B A B CAHAYA SEBAGAI GELOMBANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "B A B CAHAYA SEBAGAI GELOMBANG"

Transkripsi

1 B A B CAHAYA SEBAGAI GELOMBANG 2 Jejak kajian tentang cahaya secara mendalam bisa kita lacak sejak peradaban Yunani kuno bahkan jauh sebelumnya. Ilmuwan kunci dalam kajian ini ialah Euclid yang amat masyhur dengan pendapatnya, manusia dapat melihat karena mata mengirimkan cahaya kepada benda. Pendapat Euclid bertahan cukup lama sampai kemudian muncul Alhazen yang bernama asli Ibnu al-haitham ( ). Al Hazen berhasil membuktikan kekeliruan pendapat Euclid. Menurutnya, yang benar adalah justru sebaliknya. Kita dapat melihat karena ada cahaya dari benda yang sampai ke mata kita. Bukti untuk menyanggah pendapat Euclid sangatlah sederhana. Dapatkah kita melihat dalam kegelapan malam yang begitu pekat? Jika kita bisa melihat karena mata kita yang mengirimkan cahaya, maka tentu dalam keadaan yang bagaimanapun kita akan dapat melihat. Oleh karena kita hanya dapat melihat dalam suasana yang terang cahaya, maka tentulah kita dapat melihat karena benda mengirimkan cahaya ke mata kita. Dalam perkembangan selanjutnya, beberapa fisikawan tertarik untuk mengetahui cepat rambat cahaya ini. Fisikawan pertama yang dianggap berhasil melakukan 1

2 pengukuran terhadap cepat rambat cahaya ialah Ole Roemer ( ) meskipun hasilnya tidak setepat hasil pengukuran sekarang. Menurut pengukuran Roemer pada tahun 1675, cahaya mempunyai laju sebesar 200 ribu km per detik. Fisikawan sebelumnya, Galileo Galilei, hanya menyebutkan secara kualitatif bahwa cahaya mempunyai kecepatan yang luar biasa. Perkembangan berikutnya tentang kajian cahaya ditengarai dengan terbitnya teori korpuskular cahaya yang diusulkan oleh begawan fisika klasik Isaac Newton ( ). Dalam teori ini, Newton mengganggap cahaya sebagai aliran partikel (butir-butir cahaya) yang menyebabkan timbulnya gangguan pada eter di dalam ruang. Eter merupakan zat hipotetis (artinya masih perlu diuji) yang dipercaya mengisi seluruh ruang jagad raya. Teori korpuskular cahaya dipercaya oleh fisikawan-fisikawan berikutnya sampai penghujung abad ke-18. Pada awal abad ke-19, tepatnya tahun 1801, Thomas Young ( ) menemukan adanya peristiwa interferensi pada cahaya. Peristiwa ini merupakan pertanda bahwa teori gelombang diperlukan untuk menjelaskan hakikat cahaya. Usulan Young diperkuat oleh James Clerk Maxwell ( ) yang menyatakan bahwa cahaya merupakan bagian dari gelombang elektromagnetik. Saat itu, Maxwell masih yakin bahwa gelombang elektromagnetik membutuhkan medium khusus untuk dapat merambat dan ia menamakan medium tersebut sebagai eter bercahaya. Sayang sekali, keyakinan Maxwell bahwa gelombang elektromagnetik memerlukan medium eter dalam perambatannya dipatahkan oleh fisikawan Michelson dan Morley melalui sebuah percobaan pada tahun Hasil percobaan Michelson- Morley menegaskan bahwa eter sesungguhnya tidak ada. Sehingga cahaya (sebagai salah satu gelombang elektromagnetik) tidak memerlukan medium untuk merambat. Upaya penyingkapan rahasia cahaya terus berkembang. Pada tahun 1905 Einstein ( ) menunjukkan bahwa efek fotolistrik hanya dapat dijelaskan dengan menganggap bahwa cahaya terdiri dari aliran diskrit (tidak kontinyu) foton energi elektromagnetik Sampai pada tahap ini, kita melihat bahwa ada dua paham besar dalam teori cahaya, yakni paham yang percaya bahwa cahaya dapat dijelaskan dengan menganggapnya sebagai partikel (teori korpuskular) dan paham kedua yang percaya bahwa cahaya hanya dapat dijelaskan jika kita menganggapnya sebagai gelombang (teori undulasi). Kedua paham itu silih berganti merebut pengaruh dengan argumentasi yang meyakinkan. Pertentangan dua pendapat ini memang sangat pelik. Pada beberapa gejala, cahaya menunjukkan wataknya sebagai partikel. Tetapi pada beberapa gejala yang lain cahaya tampil sebagai gelombang. Dan tentu saja, betapa tidak mudah untuk menyelesaikan perselisihan ilmiah ini dengan menyusun suatu model yang secara kompak bisa memaparkan watak gelombang dan partikel yang dimiliki oleh cahaya. Pertentangan-pertentangan ini perlahan-lahan menjadi reda seiring berkembangnya teori kuantum sejak 1900-an. Teori ini sejatinya cenderung pada paham korpuskular. Teori ini menganggap bahwa cahaya adalah partikel (foton) yang memiliki aspek gelombang. Aspek gelombang ini menuntun kita menentukan keadaan foton-foton itu secara statistik. Dalam perkembangan selanjutnya, juga tampak nyata bahwa elektron dan partikelpartikel elementer menunjukkan perilaku yang serupa (lihat bab 6 buku ini). 2

3 Dalam bab ini kita akan mempelajari cahaya tetapi khusus yang menyangkut aspek gelombangnya. Kita akan membahas beberapa gejala terkait dengan cahaya sebagai gelombang, tepatnya gelombang elektromagnetik. Gejala-gejala tersebut tidak mungkin dijelaskan dengan optika geometrk. Gejala-gejala yang dimaksud adalah difraksi, interferensi dan polarisasi. Gejala pembiasan dan pemantulan telah kita pelajari secara mendalam dalam bab 6 buku jilid 1. Oleh karenanya tidak akan dibahas di sini. Agar lebih mudah memahami hal-hal yang akan disajikan dalam bab ini, anda disarankan untuk memperkuat kembali pemahaman anda tentang konsep-konsep dasar gelombang. 2.1 Perubahan Fase Gelombang Cahaya Karena Perubahan Kerapatan Medium Persamaan cepat rambat gelombang cahaya (gelombang elektromagnetik) dapat diperoleh melalui persamaan-persamaan Maxwell (telah dibahas dalam bab gelombang elektromagnetik dan optika geometrik). Hasil perhitungan dari persamaan-persamaan Maxwell menunjukkan bahwa cepat rambat gelombang elektromagnetik di dalam suatu medium adalah 1 v, (2.1) dengan ε menyatakan permitivitas listrik medium tempat menjalarnya gelombang elektromagnetik dan μ adalah permeabilitas magnetik medium itu. Permitivitas listrik dan permeabilitas magnetik merupakan watak khas suatu medium. Oleh karena itu, cepat rambat atau laju rambat gelombang elektromagnetik sangat tergantung dari medium tempat ia menjalar. Dalam ruang hampa, ε = ε 0 = [(4)( ) ] -1 farad/meter atau 8, coulomb 2 /N.m 2 dan μ = μ 0 = henry/meter atau 1, N/A 2. Dengan memasukkan kedua tetapan tersebut ke dalam persamaan (2.1) maka akan didapat nilai cepat rambat gelombang elektromagnetik di ruang hampa sebesar c = m/dt. Untuk medium lain, nilai permitivitas listriknya menjadi r 0 dan permeabilitas magnetiknya r0 sehingga laju rambat gelombangnya menjadi v c r r c n (2.2) dengan ε r dan μ r masing-masing merupakan permitivitas relatif dan permeabilitas relatif medium dan n menyatakan ukuran kerapatan medium yang kemudian disebut indeks bias medium. Oleh karena permeabilitas relatif berbagai macam bahan pada umumnya mendekati nilai 1, maka n r permitivitas listriknya saja. Tabel 2.1 menyajikan nilai indeks bias beberapa bahan. 3

4 Tabel 2. 1 Beberapa indeks bias Medium Indeks bias Air 1,33 Etil alkohol 1,36 Karbon bisulfida 1,63 Udara (1 atm 20 C) 1,003 Metilin Iodida 1,74 Leburan kuarsa 1,46 Gelas, kaca krona (Crown) 1,52 Gelas, flinta 1,66 Natrium Klorida 1,53 Telah dijelaskan dalam bab optika geometrik bahwa perpindahan berkas cahaya dari satu medium ke medium yang lain akan disertai adanya pemantulan dan pembiasan. Dalam bagian ini kita akan menyaksikan gejala lain yang menyangkut aspek gelombang cahaya, yakni perubahan fase. Telah dijelaskan pula bahwa dalam perpindahan cahaya dari satu medium ke medium yang lain besaran yang tidak berubah adalah ferkuensi. Sekarang, bila seberkas sinar memiliki panjang gelombang dalam ruang hampa, maka anda dapat membuktikan sendiri bahwa sinar itu dalam suatu medium berindeks bias n, akan memiliki panjang gelombang n = n. (2.2) Jadi, panjang gelombang sinar itu berubah dengan faktor 1/n. Semakin rapat suatu medium, maka panjang gelombang sinar yang melaluinya semakin pendek. Ini berarti jumlah gelombang (lebih tepatnya kalau disebut sebagai jumlah getaran) yang melalui medium itu menjadi lebih banyak dibandingkan di ruang hampa atau di medium lain yang kurang rapat untuk jarak tempuh yang sama. Marilah kita lihat hal ini lebih seksama. Andaikan seberkas sinar yang diceritakan di atas menempuh jarak sejauh L dalam medium itu, maka jumlah gelombang yang ada adalam rentang jarak L itu adalah N n = L n = nl L = n = nn, dengan N adalah jumlah gelombang dalam rentang jarak yang sama di ruang hampa. Karena n > 1, maka N n > N. Ini menegaskan pernyataan di atas. Satu istilah lagi, lintasan optis adalah hasil kali antara indek bias dengan panjang lintasan geometrik yang dilalui oleh cahaya. Dalan kasus di atas lintasan optis bagi berkas sinar tersebut adalah nl. Sekarang ambilah dua kaca plan paralel dengan ukuran yang sama tetapi terbuat dari bahan yang berbeda. Masing-masing memiliki indeks bias n 1 dan n 2. Letakkanlah 4

5 kedua kaca itu berdampingan seperti diperlihatkan pada gambar 2.1. Kemudian pada kedua kaca plan paralel itu dilewatkan dua berkas sinar dengan frekuensi yang sama (dengan kata lain, kedua berkas itu koheren). Andaikan 1 fase sinar yang melalui kaca pertama tepat sebelum masuk ke kaca plan paralel pertama dan 2 fase sinar yang melalui kaca plan paralel kedua tepat sebelum masuk ke kaca itu. Jadi, sebelum memasuki kaca plan paralel terdapat beda fase sebesar 2 1. Untuk jarak tempuh sejauh L, yakni panjang kedua kaca plan paralel, kedua berkas sinar itu memiliki jumlah gelombang yang berbeda, yakni N 1 = n 1 L n 1 Dan N 2 = n 2 L, dengan panjang gelombang berkas sebelum memasuki kaca plan paralel. Fase gelombang cahaya tepat setelah keluar dari kaca plan paralel pertama adalah n 2 L Gambar N 1 = n 1 L. Sedangkan fase gelombang cahaya tepat setelah keluar dari kaca plan paralel kedua adalah 2 + 2N 2 = n 2 L. Beda fase kedua berkas itu tepat setelah keluar dari kaca plan paralel adalah Terlihat adanya perubahan beda fase senilai (n 2 n 1 ) L. 2(n 2 n 1 ) L. (2.3) Khususnya, bila kedua berkas itu memiliki fase yang sama tepat sebelum memasuki masing-masing kaca plan paralel, maka timbul beda fase senilai yang ditunjukkan oleh ungkapan (2.3). Kesimpulannya adalah : Perbedaan fase antara dua berkas sinar yang koheren dapat berubah manakala kedua berkas sinar itu melalui dua bahan yang mempunyai indeks bias (kerapatan) berbeda. Sebagaimana telah dijelaskan pada bab 1 bahwa superposisi dua gelombang yang koheren menghasilkan penguatan pada beberapa tempat dan pelemahan di beberapa 5

