Abstrak. Kata Kunci: Pengadaan barang/jasa; Perpres 54/2010; pejabat pengadaan; Implementasi dan Kompetensi ABSTRACT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Abstrak. Kata Kunci: Pengadaan barang/jasa; Perpres 54/2010; pejabat pengadaan; Implementasi dan Kompetensi ABSTRACT"

Transkripsi

1 PENTINGNYA KOMPETENSI PEJABAT PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KOTA KABUPATEN BANGKALAN DALAM MELAKSANAKAN PROSEDUR PENGADAAN BARANG/JASA BERDASARKAN PERPRES 54 TAHUN 2010 Nida Qolbi,SE. 1, Mohamad Djasuli,SE., M.Si., QIA. 2, Gita Arasy Harwida,SE.,Ak.,M.Tax,QIA. 3 Universitas Trunojoyo Madura, PO Box 2,Kamal, nida.qolbi_16@yahoo.co.id, Universitas Trunojoyo Madura, PO Box 2,Kamal, djasuli@yahoo.com Universitas Trunojoyo Madura, PO Box 2,Kamal, arasy_gita@yahoo.co.uk Abstrak Pentingnya Kompetensi Pejabat Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Kota Kabupaten Bangkalan Dalam Melaksanakan Prosedur Pengadaan Barang/Jasa Menurut Perpres 54 Tahun Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui pengimplementasian perpres 54 tahun 2010 dan kesesuaian kompetensi pejabat pengadaan barang/jasa menurut perpres 54 tahun Informan dalam penelitian ini adalah Pejabat pengadaan barang/jasa di Kabupaten Bangkalan. Data dikumpulkan dari wawancara langsung dengan para informan dan dianalisa dengan fenomenologi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pejabat pengadaan di Pemerintahan Kabupaten Bangkalan sudah mengimplementasikan Perpres 54 tahun 2010, namun belum secara keseluruhan. dikarenakan keterbatasan dana, kelengkapan administrasi yang masih kurang, dan belum tersedianya kantor khusus pengadaan barang/jasa. Berkaitan dengan kompetensi yang dimiliki oleh pejabat pengadaan menunjukkan bahwa kompetensi yang dimiliki Pejabat Pengadaan/ULP di Kabupaten Bangkalan masih tergolong rendah. Hal ini dibuktikan dari pengangkatan pejabat pengadaan ditunjuk langsung oleh kepala daerah tanpa melihat kualifikasi dari pejabat pengadaan itu sendiri dan hasil realisasi pengadaan barang dan jasa pemerintah Kabupaten Bangkalan baik fisik maupun non fisik. Kata Kunci: Pengadaan barang/jasa; Perpres 54/2010; pejabat pengadaan; Implementasi dan Kompetensi ABSTRACT The importance of the competency for thr government officer of goods/sevices procurement s in the Bangkalan Regency to perform the procurement procedures in the Perpres 54/ The purpose of this research is to discuss the implementation of the Perpres 54/2010 and compatibility of its procurement government officer s competency according to Perpres 54/ The informant used was the procurement government officer in the Bangkalan Regency. The data collection method was direct interview with the informants and the analysys method was phenomenology. The result of the discussion showed that the implementation of Perpres 54/2010 is still not fully implemented. Moreover, the level of the procurement government officers are still in the low level which is shown by the pointment of procurement government officers by the Mayor without considering their qualification and the realisation of the procurement in the Regency of Bangkalan both goods and services which are still disappointing. Keyword: Procurement; Perpres 54/2010, Procurement Government Officers; Implementation; and Competency

2 Public Reform for Good Government Governance A4-PFM Conference 2014 A4-PFM All rights reserved Surabaya, Indonesia, November 13th-14th PENDAHULUAN Pengadaan merupakan fungsi yang sangat penting dalam sebuah organisasi. Baik dilihat dari besaran porsi anggaran atau dari banyaknya kasus pengadaan yang terjadi. Akibat dari pengadaan yang tidak diatur dengan baik, maka bermunculan banyak kasus di bidang pengadaan. Mengetahui dan Mengingat alokasi dana yang cukup besar untuk pengadaan barang/ jasa, maka sudah sepantasnya hasil yang didapat juga harus maksimal, namun kenyataan di lapangan menunjukkan hasil pengadaan barang/jasa pemerintah Kabupaten Bangkalan tidak sesuai dengan harapan, hal ini dapat dilihat dari 1) hasil temuan BPK tahun 2004, 2008 dan 2009 atas ketidaksesuaian pengadaan barang/jasa 2) realisasi aggaran untuk pengadaan barang/jasa yang tidak relevan 3) hasil observasi peneliti terhadap beberapa sarana dan prasarana umum terhadap pengadaan barang/jasa pemerintah Kabupaten Bangkalan. Selain itu, karena adanya fenomena bahwa kompetensi yang dimiliki oleh pejabat pengadaan tidak sesuai dengan kompetensi kerja yang dipersyaratkan dalam perpres 54. Melihat fenomena yang terjadi seperti dijelaskan diatas yang juga merupakan kondisi real lapangan memberikan gambaran kepada kita semua betapa rapuhnya pengadaan barang/jasa dipemerintahan kususnya barang/jasa untuk fasilitas umum terutama sarana infrastruktur jalan dan konstruksi bangunan yang dalam hal ini dianggarkan dana cukup besar. Untuk itu dibutuhkan kompetensi khusus dalam hal pengadaan barang/jasa. Pengertian kompetensi menurut SK3-PBJ (Standart Kompetensi Kerja Khusus Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah) dalam LKPP RI No.3 Tahun 2011 adalah uraian kemampuan yang mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja minimal yang harus dimiliki seorang ahli pengadaan barang/jasa yang ditetapkan oleh Deputi Bidang Pengembangan dan Pembinaan Sumber Daya Manusia Lembaga Kebijakan Pengadaan barang/jasa pemerintah. Kompetensi menurut Perpres 54 tahun 2010 adalah kemampuan pejabat dalam mengelola pekerjaannya dengan berprinsipkan pada efisien; efektif; transparan; terbuka; bersaing; adil/tidak diskriminatif; dan akuntabel dengan jaminan sertifikat sebagai bukti pengakuan dari pemerintah atas kompetensi dan kemampuan profesi dibidang Pengadaan Barang/Jasa. Maksud dari pengertian di atas adalah sikap profesionalisme seseorang akan muncul ketika, seseorang itu berada pada bidangnya. Seperti halnya kompetensi yang harus dimiliki pejabat pengadaan barang/jasa di Pemerintahan Kabupaten Bangkalan. Kompetensi ini sangat dibutuhkan untuk menghindari ketergantungan informasi dan data teknis dari rekanan ( imbalance information ). Pasalnya, Penentuan kerjasama spesifikasi teknis ini merupakan salah satu titik krusial terjadinya tindak pidana korupsi pengadaan barang dan jasa di Pemerintahan sekaligus memberikan nilai minus akan kompetensi yang dimiliki pejabat pengadaan barang/ jasa. Minusnya akan kompetensi yang dimiliki pejabat pengadaan barang /jasa pemerintah berdampak pada Harga Perhitungan sendiri (HPS)/ Owner Estimate (EO) seperti apa yang disampaikan Larto Untoro, Kepala Bagian Pengadaan ULP Komisi Pemberantasan Korupsi (PK) yang dikutip dari sebuah majalah Integrito, Sebuah majalah internal terbitan KPK Vol. 14/Januari. Pasalnya, untuk mendapatkan hasil pengadaan barang/jasa yang menguntungkan negara dengan kualitas barang yang dapat dipertanggungjawabkan, perhitungan HPS harus dilakukan secara relevan, dan benar sesuai dengan informasi harga pasar yang bersaing, perhitungan pajak yang tepat dan biaya-biaya lainnya yang terkait langsung dengan pengadaan barang. Pentingnya kredibilitas dan independensi Pengguna Anggaran dalam penentuan spesifikasi teknis dan HPS/ OE merupakan syarat mutlak terselenggaranya pengadaan barang/jasa pemerintah dan perbekalan pengadaan yang akuntabel. Kedua aspek ini mempunyai peran strategis sebagai alat kontrol kualitas barang serta kewajaran harga yang ditawarkan rekanan. Berdasarkan hasil penelitian kualitatif yang dilakukan oleh Suharno (2011: 116) dengan judul penelitian Pentingnya keahlian pengadaan Barang/jasa UPT Pemasyarakatan di Nusakambangan adalah bahwa UPT pemasyarakatan di Nusakambangan kurang memenuhi 2

