daerah tersebut. Berdasarkan hasil wawancara, semakin dekat jarak kelurahan ke mall, maka nilai lahanpun semakin tinggi dan sebaliknya semakin jauh jarak kelurahan ke mall, maka nilai lahanpun semakin rendah. Adapun korelasi antara jarak ke mall dengan nilai lahan dapat dilihat pada Tabel Tabel 4.12 Korelasi antara Jarak ke mall dengan Nilai Lahan sesudah berdiri mall

24 83 No Kecamatan Kelurahan Jarak ke mall Nilai lahan Sesudah berdiri mall 1 Telanaipura Legok 820 m Pasar Orang Kayo Hitam 330 m Pelayangan Pasar Jambi 250 m Mudung Laut 580 m Arab Melayu 700 m Jambi Timur Kasang 1130 m Total Nilai Korelasi -0,41441 Sumber : Hasil Penelitian Berdasarkan Tabel 4.12 terdapat pengaruh keberadaan Mall WTC Batanghari terhadap perubahan nilai lahan yang dihitung berdasarkan jarak kelurahan ke mall dengan nilai korelasi -0,41441.Hal ini menunjukkan pengaruh cukup berarti atau sedang, adapun nilai minus (-) berarti terjadi hubungan yang terbalik, dimana jika ada satu variabel yang naik, maka variabel yang lain akan turun dan sebaliknya jika ada variabel yang turun maka variabel yang lain akan naik. Dalam penelitian ini, semakin dekat jarak ke mall maka nilai lahan semakin tinggi, dan semakin jauh dari mall, maka nilai lahan semakin rendah. Berdasarkan hasil penelitian, perbedaan nilai lahan juga disebabkan beberapa kondisi lahan yang termasuk lahan rawa sehingga memiliki nilai lahan yang cukup rendah, seperti di Kelurahan Mudung Laut dan Arab Melayu. 3. Pengaruh Keberadaan Mall WTC Batanghari terhadap PerkembanganPerumahan Baru

25 84 Keberadaan Mall WTC Batanghari tidak menutup kemungkinan menjadi penyebab terjadinya pertambahan perumahan penduduk di daerah sekitar mall. Dengan adanya sarana dan prasarana yang kompleks disertai dengan aksesbilitas yang memadai akan mendorong penduduk untuk mendirikan hunian baru mendekati pusat perbelanjaan tersebut. Meskipun hal ini juga diiringi dengan kenaikan harga lahan, namun hal ini tidak menjadi faktor penghalang bagi penduduk untuk mendirikan perumahan baru. Terbukti bahwa sebagian dari penduduk pendatang itu kemudian mendirikan warung, toko atau kios di sekitar mall untuk menunjang kehidupan mereka sebagai mata pencaharian atau usaha sampingan. Untuk lebih jelasnya mengenai perubahan perkembangan perumahan baru penduduk antara sebelum dan sesudah berdirinya mall dapat dilihat pada Tabel 4.13 dan Gambar 4.6. Tabel 4.13 Jumlah Perumahan Antara Sebelum dan Sesudah Berdiri Mall WTC Batanghari Jumlah Perumahan Selisih No Kecamatan Kelurahan Sebelum Berdiri Sesudah berdiri (Perumahan mall mall Baru) 1. Telanaipura Legok Orang Kayo 2. Pasar Hitam Pasar Jambi Pelayangan Mudung Laut Arab Melayu Jambi Timur Kasang Total Rata-Rata Sumber : Hasil Penelitian Persentase Selisih 14,08 Gambar4.6Grafik Jumlah PerumahanAntara Sebelum dan Sesudah Berdiri Mall WTC Batanghari

26 85 Sumber : Hasil Penelitian Berdasarkan Tabel 4.13 dan Gambar 4.6 terdapat perbedaan jumlah perumahan baru antara sebelum dan sesudah beridirnya Mall WTC Batanghari. Pada kelurahan Legok yang berada di Kecamatan Telanai Pura terdapat selisih sebanyak 82 rumah antara sebelum dan sesudah pendirian mall, dimana jumlah perumahan sebelum mall adalah sebanyak meningkat menjadi perumahan baru setelah berdiri mall. Sementara di Kelurahan Orang Kayo Hitam pada saat sebelum berdiri mall terdapat 485 perumahan penduduk dan meningkat menjadi 781 perumahan setelah berdirinya mall, sehingga terdapat selisih sebanyak 296 rumah baru. Adapun peningkatan drastis terlihat di Kelurahan Pasar, yakni lokasi pendirian mall itu sendiri, dimana jumlah perumahan sebelum berdiri mall berkisar 118 perumahan bertambah 332 perumahan baru menjadi 450 perumahan.