6 tempat yang lain tergantung dari beda fase kedua gelombang itu. Gejala ini disebut interferensi gelombang. Superposisi dua gelombang koheren beramplitudo sama menghasilkan interferensi dengan penghapusan di beberapa tempat yang memiliki beda fase n (dengan n ganjil). Dengan adanya perubahan beda fase akibat perubahan indeks bias, maka orang dapat menghasilkan gejala interferensi dari dua berkas cahaya koheren yang memiliki fase yang sama Karena Pemantulan Perubahan fase gelombang cahaya dapat pula diakibatkan oleh peristiwa pemantulan. Tetapi perubahan fase yang terjadi akibat pemantulan bersifat diskret dan lebih tepat kalau disebut pembalikan fase. Pemantulan cahaya oleh bidang batas dua medium yang memiliki indeks bias berbeda dapat dianalogikan dengan pemantulan gelombang yang merambat pada tali (lihat kembali bab 1 buku ini) dengan ujung tetap dan ujung bebas. Bila cahaya datang dari medium dengan indeks bias lebih tinggi dan dipantulkan oleh medium dengan indeks bias yang lebih rendah, maka tidak ada perubahan atau pembalikan fase. Hal ini terjadi sebagaimana pada pemantulan gelombang yang merambat pada tali oleh ujung bebas. Bila cahaya menjalar dari medium dengan indeks bias lebih rendah dan dipantulakn oleh permukan medium dengan indeks bias lebih tinggi maka terjadi pembalikan fase, yakni mengalami perubahan fase sebesar. Hal ini terjadi sebagaimana pada pemantulan gelombang yang merambat pada tali oleh ujung tetap. Pembalikan fase oleh pemantulan ini mengakibatkan misalnya gejala interferensi pada lapisan tipis seperti gelembung sabun ataupun tumpahan minyak tanah di atas air. Gejala lain yang diakibatkan oleh pembalikan fase akibat pemantulan ini adalah peristiwa interferensi pada cermin Llyod. Latihan Konsep 2.1 : 1. Dari uraian di atas, terlihat bahwa gelombang cahaya mengalami perubahan pada saat cahaya itu berpindah dari satu medium ke medium yang lain, sedangkan frekuensi cahaya itu tidak berubah. Pengalaman keseharian menunjukkan bahwa cahaya tidak mengalami perubahan warna pada saat berpindah medium. Hal ini dapat dibuktikan dengan menjatuhkan sebuah benda ke dalam bak mandi yang terisi air. Benda itu tetap berwarna merah di dalam air manakala benda itu juga berwarna merah di udara. Lalu apa sesungguhnya yang menentukan warna cahaya? 2. Hitunglah cepat rambat cahaya dalam beberapa medium yang nilainya tercantum dalam tabel 2.1! Hitunglah jumlah gelombang cahaya merah yang merambat dalam medium-medium itu untuk jarak tempuh sejauh 1 meter. Berapakah panjang gelombang cahaya merah dalam medium-medium itu? 3. Perhatikanlah gambar 2.1. Andaikan berkas cahaya yang dilewatkan dalam medium-medium itu memiliki panjang gelombang dan masing-masing medium itu memiliki tebal yang sama, katakanlah d. Bila indeks bias ketiga medium itu berturut-turut n X, n Y dan n Z, pada saat melewati medium manakah berkas cahaya itu memiliki jumlah gelombang (jumlah getaran) paling banyak? Hitunglah perubahan fase yang dialami berkas cahaya itu! 6

7 in udara medium X 2.2 Dispersi medium Y medium Z Gambar 2.2 Cahaya matahari bersifat polikromatik, artinya terdiri dari banyak frekuensi. Di ruang hampa seluruh frekuensi yang dimiliki cahaya merambat dengan kecepatan yang sama. Tetapi begitu ia memasuki medium, kerapatan medium itu besarnya berlainan untuk tiap-tiap frekuensi, sehingga masing-masing frekuensi merambat dengan kecepatan yang berbeda satu dari yang lain. Dengan suatu teknik tertentu (memakai prisma, misalnya), cahaya akan terurai menjadi komponen-komponenya, mulai dari warna merah dengan frekuensi paling rendah sampai dengan warna ungu dengan frekuensi paling tinggi. Kita menyebut spektrum cahaya matahari ini dengan istilah pelangi. Gejala seperti ini dikenal sebagai peristiwa penguaraian cahaya atau dispersi, yaitu peristiwa penguraian gelombang elektromagnetik berfrekuensi banyak (polikromatik) atas komponen-kompnennya yang berfrekuensi tunggal (monokromatik). Salah satu gejala alamiah yang terjadi sebagai akibat dispersi adalah pelangi. Gejala ini tentu sangat kita kenali, tetapi belum tentu kita pahami dengan baik. Medium pengurainya adalah titik-titik air di angkasa setelah hujan turun. Kita bisa menemukan gejala yang serupa dengan pelangi pada saat bertamasya di sekitar air terjun pada siang hari. Semenatara di dalam laboratorium, anda dapat menampilkan dispersi dengan menggunakan prisma atau kekisi penghambur (difraksi) atau melalui interferensi. Pada saat cahaya berada di dalam bahan prisma, warna-warna cahaya akan terpecah. Pecahan warna-warna ini akan keluar sebagai spektrum pelangi karena memiliki sudut pembelokan yang berbeda-beda (lihat kembali bab 6 jilid 1). Indeks bias untuk warna merah dan ungu dari beberapa bahan bening dapat kita lihat dalam tabel Gambar 2.3 Spektrum warna pelangi yang indah 2.2. Tampak bahwa indeks bias untuk warna ungu lebih besar daripada indeks bias untuk warna merah. Sebab itulah, urutan pelangi adalah warna merah dulu di sebelah atas kemudian berturut-turut sampai dengan ungu, persis yang ditampilkan oleh dispersi pada prisma. Lebar spektrum pelangi diukur dengan sudut dispersi. Secara geometri sudut dispersi tergantung pada sudut atap prisma dan dapat dihitung dengan menerapkan hukum Snellius. 7

8 Tabel 2. 2 Indeks bias warna merah dan ungu dalam beberapa bahan Bahan Indeks warna Indeks warna merah ungu Udara 1, , Air 1,331 1,340 Es 1,3060 1,3170 Alkohol 1,360 1,370 Kaca flinta 1,5850 1,6040 Kaca krona 1,5200 1,5380 Quartz 1,5420 1,5570 Intan 2,4100 2,4580 Bila seberkas sinar berfrekuensi f jatuh dari udara dengan sudut datang pada permukaan sebuah prisma yang memiliki sudut atap dan indeks bias terhadap sinar itu n f, maka sinar itu akan dibelokkan dari arah semula dengan sudut pembelokan sebesar f = sin [ n sin sin sin cos ]. (2.4) f n Gambar 2.4 Pembelokan oleh prisma di udara Dispersi juga bisa terjadi pada lensa. Namun, acapkali dispersi seperti ini bersifat merugikan sehingga kehadirannya tidak diinginkan, misalnya pada lensa kamera. Untuk melenyapkan gejala dispersi pada lensa kamera kita dapat membuat susunan lensa yang akromatik. Cahaya putih akan masuk ke lensa pertama dan terjadi dispersi. Spektrum 8

9 hasil dispersi lensa pertama akan masuk ke lensa kedua dan dikeluarkan sebagai cahaya putih lagi. Contoh 1 : Sebuah prisma dengan sudut atap 30 terbuat dari kaca krona. Sebuah berkas cahaya putih jatuh pada prisma itu dengan sudut datang 60. Hitunglah sudut dispersi pada prisma itu! Jawab : Dari tabel tampak bahwa indeks bias sinar merah untuk kaca krona adalah Pembelokan sinar merah adalah 1,52. Jadi, dari persamaan (2.4) didapatkan merah = sin [ n sin sin sin cos ] merah = sin [ (1,52) sin 60 sin30 sin 60cos30] = 22,8 Karena indeks bias sinar ungu untuk kaca krona 1,54, maka dengan cara yang sama diperoleh bahwa ungu = 23,5. Jadi, perbedaan sudut pembelokan sinar merah dari sinar ungu adalah 0,7. Inilah sudut dispersi pada prima itu. Latihan Konsep : 1. Mengapa gemerlap warna-warni cahaya intan lebih indah dibandingkan dengan dengan yang dimiliki oleh kaca biasa walau bentuknya sama? 2. Berapakah perbedaan sudut pembelokan pada Contoh 1 seandainya prisma krona itu diganti dengan prima intan? 3. Andaikan seberkas cahaya putih jatuh secara tegak lurus pada permukaan kaca plan paralel yang terbuat dari intan. Berapakah beda fase antara gelombang cahaya merah tepat sebelum masuk kaca dan tepat sesudah meninggalkan kaca jika cahaya itu menempuh jarak sejauh L dalam kaca itu? Berapakah beda fase antara gelombang cahaya ungu tepat sebelum masuk kaca dan tepat sesudah meninggalkan kaca? 4. Selisih antara sudut pembelokan sinar ungu dan sinar merah pada kaca krona dalam Contoh 1 sangatlah kecil, yakni hanya 0,7. Dapatkah pelangi yang dihasilkan oleh prisma tersebut kita lihat dengan mata telanjang? 2.3 Interferensi Christian Huygens, fisikawan Belanda, pada tahun 1678 mengusulkan suatu teori undulasi tentang cahaya secara meyakinkan. Dibandingkan dengan teori yang diusulkan oleh Maxwell kira-kira dua abad setelahnya teori Huygens secara matematis tampak jauh lebih sederhana. Walaupun demikian teori Huygens masih cukup bermanfaat hingga kini. Berikut adalah prinsip Huygen tentang perambatan gelombang cahaya : Semua titik pada muka gelombang bertindak sebagai sumber bagi gelombang sekunder dengan muka gelombang berupa permukaan bola (gelombang semacam ini disebut gelombang seferis). Dalam selang waktu t setelah itu, muka gelombang utama (primer) ditentukan sebagai 9

10 garis singgung pada masing-masing muka gelombang seferis tadi. Prinsip ini secara grafis diperlihatkan oleh gambar 2.5. muka gelombang pada saat t muka gelombang setelah selang waktu t Titik-titik pada muka gelombang berperan sebagai sumber gelombang sekunder dengan muka seferis ct Gambar Celah Ganda Young Untuk pertama kalinya, teori bahwa cahaya adalah gelombang menjadi cukup kokoh setelah Thomas Young ( ) berhasil memperagakan terjadinya interferensi cahaya pada tahun 1801 melalui percobaan yang dikenal sebagai interferensi celah ganda. Dinamakan demikian karena percobaan ini melibatkan sebuah plat yang diberi dua celah yang cukup sempit (seukuran dengan panjang gelombang cahaya yang digunakan). Dalam percobaan tersebut, Young berhasil pula memperoleh panjang gelombang cahaya dan ia menjadi orang pertama yang menemukannya. Gambar 2.6 Thomas Young ( ) 10

11 L a y a r Garis terang Garis gelap Garis terang Garis gelap Garis terang Garis gelap Gambar 2.7 Pola interferensi yang terjadi karena cahaya melewati dua celah (celah ganda) Sekali lagi, terjadinya interferensi adalah akibat adanya peristiwa superposisi gelombang, yakni perpaduan dua gelombang atau lebih yang menghasilkan gelombang baru. Seperti yang telah anda pelajari pada bab terdahulu, perpaduan dua gelombang dapat menghasilkan suatu gelombang dengan amplitudo lebih besar (penguatan) ataupun sebuah gelombang dengan amplitudo lebih kecil (pelemahan) bahkan nol atau lenyap. Pelemahan maksimum terjadi bilamana kedua gelombang itu berada pada fase yang saling berlawanan. Sedangkan penguatan maksimum terjadi bilamana kedua gelombang itu berada pada fase yang sama. Karena amplitudo berkaitan dengan intensitas cahaya, maka interferensi pada cahaya akan menghasilkan daerah-daerah gelap dan juga daerahdaerah terang. Pola interferensi gelap dan terang merupakan bentuk lain dari simpul dan perut gelombang. Eksperimen Young melibatkan sebuah dinding yang padanya dibuat dua celah yang telah diatur jaraknya. Kemudian berkas cahaya dengan muka gelombang berupa bidang datar dijatuhkan pada kedua celah itu. Pada gilirannya kedua celah itu akan berperan sebagai sumber cahaya skunder yang memancarkan cahaya dengan muka gelombang seferis. Pola-pola gelap terang kemudian dapat dilihat pada layar yang dipasang di belakan celah ganda itu. Gambar 2.7 menjelaskan bagaimana pola-pola itu dapat dihasilkan. Lingkaran-lingkaran putih pada gambar 2.7 itu menggambarkan muka gelombang dengan simpangan maksimum (puncak). Lingkaran-lingkaran gelap menggambarkan muka-muka gelombang dengan simpangan minimum (lembah). Polapola terang gelap akhirnya dapat dilihat di layar. Gambar 2.7 (b) adalah prespektif bagi gambar 2.7 (a). Pada gambar 2.7 (b) pola gelap-terang terlihat lebih nyata. (a) (b) 11