3 Qolbi, Djasuli, Harwida/ Pentingnya Kompetensi Pejabat Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Kota Kabupaten Bangkalan Dalam Melaksanakan Prosedur Pengadaan Barang/Jasa Berdasarkan Perpres 54 Tahun 2010 syarat menjadi anggota ULP, sehingga terpaksa diambilkan dari instansi lain, dengan resiko pengadaan barang/jasa kurang berjalan secara optimal. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan replikasi ektended yaitu pengembangan penelitian dengan menggunakan metode yang sama yakni metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, namun objek dan permasalahan dalam penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Orientasi dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian kompetensi pejabat pengadaan di Kabupaten Bangkalan dengan tugas dan tanggungjawabnya sebagai pejabat pengadaan. 2. METODE Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk membangun suatu proposisi dan menjelaskan makna dibalik realita sosial yang terjadi. Penelitian ini juga berupaya memandang apa yang terjadi dalam dunia tersebut dan meletakkan temuan-temuan yang diperoleh di dalamnya dimana peneliti berpijak pada realita atau peristiwa yang berlangsung dilapangan dengan latar belakang lingkungan yang alamiah. (Bungin, 2007:44) Pendekatan fenomenologi mencoba menjelaskan atau mengungkapkan fakta yang terjadi dengan lebih menekankan pada pola pikir yang berfokus pada pengalaman-pengalaman subjektif dan interpretasi pejabat dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya sebagai public service. Dengan membangun sebuah paradigma interpretatif yang berfokus pada pola pikir, etika, pengalaman, sikap profesionalisme kerja dan tanggungjawab terhadap tugas yang dipikulnya, penelitian ini nantinya diharapkan mampu memberikan kajian yang sesuai. Sehingga kajian fenomena yang diambil sebagai dasar penelitian ini menjadi lebih relevan dan akurat (Bungin, 2007:46). Desain penelitian yang berpedoman pada tujuan penelitian digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang Apakah Pejabat pengadaan sudah mengimplementasikan perpres 54 dan apakah pejabat pengadaan memiliki kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan pengadaan serta bagaimana seorang pejabat pengadaan melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai pejabat pengadaan ditengah-tengah tugas dan tanggugjawabnya di instansi-nya masing-masing antara lain : (a)pemilihan metode penelitian; (b) Memilih informan kunci yang terkait dengan penelitian; (c)pengumpulan data;(d) Analisis data 2.1 Implementasi Perpres 54 tahun 2010 oleh Pejabat Pengadaan dan Kesesuaian Kompetensi Pejabat Pengadaan dengan Kebutuhan Pengadaan. Informan kunci yang pertama adalah Ketua ULP (Unit Layanan Pengadaan). Pemilihan informan ini dikarenakan ketua ULP merupakan orang yang memiliki pengetahuan lebih dibandingkan dengan pejabat lainnya. Atas dasar pertimbangan ini-lah peneliti mengambil langkah untuk menjadikan ketua ULP sebagai informan utama, kemudian menjadikan pejabat pengadaan lainnya sebagai informan kedua. Hasil yang diperoleh akan menjadi perbandingan untuk mempertimbangan kesimpulan dalam penelitian ini. 2.2 Unit analisis kompetensi pejabat pengadaan yang dipersyaratkan oleh SK3-PBJ (Standar Kompetensi Kerja Khusus Pengadaan Barang/Jasa) adalah sebagai berikut: (a) informan memenuhi persyaratan menjadi pejabat pengadaan;(b) informan mengerti akan tugas dan tanggungjawab kerja serta mampu memecahkan persoalan-persoalan yang akan terjadi selanjutnya.; (c) Informan memiliki pengetahuan dan pengalaman lebih dalam melaksanakan tugas menjadi pejabat pengadaan Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi: (a) Survei pendahuluan yaitu untuk menggali informasi-informasi up-to date baik melalui artikel, media cetak, internet, serta lainnya untuk memperoleh gambaran akan kinerja pejabat dan memahami permasalahan yang akan diteliti dan dibahas dalam penelitian ini; (b) Survei kepustakaan yaitu mengumpulkan dan mempelajari data jadi yang diperoleh baik dari buku-buku, jurnal maupun aturan perundangundangan yang disesuaikan dengan teori-teori yang mendukung (c) Pengumpulan data lapangan dilakukan dengan yaitu dengan melakukan observasi, wawancara, rekaman dan dokumentasi. Dalam melakukan observasi peneliti melakukan wawancara secara mendalam untuk memperoleh informasi terkait dengan tujuan penelitian. Proses pengumpulan data 3

4 Public Reform for Good Government Governance A4-PFM Conference Surabaya, Indonesia, November 13th-14th 2012 dilakukan dengan melakukan observasi lapangan, melihat pemberitaan melalui media cetak dan elektronik guna memperoleh informasi yang terkait dengan tujuan penelitian. Proses analisis kesesuaian kompetensi pejabat dengan tugas dan tanggungjawab sebagai pejabat pengadaan dilakukan dengan membandingkan gelar, jabatan serta pengetahuan dan pengalaman yang dimilki pejabat pengadaan dengan tugas yang dipikulnya yaitu (pengadaan barang/jasa). Langkah-langkah analisis data pada pendekatan fenomenologi (Creswel, 2007 dalam Mutiah 2011: 48), yaitu: (1) Peneliti memulai mengorganisasikan semua data yang diperoleh tentang fenomena pengalaman yang dikumpulkan;(2) Membaca data secara keseluruhan dan membuat catatan mengenai data yang dianggap penting;(3) Menemukan dan mengelompokkan makna pernyataan dengan melakukan horizonatiling yaitu setiap pernyataan pada awalnya diperlakukan memiliki nilai yang sama. Selanjutnya pernyataan yang tidak relevan dengan topik pertanyaan yang bersifat repititif dihilangkan sehingga yang tersisa hanya horizons (arti tekstural dan unsur pembentuk atau pembentuk dari fenomena yang tidak mengalami penyimpangan); (4) Pernyataan tersebut kemudian dikumpulkan kedalam unit makna lalu ditulis gambaran tentang bagaimana pengalaman tersebut terjadi;(5) Selanjutnya peneliti mengembangkan uraian secara keseluruhan dari fenomena sehingga menemukan esensi dari fenomena tersebut. Kemudian mengembangkan textural description (mengenai fenomena yang terjadi pada informan) dan structural description (yang menjelaskan bagaiman fenomena itu terjadi);(6) Peneliti kemudian memberikan penjelasan secara naratif mengenai esensi dari fenomena yang diteliti dan mendapatkan makna pengalaman informan mengenai fenomena tersebut. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan pengadaan barang/jasa dilakukan oleh pejabat pengadaan yang sudah tercantum dalam SK Bupati yang dalam pengangkatannya ditunjuk langsung oleh Kepala daerah dengan hanya didasarkan pada kepemilikan sertifikat pengadaan tanpa memperhatikan kualifikasi dari kompetensi pejabat itu sendiri. Hal ini tentu saja akan mempengaruhi hasil akhir pengadaan, dimana output yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Selain itu, jabatan yang disandang oleh pejabat pengadaan tidak hanya berfokus pada bidang pengadaan barang/jasa pemerintah, melainkan pada tugas pokok dan tanggungjawabnya sebagai pegawai negri sipil di instansi pemerintahan yang didudukinya. Dengan kata lain, tugas pengadaan merupakan tugas tambahan, yang tentu saja porsi tanggungjawabnya tidak bisa dioptimalkan. Melihat pengadaan yang sumber anggarannya berasal dari APBD/APBN yang tentu saja nilainya tidak sedikit jumlahnya, namun perlakuannya tidak bisa dioptimalkan, maka jelas prinsip pengadaan yang dijadikan sebagai pedoman pengadaan telah diabaikan. Melihat kondisi yang juga merupakan gambaran pengadaan di Kabupaten Bangkalan, maka perlu perhatian kusus terkait peningkatan kompetensi pejabat pengadaan. Kompetensi merupakan tolak ukur terpenting yang menjadikan pejabat bersikap professional. Untuk mengetahui kompetensi pejabat pengadaan,peneliti mencoba untuk menggali informasi dari beberapa informan yang peneliti tetapkan dengan kriteria informan yang telah dijelaskan dalam metpen penelitian ini. Dari informan yang sudah peneliti wawancarai, mereka menjelaskan implementasi perpres 54 tahun 2010 sebagai berikut: Menurut Informan A: Ya sudahlah mbak. Kalau tidak menerapkan perpres 54 ya kita salah. Dibentuknya ULP itu sendiri kan sudah merupakan implementasi 54. Pernyataan informan A sudah benar, tapi belum secara spesifik dalam memberikan penjelasan. Mungkin yang dimaksudkan adalah hanya sebatas prosedural, namun secara keseluruhan semisal teknis pengerjaan lapangan masih dalam proses pengerjaan. Hal ini senada dengan pernyataan informan B dan C yang menyatakan Informan B: Tentu sudah, tapi semuanya kan masih butuh proses. Tidak serta merta semua tersedia kan. Selain kendala dana, administrasinya kan perlu dilengkapi. Apalagi tiap personel pengadaannya itu ada di instansi yang memiliki tugas dan tanggungjawab masing-masing. Informan C: Kalau untuk dokumennya itu sendiri kita sudah mengacu pada perpres 54, tapi kalau secara kelembagaan dan personil/tim pengadaan itu belum. Kita masih berada pada instansi masing-masing jadi tidak dalam sebuah satu lembaga yang memiliki tugas pokok bidang 4