27 86 Pertambahan jumlah perumahan ini mencapai lebih dari seluruhnya (281%) sehingga menyebabkan kawasan ini semakin padat dan ramai oleh perumahan penduduk. Sebaliknya di Kelurahan Mudung Laut tidak terjadi peningkatan yang begitu berarti, dimana jumlah perumahan sebelum mall sekitar 489 perumahan meningkat menjadi 519perumahan atau hanya sebagian kecil (6,1%) dari jumlah asal. Begitu pula halnya dengan Kelurahan Kasang, dimana jumlah perumahan sebelum berdiri mall adalah sebanyak 1954 hanya meningkat sebanyak 42 rumah baru menjadi 1996 rumah. Dengan demikian, total selisih perumahan baru sebelum dan sesudah berdiri Mall WTC Batanghariadalah sebagian kecil (14,08%). Perubahan perkembangan perumahan penduduk ini tentunya juga didorong oleh adanya keinginan penduduk untuk meningkatkan taraf kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya, dimana kebanyakan penduduk baru tersebut berasal dari luar Kota Jambi dan pindah ke wilayah-wilayah tersebut untuk menetap dan membuka berbagai macam usaha tertentu. Untuk Lebih Jelasnya lihat Gambar 4.7 dan Gambar 4.8 untuk melihat perbedaan perumahan penduduk sebelum dan sesudah berdiri mall. Berdasarkan Gambar 4.7 dan Gambar 4.8 terlihat perubahan signifikan dimana sebelum berdiri mall Kelurahan Orang Kayo Hitam dan Kelurahan Pasar memiliki jumlah perumahan yang rendah. Namun setelah berdiri mall perumahan penduduk baru paling banyak mendiami kedua kelurahan tersebut.

28 87

29 88

30 89 Perkembangan perumahan baru ini tentunya memiliki beberapa faktor yang berperan penting dalan meningkatkan morivasi penduduk untuk mendirikan rumah baru di suatu tempat. Dalam hal ini perumahan baru yang ada di wilayah sekitar mall akan memiliki hubungan dengan jarak ke mall. Adapun korelasi antara jarak ke mall dengan perkembangan perumahan baru dapat dilihat pada Tabel Tabel 4.14 Korelasi Antara Jarak Ke Mall Dengan Jumlah Perumahan Baru Sesudah Berdiri MallWTC Batanghari Jumlah No Kecamatan Kelurahan berdiri mall Jarak ke perumahan mall baru Sesudah 1 Telanaipura Legok 820 m 82 2 Pasar Orang Kayo Hitam 330 m Pelayangan Pasar Jambi 250 m 332 Mudung Laut 580 m 30 Arab Melayu 700 m 49 4 Jambi Timur Kasang 1130 m 42 Total 831 Nilai Korelasi -0,80 Sumber : Hasil Penelitian Berdasarkan Tabel 4.14 terdapat pengaruh keberadaan Mall WTC Batanghari terhadap perubahan perkembangan perumahan baru penduduk yang dihitung berdasarkan jarak kelurahan ke mall dengan nilai korelasi -0,80.Hal ini menunjukkan pengaruh tinggi atau kuat, adapun nilai minus (-)berarti terjadi hubungan yang terbalik, dimana jika ada satu variabel yang naik, maka variabel yang lain akan turun dan sebaliknya jika ada variabel yang turun maka variabel yang lain akan naik.berdasarkan hasil penelitian semakin mendekati mall maka perumahan baru semakin banyak dan sebaliknya semakin menjauh dari mall maka perumahan baru semakin sedikit terutama di daerah Kelurahan Mudung Laut dan

31 90 Arab Melayu yang dipisahkan langsung oleh Sungai Batanghari. Dalam hal ini, Mall WTC Batanghari sebagai pusat perdagangan sekaligus pusat aktivitas masyarakat menjadi faktor penarik bagi penduduk untuk bermigrasi mendekati mall, dimana penduduk akan mencari tempat yang memiliki sarana dan prasarana serta aksesbilitas yang lengkap untuk mendukung kegiatan sehari-hari sehingga penduduk akan mendirikan tempat tinggal di sekitar mall yang menyebabkan perumahan di sekitar mall semakin banyak. 4. Pengaruh Nilai lahan terhadap Perkembangan PerumahanBaru setelah berdiri Mall WTC Batanghari Pada umumnya penduduk pendatang yang mendirikan perumahan baru disuatu daerah pasti memiliki beberapa pertimbangan dalam menentukan lokasi hunian baru mereka, salah satu diantaranya adalah nilai lahan. Semakin tinggi nilai lahan maka semakin sedikit penduduk yang mendirikan perumahan baru. Begitu pula sebaliknya semakin rendah nilai suatu lahan maka semakin banyak penduduk yang mendirikan perumahan baru. Namun sebagian penduduk juga memiliki pertimbangan lain dalam menentukan lokasi perumahan baru mereka seperti mendekati pusat perdagangan. Masyarakat sekitar Mall WTC Batanghari terdiri dari berbagai macam suku dan daerah asal. Sebagian dari mereka adalah penduduk pendatang yang berasal dari Luar Kota Jambi. Untuk melihat korelasi nilai lahan terhadap jumlah perumahan baru di sekitar mall, perhatikan Tabel Tabel 4.15Korelasi antara Nilai lahan dengan Jumlah Perumahan Baru Sesudah Berdiri Mall WTC Batanghari