12 Sekarang kita lihat masalah ini lebih seksama. Untuk itu perhatikan titik P yang berada pada layar (gambar 2.8). Kedua sinar yang berasal dari celah S 1 dan S 2 yang tiba di P, mempunyai fase yang sama saat masih di celah sumber. Hal ini disebabkan keduanya berasal dari satu gelombang yang sama dari gelombang datang. Karena panjang P y berkas sinar d S 2 a S 1 b D O B C Gambar 2.8 Sinar dari S 1 dan S 2 bergabung di titik P. Berkas cahaya yang datang di layar B dianggap sejajar. Dalam kenyataan, jarak antara layar B dan C >> jarak antara 2 celah (D >> d). Gambar ini dibuat untuk memudahkan penggambaran lintasan optis kedua sinar untuk sampai di P tidak sama, maka di titik ini fase keduanya pun berbeda. Keadaan interferensi di titik P (yakni terang gelapnya titik P) ditentukan oleh banyaknya panjang gelombang yang termuat dalam segmen S 1 b, yaitu beda lintasannya. Garis-Garis Terang Garis-garis terang adalah hasil perpaduan yang saling menguatkan secara maksimum. Garis-garis terang terjadi apabila kedua cahaya sampai di layar dengan fase yang sama. Agar terjadi maksimum di titk P, maka S 1 b (= d sin ) haruslah merupakan kelipatan bulat panjang gelombang, yaitu yang dapat juga ditulis sebagai S 1 b m, m =..., 4, 3, 2, 1, 0, 1, 2, 3,... d sin = m, m =..., 4, 3, 2, 1, 0, 1, 2, 3,... (2.5) Letak maksimum di atas titik O dalam gambar 2.10 simetris dengan letak maksimum di bawah O. Maksimum yang terletak di pusat dinyatakan dengan nilai m = 0. Garis-Garis Gelap 12

13 Garis-garis gelap adalah hasil perpaduan yang melemahkan. Garis-garis gelap terjadi apabila kedua cahaya sampai di layar dengan fase yang berlawanan. Sehingga, untuk keadaan minimum di P, penggal S 1 b (= d sin ) harus sama dengan hasil kali antara bilangan bulat ganjil dengan setengah panjang gelombang, yaitu atau d sin m( 1 2 ), m =..., 3, 1, 1, 3, 5... d sin ( m 1 2), m =..., 4, 3, 2, 1, 0, 1, 2, 3,... (2.6) Contoh 2 : Susunan celah seperti pada gambar 2.8 disinari dengan cahaya lampu gas air raksa (lampu merkuri) yang mengalami penyaringan sehingga boleh dikatakan hanya garis hijau saja ( = 546 nm atau 5460 Å) yang terpancar jatuh pada celah ganda. Jarak antar celah 0,10 mm dan jarak layar (tempat terlihatnya pola interferensi) dari celah adalah 20 m. Berapakah posisi sudut dari minimum pertama dan maksimum ke sepuluh? Jawab : Untuk minimum pertama kita ambil m = 0 dalam persamaan (2.6) atau m m 2 2 sin 3 d 0,1010 m 0,0027. Nilai sin ini sangatlah kecil, sehingga dapat kita anggap sebagai sudut itu sendiri. Namun sudut di atas masih dalam radian dan jika kita ubah menjadi derajat akan menjadi 0,16. Pada maksimum ke-10 (garis terang ke-10) (tidak termasuk maksimum pusat), kita mengambil nilai m = 10. Dengan cara serupa seperti sebelumnya, maka kita akan memperoleh posisi sudut 3,8. Perhitungan-perhitungan ini menunjukkan bahwa penyebaran sudut sepuluhan garis interferensi pertama yang paling dekat dengan pusat sangatlah kecil. Contoh 3 : Dalam contoh di atas, berapakah jarak linier pada layar C antara dua maksimum (garis terang) yang berturutan? Untuk sudut yang cukup kecil, maka dapat digunakan pendekatan Dari gambar 2.8 kita melihat bahwa sin tan. tg = D y. Bentuk ini kemudian kita sebstitusikan ke dalam persamaan persamaan untuk garis terang dengan menggantikan sin, maka kita akan peroleh 13

14 y m D m (2.7) d dan y m 1 D d m 1. Jarak antara keduanya merupakan selisih dari dua persamaan di atas, sehingga D y ym1 ym (2.8) d m2010 m 1,09 mm 0,10 10 Selama sudut dalam gambar 2.8 cukup kecil, maka jarak pisah antara garis interferensi tidak tergantung kepada m, jadi garis-garis tersebut berjarak sama. Jika cahaya yang datang mengandung lebih dari satu panjang gelombang, maka masing-masing panjang gelombang akan memiliki jarak pisahnya sendiri, yang berbeda satu dengan yang lain, dan semua pola interfrensinya akan saling bertumpuk. Pola interferensi yang dibuat oleh sinar-sinar yang koheren yang dipantulkan oleh sebuah benda dapat direkam dalam sebuah emulsi fotografis. Jika pola ini kemudian disinari dengan sinar koheren yang sama dengan sinar koheren perekamnya, maka terbentuklah citra 3 dimensi benda tadi. Mekanisme seperti ini merupakan dasar kerja holografi. Sinar koheren yang dipakai adalah laser, sebuah sinar koheren yang kuat dan monokromatik (ekawarna). Intensitas Cahaya Pada Layar. Sekarang hendak dihitung intensitas cahaya yang jatuh pada layar sebagai fungsi sudut. Perhatikan kembali titik P dalam gambar 2.8. Gelombang cahaya yang datang dari kedua celah dan jatuh di titik P awalnya sefase tepat ketika meninggalkan kedua celah tersebut. Sekali lagi, karena keduanya menempuh jarak optis yang berbeda maka kedua berkas itu mungkin tidak sefase lagi. Beda fase kedua gelombang itu di berikan oleh -2 m. = S 1 b 2 d = sin. (2.9) Sebagai gelombang elektromagnetik, simpangan gelombang-gelombang cahaya yang datang di titik P dari kedua celah itu dapat dinyatakan sebagai getaran medan listrik maupun medan magnet (untuk memahami konsep medan listrik dan medan magnetik secara lebih rinci, anda dapat membacanya pada bab sesudah bab ini.). Untuk kali ini kita nyatakan getaran itu sebagai getaran medan listrik. Getaran yang dimaksud secara matematis ditulis sebagai 14

15 E 1 = E 0 sin t (2.10) E 2 = E 0 sin (t + ) (2.11) dengan adalah frekuensi sudut gelombang-gelombang cahaya itu dan dan E 0 adalah amplitudo getaran listrik di titik P. Perpaduan kedua getaran di atas menghasilkan E 1 + E 2 = E 0 sin t + E 0 sin (t + ) = E 0 [sin t + sin (t + )] = 2 E 0 sin ½(t + t + )cos½ (t t ) = 2 E 0 cos(/2) sin (t + ) 2 Jadi, kita dapatkan sebuah getaran dengan amplitudo 2 E 0 cos(/2). Intensitas cahaya terkait dengan energi yang ditransmisikan oleh gelombang cahaya. Sedangkan energi yang ditransmisikan sebanding dengan kuadrat amplitudo getaran yang dijalarkan. Oleh karena itu intensitas cahaya di titik P diberikan oleh I P = [2 E 0 cos(/2)] 2 = 4(E 0 ) 2 cos 2 (/2) = 4I 0 cos 2 ( 2 1 ), (2.12) dengan I 0 = (E 0 ) 2 adalah intensitas masing-masing berkas tatkala sampai di titik P Interferensi Pada Lapisan Tipis Pernah bermain gelembung sabun? Atau melihat minyak tanah tumpah ke permukaan air kolam? Pada kedua peristiwa itu anda melihat nuansa warna-warni. Apa penyebabnya? Mengapa hal itu tidak kita lihat pada balon yang kita tiup? Gelembung sabun atau tumpahan minyak tanah di permukaan air merupakan contoh lapisan tipis. Ketebalan gelembung sabun ataupun tumpahan minyak tanah di atas permukaan air kira-kira seukuran dengan panjang gelombang cahaya tampak. Hal ini pada gilirannya menyebabkan terjaganya koherensi cahaya yang jatuh pada lapisan, itu selama dibiaskan dan dipantulkan kembali oleh kedua permukaannya. Kita perhatikan sekarang sebuah lapisan tipis yang berada pada lingkungan dengan indeks bias n 1. Diandaikan lapisan mengalami pembalikan fase tidak mengalami pembalikan fase n 1 n 1 d n 2 Gambar

16 tipis itu memiliki indeks bias n 2, dengan n 2 < n 1. Seberkas sinar jatuh dengan sudut datang pada salah satu permukaan lapisan tipis itu. Seberkas sinar itu sebagian dipantulkan dan sebagian lagi dibiaskan. Yang dibiaskan pun pada akhirnya juga dipantulakan dan dibiaskan keluar oleh permukaan yang lain lapisan tipis itu. Yang dipantulkan oleh permukaan kedua tidak mengalami pembalikan mengingat pemantulan dilakukan oleh permukaan medium yang lebih renggang. Sebaliknya, berkas yang dipantulkan oleh permukaan pertama mengalami pembalikan fase. Oleh karena itu beda fase antara berkas sinar yang dipantulkan oleh permukaan pertama dan permukaan kedua adalah 180 ditambah dengan beda fase akibat adanya beda lintasan optik. Bila sudut datang cukup kecil, maka beda lintasan optik yang dimaksud adalah 2dn 2. Beda lintasan optik senilai ini mengakibatkan perbedaan fase sebesar 2dn 2 4dn 2 = 2. Jadi, beda fase total diberikan oleh 4dn 2 + = 4dn. Penguatan maksimum terjadi apabila beda fase total ini senilai m2, dengan m bilangan asli (1, 2, 3, dst.), yakni 4dn = m2 2 2 Persamaan terakhir ini setara dengan 2dn 2 = (m 2 1 ). (m = 1, 2, 3, dst.) (2.12) Penghapusan terjadi manakala 4dn = m, 2 dengan m bilangan asli ganjil. Persamaan terakhir ini setara dengan 2dn 2 = m. (m = 1, 2, 3, dst.) (2.13) Terlihat bahwa pemadaman dan penguatan sangat tergantung pada panjang gelombang. Hal ini mengakibatkan pemadaman dan penguatan beberapa warna. Semuanya selain tergantung pada panjang gelombang juga tergantung pada ketebalan lapisan tipis.warnawarna yang padam jelas tak akan terlihat pada lapisan itu. Hanya warna-warna yang mengalami penguatanlah yang akan terlihat. 16

17 Latihan Konsep 2.3 : 1. Sebuah sumber titik memancarkan cahaya ke segala arah sama terangnya. Maka muka gelombang dengan sumber seperti itu tentulah berupa permukaanpermukaan bola dengan titik sumber itu sebagai titik pusat. Gambarkanlah dengan prinsip Huygens perambatan gelombang cahaya dari sumber berupa titik semacam itu! 2. Hitunglah jarak gelap nomor m dari terang pusat pada pola-pola interferensi percobaan celah ganda Young. 3. Pada tahun 1924, L. de Broglie membuka mata manusia bahwa bukan hanya partikel foton (cahaya) saja yang memiliki aspek gelombang, tetapi semua partikel bahkan semua benda memiliki aspek gelombang. Menurut de Broglie gelombang yang terkait dengan sebuah benda titik yang bergerak dengan momentum linier p mempunyai panjang gelombang = p h, dengan h adalah tetapan Planck (lihat bab 6 buku ini) yang bernilai 6, J.dt. Bila seberkas cahaya pada percobaan Young dalam Contoh 2 diganti dengan seberkas elektron (m e = 9, kg) yang masing-masing bergerak dengan laju 0,3 c dan layar C dilapisi dengan film yang bisa berpendar bila tertabrak oleh elektron, maka pada layar benar-benar terbentuk pola interferensi elektron berupa garis-garis gelap terang. Sekarang hitunglah jarak antara dua garis terang terdekat pada interferensi elektron itu! 4. Apa yang terjadi pada pola interferensi cahaya pada percobaan celah ganda Young bila panjang gelombang yang dipakai jauh lebih kecil dibandingkan dengan jarak antara dua celah yang dipakai? 5. Andaikan anda ingin memperagakan sendiri eksperimen celah ganda Young. Mungkinkah anda mendapatkan pola-pola interferensi pada layar bila anda hanya mampu membuat celah ganda dengan jarak antar celah 0,01 m? Jelaskan. 2.4 Difraksi Apa yang sebenarnya terjadi jika seberkas sinar dilewatkan pada sebuah celah? Apabila ukuran celah itu cukup lebar (gambar 2.11 (a)), ukuran bayangan celah yang jatuh pada layar boleh dikatakan sama dengan Gambar 2.10 Francesco ukuran celahnya. Hal ini dengan mudah dapat dijelaskan Grimaldi ( ) secara geometri akibat lintasan lurus yang ditempuh oleh cahaya. Tetapi, yang terjadi akan berbeda sama sekali jika ukuran celah kita buat sekecil mungkin (gambar 2.11 (b)) sampai ukurannya sama 17