5 Qolbi, Djasuli, Harwida/ Pentingnya Kompetensi Pejabat Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Kota Kabupaten Bangkalan Dalam Melaksanakan Prosedur Pengadaan Barang/Jasa Berdasarkan Perpres 54 Tahun 2010 pengadaan barang/jasa. Ditambah lagi personilnya atau PNS yang bersertifikat itu sedikit jumlahnya. Jadi mulai tahun semua pejabat pengadaan harus sudah memiliki sertifikat. Kalau dulu masih L1/L2/L3, kalau sekarang sudah berubah. Saya kurang paham untuk soal ini. Nah, kalau untuk dokumen, saya tidak megang. Jangankan saya, ketuanya saja belum tentu punya. Karena memang dokumen itu memang ada di skpd masing-masing. Selain karena masalah dana, kami juga tidak punya kantor tetap. Jadi tidak ada tempat penyimpanan dokumen. Daripada hilang, lebih baik dipegang tiap skpd masing-masing. Kalau nanti kita butuh, tinggal kita pinjam saja. Menarik apa yang disampaikan oleh informan B dan informan C mengenai Selain kendala dana, administrasinya kan perlu dilengkapi. Kalau peneliti analisa dana yang dianggarkan untuk pengadaan itu jumlahnya cukup besar. Untuk melakukan pengadaan barang/jasa yang nilai kontraknya jutaan sampai milyaran rupiah bisa, kenapa membangun atau memperbaiki tata kelola dalam organisasi pengadaan itu sulit. Hal ini jelas tidak masuk akal. Kalau saja fokus kerja pemerintahan tidak hanya pada hasil akhir yang ingin didapat tapi lebih kepada perbaikan internal badan keorganisasian itu sendiri. Maka secara tidak langsung pemerintah telah mengusahakan pencapaian output yang maksimal atau sesuai dengan yang diharapkan. Melihat pernyataan diatas yang juga merupakan gambaran kondisi di Kabupaten Bangkalan, peneliti ingin mengetahui sejauh mana implementasi perpres 54 dilaksanakan. Untuk itu peneliti mengajukan pertanyaan lebih dalam lagi kepada informan tentang Sejauhmana E-procurement dilaksanakan? Informan A: Untuk e-procnya, kita sudah menjalankannya kurang lebih 40%. Nah kalau untuk sepenuhnya dilaksanakan e-proc itu masih belum. Karena memang alatnya belum ada dan kita masih dalam masa adaptasi. Pernyataan informan A menjelaskan bahwa e-procurement atau yang kita sebut dengan pengadaan barang/jasa pemerintah secara elektronik di Kabupaten Bangkalan masih dalam proses pengerjaan. Hal ini memperkuat dugaan bahwa implementasi perpres 54 tahun 2010 belum sepenuhnya dilaksanakan. Dimungkinkan karena masih dalam masa transisi yakni perubahan peraturan dari kepres 80 tahun 2003 menjadi perpres 54 tahun Penjelasan diatas senada dengan apa yang disampaikan informan B yakni : Untuk e-proc sendiri kita masih dalam proses. Kita sudah ada websitenya. Bahkan sudah ada pelatihan untuk ini. Kita cuman menunggu panggilan saja. Kan memang tahun 2012 ini semua pengadaan harus sudah berbasis elektronik. Jadi semua administrasi, mulai dari pengumuman, proses lelang, sampai penentuan pemenang diumumkan lewat web. Jadi sudah terkomputerisasi. Berbeda dengan informan C yang kurang paham akan pelaksanaan e-proc itu sendiri. Berikut penuturan informan C : Kalau e-proc sepertinya belum, lebih baik tanya langsung pada ketuanya saja. Tapi memang semua masih dalam proses. Untuk kesiapan penggunaan saya kurang paham. Dan kalau untuk pelatihan e-proc itu sendiri saya juga kurang paham. Soalnya belum ada undangan untuk pelatihan. Disini informan C, terlihat kurang paham akan perubahan tekhnis kerja pengadaan. Terlihat bagaimana dia menjawab kalau e-proc sepertinya belum, lebih baik Tanya langsung pada ketuanya saja. Menanggapi ulasan dari penjelasan diatas, dimungkinkan disebabkan beberapa faktor keadaan yang tidak mendukung. Seperti tanggungjawab kerja disetiap instansi, komisis yang tidak sesuai, dan wadah sebagai suatu kelembagaan organisasi pengadaan. Beberapa faktor ini sangat mempengaruhi kinerja pejabat pengadaan yang kemudian berdampak pada hasil akhir atau output. Sejauh perpres belum bisa dilaksanakan secara keseluruhan, apakah kompetensi pejabat pengadaan sudah sesuai dan bagaimana implikasinya. Untuk mengetahui hal tersebut, maka peneliti langsung melakukan wawancara dengan beberapa informan yang sudah peneliti pilih dan tetapkan guna mendapatkan jawaban atau referensi yang dapat diulas sebagai bahasan untuk menjawab permasalahan yang diangkat. 5

6 Public Reform for Good Government Governance A4-PFM Conference Surabaya, Indonesia, November 13th-14th Kompetensi dan Implikasinya terhadap Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah adalah kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi lainnya yang menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dengan harapan mampu meningkatkan kualitas pelayanan publik melalui penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bersih yang didukung dengan pengelolaan keuangan yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel (Perpres 54 tahun 2010). Untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas penggunaan keuangan negara yang dibelanjakan melalui proses Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, diperlukan upaya untuk menciptakan tata kelola organisasi pengadaan yang kompeten didalamnya (modul Diklat Teknis Subtantif Spesialisasi hal 5) Kompeten disini dimaksudkan agar dalam menyelenggarakan pengadaan barang/jasa pemerintah, pejabat mengetahui dengan pasti akan tugas dan tanggungjawabnya baik dari segi fisik, keuangan, maupun manfaatnya bagi kelancaran tugas Pemerintah dan pelayanan masyarakat (public service) 3.2 Pemahaman ULP/Panitia Pejabat Pengadaan Terhadap Syarat Kompetensi Menjadi Pejabat Pengadaan Berdasarkan Perpres 54 tahun 2010 Dalam kinerjanya pejabat pengadaan dituntut untuk dapat tetap konsisten dalam mengolah tanggungjawabnya. Beban tugas, tanggungjawab publik serta tugas tambahan yang dipikulnya menjadikan pejabat pengadaan harus lebih bekerja secara optimal. Untuk itu dibutuhkan kompetensi dalam mengolah pengadaan barang/jasa pemerintah. Kompetensi yang disyaratkan dalam perpres 54 pasal 17f adalah setiap pejabat pengadaan haruslah memiliki sertifikat Keahlian Pengadaan Barang/jasa yang sesuai dengan Kompetensi yang dipersyaratkan. Namun demikian pernyataan ini menjadi melemah ketika ada pernyataan yang sifatnya bertentangan dengan pernyataan diatas, yakni jika dalam sebuah instansi/organisasi pemerintah tidak memiliki pejabat yang memenuhi syarat menjadi pejabat pengadaan, maka boleh diambilkan dari instansi lain. Ketentuan ini merupakan kebijakan yang diambil dari perpres 54 tentang pengadaan barang/jasa pemerintah (PBJ): pasal 17(4) Kedua pernyataan diatas bertolak belakang ketika sebuah pernyataan mengenai pengangkatan pejabat pengadaan diambilkan dari instansi lain, maka bisa diartikan beban tugas yang dipikul pejabat pengadaan bukanlah berasal dari bidang yang ditekuni oleh pejabat pengadaan itu sendiri. Hal ini juga terbukti dari gelar atau jabatan yang disandang oleh pejabat pengadaan (tertera dalam SK Bupait). Bermodalkan sertifikat tanpa melihat kualifikasi yang jelas mengenai latar belakang pendidikan atau kompetensi yang dimiliki pejabat pengadaan, kepala daerah kemudian mengangkatnya menjadi pejabat pengadaan atau yang disebut dengan penunjukan langsung. Hal ini menjadi berbeda dengan Kompetensi yang disyaratkan dalam perpres 54 tahun 2010 pasal 17f. Selain itu berdasarkan pernyataan dalam perpres 54 tahun 2010 tentang pengadaan barang/jasa pemerintah (PBJ): pasal 17(4) bahwa pejabat pengadaan berasal dari instansi atau lembaga pemerintah, dapat disimpulkan bahwa kegiatan pengadaan barang/jasa pemerintah merupakan tugas tambahan yang dibebankan kepada pegawai negeri sipil yang diangkat menjadi pejabat pengadaan, sehingga hal ini dikhawatirkan akan mempengaruhi kinerja pejabat dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya. Untuk menjawab pertanyaan diatas, maka peneliti mencoba menggali informasi dari beberapa informan yang memiliki latar belakang yang berbeda tentang pemahamannya terhadap kompetensi dan implikasinya dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya sebagai pejabat pengadaan. Namun sebelum memasuki pertanyaan inti yang kemudian merupakan penilaian terhadap kompetensi pejabat pengadaan, peneliti terlebih dahulu memberikan pertanyaan pengantar seputar syarat dan tugas menjadi pejabat pengadaan. Hal ini menjadi penting ketika tugas dan tanggungjawab sudah pasti dapat dimengerti oleh setiap pejabat pengadaan, maka pejabat pengadaan tidaklah kesulitan dalam menjalankan tugasnya. Menurut informan A: syarat diangkatnya menjadi pejabat pengadaan itu, ya hanya memiliki sertifikat pengadaan.kalau di instansi tersebut tidak terdapat pegawai yang memiliki sertifikat 6

7 Qolbi, Djasuli, Harwida/ Pentingnya Kompetensi Pejabat Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Kota Kabupaten Bangkalan Dalam Melaksanakan Prosedur Pengadaan Barang/Jasa Berdasarkan Perpres 54 Tahun 2010 pengadaan, ya..harus diambilkan dari instansi lain. Apalagi kan memang untuk mendapatkan sertifikat pengadaan itu susah. yang memiliki sertifikat pengadaan di Kabupaten Bangkalan ini sedikit jumlahnya, sekitar 32 orang dan memang tidak mudah mendapatkan sertifikat pengadaan. Karena hanya LKPP lah yang memiliki kewenangan untuk mengeluarkan sertifikat pengadaan. Seandainya ditiap Kabupaten atau provinsi saja ada LKPP, kan lebih mudah. Ini malah kantor Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) yang banyak. Kan tidak begitu penting. Ya begitulah di Bangkalan ini. Untuk tugasnya, hanya menjalankan prosedur pengadaan. Mulai dari pengumuman sampai proses pengadaan. Didalam proses itu sendiri terdapat banyak metode pemilihan, tergantung dari besaran anggaran untuk proyek itu. Kesan yang disampaikan oleh informan A terlihat bahwa kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan pengadaan dapat digantikan dengan sertifikat pengadaan. Namun jawaban kedua mengenai tugas menjadi pejabat pengadaan sudah sesuai dengan perpres 54. Pernyataan ini terlihat alami. Hal ini diperkuat dengan fakta dilapangan. Minimnya pejabat pengadaan di Kabupaten Bangkalan membuat pelaksanaan pengadaan harus diambilkan dari instansi lain, dengan resiko yang mungkin akan terjadi. Mungkin yang dimaksud oleh informan A adalah kerjasama LKPP dengan beberapa kelembagaan disetiap daerah. Sehingga untuk mendapatkan sertifikat pengadaan secara independen dapat dengan mudah dilaksanakan. Pernyataan informan A diatas selaras dengan pernyataan yang dilontarkan oleh informan B. berikut pernyataan dari informan B: syarat diangkatnya menjadi pejabat pengadaan adalah kita harus memiliki sertifikat pengadaan Sedangkan informan C juga menjawab hal yang sama yakni syarat diangkatya menjadi pejabat pengadaan ya,.. sertifikat pengadaan. Tapi untuk mendapatkan sertifikat pengadaan itu tidak mudah. Sangat susah dan bahkan hanya sedikit yang lulus sertifikat Pada intinya, sertifikat pengadaan merupakan syarat utama diangkatnya Pegawai Negri Sipil (PNS) menjadi pejabat pengadaan. Hal ini menjadi penting karena ketika ditengahtengah pengadaan nantinya ada permasalahan, dan BPK menyelidiki kasus tersebut, yakni salah satunya tentang apakah pejabat pengadaan di instansi tersebut sudah memenuhi syarat diangkatnya menjadi pejabat pengadaan sesuai perpres 54 tahun Hal ini bisa langsung dibuktikan dengan sertifikat pengadaan. Fenomena inilah yang kemudian mengubah paradigma seseorang bahwa sertifikat pengadaan merupakan syarat mutlak yang harus dimiliki oleh seseorang untuk diangkat menjadi pejabat pengadaan, tanpa melihat kualifikasi lainnya sesuai dengan ketentuan perpres 54 tahun 2010 Melihat pernyataan diatas yang juga merupakan gambaran kondisi di Kabupaten Bangkalan, peneliti ingin membuktikan dugaan yang merupakan hasil proses berfikir peneliti dalam tanggapan mengenai efek yang terjadi dilapangan. Yaitu, langkah apa yang dilakukan pejabat pengadaan/ulp jika dalam proses mendapatan barang/jasa terdapat permasalahan?. Pertanyaan ini diajukan, untuk melihat tanggungjawab pejabat pengadaan terhadap persoalan yang mungkin akan terjadi dalam proses pengadaan barang/jasa yang ditanganinya. Berikut adalah sepenggal pernyataan dari informan A: Kalau untuk pemasalahan-permasalahan. Kita lihat dulu, siapa yang berbuat curang disini. Apakah dari penyedia barang atau memang dari kita. Tapi untuk masalah ini, kita kan cuma menyeleksi penyedia barang/jasa. Untuk urusan selanjutnya-kan tergantung dari instansi tesebut mau melakukan kontrak dengan penyedia barang yang kami tawarkan atau tidak. Istilahnya kan kita hanya mencarikan tukang untuk mereka. Untuk urusan ditindak lanjuti atau dilakukan kontrak kan urusan mereka, bukan urusan kita lagi. Begitu!! lagi pula ada bagian tersendiri, untuk urusan kesesuaian barang itu tanggungjawab PPK. Jadi kalau ada ketidak sesuaian, ya..ppk yang kena. Misalkan kita kan mengadaan kontrak dengan penyedia, nah biasanya penyedia itu kita mintai rekening untuk memasukkan dana 100 juta sebagai jaminan, yang jaminan itu kita pegang. Begitu pihak penyedia melakukan kecurangan, kita ambil jaminan itu atau bahkan kita mintai kerugian, dengan alasan melanggar kontrak perjanjian. Tapi kalau misalkan hasil pengadaan itu sudah sesuai, baru kita bayarkan. Atau seperti ini, misalkan terjadi keadaan darurat. Ini biasanya dirumah sakit. dalam hal ini, kita bisa langsung mengadakan pengadaan barang/jasa saat itu juga tapi tetap mengarah 7