32 91 No Kecamatan Kelurahan Sesudah Berdiri mall Nilai Lahan Perumahan baru 1. Telanaipura Legok Pasar Orang Kayo Hitam Pasar Jambi Pelayangan Mudung Laut Arab Melayu Jambi Timur Kasang Total Nilai Korelasi 0,60 Sumber : Hasil Penelitian Berdasarkan Tabel 4.15nilai lahan tertinggi sesudah berdiri mall terdapat di Kelurahan Legok dan Kelurahan Pasar, namun jika dilihat dari jumlah perumahan yang baru, Kelurahan Pasar memiliki pertambahan sebanyak 332 rumah sedangkan Kelurahan Legok hanya sekitar 82 rumah baru. Sementara nilai lahan terendah terdapat di Kelurahan Arab Melayu yakni sekitar Rp , namun jumlah perumahan baru yang paling sedikit terdapat di Kelurahan Mudung Laut. Berdasarkan hasil penelitian, kurangnya minat penduduk untuk mendirikan perumahan barudisebabkan oleh kondisi tanah yang termasuk rawa yang susah untuk dibudidayakan dan rawan bencana banjir. Dengan demikian, terdapat pengaruh perubahan nilai lahan terhadap perubahan perkembangan perumahan baru penduduk dengan nilai korelasi 0,60.Hal ini menunjukkan pengaruh cukup berarti atau sedang, adapun nilai plus (+) berarti jika ada satu variabel yang naik/turun, maka variabel yang lain akan naik atau turun. Berdasarkan hasil penelitian semakin mendekati mall maka perumahan baru semakin banyak, meskipun nilai lahannya pun semakin tinggi

33 92 dan semakin jauh dari mall maka perumahan baru cenderung lebih sedikit, meskipun memiliki nilai lahan yang cukup rendah. Maka dapat disimpulkan bahwa penduduk lebih berorientasi untuk mendirikan perumahan mendekati pusat mall dengan tidak terlalu memperdulikan nilai lahan yang juga meningkat. Terbukti berdasarkan fakta di lapangan sebagian besar dari penduduk baru tersebut mendirikan warung dan toko-toko kecil terutama di sekitar Tanggo Rajo/Ancol untuk menunjang kehidupan mereka. C. Implementasi Hasil Penelitian Terhadap Pelajaran Geografi Geografi sebagai disiplin ilmu yang mengkaji berbagai persamaan dan perbedaan fenomena dan gejala di permukaan di permukaan bumi selalu melihat suatu peristiwa dari sudut pandang keruangan, kelingkungan dan kewilayahan. Suatu daerah memiliki karakteristik yang berbeda dengan daerah lainnya sehingga karakteristik dari daerah tersebut menjadi ciri khas dari suatu daerah tersebut. Berbagai fenomena keruangan timbul akibat adanya suatu perubahan yang terjadi di suatu daerah menjadi suatu hal yang menarik untuk dikaji. Perubahan yang terjadi di suatu lingkungan akibat adanya perubahan daya guna lahan serta aktivitas manusia menunjukkan bahwa kehidupan manusia dan alam merupakan satu kesatuan yang terintegrasi yang tidak terpisahkan antar satu dan lainnya. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat hubungan antara keberadaan Mall WTC Batanghari terhadap perubahankondisi sosial dan ekonomi masyarakat, yakni yang berkenaan dengan pendapatan masyarakat, nilai lahan dan perkembangan perumahan baru. Pendirian mallsebagai bentuk aktivitas manusia