18 arah sinar arah sinar (a) (b) Gambar 2.11 Cahaya yang melewati celah. Lebar sempitnya celah akan memberikan pengaruh perilaku cahaya yang berbeda. dengan panjang gelombang cahaya yang kita lewatkan. Gejala gelombang (cahaya) seperti ini disebut difraksi atau lenturan gelombang. Apa yang terlihat pada layar pada gambar 2.11 (b) disebut pola difraksi. Secara umum difraksi terjadi bilamana sebuah benda yang tak tembus pandang (kedap) diletakkan di antara sumber cahaya dan layar sedemikian rupa sehingga benda itu menyisakan tempat untuk dilewati oleh cahaya dari sumber sehingga jatuh ke layar (lihat gambar 2.12) layar Sumber cahaya benda kedap cahaya Gambar 2.12 Difraksi merupakan peristiwa penyebaran atau pembelokan cahaya pada saat cahaya ini melintas melalui celah atau ujung penghalang. Gelombang yang terdifraksi selanjutnya berinterferensi satu dengan yang lain sehingga menghasilkan pola-pola terang gelap (daerah penguatan dan pelemahan). Gejala ini pertama kali diungkapkan oleh Francesco Grimaldi ( ). Kembali ke gejala difraksi pada celah tunggal. Pada celah tunggal ini menurut prinsip Huygens, masing-masing titik pada celah itu akan berperan sebagai sumber usikan baru yang mengirim gelombang sekunder ke segala arah setelah menerima gelombang datang. Muka-muka gelombang untuk beberapa titik waktu yang berbeda pada difraksi celah tunggal yang semakin sempit diperlihatkan pada gambar Sinar 18

19 kemudian dikatakan membelok, ukuran bayangan sinar yang jatuh pada layar sudah tidak sama lagi dengan ukuran geometrik celah. Gambar 2.13 Muka gelombang pada gejala pelenturan cahaya pada celah tunggal untuk celah yang makin sempit Gambar 2.13 menunjukkan bahwa cahaya yang melewati sebuah dinding dengan celah tunggal sebagian akan mengalami pelenturan ke belakang dinding dan sebagian lagi yang lolos akan masuk ke celah. Cahaya yang masuk ke dalam celah ternyata menunjukkan perilaku yang berbeda. Ketika ukuran celah cukup lebar pola terang-gelap tidak kelihatan, namun begitu ukuran celah disempitkan, cahaya yang menerobos celah dan ditangkap layar akan menampilkan pola terang-gelap. Dalam buku ini kita hanya akan mempelajari difraksi Fraunhofer, yakni difraksi yang terjadi sedemikian rupa sehingga sinar-sinar hasil difraksi boleh dikatakan saling sejajar satu dengan yang lain. Ini dapat kita capai dengan jalan menjauhkan layar dari celah Difraksi Celah Tunggal Sekarang ditinjau sebuah celah tunggal dengan lebar d (lihat gambar 2.14). Andaikan cahaya yang datang merupakan cahaya ekawarna (monokromatik) dengan panjang gelombang. Berdasarkan prinsip Huygens, setiap bagian atau titik pada celah bertindak sebagai sumber gelombang cahaya. Oleh karena itu setiap cahaya yang datang dari dua titik pada celah bila jatuh pada tempat yang sama pada layar akan mengalami interferensi. Untuk mempelajari pola difraksi pada layar kita perlu membagi celah menjadi dua bagian, bagian atas dan bagian bawah. Tepat pada saat meninggalkan celah (dari titik manapun pada celah) semua gelombang sefase. Juga sinar 1 dan sinar 3 pada gambar Sinar 1 berasal dari tepi celah sebelah atas. Sedangkan sinar 3 berasal dari titik pusat celah. Sinar 3 menjalani lintasan optik lebih jauh dibandingkan dengan sinar 1. Selisih lintasan optik itu adalah d sin 2 seperti terlihat pada gambar, berhubung indeks bias udara dianggap 1. Nilai ini didapat karena kita menganggap D, yakni jarak layar dari celah, begitu besar sehingga kedua 19

20 sinar itu boleh dikatakan sejajar (pelenturan Fraunhofer). Jika selisih jarak ooptik ini sama dengan kelipatan ganjil setengah panajng gelombang, maka kedua sinar itu akan saling menghapus. Hal ini juga terjadi untuk sinar-sinar yang berasal dari sembarang dua titik pada celah yang jaraknya d/2. Sebagai latihan dapat dibuktikan bahwa untuk D yang besar sekali dua sinar yang jatuh pada titik P dan berasal dari dua titik pada celah yang berjarak d/2 memiliki beda lintasan optik sejauh (d/2)sin. Dapat pula dibuktikan bahwa setiap titik yang berada pada separo celah bagian atas mempunyai pasangan sebuah titik pada separo celah bagian bawah yang jaraknya d/2 sehingga selisih optik sinar-sinar yang berasal dari pasangan itu dan jatuh di titik P adalah (d/2)sin. Jadi, bila d sin = 2 2 atau sin = d P 1 2 d 3 4 d sin 2 D Gambar 2.14 maka pasangan-pasangan sinar tersebut saling menghapus. Dan titik P merupakan titik yang berada di garis gelap. Bila celah itu dibagi menjadi empat wilayah, maka dengan alasan serupa didapatlah kesimpulan bahwa titik P berada pada garis gelap bila d sin = 4 2 atau sin = 2 d Pembagian celah menjadi enam wilayah memberi kesimpulan bahwa titik P berada di garis pemadaman bila d sin = 6 2 atau sin = 3 d 20

21 Dan seterusnya... Secera umum, titik P terlatak pada garis gelap bila sudut memenuhi persamaan sin = m d, (2.114) dengan m = ±1, ±2, ±3, ±4,.... Jadi, terdapat dua garis gelap pertama. Masing-masing terletak di atas garis pusat layar (untuk m = 1) dan di bawah garis pusat layar (untuk m = 1). Yang di atas garis pusat layar terkait dengan sudut = sin 1 (/d) dan yang dibawah terkait dengan sudut = sin 1 (/d). Di antara dua garis gelap pertama itu adalah terang pusat. Jadi, sudut buka untuk terang pusat adalah 2 sin 1 (/d) (lihat gambar 2.15). layar terang pusat 2 sin 1 (/d) Gambar 2.15 Mengingat jarak dari celah ke layar D, maka lebar terang pusat adalah D2 sin 1 (/d) = 2D sin 1 (/d). Bila <<d, maka lebar terang pusat adalah 2D/d. Semakin sempit celah yang dipakai, maka terang pusat semakin lebar. Hal ini sebenarnya sudah dapat disimpulkan dari Gambar Contoh 4 : Carilah lokasi untuk tiga garis gelap pertama untuk difraksi dari celah tunggal yang mempunyai lebar d = 10! Jawab : Kita dapat menghitung lokasi garis gelap dengan menggunakan persamaan (2.14), yaitu Untuk m = 1 Untuk m= 2 m m sin = m d 10 0,1 sin 1 (0,1 m) sin 1 (0,1) 5,74 21

22 sin 1 (0,2) 11,5 Untuk m = 3 sin 1 (0,3) 17,5 Contoh 5 : Sebuah celah yang lebarnya d disinari oleh cahaya putih. Untuk nilai d berapakah minimum pertama cahaya merah ( = 650 nm = 6500 Å) jatuh pada = 30? Minimum merupakan istilah lain untuk garis gelap. Minimum pertama berarti m = 1. Dengan mengambil nilai ini, maka Difraksi Pada Kekisi 1 m 650 nm d 1300nm. sin sin 30 Kekisi merupakan barisan celah-celah sangat sempit yang sama lebarnya. Kekisi merupakan peranti yang sangat berguna dalam menganalisa sumber cahaya. Contoh untuk ini adalah pemanfaatan kekisi untuk mengukur panjang gelombang suatu sinar dengan sangat akurat. Kekisi pun dapat pula berperan sebagai prisma yakni sebagai penguarai cahaya atas komponen-komponennya. Untuk pemisahan dua komponen cahaya dengan panjang gelombang yang berdekatan, kekisi memiliki daya pisah yang lebih tinggi dibandingkan prisma. Kekisi transmisi dibuat dengan cara menggores kaca dengan intan secara teliti. Kaca selebar 1 mm dapat digores sejumlah 7000 goresan. Daerah antara dua goresan dapat ditembus oleh cahaya dan karena itu berperan sebagai celah. Kekisi pantulan dibuat dengan jalan menggores permukaan bahan-bahan yang memantulkan. Kekisi memiliki tetapan yang disebut tetapan kekisi. Tetapan ini menyatakan berapa jumlah goresan tiap 1 mm. Misalnya, sebuah kisi memiliki tetapan 2000 garis/mm, artinya lebar tiap celah per goresan adalah 1/2000 mm = m. P d Gambar

23 Gambar 2.16 merupakan gambar difraksi fraunhofer pada kekisi secara skematis. Cahaya yang melalui celah kekisi dilenturkan dan memiliki fase sama. Masing-masing berkas memiliki beda lintasan sebesar dsin. Jika perbedaan lintasan ini, merupakan kelipatan panjang gelombang ketika masing-masing berkas berinterferensi pada saat mencapai layar sehingga menghasilkan garis terang. Karena itu, kedaan yang dibutuhkan untuk menghasilkan garis terang adalah d sin m, m = 0, 1, 2,... (2.16) Patut dicatat bahwa ini merupakan keadaan yang sama dengan interferensi celah ganda. Efek meningkatnya jumlah celah akan membentuk ketajaman pola interferensi. Jika tetapan kekisi diberi simbul K, maka d = K 1. Oleh karena itu persamaan untuk garis terang adalah sin K m, m = 0, 1, 2,... (2.16) Contoh 6 : Suatu cahaya monokromatik dengan panjang gelombang 500 nm disorotkan ke kekisi yang mempunyai 1200 garis per mm. Carilah lokasi tiga garis terang pertama? Jarak d antara celah-celah dapat dihitung dengan membalik jumlah garis per mm, yaitu d mm = (8,33 x 10-4 mm) 10 6 nm = 833 nm. 1 m Lokasi garis terang dapat kita hitung dengan menggunakan persamaan 2.16, sin 1 m d Garsi terang pertama terjadi ketika m = 0 dan karena itu sin Dengan demikian, maksimum pusat (garis terang pusat) terjadi pada saat = 0. Untuk nilai m = 1, garis terang pertama berlokasi di dan untuk m = 2 sin nm 833nm 3,69 23

24 nm 1 2 sin sin 1,2. 833nm Namun, nilai masimum untuk sinus hanyalah 1, sehingga untuk m = 2 dengan nilai sin =1,2 merupakan nilai yang tidak mungkin. Dengan demikian garis terang kedua tidak ada. Kekisi Difraksi sebagai Pengurai Cahaya Telah disebutkan bahwa kekisi dapat pula digunakan untuk menguraikan cahaya atas komponen-komponennya. Bila 1 dan 2 dua panjang gelombang yang paling dekat nilainya yang masih dapat dibedakan oleh suatu alat pengurai cahaya, maka daya urai (R) peranti itu didefinisikan sebagai R = dengan = ( )/2 dan = ( 1 2 ). Dapat dibuktikan bahwa daya urai sebuah kekisi pada orde ke m dapat dihitung menurut persamaan dengan N jumlah garis kekisi yang disinari. R = Nm, (2.17) Latihan Konsep 2.4 : 1. Andaikan sebuah benda yang berpenampang cakram ditempatkan di antara sebuah sumber cahaya (berupa titik) dan sebuah layar. Sumber titik itu diletakkan sedemikian rupa sehingga segaris dengan pusat benda berpenampang cakram dan pusat layar. Apakah akan didapati terang di pusat layar? 2. Bagaimanakah prinsip Huygens menghasilkan gambar muka gelombang yang diperlihatkan pada gambar 2.13? Perlihatkan dengan gambar bagaimana mukamuka gelombang pada gambar 1.13 dihasilkan! 3. Kalau setiap partikel memiliki gelombang sebagaimana hipotesa de Broglie, akankah berkas-berkas partikel juga mengalami difraksi? 4. Bila pintu sebuah kamar terbuka sedikit saja, maka anda dapat mendengar dengan baik suara-suara yang berasal dari ruangan itu tetapi anda tidak dapat melihat apa yang terjadi di ruangan itu mengapa? 5. Pada difraksi cahaya celah tunggal, apakah yang terjadi dengan jarak antara dua garis gelap bila cahaya yang dipakai diganti dengan cahaya yang memiliki panjang gelombang yang lebih panjang? 6. Perkirakanlah sudut untuk titik P yang berada pada terang pertama setelah terang pusat pada difraksi celah tunggal. 7. Mengapa gelombang radio terdifraksi oleh bangunan-bangunan gedung, sedangkan cahaya tidak? 24