8 Public Reform for Good Government Governance A4-PFM Conference Surabaya, Indonesia, November 13th-14th 2012 pada aturan. Nah, nantinya kita masukkan dalam rencana pembangunan jangka panjang (RPJM). Untuk urusan keuangan, nanti kita bayarkan setelah dana itu turun. Jadi santai saja Pernyataan informan A ini terlihat seperti menghindari tanggungjawabnya sebagai salah satu bagian dari organisasi pengadaan. Kalau kita analisa, pernyataan ini justru tidak sesuai dengan perpres 54 tahun 2010 mengenai alur proses pengadaan sampai didapatkannya hasil pengadaan yang sesuai. Untuk mendapatkan hasil pengadaan yang sesuai, maka perlu pengaturan yang baik mengenai tata cara pengadaan barang/jasa yang sederhana, jelas dan komprehensif sesuai alur prosedur yang dijelaskan dalam perpres 54 tahun 2010 mengenai pengadaan barang/jasa pemerintah. Oleh karena itu, mau tidak mau instansi tersebut haruslah melakukan tindak lanjut kontrak yang ditentukan oleh hasil penentuan pemenang yang dipilih pejabat pengadaan/ulp sesuai aturan perpres 54. Jadi jelas pejabat pengadaan masih memiliki tanggungjawab sebagai penentu pemenang penyedia barang. Selain itu pernyataan yang dilontarkan informan A dipicu oleh batas akhir tanggungjawab menjadi pejabat pengadaan. Hal ini berdasarkan pernyataan dari informan A yaitu: setiap tahunnya pejabat pengadaan itu dipindah tugaskan, jadi tidak menetap menjadi pejabat pengadaan untuk bidang yang sama sesuai SK Bupati Artinya jika dalam proses pengadaan terdapat kendala yang memicu adanya keterlambatan pengadaan barang/jasa pemerintah terutama yang bersifat konstruksi, maka tanggungjawab inilah menjadi kabur dan menjadi tugas PPK selaku pemeriksa barang/jasa pemerintah. Jadi tidak salah kalau informan A memberikan pernyataan tugas pejabat pengadaan hanya sampai pada penentuan pemenang. Karena memang PPK diangkat dari KTU dalam instansi tersebut. Jadi tidak mungkin ada putus kerja Berbeda dengan informan A, informan B menjawab lebih realistis yaitu: Jika nantinya terdapat kesalahan ditengah-tengah kontrak, maka yang harus kita lakukan adalah melihat letak dari permasalahan yang ada. Didalam kontrak dan dokumen pengadaan kan sudah jelas. Barang siapa yang melanggar dari ketentuan kontrak ini, maka akan dikenakan sangsi yang sesuai. Entah mulai dari denda atau perbaikan hasil pengadaan. Pernyataan yang dilontarkan informan B, merupakan pernyataan standar sehigga peneliti membutuhkan informan tambahan. Berikut pernyataan dari informan C: Biasanya dek, kesalahan itu terletak pada CV nya. Kan tidak semua CV itu jujur. Jadi ya, CV nya yang harus mengganti kerugian yang ada. Kalau misalkan ada permasalahan saat selesainya pekerjaan, ya itu salahnya Pejabat penerima Hasil. Pernyataan dari Ketiga informan diatas tidak sesuai dengan aturan yang tertuang dalam perpres 54. Seperti halnya informan A dan C yang justru malah melimpahkan kesalahan pada orang lain dengan menyebutkan fungsi dan tanggungjawab dari setiap lini organisasi pengadaan. Sementara pernyataan dari informan B terlihat standart yang peneliti tidak bisa simpulkan. Sebagaimana kita ketahui bahwa pada dasarnya tanggungjawab akan hasil pengadaan merupakan tanggungjawab keseluruhan organisasi pengadaan, tidak dibagikan kepada setiap lini pengadaan seperti yang dinyatakan oleh informan A dan C. Namun hal ini menjadi berbeda ketika kesalahan tersebut memang terbukti dilakukan dengan sengaja atau tidak sengaja oleh salah satu dari lini organisasi pengadaan dengan tujuan tertentu yang merupakan tindakan melanggar hukum. Pernyataan pengantar diatas, membuktikan pada kita bahwa pejabat pengadaan barang/jasa pemerintah di kabupaten Bangkalan masih kurang memenuhi kriteria menjadi seorang pejabat pengadaan baik dilihat dari kualifikasi persyaratan menjadi pejabat pengadaan atau cara mereka memecahkan permasalahan. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui lebih jauh lagi mengenai Kompetensi Pejabat Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah di Kabupaten Bangkalan seperti yang dijelaskan dalam perpres 54, bahwa pejabat dikatakan profesionalisme apabila telah menerapkan prinsip-prinsip dasar pengadaan Pemahaman Pejabat Pengadaan terhadap Prinsip Dasar Pengadaaan yang Merupakan Tolak Ukur Kompetensi Pejabat Pengadaan. Prinsip dasar ini merupakan hal-hal mendasar yang harus menjadi acuan atau pedoman yang harus dijalankan pejabat pengadaan untuk mendapatkan barang/jasa pemerintah. Dalam prinsip dasar juga terkandung filosofi pengadaan barang/jasa yakni upaya untuk mendapatkan barang/jasa yang diinginkan, dengan menggunakan pemikiran 8

9 Qolbi, Djasuli, Harwida/ Pentingnya Kompetensi Pejabat Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Kota Kabupaten Bangkalan Dalam Melaksanakan Prosedur Pengadaan Barang/Jasa Berdasarkan Perpres 54 Tahun 2010 yang logis dan sistematis, mengikuti norma dan etika yang berlaku berdasarkan prinsip dasar pengadaan (Perpres 54 tahun 2010) Namun seringkali penjelasan dalam tiap komponen prinsip dasar pengadaan sering disalah artikan. Artinya, prinsip dasar pengadaan hanyalah sebuah teori yang sifatnya tidak dipaksakan manfaatnya, namun yang terpenting memperoleh barang yang sesuai dengan kebutuhan adalah hal yang paling utama. Dari sinilah terlihat bagaimana seorang pejabat pengadaan dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya. Mengenai prinsip dasar pengadaan merupakan salah satu tolak ukur dalam menilai kompetensi pejabat pengadaan, maka pejabat pengadaan dituntut secara aktif menerapkan prinsip dasar pengadaan sebagai sebuah pedoman bahkan sebuah sistem kerja dalam memperoleh barang/jasa pemerintah bidang pengadaan. Untuk mengetahui apakah dalam menjalankan tugasnya pejabat pengadaan menggunakan prinsip dasar pengadaan, maka peneliti mencoba menggali informasi dari beberapa informan dengan latar belakang yang berbeda tentang pemahamannya terhadap definisi dan komponen prinsip dasar pengadaan. Dari informan yang sudah peneliti wawancarai, mereka menjelaskan prinsip dasar pengadaan sebagai berikut: Menurut informan A: prinsip dasar pengadaan itukan acuan untuk dapat barang/jasa,dimana didalamnya terdapat banyak komponen antara lain efektif, efisien, adil, terbuka, transparan, bersaing sehat. Kalau yang dimaksud efisien itu ya kita mendapatkan barang dengan harga yang sesuai dengan harga pasar, yang terpenting tidak melebihi pagu anggaran yang telah ditentukan atau sesuai dengan anggaran. Kalau efektif, pelaksanaan pengadaannya tidak molor alias tepat waktu. Mulai dari pengumuman,pelelangan sampai terpilihnya pemenang tender. Untuk transparansi,sekarang kita sudah ada E-procurement atau LPSE, jadi kita umumkan bahwa akan ada pelelangan mengenai pengadaan ini misalkan Nantinya semua penyedia langsung memberikan penawarannya lewat situ. Jadi tinggal kita seleksi aja. Ini juga termasuk kategori persaingan sehat karena penyedia dengan mudahnya mendapatkan informasi dari kita. Kan begitu saja Dari pernyataan informan A diatas, definisi dari komponen prinsip dasar pengadaan sudah sesuai yaitu acuan untuk mendapatkan barang/jasa namun pengertian dari tiap komponen yang dilontarkan informan A kurang benar yaitu yang terpenting tidak melebihi pagu anggaran yang telah ditentukan. Pernyataan ini seolah-olah hanya terpaku pada anggaran bukan pada pemerolehan barang itu sendiri. Jelas, persepsi ini salah dan tidak dibenarkan dalam pengadaan barang/jasa pemerintah seperti apa yang dijelaskan dalam modul Diklat Teknis Subtantif Spesialisasi (DTSS) yang merupakan salah satu pelajaran dalam uji mendapatkan sertifikat pengadaan. Bahwa yang dimaksud dengan efisien adalah menggunakan dana dan daya yang terbatas untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam waktu sesingkat-singkatnya dan dapat dipertanggungjawabkan. Dengan istilah lain, efisien artinya dengan menggunakan sumber daya yang optimal dapat diperoleh barang dan jasa dalam jumlah, kualitas, waktu sebagaimana yang direncanakan. Dalam prinsip WTO, efisien tersebut dinyatakan sebagai kebijakan value for money. Kebijakan efisien value for money tidak selalu diwujudkan dengan harga barang termurah, karena disamping harga murah ada elemen lain yang perlu dipertimbangkan, diantaranya: ketersediaan suku cadang, panjang umur rencana dari barang yang dibeli, besarnya biaya operasional dan pemeliharaan, dan sebagaimana,yang apabila digabungkan dengan harga akan menghasilkan nilai yang optimal. Berbeda dengan pernyataan dari informan A, informan B yang merupakan Anggota ULP menjelaskan prinsip dasar pengadaan sebagai berikut: prinsip dasar pengadaan itu terdiri dari beberapa komponen yang saya kurang hafal, seperti efektif dan efisien. Nah, dalam mendapatkan barang, misalkan untuk pengadaan mobil dinas atau sepeda motor, itu semua sudah ada dalam SHB (Standart Harga Barang). Jadi tidak bisa sembarangan. Kalau mau menjualkan kepada kita, harganya ya harus ikut penawaran pemerintah sesuai dengan SHB itu sendiri. Pernyataan dari informan B, kurang benar. Standar Harga Barang (SHB) merupakan buku pedoman namun bukan harga paten dalam menentukan HPS. Jika dalam perhitungan HPS, pejabat hanya berpatokan dalam SHB dan bukan harga pasar maka akan mempengaruhi 9