34 93 menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi merupakan bukti bahwa manusia selain dipengaruhi oleh lingkungan alam, tetapi juga berperan aktif terhadap alam sesuai dengan perkembangan budayanya. Hal ini sesuai dengan hukum Possibilisme dengan tokohnya Paul Vidal De La Blache. Keberadaan Mall yang menyebabkan penurunan pendapatan pedagang Tradisional Angso Duo menunjukkan bahwa lokasi pendirian mall yang kurang strategis dengan lokasi pasar tradisional. Pada umumnya pendirian pasar modern memiliki jarak tertentu dengan lokasi pasar tradisional, namun pada saat ini Kota Jambi belum memiliki aturan khusus yang mengatur hal tersebut. Dengan demikian, lokasi pusat perdagangan merupakan hal penting untuk dipertimbangkan demi keberlangsungan serta pengaruhnya terhadap lingkungan masyarakat sekitar. Selain itu, keberadaan mall ini juga menimbulkan peningkatan nilai lahan di sekitarnya. Berdasarkan teori nilai lahan, bahwa semakin mendekati pusat aktivitas dan bisnis maka harga lahan pun semakin tinggi, dan hal ini terbukti setelah penelitian dilakukan. Adapun keberadaan mall juga mampu menarik masyarakat untuk mendirikan rumah di wilayah sekitar mall. Hal ini dibuktikan bahwa Kelurahan Pasar yang merupakan lokasi pendirian mall menjadi lokasi dengan jumlah perumahan baru paling banyak. Dengan demikian, penelitian ini dapat memberikan implikasi pada kehidupan manusia terutama geografi sebagai bidang terkait dengan fenomena keruangan bahwa adanya pembangunan pusat perdagangan seperti Mall WTC Batanghari ini tentunya akan menimbulkan perubahan pada kondisi lingkungan disekitarnya baik lingkungan fisik maupun sosial. Oleh karena itu, berbagai

35 94 perubahan yang terjadi diharapkan mampu memberikan efek positif bagi kehidupan masyarakat sekitar dan efek negatif yang ditimbulkan hendaknya mampu diminimalisir seefisien mungkin. Hal ini merupakan suatu wawasan baru yang dapat dijadikan dasar sebagai pengembangan konsep bahwa setiap pembangunan akan selalu menimbulkan perubahan bagi lingkungan sekitar. Oleh karena itu, setiap pembangunan harus mempertimbangkan kondisi lingkungan yang diperkirakan akan terkena dampak. Sehingga konsep pembangunan berkelanjutan yang tetap memperhatikan kondisi lingkungan di masa yang akan datang dapat tercapai.

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan membangun

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan membangun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan usaha sadar yang sengaja dilakukan oleh manusia untuk memperbaiki kondisi masyarakat pada suatu region dengan berbagai perencanaan dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ditentukan dalam penelitian. Menurut Fathoni (2006:103) populasi adalah

BAB III METODE PENELITIAN. ditentukan dalam penelitian. Menurut Fathoni (2006:103) populasi adalah 40 BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Populasi sebagai objek penelitian merupakan hal yang penting untuk ditentukan dalam penelitian. Menurut Fathoni (2006:103) populasi

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR BAGAN... x DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR BAGAN... x DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR BAGAN... x DAFTAR GAMBAR... x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah...

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Umum 4.1.1. Letak Geografis dan Batas Administrasi Kota Jambi sebagai pusat wilayah dan Ibukota Provinsi Jambi, secara geografis terletak pada koordinat 01 32 45

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa wukirsari merupakan salah satu Desa dari total 4 Desa yang berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Desa Wukirsari yang berada sekitar

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG. wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir, Propinsi Riau yang memiliki luas 531,22 km²

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG. wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir, Propinsi Riau yang memiliki luas 531,22 km² BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG 2.1 Letak Geografis Pulau Burung Pulau Burung merupakan salah satu kecamatan dari 17 kecamatan yang berada dalam wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1986

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1986 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1986 TENTANG PERUBAHAN BATAS WILAYAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II JAMBI DAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BATANGHARI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Mengacu kepada Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Akhir Masa Jabatan 2007 2012 PemProv DKI Jakarta. Provinsi DKI Jakarta

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota Pekanbaru yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah

Lebih terperinci

BAB II SOSIAL DEMOGRAFIS TINJAUAN LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Ukui yang ibukotanya pangkalan Kerinci

BAB II SOSIAL DEMOGRAFIS TINJAUAN LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Ukui yang ibukotanya pangkalan Kerinci 15 BAB II SOSIAL DEMOGRAFIS TINJAUAN LOKASI PENELITIAN A. Kecamatan Ukui 1. Geografis Kecamatan Ukui Kecamatan Ukui yang ibukotanya pangkalan Kerinci merupakan salah satu Kecamatan yang termasuk dalam

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis LS dan BT. Beriklim tropis dengan