25 8. Mengapa permukaan CD tampak berwarna-warni pada saat di letakkam di bawah sinar matahari? Jelaskan mengapa warna dan intensitasnya tergantung dari orientasi CD itu relatif terhadap mata kita dan matahari? 2.5 Polarisasi Telah diketahui bahwa gelombang elektromagnetik adalah gelombang transversal. Getaran yang dijalarkan sebagai gelombang elektromagnetik adalah medan listrik dan medan magnet yang berubah-ubah secara periodik baik arahnya maupun besarnya. Seberkas cahaya biasa terdiri dari sejumlah gelombang dengan arah getar yang berbedabeda. Jika getaran yang merambat sebagai gelombang cahaya ini memiliki arah yang mengikuti pola teratur, maka cahaya yang demikian ini disebut sebagai cahaya yang terpolarisasi. Jika ujung vektor medan listrik dan meda magnet bergerak dalam lintasan berbentuk elips maka dikatakan bahwa gelombang elektromagnetik (cahaya) tersebut terpolarisasi elips. Bila ujung vektor medan listrik dan medan magnet bergerak dalam lintasan berupa lingkaran maka gelombang elektromagnetik tersebut dikatakan terpolarisasi lingkaran. Bila arah vektor medan listrik hanya bolak-balik dalam satu sumbu saja, maka gelombang elektromagnetik tersebut dikatakan terpolarisasi bidang. Dikatakan terpolarisasi bidang karena sepanjang penjalarannya, medan listrik bergetar pada bidak yang sama demikian pula dengan medan magnet. Untuk lebih jelasnya, lihatlah gambar penjalaran gelombang elektromagnetik berikut. Gambar 2.17 Gelombang Elektromagnetik terpolarisasi bidang Istilah polarisasi sebenarnya memiliki lebih dari satu makna. Polarisasi bisa kita temukan pada saat mempelajari muatan listrik, reaksi kimiawi maupun gelombang. Dalam kaitannya dengan kajian gelombang, istilah polarisasi memiliki arti sebagai pembatasan arah getaran gelombang transversal pada satu arah getar tertentu. Dalam suatu radiasi gelombang elektromagnetik yang tidak terpolarisasi, vektor medan listrik dan juga medan magnet bergetar ke segala arah tegak lurus arah penjalarannya. Dengan demikian, polarisasi cahaya merupakan proses pembatasan getaran vektor listrik gelombang cahaya sehingga menjadi satu arah getar saja. Pada cahaya yang tidak terpolarisasi, medan listrik bergetar ke segala arah tegak lurus arah rambatannya. Setelah mengalami pemantulan atau diteruskan melalui bahan-bahan tertentu (disebut bahan- 25

26 bahan polaroid), medan listrik terbatasi pada satu arah getar saja, sehingga radiasi dikatakan sebagai cahaya terpolarisasi bidang. Bidang di mana cahaya mengalami terpolarisasi bidang dapat diputar bila cahaya tersebut melintas melalui beberapa bahan tertentu. Pada cahaya yang terpolarisasi melingkar, ujung vektor listrik menunjukkan spiral (a) (b) Gambar 2.18 Dua macam berkas cahaya dilihat dari arah depan. Anak-anak panah itu menunjukkan getaran medan listrik ataupun medan magnet gelombang cahaya. (a) Berkas tak terpolarisasi (b) Bekas terpolarisasi melingkar mengelilingi arah rambat dengan frekuensi yang sama dengan frekuensi cahaya. Besar vektor di sini tetap tidak berubah. Sementara pada cahaya yang terpolarisasi eliptis, vektor juga berputar mengelilingi arah rambatan tetapi amplitudonya berubah. Proyeksi vektor pada sebuah bidang tegak lurus arah rambat menerangkan sebuah elips. Baik cahaya yang terpolarisasi melingkar maupun eliptis dapat dihasilkan dengan menggunakan sebuah keping yang disebut retardasi. Keping ini merupakan keping transparan yang terbuat dari bahan bias ganda seperti kuarsa yang dipotong sejajar dengan sumbu optiknya. Contoh polarisasi yang terkenal adalah polarisasi pantulan yang akan terjadi jika sinar pantulan membentuk sudut 90 dengan sinar bias. Peristiwa ini dikenal juga sebagai hukum Brewster. Pada awalnya kajian polarisasi cahaya sekedar bertujuan untuk menyingkap sebagian rahasia dari sifat-sifat cahaya. Sekarang, para fisikawan justru membalik prosedur ini dan mendeduksi banyak hal tentang sifat sebuah benda berdasarkan efek polarisasi cahaya, baik yang dipancarkan oleh benda tersebut atau dihamburkan dari benda tersebut. Misalnya, dari polarisasi cahaya yang dipantulkan oleh butiran-butiran kosmis para fisikawan berkesimpulan bahwa butiran-butiran debu kosmis yang terdapat di dalam galaksi kita telah diarahkan di dalam arah medan magnet galaksi yang lemah. Berdasarkan efek polariasi pula, sekarang diketahui bahwa cincin-cincin yang dimiliki planet saturnus terdiri dari kristal-kristal es. Bahkan, ukuran dan bentuk partikel-partikel virus dapat ditentukan dengan memanfaatkan polarisasi cahaya ultraviolet yang dihamburkan dari partikel-partikel virus tersebut. Selain itu, informasi yang sangat berguna mengenai struktur atom-atom dan inti-inti juga didapatkan dari kajian-kajian polarisasi radiasi. Dengan demikian, efek polarisasi cahaya bermanfaat dalam penelitian 26

27 pada tingkat galaksi sampai tingkat sebuah inti atom. Efek polarisasi cahaya juga mempunyai banyak manfaat dalam bidang industri dan keinsinyuran. Contoh sederhana ialah kacamata hitam yang menggunkan bahan polaroid yang menyerap cahaya yang bergetar horisontal, yang dihasilkan oleh pantulan dari permukaan horisontal, sehingga mengurangi cahaya yang menyilaukan Polarisasi Dengan Penyerapan Seletif Telah banyak teknik Sumbu transmisi polarisasi dikembangkan untuk mendapatkan cahaya yang terpolarisasi. Salah satunya adalah dengan bahan yang dapat menyerap gelombang cahaya dengan arah getar tertentu dan meloloskan Gambar 2.19 gelombang dengan arah getar yang lain (yang tegak lurus pada arah getar yang telah dipilih). Bahan polaroid ini ditemukan oleh E. H. Land pada tahun Bahan polaroid didapatkan dengan mengatur rangkaian panjang molekul-molekul hidrokarbon pada orientasi tertentu sehingga bila cahaya melewatinya, komponen medan listrik yang paralel dengan arah membujur rangkaian itu akan diserap. Sedang yang tegak lurus pada arah itu dibiarkan lewat tanpa mendapatkan pengaruh apa-apa. Sumbu yang tegak lurus pada arah membujur rangkaian panjang molekul-molekul hidrokarbon itu disebut sumbu transmisi. Setelah melewati polarisator berkas cahaya akan tampak redup. Hal ini mudah dipahami karena berkas cahaya yang lolos dari polarisator hanyalah sebagian dari berkas cahaya semula. Andaikan di belakang polarisator pertama dipasang polarisator kedua (polarisator kedua ini disebut analisator) sedemikian rupa sehingga sumbu transmisi keduanya membentuk sudut, maka intensitas berkas cahaya setelah melalui polarisator kedua diberikan oleh I = I max cos 2, (2.18) dengan I max adalah intensitas berkas cahaya ketika memasuki polarisator kedua. Persamaan (2.18) disebut Hukum Malus Polarisasi Oleh Pemantulan Telah disebutkan bahwa pemantulan oleh bidang batas dua medium mengakibatkan polarisasi. Bila seberkas cahaya tak terpolarisasi jatuh pada bidang batas antara dua medium, maka berkas cahaya yang dipantulkan dan dibiaskan akan terpolarisasi sebagian. Bila sudut datang divariasi, maka pada suatu saat sinar pantul dan sinar bias membentuk sudut 90. Pada saat itulah terjadi polarisasi sempurna. Berkas yang dipantulkan merupakan komponen yang bergetar sejajar dengan dengan bidang pantul. Oleh karena itu polarisasi sempurna terjadi bila 27

B A B CAHAYA SEBAGAI GELOMBANG

B A B CAHAYA SEBAGAI GELOMBANG B A B CAHAYA SEBAGAI GELOMBANG BAB CAHAYA SEBAGAI GELOMBANG 2 Jejak kajian tentang cahaya secara mendalam bisa kita lacak sejak peradaban Yunani kuno bahkan jauh sebelumnya. Ilmuwan kunci dalam kajian

Lebih terperinci

Bahan Ajar 5: Gelombang Elektromagnetik dan Optika (Minggu ke 8 dan 9)

Bahan Ajar 5: Gelombang Elektromagnetik dan Optika (Minggu ke 8 dan 9) UNIVERSITAS GADJAH MADA PROGRAM STUDI FISIKA FMIPA Bahan Ajar 5: Gelombang Elektromagnetik dan Optika (Minggu ke 8 dan 9) FISIKA DASAR II Semester /3 sks/mff 101 Oleh Muhammad Farchani Rosyid Dengan dana

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kupang, September Tim Penyusun

KATA PENGANTAR. Kupang, September Tim Penyusun KATA PENGANTAR Puji syukur tim panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-nya tim bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Optika Fisis ini. Makalah ini diajukan guna memenuhi

Lebih terperinci

Xpedia Fisika. Optika Fisis - Soal

Xpedia Fisika. Optika Fisis - Soal Xpedia Fisika Optika Fisis - Soal Doc. Name: XPFIS0802 Version: 2016-05 halaman 1 01. Gelombang elektromagnetik dapat dihasilkan oleh. (1) muatan listrik yang diam (2) muatan listrik yang bergerak lurus

Lebih terperinci

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK I. SOAL PILIHAN GANDA Diketahui c = 0 8 m/s; µ 0 = 0-7 Wb A - m - ; ε 0 = 8,85 0 - C N - m -. 0. Perhatikan pernyataan-pernyataan berikut : () Di udara kecepatannya cenderung

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 12 Fisika

Antiremed Kelas 12 Fisika Antiremed Kelas 12 Fisika Optika Fisis - Latihan Soal Doc Name: AR12FIS0399 Version : 2012-02 halaman 1 01. Gelombang elektromagnetik dapat dihasilkan oleh. (1) Mauatan listrik yang diam (2) Muatan listrik

Lebih terperinci

Sifat gelombang elektromagnetik. Pantulan (Refleksi) Pembiasan (Refraksi) Pembelokan (Difraksi) Hamburan (Scattering) P o l a r i s a s i

Sifat gelombang elektromagnetik. Pantulan (Refleksi) Pembiasan (Refraksi) Pembelokan (Difraksi) Hamburan (Scattering) P o l a r i s a s i Sifat gelombang elektromagnetik Pantulan (Refleksi) Pembiasan (Refraksi) Pembelokan (Difraksi) Hamburan (Scattering) P o l a r i s a s i Pantulan (Refleksi) Pemantulan gelombang terjadi ketika gelombang

Lebih terperinci

A. DISPERSI CAHAYA Dispersi Penguraian warna cahaya setelah melewati satu medium yang berbeda. Dispersi biasanya tejadi pada prisma.

A. DISPERSI CAHAYA Dispersi Penguraian warna cahaya setelah melewati satu medium yang berbeda. Dispersi biasanya tejadi pada prisma. Optika fisis khusus membahasa sifat-sifat fisik cahaya sebagai gelombang. Cahaya bersifat polikromatik artinya terdiri dari berbagai warna yang disebut spektrum warna yang terdiri dai panjang gelombang

Lebih terperinci

DINAS PENDIDIKAN KOTA PADANG SMA NEGERI 10 PADANG Cahaya

DINAS PENDIDIKAN KOTA PADANG SMA NEGERI 10 PADANG Cahaya 1. EBTANAS-06-22 Berikut ini merupakan sifat-sifat gelombang cahaya, kecuali... A. Dapat mengalami pembiasan B. Dapat dipadukan C. Dapat dilenturkan D. Dapat dipolarisasikan E. Dapat menembus cermin cembung

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - GELOMBANG ELEKTROMAGNET - G ELO MB ANG ELEK TRO M AG NETIK

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - GELOMBANG ELEKTROMAGNET - G ELO MB ANG ELEK TRO M AG NETIK LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR Diberikan Tanggal :. Dikumpulkan Tanggal : Nama : Kelas/No : / Elektromagnet - - GELOMBANG ELEKTROMAGNET - G ELO MB ANG ELEK TRO M AG NETIK Interferensi Pada

Lebih terperinci

SOAL SOAL TERPILIH 1 SOAL SOAL TERPILIH 2

SOAL SOAL TERPILIH 1 SOAL SOAL TERPILIH 2 SOAL SOAL TERPILIH 1 1. Sebuah prisma mempunyai indeks bias 1,5 dan sudut pembiasnya 60 0. Apabila pada prisma itu dijatuhkan seberkas cahaya monokromatik pada salah satu sisi prisma dengan sudut datang

Lebih terperinci

BAB 24. CAHAYA : OPTIK GEOMETRIK

BAB 24. CAHAYA : OPTIK GEOMETRIK DAFTAR ISI DAFTAR ISI...1 BAB 24. CAHAYA : OPTIK GEOMETRIK...2 24.1 Prinsip Huygen dan Difraksi...2 24.2 Hukum-Hukum Pembiasan...2 24.3 Interferensi Cahaya...3 24.4 Dispersi...5 24.5 Spektrometer...5 24.6

Lebih terperinci

GELOMBANG CAHAYA. Pikiran-pikiran tersebut adalah miskonsepsi. Secara lebih rinci, berikut disajikan konsepsi ilmiah terkait dengan gelombang cahaya.