10 Public Reform for Good Government Governance A4-PFM Conference Surabaya, Indonesia, November 13th-14th 2012 hasil akhir atau output yang didapat. Hal ini dikarenakan standart harga barang sangatlah berfluktuasi mengikuti tren perekonomian. Jadi untuk mendapatkan barang/jasa dengan kualitas yang bagus dengan harga murah namun bukan murahan, pejabat harus mengikuti kaidah yang benar untuk tetap mewujudkan nilai efisien suatu barang seperti yang dijelaskan dalam prinsip dasar pengadaan. Sama halnya dengan informan A dan B yang terpaku pada efektif dan efisien. Informan C juga memberikan pernyataan yang sama yaitu kita menggunakan prinsip dasar pengadaan itu dalam memperoleh barang/jasa pemerintah. Ini merupakan hal utama. Antara lain dalam prinsip dasar pengadaan yaitu efektif dan efisien. Ya kalau efisien itu kan berkaitan dengan uang. Jadi bagaimana kita memproses barang itu sesuai dengan anggaran dan lagipula untuk barang itu sendiri ada patokan harganya yang ada dalam buku pedoman harga Standar Harga Barang. Kalau efektif itu kan berkaitan dengan waktu jadi kalau menurut saya efektif itu tepat waktu, sesuai dengan RAPBD. Jadi kalau ada pengadaan yang tidak sesuai baik disebabkan oleh molornya pengumuman pengadaan sampai pada proses dilaksanakan tender itu bisa jadi masalah untuk kami. Sejauh ini biasanya keterlambatan itu dikarenakan pencairan dana dari atasan. Untuk transparan, sekarang kita kan sudah ada LPSE. Jadi infomasinya bisa diupdate oleh masyarakat luas, dan memang pengumuman hingga ditetapkannya pemenang sudah diumumkan ke publik. Jadi publik juga bisa menilai. Apalagi sekarang kan sudah ada E-Procurement. Jadi bisa langsung dilihat dari website. Kalau dulu, kita masih menggunakan manual yaitu menggunakan pengumuman baik Koran atau media lainnya. jadi rada susah. Pernyataan ini sesuai dengan prinsip pengadaan, namun berbeda dalam praktek lapangan. Seperti hasil survey yang peneliti lakukan. Kebanyakan pengadaan barang/jasa terutama bersifat konstruksi itu telah melampaui dari batas waktu penelitian. Salah satu contohnya yang terjadi dilapangan adalah pembangunan mall Bangkalan yang melibihi batas akhir ketentuan kontrak. Selain itu, rusaknya ruas jalan di Bangkalan yang rusak, hanya selang beberapa bulan dari perbaikannya, dll Fenomena diatas jelas memberikan kesan, bahwa organisasi pengadaan barang/jasa di pemerintahan kabupaten Bangkalan masih tergolong rendah. Baik dilihat dari pengetahuan pejabat dalam menjalankan tugas sampai pada kesadaran dalam memberikan tanggungjawab publik pejabat pengadaan. Kalau penataan disetiap sektor pembangunan yang dibiayai dengan APBD/APBN dikerjakan asal-asalan seperti ini, maka prinsip pengadaan yang tertera dalam buku panduan perpres 54 tentang pengadaan barang/jasa pemerintah hanya sebatas aturan yang dibukukan, bukan aturan yang digunakan untuk dipraktekkan. Prinsip dasar pengadaan merupakan gambaran pencapaian pengadaan yang sesuai undang-undang hanya merupakan pedoman yang harus diterapkan oleh pejabat pengadaan. Namun secara keseluruhan kompetensi pejabatlah yang menentukan. Jadi jelas kompetensi pejabat mempengaruhi secara keseluruhan proses pengadaan sampai didapatkannya barang tersebut. Dalam aspek teknis, penentuan spesifikasi teknis yang seharusnya menjadi kewenangan mutlak Pengguna Anggaran, bisa saja beralih menjadi kewenangan penyedia barang. Hal ini dikarenakan adanya imbalanced information dan terbatasnya pengetahuan teknis pelaksana proyek terhadap produk atau barang/jasa pengadaan. Sehingga menyebabkan ketergantungan pada informasi dan data teknis dari rekanan menjadi sangat tinggi. Adanya kerjasama dalam penentuan pesifikasi teknis ini merupakan salah satu titik krusial terjadinya kesalahan pengadaan sampai ranah kasus tindak pidana korupsi (Tipikor) Kondisi diatas menjelaskan pada kita bahwa kompetensi pejabat pengadaan masih kurang diperhatikan atau dengan kata lain kompetensi kerja yang dimiliki oleh pejabat pengadaan tidak sesuai dengan kebutuhan pengadaan. Sehingga dalam prosesnya terdapat kendala-kendala tekhnis yang tanpa disadari hal ini juga termasuk merugikan pemerintah. Kurangnya perhatian dari kepala daerah akan penempatan kerja yang sesuai dengan bidang yang dimiliki pejabat pengadaa, menjadikan kinerja pejabat menurun, hal ini terbukti dari hasil kerja baik dilihat dari bentuk fisik maupun nilai anggaran yang membengkak (Realisasi Anggaran). Untuk itu dibutuhkan kredibilitas dan independensi Pengguna Anggaran dalam penentuan spesifikasi teknis dan penentuan HPS yang benar-benar dilakukan oleh pejabat pengadaan yang kompeten. Hal ini menjadi penting sebagai alat kontrol kualitas barang serta kewajaran harga yang ditawarkan rekanan, sehigga nantinya diharapkan nilai anggaran dapat diefisienkan sesuai kebutuhan. 10