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis LS dan BT. Beriklim tropis dengan III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Geografis Secara geografis Kabupaten Tebo terletak diantara titik koordinat 0 52 32-01 54 50 LS dan 101 48 57-101 49 17 BT. Beriklim tropis dengan ketinggian

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan wilayah yang dikelilingi dan dibatasi oleh topografi alami berupa punggung bukit atau pegunungan, dan presipitasi yang jatuh di

Lebih terperinci

dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten lain yang berada di Provinsi

dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten lain yang berada di Provinsi 48 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kota Bandar Lampung 1. Keadaan Umum Bandar Lampung merupakan ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah yang dijadikan sebagai pusat kegiatan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Jaringan jalan merupakan salah satu prasarana untuk meningkatkan laju pertumbuhan perekonomian suatu daerah. Berlangsungnya kegiatan perekonomian

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Kelurahan Karangrejo Karangrejo adalah salah satu Kelurahan di Kecamatan Metro Utara Kota Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. permukaan laut, dan batas-batas wilayah sebagai berikut : a) Batas Utara : Kabupaten Banyuasin

V. GAMBARAN UMUM. permukaan laut, dan batas-batas wilayah sebagai berikut : a) Batas Utara : Kabupaten Banyuasin V. GAMBARAN UMUM 5.1 Keadaan Umum Kota Palembang Kota Palembang merupakan ibukota dari Provinsi Sumatera Selatan. Secara geografis Kota Palembang terletak antara 2 52' - 3 5' Lintang Selatan dan 104 37'

Lebih terperinci

Gambar 5. Peta Citra Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi

Gambar 5. Peta Citra Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi 54 IV. DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN IV.1. Deskripsi Umum Wilayah yang dijadikan objek penelitian adalah kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, Propinsi Jawa Barat. Kecamatan Muara Gembong berjarak

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian ini meliputi wilayah Kota Palangkaraya, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten

Lebih terperinci

KONDISI UMUM BANJARMASIN

KONDISI UMUM BANJARMASIN KONDISI UMUM BANJARMASIN Fisik Geografis Kota Banjarmasin merupakan salah satu kota dari 11 kota dan kabupaten yang berada dalam wilayah propinsi Kalimantan Selatan. Kota Banjarmasin secara astronomis

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek 3.1.1 Kondisi Administratif Kabupaten Kulon Progo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu kabupaten dari

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang terdapat di Pulau

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang terdapat di Pulau IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Wilayah Propinsi Lampung 1. Geografi Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang terdapat di Pulau Sumatera dengan luas wilayah 35.288,35 Km 2. Propinsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di

I. PENDAHULUAN. beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang cukup luas dengan penduduk yang beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi Gambaran umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi dalam penelitian ini dihat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penataan Gambaran Umum

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penataan Gambaran Umum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penataan 1.1.1. Gambaran Umum Kota Semarang selaku ibukota dari Provinsi Jawa Tengah memiliki keterletakan astronomis di antara garis 6º 50-7º 10 LS dan garis 109º

Lebih terperinci

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH P erpustakaan Anak di Yogyakarta BAB 3 TINJAUAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 34 BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 4.1. Desa Karimunjawa 4.1.1. Kondisi Geografis Taman Nasional Karimunjawa (TNKJ) secara geografis terletak pada koordinat 5 0 40 39-5 0 55 00 LS dan 110 0 05 57-110

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara. Kelurahan Penjaringan memiliki lahan seluas 395.43 ha yang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Sejarah Kabupaten Lampung Selatan Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar pokok Undang-Undang Dasar 1945. Dalam Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR. UCAPAN TERIMA KASIH... iii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR GAMBAR... x BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR. UCAPAN TERIMA KASIH... iii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR GAMBAR... x BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... x BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 5 C.

Lebih terperinci

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Geografis Wilayah Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak antara 5 54' - 7 45' LS dan 106 22' - 108 50 BT dengan areal seluas 37.034,95

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kota Makassar secara geografi terletak pada koordinat 119 o 24 17,38 BT dan 5 o 8 6,19 LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Secara geografis, wilayah Kabupaten Karawang terletak antara 107

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. daerah transit kegiatan perekonomian antara Pulau Sumatera dan Jawa, B. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Barat

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. daerah transit kegiatan perekonomian antara Pulau Sumatera dan Jawa, B. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Barat IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kota Bandar Lampung 1. Keadaan umum Kota Bandar Lampung merupakan ibu kota Provinsi Lampung. Kota Bandar Lampung terletak di wilayah yang strategis karena

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Kelurahan Tamansari 3.1.1 Batas Administrasi Kelurahan Tamansari termasuk dalam Kecamatan Bandung Wetan, yang merupakan salah satu bagian wilayah