GELOMBANG CAHAYA. Pikiran-pikiran tersebut adalah miskonsepsi. Secara lebih rinci, berikut disajikan konsepsi ilmiah terkait dengan gelombang cahaya. GELOMBANG CAHAYA PENDAHULUAN Dalam kehidupan sehari-hari sering Anda mengamati pelangi. Apa yang Anda ketahui tentang pelangi? Mengapa pelangi terjadi pada saat gerimis atau setelah hujan turun dan matahari

Lebih terperinci

1. Jika periode gelombang 2 sekon maka persamaan gelombangnya adalah

1. Jika periode gelombang 2 sekon maka persamaan gelombangnya adalah 1. Jika periode gelombang 2 sekon maka persamaan gelombangnya adalah A. y = 0,5 sin 2π (t - 0,5x) B. y = 0,5 sin π (t - 0,5x) C. y = 0,5 sin π (t - x) D. y = 0,5 sin 2π (t - 1/4 x) E. y = 0,5 sin 2π (t

Lebih terperinci

HANDOUT FISIKA KELAS XII (UNTUK KALANGAN SENDIRI) GELOMBANG CAHAYA

HANDOUT FISIKA KELAS XII (UNTUK KALANGAN SENDIRI) GELOMBANG CAHAYA YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A Jl. Merdeka No. 24 Bandung 022. 4214714 Fax. 022. 4222587 http//: www.smasantaangela.sch.id, e-mail : smaangela@yahoo.co.id HANDOUT

Lebih terperinci

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK 1 BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK.1 Gelombang Elektromagnetik Energi gelombang elektromagnetik terbagi sama dalam bentuk medan magnetik dan medan listrik. Maxwell menyatakan bahwa gangguan pada gelombang

Lebih terperinci

Disusun oleh : MIRA RESTUTI PENDIDIKAN FISIKA (RM)

Disusun oleh : MIRA RESTUTI PENDIDIKAN FISIKA (RM) Disusun oleh : MIRA RESTUTI 1106306 PENDIDIKAN FISIKA (RM) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2013 Kompetensi Dasar :

Lebih terperinci

STRUKTUR MATERI GELOMBANG CAHAYA. 2 Foton adalah paket-paket cahaya atau energy yang dibangkitkan oleh gerakan muatan-muatan listrik

STRUKTUR MATERI GELOMBANG CAHAYA. 2 Foton adalah paket-paket cahaya atau energy yang dibangkitkan oleh gerakan muatan-muatan listrik STRUKTUR MATERI GELOMBANG CAHAYA NAMA : ST MANDARATU NIM : 15B08044 KD 3.1 KD 4.1 : Menerapkan konsep dan prinsip gelombang bunyi dan cahayadalam tekhnologi : merencanakan dan melaksanakan percobaan interferensi

Lebih terperinci

Untuk terang ke 3 maka Maka diperoleh : adalah

Untuk terang ke 3 maka Maka diperoleh : adalah JAWABAN LATIHAN UAS 1. INTERFERENSI CELAH GANDA YOUNG Dua buah celah terpisah sejauh 0,08 mm. Sebuah berkas cahaya datang tegak lurus padanya dan membentuk pola gelap terang pada layar yang berjarak 120

Lebih terperinci

Kumpulan Soal Fisika Dasar II.

Kumpulan Soal Fisika Dasar II. Kumpulan Soal Fisika Dasar II http://personal.fmipa.itb.ac.id/agussuroso http://agussuroso102.wordpress.com Topik Gelombang Elektromagnetik Interferensi Difraksi 22-04-2017 Soal-soal FiDas[Agus Suroso]

Lebih terperinci

SIFAT DAN PERAMBATAN CAHAYA. Oleh : Sabar Nurohman,M.Pd

SIFAT DAN PERAMBATAN CAHAYA. Oleh : Sabar Nurohman,M.Pd SIFAT DAN PERAMBATAN CAHAYA Oleh : Sabar Nurohman,M.Pd PERKEMBANGAN TEORI TENTANG CAHAYA Teori abad ke-10 Abu Ali Hasan Ibn Al-Haitham /Alhazen (965 sekitar 1040), menganggap bahwa sinar cahaya adalah

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KD Standar Kompetensi 1. Menerapkan konsep dan prinsip gejala gelombang dalam menyelesaikan masalah.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KD Standar Kompetensi 1. Menerapkan konsep dan prinsip gejala gelombang dalam menyelesaikan masalah. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KD 1.3 1. Identitas Mata pelajaran a. Nama Sekolah : SMA N 6 Yogyakarta b. Kelas / Semester : XII (Dua belas) c. Semester : I d. Jurusan : IPA e. Mata Pelajaran :

Lebih terperinci

CAHAYA. CERMIN. A. 5 CM B. 10 CM C. 20 CM D. 30 CM E. 40 CM

CAHAYA. CERMIN. A. 5 CM B. 10 CM C. 20 CM D. 30 CM E. 40 CM CAHAYA. CERMIN. A. 5 CM B. 0 CM C. 20 CM D. 30 CM E. 40 CM Cahaya Cermin 0. EBTANAS-0-2 Bayangan yang terbentuk oleh cermin cekung dari sebuah benda setinggi h yang ditempatkan pada jarak lebih kecil

Lebih terperinci

PENDALAMAN MATERI CAHAYA

PENDALAMAN MATERI CAHAYA PENDALAMAN MATERI CAHAYA Cahaya digolongkan sebagai suatu bentuk radiasi. Radiasi adalah sesuatu yang memancar keluar dari suatu sumber tetapi bukan merupakan zat. Cahaya dapat dilihat mata manusia. Cahaya

Lebih terperinci

BAB II CAHAYA. elektromagnetik. Cahaya dapat merambat dalam ruang hampa dengan kecepatan 3 x

BAB II CAHAYA. elektromagnetik. Cahaya dapat merambat dalam ruang hampa dengan kecepatan 3 x BAB II CAHAYA 2.1 Pendahuluan Cahaya merupakan gelombang transversal yang termasuk gelombang elektromagnetik. Cahaya dapat merambat dalam ruang hampa dengan kecepatan 3 x 10 8 m/s. Sifat-sifat cahaya adalah

Lebih terperinci

KUMPULAN SOAL UJIAN NASIONAL DAN SPMB

KUMPULAN SOAL UJIAN NASIONAL DAN SPMB . Cahaya adalah gelombang elektromagnetik yang mempunyai sifatsifat. ) merupakan gelombang medan listrik dan medan magnetik ) merupakan gelombang longitudinal ) dapat dipolarisasikan ) rambatannya memerlukan

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN. Gambar 2.1 Lenturan Gelombang yang Melalui Celah Sempit

BAB II PEMBAHASAN. Gambar 2.1 Lenturan Gelombang yang Melalui Celah Sempit BAB II PEMBAHASAN A. Difraksi Sesuai dengan teori Huygens, difraksi dapat dipandang sebagai interferensi gelombang cahaya yang berasal dari bagian-bagian suatu medan gelombang. Medan gelombang boleh jadi

Lebih terperinci

PENGAMATAN PENJALARAN GELOMBANG MEKANIK

PENGAMATAN PENJALARAN GELOMBANG MEKANIK PENGAMATAN PENJALARAN GELOMBANG MEKANIK Elinda Prima F.D 1, Muhamad Naufal A 2, dan Galih Setyawan, M.Sc 3 Prodi D3 Metrologi dan Instrumentasi, Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia

Lebih terperinci

LEMBARAN SOAL. Mata Pelajaran : FISIKA Sat. Pendidikan : SMA/MA Kelas / Program : XII ( DUA BELAS )

LEMBARAN SOAL. Mata Pelajaran : FISIKA Sat. Pendidikan : SMA/MA Kelas / Program : XII ( DUA BELAS ) LEMBARAN SOAL Mata Pelajaran : FISIKA Sat. Pendidikan : SMA/MA Kelas / Program : XII ( DUA BELAS ) PETUNJUK UMUM 1. Tulis nomor dan nama Anda pada lembar jawaban yang disediakan 2. Periksa dan bacalah

Lebih terperinci

KONSEP OPTIK DAN PERAMBATAN CAHAYA. Irnin Agustina D.A,M.Pd.

KONSEP OPTIK DAN PERAMBATAN CAHAYA. Irnin Agustina D.A,M.Pd. KONSEP OPTIK DAN PERAMBATAN CAHAYA Optika = llmu yang membahas tentang cahaya. Optik terbagi menjadi 2: optika geometris dan optika fisis. Optika Geometris membahas tentang pemantulan dan pembiasan. Sedangkan

Lebih terperinci

Pertanyaan Final (rebutan)

Pertanyaan Final (rebutan) Pertanyaan Final (rebutan) 1. Seseorang menjatuhkan diri dari atas atap sebuah gedung bertingkat yang cukup tinggi sambil menggenggam sebuah pensil. Setelah jatuh selama 2 sekon orang itu terkejut karena

Lebih terperinci

Gambar dibawah memperlihatkan sebuah image dari mineral Beryl (kiri) dan enzim Rubisco (kanan) yang ditembak dengan menggunakan sinar X.

Gambar dibawah memperlihatkan sebuah image dari mineral Beryl (kiri) dan enzim Rubisco (kanan) yang ditembak dengan menggunakan sinar X. EKO NURSULISTIYO Gambar dibawah memperlihatkan sebuah image dari mineral Beryl (kiri) dan enzim Rubisco (kanan) yang ditembak dengan menggunakan sinar X. Struktur gambar tersebut disebut alur Laue (Laue

Lebih terperinci

O L E H : B H E K T I K U M O R O W AT I T R I W A H Y U N I W I N D Y S E T Y O R I N I M A R I A M A G D A L E N A T I T I S A N I N G R O H A N I

O L E H : B H E K T I K U M O R O W AT I T R I W A H Y U N I W I N D Y S E T Y O R I N I M A R I A M A G D A L E N A T I T I S A N I N G R O H A N I CAHAYA O L E H : B H E K T I K U M O R O W AT I T R I W A H Y U N I W I N D Y S E T Y O R I N I M A R I A M A G D A L E N A T I T I S A N I N G R O H A N I PETA KONSEP Cahaya Dualisme Cahaya Kelajuan Cahaya

Lebih terperinci

GELOMBANG MEKANIK. Gambar anak yang sedang menggetarkan tali. Gambar 1

GELOMBANG MEKANIK. Gambar anak yang sedang menggetarkan tali. Gambar 1 GELOMBANG MEKANIK Pada pembelajaran ini kita akan mem pelajari gelombang mekanik Gelombang mekanik dapat dipelajari gejala gelombang pada tali melalui Pernahkah kalian melihat sekumpulan anak anak yang

Lebih terperinci

Polarisasi Gelombang. Polarisasi Gelombang

Polarisasi Gelombang. Polarisasi Gelombang Polarisasi Gelombang Polarisasi Gelombang Gelombang cahaya adalah gelombang transversal, sedangkan gelombang bunyi adalah gelombang longitudinal. Nah, ada satu sifat gelombang yang hanya dapat terjadi

Lebih terperinci

Gelombang Cahaya. Spektrum Gelombang Cahaya

Gelombang Cahaya. Spektrum Gelombang Cahaya Gelombang Cahaya Sifat-Sifat Cahaya Cahaya merupakan salah satu spektrum gelombang elektromagnetik, yaitu gelombang yang merambat tanpa memerlukan medium. Cahaya memiliki sifat-sifat-sifat sebagai berikut:

Lebih terperinci

Gelombang FIS 3 A. PENDAHULUAN C. GELOMBANG BERJALAN B. ISTILAH GELOMBANG. θ = 2π ( t T + x λ ) Δφ = x GELOMBANG. materi78.co.nr

Gelombang FIS 3 A. PENDAHULUAN C. GELOMBANG BERJALAN B. ISTILAH GELOMBANG. θ = 2π ( t T + x λ ) Δφ = x GELOMBANG. materi78.co.nr Gelombang A. PENDAHULUAN Gelombang adalah getaran yang merambat. Gelombang merambat getaran tanpa memindahkan partikel. Partikel hanya bergerak di sekitar titik kesetimbangan. Gelombang berdasarkan medium

Lebih terperinci

INTERFERENSI DAN DIFRAKSI

INTERFERENSI DAN DIFRAKSI INTERFERENSI DAN DIFRAKSI Materi yang akan dibahas : 1. Interferensi Interferensi Young Interferensi Selaput Tipis 2. Difraksi Difraksi Celah Tunggal Difraksi Fresnel Difraksi Fraunhofer Difraksi Celah

Lebih terperinci

Fisika I. Interferensi Interferensi Lapisan Tipis (Gelombang Pantul) 20:12:40. m2π, di mana m = 0,1,2,... (2n-1)π, di mana n =1,2,3,...

Fisika I. Interferensi Interferensi Lapisan Tipis (Gelombang Pantul) 20:12:40. m2π, di mana m = 0,1,2,... (2n-1)π, di mana n =1,2,3,... Interferensi Interferensi Lapisan Tipis (Gelombang Pantul) 0:1:40 = k AB (k 1 AC + ) n 1 C (1) () layar maksimum;0,π,4π,6π,... minimum;π,3π,5π,... mπ, di mana m = 0,1,,... (n-1)π, di mana n =1,,3,... t

Lebih terperinci

c n = v Konsep Cahaya Normal cahaya datang udara air cahaya bias Normal cahaya bias udara air i cahaya datang Tabel Indeks Bias Beberapa zat Medium

c n = v Konsep Cahaya Normal cahaya datang udara air cahaya bias Normal cahaya bias udara air i cahaya datang Tabel Indeks Bias Beberapa zat Medium II. Pembiasan Cahaya (Refraksi) Pembiasan cahaya adalah peristiwa penyimpangan atau pembelokan cahaya karena melalui dua medium yang berbeda kerapatan optiknya. Arah pembiasan cahaya dibedakan menjadi

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 39 JAKARTA

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 39 JAKARTA PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 9 JAKARTA Jl. RA Fadillah Cijantung Jakarta Timur Telp. 840078, Fax 87794718 REMEDIAL ULANGAN TENGAH SEMESTER

Lebih terperinci

OPTIKA FISIS. Celah Ganda Young Layar Putih

OPTIKA FISIS. Celah Ganda Young Layar Putih OPTIKA FISIS A. Interferensi Cahaya : Peraduan antara dua atau lebih gelombang cahaya yang menghasilkan ola tertentu. Untuk engamatan Interferensi gelombang cahaya, agar hasilnya daat diamati dierlukan

Lebih terperinci

SMA IT AL-BINAA ISLAMIC BOARDING SCHOOL UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2011/2012

SMA IT AL-BINAA ISLAMIC BOARDING SCHOOL UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2011/2012 PTUNJUK UMUM SMA T AL-NAA SLAMC OARDNG SCHOOL UJAN AKHR SMSTR GANJL TAHUN AJARAN 2011/2012 LMAR SOAL Mata Pelajaran : isika Pengajar : Harlan, S.Pd Kelas : X Hari/Tanggal : Senin/26 Desember 2011 AlokasiWaktu

Lebih terperinci

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan 1. Sebuah benda dengan massa 5 kg yang diikat dengan tali, berputar dalam suatu bidang vertikal. Lintasan dalam bidang itu adalah suatu lingkaran dengan jari-jari 1,5 m Jika kecepatan sudut tetap 2 rad/s,

Lebih terperinci

A. PENGERTIAN difraksi Difraksi

A. PENGERTIAN difraksi Difraksi 1 A. PENGERTIAN Jika muka gelombang bidang tiba pada suatu celah sempit (lebarnya lebih kecil dari panjang gelombang), maka gelombang ini akan mengalami lenturan sehingga terjadi gelombang-gelombang setengah

Lebih terperinci

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan 1. Sebuah benda dengan massa 5 kg yang diikat dengan tali, berputar dalam suatu bidang vertikal. Lintasan dalam bidang itu adalah suatu lingkaran dengan jari-jari 1,5 m Jika kecepatan sudut tetap 2 rad/s,

Lebih terperinci

#2 Dualisme Partikel & Gelombang (Sifat Partikel dari Gelombang) Fisika Modern Eka Maulana, ST., MT., MEng. Teknik Elektro Universitas Brawijaya

#2 Dualisme Partikel & Gelombang (Sifat Partikel dari Gelombang) Fisika Modern Eka Maulana, ST., MT., MEng. Teknik Elektro Universitas Brawijaya #2 Dualisme Partikel & Gelombang (Sifat Partikel dari Gelombang) Fisika Modern Eka Maulana, ST., MT., MEng. Teknik Elektro Universitas Brawijaya Kerangka materi Tujuan: Memberikan pemahaman tentang sifat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gelombang Gelombang adalah gangguan yang terjadi secara terus menerus pada suatu medium dan merambat dengan kecepatan konstan (Griffiths D.J, 1999). Pada gambar 2.1. adalah

Lebih terperinci

KELAS XII FISIKA SMA KOLESE LOYOLA SEMARANG SMA KOLESE LOYOLA M1-1

KELAS XII FISIKA SMA KOLESE LOYOLA SEMARANG SMA KOLESE LOYOLA M1-1 KELAS XII LC FISIKA SMA KOLESE LOYOLA M1-1 MODUL 1 STANDAR KOMPETENSI : 1. Menerapkan konsep dan prinsip gejala gelombang dalam menyelesaikan masalah KOMPETENSI DASAR 1.1. Mendeskripsikan gejala dan ciri-ciri

Lebih terperinci

Jenis dan Sifat Gelombang

Jenis dan Sifat Gelombang Jenis dan Sifat Gelombang Gelombang Transversal, Gelombang Longitudinal, Gelombang Permukaan Gelombang Transversal Gelombang transversal merupakan gelombang yang arah pergerakan partikel pada medium (arah

Lebih terperinci

biasanya dialami benda yang tidak tembus cahaya, sedangkan pembiasan terjadi pada benda yang transparan atau tembus cahaya. garis normal sinar bias

biasanya dialami benda yang tidak tembus cahaya, sedangkan pembiasan terjadi pada benda yang transparan atau tembus cahaya. garis normal sinar bias 7.3 Cahaya Cahaya, apakah kamu tahu apa itu cahaya? Mengapa dengan adanya cahaya kita dapat melihat lingkungan sekitar kita? Cahaya Matahari yang begitu terang dapat membentuk pelangi setelah hujan berlalu?

Lebih terperinci

SMA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN XII (DUA BELAS) FISIKA GELOMBANG WARNA CAHAYA. DISPERSI CAHAYA.

SMA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN XII (DUA BELAS) FISIKA GELOMBANG WARNA CAHAYA. DISPERSI CAHAYA. JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMA XII (DUA BELAS) FISIKA GELOMBANG WARNA CAHAYA. Cahaya terdiri dari bermacam-macam warna, hal ini dapat dibuktikan dengan piringan Newton (Newton s Disc) yang

Lebih terperinci

Halaman (2)

Halaman (2) Halaman (1) Halaman (2) Halaman (3) Halaman (4) Halaman (5) Halaman (6) Halaman (7) SOAL DIFRAKSI PADA CELAH TUNGGAL INTERFERENSI YOUNG PADA CELAH GANDA DAN DIFRAKSI PADA CELAH BANYAK (KISI) Menentukan

Lebih terperinci

Cahaya. Bab. Peta Konsep. Gambar 17.1 Pensil yang dicelupkan ke dalam air. Cermin datar. pada. Pemantulan cahaya. Cermin lengkung.

Cahaya. Bab. Peta Konsep. Gambar 17.1 Pensil yang dicelupkan ke dalam air. Cermin datar. pada. Pemantulan cahaya. Cermin lengkung. Bab 7 Cahaya Sumber: Dokumen Penerbit Gambar 7. Pensil yang dicelupkan ke dalam air Coba kamu perhatikan Gambar 7.. Sebatang pensil yang dicelupkan ke dalam gelas berisi air akan tampak bengkok jika dilihat

Lebih terperinci

#2 Dualisme Partikel & Gelombang Fisika Modern Eka Maulana, ST., MT., MEng. Teknik Elektro Universitas Brawijaya

#2 Dualisme Partikel & Gelombang Fisika Modern Eka Maulana, ST., MT., MEng. Teknik Elektro Universitas Brawijaya #2 Dualisme Partikel & Gelombang Fisika Modern Eka Maulana, ST., MT., MEng. Teknik Elektro Universitas Brawijaya Kerangka materi Tujuan: Memberikan pemahaman tentang sifat dualisme partikel dan gelombang

Lebih terperinci

Apakah Gelombang Elektromagnetik?? Gelombang Elektromagnetik adalah gelombang yang dapat merambat walau tidak ada medium

Apakah Gelombang Elektromagnetik?? Gelombang Elektromagnetik adalah gelombang yang dapat merambat walau tidak ada medium MATERI Gelombang elektromagnetik (Optik) Releksi, Reraksi, Intererensi gelombang optik Eksperimen Young Prinsip Huygen Pembentukan bayangan cermin dan lensa Alat-alat yang menggunakan prinsip optik Apa

Lebih terperinci

1. Persamaan keadaan gas ideal ditulis dalam bentuk = yang tergantung kepada : A. jenis gas B. suhu gas C. tekanan gas

1. Persamaan keadaan gas ideal ditulis dalam bentuk = yang tergantung kepada : A. jenis gas B. suhu gas C. tekanan gas 1. Persamaan keadaan gas ideal ditulis dalam bentuk = yang tergantung kepada : jenis gas suhu gas tekanan gas D. volume gas E. banyak partikel 2. Seorang anak duduk di atas kursi pada roda yang berputar

Lebih terperinci

D. massa E. volume. D. mhv E. h/(mv) 3. Warna-warna yang tampak pada gelembung sabun menunjukkan gejala : A. diraksi B. refraksi C.

D. massa E. volume. D. mhv E. h/(mv) 3. Warna-warna yang tampak pada gelembung sabun menunjukkan gejala : A. diraksi B. refraksi C. 1. Besaran-besaran dibawah ini yang TIDAK merupakan besaran turunan adalah : A. momentum B. kecepatan C. gaya D. massa E. volume 2. Sebuah partikel yang mempunyai massa m bergerak dengan kecepatan v. Jika

Lebih terperinci

DEFINISI Gelombang adalah suatu usikan (gangguan) pada sebuah benda, sehingga benda bergetar dan merambatkan energi.

DEFINISI Gelombang adalah suatu usikan (gangguan) pada sebuah benda, sehingga benda bergetar dan merambatkan energi. DEFINISI Gelombang adalah suatu usikan (gangguan) pada sebuah benda, sehingga benda bergetar dan merambatkan energi. MACAM GELOMBANG Gelombang dibedakan menjadi : Gelombang Mekanis : Gelombang yang memerlukan

Lebih terperinci

Gejala Gelombang. gejala gelombang. Sumber:

Gejala Gelombang. gejala gelombang. Sumber: Gejala Gelombang B a b B a b 1 gejala gelombang Sumber: www.alam-leoniko.or.id Jika kalian pergi ke pantai maka akan melihat ombak air laut. Ombak itu berupa puncak dan lembah dari getaran air laut yang

Lebih terperinci

BAB II. Landasan Teori

BAB II. Landasan Teori BAB II Landasan Teori 2.1 Prinsip Kerja Perangkat Fourier Sumber cahaya laser menghasilkan berkas cahaya berdiameter kecil dengan distribusi intensitas mendekati Gaussian. Untuk mendapatkan diameter berkas

Lebih terperinci

Fisika UMPTN Tahun 1986

Fisika UMPTN Tahun 1986 Fisika UMPTN Tahun 986 UMPTN-86-0 Sebuah benda dengan massa kg yang diikat dengan tali, berputar dalam suatu bidang vertikal. Lintasan dalam bidang itu adalah suatu lingkaran dengan jari-jari, m. Jika

Lebih terperinci

Gelombang Transversal Dan Longitudinal

Gelombang Transversal Dan Longitudinal Gelombang Transversal Dan Longitudinal Pada gelombang yang merambat di atas permukaan air, air bergerak naik dan turun pada saat gelombang merambat, tetapi partikel air pada umumnya tidak bergerak maju

Lebih terperinci

DASAR-DASAR OPTIKA. Dr. Ida Hamidah, M.Si. Oleh: JPTM FPTK UPI Prodi Pend. IPA SPs UPI

DASAR-DASAR OPTIKA. Dr. Ida Hamidah, M.Si. Oleh: JPTM FPTK UPI Prodi Pend. IPA SPs UPI DASAR-DASAR OPTIKA Oleh: Dr. Ida Hamidah, M.Si. JPTM FPTK UPI Prodi Pend. IPA SPs UPI OUTLINE Pendahuluan Optika Klasik Optika Modern Pendahuluan Optika adalah ilmu yang menjelaskan kelakuan dan sifat-sifat

Lebih terperinci

Studi Difraksi Fresnel Untuk Menentukan Panjang Gelombang Sumber Cahaya Monokromatis Menggunakan Celah Bentuk Lingkaran

Studi Difraksi Fresnel Untuk Menentukan Panjang Gelombang Sumber Cahaya Monokromatis Menggunakan Celah Bentuk Lingkaran Studi Difraksi Fresnel Untuk Menentukan Panjang Gelombang Sumber Cahaya Monokromatis Menggunakan Celah Bentuk ingkaran Oleh : Arinar Rosyidah / JD 00 186 008 ABSTRAK Telah dilakukan studi difraksi Fresnel

Lebih terperinci

TEORI MAXWELL Maxwell Maxwell Tahun 1864

TEORI MAXWELL Maxwell Maxwell Tahun 1864 TEORI MAXWELL TEORI MAXWELL Maxwell adalah salah seorang ilmuwan fisika yang berjasa dalam kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi yang berhubungan dengan gelombang. Maxwell berhasil mempersatukan penemuanpenumuan

Lebih terperinci

Sifat-sifat gelombang elektromagnetik

Sifat-sifat gelombang elektromagnetik GELOMBANG II 1 MATERI Gelombang elektromagnetik (Optik) Refleksi, Refraksi, Interferensi gelombang optik Pembentukan bayangan cermin dan lensa Alat-alat yang menggunakan prinsip optik 1 Sifat-sifat gelombang

Lebih terperinci

BIMBEL ONLINE 2016 FISIKA

BIMBEL ONLINE 2016 FISIKA BIMBEL ONLINE 2016 FISIKA Rabu, 16 Maret 2016, Pkl. 19.00 20.30 WIB. online.sonysugemacollege.com Onliner : Pak Wasimudin S. 1. Sifat umum dari gelombang antara lain: (1) dapat mengalami interferensi (2)

Lebih terperinci

ALAT OPTIK. Bagian-bagian Mata

ALAT OPTIK. Bagian-bagian Mata ALAT OPTIK Alat optik adalah alat yang bekerja dengan memanfaatkan sifat-sifat cahaya seperti pemantulan dan pembiasan. Pada dasarnya alat optik merupakan alat penglihatan manusia baik secara alami maupun

Lebih terperinci

SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI I LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMA/MA SEDERAJAT PAKET 1

SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI I LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMA/MA SEDERAJAT PAKET 1 SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI I LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMA/MA SEDERAJAT PAKET 1 1. Terhadap koordinat x horizontal dan y vertikal, sebuah benda yang bergerak mengikuti gerak peluru mempunyai komponen-komponen

Lebih terperinci

Difraksi Franhoufer dan Fresnel Difraksi Franhoufer Celah Tunggal Intensitas pada Pola Celah Tunggal Difraksi Franhoufer Celah Ganda Kisi Difraksi

Difraksi Franhoufer dan Fresnel Difraksi Franhoufer Celah Tunggal Intensitas pada Pola Celah Tunggal Difraksi Franhoufer Celah Ganda Kisi Difraksi Sifat dasar & Perambatan Cahaya Superposisi Gelombang Interferensi Gelombang Cahaya Difraksi Franhoufer Difraksi Franhoufer Intensitas pada Pola Difraksi Franhoufer Kisi Difraksi Difraksi Gelombang Cahaya

Lebih terperinci

Gelombang Elektromagnetik

Gelombang Elektromagnetik Gelombang Elektromagnetik Teori gelombang elektromagnetik pertama kali dikemukakan oleh James Clerk Maxwell (83 879). Hipotesis yang dikemukakan oleh Maxwell, mengacu pada tiga aturan dasar listrik-magnet

Lebih terperinci

Cahaya merupakan gelombang transversal yang termasuk gelombang elektromagnetik. Cahaya dapat merambat dalam ruang hampa dengan kecepatan 3 x 10 8 m/s.

Cahaya merupakan gelombang transversal yang termasuk gelombang elektromagnetik. Cahaya dapat merambat dalam ruang hampa dengan kecepatan 3 x 10 8 m/s. CAHAYA 1. Siat Gelombang Cahaya Cahaya merupakan gelombang transversal yang termasuk gelombang elektromagnetik. Cahaya dapat merambat dalam ruang hampa dengan kecepatan 3 x 10 8 m/s. Siat2 cahaya : Dapat

Lebih terperinci

KISI DIFRAKSI (2016) Kisi Difraksi

KISI DIFRAKSI (2016) Kisi Difraksi KISI DIFRAKSI (2016) 1-6 1 Kisi Difraksi Rizqi Ahmad Fauzan, Chi Chi Novianti, Alfian Putra S, dan Gontjang Prajitno Jurusan Fisika, Fakultas MIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Jl. Arief Rahman

Lebih terperinci

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J 1. Bila sinar ultra ungu, sinar inframerah, dan sinar X berturut-turut ditandai dengan U, I, dan X, maka urutan yang menunjukkan paket (kuantum) energi makin besar ialah : A. U, I, X B. U, X, I C. I, X,

Lebih terperinci

Interferometer Michelson

Interferometer Michelson 1 Interferometer Michelson I. Tujuan Percobaan : 1. Memahami interferensi pada interferometer Michelson. 2. Menentukan panjang gelombang sumber cahaya dengan pola interferensi. II. Landasan Teori Interferensi

Lebih terperinci

Copyright all right reserved

Copyright  all right reserved Latihan Soal UN SMA / MA 2011 Program IPA Mata Ujian : Fisika Jumlah Soal : 20 1. Gas helium (A r = gram/mol) sebanyak 20 gram dan bersuhu 27 C berada dalam wadah yang volumenya 1,25 liter. Jika tetapan

Lebih terperinci

FISIKA. Sesi GELOMBANG CAHAYA A. INTERFERENSI

FISIKA. Sesi GELOMBANG CAHAYA A. INTERFERENSI FISIKA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 03 Sesi NGAN GELOMBANG CAHAYA Cahaya erupakan energi radiasi berbentuk gelobang elektroagnetik yang dapat dideteksi oleh ata anusia serta bersifat sebagai gelobang

Lebih terperinci

Materi Pendalaman 03 GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK =================================================

Materi Pendalaman 03 GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK ================================================= Materi Pendalaman 03 GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK ================================================= Bila dalam kawat PQ terjadi perubahan-perubahan tegangan baik besar maupun arahnya, maka dalam kawat PQ

Lebih terperinci

BAB III OPTIK. 2. Pemantulan teratur : terjadi jika suatu berkas cahaya sejajar datang pada permukaan yang halus atau rata.

BAB III OPTIK. 2. Pemantulan teratur : terjadi jika suatu berkas cahaya sejajar datang pada permukaan yang halus atau rata. BAB III OPTIK Kompetensi dasar : Memahami ciri-ciri cermin dan lensa Indikator Tujuan pembelajaran : : - Sifat dan fungsi cermin datar, cekung, dan cembung diidentifikasi - Hukum pemantulan dibuktikan

Lebih terperinci

spektrometer yang terbatas. Alat yang sulit untuk diperoleh membuat penelitian tentang spektrum cahaya jarang dilakukan. Padahal penelitian tentang

spektrometer yang terbatas. Alat yang sulit untuk diperoleh membuat penelitian tentang spektrum cahaya jarang dilakukan. Padahal penelitian tentang spektrometer yang terbatas. Alat yang sulit untuk diperoleh membuat penelitian tentang spektrum cahaya jarang dilakukan. Padahal penelitian tentang spektrum merupakan suatu hal yang penting dalam ilmu

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL UJI COBA. Menurut medium perambatannya, gelombang

KISI-KISI SOAL UJI COBA. Menurut medium perambatannya, gelombang LAMPIRAN IV KISI-KISI SOAL UJI COBA No Indikator soal Teknik Bentuk Instrumen 1 Peserta didik menjelaskan karakteristik mekanik dan elektromagnetik Contoh Soal Menurut medium perambatannya, diklasifiikasikan

Lebih terperinci

Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003

Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003 Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003 UAN-03-01 Perhatikan tabel berikut ini! No. Besaran Satuan Dimensi 1 Momentum kg. ms 1 [M] [L] [T] 1 2 Gaya kg. ms 2 [M] [L] [T] 2 3 Daya kg. ms 3 [M] [L] [T] 3 Dari

Lebih terperinci

Interferensi Cahaya. Agus Suroso Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung

Interferensi Cahaya. Agus Suroso Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung Interferensi Cahaya Agus Suroso (agussuroso@fi.itb.ac.id) Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung Agus Suroso (FTETI-ITB) Interferensi Cahaya 1 / 39 Contoh gejala interferensi

Lebih terperinci

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah.

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. 1 D49 1. Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. Hasil pengukuran adalah. A. 4,18 cm B. 4,13 cm C. 3,88 cm D. 3,81 cm E. 3,78 cm 2. Ayu melakukan

Lebih terperinci

Elyas Narantika NIM

Elyas Narantika NIM Elyas Narantika NIM 2012 21 018 Contoh peristiwa refraksi dan refleksi di kehidupan sehari-hari Definisi Refraksi (atau pembiasan) dalam optika geometris didefinisikan sebagai perubahan arah rambat partikel

Lebih terperinci

SMA XII (DUA BELAS) FISIKA GELOMBANG. Jenis jenis gelombang dapat dibedakan: a. Berdasar Arah getar terhadap arah rambatnya:

SMA XII (DUA BELAS) FISIKA GELOMBANG. Jenis jenis gelombang dapat dibedakan: a. Berdasar Arah getar terhadap arah rambatnya: JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMA XII (DUA BELAS) FISIKA GELOMBANG A. Definisi Gelombang didefinisikan sebagai getaran yang merambatkan energi dari satu tempat ketempat yang lain, baik melalui

Lebih terperinci

I. BUNYI. tebing menurut persamaan... (2 γrt

I. BUNYI. tebing menurut persamaan... (2 γrt I. BUNYI 1. Bunyi merambat pada besi dengan kelajuan 5000 m/s. Jika massa jenis besi tersebut adalah 8 g/cm 3, maka besar modulus elastik besi adalah... (2x10 11 N/m 2 ) 2. Besar kecepatan bunyi pada suatu

Lebih terperinci

7.4 Alat-Alat Optik. A. Mata. Latihan 7.3

7.4 Alat-Alat Optik. A. Mata. Latihan 7.3 Latihan 7.3 1. Bagaimanakah bunyi hukum pemantulan cahaya? 2. Bagaimanakah bunyi hukum pembiasan cahaya? 3. Apa hubungan pembiasan dengan peristiwa terebntuknya pelangi setelah hujan? Jelaskan! 4. Suatu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pada permukaannya digoreskan garis-garis sejajar dengan jumlah sangat besar.

BAB II LANDASAN TEORI. pada permukaannya digoreskan garis-garis sejajar dengan jumlah sangat besar. 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kisi Difraksi Kisi difraksi adalah suatu alat yang terbuat dari pelat logam atau kaca yang pada permukaannya digoreskan garis-garis sejajar dengan jumlah sangat besar. Suatu

Lebih terperinci

MAKALAH PENJELASAN INTERFERENSI GELOMBANG

MAKALAH PENJELASAN INTERFERENSI GELOMBANG MAKALAH PENJELASAN INTERFERENSI GELOMBANG Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Fisika Dasar Dosen Pembimbing: Laily Maghfirotunnisa Disusun oleh KELOMPOK 13 1. Muhammad Irfan Maulana (16611073)

Lebih terperinci

MICROWAVES (POLARISASI)

MICROWAVES (POLARISASI) 1 MICROWAVES (POLARISASI) I. Tujuan Percobaan a. Mengetahui fenomena polarisasi b. Mengetahui bagaimana sebuah polarisator dapat digunakan untuk mengubah polarisasi dari radiasi gelombang mikro (microwaves).

Lebih terperinci

BAB 4 Difraksi. Difraksi celah tunggal

BAB 4 Difraksi. Difraksi celah tunggal BAB 4 Difraksi Jika muka gelombang bidang tiba pada suatu celah sempit (lebarnya lebih kecil dari panjang gelombang), maka gelombang ini akan meng-alami lenturan sehingga terjadi gelombanggelombang setengah

Lebih terperinci

1. Pembiasan Cahaya pada Prisma

1. Pembiasan Cahaya pada Prisma Pembiasan Cahaya pada Prisma dan pada Kaca Plan Paralel 1. Pembiasan Cahaya pada Prisma Prisma ialah sebuah zat bening yang dibatasi oleh dua buah bidang datar. Pembiasan pada Prisma Apabila seberkas sinar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Gelombang Gelombang adalah gejala dari perambatan usikan (gangguan) di dalam suatu medium. Pada peristiwa rambatan tersebut tidak disertai dengan perpindahan tempat yang permanen

Lebih terperinci

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07)

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07) PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07) 1. Gambar di samping ini menunjukkan hasil pengukuran tebal kertas karton dengan menggunakan mikrometer sekrup. Hasil pengukurannya adalah (A) 4,30 mm. (D) 4,18

Lebih terperinci

Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang, dan optika dalam. Cahaya dapat kita temui dimana-mana. cahaya bersifat gelombang dan

Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang, dan optika dalam. Cahaya dapat kita temui dimana-mana. cahaya bersifat gelombang dan CAHAYA Pendahuluan Pelajaran tentang cahaya pada sekolah menengah pertama (SMP) merupakan mata pelajaran yang diberikan pada siswa kelas VIII dengan berdasarkan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar

Lebih terperinci

GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK. Oleh: DHELLA MARDHELA NIM: 15B08052

GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK. Oleh: DHELLA MARDHELA NIM: 15B08052 GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK Oleh: DHELLA MARDHELA NIM: 15B08052 Apa itu Gelombang? Gelombang adalah getaran yang merambat Apakah dalam perambatannya perlu medium/zat perantara? Tidak harus! Berdasarkan ada/tidak

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Fisika Dasar 2

Laporan Praktikum Fisika Dasar 2 Judul Percobaan : NAMA : YONATHAN ANDRIANTO SUROSO NIM : 12300041 Jurusan Fisika Universitas Negeri Manado Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Program Studi Geothermal A. TUJUAN PERCOBAAN Laporan

Lebih terperinci

: 1. KARAKTERISTIK GELOMBANG 2. PERSAMAAN GELOMBANG BERJALAN DAN GELOMBANG TEGAK

: 1. KARAKTERISTIK GELOMBANG 2. PERSAMAAN GELOMBANG BERJALAN DAN GELOMBANG TEGAK LAMPIRAN XV SATUAN PENDIDIKAN MATA PELAJARAN MATERI POKOK KELAS/ SEMESTER PENELITI LEMBAR VALIDASI INSTRUMEN TES : MAN 1 PADANG : FISIKA : 1. KARAKTERISTIK GELOMBANG 2. PERSAMAAN GELOMBANG BERJALAN DAN

Lebih terperinci