11 Qolbi, Djasuli, Harwida/ Pentingnya Kompetensi Pejabat Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Kota Kabupaten Bangkalan Dalam Melaksanakan Prosedur Pengadaan Barang/Jasa Berdasarkan Perpres 54 Tahun 2010 Prinsip dasar hanyalah panduan cara mendapatkan barang/jasa pengadaan yang sesuai, tapi yang menentukan adalah pejabat pengadaan. Oleh karena itu pejabat pengadaan dituntut harus memiliki kompetensi yang memadai dalam bidang pengadaan barang/jasa. Begitu pentingnya kompetensi yang harus dimilki pejabat pengadaan, maka dalam pengangkatan menjadi pejabat pengadaanpun tidak boleh asal tunjuk tanpa mengetahui kualifikasi yang dimiliki pejabat pengadaan. Untuk menghindari hal-hal diatas, maka peneliti mencoba berdiskusi guna mencari tahu seberapa pentingkah kompetensi yang harus dimiliki pejabat pengadaan atau mungkin ini menjadi tidak penting karena beberapa faktor dan kendala. Berikut komentar dari beberapa informan yang sudah peneliti pilih. Informan A: seharusnya iya, tapi jumlah pejabat yang memiliki sertifikat pengadaan itu kan terbatas jumlahnya. Jadi mau tidak mau kita harus mengambil dari instansi lain yang memiliki sertifikat pengadaan. Lagipula kan kalau kita tidak mengerti secara tekhnis pengerjaannya, kan bisa menggunakan jasa konsultansi atau bagian tekhnis yang memang mengerti dalam bidang itu. Pernyataan informan A terlihat seperti menggantungkan kepada jasa konsultasi sebagai tumpuan. Bukan dilihat dari kualifikasi kompetensi yang harus dimiliki pejabat pengadaan. Pernyataan ini selaras dengan kendala minimnya pejabat pengadaan di Kabupaten Bangkalan ini. Mematuhi prinsip dasar pengadaan yakni efisien terhadap harga barang/jasa pengadaan, maka selayaknya jasa konsultansi ini merupakan jasa tambahan sewaktu-waktu memang sangat dibutuhkan. Bukan merupakan tumpuan kerja, sementara pejabat pengadaan hanya menunggu hasil putusan konsultan. Pernyataan dari informan B Selaras dengan informan A, informan B juga menjawab hal yang sama namun lebih memasrahkan jawaban pada ketua ULP, berikut pernyataan dari informan B: ya tidak harus dek, yang penting punya sertifikat pengadaan. Istilahnya kita kan cuma mencarikan tukang untuk mereka. Masak kita harus mengerti secara tekhnis pengerjaannya. Lalu kapan selesainya kalau begitu. Kan sudah ada jasa konsultasi. Ya,tinggal kita mintai pendapatnya, bagaimana baiknya. Kalau untuk mengukur kompetensi pejabat pengadaan, tanyakan saja pada ketua ULP. Kalau sudah diangkat menjadi ketua kan berarti sudah memiliki kualitas kompetensi yang bagus. Kalau kita kan hanya mengikuti apa yang dikatakan ketua. Sekarang ini yang benar malah disalahkan kalau tidak mengikuti aturan ketua. Jadi lebih baik langsung tanyakan ke ketua ULP nya saja. Selaras dengan informan A, informan B juga lebih menitik beratkan pada jasa konsultansi sebagai tumpuan, bukan pada kompetensi pejabatnya. Disis lain informan B ini terlihat sedikit memiliki rasa kawatir akan salah menjawab. Beliau lebih memasrahkan jawaban yang akan dilontarkan oleh ketua ULP. Hal ini terlihat dari pernyataan Kalau sudah diangkat menjadi ketua kan berarti sudah memiliki kualitas kompetensi yang bagus. Kalau kita kan hanya mengikuti apa yang dikatakan ketua. Sekarang ini yang benar malah disalahkan kalau tidak mengikuti aturan ketua. Pernyataan ini jelas tidak benar adanya. Rasa takut akan kesalahan menjawab dan memasrahkan sepenuhnya pada ketua, bukanlah sikap yang harus dimiliki oleh pejabat pengadaan. Jelas terlihat kompetensi yang mungkin dimiliki oleh pejabat pengadaan terlihat kabur dan tertutupi oleh rasa takut yang iya miliki. Melihat pernyataan informan B yang terlihat ragu dalam menjawab, informan C juga menjawab hal yang sama yaitu Tidak juga. Kalau sudah ditunjuk oleh bupatinya, mau gimana lagi. Mau kerja kok milih-milih, ya tidak boleh. kita bekerja dipemerintahan, jadi mau tidak mau ya harus menerima tugas tambahan untuk kita. Kalau sudah punya sertifikat, ya berarti sudah kompeten dalam bidang pengadaan kan? 11

12 Public Reform for Good Government Governance A4-PFM Conference Surabaya, Indonesia, November 13th-14th 2012 Jawaban informan C terlihat lebih menitik beratkan pada pengangkatan pejabat pengadaan. Dimana dalam pengangkatan pejabat pengadaan ditunjuk langsung oleh kepala daerah tanpa melihat kualifikasi dari pejabat pengadaan itu sendiri. 4. SIMPULAN Berpijak pada rumusan masalah dan tujuan dalam penelitian ini, maka dari hasil olah data yang peneliti kaji dari informasi yang disampaikan oleh informan dan fakta real dilapangan dapat disimpulkan, antara lain: (1) Pejabat pengadaan di Pemerintahan Kabupaten Bangkalan sudah mengimplementasikan Perpres 54 tahun 2010, namun belum secara keseluruhan. Dikarenakan keterbatasan dana, kelengkapan administrasi yang masih kurang, dan belum tersedianya kantor khusus pengadaan barang/jasa. (2) Kompetensi yang dimiliki pejabat/tim pengadaan di Kabupaten Bangkalan masih tergolong rendah. Hal ini dibuktikan dari pengangkatan pejabat pengadaan ditunjuk langsung oleh kepala daerah tanpa melihat kualifikasi dari pejabat pengadaan itu sendiri dan hasil realisasi pengadaan barang dan jasa pemerintah Kabupaten Bangkalan baik fisik maupun non fisik Saran dan Implikasi Penelitian ini merupakan penelitian interpretatif fenomenologi, yang tujuan dari penelitian ini adalah tidak untuk melakukan generalisasi hasil penelitian, sehingga hasil penelitian hanya berlaku dalam konteks penelitian ini dilakukan. selain itu terkait hasil penelitian yang telah peneliti simpulkan dari hasil proses penelitian terdapat sejumlah faktor yang juga merupakan efek atau akibat yang menyebabkan timbulnya kasus-kasus pengadaan dipemerintah daerah Kabupaten Bangkalan. Untuk itu dapat diusulkan kepada pemerintah agar: (1) Pekerjaan pengadaan ini berdiri sendiri dengan dibuatkannya kantor khusus yang menangani masalah pengadaan barang/jasa pemerintah, sehingga dalam menjalankan pekerjaannnya, pejabat pengadaan tidak dibebani tugas dan tanggungjawab di tiap instansinya; (2) Guna terpenuhinya pegawai yang kompeten dalam pengadaan barang dan jasa dapat diusulkan untuk dilaksanakan diklat kepada LKPP yang selanjutnya di realisasikan diklat agar terpenuhi kebutuhan pegawai di setiap instansi yang memenuhi syarat untuk diangkat dan ditetapkan menjadi kelompok kerja (ULP) Pejabat Pengadaan Barang dan Jasa; (3) Para Kepala instansi atau lembaga pemerintah harus berusaha memberikan motivasi kepada pegawai/pejabat agar berusaha meningkatkan sumber daya manusia di bidang kemampuan dan keahlian tentang pengadaan barang/jasa; (4) Mohon kiranya instansi atasan kepala daerah berkenan ikut memikirkan dan membantu agar terpenuhinya petugas/pegawai yang mampu dan kompeten serta memenuhi syarat untuk diangkat dan ditetapkan menjadi kelompok kerja (ULP) pejabat pengadaan barang/jasa pemerintah yang cukup. 4.2 Keterbatasan dan Rekomendasi Keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif, untuk penelitian selanjutnya disarankan dengan menggunakan pendekatan kuantitaif agar mendapatkan informasi yang lebih mendalam untuk mengungkapkan realita sosial pada pengadaan barang/jasa pemerintah. Kedua, penilaian atas kompetensi kerja pejabat pengadaan di pemerintah daerah Kabupaten Bangkalan tidak dapat digeneralisasikan sebagai penilai untuk seluruh pejabat pengadaan barang/jasa pemerintah daerah lainnya. Ketiga, untuk penelitian selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan beberapa objek penelitian yang lebih luas, guna membantu pemerintahan dalam memperbaiki roda kepemerintahannya terkait pengadaan barang/jasa. 12

13 Qolbi, Djasuli, Harwida/ Pentingnya Kompetensi Pejabat Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Kota Kabupaten Bangkalan Dalam Melaksanakan Prosedur Pengadaan Barang/Jasa Berdasarkan Perpres 54 Tahun DAFTAR RUJUKAN Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) diunduh tanggal 21 september 2011 Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) diunduh tanggal 21 september 2011 Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) diunduh tanggal 21 september 2011 Bungin,Burhan Analisis Data Kualitatif: pemahaman Filosofis dan Metodologis kea rah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada Craswel dalam Mutiah, 2011 skripsi Interpretasi Pajak dan Implementasinya,Perspektif wajib Pajak Usaha Mikro Kecil dan Menengah Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/jasa Pemerintah Kebijakan Pengadaan Barang/jasa Pemerintah.pdf diunduh tanggal 27 agustus 2011 Modul Diklat Teknis Subtantif Spesialisasi diunduh tanggal 21 september 2011 Moleong,Lexy J Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi. Bandung: Rosda Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa, Bappenas 2003; Suharno Pentingnya Keahlian Pengadaan barang/jasa UPT Pemasyarakatan di Nusakambangan. Jurnal Terakreditasi Manajemen strategi Vol: 6 Edisi Khusus diunduh tanggal 25 agustus 2011 Standar Kompetensi Kerja-Pengadaan barang/jasa pemerintah (SK3-PBJP), mobile.asp?id= diunduh tanggal 29 september 2011 Untoro,larto kasus korupsi dalam perhitungan HPS pengadaan barang/jasa pemerintah. diunduh tanggal 24 september

TRANSKRIP HASIL WAWANCARA

TRANSKRIP HASIL WAWANCARA LAMPIRAN Lampiran TRANSKRIP HASIL WAWANCARA Prinsip Kepastian Hukum (Rule of Law) 1. Bagaimanakah pelaksanaan prinsip kepastian hukum (rule of law) dalam pengadaan televisi oleh Bagian Perlengkapan Sekretariat

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengadaan saat ini masih ditangani secara ad-hoc oleh panitia yang dibentuk dan

BAB I PENDAHULUAN. pengadaan saat ini masih ditangani secara ad-hoc oleh panitia yang dibentuk dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan merupakan salah satu fungsi penting pada organisasi pemerintah, namun hingga saat ini kurang mendapatkan perhatian yang memadai. Fungsi pengadaan saat

Lebih terperinci

E-PROCUREMENT DAN PENERAPANNYA DI KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA Jumat, 30 Maret 2012

E-PROCUREMENT DAN PENERAPANNYA DI KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA Jumat, 30 Maret 2012 E-PROCUREMENT DAN PENERAPANNYA DI KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA Jumat, 30 Maret 2012 Pada era globalisasi ini, perkembangan teknologi internet sudah mencapai kemajuan yang sangat pesat. Aplikasi Internet

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 yang diperbaharui dengan Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 yang diperbaharui dengan Undangundang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Lahirnya kebijakan otonomi daerah di Indonesia yang ditandai dengan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 yang diperbaharui dengan Undangundang Nomor

Lebih terperinci

barang dan jasa yang dibutuhkan, untuk mendapatkan mitra kerja yang sesuai dengan kriteria perusahaan diperlukan suatu proses untuk pemilihan

barang dan jasa yang dibutuhkan, untuk mendapatkan mitra kerja yang sesuai dengan kriteria perusahaan diperlukan suatu proses untuk pemilihan BAB IV TINJAUAN HUKUM MENGENAI PENGADAAN BARANG DAN JASA MELALUI SISTEM ELEKTRONIK PADA KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMASI DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG

Lebih terperinci

PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH ABSTRAK

PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH ABSTRAK MEDIA ILMIAH TEKNIK SIPIL Volume 5 Nomor 2 Juni 2017 Hal. 1-8 PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH Yusri Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional XI Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

E:\PERBUP ULP_2013\PerbupULP2013.doc

E:\PERBUP ULP_2013\PerbupULP2013.doc 2 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041), sebagaimana telah

Lebih terperinci

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR UNIT LAYANAN PENGADAAN

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR UNIT LAYANAN PENGADAAN BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR UNIT LAYANAN PENGADAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 135 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pengadaan merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pengadaan merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengadaan merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan pemenuhan/penyediaan sumber daya (barang atau jasa) pada suatu proyek tertentu. Pengadaan barang/jasa atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan pemerintah dalam menjalankan roda Pemerintahan dengan melalui

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan pemerintah dalam menjalankan roda Pemerintahan dengan melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan proyek konstruksi semakin pesat. Proyek konstruksi merupakan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan dalam waktu yang telah ditetapkan, untuk memenuhi

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN LAYANAN PENGADAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPULAUAN

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG BUPATI BADUNG,

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG BUPATI BADUNG, 1 BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka peningkatan kualitas

Lebih terperinci

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG - 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan

Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI NOMOR 68 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA KUASA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA KUASA BUPATI PANDEGLANG, PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA KUASA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, 1 BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 70 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 07/PRT/M/2011 TENTANG STANDAR DAN PEDOMAN PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI DAN JASA KONSULTANSI

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 07/PRT/M/2011 TENTANG STANDAR DAN PEDOMAN PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI DAN JASA KONSULTANSI PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 07/PRT/M/2011 TENTANG STANDAR DAN PEDOMAN PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI DAN JASA KONSULTANSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM, Menimbang

Lebih terperinci

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan penelitian, judul yang diambil beserta alasan pemilihan judul, pembatasan masalah, metode yang dipakai dalam pemecahan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.347, 2011 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM. Pengadaan. Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi. Standar.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.347, 2011 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM. Pengadaan. Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi. Standar. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.347, 2011 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM. Pengadaan. Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi. Standar. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PRT/M/2011

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN S A L SALINANN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI MADIUN S A L SALINANN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI MADIUN S A L SALINANN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG PROSEDUR DAN TATA HUBUNGAN KERJA PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATAKERJA UNIT LAYANAN PENGADAAN KOTA YOGYAKARTA

PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATAKERJA UNIT LAYANAN PENGADAAN KOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATAKERJA UNIT LAYANAN PENGADAAN KOTA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

PEMUTUSAN KONTRAK OLEH PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN Oleh : Abu Sopian (Widyaiswara Balai Diklat Keuangan Palembang)

PEMUTUSAN KONTRAK OLEH PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN Oleh : Abu Sopian (Widyaiswara Balai Diklat Keuangan Palembang) PEMUTUSAN KONTRAK OLEH PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN Oleh : Abu Sopian (Widyaiswara Balai Diklat Keuangan Palembang) Abstrak Dalam pengadaan barang/jasa pemerintah jika nilai pengadaan barang, pekerjaan konstruksi,

Lebih terperinci

PENGANTAR PENGADAAN BARANG/JASA

PENGANTAR PENGADAAN BARANG/JASA PENGANTAR PENGADAAN BARANG/JASA Peraturan Presiden RI Nomor 54 Tahun 2010 Beserta Perubahannya Versi 9.2 1 DAFTAR ISI: Gambaran Umum PBJP Prinsip, Kebijakan dan Peraturan PBJP Para Pihak terkait PBJP Etika

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok- Pokok Kepegawaian Timur ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan

2 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok- Pokok Kepegawaian Timur ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 58 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) PEMERINTAH KABUPATEN JEMBRANA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. Bahwa dalam rangka peningkatan

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR TAHUN ANGGARAN 2017 BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR TAHUN ANGGARAN 2017 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR : 79 TAHUN 2016 TANGGAL : 29 DESEMBER 2016 PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR TAHUN ANGGARAN 2017 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

8. SELEKSI GAGAL DAN TINDAK LANJUT SELEKSI GAGAL

8. SELEKSI GAGAL DAN TINDAK LANJUT SELEKSI GAGAL 8. SELEKSI GAGAL DAN TINDAK LANJUT SELEKSI GAGAL a. Seleksi Gagal 1) Kelompok Kerja ULP menyatakan Seleksi gagal, apabila: a) jumlah peserta yang lulus kualifikasi pada proses prakualifikasi kurang dari

Lebih terperinci

BUPATI MAROS PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI MAROS NOMOR: 01 TAHUN TENTANG

BUPATI MAROS PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI MAROS NOMOR: 01 TAHUN TENTANG SALINAN BUPATI MAROS PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI MAROS NOMOR: 01 TAHUN 2016 2013 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT LAYANAN PENGADAAN KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 39 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 39 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 39 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATAKERJA UNIT LAYANAN PENGADAAN PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keamanan dalam negeri dan pertahanan, (2) untuk menyelenggarakan peradilan,

BAB I PENDAHULUAN. keamanan dalam negeri dan pertahanan, (2) untuk menyelenggarakan peradilan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada setiap perekonomian, dengan sistem perekonomian apapun, pemerintah senantiasa memegang peranan yang penting. Pemerintah memiliki peranan yang sangat besar dalam

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH 1 GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 66 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR SALINAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PENGADAAN LANGSUNG YANG BERTANGGUNG JAWAB. (Abu Sopian/Widyaiswara Balai Diklat Keuangan Palembang)

PENGADAAN LANGSUNG YANG BERTANGGUNG JAWAB. (Abu Sopian/Widyaiswara Balai Diklat Keuangan Palembang) Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dengan cara Pengadaan Langsung dilakukan oleh Pejabat Pengadaan dengan cara membeli barang atau membayar jasa secara langsung kepada penyedia barang/jasa, tanpa melalui

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DI LINGKUNGAN BADAN PERTANAHAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN

Lebih terperinci

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN UNIT LAYANAN PENGADAAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TEGAL

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN UNIT LAYANAN PENGADAAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TEGAL SALINAN WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN UNIT LAYANAN PENGADAAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TEGAL,

Lebih terperinci

2 Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Kedudukan,

2 Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Kedudukan, No.1734, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPERA. Barang/Jasa. Pengadaan. Unit Pelayanan. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN

Lebih terperinci

BUPATI OGAN ILIR PERATURAN BUPATI OGAN ILIR NOMOR 3 TAHUN 2014

BUPATI OGAN ILIR PERATURAN BUPATI OGAN ILIR NOMOR 3 TAHUN 2014 BUPATI OGAN ILIR PERATURAN BUPATI OGAN ILIR NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PENGELOLA LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA SECARA ELEKTRONIK (LPSE) KABUPATEN OGAN ILIR DENGAN

Lebih terperinci

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR I -E TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR I -E TAHUN 2017 TENTANG WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR I -E TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGADAAN BARANG DAN/ATAU JASA PADA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan di bahas mengenai latar belakang masalah, rumusan

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan di bahas mengenai latar belakang masalah, rumusan BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan di bahas mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian, batasan penelitan dan sistematika penelitian.

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 1130 TAHUN 2014 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR : 4 TAHUN 2010

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR : 4 TAHUN 2010 PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR : 4 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/ JASA PEMERINTAH SECARA ELEKTRONIK (E-PROCUREMENT) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TANGERANG WALIKOTA TANGERANG,

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya

Walikota Tasikmalaya Walikota Tasikmalaya PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 68 Tahun 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG KEGIATAN TAHUN JAMAK

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG KEGIATAN TAHUN JAMAK BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG KEGIATAN TAHUN JAMAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang : a. bahwa kegiatan

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA PROBOLINGGO WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN KOTA PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI OGAN ILIR PERATURAN BUPATI OGAN ILIR NOMOR : 12 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI OGAN ILIR PERATURAN BUPATI OGAN ILIR NOMOR : 12 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI OGAN ILIR PERATURAN BUPATI OGAN ILIR NOMOR : 12 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BUPATI OGAN ILIR NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PENGELOLA LAYANAN

Lebih terperinci

Jurnal UNIERA Volume 2 Nomor 2; ISSN Implementasi Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Secara Elektronik di Kabupaten Halmahera Utara

Jurnal UNIERA Volume 2 Nomor 2; ISSN Implementasi Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Secara Elektronik di Kabupaten Halmahera Utara Implementasi Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Secara Elektronik di Kabupaten Halmahera Utara Alfred Mainassy alfred_lounussa@yahoo.co.id Abstrak Penelitian Implementasi Kebijakan Pengadaan Barang dan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1893/MENKES/PER/IX/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1893/MENKES/PER/IX/2011 TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1893/MENKES/PER/IX/2011 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

BUPATI ENDE PERATURAN BUPATI ENDE NOMOR 29 TAHUN 2010

BUPATI ENDE PERATURAN BUPATI ENDE NOMOR 29 TAHUN 2010 BUPATI ENDE PERATURAN BUPATI ENDE NOMOR 29 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH SECARA ELEKTRONIK ( E-PROCUREMENT ) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN ENDE BUPATI ENDE,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan pengadaan barang/jasa pemerintah mengalami pergeseran paradigma baru dalam pelaksanaannya, terutama setelah kegiatan pengadaan dilakukan melalui sistem elektronik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan pemberantasan. Tidak hanya terjadi pada pemerintah pusat, fraud juga

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan pemberantasan. Tidak hanya terjadi pada pemerintah pusat, fraud juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fraud merupakan permasalahan yang perlu untuk dikaji, dicari solusinya, dan dilakukan pemberantasan. Tidak hanya terjadi pada pemerintah pusat, fraud juga marak terjadi

Lebih terperinci

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR TAHUN 2013 TENTANG BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN

Lebih terperinci

9. PELELANGAN GAGAL DAN TINDAK LANJUT PELELANGAN GAGAL. 1) Kelompok Kerja ULP menyatakan Pelelangan gagal, apabila :

9. PELELANGAN GAGAL DAN TINDAK LANJUT PELELANGAN GAGAL. 1) Kelompok Kerja ULP menyatakan Pelelangan gagal, apabila : 9. PELELANGAN GAGAL DAN TINDAK LANJUT PELELANGAN GAGAL a. Pelelangan Gagal 1) Kelompok Kerja ULP menyatakan Pelelangan gagal, apabila : a) jumlah peserta yang lulus kualifikasi pada proses prakualifikasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Peraturan Presiden ini, yang dimaksud dengan: 1. Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Peraturan Presiden ini, yang dimaksud dengan: 1. Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut dengan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengadaan Barang/ Jasa (Perpres 70; 2012) Pasal 1 Dalam Peraturan Presiden ini, yang dimaksud dengan: 1. Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut dengan Pengadaan

Lebih terperinci

Pengalaman Implementasi dan Perencanaan Ke Depan di Pemerintah Kota Surabaya Drh. SUNARNO ARIS TONO,MSi.