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI. Gambaran Umum Kabupaten Cirebon

KONDISI UMUM LOKASI. Gambaran Umum Kabupaten Cirebon KONDISI UMUM LOKASI Gambaran Umum Kabupaten Cirebon Letak Administrasi Kabupaten Cirebon Kabupaten Cirebon merupakan salah satu wilayah yang terletak di bagian timur Propinsi Jawa Barat. Selain itu, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kecamatan Conggeang 4.1.1 Letak geografis dan administrasi pemerintahan Secara geografis, Kecamatan Conggeang terletak di sebelah utara Kabupaten Sumedang. Kecamatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 143,5 mm/tahun dengan kelembaban 74% - 85%. Kecepatan angin pada musim

I. PENDAHULUAN. 143,5 mm/tahun dengan kelembaban 74% - 85%. Kecepatan angin pada musim I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Aceh Singkil beriklim tropis dengan curah hujan rata rata 143,5 mm/tahun dengan kelembaban 74% - 85%. Kecepatan angin pada musim timur maksimum 15 knot, sedangkan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 26 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 4.1 Kota Yogyakarta (Daerah Istimewa Yogyakarta 4.1.1 Letak Geografis dan Administrasi Secara geografis DI. Yogyakarta terletak antara 7º 30' - 8º 15' lintang selatan dan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Metro merupakan ibukota Kecamatan Metro Pusat. Kota Metro

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Metro merupakan ibukota Kecamatan Metro Pusat. Kota Metro 61 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kota Metro Kota Metro merupakan ibukota Kecamatan Metro Pusat. Kota Metro termasuk bagian dari Provinsi Lampung, berjarak 45 km dari Kota Bandar Lampung

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI WILAYAH DAERAH PENELITIAN

BAB III DESKRIPSI WILAYAH DAERAH PENELITIAN BAB III DESKRIPSI WILAYAH DAERAH PENELITIAN Dalam bab ini akan dibahas bagaimana letak, batas dan luas daerah penelitian, morfologi daerah penelitian, iklim daerah penelitian, dan keadaan penduduk daerah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan 64 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kota Bandar Lampung Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah yang dijadikan sebagai pusat kegiatan pemerintahan, politik, pendidikan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kebutuhan pokok manusia, seperti kebutuhan makan, pakaian, dan tempat tinggal

I. PENDAHULUAN. kebutuhan pokok manusia, seperti kebutuhan makan, pakaian, dan tempat tinggal I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hakekat pembangunan nasional adalah pembangunan seutuhnya yaitu tercapainya kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan tersebut dapat tercapai bila seluruh kebutuhan

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU Wilayah Kabupaten Indramayu terletak pada posisi geografis 107 o 52 sampai 108 o 36 Bujur Timur (BT) dan 6 o 15 sampai

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan 77 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada 104 552-105 102 BT dan 4 102-4 422 LS. Batas-batas wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat secara geografis

Lebih terperinci

BAB III MONOGRAFI KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB III MONOGRAFI KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT 62 BAB III MONOGRAFI KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT 3.1.Letak Geografi 3.1.1. Luas Wilayah Kecamatan bungus teluk kabung merupakan salah satu kecamatan di kota padang,

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 111 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Keadaan Geografis DKI Jakarta terletak di 6 0 12 lintang selatan dan 106 0 48 bujur timur dengan luas wilayah 661,26 km2, berupa daratan 661.52 km2 dan lautan 6,977,5

Lebih terperinci

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan BAB II DESA PULOSARI 2.1 Keadaan Umum Desa Pulosari 2.1.1 Letak Geografis, Topografi, dan Iklim Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Dede Rosi Virgianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Dede Rosi Virgianti, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kebijakan pemerintah mengenai otonomi daerah banyak sekali daerah yang melaksanakan pemekaran wilayah. Pelaksanaan pemekaran wilayah diatur dalam kriteria

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan 18 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak dan Keadaan Geografis Kelurahan Lubuk Gaung adalah salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai Provinsi Riau. Kelurahan Lubuk

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 33 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Umum Kepulauan Seribu Wilayah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu terletak di sebelah Utara Teluk Jakarta dan Laut Jawa Jakarta. Pulau Paling utara,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kota Bandar Lampung Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah yang dijadikan sebagai pusat kegiatan pemerintahan, politik,

Lebih terperinci

3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1 Deskripsi umum lokasi penelitian 3.1.1 Perairan Pantai Lovina Kawasan Lovina merupakan kawasan wisata pantai yang berada di Kabupaten Buleleng, Bali dengan daya tarik

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 15 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Sub DAS Model DAS Mikro (MDM) Barek Kisi berada di wilayah Kabupaten Blitar dan termasuk ke dalam Sub DAS Lahar. Lokasi ini terletak antara 7 59 46 LS

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Profil Kecamatan Cisarua 5.1.1. Letak dan Keadaan Geografis Secara Geografis, Kecamatan Cisarua terletak di Selatan wilayah Bogor pada 06 42 LS dan 106 56 BB. Kecamatan

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Sukabumi 4.1.1 Letak geografis Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Provinsi Jawa Barat dengan jarak tempuh 96 km dari Kota Bandung dan 119 km

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM WILAYAH. 5.1 Kondisi Wilayah Kelurahan Pulau Panggang

V. KEADAAN UMUM WILAYAH. 5.1 Kondisi Wilayah Kelurahan Pulau Panggang V. KEADAAN UMUM WILAYAH 5.1 Kondisi Wilayah Kelurahan Pulau Panggang Wilayah Kelurahan Pulau Panggang terdiri dari 12 pulau dan memiliki kondisi perairan yang sesuai untuk usaha budidaya. Kondisi wilayah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI 5.1. Gambaran Umum Kabupaten Pasuruan Kabupaten Pasuruan adalah salah satu daerah tingkat dua di Propinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibukotanya adalah Pasuruan. Letak geografi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dengan ibukota Pringsewu terletak 37 kilometer sebelah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dengan ibukota Pringsewu terletak 37 kilometer sebelah 48 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pringsewu. Keadaan Geografis Kabupaten Pringsewu dengan ibukota Pringsewu terletak 37 kilometer sebelah barat Bandar Lampung, ibukota Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Palembang adalah 102,47 Km² dengan ketinggian rata-rata 8 meter dari

BAB I PENDAHULUAN. Kota Palembang adalah 102,47 Km² dengan ketinggian rata-rata 8 meter dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Palembang terletak pada 2 59 27.99 LS-104 45 24.24 BT. Luas wilayah Kota Palembang adalah 102,47 Km² dengan ketinggian rata-rata 8 meter dari permukaan laut. Palembang

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010). BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Air merupakan salah satu komponen penting untuk kehidupan semua makhluk hidup di bumi. Air juga merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kebutuhan

Lebih terperinci

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1. Letak Geografis dan Administrasi Pemerintahan Propinsi Kalimantan Selatan memiliki luas 37.530,52 km 2 atau hampir 7 % dari luas seluruh pulau Kalimantan. Wilayah

Lebih terperinci

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA BOGOR

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA BOGOR BAB I PENDAHULUAN Kota Bogor merupakan Kota yang pesat pembangunan serta terdekat dengan Ibu Kota Negara. Disisi lain merupakan kota dengan tujuan wisata dari berbagai sudut daerah dimana semua daerah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. a) Kondisi Grafis Kota Bandar Lampung

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. a) Kondisi Grafis Kota Bandar Lampung BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Gambaram Umum Objek Penelitian 1. Kota Bandar Lampung a) Kondisi Grafis Kota Bandar Lampung Sumber : Badan Pusat Statistik, 2016 Gambar 4.1. Peta Administrasi Bandar

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan 78 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pesawaran Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan UU No.33 Tahun 2007 yang diundangkan pada tanggal 10 Agustus

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Awal berdirinya pemerintahan Kecamatan Bumi Waras terbentuk berdasarkan

IV. GAMBARAN UMUM. Awal berdirinya pemerintahan Kecamatan Bumi Waras terbentuk berdasarkan 77 IV. GAMBARAN UMUM A. Keadaan Umum Kecamatan Bumi Waras 1. Keadaan Umum Awal berdirinya pemerintahan Kecamatan Bumi Waras terbentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012,

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai 49 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Penelitian Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara 4 0 14 sampai 4 0 55 Lintang Selatan dan diantara 103 0 22 sampai 104

Lebih terperinci

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Kelurahan Fatubesi merupakan salah satu dari 10 kelurahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 TINJAUAN UMUM Jembatan sebagai sarana transportasi mempunyai peranan yang sangat penting bagi kelancaran pergerakan lalu lintas. Dimana fungsi jembatan adalah

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Geografis Kabupaten Subang merupakan kabupaten yang terletak di kawasan utara Jawa Barat. Luas wilayah Kabupaten Subang yaitu 2.051.76 hektar atau 6,34% dari

Lebih terperinci

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis 3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Penelitian dilakukan di dua kabupaten di Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Batanghari dan Muaro Jambi. Fokus area penelitian adalah ekosistem transisi meliputi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian Kecamatan Mojotengah merupakan salah satu dari 15 kecamatan di Kabupaten

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Natar terdiri dari 24 desa yaitu Desa Banda Rejo, Suka Bandung,

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Natar terdiri dari 24 desa yaitu Desa Banda Rejo, Suka Bandung, 59 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Dan Luas Daerah Kecamatan Natar terdiri dari 24 desa yaitu Desa Banda Rejo, Suka Bandung, Beranti Raya, Bumi Sari, Candi Mas, Haduyang, Haji Menna, Karang

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas Desa Cikalong merupakan salah satu dari 13 desa di dalam wilayah Kecamatan Cikalong, Kabupaten Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat yang terletak di

Lebih terperinci

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas 26 4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi 4.1.1 Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas Menurut DKP Kabupaten Banyuwangi (2010) luas wilayah Kabupaten Banyuwangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permukaan bumi yang luasnya 510 juta km 2, oleh karena itu persediaan air di

BAB I PENDAHULUAN. permukaan bumi yang luasnya 510 juta km 2, oleh karena itu persediaan air di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan negara maritim dimana sebagian besar wilayahnya terdiri dari wilayah perairan kurang lebih 70,8 % dari luas permukaan bumi yang luasnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sudah selayaknya kawasan-kawasan yang berbatasan dengan laut lebih menekankan

BAB I PENDAHULUAN. sudah selayaknya kawasan-kawasan yang berbatasan dengan laut lebih menekankan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Seiring dengan di galakkannya kembali pemberdayaan potensi kelautan maka sudah selayaknya kawasan-kawasan yang berbatasan dengan laut lebih menekankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bencana banjir dan longsor (Fadli, 2009). Indonesia yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bencana banjir dan longsor (Fadli, 2009). Indonesia yang berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana longsor merupakan salah satu bencana alam yang sering terjadi di Indonesia. Potensi longsor di Indonesia sejak tahun 1998 hingga pertengahan 2008, tercatat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan jumlah penduduknya. Pesatnya pertumbuhan penduduk ini

BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan jumlah penduduknya. Pesatnya pertumbuhan penduduk ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan pertumbuhan suatu kota pada umumnya disertai dengan pertumbuhan jumlah penduduknya. Pesatnya pertumbuhan penduduk ini pada akhirnya akan menyebabkan

Lebih terperinci

KAJIAN UMUM WILAYAH Wilayah Administrasi, Letak Geografis dan Aksesbilitas

KAJIAN UMUM WILAYAH Wilayah Administrasi, Letak Geografis dan Aksesbilitas KAJIAN UMUM WILAYAH Pengembangan Kota Terpadu Mandiri (KTM) di Kawasan Transmigrasi dirancang dengan kegiatan utamanya pertanian termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai

Lebih terperinci

IV KONDISI UMUM TAPAK

IV KONDISI UMUM TAPAK IV KONDISI UMUM TAPAK 4.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Secara geografis kawasan Gunung Kapur Cibadak Ciampea terletak pada 16 32 BT 16 35 46 BT dan 6 36 LS 6 55 46 LS. Secara administratif terletak di

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur.

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Berdasarkan Data Potensi Desa/ Kelurahan (2007), Desa Tlekung secara administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. Desa

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Margasari terletak di Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Margasari terletak di Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten 35 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Biofisik dan Tata Guna Lahan Desa Margasari terletak di Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur Propinsi Lampung. Desa ini memiliki luas ±.702

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Profil Desa Desa Jambenenggang secara admistratif terletak di kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Wilayah Kabupaten Sukabumi yang terletak

Lebih terperinci

BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN

BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN 5.1. LATAR BELAKANG DESA KESUMA Kawasan penelitian yang ditetapkan ialah Desa Kesuma, Kecamatan Pangkalan Kuras, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Desa ini berada pada

Lebih terperinci

Keterkaitan antar lokasi atau ruang dapat dilihat secara fisik maupun nonfisik.

Keterkaitan antar lokasi atau ruang dapat dilihat secara fisik maupun nonfisik. contoh interaksi keruangan antar wilayah di Indonesia: 1) menempatkan sebuah ruang publik (misalnya: rumah sakit) yang dapat dapat menjangkau wilayah2 sekitarnya dengan mudah, 2) membuka akses transportasi

Lebih terperinci

BAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN

BAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN 4 BAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN 1.1 Faktor Tapak dan Lingkungan Proyek Kasus proyek yang dibahas disini adalah kasus proyek C, yaitu pengembangan rancangan arsitektural model permukiman

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan 84 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Letak Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105 o 14 sampai dengan 105 o 45 Bujur Timur dan 5

Lebih terperinci