Pengalaman Implementasi dan Perencanaan Ke Depan di Pemerintah Kota Surabaya Drh. SUNARNO ARIS TONO,MSi. e-procurement Pengalaman Implementasi dan Perencanaan Ke Depan di Pemerintah Kota Surabaya Drh. SUNARNO ARIS TONO,MSi. Pelaksanaan proyek selalu terlambat Latar Belakang Harga kontrak relatif sama atau

Lebih terperinci

A. Judul Implementasi Peraturan Bupati Trenggalek Nomor 85 Tahun 2011 tentang Layanan pengadaan secara elektronik dalam hal pelaksanaan teknis

A. Judul Implementasi Peraturan Bupati Trenggalek Nomor 85 Tahun 2011 tentang Layanan pengadaan secara elektronik dalam hal pelaksanaan teknis A. Judul Implementasi Peraturan Bupati Trenggalek Nomor 85 Tahun 2011 tentang Layanan pengadaan secara elektronik dalam hal pelaksanaan teknis pengadaan barang / jasa ( studi didinas perhubungan, Komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh Barang dan Jasa oleh Kementerian, Lembaga, Satuan Kerja

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh Barang dan Jasa oleh Kementerian, Lembaga, Satuan Kerja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah adalah kegiatan untuk memperoleh Barang dan Jasa oleh Kementerian, Lembaga, Satuan Kerja Perangkat Daerah, Institusi lainnya yang

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR: PK. 20 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) BARANG/ JASA BADAN SAR NASIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR: PK. 20 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) BARANG/ JASA BADAN SAR NASIONAL KEPALA BADAN SAR NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR: PK. 20 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) BARANG/ JASA BADAN SAR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PROVINSI JAMBI

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PROVINSI JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PROVINSI JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA GUBERNUR JAMBI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

BAB II. A. Pengertian Pengadaan Barang/Jasa. Fungsi pemerintahan dijalankan dengan memerlukan logistik, peralatan

BAB II. A. Pengertian Pengadaan Barang/Jasa. Fungsi pemerintahan dijalankan dengan memerlukan logistik, peralatan 21 BAB II PENGATURAN PENGADAAN BARANG/JASA DALAM PERATURAN PRESIDEN NOMOR 70 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 54 TAHUN 2010 TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH A. Pengertian

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR : 6 TAHUN TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR : 6 TAHUN TAHUN 2007 TENTANG BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR : 6 TAHUN 2014 1 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA

Lebih terperinci

BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAYONG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh barang dan jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh barang dan jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengadaan barang dan jasa pemerintah merupakan kegiatan untuk memperoleh barang dan jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi lainnya. Prosesnya

Lebih terperinci

Prosedur Mutu Pengadaan Barang/Jasa PM-SARPRAS-01

Prosedur Mutu Pengadaan Barang/Jasa PM-SARPRAS-01 Prosedur Mutu Pengadaan Barang/Jasa Telp. (024) 8508081, 86458337, Fax. (024) 85081. http://www.unnes.ac.id 2 dari 8 1. TUJUAN Prosedur ini ditetapkan agar proses pengadaan barang/jasa di lingkungan Universitas

Lebih terperinci

MATRIKS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 4 TAHUN 2015. Oleh : BAGIAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN - SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN BADUNG

MATRIKS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 4 TAHUN 2015. Oleh : BAGIAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN - SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN BADUNG MATRIKS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 4 TAHUN 2015 Oleh : BAGIAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN - SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN BADUNG PENDAHULUAN Latar Belakang dan Tujuan Banyaknya terjadi pelelangan gagal yang

Lebih terperinci

PERAN BADAN DIKLAT, ULP, DAN LPSE DALAM IMPLEMENTASI REFORMASI TATA KELOLA KEPEMERINTAHAN

PERAN BADAN DIKLAT, ULP, DAN LPSE DALAM IMPLEMENTASI REFORMASI TATA KELOLA KEPEMERINTAHAN Ulasan / Review Edisi 1 No. 1, Jan Mar 2014, p.53-57 PERAN BADAN DIKLAT, ULP, DAN LPSE DALAM IMPLEMENTASI REFORMASI TATA KELOLA KEPEMERINTAHAN Budi Restu Hudaya Widyaiswara Madya pada Badan Pendidikan

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT LAYANAN PENGADAAN PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

- 1 - B U P A T I K A R O PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 292 TAHUN 2013 TENTANG

- 1 - B U P A T I K A R O PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 292 TAHUN 2013 TENTANG - 1 - B U P A T I K A R O PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 292 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KARO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DI LINGKUNGAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 48 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 48 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA SALINAN NOMOR 1/2015 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 48 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan berbangsa dan bernegara pemerintah berkewajiban

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan berbangsa dan bernegara pemerintah berkewajiban BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mencapai tujuan berbangsa dan bernegara pemerintah berkewajiban menyediakan kebutuhan rakyat di antaranya ketersediaan barang dan jasa dan pembangunan infrastruktur.selain

Lebih terperinci

WALIKOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG UNIT PELAKSANA TEKNIS LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KOTA BEKASI

WALIKOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG UNIT PELAKSANA TEKNIS LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KOTA BEKASI WALIKOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG UNIT PELAKSANA TEKNIS LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KOTA BEKASI WALIKOTA BEKASI, Menimbang : bahwa dengan ditetapkannya

Lebih terperinci

TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN.

TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN. TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN www.diklat.net I. PENDAHULUAN Bahwa sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, bahwa Desa

Lebih terperinci

5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun BUPATI BULUNGAN SALINAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BULUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG / JASA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG

BUPATI SEMARANG PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG / JASA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG BUPATI SEMARANG PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG / JASA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA SECARA ELEKTRONIK DI KEMENTERIAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.01/MEN/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.01/MEN/2012 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.01/MEN/2012 TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA SECARA ELEKTRONIK DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Bagian Kedua Maksud Pasal 4

Bagian Kedua Maksud Pasal 4 SALINAN BUPATI BULUNGAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG MEKANISME PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH MELALUI UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Dalam konteks tata pemerintahan, procurement dilakukan oleh

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Dalam konteks tata pemerintahan, procurement dilakukan oleh BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Dalam konteks tata pemerintahan, procurement dilakukan oleh pemerintah untuk memenuhi kebutuhannya dalam menjalankan rencana program kerja yang sudah ditetapkan seperti

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BUPATI KARANGASEM PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN HARGA PERKIRAAN SENDIRI

BUPATI KARANGASEM PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN HARGA PERKIRAAN SENDIRI BUPATI KARANGASEM PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN HARGA PERKIRAAN SENDIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 36 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 36 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 36 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 36 TAHUN 2012 TENTANG BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 36 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 36 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN KEGIATAN DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

Lebih terperinci

PERSIAPAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH BAGIAN - 1

PERSIAPAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH BAGIAN - 1 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI PERATURAN PRESIDEN RI NOMOR 54 TAHUN 2010 beserta perubahannya PERSIAPAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH BAGIAN - 1

Lebih terperinci

PROSEDUR MUTU PENGADAAN BARANG / JASA MELALUI PENYEDIA

PROSEDUR MUTU PENGADAAN BARANG / JASA MELALUI PENYEDIA Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 85080 PM-AKD- 1 dari 9 Maret 22 1. TUJUAN Prosedur ini ditetapkan agar proses pengadaan barang / jasa di Lingkungan Universitas Negeri Semarang dapat

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR

GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR SALINAN PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DI DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) BARANG/JASA PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang E-procurement merupakan suatu proses pengadaan barang atau jasa yang pelaksanaannya dilakukan secara elektronik berbasis internet dengan memanfaatkan fasilitas teknologi

Lebih terperinci

Tugas dan Kewenangan PA/KPA, PPK, ULP, dan PPHP dalam Pengadaan Barang/Jasa

Tugas dan Kewenangan PA/KPA, PPK, ULP, dan PPHP dalam Pengadaan Barang/Jasa Tugas dan Kewenangan PA/KPA, PPK, ULP, dan PPHP dalam Pengadaan Barang/Jasa DASAR HUKUM - Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah - Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun

Lebih terperinci

BUPATI MUSI RAWAS UTARA

BUPATI MUSI RAWAS UTARA \^ BUPATI MUSI RAWAS UTARA PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS UTARA NOMOR ^ /RSUD.RPT/MRU 2015 TENTANG JENJANG NILAI PENGADAAN BARANG/JASA PADA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RUPIT KABUPATEN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 7 TAHUN : 2014 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG HUBUNGAN, PROSEDUR DAN MEKANISME KERJA UNIT LAYANAN PENGADAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

-1- LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

-1- LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH -1- LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.177, 2015 LKPP. Barang/Jasa Pemerintah. ULP. Pengadaan. Perubahan. PERATURAN KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR Mochammad Iksan Program Studi Magister Manajemen Teknologi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT 1 GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 9 TAHUN 2014

PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 9 TAHUN 2014 SALINAN PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Instansi selaku pengguna barang atau jasa membutuhkan barang atau jasa

BAB I PENDAHULUAN. Instansi selaku pengguna barang atau jasa membutuhkan barang atau jasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Instansi selaku pengguna barang atau jasa membutuhkan barang atau jasa untuk melaksanakan fungsinya dan untuk mencapai kinerjanya. Instansi atau organisasi

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/ JASA PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO,

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 53 TAHUN 2009 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 53 TAHUN 2009 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 53 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) BARANG/JASA PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci